74 Ritin Uloli / Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Mekanika Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Mekanika Ritin Uloli1*, Probowo2, Tjipto Prastowo2 1Universitas Negeri Gorontalo Pasca Sarjana, Universitas Negeri Surabaya * e-mail: [email protected] 2Program Abstrak – Penelitian ini berkaitan dengan proses berpikir kreatif mahasiswa dalam memecahkan masalah fisika. Berpikir kreatif adalah upaya untuk menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak berhubungan. Proses berpikir kreatif meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif mahasiswa pada tahap persiapan dalam memecahkan masalah fisika pada mata kuliah Mekanika. Dalam mencapai tujuan penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Desain penelitian menggunakan penyelidikan pendekatan naturalistik. Subjek dalam penelitian adalah mahasiswa Unesa angkatan 2015/2016. Instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Data yang dikumpulkan selama penelitian dianalisis melalui pendekatan kualitatif. Hasil penelitian yang dicapai melalui penelitian adalah baik. Hal ini membuktikan bahwa dalam memecahkan masalah fisika, mahasiswa perlu memperhatikan tahapan-tahapan proses berpikir kreatif. Kata kunci: proses berpikir kreatif, pemecahan masalah, mekanika. I. PENDAHULUAN Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan dan kemampuan antara lain kemampuan kreatif dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Kedua kemampuan ini sangat penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut kreativitas untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan memecahkan masalah sangat penting. Oleh karena itu pemerintah selalu memberikan perhatian yang cukup besar dalam bidang pendidikan. Hal itu dapat terlihat pada upaya-upaya pengambilan kebijakan di bidang pendidikan untuk memasukkan kedua komponen ini baik dimuat dalam kurikulum, startegi pembelajaran maupun perangkat pembelajaran lainnya. Upaya tersebut dimaksudkan agar setiap kegiatan pendidikan atau pembelajaran kepada mahasiswa dapat dilatihkan keterampilan yang dapat mengembangkan kemampuan kreatif dan pemecahan masalah. Dengan demikian dunia pendidikan akan memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan Sumber Daya Manusia yang kreatif dan memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan. Namun kenyataannya kemampuan berpikir kreatif mahasiswa dalam memecahkan masalah masih kurang. Hal ini terjadi karena mahasiswa belum mampu memahami langkah-langkah proses berpikir kreatif. Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah bagi mahasiswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran fisika pada mata kuliah mekanika. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa pada proses pembelajaran fisika, mahasiswa memperoleh latihan secara eksplisit cara berpikir kreatif dalam memecahkan masalah fisika. II. LANDASAN TEORI Proses berpikir kreatif merupakan suatu proses yang mengkombinasikan berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir divergen digunakan untuk mencari ide-ide untuk menyelesaikan masalah sedangkan berpikir logis digunakan untuk memverifikasi ide-ide tersebut menjadi sebuah penyelesaian yang kreatif. Untuk mengetahui proses berpikir kreatif mahasiswa, pedoman yang digunakan adalah proses berpikir kreatif yang dikembangkan oleh Wallas [Solso 2007, Munandar 2009] dan Fathullah (2012), proses berpikir kreatif meliputi tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Proses berpikir kreatif berdasarkan tahap-tahap tersebut jika dikaitkan dengan pemecahan masalah adalah sebagai berikut: Pada tahap pertama mahasiswa mempersiapkan diri mencermati masalah, memahami masalah, mensintesis ide dan membangun ide untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data yang relevan, dan mencari pendekatan untuk menyelesaikannya. Pada tahap kedua, mahasiswa seakan-akan melepaskan diri secara sementara dari masalah tersebut. Tahap ini penting sebagai awal proses timbulnya inspirasi yang merupakan titik mula dari suatu penemuan atau kreasi baru dari daerah pra sadar. Pada tahap ketiga, seseorang mendapatkan sebuah pemecahan masalah yang diikuti dengan munculnya inspirasi dan ide-ide yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi dan gagasan baru. Pada tahap terakhir adalah tahap seseorang menguji dan memeriksa pemecahan masalah tersebut terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. Pada tahap verifikasi ini seseorang setelah melakukan berpikir kreatif maka harus diikuti dengan berpikir kritis. Dalam penelitian ini peneliti mau melihat bagaimana langkah persiapan mahasiswa dalam memecahkan masalah fisika. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 Ritin Uloli / Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Mekanika Dalam kehidupan nyata banyak masalah yang memerlukan fisika untuk pemecahannya. Menyadari peranan penting fisika dalam menyelesaikan masalah sehari-hari, mahasiswa perlu diajarkan pemecahan masalah. Krulik dan Rudnick (1995:4) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak rutin. Polya [Hudoyo, 2003:87] menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang tidak segera dapat dicapai. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses yang meminta mahasiswa untuk menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya. Hal ini juga diperkuat oleh Silver (1997:77) yang mengatakan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin membangkitkan gagasan yang berbeda bila dihubungkan dengan penafsiran yang berbeda. III. METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN Penelitian ini adalah penelitian deskriftif yang bersifat eksploratif dengan pendekatan kualitatif untuk menggali proses berpikir kreatif mahasiswa dalam memecahkan masalah fisika pada mata kuliah Mekanika. Prabowo (2011) menyatakan penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati manusia dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian ini akan dilaksanakan pada mahasiswa Program Studi pendidikan Fisika kelas B FMIPA Universitas Negeri Surabaya yang memprogramkan mata kuliah Mekanika. Dalam menentukan subyek penelitian, mahasiswa diberikan tes kreativitas. berdasarkan tahaptahap proses berpikir kreatif yakni mensintesis ide, membangun ide dan menerapkan ide. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, dan dibantu tes kreativitas dalam bentuk fluensi, fleksibilitas, dan originalitas. Fluensi untuk melihat ideide mahasiswa yang berkaitan dengan materi mekanika, ide-idenya berupa materi yang berhubungan dengan persamaan hukum Newton, persamaan Lagrange, dan persamaan Hamiltonian. Fleksibilitas berhubungan dengan penyelesaian soal melalui 3 cara yakni dengan melalui hukum Newton, Lagrange dan Hamiltonian. Originalitas, berhubungan dengan penyelesaian soal yang jawabannya lain atau unik. Kriteria yang digunakan untuk menilai kreativitas mahasiswa dirancang adalah validitas dan reliabilitas. Suatu alat dikatakan valid (memenuhi validitas) jika alat tersebut dapat mengukur apa yang diharapkan. Validitas dalam penelitian ini termasuk validitas isi dan konstruk. Validitas isi meninjau ketepatan materi yang digunakan oleh mahasiswa dan 75 bentuk soal yang divergen. Sedang validitas konstruk meninjau ketepatan dalam susunan butir pertanyaan yang jelas, dapat dimengerti dan mudah tertangkap maknanya, dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. Untuk menilai validitas butir tes dinilai oleh validator yang memiliki keahlian dalam bidang fisika. Reliabilitas mengacu pada konsistensi dimana prosedur penilaian mengukur apa yang harus diukur yakni mengukur fluency, fleksibilitas dan originalitas. Jika siswa menggunakan tiga indikator tersebut maka tingkat berpikir kreatifnya tinggi, sedang jika tidak, maka tingkat berpikirnya rendah. Analisis data hasil wawancara dilakukan dengan 3 langkah tahap [Miles dan Huberman, 2009]. 1. Reduksi data yaitu kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data mentah di lapangan. 2. Pemaparan data yang meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data, yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan dari data tersebut. 3. Menarik kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan dan memverifikasi kesimpulan tersebut. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, proses berpikir kreatif mahasiswa pada tahap persiapan sudah baik. Hal ini dibuktikan dari penyelesaian soal mekanika, mahasiswa sudah mampu mencermati masalah, mengingat-ingat materi yang pernah dijumpai dan mencocokkan dengan soal, mengumpulkan informasi berdasarkan pengetahuan belajarnya tentang konsep fisika. Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dan mampu menuliskan 3 rumus penyelesaian soal. Melalui hasil wawancara, apa yang dituliskan dalam tes penyelesaian soal sama dengan hasil berpikir mahasiswa. V. KESIMPULAN Kemampuan berpikir kreatif mahasiswa tidak hanya dapat dideskripsikan dengan memberikan tingkat pada respon tanpa memandang dari perspektif lain, proses berpikir mahasiswa tidak hanya dapat dipelajari melalui tingkat pendidikan tetapi juga dalam menghadapi di dunia kerja. Proses berpikir kreatif sangat penting diketahui guru atau dosen, karena dengan mengetahui proses berpikir kreatif mahasiswa akan memudahkan bagi guru atau dosen untuk melihat tingkat kesulitan mahasiswa dalam memecahkan masalah. Khususnya dalam materi fisika. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan melalui pembelajaran fisika pada mata kuliah mekanika, proses berpikir kretif mahasiswa pada tahap persiapan sudah baik dan mahasiswa sudah mampu memecahkan masalah penyelesaian soal. PUSTAKA [1] Fatullah. Fadiyah Suryani, Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar fisika pada konsep gelombang elektromagnetik melalui pembelajaran Think, write and Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823 76 [2] [3] [4] [5] [6] Ritin Uloli / Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Mekanika Talk. Prosiding pertemuan ilmiah XXVI HFI Jateng. Purworejo, 14 April 2012. ISSN: 0853-0823. Krulik, S. & Rudnick, J.A., The New sourcebook for teaching reasoning and problem solving in elementary school, Allyn and Bacon, 1995. Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Miles dan Huberman, Analisis data Kualitatif, Bandung: Rosda, 1992. Prabowo, Metodologi Penelitian (Sains dan Pendidikan Sains). Penerbit Unesa University Press. Surabaya, 2011. Siver, Edward A., Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thingking in problem posing, 1997. TANYA JAWAB Lisa (USD Yogyakarta) ? Bagaimana tips-tips bagi guru agar dapat mendorong siswa berpikir kreatif? Ritin Uloli (UNG Gorontalo) √ Dengan memberikan soal-soal terbuka, jangan soal objektif. Hartono (UNES) ? 1. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjadikan anak kreatif? 2. Bagi anak yang kurang pandai atau pandai, apakah proses menjadikan kreatif sama? Ritin Uloli (UNG Gorontalo) √ 1. Bergantung kemampuan anak. 2. Berbeda bergantung pada kemampuan. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016 ISSN : 0853-0823