manusia sebagai individu mahluk sosial

advertisement
MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU
MAHLUK SOSIAL
Oleh : Toto Dianto, S.Pd. MA.
Manusia sejak awal lahirnya adalah
sebagai makhluk sosial (ditengah
keluarganya). Makhluk yang tidak dapat
berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Manusia memerlukan mitra untuk
mengembangkan kehidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Sebagai individu,
manusia dituntut untuk dapat mengenal
serta memahami tanggung jawabnya
bagi dirinya sendiri, masyarakat dan
kepada Sang Pencipta.
Manusia sebagai Individu
Individu dalam bahasa Perancis berarti orang
seorang.
Kata ini mengacu pada manusia atau satu orang
manusia. "In-dividere" berarti makhluk individual
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata sifatnya
"individual", menunjuk pada satu orang dengan
ciri-ciri khas yang melekat pada dirinya dan
sekaligus untuk membedakan dengan
masyarakat. Ciri-ciri watak seorang individu yang
konsisten, yang memberikan kepadanya identitas
khusus, disebut sebagai "kepribadian".
Banyak pakar yang memberikan pengertian
tentang kepribadian. Dari beberapa konsep atau
pengertian tentang kepribadian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kepribadian adalah ciri-ciri /
karakteristik watak individu yang konsisten yang
berkenaan dengan sikap, keinginan, pola pikiran
dan tingkah laku untuk berbuat, berpikir, dan
merasakan khususnya apabila individu itu
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi
suatu keadaan di lingkungannya. Kepribadian
mempunyai karakteristik yang konsisten dan
mencirikan kepribadian secara normal.
Karakteristik kepribadian tersebut merupakan
perpaduan antara bawaan atau warisan yang
dibawa sejak lahir dengan faktor lingkungan.
Faktor bawaan atau warisan yang dimiliki oleh
individu maupun kondisi lingkungannya tidaklah
sama, sehingga tidak akan terjadi dua individu
memiliki epribadian yang sama.
Jadi setiap individu mempunyai
kepribadian sendiri-sendiri yang
berbeda dengan kepribadian individu
lain
Menurut Koentjaraningrat, unsurunsur kepribadian meliputi:
(a) Pengetahuan,
(b) Perasaan,
(c) Dorongan Naluri.
Individu dan Konteksnya dalam
Masyarakat
Manusia sebagai individu selalu berada
di tengah-tengah kelompok individu lain
yang sekaligus mematangkannya untuk
menjadi pribadi. Proses dari individu untuk
menjadi pribadi tidak hanya didukung dan
dihambat oleh dirinya, tetapi juga oleh
kelompok sekitarnya. Dalam proses untuk
menjadi pribadi, individu dituntut mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan
dimana ia berada. Lingkungan tersebut
meliputi lingkungan fisik dan non fisik
(psikis).
Individu dan Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok
sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan
yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi
dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batasbatas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan sosial
tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi satu
sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu
kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan
individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa
hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan
berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka timbullah
kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam
kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut
merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama.
Menurut Soerjono Soekanto, suatu himpunan
manusia dapat dikatakan kelompok sosial
apabila:
Ada kesadaran dari setiap anggota bahwa ia
merupakan bagian dari kelompok yang
bersangkutan
Ada interaksi timbal balik antara anggota
kelompok satu dengan anggota lainnya
Ada sesuatu yang dimiliki bersama, misalnya:
tujuan, cita-cita, idiologi, dan kepentingan
Berstruktur, berkaidah, dan memiliki pola perilaku
Bersistem dan berproses
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak
menjadi elompok yang statis, tetapi dinamis, selalu
berkembang dan engalami perubahan-perubahan
baik dalam aktivitas maupun bentuknya.
Interaksi Sosial
Menurut Gillin dan Gillin, interaksi
sosial merupakan hubungan-ubungan
sosial yang dinamis, menyangkut
hubungan antara orang perorangan,
kelompok-kelompok manusia,
maupun orang perorangan dengan
kelompok manusia.
Interaksi sosial dapat terjadi karena
adanya komunikasi, jadi komunikasi di sini
sangatlah penting artinya. Komunikasi
berarti seseorang memberikan tafsiran
pada perilaku orang lain baik berwujud
pembicaraan, gerak, maupun sikap.
Interaksi sosial merupakan dasar dari
proses sosial, pengertian ini menunjukkan
pada hubungan-hubungan yang dinamis.
Interaksi sosial juga merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial, karena tanpa
interaksi sosial tidak akan mungkin ada
kehidupan bersama.
Dengan demikian jelas sekali bahwa
interaksi sosial itu sangat penting
dalam kehidupan masyarakat.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat
berupa:
kerja sama (cooperation),
persaingan (competition),
pertikaian (conflict), dan
akomodasi (accomodation).
Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
dalam masyarakat dan telah didukung oleh
sebagian besar anggota masyarakat. Perubahan
yang terjadi tidak selalu sama, ada yang lambat
(evolusi) dan ada yang cepat (revolusi). Pada
evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya
tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan
tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan keperluankeperluan, kondisi baru yang timbul sejalan
dengan pertumbuhan masyarakat.Sebaliknya
revolusi, perubahan yang terjadi dapat
direncanakan atau tanpa rencana.
Faktor-faktor yang mendasari
terjadinya perubahan sosial bisa
bersumber dari dalam masyarakat
(intern) dan bisa juga dari luar
masyarakat (ekstern).
Faktor-faktor intern, antara lain
Perubahan jumlah penduduk,
Penemuan baru,
Pertentangan (konflik) sosial,
Pembrontakan atau revolusi. Adapun
faktor-faktor ekstern dapat disebabkan oleh
lingkungan fisik yang ada di sekitar
manusia, misalnya: bencana alam,
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi,
perkembangan komunikasi, dan
sebagainya.
Adapun faktor-faktor ekstern dapat
disebabkan oleh
lingkungan fisik yang ada di sekitar
manusia, misalnya: bencana alam,
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi,
perkembangan komunikasi,
dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mendorong
proses perubahan antara lain:
Kontak dengan kebudayaan lain,
Kemajuan pendidikan,
Sikap menghargai hasil karya seseorang
dan keinginan untuk maju,
Sistem terbuka lapisan masyarakat,
Penduduk yang heterogen,
Ketidakpuasan masyarakat terhadap
aspek-aspek kehidupan,
Nilai bahwa manusia harus senantiasa
berusaha untuk memperbaiki hidupnya.
Faktor-faktor yang menghambat
yaitu:
Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain,
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,
Sikap masyarakat yang sangat tradisional,
Adanya kepentingan-kepentingan yang telah
tertanam dengan kuat,
Rasa takut akan terjadinya perubahan
kebudayaannya,
Sikap tertutup terhadap Pengembangan hal-hal
baru / asing,
Adat atau kebiasaan,
Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis,
Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya tidak dapat
diperbaiki.
Status dan peran individu
dalam masyarakat.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa Inggris
disebut "society" yang berarti
sekelompok manusia (minimal dua
orang) yang hidup bersama, saling
berhubungan dan mempengaruhi,
saling terikat satu sama lain,
sehingga menghasilkan kebudayaan
yang sama..
Selo Soemardjan,
Mengatakan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan.
M.J. Herkovits
Masyarakat adalah kelompok
individu yang diorganisasikan dan
mengikuti tata cara hidup tertentu.
Koentjaraningrat
masyarakat adalah kelompok
manusia yang saling berinteraksi,
memiliki prasarana untuk kegiatan
tersebut, dan adanya saling
keterkaitan untuk mencapai tujuan
bersama.
Anderson
dan Parker,
Menyatakan ciri-ciri masyarakat yaitu:
adanya sejumlah orang,
bertempat tinggal dalam suatu daerah tertentu,
mengadakan hubungan satu sama lain,
saling terikat satu sama lain karena mempunyai
kepentingan bersama,
merupakan satu kesatuan sehingga mereka
mempunyai perasaan solidaritas,
adanya saling ketergantungan,
merupakan suatu sistem yang diatur oleh normanorma atau aturan-aturan tertentu,
menghasilkan suatu kebudayaan.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komponen
masyarakat itu
terdiri dari:
kelompok besar manusia yang relatif
permanen,
berinteraksi secara permanen,
menganut dan menjunjung suatu
sistem nilai dan kebudayaan,
Self supporting.
Status dan Peran Individu dalam
Masyarakat
Status adalah jenjang atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok,
atau dari satu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain.
Adapun peran diartikan sebagai
suatu konsep fungsional yang
menjelaskan fungsi atau tugas
seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa status dan peran merupakan
dua hal yang saling berkaitan. Status
menunjuk pada siapa orangnya,
sedangkan peran menunjukkan apa
yang dilakukan oleh orang itu.
Menurut S. Bellen, ada beberapa
jenis status dan peran sosial dalam
masyarakat, yaitu:
Peran yang diharapkan (expected roles)
dan peran yang terlaksana dalam
kenyataan (actual roles)
Peran yang terberi (ascribed roles) dan
peran yang diperjuangkan (achieved roles)
Peran kunci (key roles) dan peran
tambahan (supplementary roles)
Peran tinggi, peran menengah, dan peran
rendah
Pranata Sosial dan Hubungannya
dengan Nilai dan Norma Sosial
Yang dimaksud dengan pranata
sosial adalah himpunan kaidah atau
norma yang bertujuan untuk menata
atau mengatur pola kelakuan warga
masyarakat tertentu yang lahir dari
hubungan-hubungan sosial yang
menyangkut kedudukan dan peran
sosialnya dalam masyarakat.
Berikut ini adalah beragam
norma dari yang lemah sampai
yang kuat, yaitu:
Folkways, norma-norma berdasar kebiasaan atau
kelaziman dalam tradisi, apabila dilanggar tidak
ada sangsinya;
Tata krama ( sopan santun, etiket), pola kelakuan
tertentu yang digolongkan sebagai norma, kaidah
atau patokan tata krama, sopan santun pergaulan.
Pelanggaran terhadap norma tidak mendapat
sangsi hukum, hanya mendapat sangsi sosial;
Mores (tata kelakuan), norma moral yang
menentukan suatu kelakuan tergolong benar atau
salah, baik atau buruk. Perbuatan yang melanggar
mores biasanya dikenakan sangsi.
Norma-norma atau kaidah-kaidah tersebut ebetulnya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar masyarakat.
D. Hendropuspito membagi pranata
sosial berdasar fungsinya, yaitu:
Pranata kekeluargaan (family institution);
Pranata perekonomian (economic
institution);
Pranata pendidikan (educational
institution);
Pranata religi (religius institution);
Pranata seni dan rekreasi (aesthetic and
recreation institution);
Pranata ilmiah (scientific institution).
Download