bidang pembiayaan pembangunan

advertisement
PAPARAN BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
DALAM RANGKA
RAPAT KOORDINASI, INTEGRASI, SINKRONISASI DAN SINERGI (KISS)
TAHUN 2009
1
BIDANG PEMBIAYAAN
BAPPEDA PROVINSI JAWA TIMUR
(PERGUB JATIM 100/2008)
TUGAS
MELAKSANAKAN PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA
TIMUR DI BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN YG MELIPUTI
PERENCANAAN ALOKASI PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAN
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
3
FUNGSI




PELAKSANAAN INVENTARISASI PERMASALAHAN BIDANG
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
UNTUK
PENYUSUNAN
RENCANA PROGRAM BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN KAJIAN KEBIJAKAN DI BIDANG
PEMBANGUNAN DAN SISTEM INFORMASI PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM DI
BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
PELAKSANAAN KOORDINASI EVALUASI PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
4
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA BAPPEDA
SSEKRETARIS
BIDANG PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
BIDANG-2
SUB BIDANG PERENCANAAN
ALOKASI PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN
SUB BIDANG PERENCANAAN
PENGEMBANGAN PEMBIAYAN
PEMBANGUNAN
ISUE STRATEGIS
a. Kondisi krisis keuangan global
tingginya pengangguran
b. Terbatasnya Sumber Pembiayaan Pembangunan, antara lain disebabkan :
- Terbatasnya pembiayaan pembangunan APBN/APBD;
- Terbatasnya jumlah dana perimbangan ke Propinsi ;
- Belum optimlahnya pengelolaan sumber keuangan potensial Daerah
(BUMD,Wilayah Laut dll) di Propinsi Jawa Timur
c. Rendahnya investasi swasta/masy. secara umum dipahami sbg akibat faktor
keamanan/stabilitas.

Regulasi/Perijinan

Peluang bisnis di berbagai sektor oleh Pemerintah Daerah relatif
rendah
(prospektus bisnis, business plan, dll)

Masih banyak aset yang idle
d. Peran intermediasi Perbankan masih belum optimal
e. Sumber pembiayaan terbatas ( primadona masih pada pos PKB dan
BBNKB)
6
KEBIJAKAN APBD 2009
BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN:
1. MENINGKATKAN MANAJEMEN PEMBIAYAAN DAERAH YANG
MENGARAH PADA AKURASI, EFISIENSI, EFIKTIFITAS DAN
PROFITABILITAS ;
2. PEMBANGUNAN DAERAH YANG DILAKUKAN DIHARAPKAN
MAMPU DIBIAYAI TIDAK HANYA BERSUMBER DARI APBD SAJA,
TETAPI JUGA DARI SUMBER-SUMBER YANG LAIN SEPERTI
MASYARAKAT, SWASTA SERTA PEMERINTAH PUSAT (APBN)
7
STRATEGI BIDANG PEMBIAYAAN 2009
1. PERLU
DIKEMBANGKAN
ALTERNATIF
PEMBIAYAAN
GUNA
MENGATASI KETERBATASAN DANA PAD MAUPUN APBD/APBN
ANTARA LAIN PEMANFAATAN ASET-ASET PEMERINTAH PROVINSI ,
PEMANFAATAN BATAS WILAYAH LAUT, KERJASAMA INTERNASIONAL
(BILATERAL DAN LEMBAGA INTERNASIONAL);
2. SHARING PEMBIAYAAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT – PROVINSI –
KABUPATEN/KOTA SERTA MENGEMBANGKAN KEMITRAAN ANTARA
PEMERINTAH DENGAN SWASTA DAN MASYARAKAT  AGAR TIDAK
MENGGANGGU FLEKSIBILITAS FISKAL DAERAH;
8
UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SUMBER
KEUANGAN DAERAH
1. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH :
a. PENINGKATAN PENGGALIAN PENDAPATAN DAERAH MELALUI
EKSENTIFIKASI SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH ;
b. PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMBIAYAAN INVESTASI PUBLIK
MELALUI POLA KEMITRAAN DENGAN MASYARAKAT DAN SWASTA ;
c.
PENINGKATAN
INVESTASI
SWASTA
MELALUI
BERBAGAI
INSTRUMEN
FISKAL DAN BERBAGAI INSENTIF DALAM
PENANAMAN MODAL ;
d. PENDAYAGUNAAN POTENSI PINJAMAN SERTA PENGEMBANGAN
PEMBIAYAAN INDIKATIF ;
e. PEMANFAATAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
(CSR)  ( INTEGRASI PUBLIC – PRIVATE );
9
Lanjutan
2. PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH :
A. KERJASAMA PEMBANGUNAN, BAIK ANTAR PEMDA DAN ANTAR
NEGARA, DENGAN MASYARAKAT DAN SWASTA, MAUPUN
LEMBAGA-LEMBAGA DONOR ;
B. PRIVATISASI
BERBAGAI
BUMD/PERUSDA ;
PELAYANAN
PUBLIK
MAUPUN
C. REVITALISASI ASET-ASET PEMDA ;
D. PENGEMBANGAN BERBAGAI KEBIJAKAN PROGRAM/PROYEK
PEMBANGUNAN YANG LAYAK JUAL TERHADAP INVESTASI
SWASTA, BAIK DOMESTIK MAUPUN INTERNASIONAL.
10
RENCANA STRATEGIS 2010
ALTERNATIF PEMBIAYAAN DILUAR APBN DAN APBD
 PUBLIC – PRIVATE DEVELOPMENT FUNDING PARTNERSHIP
(MISAL : APBD PROVINSI – CSR)
 KERJASAMA INTERNASIONAL







ORGANISASI PBB (UNICEF, WFP, ILO dll)
SECARA BILATERAL (JEPANG, PERANCIS, KOREA, MALAYSIA DLL)
NON LEMBAGA
JEPANG (KENZUZE PROGRAM / TRAINING atau MAGANG)
PEMANFAATAN ASSET TERWUJUD
PEMANFAATAN RUANG MILIK JALAN PROVINSI
PEMANFAATAN WILAYAH LAUT 12 MIL
DEFINISI TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
ATAU CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DEFINISI CSR menurut beberapa literatur :
 “The commitment of business to contribute to sustainable
economic development working with employees and their
representatives the local community and society at large to
improve the quality of life, in ways that are both good for
business and good for development. ” (World Bank)
 “Continuing commitment by business to behave ethically and
contribute to economic development while improving the quality
of life of the workforce and their families as well as of the
local community at large.” (The World Business Council for
Sustainable Development)
 “Upaya sungguh sungguh dari entitas bisnis meminimumkan
dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya
terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam ranah ekonomi,
sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan ” (Lingkar Studi CSR Indonesia)
12
KONSEP DAN PERTIMBANGAN
IMPLEMENTASI CSR
Konsep CSR didasari oleh tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah
Triple Bottom Lines yang dikenal sebagai 3P (People, Profit, Planet) yaitu
Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit)
bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet)
agar keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan
Pertimbangan
 Untuk memenuhi regulasi, hukum dan aturan yg mengaturnya
 Sebagai investasi sosial perusahaan untuk mendapatkan image yang
positif
 Bagian dari strategi bisnis perusahaan
 Untuk memperoleh licence to operate dari masyarakat setempat
 Bagian dari risk management perusahaan untuk meredam atau
menghindari konflik sosial.
13
PEMETAAN RESPON PERUSAHAAN YG WAJIB
MELAKSANAKAN CSR BERDASARKAN
UU NO. 40 TAHUN 2007
ATURAN CSR
Psl 74 UU PT No. 40/2007
1.Perseroan yg menjalankan
kegiatan usahanya di bidang
dan/atau berkaitan dengan
sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan.
2.Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban
Perseroan yg dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya
Perseroan yg pelaksanaannya
dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
3. Perseroan yg tdk
melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PENGELOMPOKAN
PERUSAHAAN
PUNISH & REWARD
Perusahaan yang
menolak dan
menghindari CSR.
Dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Perusahaan yang
memenuhi CSR dengan
aturan dan standar
minimal
Perusahaan yang
memenuhi CSR di
atas standar minimal
Perusahaan yg
melaksanakan CSR
secara proaktif dan
berkontribusi optimal.
Merupakan kelompok
terbesar shg hrs didorong
untuk meningkatkan
aktivitas CSR-nya
Layak mendapat insentif
lebih dari pemerintah.
Contoh: mendapat
keringanan pajak
Kelompok perusahaan yg
seharusnya mendapat
banyak insentif dan
fasilitas dari pemerintah
14
APAKAH PKBL = CSR BUMN ?
•
Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang
dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak jauh berbeda
dengan best practices CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta sehingga
dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan oleh
BUMN.
• Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek
CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL- BUMN juga
diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utama pembangunan (triple
tracks) yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik
kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah pengangguran; (2)
pengurangan jumlah penduduk miskin; dan (3) peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
• Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk
memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan
masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi
kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.
15
RUANG LINGKUP PKBL VS CSR
Secara best practices, aktifitas CSR yang dilakukan perusahaan swasta juga mencakup ruang
lingkup PKBL BUMN
RUANG LINGKUP PKBL
PRAKTEK CSR
SAMPOERNA
PRAKTEK CSR
GRUP ASTRA
PROGRAM
KEMITRAAN
PinjamanModal Kerja
• Mitra Produksi Sigaret
• Pendididikan Pelatihan
Kewirausahaan Sampoerna di
Pasuruan seluas 10 Ha
Pembiayaan dan Pembinaan
kepada Supplier Astra
POGRAM BINA
LINGKUNGAN
Bencana alam
Pembentukan ”Sampoerna
Resque”
Donasi 2,5 Milyar untuk Aceh
Pendidikan Pelatihan
Pemberian Bea Siswa kepada Mhs
Perguruan Tinggi
Bea Siswa Astra untuk SDPerguruan Tinggi
Peningkatan Kesehatan
Sumbangan Sembako bagi tukang
becak
FIF Peduli Bocah Hydrochepalus
Pengembangan Sarana
dan prasarana umum
Sumbangan pembangunan ruang
belajar dibeberapa kampus ”
Sampoerna Room”
Sumbangan Air bersih ,
Ambulance, MCK
Sarana Ibadah
Sumbangan sarana ibadah di
sekitar lokasi operasional
Sumbangan Mesjid , Gereja,
Perayaan Keagamaan
Pelestarian Alam
Partisipasi Malang Ijo Royo Royo
Go Green With Astra
16
PERBANDINGAN CSR BERDASARKAN
UU PT NO. 40/2007 DENGAN PKBL - BUMN
Dasar Hukum
CSR


PKBL
Ps. 74 UU No. 40 tahun 2007
Peraturan Pemerintah (masih dalam Rancangan)

Ps.2 ayat (1) huruf e dan Ps.88 ayat (1) UU No.19
Tahun 2003 jo. Peraturan Meneg BUMN No.PER05/MBU/2007
Sasaran/Tujuan
CSR

PKBL
Menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya setempat
secara berkelanjutan (Penjelasan Ps.74 ayat (1)


Program Kemitraan : Untuk meningkatkan kemampuan
usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri
Program Bina Lingkungan : Pemberdayaan kondisi sosial
masyarakat
Obyek Peraturan
CSR


Perusahaan (Perseroan Terbatas) yg menjalankan

kegiatan usaha dibidang / berkaitan dengan Sumber Daya
Alam (SDA) (Ps.74 ayat (1))
Perusahaan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan
SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi
kemampuan sumber daya alam (Penjelasan Ps.7 ayat (1)
PKBL
Persero (termasuk Persero Terbuka) dan Perum (Ps.2
ayat (1) dan (2) Peraturan Meneg BUMN No.PER05/MBU/2007)
17
PERBANDINGAN CSR BERDASARKAN UU PT NO. 40/2007
DENGAN PKBL - BUMN (LANJUTAN)
Sifat Peraturan
CSR

PKBL
Memaksa (wajib dilaksanakan) bagi perusahaan yang

terkait SDA dan/atau perusahaan yang usahanya
berdampak pada fungsi kemampuan SDA, apabila tidak
dilaksanakan, maka dapat dikenakan sanksi (Ps.74 ayat (3)
Terhadap Persero dan Perum, sifat peraturan
memaksa (wajib dilaksanakan) karena Program
tersebut dijadikan salah satu indikator penilaian
tingkat kesehatan Persero / Perum (Ps. 2 ayat (1) jo.
Ps.30 ayat (1) Peraturan Meneg BUMN No.PER05/MBU/2007)
Lingkup Tanggung Jawab
CSR

PKBL
Terbatas di lingkungan/masyarakat di wilayah kegiatan
usaha Perusahaan (Penjelasan Ps.7 ayat (1)

Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 (tidak
sebatas wilayah tempat kegiatan usaha Persero atau
Perum)
Perlakuan Anggaran
CSR
•
Diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran (Ps.74 ayat (2)
PKBL


Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk
Program Kemitraan
Maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk
Program Bina Lingkungan.
18
DAMPAK IMPLEMENTASI PASAL 74
UU PT NO. 40/2007 TERHADAP PKBL BUMN
 Memperkuat peran PKBL dan bersifat wajib (mandatory) khususnya


bagi BUMN di bidang SDA yaitu yang bergerak pada sektor energi,
perkebunan, kehutanan, pertambangan, semen, kertas dan
telekomunikasi dan atau yang terkait SDA seperti sektor aneka
industri, sandang, kosntruksi, baja dan konstruksi baja dan lain-lain.
Untuk BUMN yang tidak terkait langsung dengan SDA misalnya
BUMN di bidang keuangan maka pelaksanaan PKBL bersifat
sukarela (voluntary) namun karena BUMN juga terikat oleh pasal 2
ayait 1e dan Pasal 88 ayat 1 dari UU No. 19 tahun 2003
menyebabkan BUMN sebagai Agent of Development harus aktif dan
berperan serta dalam memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat di
wilayah operasional BUMN.
Perlunya dilakukan penyelerasan Peraturan Menteri BUMN terkait
PKBL dengan pasal 74 UU PT No. 40/2007
19
PENERAPAN CSR BERDASARKAN KEBIASAAN / PRAKTEK
YANG BERLAKU (BEST PRACTICES)
KRITERIA
PERLAKUAN
Dasar Peraturan

Masing-masing negara memiliki aturan tersendiri, yang bersumber pada
kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika.
Sasaran/Tujuan

Merupakan suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya)
perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab sosial terhadap pemegang
saham, karyawan, konsumen, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek
operasional perusahaan
Memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas
setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf
hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya (definisi CSR oleh World
Business Council for Sustainable Development (WBCSD)

Obyek Peraturan

Setiap organisasi, khususnya perusahaan
Sifat Peraturan


Tidak memaksa dan cenderung bersifat moral obligation
Berdasarkan ISO 26000, pelaksanaan CSR adalah bersifat voluntary dan
tidak dimaksudkan untuk sertifikasi pihak ketiga.
Lingkup Tanggung Jawab
•
Lebih luas dari lingkup Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan berdasarkan
UU No. 40 Tahun 2007(tidak sebatas wilayah tempat kegiatan Organisasi /
Perusahaan)
20
CSR SEBAGAI TREND GLOBAL
•
Penerapan kebijakan dalam pemberian pinjaman dana oleh bank-bank
Eropa. Contoh, bank-bank di Eropa hanya akan memberikan pinjaman
kepada perusahaan perkebunan di Asia apabila ada jaminan dari
perusahaan tersebut, yaitu pada saat membuka lahan perkebunan tidak
dilakukan dengan membakar hutan.
•
Penerapan ecolabelling untuk produk-produk furniture yang dipasarkan di
Amerika yang menjelaskan bahwa produk tersebut diproduksi dengan
suatu tanda bukti bahwa bahan baku kayunya diambil secara bijaksana
dengan memperhatikan lingkungan
•
Perusahaan multinasional tidak hanya melaporkan kinerja keuangan dalam
Laporan Tahunan Perusahaan tetapi juga melaporkan aktifitas CSRnya
21
RANGKUMAN
• Secara konsepsi, PKBL merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR) suatu BUMN terhadap para pemangku kepentingan
(stakeholders), baik internal (pemegang saham, manajemen perusahaan dan
karyawan) maupun eksternal (masyarakat sebagai kelompok sasaran dan penerima
manfaat).
• Terbitnya UU PT No. 40/2007 memperkuat posisi PKBL khususnya bagi BUMN di
bidang dan atau terkait SDA.
• Bagi BUMN yang usahanya tidak terkait langsung dengan SDA, maka PKBL hanya
bersifat sukarela namun posisi BUMN sebagaimana diamanatkan dalam UU No.
19/2003 diharuskan turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
• Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR telah menjadi tren global seiring
dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk
yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial
dan prinsip-prinsip hak asasi manusia (HAM).
• Berdasarkan UU PT No. 40/2007, penerapan CSR di Indonesia bersifat wajib
(memaksa). Hal ini berbeda dengan penerapan CSR secara best practices di
kebanyakan negara maju dimana penerapan CSR pada korporasi bersifat sukarela,
karena ditunjang oleh kesadaran yang tinggi dari pelaku usaha serta regulasi yang
mengatur aspek sosial dan lingkungan hidup terkait aktivitas bisnis sudah berjalan
dengan baik.
22
KERJASAMA INTERNASIONAL
Peraturan Menlu nomor 09/A/KP/XII/2006/01 ttg
Panduan Umum Tata Cara Hubungan & Kerjasama
Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah ;
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, mengisyaratkan perlu
dilakukannya penyesuaian kewenangan pelaksanaan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri yang
sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 ttg Pemerintahan Daerah.

23
KERJASAMA INTERNASIONAL
Pada dasarnya pelaksanaan Politik Luar Negeri
merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Namun seiring dengan berlakunya UndangUndang Otonomi Daerah tersebut, kebijakan
Hubungan Luar Negeri dan diplomasi oleh
Pemerintah Pusat antara lain juga diarahkan
untuk memberdayakan dan mempromosikan
potensi Daerah, dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
24
KERJASAMA INTERNASIONAL

Strategi Program :




Melakukan Koordinasi dengan perwakilan negara
sahabat ;
Mencari peluang utk mendapatkan sumber
potensial pembiayaan dari negara sahabat ;
Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan
Organisasi PBB ;
Penjajagan kerjasama dengan NGO / Non Lembaga
seperti KOICA, LAPIS, Islamic Relief, Rangsit
University Thailand ;
25
PEMANFAATAN ASSET
PP 6/2006 tentang Pengelolaan Barang Negara/
Daerah (Bab VI Pemanfaatan : Pasal 19-31)
 saling menguntungkan kedua belah pihak,
 pengelolaannya hrs dilaks. secara profesional,
 tidak membebani APBD dan
 tidak mengakibatkan terjadinya perubahan status
pemilikan atas kekayaan Daerah
26
PERENCANAAN ALOKASI PEMBIAYAAN
Mengidentifikasi masalah dan memberikan masukan kebijakan
tentang SiLPA terkait (berapa normatifnya besarnya SiLPA).
 Memberikan masukan terkait dengan kebijakan untuk melakukan
pinjaman.
 Memberikan masukan Kebijakan untuk melakukan dana cadangan.
 Memberikan masukan Kebijakan untuk Investasi (berapa alokasi
rencana modal dasar BUMD, Modal Bergulir, Deposito).
Keempat Kegiatan diatas sebagai bahan penyusunan KUA dan
PPAS maupun RAPBD.
 Menyusun
Rencana Kebijakan tentang Sharing/Kemitraan
Pendanaan Pembangunan.

MITRA KOORDINASI SKPD
KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA PROV JATIM
No. 01/KPTS/I/201/2009
TENTANG SKPD MITRA KOORDINASI BIDANG PADA
BAPPEDA PROV JATIM
BIDANG PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN:
 BIRO KEUANGAN
 BIRO ADMINISTRASI KERJASAMA
 DINAS PENDAPATAN
 BADAN PENANAMAN MODAL
TERIMA KASIH
Download