Kandungan Ma’na Syahadatain Kandungan Ma’na Syahadatain Oleh Ustadz Abu Hudzaifah Ciri khas yang dimiliki oleh ajaran Islam diantaranya adalah tidak ada paksaan dalam aqidah, artinya ajaran Islam melarang pengikutnya memaksa orang lain untuk masuk kedalam Islam. Sebagaimana firman Allah: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Baqarah: 256) Tapi hal tersebut bukan suatu halangan bagi tersebarnya Islam, karena karakteristik yang lain dari ajaran Islam adalah menda’wahkan Islam secara benar dan universal (Syumul) dengan cara yang bijaksana dan penuh hikmah. Sehingga kesan pertama terhadap Islam adalah faham dan mengerti apa sebenarnya Islam. Oleh sebab itu ilmu dan ma’rifat adalah merupakan dasar mengenal Islam. Kita mungkin dapat membedakan antara orang yang memiliki kefahaman terhadap Islam dan orang yang tidak memiliki kefahaman. Orang yang memeluk Islam dengan dasar kefahaman akan tahu apa yang harus dia perbuat, serta tahu batas tanggung jawab yang diemban dalam dunia ini, tetapi orang yang memeluk Islam tanpa dasar pemahaman yang benar dan Syumul, dia tidak akan tahu apa yang harus dia perbuat, dan batas tanggung jawab apa yang diemban dalam hidup ini. Maka kitapun akan mendapatkan bahwa kalimat Tauhid (Laa ilaaha illAllah) haruslah didasari oleh pemahaman, Allah SWT berfirman: www.tarbiyah-online.com Page Dalam ayat tersebut “ketahuilah” adalah merupakan isyarat yang diberikan Allah, bahwalandasan kalimat “Lailaha Illallah” adalah ilmu, dan ilmu akan melahirkan kefahaman, sedangkan kefahaman adalah merupakan karakteristik “kesadaran” (al 1 “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad: 19) Kandungan Ma’na Syahadatain wa’yu). Dalam rangka menambah dan memupuk kesadaran kita akan jati diri kita sebagai seorang muslim, atau bagi yang ingin lebih tahu akan kandungan Islam, maka pada kesempatan ini kita akan mencoba menggali kandungan ma’na syahadatain (dua kalimah syahadat) sehingga kita semakin paham dan mengerti akan ma’na kalimat tersebut yang kemudian kesadaran Islam (Al wa’yu al Islami) kita semakin bertambah yang dengan sendirinya kita akan semakin tahu tugas dan kewajiban kita sebagai seorang muslim serta kita dapat melakukan tugas dan tanggung jawab tersebut. URGENSI SYAHADATAIN Sebelum kita menggali dan ma’na dan kandungan serta konsekwensi dari kalimat syahadat, maka tahap pertama kita harus mengetahui dan memahami urgensi syahadatain tersebut Kalimat Syahadah adalah kalimat persaksian yang menyatakan bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusannya “Asyhadu an laa ilaaha illAllah wa ana Muhammad Rasulullah “. Diantara urgensi Syhadatain adalah: Pertama : Syahadah adalah pintu gerbang menuju Islam Pengikraaran Syahadat adalah merupakan pertanda keimanan seseorang secara gobal, bukan secara terperinci yang merinci tiap bagian dari Iman dan Islam. Maka jika seseorang yang bukan muslim mengucapkan atau mengikrarkan kalimat syahadah, pertanda orang tersebut telah memasuki Islam, yang dengan sendirinya konsekwensi dari pengikraran tersebut harus dipatuhi. Dia akan mendapatkan haknya sebagai seorang muslim, dan dia harus melakukan kewajibannya selaku seorang muslim. Merupakan satu hikmah yang diberikan Allah kepada ummatnya bahwa cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat dia menjadi seorang muslim tanpa harus merinci yang lainnya. Oleh sebab sebelum seseorang masuk kedalam Islam hendaklah dia memahami urgensi pengikraran syahadat, karena ada sebagian pelanggaran yang taruhannya adalah nyawa, seperti jika seseorang keluar dari Islam maka hukumannya adalah mati, tentunya setelah dia menolak untuk kembali kepada Islam walaupun telah diberi peringatan, dan yang berhak memvonis adalah pemerintah bukan individu. Hal yang menunjukkan bahwa yang dituntut adalah mengikrarkan keimanan secara global (umum) yang dinyatakan melalui pengikraran Syahadatain, bukan pernyataan yang rinci akan rincian iman dan islam adalah dalil-dalil shohih yang intinya adalah pengikraran tersebut menandakan keimanan dan keislamannya serta berhak mendapatkan surga dan tidak akan kekal di neraka. Diantara dalil-dalil tersebut adalah: Rasulullah Saw bersabda : Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan kecuali Allah dan bahwasanya aku adalah utusannya, tidaklah seorang hamba menemui Allah (meninggal) dengan tetap konsisten terhadap duakalimat tersebut tanpa keraguan, kecuali Allah akan memasukkannya kedalam surga. (Muslim Syarah Nawawi juz 1 : hal 224) www.tarbiyah-online.com Page Dalil diatas menunjukkan bahwa siapa yang mati dalam keadaan islam (bertauhid) maka dia dijamin pada akhirnya akan masuk surga dan tidak akan kekal dalam 2 Dari Ubadah Bin Shomit R.A telah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang bersaksi bahwa tiada tuhan melankan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusannya, haram baginya masuk neraka (Muslim Syarah Nawawi Juz 1 :229) Kandungan Ma’na Syahadatain neraka, seandainya dia disiksa di neraka maka siksaaannya adalah sesuai atas ma’siat dan dosa yang dibuatnya. Pada prakteknya (seandainya dirinci sangat banyak sekali) para shahabat Rasulullah Saw melakukan hal itu; Kisah islamnya Abu Bakar, Abu Dzar Tufail Ad Dausi, Kholid Bin Walid dan yang lainnya menunjukkan bahwa ikrar dua kalimat syahadat tersebut adalah merupakan pintu gerbang masuk masuk kedalam Islam. Adapun bagi orang yang terlahir dari ayah muslim maka dengan sendirinya dia menjadi seorang muslim. Dalilnya adalah tidak adanya keterangan bahwa anak-anak shahabat yang terlahir muslim mengucapkan kembali dua kalimah syahadat ketika sampai usia balighnya. Kalau hal tersebut mesti dilakukan pasti akan ada data yang menjelaskan hal tersebut, karena hal tersebut adalah perkara sangat urgen yang mendudukan seseorang pada staus muslim dan konsekwensinya atau bukan. Dalil lain adalah bisa kita dapatkan secara tidak langsung dari masalah pembagian waris, yang menjelaskan bahwa bayi yang lahir mendapat warisan. Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda : “Apabila bayi lahir maka dia berhak mendapat waris.” Maksudnya bahwa jika orang tua bayi tersebut muslim maka, bayi tersebut mendapat hak warisan dari ayahnya yang mati. Artinya bahwa agama si bayi tersebut mengikut keyakinan orang tuanya, karena dalam islam berbeda agama tidak boleh saling mewarisi. Dalil lain yang menjelaskan adalah, pemahaman kita akan hadist Nabi Muhammad Saw : Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda “Setiap yang lahir, terlahir dalam keadaan “fitrah”, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan dia yahudi atau nasrani atau majusi” (HR Bukhori) Dari hadist ini jelas bahwa setiap yang lahir adalah berada dalam keadaan “fitrah” dan yang dimaksud fitrah adalah Islam sebagai mana Allah jelaskan dalam surat 30:30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” Page Kembali pada kajian kita, betapa pentingnya syahadat bagi orang yang masuk Islam, karena dengan mengikrarkannya darah harta dan kehormatannya dijamin oleh Islam. Yang paling penting adalah, pengikraran syahadah adalah merupakan titik perpindahan dari kekafiran menuju keimanan dan merupakan suatu momen sejarah yang tidak dapat terlupakan. 3 Syaikh Mula Ali Qori menjelaskan hadist diatas “ Yang dimaksud fitrah adalah Fitrah Islam yang mengajarkan tauhid dan ma’rifatulllah, yang berarti bahwa anak yang terlahir jika dibiarkan dalam tabiat kefitrahannya, dia tidak akan memilih jalan lain kecuali jalan keimanan...”Maka sudah menjadi konsekwensi orang tua muslim untuk menjaga anaknya agar tetap dalam kefitrahannya (Islamannya) Dan hal tersebut memerlukan bahasan yang tersendiri. www.tarbiyah-online.com Kandungan Ma’na Syahadatain Abu Mahdhurah salah seorang muadzin Rasulullah sampai akhir hayatnya selalu mengenang peristiwa keislamannya, ketika Rasulullah meletakan tangannya diubunubunnya dan kemudian mengusap dadanya sambil berdoa “Mudah-mudahan Allah melapangkan dadamu untuk Islam” kemudian dengan serta merta Abu Mahdhurah mengucapkan dua kalimah syahadah. Mulai saat itu Abu Mahdhurah memasuki babak baru dalam hidupnya, hidup dalam naungan Nur Ilahi keluar dari belenggu kesesatan dan kegelapan. Pada suatu saat cucu beliau protes kepadanya “wahai kakek kenapa engkau biarkan rambutmu begitu panjang dan tak mau bercukur” . Sang kakek menjawab “Celaka wahai cucuku, bagaimana aku dapat melupakan peristiwa ketika Rasulullah memegang ubun-ubunku dan dan dengan sebabnya aku kemudian mendapat hidayah, ujung rambutku ini yang dulu disentuh oleh Rasulullah, bagaimana mungkin aku memotongnya” Itulah sikap Abu Mahdhurah yang senantiasa mengingat peristiwa penting dalam hidupnya, peristiwa dia mendapat hidayah Allah. Page 4 Bagi kebanyakan kita yang terlahir dalam keadaan muslim hendaknya merasa bersyukur kepada Allah bahwa kita sudah berada sejak awal dalam jalannya, tinggal bagaimana kita memupuk fitrah agar senantiasa tetap dalam jalannya, dan hal tersebut adalah tiada lain kecuali dengan memupuk kesadaran Islami kita yang bermodalkan ilmu dan ma’rifat kita akan masalah-masalah yng terkandung dalam Islam dan diantaranya yang paling penting adalah memahami bahasan yang sedang kita kaji sekarang ini. www.tarbiyah-online.com