1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 . LATAR BELAKANG Kebutuhan manusia semakin hari semakin meningkat dan beragam sesuai dengan konteks, waktu, tempat, dan perkembangan Maslow,kebutuhanmanusiatersusunsecarasistematisdan sosial.Menurut terstruktur dalam teori bentuk hierarkikebutuhanmanusia yangmeliputiempat unsur utamayaitukebutuhanfisik, keamanan, hargadiridanaktualisasidiri(Maslow, 1970). Kebutuhanpun terbagi berdasarkan kategorinyamenjadi kebutuhan individu, kebutuhan keluarga, kebutuhan masyarakat dan kebutuhan sipil. Informasi merupakan alat bantu yang efektif dalam rangka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Saat ini informasi menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia sehingga teknologi untuk menunjang agar informasi dapat diakses cepat,mudah dan efektif menjadi sebuah keharusan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berjalan dengan sangat pesat dan mengembangkan modalitas baru untuk berkomunikasi di masyarakat. Teknologi informasi ini diharapkan dapat menjadi jembatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang beragam di semua kalangan, baik orang tua maupun muda, laki-laki maupun perempuan.Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah, meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok perempuan yang semula tidak bersuara, menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk perempuan, akses terhadap informasi pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja. United Nations Center for Science and Technology for Development/UNCSTD (1995) dan United Nations for Educational Scientific and Cultural Organization/UNESCO ( 2007) melaporkan bahwa data dan studi tentanggender dari seluruh dunia selama dua puluh lima tahun terakhir di wilayah Asia pasifik termasuk Indonesia menunjukkan bahwa perempuan tertinggal dibandingkan laki-laki di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), baik dalam pendidikan, karier maupun partisipasi pada posisi penentu kebijakan & pengambil keputusan. Ketertinggalan ini juga termasuk dalam kesempatan menikmati manfaat yang timbul dari perkembangan dan penggunaan IPTEK. 2 Kondisi ketertinggalan dan keterbatasan perempuan dalam mengakses perkembangan Teknologi dan Informasi Komunikasi (TIK) dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah adanya dikotomi peran antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di dalam masyarakat. Laki-laki yang diidentikkan dengan karakter rasional dan aktif seringkali dianggap cocok dengan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan mesin, teknik, termasuk di dalamnya adalah teknologi informasi. Bidang-bidang pekerjaan tersebut secara umum dianggap lebih “maskulin” sehingga lebih identik dengan laki-laki. Sementara perempuan cenderung dihubungkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang berkarakter “feminin” yang mensyaratkan kesabaran, ketelitian seperti pengasuhan anak, perawat kesehatan, bendahara, dan lain-lain. Perbedaan peran gender yang merupakan konstruksi sosial ini semakin terasa bila dilihat dalam pembagian peran di dalam konteks keluarga. Perempuan yang secara sosial dibebani fungsi di ranah domestik sebagai ibu, pengasuh, pengelola rumah tangga memikul beban ganda (multi burden) tatkala dia juga memiliki peran, pekerjaan di ranah publik. Perempuan menghadapi kendala keterbatasan waktu, tenaga dan kesempatan untuk bisa memperhatikan kebutuhan dirinya sebagai individu yang sesungguhnya memiliki kebutuhan pengetahuan dan pengembangan diri yang tidak berbeda dengan kaum laki-laki. Perempuan “diharuskan “ untuk menyelesaikan dulu tugas utamanya sebagai istri dan ibu dalam keluarga sebelum dia mengalokasikan tenaga dan pikirannya untuk karier, pekerjaan ataupun sekedar menikmati waktu senggangnya sebagai individu. Perempuan pada akhirnya menghadapi kendala keterbatasan untuk bisa mengakses dan menikmati manfaat yang timbul dari perkembangan IPTEK, dia cenderung menganggap iptek bukan dunianya, alih-alih bergantung pada suami atau anak laki-lakinya yang cenderung lebih “melek” perkembangan teknologi. Pada kenyataannya, kebutuhan informasi perempuan dalam menjalankan fungsi-fungsi dan perannya yang beragam di ranah domestik maupun publik tentunya relatif kompleks, multilevel, serta multiaspek. Kebutuhan informasi kaum perempuan yang relatif kompleks ini menjadi salah satu aspek penting perhatian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA). Berbagai program KPPA yang diperuntukkan bagi perempuan diharapkan dapat diakses secara maksimal termasuk agar perempuan terbebas dari kendala keterbatasan pengetahuan dan penguasaan teknologi informasi. Manfaat lain dari penguasaan TIK oleh perempuan bagi KPPA yaitu TIK dapat dijadikan sebagai sarana dan media bagi pengarusutamaan gender dan kesetaraan gender sebagai fokus 3 tugas KPPA untuk mencapai salah satu tujuan pembangunan yang berkeadilan. Hingga saat ini pemanfaatan TIK untuk sosialisasi program KPPA dan memenuhi kebutuhan perempuan belum digunakan secara maksimal. Kajian mengenai kebutuhan informasi serta teknologi tepat guna oleh perempuan dirasakan krusial oleh KPPA. Oleh karena itu untuk mengetahui akan kebutuhan informasi dan teknologi oleh perempuan, KPPA melakukan kajian yang dimaksudkan menggali lebih dalam apa saja kebutuhan perempuan terkait informasi melalui penelitian kualitatif. Sasaran kajian tersebut dilakukan pada tiga kelompok perempuan yaitu: kelompok ibu rumah tangga, kelompok ibu wirausaha, dan kelompok ibu penggiat sosial. Sebagai lokasi kajian pilot, KPP memilih 3 (tiga) kota di 3 provinsi yakni: Jawa Barat, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Kota yang dipilih adalah Kotamadya Jakarta Timur, Kotamadya Bandung, dan Kabupaten Kendal. Pemilihan lokasi tersebutdidasarkan masingmasing memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain secara demografi, budaya dan keterpaparan terhadap program IT. Di Jakarta Timur terpilih kecamatan Cempaka Baru dengan karakteristik sebagai berikut: berada di dalam wilayah kota metropolitan sehingga diasumsikan keterpaparan IT lebih baik, memiliki program pengembangan IT bagi komunitas, memiliki keberagaman budaya yang kental. Secara demografi, penduduk memiliki latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang sangat beragam. dikarenakan Jakarta merupakan kota percampuran dari berbagai provinsi dengan budaya yang berbeda-beda. Sementara Kabupaten Kendal, terpilihDesa Jambe Kusuma terletak di wilayah perlintasan Kota Semarang dan kabupaten Bawang, memiliki karakter pedesaan seperti ikatan kekeluargaan dengan budaya yang sama, memiliki komunitas pembatik khas Kendal dengan bimbingan Dinas Perdagangan Kab. Kendal. Tingkat pendidikan ibu cenderung lebih rendah di banding dengan Jakarta Timur. Memiliki keterpaparan program IT dari Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), yang telah melakukan program IT berupa Pusat Layanan Internet Kecamatan/PLIK dan Mobile PLIK atau M-PLIK. Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat, memiliki perkembangan pembangunan yang cukup pesat, menjadi salah satu kota tujuan wisata. Kelurahan Cijerah di Kecamatan Bandung Kulon dipilih dengan karakteristik kecenderungan latar belakang budaya dan komposisi penduduk usia yang hampir sama. Tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga cenderung lebih tinggi dibandingkan Kab. Kendal maupun Kota Jakarta Timur. 4 1.2 Deskripsi Teknis Focus Group Discussion (FGD) 1.2.1 PersiapanFGDatau Diskusi Kelompok Terarah (DKT) FGD memiliki beberapa prinsip sebagai berikut: Suatu kelompok diskusi yang mengumpulkan beberapa orang dari latar belakang atau pengalaman yang sama untuk mendiskusikan topik yang spesifik yang diinginkan oleh peneliti. Kelompok diskusi tersebut dipandu oleh fasilitator yang memperkenalkan topik diskusi dan membantu kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan terjadi diskusi yang sangat alami/relaks diantara mereka Bukan wawancara kelompok (bertanya – menjawab) tetapi diskusi Diskusi tersebut dianggap sukses bila sesama peserta bisa saling berdiskusi dengan bebas (setuju – tidak setuju) Diskusi tersebut “fokus” pada topik yang dibahas. Agar FGD terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, peneliti perlu membuat perencanaan yang matang terkait hal-hal berikut ini: 1. PenetapanTujuan 2. PengembanganPanduan FGD 3. Penetapankriteriadanpemilihanpeserta FGD 4. Pembuatanrancanganteknis FGD 5. Penetapanwaktudantempatpelaksanaan FGD Persiapan sebelum pelaksanaan pengambilan data di lapangan, beberapa persiapan dilakukan terlebih dahulu baik itu dilakukan oleh pihak peneliti, KPPA dan counterpart di lapangan. Persiapan-persiapan tersebut dibagi menjadi beberapa elemen, meliputi: 1. Konten (isi) Sebagai upaya penguatan konten kajian penelitian agar lebih tajam serta sejalan dengan misi serta fokus KPP maka dilakukan rapat persiapan pre-study yang dilakukan pada tanggal 12 Juli 2012 (List peserta rapat terlampir). Rapat tersebut bertujuan penyamaan persepsi studi Kemeneg PPPA dengan para peneliti serta finalisasi instrumen studi. Dalam kesempatan tersebut diusulkan isu pengasuhan anak agar bisa sekaligus digali 5 pada saat kajian. Disamping itu, Kemeneg PPPA akan menyediakan software yang berfungsi untuk pengelolaam prioritas kebutuhan masyarakat. 2. Teknis Pelaksanaan Persiapan teknis pelaksanaan di lapangan dilakukan Kemeneg PPPA bersama mitra lokal seperti PKK, komunitas masyarakat, organisasi masyarakat di tiga wilayah sementara terkait metodologi persyaratan peserta berkoordinasi dengan pihak peneliti. Persiapan yang dilakukan di lapangan meliputi penentuan tiga kategori kelompok perempuan (ibu rumah tangga, perempuan wira usaha dan perempuan penggiat sosial), jumlah peserta, tempat pelaksanaan, logistik serta undangan dikoordinir oleh mitra lokal. 1.2.2 Pelaksanaan 1.2.2.1 Tempat a. DKI Jakarta Lokasi studi di Provinsi DKI Jakarta dipilih daerah Cempaka Mas, Jakarta Timur. Tempat pelaksanaan FGD dilakukan di rumah Ibu Lina Purba salah seorang penggiat IT pada perempuan di Jl. Swadaya IV, Cempaka Batu. b. Kabupaten Kendal Kegiatan dilakukan di Kantor Desa Jambe Kusuma pada 13-15 Agustus 2012. c. Kota Bandung Pelaksanaan studi dilakukan pada 29 hingga 31 Agustus 2012 di SD Islam Baitul Hikmah dari dengan bekerja sama dengan PKK dan sekolah islam yang terletak di Kompleks Mekar Indah, Kelurahan Cijerah. 1.2.2.2 Fasilitator (pemandu diskusi) Pelaksanaan diskusi dipandu oleh 3 (tiga) orang fasilitator yang sekaligus sebagai peneliti. Di setiap diskusi dipandu oleh 3 (tiga) orang. Satu fasilitator bertugas sebagai fasilitator utama sementara fasilitator lain membantu merangkup dan menuliskan pendapat yang disampaikan oleh para peserta di kertas plano sementara lainnya mendokumentasikan proses selama diskusi berlangsung. Proses dokumentasi penting dilakukan selain mendokumentasikan proses diskusi, melihat mimik muka peserta, suasana diskusi yang real dan dapat membantu analisis hasil studi.Sebelum proses dokumentasi dimulai, penting untuk meminta ijindan kesediaan para pesertauntuk pelaksanaan dokumentasi . Tekankan bahwa proses dokumenasi bertujuan agar setiap informasi yang didapat dari peserta dapat terekam dengan baik sehingga tidak ada informasi yang hilang. 6 1.2.2.3 Peserta Peserta diskusi terdiri dari 3 kelompok perempuan yang termasuk dalam kategori ibu rumah tangga, perempuan wira usaha dan perempuan penggiat sosial. Para peserta memiliki karakteristik yang beragam baik usia, jumlah anak, dan aktivitas keseharian. A. Jakarta Tabel 1.1a Karakteristik Kelompok Ibu Rumah Tangga Jakarta No. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Yeni Endang Lia Mulyati Nurwahyu 6. 7. Nur’aini Eko 8. Utin Keluarga 2 anak 2 anak ( 12 tahun dan 6 tahun) 3 anak (2 putri, 1 putra) 2 anak (1 menikah dan 1 SMA) 2 anak putra (9 tahun SD dan 5 tahun) 1 anak (7 tahun SD) 5 anak (1 anak menikah tinggal sendiri dan 4 anak tinggal di rumah) 2 anak (sudah menikah), 3 cucu 9. Wanti 2 anak (sudah menikah) 10. 11. Nurohmah Dewi 12. Rum 2 anak (SD dan 1 tahun) 2 anak putra dan putri (kelas 3 dan 1 SMP) IRT, 3 anak (SD dan bayi), Aktivitas IRT IRT IRT IRT IRT dan PAUD IRT IRT IRT, aktif di PAUD posyandu, PKK dan majelisTa’lim IRT, kegiatan PAUD dan PKK IRT IRT IRT, kegiatan PKK dan majelis ta’lim Tabel 1.1b Karakteristik Kelompok WirausahaJakarta No. 1. Nama Yaya 2. Nurul 3. Yuli 4. Leonora 5. Darmi 6. Nunik Keluarga 2 anak (kuliah semester 5 dan SMA) 2 anak (kelas 5 SD dan 2 SD) 2 anak (6 tahun dan 3 tahun) 3 anak (SMP kelas 3, SD kelas 5 dan 3) 2 anak (1 meninggal dan 1 SMP) 3 anak (kuliah dan SD) 7 Aktivitas Warung Agen asuransi bumi putera syariah dan jual air mineral, pengajar PAUD, Bimbel baca, ngajar TPA pengajar PAUD, salon jualan, MLM (Sophie M, Tupperware, paloma) pengajar PAUD, usaha kantin (di Kemenkes dan menara 7. Wati 8. Endang 9. 10. 11. April Sami Tati 12. 13. Feni Umi 2 anak (2 tahun dan 9 tahun) 5 anak (udah berumah tangga, kuliah, SMA, TK) 2 anak (kerja dan SMP) 1 anak (26 tahun) 2 anak (SD dan SMA) 3 anak (2 kerja dan SD) bidakara) warung/kelontong IRT dan salon, pengajar PAUD dan jualan IRT dan berjualan peyek pengajar PAUD, rias pengantin pengajar PAUD, percetakan Ibu Rumah tangga, pedagang Tabel 1.1c Karakteristik Kelompok Penggiat Sosial Jakarta No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama Sumiati Zum Muji Yushis Wati Farida Keluarga 3 anak (1 kuliah) 7. Rini 3 anak 8. Sukengsih 4 anak dan 8 cucu 9. 10. Wiwi Desi 3 Anak (Kuliah) 4 anak 11. Nana 4 anak, 2 cucu Aktivitas PKK PKK (Poslansia) Ibu RW, PKK PKK Ibu RW 5, PKK dan PAUD PKK, PAUD, Pokja Kelurahan dan Kader PAUD, Posyandu, Majlis Ta’lim, dan PKK keluarahan Posyandu, Jumantik, Pokja IV Kelurahan TPA, Majlis Ta’lim Posyandu Lansia, Jumantik, PKK Ibu RW 04, LSM, Aisyiah, Pembina TK/TPA, dan Bendahara Partai 8 B. Kabupaten Kendal Tabel 1.2a Karakteristik Kelompok Ibu Rumah Tangga Kendal No. 1. Nama Mujiati Keluarga 2 anak: 11 tahun dan 4 tahun 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Sulastri Rafiah Kevia Suryati Jumiati Mukaromah Siti Robiah Nuryati Sri Hasanah 1 anak (7 tahun) 1 anak (8 tahun) 1 anak (7 tahun) 6 anak dan 6 cucu 3 anak dan 5 cucu 1 anak(1 tahun) 11. Anik Kartini 1 anak (2 tahun) 2 anak (14 tahun dan 6 tahun) 1 anak (Usia 4 tahun) 12. Supriyanti 1 anak: (Usia 4 tahun) 13. 14. 15. Musyarif Mawanah Ainah 2 anak 2 anak: 14 tahun dan 2 tahun IRT Aktivitas Ibu rumah tangga (IRT), PKK IRT dan Berdagang IRT, Jualan Kue Lebaran IRT IRT IRT IRT IRT Jual telur bebek IRT, Buka kantin sekolah IRT, Jual barang-barang kredit (panci Jual sate ayam keliling (bantu suami) IRT IRT, produksi kerudung payet Tabel 1.2b Karakteristik Kelompok Penggiat Sosial Kendal No. 1. 2. Nama Afifah Hamidah Keluarga 2 anak 4 anak dan 6 cucu Aktivitas PKK lebih kurang 15 tahun Muslimat NU selama 35 tahun 3. 4. Musafidah Nurfaizah 1 anak 2 anak 5. Emi 5 anak 6. 7. 8. Hj. Kiswati Wariyem Siti Zulfa 4 anak 3 anak 4 anak 9. Muadzimah belum punya anak 10. 11. 12. 13. Siti Mahmudah Siti Aminah Mu’nisah Subaedah 2 anak 5 anak 1 anak 2 anak PKK selama ± 10 tahun PKK dan posyandu ( sekitar 8 tahun) PKK dan posyandu (± 17 tahun) serta PNPM PKK (± 10 tahun) PKK (± 15 tahun) PKK dan posyandu (± 10 tahun), Majelis taklim (TPQ Al-Qur’an ± 1 tahun), PKK lebih kurang 8 tahun TPQ selama ± 18 tahun TPQ (± 4 tahun PKK (± 8 tahun), PNPM, PAU, 9 Tabel 1.2c Karakteristik Kelompok Wirausaha Kendal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. C. Nama Nurjani Nurazizah Sugiarti Siti M Sriyati Nurhayati Siti Juariah Salikati Mahruroh Sulasah Elvi Sumiati Nurmustofiroh Sri Gianti Tarina Keluarga 1 anak 2 anak 2 anak Aktivitas pembuat makanan kecil penjahit, pembatik Pembatik Pembatik Pembatik Pembatik penjahit, pembatik pedagang sembako, pembatik Pembatik Pembatik Pembatik penjual roti, pembatik penjahit, pembatik pedagang buah, pembatik Pembatik 2 anak 3 anak 3 anak 3 anak 2 anak 2 anak 2 anak 3 anak : 2 anak 2 anak 1 anak Kota Bandung Tabel 1.3a Karakteristik Kelompok Ibu Rumah Tangga Bandung No. 1. Nama Siti Rohmah 2. 3. 4. 5. Huzaenah Yeyet Susilowati Titin 6. Pini 7. Yuliati 8. Tri Hartati 9. Samsiah 10. 11. Zarkasi Ambar 12. Rina Keluarga 6 anak dan 3 orang cucu 5 anak dan 3 cucu 3 anak dan 3 cucu 3 Anak 2 Anak, anak sudah diatas 20 th 3 anak, anak sudah diatas 20 tahun 3 anak, anak usia 14 tahun 3 anak (12 tahun, 6 tahun, dan 2 tahun) 2 anak, usia diatas 30 tahun 5 Anak, cucu 12 2 anak (usia 25 tahun dan 23 tahun) 2 Anak 10 Aktivitas IRT dan Ketua RT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT dan Guru SD IRT IRT IRT IRT, Aktivis pemuda mesjid, karyawan yayasan Tabel 1.3b Karakteristik Kelompok Penggiat Sosial Bandung No. 1. Nama Elida Keluarga 5 anak (sulung: 32 tahun, bungsu: masih kuliah). 2 anak (sulung berusia 28 tahun dan bungsu: 20 tahun) 6 anak (sulung berusia 42 tahun dan bungsu 34 tahun) serta 11 cucu. 4 anak 2. Hariati 3. Ipah 4. Mimi 5. Nani 6. Yeti 7. Tati 8. Entin 9. Lucia 10. Dwi 2 anak (1 orang bekerja) dan 2 cucu. 1 orang anak 11. Juju 4 orang anak, 10 cucu. 12. Oneng S 2 anak 3 anak (26-32 tahun serta 2 orang menikah) dan 1 cucu 2 anak 3 anak (2 orang sudah menikah 5 anak Aktivitas kader Posyandu ± 10 tahun kader Posyandu dan PKK ± 10 tahun, Kader Posyandu dan PKK ± 23 tahun Sekretaris Kelurahan ± 30 tahun, kader Posyandu, aktivis RW aktif di Kelurahan, RW,RT, kader Posyandu ± 26 tahun Kader PKK ± 23 tahun serta Pengurus PKK Kota Bandung kader Posyandu ± 29 tahun, aktif di PKK dan RT kader Posyandu, RT . kader PKK ± 33 tahun. Aktif di Majelis Taklim Kader PKK ± 22 tahun. Aktif di Posyandu kader PKK ± 25 tahun, aktif di Posyandu, RW dan RT Ketua RT ± 27 tahun, kader Posyandu IRT dan majelis taklim Tabel 1.1c Karakteristik Kelompok Wirausaha Bandung No. 1. Nama Maemurah Keluarga 5 anak dan 9 cucu 2. Siti Aminah 2 anak 3. Maisaroh 4 anak 4. Sri 4 anak 5. Neneng 6 anak 6. Evis 1 anak, 1 cucu 7. 8. Tince Ida 3 anak, 2 anak dan 3 cucu 11 Aktivitas IRT, Pernah memiliki warung(4 tahun) dan katering IRT< elektronik (suku cadang anter, 3 tahun) Usaha pesanan kue basah (20 tahun) IRT dan usaha laundry, salon, galon dan gas (8 tahun) IRT dan Usaha warung ( sekitar 10 tahun) catering/jahit/warung sayur (≥ 30 tahun) butik (10 tahun) Berjualan pakaian (2003-2005), usaha bengkel motor serta kelontongan (± 9 tahun) 9. Popy 3 anak dan 1 cucu 10. Cicah 3 anak dan 5 cucu 11. 12. 13 14 Lilis Siti maimunah Purwanto Nurul Hapsari 2 anak 5 anak, 11 cucu 2 anak, 2 cucu 1 anak 15 16 Hj. Euis Wiwik Evi Nursuriya 4 anak 3 anak Usaha pembuatan konveksi (sprei) alat tulis (± 4 tahun) IRT dan Warung (4 tahun), kredit baju (± 30 tahun) warung+usaha kecil (4 tahun) catering/pesanan kue (19 tahun) jamu instan/herbal (6 tahun) :, bantal kesehatan lewat internet (1 tahun) warung (5 tahun) kredit pakaian (3 tahun) 2.2.1.1 Waktu dan Lama Pelaksanaan Pengambilan data di JakartaTimur dilakukan dalam 2 hari yakni pada tanggal 17 dan 18 Juli 2012. Sementara itu di Kendal terlaksana tanggal 13 dan 15 Agustus 2012 danKota Bandung pada 29 dan 31 Agustus (jadwal terlampir). Pelaksanaan kegiatan menyesuaikan dengan jadwal waktu luang ibu-ibu setempat. 2.2.1.2 Teknis Pelaksanaan a. Perkenalan Pelaksanaan FGD dimulai dengan proses perkenalan peserta, tim fasilitator, dan tim dari KPPPA. Proses perkenalan menjadi sangat penting karena dapat mencairkan suasana menjadi lebih nyaman sehingga proses diskusi menjadi lebih terbuka dan nyaman satu sama lain. Diskusi Sebelum memulai diskusi fasilitator menekankan bahwa dalam forum diskusi setiap peserta memiliki hak yang sama untuk berpendapat, sehingga tidak ada pendapat yang dianggap benar maupun salah serta menjelaskan bahwa informasi yang peserta berikan akan dijaga kerahasiaannya (privacy dan confidenciality). Hal ini dilakukan untuk mendorong setiap peserta memberikan pendapatnya tanpa merasa sungkan dan takut. Proses diskusi dimulai dengan menggali kebutuhan informasi peserta disesuaikan dengan latar aktivitas kelompok dengan menggunakan kertas metaplan warna-warni. 12 Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan pada metaplan minimal 3 jenis informasi yang dibutuhkan sesuai perannya sebagai IRT, penggiat sosial dan pelaku ekonomi. Diharapkan melalui kertas metaplan tersebut dapat mendorong para peserta untuk bisa menuangkan beragam pendapat mereka mengenai jenis kebutuhan informasi yang mereka butuhkan sehari-hari. Selanjutnya dari hasil yang didapatkan dari peserta, fasilitator memilah dan mengelompokkan jenis-jenis kebutuhan informasi tersebut. Hasil tersebut menjadi bahan penggalian informasi dalam proses diskusi selanjutnya. Fasilitator dituntut untuk piawai dan mampu membawakan proses diskusi agar suasana menjadi lebih hidup dan mampu mendorong memberikan kenyamanan peserta untuk memberikan opini dan pendapatnya. Selain itu, fasilitator seyogyanya lebih peka terhadap situasi, proses diskusi dan kondisi setiap peserta baik yang dominan, cenderung diam maupun terkadang melakukan judgmental. Selain itu para fasilitator harus mampu menangani setiap masalah dengan arif. b. Penutup Setelah informasi yang dibutuhkan dirasa telah cukup menjawab tujuan studi, FGD ditutup dengan ucapan terima kasih kepada peserta dengan menekankan bahwa informasi yang mereka sampaikan menjadi masukan yang sangat penting dalam pembuatan kebijakan pemerintah selanjutnya. 13 BAB II HASIL IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEREMPUAN TERHADAP INFORMASI DI JAKARTA, KENDAL, DAN BANDUNG Focus Group Discussion ( FGD) yang telah dilaksanakan selama3 hari dengan 3 kelompok perempuan yang berbeda yakni, perempuan Ibu Rumah Tangga, perempuan yang aktif dalam kegiatan wirausaha dan perempuan penggiat sosial berhasil memetakan adanya kebutuhan informasi yang beragam pada perempuan terkait dengan aktivitas kesehariannya. Lokasi penelitian di tiga wilayah yaitu Jakarta, Kendal (Jawa Tengah), dan Bandung (Jawa Barat). Dari pelaksanaan FGD, secara umum kami menemukan bahwa kebutuhan perempuan terhadap informasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah: kondisi sosial ekonomi wilayah, aktivitas keseharian baik dalam keluarga, sosial kemasyarakatan maupun pekerjaan. Perempuan yang tinggal di wilayah dengan karakteristik perkotaan seperti Jakarta ataupun Bandung relatif lebih terpapar oleh perkembangan teknologi informasi, sehingga rata-rata telah mengetahui tentang apa itu internet dan manfaat yang diperoleh bila mengakses internet, terlebih bila mereka memiliki aktivitas di arena publik. Hal itu berbeda dengan kondisi perempuan yang tinggal di wilayah kabupaten Kendal (Jawa Tengah), ketersediaan akses internet relatif lebih sedikit dan konektivitas juga belum optimal kualitasnya. Kemampuan ekonomi juga menjadi faktor yang mempengaruhi akses terhadap teknologi baik itu telepon seluler maupun internet. Mereka yang terbatas secara ekonomi akan kesulitan untuk mengakses teknologi informasi manakala ketersediaannya di ruang publik membutuhkan biaya (berbayar). Faktor selanjutnya adalah yang terkait dengan usia perempuan dan tanggung jawab keluarga yang diembannya. Perempuan berusia relatif muda (dibawah 50 tahun) yang berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya yang masih duduk di sekolah dasar memiliki aktivitas dan kebutuhan informasi yang relatif berbeda dengan perempuan yang anak-anaknya telah menginjak usia remaja bahkan telah berkeluarga dan memberikan cucu (usia 50 tahun ke atas). Para ibu yang telah berusia menginjak lanjut usia relatif memiliki lebih banyak waktu luang karena tanggungjawab pengasuhan anak telah berkurang seiring dengan kondisi anak yang telah dewasa dan hidup mandiri. Dalam hal ini kebutuhan informasi yang dirasakan perempuan lebih mengarah kepada kebutuhan yang lebih personal seperti informasi tentang memperdalam agama, menyiapkan bekal untuk akhirat, tata cara beribadah, meningkatkan iman taqwa, cara dan kegiatan untuk mengisi waktu luang, maupun 14 informasi yang terkait dengan tempat wisata yang bisa dikunjungi. Berbeda dengan para ibu yang anak-anaknya masih di usia balita, maupun sekolah dasar (SD), kebutuhan informasi yang dirasakan oleh perempuan sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk bisa mendampingi anak dalam belajar, menambah pengetahuan terkait dengan proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikologis, serta keinginan untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan suami dan anak. Keragaman jenis informasi juga dipengaruhi oleh aktivitas sosial kemasyarakatan yang digeluti oleh perempuan, apakah itu sebagai kader psoyandu, penggiat PKK, organisasi keagamaan, Majelis Taklim, partai politik maupun bila bergiat di sektor ekonomi. Untuk mengetahui secara detil identifikasi kebutuhan informasi yang dirasakan oleh peserta FGD, kendala serta harapan yang dikemukakan peserta berdasarkan pengelompokkan di tiga wilayah,berikut ini pemaparan lengkapnya. II.1 Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Ibu Rumah Tangga Secara umum, karakteristik peserta FGD kelompok ibu rumah tangga (IRT) cukup variatif dari segi usia, dari ibu muda sampai ibu yang sudah memiliki cucu. Khusus untuk wilayah Bandung, karakteristik usia didominasi oleh perempuan dengan usia lebih dari 50 tahun. Jumlah anak yang dimiliki minimal 1 orang dan maksimal 6 orang. Aktifitas seharihari selain menjadi ibu rumah tangga, ada yang menjadi tenaga pendidik di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sekolah dasar swasta, penjual kue dan produsen kerudung payet. Selain itu juga ada yang ikut dalam kegiatan sosial di wilayahnya seperti posyandu, PKK dan majlis ta’lim. Tabel 2.1a Karakteristik Peserta FGD Kelompok Ibu Rumah Tangga per Wilayah Kelompok Ibu Rumah Tangga Jumlah anak Jakarta Kendal 1-5 anak, usia 1th - >18 th, 1-6 orang, usia 1ada juga yang telah 14 tahun, beberapa mempunyai cucu orang ibu telah memiliki cucu 15 Bandung 2-6 orang dengan usia rata-rata diatas 14 tahun, ada juga ibu peserta yang telah memiliki cucu Aktifitas Ibu rumah tangga, Ibu rumah tangga, Ibu rumah tangga, Posyandu, pengajar PAUD, penjual kue, pengajar, aktif di PKK, Majelis Taklim produsen kerudung Yayasan payet Pada kelompok IRT Jakarta terbagi menjadi beberapa isu pokok yaitu pendidikan, kesehatan, psikologi anak, ekonomi, agama, rumah tangga (Kekerasan Dalam Rumah Tangga/KDRT), umum dan hak sipil. Sedangkan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh kelompok perempuan ibu rumah tangga di Kendal hampir sama dengan kebutuhan ibu rumah tangga di wilayah lain, namun lebih fokus kepada kebutuhan informasi yang terkait dengan anak dan keluarga seperti yang terkait dengan pendidikan anak, psikologi anak, kesehatan anak dan juga upaya peningkatan pendapatan keluarga melalui usaha kecil. Kebutuhan informasi kelompok perempuan di Bandung, sedikit berbeda dengan kelompok perempuan lainnya di dua lokasi sebelumnya. Ada kebutuhan informasi yang tidak disebutkan di wilayah Jakarta dan Kendal seperti adanya kebutuhan informasi tentang tempat-tempat wisata, cara menghabiskan waktu yang efektif, cara menghilangkan rasa lelah setelah beraktifitas rumah tangga dan juga kebutuhan informasi agama yang lebih dalam. Salah satunya adalah kebutuhan informasi tentang aliran-aliran agama atau organisasiorganisasi agama yang disinyalir sesat, cara membedakannya, dan apa saja langkah yang perlu dilakukan jika salah satu warga mengikuti hal tersebut. Hal menarik yang muncul dalam pelaksanaan FGD di wilayah Bandung yang tidak diungkapkan oleh peserta FGD di wilayah lainnya adalah kebutuhan terhadap informasi agama dan juga tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kebutuhan informasi obyek wisata ini muncul dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah Bandung yang terkenal sebagai salah satu tujuan wisata yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Bandung yang terkenal dengan julukannya sebagai “ Paris the Java-nya Indonesia” banyak menawarkan obyek wisata yang diminati oleh masyarakat luas. Namun ternyata, di kalangan masyarakat Bandung khususnya peserta FGD, informasi tentang tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi ini masih dirasakan kurang, sehingga mereka mengharapkan ada cara yang lebih cepat dan sederhana untuk segera mengetahui kemana tujuan wisata yang menarik pada saat membutuhkan penyegaran di sela-sela aktivitas sehari-hari yang sibuk. 16 Berikut penuturan salah seorang peserta FGD: “Hiburan yang apa em sekiranya bisa dijadikan penglelah. Saya kan sebagai ibu rumah tangga, anaknya masih pada kecilkecil, setelah itu kan saya ngajar disekolah, kan otomatis lelah ya, mengurusi anak disekolah, anak dirumah, nah lalu hiburan apa nih yang efektif dan efisien untuk ibu rumah tangga.” (FGD IRT, Bandung) Kebutuhan informasi yang terkait dengan agama dituturkan oleh salah seorang peserta FGD berikut ini : “...itu informasi tentang perkumpulan, perkumpulan, yah informasi tentang perkumpulan, yah agama, kita yah kan bukannya sekarang mau banyak melecehkan perkumpulan suatu organisasi atau yah ga lah ya, kan kadang-kadang ada organisasi yang menjerumuskan iya, menyimpang, nah kita kan ga tau mana yang menyimpang mana yang nggak, kan orang semua berkedok agama, sebagai orang luar kita si alhamdulillah masih biasanya aja, tapi kan hal-hal seperti itu butuh informasi juga gitu ya...” ( FGD IRT, Bandung) Sedangkan pada kelompok perempuan di Kendal, kebutuhan dasar merupakan hal yang utama, karena kondisi ekonomi mereka yang masih pas-pasan. “Gini Bu, kita punya penghasilan pas-pasan tapi koq harga melambung jadi mahal sedangkan itukan kebutuhan yang paling pokok, nah bagaimana kita bisa membagi antara kebutuhan yang pokok itu dengan kebutuhan yang lainnya. Sedangkan kita punya kebutuhan lain seperti anak sekolah, tabungan.. Cara mengembangkan usaha rumahan yang tepat, misalkan kita mempunyai kelebihan atau ketrampilan tapi kadang kita tidak dapat mewujudkan takut salah. Kadang ibuibu di desakan ada yang pandai membuat apa tapi diakan tidak pandai untuk memasarkan. Karena itu cara yang tepat itu bagaimana?”(FGD IRT, Kendal) 17 Dapat disimpulkan prioritas informasi pada ibu rumah tangga di Jakarta adalah pendidikan, kesehatan, pengetahuan umum dan ekonomi. Sedangkan Prioritas kebutuhan informasi pada ibu rumah tangga di Kendal yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi dan internet (cara penggunaan yang tepat). Terakhir prioritas kebutuhan informasi pada ibu rumah tangga di Bandung yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Hampir semua kelompok di semua lokasi menyebutkan jenis media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi adalah jenis media umum seperti televisi, majalah, koran dan radio. Sebagian kecil juga memaparkan bahwa buku atau bulletin dan internet menjadi salah satu media yang sering digunakan. Hal penting yang perlu digarisbawahi adalah bahwa jenis media yang sangat penting bagi semua kelompok perempuan adalah handphone/mobile phone. Beberapa peserta juga menyatakan bahwa mereka menggunakan Black Berry Messangers/BBM untuk memudahkan mereka mendapat informasi dengan cepat.Dari segi ketersediaan media, semua kelompok di Jakarta menyebutkan hampir semua media yang disebutkan ada, namun untuk internet, tidak semua peserta memiliki komputer di rumah. Hal berbeda dengan perempuan di Kendal, akses internet merupakan hal yang langka, tidak semua peserta tahu dimana mereka bisa mengakses internet. Sedangkan dari segi kepemilikan, hampir semua peserta mengaku tidak memiliki komputer di rumahnya. Dalam upayanya memenuhi kebutuhan informasi yang telah diidentifikasi pada sesi awal diskusi, para perempuan di tiga wilayah pelaksanaan FGD memilih media yang beragam yang tersedia di masyarakat diantaranya adalah a. Media cetak ( buku, koran, majalah, tabloid, bulletin) b. Media non cetak yang terdiri dari radio, televisi, internet, handphone (dengan beragam jenisnya) Berikut pernyataan beberapa peserta diskusi menjawab pertanyaan tentang media yang biasanya dipilih, digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dirasakannya: “...radio, TV, majalah, HP, Koran, dari tetangga ngobrolngobrol, dari teman computer, internet...” (FGD IRT, Jakarta) “kalo saya di majalah yang saya langganan tuh udah cukup, karena yang saya butuhkan kan ga banyak, mungkin yang penting aja ya, karena anak saya udah gede-gede, jadi kayaknya masalah rumah tangga yang paling penting, karena disitu ada rubric psikologi hehehe disitu aja udah masuk. Terus kalo masih ada yang kurang, chatting ya, cari browsing di internet....” (FGD IRT, Jakarta) 18 “...belum, aku sih cuman dikit-dikit aja hehehe little-litle I can lah hehe, ya ngetik juga bisa, di FB paling sering saya kalo masuk FB,...” (FGD IRT, Jakarta) “sebenarnya tahu informasi itu bisa didapat dari internet. Tapi gak tahu cara pakainya.” (FGD IRT, Kendal) “kadang juga bisa pake hape ya hape...” (FGD IRT, bandung) Hal yang menarik dari ungkapan responden di atas adalah keberadaan Face Book (FB) sebagai media yang populer di kalangan ibu-ibu, yang biasa mereka akses sebagian besar melalui handphone dan sangat sedikit yang mengakses melalui komputer. Sebagian besar perempuan peserta diskusi rata-rata mengakui mengetahui tentang situs jejaring sosial FB, beberapa dari mereka bahkan aktif mengakses melalui handphone-nya. Namun demikian ada pula dari mereka yang tidak memiliki account FB, atau bahkan mengalami hambatan dalam mengakses FB mereka karena tidak disetujui oleh suami. Terlihat disini otoritas pengambil keputusan atas kesempatan mengakses situs jejaring sosial bukan di tangan perempuan sendiri, melainkan oleh pasangan mereka dengan berbagai alasan dari kecemburuan, gaptek, maupun kekhawatiran mengganggu harmonitas keluarga, mengganggu aktivitas perempuan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya. Selain itu, temuan yang juga cukup menarik adalah bahwa perempuan di kota besar seperti Jakarta dan Bandung sudah terpapar dan mengenal media sosial seperti FB walaupun tidak semua yang memiliki account FB, berbeda dengan perempuan di kota yang lebih kecil seperti Kendal. Perempuan di Kendal bahkan sama sekali belum pernah mendengar istilah FB, apalagi untuk mengetahui cara untuk mengaksesnya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan informasi, masih banyak perempuan yang mengalami keterbatasan kesempatan dalam mengakses informasi baik karena alasan tiadanya hak kepemilikan atas media/teknologi informasi, kurangnya pengetahuan dan penguasaan teknologi. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut sebagian besar perempuan peserta diskusi menyebutkan peran penting dari suami dan anak-anak mereka yang dirasakan lebih mengetahui dan menguasai IPTEK khususnya internet guna membantu mereka memenuhi kebutuhan informasi mereka. Pilihan ini dilatarbelakangi karena kedekatan hubungan sebagai satu keluarga. 19 “ ..... saya bisa, kalo di dampingi anak saya, jadi kalo ada apa-apa...” (FGD IRT, Jakarta) IRT di Bandung juga mengiyakan pentingnya peran anak untuk mendampingi mereka dalam mengakses internet namun karena anak-anaknya sudah tidak tinggal dalam satu rumah menyebabkan mereka mengalami kesulitan karena tidak memiliki pendamping untuk membantu mereka mengakses internet.Diluar anak dan suami, peserta mengidentifikasi peran teman-teman, saudara sebagai pihak yang bisa membantu pada saat mereka mengalami kesulitan mengakses informasi yang dibutuhkan. “Biasanya saya gitu memberitahukan bahwa akan ada penyuluhan mengenai kanker dari produsen mana, memang dijelaskan mengenai kanker tapi tidak terlalu detail karena lebih banyak demo, tapi minimal kita sedikit ada pengetahuannya dan mengetahui pencegahannya.” (FGD IRT, Bandung). Jika ditarik benang merah dari semua peserta di tiga lokasi terkait hambatan yang ditemui dalam pemenuhan kebutuhan informasi adalah tidak mengerti cara menggunakan media untuk mengakses informasi sepeti pada media internet. Selain itu hambatannya adalah kesibukan ibu-ibu dalam kegiatan rumah tangga sepeti mengurus anak juga merupakan hambatan. Selain itu, informasi juga dapat diperoleh melalui relasi Interpersonal, melalui institusi maupun forum-forum perkumpulan yang berkembang di masyarakat dan di tingkat komunitas, seperti Majelis Taklim, PKK, Posyandu, dsb. . Dari hasil diskusi dengan IRT di Bandung, untuk perempuan yang aktif di majlis ta’lim, seringkali informasi yang mereka dibutuhkan dapat terpenuhi melalui informasi yang disosialisasikan di majlis tersebut. Hal tersebut juga sama dengan IRT di wilayah lain namun yang berbeda institusinya, seperti di Kendal, sanggar merupakan perkumpulan penting dimana informasi beredar selain di PKK dan Posyandu. Sedangkan Jakarta, lebih beragam, selain PKK, IRT Jakarta menyebutkan beberapa lembaga pemerintah, swasta dan LSM yang membantu mereka mengakses informasi. Peserta mengidentifikasi beberapa lembaga/institusi yang selama ini dirasakan membantu mereka dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan, diantaranya adalah KPPA, 20 Komnas Anak dan Perempuan, BNN Badan Narkotika Nasional. Ada pula program KERMIT (Kelompok Remaja melek IT) yang dilaksanakan secara rutin di rumah ibu Leni yang menyediakan pelatihan peningkatan pengetahuan tentang teknologi informasi. “..Komnas Anak dan Perempuan itu masuk juga...Soalnya kalo ada permasalahan rumah tangga KDRT langsung...” (FGD IRT, Jakarta) “kebetulan saya ikut seminar diii kalo PKK ada PIK ya, nah dari PIK itu dilanjutkan juga disuruh ke Komnas Wanita” (FGD IRT, Jakarta) “KERMIT (Kelompok Remaja Melek IT), sementara ini masih remaja, boleh buat ibu-ibu... ini ga ada yang mau ibu-ibunya disuruh dateng.. tapi untuk ibu-ibu sendiri sih sudah beberapa kali pelatihan yang dasar mikrosoft office, secara menggunakan internet. Cuman memang setengah-setengah jalan...” (FGD IRT, Jakarta) Beberapa peserta mengakui adanya upaya dari pemerintah maupun lembaga lain guna meningkatkan pengetahuan tentang IPTEK melalui pelatihan teknologi informasi, namun tidak semua peluang ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Banyak perempuan yang mengalami kendala waktu, tenaga karena berbagai tugas dan tanggung jawab di keluarga yang akhirnya menghalangi keikutsertaan mereka dalam pelatihan yang ditawarkan, sungguhpun mereka tertarik untuk mengikutinya. Beberapa alasan yang diungkapkan diantaranya adalah: “...jadi timingnya kurang pas..” (FGD IRT, Jakarta) “penyampaiannya itu kurang luas mba, jadi kalangan tertentu aja yang bisa kalo ada pelatihan,.... orang-orang tertentu, orang-orang terdekat, tidak semua tahu. Ada yang pengen ikut tapi ga tahu...” (FGD IRT, Jakarta) Para perempuan peserta diskusi di tiga wilayah mengakui bahwa tidak semua kebutuhan informasi yang mereka rasakan dapat terpenuhi dengan baik oleh media yang tersedia di masyarakat. Beberapa pernyataan dari peserta terkait hambatan yang mereka rasakan seperti keterbatasan penyediaan informasi oleh media, kurangnya pengetahuan dan keterampilan 21 dalam mengakses informasi melalui media internet, biaya untuk menggunakan media yang cukup mahal dan juga sinyal atau loading yang lambat. Selain itu ada juga kelompok ibu rumah tangga dari Bandung yang mengungkapkan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi adalah waktu untuk mengakses informasi tidak ada karena waktunya sudah habis untuk mengerjakan urusan rumah tangga. “ medianya tidak menyediakan....” ( FGD IRT, Jakarta) “...nah itu justru, kita sebagai ibu rumah tangga yah jangan samapi ketinggalan lah berita yang up to date, sekarang saya harus bisa juga gitu bagaimana sekarang misalkan anak bayi dia tiba-tiba nangis tanpa ada apa-apa, nah kita kan bisa cari dinternet, mungkin karena bayi sedang kembung, jadi harus kita inikan bagaimana cara menanganinya, jadi, sekarang pengetahuan lebih canggih, ga perlu kemana-mana, tinggal cari aja dinternet, tinggal buka. Hanya kendalanya ibu-ibu sekarang agak males gitu ya, karena biasanya lebih ke pekerjaan dan keluarga gitu ya, jadi sekarang pengennya ada komunitas ibu-ibu yang belajar intenet lah gitu.“ (FGD IRT, Bandung) Dari hasil diskusi terungkap bahwa program-program pemerintah seperti diantaranya adalah Pusat Community Access Point (CAP), Layanan Informasi Kecamatan (PLIK), dan Mobile Layanan Informasi Kecamatan (M-PLIK) yang telah diluncurkan ke masyarakat ternyata belum banyak diketahui dan dikenal, khususnya oleh peserta FGD di tiga wilayah. Harapan secara umum pada kelompok ibu rumah tangga di wilayah Jakarta adalah jika nantinya akan ada kebijakan terkait informasi untuk perempuan melalui internet adanya pelatihan tentang IT yang “friendly” dengan perempuan seperti pelatihan tidak terlalu menyita waktu, kurang lebih 2-3 jam saja dalam sehari, frekuensinya tidak sering, cukup 2 kali saja dalam seminggu selain itu tempat pelatihan mudah dijangkau dan bagi perempuan yang memiliki anak dibawah lima tahun diperbolehkan untuk mengajak anaknya dalam pelatihan. Selain itu semua peserta di tiga wilayah menyebutkan bahwa materi sebaiknya 22 masih materi dasar tentang cara penggunaan internet dari awal menghidupkan komputer sampai bagaimana melakukan pencarian data. Secara umum, harapan terkait pelatihan yang diharapkan oleh perempuan ibu rumah tangga di setiap lokasi untuk peningkatan kapasitasnya dalam teknologi informasi memiliki beberapa syarat yang mereka sampaikan, diantaranya: 1. Waktunya tepat Jadwal pelatihan dapat sesuai dengan waktu luang ibu “ya siang, siang kaya gini aja...” 2. Durasi waktu training singkat Durasi pelaksanaan pelatihan maksimal 2-3 jam “adanya training dengan syarat waktunya jangan terlalu mepet ..” “ iya,.. urusan rumah pertama,.. iya setelah zuhur...” 3. Dapat membawa serta anak Agar tetap dapat tugas dan fungsinya dalam keluarga, mereka menyarankan bahwa mereka dapat membawa serta anak yang masih membutuhkan pengasuhan intensif selama pelatihan. “mereka punya baby, ga tau babynya boleh dibawa barang kali..” 4. Materi pelatihan Materi disesuaikan dengan kemampuan dasar peserta “..karena gini kan bu, eranya beda, jaman dulu kita era era informasi ini belum, pas anak kita udah booming ya, tapi memang kita harus, kalo kita ga mau ketinggalan, kita memang harus ngejar juga, jangan gaptek-gaptek banget, minimal dasar-dasarnya bisa,..” “iya, anak sekarang kan lebih pinter dari kita, ga kalo kita juga bodoh ntar kita dibohongin terus malah ntar, dia bilang lagi belajar, taunya yang lain ya ga..” Begitupula terkait teknologi, harapan perempuan memiliki kriteria seperti mudah dipahami dan diaplikasikan. “lebih sederhana lagi dari handphone ya, ga setiap ibu juga mampu kan dan terjangkau ama kita nih, terus bisa ga sih misalnya saya gaptek, saya cuma punya esia, pencet aja tombol A, lo udah keluar tuh konsultasi lo gitu bu...” (FGD IRT, Jakarta) 23 Selain itu harapannya juga terkait manfaat dari programselanjutnya seperti ada pendampingan untuk bisa mengaplikasikan kemampuannya untuk sesuatu yang bermanfaat seperti membantu manajemen data di masyarakat dan juga berbagi ilmu ke perempuan di wilayah lain sehingga ilmu dan bakat mereka bisa berkembang. “...ya mungkin itu nanti kedepannya akan seperti itu kedepannya dengan komputer supaya data yang ada di RW lengkap dengan ininya, kita ga cari-cari lagi. Harus ngumpulin dari RT-RT data apa-apa gitu, data kesehatan, data warga se-RT ada berapa warganya, ada yang orang Islam berapa, ada yang kan itu bisa jadinya” (FGD IRT, Bandung) “...biasanya di desa itu ada pertemuan, pasti ada. Baik itu taklim atau PKK, jadi ibu-ibu yang memiliki bakat itu bisa dikembangkan di acara PKK itu. Misalkan ada pelatihan, mungkin kalau ada yang bisa ikut pelatihan nanti bisa ngajarkan ibu-ibu yang lain yang gak bisa ikut pelatihan di acara PKK itu. Disinikan satu RW ada empat RT, misalkan yang ikut pelatihan dari RT 1 satu orang, dari RT 2 satu orang. Jadi yang mengembangkan dari RT per RT itu yang ikut pelatihan ini. Kan tiap RT juga ada perkumpulan.” (FGD IRT, Kendal) Hal lain yang menarik terungkap dalam wawancara dengan salah seorang peserta FGD yakni seorang ibu rumah tangga yang memiliki anak yang telah dewasa, hidup mandiri lepas dari orangtuanya. Si ibu menuturkan bahwa dirinya menyadari pentingnya penguasaan internet sebagai salah satu media penyedia informasi yang luas dan beragam, namun karena tidak memilik sarana dan prasarana untuk akses internet, maka selama ini dia harus meminta bantuan anak-anaknya untuk browshing internet di warnet terdekat dari rumah. Si Ibu mengaku enggan untuk pergi sendiri ke warnet karena beranggapan bahwa warnet itu tempatnya orang muda, sehingga dia malu bila harus berbaur dengan kaum muda di internet. Karenanya si Ibu berharap nantinya pemerintah cukup tanggap dengan kebutuhan para Ibu yang mendambakan ruang khusus untuk akses internet yang tidak berbaur dengan anak-anak muda, agar tidak segan dan malu bila kurang menguasai teknologinya. 24 Untuk informasi lebih lengkap, bisa dilihat dalam tabel 2.1b di bawah ini. Tabel 2.1b Matriks Identifikasi Kebutuhan Perempuan Kelompok Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Jakarta Kendal Bandung Tangga Kebutuhan Pendidikan Pendidikan Pendidikan Pengasuhan anak Jadwal masuk dan Biaya sekolah libur anak sekolah Pola belajar Info terkait syarat & Cara Info tentang tips cara untuk memperoleh memahamianak membatasi anak Beasiswa remaja nonton TV Info terkait Sekolah Perencanaan pendidikan dan terbaik perkembangan Bimbingan belajar anak. Pengumuman Info terkait syarat & penerimaan siswa di cara untuk sekolah negeri -online memperoleh Panduan belajar anak Beasiswa 25 Kesehatan Informasi dasar kesehatan Info Pengobatan- herbal Info penyakit umum maupun terkait organ reproduksi perempuan Kesehatan lingkungan Pemeliharaan Kesehatan wanita PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat) Info tumbuh kembang anak Makanan sehat Psikologi anak Cara penanganan anak / pengasuhan anak Psikologi keluarga Ekonomi Peluang usaha Informasi harga murah/discount sembako, produk elektronik, rumah tangga Hak sipil Cara memperoleh/memperp 26 Kesehatan Info Pengobatan sederhana jika anak sakit Info makanan sehat untuk Gizi anak, Info alat kontrasepsi & efek sampingnya Perawatan ibu hamil Info terkait penyakit pada organ reproduksi perempua informasi pemeriksaan, pap smear Kesehatan Penyakit umum pada anak Penyakit pada lansia. Pengobatan alternatif (herbal). Gejala-gejala dini penyakit perempuan dan pencegahan (preventif dan Promotif) Informasi makanan sehat/perlindungan konsumen. Psikologi anak Perkembangan anak sesuai usia (balita, remaja/ABG) Relasi suami istri komunikasi yang tepat Bagaimana mengetahui bakat anak dan mengarahkan dengan tepat Bagaimana cara mengatasi anak nakal, penakut, rewel Psikologi anak Ekonomi Info peluang usaha, home industry Harga kebutuhan pokok, sembako Cara berternak yang baik Selera konsumen Cara atasi serangan hama (seperti tikus) Cara mengelola keuangan keluarga Ekonomi Harga sembako Peluang usaha yang cocok Modal usaha yang cukup Jenis usaha/trend usaha Mekanisme cara mendapatkan modal. Tumbuh kembang anak Cara pendidikan anak. Psikologi remaja. Informasi Publik dan Hak Warga Negara anjang Kartu kependudukan (KTP) Keluarga Info Penangangan KDRT ke kepolisian & PUSKESMAS Agama Tausiyah/ceramah/nasih at agama tentang pemecahan masalah keluarga dan rumah tangga Informasi haji atau umrah murah (harga dll) Teknologi informasi Informasi tentang internet Bagaimana akses untuk mencari informasi yang dibutuhkan Keluarga Bagaimana menjaga keharmonisan keluarga Buku, Informasi, berita terkini situasi negara, masyarakat Info lalu lintas Informasi E-KTP Keluarga Relasi, etika komunikasi keluarga, (pasangan, anak). Cara penyelesaian konflik anak dan orang tua. Info cara Penanganan kasus KDRT, kecelakaan, ke lembaga berwenang. Agama Organisasi keagamaan (aliranaliran sesat) Cara pendidikan agama kepada anak (ibadah), aqidah. Umum& Hiburan InfoTempat wisata dengan biaya yang terjangkau cara efektif dan efisien mengatasi kelelahan Resep masakan Umum Menu makanan Cara memasak IT Cara browsing Link-link yang penting Penyuluhan internet. 27 Prioritas Kebutuhan Jenis Media Dan Teknologi Informasi 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Ekonomi 1. 2. 3. 4. Jenis Media Cetak : Majalah Koran Buletin Elektronik (TV, Radio) HP : BB-an, browsing info Ketersediaan media Merasa sudah cukup tersedia di majalah Belum semua terpenuhi Organisasi/institusi Lansia (posbindu) Majelis taklim KPPA (KDRT) PIK (Pusat Informasi Keluarga) hotline Kermit (kelurga remaja melek IT) BNN (Badan Narkotika Nasional) penyuluhan Komnas Perempuan Ahlinya (misalnya Psikolog) Forum seminar Yayasan kanker Upaya Pemenuhan Hambatan Kesehatan Pendidikan Ekonomi Info internet & penggunaannya 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Ekonomi - Jenis Media - Cetak (Koran, Majalah) - Elektronik (TV, Radio) - Handphone (SMS) Jenis Media - Cetak - Elektronik: TV, Radio (MQ, Mara, Oz, L) - Handphone (BBM SMS) - Internet Organisasi/institusi/ informal - Teman-teman, orang yang lebih tahu, tetangga, saudara, orang tua - Pengajian - Kader posyandu - Penyuluhan Organisasi/institusi/ informal - PenyuluhandiRW Suami Anak Orang tua Teman Sendiri Teman Suami Minta pertolongan keluarga Sinyal HP tidak bagus Koneksi Internet lambat Sibuk urus anak dan urusan rumah tangga Biaya akses internet mahal Koneksi Internet lambat Kurang Koneksi internet lambat ( 1 jam) Sibuk dengan multi peran Biaya Akses internet 28 Harapan Ada teknologi yang ramah,mudah diakses, murah, sederhana bagi IRT (HP) Keluhan / masukan ditanggapi Ada pelatihan ttg IT Sosialisasi program dan informasi 29 pengetahuan/pem ahamantentang internet mahal, tapi tetapdiakses untuk anak sekolah Gagap teknologi. Informasi tentang internet masih kurang . Tidak ada yang mendampingi dalam mengakses internet Sulit mencari waktu Pelatihan IT internet Tentang: Cara menggunakan komputer, laptop Cara mengakses internet Waktu pelatihan ± 2 – 3 jam sore hari, setelah asar Lama pelatihan minimal 2x seminggu sampai bisa Instruktur, pelatih 1 instruktur untuk 2 peserta Ada bantuan komputer Tempat pelatihan: balai desa atau di lingkungan setempat Follow up pasca pelatihan ada kegiatan untuk pengembangan Sosialisasi & dorongan Pemerintah agar masyarakat mengakses internet. Bantuan komputer -> untuk bantu pendataan terkomputerisasi Penyediaan informasi yang dibutuhkan. Ada SDM lokal yang bisa mengoperasikan program komputer. Pelatihan internet pada ibu Waktu : sore + 4 sore -> setelah kesibukan rumah selesai, waktu disesuaikan. Frekuensi : 1 minggu 2 kali. Tempat : balai RW Tujuan disosialisasikan -> manfaatnya penggunaan internet. Pasca pelatihan -> bentuk kumpulan ibu-ibu ‘sharing info” , membangun usaha bersama. II.2 Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Penggiat Sosial Karakteristik peserta FGD kelompok penggiat sosial dari segi usia berbeda jika dibandingkan dengan kelompok ibu rumah tangga,terlihat variasinya cukup besar, rata-rata usia di atas 40 tahun walaupun dari segi jumlah anak yang dimiliki sama yaitu 1-6 anak.Sedangkan pengalaman menjadi penggiat sosial, rata-rata sudah lebih dari 8 tahun bahkan ada peserta dari wilayah Bandung yang memiliki pengalaman menjadi penggiat sosial lebih dari 30 tahun. Adapun institusi/wadah atau organisasi dimana peserta menjadi penggiat sosial adalah PKK, Guru PAUD/TPQ, Posyandu, anggota Aisyiah/Muslimat NU, Pengurus masjid, pengurus partai, anggota LSM, dan anggota majelis Taklim. Tabel 2.2a Karakteristik Peserta FGD Kelompok Penggiat Sosial per Wilayah Kelompok Penggiat Sosial Jakarta Kendal Bandung Jumlah anak 1-5 orang anak 1-5 orang, usia 1- 2-6 orang, anak17 tahun, ada ibu anak telah dewasa, yg telah memiliki kuliah bahkan ada cucu yang telah menikah, beberapa orang ibu telah memiliki cucu Aktivitas PKK, Guru PAUD, Posyandu, Majelis Taklim, anggota Aisyiah, Pengurus masjid, pengurus partai, LSM PKK, Guru TPQ, Posyandu, Majelis Taklim, anggota Muslimat NU PKK, Posyandu, Majelis Taklim, ketua RT, sekretaris di kelurahan. Pengalaman dalam Pengalaman dalam organisasi + 8-35 organisasi + 10-35 tahun tahun Secara umum,pada kelompok ibu penggiat sosialbeberapa isu yang muncul hampir sama dengan yang disebutkan oleh kelompok IRT yaitu kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan pribadinya sebagai seorang perempuan atau seorang ibu seperti isu tentang pendidikan anak, kesehatan diri dan anak, psikologi (lebih umum tidak hanya psikologi anak), ekonomi, agama, rumah tangga, hak sipil. Namun ada isu-isu spesifik yang dikemukakan berbeda seperti pembinaan kader. Informasi pembinaan kader meliputi cara merekrut kader baru, pelatihan apa saja yang penting bagi kader, alokasi dana pemerintah 30 untuk kader, bagaimana meningkatkan motivasi kader, cara memberikan informasi ke masyarakat. Walaupun secara umum informasi yang dibutuhkan hampir sama, di setiap lokasi memiliki perbedaan yang cukup signifikan dari segi prioritas kebutuhannya. Di Jakarta, isu tentang bagaimana merekrut kader sangat penting dan jadi prioritas bagi mereka, selain itu penggiat sosial di Jakarta membutuhkan informasi terkait IPTEK yang akan menunjang perannya sebagai penggiat sosial seperti bagaimana cara membuat laporan (seperti laporan posyandu atau PKK) yang mudah melalui komputer. Sedangkan di Kendal, kebutuhan informasi yang menjadi penting menurut mereka adalah bagaimana mengembangkan kewirausahaan. Hal ini diyakini penting karena kebutuhan ekonomi sangat mendesak dan jika mereka bisa tahu informasi tentang kewirausahaan, mereka juga bisa mendorong masyarakat untuk juga ikut mengembangkan usaha kecil bersama mereka. Sedangkan kebutuhan informasi kelompok perempuan penggiat sosialdi Bandung hampir sama namun ada hal yang ingin diperdalam terkait dengan kesehatan yaitu informasi yang terkait dengan pengobatan alternatif (herbal), tanaman obat keluarga, penyakit usia lanjut dan makanan sehat. Alasan yang mendasari kebutuhan informasi tersebut menjadi hal penting adalah karena masyarakat seringkali bertanya tentang informasi tersebut terkait perannya sebagai penggiat sosial yang sering menjadi rujukan untuk informasi. Pada kelompok penggiat sosialdi semua lokasi, informasi tentang kebutuhan individu tidak hanya penting untuk diri mereka sendiri namun juga penting bagi masyarakat yang mereka dampingi, karena hal-hal yang umum tersebut seringkali ditanyakan oleh masyarakat kepada mereka selaku penggiat sosial. Informasi seputar kesehatan perempuan, penyakit degeneratif, kesehatan lingkungan seperti pengelolaan sampah, usaha simpan pinjam adalah informasi yang sering ditanyakan. Dapat disimpulkan, prioritas infomasi yang dibutuhkan sebagai seorang penggiat sosial di Jakarta adalah informasi pembinaan kader dan informasi tentang teknologi dalam membuat laporan. Pada kelompok penggiat sosial di Kendal, prioritas pada kebutuhan informasi terkait wirausaha, pendidikan dan kesehatan anak. Sedangkan pada kelompok penggiat sosial di Bandung, informasi yang diprioritaskan adalah informasi tentang pembinaan kader dan informasi tentang kesehatan. Terkait dengan kesehatan, banyak peserta yang mengharapkan adanya penyediaan informasi yang tepat dari sumber yang dapat dipercaya dan mudah diakses mengingat banyaknya terpaan iklan yang berlomba-lomba memberikan informasi 31 yang bersifat persuasif dan seolah meyakinkan guna membujuk pemirsa untuk membeli produk tertentu. Seperti yang disebutkan oleh salah satu peserta FGD dari Bandung berikut ini. “Kesehatan anak dan ibu hamil. Berhubungan dengan ibu hamil, saya pernah menghadiri sebuah seminar tentang itu. Para dokter yang menjadi narasumber tidak pernah menganjurkan para ibu hamil mengonsumsi produk “susu khusus untuk ibu hamil”. Itu hanya iklan dan diimbau agar tidak terpengaruh. Dokter mengatakan, sebaiknya ibu hamil makan makanan yang bergizi langsung. Namun iklan di media menyebutkan kandungan gizi terbaik dalam produknya, seperti omega dan DHA yang penting bagi kualitas pertumbuhan janin mauun setelah melahirkan. Pertentangan informasi seperti itu bagi kami sangat membingungkan. Dampaknya, saya pernah melihat seorang ibu dari golongan ekonomi mengesampingkan kurang ASI bagi mampu bayinya (buruh pabrik) justru dan memaksakan diri memberinya susu formula.”( FGD penggiat sosial, Bandung) Sementara itu, informasi yang terkait dengan harga-harga kebutuhan pokok, peluang usaha, cara mendapatkan modal juga dirasakan sangat penting oleh peserta. “Biasalah ibu rumahtangga, selalu memantau harga kebutuhan pokok. Baru-baru ini kami baca di koran perajin tahu yang kesulitan atau malah bangkrut karena harga kacang (kedele) yang naik tinggi sekali. Itu satu contoh saja karena ada saudara saya yang menjadi perajin tahu. Sebenarnya kami resah dengan harga-harga kebutuhan pokok yang naik terus.” (FGD penggiat sosial, Bandung) “Selain itu dampak yang kami cemaskan akibat harga kebutuhan yang naik terus adalah maraknya makanan tak sehat di pasaran. Penggunaan pemanis buatan yang jauh lebih murah daripada gula asli pada makanan makin meluas. Sama halnya dengan pemakaian pengawet seperti formalin dan boraks pada ayam dan daging untuk memperpanjang umur penjualan. Ayam/daging yang telah berusia 3 hari masih kelihatan segar akibat pemakaian formalin dan boraks dan dijual dengan harga murah dibanding ayam/daging segar sebenarnya (tanpa boraks/formalin). Kami ingin sekali mengetahui bahanbahan yang berbahaya yang kerap digunakan dalam pengolahan bahan makanan.” (FGD penggiat sosial, Bandung) 32 “Saya pikir informasi mengenai peluang usaha sangat penting bagi kami. Terutama informasi permodalan, jenis usaha dan pemasarannya. Kami ingin mengetahui cara-cara dan persyaratan yang mesti dipenuhi agar kami bisa mendapatkan modal usaha. Jenis usaha yang hasilnya bisa dengan mudah dipasarkan serta bagaimana pemasarannya itu sendiri juga kami butuhkan” (FGD Penggiat sosial, Bandung). Selain itu, hampir sama dengan kebutuhan informasi pada kelompok ibu rumah tangga di Bandung, pada kelompok penggiat sosial, kebutuhan informasi tentang rekreasi juga merupakan hal yang menjadi kebutuhan. “kami juga perlu informasi tempat rekreasi untuk piknik dan mungkin belanja (shopping), tapi yang murah…” ( FGD penggiat sosial, Bandung) Media informasi yang paling banyak disebutkan oleh perempuan di setiap lokasi sebagai penyedia informasi adalah televisi. Namun menurut partisipan, media televisi hanya menyediakan informasi yang bersifat umum, tidak spesifik dan sesuai dengan kebutuhan informasi yang telah disebutkan mereka sebelumnya. Informasi lain mereka dapatkan dari institusi pemerintah (Dinkes, KPP, Deperindag, Kepolisian, Pemkab Kendal) atau non pemerintah seperti organisasi masyarakat (fatayat NU), Yayasan Kanker, Majlis Taklim, KKN mahasiswa. Terakhir, informasi juga mereka dapat dari hubungan personal seperti dengan keluarga, teman, kolega ataupun informasi dari kader posyandu. Dalam rangka upaya pemenuhan informasi yang sulit diakses oleh perempuan sepeti informasi yang diperoleh melalui media internet, semua peserta menjawab pentingnya bantuan dari suami dan anak, kerabat terdekat dan teman. Pada kelompok penggiat sosial hal yang spesifik dalam upaya pemenuhan informasi adalah dengan mengikuti pelatihanpelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga, wadah atau institusi dimana mereka aktif seperti yang sudah disebutkan di atas. Seperti yang disebutkan oleh penggiat sosial di Bandung. “Biasanya dalam aktifitas Posyandu, PKK dan silaturrahim bulanan di RT kami mendapatkan informasi dari pihak RT, RW, Kelurahan dan seterusnya. Kami juga memanfaatkan kesempatan itu untuk saling bertukar informasi antara kita.” ( FGD Penggiat sosial, bandung) 33 Di sisi lain, hampir sama dengan kelompok ibu rumah tangga, banyak peserta FGD yang menyadari bahwa kebutuhan informasi yang semakin beragam dapat dipenuhi dengan cepat bila bisa memanfaatkan akses internet. Namun karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan (gaptek) mereka memilih untuk mencari informasi melalui media lainnya (selain internet), kalaupun ingin menggunakan akses internet, mereka akan meminta bantuan kepada orang-orang terdekatnya. “Kita tak bisa memungkiri bahwa kita ingin tahu berbagai peristiwa kapan dan di mana saja. Kita juga tahu itu bisa didapatkan lewat internet. Namun karena gaptek itu, kita jadi agak malas melakukannya. Sedangkan jika minta bantuan pada anak, ada perbedaan pola pikir yang kentara. Anak-anak sekarang akrab dengan teknologi informasi dan perangkatnya (gadget dll), kita tidak. Begitu juga dengan daya serap, itu sudah hukum alam bahwa kemampuan meyerap dan mencerna pengetahuan makin hari makin terbatas. Jadi ketika saya bertanya kepada anak, maka dia bisa menjelaskannya. Namun saya yang tidak mengerti karena dia menjelaskannya terlalu cepat. Sebetulnya yang saya inginkan adalah penjelasan yang sabar, satu demi satu, sesuai denga daya tangkap saya.” ( FGD, Penggiat sosial, Bandung) Menurut saya, kalau menanyakan kepada anak, kita tidak akan bisa menerimanya dengan jelas. Saya rasa jauh lebih baik jika ada pihak ketiga yang memahami pengajaran komputer bagi orang-orang seusia kami.” ( FGD, Penggiat sosial, Bandung) Lewat intrnet kita bisa tahu berbagai hal. Kita ingin mengetahui tafsir Alqur’an, bisa dicari di internet, tempat wisata, belanja, atau resep masakan terbaru bagi yang hobi memasak juga ada “ ( FGD, Penggiat sosial, Bandung) Hambatan juga dirasakan oleh kelompok perempuan penggiat sosial. Adapun hambatan yang dirasakan seperti keterbatasan penyediaan informasi oleh media, kurangnya 34 pengetahuan dan keterampilan dalam mengakses informasi melalui media internet, biaya untuk menggunakan media yang cukup mahal dan juga sinyal atau loading yang lambat. “Pulsanya boros..Kemarin itu saya ngisi Rp 50.000, ...baru dipake 4 hari sudah habis, tinggal Rp 339, Kebetulan saya belum mudeng cara memakaikan pulsa saya lebih murah. Ini informasi aja boros pakenya” (FGD Penggiat Sosial, Kendal) Bagi kelompok penggiat sosial, hambatan utama yang dirasakan adalah kondisi kesehatan mata yang juga menyebabkan sulit untuk membaca dan juga menurunnya daya tangkap dalam mengerti teknologi baru, khususnya bagi penggiat sosial yang berusia di atas 50 tahun seperti dengan penggiat sosial di Bandung. Hal yang juga menarik disebutkan oleh peserta penggiat sosial di Bandung bahwa salah satu hambatan adalah kurangnya dukungan dari suami. “Paling suami aja yang melarang. Biasalah..kadang suami suka cemburu dan selalu mau tahu apa yang kita lakukan. Jika kita punya akun Facebook, suami selalu ingin tahu siapa teman kita, menulis status apa dan sebagainya. Maka dari tiu fasilitas sosialita ini dibuat bermanfaat bisa, dibikin negatif pun gampang.” ( FGD, Penggiat sosial, Bandung) “Sebagian besar suami bisa berinternet, tapi sedikit sekali yang mau mengajarkan pada kita. Tapi jawabnya selalu, “Nanti aja..”(FGD, Penggiat sosial, Bandung) Kalaupun sudah bisa, nanti kita bisa lupa waktu, lupa bebenah, menyuci, memasak dan lain-lain kecuali asyik berjam-jam di depan komputer.” (FGD, Penggiat sosial, Bandung) Hampir seluruh peserta FGD di Jakarta, Kendal maupun Bandung mengharapkan kesempatan mengikuti pelatihan peningkatan IT juga ditindaklanjuti dengan pemberian bantuan penyediaan media teknologi yang dibutuhkan sehingga pengetahuan dan ketrampilan yang telah dikuasai dapat dipraktekkan secara nyata dan benar-benar dapat dirasakan manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan informasi sesuai peran dan tanggungjawab sosial mereka dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat. Disisi lain, para peserta juga umumnya 35 bersedia untuk membagi informasi dan pengetahuan kepada perempuan, ibu-ibu lain yang membutuhkan. Seluruh kelompok perempuan berharap akan dilakukan pelatihan terkait dengan IT atau internet dasar. Pelatihan ini meliputi materi dasar komputer dan internet seperti cara menggunakan komputer, laptop, cara mengakses internet. Partisipan mengusulkan untuk dilakukan pelatihan dua kali dalam seminggu dengan lama waktu pelatihan kurang lebih 2-3 jam. Instruktur pelatihan diharapkan yang menguasai materi namun memahami kondisi ibuibu dan memiliki kesabaran (tidak galak). Adapun jumlah yang direkomendasikan disesuaikan dengan jumlah peserta misalkan dari 3-5 orang peserta ada satu instruktur. “Saya senang jika ibu-ibu di sini semakin canggih. Kita bisa lebih menghemat tenaga dalam menjalankan program kegiatan sosial, Posyandu dan PKK. Bayangkan jika program dari Kelurahan diturunkan ke RW, kemudian diteruskan lagi ke RT sebagai pelaksana akan sangat repot jika tidak ada sarana komunikasi dan informasi yang baik. Internet ini memang sesuatu yang kita harapkan.” ( FGD Penggiat sosial, Bandung) Partisipan juga mengusulkan program lanjutan setelah pelatihan yaitu kegiatan pengembangan dimana ada beberapa fasilitas seperti sanggar dan komputer selain ada upaya pendidikan dan pengembangan. Diharapkan di sanggar tersebut ada pemberian informasi yang bisa diakses setiap hari khususnya pada waktu yang sesuai dengan mereka seperti setelah jam 2 sampai jam 4 sore. Untuk informasi lebih detailnya, bisa dilihat dalam tabel 2.2b di bawah ini. Tabel 2.2b Matriks Identifikasi Kebutuhan Perempuan Kelompok Penggiat Sosial Penggiat Sosial Kebutuhan Informasi Jakarta Kendal Bandung Pembinaan Kader Informasi tentang dana untuk kader Cara merekrut kader baru/recruitment Cara menumbuhkan rasa sosial Wirausaha Bahan baku Modal Cara peningkatan income Membatik Wirausaha yang Pembinaan Kader Kaderisasi pembinaan, program pengembangan, pemberdayaan masyarakat, penyebaran informasi. 36 Kesempatan untuk ikut pelatihan dan melatih kader baru/muda Pembinaan kader/memelihara kader, meningkatkan motivasi kader Tingkatan/strata posyandu Hak-hak kader: jaminan kesehatan kader Pendidikan Non-formal Beasiswa Extra Kurikuler/kegiatan tambahan penting untuk anak Pengumuman penerimaan siswa baru sekolah Sekolah-sekolah yang bagus, peringkat/kualitas Informasi programprogram pemerintah, sekolah gratis 12 tahun. Kesehatan Narkoba Info cara mengetahui Status gizi anak, Obesitas Kesehatan Reproduksi, kanker serviks, pap smear Memilih makanan sehat Informasi cara memperoleh, mempergunakan Jaminan Kesehatan sehat dan nyaman (kantin, tanaman) Pemasaran Cara membuat produk yang bagus, enak Kesehatan Makanan sehat & bergizi untuk anak, Pemberian Makanan Tambahan/PMT, cara memberikan Air Susu Ibu/ASI yang benar Cara mengatasi anak yang hiperaktif Info cara meningkatkan gizi anak Perkembangan anak Pengelolaan Kesehatan lingkungan Kesehatan reproduksi (puasa setelah persalinan, KB, gagal KB, efek samping KB, KB vs Agama) Penyakit degeneratif (kanker serviks) Simpan Pinjam Perempuan (persyaratan) Pendidikan Pendidikan umum (formal dan informal) Pendidikan agama bagi anak dan orang tua Psikologi keluarga agar harmonis Layanan partisipasi publik Tujuan pembuatan E- 37 Agama Ibadah Kualitas hubungan antarmanusia (hablumminannas) Aliran sesat (agama/tarekat)yang berkembang di masyarakat. Kesehatan Menjaga kebugaran Lansia Makanan sehat (tanpa pengawet dll) Penyebab kanker (payudara, serviks, mioma dll). Penyebab, gejala dan pengobatan penyakit HIV. Info & tatacara memperoleh, serta menggunaan Jaminan/ asuransi kesehatan meliputi, Jamkesmas, Jamkesda, Jampersal Kesehatan reproduksi ( ibu hamil, menyusui, KB) Kesehatan ibu dan anak (KIA). Info pengobatan penyakit, Info tentang Poslansia dan Posyandu. Ekonomi Harga kebutuhan pokok Peluang usaha (bisnis) meliputi, jenis usaha, modal dan pemasaran Kegemaran/Hobi Resep/menu makanan Cara mengatasi kejenuhan Masyarakat/Jamkesm as, Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda Info tentang kartu sehat untuk kader Info Pengobatan, serta obat-obatan, termasuk obat herbal Psikologi Tumbuh kembang anak Potensi anak Anak berkebutuhan khusus (autis) “Bocah Gamer”: bagaimana mengatasi anak yang kecanduan main game online Post power sydrome Problematika anak Pengasuhan/pola asuh anak KTP Prosedur dan tarif akte kelahiran Minat Kuliner (resepresep yang enak) Manajemen waktu (supaya tidak gosip) pemanfaatan waktu Tanaman obat keluarga (Toga) Tertier (tempat wisata dll) Program Pemerintah Jaminan persalinan (Jampersal) Jamkesmas, Jamkesda. Pendidikan Jenis institusi Kualitas institusi Biaya dan jurusan (kekhususan) Informasi penerimaan siswa, passing grade dll Beasiswa Teknologi Informasi Cara akses internet Ekonomi Peluang usaha Cara mengelola usaha Jenis usaha untuk perempuan/ibu Sumber dana/permodalan Manajemen usaha pemasaran Sembako: informasi harga standar sembako Penjualan online Pengembangan ekonomi IRT 38 Agama Tausiyah (pesan, nasehat keagamaan) Rumah Tangga KDRT (Penanggulangan, Konselor, Info rujukan, shelter Payung hukum) PIK PR Komunikasi pasangan Membentuk dan menjaga kepercayaan Manajemen waktu Manajemen keuangan keluarga Hak Sipil E-KTP DPT: info tentang hak pilih Info tentang pengurusan kematian: mekanisme pelaporan Akte kelahiran KK (Kartu keluarga) Pemberdayaan perempuan IPTEK Cara menggunakan internet Cara email Cara operasikan komputer Info dasar tentang Penjualan online Proteksi terhadap info negatif/pornografi Cara membuat laporan kegiatan sosial: posyandu, 39 PKK (formatnya) Teknologi mudah untuk melaporkan Prioritas Penggiat Sosial: Pembinaan kader, Individu 1. Kesehatan 2. Pendidikan 3. Ekonomi 4. Info internet cara penggunaan yang tepat Penggiat Sosial: Wirausaha, Pendidikan dan Kesehatan Individu 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Wirausaha 4. Teknologi 5. Pelayanan publik (KTP, administrasi negara) 40 1. Kesehatan 2. Ekonomi 3. Pendidikan dan Agama Media informasi yang diakses/ sumber informasi Jenis Media Cetak (Majalah, Koran, Buletin Elektronik ( TV, Radio HP : BB-an, browsing info Jenis Media Cetak (Koran Elektronik (TV, Radio (radio suara Kendal0 Internet Jenis Media Cetak (Buku, koran dan majalah) HP (SMS, BBM dll). Elektronik(TV dan Radio) Internet Ketersediaan media Merasa sudah cukup tersedia di majalah Belum semua terpenuhi Organisasi/institusi/ Wadah Lansia (posbindu) Majelis taklim KPPA (KDRT) PIK (Pusat Informasi Keluarga) hotline Kermit (kelurga remaja melek IT) BNN (Badan Narkotika Nasional) penyuluhan Komnas Perempuan Ahlinya (misalnya Psikolog) Forum seminar Yayasan kanker Organisasi/institusi/ Wadah Upaya pemenuhan kebutuhan informasi Tanya anak Dibantu suami, cucu Kendala Sinyal buruk Loading lambat (lelet) Sibuk urus anak / RT Suami Anak Orang tua Teman Mushola/masjid pengajian, pegurus masjlis taklim KPP Kepolisian Kadarkum (Kabupaten Kendal) Sinyal buruk Gaptek Loading lambat Biaya akses mahal (cari paket yang hemat) 41 Organisasi/institusi/ Wadah Forum/lembaga (Kelurahan, Puskesmas, PKK, Posyandu, majelis taklim, seminar, papan pengumuman gereja, mahasiswa PBL, produsen obat dll). Anak Gagap teknologi. Beda daya serap keterampilan antara orangtua dan anak. Cara mengajar yang terlalu cepat atau kurang sabar. Keterbatasan/alokasi waktu dan kesempatan, multi burden Kekhawatiran akan kecanduan internet ketika sudah menguasainya yang pasti akan menghabiskan waktu. Harapan Ada teknologi yang ramah, murah, sederhana bagi IRT (HP, ) Teknologi yang mudah diakses Keluhan / masukan ditanggapi Ada pelatihan ttg IT Sosialisasi program dan informasi Materi: dasar komputer Waktu: 2 x dalam seminggu dan 2 jam per hari Gratis Instruktur: 3-5 orang per pelatihan dan jangan yang galak Bantuan fasilitas (komputer) Mendapatkan informasi dan wawasan yang luas Fasilitas tersedia setelah jam 2-4 sore Penambahan dana dan fasilitas bagi PKK dan Posyandu. Fasilitator bisa mengurangi kesenjangan penguasaan IT antara orangtua dan anak. Proses pengajaran yang disesuaikan dengan daya tangkap orangtua. Panduan yang jelas dalam langkah demi langkah. Disediakan pelatihan internet. Adanya wahana bagi perempuan (ibu-ibu) berupa sanggar yang difasilitasi sebagai sarana pembinaan, misalnya 1 unit komputer untuk tiap RW. Tidak gaptek lagi. II.3 Identifikasi Kebutuhan Informasi Kelompok Perempuan Wirausaha Karakteristik peserta kelompok wirausaha hampir sama dengan kelompok perempuan sebelumnya khususnya dalam jumlah anak yaitu sebanyak 1-6 anak. Sedangkan aktivitas dalam wirausaha terdapat beragam jenis seperti penjualan barang, makanan dan jasa. Namun untuk wilayah Kendal, wirausaha yang dilakukan kebanyakan sebagai pembatik karena di wilayah tersebut sedang dikembangkan usaha batik khas Kendal yang didukung oleh pemerintah setempat. 42 Tabel 2.3a Karakteristik Peserta FGD Kelompok Wirausaha per Wilayah Kelompok Wirausaha Jakarta Kendal Bandung 1-5 orang anak, usia SD – 1-3 orang anak kuliah Jumlah anak Aktivitas 1-6 orang anak, usia anak telah dewasa bahkan beberapa ibu peserta yang telah memiliki cucu Pedagang, pengajar, Produsen makanan Penjual kue, buka asuransi, buka warung, kecil, penjahit, warung, usaha percetakan, perias pembatik, laundry,air galon, pengantin, salon pedagang bengkel, konveksi, sembako, jamu instan/herbal, pedagang roti, usaha catering. pedagang buah. Pada kelompok wirausaha Jakarta, kebutuhan informasi utama sebagian besar meliputi bidang usaha yaitu dana, peluang usaha, harga, produk baru, pemasaran, dan karyawan. Selain kebutuhan tersebut, informasi umum, pendidikan, kesehatan, dan psikologi anak juga ditekankan sebagai kebutuhan yang penting.Pada kelompok wirausaha di kabupaten Kendal, sedikit berbeda dari kelompok FGD di wilayah lain karena hampir seluruh informan memiliki usaha batik sehingga infromasi yang dibutuhkan lebih spesifik terkait dengan usaha batik seperti bagaimana pemasaran secara umum dan permodalan. Hal ini didasari oleh kesulitan-kesulitan perempuan dalam mengakses informasi terkait isu tersebut ataupun masih minimnya informasi tersebut. Hal yang juga menarik, ada kebutuhan informasi terkait kesehatan dan keselamatan kerja pembatik seperti informasi mengenai efek samping akibat kerja seperti asma. Adapun informasi yang tergolong spesifik adalah yang terkait dengan kegiatan wirausaha yang dilakukan para perempuan-ibu untuk wilayah Kendal. Kebutuhan informasi lebih banyak tentang seputar usaha pembuatan batik yang ditekuni oleh sebagian besar peserta FGD. Informasi yang banyak dibutuhkan adalah tentang informasi bahan baku yang berkualitas dan murah, informasi cara dan strategi pemasaran produk batik, informasi tentang keselamatan kerja, informasi design, motif yang diminati oleh konsumen batik, cara packaging produk yang menarik, hingga infomasi tentang kegiatan pameran produk yang 43 bisa diikuti oleh pengrajin batik. Berikut penuturan salah seorang peserta tentang informasi yang dibutuhkannya, “ehmm kalo membatik itu mungkin karena keluar asap yah, perlu informasi efek sampingnya..harus bagaimana, harus begini kah untuk menanggulangi....iya, saya memang begitu saya kadang periksa katanya hindari itu asap-asap, padahal saya membatik jadi pada saat itu pakai masker.Terus ingin tahu betul-betul itu berbahaya tidak kalau dilanjutkan, atau ada penanggulanagnnya....(kemudian) pewarna, katanya pewarna itu harus pakai kaos tangan. Kalu ada satupun yang terkena tangan katanya bisa menyebabkan kanker lah itu apa betul ? jadi (ingin tahu) prosedur cara membatik atau cara wirausaha yang sehat gitu ya” (FGD Wirausaha, Kendal) Pada kelompok wirausaha di Jakarta, informasi yang diprioritaskan adalah modal, pemasaran, sumber daya manusia dan bahan baku. Sedangkan pada kelompok wirausaha di Kendal, informasi yang diprioritaskan adalah wirausaha (khususnya terkait permodalan), pendidikan dan kesehatan. Selanjutnya pada kelompok wirausaha di Bandung, prioritas kebutuhan informasi adalah pemodalan, pemasaran, SDM dan bahan baku. Jenis media informasi yang digunakan oleh partisipan di setiap kelompok wilayah Jakarta sangat bervariasi dibandingkan dengan partisipan kelompok perempuan di wilayah lain. Hampir semua jenis media disebutkan dan pernah diakses. Selain itu forum/lembaga,juga disebutkan sebagai sumber informasi penting. Partisipan menyatakan bahwa ada beberapa informasi yang mereka dapatkan dari penyuluhan yang diselenggarakan oleh produsen produk tertentu. Upaya pemenuhan informasi yang sulit diakses oleh perempuan seperti informasi yang diperoleh melalui media internet, partisipan menjawab dengan meminta pertolongan keluarga seperti anak dan suami. Namun demikian, ada pula yang menjawab bahwa salah satu upayanya dengan bertanya pada kader PKK di kelurahan yang tahu bagaimana menggunakan internet.Sementara pada kelompok wirausaha di Kendal, mereka menyatakan mendapat bimbingan langsung untuk mengakses internet dari dinas pembimbingan (Deperindag). 44 Kendala yang dihadapi dalam memenuhi kebutuhan informasi diseluruh wilayah adalah gagap teknologi yaitu tidak tahu cara menggunakan komputer dan tidak bisa mengakses internet, sinyal kadang baik, kadang lambat, biaya terlalu mahal dan ada kekhawatiran akan kecanduan internet dan akan banyak menghabiskan waktu mengakses internet. “ ya itu tadi ya, yang saya bilang internet, tapi kan itu terbentur, tidak semua orang punya, dan tidak semua orang bisa menggunakan, tidak semua orang bisa menggunakan, tidak semua orang bisa mengakses juga...” (FGD wirausaha, Jakarta) “..mungkin juga perangkatnya belum, belum kaya TV, TV kan tiap rumah ada, sekarang computer belum tentu setiap rumah ada, itu mungkin kendalanya juga ya kan ....biasanya HP yang jadul hehehe...” (FGD wirausaha, Jakarta) “ sinyalnya ya kadang-kadang lama...” ( FGD Wirausaha, Kendal) Secara umum, harapan partisipan di tiga wilayah dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi perempuan adalah dengan diselenggarakannya pelatihan komputer dan internet. Materi pelatihan adalah materi dasar yang dibuatkan panduan yang jelas langkah demi langkahnya. Pada kelompok wirausaha, materi yang diharapkan adalah tata cara pembuatan website untuk pemasaran produk. Pelatihan diharapkan dapat dilaksanakan 1 sampai 3 kali seminggu. Lama waktunya 2-3 jam setelah jam 1 siang atau sore. Tempat pelatihan bisa di balai RW, tempat pertemuan warga seperti SDIT, ataupun sanggar khusus. Instruktur disediakan 1 orang untuk 3-5 orang peserta pelatihan dengan kriteria sabar dan menarik dalam penyampaian materi. Metode pengajaran diharapkan disesuaikan dengan daya tangkap peserta. “harapannya diadakan pelatihan, ya katanya ada IT biar kita ga gaptek...” (FGD wirausaha, Jakarta) “kalo IT kayanya belum sama sekali, khusus IT aja, yang basic nya aja, minimal kita ngerti apa sih itu internet minimal begitu, bagaimana sih kita cara buka computer, mungkin dari sekian banyak perempuan belum tau ibu, gitu... kita mau cari apa, ga usah buka youtube itu kan hiburan, kita browsing yang berkaitan dengan bisnis kita kan...”(FGD wirausaha, Jakarta) 45 Namun tidak hanya sekedar pelatihan, fasilitas komputer dan juga sanggar sebaiknya juga disediakan. Hal ini sama dengan harapan pada kelompok penggiat sosial, sanggar juga merupakan hal penting bagi kelompok wirausaha. Sanggar diharapkan adalah wahana bagi perempuan untuk pengembangan diri dan sharing informasi seperti dalam hal pengetahuan dan info membangun usaha kecil. Selain itu diharapkan program pelatihan berkelanjutan, ada pendampingan, monitoring, dan follow upnya. Seperti harapan dari kelompok wirausaha, pasca pelatihan ada pembinaan dalam hal pemasaran dan permodalan. Selanjutnya, partisipan juga merencanakan pasca pelatihan akan ada kegiatan untuk sharing info secara personal & kelompok arisan serta membentuk kelompok usaha untuk memasarkan bersama melalui internet. “kalau seandainya, tadi kan saya mewakili dari kelontongan, kalau kita udah bisa internet, terus pemasaran lebih maju, mungkin kita bisa memproduksi lain, sepertinya kan kalau di kelontongan beranekaragam, macem macem, jadi kalau seandainya kita punya ide, saya mau memproduksi mie, lebih gampang lagi, jadi yang pertamanya mah modal” (FGD Wirausaha, Bandung) Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat dalam tabel 2.3b di bawah ini. Tabel 2.3b Matriks Identifikasi Kebutuhan Perempuan Kelompok Wirausaha Kelompok Wirausaha Jakarta Kendal Kebutuhan Informasi Modal Modal cara mendapatkan Info Penyediaan& persyaratan modal modal usaha Perhitungan, (syarat-syarat, ijin penetapan harga/unit usaha) cost Jenis modal koperasi, Bank, UKM, rentenir Info Perubahan kebijakan Bank Pemasaran tentang modal Via online (tata cara) Prospek konsumen Pusat pemasaran Pemasaran (banyak Cara menarik penampung)/sanggar konsumen agar Informasi tentang beralih membeli pameran-pameran yang ada dan 46 Bandung Modal Info tata cara, persyaratan untuk mendapatkan modal Perluasan usaha Jaminan Institusi pemberi modal Pemasaran Informasi tentang biaya transport Strategi pemasaran Kemasan Tempat produksi Cari pelanggan/ bagaimana caranya Kemasan merk yang berbeda Jemput bola Harga bersaing Cara promosi, mengembangkan alat promosi penjualan misalnya brosur Waktu pemasaran yang tepat waktunya) Informasi trend motif, selera konsumen Informasi bahan baku kain Perlengkapan batik Peningkatkan kreatifitas Bahan penunjang membatik (BBM, minyak tanah langka) Peluang usaha Kesehatan Strategi Info penyakit terkait menghadapi organ reproduksi pesaing perempuan Strategi bisnis Cara menyusui Mobile health sukses Efek samping: Pengelolaan modal penyakit akibar kerja Marketing, menarik (asma) konsumen tertarik Prosedur K3 pada produk kita membatik/usaha Lingkungan Informasi ikut Informasi tentang asosiasi/ikatan bahaya/dampak profesi produk pedagang/wirausah Cara pembuangan a sejenis limbah Harga Harga produk penetapan yang tepat agar tidak rugi Info harga produk sembako Info stok, persedian produk Supply bahan baku/dasar Peralatan untuk produksi SDM Tenaga kerja terampil Orientasi SDM baru Rekruitment system Produk Cara menentukan harga/bersaing Kemasan yang menarik: nilai jual dan menarik pelanggan Kadaluarsa Inovasi dan kreatifitas dalam mengemas produk Design fashion Peralatan untuk memproduksi Jenis alat untuk memproduksi dalam jumlah besar/massal Kualitas alat Tempat penjualan alat murah dan berkualitas Kondisi eksternal Alternatif pengganti cahaya matahari (untuk usaha kacang hijau) Stock Control Penyediaan logistik barang Produk Dimana produsennya ? Info kualitas produk Pengembangan produk Strategi menghadapi pesaing, distributor 47 Penetapan harga produk yg tepat Karyawan Standar pengganjian Masih banyak melibatkan keluarga, tetangga Kesepakatan /kontrak kerja Etika hubungan kerja Umum Resep makanan untuk rumah tangga Pendidikan Biaya pendidikan Kesehatan Informasi untuk mendalami ilmu perawatan tubuh Psikologi Anak Tumbuh Kembang anak Psikologi anak untuk meningkatkan kualitas PAUD Buku-buku cerita, boneka dsb bahan ajar PAUD Dampak negative dari game online Prioritas 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Ekonomi 1. Wirausaha 2. Pendidikan 3. Kesehatan 48 1. 2. 3. 4. Modal Pemasaran SDM Bahan baku Media informasi yang diakses/ sumber informasi Jenis Media Jenis Media Cetak (Majalah, Cetak (Majalah dinding di kabupaten) Koran, Buku Elektronik (TV) Elektronik (TV) Internet Internet, media sosial FB untuk lihat brosur HP, BBM Jenis Media Cetak (Majalah, Tabloid) Elektronik (TV) Internet Kualitas Ketersediaan media Belum semuanya terpenuhi Organisasi/institusi/ Organisasi/institusi/Wa dah, interpersonal Wadah Keluarga, teman Produsen produk Ormas (Fatayat) Kantor pusat Deperindag, perusahaan Dinkes Carefure Yayasan kanker Teman Obrolan di pasar KKN (mahasiswa) Toko langsung Asosiasi profesi Perkumpulan arisan, komunitas Upaya pemenuhan kebutuhan informasi Suami Anak Dibantu suami untuk akses internet Dinas pembimbingan (deperindag) Anak Suami PKK Kelurahan Kendala Gaptek Sarana tak tersedia Waktu pelatihan tidak pas Bergantung pada keluarga yang sudah bisa (malas belajar) Pemerintah belum menyediakan secara memadai sarana IT, pelatihan Informasi masih kurang Gaptek Pemasaran online (tidak bisa akses) Kreatifitas motif (feeling) Bahan baku sulit Modal (kekhawatiran membayar kreditan) Info antar jaringan kurang (motif, pemenuhan kebutuhan) Info gambar/motif Gaptek dan tidak tahu cara memasarkan online Sibuk urus anak/multi burden SDM tidak ada Internet: sinyal lambat Biaya per bulan 50 – 100rb terlalu mahal Info ketersediaan barang di grosir, terutama saat lebaran 49 Harapan keterampilan, untuk ibu-ibu yang belum bekerja batik berbeda antara yang ada di internet dan yang ada Sinyal internet kurang Beban rumah tangga (multi burden) Adanya pelatihan IT dari dasar, internet Info &sosialisasi pelatihan IT harus merata Bantuan modal, pemasaran Ketrampilan masak, menjahit Pembukuan, akuntansi sederhana untuk kelancaran usaha Manajemen pemasaran Pelatihan internet Waktu: yang sesuai dengan waktu luang, 2 jam, seminggu 2 kali Materi: dasar komputer dan dasar internet Instruktur/pelatih: disesuaikan dengan jumlah peserta Penyediaan fasilitas (komputer disediakan dan gratis) Penyediaan sanggar Informasi tentang program pemerintah terkait IT Tidak ada yang tahu tentang PLIK, M-PLIK. Belum pernah dengar Tidak tahu PLIK, tapi ada di Kecamatan Komputer untuk internet hilang 50 Program pelatihan usaha berkelanjutan, ada pendampingan, monitoring, ada follow up, dibantu pemasaran, permodalan. Pemerintah menyediakan modal lunak, tanpa agunan. Program di Kelurahan diperbanyak Pelatihan komputer dan internet (Materi: dasar, pembuatan website untuk pemasaran Disediakan fasilitas komputer Waktu : seminggu 3 kali Lama waktu : 2-3 jam, setelah jam 1 Tempat : sekolah, SDIT Instruktur : 1 instruktur untuk 3-5 orang Rencana pasca pelatihan: - Sharing info secara personal & kelompok arisan - Membentuk kelompok usaha untuk memasarkan bersama melalui internet Tidak pernah dengar BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1 Simpulan Kebutuhan informasi perempuan di tiga wilayah untuk konteks pemenuhan pribadi relatif sama, tidak ada perbedaan signifikan diantara tiga kelompok peserta FGD, yakni informasi terkait kesehatan, pendidikan, ekonomi (usaha), dimana informasi tersebut berhubungan dengan peran dalam keluarga (sebagai istri, ibu). Namun, untuk informasi yang dibutuhkan terkait dengan fungsi & aktivitas sosial yang digelutinya bervariasi diantara kelompok penggiat sosial maupun kelompok wirausaha di ketiga wilayah. Karakteristik demografi perempuan di tiga lokasi memperlihatkan adanya variasi dalam kondisi geografis, sosial, ekonomi yang pada akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi pada tingkat paparan serta aksesibilitasnya terhadap teknologi informasi yang ada. Namun demikian, peluang aksesibilitas yang tinggi tidak dengan sendirinya berbanding lurus pada tingkat pengetahuan dan penguasaan, utilitas terhadap IT (termasuk internet) khususnya dalam hal ini pada perempuan. Kondisi pengetahuan dan penguasaan perempuan terhadap IT di kota Jakarta serta Bandung yang notabene memiliki karakteristik kota besar ternyata juga masih rendah, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan kondisi perempuan di kabupaten Kendal yang memiliki karakteristik geografi, sosial & ekonomi yang berbeda. Sebagian besar perempuan peserta FGD memiliki pengetahuan, kemampuan dan kesempatan akses terhadap teknologi yang rendah. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : Konstruksi peran gender yang memberikan beban lebih kepada perempuan untuk tanggungjawab di ranah domestik dibandingkan dengan laki-laki, seperti pengasuhan anak dan tugas-tugas rumah tangga. Hal iniberimplikasi pada meningkatnya beban pada perempuan, terlebih bila perempuantersebut juga menjalan peran-peran penting di ranah publik, yang ada kemudian adalah beban ganda pada perempuan. Ada kekhawatiran dengan terpaparnya pada teknologi akan berdampak pada kecanduan (pengabaian pada tugas-tugas rumah tangga) bahkan kecemburuan pasangan. Hak kepemilikan perempuan atas properti(dalam hal ini komputer-internet, HP) relatif rendahsehingga otoritas pengambilan keputusan & kesempatan untuk pemanfaatannya (utilitas komputer, internet)relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 51 Kendala pengetahuan, kemampuan/penguasaan IT yang rendah berdampak pada perempuan yang akhirnya cenderung mengandalkan orang lain, keluarga terdekat untuk pemenuhan kebutuhan informasinya. Kelompok perempuan di Bandung dan Jakarta memiliki kekritisan yang cukup besar dibandingkan dengan Kendal, hal ini dikaitkan juga dengan latar belakang pendidikan dan status ekonomi. Dari sisi budaya, ikatan sosial di kabupaten Kendal relatiflebih kuat misal kesediaan untuk iuran, membagi ilmu kepada yang lain, optimalisasi sanggar, ketulusan untuk mau berbagi pengetahuan pada yang membutuhkan. Namun demikian Kota Bandung masih memiliki jiwa untuk sharing informasi satu sama lain dalam kegiatan di lokasi masing-masing. Faktor biaya tidak dijadikan sebagai faktor hambatan dalam mengakses teknologi di kota Jakarta Timur dan Kota Bandung. Perempuan peserta FGD di tiga wilayah pada umumnya masih memiliki semangat untuk belajar dalam teknologi informasi. Mereka berharapadanya sebuah pelatihan IT yang memiliki waktu fleksibel dan sesuai dengan waktu luang mereka, materi dasar IT dan komputer, dengan jumlah instruktur yang cukup serta dapat membimbing mereka, memiliki kesabaran, lama waktunya pelaksanaan tidak terlalu lama (2-3 hari), diijinkan untuk tetap membawa anak Sebagian besar peserta FGD di tiga wilayah menganggap penting adanya follow up dari kegiatan FGD berupa pelatihan IT (internet) dan bantuan sarana prasarana yang menunnjang kemudahan akses terhadap internet. 52 3.2 . Rekomendasi Upaya untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan perempuan dalam hal IT guna meningkatkan produktivitas dirinya perlu diawali dengan penekanan pada perubahan mindset perempuan tentang pentingnyaIT dan manfaat yang dapat diperoleh dengan mengakses internet baik di level personal, keluarga maupun di level komunitas melalui sosialisasi. Sosialisasi dilakukan pada perempuan yang menjadi target program atau sasaran. Program pelatihan IT ( internet) yang akan dilakukan untuk perempuan perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi yang kondusif bagi perempuan terkait kesesuaian waktu, tempat, materi pelatihan, serta instruktur yang akan melatih. Pentingnya menghidupkan kelompok-kelompok perempuan sebagai wadah untuk saling menyebarluaskan informasi, pengetahuan, IT, keterampilan bagi perempuan. Kelompok perempuan tersebut bisa dibentuk baru maupun memanfaatkan kelompok yang telah ada di tingkat komunitas seperti PKK, sanggar pengrajin batik, majelis taklim, dan sebagainya. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga kesinambungan pengetahuan dan kemampuan yang sudah diperoleh saat pelatihan. 53 LAMPIRAN Annex 1 List Peserta Persiapan Turun Lapangan Kamis, 12 Juli 2012 No Nama Heru Kasidi Institusi 1. 2. Pribudiarta KPPA 3. Dede KPPA 4. Nita KPPA 5. Indra KPPA 6. 7. 8. Julie Rostina Erni Agustini Raihana Nadra Konsultan Konsultan Konsultan KPPA Annex 2 Naskah Pertanyaan Diskusi Kelompok Terarah 1. Pertanyaan yang terkait dengan KEBUTUHAN Kebutuhan informasi apa yang sering dirasakan oleh ibu dalam kehidupan yang sehari-hari ? misal: o kesehatan kebijakan dan hukum Layanan (cth: asuransi, jampersal, dll) informasi (KB, imunisasi, kekerasan, jampersal dll) o Pendidikan (cth: sekolah anak, BOS, beasiswa dll) o Hobby (contoh: travelling dll) o Kuliner o Layananan publik (akta kelahiran, KTP, pajak, dll) Catatan : Pada sesi pertama ini Fasillitator dapat mempergunakan metaplan yangdibagikan kepada seluruh peserta untuk dipergunakan menulis jawaban atas pertanyaan di atas. Tujuannya adalah memastikan setiap peserta mengeluarkan pendapatnya, ini berguna sebagai pancingan awal terutama bagi peserta yang masih malu-malu untuk berbicara dalam forum. Namun bagi peserta yang buta huruf ( bila ada) maka fasilitator dapat membantu menuliskan jawaban peserta tersebut. 54 Probing: Fasilitator menanyakan lebih lanjut Motivasi/alasan peserta membutuhkan informasi tersebut. 2. Pertanyaan yang terkait dengan JENIS MEDIA DAN TEKNOLOGI INFORMASI yang ada di masyarakat Media informasi apa saja yang sering digunakan oleh ibu-ibu pada saat ingin mencari informasi yang dibutuhkan ? (pertanyaan ini dimaksudkan untuk menggali konsep dasar IT diantara mereka Probing: penggalian partisipan pada saat menjelaskan ttg media pemenuhan informasi ) Bagaimana kondisi ketersediaan media informasi yang ada di sekitar ibu-ibu selama ini apakah sudah baik, mudah dijangkau atau tidak, murah/mahal dan berkualitas baik ( sesuai dengan harapan) ? Adakah lembaga/ organisasi/ institusi tertentu yang selama ini berperan penting dalam menyediakan media, teknologi informasi kepada masyarakat di sekitar tempat tinggal Ibu ? 3. Pertanyaan yang terkait dengan UPAYA PEMENUHAN kebutuhan informasi Apa yang biasa ibu lakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan ? Adakah orang yang membantu ibu dalam upaya mendapatkan informasi yang dibutuhkan tersebut ? Siapa sajakah orang tersebut, Mengapa memilih yang orang-orang yang tersebut di atas guna membantu ibu mendapatkan informasi yang dibutuhkan? 4. Pertanyaan yang terkait dengan HAMBATAN dalam mengakses sumber informasi. Apa saja hambatan yang dirasakan Ibu dalam proses pencarian informasi tersebut ? Apa saja yang Ibu lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut ? 5. Pertanyaan yang terkait dengan HARAPAN Menurut Ibu apakah pemerintah daerah sudah mampu menyediakan media, teknologi informasi yang memenuhi kebutuhan informasi Ibu ? Terkait dengan kebutuhan informasi yang ibu rasakan selama ini, apa harapan Ibu terhadap pemerintah ? Adakah kebijakan, program tertentu yang ibu harapkan untuk bisa membantu memenuhi kebutuhan informasi yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan produktifitas Ibu dalam aspek ekonomi ? 55 Daftar Rujukan Maslow, Abraham. 1970.Motivation and personality. New York: Harper and Row. xxx, 369 pages. Interest level: academic UNCSTD.1995.Missing links: Gender Equity in Technology and Development, IDRC and UNIFEM, London, UK UNESCO.2007. International Report on Science and Technology, Paris, France 56