kajian feminisme dalam antologi cerpen kami (tak

advertisement
KAJIAN FEMINISME DALAM ANTOLOGI CERPEN
KAMI (TAK BUTUH) KARTINI INDONESIA
KARYA NOVELA NIAN, DKK.
Eka Fitriawati, Christanto Syam, Agus Wartiningsih
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak
e-mail: [email protected]
Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk ketidakadilan
gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan doubel
burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen Kami (Tak Butuh)
Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan kritik sastra
feminis. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebagai
berikut. 1) bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi adalah pencari
nafkah tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak
boleh sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah
tinggi karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan; 2) bentuk
ketidakadilan gender berupa subordinasi adalah perempuan dilarang sekolah
karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang melayani suami dan
mengurus keluarga; 3) bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe adalah
mengatakan seorang perempuan sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan
berbuat jahat tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi; 4) bentuk ketidakadilan
gender berupa kekerasan adalah fisik dan emosional; 5) bentuk ketidakadilan
gender berupa doubel burden adalah perempuan yang bekerja di kantor namun
dalam kesibukannya di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan
mempekerjakan pembantu rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah
selama ia tidak berada di rumah.
Kata kunci: feminisme, antologi cerpen.
Abstract: This study aimed to describe the forms of gender inequality in the form
of marginalization, subordination, stereotype, violence, and double burden
experienced by women character in short story anthology “Kami (Tak Butuh)
Kartini Indonesia” by Novela Nian, et al. The method which is used in this
research is descriptive qualitative with feminist literary criticism approach.
According to the data analysis result, the researcher concluded: 1) gender
inequality in the form of marginalization are women as additional breadwinner,
women are not allowed to be a leader or should not be equal to men, and women
could not get the opportunity to study in any highschool because women are not
appropriate to be a leader; 2) gender inequality in the form of subordination is that
women are prohibited to study in highschool because in the end they have to serve
their husband and take care of the family; 3) gender inequality in the form of
stereotype is stating that a woman as a whore and accusing a woman in misbehave
without knowing the truth; 4) gender inequality in the form of violence are
physically and emotionally; 5) gender inequality in the form of double burden is
that the women who works in the office but in her bussiness in public sector, she
could handle it by hiring a housemaid whom taking care of household anytime she
is not in the house.
Keyword: feminism, short story anthologies
1
merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa
Feminisme
kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminis berasal
dari kata “Femme” (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial
(Syurpoati dan Soebachman, 2012:115). Menurut Moeliono (dalam Sugihastuti,
2010: 18) feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak
sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki yaitu di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Feminisme
sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan lakilaki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan
kedudukan perempuan dengan laki-laki. Feminisme memiliki makna lebih luas
dari pada emansipasi. Emansipasi cenderung digunakan sebagai istilah yang
menuntut persamaan hak dalam aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi hanya
menekankan partisipasi perempuan tanpa mempersoalkan ketidakadilan gender,
sedangkan feminisme sudah mempersoalkan hak serta kepentingan perempuan
yang selama ini dinilai tidak adil. Perempuan dalam pandangan feminisme
mempunyai aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan
keadilan dalam sebuah gerakan.
Melalui feminisme, kaum perempuan menuntut agar kesadaran kultural
yang selalu memarginalkan perempuan dapat diubah sehingga keseimbangan yang
terjadi adalah keseimbangan yang dinamis. Feminisme menganggap dominasi
patriarki merupakan penyebab utama ketidakadilan gender perempuan.
Menurut Fakih (2010: 78) pada umumnya orang berprasangka bahwa
feminisme adalah gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya
melawan pranata sosial yang ada, misalnya institusi rumah tangga, perkawinan
maupun usaha pembrontakan perempuan untuk mengingkari apa yang disebut
sebagai kodrat. Dengan kesalahpahaman seperti itu maka feminisme tidak saja
kurang mendapat tempat di kalangan kaum perempuan sendiri, bahkan secara
umum ditolak oleh masyarakat. Gerakan feminisme yang berarangkat dari asumsi
dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi,
serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan eksploitasian tersebut.
Feminisme dalam penelitian ini bukan berarti sebagai perlawanan dari kaum
perempuan terhadap kaum laki-laki dari segi perbedaan jenis kelamin mereka.
Namun kesadaran akan persamaan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan
yang memiliki kedudukan yang sering menimpa kaum perempuan, baik dalam
lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Di antara berbagai ragam feminisme, ragam yang cukup menonjol adalah
feminisme liberal, radikal, marxis, dan sosialis (Fakih, 2010:81-98). Meskipun
demikian penelitian ini mengacuhkan pembagian teori feminisme dalam delapan
bagian yang meliputi feminisme radikal, marxis dan sosial, liberal, psikoanalisis,
eksistensial, postmodern, multikultural dan global, serta ekofeminisme.
Menurut Sugihastuti (2010: 23) gender adalah perbedaan prilaku antara lakilaki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang
diciptakan manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Gender
adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh
faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang
peran sosial budaya laki-laki dan perempuan (Fakih, 2010:8). Bentuk sosial
perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, dan
keibuan. Adapun laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sifat-sifat
2
itu dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat yang lain.
Gender muncul karena perkembangan pola pikir manusia mengenai
kedudukan wanita bersama laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
gender dikenal sistem hirarki yang menciptakan kelompok-kelompok yang
bersifat operasional, kelompok tersebut saling bergantung atau bahkan bersaing
untuk mempertahankan kekuasaan masing-masing.
Sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan
terjadi melalui proses panjang. Seperti perbedaan gender dikarenakan konstruksi
secara sosial maupun kultural, melalui ajaran keagamaan dan negara. Melaui
proses-proses tersebutlah yang menyebabkan sosialisasi gender dianggap menjadi
ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis, (Fakih, 2010: 9). Sehingga
perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan
perempuan.
Menurut Fakih (2010: 12) perbedaan gender telah melahirkan berbagai
ketidakadilan, baik kaum laki-laki atau perempuan yang menjadi korban. Untuk
memahami mengenai perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan, dapat dilihat
melalui berbagai manifestasi ketidakadilan yang ada, seperti: marginalisasi atau
proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam
mengambil keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan
negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta sosialisasi
ideologi nilai peran gender.
Perempuan merupakan sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan.
Hingga saat ini, belum terjadi keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari masih adanya anggapan bahwa
perempuan memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental yang kemudian
berpengaruh pada segi pembagian peran dan perlakuan dalam masyarakat.
Anggapan adanya keterbatasan tersebut maka perempuan dianggap tidak layak
menempati posisi tertentu. Hal ini yang mendorong kalangan orang yang
selanjutnya disebut feminis memperjuangkan hak-hak perempuan. Perempuan
adalah manusia maka perjuangan perempuan adalah perjuangan kemanusiaan
juga.
Menurut Aminuddin (2002:85), cerpen adalah karangan pendek yang
berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh
pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, serta mengandung
kesan yang tidak mudah dilupakan pembaca. Cerpen merupakan cerita yang
menurut fisiknya berbentuk pendek (Kosasih, 2012:34). Ukuran panjang
pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerpen
merupakan cerita yang habis dibaca sekali duduk. Jadi yang dimaksud dengan
cerpen adalah sebuah karangan pendek berbentuk prosa yang menceritakan
sepengal kisah kehidupan. Kisah kehidupan itu bisa berupa masalah pekerjaan,
perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan,
dan sebagainya. Hal itu yang membuat pembacanya larut dalam alur dan
permasalahan cerita.
Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia atau disingkat KTBKI
karya Novela Nian, dkk. satu di antara bentuk ketertindasan perempuan baik
dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, domestik dan sosial. Berdasarkan
pengamatan yang lebih khusus, terdapat dua puluh empat judul cerita karya
Novela Nian, dkk. yang bercerita tentang perempuan. Namun dari dua puluh
3
empat cerpen tersebut peneliti membatasi lima belas cerpen yang peneliti analisis.
Pemilihan pada lima belas cerpen dalam penelitian ini dengan tiga alasan, yaitu:
1) ditulis oleh penulis perempuan; 2) menggambarkan bentuk ketidakadilan
gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan serta double
burden; dan 3) merupakan gender cerita pendek yang padat dan memasyarakat.
Fokus penelitian ini adalah feminisme pada tokoh perempuan dalam
antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Penelitian yang difokuskan pada
tokoh perempuan ini disesuaikan dengan konsep dasar feminis, yaitu tokoh
perempuan yang mengalami penindasan, ketidakadilan dan ketidakseimbangan
terhadap laki-laki, kemudian tokoh perempuan tersebut melakukan
pemberontakan terhadap penindasan yang dialaminya.
Alasan peneliti memilih antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
yaitu: 1) cerpen KTBKI memiliki cerita yang fokusnya tentang perempuan; 2)
cerpen KTBKI menggambarkan ketidakadilan gender yang menimpa tokoh
perempuan; 3) cerpen KTBKI memiliki nilai kehidupan yang dapat memberikan
motivasi bagi pembacanya.
Alasan peneliti meneliti kajian feminisme karena dalam kajian feminisme
ini hendaknya mampu mengungkapkan aspek-aspek ketertindasan atau
ketidakadilan yang dirasakan tokoh perempuan pada antologi cerpen KTBKI karya
Novela Nian, dkk. Ketidakadilan tersebut terbagi menjadi lima, yaitu: 1)
ketidakadilan berupa marginalisasi; 2) ketidakadilan berupa subordinasi; 3)
ketidakadilan berupa stereotipe; 4) ketidakadilan berupa kekerasan; dan 5)
kekerasan berupa double burden.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia FKIP Untan tidak ditemukan penelitian sebelumnya
mengenai pengkajian terhadap antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
Namun, mengenai analisis tentang perempuan sudah pernah diteliti oleh Indriyana
Uli (2011) dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Ratu Kecantikan “Harga
Diri Sebuah Martabat” karya Langit Kresna Hariadi. Permasalahan dalam
penelitian tersebut ialah: 1) bagaimanakah kedudukan perempuan dalam
pendidikan, karier, dan hukum; 2) bagaimanakah profeminis dan kontrafeminis
dalam novel. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan kedudukan tokoh
perempuan (tokoh utama) dalam novel Harga Sebuah Martabat karya Langit
Kresna Hariadi di bidang pendidikan, karier, dan sosial politik, mendapatkan
kesetaraan yang sama dengan kaum laki-laki. Namun dalam bidang hukum,
perempuan belum mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki. Perempuan yang
menjadi korban lebih cenderung diam. Perjuangan tokoh utama untuk melepaskan
diri dari dominasi patriarki dalam novel Harga Sebuah Martabat tersebut
dilakukan secara perlawanan fisik. Bentuk kontrafeminis dalam novel Harga
Sebuah Martabat berupa penganiayaan terhadap kaum perempuan dan bentuk
profeminisnya menghargai serta melindungi perempuan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kritik sastra feminis.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
fokus perempuan. Persaman pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya berupa kritik sastra feminis, dan satu diantara
masalahnya yaitu ketidakadilan gender yang berupa bentuk kontrafeminis.
Namun, pada penelitian ini juga memilki perbedaan dengan penelitian
sebelumnya yaitu pada objek yang diteliti, penelitian ini menggunakan antologi
cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Masalah
4
pada penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya,
masalah pada penelitian ini berupa ketidakadilan gender yang berupa
marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan doubel burden yang dialami
pada tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
Arga Fajar Rianto (UPN, Surabaya 2010) juga telah melakukan penelitian
tentang feminisme dengan judul penelitian “Representasi Feminisme dalam Film
Ku Tunggu Jandamu (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminis melalui
Tokoh Persik)”. Masalah yang diteliti yaitu: bagaimana representasi feminisme
dalam film Ku Tunggu Jandamu melalui tokoh Persik. Hasil dari penelitian
tersebut adalah tokoh Persik dengan bakat dan kecantikan yang dimilikinya
membantu para perempuan agar tampak lebih cantik luar dalam di depan para
suami mereka dan di depan semua laki-laki. Sedangkan kepada para laki-laki,
Persik memberikan saran agar dapat menunjukkan keberaniannya dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Kebiasaan dari tokoh Persik tersebut memiliki
perilaku yang sangat jauh dari gambaran perempuan dalam masyarakat patrialkal
pada umumnya, dan sikap menentang terhadap dominasi-dominasi laki-laki atas
perempuan ini dijadikan kekuatan oleh tokoh Persik untuk mendominasi atas lakilaki. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan semiotik.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
fokus perempuan. Namun, pada penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu pada
objek yang diteliti, penelitian ini menggunakan objek berupa antologi cerpen
Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Pendekatan pada
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga memiliki perbedaan, pada
penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra feminis, sedangkan penelitian
sebelumnya menggunakan pendekatan semiotik. Masalah pada penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya juga memilki perbedaan, masalah pada penelitian
ini berupa ketidakadilan gender yang berupa marginalisasi, subordinasi,
stereotipe, kekerasan, dan doubel burden yang dialami pada tokoh perempuan
dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. sedangkan masalah
penelitian sebelumnya berupa representasi feminis dalam film Ku Tunggu
Jandamu.
Hubungan penelitian ini dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia
terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada SMP kelas IX
semester I dengan Standar Kompetensi membaca, 7. Memahami wacana sastra
melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen), dengan
Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan, pada cerpencerpen dalam satu kumpulan cerpen, 7.2 Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada
cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Dengan demikian, penelitian
tentang telaah feminisme ini dapat dijadikan bahan acuan pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Syam (2000:74) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
memperoleh informasi dan gambaran suatu fenomena tertentu yang tampak pada
saaat penelitian dilakukan dan diarahkan pada upaya untuk melukiskan kondisi
dari fenomena yang diamati sebagaimana adanya.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif karena menghasilkan data berupa
kutipan kalimat. Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data
5
deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran dari suatu
teks. Bentuk penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang dapat
memperjelas setiap unsur dan disertai penjelasan yang rinci bukan berbentuk
angka-angka, tetapi data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
sebagainya (Moleong, 2001: 6). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kritik sastra feminisme.
Pendekatan feminis digunakan untuk membantu membongkar bentuk
ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan yang terdapat dalam
antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Kritik sastra feminis merupakan
kesadaran membaca sebagai wanita, yakni kesadaran pembaca bahwa ada
perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya
sastra (Culler dalam Sugihastuti, 2010:7). Artinya membaca dengan kesadaran
bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan
kehidupan serta membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang
andosentris dan patriarki karena karya sastra .
Sumber data dalam penelitian ini adalah antologi cerpen KTBKI karya
Novela Nian, dkk. Antologi cerpen ini terdiri dari dua puluh empat judul cerpen
yang peneliti batasi menjadi lima belas judul, dengan ketebalan 174 halaman,
diterbitkan oleh Pustaka Jingga, Lamongan 2012. Adapun judul antologi cerpen
KTBKI yaitu; 1) Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia oleh Riskaninda Maharani;
2) Ibu dan Cinta Sejatimu oleh Annisa J Moezha; 3) Meretas Asa oleh
Fuatuttaquriyah El-Adiba; 4) Pesona Kartini oleh Novela Nian; 5) Aku dan CitaCita Baru oleh Iruka danishawara; 6) Perempuan Cadas oleh Niken Kinanti; 7)
Menjemput Surga oleh Nadia Dia; 8) Kisik Sanubari Kartini oleh Nikki Risa; 9)
Pengabdian oleh Risty Arvel As-Sauqi; 10) Wanita Malam oleh Romz Weepy;
11) Di Balik Fatamorgana oleh Syifa Enwa; 12) Janji Kartini oleh Nenny
Makmun; 13) Kepingan Hati yang Hilang oleh Santi Adnyani; 14) Melukis Fajar
oleh Ririe Khayan; 15) Air Mata Surga oleh Anna Annisa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik studi dokumenter, karena meneliti dokumen-dokumen. Teknik studi
dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra yang menjadi sumber
data dalam penelitian.
Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah manusia. Dalam hal ini peneliti sendiri sebagai instrumen
utama. Kedudukan peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini yaitu
sebagi perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Selain peneliti sebagai instrumen
utama, digunakan juga alat pengumpul data lainnya yaitu berupa kartu data yang
digunakan mencatat data-data yang akan dianalisis, untuk memudahkan peneliti
dalam mengingat sesuatu. Lincoln dan Guba (dalam Satori dan Komariah,
2010:62) mengemukakan bahwa manusia sebagai instrumen pengumpul data
memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adatif, serta
dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami
sesuatu.
Pengecekan keabsahan data berfungsi untuk menguji validitas dan reabilitas
data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengecek
keabsahan data adalah ketekunan Pengamatan, triangulasi, kecakupan referensial,
dan diskusi teman sejawat. 1) Langkah ketekuanan pengamatan yang dilakukan
adalah mengamati dan membaca secara tekun, teliti, dan rinci terhadap berbagai
6
fenomena yang berhubungan dengan masalah dan data penelitian. 2) Menurut
Moleong (2011:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yaitu penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Berdasarkan
pendapat tersebut, untuk melakukan pengecekan keabsahan data, peneliti
menggunakan cara triangulasi teori dan penyidik. Dalam hal ini, peneliti
menyesuaikan data pengamatan dengan teori yang relevan, kemudian peneliti
melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing (Dr. Christanto Syam, M.Pd.
dan Agus Wartiningsih, M.Pd.) yang berperan sebagai penyidik untuk mengecek
hasil pengamatan dan teori yang digunakan. 3) Kecukupan referensial yang
digunakan dapat menjadi patokan untuk menguji dalam penafsiran data. Pengujian
keabsahan data dengan kecakupan referensi dilakukan dengan membaca dan
menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka yang relevan dengan
masalah penelitian secra berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang
memadai dan mencukupi. Melalui cara ini diharapkan dapat diperoleh data yang
absah. 4) Menurut Moleong (2011:179), pemeriksaan sejawat mengandung
beberapa maksud sebagai satu diantara pengecekan keabsahan data, yaitu.
Pertama, agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua,
memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk memulai menjajaki dan
menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Teman sejawat dalam
penelitian ini adalah Iit Kurnia, Rangga Mardilla, dan Ria Yunita. Peneliti
memilih ketiga teman tersebut karena ketiganya juga sedang melakukan penelitian
tentang feminisme.
Teknik pengolahan data adalah cara yang dilakukan dalam mengolah data
penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik langsung,
peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Adapun teknik
pengolahan data dalam penelitian ini yaitu. Pertama, mendeskripsikan bentuk
ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan,
dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI
karya Novela Nian, dkk. Kedua, menginterpretasi data yang berupa bentuk-bentuk
ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan,
dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI
karya Novela Nian, dkk. Ketiga, Berkonsultasi kepada dosen pembimbing (Dr.
Christanto Syam, M.Pd. dan Agus Wartiningsih, M.Pd.) mengenai hasil
pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kajian feminisme dalam
Antologi Cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Adapun tujuan khusus dari
penelitian ini yaitu, pendeskripsian bentuk ketidakadilan gender berupa
marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami
tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil penelitian yaitu, bentuk-bentuk
ketidakadilan gender berupa: 1) marginalisasi proses peminggiran yang
diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan.
Ketidakadilan ini sangat merugikan perempuan dengan cara satu di antaranya
menggunakan asumsi gender bahwa perempuan diperdaya untuk mendapatkan
keuntungan bagi laki-laki dan peminggiran karir perempuan karena dianggap
7
tidak pantas menjadi pemimpin. Bentuk ketidakadilan gender berupa
marginalisasi atau pemiskinan perempuan yang terdapat dalam antologi cerpen
KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah perempuan sebagai pencari nafkah
tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak boleh
sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah tinggi
karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan.
2) Subordinasi atau penomorduan adalah suatu penilaian atau anggapan
bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan hanya dianggap
mempunyai tanggung jawab dalam urusan domestik, padahal perempuan juga
mempunyai hak dalam bidang publik karena wanita juga bisa menjadi pemimpin.
Bentuk ketidakadilan gender berupa subordinasi atau penomorduaan yang
terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah perempuan
dilarang sekolah karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang
melayani suami dan mengurus keluarga.
3) Stereotipe atau pelabelan negatif merupakan bentuk ketidakadilan gender
yang menganggap perempuan sebagai sumber kesalahan. Stereotipe itu sendiri
berarti pemberian citra baku kepada seseorang yang didasarkan pada suatu
anggapan yang salah. Bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe atau
pelabelan negatif yang terdapat dalam antologi cerpen karya Novela Nian, dkk.
adalah pemberian citra yang tidak baik misalnya mengatakan seorang perempuan
sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan berbuat jahat tanpa mengetahui
kebenaran yang terjadi.
4) Kekerasan terhadap sesama manusia dapat terjadi karena berbagai
sumber, satu diantaranya bersumber dari pandangan gender. Jika berbicara tentang
gender, maka kaum perempuanlah yang selalu menjadi objek kekerasan.
Kekerasan adalah serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang.
Kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu kekerasan domestik dan kekerasan publik.
Kekerasan domestik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang
memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan meskipun dilakukan di ruang
lingkup publik. Kekerasan domestik yang dialami oleh tokoh perempuan dalam
antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. berupa kekerasan fisik dan
kekerasan emosional. Kekerasan publik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan, meskipun
dilakukan di dalam rumah. Bentuk kekerasan fisik yang terdapat dalam antologi
cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah tamparan dan cabukan yang
mengakibatkan hilangnya nyawa perempuan. Sedangkan, Bentuk kekerasan
emosional yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
adalah caci makian, hinaan, perkataan yang kasar dan tidak sopan sehingga
menginggung perasaan perempuan.
5) Double burden atau beban ganda adalah beban pekerjaan yang diterima
oleh perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan mempunyai beban
dalam urusan domestik bahkan ada pula yang mempunyai beban di bidang publik
misalnya bekerja di kantor. Namun, beban ini dapat diatasi dengan melimpahkan
sebagian beban domestik kepada perempuan lain yaitu seperti anggota keluarga
atau pembantu. Akan tetapi, perempuan masih memiliki tanggung jawab dalam
lingkup domestik, beban inilah yang mengakibatkan perempuan memiliki beban
ganda yang dialaminya. Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi atau
pemiskinan perempuan yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela
Nian, dkk. adalah perempuan yang bekerja di kantor namun dalam kesibukannya
8
di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan mempekerjakan pembantu
rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah selama ia tidak berada di
rumah.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka diperlukan penjelasan tentang
pemerolehan hasil dari penelitian ini. Berikut pembahasan dari hasil analisis data.
Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia atau disingkat KTBKI karya
Novela Nian, dkk. satu di antara bentuk ketertindasan perempuan baik dalam
bidang pendidikan, ekonomi, politik, domestik dan sosial. Berdasarkan
pengamatan yang lebih khusus, terdapat dua puluh empat judul cerita karya
Novela Nian, dkk. yang bercerita tentang perempuan.
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa yang mengisahkan
sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan
atau menyenangkan, serta mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan
pembaca. Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang
menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminisme
sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan lakilaki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan
kedudukan perempuan dengan laki-laki. Bentuk ketidakadilan gender berupa
marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami
tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk.
merupakan masalah dalam penelitian ini. Karena sesuai dengan isi cerita dalam
antologi cerpen yang berkaitan dengan feminis, yaitu perempuan yang merasa
tertindas dan tidak mendapatkan haknya.
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam antologi cerpen Kami (Tak
Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai berikut. 1)
Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi adalah pencari nafkah
tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak boleh
sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah tinggi
karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan; 2) Bentuk
ketidakadilan gender berupa subordinasi adalah perempuan dilarang sekolah
karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang melayani suami dan
mengurus keluarga; 3) Bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe adalah
mengatakan seorang perempuan sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan
berbuat jahat tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi; 4) Bentuk ketidakadilan
gender berupa kekerasan adalah fisik dan emosional; 5) Bentuk ketidakadilan
gender berupa doubel burden adalah perempuan yang bekerja di kantor namun
dalam kesibukannya di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan
mempekerjakan pembantu rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah
selama ia tidak berada di rumah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa kajian
feminisme dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai
berikut. Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang
menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminisme
sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan laki9
laki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan
kedudukan perempuan dengan laki-laki. Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan
gender dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai
berikut. 1) Marginalisasi merupakan proses peminggiran yang diakibatkan oleh
perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Ketidakadilan ini
sangat merugikan perempuan dengan cara satu di antaranya menggunakan asumsi
gender bahwa perempuan diperdaya untuk mendapatkan keuntungan bagi laki-laki
dan peminggiran karir perempuan karena dianggap tidak pantas menjadi
pemimpin.
2) Subordinasi atau penomorduan adalah suatu penilaian atau anggapan
bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan hanya dianggap
mempunyai tanggung jawab dalam urusan domestik, padahal perempuan juga
mempunyai hak dalam bidang publik karena wanita juga bisa menjadi pemimpin.
3) Stereotipe atau pelabelan negatif merupakan bentuk ketidakadilan gender
yang menganggap perempuan sebagai sumber kesalahan. Stereotipe itu sendiri
berarti pemberian citra baku kepada seseorang yang didasarkan pada suatu
anggapan yang salah.
4) Kekerasan terhadap sesama manusia dapat terjadi karena berbagai
sumber, satu diantaranya bersumber dari pandangan gender. Jika berbicara tentang
gender, maka kaum perempuanlah yang selalu menjadi objek kekerasan.
Kekerasan adalah serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang.
Kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu kekerasan domestik dan kekerasan publik.
Kekerasan domestik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang
memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan meskipun dilakukan di ruang
lingkup publik. Kekerasan domestik yang dialami oleh tokoh perempuan dalam
antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. berupa kekerasan fisik dan
kekerasan emosional. Kekerasan publik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan, meskipun
dilakukan di dalam rumah.
5) Double burden atau beban ganda adalah beban pekerjaan yang diterima
oleh perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan mempunyai beban
dalam urusan domestik bahkan ada pula yang mempunyai beban di bidang publik
misalnya bekerja di kantor. Namun, beban ini dapat diatasi dengan melimpahkan
sebagian beban domestik kepada perempuan lain yaitu seperti anggota keluarga
atau pembantu. Akan tetapi, perempuan masih memiliki tanggung jawab dalam
lingkup domestik, beban inilah yang mengakibatkan perempuan memiliki beban
ganda yang dialaminya.
Saran
Berdasarkan hasil analisis, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1)
Bagi guru, pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan dapat
menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar dalam pembelajaran di
sekolah, khususnya pada tingkat SMP kelas IX semester I, pada pembelajaran
unsure intrinsik dalam antologi cerpen. Guru dapat memilih antologi cerpen Kami
(Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. sebagai objek
pembelajaran dalam penyampaian materi unsur-unsur dalam cerpen. Karena
dalam. antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian,
dkk., memiliki nilai kehidupan seperti melawan ketidakadilan yang dirasakan
tokoh perempuan yang patut diteladani oleh peserta didik dan memiliki nsur
10
intrinsik yang dapat dikaji. 2) Bagi pembaca, diharapkan dapat memetik nilai-nilai
yang ditemukan dalam penelitian kajian feminisme ini. 3) Bagi Universitas
Tanjungpura Pontianak, dapat menambah perbendaharaan tulisan yang berkaitan
dengan kajian feminisme dalam karya sastra/cerpen dan dapat dijadikan sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya. 4) Bagi peneliti, diharapkan hasil
penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kajian feminisme yang
terkandung dalam karya sastra.
DAFTAR RUJUKAN
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nian, Novela, dkk.. 2012. Kami Tak (Butuh Kartini) Indonesia. Lamongan:
Pustaka Jingga.
Rianto, Arga Fajar. 2010. “Representasi Feminisme dalam Film “Ku Tunggu
Jandamu” (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminis melalui Tokoh
Persik)”. Skripsi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional.
Suharto, Sugihastuti. 2010. Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Uli, Indriyana. 2011. “Citra Perempuan dalam Novel Ratu Kecantikan Harga
Sebuah Martabat karya Langit Kresna Hariadi”. Skripsi. Pontianak: FKIP
UNTAN.
11
Download