UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI EFEK

advertisement
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK
ETANOL 70% BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa
Blume) TERHADAP JARINGAN HATI TIKUS PUTIH
JANTAN
SKRIPSI
ELSA ELFRIDA
NIM: 1111102000032
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JULI 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA EKSTRAK
ETANOL 70% BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa
Blume) TERHADAP JARINGAN HATI TIKUS PUTIH
JANTAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi
ELSA ELFRIDA
NIM: 1111102000032
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JULI 2015
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Elsa Elfrida
: Farmasi
: UjiEfek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto
(Medinilla Speciosa Blume)Terhadap Jaringan Hati Tikus Putih
Jantan
Buah Parijoto memiliki senyawa flavonoid, tanin, dan saponin yang telah
diketehui pada penelitian sebelumnya memiliki efek antihiperlipidemia. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol 70% buah parijoto
sebagai antihiperlipidemia dengan melihat jaringan hati tikus jantan. Parameter
yang dilihat adalah perlemakan sel hati di sekitar vena sentral. Tikus diberi
induksi kolesterol dan lemak dengan komposisi kuning telur 80%, larutan sukrosa
65% sebesar 15%, dan lemak hewan 5%. Sebanyak 30 ekor tikus galur Sprague
Dawley berusia 2 bulan dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol
normal (Na CMC 0,5%), kontrol induksi kolesterol dan lemak, kontrol
pembanding (Simvastatin), kelompok Dosis I (0,9 mg/kgbb), Dosis II (9
mg/kgbb), dan Dosis III (90 mg/kgbb). Setelah 42 hari, dilakukan terminasi dan
diambil organ hati lalu dibuat preparat histologi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketiga dosis dapat mengurangi perlemakan hati tetapi efek yang paling
banyak mengurangi perlemakan hati terdapat pada dosis III (90 mg/KgBB) karena
sel normal dan sel steatosis berbeda secara signifikan (p<0,05) dengan kelompok
hiperlipid.
Kata Kunci : Medinilla speciosa Blume, efek antihiperlipidemia, histologi hati,
perlemakan hati
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Elsa Elfrida
: Farmasi
: Test of Antihiperlipidemia Effect 70% Ethanol Extract of
Parijoto Fruit (Medinilla Speciosa Blume) Judging from Liver
Tissue of White Male Rats
Parijoto fruit has been known from the previous research contain flavonoid, tanin
and saponin compound which has Antihyperlipidemic effect. The purpose of this
research is to know the activity of 70% ethanol extract of Parijoto fruit as
Antihyperlipidemic by observing the liver tissue of male rats. The parameter
which observed is the fatty of liver cell around central vena. The rats were given
induction cholesterol and fat with the composition 80% of yolk egg,15% of 65%
sucrose solution, and 5% of animal fat . There were 30 Sprague dawley groove
rats 2 months old were divided into six groups, they were the normal control (Na
CMC 0.5%), the control with cholesterol and fat induction, the comparator control
(Simvastatin), the Dose I control (0.9 mg/kgbb), the Dose II control (9 mg/kgbb)
and the Dose III control (90 mg/kgbb). After 42 days, termination were perfomed
to all groups of animal experiments and the liver were taken and were made into
preparations histology. The results showed that all three doses can reduce fatty
liver. The best effects of fatty liver reduce was at the third dose (90 mg / kgbb)
because the normal cells and steatosis cells was significantly different (p <0.05)
with the hyperlipid group.
Keywords: Medinilla Speciosa Blume, Antihiperlipidemia Effect, Liver
Histological, Fatty Liver
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan
jalan dan bantuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan
skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi tidak dipungkiri ada banyak hambatan
yang terkadang membuat saya berada titik terlemah, adanya dukungan, doa, dan
restu dari orang tua membuat penulis tetap semangat dalam melanjutkan penulisan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada mereka, Bapak Iskandar dan Ibu Alhusna. Selanjutnya dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Yardi Ph.D., Apt selaku pembimbing I dan sekaligus selaku ketua
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas
ilmu, arahan, bimbingan dan kesabaran dalam meluangkan waktu, pikiran,
dan tenaga untuk membimbing penulis selama ini.
2.
Ibu Puteri Amelia, M.Farm., Apt selaku pembimbing II sekaligus dosen
pembimbing akademik, terimakasih telah banyak memberikan ilmu,
pengarahan, bimbingan, dukungan serta perhatian yang begitu besar
kepada penulis.
3.
Ibu dr. Dyah Ayu Woro Setyaningrum, M.Biomed dan Ibu Rr. Ayu Fitri
Hapsari, M.Biomed, terimakasih telah bersedia memberikan ilmu serta
waktu kepada penulis selama penelitian berlangsung.
4.
Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
6.
Seluruh kakak laboran (kak eris, kak lisna, mbak rani, dll) yang sangat
membantu penulis selama penelitian di kampus.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7.
Adik tercinta, Febriyanti Elfrida, yang senantiasa memberikan pengertian,
dorongan, semangat, dukungan dan perhatian terbesar bagi penulis.
8.
Bapak Herry dan keluarga yang telah membantu mengumpulkan sampel
buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) dari Gunung Muria Kudus.
9.
Sahabat seperjuangan sepenelitian Ani Kurniawati dan Askandari yang
selalu mendampingi, terimakasih atas bantuan, kesabaran, motivasi dan
kebersamaannya selama penelitian.
10. Sahabat-sahabat tersayang yang selalu ada Rahmi, Dijah, Asrul, Tiara,
Atiyah, Pipit, Indah, Aci, Galih, Fattah dan Mozer, yang tak henti
memberikan doa, semangat, dan masukan untuk kelancaran penyusunan
skripsi.
11. Laurensius Agus Triantoro, yang telah menjadi rekan, sahabat, sekaligus
keluarga dan moodbooster terbaik bagi penulis.
12. Sahabat Serabi (Bunda, Anti, Abang Nissa, Nci, Njes, Itun, dan Upay) atas
setiap dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi.
13. Keluarga besar Beng-Beng, terimakasih atas segala dukungan, doa, dan
kenangan terindah yang diberikan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
14. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis, yang telah
membantu penyelesaian skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun sangat
saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan
memberikan pengetahuan yang lebih luas khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
Jakarta, Juli 2015
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ..............................................................................................................v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEl ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
2.1. Medinilla speciosa Blume ..................................................................... 4
2.1.1 Taksonomi ................................................................................... 4
2.1.2Pertelaan ....................................................................................... 4
2.1.3Tempat Tumbuh ........................................................................... 5
2.1.4Kandungan Kimia ........................................................................ 5
2.1.5Khasiat .......................................................................................... 5
2.2. Ekstraksi ................................................................................................ 5
2.3. Penapisan Fitokimia .............................................................................. 7
2.3. Lipid....................................................................................................... 8
2.4.1 Lipoprotein .................................................................................. 8
2.4.2 Kolesterol .................................................................................. 11
2.4.3 Trigliserida ................................................................................ 12
2.6. Hati ...................................................................................................... 12
2.6. Hiperlipidemia ..................................................................................... 16
2.6.1 Definisi ......................................................................................16
2.6.2 Obat-obat yang digunakan dalam hiperlpidemia ...................... 17
2.6.3 Induksi Hiperlipidemia .............................................................. 19
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................20
3.1. Jenis Penelitian dan Metode ............................................................... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 20
3.2.Alat...................... ................................................................................. 20
3.3. Bahan ................................................................................................... 20
3.3.1. Bahan Uji.................................................................................. 20
3.3.2. Hewan Uji ................................................................................ 20
3.3.3. Bahan Kimia ............................................................................. 20
3.4. Cara Kerja ............................................................................................ 21
3.4.1. Persiapan Hewan Uji ................................................................ 21
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.2. Penentuan Dosis Bahan Uji ...................................................... 21
3.4.3. Penentuan Dosis Simvastatin ................................................... 21
3.4.4. Penyiapan Bahan Uji ................................................................ 21
7.4.7. Pelaksanaan Percobaan ............................................................ 25
3.4.8. Pengamatan Histologi .............................................................. 27
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................28
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian ......................................................... 28
4.1.1 Ekstraksi Buah Parijoto ............................................................. 28
4.1.2 Uji Penapisan Fitokimia ............................................................ 29
4.1.3 Uji Kadar Air ............................................................................. 30
4.1.4 Uji Antioksidan Kualitatif ......................................................... 30
4.1.6 Pengamatan Berat Badan Hewan Uji ........................................ 31
4.1.7 Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak .................................. 32
4.2.3 Pelaksanaan percobaan Antihiperlipidemia .............................. 32
4.2.4 Pengamatan Histologi Hati....................................................... 33
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................46
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 46
5.2 Saran ........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi kadar lipid dalam plasma ................................................... 17
Tabel 3.2 Kelompok perlakuan. .............................................................................26
Tabel 4.3 Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak .....................................................28
Tabel 4.4 Hasil uji kadar air ekstrak.......................................................................30
Tabel 4.5 Penilaian Degenarasi Lemak Sel Hati Hewan Percobaan......................34
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Parijoto (Medinilla speciosa Blume)...................................................4
Hasil Uji Antioksidan Kualitatif ........................................................ 9
Grafik peningkatan berat badan hewan .............................................32
Pengamatan Mikroskopi Histologi Hati Hewan Percobaan ..............36
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kerangka Penelitian .........................................................................48
Lampiran 2. Pembuatan larutan uji ......................................................................49
Lampiran 3. Perhitungan dosis dan pembuatan suspensi simvastatin..................50
Lampiran 4. Pembuatan diit tinggi kolesterol dan lemak ....................................51
Lampiran 5. Jumlah sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis ...........................52
Lampiran 6. Persentase sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis ......................57
Lampiran 7. Uji statistik sel normal hewan uji (SPSS 16.0) ................................60
Lampiran 8. Uji statistik sel steatosi hewan uji (SPSS 16.0) ...............................64
Lampiran 9. Uji statistik sel nekrosis hewan uji (SPSS 16.0) ..............................68
Lampiran 10. Skrinning Fitokimia .........................................................................70
Lampiran 11. Hasil determinasi buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) .........72
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan pada
masyarakat. Perubahan pola makan ini menyebabkan masyarakat banyak
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi sehingga dapat mengganggu
kesehatan dan menyebabkan hiperlipidemia (Dinayanti, Tezza., DK, Kusmiyati.
2010).
Hiperlipidemia akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit
yang salah satunya adalah jantung koroner. Penyakit jantung koroner yang
merupakan salah satu bagian dari penyakit kardiovaskuler ditimbulkan karena
kebutuhan sel-sel serabut otot jantung akan zat makanan maupun oksigen yang
biasanya dialirkan melalui pembuluh nadi koroner kurang atau tidak terpenuhi.
Hal ini disebabkan karena penyempitan dan penyumbatan dinding arteri oleh
kolesterol dan trigliserida sehingga terjadi arteriosklerosis (Dyatmiko, 2004) .
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dengan angka kematian yang cukup
tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa
penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian yang cukup besar di
Indonesia, yaitu 5,1% dari seluruh kematian pada semua golongan usia.
Presentase tersebut meningkat menjadi 8,7% pada rentang usia 45-54 tahun.
(Karina, 2011).
Faktor-faktor yang menyebabkan jantung koroner antara lain, konsumsi
makanan tinggi kalori, kurang aktivitas fisik, merokok, usia, konsumsi alkohol
dan disposisi genetik. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan kelainan pada
metabolisme lipid dan lipoprotein termasuk produksi berlebihan dan defisiensi
lipoprotein. (Kolawole, Kolawole, Ayankunle dan Olaniran, 2012).
Obat-obat penurun kadar kolesterol seperti golongan statin, telah terbukti
efektif menurunkan kadar kolesterol. Akan tetapi obat-obat tersebut memiliki efek
samping seperti miopati, kemerahan, dan gatal-gatal pada wajah (Brunton., et al ,
2008 dalam Purwanti, 2012). Sehingga banyak dilakukan penelitian tanaman yang
memiliki efek yang sama dengan obat sintetik namun memiliki efek samping yang
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
lebih ringan (Mun’im, 2011 dalam Purwanti 2012). Parijoto (Medinilla speciosa
Blume)
pengunaannya
dalam
masyarakat
mempunyai
khasiat
untuk
menyembuhkan sariawan, diare, serta obat bagi penyakit kolesterol (Anonim,
2014). Pada tanaman Melastoma malabathricum yang memiliki famili yang sama
dengan buah parijoto juga mengandung senyawa tannin, saponin dan flavonoid,
dan terbukti memiliki efek antihiperlipidemia dan antidiabetes (Balamurugan,
2013).
Pada penelitian sebelumnya dinyatakan bahwa parijoto (Medinilla
speciosa Blume) mengandung tanin, flavonoid, dan saponin (Wachidah, 2013).
Kandungan tersebut telah terbukti memiliki efek antihiperlipidemia seperti pada
tanaman buah oyong, buah kenaf, dan bunga rosella (Purwanti, 2012; Shivali et
al., 2010; dan Dinayanti, 2010).
Hiperlipidemia berkaitan dengan metabolisme lipid. Metabolisme lipid itu
sendiri banyak dilakukan di hati. Hiperlipidemia mengindikasikan adanya
akumulasi radikal bebas dalam tubuh. Peningkatan radikal bebas dapat
menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase yang menyebabkan terjadinya
akumulasi trigliserida dalam sel hati dan terjadi degenerasi lemak sel hati
(Goldberg, 2001).
Pengamatan degenerasi lemak secara histologi menunjukkan hepatosit
yang mengandung banyak lemak, terlihat sebagai vesikel kosong yang berbentuk
bulat (Klaassen & Watkins III, 1999 dalam Kaniati, 2012). Pada penelitian
Kaniati (2012), pengamatan histologi kelompok yang mengalami hiperlipidemia
didapati sel yang mengalami perlemakan (sel steatosis) dan sel nekrosis. Pada
penelitian Wulandari (2012), kelompok kontrol hiperlipidemia mengalami
perlemakan dengan ditandai sinusoid yang tampak melebar, degenerasi lemak
pada sel yang dilihat dari inti sel yang terdorong ke pinggir, dan sel yang
mengalami nekrosis.
Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas dari ekstrak parijoto
(Medinilla speciosa Blume) sebagai terapi antihiperlipidemia dilihat dari jaringan
hati pada tikus dengan variasi dosis selama 42 hari. Parameter yang diamati
adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena sentral dan sinusoid.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan terdapat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) mempunyai efek
antihiperlipidemia terhadap degenarasi lemak sel hati pada hewan uji?
2. Bagaimanakah pengaruh variasi dosis pemberian ekstrak buah parijoto
(Medinilla speciosa Blume) terhadap efek antihiperlipidemia apabila
dibandingkan dengan pemberian simvastatin sebagai kontrol positif terhadap
degenarasi lemak sel hati hewan uji?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek
antihiperlipidemia pada ekstrak parijoto (Medinilla speciosa Blume) dan
menganalisa pengaruh dosis pemberian ekstrak tersebut terhadap degenarasi
lemak sel hati pada hewan uji.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Diharapkan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan baru terhadap dunia
kesehatan bahwa terdapat efek antihiperlipidemia di dalam ekstrak buah
parijoto.
2. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dan
dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai efek
antihiperlipidemia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Medinilla speciosa Blume
2.1.1 Taksonomi
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spertaphyta (menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Melastomaceae
Genus
: Medinilla
Species
: Medinilla speciosa Blume
(www.plantamor.com)
(Gambar 2.1)
[Sumber: Niswah, 2014]
2.1.2 Pertelaan
Parijoto merupakan tanaman obat dengan bentuk perdu, tegak dengan
tinggi 1-2 m. memiliki batang bulat, jika tua kulit batangnya berlapis gabus,
bergerigi, kasar, dan berwarna putih kecoklatan. Morfologi daun tunggal,
bersilang berhadapan, memiliki tangkai pendek, bulat, lunak, berwarna ungu
kemerahan, helaian daun berbentuk lonjong sedangkan pangkal dan ujung daun
runcing, bertepi rata, panjang 10-20 cm, lebar 5-15 cm, pertulangan melengkung,
permukaan alas licin, berwarna hijau, permukaan bawah kasar dan berwarna hijau
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
kelabu. Bunga majemuk, di ketiak daun, sempurna, berkelamin ganda, kelopak 5
helai, ujung runcing, pangkal berlekatan, panjang 3-8 mm, warna ungu tua,
benang sari 2 kali lipat jumlah mahkota, kepala sari berupa kuncup membengkok,
warna merah keunguan, kepala putik duduk di atas bakal buah, kepala putik bulat,
ungu, mahkota lepas, 5 helai, bentuk kuku, panjang 5-8 mm, warna merah muda.
Buah buni, bulat, bagian ujung berbenjol bekas pelekatan kelopak, diameter 5-8
mm, warna merah keunguan. Biji bulat, berjumlah banyak, kecil, putih. Akar
serabut, putih kotor (Anonim, 2014 dalam Niswah, 2014).
2.1.3 Tempat Tumbuh
Parijoto merupakan tumbuhan liar yang tumbuh di lereng –lereng gunung
atau di hutan-hutan dan terkadang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Tumbuh
baik pada tanah yang berhumus tinggi dan lembab, pada ketinggian 800 m sampai
2.300 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga pada bulan NovemberJanuari dan waktu panen yang tepat bulan Maret-Mei (Anonim, 2014 dalam
Niswah, 2014).
2.1.4 Kandungan Kimia
Hasil
penelitian
Wachidah
(2013)
menunjukkan
buah
parijoto
mengandung tannin, saponin, flavonoid dan glikosida. Pada tanaman Melastoma
malabathricum yang memiliki famili yang sama dengan buah parijoto juga
mengandung senyawa tanin, saponin dan flavonoid, dan terbukti memiliki efek
antihiperlipidemia dan antidiabetes (Balamurugan, 2013).
2.1.5 Khasiat
Buah parijoto (Medinilla speciosa Blume) digunakan secara empiris untuk
menyembuhkan
sariawan,
diare,
serta
obat
untuk
penyakit
kolesterol
(Anonim,2014). Buah parijoto ini telah diuji memiliki aktivitas sebagai
antioksidan dan antibakteri pada penelitian Wachidah (2013) dan Niswah (2014).
2.2 Ekstraksi
2.2.1
Definisi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengesktraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 2000). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mutu
ekstrak meliputi:
a.
Faktor biologi
Faktor-faktor biologi yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah identitas jenis
(spesies), lokasi tumbuhan asal, periode pemanenan hasil tumbuhan, penyimpanan
bahan tumbuhan, umur tumbuhan dan bagian yang digunakan.
b.
Faktor kimia
Faktor-faktor kimia yang mempengaruhi mutu ekstrak adalah:
1) Faktor internal : jenis senyawa aktif dalam bahan, komposisi kualitatifkuantitatif seyawa aktif, dan kadar total rata-rata senyawa aktif.
2) Metode eksternal: metode ekstraksi, perbandingan ukuran alat ekstraksi
(diameter dan tinggi alat) ukuran, kekerasan dan kekeringan bahan,pelarut
yang digunakan, kandungan logam berat, dan kandungan pestisida.
2.2.2
Metode Ekstraksi menggunakan pelarut
Ekstraksi menggunakan pelarut dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi dengan
cara dingin dan cara panas. Menurut Departemen Kesehatan (2000) ekstraksi cara
dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a.
Maserasi
Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan
beberapa pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
teperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip
metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengadukan yang kontinu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya.
b.
Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
(penetesan/penampungan esktrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Menurut Depkes RI (2000), ekstraksi dengan cara panas dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu :
a.
Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendinginan balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraski sempurna.
b.
Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraski menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c.
Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar) 40-50oC.
d.
Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus terceluo dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e.
Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air.
2.3
Penapisan Fitokimia
Tujuan utama dari penapisan fitokimia adalah mengetahui informasi awal
golongan senyawa sehingga memudahkan proses pengisolasiannya. Selain itu
juga bertujuan untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan tersebut potensial
untuk dimanfaatkan. Pendekatan ini meliputi analisa kualitatif kandungan dalam
tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, dan biji) terutama
kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin,
antrakuinon, dan glikosida (Harborne, 1987).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Kandungan kimia ekstrak buah parijoto menurut Niswah (2014) dan
Wachidah (2013) mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid dan glikosida.
2.4
Lipid
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen yang terdiri dari lemak,
minyak, steroid, malam (wax), dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena
sifat fisiknya dari pada sifat kimianya. Lipid secara relatif tidak larut dalam air
dan dapat larut dalam pelarut nonpolar (eter dan kloroform). Lipid dibagi menjadi
lipid sederhana (lemak dan wax), lipid kompleks (fosfolipid, glikolipid, dan lipid
kompleks lain), dan prekusor serta turunan lipid (asam lemak, gliserol, steroid,
alkohol lain, aldehida, lemak, badan keton, hidrokarbon, vitamin larut lemak, dan
hormon (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis di hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Karena lipid tidak larut dalam air, maka untuk
mengangkut lipid dalam plasma darah diperlukan penggabungan lipid nonpolar
(trigliserida dan ester kolesterol) dengan lipid amfipatik (fosfolipid dan kolesterol)
serta protein untuk menghasilkan lipoprotein yang dapat bercampur dengan air
(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Lipid diangkut di dalam plasma sebagai
lipoprotein. Lipid plasma terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%),
kolesterol (14%), dan ester kolesterol (36%), serta sedikit asam lemak rantai
panjang tak terseterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (4%) merupakan lemak
plasma yang paling aktif secara metabolik (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.1
Lipoprotein
Lipoprotein merupakan kompleks antara lipid dengan protein. Lipoprotein
mengangkut lipid dari usus sebagai kilomikron dan dari hati sebagai lipoprotein
berdensitas sangat rendah atau VLDL (Very Low Density Lipoprotein) ke
sebagian jaringan untuk dioksidasi dan ke jaringan adiposa untuk disimpan.
Kelainan metabolisme lipoprotein dapat menyebabkan hipo/hiperlipoproteinemia.
Lipoprotein terdiri dari inti nonpolar (trigliserida dan ester kolesterol) serta
dikelilingi oleh satu lapisan permukaan molekul kolesterol dan fosfolipid
amfipatik.
Terdapat empat kelompok utama lipoprotein plasma yang telah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
diketahui dan penting secara fisiologis dan penting dalam diagnosa klinis,
meliputi: kilomikron, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low Density
Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein) (Murray, Granner, dan
Rodwell, 2009).
2.4.1.1 Kilomikron
Kilomikron ditemukan dalam kilus yang hanya dibentuk oleh sistem limfe
yang mengaliri usus. Kilomikron bertanggung jawab mengangkut semua lipid dari
makanan ke dalam sirkulasi. Pembersihan kilomikron dari darah berlangsung
cepat, dengan waktu paruh kurang dari satu jam pada manusia. Asam-asam lemak
dari triasilgliserol, kilomikron terutama disalurkan 80% ke jaringan adiposa,
jantung, dan otot dan 20% ke hati. (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009). Pada
individu normal, kilomikron terdapat di dalam plasma setelah 3-6 jam
mengkonsumsi daging berlemak, namun setelah 10-12 jam kilomikron
tidakterdapat lagi di dalam plasma (Gilman, 2012).
2.4.1.2 VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) atau pra-β-lipoprotein berasal dari
hati untuk ekspor trigliserida ke jaringan ekstrahepatik. Reseptor VLDL berperan
penting dalam penyaluran asam lemak dari trigliserida VLDL ke adiposit dengan
mengikat VLDL dan membawanya berkontak dengan lipoprotein lipase (Murray,
Granner, dan Rodwell, 2009).
VLDL memiliki diameter 400-1000 A dan cukup besar untuk
menimbulkan kekeruhan plasma, tetapi tidak seperti kilomikron, partikel VLDL
tidak mengapung spontan ke permukaan tubular plasma yang didiamkan tanpa
diganggu selama 12 jam (Gilman, 2012). Kilomikron dan VLDL dimetabolisme
melalui hidrolisis triasilgliserolnya, dan sisa lipoprotein tetap berada di dalam
sirkulasi. Sisa lipoprotein ini diserap oleh hati, tetapi sebagian sisa (IDL) yang
berasal dari VLDL membentuk LDL yang diserap oleh hati jaringan lain melalui
reseptor LDL (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Faktor-faktor yang meningkatkan sintesis trigliserida dan VLDL oleh hati
meliputi; keadaan kenyang, mengkonsumsi diit tinggi karbohidrat terutama
sukrosa dan fruktosa yang meningkatkan lipogenesis dan esterifikasi asam lemak,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah, konsumsi etanol, dan adanya
insulin yang tinggi dan kadar glukagon yang rendah sehingga meningkatkan
sintesis dan esterifikasi asam lemak serta manghambat oksidasinya (Murray,
Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.1.3 LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL atau β-lipoprotein merupakan lipoprotein berdensitas rendah yang
menggambarkan suatu tahap akhir metabolisme VLDL. LDL bertugas
menyalurkan kolesterol ke jaringan. Setelah dimetabolisme menjadi IDL, VLDL
kemudian dapat diserap oleh hati secara langsung melalui reseptor LDL (apo B100 E) atau dapat diubah menjadi LDL. Hanya terdapat satu molekul apo B-100
di masing-masing partikel lipoprotein dan dipertahankan selama transformasi
sehingga setiap partikel LDL berasal dari satu partikel VLDL prekusor. Pada
manusia, cukup banyak IDL membentuk LDL dan merupakan penyebab
meningkatnya kadar LDL pada manusia dibanding hewan mamalia (Murray,
Granner, dan Rodwell, 2009).
Hati dan banyak jaringan ekstrahepatik mengeskpresikan reseptor LDL
(apo B-100, E). Pada hiperkolestrolemia familial, reseptor ini terganggu sekitar
30% di jaringan ekstrahepatik dan 70 % di hati (Murray, Granner, dan Rodwell,
2009).
LDL memiliki waktu paruh 1,5-2 hari, hal ini menyebabkan konsentrasi
LDL dalam plasma lebih tinggi dibanding VLDL dan IDL. Penanganan
hiperkolesterolemia yang paling efektif melalui diit dan farmakologi bekerja
dengan meningkatkan ekspresi reseptor LDL di hati (Gilman, 2012).
2.4.1.4 HDL
HDL (High density Lipoprotein) atau α-lipoprotein disintesis di hati dan
diekskresikan ke dalam usus. HDL berperan dalam transpor kolesterol bebas
keluar jaringan yang dikenal sebagi transport kolesterol balik (reverse cholesterol
transport) dan pada metabolisme VLDL dan kilomikron. HDL yang disintesis
miskin akan kolesterol dan mengandung Apo A, C, dan E, disebut HDL nascent
yang menerima kolesterol bebas. Fungsi utama HDL adalah bertindak sebagai
tempat penyimpanan untuk apo C dan E yang dibutuhkan dalam metabolisme
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
kilomikron dan VLDL. Lipoprotein ini disintesis dalam hati dan usus, namun
sintesis di usus terjadi lewat rute tak langsung. Kadar HDL bervariasi secara
timbal balik dengan kadar trigliserida plasma dan secara langsung dengan
aktivitas lipoprotein lipase yang mungkin disebabkan oleh konstituen permukaan
surplus, misanya fosfolipid dan apo A-1 yang dibebaskan sewaktu hidrolisis
kilomikron dan VLDL serta ikut membentuk pra β-HDL dan HDL diskoid
(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.2
Kolesterol
Kolesterol terdapat di jaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau
dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai panjang
sebagai ester kolesterol. Kolesterol meruapakan lipid amfipatik dan merupakan
komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma.
Senyawa ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-koA dan sebagai prekusor
semua steroid di dalam tubuh. Sebagai produk tipikal metabolisme hewan,
kolesterol terdapat dalam makanan hewani seperti kuning telur, daging, hati dan
otak. Kolesterol adalah unsur pokok batu empedu dan sebagai faktor utama
pembentukan aterosklerosis arteri-arteri vital, yang menimbulkan penyakit
pembuluh darah perifer, koroner, dan serebrovaskuler. Peningkatan kadar
kolesterol yang terdapat di VLDL dan IDL, atau LDL menyebabkan
aterosklerosis, sedangkan HDL dalam kadar tinggi memberikan efek protektif.
(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap :
1. Mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil
KoA.
2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.
3. Enam unit isoprenoit mengadakan kondensasi untuk membentuk
intermediat, skualen.
4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,
yaitu lanosterol.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap lanjut,
termasuk menghilangnya tiga gugus metil. Sintesis kolesterol dikendalikan
oleh regulasi HMG KoA reduktase (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
Setiap hari, sekitar 1 gram kolesterol di keluarkan dari tubuh, separuhnya
di dalam tinja setelah mengalami konversi menjadi asam empedu. Sisanya
diekskresikan sebagai kolesterol. Koprostanol adalah sterol utama dalam tinja,
senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh bakteri di usus di bagian bawah
(Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.4.3
Trigriserida
Trigliserida (triasilgliserol) merupakan ester trihidrat alkohol gliserol
dengan asam lemak dan merupakan bentuk simpanan utama asam lemak. Monodan diasilgliserol, tempat satu atau dua asam lemak teresteriifikasi dengan
gliserol, juga ditemukan di jaringan. Simpanan trigliseridadi jaringan adiposa
terus menerus mengalami lipolisis (hidrolisi) dan re-esterifikasi. Sintesis
trigliserida terjadi di hati dan sejumlah kecil di jaringan adiposa. Tahap biosintesis
trigliserida berawal dari molekul asil-KoA yang dibentuk dari pengaktifan asam
lemak oleh asil-KoA sintase, berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk
fosfatidat
(1,2-diasilgliserol
fosfat),
yaitu,
prekusor
dalam
biosintesis
triasilgliserol. Fosfatidat ini akan diubah oleh fosfatidat fosfohidrolase dan
diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan kemudian
menjadi triasilgliserol (Murray, Granner, dan Rodwell, 2009).
2.5 Hati
2.5.1 Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hati
2.5.1.1 Anatomi
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di bagian
teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati secara
luas dilindungi iga-iga (Pearce, 2009).
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas
berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma; permukaan bawah tidak rata
dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus. Permukaannya dilintasi oleh
berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati. Fisura longitudinal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkan ligamen
falsiformis melakukan hal yang sama di permukaan atas hati. Selanjutnya hati
dibagi lagi dalam empat belahan (kanan, kiri, kaudata dan kwadrata). Dan setiap
belahan atau lobus terdiri atas sel hati berbentuk kubus, dan cabang-cabang
pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati. Hati mempunyai dua jenis
persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatika dan yang melalui vena
porta (Pearce, 2009).
Menurut Pearce (2009), hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :
a. Arteri hepatika yang keluat dari aorta dan memberikan seperlima darahnya
kepada hati.
b. Vena porta yang terbentuk dari vena lienalis dan vena mesenterika
superior, mengantarkan empat perlima darahnya ke hati. Darah vena porta
ini membawa kepada hati zat makanan yang telah diabsorpsi oleh mukosa
usus halus.
c. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Di
dalam vena hepatika tidak terdapat katup.
d. Saluran empedu terbentuk dari penyatuan kapiler-kapiler empedu yang
mengumpulkan empedu dari sel hati.
2.5.1.2 Fisiologi
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell. (2009), fungsi utama hati
dalam metabolisme lipid adalah:
a. Mempermudah pencernaan dan penyerapan lipid dengan menghasilkan
empedu yang mengandung kolestrol dan garam empedu di hati atau dari
penterapan kolestrol lipoprotein.
b. Secara aktif membentuk dan mengoksidasi asam lemak dan juga
membentuk triasilgliserol dan fosfolipid.
c. Hati mengubah asam lemak menjadi badan keton (ketogenesis)
d. Hati merupakan bagian integral dari sintesis dan metabolisme lipoprotein
plasma.
2.5.1.3 Histologi Hati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
Secara histologis, hati tersusun atas lobulus-lobulus hati. Lobulus tersebut
terdiro dari sel-sel hati (hepatosit) yang tersusun dalam suatu lempeng-lempeng
(Corwin, 2000).
2.5.1.3.1 Lobulus Hati
Hati terbagi atas dua unit operasional, yaitu lobulus dan asinus. Istilah
lobulus lebih sering dipergunakan untuk menjelaskan bagian parenkim hati yang
mengalami kerusakan secara patologi (Klassen & Watkins III, 1999). Lobulus
tersebut terdiri dari hepatosit yang tersusun dalam suatu lempeng-lempeng
(Corwin, 2000). Asinus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
bagian fungsional pada hati.
2.3.1.3.2 Sel Hati
Sel hepatosit berbentuk polihedral dengan inti bulat dan terletak di tengah
(Delmann & Brown, 1992). Hepatosit tersusun secara radial dari tepi lobulus
hingga ke vena sentralis. Sel-sel tersebut beranastomosa dan berbatasan dengan
sinusoid-sinusoid berisi darah (Bevalander & Ramaley, 1988). Dinding sinusoid
memiliki pori yang cukup besar dan tidak memiliki membran dasar, sehingga
materi xenobiotik yang terkandung dalam darah dapat masuk ke hepatosit.
Sebaliknya, hepatosit juga dapat mensekresikan substansi berupa protein dan
getah empedu ke dalam darah yang mengalir di sinusoid (Sherwood, 2004).
2.5.1.3.3 Vena Sentralis
Vena sentralis merupakan bagian tengah dari lobulus hati yang dikelilingi
oleh sel-sel hati dan sinusoid yang beranastomosa secara radial (Little., et al ,
1941 dalam Kaniawati 2012). Vena sentralis menerima darah yang berasal dari
vena porta dan arteri hepatika melalui sinusoid-sinusoid yang mengelilinginya
(Corwin, 2000). Aliran darah ke vena sentralis tersebut mengalir melalui sinusoidsinusoid dari bagian tepi lobulus ke bagian tengah lobulus. Aliran tersebut
menyebabkan bagian perifer lobulus menerima asupan oksigen dan konsentrasi
bahan makanan yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengah lobulus. Selain itu,
daerah tengah lobulus lebih banyak menerimak substansi toksik dari sel-sel bagian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
perifer. Hal tersebut menyebabkan bagian tengah lobulus rentan mengalami
hipoksia dan kerusakan (Greep, 1953 dalam Kaniawati 2012).
2.5.2 Peran Hati sebagai Sentral Dalam Transpor dan Metabolisme Lipid
Lipid seperti trigliserida dan kolesterilester tidak larut dalam air dan
ditranspor dalam plasma pada inti partikel (lipoprotein) yang mempunyai suatu
cangkang hidrofilik yang terdiri fosfolipid dan kolestrol bebas. Lapisan
permukaan ini distabilisasi oleh satu atau lebih apoliprotein yang juga berperan
sebagai ligan untuk reseptor permukaan sel. Sekitar dua pertiga lipoprotein plasm
disintesis di hati. Trigliserida disekresi ke dalam darah sebagai VLDL. Di dalam
otot dan jaringan adiposa, kapiler-kapiler memiliki suatu enzim yaitu lipoprotein
lipase yang menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak, kemudian asam
lemak ini memasuki sel otot untuk energi dan adiposit untuk simpanan. Partikel
residu yang terdiri dari inti yang kaya akan kolesterilester disebut partikel LDL.
Hati dan sel-sel lain memiliki reseptor LDL yang menyingkirkan LDL dari plasma
melalui endositosis. Penyingkiran LDL yang diperantarai hati merupakan
mekanisme utama untuk mengendalikan kadar LDL plasma (J. Lean, 2005).
Asam lemak dan kolestrol dari lemak makanan mengalami reesterifikasi
dalam sel mukosa intestin dan membentuk ini kilomikron yang masuk ke dalam
plasma melalui duktus torasikus. Asam lemak dihidrolisi dari kilomikron dan
lipoprotein lipase dan remnant yang kekurangan trigliserida residu, kemudian
disingkirkan oleh hati (J. Lean, 2005).
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell. 2009, faktor-faktor yang
meningkatkan sintesis triasilgliserol maupun sekresi VLDL oleh hati mencakup:
1. Keadaan kenyang
2. Mengonsumsi diit kaya karbohidrat (terutama jika mengandung sukrosa
atau fruktosa) sehingga lipogenesis dan esterifikasi asam lemak
meningkat.
3. Tingginya kadar asam lemak bebas dalam darah
4. Konsumsi etanol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
5. Adanya insulin dengan kadar tinggi dan glukagon dengan kadar rendah
yang meningkatkan sintesis dan esterifikasi asam lemak serta menghambat
oksidasinya.
2.5.3
Ketidakseimbangan Laju Pembentukan Triasilgliserol dan Ekspornya
Menyebabkan Perlemakan Hati
Perlemakan hati dibagi menjadi dua kategori utama. Tipe pertama
berkaitan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas plasma akibat mobilisasi
lemak dari jaringan adiposa atau dari hidrolisis triasilgliserol lipoprotein oleh
lipoprotein lipase jaringan ekstrahepatik. Pembentukan VLDL tidak dapat
mengimbangi meningkatnya influks dan esterifikasi asam lemak bebas sehingga
terjadi penumpukan triasilgliserol yang menyebabkan perlemakan hati. Hal ini
terjadi selama kelaparan dan mengonsumsi diit tinggi lemak (Murray.R.K.,
Granner, and Rodwell. 2009)
Menurut Murray.R.K., Granner, and Rodwell, 2009, tipe kedua
perlemakan hati biasanya disebabkan oleh blok metabolik dalam produksi
lipoprotein plasma sehingga terjadi penimbunan triasilgliserol. Secara teoritis, lesi
dapat disebabkan oleh:
1. Blok pada sintesis apoliprotein
2. Blok pada sintesis lipoprotein dari lipid dan apoliprotein
3. Kegagalan penyediaan fosfolipid yang ditemukan pada lipoprotein
4. Kegagalan mekanisme sekretorik itu sendiri.
2.6 Hiperlipidemia
2.6.1 Definisi
Hiperlipidemia merupakan keadaan dimana terdapat peningkatan kadar
lipid dalam darah yaitu trigliserida, kolesterol atau keduanya, sedangkan
dislipidemia diartikan sebagai perubahan kadar profil lipid darah dapat meningkat
(kolesterol total, trigliserida, LDL) atau menurun HDL (Winter, 2002).
Berdasarkan etiologinya, hiperlipidemia dibedakan menjadi 2 yaitu
hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder. Hiperlipidemia primer adalah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
keadaan peningkatan kadar lemak darah yang tidak ada hubungannya dengan
penyakit lain (herediter). Hiperlipidemia primer atau Hiperkolesterolemia Familial
(FH) ada dua macam yaitu homozygot dan heterozygot. Hiperlipidemia sekunder
merupakan gangguan metabolisme lemak yang dijumpai dalam hubungannya
dengan penyakit organik atau metabolik tertentu. Penyebab hiperlipidemia
sekunder adalah diabetes melitus, hipotiroidism, minum alkohol yang berlebihan,
obesitas, penyakit hati, penyakit ginjal, pankreatitis dan penggunaan obat-obat
tertentu (beta blocker, diuretik, kontrasepsi oral estrogen dan gestagen) (Harper,
1990).
Tabel 2.1 Klasifikasi Kadar Lipid dalam Plasma
(Sumber: Gilman, 2012)
Kolesterol Total
<200
Optimal
200-239
Diinginkan
≥240
Tinggi
Kolesterol LDL
<100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Diinginkan
160-189
Tinggi
≥190
Sangat tinggi
Kolesterol HDL
<40
Rendah
≥60
Tinggi
Trigliserida
<150
Optimal
150-199
Diinginkan
200-499
Tinggi
≥500
Sangat tinggi
2.6.2 Obat-obat Untuk Terapi Hiperlipidemia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
2.6.2.1 Asam Nikotianat
Niasin cenderung mempengaruhi hampir semua parameter lipid. Niasin
adalah senyawa yang paling baik yang tersedia untuk meningkatkan HDL-C
(peningkatan 30%-40%). Niasin menurunkan trigliserida sebesar 35%-45% dan
menurunkan kadar LDL-C sebesar 20%-30%. Niasin menghambat lipolisis
trigliserida oleh lipolisis sensitif hormon di jaringan adiposa yang akan
mengurangi transpor asam lemak bebas ke hati dan menurunkan sintesis
trigliserida di hati. Di dalam hati, niasin mengurangi sintesis trigriselida dengan
menghambat sintesis dan esterifikasi asam lemak. Berkuranganya trigliserida juga
memberikan pada penurunan VLDL dan menyebabkan berkurangnya kadar LDL.
Niasin juga meningkatkan kadar LPL yang mendorong bersihan kilomikron dan
trigliserida VLDL. Dua efek samping yang penting untuk diperhatikan adalah
terjadinya kulit memerah dan dispepsia yang berakibat terhadap ketidakpatuhan
pasien (Gilman, 2012).
2.6.2.2 Statin
Statin merupakan senyawa yang paling efektif dan baik toleransinya untuk
mengobati dislipidemia. Obat ini merupakan inhibitor kompetitif 3-OH-3metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mengkatalisis tahap awal
pembatasan laju pada biosintesis kolesterol. Statin yang lebih kuat (atorvastatin
dan simvastatin) dalam dosis tinggi dapat menurunkan kadar trigliserida yang
disebabkan naiknya kadar VLDL (Gilman, 2012).
Statin mempengaruhi kadar kolesterol darah dengan menghambat
pembentukan kolesterol di dalam hati yang menyebabkan peningkatan ekspresi
gen reseptor LDL. Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya
gangguan pencernaan, miopati, dan gangguan hati. Contoh golongan statin adalah
atorsvastatin, simvastatin, lovastatin, dan fluvastatin (Gilman, 2012).
2.6.2.3 Resin
Resin adalah salah satu obat hipokolesterolemia yang saat ini disarankan
untuk anak berusia 11-20 tahun. Karena statin sangat efektif sebagai monoterapi,
resin paling sering digunakan sebagai pilihan kedua jika terapi statin tidak berhasil
menurunkan LDL-C secara memadai. Dosis maksimum (24 g kolestiramin atau
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
30 g kolestipol) dapat menurunkan LDL-C sebesar 25%, tetapi menyebabkan efek
samping gastrointestinal yang sangat menganggu bagi pasien (Gilman, 2012).
Kolestiramin dan kolestipol mengikat banyak obat lain dan menganggu
absorpsi obat tersebut. Obat-obat yang terkena efek ini antara lain beberapa tiazid,
furosemid, propanolol, l-tiroksin, beberapa glikosida jantung, antikoagulan
kumarin, dan beberapa statin. Contoh golongan resin adalah kolestiramin,
kolestipol, dan loesevelam (Gilman, 2012).
2.6.2.4 Asam Fibrat
Asam fibrat diduga bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor
proxisme proliferator-actived receptors (PPARs), yang mengatur transkripsi gen.
akibat interaksi obat ini dengan PPAR isotipe α, maka terjadi peningkatan
oksidasi asam lemak, sintesis LPL dan penurunan ekspresi Apo C-II. Peninggian
kadar LPL meningkatkan klirens lipoprotein yang kaya trigriselida. Semua derivat
asam fibrat diabsorbsi lewat usu secara cepat dan lengkap, terutama bila diberikan
bersama makanan. Pemecahan ikatan ester terjadi sewaktu absorbsi dan kadar
puncak plasma tercapai dalam 1-4 jam (Ganiswara, 1995).
Efek samping yang sering ditemukan adalah gangguan saluran cerna.
Contoh obat golongan asam fibrat adalah klofibrat, gemfibrat, fenofibrat,
sipofibrat, dan bezalfibrat (Ganiswara, 1995).
2.6.3 Induksi Hiperlipid
Induksi hiperlipidemia dapat dilakukan secara endogen dan eksogen.
Induksi eksogen dilakukan dengan memberikan propiltiourasil yang merupakan
antitiroid golongan tioamida. Hormon tiroid berperan dalam mengaktifkan
hormon sensitif lipase yang bertanggung jawab terhadap proses katabolisme lipid
dalam tubuh, sehingga hewan hipertitoid laju katabolisme lipid di dalam tubuh
menjadi tinggi. Propiltiourasil merupakan antitiroid yang dapat menurunkan kadar
hormon tiroid, maka pemberian propiltiourasil pada hewan uji dapat menurunkan
hormon tiroid sehingga terjadi penurunan laju katabolisme lipid (Tisnadjaja dkk,
2010).
Induksi secara eksogen dilakukan dengan pemberian diit tinggi kolesterol
dan lemak yang terdiri dari campuran kuning telur, sukrosa dan lemak hewani.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
Kuning telur dan lemak hewani merupakan sumber kolestrol dan lemak.
Sedangkan sukrosa dapat meningkatkan trigriserilida (Juheini, 2003).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian I, Penelitian II,
Laboratorium Fitokimia, Laboratorium PMC dan Laboratorium Animal House,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Ciputat, sejak bulan Februari hingga Mei 2015.
3.2 Alat
Alat-alat yang dgunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop, sonde
lambung, timbangan analitik (AND, 6M202), timbangan hewan, evaporator (N1001S-W, EYELA-USA), alkoholmeter, waterbath (SB-1000, EYELA-USA),
pisau bedah, serta alat-alat gelas (DURAN).
3.3 Bahan
3.3.1
Bahan Uji
Buah Medinilla speciosa Blume dengan spesifikasi warna merah muda
keunguan dan rasa asam sepat. Buah parijoto yang digunakan pada penelitian ini
dikumpulkan pada bulan Oktober 2014 dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan
Dewa Kabupaten Kudus.
3.3.2
Hewan Uji
Hewan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus galur
Sprague Dawley sebanyak 30 ekor, berumur 2 bulan, berjenis kelamin jantan
dengan berat 150-200 gram.
3.3.3
Bahan Kimia
Bahan kimia yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah formalin
10%, Na CMC, eter, simvastatin (Kimia Farma), aquadest, etanol 70%, pereaksi
Dragendorff, pereaksi Meyer, HCl pekat, asam sulfat pekat, H2SO4 1 M, , FeCl3,
NaCl 10%, FeCl3 0,1%, NaOH, dan kloroform.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
3.4 Cara Kerja
3.4.1
Penyiapan Hewan Uji
Hewan uji akan diaklimatisasi selama 14 hari dengan tujuan untuk
mengadaptasikan hewan uji dengan lingkungannya yang baru dan mengurangi
stres pada tikus yang dapat mempengaruhi metabolisme dan mengganggu
penelitian. Setiap tikus akan diberi makan dan minum. Pada tahap ini akan
dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum uji meliputi berat badan dan
keadaan fisiknya. Tikus yang akan diikutsertakan dalam percobaan ini adalah
tikus yang sehat dengan ciri-ciri mata jernih, bulu tidak berdiri, warna putih
bersih, aktif, tingkah laku normal, dan mengalami peningkatan berat badan.
3.4.2
Penentuan Dosis Bahan Uji (Literatur)
Penentuan dosis yang digunakan adalah dosis skrining yaitu dosis I (0,9
mg/kgbb/hari), dosis II (9 mg/kgbb/hari), dan dosis III (90 mg/kgbb/hari).
Pengujian efek antihiperlipidemia pada ekstrak etanol buah parijoto baru pertama
kali dilakukan sehingga belum ada acuan dosis penggunaan ekstrak ini secara
langsung sebagai antihiperlipidemia.
3.4.3
Penentuan Dosis Simvastatin
Dosis lazim simvastatin pada manusia adalah 10-20 mg/hari (Dipiro,
2009). Dosis simvastatin yang akan digunakan pada percobaan adalah 10 mg/hari.
Dosis tikus didapatkan dari perkalian dengan faktor konversi dari manusia ke
tikus yaitu 0,018 dan faktor farmakokinetik yaitu 10. Dosis untuk tikus adalah 10
mg x 0,018 x 10 = 1,8 mg/200 g bb per hari.
3.4.4
Penyiapan Bahan Uji
3.4.4.1 Pembuatan Ekstrak
Buah parijoto yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan pada bulan
Oktober 2014 dari Gunung Muria Desa Colo Kecamatan Dewa Kabupaten Kudus.
Selanjutnya dilakukan sortasi untuk dipisahkan dari kotoran-kotoran atau bahanbahan asing sehingga dapat mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam
bahan uji kemudian dicuci dengan air mengalir lalu diangin-anginkan hingga tidak
terdapat sisa air.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
Buah segar kemudian ditimbang lalu dihaluskan dengan blender. Setelah
diblender kemudian buah yang sudah halus dimaserasi dengan etanol 70% selama
24 jam kemudian maserat disaring, lalu dilakukan remaserasi hingga filtrat jernih.
Maserat diuapkan menggunakan evaporator dengan suhu 40oC hingga diperoleh
ekstrak kental.
3.4.4.2 Skrinning Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etanol kental. Uji
penapisan fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, antrakuinon, dan glukosida. Prosedur masing-masing pengujian adalah
sebagai berikut (Guevera, 1985 dalam Wachidah, 2013):
1.
Identifikasi Alkaloid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL
kloroform diaduk rata. Campuran disaring kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 0,5 mL H2SO4 1 M dan dikocok baik-baik, dibiarkan beberapa saat.
Lapisan atas yang jernih dipipet kedalam 2 tabung reaksi kecil. Salah satunya
diberikan pereaksi Dragendorff dan tabung lainnya pereaksi Meyer 2-3 tetes.
Reaksi positif apabila menunjukan endapan kuning jingga (orange) dengan
pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan perekasi Meyer.
2.
Identifikasi Flavonoid
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, ditambahkan 20 mL etanol dan
dipipet 10 mL larutan ke dalam tabung reaksi lain. Campuran ditambahkan 0,5
mL HCl pekat, 3-4 butir magnesium dan ditambahkan 1 mL amil alkohol. Kocok
kuat-kuat dan biarkan beberapa saat kemudian amati perubahan warna pada
masing-masing lapisan pelarut. Apabila terjadi pembentukan atau perubahan
warna menunjukkan reaksi positif terhadap flavonoid dan sianidin.
3.
Identifikasi Saponin
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg, lalu ditambahkan 10 mL air
panas. Selanjutnya dikocok kuat selama 10 detik, akan terbentuk buih yang
mantap setinggi 1-10 cm selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 2N
dan diamati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
4.
Identifikasi Tanin
Identifikasi tannin menggunakan metode feri klorida dengan cara
menimbang ekstrak sebanyak 10 mg, kemudian ditambahkan 20 ml air panas dan
5 tetes larutan NaCl 10%. Campuran dibagi menjadi 2 tabung reaksi, salah
satunya sebagai kontrol negatif dan lainnya ditambahkan larutan FeCl3 1%
sebanyak 3 tetes. Perubahan warna diamati, dimana jika warna yang terbentuk
biru atau biru-hitam menandakan tannin terhidrolisa. Sedangkan kondensasi
tannin akan memberikan warna biru-hijau dan dibandingkan dengan kontrol.
5.
Identifikasi Senyawa Glikosida
Indentifikasi senyawa glikosida menggunakan metode Keller-Killiani
dengan cara menimbang ekstrak sebanyak 10 mg lalu ditambahkan 3 ml pereaksi
FeCl3 kemudian diaduk dan dipindahkan campuran ke dalam tabung reaksi.
Diteteskan 1 ml larutan asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi. Biarkan
campuran beberapa lama sehingga terbentuk warna dari merah kecoklatan, yang
mungkin berubah menjadi biru atau lembayung. Perubahan tersebut menunjukkan
reaksi positif terhadap 2-deoksi-gula.
6.
Identifikasi Terpenoid
Sebanyak 0,5 g ekstrak ditimbang kemudian ditambahakan 2 ml klorofom.
Sebanyak 3 ml H2SO4 ditambahkan dengan hati-hati untuk membentuk lapisan.
Perubahan warna menjadi coklat kemerahan pada antar lapisan mengindikasikan
adanya terpenoid.
3.4.4.3 Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui sisa kandungan air di dalam
ekstrak. Sebanyak 1 g ekstrak etanol 70% dimasukkan ke dalam cawan porselen
yang telah ditara secara terpisah kemudian dikeringkan dalam oven 105 oC selama
5 jam dan ditimbang. Pengeringan dilanjutkan kemudian ditimbang lagi pada 1
jam berikutnya sampai perbedaan antara penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25% (Depkes RI, 2000).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
3.4.4.4 Uji Antioksidan Kualitatif (Conforti et al., 2008 dalam Wachidah,
2013)
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkal radikal
bebas (DPPH).
3.4.4.4.1
Pembuatan Larutan Uji
Ekstrak dibuat dengan konsentrasi 100 ppm kemudian dilarutkan dengan
etanol 70% hingga 5 mL.
3.4.4.4.2
Pembuatan Larutan Vitamin C
Vitamin C dibuat dengan konsentrasi 50 ppm lalu dilarutkan dengan etanol
70% hingga 10 ml.
3.4.4.4.3
Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM
DPPH ditimbang sebanyak 2 mg kemudian dilarutkan dengan etanol 70%.
3.4.4.4.4 Pengujian Kualitatif Aktivitas Antioksidan
Larutan uji diambil sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan 1 mL laruran
DPPH 0,5 mM dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 3 mL, didiamkan selama
30 menit (untuk kontrol negatif, larutan sampel diganti dengan etanol 70%).
Setelah 30 menit, amati perubahan warna yang terjadi.
3.4.4.5 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol 70% Parijoto
Ekstrak etanol 70% bauh parijoto sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan disuspensikan dengan Na CMC 0,5%. Pembuatan suspensi ini dimulai
dengan dosis tertinggi yaitu 90 mg ekstrak kental/200 g bb (dosis I). Dosis II dan
dosis III diperoleh dengan cara mengencerkan dosis I. Suspensi yang sudah
dibuat nantinya kan diberikan peroral ke hewan uji dengan volume yang
disesuaikan dengan berat badan (Lampiran 2).
3.4.4.6 Pembuatan Suspensi Simvastatin
Pada uji efek antihiperlipidemia tetapi menggunakan ekstrak yang
berbeda, Simvastatin akan disuspensikan dengan konsentrasi 0,18% b/v dalam
larutan Na CMC 0,5%. Tiap 3 ml suspensi simvastatin, mengandung 1,8 mg
simvastatin (Lampiran 2) (Purwanti, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
3.4.4.7 Pembuatan Larutan Na CMC 0,5%
Larutan Na CMC yang akan dibuat dengan cara menimbang Na CMC
sejumlah 0,5 g dan dikembangkan dalam akuades dengan dipanaskan pada suhu
60oC sebanyak 10 ml (20 kali berat Na CMC) selama 30 menit lalu
dihomogenkan. Volume
larutan dicukupkan hingga
100 ml
kemudian
dihomogenkan kembali (Lampiran 3) (Purwanti, 2012).
3.4.4.8 Pembuatan Makanan Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak
Menurut Purwanti (2012) makanan diit tinggi kolesterol dan lemak yang
diberikan ke hewan uji dibuat dengan komposisi kuning telur sebesar 80%,
sukrosa 65% sebesar 15%, dan lemak hewan sebesar 5%. Dibuat dalam bentuk
emulsi, semua bahan dicampurkan, kemudian dikocok dengan kecepatan tinggi
hingga homogen dan dibuat baru setiap hari dan diberi peroral ke hewan uji
dengan volume yang sesuai dengan berat badan (Lampiran 4). Induksi makanan
diit tinggi kolesterol dan lemak diberikan satu hari sekali pada pagi hari.
3.4.5
Pelaksanaan Percobaan
3.4.5.6 Pengelompokan Hewan Uji dan Perlakuan
Menurut kriteria World Health Organization (WHO), jumlah sampel
minimal tiap kelompok hewan coba adalah 5 ekor. Dalam penelitian ini digunakan
5 ekor tikus disetiap kelompok dengan jumlah 6 buah kelompok. Kelompok
tersebut terdiri dari kelompok normal, induksi, simvastatin, dan kelompok dosis.
Kelompok kontrol normal bertujuan untuk mengetahui tikus yang tidak
mengalami hiperlipidemia, sedangkan kelompok kontrol simvastatin digunakan
sebagai kelompok pembanding untuk melihat perbandingan pengaruh bahan uji
dengan obat yang telah diketahui efektif dalam menurunkan kadar lipid.
Kelompok dosis dibuat dalam 3 variasi dosis untuk melihat secara signifikan lipid
pada jaringan hati. Setiap kelompok akan diberi perlakuan selama 42 hari dengan
rancangan perlakuan yang tercantum pada tabel 3.2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Tabel 3.2 Kelompok Perlakuan
No.
Kelompok
1.
Kontrol normal
Kontrol Induksi
kolesterol dan
lemak
2.
Jumlah
Perlakuan
tikus
Hari ke 1-42
(ekor)
5
Diberi larutan Na CMC 0,5%
5
3.
Kontrol
simvastatin
5
4.
Dosis I
(0,9 mg/Kgbb)
5
5.
Dosis II
(9 mg/Kgbb)
5
6.
Dosis III
(90 mg/Kgbb)
5
Diberi induksi kolesterol dan
lemak 2,5 g/200 g bb/hari
Diberi induksi kolesterol dan
lemak 2,5 g/200 g bb/hari,
suspensi simvastatin 1,8
mg/200 g bb
Diberi induksi kolesterol dan
lemak 2,5 g/200 g bb/hari,
suspensi ekstrak uji dosis I
Diberi induksi kolesterol dan
lemak 2,5 g/200 g bb/hari,
suspensi ekstrak uji dosis II
Diberi induksi kolesterol dan
lemak 2,5 g/200 g bb/hari,
suspensi ekstrak uji dosis III
Keterangan : Selama 42 hari kelompok kontrol normal akan diberikan Na
CMC 0,5%, sedangkan kelompok kontrol induksi, simvastatin, dosis I, II, III
diberikan makanan diit tinggi kolesterol dan lemak 2,5 g/200 g bb pada pagi hari
pukul 07.00. Setelah 9 jam, diberikan larutan Na CMC 0,5% untuk kelompok
kontrol normal, ekstrak buah parijoto untuk kelompok dosis I, II, III dan suspensi
simvastatin untuk kelompok kontrol simvastatin.
3.4.5.7 Pengamatan Berat Badan Hewan Uji
Hewan uji yang akan dikelompokkan dan diberi perlakuan, juga akan
dilakukan pengamatan berat badan dengan cara menimbang semua hewan uji
pada setiap kelompok perlakuan setiap hari selama 42 hari. Pengamatan
peningkatan berat badan dilakuakn perminggu atau pada hari ke-7, ke-14, ke-21,
ke-28, ke-35, dan ke-42.
3.4.5.8 Pengambilan Jaringan Hati
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
Pengambilan jaringan hati dilakukan pada hari ke-43. Hewan uji tersebut
di terminasi dengan menggunakan eter. Lalu tikus dibedah di bagian abdomen dan
diambil organ hatinya bagian lobus kanan.
Organ hati tikus direndam dengan formalin 10%. Preparasi jaringan hati
dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3.4.5.9 Pengamatan Histologi Hati
Hasil pemeriksaan preparat dianalisis secara deskriptif dan untuk
membandingkan keseluruhan gambaran preparat dilakukan pengamatan hepatosit
pada 5 lapang pandang. Preparat dilihat dengan mikroskop perbesaran 10 x 40
(Anggraini, 2014).
Parameter yang diamati adalah degenerasi lemak sel hati di sekitar vena
sentral dan sinusoid. Penilaian yang dilakukan adalah menghitung jumlah sel yang
normal, sel steatosis (sel yang mengalami perlemakan) dan sel nekrosis,
selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan menggunakan one-way ANOVA
(Kaniati, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
4.1.1 Ekstraksi Buah Parijoto
Buah parijoto sebanyak 1.950 gram diekstraksi dengan 15 liter etanol 70%
didapatkan ekstrak kental sebesar 54,409 gram dengan rendemen 2,790%. Setelah
didapatkan ekstrak kental kemudian di keringkan dengan cara freeze-dried
didapatkan ekstrak kering sebesar 33,486 gram.
Rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi buah parijoto relatif kecil
kemungkinan karena faktor pemilihan pelarut. Hasil penelitian yang dilakukan
Wachidah (2012) yang menggunakan metanol sebagai pelarut menghasilkan
rendemen sebesar 4,60% di mana adanya perbedaan pelarut mempengaruhi
jumlah ekstrak yang dihasilkan.
Buah parijoto segar diekstraksi dengan metode maserasi. Pelarut yang
digunakan adalah
etanol 70%. Menurut Depkes RI tahun 2000 tentang
penggunaan etanol sebagai pelarut, penelitian ini menggunakan hewan uji
sehingga bila digunakan pelarut lain, seperti metanol yang penggunaannya
dihindari karena sifatnya yang toksik akut dan kronik.
4.1.2 Uji Penapisan Fitokimia
Ekstrak kental buah parijoto kemudian dilakukan penapisan fitokimia
untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak.
Tabel 4.3. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak kental
No.
Metabolit Sekunder
Ekstrak Kental
1.
Alkaloid
-
2.
Saponin
+
3.
Tanin
+
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
4.
Flavonoid
+
5.
Glikosida
+
6.
Terpenoid
-
Keterangan : ( + ) = Ada
( - ) = Tidak Ada
Skrining fitokimia yang dilakukan merupakan jenis analisis kualitatif yang
hanya mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa tanpa menentukan kadarnya
(Harvey, 2000). Dari hasil penapisan fitokimia pada uji saponin, tanin, flavonoid,
dan glikosida memberikan hasil positif. Sedangkan pada uji alkaloid dan
terpenoid memberikan hasil negatif. Secara organoleptis ekstrak etanol 70% buah
parijoto berupa serbuk kering, berbau aromatik, berwarna coklat kemerahan, dan
terasa pahit. Hasil tersebut sesuai dengan yang telah dilakukan oleh penelitian
sebelumnya yaitu Wachidah (2012) dan Niswah (2013).
Pada uji tanin diperoleh hasil positif, adanya tanin akan mengendapkan
protein pada gelatin. Tanin bereaksi dengan gelatin membentuk kopolimer mantap
yang tidak larut dalam air (Harborne, 1996 dalam Marliana et al 2005).
Pada uji saponin diperoleh hasil positif . Busa yang timbul menunjukkan
adanya glikosida yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang
terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi, 1990 dalam Marliana
et al 2005).
Pada uji flavonoid memberikan hasil positif. Adanyaa flavonoid dapat
dilakukan dengan metode wilstater sianidin. Uji wilstater sianidin biasa digunakan
untuk mendeteksi senyawa yang mempunyai inti alfa-benzophiron. Warna merah
yang terbentuk pada uji wilstater disebabkan karena terbentuknya garam flavilium
(Ahmad, 1986 dalam Marlina et al., 2005).
4.1.3 Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan terhadap ekstrak etanol 70% buah parijoto pada
suhu 105oC hingga bobot tetap. Hasil uji susut pengeringan dapat dilihat pada
tabel 4.4.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Tabel 4.4. Hasil uji kadar air ekstrak buah parijoto
No.
Berat Awal
Berat Akhir
Kadar Air
Ekstrak (g)
Ekstrak
(%)
(g)
1.
1,001
0,94
6,093
2.
1,000
0,92
8,000
Rata-rata
7,047
Pada ekstrak buah parijoto dilakukan uji kadar air untuk memberikan
batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI,
2000) dan karena sampel yang digunakan merupakan sampel segar sehingga perlu
dicek kandungan air yang terdapat dalam ekstrak (Wachidah, 2012). Ekstrak yang
digunakan adalah ekstrak kental dan batas kadar air untuk ekstrak kental yaitu 530% (Voigt, 2004 dalam Saifudin, A., Rahayu, dan Teruna 2011).
4.1.4 Uji Antioksidan
Uji aktivitas senyawa antioksidan dilakukan dengan metode radical
scavenger atau penangkal radikal bebas (DPPH). Metode DPPH (2,2-difenil-1pikrilhidrazil) dilakukan berdasarkan kemampuan antioksidan untuk menghambar
radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen kepada DPPH, yang
merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar. Metode DPPH ini dipilih
karena merupakan metode yang cepat, sederhana, dan murah untuk melihat
aktivitas antioksidan (Prakash et al., 2001 dalam Wachidah, 2013).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Keterangan : (A) Larutan Ekstrak, (B) dan (C) Larutan Vitamin, (D) dan (E)
Larutan Uji, (F) Larutan DPPH.
Gambar 4.2 Hasil Uji Antioksidan Kualitatif
Uji antioksidan kualitatif didapatkan perubahan warna menjadi kuning
pada larutan uji. Pengujian antioksidan secara kualitatif menghasilkan warna
kuning pada larutan uji. Hal ini dikarenakan senyawa DPPH yang berwana ungu
dengan adanya delokalisasi elektron pada atom nitrogen menjadi kuning setelah
direaksikan dengan senyawa antioksidan (Reynetson, 2007). Aktivitas antioksidan
ini berhubungan dengan adanya senyawa flavonoid dan tanin yang terdapat dalam
ekstrak parijoto (Meenakshi et al., 2012). Hal ini juga dipaparkan oleh Dubey
(2015), bahwa flavonoid dan tanin memiliki aktivitas antioksidan.
4.1.6 Pengamatan Berat Badan Hewan
Pada penelitian dilakukan pengamatan berat badan hewan uji setiap
minggu selama 6 minggu. Grafik perubahan Berat badan
ditunjukkan oleh
Gambar 4.2.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Gambar 4.3 Grafik peningkatan berat badan hewan uji
Dari grafik di atas memperlihatkan kenaikan berat badan pada kelompok
hiperlipid perminggu, sedangkan pada kelompok lain terjadi kenaikan badan yang
fluktuatif setiap minggunya.
4.1.7 Makanan Induksi Kolesterol dan Lemak
Komposisi makanan induksi kolesterol dan lemak adalah campuran kuning
telur 80%, larutan sukrosa 65% sebanyak 15%, dan lemak hewan 5%. Komposisi
ini telah dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Nurcahyaningtias (2012) dan
Purwanti (2012) menghasilkan kenaikan kadar kolestrol total dan trigliserida
secara bermakna.
Kuning telur dan lemak hewan yang digunakan berasal dari ayam ras.
Kandungan kolesterol kuning telur dan lemak hewan yang berasal dari ayam ras
memiliki kadar kolestrol cukup tinggi sekitar 290 mg – 732 mg (Saidin, 2000).
Pada penelitian sebelumnya oleh Juheini (2003) dan Purwanti (2012) juga
menggunakan kuning telur dan lemak hewan dari ayam ras. Pengambilan lemak
hewan dari kulit ayam ras dilakukan dengan memanaskan kulit ayam dalam api
kecil. Kemudian setelah minyak yang berwarna kuning keluar ditampung dalam
wadah kedap udara serta terhindar dari cahaya untuk menghindari oksidasi lemak
(Nurcahyaningtias, 2012).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Pemberian induksi kolesterol dan lemak secara eksogen dipilih karena
hewan uji ingin dibuat sebagai model hiperlipidemia seperti yang dialami
penderita
hiperlipidemia
yaitu
pola
makan
yang
tidak
sehat
dengan
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kolesterol. Selain itu juga
karena bahan-bahan yang diperlukan mudah didapatkan dan harganya lebih
murah.
4.1.8 Pelaksanaan Percobaan Antihiperlipidemia
Dalam penelitian, tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok
normal yang hanya diberikan Na CMC, kelompok induksi kolesterol dan lemak,
kelompok dosis dan kelompok simvastatin. Simvastatin digunakan sebagai
kontrol pembanding mengacu pada Nurcahayaningtias (2012) dan Purwanti
(2012). Percobaan ini dilakukan selama 42 hari (6 minggu) disesuaikan dengan
dengan tujuan untuk memastikan bahwa hewan percobaan sudah mengalami
hiperlipidemia. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Juheini (2003) yang
juga
menguji efek antihiperlipidemia selama 42 hari dan mengalami
hiperlipidemia. Lamanya percobaan juga disesuaikan dengan simvastatin yang
dapat memberikan efek terapi maksimum dalam 4-6 minggu (28-42 hari) terhadap
penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida (Ascent, 2012).
Induksi kolesterol dan lemak diberikan kepada hewan uji dalam bentuk
emulsi melalui sonde lambung satu hari sekali pada pagi hari. Rentang waktu
yang dibutuhkan antara pemberian induksi kolesterol dan lemak dengan
pemberian simvastatin atau ekstrak buah parijoto adalah
± 9 jam. Hal ini
dikarenakan ketika diberikan induksi pada pagi hari, sintesis kolesterol
berlangsung 9 jam setelah pemberian induksi (Edwards et al., 1972 dalam Santosa
et al., 2006).
Pada hari ke-43 dilakukan terminasi pada hewan uji. Bagian abdomen
tikus dibedah dan diambil organ hatinya. Organ hati ditimbang lalu direndam
menggunakan formalin. Pada hari ke-44, formalin 10% diganti dengan formalin
10% yang baru dan dimasukkan kedalam botol gelap. Preparasi histologi hati
tikus dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
4.1.9 Pengamatan Histologi Hati
Parameter pengamatan histologi hati dilihat adalah degenerasi lemak sel
hati di sekitar vena sentral dan sinusoid. Sel hati yang lihat adalah sel yang
normal, sel steatosis (sel yang mengalami perlemakan) dan sel nekrosis (Kaniati,
2012). Preparat dilihat menggunakan perbesaran 10 x 40 dengan 5 lapang
pandang dan dilakukan penilaian dengan cara menghitung jumlah sel yang
normal, nekrosis, dan steatosis lalu dijadikan persentase. Sel steatosis adalah sel
yang mengalami perlemakan dengan ditandai dengan inti sel yang terdorong ke
pinggir karena adanya lemak. Sel nekrosis adalah sel yang rusak ditandai dengan
sudah tidak adanya inti didalam sel.
Hasil penilaian degenerasi lemak sel hati hewan percobaan dapat diamati
pada tabel 4.5. Analisis dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA
dengan nilai signifikansi p≤0,05.
Tabel 4.5 Penilaian Degenarasi Lemak Sel Hati Hewan Percobaan
Rata-rata
Kelompok
Normal
Normal Steatosis Nekrosis
39.58
28.03
32.39
Hiperlipid
10.55
50.52
40.38
Simvastatin
23.25
45.21
31.54
Dosis 1
39.42
29.97
30.61
Dosis 2
38.50
35.89
25.61
Dosis 3
47.52
29.54
22.94
SD
13.60
9.33
6.05
Analisis statistik terhadap perbandinan penilaian sel yang normal pada
semua kelompok berbeda nyata (p≤0,05), sehingga analisis dilanjutkan
menggunakan uji Least Significant Difference (LSD). Dari hasil uji LSD,
diketahui bahwa data penilaian sel normal berbeda secara nyata (p<0,05) antara
kelompok hiperlipid dengan kelompok dosis 3. Data penilaian sel normal pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
kelompok dosis 1, 2, dan 3 tidak berbeda secara nyata (p>0,05) antar semua
kelompok.
Analisis statistik terhadap penilaian sel steatosis semua kelompok
diperoleh hasil bahwa data penilaian sel steatosis semua kelompok berbeda nyata
(p≤0,05), sehingga analisis dilanjutkan menggunakan uji Least Significant
Difference (LSD). Dari hasil uji LSD diketahui bahwa data penilaian sel steatosis
berbeda secara nyata (p<0,05) antara kelompok normal dengan hiperlipid,
kelompok hiperlipid dengan dosis 1, dan kelompok hiperlipid dengan dosis 3.
Analisis statistik terhadap penilaian sel nekrosis semua kelompok
diperoleh hasil bahwa data penilaian sel steatosis semua kelompok tidak berbeda
nyata (p≥0,05).
Gambaran histologi hati diamati menggunakan mikroksop dengan
perbesaran 10 x 40. Pengamatan tersebut dilakukan untuk melihat perlemakan
yang terjadi pada histologi hati kelompok kontrol Na CMC, kontrol
hiperlipidemia, kontrol simvastatin, dosis I, II, dan III.
KN1
KN2
KN3
KH1
KH2
KH3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
KS1
KS2
KS3
D1P1
D1P2
D1P3
D2P1
D2P2
D2P3
D3P1
Keterangan :
SN : Sel Normal
N : Sel Nekrosis
SS : Sel Steatosis
VS : Vena Sentral
D3P2
D3P3
Gambar 4.4 Pengamatan Mikroskopi Histologi Hati Hewan Percobaan
Gambaran histologi hati kelompok kontrol Na CMC pada tikus 1 dapat
dilihat pada gambar 4.4 KN1. Gambar tersebut memperlihatkan sinusoid
memancar secara sentrifugal dari vena sentral. Hepatosit yang terdapat pada
gambar tersebut menunjukkan sel yang normal (Wulandari, 2012). Pada gambar
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
4.4 KN2 dan KN3 memperlihatkan sinusoid yang tidak memancar secara
sentrifugal dan terdapat sel steatosis. Inti sel pada sel steatosis berada di tepi
karena terdesak oleh adanya lemak yang memenuhi bagian sitoplasma sel
(Wulandari, 2012).
Gambaran histologi kelompok kontrol hiperlipid tikus 1 dan 2 dilihat pada
gambar 4.4 KH1 dan KH3 terdapat degenerasi lemak karena adanya sel steatosis
dan sinusoid tidak beraturan. Pada gambar 4.4 KH2 juga terdapat sel steatosis dan
sinusoid tidak beraturan serta tampak melebar. Degenerasi lemak sel hati dapat
menyebabkan terjadinya perubahan susunan sel sehingga sel tidak mampu
kembali kekeadaan semula dan menyebabkan sinusoid melebar (Oktaviana, 2005
dalam Wulandari 2012). Hasil pengolahan data statistik sel stetaosis didapati
perbedaan secara nyata (p<0,05) antara kelompok hiperlipid dengan kelompok
normal. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan induksi kolesterol dan lemak
sudah dapat membuat perlemakan hati.
Gambaran histologi kelompok kontrol simvastatin menunjukkan gambaran
yang sama pada ketiga preparat tersebut. Pada gambar 4.4 KS1, KS2, dan KS3
terdapat sinusoid yang tidak beraturan dan sel steatosis. Pada ketiga gambar
tersebut sudah mulai mengalami perbaikan dengan ditandai dengan sinusoid yang
tidak tampak melebar seperti gambar 4.4 KH2. Hasil pengolahan data dari sel
normal, sel steatosis, dan sel nekrosis tidak terdapat perbedaan secara nyata
(p>0,05) terhadap kelompok hiperlipid. Sehingga dapat disimpulkan adanya efek
dari simvastatin terhadap terjadinya perlemakan hati tetapi tidak terlihat
signifikan.
Gambaran histologi kelompok dosis 1 yang diberikan ekstrak parijoto
sebanyak 0,9 mg/kgBB. Pada ketiga gambar sudah memperlihatkan perbaikan
dengan ditandai sinusoid yang mulai beraturan dan sedikit mengalami pelebaran
dibandingkan dengan gambar KH2. Sel steatosis masih terlihat pada ketiga
gambar tersebut. Hasil pengolahan data sel steatosis pada kelompok dosis 1
berbeda secara signifikan dengan kelompok hiperlipid (p<0,05). Sehingga dapat
disimpulkan dosis 1 (0,9 mg/kgBB) sudah dapat sedikit mengurangi perlemakan
hati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Gambaran histologi kelompok dosis 2 yang diberikan ekstrak parijoto
sebanyak 9 mg/kgBB. Pada gambar 4.4 D2P1 dan D2P3 sudah mulai mengalami
perbaikan ditandai dengan sinusoid yang mulai beraturan dan tampak sedikit
melebar. Pada gambar 4.4 D2P2 sinusoidnya masih terlihat tidak beraturan dan
terdapat sel yang nekrosis, kemungkinan masih mengalami degenarasi lemak.
Hasil pengolahan data sel normal, sel steatosis dan sel nekrosis pada kelompok
dosis 2 tidak berbeda secara nyata (p>0,05) terhadap kelompok hiperlipid.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dosis 2 (9 mg/kgBB) sudah
dapat mengurangi perlemakan hati tetapi belum signifikan.
Gambaran histologi kelompok dosis 3 yang diberikan ekstrak parijoto
sebanyak 90 mg/KgBB. Pada ketiga gambar sudah terlihat perbaikan dengan
ditandai oleh sinusoid yang memancar secara sentrifugal dan sudah mulai terlihat
sel hepatosit normal. Hasil pengolahan data sel normal dan sel steatosis pada
kelompok dosis 3 mengalami perbedaan secara nyata (p<0,05) terhadap kelompok
hiperlipid. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, dosis 3 lebih banyak
mengurangi perlemakan hati dibandingkan dengan dosis 1 dan dosis 2.
Berdasarkan hasil pengamatan gambaran histologi hati terdapat beberapa
tanda perlemakan hati seperti sinusoid melebar dan tidak beraturan, sel steatosis,
dan sel nekrosis. Perlemakan tersebut terjadi akibat makanan kolesterol dan lemak
yang diinduksikan selama 42 hari.
Ketika lipid, karbohidrat atau protein meningkat dalam tubuh, beberapa
jaringan akan langsung mengambil dan menyimpannya. Kadar lipid yang tinggi
dalam darah dapat menyebabkan penyerapan lemak ke dalam dinding pembuluh
darah serta ke dalam hati (Bullock, 2013).
Campuran kuning telur dan lemak hewan merupakan sumber kolesterol
dan lemak yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan lemak secara eksogen
(Nurcahayaningtyas, 2012). Larutan sukrosa yang didalamnya terkandung glukosa
akan mengalami glikolisis menjadi piruvat dan piruvat akan terdekarboksilasi
oksidatif menjadi asetil koA dan menghasilkan energi. Jika kebutuhan energi
sudah terpenuhi maka asetil koA akan mengalami lipogenesis menjadi asam
lemak dan disimpan sebagai trigliserida. Penumpukan trigliserida yang akan
menyebabkan perlemakan hati (Murray. R. K., Granner, and Rodwell. 2009).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
Degenerasi lemak juga bisa terjadi karena terdapat penurunan aktifitas
enzim LPL dalam menghidrolisa VLDL yang mengakibatkan butiran trigliserida
terakumulasi dalam sel hati (Goldberg, 2001). Pembentukan radikal bebas
menyebabkan sel tidak mampu mengeluarkan trigliserida sehingga terjadi
degenerasi lemak. Peningkatan kadar radikal bebas lebih jauh akan menyebabkan
terjadinya nekrosis (Porth and Matfin, 2008).
Akumulasi lipid didalam sel hati dikarenakan gangguan insufisiensi enzim
atau enzim yang tidak aktif. Akumulasi lipid ini termasuk kedalam penyakit
penyimpanan pada lisosom karena melibatkan penyimpanan lipid didalam
lisosom. Peningkatan penyimpanan lipid pada lisosom akan ditemukan di dalam
sel hati. Akumulasi lipid di dalam sel hati menyebabkan perlemakan hati
(McCance, 2014)
Mekanisme terjadinya penumpukan lipid di dalam sel yaitu (1)
Peningkatan asam lemak bebas ke dalam hati (peningkatan kerusakan trigliserida
di dalam jaringan adiposa dan melepaskan asam lemak kemudian masuk ke dalam
sel hati), (2) Proses metabolisme yang gagal untk merubah asam lemak ke
fosfolipid, mengakibatkan perubahan asam lemak menjadi trigliserida, (3)
Peningkatan sintesis trigliserida dari asam lemak karena peningkatan enzim alfa
gliserofosfat yang berhubungan dengan sintesis trigliserida, (4) Penurunan sintesis
apoprotein, (5) Gagalnya proses pengikatan antara lipid dengan apoprotein and
lipoprotein, (6) Mekanisme perpindahan lipoprotein ke luar sel (McCance, 2014).
Pada kelompok kontrol simvastatin terjadi perbaikan perlemakan hati
dikarenakan golongan statin dapat menurunkan kolesterol total 20% - 45% dan
menurunkan trigliserida 10%-45% (Walker, 2003). Obat ini merupakan inhibitor
kompetitif 3-OH-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang
mengkatalisis tahap awal pembatasan laju pada biosintesis kolesterol. Sehingga
dapat terjadi pengurangan perlemakan hati.
Pada kelompok dosis I, II, dan II juga terjadi perbaikan terhadap
perlemakan hati. Perbaikan tersebut kemungkinan karena senyawa tanin, saponin,
dan flavonoid yang terdapat dalam ekstrak buah parijoto.
Tanin mampu mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan
mempercepat pembuangan kolesterol melalui feses (Rahayu, 2005 dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Umarudin, 2012). Aktivitas senyawa tanin dapat mencegah terjadinya gangguan
keseimbangan antara produksi oksidan dan antioksidan terkait dengan konsumsi
radikal bebas. Mekanisme tanin dalam ekstrak parijoto kemunginan adalah
menurunkan kadar kolesterol total dengan menghambat oksidasi LDL (Sukandar,
2006). Sehingga dari kemungkinan mekanisme tanin tersebut membuat
pengurangan terhadap perlemakan hati.
Pada
penelitian
Gross
(2004)
tentang
flavonoid
dan
penyakit
kardiovaskuler, kandungan flavonoid dapat menurunkan kolesterol total. Beberapa
studi telah meneliti efek dari flavonoid pada sintesis dan kadar dalam sel, hewan
percobaan, dan manusia (Gebhardt, 2001). Quercetin, luteolin, dan taxifolin dapat
menghambat sintesis kolesterol. Efek dapat terjadi melalui mekanisme tidak
langsung yang memodulasi aktivitas HMG-CoA. Luteolin dapat menyebabkan
sekresi empedu kolesterol dan dengan demikian mengurangi kadar kolesterol
(Gross, 2004). Sehingga flavonoid memungkinkan untuk mengurangi perlemakan
didalam hati.
Saponin didalam ekstrak buah parijoto diduga memiliki efek sebagai
antihiperlipidemia adalah saponin. Saponin bekerja dengan mengendapkan
kolesterol dan ikut campur dalam sirkulasi enterohepatik asam empedu yang
membuat penyerapan kolesterol di usus terganggu (Kamesh dan Tangarajan,
2012). Mekanisme saponin tersebut kemunginan terdapat didalam ekstrak buah
parijoto sehingga dapat mengurangi perlemakan hati yang terjadi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70%
dengan adanya senyawa flavonoid, saponin dan tanin kemungkinan dapat
memperbaiki
kerusakan
sel
hati
yang
mengalami
perlemakan.
Efek
antihiperlipidemia tersebut dapat terlihat lebih banyak pada dosis 3 (90
mg/KgBB), tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis
optimum yang dapat mengurangi perlemakan hati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol 70% buah parijoto memiliki
efek
antihiperlipidemia yang dilihat dari jaringan hati. Efek yang paling banyak
mengurangi perlemakan hati terdapat pada dosis III (90 mg/KgBB) karena sel
normal dan sel steatosis berbeda secara signifikan (p<0,05) dengan kelompok
hiperlipid. Sel nekrosis pada semua kelompok tidak memiliki perbedaan yang
signifikan (p>0,05).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimum
yang mendekati dosis 90 mg/kgBB dalam mengurangi perlemakan hati.
b. Perlu dilakukan uji lebih lanjut terhadap senyawa aktif yang berperan
sebagai antihiperlipidemia.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014 dalam Niswah, 2014. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah
parijoto (Medinilla speciosa Blume) menggunakan metode difusi
cakram. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ahmad, 1986 dalam Marliana et al., 2005.. Skrining Fitokomia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule jacq. Swartz) Dalam Ekstrak etanol. Jurnal Biofarmasi 3(1): 26-31.
Ascent. 2012. Simvastatin-DP Product Information. South Melbourn. 130603.p125.
Balamurugan, K. Nishantini, A., Mohan., V.R. 2013.
Antidiabetic And
Antihyperlipidaemic Activity Of Ethanol Extract Of Melastoma
Malabathricum L. Leaf In Alloxan Induced Diabetic Rats.
Ethnopharmacology Unit, Research Department of Botany, V. O.
Chidambaram College, Tuticorin 628 008, Tamil Nadu, India.
Bullock, Shane., Hayes, Majella. 2013. Principles of Pathophysiology. 2013.
Pearson Australia.
Brunton., et al , 2008 dalam Purwanti, Septi. 2012. (Skripsi) Efek
Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% buah Oyong (Luffa acutangula
(L.) Roxb) Pada Tikus Putih Jantan yang Diberi Diit Tinggi Kolesterol
dan Lemak. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Conforti et al., 2008 dalam Wachidah, Leliana N., 2013. Uji aktivitas antioksidan
serta penentuan kandungan fenola dan flavonoid total dari buah parijoto
(Medinilla speciosa Blume).Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000.Parameter Standar umum
ekstrak tumbuhan obat. Jakarta:Departemen Kesehatan RI., Hal. 13-17.
Dinayanti, Tezza. 2010. Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Kering Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum
Tikus Sprague-Dawley Hiperkolesterolemik. Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro: Semarang.
Dipiro, Joseph T., 2005. Pharmacotherapy : A patophysiologic Approach. New
York : McGaraw-Hill., 429-452.
Dyatmiko, Wahjo. 2004. Pengaruh Pemberian Perasan Sechium edule (Jacq.)
Swartz Terhadap
Kadar Kolesterol Total Dan Trigliserida Mencit
Queckerbus. Fakultas Farmasi Universitas Airlanggaberk. Penel.Hayati: 9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
(139-142), 2004 Fakultas MIPA Universitas Katolik Widya Mandala
Madiun.
Dubey, Nawal Kishore. 2015. Plant as A Source of Natural Antioxidants. USA:
CAB International.
Edwards et al., 1972 dalam Santosa, Sylvia., et al., 2007. Physiological and
therapeutic factor affecting cholesterol metabolism: Does a reciprocal
relationship between cholesterol absorption and synthesis really excist?.
Science Direct. 80. 505-514.
Ganiswara, G, Suliatia, dkk., 1995., Farmakologi Dan Terapi Edisi ke-4.,
Fakultas Kedokteran UI., Jakarta.
Gebhardt, R. 2001. Anticholestatic Activity Of Flavonoids From Artichoke
(Cynara Scolymus L.) And Of Their Metabolites. Med Sci Monit 7 (Suppl
1): 316.
Gilman, 2012. Goodman and Gilman: Dasar farmakologi terapi. Edisi 10. Vol. 2
Jakarta : EGC. Hal. 943-968.
Goldberg, I.J. and M. Merkel. 2001. Lipoprotein Lipase, physiology, biochemistry
and molecular biology. Front Biosci 6:D388.
Gross, Myron. 2004. Flavonoid and Cardiovascular Disease. Pharmaceutical
Biology. 21-35.
Guevara, 1985 dalam Wachidah, Leliana N., 2013. Uji aktivitas antioksidan serta
penentuan kandungan fenola dan flavonoid total dari buah parijoto
(Medinilla speciosa Blume).Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. The McGraw-Hill Companies,
Inc. 2-8.
Harborne, 1996 dalam Marliana et al., 2005. Skrining Fitokomia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule jacq. Swartz) Dalam Ekstrak etanol. Jurnal Biofarmasi 3(1): 26-31
Juheini. 2002. Pemanfaatan Herba Seledri (Apium graveolens L.) Untuk
Menurunkan Kolesterol dan Lipid dalam Darah Tikus Putih yang Diberi
Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak. Jurusan Farmasi, FMIPA UI. Makara
Sains, Vol.6, No.2. Agustus 2002.
Kamesh,
Venkatakrishnan
and
Thangarajan
Sumathi.
2012.
Antihypercholesterolemic effect of Bacopa monniera Linn. On high
cholesterol diet induced hypercholesterolemia in rats. Asian Pasific
Journal of Tropical medicine.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Kaniati, Sri Dewi. 2012. (Skripsi) Uji Potensi Hepatoprotektif Senyaws Dimer
dari Isoeugenol Terhadap Histologi Hati Mencit (Mus Musculus) Jantan
Galur DDY.Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Biologi Universitas Indonesia.
Kimble, Marry A., et al., 2009. Applied Therapeuics-The clinical Use of Drugs.
USA: Lippincott Williams & Wilkins. 12-28.
Marlina, S. 2003. Pengaruh Ekstrak Campuran Buah Labu Siam (Sechium edule)
dan Daun Salam (Eugena polyantha Wighy) terhadap Kadar Kolesterol
Total dan Trigliserida Tikus Jantan Putih yang Diberi Diit Kolesterol
Tinggi dan Lemak. Depok: Skripsi Farmasi FMIPA UI.
Marliana, et al., 2005. Marliana et al., 2005.. Skrining Fitokomia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule jacq. Swartz) Dalam Ekstrak etanol. Jurnal Biofarmasi 3(1): 26-31.
Mayes PA. Lipid transport and stirage Harper’s Bio chemistry, 22nd Ed.PrenticeHall International Inc, 1990.
McCance, Kathryn L., Huether, Sue E.,. 2013. Pathophysiology: The Biologic
Basis For Disease In Adulys And Children. Canada: Elsevier.
Meenakshi, S., Umayaparvath, S., Arumugan, M. and Balasubramanian, T. 2012.
In Vitro Antioksidant Properties and FTIR Analysis of Two Seeweeds of
Gulf of Mannar. Asian Pac. J. Trop. Biomed., 2:66-70
Mu’nim, 2011 dalam Purwnti, Septi. 2012. (Skripsi) Efek Antihiperlipidemia
Ekstrak Etanol 70% buah Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) Pada
Tikus Putih Jantan yang Diberi Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak.
Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Murray.R.K., Granner, and Rodwell. 2009. Biokimia Harper (Brahm U. Pendit, et
all, penerjemah.). (Ed ke-27). Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Niswah, Lukluatun. 2014. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak buah parijoto
(Medinilla speciosa Blume) menggunakan metode difusi cakram. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nugroho, Christianto Adhy. 2012. Aktivitas Hipokolesterolimik Ekstrak Rosela
(Hibiscus Sabdariffa) Pada Tikus Putih Diabetes. Program Studi Biologi.
Nurcahyaningtias, Haviani. 2012. (Skripsi) Efek Antihiperlipidemia Susu Kacag
kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Pada Tikus Putih Jantan yang Diberi
Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
O. T. Kolawole, S. O. Kolawole, A. A. Ayankunle and I. O. Olaniran
Methanol Leaf Extract of Persea americana Protects
Rats
against
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Cholesterol-Induced Hyperlipidemia. British Journal of Medicine &
Medical. Research 2(2): 235-242, 2012.
Oktavianti, 2005 dalam Wulandari, Debin. 2012. Kadar Malondialdehida ( Mda )
Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati pada Hewan Model Tikus
(Rattus Norvegicus) Hiperkolesterolemia Setelah Terapi Ekstrak Air
Benalu Mangga (Dendrophthoe Pentandra L. Miq). Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Brawijaya.
Parijoto. www. Platamor.com/index.php?plant=826 diakses pada tanggal 30 Juni
2014.
Pearce, C. Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia.
Porth, C and G. Matfin. 2008. Pathophysiology: Concepts of Altered Health
States. Lippincott Williams & Wilkins 8th edition.
Purwanti, Septi. 2012. (Skripsi) Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanol 70% buah
Oyong (Luffa acutangula (L.) Roxb) Pada Tikus Putih Jantan yang
Diberi Diit Tinggi Kolesterol dan Lemak. Skripsi. Depok: Universitas
Indonesia.
Prakash et al., 2001 dalam Marliana et al., 200.. Skrining Fitokomia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule jacq. Swartz) Dalam Ekstrak etanol. Jurnal Biofarmasi 3(1): 26-3.
Rahayu, 2005 dalam Umarudin, Susanti, dan Yuniastuti, Ari. 2012. Efektivitas
Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil Hiperkolesterolemi Lipid Tikus
Putih. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Unnes Journal of Life Science.
Reynertson. A. L. 2007. Phytochemical Analysis of Bioactive Constituents ftom
Edible Myrtaceae Fruits. Dissertation. University of New York. New
York.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI., 115.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 92, 259-260.
Saidin, Muhammad. 2002. Cholesterol Content of Foods Originatinf From Animal
Tissue. Litbangkes-Depkes RI. 27(2). 224-230.
Sukandar, 2006 dalam Umarudin, Susanti, dan Yuniastuti, Ari. 2012. Efektivitas
Ekstrak Tanin Seledri Terhadap Profil Hiperkolesterolemi Lipid Tikus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Putih. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Unnes Journal of Life Science.
Wachidah, Leliana N., 2013. Uji aktivitas antioksidan serta penentuan kandungan
fenola dan flavonoid total dari buah parijoto (Medinilla speciosa
Blume).Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Wibowo, H.A., Wasino & Dewi Lisnoor Setyowati. 2012. Kearifan lokal dalam
menjaga Lngkungan Hidup (Studi Kasus Masyarakat di Desa Colo
Kecematan Dawe Kapbupaten Kudus), Journal of Educational Social
Studies 1 (1) : 25-30
Wulandari, Debin. 2012. Kadar Malondialdehida ( Mda ) Dan
Gambaran
Histopatologi Organ Hati pada Hewan Model Tikus (Rattus Norvegicus)
Hiperkolesterolemia Setelah Terapi Ekstrak Air
Benalu
Mangga
(Dendrophthoe Pentandra L. Miq). Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Brawijaya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 1 : Kerangka Penelitian
Buah parijoto segar
ekstraksi dengan
etanol 70%
evaporasi
Ekstrak kental etanol
70% parijoto
Adaptasi Sampel
tikus 14 hari, dibagi 6
kelompok uji
Hewan siap diberikan
intervensi sesuai
kelompok uji
Cek BB sampel
seminggu sekali
% rendemen
Uji kadar air
Skrining
fitokimia
Pemberian
intervensi kepada
hewan uji
Pembuatan suspensi
ekstrak etanol 70%
parijoto
Pemberian
intervensi selama
42 hari
Diberikan kepada
hewan uji sesuai
dengan dosis yang
telah ditentukan
Hari 43, pengambilan
hati hewan uji
Dilihat dengan
mikroskop
Preparasi jaringan hati
hewan uji
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 2 : Pembuatan larutan Uji
Pembuatan larutan ekstrak etanol dibuat dengan perhitungan sebagai berikut
dengan volume larutan yang diberikan adalah 3 ml/200 bb, maka volume yang
dibutuhkan untuk masing-masing dosis adalah:
Dosis III
: 5 ekor x 3 ml
= 15 ml
Dosis II
: 1/10 x 15 ml
= 1,5 ml
Dosis I
: 1/100 x 15 ml
= 0,15 ml
Untuk suspensi bahan uji dosis I dan II, dibuat dengan pengenceran dari dosis III,
yakni dengan cara mensuspensikan larutan uji dosis III dalam Na CMC 0,5%
sampai volumenya 15 ml untuk masing-masing dosis I dan dosis II.
Jumlah total suspensi bahan uji dosis III yang dibutuhakan perhari adalah 15 + 1,5
+ 0,15 ml = 16,65 ml ≈ 18 ml. Jumlah ekstrak dosis III yang harus ditimbang = 18
ml/3 ml x 90 mg = 540 mg (disuspensikan dengan larutan CMC 0,5% ad 18 ml)
Dosis I dan II akan dibuat dari pengenceran dosis III
Dosis II : 1,5 ml suspensi dosis III, ditambahkan larutan Na CMC 0,5% ad 15 ml
Dosis I : 0,15 ml suspensi dosis, ditambahkan larutan Na CMC 0,5% ad 15 ml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 3: Perhitungan dosis dan pembuatan suspensi simvastatin
Dosis efektif simvastatin pada manusia adalah 10-20 mg/hari, dan dosis yang
akan dipakai adalah simvastatin dengan dosis 10 mg/hari. Maka dosis untuk tikus
per 200 g bb adalah 10 mg/hari x 0,018 x 10 = 1,8 mg/hari. Volume larutan yang
akan diberikan adalah 3 ml maka volume yang dibutuhkan adalah: 5 ekor x 3 ml
=15 ml. Jadi jumlah simvastatin yang akan ditimbang :
x 1,8 mg = 9 mg (disuspensikan dengan larutan CMC 0,5% ad 15 ml)
CMC yang ditimbang
Larutan CMC 0,5% dibuat dengan menimbang 0,1 g CMC lalu ditaburkan
dalam air panas pada suhu 80oC dengan volume 20 kali berat CMC yaitu 2 ml dan
didiamkan selama kurang lebih 30 menit hingga CMC mengembang. Setelah
pendiaman, CMC digerus hingga homogen, lalu ditambahkan aquadest hingga 15
ml.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 4: Pembuatan diit tinggi kolesterol dan lemak
Diit tinggi kolesterol dan lemak akan dibuat dengan komposisi:
Kuning telur
80%
Larutan sukrosa 65% 15%
Lemak hewan
5%
Volume emulsi yang diberikan 3 ml maka volume yang dibutuhkan adalah:
[(5 kelompok x 5 ekor) x 3 ml]= 75 ml
Kuning telur
:
Larutan sukrosa 65% :
Lemak hewan
:
Diit tinggi kolesterol dan lemak dibuat dalam bentuk emulsi, sama bahan
dicampur, kemudian dikocok dengan kecepatan tinggi hingga homogen. Diit
dibuat baru setiap harinya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 5: Jumlah sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis
Kelompok
Normal 1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
3
2
4
6
8
Normal
71
84
61
65
50
Steatosis
10
4
4
5
7
Kelompok
Normal 2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
14
11
22
26
22
Normal
11
15
7
10
17
Steatosis
30
35
20
37
38
Kelompok
Normal 3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
60
43
42
35
35
Normal
5
10
8
11
15
Steatosis
12
20
21
17
20
Kelompok
Hiperlipid
1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
34
27
25
47
25
Normal
4
6
8
8
16
Steatosis
33
29
29
55
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Kelompok
Hiperlipid
2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
20
27
22
21
27
Normal
5
7
12
3
14
Steatosis
45
47
45
52
42
Kelompok
Hiperlipid
3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
30
27
26
30
31
Normal
3
5
17
7
4
Steatosis
24
32
39
21
24
Kelompok Lapang
Simvastatin Pandang 1
1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
26
29
21
12
12
Normal
7
10
13
10
7
Steatosis
28
31
28
24
27
Kelompok Lapang
Simvastatin Pandang 1
2
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
29
20
25
10
13
Normal
5
7
8
7
10
Steatosis
27
26
24
20
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Kelompok Lapang
Simvastatin Pandang 1
3
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
17
12
11
10
12
Normal
16
17
20
17
32
Steatosis
20
22
20
20
22
Kelompok
D1P1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
14
20
20
21
21
Normal
26
21
22
19
20
Steatosis
13
13
12
13
19
Kelompok
D1P2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
20
24
20
14
17
Normal
37
32
10
24
30
Steatosis
26
8
15
26
21
Kelompok
D1P3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
12
19
18
17
14
Normal
26
30
25
19
19
Steatosis
19
22
20
23
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Kelompok
D2P1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
12
19
19
17
19
Normal
24
20
19
27
28
Steatosis
28
22
24
21
22
Kelompok
D2P2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
18
20
18
17
12
Normal
23
19
19
20
22
Steatosis
20
24
22
18
20
Kelompok
D2P3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
12
10
12
13
11
Normal
22
24
24
25
25
Steatosis
19
20
20
19
20
Kelompok
D3P1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
16
17
16
20
17
Normal
35
40
25
27
30
Steatosis
15
20
20
23
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Kelompok
D3P2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
13
15
17
16
13
Normal
30
33
27
28
20
Steatosis
21
19
18
19
23
Kelompok
D3P3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
10
17
12
12
10
Normal
40
37
35
25
27
Steatosis
23
24
9
10
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 6: Persentase sel normal, sel nekrosis, dan sel steatosis
Normal 1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
3.57
84.52
11.90
2.22
93.33
4.44
5.80
88.41
5.80
7.89
85.53
6.58
12.31
76.92
10.77
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
25.45
20.00
54.55
18.03
24.59
57.38
44.90
14.29
40.82
35.62
13.70
50.68
28.57
22.08
49.35
Normal 3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
77.92
6.49
15.58
58.90
13.70
27.40
59.15
11.27
29.58
55.56
17.46
26.98
50.00
21.43
28.57
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
47.89
5.63
46.48
43.55
9.68
46.77
40.32
12.90
46.77
42.73
7.27
50.00
28.74
18.39
52.87
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
28.57
7.14
64.29
33.33
8.64
58.02
27.85
15.19
56.96
27.63
3.95
68.42
32.53
16.87
50.60
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
52.63
5.26
42.11
47.37
7.81
50.00
45.61
20.73
47.56
52.63
12.07
36.21
54.39
6.78
40.68
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
42.62
41.43
33.87
26.09
26.09
Nekrosis
Normal
Steatosis
Normal 2
Hiperlipid
1
Nekrosis
Normal
Steatosis
Hiperlipid
2
Nekrosis
Normal
Steatosis
Hiperlipid
3
Nekrosis
Normal
Steatosis
Simvastatin
1
Nekrosis
Ratarata
6.36
85.74
7.90
Ratarata
30.51
18.93
50.55
Ratarata
60.31
14.07
25.62
Ratarata
40.64
10.78
48.58
Ratarata
29.98
10.36
59.66
Ratarata
50.53
10.53
43.31
Ratarata
34.02
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Normal
Steatosis
11.48
45.90
14.29
44.29
20.97
45.16
21.74
52.17
15.22
58.70
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
47.54
8.20
44.26
37.74
13.21
49.06
43.86
14.04
42.11
27.03
18.92
54.05
30.23
23.26
46.51
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
32.08
30.19
37.74
23.53
33.33
43.14
21.57
39.22
39.22
21.28
36.17
42.55
18.18
48.48
33.33
d1p1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
26.42
49.06
24.53
37.04
38.89
24.07
37.04
40.74
22.22
39.62
35.85
24.53
35.00
33.33
31.67
d1p2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
24.10
44.58
31.33
37.50
50.00
12.50
44.44
22.22
33.33
21.88
37.50
40.63
25.00
44.12
30.88
d1p3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
21.05
45.61
33.33
26.76
42.25
30.99
28.57
39.68
31.75
28.81
32.20
38.98
25.93
35.19
38.89
d2p1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
18.75
37.50
43.75
31.15
32.79
36.07
30.65
30.65
38.71
26.15
41.54
32.31
27.54
40.58
31.88
d2p2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
29.51
37.70
31.75
30.16
30.51
32.20
30.91
36.36
22.22
40.74
Simvastatin
2
Nekrosis
Normal
Steatosis
simvastatin
3
16.74
49.24
Ratarata
37.28
15.52
47.20
Ratarata
23.33
37.48
39.20
Ratarata
35.02
39.57
25.40
Ratarata
30.58
39.68
29.73
Ratarata
26.22
38.99
34.79
Ratarata
26.85
36.61
36.54
Ratarata
28.98
35.43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Steatosis
32.79
38.10
37.29
32.73
37.04
d2p3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
22.64
41.51
35.85
18.52
44.44
37.04
21.43
42.86
35.71
22.81
43.86
33.33
19.64
44.64
35.71
d3p1
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
24.24
53.03
22.73
22.08
51.95
25.97
26.23
40.98
32.79
28.57
38.57
32.86
23.94
42.25
33.80
d3p2
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
20.31
46.88
32.81
22.39
49.25
28.36
27.42
43.55
29.03
25.40
44.44
30.16
23.21
35.71
41.07
d3p3
Lapang
Pandang 1
Lapang
Pandang 2
Lapang
Pandang 3
Lapang
Pandang 4
Lapang
Pandang 5
Nekrosis
Normal
Steatosis
13.70
54.79
31.51
21.79
47.44
30.77
21.43
62.50
16.07
25.53
53.19
21.28
17.86
48.21
33.93
35.59
Ratarata
21.01
43.46
35.53
Ratarata
25.01
45.36
29.63
Ratarata
23.75
43.97
32.29
Ratarata
20.06
53.23
26.71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 7: Uji statistik sel normal hewan uji (SPSS 16.0)
1.
Uji normalitas terhadap sel normalseluruh kelompok hewan uji (spss 16.0)
Tujuan: untuk melihat data sel normal seluruh kelompok hewan uji terdistribusi normal
atau tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel normal tikus terdistribusi normal
Ha = sel normal tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal
N
18
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
33.1361
1.93620E1
Absolute
.158
Positive
.157
Negative
-.158
Kolmogorov-Smirnov Z
.671
Asymp. Sig. (2-tailed)
.758
Keputusan : Data sel normal tikuspada tiap kelompok terdistribusi normal
2.
Uji homogenitas (Uji Levene) terhadap sel normal seluruh kelompok hewan uji
(SPSS 16.0)
Tujuan: untuk melihat sel normal seluruh kelompok hewan uji bervariasi homogen atau
tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel normal tikus bervariasi secara homogen
Ha = Data sel normal tikus tidak bervariasi secara homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
df2
11.892
5
Sig.
12
.000
Keputusan : Data sel normal tikus pada tiap kelompok tidak bervariasi homogen
3.
Uji analisis kruskall-wallis terhadap sel normal seluruh kelompok hewan uji (SPSS
16.0)
Tujuan: untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan data terhadap sel normal seluruh
kelompok hewan uji
Hipotesis:
Ho = Data sel normal tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha = Data sel noraml tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test Statisticsa,b
Normal
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
12.233
4
.016
Keputusan : Data sel normal tikus antar kelompok perlakuan berbeda secara bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
4.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap sel normal kelompok hewan uji (SPSS
16.0)
Tujuan: Untuk mengetahui letak perbedaan data sel normal antar kelompok hewan uji
Hipotesis:
Ho = Data sel normal tikus tidak memiliki perbedaan
Ha = Data sel normal tikus berbeda memiliki perbedaan p : 0,05
Pengambilan keismpulan :
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
Normal
Hiperlipid
29.02333
14.14290
.063
-1.7914
59.8381
simvastatin
16.33333
14.14290
.271
-14.4814
47.1481
dosis 1
.16667
14.14290
.991
-30.6481
30.9814
dosis 2
1.08000
14.14290
.940
-29.7347
31.8947
dosis 3
-7.94000
14.14290
.585
-38.7547
22.8747
Normal
-29.02333
14.14290
.063
-59.8381
1.7914
simvastatin
-12.69000
14.14290
.387
-43.5047
18.1247
dosis 1
-28.85667
14.14290
.064
-59.6714
1.9581
dosis 2
-27.94333
14.14290
.072
-58.7581
2.8714
dosis 3
-36.96333*
14.14290
.023
-67.7781
-6.1486
Normal
-16.33333
14.14290
.271
-47.1481
14.4814
12.69000
14.14290
.387
-18.1247
43.5047
dosis 1
-16.16667
14.14290
.275
-46.9814
14.6481
dosis 2
-15.25333
14.14290
.302
-46.0681
15.5614
dosis 3
-24.27333
14.14290
.112
-55.0881
6.5414
Normal
-.16667
14.14290
.991
-30.9814
30.6481
Hiperlipid
28.85667
14.14290
.064
-1.9581
59.6714
simvastatin
16.16667
14.14290
.275
-14.6481
46.9814
dosis 2
.91333
14.14290
.950
-29.9014
31.7281
dosis 3
-8.10667
14.14290
.577
-38.9214
22.7081
Hiperlipid
simvastatin
Hiperlipid
dosis 1
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
dosis 2
dosis 3
Normal
-1.08000
14.14290
.940
-31.8947
29.7347
Hiperlipid
27.94333
14.14290
.072
-2.8714
58.7581
simvastatin
15.25333
14.14290
.302
-15.5614
46.0681
dosis 1
-.91333
14.14290
.950
-31.7281
29.9014
dosis 3
-9.02000
14.14290
.536
-39.8347
21.7947
Normal
7.94000
14.14290
.585
-22.8747
38.7547
Hiperlipid
36.96333*
14.14290
.023
6.1486
67.7781
simvastatin
24.27333
14.14290
.112
-6.5414
55.0881
dosis 1
8.10667
14.14290
.577
-22.7081
38.9214
dosis 2
9.02000
14.14290
.536
-21.7947
39.8347
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
Lampiran 8: Uji statistik sel steatosis hewan uji (SPSS 16.0)
1. Uji normalitas terhadap sel steatosis seluruh kelompok hewan uji (spss 16.0)
Tujuan: untuk melihat data sel steatosis seluruh kelompok hewan uji terdistribusi normal
atau tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel steatosis tikus terdistribusi normal
Ha = Data sel steatosis tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Steatosis
N
18
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
36.5261
12.08062
Absolute
.123
Positive
.111
Negative
-.123
Kolmogorov-Smirnov Z
.522
Asymp. Sig. (2-tailed)
.948
Keputusan : Data sel steatosis tikus pada tiap kelompok terdistribusi normal
2.
Uji homogenitas (Uji Levene) terhadap sel steatosis seluruh kelompok hewan uji
(SPSS 16.0)
Tujuan: untuk melihat sel steatosis seluruh kelompok hewan uji bervariasi homogen atau
tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel steatosis tikus bervariasi secara homogen
Ha = Data sel steatosis tikus tidak bervariasi secara homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
df1
df2
3.316
5
Sig.
12
.041
Keputusan : Data sel steatosis tikus pada tiap kelompok tidak bervariasi homogen
3.
Uji analisis kruskall-wallis terhadap sel steatosis seluruh kelompok hewan uji (SPSS
16.0)
Tujuan: untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan data terhadap sel steatosis seluruh
kelompok hewan uji
Hipotesis:
Ho = Data sel steatosis tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha = Data sel steatosis tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test Statisticsa,b
Steatosis
Chi-Square
df
12.233
4
Asymp. Sig.
.016
Keputusan : Data sel steatosis tikus antar kelompok perlakuan berbeda secara bermakna
4.
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap sel steatosis kelompok hewan uji (SPSS
16.0)
Tujuan: Untuk mengetahui letak perbedaan data sel steatosis antar kelompok hewan uji
Hipotesis:
Ho = Data sel steatosis tikus tidak memiliki perbedaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Ha = Data sel stetaosis tikus berbeda memiliki perbedaan p : 0,05
Pengambilan keismpulan :
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kelompok
(J) Kelompok
(I-J)
Normal
Hiperlipid
-22.49333*
8.07665
.016
-40.0908
-4.8958
simvastatin
-17.19000
8.07665
.055
-34.7875
.4075
dosis 1
-1.95000
8.07665
.813
-19.5475
15.6475
dosis 2
-7.86333
8.07665
.349
-25.4608
9.7342
dosis 3
-1.52000
8.07665
.854
-19.1175
16.0775
Normal
22.49333*
8.07665
.016
4.8958
40.0908
5.30333
8.07665
.524
-12.2942
22.9008
dosis 1
20.54333*
8.07665
.026
2.9458
38.1408
dosis 2
14.63000
8.07665
.095
-2.9675
32.2275
dosis 3
20.97333*
8.07665
.023
3.3758
38.5708
Normal
17.19000
8.07665
.055
-.4075
34.7875
Hiperlipid
-5.30333
8.07665
.524
-22.9008
12.2942
dosis 1
15.24000
8.07665
.084
-2.3575
32.8375
dosis 2
9.32667
8.07665
.271
-8.2708
26.9242
dosis 3
15.67000
8.07665
.076
-1.9275
33.2675
Normal
1.95000
8.07665
.813
-15.6475
19.5475
Hiperlipid
-20.54333*
8.07665
.026
-38.1408
-2.9458
simvastatin
-15.24000
8.07665
.084
-32.8375
2.3575
dosis 2
-5.91333
8.07665
.478
-23.5108
11.6842
dosis 3
.43000
8.07665
.958
-17.1675
18.0275
Normal
7.86333
8.07665
.349
-9.7342
25.4608
Hiperlipid
-14.63000
8.07665
.095
-32.2275
2.9675
simvastatin
-9.32667
8.07665
.271
-26.9242
8.2708
dosis 1
5.91333
8.07665
.478
-11.6842
23.5108
dosis 3
6.34333
8.07665
.447
-11.2542
23.9408
Hiperlipid
simvastatin
simvastatin
dosis 1
dosis 2
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
dosis 3
Normal
1.52000
8.07665
.854
-16.0775
19.1175
Hiperlipid
-20.97333*
8.07665
.023
-38.5708
-3.3758
simvastatin
-15.67000
8.07665
.076
-33.2675
1.9275
dosis 1
-.43000
8.07665
.958
-18.0275
17.1675
dosis 2
-6.34333
8.07665
.447
-23.9408
11.2542
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Lampiran 9: Uji statistik sel nekrosis hewan uji (SPSS 16.0)
1. Uji normalitas terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji (spss 16.0)
Tujuan: untuk melihat data sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji terdistribusi normal
atau tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel nekrosis tikus terdistribusi normal
Ha = Data sel nekrosis tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nekrosis
N
18
Normal Parametersa
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
30.5206
1.19496E1
Absolute
.165
Positive
.165
Negative
-.135
Kolmogorov-Smirnov Z
.699
Asymp. Sig. (2-tailed)
.713
Keputusan : Data sel nekrosis tikus pada tiap kelompok terdistribusi normal
2.
Uji homogenitas (Uji Levene) terhadap sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji
(SPSS 16.0)
Tujuan: untuk melihat sel nekrosis seluruh kelompok hewan uji bervariasi homogen atau
tidak
Hipotesis:
Ho = Data sel nekrosis tikus bervariasi secara homogen
Ha = Data sel nekrosis tikus tidak bervariasi secara homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic
2.684
df1
df2
5
Sig.
12
.075
Keputusan : Data sel nekrosis tikus pada tiap kelompok tidak bervariasi homogen
3.
Uji analisis variansi (ANOVA) satu arah terhadap sel nekrosis seluruh kelompok
hewan uji (SPSS 16.0)
Tujuan: untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan data terhadap sel nekrosis seluruh
kelompok hewan uji
Hipotesis:
Ho = Data sel nekrosis tikus tidak berbeda secara bermakna
Ha = Data sel nekrosis tikus berbeda secara bermakna
Pengambilan Kesimpulan:
Ho diterima jika nilai signifikan > 0,05
Ho ditolak jika nilai signifikan < 0,05
ANOVA
Sum of Squares
Between Groups
df
Mean Square
566.746
5
113.349
Within Groups
1860.718
12
155.060
Total
2427.465
17
F
Sig.
.731
.614
Keputusan : Data sel nekrosis tikus antar kelompok perlakuan tidak berbeda secara
bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 10: Hasil Skrinning Fitokimia
Uji Alkaloid dengan Meyer (-)
Uji Alkaloid dengan Dragendorf (-)
Uji Flavonoid (+)
Uji Saponin (+)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Uji Tanin (+)
Uji Glikosida (+)
Uji Terpenoid (-)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Lampiran 11: Hasil Determinasi Buah Parijoto (Medinilla speciosa Blume)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Download