KIMIA MEDISINAL Adalah ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip kimia dan biologi untuk: -Memahami mekanisme aksi obat -Memantapkan hubungan struktur-aktivitas biologis -Menemukanobat baru www.ashfarkurnia.wordpress.com kimia medisinal Hubungan Kimia Medisinal dengan Ilmu Lain Kimia Organik & Biokimia Kimia Medisinal Biologi & Mikrobiologi Farmakologi Farmasetika Biofarmasetika Toksikologi & Patologi Faktor yang mempengaruhi aksi biologis obat • SIFAT FISIKA-KIMIA • PARAMETER STRUKTUR KIMIA • PERTIMBANGAN RUANG (STERIK) SIFAT FISIKA-KIMIA • SIFAT FISIKA-KIMIA – – – – – Kelarutan dan koefisien partisi Ionisasi Ikatan hidrogen Pembentukan khelat Aktivitas antarmuka • PARAMETER STRUKTUR KIMIA – – – – – Resonansi Efek induktif Potensial oksidasi Interaksi obat-reseptor Isosterisme • PERTIMBANGAN RUAG (STERIK) – Dimensi molekuler – Jarak interatom – stereokimia SIFAT FISIKA-KIMIA • SIFAT FISIKA-KIMIA – – – – – Kelarutan dan koefisien partisi Ionisasi Ikatan hidrogen Pembentukan khelat Aktivitas antarmuka • PARAMETER STRUKTUR KIMIA – – – – – Resonansi Efek induktif Potensial oksidasi Interaksi obat-reseptor Isosterisme • PERTIMBANGAN RUAG (STERIK) – Dimensi molekuler – Jarak interatom – stereokimia ..KELARUTAN & KEOFISIEN PARTISI.. • • • • Kelarutan dalam cairan biologis Keofisien partisi (P) lipid/air Log P ~ lipofilisitas = hidrofobisitas Kelarutan & keofisien partisi sangat penting untuk obat agar dapat mencapai dan mempertahankan kadarnya dalam jumlah efektif pada lokasi aksi untuk absorbsi & distribusi • Kelarutan & keofisien partisi~ kemampuan untuk menembus membran sel • Transfer obat melewati membran sel, >>difusi Pengaruh lipofilisitas pada durasi aksi TOTAL C LIPOFILISITAS 7-9 Paling lipofil 5-7 menengah <4 Paling polar ONSET-DURASI Onset cepat Durasi pendek (<3 jam) Onset & durasi menengah (36 jam) Onset lambat Durasi lama (>6 jam) - Contoh pada turunan barbiturat. - Substitusi asam barbiturat pada C5 (R5 & R5’) ..IONISASI.. • Obat bersifat asam/basa karena ada yang mempunyai aksi biologis dalam bentuk molekul dan ion • Contoh: – Asam lemah : turunan asam barbiturat – Basa lemah : kokain • Aksi obat terjadi di dalam sel/membran sel. Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis a. Ionisasi akan meningkatkan kepolaran atau menurunkan koefisien partisi KOKAIN HCl POLAR. Solubility in water (1:0,4) KOKAIN base NON POLAR. Solubility in water (1:600) KOKAIN Garam asam/basa diabsorbsi sebagai molekul tak terdisosiasi. Aktivitassebanding dengan kadar molekul bebas yang tidak terdisosiasi Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis H OH O R R N NH tautomeri O OH N H O HO R=H asam barbiturat R=C2H5 asam 5-etilbarbiturat pKa = 4,0 tidak aktif hipnotik/sedatif N - R N OH H+ OH HO N O - Struktur aromatik lengkap menstabilkan ion barbiturat pada pKa = 7,4 Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis O H3C H3C H3C - OH H3C + H NH O O N H Asam 5,5-dietilbarbiturat pKa = 7,4 Aktivitas hipnotik/sedatif O NH O N Ion 5,5-dietilbarbiturat Pada pH 7,4 hanya sebagian yang dapat menembus sawar otak O - Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis b. Reaktivitas gugus asam/basa pada permukaan di dalam sel O O + H3N OH CH3 H+ H2N O OH OH- H2N CH3 pH media tinggi kadar anion meningkatk, aktivitas kation biologis meningkat pH media rendah kadar kation meningkat, aktivitas anion biologis meningkat O CH3 - Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis O c. Memungkinkan memformulasi sediaan cair/larutan dari obat yang sukar larut CH3 OH CH3 O R CH3 O CH3 R=H metilprednisolon praktis tidak larut dalam air (1:>10000) R=COCH2CH2COOH metilprednisolon-21-hemisuksinat sukar larut dalam air (1:1000-10000) R=COCH2CH2COONa sodium metilprednisolon-21hemisuksinat mudah larut (1:1,5) Pengaruh ionisasi pada aktivitas biologis O Cl HN Cl O + N O - O R OH R=H kloramfenikol sukar larut dalam air R=COCH2CH2COONa kloramfenikol Na suksinat sangat mudah larut dalam air Obat Dengan Aksi Biologik dalam Bentuk Ion • Ionisasi meningkat aksi biologi meningkat • Penetrasi ke membran sel sulit berkurang • Obat-obat ini aksi biologiknya di luar sel Obat Dengan Aksi Biologik dalam Bentuk Ion Contoh: Aminoakridin + N H NH2 8 9 1 7 2 6 3 N 5 4 10 N + NH2 H • NH2 pada posisi 3,6 dan 9 menaikan kekuatan basa • untuk mempunyai aksi antibakteri yang efektif pada pH 7, maka: – Suhu 20oC, dibutuhkan 75% terionisasi (kation) – Suhu 37oC, dibutuhkan 67% terionisasi (kation) Obat Dengan Aksi Biologik dalam Bentuk Ion Contoh: Aminoakridin N N H • HN2 pada posisi 4 melemahkan kekuatan basa • Karena akan terbentuk ikatan hidrogen intra molekular • NH2 pada posisi 1 dan 2 tidak menstabilkan resonansi, sehingga kekuatan basa lemah H • Akridin, trifenilmetan & zat warna basa lain berfungsi sebagai antibakteri karena bentuk kationnya akan berinteraksi dengan anion esensial (misal: gugus asam) dari sel bakteri membentuk suatu garam yang sukar terdisosiasi dan stabilitas tinggi. O Sel + - O H O + N H H R H + Sel N - O H H • Sel bakteri umumnya mempunyai titik isoelektrik pada pH 4 pada pH 7,4, sel bersifat anion obat-obat bentuk kation efektif R ..IKATAN HIDROGEN.. • Ikatan yang terbentuk antara H dengan N,O,F • Protein terdenaturasi ikatan hidrogennya pecah • Kekuatan ikatan ion ± 1/50 ikatan kovalen O—H --------- O N—H --------- O O—H --------- N N—H --------- N O—H --------- F N—H --------- F F—H ---------- F F—H ----------N F—H ---------- O Ikatan hidrogen terjadi : - intra molekuler - inter molekular H O O N O O N O H O O O H N O • Umumnya intra lebih kuat dari inter • Pada intra terbentuk cincin dengan 6 atom (termasuk H) >kuat (struktur>stabil) • Ikatan hidrogen berpengaruh terhadap sifat-sifat fisika molekul: t.d., t.l., kelarutan, serapan IR, dll Hubungan ikatan Hidrogen dengan aktivitas biologis H N O N H3C H H N O N H3C H H N O N H3C H Senyawa 1-fenil-3-metil-5-pirazolon akan membentuk polimer linier • senyawa A: tidak larut dalam air, dan sukar larut dalam eter, non analgetik • Senyawa B: mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam eter, oartisi khas, penetrasi ke SSP baik, efek analgetik baik • CATATAN: jika terbentuk polimer linier, penggantuan atom H dengan gugus metil, hanya menyebabkan perubahan sifat fisika kimia yang kecil H3C N O N H3C H H O Contoh lain: O OH H O H O O O O H OH • Senyawa A: antibakteri, seperti asam benoat; analgetikantipiretik; pKa 3,0; kelarutan dalam air<<; P>> (300 xB) • Senyawa B: antibakteri <, non analgetik; pKa 4,5; kelarutan dalam air >> H O O O CH3 H O O H O O O CH3 O CH3 • Senyawa C: antibakteri <<< OH fenol terlindungi, OH karboksilat tidak ada • Senyawa D: antibakteri > ikatan hidrogen tidak membentuk cincin asosiasi tidak kuat, OH fenol masih bebas ..PEMBENTUKAN KHELAT.. • Khelat senyawa kombinasi suatu donor elektron ion logam, membentuk suatu struktur cincin. Donor elektron~ligan • Khelat menurunkan/menghilangkan efek toksik logam. Ligan harus bersaing secara efektif dengan sistem kimia tubuh dimana kelebihan logam terkait SIFAT FISIKA-KIMIA • SIFAT FISIKA-KIMIA – – – – – Kelarutan dan koefisien partisi Ionisasi Ikatan hidrogen Pembentukan khelat Aktivitas antarmuka • PARAMETER STRUKTUR KIMIA – – – – – Resonansi Efek induktif Potensial oksidasi Interaksi obat-reseptor Isosterisme • PERTIMBANGAN RUAG (STERIK) – Dimensi molekuler – Jarak interatom – stereokimia ASPEK-ASPEK STRUKTUR KIMIA • TIPE-TIPE AKSI FARMAKOLOGIS OBAT bergantung pada tingkat pengaruh struktur kimia terhadap aktivitas biologi, obat dikelompokkan menjadi: – Obat berstruktur non spesifik – Obat berstruktur spesifik OBAT STRUKTUR NON SPESIFIK • CIRI-CIRI: – Validasi struktur luas – Aksi farmakologis lebih disebabkan oleh sifat fisika molekul obat dari pada oleh struktur kimianya – Loka aksi tidak spesifik – Contoh: obat yang bekerja menekan fungsi sel, menyebabkan perubahan konformasi biopolimer (anastetik umum, bakterisida tertentu) • SIFAT FISIKA: – – – – Kelarutan Tekanan uap Koefisien partisi Tegangan permukaan • Strukturnya bervariasi, yaitu: – Barbiturat – Alkohol tersier – Karbamat – Amida – N,N-diasilurea Obat-obat Hipnotika • Mempunyai 2 bagian molekul – Bagian non ionik yang sangat polar – Bagian hidrokarbon atau hidrokarbon terhalogenasi yang cukup lipofil • Molekul untuk senyawa hipnotik: – Bersifat aktif permukaan – Log P = 1-3 – Contoh: etklorvnal, amobarbital OBAT STRUKTUR SPESIFIK Sebagian besar obat merupakan tipe ini. Ciri: • Efektif pada kadar < dari obat berstruktur non spesifik • Sifat fisikokimia sama-sama penting untuk aksi farmakologi obat, namun (tertentu) struktur mempunyai pengaruh lebih besar • Loka aksi: reseptor spesifik/enzim • Perubahan struktur yang kecil menyebabkan perubahan aktivitas farmakologis yang besar. 2.1. RESONANSI & EFEK INDUKTIF • Delokalisasi elektron akan menstabilkan sistem O O R R - O O NH2 + NH3 R R O O - SIFAT FISIKA-KIMIA • SIFAT FISIKA-KIMIA – – – – – Kelarutan dan koefisien partisi Ionisasi Ikatan hidrogen Pembentukan khelat Aktivitas antarmuka • PARAMETER STRUKTUR KIMIA – – – – – Resonansi Efek induktif Potensial oksidasi Interaksi obat-reseptor Isosterisme • PERTIMBANGAN RUAG (STERIK) – Dimensi molekuler – Jarak interatom – stereokimia 3.1. Dimensi Molekuler & Jarak Atom • Reseptor mempunyai bentuk tertentu dan gugusgugus fungsional yang berinteraksi dengan obat. • Obat-obat mempunyai gugus-gugus fungsi yang berinteraksi dengan reseptor pada pembentukan kompleks obat-reseptor. • Jarak intra atom gugus-gugus yang berinteraksi dengan reseptor pada obat harus sesuai dengan jarak intra atom gugus-gugus fungsional reseptor yang berinteraksi dengan obat. • Molekul yang mempunyai dimensi molekuler terlalu besar mengganggu interaksi. • Jarak intra atom berbeda interaksi gugus fungsional sulit terjadi kekuatan aktivitas berbeda. • Obat-obat yang mempunyai dimensi molekuler dan jarak intra atom yang berinteraksi dengan reseptor bersesuaian bisa salling menduduki reseptornya menghasilkan efek samping. O CH3 CH3 N N O O CH3 CH3 5,5 A 5,5 A Adiponektin Difenhidramin 7,5 A O + N H2N O CH3 CH3 CH3 N O CH3 5,5 A Carbakol H2N 5,5 A Prokain CH3 3.2. Isomerisme • Isomer: –Optik –Geometrik –Konformasi 3.2.A. Isomer Optik • Perbedaan hanya dalam pemutaran bidang cahaya terpolarisasi: isomer (+)/d ; (-)/l • Enantiomer/zat enantiomorf/antipoda optik • Perbedaan aktivitas farmakologik zat-zat enantiomorf disebabkan oleh perbedaan susunan ruang/stereokimia Sistem R dan S (sistem Cahn, Ingold dan Prelog) • Nomor atom tertinggi adalah prioritas utama • Jumlah isomer senyawa yang mempunyai n atom C asimetrik = 2n isomer a b b a c c Senyawa 1 (R) senyawa 2 (S) Pasangan zat enantiomer dengan gugus a, b, c, dan d dalam urutan nomor atom menurun a>b>c>d OH O OH H2N OH Cl H2N NH Cl D(-)-treokloramfenikol HN OH O Cl L(+)-eritrokloramfenikol Cl OH O OH H2N OH H2N NH D(-)-eritrokloramfenikol HN O Cl OH L(+)-treokloramfenikol Cl Cl Cl Pengaruh isomer optik terhadap aktivitas farmakologi • Pada diasteromer – Tipe reaksi sama, sifat bisa berbda aktivitas farmakologi berbeda • Pada enantiomer – Obat berstruktur non spesifik aktivitas sama – Obat berstruktur spesifik aktivitas bisa sama, bisa juga berbeda. Paling umu berbeda Senyawa 1 a Senyawa 2 c b a c b 3.2.B. Isomer Geometri (cis-trans) • Perbedaan konfigurasi strukutur karena perbedaan relatif atom/gugus pada sistem ikatan rangkap • Isomer geometrik, bila mempunyai atom C asimetrik enentiomer optik aktif H3C H3C CH3 H CH3 H3C H3C CH3 H3C H H H3C H CH3 Pengaruh isomer geometrik pada aktivitas farmakologi • Isomer cis-trans memiliki sifat fisika kimia yang berbeda, ikatan interaksi obat-reseptor beda respon/intensitas aksi biologis berbeda. HO Contoh: dietilstilbestrol OH HO CH3 HO H3C OH OH H3C • Jarak antaratomik gugus –OH pada transdietilbestrol dan pada estradiol adalah sama, yang menerangkan aktivitas estrogenik yang lebih besar pada isomer trans CH3 3.2.C. Isomer Konformasi • Perbedaan konfigurasi struktur karena rotasi atom/gugusan pada sekitar ikatan • Bentuk-bentuk konformasi • Gerhana (eclipsed), selang-seling (staggered), condong (skew), canggung (gauche) • Pada molekul siklik, bila gugus-gugus paling besar terpisah sejauh mungkin paling stabil kedudukan “staggered” kecuali jika terjadi daya tarik-menarik antar gugusan/atom. Molekul Siklik • Konformasi heterosiklik biasanya berkelakuan seperti karbosiklik Pengaruh konformasi pada aktivitas farmakologi • Akibat interaksi dengan molekul obat, reseptor mengalami konformasi menstimulasi terjadinya respon biologi • Suatu sisi rseptor hanya dapat mengikat satu konformasi obat dari banyak konformasi yang ada (konformasi farmakoforik) • Susunan ruang pada konformasi ini sedemikian rupa sehingga semua ikatan molekul obat sebaris dengan sisi ikatan yang bersesuaian pada reseptor