IbM - undiksha

advertisement
LAPORAN AKHIR
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
IbM KERAJINAN KHAS BULELENG (Perlindungan HaKI dan Penguatan
Manajemen Produksi dan Pemasaran Berbasis TIK)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor DIPA023.04.1.673453/2013, Tanggal 05 Desember 2012 Revisi ke 02 Tanggal 1 Mei 2013
Oleh:
Ratna Artha Windari, S.H., M.H
NIDN 0015128302
Ketua Tim Pengusul
Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs
NIDN 0022028201
Anggota Tim Pengusul
Nyoman Dini Andiani, S.ST.Par., M.Par NIDN 0006067005
Anggota Tim Pengusul
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2013
RINGKASAN
Kerajinan khas yang dimiliki kabupaten Buleleng sebagai penopang ekonomi
masyarakat setempat tersebar di sepanjang wilayah Bali utara dari Gerogak hingga Tejakula,
beberapa diantaranya adalah: (1) Kerajinan perak di Desa Beratan yang merupakan warisan
budaya kerajaan Buleleng,digeluti secara turun temurun dan terus berkembang hingga
sekarang; (2) Kerajinan anyaman bambu di desa Tigawasa; dan (3) Kerajinan pelepah pisang
sebagai warisan budaya agraris di Desa Ambengan yang telah mendapatkan berbagai
sentuhan IPTEKS dan menjadi salah satu produk kerajinan unggulan Buleleng.
Minimnya pengetahuan tentang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dan
manajemen produksi serta penggunaan TIK untuk mendukung pemasaran produk
mengakibatkan industri kerajinan khas di Buleleng menjadi sulit berkembang dan potensi
kerajinan tersebut mudah dibajak oleh pihak lain. Adapun justifikasi tim pengusul dengan
mitra dalam menentukan persoalan prioritas yang disepakati untuk diselesaikan selama
pelaksanaan program IbM adalah: 1) Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang HaKI
serta pengetahuan pengurusan HaKI melalui sosialisasi dan diseminasi kepada mitra; 2)
Melakukan penyusunan buku panduan informasi tentang HaKI dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami sebagai wujud pembinaan hukum tentang hal-hal yang
berkaitan dengan HaKI terhadap karya cipta di bidang kerajinan; 3) Meningkatkan
pemahaman terhadap tata cara penelusuran dan penentuan kelayakan HaKI produk-produk
kerajinan khas Buleleng melalui penyusunan buku panduan sekaligus pelatihan penggunaan
TIK dalam melakukan penelusuran dan penentuan kelayakan perlindungan HaKI; 4)
Meningkatkan IPTEKS pendukung produksi, manajemen produksi, serta manajemen
pemasaran melalui penguatan manajemen produksi dan pemasaran dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK); 5) Pendampingan pengisian formulir pendaftaran
HaKI.
Keseluruhan proses transfer pengetahuan dan teknologi ini dilaksanakan dengan pola
sosialisasi, pelatihan serta pendampingan yang meliputi: pengenalan HaKI, manajemen
produksi, pendampingan pengurusan hak merk, dan pelatihan penggunaan website untuk
pemasaran produk.
Key words: Kerajinan khas Buleleng, Kelompok pengrajin, Perlindungan HaKI, Manajemen
produksi, Pemasaran berbasis TIK
PRAKATA
Puji syukur dan segala hormat dihatur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
anugrah dan karunia-Nya sehingga laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat
dengan judul “IbM Kerajinan Khas Buleleng (Perlindungan HaKI dan Penguatan Manajemen
Produksi dan Pemasaran Berbasis TIK)” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Pada kesempatan ini ijinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai
program ini untuk dibiayai dan Kelompok Pengrajin Khas Buleleng (Kelompok Pengrajin
Bambu Tigawasa, Kelompok Pengrajin Perak Beratan, Kelompok Pengrajin Pelepah Pisang
Ambengan) yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini. Dan
semua pihak yang telah membantu pelaksanaan program ini.
Tentunya laporan ini masih jauh dari sempurna khususnya secara tata penulisan yang
kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan
program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Pengrajin Khas Buleleng, Oleh karena
itu besar harapan kami adanya saran dan masukan guna kesempurnaan laporan ini yang
nantinya akan dikembangkan menjadi laporan akhir.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...............................................................................................
i
Halaman Lembaran Pengesahan..................................................................
ii
Ringkasan .......................................................................................................
iii
Prakata ............................................................................................................
v
Daftar Isi .........................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Analisis Situasi......................................................................................
1
1.2. Permasalahan Mitra ..............................................................................
5
BAB II TARGET DAN LUARAN................................................................
7
2.1. Target ....................................................................................................
7
2.2. Luaran ...................................................................................................
7
BAB III METODE PELAKSANAAN .........................................................
8
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................
8
3.2. Metode Pelaksanaan .............................................................................
10
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI ......................................
13
4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan .....................................................
13
4.2. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Kegiatan ..........................................
14
BAB IV HASIL YANG DICAPAI................................................................
15
5.1. Diseminasi tentang HaKI serta Pengelolaan Manajemen Usaha ..........
16
5.2. Pelatihan TIK Dalam Menciptakan Pemasaran Berbasis IT.................
16
5.3. Pendampingan Pengisian Formulir Pendaftaran HaKI .........................
17
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
18
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
19
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisis Situasi
Secara faktual, selain eksotisme alam Bali yang menjadi tujuan pariwisata dunia, Bali
juga memiliki sumber daya manusia yang kaya akan ide-ide kreatif serta warisan seni budaya
yang adi luhur. Melalui kreatifitas seni yang dipadukan dengan budaya lokal, menjadikan
Bali sebagai salah satu daerah yang terkenal akan industri kerajinannya. Hal ini menyebabkan
produk-produk kerajinan menjadi produk unggulan untuk diperjualbelikan baik secara
domestik maupun sebagai komoditas ekspor terbesar di Bali. Salah satu daerah di Bali yang
dapat mengembangkan sentra kerajinan adalah kabupaten Buleleng.
Kerajinan khas yang dimiliki kabupaten Buleleng tersebar di sepanjang wilayah Bali
utara dari Gerogak hingga Tejakula, beberapa diantaranya adalah: (1) Kerajinan perak di
Desa Beratan yang merupakan warisan budaya kerajaan Buleleng,digeluti secara turun
temurun dan terus berkembang hingga sekarang; (2) Kerajinan anyaman bambu di desa
Tigawasa; dan (3) Kerajinan pelepah pisang sebagai warisan budaya agraris di Desa
Ambengan yang telah mendapatkan berbagai sentuhan IPTEKS dan menjadi salah satu
produk kerajinan unggulan Buleleng.
Desa Beratan terletak disebelah selatan Kota Singaraja, kurang lebih berjarak hanya 4
km dari Pusat Pemerintahan Kabupaten Buleleng. Desa Beratan sudah sejak lama dikenal
masyarakat kota Singaraja sebagai pusat kerajinan emas dan perak. Pengrajin setempat
memiliki style ukiran unik yang terkenal dengan sebutan Style Beratan. Berikut adalah
beberapa contoh ukiran dari perak dan emas pengrajin Desa Beratan.
Gambar 01. Gagang keris, Patung, dan Subang yang terbuat dari perak dilapisi emas.
Selain produk-produk diatas, kerajinan perak dan emas Beratan yang juga menjadi ciri
khas adalah bokor (salah satu sarana kelengkapan upacara keagamaan dan sosio kultural di
Bali) dengan motif barong. Hingga saat ini para pengrajin perak dan emas Beratan selalu
mempertahankan proses pembuatan produk kerajinan secara tradisional dengan disertai
prosesi upacara ritual keagamaan untuk membangkitkan taksu (aura positif) yang ada pada
produk yang dihasilkannya.
Desa Tigawasa merupakan sebuah desa tua “Bali Aga”, tepatnya di Kecamatan Banjar
Kabupaten Buleleng yang mempunyai luas wilayah 1690 Ha dari pegunungan sampai ke
pantai (laut), terdiri atas 5 bagian yakni Tigawasa, Tukad Cebol (kini Desa Kaliasem), Bunut
Panggang, Labuan Aji, dan Bingin Banjah. Desa Tigawasa merupakan sentra kerajinan
bambu yang masih bertahan di Kabupaten Buleleng. Kerajinan anyaman bambu di desa tua
Tigawasa merupakan warisan budaya agraris desa-desa Baliage di Buleleng.
Gambar 02. Kerajinan Anyaman Bambu khas Tigawasa
Kerajinan anyaman bambu telah berkembang menjadi industri rumahan dan ditekuni
secara turun-temurun oleh masyarakat desa Tigawasa. Motif yang diterapkan pada produk
kerajinan sangat beraneka ragam dan telah mengalami suatu kesatuan yang utuh dalam
penerapan pada bidang produk anyaman bambu. Harga aneka jenis anyaman asli Desa
Tigawasa ini cukup bervariasi, tergantung jenis desain dan bahan yang digunakan. Keunikan
dari anyaman bambu Tigawasa adalah menganyam dengan teknik meminggul, yakni
membuat anyaman secara manual dengan menggunakan sebilah pisau dan yang digunakan
hanyalah kulit luar bambu.
Lain halnya dengan desa Ambengan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, yang
memiliki luas wilayah 13,69 Ha dan 4 dusun yakni Dusun Ambengan, Dusun Bukit Balu,
Dusun Jembong, dan Dusun Pebantenan ini merupakan pusat kerajinan pelepah pisang. Di
awal tahun 90-an kerajinan dari pelepah pisang telah diproduksi luas di Bali menjadi souvenir
unik berupa album foto, note book, bingkai foto dan lain sebagainya. Desa Ambengan
merupakan sentra kerajinan pelepah pisang di Kabupaten Buleleng yang hingga saat ini
masih sangat intens mengembangkan jenis kerajinan ini. Bahan-bahan seperti pelepah pisang,
kulit buah lamtoro, daun kupu-kupu, daun waru, lidi daun tebu, tangkai bunga kelapa (paang)
dan beberapa bahan alami lainnya yang tersedia disekitar desa menjadi bahan dasar dari
kerajinan pelepah pisang.
(a)
(b)
(c)
Gambar 03. (a) Pelepah pisang, (b) proses perakitan, (c) produk hasil (album foto)
Produk kerajinan khas Buleleng merupakan salah satu unggulan yang menopang
perekonomian di Bali disamping usaha perhotelan dan bisnis pariwisata lainnya, bahkan
ketika krisis moneter dan pergolakan reformasi melanda Indonesia di tahun 1998 masyarakat
desa Ambengan khususnya tidak merasakan krisis tersebut dan justru mengalami peningkatan
ekonomi melalui penjualan produk kerajinan baik untuk pasar dalam negeri maupun manca
negara. Menurut penuturan seorang pengrajin Jero Mangku Gede Ketut Suweken, beliau
sering menerima pesanan dengan nominal ratusan juta rupiah pada saat itu. Namun sejak
beberapa tahun terakhir para pengrajin khas Buleleng di tiga desa ini mengeluhkan adanya
penurunan penjualan produk kerajinan.
Senasib dengan di Bali selatan, penurunan ekspor yang sangat drastis menyebabkan
terancamnya kehidupan pengrajin dan keberlangsungan hidup kerajinan khas Buleleng.
Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya hal tersebut diatas, seperti adanya
persaingan bebas berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), modal kerja, dan yang
paling mengkhawatirkan adalah telah terjadinya alih hak karya intelektual sebagai
perampokan warisan budaya oleh para pemodal asing.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman serta pengetahuan hak atas karya intelektual
pengrajin di sinyalir menjadi permasalahan utama para pengrajin khas Buleleng, disamping
penggunaan TIK untuk mendukung manajemen produksi, manajamen pemasaran dan
perlindungan terhadap hak atas karya intelektual. Minimnya pengetahuan tentang Hak atas
Kekayaan Intelektual (HaKI) mengakibatkan industri kreatif di Bali termasuk industri
kerajinan khas di Buleleng menjadi sulit berkembang dan potensi kerajinan tersebut mudah
dibajak oleh pihak lain. Sebagai gambaran, banyak pelaku kerajinan kreatif membuat satu
karya kemudian oleh oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggungjawab diperbanyak di
negara lain dengan label buatan Bali. Terbatasnya pengetahuan para pengrajin tentang HaKI
kerap dimanfaatkan oleh investor asing dengan kekuatan modal besar. Selama ini Industri
kreatif Bali banyak diperkenalkan kepada masyarakat dunia namun tanpa memberdayakan
pengusaha lokal.
Saat ini diperkirakan lebih dari 1.800 motif perhiasan perak Bali sudah diklaim hak
ciptanya oleh warga asing, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Wakil Ketua Asosiasi
Perajin Perak Bali Nyoman Mudita menyatakan ada beberapa motif tradisional Bali, seperti
Batun Timun, Batun Poh, Kuping Guling, Parta Ulanda, dan Jawan, sudah didaftarkan oleh
pihak asing. Kondisi demikian juga menyebabkan produk sejumlah perajin perhiasan perak
seringkali ditolak oleh negara tujuan ekspor dengan alasan melanggar hak cipta, padahal
motif produk kerajinan mereka sudah dipakai sejak tahun 1970-an. Para pengrajin/mitra
merasa enggan untuk mengurus dan melindungi karya intelektual mereka di bidang seni
karena adanya anggapan bahwa untuk mengurus hal tersebut memerlukan biaya yang tinggi
dan waktu yang cukup lama akibat panjangnya jalur birokrasi yang harus dilalui.
Selain itu, persoalan yang juga dihadapi oleh mitra (pengrajin khas Buleleng) adalah
belum adanya pemisahan manajemen keuangan usaha dan rumah tangga secara jelas,
sehingga mereka tidak mengetahui apakah usahanya dalam keadaan untung atau rugi.
Termasuk di dalamnya yakni terkait masalah manajemen penjualan dimana mitra tidak
meminta uang muka (DP) kepada pemberi order (buyer) karena mengandalkan pada unsur
kepercayaan sehingga menyebabkan modal usaha menjadi menipis akibat lamanya pelunasan
pembayaran, dan tentunya hal ini akan sangat mempengaruhi kelancaran arus produksi.
Dalam hal pemasaran, pengrajin/mitra selama ini hanya melakukan model-model pemasaran
konvensional yakni dengan menawarkan secara langsung ke lokasi-lokasi yang menjadi
sentra penjualan kerajinan Bali seperti di Denpasar dan Gianyar. Mitra juga belum memiliki
website/e-commerce sebagai media promosi/took online terhadap produk yang mereka
hasilkan, padahal di era modern dewasa ini bentuk pemasaran yang cukup efektif adalah
dengan cara memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan perlindungan karya intelektual memiliki korelasi
yang begitu erat dengan merosotnya penjualan produk kerajinan khas Buleleng, disamping
masalah pemasaran dan juga manajemen usaha yang hingga saat ini masih menggunakan
cara-cara konvensional. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya penyadaran arti pentingnya
melindungi karya intelektual sebagai ide-ide kreatif masyarakat pengrajin seni di kabupaten
Buleleng, serta membantu para pengrajin dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam memasarkan produk sekaligus memberikan gambaran penerapan
manajemen usaha yang lebih terpadu guna meningkatkan daya saing pasar di era globalisasi
ini.
1.2. Permasalahan Mitra
Permasalahan penyerobotan hak atas karya intelektual (HaKI) seperti kasus perak Celuk
yang dipatenkan oleh orang asing tentunya menjadi penghambat merosotnya ekspor kerajinan
Bali, termasuk juga kerajinan khas Buleleng. Kesadaran dan pemahaman tentang HaKI serta
pengetahuan pengurusan HaKI telah menjadi persoalan, kebutuhan dan tantangan para
pengrajin beserta stakeholdernya sehingga perlu segera mendapatkan solusi. Disisi lain,
belum mampunya para pengrajin dalam memanfaatkan TIK untuk mendukung tidak saja
penguatan manajemen produksi dan pemasaran, tetapi juga untuk membantu dalam
penelusuran dan penentuan kelayakan pelindungan HaKI produk-produk kerajinan khas
Buleleng tersebut juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh mitra pengrajin
kerajinan khas Buleleng.
Berdasarkan analisis situasi dari ketiga kelompok pengrajin khas Buleleng yang ada di
tiga desa yakni Desa Beratan, Desa Ambengan, dan Desa Tigawasa, maka yang menjadi akar
permasalahan mitra dalam mempertahankan dan meningkatkan usaha kerajinan khas
Buleleng adalah sebagai berikut:
(1) Belum adanya sosialisasi dan diseminasi tentang HaKI secara berkesinambungan
sampai terjadinya perubahan pola pikir (mind set) para pengrajin terhadap karya cipta
kerajinannya;
(2) Belum adanya pembinaan hukum tentang hal-hal yang berkaitan dengan HaKI
terhadap karya cipta di bidang kerajinan;
(3) Belum dialaminya tindakan nyata pengurusan HaKI dengan berbagai variannya
sehingga seolah-olah pengurusan HaKI itu sangat sulit dan memerlukan biaya yang
sangat mahal yang mengakibatkan keengganan mereka untuk mengurus HaKI
terhadap karya cipta kerajinan yang mereka geluti;
(4) Belum dimilikinya keterampilan di bidang TIK dalam penentuan kelayakan karya
untuk usulan HaKI, penelusuran karya-karya sejenis yang telah mendapatkan HaKI
serta keterkaitannya dengan manajemen produsi dan manajemen pemasaran produkproduk kerajinan;
(5) Belum mampunya para pengrajin dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk mendukung pemasaran secara luas serta penguatan
manajemen produksi;
(6) Selama ini mitra hanya menggunakan pengelolaan manajemen secara konvensional
tanpa adanya pemisahan antara keuangan usaha dan keuangan rumah tangga,
sehingga sulit menentukan besarnya keuntungan atau kerugian yang dialami. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pengetahuan mitra terkait sistem pengelolaan
manajemen usaha yang terpadu;
BAB II
TARGET DAN LUARAN
2.1. Target
Target pengabdian pada masyarakat adalah Kelompok Pengrajin Khas Buleleng di
tiga lokasi yang terdiri atas Kelompok Pengrajin Anyaman Bambu Desa Tigawasa,
Kelompok Pengrajin Perak Desa Beratan, dan Kelompok Pengrajin Pelepah Pisang Desa
Ambengan Kabupaten Buleleng selaku mitra yang akan diajak bekerjasama dalam program
IbM Kerajinan Khas Buleleng (Perlindungan HaKI dan Penguatan Manajemen Produksi dan
Pemasaran Berbasis TIK). Keseluruhan mitra pengabdian merupakan kelompok masyarakat
yang kreatif dan inovatif serta jeli melihat besarnya peluang usaha dalam mengembangkan
kerajinan khas Buleleng.
2.2. Luaran
Sosialisasi, pelatihan sekaligus pendampingan yang dilakukan bagi mitra pengrajin
kerajinan khas Buleleng di tiga desa yakni Desa Beratan, Desa Ambengan, dan Desa
Tigawasa diharapkan mampu memberikan pemahaman, peningkatan kesadaran akan
pentingnya perlindungan HaKI, serta peningkatan keterampilan dibidang pengelolaan
manajemen usaha dan pemasaran berbasis TIK. Adapun target luaran dari program ini
adalah:
(1) Buku panduan HaKI untuk pengrajin dengan bahasa yang sederhana;
(2) Buku panduan pembinaan kesadaran hukum tentang HaKI;
(3) Buku panduan pelatihan penelusuran HaKI, peningkatan manajemen produksi dan
peningkatan manajemen pemasaran berbasis TIK;
(4) Usulan HaKI masing-masing minimal satu produk di tiap jenis kerajinan yaitu
kerajinan perak dan emas di Desa Beratan, kerajinan pelepah pisang di Desa
Ambengan; dan kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan selama 6 (enam) bulan,
dimulai dari 20 Mei sampai dengan 30 Nopember 2013. Tempat pelaksanaan kegiatan
dilakukan di tiga lokasi yakni: 1) Dsn. Wanasari, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar; 2) Jalan
Mayor Metra, Desa Beratan, Kecamatan Buleleng; dan 3) Desa Ambengan, Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng, Propinsi Bali.
PETA LOKASI KEGIATAN:
Desa Beratan
Desa Ambengan
U
S
Gambar 04. Peta Kabupaten Buleleng
Gambar 05. Peta Lokasi Desa Beratan (Jarak dari pusat kota Singaraja = 4 km)
Gambar 06. Peta Lokasi Desa Ambengan (Jarak dari pusat kota Singaraja = 15 km)
Gambar 07. Peta Lokasi Desa Tigawasa (Jarak dari pusat kota Singaraja = 20 km)
3.2. Metode Pelaksanaan
Metode pendekatan yang ditawarkan dalam mengatasi berbagai permasalahan
mitra adalah melalui pembinaan HaKI yang terintegrasi antara bidang hukum, teknologi
informasi dan komunikasi, serta memberikan pelatihan aplikasi penggunaan TIK dalam
menghasilkan model pemasaran berbasis IT dan pengelolaan manajemen usaha secara
terpadu dan terarah sehingga kerajinan khas Buleleng dapat berkembang dan bersaing secara
global.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi persoalan mitra sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya adalah sebagai berikut:
(1) Penyusunan buku panduan HaKI dengan bahasa yang sederhana, penyusunan
panduan pembinaan kesadaran hukum tentang HaKI, dan penyusunan panduan
pelatihan TIK untuk penelusuran HaKI, peningkatan manajemen produksi dan
peningkatan manajemen pemasaran berbasis TIK.
(2) Pembinaan kesadaran hukum atas HaKI;
(3) Pelatihan TIK (penggunaan website) untuk memperkuat manajemen produksi dan
pemasaran;
(4) Pendampingan pemanfaatan TIK dalam penelusuran HaKI produk sejenis dan dalam
penentuan kelayakan Hak Merek untuk diusulkan HaKI; dan
(5) Pendampingan pemanfaatan TIK dalam penelusuran HaKI produk sejenis dan dalam
penentuan kelayakan Hak Merek untuk diusulkan HaKI;
Fase I
Fase II
Fase III
Analisis Kondisi
Umum Mitra
Perancangan Model dan
Konstruksi Pelatihan Mitra
Pengembangan
Pengetahuan SDM dan
Aplikasi
Kelompok Pengrajin Perak
Beratan, Pengrajin Pelepah
Pisang Ambengan, dan Pengrajin
Anyaman Bambu Tigawasa,
Kab.Buleleng
Sosialisasi dan
Diseminasi HaKI,
Pelatihan pengelolaan
manajemen usaha dan
pemasaran berbasis TIK,
Draf usulan HaKI
Transfer Ilmu Hukum di bidang
HaKI, Manajemen Usaha, dan
Pengembangan Media Pemasaran
berbasis TIK
Implementasi Pelatihan dan Target Luaran
- Buku panduan HaKI untuk pengrajin.
- Buku panduan pembinaan kesadaran hukum
tentang karya cipta.
- Buku panduan pelatihan penelusuran HaKI,
peningkatan manajemen produksi dan
peningkatan manajemen pemasaran berbasis
TIK.
- Usulan HaKI
- Pemasaran produk kerajinan
secara online
- Pengajuan usulan HaKI
Sasaran peningkatan perekonomian melalui
produk kerajinan khas Buleleng
Gambar 07: Skema Transfer IPTEKS bagi Mitra
Berdasarkan skema tersebut diatas, adapun prosedur kerja yang dilakukan untuk
mendukung realisasi metode yang ditawarkan adalah terfokus pada upaya peningkatan
pemahaman tentang HaKI dan manajemen usaha serta peningkatan keterampilan
pemanfaatan TIK dalam memasarkan produk kerajinan khas Buleleng di tiga desa yakni Desa
Beratan, Desa Ambengan, dan Desa Tigawasa Kabupaten Buleleng. Kegiatan akan dikemas
dalam 3 (tiga) tahapan yakni: (1) tahap sosialisasi dan diseminasi tentang HaKI dan
pengelolaan manajemen usaha, (2) tahap pelatihan penggunaan TIK dalam menciptakan
pemasaran berbasis IT (pemasaran secara online), dan (3) tahap pendampingan pengisian
formulir pendaftaran HaKI terhadap hak merek kerajinan perak, kerajinan pelepah pisang,
dan kerajinan anyaman bambu. Kegiatan akan diikuti oleh 30 orang, masing-masing 10 orang
dari tiap kelompok usaha/mitra, dan dilakukan secara bertahap di 3 (tiga) desa yakni Desa
Beratan, Desa Ambengan, dan Desa Tigawasa Kabupaten Buleleng. Dengan beberapa
tahapan kegiatan yang akan dilakukan tersebut, diharapkan mitra dapat berpartisipasi dalam
hal menyerap informasi serta mengikuti pelatihan yang diberikan untuk selanjutnya menjadi
agen penyebaran informasi sekaligus membantu melatih dan meningkatkan kesadaran sesama
pengrajin dalam hal pemahaman tentang HaKI, penguatan manajemen produksi dan
pemasaran berbasis TIK.
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1. Kualifikasi Tim Pelaksana Kegiatan
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha)
memiliki motivasi kuat dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui
berbagai pusat layanan yang dimilikinya, antara lain Pusat Layanan Pendidikan Sekolah dan
Masyarakat, Pusat Layanan Penerapan IPTEK dan Dampak Lingkungan, Pusat Layanan
KKN dan KKL, dan Pusat Layanan Kewirausahaan dan Konsultasi Bisnis. Jumlah kegiatan
P2M dosen UNDIKSHA dalam kurun waktu 3 tahun terakhir meliputi 230 judul yang
didanai oleh PT sendiri, 15 dari Kemendiknas/Kementrian terkait, dan 8 judul dibiayai
institusi dalam negeri di luar Kemendiknas. Jumlah dosen yang terlibat PKM dalam kurun
waktu 3 tahun terakhir 700 orang dari PT sendiri, 49 dari Kemendiknas, dan 24 dari institusi
dalam negeri di luar Kemendiknas.
Selama kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir, LPM telah berhasil melaksanakan
berbagai kegiatan pengabdian dengan memberdayakan potensi stakeholder dan masyarakat
sekitar. Berdasarkan data base LPM tahun 2011, terdapat 57 kegiatan pengabdian pada
masyarakat yang telah berhasil dilaksanakan baik dengan pendanaan dari DIPA lembaga
maupun dari DP2M Dikti dengan besaran dana Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.
100.000.000,-. Berdasarkan capaian yang diperoleh LPM Undiksha dapat dikategorikan
sebagai bentuk kinerja yang sangat membanggakan dan akan semakin termotivasi untuk
meningkatkan kinerja LPM kedepannya.
Dalam program penerapan IPTEKS bagi masyarakat ini diperlukan kepakaran yang
mengetahui tentang berbagai persoalan dan kebutuhan yang dihadapi mitra. Berdasarkan
analisis situasi yang ada, maka permasalahan mitra pengrajin perak di Desa Beratan,
pengrajin pelepah pisang di Desa Ambengan, dan pengrajin anyaman bambu di Desa
Tigawasa adalah dalam hal kurangnya pemahaman dan kesadaran hukum akan urgensi
perlindungan karya intelektual yang mereka miliki, serta rendahnya keterampilan di bidang
pengelolaan manajemen usaha dan pemasaran berbasis TIK yang menyebabkan merosotnya
penjualan kerajinan khas Buleleng.
Untuk itu diperlukan pelaksana kegiatan yang memiliki kepakaran atau pemahaman keilmuan
di bidang hukum, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) , serta di bidang manajemen
usaha. Para pengusul kegiatan ini sangat relevan dengan bidang keilmuan masing-masing
yaitu:
Magister Ilmu Hukum dengan konsentrasi Hukum Bisnis (Ratna Artha Windari,
S.H.,M.H), Magister Ilmu Komputer yang kompeten di bidang TIK (Putu Hendra Suputra,
S.Kom., M.Cs), dan Magister Ilmu Pariwisata yang memiliki kompetensi dan pengalaman di
bidang pengelolaan manajemen usaha (Nyoman Dini Andiani, S.ST.Par., M.Par).
4.2. Pembagian Tugas Tim Pelaksana Kegiatan
Dalam rangka kelancaran dan kesuksesan kegiatan pengabdian pada masyarakat
kelompok pengrajin khas Buleleng , maka dilaksanakanlah pembagian tugas sebagai berikut:
1. Ketua Tim Pelaksana secara umum akan bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan seluruh tahapan kegiatan mulai dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, tahap evaluasi dan tahap pelaporan hasil pengabdian pada masyarakat.
Dalam pelaksanaan sosialisasi peningkatan kesadaran terhadap pentingnya HaKI
sebagai ahli dalam bidang hukum Ratna Artha Windari, S.H., M.H, akan memberikan
materi dan pendampingan dalam peningkatan kesadaran perlindungan HaKI serta
pendampingan pendaftaran hak merek dan penelusuran HaKI.
2. Anggota tim pelaksana Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs, sebagai anggota tim
pelaksana yang memiliki keahlian dibidang teknologi informatika akan bertanggung
jawab memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap kelompok pengrajin khas
Buleleng dalam pengelolaan pemasaran berbasis TIK berbentuk pelatihan penggunaan
dan pengelolaan website.
3. Nyoman Dini Andiani, S.ST.Par., M.Par, sebagai anggota tim pelaksana yang
memiliki keahlian dibidang manajemen produksi bertanggung jawab memberikan
materi dan pendampingan terhadap kelompok pengrajin khas Buleleng berkaitan
dengan penguatan manajemen produksi.
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “IbM Kerajinan Khas Buleleng
(Perlindungan HaKI dan Penguatan Manajemen Produksi dan Pemasaran Berbasis TIK)”
pada Kelompok pengrajin perak di Desa Beratan, pengrajin pelepah pisang di Desa
Ambengan, dan pengrajin anyaman bambu di Desa Tigawasa sampai pada tanggal 30
November 2013 telah dilaksanakan 100% program yaitu: sosialisasi penyadaran pentingnya
perlindungan terhadap HaKI bagi pengrajin, manajemen produksi, pelatihan dan
pendampingan penggunaan website sebagai bentuk pemasaran berbasis TIK, serta
pengurusan hak merek produk kerajinan khas Buleleng.
Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa perancangan
desain dan kegiatan pelatihan, persiapan tutor, persiapan peralatan, sosialisasi dan koordinasi
dengan peserta.
Perancangan desain dan kegiatan pelatihan dilaksanakan bersama tim
pengusul didasari oleh analisis situasi yang dibuat berdasarkan permasalahan yang dihadapi
oleh kelompok pengrajin khas Buleleng. Perancangan ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2013
yang juga melibatkan peran serta aktif peserta program pengabdian kepada masyarakat untuk
membuat skala prioritas program yang dilaksanakan. Perencanaan ini berjalan dengan sangat
baik berkat peranan aktif tim pelaksana dan peserta yang menjadi mitra program.
Persiapan tutor dan instruktur dilaksanakan pada awal kegiatan untuk mematangkan
kembali program – program yang akan dilaksanakan kepada mitra, sehingga terjadi sinergi
yang baik dalam kegiatan ini. Persiapan tutor dan instruktur ini meliputi: mencetak materi
pelatihan dan buku panduan untuk pengrajin khas Buleleng di tiga lokasi sesuai sasaran yang
dituju, manajemen produksi, dan pengurusan tahap awal hak merek produk. Persiapan yang
dilaksanakan berikutnya berupa persiapan peralatan dan bahan yang dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat LCD dan laptop/komputer sebagai media pendukung realisasi
kegiatan, bahan pelatihan manajemen produksi, modem untuk mengakses internet dalam
pendampingan pelatihan penggunaan website untuk pemasaran produk, bahan pendampingan
pengajuan hak merek berupa formulir hak merek, data penulusuran HaKI produk kerajinan
anyaman bambu, pelepah pisang, dan perak.
Dalam rangka penyamaan persepsi dan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat di kelompok pengrajin khas Buleleng, maka dilaksanakan kegiatan
sosialisasi dan koordinasi dengan peserta.
Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan
kesepakatan waktu dalam pelaksanaan program, sangat disyukuri peserta kegiatan sangat
antusias dalam menerima sosialisasi program sehingga tidak ada halangan yang berarti dalam
pelaksanaan kegiatan ini.
5.1. Diseminasi tentang HaKI serta Pengelolaan Manajemen Usaha
Pada dasarnya sosialisasi dan diseminasi terkait perlindungan HaKI dengan
narasumber adalah Ibu Ratna Artha Windari, S.H., M.H selaku pakar bidang hukum serta
pengelolaan manajemen usaha dengan narasumber Ibu Nyoman Dini Andiani, S.ST.Par.,
M.Par selaku pakar bidang manajemen produksi terhadap Kelompok pengrajin khas Buleleng
bersifat sharing informasi sehubungan dengan peningkatan kesadaran akan arti pentingnya
perlindungan HaKI bagi produk kerajinan-kerajinan khas Buleleng. Materi sosialisasi
diberikan dengan berbantuan media power point dan buku panduan yang sudah disusun
terlebih dahulu oleh tim.
Sosialisasi dan diseminasi ini dilaksanakan pada tanggal 17, 18, dan 19 Juni 2013,
bertempat di: 1) Dusun Wanasari, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar; 2) Jalan Mayor Metra,
Desa Beratan, Kecamatan Buleleng; dan 3) Desa Ambengan, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng. Setiap desa diwakili oleh 10 orang pengrajin yang menjadi peserta
kegiatan. Sosialisasi dan diseminasi dilaksanakan melalui metode penyampaian materi dan
diskusi interaktif antara narasumber dengan pengrajin selaku peserta.
Dalam pelaksanaan sosialisasi ini tidak ditemukan kendala yang berarti karena respon
yang sangat bagus dari setiap kelompok pengrajin khas Buleleng dalam mengikuti
pelaksanaan kegiatan ini.
5.2. Pelatihan TIK Dalam Menciptakan Pemasaran Berbasis IT
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8, 9 dan 10 Juli 2013, bertempat di: 1) Dusun
Wanasari, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar; 2) Jalan Mayor Metra, Desa Beratan,
Kecamatan Buleleng; dan 3) Desa Ambengan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Setiap desa diwakili oleh 10 orang pengrajin yang menjadi peserta kegiatan. Narasumber
pelatihan adalah salah satu anggota tim yakni Bpk. Putu Hendra Suputra, S.Kom., M.Cs
selaku pakar di bidang informatika. Dalam kegiatan tersebut setiap kelompok pengrajin di
masing-masing desa telah dibuatkan website khusus untuk memasarkan produk kerajinannya
secara online, sekaligus memperkenalkan cara pengelolaan dan pemanfaatan website
tersebut. Kegiatan berjalan dengan baik dan lancar karena respon yang bagu dari peserta
terhadap pelatihan yang diberikan.
5.3. Pendampingan Pengisian Formulir Pendaftaran HaKI Terhadap Kerajinan Perak,
Kerajinan Pelepah Pisang, dan Kerajinan Anyaman Bambu
Pendampingan pengisian formulir pendaftaran HaKI sekaligus penelusuran HaKI
terhadap kerajinan khas Buleleng dilaksanakan pada tanggal 20, 21 dan 22 Agustus 2013
bertempat di: 1) Dusun Wanasari, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar; 2) Jalan Mayor Metra,
Desa Beratan, Kecamatan Buleleng; dan 3) Desa Ambengan, Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng. Setiap desa diwakili oleh 10 orang pengrajin yang menjadi peserta
kegiatan. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu kelompok pengrajin dalam melindungi
produk dan karya seni, sehingga terhindar dari klaim pihak lain akan karya yang dibuat.
Pelaksanaan pendampingan berjalan dengan lancar dan baik terlihat dari besarnya perhatian
dari anggota kelompok dalam menyimak serta memperhatikan materi-materi yang
disampaikan.
Pada tahap akhir pelaksanaan dilakukan kegiatan pendampingan dan evaluasi
terhadap mitra yang meliputi:
1. Pendampingan pengelolaan dan pemanfaatan website kerajinan khas Buleleng sebagai
bentuk pemasaran berbasis IT.
2. Pendampingan manajemen produksi sehingga terdapat tertib administrasi pembukuan
dan keuangan kelompok yang diharapkan mampu menjadikan kelompok terus
berkembang kearah yang lebih baik.
3. Pendampingan penyusunan usulan HaKI berupa hak merek atas kerajinan di tiap-tiap
kelomppok selaku mitra sampai mendapatkan pengakuan dan ketetapan hukum.
4. Evaluasi program untuk melihat seberapa jauh program ini bermanfaat bagi kelompok
pengrajin khas Buleleng
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan program pengabdian kepada
masyarakat “IbM Kerajinan Khas Buleleng (Perlindungan HaKI dan Penguatan Manajemen
Produksi dan Pemasaran Berbasis TIK)” pada kelompok pengrajin anyaman bambu desa
Tigawasa, kelompok pengrajin pelepah pisang desa Ambengan, dan kelompok pengrajin
perak desa Beratan Kabupaten Buleleng, adalah:
1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari mitra program pengabdian kepada masyarakat
memberikan dampak positif bagi pelaksanaan program, terlihat dari sosialisasi dan
pelatihan penguatan HaKI, manajemen produksi, dan pemasaran berbasis IT dapat
berjalan dengan baik
2. Pelaksanaan program mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh
program pengabdian kepada masyarakat ini, termasuk dalam hal pengurusan usulan
hak merek produk kerajinan yang masih dalam proses pendaftaran.
6.2. Saran
Tingginya motivasi dan kreatifitas kelompok pengrajin khas Buleleng dalam
memproduksi produk-produk kreatif diharapkan mendapatkan perhatian khusus, sehingga
menjadi keberlanjutan program dari kegiatan “IbM Kerajinan Khas Buleleng (Perlindungan
HaKI dan Penguatan Manajemen Produksi dan Pemasaran Berbasis TIK)” serta peningkatan
pengabdian kepada masyarakat dengan program lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hector Mac Queen, Charlotte Waelde & Graeme Laurie, 2007, Contemporary Intellectual
Property Law and Policy, New York: Oxford University Press.
Muhammad Djumhanna, R. Djubaedillah, 2003, Hak Milik Intelektual Syarat, Teori
Prakteknya di Indonesia, Bandung: PT citra aditya Bakti.
OK. Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rachmadi Usman, 2003, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual, Perlindungan dan Dimensi
hukumnya di Indonesia, Bandung: Alumni Bandung.
DOKUMENTASI KEGIATAN
Foto 01: Presensi Peserta Kegiatan Sosialisasi dan Diseminasi Pengenalan HaKI dan
Pengelolaan Manajemen Produksi.
Foto 02: Penyampaian Materi Pengelolaan Manajemen Produksi oleh Ibu Nyoman
Dini Andiani, S.ST.Par., M.Par.
Foto 03: Penyampaian Materi Pengenalan HaKI dan Peningkatan Kesadaran
Terhadap Perlindungan Produk Kerajinan oleh Ibu Ratna Artha Windari, S.H., M.H.
Foto 04: Serah Terima Buku Panduan Pengenalan HaKI, Buku Peningkatan
Kesadaran Hukum Terhadap HaKI, dan Buku Panduan Manajemen Produksi.
MATERI MANAJEMEN PRODUKSI DAN PEMASARAN PRODUK
Perkembangan dunia usaha khususnya kerajinan maupun beberapa bisnis lainnya, saat
ini memasuki era global yang penuh persaingan dan kejutan. Sukses atau bangkrutnya sebuah
bisnis tidak hanya ditentukan oleh kepiawaian manajemen tetapi juga oleh faktor penting
lainnya, seperti dukungan loyal karyawan, pemasaran handal, kecukupan aspek keuangan,
sistem informasi “the real time”, akses bisnis, efisiensi operasional, pelayanan optimal dan
sebagainya.
Dari sekian indikator, kegiatan pemasaran merupakan fungsi perusahaan terdepan.
Strategi pemasaran jitu merupakan syarat penting untuk memenangkan persaingan. Pesaing
bukan hanya ancaman nyata bagi perusahaan tetapi juga sebagai pendorong perusahaan untuk
dapat bekerja lebih efektif, efisien dan inovatif.
A. Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi Persaingan Industri
Elemen-elemen yang secara langsung berpengaruh terhadap jalannya suatu usaha khususnya
di bidang industry kerajinanpada suatu usaha antara lain
1. Ancaman pendatang baru
Dapat diartikan bahwa kemungkinan ketika memulai suatu usaha pembuatan seni
kerajinan akan dihadapkan pada dua faktor yaitu suatu hambatan memasuki industri
(barriers to entry) dan reaksi dari usaha kerajinan yang sudah ada di daerah lain.
2. Ancaman produk pengganti
Ancaman produk pengganti akan menjadi kekuatan jika konsumen dihadapkan pada
biaya peralihan (switching cost) dan jika produk pengganti tersebut mempunyai harga
yang lebih murah atau kualitasnya sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk
lainnya.
3. Kekuatan tawar-menawar pembeli
Pada kondisi ini pembeli akan meminimumkan biaya dengan berusaha meminta
kualitas produk yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih baik dan harga yang lebih
murah. Kondisi tersebut akan menyebabkan persaingan yang kuat di antara usaha
seni kerajinan.
4. Kekuatan tawar-menawar pemasok
Pemasok bahan baku dapat menekan usaha seni kerajinan yang ada dalam suatu
industri dengan cara menaikkan harga serta menurunkan kualitas produk yang
dijualnya. Jika usaha seni kerajinan tidak dapat menutupi kenaikan biayanya melalui
struktur harganya, maka kemampuan laba perusahaan tersebut dapat menurun karena
tindakan pemasok tersebut.
5. Persaingan di antara usaha seni kerajinan
Hal ini dapat terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau
melihat peluang untuk memperbaiki posisi.
B. Tahap-tahap Manajemen Strategi
Pentingnnya suatu strategi pemasan dalam jenis usaha apapun meruapakan hal yang
akan selalu mendapat perhatian. Karena bagi beberapa pihak manajemen di industry kecil
maupun besar merupakan penentu keberlanjutannya suatu usaha. Berikut adalah beberapa hal
yang perlu diketahui untuk menentukan beberapa tahapan dalam menyusun manajemen
strategi.
1) Analisis Lingkungan
Keberhasilan strategi pemasaran banyak ditentukan oleh kepekaan dalam
mengantisipasi perubahan lingkungan usaha, baik lingkungan internal maupun
eksternal usaha kerajinan yang ditekuni. Untuk itu analisis internal dan eksternal ini
menjadi penting karena akan diketahui faktor-faktor yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi aktivitas usaha kerajinan dalam mencapai tujuan.
Dengan mengetahui faktor-faktor internal
maka manajemen dapat memberikan aksi dan reaksi yang sesuai dan proporsional
untuk menciptakan keunggulan bersaing yang berkesinambungan.
2) Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi
Setelah menganalisa lingkungan eksternal dan internal, diharapkan kita sudah
memiliki gambaran tentang posisi perusahan dalam persaingan. Kita mampu
mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi.
Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan
dan ditetapkan kearah mana
perusahan akan diarahkan.
Biasanya ada dua indikator utama yang digunakan untuk menentukan arah organisasi.
Pertama : adalah misinya berfungsi sebagai Raison d’Etre, menjelaskan mengapa
organisasi tersebut ada, selanjutnya adalah tujuan yang merefleksikan target yang
akan dicapai oleh organisasi.
3) Formulasi Strategi
Formulasi Strategi merupakan suatu proses manajemen strategi untuk mencapai
tujuan perusahaan. Proses tersebut diawali dari penyusunan pernyataan misi
perusahaan, selanjutnya adalah menentukan tujuan jangka panjang, dan tahapan
terakhir adalah menentukan strategi yang dipilih di antara alternatif strategi yang
tersedia (David, 1997).
Adapun strategi yang dipilih oleh perusahaan, maka ada hal-hal yang harus dilakukan
oleh perusahaan demi keberhasilan strategi tersebut.
4) Implementasi Strategi
Tahap ini melibatkan strategi yang muncul dalam tahap sebelumnya. Kemudian
strategi tersebut dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Agar penerapkan
strategi organisasi sukses,pimpinan usaha kerajinan tersebut harus memiliki gagasan
yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya.
5) Pengendalian Strategi
Pengendalian strategi adalah suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi yang
berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian manajemen strategi dengan maksud
untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi sebagaimana
mestinya. Oleh karena itu maka strategi pemasaran sifatnya berkesinambungan.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemesanan Produk
Semakin banyaknya pesanan kadang - kadang membuat kita kewalahan dalam proses
produksinya. Hal yang seperti ini harus bisa kita antisipasi sebelum dateline yang diberikan
oleh customer. Jangan sampai barang yang kita produksi dikembalikan oleh customer karena
cacat atau tidak sesuai dengan permintaan. Persaingan yang begitu ketat akan membuat kita
menjadi berhati-hati lagi dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan baik dari segi mock
up, hasil produksi, ketepatan dalam mengirimkan barang sesuai dengan kesepakatan.
Berikut ada beberapa hal yang perlu di ketahi dalam hal pemesanan
1. Biaya pemesanan (ordering cost) merupakan seluruh pengeluaran yang timbul untuk
mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan supplier,
pembuatan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan
sebagainya. Biaya ini diasumsikan konstan setiap kali pesan.
2. Biaya pembuatan (setup cost) merupakan seluruh pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang meliputi
biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, penyusunan barang di gudang
dan sebagainya.
3. Biaya Penyimpanan (holding cost/carriying cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan
barang. Biaya-biaya ini meliputi :
a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal)
Penumpukan modal kerja, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang
dapat diukur dengan suku bunga bank. Sehingga biaya yang timbul karena
memilki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan.
Biaya ini sering diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode
waktu tertentu.
b. Biaya kerusakan dan penyusutan
Kerusakan atau penyusutan karena beratnya atau jumlahnya berkurang karena
hilang dapat terjadi pada barang yang disimpan sehingga akan mengakibatkan
adanya biaya tambahan dalam sistem persediaan. Biaya kerusakan atau
penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
c. Biaya gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga
timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya
gudang merupakan biaya sewa, sedangkan bila perusahaan mempunyai
gudang sendiri, maka biaya gudang merupakan biaya penyusutan maupun
biaya perawatan barang.
d. Biaya administrasi dan pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada,
baik pada saat pemasaran, penerimaan barang maupun penyimpanan dan biaya
untuk memindahkan barang dari, ke dan di dalam tempat penyimpanan,
termasuk di dalamnya adalah upah buruh dan biaya pengendalian peralatan.
e. Biaya asuransi
Barang yang disimpan seringkali diasuransikan oleh perusahaan untuk
menjaga hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Besarnya biaya
asuransi ini tergantung dari jenis barang yang diasuransikan dan perjanjiannya
dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya kadaluarsa (obsolence)
Perubahan tekhnologi dan model seperti barang-barang elektronik akan
mempengaruhi penurunan nilai jual barang tersebut.
Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan kuantitatif,
biaya simpan per unit diasumsikan linear terhadap jumlah barang yang
disimpan.
D. Cara-cara Pemesanan (Order System) dalam Pengendalian Persediaan
Dalam usaha untuk menutupi kebutuhan persediaan, maka dilakukanlah kegiatan pemesanan
bahan, pemesanan dapat dilakukan dalam dua cara, antara lain :
1. Order Point System
adalah suatu sistem atau cara pemesanan bahan, dimana pesanan dilakukan apabila
persediaan yang ada telah mencapai tingkat tertentu. Apabila barang-barang yang tersedia
terus dipergunakan maka jumlah persediaan makin menurun dan sampai suatu saat akan
mencapai titik batas, pemesanan harus dilakukan kembali (reorder point). Dalam system ini,
pesanan yang diadakan dalam jumlah yang tetap dari barang-barang yang dipesan (Fixed
Order Quantity System). Oleh karena pemesanan dilakukan pada waktu persediaan mencapai
titik / tingkat tertentu, maka interval waktu pemesanan antara satu pesanan dengan pesanan
lain tidaklah sama tergantung pada fluktuasi waktu antara pesanan diadakan sampai dengan
barang-barang yang dipesan diterima di gudang (lead time). Untuk persediaan yang banyak
jenisnya (multi item), pemesanan barang dilakukan secara individu / eceran (individual order)
karena jumlah pesanan jenis barang satu dengan yang lainnya tidaklah sama (Assauri, 1993).
2. Order Cycle System
adalah suatu cara pemesanan barang dimana interval waktu pemesanan tetap (misal: setiap
minggu, setiap bulan dan sebagainya). Tiap-tiap pesanan mempunyai jumlah barang yang
berfluktuasi tergantung pada banyaknya pemakaian barang dalam jarak / interval waktu
antara pesanan yang lalu dengan pesanan berikutnya. Banyaknya jumlah barang yang dipesan
ditetapkan sebesar selisih dari jumlah persediaan maksimum yang telah ditentukan dengan
jumlah persediaan yang tersisa atau masih ada, sehingga jumlahnya berfluktuasi. Untuk
persediaan yang banyak jenisnya (multi item), pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk
pesanan berkelompok / borongan (joint order) karena pengawasan lebih mudah dilakukan
(Assauri, 1993)
Produksi akan terganggu dan akan menimbulkan kerugian karena perusahaan kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau akan kehilangan pelanggan karena
konsumen akan beralih pada para pesaing (Subagyo, 2000)
Dalam mengevaluasi kebijaksanaan di bidang persediaan, biaya-biaya tersebut harus
diperhatikan. Satu hal yang perlu diingat, biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang
relevan yang meliputi seluruh biaya yang timbul karena kebijaksanaan persediaan tersebut.
Akibatnya beberapa biaya perlu diabaikan dan dalam prakteknya sangat tergantung pada
keputusan manajemen perusahaan (Subagyo, 2000).
E. Model Persediaan
Tujuan dari setiap model persediaan adalah keputusan mengenai berapa banyak produk yang
harus dipesan dan kapan sebaiknya pesanan dilakukan.
Menurut Hamdy A Taha (1987) model permintaan dibagi menjadi dua macam, yaitu
permintaan deterministik dan permintaan probabilistik.
1. Permintaan deterministik dapat bersifat statis, dalam arti bahwa laju pemakaian tetap
sepanjang waktu atau dinamis, dimana permintaan diketahui dengan pasti tetapi bervariasi
dari satu periode ke periode berikutnya.
2. Permintaan probabilistik.
Permintaan probabilistik memiliki dua klasifikasi serupa : kasus stasioner, dimana fungsi
kepadatan probabilitas permintaan tetap tidak berubah sepanjang waktu, dan kasus
nonstasioner, dimana fungsi kepadatan bervariasi dari waktu ke waktu.
Permintaan statis deterministik jarang terjadi dalam kehidupan nyata. Karena itu kita dapat
memandang situasi ini sebagai kasus penyederhanaan. Walaupun mungkin terjadi variasi
permintaan dalam kebutuhan produk sehari-hari, namun jika variasi tersebut kecil maka dapat
diabaikan dengan asumsi bahwa hasil permintaan statis kemungkinan tidak terlalu jauh dari
kenyataan.
Walaupun jenis permintaan adalah faktor utama dalam perancangan model persediaan,
faktor-faktor berikut ini dapat juga mempengaruhi cara perumusan model yang bersangkutan
seperti yang dijelaskan Hamdy A Taha (1987), yaitu:
1. Tenggang waktu pengiriman (lag atau lead time)
Ketika sebuah pesanan diajukan, pesanan itu dapat dikirim dengan segera, atau
kemungkinan memerlukan beberapa waktu sebelum pengiriman dilakukan. Tenggang
waktu pengiriman dapat bersifat deterministik atau probabilistik.
2. Pengisian kembali persediaan
Walaupun sistem persediaan dapat beroperasi dengan tenggang waktpengiriman,
pengisian kembali persediaan dapat terjadi dengan segera atau dengan seragam.
Pengisian kembali yang segera terjadi ketika persediaan dibeli dari sumber-sumber
luar. Pengisian kembali yang seragam terjadi ketika sebuah produk dibuat secara lokal
dalam organisasi. Secara umum, sebuah sistem persediaan dapat beroperasi dengan
tenggang waktu positif dan juga dengan pengisian persediaan yang seragam.
3. Rentang perencanaan
Rentang
perencanaan
mendefinisikan
periode
dimana
tingkat
persediaan
dikendalikan. Rentang perencanaan ini dapat terbatas atau tidak terbatas, bergantung
pada periode waktu mana permintaan dapat diramalkan.
4. Jumlah tingkat penawaran
Sebuah sistem persediaan dapat terdiri dari beberapa titik pengisian persediaan (bukan
hanya satu). Dalam beberapa kasus, titik-titik pengisian persediaan ini diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga satu titik bertindak sebagai titik penawaran untuk titik-titik
lainnya. Jenis operasi ini dapat berulang di tingkat yang berbeda sehingga satu titik
permintaan dapat sekali lagi menjadi titik penawaran yang baru.
5. Jumlah jenis barang
Sebuah sistem persediaan dapat melibatkan lebih dari satu barang. Kasus ini sangat
menarik terutama jika terdapat sejenis interaksi tertentu di antara barang-barang yang
berbeda.
F. Analisa Lingkungan
Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri atas para pelaku dan kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi
kemampuan
manajemen
pemasaran
dalam
mengembangkan
dan
mempertahankan transaksi yang sukses dalam hubungannya dengan para nasabah sasarannya.
Para pelaku lingkungan perusahaan tersebut terdiri atas lingkungan mikro dan lingkungan
makro.
A. Analisis Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal suatu perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)
bagian, yaitu
- Lingkungan Eksternal Mikro
Analisis lingkungan internal adalah suatu proses untuk mengukur faktor-faktor internal
perusahaan seperti pemasaran dan distribusi, penelitian dan pengembangan, produksi dan
operasi, sumber daya perusahaan dan sumber daya manusia, serta keuangan dan akuntansi,
guna mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan (Jauch dan Glueck, 1999).Pemasaran
dalam suatu unit/ usaha harus merencanakan pemasaran produk di setiap distributor untuk
memberikan kemudahan akses bagi produk-produknya. Hal ini dilakukan untuk memastikan
agar setiap distributor mampu menjual produknya dengan mempertimbangkan harga dan
jangkauan pasar yang menguntungkan bagi pelanggan. Sehingga unit/usaha dapat
meningkatkan keuntungan dari penjualan produknya. Namun pada kenyataannya, permintaan
pelanggan dan keadaan pasar bersifat kontinu dan fluktuatif (berubahubah). Berdasarkan
pemikiran tersebut, perlu dilakukan suatu
analisis harga dan pasar untuk menggambarkan sistem atau keadaan pemasaran yang nyata
- Lingkungan Eksternal Makro
G. Pemasaran Produk
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mempertahankan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.
Pemasaran muncul karena aktifitas jual-beli antara penjual dan pembeli, atau dengan kata lain
antara perusahaan dengan para suplier dan konsumennya.Atau lebih tepatnya lagi kegiatan
pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa
dari produsen ke konsumen secara paling efesian dengan maksud untuk menciptakan
permintaan yang efektif. Karena para pengusaha telah menyadari bahwa pemasaran sangat
penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan , sebuah pemikiran bisnis yang benar-benar
baru, sebuah filsafat baru berkembang dan disebut konsep pemasaran. Ada tiga ketetapan
pokok yang mendasari suatu pemasaran:
1.Semua operasi dan perencanaan perusahaan harus berorientasi kepada konsumen.
2.Sasaran danya kegiatan usaha harus menghasilkan laba.
3.Semua kegiatan pemasaran dalam suatu harus dikoordinir secara organisatoris.
Startegi pemasaran merupakan penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan
manusia yang kemudian bertumbuh menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang
manusia membutuhkan kain pantai saat berlibut ke pantai kuta, dalam memenuhi rasa ingin
tersebut handuk dari hotel tempatnya menginap adalah alternatifnya, namun handuk dari
hotel tersebutbisa memenuhi kebutuhan, si manusia tersebut juga ingin memenuhi
keinginannya yaitu misalnya selembar kain bertuliskan BALI yang memiliki warna yang
menarik dan mudah di bawa. Maka manusia ini memilihmembeli kain pantai dengan corak
yang indah yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya
yang juga mudah dibawa.
Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman
barang (place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang
pemasaran disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan
prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan manusia terutama pihak konsumen yang dituju.
Marketing mix harus selalu dapat bersifat dinamis, selalu dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan eksternal maupun internal. Faktor eksternal yaitu faktor diluar jangkauan
perusahaan yang antara lain terdiri dari pesaing, teknologi, peraturan pemerintah, keadaan
perekonomian, dan lingkungan sosial budaya. Sedangkan faktor internal adalah variabelvariabel yang terdapat dalam marketing mix yakni : Product (produk),Price (Harga), Place
(Tempat), dan Promotion (Promosi).
Selain kreatif menciptakan produk sangat penting juga untuk
selalu kreatif dalam
menyusun strategi penjualan/strategi marketing, dengan strategi yang benar-benar tepat
maka usaha anda pasti akan berjalan dengan lancar. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan
strategi dalam kegiatan pemasaran.
1. Tentukan target market usaha anda, ini sangat penting karena jika target market tepat
sasaran maka promosi akan lebih efisien dan efektif.
2. Berpromosi yang sesuai target market, produk harus dipromosikan secara terintegrasi
mulai dari pembagian flyer /brosur dan juga dengan memasang iklan di koran,
majalah,tabloid,koran lokal, lewat jaringan sosial di internet seperti facebook dll yang
saat ini banyak digunakan orang.
3. Hasil Produk anda sebaiknya yang unik, agar produk kreasi anda bisa jadi trademark
dan dikenal orang atau diingat orang karena ada sesuatu yang beda baik dari segi
kemasan,bentuk,warna. Walaupun produk anda bervariasi banyak macam sebaiknya
anda memilik satu jenis produk unggulan yang bisa menarik calon konsumen anda .
Dimana produk unggulan tersebut bisa produk baru yang belum pernah ada dipasaran,
ataupun mencontoh produk yang ada dipasaran tapi dimodifikasi dengan tampilan
yang berbeda.
4. Penghargaan, berikan penghargaan untuk konsumen yang loyal karena ini akan
mendorong pelanggan membeli produk lebih banyak dan memperkenalkan produk
yang anda buat kepada orang lain. Pemberian penghargaan yang simpel misalkan
memberi voucer untuk pembelian dalam jumlah khusus, atau bisa juga memberikan
penghargaan apabila berhasil mengajak orang untuk berbelanja bisa diatur misal
mengajak 1 orang atau lebih berbeda penghargaan yang diberikan. Dengan adanya
program tersebut akan mendorong konsumen anda untuk mengajak orang lain dan
orang lain akan mengajak orang lain lagi. Dengan demikian tentu saja produk yang
anda tawarkan akan meledak omzetnya.
5. Menggandeng Partner usaha lain, untuk usaha souvenir produk ini bisa dipasarkan
dengan cara menjalin kerja sama dengan usaha yang ada hubungan dengan souvenir
misal , hotel, travel agent,salon, dan lainnya dengan demikian produk anda akan
mencapai ke target ke sasaran yang tepat, dan tentunya lebih cepat. Yang perlu anda
lakukan adalah memberikan fee atau komisi kepada orang yang anda jadikan partener
usaha tersebut.
H. Pengemasan Produk
Dalam mengkemas suatu produk berupa barang, ada banyak hal yang harus
diperhatikan. Mengkemas suatu produk bukanlah hanya membukus dan menyalurkannya ke
konsumen. Dalam mengkemas harus memperhatikan warna, pesan yang ingin disampaikan,
dan banyak lagi indicator indicator lainnya , yang bisa menjadi penentu diminatinya atau
tidak produk tersebut. Secara garis besar ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam
mengkemas suatu produk.
1. Mengidentifikasi Isi Kemasan
2. Menentukan Bentuk Kemasan
3. Menentukan Kegunaan Kemasan
4. Mengidentifikasi Target Pasar
5. Melakukan Konsultasi dengan Tenaga Ahli
6. Melakukan Kompilasi Data dan Informasi Sesuai Kebutuhan Pelanggan
Dalam desain kemasan, masalah merek menjadi lebih
sering muncul karena terkait kepada perijinan barang
dalam keadaan terbungkus yang
Gambar 1.1 Toblerone® adalah merek terdaftar dari
the Kraft Foods Group ©1986.
merupakan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang dikeluarkan oleh Departemen
Hukum dan HAM. Di sebagian negara, slogan iklan juga didaftarkan sebagai merek dagang
begitu juga bentuk merek tanda tiga dimensi (bentuk produk / kemasan). Dan menurut UU RI
No.2/1981Barang dalam Keadaan Terbungkus/Label Semua barang dalam keadaan
terbungkus
yang
diedarkan,
dipamerkan
wajib
diberitahukan/dinyatakan
pada
bungkus/labelnya dengan tulisan singkat, benar dan jelas : Nama Barang, Ukuran, Isi, Berat
Bersih, Jumlah Barang.
Menurut pasal 20 UU RI No.69/1999 Label dan Iklan Pangan Label : Setiap keterangan
mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan atau bentuk lain dan
ditempelkan
pada
bagian
kemasan.Ketentuan
label
:
Harus
mencantumkan Nama Produk, Berat Bersih, Isi Bersih, Nama dan
Alamat Produsen.
Sedangkan Merek Dagang Trademark) Suatu “tanda” yang berupa
gambar, nama, kata, huruf, angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut
yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
ETIKET MEREK
Download