BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1. Pengertian Manajemen Keuangan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki fungsi dan peran sendirisendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan. Manajemen Keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan adalah segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset, dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Martono dan Harjito (2007:4) mengartikan bahwa : “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:2), bahwa : “Financial management is concern the acquisition, financing, and managements ofassets with some overall goal in mind”. Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan pembelian aktiva, pendanaan, dan pengelolaan aktiva yang meliputi keseluruhan pencapaian sasaran perusahaan. Menurut Sutrisno (2003:3), bahwa : “Manajemen keuangan adalah sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan 15 16 biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan menngalokasikan dana tersebut secara efisien” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan perusahaan. 2.1.2. Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi pokok dari Manajemen Keuangan mencakup keputusan investasi (Investasi Decision), keputusan pembiayaan (Financial Dicision), dan keputusan kebijakan deviden (Deviden Policy) Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2009 : 5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa mendatang. Bentuk, macam dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan dimasa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. 2. Keputusan Pendanaan Pada keputusan pendanaan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Deviden Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham dan melalui keputusan deviden ini ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 17 2.1.3. Tujuan Manajemen Keuangan Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajemen keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut, secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan itu sendiri merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Menurut Van Horne dan Warchowicz (2005:4) tujuan dari manajemen keuangan adalah : “ Untuk menilai apakah suatu keputusan keuangan dapat dikatakan efisien atau tidak yang dilihat dari beberapa standar tertentu yaitu keberhasilan keputusan bisnis harus dinilai dari pengaruhnya harga saham sehingga dapat memaksimalkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang ada pada saat ini.” Sementara menurut pendapat Bringham dan Houstom (2001:6) yang dikutip oleh Tarigan mengenai tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut: 1. Laba yang maksimal 2. Resiko yang minimal 3. Melakukan pengawasan aliran dana, dimaksudkan agar penggunaan dan pencarian dana dapat diketahui segera 4. Menjaga fleksibilitas perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan Manajemen keuangan dari suatu perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemilik perusahaan dan pemegang saham yang diukur dari harga saham yang didalamnya sudah mencerminkan laba yang maksimal, dan resiko yang minimal serta melakukan pengawasan segala aliran dana guna menjaga fleksibilitas perusahaan. . 18 2.2 Investasi 2.2.1. Perngertian Investasi Investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada aset produktif dengan harapan mendapatkan pertumbuhan modal dalam jangka waktu tertentu. Pada dasarnya investasi secara konvensional dapat diartikan sebagai suatu kegiatan bisnis yang pasif. Menurut Reilly (2003:5), mengatakan bahwa : “Investasi adalah komitmen satu dollar dalam satu periode tertentu yang akan mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang dengan : (1) waktu dana tersebut akan digunakan (2) tingkat inflasi yang terjadi (3) ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang” Menurut Sunariyah (2004 :3) : “Investasi sering diartikan sebagai suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang” Menurut Hanafi (2004 : 3) “Investasi adalah setiap wahana di mana dana ditempatkan dengan harapan dapat memelihara kenaikan nilai dan / memberikan hasil (return) yang positif” Menurut Jogiyanto (2009:5), bahwa : “Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan” Dari berbagai pengertian investasi di atas,dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi merupakan komitmen yang ditanamkan oleh investor dalam bentuk penanaman modal melalui aktiva yang digunakan perusahaan dengan harapan dapat memelihara kenaikan nilai dan/ atau memberikan hasil berupa capital gain atau return di masa yang akan datang. 19 2.2.2. Jenis-Jenis Investasi Pada dasarnya investasi merupakan penundaan konsumsi atas sejumlah dana yang dilakukan baik melalui investasi riil (real invesment) maupun investasi keuangan (financial invesment) pada saat ini untuk digunakan dalam produksi atau ditanam dalam bidang tertentu selama suatu periode waktu dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan diterima di masa mendatang. Menurut Sunariyah (2006:4), investasi dalam arti luas terdiri dari dua, yaitu : 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real asset) Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets) Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil. Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sejumlah institusi atau perusahaan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu : 1. Investasi langsung (Direct investing) Investasi langsung diartikan sebagai suatu kepemilikan surat berharga secara langsung dalam institusi atau perusahaan yang secara resmi telah go public dengan harapan dapat memperoleh keuntungan berupa penghasilan dividen atau capital gains. 2. Investasi tidak langsung (Indirect investing) Investasi tidak langsung terjadi bila surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai perantara. 2.2.3. Tujuan Investasi Iinvestor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau return di dimasa mendatang. Menurut Ahmad (2004:3), ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, yaitu : 20 1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa depan Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidak-tidaknya bagaimana berusaha untuk mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi Dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya karena digerogoti oleh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu. 2.3.4 Manfaat Investasi Menurut Ahmad (2004:58), manfaat yang dapat diperoleh masyarakat (pemodal) dalam berinvestasi di pasar modal antara lain : 1. Nilai investasi berkembang mengikuti perubahan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga yang menjadi capital gain. 2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden. 3. Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi. 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk mengurangi risiko. 2.3 Pasar Modal 2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal meruapakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka Panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, intrumen derivatif maupun instrumen lainnya. 21 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal pasal 1 ayat 13 mendefinisikan pasar modal sebagai berikut : “Pasar Modal adalah kegiatan bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek” Menurut Ang (1997 : 175) : “Pasar modal didefinisikan sebagai suatu situasi dimana penjual dan pembeli dapat melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang diperjualbelikan di sini adalah modal” Menurut Sunariyah (2004 : 4) : “Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan suratsurat berharga yang beredar” Menurut Martono dan Agus (2007:359) : “Pasar modal (capital market) adalah suatu pasar di mana dana-dana jangka panjang baik hutang maupun modal sendiri diperdagangkan” Dari pengertian – pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar modal ialah suatu lembaga institusi keuangan yang mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. Dana yang diperjualbelikan itu dipergunakan untuk jangka panjang dalam menunjang pengembangan usaha. 2.3.2 Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2006:13) sebagai berikut : 1. Pasar Perdana (primary market) Merupakan penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham 22 tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang dilakukan agen penjualan. Berdasarkan Surat Keputusan Mentri Keuangan No. 859/kmk/1987 pengertian pasar perdana adalah : “Pasar perdana (premier) adalah pasar dimana penawaran efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu sebelum efek ini dicatatkan di bursa efek.” 2. Pasar Sekunder (secondary market) Merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa. Menurut Surat Keputusan Bapepam No.01/RM/1989 pengertian pasar sekunder adalah : “Pasar sekunder adalah pasar dimana penawaran efek kepada publik dilakukan melalui masa penawaran di pasar perdana dan telah dicatatkan pada bursa efek.” Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar busa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi 23 perdangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Informasi yang diberikan dalam pasar inipun meliputi : harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang. 4. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antarpemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek 2.3.3 Instrumen Investasi Pasar Modal Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Instrumen pasar modal meruapakan suatu bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya, yang dapat dieprjualbelikan. Pemegang instrument pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrument tersebut. Menurut Sunariyah (2006:48) instrumen pasar modal sebagai berikut : 1. Saham Biasa (Commont Stock) adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan yang berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. 2. Saham Preferen (Preferred Stock) merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 3. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (pemodal) dengan yang diberi dana (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang telah membeli obligasi. 4. Obligasi Konversi (Convertible Bond) sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. 24 5. Right merupakan surat berharga yang memberi hak bagi pemodal untuk saham baru yang dikeluarkan emiten. 6. Warran seperti halnya right adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. 2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Modal Pasar Modal sebagai temmpat bertemunya penjual (emiten) dan pembeli (investor) tentu memiliki factor-faktir yang dapat mempengaruhinya. Factorfaktor yang dapat mempengaruhi pasar modal seperti yang dikemukakan Husnan (2001:6), sebagai berikut : Supply sekuritas Berarti banyak perusahaaan yang akan menerbitkan sekuritas. Hal ini bukan hanya berarti bahwa banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas, tapi juha berarti bahwa rencana penggunaaan dana yang diperoleh dari penerbitan sekuritas tersebut memang menguntungkan. Demand akan sekuritas Berarti tersedia jumlah dana yang memadai untuk membeli sekuritas – sekuritas yang ditawarkan ini berarti harus terdapat sejumlah pihak yang mempunyai dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membeli sekuritassekuritas yang ditawarkan. Kondisi Politik dan Ekonomi Kondisi ekonomi politik yang stabil dan dinamis merupakan syarat perkembangan dunia bisnis. Perkembangan bisnis akan menyebabkan permintaan akan dana (baik jangka panjang maupun jangka pendek) meningkat. Peningkatan permintaan ini yang akhirnya akan mendorong berkembangnya pasar modal. Masalah Hukum dan Peraturan Masalah kepastian hukum dan peraturan sering merupakan masalh yang menjadi penghambat di Negara-negara yang sedang berkembang. Dalam bidang apapun nampaknya terjadi gejala ketertinggalan hukum dan peraturan dari perkembangan ekonomi. Peraturan yang melindungi para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten perlu ditegakkan. 25 Peran Lembaga-lembaga pendukung Pasar Modal Lembaga perndukung pasar modal, seperti Badan Pengawas Pasar Modal (stock exchange commission ) yang memberikan ijin ) dengan memeriksa perusahaan ) bagi calon emiten, bursa efek, para pialang, dan bias bekerja secara professional untuk mendukung beroperasinya pasar modal. 2.4 Bursa Efek 2.4.1 Pengertian Bursa Efek Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka. Pengertian Bursa Efek menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat 4 adalah : “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dana atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bursa efek merupakan tempat atau wadah bagi para pelaku saham untuk memperdagangkan atau memperjualbelikan setiap saham/efek yang mereka miliki dan ingin beli. 2.4.2 Fungsi Bursa Efek fungsi bursa efek adalah menyelenggarakan dan menyediakan system dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek-efek pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Fungsi Bursa Efek menurut Ahmad (2004:19) adalah : 1. Menciptakan pasar secara terus-menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat. 2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan. 3. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha. 26 2.5 Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Menurut Munawir (2002:2) menyatakan mengenai definisi laporan keuangan, yaitu sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntasi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan tersebut”. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:70) menerangkan bahwa : “Laporan Keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proded akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi atar data keuangan / aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan “ Menurut Harahap (2005 : 107) sebagai berikut : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. “ Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akutansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi data keuangan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan pada jangka waktu tertentu. 2.5.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Sundjaya dan Barlian (2003:78) sebagai berikut : 27 1. Laporan Laba-Rugi (Income statement) Laporan laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar. Laporan laba rugi Menurut Van Horne & Wachowicz (2005:153) sebagai berikut : “laporan rugi laba adalah ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode tertentu diakhiri dengan laba bersih atau rugi bersih untuk periode tersebut.” Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:78): “Laporan laba rugi adalah laporan mengenai penghasilan, biaya, laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu” Menurut Bringham dan Houston (2001:42) “Laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahan selam aperiode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal atay satu tahun” Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi menggambarkan jumlah pendapatan, biaya, dan laba atau rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, manajemen biasanya meramalkan laporan laba-rugi secara bulanan atau mungkin secara kuartalan dan kemudian membandingkan hasil aktual dengan laporan dianggarkan. Jika pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi daripada tingkat yang diramalkan, maka manajemen harus mengambil langhah-langkah korektif untuk mengantisipasi masalah yang akan terjadi kedepannya. 2. Neraca (Balance Sheet) Neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Menurut Van Horne & Wachowicz (2005:193) neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva sama dengan total kewajiban ditambah ekuitas pemilik. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2003:80) Neraca adalah laporan mengenai aktiva, hutang dan modal dari perusahaan pada suatu saat tertentu. 28 Menurut Keown, Scott, Martin and Petty (2005:34), bahwa : “Balace sheet is a statement of financial position at a particular date, The form of the statement follows the balance sheet equation : total asset = total liabilities + owner’s equity” Dengan kata lain neraca dapat diartikan sebagai suatu laporan yang memperlihatkan posisi keuangan suatu perusahaan pada waktu terntentu. Bentuk dana dan neraca diformulasikan dengan total aktiva = total kewajiban + modal pemilik. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan laporan pada saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutang-hutang, dan ekuitas pemilik. 3. Laporan Laba Ditahan (Statement of Retained Earning) Laporan laba rugi bisa disajikan didalam laporan laba rugi atau terpisah dari laporan laba rugi dan laporan laba ditahan dapat disajikan di dalam laporan perubahan modal, dimana perubahan laba ditahan termasuk didalamnya. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:87) Laporan laba ditahan merupakan daftar kumulatif laba yang berasal dari tahun ke tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Sedangkan Menurut Bringham dan Houston (2001:42) Laporan laba ditahan ialah laporan yang menunjukan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan bila dibandingkan dengan yang dibayarkan sebagai dividen. Jumlah laba ditahan yang terliaht di sini adalah jumlah laba ditahan tahunan untuk setiap tahun sejarah perusahaan” Dari semua uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan laba di tahan merupakan laporan yang menjelaskan perubahan pada laba ditahan perusahaan selama periode laporan. 4. Laporan Aliran Kas Menurut Mamduh (2004:33) Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu Laporan kas diperlukan karena dalam beberapa situasi, laporan laba rugi tidak cukup akurat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk 29 mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan, dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka perubahan keadaan dan peluang. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim ( 2007 : 49 ) Laporan aliran kas merupakan laporan yang memiliki tujuan untuk memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas selama periode tertentu, selain itu laporan aliran kas juga memberikan infomasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendapatan, dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Dari beberapa pengertian menurut para ahli tersebut dapat dismpulan bahwa Laporan aliran kas merupakan laporan yang menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu. 2.5.3 Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan Fungsi dari laporan keuangan adalah untuk memeberi informasi mengenai kinerja keuangan dan hasil kegiatan operasional perusahaan kepada berbagai pihak baik dari internal maupun eksternal perusahaan.yang berkepentingan secara historis dan sistematis secara menyeluruh . Tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikutip oleh Sawir (2005:2) adalah sebagai berikut: a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan pada suatu perusahaan sehingga memberi manfaat bagi sejumlah besar pemakai (stakeholders) dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang akan dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan menurut Kasmir (2010:11), tujuan pembuatan dan penyusunan laporan keuangan yaitu: 30 a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan saat ini. b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban serta modal yang dimiliki perusahaan saat ini. c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. d. Memberikan informasi tentang jumlah dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam periode tertentu. e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva dan pasiva. f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 2.6 Analisis Fundamental Penilaian kewajaran harga saham yang tebentuk di pasar modal oleh investor dapat dilakukan melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk) dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Pendekatan fundamental bertitik-tolak dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar ditentukan oleh ekspektasi atas: dividen, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga diskon di masa mendatang (Haruman, Cipto S, dan Aryanti, 2005). Analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahan yang menerbitkan saham tersebut. Dalam analisi fundamental, proyeksi harga saham dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi prestasi perusahaan dimasa yang akan datang. Prestasi perusahaan yang dinilai dikalikan dengan kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan. Kondisi fundamental mencerminkan kinerja 26 variabel-variabel keuangan yang dianggap mendasar atau penting. Jika prospek suatu perusahaan public adalah sangat kuat dan baik, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikannya dengan peningkatan 31 harga saham. Analisis fundamental mencari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan, dengan kata lain saham mewakili nilai perusahaan. Para penganut analisis fundamental berasumsi bahwa apabila kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan semakin baik maka harga saham yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan (Ghozali, 2002). Analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham (Darmadji dan Fakhrudin, 2003). Menurut Hardiningsih, 2001 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Fundamental dan Resiko Ekonomi tehadap Return Saham pada perusahaan di BEJ ( studi kasus Basic Industry and Chemical ). Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor fundamental perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi. Bagi para pemilik atau pemegang saham bermanfaat untuk melihat tingkat kembalian yang tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya dividen yang menjadi hak para pemegang saham. 2.7 Analisis Rasio Keuangan 2.7.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu dan apabila telah danalisis. Analisis yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:128) ialah : “Analisis rasio keuangan adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.” Sedangkan menurut Irawati (2006:22) rasio keuangan adalah sebagai berikut : “Rasio keuangan merupakan suatu teknik manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai keuangan suatu perusahaan dalam periode membandingkan dua variabel yang diambil perusahaan, baik neraca maupun rugi-laba.” analisis dalam bidang alat ukur kondisi-kondisi tertentu dengan jalan dari laporan keuangan 32 Menurut Harahap (2011:297) menerangkan bahwa : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)” Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses penganalisaan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari hasil perbandingan pos-pos laporan keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan.. Untuk melakukan analisis rasio keuangan dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya atau sesudahnya sehingga dengan begitu dapat diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. 2.7.2 Macam-macam Rasio Keuangan Ada beberapa macam-macam rasio keuangan dimana dalam setiap rasio keuangan memiliki fungsi-fungsi tersendiri untuk aplikasinya, menurut Sundjaja dan Barlian (2003:134) analisis rasio keuangan dibagi menjadi empat bagian yaitu : 1. Rasio Leverage, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Rasio yang mungkin digunakan antara lain rasio utang, debt to equity ratio, times interest earned, debt service coverage. 2. Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio tersebut antara lain adalah rasio modal kerja netto dengan total aktiva, current ratio, dan quick acid test ratio. 3. Rasio Profitabilitas atau efisiensi, rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan. Rasio-rasio tersebut antara lain adalah rentabilitas ekonomi, rentabilitas modal sendiri (return on equity), return on investment, net profit margin, perputaran profit margin, perputaran piutang dan perputaran persediaan. 33 4. Rasio Nilai Pasar, rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut diantaranya adalah price earning ratio dan market to book value ratio. 2.8 Earning per Share (EPS) 2.8.1 Pengertian Earning per Share ( EPS ) Earning per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Earning per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tapi dalam prakteknya, tidak semua keuntungan ini dapat dibagikan, ada yang sebagian ditahan sebagai laba ditahan. Menurut Ang ( 1997 : 18.44 ) : “Earning per Share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan” Menurut Sutrisno (2007:225) menyatakan bahwa : “EPS merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki oleh pemiliknya” Menurut Gitman (2005 : 15), bahwa : “Earning per share is the amount earned during the accounting period on each outstanding share of common, calculated by diving the period’s total earning available form the firm common stockholer’s by the number of share of common stock outstanding”. “Earning per share adalah rasio keungan yang memperlihatkan jumlah pendapatan atas saham biasa yang beredar, dimana membandingkan pendapatan yang tersedia bagi para pemegang sagam biasa dengan jumlah saham yang beredar” Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa EPS merupakan rasio profitabilitas sebagai infomasi yang digunakan untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk tiap lebar saham yang dimiliki. 2.8.2 Mengukur Earning per Share ( EPS ) Secara sistematis Earning per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut 34 Gitman (2009:68) : EPS = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑓𝑜𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠𝑡𝑜𝑐𝑘𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 Dan jika perusahaan tersebut terdapat saham preferen maka rumusnya Sebagai berikut ( Darmadji dan Fakhrudin, 2006 :92) : EPS = Laba bersih-dividen saham preferen jumlah saham biasa bererdar 2.9 Net Profit Margin (NPM) 2.9.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak (net income after tax) terhadap total penjualan (sales). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjulan yang dicapai oleh perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. NPM yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan meningkat pula. NPM yang semakin rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukan ketidakefisienan manajemen. Menurut Keown (2005:78), bahwa : “Net Profit Margin measures the net income of the firm as a percent of sales” “Net Profit Margin merupakan suatu ukuran perolehan laba bersih perusahaan atas presentase penjualan” Menurut Mamduh ( 2004:42), bahwa : “Net Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini juga 35 bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biayabiaya di perusahaan pada periode tertentu” Sedangkan menurut Bastian dan Suhardjono (2006:299) mengemukakan bahwa Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukan berapa besar presentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa net profit margin adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih yaitu : setelah pajak, beban bunga serta beban lainnya pada setiap rupiah penjualan tertentu pada periode tertentu. Menurut Riyanto (2001:39), besar kecilnya Net Profit Margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh 2 faktor, yaitu net sales dan laba usaha. Besar kecilnya laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (oprating expense). Dengan jumlah operating expense tertentu Net Profit Margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil sales, atau dengan menekan dan memperkecil operating expense. Dengan demikian maka ada 2 alternatif dalam usahan untuk memperbesar Net Profit Margin yaitu : 1. Dengan menambah biaya usaha (operating expense) sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales sebesar-besarnya, atau 36 dengan kata lain tambahan sales harus lebih besar daripada tambahan operating expenses. Perubahan besarnya sales dapat disebabkan karena perubahan harga jual per unit produk sudah tertentu. Dengan demikian dapatlah dikaitkan bahwa pengertian menaikan tingkat sales di sini dapat berarti memperbesar pendapatan dari sales dengan jalan : a. Memperbesar volume sales unit pada tingkat harga penjualan terntentu, atau b. Menaikan harga penjualan per unit produk pada luas sales dalam unit tertentu 2. Dengan mengurangi pendapatan dari sales sampai pada tingkat terntentu diusahakan adanya pengurangan operating expense yang sebesar-besarnya, atau dengan kata lain mengurangi biaya usaha relatif lebih besar dibandingkan dengan berkurangnya pendapatan dari sales. Meskipun jumlah sales selama periode tertentu berkurang, tetapi oleh karena disertai dengan berkurangnya operating expense yang lebih sebanding maka akibatnya ialah bahwa Nei Profit Margin tersebut besar. 2.9.2 Mengukur Net Profit Margin (NPM) Menurut Gitman (2009 :67), NPM dapat dirumuskan sebagai berikut NPM = Earning available for common stockholders Sales Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa besar laba bersih setelah pajak yang diperoleh dari setiap rupiah hasil penjualan perusahaan. Disamping itu, rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biayanya. Semakin besar pula keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut. 2.10 Debt to Equity Ratio (DER) 2.10.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Purwanto dan Haryanto ( 2004 ) : “Debt to Equity Ratio merupakan indikator struktur modal dan risiko 37 finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya Debt to Equity Ratio suatu perusahaan menunjukan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan” Menurut Gitman (2006 : 64) : “Debt to equity measure the proportion of total asset financed by the firm’s creditors. The higher this ratio, the greater the amount of other people money being used generated profits” Menurut Gibson (2001: 326), mengatakan bahwa : “The debt / equity ratio also helps determine how well creditors protected in case of insolvency of the company” Bagi para investor, semakin tinggi rasio ini, maka tinggi risiko yang akan dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham juga return saham. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang – hutangnya baik jangka panjang maupun jangkan pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. 2.10.2 Mengukur Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Gitman (2009:64), DER dapat dirumuskan DER = Total Liabilities Total Equity Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengamanan pembeli pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. Sedangkan bagi investor, semakin tinggi rasio ini, maka tinggi risiko yang akan dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka 38 mereka menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada return saham perusahaan tersebut. 2.11 Price Book Value (PBV) 2.11.1 Pengertian Price Book Value (PBV) Price Book Value adalah suatu nilai yang digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham relatif lebih mahal atau lebih murah bila dibandingkan dengan saham lainnnya. Menurut Darmadji dan Fakhrudin ( 2001 : 141 ) Dapat didefinisikan : “Price Book Value (PBV) merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham dari suatu perusahaan.” Menurut Ang (1997 : 18.44 ) “Price to Book Value (PBV) merupakan salah satu rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya” Semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya prospek perusahaan tersebut. Price Book Value (PBV) mempunyai dua fungsi, yaitu : 1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar menurut rata-rata historisnya 2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun mendatang. Berdasarkan fungsi pertama. Sebuah saham akan dianggap sudah terlalu mahal atau tinggi jika Price Book Value (PBV) saham tersebut saat ini sudah diatas rata-rata Price Book Value (PBV) historisnya. Demikian sebaliknya, sebuah saham akan dinggap masih murah atau wajar jika Price Book Value (PBV) saham tersebut saat ini masih berada di bawah atau sama dengan rata-rata Price Book Value (PBV) historisnya. 39 Sedangkan, berdasarkan fungsi yang kedua, sebuah saham akan dianggap mahal atau murah berdasarkan perkiraan harga wajarnya. Perhitungan harga wajar dapat dilakukan dengan dua unsur sebagai berikut : 1. Rata-rta Price Book Value (PBV) historis. 2. Estimasi Price Book Value (PBV) untuk periode satu tahun mendatang Rata Price Book Value (PBV) historis untuk perhitungan harga wajar ditentukan berdasarkan asumsi yang terdiri dari tiga, yaitu : 1. Asumsi optimis. Artinya, jika kita menganggap kondisi ekonomi ke depan jauh lebih baik dari sekarang. Rata-rata Price Book Value (PBV) yang digunakan adalah rata-rata PBV + Standar Deviasi. 2. Asumsi Netral. Artinya, jika kita menganggap kondisi ekonomi ke depan sulit diprediksi atau dalam kondisi moderat ( biasa – biasa saja ). Rata-rata PBV yang digunakan adalah rata-rata PBV historisnya. 3. Asumsi Pesimis. Artinya, jika kita menganggap kondisi ekonomi ke depan jauh lebih buruk dari sekarang. Rata-rata PBV yang digunakan adalah rata-rata PBV – Standar deviasi. 2.11.2 Mengukur Price Book Value (PBV) Menurut Gitman (2009:74) Secara sistematis Price Book Value dapat dirumuskan sebagai berikut : PBV Market Price per Share = Book Value per share of commonstock Menurut Gitman (2009:73) untuk dapat mencari Book Value per Share bisa dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Book Value = Common Equity Shares Outstanding Price to Book Value ini menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Price Book Value (PBV) yang menunjukan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. 40 2.12 Return Saham 2.12.1 Pengertian Return Saham Return adalah laba atas suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai tarif presentasi tahunan. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Return saham ini dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan perdagangan di pasar modal. Menurut Jogiyanto (2009:199) bahwa: “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.” Dan menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:96) pengertian return saham adalah : “Return is income received on an investment plus any change in market price, usually expressed as an percentage of the beginning market price of the investment.” Artinya Return merupakan hasil yang diterima dari suatu investasi ditambah dengan perolehan dari perubahan harga pasar investasi tersebut, yang biasa dinyatakan dalam suatu presentase dari harga pasar awal investasi. Menurut Gitman (2009:56) : “The total gain or loss experienced on an investment over a given period of time, calculated by dividing the asset’s chage in value plus any cash distributions during the period by it’s beginning of period investment value”. Artinya return saham atau tingkat pengembalian adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi return ini berdasar dari dua sumber , yaitu pendapatan (dividend), capital gain dan perubahan harga pasar saham (capital gain/loss). 41 Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss. Menurut Jogiyanto (2009:109) return saham dibedakan menjadi dua : 1. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. 2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang. Return menggambarkan hasil yang diperoleh investor dari aktivitas investasi yang telah dilakukan selama periode tertentu, terdiri dari capital gain (loss) dan Yield (Jogiyanto, 2003 ). Capital gain (loss) merupakan selisih untuk ( rugi ) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi 2.12.2 Mengukur Return Saham Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode t +1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan Yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi (Jogiyanto,2009:200). Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya, maka dapat ditulis dengan rumus : 𝑅𝑖 = Pt − Pt−1 + Dt x 100% Pt−1 (Jogiyanto 2009:200) keterangan : Ri = Return saham Pt = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 42 Dt = Dividen yang dibagikan pada periode t Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus : 𝑅𝑚 = 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 − 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1 (Jogiyanto 2009:201) Keterangan : Rm = Return pasar IHSGt = Indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 = Indeks harga saham gabungan pada periode t-1 2.12.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Return Saham Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke bursa efek tersebut. Informasi atau pengumuman-pengumuman yang diterbitkan oleh emiten akan mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil keputusan untuk memilih portofolio investasi yang efisien. Menurut Jogiyanto (2009: 354), para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan pada harga saham, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada saat transaksi perdagangan terjadi, terdapat perubahan terutama perubahan harga saham. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor. Pergerakan naik-turun harga saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak 43 banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrumen ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham di suatu bursa efek. Menurut Weston dan Bringham (2002:26), bahwa harga saham perusahaan tergantung pada faktor-faktor berikut : 1. Proyeksi laba per saham, 2. Waktu diperolehnya laba, 3. Tingkat risiko dari proyeksi laba, 4. Proporsi utang perusahaan terhadap ekuitas (DER), 5. Kebijakan pembagian dividen (DPR) Selain faktor-faktor diatas kondisi perusahaan yang bersangkutan juga berpengaruh terhadap harga saham artinya makin baik kinerja perusahaan, kemungkinan harga saham akan naik, makin tinggi return saham yang akan diperoleh. 2.13 Pengaruh Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value (PBV) terhadap return saham secara simultan Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang dihubungkan dengan prediksi return saham secara simultan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Leon F (2011) yang meneliti di Bursa Efek Indonesia periode 2007 hingga 2009 pada industri konsumsi dimana variabel ROA, NPM secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan variabel EPS, DER dan PBV berpengaruh signifikan terhadap return saham secara simultan. Lain halnya dengan penelitian yang dialakukan oleh Hermawan (2012 ) yang meneliti tentang pengaruh DER, EPS, dan NPM terhadap Return saham dengan studi kasus perusahaan –perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun 2008 sampai 2010 diperoleh hasil yang menerangkan bahwa DER, EPS, dan NPM secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Besarnya pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap return saham adalah 24,3%, 44 hal ini mengidentifikasikan bahwa DER, EPS, dan NPM merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam rangka meningkatkan return saham perusahaan. Penelitian mengenai return saham telah banyak dilakukan mengingat pentingnya faktor fundamental dalam mempengaruhi nilai return saham. Namun berdasarkan bukti empiris yang menghubungkan faktor-faktor fundamental dengan return saham masih menunjukan hasil yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membuktikan bagaimana pengaruh keempat faktor fundamental tersebut (EPS, NPM, DER, PBV) terhadap return saham terutama pada sub sektor industri Real Estate and Property di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu berdasarkan beberapa penelitian terdahulu untuk sementara ini penulis menyimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara EPS, NPM, DER dan PBV terhadap return saham. H1 : Terdapat pengaruh Earning per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), dan Price to Book Value (PBV) terhardap return saham secara simultan. 2.14 Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap Return saham ( Earning per share ) EPS merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. EPS digunakan untuk menganalisis profitablilitas suatu saham oleh para analis surat berharga dan hanya diukur dengan menggunakan saham biasa. Peningkatan EPS menandakan perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan perusahaan dengan harapan investor memperoleh tingkat return yang tinggi pula. Earning per share (EPS) memiliki pengaruh langsung terharap return saham. Hal ini dapat disimak dari apa yag dinyatakan oleh beberapa pakar dan beberapa peneliti terdahulu di bidang keuangan, salah satunya adalah seperti studi empiris yang telah dilakukan oleh Devi, Taufeni, dan Yuneita (2012) menghasilkan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap return saham yang dikarenakan meningkatnya EPS belum tentu akan meningkatkan return saham yang dikarenakan harga saham meningkat bukan berarti semua investor tertarik dengan harga saham yang tinggi. 45 Sedangkan studi empiris yang dilakukan oleh Anik dan Indriana dalam judul jurnalnya yakni Pengaruh ROA, EPS, CR, DER dan inflasi terhadap return saham ( studi kasus pada perusahaan Manufaktur di BEI periode tahun 2006-2008 ) menyatakan bahwa baik secara simultan maupun parsial Earning per Share (EPS) berpengaruh terhadap return saham. Menurut pakar keruangan Fraser (2004:102) : “Earning per common share is the net earnings available to common stockholders for period dividend by the average number of common stock shares outstanding. This figure show the return to the common stock shareholder for every share owned” Artinya laba per lembar saham biasa merupakan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham biasa untuk periode tertentu dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Angka inilah yang akan memperlihatkan pengembalian bagi pemegang saham biasa untuk setiap saham yang dimilikinya. Sedangkan menurut Sutrisno (2001 :15) : “Harga pasar saham mencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lembar saham (EPS), (2) Tingkat bunga bebas risiko, dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan.” Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa laba per lembar saham merupakan alat ukur yang dapat digunakan untuk menunjukan tingkat pengembalian saham dari setiap saham yang dimiliki para pemegang saham. Selain itu juga laba per lembar saham juga merupakan faktor utama yang menentukan harga saham meningkat sehingga kemakmuran pemegang saham juga meningkat dan dengan kata lain return saham yang diterima juga meningkat. H2 : Terdapat pengaruh EPS terhadap return saham. 2.15. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Return saham Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total penjualan (sales). Hasil penelitian mengenai pengaruh NPM terhadap return saham menunjukan hasil yang berbeda-beda. Menurut peneliti 46 terdahulu Aji dalam jurnal penelitiannya mengenai pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Earining per Share (EPS) dan Net Profit Marging (NPM) terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2008- 2010 menyatakan bahwa variabel independen DER, EPS, NPM secara simultan berpengaruh signifikan dan dianggap mampu menjelaskan besarnya pengaruh terhadap variabel dependen return saham, sedangkan menurut peneliti terdahulu Hermawan (2012) yang berjudul perngaruh DER, EPS, dan NPM terhadap return saham pada perusahaan Industri Perbankan yang listing di BEI selama periode 2008-2010 menyatakan bahwa NPM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham secara parsial, hal tersebut disebabkan oleh adanya fluktuasi pada data NPM yang digunakan dalam penelitian selain itu juga karena persuahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan mempengaruhi investor maupun calon investor (laba), sehingga untuk melakukan investasi. Berdasarkan uraian singkat di atas maka untuk pengaruh NPM terhadap return saham pada sub sektor real etate and property diperoleh hipotesis yaitu : H3 : Terdapat pengaruh NPM terhadap return saham. 2.16. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), terhadap Return saham Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) telah melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham (Kasus Industri Barang Konsumsi Yang GoPublik di Pasar Modal Indonesia) menunjukan bahwa debt to equity mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham. Maka semakin besarnya hutang, harga saham cenderung akan bergerak naik yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham suatu perusahaan. Menurut Sutrisno (2000:249) : “Dengan menggunakan dana hutang, maka apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat” Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan hutang akan meninmbulkan risiko, namun dapat juga digunakan untuk 47 meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham. Pada umumnya investor berminat pada perusahaan dengan leverage yang tinggi karena memungkinkan pengembalian terhadap modal sendiri yang lebih tinggi jika perusahaan mendapat keuntungan, seperti yang diungkapkan oleh Waston dan Bringham terjemahan Dono Suharto (2001 :85), penggunaan hutang (leverage)akan menaikkan tingkat pengembalikan yang diharapkan bagi pemegang saham karena dua sebab yaitu : 1. Karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung laba karena pajak, maka penggunaan utang mengakibatkan tagihan pajak yang lebih rendah dan menyisakan lebih banyak laba operasi yang tersedia bagi investor. 2. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva (EBIT/ total aktiva) melebihi suku bunga utang, maka perusahaan pada umumnya dapat menggunakan utang untuk membeli aktiva, membayar bunga atas utang, dan kemudian sisanya akan menjadi bonus bagi pemegang saham. H4 : Terdapat pengaruh DER terhadap return saham 2.17. Pengaruh Price Book Value (PBV), terhadap Return saham PBV merupakan rasio antar harga pasar saham terhadap nilai bukunya, pada umumnya perusahaan yang beroperasi dengan baik akan mempunyai rasio PBV lebih besar dari satu (>1). Hal ini disebabkan karena PBV yang semakin besar menunjukan harga dari saham tersebut semakin meningkat. Menurut Devi dan Yuneita dalam penelitian jurnal ilmiahnya yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi return saham pada sektor pertambangan di bursa efek indonesia periode 2008-2011 menyimpulkan bahwa variabel Price Book Value memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham, begitu pula hasil penelitian jurnal ilmiahnya Sugiarto yang berjudul analisa pengaruh beta, size perusahaan, DER dan PBV Ratio terhadap return saham di BEI menyatakan bahwa PBV memiliki pengaruh positif signifikan terhadap return saham. lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianty (2008) yang menganalisis pengaruh PER, PBV, NPM, GPM, dan DER terhadap return saham dengan objek penelitian saham-saham LQ45 yang listing di BEJ periode 20012005 membuktikan hal sebaliknya dimana dari kelima faktor penelitianya tersebut 48 tidak berpengaruh terhadap return saham baik secara parsial maupun simultan. Oleh karena masih adanya beberapa perbedaan dalam hasil penelitian terdahulu untuk sementara ini penulis menyimpulkan bahwa untuk sub sektor real estate and property secara parsial terdapat pengaruh antara PBV terhadap return saham H5 : Terdapat pengaruh PBV terhadap return saham