tugas ringkasan buku tony

advertisement
TUGAS RINGKASAN BUKU
Nama: PAULINUS TONI
Judul Buku: HERMENEUTIK (bab 1)
Dosen: YUSAK TANASYAH
Semester: IV
1. Definisi
Kata hermeneutics (bahasa inggris), atau hermeneutik, berasal dari kata Yubani
e’rmenen.w, yang berarti menginterpretasi, menjelaskan, menterjemahkan. Kata Yunani ini
berhubungan dengan dewa Hermes, dewa dalam mitos orang Yunani, yang bertugas
menyampaikan berita dari para dewa kepada manusia. Dewa ini juga adalah dewa ilmiah,
penemuan, kefasihan bicara, seni tulis dan kesenian. Sebetulna sitilah hermeneutik ini tidak
dipakai untuk penafsiran Alkitab saja. Dalam arti dan pemakaian umum, ia meunjukan
peraturan-peraturan yang diergunakan untuk mencari arti sesungguhnya misalnya, kesenian,
sejarah, ilmu purbakalah dan penerjemahaan.
Istilah hermeneutik dipakai dalam pengertian sempit, yakni hermeneutik Alkitabiah
yang memusatkan perhatian kepada Alkitab orang kristen saja. Hermeneutik Alkitabiah
dapat dibagi dalam dua bagian lebih kecil: Hermenuitik PL dan Hermenuitk PB.
Hermeneutik adalah salah satu bagian dari teologi yang mempelajari teori-teori,
prinsip-prinsip dan metode-metode penafsiran Alkitab. Pada perang kedua hermenutik telah
ditambah dengan suatu pengertian baru. Kini, konsep dari istilah ini yang juga banyak
diterima oleh golongan protestan, adalah menunjukan seluruh proses penafsiran, yang
membawa pembaca moderen mengerti akan berita yang disampaikan oleh Alkitab.
Hermeneutik tidak hanya semacam ilmu pengetahauan tetapi juga merupakan
semacam kesenian. Sebagai ilmu pengetahuan hermeneutik menggunakan cara-cara ilmuah
dalam mencari arti sesungguhnya dari Alkitab. Prinsip-prinsip yang digunakan merupakan
suatu sistem yang masuk akal, dapat diuju dan dipertahankan.
Berdasarkan observasi diatas, hermeneutik adalah suatu bagian teologi yang bersifat
ilmiah dan seni, yang memperhatikan hukum tertentu bahkan melibatkan diri penafsir
sepenuhnya, dengan tujuan mencari maksud yang ingin disampaikan oleh penulis Alkitab.
Suatu istilah lain yang dekat dengan hermeneutik adalah exegesis atau penafsiran.
Kata ini berasal dari kata yunani expgeomai. Kata ini pada dasarnya berarti “memimpin
keliar dari”. Pada hakekatnya dua hal ini memiliki perbedaan. Hermenuitik lebih condong
kepada penyelidikan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan cara penafsiran Alkitab, sedangkan
exegesis lebih condong kepada penggunaan prinsip-prinsip, hukum-hukum dan cara ini.
Exposition
atau
exposisi
berhubungan
dengan
penafsiran.
Jika
penafsir
mengonsentrasikan perhatian terhadap ari dari suatu bagian Alkitab, exposisi lebih
memperhatikan aplikasi dan hubungan dari bagian Alkitab tersebut dengan konteks si
penafsir. Dari sisi jelas hubungan antara penafsir dan exposisi: penafsir adalah dasar dari
exposisi, sedangkan exposisi adalah pernayataan dari penafsiran.
11. kepentingan dari Hermeneutik.
A. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- Firman Allah yang menyelamatkan manusia
yang terhilang.
Roma 10:13, 14,sebab” sebab barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan
diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya
kepada Dia, bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mengenal
tentang Dia.
B. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- kakanan rohani orang keisten
Firman Allah adalah makan rohani orang-orang kristen ( Yoh 6:63, 17:17). Setiap pengikut
kristus perlu makanan rohani supaya menguatan kehidupan rohaninya.
C. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- petunjuk Allah untuk kehidupan orang kristen
Kehidupan orang kristen, sama seperti orang non-kristen, penuh dengan hal-hal yang harus
dipilih, keputusan-keputusan yang harus diambil. Tetapi terdapat suatu perbedaan antara
orang kristen dan non-kristen: orang kristen dapat memperoleh petunjuk-petunjuk Tuhan
melalui Firman Allah. (mazmur 119: 105).
D. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- senjata rohani orang kristen
Dari pengalaman Tuhan Yesus yang tercatat di matius 4: 1-11 dan lukas 4: 1-13,kita dapat
mengambil suatu kesimpulan bahwa Iblispun sangat menguasai Alkitab.
E. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar teologi orang kristen
Orang kristen perlu memsistematikan iman kepercayaan mereka, sehingga mudah dimengerti
dan dipertahankan. Hasil dari penyusunan ini adalah teologi. Tetapi tidak semua orang kristen
memiliki teologi yang persis sama.
F. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar pengajaran dan khotbah dalam jemaat
Allah.
Setiap pekerja Tuhan, bahkan setiap anak Tuhan, perlu menguasai hermeneutik, karena
hermeneutik menbantu menafsirkan arti sesungguhnya dari Alkitab. Ini memungkinkan
pemberian pengajaran yang murni dalam jemaat Allah.
G. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- dasar pengharapan orang kristen.
Dari sejarah gereja dapat diketahui bahwa orang-orang kristen sering dianiaya oleh pihakpihak yang tidak bersimpati kepada mereka, sehingga keadaan mereka disamakan dengan
emas yang diuji oleh api ( 1 pet 1:6, 7). Bagaimana orang kristen dapat bertahaan dalam
penganiayaan ?. kuncinya adalah mereka percaya akan janji dan berkat yang diberikan oleh
Allah dalam Alkitab. Sehingga iman kepercayaan ini membangkitkan pengharapan yang
tidak akan padam, pengharapan akan kebangkitan yang mulia dan bagian disurga yang tidak
dapat binasa ( 1 pet 1: 3,4).
H. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- wahayu Allah tentang jemaat dan universal.
Dia berkuasa dan menpunyai rencana untuk jemaat universal ini. Untuk jemaat Ia telah
menyediakan berkat dan tugas yang mulia (Ef. 1:3-23; mat 28: 16- 20). Bahkan bagi
universal, segala penduduk dan segala isinya Iapun telah menetapkan rencanaNya (Why 12).
I. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- buku yang sangat terkenal.
Setiap tahun Alkitab dicetak dalam jumlah yang sangat besar, dalam berbagai bahasa dan
didistribusikan ke hampir setiap pelosok dunia. Menurut laporan dari lembaga Alkitab pada
akhir tahun 1980, pada tahun itu saja Alkitab sudah diterjemahkan kedalam 1668 macam
bahasa dan dicetak dalam 36 juta jilid.
J. Hermeneutik berhubungan dengan Alkitab- kitab yang sulit dimengerti.
Alkitab sulit dimengerti, bukan saja karena ia adalah sebuah kitab suci, tetapi didalamnya
terdapat banyak faktor yang menyebabkan ia memang sulit dimengerti, Misalnya bahasabahasa yang dipakai oleh pengaran Alkitab adalah bahasa Kuno yang kita tidak tahu betul.
Pengalaman, kebudayaan, cara berkomunikasi dan pengarang-pengaran Alkitabpun sangat
berbedan dengan kita. Dengan pertimbangan kesulitan-kesulitan ini, jelas pekerjaan
penafsiran Alkitab bukanlah suatu hal yang mudah. Walaupun demikian anak-anak Allah
tidak usah berkecil hati. Sebab jikalau Allah sudah berkehendak menyampaikan WahyuNya
melalui Alkitab, Allah pun pasti berusaha menolong mereka yang dengan bersungguhsungguh.
111. syarat-syarat seorang penafsir Alkitab
Seorang penafsir yang baik adalah seorang penafsir yang sudah memperoleh persiapan yang
memadai. Adalah lebih menguntungkan jika yang bersangkutan mendapat pendidikan yang
cukup baik, sehingga ia dapat membaca dengan lancar dan dapat menguasai beberapa macam
bahasa. Selain syarat-syarat diatas ada lagi bebeapa syarat yang perlu dibicarakan dengan
khusus:
a. Seseorang yang suudah dilahirkan kembali.
b. Seorang yang memiliki sikap dan motivasi yang benar. Seorang penafsir yang baik
harus bersikap:
_ Rindu akan Firman Allah ( Mzm. 119:103)
_ Murid. ( Yesaya 50:4)
_Iman. Ibrani (11:6).
_Rajin dan teliti. (kis. 17:11).
_Bertekad menjalankan Firman Tuhan. (Mat. 7:24- 25, Yak. 1:22).
c. Mohon peranan dari Roh kudus (Yoh. 16:13)
Alkitab bukan suatu buku manusia biasa, melainkan Firman yang diilhamkan oleh.
Jadi Roh kudus adalah pengarang yang sesungguhnya dari Alkitab, yang berkerja
dalam hati penulis-penulis Alkitab.
lv. Beberapa Keyakinan Tentang Alkitab.
1. Alkitab dalah kitab yang diwahyukan oleh Allah.
a. Naskah asli Alkitab adalah Firman Allah yang tidak bersalah. Dalam sejarah, fakta,
angka, ajaran etika, teologi dan lain-lain.
b. Alkitab adalah norma tertinggi iman kepercayaan dan kelakuan bagi manusia.
c. Alkitab adalah wahyu khusus yang satu-satunya diberikan oleh Allah.
2. Ilham/Wahyu Allah yang bersifat lisan dan keseluruhaan.
3. Kitab kanonika hanya berjumlah 66 kitab.
Ada tiga pandangan terhadap jumlah kitab kanonika.
a. Gereja Roma dan Gereja Ortodoks Yunani.
b. Gereja-gereja Protestan.
c. Perkembangan Baru
4. Alkitab adalah kitab yang ditulis pada zaman penulis, juga ditulis untuk segala zaman.
Ini menjadi keyakinan yang sangat penting.
5. Alkitan terdiri dari kitab-kitab yang memiliki ciri khasnya masing-masing , tetapi secara
keseluruhaan Alkitab memeliki pembicaraan, pendirian dan tema yang konsekewn dan
bersatu.
6. Wahyu Allah yang mangkin jelas.
Yang dimaksuud disini adalah Allah memberikan Wahyunya secara bertahap.
7. Dalam Alkitab terdapat kata-kata yang mempunyai arti tersendiri.
8. Alkitab harus dibaca, pada umumnya, dalam bentuk harfirah dan dapat dimengerti
dengan analisa yang sehat.
9. Alkitab adalah kitab yang berbicara tentang Iman kepercayaan dan membawa berkat
besar bagi manusia. Sudah tentu Alkitab adalah kitab yang sempurna, tetapi tidak berarti
Alkitab membicarakan semua topik dan membicarakanya dengan mendetail.
10. Alkitab, Wahyu Allah yang sempuran, hanya bicara apa yang ingin diilhamkan oleh
Allah.
v. sejarah singkat berbagai aliran penafsiran
1. cara Penafsir orang Yahudi: Ezra-Zaman Tuhan Yesus
Orang Yahudi memilik sejarah penafsiran yang panjang. Ezra, seorang hali
taurat/kitab, boleh dilihat sebagai pelopor penafsir pada zaman itu. Walaupun dalam arti
sempit, Ezra hanya seorang terpelajar yang giat mengajar hukum musa.
Penafsir Harfirah
Jiwa penafsir secarah harfirah sangat kuat dalam pikiran orang Yahudi. Walaupun
harus diakui penafsiran demikian tidak terlaru menonjol dalam literatur Tamlud. Namun
demikian cara ini cukup terkenal. Tokoh penapsir alegori, Philo, juga megenal penafsiran
demikian.
Penafsir Midrash
Penafsiri ini merupakan penafsir inti dari penafsiran rabi, dan mungkin sekali
penafsiran orang Farisi pada masa awal juga adalah penafsir Midrash. Kata Midrash ini
berasal dari kata kera ‫ ורש‬, yang berarti “mengambil jalan”, “mencari”, atau pemakaian
aecara arti kiasan, “ membaca berulang-ulang”, “mempelajari”, menginterpretasiakn.
Penafsiran midrash cukup beraneka ragam. Ini dapat dilihat dari perdebatan moderen antara
dua golongan nabi, yakni kelompok Hillel (70 s.M- 10) dan Shamai ( abad pertama s.M).
Penafsiran Pesher
Penafsiri ini terdapat khusus dalam tulisan masyarakat Qumran. Tafsiran mereka
biasanya dimulai dengan istilah “pesher”, yang berarti “solusi”, atau “interpretasi”, suatu kata
yang berasal dalam bahasa Aram. Ciri kahs penafsir cara ini ialah motif “pengenapan” yakni
“itu” telah menjadi “ini”. Qumran banyak mengambil bahan dari penafsiran midrash. Tetapi
jelas penafsiran Qumran lebih condong kepada corak mistik dan lebih ketat.
Penafsiran alegori
Penafsiran ini ingin mencari lebih dalam dari hafirah. Alegoris lebih panjang dan
terperinci dari pada perumpamaan kiasan. Salah satu tokoh dari penafsiran ini ialah Philo (20
s.M-50). Satu contoh dari penafsiran alegori dapat terlihat dari penguraian Philo tentang kej.
2: 10-14. Ia berpendapat bahwah nama-nama dari sungai dari kitab kejadian memiliki arti
tertentu. Pison ditafsir sebagai kebajikan, kebijaksanaan, Gihon adalah keberanian, Tigris
adalah penguasan diri, sedangkan Efrat adalah keadilan, semuanya itu adalah 3 kebajiakn
utama dari Platoisme.
Beberapa prinsip Philo untuk penafsiran alegoris adalah sebagai berikut:
1. Jika arti harfirah menyatakan sesuatu yang tidak hormat kepada Tuhan.
2. Jika pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan lain di Alkitab.
3. Jika suatu teks menyatakan dirinya sebagai alegori.
4. Jika suatu kata ucapan diulang atau kata-kata berlebhaan dipakai.
5. Jika terjadi pengulangan sesudah yang diketahui
6. Jika suatu ungkapan berubah-ubah
7. Jika suatu sinonim dipakai.
8. Jika terdapat kemungkinan mempermainkan kata.
9. Jika ada ketidak biasaan dalam angka atau masa (ten-se,Bahasa Inggris) dalam tata
bahasa.
10. Jika terdapat simbol.
Penafsiran Tipologi
Tipologi menunjukan suatu korespondensi antara orang atau peristiwa dari masa lalu
ke masa kini.
2.Cara Penafsiran Tuhan Yesus dan Orang Kristen abad Pertama
Dari pemakaian PL oleh Tuhan Yesus dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Tuhan Yesus percaya catatan PL adalah fakta sejarah.
2. Tuhan Yesus banyak memakai penafsiran pesher, disampin itu juga memakai
penafsiran harfirah dan midrash. (Luk. 4:16-21; Mark. 7:6; Yoh 7:23). Namun
demikian tidak ada contoh tentang penafsiran alegori.
3. Tuhan Yesus menolak praktek zaman itu yang sering mengganti Firman Allah dengan
tradisi ( Mark. 7: 6-13; Mat. 15:1-9).
3.cara penafsiran alegoris pada abad-abad pertama
Cara penafsiran alegoris sebetulnya tidak asing bagi bagi orang kristen moderen.
Pilgrim’s progress yang ditulis oleh John Buyan adalah contoh yang dikenal betul oleh kita.
Bagi Buyan, arti yang sesunguhnya tidak terdapat pada pengertian harfirah atau cerita-cerita
yang ia kisahkan.
Untuk mengenal penafsiran alegoris kristen pada abad-abad pertama, kita perlu
menyelidiki pengaruh yang diberikan oleh penafsiran alegoris orang Yunani dan orang
Yahudi.
Kelemahan-kelemahan penafsiran alegoris
1. Melalaikan unsur-unsur sejarah sehingga seolah-olah fakta sejarah bukan sesuatu
yang sungguh terjadi.
2. Mereka kurang memperhatikan bahwa Wahyu Allah diberikan secara bertahap,
sehingga ada kalanya PL dianggap lebih jelas dari PB.
3. Mereka menganggap bahwa Alkitab, terutama PL, penuh dengan perumpamaan, tekateki, hal-hal yang sulit dimengerti, sehingga harus memakai penafsiran aelogris untuk
menjelaskan.
4. Mereka telah mengaburkan penafsiran tipologis dengan alegoris. Mereka condong
mencampurbaurkan alegori dengan “ mistik” “arti rohani”.
5. Mereka
percaya
bahwa
filsafat
Yunani
tercantum
dlalam
PL,
dengan
mempergunakan penafsiran alegoris, mereka dapat menemukannya.
6. Cara ini sangat subyektif, dan condong kepada imajinasi yang tak terkontrol.
7. Dengan cara ini akhirnya Firman Allah jadi kabur, tidak jelas.
4.cara penafsiran hafirah pada abad-abad pertama
Adalah kurang tepat jika kita mengerti bahwa semua penafsir pada abad-abad
pertama hanya dikuasai oleh penafsiran alegoris, contohnya Ignatius dari Antiokhia ( Tahun
32 – 107) adalah seorang yang berpikir kristussentris. Yang tidak mengikuti penafsiran
demikain. Cara penafsiran Ignatius pada umumnya menghindari penafsiran alegoris dan
penafsiran yang dipaksakan. Tokoh lain adalah Irenaeus (130-202), murid dar polycarp (70155). Dalam perlawanan terhadap bidat, ia menuntut penafsiran yan g tepat. Sebagai orang
yang sangat menguasai bahasa Yunani, ia memakai PB dengan sebaik-baiknya. Ia juga
sanggup meliahat kesatuan PL dan PB.
Menerima pengaruh Yahudi, tetapi denga sukses menghindari kelemahaan mereka,
munculah aliran yang bernama aliran Antiokhia di Suria, yamg mungkin didirikan oleh
Lucian (250-420). Sudah tetntu penafsir-penafsir aliran ini, dalam mempergunakan prinsip
penafsiran mereka, juga pernah jatuh kedalam kesalahan alegori. Hanya pada umumnya
mereka tetap menekankan kepentingan penafsiran secarah harfirah dan sejarah. Aliran ini
juga memperkembangkan semacam penafsiran tipologis yang lebih masuk akal mengganti
penafsiran alegoris atas PL.
5.cara penafsiran Bapak-bapak Gereja Latin dan Medieval.
Bapak-bapak gereja ialah: Firminus Lacatinus (260-330), Hlary dari poitiers, (315-367),
Ambrose (340-420), Agustinus (354-430) dan lain-lain. Medieval adalah masa yang dimulai
dari Bregory Agung, Bapak Gereja terakhir dan paus yang pertama, hingga reformasi (akhir
abad ke-6 hingga tahun 1517). Pada umumnya bapak-bapakgereja Latin mengambil jalan
tengah antar aliran Alexandria dan Antiokhia. Mereka condong menekankan otoritas tradisi
dan gerja dalam penafsiran Alkitab. Dengan demikaian penafsiran Alkitanb makngkin
menuju ke arah berwewenang dari gereja.
Masa Medieval
Walaupun sulit untuk menguraikan masa medieval yang sangat panjang ni dengan teliti,
tetapi suatu ciri yag snagat menonjol adalah: masa ini dikuasai oleh penafsiran alegoris.
Perlu diperhatikan bahwa skolastisisme membagi arti Alkitab dalam dua arti besar yakni arti
rohani dan arti harfirah. Disampin ini masih terdapat beberapa ciri khas yang perlu
disinggung disini.
A. Roma katolik menerima terjemahan vulgate sebagai terjemahan yang berotoritas.
Bahsa Latin menjadi bahasa yang dipakai oleh Gereja Roma Katolik.
B. Apa yang sudah ditafsir dengan resmi oleh Gerja Roma katolik harus diterima oleh
para penafsir.
C. Gereja Roma katolik percaya bahwa terdapa Wahyu yang tetulus, Alkitab, dan wahyu
lisan, tradisi.
D. Mereka sangat menghormati tulisan bapa-bapa gereja, sehingga banyak penafsir pada
masa itu bukan peanfsir Alkitab, tetapi menafsir tulisan bapa-bapa gereja.
E. Para teolog Roma Katolik percaya bahwa doktirn dalam PB hanyalah merupakan
bibit yang dapat berkembang.
F. Biara menjadi pusat penyelidikan Alkitab, tetapi gereja tidak memperhatikan cara
penafsiran Alkitab sehingga tidak menghasilkan penafsir baru dan kreatif.
G. Dengan bertamabhnya kuasa gereja, hal-hal yang tidak sesuai dengan Alkitab
mangkin merajarela dan tahkyul mangkin bertamabh didalam gereja.
H. Penafsiran Alkitab berkisar pada hal-hal praktis atau dibuat hanya untuk tujuan
khotbah.
I. Kekurangan buku yang sangat serius yang disebabkan oleh karena peperangan dan
harga yang mahal.
J. Terdapat sebagian penafsir yang mewarisi tradisi orang Yahudi, sehingga penafsir
mereka sangat kaku, memperhatikan huruf dalam setiap Alkitab.
Thomas Aquinas (1225-1274)
Thomas Aquinas adalah seorang tokoh yang sangat penting pada masa itu. Dia adalah
seorang yang sangat mengenal Alkitab, sehingga terdapat cerita ia sanggup menghafal
seruluh alkitab bahasa Latin.
Nicholas dari Lyra ( 1279-1340).
Boleh dikatakan bawah Nicholaus dimisalkan jembatan antara abad pertengahaan dan
Reformasi. Dia adalah seorang yang sangat mempengaruhi Luther. Ia masih menerima
penafsiran tentang 4 pengertian tentang Alkitab. Tepai ia hanya menekankan dua pengertian,
yakni pengertian hafirah dan mistik. Bagi Nicholas untuk membuktikan doktrin, hanya
pengertian harfiahlah yang seharusnya dipakai.
Aliran Mistik
Pada abad pertengahaan aliran mistik hidup berdampingan dengan pikiran Skolastik.
Bagi golongan ini, Alkitab adalah suatu alat untuk pengalaman mistik. Kitab yang penting
bagi mereka adalah kitab Kidung Agung. Mereka menafsir hubungan kasih dalam kitab
tersebut sebagai hubungan Allah dengan UmatNya. Tujuan mereka adalah mencapai suatu
hubungan dengan erat antara manusia dengan Allah melalui jalan-jalan meditasi, pemujaan
dan perasaan.
Hugo dari St. Victor (1096-1141).
Golongan St. Victor lebih dipengaruhi oleh unsur Skolastik, sehingga mereka tidak
seperti golongan bernard, yang begitu mementingkan pengalaman pribadi, melaingakan
membangun suatu sisten ilmiah. Hugo percaya bahwa Alkitab mengandung tiga pengertian
yaitu sejarah, alegori,anagogi.
Richard dari St. Victor (1173)
Richard lebih banyak memakai metode dialektik dan alegoris dari pada Hugo.
Penafsirannya juga aneh-aneh, berlebihaan. Karena tulisannya dia dijuluki bapak perenungan.
Bernard dari Clairvaux (1090-1153)
Bernard adalah seorang biarawan yang sangat mengenal Alitab dan berkarakter yang
baik. Dalam perenungan Agama dia dipuji oleh Harck sebagai ‘Agustinus Baru’. Ia percaya
bahwa doa dan kesucian adalah jalan untuk mengenal Allah. Suatu tata penting bagi Bernard
adalah kasih.
6. Cara Penafsiran massa Renaissance, reformai, post-reformasi.
Dari berbagai segi boleh dikatakan bahwa masa renaissance adalah masa reformasi.
Renaissnce yang dimulai dari Itali, telah memberi sedikitnya dua sumbagsih besar terhadap
lahirnyapenafsiran yang lebih sehat. Yang pertama, pembaca Alkitab diajak meninggalkan
teologi dan hirarki gereja. Kedua, bangkitnya perhatian baru dalam pembelajari literatur,
budaya orang Yunani dan Romawi. Beberapa tokoh dari masa ini.
John Reuchlin (1455-1522).
Dia adalah seorang yang humanis yang menunjukan kepandaiannya dalam menguasai
banyak pengetahuan, khususnya bahasa Yunani, Ibrani dan Latin.
John Colet (1467-1519)
Pada mulanya dia adalah seseorang penafsir alegoris, tetapi setelah dia kembali dari
daratan Eropa dan pergi ke Oxford pada tahun 1496, ia mengaja surat-surat Paulus dengan
cara penafsiran harfiah yang memperhatikan konteks sejarah kitab-kitab tersebut. Colet telah
banyak mempengaruhi Erasmus sehingga dia lebih bebih banyak memperhatikan bahasa
Yunani dan cara penafsiran Alkitab yang tepat.
Desiderius Erasmus (1466-1535).
Dia adalah seorang imam dari Roma Katolik. Colet san Erasmus dinamakan sebagai
“ mata dari jerman”. Sumbangan Erasmus terlihat dalam penerbitan Alkitab PB bahasa
Yunani.
Masa Reformasi
Pikiran para reformator ditandai dalam penghormatan yang tinggi terhadap Alkitab (
sola scriptura). Bagi merka Alkitablah yang menentukan apa yang harus diajarkan oleh
gereja. Alkitab adalah Firman Allah yang tidak bersalah, yang memiliki otoritas yang tinggi.
Martin Luther ( 1483-1516)
Menurut F.F. Bruce, Martin Luther adalah seorang penafsir abad 16 yang paling
berpengaruh, beberapa prinsipnya sebagai berikut.
1. Mementingkan iman dan penerangan Roh Kudus. Seorang penafsir Alkitab tidak
diperkenankan menkritik Alkitab dengan rsio yang hina, tetapi carilah arti Alkitab
dengan berdoa dan meditasi.
2. Alkitab memiliki otoritas yang tertinggi dari pada Gereja.
3. Luher percaya bahwa Alkitab dapat dimengerti, dan bersifat konsekwen.ketidak
tahuan manusia dalam mengertikan Alkitab adalah ketidak tahuannya tentang arti kata
dan tata bahasa dari Alkitab. Ia menolak dengan tegas akan cara penafsiran alegoris.
4. Setiap orang kristen dapat mengerti Alkitab tampa pertolongan atau petunjuk Alkitab.
Alkitab memiliki sifat kesatuan, dengan demikian suatu topik baru akan jelas, jika
semua ayat yang bersangkutan sudah di perhatikan.
5. Kristus adalah pusat dari Alkitab.
6. Membedakan taurat dan injil. Taurat berfungsi menunjukan kesalahaan manusia,
sedangkan injil adalah anugerah penyelamatan dan kuasa.
Luther patut dipuji dalam usahannya dalam menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Jerman
yang memakan waktu selama 12 tahun.
John Calvin ( 1509- 1564 )
Menurut pandangan umum, John Calvin adalah penafsir yang agung pada zaman
reformasi. Bahkan ia dipuji sebagai penafsir Alkitab pertama dalam sejarah gereja yang
sanggup menafsir dengan sikap ilmiah. Luther adalah pelopor cara penafsir yang baru, Calvin
adalah tokoh yang memberi teladan yang baik pada waktu itu.
Beberapa prinsip Calvin
1. Ia mementingkan penerangan Roh Kudus.
2. Ia menolak total penafsiran alegoris.
3. Alkitab harus ditafsir dengan Alkitab.
4. Calvin sangat hati-hati dalam nubuat mesias.
5. Calvin sangat hormat dengan Alkitab, kitab yang diilhamkan oleh Allah.
Calvin dipuji sebagai penafsir yang mampu menampilkan Alkitab dengan hidup. Dia adalah
seorang yang sungguh menyelami jiwa Alkitab. Ia dipuji sebagai seorang penafsir yang
menafsir dengan cepat dan jelas. Namun, ia dicela karena pandangan perdinasi yang kuat.
Masa Seletlah Reformasi ( abad ke 17-18 )
Masa itu ditandai dengan pelbagai perpecahaan. Demi meneguhkan pendirian masingmasing aliran. Para pemimpi gereja berusaha terus menulis kredo/iman pengakuan mereka.
Zaman itu juga ditandai dengan pelbagai usaha untuk mencari manuskrip yang lebih bernilai.
Dengan latar belakang demikian kita akan meninjau dengan singkat beberapa
penafsiran masa itu.
I.
Dari Gereja Roma Katolik.
Gereja Katolik Roma menunjukan kemajuan dalam cara penafsiran dengan lebih
mementingkan latar belakang sejarah dan tata bahasa.
II.
Dari Golongan Anabaptis
Sejarahwan tidak dapat memastikan waktu mulainya gerakan anabaptis. Sebagai
orang yang setia kepada iman kepercayaan mereka, mereka dianiaya oleh pihak
Gereja Roma Katolik dan protestan. Karena Anabaptis berpendapat bahwa setiap
orang yang percaya berhak menafsir Alkitab, sehingga tidak mudah untuk memuat
kesimpulan tentang pandangan dari berbagai golongan Anabaptis.
III.
Dari Golongan Pietis
Golongan ini muncul karena adanya kredo, yang membuat iman kepercayaan
mangkin kakuh, dan sikap bermusuhan antara aliran. Golongan ini berpendapat
bahwah Alkitab adalah makanan rohani, dan pembaca Alkitab adalah bertujuan
mendatangkan faedah bagi pembacanya. Penafsiran Alkitab harus berdasarkan sejarah
dan tata bahasanya.
IV.
Dari golongan Rasionalis.
Bagi mereka manusia sanggup menentukan apa yang betul dan salah tampa Wahyu
Allah. Agagma timbuh anya perasaan takut dan takhayul.
V.
Beberapa ciri dari penafsiran abad k-18.
Mereka bersatu dalam penolakan ilham lisan dan sifat ketidak salahaan Alkitab.
Unsur manusia ditenkankan, walaupun sifat ilahi Alkitab masih diperhatikan. Dua
golongan besar dari abad ini:
a. Aliran tata Bahasa
b. Aliran sejarah
7.Cara-cara penafsiran pada abad ke-19.
Pengaruh aliran rasionalisme mencapai puncak abad ke-19. Sehingga Alkitab tidak
lagi dipandang sebagai kitab yang berotoritas. Dengan menggunakan rasio manusia para
tokoh mengeritik Alkitab. Metode mereka dalam menafsir Alkitab:
a. Alkitab harus diukur dengan metode akademis oderen dan moral moderen.
b. Mereka memberi definisi baru bagi ilham atau Wahyu.
c. Hal supernatural di artikan sebagai sesuatu yang melampaui hal yang bersifat materil,
misalnya etika.
d. Mempergunakan teori evolusi atas agama dan dokumen agama tersebut.
e. Penulis-penulis
Alkitab
hanya
mempergunakan
konsep-konsep,
cara-cara
penyampaian yang terdapat pada zaman mereka.
f. Karena begitu menitikberatkan metode sejarah untuk menafsir Alkitab, sehingga
mereka berpendapat bahwa agama terus berkembang, dan Alkitab sering “meminjam”
dari atau “berbaur” dengan, konsep-konsep agama lain.
g. Penafsiran mereka sangat dipengaruhi oleh pemikiran pilsafat.
Beberapa contoh dan dari abad ini:
Frendinad Christian Baur (1792-1860)
Baru pemimpin penting dari aliran Tubingen. Dalam menyelidik surat-surat Paulus,
Baur percaya bahwa kekristenan mula-mula ditandai dengan perpecahaan antara gereja
Yerusalmen dan misi Paulus.
Julius Wellhausen (1844-1918)
Dia mirip dengan Baur, dan mencoba menafsir Alkitab dari sudut perkembangan
sejarah. Tetapi sayang sekaili, cara penafsiran ini hanya berdasarkan suatu teori filsapat,
sehingga hasilnya tidak meyakinkan.
Friedrich Daniel Ernst Schleirmancher (1768-1834)
Ia berpendapat bahwah walaupun dengan pendekatan sejarah, pembaca-pembaca
moderen dapat mengerti maksud dari penulis Alkitab, tetapi mereka tidak dapat memperoleh
suatu yang relevan. Ia percaya bahwa Yesus adalah manusia yang berjalan dekat dengan
Allah.
David Friedrich Strauss (1808-1874)
Strauss mengambil pendekatan mistik. Ia tidak percaya bawah Allah, yang melampaui
universal, menguasai kehidupan manusia diatas bumi ini, sehingga ia tidak dapt mengambil
kesaksian injil tentang Kristus. kristus yang dicatat dalam injil adalah dongen yang dibuat
oleh gereja mula-mula.
J.C.K Von Hofmann (1810-1877).
Ia mencoba mencari jalan keluar bagi dilema antara golongan ortodoks dan liberal. Ia
berusaha menggabungkan teori pengalaman agama dari Schleir macher, analisis-analisis
Alkitab dan teologi Lutheran menjadi satu. Dengan demikian ortodoks agama dapat tumbuh
dari pengalaman waktu dilahirkan baru, sejarah gereja dan Alkitab.
8.Cara-cara Penafsiran abad ke-20
Abad 20 banyak menghasilkan pendapat baru dalam dunia penafsiran. Abad 20 juga
ditandai berkurangnya penagruh dari gereja-gereja yang berada di Eropa dan bertambahnya
sumbangsih yang diberi oleh gereja-gereja dari Benua Baru, dan belakangan ini, mangkin
menonjolnya kekuatan gereja-gereja dari dunia ketiga.
Perlu diingat bahwa banyak teolog abad ini juga sering saling menmpengaruhi satu
sama lain, sehingga tidak mengherankan jika dalam pemikiran mereka terlihat penekananpenekanan yang mirip.
A.neo-ortodoks.
Disebut neo-ortodoks karena ia menyisipkan pikrian liberal dan berusaha kembali kepada
pandangan reformasi bahkan kepada Alkitab.
Mengingat pandangan dari aliran ini mencakup banyak pokok dan kemudian berkembang
menjadi banyak cabang, maka apa yang disajikan disinihanya bersifat dan prinsipilil.
1. Umumnya mereka tidak menerima Alkiab bahawa adalah Kitab yang bebas dari
kesalahan.
2. Alkitab berfungsi jika ia menyaksikan Yesus Kristus- Firman Tuhan.
3. Aliran ini berpendapat bahwa suatu doktrin tidak dibangun atas satu atau beberapa
ayat saja.
4. Prinsip paradoks.
Karena manusia adalah makhluk yang terbatas dan, berdosa, maka menyampaikan
kebenaran Allah harus dalam paradoks. Bagi golongan ini, kebenaran tidak dijelaskan
dengan batas yang jelas dan keadaan yang normal, tetapi dalam keadaan tegang.
B.Rudolf Bultmann (1884-
)
Bultmann adalah sajrajan PB yang sangat berpengaruh pada abad ini. Beberpa pokok dari
teori Bultmann adalah sebagai berikut.
1. Bersikap ilmiah, atau secara rasio manuisa, telah menjadi prinsip dasar penafsiran
Bultmann. Dengan demikian catatan mujizat-mujizatdalam Alkitab jelas tidak
diterima olehnya.
2. Karena dipengaruhi oleh aliran sejarah Agama, Bultmann berpendapat bahwa kata,
istilah dan konsep Alkitab harus diselidiki sampai kelatar belakang sejarah, bahasa
masyarakat dan sejarah. Dengan kata lain PB sangat dipengaruhi pleh situasi
lingkungannya.
3. Menurut Bultmann, budaya dan sastra disampaikan dan diteruskan dalam “bentuk”
tertentu. Dalam “bentuk” artinya adalah suatu komunikasi dari generasi kegenerasi
lainnya.
4. Demitolisasi: (Entmy thologisierung, bahasa Jerman).
Bultmann percaya bahwa PB ditulis berdasarkan genostik, padahal bahan-bahan
seperti ini sudak tidak ada dalam dunia moderen. Dalam hal ini Bultmann memakai
penafsiran Heidegger yang bersifat filsafat dari pada teolog kristen, yang berangkat
dari, dan mengahasilkan pandangan yang menolak iman kepercayaan kekristenan.
5. Bultmann percaya bahwa PL tidak bertujuan memberitahu terlebuh dahulu doktrin
PB. PL bukan kitab orang kristen, ia hanya berfungsi menunjukan kegagalan manusia.
Kesamaan dalam beberapa hal berikut ini:
1) Injil sinoptik adalah bersifat literatur rakyat dari pada ritelratur mistik.
2) Perkataan dan cerita Tuhan Yesus dikomunikasikan secara lisan antara orang
kristen.
3) Dalam periode itu unit tradis mengambil bentuk-bentuk tertentu menurut
fungsinya dalam pertmuan (kebaktian) orang kristen.
Sudah tentu teori demikian tidak begitu memuaskan, walaupun harus diakui adanya butirbutir yang dapa dipelajari dari padanya.
C). Penafsiran Hermeneutik Baru
Pada dasarnya ia menerima ajaran Bultmann, tetapi menilai dia kurang menyadari
sepenuhnya akan ajarannya sendiri. Tokoh-tokoh dari aliran ini Ernst Fuchs dan Gerhard
Ebeling, percaya bahwa hermeneutik bukan sekedar menyelidiki hukum-hukum penafsiran
saja. Untuk mencapai tujuan ini beberapa hal perlu diperhatikan:
a. “kata” atau “Firman” Allah harus terlihat dalam penyampaian setiap pengkhotbah.
b. Seorang penafsir harus mengenal “bagaimana” ia mengerti Alkitab.
c. Pengertian umum antara pembicara dan pendengar.
d. Bahasa bukan sekedar penyampaian informasi tetapi penyebaab perubahaan.
Hermeneutik baru maju selangkah dari Bultmann: analisis isi mereka mencoba membuang
segala hal yang tidak diterima oleh orang moderen PB. Dalam penafsiran seharusnya Alkitab
juga menafsir penafsir, bukan hanya penafsir menafsir Alkitab. Sebab pengertian adalah
pengalaman bukan pengetahuan, maka kebenaran mengambil kita sebagai obyeknya. Tujuan
dari hermeneutik baru ini adalah hendak menghindari kelemahaan liberalisme yang memakai
penafsir ilmu jiwa dan sejarah, sebab dalam hal pertama terlalu banyak istilah ilmu jiwa
dipakai, dan dalam hal kedua tidak ada kepastian yang diberikan.
D). Penafsir Sejarah Agama (Religionsgechichte, bahasa Jerman).
Pendekatan demikian menitik beratkan pengaruh agama-agama yang sejaman dengan
PB terhadap diri PB. Aliran ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: yang
memperhatikan pengaruh dari pikiran Yahudi, Yunani dan Genostik atau agama mistik.
E). Penafsir Pemulaan (jiwa Universal)
Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah Martin Dibelius, Hans Conzelmann, Ernst
Haenchen, Ernst Kasemann. Mereka umumnya mengambil gaya bahasa dalam menafsir kisah
para rasul bukan penemuan ilmu purabakala atau sejarah. Mereka percaya antara pengikutpengikut Yesus dan gereja terdapat perbedan pandangan yang dapat menjadi kunci penafsiran
misalnya da jiwa universal dari gereja setelah masa Rasul-rasul. Yang dimaksud dengan jiwa
universal adalah:
1. Persetujuan antara Paulus dan Yakobus tentang pemasukan orang non-Yahudi
kedalam gereja.
2. Penekanan atas gereja lokal beralih kegereja universal.
3. Pelayan yang bersifat talenta (kharismatik) diganti dengan pelayan yang bersifat
lembaga.
4. Pengunduran pengharapan akan kembalinya Tuhan Yesus dengan segera sehingga
condong bersandar kepada anugeerah yang disalurkan melalui gereja dan menerima
iman kepercayaan yang tersusun.
F). Penafsiran Sejarah Keselamatan.
Tokoh dari aliran ini adalah Otto Piperdan Oscar Cullmann. Piper yang dipengaruhi
oleh Hofmann, percaya bahwah otoritas Alkitab terletak pada kemamuannya menkaji kita
menghadapi fakta yang sempurna dan penting dari pada apa yang kta sudah tahu. Ia
berpandapat bahwah seorang yang ingin menafsir Alkitab harus menyelidiki:
1. Kitab yang bersangkutan, gaya bahasa, struktur kitab tersebut dan hubungannya
dengan berita PB secara keseluruhan.
2. Menemukan konsep penulisan Alkitab tentang hidup dan fakta, kemudian
berhubungan antara konsep penulis Alkitab dan penafsir Alkitab.
3. Setelah menganalisis kesungguhan Alkitab seseorang penafsir baru dapat memberi
respon terhadapnya.
G). Penafsiran Eskatologi
Penafsiran ini sangat menekankan tema Eskatologi. Tokoh-tokoh dari aliran ini adalah
William Wrede (bapa analisis redaksi), Albert Schwwitzer, Rudolf otto, C.H. Dodd, Jurgen
Moltmann. Wrede menekankan bahwa gereja mengaku Yesus sebagai Mesias dan Anak
Allah sejak mulanya. Bagi Schweitzer adalah tidak mungkin mencari Tuhan yesus dalam
sejarah, sebab bahanya tidak cukup. Rudolf Otto percaya bahwa Yesus menekankan kerajaan
Allah sudah ada. C.H Dood ia percaya dengan mulainya pelayanan umum Tuhan Yesus
berarti kerajaan surag sudah datang. Moltmann percaya prinsip penafsiran Alkitab adalah
eskatologi sebab pengharapan adalah topik utama dalam Alkitab.
H). Pelbagai Analisa,(cristicism, bahasa inggris)
Abad ke-20, sebagai penerus abad ke-19, mangkin diramaikan oleh pelbagai analisa.
Analisa-analisa ini sulit dikatakan terbatas kepada penafsir-penafsir tertentu. Sebab banyak
penafsir telah banyak atau sedikit memakai analisa ini.
AnalisaTeks (Textual Criticism)
Analisis teks juga dinamai analisis rendah (lower criticism). Analisa teks, dibagi ke bagian
PL dan PB, dengan tujuan mencari naskah Alkitab yang paling baik atau pembaca yang
paling tepat/dekat naskah asli.
Analisis Sumber (Source Criticism)
Analisis sumber hanya berusaha menganalisis ciri khas suatu kitab,atau sebagian kitab
untuk mencari data tentang pengarang, tangaal penulisan dan keadaan sejarah sekitar kitab
tersebut.
Analisis Sastra (Literary Criticism)
Analisis sumber dan analisis sastra memiliki kesamaan, tetapi analisis sumber lebih
menekankan melihat suatu, atau sebagian kitab yang utuh, dan memperhatikan struktur, gaya,
modus, tema, konteks, jalan pikiran, retorik, dan fungsi kitab atau bagian kitab tersebut.
Analisis Tradisional (Tradition Criticism)
Suatu analisa yang berusaha menyelidiki tahap-tahap pertumbuhan tradisi Alkitab
hingga jadi bentuk terakhir. Penafsir-penafsir yang memakai analisa ini akan memperhatikan
apakah tradisi-tradisi itu diteruskan dalam bentuk lisan atau tertulis, tema utama setiap masa,
tokoh atau komunita yang berhubungan dengannya,,,, dan bagaimana tradisi-tradis ini
berubah.
Analisis Bentuk (From Criticism)
Mencoba menyelidiki bentuk, isi dan fungsi dari “unit-unit” Alkitab, analisis ini
mencoba menentukan situasi kehidupan (Sitz im Leben) yang melahirkan, membentukndan
mempergunakan “unit-unit” ini.
Analisis Redaksi (Redaktion Criticism)
Mencoba memperhatikan motivasi dan tujuan penulis-penulis Alkitab yang terbaca
dari cara mereka mengumpulkan, mengatur dan merubah “unit tradisi”. Analisis ini biasanya
berhubungan erat dengan analisis tradisi dan analisis bentuk. Dinilai secara umum, analisisanalisis ini telah bersumbagsih dalam memberikan penafsiran-penafsiran yang lebih kreatif
dan kritis.
(I). Penafisr Kontekstualisasi
Penafisir dari golongan ini tidak terlalu menghiraukan doktrin ortodoks mengenai
Alkitab. Yang dipentingkan oleh mereka adalah bagaimana Alkitab dapat dipakai sebagai
dasar atau patokan dalam perjuangan di dunia ini dan pada masa kini. Contoh-contoh yang
dipakai disini adalah Teologi hitam, Teologi pembebasan.
(J). Penekanan Terhadap Tata Bahasa dan Latar Belakang.
Para pelajar penafsiran mungkin dibingunkan oleh pelbagai teori baru abad ini. Teoriteori ini ada yang cukup moderat, yang dekat dengan kaum injili, tetapi ada yang sedemikian
radikal dan ekstrim sehingga Alkitab dipandang tidak lebih dari catatan pengalaman agama,
atau sekedar catatan iman kepercayaan gereja mula-mula.
(K). Penafsiran Golongan Injili.
Mereka yang percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang tidak salah, dengan
demikian Alkitab harus menjadi patokan hidup dan iman kepercayaan manusia. Alkitab
adalah Wahyu Allah yang sempurna dan lengkap. Melaulu Alkitab orang dosa dipimpin oleh
Roh Kudus bertobat dan kembali kepada Allah. Disini disajikan beberapa contoh:
1. Golongan Dispensasi.
Penafsir yang bercorak golongan ini berasal dari golongan Bretheran Plymonth di
England. Merka percaya bahwa sejarah dapat dibagi dalam tujuh masa, yakni Masa
Tak Bersalah, Masa Hati Nurani, masa Pemerintah manusia, Masa Janji, Masa
Hukum, Masa Anugerah dan Masa Kerajaan.
2. Golongan Fundalmentalisme.
Secara organisasi aliran ini dimulai pada 1919, tujuan melawan pikiran-pikiran
moderenis.pada dasarnya mereka sangat menghormati Alkitab, hanya sayang ada
sebagian pemimpin dari golongan ini menunjukan sikap yang curiga terhadap rasio.
3. Golongan Moderat
Golongan ini menunjukan jiwa penginjilan yang tinggi, penafsiran mereka biasanya
menmperhatikan konteks, tata bahasa, sejarah, dan pengertian harfirah.
4. Meditasi dan Alegori.
Kebanyakan golongan Injili memperhatikan fungsi Alkitab sebagai makanan rohani
dan penentuan hidup sehari-hari. Dengan demikian Alkitab perlu dibaca dan
direnungkan setiap hari.
VI. Beberapa Kesalahan/kelalaian Yang Sering Ditemukan Dalam Penafsiran Alkitab.
1. Tidak Percaya Kepada Alkitab.
Banyak penafsir liberal yang menafsir Alkitab dengan sikap yang salah dan motivasi
yang tidak benar. Mereka tidak mempercaya Alkitab sebagai Firman Allah yang
diwahyukan melalui Roh Kudus. Motivas mereka menjelaskan Alkitab juga bukan
bermaksud supaya manusia dapat mengenal Allah dan mengetahui keadaan diri
mereka. Salah satu ciri mereka adalah mengorbankan Alkitab untuk menyesuaikan
dengan penemuan ilmiah atau pemikiran rasional.
2. Melalaikan Bahasa Asli.
3. Memberi terlalu banyak pengertian/perhatian kepada suatu kata.
Karena buka suatu bahasa itu saja terus berkembang, sehingga mungkin sekali suatu
kata sama sekali meninggalkan pengertian semula, tetapi dalam konteks yang
berbeda, suatu kata dapat mempunyai arti yang berbeda.
4. Melalaikan Konteks dari bagian yang ingin ditafsirkan.
Dengan demikian berarti penafsir Alkitab teelah “memotong-motong” kitab yang utuh
dan unik dengan kehendak dirinya.
5. Kurang memperhatikan latar belakang.
6. Menitik beratkan bagian-bagian tertentu dari Alkitab.
Cara penafsiran demikian akan mudah menghasilkan kesimpulan yang berat sebelah
bahkan ekstrim.
7. Kurang memperhatikan bentuk dari bagian yang ingin ditafsir.
8. Memakai Aalkitab untuk menapai tujuannya.
9. Penafsir Harfirah yang kaku (Letterism)
Penafsir yang kaku sudah melanggar prinsip-prinsip berikut:
1. Kurang memperhatikan seluruh ajaran Alkitab mengenai kebenaran itu.
2. Kurang memperhatiakan konteks.
3. Kurang memperhatikan bentuk tulisan, misalnya syair atau bahasa kiasan.
10. Fantasi/imajinasi yang tak terkontrol.
Penafsir perlu daya fantasi/imajinasi yang terkontrol,sebab dengan demikain, penafsir
Alkitab mengali bahan-bahan yang lebih banyak, atau mebuat bahan-bahan itu hidup.
Download