plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN
SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP SEL KANKER KOLON WiDr
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Disusun Oleh :
Gigih Prayoga
NIM : 118114020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOLIK DAUN
SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP SEL KANKER KOLON WiDr
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Disusun Oleh :
Gigih Prayoga
NIM : 118114020
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Filipi 4 : 6-7
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucap syukur. Damai
sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Trust in the Lord and Do Good
Holy Spirit Our Guide and Comforter
Kupersembahkan Karyaku untuk :
Allah Bapa Di Surga
My Dad Dwi Sulistyo Utomo, Mom Trisnani, Lil sister Kartika
Sahabat
Almamaterku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Syukur bagi Allah Tritunggal karena atas kasih, berkat dan kemurahanNya, Penulis dapat menyelesakan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
program studi Farmasi.
Penulis telah banyak menerima dukungan selama proses perkuliahan,
penelitian dan penyusunan skripsi. Oleh karena itu, Penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc, Apt. selaku Dosen Pembimbing, Dosen
Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji Skripsi ini serta selaku Kepala
Laboratorium Fakultas Farmasi, atas bimbingan, pengarahan, bantuan,
dukungan, kesabaran, serta masukan kepada penulis dalam penyusunan
dan pelaksanaan skripsi juga ijin yang diberikan sehingga penulis dapat
menggunakan sarana dan prasarana untuk kepentingan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan waktu, masukan, kritik dan saran kepada Penulis.
4. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan waktu, masukan, kritik dan saran kepada Penulis.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang telah mengajar, membantu dan membimbing penulis selama
perkuliahan.
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6. Prof. dr. Supargiyono, Ibu Rumbi, Ibu Juju selaku Supervisor dan Teknisi
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta yang telah membimbing dan membantu selama
pelaksanaan penelitian penulis dengan sabar.
7. Bagian Instalasi Patologi Anatomi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang
telah membantu dalam penelitian ini.
8. Keluarga terkasih, Papa Dwi Sulistyo Utomo, Mama Trisnani, dan adekku
Kartika Cahaya Jati atas segala doa, kepercayaan, semangat, bantuan, dan
kasih sayang yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
tepat waktu dan membanggakan keluarga.
9. Sahabat dari Tim Skripsi Cancer Buster Handika Immanuel, Tjok Gede
Perdana Wiguna, dan Mery Tri Utami atas kerjasama, persahabatan,
bantuan dan kebersamaan selama proses penyusunan skripsi.
10. Isna, Tiara, Ibunya Tiara, Gabriella, Kak Eva yang telah mendukung
skripsi ini.
11. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Kelas FSM A 2011 dan FST A
2011 atas keceriaan, kebersamaan, dan perjuangan yang
tidak akan
terlupakan.
12. Teman-teman Gereja Kerasulan Baru Distrik Yogyakarta atas semangat,
motivasi, dan dukungannya yang membahagiakan.
13. Istiyanti Hapsari, Adhi Priyo Pamungkas, dan Rita Andayani yang
merupakan sahabat dari SMP atas dukungan, motivasi, dan semangat yang
luar biasa.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14. Galih, Yosua, dan mas Yudha sebagai sahabat di kontrakan yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan penghiburan yang luar biasa.
15. Rekan, kerabat, dan sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu atas bantuan, dukungan, dan semangat yang indah.
Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masih ada
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari seluruh pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi kita semua.
Yogyakarta, 15 Juni 2015
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...................................
vi
PRAKATA ..............................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xv
INTISARI ................................................................................................
xvi
ABSTRACT ..............................................................................................
xvii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Perumusan masalah .............................................................................
3
C. Keaslian penelitian ..............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................
5
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA ......................................................
6
A. Karsinogenesis ....................................................................................
6
B. Kanker kolon .......................................................................................
8
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Sel Kanker Kolon WiDr ......................................................................
9
D. Apoptosis dan Nekrosis .......................................................................
10
E. Siklooksigenase 2 (COX-2) .................................................................
13
F. Tanaman Sirih Hijau ...........................................................................
14
1. Deskripsi tanaman ......................................................................... 14
2. Klasifikasi tanaman ....................................................................... 15
3. Kandungan fitokimia ..................................................................... 16
G. Uji sitotoksik dengan metode MTT .....................................................
16
H. Uji Apoptosis dengan Metode Double Staining ...................................
18
I. Uji Imunositokimia ..............................................................................
19
J. Landasan Teori....................................................................................
20
K. Hipotesis .............................................................................................
21
BAB III. METODE PENELITIAN ..........................................................
22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................................
22
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................
22
1. Variabel utama ..............................................................................
22
2. Variabel pengacau .........................................................................
22
3. Definisi operasional ......................................................................
23
C. Bahan Penelitian..................................................................................
24
D. Alat Penelitian.....................................................................................
24
E. Tata Cara Penelitian.............................................................................
25
1. Determinasi tanaman sirih. ...........................................................
25
2. Pembuatan Simplisia ....................................................................
25
3. Ekstrasi daun sirih. .......................................................................
25
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4. Uji Sitotoksik ekstraksi daun sirih dengan metode MTT. ..............
26
5. Uji Apoptosis dengan metode Double Staining.............................
28
6. Pengamatan Ekspresi COX-2 dengan metode imunositokimia ......
29
F. Tata Cara Analisis Hasil......................................................................
31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
34
A. Determinasi Tanaman dan Penyiapan Ekstrak .....................................
34
B. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanolik Daun Sirih Terhadap
Sel Kanker WiDr………… .................................................................
35
C. Uji Apoptosis Ekstrak Etanolik Daun Sirih denngan Metode Double
Staining .............................................................................................
40
D. Uji Penekanan Ekspresi COX-2 Sirih Hujau dengan Metode
Imunositokimia .................................................................................
43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................
48
A. Kesimpulan .......................................................................................
48
B. Saran .................................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
49
LAMPIRAN ..........................................................................................
56
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Distribusi Sel WiDr pada uji apoptosis dengan metode double
staining .................................................................................. 42
Tabel II. Jumlah rata-rata sel sel yang mengekspresikan COX-2 tiap
perlakuan……………………………… ................................. 45
Tabel III. Hasil uji statistic t-test berpasangan ekspresi COX-2 antara
ekstrak etanolik daun sirih hijau dan control sel pada uji
imunositokimia ……………………………… ....................... 46
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan karsinogenesis..............................................................
8
Gambar 2. Perbedaan apoptosis dan nekrosis ........................................... 13
Gambar 3. Tanaman sirih ......................................................................... 14
Gambar 4. Reaksi MTT menjadi formazan ............................................... 17
Gambar 5. Kurva hubungan viabilitas sel dengan konsentrasi ekstrak
etanolik daun sirih ...................................................................
36
Gambar 6. Efek sittotoksik ekstra daun sirih ............................................
38
Gambar 7. Hasil uji double staining ekstrak daun sirih .............................
42
Gambar 8. Hasil imunositokimia sel kanker kolon WiDr .........................
44
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Viabilitas sel kanker kolon WiDr dengan perlakuan ekstrak
Etanolik daun sirih ..................................................................
57
Lampiran 2. Dokumentasi uji sitotoksik dengan metode MTT..................
58
Lampiran 3. Dokumentasi uji double staining ..........................................
59
Lampiran 4. Dokumentasi uji imunositokimia ..........................................
60
Lampiran 5. Hasil analisis statistik uji double staining dan
imunositokimia dengan Program Microsoft Excel 2007 ..........
62
Lampiran 6. Surat keterangan determinasi tanaman sirih ..........................
82
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Tanaman sirih telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.
Uji aktivitas senyawa yang terkandung pada daun sirih sebagai antikanker telah
banyak dilakukan, tetapi belum ada penelitian mengenai aktivitas antikanker daun
sirih pada sel kanker kolon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
antikanker dari ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) terhadap sel kanker
kolon WiDr dan melihat potensinya dalam menghambat protein siklooksigenase
pada kanker kolon.
Efek antikanker dari ekstrak etanol daun sirih diketahui dengan metode 3[4,5-dimetiltiazol-2-il]-2,5-difenil tetrazolium bromida (MTT) pada kanker kolon
WiDr dan dihitung nilai IC50. Uji induksi apoptosis dilakukan dengan metode
double staining menggunakan etidium bromida-akridin oranye. Selanjutnya,
mekanisme molekuler antikanker ekstrak etanol daun sirih diketahui dengan uji
ekspresi siklooksigenase menggunakan metode imunositokimia.
Ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas sitotoksik dan menginduksi
apoptosis dengan nilai IC50 794,23 µg/mL yang dihitung menggunakan regresi
linear Microsoft Excel 2007. Hasil Imunositokimia menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun sirih menekan ekspresi protein siklooksigenase.
Kata kunci : daun Sirih hijau, sel kanker kolon WiDr, siklooksigenase.
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Abstract
Piper betle plant has been proven to inhibit the growth of cancer cells.
Activity test of the compounds contained in Piper betle leaf as anticancer has been
done a lot, but there has not been research about the anticancer activity of Piper
betle leaf extract in colon cancer cells. This study aims to determine the anticancer
activity of the ethanol extract of Piper betle against WiDr colon cancer cells and
to see the potential in inhibiting cyclooxygenase protein in colon cancer.
Anticancer effects of Piper betle leaf etanol extract was known by the
method of 3-[4,5-dimetiltiazol-2-yl]-2.5 diphenyl tetrazolium bromide (MTT) on
WiDr colon cancer and IC50 value was calculated. Apoptosis induction test was
conducted using a double staining method with ethidium bromide-acridine orange.
Furthermore, the molecular mechanism of anticancer Piper betle leaf etanol
extract was known with the expression test of cyclooxygenase using
immunocytochemistry method.
Piper betle leaf extract has cytotoxic activity and induces apoptosis with
IC50 value is 794.23 mg / mL, calculated using linear regression Microsoft Excel
2007. The result of immunocytochemistry shows that the ethanol extract of Piper
betle leaf suppresses expression of cyclooxygenase protein.
Key words: Piper betle leaf, WiDr colon cancer cells, cyclooxygenase.
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data statistik WHO (2012) menyebutkan bahwa 8,2 juta kematian di
dunia diakibatkan oleh penyakit kanker. Kasus kanker kolon menempati urutan
ketiga sebagai jenis kanker yang paling sering diderita. Terdapat lebih dari 1,3
juta kasus kanker kolon dengan 694.000 kematian pada tahun 2012. Kasus kanker
kolon terjadi pada pria sebanyak 746.000 kasus (10,0% dari total kasus kanker
kolon) dan pada wanita sebanyak 614.000 kasus (9,2% dari total kasus kanker
kolon) di dunia. Angka insidensi kanker kolon terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk baik di negara berkembang maupun negara maju.
Penatalaksanaan kanker dilakukan dengan tujuan untuk mengangkat
jaringan kanker terlokalisasi (pembedahan). Pembedahan harus diikuti dengan
kemoterapi atau penyinaran dengan sinar radio aktif sebagai upaya membunuh sel
kanker untuk mengatasi kemungkinan metastasis, namun pada sel kanker darah
dan pada sel kanker yang telah bermetastasis tindakan pembedahan tersebut tidak
dapat dilakukan (King, 2000). Target dari obat-obat kemoterapi yang telah
dikembangkan diarahkan pada pemicuan apoptosis (Lowe dan Lin, 2000).
Non steoridal anti-inflammatory drugs (NSAID) dapat menghambat
metabolit asam arakidonat yang menyebabkan penurunan risiko kanker kolon
(Fournier, 2000). Celecoxib adalah obat non steoridal anti-inflammatory drugs
(NSAID). Celecoxib digunakan untuk mengobati rasa sakit atau peradangan
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
seperti, arthritis, ankylosing spondylitis, dan nyeri haid. Celecoxib juga digunakan
dalam pengobatan polip di usus besar. Celecoxib memiliki mekanisme kerja
menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat cyclooxygenase-2 (COX2). Celecoxib memiliki efek samping seperti, pharingtis, sinusitis, rinitis,
insomnia, aggravated hypertension, hypertension, angina pectoris, coronary
artery disorder, myocardial infarction, heart failure, palpitations, arrhythmia,
kardiotoksisitas, dan menyebabkan resistensi obat sehingga penggunaanya untuk
terapi kanker menjadi terbatas (Pfizer, 2014).
Cyclooxygenase-2 (COX-2) merupakan salah satu target molekuler
spesifik pada kanker kolon WiDr. Sel kanker kolon WiDr mengekspresikan COX2 yang tinggi. Penelitian Brown dan Dubois (2005), membuktikan adanya
peningkatan ekspresi COX-2 pada 85% pasien kanker kolorektal dan pada 50%
pasien adenoma kolorektal. Cyclooxygenase-2 (COX-2) bertanggung jawab
terhadap perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin E2. Prostaglandin E2
dapat menghambat apoptosis pada sel kanker kolon WiDr. Ekspresi COX-2
disebabkan oleh faktor-faktor pertumbuhan seperti epidermal growth factor
(EGF) atau faktor α pertumbuhan tumor dalam sistem sel (Palozza, 2005).
Salah satu bahan alam yang potensial dikembangkan sebagai agen
kemoterapi adalah sirih (Piper betle L.). Sirih merupakan salah satu tanaman obat
yang banyak digunakan di Asia Tenggara (Moeljanto dan Mulyono, 2003).
Berdasarkan hasil uji fitokimia, ekstrak etanol daun sirih mengandung senyawa
tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Kumari dan Rao,
2014). Sirih berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik karena mengandung senyawa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
flavonoid, antrakuinon, dan alkaloid yang dikenal memiliki aktivitas antikanker
(Hasballah, 2005; Jusril, dkk., 2003; Astuti, dkk., 2005). Ekstrak etanol daun sirih
mempunyai efek antikanker dengan nilai IC50 sebesar 24,37 µg/mL terhadap sel
kanker kolon HT-29 (Kangralkan dan Kulkarni, 2013).
Penelitian daun sirih sebagai antikanker kolon WiDr belum pernah
dilakukan sehingga perlu dilakukan skrining awal kemampuan sitotoksik dari
daun sirih hijau pada sel kanker kolon WiDr (model sel kanker yang
mengekspresikan COX-2 tinggi). Metode ekstraksi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah maserasi dengan menggunakan pelarut etanol yang bersifat
polar untuk mendapatkan senyawa flavonoid dalam ekstrak etanol daun sirih.
Pengujian sitotoksisitas ekstrak etanol daun sirih pada kultur sel WiDr
menggunakan metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium
bromida]. Untuk mengetahui jalur kematian sel secara apoptosis atau nekrosis,
dilakukan uji apoptosis menggunakan metode double staining. Setelah itu,
dilakukan uji imunositotokimia yang digunakan untuk mendeteksi ekspresi
protein COX-2 pada sel kanker WiDr.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel
kanker kolon WiDr dan berapa nilai IC50 ekstrak etanol daun sirih terhadap sel
kanker kolon WiDr?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
2. Apakah ekstrak etanol daun sirih menginduksi apoptosis sel kanker kolon
WiDr?
3. Apakah aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih diperantarai oleh
penghambatan ekspresi COX-2?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian terkait daun sirih hijau yang dilakukan oleh Paranjpe, dkk.,
(2013) melaporkan bahwa ekstrak metanol daun sirih memiliki potensi sebagai
antikanker prostat. Penelitian yang dilakukan oleh Widowati, dkk. (2013)
melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih dapat digunakan sebagai anti kanker
serviks. Ekstrak etanol daun sirih memiliki aktivitas antikanker dengan
menghambat proliferasi sel. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa ekstrak
daun sirih memicu terjadinya apoptosis.
Arya Srisadono meneliti tentang skrining awal ekstrak etanol daun sirih
sebagai antikanker dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT). Pemberian
ekstrak etanol daun sirih bersifat sitotoksik terhadap larva Artemia salina Leach
yang ditunjukkan dengan harga LC50 < 1000 µg/mL, sehingga membuktikan
adanya aktivitas antikanker dari ekstrak etanol daun sirih menurut metode BLT.
Sejauh pengamatan peneliti, penelitian tentang efek sitotoksisitas ekstrak etanolik
daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr belum pernah dilakukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang
berguna mengenai efek sitotoksik ekstrak etanol daun sirih pada sel WiDr
untuk penunjang dalam penelitian penemuan obat kanker kedepannya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada
masyarakat dan peneliti tentang potensi daun sirih sebagai alternatif bahan obat
anti kanker kolon.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi sitotoksik serta
mekanisme molekuler ekstrak daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr dan
dijadikan dasar ilmiah untuk mengkaji lebih jauh tentang mekanisme anti kanker
daun sirih.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Karsinogenesis
Karsinogenesis merupakan serangkaian proses berkembangnya kanker
melalui mekanisme multi tahap yang menunjukkan perubahan genetik dan
menyebabkan transformasi progresif sel normal menjadi malignan (ganas)
(Hanahan dan Weinberg, 2000). Karsinogenesis melibatkan inisiasi, promosi,
progresi, dan metastasis. Inisiasi merupakan perubahan spesifik pada DNA sel
target yang menyebabkan proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami
inisiasi dapat kembali ke tingkat normal secara spontan, tetapi pada tingkat lebih
lanjut dapat menjadi ganas. Promosi merupakan tingkat lanjutan dari tahap
inisiasi. Sel-sel mengalami pertumbuhan yang cepat dan berubah menjadi tumor
jinak. Tahap promosi berlangsung lama, bisa lebih dari sepuluh tahun. Tahap
progresi menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas proliferasi,
bersifat invasif, dan potensi metastatiknya meningkat. Metastasis melibatkan
beberapa tahap yang berbeda, termasuk memisahnya sel kanker dari tumor primer,
masuk ke dalam sirkulasi dan melekat pada permukaan jaringan baru (David dan
Shivdasani, 2001). Sel kanker mampu menyerang jaringan lain, merusak jaringan
tersebut dan tumbuh subur diatas jaringan lain (metastasis). Semakin besar
jangkauan metastasis tumor, kanker semakin sulit untuk disembuhkan. Kanker
pada stadium metastasis merupakan penyebab 90% kematian penderita kanker
(Hanahan dan Weinberg, 2000).
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
Kanker memiliki kemampuan berproliferasi akibat pengaktifan
onkogen dengan bantuan promotor walaupun promotor tidak bersifat tumorigenik
(Kumar, dkk., 2007). Sel kanker dapat memproduksi faktor pertumbuhan sendiri
sehingga tidak bergantung pada rangsangan sinyal pertumbuhan dari luar untuk
melakukan proliferasi (Hanahan dan Weinberg, 2000). Kerusakan atau kesalahan
rantai DNA sebagian besar dapat diidentifikasi dan diperbaiki oleh enzim
pengoreksi (proof reading). Enzim pengoreksi memberikan sinyal kepada siklus
sel untuk menghentikan perbaikan sel, jika kesalahan tidak dapat diperbaiki, sel
secara normal akan menghancurkan diri sendiri (self-destruct) (David dan
Shivdasani, 2001).
Sel kanker tidak mengenal program kematian sel yaitu apoptosis.
Protein p53 mampu mencegah replikasi dari DNA yang rusak pada sel normal dan
mendorong penghancuran sendiri dari sel yang mengandung DNA yang tidak
normal. Peristiwa ini disebut apoptosis. Sel kanker akan terus hidup meski
seharusnya mati (immortal). Mutasi gen p53 menyebabkan proliferasi sel yang
tinggi (Hanahan dan Weinberg, 2000).
Sel kanker dapat menembus membran basal dan matriks ekstraselular
kemudian menembus sirkulasi limfatik dan darah. Sel yang bermetastasis
kemudian berinvasi melalui sistem sirkulasi dan akhirnya menemukan lokasi baru
dan berproliferasi membentuk tumor sekunder. Sel kanker dapat membentuk
pembuluh darah baru (neoangiogenesis) untuk mencukupi kebutuhan pangan
dirinya sendiri, pembuluh darah baru ini dapat mengganggu kestabilan jaringan
tempat sel kanker tumbuh (Hanahan dan Weinberg, 2000).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
Sel Normal
Agen perusak DNA
Perbaikan DNA
Kerusakan DNA
Mutasi herediter di:
-
Kegagalan perbaikan DNA
Gen-gen yang
mempengaruhi
perbaikan DNA
Gen-gen yang
mempengaruhi
pertumbuhan sel
atau apoptosis
Mutasi di genom sel
somatik
Pengaktifan proto onkogen yang
mendorong pertumbuhan
Inaktivasi gen penekan
tumor
Proliferasi sel tak terkendali
Perubahan di gen yang
mengendalikan apoptosis
Penurunan Apoptosis
Ekspansi klonal
Angiogenesis
Mutasi tambahan
Lolos dari imunitas
Progresi tumor
Invasi dan matastasis
Neoplasma ganas
Gambar 1. Bagan karsinogenesis (Kumar, dkk., 2005).
B. Kanker kolon
Kanker kolon merupakan kanker yang terjadi di daerah kolon (usus
besar) (Khomsan, 2009). Kanker kolon berawal dari polip adenomatus. Polip ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
tumbuh dari epitelium yang mengalami displasia proliferatif (Price, 2003) yang
disebabkan oleh mutasi gen adenomatus polyposis coli (APC) pada sel epitel
tunggal (Allen, 1995). Aktivitas proliferasi sel yang berlebih pada sel yang
termutasi menyebabkan sel bertansformasi menjadi sel kanker. Kanker kolon
dapat bermetastasis melalui beberapa jalur yaitu invasi langsung dari mukosa ke
peritoneum melalui pembuluh darah dan melalui pembuluh limfe (King, 2000).
Kanker kolon terjadi seperti karsinogenesis pada umumnya. Gen yang
terlibat dalam karsinogenesis kanker kolon digolongkan menjadi 2 tipe. Tipe
pertama yaitu gen penyandi (APC, DCC, dan K-ras) yang berperan dalam
transduksi sinyal saat replikasi sel. Gen tipe kedua yaitu p53, hMSH2, hMLH1,
hPMS1, dan hPMS2 yang merupakan tumor supressor gene, berperan dalam
perbaikan DNA saat terjadi kesalahan dalam replikasi (Calvert and Frucht, 2002).
Pada saat sintesis DNA, tumor supressor gene seperti hMSH2, hMLH1, hPMS1,
dan hPMS2 memiliki peran penting dalam mekanisme proof reading sehingga
akan menekan proses terjadinya mutasi. Protein p53 berfungsi dalam
menghentikan siklus sel ketika terjadi kerusakan DNA sehingga mekanisme
perbaikan DNA dapat berjalan optimal. Selain itu, jika perbaikan tidak berhasil
diatasi, p53 akan memacu apoptosis (Zekri, dkk., 2005).
C. Sel Kanker Kolon WiDr
Kultur sel kanker kolon WiDr merupakan sel adenokarsinoma kolon dari
manusia. Sel ini menghasilkan Carcino Embrionik Antigen (CEA), Colon Spesific
Antigen (CSA), Transforming growth factor beta, keratin, epidermal growth
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
factor (EGF) receptor, dan p53 antigen expression (ATCC, 2014). Apoptosis
pada sel WiDr dapat terjadi melalui jalur independen p53, di antaranya melalui
aktivasi p73 (Levrero, dkk., 2000). Sel WiDr memiliki kromosom triploid serta
memproduksi antigen karsinoembrionik dan memerlukan rentang waktu sekitar 15
jam untuk dapat menyelesaikan 1 daur sel. Salah satu karakteristik dari sel WiDr
ini adalah ekspresi sikolooksigenase-2 (COX-2) yang tinggi yang memacu
proliferasi sel WiDr (Palozza, dkk., 2005).
Kultur sel ini dapat digunakan dalam berbagai penelitian, seperti
penelitian karsinogenisitas, agen anti tumor, dan aktivitas antitumor senyawasenyawa baru. Sel ini memiliki platting efficiency tinggi, mengekspresikan
biomarker CEA dan memiliki doubling time yang singkat bila dibandingkan
dengan kultur sel kanker kolon lainnya (Palozza, dkk, 2005).
D. Apoptosis dan Nekrosis
Kematian sel merupakan suatu proses normal yang memiliki dua fungsi
yaitu perbaikan jaringan dan pelepasan sel rusak yang mungkin membahayakan
tubuh. Proses kematian sel terdiri dari dua macam yaitu nekrosis dan apoptosis
(Gambar 2) (Sudiana, 2008). Apoptosis merupakan proses bunuh diri suatu sel
secara terprogram yang penting dalam pengaturan homeostasis sehingga terjadi
keseimbangan jumlah sel melalui eliminasi sel yang rusak. Ciri-ciri morfologi
terjadinya apoptosis adalah terjadinya pengkerutan sel, penonjolan membran,
kondensasi kromatin, dan fragmentasi inti sel (Lowe dan Lin, 2000).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Apoptosis terjadi akibat aktivasi suatu protease yang mengandung sistein
pada sisi aktifnya dan memotong protein targetnya pada titik spesifik asam
aspartat, protein ini disebut caspase (Alberts, dkk., 2004). Caspase memiliki target
intraseluler yang spesifik seperti protein dari selaput inti, DNA, dan sitoskeleton.
Pemecahan terhadap protein tersebut mengakibatkan terjadinya kematian sel
(Lodish, dkk., 2001). Caspase terdapat dalam setiap sel dalam bentuk prekursor
yang biasanya diaktifkan oleh caspase lain dan kemudian menghasilkan suatu
proteolisis caspase secara berurutan (Alberts, dkk., 2004).
Dua jalur utama pada proses apoptosis, yaitu jalur intrinsik (jalur
mitokondria) dan jalur ekstrinsik (jalur reseptor kematian). Sinyal dari protein
Bcl-2 seperti Bax menginisiasi jalur intrinsik yang memicu pelepasan sitokrom c
oleh mitokondria. Sitokrom c mengikat Apaf-1, caspase 9 dan ATP membentuk
apoptosom. Apoptosom mengaktifkan caspase 3 yang mengakibatkan terjadinya
apoptosis. Selain melepaskan sitokrom c, mitokondria juga melepaskan faktor
penginduksi apoptosis (AIF) yang memudahkan pemecahan DNA dan protein
Smac/Diablo yang menghambat Inhibitor of Apoptosis (IAP). Jalur ekstrinsik
diinisiasi oleh pengikatan death activators (seperti FasL, TNF) pada death
receptors transmembran. Pengikatan ini menyebabkan terjadinya interaksi dengan
protein adaptor di sitoplasma yaitu fas-associated protein with death domain
(FADD) dan procaspase 8. Proscaspase 8 berubah menjadi caspase 8. Aktivasi
caspase 8 sama seperti aktivasi caspase 9 pada jalur intrinsik akan menyebabkan
pengaktivan caspase efektor seperti caspase 3 dan terjadi apoptosis (Elmore,
2007).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Nekrosis merupakan kematian sel disebabkan oleh adanya kerusakan
pada sistem membran. Kerusakan membran ini disebabkan adanya aktivitas suatu
enzim lisozim. Aktivitas enzim lisozim dapat terjadi karena adanya kerusakan
sistem membran oleh suatu faktor tertentu yang mengakibatkan membran
pembungkus enzim lisozim tersebut mengalami kebocoran. Kebocoran tersebut
mengakibatkan lisozim tumpah ke sitosol dan akhirnya mencerna protein-protein
yang berada pada sitosol maupun protein-protein penyusun sistem membran dari
sel tersebut (Sudiana, 2008).
Nekrosis sel dicirikan dengan adanya pembengkakan dan ruptur organel
internal yang kebanyakan mengenai mitokondria, dan stimulasi respons
peradangan. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian sel secara nekrosis
adalah hipoksia berkepanjangan, infeksi yang menghasilkan toksin dan radikal
bebas, dan kerusakan integritas membran sampai pada pecahnya sel. Respon imun
dan peradangan sering dirangsang oleh nekrosis yang menyebabkan cedera lebih
lanjut dan kematian sel sekitar. Nekrosis sel dapat menyebar di seluruh tubuh
tanpa menimbulkan kematian pada individu. Sel yang mengalami nekrosis akan
mengeluarkan seluruh isi sel termasuk mediator-mediator inflamasi sehingga
menyebabkan reaksi inflamasi. Inflamasi yang berlebih akan menyebabkan respon
nyeri dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan terjadinya autoimun sehingga
kematian sel secara apoptosis dalam terapi pengobatan kanker lebih diharapkan
(Corwin, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
Gambar 2. Perbedaan apoptosis dan nekrosis (Van Cruchten, dkk., 2002)
E. Siklooksigenase 2 (COX-2)
Enzim
siklooksigenase
merupakan
enzim
yang
mengkatalisis
pembentukan prostaglandin, suatu mediator inflamasi, produk metabolisme asam
arakidonat. Setelah dilepaskan dari membran fosfolipid, asam arakhidonat
kemudian dikonversikan oleh COX menjadi PGG2, kemudian menjadi PGH2.
PGH2 kemudian dikonversi menjadi beberapa prostaglandin, termasuk PGE2,
PGD2, PGF2, PGI2, dan thromboxane A2, melalui aktivitas spesifik
prostaglandin sintase (Sinicrope dan Gills, 2004). Ekspresi COX-2 meningkat
dalam jaringan kanker kolon sehingga meningkatkan sintesis prostaglandin E2
(PGE2) (Breyer, Bagdassarian, dan Breyer, 2001). PGE2 dapat menghambat
apoptosis pada sel kanker kolon manusia (Leone, 2007).
COX-2 manusia memiliki tempat pengikatan dengan berbagai faktor
transkripsi, misalnya pada cAMP, Interleukin-6 (IL-6), dan nuclear factor kappa
(NF-KB). COX-2 terinduksi dengan cepat sebagai respon terhadap faktor
pertumbuhan, promoter tumor, hormon, endotoksin bakterial, dan sitokin. COX-2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
dikenal sebagai inducible isoenzym (Zhao, dkk., 2009). Enzim ini mengalami
peningkatan pada tempat-tempat inflamasi dan mengalami ekspresi berlebih pada
neoplasma (Sinicrope dan Gill, 2004). COX-2 diekspresikan secara terus menerus
(konstitutif) di dalam otak dan ginjal serta diinduksi pada tempat yang mengalami
inflamasi (Rajakariar, 2006).
F. Tanaman Sirih
1. Deskripsi tanaman
Gambar 3. Tanaman sirih
Sirih adalah salah satu tanaman obat yang telah banyak digunakan
sebagai obat di Asia Tenggara (Moeljanto dan Mulyono, 2003). Sirih memiliki
nama daerah yang berbeda-beda, yaitu Sanskrit: nagavallari, nagini,
nagavallika, tambool, saptashira, mukhbhushan, varnalata; Malaysia: sirih,
sirih melayu, sirih cina, sirih hudang, sirih carang, sirih kerakap; Inggris: betel,
betel pepper, betel-vine; Tamil: vetrilai; Telugu: nagballi, tamalpaku; Hindi:
Pan; Gujurati: nagarbael; Marathi: nagbael; Bengali: pan; Arab: tambol,
tambool; Semang: serasa, cabe; Jakun: kerekap, kenayek; Sakai: jerak; Jawa:
sirih, suruh, bodeh; Thailand: Pelu (Pradan, dkk., 2013). Bagian dari tanaman
sirih yang dimanfaatkan sebagai obat adalah daunnya. Ekstrak daun sirih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
memiliki aktivitas seperti antidiabetes, antiulcer, agregasi antiplatelet,
antifertilitas, kardiotonik, antitumor, antimutagenik, depresi pernapasan, dan
anthelmentik (Vikash, dkk., 2012).
Sirih hijau dengan nama ilmiah Piper betle L. merupakan tanaman
yang tumbuh merambat. Tingginya mencapai 5-15 m, tergantung pertumbuhan
dan tempat rambatnya. Batangnya berwarna hijau kecoklatan, berbentuk bulat,
lunak, beruas-ruas, dan beralur-alur. Sirih memiliki daun yang tunggal dan
letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai dari bundar sampai oval,
ujung daun runcing, pangkal daun berbentuk jantung atau agak bundar
asimetris. Daun sirih memiliki warna yang bervariasi yaitu kuning, hijau
sampai hijau tua dan berbau aromatis (Pradan, dkk., 2013).
2. Klasifikasi tanaman
Kerajaan
:
Plantae
Kelas
:
Magnoliopsida
Ordo
:
Piperales
Famili
:
Piperaceae
Genus
:
Piper
Spesies
:
Piper betle Linn
(Pradan, dkk., 2013).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
3. Kandungan fitokimia
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol,
kavikol, seskuiterpen, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan
karvakrol. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan
mengandung aroma atau wangi yang khas. Minyak atsiri dari daun sirih
mengandung 30% fenol dan beberapa derivatnya (Pradan, dkk., 2013).
Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun sirih mengandung senyawa
tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Kumari dan
Rao, 2014). Sirih berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik karena mengandung
senyawa flavonoid, antrakuinon, dan alkaloid yang dikenal memiliki aktivitas
antikanker (Hasballah, 2005; Jusril, dkk., 2003; Astuti, dkk., 2005).
G. Uji Sitotoksik dengan Metode 3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5 difenil
tetrazolium bromida (MTT)
Uji sitotoksik adalah salah satu pengembangan metode untuk
memprediksi keberadaan senyawa yang bersifat toksik pada sel yang merupakan
syarat mutlak untuk obat-obat antikanker (Kurnijasanti, 2008). Dua metode umum
yang digunakan untuk uji sitotoksik adalah metode perhitungan langsung (direct
counting) dengan menggunakan trypan blue dan metode MTT. Uji MTT
merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji sitotoksik (Doyle dan
Griffith, 2000). Keuntungan uji MTT adalah terbentuknya formazan larut air yang
absorbansinya dapat diukur secara periodik saat tahap awal inkubasi (Riss, 2013).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Reduksi MTT menjadi garam formazan terjadi jika enzim reduktase
dalam mitokondria dalam keadaan aktif. Prinsip metode MTT adalah reaksi
reduksi seluler yang didasarkan pada pemecahan garam tetrazolium berwarna
kuning yang larut dalam air menjadi kristal formazan berwarna biru keunguan
yang tidak larut dalam air. Reduksi dalam sel melibatkan reaksi enzimatik dengan
NADH atau NADPH yang dihasilkan oleh sel hidup sehingga menghasilkan
endapan yang tidak larut. Enzim suksinat dehidrogenase pada mitokondria sel
hidup mampu memecah MTT menjadi kristal formazan. Garam tetrazolium
menerima elektron dari substrat yang teroksidasi atau enzim yang sesuai, seperti
NADH dan NADPH. MTT tereduksi pada bagian ubikuinon, sitokrom b, dan c
pada bagian transpor elektron mitokondria dan merupakan hasil dari aktivitas
enzim suksinat dehidrogenase. Reaksi tersebut melibatkan piridin nukleotida
kofaktor NADH dan NADPH yang hanya dikatalisis oleh sel hidup, sehingga
jumlah formazan
yang terbentuk sebanding
dengan jumlah sel
hidup.(Biranti,2009).
Gambar 4. Reaksi MTT menjadi Formazan (Kronek, Paulovičová,
Paulovičová, Kroneková danLuston, 2013)
yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
H. Uji Apoptosis dengan Metode Double Staining
Double-staining merupakan metode yang digunakan untuk uji apoptosis
menggunakan
akridin
oranye
dan
etidium
bromida
(AO/EB)
untuk
memvisualisasikan perubahan warna pada nukleus dan bentuk sel sebagai
karekteristik dari apoptosis. Metode ini berdasarkan pada prinsip bahwa akridin
oranye masuk ke dalam sel hidup dan sel mati, sedangkan etidium bromida hanya
dapat menembus membran sel yang mengalami disintegrasi. Sel hidup berwarna
hijau jika dibaca dibawah mikrokop floresens dan sel mati akan berwarna merah
(Kavanagh, 2007).
Sel yang mengalami apoptosis dan membran blebbing, etidium bromida
dapat masuk ke dalam sel dan memberikan warna oranye. Sel yang mengalami
early apoptosis akan mengalami kondensasi atau fragmentasi kromatin dan
memiliki nukleus berwarna hijau dan ada sedikit warna oranye. Sel yang
mengalami late apoptosis memiliki kromatin berwarna oranye yang terkondensasi
dan terfragmentasi (terpecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil). Sel yang
mati karena mengalami nekrosis memiliki nukleus berwarna merah dengan
struktur normal. Warna yang ditimbulkan oleh etidium bromida pada sel mati
lebih dominan jika dibandingkan dengan akridin oranye sehingga nukleus pada sel
mati akan berwarna merah (McGahon et al., 1995).
I. Imunositokimia
Imunositokimia dimulai pada penelitian yang dilakukan oleh Coons dan
kawan-kawan pada tahun 1942 menggunakan antibodi yang dilabeli agen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
fluoresen untuk mendeteksi antigen pada hati. Penggunaan metode ini
berkembang
dari
penggunaan
antibodi
pada
metode
enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) dan sebelumnya adalah radio immuno assay
(RIA). Imunositokimia adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
antigen dengan interaksi antigen-antibodi spesifik. Pewarnaan sel merupakan
metode yang sesuai untuk mendemonstrasikan keberadaan suatu molekul spesifik
di dalam sel. Dalam metode ini, antibodi spesifik yang berikatan dengan antigen
dideteksi dengan reagen sekunder yang berupa antibodi lain yang telah dilabeli
fluophore atau enzim (Richard, 2011).
Metode imunositokimia terbagi menjadi dua yaitu metode langsung dan
metode tidak langsung. Antibodi yang mengikat fluoresen atau zat warna
berikatan langsung dengan antigen pada sel disebut metode langsung. Metode
tidak langsung yaitu apabila antigen diikat pada antibodi primer secara langsung,
kemudian ditambahkan antibodi sekunder yang mengikat enzim seperti
peroksidase, alkali fosfatase, atau glukosa oksidase. Antibodi sekunder berikatan
dengan antibodi primer, kemudian ditambahkan substrat kromogen yang diubah
oleh enzim sehingga terjadi pembentukan warna yang mampu memberikan warna
pada sel (Richard, 2011). Ekspresi protein yang telah divisualisasikan dihitung
berdasarkan jumlah sel yang mengekspresi protein tertentu dari keseluruhan sel
dan dinyatakan dalam satuan %. Sel yang mengekspresikan protein tertentu akan
memberikan warna coklat/gelap, sedangkan yang tidak mengekspresikan protein
tertentu memberikan warna ungu/biru (Dai et al., 2004).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Imunositokimia dimanfaatkan untuk mengidentifikasi protein dan
makromolekul lain pada tingkat sel. Sampel kontrol diperlukan untuk menunjukan
lokasi pelabelan yang benar. Kontrol yang diperlukan untuk imunositokimia
adalah kontrol antibodi primer yang menunjukan spesifitas antara antibodi primer
dan antigen, kontrol antibodi sekunder untuk menunjukan spesifitas ikatan antara
antibodi sekunder dan antibodi primer. Kontrol yang ketiga adalah kontrol label
yang menunjukan bahwa pelabelan yang terjadi merupakan hasil dari label yang
ditambahkan dan bukan dari label endogen (Richard, 2011).
J. Landasan Teori
Kanker kolon merupakan kanker yang terjadi didaerah kolon dan rektum.
Terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker kolon dengan 694.000 kematian pada
tahun 2012. Pengobatan kanker kolon perlu dikembangankan untuk menekan
jumlah kematian, salah satunya dengan menggunakan tanaman obat. Bahan alam
yang potensial dikembangkan sebagai agen kemoterapi adalah tanaman sirih.
Tanaman sirih telah diteliti memiliki efek sitotoksik. Hasil uji fitokimia ekstrak
etanol daun sirih mengandung senyawa tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid,
terpenoid, dan saponin yang berfungsi sebagai antineoplastik, antioksidan, dan
antikanker
Efek sitotoksik ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker kolon WiDr
dapat
diketahui
dengan
uji
sitotoksisitas
menggunakan
metode
MTT.
Karsinogenesis kolorektal dipengaruhi oleh COX-2, yaitu enzim induksi yang
bertanggung jawab terhadap perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Kadar COX-2 yang tinggi menyebabkan penurunan kemampuan sel untuk
mengalami apoptosis.
Uji double staining dilakukan untuk mengetahui jenis kematian sel
(apoptosis atau nekrosis). Pengujian imunositokimia digunakan untuk melihat
kemampuan ekstrak dalam menghambat ekspresi COX-2 yaitu protein yang
banyak diekspresikan oleh sel kanker kolon WiDr.
K. Hipotesis
1. Ekstrak etanol daun sirih mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker
kolon WiDr.
2. Ekstrak etanol daun sirih menginduksi apoptosis sel kanker kolon WiDr.
3. Aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih diperantarai oleh penghambatan
ekspresi COX-2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang penghambatan ekspresi COX-2 oleh ekstrak sirih
terhadap sel kanker WiDr merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas.
Kadar ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 6 µg/mL, 10 µg/mL, 100
µg/mL, 250 µg/mL, 500 µg/mL, 1000 µg/mL, 2000 µg/mLpada sel kanker
kolon WiDr.
b. Variabel tergantung
Viabilitas sel WiDr yang ditandai dengan IC50 ekstrak etanol daun sirih, jumlah
sel yang mengalami apoptosis dan penekanan ekspresi COX-2.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
1) Tempat dilakukan percobaan yaitu di laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
2) Tempat dan waktu pengambilan daun sirih di Dusun Bedingin, Desa
Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada bulan
Juli 2014.
3) Kondisi sel yang digunakan yaitu sel kanker kolon WiDr dalam keadaan
80 % konfluen, tercukupi nutrisinya dan bebas dari kontaminasi.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam
penelitian ini adalah tempat tumbuh, umur tanaman, jenis dan jumlah
kandungan kimia daun sirih.
3. Definisi Operasional
a. Sitotoksisitas adalah sifat toksik dari ekstrak etanolik daun sirih terhadap sel
kanker WiDr yang dinyatakan dalam nilai IC50.
b. Ekstrak etanol daun sirih adalah ekstrak kental daun sirih yang diperoleh
dengan cara maserasi selama 48 jam menggunakan pelarut etanol sampai
diperoleh ekstrak.
c. Sel WiDr adalah sel model kanker kolon yang termutasi pada gen p53 dan
mengekspresikan COX-2 dalam jumlah yang tinggi.
d. IC50 (Inhibition Concentration 50) adalah besarnya konsentrasi ekstrak daun
sirih yang dapat menghambat pertumbuhan 50% sel kanker WiDr.
e. Apoptosis adalah proses bunuh diri suatu sel secara terprogram yang ditandai
dengan perubahan morfologi sel yaitu blebbing membran plasma, kondensasi
kromatin, pengkerutan sel, nukleus berwarna oranye dan fragmentasi nukleus.
f. Ekspresi COX-2 adalah protein yang diekspresikan oleh sel kanker WiDr yang
ditunjukkan dengan warna cokelat pada sitoplasmanya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
g. Imunositokimia adalah metode yang digunakan untuk mengetahui adanya
ekspresi suatu protein spesifik di dalam sel.
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun sirih (diperoleh
dari Sleman, Yogyakarta); sel kanker kolon WiDr (diperoleh dari Laboratorium
Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada); pelarut DMSO
(Merck); etanol 70% (Merck); media kultur sel kanker WiDr yang terdiri dari
Rosswell Park Memorial Institute (RPMI) 1640 (Gibco), penisilin-streptomisin,
Fetal Bovin Serum (FBS) 10% (v/v) (Gibco), dan fungizone 0,5% (Gibco); reagen
MTT
[3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium
bromida]
(Bio
Basic
Canada Inc); pelarut phoshat buffer saline (PBS) 1x pH 7,4; reagen stopper
sodium deodesil sulfat (SDS) 10%; reagen etidium bromida-akridin orange,
antibodi monoklonal primer COX-2 (Lab Vision), streptavidin berupa Horse
Radish Peroxidase (HRP), 3, 3’- diaminobinzidine (DAB), metanol, larutan
hidrogen peroksidase (blocking solution), aquades, larutan Maye Haemotoxylin,
alkohol, xylol, dan Tripsin 0,5 % (Gibco).
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat-alat gelas
(PYREX), timbangan analitik, aluminium foil (Klin Pak), vortek, waterbath
(Memmert), tabung conical (Iwaki), inkubator CO2 (Heraeus), mikropipet
(Gilson), cover slip (Nunc), shaker, pinset, jarum, object glass, cell counter, 96-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
well plate (Nunc), 24-well plate (Nunc), pipet Pasteur, ELISA reader (SLT 240
ATC), laminar air flow cabinet (Labconco), mikroskop inverted (Olympus),
mikroskop flourosens (Zeiss MC 80), kamera digital (Canon DSLR 1000D),
haemocytometer (Neubauer), yellow tips, blue tips, eppendorf (Plasti brand),
tissue, glove, pinset, dan masker.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman sirih yang didapatkan di Sleman Yogyakarta
dilakukan di Bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, dengan membandingkan ciri morfologi tanaman sirih
dengan pustaka acuan menurut Becker dan Bakhuizen (1965).
2. Pembuatan simplisia
Daun sirih dicuci bersih dengan air mengalir dan dikeringkan
menggunakan oven pada suhu maksimal 60-700C. Daun sirih yang sudah
kering dan dapat dihancurkan dengan tangan. Daun sirih kering diserbukan di
Merapi Farma, Kaliurang Yogyakarta.
3. Ekstraksi daun sirih hijau dengan metode maserasi
Sebanyak 100 mg serbuk simplisia daun sirih direndam dalam 1000
mL etanol 70% dalam Erlenmeyer yang tertutup dan dikondisikan selama 24
jam dalam keadaan terlindung dari cahaya matahari sambil diaduk selama 6
jam pertama menggunakan shaker. Maserat diambil, disaring, dan ditampung
dalam tabung Erlenmeyer tertutup supaya terlindung dari cahaya matahari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
Ampas serbuk sirih hijau yang tertinggal diperas dan ditambah cairan penyari
1000 mL etanol 70% kemudian dimaserasi menggunakan shaker selama 6 jam
pertama dan dibiarkan selama 24 jam. Maserat setelah 24 jam diambil dan
disaring menggunakan kertas saring kemudian digabungkan dengan maserat
sebelumnya. Maserat yang terkumpul dipekatkan menggunakan rotary
evaporator. Hasil evaporasi dituangkan ke dalam cawan porselen kemudian
dipanaskan di atas waterbath dengan suhu 800C untuk mendapatkan ekstrak
etanol daun sirih yang kental.
4. Uji sitotoksisitas ekstrak daun sirih (Piper betle L.) terhadap sel kanker
kolon WiDr dengan metode MTT
a. Preparasi sel kanker kolon WiDr
Sel WiDr diambil dari tangki nitrogen dan dicairkan dalam penangas
air dengan suhu 370C. Ampul disemprot dengan etanol 70% dan dimasukkan
dalam LAF. Ampul dibuka dan sel WiDr dipindahkan ke dalam conical tube
steril yang berisi medium RPMI 1640. Suspensi sel disentrifugasi dengan
kecepatan 650 rpm selama 3 menit (supernatan yang terbentuk dibuang).
Medium RPMI 1640 yang baru ditambahkan kedalam suspensi sel dan
disentrifugasi kembali selama 5 menit hingga homogen kemudian dicuci ulang
sekali lagi. Suspensi sel WiDr yang didapatkan,ditambahkan dengan 1 mL
medium penumbuh sel yang mengandung 10% FBS dan diresuspensi kembali
secara perlahan hingga homogen. Sel WiDr ditambahkan dalam tissue culture
flask kecil dan diinkubasi dalam inkubator CO2 dengan suhu 370C. Medium
kultur WiDr diganti setelah 24 jam. Sel WiDr ditumbuhkan hingga 80%
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
kofluen dan jumlahnya cukup untuk uji yang dilakukan. Medium kultur
dibuang setelah sel WiDr konfluen. Sel WiDr dicuci dengan 3,5 mL PBS
sebanyak 2 kali kemudian ditambahkan dengan Tripsin-EDTA 300L dan
diinkubasi selama 3 menit dalam inkubator CO2. Sebanyak 5 mL media kultur
ditambahkan dan sel WiDr diresuspensikan hingga terlepas seluruhnya dari
dinding flask. Suspensi sel dipindah ke dalam conical tube steril baru. Sel
WiDr dihitung dengan haemocytometer dan cell counter.
b. Preparasi larutan uji ekstrak daun sirih
Ekstrak daun sirih ditimbang kurang lebih 50 mg dan dimasukkan
dalam eppendorf. Ekstrak tersebut dilarutkan dalam 1 mL DMSO dan divortek
hingga homogen untuk mendapatkan larutan ekstrak induk konsentrasi 1
mg/mL. Larutan induk diencerkan dengan media kultur hingga diperoleh seri
konsentrasi 5 µg/mL, 10 µg/mL, 100 µg/mL, 250 µg/mL, 500 µg/mL, 1000
µg/mL, 2000 µg/mL
c. Uji sitotoksik dengan metode MTT
96-well plate yang berisi sel diambil dari inkubator. Keadaan dan
distribusi sel diamati di mikroskop kemudian didokumentasikan. Media dalam
sumuran dibuang dengan membalikkan plate 1800 di atas tempat pembuangan,
plate secara perlahan ditekan di atas tisu untuk meniriskan sisa cairan dan
dicuci dengan PBS sebanyak 100 µL, kemudian PBS dibuang dengan cara
membalikan plate dan meniriskan sisa cairan dengan tisu. Sebanyak 100 µL
seri konsentrasi ekstrak etanolik daun sirih dengan kadar 5 µg/mL, 10 µg/mL,
100 µg/mL, 250 µg/mL, 500 µg/mL, 1000 µg/mL, 2000 µg/mL, dimasukkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
ke 96-well plate dan sebanyak 100 µL media kultur juga dimasukkan pada 3
sumuran sebagai kontrol media dan diinkubasi selama 24 jam. Menjelang akhir
inkubasi, kondisi sel didokumentasikan terlebih dahulu. Media sel dibuang
dengan membalikkan plate diatas tempat buangan, plate ditekan secara
perlahan di atas tisu untuk meniriskan sisa cairan dan dicuci dengan 100 µL
PBS. PBS dibuang dengan cara membalik plate dan meniriskan sisa cairan
dengan tisu. Sebanyak 100 µL reagen MTT ditambahkan ke setiap sumuran
selama 2-4 jam dalam inkubator sampai terbentuk formazan. Kondisi sel
diperiksa dengan mikroskop inverted. Sebanyak 100 µL larutan Stopper SDS
10% dalam 0,1 N HCl ditambahkan apabila sudah terbentuk formazan. Plate
dibungkus dengan kertas atau aluminuium foil dan diinkubasi di tempat gelap
semalaman pada suhu ruangan. Absorbansi dibaca pada masing-masing
sumuran dengan ELISA reader pada λ = 595 nm, kemudian prosentase sel
hidup dihitung dan dilakukan analisis harga IC50.
5. Uji apoptosis dengan metode Double Staining
a. Preparasi sel kanker WiDr
Sel kanker WiDr yang sudah konfluen diambil dari inkubator CO2 dan
dipanen. Cover slip dimasukkan kedalam 24-well plate menggunakan pinset
dengan hati-hati. Sebanyak 1000 µL suspensi sel dimasukkan tepat diatas cover
slip secara merata dan perlahan. Sel diamati di mikroskop untuk melihat
distribusi sel. Sel diinkubasi dalam inkubator selama semalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
b. Perlakuan Double Staining Sampel pada Sel
Sel WiDr dalam 24-well plate diambil dari inkubator. Semua media
kultur dari sumuran dibuang dengan pipet Pasteur secara perlahan-lahan. Sel
WiDr dalam sumuran dicuci dengan masing-masing 500 µL PBS. PBS dibuang
dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan. Sebanyak 1000 µL larutan
uji ekstrak etanol daun sirih dengan konsentrasi 794,23 µg/mL dan 1000 µL
media kultur sebagai kontrol sel dimasukkan ke dalam sumuran. Sel diinkubasi
dalam inkubator selama 24 jam. Semua media dari sumuran dibuang dan dicuci
masing-masing dengan 500 µL PBS. PBS dibuang dan cover slip diambil
menggunakan pinset dengan bantuan ujung jarum dengan hati-hati. Cover slip
diletakkan di atas object glass (kaca obyek) dan diberi label. Reagen campuran
ethidium bromide-akridin oranye 10 µL diteteskan di atas cover slip dan
diratakan dengan cara menggoyang secara perlahan, kemudian diamati di
bawah mikroskop fluoresen dan didokumentasi.
6. Pengamatan ekpresi protein dengan metode Imunositokimia
a. Preparasi sel kanker WiDr
Sel kanker WiDr yang sudah konfluen diambil dari inkubator CO2 dan
dipanen. Cover slip dimasukkan kedalam 24-well plate menggunakan pinset
dengan hati-hati. Suspensi sel 1000 µL dimasukan tepat diatas coverslip secara
merata dan perlahan. Keadaan sel dilihat di mikroskop untuk melihat distribusi
sel. Sel diinkubasi dalam inkubator selama semalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
b. Perlakuan uji imunositokimia ekstrak etanolik daun sirih pada sel WiDr
Sel WiDr dalam 24-well plate diambil dari inkubator. Semua media
kultur dibuang dari sumuran dengan pipet Pasteur secara perlahan-lahan. Sel
WiDr dalam sumuran dicuci dengan masing-masing 500 µL PBS. PBS dari
sumuran dibuang dengan pipet Pasteur secara perlahan. Sebanyak 1000 µL
larutan uji ekstrak etanolik daun sirih hijau dengan konsentrasi 794,23 µg/mL
dan 1000 µL media kultur sebagai kontrol sel dimasukkan kedalam sumuran.
Sel diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam. Semua media dibuang dari
sumuran dan masing-masing dicuci dengan 500 µL PBS. PBS dibuang dan
sebanyak 300 µL metanol dimasukkan kemudian diinkubasi selama 10 menit
di inkubator. Metanol dibuang secara perlahan. Larutan hidrogen peroksida
(blocking solution) diteteskan kemudian diinkubasi selama 15-20 menit.
Larutan dibuang dengan mikropipet dan dicuci dengan air aquadest dan PBS.
Prediluted blocking serum diteteskan
dan diinkubasi selama 10-15 menit
kemudian larutan dibuang. Antibodi monoklonal primer (Lab Vision) untuk
antibodi yang ingin diamati yaitu COX-2 di teteskan dan diinkubasikan selama
60 menit. Sebanyak 500 µL PBS ditambahkan dan diinkubasi selama 5 menit.
PBS dibuang dan antibodi sekunder (trek Avidin-HRP label) diteteskan
kemudian diinkubasi selama 20 menit. Larutan dibuang. Reagen trek AvidinHRP label diteteskan dan diinkubasi selama 10 menit. PBS 500 µL
ditambahkan dan diinkubasi selama 5 menit dan PBS dibuang. Larutan DAB
diteteskan dan diinkubasikan selama 15 menit. Sebanyak 500 µL akuades
ditambahkan, kemudian dibuang. Larutan May Haemotoxylin diteteskan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
diinkubasi selama 3 menit. Sebanyak 500 µL akuades ditambahakan kemudian
membuangnya kembali. Cover slip diangkat dengan pinset secara hati-hati dan
dicelupkan dalam xylol dan alkohol. Cover slip dikeringkan dan diletakkan di
atas object glass, kemudian ditetesi dengan lem (mounting media). Cover slip
ditutup dengan cover slip kontak. Ekpresi protein diamati dengan mikroskop
cahaya.
F. Analisis Hasil
1. Uji MTT
Data yang didapat dari uji MTT, dihitung % viabilitas selnya dengan
menggunakan rumus :
Data % viabilitas sel di plotkan pada tabel kemudian IC50 dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi linear konsentrasi vs % viabilitas sel pada
Microsoft Excel 2007.
Koefisien y pada persamaan linier ini menunjukkan koefisien IC50,
sedangkan koefisien x menunjukkan konsentrasi ekstrak yang akan dicari
nilainya, dimana x yang diperoleh merupakan besarnya konsentrasi yang
diperlukan untuk dapat menghambat viabilitas sel sebesar 50% (Harmita,
2004).
2. Uji Double Staining
Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 40x10. Setiap preparat dihitung dalam tiga lapang pandang yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
berbeda. Sel yang berwarna hijau menunjukkan bahwa sel tersebut hidup. Sel
utuh berwarna merah menunjukkan sel nekrosis sedangkan sel yang
terfragmentasi nukleusnya (apoptosis) ditunjukkan dengan warna oranye.
Pembacaan dan perhitungan jumlah sel yang mengalami apoptosis, nekrosis
atau sel hidup pada preparat dibaca dengan bantuan tiga orang responden
(blind reader). Hasil berupa % rata-rata ± SD.
3. Uji Immunositokimia
Ekspresi protein tertentu (misal COX-2) ditunjukkan dengan warna
coklat pada sitoplasma (bukan inti sel). Pembacaan data dilakukan dengan
bantuan blind reader. Sebanyak tiga orang responden menghitung jumlah sel
yang mengekspresikan COX-2 pada preparat yang terdiri dari tiga bagian tiap
preparatnya. Hasil berupa % rata-rata ± SD.
Persentase sel yang mengekspresikan COX-2 dalam satu preparat
dihitung dengan melakukan skoring. Tiga orang responden (blind reader)
membantu
dalam
membaca
dan
menghitung
persentase
sel
yang
mengekpresikan COX-2 pada tiap preparat. Hasil negatif apabila sel yang
mengekspresikan COX-2 < 10% dari total sel dan hasil positif apabila sel yang
mengekspresikan COX-2 > 10% dari total sel. Nilai skor diberikan sesuai
dengan persentase sel yang mengekspresikan COX-2; Skor - = < 10%; Skor +
= < 25%; Skor ++ = < 50%; Skor +++ = < 75%; dan Skor ++++ = < 90%
(Zhang dan Sun, 2002).
Data % penekanan ekpresi COX-2 yang didapat kemudian dianalisis
secara statistik menggunakan uji Shapiro Wilk untuk mengetahui distribusi data
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
tiap kelompok kontrol sel, ekstrak etanol daun sirih, dan doksorubisin
(Immanuel, 2015). Apabila didapatkan data yang berdistribusi normal maka
dilakukan uji variansi menggunakan uji F-Test Sample of Variancespada
program Microsof Excel 2007, yang kemudian dilanjutkan dengan T-Test :
Paired Two Sample for Means pada program Microsof Excel 2007 untuk
mengetahui adanya kebermaknaan perbedaan penekanan ekpresi COX-2 pada
tiap kelompok. Apabila didapatkan data yang tidak berdistribusi normal maka
dilakukan
uji
non-parametik
dilanjutkan dengan
perbedaan
menggunakan
uji Kruskal-Wallis,
yang
uji Man-Whitney untuk mengetahui kebermaknaan
penekanan
ekpresi
COX-2
pada
tiap
kelompok.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun
sirih terhadap viabilitas sel kanker kolon WiDr dan diketahui nilai IC50 yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan induksi apoptosis dan potensi
penekanan ekspresi COX-2. Uji secara in vitro dilakukan menggunakan metode
MTT untuk mengetahui persentase viabilitas sel. Kematian sel secara apoptosis
dideteksi dengan metode double staining dan dilanjutkan dengan uji
imunositokimia untuk melihat ekspresi COX-2 pada sel WiDr.
A. Determinasi Tanaman dan Penyiapan Ekstrak Daun Sirih
Penelitian ini menggunakan sampel berupa tanaman yaitu daun sirih.
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian adalah determinasi tanaman sirih
yang bertujuan untuk memastikan kebenaran identitas tanaman yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu tanaman sirih (Piper betle L.). Bagian tanaman yang
digunakan untuk determinasi merupakan bagian daun, batang, dan akar.
Determinasi tanaman dilakukan di bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan dibuktikan dengan adanya surat
keterangan dengan No. : BF/277/Ident/Det/VI/2014 (Lampiran 5).
Proses selanjutnya adalah ekstraksi menggunakan metode maserasi untuk
mendapatkan zat-zat aktif yang terdapat dalam daun sirih. Maserasi merupakan
ekstraksi tanpa pemanasan yang sederhana, sehingga cocok digunakan untuk
ekstraksi senyawa-senyawa yang sensitif pada suhu tinggi. Prinsip maserasi
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam
penyari yang sesuai pada suhu ruang dan terlindung dari cahaya. Cairan
penyari masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga
terjadi perbedaan konsentrasi antara zat terlarut didalam sel dengan yang diluar
sel maka larutan didalam sel didesak keluar dan hal ini terjadi berulang-ulang
sehingga tercapainya kesetimbangan konsentrasi antara larutan yang ada di
dalam dan di luar sel. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Hasil uji
fitokimia ekstrak etanol daun sirih mengandung senyawa tanin, antrakuinon,
flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Kumari dan Rao, 2014). Daun sirih
berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik karena mengandung senyawa flavonoid,
antrakuinon, dan alkaloid yang dikenal memiliki aktivitas antikanker (Hasballah,
2005; Jusril, dkk., 2003; Astuti, dkk., 2005). Penelitian Lin, dkk., (2006)
menyebutkan bahwa flavonoid merupakan senyawa polifenol yang secara in vitro
dapat menghambat proliferasi sel kanker kolon. Flavonoid dapat terlarut oleh
pelarut polar seperti air dan etanol karena mempunyai gugus hidroksil. Ekstrak
etanol daun sirih berwarna hijau pekat karena kandungan klorofil yang terdapat
pada daun sirih juga ikut terekstrak.
B. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanolik Daun Sirih terhadap Sel Kanker
WiDr
Uji aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker
kolon WiDr dilakukan dengan metode MTT. Metode MTT dipilih karena sensitif,
relatif cepat, akurat, dan digunakan untuk mengukur sampel dalam jumlah besar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Metode MTT merupakan metode kolorimetri berdasarkan perubahan warna garam
tetrazolium menjadi formazan dalam mitokondria yang aktif pada sel hidup. MTT
diabsorbsi oleh sel hidup dan dipecah oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium
pada respirasi mitokondria (Doyle dan Griffiths, 2000) menghasilkan warna ungu
yang menandakan adanya perubahan MTT menjadi kristal formazan. Warna ungu
yang dihasilkan proporsional dengan jumlah sel yang masih hidup (viabilitas sel).
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 6. Efek sitotoksik ekstrak daun sirih hijau terhadap sel WiDr.
Keterangan: Konsentrasi ekstrak etanol daun sirih hijau (A) 2000 µg/mL, (B) 500 µg/mL,
(C) 5 µg/mL (D) kontrol sel.
Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop inverted perbesaran 400x.
Perbedaan morfologi sel semakin terlihat setelah pemberian MTT.
(sel hidup:
; sel mati:
)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
Morfologi sel kanker WiDr yang diamati dibawah mikroskop inverted
menunjukkan bahwa populasi sel WiDr pada kelompok kontrol sel hidup terlihat
lebih cerah karena sitoplasmanya mengandung cairan sitoplasma yang dapat
meneruskan cahaya dari mikroskop inverted (Gambar 6D), sel menempel satu
dengan yang lain, memiliki bentuk bulat dan terlihat menempel di dasar plate.
Dilihat dari morfologi selnya (Gambar 6A) pada konsentrasi ekstrak 2000 µg/mL,
sel yang mati terlihat mengambang, pada bagian pinggir sel berwarna gelap,
bagian tengah terlihat kosong, kepadatan sel berkurang, dan tidak saling
menempel. Sel yang mati memiliki warna lebih gelap dan berbentuk bulat, hal ini
terjadi karena sel kehilangan sitoplasma akibat rusaknya membran sel, sehingga
sel tidak dapat meneruskan cahaya dari mikroskop. Pada konsentrasi ekstrak 500
µg/mL sel terlihat lebih padat dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak 2000
µg/mL dan tidak saling menempel (Gambar 6B), sedangkan pada konsentrasi 5
µg/mL, kepadatan populasi mendekati kepadatan kontrol sel yang menandakan
viabilitas sel masih tinggi.
Berdasarkan hasil uji aktivitas antikanker ekstrak etanol daun sirih
terhadap sel kanker kolon WiDr, maka dapat diketahui nilai IC50. Nilai IC50
menunjukkan konsentrasi ekstrak etanol daun sirih yang mampu menghambat
pertumbuhan 50 % sel kanker WiDr. % viabilitas sel dapat diketahui dengan
ELISA reader. Hasil ELISA reader adalah data absorbansi yang dikonversikan
sebagai nilai viabilitas sel. Efek ekstrak etanol daun sirih terhadap sel kanker
kolon WiDr diketahui dengan membuat tabel korelasi antara konsentrasi ekstrak
dan viabilitas sel (Gambar 5).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Gambar 5. Kurva hubungan viabilitas sel terhadap konsentrasi ekstrak etanol daun sirih
Aktivitas anti kanker ekstrak etanol daun sirih berpola dose dependent
yaitu viabilitas sel menurun seiring kenaikan konsentrasi sampel. Perhitungan
dilakukan dengan regresi linear menggunakan Microsoft Excel 2007 pada 3 titik
konsentrasi yaitu 250 µg/mL, 500 µg/mL, dan 1000 µg/mL dan didapatkan
persamaan linear y = -0,104x + 132,63 dengan R = 0,992. Sensitivitas ekstrak
etanol daun sirih terhadap sel kanker WiDr diukur melalui nilai IC50. Berdasarkan
persamaan linear diperoleh nilai IC50 ekstrak etanol daun sirih adalah 794,23
µg/mL Menurut NCI (National Cancer Institute), suatu ekstrak dinyatakan
memiliki aktivitas antikanker tinggi apabila memiliki nilai IC50 < 30 µg/mL,
memiliki aktivitas antikanker sedang apabila memiliki 30 µg/mL ≤ IC50 < 100
µg/mL dan tidak aktif apabila nilai IC50 > 100 µg/mL (Zheng, dkk., 2000),
sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun sirih menurut NCI tidak
memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker kolon WiDr. Nilai IC50 yang
tidak poten diduga karena kompleksitas senyawa yang terkandung didalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
ekstrak etanol daun sirih, namun ekstrak etanol daun sirih tetap memiliki potensi
untuk dikembangkan sebagai antikanker dan dilanjutkan dengan uji double
staining dan imunositokimia karena dalam penelitian Awik, Sukardiman, dan Tri
(2011) yang menguji sitotoksisitas dan efek ekstrak spon laut (Aaptos
suberitoides) terhadap sel kanker payudara (T47D) dihasilkan nilai IC50 sebesar
528,828 µg/mL dan dilanjutkan dengan pengujian double staining dan
imunositokimia. Nilai IC50 ekstrak etanol daun sirih dibandingkan dengan nilai
IC50 doksorubisin. Doksorubisin merupakan antibiotik golongan antrasiklin yang
diisolasi dari kultur Streptomyces peucetiusvarcaesius (Minotti,dkk., 2004) dan
merupakan agen kemoterapi yang secara luas dipakai untuk berbagai macam
kanker (Lupertz, dkk., 2010). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Immanuel
(2015) nilai IC50 doksoribisin pada sel kanker kolon WiDr adalah 21,44 µg/mL.
Nilai IC50 doksorubisin terhadap kanker kolon WiDr jauh lebih rendah (toksik)
apabila dibandingkan dengan perlakuan ekstrak etanol daun sirih. Morfologi sel
yang mengalami perubahan perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
kemampuan ekstrak etanol daun sirih dalam menginduksi apoptosis sel kanker
kolon WiDr pada konsentrasi IC50.
Nilai IC50 yang tinggi pada penelitian ini diduga disebabkan oleh
kandungan beta karoten dalam ekstrak etanol daun sirih. Penelitian yang
dilakukan oleh Andarwulan (1995) menunjukkan bahwa daun sirih yang
diekstrasi menggunakan heksan-etanol mengandung senyawa beta karoten.
Penelitian Wolf dan George (2002) menegaskan pengaruh beta karoten terhadap
pertumbuhan tumor pada paru-paru yang diujikan pada musang, dinyatakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
bahwa pemberian beta karoten pada dosis tinggi (2,4 mg/kg BB per hari) selama
enam bulan dapat menyebabkan perkembangan proliferasi sel alveolar dan
metaplasia keratinisasi skuamosa. Daun sirih juga mengandung minyak atsiri
(Moeljanto dan Mulyono, 2003) yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan
(Parwata, dkk., 2009), tetapi pada penelitian Sayin, dkk., (2014) menunjukkan
bahwa senyawa antioksidan memiliki aktivitas sebagai prokarsinogenik. Pada
kolon yang mengalami adenoma diketahui jumlah protein p53 mengalami
penurunan akibat mutasi dan penekanan oleh antioksidan sehingga memicu
peningkatkan proliferasi sel kanker.
C. Uji Apoptosis Ekstrak Etanolik Daun Sirih dengan Metode Double
Staining
Mekanisme kematian sel dibagi menjadi dua yaitu melalui mekanisme
apoptosis dan nekrosis. Pengamatan terhadap kematian sel dilakukan dengan
menggunakan metode double staining. Metode ini berdasarkan pada perbedaan
fluorosensi DNA pada sel yang hidup dan mati karena pengikatan Etidium
Bromida – Akridin Oranye. Konsentrasi yang digunakan pada uji ini sesuai
dengan nilai IC50 yang didapat dari uji MTT. Akridin oranye dapat masuk ke
dalam sel hidup dan mati. Akridin oranye mengandung gugus kation sehingga
dapat berinteraksi dengan DNA sel hidup yang berifat anionik, membentuk garam
terdisosiasi dan menghasilkan warna fluoresensi hijau, sedangkan etidium
bromida hanya bisa masuk kedalam sel yang membran plasmanya sudah rusak
karena sel yang apoptosis mengalami blebbing sehingga membran sel tidak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
permeabel, kemudian akan berikatan dengan RNA atau DNA untai tunggal dan
menghasilkan fluororesensi oranye dilihat dengan mikroskop fluororesens. Warna
yang ditimbulkan etidium bromida lebih dominan daripada akridin oranye
(Meiyanto, dkk., 2008). Pada kelompok kontrol, membran sel dalam keadaan utuh
(tidak rusak) sehingga hanya akridin oranye yang bisa masuk dan menghasilkan
floresensi hijau (Gambar 7A). Beberapa sel WiDr yang mati pada kelompok
kontrol, hal ini dimungkinkan karena kurangnya nutrisi untuk sel WiDr bertahan
hidup. Pada kelompok perlakuan, terlihat bahwa sel WiDr mengalami apoptosis
yang ditandai rusaknya membran sel dan inti sel yang terfragmentasi. Kerusakan
membran sel ini menyebabkan etidium bromide dapat masuk ke dalam sel dan
menghasilkan floresensi oranye, namun tidak semua sel WiDr pada kelompok
perlakuan mengalami apoptosis (Gambar 7B), hal serupa juga ditunjukkan pada
perlakuan ekstrak dengan doksorubisin (Gambar 7C). Sel yang mengalami
apoptosis akan berwarna oranye dan nukleus mengalami fragmentasi (fase late
apoptosis). Pada fase early apoptosis, sel mengalami kondensasi inti yang
ditunjukkan dengan adanya warna oranye pada nukleus, sehingga tampak sel
berwarna hijau bercampur oranye. Hal tersebut terjadi karena sel mulai
mengalami membran blebbing, sehingga etidium bromida mulai masuk ke dalam
sel (Pebriana, dkk., 2008). Pada penelitian ini tidak ditemukan sel yang
mengalami fase early apoptosis. Sel yang mati (nekrosis) berwarna merah
(ditunjukkan dengan panah berwarna biru) dan bentuk sel dalam keadaan utuh.
Sel yang mati (nekrosis) membran plasmanya pecah, sehingga jumlah etidium
bromida dan akridin oranye yang masuk kedalam sel lebih banyak dari pada sel
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
yang mengalami apoptosis dan warna yang dihasilkan semakin kuat. Dari hasil
metode double staining ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun sirih
dapat menginduksi apoptosis walaupun tidak sebesar doksorubisin.
(A)
(B)
(C)
Gambar 7. Hasil Uji Double Staining Ekstrak Etanol Daun Sirih.
Keterangan: Kontrol sel (A), perlakuan dengan ekstrak daun sirih 794,23 µg/mL (B), perlakuan
dengan doksorubisin konsentrasi 21 µg/mL.
Sel Hidup
Nekrosis
Apoptosis
Tabel I. Distribusi sel WiDr pada uji apoptosis dengan metode double staining
Sel
Kontrol Sel
Ekstrak Etanol Daun
Sirih
Doksorubisin
Hidup ± (%)SD
99,60 ± 0,37
Nekrosis (%) ± SD
0,37±0,38
Apoptosis (%) ± SD
0
16,98±1,02
11,6±4,5
71,44 ± 4,4
5,42 ± 0,0005
2,98 ± 2,59
92,92 ± 2,20
Uji double staining merupakan uji kualitatif dan dapat dijadikan sebuah
uji semi-kuantitatif dengan syarat terdapat minimal tiga buah foto gambaran
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
keadaaan sel dalam satu preparat yang dianggap mewakili seluruh keadaan sel
dalam satu preparat. Hasil diketahui dengan bantuan blind reader. Tiga orang
diminta untuk menghitung jumlah sel yang mengalami apoptosis, nekrosis, dan sel
hidup tanpa mengetahui perlakuan yang diberikan terhadap sel yang diamati.
Tabel I (perlakuan ekstrak etanol daun sirih) menunjukkan sel yang mengalami
apoptosis sebanyak 71,4% ± 5,5 sel. Penelitian yang dilakukan oleh Immanuel
(2015) didapatkan presentase apoptosis doksorubisin terhadap kanker kolon WiDr
sebesar 92,92% ± 2,20, hal ini menunjukkan ekstrak etanol daun sirih dapat
menginduksi apoptosis walaupun tidak sebesar doksorubisin. Setelah dilakukan
uji double staining terhadap ekstrak etanol daun sirih, analisis aktivitas antikanker
dilanjutkan menggunakan metode imunositokimia untuk mengetahui interaksi
molekuler ekstrak etanol daun sirih terhadap COX-2.
D. Uji Penekanan Ekspresi COX-2 oleh Ekstrak Etanolik Daun Sirih dengan
Metode Imunositokimia
Imunositokimia merupakan uji yang dilakukan dalam penelitian dengan
tujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan ekstrak dalam menghambat
ekspresi COX-2, suatu protein yang banyak diekspresikan oleh sel kanker WiDr.
Metode imunositokimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
indirect (tidak langsung) yang dapat memberikan hasil lebih sensitif karena
antibodi primer dikenali oleh antibodi sekunder yang berikatan kovalen dengan
marker sehingga membuatnya mudah terdeteksi (Alberts, dkk., 1994).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
Pada penelitian ini, antibodi primer yang digunakan adalah antibodi
monoklonal primer COX-2. Antibodi ini berikatan dengan reseptor COX-2 yang
ada di sel kanker kolon WiDr dan memberikan warna coklat gelap ketika diberi
pewarna DAB dari reagen imunositokimia.
(A)
(B)
(C)
(D)
Gambar 8. Hasil Imunositokimia Sel kanker Kolon WiDr.
Keterangan: (A) Kontrol sel dengan antibodi (B) kontrol sel tanpa antibodi (C) perlakuan ekstrak
794,23 µg/mL (D) perlakuan doksorubisin 21 µg/mL
Sel yang mengekspresikan COX-2 :
Sel yang tidak mengekspresikan COX-2 :
Berdasarkan pengamatan, pewarnaan secara enzimatis oleh peroksidase
menyebabkan adanya warna yang berbeda antara sel yang mengekspresikan COX2
berlebih
dan
sel
yang
tidak
mengekspresikan
COX-2.
Sel
yang
mengekspresikan COX-2 berlebih berwarna coklat gelap (Gambar 8A), sel yang
sedikit mengekspresikan COX-2 berwarna coklat pudar sedangkan sel yang tidak
mengekspresikan COX-2 berwarna ungu (Gambar 8B). Warna coklat terjadi pada
sel karena pewarna DAB yang bereaksi dengan H2O2 dari Horse Radish
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Peroxidase (HRP), sehingga menimbulkan warna coklat gelap, sedangkan HRP
berikatan pada antibodi primer dan antibodi sekunder yang aktif bekerja pada
COX-2. Pada sel WiDr yang telah diberi perlakuan ekstrak etanol daun sirih
(Gambar 8C), sel yang mengekspresikan COX-2 berlebih semakin sedikit
dibandingkan pada kontrol sel. Sel yang berwarna coklat gelap (mengekspresikan
COX-2 berlebih) dengan perlakuan doksorubisin (Gambar 8D) lebih sedikit
dibandingkan dengan perlakuan ekstrak etanol daun sirih, hal ini menandakan
bahwa ektrak daun sirih menekan ekspresi COX-2 walaupun tidak sebesar
perlakuan dengan doksorubisin.
Distribusi ekspresi COX-2 dapat diketahui dan dihitung menggunakan
metode scoring system. Perhitungan skor COX-2 dilakukan dengan menghitung
persentase sel yang mengekspresikan COX-2. Hasil positif atau negatif pada
pengujian imunositokimia atau ada tidaknya suatu protein dapat dilakukan dengan
metode skoring secara semi kuantitatif. Skoring dilakukan dengan menghitung
presentase sel yang mengekspresikan COX-2 dalam suatu preparat.
Tabel II. Jumlah rata-rata sel yang mengekspresikan COX-2 dalam tiap perlakuan.
Preparat
Kontrol Sel
Perlakuan Ekstrak
Doksorubisin
%Rata-rata ± SD
61,43 ± 5,21
37,00 ± 2,29
34,32 ± 2,57
Skoring
+++
++
++
Ket. : - = < 10%; + = < 25%; ++ = < 50%; +++ = < 75%; dan ++++ = < 90%
Hasil perhitungan menggunakan metode scoring system berdasarkan
analisis t-berpasangan (α = 0,05) menunjukkan bahwa penekanan ekspresi COX-2
pada kelompok perlakuan dan kontrol sel adalah berbeda
bermakna. Hasil
perhitungan jumlah rata-rata sel yang mengekspresikan protein COX-2 pada
kelompok perlakuan (40,73 ± 2,53) lebih kecil dibandingkan kontrol sel (61,43 ±
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5,21).
Pada
penelitian
Immanuel
(2015),
rata-rata
jumlah
sel
46
yang
mengekspresikan COX-2 pada doksorubisin sebesar 34,32 ± 2,57. Hal ini
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki kamampuan menekan
ekspresi protein COX-2 pada sel WiDr walaupun tidak sebesar doksorubisin.
Jumlah sel yang mengekspresikan COX-2 dihitung secara blind yang
melibatkan 3 orang blind reader yang tidak mengetahui perlakuan yang diberikan
terhadap sel yang diamati. Hal ini dilakukan untuk menghindari subyektivitas.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa daun sirih dapat menghambat ekspresi
protein COX-2 dan memiliki potensi yang berbeda tidak bermakna secara statistik
dengan uji t-berpasangan (α = 0,05). Jumlah rata-rata sel yang mengekspresikan
COX-2 pada tabel II mengalami penurunan pada perlakuan ekstrak etanol daun
sirih.
Tabel III. Hasil uji statistik t-test berpasangan ekspresi COX-2 antara ekstrak etanol daun
sirih dan kontol sel pada uji imunositokimia. BB=Berbeda bermakna, BTB=Berbeda tidak
bermakna
Perlakuan
Kontrol Sel
Ekstrak Etanol Daun
Sirih
Doksorubisin
Kontrol Sel
Ektrak Daun
Sirih
BB
BB
BB
Doksorubisin
BB
BTB
BTB
Untuk mengetahui perbedaan bermakna dilanjutkan dengan analisis tberpasangan (α = 0,05) menunjukkan hasil thitung sebesar -21,75 µg/mL dan ttabel
sebesar 4,30 µg/mL, karena thitung lebih kecil dari pada ttabel maka kedua data
berbeda signifikan. Pada tabel III dapat dilihat bahwa adanya perbedaan bermakna
antara jumlah COX-2 pada sel kanker yang telah diberi perlakuan dengan ekstrak
etanol daun sirih dengan jumlah COX-2 pada kontrol sel. Uji imunositokimia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
dalam penelitian ini menghasilkan bahwa aktivitas antikanker ekstrak etanol daun
sirih diperantarai oleh penekanan ekspresi protein COX-2 yang merupakan
biomarker yang dapat dijadikan molekul target dalam antikanker.
Pada penekanan ekspresi COX-2 ekstrak etanol daun sirih, senyawa aktif
yang memiliki aktivitas tersebut belum diteliti lebih lanjut pada penelitian ini,
namun ada dugaan bahwa senyawa aktifnya adalah flavonoid, karena pada
penelitian Perera, dkk.,(2001) melaporkan bahwa flavonoid berperan dalam
regulasi enzim COX-2. Pada penelitian Achmad, Armun, Supriatno, dan Singgih
(2014), senyawa flavonoid mempunyai kemampuan menghambat aktivasi Nuclear
Factors Kappa B (NF-қB). NF-κB merupakan protein regulator ekspresi sejumlah
gen yang berperan dalam proses pembentukan kanker, protein anti apoptosis, gen
pengatur adhesi molekul, dan gen pengatur siklus sel. NF-κB dipertahankan dalam
sitoplasma oleh protein inhibitor IκB. Inaktivasi NF-κB oleh flavonoid
diperantarai melalui penghambatan ikatan DNA dengan NF-κB. Beberapa
mediator dalam jalur transduksi di antaranya fosfoinositid 3-kinase (Akt)
diketahui mengaktivasi NF-κB melalui fosforilasi dari IκB. NF-κB yang
teraktivasi bertranslokasi ke inti dan menyebabkan transkripsi beberapa gen
(misalnya COX-2). Flavonoid diketahui menghambat jalur fosfoinositid 3-kinase
(Akt), sehingga tidak dapat mengaktivasi NF-κB. NF-κB yang tidak teraktivasi
tidak dapat bertranslokasi ke inti dan tidak meregulasi COX-2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
1.
Kesimpulan
Ekstrak etanol daun sirih memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC50
sebesar 794,23 µg/mL terhadap sel kanker kolon WiDr
2.
Ekstrak etanol daun sirih menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon
WiDr
3.
Apoptosis yang diakibatkan oleh ekstrak etanol daun sirih terhadap sel
kanker kolon WiDr diperantarai oleh penekanan ekspresi protein COX-2
B. Saran
1.
Perlu dilakukan uji sitotoksik ekstrak etanol daun sirih pada sel normal
untuk mengetahui selektifitasnya.
2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui fraksi aktif dari
ekstrak etanol daun sirih yang selanjutnya diteliti mekanisme induksi
apoptosis, aktivitas sitotoksik, penekanan ekspresi COX-2 pada sel
kanker kolon WiDr.
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, H., Armyn, S.A., Supriatno, Singgih, M.F., 2014, Anti-cancer Activity
And Anti-Proliferation Ant Nest Flavonoid Fraction Test (Myrmecodya
Pendans) Human Tongue Cancer Cells In Sp-C1, IOSR-JDMS, Vol. 13,
Issue 6 Ver. II, 01-05.
Alberts, B., dkk., 1994, Molecular Biology of the Cell, Garland Publishing, New
York, 186-188.
Albert, M. L. 2004. Death-defying immunity: do apoptotic cells influence antigen
processing and presentation, Nat. Rev. Immunol. 4:223-231.
Alfarabi, M., Bintang, M., Suryani, Safithri, M., 2010, The Comparative Ability
of Antioxidant Activity of Piper crocatum in Inhibiting Fatty Acid
Oxidation and Free Radical Scavenging, HAYATI Journal of Biosciences,
Vol. 17, No. 4, pp. 201-204.
Allen, J.I., 1995, Molecular Biology of Colorectal Cancer : a Clinician’s View,
Perspect Colon Rectal Surgery, 8:181-202.
Andrawulan, 1995, Karakterisasi Antioksidan Alam Dari Daun Sirih (Piper Betle
L.) Pemisahan Komponen Dalam Oleoresin Daun Sirih Dengan
Kromatografi Lapis Tipis, Skripsi, Institut Pertanian, Bogor.
Astuti, P., Alam, G., Hartati, M.S., Sari, D., Wahyuono, S., 2005, Uji Sitotoksik
Senyawa Alkaloid dari Spons Petrosia sp. : Potensial Pengembangan
Senyawa Antikanker, Majalah Farmasi Indonesia, Vol.16, pp. 58-62.
ATCC, 2014, WiDr, All Rights Reserved, http://www.atcc.org/products/all/CCL218.aspx diakses pada 5 Januari 2015.
Awik, P.D.N., Sukardiman, Tri, W.N., 2009, Uji Sitotoksisitas Dan Efek Ekstrak
Spons Laut Aatos suberitoides Terhadap Sel Kanker Payudara (T47D)
Secara In Vitro, Department of Biology, Sepuluh Nopember Institute of
Technology, Surabaya, pp. 2-11.
Biranti, F., Nursid, M., Cahyono, B., 2009, Analisis Kualitatif B-Karoten dan Uji
Aktivitas Karetinoid Dalam Alga Coklat Turbinaria Decurrens, J.Sains &
Mat.,Vol 17(2): 98-104.
Breyer, R.M., Bagdassarian, C.K., Myers, S.A., and Breyer, M.D., 2001,
Prostanoid receptors: subtypes and signaling, Annual Review of
Pharmacology and Toxicology, 41, 661–690.
49
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
Brown, J.R., DuBois, R.N., 2005, COX-2: a molecular target for colorectal cancer
prevention, J Clin Oncol, 23(12):2840-55.
Brownson, D.M., Azios, N.G., Fuqua, B.K., Dharmawardhane, S.F., Mabry, T.J.,
2002, Flavonoid effects relevant to cancer, J Nutr, 132(11 Suppl):3482S3489S.
Buchwalow, Bocker, 2010, Immunohistochemistry: Basics and Methods,
Springer, pp. 345-346.
Corwin, E., 2008, Handbook of Pathophysiology, Lippincott Williams & Wilkins,
USA, pp. 23-28.
David, M.L., dan Shivdasani, R.,2001, Toeard Mecanism. Based Cancer Care
Research Opportunities For Spesific Disease and Disondens, JAMA
Vol.285. 5 : 588-9.
Demeule, M., Michaud-Levesque, J., Annabi, B., Gingras, D., Boivin, D., Jodoin,
J., Lamy, S., Bertrand, Y., Beliveau, R., 2002, Green tea catechins as
novel antitumor and antiangiogenic compounds, Curr Med Chem
Anticancer Agents, 2(4):441-63.
Doyle, A., dan Griffiths, J.B., 2000 Cell and Tissue Culture: Laboratory
Procedures in Biotechnology, John Willey & Sons LTD, New York, 6264.
Elmore, S., 2007, Apoptosis: A Review of Programmed Cell Death, Toxicol
Pathol., 35(4), pp. 495–516.
Feletou, M., Huang, Y., Vanhoutte, P.M., 2011, Endothelium-mediated control of
vascular tone: COX-1 and COX-2 products, British Journal of
Pharmacology, (164) 894–912.
Fournier, D. B., Gordon, G. B., 2000, COX-2 and colon cancer: potential targets
for chemoprevention, J Cell Biochem Suppl., 34:97-102.
Grady, W.M., 2004, Genomic instability and colon cancer, Cancer Metastasis
Rev., 23(1-2):11-27.
Hanahan, D., Weinberg, R.A., 2000, The hallmarks of cancer, Cell press,
100(1):57-70.
Hasballah, K., Murniana, Al Azhar, 2005, Aktivitas antibakteri ekstrak daun
Eclipta alba L. Hassk serta ekstrak dan minyak atsiri daun Piper betle L.
terhadap bakteri penyebab karies gigi, Jurnal Kedokteran Yarsi,13(3):2817.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
Immanuel, H., 2015, Uji Aktivitas Antikanker Ekstrak Etil Asetat Daun Keladi
Tikus (Typhonium flagelliforme) Terhadap Sel Kanker Kolon WiDr
Melalui Penekanan Ekspresi Protei COX-2, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Jusril, Lajis, N.H., Mooi, L.Y., Abdullah, M.A., Sukari, M.A., Ali, A.M., 2003,
Antitumor promoting and actioxidant activities of anthraquinones isolated
from the cell suspension culture of Morinda elliptica, Asia Pacific Journal
of Molecular Biology and Biotechnology, Vol. 1(1), pp. 3-7.
Kangralkan, V.A., Kulkarni, A.R., 2013, In Vitro Antitumor Activity of Piper
betle Leaf, Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical,
Vol. 4, Issue 4:1158-1561.
Kavanagh, K., 2007, New Insight in Medical Mycology, Springer, The
Netherlands, p. 32.
Khomsan, A., 2009, Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat, Buku Kompas,
Jakarta, pp. 16-17.
King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2nd Ed., Pearson Eduation Limited, London.
Krisnuhoni, E., 2004, Colorectal cancer profile in Cipto Mangunkusumo hospital
histopatological aspects : The multidisciplinary cancer management of
solid tumors : breast, colorectal and the sarcomas, Jakarta, pp. 24-30.
Kumar V., Cotran R.S., Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi
7. Jakarta : EGC. pp. 12-887.
Kumari, O.S., Rao, N.B., 2014, Phyto Chemical Analysis of Piper betle leaf
extract, World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, vol.4,
pp. 699-703.
Kurnijasanti, R., Hamid, I. S., Rahmawati, K., 2008, Efek Sitotoksik In Vitro dari
Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa) Terhadap Kultur Sel
Kanker Mieloma, J. Penelit. Med. Eksakta, 1: 48-54.
Leone, V., Palma, A., Ricchi, P., Acquaviva, F., Giannouli, M., Prisco, A.M.,
Iuliano, F., Acquaviva, A.M., 2007, PGE2 inhibits apoptosis in human
adenocarcinoma Caco-2 cell line through Ras-PI3K association and
cAMP-dependent kinaseA activation, Am J Physiol Gastrointest Liver
Physiol, 293(4):G673-81.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
Levlero, M., De Laurenzi, V., Coatanzo, A., Gong, J., Wang, J.Y., Melino, G.,
2000, The p53/p63/p73 family of transcription factors: overlapping and
distinct function, J Cell Sci, 113 (Pt 10): 1661-70.
Lin J, Zhang SM, Wu K, Willett WC, Fuchs CS,Giovannucci E.,2006, Flavonoid
intake and colorectal cancer riskin men and women. American journal of
epidemiology,164(7):644–51.
Lowe, S.W., Lin, A.W., 2000, Apoptosis in cancer, Carcinogenesis, Cold Spring
Harbor Laboratory, 21 (3):485-95.
Lüpertz R., Wätjen W., Kahl R., Chovolou Y., 2010, Dose- and time-dependent
effects of doxorubicin on cytotoxicity, cell cycle and apoptotic cell death
in human colon cancer cells, Institute of Toxicology, 271(3):115-2.
Meiyanto, E., Hermawan, A., Jumedi, S., Fitriasari, A., Susidarti., R.A., 2011,
Nobiletin Increased Cytotoxic Activity Of Doxorubicin On Mcf-7 Cells
But Not On T47d Cells, Vol. 3, 129-137.
Minotti, G., Menna, P., Salvatorelli, E., Cairo,G., dan Gianni, L. 2004.
Anthracyclins: Molecular Advances and Pharmacologic Developments in
Antitumor Activity and Cardiotoxicity. Pharmacol Rev., 56:185-228.
Moeljanto, R. D., Mulyono, 2003, Khasiat & manfaat daun sirih: obat mujarab
dari masa ke masa, Agromedia Pustaka, Jakarta, hal 10.
Mukhtar, H., Das, M., Khan, W.A., Wang, Z.Y., Bik, D.P., Bickers, D.R.,
Exceptional activity of tannic acid among naturally occurring plant
phenols in protecting against 7,12-dimethyl bez(a)anthracene-,
bezo(a)pyrene-, 3-methyl cholanthrene-, and N-methyl-N-nitrosureainduced skin tumorigenesis in mice, Cancer Res, 48:2361-5.
Murakami, A., Ali, A. M., Mat-Salleh, K., Koshimizu, K., Ohigashi, H., 2000,
Screening for the in vitro anti-tumor-promoting activities of edible plants
from Malaysia, Biosci Biotechnol Biochem., 64(1):9-16.
Nolfo, F., Rametta, S., Marventano, S., Grosso, G., Mistretta, A., Drago,F., et al.,
2013, Pharmacological and Dietary Prevention for Colorectal Cancer,
BMC Surgery, 13(2):S16, 1.
Nugroho, T., 2003, Pengaruh pemaparan kombinasi ekstrak meniran (Phyllanthus
niruri Linn) dan ekstrak sirih (Piper betle Linn) terhadap viabilitas tumor
adenocarcinoma mammae mencit C3H secara in vitro, Tesis, Program
Magister Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro,
Semarang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
Palozza, P., 2005, ß-Carotene Downregulates the Steady-State and Heregulin-α–
Induced COX-2 Pathways in Colon Cancer Cells, J. Nutr., 135: 129–136.
Paranjpe, R., Gundala, S.R., Lakshminarayana, N., Sagwal, A., Asif, G., Pandey,
A., Aneja, R., 2013, Piper betel leaf extract: anticancer benefits and bioguided fractionation to identify active principles for prostate cancer
management, Carcinogenesis. Vol. 34(7):1558-66.
Pawarta, O.A., Rita, W.S., Yoga, R., 2009, Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas
Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle Linn) Secara Spektroskopi
Ultra Violet-Tampak, Jurnal Kimia, Vol.3, 7-13.
Pebriana, R.B., Wardhani, B.W.K., Widayanti, E., Wijayanti, N.L.S., Wijayanti,
T.R., Riyanto, S., Meiyanto, E., Pengaruh Ekstrak Metanolik Daun Kenikir
(Cosmos caudatus Kunth.) Terhadap Pemacuan Apoptosis Sel Kanker
Payudara, Pharmacon, Vol. 9, No. 1, Juni 2008, 21-26.
Perera, P., Ringbom, T., Huss, U., Vasage, M., dan Bohlin, L., 2001, Search for
Natural Product which Affect Cyclooxygenase-2, in Tringali, C., (Ed.),
Bioactive Compounds from Natural Sources: Isolation, Characterisation,
and Biological Properties, Taylor and Francis, London, 434-465.
Pfizer, 2014, Data Sheet Celebrex, Pfizer New Zealand Ltd., pp. 1-33.
Pradhan, D., Suri, K.A., Pradhan, D.K., Biswasroy, 2013, Golden Heart of the
Nature: Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry,
Vol. 1 (6), 147-167.
Price, S. A., Wilson, L. M., 2003, Pathophysiology: clinical concepts of disease
processes, Universitas Michigan, Mosby, 363-367.
Pusponegoro, A.D., 2004,Epidemiologi Keganasan Saluran Cerna. Proceeding
temu ilmiah multimodalitas terapi pada keganasan saluran cerna. Dalam:
the multidisciplinary cancer management of solid tumors: breast,
colorectal and the sarcomas today & tomorrow. Jakarta.
Rajakariar, R., Yaqoob, M.M., Gilroy, D.W., 2006, COX-2 in inflammation and
resolution, Mol Interv, 6(4):199-207.
Richard, W., 2011, Control for Immunocytochemistry: An Update, JHC, 59(1), 612.
Riss, T.L., 2013, Cell Viability Assays, Assays Guidance Manual, 2-13.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Sano, H., Kawahito, Y., Wilder, R. L., Hashiramoto, A., Mukai, S., Asai, K., et
al., 1995, Expression of cyclooxygenase-1 and -2 in human colorectal
cancer, Cancer Res., 55(17):3785-9.
Sayin, V.I., Ibrahim, M.X., Larsson, E., Nilsson, J.A., Lindahl, P., Bergo, M.O.,
2014, Antioxidants Accelerate Lung Cancer Progression in Mice, Sci
Transl Med, 6, 1-8.
Schmitz, G., Lepper, H., and Heldrich, M., 2001, Pharmacards: Lernkatensystem
Pharmakologie und Toxikologie, 3rd Ed, diterjemahkan oleh Setiadi, L.,
hal 239, EGC, Jakarta.
Sinicrope, F.A., Gill, S., 2004, Role of cyclooxygenase-2 in colorectal cancer,
Cancer Metastasis Rev, 23(1-2):63-75.
Soeripto, dkk., 2003. Gastro-intestinal Cancer in Indonesia. Asian Pacific Journal
of
Cancer
Prevention,
(Online),
Vol.
4,
No.
4,
(http://www.apocp.org/cancer_download/Vol4_No4/Soeripto.pdf, diakses
27 maret 2015).
Srisadono, A., 2008, Skrining Awal Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper betle Linn)
Sebagai Antikanker Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BLT),
Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang.
Stringer, J. L., 2006, Basic Concepts In Pharmacology: A Student’s Survival
Guide, Edisi 3, diterjemahkan oleh Huriawati Hartanto, hal 291, EGC,
Jakarta.
Sudarsono, Agus, P., Didik, G. dkk., 1996, Tumbuhan obat, Yogyakarta, BP
UGM.
Sudiana, I.K., 2008, Patobiologi Molekuler Kanker, Salemba Medika, Jakarta, pp.
35-52.
Tjindarbumi, D., Mangunkusumo, R., 2002, Cancer in Indonesia, present and
future, Jpn J Clin Oncol, 32 Suppl:S17-21.
University of Iowa, 2015, Dealing with Cancer Therapy Hair Loss
http://www.uihealthcare.org/2column.aspx?id=22774 diakses pada 21
Januari 2015.
Venkatesan, P., Puvvada, N., Dash, R., Prahanth, K.B.N., Sarkar, D., Azab, B.,
Pathak, A., Kundu, S.C., Fisher, P.B., 2011, The potential of celecoxibloaded hydroxypatite-chitosan nanocomposite for the treatment of colon
cancer, Biomaterials, 32(15):3794-806.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
Vikash, C., Shalini, T., Asha, R., Singh, D.P., Chaudhary, S.K., 2012, Piper betel:
Phytochemistry, Traditional Use 7 Pharmacological Activity-A Riview.
IJPRD, 4(04): 216-223.
Wagh, V., Mishra, P., Thakkar, A., Shinde, V., Sharma, S., Padigaru, M., Joshi,
K., 2011, Antitumor activity of NPB001-05, an orally active inhibitor of
Bcr-Abl tyrosine kinase, Front Biosci (Elite Ed)., 3:1349-64.
Wicaksono, M. H. B., Permana, S., 2013, Potensi Fraksi Etanol Benalu Mangga
(Dendrophthoe pentandra) sebagai Agen Anti Kanker Kolon pada Mencit
(Mus musculus Balb/c) setelah Induksi Dextran Sulvat (DSS) dan
Azoxymethane (AOM), Jurnal Biotropika, Edisi 1(2):75.
Widowati, W., Mozef, T., Risdian, C., Yellianty, 2013, Anticancer and free
radical scavenging potency of Catharanthus roseus, Dendrophthoe
petandra, Piper betle and Curcuma mangga extracts in breast cancer cell
lines, Oxid Antioxid Med Sci. 2013; 2(2): 137-142.
Wolf, G., 2002, The Effect of ß-carotene on Lung and Skin Carcinogenesis,
Carcinogenesis, 23:1263-1265.
World Health Organization, 2012, Cancer, http://www.who.int/mediacentre/factsh
Eets/fs297/en/ diakses pada tanggal 18 Juni 2015.
Worthley, D.L., 2010, Colorectal Cancer: Molecular Features and Clinical
Opportunities, Clin Biochem Rev., 31(2): 31–38.
Zekri, A.R.N., dkk., 2005, Mismatch repair genes (hMLH1, hPMS1, hPMS2,
GTBP / hMSH6, hMSH2) in the pathogenesis of hepatocellular
carcinoma, World Journal of Gastroenterology, 11(20):3020-3026.
Zhang, H. Dan X.F., Sun, 2002, Overexpression of COX-2 correlate with
advanced stages of colorectal cancer, Am. TG., 97(4): 1037-1041.
Zheng Z., Huang W., Yang Y, Li Z., Cai J, Su H., 2000, Detection of antitumor
and antimicrobial activities in marine organism associated actinomycetes
isolated from the Taiwan Strait, China. Microbiol Lett, 188:87–91.
Zhao, Y., Usatyuk, P.V., Gorshkova, I.A., He D., Wang, T., Moreno-Vinasco, L.,
Geyh, A.S., Breysse, P.N., Samet, J.M., Spannhake, E.W., Garcia, J.G.,
Natarajan, V., 2009, Regulation of COX-2 expression and IL-6 release by
particulate matter in airway epithelial cells, Am J Respir Cell Mol Biol,
40(1):19-30. doi: 10.1165.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Viabilitas sel kanker kolon WiDr dengan perlakuan ekstrak
etanol daun sirih hijau
Konsentrasi
2000
1000
500
250
100
10
5
V1
24,390
28,874
84,679
101,918
103,812
102,317
102,317
% Viabilitas Sel
V2
24,290
25,785
86,273
109,093
105,107
101,719
103,114
V3
27,578
27,280
83,284
100,722
106,801
101,952
95,042
Rata-rata
SD
25,419
27,313
84,745
103,911
105,240
101,952
100,158
1,871
1,545
1,496
4,527
1,499
0,320
4,448
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Dokumentasi uji sitotoksik MTT assay
Konsentrasi (µg/mL)
2000
500
5
Kontrol Sel
Gambar Sel
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 3. Dokumentasi uji double staining
Keterangan
Double staining Kontrol Sel
Double staining Ekstrak Etanol Daun
Sirih (1)
Double staining Ekstrak Etanol Daun
Sirih (2)
Double staining Perlakuan
Doksorubisin
Gambar (Perbesaran 400 kali)
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 4. Dokumentasi uji imunositokimia
Keterangan
Kontrol sel (1)
Kontrol sel (2)
Kontrol sel (3)
Kontrol Sel Tanpa Antibodi
Gambar
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Perlakuan dengan ekstrak etanol
daun sirih
Perlakuan dengan Doksorubisin
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 5. DISTRIBUSI SEL WIDR PADA UJI APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING
1.
Perlakuan dengan Ekstrak Etanolik Daun Sirih Hijau
Sel
Bagian
1
(Total Sel : 54)
2
(Total Sel : 37)
3
(Total Sel : 85)
Rata-rata tiap
pengamat (%)
Apoptosis
12
(70,6%)
18
(94,7%)
12
(63,9%)
Pengamat 1
Nekrosis
2
(11,8%)
0
(0%)
2
(10,52%)
Hidup
3
(17,6%)
1
(5,3%)
5
(26,3%)
Apoptosis
11
(64,7%)
16
(84,2%)
9
(47,4%)
Pengamat 2
Nekrosis
3
(17,6%)
2
(10,5%)
4
(21,05%)
Hidup
3
(17,6%)
1
(5,3%)
6
(31,6%)
Apoptosis
12
(70,6%)
18
(94,7%)
10
(52,6%)
Pengamat 3
Nekrosis
2
(11,8%)
0
(0%)
4
(21,05%)
Hidup
3
(17,6%)
1
(5,3%)
5
(26,3%)
76,40
7,44
16,4
65,43
16,38
18,17
72,63
10,95
16,4
Apoptosis
Nekrosis
Hidup
Rata-Rata Pengamat 1 (%)
Rata-Rata Pengamat 2 (%)
Rata-Rata Pengamat 3 (%)
76,40
65,43
72,63
7,44
16,38
10,95
16,40
18,17
16,40
Rata-Rata Keseluruhan(%) ±SD
71,4±5,5
11,6±4,5
16,98±1,02
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
3.
Kontrol Sel
Bagian
Apoptosis
Nekrosis
Hidup
Pengamat 1 (%)
Pengamat 2 (%)
Pengamat 3 (%)
0
0
0
0,36
0
0,73
99,53
100
99,27
0
0,37±0,38
99,60±0,37
Rata-Rata Keseluruhan(%) ±SD
Doksorubisin
Sel
Bagian
1
2
3
Rata-rata tiap
pengamat (%)
Pengamat 1
Apoptosis Nekrosis
93,75%
0
100%
0
90%
0
94,58
0
Hidup
6,25%
0
10%
5,41
Pengamat 2
Apoptosis Nekrosis
93,75%
0
85,71%
14,28%
90%
0
93,75
4,76
Apoptosis
Nekrosis
Hidup
Rata-Rata Pengamat 1 (%)
Rata-Rata Pengamat 2 (%)
Rata-Rata Pengamat 3 (%)
94,58
93,75
90,42
0
4,76
4,17
5,42
5,42
5,42
Rata-Rata Keseluruhan(%) ±SD
92,92±2,20
2,98±2,59
5,42±0,0005
Hidup
6,25%
0
10%
5,42
Pengamat 3
Apoptosis Nekrosis
81,25%
12,25%
100%
0
90%
0
90,41
Hidup
6,25%
0
10%
4,17
5,41
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil Analisis Statistik Pada Uji Apoptosis Dengan Metode Double Staining
1. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk Test
a. Ekstrak etanol daun sirih hijau
Prosedur uji :
(1) Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
(2) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
(3) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(4) Menghitung statistik uji
 Nilai D
Rumus : D =
Keterangan :
: angka ke i pada data
: rata-rata data

Pengamat
Rata-rata tiap pengamat
1
2
3
76,40
65,43
72,63
71,49
Urutan rata-rata tiap
pengamat ( )
65,43
72,63
76,40
D
-6,06
1,14
4,91
36,72
1,30
24,11
62,13
Nilai T
Rumus :T3 =
Keterangan :
: koefisien test Shapiro Wilk
: angka ke
pada data
: angka ke i pada data
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
0,7071
65,43
76,40
10,97
7,76
60,22
0,97
(5) Menghitung singnifikansi uji
Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk melihat posisi nilai probabilitasnya (p).
Jika nilai p lebih dari 5%, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka Ho ditolak ; H1 diterima.
Nilai T3 = 0,97 terletak diantara 0,959 (α = 0,5) dan 0,998 (α = 0,9). Nilai p tersebut lebih dari 5%, bearti H0 diterima, H1 ditolak, dan data
berdistribusi normal.
b. Doksorubisin
Prosedur uji :
(1) Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
(2) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
(3) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(4) Menghitung statistik uji
 Nilai D
Rumus : D =
Keterangan :
: angka ke i pada data
: rata-rata data
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengamat
Rata-rata tiap pengamat
1
2
3
94,58
93,75
90,42
Urutan rata-rata tiap
pengamat ( )
90,42
93,75
94,58
92,92

D
-2,5
0,83
1,66
6,25
0,69
2,76
9,7
Nilai T
Rumus :T3 =
Keterangan :
: koefisien test Shapiro Wilk
: angka ke
pada data
: angka ke i pada data
1
0,7071
90,42
94,58
4,16
2,94
8,64
0,89
(5) Menghitung signifikansi uji
Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk melihat posisi nilai probabilitasnya (p).
Jika nilai p lebih dari 5%, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka Ho ditolak ; H1 diterima.
Nilai T3 = 0,89 terletak diantara 0,789 (α = 0,1). dan 0,959 (α = 0,5). Nilai p tersebut lebih dari 5%, bearti H0 diterima, H1 ditolak, dan
data berdistribusi normal.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
Uji kesamaan variansi
Prosedur uji :
a. Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
b. Taraf kepercayaan, α = 0,05
c. Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Doksorubisin
90,42
93,75
94,58
d.
Menghitung nilai variansi tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (F-Test Sample of Variances)
Rata-rata
Variansi
Observasi
df
F-hitung
Nilai signifikansi
F-tabel
e.
Ekstrak etanol daun sirih meah
65,43
72,63
76,40
Ekstrak etanol daun sirih hijau
71,49
31,07
3
2
Doksorubisin
92,92
4,85
3
2
6,41
0,13
19
Kesimpulan
Nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima, H1 di tolak.Jikan nilai F-hitung >
F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.
Pada penelitian ini, nilai F-hitung (=6,41) < F-tabel (=19), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data memiliki kesamaan
variansi.
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.
Uji t-berpasangan
Prosedur uji :
1) Menentukan hipotesis
H0 : kedua data berbeda signifikan
H1 : kedua data tidak berbeda signifikan
2) Taraf kepercayaan, α = 0,05
3) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Doksorubisin
90,42
93,75
94,58
4)
Ekstrak etanol daun sirih hijau
65,43
72,63
76,40
Menghitung nilai t tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (t-Test : Paired Two Sample for Means)
Rata-rata
Variansi
Observasi
Korelasi Pearson
Selisih rata-rata pada hipotesis
Ekstrak etanol daun sirih hijau
71,49
31,07
3
Doksorubisin
92,92
4,85
3
0,99
0
Ekstrak etanol daun sirih hijau
df
t-hitung
Nilai signifikansi (uji 1 pihak)
t-tabel (uji 1 pihak)
Nilai signifikansi (uji 2 pihak)
t-tabel (uji 2 pihak)
Kontrol sel
2
-10,87
0
2,92
0,01
4,30
5) Uji signifikansi
Uji signifikansi dengan membandingkan besarnya nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima,
H1 di tolak. Jika nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.
Pada penelitian ini, nilai t-hitung (=-10,87) < t-tabel (=4,30), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data berbeda signifikan.
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil Perhitungan Uji Ekspresi COX-2 dengan Metode Imunositokimia
1.
Perlakuan dengan Ekstrak Etanolik Daun Sirih Hijau
Pengamat
1
2
3
Rata-rata tiap pengamat (%)
Preparat 1
(total sel = 135)
47
(34,81%)
50
(37,04%)
46
(34,07%)
35,31
Rata-rata keseluruhan(%)±SD
2.
Preparat 2
(total sel = 121)
40
(33,06%)
44
(36,36%)
47
(38,84%)
36,09
Preparat 3
(total sel = 101)
40
(39,60%)
41
(40,60%)
39
(38,61%)
39,60
37,00 ± 2,29
Kontrol sel
Pengamat
1
2
3
Rata-rata tiap pengamat (%)
Rata-rata keseluruhan(%)±SD
Preparat 1
(total sel = 225)
155
(68,89%)
160
(71,11%)
135
(60%)
66,67
Preparat 2
(total sel = 240)
135
(55,25%)
145
(60,42%)
125
(52,08%)
56,25
Preparat 3
(total sel = 145)
88
(60,69%)
97
(66,90%)
82
(56,55%)
61,38
61,43 ± 5,21
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3.
Doksorubisin
Preparat
1
2
3
Rata-rata tiap pengamat (%)
Rata-rata keseluruhan(%)±SD
Pengamat 1
Pengamat 2
Pengamat 3
49
(38,58%)
45
(44,11%)
43
(28,28%)
36,99
45
(35,43%)
34
(33,33%)
51
(33,55%)
34,10
34
(26,77%)
40
(39,21%)
45
(29,60%)
31,86
Total Sel Tiap
Preparat
127
102
152
34,32 ± 2,57
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Hasil Analisis Statistik Pada Uji Imunositokimia
4. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk Test
c. Ekstrak etanol daun sirih hijau
Prosedur uji :
(6) Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
(7) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
(8) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(9) Menghitung statistik uji
 Nilai D
Rumus : D =
Keterangan :
: angka ke i pada data
: rata-rata data
Pengamat
Rata-rata tiap pengamat
1
2
3
35,31
36,09
39,60
Urutan rata-rata tiap
pengamat ( )
35,31
36,09
39,60
37,00

D
-1,69
-0,91
2,6
2,86
0,83
6,76
10,45
Nilai T
Rumus :T3 =
Keterangan :
: koefisien test Shapiro Wilk
: angka ke
pada data
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
: angka ke i pada data
1
0,7071
35,31
39,60
4,29
3,03
9,18
0,88
(10) Menghitung singnifikansi uji
Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk melihat posisi nilai probabilitasnya (p).
Jika nilai p lebih dari 5%, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka Ho ditolak ; H1 diterima.
Nilai T3= 0,88terletak diantara 0,789 (α = 0,1) dan 0,959 (α = 0,5). Nilai p tersebut lebih dari 5%, bearti H0 diterima, H1 ditolak, dan data
berdistribusi normal.
d. Kontrol sel
Prosedur uji :
(6) Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
(7) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
(8) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(9) Menghitung statistik uji
 Nilai D
Rumus : D =
Keterangan :
: angka ke i pada data
: rata-rata data
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengamat
Rata-rata tiap pengamat
1
2
3
66,67
56,25
61,38
Urutan rata-rata tiap
pengamat ( )
56,25
61,38
66,67
61,43

D
-5,18
-0,05
5,24
26,83
0,0025
27,46
54,29
Nilai T
Rumus :T3 =
Keterangan :
: koefisien test Shapiro Wilk
: angka ke
pada data
: angka ke i pada data
1
0,7071
56,25
66,67
10,42
7,38
54,46
1,003
(10) Menghitung singnifikansi uji
Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk melihat posisi nilai probabilitasnya (p).
Jika nilai p lebih dari 5%, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka Ho ditolak ; H1 diterima.
Nilai T3= 1,00 terletak pada α = 0,999. Nilai p tersebut lebih dari 5%, bearti H0 diterima, H1 ditolak, dan data berdistribusi normal.
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a.
Doksorubisin
Prosedur uji :
(1) Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
(2) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
(3) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(4) Menghitung statistik uji
 Nilai D
Rumus : D =
Keterangan :
: angka ke i pada data
: rata-rata data
Pengamat
Rata-rata tiap pengamat
1
2
3
36,99
34,10
31,86
Urutan rata-rata tiap
pengamat ( )
31,86
34,10
36,99
34,32

D
-2,46
-0,22
2,67
6,05
0,05
7,13
13,23
Nilai T
Rumus :T3 =
Keterangan :
: koefisien test Shapiro Wilk
: angka ke
pada data
: angka ke i pada data
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
0,7071
31,86
36,99
5,13
3,63
13,18
0,996
(5) Menghitung singnifikansi uji
Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro Wilk, untuk melihat posisi nilai probabilitasnya (p).
Jika nilai p lebih dari 5%, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka Ho ditolak ; H1 diterima.
Nilai T3= 0,996 terletak diantara 0,959 (α = 0,5). dan 0,998 (α = 0,9). Nilai p tersebut lebih dari 5%, bearti H0 diterima, H1 ditolak, dan
data berdistribusi normal.
4. Uji kesamaan variansi
a. Kontrol sel vs ekstrak etanol daun sirih hijau
Prosedur uji :
f. Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
g. Taraf kepercayaan, α = 0,05
h. Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Kontrol sel
56,25
61,38
66,67
Ekstrak etanolik daun sirih hijau
35,31
36,09
39,60
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
i.
Menghitung nilai variansi tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (F-Test Sample of Variances)
Rata-rata
Variansi
Observasi
df
F-hitung
Nilai signifikansi
F-tabel
j.
Kontrol sel
61,43
27,15
3
2
Ekstrak etanol daun sirih meah
37
5,22
3
2
5,2
0,16
19
Kesimpulan
Nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima, H1 di tolak.Jikan nilai F-hitung >
F-tabel, maka H0 ditolak; H1 diterima.
Pada penelitian ini, nilai F-hitung (= 5,2) < F-tabel (= 19), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data memiliki kesamaan
variansi.
b. Kontrol sel vs doksorubisin
Prosedur uji :
(1)
Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
(2) Taraf kepercayaan, α = 0,05
3) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Kontrol sel
56,25
61,38
66,67
Doksorubisin
31,86
34,10
36,99
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(3)
Menghitung nilai variansi tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (F-Test Sample of Variances)
Rata-rata
Variansi
Observasi
df
F-hitung
Nilai signifikansi
F-tabel
Kontrol sel
61,43
27,15
3
2
Doksorubisin
34,32
6,61
3
2
4,10
0,20
19
(4) Kesimpulan
Nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima, H1 di tolak.Jikan nilai F-hitung >
F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.Pada penelitian ini, nilai F-hitung (=4,10) < F-tabel (=19), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan
kedua data memiliki kesamaan variansi.
c. Ekstrak etanol daun sirih hijau vs doksorubisin
Prosedur uji :
(1) Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
(2) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(3) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Ekstrak etanol daun
sirih hijau
35,31
36,09
39,60
Doksorubisin
31,86
34,10
36,99
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(4)
Menghitung nilai variansi tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (F-Test Sample of Variances)
Rata-rata
Variansi
Observasi
df
F-hitung
Nilai signifikansi
F-tabel
Doksorubisin
Ekstrak etanol daun sirih hijau
34,32
6,61
3
2
37
5,22
3
2
1,27
0,44
19
(5) Kesimpulan
Nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima, H1 di tolak.Jikan nilai F-hitung >
F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.Pada penelitian ini, nilai F-hitung (=1,27) < F-tabel (=19), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan
kedua data memiliki kesamaan variansi.
5.
Uji t-berpasangan
a. kontrol sel vs ekstrak etanol sirih hijau
Prosedur uji :
6) Menentukan hipotesis
H0 : kedua data berbeda signifikan
H1 : kedua data tidak berbeda signifikan
7) Taraf kepercayaan, α = 0,05
8) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Kontrol sel
56,25
61,38
66,67
Ekstrak etanol daun sirih hijau
35,31
36,09
39,60
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9)
Menghitung nilai t tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (t-Test : Paired Two Sample for Means)
Rata-rata
Variansi
Observasi
Korelasi Pearson
Selisih rata-rata pada hipotesis
Ekstrak etanol daun sirih hijau
37
5,22
3
Kontrol sel
61,43
27,15
3
0,94
0,00
Ekstrak etanol daun sirih meah
Kontrol sel
2,00
-13,42
0,0027
2,92
0,005
4,30
df
t-hitung
Nilai signifikansi (uji 1 pihak)
t-tabel (uji 1 pihak)
Nilai signifikansi (uji 2 pihak)
t-tabel (uji 2 pihak)
10) Uji signifikansi
Uji signifikansi dengan membandingkan besarnya nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima,
H1 di tolak. Jika nilai t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.
Pada penelitian ini, nilai t-hitung (=-13,42) < t-tabel (=4,30), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data berbeda signifikan.
b. Kontrol sel vs doksorubisin
Prosedur uji :
(1)
Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
(2) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(3) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Kontrol sel
56,25
61,38
66,67
Doksorubisin
31,86
34,1
36,99
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(4) Menghitung nilai t tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (t-Test : Paired Two Sample for Means)
Rata-rata
Variansi
Observasi
Korelasi Pearson
Selisih rata-rata pada hipotesis
df
t-hitung
Nilai signifikansi (uji 1 pihak)
t-tabel (uji 1 pihak)
Nilai signifikansi (uji 2 pihak)
t-tabel (uji 2 pihak)
Doksorubisin
34,32
6,61
3
Kontrol sel
61,43
27,15
3
1
0
2
-17,73
0
2,92
0
4,3
(5) Uji signifikansi
Uji signifikansi dengan membandingkan besarnya nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima,
H1 di tolak. Jika nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.
Pada penelitian ini, nilai t-hitung (=-17,73) < t-tabel (=4,30), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data berbeda signifikan.
c. Doksorubisin vs ekstrak etanol daun sirih hijau
Prosedur uji :
(6)
Menentukan hipotesis
H0 : kedua data memiliki kesamaan variansi
H1 : kedua data tidak memiliki kesamaan variansi
(7) Taraf kepercayaan, α = 0,05
(8) Data hasil penelitian diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar besar.
Doksorubisin
31,86
34,1
36,99
Ekstrak etanol daun sirih hijau
35,31
36,09
39,60
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(9) Menghitung nilai t tiap kelompok data menggunakan program microsof excel (t-Test : Paired Two Sample for Means)
Rata-rata
Variansi
Observasi
Korelasi Pearson
Selisih rata-rata pada hipotesis
df
t-hitung
Nilai signifikansi (uji 1 pihak)
t-tabel (uji 1 pihak)
Nilai signifikansi (uji 2 pihak)
t-tabel (uji 2 pihak)
Ekstrak etanol daun sirih meah
37
5,22
3
Doksorubisin
34,32
6,61
3
0,96
0
2
-6,34
0,01
2,91
0,02
4,30
(10) Uji signifikansi
Uji signifikansi dengan membandingkan besarnya nilai t-hitung dengan nilai t-tabel. Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima,
H1 di tolak. Jika nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak; H1 di terima.
Pada penelitian ini, nilai t-hitung (=-6,34) < t-tabel (=4,30), maka H0 diterima, H1 ditolak, dan kedua data berbeda signifikan.
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 6. Determinasi Tanaman Sirih
hijau
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “SKRINING
AKTIVITAS
SITOTOKSIK
EKSTRAK
ETANOLIK DAUN SIRIH (Piper betle L.)
TERHADAP SEL KANKER KOLON WiDr”
dengan nama lengkap Gigih Prayoga merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Dwi
Sulistyo Utomo dan Ibu Trisnani. Penulis dilahirkan di
Kebumen, pada tanggal 14 September 1992. Penulis
menempuh pendidikan formal di TK Putra VIII
Gombong (1997-1999), SD Negeri Srampadan
Gombong (1999-2005), SMP Negeri 2 Gombong
(2005-2008), dan SMA Negeri 1 Gombong (20082011). Penulis melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta pada tahun 2011. Semasa perkuliahan, penulis memiliki pengalaman
sebagai Asisten Dosen Biofarmasetika (2015). Penulis aktif dalam mengikuti
kegiatan kepanitiaan seperti koordinator dari seksi P3K dalam acara Pharmacy
PerformanceAnd Event Cup (2012), dan sebagai koordinator keamanan dalam
acara Donor Darah Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) (2013).
Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi seperti Ikatan Senat Mahasiswa
Farmasi Seluruh Indonesia sebagai koordinator divisi informasi dan komunikasi
(2011-2012), Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia Komisariat Sanata
Dharma sebagai anggota Divisi Pengkaderan dan Pengembangan Hubungan
(2012-2013), serta sebagai ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF)
Farmasi (2014-2015).
83
Download