BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1

advertisement
5
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Entrepreneurship
2.1.1 Perkembangan Entrepreneurship
Menurut Hendro et, al (2006, p16) entrepreneurship berkembang berdasarkan naluri,
personality, dan alamiah, karena zaman dahulu belum ada suatu konsep yang jelas
mengenai entrepreneurship. Entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis sehingga
terjemahannya sangat multiarti. Namun bila diterjemahkan secara literatur, enterpreneur
berarti ”between taker” atau ”go between”. Terjemahan bebasnya adalah orang yang berani
memutuskan dan mengambil resiko dari satu atau lebih pilihan yang semua pilihannya
mempunyai manfaat dan risiko yang berbeda.
Entrepreneurship berubah makna dari sekadar mengambil risiko menjadi menjual
manfaat untuk menukar risiko yang akan terjadi. Bila manfaat sebuah pekerjaan itu lebih
besar dari risiko yang ditawarkan kepada orang lain yang akan mendanainya, maka itulah
suatu makna menjadi entrepreneur. Beberapa faktor yang menstimulus ”Spirit of
Entrepreneurship” , yaitu:
1.
Evolusi produk
Perubahan produk akan menimbulkan perubahan kebutuhan.
2.
Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan menimbulkan inspirasi produk baru.
3.
Perubahan gaya hidup, selera, dan hobi
Perubahan gaya hidup akan menimbulkan keinginan akan produk yang
berbeda.
6
4.
Perubahan teknologi
Berkembangnya
teknologi
dan
semakin
canggihnya
teknologi
akan
menciptakan produk, suasana, dan gaya hidup yang berbeda.
5.
Perubahan budaya
Berkembangnya gaya hidup, pendapatan, selera, teknologi, dan sebagainya
akan mengubah budaya seseorang, sehingga hal ini mempengaruhi
kebutuhan akan produk yang berbeda di setiap tempat.
6.
Perubahan struktur pemerintahan dan politik
Perubahan politik akan mempengaruhi perubahan struktur pemerintahan,
yang
berujung
pada
perubahan
peraturan,
kebijakan,
dan
arah
perekonomian, sehingga muncullah sebuah gap kebutuhan akan produk.
7.
Intrapreneurship
Kemampuan
intrapreneurship
(entrepreneurship
di
dalam
sebuah
perusahaan internal) yang semakin baik dan kuat akan memunculkan gairah
entrepreneur. Hal ini disebabkan karena kreativitas, inovasi, ketatnya
persaingan, perubahan organisasi, dan lain-lain. Jadi, organisasi secara tidak
langsung mengembangkan jiwa entrepreneurship seseorang.
2.1.2 Definisi Entrepreneurship
Menurut Suryana (2003, p3) kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif,
inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, yang dijadikan dasar dan kiat
usaha atau perbaikan hidup.
Adapun menurut Zimmerer yang dikutip oleh Suryana (2003, p13) entrepreneurship
is the result of disciplined, systematic process of applying creativity and innovation to needs
and opportunities in the market place.
7
Menurut Peggy et, al yang dikutip oleh Hendro et, al (2006, p21) kewirausahaan
adalah suatu usaha yang kreatif yang membangun value dari yang belum ada menjadi ada
dan bisa dinikmati oleh orang banyak.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan seseorang dalam
berpikir kreatif, berani mengambil resiko dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
tantangan dan peluang yang ada.
2.1.3 Definisi Wirausaha
Menurut Dewanti (2008, p4) wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis
dengan mengambil resiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan
dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan
untuk mendirikannya.
Berdasarkan pendapat Suryana (2003, p3) secara umum, wirausaha memiliki dua
peran, yaitu sebagai penemu (innovator) dan sebagai perencana (planner). Sebagai penemu,
wirausaha menemukan dan menciptakan produk baru, teknologi dan cara baru, ide-ide baru,
dan organisasi usaha baru. Sedangkan sebagai perencana, wirausaha berperan merancang
usaha baru, merencanakan strategi perusahaan baru, merencanakan ide-ide dan peluang
dalam perusahaan, dan menciptakan organisasi perusahaan baru.
2.1.4 Karakteristik Kewirausahaan
Ciri dan watak wirausahawan menurut Geoffrey G. Meredith yang dikutip oleh
Dewanti (2008, p4) antara lain adalah :
1. Percaya diri. Wirausahawan memiliki watak berkeyakinan tinggi, tidak
tergantung pada orang lain, individualistis, dan optimis.
8
2. Berorientasi
pada
tugas
dan
hasil.
Wirausahawan
berwatak
butuh
berprestasi, berorientasi laba, tekun dan tabah, tekad bekerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif.
3. Pengambilan resiko dan suka tantangan. Wirausahawan memiliki watak
mampu mengambil resiko yang wajar.
4. Kepemimpinan. Wirausahawan berperilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran dan kritik.
5. Keorisinilan. Wirausahawan berwatak inovatif dan kreatif serta fleksibel.
6. Berorientasi ke masa depan. Wirausaha berpandangan ke depan, perspektif.
Banyak ahli mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang
berbeda-beda, misalnya menurut Zimmerer and Scarborough (2004, p4) mengemukakan
profil kewirausahaan seperti berikut :
1. Menyukai tanggung jawab, wirausaha merasa bertanggung jawab secara
pribadi atas hasil usaha tempat mereka terlibat.
2. Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil, yaitu wirausaha
umumnya memiliki banyak keyakinan atas kemampuan mereka untuk
berhasil.
3. Lebih menyukai resiko menengah, yaitu wirausaha bukanlah seorang yang
mengambil resiko tanpa perhitungan.
9
Sumber : Hendro et, al (2006, p43)
Gambar 2.1 The Level Of Entrepreneur
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung, wirausahawan ingin
mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus-menerus mencari
pengukuhan.
5. Tingkat energi yang tinggi, wirausahawan lebih energik dibandingkan orang
kebanyakan.
6. Orientasi ke depan, wirausahawan memiliki indra yang dalam mencari
peluang.
7. Keterampilan mengorganisasikan, membangun sebuah perusahaan dari nol
dapat dibayangkan seperti menghubungkan potongan-potongan sebuah
gambar besar.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang, salah satu kesalahan pengertian
yang paling umum mengenai wirausaha adalah anggapan bahwa mereka
sepenuhnya terdorong oleh keinginan menghasilkan uang.
10
2.1.5 Peran Kewirausahaan
Menurut Dewanti (2008,p9) manfaat menjadi wirausahawan dan pemilik bisnis yaitu:
1. Peluang untuk mengendalikan diri sendiri untuk menentukan sasaran yang
penting.
2. Kesempatan melakukan perubahan yang dianggap penting.
3. Peluang untuk menggunakan potensi sepenuhnya. Bisnis merupakan alat
aktualisasi diri dimana pertumbuhan diri hanya dibatasi oleh bakat dan
kekuatan sendiri.
4. Peluang untuk meraih keuntungan tanpa batas.
Tabel 2.1 Perbandingan Manfaat Antara Pekerja dan Pengusaha
URAIAN
PEKERJA
PENGUSAHA
Hasil minimal yang diterima
Gaji + tunjangan
Keuntungan perusahaan
Hasil maksimal yang akan
diterima bila mencapai target
Bonus atau insentif
dari pekerjaan (kontribusi ke
Inventaris kendaraan
Laba dari total omset
Investasi aktiva tetap ( milik
sendiri)
perusahaan)
Pendapatan dari usaha
Sebagian kecil milik pribadi
Sebagian besar milik
perusahaan
Sumber : Hendro et, al (2006, p38)
5. Peluang untuk berperan bagi masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas
usaha sendiri. Memberikan citra yang baik bagi perekonomian nasional atau
masyarakat sekitarnya adalah kepuasan pribadi baginya.
6. Peluang melakukan sesuatu yang disukai.
11
Kelemahan menjadi wirausahawan antara lain adalah :
1. Pendapatan yang tidak pasti.
2. Resiko kehilangan seluruh investasi.
Tabel 2.2 Perbandingan Risiko Antara Pekerja dan Pengusaha
URAIAN
PEKERJA
PENGUSAHA
Minimal
Diberi peringatan (SP)
Rugi kecil atau tidak untung
Sedang
PHK
Rugi besar
Bangkrut, namun sebelum
bangkrut pekerja yang tidak
Maksimal
Tidak/belum mendapat
berpotensi akan diberhentikan
pekerjaan lagi
dahulu agar tidak bangkrut
untuk diganti dengan yang
lebih baik
Sumber : Hendro et, al (2006, p38)
3. Bekerja lama dan kerja keras.
4. Mutu hidup yang rendah sampai bisnisnya mapan.
5. Ketegangan mental yang tinggi yang terjadi akibat penanaman modal yang
berdampak pada kekhawatiran akan pengelolaannya.
6. Tanggung jawab penuh. Kemampuan menguasai keahlian hanya tertentu
saja dan tidak di semua bidang.
12
2.2 Studi Kelayakan Bisnis
2.2.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan Suryana (2003, p141) terdapat dua studi atau analisis yang dapat
digunakan untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis dijalankan atau dikembangkan,
yaitu :
a. Studi kelayakan usaha (feasibility study of business).
b. Analisis SWOT (Strength - kekuatan, Weakness - kelemahan, Opportunity peluang, Threat - ancaman).
Studi kelayakan usaha / bisnis adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu
bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus-menerus. Studi ini pada dasarnya
membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan
bisnis agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu.
Menurut Husein (2005, p8) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap
rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi
juga saat mengoperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan maksimal
untuk waktu yang tidak ditentukan.
Berdasarkan Suryana (2003, p141) hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa
digunakan antara lain :
1. Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun
pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain
sebagainya.
2. Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah
kapasitas pabrik, memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan atau
mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha,
dan sebagainya.
13
3. Untuk memilih jenis usaha atau investasi atau proyek yang paling
menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau
jasa, pabrikasi atau perakitan, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Suryana (2003, p142) pihak yang berkepentingan dengan studi
kelayakan usaha diantaranya :
1.
Pihak wirausaha (pemilik perusahaan)
Studi kelayakan usaha berfungsi sebagai laporan, pedoman, dan sebagai
bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha,
atau untuk melakukan investasi baru sehingga bisnis yang dilakukan
meyakinkan baik bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi semua pihak yang
berkepentingan.
2. Pihak investor dan penyumbang dana
Studi kelayakan usaha penting untuk memilih jenis investasi yang paling
menguntungkan dan sebagai jaminan modal yang ditanamkan atau
dipinjamkannya.
3. Pihak masyarakat dan pemerintah
Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan
kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya atau sebaliknya justru merugikan. Demikian juga bagi
pemerintah, sangat penting untuk mempertimbangkan izin usaha atau
fasilitas lainnya.
2.2.2 Proses dan Tahap Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan Suryana (2003, p142) studi kelayakan bisnis dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut :
14
1. Tahap penemuan ide atau perumusan gagasan
Tahap penemuan ide ialah tahap dimana wirausaha memiliki ide untuk
merintis
usaha
barunya.
Ide
tersebut
kemudian
dirumuskan
dan
diidentifikasikan, misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis apa saja yang
paling menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang.
2. Tahap memformulasikan tujuan
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Semuanya
dirumuskan dalam bentuk tujuan.
3. Tahap analisis
Tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat
suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilakukan atau tidak. Tahapan
ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai
dengan mengumpulkan data, mengolah,
menganalisis, dan
menarik
kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu:
dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).
Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis
tersebut meliputi :
a. Aspek pasar
b. Aspek teknik produksi atau operasi
c.
Aspek manajemen atau pengelolaan
d. Aspek finansial atau keuangan
4. Tahap keputusan
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, maka
langkah berikutnya adalah tahapan mengambil keputusan apakah bisnis
layak dilaksanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang
mengandung resiko, maka keputusan bisnis biasanya berdasarkan beberapa
15
kriteria investasi, seperti Pay Back Period (PDP), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), dan sebagainya.
Secara ringkas, studi kelayakan bisnis diatas digambarkan sebagai berikut :
Gagasan Usaha (Business Idea)
Tujuan
(Visi dan Misi)
Analisis/ Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
Pasar
Produksi/ Operasi
Manajemen
Keuangan
Ekonomi
Keputusan
Dilaksanakan (Go)
Tidak Dilaksanakan ( NoGo)
Sumber : Suryana (2003, p144)
Gambar 2.2 Proses Studi Kelayakan Bisnis
2.2.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Umar (2005,p24) aspek-aspek yang perlu dianalisis dalam sebuah studi
kelayakan bisnis adalah:
16
Tabel 2.3 Tabel Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
No
Komponen
1.
Pasar
2.
Internal
Perusahaan
Aspek yang Dianalisis
Pasar Konsumen dan Produsen
Pemasaran
Teknik dan Teknologi
Manajemen
Sumber Daya Manusia
Keuangan
3.
Lingkungan
Politik, Ekonomi dan Sosial
Lingkungan Industri
Yuridis (Legal)
Lingkungan Hidup
Sumber: Umar (2005,p24)
2.2.3.1 Aspek Pasar Konsumen dan Produsen
Berdasarkan Husein (2005, p35) pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan
pembeli, atau saling bertemunya kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk
suatu harga. Permintaan merupakan jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang
mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Sedangkan penawaran
adalah kuantitas barang yang ditawarkan di pasar pada berbagai tingkat harga.
Bentuk pasar dibedakan atas pasar produsen dan pasar konsumen yang masingmasing terdiri dari empat jenis pasar. Berikut ini dijelaskan bentuk-bentuk pasar produsen:
1. Pasar persaingan sempurna, pada pasar ini aktivitas persaingan tidak
tampak karena tidak terbatasnya jumlah produk sehingga pangsa pasar
mereka jadi terkotak-kotak atau kecil dan konsumen dapat menjual atau
17
membeli apa saja tanpa ada batas asal bersedia atau menjual pada harga
pasar.
2. Pasar monopoli, bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang atau satu penjual
saja. Jadi dalam hal ini tidak ada barang substitusi terhadap barang yang
dijual oleh penjual tunggal tersebut, serta hambatan untuk masuknya
pesaing dari luar.
3. Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli dalam menentukan
tingkat harga dan kualitas produk karena pengaruh dari pesaing sangat
terasa,
tindakan
atau
aktivitas
pesaing
perlu
dimasukkan
dalam
perhitungannya.
4. Pasar pesaing monopolistik merupakan bentuk campuran antara persaingan
sempurna dengan monopoli. Dikatakan mirip persaingan sempurna karena
ada kebebasan perusahaan untuk masuk keluar pasar. Selain itu barang
yang dijual tidak homogen. Oleh karena barang-barang yang heterogen itu
dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja. Pasar ini mirip dengan pasar
monopoli.
Sedangkan bentuk pasar dari sisi konsumen, yaitu sebagai berikut:
1. Pasar konsumen, pasar ini merupakan pasar untuk barang atau jasa yang
mana si pembeli merupakan konsumen akhir.
2. Pasar industri, pasar ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang mana si
pembeli adalah perorangan atau badan yang digunakan untuk proses lebih
lanjut atau dibeli atau disewa oleh perorangan untuk digunakan pada
produksi barang atau jasa lain baik dijual maupun disewakan.
3. Pasar penjual kembali (Reseller) adalah suatu pasar di mana si pembeli
disebut sebagai para pedagang yang akan menjual kembali barang yang
18
dibeli. Pasar ini terdiri dari distributor, agen, dealer dan retailer. Kesemua
Reseller ini melakukan penjualan untuk memperoleh keuntungan.
4. Pasar pemerintah, merupakan pasar yang terdiri dari unit-unit pemerintah
yang membeli atau menyewa barang atau jasa untuk menjalankan tugastugas pemerintah misalnya di sektor pendidikan, perhubungan, kesehatan
dan sebagainya.
2.2.3.2 Aspek Pemasaran
Menurut Madura (2001, p83) pemasaran merupakan tindakan berbagai perusahaan
untuk merencanakan dan melaksanakan rancangan produk, penentuan harga, distribusi dan
promosi.
Menurut pendapat Stanton yang dikutip Umar (2005, p67) pemasaran meliputi
keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan
merencanakan, menetukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barangbarang atau jasa yang yang memuaskan kebutuhan pembeli baik aktual maupun potensial.
Menurut Husnan (2000, p17) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari
tentang :
1. Permintaan, disini perlu diperkirakan proyeksi permintaan.
2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun impor.
3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi
dalam negeri lainnya.
4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan
(marketing mix).
5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang
bisa dikuasai perusahaan.
19
Menurut Kotler (2005, p55) ada empat variabel utama dalam bauran pemasaran :
1. Product
Product means the goods and service combination the company offers to the
target market.
2. Price
Price is the amount of money that consumer have to pay the product.
3. Place
Marketing channels are seats of interdependent organizatons involved in the
process of making a product or service avalaible for use consumtion.
4. Promotion
Promotion include all the activities company undertakes to communicate and
promote it’s product in the target market.
2.2.3.3 Aspek Teknik dan Teknologi
Menurut Umar (2005, p96) biasanya suatu produk dapat diproses lebih dari satu
cara, sehingga teknologi yang dipilih perlu ditentukan secara jelas. Beberapa kriteria yang
digunakan adalah kesesuaian dengan bahan mentah yang dipakai, keberhasilan pemakaian
teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi, dan
kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjutan.
Menurut Soeharto (2002, p47) pada dasarnya dikenal tiga macam teknologi proses
produksi :
- Continue process
Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan volume output yang besar, karena
sifat operasinya berulang-ulang maka dapat dicapai optimasi dan efisiensi yang
tinggi dalam penggunaan sumber daya, baik peralatan maupun tenaga kerja.
Contoh industri yang mengunakan proses berkelanjutan adalah perusahaan
20
manufaktur yang menghasilkan kebutuhan sehari-hari seperti tv, mesin cuci,dan
sebagainya.
- Intermitten atau batch proses
Proses macam ini digunakan bila pabrik menangani bermacam-macam proses
yang berbeda. Misalnya, suatu set rangkaian peralatan tertentu disusun untuk
memproses jenis produk lain yang berbeda. Peralatannya terdiri dari mesinmesin yang berfungsi multipurpose sehingga lebih fleksibel, artinya dapat
memenuhi lebih dari satu variabel produksi.
- Automation and computer aided manufacturing.
Proyek ini meminimalkan penggunaan tenaga kerja dan tugasnya diganti dengan
peralatan atau mesin. Hal ini disebut otomatisasi. Tergantung berapa jauh
tujuannya, otomatisasi dapat meliputi aspek yang amat luas atau hanya
sebagian
kecil
saja.
Beberapa
keuntungan
otomatisasi
adalah
dapat
menghasilkan produk yang uniform, berulang ulang dalam waktu yang lama dan
dalam jumlah besar, tidak ada masalah kejenuhan seperti pada tenaga kerja.
Sedangkan kerugiannya adalah kurang fleksibel dan modal pertamanya tinggi.
Adapun cam atau computer aided manufacturing adalah pengunaan computer
untuk meengendalikan proses produksi. Jadi mengganti fungsi tenaga kerja atau
manusia dengan mesin. Pemakaiannya yang umum adalah untuk menganti
material yang berbahaya, beracun atau tugas-tugas yang menjemukan.
Menurut Umar (2002, p99) bagi perusahaan manufaktur, ada tiga jenis layout
tempat yang perlu diatur yaitu pabrik, kantor, dan gudang. Paparannya adalah sebagai
berikut:
a. Tata Letak Pabrik
Tata letak (Layout) untuk industri manufaktur antara lain adalah pabrik yang
meliputi penempatan fasilitas-fasilitas yang dipakai dalam pabrik, seperti letak
21
mesin-mesin,
letak
alat-alat
produksi,
lajur
pengangkatan
barang,
dan
sebagainya. Letak dari fasilitas-fasilitas tersebut harus dikaji agar proses
produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menyusun Layout pabrik, yaitu:
1. Sifat produk yang dibuat (padat atau cair)
2. Jenis proses produksi (continuous atau intermitten)
3. Jenis barang serta volume yang dihasilkan
4. Jumlah modal yang tersedia untuk proses produksinya
5. Fleksibilitas letak fasilitas-fasilitas untuk mengantisipasi perubahanperubahan proses di kemudian hari.
6. Aliran barang dalam proses produksi hendaknya sedemikian rupa agar
tidak saling menghambat atau mengganggu.
7. Penggunaan ruangan hendaknya selain efektif untuk bekerja, hendaknya
juga memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Letak mesin-mesin dan fasilitas hendaknya juga memperhatikan
kemudahan-kemudahan dalam hal pemeliharaan dan pengawasan.
b. Tata Letak Kantor
Tata letak kantor hendaknya disesuaikan dengan besar atau kecilnya investasi.
Selain itu, tata letak harus dirancang dengan memperhatikan kemudahan dalam
berkomunikasi, fleksibilitas pemakaian ruangan, struktur organisasi yang
diterapkan, serta bentuk layanan yang dilaksanakan secara rutin.
c. Tata Letak Gudang
Hal utama yang perlu dicermati dalam penyusunan tata letak tempat
penyimpanan
bahan
baku
dan
barang
jadi
adalah
hendaknya
dapat
memudahkan aktivitas bongkar muat barang, dan juga harus fleksibel untuk
22
memudahkan pengaturan kembali jika jumlah barang yang disimpan berkurang
atau bertambah.
Soeharto
(2002,
p52)
mengusulkan
berbagai
pertimbangan
perihal
dalam
menentukan denah dalam desain suatu proyek membangun fasilitas manufaktur sebagai
berikut:
- Denah menurut production line.
Disini peralatan dan manufaktur disusun sesuai dengan urutan operasinya.
Dengan demikian, bahan mentah masuk ke dalam peralatan paling depan,
kemudian keurutan yang terdekat sampai akhirnya keluar dari peralatan
terakhir sebagai barang jadi. Karena cara kerja yang demikian maka denah
semacam ini hanya terbatas untuk menghasilkan satu macam produk atau
bagian produksi.
- Denah untuk operasi / produksi berbagai macam produk.
Denah macam ini dirancang untuk memproses lebih dari satu macam
produk. Disini terjadi arus material yang terputus-putus. Denah ini
membutuhkan ruang yang lebih luas.
- Denah untuk stasionary material.
Disini peralatan yang digunakan harus bergerak menuju material yang
tetap berada di tempatnya. Jadi, denah instalasi direncanakan untuk
mengakomodasi sifat tersebut.
- Kombinasi
Kebanyakan denah pada instalasi industri merupakan kombinasi dari ke
tiga macam diatas. Tujuannya adalah tetap memelihara keluwesan dalam
memproses produk dasar, sementara itu tetap diperoleh keuntungankeuntungan dari arus stream line dan handling material yang tinggi
efisiensinya. Misalnya pabrik peralatan rumah tangga, alat pertanian.
23
2.2.3.4 Aspek Manajemen
Menurut Umar (2005, 114) tujuan studi aspek manajemen adalah untuk mengetahui
apakah
pembangunan
dan
implementasi
bisnis
dapat
direncanakan,
dilaksanakan,
dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya.
Menurut Kamaludin (2004, p52) salah satu metode yang digunakan dalam aspek
manajemen dalam operasi adalah analisis manajemen strategik, yaitu sekumpulan putusan
dan tindakan yang merupakan hasil dari formulasi dan implementasi serta rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan. Kegiatan-kegiatan atau komponenkomponen atau unsur-unsur dari manajemen strategik ada bermacam-macam yaitu:
a. Memformulasikan misi, tujuan, falsafah dan sasaran perusahaan,
b. Mengembangkan profil perusahaan,
c.
Menilai lingkungan internal dan eksternal perusahaan,
d. Menentukan tujuan jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek
perusahaan,
e. Serta mengimplementasikan dan mengevaluasi proses strategik sebagai
masukan untuk pengembalian keputusan yang akan datang.
2.2.3.5 Aspek Sumber Daya Manusia
Menurut Dessler (2004, p2) manajemen sumber daya manusia atau sumber daya
manusia
dalam
posisi
manajemen,
termasuk
merekrut,
menyaring,
memberikan
pengharagaan dan penilaian. Adapun yang harus diperhatikan pemilik bisnis yaitu pemberian
motivasi untuk memberikan dorongan semangat kerja bagi karyawan atau pekerja. Ada
banyak cara dalam pemberian motivasi terhadap para karyawan yaitu dengan memberikan
penghargaan materil maupun moril.
Menurut Umar (2005, p162) dalam merencanakan SDM untuk pembangunan proyek
bisnis terdapat tiga model yaitu:
24
1. Perencanaan dari atas ke bawah. Maksud dari model ini adalah bahwa jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan telah sesuai dengan rencana yang menyeluruh
dari perusahaan. Peningkatan biaya tenaga kerja dapt disimulasikan untuk
melihat pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Rumus sederhananya :
Rata-rata pegawai =
yang dibutuhkan
pendapatan di tahun n
x % asumsi biaya TK
biaya rata-rata per kepala di tahun n
2. Perencanaan dari bawah ke atas
Proses dengan menggunakan model ini bermula dari taksiran kebutuhan
pegawai untuk tahun berikutnya dalam rangka mencapai target yang telah
ditetapkan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan akan dapat diketahui setelah
tenaga kerja yang ada dihitung kapasitas kerja maksimalnya.
3. Ramalan
Cara yang jelas untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja adalah dengan
meningkatkan pendayagunaan orang-orang yang ada sekarang. Masalahnya
adalah bahwa persediaan tenaga kerja itu tidak pernah statis, sehingga akan
tetap dipengaruhi oleh arus masuk (rekrutmen dan transfer masuk) dan arus
keluar (penyusutan dan transfer ke luar) serta penumpukan pegawai dengan
kualitas kerja yang juga tidak statis.
2.2.3.6 Aspek Keuangan
Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk menentukan dan mengembangkan
rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan biaya dan manfaat yang akan
diterima perusahaan pada saat rencana investasi tersebut dikembangkan.
Berdasarkan Umar (2005, p178-202) analisis yang harus dipertimbangkan dalam
aspek keuangan adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan Dana dan Sumbernya
25
Kebutuhan dana untuk operasional perusahaan dapat diklasifikasikan atas
dasar aktiva tetap berwujud tanah, bangunan pabrik, dan mesin-mesin serta
aktiva tetap tak berwujud seperti paten, lisensi biaya-biaya pendahuluan dan
biaya-biaya sebelum operasi. Beberapa sumber dana yang dapat digali, yaitu
sumber dana internal (misalnya modal disetor, laba ditahan) dan modal
eksternal (misalnya obligasi dan pinjaman).
b. Aliran Arus Kas (Cash Flow)
Dari aliran kas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk melaksanakan
kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis aliran kas, yaitu :
1. Aliran kas masuk (cash in flow), merupakan penerimaan-penerimaan
yang berupa hasil penjualan atau pendapatan.
2. Aliran kas keluar (cash out flow), merupakan biaya-biaya termasuk
pembayaran bunga dan pajak.
3. Aliran kas masuk bersih (net cash in-flow), merupakan selisih dari
kas
masuk
dan
kas
keluar
ditambah
penyusutan
dengan
diperhitungkan bunga setelah pajak.
Rumus : Laba setelah pajak + penyusutan + (1- tarif pajak) bunga
Menurut Darsono (2006, p83) kas merupakan awal dari investasi dan operasi suatu
perusahaan yang terdiri dari mata uang (currency), giro, dan rekening koran di bank (bank
deposits). Suatu perusahaan harus memiliki kas yang cukup dengan alasan untuk :
- memperoleh potongan harga saat membeli bahan baku atau peralatan
- menjaga rasio cair (acid test ratio) agar tetap memperoleh kepercayaan dari
kreditur
- menangkap peluang bisnis sewaktu-waktu
- mengantisipasi keadaan darurat seperti pemogokan dan persaingan.
26
Sumber : Darsono (2006, p84)
Gambar 2.3 Pola Arus Kas
c. Biaya Modal (Cost of Capital)
Untuk menghitungnya karena garis besar sumber-sumber pembelanjaan
terbagi atas utang dan modal sendiri, maka biaya modal dari masing-masing
sumber dihitung seperti penilaian investasi dari biaya utang aliran kas yang
dihitung setelah pajak, demikian pula terhadap modal sendiri.
d. Analisis Kelayakan Investasi
Studi Kelayakan Investasi terhadap aspek keuangan perlu menganalisis
bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumya ada empat metode
yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu
investasi, yaitu :
1. Metode Payback Period (PP)
Payback Period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi
pengeluaran awal. Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat
27
investasi dapat kembali. Karena itu alat ukuranya adalah satuan waktu
berupa tahun, bulan, dan hari.
Rumus:
Nilai Investasi
PP =
x 1 tahun
Kas masuk bersih
Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika
Payback Period lebih pendek dari maximum payback maka proyek
investasi tersebut layak dijalankan.
2. Metode Internal Rate of Return (IRR)
Internal
Rate
mencerminkan
of
Return
tingkat
adalah
teknik
pengembalian
yang
anggaran
mengembangkan
masukan sekarang dan nilai masukan keluaran sekarang.
Rumus:
n
Io = Σ
CFt
t=1 (1+IRR)t
Dimana:
t = tahun ke
n = jumlah tahun
I0= nilai investasi awal
CF= arus kas bersih
IRR= tingkat bunga yang dicari harganya
modal
yang
nilai
28
Kriteria penilaian model ini adalah jika IRR yang dihasilkan lebih besar
dari Rate of Return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Nilai
IRR dapat ditentukan dengan Trial and Error.
IRR = P1-C1 x P2-P1
C2-C1
Dimana:
P1 = tingkat bunga ke-1
P2 = tingkat bunga ke-2
C1 = NPV ke-1
C2 = NPV ke-2
3. Metode Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah nilai bersih sekarang yaitu teknik anggaran
modal yang didefinisikan sebagai berikut, nilai sekarang arus kas bersih
masa depan setelah pajak dikurangi pengeluaran awal proyek.
Rumus:
n
NPV = Σ
t=1
CFt
- I0
(1+k)t
Dimana:
Cf = aliran kas pertahun pada priode t
I0 = investasi
K = suku bunga (discount rate)
Kriteria penilaian metode ini, adalah:
Jika NPV > 0 maka proyek diterima
Jika NPV < 0 maka proyek ditolak
29
Jika NPV = 0 maka nilai perusahaan tetap, walau usulan proyek diterima
atau ditolak.
4. Metode Profitability Index (PI)
Profitability Index adalah rasio nilai dari arus kas bersih pada masa
depan terhadap pengeluaran awalnya.
Rumus:
PI = PV kas masuk
PV kas keluar
Kriteria penilaian :
Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan.
Jika PI < 1, maka usulan proyek dikatakan tidak menguntungkan
Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, dimana jika NPV
suatu proyek dikatakan layak (NPV > 0), maka menurut PI juga layak
(PI > 1) karena keduanya menggunakan variabel yang sama.
2.2.3.7 Aspek Politik, Sosial, dan Ekonomi
Aspek sosial dan ekonomi menurut Suratman (2001 ,p31) adalah mengkaji tentang
dampak keberadaan proyek dari sisi sosial dan ekonomi. Dari sisi ekonomi apakah
keberadaan proyek dapat merubah atau justru mengurangi pendapatan per kapita penduduk
setempat dan dari sisi sosial dampak positif atau negatif apakah yang akan muncul dengan
adanya proyek tersebut di wilayah setempat. Baik keadaan lalu lintas setempat, jalur
komunikasi dan fasilitas-fasilitas yang secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap proyek tersebut.
30
Menurut Umar (2005, p257) aspek politik secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada dunia bisnis. Makin kacau kondisi politik suatu negara akan berdampak
makin kacau pula kondisi bisnis di negara tersebut, begitu pula sebaliknya.
Untuk aspek sosial hendaknya bisnis memiliki manfaat-manfaat sosial yang dapat
diterima oleh masyarakat, seperti:
a. Membuka
lapangan
kerja
baru.
Dibukanya
proyek
bisnis
akan
menggairahkan masyarakat sekitar untuk turut membuka lapangan kerja
baru.
b. Melaksanakan alih teknologi. Dengan dilakukannya alih teknologi kepada
pekerja dengan berbagai cara pelatihan yang terprogram, diharapkan tidak
hanya meningkatkan skill pekerja tetapi juga sikap mental sebagai tenaga
kerja yang andal.
c.
Meningkatkan mutu hidup. Adanya proyek bisnis turut mengurangi angka
pengangguran. Pekerja yang sudah memiliki penghasilan mandiri dapat
meningkatkan mutu hidup mereka.
d. Pengaruh positif. Proyek bisnis hendaknya dapat berpengaruh positif pada
masyarakat sekitar, tidak hanya berdampak pada meningkatnya kondisi
lingkungan fisik seperti jalan, jembatan, dan telepon tetapi juga kondisi
lingkungan psikis mereka.
Analisis
manfaat
proyek
ditinjau
dari
sisi
rencana
pembangunan
nasional
dimaksudkan agar proyek dapat:
a. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan usaha yang dapat
diakukan oleh tenaga kerja lokal tidak perlu digantikan dengan tenaga kerja
asing.
b. Menggunakan sumber daya lokal. Komponen bahan baku produk lokal
(kualitas yang memenuhi standar) dimanfaatkan untuk proses produksi akan
31
meningkatkan perekonomian di daerah tesebut karena dapat dijadikan usaha
bagi masyarakat.
c.
Menghasilkan dan Menghemat devisa. Penggunaan bahan baku yang diambil
dari produk lokal akan mengurangi penggunaan barang impor yang
menghemat devisa negara. Dan jika produk yang dihasilkan sebagian atau
bahkan seluruhnya untuk pasar ekspor maka bisnis ini akan menghasilkan
devisa.
d. Menumbuhkan industri lain. Dengan adanya proyek bisnis baru, diharapkan
akan tumbuh industri lain baik sejenis atau industri pendukung lainnya
seperti industri bahan baku maupun industri sebagai dampak positif adanya
kegiatan ekonomi di daerah tersebut.
e. Turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan
kemampuan. Produksi akan membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri
yang akan mengurangi tingkat impor dan menghemat devisa.
f.
Menambah Pendapatan Nasional. Jika ada permintaan ekspor atas produksi
dan produsen mampu memenuhi permintaan tersebut, maka bisnis ini tentu
akan menambah pendapatan nasional. Aspek sosial ada dan diperhitungkan
jika dana yang ditanamkan pada bisnis besar.
2.2.3.8 Aspek Lingkungan Industri
Menurut Porter yang dikutip Suratman (2001, P51) ada lima kekuatan persaingan
dalam industri yang dikemukakan, yaitu:
Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
1. Ancaman pendatang baru bagi suatu industri membawa kapasitas baru,
karena ia berhasrat untuk meraih pangsa pasar. Keputusan untuk menjadi
pendatang baru,dalam industri acapkali menaruh komitmen baru terhadap
32
sumber daya yang akan digunakan, sehingga harga ditekan serendah
mungkin dan keuntungan dibuat kecil akibat profitabilitas industri menurun.
2. Ancaman Produk Pengganti (Threat Of Substitute Products)
Ketersediaan produk pengganti menjadi penghalang yang dapat ditentukan
oleh pimpinan pasar dalam mata industri. Harga yang tinggi dapat memicu
pembeli beralih ke produk pengganti.
3. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli (Bargaining Power Of Buyers)
Para konsumen/ pelanggan suatu industri mengharapkan harga serendah
mungkin untuk memperoleh produk atau jasa dari industri (perusahaan
pemasok). Caranya adalah membeli jumlah besar sehingga perusahaan
pemasok bergantung pada pembeli. Di samping itu ketika produk
perusahaan pemasok sebagai produk standar maka pembeli dapat menekan
harga, karena banyak perusahaan yang menyediakan produk standar
tersebut. Belum lagi bila pembeli ada kemauan untuk melakukan integrasi
hulu.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power Of Suppliers)
Bila pemasok mempunyai daya/ kekuatan yang cukup banyak atas
perusahaan industri, mereka dapat menaikkan harga cukup signifikan untuk
mempengaruhi
kemampuan
pelanggan
dalam
menghasilkan
laba.
Kemampuan pemasok untuk memperoleh daya/kekuatan atas perusahaan
industri ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain jumlah pemasok sedikit
tetapi besar, produk pemasok merupakan masukan (input) penting bagi
pembeli, kemauan dan kemampuan pemasok untuk mengikuti strategis
integrasi vertikal dan mengembangkan produk mereka sendiri jika mereka
tidak mampu memperoleh persyaratan yang dapat memuaskan pembeli.
33
5. Rivalitas di Antara Pesaing (Rivalry Among Existing Firms)
Rivalitasi di antara perusahaan mengacu pada semua tindakan yang
ditempuh oleh perusahaan dalam kelompok industri untuk memperbaiki
posisi mereka masing-masing dan memperoleh keunggulan atas para
pesaingnya. Persaingan itu menjadi kekuatan yang akan bersifat positif, jika
di antara perusahaan menciptakan dan mendorong stabilitas industri melalui
perbaikan-perbaikan
kemampuan
dalam
rangka
menghasilkan
laba.
Sebaliknya jika tidak, persaingan itu menjadi kekuatan yang bersifat negatif.
Potensi
pengembangan
Produk pengganti
Kekuatan tawar
konsumen
Perseteruan
diantara
perusahaan yang
saling bersaing
Kekuatan tawar
pemasok
Potensi
masuknya
pesaing baru
Sumber : Dewanti (2008, p48)
Gambar 2.4 Analisis Kekuatan Bersaing Oleh Michael Porter
34
2.2.3.9 Aspek Yuridis
Menurut Umar (2005, p284) perlu dikaji mengenai bisnis apa yang akan
dilaksanakan, apakah bisnis itu dilarang atau tidak. Beberapa sisi yang perlu dianalisis adalah
sebagai berikut:
1. Bidang usaha. Bidang usaha dari proyek yang dibangun harus sesuai dengan
anggaran dasar perusahaan atau telah sesuai dengan corporate philosophy-nya.
2. Fasilitas. Proyek yang mendapatkan fasilitas-fasilitas tertentu harus diselidiki
apakah pengurusannya telah diselesaikan secara sah.
3. Gangguan lingkungan. Proyek yang dibuat perlu memperhatikan lingkungan
sekitar tempat proyek berada. Pencemaran yang ditimbulkan oleh proyek akan
berdampak negatif pada proyek itu sendiri, seperti pencemaran udara, air, suara,
dan moral masyarakat.
4. Pengupahan. Sistem pengupahan perlu memperhatikan standar upah minimum
yang ditetapkan pemerintah setempat, karena jika dilanggar keresahan buruh
akan berdampak negatif pada proyek.
2.2.3.10 Aspek Lingkungan Hidup
Menurut Umar (2005, p303) studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk
menentukan apakah rencana bisnis dapat direncanakan secara layak atau sebaliknya.
Analisis lingkungan hidup mengacu pada analisis AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) yang merupakan salah satu studi kelayakan yang disyaratkan untuk
mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan yang lain seperti aspek teknis dan
ekonomis. Bagian dari AMDAL yang diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya
adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama
sumber daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air, energi manusia, dan ancaman
alam sekitar.
35
2.3 Studi Kelayakan Proyek
2.3.1 Definisi Studi Kelayakan Proyek
Menurut Husnan (2000, p4) studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat
tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil.
Menurut Suratman (2001, p5) studi kelayakan proyek merupakan studi untuk menilai
proyek yang akan dikerjakan di masa mendatang, atau penelitian dalam rangka untuk
menilai layak tidaknya proses investasi.
Menurut Suryana (2003, p140) studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian layak
atau tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus.
Menurut Santosa (2003, p8) kelayakan adalah proses investigasi terhadap masalah
dan mengembangkan solusi secara lebih detail apakah penyelesaian masalah itu cukup
menguntungkan secara ekonomis dan bermanfaat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan proyek atau penilaian kelayakan
investasi yang dilakukan untuk menilai layak atau tidaknya suatu usulan proyek yang akan
dilaksanakan di masa mendatang dengan tujuan untuk menghindari kegagalan proyek yang
akan dilaksanakan dan dapat mencapai kesuksesan serta menguntungkan secara ekonomis.
2.3.2 Investasi Proyek
Menurut pendapat Basalamah dan Haming (2003, p3) investasi secara umum
diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk membeli aktiva
riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan
yang lebih besar di masa yang akan datang.
Menurut Downes dan Goudmen yang dikutip Suratman (2001, p6) Investment can
refer to finansial investment (where an investment puts into a vehicle) or to the part of
individual who wants to reap profits from the success of his labor.
36
Menurut Geoffrey dan Stanley (2008, p5) investment is defined as the commitment
of current funds in anticipation of receiving a larger future flow of funds.
Menurut pendapat Halim (2003, p6) investasi merupakan sejumlah keuntungan di
masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu Investasi Financial
Assets (dilakukan di pasar uang dan pasar modal) dan investasi pada Real Assets yang
diwujudkan dalam bentuk pembelian aset produktif.
Menurut Suratman (2001, p6) investasi didefinisikan sebagai penggunaan sumber
keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan
keuntungan darinya. Dari sudut jangka waktu, investasi dibagi dua yaitu investasi jangka
panjang dan investasi jangka pendek.
Definisi investasi proyek berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p1) adalah
upaya menanamkan faktor produk langka pada proyek tertentu (baru atau perluasan) pada
lokasi tertentu, dalam jangka menengah atau panjang. Faktor produk langka itu dapat
berbentuk :
a. Dana,
b. Kekayaan alam,
c.
Tenaga kerja ahli dan terampil, dan dalam hal tertentu,
d. Teknologi tingkat madya atau teknologi tingkat tinggi.
Menurut pendapat Halim (2003, p6) usulan investasi biasanya dikelompokan ke
dalam 4 golongan, yaitu:
1. Investasi penggantian adalah suatu aktiva yang telah hangus atau usang
diganti dengan aktiva baru, misalnya investasi pada pembelian mesin-mesin
baru dan menggantikan mesin lama dengan tujuan menghemat biaya dan
meningkatkan laba
2. Investasi penambahan kapasitas adalah usulan penambahan jumlah mesin
atau pembukaan pabrik baru.
37
3. Investasi
penambahan
jumlah
produk
baru
adalah
investasi
untuk
menghasilkan produk baru disamping tetap menghasilkan produk yang telah
diproduksinya.
4. Investasi lain-lain, misalnya pemasangan alat penerangan ruangan.
2.3.3 Manajemen Proyek
Menurut Triton (2005, p29) manajemen proyek dapat dikatakan sebagai usaha
merencanakan, mengorganisasikan serta mengawasi kegiatan dalam proyek sedemikian rupa
sebagai sesuatu jadwal waktu surat anggaran yang ditetapkan.
Menurut Santosa (2003, p3) manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan sumberdaya organisasi perusahaan
untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu.
Macam-macam proyek yaitu :
1. Proyek kapital
Proyek ini biasanya berupa pengeluaran biaya untuk pembebasan tanah,
pembelian peralatan, pemasangan fasilitas, dan konstruksi gedung.
2. Proyek penelitian dan pengembangan
Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru dan temuan alat baru.
3. Proyek yang berhubungan dengan manajemen servis
Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instasi pemerintah.
Proyek ini berupa :
a. Perancangan struktur organisasi
b. Pembuatan sistem organisasi manajemen
c.
Peningkatan produktivitas perusahaan
d. Pemberian training mengenai suatu metode tertentu
38
2.3.4 Tujuan Studi Kelayakan Proyek
Menurut Husnan (2000, p7) tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk
menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang
ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan tentu akan memakan biaya, tetapi biaya
tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang
menyangkut investasi dalam jumlah besar.
2.3.5 Manfaat Studi Kelayakan Proyek
Menurut Suratman (2001, p8) manfaat dari dilakukannya studi kelayakan proyek
adalah memberikan masukan informasi kepada decision maker untuk memutuskan dan
menilai alternatif proyek investasi yang akan dilakukan.
Menurut pendapat Kamaludin (2004, p2) ada tiga manfaat yang ditimbulkan dari
adanya studi kelayakan bisnis, yaitu:
a. Manfaat Finansial
Artinya bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis itu sendiri, apabila
bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung.
b. Manfaat Ekonomi Nasional
Artinya bisnis tersebut jika dijalankan mampu menunjukan manfaat makro
bagi negara, hal ini biasa ditunjukan dengan semakin banyak tenaga kerja
yang terserap, GNP meningkat, dll.
c.
Manfaat Sosial
Artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh
manfaat atas bisnis yang dilakukannya.
Apabila studi kelayakan proyek telah dibuat dan dinyatakan layak untuk
direalisasikan maka ada pihak-pihak tertentu yang memerlukan laporan sebagai bahan
masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau
39
sebaliknya menolak kelayakan laporan sesuai dengan kepentingan. Pihak-pihak yang
membutuhkan studi kelayakan menurut Umar (2005, p19) antara lain:
a. Pihak Investor
Jika hasil studi kelayakan yang dibuat ternyata layak untuk direalisasikan,
pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat dimulai untuk dicari misalnya
dengan mencari investor yang mau menanamkan modalnya pada proyek
yang akan dikerjakan. Sudah tentu calon investor akan mempelajari laporan
studi kelayakan yang telah dibuat karena calon investor mempunyai
keputusan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta jaminan
akan keselamatan modal.
b. Pihak Kreditor
Pendanaan proyek dapat dari pinjaman bank, sebelum memutuskan untuk
memberikan kredit perlu dikaji ulang tentang studi kelayakan yang telah
dibuat termasuk mempertimbangkan saran-saran lain misalnya bonafiditas
dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.
c.
Pihak Manajemen Perusahaan
Studi kelayakan dapat dibuat oleh perusahaan baik oleh pihak external
maupun oleh pihak internal. Terlepas dari siapa yang membuat proposal ini
merupakan upaya dalam rangka merealisasikan ide proyek yang ujungujungnya bermuara pada peningkatan usaha untuk meningkatkan laba
perusahaan sebagai pihak yang menjadi project leader, sudah tentu pihak
manajemen perlu mempelajari studi kelayakan itu misalnya dalam hak
pendanaan, beberapa yang dialokasikan dari modal sendiri, rencana
pendanaan dari investor dan dari kreditor.
40
d. Pemerintah
Penyusunan studi kelayakan perlu kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung
maupun tidak langsung kebijakan perusahaan. Penghematan devisa Negara,
penggalakan export non migas dan pemakaian tenaga kerja misalnya
merupakan contoh kebijakan pemerintah di sektor ekonomi. Proyek-proyek
bisnis yang membantu kebijakan pemerintah inilah yang diprioritaskan untuk
dibantu misalnya dengan subsidi dan keringanan lain.
2.4 Ekspansi
Berdasarkan pendapat Keown et, al (2001, p231) ekspansi dimaksudkan sebagai
perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja, atau modal kerja dan modal tetap yang
digunakan secara tetap dan terus-menerus di dalam perusahaan. Bentuk- bentuk dari
ekspansi itu sendiri adalah:
1. Business expansion atau ekspansi bisnis adalah ekspansi yang dijalankan
tanpa mengakibatkan perubahan struktur modal. Dalam bentuk ekspansi ini
perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan menambah kapasitas
produksi yang ada di perusahaan. Oleh karenanya perusahaan tidak
menambah aktiva tetap, maka tidak dibutuhkan tambahan modal jangka
panjang sehingga tidak mengakibatkan perubahan struktur modalnya.
Ekspansi jenis ini sering disebut ekspansi yang berangsur-angsur.
2. Financial expansion atau ekspansi keuangan adalah ekspansi yang dijalankan
dengan membeli alat produksi tahan lama, memodernisir alat-alat produksi
yang lama, mendirikan pabrik baru, mengambil alih perusahaan lain,
penggabungan dengan perusahaan lain, dan lain-lain. Bentuk ekspansi ini
membutuhkan tambahan modal jangka panjang sehingga bentuk ekspansi
41
ini mengakibatkan perubahan struktur modal. Ekspansi jenis ini sering
disebut ekspansi yang melonjak.
2.5 Manajemen Resiko
Menurut Dorfman (2005, p7), risk is defined as variation in possible outcomes of an
event based on chance. And risk management is the logical process used by business firms
and individuals to deal with their exposures to loss.
Menurut James et,al (2005,p3) risk is often defined as uncertainty, creates both
problems and opportunities for business and individuals in nearly every walk of live.
Pengertian resiko yang dikutip oleh Djojoseodarso (2003,p2) :
1. Menurut Arthur Williams dan Richard MH resiko adalah suatu variasi dari
hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
2. Menurut A Abas Salim resiko adalah ketidakpastian atau uncertainty yang
mungkin melahirkan peristiwa kerugian atau loss.
3. Menurut Soekarto resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu
peristiwa.
4. Menurut Herman Darmawi resiko adalah probabilitas sesuatu hasil atau
outcome yang berbeda dengan yang diharapkan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan
dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan dan yang tidak diduga atau
diinginkan. Dengan demikian resiko memiliki karakteristik:
a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa.
b. Merupakan ketidakpastian bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
42
Manajemen
resiko
adalah
pelaksanaan
fungsi-fungsi
manajemen
dalam
penanggulangan resiko terutama resiko yg dihadapi oleh organisasi atau perusahaan,
keluarga, dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
menyusun, memimpin atau mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi)
program penanggulangan resiko.
2.6 Kerangka pemikiran
Dari landasan teori yang dikemukakan di atas dan melihat permasalahan yang akan
diselesaikan, maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
43
Rencana Investasi
Aspek Pasar
Aspek Internal Perusahaan
Pemasaran
Aspek Lingkungan
Politik, Ekonomi, dan
Sosial
Teknik dan Teknologi
Pasar Konsumen
dan Produsen
Lingkungan Industri
Manajemen
Yuridis (Legal)
Sumber Daya Manusia
Lingkungan Hidup
Keuangan
Analisis Kelayakan Investasi
Layak
Tidak Layak
Sumber: Data Diolah (2009)
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Download