HUBUNGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP MELATI RSUD SUBANG Ibrahim N. Bolla, S.Kp.,MM Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Perawat perlu membina hubungan kepercayaan dengan klien melalui suatu komunikasi terapeutik, berguna sebagai penunjang dalam pelayanan keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan klien dan jika hal itu sudah terpenuhi maka pasien akan merasa puas. Untuk menciptakan komunikasi terapeutik yang baik maka diperlukan keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang. Jenis penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif korelasi dengan cara pengumpulan data dilakukan dengan cross sectional. Adapun sampel yang digunakan adalah sampling jenuh dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 9 perawat (56,3%), sedangkan untuk kepuasan pasien yaitu sebanyak 10 orang (62,5%) pasien merasa puas. Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,011 (p < 0,05), hal ini berarti ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Selain itu juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618 maka hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dalam kategori kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan pihak RSUD Subang untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengadakan pelatihan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik bagi perawat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang optimal. Kata kunci : Komunikasi terapeutik, kepuasan Kepustakaan : 24, 1999 – 2007 A. Pendahuluan Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien yaitu komunikasi, karena dalam pelayanan keperawatan komunikasi sangat penting dan dibutuhkan sebagai sarana untuk menggali kebutuhan pasien. Karena komunikasi dalam keperawatan bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik (Suryani, 2005). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994 dalam Mundakir, 2006). Perawat penting menggunakan komunikasi terapeutik berguna dalam pelaksanaan keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh pasien. Dan dengan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan dengan sikap yang hangat, tulus, dan penuh perhatian dapat menimbulkan saling percaya, saling menghargai dan saling menghormati sehingga pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatan dengan penuh pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat dihindarkan. Hasil wawancara terhadap 15 orang pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang, 5 orang mengatakan komunikasi perawat baik, 6 orang mengatakan biasa saja, dan 4 orang mengatakan kurang, hal tersebut dilihat dari segi kualitasnya. Dan pasien mengatakan bahwa mereka merasa lebih tenang dan merasa lebih dekat pada perawatperawat yang menggunakan komunikasi, baik, ramah. Dan pasien mengatakan masih adanya perawat yang judes, kurang ramah, kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan pasien, tidak mengajak berkomunikasi saat tindakan (kurang komunikatif). Pasien mengharapkan agar perawat lebih banyak berinteraksi dengan pasien dan lebih sering melakukan komunikasi dengan pasien agar tercipta suasana yang dapat membuat pasien merasa aman, nyaman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya karena pasien merasa perawat tidak sesuai yang diharapkan oleh pasien. Dan selain itu juga, ada 2 orang pasien mengeluh dengan sakitnya yang tidak sembuh-sembuh, suasana ruangan yang kurang nyaman, dan peralatan kesehatan yang kurang lengkap. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk membuat rumusan masalah “Adakah hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang?”. Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang. B. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan analitik observatif dengan pendekatan cross sectional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah berikut : Ha : Adanya hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Variabel Independent dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dalam melakukan tindakan atau pelayanan kesehatan kepada klien. Sedangkan Variabel Dependent dalam penelitian ini adalah Tingkat kepuasan pasien. Jenis data yang digunakan adalah kategorial ( ordinal ), Untuk komunikasi dinyatakan baik, jika skor ≥ mean (6,3) dan komunikasi Kurang baik, jika skor < mean (6,3). Untuk tingkat kepuasan dinyatakan . Puas, jika skor ≥ median (70). Dan tidak Puas, jika skor < median (70) Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pelaksana dan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang dengan jumlah 32 orang. Tekhnik sampling yang digunakan adalah total sampling. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Analisis univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan ukuran persentase, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman Rank yaitu untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal. Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Rawat Inap melati di RSUD Subang. Waktu penelitian pada tanggal 9 - 14 Juni 2008. D. Hasil Penelitian 1. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Komunikasi TerapeutiK Perawat di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Subang. Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Frekuensi Persentase Baik 9 56,3% Kurang Baik 7 43,8% Total 16 100% Tabel di atas menggambarkan tentang pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat di ruang rawat inap melati RSUD Subang yang sebagian besar pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat baik yaitu sebanyak 9 perawat (56,3%) dan sebanyak 7 perawat (43,8%), pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kurang baik. 2. Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Melati RSUD Subang. Tingkat Kepuasan Frekuensi Pasien Persentase Puas 10 62,5% Tidak Puas 6 37,5% Total 16 100% Tabel di atas menggambarkan tentang tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang yang sebagian besar pasien merasa puas yaitu sebanyak 10 orang (62,5%) dan sebanyak 6 orang (37,5%) pasien merasa tidak puas. 3. Analisis Bivariat Tabel 3. Distribusi Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Koefisien korelasi pelaksanaan 0,618 komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien P-value 0,011 Keputusan Ho ditolak dan Ha diterima karena nilai p-value < 0,05 Dari hasil tabel dengan hasil uji statistik di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,011 (p < 0,05), hal ini berarti Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Dari hasil uji statistik juga didapatkan koefisien korelasi sebesar 0,618. Berdasarkan kriteria korelasi menurut Sugiyono, maka hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien dalam kategori kuat. D. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis penelitian mengenai hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien menunjukkan bahwa sebagian besar (56,3%) pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat baik dan sebagian besar (62,5%) pasien merasa puas. Menurut Valerie A. Zeithaml, A. Parasuraman, dan Leorard L. Berry dalam bukunya Delivering Quality Service Balancing Customer Perceotuonas and Expectation (1990) dalam Arief, Mts (2006) mengemukakan ada sepuluh kriteria atau dimensi (variabel) yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, yaitu : salah satunya adalah komunikasi/komunikasi terapeutik. Melihat hal di atas, maka perawat dalam memberikan pelayanan harus senantiasa menggunakan kiat-kiat keperawatan yang salah satunya adalah nursing is laughing yang berarti perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan rasa nyaman pasien (Gaffar, 1999 dalam Hendrayani 2007). Seorang perawat harus selalu siap senyum (senyumku adalah obatmu), memberi salam dengan ramah tamah, sikap yang optimis dan percaya diri, menunjukkan kejelasan bahasa, kesopanan/keramahan perawat untuk membangun hubungan saling percaya serta membantu pasien untuk kesembuhan pasien, dan pasien dapat mengekspresikan perasaannya kepada perawat. Sikap yang perlu diperhatikan seorang perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien adalah sikap ramah, empati dan mampu bekerja sama (Sunaryo, 2004). Dari hasil uji statistik (tabel 4.3) diperoleh nilai p-value 0,011 maka dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Selain itu, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,618 maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien memiliki keeratan hubungan yang kuat. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perawat dalam melakukan komunikasi atau memberikan informasi harus efektif dan terapeutik sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan terhindar dari komplain atau ketidakpuasan (Wolf, 1984 dalam Hendrayani, 2007). Selain itu sesuai juga dengan teori Achiryani (2006) bahwa perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik, akan mudah menjalin hubungan, rasa percaya dengan pasien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Purba, J.M., 2006). E. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka peneliti menyusun beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil penelitian pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat yaitu sebanyak 56,3% pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat baik. b. Hasil penelitian tingkat kepuasan pasien yaitu sebanyak 62,5% pasien merasa puas. c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap melati RSUD Subang yaitu dengan nilai p-value 0,011 dan hubungannya dalam kategori kuat dengan koefisien korelasi sebesar 0,618. F. DAFTAR PUSTAKA Arief, Mts. (2006). Pemasaran Jasa & Kualitas Pelayanan. Malang : Bayumedia Publishing. Ariwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. Ariyanthi, L. (2007). Hubungan Faktor Pribadi Klien Dengan Kepuasan Terhadap Kualitas Asuhan Keperawatan Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Dewasa Rumah Sakit Rajawali Bandung. Cimahi : STIKES A. Yani. Gartinah, 2006, keperawatan dan praktik keperawatan, tersedia http://www.inna-ppni.or.id, 06 Maret 2008. Hendrayani.I. (2007). Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RS Al Islam Bandung. Bandung : UNPAD FIK Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis. Jakarta : Salemba Medika. Keliat, B.A. (2002). Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta : EGC. LPPM. (2007). Pedoman Penulisan dan Petunjuk Karya Tulis Ilmiah atau Skripsi. Cimahi : Stikes Jenderal Achmad Yani. Maude, A.P. Patients’ Satisfaction With Nursing Communication (Therapeutic Communication) On Adult Medical Surgical Wards At Prof. DR. Margono Soekarjo Hospital Of Purwokerto, Central Java, Indonesia, tersedia http://akademik.Unsoed.ac.id/cmsfak/userfiles/files/pskp/abstrakjs/absjks010106.doc, 06 Maret 2008. Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Muninjaya, A. (2006). Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, edisi I (ed-1). Jakarta : Salemba Medika. Pohan, I. (2006). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta : EGC Purba, J.M, 2006, Komunikasi Dalam Keperawatan, tersedia http://www.innappni.or.id/index.php?name=news&file=article&sid=88, 06 Maret 2008. Riza, 2007, safe staffing dalam pelayanan http://www.bppsdmk.depkes.go.id, 06 Maret 2008. Siswono, 2002, model praktek keperawatan http://www.gizi.net, 06 Maret 2008. professional kesehatan, di Indonesia, tersedia tersedia Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Cabang Jawa Barat : Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik ; Teori dan Praktek. Jakarta : EGC. Supartini. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Tjiptono. (2001). Manajemen Jasa. Jogjakarta : Andi. Wijono. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Teori Strategi dan Aplikasi. Jakarta : Airlangga University Press.