PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 PENGARUH PEMANASAN GLOBAL TERHADAP METODA YANG PALING SESUAI UNTUK ANALISA EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL BERDASARKAN DATA HARIAN STASIUN BMG SUPADIO 1) Hari Wibowo,ST.MT 2) Stefanus Berlian K, ST.MT Dosen Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Perubahan iklim erat kaitannya dengan terjadinya pemanasan global, dan mempengaruhi: (1) naiknya suhu udara, (2) pola curah hujan, dan (3) naiknya permukaan air laut. Salah satunya yakni Evapotranspirasi merupakan salah satu mata rantai proses dalam siklus hidrologi. besarnya nilai evapotranspirasi potensial di wilayah Kota Pontianak berdasarkan data harian klimatologi Stasiun Meteorologi Supadio.metode analisa evapotranspirasi potensial berdasarkan data iklim harian dari beberapa model yang dapat dianalisa (model temperatur: metode Blanney-Cridlle, Hamon; model temperatur dan kelembaban relatif: metode David, Prescott; dan model radiasi global: metode Hargreaves Rs, Stephen, FAO Tanpa Koreksi, Makkink, Turc). Untuk melihat persentase kesalahan relatif dari metode yang diuji maka dilakukan perbandingan hasil analisa evapotranspirasi potensial berdasarkan data iklim dengan analisa evapotranspirasi berdasarkan data evaporasi panci penguapan (metode evaporasi panci), dengan data yang digunakan adalah data sekunder dari stasiun BMG Supadio. Dari hasil perhitungan evapotranspirasi potensial, didapat metode David (R = 0,825) yang merupakan salah satu metode dalam model suhu dan kelembaban relatif, memiliki persentase kesalahan relatif terkecil (41,29%). Itu pun perlu mengalami koreksi ulang terkait dengan penggunaan data yang hanya 10 tahun, serta adanya perubahan iklim akibat adanya pemanasan global apabila akan digunakan sebagai metode analisa evapotranspirasi potensial untuk wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya, terutama wilayah yang berdekatan dengan titik 0° lintang (equator line). Kata Kunci: Evapotranspirasi Potensial, Panci Penguapan, Supadio Pontianak. 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemanasan global adalah sebuah fenomena dimana konsentrasi gas rumah kaca menghalangi pantulan energi sinar matahari dari bumi sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan suhu bumi. Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu perubahan kondisi iklim yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan aktifitas manusia yang mengubah komposisi atmosfer global. Terjadinya pemanasan global (global warming) telah menyebabkan adanya perubahan iklim (climate change) di dunia, tidak terkecuali Indonesia dan juga Provinsi Kalimantan Barat (Maliki, Mislan,Proseding Makalah Hathi,Palembang,2008). Berdasarkan hasil kesimpulan dari Intergovernmental Panel on Climate Chage (IPCC) menyebutkan bahwa Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke -20. Peningkatan suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat sebesar 0.74 ± 0.18ºC(1.33 ± 0.32º F). Perubahan iklim global akan menpengaruhi setidaknya tiga unsur iklim dan komponen alam yang sangat erat kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan: (1) naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain, terutama kelembaban dan dinamika atmosfer, (2) berubahnya pola curah hujan dan makin meningkatnya intensitas kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) seperti El-Nino dan La-Nina, dan (3) naiknya permukaan air laut akibat pencairan gunung es di kutub utara. Perubahan unsur iklim akibat perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air, sektor pertanian dan tanaman pangan dan peningkatan permukaan laut. Hal tersebut akan menimbulkan dampak yang berlanjut terhadap meningkatnya: gagal panen, frekuensi banjir, intensitas kekeringan, jumlah masyarakat miskin, abrasi pantai, tenggelamnya pantai dan banyak pulau kecil, dan perubahan habitat satwa dan tumbuhan. Kota Pontianak merupakan salah satu wilayah di Provinsi Kalimantan Barat yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Dimana lokasinya akan berpengaruh terhadap besarnya penguapan (evapotranspirasi) yang terjadi pada wilayah yang berada di dekat garis khatulistiwa ini tentunya berbeda dengan wilayah yang letaknya jauh dari garis khatulistiwa. Evapotranspirasi merupakan salah satu mata rantai proses dalam siklus hidrologi yang dapat didefinisikan sebagai penguapan di semua permukaan yang mengandung air dari seluruh permukaan air, permukaan tanah, permukaan tanaman dan permukaan yang tertutup tanaman dan kembali lagi ke atmosfer. Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 Pengaruhnya terhadap adanya perubahan iklim yang terjadi tentunya akan mempengaruhi proses hidrologi dan besarnya evapotranspirasi. Oleh jarena itu pada kegiatan penelitian ini akan diteliti Pengaruh Perubahan Iklim tersebut terhadap Metode Evapotranspirasi Potensial yang ada khususnya di wilayah Kota Pontianak berdasarkan data klimatologi Stasiun Meteorologi Supadio. 1.2 RUANG LINGKUP Ruang Lingkup penelitian ini meliputi; • Analisa data yang digunakan adalah data iklim harian (suhu,kelembaban,kecepatan angin dan penyinaran matahari) stasiun BMG supadio tahun 1998 - 2009, • Analisa evapotranspirasi potensial berdasarkan data evaporasi panci penguapan, • Berdasarkan penyaringan ketersediaan data yang ada, untuk kesesuaian analisa pada metode yag digunakan, ternyata metode analisa evapotranspirasi potensial yang dapat digunakan untuk diuji berdasarkan data harian dalam penelitian ini adalah; a. model temperatur (metode Blanney-Criddle dan metode Hamon), b. model temperatur dan kelembaban relatif (metode David dan metode Prescott), c. model radiasi global (metode Hargreaves Rs, Stephen, Radiasi FAO tanpa koreksi, Makink, Turc). • Perhitungan persentase kesalahan relatif hasil analisa evapotranspirasi potensial berdasarkan metode yang dikaji terhadap hasil analisa evapotranspirasi potensial berdasarkan data evaporasi panci penguapan pada Stasiun BMG Supadio. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Tulisan ini dimaksudkan sebagai bahan tukar pikiran mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap evapotranspirasi dan Dengan tujuan penulisan adalah untuk mendapatkan metode yang sesuai digunakan dalam penentuan evapotranspirasi potensial untuk wilayah di sekitar Kota Pontianak yang letak lintangnya jauh dari tugu khatulistiwa dengan menggunakan data iklim harian yang dipengaruhi oleh adanya perubahan iklim. 2. KAJIAN TEORI • Siklus Hidrologi Pergerakan air di bumi, secara umum dapat dinyatakan sebagai suatu rangkaian kejadian yang biasa disebut siklus hidrologi yang merupakan suatu sistem tertutup, dalam arti bahwa pergerakan air pada sistem tersebut selalu tetap berada pada siklusnya. Menurut C.D. Soemarto, (1999,2), siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus peristiwa tersebut sebenarnya tidaklah sederhana yang kita bayangkan karena,Pertama, daur itu dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir kembali ke laut. Kedua, tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Ketiga, intensitas dan frekuensi daur tergantung kepada letak geografi dan keadaan iklim suatu lokasi. Keempat, berbagai bagian daur dapat menjadi sangat komplek, sehingga kita hanya dapat mengamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam siklus hidrologi antara lain adalah Evaporasi , Transpirasi, Evapotranspirasi, Kondensasi, Presipitasi, Infiltrasi dan Perkolasi. • Iklim Yang Membina Kehidupan Kehidupan dibumi ini tidak akan berkembang sebagaimana yang telah kita temukan dewasa ini, andaikan bumi iklimnya sangat panas. Perkembangan juga tidak akan terjadi seperti sekarang andaikata perputaran bumi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pergantian siang dan malam, artinya perputarannya selalu menghadapkan ke permukaan yang sama yakni Matahari. Sebab bagian yang selalu terkena sinar matahari suhunya akan naik sedangkan di bagian sebaliknya suhu akan turun akan turun dan tidak aka nada tanaman yang tumbuh disana.Tanpa adanya pergantian siang dan malam tak aka nada kehidupan. Setelah berkembang biaknya berbagai jenis tumbuhan dan hewan tersebar diberbagai benua. Terbentuk ekosistem yang serasi. Manusia dan hewan mengambil oksigen dari udara bagi pernafasan dan melepas karbon dioksida ke atmosfir. Tetapi tetumbuhan mangambil karon dioksida dari udara untuk diubah menjadi bahan makanan serta pertumbuhannya dengan klorofilnya dan bantuan energy cahaya dan melepaskan kembali oksigen bebas ke atmosfir. Karbon dioksida yang berlebihan di atmosfir akan diserap oelh samudera dan dikonsumsi oleh planton selanjutnya akan berkembang didalam biota air laut. Bumi mempunyai iklim yang berbeda-beda pada lokasi yang berlainan, tergantung pada letaknya dibumi. Disekitar ekuator atau khatulistiwa Dimana lokasi ini iklim pada tropis dan berada di antara dua benua dan mendapat pengaruh dari samudra yang luas, memiliki musim penghujan dan musim kemarau seperti daerah lainnya di Indonesia. Apabila Matahari bersinar dibagian selatan khatulistiwa benua Australia mendapat banyak panas sedang benua asia Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 tidak, sebagai akibatnyanya maka udara akan naik ke atas Australia dan udara akan turun di asia, Tekanan udara di autralia lebih rendah daripada asia sehingga udara bergerak,angin meniup dari benua asia ke Australia. Menginggat tekanan udara melewati samudera hindia, maka banyak uap air terangkut dan jatuh sebagai hujan, Maka di Indonesia akan mengalami musim Penghujan. Sebaliknya jika matahari bersinar dibagian utara Khatulistiwa kita bertemu dengan musim kemarau karena angin dari autralia menuju ke asia membawa angin kering. Lebih jauh dari letak daerah ekuator ia akan menikmati ilkim sub tropis, sedangkan lokasi yang lebih jauh lagi akan terdapat 4 musim. Untuk memberikan iklim yang membina adanya kehidupan itu Allah SWT telah menempatkan bumi pada jarak sekitar 150 Juta Kilometer dari Matahari, memberikan pada bumi sudut kira-kira 66,5 derajat terhadap bidang orbit perputaran bumi mengelilingi Matahari, serta memberikan rotasi pada bumi dengan waktu putar 24 jam dalam sehari semalam. Untuk pelindung lapisan permukaan bumi kita mengenal lapisan Atmosfer bumi terdiri dari beberapa gas antara lain nitrogen, oksigen, karbon dioksida; ditambah dengan uap air dan zat-zat lain, seperti debu, jelaga, dan sebagainya. Atmosfer bumi terdiri dari berbagai lapisan, yaitu berturut-turut dari lapisan bawah ke atas adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Troposfer adalah lapisan terendah yang tebalnya kira-kira sampai dengan 10 kilometer di atas permukaan bumi. Dalam troposfer ini terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Lapisan atmosfir ini melindungi Bumi dari Sinar Kosmos yang energinya sangat tinggi dan Sinar ultra violet dari Cahaya matahari. Disamping itu pula kita ketahui didalam bumi juga terdapat lempengan yang akan mengalami pergeseran rekahan-rekahan akibat aktivitasnya dan hal ini juga dapat mengubah iklim yang sudah ada sebelumnya di suatu daerah dan mengacaukan musim penghujan seperti munculnya El-Nino akhir-akhir ini. Perubahan cuaca juga dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan Kadar CO2 di dalam atmosfir. Ini akan menimbulkan efek rumah kaca yang membuat suhu Bumi naik, Es dikutub dan salju abadi di puncak gunung akan meleleh serta menaikan permukaan air laut. Sekalipun gejala ini tak merusak kehidupan di Bumi namun Gangguan yang ditimbulkannya cukup serius. Gas yang berkeliaran di atmosfir yang jelas akan merusak kehidupan ialah gas SOx dan NOx yang setelah larut dalam tetes air hujan yang akan jatuh menjadi hujan yang asam, dan dapat memusnahkan hutan-hutan dan tanaman umumnya dan satwa lain di air. • Pemanasan Global (Global Warning) Perubahan Iklim Global atau dalam bahasa inggrisnya GLOBAL CLIMATE CHANGE menjadi pembicaraan hangat di dunia dan hari ini Konferensi Internasional yang membahas tentang hal tersebut diantaranya yang sedang diselenggarakan di Nusa Dua Bali mulai tanggal 3 hingga 14 Desember 2007, diikuti oleh delegasi dari lebih dari 100 negara peserta. Salah satu penyebab perubahan iklim adalah Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan Global disebabkan diantaranya oleh “Greenhouse Effect” atau yang kita kenal dengan EFEK RUMAH KACA. Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya. Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Kenapa menggunakan kaca/bahan yang bening? Karena sifat materinya yang dapat tertembus sinar matahari. Dari sinar yang masuk tersebut, akan dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti rumah kaca tersebut. Sebagai Illustrasi sederhana tentang terjadinya pemanasan Global. • Efek Rumah Kaca Di Atmosfir Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang diserap akan dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya mengakibatkan peningkatan suhu di lapisan troposfer dan di bumi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya efek rumah kaca di bumi. Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) Siklus Air dan karbon dioksida (CO2), terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida (N2O), dan chlorofluorocarbon (CFC) Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran. Gas Rumah Kaca di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butirbutir air. Pada Siklus hidrologi. Sebenarnya uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global. • Pemanasan Global dan Pengaruhnya Terhadap Iklim Salah satu dampak yang terjadi akibat pemanasa Global ini adalahnya pengaruh terhadap Iklim di berbagai wilayah. Indicator iklim yang ditinjau pada kajian ini adalah evaporasi atau penguapan yang terjadi. Dari beberapa peneliti telah banyak yang mengestimasi besarnya nilai Evaporasi Potensial ini berdasarkan rumusan matematik sesuai dengan data klimatologi yang ada. Untuk meninjau adanya dampak akibat pemanasan global tadi terhadap rumusan metode yang telah di teliti maka penulis mencoba melihat unsure perbedaan kenaikan suhu tadi dari bebrapa metode oleh adanya perubahan global tadi. 3. METODOLOGI Lokasi penelitian berada di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak ini berada di garis Khatulistiwa. 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan berupa data sekunder Data ini merupakan data-data yang didapat dari instansi terkait yang berhubungan dengan masalah penelitian serta hasil-hasil penelitian sebelumnya, seperti Badan Pusat Statistik selain itu pula ada data Klimatologi daerah setempat, Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu berupa data suhu, data penyinaran matahari, data kelembaban nisbi, data kecepatan angin dan data evaporasi panci penguapan dari Stasiun Badan Meteorologi Supadio, yang terletak pada garis lintang 0º 08’ 44’’ LS dan garis bujur 109º 24’ 14’’ BT dengan elevasi 3 meter dari permukaan laut (dpl) dan tahun pengamatan 1998 sampai dengan 2009. 3.2 Analisa Evapotranspirasi Potensial Dalam perhitungan evapotranspirasi potensial digunakan data klimatologi dan data evaporasi panci penguapan. Perhitungan dilakukan dalam suatu spread sheet untuk tiap parameternya. a. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Data Evaporasi Panci Penguapan Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan data evaporasi panci penguapan, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data evaporasi panci panci penguapan (Ep) (mm/hari), kelembaban nisbi (RH) (%), kecepatan angin (U) (km/hari), elevasi alat ukur dari permukaan tanah (z) (m) dan jarak dari panci ke vegetasi (Fetch distance of green crop) (d) (m). 2. Menghitung nilai kecepatan angin pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah (U) (km/hari) 3. Menghitung nilai koefisien panci penguapan, didapat dari perhitungan dengan persamaan ; Kp = 0.475 - (0.24x10-3) (U2m) + 0.00516 (RHMean) + 0.00118 (d) – (0.16x10-4) (RHMean)2 - (0.101x10-5) (d)2 - 0.8x10-8 (RHMean)2(U2m) – 1x10-8 (RHMean)2(d) 4. Menghitung evapotranspirasi potensial (Eto) (mm/hari), didapat dari perhitungan dengan persamaan Eto = Kp x Ep b. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Temperatur Dihitung Dengan Metode Blaney dan Criddle Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model temperatur dihitung dengan metode Blanney dan Criddle, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data temperatur rata-rata (T) (ºC/hari). 2. Menghitung nilai faktor lamanya waktu siang (p) 3. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari), didapat dari perhitungan dengan persamaan; Eto = p(0.46t + 8.13) c. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Temperatur Dihitung Dengan Metode Hamon Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model temperatur dihitung dengan metode Hamon, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut: 1. Kumpulkan data suhu (T) (ºC/hari). Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 2. 3. 4. 5. Tentukan nilai durasi jam penyinaran terhadap satuan 30 hari selama 12 jam/hari. Tentukan nilai kerapatan uap jenuh (Pt) (gram/m3/100), merupakan fungsi temperatur Masukkan nilai koefisien metode Hamon (Ch), yakni 0,55 Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (Inchi/hari), didapat dari perhitungan dengan persamaan Eto= Ck x D2x Pt, kemudian Nilai (ETo) dengan satuan (Inchi/hari) dikonversi menjadi (mm/hari). d. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Temperatur dan Kelembaban Relatif Dihitung Dengan Metode David Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model temperatur dan kelembaban relatif dihitung dengan metode David, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data suhu (T) (ºC/hari) dan data kelembaban relatif (RH) (%). 2. Tentukan nilai tekanan uap jenuh pada temperatur tertentu (es) (mmHg) dikonversi menjadi (mbar). 3. Menghitung tekanan uap pada titik embun dengan kelembaban relatif tertentu (ed) (mbar), didapat dari persamaan ed = es x RH 4. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari) dengan metode David, didapat dari persamaan Eto = 0,50 (es-ed) e. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Temperatur dan Kelembaban Relatif Dihitung Dengan Metode Prescott Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model temperatur dan kelembaban relatif dihitung dengan metode Prescott, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data temperatur rata-rata (T) (ºC/hari) dan data kelembaban relatif (RH) (%). 2. Tentukan nilai tekanan uap jenuh pada temperatur tertentu (es) (mmHg) dikonversi menjadi (mbar). 3. Menghitung tekanan uap pada titik embun dengan kelembaban relatif tertentu (ed) (mbar), didapat dari persamaan ed = es x RH 4. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari) dengan metode Prescott, didapat dari persamaan Eto = (es-ed)0.75; f. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Radiasi Global Hargreaves Rs Dihitung Dengan Metode Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model radiasi global dihitung dengan metode Hargreaves Rs, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data Suhu (T) (ºC/hari) dan durasi penyinaran matahari (DM=n/N) (%). 2. Konversikan data temperatur rata-rata (T) dengan satuan (ºC/hari) menjadi satuan (ºF). 3. Menentukan nilai radiasi berdasarkan lintang (Ra) (kal/cm2/hari),. 4. Menghitung radiasi global (Rs) (kal/cm2/hari), didapat dari persaamaan Rs = Ra (0.25+0.5(n/N)) 5. Menentukan nilai kerapatan air (Γ) (gram/cm3) dan panas laten untuk penguapan (L) (kal/gram) , disajikan dalam 6. Menghitung radiasi global setara dengan penguapan (Es) (cm/hari), didapat dari persamaan Es = Rs / Γ.L. Kemudian Es dengan satuan (cm/hari) dikonversi menjadi (mm/hari). 7. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (mm/hari) dengan metode Hargreaves Rs, didapat dari persamaan ETo = 0.075 Es. T g. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Radiasi Global Dihitung Dengan Metode Stephen Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model radiasi global dihitung dengan metode Stephen, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data suhu (T) (ºC/hari) dan durasi penyinaran matahari (DM=n/N) (%). 2. Konversikan data suhu (T) dengan satuan (ºC/hari) menjadi satuan (ºF). 3. Menentukan nilai radiasi berdasarkan lintang (Ra) (kal/cm2/hari), disajikan dalam tabel 2.1. 4. Menghitung radiasi global (Rs) (kal/cm2/hari), didapat dari persaamaan Rs = Ra (0.25+0.5(n/N)) 5. Menghitung evapotranspirasi potensial (ETo) (Inchi/hari) dengan metode Stephen, didapat dari persamaan Eto =(0.014T – 0.37)Rs/1500. Kemudian ETo dengan satuan (Inchi/hari) dikonversi menjadi (mm/hari). h. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Radiasi Global Dihitung Dengan Metode FAO Tanpa Koreksi Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model radiasi global dihitung dengan metode FAO tanpa koreksi, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data temperatur rata-rata (T) (ºC/hari) dan durasi penyinaran matahari (DM=n/N) (%). Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Menentukan nilai radiasi berdasarkan lintang (Ra) (kal/cm2/hari), Menghitung radiasi global (Rs) (kal/cm2/hari), didapat dari persamaan Rs = Ra (0.25+0.5(n/N)) Menentukan nilai kerapatan air (Γ) (gram/cm3) dan panas laten untuk penguapan (L) (kal/gram) Menghitung radiasi global setara dengan penguapan (Es) (cm/hari), didapat dari persamaan Es = Rs/ Γ.L. Kemudian Es dengan satuan (cm/hari) dikonversi menjadi (mm/hari). Mengitung kemiringan kurva tekanan uap jenuh (δ) (mbar/oC), didapat dari persamaan δ = (0.00815.T + 0.9012)7; Masukkan nilai Konstanta psikometri (τ) (mbar/oC) yaitu 0,66 mbar/oC. Menghitung (ETo) (mm/hari) dengan metode FAO tanpa koreksi, didapat dari persamaan δ ET0 = E S − 0,30 δ +τ i. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Radiasi Global Dihitung Dengan Metode Makkink Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model radiasi global dihitung dengan metode Makkink, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data temperatur rata-rata (T) (ºC/hari) dan durasi penyinaran matahari (DM=n/N) (%). 2. Menentukan nilai radiasi berdasarkan lintang (Ra) (kal/cm2/hari); 3. Menghitung radiasi global (Rs) (kal/cm2/hari), didapat dari persaamaan Rs = Ra 0,25 + 0,50(n N ) [ (gram/cm3) ] 4. Menentukan nilai kerapatan air (Γ) dan panas laten untuk penguapan (L) (kal/gram) 5. Menghitung radiasi global setara dengan penguapan (Es) (cm/hari), didapat dari persamaan 6. Kemudian Es dengan satuan (cm/hari) dikonversi menjadi (mm/hari). Mengitung kemiringan kurva tekanan uap jenuh (δ) (mbar/oC), didapat ES = RS . Γ.L dari persamaan; dari persamaan δ = (0,00815 T + 0,8912 ) 7 7. 8. Masukkan nilai Konstanta psikometri (τ) (mbar/oC) yaitu 0,66 mbar/oC. Menghitung (ETo) (mm/hari) dengan metode FAO tanpa koreksi, didapat δ ET0 = 0,61 E S − 0,12 δ +τ j. Analisa Evapotranspirasi Potensial Menggunakan Model Radiasi Global Dihitung Dengan Metode Turc Cara analisa evapotranspirasi potensial menggunakan model radiasi global dihitung dengan metode Turc, langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut : 1. Kumpulkan data suhu (T) (ºC/hari), kelembaban relatif (RH) (%) dan durasi penyinaran matahari (DM=n/N) (%). 2. Menentukan nilai radiasi berdasarkan lintang (Ra) (kal/cm2/hari); 3. Menghitung radiasi global (Rs) (kal/cm2/hari), didapat dari persaamaan Rs = Ra 0,25 + 0,50(n N ) [ 4. ] Menghitung (ETo) (mm/hari) dengan metode Turc, didapat dari persamaan di atas untuk RH<50%; ET0 = 0,013 T ET0 = 0,013 T T 50 − RH (RS + 50 )1 + , dan persamaan berikut untuk RH>50%; + 15 70 T (RS + 50 ) + 15 k. Pengujian Kesalahan Relatif (Persentase Error) Persentase error (kesalahan relatif) tiap metode dalam tiap model yang dikaji terhadap Eto panci penguapan dihitung berdasarkan : % error = Eto Panci Penguapan − Eto Metode yang Dikaji x 100% Eto Panci Penguapan Data – data yang diperlukan pada tiap metode meliputi sebagai berikut: Tabel 1 Data Yang Diperlukan Untuk Setiap Metoda Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Hasil beberapa metode perhitungan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut 4.2 PEMBAHASAN Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 Dari hasil perhitungan evapotranspirasi potensial yang telah dilakukan berdasarkan data stasiun BMG Supadio diatas, dapat diketahui bahwa masing-masing metode dalam tiap model menghasilkan besaran evapotranspirasi potensial yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, hasil perhitungan evapotranspirasi potensial berdasarkan data iklim stasiun BMG Supadio yang memperoleh hasil persentase kesalahan relatif terkecil ada pada metode David yang merupakan salah satu metode dalam model temperatur dan kelembaban relatif, dengan persentase kesalahan relatif adalah 41,29%. Untuk masing-masing model, pada model temperatur, persentase kesalahan relatif terkecil ada pada metode Hamon (66,45%), model suhu dan kelembaban relatif; metode David (41,29%), model radiasi global; metode Makink (68,37%). Dari uraian diatas, maka rekomendasi metode analisa evapotranspirasi potensial untuk wilayah Kota Pontianak berdasarkan ketersediaan data klimatologi, Diketahui bahwa hasil perhitungan evapotranspirasi potensial untuk tanggal 1 Januari tahun 1998 dengan menggunakan metode Blanney-Cridlle adalah 5,492 mm/hari, sehingga persentase kesalahan relatifnya adalah; % error = ETo Panci Penguapan − ETo Metode yang Dikaji x 100% ETo Panci Penguapan Perhitungan untuk persentase kesalahan relatif tiap bulan dan tiap tahunnya dalam tiap modelidapatkan disajikan dalam tabel seperti berikut;; Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 Tabel 4. Rekomendasi Metode Analisa Evapotranspirasi Potensial Untuk Wilayah Kota Pontianak Berdasarkan Ketersediaan Data Klimatologi. No. Data Klimatologi Yang Tersedia Metode Analisa ETo 1 Suhu Hamon 2 Suhu dan Kelembaban Relatif David 3 Suhu dan Penyinaran Matahari Makkink Dari hasil perhitungan evapotranspirasi potensial yang telah dilakukan berdasarkan data stasiun BMG Supadio diatas, telah diperoleh nilai korelasi dari grafik model linier, yaitu; model temperatur: metode Blanney-Cridlle (R = 0,673), metode Hamon (R = 0,152); model temperatur dan kelembaban relatif: metode David (R = 0,825), metode Prescott (R = 0,832); model radiasi global: metode Hargraeves Rs (R = 0,753), metode Stephen (R = 0,677), metode FAO Tanpa Koreksi (R = 0,743), metode Makkink (R = 0,688), metode Turc (R = 0,705). Berdasarkan hasil perhitungan Evaporasi potensial sebelumnya untuk lokasi kota Pontianak menunjukan besarnya berkisar antara 3 – 4 mm/tahun sehingga terjadi kenaikan suhu yang cukup besar dalam dekada beberapa tahun ini. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari analisa perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa; 1. Dari hasil penelitian ini didapatkan metode yang sesuai untuk analisa evapotranspirasi potensial dikota Pontianak dan sekitarnya berdasarkan data klimatologi harian stasiun BMG Supadio adalah metode David, karena memiliki persentase kesalahan relatif terkecil yang termasuk kedalam model temperatur dan kelembaban relatif, dengan persentase kesalahan relatifnya 41,29%, yang hasilnya juga sama dengan analisa menggunakan data klimatologi harian stasiun BMG Siantan. 2. Pemanasan Global telah mengakibatkan adanya perubahan nilai evaporasi Potensial dalam kurun lima tahun terakhir dari 3-4 mm/hari menjadi 5-6 mm/hari, 3. Berdasarkan penelitian ini, apabila hanya memiliki data temperatur, direkomendasikan menggunakan metode Hamon, jika data temperatur dan kelembaban relatif menggunakan metode David, jika data temperatur dan penyinaran matahari menggunakan metode Makkink. 4. Berdasarkan hasil penyaringan data, bahwa tidak semua metode yang digunakan dalam analisa evapotranspirasi potensial dapat digunakan dalam perhitungan data harian. 5. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan, bahwa belum tentu tiap kawasan memiliki evapotranspirasi potensial yang besarnya sama, tergantung letak lintang dan kondisi vegetasi disekitar. 6. Berdasarkan hasil penelitian ini, koefisien korelasi yang dihasilkan oleh metode David (R = 0,825) memiliki persentase error terkecil, yaitu 41,29 %, sedangkan metode Prescott (R = 0,832) dan persentase errornya 50,21 %. Ini menunjukkan bahwa korelasi tidak mempengaruhi nilai dari persentase error yang dihasilkan. 5.2 Saran Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah; 1. Berdasarkan hasil analisa perhitungan dalam penelitian ini, sebenarnya tidak ada satu pun metode yang dapat digunakan untuk analisa evapotranspirasi potensial karena persentase kesalahan relatif metode-metode yang diuji semuanya > 5%, sehingga disarankan untuk menggunakan data lapangan (evaporasi panci) dalam melakukan analisa evapotranspirasi untuk wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya, namun apabila ingin menggunakan data harian, disarankan sebaiknya menggunakan metode David dalam melakukan perhitungan evapotranspirasi potensial di wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya, karena memiliki persentase kesalahan relatif terkecil, sampai ada penelitian lanjutan lainnya. 2. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, perlu adanya pengujian yang serupa dengan menggunakan data dan jumlah data yang sama dari stasiun iklim lain yang ada di wilayah Kota Pontianak dan sekitarnya atau bahkan di wilayah Kalimantan Barat khususnya (jika ketersediaan data cukup) dan juga untuk wilayah lain di Indonesia, sehingga didapat metode yang cocok digunakan untuk masing-masing wilayah di Indonesia. 3. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan cara yang sama menggunakan data harian atau bulanan, menggunakan data dari stasiun iklim yang berbeda untuk melihat hasil analisa harian atau bulanan terhadap hasil analisa berdasarkan data evaporasi panci penguapan. 4. Dari penelitian ini untuk mengambil keputusan yang final mengenai metode yang cocok untuk digunakan dalam melakukan analisa evapotranspirasi potensial, terkait dengan penggunaan data yang hanya 10 tahun (minimal) Hari Wibowo, Stefanus BK PIT XXV Surabaya 29-01 Agustus 2010 5. 6. sehingga disarankan penggunaan jumlah data yang digunakan lebih maksimal dan perlu juga dilakukan uji kepekaan terhadap unsur-unsur iklim yang digunakan. Apabila melakukan perhitungan evapotranspirasi potensial dengan menggunakan data temperatur dan kelembaban udara, sebaiknya menggunakan metode David, yang termasuk kedalam model temperatur dan kelembaban relatif. Agar hasil penelitian selanjutnya lebih baik, disarankan agar peralatan pengukuran iklim yang rusak pada beberapa stasiun cuaca di wilayah Kalimantan Barat dapat diperbaiki dan menambah stasiun pengamatan cuaca di Kalimantan Barat, sehingga setiap wilayah memiliki paling tidak 3 stasiun cuaca. DAFTAR PUSATAKA Anonymous. 2007. Indonesia dan Perubahan Iklim, Status Terkini dan Kebijakannya. Bank Dunia – DFID – PEACE. Jakarta Cuenca Richard, H, (1989) ”Irrigation System Design An Engineering Approach”, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632. Evapotranspirasi, (1998-2007), “Data Klimatologi Harian”, BMG Stasiun Klimatologi Supadio, Pontianak. Ensiklopedia, Jilid 8 Mukjizat Al Quran dan Hadist H. A. Maliki ,Mislan (2009) Perubahan Iklim (gobal) dan Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air di Kalimantan Timur ‘ Proseding PIT HATHI ke XXV di Palembang Irianto, Gatot; Sugianto, Yanto dan Amien Istiglal. 2004. Dampak dan Aplikasi Perubahan Iklim, Status dan Aplikasinya di Sektor Pertanian. Jakarta. Linsley, R. K., M. A. Kohler, dan J. L. H. Paulhus, (1996), “Hidrologi Untuk Insinyur”, Edisi Ketiga, Alih Bahasa; Ir. Yandi Hermawan, Penerbit Erlangga. Martha W, Joyce Ir & Wanny Adidarma , Ir, Dipl.H., (1983), “Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi”, Penerbit Nova, Bandung. Mujiharjo, S, (2001), “Hubungan Evaporasi Panci dan Evapotranspirasi Blaney-Criddle dengan Evapotranspirasi Potensial Penman: Studi Berdasarkan Data Iklim yang Tercatat di Stasion Kuro tidur Bengkulu”, Jurnal Penelitian UNIB.8(1):41-48. Nugrahany Astria “ Konservasi Sumber daya Air sebagai Salah Satu Cara Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Global, Studi kasus Das Kali Brantas Rio Dermawan , Stefanus B.Soeryamassoeka, S.T., M.T. & M.Meddy Danial, S.T., M.T., “Penentuan Metode Analisa Evapotranspirasi Potensial yang Sesuai Untuk Wilayah Kota Pontianak Berdasarkan Data Klimatologi Stasiun Meteorologi Siantan”, Jurnal Teknik Universitas Tanjungpura (2004) Ratag, Mezak. 2007. Perubahan Iklim: Perubahan Variasi Curah Hujan, Cuaca, dan Iklim Ekstrim. BMG. Jakarta. Soemarto, CD, (1999), “Hidrologi Teknik”, Edisi Kedua , Penerbit Erlangga Soewarno, (2000), “Hidrologi Operasional”, Jilid kesatu, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Usman, “Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial Terhadap Perubahan Iklim”, Jurnal Natur Indonesia 6 (2): 91-98. (2004), Widya Vineska, Hj. Kartini, M.T,Stefanus B. Soeryamassoka, S.T., M.T. ”Penentuan Metoda Analisa Evapotranspirasi Potensial Berdasarkan Data Harian Stasiun BMG Jungkat”, Jurnal Teknik Universitas Tanjungpura (2009) Hari Wibowo, Stefanus BK