BAB IV PEMBAHASAN 1. Riwayat Hidup Adolf Hitler Dalam sejarah kelam dunia, yang paling terkenal adalah kekejaman Partai NAZI yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Politik rasial yang dikembangkan Hitler sangat mempengaruhi pola pikir orang Jerman, dengan cara mengagungagungkan ras bangsa Jerman khususnya ras Arya. Meski tercatat sebagai orang yang bertanggungjawab atas peristiwa kematian ratusan jiwa. Semasa Perang Dunia II, Hitler tetap tercatat sebagai penentu sejarah dunia. Hal ini diketahui karena Hitler merupakan salah satu dari sedikit tentara yang berpangkat rendah yang sanggup tampil menjadi pemimpin dunia. Terbukti dengan membawa Jerman lepas dari cengkeraman sekutu dan bangkit menjadi penguasa Eropa, hal ini merupakan wujud dari upaya besar bahkan sangat tidak mungkin dilakukan oleh seorang jendral sekutu. ( Luger Ballack, 2007:18) Adolf Hitler lahir tanggal 20 April 1889 di Brunau yang terletak dipinggir Sungai Inn. Letak daerah Brunau adalah sisi sungai diantara 2 daerah yaitu di dalam kawasan Austria sedangkan di sisi lain adalah diseberang sungai merupakan wilayah Jerman. Ayah Hitler bernama Alois Schiklgruber seorang pegawai negeri, sedangkan ibunya bernama Klara Polzl seorang ibu rumah tangga yang merupakan istri ketiga. Hitler memiliki seorang adik perempuan yang bernama Paula yang lahir pada tanggal 21 Januari 1896 tetapi dalam sejarah hidup Hitler, nama Paula tidak sering disebut-sebut karena hubungan saudara diantara mereka tidak begitu dekat. (Agustinus Pambudi,2005:19-20) Hitler sangat mengagumi tanah kelahirannya dan juga sejarah Jerman karena memiliki pahlawan seperti Johanes Palm dari Nuremberg seorang penjual buku yang membenci Perancis dan mati untuk perjuangan bangsa Jerman. Selain itu terdapat nama Leo Schlageter yang menentang Perancis, Leo ditangkap dan diserahkan oleh wakil pemerintahan Jerman sendiri. (Mein Kampf,2007:16) Sifat dan watak Hitler yang keras didapatkan dari sifat dan watak ayahnya. Hal itu menyebabkan sering terjadi pertengkaran berbeda pendapat 37 antara Ayah dan anak. Tetapi masalah perbedaan pendapat tersebut yang paling sulit diselesaikan adalah keinginan sang ayah untuk memasukkan Hitler kesekolah khusus, dimana sekolah tersebut terletak di Realschule yang mencetak seseorang menjadi pegawai negeri. Sedangkan Hitler menginginkan masuk sekolah seni melukis yang berada di Vienna. Keadaan ekonomi keluarga Hitler terbilang kaya, kekayaan yang diperoleh tidak semata-mata dari warisan sang kakek tetapi meripakan hasil kerja keras Alois. Waktu menginjak dewasa, Alois melarikan diri dari rumah untuk mengubah nasib sebagai anak dari keluarga miskin. Akhirnya perjuangan Alois berhasil dengan bukti mendapat pekerjaan sebagai pegawai negeri yang merupakan pekerjaan yang punya masa depan cerah di kala itu. Melihat hal itu Alois berkeinginan untuk Hitler menjadi penerusnya kelak. (Mein Kamp,2007: ) Asal mula nama keluarga (family name) Hitler dapat dirunut dari riwayat hidup Alois yaitu ayah Hitler. Alois adalah anak yang lahir di luar ikatan pernikahan resmi dari seorang wanita yang bernama Marianne Schiklgruber. Ketika Alois atau ayah Hitler berusia 5 tahun, Marianne menikah dengan J. George Hiedler, yang memiliki adik perempuan bernama J. Nepomuk Hiedler. Karena J. George sifatnya pemalas seorang pengangguran sehingga kehidupan ekonomi keluarga tersebut hancur dan akhirnya keluarga tercerai berai. Melihat hal itu J. Nepomuk tidak tinggal diam, ia menyelamatkan Alois dengan mengasuhnya karena keadaan ekonominya jauh lebih mampu. Alois lalu mengubah namanya dari Schiklgruber menjadi Hiedler yang lantas berubah menjadi Hitler. Klara Polzl yang kemudian dinikahi Alois dan melahirkan Adolf Hitler. (Agustinus Pambudi,2005:20-21) Saat Hitler berusia 13 tahun, ayahnya meninggal dunia karena serangan Apolexia. Dengan perginya Alois maka secara otomatis semua biaya hidup ditanggung oleh ibunya. Hitler tetap meneruskan sekolah sebagai pegawai negeri seperti yang pernah diamanahkan ayahnya, walaupun saat itu kondisi keuangan sudah tidak memungkinkan. Tapi hal itu tidak berlangsung lama, Hitler akhirnya keluar dari sekolah disamping tidak memiliki biaya, terdapat alasan lain yaitu Hitler terserang penyakit paru-paru yang mengharuskan untuk beristirahat total. Setelah sembuh, Hitler ingin meraih impiannya yaitu sebagai seorang pelukis, maka akhirnya ia melarikan diri ke kota Vienna. Alasan Hitler pergi kesana adalah di kota tersebut terdapat sekolah akademi seni lukis Von Hansen yang terkenal. Hitler pun memberanikan diri untuk mengikuti ujuan masuk akademi tersebut, dengan modal bakat lukis yang telah diakui sebagai yang terbaik di Realschule. Hitler merasa sangat optimis untuk dapat lulus ujian, tetapi dalam kenyataannya ia gagal dengan alasan lukisan yang ia gambar tidak sesuai dengan seni menggambar karena cenderung lebih mengarah pada arsitektur. Tahun 1908, Hitler kehilangan ibunya. Untuk mendapatkan pensiunan yatim-piatu, maka Hitler berpura-pura melanjutkan studinya di Vienna. Hitler memilih berdiam diri di rumah, Hitler mulai mengetahui konsep-konsep tentang superioritas ras Arya dari Lanz von Liebenfels yang karyanya diterbitkan dalam majalah. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:13) Hitler menjadi buronan polisi Austria karena telah menolak wajib militer. Namun, setelah Hitler berhasil ditangkap ternyata Hitler dibebaskan karena dinyatakan menderita penyakit paru-paru. Setelah peristiwa tersebut, Hitler memutuskan untuk meninggalkan Vienna dan menetap di Munich sampai akhirnya terjadi Perang Dunia II. Hitler melepaskan kewarganegaraan Austria dan menggantinya dengan kewarganegaraan Jerman. Kota Munich dianggap sebagai kota bersejarah bagi Hitler, karena di kota tersebut menumbuhkan sifat nasionalisme terhadap Jerman. (Agustinus Pambudi,2005:27) Munculnya sifat nasionalisme fanatik dalam diri Hitler, maka Hitler mengambil keputusan untuk mendaftarkan diri menjadi militer. Dengan usaha yang keras, akhirnya Hitler berhasil bergabung dalam militer dan menjadi pasukan infantri Resimen Bavaria ke-16. Pada tahun 1918 Hitler diangkat menjadi kopral, tetapi hal ini tidak berlangsung lama, karena Hitler harus dirawat di rumah sakit akibat semburan gas mustard (gas bentuk serbuk) yang menyebabkan buta sementara. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:14) 2. Hitler Menjadi Kanselir a) Keadaan Setelah Jerman Kalah Terhadap Sekutu Kekalahan Jerman pada Perang Dunia I mengharuskan Jerman menandatangani Perjanjian Versailles yang berlangsung pada tahun 1919 yang menjadi perjanjian damai secara resmi. Dalam penandatanganan Perjanjian Versailles melibatkan Perdana Menteri. Inggris yaitu David Liold George, dari Italia yaitu Vittorio Orlando, Perdana Menteri Perancis yaitu George Clemenceau serta dari Amerika Serikat yaitu Woodrow Wilson. Perjanjian Versailles antara lain berisi : 1. Jerman harus menarik mundur pasukannya dari Perancis, Belgia, Luxemburg dan Prusia Timur. 2. Jerman harus menyerahkan sebagian wilayahnya, seperti Rhineland, sebagian Prusia Timur serta menyerahkan koloninya di Afrika dan Pasifik. 3. Jerman harus menyerahkan kembali Provinsi Alsace dan Loraine yang diperoleh ketika Perang Prusia-Perancis tahun 1871. 4. Jerman harus menyerahkan 5.000 arteleri, 25.000 senapan mesin, 5.000 lokomotif, 5.000 truk, 15.000 gerbong,1.700 pesawat tempur, serta semua kapal selam dan kapal terbang Jerman harus dikirim ke Scapa Flow untuk dibagi-bagikan oleh sekutu. 5. Jerman harus memberikan ganti rugi sebesar 5 miliar dolar AS dalam bentuk emas atau setara mulai bulan Mei 1921. 6. Jerman tidak boleh memiliki tank, pesawat tempur bomber, dan kapal perang. 7. Industri perang Jerman akan diawasai dengan ketat. 8. Jerman hanya diperbolehkan memiliki 100.000 tentara. (Luger Ballack,2007:8) Perang Dunia I telah selesai, namun tidak terjadi kedamaian di Jerman. Jerman telah kalah serta jatuh ke dalam depresi sosial dan ekonomi. Perjanjian Versailles membawa kesengsaraan tersendiri bagi rakyat Jerman. Akibatnya, jumlah pengangguran melambung tinggi, inflasi mata uang Jeerman menjadi tidak berarti, dan sebuah pemerintahan beru yaitu Republik Wiemar yang dianggap sebagai negara boneka oleh sekutu sudah tidak ada kepercayaan dari rakyat. (Judith Sandeen Bartel,2005:5) Saat terjadi Perjanjian Versailles, Hitler masih berada dalam rumah sakit. Hitler merasa sangat kecewa dengan hasil keputusan pemerintahan Jerman yang menyerah kepada sekutu. Setelah keluar dari rumah sakit, Hitler ikut seleksi untuk menjadi pembicara politik oleh markas besar tentara lokal, yang akan memberikan pelatihan khusus serta memberikan kesempatan pada Hitler untuk mempraktikan pembicaraan publiknya. Hitler terpilih sebagai seorang pengawas kelompok politik di Jerman. Kelompok politik tersebut merupakan tempat berkumpulnya para kaum nasionalis, kelompok rasis yang mulai berkembang setelah Perang Dunia I. Hitler menjadi pengawas Partai Pekerja Jerman. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:14) b) Sejarah Partai NAZI (National Sozialistische Deutsche Artebeiter Partei) Menurut Luger Ballack (2007:21) Partai Pekerja Jerman adalah sebuah partai kecil yang didirikan oleh Anton Dexler bersama dengan Gottfried Feder, Dietrich Eckart serta Karl Harer pada tanggal 7 Maret 1918. Hitler terjun dalam Partai Pekerja Jerman atau Deutsche Arbeiter Partei (DAP), jumlah anggotanya masih 25 orang. Akibat dari aktivitas Hitler di partai ini, akhirnya Hitler dipecat dari pekerjaannya. Hal ini disebabkan seorang pengawas partai politik harus bersikap netral. Dengan adanya pemecatan terhadap Hitler maka membulatkan tekad Hitler untuk berkembang di dunia politik dan menanggalkan seragam militernya. Visi politik Partai Pekerja Jerman adalah mengembalikan harkat serta martabat bangsa dan negara Jerman setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1919 sampai tahun 1921, Hitler mencapai puncak dalam Partai Pekerja Jerman yaitu menjadi pemimpin partai. Ini karena bantuan dari keahlian Hitler dalam berpidato yang dapat mempengaruhi setiap orang dalam partai tersebut. (Agustinus Pambudi,2005:30) Tidak lama setelah Hitler menjadi pemimpin yang telah menggeser posisi Dexler, Hitler mengganti nama dari Partai Pekerja Jerman (Deutsche Artebeiter Partei atau DAP) menjadi NSDAP (National Sozialistische Deutsche Artebeiter Partei atau sering disebut NAZI) pada bulan November 1921. Partai NAZI tersebut memusatkan propaganda terhadap Perjanjian Versailles, penganut paham Marxisme, kaum Yahudi.Partai dengan lambang swatika ini semakin berkembang, dengan bukti bergabungnya Perwira Tentara Jerman yaitu Ernst Roehm yang meras tidak puas karena satuan milisi yang telah dibentuknya dibubarkan oleh pemerintah. (Luger Ballack,2007:23) Hitler cepat mendapatkan kepercayaan dari para pendukung partai. Banyak diantara para pendukung awalnya kelak akan diangkat menjadi pembantu utamanya dalam pemerintahan Jerman pada kekuasaan NAZI. Para pembantu Hitler antara lain Hermann Wilhelm Goring yang akan menjadi pemimpin Gestapo, Paul Joseph Goebbels ahli propaganda, Walter Richard Rudolf Hess pendukung fanatik Hitler, Otto Skorzeny ahli perang serta orang yang paling ditakuti di Eropa, Martin Bormann tangan kanan Hitler, Heinrich Luitpold Himmler pemimpin S.S nantinya. (Agustinus Pambudi,2005:30) Di bawah kepemimpinan Hitler, kaum NAZI seakan mendapatkan energi. Perekrutan anggota berjalan dengan lancar, hal ini karena banyak rakyat yang mulai simpati pada Hitler. Seiring berkembangnya partai NAZI, Hitler memiliki kesempatan untuk membentuk barisan pengawal elite yang lebih bersifat militeristik ketimbang tentara reguler. Pada tahun 1923, perekonomian Jerman runtuh, sejak Perang Dunia I, inflasi meroket, rakyat panik dengan harga-harga kebutuhan hidup. Saat itu rakyat Jerman membutuhkan pemimpin yang tegas dan juga berani. Situasi Jerman sudah sangat buruk, maka menurut Hitler Jerman hanya dapat diselamatkan melalui kediktatoran. Hitler berencana untuk menyiapkan langkah pengambilalihan kekuasaan. (Agustinus Pambudi,2005:31) c) Peristiwa Beer Hall Putcsh Pada tanggal 8 November 1923, Hitler yakin bahwa pemerintahan Republik Wiemar hampir runtuh. Kondisi Jerman memang memungkinkan terjadi adanya perebutan kekuasaan, karena Republik Wiemar saat itu dalam kondisi lemah, negara Jerman hampir mengalami kebangkrutan serta adanya konflik antar ideologi kepartaian semakin meruncing. Melihat situasi tersebut, maka Hitler yang dibantu oleh Jenderal Ludendorff serta para nasionalis lokal menggalang dan mencari cara untuk menjatuhkan pemerintahan Bavarian di Munich. Tanggal 9 November 1923, pemimpin Pemerintahan Bavarian yaitu Gustav von Kahr akan berpidato di gedung Beer Hall di Munchen atau Munich. Hitler bersama dengan beberapa pengikutnya yaitu Max’amann, Alfred Rossenberg, serta Ulrich Kahr mengganggu jalannya pidato kenegaraan. Tidak lama berserang 25 anggota S.A yang dipimpin oleh Hermann Goring memasuki gedung. Pelurupun ditembakkan ke langit-langit gedung, dan disambut terikan Hitler yang mengatakan bahwa pemerintahan Bavarian telah disingkirkan. Peristiwa yang terjadi malam itu sering disebut dengan Beer Hall Putcsh. Keesokan harinya, Hitler beserta Jenderal Ludendorff bersama dengan 3.000 orang pendukung NAZI berjalan ke Munich. Tetapi perjalanan tersebut dihadang oleh polisi Jerman, sehingga bentrokan tidak dapat dicegah lagi. Bentrokan antara pengikut partai NAZI dengan polisi Jerman tersebut memakan korban sebanyak 16 orang. Hermann Goring terluka sehingga mengharuskan dia dibawa ke rumah sakit. Kudeta yang dilakukan oleh Hitler ini berakhir dengan ditangkapnya Hitler oleh polisi Jerman. Tanggal 26 Februari 1924, Hitler diadili Dan dihukum selama 5 tahun penjara di Benteng Landsberg. Sejak ditangkapnya Hitler maka partai NAZI dibubarkan serta dilarang oleh pemerintah. (Luger Ballack,2007:25) d) Mein Kampf Masa-masa Hitler berada dalam penjara merupakan periode yang sangat krusial dalam perjalanan politiknya. Hitler dapat mengonsolidasikan kekuatan politiknya. Dalam menjalani hukuman, Hitler tidak merasa sengsara, karena sering adanya kunjungan rutin dari para pendukungnya, Hitler menyadari bahwa dengan adanya ia dipenjara maka popularitasnya akan semakin berkembang. Selain itu, karena di dalam penjara Hitler merasa suasana lebih baik dibandingkan di luar penjara. Namun, yang lebih penting adalah Hitler mendapatkan kesempatan untuk menggariskan visi dan misi politiknya secara terperinci. Penjara merupakan tempat ideal bagi Hitler untuk mematangkan konsep-konsep politiknya, mengkonsolodasikan pendukung NAZI serta menyusun rencana untuk mencapai tujuannya. (Agustinus Pambudi,2005:33) Selama menjalani masa hukuman di penjara, Hitler menyerahkan kendali partai NAZI kepada Alfred Rossenberg. Walaupun hal itu dilakukan sembunyisembunyi karena adanya larangan dari pemerintah terhadap semua kegiatan partai NAZI itu. Rossenberg mengedit surat kabar partai yaitu Kischen Beobacter (peneliti popular), tetapi dalam hal ini Rossenberg tidak pandai dalam administratif. Akibatnya, Hitler dapat dengan mudah memulai kontrol penuh terhadap semua kegiatan NAZI. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:19) Hitler mengarang buku dengan judul Mein Kampf (Perjuanganku). Dalam membuat buku itu, Hitler dibantu oleh Rudolf Hess yang merupakan pengikutnya yang juga masuk dalam penjara untuk menuliskan setiap kata yang diucapkan oleh Hitler. Mein Kampf dianggap sebagai kitab suci bagi anggota NAZI. Karya Hitler itu terbagi menjadi dua volume, dengan buku volume pertama ditulis saat Hitler berada dalam penjara, sedangkan buku volume dua ditulis Hitler setelah keluar dari penjara.buku tersebut memuat tentang ide-ide serta cita-cita Hitler yang menyakini pandangan Lanz von Liebenfels bahwa ras Arya yang berpusat di Jerman akhirnya menang dan memimpin seluruh dunia. Menurut pandangan Hitler, sejarah merupakan catatan pertarungan ras-ras manusia. Dalam buku Mein Kampf, Hitler mengutuk bangsa-bangsa yang dianggap sebagai ras rendah, oleh karena itu harus dimusnahkan. Ide lain Hitler adalah Lebensraum (konsep ruang hidup). Sebagai bangsa yang besar, Jerman memerlukan sejumlah besar wilayah taklukan. Hal ini karena setelah Perang Dunia I banyak wilayah pendudukan Jerman yang dikuasai Sekutu, sehingga penopang perekonomian Jerman runtuh. (Agustinus Pambudi,2005:33) f) Mendirikan Pasukan S.S (Schutzstaffel) Setelah keluar dari penjara, Hitler mulai menyusun kembali pasukan NAZI. Pada bulan April 1925, Hitler memerintahkan pada Julius Schreck selaku sopir pribadi serta pengawal pribadi yang bernama Stosstrupe untuk membentuk suatu pasukan pengawal baru yang dikenal dengan nama Schutzstaffel atau disingkat dengan S.S. Pada awal pembentukan pasukan Schutzstaffel ini hanya terdiri dari 8 anggota. Melihat peminatnya sedikit, maka Schreck mengambil S.S suatu keputusan dengan merancang S.S sampai meliputi wilayah Jerman. Dengan membawa program NAZI, maka perekrutan berhasil mendapatkan peminat yang banyak terutama dari kalangan remaja Jerman dan dapat berjalan lancar. Dalam perekrutan pasukan S.S, seorang calon tentara diharuskan mengucapkan sumpah setia serta loyal kepada Hitler. Pasukan S.S ini secara resmi dibentuk tahun 1926, dengan pemimpin yang pertama adalah Josef Berch Told. (Luger Ballack,2007:29) Pasukan S.S merupakan pasukan kebanggaan Hitler. Satuan S.S yang merupakan tentara pribadi Hitler yang dilatih dengan disiplin yang sangat ketat. Pada awal pembentukan satuan S.S adalah hanya sebagai pengawal pribadi Hitler, tetapi dalam perkembangannya pasukan S.S akhirnya digunakan untuk mencapai berbagai tujuan terutama yang terkait dengan teror politik, pengumpulan data intelejen, hingga melakukan aksi pembantaian terhadap kaum Yahudi Dan juga digunakan dalam Perang Dunia II, yang keberadaannya sangat ditakuti oleh para musuh. (Agustinus Pambudi,2005:35) Pasukan yang dibentuk untuk membendung kekuatan politis S.A atau Angkatan Bersenjata resmi Jerman. Meskipun Hitler telah menghimpun kekuatan dalam rangka menguasai Jerman tetapi revolusi yang sebenarnya belum terjadi. Hal ini karena pasukan S.A dapat digunakan kekuatannya oleh Erns Roehm selaku pimpinan untuk melakukan kudeta, mengingat anggota S.A jumlahnya banyak. Heinrich Lutpold Himmler merupakan salah satu orang kepercayaan Hitler. Himmler diangkat menjadi wakil komandan S.S. Karier Himmler menjadi lebih cemerlang ketika komandan S.S yaitu Enhard Heiden mengundurkan diri pada Januari 1929 maka Himmler menjadi komandan S.S. Ditangan Himmler angkatan kecil ini berkembang menjadi pasukan yang besar pada masa Reich Ketiga. Hanya dalam waktu empat tahun, jumlah personel S.S menjadi 52.000 orang. Hingga pada tahun 1945, pasukan S.S jumlahnya berkembang sampai 800.000 orang. Pasukan S.S diseleksi berdasarkan kecerdasan serta eugenetika, dimana orang tersebut harus berasal dari ras Arya. Bagi orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi maka akan ditempatkan sebagai pasukan penggerak partai. Usaha Himmler untuk menjaga kemurnian ras Arya maka pada tahun 1931, Himmler mengadakan kode perkawinan untuk anggota S.S. Anggota S.S dilarang menikah dengan pasangan yang tidak bisa membuktikan kemurnian ras Arya. Selain usaha itu, Himmler mendirikan sekolah pengantin S.S serta mendirikan institusi keibuan Lebensborn, tempat dimana gadis-gadis Jerman ras Arya murni dipilih untuk berhubungan seks dengan anggota S.S. Hal ini diharapkan akan menurunkan generasi yang lebih unggul. Sedangkan untuk menyaingi kekuatan S.A maka Himmler mengusahakan mengganti seragam S.S yang pada awalnya sama dengan S.S diubah menjadi lebih elit. (Luger Ballack,2007:151) Perkembangan selanjutnya, Himmler membentuk suatu pasukan baru lagi, tujuannya tidak lain untuk menyingkirkan S.A. Pasukan tersebut diberi nama Waffen S.S. Pasukan itu dikembangkan dari tiga divisi menjadi 35 divisi. Waffen S.S dibentuk menjadi angkatan militer pesaing Wehrmacht atau Angkatan Darat Jerman. Kedudukan Waffen S.S ini secara de jure berada di bawah S.S sedangkan secara de facto di bawah Wehrmacht. (Luger Ballack,2007:158) Lahirnya Schutzstaffel bersenjata atau Waffen SS merupakan kebutuhan terhadap pelaksanaan secara nyata mengenai propaganda NAZI tentang komunisme internasional. Pada awalnya Waffen SS tidak dibentuk dari divisidivisi dengan kekuatan besar terlebih dahulu melainkan dengan kekuatan sebesar resimen (standarte). Memang telah ada SS biasa (Algemeine SS), Gestapo, Kripo, serta satuan-satuan polisionil lainnya. Akan tetapi semua itu hanya terbatas pada aksi personil berupa pembersihan, penangkapan, serta sejenisnya. Himler menginginkan agar ada satuan yang dapat berfungsi lebih berupa aksi militer terutama di wilayah penduduk yang dianggap mesih berpotensi melawan Third Reich. Untuk itu perlu dibentuk satuan militer lainnya yang dapat melakukan aksi militer dengan skala penuh sehingga lahirlah apa yang disebut dengan Waffen SS atau SS bersenjata. ( Fernando R. Srivanto,2007:7) Anggota Waffen SS direkrut dari orang-orang sipil yang memenuhi kriteria rasial secara fisik sesuai dengan dokrin NAZI. Misalnya bentuk fisik yang sempurna, warna rambut serta mata, gigi yang masih lengkap juga pengetahuan tentang doktrin NAZI. Lahirnya Waffen SS sendiri merupakan kontroversi. Pertama, Waffen SS adalah pasukan yang memiliki loyalitas penuh pada Hitler, namun tanggung jawab diberikan kepada Himler meski pun Goering pada awalnya terlibat dalam pembentukan Waffen SS. Artinya, Himmler memiliki kuasa penuh sebagai pimpinan tertinggi SS yang tidak saja membawahi SS, Gestapo, Kripo dan unit-unit personil lain, tetapi juga Waffen SS sebagai unit militer. Kedua, adanya keberatan dari pihak Angkatan Bersenjata Jerman (Wehrmacht) dengan adanya angkatan keempat di luar Komando Angkata Bersenjata (Oberkommando der Wehrmacht – OKW) yakni Angkatan Darat (Heer), Angkatan Laut (Kriegsmarine), serta Angkatan Udara (Luftwaffe). Apalagi rekrutmen dilakukan terpisah dari Angkatan Bersenjata sehingga hal ini menggelisahkan para petinggi Wehrmacht namun karena Himmler bersikeras serta didukung oleh Hitler dengan alasan dibutuhkannya sebuah pasukan yang tidak hanya loyal kepada negara tetapi juga pada fuhrer sekaligus, maka SS-VT mulai dipersenjatai walau terbatas hanya kepada senjata infantri serta mobilitas yang masih menggunakan sepeda motor dan truck. Itu pun juga senjata serta kendaraan kelas dua. Alasan yang digunakan Himmler selain pasukan yang loyal adalah janji kepada para petinggi Wehrmacht bahwa pasukan SS-VT hanya digunakan pada acara-acara seremonial partai sehingga tidak perlu dikhawatirkan tentang perannya yang akan tumpang tindih dengan Angkatan Bersenjata. Selain itu beberapa perwira Heer juga dipinjam untuk melatih Dan membentuk SS-VT dengan konversi pangkat serta jabatan dalam struktur Waffen SS. Sebenarnya sejak awal rekrutmen telah terlihat begaimana perbedaanperbedaan yang cukup nyata antara Wehrmacht dan Waffen SS. Wehrmacht yang masih memegang teguh tradisi militer ala Prusia yang cukup konservatif, merekrut banyak perwira dari pemuda yang latar belakang intelektual serta didikan yang tinggi, diantaranya adalah orang-orang yang berasal dari keluarga yang memang turun temurun berkarir dalam bidang militer. Pemuda dengan latar belakang seperti itu akan ditemukan pada kota-kota besar dan merupakan kelas menengah. Sedangkan Waffen SS yang memberikan prioritas fisik serta pendidikan ideologi mendapatkan sumber tenaga justru dari daerah pedesaan di mana banyak pemuda yang mendaftar memang memiliki kualitas fisik tetapi pendidikan formalnya terbatas, bahkan ada beberapa yang buta huruf. Tidak heran dengan dipinjamkannya beberapa perwira Heer adalah untuk mengkombinasikan kekurangan dan kelebihan yang ada sehingga diharapkan akan lebih unggul dari pada Wehrmacht. Konsep pelatihan yang dimiliki Waffen SS berlangsung selama beberapa bulan dengan pelatihan dasar (basic training)serta memiliki tiga tujuan yakni pelatihan fisik, kemampuan senjata ringan, serta indoktrinasi politik. Ketiga tujuan itu harus dipenuhi dan lulus oleh para kandidat mengingat situasi yang ditekankan bahwa mereka bukanlah pelamar sukarela, melainkan orang-orang yang terpilih secara individu masuk dalam Waffen SS. Setelah pelatihan dasar selesai maka mereka dikirim ke sekolah-sekolah spesialis misalnya Panzertruppenschule yaitu untuk mereka yang dipilih sebagai awak tank atau kavaleri. Dalam pembentukan satuan tempur, Waffen SS menggunakan metode yang berbeda dengan Angkatan Bersenjata. Kekompakan serta ras kebersamaan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dalam pelatihan dasar tidak dibedakan antara perwira, bintara, serta prajurit. Hal tersebut berbeda dengan Wehrmacht yang masih sangat tradisional dengan memisahkan atasan dengan bawahan. Konsekuaensi dari metode itu adalah kekompakan serta rasa kebersamaan yang diperkuat oleh keyakinan ideologis sehingga menjadi berguna ketika dalam medan tempur. Pelatihan yang digunakan tersebut ternyata menciptakan kohesi satuansatuan tempur dengan penghargaan timbal balik antara atasan dengan bawahan bukan hanya sekedar disiplin kaku. Dalam Waffen SS tidak dibutuhkan untuk memberi salam kepada perwira Dan bentuk salam yang diambil dari salam Heil namun dalam posisi yang lebih rileks. Selain itu dengan menyebut perwira dengan kata Herr atau tuan juga dilarang dan cukup hanya dengan menyebut pangkatnya saja. (Fernando R. Srivanto,2007:11-14 Jika satuan SS berseragam hitam, maka Waffen SS pada awalnya menggunakan seragam yang nyaris serupa dengan Heer yakni abu-abu lapangan (feldgrau). Variasi lain yang dikembangkan selanjutnya adalah kamuflase misalnya dengan warna daun oak musim gugur. Inilah yang membedakan antara Waffen SS dengan Wehrmacht. Selain itu ciri khas yang digunakan adalah tanda runik huruf SS yang terbentuk dua petir menyambar sebagai simbol kesatuan. Tanda tersebut juga digunakan di kerah baju sebelah kanan terutama untuk perwira menengah ke bawah dan tanda pangkat di kerah sebelah kiri. Hal ini juga membedakan Waffen SS dengan Wehrmacth yang menggunakan tanda pangkat di bahu serta elang bersayap di dada sebelah kanan. Bagi tentara sekutu sulit untuk membedakan SS dengan Wehrmacht pada umumnya terutama jika sama-sama menggunakan kamuflase. Terlebih antara awak tank Waffen SS dengan Wehrmacht yang sama-sama menggunakan seragam berwarna hitam serta memiliki simbol tengkorak. (Fernando R. Srivanto,2007:16) Kudeta yang yang dilakukan oleh Hitler pada tahun 1923 mengalami kegagalan dan mengharuskan Hitler menjalani hukuman di penjara. Melihat kenyataan tersebut, Hitler memutuskan untuk memusatkan kekuatan dalam merebut kekuasaan melalui jalan konstitusional. Hitler tidak lagi memakai cara pemberontakan untuk meraih kekuasaan dengan paksa, melainkan melalui kombinasi antara propaganda serta intimidasi politik. Hitler menyadari bahwa penggunaan kekerasan untuk merebut kekuasaan tidak akan mendapatkan simpati dari rakyat Jerman.(Agustinus Pambudi,2005:37) Dalam proses perluasan kekuatan NAZI, Hitler bersama teman-teman serta pengikutnya bekerja bersama-sama. Para pendukung Hitler berusaha penuh untuk membantu, pengikut Hitler yang setia antara lain Hermann Goring yang merupakan seorang pilot tempur pada Perang Dunia I yang tertarik akan pembentukan partai NAZI. Selanjutnya adalah Joseph Goebbels adalah seorang penulis yang penuh inspirasi dalam mengembangkan tehnik propaganda. Rudolf Hess merupakan mantan pilot tetapi akhirnya menjadi sekretaris Hitler. Ernst Roehm adalah seorang opsir tentara yang terlibat dalam peningkatan dukungan tentara reguler Jerman untuk membangun tentara NAZI. Selain itu Heinrich Himmler yang memulai pekerjaannya di NAZI dalam bidang kesekretaritan tetapi beralih ke S.S yang selanjutnya akan menjadi komandan pasukan tersebut. Max’amann yang diberi tugas untuk mengolah surat kabar partai serta perusahaan penerbitan. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:20) Pada pemilu tahun 1928, NAZI memperoleh 12 kursi. Propaganda yang dimainkan oleh partai berlambang swastika itu mengalami peningkatan. Agresivitas Hitler beserta kawan-kawannya dalam berkampanye membuat partai NAZI tidak dapat diremehkan. Walaupun partai NAZI merupakan partai yang kecil, tetapi ancaman akan partai tersebut sudah mulai terlihat. Dalam waktu yang singkat mampu mengimbangi partai-partai yang sudah mapan, hal ini karena banyak rakyat Jerman yang sudah kehilangan kepercayaan terhadap partai-partai yang lebih dahulu berdiri. Pada pemilu tahun 1930 partai NAZI menerima lebih dari 18,3% suara dan melambungkan partai terkecil di Jerman ini masuk ke peringkat dua terbesar. Pemilih partai NAZI melonjak dari 810.000 orang menjadi 6.409.000 orang. Hal ini menyebabkan partai NAZI menambahkan wakilnya di Reinchstag (parlemen) dari 12 menjadi 107 kursi. Perolehan suara yang sangat signifikan, menjadikan lawan politik Hitler melakukan perhitungan. Akibat perasaan yang takut untuk tersaingi, maka lawan-lawan politik Hitler menempuh strategi yang lebih kooperatif. Dengan cara menawarkan jabatan-jabatan yang strategis kepada para petinggi NAZI.(Agustinus Pambudi,2005:40) Bulan Maret 1930, Republik Wiemar berakhir, dengan berdasarkan pada sebuah mayoritas dalam reichstag (parlemen Jerman) merasa sudah tidak mampu untuk menanggulangi masalah yang terjadi di Jerman pada saat itu. Presiden Paul von Hindenburg menunjuk sebuah pemerintahan yang baru dengan Heinrich Bruning sebagai kanselir. Namun, Heinrich serta reichstag tidak setuju dengan ide Presiden Hindenburg untuk menyelesaikan persoalan itu. Presiden mengambil langkah yaitu membubarkan badan pembuat undang-undang serta menjalankan pemerintahan dengan dekrit darurat hal ini dianggap lebih baik daripada melalui prosedur legislatif. Kemenangan yang diraih oleh partai NAZI mengakibatkan para investor menarik uangnya dari Jerman, karena kemenangan partai tersebut dianggap telah melakukan kecurangan dengan melakukan berbagai macam kebohongan. Dengan para investor menarik uang di Jerman, mengakibatkan sistem perbankan Jerman mengalami kebangkrutan, pengangguran semakin banyak. Dalam pemilu 1932 partai NAZI menerima lebih banyak suara di bandingkan dengan partai-partai yang lain. Dengan kemenangan partai NAZI dalam pemilu tersebut, maka menambah keyakinan Hitler untuk mencalonkan diri sebagai kanselir Jerman. Hitler pun mendesak untuk dapat menjadi kanselir dalam pemilihan pemimpin Jerman. Kenyataan berkata lain, Hitler mengalami kekalahan, suara yang diperoleh Hitler adalah 13.418.001 sedangkan Hindenburg memperoleh 19.359.650 suara. Kekalahan ini tidak membuat Hitler putus asa, malah membuat Hitler semakin berambisi. Hitler mendesak presiden Hindenburg untuk menunjuk dirinya sebagai kanselir. Permintaan Hitler tersebut ditolak oleh Hindenburg. Tetapi terdapat sekelompok kecil orang disekitar Presiden Hindnburg yang mendesak untuk mengangkat Hitler sebagai kanselir. Kelompok tersebut merasa bahwa Hitler bisa di kontrol serta popularitas dan juga bakatnya dapat digunakan untuk perkembangan selanjutnya. Karena Heinrich Bruning menolak untuk menjadi kanselir, maka Presiden Hindenburg menunjuk Franz von Papen. Usaha yang dilakukan Papen untuk menormalkan kembali Jerman tidak berhasil. Hal tersebut membuat Hindenburg kecewa, akhirnya Hindenburg melakukan pergantian dengan menunjuk Kurt von Schleicher yaitu pemimpin politik pada tentara. Tindakan yang dilakukan presiden mengakibatkan rasa kecewa dari Papen. Kekecewaan tersebut dilampiaskan dengan bergabungnya Papen ke NAZI. Papen beserta anggota NAZI lainnya membicarakan tentang kesenioran Hindenburg yang menunjuk Hitler sebagai perdana menteri dalam satu kabinet yang di dalamnya Papen akan menjadi menteri, sedangkan menteri yang lain akan berasal dari luar partai NAZI. Akhirnya pada tanggal 30 Januari 1933, Hitler diangkat sebagai kanselir. (Luger Ballack,2007:30) Faktor lain, kemenangan Hitler adalah peran Gobbels yang merupakan ahli propaganda NAZI. Paul Joseph Goebbels melakukan kontak pertama dengan partai NAZI terjadi saat Goebbels melakukan demonstrasi kampanye melawan pendudukan Perancis di daerah Ruhr pada tahun 1923 dan akhirnya Goebbels bergabung dengan NAZI. Namun, ketika Hitler menjalani hukuman di penjara, Goebbels menjadi menganggur. Pada tahun 1924 partai NAZI bangkit kembali setelah Hitler terbebas dari penjara, Goebbels pun bergabung kembali. Goebbels merupakan pengikut Hitler yang setia, hal ini disebabkan oleh pemikirannya yang sama dengan Hitler yaitu membenci Yahudi. Pada bulan Oktober 1926 Goebbels ditunjuk sebagai pemimpin partai lokal NAZI di distrik Berlin- Bradenburg yang merupakan daerah yang kecil serta penuh dengan konflik. Tantangan tersebut dapat diatasi oleh Goebbels dengan baik, dengan mendirikan serta menerbitkan koran mingguan menggunakan nama Anggriff (The Attack). Selain menggunakan koran Goebbels juga menggunakan poster-poster propaganda, melakukan pawaipawai serta melakukan hasutan-hasutan tentang program anti semit. Dengan cara Goebbels tersebut tidak mengherankan jika anggota partai NAZI semakin lama semakin bertambah. (Luger Ballack,2007:73-76) Dalam kepemimpinan Hitler di partai NAZI, Goebbels banyak melakukan tindakan kekerasan terutama pertempuran jalanan. Selain itu, Goebbels juga melakukan penyerangan untuk menekan dominasi Partai Sosial Demokrat serta Partai Komunis. Kemampuan propaganda Goebbels dimanfaatkan juga pada saat Hort Wessel yang merupakan salah satu anggota Goebbles terbunuh. Goebbels merubah kesan Hort dari germo menjadi seorang martir NAZI. Selain itu Goebbels juga menyajikan gambaran yang berupa kebohongan, menyebarkan pesan-pesan yang menenai paham nasional sosialisme ke seluruh Jerman. (Luger Ballack,2007:77) 3. Masa Pemerintahan Hitler Diangkatnya menjadi kanselir, belum dapat menurunkan ambisi untuk meraih kekuasaan bagi Hitler. Pemikiran Hitler dalam menjalankan pemerintahannya, banyak dipengaruhi oleh pemikiran Darwin serta Mussolini. Hitler menganggap bahwa Mussolini merupakan seorang manusia besar di tingkat dunia. Sehingga dalam pemerintahan Fasisme.(Jules Archer,2005:141) masa Hitler dijalankan paham Fasisme adalah pengaturan pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai tunggal yang rasialis, nasionalis,serta militeris. Cari khas dari fasisme adalah tumbuh dikalangan bangsa-bangsa yang secara teknologis maju. Berbeda dengan faham komunis yang tumbuh dari bangsa yang hidupnya melarat serta terbelakang.(William Eberstein,2006:106) Fasisme dapat berkembang dari adanya depresi ekonomi suatu negara industri. Dalam negara tersebut terdapat hubungan sebab akibat dari berbagai lapisan masyarakat. Ini terbukti dengan adanya seorang pengusaha kecil merasa kesulitan hidupnya berasal dari pengusaha besar. Kaum buruh yang merasa penderitaan yang dialami berasal dari para pengusaha pabrik. Para petani menyalahkan kebijakan pemerintah yang seakan tidak memihak pada mereka. Yang terakhir adalah golongan pengangguran. Golongan tersebut tidak dapat dibilang sebagai golongan yang sedikit. Golongan pengangguran merasa sebagai golongan yang terbuang, tidak memiliki masa depan sehingga dikucilkan dari masyarakat. Melihat banyak sekali perbedaan serta perasaan yang tidak percaya antara golongan satu dengan golongan yang lain, maka kaum fasis memberi jalan keluar. Untuk membangkitkan perasaan bangga, percaya diri serta menghapus perbedaan maka paham fasis meyakinkan bahwa semua lapisan masyarakat dalam negara tersebut adalah suatu suku bangsa yang teratas. Usaha tersebut terbukti efektif dalam perkembangan paham ini seterusnya. Hal ini disebabkan karena dengan meyakinkan bahwa bangsanya adalah bangsa teratas maka rasa percaya diri mulai timbul, serta yakin bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat yang terhormat sehingga negara tersebut tidak mengenal adanya perbedaan dalam lapisan masyarakat tetapi hanya mengenal perbedaan dengan golongan ras dari bangsa lain. Terdapat unsur-unsur utama dari pandangan fasisme antara lain: a. Ketidakpercayaan akan pertimbangan akal. Dalam pandangan fasisme, terdapat suatu pemikiran yang fanatik. Fasisme tidak ada kepercayaan akan pertimbangan urusan-urusan kemanusiaan. Cenderung meletakkan titik berat dalam unsur-unsur tidak rasional, sentimentil serta tidak dapat terkontrol oleh manusia itu sendiri. Dasar kepercayaan tidak dapat dipersoalkan secara kritis. Dalam hal ini seperti adanya kepercayaan bahwa hanya Hitler sebagai fuhrer atau pemimpin yang dapat mengembalikan kejayaan bangsa Jerman. b.Penyangkalan terhadap persamaan manusia pada dasarnya. Fasisme menolak adanya pemikiran mengenai persamaan sebagai suatu konsep lunak dan sama sekali tidak benar. Paham fasis mengemukakan adanya perbedaan tersebut dijadikan tantangan. Konsep ketidaksamaan yang paling mudah diterangkan dalam bentuk kontras antara superior dan inferior. Hitler menanamkan pemikiran bahwa bangsa Jerman lebih kuat serta terhormat dibandingkan bangsa lain. Penegasan fasis tentang ketidaksamaan didasarkan atas kekuatan. c. Kode tingkah laku fasisme kode tingkah laku fasis meletakkan titik berat pada cara kekerasan serta kebohongan dalam segala hubungan manusia, lingkungan, serta hubungan dengan bangsa-bangsa yang lain. Menurut pandangan fasis, politik diberi sifat oleh hubungan kawan-musuh. Pandangan tersebut bertolak belakang dengan arti politik dalam negara demokrasi. Arti politik dalam negara demokrasi adalah suatu alat untuk menyelesaikan konflik-konflik sosial yang dilakukan secara damai. Fasisme menghendaki adanya suatu penghapusan secara total. Dengan adanya pandangan tersebut maka Hitler mendirikan berbagai kamp konsentrasi yang dapat digunakan untuk menghapus musuh-musuh yang dianggap sebagai penghambat cita-cita bangsa Jerman. d. Pemerintahan oleh golongan terpilih (elite) Dalam fasisme terdapat suatu konsep yang menyatakan bahwa hanya ada satu golongan kecil dari penduduk yang ditentukan oleh kelahiran, pendidikan serta status sosial yang sanggup mengerti apa yang baik bagi masyarakat seluruhnya. Prinsip kepemimpinan fasisme menunjukkan kepercayaan bahwa seorang pemimpin tidak mungkin salah karena seorang pemimpin tersebut diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding manusia biasa. e. Sistem Totaliter Fasisme menekankan bahwa sistem totaliter sebagai cara hidup dalam seluruh hubungan manusia. Fasisme menggunakan otoritas dan kekerasan dalam segala macam hubungan sosial serta politik. Dalam pemikiran negara fasisme keberadaan seorang perempuan diposisikan sebagai golongan nomor dua. Kaum perempuan harus tinggal dengan urusan mereka sendiri. Kewajiban seorang perempuan menurut negara Jerman adalah Kinder (anak-anak), Kuche (dapur), serta Kirche (gereja). Kaum perempuan Jerman dianjurkan untuk menghasilkan anak-anak untuk negara Jerman di luar perkawinan. Fasisme menolak untuk mempekerjakan kaum perempuan terlalu banyak dalam bidang pendidikan. Hal itu disebabkan karena pendidikan merupakan tahap awal untuk mencetak kepribadian seseorang. Dengan adanya kaum perempuan maka dikhawatirkan dapat merusak kedisiplinan serta ketegasan. Fasisme totaliter cenderung menggunakan berbagai macam ancaman, pembunuhan, ataupun dalam bentuk kekerasan yang lain. Sedangkan bentuk otoriter klasik lebih bersifat menahan diri dalam menggunakan cara-cara lain dan hanya melakukan pembunuhan terbatas. Jadi apabila ada seorang pemimpin yang mengalami kekalahan maka diperbolehkan untuk mengungsi ke negara lain beserta keluarganya. f. Rasialisme dan imperialisme Rasialisme serta imperialisme adalah dua dasar pokok bagi kaum fasisme untuk menjalankan prinsip ketidaksamaan dan kekerasan dalam rangka hubungan dengan masyarakat bangsa-bangsa lain. Menurut doktrin fasisme terdapat kaum terpilih yang paling unggul dari yang lain. Kaum terpilih tersebut berhak memaksakan keinginan kepada golongan-golongan lain dengan cara kekerasan. Dalam rencana Jerman untuk menguasai dunia termasuk penghapusan bangsabangsa tertentu melalui pembunuhan secara besar-besaran dan telah direncanakan. g. Oposisi terhadap undang-undang dan aturan internasional. Oposisi terhadap undang-undang dan aturan internasional adalah akibat yang logis dari kepercayaan fasis tentang ketidaksamaan kekerasan, rasialisme, imperialisme dan peperangan. Organisasi internasional berbentuk pemerintahan dengan persetujuan yang langsung menentang prinsip fasis tentang pemerintahan dengan paksa. Negara-negara fasisme senantiasa menjauhkan diri dari organisasi dengan persetujuan yang berlangsung menentang prinsip fasis tentang pemerintahan dengan paksa. Negara-negara fasisme senantiasa menjauhkan diri dari organisasi internasional ketika negara tersebut harus mematuhi keputusankeputusan mayoritas. Organisasi yang didalamnya pengaturan segala sesuatu dijalankan dengan cara-cara diskusi dan tidak dengan cara kekerasan. Jerman menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1933. Pada bidang diplomatik, negara fasisme menjauhkan diri dari persetujuan umum yang bersifat multirateral. Negara fasis lebih suka persetujuan bilateral terutama dengan negara yang masuk dalam rencana untuk dikuasai. Hitler senantiasa menawarkan pakta persahabatan atau pakta non agresi kepada negara kecil. Masyarakat dunia yang lain telah menduga negara itu adalah korban Hitler berikutnya. Dalam menjalankan taktik menguasai dunia, Jerman menggunakan taktik yang sama dengan italia terutama pada pemerintahan Mussolini. (William Eberstein,2006:126-142) Terdapat tiga hal penting yang terdapat dalam pandangan dan cita-cita Hitler untuk membangun Jerman. Hal ini yang menjadi ciri khas fasisme Jerman yaitu: 1) Nasionalisme yang fanatik, nasionalisme berguna untuk membangkitkan kembali keyakinan dan kehormatan serta persatuan bangsa Jerman. Hitler memberikan pandangannya tentang hal ini dengan menyatakan : “ Kita hanya mengenal dua Tuhan, Tuhan yang berada di surga dan Tuhan yang berada di bumi dan itu adalah tanah air kita.” 2) Antidemokrasi dan parlementerisme, karena kedua hal itu mengekang otoritas serta kepemimpinan dari seseorang yang diberi kekuasaan untuk mempertanggung jawabkan kekuasaannya. 3) Menghapuskan keyakinan tentang kerukunan, saling pengertian, perdamaian dunia. Liga Bangsa-Bangsa serta solidaritas internasional akan melemahkan mental dan kekuatan seseorang untuk menuntut haknya secara penuh. (Erry Syahrian,2003:16) Perbedaan ajaran antara Hitler dengan Mussolini adalah tentang adanya ajaran mengenai ras manusia yang hanya terdapat pada ajaran NAZI. Adanya ajaran ras tersebut dipengaruhi oleh teori Darwin. Teori Darwin menjadi dasar dari pemikirannya yang diwujudkan dalam berbagai kebijakan yang Hitler keluarkan. Hitler mengatakan bahwa untuk mempertahankan hidup manusia maka membutuhkan pertarungan. Hitler terinspirasi konsep eugenetika yang akan menjadi dasar pijakan pandangan evolusionis NAZI. Eugenetika berarti perbaikan ras manusia dengan membuang orang-orang yang berpenyakit dan cacat serta memperbanyak individu yang sehat. Menurut teori Darwin, ras manusia bisa diperbaiki dengan meniru cara hewan berkualitas baik dihasilkan dengan perkawinan hewan yang sehat serta hewan yang cacat dan berpenyakit harus dimusnahkan. Dalam hal ini Hitler menghimbau para remaja Jerman untuk berhubungan seks tanpa harus menikah. Pada tahun 1935 untuk menunjang teori Darwin maka Hitler membangun yang disebut ladang reproduksi dimana di dalamnya tinggal remaja putri ras Arya serta para perwira SS untuk berhubungan. Dengan program tersebut maka dipercaya negara akan dibangun berdasarkan konsep keunggulan ras Arya. (Luger Ballack,2007:27) Ada tiga hal penting yang menjadi ciri dari pemikiran Hitler mengenai ras, yaitu : 1) Ras merupakan ciri biologis yang dapat menentukan kualitas moral, kebudayaan dan kepribadian seseorang atau bangsa. Semakin tinggi kedudukan rasnya maka semakin tinggi kualitas moralnya. 2) Ketahanan suatu masyarakat atau bangsa terhadap segala perubahan dalam lingkungannya baik fisik maupun mental tergantung dari rasnya. 3) Sebagai kesimpulan, ras yang paling unggul atau superior harus menjadi pemimpin bagi masyarakatnya atau bangsanya walaupun ras tersebut merupakan kelompok minoritas. (Erry Syahrian,2003:16) Pada tanggal 27 Februari 1933 terjadi peristiwa yang menggemparkan rakyat Jerman yaitu terbakarnya gedung parlemen (Reinchstag). Hitler dengan cepat menuduh bahwa tindakan tersebut sebagai bagian dari satu rencana (plot) yang disusun komunis untuk menguasai Jerman. Dengan mengkambing hitamkan seorang pemuda Belanda sebagai pelaku pembakaran yaitu Van der Luppe. Hitler langsung mengumumkan adanya pemberlakuan Undang-Undang Darurat yang isinya antara lain memberikan kewenangan kepada kanselir untuk menyusun undang-undang atau peraturan yang tidak harus sejalan dengan konstitusi sehingga persetujuan parlemen tidak diperlukan. Langkah yang ditempuh Hitler selanjutnya adalah memerintahkan pengawal pribadinya yang sekarang telah menjadi kesatuan tentara sendiri untuk menjaga keamanan Jerman. (Agustinus Pambudi,2005:41) Setelah terjadi pembakaran gedung parlemen, Hitler melakukan pembersihan musuh politiknya, baik kaum komunis maupun kelompok lain yang menuntut pemerintahan demokratis. Banyak pejabat pemerintahan yang diganti dengan orang-orang NAZI. Selain itu, Hitler membujuk Hindenburg untuk mempermasalahkan sebuah dekrit yang menangguhkan seluruh kebebasan warga Jerman. Dekrit darurat tersebut berisi: “Pembatasan terhadap terhadap kebebasan pribadi dan hak untuk kebebasan mengeluarkan pendapat, termasuk kebebasan pers, terhadap hak berkumpul dan berserikat serta pelanggaran kerahasiaan komunikasi pos, telegraf dan telepon serta surat kuasa, penggeledahan rumah, perintah penyitaan dan juga pembatasan terhadap properti, juga dianjurkan di luar batasan hukum yang dianut.” Hitler juga memasang anggota NAZI yang loyal dal pos-pos penting di birokrasi, mahkamah agung serta pemerintahan provinsi di Jerman. Hitler mengganti semua serikat buruh dengan front buruh Jerman yang dikontrol NAZI dan menyatakan melarang semua partai politik kecuali partai NAZI. Pada tanggal 23 Maret 1933, para dewan (legislator) patuh dengan enabling act dimana kekuasaan legislatif parlemen diambil alih kabinet. Aksi tersebut secara tidak langsung mendukung pemerintahan diktatorial Hitler serta menandai berakhirnya Republik Wiemar. 4. Holocaust a. Sejarah Antisemit Holocaust berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Holo yang berarti keseluruhan dan Caustos yang berarti terbakar. Pada dasarnya kata tersebut merujuk pada sebuah penawaran untuk dibakar atau sebuah pengorbanan keagamaan dengan cara dimusnahkan oleh api. Holocaust juga dikenal dengan nama-nama seperti Ha-Shoah (bahasa Yahudi) yang berarti bencana atau kehancuran total. Nama selain itu adalah Khurbn (bahasa Yindi), Parajmos (bahasa Romania), Calopalenie atau Zaglada (bahasa Polandia). Semua sebutansebutan tersebut digunakan untuk mendiskripsikan genocide atau kata penghalus dari pemusnahan suatu kelompok bangsa sacara teratur serta sistematis, yang dilakukan NAZI yang dipimpin Adolf Hitler terhadap kelompok minoritas di Eropa.(Stephane Downing,2007:7) Kebencian terhadap orang Yahudi tersebut sering dikenal dengan antisemit. Menurut Judith Sandeen Bartel (2000:44) menyatakan bahwa “Antisemit merupakan kebencian dan diskriminasi terhadap Yahudi”. Sedangkan menurut Stephane Downing (2007:12) menyatakan bahwa “Antisemit merupakan istilah yang dipakai secara umum untuk menunjukkan bentuk terkeras dari pemusnahan kaum Yahudi”. Menurut George Sanford, Gerhard L. Weinberg (2007:61) kata Semit pada awalnya diaplikasikan untuk semua keturunan Shem, anak tertua nabi Nuh dalam lingkup patriarki Bibel. Tetapi dalam penggunaan selanjutnya kata tersebut mengacu pada sekelompok orang di Barat Daya yaitu Yahudi”. Kata antisemit menunjukkan permusuhan terhadap kaum Yahudi. Untuk mengetahui asal-usul Yahudi tidak dapat lepas dari tokoh Ibrahim yang dipandang sebagai nenek moyang dari tiga agama monotheistic dan semitik, Yahudi, Kristen dan Islam. Ibrahim berasal dari Babylonia, anak dari seorang pemahat patung istana yang bernama Azar atau Terach. Ibrahim dan ayahnya selalu berseteru tentang keyakinan mereka yang pada akhirnya Ibrahim membakar seluruh patung. Akibat perbuatan Ibrahim tersebut maka mendapat hukuman bakar tapi Ibrahim berhasil selamat dan hijrah ke Kanaan yaitu Palestina Selatan. Ibrahim memiliki istri yang bernama Sarah, mereka berdua tinggal di Mesir. Namun kedua manusia tersebut belum memiliki keturunan. Untuk meneruskan garis keturunan Ibrahim, maka ia menikah lagi dengan seorang budak pemberian raja Fir’oun bernama Hajar. Pernikahan Ibrahim dan Hajar dikaruniai seorang anak yang bernama Ismail. Karena perasaan cemburu dari Sarah, Hajar pun diusir dari rumahnya dan dikirim ke Makkah. Setelah menunggu sekian lama akhirnya Ibrahim dan Sarah dikaruniai anak yang bernama Ishaq. Ishaq setelah dewasa dan menikah, dikarunai seorang anak yang bernama Yaqub yang diberi gelar Israel. Anak turun Yaqub atau Israel ini berkembang dan menjadi nenek moyang bangsa Yahudi, yang juga disebut Bani Israel (anak turun Israel). (http://media.isnet.org) Anak turun Yaqub digambarkan dalam Al- Qur’an sebagai bangsa yang membuat kerusakan di bumi, berlaku angkuh, sombong, suka memberontak, chauvinis, merasa paling unggul dan benar sendiri. Sekitar tujuh abad sebelum masehi bangsa Babylonia yang dipimpin Nebukadnezar datang menyerbu Yerusalem tempat tinggal anak turun Israel. Terjadi kerusakan parah kota tersebut dan mengharuskan penghuninya harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Setelah situasi di Yerusalem maka anak turun Israel kembali lagi dan menetap disana. Tetapi dalam tujuh puluh masehi, bani Israel menolak kerasulan Nabi Isa dan Bani Israel menyiksa para pengikutnya. (http://media.isnet.org) Akibat dari penolakan itu, maka orang Kristen menganggap Yahudi sebagai pemberontak terhadap agama sejati dan bertanggung jawab untuk kematian Kristus dan secara umum sebagai wujud kejahatan. Atas kebijakan raja Titus dari Roma meratakan Yerusalem yang merupakan tempat tinggal Yahudi. Tidak ada yang tersisa dari penyerangan tersebut, kecuali tembok ratap (tempat orang-orang Yahudi meratapi nasib mereka). Bangsa Yahudi mengalami Diaspora, mengembara ke berbagai negara karena mereka tidak memiliki tanah air. (Stepanie Downing,2007:10) Kebencian terhadap kaum Yahudi diawali pada tahun 70 SM saat Kaisar Italia yaitu Pompeius Agung memaksa Yahudi untuk menyembah dewa-dewi Roma. Kebencian terhadap Yahudi bertambah luas setelah adanya peristiwa kematian Yesus yang merupakan putra Tuhan. Sekalipun kematian Yesus karena perintah Romawi dan bukan Yahudi, tetapi orang Kristen percaya bahwa orang Yahudi bertanggung jawab atas penyaliban Yesus.(Judith Sandeen Bartel,2005:13) Antisemit berlanjut pada tahun 1870 di Prusia setelah negeri tersebut dikalahkan Napoleon sewaktu para reformis mengubah struktur politik sehingga golongan bangsawan kehilangnan hak istimewa dan kelas menengah yang sebagian besar merupakan Yahudi memperoleh kesempatan untuk berkembang. Hal tersebut menimbulkan reaksi dari kalangan bangsawan sehingga menimbulkan ledakan anti Yahudi.(Hannah Arent,2003:45) Antisemit selanjutnya terjadi di Jerman pada saat proses emansipasi kaum Yahudi dilengkapi dengan pembentukan kekaisaran Jerman 1871. Adanya diskriminasi atas dasar rasisme muncul karena teori-teori rasis yang diformulasikan selama dekade sebelumnya memberikan dasar bagi sebuah pengelompokan partai antisemit yang baru setelah perang Franco-Prusia dan adanya krisis ekonomi tahun 1873. Banyak penjelasan mengenai fenomena antisemit yang telah mencapai kemajuan. Suatu teori yang secara luas diterima oleh para ilmuan sosial, menunjukkan bahwa antisemit itu terjadi dalam periode instabilitas dan krisis sosial seperti yang terjadi di Jerman. Medan politik Jerman ditandai oleh kehadiran setidaknya satu partai antisemit yang bersifat terbuka sampai tahun 1933. sewaktu antisemit menjadi resmi pemerintahan di bawah Sosialisme Nasional (Nazisme). (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:6263) b) Kebijakan Hitler Keberhasilan Hitler menjadi kanselir, maka cita-cita untuk memurnikan ras Arya semakin lebar. Pemikiran-pemikiran yang telah tertuang dalam buku Mein Kampf mulai dilaksanakan oleh Hitler. Dengan memulai kebijakan untuk membersihkan ras Arya dari segala unsur yang tidak diharapkan sekaligus mengeliminasi ras lain yang dianggap sebagai inferior dan berbahaya bagi bangsa Jerman. Langkah awal kebijakan Hitler dalam pemerintahan adalah menarik keanggotaan Jerman dalam Liga Bangsa-Bangsa (League of Nation). Liga Bangsa-Bangsa yang dimaksudkan untuk menengahi konflik-konflik internasional dan dengan adanya Liga Bangsa-Bangsa tersebut akan berguna untuk mencegah perang di masa depan. (www.Wikipedia.com) Dalam buku Mein Kampf , Hitler mengatakan bahwa jika berbicara mengenai co-operative union biasanya berarti sebuah kelompok asosiasi yang mempunyai tujuan memfasilitasi pekerjaan, menjalin semacam hubungan yang saling menguntungkan untuk berkolaborasi dalam sebuah pemahaman yang sama yang menunjuk sebuah diktatoral pada umumnya dengan berbagai tingkat kekuasaan yang kemudian menghasilkan suatu keputusan untuk melaksanakan tindakan. Dengan mendirikan kerjasama antara satu dengan yang lain, maka akan menghasilkan suatu dasar persamaan pemikiran. Dimana anggota di dalamnya akan bersatu dan menghapuskan segala perbedaan yang ada. Perkumpulan adalah penyatuan kekuatan dari kelompok-kelompok lemah sehingga sekarang telah dapat berdiri sendiri dengan dorongan negara yang kuat. Tetapi menurut Hitler anggapan seperti itu salah. Hitler menilai bahwa negara kedaulatan tidak akan terbentuk berdasarkan keinginan kompromi yang melekat dalam kualisi tetapi hanya akan terbentuk dengan menggunakan tangan besi yang merupakan sebagai penggerak tunggal sehingga akan mendapatkan kemenangan dalam perjuangan untuk mencapai tujuan negara. (Mein Kampf,2007:147) Hitler segera memulai untuk menciptakan negara sosialis nasionalis dengan menghapuskan semua kelas pekerja serta oposisi demokratis liberal. Pengadilan Reinchstag bertindak sebagai ajaran yang tidak hanya menekan partaipartai komunis dan demokratis sosial tetapi juga mencabut semua konstitusi Dan hak-hak sipil serta melembagakan kamp konsentrasi kelak. Untuk melakukan tugasnya, Hitler membentuk suatu organisasi militer yang bernama Gestapo (Geheime Staatspolizei atau Polisi Rahasia Negara). Gestapo dibentuk pada tanggal 26 April 1933 dengan pemimpin pertama yaitu Dr. Rudolf Diel. Gestapo dibentuk sebagai suatu badan yang relatif kecil terdiri atas polisi politik (Politische Polizei) di Berlin, dengan tujuan meneruskan tradisi Polisi Rahasia Prusia dengan tugas utama yaitu memantau serta membasmi lawanlawan politik Hitler. Gestapo bekerja sebagai polisi politik dan tidak terikat dengan organisasi militer lainnya. Atas persetujuan Hitler, pada tanggal 1 Mei 1933, Gobbles mengatur demonstrasi serta parade dalam rangka menyambut Hari Buruh Nasional. Pada tanggal 10 Mei 1933, Goebbels melakukan uapacara pembakaran 20.000 buku di Opernpaltz, Berlin. Buku-buku yang dibakar itu merupakan karya kaum Yahudi. Ketika partai NAZI berhasil menguasai parlemen tahun 1933, Goebbels segera melakukan tindakan untuk membersihkan Yahudi di segala aspek pekerjaan. Selain itu Gobbels menyebarkan fitnah bahwa kaum Yahudi berusaha untuk memboikot Jerman sehingga membuat NAZI harus mengambil kebijakan serangan balasan. (Luger Ballack,2007:83) Pada tahun 1934, Adolf Hitler melakukan tindakan yang dianggap sebagai pelecehan terhadap keberadaan Liga Bangsa-Bangsa. Tindakan yang dilakukan Hitler adalah dengan mengirimkan tentara NAZI yang merampas serta menduduki wilayah sekitar Sungai Rhein.selain tindakan tersebut, Hitler juga mengajak masyarakat Austria untuk membunuh Kanselir Austria yaitu Engelber Dolfuss. Tetapi usaha tersebut dihalangi oleh Bennito Mussolini yang merasa cemas akan tindakan Hitler yang semakin mengancam perdamaian dunia. Usaha yang dilakukan oleh Mussolini adalah dengan mengirimkan tentaranya di berbatasan Austria. Selain Mussolini, seakan-akan tidak ada yang berani menghalangi tindakan Hitler. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan Liga BangsaBangsa tidak memiliki kekuatan yang riil untuk mencegah serta mengatasi konflik. Sikap acuh negara Amerika Serikat yang tidak mengeluarkan pernyataan sedikitpun, hal ini karena Amerika Serikat sedang sibuk mengatasi krisis ekonomi dalam negeri sendiri. c) Malam Pisau Panjang (Night of The Long Knives) Konflik lama antara Hitler dengan petinggi S.A (Sturm Abteilung : pasukan serbu partai NAZI yang bertugas mengacaukan pertemuan musuh politik dan melindungi Hitler dari serangan balasan sewaktu Hitler belum menjadi kanselir) yaitu Ernst Roehm muncul kembali pada tahun 1934. Roehm yang meyakini bahwa revolusi NAZI harus berlanjut. Roehm juga menyarankan agar pasukan S.A dijadikan sebagai tentara NAZI yang resmi menggantikan angkatan bersenjata reguler resmi. Tetapi Hitler yang sudah menjadi kanselir tidak menyetujuinya. Hitler tidak mau bermusuhan dengan angkatan resmi Jerman atau elit konservatif yang telah mendukung dirinya untuk menjadi kanselir. Ketidaksepahaman itu akhirnya dimanfaatkan oleh Goring, Himmler serta Gobbels untuk menyingkirkan Roehm. Hitler yang awalnya ragu-ragu untuk menyingkirkan Roehm karena Roehm merupakan sahabat lamanya dan juga berjasa telah mendukung kariernya, tetapi pada akhirnya Hitler merasa yakin bahwa Roehm pantas disingkirkan. Keyakinan Hitler untuk menyingkirkan Roehm akibat kurang loyalnya pasukan S.A kepada Hitler. (Luger Ballack,2007:32) Rencana pembunuhan para petinggi S.A telah disusun oleh Hermann Goring, Werner von Blommberg, Heinrich Luitpold Himmler. Pemimpin serangan pembunuhan terhadap pemimpin S.A yang dinamakan dengan peristiwa Malam Pisau Panjang (Night of The Long Knives) adalah Hermann Goring. Roehm dianggap sebagai ancaman bagi partai NAZI, karena meskipun Hitler telah menghimpun kekuatan dalam rangka untuk menguasai Jerman, tetapi revolusi yang sebenarnya belum terjadi. Hal tersebut telah disadari oleh Hitler, karena pasukan S.A akan dapat digunakan Roehm untuk melaksanakan kudeta, mengingat jumlah anggota S.A sangat banyak. Pembersihan terhadap petinggi S.A juga disambut baik oleh Reinhard Heydrich yaitu Kepala Dinas Intelejen Partai atau Sicherheitsdienst yang lebih dikenal dengan sebutan S.D, selain itu didukung juga oleh Kurt Daluege serta Walter Schelenberg. (Luger Ballack,2007:154) Pada tanggal 30 Juni 1934 serangan pembersihan dilaksanakan. Gobbels mengirimkan Kode Rahasia Colibri ke Berlin sebagai tanda bahwa dimulainya aksi pembersihan. Eksekusi terhadap Roehm dilakukan oleh Theodore Eike yaitu seorang Standertenfuhrer dan Komandan S.S Totenkopf Verbande. Pelaksanaan pembunuhan terhadap petinggi S.A tersebut dapat dikatakan sangat mudah karena tidak adanya suatu perlawanan yang berarti. Aksi tersebut berhenti setelah berhasil membunuh sekitar 1000 orang yang disebut Hitler sebagai “pelaku subversi dan musuh negara” telah dilenyapkan, termasuk mantan Kanselir Jerman era Republik Weimar Jendral Kurt von Schleicher serta mantan Menteri Pertahanan Jenderal Ferdinand von Bredow. Hal ini disebabkan karena kedua tokoh tersebut secara terang-terangan menentang Hitler serta rencana pe-nazi-an Angkatan Bersenjata Jerman. (Darma aji,2005:2) Peristiwa Malam Pisau Panjang (Night of The Long Knives) merupakan isyrat bagi para petinggi militer bahwa: a) Hitler masih dapat mengendalikan pasukan Jerman; b) Hitler sangat serius dengan ambisinya untuk meraih kekuasaan absolut di Jerman dengan cara menyingkirkan berbagai penghalang termasuk pembantunya yang loyal; c) pembunuhan itu merupakan ancaman secara tidak langsung bagi siapun yang berani menantang ambisi kekuasaan Hitler. Pada tanggal 20 Juli 1934 Hitler mengumumkan bahwa pasukan S.S (Schutzstaffel) berdiri sendiri, tidak lagi berada di bawah naungan pasukan S.A (Sturmabteilung). Tanggal 2 Aguatus 1934 Presiden Hindenburg meninggal secara mendadak. Dengan adanya kejadian tersebut maka jalan Hitler untuk menuju tambuk kekuasaan absolut semakin lebar. Para Jenderal akhirnya menyetujui jika Hitler memegang kekuasaan yang menyeluruh di Jerman. Untuk mendapatkan legitimasi bagi kedudukan yang rangkap yaitu sebagai kanselir, presiden juga menjadi panglima besar militer, maka Hitler mengadakan suatu pemilihan umum. Pemilihan tersebut bertujuan untuk meminta pendapat berkaitan dengan kedudukan Hitler sebagai penguasa mutlak. Pemilihan umum tersebut diwarnai dengan adanya berbagai bentuk ancaman serta propaganda yang dilakukan oleh NAZI. Dengan menggunakan dua hal tersebut maka tidak mengherankan jika akhirnya Hitler memenangkan 90% suara. Setelah berhasil memenangkan pemilihan umum tersebut, langkah pertama yang dilakukan oleh Hitler adalah menyingkirkan para petinggi dalam segala bidang yang kurang loyal digantikan dengan para anggota NAZI yang tentu saja loyal terhadap Hitler. (Agustinus Pambudi,2005:43) Selain menggantikan seseorang yang berada dalam posisi-posisi penting di berbagai bidang dengan anggota NAZI yang loyal, usaha lain yang dilakukan Hitler adalah Angkatan Bersenjata Jerman dipaksa untuk mengucapkan sumpah suci yaitu sumpah setia kepada pribadi Adolf Hitler selaku Fuehrer. Sehingga tidak ada lagi sumpah setia kepada Republik tetapi hanya kepada satu orang saja. Sumpah setia kepada sang Fuehrer tersebut berbunyi: “Demi Tuhan saya bersumpah. Bahwa saya mempersembahkan kepada Adolf Hitler, fuhrer Jerman dan rakyat Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata; kepatuhan tanpa syarat. Dan bahwa saya siap sebagai prajurit yang berani, mengorbankan jiwa serta raga kapan pun demi sumpah ini”. (Darma aji,2005:4) Alasan para perwira tinggi mematuhi Hitler adalah karena sebagian besar perwira tinggi digembleng dalam tradisi kepatuhan tanpa syarat kepada Kaisar, dengan menentang sumpah berarti mengkhianati Kepala Negara Jerman yang dalam hal ini adalah Kaisar. Selain itu ada faktor lain seperti adanya ambisi dan ketakutan terhadap Hitler. Banyaknya perwira tinggi yang menginginkan mendapat bintang, serta posisi puncak dalam karirnya.(Darma aji,2005:19) Bagi para tentara S.A sendiri Hitler telah memikirkan untuk ke depannya. Anggota SA pindah ke dalam SS serta membentuk unit-unit baru seperti Schutzstaffel Verfugungtrupe atau disingkat SS-VT. Satuan ini merupakan satuan khusus Pasukan Serba Guna yang nantinya akan menjadi divisi kedua Das Reich di dalam Waffen SS. SS-VT terdiri dari 3 resimen yakni Deutschland, Germania dan De fuhrer. Selain SS-VT juga terdapat SS-TV (Tottenkopf Verbande) yang direkrut dari kamp konsentrasi dan menjadi cikal bakal divisi ketiga yakni Tottekopf yang terkenal kejam. Dapat dikatakan bahwa ketiga bakal divisi itu nantinya akan berkembang dan menjadi tulang punggung kekuatan Waffen SS yang ada. Akselerasi pembentukan satuan-satuan Waffen SS dari tingkat resimen hingga divisi dilakukan sangat cepat karena situasi perang. Pengakuan-pengakuan terhadap ketangguhan Waffen SS ini secara perlahan mulai di dapat meski posisi mereka selama Operasi Fall Weiss di Polandia, Operasi Fall Gelb yaitu penyerbuan ke Perancis, dan negara-negara Benelux (Belgia, Nederland, serta Luxemburg) masih merupakan kekuatan cadangan, dengan pengecualian divisi Leibstandarte Adolf Hitler (LSAH) yang digunakan untuk mencegat pasukan-pasukan Inggris yang mundur melalui Dunkirk. Dengan kata lain pada saat Perang Dunia II meletus, Jerman telah memiliki sekurangnya 4 resimen Waffen SS. (Fernando R. Srivanto,2007:8) Tanggal 16 Maret 1935 Hitler mengeluarkan perintah yaitu wajib militer bagi warga negara Jerman. Perintah wajib militer tersebut dikeluarkan sebagai bentuk penentangan terhadap Perjanjian Versailles selain itu langkah ini juga dipersiapkan Hitler untuk mewujudkan ambisinya.(Stephane Downing,2007:155) Rencana Adolf Hitler adalah membuat struktur militer dan sosial yang mendukung ideologinya sekarang. Selain membentuk Gestapo, Hitler membentuk juga organisasi militer lainnya yaitu Hitler Jugend (Pemuda Hitler). Pemuda Hitler tersebut menggambarkan penguatan terhadap partai NAZI. Pemuda Hitler terdiri atas anak yang telah diberikan didikan tentang NAZI sejak umur 4 tahun sehingga nantinya akan membantu Hitler secara sukarela karena telah menjadi pengikut Hitler yang fanatik. (Judith Sandeen Bartel,2005:15) Sejak awal pemerintahan Hitler pada tahun 1933, struktur demokrasi Jerman digantikan dengan sebuah kondisi tersentralisasi seutuhnya, otonomi yang sebelumnya dilatih dalam banyak hal oleh pemerintahan provinsi dihapuskan dan pemerintahan subnasional ditransfortasikan ke dalam instrumen pemerintahan pusat yang dikontrol dengan ketat. Reinchstag hanya menguasai fungsi seremonial belaka, bukan fungsi legislatif. Dengan suatu proses koordinasi (gleichschaltung) semua perusahaan bisnis pribadi, buruh serta pertanian dan juga pendidikan serta budaya harus tunduk di bawah kontrol serta arahan partai NAZI. Bahkan gereja protestan pun mulai mengajarkan doktrin sosialis nasional. Legislatif khusus pun dibuat untuk mengeluarkan umat Yahudi dari proteksi hukum Jerman. Dalam bidang ekonomi, masalah yang paling krusial yang dihadapi Negara Jerman adalah pengangguran. Industri Jerman kemudian berjalan sekitar 58 % dari kapasitas yang sebenarnya. Perkiraan jumlah pengangguran sebelum Hitler berkuasa manjadi kanselir antara 6-7 juta orang. Diantara anggota partai NAZI, mengharapkan Hitler menepati janji-janji tentang anti kapitalis yang merupakan propaganda sosialis nasionalis, mengakhiri perusahaan-perusahaan dan kartel (gabungan perusahaan) monopolistik serta menghidupkan industri melalui pembentukan sejumlah besar bisnis. NAZI dibawah kepemimpinan Adolf Hitler tampak sedang berusaha memulihkan Jerman setelah mengalami keterpurukan akibat kekalahan pada Perang Dunia I, terbukti dengan banyak pemuda Jerman yang menjadi anggota NAZI. Selain itu, banyak proyek pekerjaan umum yang didirikan untuk membantu mengurangi kaum pengangguran. Adolf Hitler juga mendirikan pabrik senjata, usaha tersebut untuk mempersenjatai masyarakat Jerman sekaligus berguna untuk menciptakan lapangan pekerjaan. (Grolier, 1988:209) Solusi lain dalam mengurangi masalah pengangguran adalah dengan menciptakan tatanan baru. Dengan cara menggunakan industri Jerman yang seutuhnya serta mampu menguntungkan, bisa dicapai hanya dengan memperbaiki Jerman dengan membentuk sebuah posisi kepemimpinan di dunia perdagangan, industri serta keuangan. Sumber-sember serta bahan-bahan mentah yang dibutuhkan harus didapatkan kembali dan dikontrol. Perdagangan serta sistem transportasi berupa rel modern, transportasi udara harus dibangun. Peindustrian harus diatur kembali agar lebih efisien sehingga mampu mencukupi kebutuhan dalam negara Jerman sendiri. Negara Jerman juga mengembangkan pengganti sintetis bagi bahan-bahan kebutuhan Jerman, di mana kebutuhan tersebut sangat diperlukan dan negara lain tidak bisa mencukupi. Persediaan makanan yang dijamin dengan mengontrol pertumbuhan pertanian. Dalam mencapai tatanan baru, Hitler mengeluarkan kebijakan yaitu penghapusan serikat serta kerja sama perdagangan, penyitaan finansial dan aset-aset lain, mengurangi tawar menawar kolektif diantara para pekerja dengan majikan, melarang pemogokan kerja, serta membutuhkan keanggotaan hukum dari semua pekerja Jerman dalam Deutsche Arbeitsfront atau DAF (Front Buruh Jerman) yang dikontrol negara. Upah ditentukan oleh menteri ekonomi nasional, pejabat pemerintahan yang memanggil wakil buruh dan ditunjuk oleh menteri ekonomi nasional yang menangani semua pertanyaan berkenaan dengan upah serta jam dan kondisi kerja. Asosiaso perdagangan pemilik bisnis serta industrialis Republik Wiemar ditransformasikan ke dalam organ-organ kontrol negara keanggotaan para pekerja pun diwajibkan. Pengawasan terhadap asosiasi-asosiasi diberikan kepada menteri ekonomi nasional yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur organisasi-organisasi perdagangan. Selain itu sebagai wakil tunggal dari cabang-cabang industri, mengatur asosiasi baru memecah atau menyatukan perusahaan yang telah ada, serta menunjuk dan memberhentikan pemimpin dari semua asosiasi tersebut. Hak kepemilikan pribadi dilindungi sedangkan perusahaan yang sebelumnya sudah dinasionalisasi pun diprivatisasi kembali. Privatisasi yaitu kembali berubah menjadi kepemilikan pribadi dengan syarat harus tunduk kepada kontrol negara. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:56-58) Hjalmar Schahct yang merupakan menteri perekonomian pada masa Hitler, berhasil menghapus pengangguran di Jerman dengan cara menciptakan banyak tenaga kerja, seperti proyek pembangunan Autobahn serta proyek persenjataan militer Jerman. NAZI juga menambah anggaran militer pada tahun pertama kekuasaan sampai-sampai militer tidak mampu menghabiskan seluruh biaya yang dianggarkan. Proyek-proyek tersebut membawa Jerman ke dalam keadaan tenaga kerja penuh (full employment). Rakyat mendapat pekerjaan serta penghasilan sehingga masyarakat dapat membeli makanan. Persenjataan juga menghapus rasa malu terhadap dunia karena kekalahan Jerman masa Perang Dunia I. Tahun 1935, Inggris merasa bersalah dengan Jerman karena telah memaksakan Perjanjian Versailes yang isinya memberatkan rakyat Jerman. Inggris mengadakan perjanjian baru dengan Hitler, yang berisi memperbolehkan membangun Angkatan Laut melebihi batas yang diinginkan dalam Perjanjian Versailes. Hal tersebut mempercepat industri Jerman, terutama industri persenjataan serta perangkat perang. Selain itu, sangat membantu Hitler dalam hubungannya mewujudkan impian untuk menguasai Eropa untuk memperluas kegiatan Aryanisasi juga pemusnahan kaum Yahudi. (Luger Ballack,2007:34) Untuk menanggulangi masalah ras di Jerman, Hitler telah memikirkan beberapa kebijakan. Ras Yahudi yang dianggap sebagai inferior oleh Hitler sehingga layak untuk dimusnahkan. Dalam buku Mein Kampf (Adolf Hitler,2007:25) mengatakan: “Bagi bangsa Jerman adalah lebih baik jika tidak pernah terjadi percampuran darah. Karena percampuran darah membawa sebuah perubahan yang akan merendahkan tingkat ras yang lebih tinggi. Hasil akhir dari proses seperti ini akibatnya akan menjadi kerusakan pada kualitas-kualitas sebelumnya.” Setelah tanggal 7 April 1933, parlemen Jerman mengeluarkan undangundang yang memperbolehkan pemerintah menghapus umat Yahudi dari pelayanan sipil Jerman. Isi undang-undang lainnya yaitu memberikan kuota untuk membatasi jumlah pelayanan Yahudi, pemboikotan toko milik Yahudi, mempensiunkan para veteran Perang Dunia I yang bukan merupakan ras Arya. Semua kebijakan yang diambil semata-mata untuk membatasi gerak orang Yahudi. Tetapi ternyata hal tersebut masih dianggap jauh dari tujuan Hitler yang ingin memurnikan ras Arya.(Stephane Downing,2007:155) Pada tanggal 15 September 1935 parlemen Jerman (Reichstag) mengadakan sidang di Nuremberg. Hasil persidangan tersebut adalah disahkannya dua peraturan perundang-undangan yang dikenal dengan nama Undang-Undang Nuremberg. Undang-undang kewarganegaraan reich yang menetapkan bahwa hanya orang-orang berdarah Jerman yang bisa menjadi warga negara reich Jerman. Undang-undang perlindungan terhadap darah Jerman dan martabat Jerman yang memformalkan pemisahan antara orang Yahudi serta Jerman asli, melarang perkawinan dan hubungan seks antara orang Yahudi dengan bangsa Arya. (Norcholis,2007:4) Undang-undang Nuremberg berisi tentang ketentuan tentang kewarganegaraan Jerman. Undang-undang Nuremberg berfungsi untuk memilah antara orang Yahudi dengan orang Arya, dengan berisi: a) Siapapun yang berasal dari sekurang tiga, menurut ras, kakek/nenek Yahudi asli. Seseorang kakek/nenek dianggap Yahudi asli tanpa prasyarat lebih jauh apapun, bila dahulu atau sekarang menjadi anggota dari komunitas agama Yahudi. b) Separuh Yahudi juga dianggap Yahudi jika seseorang memiliki dua kakek/nenek Yahudi: (i) yang tergabung dalam komunitas agama Yahudi pada tanggal 15 September 1935 atau yang menjadi anggota dalam komunitas tersebut atau setelah waktu tersebut, (ii) telah dinikahi oleh orang Yahudi sejak tanggal 15 September 1935 atau menikahi orang Yahudi setelah tanggal 15 September 1935 , (iii) yang orang tuanya dinikahi oleh orang Yahudi setelah tanggal 15 September 1935, (iv) hasil hubungan di luar nikah dengan seorang Yahudi dan dilahirkan di luar ikatan perkawinan setelah 31 Juli 1936. (Stephane Downing, 2007:21) Hukum yang kedua adalah hukum memproteksi darah dan kemuliaan orang Jerman, yang memformalisasi berbagai rintangan antara orang Yahudi dengan bangsa Jerman. Melarang adanya pernikahan dan hubungan seksual diantara orang Yahudi dengan orang Jerman. Dengan kebijakan tersebut, maka pemerintahan NAZI menghilangkan hak-hak sipil orang Yahudi Jerman serta secara efektif mengeluarkan orang Yahudi dari kehidupan sosial dan kultural. Kebijakan bertujuan untuk mengambil alih kemiskinan orang Yahudi dengan sebuah pandangan, untuk memaksa orang Yahudi bermigrasi dari Jerman. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:80) Pada bulan Januari 1937 Hitler mengeluarkan kebijakan rasial untuk selanjutnya. Kebijakan tersebut antara lain dengan melarang orang Yahudi untuk menduduki pekerjaan profesional misalnya seorang akuntan dan dokter gigi. Selain itu, Hitler mengeluarkan kebijakan bahwa orang Yahudi hanya dapat memperoleh paspor untuk bepergian dalam kasus-kasus tertentu. (Stephane Downing,2007:157) Langkah awal Hitler untuk menguasai Eropa adalah pada tanggal 7 Maret 1936 Hitler mengirimkan pasukan Jerman ke Rhineland yang dimaksudkan untuk menguji reaksi negara-negara sekutu. Namun, karena tidak adanya reaksi dari Sekutu, maka Jerman melakukan invasi pertamanya yaitu ke negara Austria pada tanggal 12 Februari 1938. Kanselir Austria yaitu Schuschnigg dipaksa mendatangi persetujuan untuk mempersatukan Austria dengan Jerman. Pada tanggal 12 Maret 1938, tentara Jerman mulai masuk Austria. Rakyat Jerman menyambut hangat atas kebijakan yang dilakukan Hitler yaitu pengambilalihan Austria dan Rhineland. Rakyat Jerman menganggap dengan adanya hal itu merupakan sebagai isyarat bahwa negara Jerman mulai mendapatkan kekuatannya kembali serta harga dirinya yang telah hilang pada Perang Dunia I. (Luger Ballack,2007:35) Langkah Hitler selanjutnya yaitu mengangkat Heinrich Luitpold Himmler sebagai Kepala Kepolisian Jerman pada tanggal 17 Juni 1936. Himmler terkenal dengan sikapnya yang brutal sekaligus sadis di kalangan tentara S.S, hal tersebut akan membantu mempercepat tercapainya tujuan Hitler dalam mengatasi orang Yahudi. Setelah pengangkatan, Himmler segera melakukan restrukturisasi dalam badan kepolisian. Himmler mengeluarkan ketetapan dengan membagi dua tugas serta fungsi kepolisian yang berada di bawah S.S yaitu Ordnungs Polizei (polisi reguler dan berseragam) dengan Sicherheits Polizei (polisi keamanan yang tidak berseragam). Selain itu, Himmler juga mengusahakan untuk menggabungkan kesatuan detektif non politik Jerman yaitu Kripo (polisi yang bertugas untuk menangani kejahatan negara) dengan Gestapo (polisi yang bertugas untuk menangani rahasia negara) dalam suatu badan yang bernama Sicherheitspolizei Komando Ordnungspolizei diserahkan kepada Reinhard Heydrich. Namun, usaha tersebut mengalami kegagalan karena kontrol operasional dari Kripo masih dipegang kuat oleh orang-orang administrasi sipil. (Luger Ballack,2007:155) Meskipun Hitler telah melakukan aksi secara besar-besaran namun, Hitler menyadari bahwa kekuatan Eropa yang nantinya akan muncul. Untuk menanggulangi kemungkinan terjadi peperangan besar maka Hitler mangambil langkah dengan mencari sekutu. Dengan harapan untuk memenangkan dukungan Italia yang merupakan salah satu negara besar. Pada tahun 1936 Hitler bersama dengan Mussolini yang merupakan pemimpin Italia membentuk Poros RomaBerlin. Pada perkembangan selanjutnya tahun 1940 Poros Roma-Berlin diperluas dengan masuknya Jepang sehingga berkembang menjadi Poros Roma-TokyoBerlin. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:27) Dalam menindak lanjuti keinginan Hitler untuk memurniakan ras Arya maka hitler membangun kamp-kamp penampungan orang Yahudi. Menurut Goldhagen yang dikutip oleh Stephane Downing (2007:38), Kamp adalah inovasi kelembagaan Jerman yang terbesar serta terpenting selama periode NAZI. Banyaknya kamp yang didirikan, dijaga, serta memiliki pegawai sangat mencengangkan. Ada kamp transito, kamp kerja, kamp tawanan perang, kamp untuk anak, kamp untuk wanita, kamp konsentrasi, dan kamp pemusnahan. Kamp yang pertama adalah kamp di Dachau di Jerman Selatan. Setelah itu berdirilah kamp seperti Ravensbruck, Sachsenhausen, Mauthausen, Buchenwald serta Bergen-Belsen. Enam kamp pemusnahan adalah Auschwitz, Birkenau, Treblinka, Sobibor, Majdanek, Belzec dan Chelmno. Pada umumnya kamp dibangun di lokasi dengan banyak narapidana berkumpul sehingga bisa dibunuh seketika, atau dibunuh setelah dibebani kerja paksa terlebih dahulu. Mayoritas narapidana yang mengisi kamp adalah orang Yahudi, tetapi ada juga orang non Yahudi. Narapidana orang non Yahudi seperti Kristen penganut Jenovah, homoseksual, kelainan mental, orang penyakit kronis, serta musuh rezim NAZI. Keadaan di dalam kamp, biasanya ketika sebuah angkutan tiba maka akan disambut oleh penjaga kamp. Semua yang selamat di perjalanan dihela meninggalkan kereta dengan cacian, cambukan, juga tembakan. Orang-orang tersebut dibariskan di halaman stasiun. Jika kamp mempunyai fasilitas pemusnahan, orang-orang ini harus menjalani proses Seleksi. Yang muda dan sehat dipilih untuk tetap hidup dan bekerja. Sedangkan anak-anak, wanita yang membawa bayi serta orang-orang tua digiring ke kamar gas. Di sana mereka disemprot gas sampai mati, selanjutnya mayatnya di kubur secara massal atau di bakar oleh pekerja paksa Yahudi. (Stephane Downing,2007:40) Pada bulan Januari 1937 Hitler mengeluarkan kebijakan rasial yang selanjutnya. Kebijakan tersebut antara lain melarang orang Yahudi untuk menduduki pekerjaan profesional misalnya akuntan dan dokter gigi. Selain itu Hitler mengeluarkan kebijakan bahwa orang Yahudi hanya dapat memperoleh paspor pada kasus-kasus spesial saja. (Stephane Downing,2007:157) Langkah Hitler dalam meraih kekuasaan yang lebih mutlak yaitu dengan menyingkirkan para perwira yang dianggap sudah tidak sepaham serta tidak loyal lagi terhadap Hitler. Sasaran Hitler selanjutnya adalah Panglima AD Jenderal Werner von Fritsch, Menteri Luar Negeri Konstantin von Neurath, serta Menteri Peperangan Marsekal Medan von Blomberg. Ketiga tokoh tersebut menentang keputusan Hitler untuk memperkuat Angkatan Bersenjata Jerman sesegera mungkin, dengan alasan program ambisius itu hanya akan membuat bangkrut ekonomi Jerman serta menyulut amarah Inggris serta Perancis yang akan malah terjadi peperangan. (Darma aji,2005:4) Dalam usaha menyingkirkan para perwira tersebut, Hitler melakukan berbagai cara yang tidak lain dengan adanya fitnahan. Menteri Peperangan Marsekal Medan von Blomberg adalah seorang duda karena istrinya meninggal dunia. Setelah empat tahun menduda, akhirnya ia memutuskan untuk menikah lagi dengan Erna Gruhn yaitu sekretaris pribadinya. Blomber meminta restu kepada Hitler karen Blomberg sadar bahwa korps perwira tertinggi tidak boleh menikahi orang sembarangan. Akan tetapi, beberapa hari sebelum pernikahan tersebut, para Jenderal menerima telepon dari klub malam yang mengatakan bahwa Erna berasal dari klub malam tersebut. Mendengar hal itu Kepolisian Berlin menemukan dokumen tentang pembenaran dari berita tersebut, segera dokumen itu diserahkan pada Heinrich von Helldorf. Dokumen tersebut selanjutnya diserahkan kepada Jenderal Wilhem Keitel dengan harapan agar Keitel yang karirnya dulu dibantu Blomberg dapat mencegah bahaya yang lebih besar dalam karir Blomberg. Namun, ternyata Keitel memiliki rencana lain, hal ini karena Keitel berambisi untuk menaikkan jabatannya. Keitel mengembalikan dokumen tersebut kepada Helldorf dengan pesan agar disampaikan kepada Herman Goering. Panglima Luftwaffe (Angkatan Udara) yang mengincar Menteri Peperangan menyampaikan dokumen tersebut kepada Hitler tanggal 25 Januari 1938. dokumen tersebut dapat dijadikan alasan Hitler untuk menyingkirkan Blomberg. Namun, sebelum hal itu terjadi, Blomberg mengundurkan diri sebagai Menteri Peperangan. (Darma aji,2005:6) Setelah Blomberg dapat disingkirkan Hitler maka giliran Panglima AD Jenderal Werner von Fritsch. Kepala Polisi Negara dan Pemimpin Besar S.S Heinrich Himmler menyusun suatu jebakan. Kedua tokoh tersebut memfitnah bahwa Fritsch adalah seorang homoseksual. Homoseksual merupakan suatu tindakan pidana berat di negara Jerman. Mendengar fitnahan tersebut, Fritsch langsung menemui Hitler serta bersumpah jika laporan tentangnya adalah suatu kebohongan. Tetapi Heinrich Himmler telah memikirkan apa yang akan terjadi, sehingga ia telah menyewa seorang homoseksual yang bernama Hans Schmidt untuk mengaku sebagai teman kencan Fritsch. Adanya kejadian tersebut maka, Hitler menyarankan agar Fritsch mengundurkan diri, tetapi hal ini ditolak. Akhirnya pada tanggal 4 Februari 1938 Hitler mengumumkan bahwa mulai saat itu Hitler mengambil alih komando seluruh Angkatan Bersenjata. (Darma aji,2005:8) Usaha Hitler dalam memperluas daerah kekuasaannya salah satunya dengan memberikan uang kepada Jenderal Walther von Brauchitsch untuk menyelesaikan kasus perceraian serta untuk merestui pernikahan jenderal tersebut dengnan Ulrich von Hassel seorang Duta Besar Jerman di Italia. Dengan begitu, sang jenderal dapat dikendalikan oleh Hitler akibat hutang budi. Selain usaha tersebut Hitler juga melakukan pembersihan atas semua orang anti NAZI Dan non NAZI di pemerintahan. Menteri Ekonomi Jerman yaitu Dr. Halmar Schacht yang menentang kebijakan pembangunan militer akhirnya dipecat. Dalam Departemen Luar Negeri, Hitler juga memecat Menteri Luar Negeri Jerman yaitu Konstantin von Neurath karena menentang kebijakan ekspansi dan menentang keputusan Hitler membatalkan keanggotaan Jerman di Liga Bangsa-Bangsa. Selain itu, tiga diplomat senior yaitu Ulrich von Hassel (dubes di Italia), Herbert von Dirksen (dubes di Jepang), serta Franz von Papen (dubes di Australia). (Darma aji,2005:10) Sedangkan usaha Hitler dalam mencapai ambisinya yang lain adalah menguasai Eropa. Salah satu tujuan utama Hitler yaitu menyatukan semua orang yang berbahasa Jerman di Eropa. Untuk mewujudkan impian tersebut, Hitler mengejar Anschluss (serikat) antara Jerman dan Austria. Austria merupakan negara sisa kekaisaran Austria-Hungaria yang berbahasa Jerman, yang dipecah setelah Perang Dunia I. Penyatuan Jerman dan Austria telah dilarang oleh sebuah pakta yang mengakhiri Perang Dunia I. Sebuah batasan yang dibenci oleh kedua negara tersebut. Hitler yang lahir dari etnis Jerman di Austria selalu mengharap dapat menggabungkan Jerman-Austria ke dalam kekaisaran Jerman yang Hitler namakan dengan Reich. Penyatuan kedua negara tersebut akan meningkatkan populasi Jerman, memperkuat tentara-tentara Jerman, serta membuka sebuah jalan menuju Eropa Tenggara. Usaha-usaha untuk menyempurnakan Anschluss yaitu dengan adanya tekanan ekstenal serta kudeta internal mengalami kegagalan. Pada tahun 1933-1934. Taktik yang sangat berat tersebut memperkecil antusiasme negara Austria untuk bersatu dengan Jerman. Pada tahun 1937 Hitler secara terbuka mengancam pemerintahan Austria dan menempatkan tentaranya di sepanjang perbatasan Austria. Pada bulan Maret 1938 Perdana Menteri Austria di lengserkan serta digantikan oleh seorang anggota partai NAZI yang berada di wilayah Austria. Tanggal 12 Maret 1938 memerintahkan tentaranya untuk bergerak menuju Austria. Tentara NAZI tidak menemui perlawanan dan pada hari berikutnya di Vienna, Hitler memproklamasikan secara resmi penyatuan Austria dengan Jerman. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:28) Kebijakan tentang Antisemit telah tercium negara-negara lain di dunia. Negara-negara tersebut menyayangkan kebijakan Hitler terhadap orang Yahudi. Negara-negara yang menolak kebijakan Hitler tersebut sebelumnyatelah tergabung dalam Liga Bangsa-Bangsa. Liga Bangsa-Bangsa akhirnya mengadakan konferensi yang diadakan di Evian, Perancis pada tanggal 6 Juli 1938 yang dihadiri 32 negara. Konferensi tersebut membicarakan tentang mempertimbangkan untuk membantu pengungsi-pengungsi Yahudi dari eksekusi NAZI. semua negara yang menghadiri konferensi tersebut menunjukkan ketidaksukaan terhadap perlakuan Jerman. Namun negara-negara tersebut menolak untuk menampung orang-orang Yahudi. Dengan menggunakan cara menetapkan kuota-kuota yang diawasi secara ketat sehingga tidak semua engungsi yang tertampung. Hal ini membuktikan kepada Hitler bahwa negara-negara lain tidak dapat mengusik rencananya untuk membersihkan Yahudi. Selain itu, juga membuktikan bahwa Liga Bangsa-Bangsa tidak memiliki kekuatan riil untuk mengambil tindakan terhadap Jerman.(Judith Sandeen Bartell,2005:19) Sepanjang bulan Maret sampai bulan Oktober 1938 Hitler mengeluarkan berbagai kebijakan baru yang bertujuan untuk membatasi gerak orang Yahudi. Kebijakan tersebut antara lain pada tanggal 26 April, orang-orang Yahudi di Jerman dipaksa untuk mendaftarkan aset-aset kekayaan pada negara. Pada tanggal 14 Juni bisnis orang Yahudi dipaksa untuk melakukan registrasi. Tanggal 25 Juli dokter-dokter Yahudi tidak diperbolehkan melakukan praktek serta para pengacara Yahudi tidak diperbolehkan untuk menjalankan praktek hukumnya. Jalan-jalan yang memakai nama Yahudi diganti. Tanggal 17 Agustus undangundang menetapkan orang Yahudi Jerman ditandai dengan huruf “J” (huruf depan Jews yang berarti Yahudi). Tanggal 28 Oktober 15.000 orang Yahudi tanpa kewarganegaraan akibat adanya Undang-Undang Nuremberg di deportasi ke Polandia. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:157) Merasa tindakan-tindakan yang dilakukan Hitler tidak mendapatkan teguran dari pemimpin negara-negara di dunia, maka aksi Hitler pun menjadi semakin tidak terkontrol. Setelah berhasil menyatukan Austria dengan Jerman secara paksa, Hitler beserta tentara NAZI melakukan parade dengan memasuki Vienna. Parade yang dilakukan Hitler tersebut ternyata tidak mendapatkan reaksi dari negara lain terutama Inggris dan Perancis. Melihat hal tersebut maka Hitler merencanakan invasi lagi dengan merebut wilayah Sudetenland yaitu wilayah Cekoslavia. (Agustinus Pambudi,2005:50) Pada tanggal 26 September 1938 Hitler berpidato dengan mengatakan bahwa Austria telah berada dalam kekuasaan Jerman serta mengklaim area kawasan Czechoslovakia yang dikenal dengan nama Sudetenland dimana etnis Jerman banyak yang tinggal disana. Hitler juga mengatakan bahwa jika terdapat suatu negara yang memiliki sebagian besar warga etnis Jerman maka negara tersebut menjadi milik negara Jerman. Hitler berencana untuk menghancurkan Czechoslovakia menggunakan etnis Jerman yang jumlahnya cukup besar disana. Dengan menjadikan orang-orang etnis Jerman yang tinggal Czechoslovakia tersebut menjadi tentara NAZI. Tentara-tentara baru tersebut berfungsi untuk mengusir penduduk yang bukan etnis Jerman. Untuk melancarkan aksinya, Hitler membuat sebuah kampanye propaganda yang menggambarkan penindasan serta diskriminasi dari bangsa Czech terhadap warga etnis Jerman. Akibat tindakan yang dilakukan Hitler tersebut, malah membuat Hitler kekurangan dukungan dari dalam negara Chezchoslovakia juga mendapat tekanan dari luar negeri yang mengharapkan tidak adanya invasi. Mussolini mendesak Hitler untuk bernegosiasi, sedangkan Inggris mengambil langkah mendukung Czechoslovakia. Hitler memilih menghentikan invasi dan memilih diadakannya negosiasi. Invasi yang dilakukan Hitler berakhir dengan ditandatanganinya Pakta Munich. Dalam perjanjian tersebut, Czechoslovakia menyerahkan kepada Jerman porsi daerahnya yang didiami oleh etnis Jerman yaitu Sudentenland. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:29) Pada tanggal 7 November 1938 tarjadi sebuah peristiwa yang menggemparkan warga Jerman.Ernst Vom Rath yang merupakan seorang diplomat Jerman di kedutaan Paris ditembak oleh Herschel Grynzpan yang merupakan seorang pengungsi Yahudi Polandia. Grynzpan melakukan penembakan dengan alasan dendam, setelah menerima kabar bahwa keluarganya telah diusir dari Jerman dan dideportasi ke kamp pengungsi di perbatasan Polandia-Jerman. (Judith Sandeen Bartell,2005:18) Ernst Vom Rath akhirnya meninggal dunia akibat aksi penembakan tersebut. Setelah kematian Ernst Vom Rath, pada tanggal 9 November 1938 diselenggarakan acara Percobaan Revolusi Burgerbiau Keller di Munich Altes Rathaus (Old Town Hall) dalam rangka memperingati Kudeta Beer Hall. Acara tersebut dihadiri oleh sekumpulan massa veteran partai NAZI. Saat itu Joseph Gobbels sebagai menteri propaganda NAZI Jerman berusaha meminta persetujuan Hitler untuk memberikan kebebasan terhadap pasukan S.A untuk membalas dendam kepada para Yahudi, Hitler pun akhirnya menyetujui. Gobbels memerintahkan diadakan demonstrasi dadakan (Spontaneous Demonstraction) melawan seluruh Yahudi Jerman serta Austria. (Luger Ballack,2007:84) Mendengar tentang kematian Ernst Vom Rath, kebencian rakyat Jerman terhadap orang Yahudi semakin besar. Anti semit warga Jerman pun semakin pada puncaknya pada malam tanggal 9 November 1938. banyak warga Jerman yang mengikuti saran Gobbels untuk melakukan aksi balas dendam, aksi tersebut sering disebut peristiwa Kristallnacht (Malam Kaca Pecah). Selama malam tersebut, tentara NAZI membunuh lebih dari 90 orang Yahudi, melukai ratusan orang, membakar 191 tempat ibadah orang Yahudi, serta merampas ribuan toko dan bisnis Yahudi, mengirimkan orang Yahudi ke kamp konsentrasi. Peristiwa Kristallnacht menandai sebuah tonggak krusial dalam aksi-aksi NAZI melawan Yahudi. Kristallnacht juga merupakan peristiwa kekerasan pertama di era modern yang berskala luas yang diarahkan terhadap orang Yahudi di Eropa Barat. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:81) Setelah peristiwa Kristallnacht, orang-orang Yahudi diperintahkan untuk membayar reparasi sebesar 1 miliar reichmark. Orang Yahudi diwajibkan untuk memperbaiki semua kerusakan dengan biaya mereka sendiri. Orang-orang Yahudi tidak diperbolehkan lagi memiliki bisnis. Orang-orang Yahudi tidak diperbolehkan masuk dalam pentas drama, bioskop, konser atau pameran. Sekitar 26.000 orang Yahudi ditangkap serta dikirim ke kam konsentrasi. Anak-anak Yahudi yang masih bertahan di sekolah-sekolah Jerman di pindahkan ke sekolahsekolah Yahudi. Semua bisnis milik orang Yahudi ditutup, orang-orang Yahudi tidak diperbolehkan berada dalam daerah-daerah tertentu pada waktu-waktu tertentu. Pemerintahan lokal diperbolehkan menghadang orang-orang Yahudi di jalan-jalan, untuk menyerahkan surat ijin berkendara dan registrasi mobil mereka. Orang Yahudi harus menjual bisnis, real estate serta menyerahkan surat berharga beseta perhiasan. Orang Yahudi tidak lagi diperbolehkan memasuki universitasuniversitas Jerman. Semua kebijakan tersebut telah ditetapkan dalam dekrit mengenai Aryanisasi pada tanggal 13 Desember 1938. (Stephane Downing,2007:159) Pada musim dingin tahun 1938-1939 merupakan tahun dimana Hitler melakukan berbagai aksi untuk menunjukkan kepada dunia tentang ambisinya. Hitler merasa yakin bahwa waktunya telah tiba untuk perang melawan Perancis serta Inggris. Namun, Inggris seta Perancis masih mengharapkan peperangan tersebut dapat dihindari. Akibatnya, para pemimpin London serta Paris berusaha keras untuk menyelesaikan permasalahan internasional yang mungkin muncul dan dapat menghindari peperangan. Tanda-tanda Jerman mencari ekspansi lebih jauh membuat pemerintahan Inggris serta Perancis memutuskan bahwa jika pada awal tahun Jerman melakukan aksi tersebut terhadap negara lain dan negara itu menentang, Inggris serta Perancis akan berperang dengan Jerman. Jerman tidak lagi mengindahkan Pakta Munich, hal ini terbukti dengan didudukinya daerah Czechoslovakia pada bulan Maret 1939 sehingga menekan sebagian besar orang Inggris serta Perancis yang telah menandatangani persetujuan tersebut. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:30) Hitler meraih kemenangan dengan cepat, hal ini karena militer Czechoslovakia tidak sebanding dengan militer Jerman sehingga dalam peperangan Jerman tidak mendapatkan suatu perlawanan yang berarti. Direbutnya wilayah tersebut mengakibatkan melambungnya euforia Hitler. Jerman yang terbawa dalam suasana maka mengecilkan keberadaan Inggris serta Perancis yang masih saja bersikap pasif. Menurut Hitler, Inggris serta Perancis takut akan kekuatan Rusia. (Agustinus Pambudi,2005:51) Setelah dapat menguasai Czekoslovakia, korban NAZI berikutnya adalah Polandia. Sejak awal, Hitler menyadari bahwa invasinya ke Polandia akan menyebabkan komplikasi politik yang serius di benua Eropa. Namun, Hitler lebih mencemaskan reaksi Soviet dibanding Inggris dan Perancis. Polandia memang telah menjalin persekutuan dengan Inggris dan Perancis. Namun, mengingat apa yang telah terjadi pada saat NAZI menduduki Austria dan Czekoslovakia, Hitler tidak takut. Negara Inggris dan Perancis tidak akan terjun berperang kecuali jika diserang langsung terlebih dahulu. Dalam kenyataan Hitler lebih takut pada kekuatan militer Soviet. Menurut Hitler kalaupun Inggris dan Perancis menyatakan perang,Hitler masih sanggup menghadapi di front barat tetapi jika dalam waktu yang bersamaan Soviet juga ikut berperang di front timur maka Jerman tak sanggup menghadapi tiga negara sekaligus. Akhirnya Hitler mempersiapkan rencana dengan cara menanda tangani perjanjian tidak saling menyerang (pakta non agresi) dengan stanlin pada 22 agustus 1939.(Agustinus Pambudi,2005:36) Alasan Stanlin bekerja sama dengan Hitler adalah adanya permainan curang dari Inggris serta Perancis. Permainan curang yang dilakukan kedua negara tersebut yaitu dengan memperpanjang negosiasi dengan Stanlin untuk pembentukan organisasi pertahanan kolektif terhadap penyerbu yang mungkin akan muncul serta mengusulkan kondisi-kondisi untuk kesimpulan kesepakatan yang secara jelas tidak dapat diterima oleh Stanlin. Melihat Inggris dan Perancis tidak ingin bekerja sama dengan Republik Sosialis Uni Soviet, demi mempertahankan kedamaian, Stanlin berpikir untuk mempertahankan keamanan negara dengan cara bekerja sama dengan Hitler. (G.F. Alexandrov,2007:152) Tanggal 17 Agustus 1939 mulai direncanakannya penyerangan Jerman terhadap Polandia. Hitler melancarkan taktik liciknya untuk memulai serangan, hal ini dilakukan agar serangan yang dilakukan Hitler sebagai serangan untuk membalas dendam. Penyusunan taktik penyerangan dimulai pada tanggal tersebut, dengan menggunakan 13 narapidana dari kamp konsentrasi di Oranienbug di Jerman Timur. Proyek dengan nama sandi Operasi Barang Kalengan tahap pertama dilakukan pada tanggal 31 Agustus, 12 narapidana yang dipilih tadi diperintahkan untuk menggunakan seragam tentara Polandia sedangkan yang seorang lain tidak. Narapidana yang memakai seragam tentara Polandia tersebut disuntik dengan obat yang mematikan, setelah itu dibawa ke hutan kecil dekat Hochlinde yaitu sekitar 16 kilometer sebelah barat perbatasan Polandia-Jerman. Di sana kedua belas narapidana ditembak, mayatnya diletakkan sedemikian rupa sehingga seolah-olah mereka tewas sewaktu akan menerobos perbatasan Jerman. Taktik yang kedua dilaksanakan pada hari itu juga, dengan menggelandang narapidana yang satu tadi menuju ke Gleiwitz. Operasi ini dibawah kendali Mayor Alfred Naujock. Noujock memerintahkan lima pasukan anggota SS yang menggunakan pakaian sipil untuk menyerbu stasiun radio. Salah satu anggota SS dengan bahasa Polandia mengeluarkan pernyataan yang membakar semangat bahwa Polandia sedang menyerang Jerman serta mengajak seluruh warga Polandia ikut bergabung. Setelah pernyataan tersebut disusul dengan sandiwara perkelahian antara pasukan yang menyamar sebagai warga sipil tersebut dengan petugas radio. Suara keributan tersebut diperdengarkan lewat mikropon lalu disertai dengan suara tembakan. Pada hari berikutnya, pukul 10.00 pagi dalam pidato di depan Reincstag di Berlin, Hitler menyebut sandiwara tersebut sebagai salah satu peristiwa agresi Polandia ke Jerman. Hitler telah mengumumkan bahwa ia telah mengerahkan seluruh kekuatan Jerman untuk maju melawan Polandia. Operasi penyerangan terhadap Polandia disebut dengan Blitzkrieg yang artinya adalah perang kilat. Pasukan terkoordinasi yang terdiri atas divisi panser lapis baja, pembom terbang tinggi, pembom penukik serta infanteri bermotor. Tembakan yang pertama dilepaskan di Danzig, di jalan penghubung Polandia yang memisahkan Prusia Timur dari Jerman. Dikuasainya pelabuhan lama Hanse oleh Polandia pada jaman dahulu menjadi target utama Jerman. Keberhasilan Hitler untuk merebut pelabuhan Hanse kembali ketangan Jerman, memiliki nilai simbolik. Konsep perang Blitzkreig (perang kilat) memiliki keuntungan non militer, konsep perang tersebut akan melahirkan serangan singkat yang menentukan sehingga tidak akan membebani ekonomi Jerman; secara politis, jika Hitler berhasil membawa kemenangan maka hubungan antara Hitler dengan rakyat Jerman akan semakin erat sehingga Hitler akan mendapat keperayaan untuk menguasai Jerman lebih lama lagi. Untuk mewujudkan konsep perang tersebut sangat sulit dilaksanakan karena banyak perwira Jerman yang menentang. Hal ini disebabkan karena jangka waktu sangat singkat, padahal untuk melaksanakan perang kilat membutuhkan perlengkapan maupun persenjataan yang sangat canggih. Pada tahun 1939 tentara Polandia mulai melemah. Kelemahan tentara Polandia disebabkan sebagian karena kekurangan uang, sebagian karena kekurangan tenaga yang terlatih dalam perang berperalatan serba mesin dan sebagian karena kepercayaan diri yang mulai menghilang. Polandia hanya mampu memobilisasi sebagian kecil sebagian kecil angkatan bersenjata, pesawat terbang, tank serta artileri penangkis udara serta anti tanknya yang sudah kuno. Polandia tidak dapat menyediakan senjata serta perbekalan lain kepada pasukannya karena Polandia tidak memiliki pusat industri yang kuat. Dalam perang jangka lama, Polandia harus mendatangkan perbekalan dari luar negeri. Suku cadang kendaraan misalnya, harus didatangkan dari Perancis ke Marseille. Setelah dari Marseille dilanjutkan dengan diangkut dengan kapal barang sejauh 3.200 kilometer melintasi Laut Tengah serta menembus Laut Aegea, Selat Dardanella, Selat Bosporus, dan Laut Hitam. Setelah dibongkar di sebuah pelabuhan Rumania, barang diteruskan dengan kereta satu jalur sejauh 800 kilometer sampai perbatasan Polandia. Dari sana kiriman dipindahkan ke alat angkutan lain dan diteruskan ke front lewat siste, angkutan Polandia yang bahkan untuk kebutuhan di masa damai pun tidak memadai. (Grolier, 1988:18-26) Jerman akhirnya mendapatkan kemenangan atas Polandia. Langkah yang diambil Hitler setelah meraih kemenangan tersebut adalah mengambil anak-anak Polandia yang memiliki karakter Arya dan mengirimkannya untuk dibesarkan oleh warga Jerman. Para pemimpin Polandia ditembak, sementara banyak orang Polandia dipaksa pindah agar penduduk Jerman dapat menetap di wilayah tersebut.(Judith Sandeen Bartell,2005:19) Reaksi Inggris serta Perancis ternyata di luar dugaan pihak Jerman. Kedua negara itu ternyata telah habis kesabarannya terhadap tingkah laku Hitler. Inggris menyatakan perang terhadap pemerintahan NAZI Jerman pada tanggal 3 September 1939, setelah beberapa saat disusul dengan pernyataan perang dari Perancis .(Agustinus Pambudi,2005:54) Pada saat itu, Hitler mengalami masa puncak kejayaannya. Hitler melanjutkan misinya untuk memurnikan ras Arya. NAZI mencari solusi terakhir bagi pertanyaan mengenai nasib orang Yahudi. Para pemimpin NAZI bermaksud untuk menciptakan solusi teritorial bagi orang Yahudi Eropa. Pemimpin S.S merupakan suatu komponen elite partai NAZI dalam memberikan pengajuan usulan dalam menyelesaikan pertanyaan tentang orang Yahudi tersebut. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:82) Jerman mengendalikan serta memusatkan orang Yahudi di bagian kota yang disebut dengan ghetto. Orang Yahudi hanya diperbolehkan untuk membawa sepasang baju ganti serta suatu perlengkapan tidur, juga sedikit jatah makanan. Salah satu fungsi ghetto adalah sebagai tahanan sementara sampai orang Yahudi tersebut sampai dipindahkan ke kamp konsentrasi ataupun kematian. Selama hidup di ghetto, orang Yahudi berusaha mengumpulkan serta menyembunyikan makanan maupun perlengkapan lain dari pengawasan tentara NAZI.(Judith Sandeen Bartell,2005:20) Einsatzgruppen merupakan pasukan pembunuh bergerak yang dibentuk untuk mengikuti tentara Jerman saat menduduki tanah Eropa Timur dan membunuh para Yahudi. Pada tanggal 21 September 1939, Heydrich selaku pemimpin di NAZI mengeluarkan instruksi-intruksi rahasia terhadap pasukan Einsatzgruppen (mobile killing yaitu unit-unit pasukan pembunuh aktif ) untuk mengkonsentrasi orang-orang Yahudi ke ghetto-ghetto di sepanjang jalur kereta api sebagai langkah pertama menuju solusi final atas permasalahan Yahudi. Semua orang Yahudi diharuskan menyerahkan radio-radio pada pihak kepolisian. Pada tanggal 12 Oktober 1939 deportasi orang-orang Yahudi pertama dari Austria dan Moravia ke daerah dudukan NAZI di Polandia. Dikeluarkannya kebijakan tentang biaya reparasi yang harus dibayar oleh orang-orang Yahudi Jerman naik menjadi 1,25 miliar reichmark serta batas pembayaran adalah 15 November 1939. pemberitahuan kepada seluruh penduduk Polandia yang berada dalam kekuasaan NAZI, orang-orang Yahudi Polandia diwajibkan untuk mengenakan tanda bintang kuning (yellow star) sebagai tanda identitas mereka. (Stephane Downing,2007:161) Bulan April 1940, NAZI mendirikan kamp konsentrasi Auschwitz di bawah arahan Heinrich Himler. Auschwitz terletak di Selatan Polandia di luar kota Oswiecin (orang Jerman menyebutnya Auschwitz) di pinggiran Sungai Wisla (Vistula) sekitar 50 km atau 30 mil bagian barat daya Krakow. Pada dasarnya, kamp tersebut tujuannya merumahkan para tawanan perang dari negara Polandia yang telah dikuasai Hitler serta merumahkan tawanan dari kamp konsentrasi yang ada di Jerman. (George Sanford, Gerhard L. Weinberg,2007:103) Selama Perang Dunia, kamp-kamp konsentrasi untuk orang-orang Yahudi dan mereka yang dianggap ”berbahaya” tersebar di seluruh Eropa, dengan kamp-kamp baru yang dibangun dekat pusat-pusat populasi-populasi mereka yang dianggap ”berbahaya”, seringnya di daerah-daerah yang banyak orang Yahudi, kaum terpelajar Polandia, kaum komunis, atau populasi Roma dan Sinti (Gipsi). Kamp-kamp konsentrasi juga ada di Jerman sendiri. Kebanyakan kamp-kamp ini dialokasikan di daerah dudukan General Goverment di Polandia, namun ada juga kamp-kamp di setiap negara yang diduuki oleh Nazi. Pemindahan para narapidana seringnya dilakukan dalam kondisi yang menakutkan dengan menggunakan gerbong-gerbong barang. Banyak dari para narapidana yang meninggal sebelum mereka sampai ke tempat tujuan mereka. Sebagai tanda ijin masuk ke kampkamp, para narapidana sering ditato dengan sebuah tanda pengenal (Prisoner ID). Mereka yang layak bekerja dikirim untuk bekerja 12 hingga 14 jam per hari. Sebelum dan sesudah, akan ada panggilan bergilir yang dapat berlangsung selama beberapa jam; kadang-kadang, narapidana ini meninggal karena kelelahan. (Stephane Downing, 2007 : hal 25) Untuk mewujudkan cita-cita Hitler untuk menyatukan Eropa dalam satu kepemimpinan maka setelah menyerang Polandia Hitler semakin bernafsu menyerang negara-negara sekitar yang belum berhasil Hitler dikuasai. Pada tanggal 6 Oktober 1939 Hitler menawarkan perjanjian dengan Perancis serta Inggris. Perjanjian tersebut ditolak oleh Inggris serta Perancis sehingga menyulut adanya peperangan. Hitler pun mulai menyusun rencana untuk berperang melawan dua negara besar tersebut pada tanggal 10 Januari 1940. Namun, rencana terebut diundur karena bocor ke pihak musuh. Selain itu, pada saat tersebut sedang musim salju. Pada tanggal 3 April 1940, pihak Inggris menerima laporan dari intelnya bahwa Jerman sedang bersiap-siap untuk menyerang Skandinavia dengan menggunakan tujuh divisi pasukan yang terdiri dari 4.000 orang dan 8.00 pesawat perang. Negara yang pertama kali diserang adalah Denmark yang dengan mudah ditundukkan pada tanggal 9 April. Pada hari yang sama, pasukan Hitler juga menyerang Norwegia. Meskipun Inggris dan Perancis sempat memberi bantuan, akhirnya Norwegis menyerah pada tanggal 7 Juni. Ketika sedang melawan Norwegia, Jerman juga melakukan persiapan perang terhadap Perancis, tepatnya pada tanggal 9 Mei 1940. Kekuatan yang dikerahkan Jerman sebanyak 134 divisi, sedangkan pasukan gabungan Perancis pada saat itu 135 divisi. Untuk menyerang Perancis harus melewati negara-negara Skandinavia, maka negara-negara tersebut harus ditaklukkan terlebih dahulu. Negara-negara tersebut adalah Belanda, Belgia serta Luxemburg. Ketiga negara itu diserang Jerman dalam jangka waktu yang berdekatan. Negara yang paling mudah ditaklukkan adalah Luxemburg yang merupakan negara kecil. Belanda diserang pada tanggal 10 Mei sedangkan Belgia diserang pada tanggal 11 Mei. Waktu yang dibutuhkan oleh Jerman untuk menaklukkan Belanda hanya sekitar lima hari sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh Jerman untuk menaklukkan Belgia lebih lama dari pada Belanda. Hal ini disebabkan adanya bantuan dari Inggris serta Perancis. Tetapi, akhirnya Belgia menyerah kepada Jerman pada tanggal 28 Mei karena pasukan sekutu ditarik untuk membantu pasukan di Perancis. Penyerangan Jerman terhadap Perancis dilakukan bersamaan dengan penyerangan terhadap Belgia. Serangan dimulai dari daerah perbatasan Perancis yaitu Ardenes dan terus menuju Paris. Pada tanggal 14 Juni pasukan Jerman berhasil masuk Paris. Perancis secara resmi menyerah pada tanggal 22 Juni. Perancis merupakan negara besar pertama dan terakhir yang berhasil dikuasai oleh Jerman. Sementara itu, serangan Jerman ke Inggris Dan Rusia mengalami kegagalan. Hal tersebut disebabkan banyak hal, seperti adanya musim dingin, kurangnya penguasaan medan tempur, serta teknologi dan kemampuan persenjataan yang masih kurang canggih dibandingkan dengan pihak musuh. ( Luger Ballack,2007:37) Dalam penyerangan Jerman secara besar-besaran ini, Jerman menjalin kerja sama dengan Jepang serta Italia. Kesepakatan kerja sama tersebut ditandatangani pada tanggal 27 September 1940. kerja sama ketiga negara tersebut dikenal dengan sebutan Aliansi Axis. Pada bulan Februari 1941, Hitler mengeluarkan perintah kepada Jenderal Rommel agar menyerang Libya. Negara Hungaria bergabung dengan Aliansi Axis pada tanggal 20 November, disusul dengan Rumania serta Slovakia. Pada tanggal 6 April 1941, pasukan udara Jerman menyerang Beograd, Yugoslavia. Yugoslavia menyerah dua minggu kemudian. Sementara itu, dalam rangka persiapan menyerang Rusia, Jerman terlebih dahulu menyerang Kreta yang akan digunakan sebagai pusat armada pesawat tempur Luftwaffe. Operasi tersebut dilaksanakan pada tanggal 25 April yang dikenal dengan Operasi Merkuri. (Luger Ballack, 2007:40) Di lain pihak, Hitler juga mengambil kebijakan di dalam negeri dengan mengeluarkan kebijakan rasialnya. Sejumlah pembantaian terencana (pograms) pada populasi-populasi lokal terjadi selama Perang Dunia II, beberapa dengan dorongan Nazi, dan beberapa terjadi secara spontan. Hal ini termasuk pogram NAZI di Romania pada tanggal 30 Juni 1941 di mana 14.000 orang Yahudi dibunuh oleh warga dan polisi Romania, dan pogram Jedwabne yang menewaskan antara 380 hingga 1.600 orang Yahudi oleh warga lokal Polandia. Catatan-catatan yang dimiliki oleh Reichssicherheitshauptamt (Reich Security Main Office – Kantor Utama Keamanan Reich) menunjukkan bukti penganiayaan. RSHA Amt VII, Written Records – yang diawasi oleh Profesor Franz Six – bertanggung jawab atas tugas – tugas ”ideologi”, yang tujuannya adalah terciptanya propaganda anti-semitik (anti-semitic). Walaupun jumlahnya tidak diketahui secara akurat, namun diperkirakan antara 80.000 hingga 200.000 orang Freemason dibantai di bawah rezim Nazi. Tahanan-tahanan kamp konsentrasi yang merupakan orang Free-masonik digolongkan narapidana-narapidana ”politik”, dan mengenakan tanda segitiga merah (red triangle) terbaik. (Stephane Downing, 2007:27) Pada 2 Juli 1941, Reinhard Heydrich, kepala Sicherheitsdienst (SD; Pasukan Keamanan Jerman dan figur instrumental dalam mengorganisasi pembasmian umat Yahudi, mengeluarkan Perintah Pemimpin Partai untuk mengeksekusi orang Yahudi yang mempunyai posisi resmi dalam administrasi Soviet. Namun, komandan Einsatzgruppen secara luas menerjemahkan perintah ini dengan memaknainya sebagai semua lelaki dewasa Yahudi. Sejumlah besar dari mereka segera menembak tanpa memerhatikan apakah mereka mendapatkan posisi atau jabatan di dalam kekuasaan Soviet secara resmi atau tidak. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007:84) Pada tanggal 19 Juli 1942, Heindrich Himmler memerintahkan mulainya deportasi orang-orang Yahudi dari ghetto-ghetto ke kamp-kamp kematian. Pada tanggal 22 Juli 1942, deportasi-deportasi dari Ghetto Warsaw dimulai; 52 hari kemudian (hingga 12 September 1942) kira-kira 300.000 orang dipindahkan dengan menggunakan kereta api ke kamp pemusnahan Treblinka, hanya dari Ghetto Warsaw saja. Banyak ghetto-ghetto lainnya yang hampir kosong. Ghetto pertama yang memberontak terjadi pada bulan September 1942 di kota kecil Lachwa di Polandia Selatan. Walaupun terdapat pula usaha-usaha perlawanan bersenjata di ghetto-ghetto yang lebih besar pada tahun 1943, seperti di Pemberontakan Ghetto Warsaw (Warsaw Ghetto Uprising) dan Pemberontakan Ghetto Bialystok (Bialystok Ghetto Uprising), namun pada setiap kasus mereka gagal melawan pasukan militer Nazi, dan sisa-sisa orang Yahudi yang lain dibunuh atau dikirim ke kamp-kamp pemusnahan. (Stephane Downing, 2007: 29) Pada Agustus 1941, pembunuhan diperluas dengan memasukkan wanita dan anak-anak. Misainya, pada 1 Agustus 1941, Heinrich Himmler, kepala SS, mengeluarkan sebuah perintah kepada unit-unit SS untuk mempersiapkan penyisiran pada Pripet Marshes di Belarus: ”Semua lelaki Yahudi harus ditembak. Sedangkan wanita Yahudi harus digelandang ke rawa-rawa yang penuh dengan endemi malaria. ”Pejabat SS yang terbebani operasi tersebut menasihatkan kesuperiorannya bahwa ”Menggelandang wanita dan anak-anak ke rawa-rawa tidak memiliki tingkat keberhasilan yang diinginkan karena, rawa-rawa tidak cukup dalam bagi kaum Yahudi untuk ditenggelamkan.” Dimulai pada akhir September 1941, pasukan Jerman melaksanakan aksi berskala besar di mana, seluruh masyarakat Yahudi dihancurkan. Misalnya, 33.000 umat Yahudi di Kiev, Ukraina dibunuh pada 29 dan 30 September 1941, dalam sebuah jurang di pinggiran Kiev yang disebut Babi Yar. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 85) Musim semi tahun 1941, ketika melakukan persiapan diam-diam untuk melakukan invasi terhadap USSR, Hitler memproklamasikan bahwa sebuah perang penghancuran akan dimulai. Dia menyebut pembasmian bagi kepemimpinan Bolshevik, sehingga hal itu mendasari pembantalan dari apa yang Hitler anggap menjadi sumber Bolshevisme biologis: kaum Yahudi USSR. Pembunuhan dilakukan oleh empat unit SS yang disebut Einsatzgruppen (skuad aksi), yang masing-masing terdiri dari 1.000 orang. Selain Einsatzgruppen, ada juga unit SS dan polisi lain yang bertugas untuk menembak orang Yahudi yang berkumpul di depan galian kuburan massa orang Yahudi sendiri. Pada banyak peristiwa setelah kampanye militer yang dimulai pada Juni 1941, tentara Jerman diminta untuk memberikan dukungan kepada unit-unit SS dan polisi. Jadi, total jumlah orang Jerman yang terlibat dalam penembakan massal orang Yahudi adalah sekitar 30.000. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007:84) Di akhir tahun, 1941, kelompok Nazi pun mulai mendeportasi semua kaum Yahudi yang berada di Eropa ke bagian Timur (Polandia dan Uni Soviet bagian barat) agar bisa memusnahkan mercka. Pada waktu itu, di Jerman mereka sudah menjalankan program pemusnahan tersebut, tapi itu dilakukan untuk orangorang yang secara fisik cacat atau mereka yang mengalami cacat mental. Dalam program yang disebut eutanasia, yang dimulai pada akhir tahun 1939, para. dokter Nazi membunuh orang Jerman dengan cacat mental atau fisik. Sepuluh ribu orang dibunuh, kebanyakan dari mereka dibunuh dengan cara diberikan kantong metal berukuran besar yang.berisi gas karbon monoksida. Selain itu, banyak juga dari mereka yang dibunuh dalam gerbong berisi gas mematikan. Hitler memerintahkan program eutanasia tidak dilanjutkan pada Agustus 1941 karena itu menyebabkan kegelisahan publik. Namun, pengalaman yang didapatkan tersebut malah digunakan dalam ”solusi final”, sebuah program pembunuhan bagi semua kaum Yahudi yang ada di negara-negara yang diduduki Nazi yang terkenal itu. Gerbong gas mematikan dan personel mereka dari program eutanasia dikirim ke Eropa timur dan ditempatkan pada pembuangan Odilo Globocnik, pejabat SS yang diserahi tugas di area Lublin di negara Polandia yang sudah diduduki Nazi. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007:86) Pada bulan Desember 1941, pasukan Nazi membuka kamp Chelmno, kamp pertama dari 7 kamp-kamp pemusnahan lainnya, yang dibangun dengan tujuan untuk pembantaian massal dengan skala indusri (besar), berlawanan dengan kamp-kamp kerja paksa dan konsentrasi. Lebih dari tiga juta orang Yahudi meninggal di kamp-kamp pemusnahan ini. (Stephane Downing, 2007 : hal 33) Tim eutanasia tiba di timur pada akhir 1941, mereka mulai merencanakan konstruksi fasilitas pembunuhan. Dari September hingga Desember 1941, mereka menguji jenis gas beracun yang berbeda. Pada September 1941, mereka menjalankan eksperimen gas sianida di Auschwitz, dengan membunuh 600 tawanan perang dari Soviet dengan gas sianida yang dihasilkan dari ZyklonB, nama komersial bagi sebuah pestisida yang didasarkan pada zat asam hidrosianik (hydrocyanic acid). Pada November 1941, 30 tawanan dibunuh dalam sebuah gerbong berisi gas di kamp konsentrasi Sachsenhausen, di utara Berlin. Pada kamp konsentrasi Chelmno, tidak jauh dari Udi, tempat perkampungan besar Yahudi di Polandia barat, pembunuhan dengan gas beracun dimulai pada 8 Desember 1941. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 87) Ketika Nazi memperbaiki teknik pembunuhan dengan gas, mereka pun memutuskan untuk mendeportasi semua kaum Yahudi dari negara Eropa yang mereka duduki menuju kamp kematian di timur. Negara-negara dari tempat umat Yahudi diderpotasi termasuk negara-negara di bawah pendudukan jerman seperti Norwegia, Prancis, Netherland, Belgia, Luxemburg, Czechoslovakia, Polandia, Yugoslavia, dan Yunani -dan juga negara-negara yang beraliansi dengan Jerman. -seperti Italia dan Hungaria. Pada 20 januari 1942, sebuah pertemuan pejabat tingkat tinggi dikepalai oleh Heydrich bersidang di sebuah rumah milik SS di Berlin sebelah Wannsee. Pertemuan ini dikenal dengan Konferensi Wannsee. Dibekali surat panggilan untuk menghadiri Konferensi Wannsee, ada arahan dari pemimpin Nazi Hermann Goring kepada Heydrich untuk mempersiapkan. sebuah ”solusi final” di seluruh Eropa untuk menjawab pertanyaan mengenai mau diapakan umat Yahudi itu. Heydrich berkata pada para. peserta konferensi bahwa umat Yahudi yang tidak bisa bekerja dibunuh saja dan orang Yahudi yang tetap hidup dan menunjukkan stamina fisik yang prima dijadikan buruh, baru kemudian setelah itu ada alasan untuk membunuhnya. Konferensi Wannsee menjadi papan arah yang penting bagi evolusi kebijakan pemusnahan, sebab dari konferensi itulah para. peserta diinstruksikan untuk mengoordinasikan usaha-usaha pemusnahan umat Yahudi. Pendeknya, setelah Konferensi Wannsee, pemusnahan umat Yahudi di Eropa diintensifkan. Baris pertama adalah tiga juta orang Yahudi Polandia. Pada Juli 1942, Himmler membuat sebuah jadwal untuk melakukan eliminasi mereka di kamp-kamp kematian. Selama operasi ini, yang mempunyai nama kode Operation Reinhard, tiga pusat ruang gas utama dibangun: Belzec dan Sobibor, di tenggara Polandia tidak jauh dari Lublin, dan terakhir Treblinka, timur laut Warsawa. Proses pembunuhan dengan gas itu dimulai di tiga kamp tersebut dalam periode dari Maret hingga Juli 1942. Dari 750.000 hingga 950.000 orang Yahudi dibunuh dengan gas di Treblinka; dari 500.000 hingga 600.000 di Belzec; dan sekitar 200.000 di Sobibor. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007:89) Sedangkan kamp-kamp yang lain dibangun dengan mengombinasikan tempat buruh bekerja dan fasilitas pemusnahan. Dua kamp yang dibangun dekat Auschwitz (Oswiecim di Polandia), sebuah kota kecil di kawasan Silesia Atas. Kamp paling kecil dikenal sebagai Auschwitz I. Sedangkan kamp paling besar disebut Auschwitz II dan juga dikenal sebagai Birkenau. Kebanyakan proses pembunuhan terjadi di kamp terbesar: sekitar 1 juta orang Yahudi mati di sana dengan cara dimasukkan ke dalam gas beracun, dibiarkan kelaparan, xtau karena penyakit. Pada saat yang sama, orang Yahudi Polandia juga dikirim ke kamp kematian. ini dan kemudian dibunuh di sana. Juga terjadi penderpotasian kaum Yahudi dari bagian Eropa lain yang diduduki Nazi menuju timur, yakni kawasan kamp konsentrasi. Di berbagai negara. Eropa, tim SS dikirimkan untuk langsung menggelandang dan mendeportasi kaum Yahudi dengan kereta api ke pusat-pusat pembunuhan dan kamp-kamp konsentrasi di Polandia. Operasi ini diawasi langsung oleh Adolf Eichmann yang bekerja di bawah koordinasi langsung Heydrich dan dipercaya untuk bertanggung jawab melaksanakan dan mengoordinasi ”solusi final” tersebut. Tugas mereka dilakukan dalam beberapa tahap: Pertama anggota dari sebuah komunitas Yahudi yang paling miskin dikumpulkan, kemudian orang Yahudi asing dan pengungsi Yahudi, dan tahapan akhirnya adalah sisa komunitas Yahudi. Sebagian orang Yahudi di Eropa barat digelandang menuju berbagai perkampungan Yahudi di timur dan kemudian dikirim ke kamp-kamp konsentrasi. Sedangkan yang lain dikirimkan secara langsung ke pusat-pusat pembantaian. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007: 90) Pada tahun 1942, pasukan Nazi memulai tahapan penghancuran masa Holocaust mereka yang paling parah, dengan Aktion Reinhard, pembukaan kampkamp Belzec, Sobibor, dan Treblinka. Lebih dari 1,7 juta orang Yahudi dibunuh di ketiga kamp Aktion Reinhard ini pada bulan Oktober 1943. Kamp kematian (death camp) terbesar yang dibangun adalah kamp AuschwitzBirkenau, yang memiliki sebuah kamp kerja paksa (Auschwitz) dan sebuah kamp pemusnahan (Birkenau). Kamp Birkenau memiliki empat kamar gas dan kremasi. Di kamp inilah diperkirakan 1,6 juta orang Yahudi meninggal (termasuk kira-kira 438.000 orang Yahudi dari Hungaria hanya dalam waktu beberapa bulan), 75.000 orang Polandia dan pria-pria homoseksual, dan 19.000 orang Roma. Pada puncak operasi-operasi ini, kamar-kamar gas Birkenau menewaskan kira-kira 8.000 orang per hari. Pada saat para tahanan memasuki kamp-kamp ini, semua barang berharga diambil paksa, dan para tahanan wanita harus mencukur habis rambut mereka. Berdasarkan dokumen Nazi, rambut-rambut ini digunakan untuk membuat stocking. Para narapidana dibagi menjadi dua kelompok: mereka yang terlalu lemah untuk bekerja segera dieksekusi di kamar-kamar gas (yang biasanya disamarkan dengan ruang-ruang mandi) dan mayatmayat mereka langsung dibakar, sementara yang lain pertama-tama digunakan sebagai pekerja paksa di pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan industri yang berlokasi di dalam atau di dekat kamp. Sepatu-sepatu, stocking-stocking, dan bahan-bahan lainnya yang berharga milik para narapidana didaur ulang menjadi produk-produk yang bermanfaat untuk mendukung usaha perang Nazi, tanpa mempedulikan apakah narapidana tersebut akan dibunuh atau tidak. Beberapa narapidana dipaksa bekerja di tumpukan atau pembuangan mayat, dan disuruh untuk mencabut gigi-gigi emas dari mayat-mayat. (Stephane Downing, 2007:34) Berdasar data-data yang tersedia, telah dideterminasi bahwa Jerman membuat satu seri kamar gas ukuran besar (untuk 3 atau lebih terhukum). Kamar gas ini digunakan untuk tujuan eksekusi dan mulai berfungsi pada akhir 1941 sampai akhir 1944.Diawali dengan tempat yang diduga sebagai kamar gas pertama di lantai dasar di Auschwitz I, dua rumah pertanian yang diubah fungsi di Birkenau (Auschwitz II) yang dikenal sebagai Rumah Merah dan Putih atau bunker 1 dan 2. Krema I di Auschwitz dan Krema II, III, IV, V di Birkenau serta fasilitas percobaan di Majdanek, diduga telah menggunakan asam sianida dalam bentuk Zyklon B sebagai gasnya. Di Majdanek diduga juga menggunakan gas karbon monoksida (CO).Menurut literatur resmi yang terdapat di Museum Negara bagian Auschwitz dan Majdanek, fasilitas eksekusi ini berlokasi di kompleks konsentrasi dibangun di area padat industri. Para tahanannya dipekerjakan sebagai buruh kerja paksa di pabrik-pabrik yang memproduksi material untuk keperluan perang. Fasilitas-fasilitas juga termasuk krematorium untuk pembuangan orangorang yang dieksekusi.Sebagai tambahan, fasilitas-fasilitas lain yang diduga hanya menggunakan CO sebagai gas eksekusi berlokasi di Belzec, Sobibor, Treblinka, dan Chelmno. Fasilitas-fasilitas tambahan ini kabarnya dihancurkan selama atau setelah perang dunia II, tidak diperiksa, dan tidak secara langsung menjadi subyek laporan ini. Gas karbon monoksida (CO), bagaimanapun akan dipertimbangkan secara ringkas pada bagian ini. Gas CO adalah gas eksekusi yang relatif lemah. Gas ini butuh waktu yang sangat lama untuk memberikan efek mematikan, mungkin selama 30 menit. Bila sirkulasi tidak bagus dibutuhkan waktu lebih lama lagi. Agar gas CO dapat digunakan, dibutuhkan 4000 ppm CO untuk membuat tekanan dalam kamar mendekati 2,5 atmosfer. Sebagai tambahan CO 2 (karbon dioksida) juga disarankan. CO2 tidak seefektif CO. Gas-gas ini diduga diproduksi melalui mesin diesel. Mesin diesel memproduksi gas yang sangat sedikit mengandung karbon monoksida. Kamar gas harus diberi tekanan dengan udara atau campuran gas supaya memiliki gas yang mematikan. Karbon monoksida dalam konsentrasi 3000 ppin atau 0,30% akan mengakibatkan mual dan sakit kepala setelah paparan selama satu jam dan mungkin kerusakan jangka panjang. Konsentrasi 4000 ppm ke atas akan berakibat fatal untuk paparan di atas 1 jam. Akan disampaikan bahwa sebuah kamar yang diisi sesuai kapasitasnya, dengan orang-orang yang menempati hampir 9 kaki persegi atau kurang (minimal area yang dibutuhkan untuk memastikan sirkulasi gas di sekitar penghuni), penghuni akan mati lemas akibat kekurangan udara. Itu sebelum gas tambahan memberikan efek. Demiklanlah penutupan yang sederhana untuk eksekusi di tempat yang terbatas akan menyingkirkan kebutuhan CO dan CO2 dari sumber luar.Fasilitas eksekusi di Auschwitz I (Krema 1) dan Majdanek masih ada dan diduga masih dalam bentuk aslinya. Di Birkenau, Krema II, III, IV, dan V dirobohkan sampai pondasinya. Bunker I (Rumah Merah) hilang dan Bunker II (Rumah Putih) telah diperbaiki dan digunakan sebagai rumah pribadi. Di Majdanek, minyak pembakar utama telah dipindahkan dan krematorium dengan kamar gas dibangun ulang derigan oven-oven yang masih asli.Krema I di Auschwitz, Krema II, III, IV, dan V di Birkenau, juga krematorium yang ada di Majdanek diduga kombinasi krematorium dan kamar gas. Rumah Merah dan Putih di Birkenau diduga hanya digunakan untuk kamar gas. Di Majdanek, kamar gas eksperimen tidak berdampingan dengan krematorium. Dan krematorium terpisah yang sekarang sudah tidak ada. (Stephane Downing, 2007 : 99- 101) Negara Yang Terlibat Dalam Holocaust 1) Bulgaria Di beberapa daerah Yunani Utara serta Macedonia, pemerintahan setempat tidak menghalangi pendeportasian orang-orang Yahudi di daerah tersebut menuju ke kamp konsentrasi Jerman. 2) Italia Di negara Italia, pada tahun 1938 telah terdapat undang-undang yang membatasi tentang kebebasan-kebebasab sipil orang Yahudi. Masa pemerintahan Mussolini, tidak pernah mengesahkan kebijakan untuk mendeportasikan orangorang Yahudi ke kamp konsentrasi. Tetapi, setelah jatuhnya pemerintahan Mussolini, orang-orang Yahudi mulai dideportasikan ke kamp konsentrasi. Keikutsertaan Italia dalam peristiwa holocaust, terbukti dengan ditemukannya kamp-kamp kecil yang dibangun di Italia yang diberi nama Risvera di Sabba yang memiliki kamar kremasi. Kamp Risvera berhasil membunuh 2.000 sampai 5.000 orang Yahudi. 3) Romania Antonescu Romania Antonescu bertanggung jawab langsung atas kematian 280.000 sampai 380.000 orang Yahudi. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya bukti sebuah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintahan Romania yang berisi: “Dari semua sekutu NAZI Jerman, Romania bertanggung jawab akan lebih banyak kematian orang-orang Yahudi daripada negara-negara lain selain Jerman sendiri. Pembantaian yang dilakukan di Lasi, Odessa, Bogdanovka, Domanovka, serta Pecioza adalah aksi yang paling mengerikan yang pernah dilakukan terhadap orang-orang Yahudi selama masa holocaust.” Dalam kerjasama dengan pasukan Einsatzgruppen Jerman dan pasukan pembantu Ukaina, bangsa Romania membunuh ratusan ribu orang Yahudi di Bessarabia, Bukovina Utara serta Transnitria, pembunuhan massal yang dilakukan di Romania pada tanggal 21 dan 31 Desember 1941. Bangsa Romania melakukan pembunuhan massal di kamp Domanevka serta Akhmetchetka. 4) Hungaria Pada masa Horthy Hungaria, negara tersebut telah berhasil mendeportasikan sebanyak 20.000 orang Yahudi dari negara gabungan Transcarpathian Ukaina, pada tahun 1941 ke Kamianets Podilskyi di daerah dudukan Jerman. Pembantaian massal yang dilakukan oleh pasukan Einsatzgruppen Jerman. Pada bulan Januari 1942 Angkatan Hungaria serta unitunit kepolisian membunuh ribuan orang Yahudi di Novisad. Tetapi pada rezim Horthy Hungaria, Hungaria menolak mendeportasi orang Yahudi- Hungaria. Masa akhir Perang Dunia II Rezim Horthy kehilangan kekuasaan sehingga diganti dengan Partai Arraow Cross, dimana partai tersebut adalah partai NAZI versi di Hungaria. Kepolisian Hungaria tetap bekerja sama dengan pasukan S.S dalam pengumpulan 440.000 orang Yahudi untuk dideportasikan ke kamp pemusnaham. Selain itu, 20.000 orang Yahudi Budapest ditembak mati di dekat sungai Dunabe, sekitar 70.000 orang Yahudi lainnya ditembak mati. 5) Slowakia Slowakia membantu NAZI Jerman dalam masa holocaust yaitu pada masa rezim Tisoslowakia. Rezim tersebut berhasil mendeportasi sekitar 70.000 orang Yahudi. 65.000 orang Yahudi diantaranya dibunuh, sisanya digunakan untuk kerja paksa. Dalam masa holocaust, terdapat negara-negara Eropa yang ikut berperan dalam membantu NAZI. Peran serta negara Eropa tersebut adalah dalam pengumpulan orang-orang Yahudi untuk dideportasi ke kamp pemusnahan Jerman atau partisipasi langsung dengan membunuh orang-orang Yahudi sendiri. 1) Vichy Perancis Philipphe Petain adalah seorang perdana menteri Perancis yang baru saja diangkat setelah Perancis jatuh ke tangan Jerman. Petain kemudian diangkat oleh Jerman menjadi kepala pemerintahan yang diberi nama Vichy yang dikolaborasikan dengan paham NAZI. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk memperkecil kekerasan dari pendudukan Jerman. Antisemitisme seperti yang diperlihatkan Dreyfus Affair pada akhir abad ke-19 telah menybar ke wilayah Perancis. Pemerintahan Vichy dengan tidak sabar berpartisipasi pada masa holocaust, sebagai contoh adanya peristiwa Rafle du Vel’d hiv pada tanggal 16 Juli 1942 yaitu 12.884 orang Yahudi ditangkap, termasuk 4.051 anak-anak cacat. Setelah itu, orang-orang Yahudi tersebut dikirim ke kamp transit di Drancy. Selain itu, adanya warga Perancis yang bernama Klaus Barbie yang berhasil menangkap dan mendeportasi 44 anak Yahudi yang disembunyikan di desa Izieu, membunuh pemimpin perlawanan bernama Jean Maulin serta bertanggung jawab atas pendeportasian 7.500 orang, pembantaian 4.342 orang juga penangkapan dan penyiksaan 14.311 pejuang perlawanan. 2) Ustase Kroasia Rezim Ustase Kroasia menyebabkan tewasnya ratusan ribu orang Serbia, 20.000 orang Yahudi, 26.000 orang Roma, khususnya di kamp konsentrasi Ustase di Jesenovac dekat Zagreb. Rezim tersebut juga mengirim 7.000 orang Yahudi menuju kamp konsentarsi Jerman. 3) Serbia Serbia menjadi negara boneka NAZI dibawah Jenderal Angkatan Darat Serbia yaitu Milan Nedic. Urusan dalam negeri Serbia disesuaikan dengan undang-undang rasial Jerman yang telah diperkenalakan ke semua daerah dudukan Jerman. Hal tersebut secara langsung berimbas terhadap orang Yahudi. Terdapat dua kamp konsentrasi di Serbia yaitu Sajmiste serta Banjica. Dari 40.000 orang Yahudi Serbia ditangkap dan sekitar setengahnya tewas di kamp NAZI di Serbia serta reichs Jerman. NAZI mengeluarkan suatu kebijakan yang dirasakan sangat sewenang-wenang. Kebijakan tersebut adalah, jika terdapat seorang tentara Jerman yang tewas maka 100 orang Serbia yang bertanggung jawab atas kematian tersebut. Selain itu jika terdapat seorang tentara Jerman yang luka maka 50 orang Serbia harus dibunuh. Kebijakan tersebut menambah rasa kebencian warga Serbia terhadap tentara NAZI, dan akhirnya menimbulkan perlawanan. Perlawanan warga Serbia tersebut bekerja sama dengan orang Yahudi Serbia, keduanya merasa memiliki persamaan nasib dan juga persamaan dalam tujuan. Maka tidak heran, pada akhir Perang Dunia II nanti akan terdapat 152 orang Serbia yang mendapatkan penghargaan dari orang Yahudi karena telah bekerja sama untuk menyelamatkan orang Yahudi selama peristiwa holocaust. 4) Yunani Orang-orang Yahudi Yunani kebanyakan tinggal di daerah sekitar Tesalonika. Daerah tersebut banyak terjadi konflik antara Yahudi dengan Yunani. Pada daerah tersebut telah ada partai yang bernama National Union of Grecee atau Ethniki Enosis Ellados atau yang disingkat dengan EEE. Partai tersebut pada awalnya sudah dibubarkan tetapi dihidupkan kembali oleh NAZI karena memiliki kesamaan yaitu antisemitisme.anggota EEE mendesak kepada partai NAZI agar mengidentifikasi orang-orang Yahudi serta berpartisipasi terhadap pendeportasian orang Yahudi. Hal tersebut dilakukan atas dasar kebencian etnik atau dapat juga dengan alasan seperti keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Korban NAZI tidak hanya orang-orang Yahudi saja tetapi orang-orang yang dianggap perilakunya menyimpang atau juga orang-orang yang dianggap menghambat kemurnian ras Arya. Korban NAZI selain orang-orang Yahudi antara lain: 1) Orang lumpuh Orang lumpuh digolongkan oleh Hitler sebagai orang yang tidak layak hidup. Penggolongan yang pada awalnya hanya mencangkup anak-anak Yahudi yang pincang, menjadi meluas hingga akhirnya penggolongan mencangkup semua orang Yahudi dan non Yahudi yang pincang,pecandu alkohol, gelandangan, penderita TBC, penderita kanker, serta bayi yang menderita Down Sindrome, Hydrocephalus. Para korban yang masuk dalam penggolongan orang yang tidak layak hidup tersebut dimusnahkan dengan program euthanasia. 2) Homoseks Penganiayaan NAZI atas homoseks disetujui secara luas oleh penduduk Jerman. Homoseksualitas telah digolongkan sebagai tindak kriminal di Jerman selama ratusan tahun. NAZI pun mengambil tindakan terhadap mereka yang ditemukan bersalah atasnya. NAZI menganggap homoseksualitas sebagai ancaman atas moralitas Jerman, kekuatan militer,kemurnian serta pembentukan ras Arya. Satuan Polisi Kriminal Khusus dibentuk untuk memerangi homoseksualitas. Pada tahun 1943 Himler mengeluarkan perintah rahasia untuk mengeksekusi semua SS serta polisi yang ketahuan menjadi gay atau telah berencana melakukan tindakan homoseks. Para homoseks ditangkap dan selanjutnya dikirim ke kamp konsentrasi. Dalam kamp konsentrasi, para homoseks dapat dikenali dengan tanda segitiga merah muda. Dalam menyembuhkan orang-orang tersebut, banyak para homoseks dijadikan sebagai bahan eksperimen pseudomedis dengan menggunakan bahan kimia berbahaya. Pelaku homoseksual yang selamat atas peristiwa holocaust setelah Perang Dunia II tidak mendapatkan ganti rugi. Hal ini terjadi karena masyarakat Jerman yakin bahwa perilaku homoseksual adalah sesat dan penderitaan yang mereka alami dibenarkan. 3) Penganut Jenovah Penganut Jenovah merupakan orang Jerman dimana doktrin mereka tidak mengakui fuhrer State (Bapak Negara) yaitu Adolf Hitler, tetapi mempercayai Kingdom of Jenovah. Organisasi penganut Jenovah dianggap terlarang meskipun pada kenyataannya secara religius penganut Jenovah juga merupakan religius penganut Jenovah juga merupakan religius penganut Jenovah juga merupakan religius penganut Jenovah juga merupakan religius penganut Jenovah juga merupakan anti-semit. Anak anak penganut Jenovah dipisahkan dari orang tuanya untuk dipelihara oleh negara. Para penganut Jenovah merasa nasib yang dialami sekarang adalah bukti untuk masa depan keselamatan sehingga para penganut Jenovah ini sangat mamatuhi perintah penjaga kamp. 4) Orang Gipsi/ Roma Seperti halnya orang Yahudi, orang Gipsi merupakan kaum minoritas yang diasingkan oleh masyarakat Jerman. Pada tahun 1936 orang Gipsi digolongkan sebagai asosial dan kantor pusat Jerman untuk Pemberantasan Ancaman Gipsi dibentuk. Penggolongan orang Gipsi tersebut dilengkapi dengan foto serta cap jari. 5) Tawanan Perang Soviet Dengan invasi NAZI ke Uni Soviet pada bulan Juni 1941, untuk perolehan atas Lebensraum (ruang hidup) bangsa Jerman dimulai. Hal ini berkaitan dengan ketetapan NAZI untuk membasmi Yahudi. Perintah dikeluarkan penghapusan semua Commissar atau para petinggi Partai Komunis Uni Soviet. Para Commissar yang dilepaskan dari pasukan Jerman dan selanjutnya akan diserahkan kepada SS untuk dibunuh bersama-sama dengan orang Yahudi. Dari 5,7 juta tawanan tentara Soviet, hanya 2,4 juta yang selamat dari perang. Diperkirakan 3,3 juta mati karena eksekusi SS.(Stephane Downing,2007:43-56) Berbeda halnya dengan orang Yahudi Athena yang merupakan kelompok minoritas yang tidak antisemitisme. Hampir semua orang Yahudi Athena dapat diselamatkan dari pendeportasian karena ditolong oleh bangsa Yunani yang ada di daerah tersebut. Pendudukan NAZI di Serbia selain menghidupkan partai EEE, juga membentuk partai lain yaitu ESPO (Ethiko Socialis Patriotike Organosis). Partai tersebut diharapkan dapat membantu NAZI dalam mengumpulkan serta mendeportasi orang-orang Yahudi. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh NAZI tidak dapat dihalangi oleh ketiga pemerintahan Yunani. Ketiga pemerintahan tersebut adalah Georgios Tsolakoglau, Konstantinos Logotheho, serta yang terakhir Leannis Rallis. Di daerah-daerah yang diduduki Jerman, unit-unit kaki tangan NAZI menyediakan pasukan untuk Jerman dengan jumlah 450.000 personel yang telah terorganisir dengan nama Schutzmannschaften. Mayoritas pasukan tersebut direkrut dari Ukraina Barat, daerah Baltik, serta daerah Soviet. Para nasionalis Ukraina membunuh 4.000 orang Yahudi Lviv pada bulan Juli 1941. Pasukan Einsatzgruppen NAZI, bersama dengan unit-unit tambahan Ukraina telah menewaskan 33.000 orang Yahudi Kievan di Babi Yar pada bulan September 1941. pasukan tambahan Ukraina berpartisipasi dalam sejumlah pembunuhan orang-orang Yahudi. Setelah Norwegia diserang oleh pasukan Jerman, maka pemerintahan diambil alih oleh Jerman. Kekuasaan yang terdapat di Norwegia diberi nama dengan Reichkommisioner Jerman, yang dipimpin oleh Josef Terboven serta pemimpin fasis yaitu Vidkun Quisling. Pasukan Norwegia bersama dengan pasukan NAZI mengumpulkan 750 orang Yahudi. Dengan adanya kerjasama tersebut menimbulkan perasaan benci dari warga Norwegia sehingga muncul berbagai perlawanan. Warga Norwegia yang merasa tidak sepaham dengan NAZI melakukan kerja sama dengan bangsa Yahudi. Namun, sejumlah warga Yahudi sebagian besar terlah terdaftar oleh tentara NAZI sebagai target pembunuhan. Dengan adanya daftar tersebut menambah kemudahan untuk mengidentifikasi seseorang. Beberapa Schutzmannschft unit dengan militer pasukan Lithuania serta Einsatzgruppen Latvia atau berpartisipasi disebut dalam pembantaian orang Yahudi. Komando Arajs adalah sebuah unit kepolisian sukarelawan Latvia, telah berhasil menembak 26.000 orang Yahudi Latvia, selain itu unit ini juga bertanggung jawab atas bantuan mereka dalam pembunuhan lebih dari 60.000 orang Yahudi. Dari 140.000 orang Yahudi Belanda, pasukan NAZI berhasil mendeportasi sekitar 107.000 orang, 101.800 orang berhasil dibunuh. Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar yang pernah dicapai NAZI dalam pendeportasian orang Yahudi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu : (1) rezim pendudukan di Belanda dibentuk oleh pasukan NAZI; (2) tingginya level efisiensi organisasi pemerintahan sipil Belanda sebelum perang; (3) bentang alam Belanda yang umumnya tidak memiliki pegunungan ataupun hutan sulit dijadikan untuk tempat berlindung; (4) mayoritas orang Yahudi Belanda banyak yang tinggal di kota-kota besar hal tersebut memudahkan mereka untuk dijadikan target; (5) pilihan pemimpin Yahudi untuk menghindari hal yang terburuk maka sebuah kebijakan kolaborasi dengan pasukan NAZI; (6) masyarakat Belanda pra perang yang dapat dikategorikan konglomerat dari kelompok-kelompok tinggal terpisah dari satu kelompok dengan kelompok yang lain; (7) bangsa Yahudi diasingkan dari kehidupan publik sehingga mereka telah kehilangan dukungan yang mereka butuhkan; (8) adanya bantuan aktif dari kelompok Henneike Column yaitu kelompok antisemit yang terhasil mengirim 8.000 orang Yahudi Belanda untuk dideportasi. (Stephane Downing,2007:53) Robert Gellately yaitu seorang sejarawan Universitas Oxford (dikutip dari Stephane Downing,2007) menyatakan bahwa sejumlah besar orang-orang Jerman berpartisipasi dengan mengizinkan dan aktif mendukung masa Holocaust, orang-orang Jerman juga mendokumentasikan bahwa kolom-kolom mengenai pekerja paksa adalah hal-hal yang umum, kenyataan mengenai kamp-kamp konsentrasi serta kamp-kamp pemusnahan, telah diketahui secara luas oleh orangorang Jerman.(Stephane Downing,2007: 58) Banyaknya partisipasi warga Jerman dalam peristiwa Holocaust menjadi daya tarik tersendiri. Menurut Stanley Milgram yaitu seorang ahli psikologis (dikutip Stephane Downing,2007) menyatakan bahwa orang yang memiliki akal yang sehat, ketika diberi instruksi dari seseorang yang lebih berkuasa maka secara tidak langsung akan melaksanakan perintah tersebut. Dipatuhinya perintah tersebut akan berguna untuk menyelamatkan dirinya dari hukuman apabila tidak mematuhi perintah dari orang yang berkuasa tersebut. Alasan yang lain adanya perubahan besar yang tidak terlihat jika perubahan tersebut berlangsung setahap demi setahap. Mekanisme kumpulan (herding) yang fundamental dan sangat kuat yang berkumpul di sistem serta memastikan individu-individu menyesuaikan diri dari kelompok. Menyesuaikan dengan kelompok lebih mudah daripada keluar dari kelompok tersebut. Walaupun sudah tidak sepaham dengan kelompok tersebut. Adanya perubahan secara bertahap dalam kelompok kecil maka akhirnya dapat membawa kelompok tersebut ke dalam keadaan di mana mereka telah terbawa terlalu jauh. Para pelaku Holocaust merasa ketakutan untuk melawan kekuatan Hitler, walaupun mereka tidak sepaham dengan apa yang telah Hitler perintahkan. Para pelaku Holocaust tersebut tetap memilih untuk bertahan dengan kelompok yang mendukung Hitler, hal ini dilakukan semata-mata untuk mencari keselamatan. Menurut Carl Jung keikutsertaan warga Jerman dalam Holocaust disebabkan terjadinya kekalahan Jerman pada Perang Dunia I, hancurnya ekonomi Republik Wiemar, adanya pemaksaan untuk membayar ganti rugi perang, semua itu membuat warga Jerman mengalami depresi maka warga Jerman menjadi marah dan mencari orang untuk melampiaskan kemarahan yang pada akhirnya terjadilah peristiwa Holocaust. Adanya kebencian antar agama serta rasisme menambah sederetan alasan orang untuk ikut berpartisipasi dalam peristiwa Holocaust. Tentara NAZI telah menganggap hal tersebut merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan cita-cita Jerman. Tentara NAZI harus rela menahan perasaan kasihan terhadap kaum Yahudi. Tetapi, terdapat beberapa orang yang pada sebelumnya telah menaruh kebencian terhadap orang Yahudi, kebencian tersebut akibat adanya ideologi tentang kebancian agamawi serta rasial. Beberapa orang berpendapat bahwa akar dari antisemitisme telah ada di dunia Barat sejak adanya fondasi kekristenan. Sentimen-sentimen tersebut tidak jauh berbeda pada saat pra perang di Jerman maupun tempat lain. Tokoh kristen yang paling awal menyebarkan antisemitisme adalah Martin Luther yang merupakan pemimpin Jerman dari reformasi protestan. Martin Luther mengeluarkan perintah tertulis yang berisi agar warga segera mengeksekusi orang Yahudi, membakar gereja maupun sekolah Yahudi, larangan berkhotbah bagi pendeta Yahudi, serta rumah-rumah Yahudi dihancurkan. Martin Luther menganggap bahwa orang Yahudi harus diusir dari bumi untuk selamnya karena merupakan racun bagi umat lain. Sikap acuh serta apatis sering dipakai untuk menggambarkan reaksi dunia atas Holocaust. Kegagalan pada kenyataannya diistilahkan dengan lebih baik sebagai kelambanan. Dalam kenyataannya banyak politisi, diplomat, pemimpin gereja, ahli strategi militer, para pemimpin bisnis serta masyarakat, hanya sedikit yang membantu Yahudi serta korban-korban NAZI yang lain. Orang-orang tersebut bahkan tidak mengadakan perlawanan secara tidak langsung atau bahkan memerangi tentara NAZI.(Nurcholis,2007:7) Terdapat beberapa bukti tentang adanya kelambanan bangsa lain dalam mengambil tindakan untuk menanggulangi Holocaust. Agen rahasia Inggris, Amerika Serikat serta Uni Soviet misalnya telah memiliki laporan yang akurat tentang Holocaust sejak awal, tetapi negara-negara tersebut memilih untuk tidak ikut campur tangan. Banyak bukti-bukti tentang adanya Holocaust yang sengaja dimusnahkan. Pihak gereja mengumpulkan informasi dari para pendeta serta warga yang tinggal di sekitar kamp konsentrasi, tetapi tidak melakukan penyelamatan. (Stephane Downing,2007:62) Pada awal bulan November 1941, terdapat laporan berkode yang dikirim ke Berlin mengenai pembunuhan massal oleh einsatzgruppen, tetapi dalam perjalanan kode tersebut berhasil direbut oleh pasukan Uni Soviet. Kode tersebut akhirnya berhasil dipecahkan oleh intelejen Inggris. Laporan-laporan tersebut mengenai pembunuhan massal serta pemindahan orang-orang Yahudi di negaranegara yang berhasil di duduki NAZI. Orang Yahudi kemudian dikirim dari organisasi Yahudi di Switzerland dan di serahkan pada pemerintahan Inggris serta Amerika Serikat. Pada pertengahan tahun 1944, dua orang Yahudi Slovakia melarikan diri dari kamp Auschwitz dan memberikan laporan mengenai pemusnahaan kaum Yahudi di kamp tersebut. Setelah Perang Dunia II berakhir, pejabat Inggris mengatakan bahwa Inggris tidak ingin mengungkapkan jika agenagen Inggris berhasil memecahkan laporan berkode mengenai komunikasi bangsa Jerman. Para pemimpin sekutu berkata bahwa mereka tidak percaya bahwa misi penyelamatan yang sudah begitu jauh ke wilayah Timur akan berhasil. (George Sanford, Gerhard L,Weinberg, 2007: 93) Selain itu sejak awal perang, pemerintahan Polandia yang diasingkan menerbitkan dokumen-dokumen dan mengorganisir pertemuan-pertemuan untuk menyebarkan berita mengenai nasib yang dijalani oleh orang Yahudi. Pada awal tahun 1941, Inggris telah menerima informasi lewat memo yang ditangkap oleh Churchill bahwa orang-orang Yahudi menjadi target pasukan NAZI. Pada akhir tahun 1941, Inggris juga menerima informasi mengenai sejumlah pembantaian massal atas orang-orang Yahudi yang ditaklukkan oleh kepolisian Jerman. Pada keterangan yang tertulis dalam buku harian Freidrich Kellner, pada tanggal 28 Oktober 1941, inspektor peradilan Jerman Freidrich Kellner merekam percakapannya di Laubach dengan seorang tentara Jerman yang menyaksikan sebuah pembantaian di Polandia. Churchill yang mengetahui laporan-laporan intelejen yang didapatkan dari transmisi-transmisi pembaca sandi Jerman, pertama-tama mulai menyebutkan mengenai pembunuhan massal di masyarakat pada saat yang bersamaan. Pada tahun 1942, organisasi buruh Yahudi melaporkan kepada London bahwa 700.000 orang Yahudi Polandia telah tewas, dan stasiun BBC menanggapi hal tersebut dengan serius, walau pemerintahan Amerika Serikat tidak. Di Amerika Serikat, pada bulan November 1942, sebuah telegram dari Eropa yang menjelaskan tentang rencana Hitler yang dibocorkan oleh Stephen Wise dari Kongres Dunia Yahudi (World Jewish Congress) setelah menunggu lama untuk mendapatkan ijin dari pemerintah. Hal ini membawa organisasiorganisasi Yahudi untuk menekan Roosevelt untuk bertindak sebagai perwakilan Yahudi- Eropa. Usaha-usaha orang Yahudi untuk memasuki Inggris maupun Amerika Serikat hanya sia-sia. 5.Kekuasaan Hitler Runtuh Seperti yang dikatakan oleh Jenderal De Gaulle (dikutip oleh Jules Archer,2006) bahwa kediktatoran adalah petualangan yang besar yang akan runtuh dengan meminta darah dan pengorbanan. Kehancuran Third Reich diawali oleh adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh para pejabat. Hal ini disebabkan adanya sebagian orang yang menginginkan jabatan yang tinggi ataupun sebagian yang merasa tidak sepaham dengan pemikiran Hitler. Penyebab yang lain adalah adanya perlawanan dari para tahanan di kamp konsentrasi. Selain itu juga penyerangan yang dilakukan oleh sekutu. Perlakuan sewenag-wenang NAZI menimbulkan rasa kebencian sebagian orang. Kebencian tersebut dituangkan dalam bentuk perkumpulan jaringan konspirasi anti NAZI yang berada di Wehrmacht (Angkatan Bersenjata), Abwehr (Badan Intelejen Militer), Departemen Luar Negeri, Intelektual yang bergabung dalam Lingkar Kreisau, Gereja serta pemerintahan sipil. Tanpa memikirkan latar belakang sosial, profesi, ataupun pandangan politik, anggota konspirasi tersebut bersatu karena dasar kesamaan cita-cita yaitu untuk menyingkirkan Hitler yang telah meracuni Jerman. (Darma aji,2005:11) Tokoh penggerak konspirasi anti NAZI yaitu Kepala Staf AD Ludwig Beck. Ludwig Beck membenci Hitler sejak Hitler memerintahkan dirinya untuk menyusun rencana serbuan ke Ceko-Slovakia. Kebencian tersebut semakin besar saat melihat penyingkiran Jenderal Fritsch yaitu dengan memfitnah sebagai seorang homoseksual. Seringnya terjadi perbedaan pendapat mengharuskan Beck untuk mengundurkan diri. (Darma aji,2005:13) Tokoh penggerak yang lain adalah Kepala Abwehr Laksamana Wilhelm Canaris. Alasan Canaris untuk membenci Hitler sama dengan Ludwig Beck yaitu tidak setuju dengan penyerangan ke Ceko-Slovakia serta pemecatan Jenderal Fritsch. Dalam upaya menghentikan tindakan Hitler, Canaris dibantu oleh beberapa temannya yaitu Deputi Kepala Abwehr Kolonel Hans Oster yaitu mantan bawahan Jenderal Bredow yang telah dibunuh Hitler. Canaris memburu informasi di luar lingkup militer, menyusun jaringan rahasia sehingga orang-orang Departemen Pertahanan dapat mendeteksi dini plot yang disusun Kantor Kanselir (Hitler), Gestapo (Himmler Dan Heydrich) serta Karinhall (Goering). (Darma aji,2005:15) Politisi anti NAZI dipimpin oleh mantan Walikota Leipzig Dr. Carl Goerdeler, ia bertugas untuk mencari dukungan Inggris dan Amerika Serikat. Sewaktu Goerdeler masih menjabat Walikota menentang adanya kebijakan Antisemit. Pembantaian SA serta pembunuhan Jenderal Bredow Dan Schleicher memperkuat kebenciannya kepada Hitler. Jaringan yang telah dibentuk Goerdeler mencapai Stockholm Swedia, di sana Goerdeler mendapatkan teman yang juga membenci Hitler yaitu Jacob Wallenberg. (Darma aji,2005:17) Dalam Departemen Luar Negeri terdapat diplomat senior seperti Ernst von Weizsacker Dan mantan Duta Besar Jerman di Italia yaitu Ulrich von Hassel serta diplomat muda seperti Theoserta Erich Kordt , Count Ewald von Kleist Schmenzim dan Hans Bernd von Haeften. Count Ewald von Kleist Schmenzim masuk daftar orang yang harus dimusnahkan Hitler pada akhir 1934. (Darma aji,2005:17) Polisi rahasia Jerman menaruh kebencian terhadap Hitler. Agen polisi rahasia tersebut antara lain adalah Dr. Hans Bernd Gisevius dari Gestapo (Geheim Staatzpolizei atau Polisi Rahasia Negara) serta Arthur Nebe, Kepala Kripo (Kriminal Polizei atau Polisi Kriminal). Turut bergabung pula Kepala Polisi Berlin yaitu Heinrich von Helldorf. Selain itu di luar pemerintahan terdapat kelompok intelektual anti NAZI yang bergabung dalam Lingkar Kreisau yang dipimpin oleh Count Helmuth von Moltke. Kelompok ini menjalin kontak dengan sahabat maupun kerabat yang bekerja di dalam pemerintahan. Tokoh yang paling aktif dalam kelompok ini adalah Adam von Trott. Dalam bidang kerohaniawan ada Pastor Dietrich Bonhoeffer. ( Darma aji,2005:17) Kelompok konspirasi dalam usaha menggulingkan Hitler dilakukan dengan cara mengirimkan sejumlah utusan ke Inggris guna melobi pemerintahan di London agar menghalangi langkah Hitler. Utusan tersebut dalam menjalankan tugasnya membawa dokumen keterangan dan samaran yang disediakan oleh Kepala Abwehr Laksamana Wilhelm Canaris. Para utusan tersebut adalah diplomat Count Ewald von Kleist Scmenzin, Adam von Trott, Letnan Kolonel Count Gerhard von Schwerin, serta Dr. Carl Goerdeler. Tetapi usaha kelompok konspirasi tersebut mengalami kegagalan. (Darma aji,2005:33) Melihat usaha mengalami kegagalan, kelompok konspirasi tidak putus ada. Untuk menyakinkan London maka kelompok ini membocorkan rahasia yang diperoleh dari Jenderal Beck. Informasi tentang rencana jangka panjang Hitler untuk menguasai Eropa, serta keadaan militer Jerman yang tidak siap jika terjadi peperangan. Tetapi upaya ini kurang ditanggapi oleh pejabat Inggris. Meskipun demikian terdapat sejumlah pejabat serta tokoh Inggris Dan Amerika Serikat yang menghargai para utusan tersebut Dan melakukan apa yang bisa mendukung kelompok tersebut. Tokoh yang membantu misalnya Lady Astor yang mendengarkan pendapat Adam von Trott yang sengaja mengundang Trott dalam jamuan makan di Clivedon Estate dan memberinya kursi di dekat Lord Halifax sehingga pembicaraan mereka sampai pada ring satu kekuasaan London. Para pendukung konspirasi anti Hitler mencangkup Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Inggris MI-6 yaitu Sir Stewart Menzies, Kepala Intelijen Amerika Serikat OSS (Office of Strategic Service yaitu cikal bakal CIA), William J. Donovan serta Kepala Stasiun OSS di Berne Swiss, Allen Dules. Tetapi ketiga tokoh tersebut tidak memiliki kekuatan politik untuk membujuk para perwira Tinggi negara mereka untuk melawan Hitler. (Darma aji,2005:37-39) Sepanjang musim panas tahun 1938 Kepala Staf AD Jenderal Ludwig Beck meminta Panglima AD Marsekal Medan Walther von Brauchitsch mengadakan pertemuan seluruh anggota jenderal. Agenda pertemuan tersebut adalah mengundurkan diri serentak jika Hitler tetap meneruskan menyerbu CekoSlovakia. Para jenderal sepakat terhadap hasil pertemuan tersebut, mereka akhirnya bernegosiasi dengan Hitler. Tetapi para jenderal mengalami kegagalan dalam membujuk Hitler serta gagal pula mengundurkan diri massal. Kegagalan dalam mengundurkan diri massal dikarenakan para jenderal takut menghadapi Hitler. Hanya Beck yang masih gigih melanjutkan aksi pengunduran dirinya. Pada awalnya permohonan diri Beck ditolak oleh Hitler setapi setelah Hitler mengetahui bahwa aksi tersebut merupakan ide Beck maka akhirnya permohonan pengunduran diri tersebut dikabilkan.(Darma aji,2005:41-42) Kelompok konspirasi berada dalam posisi yang kuat karena telah berhasil menggalang beberapa tokoh. Antara lain Ernst von Weiszacker, Ulrich von Hassel dari Deplu, Jenderal Karl Heinrich von Stuelpnagel, Jenderal Georg Thomas dari Badan Ekonomi Peperangan, Perwira Gestapo Dr. Hans Bernd Gisevius, Kepala Kripo Arthur Nebe, Kepala Polisi Berlin Heinrich von Helldorf, Panglima Militer BerlinJenderal Erwin von Witzleben serta Jenderal Count Walter von Brockdorff Ahlefeld, Panglima divisi Infantri ke-23 di Postdam. (Darma aji,2005:43) Gisevius bersama dengan Brockdorff bertugas untuk menggambar sketsa bangunan Dan menulis catatan keadaan tempat-tempat yang dicurigai. Tanggal 12 September 1938 kudeta siap dilancarkan. Beck, Canaris, Oster, Witzleben dan kelompoknya yakin bahwa Hitler akan menggunakan kesempatan untuk mengultimatum Ceko-Slovakia yang akan memancing terjadi peperangan. Hitler berkunjung ke Munich untuk berpidato, tapi setelah pidato tersebut berakhir terjadi kerusuhan yang mengakibatkan 11 orang keturunan Jerman tewas dalam operasi keamanan. Tanggal 28 September 1938 terjadi ketegangan, dimulainya peperangan antara Jerman Dan Ceko-Slovakia semakin mendekat. Dalam hal ini Ceko-Slovakia dapat bantuan dari Inggris. Para panglima Jerman telah bersiapsiap menerima perintah sedangkan para perwira yang tergabung dalam kelompok konspirasi juga telah bersiap-siap melancarakan kudeta dengan rencana akan menculik Hitler Dan membujuk agar menhindari peperangan, selanjutnya kekuasaan Hitler akan digulingkan. Akan tetapi rencana kelompok konspirasi anti Hitler tidak sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan kedatangan duta besar Italia datang di Berlin dengan tawaran mediasi dari Mussolini guna mengakhiri krisis. Hitler pun menerimanya sehingga peperangan dapat dihindari tetapi alasan untuk menggulingkan Hitler sudah tidak ada. (Darma aji,2005: 44-52) Kelompok konspirasi tidak kehilangan semangat mereka untuk mewujudkan tujuannya yaitu menyingkirkan Hitler. AD sebagai andalan untuk melancarkan kudeta. Namun Kepala Staf AD Jenderal Franz Halder berpendapat AD memiliki kendala. Perang kilat di Polandia memang telah memperbesar nama AD tetapi isinya sebagian besar adalah perwira fanatik NAZI dan pasukan yang sudah percaya penuh terhadpa doktrin Sosialisme Nasional. Halder mengaku sangat sulit untuk mencari pasukan yang dapat diandalkan dalam usaha melaksanakan kudeta. Selain itu, Halder juga khawatir bila Inggris serta Perancis malah menyerbu Jerman ketika AD melancarkan kudeta. Untuk menyikapi masalah tersebut maka kelompok konspirasi selalu menjalin komunikasi antara Inggris dengan Perancis. Jalur kontak komunikasi antara ketiga negara tersebut melalui vatikan oleh Dr. Josef Mueller, aktivis katholik dan pengacara di Munich serta melalui Berne Swiss oleh Theodor Kordt. (Darma aji,2005:60-62) George Elser adalah seorang pandai kayu Dan pembuat jam tangan dari Swiss. Elser bekerja di Jerman sebagai seorang buruh biasa. Elser termasuk orang yang membenci Hitler tetapi ia tidak bergabung dengan kelompok konspirasi anti Hitler. Alasan Elser membenci Hitler karena banyaknya larangan yang diberlakukan rezim NAZI kepada kaum buruh. Karena kebencian elser telah mendalam maka ia memutuskan untuk menghabisi nyawa Hitler dengan bom waktu. Tempat serta waktu peledakan telah diperhitungkan dengan seksama dan rapi, hanya tinggal menunggu kedatangan Hitler. Hitler akhirnya datang dan menyampaikan pidatonya, tetapi diluar dugaan, Hitler menyelesaikan pidato lebih cepat dari yang telah diperhitungkan oleh Elser. Kejadian tersebut membuat rencana yang telah Elser buat berantakan, Hitler selamat dari ledakan Bom sedangkan Elser akhirnya tertangkap dan dipenjara. (Darma aji,2005:67:72) Sebagian orang beranggapan bahwa pada masa holocaust tidak ada perlawanan sedikitpun untuk menentang atau mempertahankan diri terhadap NAZI. Tetapi sesungguhnya perlawanan tersebut ada baik yang dilakukan oleh orang Yahudi maupun non Yahudi. Perlawanan yang dilakukan orang-orang tersebut dengan berbagai bentuk. Tetapi pada dasarnya ada banyak jenis perlawanan berupa fisik. Bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan para tahanan misalnya pemberontakan dalam artian perlawanan fisik, aktivitas partisan, melarikan dari dari kamp, serta dengan jalan bunuh diri. (Stephane Downing,2007:58) Perlawanan terhadap NAZI memang tidak meluas tersebar di berbagai daerah. Hal ini disebabkan adanya penentangan oleh orang Yahudi dibuat lebih sulit, karena adanya penduduk lokal yang mayoritas anti semit. Di seluruh Eropa yang diduduki NAZI, orang yang menentang NAZI serta mereka yang negaranya berada dalam pendudukan NAZI mulai mengatur gerakan perlawanan. (George Sanford, Gerhard L.Weinberg,2007:90) Perlawanan terhadap Hitler serta pasukannya terbagi menjadi dua yaitu perlawanan yang dilakukan oleh para tahanan kamp konsentrasi serta perlawanan yang dilakukan dalam tubuh militer Jerman sendiri. Perlawanan dalam militer ini dilakukan oleh para petinggi Jerman yang merasa tidak sepaham dengan kebijakan Hitler. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai percobaan pembunuhan terhadap Hitler. Terdapat dua perlawanan yang dilakukan oleh para tahanan kamp konsentrasi yang membuat tenaga tentara NAZI hampir terkuras. Perlawanan yang pertama adalah perlawanan yang dilakukan oleh para saksi Yenova. Para saksi Yenova adalah orang Jerman yang menolak mengucap janji kesetiaan pada partai NAZI serta menolak mengabdi dalam pasukan militer. Sebelum menjatuhkan hukuman kepada saksi Yenova, NAZI memberikan suatu pilihan yaitu jika para saksi Yenova tersebut mengucapkan janji kesetiaan terhadap NAZI, menyerahkan hak-hak mereka, serta mendukung pasukan militer Jerman maka mereka dapat meninggalkan kamp atau penjara. Tetapi dalam kenyataannya, para saksi Yenova menolak tawaran tersebut, mereka lebih baik mengadakan perlawanan dengan tentara NAZI. Perseteruan antara tentara NAZI dengan para saksi Yenova, akhirnya dimenangkan oleh tentara NAZI. Hal ini terbukti dengan dimasukkannya 12.000 orang saksi Yenova ke kamp konsentrasi. Perlawanan yang kedua, dilakukan oleh bangsa Yahudi yang dikenal dengan sebutan Perlawanan Ghetto Warsawa. Perlawanan tersebut terjadi pada bulan April sampai dengan Mei 1943. Perlawanan terjadi ketika deportasi final dari ghetto ke kamp konsentrasi akan segera dilaksanakan, sehingga para pejuang Yahudi bangkit untuk melawan. (Stephane Downing,2007:36) Dalam perlawanan terhadap NAZI, banyak deretan nama pejuang Yahudi bermunculan, antara lain: 1) Janusz Korczak (1879-1942) Janusz Korczak lahir dengan nama Henryk Goldmit, di Warsawa tahun 1879. Janusz mendirikan sebuah panti asuhan bagi warga Yahudi, pada tahun 1912. Janusz berprofesi sebagai dokter, penulis, kepala sekolah serta merupakan panutan bagi warga Yahudi di Warsawa. Saat mengunjungi Kibbuts ( sebuah pertanian atau perkampungan suku ), ia menjadi yakin bahwa semua Yahudi patut pindah ke Palestina. Setelah Jerman menduduki Warsawa, panti asuhan pindah ke dalam ghetto. Korczak menolak untuk mengenakan Bintang Daud yang merupakan simbol untuk membedakan Yahudi. Melihat penolakan tersebut maka pemerintah Jerman mengeluarkan perintah untuk memenjarakan Korczak. Setelah ghetto di Warsawa ditutup, Korczak dan keluarganya dipindahkan ke Treblinka. Disana Korczak menolak untuk melarikan diri dan tewas bersama anak-anaknya di kamar gas. Dalam penjara tersebut, Korczak menulis buku tentang pengalamannya sebagai bukti, buku tersebut sekarang telah banyak beredar dalam berbagai bahasa. 2) Hannah Senesh ( 1921-1944 ) Hannah Senesh adalah seorang asli Hongaria yang bergabung dengan pasukan Inggris dan berlatih terjun payung di belakang garis tempur Jerman untuk membuat kontak dengan kelompok-kelompok pemberontak. Setelah menghabiskan tiga bulan dengan barisan Tito di Yugoslavia, ia gagal dalam upaya menyelinap ke Hongaria. Setelah berbulan-bulan mengalami penyiksaan, Hannah akhirnya diputuskan untuk menjalani hukuman mati. Semasa hidupnya, Hannah menulis buku harian dan puisi-puisi, setelah buku tersebut ditemukan lalu dicetak dan diberi judul Blessed is the Match yang merupakan bukti kekejaman Jerman. 3) Mordecai Anielewicz ( 1920-1943 ) Mordecai Anielewicz merupakan komandan pemberontak di ghetto Warsawa. Setelah NAZI menyatakan perang terhadap polandia, ia melarikan diri ke Rumania, namun kembali ke ghetto Warsawa tahun 1940 untuk mengatur sebuah pemberontakan. Pada tanggal 19 April 1943, Mordecai dan para pemberontak dengan bersenjata dua senapan mesin, 500 pistol, dan 15 senapan mengadakan pemberontakan. Aksinya tersebut, Mordecai berhasil membuat tentara NAZI luka parah, dan mengalami kerugian cukup besar karena banyak gedung yang dibakar. Para tahanan banyak yang melarikan diri melalui saluran pembuangan bawah tanah, untuk menghambat maka tentara NAZI mennggunakan gas beracun yang dibuang ke saluran pembungan tersebut. Akibatnya 100 orang tahanan yang berhasil melarikan diri tersebut tewas karena gas beracun termasuk Mordecai Anielewicz. 4) Vladka Meed ( 1923 - ) Seorang anggota organisasi perlawanan Yahudi di Warsawa, Vladka tinggal diluar ghetto diantara warga Polandia untuk mengamankan senjata bagi kelompok perlawanan. Dengan cara membuat surat identitas palsu Vladka berhasil meyakinkan warga non-Yahudi bahwa ia bukan orang Yahudi. Dengan begitu, Vladka berhasil menyelundupkan senjata-senjata melalui tembok-tembok perkampungan. Selain itu, Vladka juga berhasil menyelundupkan orang keluar dari perkampungan dan mencari tempat bagi orang Yahudi untuk bersembunyi. Bersama Mordecai, Vladka membakar pabrik-pabrik Jerman, membuat bom Molotov, dan mengumpulkan senjata untuk melawan kekejaman NAZI. Saat ini Vladka adalah direktur Holocaust and Jewish Resistance Summer Fellowship Program di Israel. 5) Simon Wiesenthal ( 1908-…) Simon Wiesenthal lahir di Buczacz, Ukraina, saat tentara NAZI menyerang Soviet ia dan istrinya dikirim ke beberapa kamp kerja paksa. Setelah 1942, saat Solusi Akhir diterapkan, Wiesenthal selamat dari beberapa kamp pembantaian di Mauthausen, Wiesenthal dibebaskan saat ia akan menjalani hukuman mati. Setelah perang, Wiesenthal bekerja keras untuk mengumpulkan informasi untuk menghukum para penjahat perang. Setelah pengadilan Nuremberg, Wiesenthal menjadi pemburu NAZI dan berjasa dalam membawa banyak penjahat perang untuk diadili, termasuk Adolf Eichmann. Wiesenthal adalah seorang penulis dan juga pendiri Simon Wiesenthal Centre dan Museum of Tolerance. 6) Sabina Zimering ( 1923-…..) Sabina Zimering seorang Yahudi Polandia yang pada Perang Dunia II berusia 16 tahun. Selama tiga tahun Sabina menghabiskan hidupnya untuk bersembunyi dari tentara NAZI setelah Gestapo menyerbu kota asalnya di Piotrkow, Polandia pada tahun 1942. kartu identitas palsu dari teman-teman Katolik semasa kecil menyelamatkan saudara perempuannya dari kamar gas di Treblinka. Sabina dan adiknya selamat sebagai warga Polandia Katolik Jerman dan bekerja dalam sebuah Hotel Gestapo. Setelah perang, Sabina belajar di sekolah Medis Munich meraih gelarnya dan berimigrasi ke Minneapolis dan berpraktek kedokteran selama 42 tahun. Sabina mulai menulis sebuah memoir pengalaman Holocaust saat Sabina pensiun dari karirnya di kedokteran pada 1996. Memoir Holocaust Zimmering, Hidding in the Open menjadi sebuah Radio Buku bagi para tunanetra dan sebuah drama panggung. 7) Henry Oertelt ( 1920 - …) Henry Oertelt seorang yahudi yang lahir di Berlin, keluarganya lolos dari tentara NAZI sampai tahun 1943, tetapi akhirnya tertangkap juga dan dikirim ke kamp Auschwitz. Henry adalah seorang penulis, dalam bukunya yang berjudul An Unbroken Chain: My Journey Through the NAZI Holocaust, yang isinya menggambarkan tentang keselamatan Henry beserta keluarganya dari peristiwa Holocaust. Menurut Henry keselamatannya tersebut sebagai rangkaian mata rantai, bila salah satu mata rantai tersebut putus maka Henry dan keluarganya tidak akan selamat. Hal ini dibuktikan ketika Henry berhasil lolos dari hukuman mati di Kamp pembantaian Auschwitz serta waktu ia dipindahkan di Flossenberg. Henry mengatakan bahwa banyak mata rantai yang tidak terduga untuk menyelamatkannya seperti tubuhnya yang kecil, keahliannya dalam bidang perkayuan. (Judith Sandeen Bertel,2007:40) Perlawanan yang dilakukan orang Yahudi seakan sia-sia, karena setiap perlawanan dapat digagalkan oleh tentara NAZI. Beberapa rintangan yang dihadapi para pejuang Yahudi antara lain: a) Kekuatan persenjataan Jerman yang unggul Untuk melakukan suatu perlawanan, diharuskan adanya persenjataan yang canggih juga banyak. Jika bangsa Polandia, Perancis, serta negara lain tidak sanggup menghadapi persenjataan Jerman, maka dapat dibayangkan perlawanan Yahudi akan cepat dipatahkan mengingat persenjataan yang tidak memadai. b) Taktik tanggung jawab kolektif Jerman NAZI memiliki kebijakan bahwa komunitas bertanggung jawab penuh untuk aksi penentangan atau pemberontakan dari individu anggotanya. Sebagai contoh adalah seluruh populasi ghetto Dolhynov di Lithuania dibunuh karena dua anak kecil berhasil melarikan diri. Di kamp Treblinka penjaga menembak 26 narapidana setelah 4 yang lain kabur pada musim dingin 1942. c) Pengasingan kaum Yahudi dan ketiadaan senjata Bahkan ketika seorang Yahudi mempunyai kehendak untuk menentang, mereka menghadapi berbagai rintangan. Hanya sedikit atau sama sekali tidak ada akses untuk senjata, makanan, atau tempat persembunyian. Serta mustahil bagi mereka untuk bersatu dengan populasi non Yahudi di wilayah Eropa. Adanya deportasi menyebabkan orang Yahudi menjadi asing di tempat tinggalnya sendiri. Kebanyakan populasi lokal yaitu orang Jerman enggan untuk membantu orang Yahudi sebab mereka juga anti semit atau terlalu takut ditembak oleh tentara NAZI jika ketahuan membantu Yahudi. d) Kerahasiaan serta kecepatan deportasi dan tindakan lain terhadap kaum Yahudi NAZI dengan bebas menggunakan penipuan, kerahasiaan, serta kecepatan tinggi untuk mencegah adanya perlawanan. Orang yang dideportasi diberitau supaya berkemas untuk bertransmigrasi (yang secara langsung menuju kamp pemusnahan) Dan diberi sebuah sabun yang terbuat dari batu ketika mereka digiring menuju pemandian (kamar gas). (Stephane Downing,2007:59-61) Keberadaan kamp-kamp sering dibahan antara pemimpin-pemimpin Amerika Serikat dengan Inggris pada Konferensi Bermuda pada April 1943. kamp Auschwitz akhirnya diperiksa dengan menggunakan pesawat pada bulan April 1944. Beberapa bulan kemudian Angkatan Udara Jerman tidak lagi menjadi ancaman yang serius. Walaupun kota-kota penting Jerman serta pusat-pusat produksinya dibom oleh pihak sekutu hingga akhir perang, tidak ada usaha yang dilakukan untuk menghancurkan sistem pembataian massal dengan menghancurkan struktur-struktur yang berhubungan dengan pembantaian tersebut atau dengan menghancurkan rel-rel kereta api, walaupun Churchill adalah pendukung pemboman daerah-daerah di kompleks Auschwitz. Sepanjang perang, Inggris juga menekan pemimpin-pemimpin Eropa untuk menghalangi imigrasi ilegal Yahudi serta mengirimkan kapal-kapal untuk menghalangi rute laut ke Palestina, juga mengembalikan banyak pengungsi. (Stephane Downing,2007:55) Setelah melihat respon negara-negara adi kuasa yang seharusnya tidak melakukan tindakan untuk menghentikan Hitler, maka beberapa orang di berbagai negara melakukan tindakan sendiri untuk membantu orang Yahudi. Upanya penyelamatan orang Yahudi akan sangat sullit dilakukan daripada ikut berpartisipasi untuk memburu para Yahudi. Seseorang yang memilih untuk menyelamatkan korban NAZI harus memiliki keberanian karena orang tersebut akan mempertaruhkan hidupnya sekaligus hidup keluarganya. Tidak semua negara mematuhi perintah Hitler. Ada beberapa negara yang menolak mendeportasikan populasi orang Yahudi. Raja Cristian X berasal dari Denmark serta warga negaranya yang telah berhasil menyelamatkan hampir 7.500 orang Yahudi Denmark, dengan cara membawa orang Yahudi ke Swedia dengan menggunakan perahu pemancing pada bulan Oktober 1943. Pemerintahan Bulgaria yang merupakan sekutu NAZI, tetapi dalam kepemimpinan Bogdan Filov orang Yahudi sebanyak 50.000 orang tidak dideportasi. Hal ini disebabkan karena setelah adanya penekanan dari pembicara wakil parlemen yaitu Dimitar Pashev serta gereja ortodok Bulgaria. Di Roma terdapat 4.000 orang Yahudi Italia serta para tawanan perang, berhasil selamat dari deportasi. Kebanyakan orangorang Yahudi di sembunyikan di tempat-tempat persembunyian dan dievakuasi dari Italia oleh kelompok-kelompok terorganisir oleh seorang pendeta Irlandia, Monsignor Hugh O’ Flaherty dari Holy Office. O’ Flaherty yang pernah menjadi ambasador Vatikan ke Mesir menggunakan koneksi-koneksi politiknya untuk menjamin perlindungan bagi orang-orang Yahudi yang hak kewarganegaraannya telah dicabut.Aristides de Sousa Mendes adalah seorang diplomat Portugis berhasil mengeluarkan 30.000 visa bagi orang Yahudi serta kelompok minoritas lainnya. Pada tahun 1941, Dictator Portugis Salazar memecat diplomat Portugis tersebut sehingga Mendes tidak memiliki lagi kewenangan. Pada bulan April 1943, beberapa anggota dari perlawanan Belgia menghentikan kereta api Twentieth Convoy serta berhasil membebaskan sekitar 231 orang Yahudi. Beberapa kota serta gereja juga membantu menyembunyikan orang-orang Yahudi. Seperti yang dilakukan di kota Perancis, LE Chambon Sur Lignon, yang memberikan tempat tinggal bagi beberapa ribu orang Yahudi. Aksi-aksi penyelamatan individu serta keluarga juga terjadi di seluruh Eropa, seperti yang digambarkan dalam kasus Anne Frank yang merupakan warga Yahudi semua anggota keluarganya berhasil diselamatkan ke negara Belanda. Dalam beberapa kasus, diplomat-diplomat serta para tokoh yang berpengaruh juga terlibat dalam penyelamatan. Seperti halnya dengan Oskar Schindler, Nicholas Winton, yang melindungi sejumlah orang-orang Yahudi. Diplomat Swedia yaitu Raoul Wallenberg, diplomat Italia yaitu Giorgio Perlasca, diplomat Cina yaitu Ho Feng Shan serta yang lainnya berhasil menyelamatkan puluhan ribu jiwa orang Yahudi dengan memberikan kartu-kartu dilpomatik palsu bagi orang-orang Yahudi. Chiune Sugihara menyelamatkan beberapa ribu orang Yahudi dengan memberikan visa Jepang, dengan melawan pemerintahannya sendiri. (Stephane Downing,2007:39-40) Orang-orang yang berhasil menyelamatkan orang-orang Yahudi tersebut dijuluki dengan nama Righteous Among The Nation ( Yang Berbudi di antara Bangsa-Bangsa) atau Righteous Gentile (Orang Non Yahudi Yang Berbudi). Terdapat data yang diperoleh oleh Yad Vashem yang menunjukkan jumlah data orang-orang yang berhasil menyelamatkan orang Yahudi di setiap negara, antara lain: NEGARA JUMLAH Righteous Among The Nation Polandia 4.613 Belanda 3.805 Perancis 1.306 Belgia 735 Ukraina 578 Jerman 299 Cekoslovakia 307 Hungaria 313 Lithuania 289 Italia 178 Yunani 181 Swiss 19 Bulgaria 13 Denmark 12 Inggris 9 Swedia 7 Moldavia 5 Norwegia 6 Spanyol 3 Armenia 3 Luxemburg 2 Amerika Serikat 1 Yugoslavia 147 Rusia/ Belarusia 162 Austria 78 Albania 50 Romania 46 Latvia 51 Estonia/ Brazil 1 Portugal 1 Jepang 1 Turki 1 ( sumber Stephane Downing,2007:60) Usaha pembunuhan terhadap Hitler pada bulan Juli 1944, menimbulkan kemarahan bagi Hitler. Terbongkarnya jaringan komplotan Stauffenberg semakin menambah kebencian Hitler terhadap Jenderal-Jenderal Wehrmacht. Persengkongkolan itu menimbulkan rusaknya hubungan antara Hitler dan para Jenderal AD-nya. Suatu peristiwa yang sangat tidak diharapkan dan sekaligus merugikan bagi Jerman karena pada saat itu terjadi ketika benteng pertanahan Jerman di Atlantik jebol dan tentara sekutu mulai menuju Jerman. Tentara Jerman mulai terdesak di seluruh front, tetapi Hitler memerintahkan serangan all out yang diyakini akan menjadi titik balik bagi kemenangan pihak Jerman. Hitler memerintahkan serangan ke Jantung Sekutu yang dikenal sebagai The battle of the Bulge pertempuran di Belgia. Hitler menyakinkan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jerman yaitu Marsekal Van Rundstedt bahwa serangan tersebut akan membalikkan kekalahan Jerman menjadi sebuah kemenangan, tetapi dalam kenyataannya serangan Jerman tersebut mengalami kegagalan. Menyadari besarnya pengaruh kepemimpinan Jenderal Eisenhower terhadap keberhasilan sekutu. Hitler juga mengirim pasukan khusus komando Jerman yang berseragam tentara Amerika (GI) pergi ke markas Eisenhower di Perancis untuk membunuh panglima sekutu itu. Rencana pembunuhan Eisenhower gagal, dan pasukan komando Jerman itu tertangkap atau tewas oleh pasukan sekutu. Tahun 1945, setelah Rusia mencapai Berlin, Adolf Hitler mulai tinggal di ruang bawah tanah (bunker) yang terletak dibawah istana konselir di Berlin. Sebagian besar kegiatan kantor – kantor kementrian telah dipindahkan ke selatan dengan iringan – iringan truk yang sarat dokumen penting milik negara. Pejabat – pejabat penting yang resah berusaha menyelamatkan diri dengan keluar dari Berlin. Hitler mengirimkan sebagian besar staf kerumahtanggaan istana ke Berchtesgaden sepuluh hari sebelumnya untuk mempersiapkan villanya di pegunungan yaitu istana Berghof Pasukan Amerika dan Rusia bergerak cepat menyeberangi Sungai Elbe. Sedangkan pasukan Inggris telah berada di gerbang antara Hamburg dan Bremen dan mengancam memutuskan hubungan antara Jerman dan Denmark yang saat itu diduduki pasukan Jerman. Artinya tentara Jerman yang sedang menduduki Denmark sedang terancam bahaya terisolasi. Di Italia sendiri, Bologna telah jatuh dan pasukan sekutu sedang menerobos masuk ke lembah Sungai Po. Hitler telah meninggalkan markas besarnya di Rastenburg di Prussia Timur. Untuk terakhir kalinya tanggal 20 November 1944, ketika gerakan pasukan Rusia dimana – mana semakin sulit terbendung (Agustinus Pambudi 2005 : 73 – 75). Di Front Timur, pasukan Jerman telah dipukul mundur oleh pasukan Rusia. Di Front Barat, keberhasilan pendaratan sekutu yang spektakuler di pantai Normandia pada Juni 1944 diikuti dengan serangkaian kemenangan pasukan tempur sekutu untuk membebaskan Perancis, Belgia, Belanda dari pendudukan Jerman. Hitler memerintahkan sebuah serangan balik yang bersifat habis-habisan (all out coun tera Hack) terhadap pasukan Rusia di wilayah pinggilan selatan kota Berlin. Jenderal S.S. Felix Steiner ditunjuk sebagai pimpinannya. Sampai saat itu, Hitler merasa lebih aman menggunakan kesatuan-kesatuan S.S dari pada pasukan reguler. Padahal, Himmler sebagai pucuk pimpinan S.S telah berkhianat dengan melarikan diri dari Berlin (Agustinus Pambudi,2005: 96). Perhatian Hitler beralih pada dokumen-dokumen, Hitler memilih mana dokumen yang akan dihancurkan dan memberikan dokumen-dokumen tersebut pada salah satu pengawal pribadinya yang bernama Julius Schaub untuk membakarnya. Tindakan yang Hitler lakukan mencerminkan bahwa Hitler sadar, musuh setiap saat akan masuk ke bunker dan menggeledah dokumen-dokumen rahasia (Agustinus Pambudi, 2005 : 100). Marsekal Goering yang telah lama menanti hari untuk menggeser posisi Hitler ternyata jauh lebih teliti daripada yang sebelumnya diduga. Goering memiliki kemampuan analisis situasi yang sangat tajam. Goering menyadari dirinya sedang menghadapi dilema yaitu jika dia bertindak maka akan dikatakan sebagai pengkhianat tetapi jika tidak bertindak maka ia dituduh telah gagal melaksanakan tugas. Goering meminta Hans Lammers, sekretaris konselir yang pada saat itu berada di Berchtesgaden untuk memberi nasehat resmi dan juga mengambilkan dari brankasnya sebuah salinan dekrit yang dikeluarkan Hitler pada tanggal 29 Juni 1941. Didalam dekrit menjelaskan bahwa apabila Hitler meninggal maka Goering akan menjadi penggantinya dan jika apabila Hitler tidak mampu melaksanakan tugasnya maka Goering akan bertindak atas namanya. Hal ini berarti sesuai isi dekrit tugas Goering untk mengambil alih kepemimpinan militer maupun pemerintahan. Para pembantu – pembantu Hitler yang dahulu setia sekarang berbalik arah kepada Goering dengan harapan akan mendapatkan posisi yang lebih baik. Dalam kenyataannya, tidak hanya Goering yang menginginkan posisi sebagai pengganti Hitler tetapi Himmler pun juga menginginkannya. Tanggal 23 April 1942 Heinrich Himmler mengadakan pertemuan dengan Pangeran Bernadotte di kantor konsulat Swedia di Luebeck yang berada di wilayah Baltik. Dalam pertemuannya, Himmler mengatasnamakan dirinya sebagai pengganti Hitler. Himmler memaksa Bernadotte segera membuka kontak dengan Jenderal Eisenhower bahwa Jerman akan menyerahkan diri kepihak barat. Baik Goering maupun Himmler telah bertindak terlalu cepat, sehingga dengan cepat diketahui Hitler. Walaupun Rusia telah mengepung Berlin dan telah mengisolasi Hitler sehingga Hitler tidak kontak dengan dunia luar tetapi Hitler memiliki radio pemancar yang menghubungkan dirinya dengan pasukannya serta para menteri. Telegram Hermann Goering saat itu telah tiba di Istana Kanselir dan diterima oleh Martin Bormann, sekretaris jenderal partai Nazi. Melihat sebuah peluang di depan matanya, Bormann sang ahli intrik menyampaikan sendiri telegram itu kepada sang Fuehrer. Tanpa diminta, Borman mengomentari telegram itu sebagai suatu ‘ultimatum’ dan pengkhianatan dari Goering untuk ‘merebut’ kekuasaan dari tangan Hitler. Hitler memang menunjuk Hermann Goering sebagai penggantinya, tetapi itu diputuskan tahun 1941, ketika Luftwaffe yang dipimpin Goering berjaya di angkasa Eropa. Setelah Battle of Britain, di mana AU Jerman kehilangan superioritas udaranya, dan terutama setelah pesawatpesawat Sekutu membom Jerman tanpa perlawanan, tampaknya Hitler menyadari telah menunjuk orang yang salah. Tapi Hitler tidak mengubah dekrit yang menunjuk Goering sebagai ”putra mahkota” Reich Ketiga. (Agustinus Pambudi, 2005 :113) Jangankan mendorong pasukan untuk bergerak, untuk menyelamatkan diri saja para tentara sudah tidak bisa, sedangkan orang-orang yang masih punya kekuatan pasukan telah berpangku tangan. Pengkhianatan nampaknya telah menggantikan kesetiaan! Kami tetap tinggal di sini. Istana Kanselir sudah hancur menjadi puing-puing. Selanjutnya malam itu Bormann mengirimkan pesan lain kepada Doenitz : Schoerner, Wenck dan pemimpin pasukan lainnya harus membuktikan kesetiaan mereka kepada Fuehrer dengan jalan menolong menyelamatkan Fuehrer secepatnya. Sebetulnya Bormann sedang berbicara atas kepentingan dirinya sendiri. Hitler telah mengambil keputusan yang mantap untuk menemui ajalnya dalam satu dua hari ke depan ia minta dievakuasi. (Agustinus Pambudi, 2005 :121) Di samping Bormann, terdapat seorang pejabat Nazi lain di dalam bunker yang ingin hidup. Dia adalah Hermann Fegelein, seorang perwira penghubung Himmler di markas Fuehrer, tipikal orang Jerman yang memasuki kalangan elite dibawah peraturan Hitler. Pada 26 April Fegelein diam-diam meninggalkan bunker. Menjelang siang, Hitler mengetahui dia kabur. Kecurigaan Fuehrer pun bangkit, dan dengan penuh amarah dia mengirimkan sekelompok pasukan S.S. bersenjata lengkap untuk mencari Fegelein. Fegelein tertangkap dalam pakaian sipil, ketika sedang beristirahat di rumahnya di daerah Charlottenberg, wilayah yang hampir seluruhnya dikuasai oleh pasukan Rusia. Ia digelandang balik ke Istana Kanselir, dipecat dari S.S., dan ditahan. (Agustinus Pambudi, 2005:122) Pada tanggal 28 April 1945 kabar yang dinanti-nantikan mengenai serangan balasan Wenck, atau serangan balasan pasukan Jerman dari kesatuan mana pun juga, tak kunjung tiba. Menurut salinan berita tersebut, Herr Heinrich Himmler-de treue Heinrich – telah mengkhianati tanah air Jerman yang sedang tenggelam. Kantor berita Reuter memberitakan negosiasi rahasia Himmler dengan Pangeran Bernadotte, dan tawaran Himmler untuk mengatur penyerahan pasukan Jerman kepada tentara Eisenhower di front barat. (Buku hal 125) Himmler dan Goering, dua orang terdekat Hitler dalam Partai Nazi maupun pemerintahan Reich Ketiga, ternyata keduanya sama-sama pengkhianat. Bagi mereka yang kini berkumpul di bunker, dosa Himmler jauh lebih berat apabila dibandingkan Goering. Paling tidak, Goering meminta izin Sang Lehrer untuk mengambil alih kekuasaan militer maupun pemerintahan. Tetapi Himmler, pimpinan S.S., pasukan Partai Nazi yang kejam dan paling loyal kepada Fuehrer itu, bahkan tak mau repot-repot bertanya lebih dahulu. Secara diam-diam Himmler langsung menghubungi musuh tanpa permisi sepatah kata pun ke Berlin. Ini merupakan pengkhianatan kawan sendiri yang benar-benar menyakitkan.Hanya tinggal beberapa meter lagi. Menurut perhitungan pihak Jerman yang paling optimis sekalipun, paling lambat pasukan Rusia membutuhkan waktu satu hari untuk sampai ke ruangan di mana Hitler menerima kabar pengkhianatan Himmler. Berarti sekitar tiga puluh jam ke depan, atau di pagi buta tanggal Pambudi, 2005:126) 30 April. Situasi saat itu benar-benar genting. (Agustinus Keadaan itu memaksa Hitler segera mengambil keputusan terakhir dalam hidupnya. Menjelang fajar dia menikahi Eva Braun, menyusun wasiatnya, mengirim Greim dan Hanna Reitsch untuk memimpin Luftwaffe melakukan pemboman habis-habisan (all-out bombing) terhadap pasukan Rusia yang sedang mendekati Istana Kanselir, dan sekaligus memerintahkan keduanya agar menangkap Himmler sebagai pengkhianat. Hitler menekankan perintahnya dengan sangat tegas, ”Seorang pengkhianat tidak pantas menggantikan aku sebagai Fuehrer! Kalian harus memastikan bahwa dia tidak akan menggantikan aku.” Hitler tidak dapat menunggu terlalu lama untuk membalas dendam kepada Himmler. Liaison officer S.S. sekaligus tangan kanan Himmler, si bodoh Fegelein, telah berada di cengkeraman tangan Fuehrer. Kini si mantan joki yang menaiki karir sebagai jenderal S.S. itu sedang menjalani interogasi yang sangat intensif, untuk menggali informasi seputar pengkhianatan Himmler. Dia tidak lagi dipersalahkan karena desersi. Tuduhannya jauh lebih serius; Fegelein didakwa bersekongkol dalam plot pengkhianatan Himmler.Akhirnya, atas perintah Fuehrer, si bodoh Fegelein digelandang ke halaman Istana Kanselir dan ditembak mati. Fakta bahwa Fegelein adalah suami adik Eva Braun, calon isteri Hitler, tidaklah membantu menyelamatkan nyawanya dari sergapan peluru sebagai hukuman. Eva Braun sendiri sama sekali tidak berusaha sedikitpun untuk menyelamatkan nyawa adik iparnya. Perempuan yang paling dekat dengan Hitler itu malah berbisik di telinga Hanna Reitsch, mengungkapkan keprihatinan dan rasa kasihannya kepada Adolf yang malang-yang ditinggalkan semua orang pada saat-saat paling genting, dan yang dikhianati para sahabat dekat. (Agustinus Pambudi, 2005:127) Ketika Berlin jatuh ke tangan Sekutu, ada dua dokumen sangat penting yang dapat diselamatkan, seperti yang dikehendaki oleh Hitler. Yang pertama adalah Political Testament atau pengakuan politik Hitler yang berisi semacam argumentasi di balik kebijakan anti-Semitisme yang di anut. Yang kedua adalah wasiat Hitler, sang penguasa fasis Jerman yang telah menyengsarakan seluruh dunia.’Pengakuan Politik” atau Political Testament begitu Hitler menyebut dokumen terakhir yang dibuatnya sebelum meninggal, dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama memuat harapannya terhadap generasi Jerman mendatang, yang kedua adalah panduan khusus bagi generasi masa depan Jerman. Beginilah isi Political Testament Adolf Hitler : Lebih dari 30 tahun telah berlalu sejak aku menyumbangkan yang terbaik sebagai seorang sukarelawan pada Perang Dunia Pertama, yang mendorong berdirinya Reich. Dalam tiga dasawarsa ini, hanya cinta dan kesetiaan kepada rakyatku sajalah yang telah memandu pikiran, tindakan dan kehidupanku. Dua hal itu memberiku kekuatan untuk mengambil keputusan-keputusan tersulit yang pernah menghadang manusia Tidaklah benar kalau dikatakan bahwa aku, atau siapapun orang Jerman lainnya, menginginkan perang pada tahun 1939. Perang itu sebenarnya diinginkan dan diprovokasi secara khusus oleh negarawannegarawan dunia, baik yang berasal dari keturunan Yahudi, maupun yang bekerja untuk kepentingan Yahudi. Aku telah memberikan terlalu banyak penawaran untuk pembatasan dan pengendalian senjata, yang akan dihargai oleh generasi mendatang, sebagai pertanggungjawabanku atas pecahnya perang ini. Lebih jauh lagi, setelah Perang Dunia Pertama yang menyengsarakan itu, aku tidak pernah menginginkan peristiwa itu terulang sekali lagi, baik melawan Inggris maupun Amerika. Waktu akan terus berlalu, tetapi dari puing-puing kota dan monumen bersejarah kami, akan selalu muncul kebencian terhadap mereka yang paling bertanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang harus kita ucapkan terima kasih atas semua musibah ini: yaitu jaringan internasional Yahudi dan antek-anteknya. (Agustinus Pambudi, 2005:138) Lalu Hitler beralih ke alasan di balik keputusan untuk tetap tinggal di Berlin hingga menemui ajalnya Setelah enam tahun berperang, kendati kekalahan ini akan dikenang dalam sejarah sebagai wujud sebuah perjuangan mulia dan heroik untuk mempertahankan keberadaan suatu bangsa, aku tidak dapat meninggalkan kota yang telah menjadi pusat negeri ini ... Aku ingin berbagi nasib dengannya, seperti yang juga dikorbankan oleh jutaan orang lain untuk dirinya sendiri dengan tetap tinggal di dalam kota ini. Lagipula, aku tidak akan jatuh ke tangan musuh, yang menginginkan tontonan baru, yang disajikan oleh orang-orang Yahudi, dengan mengalihkan massa histeris mereka. Dengan demikian aku memutuskan bertahan di Berlin dan memilih kematian secara sukarela pada suatu saat ketika Fuehrer dan Istana Kanselir tidak dapat lagi dipertahankan: Aku mati dengan hati penuh kebahagiaan sembari mengingat pengorbanan dan pencapaian yang tak ternilai dari kaum petani dan buruh kami, serta suatu sumbangan yang unik dalam sejarah ketika para pemuda kami berjuang demi namaku. (Agustinus Pambudi, 2005: 139) Bagian kedua dari Political Testament membahas masalah suksesi. Meski Reich Ketiga sedang terbakar dan dihuJani bom yang semakin dahsyat, Hitler tidak dapat berpamitan kepada seisi dunia tanpa menyebut nama penggantinya dan mendiktekan komposisi rinci pemerintahan yang harus disiapkan oleh penggantinya. Pertama-tama, Hitler harus menyingkirkan ”putera mahkota”-nya dari daftar: ”Sebelum kematianku, aku memecat Reich Marshal Hermann Goering dari partai dan mencabut semua hak yang telah diberikan kepadanya oleh Dekrit 20 Juni 1941... Sebagai penggantinya aku menetapkan Laksamana Doenitz sebagai Presiden Reich Ketiga dan Panglima Tertinggi Angkatan Perang Jerman.Sebelum kematianku aku memecat Reichsfuehrer S.S. merangkap Menteri Dalam Negeri, Heinrich Himmler, dari partai dan dari seluruh jabatannya di pemerintahan. (Agustinus Pambudi, 2005:142) Setelah memecat para pengkhianat dan menyebutkan nama penggantinya, kemudian Hitler memberitahu Doenitz tentang siapa saja yang harus ia pilih dalam pemerintahan barunya. Menurut Hitler, mereka adalah orangorang terhormat yang akan menunaikan tugas untuk melanjutkan perang dengan segala cara. Joseph Goebbels harus diangkat menjadi Kanselir, dan Martin Bormann menjadi ’Menteri Partai’, sebuah pos baru dalam ’kabinet pasca-Hitler'. (Agustinus Pambudi, 2005:143) Seyss-Inquart, seorang pengkhianat Austria, menjadi menteri luar negeri. Sedangkan Albert Speer, sepertinya halnya Joachim von Ribbentrop, dipecat. Tetapi Pangeran Schwerin von Krosigk, yang telah menjabat menteri keuangan sejak tahun 1932, tetap dipertahankan pada jabatan itu. Memang, lelaki ini tidak cukup cerdas, tetapi harus diakui bahwa dia orang yang tangguh dan mampu bertahan hidup dalam segala situasi. Kemudian Hitler cepat-cepat mendiktekan wasiat pribadi terakhirnya. Dalam wasiat ini Sang Manusia Penentu Takdir kembali menampakkan karakteristiknya yang manusiawi sebagai manusia kelas menengah ke bawah asal Austria. Hitler menjelaskan mengapa akhirnya menikah, dan mengapa Hitler beserta mempelai wanitanya memutuskan untuk bunuh diri. Dalam wasiat itu, Hitler mewariskan harta kekayaannya, yang mudah-mudahan cukup untuk menopang hidup kerabatnya dalam standar kehidupan yang wajar. (Agustinus Pambudi, 2005:144) Surat wasiat itu dimanfaatkan Hitler untuk menuliskan alasan-alasan mengapa ia akhirnya toh menikahi Eva Braun: Meski selama tahun-tahun perjuangan aku tidak yakin bahwa aku dapat memenuhi tanggung jawab dari suatu pernikahan, namun kini, sesaat sebelum akhir hidupku, aku telah memutuskan untuk mengambil sebagai isteriku, wanita yang setelah bertahun-tahun menjalin persahabatan sejati, yang telah datang ke kota yang terkepung ini, berdasarkan kemauannya sendiri untuk berbagi nasib denganku. la akan menjemput kematiannya bersamaku berdasarkan keinginannya sendiri sebagai isteriku. Pernikahan ini akan menjadi pengganti bagi kami berdua atas apa yang telah hilang selama tugas pengabdianku kepada rakyat. (Agustinus Pambudi, 2005:145) Third Reich hanya bertahan selama tujuh hari setelah kematian pendirinya. Saat setelah pukul 22.00 tanggal 1 Mei, pada saat mayat Dr. Goebbles dan istrinya sedang dibakar di taman Istana Kanselir dan para penghuni bunker berduyun-duyun meloloskan diri melalui sebuah terowongan bawah tanah di Berlin. Seperti pada proses, awal pembentukannya, Third Reich mengakhiri riwayatnya dengan sebuah tipuan. Berita itu jelas bohong, sebab kematian Hitler tidaklah terjadi sore itu, melainkan sehari sebelumnya. Selain itu, berita. radio Hamburg tersebut juga mengandung nada-nada propaganda, yang mengingkari kenyataan, karena menyebutkan Hitler gugur dalam perjuangan hingga hembusan nafas terakhir. Mereka tidak menyebut-nyebut fakta bahwa Hitler mati karena bunuh diri. Namun disiarkannya kebohongan seperti itu memang diperlukan apabila para pewaris tahtanya berkeinginan untuk meneruskan legenda Fuehrer, dan juga bila mereka ingin memegang kendali atas angkatan bersenjata yang masih berjuang mempertahankan negeri. Pasti, pasukan Jerman yang sedang berjuang mati-matian akan merasa dikhianati oleh pemimpinnya sendiri, jika mereka tahu apa yang sesungguhnya terjadi. (Agustinus Pambudi, 2005:181) Akhirnya terjadilah yang tak tertahankan itu. Pada tanggal 4 Mei 1945 komando pasukan Jerman di barat laut Jerman, Denmark dan Belanda menyerah kepada pasukan Jenderal Montgomery. Hari berikutnya, 5 Mei, Angkatan Darat Grup G pimpinan Kesselring, yang terdiri dari Divisi Pertama dan Ke-19 di sisi utara Gunung Alpen, juga menyerahkan diri dan dilucuti. Pada hari yang sama, Laksamana Hans von Friedeburg, Kepala Staf Angkatan Laut Jerman yang baru, tiba di markas besar Jenderal Eisenhower di Reims untuk merundingkan penyerahan diri.Tujuan Jerman, seperti yang diperjelas dengan dokumendokumen terakhir OKW, adalah untuk memperpanjang waktu selama beberapa hari agar memiliki cukup kesempatan memindahkan sebanyak-banyaknya pasukan dan pengungsi Jerman dari jalur pendudukan pasukan Rusia, sehingga mereka dapat menyerahkan diri kepada pasukan Sekutu. Namun upaya itu pun (yang dilakukan untuk menghindari akhir yang lebih buruk), tidak bisa berjalan secara maksimal. Jenderal Einsenhower mengetahui permainan itu. (Agustinus Pambudi, 2005:183) Jenderal Jodl kemudian menyampaikan tuntutan Jenderal Einsenhower itu kepada Doenitz. Pada pukul 01.30 tanggal 7 Mei, Doenitz dari markas besarnya yang baru di Flensburg, menghubungi lewat radio jenderal Jerman yang masih memiliki kekuatan lengkap yang masih bertahan di perbatasan Denmark. Doenitz memerintahkan jenderal itu menandatangani dokumen penyerahan tanpa syarat. Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pukul 02.41 dinihari pada tanggal 7 Mei 1945. Dokumen penyerahan diri Jerman ditandatangani oleh Jenderal Bedell Smith dari pihak Sekutu, dengan Jenderal Ivan Susloparov menambahkan tanda tangan sebagai saksi bagi Rusia dan Jenderal Francois Sevez untuk Perancis. Laksamana Friedeburg dan Jenderal Jodl membubuhkan tanda tangan untuk Jerman. (Agustinus Pambudi, 2005:184) Jerman pasca-Hitler adalah Jerman yang lebih baik, walaupun belum sempurna seperti yang terwujud di penghujung akhir abad 20. Setelah 12 tahun, 4 bulan dan 8 hari, era kegelapan bagi bangsa Jerman berakhir. Ironisnya, era kegelapan itu berujung pada kesengsaraan lain yang kelak dirasakan oleh bangsa Jerman selama lebih dari empat dekade. Berlin dibelah dua oleh tembok yang kokoh, kuat, tanah Jerman dibagi menjadi dua, dan sebagian rakyat Jerman meneruskan kehidupannya dalam wilayah antidemokrasi-sebelum mereka dibebaskan oleh reunifikasi yang ditandai runtuhnya tembok Berlin. (Agustinus Pambudi, 2005:187) Di bawah kekuasaan Hitler, negara Jerman tumbuh sebagai kekuatan militer yang luar biasa. Dibawah komando Hitler, pasukan Jerman melakukan penaklukan-penaklukan yang begitu menakutkan seluruh bangsa lain. Wilayah pendudukan Jerman dalam masa pemerintahan Nazi mencapai ukuran yang tak pernah dicapai oleh siapa pun dalam sejarah-bahkan Napoleon Bonaparte. Namun segalanya berlangsung singkat. Semua kejayaan itu lenyap tak berbekas dalam waktu yang tidak begitu lama. Jerman kehilangan segalanya, bahkan nyaris kehilangan kepercayaan diri, walaupun perang telah selesai. Tahun 1945 tidak ada lagi kekuatan Jerman pada tingkat manapun. Jutaan pasukan darat, tentara AU dan AL menjadi tawanan perang di tanah mereka sendiri. Jutaan penduduk sipil (dari kota hingga seluruh pelosok desa) diperintah oleh pasukan-pasukan musuh yang menang perang. Kepada pasukan asing, penduduk sipil Jerman tidak hanya bergantung soal hukum dan peraturan. Sepanjang musim panas dan musim dingin 1945 yang sangat menggigit, penduduk sipil juga mendapatkan dari pasukan asing suplai makanan dan bahan bakar untuk mempertahankan hidup mereka. (Agustinus Pambudi, 2005:188) Solusi yang diberikan Sekutu untuk membangun kembali Jerman dari reruntuhan perang, dapat mempercepat kebangkitan seluruh negeri. Pundak Jerman tidak diberatkan dengan beban membayar seluruh biaya peperangan, seperti yang terjadi di tahun 1918. Justru beban penduduk diringankan melalui skema bantuan untuk merehabilitasi sarana dan prasarana yang hancur akibat perang. (Agustinus Pambudi, 2005 :189) 6.Dampak Holocaust a).Mencari Keadilan Beberapa Nazi kabur ke negara lain, khususnya ke Amerika Selatan. Adolf Eichman, figur kunci dalam penerapar ”Solusi Akhir”, ditangkap di Buenos Aires, Argentina, Mei 1960. Eichman ditangkap oleh Kesatuan Keamanan Israel dan dieksekusi setelah diadili. Hukumannya menandai sekali-kalinya seorang tahanan dihukum mati di Israel. Pemburu Nazi dan korban selamat Simon Wiesenthal mengoperasikan sebuah pusat dokumentasi Nazi di Wina. Klaus barbie. ”penjagal Lyon” ditangkap dan diadili pada 1987. la dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. ”Malaikat kematian”, Dokter Josef Mengele, berhasil sembunyi dari pemburu Nazi sampai mati tenggelam pada 1979. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 38) Perang Dunia II memberi andil dalam pengembangan hukum internasional. Sekutu mendapatkan kemenangan, memainkan peran penentu dalam membawa peradilan terhadap mereka yang diyakini sebagai pihak yang bertanggung jawab serta pemicu munculnya perang dan juga melakukan banyak kekejaman. Pada akhir Perang Dunia II, pihak sekutu mengadakan sidang militer internasional. Sidang militer tersebut bertujuan untuk mengadili mereka yang melakukan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan serta kejahatan perdamaian. Pengadilan militer internasional tersebut diadakan pada tanggal 20 November 1945 sampai 1 Oktober 1946 di Nuremberg. Pengadilan yang agenda utamanya adalah menghukum Jerman yang terutama para petinggi NAZI. Pengadilan Nuremberg tersebut diadakan atas usulan para pemimpin aliansi yaitu Roosevelt, Churchill, serta Stanlin. Robert Jackson dari Mahkamah Agung Amerika Serikat membawa tuntutan dan memperkenalkan untuk pertama kali dalam sejarah dengan mengajukan tuntutan kejahatan yaitu: malawan perdamaian (merencanakan, mempersiapkan, memulai dan berperang); kejahatan perang (pelanggaran atas peraturan umum tentang peperangan); kejahatan terhadap kemanusiaan (semua kejahatan yang terkait dengan pembunuhan sipil atau genosida). Pengadilan militer internasional terdiri dari hakim Inggris, Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia. (Stephane Downing,2007:68) Dalam pengadilan yang menjadi terdakwa utamanya adalah para petinggi NAZI. Adolf Hitler merupakan pucuk pimpinan NAZI, tentu saja Hitler merupakan orang terpenting serta orang yang paling bertanggung jawab atas serangkaian peristiwa sekitar Perang Dunia II. Namun, pada kenyatannya Hitler beserta isinya yaitu Eva Braun memilih untuk melakukan aksi bunuh diri serta menyuruh tentara NAZI untuk membakar mayat keduanya. Hal tersebut dilakukan karena Hitler tidak menginginkan nasibnya sama dengan Mussolini, dimana mayat Mussolini digantung secara terbalik serta diarak menuju alun-alun untuk dipertontonkan. Asisten setia Hitler yaitu Paul Joseph Goebbels beserta keluarganya juga melakukan aksi yang sama yaitu memilih untuk melakukan bunuh diri. Menurut keluarga Goobbels, setelah kematian Hitler, mereka merasa kehilangan kepercayaan diri dengan menggunakan dalih kesetiaan serta menolak untuk berkhianat. Nasib para petinggi NAZI lainnya yang berhasil selamat diajukan ke pengadilan Nuremberg. Para petinggi NAZI tersebut antara lain Hermann Wilhem Goering, Walter Richard Rudolf Hess, Martinn Bormann, serta Heinrich Luitpold Himmler. Goering ditangkap oleh pasukan sekutu pada tanggal 8 Mei 1945. Selama proses peradilan, Goering sering malakukan kebohongan pada penuntut umum. Setelah kematian Hitler serta Gobbels, Goering menjadi orang yang paling menonjol diantara terdakwa yang lain. Hal ini karena kedudukannya di NAZI yang paling tinggi diantara terdakwa yang lain. Namun, tindakan yang dilakukan Goering gagal untuk meyakinkan hakim dan akhirnya Goering dinyatakan bersalah atas empat tuduhan yaitu konspirasi dalam perang, kejahatan melawan kedamaian, kejahatan perang, serta melakukan kejahatan peperangan terhadap ras manusia. Dalam hal tersebut tidak ada pengurangan hukuman atas Goering, dan hukuman yang dijatuhkan hakim adalah hukuman mati dengan digantung pada tanggal 15 Oktober 1945. Namun, dua jam sebelum dilaksanakannya eksukusi, Goering memilih bunuh diri dalam selnya dengan cara menelan pil Sianida. Mayat Goering dikremasi serta abunya dilarung di Sungai Isair. Selama Perang Dunia II berlangsung, Walter Richard Rudolf Hess berada dalam penjara Inggris. Hal ini terjadi akibat misi rahasia yang Hess lakukan. Ketika Jerman merencanakan penyerbuan terhadap Inggris, Hess sangat tidak setuju. Hess melakukan kebohongan, dengan mengaku sebagai utusan Hitler. Hess kemudian melakukan misi rahasia dengan melakukan penerbangan menuju Inggris serta Skotlandia dengan membawa proposal perdamaian antar kedua negara. Proposal perdamaian berisi bahwa Jerman dan Hitler hanya ingin mendapatkan ruang hidup bagi bangsanya serta tidak ada keinginan untuk menghancurkan persahabatan sesama bangsa Eropa, Jerman akan mengembalikan semua daerah Eropa yang telah ditaklukkan oleh Jerman kepada pemerintahan yang sah, tetapi militer-militer Jerman tetap berada di wilayah-wilayah tersebut, Jerman juga akan membayar semua kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh Jerman selama perang, dan pemberitahuan kepada Inggris serta Skotlandia bahwa Jerman akan menyerang Uni Soviet. Usaha yang dilakukan Hess mengalami kegagalan, Hess dimasukkan kepenjara selain itu akibat tindakannya Hitler menjadi marah karena merasa telah dikhianati segera mencopot jabatan Hess dan menyerahkannya kepada Martin Bormann. Baru ketika perang telah berakhir dan para petinggi NAZI dihadapkan di depan pengadilan perang Nuremberg, Hess turut diadili serta dijatuhi dengan hukuman seumur hidup. Rudolf Hess meninggal pada 17 Agustus 1987 dalam usia 92 di kebun Penjara Spandau. (Luger Ballack,2007:104) Sedangkan nasib Martin Bormann tidak pernah diketahui oleh masyarakat dunia. Kabar kematian Bormann ada beberapa versi sehingga menimbulkan kontroversi. Sejarah mencatat bahwa Bormann di tembak mati oleh tentara Rusia saat berusaha menerobos kepungan tentara Rusia, dua hari setelah Hitler bunuh diri. Menurut sopir pribadi Hitler yaitu Erick Kempka, Bormann terbunuh saat mencoba melintasi barisan pasukan Rusia menggunakan tank dan tank tersebut berhasil dibakar oleh pasukan Rusia. Namun, kesaksian tersebut dibantah oleh ahli sejarahwan karena pada saat itu Erick mengalami cidera yang mengakibatkan kebutaan. Kesaksian yang lain yaitu Pemimpin Organisasi Kepemudaan Hitler yaitu Arthur Axmann mengaku telah melihat Bormann melakukan bunuh diri dengan menelan pil Sianidapada 2 Mei 1945 di Invalidenstrasse, bagian Utara Sungai Spree, Berlin.laporan lainnya mengenai kehadiran Bormann di sebuah biara di Italia Utara pada tahun 1946. Bormann datang ke biara untuk menghadiri pemakaman istrinya yaitu Gerda. Akibat banyaknya informasi yang menjadi kontroversi maka pengadilan Nuremberg pada tanggal 1 Oktober 1946 menjatuhkan hukuman mati kepada Bormann. Meskipun tanpa kehadiran Bormann pada persidangan tersebut. (Luger Ballack,2007:144) Himmler pada masa tugasnya melakukan pengkhianatan kepada Hitler sehingga memaksa Hitler untuk mencopot jabatannya. Kondisi serta statusnya yang telah terhimpit mengharuskan Himmler untuk lari ke Flensburg, dengan membuat identitas palsu.namun seseorang dari unit pasukan Inggris mencurigai Himmler, hal ini karena dokumen-dokumen terlihat janggal serta tidak sesuai dengan biasanya. Pada tanggal 22 Mei 1945 Himmler ditangkap oleh Sersan Arthur Britton dari pasukan Inggris di Bremen dan diajukan dalam pengadilan militer Nuremburg. Himmler di penjara di Luneburg, dalam selnya Himmler memutuskan untuk bunuh diri dengan menelan pil Sianida. (Luger Ballack,2007:165) Pengadilan putaran kedua dikenal sebagai Subsequent Nuremberg Proceedings, diadakan oleh Pengadilan Militer Amerika Serikat. Pengadilan tersebut mengadili 185 terdakwa yang dibagi menjadi 12 kelompok. Ini meliputi para dokter NAZI, anggota Einsatzgruppen, para [etugas kamp, hakim Jerman, para jenderal, juga pimpinan utama perusahaan Jerman yang telah memakai tenaga kerja budak, perusahaan yang dibangun untuk melakukan kerja paksa atau memproduksi serta menjual gas Zyklon-B. seperti pada pengadilan pertama pembelaan pada umumnya para terdakwa mengatakan bahwa mereka hanya mengikuti perintah. Meskipun demikian ada beberapa vonis hukuman mati serta hukuman penjara, juga terdapat pembebasan dari tuduhan. Setelah itu badan pendudukan Aliansi terus mengadili anggota NAZI. Secara keseluruhan terdapat 5.025 penjahat NAZI dihukum antara tahun 19451949 di Amerika Serikat, Inggris, serta Perancis seperti halnya mereka yang diadili di Soviet. Komisi Kejahatan Perang Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyiapkan daftar para penjahat perang yang kemudian diadili di negara-negara Aliansi juga negara-negara yang tadinya di bawah pendudukan NAZI. Pengadilan Polandia telah mengadili kurang lebih 40.000 penjahat perang NAZI. Pengadilan Jerman mulai berfungsi sejak tahun 1945. pada pengadilan 1958 Jerman Barat membentuk agen khusus di Ludwigsburg untuk menopang penyelidikan kejahatan perang dan menyiapkan gugatan untuk pengadilan. Mulai 1989 kurang lebih 105.000 warga Jerman telah diselidiki serta lebih dari 6.000 telah dihukum. Kehormatan khusus hendaknya diberikan pada Simon Wiesenthal. Simon Wiesenthal lahir di Buczacz, Ukraina, saat tentara NAZI menyerang Soviet ia dan istrinya dikirim ke beberapa kamp kerja paksa. Setelah 1942, saat Solusi Akhir diterapkan, Wiesenthal selamat dari beberapa kamp pembantaian di Mauthausen, Wiesenthal dibebaskan saat ia akan menjalani hukuman mati. Setelah perang, Wiesenthal bekerja keras untuk mengumpulkan informasi untuk menghukum para penjahat perang. Setelah pengadilan Nuremberg, Wiesenthal menjadi pemburu NAZI dan berjasa dalam membawa banyak penjahat perang untuk diadili, termasuk Adolf Eichmann. Wiesenthal adalah seorang penulis dan juga pendiri Simon Wiesenthal Centre dan Museum of Tolerance. Setelah Blokade tahun 1948 yang membuat Jerman lebih kuat dan untuk kepentingan geo-politik Amerika Serikat, dewan grasi dibentuk untuk memberikan keringanan kepada banyak pendukung NAZI yang menjadi terdakwa. Hanya dalam beberapa tahun saja, hukuman tersebut diperingan, ampunan diberikan, serta narapidana diberi kesempatan untuk berbuat baik. Mulai 1951 sebuah amnesti umum diberikan, 77 narapidana NAZI dibebaskan. Industriawan Alfred Krupp adalah salah satu diantara para tahanan yang dibebaskan. Kekayaannya dikembalikan serta ia dikembalikan sebagai pemimpin perusahaannya yang telah mendapat keuntungan besar dari tenaga kerja budak. Hanya lima orang tetap dihukum mati, yang semua itu telah berpartisipasi secara langsung dalam pembunuhan massal. Beberapa pemimpin NAZI yang dibebaskan atau melarikan diri mengambil identitas baru di Jerman, Austria, Amerika Serikat atau negara-negara Arab. Banyak yang terlibat untuk membantu mengatasi masalah tersebut antara lain institusi serta organisasi yang meliputi ODESSA (organisasi mantan SS), gereja katolik, bahkan agen imteligen yang ingin menggunakan keahlian militer serta ilmiah mereka dalam perang melawan komunisme dahulu. Adolf Eichmann yang merupakan pegai SS yang bertanggung jawab atas deportasi orang Yahudi, tersebut melarikan diri ke Argentina sampai tahun 1960. setelah itu Eichmann diculik oleh agen Israel serta dibawa ke pengadilan. Eichmann diputuskan bersalah dan digantung. (Stephane Downing,2007:67-73) b)Memulai Hidup Baru Setelah perayaan dan kesadaran bahwa mereka bebas, korban selamat menghadapi tugas untuk kembali dalam kehidupan nyata. Dengan perasaan campur baur, beberapa orang mencari sanak keluarga, yang sebagian besar telah tewas. Beberapa kembali ke ”rumah” mereka yang telah hancur selama perang. Dalam tahun yang sama, Amerika Serikat menandatangani Perundangan Penempatan Warga 1948. Perundangan ini mengurangi pembatasan terhadap imigran, tapi juga memuat sentimen antisemit yang kuat dan membatasi jumlah Yahudi yang diijinkan untuk berimigrasi. Kamp-kamp Penempatan dibuat untuk membantu korban selamat bersatu kembali dengan keluarga dan teman, dan beradaptasi dengan masyarakat. Di sana, orang-orang menunggu untuk diterima di negara-negara seperti Amerika Serikat dan Palestina berdasarkan mandat Inggris. Di bawah pengawasan Inggris, hanya sedikit orang yang diijinkan masuk ke Palestina tanpa dokumen yang benar. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 36) c)Lahirnya Negara Baru Untuk mengakhiri skandal penanganan korban selamat ini, pada 1947 Komisi Khusus Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSCOP) menyarankan agar Palestina dibagi meniadi negara Arab dan Yahudi. Para Yahudi menerima pembagian ini, namun bangsa Arab menolaknya. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 36) Rencana tersebut diadopsi pada 29 November 1947, sebagian besar karena dukungan Harry S. Truman. Tidak lama kemudian menjadi jelas bahwa rencana ini tidak akan berhasil. Bangsa Arab menyatakan perang untuk menyingkirkan Yahudi dari Palestine. Pada akhir 1948, garis-garis gencatan senjata dengan resmi dibentuk. Kota Suci Yerusalem dibagi atas bagian Israel (barat) dan bagian yang dikendalikan oleh Yordania (timur). Bagian Yordania mencakup kota tua bertembok yang memiliki beberapa lokasi religius penting Yahudi, Muslim, dan Kristen. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 37) Pada 1978 Presiden Amerika Serikat jimmy Carter mengumumkan pembentukan Komisi Presiden untuk Holocaust. Salah satu tujuannya adalah membuat sebuah memorial bagi korban jiwa dan selamat Holocaust. Pada 1993, Museum Memoria Holocaust Amerika Serikat dibuka di Raoul Wallenberg Place di Washington D.C. Museum meliputi beberapa pameran permanen termasuk Remember the Children: Daniel’s Story and the Holocaust, yang berada di tiga lantai. Gedung itu juga memuat perpustakaan penelitian, dua teater, sebuah Tembok Kenangan, dan sebuah tempat untuk mengenang kembali, The Hall of Remembrance. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 38) d)Yad Vashem Dibentuk di Yerusalem pada 1953. Yad vashem adalah Kewenangan Pengenangan Martir dan Pahlawan Holocaust. Merupakan memorial rakyat Yahudi bagi mereka yang dibunuh oleh Nazi. Yad Vashem adalah arsip terbesar di dunia tentang informasi Holocaust – lebih dari 63 juta halaman dokumenter, hampir 300.000 foto, ribuan film, dan kesaksian korban selamat. Yad Vashem juga mencakup beberapa museum, sejumlah memorial, dan sebuah Institut Studi Holocaust Internasional. (Judith Sandeen Bartel, 2005 hal 38) e)Kompensasi dan Perbaikan terhadap Holocaust Pada tahun berikutnya setelah Perang Dunia II berakhir, sebagian kekayaan, uang kontan, dan aset-aset lain milik Yahudi yang dirampas oleh Nazi dikembalikan kepada para korban Holocaust atau ahli waris mereka, atau ketika tidak ada korban atau ahli warisnya, diserahkan kepada organisasi amal Yahudi. Banyak orang Yahudi mengklaim bahwa jumlah yang dikembalikan itu tidak sama jumlahnya dengan yang telah hilang, dan tidak ada cara untuk menghitung ukuran, ekonomi atau yang lainnya, atas penderitaan dan kehilangan kehidupan yang mereka alami. Banyak peneliti mencatat bahwa tidak ada ganti rugi yang bisa dipersamakan nilainya dengan siksaan dan cobaan berat yang dialami orang Yahudi Eropa selama Holocaust. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 98) Pada awal tahun 1950-an, negosiator bagi pemerintahan jerman Barat dan negara Israel, dan juga wakil dari Konferensi Klaim Kekayaan Yahudi terhadap Jerman (sebuah kelompok yang memayungi 22 organisasi Yahudi), setuju bahwa kekayaan yang hilang akan menjadi dasar kompensasi satu-satunya. Kekayaan yang hilang ini diperkirakan berjumlah $14 miliar. Sebagai akibat dari persetujuan dengan Konferensi Klaim Kekayaan Material dart negara Israel, pemerintahan Jerman Barat mengundang-undangkan Hukum Jaminan Kekayaan yang Hilang Federal Jerman pada tahun 1952. Menurut hukum ini, Jerman Barat mengabulkan untuk memberikan barang-barang yang bernilai kira-kira $720 juta kepada Israel selama periode 12 tahun dan membayar sekitar $100 juta untuk rekonstruksi komunitas Yahudi di Eropa. Pembayaran tambahan diberlakukan bagi buruh budak Yahudi. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 98) Setelah reunifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur pada tahun 1990, klaim konferensi dan Organisasi Restitusi Yahudi Dunia mulai bernegosiasi dengan bank Swiss, agen-agen asuransi, dan industri-industri Jerman, untuk membentuk sebuah program kompensasi tambahan bagi korban selamat dari peristiwa Holocaust tersebut. Negosiasi-negosiasi tersebut bertujuan untuk mengembalikan harta kekayaan kaum Yahudi yang telah diambil alih atau dijual secara paksa selama tahun-tahun rezim Nazi. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 98) Berbagai negosiasi juga berhasil menciptakan undang-undang legislasi restitusi di negara-negara Eropa berkenaan dengan rekening bank yang dirampas, dicuri di kamp-kamp, dan kerja seni yang dirampas. Selain itu, pada Agustus 1998, sekitar $1,25 miliar penyelesaian dengan bank Swiss dicapai. Kesepakatan itu bisa memberikan dana bagi korban selamat Holocaust untuk mengganti harta dan aset-aset mereka yang dirampas yang bisa dilacak di bank-bank Swiss atau memberikan lapangan kerja di perusahaan-perusahaan milik Swiss bagi budak dan buruh Yahudi atau bagi perusahaan yang telah mendepositokan aset-asetnya di Switzerland. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 99) f)Aksi-Aksi Gereja Pada tahun 1960-an, atas inisiatif Paus John XXIII, Dewan Vatikan Kedua melontarkan deklarasi Nostra Aetate (Di Masa Kita) yang di dalamnya menyatakan ”Menyesali kebencian, penyiksaan dan penampakan anti-Semitisme yang diarahkan terhadap kaun Yahudi”. Pada tahun 1990-an, konfetensi uskupuskup Katolik d Hungaria, Jerman, Polandia, dan Prancis mengambil resolusi yang berisi celaan terhadap ajaran anti-Semit dan atas kebungkaman Gereja Katolik selama peristiwa Holocaust. Pada Maret 1998, d bawah Paus John Paul II, Vatikan mengeluarkan pernyataan ”Kita Ingat: Sebuah Refleksi terhadap Shoah,” yang secara terbuka meminta permohonan maaf atas kejahatan dan kesalahan yang dilakukan atas nama gereja. Pada Maret 2000, John Paul II mengunjungi Yad Vashem, sebuah tempat memorial Holocaust di Jerusalem, untuk memberikan penghormatan terhadap jutaan orang Yahudi yang dibunuh dalam peristiwa Holocaust. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 99) Berbagai pernyataan yang dibuat oleh Gereja Katolik pada tahun 1990an menunjukkan bahwa gereja menolak terbebani tanggung jawab sejarah atas peran penganiayaan anti-Semit yang dimainkan selama Perang Dunia. II. Namun, dengan mencela anti-Semitisme, yang mengekspresikan penyesalan atas Holocaust, dan meminta maaf atas kebungkaman umat Kristen yang menyaksikan pembunuhan massal tersebut, pernyataan-pernyataan yang dibuat gereja di akhir abad ke-20 menguraikan dasar baru dalam memperbaiki hubungan dan dalam perang melawan prasangka. Permulaan tahun 1970-an, sebuah perubahan serupa dilakukan di gereja-gereja Protestan Jerman. Banyak teolog Jerman yang mencela tradisi anti-Yahudi pads gereja-gereja Protestan dan mengakui kegagalan mereka untuk bertindak selama Holocaust. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 100) g)Tugu Peringatan Holocaust Berbagai tugu peringatan dan museum yang berkenaan dengan Holocaust dibangun di seluruh dunia. Di Jerman dan negara-negara Eropa yang berada di bawah penjajahan Nazi, di berbagai bekas kamp konsentrasi dan pusatpusat pembunuhan telah diubah menjadi museum dan tugu peringatan. Di negaranegara yang tidak terlibat dengan peristiwa Holocaust tersebut, pemerintah dan organisasi-organisasi yang didirikan para korban Holocaust, juga turut serta dalam mendirikan tugu peringatan dan juga museum. Di antara mereka adalah di Yad Vashem, Sumber Kenangan Para Martir dan Pahlawan Holocaust (the Holocaust Martyrs’ and Heroes’ Remembrance Authority), yang dibangun padsa tahun 1953 di Jerusalem oleh sebuah aksi parlemen Israel untuk menghormati kaum Yahudi yang dibunuh oleh Nazi. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 100) Di Amerika Serikat sendiri dibangun dua museum yang dibuka pada tahun 1993: the United States Holocaust Memorial Museum yang terletak di Washington, D.C., yang didedikasikan untuk menghadirkan sejarah Holocaust, dan the Museum of Tolerance yang terletak di Los Angeles, California, yang didedikasikan untuk menentang prasangka, intoleransi, kekerasan atas hak-hak asasi manusia, dan juga pembunuhan massal. h)Ilmuwan Holocaust Para ilmuwan mulai melakukan investigasi sistematis terhadap Holocaust pada tahun 1960-an. Kajian tentang peran anti-Semitisne dalam ideologi Nazi, munculnya Nazi ke tampuk kekuasaan, dan struktur rezim Nazi dipublikasikan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Ilmuwan holocaust pada tahun 1980-an dikarakterisasi oleh sebuah perdebatan di antara yang disebut kaum intensionalis, yang mempertahankan pendapat seputar Nazi yang meluncurkan program ”solusi akhir” dengan sistem ujicoba (trial and error). Pada tahun 1990-an, fokusnya berganti menuju berbagai motivasi pelaku dan memori Para korban serta reprsentasi holocaust itu sendiri. Pertanyaan tentang keunikan dan universalitas Holocaust serta politik pembunuhan massal menjadi fokus utama penelitian oleh Para ilmuwan pada saat abad ke-21 mulai menampakkan batang hidungnya. Para ilmuwan ini menggali berbagai pemasalahan seperti, apakah ada perbedaan antara pembunuhan massal secara umum dengan Holocaust; apakah korban-korban Nazi yang lain juga adalah korban Holocaust, dan apakah ada perbedaan di antara kebijakan Nazi terhadap kaum Yahudi dengan kebijakan-kebijakan mereka terbadap korbankorban yang lain. (George Sanford, Gerhard L, Weinberg, 2007 hal 101)