7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual
a. Pengertian Orientasi Seksual
Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun
emosional dengan lawan jenis. Namun, saat ini lahir suatu hubungan yang
dapat dikatakan berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Individu
memiliki ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional dengan sesama
jenis. Ketertarikan ini dinamakan orientasi seksual. Menurut Galink (2013:
12), “Orientasi seksual mengacu pada jenis kelamin dimana seseorang tertarik
secara emosional dan seksual”. Ketertarikan tersebut berasal dari dalam diri
individu dan hanya individu itu sendiri yang dapat merasakannya. Ketertarikan
seseorang meliputi ketertarikan kepada heteroseksual (lawan jenis),
ketertarikan kepada homoseksual (gay dan lesbian), ketertarikan kepada
keduanya (biseksual) dan tidak pada keduanya (aseksual). Istilah orientasi
seksual lebih banyak digunakan dalam kelompok non-heteroseksual.
Kelompok ini terdiri dari gay, lesbian, biseksual, transgender, interseks,
transeksual dan queer.
Sedangkan menurut Kistiyanti (2015: 10), “Orientasi seksual
merupakan ketertarikan, baik secara seksual ataupun secara emosional kepada
jenis kelamin tertentu atau gender tertentu”. Individu yang memiliki orientasi
seksual memiliki perasaan kepada orang lain. Perasaan sayang, cinta,
menghargai dan mendukung dalam suatu hubungan. Ketertarikan kepada
orang lain bisa melalui penampilan maupun perbuatan. Meskipun ada juga
yang tidak terlihat pada beberapa orang. Demartoto (2013: 4) mengemukakan,
“Orientasi seksual dapat diikuti dengan adanya perilaku seksual atau tidak”.
Seorang wanita memiliki ketertarikan dengan sesama jenis, tetapi dia belum
7
8
pernah melakukan perbuatan seksual dengan sesama jenis, maka dia tetap
dapat dikatakan memiliki orientasi seksual sejenis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi
seksual merupakan ketertarikan dalam diri seseorang, baik secara emosional
maupun seksual dengan jenis kelamin dan gender tertentu. Orientasi seksual
dapat diikuti dengan perilaku seksual atau tidak.
b. Macam-Macam Orientasi Seksual
Orientasi seksual tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya saja, cara
berkomunikasi dengan orang lain, ciri-ciri fisik atau keterbukaan satu sama
lain. Namun, orientasi seksual dapat dilihat dari keseluruhan seseorang melihat
orang lain dan memiliki rasa ketertarikan yang berbeda pada orang tersebut.
Secara umum orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu
heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Kistiyanti (2015: 10-11) membagi
orientasi seksual ke dalam tiga jenis, yaitu:
1) Heteroseksual
Heteroseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual
dengan lawan jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas
gender.
2) Homoseksual
Homoseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual
dengan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas
gender.
3) Biseksual
Biseksual merupakan ketertarikan secara emosional dan seksual dengan
lawan jenis dan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun
identitas gender meskipun bukan dalam waktu yang bersamaan.
Demartoto (2013: 2) juga membagi orientasi seksual menjadi tiga
kelompok, yaitu sebagai berikut:
9
1) Heteroseksual
Heteroseksual merupakan ketertarikan seseorang pada jenis kelamin yang
berbeda. Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan
sebaliknya.
2) Biseksual
Biseksual merupakan ketertarikan seseorang pada semua jenis kelamin.
Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan laki-laki serta
perempuan jatuh cinta kepada laki-laki dan perempuan.
3) Homoseksual
Homoseksual merupakan ketertarikan seseorang kepada jenis kelamin
yang sama. Contohnya: waria, yaitu laki-laki yang merasa dirinya
perempuan. Secara seksual dan emosional dia tertarik dengan laki-laki.
Gay, yaitu laki-laki yang secara emosional dan seksual tertarik dengan
laki-laki. Lesbian, yaitu perempuan yang secara seksual dan emosional
tertarik dengan perempuan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macammacam orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu heteroseksual
dimana mereka memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, homoseksual
dimana mereka memiliki ketertarikan dengan sesama jenis dan biseksual
dimana mereka memiliki ketertarikan dengan keduanya, baik laki-laki maupun
perempuan.
2. Tinjauan tentang Lesbian
a. Pengertian Lesbian
Homoseksual berkaitan dengan fenomena orientasi seksual lesbian
yang terjadi di masyarakat. Bahkan saat ini terdapat komunias-komunitas yang
di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki orientasi seksual sebagai
seorang lesbian. Eva (2012: 2) mengemukakan bahwa:
10
Kata lesbian berawal dari sebuah nama pulau di Yunani bernama
Pulau Lesbos. Pulau Lesbos adalah tempat lahirnya penyair ternama
pada zaman Yunani, yaitu Sappho yang diyakini cikal bakal lahirnya
wanita pecinta sesama. Sappho lahir 620 SM dan dia begitu terkenal
dengan puisi-puisinya yang menceritakan ketertarikannya pada
sesama wanita dan pujian-pujian untuk seorang wanita. Bahkan Plato
memuji dia dengan mengatakan ‘Dewi Kesenian Kesepuluh’ karena
karyanya.
Seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian berhubungan dengan
pasangannya seperti pasangan heteroseksual. Mereka membutuhkan rasa
nyaman, ingin dilindungi, perasaan aman dan berperilaku seperti pada
umumnya. Mereka berperilaku layaknya pasangan normal lainnya, seperti
berpegangan tangan, berpelukan, mencium sampai melakukan hubungan
seksual. Individu lesbian hanya berbeda pada tingkah laku seksualnya saja,
selebihnya mereka sama seperti orang-orang heteroseksual.
Menurut Drs. M. Ali Chasan Umar (Tanjung, 2007: 34), “Lesbian
berupa perbuatan menggesekkan atau menyentuhkan alat vital dan bukannya
ejakulasi”. Perbuatan tersebut dilakukan antara sesama jenis, yaitu wanita
dengan wanita untuk mendapatkan kepuasan secara seksual. Sedangkan
Kistiyanti (2015:13) menjelaskan, “Lesbian adalah ketertarikan sesama jenis
(homoseksual) perempuan, baik perempuan secara seks (biologis) atau gender
(perempuan/waria)”. Individu lesbian menyukai pasangannya, baik secara
fisik maupun melalui penyaluran kebutuhan seksual untuk mendapatkan
kepuasan dari pasangan sesama jenisnya. Mereka beranggapan bahwa menjadi
lesbian sudah sejak lahir, tetapi sebagian berpendapat bahwa menjadi lesbian
adalah pilihan mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
lesbian adalah suatu ketertarikan yang terjadi pada sesama jenis perempuan,
baik secara fisik, gender dan seks. Perempuan lesbian dan pasangannya
berperilaku sama seperti pasangan pada umumnya, hanya saja tingkah laku
seksual mereka yang berbeda.
11
b. Ekspresi Lesbian
Individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian
memiliki ekspresi atau ciri khas yang dapat mengungkap identitas seksual
dalam dirinya. Menurut Kistiyanti (2015: 14-15), “Ekspresi lesbian yang dapat
ditunjukkan adalah 1) Butch; 2) Androgyne dan 3) Femme”. Penjelasan dari
masing-masing ekspresi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Butch
Butch adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi maskulin. Hal
tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada
ekspresi ini, perilaku yang ditunjukkan cenderung menyerupai laki-laki
atau berperilaku tomboy.
b) Androgyne
Androgyne adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi antara
maskulin dan feminin. Pada ekspresi ini, terkadang perilaku yang
ditunjukkan adalah tomboy. Namun, pada situasi lain, perilaku yang
ditunjukkan dapat menjadi feminin. Perilaku ini berada di tengah-tengah.
c) Femme
Femme adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi feminin. Hal
tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada
ekspresi ini, wanita lesbian cenderung berperilaku seperti perempuan
pada umumnya.
Wanita lesbian memposisikan dirinya menjadi seorang pria dan seorang
wanita. Mereka menjalin hubungan layaknya pasangan pada umumnya.
Wanita lesbian memiliki identitas seksual yang beragam. Agustine (2005: 2023) menjelaskan, “Identitas seksual wanita lesbian terdiri dari beberapa tipe,
yaitu 1) Butch; 2) Soft Butch; 3) Stone Butch; 4) Femme; 5) Androgynous; 6)
Transeksual; 7) Transgender dan 8) Biseksual. Penjabaran dari identitas
seksual tersebut adalah sebagai berikut:
12
a. Butch
Butch sering digambarkan sebagai sosok yang lebih dominan pada
pasangannya. Butch lebih popular dengan istilah “butchy”. Tipe butch
memiliki gambaran sebagai individu yang berperilaku tomboy, cenderung
agresif, aktif dan melindungi pasangannya.
b. Soft Butch
Soft Butch merupakan wanita lesbian yang memiliki perilaku
tomboy. Namun, kesan yang ditampilkan lebih feminin dalam berbusana
dan potongan rambut. Secara fisik dan emosional, mereka tidak
mencerminkan perilaku yang kuat dan tangguh seperti laki-laki.
c. Stone Butch
Stone Butch digambarkan wanita lesbian yang cara berpakaian,
potongan rambut dan perilakunya benar-benar menyerupai laki-laki.
Mereka berpakaian lebih maskulin, potongan rambut seperti laki-laki,
bahkan ada yang mengikat tubuhnya menggunakan kain di dalam pakaian
dalamnya, sehingga payudara yang dimiliki wanita lesbian tersebut tidak
dapat menonjol dan terlihat rata. Tipe stone butch lebih berperan sebagai
pasangan laki-laki dalam menjalin hubungan dengan pasangannya.
d. Femme
Femme atau bisa disebut “pemmeh” dapat digambarkan sebagai
wanita lesbian yang berbusana feminin dan berperilaku seperti wanita
pada umumnya. Femme memiliki gambaran hanya menerima perlakuan
dari pasangannya, termasuk dalam hubungan seksual. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa femme memiliki stereotip sebagai pasangan yang pasif.
e. Androgynous
Androgynous merupakan wanita lesbian yang memiliki pembagian
peran yang sama antara pria dan wanita. Dia memposisikan dirinya di
tengah-tengah dalam berperilaku.
13
f. Transeksual
Transeksual merupakan individu yang mengganti beberapa bagian
dalam tubuh, baik secara hormon atau melakukan operasi. Operasi yang
dilakukan biasanya penggantian alat vital pada tubuh seseorang. Hal
tersebut dapat terjadi pada individu transgender.
g. Transgender
Transgender merupakan individu yang merasakan identitas
gendernya berbeda dari jenis kelamin yang mereka miliki. Contohnya
adalah individu yang beranggapan bahwa seharusnya dirinya perempuan,
tetapi terjebak dalam tubuh laki-laki. Mereka ingin melakukan operasi
agar sesuai dengan keinginan identitas gendernya.
h. Biseksual
Biseksual merupakan individu yang secara perasaan, fisik dan
emosional memiliki ketertarikan kepada laki-laki dan perempuan
walaupun tidak dalam waktu yang bersamaan. Individu biseksual dapat
menjalin hubungan dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita
lesbian memiliki ekspresi yang menjadi ciri khas dan melekat dalam dirinya.
Ekspresi tersebut dapat berupa butch, soft butch, stone butch, femme,
androgynous, transeksual, transgender dan biseksual. Identitas seksual ini
menjadikan wanita lesbian dapat berperan sebagai laki-laki dan perempuan
dalam menjalin hubungan, baik secara fisik, emosional dan perasaan.
c. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Seseorang Memiliki Orientasi
Seksual Lesbian
Setiap individu tidak ingin dilahirkan menjadi seorang lesbian. Tetapi
ada beberapa orang yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan
hidupnya. Pilihan menjadi lesbian tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi. Sifranita (2015: 2) mengemukakan,
14
“Faktor-faktor penyebab seseorang memiliki orientasi seksual lesbian adalah
1) Faktor genetik; 2) Faktor lingkungan sosial dan 3) Faktor Trauma”.
Penjabaran dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor utama seseorang berperilaku
lesbian. Faktor ini tidak dapat dihindari dalam diri individu tersebut dan
memiliki pengaruh yang sangat besar. Mereka merasa menjadi seorang
lesbian sudah tertanam dalam diri. Mereka memiliki orientasi seksual
yang lebih tinggi ketika bersama dengan sesama jenis daripada lawan
jenis.
b) Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial memiliki peranan besar seseorang menjadi
lesbian. Setiap hari mereka bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain.
Hal ini tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh bagi kehidupan
seksual mereka, terutama jika orang-orang yang berada dalam lingkungan
tersebut memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian.
c) Faktor Trauma
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi lesbian
adalah trauma pada masa remaja. Remaja merasa patah hati dan disakiti
oleh pasangan lawan jenisnya ketika menjalin hubungan. Hal tersebut
dapat juga terjadi dalam kehidupan keluarga yang kurang harmonis.
Remaja melihat ayah mereka menyakiti ibu atau sering bertengkar.
Keadaan tersebut dapat berpengaruh pada kondisi psikis individu dan
pada akhirnya memilih untuk menjadi seorang lesbian.
Pendapat lain mengenai faktor-faktor penyebab seseorang menjadi
lesbian adalah sebagai berikut:
Faktor-faktor penyebab lesbian adalah kekurangan hormon wanita
pada saat masa pertumbuhan; mendapatkan pengalaman
homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau
sesudahnya; memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu
15
yang aversif atau menakutkan atau tidak menyenangkan dan besar
ditengah keluarga dimana ayah dominan sedangkan ibu lemah atau
tidak ada (Supratiknya dalam Novena, 2011: 21).
Pendapat tersebut bermakna bahwa faktor-faktor penyebab seseorang
menjadi lesbian dapat dilihat dari faktor internal maupun faktor eksternal.
Pengalaman buruk dan kurangnya keharmonisan keluarga juga dapat
menyebabkan seseorang memilih jalan hidupnya menjadi lesbian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang memiliki orientasi
seksual sebagai seorang lesbian. Faktor keluarga yang kurang harmonis,
lingkungan sosial yang mempengaruhi dan faktor utama yaitu genetik dapat
mendasari seseorang memiliki orientasi seksual lesbian.
d. Dampak yang Dirasakan dari Pilihan Orientasi Seksual Lesbian
Orientasi seksual lesbian merupakan suatu hal yang tidak lazim dalam
masyarakat. Orientasi ini dapat memunculkan banyak dampak bagi individu
tersebut. Penelusuran situs onlinelibrary.wiley.com (Astuti, 2013: 3)
menjelaskan bahwa dampak yang dapat terjadi karena perilaku lesbian
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Kelainan Jiwa
Kelainan jiwa akibat menyukai sesama jenis akan menimbulkan
jiwa yang tidak stabil, tingkah laku yang aneh, pikiran yang tidak sehat
dan mempengaruhi kondisi psikis seseorang.
2) Gangguan pada Otak
Dampak dari seseorang yang menjadi lesbian selanjutnya adalah
terjadi gangguan pada otak yang bisa melemahkan daya pikir, kemauan
dan semangat dalam hidupnya.
16
3) Respon Masyarakat
Masyarakat merasa terganggu dengan tingkah laku mereka yang
berperilaku lesbian karena hal tersebut bertentangan dengan norma agama
dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Keresahan dan ketakutan
tingkah laku lesbian akan meluas juga menjadikan masyarakat memilih
memberantas tingkah laku mereka.
4) Pencemaran Nama Baik
Orang yang menjadi lesbian dapat mencemarkan nama baik
keluarga terutama orang tua. Keluarga akan menjadi bahan pembicaraan
di lingkungan sekitar dan bahkan akan merasa terkucilkan.
5) Respon Teman Sebaya
Teman-teman yang mengetahui sahabatnya memiliki orientasi
seksual sebagai seorang lesbian merasa malu atas tingkah lakunya.
Mereka memilih untuk menjaga jarak dan tidak bergaul dengan individu
lesbian tersebut.
Sedangkan menurut Yusa (2013: 3) mengemukakan bahwa beberapa
pengaruh yang berdampak pada seseorang yang memiliki orientasi seksual
sebagai seorang lesbian adalah a) Penyimpangan seksual semakin banyak:
seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian membawa
pengaruh buruk di lingkungan masyarakat karena mereka menganggap orang
yang berperilaku lesbian merupakan hal yang menyimpang dan bertentangan
dengan norma-norma yang berlaku; b) Terkena penyakit: orang yang memiliki
hubungan dengan sesama jenis, terutama lesbian lebih rentan terkena penyakit,
seperti penyakit AIDS, penyakit kelamin dan rusaknya organ reproduksi yang
dapat mengakibatkan kemandulan; c) Prasangka dan determinasi dari dampak
sosial: seseorang yang lesbian mendapatkan prasangka buruk dari lingkungan
sosial tempat mereka tinggal dan menjadi bahan perbincangan banyak orang
dan d) Keadaan psikis: orang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat
mempengaruhi keadaan psikis dan membuat jiwa menjadi tidak stabil.
17
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak yang
ditimbulkan dari seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang
lesbian sangat beragam. Hal tersebut berdampak pada diri sendiri, keadaan
jiwa, keluarga, lingkungan sosial tempat tinggal dan masyarakat sekitar.
3. Tinjauan Tentang Alternatif Bantuan
Suatu permasalahan yang dialami oleh seseorang perlu diselesaikan agar
tidak semakin bertambah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Permasalahan
yang berkaitan dengan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang
lesbian menimbulkan berbagai dampak bagi diri sendiri maupun orang lain karena
hal tersebut bertentangan dengan agama dan norma-norma yang berlaku. Berkaitan
dengan hal tersebut, terkadang individu tidak mampu menyelesaikan semua
permasalahan secara sendiri. Bantuan yang diberikan dirasa sangat perlu untuk
menyelesaikan permasalahan dalam diri individu.
Permasalahan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang
lesbian merupakan masalah kompleks dan perlu mendapatkan penanganan khusus.
Salah satu cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan berkaitan dengan
seseorang yang memilih menjadi seorang lesbian adalah melalui konseling. Peran
konselor sangat dibutuhkan untuk membantu individu tersebut. Menurut Prayitno
dan Amti (2008: 105), “Konseling adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien”. Pendapat ini
menegaskan bahwa melalui proses konseling, individu yang memiliki orientasi
seksual lesbian dapat mengemukakan permasalahan yang ada secara lebih terbuka
tanpa diketahui orang lain. Konselor menciptakan hubungan dan suasana yang
akrab kepada klien, agar klien lebih nyaman, aman dan terbuka untuk menceritakan
segala permasalahannya.
18
Konseling dengan pendekatan yang tepat dapat dilakukan dan disesuaikan
dengan permasalahan setiap individu. Seseorang yang memiliki orientasi seksual
lesbian dapat diberikan alternatif bantuan berupa konseling REBT (Rational
Emotive Behavior Therapy). Jones (2011: 498) mengatakan, “REBT melihat tujuan
dasar manusia sebagai preferensi atau keinginan dan bukan kebutuhan atau
keharusan”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
orientasi seksual lesbian dapat kembali kepada jati diri dirinya dengan dibantu
menggunakan pendekatan konseling yang tepat dan ada keinginan yang kuat dalam
diri untuk berubah menjadi lebih baik.
Menghadapi klien dengan permasalahan orientasi seksual sebagai seorang
lesbian merupakan tantangan tersendiri bagi konselor yang belum memiliki
interaksi dengan klien tersebut. Apalagi dengan dikeluarkannya ketetapan bahwa
homoseksual bukanlah sebuah penyakit kejiwaan, tentunya memberi pengaruh
pada konselor untuk berhati-hati dalam melaksanakan proses konseling jika
menemui klien yang memiliki masalah dengan orientasi seksualnya. Tantangan
tersebut dapat berupa kekhawatiran dalam diri konselor jika ada kalimat atau kata
yang dapat menyinggung perasaan klien lesbian.
Berbagai bantuan melalui Bimbingan dan Konseling diberikan konselor
untuk membantu individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian.
Namun, keberhasilan bantuan tersebut bergantung pada diri individu masingmasing. Hanya individu yang mampu mengambil keputusan dalam hidupnya dan
jalan penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian relevan yang dapat digunakan sebagai acuan peneliti dalam
melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian dengan judul Perilaku Seksual Penyuka Sesama Jenis Perempuan atau
Lesbi di Kota Palembang (Studi Pada Komunitas Lesbi IABSS di Kota
Palembang) dilakukan oleh Vindi Septyanti Wulandari pada tahun 2013.
19
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang
seseorang menjadi lesbi. Penelitian ini mengkaji mengenai perilaku seksual yang
dilakukan oleh penyuka sesama jenis perempuan atau lesbi di kota Palembang.
Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan dengan cara snowball
sampling dan disesuaikan dengan kebutuhan data. Informan dalam penelitian ini
berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 9 orang informan utama dan 1 informan
pendukung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam
dan observasi partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi yakni faktor lingkungan
baik dari internal yaitu keluarga, maupun faktor eksternal yaitu pergaulan sesama
teman yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi dan penelitian ini menunjukkan
bahwa 9 orang lesbi yang tergabung di dalam komunitas lesbi Ikatan Anak Belok
Sumatera Selatan (IABSS) terlibat dalam praktek seksual.
2. Penelitian dengan judul Gaya Hidup Lesbian (Studi Kasus di Kota Makassar)
dilakukan oleh Astry Budiarty pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gaya hidup lesbian di kota Makassar yang meliputi beberapa faktor
yakni karakteristik, waktu luang dan tempat menghabiskan waktu, cara
berpakaian, teman berinteraksi dan jenis aktifitas yang dilakoni oleh mereka.
Subyek dalam penelitian ini adalah 5 orang lesbian yang bertempat tinggal di kota
Makassar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati selama melakukan penelitian ini.
Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dimana penelitian yang
dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap objek penelitian guna
menjawab permasalahan dari peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
lesbian dalam hidupnya sehari-hari hampir sama dengan orang-orang yang normal
pada umumnya, yang membedakan hanyalah perilaku seksual mereka. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa lesbian jenis Butch semuanya berasal dari keluarga
menengah keatas, namun kehidupan keluarga kurang harmonis, sedangkan lesbian
20
jenis Femme berasal dari keluarga menengah kebawah dan kehidupan keluarga
sangat harmonis.
C. Kerangka Berpikir
Homoseksual merupakan perilaku menyukai sesama jenis, baik secara fisik,
perasaan dan emosional. Homoseksual merupakan sesuatu yang tergolong berbeda
dalam masyarakat karena mereka menjalin suatu hubungan dengan sesama jenis dan
bukan lawan jenis seperti pasangan pada umumnya. Individu yang memiliki orientasi
seksual homoseksual pada wanita disebut lesbian. Saat ini kaum homoseksual,
khususnya lesbian dapat ditemukan di berbagai kalangan, mulai dari remaja yang
masih sekolah maupun orang dewasa yang sudah bekerja. Bahkan sudah ada
organisasi-organisasi yang didalamnya beranggotakan orang-orang homoseksual,
khususnya lesbian.
Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi individu memiliki orientasi
seksual sebagai seorang lesbian. Alasan tersebut dapat berupa lingkungan sosial tempat
mereka tinggal, pengalaman trauma saat remaja dan keluarga yang kurang harmonis.
Namun, ada yang beranggapan bahwa menjadi seorang lesbian tidak ada alasan
tertentu. Mereka menganggap bahwa mereka menjadi lesbian sudah sejak lahir dan ada
juga yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan hidupnya. Berbagai
bantuan dapat diberikan kepada seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian agar
kehidupan mereka dapat berubah menjadi lebih baik dan sesuai dengan jati diri yang
sebenarnya, yaitu dengan melakukan konseling REBT (Rational Emotive Behavior
Therapy).
Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut:
21
Orientasi seksual merupakan
ketertarikan
dalam
seseorang,
baik
diri
secara
emosional maupun seksual
dengan jenis kelamin dan
gender
tertentu.
Orentasi
seksual dibagi menjadi tiga,
yaitu
heteroseksual,
homoseksual dan biseksual.
Homoseksual untuk perempuan
disebut lesbian. Lesbian adalah
suatu ketertarikan yang terjadi
pada sesama jenis perempuan, baik
secara fisik, gender dan seks.
Seseorang dapat menjadi lesbian
karena dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal.
yang
Akibat
seseorang
yaitu
orientasi
seksual
Konseling
REBT.
menjalin
Konseling
REBT
pasangan lesbian mereka adalah
merupakan konseling yang
kurang dapat bersosialisasi dengan
dapat membantu mengubah
orang lain, kurang percaya diri saat
pemikiran-pemikiran
berkumpul
irasional individu menjadi
heteroseksual dan mempengaruhi
pemikiran-pemikiran
keadaan
rasional
dikarenakan
Alternatif
dapat
bantuan
digunakan
menekankan
dengan
pada
perlakuan
memiliki
lesbian
hubungan
dengan
psikis
dan
dengan
orang-orang
seseorang
mendapatkan
buruk
perubahanan perilaku yang
kekecewaan
dari
lebih nyata.
terutama keluarga.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Tentang Orientasi Seksual Lesbian
serta
orang
respon
lain,
Download