PEMERINTAH KOTA METRO

advertisement
Draf
PERATURAN WALIKOTA METRO
NOMOR :
TAHUN 2013
TENTANG
TARIF PELAYANAN TINDAKAN OPERATIF ORTHOPEDY DAN PENYAKIT PARU-PARU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. A. YANI METRO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA METRO,
Menimbang
Mengingat
: a.
bahwa pasal 68 dan pasal 69 Undang-Undang Nomor 01 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara mengisyaratkan pada instasi Pemerintah yang tugas
dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat diberikan
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangannya dengan sebutan Badan
Layanan Umum dan salah satu perangkat Daerah yang melaksanakan pola
keuangan Badan Layanan Umum adalah Rumah Sakit Umum Daerah A. Yani;
b.
bahwa , penentuan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit A. Yani
merupakan tempat pelayanan Umum yang bersifat khusus yang
pengaturannya berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
61 Tahun 2007 termasuk menentukan tariff;
c
Pada saat penyusunan tarif yang lalu,belum ada tenaga Tehnis dan Alat
penunjangnya.Pada saat ini Rumah Sakit A. Yani telah memiliki tenaga Tehnis
dokter Spesialis Orthopedy dan dokter Spesialis Paru beserta alat
penunjangnya ;
d
Bahwa, atas dasar pertimbangan huruf a,b, dan c, diatas perlu diatur tentang
Tarif pelayanan Tindakan Operatif Orthopedy dan Penyakit Paru-Paru Rumah
Sakit Umum Daerah A. Yani Metro.
: 1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II Lampung Timur dan Kotamadya Metro
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3825);
2
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3
Undang-Undang Nomor 01Tahun 2004 tentang Perebendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara republik
Indonesia 4400);
5
Udang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemetintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
9
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389;
10
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian
Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan pada Daerah;
11
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);
12
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140);
13
Peraturan Pemeritah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan
Pertanggung jawaban Keuangan Daerah;
14
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
15
Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007;
16
Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tehnis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
Memperhatikan
17
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
416/MENKES/PER/II/2011 Tentang tarif pelayanan Kesehatan bagi peserta
PT Askes;
18
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 157/Menkes/SK/III/1999 Tentang
Perubahan Keenam atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 159b/Menkes/Per/II/1998 Tentang Rumah Sakit;
19
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1165 Tahun 2007 Tentang Pola Tarif
Badan Layanan Umum;
20
Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Prosedur Penyusunan
Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kota Metro Tahun 2002 Nomor
47) Sebagaimana telah diubah dengan peraturan Daerah Kota Metro Nomor
02 Tahun 2007 (Lembar Daerah Kota Metro Tahun 2007 Nomor 01);
21
Perda Kota Metro Nomor 07 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Metro (Lembaran Daerah Kota Metro
Tahun 2008 Nomor 07, Tambahan Lembaran daerah kota Metro Nomor
107);
: 1
Peraturan Walikota Metro Nomor 36 Tahun 2011 Tentang Pedoman Tehnis
Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Jend.A.Yani Metro.
2
Keputusan Walikota Metro No 343 Tahun 2010 Tentang Penetapan Rumah
Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro Sebagai Instansi Pemerintah Kota
Metro Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD).
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
TARIF PELAYANAN TINDAKAN OPERATIF ORTHOPEDY DAN PENYAKIT PARUPARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEND. A. YANI METRO
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Metro
2. Pemerintah Daerah Walikota dan Perangkat Daerah unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah.
3. Walikota adalah Walikota Metro
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Kota Metro
5. Rumah Sakit Umum Daerah Jenderal Achmad Yani Metro yang selanjutnya disingkat
RSUD adalah Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro.
6. Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar
sampai dengan spesialistik sesuai kemampuan.
7. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Jend. A. Yani Metro.
8. BLUD (Badan layanan Umum Daerah) adalah Satuan kerja Perangkat Daerah di
Lingkungan Pemerintah Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan
mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsipnya
efisiensi dan produktifitas.
9. Badan Layanan Umum Rumah sakit (BLU RS) adalah sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, baik dalam bentuk
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitative secara paripurna untuk
selanjutnya disebut Rumah sakit.
10. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan kepada masyarakat yang meliputi pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan keperawatan, dan pelayanan
administrasi manajemen.
11. Pelayanan Medik adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh
tenaga medik dan perawat berupa pemeriksaan, konsultasi dan tindakan medic.
12. Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosa,
pengobatan rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa menginap di
ruang rawat inap.
13. Pelayanan Rawat inap adalah pelayanan pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menginap di
rumah sakit.
14. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan darurat medik yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau cacat.
15. Pelayanan Rawat Siang Hari (Day Care) adalah pelayanan pasien untuk observasi,
diagnosis, pengobatan, rehab medic atau upaya pelayanan kesehatan lain maksimal
12 jam.
16. Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di Rumah Sakit adalah pelayanan pasien
untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehab medik atau upaya pelayanan
kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 24 (duapuluh empat) jam.
17. Tindakan Medik Operatif adalah Tindakan pembedahan yang menggunakan
pembiusan umum atau local.
18. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan untuk
membantu penegakan Diagnosis dan Terapi.
19. Pelayanan Penujang Medik adalah Pelayanan kepada pasien untuk membantu
penegakan diagnosis dan terapi .
20. Pelayanan Penunjang non medik adalah pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit
secara tidak langsung berkaitan dengan pelayan medik, antara lain hostel,
administrasi, rekam medik, londry, mobil ambulance/mobil jenazah dan lain-lain.
21. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan rehabilitasi Mental adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional,
terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta
rehabilitasi lainnya.
22. Pelayanan Konsultasi adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi
psikologi, gizi, farmasi dan konsultasi lainnya.
23. Pelayanan Medico Legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
kepentingan umum.
24. Pemulasaran/Perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi kegiatan perawatan
jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk
kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan.
25. Visum et Revertum adalah laporan tertulis yang dibuat atas sumpah jabatan tentang
apa yang dilihat dan apa yang ditemukan pada korban oleh Dokter pada saat itu,
sepanjang pengetahuan dan kemampuan yang sebaik-baiknya atas permintaan
pejabat yang berwenang untuk kepentingan hukum.
26. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan di
rumah sakit, yang dibebankan kepada pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan
yang diterimanya.
27. Jasa Pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa
yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan,
konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
28. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh Rumah Sakit atas pemakaian sarana,
fasilitas dan bahan
29. Bahan adalah obat-obatan, bahan kimia, alat kesehatan habis pakai yang digunakan
secara langsung dalam rangka pencegahan, observasi, dignosis, pengobatan dan
konsultasi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
30. Jasa Pelayanan Farmasi adalah imbalan yang diterima oleh kepala instalasi dan
petugas yang memberikan pelayanan obat dan alat kesehatan secara langsung/tidak
langsung kepada pasien,yang besarnya ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit.
31. Asuhan Keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan oleh perawat secara mandiri
selama 24 jam dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien /klien, yang mendapat
terapi diet di rumah Sakit.
32. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas ruang rawat inap dengan atau tanpa makan
di Rumah Sakit menimbulkan biaya fixed dan biaya variable .
33. Biaya Fixed meliputi penyusutan gaji, pegawai honorer, PNS yang dibiayai APBD,
serta biaya lainnya bersifat tetap yang terkait pelayanan langsung kepada pasien.
34. Biaya Variable meliputi jasa sarana yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian
sarana, fasilitas rumah sakit yang digunakan langsung dalan rangka pencegahan,
observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau
pelayanan lainnya.
35. Tempat Tidur Rumah Sakit adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang
rawat inap
36. Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung jawab biaya
pelayanan kesehatan dari seseorang yang menggunakan/mendapat pelayanan di
rumah sakit.
37. Penerimaan fungsional adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan atas
pelayanan baik berupa barang dan atau jasa yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam
menjalankan fungsinya melayani kepentingan masyarakat atau instansi pemerintah
lainnya.
38. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis yang dapat
menaikkan kemampuan BLUD dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
39. Unit cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang diberikan
rumah sakit, yang dihitung berdasarkan satndar akuntansi biaya rumah sakit.
BAB II
KEBIJAKSANAAN TARIF
Pasal 2
(1) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
(2) Pembiayaan pelayanan kesehatan dipikul bersama oleh Pemerintah dan masyarakat dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
(3) Rumah sakit memungut biaya sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diberikan sesuai dengan tarif
yang berlaku.
(4) Tarif RSUD Jend. A. Yani Metro disusun dengan mempertimbangkan kontinuitas layanan, daya beli
masyarakat, azas keadilan dan kepatuhan, serta kompetisi yang sehat.
(5) Tarif RS untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin, melalui suatu
ikatan perjanjian tertulis ditetapkan atas dasar tidak saling merugikan.
(6) Tarif ditetapkan berdasarkan perhitungan unit cost (harga satuan) per unit layanan.
(7) Penetapan tarif pelayanan yang tidak dapat dihitung atas dasar unit cost, dihitung berdasarkan bahan
dan alat yang dipakai.
(8) Tarif pelayanan dapat dilakukan perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(9) Besar tarif untuk semua jenis pelayanan selain kelas III ditetapkan dengan peraturan Walikota.
OBJEK DAN SUBJEK
Pasal 3
(1) Objek adalah pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya di Rumah Sakit.
(2) Subjek adalah setiap orang pribadi atau kelompok masyarakat yang mendapatkan pelayanan
kesehatan, maupun pelayanan yang berkaitan dengan Fungsi Rumah Sakit dan atau menggunakan
Fasilitas Rumah Sakit
BAB III
JENIS PELAYANAN DAN PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIF
Pasal 4
(1) Jenis Pelayanan kesehatan dan pelayanan yang dikenakan tarif adalah pelayanan :
a. Rawat jalan (Poliklinik, Haemodialisa, Medical dan General Cek Up)
b. Rawat darurat
c. Rawat inap (Kamar perawatan , Perinatologi/NICU, Intensive Care Unit/(ICU)
d. Rawat Sehari/One Day Care
e. Rawat siang hari /Day care
(2) Pelayanan yang dimaksud pada ayat (1) diatas terdiri dari :
a. Pelayanan Medik, yang dilakukan pada :
o Pelayanan Tindakan Operatif Orthopedy
o Pelayanan Penyakit Paru-Paru
b. Pelayanan penunjang medik, terdiri dari :
o Laboratorium Patologi Klinik
o Radio Diagnostik
o Rehabilitasi Medik
o Diagnostik Elektro Medik
o Endoskopi
o Farmasi.
o Bank darah
o Konsultasi
c. Pelayanan penunjang non medik terdiri dari :
o Rekam medik
o Medico legal
o Mobil ambulance/mobil jenazah
o Pelayanan pemulasaran dan pemakaman jenazah
o Penyuluhan Kesehatan RS (PKRS)
o Voluntary Consultation Testing (VCT)
d. Pelayanan asuhan keperawatan
(3) Jenis Pelayanan lainnya
a. Pendidikan, pelatihan dan penelitian di RS
b. Penggunaan incinerator
c. Jasa loundry
d. Jasa Pemeliharaan Sarana RS
e. Penggunaan aula RS
f. Penggunaan fasilitas tanah
g. Penggunaan parkir kendaraan
h. Pemakaian /sewa sarana prasarana lain
Pasal 5
(1) Tarif pelayanan di RS sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1), (2), dan (3) meliputi komponen Jasa
Sarana dan Jasa Pelayanan yang proporsinya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
(2) Jasa sarana sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat disesuaikan apabila terdapat kenaikan harga obatobatan, cairan, dan bahan medis habis pakai yang akan ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
(3) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas diberikan kepada tenaga medis, Perawat, Bidan,
Analis Kesehatan, Penata Rotgen, Fisioterapis, Farmasi dan tenaga administrasi (pejabat struktural
dan staf).
(4) Pembagian jasa sebagaimana sebagaimana dimaksud ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Direktur.
BAB IV
PRINSIP DAN TUJUAN PENETAPAN TARIF
Pasal 6
Prinsip dan tujuan dalam penetapan besarnya tarif didasarkan pada tujuan untuk menutupi dan atau untuk
mengganti biaya penyelenggaraan pemberian pelayanan dan biaya pemeliharaan, pegawai non PNS, dan
tidak termasuk biaya investasi, dan gaji pegawai PNS.
Pasal 7
(1) Penetapan tarif diukur berdasarkan biaya, daya beli masyarakat dan tarif pelayanan Rumah Sakit
terdekat dengan mempertimbangkan kontinuitas layanan, azas keadilan dan kepatuhan, serta
kompetisi yang sehat.
(2) Komponen-komponen yang digunakan dalam menetapkan besarnya tarif yaitu:
a. Jenis pelayanan
b. Jumlah dan jenis pemakaian alat, obat dan bahan medis pakai habis
c. Biaya pemeriksaan dan tindakan
d. Biaya asuhan keperawatan
e. Biaya akomodasi
f. Biaya pemeliharaan
g. Biaya rekam medik (medikal record)
h. Biaya administrasi umum dan biaya lainnya yang mendukung penyediaan jasa
(3) Besarnya tarif pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 tercantum dalam lampiran
Peraturan Walikota ini.
BAB V
TARIF PELAYANAN MEDIK
Pasal 18
(1) Kegiatan Pelayanan Medik sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) huruf a dapat dikelompokkan
dalam :
a. Tindakan Medik Operatif
b. Tindakan Medik Non Operatif
(2) Kegiatan pelayanan medik sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan di instalasi rawat inap
dan/atau di ruang operasi sesuai dengan spesialisasi.
Bagian Pertama
Tarif Pelayanan Medik Operatif
Pasal 19
(1) Tindakan Medik Operatif meliputi :
a. Tindakan Medik Operatif Kecil
b. Tindakan Medik Operatif Besar
c. Tindakan Medik Operatif Khusus
(2) Jasa medik operatif meliputi :
a. Operatif terencana (elektif)
b. Operatif tidak terencana (cito/segera/darurat)
(3) Komponen biaya tindakan medik operatif diruang operasi (OK) meliputi :
a. Jasa sarana
b. Bahan an alat habis pakai
c. Obat anestesi
d. Jasa pelayanan dokter operator
e. Jasa pelayanan dokter anestesi
f. Jasa pelayanan kru anestesi dan kru OK
(4) Jasa pelayanan tindakan medik operatif terdiri dari jasa pelayanan untuk tenaga medis dan jasa
pelayanan tenaga anestesi.
(5) Jasa pelayanan tindakan medik operatif adalah jasa medik yang melaksanakan tindakan medik operatif.
(6) Besarnya tarif tindakan medik operatif pasien yang pindah kelas, maka besarnya tarif adalah dikelas
tertinggi pasien dirawat.
(7) Tarif tindakan medik operatif pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan tarif sejenis dari pasien rawat
inap kelas II.
(8) Besarnya tarif tindakan medik yang bersifat cito, dikenakan tarif sebesar 125% dari tarif tindakan
terencana dimana pasien dirawat.
(9) Besarnya tarif tindakan medik operatif pada ayat (1) diatas sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Walikota ini.
(10)Tindakan medik operatif yang memerlukan pendamping tenaga ahli selain dokter anestesi dikenakan
jasa pelayanan sebesar 20% (dua puluh persen) dari jasa dokter operator sesuai dengan kelas
perawatan.
Bagian Kedua
Pelayanan Medik Non Operatif
Pasal 20
(1) Tindakan Medik Non Operatif meliputi :
a. Tindakan Medik Non Operatif Sederhana
b. Tindakan Medik Non Operatif Sedang
c. Tindakan Medik Non Operatif Besar
(2) Jenis–jenis medik non operatif dan besarnya tarif untuk masing–masing kelas perawatan tiap kelompok
tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini.
(3) Tindakan medik non operatif yang memerlukan pendamping tenaga ahli selain dokter anestesi
dikenakan jasa pelayanan sebesar 50% (lima puluh persen) dari jasa dokter operator sesuai dengan
kelas perawatan
BAB VI
TARIF PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pasal 35
(1) Kegiatan pelayanan Asuhan Keperawatan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) huruf d
dialaksanakan oleh Perawat selama 24 jam di instalasi gawat darurat, ruang rawat inap, dan ICU,
berupa pelayanan asuhan keperawatan yaitu semua tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
mandiri termasuk konsultasi perawat.
(2) Untuk pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan tarif jasa pelayanan asuhan
keperawatan yang besarnya tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini.
BAB VII
TARIF PELAYANAN LAINNYA
Pasal 36
(1) Jenis fasilitas Rumah Sakit yang dikenakan tarif antara lain :
a. Pendidikan, pelatihan dan penelitian di RS
b. Penggunaan incinerator (pembakaran sampah medis)
c. Londry
d. Jasa Pemeliharaan Sarana RS
e.
f.
g.
h.
Penggunaan aula RS
Penggunaan fasilitas tanah
Penggunaan parkir kendaraan
Pemakaian/sewa sarana prasarana lain
(2) Besarnya tarif pelayanan yang dimaksud pada ayat (1) diatas ditetapkan sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan ini.
BAB VIII
PELAYANAN KESEHATAN YANG DITANGGUNG OLEH PIHAK KETIGA
Pasal 37
(1) Rumah sakit dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan dan atau pelayanan lainnya kepada
masyarakat yang biayanya ditanggung oleh pihak ketiga dan pelaksanaanya diatur dengan Perjanjian
Kerjasama (PKS) antara Direktur dengan pihak ketiga.
(2) Pasien tanggungan pihak ketiga yang dirawat dikelas yang lebih tinggi dari kelas yang ditentukan
karena kehendak pasien, diwajibkan membayar selisih/kelebihan biaya.
(3) Bagi peserta tanggungan pihak ketiga, peserta PT Askes (pegawai negeri atau pensiunan pegawai
negeri) beserta keluarganya dikenakan biaya tambahan (cost-sharing) apabila dari seluruh kegiatan
pelayanan yang diberikan Rumah Sakit terdapat selisih dari tarif pelayanan yang ditetapkan oleh
pihak ketiga atau PT Askes.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 38
(1) Pemungutan tarif tidak dapat diborongkan.
(2) Semua biaya yang telah dihitung harus dibayar tunai pada saat pasien hendak meninggalkan rumah
sakit, kecuali pasien yang dalam tanggungan penjamin, maka semua biaya dapat dibayar kemudian
hari oleh keluarga/penjamin dengan meninggalkan jaminan (STNK, BPKB, Surat berharga) serta
mengisi formulir bermaterai cukup, yang menyatakan kesanggupan melunasi seluruh biaya selama
perawatan di rumah sakit.
(3) Pembayaran tarif pelayanan yang terhutang harus dilunasi sekaligus.
BAB X
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 39
(1) Pengeluaran Surat Teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan tarif dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak tanggal teguran/surat lain yang sejenis, wajib bayar harus
melunasi biaya yang terhutang.
(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Direktur.
BAB XI
PENGELOLAAN PENERIMAAN RUMAH SAKIT
Pasal 40
(1) Seluruh hasil penerimaan pelayanan kesehatan diterima oleh Bendaharawan Penerima melalui Kasir
sebagai pendapatan rumah sakit yang harus disetorkan sepenuhnya ke rekening rumah sakit.
(2) Penerimaan sebagaimana ayat (1) dapat dipergunakan langsung oleh Rumah Sakit, yang
pelaksanaannya berpedoman kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Pendapatan rumah sakit sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat dipergunakan untuk
membiayai :
a. Kegiatan Operasional;
b. Jasa Pelayanan;
c. Kegiatan Pemeliharaan;
d. Peningkatan Sumber Daya Manusia;
e. Gaji Pegawai Non PNS;
f. Belanja Modal;
Pasal 41
Pendapatan rumah sakit digolongkan dalam rekening kelompok Pendapatan Asli Daerah pada jenis lainlain Pendapatan Asli Daerah yang sah dengan obyek pendapatan BLUD.
Pasal 42
Anggaran pendapatan dan pengeluaran dari penerimaan Rumah Sakit harus disahkan oleh Walikota setiap
Tahun Anggaran berjalan.
BAB XII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 43
(1) Pembinaan perhitungan dan penyusunan tariff pelayanan kesehatan RSUD Jend.A.Yani Metro
dilakukan oleh Walikota melalui Sekretaris Daerah.
(2) Pengawasan terhadap penerimaan Rumah Sakit dilakukan oleh Pengawas Internal Rumah Sakit.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 44
Jenis pelayanan baru dan besaran tarifnya yang belum ditetapkan dalam Peraturan Walikota ini,
ditetapkan oleh Direktur RSUD Jend.A.Yani Metro.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 45
Hal-hal yang belum diatur dalam penutupan ini sepanjang mengenai Teknis Pelaksanaannya
berpedoman kepada ketentuan dan peraturan Perundang-undangan yang berlaku’
Pasal 46
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Metro.
Ditetapkan di Metro
Pada tanggal
2013
WALIKOTA METRO,
LUKMAN HAKIM
Diundangkan di Metro
pada tanggal
2013
SEKRETARIS DAERAH KOTA METRO,
FITTER SYAHBOEDIN
BERITA DAERAH KOTA METRO TAHUN 2013 NOMOR...............
Download