Inside this Issue

advertisement
.
.
.
Tepung Singkong Sebagai
Campuran Terigu
September 2012
Volume 1, Issue 4
Inside this Issue
1
2
3
4
Tepung Singkong Sebagai
Campuran Terigu
Mengungkap Kandungan
Arsenik dalam Nasi
Makanan Organik
Tawarkan Sedikit
Keuntungan Kesehatan
Science today
Sains Sekolah Athalia
Regensi Melati Mas Blok B14
Tangerang Selatan
Banten
berbahan dasar 100 persen
tepung singkong. "Dengan masih
dominannya mie berbahan baku
terigu, masyarakat akan sulit
menerima mie yang berbahan
baku tepung singkong," katanya.
Ia menambahkan bahwa
pemerintah telah berkoordinasi
untuk memasukkan pangan lokal
ke dalam arus industri pangan
nasional.
(Gloria Samantha/NGI)
Pemerintah Indonesia akan terus
mengembangkan pemanfaatan
tepung singkong sebagai
campuran dalam tepung terigu,
masih seputar upaya mendorong
diversifikasi pangan dengan
pangan berbasis sumber daya
lokal.
Dengan mencampurkan 20
sampai 30 persen tepung
singkong, rasa tepung terigu
tidak akan berubah apalagi
sampai memengaruhi rasa
makanan olahan. "Kami
menyebut campuran tepung
singkong dan terigu ini sebagai
tepung komposit," ujar Pelaksana
Tugas Dirjen Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian
Kementerian Pertanian Banun
Harpini.
Banun menjelaskan pula, dengan
tepung komposit demikian maka
produsen tepung terigu tidak
perlu investasi mesin baru.
Sementara Wakil Menteri
Pertanian Rusman Heriawandi
mengutarakan, industri tidak
harus membuat mie yang
SainsWeek1
Pangan pokok seperti beras
sudah harus dikurangi
ketergantungannya. Konsumsi
beras Indonesia saat ini yang
terbesar di dunia, konsumsi per
kapita beras mencapai hingga
139,15 kilogram per tahun.
Diversifikasi pangan menjadi
jalan alternatif bagi substitusi
beras.
(Gloria Samantha. Sumber:
Kompas)
(www.nationalgeographic.co.id)
Kadar gizi singkong
Kandungangizisingkong per
100 gram meliputi:
Kalori 121 kal
Air 62,50 gram
Fosfor 40,00 gram
Karbohidrat 34,00 gram
Kalsium 33,00miligram
Vitamin C 30,00miligram
Protein 1,20 gram
Besi 0,70miligram
Lemak 0,30 gram
Vitamin B1 0,01miligram
(http://id.wikipedia.org)
September 2012
Mengungkap Kandungan
Arsenik dalam Nasi
Ilustrasi arsenik (Thinkstockphoto)
Nasi merupakan makanan pokok
bagi masyarakat di banyak negara.
Namun tahukah Anda, jika nasi
yang dikonsumsi setiap hari ternyata
berpotensi mengandung arsenik
yakni zat racun yang sangat
membahayakan tubuh.
Para ahli selama ini mengetahui
beras sebagai sumber utama dari
diet arsenik. Namun, hasil studi
terbaru Consumer Report di
Amerika menemukan arsenik dalam
berbagai jenis produk beras.
Mendorong Food and Drug
Administration (FDA) untuk segera
menetapkan batas level aman
kandungan arsenik dalam beras.
FDA menemukan arsenik melebihi
batas level lebih dari 60 produk
padi.
Yang menarik perhatian, arsenik
yang terkandung dalam beras ini
bukanlah karena hasil kimiawi racun
yang dihasilkan oleh pabrik,
melainkan dari proses alamiah yang
menyebabkan elemen racun tersebut
terakumulasi mulai saat beras
tersebut ditanam dan tumbuh. Lalu
bagaimana arsenik, unsur beracun
yang kerap digunakan untuk
membunuh lawan politik di Abad
Pertengahan, dapat terkandung di
dalam beras?
2
Racun bisa berasal dari buatan
manusia dan sumber sintetis.
Arsenik merupakan metaloid
mengilap abu-abu dalam bentuk
elemen yang terjadi secara alami di
kerak bumi. Kemudian membuat
jalan sendiri menuju dalam tanah
dan mengkontaminasi persediaan air
tanah melalui proses pelapukan.
Arsenik merupakan elemen yang
ditemukan di alam dan pada produk
buatan manusia termasuk pestisida.
Arsenik level rendah ditemukan di
tanah, air dan udara. Unsur ini
diambil oleh tanaman saat mereka
tumbuh, dari sinilah awal mula jalan
masuk arsenik ke dalam tubuh
melalui makanan yang kita
konsumsi.
Unsur ini dapat mengubah sistem
kerja komunikasi dalam sel dan
mengurangi kemampuan kerja
dalam tubuh. Pada akhirnya
berakibat berbagai penyakit dalam
tubuh seperti diabetes, penyakit
pembuluh darah dan paru-paru,
kanker kulit, kanker kandung kemih
dan jantung.
karena daerah tersebut memiliki
sejarah panjang sebagai tempat budi
daya kapas, di mana industri ini
menggunakan insektisida secara
luas.
Zat tersebut terserap ke dalam tanah,
akibatnya dalam beberapa dekade
tanah tersebut mengandung unsur
arsenik. Hal lain yang mungkin
menyebabkan kandungan arsenik
dalam lahan pertanian yaitu pupuk
yang berasal dari kotoran ayam yang
mana pakan mereka mengandung
arsenik.
FDA yang melakukan survei
mengenai kandungan arsenik dalam
beras belum memiliki informasi
yang cukup untuk
merekomendasikan konsumen
mengubah konsumsi beras mereka.
Tapi baik FDA dan Consumer
Report menyarankan agar konsumen
lebih variatif dalam mengonsumsi
asupan makanan dan tak hanya
tergantung pada beras saja.
(Umi Rasmi Sumber: Live Science)
(www.nationalgeographic.co.id)
Arsenik dapat terkandung dalam
sayuran, biji-bijian, buah-buahan
dan makanan laut. Menurut FDA,
beras merupakan bahan makanan
yang mengandung tingkat arsenik
paling tinggi, lalu disusul sayuran.
Namun, elemen ini juga memiliki
kegunaan bagi industri misalnya
digunakan untuk pembuatan
pestisida dan pengawet kayu.
Environmental Protection Agency
(EPA) menyatakan arsenik
anorganik dapat bertahan di dalam
tanah selama lebih dari 45 tahun.
Di AS pada beberapa negara bagian
seperti Louisiana, Mississippi,
Missouri, dan Texas ditemukan
kenaikan tingkat kandungan arsenik
dalam beras. Hal ini dimungkinkan
(http://id.wikipedia.org)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Makanan Organik
Tawarkan Sedikit
Keuntungan Kesehatan
Antara tahun 1997 sampai dengan
2011, penjualan makanan organik
melonjak tinggi di Amerika Serikat.
Makanan organik merupakan
sumber pangan yang tumbuh tanpa
lebih sehat dan bergizi. Kami agak
kaget bahwa kami tidak menemukan
hal itu," kata Smith-Spangler.
Tidak ditemukan pula perbedaan
dalam hal protein atau lemak di
antara kedua bahan makanan ini.
Namun, susu organik diakui
memiliki kandungan asam lemak
omega-3 yang lebih tinggi.
(Zika Zakiya. Sumber: Medical
Express)
(www.nationalgeographic.co.id)
Jerome Irving Rodale
Ilustrasi (Thinkstockphoto)
Dalam hal kesehatan, tak banyak
perbedaan antara makanan organik
dengan konvensional. Namun,
mengonsumi makanan organik
memang bisa mengurangi risiko
terpapar pestisida.
Demikian hasil kesimpulan
penelitian yang dipublikasikan
dalam jurnal Annals of Internal
Medicine. Disebutkan, tak ada bukti
kuat jika makanan organik lebih
bergizi dibanding makanan
konvensional.
"Tak terdapat banyak perbedaan
antara makanan organik dan
konvensional," demikian tegas Dena
Bravata, penulis senior yang
memublikasikan jurnal tersebut.
Kesimpulan ini didasarkan
penelitian yang dilakukan tim
pimpinan Bravata. Bekerja sama
dengan Crystal Smith-Spangler,
instruktur di Divisi Disiplin
Pengobatan Umum di VA Palo Alto
Health Care System.
paparan pestisida, pupuk, antibiotik,
atau hormon pertumbuhan. Karena
pertumbuhannya yang agak sulit,
maka makanan organik biasanya
jauh lebih mahal dibanding
makanan konvensional.
Untuk membuktikan kadar gizi di
antara keduanya, tim gabungan
Bravata mempelajari 237 paper
yang relevan. Termasuk 17
penelitian mengenai konsumsi
organik dan diet konvensional.
Dipelajari juga 223 penelitian yang
membandingkan level nutrisi,
bakteri, dan jamur, pada makanan
organik dan konvensional.
Penelitian konsumsi dua bahan
makanan ini melibatkan manusia
sebagai subjek dengan durasi
penelitian bervariasi. Mulai dari dua
hari hingga dua tahun.
Setelah analisa data, para peneliti
hanya menemukan sedikit
perbedaan dalam hal kesehatan
antara makanan organik dan
konvensional. "Beberapa orang
percaya jika makanan organik selalu
Penemu makanan organik dan
penerbit koran Rodale ketika ia
diwawancarai sebuah stasiun
televisi dalam acara Dick
Cavett pada tahun 1971 bahwa
ia akan hidup hingga umur 100
tahun.
Sesaat kemudian, Rodale 72
tahun tewas terjungkal dari
kursi akibat serangan jantung
di acara tersebut, alhasil
wawancara tersebut pun tidak
pernahdisiarkan.
(http://kaskusphoto.blogspot.co
m)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3
September 2012
20-22 Sep
Michael Faraday
Frederick Soddy
http://www.th.physik.unifrankfurt.de
http://www.nobelprize.org
Born 22 Sep 1791; died 25 Aug
1867 at age 75.
English physicist and chemist whose
many experiments contributed
greatly to the understanding of
electromagnetism. Although one of
the greatest experimentalists, he
was largely self-educated.
Appointed by Sir Humphry Davy as
his assistant at the Royal Institution,
Faraday initially concentrated on
analytical chemistry, and discovered
benzene in 1825. His most
important work was in
electromagnetism, in which field he
demonstrated electromagnetic
rotation and discovered
electromagnetic induction (the key
to the development of the electric
dynamo and motor). He also
discovered diamagnetism and the
laws of electrolysis. He published
pioneering papers that led to the
practical use of electricity, and he
advocated the use of electric light in
lighthouses.
Died 22 Sep 1956 at age 79 (born
2 Sep 1877).
English chemist and physicist who
received the Nobel Prize for
Chemistry in 1921 for investigating
radioactive substances. He
suggested that different elements
produced in different radioactive
transformations were capable of
occupying the same place on the
Periodic Table, and on 18 Feb 1913
he named such species "isotopes"
from Greek words meaning "same
place." He is credited, along with
others, with the discovery of the
element protactinium in 1917.
4
DNA
http://lygo.com
In September 20, 1952, Alfred
Hershey and Martha Chase
published a report confirming DNA
holds hereditary data. Their
experiment used the T2
bacteriophage, which, like other
viruses, is just a crystal of DNA and
protein. It can reproduce when
inside a bacterium such as E. coli.
When the new T2 viruses are ready
to leave the host E. coli cell (and go
infect others), they burst the E. coli
cell open, killing it (hence the name
"bacteriophage"). Hershey and
Chase were seeking an answer to
the question, "Is it the viral DNA or
viral protein coat (capsid) that is the
viral genetic code material which
gets injected into the E. coli?" Their
results indicated that the viral DNA,
not the protein, is its genetic code
material.
(www.todayinsci.com)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Download