1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Kerusakan bahan pangan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri
Kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh faktor – faktor sebagai
berikut : pertumbuhan dan aktivitas mikroba terutama bakteri, kapang, khamir,
aktivitas enzim – enzim di dalam bahan pangan, serangga, parasit dan tikus, suhu
termasuk oksigen, sinar dan waktu. Mikroba terutama bakteri, kapang dan khamir
penyebab kerusakan pangan yang dapat ditemukan dimana saja baik di tanah, air,
udara, di atas bulu ternak dan di dalam usus (Muchtadi, 1989 ).
Tumbuhnya bakteri, kapang dan khamir di dalam bahan pangan dapat
mengubah komposisi bahan pangan. Beberapa diantaranya dapat menghidrolisa
pati dan selulosa atau menyebabkan fermentasi gula sedangkan lainnya dapat
menghidrolisa lemak dan menyebabkan ketengikan atau dapat mencerna protein
dan menghasilkan bau busuk atau amoniak. Bakteri, kapang dan khamir senang
akan keadaan yang hangat dan lembab. Sebagian besar bakteri mempunyai
pertumbuhan antara 45 – 55oC dan disebut golongan bakteri thermofilik. Beberapa
bakteri mempunyai suhu pertumbuhannya antara 20 – 45oC disebut golongan
bakteri mesofilik, dan lainnya mempunyai suhu pertumbuhan dibawah 20oC
disebut bakteri psikrofilik ( Muchtadi, 1989).
Umumnya bakteri membutuhkan air (Avalaible Water) yang lebih banyak
dari kapang dan ragi. Sebagian besar dari bakteri dapat tumbuh dengan baik pada
aw mendekati 1,00. Ini berarti bakteri dapat tumbuh dengan baik dalam
konsentrasi gula dan garam yang rendah kecuali bakteri – bakteri yang memiliki
toleransi terhadap konsentrasi gula dan garam yang tinggi. Media untuk sebagian
besar bakteri mengandung gula tidak lebih dari 1% dan garam tidak lebih dari
0,85% (larutan garam fisiologis). Konsentrasi gula 3% - 4% dan garam 1 – 2%
dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri (Muchtadi,1989).
Bakteri tumbuh dengan cara pembelahan biner, yang berarti satu sel
membelah menjadi dua sel. Waktu generasi yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sel
1
untuk membelah, bervariasi tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhan.
Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat heterotropik yaitu
membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya. Dalam metabolismenya bakteri
heterotropik menggunakan protein, karbohidrat, lemak dan komponen makanan
lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya.
Jika tumbuh pada bahan pangan, bakteri dapat menyebabkan berbagai
perubahan pada penampakan maupun komposisi kimia dan cita rasa bahanpngan
tersebut. Perubahan yang dapat terlihat dari luar yaitu perubahan warna,
pembentukan lapisan pada permukaan makanan cair atau padat, pembentukan
lendir, pembentukan endapan atau kekeruhan pada miniman, pembentukan gas,
bau asam, bau alkohol, bau busuk dan berbagai perubahan lainnya (Fardiaz,
1992).
Syarif dan Halid (1993) menyatakan bahwa identifikasi jenis bakteri
berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah sebagai
berikut :
1. Bakteri gram positif
a. Kokus
-
Katalase positif : Staphylococcus.
-
Katalase negatif : Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus.
b. Batang
-
Anaerobik
atau
fakultatif
anaerobik
:
Clostridium
botulinum,
Lactobacillus, Propionic bacterium
- Aerobik : Bacillus
2. Bakteri gram negatif
a. Fermentatif ( Batang ) : Proteus, Escherisia coli, Enterobacter.
c. Non fermentatif ( spiral / batang ) : Pseudomonas, Aclaligenes.
Adapun skema pengamatan bakteri berdasarkan sifat – sifat morfologi,
biokimia, fisiologi dan serologi dengan pewarnaan gram adalah sebagai berikut:
2
GAMBAR 1.
SKEMA UMUM CARA IDENTIFIKASI
BAKTERI DENGAN PEWARNAAN
Pewarnaan Gram
Gram Positif
Kokus
Gram Negatif
Batang
fermentatif
Non
fermentatif
Katalase
Katalase
Positif
Negatif
Anaerobik
Aerobik
Sumber : Syarif & Halid (1993)
Menurut Fardiaz (1992), Jenis – jenis bakteri koki gram positif adalah
famili Micrococcaceae dan famili Streptococcaceae. Famili Micrococcaceae
bersifat aerobik dan katalase positif sedangkan Streptococcaceae bersifat katalase
negatif, berbentuk kokus dalam rangkaian membentuk rantai atau tetrad. Bakteri
ini tidak mempunyai beberapa atau semua komponen sitokroma.
Staphylococcus merupakan bakteri berbentuk bulat yang terdapat dalam
bentuk tunggal, berpasangan, tetrad atau berkelompok seperti buah anggur. Nama
bakteri ini berasal dari bahasa “Staphele” yang berarti anggur. Beberapa spesies
3
memproduksi pigmen berwarna kuning sampai oranye. Misalkan Staphylococcus
aureus, ini merupakan bakteri yang membutuhkan Nitrogen Organik ( Asam
Amino ) untuk pertumbuhannya dan bersifat fakultatif. Kebanyakan galur
Staphylococcus aureus bersifat patogen dan memproduksi enterotoksin yang
tahan panas, dimana ketahanan panasnya melebihi sel vegetatifnya. Beberapa
galur, terutama yang bersifat patogenik, lipolitik dan betahemolitik (Syarief &
Halid,1993).
Klebsiella, batang berkapsul nonmotil 0,3 – 1,5 µm x 0,6 – 6,0µm tertata
tunggal, berpasangan atau dalam rantai pendek. Pertumbuhan pada medium
ekstrak daging menghasilkan koloni – koloni yang sedikit banyak berbentuk
kubah, berkilauan dengan kelengketan yang beragam. Tidak mempunyai
persyaratan tumbuh yang khusus, kebanyakan galur dapat menggunakan sitrat dan
glukose sebagai sumber C satu – satunya dan amonia sebagai sumber N. Suhu
optimum untuk pertumbuhan ialah 35 – 37oC ( Pelczar dan Chian, 1996).
1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif
Menurut Klien, et. all, (1999) menyatakan bahwa gram positif dinding
selnya mengandung peptidoglikan dan juga asam teikoat dan asam teikuronat.
Oleh sebab itu dinding sel bakteri gram positif sebagian adalah polisakarida. Pada
beberapa bakteri asam teikoat merupakan antigen permukaan (antigen dinding
sel), dan ada yang merupakan selaput pada selnya. Asam teikoat ini pada
umumnya terdiri dari gula netral seperti galaktosa, manosa, ramnosa, arabinosa
dan glukosamin. Lapisan yang demikian itu akan menyelimuti seluruh sel bakteri
sehingga menyerupai selubung yang kuat dan dinamakan murein.
Sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif terdapat peptidoglikan
yang sedikit sekali dan berada diantara selaput luar dan selaput dalam dinding sel.
Dinding sel bakteri gram negatif sebelah luar merupakan komponen yang terdiri
dari fosfolipid dan beberapa protein yang sering disebut sebagai auto layer.
4
TABEL 1.
PERBEDAAN RELATIF SIFAT
BAKTERI GRAM POSITIF DAN BAKTERI GRAM NEGATIF
Sifat
Perbedaan Relatif
Bakteri gram positif
Bakteri gram negatif
Komposisi dinding sel
Kandungan lipid rendah
(1-4 %)
Kandungan lipid tinggi
(11 – 22 % )
Ketahanan terhadap
penisilin
Lebih sensitif
Lebih tahan
Penghambatan oleh
pewarna basa
Lebih dihambat
Kurang dihambat
Kebutuhan Nutrien
Kebanyakan spesies
relatif komplek
Relatif sederhana
Ketahanan terhadap
perlakuan fisik
Lebih tahan
Kurang tahan
Sumber : Fardiaz, 1992
2. Pertumbuhan Jasad Renik
Menurut Fardiaz ( 1992 ), pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai
pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup. Pada organisme
multiseluler, yang disebut pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per
organisme, dimana ukuran sel juga menjadi lebih besar. Pada organisme
uniseluler ( bersel tunggal ) pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel.
Menurut Fardiaz ( 1992 ), sifat – sifat fisik, kimia, dan struktur makanan yang
mempengaruhi populasi dan pertumbuhan mikroorganisme adalah faktor
intrinsik. Faktor – faktor tersebut adalah pH, air, potensi oksidasi – reduksi,
kandungan nutrisi senyawa mikroba dan struktuk biologi.
a. Nilai pH
Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis jasad renik yang dapat
tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3 – 6 unit.
Kebanyakan bakteri mempunyai pH optimum, yaitu pH dimana pertumbuhannya
maksimum sekitar 5 – 7,5. Pada pH dibawah 5,0 dan diatas 8,5 bakteri tidak dapat
5
tumbuh dengan baik. Sebaliknya, khamir menyukai pH 4 – 5 dan dapat tumbuh
pada kisaran pH 2,5 – 8,5. Kapang mempunyai pH optimum 5 – 7, tetapi seperti
halnya khamir, kapang masih dapat hidup pada pH 3 – 8,5.
b. Air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembangbiak, oleh
karena itu pertumbuhan sel jasad renik didalam suatu makanan sangat dipengaruhi
oleh jumlah air yang tersedia. Jasad renik mempunyai kebutuhan aw minimal yang
berbeda – beda untuk pertumbuhannya. Tabel 1 menunjukkan batas aw minimal
untuk pertumbuhan beberapa kelompok jasad renik. Bakteri pada umumnya
membutuhkan aw mendekati 1,00.
Aw bahan pangan adalah air bebas yang terkandung dalam bahan pangan,
yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya ( Syarif & Halid,
1993 ).
TABEL 2.
BATAS Aw MINIMAL UNTUK PERTUMBUHAN JASAD RENIK
PENYEBAB KEBUSUKAN MAKANAN
Kelompok Jasad Renik
Aw minimal
0,91
0,88
0,80
0,75
0,65
0,61
Bakteri
Khamir
Kapang
Bakteri halofilik
Fungi Xerofilik
Khamir Osmofilik
Sumber : Bone (1975) dalam Winarno (1993)
c. Potensi Oksidasi – Reduksi
Mikroorganisme berbeda dalam sensitifitasnya terhadap potensi oksidasi –
reduksi dari medium pertumbuhannya. Potensi oksidasi – reduksi dari substrat
menunjukkan kemampuan substrat untuk melepaskan elektron (teroksidasi) atau
menerima elektron (tereduksi).
6
Beberapa bakteri aerobik tumbuh lebih baik pada kondisi tereduksi, dan
bakteri semacam ini disebut bakteri mikroaerofilik. Bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh pada keadaan aerobik maupun anaerobik dan disebut
anaerob fakultatif. Kebanyakan kapang dan khamir yang tumbuh pada makanan
bersifat aerobik, dan hanya beberapa yang bersifat anaerobik fakultatif.
d. Kandungan Nutrisi
Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme
membutuhkan komponen – komponen sebagai berikut : air, sumber energi,
sumber nitrogen, mineral, vitamin dan faktor pertumbuhan lainnya. Dari
kebutuhan nutrien pertumbuhan, kapang mempunyai kebutuhan nutrien yang
paling minimal, diikuti dengan khamir kemudian bakteri gram negatif, sedangkan
bakteri gram positif mempunyai kebutuhan nutrien yang paling tinggi.
e. Senyawa Anti Mikroba
Ketahanan makanan terhadap serangan mikroorganisme juga dipengaruhi
oleh adanya senyawa – senyawa anti mikroba yang disebut laktenin dan suatu
senyawa antikoliform. Senyawa anti mikroba yang lainnya yaitu lisozim didalam
putih telur dan asam benzoat didalam buah – buahan ( cranberries ).
f. Struktur Biologi
Beberapa bahan pangan mempunyai struktur spesifik yang melindungi
terhadap masuknya organisme pembusuk dan proses pembusukan selanjutnya.
Selain itu yang mempengaruhi kecepatan pembusukan oleh organisme pembusuk
adalah tekstur bahan pangan.
Menurut Fardiaz ( 1992 ), menyatakan bahwa ada 4 fase pertumbuhan
jasad renik, yaitu :
1) Fase Adaptasi
Merupakan persiapan dan penyesuaian diri dengan kondisi pertumbuhan
dan lingkungan yang baru. Waktu penyesuaian ini umumnya berlangsung selama
2 jam.
7
2) Fase Pembelahan
Setelah beradaptasi sel – sel ini akan tumbuh dan membelah diri secara
eksponensial sampai jumlah maksimal yang dapat dibantu oleh kondisi
lingkungan yang dicapai untuk melakukan pembelahan. Kebanyakan bakteri pada
fase ini berlangsung selama 8 – 24 jam.
3) Fase Tetap ( Stationary Phase )
Pertumbuhan populasi mikroorganisme dibatasi oleh habisnya bahan gizi
yang tersedia atau penimbunan zat racun sebagai hasil akhir metabolisme.
Sehingga kecepatan pertumbuhan menurun, mulai ada yang mati. Pembelahan
terhambat pada suatu saat terjadi jumlah bakteri yang tetap sama.
4) Fase Kematian ( Death Phase )
Sel – sel yang berada dalam fase tetap akhirnya akan mati bila tidak
dipindahkan ke media segar lainnya. Dalam bentuk logaritmik fase menurun atau
kematian merupakan penurunan secara garis lurus yang digambarkan oleh jumlah
sel – sel hidup terhadap waktu, jumlah bakteri hidup berkurang dan menurun.
4. Kurva Pertumbuhan Jasad Renik
GAMBAR 2.
KURVA PERTUMBUHAN JASAD RENIK
Sumber : Fardiaz, 1992
5. Pengaruh Pengawetan Makanan Terhadap Pertumbuhan Jasad Renik
Salah satu penyebab kerusakan bahan pangan adalah karena terjadinya
pertumbuhan jasad renik pada makanan tersebut. Supaya makanan menjadi lebih
awet, maka dilakukan proses pengawetan makanan. Dalam pengawetan makanan,
prinsipnya adalah memberi perlakuan terhadap makanan. Sedemikian rupa untuk
mencapai salah satu dari tujuan pengawetan makanan sbb :
8
1. Mengurangi jumlah awal sel jasad renik didalam makanan.
2. Memperpanjang
fase
adaptasi
semaksimum
mungkin
sehingga
pertumbuhan jasad renik di perlambat.
3. Memperlambat fase pertumbuhan logaritmik.
4. Mempercepat fase kematian sel jasad renik.
Beberapa
prinsip
pengawetan
yang
dapat
diterapkan
untuk
memperpanjang masa simpan makanan sebagai berikut :
1. Mengurangi kontaminasi awal
2. Membuat Lingkungan yang tidak cocok untuk pertumbuhan jasad renik
misalnya dengan :
a. Menurunkan aw atau RH ( kelembaban Relatif ) dengan
pengeringan dan penambahan gula atau garam.
b. Menurunkan pH dengan cara fermentasi.
c. Menurunkan suhu dengan cara pendinginan atau pembekuan.
d. Menghilangkan oksigen dengan cara pengepakan vakum.
e. Penambahan zat penghambat jasad renik.
B. Penggaraman
Penggaraman dapat memperpanjang umur simpan produk, karena garam
mempunyai sifat bakteriosid ( daya membunuh ) dan bakteriostatik ( daya
menghambat ). Aksi Osmotik larutan garam terhadap bahan pangan disebabkan
karena bahan pangan bertindak sebagai suatu membran semipermiabel itu
menurunkan kadar air sehingga garam berperan untuk menghambat kegiatan
bakteriologis dan enzimatis ( Ilyas dan Arifudin, 1972 ).
Menurut Rahayu, et al, ( 1992 ), garam dapat berfungsi sebagai
penghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk patogen karena mempunyai
sifat – sifat antimikroba sebagai berikut :
1. Garam akan meningkatkan tekanan osmotik substrat.
2. Garam menyebabkan terjadinya penarikan air dari dalam bahan pangan,
sehingga aw bahan pangan akan menurun dan mikroorganisme tidak akan
tumbuh.
9
3. Garam
mengakibatkan
terjadinya
penarikan
air
dari
dalam
mikroorganisme, sehingga sel akan kehilangan air dan mengalami
pengerutan.
4. Ionisasi garam akan menghasilkan ion khlor yang beracun terhadap
mikroorganisme.
5. Garam dapat mengganggu kerja enzim proteolitik karena dapat
mengakibatkan terjadinya denaturasi protein.
Menurut Hudaya & Daradjat (1980 ), mengatakan bahwa ada 3 keadaan
yang dapat mempengaruhi aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yaitu : pertama,
lingkungan yang sangat menguntungkan bagi tersedianya zat – zat makanan untuk
mikroorganisme, konsentrasi yang ideal itu yang dinamakan isotonik artinya
kandungan sel bakteri mempunyai konsentrasi yang sama dengan medium
sekelilingnya atau bahan makanan. Kedua, keadaan hypotonik yaitu keadaan
dimana medium mempunyai kerapatan molekul yang lebih rendah daripada sel –
sel jasad renik. Ketiga, keadaan hypertonik ( plasmolisa ) dimana medium atau
bahan makanan mempunyai kerapatan molekul yang lebih besar daripada sel – sel
jasad renik.
Kadar garam tinggi didalam produk fermentasi garam dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen, kecuali Staphylococcus aureus yang masih
mungkin tumbuh pada beberapa produk dengan kadar garam agak tinggi yaitu
sampai 7 – 10%. Staphylococcus aureus akan dihambat pertumbuhannya pada
konsentrasi garam 15 – 20% dan pH dibawah 4,5 – 5, sedangkan bakteri
pembentuk toksin yang berbahaya yaitu Clostridium botulinum tipe E yang sering
ditemukan pada ikan segar dapat dihambat pertumbuhannya pada konsentrasi
garam 10 – 12% dan pH dibawah 4,5. Salmonella akan terhambat
pertumbuhannya pada konsentrasi garam 6% ( Rahayu et. al, 1992 ).
Pada umumnya konsentrasi 10 – 15% sudah cukup untuk membunuh
sebagian besar jenis – jenis bakteri, kecuali jenis “halofilik” yaitu jenis bakteri
yang tahan terhadap konsentrasi garam 26,6% ( Hudaya & Daradjat, 1980 ).
10
C. Tawas
Tawas terjadi dari proses pelapukan dari batuan yang mengandung mineral
sulfida didaerah vulkanis (Solfatora) atau terjadi didaerah batu lempung, serpih
atau batu asbak yang mengandung Pirit ( Fe ) dan Markasit ( FeS2 ). Kebanyakan
tawas dijumpai dalam bentuk padat batu lempung, serpih ataupun batu sabak (
Sukandarrumidi, 1999 ).
Tawas (Al2(SO4)314H2O) merupakan endapan putih yang tidak larut dan
berbentuk gelatin yang mempunyai sifat yang dapat menarik partikel – partikel
lain sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan mudah
mengendap ( Rifai, 2002 )
Food And Drug Administration menyatakan bahwa (Al2(SO4)314H2O)
atau tawas dikatakan aman jika di tambahkan dalam bahan makanan dalam batas
– batas tertentu (Desroisier, 1998).
a. Peranan Tawas Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Menurut Ilyas & Arifudin
( 1972 ), bahan – bahan yang sengaja
ditambahkan kedalam bahan pangan adalah untuk memperbaiki warna, tekstur,
bentuk, citarasa atau memperpanjang umur simpan. Tawas yang mempunyai
rumus (Al2 (SO4)2 14H2O) dalam bentuk larutan yang bersifat asam dan berfungsi
sebagai astrigent ( sifat yang dapat menurunkan pH makanan mengkerut jaringan,
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk). Dilihat dari peranannya
dalam pengurangan air maka bahan pangan yang dilakukan dengan tawas akan
menurunkan kandungan air dengan mengikatnya dalam pemakaian tawas. Hal ini
karena dalam tawas adanya tekanan osmotik yang menarik air keluar dari bahan
pangan tersebut.
Menurut Pelczar, Chael dan Chian (1996), bahwa banyak faktor dan
keadaan dapat mempengaruhi penghambatan atau pembasmian mikroorganisme
oleh bahan atau proses antimikrobial antara lain sebagai berikut :
11
a. Konsentrasi atau Intensitas Zat Antimikrobial
Bahwa peluang untuk mengenai suatu sasaran sebaning tidak hanya
terhadap jumlah Bakteri yang ada tetapi juga terhadap konsentrasi atau intensitas
sarana fisik. Makin banyak konsentrasi atau molekul zat-zat kimia yang kita
berikan dalam suatu waktu tertentu, makin cepat sel-sel tersebut akan terbunuh
lebih cepat.
b. Jumlah Mikroba
Ini merupakan pernyataan kembali yang jelas mengenai pola kematian
Eksponensial, artinya diperlukan banyak waktu untuk membunuh populasi dan
bila jumlah selnya banyak maka perlakuan harus diberikan lebih lama.
c. Suhu
Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan keefektifan
suatu disinfektan atau bahan dari mikrobial. Hal itu diterangkan dengan faktor faktor berikut :
1) Zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi-reaksi kimia
2) Laju reaksi kimiawi dipercepat dengan meingkatkan suhu
d. Spesies Mikroorganisme
Spesies mikroorganisme menunjukan kerentanan yang berbeda – beda
terhadap sarana fisik dan bahan kimia. Hal itu dapat diketahui bahwa pada
spesies pembentukan spora, sel vegetatif yang sedang tumbuh lebih mudah
dibunuh dibandingkan dengan sporanya.
e. Adanya Bahan Organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan dengan nyata keefektifan
zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut
atau melindungi mikroorganisme dari padanya.
f. Keasaman atau Kebasaan (pH)
12
Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat di
basmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat
dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan basa.
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan sarana
atau proses fisik atau bahan kimia yang tersedia berbagai teknik dan sarana yang
bekerja menurut berbagai macam cara yang berbeda – beda. Proses fisik adalah
suatu prosedur yang mengakibatkan perubahan. Sedangkan bahan kimia adalah
suatu substansi (padat, cair, atau gas) yang dicirikan oleh komposisi molekuler
yang pasti dan menyebabkan terjadinya reaksi. Cara kerja bahan – bahan kimia
tersebut ada yang dapat mematikan bentuk – bentuk vegetatif bakteri yang disebut
bakteriosida, dan ada yang hanya menghambat pertumbuhan bakteri yang disebut
bakteriostatis ( Pelczar, Chael dan Chian, 1996 )
Menurut Nurrahman dan Isworo (2002), hal – hal yang diperoleh dari
perendaman menggunakan tawas antara lain :
1. Umur atau daya simpan ikan asap dapat diperpanjang
2. Warna ikan asap lebih putih
3. Menghilangkan bau amis
4. Menghilangkan rasa pahit
5. Tekstur pada daging menjadi kompak
6. Kadar proteinnya tidak berkurang
13
D. Kerangka Konsep
GAMBAR 3.
KERANGKA KONSEP
Kultur Murni
Konsentrasi
Tawas
Total
Bakteri
Variabel Bebas
Variabel Terikat
-
Jumlah Air
Jumlah
Bakteri awal
Jenis Bakteri
Variabel Terkendali
E. Hipotesa
1. Ada pengaruh konsentrasi tawas dengan pertumbuhan bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif.
14
Download