PENGARUH GETAH TANAMAN JARAK PAGAR

advertisement
PENGARUH GETAH TANAMAN JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS
L) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Staphylococcus aureus
SECARA IN VITRO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Z
Oleh :
ANDI BAU SUSILOWATI AR
J 111 11 109
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Getah
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L) Terhadap Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro”. Salam dan shalawat tak lupa penulis
panjatkan kepada Rasulullah SAW, yang menjadi teladan terbaik sepanjang masa.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran
Gigi. Selain itu skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya
untuk penulis tetapi juga bagi pembaca dan peneliti lainnya untuk menambah
pengetahuan dalam bidang Ilmu Prostodonsia.
Dalam skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu. Selaku pembimbing skripsi drg. Supiaty, M.Kes. yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi
nasehat penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas bantuannya
selama ini, semoga Tuhan memberikan ridho dan rahmat-Nya kepada dokter dan
keluarga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Prof. drg. Mansyur Nasir, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
2.
drg. Hasmawati Hasan selaku penasehat akademik yang selalu memberikan
arahan, dukungan dan motivasi pada penulis selama perkuliahan.
3.
Ayahanda Prof. DR. Achmad Ruslan, SH., MH. dan Ibunda A.
Fatmawati, SH., MH. tercinta yang selalu tulus mendoakan penulis dalam
setiap kegiatan dan proses yang dijalani, memberikan motivasi yang tiada
hentinya, serta dukungan baik secara materi maupun non-materi selama
proses penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
4.
Saudara (i) tercinta Andi Bau Inggit AR, SH., MH., Andi Baso Zulfakar
AR, SH., dan Andi Bau Medlin AR. Yang tiada henti memberikan motivasi
dan dukungan di setiap harinya kepada penulis.
5.
Kak Misna yang selalu memberikan semangat kepada penulis
6.
Kepada semua dosen dan staf di FKG UNHAS yang selalu senantiasa
memberikan bantuan selama ini kepada penulis.
7.
Teman-temanku tercinta Emi, Nisa, Eva, Nasra, Dilla, Ade, serta seluruh
keluarga besar OKLUSAL 2011 yang telah memberikan keceriaan dan
motivasi untuk selalu semangat, serta bantuan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
8.
Kanda-kanda Pelatih 151 kak Anto, kak Syarif, dan khususnya kak Hendra
yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
9.
Teman seperjuangan skripsi Bagian Periodontologi terima kasih atas
bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
10. Teman-teman KKN Posko Mallinrung yang selalu memberi keceriaan dan
semangat buat penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh staf perpustakaan FKG UNHAS yang telah banyak membantu
penulis.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
atas bantuan selama penyusunan skripsi ini. Tiada imbalan yang dapat penulis
berikan selain mendoakan semoga bantuan dari berbagai pihak diberi balasan oleh
Allah SWT.
Akhirnya dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan agar
kiranya tulisan ini dapat menjadi salah satu sumbangsi ilmu dan peningkatan
kualitas pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi ke depannya, juga dalam usaha
peningkatan perbaikan kualitas kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, November 2014
Penulis
ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagai obat
tradisional adalah tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar mengandung
saponin, flavanoid, dan tannin. yang efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri jenis staphylococcus aureus. Semua bagian dari tanaman jarak pagar telah
digunakan sejak lama dalam pengobatan tradisonal. Terutama pada getah tanaman
jarak pagar yang memiliki manfaat untuk mengobati infeksi jamur dalam mulut
dan infeksi mikroba. Tujuan Penelitian : tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha
Curcas L) terhadap daya hambat bakteri staphylococcus aureus secara in vitro.
Jenis Penelitian : jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental
Laboratorium. Hasil dilihat berdasarkan zona hambat Staphylococcus aureus
yang terbentuk dalam jangka waktu 24 jam. Uji statistik yang digunakan adalah
uji one way anova dilanjutkan ke uji least significant different (LSD) untuk
melihat besarnya perbedaan antara konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Setelah dilakukan uji one way Anova Hasil : ditunjukkan bahwa adanya nilai
p=0,000 (p<0,05) yang artinya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari
setiap konsentrasi getah jarak pagar, Kesimpulan : maka dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap
daya hambat staphylococcus aureus.
Kata Kunci : Getah Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L), Staphylococcus
aureus
ABSTRACT
Background : One of the natural materials for traditional medicine is fence castor
oil plant. This plant contains saponim, flavanoid, and tannin which are effective to
block the growth of staphylococcus aureus bacterion. All parts of the fence castor
oil plant have been used for a long time as traditional medicines. In particular, the
latex of the plant is useful to treat the infection of fungus in the mouth and
microbe infection. Objectives of Research : The research aims to obtain a
description on the influence of the latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas
L) to block staphylococcus aureus bacterion by in vitro.Type of Research : the
research was an experimental laboratory study. The results were seen based on
block zone of staphylococcus aureus which were formed in 24 hours. Statistic test
used was anova one way test continued with least significant different (LSD) test
to see the significant difference among concentration 25%, 50%, 75%, and 100%
by using anova one way test. Results : The results of the research indicate the
value of p=0.000 (p<0.05) meaning that there is a significant difference of each
concentration of fence castor oil plant. Conclusion : it is concluded that there is
an influence of the latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas L) to block
staphylococcus aureus.
Key words : The latex of fence castor oil plant (Jatropha Curcas L),
staphylococcus aureus.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR TABEL..............................................................................................
BAB I
xi
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
1.5 Hipotesis..................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1 Tanaman Jarak Pagar ................................................................... 4
2.1.1 Sejarah Tanaman Jarak Pagar ............................................ 4
2.1.2 Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar .......................................... 5
2.1.3 Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar ....................................... 7
2.1.4 Kandungan Tanaman Jarak Pagar ...................................... 8
2.1.5 Manfaat Tanaman Jarak Pagar ........................................... 10
2.2 Bakteri staphylococcus aureus .................................................... 11
2.2.1 Sejarah bakteri staphylococcus aureus ............................... 11
2.2.2 Ciri-ciri bakteri staphylococcus aureus .............................. 12
2.2.3 Karakteristik staphylococcus aureus.................................. 12
2.2.4 Faktor virulensi bakteri staphylococcus aureus................. 13
2.2.5 Peran Getah Jarak Terhadap Staphylococcus Aureus........ 16
BAB III KERANGKA KONSEP ..................................................................... 17
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 18
4.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 18
4.2 Rancangan Penelitian ................................................................ 18
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 18
4.4 Variabel Penelitian .................................................................... 18
4.5 Definisi Operasional Variabel ................................................... 19
4.6 Alat dan Bahan........................................................................... 19
4.7 Prosedur Penelitian.................................................................... 20
4.8 Analisa Data .............................................................................. 22
4.9 Alur Penelitian .......................................................................... 23
BAB V
HASIL PENELITIAN ........................................................................ 24
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................. 29
BAB VII PENUTUP .......................................................................................... 32
7.1 Kesimpulan .................................................................................. 32
7.2 Saran ............................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xii
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Jarak Pagar...................................................................................... 7
Gambar 2 : Daun Dan Ranting Jarak Pagar....................................................... 8
Gambar 3 : Batang Dan Akar Jarak Pagar........................................................
9
Gambar 4 : Staphylococcus Aureus.................................................................
12
Gambar 5 : Cawan Petri 1................................................................................
25
Gambar 6 : Cawan Petri 2................................................................................
26
Gambar 7 : Cawan Petri 3................................................................................
27
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap
Bakteri staphylococcus aureus (sumber: data primer)......................................... 28
Tabel 5.2 uji one way anova zona getah tanaman jarak pagar ....................... 28
Tabel 5.3 uji least significant different (LSD) setiap konsentrasi getah
tanaman jarak pagar ............... ......................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan kedalam
tubuh manusia. Oleh karena itu rongga mulut memainkan perananan yang
sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam
rongga mulut terdapat beberapa jenis mikroorganisme di antaranya adalah
streptococcus, staphylococcus, dan beberapa mikrokokus berpigmen yang
tergolong mikroflora normal.1
Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora nomral yang
berada dalam mulut manusia yang apabila dipengaruhi oleh faktor
predisposisi dapat menimbulkan infeksi.1 Salah satu penyakit dalam rongga
mulut yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus yaitu abses. Abses
adalah pengumpulan nanah (pus) secara lokal dalam suatu kavitas yang
terjadi karena hancurnya jaringan.2
Seiring dengan berkembangnya teknologi di zaman sekarang maka sangat
memungkinkan pengembangan obat-obatan dari bahan alam. Indonesia
memiliki banyak keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional, masyarakat dulu telah mempercayai bahwa dengan obat dari
bahan alam mampu mengobati beberapa penyakit dan obat dari bahan alam
juga jarang menimbulkan efek yang merugikan. Salah satu bahan alam yang
dapat dijadikan sebagi obat tradisional adalah tanaman jarak pagar.3
Tanaman jarak pagar mengandung flavanoid, saponin, dan tannin. Semua
bagian dari tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam
pengobatan tradisional. Terutama pada getah tanaman jarak pagar yang
memiliki manfaat untuk mengobati infeksi pada gingiva, dan juga anti
perdarahan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L)
terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus Aureus secara in vitro dalam
penulisan karya ilmiah penulis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh getah
tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya hambat bakteri
Staphylococcus Aureus secara in vitro.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
pengaruh getah tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas L) terhadap daya
hambat bakteri Staphylococcus Aureus secara in vitro.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang manfaat dan kegunaan dari getah tanaman jarak pagar
(Jatropha Curcas L).
1.5 HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas
l) dapat menghambat bakteri staphylococcus aureus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAMAN JARAK PAGAR
2.1.1 Sejarah Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar (jatropha curcas l) merupakan jenis tanaman semak atau
pohon yang tahan terhadap kekeringan sehingga tahan hidup di daerah dengan
curah hujan rendah. Tanaman dari keluarga euphorbiaceae ini banyak
ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan India. Awalnya,
tanaman ini kemungkinan didistribusikan oleh pelaut Portugis dari Karbia
melalui pulau Cape Verde dan Guinea Bissau ke Negara lain di Afrika dan
Asia. Jarak pagar dapat diperbanyak dengan setek. Sesuai dengan namanya,
tanaman ini awalnya secara luas ditanaman sebagai pagar untuk melindungi
lahan dari serangan ternak.3
Jarak pagar (jatropha curcas l, Euphorbiaceace) merupakan tumbuhan
semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal
sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah
lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat
perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena
kandungan minyak bijinya. Peran yang agar serupa sudah lama diamainkan
oleh
kerabatnya,
jarak
pohon
(Ricinus
communis),
yang
bijinya
menmghasilkan minyak campuran untuk pelumas.4
Tanaman jarak pagar adalah anggota dari famili Euphorbiaceace. Tanaman
ini memiliki berbagai macam nama sebutkan antara lain barbadosnut, black
vomit nut, curcas bean, kukui haole, physic nut, purge nut, purgeerboontjie dan
purging nut tree (Begg dan Gaskin, 2006). Sesuai dengan namanya, tanaman
ini memang dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta obat
tradisonal, disamping sebagai bahan bakar dan minyak peluas. Tanaman jarak
pagar ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh menyebar hampir di seluruh
dunia khususnya di wilayah tropis dan subtropis. Beberapa jenis tanaman jarak
yang tercatat di Indonesia di antaranya adalah jarak kaliki/kastor (Ricinus
communis), jarak pagar (jatropha curcas) , jarak gurita (jatropha multifida), dan
jarak landi (jatropha gossypifolia). Tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada
tanah berpasir, bebatu, lempung, ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat
dikembangkan pada lahan kritis.5
2.1.2 Ciri-Ciri Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar atau jatropha curcas merupakan tanaman perdu dapat
tumbuh tinggi mencapai 1-7 m, dan memiliki cabang yang tidak beraturan.
Batang kayu berbentuk silindris dan jika di potong akan mengeluarkan getah.
Adapun bagian jatropha curcas yaitu daun jatropha curcas merupakan daun
tunggal memiliki sudut 3-5. Daun menyebar diseluruh batang. Daun pada
permukaan atas dan bawah berwarna hijau, namun pada bagian bawahnya
sedikit lebih pucat. Lebar daun menyerupai hati atau oval dengan panjang 5-15
cm. Daun berlekuk, bergaris hingga ke tepi. Tulang daun menjari dengan 5-7
tulang daun utama. Daun dihubungkan dengan tangkai yang memiliki panjang
sekitar 4-15 cm. Bunga tanaman jarak adalah bunga majemuk berbentuk malai,
berwarna hijau kekuningan, berkelamin tunggal dan berumah satu (putik dan
benang sari dalam satu tanaman). Bunga betina 4-5 kali lebih banyak dari
bunga jantan.6
Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk
cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Bunganya mempunyai 5
kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang kurang lebih 4 mm. Benang sari
mengumpul pada pangkal dan berwarna kuning. Tangkai putik pendek
berwarna hijau dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning.
Bunganya mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan, setiap tandan terdapat
lebih dari 15 bunga. Jarak pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya
uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan
berwarna hijau kekuningan. Buah tanaman jarak berupa kotak berbentuk bulat
telur dengan diameter 2-4 cm. Panjang buah 2 cm dengan ketebalan sekitar 1
cm. Buah berwarna hijau ketiak muda dan berubah menjadi abu-abu
kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang,
msaing-masing ruang berisi satu biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji.
Biji berbentuk bulat lonjong dan berwarna cokelat kehitaman. Biji inilah yang
banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30%-50% dan
mengandung toksisn sehingga tidak dapat dimakan.7
2.1.3. Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar
Gambar 1
Sumber : Jarak Pagar
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceace
Genus
: Jatropha
Spesies
: Jatropha Curcas L
2.1.4. Kandungan Tanaman Jarak Pagar
1. Daun dan ranting
Daun dan ranting jarak pagar mengandung flavanoid, apigenin, vitexin,
dan isovitexin. Daun jarak pagar juga mengandung dimer dari triterpene
alkohol (C6H117O9) dan dua flavanoid glikosida.3
Gambar 2
Sumber : jarak pagar
2. Batang dan akar
Berbagai asam organik seperti saponin,dan tannin, senyawa fridelin, epipridelinol, tetrasiklik triterpenester jatrocurin dan scopoletin. Sedangkan
pada kulit batang mengandung senyawa b-amyrin, b-sitosterol, dan
tarasterol. Akar jarak pagar mengandung b-sitosterol dan b-D-glukosida,
marmesin, propacin,curculathyrane A dan B, diterpenoid jatrophol,
jatropholone A dan B, coumarin tomentin, dan coumarino-lignan
jatrophin.3
Gambar 3
Sumber : batang dan akar jarak pagar
3. Getah
Getah jarak pagar mengandung flavanoid yang dapat berfungsi sebagai
antifungi, antiseptik, dan anti radang. Saponin dapat memacu pertumbuhan
kolagen
dalam
proses
penyembuhan
dan
juga
memiliki
efek
menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-sel baru,
getah jarak juga mengandung tannin (18%) yang berfungsi sebagai obat
kumur dan gusi berdarah serta obat luka. Jatrophine (mengandung
alkoloid), yang diketahui bermanfaat dalam hal analgesik. Getah jarak
bersifat antimikroba sehingga dapat mengusir bakteri seperti jenis
staphylococcus, streptococcus, dan escherichia choli.8
Flvanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Jenis
utama flavanoid yang terdapat dalam tanaman antara lain dihidrokalkon,
kalkon, katekin, leukoantosianidin,flavanon, flavon, flavanol, garam
flabilium, antosianidin, dan auron. Flavanoid sangat efektif digunakan
sebagai antioksidan, senyawa flavanoid dapat mencegah penyakit
kardiovaskuler dengan menurunkan oksidasi Low Density Protein (LDL) .
flavanoid yang terkandung dalam ekstrak kulit batang jarak memiliki
aktivitas biologi seperti antimikroba, anti alergi, dan antioksidan.
Flavanoid memiliki spektrum sktivitas antimikroba yang luas dengan
mengurangi kekebalan pada organisme sasaran.3,11
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dihasilkan dari
grup steroid atau triterpen yang berikatan dengan gula, senyawa ini
memiliki pengaruh biologis yang menguntungkan yaitu bersifat sebagai
hipokolesterolemik dan antikarsinogen serta dapat meningkatkan sistem
imun. Saponin menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba
dengan cara berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin
terhadap bakteri adalah pelepasan protein dan enzim dari dalam sel-sel.3,11
Jatrophine (mengandung alkaloid), senyawa alkaloid umumnya
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atoim
nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik. Senyawa alkaloid memiliki
aktivitas fisiologi sehingga banyak digunakan dalam bidang pengobatan.
Kuinin, morfin, dan striknin adalah alkaloid yang memiliki pengaruh
fisiologi dan psikologis. alkaloid pirolizidin diketahui memiliki aktivitas
antikanker.3
2.1.5 Manfaat Tanaman Jarak Pagar
Semua bagian tanaman jarak pagar telah digunakan sejak lama dalam
pengobatan tradisional. Tanaman jarak pagar dapat digunakan untuk
mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik sari pati cairan
daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptik pasca melahirkan.
Bahan yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah di isolasi
dari bagian tanaman jarak.3,4
2.2 Bakteri Staphylococcus aureus
2.2.1 Sejarah Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus pertama kali diamati dan dibiakan oleh pasteur dan
koch dan kemudian diteliti secara lebih terinci oleh Ogston dan Rosenbach
pada era tahun 1880-an. Nama genus staphylococcus diberikan oleh Ogston
karena ia melihat pada pengamatan mikroskopis, bakteri ini membentuk
kluster seperti setangkai buah anggur, sedangkan nama spesies aureus
diberikan oleh Rosenbach karena pada biakan murni koloni bakteri ini
memiliki pigmen berwarna kuning keemasan.1
Staphylococcus berasal dari bahasa yunani yaitu staphylococcus yang
berarti sekelompok anggur dan aureus yang berarti emas , S. Aureus memiliki
banyak
sinonim,
antara
lain
staphylococcus
phyogenes
aureus,
staphylococcus phyogenes var aureus, micrococcus phyogenes var, aureus,
micrococcus phyogenes var, albus. S. A ureus pertama kali isolasi ketika
ditemukan pada jaringan yang terinfeksi berupa pus oleh Ogston pada tahun
1881, namun baru dapat dikultur dan diidentifikasi sebagai S. Aureus oleh
Rosenbach pada tahun 1884.
2.2.2 Ciri-Ciri Staphylococcus Aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan
pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak
motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan
diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. Aureus tumbuh dengan optimum pada suhu
37% dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Staphylococcus aureus termasuk
kedalam kelompok bakteri mesofilik, namun terdapat beberapa galur
staphylococcus aureus yang mampu tumbuh pada suhu rendah 6-70C.
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak berspora. Akibat pengaruh beberapa
zat kimia. Staphylococcus bisa kehilangan dinding selnya yang keras dan
berubah kembali menjadi staphylococcus yang berdinding keras jika
pengaruh bahan kimia yang bersangkutan dihilangkan dari lingkungan untuk
beberapa waktu.8
2.2.3 Karakteristik Staphylococcus aureus
Kingdom
Gambar 4
Sumber : Staphylococcus Aureus
: Monera
Divisio
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillaes
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
2.2.4 Faktor Virulensi Staphylococcus aureus
S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar
luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.
Berbagaizat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein,
termasuk enzimdan toksin,9,16 contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap
proses fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda egnus
Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al.,
1995).20
2. Koagulase
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat,
karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi
dengan enzim tersebut. Esterase yang dihaslki an dapat meningkatkan
aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit fibrin pada
permukaan sel bakteri yang dapat menghambat fagositosis (Warsa,
1994).18
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona
hemolisis di sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari
alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin
adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap pembentukan zona
hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada medium agar darah. Toksin
ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta
hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang
diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah
domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah toksin yang dapat
melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci, tetapi efek lisisnya
kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa, 1994).18
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.
Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena
Stafilokokus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah putih
manusia dan dapat difagositosis (Jawetz et al., 1995).19
5. Toksin eksfoliatif
Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan
matriks
mukopolisakarida
epidermis,
sehingga
menyebabkan
pemisahan intraepitelial pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin
eksfoliatif
merupakan
penyebab
Staphylococcal
Scalded
Skin
Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit (Warsa, 1994).18
6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom
syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in
ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem
organ dalam tubuh (Ryan, et al., 1994; Jawetz et al., 1995).17, 20
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap
suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama
dalam keracunan makanan, terutama pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein (Jawetz et al., 1995).19
2.3
PERAN GETAH JARAK TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus
Tumbuhan Jarak (Jatropha Curcas L.) memiliki aktivitas antimikroba
dan antioksidan. Kandungan kimia dari Tumbuhan Jarak ( Jatropha
Curcas L.) yaitu pada daun mengandung Saponin, Flavonoida, Tannin
Dan Senyawa Polifenol. Batang mengandung Saponin, Flavonoid,
Tannin dan senyawa -senyawa polifenol. Getahnya mengandung
Tannin, Flavonoid Dan Saponin.10 Kandungan kimia Tannin, Flavonoid
Dan Saponin yang terdapat dalam Getah Tumbuhan Jarak (Jatropha
Curcas
L),
bersifat
antimikroba
sehingga
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus.4 Staphylococcus adalah
bakteri gram positif, berbentuk kokus/sferis (bulat), umumnya
membentuk formasi ireguler seperti buah anggur. Sebagian merupakan
bagian dari flora normal kulit dan mukosa yang jika dalam keadaan
inang yang lemah imunitasnya dapat menimbulkan infeksi opotunistik
berupa radang supuratif dan abses.1
BABA III
KERANGKA KONSEP
GETAH TANAMAN JARAK
BAB IV
FLAVANOID, SAPONIN, TANNIN
METODE PENELITIAN
ANTIMIKROBA
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
Ket : Variabel independen :
Variabel intervening :
Variabel dependen
:
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimental Laboratorium.
4.2 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posted-Only Control Group
Design.
4.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
4.3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK Unhas.
4.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September - Oktober 2014
4.4 VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Independen : Getah Tanaman Jarak Pagar
2. Variabel intervening : Kandungan Getah Jarak Flavanoid,Tannin, Dan
Saponin
3. Variabel Dependen
: Staphylococcus aureus
4.5 DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
1. Getah Tanaman Getah Jarak Pagar adalah suatu cairan bening yang
diperoleh dengan cara memetik tangkai atau batang tanaman jarak pagar.
2. Staphylococcus Aureus adalah bakteri yang bersifat pathogen. Infeksi yang
disebabkan oleh karena bakteri ini biasanya abses.
4.6 ALAT DAN BAHAN
4.6.1 Alat :
1. Handskun
2. Masker
3. Cawan Petri
4. Incubator
5. Spirtus
6. Ose Bulat
7. Paper Disk
8. Tabung Reaksi
9. Jangka Sorong
10. Autoclave
11. Pinset
4.6.2 Bahan :
1. Getah Jarak Pagar : 8ml
2. Bakteri Staphylococcus Aureus
3. Medium MHA
4. Aquades
4.7 PROSEDUR PENELITIAN
1. Sterilisasi alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan terlebih dahulu
2. Pembuatan Medium Muller Hinton Agar (MHA)
MHA ditimbang sebanyak 38 gram menggunakan 1 liter aquades sebagai
pelarut. Media disterilisasi dalam autoclave pada suhu 1210C selama 15
menit, selanjutnya dimasukkan dalam cawan petri 10 ml dan dibiarkan
hingga memadat.15
3. Pemurnian Staphylococcus aureus
1. Ose digoreskan pada biakan murni sampai terlihat mikroba menempel
pada ose, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi
MHA yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Cawan petri selanjutnya disimpan dalam inkubator selama 1x24 jam
pada suhu 370C.
4. Pengambilan Getah Tanaman Jarak Pagar
1. Petik daun jarak pagar dengan melukai tangkai tanaman jarak
pagar, maka jarak pagar tersebut akan menngeluarkan getah agak
keputih-putihan.
2. Setelah cairan getah jarak menetes masukkan getah tersebut
kedalam 1 tabung reaksi.
3. Setelah itu getah dibawah ke laboratorium untuk dibuatkan
beberapa konsentrasi yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100% (Sumber :
Napanggala A, dan kaswan)
.
5. Cara Pembuatan Konsentrasi Getah Jarak Pagar
1. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 25% maka
dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,25 ml yang telah ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur
dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan diberi label 25%.
2. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 50% maka
dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,5 ml
yang telah ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur
dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan diberi label 50%.
3. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 75% maka
dibutuhkan getah jarak sebanyak 0,75 ml yang telah ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik dan kemudian dicampur
dengan aquades steril sebanyak 100 cc, lalu dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan diberi label 75%.
4. Untuk membuat getah jarak pagar dengan konsentrasi 100% maka
dibutuhkan getah jarak sebanyak 1 ml yang telah ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik, lalu dimasukkan kedalam tabung
reaksi dan diberi label 100%.
6. Uji Daya Hambat Mikroba
1. Siapkan 3 cawan petri yang berisi MHA yang telah dibuat,
kemudian tuang MHA yang telah dicampur dengan bakteri
staphylococcus aureus
2. Celupkan paper disk pada konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100%
getah jarak
3. Setelah itu tempatkan paper disk tersebut ke cawan petri yang
telah berisi MHA dan koloni bakteri staphylococcus aureus
4. Inkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C
7. Pengamatan Zona Hambat
Pengamatan zona inhibisi dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Zona
bening merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan anti bakteri
yang digunakan sebagai uji dan dinyatakan dengan luas zona hambat.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.
4.8 ANALISA DATA
4.8.1 Jenis Data
: Data Primer
4.8.2 Penyajian Data
: Dalam Bentuk Tabel
4.8.3 Pengolahan Data
: Diolah Menggunakan SPSS Versi 20.0
4.8.4 Analisis Data
: Uji One Way Anova Dan Least Significant Different
(LSD)
4.9 ALUR PENELITIAN
Suspensi Staphylococcus Aureus
Pembuatan MHA
Pembuatan Bahan Uji
Getah Jarak Pagar Dengan Konsentrasi
25%,50,75%,100%
Uji Daya
Hambat
Inkubasi
Pengamatan
Zona Inhibisi
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan adalah getah tanaman jarak
pagar (jatropha curcas l) dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%,
dan 100%,
dilanjutkan dengan melakukan uji daya hambat terhadap bakteri staphylococcus
aureus dan di replikasi 3 kali kemudian di inkubasi selama 1x24 jam pada suhu
370C. Hasil pengamatan setelah di inkubasi yaitu :
Percobaan 1
50%
75%
%
25%
100%
Gambar 5
Pada percobaan pertama ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi
yang paling luas zona hambatnya dengan luas 15 mm, disusul dengan konsentrasi
75% dengan luas 13 mm, konsentrasi 50% dengan luas 12,4 mm, dan konsentrasi
25% dengan luas 8,6 mm.
Percobaan 2
25%
100%
50%
75%
Gambar 6
Pada percobaan kedua ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang
paling luas zona hambatnya dengan luas 14,5% mm, disusul dengan konsentrasi
75% dengan luas 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan luas 12 mm, dan konsentrasi
25% dengan luas 8,9 mm.
Percobaan 3
25%
50%
100%
75%
Gambar 7
Pada percobaan ketiga ini konsentrasi 100% merupakan konsentrasi yang
paling luas zona hambatnya dengan luas 15,2 mm, disusul dengan konsentrasi
75% dengan luas 13,8 mm, konsentrasi 50% dengan luas 13 mm, dan konsentrasi
25% dengan luas 9,7 mm.
Setelah melakukan uji daya hambat getah tanaman jarak pagar pada
konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% terhadap bakteri staphylococcus aureus,
dapat dilihat rata- rata dari zona hambat getah tanaman jarak pagar pada Tabel
5.1.
Tabel 5.1 . Rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap bakteri
staphylococcus aureus ( Sumber : Data primer)
Luas zona hambat
Getah tanaman jarak pagar Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Konsentrasi 25%
9,3
8,6
10,5
Ratarata
(mm)
9,1
Konsentrasi 50%
12,4
12
13
12,5
Konsentrasi 75%
13
13,5
13,8
13,5
Konsentrasi 100%
15
14,5
15,2
14,9
Berdasarkan hasil rata-rata zona hambat getah tanaman jarak pagar terhadap
bakteri staphylococcus aureus dapat dilihat pada tabel 5.1 yang menunjukkan
bahwa konsentrasi yang paling besar rata-rata nya yaitu konsentrasi 100% dengan
luas diameter 14,9 mm, disusul dengan konsentrasi 75% dengan luas 13,5 mm,
konsentrasi 50% dengan luas 12,5 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas 9,1 mm.
Untuk melihat perbedaan zona hambat yang terbentuk dari setiap konsentrasi
getah tanaman jarak pagar dan untuk membandingkan dari setiap konsentrasi
tersebut , maka dilakukan uji one way Anova.
Tabel 5.2. Uji one way anova zona hambat getah jarak pagar
ANOVA
Zona_Hambat
Between
Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
Df
Mean Square
65.675
3
21.892
3.045
12
.254
68.720
15
F
86.273
Sig.
.000
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji analisis one way Anova terhadap
data hasil penelitian maka di peroleh hasil uji adalah 0.000. Hal ini menunjukkan
ada perbedaan yang signifikan dari setiap konsentrasi getah jarak pagar dengan
pertimbangan hasil yang kurang dari 0,05 dinyatakan ada perbedaan dari masingmasing zona hambat dari konsentrasi.
Dilanjut dengan uji nilai signifikan perbandingan atau uji
Least
Significant Different (LSD) untuk melihat besarnya perbedaan antara konsentrasi
25%, 50%, 75%, dan 100%.
Tabel 5.3. Uji Least Significant Different (LSD) setiap konsentrasi getah tanaman
jarak pagar
Konsentrasi
25%
50%
75%
100%
25%
-
0,000
0,000
0,000
50%
0,000
-
0,018
0,000
75%
0,000
0,018
-
0,002
100%
0,000
0,000
0,002
-
*Post Hoc Test. Least Significant Difference’s Test (LSD) : p < 0,05 : Significant
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian
ini
dilakukan
di
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin pada bulan September 2014. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getah
tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya hambat bakteri
staphylococcus aureus.
Sehingga untuk mendapatkan gambaran mengenai
apakah ada pengaruh getah tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya
hambat bakteri staphylococcus aureus maka dilakukan penelitian getah tanaman
jarak pagar dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% dan dilakukan
replikasi 3 kali pada bakteri staphylococcus aureus dan di inkubasi selama 1x24
jam pada suhu 370C.
Pada percobaan pertama memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi
25% dengan luas zona hambat 8,6 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona
hambat
12,4 mm, konsentrasi 75% demgan luas zona hambat 13 mm, dan
konsentrasi 100% dengan luas zona hambat 15 mm.
Pada percobaan kedua memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi
25% dengan luas zona hambat 8,9 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona hambat
12 mm, konsentrasi 75% dengan luas zona hambat 13,5 mm, dan konsentrasi
100% dengan luas zona hambat 14,5 mm.
Pada percobaan ketiga memperlihatkan zona inhibisi pada konsentrasi
25% dengan luas zona hambat 9,7 mm, konsentrasi 50% dengan luas zona hambat
13 mm, konsentrasi 75% dengan luas zona hambat 13,8 mm, dan konsentrasi
100% dengan luas zona hambat 15,2 mm.
Dari ketiga hasil percobaan diatas memperlihatkan bahwa konsentrasi
100% lebih luas zona hambatnya dengan rata-rata 14,9 mm, kemudian disusul
dengan konsentrasi 75% dengan luas rata-rata 13,5 mm, konsentrasi 50% dengan
luas rata-rata 12,5 mm, dan konsentrasi 25% dengan luas rata-rata 9,1 mm.
Berdasarkan tabel 5.1 dan 5.2 ditunjukkan bahwa adanya nilai p=0,000
(p<0,05) yang artinya menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari setiap
konsentrasi getah jarak pagar, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh getah
tanaman jarak pagar (jatropha curcas l) terhadap daya hambat staphylococcus
aureus.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilkakukan oleh Imroatus Sholihah,
memperlihatkan ada pengaruh signifikan konsentrasi getah jarak (jatropha curcas
l) terhadap bakteri staphylococcus aureus12 dan pada Penelitian Hidayat A. Juga
memperlihatkan adanya pengaruh getah tanaman jarak pagar terhadap daya
hambat bakteri streptococcus mutans.13 Jika dikaitkan dengan hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa banyaknya zat antimikroba yang terkandung dalam
getah jarak yang tidak lain yaitu flavanoid, saponin, dan tannin efektif untuk
menghambat pertumbuhan bakteri jenis staphylococcus aureus.
Tentu saja dengan adanya hasil dari ketiga percobaan tersebut dapat
menambah lagi manfaat dari getah jarak pagar, karena selain getah tanaman jarak
pagar tersebut dapat menghambat bakteri streptococcus mutans, getah jarak pagar
ini juga dapat menghambat bakteri staphylococcus aureus.
BAB VII
PENUTUP
7.1 KESIMPULAN
1. Hasil dari uji zona hambat adalah konsentrasi 100% dengan rata-rata
diameter 14,5 mm,konsentrasi 75% dengan rata-rata 13,5 mm,
konsentrasi 50% dengan rata- rata 12,5 mm, dan konsentrasi 25%
dengan rata-rata 9,1 mm.
2.
Sehingga terbukti bahwa getah jarak pagar berpengaruh dalam
menghambat bakteri staphylococcus aureus.
7.2 SARAN
Berdasarkan karya tulis ini, maka penulis mengajukan saran agar
diadakannya penelitian eksperimental lebih lanjut untuk menguji apa saja
yang terkandung dalam getah tanaman
bidang kedokteran gigi.
Jarak yang dapat bermanfaat di
DAFTAR PUSTAKA
1. Mikrobiologi
kedokteran
[internet]
Available
from
:
http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf di akses 2014
2. Abu Bakar, drg. Buku kedokteran gigi klinis. yogyakarta.2012.
3. Syah Alam NA. Ebook biodisel jarak pagar bahan alternatif yang ramah
lingkungan.
4. Jarak
pagar
[internet]
Available
from
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pagar diakses 2013
5. Biodisel
[internet]
Available
from
:
http://www.biologisel.com/2013/10/jarak-pagar-jatropha-curca-l-dan.html di akses 2013
6. Hambali, E, A. Dadang,etc.2007. jarak pagar tanaman penghasil biodisel.
SBRC.LPPM-IPB, Bogor.
7. Kaswan. Pengaruh getah tumbuhan jarak pagar (jatropha curcas l)
terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus hasil isolasi pasca pencabutan
gigi. Skripsi fakultas kedokteran gigi universitas hasanuddin . 2012
8. Staphylococcus
aureus
[internet]
Available
from
:
http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus di akses 2014
9. Satifil I. Resep jarak pagar. Kliping humas unpad. 2011. Available from :
URL:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf diakses 2014
10. Nurmillah O.Y. Kajian aktivitas antioksidan dan antimikroba ekstrak biji,
kulit buah, batang dan daun tanaman jarak pagar (jatropha curcas l.). Fakultas
teknologi pertanian institut pertanian bogor. 2009.
http://ejournal.upnjatim.ac.id/index.php/rekapangan/article/download/437/337
11. Napanggala A, susianti, Aprilliana E. Effect of jatrophas’s (jatropha
curcas l) sap topically in the level of cuts recovery on white rats sprague
dawley strain.
12. Sholihah Imroatus. pengaruh konsentrasi getah jarak pagar (jatropha
curcas linn)terhadap pertumbuhan staphylococcus aureus. Tugas Akhir
from Perpustakaan UMSurabaya. 2014.
13. Hidayat A. Pengaruh getah tumbuhan jarak pagar (jatropha curcas l) dan
lendir bekicot (achatina fulica) terhadapa daya hambat bakteri
streptococcus mutans.
14. Yanti. Y . warbug , vonny N.S. Wowor, Jimmy Posangi. Daya hambat
ekstrak spons laut callyspongia sp terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus.
15. Nuria CM, Arvin F, Sumontri. Uji aktivitas ekstrak etanol daun jarak
pagar (jatropha curcas l) terhadap bakteri staphylococcus aureus AT CC
25923, Escherichia Coli AT CC 25922, dan salmonella thypi AT CC 1408.
Jurnal ilmu-ilmu pertanian vol 5 no 3, 2009.
16. Duta, G.N., Gogoi, Jully, Buragohain, and Jyoti. 2001. Inactivation of
Chloramphenicol by Staphylococcus aureus biotype C from humans
andanimal. Avalaible at : http//www.Indian Journal of Medical Research
(diakses juni 2014)
17. Brooks, G.F., J.S. Butel, and L.N. Ornston. 1995. Medical Microbiology.
4th ed.Conecticut: Appleton & Lange, Simon & Schuster Company. p.197202.
18. Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103110.
19. Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan
L.N.Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa
:Nugroho & R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal.
211,213,215.
20. Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C.
Neidhardt,and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to
Infectious Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange. p.254.
Download