BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional dengan lawan jenis. Namun, saat ini lahir suatu hubungan yang dapat dikatakan berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Individu memiliki ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional dengan sesama jenis. Ketertarikan ini dinamakan orientasi seksual. Menurut Galink (2013: 12), “Orientasi seksual mengacu pada jenis kelamin dimana seseorang tertarik secara emosional dan seksual”. Ketertarikan tersebut berasal dari dalam diri individu dan hanya individu itu sendiri yang dapat merasakannya. Ketertarikan seseorang meliputi ketertarikan kepada heteroseksual (lawan jenis), ketertarikan kepada homoseksual (gay dan lesbian), ketertarikan kepada keduanya (biseksual) dan tidak pada keduanya (aseksual). Istilah orientasi seksual lebih banyak digunakan dalam kelompok non-heteroseksual. Kelompok ini terdiri dari gay, lesbian, biseksual, transgender, interseks, transeksual dan queer. Sedangkan menurut Kistiyanti (2015: 10), “Orientasi seksual merupakan ketertarikan, baik secara seksual ataupun secara emosional kepada jenis kelamin tertentu atau gender tertentu”. Individu yang memiliki orientasi seksual memiliki perasaan kepada orang lain. Perasaan sayang, cinta, menghargai dan mendukung dalam suatu hubungan. Ketertarikan kepada orang lain bisa melalui penampilan maupun perbuatan. Meskipun ada juga yang tidak terlihat pada beberapa orang. Demartoto (2013: 4) mengemukakan, “Orientasi seksual dapat diikuti dengan adanya perilaku seksual atau tidak”. Seorang wanita memiliki ketertarikan dengan sesama jenis, tetapi dia belum 7 8 pernah melakukan perbuatan seksual dengan sesama jenis, maka dia tetap dapat dikatakan memiliki orientasi seksual sejenis. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa orientasi seksual merupakan ketertarikan dalam diri seseorang, baik secara emosional maupun seksual dengan jenis kelamin dan gender tertentu. Orientasi seksual dapat diikuti dengan perilaku seksual atau tidak. b. Macam-Macam Orientasi Seksual Orientasi seksual tidak bisa dilihat dari penampilan luarnya saja, cara berkomunikasi dengan orang lain, ciri-ciri fisik atau keterbukaan satu sama lain. Namun, orientasi seksual dapat dilihat dari keseluruhan seseorang melihat orang lain dan memiliki rasa ketertarikan yang berbeda pada orang tersebut. Secara umum orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Kistiyanti (2015: 10-11) membagi orientasi seksual ke dalam tiga jenis, yaitu: 1) Heteroseksual Heteroseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual dengan lawan jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender. 2) Homoseksual Homoseksual merupakan ketertarikan secara emosional maupun seksual dengan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender. 3) Biseksual Biseksual merupakan ketertarikan secara emosional dan seksual dengan lawan jenis dan sesama jenis, baik secara seks atau biologis maupun identitas gender meskipun bukan dalam waktu yang bersamaan. Demartoto (2013: 2) juga membagi orientasi seksual menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut: 9 1) Heteroseksual Heteroseksual merupakan ketertarikan seseorang pada jenis kelamin yang berbeda. Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan sebaliknya. 2) Biseksual Biseksual merupakan ketertarikan seseorang pada semua jenis kelamin. Contohnya: laki-laki jatuh cinta kepada perempuan dan laki-laki serta perempuan jatuh cinta kepada laki-laki dan perempuan. 3) Homoseksual Homoseksual merupakan ketertarikan seseorang kepada jenis kelamin yang sama. Contohnya: waria, yaitu laki-laki yang merasa dirinya perempuan. Secara seksual dan emosional dia tertarik dengan laki-laki. Gay, yaitu laki-laki yang secara emosional dan seksual tertarik dengan laki-laki. Lesbian, yaitu perempuan yang secara seksual dan emosional tertarik dengan perempuan. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa macammacam orientasi seksual dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu heteroseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan lawan jenis, homoseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan sesama jenis dan biseksual dimana mereka memiliki ketertarikan dengan keduanya, baik laki-laki maupun perempuan. 2. Tinjauan tentang Lesbian a. Pengertian Lesbian Homoseksual berkaitan dengan fenomena orientasi seksual lesbian yang terjadi di masyarakat. Bahkan saat ini terdapat komunias-komunitas yang di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Eva (2012: 2) mengemukakan bahwa: 10 Kata lesbian berawal dari sebuah nama pulau di Yunani bernama Pulau Lesbos. Pulau Lesbos adalah tempat lahirnya penyair ternama pada zaman Yunani, yaitu Sappho yang diyakini cikal bakal lahirnya wanita pecinta sesama. Sappho lahir 620 SM dan dia begitu terkenal dengan puisi-puisinya yang menceritakan ketertarikannya pada sesama wanita dan pujian-pujian untuk seorang wanita. Bahkan Plato memuji dia dengan mengatakan ‘Dewi Kesenian Kesepuluh’ karena karyanya. Seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian berhubungan dengan pasangannya seperti pasangan heteroseksual. Mereka membutuhkan rasa nyaman, ingin dilindungi, perasaan aman dan berperilaku seperti pada umumnya. Mereka berperilaku layaknya pasangan normal lainnya, seperti berpegangan tangan, berpelukan, mencium sampai melakukan hubungan seksual. Individu lesbian hanya berbeda pada tingkah laku seksualnya saja, selebihnya mereka sama seperti orang-orang heteroseksual. Menurut Drs. M. Ali Chasan Umar (Tanjung, 2007: 34), “Lesbian berupa perbuatan menggesekkan atau menyentuhkan alat vital dan bukannya ejakulasi”. Perbuatan tersebut dilakukan antara sesama jenis, yaitu wanita dengan wanita untuk mendapatkan kepuasan secara seksual. Sedangkan Kistiyanti (2015:13) menjelaskan, “Lesbian adalah ketertarikan sesama jenis (homoseksual) perempuan, baik perempuan secara seks (biologis) atau gender (perempuan/waria)”. Individu lesbian menyukai pasangannya, baik secara fisik maupun melalui penyaluran kebutuhan seksual untuk mendapatkan kepuasan dari pasangan sesama jenisnya. Mereka beranggapan bahwa menjadi lesbian sudah sejak lahir, tetapi sebagian berpendapat bahwa menjadi lesbian adalah pilihan mereka sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lesbian adalah suatu ketertarikan yang terjadi pada sesama jenis perempuan, baik secara fisik, gender dan seks. Perempuan lesbian dan pasangannya berperilaku sama seperti pasangan pada umumnya, hanya saja tingkah laku seksual mereka yang berbeda. 11 b. Ekspresi Lesbian Individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian memiliki ekspresi atau ciri khas yang dapat mengungkap identitas seksual dalam dirinya. Menurut Kistiyanti (2015: 14-15), “Ekspresi lesbian yang dapat ditunjukkan adalah 1) Butch; 2) Androgyne dan 3) Femme”. Penjelasan dari masing-masing ekspresi tersebut adalah sebagai berikut: a) Butch Butch adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi maskulin. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada ekspresi ini, perilaku yang ditunjukkan cenderung menyerupai laki-laki atau berperilaku tomboy. b) Androgyne Androgyne adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi antara maskulin dan feminin. Pada ekspresi ini, terkadang perilaku yang ditunjukkan adalah tomboy. Namun, pada situasi lain, perilaku yang ditunjukkan dapat menjadi feminin. Perilaku ini berada di tengah-tengah. c) Femme Femme adalah wanita lesbian yang memiliki ekspresi feminin. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berjalan, berbicara dan berbusana. Pada ekspresi ini, wanita lesbian cenderung berperilaku seperti perempuan pada umumnya. Wanita lesbian memposisikan dirinya menjadi seorang pria dan seorang wanita. Mereka menjalin hubungan layaknya pasangan pada umumnya. Wanita lesbian memiliki identitas seksual yang beragam. Agustine (2005: 2023) menjelaskan, “Identitas seksual wanita lesbian terdiri dari beberapa tipe, yaitu 1) Butch; 2) Soft Butch; 3) Stone Butch; 4) Femme; 5) Androgynous; 6) Transeksual; 7) Transgender dan 8) Biseksual. Penjabaran dari identitas seksual tersebut adalah sebagai berikut: 12 a. Butch Butch sering digambarkan sebagai sosok yang lebih dominan pada pasangannya. Butch lebih popular dengan istilah “butchy”. Tipe butch memiliki gambaran sebagai individu yang berperilaku tomboy, cenderung agresif, aktif dan melindungi pasangannya. b. Soft Butch Soft Butch merupakan wanita lesbian yang memiliki perilaku tomboy. Namun, kesan yang ditampilkan lebih feminin dalam berbusana dan potongan rambut. Secara fisik dan emosional, mereka tidak mencerminkan perilaku yang kuat dan tangguh seperti laki-laki. c. Stone Butch Stone Butch digambarkan wanita lesbian yang cara berpakaian, potongan rambut dan perilakunya benar-benar menyerupai laki-laki. Mereka berpakaian lebih maskulin, potongan rambut seperti laki-laki, bahkan ada yang mengikat tubuhnya menggunakan kain di dalam pakaian dalamnya, sehingga payudara yang dimiliki wanita lesbian tersebut tidak dapat menonjol dan terlihat rata. Tipe stone butch lebih berperan sebagai pasangan laki-laki dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. d. Femme Femme atau bisa disebut “pemmeh” dapat digambarkan sebagai wanita lesbian yang berbusana feminin dan berperilaku seperti wanita pada umumnya. Femme memiliki gambaran hanya menerima perlakuan dari pasangannya, termasuk dalam hubungan seksual. Sehingga, dapat dikatakan bahwa femme memiliki stereotip sebagai pasangan yang pasif. e. Androgynous Androgynous merupakan wanita lesbian yang memiliki pembagian peran yang sama antara pria dan wanita. Dia memposisikan dirinya di tengah-tengah dalam berperilaku. 13 f. Transeksual Transeksual merupakan individu yang mengganti beberapa bagian dalam tubuh, baik secara hormon atau melakukan operasi. Operasi yang dilakukan biasanya penggantian alat vital pada tubuh seseorang. Hal tersebut dapat terjadi pada individu transgender. g. Transgender Transgender merupakan individu yang merasakan identitas gendernya berbeda dari jenis kelamin yang mereka miliki. Contohnya adalah individu yang beranggapan bahwa seharusnya dirinya perempuan, tetapi terjebak dalam tubuh laki-laki. Mereka ingin melakukan operasi agar sesuai dengan keinginan identitas gendernya. h. Biseksual Biseksual merupakan individu yang secara perasaan, fisik dan emosional memiliki ketertarikan kepada laki-laki dan perempuan walaupun tidak dalam waktu yang bersamaan. Individu biseksual dapat menjalin hubungan dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita lesbian memiliki ekspresi yang menjadi ciri khas dan melekat dalam dirinya. Ekspresi tersebut dapat berupa butch, soft butch, stone butch, femme, androgynous, transeksual, transgender dan biseksual. Identitas seksual ini menjadikan wanita lesbian dapat berperan sebagai laki-laki dan perempuan dalam menjalin hubungan, baik secara fisik, emosional dan perasaan. c. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Seseorang Memiliki Orientasi Seksual Lesbian Setiap individu tidak ingin dilahirkan menjadi seorang lesbian. Tetapi ada beberapa orang yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan hidupnya. Pilihan menjadi lesbian tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi. Sifranita (2015: 2) mengemukakan, 14 “Faktor-faktor penyebab seseorang memiliki orientasi seksual lesbian adalah 1) Faktor genetik; 2) Faktor lingkungan sosial dan 3) Faktor Trauma”. Penjabaran dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut: a) Faktor Genetik Faktor genetik merupakan faktor utama seseorang berperilaku lesbian. Faktor ini tidak dapat dihindari dalam diri individu tersebut dan memiliki pengaruh yang sangat besar. Mereka merasa menjadi seorang lesbian sudah tertanam dalam diri. Mereka memiliki orientasi seksual yang lebih tinggi ketika bersama dengan sesama jenis daripada lawan jenis. b) Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial memiliki peranan besar seseorang menjadi lesbian. Setiap hari mereka bertemu dan bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan membawa pengaruh bagi kehidupan seksual mereka, terutama jika orang-orang yang berada dalam lingkungan tersebut memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. c) Faktor Trauma Faktor lain yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi lesbian adalah trauma pada masa remaja. Remaja merasa patah hati dan disakiti oleh pasangan lawan jenisnya ketika menjalin hubungan. Hal tersebut dapat juga terjadi dalam kehidupan keluarga yang kurang harmonis. Remaja melihat ayah mereka menyakiti ibu atau sering bertengkar. Keadaan tersebut dapat berpengaruh pada kondisi psikis individu dan pada akhirnya memilih untuk menjadi seorang lesbian. Pendapat lain mengenai faktor-faktor penyebab seseorang menjadi lesbian adalah sebagai berikut: Faktor-faktor penyebab lesbian adalah kekurangan hormon wanita pada saat masa pertumbuhan; mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya; memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu 15 yang aversif atau menakutkan atau tidak menyenangkan dan besar ditengah keluarga dimana ayah dominan sedangkan ibu lemah atau tidak ada (Supratiknya dalam Novena, 2011: 21). Pendapat tersebut bermakna bahwa faktor-faktor penyebab seseorang menjadi lesbian dapat dilihat dari faktor internal maupun faktor eksternal. Pengalaman buruk dan kurangnya keharmonisan keluarga juga dapat menyebabkan seseorang memilih jalan hidupnya menjadi lesbian. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Faktor keluarga yang kurang harmonis, lingkungan sosial yang mempengaruhi dan faktor utama yaitu genetik dapat mendasari seseorang memiliki orientasi seksual lesbian. d. Dampak yang Dirasakan dari Pilihan Orientasi Seksual Lesbian Orientasi seksual lesbian merupakan suatu hal yang tidak lazim dalam masyarakat. Orientasi ini dapat memunculkan banyak dampak bagi individu tersebut. Penelusuran situs onlinelibrary.wiley.com (Astuti, 2013: 3) menjelaskan bahwa dampak yang dapat terjadi karena perilaku lesbian diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Kelainan Jiwa Kelainan jiwa akibat menyukai sesama jenis akan menimbulkan jiwa yang tidak stabil, tingkah laku yang aneh, pikiran yang tidak sehat dan mempengaruhi kondisi psikis seseorang. 2) Gangguan pada Otak Dampak dari seseorang yang menjadi lesbian selanjutnya adalah terjadi gangguan pada otak yang bisa melemahkan daya pikir, kemauan dan semangat dalam hidupnya. 16 3) Respon Masyarakat Masyarakat merasa terganggu dengan tingkah laku mereka yang berperilaku lesbian karena hal tersebut bertentangan dengan norma agama dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Keresahan dan ketakutan tingkah laku lesbian akan meluas juga menjadikan masyarakat memilih memberantas tingkah laku mereka. 4) Pencemaran Nama Baik Orang yang menjadi lesbian dapat mencemarkan nama baik keluarga terutama orang tua. Keluarga akan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan sekitar dan bahkan akan merasa terkucilkan. 5) Respon Teman Sebaya Teman-teman yang mengetahui sahabatnya memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian merasa malu atas tingkah lakunya. Mereka memilih untuk menjaga jarak dan tidak bergaul dengan individu lesbian tersebut. Sedangkan menurut Yusa (2013: 3) mengemukakan bahwa beberapa pengaruh yang berdampak pada seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian adalah a) Penyimpangan seksual semakin banyak: seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian membawa pengaruh buruk di lingkungan masyarakat karena mereka menganggap orang yang berperilaku lesbian merupakan hal yang menyimpang dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku; b) Terkena penyakit: orang yang memiliki hubungan dengan sesama jenis, terutama lesbian lebih rentan terkena penyakit, seperti penyakit AIDS, penyakit kelamin dan rusaknya organ reproduksi yang dapat mengakibatkan kemandulan; c) Prasangka dan determinasi dari dampak sosial: seseorang yang lesbian mendapatkan prasangka buruk dari lingkungan sosial tempat mereka tinggal dan menjadi bahan perbincangan banyak orang dan d) Keadaan psikis: orang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat mempengaruhi keadaan psikis dan membuat jiwa menjadi tidak stabil. 17 Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian sangat beragam. Hal tersebut berdampak pada diri sendiri, keadaan jiwa, keluarga, lingkungan sosial tempat tinggal dan masyarakat sekitar. 3. Tinjauan Tentang Alternatif Bantuan Suatu permasalahan yang dialami oleh seseorang perlu diselesaikan agar tidak semakin bertambah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Permasalahan yang berkaitan dengan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian menimbulkan berbagai dampak bagi diri sendiri maupun orang lain karena hal tersebut bertentangan dengan agama dan norma-norma yang berlaku. Berkaitan dengan hal tersebut, terkadang individu tidak mampu menyelesaikan semua permasalahan secara sendiri. Bantuan yang diberikan dirasa sangat perlu untuk menyelesaikan permasalahan dalam diri individu. Permasalahan seseorang yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian merupakan masalah kompleks dan perlu mendapatkan penanganan khusus. Salah satu cara untuk menyelesaikan suatu permasalahan berkaitan dengan seseorang yang memilih menjadi seorang lesbian adalah melalui konseling. Peran konselor sangat dibutuhkan untuk membantu individu tersebut. Menurut Prayitno dan Amti (2008: 105), “Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien”. Pendapat ini menegaskan bahwa melalui proses konseling, individu yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat mengemukakan permasalahan yang ada secara lebih terbuka tanpa diketahui orang lain. Konselor menciptakan hubungan dan suasana yang akrab kepada klien, agar klien lebih nyaman, aman dan terbuka untuk menceritakan segala permasalahannya. 18 Konseling dengan pendekatan yang tepat dapat dilakukan dan disesuaikan dengan permasalahan setiap individu. Seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat diberikan alternatif bantuan berupa konseling REBT (Rational Emotive Behavior Therapy). Jones (2011: 498) mengatakan, “REBT melihat tujuan dasar manusia sebagai preferensi atau keinginan dan bukan kebutuhan atau keharusan”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian dapat kembali kepada jati diri dirinya dengan dibantu menggunakan pendekatan konseling yang tepat dan ada keinginan yang kuat dalam diri untuk berubah menjadi lebih baik. Menghadapi klien dengan permasalahan orientasi seksual sebagai seorang lesbian merupakan tantangan tersendiri bagi konselor yang belum memiliki interaksi dengan klien tersebut. Apalagi dengan dikeluarkannya ketetapan bahwa homoseksual bukanlah sebuah penyakit kejiwaan, tentunya memberi pengaruh pada konselor untuk berhati-hati dalam melaksanakan proses konseling jika menemui klien yang memiliki masalah dengan orientasi seksualnya. Tantangan tersebut dapat berupa kekhawatiran dalam diri konselor jika ada kalimat atau kata yang dapat menyinggung perasaan klien lesbian. Berbagai bantuan melalui Bimbingan dan Konseling diberikan konselor untuk membantu individu yang memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Namun, keberhasilan bantuan tersebut bergantung pada diri individu masingmasing. Hanya individu yang mampu mengambil keputusan dalam hidupnya dan jalan penyelesaian permasalahan yang dihadapi. B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian relevan yang dapat digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dengan judul Perilaku Seksual Penyuka Sesama Jenis Perempuan atau Lesbi di Kota Palembang (Studi Pada Komunitas Lesbi IABSS di Kota Palembang) dilakukan oleh Vindi Septyanti Wulandari pada tahun 2013. 19 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang seseorang menjadi lesbi. Penelitian ini mengkaji mengenai perilaku seksual yang dilakukan oleh penyuka sesama jenis perempuan atau lesbi di kota Palembang. Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan dengan cara snowball sampling dan disesuaikan dengan kebutuhan data. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 9 orang informan utama dan 1 informan pendukung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi yakni faktor lingkungan baik dari internal yaitu keluarga, maupun faktor eksternal yaitu pergaulan sesama teman yang menyebabkan seseorang menjadi lesbi dan penelitian ini menunjukkan bahwa 9 orang lesbi yang tergabung di dalam komunitas lesbi Ikatan Anak Belok Sumatera Selatan (IABSS) terlibat dalam praktek seksual. 2. Penelitian dengan judul Gaya Hidup Lesbian (Studi Kasus di Kota Makassar) dilakukan oleh Astry Budiarty pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup lesbian di kota Makassar yang meliputi beberapa faktor yakni karakteristik, waktu luang dan tempat menghabiskan waktu, cara berpakaian, teman berinteraksi dan jenis aktifitas yang dilakoni oleh mereka. Subyek dalam penelitian ini adalah 5 orang lesbian yang bertempat tinggal di kota Makassar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati selama melakukan penelitian ini. Dasar penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dimana penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap objek penelitian guna menjawab permasalahan dari peneliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lesbian dalam hidupnya sehari-hari hampir sama dengan orang-orang yang normal pada umumnya, yang membedakan hanyalah perilaku seksual mereka. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lesbian jenis Butch semuanya berasal dari keluarga menengah keatas, namun kehidupan keluarga kurang harmonis, sedangkan lesbian 20 jenis Femme berasal dari keluarga menengah kebawah dan kehidupan keluarga sangat harmonis. C. Kerangka Berpikir Homoseksual merupakan perilaku menyukai sesama jenis, baik secara fisik, perasaan dan emosional. Homoseksual merupakan sesuatu yang tergolong berbeda dalam masyarakat karena mereka menjalin suatu hubungan dengan sesama jenis dan bukan lawan jenis seperti pasangan pada umumnya. Individu yang memiliki orientasi seksual homoseksual pada wanita disebut lesbian. Saat ini kaum homoseksual, khususnya lesbian dapat ditemukan di berbagai kalangan, mulai dari remaja yang masih sekolah maupun orang dewasa yang sudah bekerja. Bahkan sudah ada organisasi-organisasi yang didalamnya beranggotakan orang-orang homoseksual, khususnya lesbian. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi individu memiliki orientasi seksual sebagai seorang lesbian. Alasan tersebut dapat berupa lingkungan sosial tempat mereka tinggal, pengalaman trauma saat remaja dan keluarga yang kurang harmonis. Namun, ada yang beranggapan bahwa menjadi seorang lesbian tidak ada alasan tertentu. Mereka menganggap bahwa mereka menjadi lesbian sudah sejak lahir dan ada juga yang menganggap bahwa menjadi lesbian adalah pilihan hidupnya. Berbagai bantuan dapat diberikan kepada seseorang yang memiliki orientasi seksual lesbian agar kehidupan mereka dapat berubah menjadi lebih baik dan sesuai dengan jati diri yang sebenarnya, yaitu dengan melakukan konseling REBT (Rational Emotive Behavior Therapy). Berdasarkan uraian diatas, dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut: 21 Orientasi seksual merupakan ketertarikan dalam seseorang, baik diri secara emosional maupun seksual dengan jenis kelamin dan gender tertentu. Orentasi seksual dibagi menjadi tiga, yaitu heteroseksual, homoseksual dan biseksual. Homoseksual untuk perempuan disebut lesbian. Lesbian adalah suatu ketertarikan yang terjadi pada sesama jenis perempuan, baik secara fisik, gender dan seks. Seseorang dapat menjadi lesbian karena dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. yang Akibat seseorang yaitu orientasi seksual Konseling REBT. menjalin Konseling REBT pasangan lesbian mereka adalah merupakan konseling yang kurang dapat bersosialisasi dengan dapat membantu mengubah orang lain, kurang percaya diri saat pemikiran-pemikiran berkumpul irasional individu menjadi heteroseksual dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran keadaan rasional dikarenakan Alternatif dapat bantuan digunakan menekankan dengan pada perlakuan memiliki lesbian hubungan dengan psikis dan dengan orang-orang seseorang mendapatkan buruk perubahanan perilaku yang kekecewaan dari lebih nyata. terutama keluarga. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Tentang Orientasi Seksual Lesbian serta orang respon lain,