PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh FEBRIANA LUSI HAPSARI NIM. 1401409061 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Febriana Lusi Hapsari NIM : 1401409061 Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Judul Skripsi : Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 13 Maret 2013 Febriana Lusi Hapsari 1401409061 ii PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: hari : Rabu tanggal : 13 Maret 2013 Semarang, 13 Maret 2013 Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. H. Susilo, M.Pd. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. NIP. 19541206 198203 1 004 NIP. 19580105 198703 1 001 Mengetahui: Ketua Jurusan PGSD Dra. Hj. Hartati, M.Pd. NIP. 19551005 198012 2 001 iii PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada: hari : Senin tanggal : 18 Maret 2013 Panitia Ujian Skripsi Ketua, Sekretaris, Drs. Hardjono, M.Pd. Dra. Hj. Hartati, M.Pd. NIP. 19510801 197903 1 007 NIP. 19551005 198012 2 001 Penguji Utama, Drs. Sukardjo, S.Pd. M.Pd. NIP. 19561201 198703 1 001 Penguji 1, Penguji 2, Drs. H. Susilo, M.Pd. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. NIP. 19541206 198203 1 004 NIP. 19580105 198703 1 001 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.(QS. Ibrahim, 14:7). Salah satu unsure penting dalam kemajuan siswa adalah guru yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil merangkul serta terhubung dengan semua pembelajar yaitu guru yang menciptakan lingkungan nyaman sehingga anak didiknya senang belajar. (Bobbi DePoter) PERSEMBAHAN Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan kepada: Keluargaku tercinta, Ibu Tutik, Bapak Tono dan Ridwan Halim Khouf yang senantiasa memberikan kasih sayang tulus serta dukungan baik spiritual, moral, maupun material. Almamater PGSD. v PRAKATA Puji syukur peneliti Panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak antara lain: 1. Prof. Dr. H. Sudijono Satroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk belajar kepada peneliti. 2. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas belajar di FIP. 3. Dra.Hj. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Drs. H. Susilo, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 5. Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 6. Drs. Sukardjo, S.Pd., M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama ujian skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. 7. Eny Anggorowati, S.Pd. Kepala SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang yang telah menerima peneliti untuk melakukan penelitian vi 8. Semua dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 9. M. L. Dyah K. Anggraini, S.Pd. SD. tim kolaborator yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penelitian berlangsung. 10. Sahabat-sahabatku terkasih (Meila, Mbak Yuni, Ami, Monic, Nana, Diyah, Tika, Retno) yang selalu membantu, memberikan keceriaan dan semangat disaat suka maupun duka. 11. Sahabat Sub Gugus Latih PGSD, yang selalu memberikan kegembiraan. 12. Teman-teman PPL dan teman seperjuangan PGSD angkatan 2009 yang telah membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian 13. Seluruh siswa kelas IVA, guru dan karyawan SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT. Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya. Semarang, 14 Maret 2013 Peneliti vii ABSTRAK Hapsari, Febriana Lusi. 2013. Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Skrpsi. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. H. Susilo, M.Pd., Pembimbing II; Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.. 375 halaman. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji manusia dan interaksinya dengan lingkungan serta integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial. Mata pelajaran IPS wajib diajarkan di SD. Masalah dalam penelitian ini adalah terjadinya pembelajaran IPS yang belum optimal di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dikarenakan guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dan kurang optimal memanfaatkan media pembeljaran sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu (2012-2013), hanya 45,45 % (20 dari 44 siswa) yang dapat mencapai KKM 70. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran IPS yaitu melalui penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?”. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru dan 44 siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes berupa observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh nilai 33 (baik), siklus 2 nilai 37 (sangat baik) dan siklus 3 nilai 44 (sangat baik). Aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh nilai 21,7 (baik), siklus 2 nilai 26,6 (baik) dan pada siklus 3 nilai 28,1 (sangat baik). Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus 1 memperoleh persentase 68,19%, siklus 2 memperoleh persentase 77,27% dan siklus 3 memperoleh persentase 88,63%. Simpulan dari penelitian ini adalah model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Sebaiknya, guru harus lebih inovatif dan kreatif untuk menerapkan multimetode dan multimedia dalam pembelajaran. Kata Kunci: model siklus belajar, media audiovisual, kualitas pembelajaran IPS viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN....................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ iii PENGESAHAN KELULUSAN................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ v PRAKATA.................................................................................................... vi ABSTRAK..................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................. ix DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvi i BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah............................................ 1 1 8 1.2.1. Rumusan Masalah.............................................................................. 8 1.2.2. Pemecahan Masalah.......................................................................... 9 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 14 1.3.1. Tujuan Umum.................................................................................... 14 1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................... 14 1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................... 15 1.4.1. Manfaat Teoritis................................................................................ 15 1.4.2. Manfaat Praktis.................................................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 17 ix 2.1. Kajian Teori.............................................................................................. 2.1.1. Model Pembelajaran........................................................................... 2.1.1.1. Hakikat Model Pembelajaran............................................................. 2.1.1.2. Model Siklus Belajar………….......................................................... 17 17 17 18 2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual...................................................... 26 2.1.3. Kualitas Pembelajaran……………………………............................ 32 2.1.3.1. Keterampilan Guru………………………......................................... 2.1.3.2. Aktivitas Siswa………………………………………....................... 2.1.3.3. Hasil Belajar……………………………………………………........ 2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran..................................................... 2.1.4.1. Pengertian Belajar………………………........................................... 2.1.4.2. Ciri-ciri Belajar……………………………….................................... 2.1.4.3. Prinsip-prinsip Belajar........................................................................ Pembelajaran……………......................................................... 2.1.4.4. ........... 2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial……………………………... 2.1.5.1. Pengertian IPS………………………………………………………. 2.1.5.2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar………………………………… 2.1.5.3. Hakikat dan Tujuan IPS……………………………………………... x 34 39 42 45 45 46 48 49 50 50 52 53 2.1.5.4. Ruang Lingkup IPS………………………………………………….. 2.2. Kajian Empiris........................................................................................... 2.3. Kerangka Berpikir..................................................................................... 2.4. Hipotesis Tindakan.................................................................................... BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 3.1. Subyek Penelitian……….......................................................................... 3.2. Variabel Penelitian……………………………………………………… 3.3. Prosedur/ Langkah-langkah PTK……………………………………….. 54 55 57 60 61 61 61 61 3.3.1. Perencanaan…………………….......................................................... 63 3.3.2. Pelaksanaan ………............................................................................. 64 3.3.3. Observasi.............................................................................................. 65 3.3.4. Refleksi................................................................................................. 65 3.4. Siklus Penelitian......................................................................................... 3.4.1. Siklus 1……......................................................................................... 3.4.1.1. Perencanaan.............................................................................. ............ 3.4.1.2. Pelaksanaan …………………............................................................. 3.4.1.3. Observasi................................................................................... ........... 3.4.1.4. Refleksi..................................................................................... ............ 3.4.2. Siklus 2………..................................................................................... xi 66 66 66 67 69 69 69 3.4.2.1. Perencanaan.............................................................................. ............ 3.4.2.2. Pelaksanaan …………………............................................................. 3.4.2.3. Observasi................................................................................... ........... 3.4.2.4. Refleksi..................................................................................... ............ 3.4.3. Siklus 3…….………............................................................................ 3.4.3.1. Perencanaan.............................................................................. ............ Pelaksanaan…………………................................................... 3.4.3.2. ........... 3.4.3.3. Observasi................................................................................... ........... 3.4.3.4. Refleksi..................................................................................... ............ 3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data............................................................. 69 70 72 72 72 72 73 74 75 75 3.5.1. Sumber Data……............................................................................... 75 3.5.2. Jenis Data……………………………………………………………. 76 3.5.2.1. Data Kuantitatif……………………………………………………… 3.5.2.2. Data Kualitatif……………………………………………………….. 3.5.3. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………... 3.5.3.1. Teknik Tes…………………………………………………………… 3.5.3.2. Teknik Nontes………………………………………………………. 3.6. Teknik Analisis 76 76 77 77 78 80 xii Data…………………….................................................. 3.6.1. Data Kuantitatif.................................................................................... 3.6.1.1. Menentukan Nilai Berdasarkan Skor Teoritis……………………….. 3.6.1.2. Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal………………... 3.6.1.3. Menghitung Mean atau Rerata Kelas………………………………... 3.6.2. Data Kualitatif...................................................................................... 3.7. Indikator Keberhasilan…........................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 4.1. Hasil Penelitian.......................................................................................... 80 80 80 81 82 86 87 87 4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus...................................................................... 88 4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1................................... 88 4.1.2.1. Perencanaan Siklus 1............................................................................ 4.1.2.2. Pelaksanaan Siklus 1............................................................................ 4.1.2.3. Observasi Siklus 1................................................................................ 4.1.2.4. Refleksi Siklus 88 89 95 11 1.................................................................................. 4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2................................... 4 12 0 4.1.3.1. Perencanaan Siklus 12 2............................................................................ 4.1.3.2. Pelaksanaan Siklus 12 2............................................................................ 4.1.3.3. 0 Observasi Siklus 1 12 xiii 2................................................................................ 4.1.3.4. Refleksi Siklus 7 14 2.................................................................................. 4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3................................... 7 15 1 4.1.4.1. Perencanaan Siklus 15 3............................................................................ 4.1.4.2. Pelaksanaan Siklus 15 3............................................................................ 4.1.4.3. Oservasi Siklus 2 15 3.................................................................................. 4.1.4.4. 1 Refleksi Siklus 8 17 3.................................................................................. 4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3... 8 18 0 4.1.5.1. Keterampilan 18 Guru…………………………………………………... 4.1.5.2. Aktivitas 18 Siswa………………………………………………………. 4.1.5.3. 0 Hasil 1 18 1 Pembahasan........................................................................................... 18 4.2. Belajar…………………………………………………………. ..... 4 4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian............................................................ 18 4 4.2.1.1. 18 Guru.................................................... 4 4.2.1.2. Hasil Observasi Keterampilan Hasil Observasi Aktivitas Siswa.......................................................... 4.2.1.3. Hasil Belajar 19 1 19 Siswa.............................................................................. xiv 4 4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian.................................................................... 19 7 4.2.2.1. Bagi 19 Peneliti…………………………………………………………. 4.2.2.2. Bagi 19 Guru……………………………………………………………. 4.2.2.3. Bagi 7 19 Siswa…………………………………………………………… 4.2.2.4. 7 Bagi 7 19 Lembaga……………………………………………………….. BAB V PENUTUP........................................................................................... 8 19 9 5.1. Simpulan................................................................................................... 19 9 5.2. Saran.......................................................................................................... 20 0 5.2.1. Bagi Guru……………………………………………………………... 20 0 5.2.2. Bagi Siswa…………………………………………………………...... 20 0 5.2.3. Bagi Sekolah………………………………………………………….. 20 1 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20 2 LAMPIRAN................................................................................................... 20 5 xv xvi DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual………………………………………………............ Tabel 1.2 9 Penerapan Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial…….............................................................. 11 Tabel 2.1 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson……............... 22 Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena.................... Tabel 2.3 Pengaplikasian Model Siklus BelajarBerbantuan 24 Media Audiovisual dalam proses Pembeljaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang…………………............... 30 Tabel 3.1 Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal…………………................. 81 Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar…………………………................... 82 Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif……....................................... 84 Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 85 Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…......................................... 85 Tabel 4.1 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1….................... 96 Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 97 Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1............................. 104 Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…......................................... 105 Tabel 4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1........................................... 111 Tabel 4.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 111 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1........................ 112 Tabel 4.8 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2........................ 127 Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 128 Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2............................. 136 Tabel 4.11 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…......................................... 137 Tabel 4.12 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 2........................................... 143 xvii Tabel 4.13 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 144 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2........................ 145 Tabel 4.15 Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3........................ 159 Tabel 4.16 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 160 Tabel 4.17 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3............................. 167 Tabel 4.18 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa…......................................... 168 Tabel 4.19 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3........................................... 175 Tabel 4.20 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 175 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 3........................ xviii 176 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir……………………….………….. Gambar 3.1 Bagan Alur Langkah-langkah PTK “penerapan Model 59 Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang……………….. 63 Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1................................... 113 Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 1. 114 Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2................................... 146 Gambar 4.4 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 2. 146 Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3................................... 177 Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 3. 177 Gambar 4.7 Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru....................... 180 Gambar 4.8 Diagram Hasil penelitian Aktivitas Siswa……..................... 181 Gambar 4.9 Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa….................. 182 Gambar 4.10 Diagram Hasil Penelitian Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal.................................................................................... 183 xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian.............................................. 206 Lampiran 2 Instrumen Penelitian.............................................................. 211 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...................................... 226 Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Keterampilan Guru............................. 295 Lampiran 5 Data Hasil Penelitian Aktivitas Siswa................................... 298 Lampiran 6 Data Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa............................. 307 Lampiran 7 Catatan Lapangan.................................................................. 312 Lampiran 8 Hasil Wawancara dengan Siswa…………………………… 317 Lampiran 9 Surat Permohonan Ijin Penelitian.......................................... 319 Lampiran 10 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD................... 321 Lampiran 11 Foto Penelitian, Dokumen Data Observasi, Catatan lapangan, Wawancara dan Hasil Belajar............................... xx 323 xxi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan ilmu pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui dunia pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan 1 2 kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (BSNP 2007: 5-6). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa IPS adalah ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Serta mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BSNP 2007: 575). Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara laian, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Tujuan mata pelajaran IPS dalam BSNP (2007: 575) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, (2) memiliki kemampuan untuk berfikir 3 logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan global. Badan Standar nasional Pendidikan (2007: 575) ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat dan lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) sistem sosial dan budaya; dan, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27) mengemukakan bahwa ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran IPS (2007: 5-7) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, alokasi waktu yang diberikan cukup singkat sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak, pelajaran masih cenderung pada hafalan, metode yang diterapkan guru cenderung pada aktivitas guru bukan aktivitas siswa sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Fenomena pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut di atas, juga terjadi di SDN Kalibanteng Kidul 01. Berdasarkan refleksi awal dengan tim kolaborasi ketika pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) saat pembelajaran IPS ditemukan bahwa guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran 4 dalam pembelajaran IPS, guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah tersedia. Ketika memberikan materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada aspek hafalan yaitu guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak menggunakan model pembelajaran yang inovatif, mencatatkan materi di papan tulis kemudian siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS tersebut. Selain itu, guru masih berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat menyampaikan materi pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain seperti buku pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Apabila diadakan kerja kelompok beberapa siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung pada siswa yang unggul. Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu tahun ajaran 2012-2013 hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal ini ditunjukkan dengan data siswa sebanyak 54,54 % (24 dari 44 siswa) kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 memiliki nilai rata-rata yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan. Siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 45,45% (20 dari 44 siswa) artinya siswa tersebut mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87 dengan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM). Berbagai aspek kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan system 5 pembelajaran. Permasalahan yang terjadi di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yaitu 8 keterampilan dasar guru rendah, aktivitas siswa rendah dan hasil belajar siswa rendah. Melihat pelaksanaan pembelajaran dan data hasil belajar tersebut, maka sangat perlu dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya dalam hal keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Pemecahan masalah pembelajaran IPS di atas, peneliti bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual. Wena (2011: 170) mengemukakan pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Menurut Lawson (1994: 168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Tahapan ini dapat dikaitkan dengan IPS dengan materi permasalahan sosial, yaitu pengenalan dan penerapan konsep permasalahan sosial. Menurut Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus belajar mengalami pengembangan menjadi lima tahap. Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi 6 akar permasalahan penelitian ini bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yaitu: 1) Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2) Eksplorasi (exploration) 3) Penjelasan (explanation) 4) Elaborasi (elaboration/ extention) 5) Evaluasi (evaluation). Media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012: 184). Jenis media audiovisual yang dipilih dalam penelitian ini adalah video permasalahan sosial. Model dan media pembelajaran yang dipilih digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan bahan belajar, media fasilitas dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler (Dikti 2004: 7). Kualitas pembelajaran yang dikaji dalam penelitian ini meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Hasil penelitian tentang penerapan model siklus belajar dan media audiovisual dalam penelitian tindakan kelas sudah pernah dilakukan sebelumnya 7 pada jenjang sekolah dasar (SD), yang memperkuat keinginan peneliti untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual, antara lain: Penelitian yang dilakukan Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan model pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 7,32 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata- rata hasil tes minimal 7,5 dengan prosentase ketuntasan ≥ 85 %. Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan media audiovisual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II. Alasan peneliti memilih model siklus belajar berbantuan media audiovisual sebagai alternatif pemecahan masalahnya karena akar permasalahan yang muncul dari siswa adalah aktivitas siswa masih sangat kurang. Sehingga dengan adanya penerapan model dan media tersebut dalam proses pembelajaran 8 siswa diharapkan akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan media yang menarik. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran karena dalam model siklus belajar siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya, mengemukakan konsep, dan menyampaikan ide baru sebagai hasil diskusinya. Semua itu merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. 1.2. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang? Rumusan masalah tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut. (1) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang? 9 (2) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang? (3) Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang? 1.2.2. Pemecahan Masalah Berbagai rumusan masalah tersebut, maka alternatif tindakan yang dilakukan adalah menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) yang dipadukan dengan media audiovisual adalah: 1. Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video. 2. Eksplorasi (exploration) 3. Penjelasan (explanation) 4. Elaborasi (elaboration/ extention) 5. Evaluasi (evaluation). Berdasarkan sintak tersebut di atas, secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di dalam kelas dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel 1.1 Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual No . Tahap Siklus Belajar 1. Tahap pembangkitan Kegiatan guru Kegiatan Siswa Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/ keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap 10 minat siswa dengan menampilkan topik bahasan video permasalahan sosial. Mengajukan pertanyaan Memberikan respon tentang proses faktual terhadap pertanyaan dalam kehidupan sehari- guru. hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang ada dalam video. 2. Tahap Eksplorasi Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. Membentuk kelompok, Membentuk kelompok memberi kesempatan untuk dan berusaha bekerja bekerja sama dalam dalam kelompok. kelompok kecil secara mandiri. Guru berperan fasilitator. sebagai Membuat prediksi baru. Mendorong siswa untuk Mencoba alternatif menjelaskan konsep pemecahan dengan teman dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, atau mengembangkan ide-ide baru. Meminta bukti dan Menunjukkan bukti dan klarifikasi penjelasan memberi klarifikasi siswa, mendengar secara terhadap ide-ide baru. kritis penjelasan antarsiswa. 11 Memberi definisi dan Mencermati dan berusaha penjelasan dengan memahami penjelasan memakai penjelasan siswa guru. terlebih dahulu sebagai dasar diskusi. 3. Tahap penjelasan Mendorong siswa untuk Mencoba memberi menjelaskan konsep penjelasan terhadap dengan kalimat sendiri. konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan Menggunakan klarifikasi penjelasan. pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan Mendengar secara kritis Melakukan pembuktian penjelasan antarsiswa atau terhadap konsep yang guru. diajukan. 4. 5. Tahap elaborasi Tahap evaluasi Memandu diskusi. Mendiskusikan. Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting yang baru/ lain. Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan pengamatan. Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru. Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh 12 sebelumnya. Mendorong siswa Mengambil kesimpulan melakukan evaluasi diri. lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Mendorong siswa memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Sintak model pembelajaran siklus yang dikemukakan Wena dan dipadukan dengan media audiovisual maka dapat diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut. Table 1.2 Penerapan Sintak Model Siklus Belajar berbantuan Media Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial No. 1. Tahap Siklus Belajar Tahap pembangkitan minat Kegiatan guru Kegiatan Siswa Membangkitkan minat dan Mengembangkan keingintahuan (curiosity) minat/ rasa ingin tahu siswa, berupa penayangan terhadap topik bahasan video permasalahan sosial. Mengajukan pertanyaan yang Memberikan respon berhubungan dengan terhadap pertanyaan permasalahan sosial yang guru. terjadi di lingkungan sekitar. Misalnya, apa sajakah yang termasuk permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah 13 melihat seorang pengemis? Dimana kalian melihatnya? 2. Tahap Eksplorasi Mengaitkan permasalahan sosial dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk, dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. Misalnya, pernah melihat pengemis, gelandangan, rumah padat penduduk. Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak. Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok. Guru berperan sebagai Mengerjakan lembar fasilitator yaitu menyiapkan kerja yang telah lembar kerja untuk siswa. diberikan oleh guru. Mendorong siswa untuk Mencoba alternatif menjelaskan konsep pemecahan dengan permasalahan sosial dengan teman sekelompok, kalimatnya sendiri. mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial. Meminta bukti dan klarifikasi Menunjukkan penjelasan siswa, mendengar dengan 14 bukti secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru. memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberi klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberi definisi dan Mencermati dan penjelasan tentang konsep berusaha memahami permasalahan sosial. penjelasan guru. 3. Tahap penjelasan Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis Menggunakan penjelasan antarsiswa atau pengamatan dan guru. catatan dalam memberi penjelasan Mengklarifikasi siswa. 4. Tahap elaborasi penjelasan Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Memandu diskusi. Mendiskusikan pengaplikasian teori dalam kehidupan sehari-hari. Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial 15 yang ada. 5. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Bertanya dan mengusulkan pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham. Mendorong siswa melakukan Mengambil kesimpulan evaluasi diri, dan menjawab/ atas situasi belajar yang memberikan ulasan terhadap dilakukannya. pertanyaan yang diajukan siswa. Memberikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum 16 Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru. Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. 1.3.2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan keterampilan guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS. (2) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS. (3) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut. 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini akan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan berupa penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar serta sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. 1.4.2. Manfaat Praktis 1.4.2.1. Bagi Siswa 17 a. Penerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS, sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa. b. Model siklus belajar berbantuan media audiovisual juga mendorong keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran karena siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat materi ajar yang diberikan guru saja melainkan harus melihat, mendengarkan, berdiskusi dan memunculkan ide-ide baru sehingga menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa. 1.4.2.2. Bagi Guru a. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model siklus belajar berbantuan media audiovisual sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola kelas. b. Sebagai sarana guru untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPS yang sudah diberikan. c. Memotivasi guru untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran di kelas menjadi lebih bervariasi. 1.4.2.3. Bagi Sekolah a. Penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. b. Mengoptimalkan kerja sama antarguru sehingga akan terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah. 18 c. Melalui penggunaan model siklus belajar dengan media audiovisual ini akan dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD. 1.4.2.4. Bagi Peneliti Peneliti akan mendapatkan pengetahuan baru bahwa model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembelajaran 2.1.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Peningkatan pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang digunakan sebagai pola untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, memberi petunjuk kepada guru kelas dan merencanakan pembelajaran. Menurut Arends (dalam Suprijono 2011: 45-46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- 19 tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Fungsi model pembelajaran menurut Joyce (dalam Suprijono 2011: 46) adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya; (2) landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto 2007:6). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal. 2.1.1.2. Model Siklus Belajar Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study). Menurut Lawson (1994:168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three 20 phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut. a. Eksplorasi (exploration); siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya asimilasi dan memunculkan pertanyaan. b. Pengenalan konsep (concept introduction); guru menjelaskan konsep dan teori untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan yang muncul dan menyusun gagasan siswa. c. Penerapan konsep (concept application); siswa menggunakan konsep untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru (Samatowa 2010: 72). Menurut Wena (2011: 170) pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni (2012: 115-117) menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya. Pembelajaran harus disusun dengan 21 membangun model pembelajaran pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik. Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami. Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), mengemukakan bahwa pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu: 1. Pembangkitan minat (engagement) a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. 2. Eksplorasi (exploration) a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar. b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok. 3. Penjelasan (explanation) a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri. b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu. 22 c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru. 4. Elaborasi (elaboration/ extention) a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari. b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan. 5. Evaluasi (evaluation). a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru. c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran. Lawson (1994: 162) provide information that is: Table 4.1 present adapted summaries that were initially created by BSCS of the instructional approaches used in recent curricular materials. These are clearly learning cycle approaches, although BSCS divides the exploration phase into engage and explore stage. The term introduction phase is referred to as the explain stage and the concept application phase as the elaboration stage. In addition to these three stage, BSCS includes another called evaluate----of course, student and teachers need to evaluate learning, so the addition of this stage is not unique. Maksud dari keterangan yang diberikan oleh Lawson tersebut bahwa tabel 4.1 merupakan ringkasan yang awalnya diciptakan oleh BSCS dari pendekatan instruksional yang digunakan dalam bahan kurikulum. Ini merupakan model siklus belajar, meskipun BSCS membagi tahap eksplorasi ke tahap 23 pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi. Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan tahap ini akan lebih baik. Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut. Tabel 2.1 Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson (1988: 164-167) Stage Teacher Action Student Action (Tahap) (Kegiatan Guru) (Kegiatan Siswa) Engagement (Pembangkitan minat) creates interest, generates curiosity, raises questions, elicits responses that uncover what the student know about the concept (membangkitkan minat, menghasilkan rasa ingin tahu, memunculkan pertanyaan, sehingga diperoleh informasi yang diketahui siswa tentang materi yang akan disampaikan) ask questions such as “why did happen? Show interest topic (mengajukan pertanyaan seperti "mengapa terjadi?” mengembangkan rasa ingin tahu) Exploration encourages student to work think 24 freely but within (Eksplorasi) together without direct instruction, observes and listens to student interaction, ask probing question to redirect student investigation when necessary, provides time for student to puzzle through problem, act as consultant for students (mendorong siswa untuk bekerja sama tanpa instruksi langsung, mengamati dan mendengarkan interaksi siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan penyelidikan siswa bila diperlukan, menyediakan waktu bagi siswa untuk menyelesaikan masalah, bertindak sebagai konsultan bagi siswa) limits of activity, tes prediction and hypotheses, form new prediction and hypotheses, tries discusses with other, record observation and ideas suspends judgement (berpikir bebas, tetapi dalam batas-batas kegiatan, prediksi tes dan hipotesis, bentuk prediksi baru dan hipotesis, mencoba membahas dengan lainnya, mencermati dan memahami penjelasan guru) Explanation (Penjelasan) encourages student to explain concept ang definitions in their own words, ask for justification and clarification from student, formally provides definitions explaination and new labels, uses student previous experiences as basis for explaining concept (mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dan definisi dalam katakata mereka sendiri, meminta pembenaran dan klarifikasi dari siswa, secara resmi memberiikan penjelasan definisi dan label baru, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk menjelaskan konsep) explanations possible solution or answer to others explanations, questions other explanation, listen to and tries to comprehend explanation (menjelaskan kemungkinan solusi atau jawaban untuk penjelasan lain, memberiikan pertanyaan kepada penjelasan teman, mendengarkan dan mencoba untuk memahami penjelasan) Elaboration/ expect student to use formal applies 25 new labels, Extention (Elaborasi) label, definitions and explanations provided previously, encourages student to apply or extend concept and skill in new situation, refers student existing data and evidence and ask (mengharapkan siswa untuk menggunakan label formal, definisi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep dan keterampilan dalam situasi baru, meminta bukti dan klarifikasi penjelasan) definitions, explanations and skills in new but similar situations, draws reasonable conclisions from evidence, record observations and explaination, cheek for understanding among peers (menerapkan ide, definisi, penjelasan dan keterampilan dalam situasi baru namun mirip dengan konsep yang ada, menarik kesimpulan yang wajar dari pengamatan rekaman bukti dan penjelasan, memeriksa pemahaman antara temanteman yang lain) Evaluation (Evaluasi) observes student as they apply new concepts and skills, looks for evidence that student have chaged their thinking or behaviors, allows students to assess their own learning (mengamati siswa dalam menerapkan konsep dan keterampilan baru, mencari bukti bahwa siswa telah mengubah pemikiran atau perilaku mereka, memungkinkan siswa untuk menilai pembelajaran mereka sendiri) answer open ended question by using observations, evidence, and previously accepted explaination, demonstrates understanding, evaluates his or her own progress and knowledge (menjawab pertanyaan terbuka berakhir dengan menggunakan pengamatan, bukti, dan penjelasan yang sebelumnya diterima, mendemonstrasikan pemahaman, mengevaluasi kemajuan nya sendiri dan pengetahuan) 26 Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011: 173-175) adalah sebagai berikut. Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena No. 1. Tahap Siklus Belajar Tahap pembangkitan minat Kegiatan guru Kegiatan Siswa Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/ keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap siswa. topik bahasan Mengajukan pertanyaan Memberiikan respon tentang proses faktual terhadap pertanyaan guru. dalam kehidupan seharihari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. 2. Tahap Eksplorasi Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. Membentuk kelompok, Membentuk kelompok memberii kesempatan dan berusaha bekerja untuk bekerja sama dalam dalam kelompok. kelompok kecil secara mandiri. Guru berperan fasilitator. sebagai Membuat prediksi baru. Mendorong siswa untuk Mencoba alternatif menjelaskan konsep pemecahan dengan teman 27 dengan kalimatnya sendiri. sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru. Meminta bukti dan Menunjukkan bukti dan klarifikasi penjelasan memberii klarifikasi siswa, mendengar secara terhadap ide-ide baru. kritis penjelasan antarsiswa. Memberii definisi dan Mencermati dan berusaha penjelasan dengan memahami penjelasan memakai penjelasan siswa guru. terlebih dahulu sebagai dasar diskusi. 3. Tahap penjelasan Mendorong siswa untuk Mencoba memberii menjelaskan konsep penjelasan terhadap dengan kalimat sendiri. konsep yang ditemukan. Meminta bukti dan Menggunakan klarifikasi penjelasan. pengamatan dan catatan dalam memberii penjelasan Mendengar secara kritis Melakukan pembuktian penjelasan antarsiswa atau terhadap konsep yang guru. diajukan. 4. Tahap elaborasi Memandu diskusi. Mendiskusikan. Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/ keterampilan dalam setting Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan 28 yang baru/ lain. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru. pengamatan. Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Mendorong siswa Mengambil kesimpulan melakukan evaluasi diri. lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Mendorong siswa memahami kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik, dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: (1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran dan (2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi (Aritmaxx, 2010). Guru dapat mengurangi kekurangan model siklus belajar dengan cara: (1) guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke siswa dan memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar 29 dan (2) guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif. 2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual Menurut Sumiati dan Asra (2009: 160) media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Selanjutnya, Pribadi (2011: 85-86) menjelaskan bahwa media pembelajaran yaitu sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dengan penerima pesan. Sejalan dengan pendapat Sumiati, Asra dan Pribadi, Sukiman (2012: 29) mengemukakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling berhubungan dan mempunyai peranan masing-masing. Komponen tersebut dapat berupa komponen utama dan komponen pendukung. Salah satu komponen pendukung dalam pembelajaran yaitu media pembelajaran. Manfaat yang diperoleh dari media pembelajaran tersebut (Sumiati dan Asra 2009: 163-164) sebagai berikut. 1) Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata) menjadi konkrit (nyata). 30 2) Memberiikan pengalaman nyata dan langsung karena siswa dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya. 3) Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang. 4) Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap suatu materi pembelajaran atau obyek. 5) Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas dan kreativitas belajar siswa. 6) Membantu siswa dalam belajar. 7) Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan kembali dengan cepat dan tepat. 8) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran dalam proses pembelajaran. 9) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera. Media pembelajaran yang dapat digunakan sangat beranekaragam. Semua jenis media pembelajaran memberiikan bantuan sangat besar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis media pembelajaran berdasarkan kemampuan indera, yaitu media audio, media visual dan media audiovisual. Menurut (Sumiati dan Asra 2009: 161) media audiovisual yaitu jenis media pembelajaran yang menggunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh: televisi, film dan video. 31 Penelitian ini jenis media yang digunakan adalah audiovisual berupa video dan gambar. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya hakikat video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah tayangan gambar dan suara yang proses perekaman dan penayangannya melibatkan teknologi tertentu (Sukiman 2012: 188). Alasan pemilihan media audiovisual berupa video karena beberapa kelebihan yang dimiliki oleh video, yaitu: 1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. 2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. 3) Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok peserta didik. 4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun perorangan (Arsyad 2011: 49-50). Pemanfaatan media ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaran adalah kesesuaian antara jenis media yang akan digunakan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi dan karakteristik siswa. Dalam penelitian ini memilih media audiovisual berupa video karena dalam tujuan pembelajaran 32 terdapat pengenalan peristiwa alam dan permasalahan sosial sehingga dengan bantuan video maka siswa akan seolah-olah melihat secara langsung peristiwa alam dan permasalahan sosial yang terjadi. Untuk itu, sintak model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai berikut. Tabel 2.3 Pengaplikasian Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam Proses Pembelajaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang No. 1. Tahap Siklus Belajar Tahap pembangkitan minat Kegiatan guru Kegiatan Siswa Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/ keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap siswa, berupa penayangan topik bahasan video permasalahan sosial. Mengajukan pertanyaan Memberiikan respon tentang permasalahan terhadap pertanyaan guru. sosial yang terjadi di lingkungan sekitar yang berhubungan dengan video. Misalnya, apa sajakah yang termasuk dalam permasalahan sosial itu? Siapa yang pernah melihat pengemis? Dimana kalian melihatnya? Mengaitkan topik yang dibahas dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya yang berhubungan dengan 33 Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. permasalahan sosial, misalnya kemiskinan, adanya gelandangan, rumah padat penduduk, dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. 2. Tahap Eksplorasi Membentuk kelompok, memberii kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil secara mandiri. Tiap kelompok beranggotakan 4anak. Membentuk kelompok sesuai arahan dari guru dan berusaha bekerja dalam kelompok. Guru berperan sebagai Mengerjakan lembar kerja fasilitator yaitu yang telah diberikan oleh menyiapkan lembar kerja guru. untuk siswa. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep permasalahan sosial dengan kalimatnya sendiri. Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru yang berkaitan dengan permasalahan yang diajukan guru yaitu tentang permasalahan sosial. Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa tentang permasalahan yang diajukan guru. Menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil kerja kelompoknya dan memberii klarifikasi terhadap ide-ide baru. Memberii definisi dan Mencermati dan berusaha penjelasan tentang konsep memahami penjelasan 34 3. Tahap penjelasan permasalahan sosial. guru. Menunjuk salah satu siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh guru. Mencoba memberii penjelasan terhadap konsep yang sudah dijelaskan oleh guru. Mendengar secara kritis Menggunakan penjelasan antarsiswa atau pengamatan dan catatan guru. dalam memberii penjelasan Mengklarifikasi penjelasan Melakukan pembuktian siswa. terhadap konsep yang diajukan dengan cara mengaitkan teori dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Tahap elaborasi Memandu diskusi. Mendiskusikan pengaplikasian teori dalam kehidupan seharihari. Mengingkatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/ bukti saat mereka mengeksplorasi situasi baru. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal, yaitu menuliskan sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep dengan cara menyebutkan perilaku/ sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang Bertanya dan mengusulkan pemecahan masalah terhadap permasalahan sosial yang ada dilingkungan sekitar. 35 ada. 5. Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru yang sudah dikemukakan oleh siswa sebagai hasil dari diskusi kelompok Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru apa yang belum paham. Mendorong siswa Mengambil kesimpulan melakukan evaluasi diri, atas situasi belajar yang dan menjawab/ dilakukannya. memberiikan ulasan terhadap pertanyaan yang diajukan siswa. Memberiikan soal evaluasi sebagai alat untuk memahami kekurangan/ kelebihan siswa dalam kegiatan pembelajaran Melihat dan menganalisis kekurangan/ kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan soal evaluasi dari guru. 2.1.3. Kualitas Pembelajaran Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam Uno, 2011: 153). Uno menyebutkan lebih lanjut bahwa kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran yang baik pula. 36 Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran (Hamdani, 2011: 194). Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO (dalam Hamdani 2011: 194) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan); (2) learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan); (3) learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat); (4) learning to be (belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal). Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami subtansi yang dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat. Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu berkelompok. Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target dalam belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya (Anitah W. dkk. 2008: 2.6). Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterjaitan sistematik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan 37 bahan belajar, media fasilitas dan system pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indicator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru, iklim pembelajaran dan system pembelajaran (Dikti 2004: 7). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah suatu keadaan yang memperlihatkan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen pembelajaran secara sistematik dan sinergik. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila pendidik dapat menciptakan pembelajaran yang mendidik, kompetensi yang dimiliki siswa meningkat, iklim pembelajaran kondusif, materi pembelajaran berkualitas, penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi, serta perencanaan pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang. Dalam penelitian ini indikator kualitas pembelajaran yang akan dikaji yaitu: 2.1.3.1. Keterampilan Guru Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah W dkk. 2008: 7.1). Selanjutnya, menurut Mulyasa (2011: 69) keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (dalam Mulyasa 2011: 94) 38 mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu: 2.1.3.1.1. Keterampilan Memberii Penguatan Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberiikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi. Fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) adalah untuk memberiikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya 2012:37). 2.1.3.1.2. Keterampilan Bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Tujuan memberiikan pertanyaan kepada siswa yaitu: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa, (2) membantu siswa dalam belajar, (3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri, (4) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan (5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono 2009: 62). 39 2.1.3.1.3. Keterampilan Menggunakan Variasi Menurut Anitah dkk. (2008: 7.38-7.40) variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa 2011:78). 2.1.3.1.4. Keterampilan Menjelaskan Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku (Mulyasa 2011: 80). Selanjutnya Anitah, dkk. (2008: 7.54) mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 40 2.1.3.1.5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Menurut Sanjaya (2012: 42-43) membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberiikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 2.1.3.1.6. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberiikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik (Mulyasa 2011: 92). 2.1.3.1.7. Keterampilan Mengelola Kelas Sanjaya (2012: 44) mengemukakan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptaka dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan 41 mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran. Selanjutnya Mulyasa (2011: 91) menyebutkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, dan (6) penanaman disiplin diri. 2.1.3.1.8. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam embimbing diskusi adalah sebagai berikut (1) memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah atau urunan pendapat, (3) menganalisis pandangan peserta didik, (4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Mulyasa 2011: 89). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika melaksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah sebagai berikut: 42 (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (3) menyampaikan tujuan pembelajaran, (4) membentuk kelompok diskusi, (5) membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari, (7) membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru, (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari, (10) memberiikan penguatan kepada siswa, (11) menyimpulkan hasil pembelajaran, dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi. 2.1.3.2. Aktivitas Siswa Gardner (dalam Anni, dkk. 2007: 126) menyatakan bahwa ketika seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili cara yang berbeda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat pembelajar perlu menangani suatu masalah. Selanjutnya, Skinner (dalam Hamdani 2011: 17) berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat, apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; (2) respon belajar; (3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon. Menurut Anitah, dkk. (2008: 2.13) proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar 43 melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotor memberiikan hasil belajar berupa keterampilan (psychomotoric) (Purwanto 2011: 42-43). Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya 2012: 112). Diedrich (dalam Hamalik 2009: 172-173) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut. (1) Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. (2) Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberii ssaran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 44 (3) Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio. (4) Writing activities, misalnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket. (5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola. (6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model pembelajaran, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun. (7) Mental activities, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. (8) Emotional activities, misalnya: gembira, berani, bergairah, minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam proses belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan perubahan perilaku dalam dirinya. Indikator penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual mencakup: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran, (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru, (3) mengerjakan lembar kerja kelompok, (4) menunjukkan 45 bukti hasil kerja kelompok, (5) memperhatikan penjelasan guru, (6) mengulangi penjelasan guru, (7) mengikuti diskusi kelas, (8) menyimpulkan hasil pembelajaran, dan (9) melakukan evaluasi diri. 2.1.3.3. Hasil Belajar Menurut Purwanto (2011: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Selanjutnya, hasil belajar menurut Rifa’i dan Anni (2009: 85), merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Guru harus melakukan penilaian terhadap hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan siswa. Menurut Poerwanti, dkk. (2008: 1.9) penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Poerwanti, dkk. (2008: 7.4) menyatakan bahwa keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui 46 apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki ketrampilan atau kemahiran tertentu. Menurut Annitah, dkk. (2008: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku. Winke (dalam Purwanto 2011: 45) menyatakan bahwa aspek perubahan tingkah laku yang terjadi setelah pembelajaran mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya. 47 Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) (Purwanto 2011: 50). Adapun indikator hasil belajar kognitif yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) menjelaskan pengertian peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan); (2) menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan); (3) menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial; (4) mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam; (5) mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial; (6) menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial; dan (7) mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial. b. Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks (Purwanto 2011: 51-52). Indikator hasil belajar afektif dalam penelitian ini adalah: (1) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru; (2) mengerjakan lembar kerja kelompok; (3) memperhatikan penjelasan guru; (4) menyimpulkan hasil pembelajaran; dan (5) melakukan evaluasi diri. c. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam: gerakan refleks. Gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun, 48 taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar dari Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas (Purwanto 2011: 52). Indikator hasil belajar psikomotor dalam penelitian ini adalah: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran; (2) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok; (3) mengulangi penjelasan guru; dan (4) mengikuti diskusi kelas. Berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan sebagai akibat dari proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Seorang siswa dikatakan memperoleh hasil belajar apabila kompetensi bidang akademiknya meningkat, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu (kognitif), sikap dan perilakunya menjadi lebih baik (afektif), dan menjadi lebih terampil (psikomotorik). 2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran 2.1.4.1. Pengertian Belajar Depdiknas (2003) menyatakan, bahwa belajar adalah proses membangun pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siwa atau bersama orang lain. Proses itu disaring oleh persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Sedangkan Baharudin dan Wahyuni (2012: 11) mengemukakan belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 49 Menurut Anni, dkk. (2007: 2) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami dan melakukannya serta tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan (Hamdani 2011: 21-22). Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses membangun pemahaman dan perubahan perilaku yang dilakukan oleh seorang individu secara sadar ke arah yang lebih baik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari proses latihan dan pengalaman yang didapat dari lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. 2.1.4.2. Ciri-ciri Belajar Seseorang dikatakan belajar menurut Baharudin dan Wahyuni (2012:15) apabila terdapat ciri-ciri sebagai berikut. (1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. 50 (2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tetentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup. (3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial. (4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. (5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberii penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberiikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Ciri-ciri belajar yang dikemukakan oleh Darsono (dalam hamdani 2011: 22) adalah: (1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar. (2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Jadi, belajar bersifat individual. (3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan. (4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar yaitu apabila seorang individu mengalami perubahan tingkah laku, perubahan ini bersifat relatif permanen dan potensial, serta perubahan tingkah laku terjadi sebagai akibat dari adanya latihan dan pengalamannya dengan lingkungan. 51 2.1.4.3. Prinsip-prinsip Belajar Prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran menurut Hamdani (2011:22) adalah (1) kesiapan belajar; (2) perhatian; (3) motivasi; (4) keaktifan siswa; (5) mengalami sendiri; (6) pengulangan; (7) materi pelajaran yang menantang; (8) balikan dan penguatan; (9) perbedaan individual. Selanjutnya, menurut Soekamto dan Winataputra (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2012: 16) di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut ini. (1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif. (2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. (3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar. (4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti. (5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya. Gagne (dalam Rifa’i dan Anni 2009: 97-98) berpendapat bahwa ada 3 prinsip belajar yang harus ada pada diri siswa, yaitu: (1) Informasi faktual, dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu dikomunikasikan kepada siswa, dipelajari oleh siswa sebelum memulai belajar baru, dan dilacak dari memori. 52 (2) Kemahiran intelektual, siswa harus mempunyai berbagai cara untuk mempelajari hal-hal baru. (3) Model, siswa harus mampu mengaktifkan model untuk menghadirkan stimulus yang kompleks, membuat kode stimulus, memecahkan masalah, dan melacak kembali memori. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar mencakup: (1) Siswa sebagai pembelajar harus melakukan sendiri. (2) Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya dan harus mempunyai kemampuan intelektual. (3) Siswa harus mampu membangun model untuk menguasai materi dengan sempurna, sehingga belajar menjadi lebih bermakna. (4) Motivasi dan penguatan sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat belajar dengan baik dan optimal. Prinsip belajar akan mengantarkan pembelajar mencapai potensi, bakat, dan minatnya secara optimal. Seorang individu dikatakan belajar apabila melakukan proses untuk mencapai perubahan dalam tingkah lakunya, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu, dari yang semula tidak bisa menjadi bisa. 2.1.4.4. Pembelajaran Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya Lapono, dkk. (2008: 5.163) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki konotasi aktif 53 karena peserta didik secara aktif melakukan kegiatan belajar dalam situasi pembelajaran yang dirancang oleh guru. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dar unsur tujuan, bahan pelajaran, model, alat, siswa, dan guru. Semua unsur tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semua berfungsi dengan berorientasi pada tujuan (Anitah dkk. 2008: 1.18). Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran menurut peneliti adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar tertentu yang mengarah pada tujuan yang diinginkan serta diarahkan pada perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. 2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.5.1. Pengertian IPS IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur dalam Depdiknas 2007: 14) Menurut Sumaatmaja, dkk. (2008: 1.9) adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu sosial dengan humaniora, dua kajian yang berbeda, namun obyeknya sama, yaitu kehidupan manusia di masyarakat. Pengertian IPS menurut ahli (dalam Soewarso dan Susila 2010: 1): 54 1) Jean Jarolimek (1967), IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya. 2) Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih utnuk tujuan pendidikan. 3) Binning: IPS suatu pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial. 4) Michaelis (1957), IPS dihubungkan dengan manusia dan inteeraksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan. 5) Nasution (1975), IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial. Norma Mackenzie (dalam Sardjiyo, dkk. 2008: 1.22) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Perkembangan hidup seseorang mulai dari saat ia lahir sampai menjadi dewasa, tidak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tidak asing bagi tiap orang (Sumaatmaja 2008: 1.12). Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji tentang konsep dan 55 keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang sudah disederhanakan, diadaptasi, diseleksi, dimodifikasi dan diorganisasi sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan usia siswa sekolah dasar. 2.1.5.2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Pada tingkat perkembangannya, peserta didik disekolah dasar belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh. Akan tetapi, mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapinya (Soewarso dan Susila 2010: 4). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diartikan sebagai bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi), untuk SD merupakan perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi (Hidayati, dkk., 2008: 1.10). Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Dengan pengajaran IPS diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya. Menurut Hidayati dkk. (2008: 1.27) strategi penyampaian pengajaran IPS didasarkan pada suatu tradisi yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/ tetangga, kota, region, Negara dan dunia. Artinya, bahwa anak pertama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan 56 dengan lingkungan terdekat atai diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya unsure-unsur dunia yang lebih luas. Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di sekolah dasar diajarkan secara terpadu sesuai dengan perkembangan siswa. Dimulai dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks. 2.1.5.3. Hakikat dan Tujuan IPS Hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya (Soewarso dan Susila 2010: 5). Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Maka dari itu manusia disebut sebagai makhluk sosial artinya tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Didalam kehidupannya manusia harus mampu untuk berinteraksi, mengatasi masalah yang timbul sebagai akibat dari hidup bersama. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan. d) Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global (BSNP 2007: 575). 57 Tujuan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. IPS tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek ahklak (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan, dan persaingan (Sumaatmaja, dkk. 2008: 1.10). Uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk membelajarkan seorang individu agar dapat berpikir secara kritis dan logis dalam berinteraksi dengan orang lain. 2.1.5.4. Ruang Lingkup IPS Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) Manusia, tempat, dan lingkungan. b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c) Sistem sosial dan budaya. d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575). Menurut Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27) ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS mencakup manusia, lingkungan, sejarah, sistem ekonomi, sistem sosial dan kebudayaan. Dalam penelitian ini, ruang lingkup IPS yang akan diteliti adalah permasalahan sosial. 58 Berdasarkan teori yang telah dikemukakan para ahli di atas, yang dimaksud dengan judul penelitian “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang” adalah penerapan suatu rencana atau tindakan menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari lima tahap, yaitu pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. Pada tahap pembangkitan minat guru menggunakan bantuan media audiovisual agar siswa lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran dan dapat dijadikan inovasi sebagai pengusir rasa bosan dalam diri siswa. Tahapan tersebut dilakukan oleh guru dan siswa kelas IVA SD Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam proses pembelajaran, untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 2.2. Kajian Empiris Penelitian Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan model pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar sebesar 7,32 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata hasil tes minimal 7,5 dengan persentase ketuntasan ≥ 85 %. 59 Penelitian yang dilakukan oleh Etik Wunarwulan (2012) dengan judul “Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Di SD Islam Nurul Izzah Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Learning Cycle dapat dilaksanakan dengan baik. Terbukti pada setiap siklus indikator dapat tercapai sesuai langkah pembelajaran. Penerapan model Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas dengan rata-rata keseluruhan pada siklus I mencapai 53,84 dan meningkat menjadi 76,16. Selain aktivitas juga dapat meningkatkan hasil belajar dengan ratarata keseluruhan pada siklus I mencapai 74,18 dengan ketuntasan belajar sebesar 46% meningkat menjadi 79,10 dengan ketuntasan belajar kelas sebesar 80% pada siklus II. Hal ini berarti dengan menerapkan model Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Islam Nurul Izzah Malang. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Jiwastri (2012) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Mengem-bangkan Karakter Kreatif melalui Model Learning Cycle pada Siswa Kelas IV SDN Purworejo 3 Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model learning cycle pada setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini tampak dalam persentase proses belajar siswa siklus I sebesar 74% dan meningkat 5,5 poin dalam siklus II yaitu sebesar 79,5%. Hasil belajar siswa pada siklus I mendapat persentase sebesar 70,2%, siklus II mendapat persentase sebesar 80%. Karakter kreatif siswa pada siklus I mendapat persentase sebesar 48,2%, pada siklus II mendapat persentase sebesar 63,6%. 60 Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II. Keberhasilan penelitian di atas dalam menggunakan model pembelajaran siklus dan penggunaan media audiovisual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dijadikan pijakan dalam penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. 2.3. Kerangka Berfikir Pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang semester 1 tahun ajaran 2012/2013 ditemukan bahwa guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS, guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah tersedia. Ketika memberiikan materi pembelajaran guru hanya menggunakan metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada aspek hafalan yaitu guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berceramah, mencatatkan materi di 61 papan tulis kemudian siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS tersebut. Selain itu, guru hanya berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat menyampaikan materi pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain seperti buku pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Selain itu, apabila diadakan kerja kelompok, beberapa siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung pada siswa yang unggul. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Berdasarkan data nilai siswa sebanyak 24 dari 44 siswa (54,54 %) kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 memiliki nilai rata-rata yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan. Siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 45,45 % (20 dari 44 siswa) artinya siswa tersebut mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 53, nilai tertinggi 87 dan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM). Berdasarkan beberapa permasalahan pembelajaran di atas, peneliti berusaha mencari pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk melibatkan siswa dan guru secara aktif dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar IPS siswa kelas IVA di SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Kerangka berfikir tersebut dapat disajikan dengan bagan berikut ini. 62 Kondisi Awal Pelaksanaan a) Keterampilan guru rendah: 1. Guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran. 2. Guru belum maksimal dalam menggunakan media yang tersedia. 3. Pembelajaran masih cenderung kegiatan menghafal. 4. Guru hanya berorientasi pada buku teks pegangan siswa saja. b) Aktivitas siswa rendah: 1. Siswa kurang dapat bekerja sama. 2. Siswa merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran. c) Hasil belajar rendah: 1. Rerata kelas hasil belajar di bawah KKM yaitu 70. Langkah pembelajaran IPS menggunakan model siklusbelajar berbantuan media audiovisual: 1. Pembangkitan minat (engagement) a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan berupa penayangan video peristiwa alam, pola perilaku masyarakat dan permasalahan sosial. b. Guru membangun keterkaitan/ perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas yaitu permasalahan sosial. 2. Eksplorasi (exploration) a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar. b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru tenang penyebab peristiwa alam, cara mengatasi permasalahan sosial. c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok. 3. Penjelasan (explanation) a. Siswa menjelaskan konsep/ hasil diskusinya menggunakan kalimatnya sendiri. b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu. c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru. 4. Elaborasi (elaboration/ extention) a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari. b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, atmelakukan percobaan dan pengamatan tentang cara mengatasi permasalahan sosial. 5. Evaluasi (evaluation). a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada guru. c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya dalam proses pembelajaran. 63 Kondisi Akhir a) Keterampilan guru meningkat 1. Guru menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yaitu model siklus belajar. 2. Guru menggunakan media audiovisual 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa menemukan ide/ informasi awal sendiri. 4. Guru sudah menggunakan beberapa buku sumber belajar b) Aktivitas belajar siswa meningkat 1. Siswa dapat bekerja sama dengan anggota kelompok ketika mengerjakan lembar kerja. 2. Siswa menjadi lebih berminat dan antusias ketika mengikuti pembelajaran. c) Hasil belajar siswa meningkat 1. Rerata kelas hasil belajar siswa dapat mencapai KKM yaitu 70. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir 2.4. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan untuk penelitian ini yaitu model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. 64 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas yang menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual serta siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang semester 2 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 44 siswa terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. 3.2. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. (2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. (3) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. 3.3. Prosedur/ Langkah-langkah PTK 65 Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga pendidik), kolaborasi (tim peneliti), sejak disusunnya suatu perencanaan atau penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang dilakukan (Iskandar 2011: 21). Berdasarkan kata penyusunannya PTK terdiri dari 3 kata yaitu penelitian, tindakan dan kelas. Dari 3 kata tersebut, Aqib (2009: 28) mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan didalam kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pendidikan. Sejalan dengan itu, Arikunto (2008: 3) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 66 Alur langkah-langkah dan empat tahapan dalam PTK ini, adalah: Identifikasi Masalah Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaan Observasi Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Observasi Perencanaan Siklus III Refleksi Pelaksanaan Observasi Kualitas pembelajaran IPS meningkat Gambar 3.2 Bagan Alur Langkah-langkah PTK “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang” Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: 3.3.1. Perencanaan Suhardjono (2009: 75) mengemukakan kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan meliputi: (1) mengidentifikasi dan menganalisis masalah, (2) menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, (3) merumuskan masalah secara jelas, (4) menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan 67 jawaban, (5) menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dan (6) membuat secara rinci rancangan tindakan. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan (Arikunto 2009: 17). Hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini, adalah: 1) Menelaah materi pembelajaran IPS serta menetapkan indikator yang akan dicapai bersama tim kolaborasi. 2) Mempelajari langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3) Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. 4) Menyiapkan fasilitas, sumber, dan media pembelajaran yang dibutuhkan yaitu berupa video peristiwa alam, pola perilaku masyarakat dan permasalahan sosial. 5) Menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar siswa (kognitif). 6) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan seperti lembar kerja siswa, lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa, catatan lapangan. 7) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. 3.3.2. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 68 Hal yang perlu diingat adalah dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan (Arikunto 2009: 18). Menurut Iskandar (2011: 117) pada saat tindakan dilaksanakan oleh peneliti di kelas, maka pengumpulan data yang berkaitan dengan tindakan dapat dilakukan oleh peneliti/ tim peneliti yang ada dalam situasi terkait. Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 pertemuan. Siklus pertama dengan materi peristiwa alam dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, siklus kedua dengan materi pola perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial dan siklus ketiga dengan materi jenis dan cara mengatasi permasalahan sosial di lingkungan setempat dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada pembelajaran IPS. 3.3.3. Observasi Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung (Suhardjono 2009: 78). Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.3.4. Refleksi Pada tahapan ini merupakan tahapan untuk mengkaji dan memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan/ observasi tindakan. Data tersebut ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Adapun untuk 69 memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya (Iskandar 2011: 119-120). Hopkins (dalam Suhardjono, 2009: 80) mengatakan bahwa refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi. Setelah melaksanakan siklus I tim peneliti melakukan pengkajian terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung, yaitu dengan membaca hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa, serta mengolah hasil belajar siswa. Kemudian mengaitkan dengan tujuan penelitian apakah sudah tercapai atau belum, apabila belum maka harus mengkaji kekurangan, dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pembelajaran siklus yang telah dilaksanakan, selanjutnya membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya hingga tercapai tujuan penelitian. 3.4. Siklus Penelitian 3.4.1. Siklus 1 3.4.1.1. Perencanaan Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi suatu topik dan membuat sasaran pembelajaran. 70 2) Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan. Standar kompetensi yang dipilih yaitu 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Kompetensi dasar: 2.4 mengenal permasalahan sosial di daerahnya. 3) Mempelajari langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar. 4) Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisua dengan materi permasalahan sosial. 5) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video peristiwa alam. 6) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci jawaban. 7) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. 8) Menyiapkan lembar catatan lapangan. 3.4.1.2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran. 2) Guru melakukan apersepsi. 3) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. 4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu peristiwa alam yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat dan menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 5) Siswa melihat video kejadian peristiwa alam. 71 6) Siswa memperhatikan video dan mengembangkan minat/ rasa ingin tahu terhadap peristiwa alam. (pembangkitan minat) 7) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan video. (pembangkitan minat) 8) Guru mengaitkan materi peristiwa alam dengan kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan tanya jawab langsung. (pembangkitan minat) 9) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. (eksplorasi) 10) Guru membagikan lembar kerja kelompok dan siswa mengerjakannya dengan berdiskusi dalam kelompok. (eksplorasi) 11) Siswa menunjukkan bukti hasil kerja kelompok dan menjelaskan di depan teman-teman sekelas dan guru. (eksplorasi) 12) Guru mengklarifikasi jawaban dari kelompok diskusi dan menjelaskan secara mendetail tentang materi peristiwa alam. (penjelasan) 13) Guru menunjuk siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. (penjelasan) 14) Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban hasil diskusi yang pertama (sebelum ada penjelasan dari guru). (penjelasan) 15) Guru memberiikan motivasi dan semangat kepada siswa agar mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (elaborasi) 16) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. (elaborasi) 17) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi) 72 18) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi) 19) Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. 3.4.1.3. Observasi Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 2) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.4.1.4. Refleksi Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah: 1) Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus pertama melalui hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan selama pembelajaran. 2) Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus pertama. 3) Menganalisis kekurangan dalam pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 4) Membuat daftar kekurangan dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus pertama dari segi aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa. 5) Merencanakan pembelajaran untuk siklus kedua dengan memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang muncul pada siklus pertama. 3.4.2. Siklus 2 73 3.4.2.1. Perencanaan Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus pertama. 2) Menyusun RPP model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan materi pola perilaku masyarakat. 3) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video tentang perilaku masyarakat yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. 4) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci jawaban. 5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. 6) Menyiapkan lembar catatan lapangan. 3.4.2.2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran. 2) Guru melakukan apersepsi. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. 4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu pola perilaku masyarakat dan menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 5) Siswa melihat video tentang perilaku masyarakat yang ditayangkan oleh guru. (pembangkitan minat) 74 6) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan gambar. (pembangkitan minat) 7) Guru mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui tanya jawab langsung. (pembangkitan minat) 8) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. (eksplorasi) 9) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan guru. (eksplorasi) 10) Siswa menjelaskan hasil kerja kelompok. (eksplorasi) 11) Siswa menujukkan bukti hasil kerja kelompoknya. (eksplorasi) 12) Siswa memperhatikan klarifikasi dan penjelasan materi pola perilaku masyarakat oleh guru. (penjelasan) 13) Siswa mengulangi penjelasan guru. (penjelasan) 14) Guru memberiikan umpan balik dan penguatan terhadap penjelasan siswa. (penjelasan) 15) Siswa melakukan diskusi ulang (setelah ada penjelasan dari guru). (penjelasan) 16) Guru memberiikan motivasi dan semangat kepada siswa agar mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (elaborasi) 17) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. (elaborasi) 18) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi) 19) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi) 75 20) Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah. 3.4.2.3. Observasi Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 1) Mengamati keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 2) Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.4.2.4. Refleksi Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah: 1) Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus kedua melalui hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan selama pembelajaran. 2) Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus kedua. 3) Membuat daftar kekurangan dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus kedua dari segi aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar siswa. 4) Merencanakan pembelajaran untuk siklus ketiga dengan memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang muncul pada siklus kedua. 3.4.3. Siklus 3 3.4.3.1. Perencanaan Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 76 1) Merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus kedua. 2) Menyusun RPP model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan materi permasalahan sosial di lingkungan setempat. 3) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video dan slide gambar jenis permasalahan sosial. 4) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci jawaban. 5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS. 6) Menyiapkan lembar catatan lapangan. 3.4.3.2. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus ini adalah: 1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran. 2) Guru melakukan apersepsi. 3) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. 4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu permasalahan sosial di lingkungan setempat menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus. 5) Guru menampilkan video dan slide gambar jenis permasalahan sosial kepada siswa. (pembangkitan minat) 6) Guru melakukan tanya jawab berkaitan dengan video dan slide yang ditayangkan. (pembangkitan minat) 77 7) Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui tanya jawab secara langsung. (pembangkitan minat) 8) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. (eksplorasi) 9) Siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru. (eksplorasi) 10) Siswa menjelaskan hasil diskusi. (eksplorasi) 11) Siswa menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil diskusinya. (eksplorasi) 12) Guru mengklarifikasi dan menjelaskan materi permasalahan sosial secara detail dan mendalam. (penjelasan) 13) Siswa mengulangi penjelasan guru. (penjelasan) 14) Siswa melakukan diskusi ulang (setelah ada penjelasan dari guru). (penjelasan) 15) Guru memberiikan motivasi dan semangat kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehri-hari. (elaborasi) 16) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. (elaborasi) 17) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi) 18) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi) 3.4.3.3. Observasi Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah: 78 1) Mengamati keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 2) Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.4.3.4. Refleksi Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah: 1) Menganalisis pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga. 2) Menganalisis hasil belajar siswa pada siklus ketiga dan membandingkannya dengan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. 3) Membuat daftar kekurangan dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada siklus ketiga. 4) Tindak lanjut menyusun perencanaan siklus keempat apabila tujuan penelitian belum tercapai. 3.5. Data dan Cara Pengumpulan Data 3.5.1. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh (Arikunto 2010: 172). Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) Siswa Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan serta hasil evaluasi dan lembar kerja siswa yang diperoleh secara sistematik 79 selama pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual mulai dari siklus pertama sampai siklus ketiga. (2) Guru Sumber data guru diperoleh dari lembar observasi keterampilan guru dan catatan lapangan dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. (3) Data Dokumen Sumber data dokumen berupa hasil tes sebelum dilakukan tindakan, foto dan video selama pelaksanaan tindakan dan hasil tes setelah dilakukan tindakan. (4) Catatan Lapangan Sumber data ini berupa catatan-catatan kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berupa aktivitas siswa, keterampilan guru dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang kemunculannya tidak ada dalam instrumen. 3.5.2. Jenis Data 3.5.2.1. Data Kuantitatif Subana, dkk. (2000: 21) data kuantitatif ialah data yang berbentuk bilangan (angka). Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar IPS yang diperoleh siswa setelah pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 80 3.5.2.2. Data Kualitatif Data kualiatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberii gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat dianalisis secara kualitatif (Supardi 2010: 131). Data kualitatif ini diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, keterampilan guru, catatan lapangan serta wawancara secara klasikal kepada siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.5.3. Teknik Pengumpulan Data Menurut Iskandar (2011:107) teknik pengumpulan data dalam PTK meliputi: (1) observasi partisipatif; (2) wawancara mendalam; (3) penyebaran angket; (4) ujian/tes; (5) studi dokumentasi (analisis dokumen); (6) diskusi dengan teman sejawat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik tes dan teknik nontes. 3.5.3.1. Teknik Tes Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan tes. Tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir yang mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, bakat dan 81 sebagainya dimana dalam penyelenggaraannya siswa didorong untuk memberiikan penampilan maksimalnya (Purwanto 2011: 65). Tes dalam penelitian ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada siklus pertama sampai siklus ketiga untuk mengukur tingkat pencapaian siswa setelah mempelajari materi pembelajaran IPS. Bentuk instrumen tes ini berupa soal pilihan ganda dan soal uraian. 3.5.3.2. Teknik Nontes 3.5.3.2.1. Observasi Observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Menurut Poerwanti, dkk., (2008: 3-19) mengatakan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati (observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social skills). Hasilnya biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas, yang sering disajikan dalam bentuk grafik. Instrumen observasi dalam penelitian ini berupa lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.5.3.2.2. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar (foto), atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono 2010: 329). 82 Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa, nilai awal hasil belajar IPS siswa sebelum dilakukan penelitian dan data nilai hasil evaluasi siswa setiap siklus pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Dari data awal dapat diketahui kemampuan awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan setelah penelitian dilakukan. Dokumen berupa foto dan video juga digunakan untuk memberiikan gambaran secara konkret mengenai aktivitas siswa dan keterampilan guru selama pembelajaran serta menganalisis data untuk membuat simpulan dari data-data yang telah diperoleh. 3.5.3.2.3. Catatan Lapangan Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaraan, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru (Subyantoro 2009: 64). Penelitian ini catatan lapangan ditulis oleh guru pengamat untuk mendeskripsikan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dan mencatat hal-hal yang kemunculannya tidak ada dalam instrument observasi maupun wawancara. Catatan lapangan ini digunakan untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan agar pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih optimal dan berhasil. 3.5.3.2.4. Wawancara Salah satu teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono 2010: 317) mengemukakan bahwa wawancara 83 merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara klasikal kepada siswa untuk mendapatkan data siswa tentang pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 3.6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah: 3.6.1. Data Kuantitatif Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPS, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean atau rerata. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk persentase. Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah: 3.6.1.1. Menentukan nilai berdasarkan skor teoritis N= x 100 Keterangan: N = Nilai B = Banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/item soal pada tes bentuk penguraian). St = Skor teoritis (banyaknya butir soal pada pilihan ganda, jumlah skor seluruhnya) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16). 3.6.1.2. Menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal Menggunakan rumus sebagai berikut: P= x 100% 84 Keterangan: P = persentase ketuntasan belajar klasikal Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi untuk digunakan dalam perencanaan selanjutnya. Kriteria tingkat ketuntasan belajar klasikal dalam % dapat disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.1 Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal Tingkat Ketuntasan Klasikal Kategori ≥80% Sangat tinggi 60-79% Tinggi 40-59% Sedang 20-39% Rendah <20% Sangat rendah Menurut Sudjana (2011: 8) keberhasilan siswa ditentukan kriterianya, yakni berkisar antara 75-80 %. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80 % dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil. 3.6.1.3. Menghitung mean atau rerata kelas Nilai rata-rata diambil dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa yang dibagi dengan jumlah siswa di dalam kelas, yaitu dengan rumus: Keterangan: x : nilai rata- rata = 85 ∑X : jumlah semua nilai siswa ∑ N : jumlah siswa (Aqib, dkk., 2009: 40) Hasil penghitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan KKM klasikal dan individual dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, yang akan disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.2 Kriteria Ketuntasan Belajar Kriteria Ketuntasan Kriteria Ketuntasan Klasikal Individual Kualifikasi ≥80% ≥ 70 Tuntas <80% < 70 Tidak Tuntas Sumber : KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 Tahun Ajaran 2012/2013 3.6.2. Data Kualitatif Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual, serta hasil catatan lapangan dan wawancara dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Menurut Supardi (2010: 132) data kualitatif yang berupa hasil wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal hasil angket/ kuesioner, peneliti tindakan kelas umumnya melakukan proses koding untuk mengorganisasi data. Tahap umum proses koding adalah: 86 1. Membuat matrik dari data yang terkumpul. 2. Memberii kode untuk masing-masing sel. 3. Membaca data secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, frase demi frase, dan tentukan yang sesuai dengan masing-masing tema. 4. Kekompakan masing-masing pernyataan tersebut kedalam kotak-kotak sel yang sesuai. 5. Kaitkan antara sel sehingga mengandung makna yang mempunyai kecenderungan adanya suatu hipotesis. 6. Menyusun/ membuat interpretasi dari data yang terdapat dalam sel/ matrik. 7. Deskripsikan secara jelas atas dasar data dalam matrik sehingga menjadi suatu kesimpulan. Data hasil pengamatan pada lembar pengamatan keterampilan guru dan aktivitas siswa dapat diolah dengan menggunakan nilai. Dari nilai yang diberikan menurut Sudjana (2011: 77) dapat dibuat rentangan nilai mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini dapat berupa huruf (A, B, C, D), angka (1, 2, 3, 4). Sedangkan rentangan kategori bisa sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Menurut Poerwanti, dkk. (2007: 6-9) dalam pengolahan data skor dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan nilai terendah b. Menentukan nilai tertinggi c. Mencari median 87 d. Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang. Data nilai dihitung dengan cara sebagai berikut: R = nilai terendah T = nilai tertinggi n = banyak nilai, mencari n = (T-R) + 1 Q2 = median Menurut Subana, dkk. (2000: 75), rumus kuartil adalah: Letak Q1= ¼ (n+2) untuk n data genap dan Q1= ¼ (n+1) untuk n data ganjil Letak Q2= (n+1) untuk n data genap dan ganjil Letak Q3= ¼ (3n+2) untuk n data genap dan Q3= ¾ (n+1) untuk n data ganjil Letak Q4 = skor tertinggi Menurut Sudjana kategori dan perhitungan kuartil menurut Subana di atas maka dapat dibuat tabel seperti di bawah ini. Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif Kriteria Ketuntasan Kategori Kualifikasi Q3 ≤ nilai ≤ T Sangat Baik (A) Tuntas Q2 ≤ nilai ˂ Q3 Baik (B) Tuntas Q1 ≤ nilai ˂ Q2 Cukup (C) Tidak Tuntas R ≤ nilai ˂ Q1 Kurang (D) Tidak Tuntas 88 Dari perhitungan di atas, maka dapat dibuat tabel kriteria ketuntasan untuk menentukan kriteria ketuntasan pada keterampilan guru dan aktivitas siswa sebagai berikut: Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru Kriteria Ketuntasan Kategori 36,5 ≤ nilai ≤ 48 Sangat Baik (A) 24 ≤ nilai < 36,5 Baik (B) 11,5 ≤ nilai < 24 Cukup (C) 0 ≤ nilai < 11,5 Kurang (D) Tabel di atas diperoleh dari nilai tiap indikator keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan rincian perhitungan terlampir. Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa Kriteria Ketuntasan Kategori 27,5≤ nilai ≤36 Sangat Baik (A) 18≤ nilai <27,5 Baik (B) 8,5≤ nilai <18 Cukup (C) 0≤ nilai <8,5 Kurang (D) Tabel di atas diperoleh dari nilai tiap indikator aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan rincian perhitungan terlampir. 89 3.7. Indikator Keberhasilan Model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA di SDN Kalibanteng Kidul 01, dengan indikator sebagai berikut: a. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik (22≤ nilai < 33,5). b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual meningkat dengan kriteria rerata kelas sekurang-kurangnya baik (18≤ nilai <27,5). c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual meningkat dengan ketuntasan belajar individual sebesar ≥70 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥80% (berdasarkan KKM individual dan klasikal yang ditetapkan SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang). 90 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian Berdasarkan observasi dan hasil studi dokumentasi yang telah dilakukan di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang semester satu tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada mata pelajaran IPS. Hal ini dikarenakan adanya faktor: (1) guru kurang bervariasi menggunakan metode didalam pembelajaran IPS, kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah tersedia dan kurang memunculkan minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran; (2) kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar cukup rendah, minat dan semangat belajar siswa masih sangat kurang dan siswa merasa bosan karena tipe materi yang bersifat hafalan; (3) interaksi dalam pembelajaran lebih didominasi oleh komunikasi satu arah antara guru dengan siswa, sedangkan komunikasi antarsiswa masih kurang dan kelas kurang kondusif; dan (4) ketuntasan klasikal siswa mata pelajaran IPS sebesar 45,45 % (20 dari 44 siswa). Peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penerapan model dan media ini terbukti dapat meningkatkan pembelajaran IPS khususnya di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus, tiap siklus terdiri satu pertemuan. Data kualitatif diperoleh 91 berupa hasil observasi terhadap keterampilan guru dan aktivitas selama proses pembelajaran IPS sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Hasil penelitian yang terdiri atas pemaparan observasi keterampilan guru, observasi aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. 4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus Data awal hasil belajar siswa yang diperoleh pada semester satu siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebelum diadakan siklus (prasiklus) adalah nilai rata-rata kelas sebesar 67,81. Siswa yang mencapai KKM (KKM=70) sebanyak 20 dari 44 siswa dan siswa yang tidak mencapai KKM sebanyak 24 dari 44 siswa. Ketuntasan klasikal hasil belajar yang dipeoleh sebesar 45,45% dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87. 4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 4.1.2.1. Perencanaan Siklus 1 Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyusun perencanaan untuk pelaksanaan pada siklus 1, adalah: a. Menetapkan materi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu KD 2.4. mengenal permasalahan sosial di daerahnya. b. Mempelajari langkah model siklus belajar dari bukunya Made Wena dan Anthon E. Lawson; dan menggunakan media audiovisual dari bukunya Sukiman dan Azhar Arsyad. 92 c. Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media pembelajaran yang berupa video dan gambar. d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dengan 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian obyektif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran. e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta intrumen wawancara klasikal setelah proses pembelajaran. 4.1.2.2. Pelaksanaan siklus 1 Siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada mata pelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang pada, Hari/Tanggal : Kamis/31 Januari 2013 Waktu Pembelajaran : 2 x 35 menit Pukul : 07.00-08.10 WIB Materi : Peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Uraian kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus 1 sebagai berikut: 4.1.2.2.1. Prakegiatan (5 menit) a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar Guru menyiapkan video, laptop, speaker, LCD dan buku-buku paket, sedangkan siswa mempersiapkan buku dan alat tulisnya. b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran 93 Guru memberiitahu kepada siswa bahwa selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung tidak boleh gaduh dan membuat keributan. c. Salam dan berdoa bersama Guru memberiikan salam, siswa serentak menjawab salam. Doa dipimpin oleh Nur Amalina R. yang bertugas pada hari kamis, 31 Januari 2013. d. Presensi Guru melihat semua kursi penuh diduduki siswa, dan memastikan kepada siswa bahwa semua siswa kelas IVA masuk. 4.1.2.2.2. Kegiatan Awal (15 menit) a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan cara meminta siswa untuk menghadap ke depan semua. b. Siswa di motivasi agar belajar dengan sungguh-sungguh c. Penyampaian tujuan pembelajaran Setelah pembelajaran ini selesai, anak-anak harus bisa menjelaskan pengertian apa itu peristiwa alam, banjir merupakan salah satu peristiwa alam, menyebutkan minimal 2 penyebab peristiwa alam dan harus bias menganalisis pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial masyarakat (guru menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis). d. Guru melakukan apersepsi dengan memberiikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru: “siapa yang kemarin melihat banjir Jakarta?” Siswa: “saya” “saya” (banyak siswa yang menjawab sambil tunjuk jari) Guru: “kira-kira apa yang menyebabkan Jakarta banjir?” 94 Siswa: “banyak sampah di Jakarta bu” “banjir kiriman dari Bogor bu” (jawaban siswa berbeda-beda) Guru: “bagaimana keadaan masyarakat Jakarta?” Siswa: “banyak yang mengungsi bu, mereka kehilangan tempat tinggalnya” e. Siswa mengamati video (pembangkitan minat) Siswa mengamati video dengan seksama. Terbukti tidak ada siswa yang membuat gaduh dan perhatian terfokus pada tampilan video. f. Tanya jawab antara guru dan siswa tentang video (pembangkitan minat) Guru: “peristiwa alam apa sajakah yang ada dalam video tersebut?” Siswa: “gunung meletus, banjir, angin topan, gempa bumi, tanah longsor” (siswa serentak menjawab dengan urutan yang berbeda-beda). Guru: “iya bagus. Menurut anak-anak apa penyebab peristiwa itu?” Siswa: “banjir disebabkan hujan yang terus-menerus bu” “tanah longsor disebabkan oleh tanah yang gundul tidak ada pohonnya bu” (siswa menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda). g. Tanya jawab antara guru dan siswa tentang pengalaman siswa (pembangkitan minat) Guru: “siapa yang pernah kebanjiran?” Siswa: “saya bu, rumah saya pernah terkena banjir sampai lutut” “saya bu, dulu waktu saya masih di rumah yang lama” (jawaban siswa bermacammacam). 95 4.1.2.2.3. Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi a. Siswa diberikan penjelasan tentang model siklus belajar, bahwa siwa harus menemukan informasi sendiri dulu sebelum mendapat penjelasan dari guru. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. c. Tiap kelompok diberikan lembar kerja berupa tabel yang harus diisi dengan nama peristiwa alam, penjelasan dan penyebabnya. d. Siswa bekerja sama dalam kelompok selama 10 menit. e. Secara berkelompok, siswa membuat prediksi tentang penyebab peristiwa alam itu dibimbing oleh guru. Guru: “siapa yang masih mengalami kesulitan?” Siswa: “saya bu” (sambil tunjuk jari) Guru : (berjalan menghampiri) “apa kesulitannya?” Siswa: “gempa bumi itu disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi ya?” Guru: “jenis gempa bumi itu ada 2, dan masing-masing penyebabnya berbeda, ayo dibaca lagi bukunya, dan temukan jawabannya”. f. Perwakilan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya sambil menunjukkan lembar kerja yang sudah terisi, bergantian dengan kelompok lain. g. Guru memberiikan penjelasan secara detail tentang peristiwa alam dan menuliskan bagian-bagian yang penting di papan tulis agar memudahkan siswa ketika akan mencatat. (tahap penjelasan) h. Beberapa siswa ditunjuk untuk mengulangi penjelasan guru. (tahap penjelasan) 96 Guru: “respati, jelaskan apa yang dimaksud dengan banjir?dan sebutkan penyebabnya?” Respati: “banjir itu peristiwa meluapnya air kedaratan bu, penyebab banjir yaitu membuang sampah ke sungai, penebangan liar, hujan terus menerus”. (guru menunjuk siswa yang lain untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan) i. Siswa lain mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh temannya. Tetapi ada beberapa siswa seperti khriesna, sheva, dhias, pratama yang masih bicara dan belum menyimak penjelasan temannya. j. Siswa berdiskusi ulang untuk membenarkan jawaban awal. Elaborasi a. Guru memberiikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan hasil belajar yang diperoleh. Guru: “tadi anak-anak sudah belajar tentang peristiwa alam, penyebab dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Nah, sekarang kalian harus bersahabat dengan alam dengan tidak merusaknya, tidak membuang sampah ke sungai, tidak menebang pohon sembarangan”. b. Siswa mengutarakan sikap yang harus dimiliki seorang pelajar dalam menghadapi peristiwa alam yang mungkin bisa terjadi kapan saja. Beberapa siswa: “kita harus merawat tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita bu, menanam pohon, dan menolong teman kita yang terkena musibah sesuai dengan kemampuan kita”. Guru: “iya bagus sekali anak-anak, ibu bangga dengan kalian semua”. 97 Konfirmasi a. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi peristiwa alam yang mungkin terjadi. Guru: “anak-anak apabila terjadi gempa kalian harus berlari ke tanah lapang yang jauh dari bangunan, agar kalian terhindar dari reruntuhan bangunan”. b. Guru memberiikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. Guru: “siapa yang belum paham dengan materi yang ibu berikan tadi?” Siswa: (tidak ada yang tunjuk jari) Guru: “sudah paham semua?” Siswa: “sudah bu”. Guru: “kalau sudah semua ibu akan memberiikan pertanyaan kepada kalaian semua”. 4.1.2.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit) a. Guru menunjukkan beberapa siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan secara lisan. Guru: “ayu, apa penyebab gempa bumi?” Siswa: “gempa bumi jenisnya ada 2 bu. Gempa bumi tektonik disebabkan karena pergerakan lempeng bumi, gempa bumi vulkanik karena adanya gunung meletus”. Guru: “iya bagus sekali. Sekarang dhias, apa yang dimaksud dengan erosi?” Siswa: “pergerakan tanah dari daerah yang kemiringannya tinggi ke daerah yang lebih rendah bu, saya sudah pernah malihat erosi bu”. Guru: “iya bagus sekali jawabannya dhias”. 98 b. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran bersama guru. c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah menyelesaikan tugas dengan baik. Guru: “anak-anak ibu bangga terhadap kalian semua karena sudah belajar dengan baik hari ini, tepuk tangan untuk kita semua” (serentak semuanya bertepuk tangan). d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi (tahap evaluasi) Guru: “nah, sekarang untuk mengetahui kemampuan kalian, ibu berikan soal evaluasi, dikerjakan secara individu dan tidak boleh membuka buku, paham?” Siswa: (serentak menjawab) “paham”. e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi) f. Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi selanjutnya. Guru: “pembeljaran IPS hari ini kita akhiri sampai disini, untuk persiapan minggu depan silahkan kalian dirumah mempelajari tentang pola perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam dan masalah sosial. Sekarang masukkan buku IPS dan keluarkan buku Bahasa Indonesia kita belajar Bahasa Indonesia” 4.1.2.3. Observasi Siklus 1 Kegiatan observasi siklus 1 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang diamati meliputi: 99 a. Melakukan observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. b. Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. c. Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 4.1.2.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 1 Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1 No. Jml Deskriptor yang Tampak Indikator 1 2 3 Nilai 4 √ 1. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran) 2. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pelajaran, bertanya, menggunakan variasi) 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran, menjelaskan) √ 2 4. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, menggunakan variasi) √ 2 100 √ 4 3 √ 5. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, membimbing diskusi kecil) 6. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, mengelola kelas) 7. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, menjelaskan) 8. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, menjelaskan) 9. Memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, memberiikan penguatan) √ 2 10. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberiikan penguatan) √ 2 11. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) √ 2 12. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, menutup pelajaran) √ 4 3 √ 2 √ 3 √ 4 Jumlah nilai 33 Kategori penilaian Baik Keterangan: Tabel 4.2 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru Kriteria Ketuntasan Kategori 101 36,5 ≤ nilai ≤ 48 Sangat Baik (A) 24 ≤ nilai < 36,5 Baik (B) 11,5 ≤ nilai < 24 Cukup (C) 0 ≤ nilai < 11,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1 memperoleh hasil bahwa keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian baik dengan jumlah nilai 33. Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa; menyampaikan tujuan pembelajaran; membentuk kelompok pada tahap eksplorasi; membimbing kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru; memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi pada tahap penjelasan; membimbing siswa dalam mengulangi penjelasan guru; mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada tahap elaborasi; memberiikan penguatan kepada siswa; menyimpulkan materi pembelajaran; serta guru memberiikan evaluasi dan refleksi pada tahap evaluasi. Keterampilan guru yang Nampak dari 12 indikator, ada 6 indikator yang memperoleh nilai 2 yaitu indikator menyampaikan tujuan, membentuk kelompok, membimbing siswa mengulangi penjelasan guru, memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep, memberii penguatan dan menyimpulkan materi; ada 3 indikator yang memperoleh skor 3 yaitu menarik minat siswa, memberiikan 102 definisi dan penjelasan dan mengklarifikasi jawaban siswa. Sedangkan 3 indikator memperoleh skor 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, membimbing kelompok dan memberiikan evaluasi dan refleksi Peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru, berikut ini: a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) Pada indikator ini keterampilan guru mendapat nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru yaitu mepersiapkan sumber dan media belajar berupa video dan gambar, memberii salam pada siswa, mengarahkan dan mengikuti doa bersama dan melakukan presensi untuk mengetahui siswa yang tidak hadir dan memastikan kehadiran jumlah siswa dengan bertanya kepada siswa secara klasikal. b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak, yaitu menampilkan video dan gambar tentang peristiwa alam sesuai dengan materi pembelajaran siklus 1, memberiikan pertanyaan sesuai dengan video, bertanya tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan video tersebut dan menyampaikan materi yang akan diajarkan. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) 103 Indiktor keterampilan guru menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 2 karena hanya ada 2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis. Sedangkan untuk deskriptor menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh dan membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa belum tampak dilakukan oleh guru. d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru. Kedua deskriptor tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen dan mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Sedangkan 2 deskriptor yang lain belum dilakukan oleh guru yaitu membimbing kelompok untuk memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya. e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) Indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan 104 perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperolah nilai 4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar kerja kapada tiap kelompok, membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil diskusi. f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor belum dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penjelasan materi, menuliskan inti materi pembelajaran dipapan tulis dan memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan yang belum dilakukan oleh guru yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa. g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 2 karena ada 2 deskriptor yang tampak sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor yang belum dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru menunjuk siswa secara acak untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan 105 penguatan kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum terlihat dilakukan oleh guru yaitu memberiikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa ketika memberiikan penjelasan. h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) Pada indikator ini guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada 3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan) penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan Respati berikan penjelasan tentang banjir dan penyebabnya”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) meperoleh nilai 2. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang disampaikan oleh guru kepada siswa “mulai sekarang kalian dapat menerapkan cara mencegah banjir dan tanah longsor” dan memberiikan penjelasan apa yang 106 harus dilakukan siswa dengan kalimat “mencegah banjir dapat dilakukan dengan tidak membuang ke sungai”. Sedangkan 2 deskriptor yang lain belum tampak dilakukan oleh guru yaitu memberi contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan dan mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya deskriptor ini dapat dilakukan guru dengan mengutarakan kalimat, misalnya “tidak membuang sampah kesungai itu berarti kalian harus membuang sampah pada tempatnya, ketika kalian membeli jajan maka bungkus jajannya itu dibuang pada tempat yang sudah disediakan, maka dari itu mulai sekarang biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya agar tidak menimbulkan banjir”. j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) Indikator yang kesepuluh yaitu memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya ada 2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor belum dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penguatan verbal berupa kata-kata pujian seperti hebat, bagus, pintar dan gestural berupa acungan jempol, anggukan dan senyuman. Yang belum dilakukan oleh guru yanitu memberi penguatan dengan sentuhan dan penghargaan. k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 2. Hal ini ditujukkan dengan 2 deskriptor yang sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor belum dilakukan. Yang sudah tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan 107 kesempatan kepada siswa yang akan bertanya dan menyimpulkan materi pembelajaran bersama siswa. Deskriptor yang belum dilakukan oleh guru yaitu menuliskan simpulan pembelajaran di papan tulis dan menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham. l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa, mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama, menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran. 4.1.2.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 1, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1 No. Indikator Observasi Jml Deskriptor yang Tampak 0 1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran 1 2 3 108 Ratarata 176 4 4 44 (aktivitas emosional) Total Nilai 2. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) 8 21 15 95 2,2 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) 2 31 11 97 2,2 4. Menunjukkan bukti hasil 13 kerja kelompok (aktivitas 109etric, emosional, lisan) 13 11 7 56 1,3 5. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) 27 17 105 2,4 6. Mengulangi penjelasan 5 guru (aktivitas mental, emosional) 5 23 11 84 1,9 7. Mengikuti diskusi kelas 6 (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) 8 20 10 78 1,8 8. Menyimpulkan pembelajaran visual, mendengarkan, mental) 1 35 8 95 2,2 9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) 161 3,7 hasil (aktivitas lisan, menulis, 15 29 Jumlah rata-rata nilai kelas 21,7 Kategori Baik 109 Keterangan: Table 4.4. Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa Kriteria Ketuntasan Kategori 27,5≤ skor ≤36 Sangat Baik (A) 18≤ skor <27,5 Baik (B) 8,5≤ skor <18 Cukup (C) 0≤ skor <8,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada pembelajaran siklus 1. Kesembilan indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan minat; (3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap 110 evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 1 ini 21,7 dengan kategori baik. Aktivitas siswa Nampak pada paparan setiap indikator berikut ini: a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 2,2. Dengan rincian sebanyak 8 siswa mendapat nilai 1 karena siswa sudah menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 21 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa sudah menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 15 siswa memperoleh nilai 3 karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. c. Mengerjakan lembar kerja kelompok menggambar) 111 (aktivitas menulis, aktivitas Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai kelas 2,2. Dengan rincian sebanyak 2 siswa memperoleh nilai 1 karena siswa hanya duduk tenang dalam kelompok (pasif). Sebanyak 31 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam kelompok dan ikut berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sebanyak 11 siswa memperoleh nilai 3 karena siswa duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi dan menulis jawaban di lembar kerja kelompok. d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai kelas 1,3. Dengan rincian 13 siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan hasil diskusi kelompok, menjelaskan hasil diskusinya dan menambahkan penjelasan teman sekelompoknya. Sebanyak 13 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor sehingga memperoleh nilai 1, sebanyak 11 siswa melaksanakan 2 deskriptor sehingga memperoleh nilai 2 dan 7 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh nilai 3. e. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 2,4. Dengan rincian 27 siswa mendapatkan 112 nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap duduknya benar dan tenang memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 17 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya benar, memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya. f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) Indikator yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 1,9. Dengan rincian 5 anak memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi penjelasan guru, mengulangi penjelasan guru dengan benar, merespon penjelasan teman dan mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak 5 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor, 23 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor dan 17 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor. g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh nilai rata-rata kelas 1,8. Dengan rincian 6 siswa tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan menjelaskan teman yang belum paham. Sebanyak 8 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor sehingga memperoleh nilai 1, sebanyak 20 siswa melaksanakan 2 deskriptor sehingga 113 memperoleh nilai 2, dan 10 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh nilai 3. h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai kelas 2,2. Dengan rincian 1 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor yaitu mencatat kesimpulan hasil pembeljaran di buku tulis. Sebanyak 35 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru dan mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis. Dan, sebanyak 8 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis dan membaca kembali kesimpulan. i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) Indikator yang kesembilan yaitu melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata nilai kelas 3,7. Dengan rincian 15 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya melaksanakan 3 deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak 29 siswa memperoleh nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang dalam mengerjakan dan semua soal dikerjakan. 114 4.1.2.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1 berupa nilai dari tes tertulis yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 1 sebanyak 44 siswa. Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar semua maka akan memperoleh skor 20. Untuk mengolah skor menjadi nilai menggunakan rumus: N= X 100 Keterangan: N = nilai B = skor yang diperoleh siswa St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16) Rumus di atas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 1 dengan analisis, sebagai berikut: Tabel 4.5 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1 115 No. Pencapaian Data Siklus 1 Kualifikasi 1. Nilai Terendah 55 Tidak Tuntas 2. Nilai Tertinggi 90 Tuntas 3. Rata-rata 68,86 Tidak Tuntas 4. Ketuntasan Klasikal 68,19 % Tidak Tuntas 5. Ketidaktuntasan Klasikal 31,81 % - Keterangan: Tabel 4.6 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Kriteria Ketuntasan Kriteria Ketuntasan Klasikal Individual Kualifikasi ≥80% ≥ 70 Tuntas <80% < 70 Tidak Tuntas Tabel 4.5 terlihat, analisis siklus I nilai terendah 55. Siswa yang memperoleh nilai 55 sebanyak 8 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 85. Siswa yang memperoleh nilai 90 sebanyak 1 siswa. Adapun siswa yang belum tuntas (KKM 70) yaitu 14 siswa (sebesar 31,81%) dan siswa yang sudah tuntas yaitu 30 siswa (sebesar 68,19%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa mencapai 31,81% dikarenakan belum semua siswa merespon pertanyaan yang diberikan oleh guru pada tahap eksplorasi, ketika pembelajaran berlangsung siswa 116 kurang kurang aktif berdiskusi bersama tim dan beberapa siswa masih terlihat bingung dengan langkah pembelajaran yang diterapkan karena kesalahan guru yang belum menjelaskan secara detail langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus I selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Interval Nilai Frekuensi Persentase Kualifikasi 55-59 8 18,18 % Tidak Tuntas 60-64 2 4,54 % Tidak Tuntas 65-69 4 9,09 % Tidak Tuntas 70-74 19 43,18 % Tuntas 75-79 3 6,82 % Tuntas 80-84 3 6,82 % Tuntas 85-89 4 9,09 % Tuntas 90-94 1 2,27 Tuntas Jumlah 44 100 % - 117 Persentase Ketuntasan klasikal 68,19 % Tidak Tuntas Data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual juga dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1 118 Gambar 4.2 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 1 Berdasarkan gambar 4.2, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar 68,19% (30 dari 44 siswa) dengan kategori tinggi belum mencapai target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 2. 4.1.2.4. Refleksi Siklus 1 Berdasarkan hasil penelitian siklus 1, diperoleh data berupa hasil observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Refleksi dilaksanakan oleh peneliti dengan kolaborator untuk menganalisis pelaksanaan pembelajaraan yang sudah berlangsung. Refleksi ini digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 2 berdasarkan kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: 119 4.1.2.4.1. Keterampilan Guru Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa keterampilan guru memperoleh kriteria baik. Namun, masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki diantaranya adalah sebagai berikut: a. Indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa. b. Indikator menyampaikan tujuan ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan. c. Indikator membentuk kelompok diskusi ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu membimbing kelompok memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya. d. Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang akan dipelajari ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan oleh siswa. e. Indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan. 120 f. Indikator mengklarifikasi penjelasan siswaada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. g. Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan belum mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. h. Indikator memberiikan pengutan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan penguatan dengan sentuhan dan belum memberii penguatan dengan memberii penghargaan. i. Indikator menyimpulkan materi pembelajaran ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu menuliskan kesimpulan dipapan tulis dan menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham. 4.1.2.4.2. Aktivitas Siswa Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa aktivitas siswa memperoleh kriteria baik. Akan tetapi, masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki adalah sebagai berikut: a. Dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa berbicara secara bersamaan dan kadang tanpa tunjuk jari terlebih dahulu sehingga jawaban siswa kurang jelas terdengar. 121 b. Siswa belum mengetahui tugasnya di dalam kelompok karena belum ada pembagian tugas, sehingga beberapa ada yang berdiskusi mengerjakan tugas kelompok sedangkan yang lain ramai sendiri. c. Pada tahap eksplorasi, ada beberapa kelompok yang masih berdebat dengan anggotanya untuk membacakan hasil diskusi, sehingga banyak waktu yang terbuang. d. Pada tahap penjelasan, siswa yang mengulangi penjelasan dari guru belum keseluruhan mendapat kesempatan karena keterbatasan waktu. e. Siswa belum memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar. f. Siswa meminta tambahan waktu untuk mengerjakan tugas kelompok maupun evaluasi akhir. g. Beberapa siswa tidak mengerjakan semua soal yang ada dalam lembar evaluasi. h. Siswa tes evaluasi akhir secara acak tidak berdasarkan nomor presensi. 4.1.2.4.3. Hasil Belajar Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa hasil belajar ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 1 yang diperoleh adalah sebesar 68,18 % yaitu 30 dari 44 siswa dan 31,18 % yaitu 14 dari 44 siswa tidak tuntas belajar. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 85. Adapun rata-rata kelas yaitu 67,61 (belum memenuhi KKM, KKM=70). 122 Berdasarkan temuan permasalahan yang masih terdapat pada pembelajaran siklus 1, dapat disimpulan bahwa pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual masih diperlukan adanya revisi/perbaikan dengan melanjutkan ke siklus 2 karena indikator keberhasilan belum terpenuhi secara menyeluruh. Adapun perbaikan untuk siklus 2 adalah sebagai berikut: a. Keterampilan Guru Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan guru adalah: - Guru harus memberiikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan kepada siswa pada indikator yang kedua yaitu menarik minat. - Guru harus menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan membuka pertanyaan pada indikator menyampaikan tujuan. - Guru harus membimbing kelompok memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya pada indikator membentuk kelompok diskusi. - Guru harus menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan oleh siswa pada indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang akan dipelajari. - Guru harus memberiikan kesempatan dan membimbing siswa dalam memberiikan penjelsan pada indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelsan yang disampaikan oleh guru. 123 - Guru harus memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan pada indikator mengklarifikasi penjelasan siswa. - Guru harus memberi contoh sikap/ perilaku dan mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari. - Guru harus memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberii penghargaan kepada siswa pada indikator memberiikan penguatan. - Guru harus menuliskan kesimpulan di papan tulis dan menjelasakan ulang kepada siswa yang belum paham pada indikator menyimpulkan materi. b. Aktivitas Siswa Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa adalah: - Apabila akan menjawab pertanyaan, sebaiknya siswa tunjuk jari terlebih dahulu agar tidak berbicara bersamaan dengan yang lain sehingga jawaban dapat terdengar jelas oleh guru. - Siswa harus meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi kelompok, sehingga tidak bergantung pada siswa yang mempunyai kemampuan lebih. - Masing-masing siswa harus lebih memahami tugasnya dalam kelompok, sehingga tidak akan terjadi perdebatan ketika diminta untuk membacakan hasil diskusinya. - Siswa harus mengingat dan memperkirakan waktu belajar yang sudah disampaikan oleh guru, agar tidak meminta tambahan waktu dalam belajar. c. Hasil Belajar Siswa 124 Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah: - Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik agar semua siswa focus pada proses pembelajaran. - Meningkatkan ketuntasan klasikal yang sesuai dengan indikator keberhasilan dengan memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 secara keseluruhan. - Meningkatkan rata-rata kelas agar dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. 4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 4.1.3.1. Perencanaan Siklus 2 Berdasarkan hasil refleksi dan revisi pembelajaran siklus I, maka peneliti dengan kolaborator melakukan perbaikan pembelajaran di siklus 2. Adapun perencanaan yang ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan kompetensi dasar 2.4 mengenal permasalahan didaerahnya, dan indikatornya merupakan kelanjutan dari siklus 1. b. Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media pembelajaran yang berupa video. c. Mempersiapkan peralatan media pembelajaran berupa LCD, laptop dan speaker. d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis (10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian obyektif) yang harus dikerjakan oleh siswa diakhir pembelajaran. e. Menyiapkan lembar kerja kelompok, sebagai tugas kerja kelompok. 125 f. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta instrumen wawancara secara klasikal diakhir pembelajaran untuk mengetahui minat siswa terhadap model dan media pembelajaran yang digunakan. 4.1.3.2. Pelaksanaan siklus 2 Siklus 2 dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran kreatifproduktif pada mata pelajaran IPS kelas V B SDN Tambakaji 01 Kota Semarang pada, Hari/Tanggal : Kamis/7 Februari 2013 Waktu Pembelajaran : 2 x 35 menit Pukul : 07.00-08.10 WIB Materi : Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam dan permasalahan sosial. 4.1.3.2.1. Prakegiatan (5 menit) a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa video, LCD, laptop dan speaker dan siswa mempersiapkan peralatan tulis dan bukunya. b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran Guru: “ayo semua menghadap ke papan tulis, dan dimeja tidak ada buku selain buku yang berkaitan dengan pelajaran IPS.” Siswa membenarkan posisi duduknya dan mulai konsentrasi pada pelajaran. Guru menginformasikan waktu pembeljaran kepada siswa. Pembelajaran dimulai pukul 07.05 WIB dan berakhir pukul 08.10 WIB 126 c. Salam dan doa bersama Guru memberiikan salam dan serentak siswa menjawabnya. Berdoa bersama dipimpin oleh siswa yang bertugas yaitu Rifqi. d. Presensi Guru melihat semua kursi terisi penuh, dan bertanya, “hari ini semua kursi terisi jadi semua siswa hadir ya?” Siswa menjawab, “iya bu.” 4.1.3.2.2. Kegiatan Awal (15 menit) a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan cara meminta semua siswa untuk menghadap ke depan. b. Siswa diminta untuk belajar dengan sungguh-sungguh. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menuliskannya di papan tulis. d. Guru melakukan apersepsi dengan cara memberiikan beberapa pertanyaan kepada siswa Guru: “dimana kalian membuang sampah bungkus jajan yang kalian beli ketika istirahat?” Siswa: “tempat samapah bu” (serentak siswa menjawab) Guru: “bagaimana kalau bungkus itu kalian buang di sembarang tempat?” Siswa: “akan menyebabkan banjir” e. Siswa mengamati video (pembangkitan minat) Siswa menyimak video tentang perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial. 127 f. Tanya jawab antara siswa dengan guru seputar video (pembangkitan minat) Guru: “bercerita tentang apa video yang pertama?” Siswa: “pengerukan tanah” “merusak hutan” “pembuangan sampah sembarangan” Guru: “kegiatan seperti itu boleh atau tidak dilakukan?” Siswa: “tidak” Guru: “mengapa?” Siswa: “karena dapat menyebabkan banjir, pengerukan tanah dapat menyebabkan longsor” g. Tanya jawab antara siswa dengan guru seputar pengalaman siswa. (pembangkitan minat) Guru: “siapa yang sudah pernah melihat longsor?” Siswa: “saya…saya” (sambil tunjuk jari) Guru: “dimana kalian melihatnya?” Siswa: “tv” “saya pernah melihat langsung bu, di dekat rumah saya tetapi hanya sedikit dan tidak ada korban” 4.1.3.2.3. Kegiatan Inti (35 menit) Kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Eksplorasi a. Guru menjelaskan secara detail tentang langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 128 b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 siswa tiap kelompok. c. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah dibagikan oleh guru selama 10 menit. d. Siswa berdiskusi menjawab lembar kerja dan dibimbing oleh guru. e. Perwakilan tiap kelompok membacakan dan menunjukkan hasil diskusinya secara bergantian dari kelompok 1 samapai kelompok 11. f. Guru memberiikan penjelsan secara detail tentang materi pembelajaran dan siswa menyimak. (tahap penjelasan) g. Guru memberiikan kesempatan siswa untuk mengulangi penjelasan guru. (tahap penjelasan) Guru: “siapa yang berani menjelaskan tentang perusakan habitat?” Siswa: “perusakan habitat biasanya dilakukan oleh manusia yang merusak ekosistem misalnya menebang pohon sembarangan” (Raditya Gigih W) Guru: “iya penjelasan yang bagus. Sekarang apa akibat yang ditimbulkan dari adanya demo?siapa yang berani menjelaskan?” Siswa: “demo dapat membuat macet lalu lintas bu, karena jalan diblokir, banyak fasilitas umum yang rusak karena ulah para pendemo” h. Siswa lain mendengarkan dan membenarkan penjelasan teman apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan) i. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru. Elaborasi 129 a. Guru memberiikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Guru: “tadi kita sudah belajar tentang perilaku yang menyebabkan peristiwa alam dan menimbulkan permasalahan sosial, untuk itu kalian jangan bersikap seperti itu agar alam tetap bersahabat dengan kita sehingga tidak terjadi peristiwa alam yang berbahaya, apabila ada permasalahan dengan siapapun harus diselesaikan dengan cara yang baik tidak perlu menggunakan kekerasan agar keadaan tenang dan damai, permasalahan sosial pun tidak akan muncul.” b. Siswa mengutarakan jawaban tentang dampak pola perilaku masyarakat yang merusak alam dan akan menimbulkan permasalahan sosial. Siswa: “apabila manusia merusak alam maka kemungkinan akan terjadi peristiwa alam yang membahayakan seperti banjir, tanah longsor atau erosi, erupsi dan dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia karena mereka dapat kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, harta benda ataupun sanak saudara. Hal ini yang akan menyebabkan adanya permasalhan sosial seperti kemiskinan, gelandangan, pengemis, anak jalanan.” Konfirmasi a. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan sosial yang meungkin terjadi. Guru: “apabila kalian melihat saudara atau tetangga yang sedang terkena bencana maka kalian harus ikut bersimpati dan empati, menolong semampunya. Apabila ada masalah dengan teman harus diselesaikan dengan 130 cara yang baik agar kerukunan tetap terjaga dan tidak timbul permasalahan yang lebih besar.” b. Guru memberiikan kesempatan bertanya seputar materi kepada siswa belum paham. Guru: “siapa yang belum paham?silahkan bertanya!” Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan dan dianggap semua siswa sudah paham dengan materi pembelajaran yang dibahas. 4.1.3.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit) a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan Guru: “apa akibat yang timbul dengan adanya tawuran antar pelajar?” Siswa: “banyak pelajar yang terluka, fasilitas umum rusak, jalan diblokir dan macet” Guru: “iya bagus, sekarang apa yang dimaksud dengan kriminalitas?” Siswa: “perbuatan yang dilarang dan melanggar hokum, misalnya pencurian, perampokan dan pembunuhan” b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah menyelesaikan tugas dengan baik. Guru: “belajar kalian hari ini bagus dan berjalan dengan baik, ibu bangga terhadap kalian, terus tingkatkan agar prestasi kalian juga meningkat” d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi (tahap evaluasi) Guru: “lembar evaluasi dikerjakan secara individu, tidak boleh membuka buku dan mencontek pekerjaan teman, paham?” 131 Siswa: “paham” (semua siswa menjawab secara serempak) e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru (tahap evaluasi) f. Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu tentang jenis-jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya. Guru: “belajar IPS untuk hari ini ibu cukup kan sampai disini, nanti dirumah kalian harus mepelajari tentang jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya untuk bekal pembelajaran minggu depan” 4.1.3.3. Observasi Siklus 2 Kegiatan observasi siklus 2 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang diamati meliputi: a. Melakukan observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. b. Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. c. Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 4.1.3.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2 Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 2 diperoleh data sebagai berikut: 132 Tabel 4.8 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2 No. Jml Deskriptor yang Tampak Indikator 1 2 3 Nilai 4 1. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran) √ 4 2. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pelajaran, bertanya, menggunakan variasi) √ 4 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran, menjelaskan) √ 3 4. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, menggunakan variasi) √ 3 5. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, membimbing diskusi kecil) √ 3 6. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, mengelola kelas) √ 3 7. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, menjelaskan) 8. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, menjelaskan) 133 √ 2 √ 3 9. Memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, memberiikan penguatan) 10. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberiikan penguatan) 11. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) 12. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi √ 3 √ 2 √ 3 √ 4 Jumlah nilai 37 Kategori penilaian Sangat baik Keterangan: Tabel 4.9 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru Kriteria Ketuntasan Kategori 36,5 ≤ nilai ≤ 48 Sangat Baik (A) 24 ≤ nilai < 36,5 Baik (B) 11,5 ≤ nilai < 24 Cukup (C) 0 ≤ nilai < 11,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.8 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 2 dan memperoleh hasil bahwa keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian sangat baik dengan jumlah nilai 38. Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum 134 pembelajaran dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa; menyampaikan tujuan pembelajaran; membentuk kelompok pada tahap eksplorasi; membimbing kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru; memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi pada tahap penjelasan; membimbing siswa dalam mengulangi penjelasan guru; mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada tahap elaborasi; memberiikan penguatan kepada siswa; menyimpulkan materi pembelajaran; serta guru memberiikan evaluasi dan refleksi pada tahap evaluasi. Dari ke-12 indikator keterampilan guru tersebut, ada 2 indikator yang memperoleh nilai 2 yaitu indikator membimbing siswa mengulangi penjelasan guru dan memberii penguatan; ada 6 indikator yang memperoleh nilai 3 yaitu menyampaikan tujuan, membentuk kelompok, memberiikan definisi dan penjelasan, mengklarifikasi jawaban siswa, memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep dan menyimpulkan materi. Sedangkan 4 indikator memperoleh nilai 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, menarik minat siswa, membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri dan memberiikan evaluasi dan refleksi Berikut ini peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru: a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) Pada indikator mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) guru mendapat nilai 4 karena keempat 135 deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru yaitu mepersiapkan sumber dan media belajar berupa video, memberii salam pada siswa, mengarahkan dan mengikuti doa bersama dan melakukan presensi untuk mengetahui siswa yang tidak hadir dan memastikan kehadiran jumlah siswa dengan bertanya kepada siswa secara klasikal. b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor sudah tampak, yaitu menampilkan video tentang peristiwa alam sesuai dengan materi pembelajaran siklus 2 tentang pola perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan masalah sosial, memberiikan pertanyaan sesuai dengan video, bertanya tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan video tersebut dan menyampaikan materi yang akan diajarkan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru dari siklus 1. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) Indiktor keterampilan guru menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena hanya ada 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan, 136 menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis dan menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Akan tetapi, guru belum membuka petanyaan kapada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan, jadi siswa yang belum paham belum bisa bertanya kepada guru. Walaupun 1 deskriptor masih belum dilakukan oleh guru, tetapi dalam siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus 1. d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena 3 kegiatan yang tampak dilakukan oleh guru. Ketiga kegiatan tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen, membimbing kelompok memilih ketua kelompok dan mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Sedangkan kegiatan yang belum dilakukan oleh guru yaitu membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya. e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) Pada indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperolah nilai 4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar 137 kerja kapada tiap kelompok, membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil diskusi. f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor belum dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penjelasan materi, menuliskan inti materi pembelajaran dipapan tulis dan memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan yang belum dilakukan oleh guru yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa. Hal ini masih sama seperti yang terjadi pada siklus 1. g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 2 karena ada 2 deskriptor yang tampak sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor yang belum dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru menunjuk siswa secara acak untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan penguatan kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum terlihat dilakukan oleh guru yaitu memberiikan kesempatan siswa yang akan 138 mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa ketika memberiikan penjelasan. Indikator ini belum ada peningkatan dari siklus 1 yang lalu. h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada 3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan) penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan siapa yang ingin menjelaskan tentang demo?”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) meperoleh nilai 3. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang disampaikan oleh guru kepada siswa “mulai sekarang kalian dapat menjaga alam dan kerukunan dengan sesama” dan memberiikan penjelasan apa yang harus dilakukan siswa dengan kalimat “menjaga kerukunan dengan sesame dapat 139 dilakukan dengan saling tolong menolong, menyelesaikan masalah dengan cara yang baik” dan memberii contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan “misalnya dalam lingkungan sekolah tidak saling mengejek sesama teman”. Sedangkan 1 deskriptor yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya deskriptor ini dapat dilakukan guru dengan mengutarakan kalimat, misalnya “di dunia ini tak ada manusia yang sempurna, jadi setiap orang itu pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka dari itu kalian jangan mengejek kekurangan yang ada pada teman kalian, karena dalam diri kalian itu juga terdapat kekurangan”. j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) Indikator memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang dilakukan oleh guru yaitu memberiikan penguatan verbal berupa kalimat pujian dan gestural berupa acungan jempol, anggukan dan senyuman. k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 3. Hal ini ditunjukkan dengan 3 deskriptor yang sudah dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor belum dilakukan. Yang sudah tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan kesempatan kepada siswa yang akan bertanya, menyimpulkan materi pembelajaran bersama siswa dan menuliskan simpulan pembelajaran di papan 140 tulis. Deskriptor yang belum dilakukan oleh guru yaitu menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham. Hal merupakan peningkatan dari siklus 1. l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa, mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama, menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran. 4.1.3.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2 Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 2, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut: Table 4.10 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2 No. Indikator Observasi Jml Deskriptor yang Tampak 0 1. 1 2 3 Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran Total Nilai Ratarata 44 176 4 7 119 2,7 4 (aktivitas emosional) 2. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, 20 141 17 visual) 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) 1 13 24 6 123 2,8 4. Menunjukkan bukti hasil 3 kerja kelompok (aktivitas 142etric, emosional, lisan) 4 11 19 7 111 2,5 5. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) 13 15 16 135 3,1 6. Mengulangi penjelasan 2 guru (aktivitas mental, emosional) 2 16 10 14 120 2,7 7. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) 6 15 14 9 104 2,4 8. Menyimpulkan pembelajaran visual, mendengarkan, mental) 28 6 10 114 2,6 9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) 9 35 167 3,8 hasil (aktivitas lisan, menulis, Jumlah rata-rata nilai kelas 26,6 Kategori Baik Keterangan: Table 4.11 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa 142 Kriteria Ketuntasan Kategori 27,5≤ skor ≤36 Sangat Baik (A) 18≤ skor <27,5 Baik (B) 8,5≤ skor <18 Cukup (C) 0≤ skor <8,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada pembelajaran siklus 2. Kesembilan indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan minat; (3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 2 ini 26,6 dengan kategori 143 baik. Walaupun kategori siklus 2 sama dengan siklus 1 tetapi untuk rata-rata nilai yang diperoleh sudah mengalami kanaikan sebesar 4,9. Berikut adalah paparan dari setiap indikator aktivitas siswa: a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini sama dengan nilai yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1. b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 2,7. Hal ini sudah mengalami kenaikan sebesar 0,5 bila dibanding dengan perolehan nilai pada pembelajaran siklus 1. Dengan rincian sebanyak 20 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa sudah menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 17 siswa memperoleh nilai 3 karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dan sebanyak 7 siswa memperoleh nilai 4 karena sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu 144 mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban, jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan dan maerespon jawaban teman lain. c. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai kelas 2,8. Hal ini sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1 yaitu sebesar 0,6. Dengan rincian sebanyak 1 siswa memperoleh nilai 1 karena siswa hanya duduk tenang dalam kelompok (pasif). Sebanyak 13 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam kelompok dan ikut berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sebanyak 24 siswa memperoleh nilai 3 karena siswa duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi dan menulis jawaban di lembar kerja kelompok. Dan sebanyak 6 siswa sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi, menulis jawaban di lembar kerja kelompok dan berusaha mencari jawaban di buku sumber belajar pegangan siswa. d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai kelas 2,5. Hal ini merupakan peningkatan yang cukup drastis bila disbanding dengan pembelajaran pada siklus 1, peningkatan nilai yang diperoleh sebesar 1,2. Dengan rincian 3 siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan hasil diskusi 145 kelompok, menjelaskan hasil diskusinya dan menambahkan penjelasan teman sekelompoknya. Sebanyak 4 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor sehingga memperoleh nilai 1, sebanyak 11 siswa melaksanakan 2 deskriptor sehingga memperoleh nilai 2, 19 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh nilai 3 dan 7 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan semua deskriptor. e. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 3,1 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,7 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1. Dengan rincian 13 siswa mendapatkan nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap duduknya benar dan tenang memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 15 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya benar, memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya. Dan sebanyak 16 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan 4 deskriptor yaitu sikap duduknya benar, memperhatikan penjelasan guru, mencatatnya penjelasan yang diberikan dan merespon penjelasan yang diberikan. f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) Indikator yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 2,7 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,8 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1. Dengan rincian 2 anak memperoleh nilai 0 karena tidak 146 melaksanakan keempat deskriptor yaitu mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi penjelasan guru, mengulangi penjelasan guru dengan benar, merespon penjelasan teman dan mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak 2 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor, 16 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor, 10 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor dan 14 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan keempat deskriptor tersebut. g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh nilai rata-rata kelas 2,4 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,6 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1. Dengan rincian 6 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya 1 deskriptor yang dilaksnakan, sebanyak 15 siswa melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 14 siswa melaksanakan 3 deskriptor memperoleh nilai 3 dan 9 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan keempat deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan menjelaskan teman yang belum paham. h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata 147 nilai kelas 2,6. Hal ini merupakan sebuah peningkatan nilai dibandingkan dengan siklus 1 sebesar 0,4. Dengan rincian sebanyak 28 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru dan mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis. Sebanyak 6 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis dan membaca kembali kesimpulan. Dan sebanyak 10 siswa memperoleh nilai 4 karena malaksanakan 4 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis, membaca kembali kesimpulan dan mengajukan pertanyaan tentang kesimpulan yang telah dibuat. i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) Indikator yang kesembilan yaitu melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata nilai kelas 3,8. Dengan rincian 9 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya melaksanakan 3 deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak 35 siswa memperoleh nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang dalam mengerjakan dan semua soal dikerjakan. 4.1.3.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2 Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 2 berupa nilai dari tes tertulis 148 yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi pola perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial. Siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 2 sebanyak 44 siswa. Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar semua maka akan memperoleh skor 20. Penskoran pada siklus 2 sama seperti penskoran pada siklus 1. Untuk mengolah skor menjadi nilai menggunakan rumus: N= X 100 Keterangan: N = nilai B = skor yang diperoleh siswa St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16) Dari rumus diatas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 2 dengan analisis sebagai berikut: Tabel 4.12 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 2 No. 1. Pencapaian Nilai Terendah Data Siklus 1 60 149 Kualifikasi Tidak Tuntas 2. Nilai Tertinggi 95 Tuntas 3. Rata-rata 73,86 Tuntas 4. Ketuntasan Klasikal 77,27 % Tidak Tuntas 5. Ketidaktuntasan Klasikal 22,73 % - Keterangan: Tabel 4.13 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Kriteria Ketuntasan Kriteria Ketuntasan Klasikal Individual Kualifikasi ≥80% ≥ 70 Tuntas <80% < 70 Tidak Tuntas Dari tabel 4.12, analisis siklus 2 nilai terendah 60. Siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 7 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 95. Siswa yang memperoleh nilai 95 sebanyak 1 siswa. Adapun siswa yang belum tuntas (KKM 70) yaitu 10 siswa (sebesar 22,73%) dan siswa yang sudah tuntas yaitu 34 siswa (sebesar 77,27%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa mencapai 22,73% dikarenakan pada saat berdiskusi siswa belum melakukan pembagian tugas sehingga beberapa siswa terlihat tidak maksimal (pasif), siswa belum memperhatikan waktu pengerjaan yang diberikan oleh guru sehingga terjadi kekurangan waktu pengerjaan. 150 Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 2 selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut: Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Interval Nilai Frekuensi Persentase Kualifikasi 60-64 7 15,91% Tidak Tuntas 65-69 3 6,82% Tidak Tuntas 70-74 10 22,73 % Tuntas 75-79 7 15,91 % Tuntas 80-84 11 25% Tuntas 85-89 3 6,82 % Tuntas 90-94 2 4,55% Tuntas 95-100 1 2,27% Tuntas Jumlah 44 100 % - 77,27 % Tidak Tuntas Persentase Ketuntasan klasikal 151 Adapun data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 2 juga dapat dilihat pada diagram berikut: Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2 Gambar 4.4 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 2 152 Berdasarkan gambar 4.4, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar 77,27% (34 dari 44 siswa) dengan kategori tinggi belum mencapai target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 3. 4.1.3.4. Refleksi Siklus 2 Berdasarkan hasil penelitian siklus 2, diperoleh data berupa hasil observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Refleksi ini dilaksanakan oleh peneliti bersama kolaborator untuk menganalisis pelaksanaan pembelajaraan yang berlangsung pada siklus 2. Refleksi ini digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 3. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: 4.1.3.4.1. Keterampilan Guru Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa keterampilan guru memperoleh skala penilaian sangat baik. Akan tetapi, masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Kekurangan tersebut adalah sebagai berikut: a. Indikator menyampaikan tujuan ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan. b. Indikator membentuk kelompok diskusi ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu membimbing ketua kelompok kelompoknya. 153 untuk mengondisikan anggota c. Indikator memberiikan definisi dan penjelasan ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa. d. Indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberii kesempatan dan membimbing siswa dalam menjelaskan. e. Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. f. Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan seharihari. g. Indikator memberiikan penguatan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberi penguatan dengan sentuhan dan memberiikan penghargaan. h. Indikator menyimpulkan materi pembelajaran ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham. 4.1.3.4.2. Aktivitas Siswa Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa aktivitas siswa memperoleh skala penilaian baik. Akan tetapi, masih ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 2 adalah sebagai berikut: 154 a. Pada tahap eksplorasi diskusi didalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang tidak ikut memberiikan partisipasi/bertukar pendapat dalam kelompoknya. b. Siswa meminta tambahan waktu untuk mengerjakan tugas kelompok maupun evaluasi akhir. c. Siswa mengumpulkan tes evaluasi akhir tidak berdasarkan nomor presensi. 4.1.3.4.3. Hasil Belajar Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa hasil belajar berupa ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 2 yang diperoleh adalah sebesar 77,27% yaitu 34 dari 44 siswa dan 22,72% yaitu 10 dari 44 siswa tidak tuntas belajar. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Adapun rata-rata kelas yaitu 73,86 (memenuhi KKM). Walaupun rata-rata kelas sudah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 70, tetapi siklus penelitian harus tetap dilanjutkan ke siklus 3 karena ketuntasan belajar secara klasikal belum memenuhi indikator yang sudah ditentukan. Berdasarkan pembelajaran siklus temuan 2, permasalahan dapat disimpulkan yang masih bahwa terdapat pembelajaran pada IPS mengggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual masih diperlukan adanya revisi/perbaikan dengan melanjutkan ke siklus 3 karena indikator keberhasilan belum terpenuhi secara menyeluruh. Adapun perbaikan untuk siklus 3 adalah sebagai berikut: a. Keterampilan Guru 155 Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan guru adalah sebagai berikut: - Guru harus membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada indikator menyampaikan tujuan. - Guru harus membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya pada indikator membentuk kelompok diskusi. - Guru harus menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan oleh siswa pada indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi. - Guru harus memberiikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan pada indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan. - Guru harus memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan pada indikator mengklarifikasi penjelasan siswa. - Guru harus mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari pada indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep. - Guru harus memberiikan penguatan dengan sentuhan dan penghargaan pada indikator memberiikan penguatan kepada siswa. - Guru harus menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham pada indikator menyimpulkan materi pembelajaran. b. Aktivitas Siswa 156 Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa adalah sebagai berikut: - Siswa harus lebih aktif dan tidak bergantung pada siswa lain pada saat kegiatan diskusi berlangsung. - Siswa harus bisa memperkirakan waktu yang digunakan untuk mengerjakan lembar kerja dan evaluasi agar tidak meminta tambahan waktu lagi. - Siswa seharusnya mengumpulkan lembar kerja evaluasi urut sesuai nomor presensi, atau minimal di tata dengan rapi. c. Hasil Belajar Siswa Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: - Guru harus menyediakan media pembelajaran selain video pada proses pembelajaran siklus 3, agar minat belajar siswa semakin bertambah. - Meningkatkan ketuntasan belajar klasikal agar dapat mencapai indikator keberhasilan dengan memperbaiki pembelajaran pada siklus 2 secara keseluruhan. 4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 4.1.4.1. Perencanaan Siklus 3 Berdasarkan hasil refleksi dan revisi siklus 2, maka peneliti bersama kolaborator melakukan perbaikan pembelajaran di siklus 3 agar kualitas pembelajaran lebih meningkat. Adapun perencanaannya adalah sebagai berikut: a. Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan mediaa audiovisual berupa video ditambah dengan slide power point agar lebih 157 menarik minat siswa. Kompetensi dasar 2.4 mengenal permasalahan sosial di daerahnya. b. Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media pembelajaran yang berupa video dan tampilan slide dalam bentuk power point. c. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis diakhir pembelajaran (10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian obyektif) d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta instrumen wawancara secara klasikal yang dilaksanakan di akhir pembelajaran. 4.1.4.2. Pelaksanaan siklus 3 Siklus 3 dilaksanakan dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada mata pelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang pada, Hari/Tanggal : Kamis/14Februari 2013 Waktu Pembelajaran : 2 x 35 menit Pukul : 07.00-08.10 WIB Materi : Jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya Uraian kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus 3 adalah sebagai berikut: 4.1.4.2.1. Prakegiatan (5 menit) a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar 158 Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa video, slide dalam bentuk power point, LCD, laptop dan speaker dan siswa mempersiapkan peralatan tulis dan bukunya. b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran Guru: ”ayo semua menghadap ke papan tulis, dan dimeja tidak ada buku selain buku yang berkaitan dengan pelajaran IPS.” Siswa membenarkan posisi duduknya dan mulai konsentrasi pada pelajaran. c. Salam dan doa bersama Guru memberiikan salam dan serentak siswa menjawabnya. Berdoa bersama dipimpin oleh siswa yang bertugas yaitu Raditya Gigih W.. d. Presensi Guru melihat semua kursi terisi penuh, dan bertanya, “hari ini masuk semua ya?” Siswa menjawab, “iya bu.” e. Guru menginformasikan waktu pembeljaran kepada siswa. Pembelajaran dimulai pukul 07.05 WIB dan berakhir pukul 08.10 WIB 4.1.4.2.2. Kegiatan Awal (15 menit) a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan menyuruh semua siswa untuk menghadap ke depan. b. Siswa dimotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru menginformasikan dan menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis.. d. Guru melakukan apersepsi dengan memberiikan pertanyaan kepada siswa 159 Guru: “apakah kalian melihat pengemis?” Siswa: “pernah” Guru: “dimana kalian melihatnya?” Siswa: “di pinggir jalan” “datang kerumah bu” “diperempat jalan yang ada lampu lalu lintasnya bu” (jawaban siswa beraneka ragam) e. Siswa menyimak video dan slide yang ditampilkan oleh guru (pembengkitan minat) f. Tanya jawab anatara siswa dengan guru seputar video dan isi slide (pembengkitan minat) Guru: “bercerita tentang apa video tersebut?” Siswa: “menceritakan tentang pengangguran bu” “orang yang dipecat dan mencari pekerjaan” Guru: “kemudian yang dislide tentang jenis permasalahan sosial, apa saja yang termasuk jenis permasalahan sosial?” Siswa: “pengangguran, gelandangan, pengemis, anak jalanan, kemiskinan, kepadatan penduduk, urbanisasi” g. Tanya jawab seputar pengalaman siswa (pembengkitan minat) Guru: “siapa yang rumahnya berada didaerah padat penduduk?apakah kalian pernah ke tempat yang apadat penduduk?” Siswa: “saya pernah bu, rumah disana sangat sempit dan kumuh” Guru: “bagaimana dengan kesehatan dan kesejahteraan penduduknya?” Siswa: “keadaan mereka tidak layak bu, karena tempatnya kotor sehingga kesehatan mereka juga akan terganggu” 160 4.1.4.2.3. Kegiatan Inti (35 menit) Kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Eksplorasi a. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 siswa tiap kelompok. c. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru dengan waktu 10 menit. d. Siswa mendiskusikan lembar kerja dan membuat prediksi pengelompokkan jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya dengan bimbingan guru. e. Perwakilan dari tiap kelompok untuk membacakan dan menunjukkan hasil diskusinya. f. Guru memberiikan penjelasan mendetail tentang jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya berdasarkan jawaban siswa. (tahap penjelasan) g. Guru meminta siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan) Guru: “ayo..siapa yang berani mengulangi penjelasan ibu tadi?” Siswa: “saya bu” Guru: “iya silahkan ayu” Siswa: “kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan penduduk 161 adalah dengan mencanangkan program KB, transmigrasi, pemerataan lapangan kerja” Guru: “iya bagus sekali pnjelasan dari ayu, siapa lagi yang akan menambahkan penjelasan ayu?” Siswa: “saya bu” Guru: “iya respati” Siswa: “urbanisasi termasuk jenis permasalahan sosial. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa kekota, apabila urbanisasi ini berlebihan maka akan membuat daerah perkotaan padat penduduk.” Guru: “iya pintar respati” h. Siswa lain dan guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang disampaikan oleh siswa dan membenarkan apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan) i. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan hasil diskusi sebelumnya. Elaborasi a. Guru memberiiksn motivasi kepada siswa agar mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Guru: “sekarang kalian sudah mengetahui cara mengatasi permasalahan sosial yang ada, sebagai seorang pelajar harus belajar dengan sungguh-sungguh agar kelak dapat menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia” b. Siswa mengutarakan tentang sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. 162 Siswa: “kita tidak boleh bersikap acuh terhadap pengemis yang datang kerumah atau berada di pinggir jalan, apabila kita mempunyai uang maka kita berikan sebagian kepada pengemis itu.” Konfirmasi a. Guru mengarahkan sikap/perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan yang ada. b. Guru memberiikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham. Guru: “anak-anak siapa yang belum paham tentang jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya?” Siswa: (tidak ada yang tunjuk jari untuk bertanya) Guru: “sudah paham semua?” Siswa: “paham” (siswa menjawab secara serentak) 4.1.4.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit) a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Guru: “Mirza, apa yang dimaksud dengan pengemis?” Siswa: “pengemis adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dengan minta-minta.” Guru: “jawaban yang bagus, sekarang Daffa Maulana, sebutkan jenis permasalahan sosial itu apa saja?” Siswa: “jenis permasalahan sosial yaitu kepadatan penduduk, kemiskinan, gelandangan dan pengemis, pengangguran, urbanisasi dan anak jalanan.” Guru: “iya jawaban yang tepat.” 163 b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa. Guru: “iya kalian sudah belajar lebih baik dari kemarin, ibu bangga dengan kalian semua” d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap evaluasi) Guru: “ini lembar evaluasi dikerjakan secar individu, tidak boleh membuka buku dan bekerja sama dengan teman, paham?” Siswa: “paham” (siswa menjawab secara serentak) e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi) 4.1.4.3. Observasi Siklus 3 Kegiatan observasi siklus 3 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang diamati meliputi: a. Melakukan observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. b. Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. c. Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 4.1.4.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 3 164 Hasil observasi keterampilan guru dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 3 diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.15 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3 No. Jml Deskriptor yang Tampak Indikator 1 2 3 Nilai 4 1. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran) √ 4 2. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pelajaran, bertanya, menggunakan variasi) √ 4 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pelajaran, menjelaskan) √ 4 4. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, menggunakan variasi) √ 4 5. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, membimbing diskusi kecil) √ 4 6. Memberiikan definisi dan penjelasan √ 4 165 tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, mengelola kelas) 7. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, menjelaskan) √ 3 8. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, menjelaskan) √ 3 9. Memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, memberiikan penguatan) 10. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberiikan penguatan) 11. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) √ 4 12. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi √ 4 √ √ 4 2 Jumlah nilai 44 Kategori penilaian Sangat Baik Keterangan: Tabel 4.16 Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru Kriteria Ketuntasan Kategori 36,5 ≤ nilai ≤ 48 Sangat Baik (A) 24 ≤ nilai < 36,5 Baik (B) 166 11,5 ≤ nilai < 24 Cukup (C) 0 ≤ nilai < 11,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 3 dan memperoleh hasil bahwa keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian sangat baik dengan jumlah nilai 44. Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum pembelajaran dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa; menyampaikan tujuan pembelajaran; membentuk kelompok pada tahap eksplorasi; membimbing kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru; memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi pada tahap penjelasan; membimbing siswa dalam mengulangi penjelasan guru; mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada tahap elaborasi; memberiikan penguatan kepada siswa; menyimpulkan materi pembelajaran; serta guru memberiikan evaluasi dan refleksi pada tahap evaluasi. Dari ke-12 indikator keterampilan guru tersebut, ada 1 indikator yang memperoleh nilai 2 yaitu indikator memberii penguatan; ada 2 indikator yang memperoleh nilai 3 yaitu membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru dan mengklarifikasi jawaban siswa. Sedangkan 9 indikator memperoleh nilai 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, menarik minat siswa, menyampaikan tujuan, membentuk kelompok, membimbing 167 kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, memberiikan definisi dan penjelasan, memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep, menyimpulkan materi dan memberiikan evaluasi dan refleksi Berikut ini peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru: a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) Pada indikator keterampilan guru yang pertama yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) mendapat nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru yaitu mepersiapkan sumber dan media belajar berupa video dan gambar, memberii salam pada siswa, mengarahkan dan mengikuti doa bersama dan melakukan presensi untuk mengetahui siswa yang tidak hadir dan memastikan kehadiran jumlah siswa dengan bertanya kepada siswa secara klasikal. b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor sudah tampak, yaitu menampilkan video dan slide power point tentang jenis cara mengatasi permasalahan sosial sesuai dengan materi pembelajaran siklus 3, memberiikan pertanyaan sesuai dengan video, bertanya tentang pengalaman siswa 168 yang berhubungan dengan video tersebut dan menyampaikan materi yang akan diajarkan. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) Indiktor keterampilan guru menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan, menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis, menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan membuka petanyaan kapada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan, jadi siswa yang belum paham bisa bertanya kepada guru. Sehingga langkah pembelajaran akan berjalan lancar d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4 karena keempat kegiatan sudah tampak dilakukan oleh guru. Keempat kegiatan tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen, membimbing kelompok memilih ketua kelompok, mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya dan membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya. 169 e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) Pada indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperolah nilai 4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar kerja kapada tiap kelompok, membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil diskusi. f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor yang sudah tampak dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penjelasan materi, menuliskan inti materi pembelajaran dipapan tulis, memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa. Hal merupakan sebuah peningkatan bila dibandingkan dengan siklus 2. g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) 170 Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 3 karena ada 3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor yang belum dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru memberiikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru, menunjuk siswa secara acak untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan penguatan kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum terlihat dilakukan oleh guru yaitu membimbing siswa ketika memberiikan penjelasan. Indikator ini belum ada peningkatan dari siklus 1 yang lalu. h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada 3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan) penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan siapa yang ingin menjelaskan tentang kepadatan penduduk?”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. Keterampilan ini belum mengalami peningkatan dari siklus 2. 171 i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) meperoleh nilai 4. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang disampaikan oleh guru kepada siswa “kalian tadi suadah belajar tentang cara mengatasi pengangguran, anak jalanan, pengemis dan gelandangan maka kalian juga harus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari” dan memberiikan penjelasan apa yang harus dilakukan siswa dengan kalimat “mengatasi permaslahan sosial itu tidak harus dengan kegiatan yang besar, kalian sebagai pelajar dapat melakukan hal-hal kecil saja” dan memberii contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan “sebagai pelajar wujud untuk mengatasi anak jalanan dapat melakukan kegiatan belajar kelompok atau berbagi ilmu dengan teman kalian yang kurang beruntung dan hidupnya dijalanan” dan mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari “kalian sebagai anak yang beruntung harus selalu bersyukur dan berusaha membantu saudara kita yang kurang beruntung tadi dengan berbagi ilmu dalam belajar kelompok”. j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) Indikator memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang dilakukan oleh guru yaitu memberiikan penguatan verbal berupa kalimat pujian dan gestural 172 berupa acungan jempol, anggukan dan senyuman. Keterampilan ini belum ada peningkatan dari siklus 1, 2 dan 3. k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4. Hal ini ditunjukkan dengan 4 deskriptor sudah dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru memberiikan kesempatan kepada siswa yang akan bertanya, menyimpulkan materi pembelajaran bersama siswa, menuliskan simpulan pembelajaran di papan tulis dan menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham.. Deskriptor yang belum dilakukan oleh guru yaitu l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa, mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama, menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran. 4.1.4.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 3 Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 3, maka aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut: 173 Table 4.17 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3 No. Indikator Observasi Jml Deskriptor yang Tampak 0 1. 1 2 3 Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran Total Nilai Ratarata 44 176 4 4 (aktivitas emosional) 2. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) 13 18 13 132 3 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) 12 25 7 127 2,9 4. Menunjukkan bukti hasil 1 kerja kelompok (aktivitas 174etric, emosional, lisan) 15 17 8 116 2,6 5. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) 11 15 18 139 3,2 6. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) 3 12 13 16 130 2,9 7. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) 4 17 11 12 119 2,7 3 174 8. Menyimpulkan pembelajaran visual, mendengarkan, mental) hasil (aktivitas lisan, menulis, 9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) 18 9 17 131 2,9 5 39 171 3,9 Jumlah rata-rata nilai kelas 28,1 Kategori Sangat Baik Keterangan: Tabel 4.18 Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa Kriteria Ketuntasan Kategori 27,5≤ skor ≤36 Sangat Baik (A) 18≤ skor <27,5 Baik (B) 8,5≤ skor <18 Cukup (C) 0≤ skor <8,5 Kurang (D) Berdasarkan pada tabel 4.17 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada pembelajaran siklus 2. Kesembilan indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan 175 minat; (3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 3 ini 28,1 dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan pembelajaran pada isklus 1 dan 2. Paparan dari setiap indikator aktivitas siswa, adalah: a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini sama dengan nilai yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2. b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) 176 Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 3. Hal ini artinya mengalami kenaikan sebesar 0,3 bila dibanding dengan perolehan nilai pada pembelajaran siklus 2. Dengan rincian 13 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa sudah menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 3 karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dan 13 siswa memperoleh nilai 4 karena sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban, jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan dan maerespon jawaban teman lain. c. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai kelas 2,9. Hal ini artinya mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2 yaitu sebesar 0,1. Dengan rincian 13 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam kelompok dan ikut berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 3 karena siswa duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi dan menulis jawaban di lembar kerja kelompok. Dan 13 siswa sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu 177 duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi, menulis jawaban di lembar kerja kelompok dan berusaha mencari jawaban di buku sumber belajar pegangan siswa. d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai kelas 2,6. Hal ini merupakan sebuah peningkatan dibanding dengan pembelajaran pada siklus 2, peningkatan nilai yang diperoleh sebesar 0,1. Dengan rincian 1 siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan hasil diskusi kelompok, menjelaskan hasil diskusinya dan menambahkan penjelasan teman sekelompoknya. Sebanyak 3 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor memperoleh nilai 1, 15 siswa melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 17 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh nilai 3 dan 8 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan semua deskriptor. e. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 3,2 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,1 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Dengan rincian 11 siswa mendapatkan nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap duduknya benar dan tenang memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 15 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya 178 benar, memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya. Dan 18 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan 4 deskriptor yaitu sikap duduknya benar, memperhatikan penjelasan guru, mencatatnya penjelasan yang diberikan dan merespon penjelasan yang diberikan. f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) Indikator yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 2,9 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,2 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Dengan rincian 3 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor, 12 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor, 13 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor dan 16 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan keempat deskriptor yaitu mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi penjelasan guru, mengulangi penjelasan guru dengan benar, merespon penjelasan teman dan mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh nilai rata-rata kelas 2,7 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,3 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Dengan rincian 4 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya 1 deskriptor yang dilaksanakan, 17 siswa melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 11 siswa melaksanakan 3 179 deskriptor memperoleh nilai 3 dan 12 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan keempat deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan menjelaskan teman yang belum paham. h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai kelas 2,9. Hal ini merupakan sebuah peningkatan nilai dibandingkan dengan siklus 2 sebesar 0,3. Dengan rincian sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru dan mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis. Sebanyak 9 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis dan membaca kembali kesimpulan. Dan 17 siswa memperoleh nilai 4 karena malaksanakan 4 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis, membaca kembali kesimpulan dan mengajukan pertanyaan tentang kesimpulan yang telah dibuat. i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) Indikator yang kesembilan yaitu melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata nilai kelas 3,9. Dengan rincian 5 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya 180 melaksanakan 3 deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak 39 siswa memperoleh nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang dalam mengerjakan dan semua soal dikerjakan. 4.1.4.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 3 Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 3 berupa nilai dari tes tertulis yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi permasalahan sosial dan cara mengatasinya. Siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 3 sebanyak 44 siswa. Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar semua maka akan memperoleh skor 20. Penskoran pada siklus 3 sama seperti penskoran pada siklus 1 dan 2. Untuk mengolah skor menjadi nilai menggunakan rumus: N= X 100 Keterangan: N = nilai B = skor yang diperoleh siswa 181 St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.17) Rumus diatas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 2 dengan analisis sebagai berikut: Tabel 4.19 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3 No. Pencapaian Data Siklus 1 Kualifikasi 1. Nilai Terendah 60 Tidak Tuntas 2. Nilai Tertinggi 100 Tuntas 3. Rata-rata 80,80 Tuntas 4. Ketuntasan Klasikal 88,63 % Tuntas 5. Ketidaktuntasan Klasikal 11,37 % - Keterangan: Tabel 4.20 Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa Kriteria Ketuntasan Kriteria Ketuntasan Klasikal Individual Kualifikasi ≥80% ≥ 70 Tuntas <80% < 70 Tidak Tuntas Tabel 4.19, analisis siklus 3 nilai terendah 60. Siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 1 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 100. 182 Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 2 siswa. Adapun siswa yang belum tuntas (KKM 70) yaitu 5 siswa (sebesar 11,37%) dan siswa yang sudah tuntas yaitu 39 siswa (sebesar 88,63%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa mencapai 22,73% dikarenakan pada saat berdiskusi ada siswa yang belum ikut berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 3 selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut: Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 3 Interval Nilai Frekuensi Persentase Kualifikasi 60-64 1 2,27% Tidak Tuntas 65-69 4 9,09% Tidak Tuntas 70-74 6 13,64 % Tuntas 75-79 4 9,09 % Tuntas 80-84 6 13,64% Tuntas 85-89 12 27,27 % Tuntas 90-94 8 18,18% Tuntas 95-100 3 6,82% Tuntas 183 Jumlah 44 Persentase Ketuntasan klasikal 100 % - 88,63 % Tuntas Data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 3 juga dapat dilihat pada diagram berikut ini: Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3 184 Gambar 4.6 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 3 Berdasarkan gambar 4.6, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar 88,63% (39 dari 44 siswa) sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan, sehingga penelitian dihentikan sampai pada siklus 3. 4.1.4.4. Refleksi Siklus 3 Berdasarkan hasil penelitian siklus 3, diperoleh data berupa hasil observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. Refleksi ini dilaksanakan oleh peneliti bersama kolaborator untuk menganalisis pelaksanaan pembelajaraan selanjutnya. Refleksi ini digunakan untuk mengetahui apakan semua indikator keberhasilan penelitiab sudah tercapai atau belum, apabila belum maka dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Hasil refleksi tersebut adalah: 185 4.1.4.4.1. Keterampilan Guru Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa keterampilan guru memperoleh kriteria sangat baik. Akan tetapi, masih ada kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 3 yaitu: a. Indikator membimbing siswa untuk mengualangi penjelasan yang disampaikan oleh guru ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan. b. Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan. c. Indikator memberiikan penguatan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberi penguatan dengan sentuhan dan memberii penghargaan. 4.1.4.4.2. Aktivitas Siswa Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa aktivitas siswa memperoleh kriteria sangat baik. Akan tetapi, masih ada kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 3 adalah: a. Pada tahap eksplorasi diskusi didalam kelompok, masih ada beberapa siswa yang tidak ikut memberiikan partisipasi/bertukar kelompoknya. 4.1.4.4.3. Hasil Belajar 186 pendapat dalam Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa hasil belajar ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 3 yang diperoleh adalah sebesar 88,63 % yaitu 39 dari 44 siswa dan 11,36 % yaitu 5 dari 44 siswa tidak tuntas belajar. Hasil tersebut sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Ratarata kelas yaitu 80,80 (memenuhi KKM, KKM=70). Berdasarkan hasil refleksi diatas, dapat disimpulkanan bahwa pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual sudah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa ketiganya sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah direncanakan. Karena alasan tersebut, penelitian dicukupkan sampai pada siklus 3. Akan tetapi, perbaikan dalam proses pembelajaran harus tetap dilaksanakan agar kualitas pembelajaran dapat terjaga dan semakin meningkat. 4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3 Rekapitulasi data variabel yang diteliti yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa serta hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah: 4.1.5.1. Keterampilan Guru Data rekapitulasi hasil penelitian keterampilan guru siklus 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada gambar berikut: 187 Gambar 4.7 Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru Berdasarkan gambar 4.7 menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai aktivitas guru setiap siklusnya. Untuk siklus 1 keterampilan guru memperoleh nilai 33 dengan kategori baik, siklus 2 memperoleh nilai 37 dengan kategori sangat baik dan siklus 3 memperoleh nilai 44 dengan kategori sangat baik. 4.1.5.2. Aktivitas Siswa Data rekapitulasi hasil penelitian aktivitas siswa siklus 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada gambar berikut ini: 188 Gambar 4.8 Diagram Hasil Penelitian Aktivitas Siswa Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai aktivitas siswa setiap siklusnya. Untuk siklus 1 aktivitas siswa memperoleh nilai 21,7 dengan kategori baik, siklus 2 memperoleh nilai 26,6 dengan kategori baik dan siklus 3 memperoleh nilai 28,1 dengan kategori sangat baik. 4.1.5.3. Hasil Belajar Data rekapitulasi hasil penelitian hasil belajar siswa siklus 1, 2 dan 3 dapat dilihat pada gambar berikut: 189 Gambar 4.9 Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa Berdasarkan gambar 4.9 menunjukkan adanya peningkatan perolehan nilai hasil belajar siswa setiap siklusnya. Sebelum diadakan siklus diperoleh data awal siswa dengan nilai minimal sebesar 53, nilai maksimal 87 dan rata-rata nilai 67,81. Setelah diadakan siklus 1 diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai minimal 55, nilai maksimal 90 dan rata-rata 69,20. Untuk siklus 2 diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai minimal 60, nilai maksimal 95 dan rata-rata nilai 73,86. Sedangkan untuk siklus 3 diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai minimal 60, nilai maksimal 100 dan rata-rata nilai 80,80. 190 Ketuntasan klasikal hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.10 Hasil Penelitian Ketuntasan Belajar Klasikal Berdasarkan gambar 4.10 Persentase ketuntasan belajar klasikal mulai dari prasiklus sampai pada siklus 3 mengalami peningkatan. Sebelum diadakan siklus ketuntasan belajar klasikal sebesar 54,54% sehingga sangat perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar IPS siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01. Setelah diterapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1 mengalami paningkatan bila dibandingkan dengan prasiklus. Untuk siklus 1 ketuntasan belajar klasikal sebesar 69,20%. Karena hasil ini masih jauh dengan indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu 80% maka penelitian dilanjutkan ke siklus 2. Pada siklus 2 persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 77,27%. Hasil dari siklus 2 masih belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan kesiklus 3. Perolehan persentase 191 ketuntasan belajar siklus 3 sebesar 88,63%. Hasil ini sudah mencapai indikator yang diterapkan maka penelitian dihentikan sampai pada siklus 3. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil observasi dan refleksi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Siklus 3 dilaksanakan sebagai wujud untuk perbaikan tindakan pada siklus 2, sedangkan siklus 2 dilaksanakan sebagai wujud untuk perbaikan pada siklus 1. Proses pembelajaran IPS pada penelitian ini menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual. 4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan Guru Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif (Anitah W, dkk., 2008: 7.1). Menurut Turney (dalam Mulyasa, 2011: 94) mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu: (1)keterampilan memberiikan penguatan; (2)keterampilan bertanya; (3)keterampilan menggunakan variasi; (4)keterampilan menjelaskan; (5)keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (6)keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan; (7)keterampilan mengelola kelas; dan (8)membimbing diskusi kelompok kecil. 192 4.2.1.1.1. Siklus 1 Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh nilai 33. Dari kategori yang dikemukakan Sudjana (2011) dan perhitungan kuartil menurut Subana (2000) nilai 33 ini berkriteria B atau baik. Apabila dikaitkan dengan 8 keterampilan yang dikemukakan Turney (dalam Mulyasa, 2011:94) guru dalam penelitian ini sudah menerapkan kedelapan keterampilan tersebut. Hal ini terlihat dari adanya deskriptor-deskriptor pada keterampilan guru yang tampak pada saat pembelajaran berlangsung. Indikatorindikator tersebut juga dikaitkan dengan tahapan-tahapan model dan media pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu model siklus belajar dan media audiovisual. Indikator -indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru; (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena guru belum menyampaikan materi yang akan diajarkan; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh 193 nilai 2 karena guru belum menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan disampaikan dan membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan; (4) membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 2 karena guru belum membimbing ketua kelompok untuk memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya; (5) membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 3 karena guru belum menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa; (7) membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan kesempatan kepada siswa yang akan mengulangi penjelasan guru; (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan; (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberi contoh sikap/ perilaku yang harus diterapakan dalam kehidupan sehari-hari dan mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep; (10) memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru 194 belum memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberi penghargaan; (11) menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 2 karena guru belum menuliskan kesimpulan di papan tulis dan menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham; dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru. 4.2.1.1.2. Siklus 2 Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa keterampilan guru pada siklus 2 memperoleh nilai 37 dengan kriteria A atau sangat baik menurut Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru bila dibandingkan dengan siklus 1 yang hanya mendapatkan kriteria baik. Peningkatan indikator-indikator keterampilan guru tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru; (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum membuka 195 pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan; (4) membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena guru belum membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya; (5) membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 3 karena guru belum menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa; (7) membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan kesempatan kepada siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan; (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan; (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 3 karena guru belum mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari dan; (10) memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberi penghargaan; (11) menyimpulkan 196 materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 3 karena guru belum menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham; dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru. 4.2.1.1.3. Siklus 3 Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa keterampilan guru pada siklus 3 memperoleh nilai 44 dengan kriteria A atau sangat baik menurut Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai keterampilan guru bila dibandingkan dengan siklus 2 yang hanya mendapatkan nilai 37. Peningkatan indikator-indikator keterampilan guru tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup pelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru; (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru; (4) membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena 197 keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru; (5) membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) memperoleh nilai 4; (7) membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan; (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan; (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 4; (10) memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberi penghargaan; (11) menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4; dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru. Hasil observasi keterampilan guru setiap siklusnya mengalami peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan sekurang-kurangnya 198 baik. Siklus 1 termasuk dalam kategori baik, siklus 2 termasuk dalam kategori sangat baik, dan siklus 3 termasuk dalam kategori baik. 4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya, 2012: 112). Diedrich (dalam Hamalik, 2009: 172-173) membuat suatu daftar berisi 177 macam aktivitas siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual activities (kegiatan visual); (2) Oral activities (kegiatan lisan); (3) Listening activities (kegiatan mendengarkan; (4) Writing activities (kegiatan menulis); (5) Drawing activities (kegiatan menggambar); (6) Motor activities (kegiatan metrik); (7) Mental activities (kegiatan mental); (8) Emotional activities (kegiatan emosional) 4.2.1.2.1. Siklus 1 Apabila dikaitkan dengan kedelapan aktivitas dalam Hamalik (2009) di atas, siswa telah melaksanakan kedelapan aktivitas tersebut. Hal ini terlihat dari adanya deskriptor-deskriptor yang muncul pada setiap indikator aktivitas siswa saat observasi berlangsung. Indikator-indikator tersebut juga dikaitkan dengan tahapan-tahapan model dan media yang digunakan peneliti yaitu model siklus belajar dan media audiovisual. 199 Indikator -indikator aktivitas siswa tersebut dengan nilai yang diperoleh dari rata-rata kelas adalah sebagai berikut: (1)mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4; (2)memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 2,2; (3)mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata nilai 2,2; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) memperoleh rata-rata nilai 1,3; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,4; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,4; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 1,8; (8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,2; dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,7. Berdasarkan observasi pada siklus 1 diperoeh jumlah rata-rata nilai aktivitas siswa sebesar 21,7. Hal ini jika dikaitkan dengan kategori penilaian yang dikemukakan Sudjana (2011) maka memperoleh kategori B atau baik. 4.2.1.2.2. Siklus 2 Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan perolehan nilai 26,6 dengan kriteria B atau baik menurut 200 Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai aktivitas siswa bila dibandingkan dengan siklus 1yang hanya mendapatkan nilai 21,7. Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat melalui perolehan rata-rata nilai setiap indikator dengan rincian sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4; (2)memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 2,7; (3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata nilai 2,8; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) memperoleh rata-rata nilai 2,5; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,1; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,7; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,4; (8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,6; dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,8. 4.2.1.2.3. Siklus 3 Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan perolehan nilai 28,1 dengan kriteria A atau sangat baik menurut 201 Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas aktivitas siswa bila dibandingkan dengan siklus 2 yang hanya mendapatkan kategori baik. Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat melalui perolehan rata-rata nilai setiap indikator dengan rincian sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4; (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 3; (3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata nilai 2,9; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan) memperoleh rata-rata nilai 2,6; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,2; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,9; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,7; (8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,9; dan (9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,9. Hasil dari observasi aktivitas siswa disetiap siklusnya mengalami peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya baik. Siklus 1 termasuk dalam kategori baik, siklus 2 termasuk dalam kategori baik, dan siklus 3 termasuk dalam kategori sangat baik. 4.2.1.3. Hasil Belajar Siswa 202 Menurut Purwanto (2011: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. 4.2.1.3.1. Siklus 1 Hasil belajar siswa pada siklus 1 pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakn diakhir pembelajaran. Tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari populasi butir yang mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, penyelenggaraannya siswa bakat dan didorong sebagainya untuk dimana memberiikan dalam penampilan maksimalnya (Purwanto, 2011: 65). Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 69,20 (belum memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 sebesar 70) dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 68,19 % ( 30 dari 44 siswa mencapai KKM). Akan tetapi belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. 4.2.1.3.2. Siklus 2 203 Hasil belajar siswa pada siklus 2 pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sama seperti pada siklus 1 yaitu diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakn diakhir pembelajaran. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Hasil belajar siswa pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus 1 yaitu hasil bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 73,86 (memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 sebesar 70) dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Ketuntasan klasikal yang diperoleh sebesar 77,27% (34 dari 44 siswa mencapai KKM). Akan tetapi belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. 4.2.1.3.3. Siklus 3 Hasil belajar siswa pada siklus 3 pada pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sama seperti pada siklus 1 dan 2 yaitu diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakn diakhir pembelajaran. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Hasil belajar siswa pada siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus 1 yaitu hasil bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 80,80 (memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 sebesar 70) dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan klasikal yang diperoleh 204 sebesar 88,63% (39 dari 44 siswa mencapai KKM). Hal ini berarti sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%. 4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian Implikasi hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Implikasi hasil penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 4.2.2.1. Bagi Peneliti Penelitian dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual ini, peneliti sebagai calon guru SD akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal untuk dapat diterapkan pada saat mengajar nantinya. 4.2.2.2. Bagi Guru Penelitian ini akan menginspirasi dan menambah pengetahuan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dan inovatif salah satunya adalah dengan menerapkan model siklus belajar dan menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS. 4.2.2.3. Bagi Siswa Melalui penerapan model siklus belajar dan penggunaan media audiovisual ini akan mendorong minat dan kreativitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal, 205 melainkan siswa akan bekerja dan berdiskusi dalam kelompok untuk menghasilkan atau menemukan ide baru tentang materi yang akan dipelajari sehingga siswa akan dapat memahami materi IPS dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar mereka. 4.2.2.4. Bagi Lembaga Melalui penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual ini dapat memberiikan sumbangan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas pembelajaran IPS di SD serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. 206 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas tentang penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, terdapat tiga variabel penelitian yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa yang menunjukkan peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 3 yaitu sebagai berikut: a. Keterampilan guru siklus 1 memperoleh nilai 33 dengan kriteria baik, siklus 2 mengalami peningkatan memperoleh nilai 37 dengan kriteria sangat baik dan siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 44 dengan kriteria sangat baik. b. Aktivitas siswa siklus 1 memperoleh nilai sebesar 21,7 dengan kriteria baik, siklus 2 memperoleh nilai 26,6 dengan kriteria baik dan siklus 3 mengalami peningkatan perolehan nilai yaitu 28,1 dengan kriteria sangat baik. c. Nilai rata-rata hasil belajar siswa prasiklus memperoleh nilai 67,81 dengan nilai minimal 53 dan maksimal 87, siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 69,20 dengan nilai minimal 55 dan maksimal 90, siklus 2 mengalami peningkatan perolehan nilai 73,86 dengan nilai minimal 60 dan maksimal 95 dan siklus 3 mengalami peningkatan memperoleh nilai 80,80 dengan nilai minimal 60 dan maksimal 100. Kemudian persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa 207 prasiklus memperoleh persentase 54,54%, siklus 1 memperoleh persentase 68,19%, siklus 2 memperoleh presentase 77,27% dan siklus 3 mengalami peningkatan yaitu memperoleh persentase 88, 63%. 5.2. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka peneliti memberiikan saran-saran sebagai berikut: 5.2.1. Bagi Guru Sebaiknya guru memilih dan menerapkan model-model inovatif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan pembelajaran menjadi lebih bervariasi, seperti halnya model siklus belajar. Penerapan model tersebut dapat didukung dengan penggunaan media sehingga dapat mengaktifkan dan menarik minat siswa dalam proses pembelajaran seperti penggunaan media audiovisual. Sehingga keterampilan guru dalam proses pembelajaran meningkat. Selain itu guru sebaiknya mengikuti perkembangan informasi khususnya mengenai penggunaan pendekatan, metode, model, strategi dan media pembelajaran yang terbaru/inovatif, sehingga guru dapat menerapkannya di kelas dan diharapkan mampu untuk mengadakan pembelajaran yang interaktif yang akan memotivasi kreativitas dan keaktifan siswa. 5.2.2. Bagi Siswa Dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual diharapkan adanya penumbuhan sikap keaktifan dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara bertanya baik kepada guru ataupun kepada temannya 208 jika ada materi yang belum bisa dipahami, aktif dalam diskusi kelompok dan mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir dengan penuh tanggung jawab sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat. 5.2.3. Bagi Sekolah Sekolah sebaiknya memberiikan fasilitas berupa media pembelajaran, laboratorium untuk pengembangan pendidikan bagi siswa, dan menambahkan sarana teknologi agar sekolah mengikuti perkembangan zaman yang memanfaatkan teknologi dalam dunia pendidikan dan penunjang proses pembelajaran agar hasilnya lebih baik. 209 DAFTAR PUSTAKA Anitah W, dkk., Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press. Aqib, Zainal. 2009. Pengembangan Profesi Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. -------- .2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aritmaxx. 2010. Aritmaxx File. Diunduh dari http://aritmaxx.wordpress.com/2010/04/12/disain-pembelajaran-denganpendekatan-siklus-belajar-learning-cycle/ pada Minggu, 30 Desember 2012, 11:19. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. BNSP. 2007. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP. Depdiknas. 2003. Pengertian Belajar. Diunduh dari http://matheduunila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html pada Minggu 30 Desember 2012. 16.43 WIB. Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas. Diniati, Eko, dkk.. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Model Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka setia. Hasibuan dan Moejiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 210 Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. Jiwastri, Yuniar. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Mengembangkan Karakter Kreatif melalui Model Learning Cycle pada Siswa Kelas IV SDN Purworejo 3 Kabupaten Blitar. Skripsi. Diunduh dari http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/23428. Pada Kamis 10 Januari 2013 Pukul 18:48. Lawson, Anthon E.. 1994. Scince Teaching and Development of Thinking. California: Arizona State University. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nabisi, Lapono, dkk.. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas. Ni'mah, Eni Arifatun. 2011. Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang. Skripsi. Diunduh dari http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=53171 Pada Jumat 25 Januari 2013 Pukul 12:14. Poerwanti, Endang, dkk. 2008 . Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas. Pribadi, Benny A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Jakarta: Dian Rakyat. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Rahayu, Puji. 2010. Penerapan model siklus belajar belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk. Skripsi. Diunduh dari http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=45648 pada Selasa, 25 Desember 2012 pukul 19:09. Rifa’i, Achmad, dan Chatarina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press. Samatowa, Usman.2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2012. Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 211 Sapriya. 2009. Pendidikan IPS SD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sardjiyo, dkk. 2008 . Pendidikan IPS di SD . Jakarta: Universitas Terbuka. Soewarso dan Susila. 2010. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya Sari Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Subiyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Widya Karya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Sumaatmaja Nursid, dkk. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trianto. 2007. Model-model Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Uno, Hamzah B.. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wena, Made. 2011. Model Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wunarwulan, Etik. 2012. Penerapan model learning cycle untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VI di SD Islam Nurul Izzah Malang. Skripsi. Diunduh dari http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55519. Pada Kamis 10 Januari 2013 Pukul 23:12. 212 LAMPIRAN-LAMPIRAN 213 LAMPIRAN 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 214 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Judul : Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang No Variabel 1. Indikator Keterampil 1. Mengondisikan siswa an guru untuk mengikuti dalam pembelajaran pembelajar (keterampilan membuka an IPS pembelajaran). dengan 2. Menarik minat siswa model sesuai dengan materi siklus yang akan diajarkan belajar (keterampilan membuka berbantuan pembelajaran, media keterampilan bertanya, audiovisual keterampilan menggunakan variasi). 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan). 4. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi). 5. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar 215 Sumber Data 1. Guru 2. Foto 3. Video Alat/Instru men 1. Lembar observasi 2. Catatan lapangan kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil). 6. Memberikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas). 7. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan). 8. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberikan penguatan, keterampilan menjelaskan). 9. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberi penguatan). 10. Memberikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberi penguatan). 11. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran). 12. Memberikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) 216 2. Aktivitas siswa dalam dalam pembelajar an IPS melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual 3 Hasil belajar siswa dalam pembelajar an IPS melalui 1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional). 2. Memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual). 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar). 4. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas metrik, emosional, lisan). 5. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional). 6. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional, metrik). 7. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional) 8. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) 9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) 1. menjelaskan pengertian peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan); 2. menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya 217 1. Siswa 2. Foto 3. Video 1. 2. Siswa Foto 1. Lembar observasi 2. Catatan lapangan 3. Lembar wawanca ra 1. Tes Tertulis model siklus belajar berbantuan media audiovisual 3. 4. 5. 6. 7. peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan); menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial; mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam; mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial; menyebutkan jenisjenis permasalahan sosial; dan mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial. 218 LAMPIRAN 2 Instrumen Penelitian 219 LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN GURU DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL Siklus: … Nama SD : SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Kelas/Semester : IVA/2 (dua) Materi : Permasalahan Sosial Hari/ Tanggal : Petunjuk: 1. Berilah tanda cek (√) pada kolom tampak yang sesuai dengan indikator pengamatan! a. Nilai 4 jika semua deskriptor tampak b. Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak c. Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak d. Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak e. Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak 2. Hal-hal yang tidak tampak pada deskriptor, dituliskan dalam catatan lapangan. Tampak No Indikator Deskriptor 220 Skala Penilaian 4 3 2 1 Nilai 1 Mengondisi kan siswa untuk mengikuti pembelajara n. 2 Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan 3 Menyampai kan tujuan pembelajara n. 4 Membentuk kelompok diskusi. 1. Memberi salam 2. Mempersiapkan sumber belajar 3. Mengarahkan dan mengikuti siswa untuk berdoa bersama 4. Melakukan presensi 1. Menampilkan video/ gambar yang sesuai dengan materi 2. Memberikan pertanyaan yang sesuai dengan video/ gambar 3. Bertanya tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan video/ gambar 4. Menyampaikan materi yang akan diajarkan 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis 3. Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 4. Membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan 1. Membentuk kelompok secara heterogen 221 5. Membimbin g kelompok dalam merumuska n konsep dengan kalimatnya sendiri. 6. Memberika n definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari. 2. Membimbing kelompok memilih ketua kelompok 3. Mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya 4. Membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya 1. Mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok 2. Memberikan lembar kerja kelompok kepada tiap kelompok 3. Membimbing pelaksanaan diskusi 4. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai hasil diskusi 1. Memberikan penjelasan materi 2. Menuliskan inti materi pembelajaran di papan tulis 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 4. Menanggapi 222 7 Membimbin g siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru. 1. 2. 3. 4. 8 Mengklarifi kasi penjelasan siswa. 1. 2. 3. 4. 9. Memotivasi siswa untuk mengaplikas 1. pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa Memberikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru Menunjuk siswa secara acak untuk mengulangi penjelasan guru Member penguatan kepada siswa yang berani mengulangi penjelasan guru Membimbing siswa dalam memberikan penjelasan Memberikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan Membenarkan/ meluruskan penjelasan yang diberikan siswa Memandang positif (tidak menyalahkan) penjelasan yang diberikan siswa Memotivasi siswa agar berani mengulangi penjelasan guru Menyebutkan ilmu apa yang harus 223 ikan konsep yang telah dipelajari. 10 Memberika n penguatan kepada siswa. 11. Menyimpul kan materi pembelajara n. 12 Memberika diaplikasikan 2. Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan siswa 3. Memberi contoh sikap/perilaku yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 4. Menyarankan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari 1. Memberi penguatan verbal 2. Memberi penguatan gestural 3. Memberi penguatan dengan sentuhan 4. Memberi penguatan dengan memberi penghargaan 1. Memberikan kesempatan kepada siswa yang akan bertanya 2. Menyimpulkan materi pembelajaran 3. Menuliskan kesimpulan di papan tulis 4. Menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham 1. Membagikan 224 n evaluasi terhadap siswa dan refleksi. soal evaluasi kepada siswa 2. Mengawasi siswa untuk mengerjakan soal evaluasi 3. Mengumpulkan hasil evaluasi siswa 4. Menutup pembelajaran Jumlah nilai = ………………….., kategori = …………… R= nilai terendah: 0 T = nilai tertinggi: 48 n = banyaknya nilai = (48 - 0) + 1 = 49 Q2 = kuartil kedua = median Letak Q2 = (n+1) Q3 = kuartil ketiga Letak Q3 = (n+1) = (49+1) = (49 +1) = x 50 = (49+ 1) = x 50 = 25 = 37,5 Jadi nilai Q2= 24 Jadi nilai Q3= 36,5 Q1 = kuartil pertama Nilai Q4= kuartil keempat = nilai tertinggi= 48 225 Letak Q1 = (n+1) = (49+1) = x 50 = 12,5 Jadi nilai Q1= 11,5 Kriteria Penilaian: Kriteria Ketuntasan Kategori 36,5 ≤ nilai ≤ 48 Sangat Baik (A) 24 ≤ nilai < 36,5 Baik (B) 11,5 ≤ nilai < 24 Cukup (C) 0 ≤ nilai < 11,5 Kurang (D) Semarang, Januari 2013 Observer, 226 LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL Siklus: … Nama Siswa : Nama SD : SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Kelas/Semester : IVA/2 (dua) Hari/Tanggal : Petunjuk: 1. Berilah tanda cek (√) pada kolom tampak yang sesuai dengan indikator pengamatan! a. Nilai 4 jika semua deskriptor tampak b. Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak c. Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak d. Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak e. Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak 2. Hal-hal yang tidak tampak pada deskriptor, dituliskan dalam catatan lapangan. Tampak No Indikator Deskriptor 1. Mempersiapka n diri dalam menerima pembelajaran 1. Masuk ruang kelas usai berbaris di depan kelas 2. Menempati tempat duduk 3. Berdoa bersama 227 Skala penilaian 4 3 2 1 Nilai 2. Memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru. 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok. 4. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok. 5. Memperhatika n penjelasan guru. 6. Mengulangi penjelasan guru. 4. Mengeluarkan alat tulis 1. Mengangkat tangan ketika akan menyampaikan jawaban 2. Menyampaikan jawaban 3. Jawaban sesuai dengan pertanyaan 4. Merespon jawaban teman 1. Duduk tenang dalam kelompok 2. Ikut berdiskusi kelompok 3. Menulis jawaban di lembar kerja kelompok 4. Berusaha mencari jawaban dibuku sumber belajar 1. Memperlihatkan hasil kerja kelompok. 2. Membacakan hasil diskusi 3. Menjelaskan hasil diskusi yang diperoleh 4. Menambahkan penjelasan teman sekelompoknya 1. Sikap duduk benar 2. Bersikap tenang/ khidmat dan memperhatikan penjelasan guru 3. Merespon penjelasan guru 4. Mencatat penjelasan guru di papan tulis 1. Mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi 228 penjelasan guru 2. Mengulangi penjelasan guru dengan benar 3. Merespon penjelasan teman 4. Mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah 7. Mengikuti 1. Bertanya ketika diskusi kelas. belum paham 2. Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru 3. Mengemukakan pendapat 4. Menjelaskan teman yang masih belum paham 8. Menyimpulkan 1. Berpartisipasi hasil menyimpulkan hasil pembelajaran pembelajaran bersama guru 2. Mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis 3. Mengajukan pertanyaan tentang kesimpulan 4. Membaca kembali kesimpulan yang ditulis 9. Melakukan 1. Mengerjakan soal evaluasi diri evaluasi sendiri 2. Mengerjakan tanpa membuka buku 3. Tenang dalam mengerjakan 4. Semua soal dikerjakan Jumlah nilai = ………………….., kategori = ………….. R= nilai terendah: 0 229 T = nilai tertinggi: 36 n = banyaknya nilai = (36 - 0) + 1 = 37 Q2 = kuartil kedua = median Q3 = kuartil ketiga Letak Q2 = (n+1) Letak Q3 = (n+1) = (37+1) = (37+1) = x 38 = x 38 = 28,5 = 19 Jadi nilai Q3= 27,5 Jadi nilai Q2= 18 Q1 = kuartil pertama Nilai Q4= kuartil keempat= nilai tertinggi= 36 Letak Q1 = (n+1) Kriteria Penilaian: = (37+1) = x 38 = 9,5 Jadi nilai Q1= 8,5 Kriteria Ketuntasan Kategori 27,5≤ nilai ≤36 Sangat Baik (A) 18≤ nilai <27,5 Baik (B) 8,5≤ nilai <18 Cukup (C) 0≤ nilai <8,5 Kurang (D) Semarang, Januari 2013 230 Observer, LEMBAR WAWANCARA SISWA SECARA KLASIKAL PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS Nama SD : SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Hari/Tanggal : Pertanyaan: 1. Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran yang baru saja dilaksanakan? Jawab: ……………………………………………………………………………… 2. Pada bagian manakah kalian merasa senang? Jawab: ………………………………………………………………………………… 3. Apakah kalian mudah memahami materi IPS setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang baru saja dilaksanakan? Jawab: ………………………………………………………………………………… 4. Kapan kalian akan menerapkan konsep yang telah kita pelajari bersama tadi? Jawab: ………………………………………………………………………………… 231 5. Siapa yang bersedia bersedia jika diajar lagi dengan menggunakan pembelajaran seperti pembelajaran yang baru saja dilaksanakan? Jawab: ………………………………………………………………………………… Semarang, 2013 Peneliti, 232 CATATAN LAPANGAN PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS Nama SD : SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang Kelas/Semester : IVA/ 2 (dua) Hari/Tanggal : Subyek : Guru, siswa, proses pembelajaran Petunjuk: Catatlah secara singkat hal-hal yang terjadi pada guru, siswa, dan proses pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya! ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Semarang, Januari 2013 Observer, 233 LAMPIRAN 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 234 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus 1 Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01 I. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IVA/ 2 Hari, tanggal : Kamis, 31 Januari 2013 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 jp) Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. III. Indikator 2.4.1. Menjelaskan pengertian peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan). 2.4.2. Menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan). 2.4.3. Menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial masayarakat. IV. Tujuan Pembelajaran 235 1. Melalui video yang ditampilkan guru, siswa dapat menjelaskan pengertian peristiwa alam dengan benar. 2. Dengan mengamati video tentang peristiwa alam, siswa dapat menyebutkan penyebab terjadinya peristiwa alam (minimal 2) dengan tepat. 3. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial masyarakat. Karakter siswa yang diharapkan: 1. Jujur 2. Tangguh 3. Peduli 4. Bertanggungjawab 5. Semangat belajar 6. Bekerja sama 7. Rela berkorban V. Materi Pembelajaran Peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. VI. Model Pembelajaran Model Siklus Belajar Metode Pembelajaran - Ceramah - Tanya jawab 236 - Diskusi - Pemberian tugas VII. Media Pembelajaran - Video peristiwa alam VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Prakegiatan (5 menit) 1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran berupa video peristiwa alam. 2. Salam dan doa bersama 3. Presensi oleh guru 4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran 2. Kegiatan Awal (15 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya: - Pernahkah kalian melihat banjir? - Apakan kalian pernah mengalaminya? 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: - menjelaskan pengertian peristiwa alam - menyebutkan minimal 2 penyebab peristiwa alam - menganalisis pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial masyarakat. 3. Siswa mengamati video tentang peristiwa alam dan membangkitkan minatnya untuk mengikuti pembelajaran. (Pembangkitan minat) 237 4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar video. Misalnya, peristiwa alam apa saja yang ada dalam video tersebut? Peristiwa alam apa yang kalian ketahui dan belum ada dalam video? (Pembangkitan minat) 5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya, siapa yang rumahnya pernah kebanjiran? Apakah kalian pernah melihat gempa bumi? Kejadian apa saja yang ada disana? (Pembangkitan minat) 3. Kegiatan Inti (35 menit) Eksplorasi 1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. 2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. 3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru selama 10 menit. 4. Siswa membuat prediksi tentang penyebab terjadinya peristiwa alam yang ada dalam video. Misalnya, banjir disebabkan banyak orang yang membuang sampah ke sungai. 5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok. 6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan diskusi sudah berlangsung. 238 7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang peristiwa alam berdasarkan jawaban yang telah diutarakan siswa. Misalnya, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tibatiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Dampak yang ditimbulkan antara lain: kerusakan bangunan, munculnya gelombang tsunami, adanya keretakan permukaan bumi. 8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan) 9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan) 10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi menganalisis pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial masyarakat. Elaborasi 11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara-cara menanggulangi banjir yaitu dengan penanaman pohon, tidak membuang sampah sembarang tempat khususnya di sungai, tidak merusak ekosistem yang ada. 239 12. Siswa mengutarakan tentang sikap/ perilaku yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi peristiwa alam yang bisa terjadi kapan saja sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang telah dipelajari. Misalnya, tidak merusak alam/ tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar, melakukan penanaman pohon, rela menolong terhadap sesama yang terkena musibah. Konfirmasi 13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi peristiwa alam yang mungkin terjadi. Seorang siswa harus berusaha mencegah dan menanggulangi bencana alam, apabila sudah terjadi tanggap terhadap peristiwa alam yang terjadi, membantu sesama yang sedang tertimpa musibah. 14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar peristiwa alam, kepada siswa yang belum paham. 4. Kegiatan Akhir (15 menit) 1. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab pertanyaan seputar materi pembelajaran (review) tentang peristiwa alam. Misalnya, dampak yang timbul akibat gunung meletus, pengertian angin topan, penyebab banjir. 2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi peristiwa alam. Peristiwa alam yang membahayakan adalah banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin topan, dan tanah longsor. Setiap warga diharapkan mempunyai sikap peduli kepada lingkungan. Wujud 240 sikap peduli kepada lingkungan adalah menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kelestariannya sehingga dapat mencegah timbulnya bencana alam. 3. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah menyelesaikan tugas dengan baik. 4. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap evaluasi) 5. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi) 6. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu tentang pola perilaku masyarakat yang dapat memperngaruhi peristiwa alam. IX. Sumber Belajar 1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B. Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87. 2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor: Yudhistira. Halaman 160-178 3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133. 4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman 193-210. 5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 241 6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta: Platinum. Halaman 177-190. 8. www.google.com 9. www.youtube.com X. Penilaian a. Teknik Penilaian 1. Tes 2. Nontes b. Bentuk Penilaian 1. Tes : pilihan ganda dan uraian 2. Nontes : observasi aktivitas siswa c. Instrumen Penilaian (terlampir). 242 243 Lampiran RPP Siklus 1 MATERI PEMBELAJARAN PERISTIWA ALAM YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT Peristiwa alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Peristiwa alam dapat bersifat merugikan dan membahayakan. Akan tetapi, dapat pula tidak membahayakan. Contoh peristiwa alam yang membahayakan adalah banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin topan, dan tanah longsor. Peristiwa alam yang tidak membahayakan misalnya pergantian musim, terbentuknya embun, dan pelangi. Berbagai peristiwa alam sering melanda sekitar kita. Peristiwa alam yang terjadi dapat menimbulkan masalah. Berikut adalah beberapa peristiwa alam dan dampak sosial yang ditimbulkannya. 1. Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan 244 ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismograf. Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi. Akibat adanya gempa bumi ini banyak rumah penduduk yang mengalami kerusakan. Sehingga mereka akan kehilangan tempat tinggal dan ini akan menimbulkan masalah sosial bagi Negara kita. Jenis gempa bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Gempa bumi tektonik Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. 2) Gempa bumi vulkanik Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka 245 akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut. Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut. 1) Gelombang tsunami; munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di bawah laut. 2) Kerusakan bangunan; dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak. 3) Mengubah topografi atau bentuk muka bumi; gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu terjadi tanah longsor. 4) Menyebabkan keretakan permukaan bumi; gempa bumi juga mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan. 246 5) Menyebabkan perubahan tata air tanah; kantong-kantong air yang ada dalam tanah secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain. Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya perubahan tata air setelah guncangan gempa. 6) Mengakibatkan trauma psikis atau mental; akibat bencana tersebut, sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari. 2. Banjir Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Penyebab banjir antara lain: 247 1) Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah). 2) Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama. 3) Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar. 4) Kerusakan terowongan air atau pipa. 5) Ulah manusia yang membuang limbah dan sampah kesungai, mengakibatkan pendangkalan di sungai. Dampak yang ditimbulkan akibat adanya banjir antara lain: 1) Kerusakan fisik. Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya. 2) Persediaan air. Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka. 3) Penyakit. Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air. 4) Pertanian dan persediaan makanan. Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat. 5) Pepohonan. Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas. 6) Transportasi. Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan. 248 7) Ekonomi. Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga, dll. Semua dampak yang ditimbulkan oleh banjir tersebut akan memunculkan masalah sosial di Negara kita. 3. Gunung Meletus Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Dampak negatif yang timbul akibat gunung meletus, antara lain: 1) Merusak pemukiman warga sekitar bencana 2) Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi) 249 3) Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi 4) Menyebabkan gagal panen 5) Matinya infrastruktur 6) Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana 7) Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana 8) Terhentinya industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana Merapi) 9) Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati 10) Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh 4. Angin Topan Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik 250 utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. Untuk wilayah yang dekat dengan angin topan akan merasakan dampak tidak langsungnya, antara lain: 1. Peningkatan kecepatan angin > 20 knots atau 37 km/jam 2. Gelombang tinggi > 2.5 m 3. Hujan lebat dan angin kencang pada radius 1000 km dari pusat badai 5. Erosi atau tanah longsor Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Dampak yang timbul akibat tanah longsor yaitu: banyak rumah dan penduduk, binatang, fasilitas umum yang tertimbun longsoran. 251 Tindakan yang harus dilakukan ketika tertimpa tanah longsor: 1) Pindahlah ke daerah yang tanahnya stabil ketika tanah longsor terjadi. 2) Bila tidak mampu melarikan diri, lingkarkan tubuh seperti bola untuk melindungi kepala tertimpa atap. 6. Abrasi Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove. Dampak negatif yang diakibatkan oleh abrasi antara lain: 1) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir pantai 2) Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong angin kencang begitu besar. 3) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau 252 Lembar Kerja Kelompok Anggota Kelompok: 1. ............................... 2. ............................... 3. ................................ 4. ................................ Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang tepat! No. 1. Nama peristiwa alam Banjir Penjelasan Penyebab terjadinya Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan air meluap di permukaan kedap air dan tidak dapat terserap dengan cepat, kerusakan terowongan air atau pipa, ulah manusia yang membuang limbah dan sampah kesungai, mengakibatkan pendangkalan di sungai. 2. 3. 4. 5. 253 Lembar Evaluasi Nama :........................... No. Absen :........................... Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar! 1. Gunung meletus merupakan…. a. peristiwa alam b. ketimpangan sosial c. masalah sosial d. masalah lingkungan 2. Peristiwa yang terjadi karena pengaruh alam disebut …. a. masalah alam b. lingkungan alam c. peristiwa alam d. bencana alam 3. Peristiwa alam yang tidak membahayakan, kecuali…. a. terjadinya pelangi b. adanya embun c. peristiwa pergantian musim d. angin topan 4. Alat ukur gempa bumi adalah …. a. pantograf b. seismograf 254 c. termograf d. kartograf 5. Proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak disebut …. a. erosi b. abrasi c. erupsi d. reboisasi 6. Angin yang disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca disebut …. a. angin topan b. angin puting beliung c. angin tornado d. angin lesus 7. Berikut yang bukan penyebab terjadinya banjir adalah …. a. air sungai meluap b. perbedaan tekanan air c. penebangan pohon yang berlebihan d. membuang sampah ke sungai 8. Akibat terjadinya gempa bumi, kecuali …. a. gelombang tsunami b. kerusakan bangunan c. keretakan tanah 255 d. hujan 9. Penyebab angin topan adalah …. a. perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca b. hujan berhari-hari c. pergantian iklim d. musim pancaroba 10. Peristiwa alam yang dapat membahayakan, kecuali …. a. terjadinya pelangi b. tanah longsor c. gempa bumi d. gunung meletus Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat! 1. Sebutkan 2 saja peristiwa alam yang membahayakan! 2. Jelaskan terjadinya gempa bumi! 3. Sebutkan 2 dampak terjadinya gunung meletus! 4. Apa saja yang menjadi penyebab banjir? Sebutkan minimal 2! 5. Bagaimana pengaruh peristiwa alam (gunung meletus, banjir, gempa bumi dan angin topan) terhadap kehidupan sosial masyarakat? Jelaskan! Jawaban: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 256 Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok No. 1. Nama peristiwa Penjelasan alam Banjir Penyebab terjadinya Banjir adalah peristiwa Banjir dapat terjadi ketika yang terjadi aliran ketika air meluap di permukaan air berlebihan yang kedap air (misalnya akibat merendam hujan) dan tidak dapat daratan terserap dengan (orientasi cepat lemah penguapan atau rendah), kerusakan terowongan air atau pipa, ulah manusia yang membuang limbah dan sampah kesungai, mengakibatkan pendangkalan di sungai. 2. Gempa bumi Gempa bumi adalah Gempa Bumi biasa getaran atau guncangan disebabkan yang terjadi oleh di pergerakan kerak Bumi permukaan bumi akibat (lempeng Bumi). pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismic. 3. Gunung meletus Gunung meletus Gunung merupakan yang endapan meletus peristiwa disebabkan terjadi akibat peristiwa magma 257 pendorongan di endapan magma di dalam dalam perut bumi yang perut didorong keluar adanya bumi oleh oleh bertekanan tinggi. gas gas yang bertekanan tinggi. 4. Angin topan Angin topan adalah Angin topan disebabkan pusaran angin kencang oleh perbedaan tekanan dengan kecepatan angin dalam suatu sistem cuaca. 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan, kecuali daerah-daerah sangat di yang berdekatan dengan khatulistiwa. 5. Erosi atau tanah Longsor longsor atau sering Longsor disebabkan oleh disebut gerakan tanah keadaan adalah suatu peristiwa curam, geologi yang tanah tidak yang adanya terjadi tumbuhan yang menahan karena pergerakan masa tanah. batuan dengan dan atau tanah berbagai jenis tipe seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah 6. Abrasi Abrasi adalah proses Abrasi ini dipacu oleh pengikisan pantai oleh terganggunya tenaga gelombang laut keseimbangan dan arus laut yang daerah pantai tersebut. bersifat merusak Skor: 1 nomor soal mendapatkan skor 1-5 Skor maksimal : 5 X 4 = 20; Skor minimal : 1 X 4 = 4 Nilai : skor yang diperoleh X 5 258 alam Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Pilihan ganda: 1. a 6. a 2. c 7. b 3. d 8. d 4. b 9. a 5. b 10. a Uraian: 1. gempa bumi, banjir, gunung meletus, angin topan, erosi dan abrasi. 2. Gempa bumi terjadi karena adanya pergerakan lempengan bumi. 3. Dampak negatif yang timbul akibat gunung meletus, antara lain: 1) Merusak pemukiman warga sekitar bencana 2) Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi) 3) Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu, bahkan mati 4) Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana 5) Menyebabkan gagal panen 4. Penyebab terjadinya banjir antara lain: 1) Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air 2) Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama 3) Kerusakan terowongan air atau pipa 259 4) Ulah manusia yang membuang limbah dan sampah kesungai, mengakibatkan pendangkalan di sungai 5. Kehidupan menjadi terganggu, ekosistem rusak, banyak penduduk kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan sehingga menyebabkan permasalahan sosial. Penskoran Pilihan ganda: Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10 Skor minimal 0 Uraian: Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10 Skor minimal 0 Penilaian Nilai = X 10 260 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus 2 Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01 I. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IVA/ 2 Hari, tanggal : Kamis, 7 Februari 2013 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 jp) Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. III. Indikator 2.4.4. Mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam. 2.4.5. Mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial. IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui video yang ditampilkan guru, siswa dapat mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam dengan benar. 261 2. Dengan berdiskusi kelompok, siswa dapat mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial dengan tepat. Karakter siswa yang diharapkan: 1. Jujur 2. Tangguh 3. Peduli 4. Bertanggungjawab 5. Semangat belajar 6. Bekerja sama 7. Rela berkorban V. Materi Pembelajaran Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam dan permasalahan sosial. VI. Model Pembelajaran Model Pembelajaran siklus Metode Pembelajaran - Ceramah - Tanya jawab - Diskusi - Pemberian tugas VII. Media Pembelajaran - Video perilaku masyarakat yang mempengaruhi peristiwa alam dan permasalahan sosial. 262 VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Prakegiatan (5 menit) 1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran berupa video perilaku masyarakat yang mempengaruhi peristiwa alam dan permasalahan sosial. 2. Salam dan doa bersama 3. Presensi oleh guru 4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran 2. Kegiatan Awal (15 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya: - Dimanakah kalian harus membuang sampah? - Bagaimana kalau sampah-sampah itu dibuang sembarangan? 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: - Mengidentifikasi pola perilaku masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam - Mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial. 3. Siswa mengamati video tentang pola perilaku masyarakat yang mempengaruhi peristiwa alam dan membangkitkan minatnya untuk mengikuti pembelajaran. (Pembangkitan minat) 4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar video. Misalnya: - Bercerita tentang apa video tersebut? 263 - Benar atau salah sikap yang seperti itu? Mengapa? (Pembangkitan minat) 5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya: - Siapa yang pernah membuang sampah ke sungai? - Dimanakah membuang sampah yang benar itu? (Pembangkitan minat) 3. Kegiatan Inti ( 35 menit) Eksplorasi 1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. 2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. 3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru selama 10 menit. 4. Siswa membuat prediksi tentang perilaku masyarakat yang dapat merusak alam dan menyebabkan terjadinya peristiwa alam. Misalnya: menebang pohon berlebihan dapat menyebabkan tanah longsor. 5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok. 6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan diskusi sudah berlangsung. 264 7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang perilaku masyarakat yang dapat merusak alam dan menyebabkan terjadinya peristiwa alam berdasarkan jawaban yang telah diutarakan siswa. Misalnya, kerusakan habitat dapat diakibatkan terjadi karena ulah manusia yang telah mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan pertanian, permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Apabila hal ini tidak ditanggulangi maka akan menyebabkan terjadinya peristiwa alam seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat yang terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, mengalami gangguan kesehatan dan lain sebagainya. 8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan) 9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan) 10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi mengaitkan antara pola perilaku masyarakat yang merusak alam dengan permasalahan sosial. 265 Elaborasi 11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: - Cara bersikap dengan alam agar tidak merusak alam. - Tidak merusak habitat alam seperti tidak memetik dedaunan sembarangan, agar ekosistem yang ada tidak mengalami kerusakan. 12. Siswa mengutarakan jawaban tentang dampak pola perilaku masyarakat yang merusak alam dan akan menimbulkan permasalahan sosial, kemudian menjelaskan sikap yang benar seperti apa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: - Apabila ada masalah antarkelompok diselesaikan secara baik-baik, dengan pembicaraan yang terbuka tidak dengan tawuran atau perkelahian Konfirmasi 13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan sosial yang mungkin terjadi. Misalnya, seorang siswa harus mempunyai rasa peduli terhadap sesama, tidak mudah marah dan menjaga kerukunan. 14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar materi kepada siswa yang belum paham. 266 4. Kegiatan Akhir (15 menit) 1. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab pertanyaan seputar materi pembelajaran (review) tentang perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan permasalahan sosial. 2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi. - Perilaku yang merusak alam dapat menimbulkan bencara alam. Misalnya menebang pohon secara liar dan membuat hutan gundul dapat menimbulkan tanah longsor. - Pola perilaku yang melanggar norma dapat menimbulkan permasalahan sosial, misalnya tawuran yang sampai memakan korban. - Demo yang sampai merusak fasilitas umum. 3. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah menyelesaikan tugas dengan baik. 4. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap evaluasi) 5. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi) 6. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari materi selanjutnya yaitu permasalahan sosial dan cara mengatasinya. 267 tentang jenis-jenis IX. Sumber Belajar 1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B. Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87. 2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor: Yudhistira. Halaman 160-178 3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133. 4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman 193-210. 5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta: Platinum. Halaman 177-190. 8. www.google.com 9. www.youtube.com X. Penilaian a. Teknik Penilaian 1. Tes 2. Nontes 268 b. Bentuk Penilaian 1. Tes : pilihan ganda dan uraian 2. Nontes : observasi aktivitas siswa c. Instrumen Penilaian (terlampir). 269 Lampiran RPP Siklus 2 MATERI PEMBELAJARAN Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam, antara lain: 1. Perusakan Habitat Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal makhluk hidup. Kerusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan makhluk hidup. Jika habitat rusak, makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup. Kerusakan habitat dapat diakibatkan terjadi karena ulah manusia yang telah mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan pertanian, permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen. Apabila hal ini tidak ditanggulangi maka akan menyebabkan terjadinya peristiwa alam seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat yang 270 terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, mengalami gangguan kesehatan dan lain sebagainya. 2. Penebangan Penebangan hutan yang dilakukan secara berlebihan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohonpohon yang ada di sekitarnya. Di samping itu, hewan-hewan yang tergantung pada pohon tersebut akan terganggu dan hilang sehingga akan menurunkan jenis hewan tersebut. Penebangan pohon yang berlebihan juga akan membawa bencana bagi masyarakat, karena tidak ada lagi yang menyimpan kelebihan air jika terjadi hujan sehingga muncullah bencana banjir. Selain itu, tidak adanya pohon yang menahan tanah akan mengakibatkan terjadinya bencana tanah longsor. 3. Membuang sampah ke sungai 271 Lemahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kurangnya penegakan hukum terhadap pembuang sampah sembarangan menyebabkan penyelesaian persoalan sampah menjadi lebih sulit. Tanpa kesadaran penuh dan rasa peduli pada lingkungan, kebiasaan membuang sampah di lingkungan akan terus berlangsung. Walaupun kini orang orang sudah mulai peduli lingkungan, tapi masih banyak yang tidak. Mereka inilah yang harus kita sadarkan, yang harus kita yakinkan dan kita tolong agar mereka menjadi insan yang berguna bagi lingkungannya, menjadi insan yang menolong anak cucu manusia kelak agar mereka tidak lagi merasakan tidak enaknya banjir dan akibat buang sampah sembarangan lainnya. Apabila hal ini tidak ditanggulangi maka akan menyebabkan terjadinya peristiwa alam misalnya banjir. Sehingga akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat yang terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, mengalami gangguan kesehatan dan lain sebagainya. Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat menimbulkan permasalahan sosial masyarakat, antara lain: 1. Kriminalitas Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana. Contoh tindakan kriminal adalah perampokkan, pembunuhan, pencurian dan 272 perdagangan obat-obatan terlarang. Tindakan ini menimbulkan keresahan masyarakat, karena banyak masyarakat dirugikan oleh para pelaku kejahatan. Pelaku kejahatan inilah yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan pengetahuan yang lebih agar tidak menimbulkan permasalahan sosial lagi. 2. Kerusuhan Kerusuhan merupakan keadaan huru hara atau kehancuran akibat konflik yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu untuk memperebutkan atau memperjuangkan kepentingan tertentu. Kerusuhan dilakukan secara liar dan membabi buta tanpa memperhatikan aturan, nilai atau norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Suasana sangat kacau dan meresahkan masyarakat. Jika hal ini tidak dihentikan maka Negara kita akan hancur, karena sudah tidak mempunyai moral bangsa. Untuk itu, pengarahan dan penjelasan secara detail sangat dibutuhkan oleh para pelaku kerusuhan agar mereka mempunyai moral dan etika ketika akan menyampaikan aspirasi ataupun menyelesaikan masalah dengan orang/ kelompok lain. 3. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat 273 Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi akan dapat menimbulkan pergolakan masyarakat. Misalnya, perbedaan yang mencolok antara orang kaya dengan orang miskin. Kesenjangan ini memunculkan kecemburuan sosial yang pada akhirnya dapat memunculkan masalah sosial. 4. Salah pergaulan Masalah sosial yang timbul di suatu daerah tidak terlepas dari masalah penyimpangan sikap dan perilaku remaja pada umumnya. Perilaku yang menyimpang tersebut berbentuk kenakalan, merokok, penggunaan obatobatan terlarang atau minum-minuman keras. Perilaku tersebut muncul akibat salah pergaulan. Agar para remaja tidak mengalami hal tersebut maka sangat diperlukan bimbingan dan pengarahan oleh orang tua, guru dan lingkungan masyarakat. 5. Demo 274 Demo adalah aksi protes suatu kelompok terhadap sebuah instansi. Apabila demo ini tidak ditanggapi maka pendemo biasanya melakukan pemblokir jalan, membakar ban, merusak fasilitas umum dan lain sebagainya. 6. Tawuran Sering kita temui tawuran antarkelompok, bahkan kelompok pelajar. Kadang-kadang masalah sepele bias berakhir tawuran yang pada akhirnya membawa korban jiwa. Mereka mudah marah dan mudah emosi sehingga muncul perkelahian. Kejadian ini tidak hanya terjadi diperkotaan, namun didaerah pedesaan pun tidak lepas dari kejadian tersebut. 275 Lembar Kerja Kelompok Anggota Kelompok: 1. ............................... 2. ............................... 3. ................................ 4. ................................ Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang benar! No. Perilaku masyarakat 1. Menebang pohon berlebihan Dampak yang ditimbulkan Banjir, longsor 2. 3. 4. 5. 6. 276 Lembar Evaluasi Nama :........................... No. Absen :........................... Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar! 1. Berikut adalah masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, kecuali …. a. pengangguran b. kemiskinan c. kriminalitas d. peristiwa alam 2. Tindakan perampokan yang sering terjadi di daerah perkotaan membuat masyarakat menjadi …. a. senang b. resah c. kecewa d. masa bodoh 3. Akibat yang ditimbulkan dari salah pergaulan adalah …. a. minum-minuman keras b. kerusuhan c. perkelahian d. tawuran 4. Dibawah ini upaya pencegahan terhadap masalah sosial, kecuali …. a. meningkatkan siskamling 277 b. menjaga pergaulan dalam masyarakat c. pemerataan pembangunan d. program urbanisasi 5. Kepadatan penduduk diperkotaan dapat mengakibatkan …. a. meningkatnya kriminalitas b. meningkatnya kesejahteraan masyarakat c. meningkatkan keramaian kota d. menambah keindahan kota 6. Berikut adalah perilaku yang harus kita hindari, kecuali …. a. tawuran b. merokok c. belajar bersama d. mencuri 7. Salah satu contoh tindakan kriminal adalah …. a. merokok b. pembunuhan c. tawuran d. demo 8. Perbuatan yang melanggar hukum pidana disebut …. a. pelanggaran b. kerusuhan c. kriminalitas d. kemiskinan 278 9. Pola perilaku masyarakat yang menimbulkan permasalahan sosial, kecuali …. a. tawuran b. kerusuhan c. membantu sesama warga d. salah pergaulan 10. Perilaku masyarakat yang tidak menimbulkan bencana alam antara lain …. a. Perusakan habitat b. Penebangan liar c. Membuang sampah ke sungai d. Menjaga keamanan lingkungan Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat! 1. Sebutkan 2 saja pola perilaku masyarakat yang menyebabkan terjadinya bencana alam! 2. Jelaskan 2 cara yang dapat dilakukan agar masyarakat tidak membuang sampah ke sungai! 3. Jelaskan 2 penyebab terjadinya kerusuhan! 4. Jelaskan 2 dampak yang timbul akibat salah pergaulan! 5. Mengapa tindak kriminalitas lebih sering terjadi di perkotaan dari pada di pedesaan? Jawaban: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 279 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok No. Perilaku masyarakat Dampak yang ditimbulkan 1. Menebang pohon berlebihan Banjir, longsor 2. Perusakan habitat Ekosistem rusak, banyak hewan dan tumbuhan yang mati 3. Tawuran Rusaknya fasilitas umum, moral bangsa terkikis, lunturnya jati diri bangsa 4. Demo 5. Membuang 6. Kemacetan, kerusakan fasilitas umum sampah ke Pendangkalan area sungai menjadi kotor, banjir Salah pergaulan Minum-minuman berjudi, anak jalanan Skor maksimal : 2 X 5 = 10 Skor minimal : 0 X 5 = 0 Nilai : skor yang diperoleh X 10 280 sungai, keras, sungai merokok, Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Pilihan ganda: 1. d 2. b 3. a 4. d 5. a 6. c 7. b 8. c 9. c 10. d Uraian: 1. Perusakan habitat, penebangan liar, membuang sampah dan limbah kesungai. 2. Penyediaan TPA, membuat bak sampah umum, membuat program pengangkutan sampah untuk dibuang ke TPA, mengadakan penyuluhan tentang dampak yang timbul akibat membuang sampah ke sungai. 3. Adanya konflik yang terjadi di suatu wilayah, masyarakat yang tidak sadar hukum dan mudah dihasut. 281 4. Perilaku menyimpang berbentuk kenakalan, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang atau minum-minuman keras. 5. Karena di daerah perkotaan banyak di temui pengangguran dan merupakan daerah padat penduduk sehingga membuat banyak orang nekat melakukan tindak kriminal. Penskoran Pilihan ganda: Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10, Skor minimal 0 Uraian: Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10,Skor minimal 0 Penilaian Nilai = X 10 282 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Siklus 3 Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01 I. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : IVA/ 2 Hari, tanggal : Kamis, 14 Februari 2013 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 jp) Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. II. Kompetensi Dasar 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. III. Indikator 2.4.6. Menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial. 2.4.7. Mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial. IV. Tujuan Pembelajaran 1. Dengan melihat slide yang ditampilkan guru, siswa dapat menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial dengan benar. 2. Dengan berdiskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial dengan tepat. Karakter siswa yang diharapkan: 283 1. Jujur 2. Tangguh 3. Peduli 4. Bertanggungjawab 5. Semangat belajar 6. Bekerja sama 7. Rela berkorban V. Materi Pembelajaran Permasalahan sosial dan cara mengatasinya. VI. Model Pembelajaran Model Pembelajaran siklus Metode Pembelajaran - Ceramah - Tanya jawab - Diskusi - Pemberian tugas VII. Media Pembelajaran - Video dan slide jenis-jenis permasalahan sosial. VIII. Kegiatan Pembelajaran 1. Prakegiatan (5 menit) 1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran berupa video dan slide jenis-jenis permasalahan sosial. 2. Salam dan doa bersama 284 3. Presensi oleh guru 4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran 2. Kegiatan Awal (15 menit) 1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya: - Apakah kalian pernah melihat seorang pengemis? - Dimana kalian melihatnya? 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu: - Menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial - Mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial. 3. Siswa mengamati video dan slide tentang jenis-jenis permaslahan sosial dan membangkitkan minatnya untuk mengikuti pembelajaran. (Pembangkitan minat) 4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar slide. Misalnya: - Gambar apa saja yang ada dalam slide tersebut? - Gelandangan termasuk dalam permasalahan sosial jenis apa? (Pembangkitan minat) 5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa yang berkaitan dengan permasalahan sosial. Misalnya: - Siapa yang pernah memberi uang kepada pengemis? - Berapa uang yang kalian berikan? (Pembangkitan minat) 3. Kegiatan Inti ( 35 menit) Eksplorasi 285 1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok. 2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. 3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru selama 10 menit. 4. Siswa membuat prediksi pengelompokkan jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya. Misalnya, kepadatan penduduk dapat diatasi dengan adanya program transmigrasi, pemerataan lapangan kerja dan pencanangan program KB. 5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok. 6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan diskusi sudah berlangsung. 7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya berdasarkan jawaban yang telah diutarakan siswa. Misalnya, kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan penduduk adalah transmigrasi, pemerataan lapangan kerja dan mengendalikan jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia kawin. 286 8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan) 9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan) 10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi tentang sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Elaborasi 11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara bersikap dengan pengemis, gelandangan dan pengamen. Apabila mempunyai uang lebih maka dapat berbagi dengan orang lain yang membutuhkan. Menularkan ilmu yang didapat dan memberikan buku-buku kepada anak jalanan. 12. Siswa mengutarakan jawaban tentang sikap yang harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada yang kemudian dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus mempunyai sikap saling peduli, menjaga kerukunan dan bersikap saling tolong menolong terhadap orang lain. Konfirmasi 287 13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada. Memberikan kelebihan uang saku kepada anak jalanan. Dalam bergaul tidak boleh saling merendahkan. 14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar materi kepada siswa yang belum paham. 4. Kegiatan Akhir (15 menit) 7. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab pertanyaan seputar materi pembelajaran (review) tentang permasalahan sosial. Misalnya: - Apa yang dimaksud dengan gelandangan? - Apa perbedaan gelandangan dengan pengemis? 8. Siswa bersama guru menyimpulkan materi permasalahan sosial. Jenis permasalahan antara lain: kepadatan penduduk, gelandangan dan pengemis, anak jalanan, urbanisasi dan pengangguran. Cara mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan mengadakan pengarahan dan pelatihan kerja. Dalam pergaulan tidak boleh membeda-bedakan, perbedaan agama maupun keturunan. 9. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah menyelesaikan tugas dengan baik. 10. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap evaluasi) 11. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi) 288 12. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari lagi materi yang baru saja dibahas dan sebelumnya. IX. Sumber Belajar 1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B. Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87. 2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor: Yudhistira. Halaman 160-178 3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133. 4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman 193-210. 5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta: Platinum. Halaman 177-190. 8. www.google.com 9. www.youtube.com X. Penilaian 289 a. Teknik Penilaian 1. Tes 2. Nontes b. Bentuk Penilaian 1. Tes : pilihan ganda dan uraian 2. Nontes : observasi aktivitas siswa c. Instrumen Penilaian (terlampir). 290 Lampiran RPP Siklus 3 MATERI PEMBELAJARAN PERMASALAHAN SOSIAL DAN CARA MENGATASINYA 1. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk: a. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat. b. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam, tersedianya lapangan kerja. c. Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah kesempatan untuk meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat. Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang padat. Upaya mengurangi kepadatan penduduk dapat dilakukan dengan cara: 1) Transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yng padat ke tempat yang lain yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri. 291 2) Pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, perikanan, pertanian, dan pertambangan di wilayah lain. 3) Mengendalikan jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia kawin. 2. Urbanisasi Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Orang yang melakukan urbanisasi disebut urban. Lapangan kerja yang banyak dan lengkapnya sarana hiburan merupakan daya tarik kota. Sedangkan pedesaan hanya dijumpai kehidupan yang serba tradisional, sarana hiburan yang tidak lengkap dan lapangan kerja yang kurang. Apabila urbanisasi tidak ditanggulangi maka akan terjadi lonjakan jumlah penduduk kota. Perumahan yang dibangun sangat berimpitan dan tidak menyisakan ruang yang cukup sehingga muncul pemukiman-pemukiman liar dan kumuh di sekitar bantaran sungai, pinggiran rel kereta api dan kolong yang akan menambah kesemerawutan kota. Cara mengatasi urbanisasi yang berlebihan antara lain dengan cara: 1) Pemerintah melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa. 2) Pembukaan lapangan kerja baru di desa. 3) Program listrik masuk desa. 4) Pembangunan desa tertinggal. 292 3. Pengangguran Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya dan faktor utama yang menyebabkan timbulnya pengangguran salah satunya adalah besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Adapun faktor – faktor yang mendorong timbulnya pengangguran adalah sebagai berikut : a. jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia (kesenjangan antara supply and demand). b. kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja. c. masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan yang memadai. d. terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global. e. terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk mengolah sumber daya alam menjadi mata pencaharian. 293 Cara mengatasi pengangguran: 1) membuka lapangan pekerjaan baru samapai di daerah pedesaan. 2) memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan maksimal. 3) mengadakan pelatihan kerja dan keterampilan. 4) memudahkan perijinan pembukaan lapangan kerja. 4. Kemiskinan Kemiskinan merupakan suatu keadaan kesulitan dan kekurangan diberbagai segi kehidupan. Ukuran kemiskinan masyarakat dapat dilihat dari tingkat kesejahteraannya. Masyarakat miskin memiliki tingkat kesejahteraan yang sangat rendah. Cara mengatasi kemiskinan: 1) Peningkatan pendidikan rakyat 2) Membuka banyak lapangan kerja 3) Stop eksplorasi/pengurasan kekayaan alam Indonesia oleh perusahaan asing 294 5. Gelandangan dan Pengemis Gelandangan Pengemis Gelandangan adalah seorang yang hidup dalam keadaan yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat. Pengemis adalah seorang yang mendapat penghasilan dengan meminta minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Cara mengatasi gelandangan dan pengemis: 1) Pembangunan rumah susun untuk para gelandangan dengan harga yang terjangkau 2) Upaya pencegahan dilakukan di daerah asal sehingga mereka tidak terdorong untuk meninggalkan desanya dan mencari penghasilan di kota dengan cara membuka pekerjaan di desa. 3) Penanggulangan yaitu di tempat tujuan “harus” ditanggulangi atau ditangani sehingga mereka tidak lagi tertarik untuk menjadi Gepeng di kota, karena tidak akan memperoleh penghasilan lagi. 295 6. Anak jalanan Anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempattempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, Taman Kota. Jalanan bukanlah tempat yang pantas bagi mereka. Mereka seharusnya hidup bersama orang tua dan saudara-saudaranya di rumah yang hangat dan bersahabat. Mereka juga selayaknya bermain dan belajar di sekolah atau di tempat-tempat yang memang pantas untuk itu. Jalanan bukanlah lingkungan yang baik untuk proses tumbuh-kembang anak dan merealisasikan potensinya secara penuh. Anak jalanan adalah fenomena sosial yang hingga saat ini terus mencemaskan dunia. Cara mengatasi anak jalanan: 1) Peningkatan mutu pendidikan dan menurunkan biaya pendidikan 2) Adanya pelatihan tenaga kerja 3) Meningkatkan kepedulian dengan sesama 4) Mendirikan rumah singgah dan belajar bagi anak jalanan 296 Lembar Kerja Kelompok Anggota Kelompok: 1. ............................... 2. ............................... 3. ................................ 4. ................................ Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang benar! No. Jenis permasalahan sosial Cara mengatasi 1. - Adanya pelatihan tenaga kerja Anak jalanan 2. 3. 4. 5. 297 Lembar Evaluasi Nama :........................... No. Absen :........................... Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar! 1. Penduduk yang berada di garis kemiskinan rentan terhadap…. a. pengaruh luar b. kecerdasan c. kejahatan d. kebaikan 2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut …. a. reboisasi b. transmigrasi c. migrasi d. urbanisasi 3. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan dinamakan …. a. pekerja b. tunawisma c. pengangguran d. pegawai 4. Di bawah ini akibat dari jumlah penduduk yang terlalu banyak di suatu negara adalah …. a. pengangguran 298 b. kesejahteraan meningkat c. pendidikan terjamin d. kesehatan baik 5. Berikut cara mengatasi kemiskinan kecuali …. a. peningkatan pendidikan rakyat b. membuka banyak lapangan kerja c. stop eksplorasi/pengurasan kekayaan alam indonesia oleh perusahaan asing d. pembangunan yang tidak memperhatikan keadaan setempat 6. Anak laki-laki atau perempuan yang menghabiskan waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan disebut…. a. anak kampung b. anak jalanan c. anak roker d. anak hilang 7. Dibawah ini yang bukan ciri-ciri daerah perkotaan yang mengalami urbanisasi berlebihan adalah …. a. kaum gelandangan merajalela b. timbul perkampungan kumuh c. tingginya kesenjangan sosial d. kesejahteraan meningkat 8. Jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas disebut …. a. kepadatan penduduk 299 b. tingginya jumlah penduduk c. ketidak merataan penduduk d. sensus penduduk 9. Apabila melihat seorang pengemis maka kamu sikap yang benar adalah…. a. acuh b. masa bodoh c. membiarkan d. memberikan sebagian uang yang dimiliki 10. Dampak dari salah pergaulan adalah …. a. minum-minuman keras b. belajar kelompok c. banyak teman d. pandai bergaul Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat! 1. Sebutkan 2 faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk suatu tempat! 2. Bagaimana cara mengatasi urbanisasi yang berlebihan? Sebutkan 2 saja! 3. Jelaskan 2 penyebab adanya anak jalanan! 4. Sebutkan 2 contoh permasalahan sosial yang ada di daerahmu (kota Semarang)! 5. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran? Sebutkan 2 saja! Jawaban: 300 ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok No. Jenis permasalahan sosial 1. Anak jalanan Cara mengatasi - Adanya pelatihan tenaga kerja - Peningkatan mutu pendidikan dan menurunkan biaya pendidikan - Mendirikan rumah singgah dan belajar bagi anak jalanan 2. Kemiskinan - Peningkatan pendidikan rakyat - Membuka banyak lapangan kerja - Stop eksplorasi/pengurasan kekayaan alam Indonesia oleh perusahaan asing 3. Pengangguran - membuka lapangan pekerjaan baru samapai di daerah pedesaan. - memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal. - mengadakan pelatihan kerja dan keterampilan. - memudahkan perijinan pembukaan lapangan kerja 4. Urbanisasi - pemerintah melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa. - pembukaan lapangan kerja baru di desa. - program listrik masuk desa. - pembangunan desa tertinggal. 5. Kepadatan penduduk - Transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang lain yang jarang penduduknya - pemerataan lapangan kerja di wilayah lain. - mengendalikan jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan usia kawin. Skor: 1 nomor soal mendapatkan skor 1-5 Skor maksimal : 5 X 4 = 20,Skor minimal Nilai : skor yang diperoleh X 5 301 :1X4= 4 Kunci Jawaban Lembar Evaluasi Pilihan ganda 1. c 6. b 2. d 7. d 3. c 8. a 4. a 9. d 5. d 10. a Uraian 1. Faktor yang menyebabkan padat penduduk: 1) Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat. 2) Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber daya alam, tersedianya lapangan kerja. 3) Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah kesempatan untuk meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat. Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang padat. 2. Cara mengatasi urbanisasi: 1) Pemerintah melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa. 2) Pembukaan lapangan kerja baru di desa. 3) Program listrik masuk desa. 4) Pembangunan desa tertinggal. 302 3. Penyebab adanya anak jalanan: 1) Orang tua tidak bertanggung jawab 2) Keluarga rusak/ tidak harmonis 3) kemiskinan 4. Contoh permasalahan sosial: anak jalanan, kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, gelandangan dan pengemis. 5. Cara mengatasi pengangguran: 1) membuka lapangan pekerjaan baru samapai di daerah pedesaan. 2) memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan maksimal. 3) mengadakan pelatihan kerja dan keterampilan. 4) memudahkan perijinan pembukaan lapangan kerja. Penskoran Pilihan ganda: Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10; Skor minimal 0 Uraian: Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban salah skor 0 Skor maksimal 10; Skor minimal 0 Penilaian Nilai = X 10 303 304 LAMPIRAN 4 Data Hasil Penelitian Keterampilan Guru 305 REKAPITULASI HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN GURU No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Indikator Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran) Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) Memberikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas) Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan) 1) Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberikan penguatan, keterampilan menjelaskan) Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah 306 Siklus 1 4 Nilai Siklus 2 4 Siklus 3 4 3 4 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 10. 11. 12. dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberi penguatan) Memberikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberi penguatan) Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) Memberikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) Jumlah Nilai Kriteria 2 2 2 2 3 4 4 4 4 33 Baik 37 Sangat Baik 44 Sangat Baik Semarang, 28 Februari 2013 Observer, M. L. Dyah. K. Anggraini, S, Pd. SD. NIP. 19691020 199103 2 009 307 LAMPIRAN 5 Data Hasil Penelitian Aktivitas Siswa 308 DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 1 Nilai Tiap Indikator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 2 2 2 2 2 0 2 4 20 Baik 4 1 1 1 3 1 2 2 4 19 Baik 4 2 2 0 2 2 3 2 3 20 Baik 4 1 2 2 3 0 0 2 4 18 Baik 4 2 Daffa Maulana F 6 4 3 Devina Meala A 7 O 4 3 Dewi Nabila S 8 4 1 9 Dinda Cahya N 4 1 2 2 2 3 3 2 3 23 Baik 2 2 2 1 0 2 4 20 Baik 3 3 3 3 2 2 4 27 Baik 2 2 2 0 3 2 4 20 Baik 2 1 2 2 0 2 4 18 Baik 4 1 2 2 3 2 3 2 4 23 Baik 4 2 2 0 2 3 0 2 3 18 Baik 12 Febiyola Lintang 4 1 Irvin Akhmad F 13 R 4 2 Kartika Wira S 14 4 2 15 Kevin Farel W 4 2 2 0 2 1 3 2 4 19 Baik 2 2 2 2 2 3 4 23 Baik 2 1 3 3 2 2 3 22 Baik 2 2 2 2 2 2 4 22 Baik 16 Khrisna Nanda 17 Laksmana A 4 1 2 0 2 0 3 2 3 17 Cukup 4 2 2 0 2 2 0 2 3 17 Cukup 18 Muh Azzahli F Muh Olen 19 Savero 20 Muh Reynanda 4 2 2 0 2 2 2 2 3 19 Baik 4 2 2 1 2 1 3 2 3 20 Baik 4 3 2 3 3 2 2 3 4 26 Baik 4 2 2 0 3 2 2 2 4 21 Baik 4 2 2 2 2 3 2 2 4 23 Baik No Nama Siswa Abdurahman D 1 P Aditiya 2 Manggala A 3 Ardilos Satria G Berlyana 4 Herawati 5 Dava Rizky P A 10 Fatwani Herly 11 Febiyanti Diah P Myria Mas Ayu 21 S 22 Nabila Hayu P 23 Naufal Dhias R Jmlh Kategori 4 3 3 0 2 2 3 3 4 24 Baik 24 Naufal Hafizh R 25 Naufal Nur Abid 4 2 2 0 3 1 2 2 4 20 Baik 4 2 2 0 2 0 1 2 3 16 Cukup 26 Nur Amalina R 4 2 2 1 2 0 1 2 3 17 Cukup 309 27 Pradipta Ratu A 28 Pratama Dipo H R. Mirza Caesar 29 A 30 Raditya Gigih W 4 2 3 2 2 2 2 2 3 22 Baik 4 3 2 1 3 2 1 2 4 22 Baik 4 3 3 2 3 3 3 2 4 27 Baik 4 3 3 3 3 3 2 3 4 28 Baik 2 1 2 2 1 2 4 3 3 3 3 2 3 4 20 Baik Sangat 28 Baik 3 1 3 3 2 3 4 26 Baik 2 2 2 3 2 3 4 24 Baik Rafif Jaya 31 Wardana 4 2 Respati Dewanto 32 4 3 33 Rifqi Irwandika 4 3 34 Salma Nisa 4 2 35 Seyna Putri S 36 Safania Mansa 4 2 2 1 2 2 1 2 4 20 Baik 4 2 2 0 2 2 1 2 3 18 Baik 37 Sheva Putra A.P Tsabita Ayu 38 Prastika Zaky Andika P 39 G Mustika Ratu 40 Afif 41 Lauren K 4 3 2 1 2 2 1 2 3 20 Baik 4 3 3 3 3 3 3 3 4 29 Baik 4 2 2 0 2 2 2 2 3 19 Baik 4 3 3 1 3 2 2 2 4 24 Baik 4 3 3 3 3 2 2 2 4 26 Baik 42 Thalita Atha S Davin Orvino A 43 Zhafira 44 Rahmadia F 4 3 2 1 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 22 Baik Sangat 28 Baik 4 3 2 0 3 2 1 1 3 19 Baik Jumlah Rata-rata Ketuntasan klasikal 954 21.7 90.9% 310 Baik Tuntas DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 2 No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Abdurahman DP Aditiya Manggala A Ardilos Satria G Berlyana Herawati Dava Rizky P A Daffa Maulana F Devina Meala AO Dewi Nabila S Dinda Cahya N Fatwani Herly 16 Febiyanti Diah P Febiyola Lintang Irvin Akhmad FR Kartika Wira S Kevin Farel W Khrisna Nanda 17 Laksmana A 11 12 13 14 15 18 19 20 21 Muh Azzahli F Muh Olen Savero Muh Reynanda Myria Mas Ayu S Nilai Tiap Indikator Jml Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 2 2 2 3 3 1 2 4 23 Baik 4 3 2 3 2 4 3 2 4 27 Baik 4 2 2 2 3 2 4 3 3 25 Baik 4 3 2 3 2 3 3 3 4 27 Baik 4 2 2 2 2 2 1 2 4 21 Baik 4 3 3 3 3 3 1 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 27 Baik Sangat 33 Baik 4 2 2 2 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 27 Baik Sangat 31 Baik 4 2 2 2 2 2 4 4 4 26 Baik 4 2 2 3 4 2 1 2 3 23 Baik 4 2 2 1 2 0 1 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 2 2 4 17 Cukup Sangat 30 Baik Sangat 29 Baik 4 2 3 3 4 2 3 2 4 27 Baik 4 2 1 2 2 2 1 2 3 19 Baik 4 2 2 1 2 2 2 2 3 20 Baik 4 2 2 2 4 3 2 2 4 25 Baik 4 3 2 3 4 2 2 2 4 4 4 4 3 4 4 3 4 26 Baik Sangat 30 Baik 4 2 2 3 3 2 4 4 26 Baik 311 2 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Nabila Hayu P Naufal Dhias R Naufal Hafizh R Naufal Nur Abid Nur Amalina R Pradipta Ratu A Pratama Dipo H R. Mirza Caesar A Raditya Gigih W Rafif Jaya Wardana Respati Dewanto Rifqi Irwandika Salma Nisa 4 3 3 2 2 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 27 Baik Sangat 32 Baik 4 2 3 3 2 2 3 2 4 25 Baik 4 3 3 1 2 2 2 2 3 22 Baik 4 2 3 1 2 2 2 3 3 22 Baik 4 2 3 1 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 2 3 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 27 Baik Sangat 29 Baik Sangat 28 Baik Sangat 32 Baik 4 2 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 26 Baik Sangat 31 Baik Sangat 31 Baik Sangat 31 Baik 35 Seyna Putri S 4 2 3 3 4 2 2 2 4 26 Baik 36 Safania Mansa 4 2 3 0 3 4 2 2 4 24 Baik 4 2 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 2 2 4 26 Baik Sangat 31 Baik 4 2 3 0 3 1 2 2 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 4 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 27 Baik Sangat 33 Baik 4 3 3 0 3 1 2 2 4 22 Baik 32 33 34 37 38 39 40 41 42 43 44 Sheva Putra A.P Tsabita Ayu Prastika Zaky Andika PG Mustika Ratu Afif Lauren K Thalita Atha S Davin Orvino A Zhafira Rahmadia F Jumlah Rata-rata 20 Baik Sangat 31 Baik Sangat 30 Baik 1172 26.6 312 Baik Ketuntasan klasikal 93.18% Tuntas DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 3 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nama Siswa Abdurahman DP Aditiya Manggala A Ardilos Satria G Berlyana Herawati Dava Rizky P A Daffa Maulana F Devina Meala AO Dewi Nabila S Dinda Cahya N Fatwani Herly 16 Febiyanti Diah P Febiyola Lintang Irvin Akhmad FR Kartika Wira S Kevin Farel W Khrisna Nanda 17 Laksmana A 11 12 13 14 15 18 19 20 21 Muh Azzahli F Muh Olen Savero Muh Reynanda Myria Mas Ayu S 1 Nilai Tiap Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 4 2 3 3 3 3 3 3 4 28 Sangat Baik 4 3 3 4 4 3 4 2 4 31 Sangat Baik 4 2 3 2 3 2 3 4 3 26 Baik 4 3 3 2 3 4 3 2 4 28 Sangat Baik 4 2 3 4 4 3 3 2 4 29 Sangat Baik 4 3 3 3 4 4 3 2 4 30 Sangat Baik 4 4 3 4 2 3 4 2 4 30 Sangat Baik 4 2 3 3 4 3 4 3 4 30 Sangat Baik 4 3 3 2 3 4 3 3 4 29 Sangat Baik 4 2 3 3 4 3 4 2 4 29 Sangat Baik 4 2 2 3 4 1 3 4 4 27 Baik 4 2 2 1 3 2 3 4 3 24 Baik 4 3 4 3 3 3 3 2 4 29 Sangat Baik 4 4 3 3 4 3 4 2 4 31 Sangat Baik 4 3 4 3 4 1 3 3 4 29 Sangat Baik 4 2 2 1 2 2 3 4 3 23 Baik 4 2 3 2 3 1 3 4 4 26 Baik 4 3 2 2 2 4 3 2 4 26 Baik 4 3 3 2 3 2 4 3 4 28 Sangat Baik 4 4 2 4 2 3 4 2 4 29 Sangat Baik 4 2 3 3 2 4 3 3 4 28 Sangat Baik 313 Jmlh Kategori 22 Nabila Hayu P 4 4 3 2 3 3 3 2 4 28 Sangat Baik 4 4 3 3 4 3 2 2 4 29 Sangat Baik 4 2 2 2 3 2 1 4 4 24 Baik 4 2 2 1 3 2 4 4 3 25 Baik 4 2 2 2 2 2 1 4 4 23 Baik 4 3 3 4 4 4 3 2 4 31 Sangat Baik 4 3 3 2 3 3 2 3 4 27 Sangat Baik 4 4 3 3 3 4 2 2 4 29 Sangat Baik 4 4 3 4 2 3 4 2 4 30 Sangat Baik 4 3 2 2 3 2 3 4 3 26 Baik 4 3 4 4 3 4 4 2 4 32 Sangat Baik 4 4 3 3 2 3 4 3 4 30 Sangat Baik 4 3 4 4 3 4 4 2 4 32 Sangat Baik 34 Naufal Dhias R Naufal Hafizh R Naufal Nur Abid Nur Amalina R Pradipta Ratu A Pratama Dipo H R. Mirza Caesar A Raditya Gigih W Rafif Jaya Wardana Respati Dewanto Rifqi Irwandika Salma Nisa 35 Seyna Putri S 4 3 3 2 4 3 1 4 4 28 Sangat Baik 36 Safania Mansa 4 3 2 2 4 2 4 3 4 28 Sangat Baik 4 3 3 3 2 2 4 4 4 29 Sangat Baik 4 3 4 3 4 4 2 2 4 30 Sangat Baik 4 3 2 2 2 4 1 4 4 26 Baik 4 4 3 3 3 4 2 3 4 30 Sangat Baik 4 4 3 2 4 4 2 4 4 31 Sangat Baik 4 3 2 3 2 2 2 4 4 26 Baik 4 4 3 3 4 4 2 2 4 30 Sangat Baik 4 3 2 0 2 2 3 4 4 24 Baik 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 41 Sheva Putra A.P Tsabita Ayu Prastika Zaky Andika PG Mustika Ratu Afif Lauren K 42 Thalita Atha S 37 38 39 40 43 44 Davin Orvino A Zhafira Rahmadia F Jumlah Rata-rata Ketuntasan klasikal 1238 28.1 100% 314 Sangat Baik Keterangan: Indikator: 1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional). 2. Memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual). 3. Mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar). 4. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan). 5. Memperhatikan penjelasan guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional). 6. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional). 7. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental, emosional). 8. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental). 9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional). 315 REKAPITULASI HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS 1, SIKLUS 2, DAN SIKLUS 3 Katerangan Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Jumlah Nilai 21,7 26,6 28,1 Kategori Baik Baik Sangat Baik Semarang, 28 Februari 2013 Observer, M. L. Dyah. K. Anggraini, S, Pd. SD. NIP. 19691020 199103 2 009 316 LAMPIRAN 6 Data Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa 317 DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR SISWA TES TERTULIS Nilai Mapel IPS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Nama Siswa Abdurahman D P Aditiya Manggala A Ardilos Satria G Berlyana Herawati Dava Rizky P A Daffa Maulana F Devina Meala A O Dewi Nabila S Dinda Cahya N Fatwani Herly Febiyanti Diah P Febiyola Lintang Irvin Akhmad F R Kartika Wira S Kevin Farel W Khrisna Nanda Laksmana A Muh Azzahli F Muh Olen Savero Muh Reynanda Myria Mas Ayu S Nabila Hayu P Naufal Dhias R Naufal Hafizh R Naufal Nur Abid Nur Amalina R Pradipta Ratu A Pratama Dipo H R. Mirza Caesar A Raditya Gigih W Rafif Jaya Wardana Respati Dewanto Rifqi Irwandika Salma Nisa Seyna Putri S Safania Mansa Sheva Putra A.P 318 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 70 85 65 75 65 70 70 85 70 70 65 70 85 55 70 55 55 55 65 70 70 80 70 70 55 60 65 70 75 70 70 70 80 70 70 55 70 75 75 70 80 70 70 80 75 80 80 70 70 70 80 90 60 60 60 70 75 80 80 85 75 65 60 90 85 75 80 65 95 70 80 65 60 60 85 85 70 80 80 85 90 85 90 85 80 75 85 85 100 60 65 75 80 85 90 85 90 75 70 65 90 85 80 90 75 100 80 85 70 70 65 38 Tsabita Ayu Prastika 39 Zaky Andika P G 40 Mustika Ratu Afif 41 Lauren K 42 Thalita Atha S 43 Davin Orvino A 44 Zhafira Rahmadia F Jumlah Rata-rata Nilai Terendah NIlai Tertinggi Ketuntasan klasikal Banyak Siswa Tuntas Banyak Siswa Tidak Tuntas 70 55 80 85 70 90 55 3045 69,20 55 90 68,18 % 30 14 319 70 70 80 80 75 85 60 3250 73,86 60 95 77,27 % 34 10 90 70 70 85 90 95 65 3555 80,80 60 100 88,63 % 39 5 DAFTAR KETUNTASAN HASIL BELAJAR TES TERTULIS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Nama Siswa Abdurahman D P Aditiya Manggala A Ardilos Satria G Berlyana Herawati Dava Rizky P A Daffa Maulana F Devina Meala A O Dewi Nabila S Dinda Cahya N Fatwani Herly Febiyanti Diah P Febiyola Lintang Irvin Akhmad F R Kartika Wira S Kevin Farel W Khrisna Nanda Laksmana A Muh Azzahli F Muh Olen Savero Muh Reynanda Myria Mas Ayu S Nabila Hayu P Naufal Dhias R Naufal Hafizh R Naufal Nur Abid Nur Amalina R Pradipta Ratu A Pratama Dipo H R. Mirza Caesar A Raditya Gigih W Rafif Jaya Wardana Respati Dewanto Rifqi Irwandika Salma Nisa Seyna Putri S Safania Mansa Sheva Putra A.P Tsabita Ayu Prastika Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Nilai Ket. Nilai Ket. Nilai Ket. 70 85 65 75 65 70 70 85 70 70 65 70 85 55 70 55 55 55 65 70 70 80 70 70 55 60 65 70 75 70 70 70 80 70 70 55 70 70 T T TT T TT T T T T T TT T T TT T TT TT TT TT T T T T T TT TT TT T T T T T T T T TT T T 75 75 70 80 70 70 80 75 80 80 70 70 70 80 90 60 60 60 70 75 80 80 85 75 65 60 90 85 75 80 65 95 70 80 65 60 60 70 T T T T T T T T T T T T T T T TT TT TT T T T T T T TT TT T T T T TT T T T TT TT TT T 85 85 70 80 80 85 90 85 90 85 80 75 85 85 100 60 65 75 80 85 90 85 90 75 70 65 90 85 80 90 75 100 80 85 70 70 65 90 T T T T T T T T T T T T T T T TT TT T T T T T T T T TT T T T T T T T T T T TT T 320 39 Zaky Andika P G 40 Mustika Ratu Afif 41 Lauren K 42 Thalita Atha S 43 Davin Orvino A 44 Zhafira Rahmadia F Ketuntasan Klasikal Banyak Siswa Tuntas Banyak Siswa Tidak Tuntas Keterangan: 55 TT 80 T 85 T 70 T 90 T 55 TT 68,18% 30 14 T = Tuntas TT = Tidak Tuntas 321 70 T 80 T 80 T 75 T 85 T 60 TT 77,27% 34 10 70 T 70 T 85 T 90 T 95 T 65 TT 88,63% 39 5 LAMPIRAN 7 Catatan Lapangan 322 CATATAN LAPANGAN SIKLUS I Pelaksanaan tindakan siklus I Hari : Kamis Tanggal : 31 Januari 2013 Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) Materi : Peristiwa alam dan penyebabnya Standar kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Kompetensi dasar No. 1. 2. 3. : 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Tahap Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pada awal pembelajaran guru belum menginformasikan Awal waktu pembelajaran kepada siswa. Media yang digunakan guru belum maksimal karena suara video belum terdengar jelas dari sudut belakang kelas. Kegiatan Inti Ketika akan melakukan diskusi kelompok, beberapa siswa harus menggeser kursi dan meja, sehingga suasana kelas terdengar agak gaduh. Setelah diskusi kelompok guru memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuan awal atau penemuan ide siswa setelah diskusi kelompok. Dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa, guru masih menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Kegiatan Pada kegiatan penutup siswa diberikan lembar kerja Penutup evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Lebih dari 5 siswa meminta waktu tambahan untuk mengerjakan soal evaluasi karena siswa tersebut kurang memperhatikan waktu yang tersedia. Ketika mengumpulkan lembar evaluasi, siswa tidak mengumpulkan secara urut sesuai dengan nomor presensi. Siswa yang sudah selesai mengumpulkan terlebih dahulu kepada guru. Semarang, 31 Januari 2013 Observer, 323 Meila Nisa’ Hidayah CATATAN LAPANGAN SIKLUS 2 Pelaksanaan tindakan siklus 2 Hari : Kamis Tanggal : 7 Februari 2013 Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) Materi : Pola perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial. Standar kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Kompetensi dasar No. 1. 2. 3. : 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Tahap Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pada awal pembelajaran guru melakukan presensi. Awal Semua siswa masuk, tetapi ada 1 siswa yang kurang sehat sehingga guru memperbolehkan siswa tersebut untuk mengenakan jaket pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan Inti Beberapa siswa melakukan protes terhadap pembagian kelompok kepada guru. Akan tetapi, hal tersebut dapat diatasi dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. Ketika akan melakukan diskusi kelompok, beberapa siswa harus menggeser kursi dan meja, sehingga suasana kelas terdengar agak gaduh. Setelah diskusi kelompok guru memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuan awal atau penemuan ide siswa setelah diskusi kelompok. Dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa, guru masih menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa jawa. Pada tahap elaborasi (pengaplikasian konsep), guru kurang melibatkan siswa secara intelektual dan emosiaonal artinya beberapa siswa masih pasif dan belum mendapatkan perhatian dari guru. Hal ini dikarenakan kapasitas kelas yang terlalu besar sehingga guru mengalami kesulitan dalam membagi perhatian kepada siswa. Kegiatan Guru belum bisa mengelola waktu dengan tepat. Karena 324 Penutup waktu yang digunakan untuk pembelajaran tidak sesuai dengan waktu yang tersedia. Pada kegiatan penutup siswa diberikan lembar kerja evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa. Lebih dari 5 siswa meminta waktu tambahan untuk mengerjakan soal evaluasi karena siswa tersebut kurang memperhatikan waktu yang tersedia. Ketika mengumpulkan lembar evaluasi, siswa tidak mengumpulkan secara urut sesuai dengan nomor presensi. Siswa yang sudah selesai mengumpulkan terlebih dahulu kepada guru. Sehingga guru harus mengurutkan sendiri pekerjaan siswa sesuai dengan nomor presensinya, agar mudah dalam memasukkan nilai ke dalam daftar nilai hasil beajar siswa. Semarang, 7 Februari 2013 Observer, Ika Tiara Ratnasari 325 CATATAN LAPANGAN SIKLUS 3 Pelaksanaan tindakan siklus 2 Hari : Kamis Tanggal : 14 Februari 2013 Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit) Materi : Permasalahan sosial dan cara mengatasinya. Standar kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Kompetensi dasar No. 1. 2. 3. : 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Tahap Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran Kegiatan Pada saat guru akan menampilkan video untuk Awal membangkitkan minat siswa, speaker yang digunakan mengalami permasalahan. Hal tersebut tidak berlangsung lama, dalam waktu kurang dari 5 menit sudah bisa teratasi. Kegiatan Inti Pada saat memberikan penjelasan yang melibatkan siswa, guru masih menggunakan bahasa campuran. Beberapa kali terdengar guru menggunakan bahasa jawa. Kegiatan Waktu yang digunakan sudah sesuai dengan waktu yang Penutup tersedia yaitu 2X35 menit. Pengumpulan hasil evaluasi siswa belum sesuai dengan nomor presensi. Semarang, 14 Februari 2013 Observer, Ika Tiara Ratnasari 326 LAMPIRAN 8 Hasil Wawancara dengan Siswa 327 Hasil Wawancara Dengan Siswa Wawancara dilakukan secara klasikal dengan siswa setelah pembelajaran selesai dilaksanakan. Adapun hasil wawancara tersebut adalah siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual karena mereka dapat melihat video yang berkaitan dengan materi pembeljaran yaitu permasalahan sosial, selain itu siswa juga memberikan alasan bahwa mereka mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman ketika mengerjakan lembar kerja kelompok. Siswa juga mempunyai semangat karena merasa berkompetisi dalam menyampaikan penjelasan menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa merasa lebih mudah memahami materi pembelajaran karena mereka menemukan sendiri idea tau pengetahuan awal yang berkaitan dengan materi. Ketika guru memberikan pertanyaan “apakah kalian bersedia jika pembelajaran menggunakan langkah seperti yang telah dilaksanakan tadi?” lebih dari 70% siswa tunjuk jari yang berarti bersedia. Semarang, 14 Februari 2013 Peneliti, Febriana Lusi Hapsari 328 NIM. 1401409061 LAMPIRAN 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian 329 330 LAMPIRAN 9 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD 331 332 LAMPIRAN 11 Foto Penelitian, Data Observasi, Catatan Lapangan,Wawancara dan Hasil Belajar Siswa 333 SIKLUS 1 Kegiatan Awal Pemutaran Video Tanya Jawab Tentang Video Pembentukan Kelompok 334 Siswa Berdiskusi kelompok Siswa Guru Membimbing Diskusi Menunjukan Hasil Diskusi Siswa Akan Memberikan Penjelasan Guru memberikan Penjelasan Tahap Elaborasi Tahap Evaluasi Pengumpulan Hasil Evaluasi 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386