1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Klinting merupakan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Klinting merupakan bagian dari kecamatan Somagede, kabupaten
Banyumas. Secara mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, dan
selebihnya beragama Hindu. Meskipun Hindu di desa Klinting masuk tahun 1987an, tetapi desa ini merupakan desa dengan kosentrasi umat Hindu terbesar dan
memiliki salah satu Pura yang sudah di akui pemerintah kabupaten Banyumas,
dan sebagian besar bertempat tinggal di dusun Wanasara yang menjadi tempat
dibangunnya Pura Pedaleman Giri Kendeng (wawancara dengan Minoto Dharmo,
29 November 2014). Keunikan dari penganut agama Hindu di Klinting adalah
para penganutnya yang merupakan masyarakat pribumi Klinting dan bukan
berasal dari daerah lain.
Kemajemukan dalam hal agama dan budaya antara masyarakat beragama
Islam dan Hindu di desa Klinting tidak mempengaruhi kehidupan sosial mereka.
Selalu menjaga keharmonisan dan toleransi antar umat beragama merupakan suatu
kewajiban bagi masyarakat Klinting. Salah satu bentuk keharmonisannya
diwujudkan dengan cara bergotong royong dalam melakukan atau mengerjakan
kegiatan-kegiatan untuk kepentingan bersama, misalnya memperbaiki jalan atau
membangun rumah, mereka saling bahu membahu bekerja sama tanpa
memandang status agama.
Sebagai bentuk toleransinya, masyarakat desa Klinting juga sangat
menghargai agama lain, contohnya adalah pada perayaan hari-hari besar agama
1
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
2
Hindu maupun Islam mereka saling mengucapkan selamat dan saling
bersilaturahmi. Contoh lainnya pada perayaan Idul Adha, pembagian hewan
kurban tersebut bukan hanya untuk masyarakat yang beragama Islam tetapi
dibagikan merata kepada semua masyarakat Klinting tanpa melihat latar belakang
agama
mereka.
Sifat-sifat
kekeluargaan
merekalah
yang
menciptakan
keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kecil kemungkinan
terjadi konflik antar agama.
Menurut Minoto Dharmo (wawancara, 29 November 2014), kegiatan religi
yang dilakukan masyarakat beragama Hindu di desa Klinting masih memadukan
budaya yang sudah dimiliki sebelumnya, yatu aliran “wayah kaki”, yaitu salah
satu dari banyak aliran kejawen yang berkembang di Jawa dengan Eyang Semar
sebagai Sang Pepunden. Mulai dari tempat ibadah keluarga dan Pura yang ada di
desa Klinting masih menyisakan simbol-simbol aliran sebelumnya. Walaupun
telah menganut Hindu, kebiasaan aliran wayah kaki memang tidak benar-benar
ditinggalkan masyarakatnya karena sebagian mereka masih menyambangi gunung
Srandil kecamatan Adipala, kabupaten Cilacap yang dipercaya terdapat makam
dari Sang Pepunden Semar yang sangat di keramatkan.
Masyarakat Jawa terutama yang menganut kejawen, memang mengenal
banyak sekali orang atau benda yang dianggap keramat. Biasanya orang yang
dianggap keramat adalah para tokoh yang banyak berjasa pada masyarakat.
Sedang benda yang sering dikeramatkan adalah benda-benda pusaka peninggalan
dan juga makam-makam dari para leluhur serta tokoh-tokoh yang di hormati.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
3
Masyarakat Hindu desa Klinting memang memiliki cara sendiri dalam
beribadah yang membedakan dengan masyarakat Hindu di daerah lain. Cara
beribadah masyarakat Hindu di Klinting yang sudah tercampur dengan
kepercayaan sebelumnya menjadikan akulturasi budaya Hindu-Jawa. Kehidupan
sosial masyarakat beragama Hindu juga terjaga harmonis dengan selalu memupuk
sikap gotong royong, toleransi, dan tolong menolong antara masyarakat beragama
Hindu maupun dengan masyarakat yang beragama Islam di Klinting. Sikap seperti
ini mencirikan sifat asli masyarakat desa, karena memang penganut agama Hindu
di Klinting merupakan masyarakat pribumi.
Adapun selang waktu tahun 1987-2013 didasarkan pada masuknya agama
Hindu yang ditandai dengan perpindahan kepercayaan mayarakat Klinting dari
kepercayaan wayah kaki beralih menganut agama Hindu pada tahun 1987, dan
pemilihan tahun 2013 adalah untuk membatasi kajian penelitian sehingga tidak
terlalu luas cangkupan waktunya. Berangkat dari penjelasan di atas, penulis disini
tertarik untuk melakukan penelitian dengan fokus “Kehidupan Sosial dan Religi
Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten
Banyumas Tahun 1987-2013”.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
4
B. Pokok Masalah
Dari uraian di atas, maka pokok permasalahan yang diambil adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran umum desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten
Banyumas ?
2. Bagaimana kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma di desa Klinting,
kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun 1987-2013 ?
3. Bagaimana kehidupan religi komunitas Hindu Dharma di desa Klinting,
kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas tahun 1987-2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka kajian ini bertujuan untuk
mengetahui berikut ini.
1. Gambaran umum desa Klinting, kecamatan Somagede, kabupaten Banyumas.
2. Kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan
Somagede, kabupaten Banyumas tahun 1987-2013.
3. Kehidupan religi komunitas Hindu Dharma di desa Klinting, kecamatan
Somagede, kabupaten Banyumas tahun 1987-2013.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sejarah serta menambah
bahan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain.
b. Sebagai sumber keilmuan di lingkup Mahasiswa Pendidikan Sejarah
khususnya dan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto umumnya
atau dalam lingkup yang lebih luas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperluas
wawasan dan pendalaman pengetahuan tentang kehidupan sosial dan religi
komunitas Hindu Dharma di Banyumas.
b. Bagi komunitas Hindu Dharma, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan motivasi untuk selalu menjaga keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat.
E. Tinjauan Pustaka
Berbagai penelitian sebelumnya juga telah banyak membahas tentang
kehidupan sosial dan religi (agama) dalam sebuah komunitas di dalam
masyarakat. Hal tersebut sudah melahirkan banyak hasil temuan dan teori yang
dimanfaatkan dalam berbagai kajian. Pada skripsi ini tinjauan pustaka yang
dilakukan dengan menempatkan penelitian pada beberapa tulisan skripsi yang
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
6
berkaitan dengan tema yang diangkat penulis. Adapun yang hendak dipaparkan di
bawah ini.
Slamet Sugijono (2001) dengan judul “Perkembangan Komunitas Agama
Hindu Dharma di Desa Klinting, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas
tahun 1978-1998”. Membahas tentang perpindahan kepercayaan masyarakat di
desa Klinting dari aliran Wayah Kaki beralih memeluk agama Hindu.
Perkembangan selanjutnya masyarakat desa Klinting membangun sebuah Pura
yang diberi nama Pura Pedaleman Giri Kendeng sebagai pusat tempat Ibadah dan
pusat pengembangan agama Hindu di Banyumas. Meskipun mengalami kemajuan
agama Hindu yang ditandai dengan dibangunnya Pura Giri Kendeng dan makin
bertambahnya jumlah penduduk yang beralih memeluk agama Hindu, tetapi
masyarakat Hindu desa Klinting tidak meninggalkan rasa saling menghormati
dengan pemeluk agama lainnya, sehingga pemeluk agama yang ada di sekitarnya
menjadi lebih bersatu dan kondusif.
Fokus penelitian Slamet Sugijono (2001) adalah mengenai perpindahan
kepercayaan masyarakat Klinting dari kepercayaan Wayah Kaki beralih menganut
agama Hindu Dharma, dan perkembangan agama Hindu di Klinting, mulai dari
populasi masyarakat agama Hindu Dharma sampai pembangunan Pura sebagai
pusat tempat ibadah. Sedangkan penulis disini lebih fokus membahas pada
kehidupan sosial dilihat dari pola interaksi sosial antar komunitas ataupun di luar
komunitas Hindu Dharma, penulis juga menekankan pada bagaimana kehidupan
religi (upacara atau ritual-ritual keagamaan) komunitas Hindu Dharma desa
Klinting.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
7
Agni Priambodo (2013) dengan judul “Kehidupan Sosial dan Religi
Komunitas Aboge Desa Tumiyang, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas
tahun 1983-2012”. Secara garis besar skripsi ini membahas tentang komunitas
Aboge pada desa Tumiyang dalam melaksanakan aktifitas kesehariannya masih
berinteraksi secara kuat dalam masyarakat di dalam maupun di luar komunitas.
Sikap toleransi dan saling gotong royong terjalin dengan baik, meskipun dalam
keadaan berbeda kepercayaan di dalam masyarakat desa Tumiyang. Komunitas
Aboge merupakan aliran sebuah kepercayaan masyarakat hasil dari sinkretisme
Jawa dengan Islam. Komunitas Aboge merupakan masyarakat Jawa yang
menjalankan tradisi mereka dalam kesehariannya sekaligus menjalankan ajaran
Islam.
Penelitian Agni Priambodo (2013), mengambil lokasi tempat penelitian di
desa Tumiyang, kecamatan Pekuncen, kabupaten Banyumas dengan obyek
penelitiannya adalah komunitas Aboge. Aboge merupakan sebuah aliran hasil dari
sinkretisme jawa dan islam. Hal tersebut berbeda dengan apa yang di teliti oleh
penulis. Perbedaannya yaitu, dari lokasi tempat penelitian penulis mengambil desa
Klinting, dan obyek penelitiannya mengkaji tentang komunitas Hindu Dharma.
Ani Juwita (2008) dengan judul “Perilaku Sosial-Keagamaan pada
Masyarakat Multi Agama (Studi Kerukunan Beragama pada Masyarakat Desa
Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar)”. Secara garis besar
membahas tentang proses munculnya beragama di desa Sidomulyo dimulai dari
masuknya agama-agama yang tidak bersamaan. Sebelum terciptanya kerukunan di
awali oleh pertentangan oleh tokoh-tokoh agama Islam terhadap masuknya agama
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
8
dan kepercayaan lain, tetapi dengan cara musyawarah mereka mampu
menyelsaikan masalah maupun perselisihan antar Agama. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi terbentuknya kerukunan di desa Sidomulyo di antara
lain :1) kesadaran akan kerukunan menjadi landasan hidup bermasyarakat. 2)
sikap saling menghormati sebagai sebuah tradisi dan norma. 3) interaksi dan
komunikasi diantara pemeluk agama yang berbeda. 4) pemerintah sebagai payung
dan pelindung dari adanya tradisi dan budaya yang berkembang.
Pemaparan yang dijelaskan oleh Ani Juwita (2008) tentang “Perilaku
Sosial-Keagamaan pada Masyarakat Multi Agama (Studi Kerukunan Beragama
pada Masyarakat Desa Sidomulyo, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar”,
menekankan pada bentuk kerukunan dan faktor yang mempengaruhi kerukunun
masyarakat multi agama desa Sidomulyo. Berbeda dengan penulis yang lebih
menekankan pada kehidupan sosial dan kehidupan religi komunitas Hindu
Dharma yang terdapat pada masyarakat berbeda agama, kepercayaan, dan budaya
di desa Klinting.
Syaiful Aris (2014) dengan judul “Dinamika Kehidupan Sosial Masyarakat
Hindu di Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto
Tahun 1978-2012 dan Kontribusinya dalam Pendidikan”. Secara garis besar
membahas tentang masyarakat Hindu di desa Sumbertanggul yang memiliki pura
dan menjadi satu-satunya pura yang mendapat ijin dari pemerintah kabupaten
Mojokerto. Pura yang diberi nama Pura Sasana Bina Yoga, selain menjadi pusat
tempat persembahyangan masyarakat di desa Sumbertanggul, Pura ini juga
menjadi tempat pembelajaran agama Hindu bagi generasi muda umat Hindu di
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
9
Sumbertanggul. Perkembangan umat Hindu yang ada di Sumbertanggul
mengalami pasang surut dilihat dari jumlah pemeluknya. Mereka hidup di tengahtengah masyarakat muslim sehingga kehidupan sosialnya sangat dinamis.
Kehidupan sosial umat Hindu mengalami pasang surut dalam artian pada periode
tertentu mengalami masa tenang dan pada periode tertentu mengalami masa
konflik.
Syaiful Aris (2014) penelitiannya akan dinamika kehidupan sosial
masyarakat Hindu desa Sumbertanggul dan kontribusinya dalam pendidikan.
Fokus penelitiannya membahas tentang peran masyarakat Hindu terhadap
pendidikan bagi generasi muda umat Hindu di Sumbertanggul. Berbeda dengan
kajian penulis, yang tidak menekankan pada peran masyarakat Hindu terhadap
pendidikan tetapi lebih menekankan pada kehidupan sosial dalam lingkungan
masyarakat.
Pemaparan yang telah dijelaskan di atas memiliki kesamaan dan perbedaan
dengan kajian yang akan penulis lakukan. Kesamaannya terdapat pada obyek
penelitiannya yang mengangkat komunitas Hindu sebagai bahan kajian. Hal ini
ditunjukkan pada penelitian Slamet Sugijono, dan penelitian Syaiful Aris.
Sementara itu perbedaannya terletak pada tempat penelitian, seperti Agni
Priambodo yang mengambil tempat penelitian di desa Tumiyang, kemudian Ani
Juwita di desa Sidomulyo dan Syaiful Aris di desa Sumbertanggul. Perbedaan
lainnya juga terletak dari obyek dan fokus kajian dalam penelitian, Slamet
Sugijono dengan mengambil kajiannya tentang perkembangan, Agni Priambodo
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
10
dengan obyek penelitiannya komunitas Aboge, dan penelitian Ani Juwita yang
mengambil obyeknya adalah masyarakat multi agama.
F. Landasan Teori dan Pendekatan
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori-teori yang relevan sebagai
landasan penelitian. Teori yang digunakan adalah teori tentang kehidupan sosial,
dan religi.
1.
Kehidupan Sosial
Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam
menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia
lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia
lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak
dapat memenuhi sendiri, ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk
kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup.
Dalam hal ini, manusia sebagai individu memasuki kehidupan bersama dengan
individu lainnya (Herimanto dan Winarno, 2010: 43).
Manusia sebagai makhluk sosial dimanapun tersusun dalam kelompokkelompok, fakta ini menunjukan manusia mempunyai sosial akan pembawaan
kemasyarakatan (sejumlah sifat sifat dapat berkembang dalam pergaulan dengan
semuanya) seperti hasrat menyampaikan pikiran atau perasaan, hasrat meniru,
hasrat bergaul, dan sebagainya (M. Nata Saputra, 1982: 65). Manusia adalah Zoon
Politicon artinya bahwa manusia itu sebagai mahluk, pada dasarnya selalu ingin
bergaul dengan masyarakat, Aristoteles (Herimanto dan Winarno, 2010: 44).
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
11
Dalam kehidupan sosial, tentu saja keluarga tidak terlepas dari kondisikondisi yang ada dalam masyarakat tersebut, baik norma-norma maupun nilainilai yang berlaku. Karena pada dasarnya norma dan nilai yang ada dalam
masyarakat akan berpengaruh terhadap tindakan-tindakan yang akan dijalankan
oleh keluarga. Jelas nilai dan norma yang berlaku adalah bersifat kolektif dan
mengikat sehingga keluarga dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang
berlaku tersebut (Khairudin, 2008: 26).
Mengenai norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Herimanto dan
Winarno, 2010: 49), mengungkapkan bahwa di dalam masyarakat terdapat normanorma sebagai patokan untuk bertingkah laku sebagai berikut.
a. Norma agama, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan.
b. Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang berasal dari hati nurani
manusia itu sendiri.
c. Norma kesopanan atau adat, yaitu norma yang bersumber dari masyarakat.
d. Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara resmi (negara).
Kehidupan sosial manusia baik secara individual maupun secara
kelompok, perkembangannya dipengaruhi dua faktor yaitu, faktor dirinya sendiri
yang diwariskan sejak lahir, dan faktor di luar dirinya yang di peroleh setelah
kelahirannya (Nursid Sumaatmadja, 1981: 61). Bentuk umum proses sosial adalah
interaksi sosial (yang juga dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari
proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial
(Soerjono Soekanto, 2002: 61).
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
12
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri
manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain (Elly M.
Setiadi, 2009: 67). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa proses-proses
kehidupan sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang
perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan
sistem-sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi
apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah
ada (Soerjono Soekanto, 1986: 50).
Penjelasan-penjelasan di atas menyimpulkan bahwa kehidupan sosial
adalah kehidupan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan. Sebuah kehidupan di sebut sebagai kehidupan sosial jika di sana
ada interaksi antara individu satu dengan individu lainnya, dan terjadi komunikasi
yang kemudian berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama.
Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup secara
individual untuk memenuhi kebutuhannya. Dari beberapa teori-teori di atas
bermanfat menjadi bahan landasan penulis untuk meneliti tentang bagaimana
proses kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma desa Klinting, mulai dari pola
interaksi individu dengan individu lain, interaksi antar kelompok, interaksi antar
lintas agama dalam hal ini komunitas Hindu Dharma dengan masyarakat
beragama Islam desa Klinting, lebih lanjut lagi untuk meneliti norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat Klinting yang merupakan sebagai patokan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
13
2. Kehidupan Religi atau Agama
Sejarah perkembangan religi orang Jawa telah di mulai sejak zaman
prasejarah, dimana pada waktu itu nenek moyang orang Jawa sudah beranggapan
bahwa semua yang ada di sekelilingnya itu bernyawa, dan semua yang bergerak
dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib atau mempunyai roh yang
berwatak baik maupun jahat (Koentjaraningrat, 1974: 103). Bentuk religi yang
tertua adalah berdasarkan keyakinan manusia akan adanya kekuatan gaib dalam
hal-hal yang luar biasa dan yang menjadi sebab timbulnya gejala-gejala yang tak
dapat dilakukan manusia biasa, Marett (Koentjaraningrat, 1987: 60).
Asal kata religi sendiri tidaklah jelas, tetapi ada yang mengatakan istilah
itu berhubungan dengan kata religare, kata bahasa latin yang berarti Mengikat,
sehingga religi atau religius berarti ikatan atau juga pengikat. Memang dalam
religi manusia mengikatkan diri kepada Tuhan. Pada pokoknya religi adalah
penyerahan diri kepada Tuhan, dalam keyakinan bahwa manusia itu tergantung
dari Tuhan, bahwa Tuhanlah yang merupakan keselamatan yang sejati dari
manusia, bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak mampu untuk
memperoleh keselamatan itu dan karenanya ia menyerahkan dirinya, Driyarkara
(Budiono Herusatoto, 2008: 42).
Sejalan dengan pendapat Driyarkara (Yan Mujianto, dkk, 2010: 15)
mengungkapkan, agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa latin
religare, yang berarti menambatkan), adalah sebuah unsur kebudayaan yang
penting dalam sejarah umat manusia, karena agama dan sistem kepercayaan
lainnya sering terintegrasi dengan kebudayaan. Agama di definisikan sebagai
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
14
institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama sama
untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang
terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan
kebahagiaan sejati.
Sistem keyakinan dalam suatu religi berwujud pikiran dan gagasan
manusia, yang menyangkut keyakinan dan konsepsi manusia tentang sifat-sifat
tuhan, tentang wujud dari alam gaib (kosmologi), tentang terjadinya alam dan
dunia (kosmogoni), tentang zaman akhirat (esyatologi), tentang wujud dan ciri-ciri
kekuatan sakti, roh nenek moyang, roh alam, dewa-dewa, roh jahat, hantu dan
mahluk-mahluk halus lainnya. Kecuali itu sistem keyakinan juga menyangkut
sistem nilai dan sistem norma keagamaan, ajaran kesusilaan, dan ajaran doktrin
religi lainnya yang menyatu tingkah laku manusia (Koentjaraningrat, 1987: 81).
Koentjaraningrat (Budiono Herusatoto, 2008: 43-44) menyatakan, religi
terdiri empat komponen berikut ini.
a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia menjadi religius. Emosi
keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakan jiwa manusia,
b. Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-bayangan
manusoa tentang sifat sifat Tuhan, alam gaib, supernatural, dewa-dewa, dan
mahluk-mahluk lain,
c. Sistem upacara religius yang bertujuan mencari hubungan manusia dengan
Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib,
d. Adanya kelompok-kelompok religius atau kesatuan-kesatuan sosial yang
menganut sistem kepercayaan tersebut.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
15
Dalam kehidupan sosial agama juga memiliki fungsi penting, seperti
halnya yang dikatakan dalam bukunya (Munandar Soelaeman, 2009: 281) fungsi
agama dibagi berikut.
a. Fungsi agama dibidang sosial, adalah fungsi penentu, dimana agama
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa
masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka.
b. Fungsi agama sebagai sosialisasi individu, ialah individu, pada saat ia tumbuh
menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan
umum untuk mengarahkan aktivitasnya dalam masyarakat.
Kesimpulan dari pemaparan di atas, religi adalah penghambaan manusia
kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat tiga unsur, yaitu manusia,
penghambaan atau pemujaan dan Tuhan. Agama
atau religi menjadi sebuah
pilihan utama manusia dalam membimbing keyakinan yang dimilikinya. Teoriteori religi yang telah dijelaskan bagi penulis bermanfaat sebagai gambaran atau
landasan untuk meneliti tentang bentuk-bentuk religi komunitas Hindu Dharma,
ajaran-ajaran Hindu Dharma, dan upacara atau ritual yang dilaksanakan oleh
komunitas Hindu Dharma desa Klinting.
Kemudian untuk membantu dan mempermudah penelitian, penulis juga
menggunakan pendekatan. Sesuai dengan judul di atas maka pendekatan yang di
pakai dalam penelitian atau penyusunan skripsi ini adalah pendekatan
Antropologi. Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk antropos
atau manusia, yang merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
16
masing mempelajari suatu kompleks masalah-masalah khusus mengenai makhluk
manusia (Koentjaraningrat, 1987: 1). Pada pendekatan antropologi ini penulis
mengfokuskan untuk menggunakan dua cabang ilmu yaitu, antropologi-sosial dan
antropologi-agama. Dimana antropologi-sosial merupakan studi yang mempelajari
hubungan antara orang-orang atau kelompok dalam masyarakat (Koentjaraningrat,
1986: 26). Dengan studi ini, penulis di sini mengkaji tentang kehidupan sosial
yang
mencangkup
proses
hubungan
sosial,
serta
faktor
faktor
yang
mempempengaruhi hubungan sosial, dan dampak dari hubungan atau interaksi
antara satu individu dengan individu lain maupun satu kelompok dengan
kelompok lain, terutama dalam hubungan masyarakat beragama Hindu-Islam di
desa Klinting.
Antropologi-agama adalah studi yang berusaha mempelajari tentang
manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya (Yusron Razak dan
Ervan Nurtawab, 2007:1). Studi antropologi-agama pada penelitiaan ini berguna
untuk mengkaji tentang sistem kepercayaan Hindu dharma yang telah tercampur
dengan kepercayaan Wayah Kaki. Meneliti tentang kebiasaan atau adat istiadat
yang dilakukan oleh komunitas Hindu Dharma. Serta mengkaji norma-norma
yang berlaku dan ritual ritual atau upacara keagaman yang dilakukan oleh
komunitas Hindu Dharma desa Klinting.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
17
G. Metode Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh tentang
Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting,
Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Untuk mendapatkan data yang
berhubungan permasalahan yang di rumuskan, mempermudah pelaksanaan
penelitian serta terlaksana secara terarah dan dapat mencapai hasil yang optimal,
maka penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Langkah-langkah metode
sejarah adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik adalah proses mencari dan menemukan data sejarah. Data
sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus
bekerja keras mencari data lapangan, (Sugeng Priyadi, 2013: 112). Pada tahapan
ini penulis mengumpulkan beberapa sumber dan data yang relevan, baik sumber
primer maupun sekunder yang dapat digunakan dalam menjawab permasalahan
yang akan dibahas. Pada tahap ini penulis menentukan sumber yang cocok untuk
menjawab persoalan-persoalan yang penulis dapat dan kemudian dikumpulksn.
Sumber-sumber tersebut berasal dari sumber buku dan wawancara dengan pihak
yang bersangkutan seperti, kepala desa Klinting, kepala dusun Wanasara, ketua
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) kabupaten Banyumas, sesepuh desa
Klnting, dan masyarakat desa Klinting.
2. Kritik atau Verifikasi
Setelah sumber dikumpulkan, tahap selanjutnya adalah kritik sumber
untuk menentukan keotentikan dan kredibilitas suber sejarah. Semua sumber yang
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
18
telah dikumpulkan terlebih dahulu verifikasi sebelum digunakan (ABD. Rahman
Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, 2011: 47).
a. Kritik Ekstern
Kritik ekstern adalah proses mencari keotentikan atau keaslian sumber.
Dalam kritik ekstern penulis disini memilih tokoh yang menjadi sumber lisan
dengan melihat umur (karena biasanya semakin tua informan tingkat daya
ingatnya juga semakin menurun, sehingga susah untuk mendapatkan informasi
yang lengkap). Penulis juga melihat dari segi fisik apakah informan buta atau
tidak, tuli atau tidak, sehingga mendapatkan sumber yang otentik dan dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Kritik Intern
Kritik intern artinya peneliti atau sejarawan harus menentukan seberapa
jauh dapat dipercaya kebenaran dari isi informasi yang disampaikan oleh suatu
sumber (Daliman, 2012:72). Langkah penulis adalah dengan mencari informan
lain untuk membanding-bandingkan hasil wawancara antara informan yang satu
dengan yang lain sehingga menemukan kesamaan fakta untuk dijadikan sumber
penelitian.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka
rekonstruksi realitas masa lampau (Daliman, 2012: 83). Setelah melewati tahapan
di atas, peneliti melakukan proses penafsiran dan menyusun makna kata-kata.
Fakta-fakta yang telah disusun tersebut kemudian ditafsirkan dengan cara
menghubungkan satu fakta dengan yang lainnya sehingga didapatkan gambaran
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
19
yang jelas tentang fokus penelitian. Proses interpretasi yang penulis lakukan
dalam penelitian kali ini berupaya untuk dilakukan secara obyektif sehingga hasil
dari penelitian ini tidak memiliki kecenderungan untuk memihak pihak manapun
yang terkait. Selain itu tahapan penafsiran ini dilakukan dengan cara mengolah
beberapa fakta yang telah dikritisi, setelah melalui beberapa proses seleksi maka
fakta-fakta tersebut dijadikan pokok pikiran dalam penyusunan penelitian.
4. Historiografi
Tahap terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi, pada tahap ini
penulis berusaha untuk memproses terhadap informasi dan sumber sejarah yang
didapat dari berbagai sumber kemudian hasil interpretasi terhadap fakta-fakta
kemudian disusun dalam bentuk tulisan yang berjudul “Kehidupan Sosial dan
Religi Komunitas Hindu Dharma di Desa Klinting Kecamatan Somagede
Kabupaten Banyumas Tahun 1987-2013”.
\
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
20
H. Sistematika Penyajian
Keseluruhan skripsi ini berjudul “Kehidupan Sosial dan Religi Komunitas
Hindu Dharma di Desa Klinting Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas
Tahun 1987-2013”, untuk memperoleh gambaran dan memudahkan pembahasan
maka sistematika skripsi ini dikelompokan dalam V Bab. Bab pertama,
pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori dan pendekatan, metode penelitian, sistematika
penyajian.
Bab dua, gambaran umum desa klinting, menguraikan tentang gambaran
umum lokasi penelitian yang dimulai dengan sejarah pembangunan desa Klinting,
letak geografis, keadaan demografi (jumlah penduduk, tingkat pendidikan,
pekerjaan), jumlah penduduk menurut agama, sarana dan prasarana, dan
kelembagaan desa.
Bab tiga, kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma Klinting tahun 19872013, berisi tentang kehidupan sosial komunitas Hindu Dharma (meliputi
interaksi sosial masyarakat Hindu-Hindu dan Hindu-Islam di desa Klinting, sistem
kekerabatan di desa Klinting, dan sistem perkawinan).
Bab empat, kehidupan religi komunitas hindu dharma klinting tahun 19872013, berisi tentang kehidupan religi komunitas Hindu Dharma (meliputi
kepercayaan wayah kaki, sejarah agama Hindu di Klinting, upacara atau ritual
umat Hindu di Klinting).
Bab lima, penutup berisi kesimpulan dan saran.
Kehidupan Sosial dan..., Musa, FKIP UMP, 2015
Download