peningkatan penggunaan produk dalam negeri

advertisement
PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) DALAM
MENGHADAPI DAMPAK KRISIS GLOBAL
Oleh
Fasochah
Abstraksi
Krisis global telah menurunkan secara dramatis permintaan dunia terhadap barang-barang eksport
dari Indonesia yang dikhawatirkan akan menyebabkan ledakan pengangguran dalam jumlah besar .
Dalam hal ini pasar dalam negeri yang besar dapat merupakan katup penyelamat bagi industri yang
semula menjadi berorientasi eksport untuk mengalihkan penjualannya ke pasar domestik ,apalagi
dengan dibukanya Asian China Trade Agreement(ACFTA) atau pasar bebas terutama produk-produk
china yang merupakan pesaing dari produk-produk domestik.
Salah satu solusi dalam mengatasi dampak krisis global adalah menggalakkan kembali penggunaan
produksi dalam negeri dalam rangka meningkatkan pasar domestik untuk dimanfaatkan sebesarbesarnya bagi produk buatan Indonesia.Permasalahan yang ada adalah bagaimana solusi nya untuk
meningkatkan penggunaan produk dalam Negeri dan bagaimana produk dalam negeri dalam
mengantisipasi Krisis Ekonomi Global/Pasar Bebas .
Untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri adalah dengan:1) Optimalisasi Program P3DN
Untuk Menumbuhkan Industri Dalam Negeri,2) Mendongkrak Potensi Pasar P3DN yang ada,3) Adanya
dukungan Dari Lembaga Pemerintah Dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri,4) Adanya
langkah-langkah Pengamanan Produk dalam Negeri.Dan penggunaan produk dalam negeri untuk
mengatasi krisis ekonomi global maupun adanya pasar bebas adalah dengan:1) Penguatan Eksport
Produk Industri,2) Menjaga akses pasar,3) Penguatan Distribusi(Pemanfaatan Ritel dan Dagang
Internasional),4) Pengamanan Pasar Dalam Negeri
Kata Kunci:
Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri,Pasar Global
I.Latar Belakang Perlunya Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Krisis global telah menurunkan secara dramatis permintaan dunia terhadap barang-barang
eksport dari Indonesia yang dikhawatirkan akan menyebabkan ledakan pengangguran dalam
jumlah besar . Dalam hal ini pasar dalam negeri yang besar dapat merupakan katup penyelamat
bagi industri yang semula menjadi berorientasi eksport untuk mengalihkan penjualannya ke
pasar domestik
Setidaknya ada dua kecemasan besar yang menghinggapi para pengusaha saat melangkah
memasuki Tahun Macan.Yang pertama adanya gejala deindustrialisasi yang kian serius dan
kedua,implementasi Asian China Free Trade Agreement(ACFTA) yang dikhawatirkan akan
mempercepat laju proses diindustrialisasi.
Soal deindustrialisasi ,dikhawatirkan ini dapat dimaklumi karena dalam beberapa tahun
terakhir konstribusi industri pengolahan (manufaktur)-sektor formal yang mampu menyerap
tenaga kerja dalam jumlah yang besar cenderung turun rata-rata 2% terhadap Produk Domestik
Bruto(PDB).
Selama lima tahun terakhir laju pertumbuhan industri nasional juga berada dibawah target
yang ditetapkan 2,5 % pertahun .Bahkan untuk 2009 Departemen Perindustrian hanya sanggup
memproyeksikan pertunbuhan 1,66 % - 1,81 % atau bergerak kian menjauh dari pertumbuhan
ekonomi yang sebesar 4,8 %.
Salah satu solusi dalam mengatasi dampak krisis global adalah menggalakkan kembali
penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka meningkatkan pasar domestik untuk
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi produk buatan Indonesia.Dalam kaitan ini Pemerintah
telah mengeluarkan inpres No 2 tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Permenperin No 11 Tahun 2006 tentang Pedoman
Tehnis Penggunaan Produk Dalam Negeri.
Produksi dalam negeri adalah barang atau jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan
yang diproduksi atau dikerjakan perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di
Indonesia,yang dalam proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan penggunaan bahan
baku /komponen import.Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) adalah besarnya komponen
dalam negeri pada barang,jasa dan gabungan barang dan jasa.
Membandingkan kondisi Industri di Indonesia dan China menjadi semakin tidak sepadan
karena ditengah krisis finansial dunia sepanjang 2009 ,industri di China masih mampu
tumbuh siknifikan. Dari semua persoalan hal tadi hal sebenarnya yang paling menyedihkan
adalah sikap pemerintah yang tidak memiliki perhatian serius dalam pengembangan
produksi nasional . Dalam satu dasawarsa terakhir pemerintah tidak melakukan kebijakan
yang jelas bahkan terkesan acuh tak acuh terhadap kondisi industri da dalam negeri kendati
pada 2002 ,Indonesia telah menandatangani persetujuan kerangka kerja sama ekonomi
menyeluruh antara Asean dan China di Pnomp Penh, Kamboja pada Nopember 2002.
Setelah menandatangani perjanjian itu,pemerintah tidak berupaya memperkuat struktur
industri sperti halnya dilakukan Negara Asean lain terutama Singapura , Malaysia dan
Thailand. Sektor Industri dibiarkan berjalan sendiri tanpa stimulus apapun dan kebijakan
yang diterbitkan pada umumnya bersifat jangka pendek hanya untuk mengatasi persoalan
sesaat. Malahan sebaliknya kinerja industri sering kali diganggu dengan berbagai kebijakan
yang kontra produktif. Contoh mudah adalah di sector otomotif.Ketika pasar otomotif
nasional masih tertatih-tatih mecoba bangkit dari terpaan krisis global ,pemerintah dengan
persetujuan DPR pada 2009 justru mengesahkan Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah(PDRT) yang menetapkan pajak kendaraan bermotor secara progresif.Karena itu
seperti yang dikatakan oleh ketua umum Apindo Sofyan Wanandi berujar “Jangan pernah
bermimpi kita akanmenang melawan China dengan tangan kosong.
II.Permasalahan
1. Bagaimana solusi nya untuk meningkatkan penggunaan produk dalam Negeri.
2. Bagaimana produk dalam negeri dalam mengantisipasi Krisis Ekonomi Global/Pasar Bebas
III.Pembahasan Masalah
3.1 Meningkatkan Penggunaan Produk Dalam Negeri
3.1.1.Optimalisasi Program P3DN Untuk Menumbuhkan Industri Dalam Negeri
Sistim Perdagangan yang semakin terbuka dengan masuknya produk-produk Cina dan Asean
lainnya secara bebas (ACFTA) membuat masing-masing Negara dituntut untuk mengoptimalkan
sumber daya nya dalam menghasilkan produ-produk inovatif dan dapat bersaing di pasar lokal
maupun global.Dengan adanya otonomi Daerah ,daya saing Negara bertumpu pada daya saing
daerah sehingga perlu dikembangkan kompetensi inti daerah , karena kompetensi inti dapat
menjadikan kunci keberhasilan suatu daerah dalam menentukan arah pembangunan sesuai
dengan keunggulan daya saing yang dimiliki serta mencegah penggunaan sumber daya yang
tidak efisien.
Sepuluh butir pengarahan Presiden RI tentang langkah-langkah menghadapi krisis keuangan
dunia salah satunya adalah menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri dalam
rangka meningkatkan pasar domestik dan untuk dimanfaatkan sebesar besarnya oleh produk
buatan Indonesia. Pada masa sulit seperti saat ini ekspor dan konsumsi masyarakat sulit untuk
terus diharapkan menjadi penarik pertumbuhan ekonomi.
Belanja pemerintah yang menyumbangkan sedikitnya 8,4 % terhadap PDB merupakan faktor
penting dalam pertumbuhan ekonomi ,belum didayagunakan maksimal untuk penggunaan
peningkatam produksi dalam negeri .Peningkatan penggunaan produksi dalam negeri dapat
digunakan untuk menumbuhkan industri dan pada gilirannya akan menyerap tenaga kerja yang
pada akhirnya akan mengurangi tingkat pengangguran.
Dalam rangka mengoptimalkan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dikeluarkan
Inpres no 2 tahun 2009tentang penggunaan produk dalam negeri, dimana inpres ini mengacu
pada Kepres no 8 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang
belum dilaksanakan secara maksimal dalam rangka meningkatkan P3DN dilingkungan instansi
pemerintah.Kebijakan umum pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa adalah:
Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri ,rancang bangun dan perekayasaan nasional
yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam
negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada
perdagangan internasional.
Instansi pemerintah wajib memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam
negeri termasuk rancang bangun dan perekayasaan nasional dalam pengadaan barang dan jasa
dan memaksimalkan penggunaan penyedia barang dan jasa nasional.
Dalam dokumen pengadaan diwajibkan memberikan preferensi harga untuk barang produksi
dalam negeri dan penyedia jasa pemborongan nasional.
Dalam InpresNo 2 th 2009 tentang penggunaan produksi dalam negeri diinstruksikan:
Agar memaksimalkan penggunaan barang dan jasa hasil produksi dalam negeri termasuk
rancang bangun dan perekayasaan nasional serta penggunaan penyedia barang/jasa nasional.
Memberikan preferensi harga untuk barang produksi dalam negeri dan penyedia jasa
pemborongan nasional kepada perusahaan penyedia barang/jasa.
Menteri Perdagangan mengkoordinasikan kampanye penggunaan produksi dalam negeri di
lingkungan instansi pemerintah pusat/daerah,BUMN/D.
3.1.2.Potensi Pasar P3DN
Ada beberapa sektor yang berpotensi yang biasa diandalkan dalam peningkatan produk dalam
negeri antara lain,yaitu :
1.Sektor Migas yang meliputi : Kontraktor Kontrak Kerja Sama(K3S).
2.Sektor Energi,yang meliputi: -Pengadaan tabung LPG,Kompor Gas dan perlengkapannya.
- Program Pembangkit Tenaga Listrik.
3.Sektor Telekomunokasi,yang meliputi : - Program Palapa Ring(Jaringan Fiber Optic)
- Program Broadband Wireless Access(BWG)
-Wimax (Koneksi Internet)
4.Sekror Pertahanan,yang meliputi: Pengadaan Alutsista
5. Sektor Kesehatan yang meliputi : Pengadaan alat kesehatan (ALKES)
6.Sektor Transportasi,yang meliputi:Kapal,Kendaraan Bermotor,Psw Terbang,Kereta Api.
7.Sektor Pakaian Dan Kelengkapan Kerja.
Pada saat ini,penggunaan pakaian kerja dan sepatu beserta assesoris lainnya dilingkungan
TNI/PNS dan Guru sudah banyak menggunakan produksi dalam negeri namun masih perlu
didorong untuk dioptimalkan.Sebagai gambaran potensi Industri dalam negeri telah mampu
memproduksi:
1). Pakaian Kerja (Seragam) untuk TNI/POLRI/PNS/GURU,Perbankan, Hotel, Rumah Sakit dan
Sekolah.
Sepatu Kulit Formal /Kasual ,Sepatu Olah Raga, Sepatu Pengaman dan Sepatu TNI/POLRI
beserta assessorisnya.
Batik tulis/Cap.
Penggunaan seragam saat ini sudah semakin berkembang karena penggunaan seragam dapat
mencerminkan identitas lembaga instansi, menjadi alat pemersatu ,sebagai alat kontrol dan
peningkatan disiplin serta melesterikan nilai-nilai budaya .
Bila dilihat dari potensi yang dapat menggunakan seragam antara lain PNS termasuk Guru (4
juta), Anak usia sekolah(64 juta) diasumsikan 50% diantaranya sekolah (32 juta),TNI/POLRI(750
ribu) dan lainnya 3 juta berarti ada 39juta 750 ribu yang berpotensi menggunakan
seragam.Dengan asumsi masing-masing dalam satu tahun setiap orang menggunakan dua stell
pakaian dan dua pasang sepatu maka secara nasional peluang pasar untuk produk
garmen,pakaian jadi dan sepatu sangat besar.Apabila juga diwajibkan memakai kemeja /blous
batik dua kali satu minggu ,maka secara langsung akan menghidupkan industri batik yang
umumnya industri kecil menengah.
Adapun Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri ,adalah:(DEPERIN,2009)
Bahan Penunjang produksi pertanian
12.Peralatan Telekomunikasi
Mesin dan Peralatan Pertanian
13. Alat Transportasi
Mesin peralatan Pertambangan
Mesin peralatan Migas
Alat Berat,Konstruksi& Material Handling
14.Bahan&Peralatan Kesehatan
15.Peralatan Laboratorium
16.Komputer&peralatan Kantor
Mesin dan Peralatan Pabrik
17.Pakaian&Perlengk Kerja.
Bahan bangunan dan Konstruksi
18.Peralat OR & Pendidikan
Logam dan Barang logam
19.Sarana Pertahanan
Bahan dan Barang Kimia
20.Barang Lainnya
Peralatan Elektronika
21.Data Ketehnikan & EPC
Peralatan Kelistrikan
Kelompok Barang dan Jasa tersebut yang perlu kita dukung perkembangannya sehingga
menjadi potensial Produk dalam yang perlu kita kembangkan negeri .
3.1.3Dukungan Dari Lembaga Pemerintah Dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri.
Dalam Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri diperlukan dukungan dari beberapa
pihak baik swasta maupun lembaga Pemerintah baik Pusat maupun Daerah serta
BUMN/BUMD.Tanpa dukungan dari beberapa pihak peningkatan penggunaan produk dalam
negeri tak ada artinya. Diharapkan dukungan dari Pemerintah Pusat antara lain:
Dukungan Departemen Luar Negeri,dengan cara :
Mewajibkan kepada seluruh PNS Pusat dan Perwakilan di luar negeri untuk menggunakan
seragam termasuk alas kaki ,dan peralatan lainnya hasil produksi dalam negeri.
Mengusulkan seragam batik produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu setiap minggu
kepada seluruh PNS di pusat maupun Perwakilan Luar Negeri.
Mengusulkan penggunaan kendaraan produksi dalam negeri bagi kantor-kantor perwakilan di
luar negeri.
Dukungan Departemen Dalam Negeri.
Mewajibkan untuk PNS Pusat untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki dan peralatan
lainnya hasil produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan seragam batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu
setiap minggu pada seluruh PNS.
Membuat surat edaran kepada Gubernur/Bupati dan Walikota yang menegaskan kewajiban
penggunaan seragam kerja hasil produksi dalam negeri bagi PNS termasuk Guru.
Dukungan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan.
Mewajibkan kepada seluruh PNS untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki hasil
produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu setiap
minggu kepada seluruh PNS.
Menghimbau kepada kaum perempuan tentang peningkatan kecintaan kepada hasil produksi
dalam negeri.
Dukungan Kantor Menteri Negara dan UKM.
Mewajibkan kepada seluruh PNS untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki hasil
produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan seragam batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu
setiap minggu kepada seluruh PNS.
Dukungan Tentara Nasional Indonesia.
Mewajibkan kepada seluruh anggota TNI untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki dan
perlengkapan lainnya hasil produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan seragam batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu
setiap minggu pada anggota nya.
Dukungan Departemen Pendidikan Nasional
Mewajibkan kepada seluruh siswa /pelajar untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki
dan perlengkapan lainnya hasil produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan seragam batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu
setiap minggu kepada seluruh siswa/pelajar seluruh Indonesia di dalam negeri dan perwakilan
luar negeri.
Mengusulkan peralatan kebutuhan belajar mengajar produksi dalam negeri bagi sekolahsekolah.
Mengajak Guru-Guru termasuk yang tergabung dalam PGRI untuk menggunakan seragam
termasuk alas kaki dan perlengkapan lainnya hasil produksi dalam negeri.
Dukungan Kementrian Penertiban Aparatur Negara.
Mewajibkan kepada seluruh PNS Pusat dan Daerah untuk menggunakan seragam termasuk alas
kaki dan perlengkapan lainnya hasil produksi dalam negeri yang berasal dari anggaran
APBN/APBD.
Mengusulkan penggunaan seragam batik hasil produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu
setiap minggunya kepada seluruh PNS.
Menginstruksikan kepada PNS mengajak serta masyarakat Indonesia untuk menggunakan hasil
produksi dalam negeri.
Dukungan Polisi Republik Indonesia.
Mewajibkan kepada seluruh PNS/POLRI untuk menggunakan seragam termasuk alas kaki dan
perlengkapan lainnya yang diperlukan sejauh memungkinkannya hasil produksi dalam negeri.
Mengusulkan penggunaan seragam batik produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu setiap
minggunya kepada seluruh PNS-POLRI maupun petugas yang tidak sedang wajib berpakaian
seragam dalam tugas maupun petugas administrasi.
Dukungan Lembaga kebijakan Pemerintah.
Membuat kebijakan
negeri.
pemerintah yang mengoptimalkan penggunaan hasil produksi dalam
9) Dukungan dari Pihak Swasta.(Hotel,Perbankan, Rumah Sakit,Pabrik,dll)
a) Mewajibkan seluruh karyawannya untuk menggunakan seragam hasil produksi dalam
negeri termasuk alas kaki dan perlengkapan lainnya .
b) Mewajibkan kepada seluruh karyawannya untuk menggunakan seragam batik hasil
produksi dalam negeri pada hari-hari tertentu setiap minggu nya
Selain dukungan dari pihak-pihak tersebut diatas diharapkan kepada seluruh
masyarakat Indonesia untuk mendukung hasil produk dalam negeri dan menggunakan hasil
produksi dalam negeri dalam segala hal kebutuhannya, dengan semboyan “ Aku Bangga
Menggunakan Produk Buatan Indonesia”
3.1.4.Langkah-Langkah Pengamanan Produk dalam Negeri
Faktor penyebab melemahnya daya saing industri nasional salah satu nya adalah karena
kemampuan tehnologi manajemen yang masih kurang.Banyak pengusaha berbasis produk
budaya yang mampu berinovasi disisi tehnologi sehingga produknya menarik ,saat bersaing di
pasar produk mereka masih kalah.Mereka belum mampu memenuhi skala ekonomi dan
delivery yang tepat waktu sehingga sering gagal meningkatkan komersialisasi produk nya.
Indonesia harus segera mempertajam orientasi kebijakan pembangunan industri agar lebih
searah dengan tantangan persaingan kedepan. Tanpa daya saing posisi pasar kita yang kini
menduduki peringkat ke 15 dunia hanya akan dinikmati produk asing. Perlu sebuah kebijakan
yang menempatkan produk domestik sebagai basis pengembangan industri lokal.
Di tengah iklim persaingan yang semakin ketat pelaku industri harus memikirkan bagaimana
produknya bisa dibedakan oleh konsumen terhadap barang yang dihasilkan para
pesaing.Perbedaan itu tidak hanya soal harga tetapi juga “Sesuatu” yang bias member nilai
tambah lebih besar kepada konsumen .Pembeli pasti akan bersedia membayar lebih terhadap
sesuatu yang berbeda itu.Jika daya saing hanya disandarkan pada harga,produk akan cepat
tersingkir begitu masuk barang yang lebih murah.
3.2. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Upaya Mengantisipasi Krisis Global/Pasar
Bebas.
Krisis keuangan dunia pada akhirnya akan mempengaruhi sektor industri :
Produk Eksport.
Terjadinya persaingan dalam memperebutkan pasar akibat melemahnya pasar Amerika Serikat,
Uni Eropa dan Jepang.Produk-produk yang akan terkena dampak cukup berarti :Produk
Karet,produk Kayu,serta pulp dan kertas, Minyak sawit,produk-produk logam.
Terganggunya Pasar dalam Negeri.
Akibat melemahnya pasar Amerika Serikat ,Uni Eropa dan Jepang akan terdapat kecenderungan
Negara-negara pengekspor akan mengalihkan pasarnya ke wilayah lain termasuk Indonesia
yang dianggap cukup potensial.Produk yang diperkirakan akan dilempar ke Indonesia adalah
berasal dari RRT dan Negara-negara asia lainnya antara lain: Baja,Elektronik,Keramik,Makanan
dan Minuman,Produk Kayu.
Terganggunya Rencana Perluasan dan Investasi.
Industri –industri yang semula diperkirakan akan ekspansi dikhawatirkan akan menunda
rencana perluasan. Industri – industry yang dimaksud diantaranya yaitu baja,semen,petrokimia
,alas kaki ,otomatif dan komponen serta terganggunya program restrukturisasi TPT.
Dalam rangka menyelamatkan industri yang padat karya dan memiliki kemampuan eksport
tinggi terutama pada pasar-pasar yang melemah perlu melaksanakan langkah-langkah antisipasi
pada cabang-cabang industri.
Langkah-Langkah Pengamanan Sektor Industri:
3.2.1.Penguatan Eksport Produk Industri.
1). Menjaga Daya Saing.
a) Fasilitas Umum: -Peninjauan kembali kenaikan tarif THC
-Mempercepat Pembangunan Jalan dari dank e Pelabuhan
-Mendorong terlaksananya pembangunan Dry Port di kawasan Industri
Jababeka Cikarang Bekasi.
PT
b) Fasilitas Trade Financing.
Garansi Post-Shipment financing,Optimalisasi skema kredit
terbentuknya lembaga pembiayaan eksport,restrukturisasi pinjaman.
Eksport,mempercepat
c) Mengurangi ekonomi Biaya Tinggi.
Percepatan Restitusi PPN dan Bea Masuk ,Penyediaan Pasokan Listrik,Gas dan Batu
Bara (DMO).
3.2.2 Menjaga Akses Pasar.
Promosi yang terarah menggalakkan promosi ke pasar-pasar berpotensi(PEPI)
Emerging Market di Asia(RRT,India,Korea,Taiwan,Asean lainnya)
Timur Tengah,Rusia,Asia Tengah dan Eropa Timur/Tengah
Afrika(Afsel,Nigeria,Mesir,Tunisia)
Amerika Latin(brasil, Argentina),serta
Negara-negara yang sedang melakukan reconstruction:Irak,Afganistan.
3.2.3 Penguatan Distribusi(Pemanfaatan Ritel dan Dagang Internasional)
Memfasilitasi MOU dan IKM dengan ritel global (al, Carrefoure Perancis dan Delhaize
Belgia,Maruzen dan Takasimaya Jepang) untuk pemasaran produk-produk IKM keseluruh
dunia ,keikut sertaan IKM di pameran Internasional.
1) Insentif Fiskal (Untuk Produk-Produk Tertentu):
Penundaan penurunan,peningkatan,harmonisasi tariff bea masuk
Pemberian fasilitas BM-DTP
Pemberian fasilitas PPN-DTP
Pencabutan PPn –BM
2)Kebijakan Non Fiskal:
Menghilangkan penyelundupan
Pengaturan arus barang Import melalui pelabuhan tertentu dan produk tertentu
Pengawasan import barang-barang tertentu.
Penerapan SNI wajib
Pencabutan ijin import barang tertentu
Jaminan ketersediaan bahan baku untuk produk tertentu dan energy
Mengoptimalkan penggunaan produksi dalam negeri
Trade financing dan restrukturisasi pinjaman
Menghilangkan pungutan-pungutan
Melaksanakan negoisasi dan promosi untuk pasar eksport yang baru.
3.2.4.Pengamanan Pasar Dalam Negeri .
1. Pengamanan Pasar Dalam Negeri
a. Peningkatan Pemberantasan Impor illegal
1) Tambahan pelabuhan untuk produk tertentu ,impor melalui IT/IP,penetapan jumlah
Pelabuhan Internasional , dan kewajiban verifikasi impor di Negara asal dan didalam negeri
untuk produk:Kosmetik,Baja, LHE, Handphone, Komponen Otomotif(busi dan filter) dan
Sepeda.
2) Safeguards, Anti Dumping, Anti Subsidi/CVD, Trade Remidy, Optimalisasi penggunaan
instrument pengamanan pasar dalam negeri untuk produk: Baja (HRC, CRC, HRP, Paku).
3) Harmonisasi Tarif Bea Masuk.
a) Penundaan proses penurunan Tarif Bea Masuk.
b) Meningkatkan tariff bea masuk : produk-produk baja hilir (kawat dan Paku),Petro
Kimia (Poli Ethylen,Rubber Roll.
b. Upaya P3DN dalam Upaya Mengatasi Krisis Keuangan Global/Pasar Bebas.
1). Dalam upaya mengatasi dampak krisis keuangan dan pasar bebas salah satu langkah
yang akan diambil adalah Mengoptimalkan Belanja Pemerintah /BUMN/KKS (Kantor Kontrak
Kerjasama) dalam bentuk penggunaan produksi dalam bentuk Penggunaan Produksi Dalam
Negeri (P3DN).
2). Telah dan akan ditebitkan dua pengaturan berupa:1) Instruksi Presiden,dan 2) Peraturan
Menteri Perindustrian
3). Dalam Instruksi Presiden No 2 tahun 2009 mengamanatkan bahwa dalam Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah, Instansi di lingkungan Pemerintah diinstruksikan:
a) Melakukan langkah-langkah sesuai kewenangan masing-masing guna memaksimalkan
penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional, serta penggunaan penyedia barang/jasa nasional.
b) Memberikan preferensi harga untuk produksi barang dalam negeri dan penyedia jasa
pemborongan nasional kepada perusahaan penyedia barang/jasa.
Dengan berhasilnya Peningkatan Penggunaan produksi dalam Negeri selain untuk
menghadapi Krisis ekonomi global dan pasar bebas diharapkandapat mencapai target
Pemulihan Ekonomi 2010,yang meliputi:(dalam Nota Keuangan dan RAPBN,2010)
1.Pertumbuhan ekonomi 5 %
2. Mningkatkan investasi dalam bentuk pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 7,1
%
3.Meningkatkan ekspor barang dan jasa sebesar 5 %.
4.Meningkatkan jumlah perolehan devisa dari sektor Pariwisata menjadi sekitar 7,8 M dollar
AS dan meningkatkan wisatawan Nusantara menjadi sekitar 228 juta perjalanan.
5. Tumbuhnya Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebesar 3,6 %
6. Tumbuhnya Industri Pengolahan sebesar 3,4 %
7. Tumbuhnya Industri Pengolahan Non Migas sebesar 3,9 %
8. Menurunnya tingkat Pengangguran Terbuka menjadi 7,5 – 8 % dari angkatan kerja.
9. Meningkatnya Produktifitas dan akses UKM kepada sumber daya produktif.
Berdasarkan data Departemen Perdagangan setahun setelah Pemerintah Indonesia
meratifikasi kerangka kerja sama ekonomi secara menyeluruh antara Asean dan China
(dengan menerbitkan PP No 48/2004) yang ditandai dengan penurunnya bertahap tarif Bm
sejumlah pos tarif, surplus perdagangan Indonesia – China terus merosot hingga terjadi
defisit pada tahun 2008. Perdagangan di sektor non Migas mengalami defisit cukup besar
akibat lonjakan impor barang China ,dari surplus US $ 7,16 miliar pada tahun2008.
Defisit perdagangan yang besar ini dipicu oleh langkah penurunan BM sesuai skema Early
harvest program(EHP) pada 2004 dimana produk pertanian China mulai menikmati fasilitas
tariff 0 %. Untuk produk-produk manufaktur ,penurunan tariff mulai dilakukan hingga
maksimal 5 % pada akhir 2009. Mulai 1 Januari 2010 sebagian tariff produk manufaktur akan
menjadi 0 % kecuali untuk katagori produk sensitive.
Bagi Pengusaha ,FTA Asean- China sama maknanya dengan melegetiminasi barang impor
srlundupan dari China yang selama ini terus membanjir pasar dengan berbagai cara illegal
seperti transshipment ,underinvoice,penyelundupan dan pelarian nomor pos tarif.
IV. PENUTUP
Untuk mengatasi krisis ekonomi global maupun dibukanya pasar bebas terutama poros
produk-produk Asia maupun china (ACFTA) yang berdampak pada ekspor produk kita
,Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakam salah satu solusi untuk
menggairahkan produk domestik yang akan memecahkan pengangguran di Indonesia juga
akan menaikkan PDB Negara kita
Daftar Pustaka.
Departemen Perindustrian,Kondisi Saat ini dan Langkah-Langkah Antisipasi Sektor Industri
Menghadapi Krisis Global,April 2009.
Bisnis Indonesia,Industri Nasional perlu Adopsi KonsepTechnovation,20 April 2009
Bisnis Indonesia, Reindustrialisasi, 11 Januari 2010
Departemen Perindustrian, Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, April 2009.
KEPRES,No 80 Th 2003, Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
INPRES, No 2 Th 2009, tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang
/Jasa Pemerintah.
Nota Keuangan dan APBN , 2010
Download