DEGRADASI GLISEROL MENJADI PRODUK KIMIA ANTARA (CHEMICAL INTERMEDIATE PRODUCT) PADA KONDISI DEKAT AIR SUPERKRITIS Evy Kurnia Rahmawati 2305100059, Yuan Anggraeni 2305100101 Dr. Ir. Sumarno, M.Eng Laboratorium Teknologi Material Teknik Kimia FTI-ITS PENDAHULUAN Kebutuhan bahan bakar minyak semakin lama semakin meningkat seiring dengan bertambahnya tingkat mobilitas masyarakat dunia dan tingginya penggunaan bahan bakar di industri. Namun tingginya kebutuhan bahan bakar tersebut disertai dengan semakin menurunnya ketersediaan bahan baku fosil. Salah satu contoh sumber energi altenatif yang banyak dikembangkan saat ini adalah biodiesel. Produksi biodesel 150 juta galon/tahun menghasilkan 50 juta kg gliserol sebagai produk samping. Crude gliserol memiliki nilai rendah karena banyaknya impuritis yang terkadung di dalamnya. Gliserol banyak digunakan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik dan industri industri yang lain. Salah satu upaya untuk menambah nilai ekonomi crude gliserol adalah mendegradasinya menjadi produk kimia antara. Hidrotermal adalah liquid yang berada di daerah dekat (di bawah dan di atas) titik kritis air (Goto, dkk., 2006). Pada daerah ini, air dapat dimanfaatkan sebagai prekursor katalis, reaction medium, serta reaktan untuk berbagai reaksi seperti reaksi sintesa, biomass liquefaction, dan reaksi degradasi (Kruse,dkk., 2006). Degradasi gliserol menjadi produk kimia antara pada daerah hidrotermal dipengaruhi oleh rasio massa larutan gliserol-air, waktu, dan temperatur reaksi. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa perbedaan rasio massa larutan gliserol-air yaitu 1:8, 1:9 dan 1:10 tidak berpengaruh terhadap jenis produk kimia antara yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap perbedaan konsentrasi produk yang dihasilkan. Degradasi gliserol menghasilkan produk kimia antara seperti asetaldehid, acrolein, metanol, alil alkohol, formaldehid, etanol, dan propionaldehid. Pada penelitian ini, rasio massa larutan gliserol-air yang digunakan adalah 1:10 untuk mengetahui pengaruh lebih lanjut kondisi operasi terhadap konsentrasi produk yang terbentuk (pada porsi air yang lebih besar). Waktu dan temperatur reaksi akan berpengaruh pada lintasan reaksi (reaction pathway) yang terjadi. Pada kondisi hidrotermal lintasan reaksi yang meliputi reaksi ionik dan radikal bebas saling berkompetisi membentuk produk kimia antara. Lintasan reaksi ini akan banyak berpengaruh terhadap komposisi dan konsentrasi produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut mengenai pengaruh waktu dan temperatur reaksi terhadap konsentrasi produk kimia antara yang dihasilkan. METODOLOGI Kondisi operasi yang digunakan pada penelitian yaitu tekanan konstan 250 kgf/cm2 dengan rasio massa gliserol : air = 1 : 10. Variable yang digunakan yaitu : a. Temperatur = 200oC, 250oC, 300oC, 350oC, 400oC b. Waktu reaksi = 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, 60 menit Bahan yang digunakan adalah gliserol p.a. 87% dan aquades (Water for chromatography) sebagai reaktan. Selain itu, digunakan pula gas nitrogen ultra high purity untuk presurisasi. Percobaan dimulai dengan pembuatan larutan gliserol-air dengan rasio massa 1:10, kemuadian memasukkan larutan ke dalam reaktor. Gas nitrogen dialirkan ke dalam reaktor hingga tekanan awal yang telah ditentukan. Reaktor dipanaskan dengan band heater sampai mencapai temperatur dan tekanan operasi yang diinginkan. Ketika waktu reaksi tercapai, reaksi dihentikan dengan cara mendinginkan reaktor secara mendadak. Produk liquid kemudian diambil untuk dianalisis dengan menggunakan Gas Cromatography Gambar 1 Peralatan percobaan (1) Reaktor, (2) band heater, (3) isolator, (4) thermocouple, (5) temperature controller, (6) voltage regulator, (7) AC source, (8) pressure gauge, (9) tabung nitrogen,(10) valve menuju booster hidraulik,(11) booster hidraulik, (12) valve menuju udara, (13) valve menuju reaktor, (14) safety valve HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan hot compressed water sebagai media reaksi sekaligus reaktan telah dimanfaatkan untuk produksi bahan kimia antara yang lain baik berupa gas maupun liquid. Produk utama dari degradasi gliserol pada kondisi dekat air superkritis adalah asetaldehid, metanol dan etanol. Produk terbentuk dari lintasan reaksi ionik dan reaksi radikal bebas yang saling berkompetisi pada kondisi dekat air superkritis. Distribusi dan terbentuknya produk pada berbagai temperatur ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi produk degradasi dari konsentrasi terbesar sampai terkecil Temperatur Reaksi 200oC 250oC 300oC 350oC 400oC Produk Utama Asetaldehid Asetaldehid, metanol Asetaldehid, metanol, etanol Asetaldehid, metanol, etanol Asetaldehid, metanol, etanol Konsentrasi (mg/l) Komposisi terukur dari produk yang terbentuk pada kondisi tekanan konstan dipengaruhi oleh temperatur (Gambar 2). Konsentrasi asetaldehid mengalami peningkatan hingga temperatur 350oC, setelah itu menurun terhadap bertambahnya temperatur reaksi. Konsentrasi metanol dan etanol meningkat terhadap meningkatnya temperatur. Kedua produk alkohol tersebut banyak terbetuk dari reaksi radikal bebas, dimana radikal bebas banyak terjadi pada temperatur tinggi. 100 asetaldehid Penelitian ini menggunakan perbandingan massa etanol metanol 10 gliserol : air sebesar 1:10 atau setara dengan 1 mol gliserol dan 51 mol air. Sesuai dengan karakteristik reaksi ionik yang 1 sangat dipengaruhi oleh besarnya produk ion yang terbentuk. Pada temperatur di atas 300 oC produk ion mulai menurun. 0.1 Hal ini menyebabkan kekuatan ionik pada temperatur tersebut juga menurun. 0.01 Dengan komposisi air yang sangat besar maka 0.001 memungkinkan terbentuknya ion H3O+ dan OH- melalui 200 250 300 350 400 Temperatur (oC) reaksi disosiasi (autoprotolisis) juga semakin banyak. Oleh Gambar 2 Pengaruh temperatur karena itu energi ionik menjadi sangat besar ketika jumlah air terhadap konsentrasi produk pada sangat berlebih. Pada daerah temperatur sekitar 3500C reaksi tekanan 250 kgf/cm2 untuk waktu degradasi masih didominasi oleh reaksi ionik, meskipun reaksi 60 menit secara teori produk ion telah turun pada temperatur di atas 3000C. 10 Berdasarkan profil komponen produk hasil degradasi seperti pada Gambar 2, reaksi ionik dan radikal bebas terjadi 1 secara bersamaan pada temperatur 250oC . Hal ini terlihat dari terdeteksinya produk metanol yang terbentuk dari reaksi 0.1 radikal bebas dan asetaldehid yang terbentuk melalui 0.01 asetaldehid mekanisme reaksi ionik. Konsentrasi metanol yang sangat etanol metanol kecil menunjukkan bahwa reaksi ionik masih sangat 0.001 10 20 30 40 50 60 mendominasi pada daerah tersebut. Waktu reaksi (menit) Waktu reaksi merupakan salah satu parameter yang Gambar 3 Pengaruh Waktu berpengaruh terhadap Reaksi Terhadap Konsentrasi 100 o konsentrasi produk. Waktu Produk pada Temperatur 350 C reaksi menunjukkan berapa 10 lama kontak reaktan dalam reaktor setelah mencapai 1 temperatur dan tekanan operasi. Pengaruh waktu reaksi terhadap konsentrasi produk ditunjukkan pada Gambar 3. 0.1 Konsentrasi asetaldehid mengalami peningkatan signifikan seiring meningkatnya waktu reaksi. Konsentrasi metanol dan 0.01 asetaldehid etanol mengalami sedikit peningkatan sebanding dengan etanol metanol bertambahnya waktu reaksi. Namun, pada kondisi operasi 250 0.001 10 20 30 40 50 60 kgf/cm2, 400oC, konsentrasi produk asetaldehid, metanol dan Waktu reaksi (menit) etanol mengalami penurunan setelah menit ke-40, seperti yang Gambar 4 Pengaruh Waktu ditunjukkan pada Gambar 4. Penurunan konsentrasi produk ini Reaksi Terhadap Konsentrasi Produk pada Temperatur 400oC terjadi karena ketiga produk terdegradasi menjadi produk lain. Konsentrasi (mg/l) Konsentrasi (mg/l) 100 KESIMPULAN Degradasi gliserol pada kondisi dekat air superkritis menghasilkan produk kimia antara seperti asetaldehid, metanol dan etanol. Pada kondisi di bawah titik kritis air (374oC), konsentrasi ketiga produk meningkat seiring bertambahnya waktu reaksi. Sedangkan pada kondisi di atas titik kritis air (374oC), konsentrasi ketiga produk mengalami penurunan setelah menit ke-40. Konsentrasi ketiga produk mengalami kenaikan seiring bertambahnya temperatur reaksi, kecuali asetaldehid mengalami kenaikan maksimum pada 350oC. NOTASI Kw = hasil kali ion air P = tekanan, kgf/cm2 T = temperatur, oC DAFTAR PUSTAKA Bühler W., E. Dinjus, H.J. Ederer. 2002. “Ionic Reaction and Pyrolysis of Glycerol as Competing Reaction Pathway in Near- and Supercritical Water”. Journal of Supercritical Fluids, Vol. 22, 37-55.. Goto Monoboto, Mitsuru Sasaki, Kana Yamamoto. 2006. “Reaction Mechanism and Pathway fot Hydrothermal Electrolysis of Organic Compounds”. International Symposium on EcoTopia Science (ISETS05), Waste and Emission Management. Kruse A., dan E. Dinjus. 2006. “Hot Compressed Water as Reaction Medium and Reactant Properties and Synthesis Reactions”. Journal of Supercritical Fluids, Vol. 39, 362380.