Review Pemikiran Filsafat Karl Marx Dari

advertisement
Review Pemikiran Filsafat Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revesionisme
Review Buku Pemikiran Karl Marx
(Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revesionisme)
Karl Heinrich Marx lahir di Trier, distrik Moselle, Prussian Rhineland, Jerman pada tanggal 15 Mei
1818, dikenal sebagai pelopor ideologi sosialis. Marx tumbuh di tengah pergolakan politik yang dikuasai oleh
kekuatan kapitalis para Borjuis yang menentang kekuasaan aristokrasi feodal dan membawa perubahan
hubungan sosial. Meskipun memperjuangkan kelas orang-orang tertindas sebagai referensi empiris dalam
mengembangkan teori filsafatnya, namun ia lebih dikenal sebagai peletak dasar ideologi komunis. Bersama
dengan sahabat karibnya, Friederich Engels, tahun 1847 mereka menerbitkan buku Communist Manifesto, buku
yang menjadi bacaan dunia dan menjadi referensi utama lahirnya negara-negara berideologi komunis seperti
Uni Sovyet dibawah pimpinan Lenin dan China yang dipimpin oleh Mao Tse-Tung. Marx meninggal di London
pada 13 Maret 1883, sebelum ia menyelesaikan dua jilid terkhir dari bukunya yang sangat populer, Das Kapital
yang diterbitkan pada tahun 1867. Kedua jilid lanjutan yang belum rampung tersebut diselesaikan oleh
sahabatnya Friederich Engels yang dirujuknya dari catatan-catatan dan naskah peninggalan Marx.
Kata sosialisme sendiri muncul di Perancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata komunisme. Kedua kata
ini semula sama artinya, tetapi segera komunisme dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang
menuntut penghapusan total hak milik pribadi dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis
itu bukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap sendiri. Marx dan
Engels semula menyebutkan diri komunis, tetapi kemudian lebih suka denagn kata sosialis.
Di dalam buku ini menjelaskan tokoh-tokoh yang mempengaruhi cara berpikir Marx. Yaitu : Babeuf yang
menyatakan bahwa nilai teringgi adalah kesamaan. Pengikut Babeuf menyatakan bahwa mereka akan
membuktikan bahwa tanah dan bumi bukan milik pribadi melainkan milik semua. Dan mereka akan
membuktikan bahwa apa yang diambil darinya oleh seseorang melebihi kebutuhan makannya merupakan
pencurian terhadap masyarakat. Saint-Simon yang terkenal dengan kritikannya yang keras terhadap keadaan
terlantar kaum buruh dan tuntutan emansipasi proletariat. Ia juga yakin bahwa tujuan sejarah adalah kemajuan
dan kemajuan akan membawa perbaikan nasib orang banyak. Saint-Simon adalah apa yang sekarang disebut
teknokrat. Robert Owen yang berargumentasi bahwa reformasi itu tidak hanya menguntungkan bagi kaum
buruh, melainkan juga bagi kaum kapitalis sendiri dan seluruh masyarakat. Owen juga memperjuangkan
perundangan sosial yang maju, seperti perlindungan pekerja, pembatasan pekerjaan anak-anak, dan diadakannya
inspeksi berkala oleh negara. Fourier yang benci pada segala gagasan revolusioner. Pendekatannya teknokrasi.
Menurutnya kemerelatan dan penghisapan kaum buruh serta krisis-krisis ekonomi merupakan akibat organisasi
pekerjaan dan pertukaran dalam masyarakat yang salah. Jadi, organisasi itulah yang harus direformasi.Cabet
menyebarluaskan cita-cita komunisme yang tidak revolusioner. Ia mendasarkan diri pada tadisi kristiani dan
ajaran Yesus yang dianggapnya seorang komunis. Revolusi dan konspirasi sebagaimana diusahakan oleh
Babouvisme ditolaknya karena akan mengakibatkan lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan. Blanqui
adalah seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh. Dalam
lingkungan Marxisme Blanquisme dipahami sebagai kebijakan yang ingin memenangkan sosialisme melalui
pemberontakan bersenjata kelompok-kelompak kecil sebelum mayoritas rakyat berkembang menjadi
prolektariat industry. Menurut Blanqui kelompok-kelompok kecil dapat menjadi perintis yang dapat mencapai
sosialisme dengan lebih cepat. Marxisme menolak anggapan ini sebagai voluntarsioner revolusioner yang mau
menggantikan syarat-syarat objektif revolusi dengan kehendak subjektif sang revolusioner. Weitling yang
mempunyai gagasan lebih berupa khotbah tenatng keadilan dan tentang keharusan memberontak melawan kaum
tiran daripada suatu analisis di sekitar situasi kaum buruh. Menurutnya, umat manusia melalui tiga tahap dalam
sejarahnya. Semula di zaman emas, belum ada hak milik pribadi.Tahap kedua umat manusia adalah masa hak
milik pribadi. Untuk menciptakan keadilan kita perlu masuk ke dalam tahap ketiga yaitu masa komunisme, di
mana hak milik pribadi harus dihapus, segala kekayaan harus dimiliki oleh semua dan semua orang harus
bekerja. Proudhon, yang berpikir praktis dan menyadari bahwa reformasi masyarakat harus mendasarkan diri
pada ilmu ekonomi. Ia menolak komunisme dan sosialisme negara. Ia berpendapat bahwa ada sebuah tatanan
masyarakat yang alami dan bahwa manusia sejak kelahirannya memiliki hak-hak azazi tertentu. Yaitu hak atas
kebebasan, kesamaan, dan kedaulatan pribadi. Blanc yang percaya bahwa semau manusia pada dasarnya baik
dan menjadi jelek karena persaingan. Blanc adalah pendahulu gerakan sosial demokrasi dan antirevolusioner.
Hess, berpendapat bahwa umat manusia sedang masuk ke dalam perkembangannya di mana manusia dan Alloh,
roh dan alam menyatu kembali. Apabila agama-agama kembali ke asal-usul bersama mereka, uamt manusia
akan mengalami pembebasan. Gagasan terpenting dari Hess adalah filsaat kemanusiaan sebagaimana
dipaparkan oleh Feuerbach menuntut sosialisme sebagai implikasi politis. Dengan demikian Hess menjadi
jembatan antara humanisme filosofis Feuerbach dan aktivisme revolusioner Marx. Komunisme harus dicapai
melalui revolusi sosial yang akan menjadi akibat dari semakin lebarnya jurang yang menganga antara akumulasi
kekayaan oleh kaum pemilik dan kemiskinan rakyat. Hal terpenting dari anggapan Hess adalah revolusi sosial
lebih penting daripada revolusi politik.
Berbicara mengenai revolusi, Marx menegaskan bahwa tidak mungkin revolusi itu disulut oleh filsafat
semata. Evolusi membutuhkan unsur pasif, dasar material. Tetapi apakah rakyat benar-benar merindukan
revolusi? Kalau rakyat benar-benar ditindas, dia tentu ingin berevolusi. Sedangkan apabila dia tidak mau
berrevolusi, berarti kondisinya memang belum matang. Revolusi menurut Marx dan merupakan hal sangat saya
suka adalah revolusi manusiawi, artinya radikal, tidak hanya politis. Marx bertolak dari pengandaian bahwa
akan menghancurkan kekuasaan yang dirasakan paling menindas. Tetapi apakah ada kelas yang tidak ditindas
oleh satu kelas saja, lalu revolusi emlawan kelas itu, lalu berkoalisi denagn kelas lain yang merasa sama
ditindas, kemudian dia menjadikan dirinya sebagai penguasa baru? Kelas yang dicari Marx adalah kelas yang
terindas tidak hanya sebagin tetapi total, harus berlawanan tidak dengan sebagian masyarakat, tetapi denagn
semua lapisan masyarakat. Kelas itu tidak hanya mengalami macam-macam penghinaan, tetapi mesti
kehilangan kemanusiaannya. Hanya kelas seperti itu yang dapat melakukan revolusi radikal yang
mengmansipasikan manusai seluruhnya, tanpa menciptakan struktur kekuasaan kelas atas baru atas kelas-kelas
lain. Berrevolusi berarti pembubaran suatu sistem atau golongan tertentu. Pembubaran masyarakat sabgai
olongan tersendiri itu dinamakan proletariat.
Dalam proletariat yang baru diakui, Marx menemukan kelas yang dicarinya. Kelas yang mendesak kea
rah pikiran radikal, yang mempunyai kebutuhan bukan akan revolusi parsial tetapi revolusi total. Maka
proletariatlah ayng menjadi partner filsafat dalam karya emansipasi manusia. Ada sitilah Marx yang
mengatakan “Apabila filosof dan proletariat bertemu, revolusi mesti pecah.”
Hal inti yang saya ambil dari buku Pemikiran Karl Marx Karangan Franz Magnis-Suseno adalah
mengetahui bagaimana pemikiran-pemikiran Karl Marx tentang revolusi (hal yang mungkin cocok untuk
menata ulang Indonesia), proletariat, stateless (bahwa memungkinakn di dunia ini tidak perlu ada negara,
dengan catatan semua pnduduk berada di kelas yang sama ), determinasi ekonomi (sejarah manusia dari
ekonomi, jika manusia sudah mengerti ekonomi, maka tidak perlu ada negara), negara berpusat pada
masyarakat yang menang yaitu kapitalis.
Materialisme dialektika
Di sini kita tidak bermaksud menulis sebuah buku pedoman mengenai dialektika, melainkan hanya untuk
menunjukkan bahwa hukum-hukum dialektika itu adalah hukum-hukum nyata mengenai perkembangan alam,
dan karenanya berlaku juga bagi ilmu-pengetahuan alam teoretikal. Karenanya kita tidak dapat memasuki
bagian dalam antar-keterkaitan hukum-hukum ini satu sama yang lainnya.
1. Hukum perubahan dari kuantitas menjadi kualitas dan vice versa. Untuk maksud kita, dapat kita ungkapkan
ini dengan mengatakan bahwa dalam alam, dengan suatu cara yang secara tepat ditetapkan untuk setiap kasus
individual, perubahan-perubahan kualitatif hanya dapat terjadi oleh penambahan kuantitatif atau pengurangan
kuantitatif dari materi atau gerak (yang dinamakan energi).
Semua perbedaan kualitatif dalam alam berlandaskan pada perbedaan-perbedaan komposisi (susunan) kimiawi
atau pada kuantitas- kuantitas atau bentuk-bentuk gerak (energi) yang berbeda-beda atau, sebagaimana hampir
selalu halnya, pada kedua-duanya. Maka itu tidaklah mungkin mengubah kualitas sesuatu tanpa pertambahan
atau pengurangan materi atau gerak, yaitu, tanpa perubahan sesuatu yang bersangkutan itu secara kuantitatif.
Dalam bentuk ini, karenanya, azas misterius dari Hegel itu tampak tidak hanya sangat rasional, melainkan
bahkan jelas sekali.
Nyaris tidak perlu dinyatakan lagi, bahwa berbagai keadaan benda-benda secara allotropik (allotropy=variasi
sifat-sifat fisikal tanpa perubahan substansi) dan agregasional (terkumpul jadi satu), karena mereka bergantung
pada berbagai pengelompokan molekul-molekul, bergantung pada jumlah-jumlah yang lebih banyak atau lebih
sedikit dari gerak yang dikomunikasikan pada benda-benda itu.
Tetapi, bagaimana tentang perubahan bentuk atau gerak, atau yang disebut energi? Apabila kita mengubah
panas menjadi gerak mekanikal atau vice versa, tidakkah kualitas diubah sedangkan kuantitasnya tetap sama?
Benar sekali. Tetapi dengan perubahan bentuk atau gerak itu adalah seperti dengan kejahatan-kejahatan Heine;
setiap orang jika sendirian bisa saja saleh, luhur-berbudi, karena untuk kejahatan-kejahatan selalu diperlukan
dua orang. Perubahan bentuk atau gerak selalu merupakan suatu proses yang terjadi di antara sedikitnya dua
benda, yang satu kehilangan sejumlah tertentu gerak dari suatu kualitas (misalnya, panas), sedangkan yang satu
lagi memperoleh kuantitas gerak dari kualitas lain yang bersesuaian (gerak mekanikal, listrik, dekomposisi
kimiawi). Di sini, karenanya, kuantitas dan kualitas saling bersesuaian satu sama lain. Sejauh ini belum
ditemukan kemungkinan untuk mengubah suatu bentuk gerak menjadi satu bentuk gerak yang lain dalam
sebuah benda tunggal yang terisolasi.
Di sini yang pertama-tama kita permasalahkan yalah benda-benda tidak-hidup (benda mati); hukum yang sama
berlaku bagi benda-benda hidup, tetapi ia beropperasi dalam kondisi-kondisi yang sangat kompleks dan pada
waktu sekarang pengukuran kuantitatif acapkali masih belum mungkin bagi kita.
Jika kita membayangkan sesuatu benda mati terpotong menjadi potongan-potongan lebih kecil dan lebih kecil
lagi, mula-mula tidak terjadi perubahan kualitatif. Namun ini ada batasnya: jika kita berhasil, seperti dengan
penguapan (evaporasi), dalam memperoleh molekul-molekul terpisah itu dalam keadaan bebas, maka benarlah
bahwa kita lazimnya dapat membaginya lebih lanjut, namun hanya dengan suatu perubahan kualitas secara
menyeluruh. Molekul itu didekomposisi ke dalam atom-atomnya yang terpisah-pisah, yang mempunyai sifatsifat yang sangat berbeda dengan sifat-sifat molekul itu. Dalam hal molekul-molekul itu terdiri atas berbagai
unsur kimiawi, atom-atom atau molekul-molekul unsur-unsur itu sendiri muncul sebagai gantinya molekul
persenyawaan itu; dalam hal molekul-molekul unsur-unsur, tampillah/muncullah atom-atom bebas yang
menimbulkan akibat-akibat/efek-efek kualitatif yang sangat berbeda-beda; atom-atom bebas dari oksigen yang
lahir secara mudah dapat menghasilkan yang tidak pernah dapat dicapai oleh atom-atom dari oksigen
atmosferik, yang terikat menjadi satu di dalam molekul itu.
Tetapi, molekul itu secara kualitatif juga berbeda dari massa benda yang padanya molekul itu termasuk. Ia dapat
melakukan gerakan-gerakan secara bebas dari massa itu dan selagi yang tersebut belakangan itu tampak
lembam, yaitu misalnya, vibrasi- vibrasi panas; melalui suatu perubahan posisi dan keterkaitan dengan molekulmolekul di sekitarnya ia dapat mengubah benda itu menjadi suatu allotrope atau suatu keadaan agregasi yang
berbeda.
Dengan demikian kita melihat bahwa operasi pembagian yang semurninya kuantitatif itu mempunyai suat batas
di mana ia menjadi terubah menjadi suatu perbedaan kualitatif: massa itu terdiri semata-mata atas molekulmolekul, tetapi ia sesuatu yang pada pokoknya berbeda dari molekul itu, tepat sebagaimana yang tersebut
belakangan berbeda dari atom. Perbedaan inilah merupakan dasar bagi pemisahan mekanika, sebagai ilmu dari
massa-massa ruang angkasa dan bumi, dari ilmu fisika, sebagai mekanika molekul-molekul, dan dari ilmu
kimia, sebagai ilmu fisika atom-atom.
Di dalam ilmu mekanika, tidak terjadi kualitas-kualitas; paling-paling keadaan-keadaan seperti keseimbanghan
(ekuilibrium), gerak, energi potensial, yang kesemuanya bergantung pada perpindahan/peralihan (transference)
gerak yang dapat diukur dan sendirinya berkemampuan ekspresi (pernyataan) kuantitatif. Karenanya, sejauh
perubahan kualitatif terjadi di sini, itu ditentukan oleh suatu perubahan kuantitatif yang bersesuaian.
Di dalam ilmu fisika, benda-benda diperlakukan sebagai yang secara kimiawi tidak dapat diubah atau tidak
berbeda; kita berurusan dengan perubahan-perubahan keadaan-keadaan molekularnya dan dengan perubahan
bentuk gerak, yang dalam semua kasus, sekurang-kurangnya pada satu dari kedua sisinya, membuat molekul itu
beraksi. Di sini setiap perubahan adalah suatu transformasi kuantitas menjadi kualitas, suatu konsekuensi dari
perubahan kuantitatif dari jumlah suatu atau lain bentuk gerak yang dikandung di dalam benda itu atau yang
dikomunikasikan padanya.
"Demikianlah temperatur (suhu) air adalah, pertama-tama, sesuatu yang tidak ada artinya dalam hubungan
likuiditasnya; betapapun dengan peningkatan atau pengurangan suhu air cair, tercapailah suatu titik di mana
keadaan kohesi ini berubah dan air itu diubah menjadi uap atau es." (Hegel, Enzyklopädie, Gesamtausgabe,
Bd.VI, Hal.217.)
Demikian pula, suatu kekuatan arus minimum tertentu dipersyaratkan agar kawat platinum dari sebuah lampu
pijar listrik menyala; dan setiap metal memiliki suhu pijar dan padunya, setiap cairan mempunyai titik beku dan
didihnya yang tertentu pada suatu tekanan tertentu --sejauh alat kita memungkinkan kita mereproduksi suhu
yang diperlukan; akhirnya, setiap gas juga mempunyai titik kritikalnya, di mana ia dapat dicairkan lewat
tekanan dan pendinginan. Singkatnya, yang disebut konstan-konstan fisikal untuk sebagaian besar tidak lain dan
tidak bukan adalah penandaan-penandaan (designations) titik-titik nodal di mana perubahan kuantitatif (berupa)
pertambahan atau pengurangan gerak menghasilkan perubahan kualitatif dalam keadaan benda bersangkutan, di
mana, karenanya, kuantitas diubah menjadi kualitas.
Namun, bidang di mana hukum alam yang ditemukan oleh Hegel itu merayakan kejayaannya yang paling
penting yalah bidang ilmu kimia. Ilmu kimia dapat diistilahkan ilmu mengenai perubahan-perubahan kualitatif
dari benda-benda sebagai hasil komposisi kuantitatif yang berubah. Hal itu sudah diketahui oleh Hegel sendiri.
(Logik, Gesamtausgabe, III, hal. 433.) Seperti dalam hal oksigen: jika tiga atom bersatu ke dalam sebuah
molekul, gantinya yang lazimnya dua buah, kita mendapatkan ozone, suatu benda yang amat sangat berbeda
dari oksigen biasa dalam bau dan reaksi- reaksinya. Dan memang, berbagai proporsi yang di dalamnya oksigen
berpadu dengan nitrogen atau sulfur, yang masing-masing menghasilkan suatu substansi yang secara kualitatif
berbeda dari setiap lainnya! Betapa berbeda gas ketawa (nitrogen monokside N2O2) dari nitrik anhydride
(nitrogen pentoxide, N2O5)! Yang pertama adalah suatu gas, yang kedua pada suhu-suhu normal adalah suatu
substansi kristalin padat. Namun begitu, seluruh perbedaan dalam komposisi yalah bahwa yang kedua itu
mengandung oksigen yang lima kali lipat lebih banyak daripada yang pertama, dan di antara keduanya itu
terdapat tiga okside nitrogen lebih banyak (NO, N2O3, NO2), yang masing-masingnya secara kualitatif berbeda
dari dua yang pertama dan satu sama lainnya.
Hal ini tampak lebih menyolok lagi dalam deretan gabungan-gabungan karbon homolog, terutama dari
hidrokarbon-hidrokarbon yang lebih sederhana. Dari parafin-parafin normal, yang terendah jalah methani, CH4;
di sini keempat kaitan atom karbon dijenuhi oleh empat atom hidrogen. Yang kedua, ethane, C2H6, mempunyai
dua atom karbon yang tergabung dan keenam kaitan bebas itu dijenuhi dengan enam atom hidrogen. Dan
begitulah seterusnya, dengan C3H8, C4H10, dan seterusnya, sesuai rumusan aljabar CnH2n+2, sehingga
dengan setiap penambahan CH2 terbentuk sebuah benda yang secara kualitatif berbeda dari sebuah yang
terdahulu. Tiga anggota paling rendah dari deretan itu adalah gas-gas, yang tertinggi yang dikenal, hexadecane,
C16H34, adalah suatu benda padat dengan suatu titik didih 270 °C. Tepat seperti itu pula yang berlaku bagi
deretan alkohol-alkohol primer dengan formula CnH2n+2O, yang diderivasi (secara teoretikal) dari parafinparafin, dan deretan asam-asam lemak monobasik (formula CnH2nO2). Perbedaan kualitatif yang dapat
ditimbulkan oleh penambahan kuantitatif C3H6, diajarkan oleh pengalaman jika kita minum Ethyl Alkohol,
C2H6O, dalam bentuk cair (yang dapat diminum) tanpa penambahan alkohol-alkohol lainnya, dan pada suatu
kesempatan lain minum ethyl alkohol yang sama itu, tetapi dengan menambahkan sedikit saja amyl alkohol,
C5H12O, yang menjadi pembentuk utama dari minyak pelebur (fusel) yang mengerikan itu. Kepala seseorang
pasti akan menyadari akan hal itu di pagi esok harinya, suatu siksaan yang sangat; sehingga seseorang bahkan
dapat mengatakan bahwa kemabokan itu, dan perasaan "keesokan pagi" berikutnya itu, adalah juga kuantitas
yang diubah menjadi kualitas, di satu pihak dari ethyl alkohol dan di lain pihak dari tambahan C3H6 ini.
Di dalam deretan ini kita menjumpai hukum Hegelian itu dalam bentuk yang lain lagi. Anggota-anggota yang
lebih rendah hanya memperkenankan suatu saling-pengaturan tunggal dari atom-atom. Namun, jika jumlah
atom-atom yang digabung menjadi sebuah molekul mencapai suatu ukuran yang secara tetap ditentukan bagi
setiap deretan, maka pengelompokan atom-atom itu di dalam molekul dapat terjadi dalam lebih dari satu cara;
sehingga dua atau lebih substansi isomerik dapat dibentuk, yang mempunyai jumlah-jumlah sama dari atomatom C, H dan O di dalam molekul itu, tetapi bagaimanapun secara kualitatif berbeda satu sama lainnya. Kita
bahkan dapat memperhitungkan berapa banyak isomer-isomer seperti itu dimungkinkan bagi setiap anggota dari
deretan itu. Demikianlah, dalam deretan-deretan parafin, bagi C4H10 terdapat dua, bagi C5H12 terdapat tiga; di
antara anggota-anggota lebih tinggi, jumlah isomer yang mungkin bertambah dengan sangat cepat. Karenanya,
sekali lagi, adalah jumlah kuantitatif atom-atom itu di dalam molekul yang menentukan kemungkinan itu dan,
sejauh yang telah dibuktikan, juga keberadaan sesungguhnya dari isomer-isomer yang secara kualitatif berbeda
seperti itu.
Masih ada lagi. Dari analogi substansi-substansi yang kita kenal/ketahui dalam setiap dari deretan-deretan ini,
kita dapat menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai sifat-sifat fisikal dari anggota-anggota yang masih belum
dikenal/diketahui dari deretan-deretan ini dan, sedikitnya bagi anggota-anggota yang segera menyusul anggotaanggota yang diketahui, memprediksikan sifat-sifatnya, titik didihnya, dan sebagainya, secara agak pasti.
Akhirnya, hukum Hegelian kesahihannya tidak hanya bagi substansi-substansi gabungan, melainkan juga bagi
unsur-unsur kimiawi itu sendiri. Kini kita mengetahui bahwa
"sifat-sifat kimiawi unsur-unsur adalah suatu fungsi periodikal dari bobot-bobot atomiknya" (RoscoeSchorlemmer, Ausführliches Lehrbuch der Chemie, II, hal.823),
dan bahwa, karenanya, kualitas mereka ditentukan oleh kuantitas berat atomik mereka. Dan pengujian atas hal
ini telah dilakukan dengan gemilang. Mendeleyev telah membuktikan bahwa berbagai celah terdapat/terjadi
dalam deretan-deretan unsur-unsur bersangkutan yang diatur menurut berat-berat atomik yang menandakan
bahwa di sini unsur-unsur baru masih harus ditemukan. Jauh sebelumnya telah diuraikannya sifat-sifat kimiawi
umum dari salah-satu dari unsur-unsur yang belum diketahui ini, yang disebutnya eka-aluminium, karena itu
menyusul sesudah aluminium di dalam deretan-deretan yang dimulai dengan yang tersebut belakangan, dan ia
memprediksikan perkiraan berat khusus dan atomik maupun volume atomiknya. Beberapa tahun kemudian,
Lecoq de Bois-baudran benar-benar menemukan unsur ini, dan prediksi-prediksi Mendeleyev cocok benar
dengan hanya kelainan-kelainan sangat kecil. Eka-aluminium dinyatakan dalam gallium (ibid., hal. 828).
Dengan cara penerapan--secara tidak sadar--hukum Hegel mengenai transformasi kuantitas menjadi kualitas,
Mendeleyev mencapai suatu hasil ilmiah yang luar biasa, yang tidaklah berlebih- lebihan jika disamakan
dengan hasil Leverrier dalam memperhitungkan orbit planet yang hingga saat itu belum dikenal, yaitu planet
Neptune.
Di dalam ilmu biologi, seperti halnya dalam sejarah masyarakat manusia, hukum-hukum yang sama berlaku
pula pada setiap langkah, namun kita lebih suka berurusan dengan contoh-contoh dari ilmu- ilmu pasti, karena
di sini kuantitas-kuantitas dapat diukur dan dilacak secara cermat.
Barangkali orang terhormat yang sama yang hingga kini telah menolak transformasi kuantitas menjadi kualitas
sebagai mistisisme dan transendentalisme yang tidak masuk akal, kini akan menyatakan bahwa itu benar-benar
sesuatu yang sangat gamblang, tidak berarti, dan biasa-biasa saja, yang telah lama mereka gunakan, dan dengan
begitu mereka tidak mendapatkan pelajaran apapun yang baru. Tetapi dengan--untuk pertama kalinya--telah
dirumuskan suatu hukum perkembangan umum dari alam, masyarakat dan pikiran, dalam bentuknya yang
kesahihannya bersifat universal, itu untuk selamanya akan merupakan suatu langkah yang bermakna historikal.
Dan apabila tuan-tuan ini selama bertahun-tahun telah menyebabkan ditransformasikannya kuantitas dan
kualitas hingga tercampur aduknya satu sama yang lainnya, tanpa mengetahui apa yang sedang mereka lakukan
itu, maka mereka mesti menghibur diri mereka sendiri dengan Monsieur Joudain-nya Molière yang sepanjang
hidupnya mengucapkan prosa tanpa sedikitpun mengerti yang dikatakannya
•
•
All about me.
Gallery
o
•
Family
Makalah
RSS Subscribe: RSS feed
Aryasupang
come to think, think to exist
“DIALEKTIKA MARXIS; Sejarah dan Kesadaran Kelas” Dialektika yang tidak terdialektika-kan
Membaca judul buku ini, seolah-olah kita akan diantarkan pada ajaran-ajaran filsafat marxisme mengenai kelaskelas masyarakat secara gambling dan lugas. Sehingga, setelah membacanya kita berangan-angan akan
mendapatkan gambaran utuh tentang konsep dialektika antar kelas dalam masyarakat komunis seperti yang
ditawarkan Karl Marx.
Apalagi setelah menilik ke dalam daftar isi buku. Banyak tema-tema yang jarang saya jumpai dalam
pembahasan marxisme. Dengan kata lain, dengan membaca buku ini akan banyak membuka cakrawala
pengetahuan kita tentang marxisme. Kita akan mengetahui apa itu marxisme orthodox, perbedaan marxisme
orthodox dengan marxisme Rosa Luxemburg, apa itu kesadaran kelas, bagaimana konsep reifikasi dan
kesadaran kelas proletariat, bagaimana perubahan fungsi materialisme historis, apa itu konsep legalitas dan
ilegalitas, serta kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang ada dalam teori Rosa Luxemburg serta tinjauantinjauan kritis atas tulisannya.
Tema-tema bahasan yang ditawarkan di dalam daftar isi buku sungguh sangat menggugah hati untuk merogoh
kantong. Sehingga mengeluarkan uang empat puluh lima ribu seakan menjadi tidak ada artinya jika
dibandingkan dengan wawasan-wawasan yang akan kita peroleh dari buku setebal rmpat ratus halaman ini.
Akan tetapi, pada kenyataannya setelah membaca beberapa lembar halaman depan, pengantar, muncullah
pertanyaan; mengapa bahasannya begitu membingungkan? Apakah memang jenis buku ini memang yang sulit
untuk dipahami ataukah memang bahasanya yang kurang bisa memberikan pemahaman pada pembaca?
Awalnya, prasangka saya yang muncul adalah bahwa yang sulit dipahami adalah bagian-bagian awalnya saja,
sekadar pengantarnya saja. Sedangkan bagian-bagian isi dan pokok bahasannya akan dapat saya mengerti.
Paling tidak, pengertian tentang apa itu marxisme ortodok, bagaimana konsep marxisme Rosa Luxemburg dan
sejenisnya dapat dipahami dan dimengerti. Minimal mengetahui definisi-definisi itu semua sudah cukup
menjadi modal untuk pengembangan wawasan mengenai marxisme.
Namun, semakin jauh membacanya dari halaman ke halaman berikutnya, dari satu bab ke bab yang lain sampai
ahirnya selesai membaca buku ini tidak ada sedikitpun gambaran-gambaran konsep maupun definisi-definisi
dasar yang dapat saya pahami dan saya mengerti.
Ketidakmampuan buku ini dalam berdialektika dengan pembaca, menjadikan buku setebal ini seakan-akan tidak
punya nilai sama sekali. Apakah ketidakmampuan berdialektika itu dikarenakan bukunya yang memang susah
untuk dipahami ataukah karena faktor penerjemahannya yang kurang tepat dan kurang pas dalam
menerjemahkan karya ini.
Kalau alasannya adalah yang pertama, paling tidak ada yang dapat dipahami dari empat ratus lembar kertas ini.
Karena, buku ini tidak ditulis oleh sembarang orang, melainkan oleh George Lucaks sendiri. Dia adalah seorang
yang kompeten di dalam membahas karya-karya Karl Marx dan marxisme. Kalau alasan kedua, saya pikir lebih
masuk akal. Karena, gramatikal penulisannya sangat tidak jelas. Maksud saya, kita sulit menemukan mana
subjek, predikat, maupun objeknya. Karena banyaknya keterangan-keterangan sampingan—anak kalimat yang
begitu panjang dan beranak lagi—yang justru mengaburkan pokok kalimatnya.
Ketidakmampuan sebuah buku untuk berdialektika dengan pembaca ini bisa terjadi di dalam buku-buku
terjemahan dikarenakan penerjemah yang kurang kapabel dalam mengalihbahasakan sebuah buku atau wacana.
Hal itu akan memengaruhi keterbacaan sebuah buku ataupun wacana pada ruang lingkup masyarakat pembaca
buku terjemahan tersebut.
Dan yang menjadi anggapan saya mengapa buku ini tidak terbaca atau tidak terdialogkan dengan pembaca
dengan baik adalah karena faktor yang kedua ini. Ke-kurangkapabel-an penerjemah dalam menerjemahkan
sebuah buku ataupun wacana, bisa disebabkan oleh dua hal.
Pertama, karena penerjemah bukanlah seorang yang berkompeten di dalam membahas tema serta objek kajian
naskah atau buku yang diterjemahkan. Ini sangat berakibat pada hasil terjemahan yang tidak komunikatif,
dialogis dan bahkan tidak bisa dibaca maupun dipahami pembaca. Kasus-kasus seperti ini sering sekali
ditemukan di dalam karya-karya terjemahan. Buku sebagus dan sebaik apa pun kalau diterjemahkan oleh orang
yang tidak mumpuni di dalam bidang tersebut, akan mengakibatkan ide penulis aslinya tidak tersampaikan
dengan baik dan benar. Sehingga tidak jarang hasil terjemahannya sangat berbeda dengan apa yang diinginkan
penulis aslinya.
Kedua, karena tingkat kebahasaannya yang susah diterjemahakan. Maksudnya begini, sebuah kata dalam bahasa
tertentu kadang memiliki tingkatan makna tersendiri yang sulit ditemukan padanannya dalam bahasa lain. Hal
ini terjadi karena tingkat kekayaan kata bahasa tertentu berbeda dengan bahasa yang lain. Kekayaan kata itu
sendiri bisa dilihat dari indicator-indikator yang ada. Misalnya kemampuan sebuah kata untuk mendeskripsikan
makna atau maksud tertentu. Suatu bahasa dikatakan kaya akan kosakata apabila bahasa tersebut memiliki
banyak kata-kata yang mampu mendeskripsikan sesuatu secara rinci. Tidak menggunakan kata-kata yang umum
untuk mendiskripsikan dua hal yang berbeda atau mirip, misalnya.
Seorang penerjemah, meskipun ulung dan menguasai oobjek kajian buku terjemahannya, akan mengalami
kebuntuan dan kesusahan ketika menghadapi permasalahan seperti ini. Dia harus memutar otak berkali-kali
untuk menemukan kata-kata yang tepat sebagai pengganti kata yang diterjemahkan sehingga dapat dipahami
sebagai mana maksud kata itu secara pasti.
Kedua faktor inilah yang acapkali menyandung keterbacaan sebuah buku terjemahan. Ahirnya, mengurangi
nilai, kualitas, dan hasil terjemahan tersebut meskipun maksud penulis dalam bahasa aslinya sangat jelas.
Ketika buku “Dialektika Marxis” ini tidak ter-dialektika-kan dengan baik kepada pembaca, dalam tulisan ini
saya sendiri, maka yang saya merasakan kerugian ganda. Rugi karena telah mengeluarkan uang untuk membeli
buku dan rugi karena buku yang telah saya beli tidak dapat saya mengerti dan pahami sehingga tidak menambah
wawasan pengetahuan apa-apa pada diri saya.
Kelas sosial
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi) antara insan atau
kelompok manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan
sosial[1], namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan
karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam
masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan
seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakt seperti ini menghindari stratifikasi
sosial.[2] Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada
pembagian pekerjaan.
Pengertian Konsep Nilai
Konsep Nilai
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan
mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung
lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya
nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan
bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi
peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk mewujudkan harapan sesuai dengan
peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan
pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan
anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan.
Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
•
•
Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang
Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten
•
Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang
•
Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual
diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan kannya.
Metode Mempelajari Nilai-Nilai
Menurut teori klasifikasai nilai-nilai, keyakinan atau sikap dapat menjadi suatu nilai apabila keyakinan tersebut
memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
• Menjunjung dan menghargai keyakkina dan rilaku seseorang
• Menegaskan didepan umum , apabila cocok
•
Memilih dari berbagai alternatif
•
Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
•
Memilih secara bebas
•
Bertindak
•
Dengan pola konsisten
MAKNA KETERASINGAN
Keterasingan
Keterasingan kadang dianggap kurang lebih sama dengan penyimpangan. Kita dapat mengatakan bahwa orang
menyimpang itu, misalnya : “ siswa sekolah menengah pertama itu yang hobinya tauran”, adalah terasing dalam
masyarakatnya, ia gagal mengidentifikasi diri mereka dengan masyarakatnya dan gagal menrima tanggung
jawabnya sebagai anggota masyarakat. Maksudnya adalah ia terasing karena tidak bisa menyesuaikan diri
dengan masyarakat. Dan orang - orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang orang yang patuh. Gambaran
tentang penyimpangan itu adalah hal buruk kalau cara pandang kita terhadap penyimpangan atau keterasingan
seperti ini.
Jika dilihat dari sudut peranan maka keterasingan hanya terjadi ketika orang orang terpaksa untuk menerima
peranan peranan yang telah disiapkan oleh mereka dan mengajukan banyak kata tanay dalam dirinya, apakah
system politik ini dapat memberikan keuntungan keuntungan yang mereka harapkan. Pengertian seperti ini
berlawanan dengan pengertian keterasingan menurut tradisi Marx. Menurut tradisinya, masyarakat dimana
setiap orang mau menyesesuaikan diri dengan peranan dalam system politik yang ada, setiap orang memenuhi
tuntutan system tersebut, adalah justru suatu masyarakat terasing. Alasannya adalah karena dengan cara itu
pelaksanaan kegiatan politik menjadi terpisahkan dari keputusan masing masing individu dan diserahkan pada
mekanisme pelaksanaan yang impresional dari suatu system politik. Keterasingan terjadi saat system system
tersebut berhadapan dengan orang sebagai kekuatan luar yang tidak dapat dikendalikan oleh system system
tersebut.
Partai dilihat sebagai kekuatan yang impresional, berada diatas anggota anggotanya sebagai individu. Partai
sebagai suatu organisasi adalah tidak lebih dari hubungan sosial antara anggota anggotanya. Marx menyebutkan
keterasingan terdiri dari elemen yakni keterasingan pekerja dari produksi yang dihasilkannya, keterasingan
pekerja dari produktifnya sehingga kegiatannya sendiri menjadi suatu kegiatan yang terasing sehingga tanpa
disadari pekerja tersebut mengasingkan dari dirinya sendiri.
Download