1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar diberbagai sektor membuat para pelaku bisnis menyajikan laporan keuangan sebaik mungkin dan penentuan bidang bersaing. Hal ini dilakukan agar investor menanamkan modalnya. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (Solikhah, 2010). Munculnya kesadaran ini menandakan dimulainya era “ekonomi baru”, yang salah satu cirinya adalah didominasi oleh peran penting informasi dan pengetahuan sebagai suatu knowledge asset (aset pengetahuan) bagi perusahaan (Pike dan Roos, 2000 dalam Wicaksana, 2011). Istilah yang kini sering dikenali, yaitu Modal intelektual atau intellectual Capital (selanjutnya disingkat IC) pertama kali dikembangkan oleh Kenneth Galbrainth pada tahun 1969 dan kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Peter F. Drucher pada tahun 1993 (dalam Wicaksana, 2011). Stewart (1997, dalam Harniek, 2009) menjelaskan bahwa modal intelektual adalah intelektual material berupa pengetahuan, informasi, Harta intelektual, dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Sedangkan menurut International Federation of Accountants (1998, dalam Harniek, 2009), istilah Modal intelektual sama dengan intellectual property, intellectual assets, dan knowledge assets. Sementara Sangkala 1 2 dkk, 2006 (dalam solikhah, 2010) mengartikan modal intelektual sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang melekat pada sumber daya manusia yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi perkembangan daya tahan dan keunggulan perusahaan. Sangkala dkk, 2006 (dalam Solikhah, 2010) mendefinisikan modal intelektual sebagai hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu sendiri, yang ditransformasi ke dalam aset yang bernilai bagi perusahaan. Sangkala dkk, 2006 (dalam solikhah, 2010) menyatakan bahwa modal intelektual adalah pengetahuan yang dapat diubah menjadi profit. Modal intelektual tidak hanya menyangkut pengetahuan dan keterampilan dari para karyawan, melainkan juga termasuk infrastruktur perusahaan, relasi dengan pelanggan, sistem informasi, teknologi, kemampuan berinovasi, dan berkreasi. (Bontis, 2001 dalam Wicaksana, 2011). Menurut Asni (dikutip oleh Solikhah, 2010), hal ini memberikan pandangan baru bahwa IC adalah sumber daya yang penting bagi perusahaan, sama halnya dengan physical capital dan financial capital. Perusahaan yang memiliki aktiva-aktiva, aktiva berwujud maupun aktiva tidak berwujud, diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kinerjanya dalam menghadapi persaingan diera globalisasi ini. Menurut Abidin (2000) dalam kuryanto (2008), modal intelektual masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Sampai saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan basis konvensional dalam membangun bisnisnya sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di samping itu, perusahaanperusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, 3 structural capital,dan costumer capital. Padahal, semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan. Kesimpulan ini dapat diambil karena minimnya informasi tentang modal intelektual di Indonesia. Perusahaan maupun kegiatan perusahaan usaha dalam bentuk apapun dapat dipastikan mempunyai tujuan untuk mencari keuntungan. Tujuannya adalah untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dan mempertahankan eksistensinya baik dalam usaha menghadapi persaingan maupun untuk memperluas usaha sehingga dapat memperkuat posisi perusahaan di pasar yang akan datang. Oleh karna itu, perusahaan perlu melakukan pengelolahan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien dalam mempertahankan eksistensinya. Pada umumnya perusahaan yang berkembang pesat, memiliki pencitraan diri yang baik. Hal ini mengharuskan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan memberikan kontribusi yang optimal. Selanjutnya Aibidin (2000) dalam Kuryanto (2008) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual perusahaan. Hal ini akan mendorong terciptanya produk-produk yang semakin baik (favourable) dimata konsumen. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 2001) dalam Wicaksana (2010). Perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang tinggi akan mampu mengelola sumber daya fisik yang dimilikinya secara efisien sehingga perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai (value creation). Dengan inovasi serta 4 pengembangan yang terus dilakukan, perusahaan mampu mendapatkan competitive advantages di mana nilai lebih yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tumbuh dan tetap survive. Dalam konteks untuk menjelaskan pertumbuhan perusahaan dalam hubungannya dengan teori stakeholder, dapat dilihat dari dua sisi yaitu bidang manajerial dan bidang etika. Bidang manajerial dapat menjelaskan bahwa kekuatan stakeholder dalam mengendalikan manajer korporasi adalah untuk meningkatkan value added serta kinerja perusahaan. Perusahaan dengan kinerja yang bagus akan mendorong untuk terus berkembang dan tumbuh. Sedangkan bidang etika menjelaskan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal dalam upaya mengembangkan perusahaan, maka itu artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini. Salah satu area penelitian yang kini menarik banyak peneliti IC untuk melakukan investigasi adalah penggunaan IC sebagai instrumen untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997) dalam Ulum (2008). Hal ini seolah kontras dengan pemikiran yang diungkapkan oleh Pike dan Roos (2000) dalam Wicaksana, 2011, yang menyatakan bahwa nilai market value tidak semata-mata merupakan penjumlahan IC dengan nilai buku perusahaan. Namun demikian, jika digeneralisasi dapat ditarik persamaan pendapat dari para ahli bahwa dengan memperhitungkan unsur IC maka nilai perusahaan akan meningkat. 5 Agar dapat meningkatkan kinerja ditahun berjalan, perusahaan akan melakukan upaya dengan mengirimkan karyawannya untuk training agar karyawan tersebut mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan ilmu dan pengetahuan yang meningkat, akan dapat mengelola sistem dan teknologi dalam perusahaan dengan tepat, efektif dan efisien. Manfaat tidak akan langsung dirasakan oleh perusahaan ketika karyawan yang dimilikinya melakukan training pada tahun tersebut. Karena manfaatnya akan dirasakan oleh perusahaan pada saat tahun mendatang, di saat karyawan selesai training dan berkerja dengan menerapkan semua ilmu, ide-ide yang mereka pelajari dari training yang mereka lakukan. Sehingga, dengan modal intelektual yang baik setelah dilakukannya training tahun ini, akan terlihat jelas pengaruhnya terhadap kinerja ditahun mendatang. Dengan demikian, modal intelektual akan mempengaruhi kinerja perusahaan dimasa mendatang. Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Firer dan Williams (2003), Chen et al. (2005) dan Tan et al. (2007) dalam Luluk (2010) menunjukan bahwa modal intelektual berpengaruh positif pada kinerja perusahaan. Tapi terdapat hasil yang berbeda dari penelitian Kuryanto dan Syafruddin, (2008) yang menyatakan tidak ada pengaruh positif antara IC dengan kinerja keuangan perusahaan. Solikhah (2010) didapat hasil bahwa IC memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar. Sedangkan dari hasil penelitian Diez et al (2010), Maditinos et al (2011), dan Wahdikorin (2010), menunjukkan bahwa IC tidak berpengaruh signifikan, atau berpengaruh sangat kecil, atau hanya berpengaruh parsial pada kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan. 6 Chen et al. (2007) dalam Ulum dkk. (2008) menyatakan bahwa modal intelektual tidak hanya berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan tahun berjalan, bahkan juga dapat memprediksi kinerja keuangan di masa depan. Tetapi dalam penelitian kuryanto dan syafruddin, (2008) menyatakan bahwa modal intelektual tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan di masa mendatang. Berdasarkam uraian tersebut dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk INTELLECTUAL menguji penelitian CAPITAL ini dengan TERHADAP judul KINERJA ‘’ PENGARUH KEUANGAN, PERTUMBUHAN, DAN NILAI PASAR ’’. Penelitian ini merupakan replikasi dari Badingatus Solikhah (2010). Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh solikhah (2010) adanya penambahan variabel independen, yaitu ROGIC dan variabel dependen, yaitu kinerja keuangan perusahaan dimasa mendatang. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan modal intelektual, ROGIC sebagai variabel independen. Untuk kinerja keuangan, pertumbuhan, nilai pasar, dan kinerja keuangan perusahaan dimasa depan menjadi variabel dependen. Sedangkan untuk tahun pengamatan berbeda dari penelitian sebelumnya dengan menambah tahun pengamatan yaitu dari tahun 2009, 2010, dan 2011. B. Batasan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, batasan masalah dalam penelitian ini adalah variabel yang diduga mempengaruhi variabel kinerja keuangan perusahaan, 7 pertumbuhan, nilai pasar adalah Intellectual Capital, baik kinerja sekarang maupun masa depan. Untuk mengukur pengaruh IC menggunakan model yang diciptakan oleh pulic (1998) yaitu model VAIC yang terdiri VACA (Physical Capital), VAHU (Human Capital), dan STVA (Structural Capital). Pengukuran Kinerja keuangan di ukur ROA (Return On Asset), ATO, GR. Pertumbuhan perusahaan menggunakan dua proksi, yaitu EG (Earning Growth) dan AG (Asset Growth). Nilai pasar perusahaan menggunakan dua proksi PBV (Price to Book Value Ratio) dan PER (Price to Earning Ratio). C. Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh positif modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan ? 2. Apakah terdapat pengaruh positif modal intelektual terhadap pertumbuhan perusahaan ? 3. Apakah terdapat pengaruh positif modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan ? 4. Apakah terdapat pengaruh positif modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan ? 5. Apakah terdapat pengaruh positif rata-rata petumbuhan modal intelektual (ROGIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan ? 8 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pengaruh positif modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Untuk mengetahui Pengaruh positif modal intelektual terhadap pertumbuhan perusahaan. 3. Untuk mengetahui Pengaruh positif modal intelektual terhadap nilai pasar perusahaan. 4. Untuk mengetahui Pengaruh positif modal intelektual terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. 5. Untuk mengetahui Pengaruh positif rata-rata petumbuhan modal intelektual (ROGIC) terhadap kinerja keuangan perusahaan masa depan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bidang Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti yang empiris tentang pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan perusahaan, nilai pasar perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan perbankan dimasa yang akan datang. 2. Bidang Praktik 9 Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pengambil keputusan, kesempatan dan perbaikan bagi perusahaan dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi perusahaan bahwa pentingnya modal intelektual terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan, nilai pasar perusahaan demi keberlangsungan usaha baik dimasa mendatang.