LAPORAN KASUS Badai Tiroid Santi Syafril, Dharma Lindarto, Ricky Rivalino Sitepu Endokrin Metabolik & Diabetes – Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara – RSUP. H. Adam Malik Medan ABSTRAK Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang memberat dengan aktivitas, tampak gelisah, dan dijumpai kuning pada seluruh tubuh. Pasien merupakan penderita penyakit hipertiroid dan tidak teratur mengkonsumsi obat anti-tiroid. Berdasarkan skor Wartofsky, pasien didiagnosis mengalami badai tiroid yang diakibatkan oleh ketidakteraturan mengkonsumsi obat. PENDAHULUAN Badai tiroid atau krisis hipertiroid merupakan kondisi darurat yang mengancam jiwa yang dapat terjadi ketika penderita hipertiroid menunjukkan tanda dan gejala hipertiroidisme yang berlebihan. Prevalensi badai tiroid tergolong rendah bahkan pada penderita disfungsi tiroid. Hanya 12% kasus hipertiroid bermanifestasi sebagai badai tiroid dengan kisaran angka kematian antara 2030% meskipun dalam pengobatan. Deteksi dini hipertiroidisme menggunakan tes fungsi tiroid dan manajemen pra operasi tiroid dapat mengurangi terjadinya kasus badai tiroid [1]. Faktor yang paling sering mencetuskan terjadinya badai tiroid diantaranya adalah ketidakteraturan mengkonsumsi obat antitiroid dimana dapat dilihat pada kasus ini. Faktor pencetus lain termasuk infeksi, terapi radioiodine, penarikan obat antitiroid secara tiba-tiba, trauma, penyakit serebrovaskular, ketoasidosis diabetes, toksemia kehamilan, stres berat dan emosional [1-4]. LAPORAN KASUS Seorang pria, berusia 30 tahun, dengan keluhan sesak napas dialami penderita sejak + 3 bulan sebelum masuk rumah sakit dan memberat dalam 1 minggu ini. Sesak napas berhubungan dengan aktifitas. Riwayat tidur menggunakan 2-3 bantal dijumpai. Riwayat terbangun malam hari karena sesak nafas dijumpai. Kedua kaki bengkak dialami penderita sejak 3 bulan yang lalu. Mata kuning 1 dijumpai sejak 2 bulan yang lalu, diikuti dengan BAK seperti teh pekat. Benjolan di leher tengah dialami penderita sejak 4 tahun yang lalu. Sering berkeringat dan bergetar pada jari - jari tangan dijumpai. Jantung berdebar-debar dijumpai. Penurunan berat badan dijumpai >10kg dalam 1 tahun ini, nafsu makan meningkat, keluhan rambut rontok dijumpai dan penderita tidak tahan panas. Pasien merupakan penderita hipertiroid dengan pengobatan anti-tiroid, tetapi os sering lupa mengkonsumsi obat. Pada pemeriksaan vital sign, sensorium : compos mentis, TD : 110/70 mmHg, Nadi : 120 x/mnt/iregular, RR : 36x/mnt, t : 38º C. Pemeriksaan fisik dijumpai adanya sklera ikterik dengan penonjolan pada mata (Gambar 1). Pada pemeriksaan leher terdapat peningkatan tekanan vena jugular +3 cm dan dari palpasi dijumpai pembesaran kelenjar tiroid yang bersifat difus. Pemeriksaan thorax didapatkan adanya kardiomegali dengan edema pada kedua paru. Pada pemeriksaan abdomen didapati adanya hepatomegali. Pada kedua kaki terdapat adanya edema pre-tibial. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dijumpai adanya sedikit anemia, leukositosis, dan trombositopenia. Fungsi hati menunjukkan peningkatan bilirubin, pemeriksaan koagulasi menunjukkan peningkatan d-dimer, dan pemeriksaan fungsi tiroid memperlihatkan adanya penurunan pada TSH (tabel 1). Eletrokardiogram (EKG) memperlihatkan adanya atrial fibrilasi dengan rapid ventricular respond dan hipertropi ventrikel kiri. Pemeriksaan foto toraks dijumpai adanya kardiomegali (gambar 2). Ekokardiogram menunjukan adanya mitral dan pulmonal regurgitasi dengan ejection friction 43%. USG tiroid menunjukkan adanya pembesaran tiroid dan hipervaskularisasi dengan kesimpulan grave diseases (gambar 3). (a) (b) (c) Gambar 1. (a) Jaundice & eksoptalmus (b) struma, dan (c) edema pre-tibial. 2 Gambar 2. Atrial fibrilasi (a) (b) Gambar 3. USG tiroid (a) Pembesar tiroid dan (b) hipervaskularisasi Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah Hematology Hari ke-1 Hari ke-7 Hb 11.80 g/dl (N : 13.2-17.3) 11.50 g/dl Leukocytes 10.930/mm3 (N : 4.5-11.0) 5.840/mm3 Platelets 55.000/mm3 (N:150- 126.000/mm3 450.000) Ureum 53.3 mg/dl - Creatinine 1.1 mg/dl - Prothrombin time 25.2 detik (control: 12.0) 16.4 INR 2.16 1.09 APTT 45.9 (control: 32.0) 29.8 Thrombin time 21.8 (control: 17.8) 28.4 D-dimer >5000 ng/ml (n: <500) - SGOT 79 U/L 47 U/L 3 SGPT 22 U/L 20 U/L Bilirubin Total 16.64 mg/dL 10.13 mg/dL Bilirubin Direct 13.82 mg/dL 9.08 mg/dL Albumin 1.7 (N: 3.5-5.0) 2.6 g/dL HbsAg Negatif - Anti HCV Negatif - T3 1.37 ng/ml (N: 0.8-2) 1.2 ng/ml T4 9.50 µg/dL (N: 5-14) 8.5 µg/dL TSH 0.005 µIU/mL (N: 0.27-4.2) 0.05 µIU/mL Pasien dilakukan penghitungan skor Burch-Wartofsky dengan hasil skor 65 dan didiagnosis menderita badai tiroid. Diagnosis lainnya pada pasien ini diantaranya penyakit jantung tiroid, hepatitis akut, dengan atrial fibrilasi. Pasien mendapatkan terapi PTU 3x100 mg, propanolol 2x10 mg, furosemide 2x40 mg, captopril 3x6.25 mg, spironolakton 1x25 mg, dan restriksi cairan. Setelah 1 minggu perawatan, kondisi pasien membaik secara klinis dan laboratorium. DISKUSI Badai tiroid merupakan kondisi emergensi dan memerlukan penanganan segera. Mendiagnosis badai tiroid tergolong sulit oleh karena gejala klinisnya yang menyerupai infeksi seperti takikardia, demam tinggi, dan terkadang disertai sesak napas. Skor Burch-Wartosfky sangat membantu untuk menegakkan diagnosis berdasarkan kriteria yang ada (tabel 3). Krisis hiperteroid sering dikelirukan dengan sepsis, heat stroke, infeksi gastrointestinal, atau penyakit jantung iskemik. Manifestasi mata sering dijumpai dan biasanya memburuk pada badai tiroid [5]. Kasus yang dilaporkan menggambarkan adanya krisis hipertiroid dengan disfungsi kardiak dan gastrointestinal pada pria berusia 30 tahun. Diagnosis hipertiroid didasarkan adanya eksoptalmus dan benjolan pada leher pasien. Etiologi penyebab krisis hipertiroid dapat dikarenakan intake iodine yang berlebihan, pemberhentian obat antitiroid secara tiba-tiba, infeksi, trauma, penyakit serebrovaskular, stres berat dan emosional. Pada kasus ini pasien tinggal di daerah dekat dengan pantai, daerah dimana banyak mengandung iodine. Tidak ada riwayat infeksi, trauma, maupun penyakit serebrovaskular. Pasien mengakui ketidakteraturan dalam mengkonsumsi obat anti-tiroid [6]. Gagal jantung pada hipertiroid disebabkan efek hormone tiroid pada mekanisme selular otot 4 jantung dan pada hemodinamika kardiovaskular. Pada mekanisme selular, hormone T3 meregulasi transkripsi pada gen jantung dan mempengaruhi kanulasi ion, Na/K-ATPase, hormone natriuretik natrium, dan lainnya. Hormon T3 mempengaruhi hemodinamika jantung dengan meningkatkan tahanan vaskular sistemik dan mengaktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk menarik cairan dan natrium (gambar 4). T3 juga meningkatkan sintesis eritropoietin sehingga menaikkan jumlah sel darah merah. Kombinasi perubahan-perubahan tersebut dapat meningkatkan cardiac output 50% hingga 300% dibandingkan dengan orang normal [7]. Penyebab kegagalan hati pada pasien hipertiroid disebabkan beberapa faktor. Gangguan hati tipe kolestasis dari lobul intrahepatik lebih menonjol pada kasus diatas. Kolestasis adalah kegagalan aliran cairan empedu masuk ke dalam duodenum dalam jumlah yang normal. Secara klinis, kolestasis dapat didefinisikan sebagai akumulasi zat-zat yang diekskresi ke dalam empedu seperti bilirubin, asam empedu dan kolesterol di dalam darah dan jaringan tubuh. Pasien dikatakan kolestasis apabila kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl bila dan bilirubin total kurang dari 5 mg/dl. Pada Grave’s diseases, kolestasis berhubungan dengan adanya autoimmune yang dapat menyerang sel hati dan menyebabkan primary biliary cirrhosis (PBC) atau hepatitis autoimun. Hal ini dapat terjadi pada 10% pasien dengan hipertiroid [8, 9]. Kerusakan hati yang disebabkan tirotoksikosis atau hipertiroid juga dapat disebabkan oleh hepatitis iskemik yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke hati meski metabolismenya meningkat. Mekanisme kerusakan hati lainnya juga dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif seperti pada kasus di atas. Obat antitiroid juga dapat menyebabkan hiperbiluribinemia seperti propylthiouracil (PTU) [10]. Berdasarkan American Thyroid Association, pengobatan krisis tiroid diantaranya dengan pemberian beta-blocker, obat anti tiroid, iodine, dan kortikosteroid (Tabel 3). Penanganan bersifat suportif dengan menjaga suhu tubuh pasien dengan meletakkan selimut pendingin atau cooling blanket dan pemberian asetaminofen. Pasien dengan badai tiroid layaknya dilakukan resusitasi cairan, pernapasan suportif, dan monitoring di unit penanganan insentif [11]. Tabel 2. Krisis Tiroid: Obat dan dosis [11] Obat Propylthiouracil Dosing Keterangan Dosis awal 500–1000 Menghambat sintesis hormon mg, kemudian 250 Menghambat konversi T4 ke T3 mg setiap 4 jam Methimazole 60–80 mg/hari Menghambat sintesis hormon 5 Propranolol 60–80 mg tiap 4 jam Diberikan pada pasien dengan gagal jantung kongestif Menghambat konversi T4 ke T3 Iodine (Larutan potassium iodine ) 5 tetes (0.25 mL atau Diberikan 1 jam setelah pemberian obat 250 mg) oral tiap 6 anti-tiroid jam Menghambat sintesis hormon Menghambat pelepasan hormon ke aliran darah Hydrocortisone Dosis awal 300 mg Dapat menghambat konversi T4 ke T3 intravena, Sebagai profilaksi insufisiensi adrenal kemudian 100 mg tiap 8 jam Pada kasus diatas, pasien mendapatkan terapi PTU 3x100 mg dan propanolol 2x10 mg sebagai penanganan krisis tiroid. Selain itu pasien diberikan furosemide 2x40 mg, captopril 3x6.25 mg, spironolakton 1x25 mg, dan restriksi cairan sebagai penanganan gagal jantung kongestif. Pasien dilakukan monitoring EKG setiap hari. Setelah pemberian propranolol selama 3 hari, irama jantung pasien berkurang secara signifikan menjadi normal. Setelah 1 minggu perawatan, kondisi pasien membaik secara klinis dan laboratorium. KESIMPULAN Dilaporkan sebuah kasus badai tiroid di mana pasien mengalami kegagalan multi organ yaitu pada jantung, hati, dan darah. Pada pasien dengan kegagaln multi organ, perlu dipikirkan adanya krisis tiroid sebagai penyebab. Diagnosis dan penanganan yang cepat pada krisis hipertiroid terutama di daerah-daerah terpencil di akses pengobatan sangat terbatas dapat mengurangi mortalitas pasien secara signifikan. 6 LAMPIRAN Tabel 3. Skor Kriteria Burch dan Wartofsky untuk Diagnosis Krisis Tiroid [12] >45: Terdapat badai tiroid; 25-44: Kemungkinan adanya badai tiroid; <25: Bukan badai tiroid Gambar 4. Efek hormone tiroid pada hemodinamika kardiovaskular [7] 7 REFERENSI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tufton, N., et al., A case of thyroid storm complicated by acute hepatitis due to propylthiouracil treatment. Endocrinology, diabetes & metabolism case reports, 2015. 2015: p. 150052. Yamashita, Y., et al., Thyroid Storm with Heart Failure Treated with a Short-acting Beta-adrenoreceptor Blocker, Landiolol Hydrochloride. Internal medicine, 2015. 54(13): p. 1633-7. Ho, S.C., et al., Thyroid storm presenting as jaundice and complete heart block. Annals of the Academy of Medicine, Singapore, 1998. 27(5): p. 748-51. Horrilleno, E.G. and A.T. Ramirez, The Lingering Storm. (Thyroid Storm or Crisis). Philippine journal of surgery and surgical specialties, 1964. 19: p. 157-61. Angell, T.E., et al., Clinical features and hospital outcomes in thyroid storm: a retrospective cohort study. The Journal of clinical endocrinology and metabolism, 2015. 100(2): p. 451-9. Cooper, D.S., Hyperthyroidism. Lancet, 2003. 362(9382): p. 459-68. Danzi, S. and I. Klein, Thyroid hormone and the cardiovascular system. The Medical clinics of North America, 2012. 96(2): p. 257-68. Malik, R. and H. Hodgson, The relationship between the thyroid gland and the liver. QJM : monthly journal of the Association of Physicians, 2002. 95(9): p. 559-69. Boelaert, K., et al., Prevalence and relative risk of other autoimmune diseases in subjects with autoimmune thyroid disease. The American journal of medicine, 2010. 123(2): p. 183 e1-9. Williams, K.V., et al., Fifty years of experience with propylthiouracil-associated hepatotoxicity: what have we learned? The Journal of clinical endocrinology and metabolism, 1997. 82(6): p. 1727-33. Bahn, R.S., et al., Hyperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis: management guidelines of the American Thyroid Association and American Association of Clinical Endocrinologists. Thyroid : official journal of the American Thyroid Association, 2011. 21(6): p. 593-646. Wartofsky, L., Clinical criteria for the diagnosis of thyroid storm. Thyroid : official journal of the American Thyroid Association, 2012. 22(7): p. 659-60. 8