BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan selalu siap (Saifuddin, 2001). ASI merupakan salah satu makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsurunsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Roesli, 2002). 2. Pemberian ASI ditinjau dari beberapa aspek a. Aspek Biologis Menurut Aritonang (2002) ASI dapat keluar atau melalui isapan bayi dan tergantung pada keadan emosi ibu. Kolostrum merupakan salah satu kandungan ASI yang sangat penting yang keluar hari pertama hingga hari ketiga (Aritonang, 2002). b. Aspek Psikologis Menyusui merupakan proses interaksi antar ibu dan bayi yang sangat mempengaruhi, hubungan ini paling mudah tercipta selama 12 jam dan mulai terjalin beberapa menit setelah bayi dilahirkan, oleh karena itu sangat dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin setelah bayi dilahirkan (Aritonang, 2002). c. Aspek Sosial Budaya Pedesaan biasanya terlihat bayi disusui ibunya setiap hari, bahkan gadis-gadis sebelum menikah dan melahirkan akan dapat mengamati dan mempelajari cara-cara menyusui. Dukungan masyarakat sangat membantu mensukseskan pemberian ASI sesudah melahirkan (Aritonang, 2002). 7 8 d. Aspek Ekonomis Negara berkembang memiliki permasalahn sanitasi dan kebersihan belum begitu baik, misalnya terjadi kematian yang tinggi ada hubungannya dengan penggunaan susu botol, meninggalkan ASI beralih pada susu botol, hal ini sangat merugikan dari segi ekonomi (Aritonang, 2002). 3. Manfaat pemberian ASI Manfaat pemberian ASI bagi bayi meliputi (a) manfaat bagi bayi yaitu sebagai makanan untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan, meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung zat anti- kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit, ASI akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernafasan, mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, (b) manfaat bagi ibu yaitu mengurangi perdarahan setelah melahirkan, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, lebih cepat langsing kembali, tidak merepotkan dan hemat waktu, (c) bagi lingkungan yaitu mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia, dengan memberi ASI tidak memerlukan kaleng susu, karton, kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet, (d) bagi negara dapat menghemat devisa untuk pembelian susu formula, penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah mencret dan sakit saluran pernafasan ( Roesli, 2010 ). 4. Kolostrum a. Pengertian Kolostrum Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh payudara yang dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan yang diberikan sedini mungkin setelah dilahirkan ( Hapsari, 2006 ). Kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi, berwarna kuning dan jernih yang menyerupai darah 9 daripada susu, karena mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh penyakit (Roesli 2002). Kolostrum diberikan oleh ibu pada bayinya, dimana melalui proses menyusui dan sebaiknya segera maksimal setengah jam pertama setelah persalinan, hal ini didasari oleh peran hormon prolaktin yang dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta ( Depkes, 2003 ). Sebagai upaya untuk tetap mempertahankan prolaktin dalam kadar darah ibu sebelum setengah jam pertama setelah persalinan, segera posisikan bayi untuk menghisap puting susu ibu secara benar. Isapan bayi ini akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin ( Depkes, 2003 ). Hormon oksitosin bekerja merangasang otot polos untuk memeras ASI yang ada pada alveoli, labus, serta duktus yang berisi ASI yang dikeluarkan melalui puting susu. Keadaan ini akan memaksa hormon prolaktin untuk memproduksi ASI ( Depkes, 2003 ). b. Manfaat Kolostrum Menurut Depkes RI ( 2003 ) Kolostrum mempunyai manfaat antara lain : 1) Kolustrum dapat mematangkan dan merapatkan lapisan usus bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi ; 2) Meningkatkan kekebalan terhadap serangan virus, bakteri, memberikan keuntungan bagi ibu, masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara; 3) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare, 4) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari pertama, meski sedikit tetapi cukup untuk kebutuhan bayi; 5) Kolostrum mengandung protein dan vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah sehingga sesuai kebutuhan gizi bayi pertama kelahiran, 6) Membantu 10 mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang berwarna hitam kehijauan, 7) Kolostrum lebih ekonomis bagi keluarga bayi dapat terciptanya generasi tangguh untuk melanjutkan pembangunan negara. c. Komposisi Kolostrum Kolostrum memiliki kandungan yang kompleks yaitu mengandung protein (85%), lemak (2,5%), karbohidrat (3,5%), vitamin (A,B,C,D,E dan K), garam mineral, air (85%), leokosit, zat anti virus dan bakteri (Widjaya, 2006). Pada bayi baru lahir mestinya harus diberi kolostrum, tetapi masih ada sebagian besar ibu melakukan perilaku membuang kolostrum (Perinasia, 2010). Menurut Depkes RI (2003) kolostrum lebih banyak mengandung antibodi dan dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan lebih banyak mengandung mineral terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu matur (Depkes RI, 2003). B. Praktik Pemberian Kolostrum 1. Pengertian Praktik (Practice) Praktik merupakan hal yang dilakukan oleh seseorang terkait dengan cara pencegahan, cara peningkatan kesehatan, cara pengobatan yang tepat dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003). Pengukuran praktik terbagi menjadi dua bagian yaitu pengukuran secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung yaitu peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku subyek yang di teliti, dan pengukuran secara tidak langsung yaitu peneliti secara tidak langsung mengamati perilaku orang yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2003). 11 2. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo ( 2010 ) yang mengutip dari Lewin, dimana perilaku pada individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : a. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan hal yang sangat mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan ibu post partum tentang manfaat kolostrum berpengaruh besar terhadap pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. b. Sikap adalah reaksi tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. c. Ciri – ciri individual meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi. d. Partisipasi keluarga atau dukungan keluarga merupakan keikutsertaan keluarga didalam membantu seseorang dalam melaksanakan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir. 3. Faktor – Faktor Perilaku Kesehatan Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) perilaku kesehatan terbentuk dari 3 faktor meliputi : a. Faktor predisposisi (Predisposing factors) merupakan faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku sesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. b. Faktor pemungkin (Enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana kesehatan misal rumah sakit, puskesmas. c. Faktor penguat (Reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. 12 C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah sesuatu yang dikemukakan seseorang yang merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan (knowledge) adalah hal – hal yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada disekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya, didapat melalui pengamatan yang mendalam (Wasis, 2006). Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan didalam domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu (a) tahu (Know), sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan, (b) memahami (comprehension); yaitu memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar, (c) aplikasi (application); sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), (d) analisis (analysis); suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain, (e) sintesis (synthesis); menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, (f) evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Nototmodjo, 2010). 2. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan Pengetahuan individu dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu (a) tingkat pendidikan, (b) informasi, dimana seseorang yang mempunyai 13 sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas, (c) kultur budaya, sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut, (d) pengalaman, dimana berkaitan dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak, (e) sosial ekonomi, tingkatan pendapatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup, (f) mitos, merupakan kepercayaan yang dipunyai oleh seseorang, dan biasanya terjadi pada daerah tertentu dan dijadikan kebiasaan, (g) nilai agama, dimana kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya (Nototmodjo, 2010). D. Sikap Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial (Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dalam perilaku yang tertutup. Menurut Azwar (2005) menyatakan bahwa pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi yang ada dalam individu merupakan faktor dari pembentukan sikap. Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Dalam interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tetentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Sikap mempunyai tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dengan menanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme 14 mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri sendiri (Azwar, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain : a. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. b. Merespon (Responding) Suatu indikasi dari sikap yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Menghargai (Valuing) Indikasi sikap dalam tahap iin yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. 15 E. Kerangka Teori Faktor Prediposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Keyakinan 4. Kepercayaan 5. Nilai – nilai Faktor Pemungkin 1. Fasilitas Fisik : kesehatan: puskesmas, rumah sakit 2. Fasilitas umum: media massa (koran, TV, Radio) Praktik Pemberian Kolostrum Faktor Penguat 1. Sikap Petugas kesehatan 2. Perilaku Petugas kesehatan Sumber: Lawrence Green (1988) dalam Notoatmodjo, 2010) D. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent Pengetahuan Sikap Praktik Pemberian Kolostrum Gambar 2.2 Kerangka Konsep 16 E. Variebel Penelitian 1. Varibel Independent (Bebas) : Pengetahuan dan sikap 2. Variabel Dependent (Terikat) : Praktik pemberian kolostrum F. Hipotesis Penelitian Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan sikap praktik pemberian kolostrum di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Ha : Ada hubungan pengetahuan ibu dengan praktik pemberian kolostrum di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang. Ha : Ada hubungan sikap ibu dengan praktik pemberian kolostrum di Desa Kaliprau Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang.