Isolasi Gen Lycopene Beta Cyclase dari Daun Bit (Beta vulgaris L.) Yulius Dedy Irawan, Dahlia, dan Dwi Listyorini Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi gen Lycopene Beta Cyclase (LCYB) yang mengkode enzim pensintesis beta karoten pada daun Beta vulgaris L. menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction dengan primer forward (5’-TGTCGTGGTGGATCTTGTGG-3’) dan reverse (5’-ACACCTGTTGAGCGACAGAC-3’). Sekuen yang diperoleh dianalisis menggunakan program DNA Baser, BLAST Online, dan ClustalX. Penelitian ini belum memperoleh sekuen gen target sehingga perlu dilakukan penelitian ulang menggunakan primer yang lebih spesifik. Kata Kunci: beta karoten, gen Lycopen Beta Cyclase (LCYB), Beta vulgaris L. Karotenoid berperan sebagai prekursor biosintesis vitamin A (Giuliano et al., 2008). Pigmen ini merupakan isoprena C40 yang berasal dari prekursor C20 yaitu geranygeranylpirophosphat (GGPP) (Yamamizo et al., 2009). Defisiensi vitamin A meningkatkan jumlah pengidap rabun senja (Ye et al., 2000), sehingga memunculkan penelitian di bidang pemuliaan tanaman penghasil provitamin A (Giuliano et al., 2008), salah satunya β-karoten (Brown, 2010). Bit merupakan salah satu tanaman yang mengandung karotenoid (Berman et al., 2004). Rekayasa genetik berpengaruh terhadap ekspresi gen pengkode karotenoid sehingga berdampak pada kadar pigmen karoten (Bai et al., 2011; Giuliano et al., 2008). Pigmen karoten salah satunya adalah β-karoten yang disintesis oleh enzim Lycopene Beta Cyclase, enzim tersebut dikode oleh gen Lycopene Beta Cyclase (LCYB) (Cunningham et al., 1998). Biosintesis β-karoten pada tahap pertama dikatalisasi oleh enzim phytoena sintase (Psy) yang mengkondensasi molekul GGPP (C20) menjadi phytoena (C40). Phytoena dikatalisasi oleh enzim phytoena desaturated menjadi ζ-karoten yang dikatalisasi oleh enzim ζ-karoten desaturated menjadi likopen. Likopen dikatalisasi oleh enzim lycopen beta cyclase sehingga memiliki gugus siklik membentuk β-karoten (Marty et al., 2005). Gen LCYB pada kubis Cina diekspresikan selama perkecambahan dan pembentukan daun (Tuan et al., 2012) sedangkan pada daun tomat diekspresikan lebih tinggi dibandingkan pada bunga dan buah (Galpaz et al., 2006). METODE Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif untuk mengisolasi sekuen gen Lycopene Beta Cyclase (LCYB) dari daun bit (Beta vulgaris L.). Isolasi DNA menggunakan DNA isolation kit (Nucleospin® II, Macherey-Nagel, Germany), teknik PCR menggunakan sepasang primer gen LCYB yang disusun menggunakan software Pick Primer berdasarkan daerah conserve pada Taraxacum officinale (accession no. AB247456.1) dan Lilium lancifolium (accession no. GU471230.1). Hasil PCR dilihat menggunakan elektroforesis pada gel agarose 1,5% dan DNA Marker 1Kbp. Analisis data menggunakan software BLAST, ClustalX dan Bio Edit. HASIL DAN PEMBAHASAN DNA total Beta vulgaris L. yang diperoleh sejumlah 245,6 ng/µL. Amplifikasi gen target dengan teknik PCR melalui beberapa kali tahap optimasi suhu annealing menghasilkan band tipis dengan fragmen sepanjang 200 bp (GeneRuler 1 Kbp pada gel agarose 1,5 %). Adanya band yang tipis atau tidak ada menunjukkan primer yang digunakan kurang spesifik (McPherson et al., 2006; Intron Biotechnology, 2012). Hasil sekuensing DNA dengan menggunakan primer forward dan primer reverse menghasilkan sekuen dengan error reading (terbaca ‘N’) pada sebagian besar basa nukleotidanya. Kedua sekuen tersebut menunjukkan hasil yang tidak spesifik (Eijkman Institute for Molecular Biology, 2012). Hasil sekuensing tersebut diperbaiki dengan software Peak Trace (Gambar 1). Gambar 1: Hasil sekuensing DNA yang telah dioptimalkan dengan software Peak Trace; A dengan Primer Forward; B dengan Primer Reverse; Kotak merah menunjukkan urutan basa yang tidak dapat dioptimalkan dengan software Peak Trace. Analisis menggunakan software DNA Baser tidak ditemukan konsensusnya sehingga dilakukan konfirmasi dengan software BLAST untuk memastikan bahwa fragmen DNA yang diisolasi merupakan sekuen gen target (Altschul et al., 1990) berdasarkan referensi sekuen gen LCYB dari Taraxacum officinale dan Lilium lancifolium. Hasil analisis sekuen forward menunjukkan kecocokan dengan referensi sebesar 6% dan maximum identity 100% (Gambar 2) sedangkan sekuen reverse menunjukkan kecocokan dengan referensi sebesar 12% dan maximum identity 100% (Gambar 3). Sekuen dapat dikatakan identik apabila minimal memiliki query coverage sebesar 50% (Hagelsieb, 2007; Broad Institute, 2010) dan maximum identity 25% (Grundy, 1998; Pevsner, 2009). Berdasarkan query coverage yang rendah dari kedua sekuen tersebut, maka belum dapat dipastikan sebagai fragmen parsial dari sekuen yang diduga gen LCYB. Gambar 2: Pensejajaran sekuen yang diduga gen LCYB dengan BLAST Online memiliki kecocokan dengan referensi sekuen gen LCYB Lilium lancifolium; A. Nilai query coverage yang ditunjukkan dengan skala pita warna hitam (pada kotak merah); B. Persentase query coverage dan maximum identity (pada kotak merah); C. Sekuen yang memiliki kecocokan antara subjek dan query yang digunakan (pada kotak merah). Gambar 3: Pensejajaran sekuen yang diduga gen LCYB dengan BLAST Online memiliki kecocokan dengan referensi sekuen gen LCYB Taraxacum officinale; A. Nilai query coverage yang ditunjukkan dengan skala pita warna biru (pada kotak merah); B. Persentase query coverage dan maximum identity (pada kotak merah); C. Sekuen yang memiliki kecocokan antara subjek dan query yang digunakan (pada kotak merah). Primer yang digunakan dalam penelitian ini dirancang oleh software Pick Primer dan dipilih berdasar ketentuan pembuatan primer yang baik: terdiri 18-30 panjang basa (Handoyo et al., 2000); tidak ada pengulangan basa tunggal yang berurutan sejumlah 5 atau lebih (Priemer Biosoft, 2012); komposisi basa 50-60% (G+C); ujung 3’ primer berupa basa G atau C, CG atau GC untuk meningkatkan efisiensi priming; Tm antara 55-80ºC (Cooper, 2008). Fragmen yang tidak spesifik dimungkinkan karena referensi dalam mendesain primer oleh software Pick Primer berasal dari tumbuhan yang berbeda yaitu primer forward dari Taraxacum officinale dan primer reverse dari Lilium lancifolium. Fragmen yang tidak spesifik juga dapat diakibatkan oleh suhu annealing. Penentuan suhu annealing sebesar 61ºC berdasarkan pada Tm (melting temperature) primer yang disarankan oleh perusahaan pembuat primer. Optimasi dengan suhu annealing mengikuti rumus {2(A+T)+4(C+G)} (Fatchiyah et al., 2011), dihasilkan fragmen tipis yang posisinya sama dengan suhu annealing 61ºC sehingga ketidakspesifikan sekuen bukan karena suhu annealing. Sekuen yang diperoleh disejajarkan dengan sekuen gen referensi yang dilaporkan di NCBI menggunakan software ClustalX untuk mengkonfirmasi kecocokan sekuen dengan primer (Bujnicki, 2008). Sekuen yang diisolasi dengan primer forward disejajarkan dengan sekuen gen LCYB dari Taraxacum officinale sedangkan sekuen yang diisolasi dengan primer reverse disejajarkan dengan sekuen gen LCYB dari Lilium lancifolium. Hasil penyejajaran kedua sekuen yang diduga gen LCYB dengan tumbuhan referensi menunjukkan sedikit kemiripan dan terdapat gap yang menunjukkan perbedaan panjang sekuen. Reece, (2004) menjelaskan bahwa ketika primer tidak dapat menempel dengan baik pada DNA template akan mengakibatkan adanya basa yang tidak terbaca dengan baik. Berdasarkan analisis diatas diduga bahwa ketidakberhasilan memperoleh gen target dikarenakan salah pemilihan primer berdasarkan software Pick Primer. Hal lain yang menyebabkan ketidakberhasilan adalah jarak filogenetik dalam pemilihan primer terlalu jauh (Gambar 2). Primer dapat ditentukan berdasarkan sekuen gen yang sama dari organisme yang berbeda (Nicholl, 2008), namun apabila suatu gen terdapat pada organisme yang berada pada tingkat kekerabatan yang jauh maka homologi sekuen gen tersebut sulit ditentukan (Graur et al., 2000). Sekuen yang dipakai sebagai primer harus homolog dengan sekuen DNA template (Reece, 2004). Gambar 2: Pohon filogenetik tumbuhan referensi gen LCYB, analisis menggunakan software MEGA 5 dengan metode Neighbour Joining berdasarkan gen RBCL; Angka pada clade menunjukkan boostrap (jumlah pengulangan penghitungan untuk memastikan kekerabatan); Kotak merah menunjukkan hubungan kekerabatan yang paling dekat. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini belum berhasil memperoleh sekuen gen Lycopene Beta Cyclase (LCYB) dari daun Bit (Beta vulgaris L.) karena belum ada referensi sekuen gen LCYB dari Beta vulgaris L. Berdasarkan penelitian ini perlu dilakukan penelitian ulang dengan rancangan primer yang lebih spesifik yaitu berasal dari tumbuhan yang berkerabat lebih dekat dengan Beta vulgaris L. yaitu Arabidopsis thaliana dan suhu annealing yang tepat agar dapat mengisolasi sekuen gen LCYB. DAFTAR RUJUKAN Altschul, S. F., Gish, W., Miller, W., Myers, E. W., & Lipman, D. J. 1990. Basic Local Aligment Search Tool. J. Mol. Biol. 215: 403-410. Bai, C., Twyman, R. M., Farre, G., Sanahuja, G., Christou, P., Capell, T., & Zhu, C. 2011. A golden era pro vitamin A enhancement in diverse crops. In Vitro Cell Dev. Biol. Plant 47: 205-221. Berman, A. F., Balick, M. J., Kronenberg, F., Ososki, A. L., Connor, B., Reiff, M., Roble, M., Lohr, P., Brosi, B. J., & Lee, R. 2004. Treatment of fibroids: the use of beets (Beta vulgaris) and molasses (Saccharum officinarum) as an herbal therapy by Dominican healers in New York City. Journal of Ethno-pharmacology 92: 337–339. Broad Institute. 2010. Gene Finding. (Online). (http://www.fasebj.org/content/24/2/346.full, diakses tanggal 3 Mei 2013). Brown, J. L. 2010. Supplement Facts Vitamin A. Pensylvania: Pennsylvania State University. Bujnicki, J. M. 2008. From Molecular Modeling to Drug Design. Dalam H. J. Gross (Ed.), Practical Bioinformatics (hlm.35-63). Warsawa: Springer. Cooper, S. 2008. Primer Design. (Online). (http://bioweb.uwlax.edu/ genweb/molecular/seq_anal/primer_design/primer_design.htm, diakses tanggal 5 April 2013). Cunningham Jr, F. X. & Gant, E. 1998. Genes and Enzymes of Carotenoid Biosynthesis in Plants. Plant Physiology and Plant Molecular Biology 49: 557-583. Eijkman Institute for Molecular Biology. 2013. DNA Sequencing Service. Jakarta: Eijkman Institute for Mo-lecular Biology. Fatchiyah., Arumingtyas, E. L., Wi-dyarti, S. Rahayu, S. 2011. Biologi Molekular Prinsip Dasar Analisis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Galpaz, N., Ronen, G., Khalfa, Z., Zamir, D., & Hirscberg, J. 2006. A Chromoplast-Specific Carotenoid Biosynthesis Pathway Is Revealed by Cloning of the Tomato white-flower Locus. The Plant Cell 18: 1947-1960. Gardland Science. 2012. Practical Bioinformatics Chapter 3. (Online). (http:// www.garlandscience.com/res/pdf/practicalbioinformatics_ch3.pdf, diakses 3 Mei 2012). Giuliano, G., Tavazza, R., Diretto, G., Beyer, P., & Taylor, M. A. 2008. Metabolic engineering of carotenoid biosynthesis in plants. Cell Press 3: 0167-7799. Graur, D. & Li, W. 2000. Fundamentals of Molecular Evolution (Second Edition). Sunderland: Sinauer Associates, Inc. Grundy, W. N. 1998. Family based Homology Detection via Pairwise Sequence Detection. Proceedings of the Second Annual International Conference on Computational Molecular Biology, Department of Computer Science and Engineering University of California Sandiego, 22-25 March. Hagelsieb, G. M. & Latimer, K. 2007. Choosing BLAST options for better detection of orthologs as resiprocal best hits. Oxford University Press 24: 319-324. Handoyo, D. & Rudiretna, A. 2000. Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction]. Universitas Surabaya. 9: 17-29. Intron Biotechnology. 2012. I-TaqTM DNA Polymerase. Intron Biotechnology, Inc. Marty, I., Bureau, S., Sarkissian, G., Gouble, B., Audergon, J. M., & Albagnac, G. 2005. Ethylene regulation of carotenoid accumulation and carotenogenic gene expression in colour contrasted apricot varieties (Prunus armeniaca). Journal of Experimental Botany 417: 1877–1886. McPherson, M. J. & Moller, S. G. 2006. PCR (Second Edition). New York : Taylor & Francis Group. Nicholl, D. S. T. 2008. An Introduction to Genetic Engineering (Third Edition). Cambridge: Cambridge University Press. Pevsner, J. 2009. Bioinformatics and Functional Genomics (Second Edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Premier Biosoft. 2012. PCR Primer Design Guidelines. (Online). (http:// www.google.co.id/search?q=PCR+Primer+Design+Guidelines&sourceid= opera &ie=utf-8&oe=utf-8&chann el=suggest, diakses tanggal 7 April 2012). Reece, R. J. 2004. Analysis of Genes and Genomes. West Sussex. John Wiley & Sons, Ltd. Tuan, P. A., Park, N. II., Park, W. T., Kim, J. K., Lee, J., Lee, S., Yang, T. J. & Park, S. U. 2012. Carotenoids accumulation and expression of carotenogenesis genes during seedling and leaf development in Chinese cabbage (Brassica rapa subsp. Pekinensis). Plant Omics Journal 2: 143148. Yamamizo, C., Kishimoto, S. , & Ohmiya, A. 2009. Carotenoid composition and carotenogenic gene expression during Ipomoea petal development. Journal of Experimental Botany. 10: 1-11. Ye, X., Babili, S. A., Kloti, A., Zhang, J., Lucca, P., Beyer, P., & Potrykus, I. 2000. Enginerring the Provitamin A (β-Carotene) Biosynthetic Pathway into (Carotenoid Free) Rice Endosperm. Science 287: 303-305.