TUGAS RINGKASAN BUKU Nama: PAULINUS TONI Judul Buku: HERMENEUTIK (bab 1) Dosen: YUSAK TANASYAH Semester: IV 1. Definisi Kata hermeneutics (bahasa inggris), atau hermeneutik, berasal dari kata Yubani e’rmenen.w, yang berarti menginterpretasi, menjelaskan, menterjemahkan. Kata Yunani ini berhubungan dengan dewa Hermes, dewa dalam mitos orang Yunani, yang bertugas menyampaikan berita dari para dewa kepada manusia. Dewa ini juga adalah dewa ilmiah, penemuan, kefasihan bicara, seni tulis dan kesenian. Sebetulna sitilah hermeneutik ini tidak dipakai untuk penafsiran Alkitab saja. Dalam arti dan pemakaian umum, ia meunjukan peraturan-peraturan yang diergunakan untuk mencari arti sesungguhnya misalnya, kesenian, sejarah, ilmu purbakalah dan penerjemahaan. Istilah hermeneutik dipakai dalam pengertian sempit, yakni hermeneutik Alkitabiah yang memusatkan perhatian kepada Alkitab orang kristen saja. Hermeneutik Alkitabiah dapat dibagi dalam dua bagian lebih kecil: Hermenuitik PL dan Hermenuitk PB. Hermeneutik adalah salah satu bagian dari teologi yang mempelajari teori-teori, prinsip-prinsip dan metode-metode penafsiran Alkitab. Pada perang kedua hermenutik telah ditambah dengan suatu pengertian baru. Kini, konsep dari istilah ini yang juga banyak diterima oleh golongan protestan, adalah menunjukan seluruh proses penafsiran, yang membawa pembaca moderen mengerti akan berita yang disampaikan oleh Alkitab. Hermeneutik tidak hanya semacam ilmu pengetahauan tetapi juga merupakan semacam kesenian. Sebagai ilmu pengetahuan hermeneutik menggunakan cara-cara ilmuah dalam mencari arti sesungguhnya dari Alkitab. Prinsip-prinsip yang digunakan merupakan suatu sistem yang masuk akal, dapat diuju dan dipertahankan. Berdasarkan observasi diatas, hermeneutik adalah suatu bagian teologi yang bersifat ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir sepenuhnya, dengan tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab. Suatu istilah lain yang dekat dengan hermeneutik adalah exegesis atau penafsiran. Kata ini berasal dari kata yunani expgeomai. Kata ini pada dasarnya berarti “memimpin keliar dari”. Pada hakekatnya dua hal ini memiliki perbedaan. Hermenuitik lebih condong kepada penyelidikan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan cara penafsiran Alkitab, sedangkan exegesis lebih condong kepada penggunaan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan cara ini. Exposition atau exposisi berhubungan dengan penafsiran. Jika penafsir mengonsentrasikan perhatian terhadap ari dari suatu bagian Alkitab, exposisi lebih memperhatikan aplikasi dan hubungan dari bagian Alkitab tersebut dengan konteks si penafsir. Dari sisi jelas hubungan antara penafsir dan exposisi: penafsir adalah dasar dari exposisi, sedangkan exposisi adalah pernayataan dari penafsiran. 11. kepentingan dari Hermeneutik. A. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- Firman Allah yang menyelamatkan manusia yang terhilang. Roma 10:13, 14,sebab” sebab barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia, bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mengenal tentang Dia. B. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- kakanan rohani orang keisten Firman Allah adalah makan rohani orang-orang kristen ( Yoh 6:63, 17:17). Setiap pengikut kristus perlu makanan rohani supaya menguatan kehidupan rohaninya. C. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- petunjuk Allah untuk kehidupan orang kristen Kehidupan orang kristen, sama seperti orang non-kristen, penuh dengan hal-hal yang harus dipilih, keputusan-keputusan yang harus diambil. Tetapi terdapat suatu perbedaan antara orang kristen dan non-kristen: orang kristen dapat memperoleh petunjuk-petunjuk Tuhan melalui Firman Allah. (mazmur 119: 105). D. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- senjata rohani orang kristen Dari pengalaman Tuhan Yesus yang tercatat di matius 4: 1-11 dan lukas 4: 1-13,kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa Iblispun sangat menguasai Alkitab. E. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar teologi orang kristen Orang kristen perlu memsistematikan iman kepercayaan mereka, sehingga mudah dimengerti dan dipertahankan. Hasil dari penyusunan ini adalah teologi. Tetapi tidak semua orang kristen memiliki teologi yang persis sama. F. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar pengajaran dan khotbah dalam jemaat Allah. Setiap pekerja Tuhan, bahkan setiap anak Tuhan, perlu menguasai hermeneutik, karena hermeneutik menbantu menafsirkan arti sesungguhnya dari Alkitab. Ini memungkinkan pemberian pengajaran yang murni dalam jemaat Allah. G. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar pengharapan orang kristen. Dari sejarah gereja dapat diketahui bahwa orang-orang kristen sering dianiaya oleh pihakpihak yang tidak bersimpati kepada mereka, sehingga keadaan mereka disamakan dengan emas yang diuji oleh api ( 1 pet 1:6, 7). Bagaimana orang kristen dapat bertahaan dalam penganiayaan ?. kuncinya adalah mereka percaya akan janji dan berkat yang diberikan oleh Allah dalam Alkitab. Sehingga iman kepercayaan ini membangkitkan pengharapan yang tidak akan padam, pengharapan akan kebangkitan yang mulia dan bagian disurga yang tidak dapat binasa ( 1 pet 1: 3,4). H. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- wahayu Allah tentang jemaat dan universal. Dia berkuasa dan menpunyai rencana untuk jemaat universal ini. Untuk jemaat Ia telah menyediakan berkat dan tugas yang mulia (Ef. 1:3-23; mat 28: 16- 20). Bahkan bagi universal, segala penduduk dan segala isinya Iapun telah menetapkan rencanaNya (Why 12). I. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- buku yang sangat terkenal. Setiap tahun Alkitab dicetak dalam jumlah yang sangat besar, dalam berbagai bahasa dan didistribusikan ke hampir setiap pelosok dunia. Menurut laporan dari lembaga Alkitab pada akhir tahun 1980, pada tahun itu saja Alkitab sudah diterjemahkan kedalam 1668 macam bahasa dan dicetak dalam 36 juta jilid. J. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- kitab yang sulit dimengerti. Alkitab sulit dimengerti, bukan saja karena ia adalah sebuah kitab suci, tetapi didalamnya terdapat banyak faktor yang menyebabkan ia memang sulit dimengerti, Misalnya bahasabahasa yang dipakai oleh pengaran Alkitab adalah bahasa Kuno yang kita tidak tahu betul. Pengalaman, kebudayaan, cara berkomunikasi dan pengarang-pengaran Alkitabpun sangat berbedan dengan kita. Dengan pertimbangan kesulitan-kesulitan ini, jelas pekerjaan penafsiran Alkitab bukanlah suatu hal yang mudah. Walaupun demikian anak-anak Allah tidak usah berkecil hati. Sebab jikalau Allah sudah berkehendak menyampaikan WahyuNya melalui Alkitab, Allah pun pasti berusaha menolong mereka yang dengan bersungguhsungguh. 111. syarat-syarat seorang penafsir Alkitab Seorang penafsir yang baik adalah seorang penafsir yang sudah memperoleh persiapan yang memadai. Adalah lebih menguntungkan jika yang bersangkutan mendapat pendidikan yang cukup baik, sehingga ia dapat membaca dengan lancar dan dapat menguasai beberapa macam bahasa. Selain syarat-syarat diatas ada lagi bebeapa syarat yang perlu dibicarakan dengan khusus: a. Seseorang yang suudah dilahirkan kembali. b. Seorang yang memiliki sikap dan motivasi yang benar. Seorang penafsir yang baik harus bersikap: _ Rindu akan Firman Allah ( Mzm. 119:103) _ Murid. ( Yesaya 50:4) _Iman. Ibrani (11:6). _Rajin dan teliti. (kis. 17:11). _Bertekad menjalankan Firman Tuhan. (Mat. 7:24- 25, Yak. 1:22). c. Mohon peranan dari Roh kudus (Yoh. 16:13) Alkitab bukan suatu buku manusia biasa, melainkan Firman yang diilhamkan oleh. Jadi Roh kudus adalah pengarang yang sesungguhnya dari Alkitab, yang berkerja dalam hati penulis-penulis Alkitab. lv. Beberapa Keyakinan Tentang Alkitab. 1. Alkitab dalah kitab yang diwahyukan oleh Allah. a. Naskah asli Alkitab adalah Firman Allah yang tidak bersalah. Dalam sejarah, fakta, angka, ajaran etika, teologi dan lain-lain. b. Alkitab adalah norma tertinggi iman kepercayaan dan kelakuan bagi manusia. c. Alkitab adalah wahyu khusus yang satu-satunya diberikan oleh Allah. 2. Ilham/Wahyu Allah yang bersifat lisan dan keseluruhaan. 3. Kitab kanonika hanya berjumlah 66 kitab. Ada tiga pandangan terhadap jumlah kitab kanonika. a. Gereja Roma dan Gereja Ortodoks Yunani. b. Gereja-gereja Protestan. c. Perkembangan Baru 4. Alkitab adalah kitab yang ditulis pada zaman penulis, juga ditulis untuk segala zaman. Ini menjadi keyakinan yang sangat penting. 5. Alkitan terdiri dari kitab-kitab yang memiliki ciri khasnya masing-masing , tetapi secara keseluruhaan Alkitab memeliki pembicaraan, pendirian dan tema yang konsekewn dan bersatu. 6. Wahyu Allah yang mangkin jelas. Yang dimaksuud disini adalah Allah memberikan Wahyunya secara bertahap. 7. Dalam Alkitab terdapat kata-kata yang mempunyai arti tersendiri. 8. Alkitab harus dibaca, pada umumnya, dalam bentuk harfirah dan dapat dimengerti dengan analisa yang sehat. 9. Alkitab adalah kitab yang berbicara tentang Iman kepercayaan dan membawa berkat besar bagi manusia. Sudah tentu Alkitab adalah kitab yang sempurna, tetapi tidak berarti Alkitab membicarakan semua topik dan membicarakanya dengan mendetail. 10. Alkitab, Wahyu Allah yang sempuran, hanya bicara apa yang ingin diilhamkan oleh Allah. v. sejarah singkat berbagai aliran penafsiran 1. cara Penafsir orang Yahudi: Ezra-Zaman Tuhan Yesus Orang Yahudi memilik sejarah penafsiran yang panjang. Ezra, seorang hali taurat/kitab, boleh dilihat sebagai pelopor penafsir pada zaman itu. Walaupun dalam arti sempit, Ezra hanya seorang terpelajar yang giat mengajar hukum musa. Penafsir Harfirah Jiwa penafsir secarah harfirah sangat kuat dalam pikiran orang Yahudi. Walaupun harus diakui penafsiran demikian tidak terlaru menonjol dalam literatur Tamlud. Namun demikian cara ini cukup terkenal. Tokoh penapsir alegori, Philo, juga megenal penafsiran demikian. Penafsir Midrash Penafsiri ini merupakan penafsir inti dari penafsiran rabi, dan mungkin sekali penafsiran orang Farisi pada masa awal juga adalah penafsir Midrash. Kata Midrash ini berasal dari kata kera ורש, yang berarti “mengambil jalan”, “mencari”, atau pemakaian aecara arti kiasan, “ membaca berulang-ulang”, “mempelajari”, menginterpretasiakn. Penafsiran midrash cukup beraneka ragam. Ini dapat dilihat dari perdebatan moderen antara dua golongan nabi, yakni kelompok Hillel (70 s.M- 10) dan Shamai ( abad pertama s.M). Penafsiran Pesher Penafsiri ini terdapat khusus dalam tulisan masyarakat Qumran. Tafsiran mereka biasanya dimulai dengan istilah “pesher”, yang berarti “solusi”, atau “interpretasi”, suatu kata yang berasal dalam bahasa Aram. Ciri kahs penafsir cara ini ialah motif “pengenapan” yakni “itu” telah menjadi “ini”. Qumran banyak mengambil bahan dari penafsiran midrash. Tetapi jelas penafsiran Qumran lebih condong kepada corak mistik dan lebih ketat. Penafsiran alegori Penafsiran ini ingin mencari lebih dalam dari hafirah. Alegoris lebih panjang dan terperinci dari pada perumpamaan kiasan. Salah satu tokoh dari penafsiran ini ialah Philo (20 s.M-50). Satu contoh dari penafsiran alegori dapat terlihat dari penguraian Philo tentang kej. 2: 10-14. Ia berpendapat bahwah nama-nama dari sungai dari kitab kejadian memiliki arti tertentu. Pison ditafsir sebagai kebajikan, kebijaksanaan, Gihon adalah keberanian, Tigris adalah penguasan diri, sedangkan Efrat adalah keadilan, semuanya itu adalah 3 kebajiakn utama dari Platoisme. Beberapa prinsip Philo untuk penafsiran alegoris adalah sebagai berikut: 1. Jika arti harfirah menyatakan sesuatu yang tidak hormat kepada Tuhan. 2. Jika pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan lain di Alkitab. 3. Jika suatu teks menyatakan dirinya sebagai alegori. 4. Jika suatu kata ucapan diulang atau kata-kata berlebhaan dipakai. 5. Jika terjadi pengulangan sesudah yang diketahui 6. Jika suatu ungkapan berubah-ubah 7. Jika suatu sinonim dipakai. 8. Jika terdapat kemungkinan mempermainkan kata. 9. Jika ada ketidak biasaan dalam angka atau masa (ten-se,Bahasa Inggris) dalam tata bahasa. 10. Jika terdapat simbol. Penafsiran Tipologi Tipologi menunjukan suatu korespondensi antara orang atau peristiwa dari masa lalu ke masa kini. 2.Cara Penafsiran Tuhan Yesus dan Orang Kristen abad Pertama Dari pemakaian PL oleh Tuhan Yesus dapat diambil beberapa kesimpulan: 1. Tuhan Yesus percaya catatan PL adalah fakta sejarah. 2. Tuhan Yesus banyak memakai penafsiran pesher, disampin itu juga memakai penafsiran harfirah dan midrash. (Luk. 4:16-21; Mark. 7:6; Yoh 7:23). Namun demikian tidak ada contoh tentang penafsiran alegori. 3. Tuhan Yesus menolak praktek zaman itu yang sering mengganti Firman Allah dengan tradisi ( Mark. 7: 6-13; Mat. 15:1-9). 3.cara penafsiran alegoris pada abad-abad pertama Cara penafsiran alegoris sebetulnya tidak asing bagi bagi orang kristen moderen. Pilgrim’s progress yang ditulis oleh John Buyan adalah contoh yang dikenal betul oleh kita. Bagi Buyan, arti yang sesunguhnya tidak terdapat pada pengertian harfirah atau cerita-cerita yang ia kisahkan. Untuk mengenal penafsiran alegoris kristen pada abad-abad pertama, kita perlu menyelidiki pengaruh yang diberikan oleh penafsiran alegoris orang Yunani dan orang Yahudi. Kelemahan-kelemahan penafsiran alegoris 1. Melalaikan unsur-unsur sejarah sehingga seolah-olah fakta sejarah bukan sesuatu yang sungguh terjadi. 2. Mereka kurang memperhatikan bahwa Wahyu Allah diberikan secara bertahap, sehingga ada kalanya PL dianggap lebih jelas dari PB. 3. Mereka menganggap bahwa Alkitab, terutama PL, penuh dengan perumpamaan, tekateki, hal-hal yang sulit dimengerti, sehingga harus memakai penafsiran aelogris untuk menjelaskan. 4. Mereka telah mengaburkan penafsiran tipologis dengan alegoris. Mereka condong mencampurbaurkan alegori dengan “ mistik” “arti rohani”. 5. Mereka percaya bahwa filsafat Yunani tercantum dlalam PL, dengan mempergunakan penafsiran alegoris, mereka dapat menemukannya. 6. Cara ini sangat subyektif, dan condong kepada imajinasi yang tak terkontrol. 7. Dengan cara ini akhirnya Firman Allah jadi kabur, tidak jelas. 4.cara penafsiran hafirah pada abad-abad pertama Adalah kurang tepat jika kita mengerti bahwa semua penafsir pada abad-abad pertama hanya dikuasai oleh penafsiran alegoris, contohnya Ignatius dari Antiokhia ( Tahun 32 – 107) adalah seorang yang berpikir kristussentris. Yang tidak mengikuti penafsiran demikain. Cara penafsiran Ignatius pada umumnya menghindari penafsiran alegoris dan penafsiran yang dipaksakan. Tokoh lain adalah Irenaeus (130-202), murid dar polycarp (70155). Dalam perlawanan terhadap bidat, ia menuntut penafsiran yan g tepat. Sebagai orang yang sangat menguasai bahasa Yunani, ia memakai PB dengan sebaik-baiknya. Ia juga sanggup meliahat kesatuan PL dan PB. Menerima pengaruh Yahudi, tetapi denga sukses menghindari kelemahaan mereka, munculah aliran yang bernama aliran Antiokhia di Suria, yamg mungkin didirikan oleh Lucian (250-420). Sudah tetntu penafsir-penafsir aliran ini, dalam mempergunakan prinsip penafsiran mereka, juga pernah jatuh kedalam kesalahan alegori. Hanya pada umumnya mereka tetap menekankan kepentingan penafsiran secarah harfirah dan sejarah. Aliran ini juga memperkembangkan semacam penafsiran tipologis yang lebih masuk akal mengganti penafsiran alegoris atas PL. 5.cara penafsiran Bapak-bapak Gereja Latin dan Medieval. Bapak-bapak gereja ialah: Firminus Lacatinus (260-330), Hlary dari poitiers, (315-367), Ambrose (340-420), Agustinus (354-430) dan lain-lain. Medieval adalah masa yang dimulai dari Bregory Agung, Bapak Gereja terakhir dan paus yang pertama, hingga reformasi (akhir abad ke-6 hingga tahun 1517). Pada umumnya bapak-bapakgereja Latin mengambil jalan tengah antar aliran Alexandria dan Antiokhia. Mereka condong menekankan otoritas tradisi dan gerja dalam penafsiran Alkitab. Dengan demikaian penafsiran Alkitanb makngkin menuju ke arah berwewenang dari gereja. Masa Medieval Walaupun sulit untuk menguraikan masa medieval yang sangat panjang ni dengan teliti, tetapi suatu ciri yag snagat menonjol adalah: masa ini dikuasai oleh penafsiran alegoris. Perlu diperhatikan bahwa skolastisisme membagi arti Alkitab dalam dua arti besar yakni arti rohani dan arti harfirah. Disampin ini masih terdapat beberapa ciri khas yang perlu disinggung disini. A. Roma katolik menerima terjemahan vulgate sebagai terjemahan yang berotoritas. Bahsa Latin menjadi bahasa yang dipakai oleh Gereja Roma Katolik. B. Apa yang sudah ditafsir dengan resmi oleh Gerja Roma katolik harus diterima oleh para penafsir. C. Gereja Roma katolik percaya bahwa terdapa Wahyu yang tetulus, Alkitab, dan wahyu lisan, tradisi. D. Mereka sangat menghormati tulisan bapa-bapa gereja, sehingga banyak penafsir pada masa itu bukan peanfsir Alkitab, tetapi menafsir tulisan bapa-bapa gereja. E. Para teolog Roma Katolik percaya bahwa doktirn dalam PB hanyalah merupakan bibit yang dapat berkembang. F. Biara menjadi pusat penyelidikan Alkitab, tetapi gereja tidak memperhatikan cara penafsiran Alkitab sehingga tidak menghasilkan penafsir baru dan kreatif. G. Dengan bertamabhnya kuasa gereja, hal-hal yang tidak sesuai dengan Alkitab mangkin merajarela dan tahkyul mangkin bertamabh didalam gereja. H. Penafsiran Alkitab berkisar pada hal-hal praktis atau dibuat hanya untuk tujuan khotbah. I. Kekurangan buku yang sangat serius yang disebabkan oleh karena peperangan dan harga yang mahal. J. Terdapat sebagian penafsir yang mewarisi tradisi orang Yahudi, sehingga penafsir mereka sangat kaku, memperhatikan huruf dalam setiap Alkitab. Thomas Aquinas (1225-1274) Thomas Aquinas adalah seorang tokoh yang sangat penting pada masa itu. Dia adalah seorang yang sangat mengenal Alkitab, sehingga terdapat cerita ia sanggup menghafal seruluh alkitab bahasa Latin. Nicholas dari Lyra ( 1279-1340). Boleh dikatakan bawah Nicholaus dimisalkan jembatan antara abad pertengahaan dan Reformasi. Dia adalah seorang yang sangat mempengaruhi Luther. Ia masih menerima penafsiran tentang 4 pengertian tentang Alkitab. Tepai ia hanya menekankan dua pengertian, yakni pengertian hafirah dan mistik. Bagi Nicholas untuk membuktikan doktrin, hanya pengertian harfiahlah yang seharusnya dipakai. Aliran Mistik Pada abad pertengahaan aliran mistik hidup berdampingan dengan pikiran Skolastik. Bagi golongan ini, Alkitab adalah suatu alat untuk pengalaman mistik. Kitab yang penting bagi mereka adalah kitab Kidung Agung. Mereka menafsir hubungan kasih dalam kitab tersebut sebagai hubungan Allah dengan UmatNya. Tujuan mereka adalah mencapai suatu hubungan dengan erat antara manusia dengan Allah melalui jalan-jalan meditasi, pemujaan dan perasaan. Hugo dari St. Victor (1096-1141). Golongan St. Victor lebih dipengaruhi oleh unsur Skolastik, sehingga mereka tidak seperti golongan bernard, yang begitu mementingkan pengalaman pribadi, melaingakan membangun suatu sisten ilmiah. Hugo percaya bahwa Alkitab mengandung tiga pengertian yaitu sejarah, alegori,anagogi. Richard dari St. Victor (1173) Richard lebih banyak memakai metode dialektik dan alegoris dari pada Hugo. Penafsirannya juga aneh-aneh, berlebihaan. Karena tulisannya dia dijuluki bapak perenungan. Bernard dari Clairvaux (1090-1153) Bernard adalah seorang biarawan yang sangat mengenal Alitab dan berkarakter yang baik. Dalam perenungan Agama dia dipuji oleh Harck sebagai ‘Agustinus Baru’. Ia percaya bahwa doa dan kesucian adalah jalan untuk mengenal Allah. Suatu tata penting bagi Bernard adalah kasih. 6. Cara Penafsiran massa Renaissance, reformai, post-reformasi. Dari berbagai segi boleh dikatakan bahwa masa renaissance adalah masa reformasi. Renaissnce yang dimulai dari Itali, telah memberi sedikitnya dua sumbagsih besar terhadap lahirnyapenafsiran yang lebih sehat. Yang pertama, pembaca Alkitab diajak meninggalkan teologi dan hirarki gereja. Kedua, bangkitnya perhatian baru dalam pembelajari literatur, budaya orang Yunani dan Romawi. Beberapa tokoh dari masa ini. John Reuchlin (1455-1522). Dia adalah seorang yang humanis yang menunjukan kepandaiannya dalam menguasai banyak pengetahuan, khususnya bahasa Yunani, Ibrani dan Latin. John Colet (1467-1519) Pada mulanya dia adalah seseorang penafsir alegoris, tetapi setelah dia kembali dari daratan Eropa dan pergi ke Oxford pada tahun 1496, ia mengaja surat-surat Paulus dengan cara penafsiran harfiah yang memperhatikan konteks sejarah kitab-kitab tersebut. Colet telah banyak mempengaruhi Erasmus sehingga dia lebih bebih banyak memperhatikan bahasa Yunani dan cara penafsiran Alkitab yang tepat. Desiderius Erasmus (1466-1535). Dia adalah seorang imam dari Roma Katolik. Colet san Erasmus dinamakan sebagai “ mata dari jerman”. Sumbangan Erasmus terlihat dalam penerbitan Alkitab PB bahasa Yunani. Masa Reformasi Pikiran para reformator ditandai dalam penghormatan yang tinggi terhadap Alkitab ( sola scriptura). Bagi merka Alkitablah yang menentukan apa yang harus diajarkan oleh gereja. Alkitab adalah Firman Allah yang tidak bersalah, yang memiliki otoritas yang tinggi. Martin Luther ( 1483-1516) Menurut F.F. Bruce, Martin Luther adalah seorang penafsir abad 16 yang paling berpengaruh, beberapa prinsipnya sebagai berikut. 1. Mementingkan iman dan penerangan Roh Kudus. Seorang penafsir Alkitab tidak diperkenankan menkritik Alkitab dengan rsio yang hina, tetapi carilah arti Alkitab dengan berdoa dan meditasi. 2. Alkitab memiliki otoritas yang tertinggi dari pada Gereja. 3. Luher percaya bahwa Alkitab dapat dimengerti, dan bersifat konsekwen.ketidak tahuan manusia dalam mengertikan Alkitab adalah ketidak tahuannya tentang arti kata dan tata bahasa dari Alkitab. Ia menolak dengan tegas akan cara penafsiran alegoris. 4. Setiap orang kristen dapat mengerti Alkitab tampa pertolongan atau petunjuk Alkitab. Alkitab memiliki sifat kesatuan, dengan demikian suatu topik baru akan jelas, jika semua ayat yang bersangkutan sudah di perhatikan. 5. Kristus adalah pusat dari Alkitab. 6. Membedakan taurat dan injil. Taurat berfungsi menunjukan kesalahaan manusia, sedangkan injil adalah anugerah penyelamatan dan kuasa. Luther patut dipuji dalam usahannya dalam menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Jerman yang memakan waktu selama 12 tahun. John Calvin ( 1509- 1564 ) Menurut pandangan umum, John Calvin adalah penafsir yang agung pada zaman reformasi. Bahkan ia dipuji sebagai penafsir Alkitab pertama dalam sejarah gereja yang sanggup menafsir dengan sikap ilmiah. Luther adalah pelopor cara penafsir yang baru, Calvin adalah tokoh yang memberi teladan yang baik pada waktu itu. Beberapa prinsip Calvin 1. Ia mementingkan penerangan Roh Kudus. 2. Ia menolak total penafsiran alegoris. 3. Alkitab harus ditafsir dengan Alkitab. 4. Calvin sangat hati-hati dalam nubuat mesias. 5. Calvin sangat hormat dengan Alkitab, kitab yang diilhamkan oleh Allah. Calvin dipuji sebagai penafsir yang mampu menampilkan Alkitab dengan hidup. Dia adalah seorang yang sungguh menyelami jiwa Alkitab. Ia dipuji sebagai seorang penafsir yang menafsir dengan cepat dan jelas. Namun, ia dicela karena pandangan perdinasi yang kuat. Masa Seletlah Reformasi ( abad ke 17-18 ) Masa itu ditandai dengan pelbagai perpecahaan. Demi meneguhkan pendirian masingmasing aliran. Para pemimpi gereja berusaha terus menulis kredo/iman pengakuan mereka. Zaman itu juga ditandai dengan pelbagai usaha untuk mencari manuskrip yang lebih bernilai. Dengan latar belakang demikian kita akan meninjau dengan singkat beberapa penafsiran masa itu. I. Dari Gereja Roma Katolik. Gereja Katolik Roma menunjukan kemajuan dalam cara penafsiran dengan lebih mementingkan latar belakang sejarah dan tata bahasa. II. Dari Golongan Anabaptis Sejarahwan tidak dapat memastikan waktu mulainya gerakan anabaptis. Sebagai orang yang setia kepada iman kepercayaan mereka, mereka dianiaya oleh pihak Gereja Roma Katolik dan protestan. Karena Anabaptis berpendapat bahwa setiap orang yang percaya berhak menafsir Alkitab, sehingga tidak mudah untuk memuat kesimpulan tentang pandangan dari berbagai golongan Anabaptis. III. Dari Golongan Pietis Golongan ini muncul karena adanya kredo, yang membuat iman kepercayaan mangkin kakuh, dan sikap bermusuhan antara aliran. Golongan ini berpendapat bahwah Alkitab adalah makanan rohani, dan pembaca Alkitab adalah bertujuan mendatangkan faedah bagi pembacanya. Penafsiran Alkitab harus berdasarkan sejarah dan tata bahasanya. IV. Dari golongan Rasionalis. Bagi mereka manusia sanggup menentukan apa yang betul dan salah tampa Wahyu Allah. Agagma timbuh anya perasaan takut dan takhayul. V. Beberapa ciri dari penafsiran abad k-18. Mereka bersatu dalam penolakan ilham lisan dan sifat ketidak salahaan Alkitab. Unsur manusia ditenkankan, walaupun sifat ilahi Alkitab masih diperhatikan. Dua golongan besar dari abad ini: a. Aliran tata Bahasa b. Aliran sejarah 7.Cara-cara penafsiran pada abad ke-19. Pengaruh aliran rasionalisme mencapai puncak abad ke-19. Sehingga Alkitab tidak lagi dipandang sebagai kitab yang berotoritas. Dengan menggunakan rasio manusia para tokoh mengeritik Alkitab. Metode mereka dalam menafsir Alkitab: a. Alkitab harus diukur dengan metode akademis oderen dan moral moderen. b. Mereka memberi definisi baru bagi ilham atau Wahyu. c. Hal supernatural di artikan sebagai sesuatu yang melampaui hal yang bersifat materil, misalnya etika. d. Mempergunakan teori evolusi atas agama dan dokumen agama tersebut. e. Penulis-penulis Alkitab hanya mempergunakan konsep-konsep, cara-cara penyampaian yang terdapat pada zaman mereka. f. Karena begitu menitikberatkan metode sejarah untuk menafsir Alkitab, sehingga mereka berpendapat bahwa agama terus berkembang, dan Alkitab sering “meminjam” dari atau “berbaur” dengan, konsep-konsep agama lain. g. Penafsiran mereka sangat dipengaruhi oleh pemikiran pilsafat. Beberapa contoh dan dari abad ini: Frendinad Christian Baur (1792-1860) Baru pemimpin penting dari aliran Tubingen. Dalam menyelidik surat-surat Paulus, Baur percaya bahwa kekristenan mula-mula ditandai dengan perpecahaan antara gereja Yerusalmen dan misi Paulus. Julius Wellhausen (1844-1918) Dia mirip dengan Baur, dan mencoba menafsir Alkitab dari sudut perkembangan sejarah. Tetapi sayang sekaili, cara penafsiran ini hanya berdasarkan suatu teori filsapat, sehingga hasilnya tidak meyakinkan. Friedrich Daniel Ernst Schleirmancher (1768-1834) Ia berpendapat bahwah walaupun dengan pendekatan sejarah, pembaca-pembaca moderen dapat mengerti maksud dari penulis Alkitab, tetapi mereka tidak dapat memperoleh suatu yang relevan. Ia percaya bahwa Yesus adalah manusia yang berjalan dekat dengan Allah. David Friedrich Strauss (1808-1874) Strauss mengambil pendekatan mistik. Ia tidak percaya bawah Allah, yang melampaui universal, menguasai kehidupan manusia diatas bumi ini, sehingga ia tidak dapt mengambil kesaksian injil tentang Kristus. kristus yang dicatat dalam injil adalah dongen yang dibuat oleh gereja mula-mula. J.C.K Von Hofmann (1810-1877). Ia mencoba mencari jalan keluar bagi dilema antara golongan ortodoks dan liberal. Ia berusaha menggabungkan teori pengalaman agama dari Schleir macher, analisis-analisis Alkitab dan teologi Lutheran menjadi satu. Dengan demikian ortodoks agama dapat tumbuh dari pengalaman waktu dilahirkan baru, sejarah gereja dan Alkitab. 8.Cara-cara Penafsiran abad ke-20 Abad 20 banyak menghasilkan pendapat baru dalam dunia penafsiran. Abad 20 juga ditandai berkurangnya penagruh dari gereja-gereja yang berada di Eropa dan bertambahnya sumbangsih yang diberi oleh gereja-gereja dari Benua Baru, dan belakangan ini, mangkin menonjolnya kekuatan gereja-gereja dari dunia ketiga. Perlu diingat bahwa banyak teolog abad ini juga sering saling menmpengaruhi satu sama lain, sehingga tidak mengherankan jika dalam pemikiran mereka terlihat penekananpenekanan yang mirip. A.neo-ortodoks. Disebut neo-ortodoks karena ia menyisipkan pikrian liberal dan berusaha kembali kepada pandangan reformasi bahkan kepada Alkitab. Mengingat pandangan dari aliran ini mencakup banyak pokok dan kemudian berkembang menjadi banyak cabang, maka apa yang disajikan disinihanya bersifat dan prinsipilil. 1. Umumnya mereka tidak menerima Alkiab bahawa adalah Kitab yang bebas dari kesalahan. 2. Alkitab berfungsi jika ia menyaksikan Yesus Kristus- Firman Tuhan. 3. Aliran ini berpendapat bahwa suatu doktrin tidak dibangun atas satu atau beberapa ayat saja. 4. Prinsip paradoks. Karena manusia adalah makhluk yang terbatas dan, berdosa, maka menyampaikan kebenaran Allah harus dalam paradoks. Bagi golongan ini, kebenaran tidak dijelaskan dengan batas yang jelas dan keadaan yang normal, tetapi dalam keadaan tegang. B.Rudolf Bultmann (1884- ) Bultmann adalah sajrajan PB yang sangat berpengaruh pada abad ini. Beberpa pokok dari teori Bultmann adalah sebagai berikut. 1. Bersikap ilmiah, atau secara rasio manuisa, telah menjadi prinsip dasar penafsiran Bultmann. Dengan demikian catatan mujizat-mujizatdalam Alkitab jelas tidak diterima olehnya. 2. Karena dipengaruhi oleh aliran sejarah Agama, Bultmann berpendapat bahwa kata, istilah dan konsep Alkitab harus diselidiki sampai kelatar belakang sejarah, bahasa masyarakat dan sejarah. Dengan kata lain PB sangat dipengaruhi pleh situasi lingkungannya. 3. Menurut Bultmann, budaya dan sastra disampaikan dan diteruskan dalam “bentuk” tertentu. Dalam “bentuk” artinya adalah suatu komunikasi dari generasi kegenerasi lainnya. 4. Demitolisasi: (Entmy thologisierung, bahasa Jerman). Bultmann percaya bahwa PB ditulis berdasarkan genostik, padahal bahan-bahan seperti ini sudak tidak ada dalam dunia moderen. Dalam hal ini Bultmann memakai penafsiran Heidegger yang bersifat filsafat dari pada teolog kristen, yang berangkat dari, dan mengahasilkan pandangan yang menolak iman kepercayaan kekristenan. 5. Bultmann percaya bahwa PL tidak bertujuan memberitahu terlebuh dahulu doktrin PB. PL bukan kitab orang kristen, ia hanya berfungsi menunjukan kegagalan manusia. Kesamaan dalam beberapa hal berikut ini: 1) Injil sinoptik adalah bersifat literatur rakyat dari pada ritelratur mistik. 2) Perkataan dan cerita Tuhan Yesus dikomunikasikan secara lisan antara orang kristen. 3) Dalam periode itu unit tradis mengambil bentuk-bentuk tertentu menurut fungsinya dalam pertmuan (kebaktian) orang kristen. Sudah tentu teori demikian tidak begitu memuaskan, walaupun harus diakui adanya butirbutir yang dapa dipelajari dari padanya. C). Penafsiran Hermeneutik Baru Pada dasarnya ia menerima ajaran Bultmann, tetapi menilai dia kurang menyadari sepenuhnya akan ajarannya sendiri. Tokoh-tokoh dari aliran ini Ernst Fuchs dan Gerhard Ebeling, percaya bahwa hermeneutik bukan sekedar menyelidiki hukum-hukum penafsiran saja. Untuk mencapai tujuan ini beberapa hal perlu diperhatikan: a. “kata” atau “Firman” Allah harus terlihat dalam penyampaian setiap pengkhotbah. b. Seorang penafsir harus mengenal “bagaimana” ia mengerti Alkitab. c. Pengertian umum antara pembicara dan pendengar. d. Bahasa bukan sekedar penyampaian informasi tetapi penyebaab perubahaan. Hermeneutik baru maju selangkah dari Bultmann: analisis isi mereka mencoba membuang segala hal yang tidak diterima oleh orang moderen PB. Dalam penafsiran seharusnya Alkitab juga menafsir penafsir, bukan hanya penafsir menafsir Alkitab. Sebab pengertian adalah pengalaman bukan pengetahuan, maka kebenaran mengambil kita sebagai obyeknya. Tujuan dari hermeneutik baru ini adalah hendak menghindari kelemahaan liberalisme yang memakai penafsir ilmu jiwa dan sejarah, sebab dalam hal pertama terlalu banyak istilah ilmu jiwa dipakai, dan dalam hal kedua tidak ada kepastian yang diberikan. D). Penafsir Sejarah Agama (Religionsgechichte, bahasa Jerman). Pendekatan demikian menitik beratkan pengaruh agama-agama yang sejaman dengan PB terhadap diri PB. Aliran ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: yang memperhatikan pengaruh dari pikiran Yahudi, Yunani dan Genostik atau agama mistik. E). Penafsir Pemulaan (jiwa Universal) Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah Martin Dibelius, Hans Conzelmann, Ernst Haenchen, Ernst Kasemann. Mereka umumnya mengambil gaya bahasa dalam menafsir kisah para rasul bukan penemuan ilmu purabakala atau sejarah. Mereka percaya antara pengikutpengikut Yesus dan gereja terdapat perbedan pandangan yang dapat menjadi kunci penafsiran misalnya da jiwa universal dari gereja setelah masa Rasul-rasul. Yang dimaksud dengan jiwa universal adalah: 1. Persetujuan antara Paulus dan Yakobus tentang pemasukan orang non-Yahudi kedalam gereja. 2. Penekanan atas gereja lokal beralih kegereja universal. 3. Pelayan yang bersifat talenta (kharismatik) diganti dengan pelayan yang bersifat lembaga. 4. Pengunduran pengharapan akan kembalinya Tuhan Yesus dengan segera sehingga condong bersandar kepada anugeerah yang disalurkan melalui gereja dan menerima iman kepercayaan yang tersusun. F). Penafsiran Sejarah Keselamatan. Tokoh dari aliran ini adalah Otto Piperdan Oscar Cullmann. Piper yang dipengaruhi oleh Hofmann, percaya bahwah otoritas Alkitab terletak pada kemamuannya menkaji kita menghadapi fakta yang sempurna dan penting dari pada apa yang kta sudah tahu. Ia berpandapat bahwah seorang yang ingin menafsir Alkitab harus menyelidiki: 1. Kitab yang bersangkutan, gaya bahasa, struktur kitab tersebut dan hubungannya dengan berita PB secara keseluruhan. 2. Menemukan konsep penulisan Alkitab tentang hidup dan fakta, kemudian berhubungan antara konsep penulis Alkitab dan penafsir Alkitab. 3. Setelah menganalisis kesungguhan Alkitab seseorang penafsir baru dapat memberi respon terhadapnya. G). Penafsiran Eskatologi Penafsiran ini sangat menekankan tema Eskatologi. Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah William Wrede (bapa analisis redaksi), Albert Schwwitzer, Rudolf otto, C.H. Dodd, Jurgen Moltmann. Wrede menekankan bahwa gereja mengaku Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah sejak mulanya. Bagi Schweitzer adalah tidak mungkin mencari Tuhan yesus dalam sejarah, sebab bahanya tidak cukup. Rudolf Otto percaya bahwa Yesus menekankan kerajaan Allah sudah ada. C.H Dood ia percaya dengan mulainya pelayanan umum Tuhan Yesus berarti kerajaan surag sudah datang. Moltmann percaya prinsip penafsiran Alkitab adalah eskatologi sebab pengharapan adalah topik utama dalam Alkitab. H). Pelbagai Analisa,(cristicism, bahasa inggris) Abad ke-20, sebagai penerus abad ke-19, mangkin diramaikan oleh pelbagai analisa. Analisa-analisa ini sulit dikatakan terbatas kepada penafsir-penafsir tertentu. Sebab banyak penafsir telah banyak atau sedikit memakai analisa ini. AnalisaTeks (Textual Criticism) Analisis teks juga dinamai analisis rendah (lower criticism). Analisa teks, dibagi ke bagian PL dan PB, dengan tujuan mencari naskah Alkitab yang paling baik atau pembaca yang paling tepat/dekat naskah asli. Analisis Sumber (Source Criticism) Analisis sumber hanya berusaha menganalisis ciri khas suatu kitab,atau sebagian kitab untuk mencari data tentang pengarang, tangaal penulisan dan keadaan sejarah sekitar kitab tersebut. Analisis Sastra (Literary Criticism) Analisis sumber dan analisis sastra memiliki kesamaan, tetapi analisis sumber lebih menekankan melihat suatu, atau sebagian kitab yang utuh, dan memperhatikan struktur, gaya, modus, tema, konteks, jalan pikiran, retorik, dan fungsi kitab atau bagian kitab tersebut. Analisis Tradisional (Tradition Criticism) Suatu analisa yang berusaha menyelidiki tahap-tahap pertumbuhan tradisi Alkitab hingga jadi bentuk terakhir. Penafsir-penafsir yang memakai analisa ini akan memperhatikan apakah tradisi-tradisi itu diteruskan dalam bentuk lisan atau tertulis, tema utama setiap masa, tokoh atau komunita yang berhubungan dengannya,,,, dan bagaimana tradisi-tradis ini berubah. Analisis Bentuk (From Criticism) Mencoba menyelidiki bentuk, isi dan fungsi dari “unit-unit” Alkitab, analisis ini mencoba menentukan situasi kehidupan (Sitz im Leben) yang melahirkan, membentukndan mempergunakan “unit-unit” ini. Analisis Redaksi (Redaktion Criticism) Mencoba memperhatikan motivasi dan tujuan penulis-penulis Alkitab yang terbaca dari cara mereka mengumpulkan, mengatur dan merubah “unit tradisi”. Analisis ini biasanya berhubungan erat dengan analisis tradisi dan analisis bentuk. Dinilai secara umum, analisisanalisis ini telah bersumbagsih dalam memberikan penafsiran-penafsiran yang lebih kreatif dan kritis. (I). Penafisr Kontekstualisasi Penafisir dari golongan ini tidak terlalu menghiraukan doktrin ortodoks mengenai Alkitab. Yang dipentingkan oleh mereka adalah bagaimana Alkitab dapat dipakai sebagai dasar atau patokan dalam perjuangan di dunia ini dan pada masa kini. Contoh-contoh yang dipakai disini adalah Teologi hitam, Teologi pembebasan. (J). Penekanan Terhadap Tata Bahasa dan Latar Belakang. Para pelajar penafsiran mungkin dibingunkan oleh pelbagai teori baru abad ini. Teoriteori ini ada yang cukup moderat, yang dekat dengan kaum injili, tetapi ada yang sedemikian radikal dan ekstrim sehingga Alkitab dipandang tidak lebih dari catatan pengalaman agama, atau sekedar catatan iman kepercayaan gereja mula-mula. (K). Penafsiran Golongan Injili. Mereka yang percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang tidak salah, dengan demikian Alkitab harus menjadi patokan hidup dan iman kepercayaan manusia. Alkitab adalah Wahyu Allah yang sempurna dan lengkap. Melaulu Alkitab orang dosa dipimpin oleh Roh Kudus bertobat dan kembali kepada Allah. Disini disajikan beberapa contoh: 1. Golongan Dispensasi. Penafsir yang bercorak golongan ini berasal dari golongan Bretheran Plymonth di England. Merka percaya bahwa sejarah dapat dibagi dalam tujuh masa, yakni Masa Tak Bersalah, Masa Hati Nurani, masa Pemerintah manusia, Masa Janji, Masa Hukum, Masa Anugerah dan Masa Kerajaan. 2. Golongan Fundalmentalisme. Secara organisasi aliran ini dimulai pada 1919, tujuan melawan pikiran-pikiran moderenis.pada dasarnya mereka sangat menghormati Alkitab, hanya sayang ada sebagian pemimpin dari golongan ini menunjukan sikap yang curiga terhadap rasio. 3. Golongan Moderat Golongan ini menunjukan jiwa penginjilan yang tinggi, penafsiran mereka biasanya menmperhatikan konteks, tata bahasa, sejarah, dan pengertian harfirah. 4. Meditasi dan Alegori. Kebanyakan golongan Injili memperhatikan fungsi Alkitab sebagai makanan rohani dan penentuan hidup sehari-hari. Dengan demikian Alkitab perlu dibaca dan direnungkan setiap hari. VI. Beberapa Kesalahan/kelalaian Yang Sering Ditemukan Dalam Penafsiran Alkitab. 1. Tidak Percaya Kepada Alkitab. Banyak penafsir liberal yang menafsir Alkitab dengan sikap yang salah dan motivasi yang tidak benar. Mereka tidak mempercaya Alkitab sebagai Firman Allah yang diwahyukan melalui Roh Kudus. Motivas mereka menjelaskan Alkitab juga bukan bermaksud supaya manusia dapat mengenal Allah dan mengetahui keadaan diri mereka. Salah satu ciri mereka adalah mengorbankan Alkitab untuk menyesuaikan dengan penemuan ilmiah atau pemikiran rasional. 2. Melalaikan Bahasa Asli. 3. Memberi terlalu banyak pengertian/perhatian kepada suatu kata. Karena buka suatu bahasa itu saja terus berkembang, sehingga mungkin sekali suatu kata sama sekali meninggalkan pengertian semula, tetapi dalam konteks yang berbeda, suatu kata dapat mempunyai arti yang berbeda. 4. Melalaikan Konteks dari bagian yang ingin ditafsirkan. Dengan demikian berarti penafsir Alkitab teelah “memotong-motong” kitab yang utuh dan unik dengan kehendak dirinya. 5. Kurang memperhatikan latar belakang. 6. Menitik beratkan bagian-bagian tertentu dari Alkitab. Cara penafsiran demikian akan mudah menghasilkan kesimpulan yang berat sebelah bahkan ekstrim. 7. Kurang memperhatikan bentuk dari bagian yang ingin ditafsir. 8. Memakai Aalkitab untuk menapai tujuannya. 9. Penafsir Harfirah yang kaku (Letterism) Penafsir yang kaku sudah melanggar prinsip-prinsip berikut: 1. Kurang memperhatikan seluruh ajaran Alkitab mengenai kebenaran itu. 2. Kurang memperhatiakan konteks. 3. Kurang memperhatikan bentuk tulisan, misalnya syair atau bahasa kiasan. 10. Fantasi/imajinasi yang tak terkontrol. Penafsir perlu daya fantasi/imajinasi yang terkontrol,sebab dengan demikain, penafsir Alkitab mengali bahan-bahan yang lebih banyak, atau mebuat bahan-bahan itu hidup.