BAB III PEMBAHASAN Telah diungkapkan Polya (1954: 14) bahwa bidang-empat merupakan analogi dari segitiga dan bola merupakan analogi dari lingkaran. Setiap segitiga memiliki lingkaran-luar serta lingkaran-dalam. Pada bab ini akan ditunjukkan eksistensi bola-luar dan bola-dalam pada bidang-empat. Lebih lanjut juga akan dibahas sifat-sifat dari bola-luar serta bola-dalam pada bidang-empat. A. Bola-Luar Bidang-Empat Menurut Hvidsten (2012: 69) sebuah lingkaran dengan pusat circumcenter dari segitiga dan jari-jari dari pusat ke salah satu titik sudut dan melalui titik sudut yang lain, disebut lingkaran-luar dari segitiga. Mengadopsi pernyataan tersebut maka bola-luar dapat diartikan sebagai sebuah bola yang mana berpusat di sebuah titik dan panjang jari-jarinya merupakan jarak dari pusat ke salah satu titik sudut bidang-empat dan melalui titik sudut yang lainnya. Titik pusat suatu bola-luar berjarak sama dari titik-titik sudut bidang-empat. Sebelum mengkaji sifat-sifat dari bola-luar suatu bidang-empat maka harus ditunjukkan eksistensi dari bola-luar bidang-empat itu sendiri. Untuk menunjukkan eksistensi bola-luar harus ditunjukkan eksistensi titik pusat bola tersebut. Perlu ditunjukkan adanya sebuah titik yang berjarak sama dari keempat titik sudut suatu bidang-empat. Misalkan terdapat sebuah bidang-empat sebarang D.ABC maka harus ditunjukkan bahwasannya ada titik O sedemikian hingga 43 . Untuk menunjukkan eksistensi titik tersebut maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Titik yang berjarak sama dari A,B,C Merujuk Teorema 2.5, setiap segitiga memilki sebuah titik pada bidang tersebut yang berjarak sama dari titik-titik sudutnya. Misalkan titik E merupakan pusat lingkaran-luar dari ΔABC. Dilukiskan sebuah garis g yang mana garis g adalah sebuah garis yang tegak lurus bidang ABC serta melalui titik E. Gambar 46. Garis g tegak lurus bidang ABC. Gambar 47. Segitiga AEF dan segitiga BEF. 44 Dipilih sebarang titik F pada garis g sehingga terdapat ΔAEF, ΔBEF, dan ΔCEF. Jika diamati segitiga AEF dan segitiga BEF merupakan segitiga yang saling kongruen. Kekongruenan antara keduanya diperoleh karena memenuhi kriteria kekongruenan S-Sd-S. Titik E merupakan pusat lingkaran-luar dari ΔABC, oleh karenanya . Kekongruenan antara dan telah dijamin oleh Teorema 2.5. Sudut AEF dan sudut BEF sama-sama sudut siku-siku karena garis F tegak lurus dengan bidang yang memuat titik A dan B. Syarat terakhir terpenuhinya kriteria kekongruenan S-Sd-S diperoleh dari ruas garis EF yang merupakan sisi ΔAEF maupun ΔBEF. Selain kongruen dengan ΔAEF, ΔBEF juga kongruen dengan ΔCEF. Seperti halnya dengan ΔAEF, kriteria kekongruenan S-Sd-S juga terpenuhi antara ΔBEF dan ΔCEF. Kriteria kekongruenan S-Sd-S terpenuhi karena merupakan pusat lingkaran-luar dari ΔABC, sudut siku BEF dan yang CEF, serta sisi EF. Akibat dari dan maka . Kekongruenan ini mengakibatkan sudut serta sisi yang bersesuaian antara ketiganya juga kongruen. Salah satunya atau dapat dikatakan bahwa jarak dari titik A, B, dan C ke titik F sama. Di awal pengambilan titik F pada garis g dilakukan sebarang, sehingga setiap titik pada garis g berjarak sama dengan titik A, B, dan C. Hasil di atas dapat dipaparkan ke dalam sebuah Teorema 3.1 berikut. Teorema 3.1. Jika terdapat segitiga ABC dengan E merupakan pusat lingkaranluarnya serta terdapat garis g yang mana garis tersebut melalui E dan tegak 45 lurus terhadap bidang ABC maka setiap titik pada g berjarak sama dengan titik A, B, dan C. Garis yang melalui pusat lingkaran luar sebuah bidang sisi bidang-empat dan tegak lurus dengan bidang tersebut selanjutnya disebut sebagai garis sumbu dari bidang-empat. Hal ini dikarenakan sifatnya juga memiliki kemiripan dengan garis sumbu pada segitiga. Garig g pada Gambar 46 merupakan salah satu contoh dari garis sumbu suatu bidang-empat. Definisi 3. 1. Garis sumbu suatu bidang-empat adalah garis yang tegak lurus dengan salah satu bidang sisi bidang-empat dan melalui pusat lingkaran-luar bidang sisi tersebut. 2. Titik yang berjarak sama dari B dan D Menurut Fogiel (1993: 20) setiap ruas garis memiliki tepat satu titik tengah. Titik tengah suatu ruas garis adalah sebuah titik yang terletak pada ruas garis tersebut dan berjarak sama dari kedua titik ujungnya. Pada bidang-empat D.ABC diberikan titik G di mana titik tersebut merupakan titik tengah dari Bidang α merupakan bidang yang tegak lurus dengan dan memuat titik G. Dipilih sebarang titik H pada bidang α. Gambar 48. Segitiga BGH dan segitiga DGH. 46 . Pada ΔBGH dan ΔDGH memiliki sisi yang sama yaitu sisi GH. Keduanya juga merupakan segitiga siku-siku yang mana ΔBGH siku –siku di sementara ΔDGH siku–siku di terjamin karena terletak pada DGH. Sudut dan BGH BGH merupakan sudut siku-siku terletak pada bidang α. Sudut DGH juga telah terjamin merupakan sudut siku-siku. Titik G merupakan titik tengah , sehingga dan Akibat dari sama panjang. , , dan maka ΔBGH dan ΔBGH memenuhi kriteria kekongruenan S-Sd-S. Setiap sudut dan sisi yang bersesuaian pada keduanya segitiga tersebut juga saling kongruen, tidak terkecuali sisi BH dan sisi DH. Hal ini berarti jarak titik H dengan titik B maupun D sama. Titik H merupakan sebarang titik pada bidang α, dengan demikian setiap titik pada bidang α berjarak sama dengan titik B dan D. 3. Titik pusat bola-luar Garis g tegak lurus dengan bidang ABC, sedangkan bidang α garis . Ruas tidak sejajar dengan bidang ABC, akibatnya bidang α juga tidak sejajar dengan garis g. Sebuah bidang dan garis yang tidak sejajar akan saling berpotongan. Menurut Definisi 2.6 jika sebuah garis memotong sebuah bidang yang tidak memuat garis tersebut, maka perpotongan keduanya adalah tepat satu titik. 47 Gambar 49. Titik O berjarak sama dengan A, B, C, dan D. Telah ditunjukkan bahwa setiap titik pada garis g berjarak sama dengan titik A, B, dan C. Misal titik O merupakan titik perpotongan antara g dan α, karena O merupakan berada pada garis g maka . Telah ditunjukkan pula bahwa titik-titik pada bidang α berjarak sama dengan titik B dan D. Titik O juga berada pada bidang α maka , dengan demikian maka . Bisa disimpulkan bahwa titik O berjarak sama dengan titik A, B, C, maupun D. Dengan langkah 1, 2, dan 3 telah terbukti bahwa terdapat titik yang berjarak sama dari titik-titik sudut bidang-empat D.ABC. Terbukti pula bahwa bidang-empat D.ABC memiliki bola-luar, yaitu bola yang melalui keempat titik sudut bidang-empat. Di awal dipilih sebarang bidang-empat D.ABC, dengan demikian hal ini berlaku untuk setiap bidang-empat. 48 Gambar 50. Bola-luar dari bidang-empat D.ABC. Teorema 3.2. Setiap bidang-empat mempunyai bola-luar. Untuk sebarang bidang-empat pasti terdapat sebuah bola yang melalui keempat titik sudutnya. Keempat titik sudut suatu bidang-empat merupakan titiktitik yang non koplanar. Analogi dengan Teorema 2.6 yang menyatakan setiap tiga titik nonkolinier terletak pada tepat satu lingkaran, akibatnya untuk setiap empat titik yang nonkoplanar terletak pada sebuah bola. Akibat 3.1. Untuk sebarang empat titik yang tidak sebidang terletak pada tepat satu bola. Telah dibuktikan eksistensi bola-luar suatu bidang-empat. Pada sub bab berikutnya akan dikaji sifat-sifat bola-luar. Pengkajian yang dilakukan akan difokuskan pada pusat bola-luar. B. Sifat-Sifat Bola-Luar pada Bidang-Empat Garis sumbu pada segitiga adalah sebuah garis yang membagi dua suatu sisi segitiga dan tegak lurus dengan sisi tersebut. Membagi dua ruas garis dapat diartikan pula bahwa jarak antara titik potong tersebut dengan kedua titik ujung ruas garis sisi tersebut sama. Garis sumbu dari sebuah segitiga dapat pula 49 didefinisikan sebuah garis yang tegak lurus suatu sisi segitiga dan melalui titik pada sisi tersebut yang mana titik tersebut berjarak sama dari kedua titik sudut. Jika dianalogikan pada bidang-empat maka garis sumbu merupakan garis yang tegak lurus salah satu bidang sisi bidang-empat dan melalui sebuah titik yang berjarak sama dari titik-titik sudut bidang sisi tersebut. Bidang sisi suatu bidang-empat berbentuk segitiga maka titik yang berjarak sama dari ketiga titik sudutnya adalah pusat lingkaran-luar dari segitiga. Hal ini sesuai dengan Teorema 3.1 dengan demikian garis yang dimaksud adalah garis sumbu bidang-empat. Jika pada segitiga garis-garis sumbunya berpotongan di sebuah titik, seperti yang telah dinyatakan oleh Teorema 2.5. Titik tersebut juga merupakan pusat dari lingkaran-luar segitiga tersebut. Garis-garis sumbu suatu bidang empat juga memiliki sifat yang juga merupakan analogi dari hal tersebut. Hal ini dinyatakan dalam Teorema 3.3. Garis-garis sumbu suatu bidang-empat berpotongan di sebuah titik yang merupakan pusat bola-luar bidang-empat tersebut. Bukti: Setiap segitiga memiliki tiga buah garis sumbu. Telah ditunjukkan pula bahwa ketiganya berpotongan di sebuah titik. Titik hasil perpotongan ketiga garis sumbu tersebut juga merupakan titik pusat lingkaran-luar segitiga itu. Sebuah bidang-empat memiliki empat buah bidang sisi. Setiap bidang sisi memiliki sebuah garis sumbu bidang-empat, dengan demikian bidang-empat memiliki empat buah garis sumbu bidang-empat. Akan diteliti apakah keempat garis sumbu pada bidang-empat bertemu di sebuah titik yang juga merupakan titik pusat bolaluar. 50 Misalkan terdapat bidang-empat D.ABC dengan titik E merupakan pusat lingkaran-luar dari segitiga ABC. Terdapat pula bidang titk G yang mana titik tersebut merupakan titik tengah dari . Telah ditunjukkan bahwa garis yang tegak lurus bidang sisi ABC dan melalui E berpotongan dengan bidang yang tegak lurus dan melalui G. Titik perpotongan keduanya merupakan titik pusat bola- luar yang selanjutnya akan disebut sebagai titik O. Dilukiskan sebuah sinar garis yang berpangkal di titik O dan tegak lurus bidang-sisi BCD. Sinar garis tersebut memotong bidang-sisi BCD di titik H. Akan ditunjukkan bahwa titik H merupakan pusat lingkaran-luar dari ΔBCD. Gambar 51. Garis dan sinar garis . Terdapat ΔOBH dan ΔOCH yang mana keduanya memiliki sisi yang sama yaitu OH. Telah diketahui bahwa ruas garis OH tegak lurus dengan bidang sisi BCD. Merujuk Teorema 2.5 maka setiap garis pada bidang sisi BCD yang melalui H tegak lurus terhadap , termasuk dan Hal tersebut menunjukkan bahwa ΔOBH dan ΔOCH merupakan segitiga siku-siku. Ruas garis 51 karena keduanya merupakan jari-jari bola-luar bidang-empat D.ABC. Merujuk Teorema 2.4 maka . Berdasarkan Teorema 2.4 maka ΔOCH dan ΔODH juga merupakan pasangan segitiga yang saling konguen. Hal ini berarti ΔOBH, ΔOCH, dan ΔODH saling kongruen akibatnya . Titik H pada bidang sisi BCD berjarak sama dengan titik B, C, dan D. Terbukti bahwa H merupakan titik pusat lingkaran-luar ΔBCD. Sinar garis yang berpangkal di O dan tegak lurus terhadap bidang-sisi ACD memotong bidang sisi tersebut di titik J. Menggunakan cara yang sama maka terbukti pula bahwa J merupakan titik pusat lingkaran-luar ΔACD. Titik K yang merupakan titik potong antara sinar garis dengan bidang-sisi ABD juga merupakan titik pusat lingkaran-luar ΔABD. Garis-garis yang memuat , , , dan juga tegak lurus secara berturut-turut terhadap bidang sisi ABC, BCD, ACD, dan ABD. Masing-masing garis tersebut juga melalui sebuah titik pusat lingkaran-luar. Berdasarkan Definisi 3. 1 maka garis , dan meupakan garis sumbu bidang-empat. Keempatnya juga melalui titik O yang merupakan pusat bola-luar bidang-empat D.ABC. Terbukti bahwa empat buah garis sumbu bidang-empat berpotongan di sebuah titik. Titik perpotongan dari keempat garis tersebut juga merupakan pusat bola-luar. Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa terdapat keunikan dari pusat lingkaran-luar dari segitiga siku-siku. Pada segitiga siku-siku pusat lingkaranluarnya terletak pada titik tengah hipotenusanya. Bidang-empat yang merupakan 52 analogi dari segitiga siku-siku adalah bidang-empat siku-siku. Meskipun demikian, ternyata titik pusat bola-luarnya tidak pada bidang sisi miringnya. Misalkan bidang-empat D.ABC merupakan bidang-empat siku-siku yang siku-siku di A. Pusat lingkaran-luar dari titik tengah . Hal ini dikarenakan merupakan titik tengah berada di titik E yang merupakan merupakan segitiga siku-siku. Titik F . Pusat lingkaran-luar adalah titik F, karena siku-siku di A. Gambar 52. Titik potong garis g dan garis h . Garis g merupakan garis yang melalui E dan tegak lurus terhadap bidang yang memuat A, B, dan C. Garis yang melaui F dan tegak lurus terhadap bidang yang memuat A, B, dan D adalah garis h. Menurut Teorema 3.3 titik potong antara garis g dan h merupakan pusat bola-luar D.ABC. Perpotongan garis g dan h tidak 53 terletak ada bidang BCD. Hal tersebut dikarenakan g memotong bidang BCD di titik E, sementara garis h memotong bidang tersebut di titik F. Terbukti bahwa pusat bola-luar suatu bidang-empat siku-siku tidak pada bidang miringnya. Telah ditunjukkan bahwa meskipun bidang-empat siku-siku merupakan analogi dari segitiga siku-siku namun sifat pusat lingkaran-luar segitiga siku-siku berlaku pada pusat bola-luar bidang-empat siku-siku. Pada bidang-empat sikusiku titik pusat bola-luarnya tidak pada bidang miringnya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat bidang-empat yang pusat bolaluarnya pada bidang sisi miringnya. Untuk itu akan di cari suatu bidang-empat yang memenuhi kondisi tersebut. Teorema 3.4. Jika titik O merupakan pusat lingkaran-luar dari , titik D pada sedemikian hingga dan terdapat titik E yang nonkoplanar dengan A, B, C sedemikian hingga DEA merupakan sudut siku-siku maka O merupakan titik pusat bola-luar bidang-empat A.BCE. Bukti: Terdapat segitiga ABC. Titik O merupakan pusat lingkaran-luar dari . Dipilih titik D pada sedemikian hingga yang tidak koplanar dengan A, B, C sedemikian hingga dan terdapat titik E DEA merupakan sudut siku-siku. Akan dibuktikan bahwa O merupakan pusat bola-luar bidang-empat A.BCE. 54 Gambar 53. Pusat bola-luar bidang-empat A.BCE jika Titik O merupakan pusat lingkaran luar segitiga tumpul. sehingga dan . Segitiga DEA merupakan sebuah segitiga siku-siku. Ruas garis AD merupakan sisi miring segitiga tersebut sehingga pusat lingkaran-luar terletak pada titik tengah . Titik O merupakan titik tengah yang telah diketahui bahwa , oleh karenanya . Titik O merupakan pusat lingkaran luar . Dari segitiga ABC diperoleh segitiga DEA didapatkan karena seperti dan , sedangkan dari . Itu artinya titik O merupakan titik yang berjarak sama dari A, B, C, maupun E. Terbukti bahwa O merupakan pusat bolaluar dari bidang-empat A.BCE. 55 Gambar 54. Bola-luar bidang-empat A.BCE. Berdasarkan Teorema 3.4 maka letak dari titik pusat bolanya sangat bergantung pada segitiga ABC. Hal ini dikerenakan titik pusat bola-luar dari bidang-empat A.BCE merupakan pusat dari lingkaran-luar . Berikut letak pusat-bola luar berdasarkan jenis segitiga ABC. 1. Segitiga ABC merupakan segitiga tumpul Jika segitiga ABC merupakan segitiga tumpul maka titik O berada di eksterior . Pusat bola-luarnya kolinier dengan A, B, C, karena merupakan pusat-lingkaran luar segitiga ABC. Meskipun demikian titik usat bola-luarnya tidak terletak pada bidang-empat A.BCE seperti yang telah diilustrasikan pada Gambar 53. 2. Segitiga ABC merupakan segitiga lancip Hal yang berbeda terjadi jika lingkaran-luar merupakan segitiga lancip. Pusat terletak di interior segitiga tersebut. Padahal pusat lingkaran- 56 luar juga merupakan pusat bola-luar bidang-empat A.BCE, sehingga pusat bola-luarnya terletak pada salah satu bidang sisinya. Gambar 55. Pusat bola-luar bidang-empat A.BCE jika segitiga lancip. 3. Segitiga ABC merupakan segitiga siku-siku Pusat lingkaran-luar sebuah segitiga siku-siku terletak pada titik tengah sisi miringnya. Dibentuk sebuah bidang-empat A.BCE dengan mengikuti Teorema 3.4 dan merupakan segitiga siku-siku. Titik pusat bola-luarnya akan terletak pada salah satu rusuk bidang-empat tersebut. Jika siku-siku maka dapat dibentuk bidang-empat yang hanya memiliki satu bidang sisi berbentuk segitiga siku-siku maupun bidang-empat yang memiliki dua bidang sisi bebentuk segitiga siku-siku. Misalkan terdapat segitiga ABC yang siku-siku di A. Jika siku-siku di A maka titik pusat lingkaran-luarnya merupakan titik tengah . Mengikuti Teorema 3.4 maka pada bidang-empat A.BCE hanya terdapat merupakan segitiga siku-siku. 57 yang terjamin Gambar 56. Pusat bola-luar bidang-empat A.BCE jika Akan berbeda hasilnya jika siku-siku di A. merupakan segitiga siku-siku, namun bukan merupakan sudut siku-sikunya. Misalkan merupakan sudut siku-siku segitiga tersebut. Titik O yang mrupakan titik tengah merupakan pusat lingkaran-luar . Titik C terletak pada . Dipilih titik D pada dan sehingga maka titik D dan C berimpit. Gambar 57. Pusat bola-luar bidang-empat A.BCE jika 58 yang siku-siku di B. Dipilih sebuah titik E sehingga DEA merupakan sudut siku-siku. Telah ditunjukkan sebelumnya jika D dan C berimpit, sehingga sudut CEA juga merupakan sudut siku siku. Bidang-empat A.BCE memiliki dua bidang sisi yang berbentuk segitiga siku-siku. Keduanya adalah dan yang siku-siku di titik B yang siku-siku di E. Dari 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan bahwa dengan Teorema 3.4 dapat dibentuk bidang-empat yang pusat bola-luarnya terletak pada bidang-empat tersebut. Jika segitiga ABC merupakan segitiga lancip maka titik pusat bola-luar bidang-empat terletak pada salah satu bidang sisi. Jika segitiga ABC segitiga sikusiku maka pusatnya pada titik tengah salah satu rusuk bidang-empat tersebut. C. Bola-Dalam Bidang-Empat Lingkaran-dalam suatu segitiga adalah sebuah lingkaran yang menyinggung ketiga sisi segitiga tersebut. Titik pusat lingkaran-dalam suatu segitiga adalah sebuah titik yang berjarak sama dari sisi segitiga. Titik tersebut disebut sebagai innercenter segitiga tersebut. Seperti halnya lingkaran-dalam segitiga, sebuah bola-dalam suatu bidangempat juga menyinggung sisi-sisi bidang-empat tersebut. Pada bidang-empat sisisisinya berupa bidang-bidang bukan garis. Untuk menunjukkan eksistensi sebuah bola-dalam perlu ditunjukkan bahwasannya ada sebuah titik yang berjarak sama dari keempat bidang sisi bidang-empat. Menunjukkan eksistensi bola-dalam erat kaitannya dengan bidang-bidang sisi bidang-empat D.ABC. Guna mempermudah penulisan maka selanjutnya 59 bidang yang memuat ΔABC , ΔABD, ΔBCD, dan ΔACD berturut-turut disebut sebagai bidang α, β, γ, dan δ. Berikut langkah-langkah untuk menunjukkan eksistensi bola-dalam pada bidang-empat D.ABC. 1. Titik yang berjarak sama dari dua bidang Pembuktian eksistensi lingkaran-dalam pada segitiga menggunakan sifat dari garis-bagi-sudut. Mengadopsi hal tersebut maka akan digunakan sebuah bidang yang membagi sudut dua bidang sama besar. Misalkan bidang θ adalah bidang yang membagi sudut antara bidang α dan β menjadi sama besar. Hal ini berarti besar sudut antara bidang θ dan α sama dengan besar sudut antara bidang β dan θ. Dipilih sebarang titik P pada bidang θ, maka akan terdapat titik Q pada sedemikian hingga berpotongan tegak lurus dengan dan S sedemikian hingga dan . Ditentukan titik R . Gambar 58. Segitiga PQS dan segitiga PRS. 60 Titik-titik P, Q, R, S dapat dibentuk dua buah segitiga, yaitu dan merupakan sudut-bidang antara θ dan α. Sudut . Sudut merupakan sudut-bidang antara θ dan β. Sudut antara bidang θ dan α sama besar dengan sudut antara θ dan β maka Pada dan . tidak hanya memiliki sepasang sudut yang kongruen. Sudut dan kongruen. Sudut juga merupakan sepasang sudut yang kongruen dengan sudut siku-siku. Segitiga dan karena keduanya merupakan memiliki dua pasang sudut yang kongruen maka pasangan sudut yang lainnya juga kongruen, sehingga . Tidak hanya pasangan-pasangan sudutnya saja yang kongruen, dan juga memiliki pasangan sisi yang kongruen. Pasangan sisi tersebut kongruen karena merupakan sisi yang sama. Ruas garis dan merupakan sisi dari . Segitiga karena dan memenuhi kriteria kekongruenan Sd-S-Sd, , . Pasangan sisi yang bersesuaian antara keduanya segitiga tersebut juga kongruen, sehingga juga kongruen. Bisa juga dikatakan bahwa jarak antara titik P ke α sama dengan jarak antara P ke β. Penentuan titik P pada bidang θ diawal dilakukan secara sebarang, sehingga untuk setiap titik pada bidang θ berjarak sama dengan bidang α dan β. Hal tersebut berarti bahwa bidang θ merupakan bidang yang berjarak sama dengan bidang α dan β. 61 Penentuan bidang α dan β dilakukan sebarang. Begitu pula dengan penentuan titik P. Ini berarti sifat tersebut berlaku untuk setiap dua bidang yang saling berpotongan. Bidang yang memiliki sifat seperti bidang θ selanjutnya disebut sebagai bidang bagi. Teorema 3.5. Jika tedapat α dan β yang saling berpotongan maka himpunan titik yang berjarak sama dari keduanya terletak pada bidang θ, yaitu bidang yang membagi sudut antara bidang α dan β menjadi dua sudut yang kongruen. Cara yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bidang yang berjarak sama dari β dan γ. Bidang tersebut adalah bidang ι, bidang bagi sudutbidang β dan γ. Bidang κ merupakan bidang bagi sudut-bidang α dan δ juga pasti merupakan bidang yang berjarak sama dari keduanya. 2. Titik pusat bola-dalam Bidang α dan γ merupakan bidang-bidang yang memotong β. Bidang α dan γ merupakan bidang yang memuat sisi bidang-empat D.ABC maka keduanya tidak sejajar, maka bidang θ dan bidang ι juga tidak sejajar. Dua buah bidang yang tidak sejajar akan saling berpotongan. Berdasarkan Definisi 2.4 perpotongan dua buah bidang yang berbeda adalah sebuah garis. Garis yang merupakan perpotongan bidang θ dan ι selanjutnya akan disebut sebagai garis m. Bidang κ dan garis m tidak sejajar. Sebuah garis dan bidang yang tidak sejajar juga akan berpotongan. Pepotongan antara keduanya merupakan sebuah titik. Titik tersebut selanjutnya disebut titik I. Titik I merupakan anggota garis m, oleh karenanya jarak bidang α , β dan γ terhadap Titik I sama. Titik I merupakan perpotongan bidang κ dan garis m, maka I juga terletak pada bidang κ. Bidang κ 62 merupakan bidang yang berjarak sama dari α dan δ. Hal tersebut menunjukkan titik I juga berjarak sama dari α dan δ. Gambar 59. Titik I yang berjarak sama dari keempat bidang sisi bidang-empat D.ABC. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa titik I berjarak sama dari α, β, γ, dan δ. Titik I berjarak sama dengan keempat bidang yang membentuk bidangempat D.ABC. Terbukti bahwa untuk sebarang bidang-empat terdapat titik yang berjarak sama dari bidang pembentuknya. Hal tersebut berarti untuk setiap bidang-empat memiliki sebuah bola-dalam, yaitu bola yang menyiggung keempat bidang sisinya, seperti dalam teorema berikut. Teorema 3.6. Setiap bidang-empat memiliki sebuah bola-dalam. Gambar 60. Bola-dalam dari bidang-empat D.ABC. 63 Telah ditunjukkan bahwasannya setiap bidang-empat memiliki boladalam. Pada sub bab selanjutnya akan di kaji tentang sifat-sifat bola-luar. Seperti pada bola-luar, pengkajian sifat-sifat bola-dalam juga akan lebih difokuskan pada pusat bola tersebut. D. Sifat-Sifat Bola-Dalam pada Bidang-Empat Menurut Teorema 2.7 garis bagi sudut segitiga bertemu di sebuah titik yang merupakan titik pusat lingkaran-luar segitiga tersebut. Teorema yang hampir sama juga berlaku pada bidang-empat. Hanya saja jika pada segitiga berupa garis bagi, sedangkan pada bidang-empat berbentuk bidang. Bidang tersebut adalah bidang yang bagi sudut dua bidang sisi suatu bidang-empat. Teorema 3.7. Bidang-bidang bagi sudut dua bidang sisi suatu bidang-empat bertemu di sebuah titik yang merupakan pusat bola-dalam bidang-empat tersebut. Bukti: Terdapat sebarang bidang-empat D.ABC dengan titik I merupakan pusat bola-dalamnya. Bidang yang memuat ΔABC, ΔABD, ΔBCD, dan ΔACD berturutturut adalah bidang α, β, γ, dan δ. Bidang θ adalah bidang yang bagi sudut antara bidang α dan β. Bidang ι dan κ berturut-turut merupakan bidang bagi sudutbidang β dan γ serta bidang bagi sudut-bidang α dan δ. Terdapat pula bidang λ yaitu bidang bagi sudut γ dan δ. Akan dibuktikan bahwa θ, ι, κ, dan λ melalui titik I. Pada sub bab sebelumnya telah dibuktikan bahwa bidang θ, ι, dan κ melaui titik I. Titik I merupakan pusat bola-dalam dari bidang-empat D.ABC, sehingga jarak I dengan kempat bidang sisi bidang-empat D.ABC sama. Tidak terkecuali jarak I dengan bidang γ maupun δ. Terdapat bidang λ yang merupakan 64 bidang bagi sudut γ dan δ. Berdasarkan Teorema 3.7 maka titik yang berjarak sama dengan γ dan δ terletak pada bidang λ. Terbukti bahwa bidang bidang λ juga melalui titik I. Terbukti pula bahwa bidang-bidang bagi sudut dua bidang sisi suatu bidang-empat bertemu di sebuah titik yang merupakan pusat bola-dalam bidang-empat tersebut. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan bahwa titik pusat lingkaran-luar pada segitiga sama sisi juga merupakan titik pusat lingkaran-dalamnya. Segitiga sama sisi merupakan sebuah segitiga yang semua sisinya kongruen. Karena bidang-empat merupakan analogi dari segitiga maka bidang-empat teratur merupakan analogi dari segitiga sama sisi. Bidang-empat teratur adalah sebuah bidang-empat yang keempat sisinya merupakan segitiga yang kongruen. Segitiga-segitiga tersebut merupakan segitiga sama sisi dengan sisi dari sebuah segitiga dengan segitiga lainnya kongruen. Lingkaran-luar dan lingkaran-luar suatu segitiga sama sisi memiliki pusat yang sama. Analogi dari Teorema 2.8 tesebut akan dibuktikan apakah juga berlaku pada bola-luar dan bola-dalam suatu bidang-empat teratur. Teorema 3.9. Pusat bola-luar suatu bidang-empat teratur juga merupakan pusat bola-dalamnya. 65 Gambar 61. Bidang α, β, γ, dan δ. Bukti: Misalkan ada sebuah bidang-empat teratur D.ABC. Bidang-empat D.ABC teratur maka Sebuah bidang yang memuat titik A,B, dan C disebut bidang α. Bidang β merupakan bidang yang memuat titik A,B,D. titik B,C,D termuat pada bidang γ serta titik A,C,D pada bidang δ. Terdapat titik E yang mana E merupakan pusat melalui pusat lingkaranluar ΔABC. Titik-titik yang berjarak sama dari titik A, B, C terletak pada garis g. Garis g merupakan sebuah garis yang tegak lurus bidang α dan melalui E. Hal tersebut telah ditunjukkan sebelumnya. Pada pembahasan sebelumnya juga telah ditunjukkan bahwa setiap bidang-empat memiliki lingkaran luar. Misal titik O merupakan titik pusat bolaluar bidang-empat D.ABC maka O terletak pada garis g. Jarak O ke titik-titik A, B, C, dan D sama sehingga maka . 66 Gambar 62. Bidang-empat D.ABC dengan pusat bola-luar O. Titik F merupakan pusat lingkaran-luar dari ΔBCD. Titik B, O, D, dan F dapat membentuk duabuah segitiga yang saling kongruen, yaitu ΔBOF dan ΔDOF. Keduanya kongruen karena setiap pasang sisi yang bersesuaian saling kongruen atau dengan kata lain kariteria kekongruenan S-S-S terpenuhi. Pasangan-pasangan sisi tersebut adalah yang saling berimpit, yang merupakan jari-jari lingkaran-luar ΔBCD, serta kekongruenan ini diantaranya . Akibat , , dan . Guna menunjukkan bahwa titik O juga merupakan titik pusat bola-dalam bidang-empat D.ABC sebelumya perlu ditunjukkan bahwa . Kekongruenan dua sudut tersebut akan lebih mudah ditunjukkan dengan melakukan sebuah rekayasa. Dilukiskan ΔA’BO dengan E pada Hal lain yang perlu diperhatikan adalah ΔBD’O dengan F pada serta . Dilukiskan pula . 67 serta Gambar 63. Segitiga A’BO dan segitiga BD’O. Menurut Murdanu (2003: 6) misalkan titik-titik A, B, C pada garis g dan titik-titik D, E, F pada garis h. Jika dan maka Berpegang pada pernyataan tersebut maka pada ΔA’BO dan ΔBD’O Hal Ini dikarenakan . Ruas garis , . . , saling kongruen, ketiganya kongruen karena sama panjang dengan jari-jari bola-luar kongruen dengan A’BO karena memenuhi bidang-empat D.ABC. Segitiga kriteria kekongruenan S-S-S. Segitiga A’BO dan BD’O saling kongruen, artinya sudut-sudut yang bersesuaian juga kongruen. Berdasar Teorema 2.1 dan karena A’B’O dan B’D’O merupakan segitiga sama kaki maka Sudut terletak pada dan sudut serta F pada saling kongruen berarti . 68 . karena E Kekongruenan antara dan melengkapi sayarat terpenuhi kriteria kekongruenan S-Sd-S pada ΔOBE dan ΔOBF. Hal tersebut dikarenakan kedua segitiga tersebut telah memiliki dua pasang ruas garis yang kongruen. Ruas garis merupakan sisi dari keduanya. Terdapat pula ruas garis dan yang saling kongruen. Kedua ruas garis tersebut kongruen karena dan secara berturut-turut E serta F merupakan pusat lingkaran-luar dari keduanya. Segitiga dan saling kongruen maka merupakan sudut siku-siku maka . Sudut juga merupakan sudut siku-siku. Kekongruenan antara OBE dan OBF juga menghasilkan . Jarak antara titik O dengan bidang α dan β sama. Cara yang hampir sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa jarak antara titik O dengan bidang α dan γ, begitu pula dengan jarak antara titik O dengan bidang α dan δ. Titik O berjarak sama dengan keempat bidang yang membangun bidang-empat D.ABC. Terbukti bahwa titik pusat bola-luar pada suatu bidang-empat teratur juga merupakan titik pusat bola-dalamnya. Gambar 64. Bola-luar dan bola-dalam pada bidang-empat teratur D.ABC. 69 Telah berhasil ditunjukkan eksistensi dari bola-dalam maupun bola- luar pada bidang-empat. Telah dikaji pula sifat-sifat dari bola-luar dan bola-dalam. Sifat-sifat tersebut merupakan analogi dari lingkaran-luar dan lingkaran-dalam dari segitiga. Seperti pada segitiga, garis-garis sumbu suatu bidang-empat juga berpotongan di sebuah titik yang merupakan pusat bola-luar bidang-empat tersebut. Bidang-bidang bagi sudut dua bidang sisi suatu bidang-empat juga bertemu di sebuah titik yang merupakan pusat bola-dalam bidang-empat tersebut. Analogi dari sifat pusat lingkaran-luar dan pusat lingkaran-dalam pada segitiga samasisi juga berlaku. Pusat bola-luar suatu bidang-empat teratur juga merupakan pusat bola-dalamnya. Meskipun demikian terdapat sifat yang berlaku pada lingkaran-luar segitiga namun jika dianalogikan di bola-luar bidang-empat tidak berlaku. Sifat tersebut yaitu pusat lingkaran-luar segitiga siku-siku terletak pada sisi miringnya. Pusat bola-luar bidang-empat siku-siku tidak terletak pada bidang miringnya, walaupun begitu tetap ada bidang-empat yang pusat bola-luarnya terletak pada salah satu bidang sisinya. Bidang empat tersebut adalah bidang-empat A.BCE dengan titik O merupakan pusat lingkaran-luar dari segitiga tumpul , titik D pada sedemikian hingga E yang nonkoplanar dengan A, B, C sedemikian hingga siku-siku. 70 dan bukan dan terdapat titik DEA merupakan sudut