KAJIAN FEMINISME DALAM ANTOLOGI CERPEN KAMI (TAK BUTUH) KARTINI INDONESIA KARYA NOVELA NIAN, DKK. Eka Fitriawati, Christanto Syam, Agus Wartiningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Untan, Pontianak e-mail: [email protected] Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan doubel burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif bentuk kualitatif dengan pendekatan kritik sastra feminis. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan simpulan sebagai berikut. 1) bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi adalah pencari nafkah tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak boleh sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah tinggi karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan; 2) bentuk ketidakadilan gender berupa subordinasi adalah perempuan dilarang sekolah karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang melayani suami dan mengurus keluarga; 3) bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe adalah mengatakan seorang perempuan sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan berbuat jahat tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi; 4) bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan adalah fisik dan emosional; 5) bentuk ketidakadilan gender berupa doubel burden adalah perempuan yang bekerja di kantor namun dalam kesibukannya di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan mempekerjakan pembantu rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah selama ia tidak berada di rumah. Kata kunci: feminisme, antologi cerpen. Abstract: This study aimed to describe the forms of gender inequality in the form of marginalization, subordination, stereotype, violence, and double burden experienced by women character in short story anthology “Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia” by Novela Nian, et al. The method which is used in this research is descriptive qualitative with feminist literary criticism approach. According to the data analysis result, the researcher concluded: 1) gender inequality in the form of marginalization are women as additional breadwinner, women are not allowed to be a leader or should not be equal to men, and women could not get the opportunity to study in any highschool because women are not appropriate to be a leader; 2) gender inequality in the form of subordination is that women are prohibited to study in highschool because in the end they have to serve their husband and take care of the family; 3) gender inequality in the form of stereotype is stating that a woman as a whore and accusing a woman in misbehave without knowing the truth; 4) gender inequality in the form of violence are physically and emotionally; 5) gender inequality in the form of double burden is that the women who works in the office but in her bussiness in public sector, she could handle it by hiring a housemaid whom taking care of household anytime she is not in the house. Keyword: feminism, short story anthologies 1 merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa Feminisme kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminis berasal dari kata “Femme” (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial (Syurpoati dan Soebachman, 2012:115). Menurut Moeliono (dalam Sugihastuti, 2010: 18) feminisme adalah gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki. Persamaan hak antara perempuan dan laki-laki yaitu di bidang politik, ekonomi, dan sosial. Feminisme sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan lakilaki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan kedudukan perempuan dengan laki-laki. Feminisme memiliki makna lebih luas dari pada emansipasi. Emansipasi cenderung digunakan sebagai istilah yang menuntut persamaan hak dalam aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi hanya menekankan partisipasi perempuan tanpa mempersoalkan ketidakadilan gender, sedangkan feminisme sudah mempersoalkan hak serta kepentingan perempuan yang selama ini dinilai tidak adil. Perempuan dalam pandangan feminisme mempunyai aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan keadilan dalam sebuah gerakan. Melalui feminisme, kaum perempuan menuntut agar kesadaran kultural yang selalu memarginalkan perempuan dapat diubah sehingga keseimbangan yang terjadi adalah keseimbangan yang dinamis. Feminisme menganggap dominasi patriarki merupakan penyebab utama ketidakadilan gender perempuan. Menurut Fakih (2010: 78) pada umumnya orang berprasangka bahwa feminisme adalah gerakan pemberontakan terhadap kaum laki-laki, upaya melawan pranata sosial yang ada, misalnya institusi rumah tangga, perkawinan maupun usaha pembrontakan perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat. Dengan kesalahpahaman seperti itu maka feminisme tidak saja kurang mendapat tempat di kalangan kaum perempuan sendiri, bahkan secara umum ditolak oleh masyarakat. Gerakan feminisme yang berarangkat dari asumsi dan kesadaran bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieksploitasi, serta harus ada upaya mengakhiri penindasan dan eksploitasian tersebut. Feminisme dalam penelitian ini bukan berarti sebagai perlawanan dari kaum perempuan terhadap kaum laki-laki dari segi perbedaan jenis kelamin mereka. Namun kesadaran akan persamaan yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan yang memiliki kedudukan yang sering menimpa kaum perempuan, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Di antara berbagai ragam feminisme, ragam yang cukup menonjol adalah feminisme liberal, radikal, marxis, dan sosialis (Fakih, 2010:81-98). Meskipun demikian penelitian ini mengacuhkan pembagian teori feminisme dalam delapan bagian yang meliputi feminisme radikal, marxis dan sosial, liberal, psikoanalisis, eksistensial, postmodern, multikultural dan global, serta ekofeminisme. Menurut Sugihastuti (2010: 23) gender adalah perbedaan prilaku antara lakilaki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang diciptakan manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial budaya laki-laki dan perempuan (Fakih, 2010:8). Bentuk sosial perempuan dikenal sebagai makhluk yang lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Adapun laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sifat-sifat 2 itu dapat dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Gender muncul karena perkembangan pola pikir manusia mengenai kedudukan wanita bersama laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam gender dikenal sistem hirarki yang menciptakan kelompok-kelompok yang bersifat operasional, kelompok tersebut saling bergantung atau bahkan bersaing untuk mempertahankan kekuasaan masing-masing. Sejarah perbedaan gender antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses panjang. Seperti perbedaan gender dikarenakan konstruksi secara sosial maupun kultural, melalui ajaran keagamaan dan negara. Melaui proses-proses tersebutlah yang menyebabkan sosialisasi gender dianggap menjadi ketentuan Tuhan, seolah-olah bersifat biologis, (Fakih, 2010: 9). Sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap dan dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Menurut Fakih (2010: 12) perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik kaum laki-laki atau perempuan yang menjadi korban. Untuk memahami mengenai perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan, dapat dilihat melalui berbagai manifestasi ketidakadilan yang ada, seperti: marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam mengambil keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Perempuan merupakan sosok yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Hingga saat ini, belum terjadi keseimbangan antara laki-laki dan perempuan. Ketidakseimbangan tersebut dapat dilihat dari masih adanya anggapan bahwa perempuan memiliki keterbatasan dari segi fisik dan mental yang kemudian berpengaruh pada segi pembagian peran dan perlakuan dalam masyarakat. Anggapan adanya keterbatasan tersebut maka perempuan dianggap tidak layak menempati posisi tertentu. Hal ini yang mendorong kalangan orang yang selanjutnya disebut feminis memperjuangkan hak-hak perempuan. Perempuan adalah manusia maka perjuangan perempuan adalah perjuangan kemanusiaan juga. Menurut Aminuddin (2002:85), cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, serta mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan pembaca. Cerpen merupakan cerita yang menurut fisiknya berbentuk pendek (Kosasih, 2012:34). Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerpen merupakan cerita yang habis dibaca sekali duduk. Jadi yang dimaksud dengan cerpen adalah sebuah karangan pendek berbentuk prosa yang menceritakan sepengal kisah kehidupan. Kisah kehidupan itu bisa berupa masalah pekerjaan, perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Hal itu yang membuat pembacanya larut dalam alur dan permasalahan cerita. Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia atau disingkat KTBKI karya Novela Nian, dkk. satu di antara bentuk ketertindasan perempuan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, domestik dan sosial. Berdasarkan pengamatan yang lebih khusus, terdapat dua puluh empat judul cerita karya Novela Nian, dkk. yang bercerita tentang perempuan. Namun dari dua puluh 3 empat cerpen tersebut peneliti membatasi lima belas cerpen yang peneliti analisis. Pemilihan pada lima belas cerpen dalam penelitian ini dengan tiga alasan, yaitu: 1) ditulis oleh penulis perempuan; 2) menggambarkan bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan serta double burden; dan 3) merupakan gender cerita pendek yang padat dan memasyarakat. Fokus penelitian ini adalah feminisme pada tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Penelitian yang difokuskan pada tokoh perempuan ini disesuaikan dengan konsep dasar feminis, yaitu tokoh perempuan yang mengalami penindasan, ketidakadilan dan ketidakseimbangan terhadap laki-laki, kemudian tokoh perempuan tersebut melakukan pemberontakan terhadap penindasan yang dialaminya. Alasan peneliti memilih antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. yaitu: 1) cerpen KTBKI memiliki cerita yang fokusnya tentang perempuan; 2) cerpen KTBKI menggambarkan ketidakadilan gender yang menimpa tokoh perempuan; 3) cerpen KTBKI memiliki nilai kehidupan yang dapat memberikan motivasi bagi pembacanya. Alasan peneliti meneliti kajian feminisme karena dalam kajian feminisme ini hendaknya mampu mengungkapkan aspek-aspek ketertindasan atau ketidakadilan yang dirasakan tokoh perempuan pada antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Ketidakadilan tersebut terbagi menjadi lima, yaitu: 1) ketidakadilan berupa marginalisasi; 2) ketidakadilan berupa subordinasi; 3) ketidakadilan berupa stereotipe; 4) ketidakadilan berupa kekerasan; dan 5) kekerasan berupa double burden. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan tidak ditemukan penelitian sebelumnya mengenai pengkajian terhadap antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Namun, mengenai analisis tentang perempuan sudah pernah diteliti oleh Indriyana Uli (2011) dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Ratu Kecantikan “Harga Diri Sebuah Martabat” karya Langit Kresna Hariadi. Permasalahan dalam penelitian tersebut ialah: 1) bagaimanakah kedudukan perempuan dalam pendidikan, karier, dan hukum; 2) bagaimanakah profeminis dan kontrafeminis dalam novel. Penelitian tersebut menghasilkan simpulan kedudukan tokoh perempuan (tokoh utama) dalam novel Harga Sebuah Martabat karya Langit Kresna Hariadi di bidang pendidikan, karier, dan sosial politik, mendapatkan kesetaraan yang sama dengan kaum laki-laki. Namun dalam bidang hukum, perempuan belum mendapatkan kesetaraan dengan laki-laki. Perempuan yang menjadi korban lebih cenderung diam. Perjuangan tokoh utama untuk melepaskan diri dari dominasi patriarki dalam novel Harga Sebuah Martabat tersebut dilakukan secara perlawanan fisik. Bentuk kontrafeminis dalam novel Harga Sebuah Martabat berupa penganiayaan terhadap kaum perempuan dan bentuk profeminisnya menghargai serta melindungi perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada fokus perempuan. Persaman pendekatan yang digunakan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya berupa kritik sastra feminis, dan satu diantara masalahnya yaitu ketidakadilan gender yang berupa bentuk kontrafeminis. Namun, pada penelitian ini juga memilki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada objek yang diteliti, penelitian ini menggunakan antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Masalah 4 pada penelitian ini juga memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya, masalah pada penelitian ini berupa ketidakadilan gender yang berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan doubel burden yang dialami pada tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Arga Fajar Rianto (UPN, Surabaya 2010) juga telah melakukan penelitian tentang feminisme dengan judul penelitian “Representasi Feminisme dalam Film Ku Tunggu Jandamu (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminis melalui Tokoh Persik)”. Masalah yang diteliti yaitu: bagaimana representasi feminisme dalam film Ku Tunggu Jandamu melalui tokoh Persik. Hasil dari penelitian tersebut adalah tokoh Persik dengan bakat dan kecantikan yang dimilikinya membantu para perempuan agar tampak lebih cantik luar dalam di depan para suami mereka dan di depan semua laki-laki. Sedangkan kepada para laki-laki, Persik memberikan saran agar dapat menunjukkan keberaniannya dalam menyelesaikan berbagai masalah. Kebiasaan dari tokoh Persik tersebut memiliki perilaku yang sangat jauh dari gambaran perempuan dalam masyarakat patrialkal pada umumnya, dan sikap menentang terhadap dominasi-dominasi laki-laki atas perempuan ini dijadikan kekuatan oleh tokoh Persik untuk mendominasi atas lakilaki. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan semiotik. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu pada fokus perempuan. Namun, pada penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu pada objek yang diteliti, penelitian ini menggunakan objek berupa antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. Pendekatan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga memiliki perbedaan, pada penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sastra feminis, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan pendekatan semiotik. Masalah pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya juga memilki perbedaan, masalah pada penelitian ini berupa ketidakadilan gender yang berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan, dan doubel burden yang dialami pada tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. sedangkan masalah penelitian sebelumnya berupa representasi feminis dalam film Ku Tunggu Jandamu. Hubungan penelitian ini dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada SMP kelas IX semester I dengan Standar Kompetensi membaca, 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek (cerpen), dengan Kompetensi Dasar 7.1 Menemukan tema, latar, dan penokohan, pada cerpencerpen dalam satu kumpulan cerpen, 7.2 Menganalisis nilai-nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen. Dengan demikian, penelitian tentang telaah feminisme ini dapat dijadikan bahan acuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Syam (2000:74) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dan gambaran suatu fenomena tertentu yang tampak pada saaat penelitian dilakukan dan diarahkan pada upaya untuk melukiskan kondisi dari fenomena yang diamati sebagaimana adanya. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif karena menghasilkan data berupa kutipan kalimat. Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data 5 deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran dari suatu teks. Bentuk penelitian kualitatif adalah suatu bentuk penelitian yang dapat memperjelas setiap unsur dan disertai penjelasan yang rinci bukan berbentuk angka-angka, tetapi data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan sebagainya (Moleong, 2001: 6). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kritik sastra feminisme. Pendekatan feminis digunakan untuk membantu membongkar bentuk ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Kritik sastra feminis merupakan kesadaran membaca sebagai wanita, yakni kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan penting dalam jenis kelamin pada makna dan perebutan makna karya sastra (Culler dalam Sugihastuti, 2010:7). Artinya membaca dengan kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan serta membongkar praduga dan ideologi kekuasaan laki-laki yang andosentris dan patriarki karena karya sastra . Sumber data dalam penelitian ini adalah antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Antologi cerpen ini terdiri dari dua puluh empat judul cerpen yang peneliti batasi menjadi lima belas judul, dengan ketebalan 174 halaman, diterbitkan oleh Pustaka Jingga, Lamongan 2012. Adapun judul antologi cerpen KTBKI yaitu; 1) Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia oleh Riskaninda Maharani; 2) Ibu dan Cinta Sejatimu oleh Annisa J Moezha; 3) Meretas Asa oleh Fuatuttaquriyah El-Adiba; 4) Pesona Kartini oleh Novela Nian; 5) Aku dan CitaCita Baru oleh Iruka danishawara; 6) Perempuan Cadas oleh Niken Kinanti; 7) Menjemput Surga oleh Nadia Dia; 8) Kisik Sanubari Kartini oleh Nikki Risa; 9) Pengabdian oleh Risty Arvel As-Sauqi; 10) Wanita Malam oleh Romz Weepy; 11) Di Balik Fatamorgana oleh Syifa Enwa; 12) Janji Kartini oleh Nenny Makmun; 13) Kepingan Hati yang Hilang oleh Santi Adnyani; 14) Melukis Fajar oleh Ririe Khayan; 15) Air Mata Surga oleh Anna Annisa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi dokumenter, karena meneliti dokumen-dokumen. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra yang menjadi sumber data dalam penelitian. Alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah manusia. Dalam hal ini peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Kedudukan peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian ini yaitu sebagi perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Selain peneliti sebagai instrumen utama, digunakan juga alat pengumpul data lainnya yaitu berupa kartu data yang digunakan mencatat data-data yang akan dianalisis, untuk memudahkan peneliti dalam mengingat sesuatu. Lincoln dan Guba (dalam Satori dan Komariah, 2010:62) mengemukakan bahwa manusia sebagai instrumen pengumpul data memberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adatif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami sesuatu. Pengecekan keabsahan data berfungsi untuk menguji validitas dan reabilitas data yang diperoleh dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah ketekunan Pengamatan, triangulasi, kecakupan referensial, dan diskusi teman sejawat. 1) Langkah ketekuanan pengamatan yang dilakukan adalah mengamati dan membaca secara tekun, teliti, dan rinci terhadap berbagai 6 fenomena yang berhubungan dengan masalah dan data penelitian. 2) Menurut Moleong (2011:178), triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yaitu penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Berdasarkan pendapat tersebut, untuk melakukan pengecekan keabsahan data, peneliti menggunakan cara triangulasi teori dan penyidik. Dalam hal ini, peneliti menyesuaikan data pengamatan dengan teori yang relevan, kemudian peneliti melakukan konsultasi kepada dosen pembimbing (Dr. Christanto Syam, M.Pd. dan Agus Wartiningsih, M.Pd.) yang berperan sebagai penyidik untuk mengecek hasil pengamatan dan teori yang digunakan. 3) Kecukupan referensial yang digunakan dapat menjadi patokan untuk menguji dalam penafsiran data. Pengujian keabsahan data dengan kecakupan referensi dilakukan dengan membaca dan menelaah sumber-sumber data serta berbagai pustaka yang relevan dengan masalah penelitian secra berulang-ulang agar diperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi. Melalui cara ini diharapkan dapat diperoleh data yang absah. 4) Menurut Moleong (2011:179), pemeriksaan sejawat mengandung beberapa maksud sebagai satu diantara pengecekan keabsahan data, yaitu. Pertama, agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Kedua, memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk memulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Teman sejawat dalam penelitian ini adalah Iit Kurnia, Rangga Mardilla, dan Ria Yunita. Peneliti memilih ketiga teman tersebut karena ketiganya juga sedang melakukan penelitian tentang feminisme. Teknik pengolahan data adalah cara yang dilakukan dalam mengolah data penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik langsung, peneliti sendiri sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data. Adapun teknik pengolahan data dalam penelitian ini yaitu. Pertama, mendeskripsikan bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Kedua, menginterpretasi data yang berupa bentuk-bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Ketiga, Berkonsultasi kepada dosen pembimbing (Dr. Christanto Syam, M.Pd. dan Agus Wartiningsih, M.Pd.) mengenai hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kajian feminisme dalam Antologi Cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu, pendeskripsian bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil penelitian yaitu, bentuk-bentuk ketidakadilan gender berupa: 1) marginalisasi proses peminggiran yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Ketidakadilan ini sangat merugikan perempuan dengan cara satu di antaranya menggunakan asumsi gender bahwa perempuan diperdaya untuk mendapatkan keuntungan bagi laki-laki dan peminggiran karir perempuan karena dianggap 7 tidak pantas menjadi pemimpin. Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi atau pemiskinan perempuan yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah perempuan sebagai pencari nafkah tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak boleh sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah tinggi karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan. 2) Subordinasi atau penomorduan adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan hanya dianggap mempunyai tanggung jawab dalam urusan domestik, padahal perempuan juga mempunyai hak dalam bidang publik karena wanita juga bisa menjadi pemimpin. Bentuk ketidakadilan gender berupa subordinasi atau penomorduaan yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah perempuan dilarang sekolah karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang melayani suami dan mengurus keluarga. 3) Stereotipe atau pelabelan negatif merupakan bentuk ketidakadilan gender yang menganggap perempuan sebagai sumber kesalahan. Stereotipe itu sendiri berarti pemberian citra baku kepada seseorang yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah. Bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe atau pelabelan negatif yang terdapat dalam antologi cerpen karya Novela Nian, dkk. adalah pemberian citra yang tidak baik misalnya mengatakan seorang perempuan sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan berbuat jahat tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi. 4) Kekerasan terhadap sesama manusia dapat terjadi karena berbagai sumber, satu diantaranya bersumber dari pandangan gender. Jika berbicara tentang gender, maka kaum perempuanlah yang selalu menjadi objek kekerasan. Kekerasan adalah serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang. Kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu kekerasan domestik dan kekerasan publik. Kekerasan domestik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan meskipun dilakukan di ruang lingkup publik. Kekerasan domestik yang dialami oleh tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. berupa kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Kekerasan publik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan, meskipun dilakukan di dalam rumah. Bentuk kekerasan fisik yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah tamparan dan cabukan yang mengakibatkan hilangnya nyawa perempuan. Sedangkan, Bentuk kekerasan emosional yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah caci makian, hinaan, perkataan yang kasar dan tidak sopan sehingga menginggung perasaan perempuan. 5) Double burden atau beban ganda adalah beban pekerjaan yang diterima oleh perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan mempunyai beban dalam urusan domestik bahkan ada pula yang mempunyai beban di bidang publik misalnya bekerja di kantor. Namun, beban ini dapat diatasi dengan melimpahkan sebagian beban domestik kepada perempuan lain yaitu seperti anggota keluarga atau pembantu. Akan tetapi, perempuan masih memiliki tanggung jawab dalam lingkup domestik, beban inilah yang mengakibatkan perempuan memiliki beban ganda yang dialaminya. Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi atau pemiskinan perempuan yang terdapat dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah perempuan yang bekerja di kantor namun dalam kesibukannya 8 di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan mempekerjakan pembantu rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah selama ia tidak berada di rumah. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka diperlukan penjelasan tentang pemerolehan hasil dari penelitian ini. Berikut pembahasan dari hasil analisis data. Antologi Cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia atau disingkat KTBKI karya Novela Nian, dkk. satu di antara bentuk ketertindasan perempuan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik, domestik dan sosial. Berdasarkan pengamatan yang lebih khusus, terdapat dua puluh empat judul cerita karya Novela Nian, dkk. yang bercerita tentang perempuan. Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, serta mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan pembaca. Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminisme sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan lakilaki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan kedudukan perempuan dengan laki-laki. Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi, subordinasi, stereotype, kekerasan, dan double burden yang dialami tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. merupakan masalah dalam penelitian ini. Karena sesuai dengan isi cerita dalam antologi cerpen yang berkaitan dengan feminis, yaitu perempuan yang merasa tertindas dan tidak mendapatkan haknya. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai berikut. 1) Bentuk ketidakadilan gender berupa marginalisasi adalah pencari nafkah tambahan, perempuan tidak diperbolehkan menjadi pemimpin atau tidak boleh sejajar dengan laki-laki, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah tinggi karena anggapan perempuan tidak sesuai menjadi pimpinan; 2) Bentuk ketidakadilan gender berupa subordinasi adalah perempuan dilarang sekolah karena pada akhirnya akan bekerja di dapur sebagai istri yang melayani suami dan mengurus keluarga; 3) Bentuk ketidakadilan gender berupa stereotipe adalah mengatakan seorang perempuan sebagai pelacur dan menuduh seorang perempuan berbuat jahat tanpa mengetahui kebenaran yang terjadi; 4) Bentuk ketidakadilan gender berupa kekerasan adalah fisik dan emosional; 5) Bentuk ketidakadilan gender berupa doubel burden adalah perempuan yang bekerja di kantor namun dalam kesibukannya di ruang lingkup publik, ia dapat mengatasinya dengan mempekerjakan pembantu rumah tangga yang akan mengurusi pekerjaan rumah selama ia tidak berada di rumah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis, dapat disimpulkan bahwa kajian feminisme dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai berikut. Feminisme merupakan kesadaran terhadap ketidakadilan gender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Feminisme sebagai jembatan untuk menuntut persamaan hak antara perempuan dengan laki9 laki. Tujuan feminisme adalah meningkatkan derajat dan menyetarakan kedudukan perempuan dengan laki-laki. Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan gender dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. adalah sebagai berikut. 1) Marginalisasi merupakan proses peminggiran yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Ketidakadilan ini sangat merugikan perempuan dengan cara satu di antaranya menggunakan asumsi gender bahwa perempuan diperdaya untuk mendapatkan keuntungan bagi laki-laki dan peminggiran karir perempuan karena dianggap tidak pantas menjadi pemimpin. 2) Subordinasi atau penomorduan adalah suatu penilaian atau anggapan bahwa perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Perempuan hanya dianggap mempunyai tanggung jawab dalam urusan domestik, padahal perempuan juga mempunyai hak dalam bidang publik karena wanita juga bisa menjadi pemimpin. 3) Stereotipe atau pelabelan negatif merupakan bentuk ketidakadilan gender yang menganggap perempuan sebagai sumber kesalahan. Stereotipe itu sendiri berarti pemberian citra baku kepada seseorang yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah. 4) Kekerasan terhadap sesama manusia dapat terjadi karena berbagai sumber, satu diantaranya bersumber dari pandangan gender. Jika berbicara tentang gender, maka kaum perempuanlah yang selalu menjadi objek kekerasan. Kekerasan adalah serangan terhadap fisik maupun psikologis seseorang. Kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu kekerasan domestik dan kekerasan publik. Kekerasan domestik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku yang memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan meskipun dilakukan di ruang lingkup publik. Kekerasan domestik yang dialami oleh tokoh perempuan dalam antologi cerpen KTBKI karya Novela Nian, dkk. berupa kekerasan fisik dan kekerasan emosional. Kekerasan publik adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan atau perkawinan, meskipun dilakukan di dalam rumah. 5) Double burden atau beban ganda adalah beban pekerjaan yang diterima oleh perempuan lebih banyak dibanding laki-laki. Perempuan mempunyai beban dalam urusan domestik bahkan ada pula yang mempunyai beban di bidang publik misalnya bekerja di kantor. Namun, beban ini dapat diatasi dengan melimpahkan sebagian beban domestik kepada perempuan lain yaitu seperti anggota keluarga atau pembantu. Akan tetapi, perempuan masih memiliki tanggung jawab dalam lingkup domestik, beban inilah yang mengakibatkan perempuan memiliki beban ganda yang dialaminya. Saran Berdasarkan hasil analisis, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1) Bagi guru, pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pada tingkat SMP kelas IX semester I, pada pembelajaran unsure intrinsik dalam antologi cerpen. Guru dapat memilih antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk. sebagai objek pembelajaran dalam penyampaian materi unsur-unsur dalam cerpen. Karena dalam. antologi cerpen Kami (Tak Butuh) Kartini Indonesia karya Novela Nian, dkk., memiliki nilai kehidupan seperti melawan ketidakadilan yang dirasakan tokoh perempuan yang patut diteladani oleh peserta didik dan memiliki nsur 10 intrinsik yang dapat dikaji. 2) Bagi pembaca, diharapkan dapat memetik nilai-nilai yang ditemukan dalam penelitian kajian feminisme ini. 3) Bagi Universitas Tanjungpura Pontianak, dapat menambah perbendaharaan tulisan yang berkaitan dengan kajian feminisme dalam karya sastra/cerpen dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya. 4) Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kajian feminisme yang terkandung dalam karya sastra. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Fakih, Mansour. 2010. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya. Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nian, Novela, dkk.. 2012. Kami Tak (Butuh Kartini) Indonesia. Lamongan: Pustaka Jingga. Rianto, Arga Fajar. 2010. “Representasi Feminisme dalam Film “Ku Tunggu Jandamu” (Studi Analisis Semiotika Representasi Feminis melalui Tokoh Persik)”. Skripsi. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional. Suharto, Sugihastuti. 2010. Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Uli, Indriyana. 2011. “Citra Perempuan dalam Novel Ratu Kecantikan Harga Sebuah Martabat karya Langit Kresna Hariadi”. Skripsi. Pontianak: FKIP UNTAN. 11