rekomendasi seminar strategi dan tantangan pembangunan

advertisement
BOKS
REKOMENDASI SEMINAR
STRATEGI DAN TANTANGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI
22 DESEMBER 2005
I. PENDAHULUAN
Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan
mendasar mengenai tata kelola pemerintahan daerah,
desentralisasi pengelolaan
sumber daya ekonomi, dan pilkada secara langsung, yang tidak pernah terjadi pada
masa-masa
sebelumnya
telah
memberikan
paradigma
yang
berbeda
dalam
pengaturan daerah saat ini dan ke depan. Pengelolaan sumber daya yang sebelumnya
bersifat sentralistik hingga pemerintahan yang terkecil (desa/dusun) yang lebih
mudah
dimonitor
tingkat
keberhasilannya,
dibandingkan
saat
ini
yang
terdesentralisasi. Dari sisi pengelolaan, kondisi tersebut membutuhkan perencanaan
yang tidak hanya bersifat visioner tetapi juga fokus terhadap kondisi, karakteristik,
dan kebutuhan di masing-masing daerah. Dalam konteks tersebut identifikasi
permasalahan ekonomi daerah sangat dibutuhkan untuk merumuskan strategi
pembangunan daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia memprakarsai Seminar
Ekonomi Regional “Tantangan dan Strategi Pembangunan Jangka Menengah Provinsi
Jambi” bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Jambi dan Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia (ISEI) Cabang Jambi. Seminar ini dihadiri oleh 81 peserta yang berasal dari
berbagai stakeholders antara lain dari dinas dan instansi terkait, serta dihadiri oleh 3
dari 4 wakil Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Jambi, DPRD Provinsi Jambi,
perbankan, pelaku bisnis, KADIN Provinsi Jambi, pelaku usaha UMKM, LSM, dan
perguruan tinggi di Provinsi Jambi. Dari seminar tersebut telah disusun rekomendasi
yang dibutuhkan secara riil oleh masyarakat maupun dunia usaha pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jambi.
II. HASIL SEMINAR
Berdasarkan masukan, saran, dan kritik dari peserta seminar dapat dirumuskan
4 (empat) bidang yang menjadi fokus pembahasan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. SEKTOR PERTANIAN
A. Fakta
1) Perekonomian Provinsi Jambi didominasi oleh sektor pertanian terutama terdapat
di 6 (enam) kabupaten di Provinsi Jambi, yaitu Kabupaten Muaro Jambi, Tebo,
Bungo, Sarolangun, Merangin, dan Kerinci. Dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir, kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Jambi mengalami
sedikit penurunan, yaitu dari 28,59% pada tahun 1994 menjadi 27,28% pada
tahun 2004. Sub sektor yang berperan dan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan (dengan
komoditas utama kelapa sawit dan karet) yang pada tahun 2004 memberikan
kontribusi 12,64% terhadap PDRB Provinsi Jambi.
2) Perkembangan sub sektor perkebunan yang cukup pesat tanpa diimbangi oleh
pertumbuhan sektor industri pengolahannya berdampak pada terbatasnya
kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB seperti terjadi selama ini. Industri
pengolahan yang telah berkembang saat ini hanyalah industri pengolahan TBS
yang masih terbatas pada produk CPO sehingga nilai tambahnya relatif kecil, bila
dikembangkan mengarah kepada industri hilir seperti minyak goreng, margarin,
sabun dan produk olahan lainnya akan dapat memberikan nilai tambahnya lebih
berlipat-lipat. Nilai tambah yang relatif kecil dari CPO dan TBS yang diekspor ke
daerah lain tersebut tidak sepadan dengan kerusakan infrastruktur jalan yang
harus ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah daerah yang timbul akibat
pengangkutan TBS dan CPO.
3) Sektor pertanian ini mempunyai peran yang sangat besar dalam penyerapan
tenaga kerja. Berdasarkan data Sakernas tahun 2004, dari jumlah angkatan kerja
di Provinsi Jambi sebanyak 1.210.568 orang. Dari jumlah tersebut sebesar 61,46%
diantaranya bekerja di sektor pertanian.
B. Permasalahan
1) Kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan daya saing produk pertanian,
terutama pertanian rakyat sebagai pelaku ekonomi mayoritas antara lain
keterbatasan bibit, saprodi, dan kurangnya pembinaan kepada petani, serta
rendahnya aksesibilitas petani terhadap teknologi, informasi, dan sumber
pendanaan. Dengan keterbatasan tersebut, produksi petani menjadi kurang
efisien dan produktivitasnya rendah.
2) Pengembangan komoditas pertanian tanpa didukung oleh sub sistem hilir yang
mampu mengakomodasi pertumbuhan sektor pertanian, serta sistem produksi
(farming) akan mengakibatkan nilai tambah produk unggulan Provinsi Jambi
seperti CPO dan karet alam lebih banyak dinikmati daerah lain. Terkait hal
tersebut, belum ada peraturan daerah mengenai kewajiban bagi perusahaan yang
mempunyai industri hulu untuk membangun industri hilirnya, simplifikasi
perijinan sebagai salah satu insentif yang menarik bagi investor atau calon
investor, serta pengaturan penjualan CPO ke luar daerah khususnya keluar
provinsi.
3) Pengembangan komoditas pertanian yang bersifat swadaya cenderung bersifat
sporadis, yaitu didasarkan pada pertimbangan pragmatis tanpa memperhatikan
kesesuaian lahan dan agroklimat setempat.
4) Permasalahan seperti kurang lancarnya penyaluran sarana produksi berupa pupuk
dan bibit berkualitas dan belum efisiennya pemasaran produk-produk pertanian
merupakan hambatan yang perlu mendapat perhatian.
C. Rekomendasi
Mempercepat
pembangunan
sektor
pertanian
dengan
menerapkan
prinsip peningkatan kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas (K3) secara
terintegrasi.
1) Mendorong
dan
memfasilitasi
pengembangan
pertanian
rakyat
melalui
dinas/instansi teknis terkait, serta pola kemitraan yang saling menguntungkan
antara pengusaha dengan pertanian rakyat. Kemitraan yang dikembangkan tidak
hanya pada sub sektor perkebunan, tetapi juga pada sub sektor tanaman pangan
yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB. Bentuk kemitraan
pendampingan petani tidak hanya untuk mengatasi masalah pendanaan dan
pemasaraan, tetapi juga pembinaan untuk menjaga kualitas dan kontinyuitas
produksi.
Perbaikan
sub
sektor
perkebunan
perlu
dilakukan
melalui
pengembangan teknologi, mekanisasi, dan modernisasi pertanian.
2) Pengembangan industri hilir atau produk jadi yang berasal dari sub sektor
perkebunan khususnya CPO dan karet seperti minyak goreng, margarin, sabun,
ban sepeda motor dan produk olahan lainnya. Pengembangan tersebut dapat
dilakukan dengan mewajibkan sektor usaha yang membangun industri hulu
untuk membangun industri hilirnya, meregulasi pendirian industri hilir sehingga
persyaratannya lebih sederhana, serta pengaturan tata perdagangan komoditas
primer seperti CPO dan sheet karet.
3) Menyusun dan menetapkan pewilayahan komoditas unggulan berdasarkan
konsep keunggulan komparatif berupa dukungan alam seperti kesesuaian lahan
dan kondisi agroklimat; serta keunggulan kompetitif yang didukung budaya
masyarakat setempat. Pewilayahan komoditas diharapkan mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat pemerintah daerah untuk mengelola resources yang
dimiliki sebesar-besarnya untuk mengembangkan komoditas unggulan di masingmasing daerah.
4) Mendukung iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan sektor pertanian dan
perkebunan seperti tersedianya pupuk, bibit yang baik, serta penyuluhan
pertanian. Perbaikan infrastruktur untuk menjamin kelancaran distribusi pupuk,
hasil panen, dan hasil produksi diperlukan karena sarana transportasi untuk
produk-produk tersebut adalah melalui transportasi darat.
2. USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
A. Fakta
1) Pelaku ekonomi Provinsi Jambi hingga saat ini masih didominasi oleh Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Hingga saat ini jumlah UMKM yang terdata
sebanyak 5.086 UMKM (Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Provinsi
Jambi). Kontribusi UMKM dalam bentuk menyerap tenaga kerja di Provinsi Jambi
mencapai 69,06% terhadap jumlah tenaga kerja.
2) Meskipun dihadapkan pada berbagai masalah, UMKM tetap menunjukkan
eksistensinya. Hal ini terutama karena terbukanya peluang usaha di berbagai
sektor ekonomi yang dapat dimasuki oleh UMKM.
B. Permasalahan
Permasalahan umum yang ditemukan dalam pengembangan UMKM adalah
sebagian besar UMKM dihadapkan pada lemahnya kemampuan manajerial
UMKM, rendahnya daya saing produk yang dihasilkan, dan lemahnya
pemenuhan persyaratan agunan bagi nasabah UMKM ketika akan mengakses
kredit dari bank.
C. Rekomendasi
Meningkatkan daya saing Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Mengingat jumlah dan peranan UMKM dan struktur ekonomi Provinsi Jambi yang
mempunyai peran penting dalam upaya Pemerintah Daerah untuk mensejahterakan
masyarakat maka UMKM yang umumnya memiliki keterbatsan sebagaimana
permasalahan di atas maka perlu mendapat perhatian Pemenrintah Daerah sebagai
berikut:
1) Mengintensifkan dan mengefektifkan kegiatan pendampingan UMKM dalam
aspek manajerial seperti pembinaan manajemen produksi, serta aksesibilitas
UMKM terhadap informasi mengenai teknologi produksi, pasar, dan harga.
2) Meningkatkan efisiensi produksi dan sumber-sumber pendanaan baik berupa skim
kredit maupun tingkat bunga yang kompetitif.
3) Melakukan penguatan aspek finansial UMKM melalui penyediaan dana talangan
oleh pemerintah daerah untuk mengatasi kebutuhan pendanaan yang bersifat
sementara akibat gap antara saat kebutuhan dana dan saat pencairan yang sering
terjadi di sektor pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan permodalan bagi UMKM
yang belum dapat memenuhi persyaratan perbankan perlu adanya inisiatif antara
pemerintah daerah untuk mengundang perusahaan asuransi kredit untuk
melakukan risk sharing terhadap pembiayaan UMKM.
3. INFRASTRUKTUR
A. Fakta
1) Infrastruktur fisik meliputi jalan, jembatan, pelabuhan, sarana transportasi, sarana
komunikasi dan energi merupakan faktor penting perkembangan kegiatan
ekonomi.
2) Berdasarkan kenyataan saat ini, keadaan dan ketersediaan infrastruktur di
Provinsi Jambi relatif kurang mendukung kegiatan ekonomi. Hal ini terlihat dari
kondisi jalan yang sekitar 34% dalam keadaan rusak dan rusak berat.
B. Permasalahan
1) Sarana dan prasarana pelabuhan juga belum memadai dimana kelancaran
angkutan sungai dan laut sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya laut sehingga
armada kapal yang dapat mendekati pelabuhan terbatas pada kapal dengan
tonase kecil.
2) Kondisi infrastruktur yang kurang mendukung cenderung menyebabkan ekonomi
biaya tinggi. Berbagai bahan kebutuhan pokok Jambi yang didatangkan dari luar
daerah umumnya didatangkan melalui pelabuhan Teluk Bayur sehingga kondisi
tersebut merupakan salah satu penyebab harga barang di Provinsi Jambi
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kota besar lainnya seperti
Pekanbaru, Padang, Palembang dan Lampung.
C. Rekomendasi
Meningkatkan
pembangunan
dan
perbaikan
kondisi
infra
struktur
wilayah.
1) Membangun dan meningkatkan kualitas jalan ke sentra produksi dan pusat
pemasaran yang berada di bawah kewenangan pemerintah Provinsi Jambi.
2) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya energi alam berupa air, gas dan bahan
galian (batu bara) untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat dan dunia
usaha.
3) Mempercepat penyelesaian pembangunan pelabuhan samudera di Kabupaten
Tanjung Jabung Timur (Kota Muara Sabak) dan menjadikan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat (Kota Kuala Tungkal) sebagai pintu gerbang masuk dan keluarnya
barang-barang yang melalui sarana laut di Provinsi Jambi.
4. SUMBER DAYA MANUSIA
A. Fakta
Untuk menunjang pembangunan Provinsi Jambi dalam jangka panjang diperlukan
sumberdaya manusia pembangunan yang berkualitas. Kualitas sumberdaya
manusia pembangunan ditentukan oleh tingkat pendidikan dan kesehatan.
Berdasarkan fakta dari beberapa negara maju, diperoleh kesimpulan adanya
korelasi yang positif antara investasi pada sumberdaya manusia dengan
keberhasilan pembangunan ekonomi.
B. Permasalahan
1) kualitas sumberdaya manusia pembangunan di provinsi Jambi tergolong rendah.
Hal ini terlihat dari data pencari kerja yang terdaftar dan yang ditempatkan
selama tahun 2000-2004 di provinsi Jambi yaitu masing 67% dan 79% diantaranya
berpendidikan SLTA kebawah.
2) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia pembangunan ini menyebabkan
kegiatan ekonomi tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga produktivitas
tenaga kerja rendah. Hal ini juga berdampak pada banyaknya potensi sumberdaya
daerah yang tidak tergali dan termanfaatkan.
C. Rekomendasi :
Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pembangunan.
1) Mempercepat realisasi alokasi dana pendidikan sebesar 20% dari APBD, untuk
pembangunan bidang pendidikan.
2) Meningkatkan
wawasan,
keterampilan
dan
kemampuan
teknis
aparatur
pemerintah daerah dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dalam bentuk
pendidikan, pelatihan dan magang.
3) Mendirikan dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama pendidikan
kejuruan dan keteknikan untuk menghasilkan SDM yang dibutuhkaan untuk
pembangunan daerah.
III. PENUTUP
Keberhasilan pembangunan daerah membutuhkan komitmen Kepala Daerah
dan dukungan seluruh jajaran aparatur pemerintah daerah serta seluruh stakeholders
yang terlibat dalam pembangunan sehingga koordinasi merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan pembangunan. Selain hal tersebut di atas, ketersediaan
pendanaan
merupakan
diprogramkan.
faktor
penting
terlaksananya
kegiatan
yang
telah
Download