penerapan model siklus belajar berbantuan media

advertisement
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR
BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA
SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
FEBRIANA LUSI HAPSARI
NIM. 1401409061
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Febriana Lusi Hapsari
NIM
: 1401409061
Jurusan
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi
: Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media
Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, 13 Maret 2013
Febriana Lusi Hapsari
1401409061
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul
“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan
ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:
hari
: Rabu
tanggal
: 13 Maret 2013
Semarang, 13 Maret 2013
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. H. Susilo, M.Pd.
Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.
NIP. 19541206 198203 1 004
NIP. 19580105 198703 1 001
Mengetahui:
Ketua Jurusan PGSD
Dra. Hj. Hartati, M.Pd.
NIP. 19551005 198012 2 001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Febriana Lusi Hapsari, NIM 1401409061, dengan judul
“Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang”, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang pada:
hari
: Senin
tanggal
: 18 Maret 2013
Panitia Ujian Skripsi
Ketua,
Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd.
Dra. Hj. Hartati, M.Pd.
NIP. 19510801 197903 1 007
NIP. 19551005 198012 2 001
Penguji Utama,
Drs. Sukardjo, S.Pd. M.Pd.
NIP. 19561201 198703 1 001
Penguji 1,
Penguji 2,
Drs. H. Susilo, M.Pd.
Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.
NIP. 19541206 198203 1 004
NIP. 19580105 198703 1 001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”.(QS. Ibrahim, 14:7).
Salah satu unsure penting dalam kemajuan siswa adalah guru
yang betul-betul peduli terhadap anak didiknya dan terampil
merangkul serta terhubung dengan semua pembelajar yaitu guru
yang menciptakan lingkungan nyaman sehingga anak didiknya
senang belajar. (Bobbi DePoter)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, karya ini saya persembahkan
kepada:
Keluargaku tercinta, Ibu Tutik, Bapak Tono dan Ridwan Halim Khouf yang
senantiasa memberikan kasih sayang tulus serta dukungan baik spiritual, moral,
maupun material.
Almamater PGSD.
v
PRAKATA
Puji syukur peneliti Panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan
Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas
IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”. Skripsi ini merupakan syarat
akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan ini. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak antara lain:
1.
Prof. Dr. H. Sudijono Satroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk belajar kepada peneliti.
2.
Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan fasilitas belajar di FIP.
3.
Dra.Hj. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan ijin penelitian.
4.
Drs. H. Susilo, M.Pd. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan kesungguhan hati
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
5.
Drs. H. A. Busyairi, M.Ag. Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, tanggung jawab, dan
kesungguhan hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6.
Drs. Sukardjo, S.Pd., M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama ujian skripsi ini, sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
7.
Eny Anggorowati, S.Pd. Kepala SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
yang telah menerima peneliti untuk melakukan penelitian
vi
8.
Semua dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat bagi penulis.
9.
M. L. Dyah K. Anggraini, S.Pd. SD. tim kolaborator yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama penelitian berlangsung.
10. Sahabat-sahabatku terkasih (Meila, Mbak Yuni, Ami, Monic, Nana, Diyah,
Tika, Retno) yang selalu membantu, memberikan keceriaan dan semangat
disaat suka maupun duka.
11. Sahabat Sub Gugus Latih PGSD, yang selalu memberikan kegembiraan.
12. Teman-teman PPL dan teman seperjuangan PGSD angkatan 2009 yang telah
membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian
13. Seluruh siswa kelas IVA, guru dan karyawan SDN Kalibanteng Kidul 01
Kota Semarang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah
yang berlimpah dari Allah SWT.
Harapan peneliti, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada
peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 14 Maret 2013
Peneliti
vii
ABSTRAK
Hapsari, Febriana Lusi. 2013. Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media
Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa
Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Skrpsi. Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. H. Susilo, M.Pd.,
Pembimbing II; Drs. H. A. Busyairi, M.Ag.. 375 halaman.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji manusia
dan interaksinya dengan lingkungan serta integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu
sosial. Mata pelajaran IPS wajib diajarkan di SD. Masalah dalam penelitian ini
adalah terjadinya pembelajaran IPS yang belum optimal di kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dikarenakan guru kurang bervariasi
menggunakan model pembelajaran dan kurang optimal memanfaatkan media
pembeljaran sehingga mengakibatkan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu (2012-2013), hanya
45,45 % (20 dari 44 siswa) yang dapat mencapai KKM 70. Oleh karena itu perlu
adanya perbaikan kualitas pembelajaran IPS yaitu melalui penerapan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar dalam
pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?”.
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan
hasil belajar kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam
pembelajaran IPS melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan dengan tiga
siklus, setiap siklus terdiri dari satu pertemuan. Subjek penelitian ini adalah guru
dan 44 siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes berupa observasi,
dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara. Teknik analisis data terdiri atas
data kuantitatif dan data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus 1
memperoleh nilai 33 (baik), siklus 2 nilai 37 (sangat baik) dan siklus 3 nilai 44
(sangat baik). Aktivitas siswa pada siklus 1 memperoleh nilai 21,7 (baik), siklus 2
nilai 26,6 (baik) dan pada siklus 3 nilai 28,1 (sangat baik). Persentase ketuntasan
klasikal hasil belajar pada siklus 1 memperoleh persentase 68,19%, siklus 2
memperoleh persentase 77,27% dan siklus 3 memperoleh persentase 88,63%.
Simpulan dari penelitian ini adalah model siklus belajar berbantuan
media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan
hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Sebaiknya, guru harus lebih inovatif dan kreatif untuk menerapkan multimetode
dan multimedia dalam pembelajaran.
Kata Kunci: model siklus belajar, media audiovisual, kualitas pembelajaran IPS
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN...................................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................
v
PRAKATA....................................................................................................
vi
ABSTRAK.....................................................................................................
viii
DAFTAR ISI.................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xvi
i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1.1.
Latar Belakang
Masalah...........................................................................
1.2.
Rumusan Masalah dan Pemecahan
Masalah............................................
1
1
8
1.2.1. Rumusan Masalah..............................................................................
8
1.2.2. Pemecahan Masalah..........................................................................
9
1.3.
Tujuan
Penelitian......................................................................................
14
1.3.1. Tujuan Umum....................................................................................
14
1.3.2. Tujuan Khusus....................................................................................
14
1.4.
Manfaat
Penelitian....................................................................................
15
1.4.1. Manfaat Teoritis................................................................................
15
1.4.2. Manfaat Praktis..................................................................................
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA.........................................................................
17
ix
2.1.
Kajian
Teori..............................................................................................
2.1.1. Model Pembelajaran...........................................................................
2.1.1.1.
Hakikat Model
Pembelajaran.............................................................
2.1.1.2.
Model Siklus
Belajar…………..........................................................
17
17
17
18
2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual......................................................
26
2.1.3. Kualitas Pembelajaran……………………………............................
32
2.1.3.1.
Keterampilan
Guru……………………….........................................
2.1.3.2.
Aktivitas
Siswa……………………………………….......................
2.1.3.3.
Hasil
Belajar……………………………………………………........
2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran.....................................................
2.1.4.1.
Pengertian
Belajar………………………...........................................
2.1.4.2.
Ciri-ciri
Belajar………………………………....................................
2.1.4.3.
Prinsip-prinsip
Belajar........................................................................
Pembelajaran…………….........................................................
2.1.4.4.
...........
2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial……………………………...
2.1.5.1.
Pengertian
IPS……………………………………………………….
2.1.5.2.
Pembelajaran IPS di Sekolah
Dasar…………………………………
2.1.5.3.
Hakikat dan Tujuan
IPS……………………………………………...
x
34
39
42
45
45
46
48
49
50
50
52
53
2.1.5.4.
Ruang Lingkup
IPS…………………………………………………..
2.2.
Kajian
Empiris...........................................................................................
2.3.
Kerangka
Berpikir.....................................................................................
2.4.
Hipotesis
Tindakan....................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................
3.1.
Subyek
Penelitian………..........................................................................
3.2.
Variabel
Penelitian………………………………………………………
3.3.
Prosedur/ Langkah-langkah
PTK………………………………………..
54
55
57
60
61
61
61
61
3.3.1. Perencanaan……………………..........................................................
63
3.3.2. Pelaksanaan ……….............................................................................
64
3.3.3. Observasi..............................................................................................
65
3.3.4. Refleksi.................................................................................................
65
3.4.
Siklus
Penelitian.........................................................................................
3.4.1. Siklus 1…….........................................................................................
3.4.1.1.
Perencanaan..............................................................................
............
3.4.1.2.
Pelaksanaan
………………….............................................................
3.4.1.3.
Observasi...................................................................................
...........
3.4.1.4.
Refleksi.....................................................................................
............
3.4.2. Siklus 2……….....................................................................................
xi
66
66
66
67
69
69
69
3.4.2.1.
Perencanaan..............................................................................
............
3.4.2.2.
Pelaksanaan
………………….............................................................
3.4.2.3.
Observasi...................................................................................
...........
3.4.2.4.
Refleksi.....................................................................................
............
3.4.3. Siklus 3…….………............................................................................
3.4.3.1.
Perencanaan..............................................................................
............
Pelaksanaan…………………...................................................
3.4.3.2.
...........
3.4.3.3.
Observasi...................................................................................
...........
3.4.3.4.
Refleksi.....................................................................................
............
3.5.
Data dan Cara Pengumpulan
Data.............................................................
69
70
72
72
72
72
73
74
75
75
3.5.1. Sumber Data……...............................................................................
75
3.5.2. Jenis Data…………………………………………………………….
76
3.5.2.1.
Data
Kuantitatif………………………………………………………
3.5.2.2.
Data
Kualitatif………………………………………………………..
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………...
3.5.3.1.
Teknik
Tes……………………………………………………………
3.5.3.2.
Teknik
Nontes……………………………………………………….
3.6.
Teknik Analisis
76
76
77
77
78
80
xii
Data……………………..................................................
3.6.1. Data Kuantitatif....................................................................................
3.6.1.1.
Menentukan Nilai Berdasarkan Skor
Teoritis………………………..
3.6.1.2.
Menghitung Persentase Ketuntasan Belajar
Klasikal………………...
3.6.1.3.
Menghitung Mean atau Rerata
Kelas………………………………...
3.6.2. Data Kualitatif......................................................................................
3.7.
Indikator
Keberhasilan…...........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................
4.1.
Hasil
Penelitian..........................................................................................
80
80
80
81
82
86
87
87
4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus......................................................................
88
4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1...................................
88
4.1.2.1.
Perencanaan Siklus
1............................................................................
4.1.2.2.
Pelaksanaan Siklus
1............................................................................
4.1.2.3.
Observasi Siklus
1................................................................................
4.1.2.4.
Refleksi Siklus
88
89
95
11
1..................................................................................
4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2...................................
4
12
0
4.1.3.1.
Perencanaan Siklus
12
2............................................................................
4.1.3.2.
Pelaksanaan Siklus
12
2............................................................................
4.1.3.3.
0
Observasi Siklus
1
12
xiii
2................................................................................
4.1.3.4.
Refleksi Siklus
7
14
2..................................................................................
4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3...................................
7
15
1
4.1.4.1.
Perencanaan Siklus
15
3............................................................................
4.1.4.2.
Pelaksanaan Siklus
15
3............................................................................
4.1.4.3.
Oservasi Siklus
2
15
3..................................................................................
4.1.4.4.
1
Refleksi Siklus
8
17
3..................................................................................
4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3...
8
18
0
4.1.5.1.
Keterampilan
18
Guru…………………………………………………...
4.1.5.2.
Aktivitas
18
Siswa……………………………………………………….
4.1.5.3.
0
Hasil
1
18
1
Pembahasan...........................................................................................
18
4.2.
Belajar………………………………………………………….
.....
4
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian............................................................
18
4
4.2.1.1.
18
Guru....................................................
4
4.2.1.2.
Hasil Observasi Keterampilan
Hasil Observasi Aktivitas
Siswa..........................................................
4.2.1.3.
Hasil Belajar
19
1
19
Siswa..............................................................................
xiv
4
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian....................................................................
19
7
4.2.2.1.
Bagi
19
Peneliti………………………………………………………….
4.2.2.2.
Bagi
19
Guru…………………………………………………………….
4.2.2.3.
Bagi
7
19
Siswa……………………………………………………………
4.2.2.4.
7
Bagi
7
19
Lembaga………………………………………………………..
BAB V PENUTUP...........................................................................................
8
19
9
5.1. Simpulan...................................................................................................
19
9
5.2. Saran..........................................................................................................
20
0
5.2.1. Bagi Guru……………………………………………………………...
20
0
5.2.2. Bagi Siswa…………………………………………………………......
20
0
5.2.3. Bagi Sekolah…………………………………………………………..
20
1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
20
2
LAMPIRAN...................................................................................................
20
5
xv
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Sintak
Model
Siklus
Belajar
Berbantuan
Media
Audiovisual………………………………………………............
Tabel 1.2
9
Penerapan Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media
Audiovisual dalam Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi
Permasalahan Sosial……..............................................................
11
Tabel 2.1
Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson……...............
22
Tabel 2.2
Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena....................
Tabel 2.3
Pengaplikasian
Model
Siklus
BelajarBerbantuan
24
Media
Audiovisual dalam proses Pembeljaran IPS Kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang…………………...............
30
Tabel 3.1
Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal………………….................
81
Tabel 3.2
Kriteria Ketuntasan Belajar…………………………...................
82
Tabel 3.3
Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif…….......................................
84
Tabel 3.4
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…....................................
85
Tabel 3.5
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa….........................................
85
Tabel 4.1
Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1…....................
96
Tabel 4.2
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru…....................................
97
Tabel 4.3
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1.............................
104
Tabel 4.4
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa….........................................
105
Tabel 4.5
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1...........................................
111
Tabel 4.6
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 111
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1........................
112
Tabel 4.8
Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2........................
127
Tabel 4.9
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 128
Tabel 4.10
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2.............................
136
Tabel 4.11
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa….........................................
137
Tabel 4.12
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 2...........................................
143
xvii
Tabel 4.13
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 144
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2........................
145
Tabel 4.15
Data hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3........................
159
Tabel 4.16
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru….................................... 160
Tabel 4.17
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3.............................
167
Tabel 4.18
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa….........................................
168
Tabel 4.19
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3...........................................
175
Tabel 4.20
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa………………......................... 175
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 3........................
xviii
176
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir……………………….…………..
Gambar 3.1
Bagan Alur Langkah-langkah PTK “penerapan Model
59
Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang………………..
63
Gambar 4.1
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1...................................
113
Gambar 4.2
Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 1.
114
Gambar 4.3
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2...................................
146
Gambar 4.4
Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 2.
146
Gambar 4.5
Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3...................................
177
Gambar 4.6
Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa Siklus 3.
177
Gambar 4.7
Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru.......................
180
Gambar 4.8
Diagram Hasil penelitian Aktivitas Siswa…….....................
181
Gambar 4.9
Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa…..................
182
Gambar 4.10 Diagram Hasil Penelitian Persentase Ketuntasan Belajar
Klasikal.................................................................................... 183
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian..............................................
206
Lampiran 2
Instrumen Penelitian..............................................................
211
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran......................................
226
Lampiran 4
Data Hasil Penelitian Keterampilan Guru.............................
295
Lampiran 5
Data Hasil Penelitian Aktivitas Siswa...................................
298
Lampiran 6
Data Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa.............................
307
Lampiran 7
Catatan Lapangan..................................................................
312
Lampiran 8
Hasil Wawancara dengan Siswa……………………………
317
Lampiran 9
Surat Permohonan Ijin Penelitian..........................................
319
Lampiran 10
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di SD...................
321
Lampiran 11
Foto Penelitian, Dokumen Data Observasi, Catatan
lapangan, Wawancara dan Hasil Belajar...............................
xx
323
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Setiap orang membutuhkan ilmu pengetahuan agar dapat mengikuti
perkembangan zaman dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui dunia
pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses
tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan
dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip
ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan yaitu dari paradigma
pengajaran ke paradigma pembelajaran. Mengingat kebhinekaan budaya,
keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik serta tuntutan untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran harus fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
1
2
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik (BSNP 2007: 5-6).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, bahwa IPS adalah ilmu
yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Serta
mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki
kehidupan bermasyarakat yang dinamis (BSNP 2007: 575).
Pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa
mata pelajaran IPS merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian
Penjelasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 37 bahwa bahan
kajian ilmu pengetahuan sosial, antara laian, ilmu bumi, sejarah, ekonomi,
kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial
masyarakat.
Tujuan mata pelajaran IPS dalam BSNP (2007: 575) adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungan, (2) memiliki kemampuan untuk berfikir
3
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama,
dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional,
dan global.
Badan Standar nasional Pendidikan (2007: 575) ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) manusia, tempat dan
lingkungan; (2) waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) sistem sosial dan
budaya; dan, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27)
mengemukakan bahwa ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan
manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek kehidupannya meliputi semua
aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata
pelajaran IPS (2007: 5-7) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standar
isi mata pelajaran IPS yaitu guru masih berorientasi pada buku teks, alokasi waktu
yang diberikan cukup singkat sedangkan materi yang harus diberikan cukup
banyak, pelajaran masih cenderung pada hafalan, metode yang diterapkan guru
cenderung pada aktivitas guru bukan aktivitas siswa sehingga pembelajaran masih
berpusat pada guru (teacher centered).
Fenomena pelaksanaan pembelajaran IPS tersebut di atas, juga terjadi di
SDN Kalibanteng Kidul 01. Berdasarkan refleksi awal dengan tim kolaborasi
ketika pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) saat pembelajaran IPS
ditemukan bahwa
guru kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran
4
dalam pembelajaran IPS, guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media
pembelajaran yang telah tersedia. Ketika memberikan materi pembelajaran guru
hanya menggunakan metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada
aspek hafalan yaitu guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak menggunakan
model pembelajaran yang inovatif, mencatatkan materi di papan tulis kemudian
siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS tersebut. Selain itu,
guru masih berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat menyampaikan materi
pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain seperti buku
pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat siswa untuk
mengikuti pembelajaran kurang. Apabila diadakan kerja kelompok beberapa
siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung pada siswa yang
unggul.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi arsip nilai semester satu tahun
ajaran 2012-2013 hasil belajar siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan sekolah yaitu 70. Hal ini ditunjukkan dengan data siswa sebanyak
54,54 % (24 dari 44 siswa) kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 memiliki nilai
rata-rata
yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan. Siswa yang sudah
mencapai KKM sebanyak 45,45% (20 dari 44 siswa) artinya siswa tersebut
mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 53
dan nilai tertinggi 87 dengan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM).
Berbagai aspek kualitas pembelajaran yaitu keterampilan guru, aktivitas
siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan system
5
pembelajaran. Permasalahan yang terjadi di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01
yaitu 8 keterampilan dasar guru rendah, aktivitas siswa rendah dan hasil belajar
siswa rendah. Melihat pelaksanaan pembelajaran dan data hasil belajar tersebut,
maka sangat perlu dilakukan kegiatan perbaikan pembelajaran agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya dalam hal keterampilan guru,
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa yaitu dengan melakukan penelitian tindakan
kelas.
Pemecahan masalah pembelajaran IPS di atas, peneliti bersama tim
kolaborasi menetapkan alternatif tindakan
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Siklus Belajar Berbantuan Media
Audiovisual.
Wena (2011: 170) mengemukakan pembelajaran siklus merupakan salah
satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Menurut Lawson
(1994: 168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three
phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran
yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan
penerapan konsep. Tahapan ini dapat dikaitkan dengan IPS dengan materi
permasalahan sosial, yaitu pengenalan dan penerapan konsep permasalahan sosial.
Menurut Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), pada proses selanjutnya,
tiga tahap siklus belajar mengalami pengembangan menjadi lima tahap. Peneliti
memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari 5 tahap karena salah
satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat sesuai untuk mengatasi
6
akar permasalahan penelitian ini bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini sangat
diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan mengetahui
hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti. Langkah pembelajaran
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yaitu:
1) Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video.
2) Eksplorasi (exploration)
3) Penjelasan (explanation)
4) Elaborasi (elaboration/ extention)
5) Evaluasi (evaluation).
Media pembelajaran audiovisual adalah media penyaluran pesan dengan
memanfaatkan indera pendengaran dan penglihatan (Sukiman, 2012: 184). Jenis
media audiovisual yang dipilih dalam penelitian ini adalah video permasalahan
sosial.
Model dan media pembelajaran yang dipilih digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran secara operasional
dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis dosen,
mahasiswa, kurikulum dan bahan belajar, media fasilitas dan sistem pembelajaran
dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan
kurikuler (Dikti 2004: 7). Kualitas pembelajaran yang dikaji dalam penelitian ini
meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.
Hasil penelitian tentang penerapan model siklus belajar dan media
audiovisual dalam penelitian tindakan kelas sudah pernah dilakukan sebelumnya
7
pada jenjang sekolah dasar (SD), yang memperkuat keinginan peneliti untuk
menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual, antara lain:
Penelitian yang dilakukan Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan
model pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar
siswa pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 7,32 dan ketuntasan belajar
klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi indikator
keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan ketuntasan belajar
klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah melampaui kriteria ketuntasan
belajar yang mensyaratkan rata- rata hasil tes minimal 7,5 dengan prosentase
ketuntasan ≥ 85 %.
Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan media
audiovisual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual
proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai
rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada
siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata
pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II.
Alasan peneliti memilih model siklus belajar berbantuan media
audiovisual sebagai alternatif pemecahan masalahnya karena akar permasalahan
yang muncul dari siswa adalah aktivitas siswa masih sangat kurang. Sehingga
dengan adanya penerapan model dan media tersebut dalam proses pembelajaran
8
siswa diharapkan akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru
sudah menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan menggunakan
media yang menarik. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran karena
dalam model siklus belajar siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan
teman sekelompoknya, mengemukakan konsep, dan menyampaikan ide baru
sebagai hasil diskusinya. Semua itu merupakan upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 yang meliputi
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Ulasan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengkaji melalui
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar
Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS
Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”.
1.2.
Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.2.1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
Rumusan masalah tersebut di atas dapat dirinci sebagai berikut.
(1)
Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS di kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
9
(2)
Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
(3)
Apakah melalui model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang?
1.2.2. Pemecahan Masalah
Berbagai rumusan masalah tersebut, maka alternatif tindakan yang
dilakukan adalah menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
Langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar menurut Wena (2011:
173-175) yang dipadukan dengan media audiovisual adalah:
1. Pembangkitan minat (engagement) dengan menampilkan video.
2. Eksplorasi (exploration)
3. Penjelasan (explanation)
4. Elaborasi (elaboration/ extention)
5. Evaluasi (evaluation).
Berdasarkan sintak tersebut di atas, secara operasional kegiatan guru dan
siswa selama proses pembelajaran di dalam kelas dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Tabel 1.1
Sintak Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual
No
.
Tahap Siklus
Belajar
1.
Tahap
pembangkitan
Kegiatan guru
Kegiatan Siswa
Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/
keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap
10
minat
siswa dengan menampilkan topik bahasan
video permasalahan sosial.
Mengajukan
pertanyaan Memberikan
respon
tentang proses faktual terhadap
pertanyaan
dalam kehidupan sehari- guru.
hari (yang berhubungan
dengan topik bahasan).
Mengaitkan topik yang
dibahas
dengan
pengalaman
siswa.
Mendorong siswa untuk
mengingat
pengalaman
sehari-harinya
dan
menunjukkan
keterkaitannya
dengan
topik pembelajaran yang
ada dalam video.
2.
Tahap
Eksplorasi
Berusaha
mengingat
pengalaman sehari-hari
dan
menghubungkan
dengan
topik
pembelajaran yang akan
dibahas.
Membentuk
kelompok, Membentuk
kelompok
memberi kesempatan untuk dan berusaha bekerja
bekerja
sama
dalam dalam kelompok.
kelompok kecil secara
mandiri.
Guru berperan
fasilitator.
sebagai Membuat prediksi baru.
Mendorong siswa untuk Mencoba
alternatif
menjelaskan
konsep pemecahan dengan teman
dengan kalimatnya sendiri. sekelompok,
mencatat
pengamatan,
atau
mengembangkan ide-ide
baru.
Meminta
bukti
dan Menunjukkan bukti dan
klarifikasi
penjelasan memberi
klarifikasi
siswa, mendengar secara terhadap ide-ide baru.
kritis
penjelasan
antarsiswa.
11
Memberi definisi
dan Mencermati dan berusaha
penjelasan
dengan memahami
penjelasan
memakai penjelasan siswa guru.
terlebih dahulu sebagai
dasar diskusi.
3.
Tahap
penjelasan
Mendorong siswa untuk Mencoba
memberi
menjelaskan
konsep penjelasan
terhadap
dengan kalimat sendiri.
konsep yang ditemukan.
Meminta
bukti
dan Menggunakan
klarifikasi penjelasan.
pengamatan dan catatan
dalam
memberi
penjelasan
Mendengar secara kritis Melakukan pembuktian
penjelasan antarsiswa atau terhadap konsep yang
guru.
diajukan.
4.
5.
Tahap
elaborasi
Tahap
evaluasi
Memandu diskusi.
Mendiskusikan.
Mengingkatkan siswa pada
penjelasan alternatif dan
mempertimbangkan data/
bukti
saat
mereka
mengeksplorasi
situasi
baru.
Menerapkan konsep dan
keterampilan
dalam
situasi
baru
dan
menggunakan label dan
definisi formal.
Mendorong
dan
memfasilitasi
siswa
mengaplikasi
konsep/
keterampilan dalam setting
yang baru/ lain.
Bertanya, mengusulkan
pemecahan,
membuat
keputusan,
melakukan
percobaan,
dan
pengamatan.
Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa
dalam
hal
penerapan
konsep baru.
Mengevaluasi belajarnya
sendiri
dengan
mengajukan pertanyaan
terbuka dan mencari
jawaban
yang
menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan
yang
diperoleh
12
sebelumnya.
Mendorong
siswa Mengambil kesimpulan
melakukan evaluasi diri.
lanjut atas situasi belajar
yang dilakukannya.
Mendorong
siswa
memahami
kekurangan/
kelebihannya
dalam
kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis
kekurangan/
kelebihannya
dalam
kegiatan pembelajaran.
Sintak model pembelajaran siklus yang dikemukakan Wena dan
dipadukan dengan media audiovisual maka dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi
permasalahan sosial sebagai berikut.
Table 1.2
Penerapan Sintak Model Siklus Belajar berbantuan Media Audiovisual dalam
Pembelajaran IPS Kelas IVA dengan Materi Permasalahan Sosial
No.
1.
Tahap Siklus
Belajar
Tahap
pembangkitan
minat
Kegiatan guru
Kegiatan Siswa
Membangkitkan minat dan Mengembangkan
keingintahuan
(curiosity) minat/ rasa ingin tahu
siswa, berupa penayangan terhadap topik bahasan
video permasalahan sosial.
Mengajukan pertanyaan yang Memberikan
respon
berhubungan
dengan terhadap
pertanyaan
permasalahan sosial yang guru.
terjadi di lingkungan sekitar.
Misalnya, apa sajakah yang
termasuk permasalahan sosial
itu? Siapa yang pernah
13
melihat seorang pengemis?
Dimana kalian melihatnya?
2.
Tahap
Eksplorasi
Mengaitkan
permasalahan
sosial dengan pengalaman
siswa. Mendorong siswa
untuk mengingat pengalaman
sehari-harinya
yang
berhubungan
dengan
permasalahan sosial, misalnya
kemiskinan,
adanya
gelandangan, rumah padat
penduduk, dan menunjukkan
keterkaitannya dengan topik
pembelajaran yang sedang
dibahas.
Berusaha
mengingat
pengalaman sehari-hari
dan menghubungkan
dengan
topik
pembelajaran
yang
akan
dibahas.
Misalnya,
pernah
melihat
pengemis,
gelandangan,
rumah
padat penduduk.
Membentuk
kelompok,
memberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam kelompok
kecil secara mandiri. Tiap
kelompok
beranggotakan
4anak.
Membentuk kelompok
sesuai arahan dari guru
dan berusaha bekerja
dalam kelompok.
Guru
berperan
sebagai Mengerjakan
lembar
fasilitator yaitu menyiapkan kerja
yang
telah
lembar kerja untuk siswa.
diberikan oleh guru.
Mendorong
siswa
untuk Mencoba
alternatif
menjelaskan
konsep pemecahan
dengan
permasalahan sosial dengan teman
sekelompok,
kalimatnya sendiri.
mencatat pengamatan,
serta mengembangkan
ide-ide
baru
yang
berkaitan
dengan
permasalahan
yang
diajukan guru yaitu
tentang permasalahan
sosial.
Meminta bukti dan klarifikasi Menunjukkan
penjelasan siswa, mendengar dengan
14
bukti
secara
kritis
penjelasan
antarsiswa
tentang
permasalahan yang diajukan
guru.
memperlihatkan hasil
kerja kelompoknya dan
memberi
klarifikasi
terhadap ide-ide baru.
Memberi
definisi
dan Mencermati
dan
penjelasan tentang konsep berusaha
memahami
permasalahan sosial.
penjelasan guru.
3.
Tahap
penjelasan
Menunjuk salah satu siswa
untuk mengulangi penjelasan
yang telah disampaikan oleh
guru.
Mencoba
memberi
penjelasan
terhadap
konsep yang sudah
dijelaskan oleh guru.
Mendengar
secara
kritis Menggunakan
penjelasan antarsiswa atau pengamatan
dan
guru.
catatan dalam memberi
penjelasan
Mengklarifikasi
siswa.
4.
Tahap
elaborasi
penjelasan Melakukan pembuktian
terhadap konsep yang
diajukan dengan cara
mengaitkan
teori
dengan
kenyataan
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Memandu diskusi.
Mendiskusikan
pengaplikasian
teori
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Mengingkatkan siswa pada
penjelasan alternatif dan
mempertimbangkan
data/
bukti
saat
mereka
mengeksplorasi situasi baru.
Menerapkan
konsep
dan
keterampilan
dalam situasi baru dan
menggunakan label dan
definisi formal, yaitu
menuliskan sikap yang
harus dimiliki oleh
pelajar
dalam
menghadapi
permasalahan
sosial
15
yang ada.
5.
Mendorong dan memfasilitasi
siswa mengaplikasi konsep
dengan cara menyebutkan
perilaku/ sikap yang harus
dimiliki oleh seorang pelajar
dalam
menghadapi
permasalahan sosial yang ada.
Bertanya
dan
mengusulkan
pemecahan
masalah
terhadap permasalahan
sosial
yang
ada
dilingkungan sekitar.
Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan atau
pemahaman siswa dalam hal
penerapan konsep baru yang
sudah dikemukakan oleh
siswa sebagai hasil dari
diskusi kelompok
Mengevaluasi
belajarnya
sendiri
dengan
mengajukan
pertanyaan kepada guru
apa yang belum paham.
Mendorong siswa melakukan Mengambil kesimpulan
evaluasi diri, dan menjawab/ atas situasi belajar yang
memberikan ulasan terhadap dilakukannya.
pertanyaan yang diajukan
siswa.
Memberikan soal evaluasi
sebagai alat untuk memahami
kekurangan/ kelebihan siswa
dalam kegiatan pembelajaran
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
16
Melihat
dan
menganalisis
kekurangan/
kelebihannya
dalam
kegiatan pembelajaran
dengan
mengerjakan
soal evaluasi dari guru.
Tujuan umum yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media
audiovisual untuk meningkatkan keterampilan guru kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
(2) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media
audiovisual untuk meningkatkan aktivitas siswa kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
(3) Mendeskripsikan dan menganalisis model siklus belajar berbantuan media
audiovisual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS.
1.4.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut.
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan memberi kontribusi pada perkembangan ilmu
pengetahuan berupa penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar serta sebagai bahan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
1.4.2.1. Bagi Siswa
17
a. Penerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS,
sehingga IPS menjadi mata pelajaran yang menarik bagi siswa.
b. Model siklus belajar berbantuan media audiovisual juga mendorong keaktifan
dan kreativitas siswa dalam pembelajaran karena siswa tidak hanya
mendengarkan dan mencatat materi ajar yang diberikan guru saja melainkan
harus melihat, mendengarkan, berdiskusi dan memunculkan ide-ide baru
sehingga menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa.
1.4.2.2. Bagi Guru
a. Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang model siklus
belajar berbantuan media audiovisual
sehingga dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya dalam mengelola kelas.
b. Sebagai sarana guru untuk melakukan perbaikan terhadap pembelajaran IPS
yang sudah diberikan.
c. Memotivasi guru untuk menerapkan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran di kelas menjadi
lebih bervariasi.
1.4.2.3. Bagi Sekolah
a. Penerapan model siklus belajar dengan media audiovisual dapat meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah.
b. Mengoptimalkan kerja sama antarguru sehingga akan terciptanya iklim
pembelajaran yang kondusif di sekolah.
18
c. Melalui penggunaan model siklus belajar dengan media audiovisual ini akan
dapat memberikan masukan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan kualitas
pembelajaran IPS di SD.
1.4.2.4. Bagi Peneliti
Peneliti akan mendapatkan pengetahuan baru bahwa model siklus belajar
dengan media audiovisual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di
sekolah dasar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Model Pembelajaran
2.1.1.1.
Hakikat Model Pembelajaran
Peningkatan pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menerapkan model
pembelajaran yang bervariasi.
Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran yang
digunakan sebagai pola untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, memberi
petunjuk kepada guru kelas dan merencanakan pembelajaran. Menurut Arends
(dalam Suprijono 2011: 45-46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-
19
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
kelas.
Fungsi model pembelajaran menurut Joyce (dalam Suprijono 2011: 46)
adalah membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterangan, cara
berfikir, mengekspresikan ide dan sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus, yaitu: (1) rasional
teoretik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya;
(2) landasan tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang
akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur dalam Trianto
2007:6).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola tindakan yang akan dilakukan
oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran yang didalamnya ada kegiatan
timbal balik antara guru dan siswa sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan memanfaatkan berbagai fasilitas dan sumber belajar yang
ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung optimal.
2.1.1.2.
Model Siklus Belajar
Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970
dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study). Menurut Lawson
(1994:168) The learning cycle is a method of instruction that consist of three
20
phase called exploration, term introduction and concept application. Maksud dari
pernyataan tersebut adalah model siklus belajar merupakan model pembelajaran
yang terdiri dari tiga fase/ tahap yaitu eksplorasi, pengenalan konsep dan
penerapan konsep. Dengan penjelasan sebagai berikut.
a. Eksplorasi (exploration); siswa melakukan eksplorasi bebas, sehingga dapat
berinteraksi social dengan teman atau guru yang akan mendorong terjadinya
asimilasi dan memunculkan pertanyaan.
b. Pengenalan konsep (concept introduction); guru menjelaskan konsep dan teori
untuk menjawab pertanyaan/ permasalahan yang muncul dan menyusun
gagasan siswa.
c. Penerapan konsep (concept application); siswa menggunakan konsep untuk
memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru (Samatowa 2010: 72).
Menurut Wena (2011: 170) pembelajaran siklus merupakan salah satu
model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Baharudin dan Wahyuni
(2012: 115-117) menjelaskan teori belajar konstruktivisme bahwa belajar adalah
menciptakan makna dan pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk
menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal
terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu antarsiswa dan lingkungan saling berinteraksi
untuk menciptakan makna, pentingnya konteks, isi, pengetahuan harus
dipasangakan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi, belajar terjadi dalam
setting yang realistis, dan belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep dan budaya.
Pembelajaran
harus
disusun
dengan
21
membangun
model
pembelajaran
pengetahuan, meningkatkan kerjasama, dan mendesain lingkungan yang autentik.
Dalam teori belajar ini peran guru adalah mengajar siswa bagaimana membangun
makna dan bagaimana secara selektif memonitor dan selalu mempengaruhi
bangunan mereka; dan mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa
sehingga autentik, konteks yang relevan yang dialami.
Lorsbach (dalam Wena 2011: 171), mengemukakan bahwa pada
proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan. Tiga
tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap yaitu:
1. Pembangkitan minat (engagement)
a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan
(curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan.
b. Guru membangun keterkaitan atau perikatan antara pengalaman
keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
2. Eksplorasi (exploration)
a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.
b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru.
c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok.
3. Penjelasan (explanation)
a. Siswa menjelaskan konsep atau hasil diskusinya menggunakan kalimatnya
sendiri.
b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas,
dengan memakai penjelasan siswa terdahulu.
22
c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/ hasil diskusi
sesuai dengan penjelasan guru.
4. Elaborasi (elaboration/ extention)
a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari.
b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan pemecahan,
membuat keputusan, melakukan percobaan dan pengamatan.
5. Evaluasi (evaluation).
a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan
konsep baru.
b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan kepada
guru.
c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau kemajuannya
dalam proses pembelajaran.
Lawson (1994: 162) provide information that is:
Table 4.1 present adapted summaries that were initially
created by BSCS of the instructional approaches used in recent
curricular materials. These are clearly learning cycle
approaches, although BSCS divides the exploration phase into
engage and explore stage. The term introduction phase is
referred to as the explain stage and the concept application
phase as the elaboration stage. In addition to these three stage,
BSCS includes another called evaluate----of course, student
and teachers need to evaluate learning, so the addition of this
stage is not unique.
Maksud dari keterangan yang diberikan oleh Lawson tersebut bahwa
tabel 4.1 merupakan ringkasan yang awalnya diciptakan oleh BSCS dari
pendekatan instruksional yang digunakan dalam bahan kurikulum. Ini merupakan
model siklus belajar, meskipun BSCS membagi tahap eksplorasi ke tahap
23
pembangkitan minat dan mengeksplorasi. Tahap pengenalan istilah disebut
sebagai tahap menjelaskan dan tahap aplikasi konsep sebagai tahap elaborasi.
Tahap selanjutnya BSCS menyebutkan evaluasi, siswa dan guru perlu
mengevaluasi pembelajaran, maka jika langkah pembelajaran ditambah dengan
tahap ini akan lebih baik.
Peneliti memilih menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari
5 tahap karena salah satu tahapnya yaitu pembangkitan minat sehingga sangat
sesuai untuk mengatasi akar permasalahan penelitian ini bahwa minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPS kurang. Selain itu terdapat juga tahap evaluasi, ini
sangat diperlukan untuk mengukur keberhasilan suatu pembelajaran dan
mengetahui hasil belajar siswa sebagai variabel yang diteliti.
Penerapan model pembelajaran siklus ketika berada di kelas kegiatan
guru dan aktivitas siswa sebagai berikut.
Tabel 2.1
Penerapan Model Siklus Belajar Menurut Lawson (1988: 164-167)
Stage
Teacher Action
Student Action
(Tahap)
(Kegiatan Guru)
(Kegiatan Siswa)
Engagement
(Pembangkitan
minat)
creates interest, generates
curiosity, raises questions,
elicits responses that uncover
what the student know about the
concept (membangkitkan minat,
menghasilkan rasa ingin tahu,
memunculkan
pertanyaan,
sehingga diperoleh informasi
yang diketahui siswa tentang
materi yang akan disampaikan)
ask questions such as “why
did happen? Show interest
topic
(mengajukan
pertanyaan
seperti
"mengapa
terjadi?”
mengembangkan rasa ingin
tahu)
Exploration
encourages student to work think
24
freely
but
within
(Eksplorasi)
together
without
direct
instruction, observes and listens
to student interaction, ask
probing question to redirect
student investigation when
necessary, provides time for
student to puzzle through
problem, act as consultant for
students (mendorong siswa
untuk bekerja sama tanpa
instruksi langsung, mengamati
dan mendengarkan interaksi
siswa, mengajukan pertanyaan
untuk
mengarahkan
penyelidikan
siswa
bila
diperlukan, menyediakan waktu
bagi siswa untuk menyelesaikan
masalah, bertindak sebagai
konsultan bagi siswa)
limits of activity, tes
prediction and hypotheses,
form new prediction and
hypotheses, tries discusses
with
other,
record
observation and ideas
suspends
judgement
(berpikir bebas, tetapi
dalam batas-batas kegiatan,
prediksi tes dan hipotesis,
bentuk prediksi baru dan
hipotesis,
mencoba
membahas dengan lainnya,
mencermati
dan
memahami
penjelasan
guru)
Explanation
(Penjelasan)
encourages student to explain
concept ang definitions in their
own words, ask for justification
and clarification from student,
formally provides definitions
explaination and new labels,
uses
student
previous
experiences as basis for
explaining concept (mendorong
siswa
untuk
menjelaskan
konsep dan definisi dalam katakata mereka sendiri, meminta
pembenaran dan klarifikasi dari
siswa,
secara
resmi
memberiikan
penjelasan
definisi
dan
label
baru,
menggunakan
pengalaman
siswa sebelumnya sebagai dasar
untuk menjelaskan konsep)
explanations
possible
solution or answer to
others
explanations,
questions
other
explanation, listen to and
tries
to
comprehend
explanation (menjelaskan
kemungkinan solusi atau
jawaban untuk penjelasan
lain,
memberiikan
pertanyaan
kepada
penjelasan
teman,
mendengarkan
dan
mencoba untuk memahami
penjelasan)
Elaboration/
expect student to use formal applies
25
new
labels,
Extention
(Elaborasi)
label,
definitions
and
explanations
provided
previously, encourages student
to apply or extend concept and
skill in new situation, refers
student existing data and
evidence
and
ask
(mengharapkan siswa untuk
menggunakan label formal,
definisi dan penjelasan yang
diberikan
sebelumnya,
mendorong
siswa
untuk
menerapkan atau memperluas
konsep dan keterampilan dalam
situasi baru, meminta bukti dan
klarifikasi penjelasan)
definitions,
explanations
and skills in new but
similar situations, draws
reasonable
conclisions
from evidence, record
observations
and
explaination, cheek for
understanding
among
peers (menerapkan ide,
definisi, penjelasan dan
keterampilan dalam situasi
baru namun mirip dengan
konsep yang ada, menarik
kesimpulan yang wajar dari
pengamatan rekaman bukti
dan penjelasan, memeriksa
pemahaman antara temanteman yang lain)
Evaluation
(Evaluasi)
observes student as they apply
new concepts and skills, looks
for evidence that student have
chaged their thinking or
behaviors, allows students to
assess their own learning
(mengamati
siswa
dalam
menerapkan
konsep
dan
keterampilan baru, mencari
bukti bahwa siswa telah
mengubah
pemikiran
atau
perilaku
mereka,
memungkinkan siswa untuk
menilai pembelajaran mereka
sendiri)
answer
open
ended
question
by
using
observations,
evidence,
and previously accepted
explaination, demonstrates
understanding, evaluates
his or her own progress
and knowledge (menjawab
pertanyaan
terbuka
berakhir
dengan
menggunakan pengamatan,
bukti, dan penjelasan yang
sebelumnya
diterima,
mendemonstrasikan
pemahaman, mengevaluasi
kemajuan nya sendiri dan
pengetahuan)
26
Langkah pembelajaran secara operasional kegiatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran didalam kelas menggunakan model siklus
belajar menurut Wena (2011: 173-175) adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2
Kegiatan Guru dan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran
Menggunakan Model Siklus Belajar Menurut Wena
No.
1.
Tahap Siklus
Belajar
Tahap
pembangkitan
minat
Kegiatan guru
Kegiatan Siswa
Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/
keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap
siswa.
topik bahasan
Mengajukan
pertanyaan Memberiikan
respon
tentang proses faktual terhadap pertanyaan guru.
dalam kehidupan seharihari (yang berhubungan
dengan topik bahasan).
Mengaitkan topik yang
dibahas
dengan
pengalaman
siswa.
Mendorong siswa untuk
mengingat
pengalaman
sehari-harinya
dan
menunjukkan
keterkaitannya
dengan
topik pembelajaran yang
sedang dibahas.
2.
Tahap
Eksplorasi
Berusaha
mengingat
pengalaman
sehari-hari
dan
menghubungkan
dengan
topik
pembelajaran yang akan
dibahas.
Membentuk
kelompok, Membentuk
kelompok
memberii
kesempatan dan berusaha bekerja
untuk bekerja sama dalam dalam kelompok.
kelompok kecil secara
mandiri.
Guru berperan
fasilitator.
sebagai Membuat prediksi baru.
Mendorong siswa untuk Mencoba
alternatif
menjelaskan
konsep pemecahan dengan teman
27
dengan kalimatnya sendiri.
sekelompok,
mencatat
pengamatan,
serta
mengembangkan ide-ide
baru.
Meminta
bukti
dan Menunjukkan bukti dan
klarifikasi
penjelasan memberii
klarifikasi
siswa, mendengar secara terhadap ide-ide baru.
kritis
penjelasan
antarsiswa.
Memberii definisi dan Mencermati dan berusaha
penjelasan
dengan memahami
penjelasan
memakai penjelasan siswa guru.
terlebih dahulu sebagai
dasar diskusi.
3.
Tahap
penjelasan
Mendorong siswa untuk Mencoba
memberii
menjelaskan
konsep penjelasan
terhadap
dengan kalimat sendiri.
konsep yang ditemukan.
Meminta
bukti
dan Menggunakan
klarifikasi penjelasan.
pengamatan dan catatan
dalam
memberii
penjelasan
Mendengar secara kritis Melakukan pembuktian
penjelasan antarsiswa atau terhadap konsep yang
guru.
diajukan.
4.
Tahap
elaborasi
Memandu diskusi.
Mendiskusikan.
Mengingkatkan siswa pada
penjelasan alternatif dan
mempertimbangkan data/
bukti
saat
mereka
mengeksplorasi
situasi
baru.
Menerapkan konsep dan
keterampilan dalam situasi
baru dan menggunakan
label dan definisi formal.
Mendorong
dan
memfasilitasi
siswa
mengaplikasi
konsep/
keterampilan dalam setting
Bertanya,
mengusulkan
pemecahan,
membuat
keputusan,
melakukan
percobaan,
dan
28
yang baru/ lain.
5.
Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa
dalam
hal
penerapan
konsep baru.
pengamatan.
Mengevaluasi belajarnya
sendiri
dengan
mengajukan pertanyaan
terbuka
dan
mencari
jawaban
yang
menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan yang
diperoleh sebelumnya.
Mendorong
siswa Mengambil
kesimpulan
melakukan evaluasi diri.
lanjut atas situasi belajar
yang dilakukannya.
Mendorong
siswa
memahami
kekurangan/
kelebihannya
dalam
kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis
kekurangan/ kelebihannya
dalam
kegiatan
pembelajaran.
Model siklus belajar ini mempunyai kelebihan sebagai berikut:
(1) meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta
didik, dan (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain kelebihan, model
pembelajaran siklus juga mempunyai kekurangan, yaitu: (1) efektifitas
pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah
pembelajaran dan (2) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan
terorganisasi (Aritmaxx, 2010).
Guru dapat mengurangi kekurangan model siklus belajar dengan cara:
(1) guru harus mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan ke
siswa dan memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar
29
dan (2) guru harus menyusun rencana pembelajaran dan mengatur pengelolaan
kelas agar kondisi kelas lebih terorganisasi dan kondusif.
2.1.2. Media Pembelajaran Audiovisual
Menurut Sumiati dan Asra (2009: 160) media pembelajaran diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message),
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat
mendorong proses belajar. Selanjutnya, Pribadi (2011: 85-86) menjelaskan bahwa
media pembelajaran yaitu sesuatu yang digunakan untuk menjembatani proses
penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber pesan dengan penerima
pesan. Sejalan dengan pendapat Sumiati, Asra dan Pribadi, Sukiman (2012: 29)
mengemukakan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif.
Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yang saling
berhubungan dan mempunyai peranan masing-masing. Komponen tersebut dapat
berupa komponen utama dan komponen pendukung. Salah satu komponen
pendukung dalam pembelajaran yaitu media pembelajaran. Manfaat yang
diperoleh dari media pembelajaran tersebut (Sumiati dan Asra 2009: 163-164)
sebagai berikut.
1) Menjelaskan materi pembelajaran atau obyek yang abstrak (tidak nyata)
menjadi konkrit (nyata).
30
2) Memberiikan
pengalaman
nyata
dan
langsung
karena
siswa
dapat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
3) Mempelajari materi pembelajaran secara berulang-ulang.
4) Memungkinkan adanya persamaan pendapat dan persepsi yang benar terhadap
suatu materi pembelajaran atau obyek.
5) Menarik perhatian siswa, sehingga membangkitkan minat, motivasi, aktivitas
dan kreativitas belajar siswa.
6) Membantu siswa dalam belajar.
7) Materi pembelajaran lebih lama diingat dan mudah untuk diungkapkan
kembali dengan cepat dan tepat.
8) Mempermudah dan mempercepat guru menyajikan materi pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
9) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan indera.
Media pembelajaran yang dapat digunakan sangat beranekaragam.
Semua jenis media pembelajaran memberiikan bantuan sangat besar kepada siswa
dalam proses pembelajaran. Ada 3 jenis media pembelajaran berdasarkan
kemampuan indera, yaitu media audio, media visual dan media audiovisual.
Menurut (Sumiati dan Asra 2009: 161) media audiovisual yaitu jenis
media pembelajaran yang menggunakan kemampuan indera telinga atau
pendengaran dan indera mata atau penglihatan. Jenis media pembelajaran ini
menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh: televisi, film dan
video.
31
Penelitian ini jenis media yang digunakan adalah audiovisual berupa
video dan gambar. Video adalah seperangkat komponen atau media yang mampu
menampilkan gambar sekaligus suara dalam waktu bersamaan. Pada dasarnya
hakikat video adalah mengubah suatu idea tau gagasan menjadi sebuah tayangan
gambar dan suara yang proses perekaman dan penayangannya melibatkan
teknologi tertentu (Sukiman 2012: 188).
Alasan pemilihan media audiovisual berupa video karena beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh video, yaitu:
1) Video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari peserta didik
ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain.
2) Video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan
secara berulang-ulang jika dipandang perlu.
3) Video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan
pembahasan dalam kelompok peserta didik.
4) Video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung
seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.
5) Video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil,
kelompok yang heterogen, maupun perorangan (Arsyad 2011: 49-50).
Pemanfaatan
media
ditujukan
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih media
pembelajaran adalah kesesuaian antara jenis media yang akan digunakan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi dan karakteristik siswa. Dalam penelitian ini
memilih media audiovisual berupa video karena dalam tujuan pembelajaran
32
terdapat pengenalan peristiwa alam dan permasalahan sosial sehingga dengan
bantuan video maka siswa akan seolah-olah melihat secara langsung peristiwa
alam dan permasalahan sosial yang terjadi. Untuk itu, sintak model siklus belajar
berbantuan media audiovisual yang diaplikasikan dalam pembelajaran IPS kelas
IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan materi permasalahan sosial sebagai
berikut.
Tabel 2.3
Pengaplikasian Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual dalam
Proses Pembelajaran IPS Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
No.
1.
Tahap Siklus
Belajar
Tahap
pembangkitan
minat
Kegiatan guru
Kegiatan Siswa
Membangkitkan minat dan Mengembangkan minat/
keingintahuan (curiosity) rasa ingin tahu terhadap
siswa, berupa penayangan topik bahasan
video permasalahan sosial.
Mengajukan
pertanyaan Memberiikan
respon
tentang
permasalahan terhadap pertanyaan guru.
sosial yang terjadi di
lingkungan sekitar yang
berhubungan dengan video.
Misalnya, apa sajakah yang
termasuk
dalam
permasalahan sosial itu?
Siapa yang pernah melihat
pengemis? Dimana kalian
melihatnya?
Mengaitkan topik yang
dibahas
dengan
pengalaman
siswa.
Mendorong siswa untuk
mengingat
pengalaman
sehari-harinya
yang
berhubungan
dengan
33
Berusaha
mengingat
pengalaman
sehari-hari
dan
menghubungkan
dengan
topik
pembelajaran yang akan
dibahas.
permasalahan
sosial,
misalnya
kemiskinan,
adanya
gelandangan,
rumah padat penduduk,
dan
menunjukkan
keterkaitannya
dengan
topik pembelajaran yang
sedang dibahas.
2.
Tahap
Eksplorasi
Membentuk
kelompok,
memberii
kesempatan
untuk bekerja sama dalam
kelompok kecil secara
mandiri. Tiap kelompok
beranggotakan 4anak.
Membentuk
kelompok
sesuai arahan dari guru
dan berusaha bekerja
dalam kelompok.
Guru berperan sebagai Mengerjakan lembar kerja
fasilitator
yaitu yang telah diberikan oleh
menyiapkan lembar kerja guru.
untuk siswa.
Mendorong siswa untuk
menjelaskan
konsep
permasalahan
sosial
dengan kalimatnya sendiri.
Mencoba
alternatif
pemecahan dengan teman
sekelompok,
mencatat
pengamatan,
serta
mengembangkan ide-ide
baru
yang
berkaitan
dengan
permasalahan
yang diajukan guru yaitu
tentang
permasalahan
sosial.
Meminta
bukti
dan
klarifikasi
penjelasan
siswa, mendengar secara
kritis penjelasan antarsiswa
tentang permasalahan yang
diajukan guru.
Menunjukkan
bukti
dengan memperlihatkan
hasil kerja kelompoknya
dan memberii klarifikasi
terhadap ide-ide baru.
Memberii definisi dan Mencermati dan berusaha
penjelasan tentang konsep memahami
penjelasan
34
3.
Tahap
penjelasan
permasalahan sosial.
guru.
Menunjuk salah satu siswa
untuk
mengulangi
penjelasan
yang telah
disampaikan oleh guru.
Mencoba
memberii
penjelasan
terhadap
konsep
yang
sudah
dijelaskan oleh guru.
Mendengar secara kritis Menggunakan
penjelasan antarsiswa atau pengamatan dan catatan
guru.
dalam
memberii
penjelasan
Mengklarifikasi penjelasan Melakukan pembuktian
siswa.
terhadap konsep yang
diajukan dengan cara
mengaitkan teori dengan
kenyataan
dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Tahap
elaborasi
Memandu diskusi.
Mendiskusikan
pengaplikasian
teori
dalam kehidupan seharihari.
Mengingkatkan siswa pada
penjelasan alternatif dan
mempertimbangkan data/
bukti
saat
mereka
mengeksplorasi
situasi
baru.
Menerapkan konsep dan
keterampilan dalam situasi
baru dan menggunakan
label dan definisi formal,
yaitu menuliskan sikap
yang harus dimiliki oleh
pelajar dalam menghadapi
permasalahan sosial yang
ada.
Mendorong
dan
memfasilitasi
siswa
mengaplikasi
konsep
dengan cara menyebutkan
perilaku/ sikap yang harus
dimiliki
oleh
seorang
pelajar dalam menghadapi
permasalahan sosial yang
Bertanya
dan
mengusulkan pemecahan
masalah
terhadap
permasalahan sosial yang
ada dilingkungan sekitar.
35
ada.
5.
Tahap evaluasi Mengamati pengetahuan
atau pemahaman siswa
dalam
hal
penerapan
konsep baru yang sudah
dikemukakan oleh siswa
sebagai hasil dari diskusi
kelompok
Mengevaluasi belajarnya
sendiri
dengan
mengajukan pertanyaan
kepada guru apa yang
belum paham.
Mendorong
siswa Mengambil
kesimpulan
melakukan evaluasi diri, atas situasi belajar yang
dan
menjawab/ dilakukannya.
memberiikan
ulasan
terhadap pertanyaan yang
diajukan siswa.
Memberiikan soal evaluasi
sebagai
alat
untuk
memahami
kekurangan/
kelebihan siswa dalam
kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis
kekurangan/ kelebihannya
dalam
kegiatan
pembelajaran
dengan
mengerjakan soal evaluasi
dari guru.
2.1.3. Kualitas Pembelajaran
Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap
warga negara. Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser dalam
Uno, 2011: 153). Uno menyebutkan lebih lanjut bahwa kualitas pembelajaran
artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama
ini berjalan dengan baik serta menghasilkan keluaran yang baik pula.
36
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan.
Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Pencapaian
tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
pengembangan sikap melalui proses pembelajaran (Hamdani, 2011: 194).
Pencapaian efektivitas belajar menurut UNESCO (dalam Hamdani
2011: 194) menetapkan empat pilar pendidikan yang harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh oleh pengelola dunia pendidikan, yaitu:
(1) learning to know (belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan);
(2) learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan);
(3) learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat);
(4) learning to be (belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal).
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; yang menjadi
target dalam belajar adalah adanya proses pemahaman sehingga belajar tersebut
dapat mengantarkan siswa untuk mengetahui dan memahami subtansi yang
dipelajarinya. Learning to do artinya belajar untuk berbuat; yang menjadi target
belajar adalah adanya proses melakukan atau proses berbuat. Learning to live
together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target dalam belajar
adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama atau mampu
berkelompok. Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi target
dalam belajar adalah mengantarkan siswa menjadi individu yang utuh sesuai
dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuannya (Anitah W. dkk. 2008: 2.6).
Kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai
intensitas keterjaitan sistematik dan sinergis dosen, mahasiswa, kurikulum dan
37
bahan belajar, media fasilitas dan system pembelajaran dalam menghasilkan
proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Indicator
kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran dosen
atau pendidik guru, perilaku dan dampak belajar mahasiswa calon guru, iklim
pembelajaran dan system pembelajaran (Dikti 2004: 7).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran adalah suatu keadaan yang memperlihatkan tingkat keberhasilan
pencapaian
tujuan
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya,
pelaksanaannya didukung oleh komponen-komponen pembelajaran secara
sistematik dan sinergik. Kualitas pembelajaran akan meningkat apabila pendidik
dapat menciptakan pembelajaran yang mendidik, kompetensi yang dimiliki siswa
meningkat, iklim pembelajaran kondusif, materi pembelajaran berkualitas,
penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan materi, serta perencanaan
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menantang. Dalam penelitian ini
indikator kualitas pembelajaran yang akan dikaji yaitu:
2.1.3.1.
Keterampilan Guru
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang
menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara lebih efektif (Anitah W dkk. 2008: 7.1). Selanjutnya,
menurut Mulyasa (2011: 69) keterampilan mengajar merupakan kompetensi
profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh. Turney (dalam Mulyasa 2011: 94)
38
mengungkapkan ada 8 keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan
kualitas pembelajaran, yaitu:
2.1.3.1.1.
Keterampilan Memberii Penguatan
Keterampilan dasar penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah
laku siswa, yang bertujuan untuk memberiikan informasi atau umpan balik bagi
siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau
koreksi.
Fungsi
keterampilan
penguatan
(reinforcement)
adalah
untuk
memberiikan ganjaran kepada siswa sehingga siswa akan berbesar hati dan
meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya 2012:37).
2.1.3.1.2.
Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari
seseorang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai
dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan
stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Tujuan memberiikan
pertanyaan kepada siswa yaitu: (1) merangsang kemampuan berpikir siswa,
(2) membantu siswa dalam belajar, (3) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi
belajar yang mandiri, (4) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dari
kemampuan berpikir rendah ke tingkat yang lebih tinggi, dan (5) membantu siswa
dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan (Hasibuan dan Moedjiono
2009: 62).
39
2.1.3.1.3.
Keterampilan Menggunakan Variasi
Menurut Anitah dkk. (2008: 7.38-7.40) variasi adalah keanekaan yang
membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di dalam kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan
motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, mengembangkan keinginan siswa
untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru, melayani gaya belajar siswa yang
beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru
dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, agar selalu
antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran adalah
perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi
belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa
2011:78).
2.1.3.1.4.
Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu
benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang
berlaku
(Mulyasa
2011:
80).
Selanjutnya
Anitah,
dkk.
(2008:
7.54)
mengemukakan bahwa keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena
sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman
siswa adalah berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang
didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang
mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatkan keterlibatan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
40
2.1.3.1.5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Menurut Sanjaya (2012: 42-43) membuka pelajaran atau set induction
adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk
menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada
pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi
yang diharapkan. Dengan kata lain, membuka pelajaran itu adalah mempersiapkan
mental dan perhatian siswa agar siswa terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberiikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
2.1.3.1.6.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang memungkinkan guru memberiikan perhatian terhadap setiap
peserta didik, dan menjalani hubungan yang lebih akrab antar guru dengan peserta
didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan
pembelajaran perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan
berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh
peserta didik (Mulyasa 2011: 92).
2.1.3.1.7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Sanjaya (2012: 44) mengemukakan pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru menciptaka dan memelihara kondisi belajar ynag optimal dan
41
mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana
pembelajaran. Selanjutnya Mulyasa (2011: 91) menyebutkan beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas, yaitu (1) kehangatan dan
keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal
positif, dan (6) penanaman disiplin diri.
2.1.3.1.8.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan
pembelajaran yang sering digunakan. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang
teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk
mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam embimbing diskusi adalah sebagai berikut (1) memusatkan
perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi, (2) memperluas masalah
atau
urunan
pendapat,
(3)
menganalisis
pandangan
peserta
didik,
(4) meningkatkan partisipasi peserta didik, (5) menyebarkan kesempatan
berpartisipasi, dan (6) menutup diskusi (Mulyasa 2011: 89).
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru adalah
suatu kompetensi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru katika
melaksanakan pembelajaran agar dapat tercipta pembelajaran yang kondusif
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dengan pemahaman
dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan
terintegrasi, maka guru akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
Adapun indikator keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah sebagai berikut:
42
(1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran, (2) menarik minat siswa
sesuai dengan materi yang akan diajarkan, (3) menyampaikan tujuan
pembelajaran, (4) membentuk kelompok diskusi, (5) membimbing kelompok
dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, (6) memberiikan definisi
dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari, (7) membimbing siswa
untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru, (8) mengklarifikasi
penjelasan siswa (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari, (10) memberiikan penguatan kepada siswa, (11) menyimpulkan hasil
pembelajaran, dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi.
2.1.3.2.
Aktivitas Siswa
Gardner (dalam Anni, dkk. 2007: 126) menyatakan bahwa ketika
seseorang melibatkan beberapa kecerdasannya dalam kegiatan belajar, maka
kemampuan belajarnya akan meningkat pesat. Setiap jenis kecerdasan mewakili
cara yang berbeda dalam mempelajari suatu topik. Demikian pula pelbagai
kemampuan yang dimiliki oleh pembelajar itu dapat dimanfaatkan saat
pembelajar perlu menangani suatu masalah. Selanjutnya, Skinner (dalam Hamdani
2011: 17) berpandangan bahwa pada saat orang belajar, responnya menjadi kuat,
apabila tidak belajar, responnya menurun. Dalam belajar ditemukan: (1)
kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar; (2) respon
belajar;
(3) konsekuensi yang bersifat menguatkan respon.
Menurut Anitah, dkk. (2008: 2.13) proses belajar merupakan suatu
rangkaian kegiatan dalam belajar, esensinya adalah rangkaian aktivitas yang
dilakukan siswa dalam upaya mengubah perilaku yang dilakukan secara sadar
43
melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu faktor yang dominan untuk
dipertimbangkan dalam melakukan proses belajar adalah pebelajar (siswa) itu
sendiri. Siswa merupakan individu yang utuh sekaligus sebagai makhluk sosial
yang memiliki potensi yang berbeda-beda. Proses belajar dapat melibatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang
belajar
psikomotor
memberiikan
hasil
belajar
berupa
keterampilan
(psychomotoric) (Purwanto 2011: 42-43).
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang
belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari
adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya 2012: 112).
Diedrich (dalam Hamalik 2009: 172-173) menggolongkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran sebagai proses belajar adalah sebagai berikut.
(1) Visual activities, misalnya: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
(2) Oral activities, misalnya: mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberii ssaran,
mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
44
(3) Listening activities, misalnya: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan,
mendengarkan radio.
(4) Writing activities, misalnya: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
(5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, chart, diagram
peta, dan pola.
(6) Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model pembelajaran, menyelenggarakan
permainan, menari dan berkebun.
(7) Mental activities, misalnya: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan.
(8) Emotional activities, misalnya:
gembira, berani, bergairah, minat,
membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa secara sadar dalam proses belajar
melalui interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan perubahan perilaku
dalam dirinya.
Indikator penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual mencakup: (1) mempersiapkan
diri dalam menerima pembelajaran, (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan
yang diberikan guru, (3) mengerjakan lembar kerja kelompok, (4) menunjukkan
45
bukti hasil kerja kelompok, (5) memperhatikan penjelasan guru, (6) mengulangi
penjelasan guru, (7) mengikuti diskusi kelas, (8) menyimpulkan hasil
pembelajaran, dan (9) melakukan evaluasi diri.
2.1.3.3.
Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2011: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
(product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus
input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami
belajar
siswa
berubah
perilakunya
dibanding
sebelumnya.
Selanjutnya, hasil belajar menurut Rifa’i dan Anni (2009: 85), merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh peserta didik.
Guru harus melakukan penilaian terhadap hasil belajar untuk
mengetahui keberhasilan siswa. Menurut Poerwanti, dkk. (2008: 1.9) penilaian
(assesment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa.
Poerwanti, dkk. (2008: 7.4) menyatakan bahwa keberhasilan siswa
setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan
hasil belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui
46
apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat
melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki ketrampilan atau kemahiran
tertentu.
Menurut Annitah, dkk. (2008: 2.19) hasil belajar merupakan kulminasi
dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu
diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu
perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat
menetap, fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus
menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.
Winke (dalam Purwanto 2011: 45) menyatakan bahwa aspek
perubahan tingkah laku yang terjadi setelah pembelajaran mengacu kepada
taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson dan
Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
a. Hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan
sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan
pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali
informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom membagi
dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan
kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat maka makin kompleks dan
penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan tingkat sebelumnya.
47
Enam tingkat itu adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) (Purwanto 2011: 50). Adapun
indikator hasil belajar kognitif yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
(1) menjelaskan pengertian peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan
gunung atau angin topan); (2) menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya
peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan);
(3) menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan
gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial; (4) mengidentifikasi pola
perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam; (5)
mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial; (6)
menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial; dan (7) mengidentifikasi cara
mengatasi permasalahan sosial.
b. Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat yaitu
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Hasil belajar
disusun secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana
hingga yang paling tinggi dan kompleks (Purwanto 2011: 51-52). Indikator
hasil belajar afektif dalam penelitian ini adalah: (1) memberiikan respon
terhadap pertanyaan yang diberikan guru; (2) mengerjakan lembar kerja
kelompok; (3) memperhatikan penjelasan guru; (4) menyimpulkan hasil
pembelajaran; dan (5) melakukan evaluasi diri.
c. Menurut Harrow hasil belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi
enam: gerakan refleks. Gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan fisis, gerakan keterampilan, dan komunikasi tanpa kata. Namun,
48
taksonomi yang paling banyak digunakan adalah taksonomi hasil belajar dari
Simpson yang mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam:
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks
dan kreativitas (Purwanto 2011: 52). Indikator hasil belajar psikomotor dalam
penelitian ini adalah: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran;
(2) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok; (3) mengulangi penjelasan guru;
dan (4) mengikuti diskusi kelas.
Berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan sebagai akibat dari
proses pembelajaran yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Seorang siswa dikatakan memperoleh hasil belajar apabila kompetensi bidang
akademiknya meningkat, dari yang semula tidak tahu menjadi tahu (kognitif),
sikap dan perilakunya menjadi lebih baik (afektif), dan menjadi lebih terampil
(psikomotorik).
2.1.4. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
2.1.4.1.
Pengertian Belajar
Depdiknas
(2003)
menyatakan,
bahwa
belajar
adalah
proses
membangun pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun
makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siwa atau bersama orang lain. Proses
itu disaring oleh persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa.
Sedangkan Baharudin dan Wahyuni (2012: 11) mengemukakan belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
49
Menurut Anni, dkk. (2007: 2) belajar merupakan proses penting bagi
perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan
dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan,
kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru, dan sebagainya. Selain itu belajar akan lebih baik jika subjek belajar
mengalami dan melakukannya serta tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai
kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang
dikirim kepadanya oleh lingkungan (Hamdani 2011: 21-22).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
membangun pemahaman dan perubahan perilaku yang dilakukan oleh seorang
individu secara sadar ke arah yang lebih baik meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik sebagai hasil dari proses latihan dan pengalaman yang didapat dari
lingkungannya dalam kurun waktu tertentu.
2.1.4.2.
Ciri-ciri Belajar
Seseorang dikatakan belajar menurut Baharudin dan Wahyuni
(2012:15) apabila terdapat ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini
berarti, bahwa hasil belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu
adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak
terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita
tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar.
50
(2) Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tetentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang
seumur hidup.
(3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
(4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
(5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberii penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberiikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
Ciri-ciri belajar yang dikemukakan oleh Darsono (dalam hamdani
2011: 22) adalah:
(1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.tujuan ini digunakan
sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar.
(2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain. Jadi, belajar bersifat individual.
(3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
(4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri belajar yaitu
apabila seorang individu mengalami perubahan tingkah laku, perubahan ini
bersifat relatif permanen dan potensial, serta perubahan tingkah laku terjadi
sebagai akibat dari adanya latihan dan pengalamannya dengan lingkungan.
51
2.1.4.3.
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip
belajar
dalam
pembelajaran
menurut
Hamdani
(2011:22) adalah (1) kesiapan belajar; (2) perhatian; (3) motivasi; (4) keaktifan
siswa; (5) mengalami sendiri; (6) pengulangan; (7) materi pelajaran yang
menantang; (8) balikan dan penguatan; (9) perbedaan individual. Selanjutnya,
menurut Soekamto dan Winataputra (dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2012: 16)
di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut ini.
(1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
(2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
(3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
(4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
(5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab
dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni 2009: 97-98) berpendapat bahwa ada
3 prinsip belajar yang harus ada pada diri siswa, yaitu:
(1) Informasi faktual, dapat diperoleh melalui tiga cara, yaitu dikomunikasikan
kepada siswa, dipelajari oleh siswa sebelum memulai belajar baru, dan dilacak
dari memori.
52
(2) Kemahiran intelektual, siswa harus mempunyai berbagai cara untuk
mempelajari hal-hal baru.
(3) Model, siswa harus mampu mengaktifkan model untuk menghadirkan
stimulus yang kompleks, membuat kode stimulus, memecahkan masalah, dan
melacak kembali memori.
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar mencakup:
(1) Siswa sebagai pembelajar harus melakukan sendiri.
(2) Siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya dan harus mempunyai
kemampuan intelektual.
(3) Siswa harus mampu membangun model untuk menguasai materi dengan
sempurna, sehingga belajar menjadi lebih bermakna.
(4) Motivasi dan penguatan sangat dibutuhkan oleh siswa agar dapat belajar
dengan baik dan optimal.
Prinsip belajar akan mengantarkan pembelajar mencapai potensi,
bakat, dan minatnya secara optimal. Seorang individu dikatakan belajar apabila
melakukan proses untuk mencapai perubahan dalam tingkah lakunya, dari yang
semula tidak tahu menjadi tahu, dari yang semula tidak bisa menjadi bisa.
2.1.4.4.
Pembelajaran
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 20
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya Lapono,
dkk. (2008: 5.163) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki konotasi aktif
53
karena peserta didik secara aktif melakukan kegiatan belajar dalam situasi
pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar merupakan
suatu sistem yang terdiri dar unsur tujuan, bahan pelajaran, model, alat, siswa, dan
guru. Semua unsur tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan semua
berfungsi dengan berorientasi pada tujuan (Anitah dkk. 2008: 1.18).
Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran menurut peneliti adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar tertentu yang mengarah pada tujuan yang diinginkan serta
diarahkan pada perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
2.1.5. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
2.1.5.1.
Pengertian IPS
IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi,
Antropologi, dan Ekonomi (Puskur dalam Depdiknas 2007: 14)
Menurut Sumaatmaja, dkk. (2008: 1.9) adalah mata pelajaran atau
mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan
bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Ilmu-ilmu sosial dengan humaniora, dua
kajian yang berbeda, namun obyeknya sama, yaitu kehidupan manusia di
masyarakat.
Pengertian IPS menurut ahli (dalam Soewarso dan Susila 2010: 1):
54
1) Jean Jarolimek (1967), IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
2) Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih utnuk tujuan
pendidikan.
3) Binning:
IPS
suatu
pelajaran
yang
berhubungan
langsung
dengan
perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai
anggota dari kelompok sosial.
4) Michaelis (1957), IPS dihubungkan dengan manusia dan inteeraksinya dengan
lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan.
5) Nasution (1975), IPS suatu program pendidikan yang merupakan suatu
keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan
fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari
berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi,
politik, dan psikologi sosial.
Norma Mackenzie (dalam Sardjiyo, dkk. 2008: 1.22) mengemukakan
bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia
dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain semua bidang ilmu yang
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Perkembangan hidup seseorang mulai dari saat ia lahir sampai menjadi
dewasa, tidak dapat terlepas dari masyarakat. Oleh karena itu pengetahuan sosial
dapat dikatakan tidak asing bagi tiap orang (Sumaatmaja 2008: 1.12).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji tentang konsep dan
55
keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan ekonomi yang sudah
disederhanakan, diadaptasi, diseleksi, dimodifikasi dan diorganisasi sesuai dengan
tingkat kebutuhan dan perkembangan usia siswa sekolah dasar.
2.1.5.2.
Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Pada tingkat perkembangannya, peserta didik disekolah dasar belum
mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh.
Akan tetapi, mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut.
Melalui pengajaran IPS mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan,
sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangannya. Selanjutnya
mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan
masalah sosial yang dihadapinya (Soewarso dan Susila 2010: 4).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diartikan sebagai bidang studi
kemasyarakatan secara terpadu (integrasi), untuk SD merupakan perpaduan mata
pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi (Hidayati, dkk., 2008: 1.10). Pendidikan
IPS penting diberikan kepada siswa, karena siswa sebagai anggota masyarakat
perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Dengan pengajaran IPS
diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Menurut Hidayati dkk. (2008: 1.27) strategi penyampaian pengajaran
IPS didasarkan pada suatu tradisi yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri
sendiri), keluarga, masyarakat/ tetangga, kota, region, Negara dan dunia. Artinya,
bahwa anak pertama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan
56
dengan lingkungan terdekat atai diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut,
kemudian mengembangkan kemampuannya unsure-unsur dunia yang lebih luas.
Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di
sekolah dasar diajarkan secara terpadu sesuai dengan perkembangan siswa.
Dimulai dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks.
2.1.5.3.
Hakikat dan Tujuan IPS
Hakekat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya (Soewarso
dan Susila 2010: 5). Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Maka dari
itu manusia disebut sebagai makhluk sosial artinya tidak dapat hidup sendiri tanpa
bantuan dari orang lain. Didalam kehidupannya manusia harus mampu untuk
berinteraksi, mengatasi masalah yang timbul sebagai akibat dari hidup bersama.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiry, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan
kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global
(BSNP 2007: 575).
57
Tujuan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang
baik, yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kepedulian sosial yang
berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. IPS tidak hanya
terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotor)
saja, melainkan meliputi juga aspek ahklak (afektif) dalam menghayati serta
menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan, dan
persaingan (Sumaatmaja, dkk. 2008: 1.10).
Uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah
untuk membelajarkan seorang individu agar dapat berpikir secara kritis dan logis
dalam berinteraksi dengan orang lain.
2.1.5.4.
Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
a) Manusia, tempat, dan lingkungan.
b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c) Sistem sosial dan budaya.
d) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2007: 575).
Menurut Sardjiyo, dkk. (2008: 1.27) ruang lingkup IPS adalah hal-hal
yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya meliputi semua aspek
kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS mencakup manusia,
lingkungan, sejarah, sistem ekonomi, sistem sosial dan kebudayaan. Dalam
penelitian ini, ruang lingkup IPS yang akan diteliti adalah permasalahan sosial.
58
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan para ahli di atas, yang
dimaksud dengan judul penelitian “Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan
Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas
IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang” adalah penerapan suatu rencana
atau tindakan menggunakan model siklus belajar yang terdiri dari lima tahap,
yaitu pembangkitan minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi. Pada
tahap pembangkitan minat guru menggunakan bantuan media audiovisual agar
siswa lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran dan dapat dijadikan inovasi
sebagai pengusir rasa bosan dalam diri siswa. Tahapan tersebut dilakukan oleh
guru dan siswa kelas IVA SD Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang dalam proses
pembelajaran, untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS.
2.2.
Kajian Empiris
Penelitian Puji Rahayu (2010) dengan judul “Penerapan model
pembelajaran siklus belajar dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
tentang SDA pada siswa kelas V SDN Plosoharjo I Nganjuk”. Hasil belajar siswa
pada siklus I menunjukkan rata-rata hasil belajar sebesar 7,32 dan ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 60%. Jadi, hasil dari siklus I belum memenuhi
indikator keberhasilan. Hasil dari siklus II adalah nilai rata-rata 9,25 dan
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 95% . Hasil dari siklus II ini telah
melampaui kriteria ketuntasan belajar yang mensyaratkan rata-rata hasil tes
minimal 7,5 dengan persentase ketuntasan ≥ 85 %.
59
Penelitian yang dilakukan oleh Etik Wunarwulan (2012) dengan judul
“Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas VI Di SD Islam Nurul Izzah Malang”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Learning Cycle dapat dilaksanakan dengan
baik. Terbukti pada setiap siklus indikator dapat tercapai sesuai langkah
pembelajaran. Penerapan model Learning Cycle dapat meningkatkan aktivitas
dengan rata-rata keseluruhan pada siklus I mencapai 53,84 dan meningkat
menjadi 76,16. Selain aktivitas juga dapat meningkatkan hasil belajar dengan ratarata keseluruhan pada siklus I mencapai 74,18 dengan ketuntasan belajar sebesar
46% meningkat menjadi 79,10 dengan ketuntasan belajar kelas sebesar 80% pada
siklus II. Hal ini berarti dengan menerapkan model Learning Cycle dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Islam Nurul Izzah
Malang.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Yuniar Jiwastri (2012)
dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Mengem-bangkan
Karakter Kreatif melalui Model Learning Cycle pada Siswa Kelas IV SDN
Purworejo 3 Kabupaten Blitar”. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu pelaksanaan
pembelajaran matematika melalui model learning cycle pada setiap siklus
mengalami peningkatan. Hal ini tampak dalam persentase proses belajar siswa
siklus I sebesar 74% dan meningkat 5,5 poin dalam siklus II yaitu sebesar 79,5%.
Hasil belajar siswa pada siklus I mendapat persentase sebesar 70,2%, siklus II
mendapat persentase sebesar 80%. Karakter kreatif siswa pada siklus I mendapat
persentase sebesar 48,2%, pada siklus II mendapat persentase sebesar 63,6%.
60
Penelitian Eni Arifatun Ni'mah (2011) dengan judul “Penggunaan
media audio visual untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas V SDN Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan media audio visual
proses belajar siswa lebih efektif dan menyenangkan. Hal ini terbukti dari nilai
rata-rata aspek pengamatan proses belajar pratindakan 57,56 menjadi 79,36 pada
siklus I dan 95,35 pada siklus II. Sedangkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata
pratindakan 48,14 menjadi 63,49 pada siklus I dan 80,93 pada siklus II.
Keberhasilan
penelitian
di
atas
dalam
menggunakan
model
pembelajaran siklus dan penggunaan media audiovisual untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPS di sekolah dasar dapat dijadikan pijakan dalam
penelitian yang akan dilakukan dengan judul “Penerapan Model Siklus Belajar
Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS
Siswa Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”.
2.3.
Kerangka Berfikir
Pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01
Kota Semarang semester 1 tahun ajaran 2012/2013 ditemukan bahwa
guru
kurang bervariasi menggunakan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS,
guru kurang maksimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang telah
tersedia. Ketika memberiikan materi pembelajaran guru hanya menggunakan
metode konvensional dan pembelajaran menekankan pada aspek hafalan yaitu
guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berceramah, mencatatkan materi di
61
papan tulis kemudian siswa menyalin dan menghafalkan materi pembelajaran IPS
tersebut. Selain itu, guru hanya berorientasi dari buku teks pegangan siswa saat
menyampaikan materi pembelajaran dan belum memanfaatkan sumber belajar lain
seperti buku pegangan guru, modul, dan bahan ajar lain. Oleh karena itu, minat
siswa untuk mengikuti pembelajaran kurang. Selain itu, apabila diadakan kerja
kelompok, beberapa siswa kurang dapat bekerja sama mereka masih bergantung
pada siswa yang unggul.
Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang belum sepenuhnya mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Berdasarkan data
nilai siswa sebanyak 24 dari 44 siswa (54,54 %) kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 memiliki nilai rata-rata yang rendah atau mengalami ketidaktuntasan.
Siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 45,45 % (20 dari 44 siswa) artinya
siswa tersebut mengalami ketuntasan. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai
terendah 53, nilai tertinggi 87 dan rata-rata nilai kelas 67,81 (dibawah KKM).
Berdasarkan beberapa permasalahan pembelajaran di atas, peneliti
berusaha mencari pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual untuk melibatkan siswa dan guru secara
aktif dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran tersebut diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar IPS siswa kelas
IVA di SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Kerangka berfikir tersebut dapat disajikan dengan bagan berikut ini.
62
Kondisi
Awal
Pelaksanaan
a) Keterampilan guru rendah:
1.
Guru
kurang
bervariasi
menggunakan
model
pembelajaran.
2.
Guru belum maksimal dalam menggunakan media yang
tersedia.
3.
Pembelajaran masih cenderung kegiatan menghafal.
4.
Guru hanya berorientasi pada buku teks pegangan siswa
saja.
b) Aktivitas siswa rendah:
1.
Siswa kurang dapat bekerja sama.
2.
Siswa merasa bosan ketika mengikuti pembelajaran.
c) Hasil belajar rendah:
1.
Rerata kelas hasil belajar di bawah KKM yaitu 70.
Langkah pembelajaran IPS menggunakan model siklusbelajar
berbantuan media audiovisual:
1. Pembangkitan minat (engagement)
a. Guru membangkitkan dan mengembangkan minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan
diajarkan berupa penayangan video peristiwa alam, pola
perilaku masyarakat dan permasalahan sosial.
b. Guru membangun keterkaitan/ perikatan antara pengalaman
keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan
dibahas yaitu permasalahan sosial.
2. Eksplorasi (exploration)
a. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar.
b. Siswa berdiskusi membuat hipotesis dan menemukan ide baru
tenang penyebab peristiwa alam, cara mengatasi
permasalahan sosial.
c. Siswa menunjukkan bukti hasil diskusi kelompok.
3. Penjelasan (explanation)
a. Siswa menjelaskan konsep/ hasil diskusinya menggunakan
kalimatnya sendiri.
b. Guru membrikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang
dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu.
c. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan konsep/
hasil diskusi sesuai dengan penjelasan guru.
4. Elaborasi (elaboration/ extention)
a. Siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah
dipelajari.
b. Guru membuka kesempatan bertanya dan mengusulkan
pemecahan, membuat keputusan, atmelakukan percobaan dan
pengamatan tentang cara mengatasi permasalahan sosial.
5. Evaluasi (evaluation).
a. Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam
menerapkan konsep baru.
b. Siswa melakukan evaluasi diri dengan mengajukan
pertanyaan kepada guru.
c. Siswa mengevaluasi diri untuk mengetahui kekurangan atau
kemajuannya dalam proses pembelajaran.
63
Kondisi
Akhir
a) Keterampilan guru meningkat
1. Guru menggunakan model pembelajaran yang bervariasi yaitu
model siklus belajar.
2. Guru menggunakan media audiovisual
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa
menemukan ide/ informasi awal sendiri.
4. Guru sudah menggunakan beberapa buku sumber belajar
b) Aktivitas belajar siswa meningkat
1. Siswa dapat bekerja sama dengan anggota kelompok ketika
mengerjakan lembar kerja.
2. Siswa menjadi lebih berminat dan antusias ketika mengikuti
pembelajaran.
c) Hasil belajar siswa meningkat
1. Rerata kelas hasil belajar siswa dapat mencapai KKM yaitu 70.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
2.4.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis tindakan untuk
penelitian ini yaitu model siklus belajar berbantuan media audiovisual dapat
meningkatkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam
pembelajaran IPS pada kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
64
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru kelas yang
menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual serta siswa kelas
IVA SDN Kalibanteng Kidul 01, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang
semester 2 tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 44 siswa terdiri dari 24 siswa
laki-laki dan 20 siswa perempuan.
3.2.
Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
(1) Keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang.
(2) Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang.
(3) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual di kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang.
3.3.
Prosedur/ Langkah-langkah PTK
65
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu kegiatan
penelitian ilmiah yang dilakukan secara rasional, sistematis dan empiris reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru atau dosen (tenaga
pendidik), kolaborasi (tim peneliti), sejak disusunnya suatu perencanaan atau
penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar
mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang
dilakukan (Iskandar 2011: 21).
Berdasarkan kata penyusunannya PTK terdiri dari 3 kata yaitu
penelitian, tindakan dan kelas. Dari 3 kata tersebut, Aqib (2009: 28)
mengemukakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan didalam kelas
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pendidikan. Sejalan
dengan itu, Arikunto (2008: 3) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas
(PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
66
Alur langkah-langkah dan empat tahapan dalam PTK ini, adalah:
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan
Siklus III
Refleksi
Pelaksanaan
Observasi
Kualitas pembelajaran
IPS meningkat
Gambar 3.2 Bagan Alur Langkah-langkah PTK “Penerapan Model Siklus Belajar
Berbantuan Media Audiovisual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa
Kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang”
Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
3.3.1. Perencanaan
Suhardjono (2009: 75) mengemukakan kegiatan yang dilakukan dalam
perencanaan tindakan meliputi: (1) mengidentifikasi dan menganalisis masalah,
(2) menetapkan alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan, (3) merumuskan
masalah secara jelas, (4) menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
67
jawaban, (5) menentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan dan (6) membuat
secara rinci rancangan tindakan. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang
apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan (Arikunto 2009: 17).
Hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini, adalah:
1) Menelaah materi pembelajaran IPS serta menetapkan indikator yang akan
dicapai bersama tim kolaborasi.
2) Mempelajari langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
3) Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
4) Menyiapkan fasilitas, sumber, dan media pembelajaran yang dibutuhkan yaitu
berupa video peristiwa alam, pola perilaku masyarakat dan permasalahan
sosial.
5) Menyusun alat evaluasi berupa tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar
siswa (kognitif).
6) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis data mengenai proses dan hasil
tindakan seperti lembar kerja siswa, lembar observasi untuk mengamati
keterampilan guru dan aktivitas siswa, catatan lapangan.
7) Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan
proses dan hasil perbaikan.
3.3.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan
adalah
pelaksanaan
yang
merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
68
Hal yang perlu diingat adalah dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan
taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan (Arikunto 2009: 18).
Menurut Iskandar (2011: 117) pada saat tindakan dilaksanakan oleh
peneliti di kelas, maka pengumpulan data yang berkaitan dengan tindakan dapat
dilakukan oleh peneliti/ tim peneliti yang ada dalam situasi terkait.
Pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri
dari 1 pertemuan. Siklus pertama dengan materi peristiwa alam dan pengaruhnya
terhadap kehidupan sosial, siklus kedua dengan materi pola perilaku masyarakat
yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial dan siklus ketiga
dengan materi jenis dan cara mengatasi permasalahan sosial di lingkungan
setempat dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual
pada pembelajaran IPS.
3.3.3. Observasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung
(Suhardjono 2009: 78).
Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru
pengamat untuk mengamati aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam
pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
3.3.4. Refleksi
Pada tahapan ini merupakan tahapan untuk mengkaji dan memproses
data yang didapat saat dilakukan pengamatan/ observasi tindakan. Data tersebut
ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis dan disintesis. Adapun untuk
69
memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan
setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siklus selanjutnya
(Iskandar 2011: 119-120).
Hopkins (dalam Suhardjono, 2009: 80) mengatakan bahwa refleksi
dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan dapat teratasi.
Setelah melaksanakan siklus I tim peneliti melakukan pengkajian
terhadap proses pembelajaran yang sudah berlangsung, yaitu dengan membaca
hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas siswa, serta mengolah hasil belajar
siswa. Kemudian mengaitkan dengan tujuan penelitian apakah sudah tercapai
atau belum, apabila belum maka harus mengkaji kekurangan, dan membuat daftar
permasalahan yang muncul dalam pembelajaran siklus yang telah dilaksanakan,
selanjutnya membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya hingga
tercapai tujuan penelitian.
3.4.
Siklus Penelitian
3.4.1. Siklus 1
3.4.1.1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Mengidentifikasi suatu topik dan membuat sasaran pembelajaran.
70
2) Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan disampaikan.
Standar kompetensi yang dipilih yaitu 2. Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan
provinsi. Kompetensi dasar: 2.4 mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
3) Mempelajari langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar.
4) Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisua dengan materi permasalahan sosial.
5) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video peristiwa alam.
6) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci
jawaban.
7) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS.
8) Menyiapkan lembar catatan lapangan.
3.4.1.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
2) Guru melakukan apersepsi.
3) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu peristiwa alam yang berpengaruh
terhadap kehidupan sosial masyarakat dan menjelaskan langkah pembelajaran
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
5) Siswa melihat video kejadian peristiwa alam.
71
6) Siswa memperhatikan video dan mengembangkan minat/ rasa ingin tahu
terhadap peristiwa alam. (pembangkitan minat)
7) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan video.
(pembangkitan minat)
8) Guru mengaitkan materi peristiwa alam dengan kehidupan sehari-hari dengan
cara melakukan tanya jawab langsung. (pembangkitan minat)
9) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok.
(eksplorasi)
10) Guru membagikan lembar kerja kelompok dan siswa mengerjakannya dengan
berdiskusi dalam kelompok. (eksplorasi)
11) Siswa menunjukkan bukti hasil kerja kelompok dan menjelaskan di depan
teman-teman sekelas dan guru. (eksplorasi)
12) Guru mengklarifikasi jawaban dari kelompok diskusi dan menjelaskan secara
mendetail tentang materi peristiwa alam. (penjelasan)
13) Guru menunjuk siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan.
(penjelasan)
14) Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban hasil diskusi
yang pertama (sebelum ada penjelasan dari guru). (penjelasan)
15) Guru memberiikan motivasi dan semangat kepada siswa agar mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (elaborasi)
16) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. (elaborasi)
17) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi)
72
18) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi)
19) Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
3.4.1.3. Observasi
Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Melakukan pengamatan keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
2) Melakukan pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model
siklus belajar berbantuan media audiovisual.
3.4.1.4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah:
1) Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus
pertama melalui hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan selama
pembelajaran.
2) Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus
pertama.
3) Menganalisis kekurangan dalam pembelajaran menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual.
4) Membuat daftar kekurangan dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada
siklus pertama dari segi aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar
siswa.
5) Merencanakan pembelajaran untuk siklus kedua dengan memperbaiki
kesalahan dan kekurangan yang muncul pada siklus pertama.
3.4.2. Siklus 2
73
3.4.2.1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus pertama.
2) Menyusun RPP model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan
materi pola perilaku masyarakat.
3) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video tentang perilaku
masyarakat yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
4) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci
jawaban.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS.
6) Menyiapkan lembar catatan lapangan.
3.4.2.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
2) Guru melakukan apersepsi.
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu pola perilaku masyarakat dan
menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
5) Siswa melihat video tentang perilaku masyarakat yang ditayangkan oleh guru.
(pembangkitan minat)
74
6) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan gambar.
(pembangkitan minat)
7) Guru mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan sehari-hari siswa
melalui tanya jawab langsung. (pembangkitan minat)
8) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok.
(eksplorasi)
9) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan guru.
(eksplorasi)
10) Siswa menjelaskan hasil kerja kelompok. (eksplorasi)
11) Siswa menujukkan bukti hasil kerja kelompoknya. (eksplorasi)
12) Siswa memperhatikan klarifikasi dan penjelasan materi pola perilaku
masyarakat oleh guru. (penjelasan)
13) Siswa mengulangi penjelasan guru. (penjelasan)
14) Guru memberiikan umpan balik dan penguatan terhadap penjelasan siswa.
(penjelasan)
15) Siswa melakukan diskusi ulang (setelah ada penjelasan dari guru).
(penjelasan)
16) Guru memberiikan motivasi dan semangat kepada siswa agar mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. (elaborasi)
17) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. (elaborasi)
18) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi)
19) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi)
75
20) Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
3.4.2.3. Observasi
Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
1) Mengamati keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran melalui model
siklus belajar berbantuan media audiovisual.
2) Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
3.4.2.4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah:
1) Mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus
kedua melalui hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan selama
pembelajaran.
2) Menganalisis proses dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus
kedua.
3) Membuat daftar kekurangan dan permasalahan pembelajaran yang terjadi pada
siklus kedua dari segi aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar
siswa.
4) Merencanakan pembelajaran untuk siklus ketiga dengan memperbaiki
kekurangan dan kesalahan yang muncul pada siklus kedua.
3.4.3. Siklus 3
3.4.3.1. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
76
1) Merancang perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus kedua.
2) Menyusun RPP model siklus belajar berbantuan media audiovisual dengan
materi permasalahan sosial di lingkungan setempat.
3) Mempersiapkan sumber dan media belajar berupa video dan slide gambar
jenis permasalahan sosial.
4) Menyiapkan kisi-kisi, soal evaluasi untuk siswa berupa tes tertulis, dan kunci
jawaban.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, aktivitas
siswa dalam pembelajaran IPS.
6) Menyiapkan lembar catatan lapangan.
3.4.3.2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus ini adalah:
1) Guru mengondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
2) Guru melakukan apersepsi.
3) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menyampaikan cakupan materi yaitu permasalahan sosial di lingkungan
setempat
menjelaskan
langkah
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran siklus.
5) Guru menampilkan video dan slide gambar jenis permasalahan sosial kepada
siswa. (pembangkitan minat)
6) Guru melakukan tanya jawab berkaitan dengan video dan slide yang
ditayangkan. (pembangkitan minat)
77
7) Guru mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa melalui tanya
jawab secara langsung. (pembangkitan minat)
8) Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok.
(eksplorasi)
9) Siswa mendiskusikan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru.
(eksplorasi)
10) Siswa menjelaskan hasil diskusi. (eksplorasi)
11) Siswa menunjukkan bukti dengan memperlihatkan hasil diskusinya.
(eksplorasi)
12) Guru mengklarifikasi dan menjelaskan materi permasalahan sosial secara
detail dan mendalam. (penjelasan)
13) Siswa mengulangi penjelasan guru. (penjelasan)
14) Siswa melakukan diskusi ulang (setelah ada penjelasan dari guru).
(penjelasan)
15) Guru
memberiikan
motivasi
dan
semangat
kepada
siswa
untuk
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehri-hari. (elaborasi)
16) Guru memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami. (elaborasi)
17) Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran. (evaluasi)
18) Siswa mengerjakan evaluasi yang diberikan oleh guru. (evaluasi)
3.4.3.3. Observasi
Observasi pembelajaran dalam penelitian ini adalah:
78
1) Mengamati keterampilan guru dalam perbaikan pembelajaran melalui model
siklus belajar berbantuan media audiovisual.
2) Mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
3.4.3.4. Refleksi
Refleksi yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah:
1) Menganalisis pelaksanaan pembelajaran pada siklus ketiga.
2)
Menganalisis hasil belajar siswa pada siklus ketiga dan
membandingkannya dengan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan
kedua.
3)
Membuat
daftar
kekurangan
dan
permasalahan
pembelajaran yang terjadi pada siklus ketiga.
4) Tindak lanjut menyusun perencanaan siklus keempat apabila tujuan penelitian
belum tercapai.
3.5.
Data dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data diperoleh
(Arikunto 2010: 172). Sumber data dalam penelitian ini adalah:
(1) Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan
serta hasil evaluasi dan lembar kerja siswa yang diperoleh secara sistematik
79
selama pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual mulai dari siklus pertama sampai siklus ketiga.
(2) Guru
Sumber data guru diperoleh dari lembar observasi keterampilan guru
dan catatan lapangan dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
(3) Data Dokumen
Sumber data dokumen berupa hasil tes sebelum dilakukan tindakan,
foto dan video selama pelaksanaan tindakan dan hasil tes setelah dilakukan
tindakan.
(4) Catatan Lapangan
Sumber data ini berupa catatan-catatan kegiatan yang terjadi selama
proses pembelajaran berupa aktivitas siswa, keterampilan guru dan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual yang kemunculannya tidak ada dalam instrumen.
3.5.2. Jenis Data
3.5.2.1. Data Kuantitatif
Subana, dkk. (2000: 21) data kuantitatif ialah data yang berbentuk
bilangan (angka). Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar IPS yang
diperoleh siswa setelah pelaksanaan pembelajaran IPS dengan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual.
80
3.5.2.2. Data Kualitatif
Data kualiatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberii gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat pemahaman
terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap
metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat
dianalisis secara kualitatif (Supardi 2010: 131).
Data kualitatif ini diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas siswa, keterampilan guru, catatan lapangan serta
wawancara secara klasikal kepada siswa dalam pembelajaran IPS dengan model
siklus belajar berbantuan media audiovisual.
3.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Iskandar (2011:107) teknik pengumpulan data dalam PTK
meliputi: (1) observasi partisipatif; (2) wawancara mendalam; (3) penyebaran
angket; (4) ujian/tes; (5) studi dokumentasi (analisis dokumen); (6) diskusi dengan
teman sejawat. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi teknik tes dan teknik nontes.
3.5.3.1. Teknik Tes
Untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek
yang diteliti, digunakan tes. Tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel
dari populasi butir yang mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan,
pengetahuan,
kecerdasan,
bakat
dan
81
sebagainya
dimana
dalam
penyelenggaraannya
siswa
didorong
untuk
memberiikan
penampilan
maksimalnya (Purwanto 2011: 65).
Tes dalam penelitian ini dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada
siklus pertama sampai siklus ketiga untuk mengukur tingkat pencapaian siswa
setelah mempelajari materi pembelajaran IPS. Bentuk instrumen tes ini berupa
soal pilihan ganda dan soal uraian.
3.5.3.2. Teknik Nontes
3.5.3.2.1. Observasi
Observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran. Menurut Poerwanti, dkk., (2008: 3-19) mengatakan bahwa
observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mengkaji
perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan faktor-faktor yang dapat
diamati (observable) lainnya, terutama keterampilan/kecakapan sosial (social
skills). Hasilnya biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas,
yang sering disajikan dalam bentuk grafik.
Instrumen observasi dalam penelitian ini berupa lembar pengamatan
yang digunakan untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
3.5.3.2.2. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar (foto), atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono 2010: 329).
82
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar
nama siswa, nilai awal hasil belajar IPS siswa sebelum dilakukan penelitian dan
data nilai hasil evaluasi siswa setiap siklus pembelajaran untuk mengetahui hasil
belajar siswa dari siklus ke siklus. Dari data awal dapat diketahui kemampuan
awal siswa, sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan setelah penelitian
dilakukan. Dokumen berupa foto dan video juga digunakan untuk memberiikan
gambaran secara konkret mengenai aktivitas siswa dan keterampilan guru selama
pembelajaran serta menganalisis data untuk membuat simpulan dari data-data
yang telah diperoleh.
3.5.3.2.3. Catatan Lapangan
Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan
penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang
lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaraan, kecerobohan, yang tidak
disadari oleh guru (Subyantoro 2009: 64).
Penelitian ini catatan lapangan ditulis oleh guru pengamat untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual dan mencatat hal-hal yang kemunculannya
tidak ada dalam instrument observasi maupun wawancara. Catatan lapangan ini
digunakan untuk merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan agar
pembelajaran pada siklus selanjutnya dapat lebih optimal dan berhasil.
3.5.3.2.4. Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yaitu dengan wawancara. Menurut
Esterberg (dalam Sugiyono 2010: 317) mengemukakan bahwa wawancara
83
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara klasikal kepada
siswa untuk mendapatkan data siswa tentang pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
3.6.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah:
3.6.1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPS,
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan
mean atau rerata. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk persentase.
Langkah-langkah untuk menganalisis data kuantitatif adalah:
3.6.1.1. Menentukan nilai berdasarkan skor teoritis
N=
x 100
Keterangan:
N = Nilai
B
= Banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan
ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada tiap butir/item soal
pada tes bentuk penguraian).
St = Skor teoritis (banyaknya butir soal pada pilihan ganda, jumlah
skor seluruhnya) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16).
3.6.1.2. Menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal
Menggunakan rumus sebagai berikut:
P=
x 100%
84
Keterangan: P = persentase ketuntasan belajar klasikal
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi untuk digunakan dalam
perencanaan selanjutnya. Kriteria tingkat ketuntasan belajar klasikal dalam %
dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Tingkat Ketuntasan Belajar Klasikal
Tingkat Ketuntasan Klasikal
Kategori
≥80%
Sangat tinggi
60-79%
Tinggi
40-59%
Sedang
20-39%
Rendah
<20%
Sangat rendah
Menurut Sudjana (2011: 8) keberhasilan siswa ditentukan kriterianya,
yakni berkisar antara 75-80 %. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila
menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80 % dari tujuan atau nilai yang
seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil.
3.6.1.3. Menghitung mean atau rerata kelas
Nilai rata-rata diambil dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh
siswa yang dibagi dengan jumlah siswa di dalam kelas, yaitu dengan rumus:
Keterangan:
x
: nilai rata- rata
=
85
∑X : jumlah semua nilai siswa
∑ N : jumlah siswa
(Aqib, dkk., 2009: 40)
Hasil penghitungan tersebut dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) SDN Kalibanteng Kidul 01 dengan KKM klasikal dan individual
dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, yang akan disajikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Kriteria Ketuntasan Belajar
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Klasikal
Individual
Kualifikasi
≥80%
≥ 70
Tuntas
<80%
< 70
Tidak Tuntas
Sumber : KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 Tahun Ajaran 2012/2013
3.6.2. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam pembelajaran IPS dengan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual, serta hasil catatan lapangan dan wawancara
dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif. Menurut Supardi (2010: 132) data
kualitatif yang berupa hasil wawancara, hasil pengamatan, berbagai isi jurnal hasil
angket/ kuesioner, peneliti tindakan kelas umumnya melakukan proses koding
untuk mengorganisasi data.
Tahap umum proses koding adalah:
86
1. Membuat matrik dari data yang terkumpul.
2. Memberii kode untuk masing-masing sel.
3. Membaca data secara menyeluruh, kalimat demi kalimat, paragraf demi
paragraf, frase demi frase, dan tentukan yang sesuai dengan masing-masing
tema.
4. Kekompakan masing-masing pernyataan tersebut kedalam kotak-kotak sel
yang sesuai.
5. Kaitkan antara sel sehingga mengandung makna yang mempunyai
kecenderungan adanya suatu hipotesis.
6. Menyusun/ membuat interpretasi dari data yang terdapat dalam sel/ matrik.
7. Deskripsikan secara jelas atas dasar data dalam matrik sehingga menjadi suatu
kesimpulan.
Data hasil pengamatan pada lembar pengamatan keterampilan guru
dan aktivitas siswa dapat diolah dengan menggunakan nilai. Dari nilai yang
diberikan menurut Sudjana (2011: 77) dapat dibuat rentangan nilai mulai dari
yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini dapat berupa huruf
(A, B, C, D), angka (1, 2, 3, 4). Sedangkan rentangan kategori bisa sangat tinggi,
tinggi, sedang dan rendah. Menurut Poerwanti, dkk. (2007: 6-9) dalam
pengolahan data skor dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan nilai terendah
b. Menentukan nilai tertinggi
c. Mencari median
87
d. Membagi rentang nilai menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan
kurang.
Data nilai dihitung dengan cara sebagai berikut:
R = nilai terendah
T = nilai tertinggi
n = banyak nilai, mencari n = (T-R) + 1
Q2 = median
Menurut Subana, dkk. (2000: 75), rumus kuartil adalah:
Letak Q1= ¼ (n+2) untuk n data genap dan Q1= ¼ (n+1) untuk n data ganjil
Letak Q2= (n+1) untuk n data genap dan ganjil
Letak Q3= ¼ (3n+2) untuk n data genap dan Q3= ¾ (n+1) untuk n data ganjil
Letak Q4 = skor tertinggi
Menurut Sudjana kategori dan perhitungan kuartil menurut Subana di
atas maka dapat dibuat tabel seperti di bawah ini.
Tabel 3.3
Kriteria Ketuntasan Data Kualitatif
Kriteria Ketuntasan
Kategori
Kualifikasi
Q3 ≤ nilai ≤ T
Sangat Baik (A)
Tuntas
Q2 ≤ nilai ˂ Q3
Baik (B)
Tuntas
Q1 ≤ nilai ˂ Q2
Cukup (C)
Tidak Tuntas
R ≤ nilai ˂ Q1
Kurang (D)
Tidak Tuntas
88
Dari perhitungan di atas, maka dapat dibuat tabel kriteria ketuntasan
untuk menentukan kriteria ketuntasan pada keterampilan guru dan aktivitas siswa
sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru
Kriteria Ketuntasan
Kategori
36,5 ≤ nilai ≤ 48
Sangat Baik (A)
24 ≤ nilai < 36,5
Baik (B)
11,5 ≤ nilai < 24
Cukup (C)
0 ≤ nilai < 11,5
Kurang (D)
Tabel di atas diperoleh dari nilai tiap indikator keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual dengan rincian perhitungan terlampir.
Tabel 3.5
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kategori
27,5≤ nilai ≤36
Sangat Baik (A)
18≤ nilai <27,5
Baik (B)
8,5≤ nilai <18
Cukup (C)
0≤ nilai <8,5
Kurang (D)
Tabel di atas diperoleh dari nilai tiap indikator aktivitas siswa dalam
pembelajaran IPS dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual dengan rincian perhitungan terlampir.
89
3.7.
Indikator Keberhasilan
Model
siklus
belajar
berbantuan
media
audiovisual
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IVA di SDN
Kalibanteng Kidul 01, dengan indikator sebagai berikut:
a. Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPS menggunakan model
siklus belajar berbantuan media audiovisual meningkat dengan kriteria
sekurang-kurangnya baik (22≤ nilai < 33,5).
b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual meningkat dengan kriteria rerata kelas
sekurang-kurangnya baik (18≤ nilai <27,5).
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual meningkat dengan ketuntasan belajar
individual sebesar ≥70 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar ≥80%
(berdasarkan KKM individual dan klasikal yang ditetapkan SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang).
90
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil penelitian
Berdasarkan observasi dan hasil studi dokumentasi yang telah dilakukan di
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang semester satu tahun ajaran
2012/2013 menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pada mata pelajaran IPS.
Hal ini dikarenakan adanya faktor: (1) guru kurang bervariasi menggunakan
metode didalam pembelajaran IPS, kurang maksimal dalam memanfaatkan media
pembelajaran yang telah tersedia dan kurang memunculkan minat siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran; (2) kemampuan siswa dalam menyerap materi
ajar cukup rendah, minat dan semangat belajar siswa masih sangat kurang dan
siswa merasa bosan karena tipe materi yang bersifat hafalan; (3) interaksi dalam
pembelajaran lebih didominasi oleh komunikasi satu arah antara guru dengan
siswa, sedangkan komunikasi antarsiswa masih
kurang dan kelas kurang
kondusif; dan (4) ketuntasan klasikal siswa mata pelajaran IPS sebesar 45,45 %
(20 dari 44 siswa).
Peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penerapan
model dan media ini terbukti dapat meningkatkan pembelajaran IPS khususnya di
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang. Penelitian ini dilaksanakan
sebanyak tiga siklus, tiap siklus terdiri satu pertemuan. Data kualitatif diperoleh
91
berupa hasil observasi terhadap keterampilan guru dan aktivitas selama proses
pembelajaran IPS sedangkan data kuantitatif berupa hasil belajar siswa yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi.
Hasil penelitian yang terdiri atas pemaparan observasi keterampilan guru,
observasi aktivitas siswa, dan hasil belajar IPS dengan menerapkan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang.
4.1.1. Deskripsi Data Prasiklus
Data awal hasil belajar siswa yang diperoleh pada semester satu siswa kelas
IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebelum diadakan siklus
(prasiklus) adalah nilai rata-rata kelas sebesar 67,81. Siswa yang mencapai KKM
(KKM=70) sebanyak 20 dari 44 siswa dan siswa yang tidak mencapai KKM
sebanyak 24 dari 44 siswa. Ketuntasan klasikal hasil belajar yang dipeoleh sebesar
45,45% dengan nilai terendah 53 dan nilai tertinggi 87.
4.1.2. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
4.1.2.1. Perencanaan Siklus 1
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyusun perencanaan untuk
pelaksanaan pada siklus 1, adalah:
a. Menetapkan materi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan, yaitu KD 2.4.
mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
b. Mempelajari langkah model siklus belajar dari bukunya Made Wena dan
Anthon E. Lawson; dan menggunakan media audiovisual dari bukunya
Sukiman dan Azhar Arsyad.
92
c. Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media
pembelajaran yang berupa video dan gambar.
d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dengan 10 soal pilihan ganda dan
5 soal uraian obyektif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran.
e. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan
aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta intrumen
wawancara klasikal setelah proses pembelajaran.
4.1.2.2. Pelaksanaan siklus 1
Siklus 1 dilaksanakan dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual pada mata pelajaran IPS kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01
Kota Semarang pada,
Hari/Tanggal
: Kamis/31 Januari 2013
Waktu Pembelajaran : 2 x 35 menit
Pukul
: 07.00-08.10 WIB
Materi
: Peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat
Uraian kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus 1 sebagai berikut:
4.1.2.2.1. Prakegiatan (5 menit)
a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar
Guru menyiapkan video, laptop, speaker, LCD dan buku-buku paket,
sedangkan siswa mempersiapkan buku dan alat tulisnya.
b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
93
Guru memberiitahu kepada siswa bahwa selama proses kegiatan pembelajaran
berlangsung tidak boleh gaduh dan membuat keributan.
c. Salam dan berdoa bersama
Guru memberiikan salam, siswa serentak menjawab salam. Doa dipimpin oleh
Nur Amalina R. yang bertugas pada hari kamis, 31 Januari 2013.
d. Presensi
Guru melihat semua kursi penuh diduduki siswa, dan memastikan kepada
siswa bahwa semua siswa kelas IVA masuk.
4.1.2.2.2. Kegiatan Awal (15 menit)
a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan cara meminta siswa untuk
menghadap ke depan semua.
b. Siswa di motivasi agar belajar dengan sungguh-sungguh
c. Penyampaian tujuan pembelajaran
Setelah pembelajaran ini selesai, anak-anak harus bisa menjelaskan pengertian
apa itu peristiwa alam, banjir merupakan salah satu peristiwa alam,
menyebutkan minimal 2 penyebab peristiwa alam dan harus bias menganalisis
pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial masyarakat (guru
menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis).
d. Guru melakukan apersepsi dengan memberiikan beberapa pertanyaan kepada
siswa.
Guru: “siapa yang kemarin melihat banjir Jakarta?”
Siswa: “saya” “saya” (banyak siswa yang menjawab sambil tunjuk jari)
Guru: “kira-kira apa yang menyebabkan Jakarta banjir?”
94
Siswa: “banyak sampah di Jakarta bu” “banjir kiriman dari Bogor bu”
(jawaban siswa berbeda-beda)
Guru: “bagaimana keadaan masyarakat Jakarta?”
Siswa: “banyak yang mengungsi bu, mereka kehilangan tempat tinggalnya”
e. Siswa mengamati video (pembangkitan minat)
Siswa mengamati video dengan seksama. Terbukti tidak ada siswa yang
membuat gaduh dan perhatian terfokus pada tampilan video.
f. Tanya jawab antara guru dan siswa tentang video (pembangkitan minat)
Guru: “peristiwa alam apa sajakah yang ada dalam video tersebut?”
Siswa: “gunung meletus, banjir, angin topan, gempa bumi, tanah longsor”
(siswa serentak menjawab dengan urutan yang berbeda-beda).
Guru: “iya bagus. Menurut anak-anak apa penyebab peristiwa itu?”
Siswa: “banjir disebabkan hujan yang terus-menerus bu” “tanah longsor
disebabkan oleh tanah yang gundul tidak ada pohonnya bu” (siswa menjawab
dengan jawaban yang berbeda-beda).
g. Tanya jawab antara guru dan siswa tentang pengalaman siswa (pembangkitan
minat)
Guru: “siapa yang pernah kebanjiran?”
Siswa: “saya bu, rumah saya pernah terkena banjir sampai lutut” “saya bu,
dulu waktu saya masih di rumah yang lama” (jawaban siswa bermacammacam).
95
4.1.2.2.3. Kegiatan Inti (35 menit)
Eksplorasi
a. Siswa diberikan penjelasan tentang model siklus belajar, bahwa siwa harus
menemukan informasi sendiri dulu sebelum mendapat penjelasan dari guru.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap kelompok.
c. Tiap kelompok diberikan lembar kerja berupa tabel yang harus diisi dengan
nama peristiwa alam, penjelasan dan penyebabnya.
d. Siswa bekerja sama dalam kelompok selama 10 menit.
e. Secara berkelompok, siswa membuat prediksi tentang penyebab peristiwa
alam itu dibimbing oleh guru.
Guru: “siapa yang masih mengalami kesulitan?”
Siswa: “saya bu” (sambil tunjuk jari)
Guru : (berjalan menghampiri) “apa kesulitannya?”
Siswa: “gempa bumi itu disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi ya?”
Guru: “jenis gempa bumi itu ada 2, dan masing-masing penyebabnya berbeda,
ayo dibaca lagi bukunya, dan temukan jawabannya”.
f. Perwakilan tiap kelompok membacakan hasil diskusinya sambil menunjukkan
lembar kerja yang sudah terisi, bergantian dengan kelompok lain.
g. Guru memberiikan penjelasan secara detail tentang peristiwa alam dan
menuliskan bagian-bagian yang penting di papan tulis agar memudahkan
siswa ketika akan mencatat. (tahap penjelasan)
h. Beberapa siswa ditunjuk untuk mengulangi penjelasan guru. (tahap
penjelasan)
96
Guru: “respati, jelaskan apa yang dimaksud dengan banjir?dan sebutkan
penyebabnya?”
Respati: “banjir itu peristiwa meluapnya air kedaratan bu, penyebab banjir
yaitu membuang sampah ke sungai, penebangan liar, hujan terus menerus”.
(guru menunjuk siswa yang lain untuk mengulangi penjelasan yang telah
diberikan)
i. Siswa lain mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh temannya. Tetapi
ada beberapa siswa seperti khriesna, sheva, dhias, pratama yang masih bicara
dan belum menyimak penjelasan temannya.
j. Siswa berdiskusi ulang untuk membenarkan jawaban awal.
Elaborasi
a. Guru memberiikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan hasil belajar
yang diperoleh.
Guru: “tadi anak-anak sudah belajar tentang peristiwa alam, penyebab dan
pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Nah, sekarang kalian harus
bersahabat dengan alam dengan tidak merusaknya, tidak membuang sampah
ke sungai, tidak menebang pohon sembarangan”.
b. Siswa mengutarakan sikap yang harus dimiliki seorang pelajar dalam
menghadapi peristiwa alam yang mungkin bisa terjadi kapan saja.
Beberapa siswa: “kita harus merawat tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar
kita bu, menanam pohon, dan menolong teman kita yang terkena musibah
sesuai dengan kemampuan kita”.
Guru: “iya bagus sekali anak-anak, ibu bangga dengan kalian semua”.
97
Konfirmasi
a. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi peristiwa alam
yang mungkin terjadi.
Guru: “anak-anak apabila terjadi gempa kalian harus berlari ke tanah lapang
yang jauh dari bangunan, agar kalian terhindar dari reruntuhan bangunan”.
b. Guru memberiikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham.
Guru: “siapa yang belum paham dengan materi yang ibu berikan tadi?”
Siswa: (tidak ada yang tunjuk jari)
Guru: “sudah paham semua?”
Siswa: “sudah bu”.
Guru: “kalau sudah semua ibu akan memberiikan pertanyaan kepada kalaian
semua”.
4.1.2.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru menunjukkan beberapa siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
secara lisan.
Guru: “ayu, apa penyebab gempa bumi?”
Siswa: “gempa bumi jenisnya ada 2 bu. Gempa bumi tektonik disebabkan
karena pergerakan lempeng bumi, gempa bumi vulkanik karena adanya
gunung meletus”.
Guru: “iya bagus sekali. Sekarang dhias, apa yang dimaksud dengan erosi?”
Siswa: “pergerakan tanah dari daerah yang kemiringannya tinggi ke daerah
yang lebih rendah bu, saya sudah pernah malihat erosi bu”.
Guru: “iya bagus sekali jawabannya dhias”.
98
b. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran bersama guru.
c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah
menyelesaikan tugas dengan baik.
Guru: “anak-anak ibu bangga terhadap kalian semua karena sudah belajar
dengan baik hari ini, tepuk tangan untuk kita semua” (serentak semuanya
bertepuk tangan).
d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi (tahap evaluasi)
Guru: “nah, sekarang untuk mengetahui kemampuan kalian, ibu berikan soal
evaluasi, dikerjakan secara individu dan tidak boleh membuka buku, paham?”
Siswa: (serentak menjawab) “paham”.
e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi)
f. Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari
materi selanjutnya.
Guru: “pembeljaran IPS hari ini kita akhiri sampai disini, untuk persiapan
minggu depan silahkan kalian dirumah mempelajari tentang pola perilaku
masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam dan masalah sosial.
Sekarang masukkan buku IPS dan keluarkan buku Bahasa Indonesia kita
belajar Bahasa Indonesia”
4.1.2.3. Observasi Siklus 1
Kegiatan observasi siklus 1 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang
diamati meliputi:
99
a.
Melakukan
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
b.
Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
c.
Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
4.1.2.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 1
Hasil
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1
No.
Jml Deskriptor
yang Tampak
Indikator
1
2
3
Nilai
4
√
1.
Mengondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran (keterampilan membuka
pelajaran)
2.
Menarik minat siswa sesuai dengan
materi yang akan diajarkan
(keterampilan membuka pelajaran,
bertanya, menggunakan variasi)
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
(keterampilan membuka pelajaran,
menjelaskan)
√
2
4.
Membentuk kelompok diskusi
(keterampilan mengelola kelas,
menggunakan variasi)
√
2
100
√
4
3
√
5.
Membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan,
membimbing diskusi kecil)
6.
Memberiikan definisi dan penjelasan
tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, mengelola
kelas)
7.
Membimbing siswa untuk mengulangi
penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, menjelaskan)
8.
Mengklarifikasi penjelasan siswa
(keterampilan memberiikan penguatan,
menjelaskan)
9.
Memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan
variasi, memberiikan penguatan)
√
2
10.
Memberiikan penguatan kepada siswa
(keterampilan memberiikan penguatan)
√
2
11.
Menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran)
√
2
12.
Memberiikan evaluasi terhadap siswa
dan refleksi (keterampilan mengelola
kelas, menutup pelajaran)
√
4
3
√
2
√
3
√
4
Jumlah nilai
33
Kategori penilaian
Baik
Keterangan:
Tabel 4.2
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru
Kriteria Ketuntasan
Kategori
101
36,5 ≤ nilai ≤ 48
Sangat Baik (A)
24 ≤ nilai < 36,5
Baik (B)
11,5 ≤ nilai < 24
Cukup (C)
0 ≤ nilai < 11,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.1 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru
yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual pada siklus 1 memperoleh hasil bahwa
keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian baik dengan jumlah nilai 33.
Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum pembelajaran
dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa; menyampaikan
tujuan pembelajaran; membentuk kelompok pada tahap eksplorasi; membimbing
kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru; memberiikan definisi dan
penjelasan tentang konsep materi pada tahap penjelasan; membimbing siswa
dalam mengulangi penjelasan guru; mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi
siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada tahap elaborasi;
memberiikan penguatan kepada siswa; menyimpulkan materi pembelajaran; serta
guru memberiikan evaluasi dan refleksi pada tahap evaluasi.
Keterampilan guru yang Nampak dari 12 indikator, ada 6 indikator yang
memperoleh nilai 2 yaitu indikator menyampaikan tujuan, membentuk kelompok,
membimbing siswa mengulangi penjelasan guru, memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep, memberii penguatan dan menyimpulkan materi; ada
3 indikator yang memperoleh skor 3 yaitu menarik minat siswa, memberiikan
102
definisi dan penjelasan dan mengklarifikasi jawaban siswa. Sedangkan 3 indikator
memperoleh skor 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran,
membimbing kelompok dan memberiikan evaluasi dan refleksi
Peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru, berikut ini:
a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka
pembelajaran)
Pada indikator ini keterampilan guru mendapat nilai 4 karena keempat
deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru yaitu mepersiapkan sumber dan
media belajar berupa video dan gambar, memberii salam pada siswa,
mengarahkan dan mengikuti doa bersama dan melakukan presensi untuk
mengetahui siswa yang tidak hadir dan memastikan kehadiran jumlah siswa
dengan bertanya kepada siswa secara klasikal.
b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan
membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan
variasi)
Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan
diajarkan memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak, yaitu
menampilkan video dan gambar tentang peristiwa alam sesuai dengan materi
pembelajaran siklus 1, memberiikan pertanyaan sesuai dengan video, bertanya
tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan video tersebut dan
menyampaikan materi yang akan diajarkan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan menjelaskan)
103
Indiktor
keterampilan
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh
nilai 2 karena hanya ada 2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan
dan menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis. Sedangkan untuk deskriptor
menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh dan membuka
pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa belum tampak
dilakukan oleh guru.
d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menggunakan variasi)
Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok
diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi)
memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru.
Kedua deskriptor tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen dan
mengarahkan siswa untuk duduk sesuai dengan kelompoknya. Sedangkan
2 deskriptor yang lain belum dilakukan oleh guru yaitu membimbing kelompok
untuk memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok untuk
mengondisikan anggota kelompoknya.
e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil)
Indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam merumuskan
konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan
104
perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil) memperolah nilai
4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan
siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar kerja kapada tiap kelompok,
membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan kesempatan siswa untuk
mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil diskusi.
f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi
yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru
dan 1 deskriptor belum dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah
memberiikan penjelasan materi, menuliskan inti materi pembelajaran dipapan
tulis dan memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan yang belum
dilakukan oleh guru yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang
diberikan oleh siswa.
g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan)
Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa
untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya,
keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 2 karena ada 2 deskriptor yang
tampak sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor yang belum dilakukan oleh
guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru menunjuk siswa secara acak
untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan
105
penguatan kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum
terlihat dilakukan oleh guru yaitu memberiikan kesempatan siswa yang akan
mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa ketika memberiikan
penjelasan.
h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan,
keterampilan menjelaskan)
Pada indikator ini guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada
3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum
dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan
penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan)
penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani
mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani
mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan Respati berikan penjelasan tentang banjir
dan penyebabnya”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu
memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan.
i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari
(keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
meperoleh nilai 2. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan
ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang
disampaikan oleh guru kepada siswa “mulai sekarang kalian dapat menerapkan
cara mencegah banjir dan tanah longsor” dan memberiikan penjelasan apa yang
106
harus dilakukan siswa dengan kalimat “mencegah banjir dapat dilakukan dengan
tidak membuang ke sungai”. Sedangkan 2 deskriptor yang lain belum tampak
dilakukan oleh guru yaitu memberi contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan
dan mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya deskriptor ini dapat dilakukan guru
dengan mengutarakan kalimat, misalnya “tidak membuang sampah kesungai itu
berarti kalian harus membuang sampah pada tempatnya, ketika kalian membeli
jajan maka bungkus jajannya itu dibuang pada tempat yang sudah disediakan,
maka dari itu mulai sekarang biasakan untuk membuang sampah pada tempatnya
agar tidak menimbulkan banjir”.
j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan)
Indikator yang kesepuluh yaitu memberiikan penguatan kepada siswa
(keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya ada
2 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor belum dilakukan.
Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penguatan verbal berupa
kata-kata pujian seperti hebat, bagus, pintar dan gestural berupa acungan jempol,
anggukan dan senyuman. Yang belum dilakukan oleh guru yanitu memberi
penguatan dengan sentuhan dan penghargaan.
k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran)
Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 2. Hal ini ditujukkan
dengan 2 deskriptor yang sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor belum
dilakukan. Yang sudah tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan
107
kesempatan kepada siswa yang akan bertanya dan menyimpulkan materi
pembelajaran bersama siswa. Deskriptor yang belum dilakukan oleh guru yaitu
menuliskan simpulan pembelajaran di papan tulis dan menjelaskan ulang kepada
siswa yang belum paham.
l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola
kelas, keterampilan menutup pembelajaran)
Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi
terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup
pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa,
mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama,
menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran.
4.1.2.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1
Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 1, maka
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
No.
Indikator Observasi
Jml Deskriptor yang
Tampak
0
1.
Mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran
1
2
3
108
Ratarata
176
4
4
44
(aktivitas emosional)
Total
Nilai
2.
Memberiikan
respon
terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas
lisan,
mendengarkan,
visual)
8
21
15
95
2,2
3.
Mengerjakan lembar kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar)
2
31
11
97
2,2
4.
Menunjukkan bukti hasil 13
kerja kelompok (aktivitas
109etric, emosional, lisan)
13
11
7
56
1,3
5.
Memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis,
mendengarkan,
menggambar,
mental,
emosional)
27
17
105
2,4
6.
Mengulangi
penjelasan 5
guru (aktivitas mental,
emosional)
5
23
11
84
1,9
7.
Mengikuti diskusi kelas 6
(aktivitas
lisan,
mendengarkan,
menulis,
mental, emosional)
8
20
10
78
1,8
8.
Menyimpulkan
pembelajaran
visual,
mendengarkan,
mental)
1
35
8
95
2,2
9.
Melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis,
emosional)
161
3,7
hasil
(aktivitas
lisan,
menulis,
15
29
Jumlah rata-rata nilai kelas
21,7
Kategori
Baik
109
Keterangan:
Table 4.4.
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kategori
27,5≤ skor ≤36
Sangat Baik (A)
18≤ skor <27,5
Baik (B)
8,5≤ skor <18
Cukup (C)
0≤ skor <8,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang
diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual pada pembelajaran siklus 1. Kesembilan indikator tersebut
adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran
(aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan
minat;
(3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas
menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada
tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan,
menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil
pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan (9)
melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap
110
evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 1 ini 21,7 dengan kategori
baik.
Aktivitas siswa Nampak pada paparan setiap indikator berikut ini:
a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional)
Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima
pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata
nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan
berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa
bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis
untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung.
b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual)
Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan
yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap
pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 2,2. Dengan rincian
sebanyak 8 siswa mendapat nilai 1 karena siswa sudah menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Sebanyak 21 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa sudah
menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 15 siswa memperoleh nilai
3 karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban dan
jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan.
c. Mengerjakan
lembar
kerja
kelompok
menggambar)
111
(aktivitas
menulis,
aktivitas
Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok
(aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai
kelas 2,2. Dengan rincian sebanyak 2 siswa memperoleh nilai 1 karena siswa
hanya duduk tenang dalam kelompok (pasif). Sebanyak 31 siswa memperoleh
nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam kelompok dan ikut berdiskusi dengan
anggota kelompoknya. Sebanyak 11 siswa memperoleh nilai 3 karena siswa
duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi dan menulis jawaban di lembar
kerja kelompok.
d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai
kelas 1,3. Dengan rincian 13 siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan
keempat deskriptor yaitu memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan
hasil diskusi kelompok, menjelaskan hasil diskusinya dan menambahkan
penjelasan teman sekelompoknya. Sebanyak 13 siswa hanya melaksanakan
1 deskriptor sehingga memperoleh nilai 1, sebanyak 11 siswa melaksanakan
2 deskriptor sehingga memperoleh nilai 2 dan 7 siswa melaksanakan 3 deskriptor
sehingga memperoleh nilai 3.
e. Memperhatikan
penjelasan
guru
(aktivitas
menulis,
mendengarkan,
menggambar, mental, emosional)
Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan
rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 2,4. Dengan rincian 27 siswa mendapatkan
112
nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap duduknya benar dan tenang
memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 17 siswa memperoleh nilai 3 karena
melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya benar, memperhatikan
penjelasan guru dan mencatatnya.
f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
Indikator
yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas
mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 1,9.
Dengan rincian 5 anak memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat
deskriptor yaitu mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi penjelasan guru,
mengulangi penjelasan guru dengan benar, merespon penjelasan teman dan
mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak 5 siswa memperoleh
nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor, 23 siswa memperoleh nilai 2
karena melaksanakan 2 deskriptor dan 17 siswa memperoleh nilai 3 karena
melaksanakan 3 deskriptor.
g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental,
emosional)
Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh
nilai rata-rata kelas 1,8. Dengan rincian 6 siswa tidak melaksanakan keempat
deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan menjelaskan teman yang
belum paham. Sebanyak 8 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor sehingga
memperoleh nilai 1, sebanyak 20 siswa melaksanakan 2 deskriptor sehingga
113
memperoleh nilai 2, dan 10 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga
memperoleh nilai 3.
h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental)
Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran
(aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata
nilai kelas 2,2. Dengan rincian 1 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya
melaksanakan 1 deskriptor yaitu mencatat kesimpulan hasil pembeljaran di buku
tulis. Sebanyak 35 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor
yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru dan mencatat
kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis. Dan, sebanyak 8 siswa memperoleh
nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut menyimpulkan
bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis dan
membaca kembali kesimpulan.
i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional)
Indikator yang kesembilan yaitu melakukan evaluasi diri (aktivitas
mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata nilai kelas
3,7. Dengan rincian 15 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya melaksanakan
3 deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa
membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak 29 siswa memperoleh
nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu
mengerjakan soal
evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang dalam mengerjakan
dan semua soal dikerjakan.
114
4.1.2.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 1 berupa nilai dari tes tertulis
yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi peristiwa
alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Siswa yang mengikuti
pembelajaran siklus 1 sebanyak 44 siswa.
Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal
uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan
jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor
soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan
jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar
semua maka akan memperoleh skor 20. Untuk mengolah skor menjadi nilai
menggunakan rumus:
N=
X 100
Keterangan:
N = nilai
B = skor yang diperoleh siswa
St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16)
Rumus di atas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran siklus 1 dengan analisis, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 1
115
No.
Pencapaian
Data Siklus 1
Kualifikasi
1.
Nilai Terendah
55
Tidak Tuntas
2.
Nilai Tertinggi
90
Tuntas
3.
Rata-rata
68,86
Tidak Tuntas
4.
Ketuntasan Klasikal
68,19 %
Tidak Tuntas
5.
Ketidaktuntasan Klasikal
31,81 %
-
Keterangan:
Tabel 4.6
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Klasikal
Individual
Kualifikasi
≥80%
≥ 70
Tuntas
<80%
< 70
Tidak Tuntas
Tabel 4.5 terlihat, analisis siklus I nilai terendah 55. Siswa yang
memperoleh nilai 55 sebanyak 8 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa
adalah 85. Siswa yang memperoleh nilai 90 sebanyak 1 siswa. Adapun siswa yang
belum tuntas (KKM 70) yaitu 14 siswa (sebesar 31,81%) dan siswa yang sudah
tuntas yaitu 30 siswa (sebesar 68,19%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa
mencapai 31,81% dikarenakan belum semua siswa merespon pertanyaan yang
diberikan oleh guru pada tahap eksplorasi, ketika pembelajaran berlangsung siswa
116
kurang kurang aktif berdiskusi bersama tim dan beberapa siswa masih terlihat
bingung dengan langkah pembelajaran yang diterapkan karena kesalahan guru
yang belum menjelaskan secara detail langkah pembelajaran menggunakan model
siklus belajar berbantuan media audiovisual.
Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus I
selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I
Interval Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualifikasi
55-59
8
18,18 %
Tidak Tuntas
60-64
2
4,54 %
Tidak Tuntas
65-69
4
9,09 %
Tidak Tuntas
70-74
19
43,18 %
Tuntas
75-79
3
6,82 %
Tuntas
80-84
3
6,82 %
Tuntas
85-89
4
9,09 %
Tuntas
90-94
1
2,27
Tuntas
Jumlah
44
100 %
-
117
Persentase Ketuntasan klasikal
68,19 %
Tidak Tuntas
Data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal
siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.1 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 1
118
Gambar 4.2 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 1
Berdasarkan gambar 4.2, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa
sebesar 68,19% (30 dari 44 siswa) dengan kategori tinggi belum mencapai target
indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa
dapat mencapai ketuntasan, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 2.
4.1.2.4. Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil penelitian siklus 1, diperoleh data berupa hasil
observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual. Refleksi dilaksanakan oleh peneliti dengan kolaborator untuk
menganalisis pelaksanaan pembelajaraan yang sudah berlangsung. Refleksi ini
digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus 2
berdasarkan kesalahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus 1. Adapun hasil
refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
119
4.1.2.4.1. Keterampilan Guru
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa
keterampilan guru memperoleh kriteria baik. Namun, masih ada beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan ada
1 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan pertanyaan tentang
materi yang akan diajarkan kepada siswa.
b.
Indikator menyampaikan tujuan ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu
menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan membuka
pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
c.
Indikator membentuk kelompok diskusi ada 2 deskriptor yang belum tampak
yaitu membimbing kelompok memilih ketua kelompok dan membimbing
ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya.
d.
Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang
akan dipelajari ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu menanggapi
pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan oleh siswa.
e.
Indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan
oleh guru ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan
kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan membimbing
siswa dalam memberiikan penjelasan.
120
f.
Indikator mengklarifikasi penjelasan siswaada 1 deskriptor yang belum
tampak yaitu memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan
penjelasan.
g.
Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari
ada 2 deskriptor yang belum tampak yaitu memberiikan contoh sikap/
perilaku yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan belum
mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
h.
Indikator memberiikan pengutan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum
tampak yaitu memberiikan penguatan dengan sentuhan dan belum memberii
penguatan dengan memberii penghargaan.
i.
Indikator menyimpulkan materi pembelajaran ada 2 deskriptor yang belum
tampak yaitu menuliskan kesimpulan dipapan tulis dan menjelaskan ulang
kepada siswa yang belum paham.
4.1.2.4.2. Aktivitas Siswa
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa
aktivitas siswa memperoleh kriteria baik. Akan tetapi, masih ada beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki adalah sebagai berikut:
a.
Dalam menjawab pertanyaan dari guru, siswa berbicara secara bersamaan dan
kadang tanpa tunjuk jari terlebih dahulu sehingga jawaban siswa kurang jelas
terdengar.
121
b.
Siswa belum mengetahui tugasnya di dalam kelompok karena belum ada
pembagian tugas, sehingga beberapa ada yang berdiskusi mengerjakan tugas
kelompok sedangkan yang lain ramai sendiri.
c.
Pada tahap eksplorasi, ada beberapa kelompok yang masih berdebat dengan
anggotanya untuk membacakan hasil diskusi, sehingga banyak waktu yang
terbuang.
d.
Pada tahap penjelasan, siswa yang mengulangi penjelasan dari guru belum
keseluruhan mendapat kesempatan karena keterbatasan waktu.
e.
Siswa belum memahami langkah pembelajaran menggunakan model siklus
belajar.
f.
Siswa meminta tambahan waktu untuk mengerjakan tugas kelompok maupun
evaluasi akhir.
g.
Beberapa siswa tidak mengerjakan semua soal yang ada dalam lembar
evaluasi.
h.
Siswa tes evaluasi akhir secara acak tidak berdasarkan nomor presensi.
4.1.2.4.3. Hasil Belajar
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 1 menunjukkan bahwa hasil
belajar ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 1 yang diperoleh adalah
sebesar 68,18 % yaitu 30 dari 44 siswa dan 31,18 % yaitu 14 dari 44 siswa tidak
tuntas belajar. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan
yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 85.
Adapun rata-rata kelas yaitu 67,61 (belum memenuhi KKM, KKM=70).
122
Berdasarkan
temuan
permasalahan
yang
masih
terdapat
pada
pembelajaran siklus 1, dapat disimpulan bahwa pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual masih diperlukan adanya
revisi/perbaikan dengan melanjutkan ke siklus 2 karena indikator keberhasilan
belum terpenuhi secara menyeluruh. Adapun perbaikan untuk siklus 2 adalah
sebagai berikut:
a.
Keterampilan Guru
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan guru
adalah:
-
Guru harus memberiikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan
kepada siswa pada indikator yang kedua yaitu menarik minat.
-
Guru harus menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan
membuka pertanyaan pada indikator menyampaikan tujuan.
-
Guru harus membimbing kelompok memilih ketua kelompok dan
membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya
pada indikator membentuk kelompok diskusi.
-
Guru harus menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan
oleh siswa pada indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang
konsep materi yang akan dipelajari.
-
Guru harus memberiikan kesempatan dan membimbing siswa dalam
memberiikan penjelsan pada indikator membimbing siswa untuk mengulangi
penjelsan yang disampaikan oleh guru.
123
-
Guru harus memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan
penjelasan pada indikator mengklarifikasi penjelasan siswa.
-
Guru harus memberi contoh sikap/ perilaku dan mengarahkan siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari pada indikator memotivasi
siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari.
-
Guru harus memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberii
penghargaan kepada siswa pada indikator memberiikan penguatan.
-
Guru harus menuliskan kesimpulan di papan tulis dan menjelasakan ulang
kepada siswa yang belum paham pada indikator menyimpulkan materi.
b.
Aktivitas Siswa
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa
adalah:
-
Apabila akan menjawab pertanyaan, sebaiknya siswa tunjuk jari terlebih
dahulu agar tidak berbicara bersamaan dengan yang lain sehingga jawaban
dapat terdengar jelas oleh guru.
-
Siswa harus meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi kelompok,
sehingga tidak bergantung pada siswa yang mempunyai kemampuan lebih.
-
Masing-masing siswa harus lebih memahami tugasnya dalam kelompok,
sehingga tidak akan terjadi perdebatan ketika diminta untuk membacakan
hasil diskusinya.
-
Siswa harus mengingat dan memperkirakan waktu belajar yang sudah
disampaikan oleh guru, agar tidak meminta tambahan waktu dalam belajar.
c.
Hasil Belajar Siswa
124
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah:
-
Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik agar semua siswa focus pada
proses pembelajaran.
-
Meningkatkan ketuntasan klasikal yang sesuai dengan indikator keberhasilan
dengan memperbaiki pembelajaran pada siklus 1 secara keseluruhan.
-
Meningkatkan rata-rata kelas agar dapat memenuhi KKM yang telah
ditetapkan yaitu 70.
4.1.3. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
4.1.3.1. Perencanaan Siklus 2
Berdasarkan hasil refleksi dan revisi pembelajaran siklus I, maka peneliti
dengan kolaborator melakukan perbaikan pembelajaran di siklus 2. Adapun
perencanaan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
a.
Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual
dengan
kompetensi
dasar
2.4
mengenal
permasalahan
didaerahnya, dan indikatornya merupakan kelanjutan dari siklus 1.
b.
Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media
pembelajaran yang berupa video.
c.
Mempersiapkan peralatan media pembelajaran berupa LCD, laptop dan
speaker.
d.
Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis (10 soal pilihan ganda dan 5 soal
uraian obyektif) yang harus dikerjakan oleh siswa diakhir pembelajaran.
e.
Menyiapkan lembar kerja kelompok, sebagai tugas kerja kelompok.
125
f.
Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan
aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta instrumen
wawancara secara klasikal diakhir pembelajaran untuk mengetahui minat
siswa terhadap model dan media pembelajaran yang digunakan.
4.1.3.2. Pelaksanaan siklus 2
Siklus 2 dilaksanakan dengan menerapkan strategi pembelajaran kreatifproduktif pada mata pelajaran IPS kelas V B SDN Tambakaji 01 Kota Semarang
pada,
Hari/Tanggal
: Kamis/7 Februari 2013
Waktu Pembelajaran
: 2 x 35 menit
Pukul
: 07.00-08.10 WIB
Materi
:
Pola
perilaku
anggota
masyarakat
yang
dapat
mempengaruhi peristiwa alam dan permasalahan sosial.
4.1.3.2.1. Prakegiatan (5 menit)
a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar
Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa video, LCD, laptop dan
speaker dan siswa mempersiapkan peralatan tulis dan bukunya.
b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
Guru: “ayo semua menghadap ke papan tulis, dan dimeja tidak ada buku
selain buku yang berkaitan dengan pelajaran IPS.”
Siswa membenarkan posisi duduknya dan mulai konsentrasi pada pelajaran.
Guru menginformasikan waktu pembeljaran kepada siswa. Pembelajaran
dimulai pukul 07.05 WIB dan berakhir pukul 08.10 WIB
126
c. Salam dan doa bersama
Guru memberiikan salam dan serentak siswa menjawabnya. Berdoa bersama
dipimpin oleh siswa yang bertugas yaitu Rifqi.
d. Presensi
Guru melihat semua kursi terisi penuh, dan bertanya, “hari ini semua kursi
terisi jadi semua siswa hadir ya?”
Siswa menjawab, “iya bu.”
4.1.3.2.2. Kegiatan Awal (15 menit)
a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan cara meminta semua siswa untuk
menghadap ke depan.
b. Siswa diminta untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menuliskannya di papan tulis.
d. Guru melakukan apersepsi dengan cara memberiikan beberapa pertanyaan
kepada siswa
Guru: “dimana kalian membuang sampah bungkus jajan yang kalian beli
ketika istirahat?”
Siswa: “tempat samapah bu” (serentak siswa menjawab)
Guru: “bagaimana kalau bungkus itu kalian buang di sembarang tempat?”
Siswa: “akan menyebabkan banjir”
e. Siswa mengamati video (pembangkitan minat)
Siswa menyimak video tentang perilaku masyarakat yang menyebabkan
peristiwa alam dan permasalahan sosial.
127
f. Tanya jawab antara siswa dengan guru seputar video (pembangkitan minat)
Guru: “bercerita tentang apa video yang pertama?”
Siswa:
“pengerukan
tanah”
“merusak
hutan”
“pembuangan
sampah
sembarangan”
Guru: “kegiatan seperti itu boleh atau tidak dilakukan?”
Siswa: “tidak”
Guru: “mengapa?”
Siswa: “karena dapat menyebabkan banjir, pengerukan tanah dapat
menyebabkan longsor”
g. Tanya jawab antara siswa dengan guru seputar pengalaman siswa.
(pembangkitan minat)
Guru: “siapa yang sudah pernah melihat longsor?”
Siswa: “saya…saya” (sambil tunjuk jari)
Guru: “dimana kalian melihatnya?”
Siswa: “tv” “saya pernah melihat langsung bu, di dekat rumah saya tetapi
hanya sedikit dan tidak ada korban”
4.1.3.2.3. Kegiatan Inti (35 menit)
Kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan secara detail tentang langkah pembelajaran menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
128
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 siswa tiap
kelompok.
c. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah dibagikan oleh guru
selama 10 menit.
d. Siswa berdiskusi menjawab lembar kerja dan dibimbing oleh guru.
e. Perwakilan tiap kelompok membacakan dan menunjukkan hasil diskusinya
secara bergantian dari kelompok 1 samapai kelompok 11.
f. Guru memberiikan penjelsan secara detail tentang materi pembelajaran dan
siswa menyimak. (tahap penjelasan)
g. Guru memberiikan kesempatan siswa untuk mengulangi penjelasan guru.
(tahap penjelasan)
Guru: “siapa yang berani menjelaskan tentang perusakan habitat?”
Siswa: “perusakan habitat biasanya dilakukan oleh manusia yang merusak
ekosistem misalnya menebang pohon sembarangan” (Raditya Gigih W)
Guru: “iya penjelasan yang bagus. Sekarang apa akibat yang ditimbulkan dari
adanya demo?siapa yang berani menjelaskan?”
Siswa: “demo dapat membuat macet lalu lintas bu, karena jalan diblokir,
banyak fasilitas umum yang rusak karena ulah para pendemo”
h. Siswa lain mendengarkan dan membenarkan penjelasan teman apabila terjadi
kesalahan. (tahap penjelasan)
i. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan hasil diskusi sesuai
dengan penjelasan guru.
Elaborasi
129
a. Guru memberiikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Guru: “tadi kita sudah belajar tentang perilaku yang menyebabkan peristiwa
alam dan menimbulkan permasalahan sosial, untuk itu kalian jangan bersikap
seperti itu agar alam tetap bersahabat dengan kita sehingga tidak terjadi
peristiwa alam yang berbahaya, apabila ada permasalahan dengan siapapun
harus diselesaikan dengan cara yang baik tidak perlu menggunakan kekerasan
agar keadaan tenang dan damai, permasalahan sosial pun tidak akan muncul.”
b. Siswa mengutarakan jawaban tentang dampak pola perilaku masyarakat yang
merusak alam dan akan menimbulkan permasalahan sosial.
Siswa: “apabila manusia merusak alam maka kemungkinan akan terjadi
peristiwa alam yang membahayakan seperti banjir, tanah longsor atau erosi,
erupsi dan dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia karena mereka
dapat kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, harta benda ataupun sanak
saudara. Hal ini yang akan menyebabkan adanya permasalhan sosial seperti
kemiskinan, gelandangan, pengemis, anak jalanan.”
Konfirmasi
a. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan
sosial yang meungkin terjadi.
Guru: “apabila kalian melihat saudara atau tetangga yang sedang terkena
bencana
maka kalian harus ikut bersimpati dan empati, menolong
semampunya. Apabila ada masalah dengan teman harus diselesaikan dengan
130
cara yang baik agar kerukunan tetap terjaga dan tidak timbul permasalahan
yang lebih besar.”
b. Guru memberiikan kesempatan bertanya seputar materi kepada siswa belum
paham.
Guru: “siapa yang belum paham?silahkan bertanya!”
Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan dan dianggap semua siswa
sudah paham dengan materi pembelajaran yang dibahas.
4.1.3.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan
Guru: “apa akibat yang timbul dengan adanya tawuran antar pelajar?”
Siswa: “banyak pelajar yang terluka, fasilitas umum rusak, jalan diblokir dan
macet”
Guru: “iya bagus, sekarang apa yang dimaksud dengan kriminalitas?”
Siswa: “perbuatan yang dilarang dan melanggar hokum, misalnya pencurian,
perampokan dan pembunuhan”
b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena telah
menyelesaikan tugas dengan baik.
Guru: “belajar kalian hari ini bagus dan berjalan dengan baik, ibu bangga
terhadap kalian, terus tingkatkan agar prestasi kalian juga meningkat”
d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi (tahap evaluasi)
Guru: “lembar evaluasi dikerjakan secara individu, tidak boleh membuka buku
dan mencontek pekerjaan teman, paham?”
131
Siswa: “paham” (semua siswa menjawab secara serempak)
e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru (tahap evaluasi)
f. Guru memberiikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk mempelajari
materi selanjutnya yaitu tentang jenis-jenis permasalahan sosial dan cara
mengatasinya.
Guru: “belajar IPS untuk hari ini ibu cukup kan sampai disini, nanti dirumah
kalian harus mepelajari tentang jenis permasalahan sosial dan cara
mengatasinya untuk bekal pembelajaran minggu depan”
4.1.3.3. Observasi Siklus 2
Kegiatan observasi siklus 2 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang
diamati meliputi:
a. Melakukan
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
b.
Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
c.
Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
4.1.3.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 2
Hasil
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 2
diperoleh data sebagai berikut:
132
Tabel 4.8
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 2
No.
Jml Deskriptor
yang Tampak
Indikator
1
2
3
Nilai
4
1.
Mengondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran (keterampilan membuka
pelajaran)
√
4
2.
Menarik minat siswa sesuai dengan
materi yang akan diajarkan
(keterampilan membuka pelajaran,
bertanya, menggunakan variasi)
√
4
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
(keterampilan membuka pelajaran,
menjelaskan)
√
3
4.
Membentuk kelompok diskusi
(keterampilan mengelola kelas,
menggunakan variasi)
√
3
5.
Membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan,
membimbing diskusi kecil)
√
3
6.
Memberiikan definisi dan penjelasan
tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, mengelola
kelas)
√
3
7.
Membimbing siswa untuk mengulangi
penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, menjelaskan)
8.
Mengklarifikasi penjelasan siswa
(keterampilan memberiikan penguatan,
menjelaskan)
133
√
2
√
3
9.
Memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan
variasi, memberiikan penguatan)
10.
Memberiikan penguatan kepada siswa
(keterampilan memberiikan penguatan)
11.
Menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran)
12.
Memberiikan evaluasi terhadap siswa
dan refleksi
√
3
√
2
√
3
√
4
Jumlah nilai
37
Kategori penilaian
Sangat
baik
Keterangan:
Tabel 4.9
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru
Kriteria Ketuntasan
Kategori
36,5 ≤ nilai ≤ 48
Sangat Baik (A)
24 ≤ nilai < 36,5
Baik (B)
11,5 ≤ nilai < 24
Cukup (C)
0 ≤ nilai < 11,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.8 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru
yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual pada siklus 2 dan memperoleh hasil bahwa
keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian sangat baik dengan jumlah
nilai 38. Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum
134
pembelajaran dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa;
menyampaikan
tujuan
pembelajaran;
membentuk kelompok pada
tahap
eksplorasi; membimbing kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru;
memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi pada tahap
penjelasan;
membimbing
siswa
dalam
mengulangi
penjelasan
guru;
mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep
yang telah dipelajari pada tahap elaborasi; memberiikan penguatan kepada siswa;
menyimpulkan materi pembelajaran; serta guru memberiikan evaluasi dan refleksi
pada tahap evaluasi.
Dari ke-12 indikator keterampilan guru tersebut, ada 2 indikator yang
memperoleh nilai 2 yaitu indikator membimbing siswa mengulangi penjelasan
guru dan memberii penguatan; ada 6 indikator yang memperoleh nilai 3 yaitu
menyampaikan tujuan, membentuk kelompok, memberiikan definisi dan
penjelasan,
mengklarifikasi
jawaban
siswa,
memotivasi
siswa
untuk
mengaplikasikan konsep dan menyimpulkan materi. Sedangkan 4 indikator
memperoleh nilai 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran,
menarik minat siswa, membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan
kalimatnya sendiri dan memberiikan evaluasi dan refleksi
Berikut ini peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru:
a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka
pembelajaran)
Pada indikator mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran
(keterampilan membuka pembelajaran) guru mendapat nilai 4 karena keempat
135
deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru yaitu mepersiapkan sumber dan
media belajar berupa video, memberii salam pada siswa, mengarahkan dan
mengikuti doa bersama dan melakukan presensi untuk mengetahui siswa yang
tidak hadir dan memastikan kehadiran jumlah siswa dengan bertanya kepada
siswa secara klasikal.
b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan
membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan
variasi)
Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan
diajarkan
(keterampilan
membuka
pembelajaran,
keterampilan
bertanya,
keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor sudah
tampak, yaitu menampilkan video tentang peristiwa alam sesuai dengan materi
pembelajaran siklus 2 tentang pola perilaku masyarakat yang menyebabkan
peristiwa alam dan masalah sosial, memberiikan pertanyaan sesuai dengan video,
bertanya tentang pengalaman siswa yang berhubungan dengan video tersebut dan
menyampaikan materi yang akan diajarkan. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan keterampilan guru dari siklus 1.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan menjelaskan)
Indiktor
keterampilan
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh
nilai 3 karena hanya ada 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan,
136
menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis dan menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Akan tetapi, guru belum membuka petanyaan
kapada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan, jadi siswa yang belum paham
belum bisa bertanya kepada guru. Walaupun 1 deskriptor masih belum dilakukan
oleh guru, tetapi dalam siklus 2 ini sudah mengalami peningkatan dibandingkan
dengan siklus 1.
d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menggunakan variasi)
Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok
diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi)
memperoleh nilai 3 karena 3 kegiatan yang tampak dilakukan oleh guru. Ketiga
kegiatan tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen, membimbing
kelompok memilih ketua kelompok dan mengarahkan siswa untuk duduk sesuai
dengan kelompoknya. Sedangkan kegiatan yang belum dilakukan oleh guru yaitu
membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota kelompoknya.
e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil)
Pada indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil) memperolah nilai 4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh
guru yaitu mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar
137
kerja kapada tiap kelompok, membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan
kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil
diskusi.
f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi
yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
memperoleh nilai 3 karena hanya 3 deskriptor yang tampak dilakukan oleh guru
dan 1 deskriptor belum dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah
memberiikan penjelasan materi, menuliskan inti materi pembelajaran dipapan
tulis dan memberiikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan yang belum
dilakukan oleh guru yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang
diberikan oleh siswa. Hal ini masih sama seperti yang terjadi pada siklus 1.
g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan)
Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa
untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya,
keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 2 karena ada 2 deskriptor yang
tampak sudah dilakukan oleh guru dan 2 deskriptor yang belum dilakukan oleh
guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru menunjuk siswa secara acak
untuk mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan
penguatan kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum
terlihat dilakukan oleh guru yaitu memberiikan kesempatan siswa yang akan
138
mengulangi penjelasan guru dan membimbing siswa ketika memberiikan
penjelasan. Indikator ini belum ada peningkatan dari siklus 1 yang lalu.
h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan,
keterampilan menjelaskan)
Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan
penguatan, keterampilan menjelaskan) guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada
3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum
dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan
penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan)
penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani
mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani
mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan siapa yang ingin menjelaskan tentang
demo?”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan
reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan.
i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari
(keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
meperoleh nilai 3. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan
ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang
disampaikan oleh guru kepada siswa “mulai sekarang kalian dapat menjaga alam
dan kerukunan dengan sesama” dan memberiikan penjelasan apa yang harus
dilakukan siswa dengan kalimat “menjaga kerukunan dengan sesame dapat
139
dilakukan dengan saling tolong menolong, menyelesaikan masalah dengan cara
yang baik” dan memberii contoh sikap/ perilaku yang harus diterapkan “misalnya
dalam lingkungan sekolah tidak saling mengejek sesama teman”. Sedangkan
1 deskriptor yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu mengarahkan siswa
untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Sebenarnya deskriptor ini dapat dilakukan guru dengan mengutarakan kalimat,
misalnya “di dunia ini tak ada manusia yang sempurna, jadi setiap orang itu pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan, maka dari itu kalian jangan mengejek
kekurangan yang ada pada teman kalian, karena dalam diri kalian itu juga terdapat
kekurangan”.
j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan)
Indikator memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii
penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang dilakukan oleh
guru yaitu memberiikan penguatan verbal berupa kalimat pujian dan gestural
berupa acungan jempol, anggukan dan senyuman.
k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran)
Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 3. Hal ini ditunjukkan
dengan 3 deskriptor yang sudah dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor belum
dilakukan. Yang sudah tampak dilakukan oleh guru yaitu memberiikan
kesempatan
kepada
siswa
yang
akan
bertanya,
menyimpulkan
materi
pembelajaran bersama siswa dan menuliskan simpulan pembelajaran di papan
140
tulis. Deskriptor yang belum dilakukan oleh guru yaitu menjelaskan ulang kepada
siswa yang belum paham. Hal merupakan peningkatan dari siklus 1.
l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola
kelas, keterampilan menutup pembelajaran)
Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi
terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup
pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa,
mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama,
menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran.
4.1.3.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2
Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 2, maka
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut:
Table 4.10
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2
No.
Indikator Observasi
Jml Deskriptor yang
Tampak
0
1.
1
2
3
Mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran
Total
Nilai
Ratarata
44
176
4
7
119
2,7
4
(aktivitas emosional)
2.
Memberiikan
respon
terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas
lisan,
mendengarkan,
20
141
17
visual)
3.
Mengerjakan lembar kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar)
1
13
24
6
123
2,8
4.
Menunjukkan bukti hasil 3
kerja kelompok (aktivitas
142etric, emosional, lisan)
4
11
19
7
111
2,5
5.
Memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis,
mendengarkan,
menggambar,
mental,
emosional)
13
15
16
135
3,1
6.
Mengulangi
penjelasan 2
guru (aktivitas mental,
emosional)
2
16
10
14
120
2,7
7.
Mengikuti diskusi kelas
(aktivitas
lisan,
mendengarkan,
menulis,
mental, emosional)
6
15
14
9
104
2,4
8.
Menyimpulkan
pembelajaran
visual,
mendengarkan,
mental)
28
6
10
114
2,6
9.
Melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis,
emosional)
9
35
167
3,8
hasil
(aktivitas
lisan,
menulis,
Jumlah rata-rata nilai kelas
26,6
Kategori
Baik
Keterangan:
Table 4.11
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa
142
Kriteria Ketuntasan
Kategori
27,5≤ skor ≤36
Sangat Baik (A)
18≤ skor <27,5
Baik (B)
8,5≤ skor <18
Cukup (C)
0≤ skor <8,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang
diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual pada pembelajaran siklus 2. Kesembilan indikator tersebut
adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran
(aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan
minat;
(3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas
menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada
tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan,
menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil
pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan
(9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap
evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 2 ini 26,6 dengan kategori
143
baik. Walaupun kategori siklus 2 sama dengan siklus 1 tetapi untuk rata-rata nilai
yang diperoleh sudah mengalami kanaikan sebesar 4,9.
Berikut adalah paparan dari setiap indikator aktivitas siswa:
a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional)
Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima
pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata
nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan
berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa
bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis
untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini sama dengan nilai
yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1.
b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual)
Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan
yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap
pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 2,7. Hal ini sudah
mengalami kenaikan sebesar 0,5 bila dibanding dengan perolehan nilai pada
pembelajaran siklus 1. Dengan rincian sebanyak 20 siswa memperoleh nilai 2
karena siswa sudah menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan
sesuai dengan pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 17 siswa
memperoleh nilai 3 karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan
jawaban dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dan sebanyak
7 siswa memperoleh nilai 4 karena sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu
144
mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban, jawaban yang
diberikan sesuai dengan pertanyaan dan maerespon jawaban teman lain.
c. Mengerjakan
lembar
kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar)
Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok
(aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai
kelas 2,8. Hal ini sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
pembelajaran pada siklus 1 yaitu sebesar 0,6. Dengan rincian sebanyak 1 siswa
memperoleh nilai 1 karena siswa hanya duduk tenang dalam kelompok (pasif).
Sebanyak 13 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam
kelompok dan ikut berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sebanyak 24 siswa
memperoleh nilai 3 karena siswa duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi
dan menulis jawaban di lembar kerja kelompok. Dan sebanyak 6 siswa sudah
melaksanakan 4 deskriptor yaitu duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi,
menulis jawaban di lembar kerja kelompok dan berusaha mencari jawaban di
buku sumber belajar pegangan siswa.
d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai
kelas 2,5. Hal ini merupakan peningkatan yang cukup drastis bila disbanding
dengan pembelajaran pada siklus 1, peningkatan nilai yang diperoleh sebesar 1,2.
Dengan rincian 3 siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat
deskriptor yaitu memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan hasil diskusi
145
kelompok, menjelaskan hasil diskusinya dan menambahkan penjelasan teman
sekelompoknya. Sebanyak 4 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor sehingga
memperoleh nilai 1, sebanyak 11 siswa melaksanakan 2 deskriptor sehingga
memperoleh nilai 2, 19 siswa melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh
nilai 3 dan 7 siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan semua deskriptor.
e. Memperhatikan
penjelasan
guru
(aktivitas
menulis,
mendengarkan,
menggambar, mental, emosional)
Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan
rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 3,1 yang artinya mengalami kenaikan
sebesar 0,7 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1. Dengan rincian
13 siswa mendapatkan nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap
duduknya benar dan tenang memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 15 siswa
memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya
benar, memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya. Dan sebanyak 16 siswa
memperoleh nilai 4 karena melaksanakan 4 deskriptor yaitu sikap duduknya
benar, memperhatikan penjelasan guru, mencatatnya penjelasan yang diberikan
dan merespon penjelasan yang diberikan.
f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
Indikator yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas
mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 2,7
yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,8 dibandingkan dengan pembelajaran
pada siklus 1. Dengan rincian 2 anak memperoleh nilai 0 karena tidak
146
melaksanakan keempat deskriptor yaitu mengangkat tangan untuk berbicara
mengulangi penjelasan guru, mengulangi penjelasan guru dengan benar, merespon
penjelasan teman dan mengulangi penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak
2 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya melaksanakan 1 deskriptor, 16 siswa
memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor, 10 siswa memperoleh nilai
3 karena melaksanakan 3 deskriptor dan 14 siswa memperoleh nilai 4 karena
melaksanakan keempat deskriptor tersebut.
g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental,
emosional)
Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh
nilai rata-rata kelas 2,4 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,6
dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1. Dengan rincian 6 siswa
memperoleh nilai 1 karena hanya 1 deskriptor yang dilaksnakan, sebanyak
15 siswa melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 14 siswa melaksanakan
3 deskriptor memperoleh nilai 3 dan 9 siswa memperoleh nilai 4 karena
melaksanakan keempat deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan
menjelaskan teman yang belum paham.
h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental)
Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran
(aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata
147
nilai kelas 2,6. Hal ini merupakan sebuah peningkatan nilai dibandingkan dengan
siklus 1 sebesar 0,4. Dengan rincian sebanyak 28 siswa memperoleh nilai 2 karena
melaksanakan 2 deskriptor yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama guru dan mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis.
Sebanyak 6 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu
berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil
pembelajaran di buku tulis dan membaca kembali kesimpulan. Dan sebanyak
10 siswa memperoleh nilai 4 karena malaksanakan 4 deskriptor yaitu
berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil
pembelajaran di buku tulis, membaca kembali kesimpulan dan mengajukan
pertanyaan tentang kesimpulan yang telah dibuat.
i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional)
Indikator yang kesembilan yaitu melakukan evaluasi diri (aktivitas
mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata nilai kelas
3,8. Dengan rincian 9 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya melaksanakan 3
deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa
membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak 35 siswa memperoleh
nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu
mengerjakan soal
evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang dalam mengerjakan
dan semua soal dikerjakan.
4.1.3.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 2
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 2 berupa nilai dari tes tertulis
148
yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi pola
perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan permasalahan sosial.
Siswa yang mengikuti pembelajaran siklus 2 sebanyak 44 siswa.
Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal
uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan
jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor
soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan
jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar
semua maka akan memperoleh skor 20. Penskoran pada siklus 2 sama seperti
penskoran pada siklus 1. Untuk mengolah skor menjadi nilai menggunakan
rumus:
N=
X 100
Keterangan:
N = nilai
B = skor yang diperoleh siswa
St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.16)
Dari rumus diatas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran siklus 2 dengan analisis sebagai berikut:
Tabel 4.12
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 2
No.
1.
Pencapaian
Nilai Terendah
Data Siklus 1
60
149
Kualifikasi
Tidak Tuntas
2.
Nilai Tertinggi
95
Tuntas
3.
Rata-rata
73,86
Tuntas
4.
Ketuntasan Klasikal
77,27 %
Tidak Tuntas
5.
Ketidaktuntasan Klasikal
22,73 %
-
Keterangan:
Tabel 4.13
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Klasikal
Individual
Kualifikasi
≥80%
≥ 70
Tuntas
<80%
< 70
Tidak Tuntas
Dari tabel 4.12, analisis siklus 2 nilai terendah 60. Siswa yang
memperoleh nilai 60 sebanyak 7 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa
adalah 95. Siswa yang memperoleh nilai 95 sebanyak 1 siswa. Adapun siswa yang
belum tuntas (KKM 70) yaitu 10 siswa (sebesar 22,73%) dan siswa yang sudah
tuntas yaitu 34 siswa (sebesar 77,27%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa
mencapai 22,73% dikarenakan pada saat berdiskusi siswa belum melakukan
pembagian tugas sehingga beberapa siswa terlihat tidak maksimal (pasif), siswa
belum memperhatikan waktu pengerjaan yang diberikan oleh guru sehingga
terjadi kekurangan waktu pengerjaan.
150
Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 2
selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut:
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Interval Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualifikasi
60-64
7
15,91%
Tidak Tuntas
65-69
3
6,82%
Tidak Tuntas
70-74
10
22,73 %
Tuntas
75-79
7
15,91 %
Tuntas
80-84
11
25%
Tuntas
85-89
3
6,82 %
Tuntas
90-94
2
4,55%
Tuntas
95-100
1
2,27%
Tuntas
Jumlah
44
100 %
-
77,27 %
Tidak Tuntas
Persentase Ketuntasan klasikal
151
Adapun data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar
klasikal siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual siklus 2 juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.3 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 2
Gambar 4.4 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 2
152
Berdasarkan gambar 4.4, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa
sebesar 77,27% (34 dari 44 siswa) dengan kategori tinggi belum mencapai target
indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa
dapat mencapai ketuntasan, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus 3.
4.1.3.4. Refleksi Siklus 2
Berdasarkan hasil penelitian siklus 2, diperoleh data berupa hasil
observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual. Refleksi ini dilaksanakan oleh peneliti bersama kolaborator untuk
menganalisis pelaksanaan pembelajaraan yang berlangsung pada siklus 2.
Refleksi ini digunakan sebagai pertimbangan untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus 3. Adapun hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
4.1.3.4.1. Keterampilan Guru
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa
keterampilan guru memperoleh skala penilaian sangat baik. Akan tetapi, masih
ada beberapa kekurangan yang harus diperbaiki. Kekurangan tersebut adalah
sebagai berikut:
a.
Indikator menyampaikan tujuan ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu
membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan.
b.
Indikator membentuk kelompok diskusi ada 1 deskriptor yang belum tampak
yaitu
membimbing
ketua
kelompok
kelompoknya.
153
untuk
mengondisikan
anggota
c.
Indikator memberiikan definisi dan penjelasan ada 1 deskriptor yang belum
tampak yaitu menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang diberikan
oleh siswa.
d.
Indikator membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan ada 2 deskriptor
yang belum tampak yaitu memberii kesempatan dan membimbing siswa
dalam menjelaskan.
e.
Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa ada 1 deskriptor yang belum
tampak yaitu memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan
penjelasan.
f.
Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu mengarahkan siswa
untuk mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan seharihari.
g.
Indikator memberiikan penguatan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum
tampak yaitu memberi penguatan dengan sentuhan dan memberiikan
penghargaan.
h.
Indikator menyimpulkan materi pembelajaran ada 1 deskriptor yang belum
tampak yaitu menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham.
4.1.3.4.2. Aktivitas Siswa
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa
aktivitas siswa memperoleh skala penilaian baik. Akan tetapi, masih ada beberapa
kekurangan yang harus diperbaiki pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
154
a.
Pada tahap eksplorasi diskusi didalam kelompok, masih ada beberapa siswa
yang
tidak
ikut
memberiikan
partisipasi/bertukar
pendapat
dalam
kelompoknya.
b.
Siswa meminta tambahan waktu untuk mengerjakan tugas kelompok maupun
evaluasi akhir.
c.
Siswa mengumpulkan tes evaluasi akhir tidak berdasarkan nomor presensi.
4.1.3.4.3. Hasil Belajar
Hasil observasi pada pembelajaran siklus 2 menunjukkan bahwa hasil
belajar berupa ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus 2
yang diperoleh adalah sebesar 77,27% yaitu 34 dari 44 siswa dan 22,72% yaitu
10 dari 44 siswa tidak tuntas belajar. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria
indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 60
dan nilai tertinggi 95. Adapun rata-rata kelas yaitu 73,86 (memenuhi KKM).
Walaupun rata-rata kelas sudah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 70, tetapi
siklus penelitian harus tetap dilanjutkan ke siklus 3 karena ketuntasan belajar
secara klasikal belum memenuhi indikator yang sudah ditentukan.
Berdasarkan
pembelajaran
siklus
temuan
2,
permasalahan
dapat
disimpulkan
yang
masih
bahwa
terdapat
pembelajaran
pada
IPS
mengggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual masih
diperlukan adanya revisi/perbaikan dengan melanjutkan ke siklus 3 karena
indikator keberhasilan belum terpenuhi secara menyeluruh. Adapun perbaikan
untuk siklus 3 adalah sebagai berikut:
a.
Keterampilan Guru
155
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan guru
adalah sebagai berikut:
-
Guru harus membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan pada
indikator menyampaikan tujuan.
-
Guru harus membimbing ketua kelompok untuk mengondisikan anggota
kelompoknya pada indikator membentuk kelompok diskusi.
-
Guru harus menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan yang akan diberikan
oleh siswa pada indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep
materi.
-
Guru harus memberiikan kesempatan siswa yang akan mengulangi penjelasan
guru dan membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan pada indikator
membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan.
-
Guru harus memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan
penjelasan pada indikator mengklarifikasi penjelasan siswa.
-
Guru harus mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari pada indikator memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep.
-
Guru harus memberiikan penguatan dengan sentuhan dan penghargaan pada
indikator memberiikan penguatan kepada siswa.
-
Guru harus menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham pada
indikator menyimpulkan materi pembelajaran.
b.
Aktivitas Siswa
156
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa
adalah sebagai berikut:
-
Siswa harus lebih aktif dan tidak bergantung pada siswa lain pada saat
kegiatan diskusi berlangsung.
-
Siswa harus bisa memperkirakan waktu yang digunakan untuk mengerjakan
lembar kerja dan evaluasi agar tidak meminta tambahan waktu lagi.
-
Siswa seharusnya mengumpulkan lembar kerja evaluasi urut sesuai nomor
presensi, atau minimal di tata dengan rapi.
c.
Hasil Belajar Siswa
Perbaikan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah sebagai berikut:
-
Guru harus menyediakan media pembelajaran selain video pada proses
pembelajaran siklus 3, agar minat belajar siswa semakin bertambah.
-
Meningkatkan ketuntasan belajar klasikal agar dapat mencapai indikator
keberhasilan dengan memperbaiki pembelajaran pada siklus 2 secara
keseluruhan.
4.1.4. Deskripsi Data Pelaksanaan Tindakan Siklus 3
4.1.4.1. Perencanaan Siklus 3
Berdasarkan hasil refleksi dan revisi siklus 2, maka peneliti bersama
kolaborator melakukan perbaikan pembelajaran di siklus 3 agar kualitas
pembelajaran lebih meningkat. Adapun perencanaannya adalah sebagai berikut:
a. Menyusun RPP menggunakan model siklus belajar berbantuan mediaa
audiovisual berupa video ditambah dengan slide power point agar lebih
157
menarik minat siswa. Kompetensi dasar 2.4 mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
b. Mempersiapkan sumber belajar IPS yang berupa buku paket dan media
pembelajaran yang berupa video dan tampilan slide dalam bentuk power
point.
c. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis diakhir pembelajaran (10 soal
pilihan ganda dan 5 soal uraian obyektif)
d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan
aktivitas siswa, catatan lapangan dalam proses pembelajaran serta instrumen
wawancara secara klasikal yang dilaksanakan di akhir pembelajaran.
4.1.4.2. Pelaksanaan siklus 3
Siklus 3 dilaksanakan dengan menerapkan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual pada mata pelajaran IPS kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang pada,
Hari/Tanggal
: Kamis/14Februari 2013
Waktu Pembelajaran
: 2 x 35 menit
Pukul
: 07.00-08.10 WIB
Materi
: Jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya
Uraian kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan siklus 3 adalah sebagai
berikut:
4.1.4.2.1. Prakegiatan (5 menit)
a. Guru mempersiapkan media dan sumber belajar
158
Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa video, slide dalam bentuk
power point, LCD, laptop dan speaker dan siswa mempersiapkan peralatan
tulis dan bukunya.
b. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
Guru: ”ayo semua menghadap ke papan tulis, dan dimeja tidak ada buku
selain buku yang berkaitan dengan pelajaran IPS.”
Siswa membenarkan posisi duduknya dan mulai konsentrasi pada pelajaran.
c. Salam dan doa bersama
Guru memberiikan salam dan serentak siswa menjawabnya. Berdoa bersama
dipimpin oleh siswa yang bertugas yaitu Raditya Gigih W..
d. Presensi
Guru melihat semua kursi terisi penuh, dan bertanya, “hari ini masuk semua
ya?”
Siswa menjawab, “iya bu.”
e. Guru menginformasikan waktu pembeljaran kepada siswa. Pembelajaran
dimulai pukul 07.05 WIB dan berakhir pukul 08.10 WIB
4.1.4.2.2. Kegiatan Awal (15 menit)
a. Guru memfokuskan perhatian siswa dengan menyuruh semua siswa untuk
menghadap ke depan.
b. Siswa dimotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menginformasikan dan menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis..
d. Guru melakukan apersepsi dengan memberiikan pertanyaan kepada siswa
159
Guru: “apakah kalian melihat pengemis?”
Siswa: “pernah”
Guru: “dimana kalian melihatnya?”
Siswa: “di pinggir jalan” “datang kerumah bu” “diperempat jalan yang ada
lampu lalu lintasnya bu” (jawaban siswa beraneka ragam)
e. Siswa menyimak video dan slide yang ditampilkan oleh guru (pembengkitan
minat)
f. Tanya jawab anatara siswa dengan guru seputar video dan isi slide
(pembengkitan minat)
Guru: “bercerita tentang apa video tersebut?”
Siswa: “menceritakan tentang pengangguran bu” “orang yang dipecat dan
mencari pekerjaan”
Guru: “kemudian yang dislide tentang jenis permasalahan sosial, apa saja
yang termasuk jenis permasalahan sosial?”
Siswa: “pengangguran, gelandangan, pengemis, anak jalanan, kemiskinan,
kepadatan penduduk, urbanisasi”
g. Tanya jawab seputar pengalaman siswa (pembengkitan minat)
Guru: “siapa yang rumahnya berada didaerah padat penduduk?apakah kalian
pernah ke tempat yang apadat penduduk?”
Siswa: “saya pernah bu, rumah disana sangat sempit dan kumuh”
Guru: “bagaimana dengan kesehatan dan kesejahteraan penduduknya?”
Siswa: “keadaan mereka tidak layak bu, karena tempatnya kotor sehingga
kesehatan mereka juga akan terganggu”
160
4.1.4.2.3. Kegiatan Inti (35 menit)
Kegiatan inti dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu kegiatan eksplorasi,
elaborasi dan konfirmasi.
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
b. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 siswa tiap
kelompok.
c. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh guru
dengan waktu 10 menit.
d. Siswa mendiskusikan lembar kerja dan membuat prediksi pengelompokkan
jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya dengan bimbingan guru.
e. Perwakilan dari tiap kelompok untuk membacakan dan menunjukkan hasil
diskusinya.
f. Guru memberiikan penjelasan mendetail tentang jenis permasalahan sosial dan
cara mengatasinya berdasarkan jawaban siswa. (tahap penjelasan)
g. Guru meminta siswa untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan oleh
guru. (tahap penjelasan)
Guru: “ayo..siapa yang berani mengulangi penjelasan ibu tadi?”
Siswa: “saya bu”
Guru: “iya silahkan ayu”
Siswa: “kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per
satuan luas, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan penduduk
161
adalah dengan mencanangkan program KB, transmigrasi, pemerataan
lapangan kerja”
Guru: “iya bagus sekali pnjelasan dari ayu, siapa lagi yang akan
menambahkan penjelasan ayu?”
Siswa: “saya bu”
Guru: “iya respati”
Siswa: “urbanisasi termasuk jenis permasalahan sosial. Urbanisasi adalah
perpindahan penduduk dari desa kekota, apabila urbanisasi ini berlebihan
maka akan membuat daerah perkotaan padat penduduk.”
Guru: “iya pintar respati”
h. Siswa lain dan guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang disampaikan
oleh siswa dan membenarkan apabila terjadi kesalahan. (tahap penjelasan)
i. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan hasil diskusi sebelumnya.
Elaborasi
a. Guru memberiiksn motivasi kepada siswa agar mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Guru: “sekarang kalian sudah mengetahui cara mengatasi permasalahan sosial
yang ada, sebagai seorang pelajar harus belajar dengan sungguh-sungguh agar
kelak dapat menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia”
b. Siswa mengutarakan tentang sikap yang harus dimiliki oleh pelajar dalam
menghadapi permasalahan sosial yang ada.
162
Siswa: “kita tidak boleh bersikap acuh terhadap pengemis yang datang
kerumah atau berada di pinggir jalan, apabila kita mempunyai uang maka kita
berikan sebagian kepada pengemis itu.”
Konfirmasi
a. Guru mengarahkan sikap/perilaku siswa dalam menghadapi permasalahan
yang ada.
b. Guru memberiikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum paham.
Guru: “anak-anak siapa yang belum paham tentang jenis permasalahan sosial
dan cara mengatasinya?”
Siswa: (tidak ada yang tunjuk jari untuk bertanya)
Guru: “sudah paham semua?”
Siswa: “paham” (siswa menjawab secara serentak)
4.1.4.2.4. Kegiatan Akhir (15 menit)
a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan.
Guru: “Mirza, apa yang dimaksud dengan pengemis?”
Siswa: “pengemis adalah seseorang yang mendapatkan penghasilan dengan
minta-minta.”
Guru: “jawaban yang bagus, sekarang Daffa Maulana, sebutkan jenis
permasalahan sosial itu apa saja?”
Siswa: “jenis permasalahan sosial yaitu kepadatan penduduk, kemiskinan,
gelandangan dan pengemis, pengangguran, urbanisasi dan anak jalanan.”
Guru: “iya jawaban yang tepat.”
163
b. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran.
c. Guru memberiikan penguatan berupa pujian kepada siswa.
Guru: “iya kalian sudah belajar lebih baik dari kemarin, ibu bangga dengan
kalian semua”
d. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap evaluasi)
Guru: “ini lembar evaluasi dikerjakan secar individu, tidak boleh membuka
buku dan bekerja sama dengan teman, paham?”
Siswa: “paham” (siswa menjawab secara serentak)
e. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi)
4.1.4.3. Observasi Siklus 3
Kegiatan observasi siklus 3 dilaksanakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Observer dalam kegiatan ini Ibu Dyah Anggraini, Guru kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sebagai kolaborator. Kegiatan yang
diamati meliputi:
a. Melakukan
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
b.
Melakukan observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
c.
Melakukan pengumpulan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS
setelah menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual.
4.1.4.3.1. Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus 3
164
Hasil
observasi
keterampilan
guru
dalam
pembelajaran
IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 3
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.15
Data Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 3
No.
Jml Deskriptor
yang Tampak
Indikator
1
2
3
Nilai
4
1.
Mengondisikan siswa untuk mengikuti
pembelajaran (keterampilan membuka
pelajaran)
√
4
2.
Menarik minat siswa sesuai dengan
materi yang akan diajarkan
(keterampilan membuka pelajaran,
bertanya, menggunakan variasi)
√
4
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
(keterampilan membuka pelajaran,
menjelaskan)
√
4
4.
Membentuk kelompok diskusi
(keterampilan mengelola kelas,
menggunakan variasi)
√
4
5.
Membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan,
membimbing diskusi kecil)
√
4
6.
Memberiikan definisi dan penjelasan
√
4
165
tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, mengelola
kelas)
7.
Membimbing siswa untuk mengulangi
penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, menjelaskan)
√
3
8.
Mengklarifikasi penjelasan siswa
(keterampilan memberiikan penguatan,
menjelaskan)
√
3
9.
Memotivasi siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan
variasi, memberiikan penguatan)
10.
Memberiikan penguatan kepada siswa
(keterampilan memberiikan penguatan)
11.
Menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran)
√
4
12.
Memberiikan evaluasi terhadap siswa
dan refleksi
√
4
√
√
4
2
Jumlah nilai
44
Kategori penilaian
Sangat
Baik
Keterangan:
Tabel 4.16
Kriteria Ketuntasan Keterampilan Guru
Kriteria Ketuntasan
Kategori
36,5 ≤ nilai ≤ 48
Sangat Baik (A)
24 ≤ nilai < 36,5
Baik (B)
166
11,5 ≤ nilai < 24
Cukup (C)
0 ≤ nilai < 11,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.15 di atas, ada 12 indikator keterampilan guru
yang diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual pada siklus 3 dan memperoleh hasil bahwa
keterampilan guru termasuk dalam skala penilaian sangat baik dengan jumlah
nilai 44. Hal ini ditunjukkan dengan guru mengondisikan siswa sebelum
pembelajaran dimulai; melakukan kegiatan awal untuk menarik minat siswa;
menyampaikan
tujuan
pembelajaran;
membentuk kelompok pada
tahap
eksplorasi; membimbing kelompok berdiskusi untuk menemukan ide baru;
memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi pada tahap
penjelasan;
membimbing
siswa
dalam
mengulangi
penjelasan
guru;
mengklarifikasi jawaban siswa; memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep
yang telah dipelajari pada tahap elaborasi; memberiikan penguatan kepada siswa;
menyimpulkan materi pembelajaran; serta guru memberiikan evaluasi dan refleksi
pada tahap evaluasi.
Dari ke-12 indikator keterampilan guru tersebut, ada 1 indikator yang
memperoleh nilai 2 yaitu indikator memberii penguatan; ada 2 indikator yang
memperoleh nilai 3 yaitu membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang
disampaikan oleh guru dan mengklarifikasi jawaban siswa. Sedangkan 9 indikator
memperoleh nilai 4 yaitu mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran,
menarik minat siswa, menyampaikan tujuan, membentuk kelompok, membimbing
167
kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri, memberiikan
definisi dan penjelasan, memotivasi siswa untuk mengaplikasikan konsep,
menyimpulkan materi dan memberiikan evaluasi dan refleksi
Berikut ini peneliti paparkan tiap indikator dari keterampilan guru:
a. Mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka
pembelajaran)
Pada indikator keterampilan guru yang pertama yaitu mengondisikan
siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran)
mendapat nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru
yaitu mepersiapkan sumber dan media belajar berupa video dan gambar,
memberii salam pada siswa, mengarahkan dan mengikuti doa bersama dan
melakukan presensi untuk mengetahui siswa yang tidak hadir dan memastikan
kehadiran jumlah siswa dengan bertanya kepada siswa secara klasikal.
b. Menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan
membuka pembelajaran, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan
variasi)
Dalam indikator menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan
diajarkan
(keterampilan
membuka
pembelajaran,
keterampilan
bertanya,
keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor sudah
tampak, yaitu menampilkan video dan slide power point tentang jenis cara
mengatasi permasalahan sosial sesuai dengan materi pembelajaran siklus 3,
memberiikan pertanyaan sesuai dengan video, bertanya tentang pengalaman siswa
168
yang berhubungan dengan video tersebut dan menyampaikan materi yang akan
diajarkan.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan menjelaskan)
Indiktor
keterampilan
guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh
nilai 4 karena keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan,
menuliskan tujuan pembelajaran di papan tulis, menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dan membuka petanyaan kapada siswa tentang
kegiatan yang akan dilakukan, jadi siswa yang belum paham bisa bertanya kepada
guru. Sehingga langkah pembelajaran akan berjalan lancar
d. Membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menggunakan variasi)
Indikator keterampilan guru yang keempat yaitu membentuk kelompok
diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi)
memperoleh nilai 4 karena keempat kegiatan sudah tampak dilakukan oleh guru.
Keempat kegiatan tersebut yaitu membentuk kelompok secara heterogen,
membimbing kelompok memilih ketua kelompok, mengarahkan siswa untuk
duduk sesuai dengan kelompoknya dan membimbing ketua kelompok untuk
mengondisikan anggota kelompoknya.
169
e. Membimbing kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya
sendiri (keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil)
Pada indikator yang kelima yaitu membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil) memperolah nilai 4 karena ada 4 deskriptor yang tampak dilakukan oleh
guru yaitu mengarahkan siswa untuk diskusi kelompok, memberiikan lembar
kerja kapada tiap kelompok, membimbing pelaksanaan diskusi dan memberiikan
kesempatan siswa untuk mengemukakan konsep baru sebagai pelaporan hasil
diskusi.
f. Memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi yang dipelajari
(keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
Indikator memberiikan definisi dan penjelasan tentang konsep materi
yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas)
memperoleh nilai 4 karena 4 deskriptor yang sudah tampak dilakukan oleh guru.
Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah memberiikan penjelasan materi,
menuliskan inti materi pembelajaran dipapan tulis, memberiikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan, saran dan tanggapan
yang diberikan oleh siswa. Hal merupakan sebuah peningkatan bila dibandingkan
dengan siklus 2.
g. Membimbing siswa untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, keterampilan menjelaskan)
170
Indikator keterampilan guru yang ketujuh yaitu membimbing siswa
untuk mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya,
keterampilan menjelaskan) memperolah nilai 3 karena ada 3 deskriptor yang
tampak sudah dilakukan oleh guru dan 1 deskriptor yang belum dilakukan oleh
guru. Hal ini ditunjukkan dengan terlihat bahwa guru memberiikan kesempatan
siswa yang akan mengulangi penjelasan guru, menunjuk siswa secara acak untuk
mengulangi penjelasan yang telah disampaikan guru dan memberiikan penguatan
kepada siswa yang berani mengulangi. Sedangkan hal yang berlum terlihat
dilakukan oleh guru yaitu membimbing siswa ketika memberiikan penjelasan.
Indikator ini belum ada peningkatan dari siklus 1 yang lalu.
h. Mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan penguatan,
keterampilan menjelaskan)
Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan memberiikan
penguatan, keterampilan menjelaskan) guru memperoleh nilai 3 karena hanya ada
3 deskriptor yang tampak sudah dilakukan dan ada 1 deskriptor yang belum
dilakukan. Deskriptor yang sudah dilakukan yaitu membenarkan/ meluruskan
penjelasan yang diberikan oleh siswa, memandang positif (tidak menyalahkan)
penjelasan yang diberikan oleh siswa dan memotivasi siswa agar berani
mengulangi penjelasan guru dengan kalimat “memang anak hebat yang berani
mengulangi penjelasan ibu tadi, silahkan siapa yang ingin menjelaskan tentang
kepadatan penduduk?”. Dan hal yang belum tampak dilakukan oleh guru yaitu
memberiikan reward kepada siswa yang sudah menyampaikan penjelasan.
Keterampilan ini belum mengalami peningkatan dari siklus 2.
171
i. Memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari
(keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
Indikator memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah
dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberii penguatan)
meperoleh nilai 4. Hal ini ditunjukkan dengan guru sudah tampak menyebutkan
ilmu apa yang harus diaplikasikan dapat dibuktikan dengan kalimat yang
disampaikan oleh guru kepada siswa “kalian tadi suadah belajar tentang cara
mengatasi pengangguran, anak jalanan, pengemis dan gelandangan maka kalian
juga harus dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari” dan memberiikan
penjelasan apa yang harus dilakukan siswa dengan kalimat “mengatasi
permaslahan sosial itu tidak harus dengan kegiatan yang besar, kalian sebagai
pelajar dapat melakukan hal-hal kecil saja” dan memberii contoh sikap/ perilaku
yang harus diterapkan “sebagai pelajar wujud untuk mengatasi anak jalanan dapat
melakukan kegiatan belajar kelompok atau berbagi ilmu dengan teman kalian
yang kurang beruntung dan hidupnya dijalanan” dan mengarahkan siswa untuk
mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari “kalian
sebagai anak yang beruntung harus selalu bersyukur dan berusaha membantu
saudara kita yang kurang beruntung tadi dengan berbagi ilmu dalam belajar
kelompok”.
j. Memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan)
Indikator memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii
penguatan) memperoleh nilai 2 karena hanya 2 deskriptor yang dilakukan oleh
guru yaitu memberiikan penguatan verbal berupa kalimat pujian dan gestural
172
berupa acungan jempol, anggukan dan senyuman. Keterampilan ini belum ada
peningkatan dari siklus 1, 2 dan 3.
k. Menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran)
Pada indikator keterampilan guru menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4. Hal ini ditunjukkan
dengan 4 deskriptor sudah dilakukan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan guru
memberiikan kesempatan kepada siswa yang akan bertanya, menyimpulkan
materi pembelajaran bersama siswa, menuliskan simpulan pembelajaran di papan
tulis dan menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham.. Deskriptor yang
belum dilakukan oleh guru yaitu
l. Memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola
kelas, keterampilan menutup pembelajaran)
Indikator keterampilan guru yang terakhir yaitu memberiikan evaluasi
terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menutup
pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak. Hal ini
ditunjukkan dengan guru sudah membagikan soal evaluasi kepada siswa,
mengawasi siswa ketika mengerjakan agar siswa tidak saling bekerja sama,
menerima pengumpulan hasil evaluasi siswa dan menutup pembelajaran.
4.1.4.3.2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 3
Berdasarkan observasi pada saat proses pembelajaran siklus 3, maka
aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual diperoleh data sebagai berikut:
173
Table 4.17
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 3
No.
Indikator Observasi
Jml Deskriptor yang
Tampak
0
1.
1
2
3
Mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran
Total
Nilai
Ratarata
44
176
4
4
(aktivitas emosional)
2.
Memberiikan
respon
terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas
lisan,
mendengarkan,
visual)
13
18
13
132
3
3.
Mengerjakan lembar kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar)
12
25
7
127
2,9
4.
Menunjukkan bukti hasil 1
kerja kelompok (aktivitas
174etric, emosional, lisan)
15
17
8
116
2,6
5.
Memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis,
mendengarkan,
menggambar,
mental,
emosional)
11
15
18
139
3,2
6.
Mengulangi
penjelasan
guru (aktivitas mental,
emosional)
3
12
13
16
130
2,9
7.
Mengikuti diskusi kelas
(aktivitas
lisan,
mendengarkan,
menulis,
mental, emosional)
4
17
11
12
119
2,7
3
174
8.
Menyimpulkan
pembelajaran
visual,
mendengarkan,
mental)
hasil
(aktivitas
lisan,
menulis,
9.
Melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis,
emosional)
18
9
17
131
2,9
5
39
171
3,9
Jumlah rata-rata nilai kelas
28,1
Kategori
Sangat
Baik
Keterangan:
Tabel 4.18
Kriteria Ketuntasan Aktivitas Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kategori
27,5≤ skor ≤36
Sangat Baik (A)
18≤ skor <27,5
Baik (B)
8,5≤ skor <18
Cukup (C)
0≤ skor <8,5
Kurang (D)
Berdasarkan pada tabel 4.17 di atas, ada 9 indikator aktivitas siswa yang
diamati dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual pada pembelajaran siklus 2. Kesembilan indikator tersebut
adalah sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran
(aktivitas emosional); (2) memberiikan respon terhadap pertanyaan yang
diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap pembengkitan
175
minat;
(3) mengerjakan lembar kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas
menggambar) pada tahap eksplorasi; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi; (5) memperhatikan penjelasan
guru (aktivitas menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada
tahap penjelasan; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
pada tahap penjelasan; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan,
menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi; (8) menyimpulkan hasil
pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental); dan
(9) melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap
evaluasi. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus 3 ini 28,1 dengan kategori
sangat baik. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan
pembelajaran pada isklus 1 dan 2.
Paparan dari setiap indikator aktivitas siswa, adalah:
a. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional)
Indikator yang pertama yaitu mempersiapkan diri dalam menerima
pembelajaran (aktivitas emosional) semua siswa (44 siswa) memperoleh rata-rata
nilai kelas 4. Hal ini ditunjukkan dengan siswa memasuki ruang kelas dengan
berbaris terlebih dahulu, menempati tempat duduk masing-masing, berdoa
bersama yang dipimpin oleh siswa yang bertugas dan mengeluarkan alat tulis
untuk mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung. Hal ini sama dengan nilai
yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2.
b. Memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual)
176
Indikator yang kedua yaitu memberiikan respon terhadap pertanyaan
yang diberikan guru (aktivitas lisan, mendengarkan, visual) pada tahap
pembangkitan minat memperoleh rata-rata nilai kelas 3. Hal ini artinya
mengalami kenaikan sebesar 0,3 bila dibanding dengan perolehan nilai pada
pembelajaran siklus 2. Dengan rincian 13 siswa memperoleh nilai 2 karena siswa
sudah menjawab pertanyaan guru dan jawaban yang diutarakan sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 3
karena mengangkat tangan sebelum menjawab, memberiikan jawaban dan
jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Dan 13 siswa memperoleh
nilai 4 karena sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu mengangkat tangan sebelum
menjawab, memberiikan jawaban, jawaban yang diberikan sesuai dengan
pertanyaan dan maerespon jawaban teman lain.
c. Mengerjakan
lembar
kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar)
Indikator yang ketiga yaitu mengerjakan lembar kerja kelompok
(aktivitas menulis, aktivitas menggambar) pada tahap eksplorasi rata-rata nilai
kelas 2,9. Hal ini artinya mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
pembelajaran pada siklus 2 yaitu sebesar 0,1. Dengan rincian 13 siswa
memperoleh nilai 2 karena siswa duduk tenang dalam kelompok dan ikut
berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 3
karena siswa duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi dan menulis jawaban
di lembar kerja kelompok. Dan 13 siswa sudah melaksanakan 4 deskriptor yaitu
177
duduk tenang dalam kelompok, ikut berdiskusi, menulis jawaban di lembar kerja
kelompok dan berusaha mencari jawaban di buku sumber belajar pegangan siswa.
d. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
Indikator yang keempat yaitu Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok
(aktivitas, emosional, lisan) pada tahap eksplorasi memperoleh rata-rata nilai
kelas 2,6. Hal ini merupakan sebuah peningkatan dibanding dengan pembelajaran
pada siklus 2, peningkatan nilai yang diperoleh sebesar 0,1. Dengan rincian 1
siswa memperoleh nilai 0 karena tidak melaksanakan keempat deskriptor yaitu
memperlihatkan hasil kerja kelompok, membacakan hasil diskusi kelompok,
menjelaskan
hasil
diskusinya
dan
menambahkan
penjelasan
teman
sekelompoknya. Sebanyak 3 siswa hanya melaksanakan 1 deskriptor memperoleh
nilai 1, 15 siswa melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 17 siswa
melaksanakan 3 deskriptor sehingga memperoleh nilai 3 dan 8 siswa memperoleh
nilai 4 karena melaksanakan semua deskriptor.
e. Memperhatikan
penjelasan
guru
(aktivitas
menulis,
mendengarkan,
menggambar, mental, emosional)
Indikator yang kelima yaitu memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) pada tahap penjelasan
rata-rata nilai kelas memperoleh nilai 3,2 yang artinya mengalami kenaikan
sebesar 0,1 dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Dengan rincian
11 siswa mendapatkan nilai 2 karena melaksanakan 2 deskriptor yaitu sikap
duduknya benar dan tenang memperhatikan penjelasan guru. Sebanyak 15 siswa
memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu sikap duduknya
178
benar, memperhatikan penjelasan guru dan mencatatnya. Dan 18 siswa
memperoleh nilai 4 karena melaksanakan 4 deskriptor yaitu sikap duduknya
benar, memperhatikan penjelasan guru, mencatatnya penjelasan yang diberikan
dan merespon penjelasan yang diberikan.
f. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
Indikator yang keenam yaitu mengulangi penjelasan guru (aktivitas
mental, emosional) pada tahap penjelasan memperoleh rata-rata nilai kelas 2,9
yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,2 dibandingkan dengan pembelajaran
pada siklus 2. Dengan rincian 3 siswa memperoleh nilai 1 karena hanya
melaksanakan 1 deskriptor, 12 siswa memperoleh nilai 2 karena melaksanakan 2
deskriptor, 13 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor dan 16
siswa memperoleh nilai 4 karena melaksanakan keempat deskriptor yaitu
mengangkat tangan untuk berbicara mengulangi penjelasan guru, mengulangi
penjelasan guru dengan benar, merespon penjelasan teman dan mengulangi
penjelasan guru tetapi masih salah. Sebanyak
g. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental,
emosional)
Indikator yang ketujuh yaitu mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) pada tahap elaborasi memperoleh
nilai rata-rata kelas 2,7 yang artinya mengalami kenaikan sebesar 0,3
dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Dengan rincian 4 siswa
memperoleh nilai 1 karena hanya 1 deskriptor yang dilaksanakan, 17 siswa
melaksanakan 2 deskriptor memperoleh nilai 2, 11 siswa melaksanakan 3
179
deskriptor memperoleh nilai 3 dan 12 siswa memperoleh nilai 4 karena
melaksanakan keempat deskriptor yaitu bertanya ketika belum paham, menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, mengemukakan pendapatnya dan
menjelaskan teman yang belum paham.
h. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental)
Indikator yang kedelapan yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran
(aktivitas visual, lisan, mendengarkan, menulis, mental) memperoleh rata-rata
nilai kelas 2,9. Hal ini merupakan sebuah peningkatan nilai dibandingkan dengan
siklus 2 sebesar 0,3. Dengan rincian sebanyak 18 siswa memperoleh nilai 2 karena
melaksanakan 2 deskriptor yaitu berpartisipasi menyimpulkan hasil pembelajaran
bersama guru dan mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku tulis.
Sebanyak 9 siswa memperoleh nilai 3 karena melaksanakan 3 deskriptor yaitu
berpartisipasi ikut menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil
pembelajaran di buku tulis dan membaca kembali kesimpulan. Dan 17 siswa
memperoleh nilai 4 karena malaksanakan 4 deskriptor yaitu berpartisipasi ikut
menyimpulkan bersama guru, mencatat kesimpulan hasil pembelajaran di buku
tulis, membaca kembali kesimpulan dan mengajukan pertanyaan tentang
kesimpulan yang telah dibuat.
i. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional)
Indikator
yang
kesembilan
yaitu
melakukan
evaluasi
diri
(aktivitas mental, manulis, emosional) pada tahap evaluasi memperoleh rata-rata
nilai kelas 3,9. Dengan rincian 5 siswa memperoleh nilai 3 karena hanya
180
melaksanakan 3 deskriptor saja yaitu mengerjakan soal evaluasi sendiri,
mengerjakan tanpa membuka buku dan tenang dalam mengerjakan. Sebanyak
39 siswa memperoleh nilai 4 karena semua deskriptor sudah dilaksanakan yaitu
mengerjakan soal evaluasi sendiri, mengerjakan tanpa membuka buku, tenang
dalam mengerjakan dan semua soal dikerjakan.
4.1.4.3.3. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Siklus 3
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS menggunakan model siklus
belajar berbantuan media audiovisual pada siklus 3 berupa nilai dari tes tertulis
yang dilaksanakan di akhir pembelajaran/evaluasi akhir dengan materi
permasalahan sosial dan cara mengatasinya. Siswa yang mengikuti pembelajaran
siklus 3 sebanyak 44 siswa.
Soal dalam tes tertulis terdiri dari 10 soal pilihan ganda dan 5 soal
uraian. Untuk soal pilihan ganda setiap jawaban benar mendapatkan skor 1 dan
jawaban salah mendapatkan skor 0. Sedangkan untuk soal uraian setiap nomor
soal dengan jawaban benar mendapatkan skor 2, mendekati benar skor 1 dan
jawaban salah skor 0. Jadi apabila siswa menjawab soal dengan jawaban benar
semua maka akan memperoleh skor 20. Penskoran pada siklus 3 sama seperti
penskoran pada siklus 1 dan 2. Untuk mengolah skor menjadi nilai menggunakan
rumus:
N=
X 100
Keterangan:
N = nilai
B = skor yang diperoleh siswa
181
St = Skor teoritis (skor maksimal) (Poerwanti, dkk. 2008: 6.14-6.17)
Rumus diatas maka diperoleh data nilai hasil belajar siswa pada
pembelajaran siklus 2 dengan analisis sebagai berikut:
Tabel 4.19
Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus 3
No.
Pencapaian
Data Siklus 1
Kualifikasi
1.
Nilai Terendah
60
Tidak Tuntas
2.
Nilai Tertinggi
100
Tuntas
3.
Rata-rata
80,80
Tuntas
4.
Ketuntasan Klasikal
88,63 %
Tuntas
5.
Ketidaktuntasan Klasikal
11,37 %
-
Keterangan:
Tabel 4.20
Kriteria Ketuntasan Belajar Siswa
Kriteria Ketuntasan
Kriteria Ketuntasan
Klasikal
Individual
Kualifikasi
≥80%
≥ 70
Tuntas
<80%
< 70
Tidak Tuntas
Tabel 4.19, analisis siklus 3 nilai terendah 60. Siswa yang memperoleh
nilai 60 sebanyak 1 siswa. Nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa adalah 100.
182
Siswa yang memperoleh nilai 100 sebanyak 2 siswa. Adapun siswa yang belum
tuntas (KKM 70) yaitu 5 siswa (sebesar 11,37%) dan siswa yang sudah tuntas
yaitu 39 siswa (sebesar 88,63%). Ketidaktuntasan hasil belajar siswa mencapai
22,73% dikarenakan pada saat berdiskusi ada siswa yang belum ikut berpartisipasi
aktif dalam kelompoknya.
Data perolehan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual siklus 3
selengkapnya ditampilkan dalam distribusi frekusensi sebagai berikut:
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 3
Interval Nilai
Frekuensi
Persentase
Kualifikasi
60-64
1
2,27%
Tidak Tuntas
65-69
4
9,09%
Tidak Tuntas
70-74
6
13,64 %
Tuntas
75-79
4
9,09 %
Tuntas
80-84
6
13,64%
Tuntas
85-89
12
27,27 %
Tuntas
90-94
8
18,18%
Tuntas
95-100
3
6,82%
Tuntas
183
Jumlah
44
Persentase Ketuntasan klasikal
100 %
-
88,63 %
Tuntas
Data hasil belajar siswa dan persentase ketuntasan hasil belajar klasikal
siswa dalam pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan
media audiovisual siklus 3 juga dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Gambar 4.5 Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus 3
184
Gambar 4.6 Diagram Ketuntas Klasikal Hasil Belajar Siklus 3
Berdasarkan gambar 4.6, menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa
sebesar 88,63% (39 dari 44 siswa) sudah mencapai target indikator keberhasilan
yang diharapkan yaitu 80% dari seluruh hasil belajar siswa dapat mencapai
ketuntasan, sehingga penelitian dihentikan sampai pada siklus 3.
4.1.4.4. Refleksi Siklus 3
Berdasarkan hasil penelitian siklus 3, diperoleh data berupa hasil
observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual. Refleksi ini dilaksanakan oleh peneliti bersama kolaborator untuk
menganalisis pelaksanaan pembelajaraan selanjutnya. Refleksi ini digunakan
untuk mengetahui apakan semua indikator keberhasilan penelitiab sudah tercapai
atau belum, apabila belum maka dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya. Hasil refleksi tersebut adalah:
185
4.1.4.4.1. Keterampilan Guru
Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa keterampilan guru
memperoleh kriteria sangat baik. Akan tetapi, masih ada kekurangan yang harus
diperbaiki pada siklus 3 yaitu:
a. Indikator
membimbing
siswa
untuk
mengualangi
penjelasan
yang
disampaikan oleh guru ada 1 deskriptor yang belum tampak yaitu
membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan.
b. Indikator mengklarifikasi penjelasan siswa ada 1 deskriptor yang belum
tampak yaitu memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan
penjelasan.
c. Indikator memberiikan penguatan kepada siswa ada 2 deskriptor yang belum
tampak
yaitu
memberi
penguatan
dengan
sentuhan
dan
memberii
penghargaan.
4.1.4.4.2. Aktivitas Siswa
Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa aktivitas siswa
memperoleh kriteria sangat baik. Akan tetapi, masih ada kekurangan yang harus
diperbaiki pada siklus 3 adalah:
a. Pada tahap eksplorasi diskusi didalam kelompok, masih ada beberapa siswa
yang
tidak
ikut
memberiikan
partisipasi/bertukar
kelompoknya.
4.1.4.4.3. Hasil Belajar
186
pendapat
dalam
Hasil observasi pada siklus 3 menunjukkan bahwa hasil belajar
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 3
yang diperoleh adalah
sebesar 88,63 % yaitu 39 dari 44 siswa dan 11,36 % yaitu 5 dari 44 siswa tidak
tuntas belajar. Hasil tersebut sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang
direncanakan yaitu sebesar 80%. Nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Ratarata kelas yaitu 80,80 (memenuhi KKM, KKM=70).
Berdasarkan
hasil
refleksi
diatas,
dapat
disimpulkanan
bahwa
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual sudah meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti bahwa ketiganya sudah memenuhi indikator
keberhasilan yang telah direncanakan. Karena alasan tersebut, penelitian
dicukupkan sampai pada siklus 3. Akan tetapi, perbaikan dalam proses
pembelajaran harus tetap dilaksanakan agar kualitas pembelajaran dapat terjaga
dan semakin meningkat.
4.1.5. Rekapitulasi Prasiklus, Hasil Penelitian Siklus 1, Siklus 2, Siklus 3
Rekapitulasi data variabel yang diteliti yaitu keterampilan guru, aktivitas
siswa serta hasil belajar siswa dari prasiklus, siklus 1, siklus 2 dan siklus 3
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual adalah:
4.1.5.1. Keterampilan Guru
Data rekapitulasi hasil penelitian keterampilan guru siklus 1, 2 dan 3
dapat dilihat pada gambar berikut:
187
Gambar 4.7 Diagram Hasil Penelitian Keterampilan Guru
Berdasarkan gambar 4.7 menunjukkan adanya peningkatan perolehan
nilai aktivitas guru setiap siklusnya. Untuk siklus 1 keterampilan guru
memperoleh nilai 33 dengan kategori baik, siklus 2 memperoleh nilai 37 dengan
kategori sangat baik dan siklus 3 memperoleh nilai 44 dengan kategori sangat
baik.
4.1.5.2. Aktivitas Siswa
Data rekapitulasi hasil penelitian aktivitas siswa siklus 1, 2 dan 3 dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
188
Gambar 4.8 Diagram Hasil Penelitian Aktivitas Siswa
Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan adanya peningkatan perolehan
nilai aktivitas siswa setiap siklusnya. Untuk siklus 1 aktivitas siswa memperoleh
nilai 21,7 dengan kategori baik, siklus 2 memperoleh nilai 26,6 dengan kategori
baik dan siklus 3 memperoleh nilai 28,1 dengan kategori sangat baik.
4.1.5.3. Hasil Belajar
Data rekapitulasi hasil penelitian hasil belajar siswa siklus 1, 2 dan 3
dapat dilihat pada gambar berikut:
189
Gambar 4.9 Diagram Hasil Penelitian Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 4.9 menunjukkan adanya peningkatan perolehan
nilai hasil belajar siswa setiap siklusnya. Sebelum diadakan siklus diperoleh data
awal siswa dengan nilai minimal sebesar 53, nilai maksimal 87 dan rata-rata nilai
67,81. Setelah diadakan siklus 1 diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai
minimal 55, nilai maksimal 90 dan rata-rata 69,20. Untuk siklus 2 diperoleh data
hasil belajar siswa dengan nilai minimal 60, nilai maksimal 95 dan rata-rata nilai
73,86. Sedangkan untuk siklus 3 diperoleh data hasil belajar siswa dengan nilai
minimal 60, nilai maksimal 100 dan rata-rata nilai 80,80.
190
Ketuntasan klasikal hasil belajar dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.10 Hasil Penelitian Ketuntasan Belajar Klasikal
Berdasarkan gambar 4.10 Persentase ketuntasan belajar klasikal mulai
dari prasiklus sampai pada siklus 3 mengalami peningkatan. Sebelum diadakan
siklus ketuntasan belajar klasikal sebesar 54,54% sehingga sangat perlu diadakan
penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar IPS siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01. Setelah diterapkan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual pada siklus 1 mengalami paningkatan bila dibandingkan dengan
prasiklus. Untuk siklus 1 ketuntasan belajar klasikal sebesar 69,20%. Karena hasil
ini masih jauh dengan indikator keberhasilan yang ingin dicapai yaitu 80% maka
penelitian dilanjutkan ke siklus 2. Pada siklus 2 persentase ketuntasan belajar
klasikal sebesar 77,27%. Hasil dari siklus 2 masih belum mencapai indikator
keberhasilan maka penelitian dilanjutkan kesiklus 3. Perolehan persentase
191
ketuntasan belajar siklus 3 sebesar 88,63%. Hasil ini sudah mencapai indikator
yang diterapkan maka penelitian dihentikan sampai pada siklus 3.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pemaknaan Temuan Penelitian
Pembahasan lebih banyak didasarkan pada hasil observasi dan refleksi
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.
Siklus 3 dilaksanakan sebagai wujud untuk perbaikan tindakan pada siklus 2,
sedangkan siklus 2 dilaksanakan sebagai wujud untuk perbaikan pada siklus 1.
Proses pembelajaran IPS pada penelitian ini menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual.
4.2.1.1. Hasil Observasi Keterampilan Guru
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang
menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan
terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara lebih efektif (Anitah W, dkk., 2008: 7.1).
Menurut Turney (dalam Mulyasa, 2011: 94) mengungkapkan ada 8
keterampilan dasar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran,
yaitu: (1)keterampilan memberiikan penguatan; (2)keterampilan bertanya;
(3)keterampilan
menggunakan
variasi;
(4)keterampilan
menjelaskan;
(5)keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (6)keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan; (7)keterampilan mengelola kelas; dan
(8)membimbing diskusi kelompok kecil.
192
4.2.1.1.1. Siklus 1
Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa
keterampilan guru pada siklus 1 memperoleh nilai 33. Dari kategori yang
dikemukakan Sudjana (2011) dan perhitungan kuartil menurut Subana (2000)
nilai 33 ini berkriteria B atau baik.
Apabila dikaitkan dengan 8 keterampilan yang dikemukakan Turney
(dalam Mulyasa, 2011:94) guru dalam penelitian ini sudah menerapkan kedelapan
keterampilan tersebut. Hal ini terlihat dari adanya deskriptor-deskriptor pada
keterampilan guru yang tampak pada saat pembelajaran berlangsung. Indikatorindikator tersebut juga dikaitkan dengan tahapan-tahapan model dan media
pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yaitu model siklus belajar dan media
audiovisual.
Indikator -indikator tersebut adalah sebagai berikut: (1) mengondisikan
siswa untuk mengikuti pembelajaran (keterampilan membuka dan menutup
pelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor tampak sudah dilakukan
oleh guru; (2) menarik minat siswa sesuai dengan materi yang akan diajarkan
(keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan bertanya,
keterampilan
menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena guru belum menyampaikan
materi
yang
akan
diajarkan;
(3)
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka pembelajaran, keterampilan menjelaskan) memperoleh
193
nilai 2 karena guru belum menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan
disampaikan dan membuka pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan;
(4) membentuk kelompok diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menggunakan variasi) memperoleh nilai 2 karena guru belum membimbing ketua
kelompok untuk memilih ketua kelompok dan membimbing ketua kelompok
untuk mengondisikan anggota kelompoknya; (5) membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang
konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola
kelas) memperoleh nilai 3 karena guru belum menanggapi pertanyaan, saran dan
tanggapan yang diberikan oleh siswa; (7) membimbing siswa untuk mengulangi
penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan
menjelaskan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan kesempatan
kepada siswa yang akan mengulangi penjelasan guru; (8) mengklarifikasi
penjelasan
siswa
(keterampilan
memberiikan
penguatan,
keterampilan
menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum memberiikan reward siswa
yang sudah menyampaikan penjelasan; (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi
konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan
memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberi contoh
sikap/ perilaku yang harus diterapakan dalam kehidupan sehari-hari dan
mengarahkan siswa untuk mengaplikasikan konsep; (10) memberiikan penguatan
kepada siswa (keterampilan memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru
194
belum memberiikan penguatan dengan sentuhan dan memberi penghargaan;
(11) menyimpulkan materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran)
memperoleh nilai 2 karena guru belum menuliskan kesimpulan di papan tulis dan
menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham; dan (12) memberiikan
evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah
tampak dilakukan oleh guru.
4.2.1.1.2. Siklus 2
Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa
keterampilan guru pada siklus 2 memperoleh nilai 37 dengan kriteria A atau
sangat baik menurut Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan guru bila dibandingkan dengan siklus 1 yang hanya mendapatkan
kriteria baik.
Peningkatan indikator-indikator keterampilan guru tersebut adalah
sebagai berikut: (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran
(keterampilan membuka dan menutup pelajaran) memperoleh nilai 4 karena
keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru; (2) menarik minat siswa
sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4;
(3) menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum membuka
195
pertanyaan tentang kegiatan yang akan dilakukan; (4) membentuk kelompok
diskusi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi)
memperoleh nilai 3 karena guru belum membimbing ketua kelompok untuk
mengondisikan anggota kelompoknya; (5) membimbing kelompok dalam
merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan tentang
konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan
mengelola kelas) memperoleh nilai 3 karena guru belum menanggapi pertanyaan,
saran dan tanggapan yang diberikan oleh siswa; (7) membimbing siswa untuk
mengulangi penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya,
keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan
kesempatan kepada siswa yang akan mengulangi penjelasan guru dan
membimbing siswa dalam memberiikan penjelasan; (8) mengklarifikasi
penjelasan
siswa
(keterampilan
memberiikan
penguatan,
keterampilan
menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum memberiikan reward siswa
yang sudah menyampaikan penjelasan; (9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi
konsep yang telah dipelajari (keterampilan menggunakan variasi, keterampilan
memberii penguatan) memperoleh nilai 3 karena guru belum mengarahkan siswa
untuk mengaplikasikan konsep dalam kehidupan sehari-hari dan; (10)
memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan memberii penguatan)
memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan penguatan dengan sentuhan
dan
memberi
penghargaan;
(11)
menyimpulkan
196
materi
pembelajaran
(keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 3 karena guru belum
menjelaskan ulang kepada siswa yang belum paham; dan (12) memberiikan
evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan mengelola kelas, keterampilan
menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah
tampak dilakukan oleh guru.
4.2.1.1.3. Siklus 3
Berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran IPS
menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa
kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang, menunjukkan bahwa
keterampilan guru pada siklus 3 memperoleh nilai 44 dengan kriteria A atau
sangat baik menurut Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
nilai keterampilan guru bila dibandingkan dengan siklus 2 yang hanya
mendapatkan nilai 37.
Peningkatan indikator-indikator keterampilan guru tersebut adalah
sebagai berikut: (1) mengondisikan siswa untuk mengikuti pembelajaran
(keterampilan membuka dan menutup pelajaran) memperoleh nilai 4 karena
keempat deskriptor tampak sudah dilakukan oleh guru; (2) menarik minat siswa
sesuai dengan materi yang akan diajarkan (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 4;
(3) menyampaikan tujuan pembelajaran (keterampilan membuka pembelajaran,
keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 4 karena keempat deskriptor sudah
tampak dilakukan oleh guru; (4) membentuk kelompok diskusi (keterampilan
mengelola kelas, keterampilan menggunakan variasi) memperoleh nilai 3 karena
197
keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru; (5) membimbing
kelompok dalam merumuskan konsep dengan kalimatnya sendiri (keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil) memperoleh nilai 4; (6) memberiikan definisi dan penjelasan
tentang konsep materi yang dipelajari (keterampilan menjelaskan, keterampilan
mengelola kelas) memperoleh nilai 4; (7) membimbing siswa untuk mengulangi
penjelasan yang disampaikan oleh guru (keterampilan bertanya, keterampilan
menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena guru belum membimbing siswa dalam
memberiikan penjelasan; (8) mengklarifikasi penjelasan siswa (keterampilan
memberiikan penguatan, keterampilan menjelaskan) memperoleh nilai 3 karena
guru belum memberiikan reward siswa yang sudah menyampaikan penjelasan;
(9) memotivasi siswa untuk mengaplikasi konsep yang telah dipelajari
(keterampilan
menggunakan
variasi,
keterampilan
memberii
penguatan)
memperoleh nilai 4; (10) memberiikan penguatan kepada siswa (keterampilan
memberii penguatan) memperoleh nilai 2 karena guru belum memberiikan
penguatan dengan sentuhan dan memberi penghargaan; (11) menyimpulkan
materi pembelajaran (keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4;
dan (12) memberiikan evaluasi terhadap siswa dan refleksi (keterampilan
mengelola kelas, keterampilan menutup pembelajaran) memperoleh nilai 4 karena
keempat deskriptor sudah tampak dilakukan oleh guru.
Hasil observasi keterampilan guru setiap siklusnya mengalami
peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan sekurang-kurangnya
198
baik. Siklus 1 termasuk dalam kategori baik, siklus 2 termasuk dalam kategori
sangat baik, dan siklus 3 termasuk dalam kategori baik.
4.2.1.2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak
dapat dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang
belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari
adanya gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak (Sanjaya, 2012: 112).
Diedrich (dalam Hamalik, 2009: 172-173) membuat suatu daftar berisi
177 macam aktivitas siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
(1) Visual activities (kegiatan visual); (2) Oral activities (kegiatan lisan); (3)
Listening activities (kegiatan mendengarkan; (4) Writing activities (kegiatan
menulis); (5) Drawing activities (kegiatan menggambar); (6) Motor activities
(kegiatan metrik); (7) Mental activities (kegiatan mental); (8) Emotional activities
(kegiatan emosional)
4.2.1.2.1. Siklus 1
Apabila dikaitkan dengan kedelapan aktivitas dalam Hamalik (2009) di
atas, siswa telah melaksanakan kedelapan aktivitas tersebut. Hal ini terlihat dari
adanya deskriptor-deskriptor yang muncul pada setiap indikator aktivitas siswa
saat observasi berlangsung. Indikator-indikator tersebut juga dikaitkan dengan
tahapan-tahapan model dan media yang digunakan peneliti yaitu model siklus
belajar dan media audiovisual.
199
Indikator -indikator aktivitas siswa tersebut dengan nilai yang diperoleh
dari rata-rata kelas adalah sebagai berikut: (1)mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4;
(2)memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 2,2; (3)mengerjakan lembar
kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata
nilai 2,2; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
memperoleh rata-rata nilai 1,3; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata
nilai 2,4; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
memperoleh rata-rata nilai 2,4; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 1,8;
(8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,2; dan (9) melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,7.
Berdasarkan observasi pada siklus 1 diperoeh jumlah rata-rata nilai
aktivitas siswa sebesar 21,7. Hal ini jika dikaitkan dengan kategori penilaian yang
dikemukakan Sudjana (2011) maka memperoleh kategori B atau baik.
4.2.1.2.2. Siklus 2
Berdasarkan
hasil
observasi
aktivitas
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang,
menunjukkan perolehan nilai 26,6 dengan kriteria B atau baik menurut
200
Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai aktivitas siswa
bila dibandingkan dengan siklus 1yang hanya mendapatkan nilai 21,7.
Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat melalui perolehan rata-rata nilai
setiap indikator dengan rincian sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4;
(2)memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 2,7; (3) mengerjakan lembar
kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata
nilai 2,8; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
memperoleh rata-rata nilai 2,5; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata
nilai 3,1; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
memperoleh rata-rata nilai 2,7; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,4;
(8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,6; dan (9) melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,8.
4.2.1.2.3. Siklus 3
Berdasarkan
hasil
observasi
aktivitas
siswa
pada
saat
proses
pembelajaran IPS menggunakan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang,
menunjukkan perolehan nilai 28,1 dengan kriteria A atau sangat baik menurut
201
Sudjana (2011). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas aktivitas siswa
bila dibandingkan dengan siklus 2 yang hanya mendapatkan kategori baik.
Peningkatan nilai tersebut dapat dilihat melalui perolehan rata-rata nilai
setiap indikator dengan rincian sebagai berikut: (1) mempersiapkan diri dalam
menerima pembelajaran (aktivitas emosional) memperoleh rata-rata nilai 4; (2)
memberiikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual) memperoleh rata-rata nilai 3; (3) mengerjakan lembar
kerja kelompok (aktivitas menulis, aktivitas menggambar) memperoleh rata-rata
nilai 2,9; (4) menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan)
memperoleh rata-rata nilai 2,6; (5) memperhatikan penjelasan guru (aktivitas
menulis, mendengarkan, menggambar, mental, emosional) memperoleh rata-rata
nilai 3,2; (6) mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional)
memperoleh rata-rata nilai 2,9; (7) mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan, menulis, mental, emosional) memperoleh rata-rata nilai 2,7;
(8)menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental) memperoleh rata-rata nilai 2,9; dan (9) melakukan evaluasi diri
(aktivitas mental, manulis, emosional) memperoleh rata-rata nilai 3,9.
Hasil dari observasi aktivitas siswa
disetiap siklusnya mengalami
peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu
sekurang-kurangnya baik. Siklus 1 termasuk dalam kategori baik, siklus 2
termasuk dalam kategori baik, dan siklus 3 termasuk dalam kategori sangat baik.
4.2.1.3. Hasil Belajar Siswa
202
Menurut Purwanto (2011: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang bentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil
(product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus
input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya.
4.2.1.3.1. Siklus 1
Hasil belajar siswa pada siklus 1 pada pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakn
diakhir pembelajaran. Tes adalah sekumpulan butir yang merupakan sampel dari
populasi butir yang mengukur perilaku tertentu baik berupa keterampilan,
pengetahuan,
kecerdasan,
penyelenggaraannya
siswa
bakat
dan
didorong
sebagainya
untuk
dimana
memberiikan
dalam
penampilan
maksimalnya (Purwanto, 2011: 65). Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes
yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian.
Hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan hasil bahwa nilai rata-rata
kelas mencapai 69,20 (belum memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01
sebesar 70) dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Ketuntasan klasikal
yang diperoleh sebesar 68,19 % ( 30 dari 44 siswa mencapai KKM). Akan tetapi
belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%.
4.2.1.3.2. Siklus 2
203
Hasil belajar siswa pada siklus 2 pada pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sama seperti pada siklus 1 yaitu diperoleh
dari tes tertulis yang dilaksanakn diakhir pembelajaran. Dalam penelitian ini
bentuk instrumen tes yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda dan 5 soal
uraian.
Hasil belajar siswa pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan bila
dibandingkan dengan siklus 1 yaitu hasil bahwa nilai rata-rata kelas
mencapai 73,86 (memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 sebesar 70) dengan
nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95. Ketuntasan klasikal yang diperoleh
sebesar 77,27% (34 dari 44 siswa mencapai KKM). Akan tetapi belum memenuhi
indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%.
4.2.1.3.3. Siklus 3
Hasil belajar siswa pada siklus 3 pada pembelajaran IPS menggunakan
model siklus belajar berbantuan media audiovisual pada siswa kelas IVA SDN
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang sama seperti pada siklus 1 dan 2 yaitu
diperoleh dari tes tertulis yang dilaksanakn diakhir pembelajaran. Dalam
penelitian ini bentuk instrumen tes yang digunakan adalah 10 soal pilihan ganda
dan 5 soal uraian.
Hasil belajar siswa pada siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan bila
dibandingkan dengan siklus 1 yaitu hasil bahwa nilai rata-rata kelas
mencapai 80,80 (memenuhi KKM SDN Kalibanteng Kidul 01 sebesar 70) dengan
nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 100. Ketuntasan klasikal yang diperoleh
204
sebesar 88,63% (39 dari 44 siswa mencapai KKM). Hal ini berarti sudah
memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 80%.
4.2.2. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian ini yaitu adanya peningkatan kualitas
pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa
dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual pada siswa kelas IVA SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
Implikasi hasil penelitian tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
4.2.2.1. Bagi Peneliti
Penelitian dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media
audiovisual ini, peneliti sebagai calon guru SD akan mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman sebagai bekal untuk dapat diterapkan pada saat mengajar
nantinya.
4.2.2.2. Bagi Guru
Penelitian ini akan menginspirasi dan menambah pengetahuan guru
untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dan inovatif salah satunya adalah
dengan menerapkan model siklus belajar dan menggunakan media audiovisual
dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.
4.2.2.3. Bagi Siswa
Melalui penerapan model siklus belajar dan penggunaan media
audiovisual ini akan mendorong minat dan kreativitas siswa dalam mengikuti
pembelajaran IPS. Siswa tidak hanya mendengar, mencatat dan menghafal,
205
melainkan siswa akan bekerja dan berdiskusi dalam kelompok untuk
menghasilkan atau menemukan ide baru tentang materi yang akan dipelajari
sehingga siswa akan dapat memahami materi IPS dengan baik dan dapat
meningkatkan hasil belajar mereka.
4.2.2.4. Bagi Lembaga
Melalui penerapan model siklus belajar berbantuan media audiovisual
ini dapat memberiikan sumbangan bagi sekolah untuk menjadi lebih inovatif
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas khususnya untuk peningkatkan
kualitas pembelajaran IPS di SD serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
206
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tindakan kelas tentang
penerapan
model
siklus
belajar
berbantuan
media
audiovisual
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS siswa kelas IVA SDN Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang, terdapat tiga variabel penelitian yaitu keterampilan
guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa yang menunjukkan peningkatan dari
siklus 1 sampai siklus 3 yaitu sebagai berikut:
a. Keterampilan guru siklus 1 memperoleh nilai 33 dengan kriteria baik, siklus 2
mengalami peningkatan memperoleh nilai 37 dengan kriteria sangat baik dan
siklus 3 mengalami peningkatan menjadi 44 dengan kriteria sangat baik.
b. Aktivitas siswa siklus 1 memperoleh nilai sebesar 21,7 dengan kriteria baik,
siklus 2 memperoleh nilai 26,6 dengan kriteria baik dan siklus 3 mengalami
peningkatan perolehan nilai yaitu 28,1 dengan kriteria sangat baik.
c. Nilai rata-rata hasil belajar siswa prasiklus memperoleh nilai 67,81 dengan
nilai minimal 53 dan maksimal 87, siklus 1 memperoleh rata-rata nilai 69,20
dengan nilai minimal 55 dan maksimal 90, siklus 2 mengalami peningkatan
perolehan nilai 73,86 dengan nilai minimal 60 dan maksimal 95 dan siklus 3
mengalami peningkatan memperoleh nilai 80,80 dengan nilai minimal 60 dan
maksimal 100. Kemudian persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa
207
prasiklus memperoleh persentase 54,54%, siklus 1 memperoleh persentase
68,19%, siklus 2 memperoleh presentase 77,27% dan siklus 3 mengalami
peningkatan yaitu memperoleh persentase 88, 63%.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah disimpulkan di
atas, maka peneliti memberiikan saran-saran sebagai berikut:
5.2.1. Bagi Guru
Sebaiknya guru memilih dan menerapkan model-model inovatif yang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan pembelajaran menjadi lebih
bervariasi, seperti halnya model siklus belajar. Penerapan model tersebut dapat
didukung dengan penggunaan media sehingga dapat mengaktifkan dan menarik
minat siswa dalam proses pembelajaran seperti penggunaan media audiovisual.
Sehingga keterampilan guru dalam proses pembelajaran meningkat. Selain itu
guru sebaiknya mengikuti perkembangan informasi khususnya mengenai
penggunaan pendekatan, metode, model, strategi dan media pembelajaran yang
terbaru/inovatif, sehingga guru dapat menerapkannya di kelas dan diharapkan
mampu untuk mengadakan pembelajaran yang interaktif yang akan memotivasi
kreativitas dan keaktifan siswa.
5.2.2. Bagi Siswa
Dengan menerapkan model siklus belajar berbantuan media audiovisual
diharapkan adanya penumbuhan sikap keaktifan dan minat siswa dalam kegiatan
pembelajaran dengan cara bertanya baik kepada guru ataupun kepada temannya
208
jika ada materi yang belum bisa dipahami, aktif dalam diskusi kelompok dan
mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir dengan penuh tanggung jawab
sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa meningkat.
5.2.3. Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya memberiikan fasilitas berupa media pembelajaran,
laboratorium untuk pengembangan pendidikan bagi siswa, dan menambahkan
sarana
teknologi
agar
sekolah
mengikuti
perkembangan
zaman
yang
memanfaatkan teknologi dalam dunia pendidikan dan penunjang proses
pembelajaran agar hasilnya lebih baik.
209
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, dkk., Sri, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.
Aqib, Zainal. 2009. Pengembangan Profesi Guru dan Pengawas Sekolah.
Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
-------- .2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aritmaxx.
2010.
Aritmaxx
File.
Diunduh
dari
http://aritmaxx.wordpress.com/2010/04/12/disain-pembelajaran-denganpendekatan-siklus-belajar-learning-cycle/ pada Minggu, 30 Desember
2012, 11:19.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
BNSP. 2007. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
BNSP.
Depdiknas. 2003. Pengertian Belajar. Diunduh dari http://matheduunila.blogspot.com/2010/10/pengertian-belajar.html pada Minggu 30
Desember 2012. 16.43 WIB.
Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS. Jakarta:
Depdiknas.
Diniati, Eko, dkk.. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Model Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka setia.
Hasibuan dan Moejiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
210
Hidayati, Mujinem dan Anwar Senen. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.
Jiwastri, Yuniar. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Mengembangkan Karakter Kreatif melalui Model Learning Cycle pada Siswa
Kelas IV SDN Purworejo 3 Kabupaten Blitar. Skripsi. Diunduh dari
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/23428.
Pada
Kamis 10 Januari 2013 Pukul 18:48.
Lawson, Anthon E.. 1994. Scince Teaching and Development of Thinking.
California: Arizona State University.
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Nabisi, Lapono, dkk.. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Ni'mah, Eni Arifatun. 2011. Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V SDN
Bakalan Krajan 1 kecamatan Sukun kota Malang. Skripsi. Diunduh dari
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=53171 Pada Jumat
25 Januari 2013 Pukul 12:14.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008 . Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Pribadi, Benny A. 2011. Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses.
Jakarta: Dian Rakyat.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rahayu, Puji. 2010. Penerapan model siklus belajar belajar dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa tentang SDA pada siswa kelas V SDN
Plosoharjo
I
Nganjuk.
Skripsi.
Diunduh
dari
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=45648 pada Selasa,
25 Desember 2012 pukul 19:09.
Rifa’i, Achmad, dan Chatarina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press.
Samatowa, Usman.2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sanjaya, Wina. 2012. Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
211
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS SD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sardjiyo, dkk. 2008 . Pendidikan IPS di SD . Jakarta: Universitas Terbuka.
Soewarso dan Susila. 2010. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya
Sari
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Subana, dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Subiyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Widya Karya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta
Suhardjono. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia.
Sumaatmaja Nursid, dkk. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2007. Model-model Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Uno, Hamzah B.. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wena, Made. 2011. Model Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Wunarwulan, Etik. 2012. Penerapan model learning cycle untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas VI di SD Islam Nurul Izzah
Malang.
Skripsi.
Diunduh
dari
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=55519. Pada Kamis
10 Januari 2013 Pukul 23:12.
212
LAMPIRAN-LAMPIRAN
213
LAMPIRAN 1
Kisi-Kisi Instrumen
Penelitian
214
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Judul :
Penerapan Model Siklus Belajar Berbantuan Media Audiovisual
untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas IVA
SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
No Variabel
1.
Indikator
Keterampil 1. Mengondisikan siswa
an guru
untuk mengikuti
dalam
pembelajaran
pembelajar
(keterampilan membuka
an IPS
pembelajaran).
dengan
2. Menarik minat siswa
model
sesuai dengan materi
siklus
yang akan diajarkan
belajar
(keterampilan membuka
berbantuan
pembelajaran,
media
keterampilan bertanya,
audiovisual
keterampilan
menggunakan variasi).
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran
(keterampilan membuka
pembelajaran,
keterampilan
menjelaskan).
4. Membentuk kelompok
diskusi (keterampilan
mengelola kelas,
keterampilan
menggunakan variasi).
5. Membimbing kelompok
dalam merumuskan
konsep dengan
kalimatnya sendiri
(keterampilan mengajar
215
Sumber Data
1. Guru
2. Foto
3. Video
Alat/Instru
men
1. Lembar
observasi
2. Catatan
lapangan
kelompok kecil dan
perorangan,
keterampilan
membimbing diskusi
kelompok kecil).
6. Memberikan definisi
dan penjelasan tentang
konsep materi yang
dipelajari (keterampilan
menjelaskan,
keterampilan mengelola
kelas).
7. Membimbing siswa
untuk mengulangi
penjelasan yang
disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya,
keterampilan
menjelaskan).
8. Mengklarifikasi
penjelasan siswa
(keterampilan
memberikan penguatan,
keterampilan
menjelaskan).
9. Memotivasi siswa
untuk mengaplikasi
konsep yang telah
dipelajari (keterampilan
menggunakan variasi,
keterampilan memberi
penguatan).
10. Memberikan penguatan
kepada siswa
(keterampilan memberi
penguatan).
11. Menyimpulkan materi
pembelajaran
(keterampilan menutup
pembelajaran).
12. Memberikan evaluasi
terhadap siswa dan
refleksi (keterampilan
mengelola kelas,
keterampilan menutup
pembelajaran)
216
2.
Aktivitas
siswa
dalam
dalam
pembelajar
an IPS
melalui
model
siklus
belajar
berbantuan
media
audiovisual
3
Hasil
belajar
siswa
dalam
pembelajar
an IPS
melalui
1. Mempersiapkan diri
dalam menerima
pembelajaran (aktivitas
emosional).
2. Memberikan respon
terhadap pertanyaan
yang diberikan guru
(aktivitas lisan,
mendengarkan, visual).
3. Mengerjakan lembar
kerja kelompok
(aktivitas menulis,
aktivitas menggambar).
4. Menunjukkan bukti
hasil kerja kelompok
(aktivitas metrik,
emosional, lisan).
5. Memperhatikan
penjelasan guru
(aktivitas menulis,
mendengarkan,
menggambar, mental,
emosional).
6. Mengulangi penjelasan
guru (aktivitas mental,
emosional, metrik).
7. Mengikuti diskusi
kelas (aktivitas lisan,
mendengarkan,
menulis, mental,
emosional)
8. Menyimpulkan hasil
pembelajaran (aktivitas
visual, lisan,
mendengarkan,
menulis, mental)
9. Melakukan evaluasi
diri (aktivitas mental,
manulis, emosional)
1. menjelaskan
pengertian peristiwa
alam (gempa bumi,
banjir, letusan gunung
atau angin topan);
2. menyebutkan minimal
2 penyebab terjadinya
217
1. Siswa
2. Foto
3. Video
1.
2.
Siswa
Foto
1. Lembar
observasi
2. Catatan
lapangan
3. Lembar
wawanca
ra
1. Tes
Tertulis
model
siklus
belajar
berbantuan
media
audiovisual
3.
4.
5.
6.
7.
peristiwa alam (gempa
bumi, banjir, letusan
gunung atau angin
topan);
menganalisis pengaruh
peristiwa alam (gempa
bumi, banjir, letusan
gunung atau angin
topan)
terhadap
kehidupan sosial;
mengidentifikasi pola
perilaku
anggota
masyarakat yang dapat
mempengaruhi
peristiwa alam;
mengaitkan
antara
pola
perilaku
masyarakat
dengan
permasalahan sosial;
menyebutkan
jenisjenis
permasalahan
sosial; dan
mengidentifikasi cara
mengatasi
permasalahan sosial.
218
LAMPIRAN 2
Instrumen Penelitian
219
LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN GURU
DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL
SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL
Siklus: …
Nama SD
: SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
Kelas/Semester
: IVA/2 (dua)
Materi
: Permasalahan Sosial
Hari/ Tanggal
:
Petunjuk:
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom tampak yang sesuai dengan indikator
pengamatan!
a. Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
b. Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
c. Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
d. Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
e. Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
2. Hal-hal yang tidak tampak pada deskriptor, dituliskan dalam catatan lapangan.
Tampak
No
Indikator
Deskriptor
220
Skala
Penilaian
4 3 2 1
Nilai
1
Mengondisi
kan siswa
untuk
mengikuti
pembelajara
n.
2
Menarik
minat siswa
sesuai
dengan
materi yang
akan
diajarkan
3
Menyampai
kan tujuan
pembelajara
n.
4
Membentuk
kelompok
diskusi.
1. Memberi salam
2. Mempersiapkan
sumber belajar
3. Mengarahkan dan
mengikuti siswa
untuk berdoa
bersama
4. Melakukan
presensi
1. Menampilkan
video/ gambar
yang sesuai
dengan materi
2. Memberikan
pertanyaan yang
sesuai dengan
video/ gambar
3. Bertanya tentang
pengalaman
siswa yang
berhubungan
dengan video/
gambar
4. Menyampaikan
materi yang akan
diajarkan
1. Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
2. Menuliskan
tujuan
pembelajaran di
papan tulis
3. Menyampaikan
kegiatan
pembelajaran
yang akan
dilakukan
4. Membuka
pertanyaan
tentang kegiatan
yang akan
dilakukan
1. Membentuk
kelompok secara
heterogen
221
5.
Membimbin
g kelompok
dalam
merumuska
n konsep
dengan
kalimatnya
sendiri.
6.
Memberika
n definisi
dan
penjelasan
tentang
konsep
materi yang
dipelajari.
2. Membimbing
kelompok
memilih ketua
kelompok
3. Mengarahkan
siswa untuk
duduk sesuai
dengan
kelompoknya
4. Membimbing
ketua kelompok
untuk
mengondisikan
anggota
kelompoknya
1. Mengarahkan
siswa untuk
diskusi
kelompok
2. Memberikan
lembar kerja
kelompok
kepada tiap
kelompok
3. Membimbing
pelaksanaan
diskusi
4. Memberi
kesempatan
siswa untuk
mengemukakan
konsep baru
sebagai hasil
diskusi
1. Memberikan
penjelasan
materi
2. Menuliskan inti
materi
pembelajaran di
papan tulis
3. Memberikan
kesempatan
kepada siswa
untuk bertanya
4. Menanggapi
222
7
Membimbin
g siswa
untuk
mengulangi
penjelasan
yang
disampaikan
oleh guru.
1.
2.
3.
4.
8
Mengklarifi
kasi
penjelasan
siswa.
1.
2.
3.
4.
9.
Memotivasi
siswa untuk
mengaplikas
1.
pertanyaan,
saran dan
tanggapan yang
diberikan oleh
siswa
Memberikan
kesempatan
siswa yang akan
mengulangi
penjelasan guru
Menunjuk siswa
secara acak
untuk
mengulangi
penjelasan guru
Member
penguatan
kepada siswa
yang berani
mengulangi
penjelasan guru
Membimbing
siswa dalam
memberikan
penjelasan
Memberikan
reward siswa
yang sudah
menyampaikan
penjelasan
Membenarkan/
meluruskan
penjelasan yang
diberikan siswa
Memandang
positif (tidak
menyalahkan)
penjelasan yang
diberikan siswa
Memotivasi
siswa agar berani
mengulangi
penjelasan guru
Menyebutkan
ilmu apa yang
harus
223
ikan konsep
yang telah
dipelajari.
10
Memberika
n penguatan
kepada
siswa.
11.
Menyimpul
kan materi
pembelajara
n.
12
Memberika
diaplikasikan
2. Memberikan
penjelasan apa
yang harus
dilakukan siswa
3. Memberi contoh
sikap/perilaku
yang dapat
diterapkan dalam
kehidupan
sehari-hari
4. Menyarankan
siswa untuk
mengaplikasikan
konsep yang
telah dipelajari
dalam kehidupan
sehari-hari
1. Memberi
penguatan verbal
2. Memberi
penguatan
gestural
3. Memberi
penguatan
dengan sentuhan
4. Memberi
penguatan
dengan memberi
penghargaan
1. Memberikan
kesempatan
kepada siswa
yang akan
bertanya
2. Menyimpulkan
materi
pembelajaran
3. Menuliskan
kesimpulan di
papan tulis
4. Menjelaskan
ulang kepada
siswa yang
belum paham
1. Membagikan
224
n evaluasi
terhadap
siswa dan
refleksi.
soal evaluasi
kepada siswa
2. Mengawasi
siswa untuk
mengerjakan soal
evaluasi
3. Mengumpulkan
hasil evaluasi
siswa
4. Menutup
pembelajaran
Jumlah nilai = ………………….., kategori = ……………
R= nilai terendah: 0
T = nilai tertinggi: 48
n = banyaknya nilai = (48 - 0) + 1 = 49
Q2 = kuartil kedua = median
Letak Q2 = (n+1)
Q3 = kuartil ketiga
Letak Q3 = (n+1)
= (49+1)
= (49 +1)
= x 50
= (49+ 1)
= x 50
= 25
= 37,5
Jadi nilai Q2= 24
Jadi nilai Q3= 36,5
Q1 = kuartil pertama
Nilai Q4= kuartil keempat
= nilai tertinggi= 48
225
Letak Q1 = (n+1)
= (49+1)
= x 50
= 12,5
Jadi nilai Q1= 11,5
Kriteria Penilaian:
Kriteria Ketuntasan
Kategori
36,5 ≤ nilai ≤ 48
Sangat Baik (A)
24 ≤ nilai < 36,5
Baik (B)
11,5 ≤ nilai < 24
Cukup (C)
0 ≤ nilai < 11,5
Kurang (D)
Semarang, Januari 2013
Observer,
226
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL
SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL
Siklus: …
Nama Siswa
:
Nama SD
: SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
Kelas/Semester
: IVA/2 (dua)
Hari/Tanggal
:
Petunjuk:
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom tampak yang sesuai dengan indikator
pengamatan!
a. Nilai 4 jika semua deskriptor tampak
b. Nilai 3 jika hanya 3 deskriptor yang tampak
c. Nilai 2 jika hanya 2 deskriptor yang tampak
d. Nilai 1 jika hanya 1 deskriptor yang tampak
e. Nilai 0 jika tidak ada deskriptor yang tampak
2. Hal-hal yang tidak tampak pada deskriptor, dituliskan dalam catatan lapangan.
Tampak
No
Indikator
Deskriptor
1.
Mempersiapka
n diri dalam
menerima
pembelajaran
1. Masuk ruang kelas
usai berbaris di
depan kelas
2. Menempati tempat
duduk
3. Berdoa bersama
227
Skala
penilaian
4 3 2 1
Nilai
2.
Memberikan
respon
terhadap
pertanyaan
yang diberikan
guru.
3.
Mengerjakan
lembar kerja
kelompok.
4.
Menunjukkan
bukti hasil
kerja
kelompok.
5.
Memperhatika
n penjelasan
guru.
6.
Mengulangi
penjelasan
guru.
4. Mengeluarkan alat
tulis
1. Mengangkat
tangan ketika akan
menyampaikan
jawaban
2. Menyampaikan
jawaban
3. Jawaban sesuai
dengan pertanyaan
4. Merespon jawaban
teman
1. Duduk tenang
dalam kelompok
2. Ikut berdiskusi
kelompok
3. Menulis jawaban
di lembar kerja
kelompok
4. Berusaha mencari
jawaban dibuku
sumber belajar
1. Memperlihatkan
hasil kerja
kelompok.
2. Membacakan hasil
diskusi
3. Menjelaskan hasil
diskusi yang
diperoleh
4. Menambahkan
penjelasan teman
sekelompoknya
1. Sikap duduk benar
2. Bersikap tenang/
khidmat dan
memperhatikan
penjelasan guru
3. Merespon
penjelasan guru
4. Mencatat
penjelasan guru di
papan tulis
1. Mengangkat tangan
untuk berbicara
mengulangi
228
penjelasan guru
2. Mengulangi
penjelasan guru
dengan benar
3. Merespon
penjelasan teman
4. Mengulangi
penjelasan guru
tetapi masih salah
7.
Mengikuti
1. Bertanya ketika
diskusi kelas.
belum paham
2. Menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh guru
3. Mengemukakan
pendapat
4. Menjelaskan teman
yang masih belum
paham
8.
Menyimpulkan 1. Berpartisipasi
hasil
menyimpulkan hasil
pembelajaran
pembelajaran
bersama guru
2. Mencatat
kesimpulan hasil
pembelajaran di
buku tulis
3. Mengajukan
pertanyaan tentang
kesimpulan
4. Membaca kembali
kesimpulan yang
ditulis
9.
Melakukan
1. Mengerjakan soal
evaluasi diri
evaluasi sendiri
2. Mengerjakan tanpa
membuka buku
3. Tenang dalam
mengerjakan
4. Semua soal
dikerjakan
Jumlah nilai = ………………….., kategori = …………..
R= nilai terendah: 0
229
T = nilai tertinggi: 36
n = banyaknya nilai = (36 - 0) + 1 = 37
Q2 = kuartil kedua = median
Q3 = kuartil ketiga
Letak Q2 = (n+1)
Letak Q3 = (n+1)
= (37+1)
= (37+1)
= x 38
= x 38
= 28,5
= 19
Jadi nilai Q3= 27,5
Jadi nilai Q2= 18
Q1 = kuartil pertama
Nilai Q4= kuartil keempat= nilai tertinggi= 36
Letak Q1 = (n+1)
Kriteria Penilaian:
= (37+1)
= x 38
= 9,5
Jadi nilai Q1= 8,5
Kriteria Ketuntasan
Kategori
27,5≤ nilai ≤36
Sangat Baik (A)
18≤ nilai <27,5
Baik (B)
8,5≤ nilai <18
Cukup (C)
0≤ nilai <8,5
Kurang (D)
Semarang, Januari 2013
230
Observer,
LEMBAR WAWANCARA SISWA SECARA KLASIKAL
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN
MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
Nama SD
: SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
Hari/Tanggal
:
Pertanyaan:
1. Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti pembelajaran yang baru saja
dilaksanakan?
Jawab:
………………………………………………………………………………
2. Pada bagian manakah kalian merasa senang?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
3. Apakah kalian mudah memahami materi IPS setelah mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model siklus belajar berbantuan media audiovisual yang
baru saja dilaksanakan?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
4. Kapan kalian akan menerapkan konsep yang telah kita pelajari bersama tadi?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
231
5. Siapa yang bersedia bersedia jika diajar lagi dengan menggunakan
pembelajaran seperti pembelajaran yang baru saja dilaksanakan?
Jawab:
…………………………………………………………………………………
Semarang,
2013
Peneliti,
232
CATATAN LAPANGAN
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN
MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN IPS
Nama SD
: SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang
Kelas/Semester
: IVA/ 2 (dua)
Hari/Tanggal
:
Subyek
: Guru, siswa, proses pembelajaran
Petunjuk:
Catatlah secara singkat hal-hal yang terjadi pada guru, siswa, dan proses
pembelajaran IPS dengan model siklus belajar berbantuan media audiovisual
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Semarang, Januari 2013
Observer,
233
LAMPIRAN 3
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
234
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus 1
Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01
I.
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IVA/ 2
Hari, tanggal
: Kamis, 31 Januari 2013
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2 jp)
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
II.
Kompetensi Dasar
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
III.
Indikator
2.4.1. Menjelaskan pengertian peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan
gunung atau angin topan).
2.4.2. Menyebutkan minimal 2 penyebab terjadinya peristiwa alam (gempa
bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan).
2.4.3. Menganalisis pengaruh peristiwa alam (gempa bumi, banjir, letusan
gunung atau angin topan) terhadap kehidupan sosial masayarakat.
IV.
Tujuan Pembelajaran
235
1. Melalui video yang ditampilkan guru, siswa dapat menjelaskan pengertian
peristiwa alam dengan benar.
2. Dengan
mengamati
video
tentang
peristiwa
alam,
siswa
dapat
menyebutkan penyebab terjadinya peristiwa alam (minimal 2) dengan
tepat.
3. Melalui diskusi kelompok siswa dapat menganalisis pengaruh peristiwa
alam (gempa bumi, banjir, letusan gunung atau angin topan) terhadap
kehidupan sosial masyarakat.
Karakter siswa yang diharapkan:
1. Jujur
2. Tangguh
3. Peduli
4. Bertanggungjawab
5. Semangat belajar
6. Bekerja sama
7. Rela berkorban
V.
Materi Pembelajaran
Peristiwa alam yang mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat.
VI.
Model Pembelajaran
Model Siklus Belajar
Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
236
- Diskusi
- Pemberian tugas
VII.
Media Pembelajaran
- Video peristiwa alam
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Prakegiatan (5 menit)
1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran
berupa video peristiwa alam.
2. Salam dan doa bersama
3. Presensi oleh guru
4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
2. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya:
- Pernahkah kalian melihat banjir?
- Apakan kalian pernah mengalaminya?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu:
- menjelaskan pengertian peristiwa alam
- menyebutkan minimal 2 penyebab peristiwa alam
- menganalisis pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial
masyarakat.
3. Siswa mengamati video tentang peristiwa alam dan membangkitkan
minatnya untuk mengikuti pembelajaran. (Pembangkitan minat)
237
4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar video. Misalnya,
peristiwa alam apa saja yang ada dalam video tersebut? Peristiwa
alam apa yang kalian ketahui dan belum ada dalam video?
(Pembangkitan minat)
5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa
yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya, siapa yang
rumahnya pernah kebanjiran? Apakah kalian pernah melihat gempa
bumi? Kejadian apa saja yang ada disana? (Pembangkitan minat)
3. Kegiatan Inti (35 menit)
Eksplorasi
1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap
kelompok.
2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan
minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi.
3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh
guru selama 10 menit.
4. Siswa membuat prediksi tentang penyebab terjadinya peristiwa alam
yang ada dalam video. Misalnya, banjir disebabkan banyak orang
yang membuang sampah ke sungai.
5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok.
6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan
diskusi sudah berlangsung.
238
7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang
peristiwa alam berdasarkan jawaban yang telah diutarakan siswa.
Misalnya, gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi
di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tibatiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Dampak
yang ditimbulkan antara lain: kerusakan bangunan, munculnya
gelombang tsunami, adanya keretakan permukaan bumi.
8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang
telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan)
9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh
siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap
penjelasan)
10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari
hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi menganalisis
pengaruh peristiwa alam terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Elaborasi
11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara-cara
menanggulangi banjir yaitu dengan penanaman pohon, tidak
membuang sampah sembarang tempat khususnya di sungai, tidak
merusak ekosistem yang ada.
239
12. Siswa mengutarakan tentang sikap/ perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang pelajar dalam menghadapi peristiwa alam yang bisa terjadi
kapan saja sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang telah
dipelajari. Misalnya, tidak merusak alam/ tumbuh-tumbuhan yang
ada disekitar, melakukan penanaman pohon, rela menolong terhadap
sesama yang terkena musibah.
Konfirmasi
13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi
peristiwa alam yang mungkin terjadi. Seorang siswa harus berusaha
mencegah dan menanggulangi bencana alam, apabila sudah terjadi
tanggap terhadap peristiwa alam yang terjadi, membantu sesama
yang sedang tertimpa musibah.
14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar peristiwa
alam, kepada siswa yang belum paham.
4. Kegiatan Akhir (15 menit)
1. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab
pertanyaan seputar materi pembelajaran (review) tentang peristiwa
alam. Misalnya, dampak yang timbul akibat gunung meletus,
pengertian angin topan, penyebab banjir.
2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi peristiwa alam.
Peristiwa alam yang membahayakan adalah banjir, gunung meletus,
gempa bumi, angin topan, dan tanah longsor. Setiap warga
diharapkan mempunyai sikap peduli kepada lingkungan. Wujud
240
sikap peduli kepada lingkungan adalah menjaga kebersihan
lingkungan dan menjaga kelestariannya sehingga dapat mencegah
timbulnya bencana alam.
3. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena
telah menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap
evaluasi)
5. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi)
6. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk
mempelajari materi selanjutnya yaitu tentang pola perilaku
masyarakat yang dapat memperngaruhi peristiwa alam.
IX.
Sumber Belajar
1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B.
Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87.
2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor:
Yudhistira. Halaman 160-178
3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133.
4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman
193-210.
5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
241
6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta:
Platinum. Halaman 177-190.
8. www.google.com
9. www.youtube.com
X.
Penilaian
a. Teknik Penilaian
1.
Tes
2.
Nontes
b.
Bentuk Penilaian
1. Tes
: pilihan ganda dan uraian
2. Nontes : observasi aktivitas siswa
c.
Instrumen Penilaian (terlampir).
242
243
Lampiran RPP Siklus 1
MATERI PEMBELAJARAN
PERISTIWA ALAM YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN
SOSIAL MASYARAKAT
Peristiwa alam adalah peristiwa yang terjadi karena pengaruh yang
ditimbulkan oleh alam itu sendiri. Peristiwa alam dapat bersifat merugikan dan
membahayakan. Akan tetapi, dapat pula tidak membahayakan. Contoh peristiwa
alam yang membahayakan adalah banjir, gunung meletus, gempa bumi, angin
topan, dan tanah longsor. Peristiwa alam yang tidak membahayakan misalnya
pergantian musim, terbentuknya embun, dan pelangi.
Berbagai peristiwa alam sering melanda sekitar kita. Peristiwa alam yang
terjadi dapat menimbulkan masalah. Berikut adalah beberapa peristiwa alam dan
dampak sosial yang ditimbulkannya.
1. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi
akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan
gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak
Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan
244
ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur
dengan menggunakan alat Seismograf.
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan
oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama
tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itulah gempa Bumi akan terjadi.
Akibat adanya gempa bumi ini banyak rumah penduduk yang mengalami
kerusakan. Sehingga mereka akan kehilangan tempat tinggal dan ini akan
menimbulkan masalah sosial bagi Negara kita.
Jenis gempa bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu
pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai
kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa
bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik
dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
2) Gempa bumi vulkanik
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka
245
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang
mungkin terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut.
1) Gelombang tsunami; munculnya gelombang tsunami jika sumber gempa di
bawah laut.
2) Kerusakan bangunan; dengan bergoyangnya permukaan bumi, maka
bangunan-bangunan seperti gedung sekolah, pusat pertokoan, perkantoran,
maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau paling tidak retak.
3) Mengubah topografi atau bentuk muka bumi; gempa bumi tersebut
memicu longsoran tanah dan mengakibatkan perubahan struktur tanah di
daerah-daerah berlereng curam akibat guncangan gempa. Struktur tanah
seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering akan merapat. Akibat
pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir
meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai
terendah. Dengan demikian tanah kehilangan kekuatan sehingga
mengakibatkan runtuhnya lapisan di atas pembentuk lereng dan memicu
terjadi tanah longsor.
4) Menyebabkan
keretakan
permukaan
bumi;
gempa
bumi
juga
mengakibatkan keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan
permukaan tanah ikut bergerak ketika lempeng tektonik di bawahnya
saling berbenturan.
246
5) Menyebabkan perubahan tata air tanah; kantong-kantong air yang ada
dalam tanah secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan tersier
berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong
air ini patah sehingga terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan
bergeser. Oleh karena itu wajar jika setelah gempa tiba-tiba ada mata air
yang mati, sumur kering, atau muncul mata air baru di tempat lain.
Hilangnya mata air atau munculnya mata air baru di tempat lain akibat
patahan dan pergeseran kantong-kantong air ini menunjukkan adanya
perubahan tata air setelah guncangan gempa.
6) Mengakibatkan trauma psikis atau mental; akibat bencana tersebut,
sebagian besar korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu
gangguan akan kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap
sekadar perubahan suara, perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil
lain yang sebenarnya wajar terjadi di tengah kehidupan sehari-hari.
2. Banjir
Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Penyebab banjir antara lain:
247
1) Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya
akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau
penguapan rendah).
2) Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
3) Berang-berang
pembangun
bendungan
dapat
membanjiri
wilayah
perkotaan dan pedesaan rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan
besar.
4) Kerusakan terowongan air atau pipa.
5) Ulah
manusia
yang
membuang
limbah
dan
sampah
kesungai,
mengakibatkan pendangkalan di sungai.
Dampak yang ditimbulkan akibat adanya banjir antara lain:
1) Kerusakan fisik. Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya.
2) Persediaan air. Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
3) Penyakit. Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
4) Pertanian dan persediaan makanan. Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada
endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
5) Pepohonan. Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.
6) Transportasi. Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat
kepada orang-orang yang membutuhkan.
248
7) Ekonomi. Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya
pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan
harga, dll.
Semua dampak yang ditimbulkan oleh banjir tersebut akan memunculkan
masalah sosial di Negara kita.
3. Gunung Meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu
yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma
yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya
bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Dampak negatif yang timbul akibat gunung meletus, antara lain:
1) Merusak pemukiman warga sekitar bencana
2) Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)
249
3) Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang layu,
bahkan mati akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga
banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi
4) Menyebabkan gagal panen
5) Matinya infrastruktur
6) Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
7) Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk
memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana
8) Terhentinya industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi
Borobudur (Bencana Merapi)
9) Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan
penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung
Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati
10) Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas
masyarakat lumpuh
4. Angin Topan
Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120
km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik
250
utara dan selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat berdekatan dengan
khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu
sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya
berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan
rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam.
Untuk wilayah yang dekat dengan angin topan akan merasakan dampak tidak
langsungnya, antara lain:
1. Peningkatan kecepatan angin > 20 knots atau 37 km/jam
2. Gelombang tinggi > 2.5 m
3. Hujan lebat dan angin kencang pada radius 1000 km dari pusat badai
5. Erosi atau tanah longsor
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan
jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum
kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor
pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan
bergeraknya material tersebut. Dampak yang timbul akibat tanah longsor
yaitu: banyak rumah dan penduduk, binatang, fasilitas umum yang tertimbun
longsoran.
251
Tindakan yang harus dilakukan ketika tertimpa tanah longsor:
1) Pindahlah ke daerah yang tanahnya stabil ketika tanah longsor terjadi.
2) Bila tidak mampu melarikan diri, lingkarkan tubuh seperti bola untuk
melindungi kepala tertimpa atap.
6. Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan
oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama
abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan
penanaman hutan mangrove.
Dampak negatif yang diakibatkan oleh abrasi antara lain:
1) Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk
yang tinggal di pinggir pantai
2) Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang
didorong angin kencang begitu besar.
3) Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena
terkikisnya hutan bakau
252
Lembar Kerja Kelompok
Anggota Kelompok: 1. ...............................
2. ...............................
3. ................................
4. ................................
Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
No.
1.
Nama peristiwa
alam
Banjir
Penjelasan
Penyebab terjadinya
Banjir adalah peristiwa
yang terjadi ketika
aliran
air
yang
berlebihan merendam
daratan
air meluap di permukaan
kedap air dan tidak dapat
terserap dengan cepat,
kerusakan terowongan air
atau pipa, ulah manusia
yang membuang limbah
dan sampah kesungai,
mengakibatkan
pendangkalan di sungai.
2.
3.
4.
5.
253
Lembar Evaluasi
Nama
:...........................
No. Absen
:...........................
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar!
1. Gunung meletus merupakan….
a. peristiwa alam
b. ketimpangan sosial
c. masalah sosial
d. masalah lingkungan
2. Peristiwa yang terjadi karena pengaruh alam disebut ….
a. masalah alam
b. lingkungan alam
c. peristiwa alam
d. bencana alam
3. Peristiwa alam yang tidak membahayakan, kecuali….
a. terjadinya pelangi
b. adanya embun
c. peristiwa pergantian musim
d. angin topan
4. Alat ukur gempa bumi adalah ….
a. pantograf
b. seismograf
254
c. termograf
d. kartograf
5. Proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak disebut ….
a. erosi
b. abrasi
c. erupsi
d. reboisasi
6. Angin yang disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca
disebut ….
a. angin topan
b. angin puting beliung
c. angin tornado
d. angin lesus
7. Berikut yang bukan penyebab terjadinya banjir adalah ….
a. air sungai meluap
b. perbedaan tekanan air
c. penebangan pohon yang berlebihan
d. membuang sampah ke sungai
8. Akibat terjadinya gempa bumi, kecuali ….
a. gelombang tsunami
b. kerusakan bangunan
c. keretakan tanah
255
d. hujan
9. Penyebab angin topan adalah ….
a. perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca
b. hujan berhari-hari
c. pergantian iklim
d. musim pancaroba
10. Peristiwa alam yang dapat membahayakan, kecuali ….
a. terjadinya pelangi
b. tanah longsor
c. gempa bumi
d. gunung meletus
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Sebutkan 2 saja peristiwa alam yang membahayakan!
2. Jelaskan terjadinya gempa bumi!
3. Sebutkan 2 dampak terjadinya gunung meletus!
4. Apa saja yang menjadi penyebab banjir? Sebutkan minimal 2!
5. Bagaimana pengaruh peristiwa alam (gunung meletus, banjir, gempa bumi dan
angin topan) terhadap kehidupan sosial masyarakat? Jelaskan!
Jawaban:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
256
Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok
No.
1.
Nama peristiwa
Penjelasan
alam
Banjir
Penyebab terjadinya
Banjir adalah peristiwa Banjir dapat terjadi ketika
yang
terjadi
aliran
ketika air meluap di permukaan
air
berlebihan
yang kedap air (misalnya akibat
merendam hujan) dan tidak dapat
daratan
terserap
dengan
(orientasi
cepat
lemah
penguapan
atau
rendah),
kerusakan terowongan air
atau pipa, ulah manusia
yang membuang limbah
dan
sampah
kesungai,
mengakibatkan
pendangkalan di sungai.
2.
Gempa bumi
Gempa
bumi
adalah Gempa
Bumi
biasa
getaran atau guncangan disebabkan
yang
terjadi
oleh
di pergerakan kerak Bumi
permukaan bumi akibat (lempeng Bumi).
pelepasan energi dari
dalam secara tiba-tiba
yang
menciptakan
gelombang seismic.
3.
Gunung meletus
Gunung
meletus Gunung
merupakan
yang
endapan
meletus
peristiwa disebabkan
terjadi
akibat peristiwa
magma
257
pendorongan
di endapan magma di dalam
dalam perut bumi yang perut
didorong keluar
adanya
bumi
oleh
oleh bertekanan tinggi.
gas
gas
yang
bertekanan
tinggi.
4.
Angin topan
Angin
topan
adalah Angin topan disebabkan
pusaran angin kencang oleh perbedaan tekanan
dengan kecepatan angin dalam suatu sistem cuaca.
120 km/jam atau lebih
yang sering terjadi di
wilayah tropis di antara
garis balik utara dan
selatan,
kecuali
daerah-daerah
sangat
di
yang
berdekatan
dengan khatulistiwa.
5.
Erosi atau tanah Longsor
longsor
atau
sering Longsor disebabkan oleh
disebut gerakan tanah keadaan
adalah suatu peristiwa curam,
geologi
yang
tanah
tidak
yang
adanya
terjadi tumbuhan yang menahan
karena pergerakan masa tanah.
batuan
dengan
dan
atau
tanah
berbagai
jenis
tipe
seperti
jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah
6.
Abrasi
Abrasi
adalah
proses Abrasi ini dipacu oleh
pengikisan pantai oleh terganggunya
tenaga gelombang laut keseimbangan
dan
arus
laut
yang daerah pantai tersebut.
bersifat merusak
Skor: 1 nomor soal mendapatkan skor 1-5
Skor maksimal : 5 X 4 = 20; Skor minimal : 1 X 4 = 4
Nilai
: skor yang diperoleh X 5
258
alam
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi
 Pilihan ganda:
1. a
6. a
2. c
7. b
3. d
8. d
4. b
9. a
5. b
10. a
 Uraian:
1. gempa bumi, banjir, gunung meletus, angin topan, erosi dan abrasi.
2. Gempa bumi terjadi karena adanya pergerakan lempengan bumi.
3. Dampak negatif yang timbul akibat gunung meletus, antara lain:
1) Merusak pemukiman warga sekitar bencana
2) Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)
3) Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang
layu, bahkan mati
4) Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
5) Menyebabkan gagal panen
4. Penyebab terjadinya banjir antara lain:
1) Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air
2) Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama
3) Kerusakan terowongan air atau pipa
259
4) Ulah manusia yang membuang limbah dan sampah kesungai,
mengakibatkan pendangkalan di sungai
5. Kehidupan menjadi terganggu, ekosistem rusak, banyak penduduk
kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan sehingga menyebabkan
permasalahan sosial.
Penskoran
 Pilihan ganda:
Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0
Skor maksimal 10
Skor minimal 0
 Uraian:
Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban
salah skor 0
Skor maksimal 10
Skor minimal 0
Penilaian
 Nilai =
X 10
260
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus 2
Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01
I.
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IVA/ 2
Hari, tanggal
: Kamis, 7 Februari 2013
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2 jp)
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi
di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
II.
Kompetensi Dasar
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
III.
Indikator
2.4.4. Mengidentifikasi pola perilaku anggota masyarakat yang dapat
mempengaruhi peristiwa alam.
2.4.5. Mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan
sosial.
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Melalui video yang ditampilkan guru, siswa dapat mengidentifikasi pola
perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam
dengan benar.
261
2. Dengan berdiskusi kelompok, siswa dapat mengaitkan antara pola
perilaku masyarakat dengan permasalahan sosial dengan tepat.
Karakter siswa yang diharapkan:
1. Jujur
2. Tangguh
3. Peduli
4. Bertanggungjawab
5. Semangat belajar
6. Bekerja sama
7. Rela berkorban
V.
Materi Pembelajaran
Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa alam
dan permasalahan sosial.
VI.
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran siklus
Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi
- Pemberian tugas
VII.
Media Pembelajaran
- Video perilaku masyarakat yang mempengaruhi peristiwa alam dan
permasalahan sosial.
262
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Prakegiatan (5 menit)
1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran
berupa video perilaku masyarakat yang mempengaruhi peristiwa
alam dan permasalahan sosial.
2. Salam dan doa bersama
3. Presensi oleh guru
4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
2. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya:
- Dimanakah kalian harus membuang sampah?
- Bagaimana kalau sampah-sampah itu dibuang sembarangan?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu:
- Mengidentifikasi
pola
perilaku
masyarakat
yang
dapat
mempengaruhi peristiwa alam
- Mengaitkan antara pola perilaku masyarakat dengan permasalahan
sosial.
3. Siswa mengamati video tentang pola perilaku masyarakat yang
mempengaruhi peristiwa alam dan membangkitkan minatnya untuk
mengikuti pembelajaran. (Pembangkitan minat)
4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar video. Misalnya:
- Bercerita tentang apa video tersebut?
263
- Benar atau salah sikap yang seperti itu? Mengapa? (Pembangkitan
minat)
5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa
yang berkaitan dengan peristiwa alam. Misalnya:
- Siapa yang pernah membuang sampah ke sungai?
- Dimanakah membuang sampah yang benar itu? (Pembangkitan
minat)
3. Kegiatan Inti ( 35 menit)
Eksplorasi
1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap
kelompok.
2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan
minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi.
3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh
guru selama 10 menit.
4. Siswa membuat prediksi tentang perilaku masyarakat yang dapat
merusak alam dan menyebabkan terjadinya peristiwa alam.
Misalnya: menebang pohon berlebihan dapat menyebabkan tanah
longsor.
5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok.
6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan
diskusi sudah berlangsung.
264
7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang
perilaku masyarakat yang dapat merusak alam dan menyebabkan
terjadinya peristiwa alam berdasarkan jawaban yang telah diutarakan
siswa. Misalnya, kerusakan habitat dapat diakibatkan terjadi karena
ulah manusia yang telah mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan
ditebang, dijadikan lahan pertanian, permukiman, dan akhirnya
berkembang
menjadi
perkotaan.
Kegiatan
manusia
tersebut
mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan
gen. Apabila hal ini tidak ditanggulangi maka akan menyebabkan
terjadinya peristiwa alam seperti banjir dan tanah longsor. Sehingga
akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat yang
terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan,
mengalami gangguan kesehatan dan lain sebagainya.
8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang
telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan)
9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh
siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap
penjelasan)
10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari
hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi mengaitkan antara
pola perilaku masyarakat yang merusak alam dengan permasalahan
sosial.
265
Elaborasi
11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:
- Cara bersikap dengan alam agar tidak merusak alam.
- Tidak merusak habitat alam seperti tidak memetik dedaunan
sembarangan, agar ekosistem yang ada tidak mengalami
kerusakan.
12. Siswa mengutarakan jawaban tentang dampak pola perilaku
masyarakat
yang
merusak
alam
dan
akan
menimbulkan
permasalahan sosial, kemudian menjelaskan sikap yang benar seperti
apa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:
- Apabila ada masalah antarkelompok diselesaikan secara baik-baik,
dengan pembicaraan yang terbuka tidak dengan tawuran atau
perkelahian
Konfirmasi
13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi
permasalahan sosial yang mungkin terjadi. Misalnya, seorang siswa
harus mempunyai rasa peduli terhadap sesama, tidak mudah marah
dan menjaga kerukunan.
14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar materi kepada
siswa yang belum paham.
266
4. Kegiatan Akhir (15 menit)
1. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab
pertanyaan seputar materi pembelajaran (review) tentang perilaku
masyarakat dalam kaitannya dengan permasalahan sosial.
2. Siswa bersama guru menyimpulkan materi.
- Perilaku yang merusak alam dapat menimbulkan bencara alam.
Misalnya menebang pohon secara liar dan membuat hutan
gundul dapat menimbulkan tanah longsor.
- Pola perilaku yang melanggar norma dapat menimbulkan
permasalahan sosial, misalnya tawuran yang sampai memakan
korban.
- Demo yang sampai merusak fasilitas umum.
3. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena
telah menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap
evaluasi)
5. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi)
6. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk
mempelajari
materi
selanjutnya
yaitu
permasalahan sosial dan cara mengatasinya.
267
tentang
jenis-jenis
IX.
Sumber Belajar
1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B.
Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87.
2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor:
Yudhistira. Halaman 160-178
3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133.
4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman
193-210.
5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta:
Platinum. Halaman 177-190.
8. www.google.com
9. www.youtube.com
X.
Penilaian
a. Teknik Penilaian
1. Tes
2. Nontes
268
b. Bentuk Penilaian
1. Tes
: pilihan ganda dan uraian
2. Nontes : observasi aktivitas siswa
c. Instrumen Penilaian (terlampir).
269
Lampiran RPP Siklus 2
MATERI PEMBELAJARAN
Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat mempengaruhi peristiwa
alam, antara lain:
1. Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal makhluk hidup.
Kerusakan habitat merupakan penyebab utama kepunahan makhluk hidup.
Jika habitat rusak, makhluk hidup tidak memiliki tempat untuk hidup.
Kerusakan habitat dapat diakibatkan terjadi karena ulah manusia yang telah
mengubah fungsi ekosistem, misalnya hutan ditebang, dijadikan lahan
pertanian, permukiman, dan akhirnya berkembang menjadi perkotaan.
Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman
ekosistem, jenis, dan gen. Apabila hal ini tidak ditanggulangi maka akan
menyebabkan terjadinya peristiwa alam seperti banjir dan tanah longsor.
Sehingga akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat yang
270
terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, mengalami
gangguan kesehatan dan lain sebagainya.
2. Penebangan
Penebangan
hutan
yang
dilakukan
secara
berlebihan
tidak
hanya
menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohonpohon yang ada di sekitarnya. Di samping itu, hewan-hewan yang tergantung
pada pohon tersebut akan terganggu dan hilang sehingga akan menurunkan
jenis hewan tersebut. Penebangan pohon yang berlebihan juga akan membawa
bencana bagi masyarakat, karena tidak ada lagi yang menyimpan kelebihan air
jika terjadi hujan sehingga muncullah bencana banjir. Selain itu, tidak adanya
pohon yang menahan tanah akan mengakibatkan terjadinya bencana tanah
longsor.
3. Membuang sampah ke sungai
271
Lemahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan kurangnya
penegakan hukum terhadap pembuang sampah sembarangan menyebabkan
penyelesaian persoalan sampah menjadi lebih sulit. Tanpa kesadaran penuh
dan rasa peduli pada lingkungan, kebiasaan membuang sampah di lingkungan
akan terus berlangsung. Walaupun kini orang orang sudah mulai peduli
lingkungan, tapi masih banyak yang tidak. Mereka inilah yang harus kita
sadarkan, yang harus kita yakinkan dan kita tolong agar mereka menjadi insan
yang berguna bagi lingkungannya, menjadi insan yang menolong anak cucu
manusia kelak agar mereka tidak lagi merasakan tidak enaknya banjir dan
akibat buang sampah sembarangan lainnya. Apabila hal ini tidak
ditanggulangi maka akan menyebabkan terjadinya peristiwa alam misalnya
banjir. Sehingga akan muncul berbagai masalah sosial, karena masyarakat
yang terkena musibah akan kehilangan tempat tinggal, pekerjaan, mengalami
gangguan kesehatan dan lain sebagainya.
Pola perilaku anggota masyarakat yang dapat menimbulkan permasalahan
sosial masyarakat, antara lain:
1. Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum pidana. Contoh
tindakan kriminal adalah perampokkan, pembunuhan, pencurian dan
272
perdagangan obat-obatan terlarang. Tindakan ini menimbulkan keresahan
masyarakat, karena banyak masyarakat dirugikan oleh para pelaku
kejahatan. Pelaku kejahatan inilah yang seharusnya mendapatkan
pendidikan dan pengetahuan yang lebih agar tidak menimbulkan
permasalahan sosial lagi.
2. Kerusuhan
Kerusuhan merupakan keadaan huru hara atau kehancuran akibat konflik
yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu untuk memperebutkan atau
memperjuangkan kepentingan tertentu. Kerusuhan dilakukan secara liar
dan membabi buta tanpa memperhatikan aturan, nilai atau norma yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Suasana sangat kacau dan meresahkan
masyarakat. Jika hal ini tidak dihentikan maka Negara kita akan hancur,
karena sudah tidak mempunyai moral bangsa. Untuk itu, pengarahan dan
penjelasan secara detail sangat dibutuhkan oleh para pelaku kerusuhan
agar mereka mempunyai moral dan etika ketika akan menyampaikan
aspirasi ataupun menyelesaikan masalah dengan orang/ kelompok lain.
3. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat
273
Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi yang tinggi akan dapat
menimbulkan
pergolakan
masyarakat.
Misalnya,
perbedaan
yang
mencolok antara orang kaya dengan orang miskin. Kesenjangan ini
memunculkan
kecemburuan
sosial
yang
pada
akhirnya
dapat
memunculkan masalah sosial.
4. Salah pergaulan
Masalah sosial yang timbul di suatu daerah tidak terlepas dari masalah
penyimpangan sikap dan perilaku remaja pada umumnya. Perilaku yang
menyimpang tersebut berbentuk kenakalan, merokok, penggunaan obatobatan terlarang atau minum-minuman keras. Perilaku tersebut muncul
akibat salah pergaulan. Agar para remaja tidak mengalami hal tersebut
maka sangat diperlukan bimbingan dan pengarahan oleh orang tua, guru
dan lingkungan masyarakat.
5. Demo
274
Demo adalah aksi protes suatu kelompok terhadap sebuah instansi.
Apabila demo ini tidak ditanggapi maka pendemo biasanya melakukan
pemblokir jalan, membakar ban, merusak fasilitas umum dan lain
sebagainya.
6. Tawuran
Sering kita temui tawuran antarkelompok, bahkan kelompok pelajar.
Kadang-kadang masalah sepele bias berakhir tawuran yang pada akhirnya
membawa korban jiwa. Mereka mudah marah dan mudah emosi sehingga
muncul perkelahian. Kejadian ini tidak hanya terjadi diperkotaan, namun
didaerah pedesaan pun tidak lepas dari kejadian tersebut.
275
Lembar Kerja Kelompok
Anggota Kelompok: 1. ...............................
2. ...............................
3. ................................
4. ................................
Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang benar!
No.
Perilaku masyarakat
1.
Menebang pohon berlebihan
Dampak yang ditimbulkan
Banjir, longsor
2.
3.
4.
5.
6.
276
Lembar Evaluasi
Nama
:...........................
No. Absen
:...........................
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar!
1. Berikut adalah masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, kecuali ….
a. pengangguran
b. kemiskinan
c. kriminalitas
d. peristiwa alam
2. Tindakan perampokan yang sering terjadi di daerah perkotaan membuat
masyarakat menjadi ….
a. senang
b. resah
c. kecewa
d. masa bodoh
3. Akibat yang ditimbulkan dari salah pergaulan adalah ….
a. minum-minuman keras
b. kerusuhan
c. perkelahian
d. tawuran
4. Dibawah ini upaya pencegahan terhadap masalah sosial, kecuali ….
a. meningkatkan siskamling
277
b. menjaga pergaulan dalam masyarakat
c. pemerataan pembangunan
d. program urbanisasi
5. Kepadatan penduduk diperkotaan dapat mengakibatkan ….
a. meningkatnya kriminalitas
b. meningkatnya kesejahteraan masyarakat
c. meningkatkan keramaian kota
d. menambah keindahan kota
6. Berikut adalah perilaku yang harus kita hindari, kecuali ….
a. tawuran
b. merokok
c. belajar bersama
d. mencuri
7. Salah satu contoh tindakan kriminal adalah ….
a. merokok
b. pembunuhan
c. tawuran
d. demo
8. Perbuatan yang melanggar hukum pidana disebut ….
a. pelanggaran
b. kerusuhan
c. kriminalitas
d. kemiskinan
278
9. Pola perilaku masyarakat yang menimbulkan permasalahan sosial, kecuali ….
a. tawuran
b. kerusuhan
c. membantu sesama warga
d. salah pergaulan
10. Perilaku masyarakat yang tidak menimbulkan bencana alam antara lain ….
a. Perusakan habitat
b. Penebangan liar
c. Membuang sampah ke sungai
d. Menjaga keamanan lingkungan
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Sebutkan 2 saja pola perilaku masyarakat yang menyebabkan terjadinya
bencana alam!
2. Jelaskan 2 cara yang dapat dilakukan agar masyarakat tidak membuang
sampah ke sungai!
3. Jelaskan 2 penyebab terjadinya kerusuhan!
4. Jelaskan 2 dampak yang timbul akibat salah pergaulan!
5. Mengapa tindak kriminalitas lebih sering terjadi di perkotaan dari pada di
pedesaan?
Jawaban:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
279
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok
No.
Perilaku masyarakat
Dampak yang ditimbulkan
1.
Menebang pohon berlebihan
Banjir, longsor
2.
Perusakan habitat
Ekosistem rusak, banyak hewan dan
tumbuhan yang mati
3.
Tawuran
Rusaknya fasilitas umum, moral bangsa
terkikis, lunturnya jati diri bangsa
4.
Demo
5.
Membuang
6.
Kemacetan, kerusakan fasilitas umum
sampah
ke Pendangkalan
area
sungai
menjadi kotor, banjir
Salah pergaulan
Minum-minuman
berjudi, anak jalanan
Skor maksimal : 2 X 5 = 10
Skor minimal : 0 X 5 = 0
Nilai
: skor yang diperoleh X 10
280
sungai,
keras,
sungai
merokok,
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi
 Pilihan ganda:
1. d
2. b
3. a
4. d
5. a
6. c
7. b
8. c
9. c
10. d
 Uraian:
1. Perusakan habitat, penebangan liar, membuang sampah dan limbah
kesungai.
2. Penyediaan TPA, membuat bak sampah umum, membuat program
pengangkutan
sampah
untuk
dibuang
ke
TPA,
mengadakan
penyuluhan tentang dampak yang timbul akibat membuang sampah ke
sungai.
3. Adanya konflik yang terjadi di suatu wilayah, masyarakat yang tidak
sadar hukum dan mudah dihasut.
281
4. Perilaku menyimpang berbentuk kenakalan, merokok, penggunaan
obat-obatan terlarang atau minum-minuman keras.
5. Karena di daerah perkotaan banyak di temui pengangguran dan
merupakan daerah padat penduduk sehingga membuat banyak orang
nekat melakukan tindak kriminal.
Penskoran
 Pilihan ganda:
Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0
Skor maksimal 10, Skor minimal 0
 Uraian:
Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban
salah skor 0
Skor maksimal 10,Skor minimal 0
Penilaian
Nilai =
X 10
282
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Siklus 3
Satuan Pendidikan : SD N Kalibanteng Kidul 01
I.
Mata Pelajaran
: Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas/Semester
: IVA/ 2
Hari, tanggal
: Kamis, 14 Februari 2013
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit (2 jp)
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi
di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
II.
Kompetensi Dasar
2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
III.
Indikator
2.4.6. Menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial.
2.4.7. Mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial.
IV.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan melihat slide yang ditampilkan guru, siswa dapat menyebutkan
jenis-jenis permasalahan sosial dengan benar.
2. Dengan berdiskusi kelompok, siswa dapat mengidentifikasi cara
mengatasi permasalahan sosial dengan tepat.
Karakter siswa yang diharapkan:
283
1. Jujur
2. Tangguh
3. Peduli
4. Bertanggungjawab
5. Semangat belajar
6. Bekerja sama
7. Rela berkorban
V.
Materi Pembelajaran
Permasalahan sosial dan cara mengatasinya.
VI.
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran siklus
Metode Pembelajaran
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi
- Pemberian tugas
VII.
Media Pembelajaran
- Video dan slide jenis-jenis permasalahan sosial.
VIII.
Kegiatan Pembelajaran
1. Prakegiatan (5 menit)
1. Guru mempersiapkan bahan, sumber, dan media pembelajaran
berupa video dan slide jenis-jenis permasalahan sosial.
2. Salam dan doa bersama
284
3. Presensi oleh guru
4. Guru mengondisikan siswa untuk mengikuti pelajaran
2. Kegiatan Awal (15 menit)
1. Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya:
- Apakah kalian pernah melihat seorang pengemis?
- Dimana kalian melihatnya?
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu:
- Menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial
- Mengidentifikasi cara mengatasi permasalahan sosial.
3. Siswa mengamati video dan slide tentang jenis-jenis permaslahan
sosial dan membangkitkan minatnya untuk mengikuti pembelajaran.
(Pembangkitan minat)
4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar slide. Misalnya:
- Gambar apa saja yang ada dalam slide tersebut?
- Gelandangan termasuk dalam permasalahan sosial jenis apa?
(Pembangkitan minat)
5. Guru melakukan tanya jawab langsung seputar pengalaman siswa
yang berkaitan dengan permasalahan sosial. Misalnya:
- Siapa yang pernah memberi uang kepada pengemis?
- Berapa uang yang kalian berikan? (Pembangkitan minat)
3. Kegiatan Inti ( 35 menit)
Eksplorasi
285
1. Guru membentuk kelompok-kelompok dengan anggota 4 anak tiap
kelompok.
2. Guru menjelaskan langkah pembelajaran menggunakan model
pembelajaran siklus yang terdiri dari 5 tahap yakni pembangkitan
minat, eksplorasi, penjelasan, elaborasi dan evaluasi.
3. Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok yang telah diberikan oleh
guru selama 10 menit.
4. Siswa membuat prediksi pengelompokkan jenis permasalahan sosial
dan cara mengatasinya. Misalnya, kepadatan penduduk dapat diatasi
dengan adanya program transmigrasi, pemerataan lapangan kerja dan
pencanangan program KB.
5. Siswa menjelaskan jawaban dari hasil diskusi kelompok.
6. Siswa menunjukkan hasil diskusinya sebagai bukti pelaksanaan
diskusi sudah berlangsung.
7. Guru memberikan definisi dan penjelasan secara mendetail tentang
jenis permasalahan sosial dan cara mengatasinya berdasarkan
jawaban yang telah diutarakan siswa. Misalnya, kepadatan penduduk
adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas. Hal yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan penduduk adalah
transmigrasi, pemerataan lapangan kerja dan mengendalikan jumlah
kelahiran penduduk setempat melalui program KB dan penundaan
usia kawin.
286
8. Guru meminta beberapa siswa untuk mengulangi penjelasan yang
telah diberikan oleh guru. (tahap penjelasan)
9. Guru mendengarkan secara kritis penjelasan yang diutarakan oleh
siswa dan meluruskan jawaban apabila terjadi kesalahan. (tahap
penjelasan)
10. Siswa melakukan diskusi ulang untuk membenarkan jawaban dari
hasil diskusi kelompok dan melanjutkan diskusi tentang sikap yang
harus dimiliki oleh seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan
sosial yang ada.
Elaborasi
11. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, misalnya cara
bersikap dengan pengemis, gelandangan dan pengamen. Apabila
mempunyai uang lebih maka dapat berbagi dengan orang lain yang
membutuhkan. Menularkan ilmu yang didapat dan memberikan
buku-buku kepada anak jalanan.
12. Siswa mengutarakan jawaban tentang sikap yang harus dimiliki oleh
seorang pelajar dalam menghadapi permasalahan sosial yang ada
yang kemudian dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa harus mempunyai sikap saling peduli, menjaga kerukunan dan
bersikap saling tolong menolong terhadap orang lain.
Konfirmasi
287
13. Guru mengarahkan sikap/ perilaku siswa dalam menghadapi
permasalahan sosial yang ada. Memberikan kelebihan uang saku
kepada
anak
jalanan.
Dalam
bergaul
tidak
boleh
saling
merendahkan.
14. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya seputar materi kepada
siswa yang belum paham.
4. Kegiatan Akhir (15 menit)
7. Guru menunjuk beberapa siswa (secara acak) untuk menjawab
pertanyaan
seputar
materi
pembelajaran
(review)
tentang
permasalahan sosial. Misalnya:
- Apa yang dimaksud dengan gelandangan?
- Apa perbedaan gelandangan dengan pengemis?
8. Siswa bersama guru menyimpulkan materi permasalahan sosial.
Jenis permasalahan antara lain: kepadatan penduduk, gelandangan
dan pengemis, anak jalanan, urbanisasi dan pengangguran. Cara
mengatasi permasalahan tersebut dapat dengan mengadakan
pengarahan dan pelatihan kerja. Dalam pergaulan tidak boleh
membeda-bedakan, perbedaan agama maupun keturunan.
9. Guru memberikan penguatan berupa pujian kepada siswa karena
telah menyelesaikan tugas dengan baik.
10. Siswa mengerjakan tugas secara individu sebagai evaluasi. (tahap
evaluasi)
11. Siswa mengumpulkan hasil evaluasi kepada guru. (tahap evaluasi)
288
12. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah untuk
mempelajari lagi materi yang baru saja dibahas dan sebelumnya.
IX.
Sumber Belajar
1. Adisukarjo, Sudjatmoko, dkk.. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 4B.
Bogor: Yudhistira. Halaman 72-87.
2. Indrastuti, dkk.. 2007. Buana Ilmu Pengetahuan Sosial 4. Bogor:
Yudhistira. Halaman 160-178
3. Indriani, Pramita dan Saefur Rochmat. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas 4 SD/MI. Bogor: Yudhistira. Halaman 121-133.
4. Hisnu P.,Tantya dan Winardi. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
SD/MI kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan (Depdiknas). Halaman
193-210.
5. Mikarsa, Hera Lestari, dkk.. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
6. Winataputra, Udin S.. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
7. Zuber, Ahmad dan Lukman Hakim. 2010. IPS Belajar Aktif. Jakarta:
Platinum. Halaman 177-190.
8. www.google.com
9. www.youtube.com
X.
Penilaian
289
a. Teknik Penilaian
1. Tes
2. Nontes
b. Bentuk Penilaian
1. Tes
: pilihan ganda dan uraian
2. Nontes
: observasi aktivitas siswa
c. Instrumen Penilaian (terlampir).
290
Lampiran RPP Siklus 3
MATERI PEMBELAJARAN
PERMASALAHAN SOSIAL DAN CARA MENGATASINYA
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas.
Faktor-faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk:
a. Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative
landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.
b. Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya sumber
daya alam, tersedianya lapangan kerja.
c. Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah
kesempatan untuk meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat.
Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang
padat.
Upaya mengurangi kepadatan penduduk dapat dilakukan dengan cara:
1) Transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yng padat
ke tempat yang lain yang jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan
pemerintah maupun keinginan diri sendiri.
291
2) Pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, perikanan,
pertanian, dan pertambangan di wilayah lain.
3) Mengendalikan jumlah kelahiran penduduk setempat melalui program KB
dan penundaan usia kawin.
2. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Orang yang
melakukan urbanisasi disebut urban. Lapangan kerja yang banyak dan
lengkapnya sarana hiburan merupakan daya tarik kota. Sedangkan pedesaan
hanya dijumpai kehidupan yang serba tradisional, sarana hiburan yang tidak
lengkap dan lapangan kerja yang kurang. Apabila urbanisasi tidak
ditanggulangi maka akan terjadi lonjakan jumlah penduduk kota. Perumahan
yang dibangun sangat berimpitan dan tidak menyisakan ruang yang cukup
sehingga muncul pemukiman-pemukiman liar dan kumuh di sekitar bantaran
sungai, pinggiran rel kereta api dan kolong yang akan menambah
kesemerawutan kota.
Cara mengatasi urbanisasi yang berlebihan antara lain dengan cara:
1) Pemerintah melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa.
2) Pembukaan lapangan kerja baru di desa.
3) Program listrik masuk desa.
4) Pembangunan desa tertinggal.
292
3. Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya dan faktor utama
yang menyebabkan timbulnya pengangguran salah satunya adalah besarnya
angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Adapun faktor –
faktor yang mendorong timbulnya pengangguran adalah sebagai berikut :
a. jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia
(kesenjangan antara supply and demand).
b. kesenjangan antara kompetensi pencari kerja dengan kompetensi yang
dibutuhkan oleh pasar kerja.
c. masih adanya anak putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak
terserap dunia kerja/berusaha mandiri karena tidak memiliki keterampilan
yang memadai.
d. terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global.
e. terbatasnya sumber daya alam di kota yang tidak memungkinkan lagi
warga masyarakat untuk mengolah sumber daya alam menjadi mata
pencaharian.
293
Cara mengatasi pengangguran:
1) membuka lapangan pekerjaan baru samapai di daerah pedesaan.
2) memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan maksimal.
3) mengadakan pelatihan kerja dan keterampilan.
4) memudahkan perijinan pembukaan lapangan kerja.
4. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan suatu keadaan kesulitan dan kekurangan diberbagai
segi kehidupan. Ukuran kemiskinan masyarakat dapat dilihat dari tingkat
kesejahteraannya. Masyarakat miskin memiliki tingkat kesejahteraan yang
sangat rendah.
Cara mengatasi kemiskinan:
1) Peningkatan pendidikan rakyat
2) Membuka banyak lapangan kerja
3) Stop eksplorasi/pengurasan kekayaan alam Indonesia oleh perusahaan
asing
294
5. Gelandangan dan Pengemis
Gelandangan
Pengemis
Gelandangan adalah seorang yang hidup dalam keadaan yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan
mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat.
Pengemis adalah seorang yang mendapat penghasilan dengan meminta minta
di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas
kasihan dari orang lain.
Cara mengatasi gelandangan dan pengemis:
1) Pembangunan rumah susun untuk para gelandangan dengan harga yang
terjangkau
2) Upaya pencegahan dilakukan di daerah asal sehingga mereka tidak
terdorong untuk meninggalkan desanya dan mencari penghasilan di kota
dengan cara membuka pekerjaan di desa.
3) Penanggulangan yaitu di tempat tujuan “harus” ditanggulangi atau
ditangani sehingga mereka tidak lagi tertarik untuk menjadi Gepeng di
kota, karena tidak akan memperoleh penghasilan lagi.
295
6. Anak jalanan
Anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempattempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api, Taman
Kota. Jalanan bukanlah tempat yang pantas bagi mereka. Mereka seharusnya
hidup bersama orang tua dan saudara-saudaranya di rumah yang hangat dan
bersahabat. Mereka juga selayaknya bermain dan belajar di sekolah atau di
tempat-tempat yang memang pantas untuk itu. Jalanan bukanlah lingkungan
yang baik untuk proses tumbuh-kembang anak dan merealisasikan potensinya
secara penuh. Anak jalanan adalah fenomena sosial yang hingga saat ini terus
mencemaskan dunia.
Cara mengatasi anak jalanan:
1) Peningkatan mutu pendidikan dan menurunkan biaya pendidikan
2) Adanya pelatihan tenaga kerja
3) Meningkatkan kepedulian dengan sesama
4) Mendirikan rumah singgah dan belajar bagi anak jalanan
296
Lembar Kerja Kelompok
Anggota Kelompok: 1. ...............................
2. ...............................
3. ................................
4. ................................
Isilah tabel di bawah ini dengan jawaban yang benar!
No. Jenis permasalahan sosial
Cara mengatasi
1.
- Adanya pelatihan tenaga kerja
Anak jalanan
2.
3.
4.
5.
297
Lembar Evaluasi
Nama
:...........................
No. Absen
:...........................
Berilah tanda silang pada huruf a, b, c atau d jawaban yang benar!
1. Penduduk yang berada di garis kemiskinan rentan terhadap….
a. pengaruh luar
b. kecerdasan
c. kejahatan
d. kebaikan
2. Perpindahan penduduk dari desa ke kota disebut ….
a. reboisasi
b. transmigrasi
c. migrasi
d. urbanisasi
3. Orang yang tidak mempunyai pekerjaan dinamakan ….
a. pekerja
b. tunawisma
c. pengangguran
d. pegawai
4. Di bawah ini akibat dari jumlah penduduk yang terlalu banyak di suatu negara
adalah ….
a. pengangguran
298
b. kesejahteraan meningkat
c. pendidikan terjamin
d. kesehatan baik
5. Berikut cara mengatasi kemiskinan kecuali ….
a. peningkatan pendidikan rakyat
b. membuka banyak lapangan kerja
c. stop eksplorasi/pengurasan kekayaan alam indonesia oleh perusahaan
asing
d. pembangunan yang tidak memperhatikan keadaan setempat
6. Anak laki-laki atau perempuan yang menghabiskan waktunya untuk bekerja
atau hidup di jalanan disebut….
a. anak kampung
b. anak jalanan
c. anak roker
d. anak hilang
7. Dibawah ini yang bukan ciri-ciri daerah perkotaan yang mengalami urbanisasi
berlebihan adalah ….
a. kaum gelandangan merajalela
b. timbul perkampungan kumuh
c. tingginya kesenjangan sosial
d. kesejahteraan meningkat
8. Jumlah penduduk disuatu daerah per satuan luas disebut ….
a. kepadatan penduduk
299
b. tingginya jumlah penduduk
c. ketidak merataan penduduk
d. sensus penduduk
9. Apabila melihat seorang pengemis maka kamu sikap yang benar adalah….
a. acuh
b. masa bodoh
c. membiarkan
d. memberikan sebagian uang yang dimiliki
10. Dampak dari salah pergaulan adalah ….
a. minum-minuman keras
b. belajar kelompok
c. banyak teman
d. pandai bergaul
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat!
1. Sebutkan 2 faktor yang menyebabkan kepadatan penduduk suatu tempat!
2. Bagaimana cara mengatasi urbanisasi yang berlebihan? Sebutkan 2 saja!
3. Jelaskan 2 penyebab adanya anak jalanan!
4. Sebutkan 2 contoh permasalahan sosial yang ada di daerahmu (kota
Semarang)!
5. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran? Sebutkan 2
saja!
Jawaban:
300
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok
No. Jenis permasalahan sosial
1.
Anak jalanan
Cara mengatasi
- Adanya pelatihan tenaga kerja
- Peningkatan mutu pendidikan dan
menurunkan biaya pendidikan
- Mendirikan rumah singgah dan belajar
bagi anak jalanan
2.
Kemiskinan
- Peningkatan pendidikan rakyat
- Membuka banyak lapangan kerja
- Stop eksplorasi/pengurasan kekayaan
alam Indonesia oleh perusahaan asing
3.
Pengangguran
- membuka lapangan pekerjaan baru
samapai di daerah pedesaan.
- memanfaatkan sumber daya alam
dengan maksimal.
- mengadakan pelatihan kerja dan
keterampilan.
- memudahkan perijinan pembukaan
lapangan kerja
4.
Urbanisasi
- pemerintah
melakukan
pemerataan
pembangunan hingga ke desa-desa.
- pembukaan lapangan kerja baru di desa.
- program listrik masuk desa.
- pembangunan desa tertinggal.
5.
Kepadatan penduduk
- Transmigrasi
atau
program
memindahkan penduduk dari tempat
yang padat ke tempat yang lain yang
jarang penduduknya
- pemerataan lapangan kerja di wilayah
lain.
- mengendalikan
jumlah
kelahiran
penduduk setempat melalui program KB
dan penundaan usia kawin.
Skor: 1 nomor soal mendapatkan skor 1-5
Skor maksimal : 5 X 4 = 20,Skor minimal
Nilai
: skor yang diperoleh X 5
301
:1X4= 4
Kunci Jawaban Lembar Evaluasi
 Pilihan ganda
1.
c
6. b
2.
d
7. d
3.
c
8. a
4.
a
9. d
5.
d
10. a
 Uraian
1. Faktor yang menyebabkan padat penduduk:
1) Faktor iklim dan topografi, iklim yang nyaman topografi yang relative
landai menyebabkan penduduk terkonsentrasi dan menjadi padat.
2) Faktor ekonomi, yang termasuk faktor ekonomi adalah tersedianya
sumber daya alam, tersedianya lapangan kerja.
3) Faktor sosial budaya, yang termasuk faktor sosial budaya adalah
kesempatan untuk meneruskan pendidikan, keterbukaan masyarakat.
Selain itu daerah yang relative aman akan selalu jadi pemukiman yang
padat.
2. Cara mengatasi urbanisasi:
1) Pemerintah melakukan pemerataan pembangunan hingga ke desa-desa.
2) Pembukaan lapangan kerja baru di desa.
3) Program listrik masuk desa.
4) Pembangunan desa tertinggal.
302
3. Penyebab adanya anak jalanan:
1) Orang tua tidak bertanggung jawab
2) Keluarga rusak/ tidak harmonis
3) kemiskinan
4. Contoh permasalahan sosial: anak jalanan, kemiskinan, pengangguran,
kesenjangan sosial, gelandangan dan pengemis.
5. Cara mengatasi pengangguran:
1) membuka lapangan pekerjaan baru samapai di daerah pedesaan.
2) memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan maksimal.
3) mengadakan pelatihan kerja dan keterampilan.
4) memudahkan perijinan pembukaan lapangan kerja.
Penskoran
 Pilihan ganda:
Setiap jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0
Skor maksimal 10; Skor minimal 0
 Uraian:
Setiap jawaban benar skor 2, jawaban mendekati benar skor 1, jawaban
salah skor 0
Skor maksimal 10; Skor minimal 0
Penilaian
Nilai =
X 10
303
304
LAMPIRAN 4
Data Hasil Penelitian
Keterampilan Guru
305
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI KETERAMPILAN GURU
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Indikator
Mengondisikan
siswa
untuk
mengikuti
pembelajaran
(keterampilan
membuka
pembelajaran)
Menarik minat siswa sesuai dengan
materi
yang
akan
diajarkan
(keterampilan
membuka
pembelajaran,
keterampilan
bertanya,
keterampilan
menggunakan variasi)
Menyampaikan tujuan pembelajaran
(keterampilan
membuka
pembelajaran,
keterampilan
menjelaskan)
Membentuk kelompok diskusi
(keterampilan
mengelola
kelas,
keterampilan menggunakan variasi)
Membimbing
kelompok
dalam
merumuskan
konsep
dengan
kalimatnya sendiri (keterampilan
mengajar kelompok kecil dan
perorangan,
keterampilan
membimbing diskusi kelompok
kecil)
Memberikan definisi dan penjelasan
tentang
konsep
materi
yang
dipelajari
(keterampilan
menjelaskan,
keterampilan
mengelola kelas)
Membimbing siswa untuk
mengulangi penjelasan yang
disampaikan oleh guru
(keterampilan bertanya, keterampilan
menjelaskan)
1) Mengklarifikasi penjelasan siswa
(keterampilan
memberikan
penguatan,
keterampilan
menjelaskan)
Memotivasi
siswa
untuk
mengaplikasi konsep yang telah
306
Siklus 1
4
Nilai
Siklus 2
4
Siklus 3
4
3
4
4
2
3
4
2
3
4
4
4
4
3
3
4
2
2
3
3
3
3
2
3
4
10.
11.
12.
dipelajari
(keterampilan
menggunakan variasi, keterampilan
memberi penguatan)
Memberikan penguatan kepada siswa
(keterampilan memberi penguatan)
Menyimpulkan materi pembelajaran
(keterampilan
menutup
pembelajaran)
Memberikan evaluasi terhadap siswa
dan refleksi (keterampilan mengelola
kelas,
keterampilan
menutup
pembelajaran)
Jumlah Nilai
Kriteria
2
2
2
2
3
4
4
4
4
33
Baik
37
Sangat
Baik
44
Sangat
Baik
Semarang, 28 Februari 2013
Observer,
M. L. Dyah. K. Anggraini, S, Pd. SD.
NIP. 19691020 199103 2 009
307
LAMPIRAN 5
Data Hasil Penelitian
Aktivitas Siswa
308
DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 1
Nilai Tiap Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
9
4 2
2
2
2
2
0
2
4
20 Baik
4 1
1
1
3
1
2
2
4
19 Baik
4 2
2
0
2
2
3
2
3
20 Baik
4 1
2
2
3
0
0
2
4
18 Baik
4 2
Daffa
Maulana
F
6
4 3
Devina Meala A
7 O
4 3
Dewi
Nabila
S
8
4 1
9 Dinda Cahya N
4 1
2
2
2
3
3
2
3
23 Baik
2
2
2
1
0
2
4
20 Baik
3
3
3
3
2
2
4
27 Baik
2
2
2
0
3
2
4
20 Baik
2
1
2
2
0
2
4
18 Baik
4 1
2
2
3
2
3
2
4
23 Baik
4 2
2
0
2
3
0
2
3
18 Baik
12 Febiyola Lintang 4 1
Irvin Akhmad F
13 R
4 2
Kartika
Wira
S
14
4 2
15 Kevin Farel W
4 2
2
0
2
1
3
2
4
19 Baik
2
2
2
2
2
3
4
23 Baik
2
1
3
3
2
2
3
22 Baik
2
2
2
2
2
2
4
22 Baik
16 Khrisna Nanda
17 Laksmana A
4 1
2
0
2
0
3
2
3
17 Cukup
4 2
2
0
2
2
0
2
3
17 Cukup
18 Muh Azzahli F
Muh Olen
19 Savero
20 Muh Reynanda
4 2
2
0
2
2
2
2
3
19 Baik
4 2
2
1
2
1
3
2
3
20 Baik
4 3
2
3
3
2
2
3
4
26 Baik
4 2
2
0
3
2
2
2
4
21 Baik
4 2
2
2
2
3
2
2
4
23 Baik
No
Nama Siswa
Abdurahman D
1 P
Aditiya
2 Manggala A
3 Ardilos Satria G
Berlyana
4 Herawati
5 Dava Rizky P A
10 Fatwani Herly
11 Febiyanti Diah P
Myria Mas Ayu
21 S
22 Nabila Hayu P
23 Naufal Dhias R
Jmlh
Kategori
4 3
3
0
2
2
3
3
4
24 Baik
24 Naufal Hafizh R
25 Naufal Nur Abid
4 2
2
0
3
1
2
2
4
20 Baik
4 2
2
0
2
0
1
2
3
16 Cukup
26 Nur Amalina R
4 2
2
1
2
0
1
2
3
17 Cukup
309
27 Pradipta Ratu A
28 Pratama Dipo H
R. Mirza Caesar
29 A
30 Raditya Gigih W
4 2
3
2
2
2
2
2
3
22 Baik
4 3
2
1
3
2
1
2
4
22 Baik
4 3
3
2
3
3
3
2
4
27 Baik
4 3
3
3
3
3
2
3
4
28 Baik
2
1
2
2
1
2
4
3
3
3
3
2
3
4
20 Baik
Sangat
28 Baik
3
1
3
3
2
3
4
26 Baik
2
2
2
3
2
3
4
24 Baik
Rafif Jaya
31 Wardana
4 2
Respati Dewanto
32
4 3
33 Rifqi Irwandika 4 3
34 Salma Nisa
4 2
35 Seyna Putri S
36 Safania Mansa
4 2
2
1
2
2
1
2
4
20 Baik
4 2
2
0
2
2
1
2
3
18 Baik
37 Sheva Putra A.P
Tsabita Ayu
38 Prastika
Zaky Andika P
39 G
Mustika Ratu
40 Afif
41 Lauren K
4 3
2
1
2
2
1
2
3
20 Baik
4 3
3
3
3
3
3
3
4
29 Baik
4 2
2
0
2
2
2
2
3
19 Baik
4 3
3
1
3
2
2
2
4
24 Baik
4 3
3
3
3
2
2
2
4
26 Baik
42 Thalita Atha S
Davin Orvino A
43
Zhafira
44 Rahmadia F
4 3
2
1
2
2
2
2
4
4 3
3
3
3
2
3
3
4
22 Baik
Sangat
28 Baik
4 3
2
0
3
2
1
1
3
19 Baik
Jumlah
Rata-rata
Ketuntasan klasikal
954
21.7
90.9%
310
Baik
Tuntas
DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 2
No Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Abdurahman
DP
Aditiya
Manggala A
Ardilos Satria
G
Berlyana
Herawati
Dava Rizky P
A
Daffa Maulana
F
Devina Meala
AO
Dewi Nabila S
Dinda Cahya
N
Fatwani Herly
16
Febiyanti Diah
P
Febiyola
Lintang
Irvin Akhmad
FR
Kartika Wira
S
Kevin Farel
W
Khrisna Nanda
17
Laksmana A
11
12
13
14
15
18
19
20
21
Muh Azzahli
F
Muh Olen
Savero
Muh
Reynanda
Myria Mas
Ayu S
Nilai Tiap Indikator
Jml
Kategori
1
2
3
4
5 6
7
8
9
4
2
2
2
3 3
1
2
4
23 Baik
4
3
2
3
2 4
3
2
4
27 Baik
4
2
2
2
3 2
4
3
3
25 Baik
4
3
2
3
2 3
3
3
4
27 Baik
4
2
2
2
2 2
1
2
4
21 Baik
4
3
3
3
3 3
1
3
4
4
4
4
4
2 3
4
4
4
27 Baik
Sangat
33 Baik
4
2
2
2
4 4
3
2
4
4
4
3
3
3 3
3
4
4
27 Baik
Sangat
31 Baik
4
2
2
2
2 2
4
4
4
26 Baik
4
2
2
3
4 2
1
2
3
23 Baik
4
2
2
1
2 0
1
2
3
4
3
3
3
3 3
4
3
4
4
3
3
4
3 4
2
2
4
17 Cukup
Sangat
30 Baik
Sangat
29 Baik
4
2
3
3
4 2
3
2
4
27 Baik
4
2
1
2
2 2
1
2
3
19 Baik
4
2
2
1
2 2
2
2
3
20 Baik
4
2
2
2
4 3
2
2
4
25 Baik
4
3
2
3
4 2
2
2
4
4
4
4
3
4 4
3
4
26 Baik
Sangat
30 Baik
4
2
2
3
3 2
4
4
26 Baik
311
2
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Nabila Hayu P
Naufal Dhias
R
Naufal Hafizh
R
Naufal Nur
Abid
Nur Amalina
R
Pradipta Ratu
A
Pratama Dipo
H
R. Mirza
Caesar A
Raditya Gigih
W
Rafif Jaya
Wardana
Respati
Dewanto
Rifqi
Irwandika
Salma Nisa
4
3
3
2
2 4
3
2
4
4
4
3
4
4 3
3
3
4
27 Baik
Sangat
32 Baik
4
2
3
3
2 2
3
2
4
25 Baik
4
3
3
1
2 2
2
2
3
22 Baik
4
2
3
1
2 2
2
3
3
22 Baik
4
2
3
1
3 4
4
2
4
4
3
3
3
4 3
2
3
4
4
3
3
2
3 4
3
2
4
4
4
4
3
4 3
4
2
4
27 Baik
Sangat
29 Baik
Sangat
28 Baik
Sangat
32 Baik
4
2
3
3
3 2
3
3
3
4
4
4
3
4 4
2
2
4
4
3
3
4
4 4
3
2
4
4
3
3
3
3 4
4
3
4
26 Baik
Sangat
31 Baik
Sangat
31 Baik
Sangat
31 Baik
35
Seyna Putri S
4
2
3
3
4 2
2
2
4
26 Baik
36
Safania Mansa
4
2
3
0
3 4
2
2
4
24 Baik
4
2
3
3
3 2
2
3
4
4
4
4
3
4 4
2
2
4
26 Baik
Sangat
31 Baik
4
2
3
0
3 1
2
2
3
4
3
3
4
4 4
3
2
4
4
3
3
4
3 4
3
2
4
4
3
3
3
4 2
2
2
4
4
3
4
4
4 3
4
3
4
27 Baik
Sangat
33 Baik
4
3
3
0
3 1
2
2
4
22 Baik
32
33
34
37
38
39
40
41
42
43
44
Sheva Putra
A.P
Tsabita Ayu
Prastika
Zaky Andika
PG
Mustika Ratu
Afif
Lauren K
Thalita Atha S
Davin Orvino
A
Zhafira
Rahmadia F
Jumlah
Rata-rata
20 Baik
Sangat
31 Baik
Sangat
30 Baik
1172
26.6
312
Baik
Ketuntasan klasikal
93.18% Tuntas
DAFTAR PEROLEHAN SKOR AKTIVITAS SISWA SIKLUS 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Nama Siswa
Abdurahman
DP
Aditiya
Manggala A
Ardilos Satria
G
Berlyana
Herawati
Dava Rizky P
A
Daffa Maulana
F
Devina Meala
AO
Dewi Nabila S
Dinda Cahya
N
Fatwani Herly
16
Febiyanti Diah
P
Febiyola
Lintang
Irvin Akhmad
FR
Kartika Wira
S
Kevin Farel
W
Khrisna Nanda
17
Laksmana A
11
12
13
14
15
18
19
20
21
Muh Azzahli
F
Muh Olen
Savero
Muh
Reynanda
Myria Mas
Ayu S
1
Nilai Tiap Indikator
2 3 4 5 6 7 8 9
4
2
3
3 3 3 3 3
4
28 Sangat Baik
4
3
3
4 4 3 4 2
4
31 Sangat Baik
4
2
3
2 3 2 3 4
3
26 Baik
4
3
3
2 3 4 3 2
4
28 Sangat Baik
4
2
3
4 4 3 3 2
4
29 Sangat Baik
4
3
3
3 4 4 3 2
4
30 Sangat Baik
4
4
3
4 2 3 4 2
4
30 Sangat Baik
4
2
3
3 4 3 4 3
4
30 Sangat Baik
4
3
3
2 3 4 3 3
4
29 Sangat Baik
4
2
3
3 4 3 4 2
4
29 Sangat Baik
4
2
2
3 4 1 3 4
4
27 Baik
4
2
2
1 3 2 3 4
3
24 Baik
4
3
4
3 3 3 3 2
4
29 Sangat Baik
4
4
3
3 4 3 4 2
4
31 Sangat Baik
4
3
4
3 4 1 3 3
4
29 Sangat Baik
4
2
2
1 2 2 3 4
3
23 Baik
4
2
3
2 3 1 3 4
4
26 Baik
4
3
2
2 2 4 3 2
4
26 Baik
4
3
3
2 3 2 4 3
4
28 Sangat Baik
4
4
2
4 2 3 4 2
4
29 Sangat Baik
4
2
3
3 2 4 3 3
4
28 Sangat Baik
313
Jmlh
Kategori
22
Nabila Hayu P
4
4
3
2 3 3 3 2
4
28 Sangat Baik
4
4
3
3 4 3 2 2
4
29 Sangat Baik
4
2
2
2 3 2 1 4
4
24 Baik
4
2
2
1 3 2 4 4
3
25 Baik
4
2
2
2 2 2 1 4
4
23 Baik
4
3
3
4 4 4 3 2
4
31 Sangat Baik
4
3
3
2 3 3 2 3
4
27 Sangat Baik
4
4
3
3 3 4 2 2
4
29 Sangat Baik
4
4
3
4 2 3 4 2
4
30 Sangat Baik
4
3
2
2 3 2 3 4
3
26 Baik
4
3
4
4 3 4 4 2
4
32 Sangat Baik
4
4
3
3 2 3 4 3
4
30 Sangat Baik
4
3
4
4 3 4 4 2
4
32 Sangat Baik
34
Naufal Dhias
R
Naufal Hafizh
R
Naufal Nur
Abid
Nur Amalina
R
Pradipta Ratu
A
Pratama Dipo
H
R. Mirza
Caesar A
Raditya Gigih
W
Rafif Jaya
Wardana
Respati
Dewanto
Rifqi
Irwandika
Salma Nisa
35
Seyna Putri S
4
3
3
2 4 3 1 4
4
28 Sangat Baik
36
Safania Mansa
4
3
2
2 4 2 4 3
4
28 Sangat Baik
4
3
3
3 2 2 4 4
4
29 Sangat Baik
4
3
4
3 4 4 2 2
4
30 Sangat Baik
4
3
2
2 2 4 1 4
4
26 Baik
4
4
3
3 3 4 2 3
4
30 Sangat Baik
4
4
3
2 4 4 2 4
4
31 Sangat Baik
4
3
2
3 2 2 2 4
4
26 Baik
4
4
3
3 4 4 2 2
4
30 Sangat Baik
4
3
2
0 2 2 3 4
4
24 Baik
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
41
Sheva Putra
A.P
Tsabita Ayu
Prastika
Zaky Andika
PG
Mustika Ratu
Afif
Lauren K
42
Thalita Atha S
37
38
39
40
43
44
Davin Orvino
A
Zhafira
Rahmadia F
Jumlah
Rata-rata
Ketuntasan klasikal
1238
28.1
100%
314
Sangat Baik
Keterangan:
Indikator:
1. Mempersiapkan diri dalam menerima pembelajaran (aktivitas emosional).
2. Memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru (aktivitas lisan,
mendengarkan, visual).
3. Mengerjakan
lembar
kerja
kelompok
(aktivitas
menulis,
aktivitas
menggambar).
4. Menunjukkan bukti hasil kerja kelompok (aktivitas, emosional, lisan).
5. Memperhatikan
penjelasan
guru
(aktivitas
menulis,
mendengarkan,
menggambar, mental, emosional).
6. Mengulangi penjelasan guru (aktivitas mental, emosional).
7. Mengikuti diskusi kelas (aktivitas lisan, mendengarkan, menulis, mental,
emosional).
8. Menyimpulkan hasil pembelajaran (aktivitas visual, lisan, mendengarkan,
menulis, mental).
9. Melakukan evaluasi diri (aktivitas mental, manulis, emosional).
315
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS 1, SIKLUS 2, DAN SIKLUS 3
Katerangan
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Jumlah Nilai
21,7
26,6
28,1
Kategori
Baik
Baik
Sangat Baik
Semarang, 28 Februari 2013
Observer,
M. L. Dyah. K. Anggraini, S, Pd. SD.
NIP. 19691020 199103 2 009
316
LAMPIRAN 6
Data Hasil Penelitian
Hasil Belajar Siswa
317
DAFTAR NILAI HASIL BELAJAR SISWA TES TERTULIS
Nilai Mapel IPS
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Nama Siswa
Abdurahman D P
Aditiya Manggala A
Ardilos Satria G
Berlyana Herawati
Dava Rizky P A
Daffa Maulana F
Devina Meala A O
Dewi Nabila S
Dinda Cahya N
Fatwani Herly
Febiyanti Diah P
Febiyola Lintang
Irvin Akhmad F R
Kartika Wira S
Kevin Farel W
Khrisna Nanda
Laksmana A
Muh Azzahli F
Muh Olen Savero
Muh Reynanda
Myria Mas Ayu S
Nabila Hayu P
Naufal Dhias R
Naufal Hafizh R
Naufal Nur Abid
Nur Amalina R
Pradipta Ratu A
Pratama Dipo H
R. Mirza Caesar A
Raditya Gigih W
Rafif Jaya Wardana
Respati Dewanto
Rifqi Irwandika
Salma Nisa
Seyna Putri S
Safania Mansa
Sheva Putra A.P
318
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
70
85
65
75
65
70
70
85
70
70
65
70
85
55
70
55
55
55
65
70
70
80
70
70
55
60
65
70
75
70
70
70
80
70
70
55
70
75
75
70
80
70
70
80
75
80
80
70
70
70
80
90
60
60
60
70
75
80
80
85
75
65
60
90
85
75
80
65
95
70
80
65
60
60
85
85
70
80
80
85
90
85
90
85
80
75
85
85
100
60
65
75
80
85
90
85
90
75
70
65
90
85
80
90
75
100
80
85
70
70
65
38 Tsabita Ayu Prastika
39 Zaky Andika P G
40 Mustika Ratu Afif
41 Lauren K
42 Thalita Atha S
43 Davin Orvino A
44 Zhafira Rahmadia F
Jumlah
Rata-rata
Nilai Terendah
NIlai Tertinggi
Ketuntasan klasikal
Banyak Siswa Tuntas
Banyak Siswa Tidak Tuntas
70
55
80
85
70
90
55
3045
69,20
55
90
68,18 %
30
14
319
70
70
80
80
75
85
60
3250
73,86
60
95
77,27 %
34
10
90
70
70
85
90
95
65
3555
80,80
60
100
88,63 %
39
5
DAFTAR KETUNTASAN HASIL BELAJAR TES TERTULIS
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Nama Siswa
Abdurahman D P
Aditiya Manggala A
Ardilos Satria G
Berlyana Herawati
Dava Rizky P A
Daffa Maulana F
Devina Meala A O
Dewi Nabila S
Dinda Cahya N
Fatwani Herly
Febiyanti Diah P
Febiyola Lintang
Irvin Akhmad F R
Kartika Wira S
Kevin Farel W
Khrisna Nanda
Laksmana A
Muh Azzahli F
Muh Olen Savero
Muh Reynanda
Myria Mas Ayu S
Nabila Hayu P
Naufal Dhias R
Naufal Hafizh R
Naufal Nur Abid
Nur Amalina R
Pradipta Ratu A
Pratama Dipo H
R. Mirza Caesar A
Raditya Gigih W
Rafif Jaya Wardana
Respati Dewanto
Rifqi Irwandika
Salma Nisa
Seyna Putri S
Safania Mansa
Sheva Putra A.P
Tsabita Ayu Prastika
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Nilai
Ket.
Nilai
Ket.
Nilai
Ket.
70
85
65
75
65
70
70
85
70
70
65
70
85
55
70
55
55
55
65
70
70
80
70
70
55
60
65
70
75
70
70
70
80
70
70
55
70
70
T
T
TT
T
TT
T
T
T
T
T
TT
T
T
TT
T
TT
TT
TT
TT
T
T
T
T
T
TT
TT
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
T
75
75
70
80
70
70
80
75
80
80
70
70
70
80
90
60
60
60
70
75
80
80
85
75
65
60
90
85
75
80
65
95
70
80
65
60
60
70
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
TT
TT
T
T
T
T
T
T
TT
TT
T
T
T
T
TT
T
T
T
TT
TT
TT
T
85
85
70
80
80
85
90
85
90
85
80
75
85
85
100
60
65
75
80
85
90
85
90
75
70
65
90
85
80
90
75
100
80
85
70
70
65
90
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
T
T
T
T
T
T
T
T
T
TT
T
320
39 Zaky Andika P G
40 Mustika Ratu Afif
41 Lauren K
42 Thalita Atha S
43 Davin Orvino A
44 Zhafira Rahmadia F
Ketuntasan Klasikal
Banyak Siswa Tuntas
Banyak Siswa Tidak Tuntas
Keterangan:
55
TT
80
T
85
T
70
T
90
T
55
TT
68,18%
30
14
T = Tuntas
TT = Tidak Tuntas
321
70
T
80
T
80
T
75
T
85
T
60
TT
77,27%
34
10
70
T
70
T
85
T
90
T
95
T
65
TT
88,63%
39
5
LAMPIRAN 7
Catatan Lapangan
322
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS I
Pelaksanaan tindakan siklus I
Hari
: Kamis
Tanggal
: 31 Januari 2013
Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)
Materi
: Peristiwa alam dan penyebabnya
Standar kompetensi
: 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
Kompetensi dasar
No.
1.
2.
3.
: 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Tahap
Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan
Pada awal pembelajaran guru belum menginformasikan
Awal
waktu pembelajaran kepada siswa. Media yang
digunakan guru belum maksimal karena suara video
belum terdengar jelas dari sudut belakang kelas.
Kegiatan Inti
Ketika akan melakukan diskusi kelompok, beberapa
siswa harus menggeser kursi dan meja, sehingga suasana
kelas terdengar agak gaduh. Setelah diskusi kelompok
guru memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuan
awal atau penemuan ide siswa setelah diskusi kelompok.
Dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa, guru
masih menggunakan bahasa campuran antara bahasa
Indonesia dan bahasa jawa.
Kegiatan
Pada kegiatan penutup siswa diberikan lembar kerja
Penutup
evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.
Lebih dari 5 siswa meminta waktu tambahan untuk
mengerjakan soal evaluasi karena siswa tersebut kurang
memperhatikan
waktu
yang
tersedia.
Ketika
mengumpulkan
lembar
evaluasi,
siswa
tidak
mengumpulkan secara urut sesuai dengan nomor
presensi. Siswa yang sudah selesai mengumpulkan
terlebih dahulu kepada guru.
Semarang, 31 Januari 2013
Observer,
323
Meila Nisa’ Hidayah
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS 2
Pelaksanaan tindakan siklus 2
Hari
: Kamis
Tanggal
: 7 Februari 2013
Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)
Materi
: Pola perilaku masyarakat yang menyebabkan peristiwa alam dan
permasalahan sosial.
Standar kompetensi
: 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
Kompetensi dasar
No.
1.
2.
3.
: 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Tahap
Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan
Pada awal pembelajaran guru melakukan presensi.
Awal
Semua siswa masuk, tetapi ada 1 siswa yang kurang
sehat sehingga guru memperbolehkan siswa tersebut
untuk mengenakan jaket pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Kegiatan Inti
Beberapa siswa melakukan protes terhadap pembagian
kelompok kepada guru. Akan tetapi, hal tersebut dapat
diatasi dengan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Ketika akan melakukan diskusi kelompok, beberapa
siswa harus menggeser kursi dan meja, sehingga suasana
kelas terdengar agak gaduh. Setelah diskusi kelompok
guru memberikan penjelasan sesuai dengan pengetahuan
awal atau penemuan ide siswa setelah diskusi kelompok.
Dalam memberikan penjelasan materi kepada siswa, guru
masih menggunakan bahasa campuran antara bahasa
Indonesia dan bahasa jawa. Pada tahap elaborasi
(pengaplikasian konsep), guru kurang melibatkan siswa
secara intelektual dan emosiaonal artinya beberapa siswa
masih pasif dan belum mendapatkan perhatian dari guru.
Hal ini dikarenakan kapasitas kelas yang terlalu besar
sehingga guru mengalami kesulitan dalam membagi
perhatian kepada siswa.
Kegiatan
Guru belum bisa mengelola waktu dengan tepat. Karena
324
Penutup
waktu yang digunakan untuk pembelajaran tidak sesuai
dengan waktu yang tersedia. Pada kegiatan penutup
siswa diberikan lembar kerja evaluasi untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa. Lebih dari 5 siswa meminta
waktu tambahan untuk mengerjakan soal evaluasi karena
siswa tersebut kurang memperhatikan waktu yang
tersedia. Ketika mengumpulkan lembar evaluasi, siswa
tidak mengumpulkan secara urut sesuai dengan nomor
presensi. Siswa yang sudah selesai mengumpulkan
terlebih dahulu kepada guru. Sehingga guru harus
mengurutkan sendiri pekerjaan siswa sesuai dengan
nomor presensinya, agar mudah dalam memasukkan nilai
ke dalam daftar nilai hasil beajar siswa.
Semarang, 7 Februari 2013
Observer,
Ika Tiara Ratnasari
325
CATATAN LAPANGAN
SIKLUS 3
Pelaksanaan tindakan siklus 2
Hari
: Kamis
Tanggal
: 14 Februari 2013
Alokasi waktu : 1 x pertemuan (2 x 35 menit)
Materi
: Permasalahan sosial dan cara mengatasinya.
Standar kompetensi
: 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.
Kompetensi dasar
No.
1.
2.
3.
: 2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
Tahap
Hal yang Muncul dalam Proses Pembelajaran
Pembelajaran
Kegiatan
Pada saat guru akan menampilkan video untuk
Awal
membangkitkan minat siswa, speaker yang digunakan
mengalami permasalahan. Hal tersebut tidak berlangsung
lama, dalam waktu kurang dari 5 menit sudah bisa
teratasi.
Kegiatan Inti
Pada saat memberikan penjelasan yang melibatkan siswa,
guru masih menggunakan bahasa campuran. Beberapa
kali terdengar guru menggunakan bahasa jawa.
Kegiatan
Waktu yang digunakan sudah sesuai dengan waktu yang
Penutup
tersedia yaitu 2X35 menit. Pengumpulan hasil evaluasi
siswa belum sesuai dengan nomor presensi.
Semarang, 14 Februari 2013
Observer,
Ika Tiara Ratnasari
326
LAMPIRAN 8
Hasil Wawancara
dengan Siswa
327
Hasil Wawancara Dengan Siswa
Wawancara dilakukan secara klasikal dengan siswa setelah pembelajaran
selesai dilaksanakan. Adapun hasil wawancara tersebut adalah siswa merasa
senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar
berbantuan media audiovisual karena mereka dapat melihat video yang berkaitan
dengan materi pembeljaran yaitu permasalahan sosial, selain itu siswa juga
memberikan alasan bahwa mereka mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi
dengan teman ketika mengerjakan lembar kerja kelompok. Siswa juga mempunyai
semangat karena merasa berkompetisi dalam menyampaikan penjelasan
menggunakan kalimatnya sendiri. Siswa merasa lebih mudah memahami materi
pembelajaran karena mereka menemukan sendiri idea tau pengetahuan awal yang
berkaitan dengan materi.
Ketika guru memberikan pertanyaan “apakah kalian bersedia jika
pembelajaran menggunakan langkah seperti yang telah dilaksanakan tadi?” lebih
dari 70% siswa tunjuk jari yang berarti bersedia.
Semarang, 14 Februari 2013
Peneliti,
Febriana Lusi Hapsari
328
NIM. 1401409061
LAMPIRAN 8
Surat Permohonan Ijin
Penelitian
329
330
LAMPIRAN 9
Surat Keterangan
Pelaksanaan Penelitian
di SD
331
332
LAMPIRAN 11
Foto Penelitian, Data Observasi,
Catatan Lapangan,Wawancara dan
Hasil Belajar Siswa
333
SIKLUS 1
Kegiatan Awal
Pemutaran Video
Tanya Jawab Tentang Video
Pembentukan Kelompok
334
Siswa Berdiskusi kelompok Siswa
Guru Membimbing Diskusi
Menunjukan Hasil Diskusi
Siswa Akan Memberikan Penjelasan
Guru memberikan Penjelasan
Tahap Elaborasi
Tahap Evaluasi
Pengumpulan Hasil Evaluasi
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
386
Download