PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN Oleh: Taman Saputra* Abstrak Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan lain-lain usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Adapun karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan karakter Islami yang harus ditanamkan kepada anak -anak sebagai bentuk pembiasaan ibadah, etika, adab dan akhlak sejak kecil. Anak perlu diajarkan ibadah dengan berbagai macamnya menurut tingkatan usia mereka. Anak harus diajarkan shalat, berzakat, berpuasa dan juga berhaji. Selaku orang tua harus mendidik anak-anak mereka adab dan etika Islam dalam perkara ini, dan Islam sudah sempurna megajarkan anak dengan pendidikan terbaik bagi usia mereka. Islam mengajarkan bagaimana meminta izin baik ketika memasuki rumah maupun ketika memasuki kamar, menundukkan pandangan dan menjaga aurat, memisahkan tempat tidur, tidur dengan miring ke kanan , cepat tidur dan cepat bangun, menjauhkan anak dari berbagai perangsang syahwat, dan mengajarkan anak tata cara mandi. Secara lengkap akan kita dapatkan dalam literature kitab-kitab para ulama kita. Key Word: Pendidikan, Karakter, Anak A. Definisi: Pendidikan Karakter dan Anak perkembangan jasmani dan rohaninya kea rah kedewasaan.3 Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.4 Dalam bahasa Arab kalimat tarbiyah adalah yang lebih banyak digunakan dalam konteks pendidikan. Disebutkan dalam kitab at-Tashfiyah dan at-Tarbiyah bahwa kata Tarbiyah kembali pada tiga asal, yaitu: (ربَا) و و َ 1. Pendidikan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan lain-lain usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.1 Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda.2 Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin ب َّ و(ر َ ِب و َ َ ِ(ر. 3 * Dosen Tetap Prodi PAI. Jurusan Tarbiyah STAI Al-Hidayah Bogor. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia offline Versi 1.3 2 Driyarkara dalam Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001 hal.4. 4 242 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal.10. Erry Utomo, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilainilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Balitbang Puskur Kemendiknas, Jakarta, 2010, hal.4. - - Asal pertama: )(ربَاا)و –ويَا ْربُا ْا َ dengan arti: bertambah; tumbuh menjadi besar. Asal kedua: َِبو –وياَ ا ْار َ artinya: naik; َ ِ(ر menjadi besar/dewasa; berkembang. Asal ketiga: بو –ويَا ا ا ُارب َّ (ر َ keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orangorang yang melipat ganda kan (pahalanya). (QS. Ar-Rum: 39) tumbuh; Ali Hasan menyebutkan: Ini adalah makna yang indah dan teliti, dapat menyingkapkan fungsi tarbiyah dan maknanya, yaitu tindakan memelihara sesuatu agar ia sampai ke puncak kebaikannya dan kesempurnaannya.5 artinya: memperbaikinya; mengurusi perkaranya; melatih, mengatur, memerintah; menjaga, mengamati, membantu; memelihara. Berikut adalah petunjuk menyebutkan makna tersebut di atas: Allah yang Adapun secara istilah makna tarbiyah sebagaimana disampaikan para ahli adalah: Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya Anwarut Tanzil wa asrarut ta'wil, mengatakan: Ar-Rabbu asalnya bermakna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit menuju kesempurnaannya, kemudian Allah ta‟ala disifati dengannya sebagai bentuk sifat mubalaghah. Muhammad Abdullah Darraz di dalam kitabnya Kalimat fi mabadi 'ilmi akhlak, berkata: Tarbiyah adalah bentuk taf'ilah dari rabba, yang berarti bertambah dan berkembang, sehingga artinya: menjaga sesuatu dan memeliharanya dengan menambah dan mengembangkan serta menguatkan, dan memeganginya di atas jalan kematangan dan kesempurnaan yang sesuai dengan tabiatnya.6 Murabbi (pendidik) sebenarnya secara mutlak adalah Allah ta‟ala, karena Dia adalah Pencipta, Dialah yang telah menciptakan fitrah, dan memberikan karunia-karunia. Dan Dialah Yang membuat jalan-jalan bagi tumbuhnya fitrah, berkembang secara bertahap dan berfirman: وو و و وو وو و و و و و Allah memusnahkan riba dan mengembangkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. (QS. AlBaqarah: 276) Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai 5 6 243 Ali bin Hasan al-Halaby, At-Tashfiyah wa atTarbiyah, Pustaka Imam Bukhari, Solo, 2005, hlm.164. Ibid, hlm.167. berinteraksi nya fitrah. Sebagaimana Allah membuat syariat untuk mewujudkan kesempurnaan dan kebaikan serta kebahagiaan makhluk. Kegiatan-kegiatan tarbiyah dan ta'lim berjalan sesuai dengan aturan yang tertib dan maju, membawa seseorang yang sedang berkembang dari satu fase ke fase lainnya, dari satu tahapan ke tahapan lainnya, dalam segala hal. Maka Murabbi (atau mu'allim) secara istilah adalah: Orang yang melaksanakan berbagai metoda dan sarana yang tidak bertentangan dengan syariat Islam untuk menjaga manusia dan memperhatikannya sampai ia menjadi pemimpin di atas bumi ini, dengan kepemimpinan yang ditetapkan melalui peribadatan yang sempurna kepada Allah Rabbul 'alamin.7 Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menyebutkan bahwa pendidikan adalah pembentukan (pengkaderan) awal untuk anak-anak yang sedang tumbuh, yang pada prinsipnya adalah membangun masa depan mereka dalam kehidupan ini.8 Pendidikan adalah bagian yang tidak pernah dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Pada awal kelahirannya ke alam dunia, manusia adalah makhluk yang lemah dan tidak mengetahui apa-apa, ia tidak mengenal kebaikan dan dosa, tidak mengenal pula sesuatu yang bermanfaat dan mudharat. Tetapi Allah ta‟ala telah memberinya alat-alat dan potensi untuk mengenal semua itu. Allah telah menyiapkan untuknya hati, mata dan 7 8 telinga sebagai alat untuk mencari dan mendapatkan ilmu. Belajar dalam maknanya yang luas meliputi semua kegiatan yang seseorang mengambil faedah ilmu dengannya dan menghilangkan kebodohan dari yang sebelumnya ia miliki. Ia mengenal dari yang sebelumnya tidak kenal, ia memahami dari yang sebelumnya tidak paham, dan ia mengerti dari yang sebelumnya tidak mengerti. Dengan demikian proses pendidikan tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas yang sempit, namun dapat terlaksana di manapun dan kapanpun. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap orang dari usia kanak-kanak hingga dewasa bahkan usia lanjut. Setiap orang butuh arahan dan bimbingan yang menunjukinya kepada kebenaran, dan pendidikan adalah jalan yang menghantarkan hal tersebut. Jika seseorang butuh kepada makanan dan minuman yang merupakan konsumsi bagi jasmaninya, maka dia pun butuh kepada ilmu yang merupakan konsumsi bagi rohaninya. a. Karakter Adapun karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. 9 Disebutkan pula bahwa karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh nilainilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Jadi karakter adalah tabiat dan akhlak seseorang yang terbentuk dari nilai-nilai yang diyakini sebagai landasan untuk berpikir, bersikap dan bertindak. Dan nilai- Ibid, hlm.170, dikutip dari Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah karya DR. Muhammad as-Sayid Nuh, dimana yang disebutkan adalah makna tarbiyah. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Darul Haq, Jakarta, 2002, hlm.12 9 244 Erry Utomo, hal. 3. nilai yang absolut dan paling diyakini seseorang adalah nilai-nilai agama, sehingga nilai-nilai agama inilah yang menjadi landasan seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Di samping nilainilai agama terdapat nilai-nilai lain yang dijadikan sandaran seseorang antara lain nilai budaya, adat-istiadat, norma dan aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat. Pada prinsipnya selama nilai-nilai tersebut sejalan dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, maka sah-sah saja untuk dijadikan landasan seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Tetapi jika nilai-nilai tersebut bertentangan dengan nilai-nilai agama, maka harus ditolak dan tidak diberlakukan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif .10 Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.11 Secara programatik, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama semua guru dan pimpinan sekolah, melalui semua mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai‐nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik. Pembinaan dan pengembangan itu terjadi melalui proses 10 11 Ibid, hal.4. Kemendiknas Ditjen Pembinaan SMP, 2011. Dikdas aktif peserta didik dalam belajar. Sedangkan Secara teknis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai‐nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif dibawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah, dan masyarakat.12 Islam adalah agama sempurna yang telah mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah sebagai Pencipnya, hubungannya dengan sesama manusia dan hubungannya dengan lingkungan alam sekitar. Islam sudah kaya dan sempurna akan aturan yang menyelaraskan hubungan manusia dengan seluruhnya, sehingga tidak membutuhkan aturan-aturan lainnya, maka siapa yang merasa cukup dengannya, Allah akan mencukupkannya, dan siapa mencari yang selain Islam maka celakalah ia. b. Anak Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Anak memiliki beberapa makna 1) keturunan yang kedua; 2) manusia yang masih kecil; 3) binatang yang masih kecil; 4) pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau rumpun tumbuh-tumbuhan yang besar; 5) orang yang berasal dari atau dilahirkan di (suatu negeri, daerah, dsb); 6) orang yang termasuk di suatu golongan pekerjaan (keluarga dsb); 7) bagian yang kecil (pada suatu benda); 8) yang lebih kecil daripada yang lain.13 Istiah anak yang dikehendaki dalam pembahasan ini adalah anak pada usia sekolah dasar. Ada yang menyebutkan 12 Direktorat 13 245 Pusat Kurikulum Balitbang Kemdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia offline Versi 1.3 bahwa periode ini disebut masa akhir anakanak, yaitu dimulai ketika anak mulai memasuki sekolah dasar dan berakhir ketika anak mengalami kematangan seksual. Periode ini juga disebut sebagai periode anak usia Sekolah Dasar, karena pada masa ini anak mulai memasuki sekolah formal. Anak merupakan pandangan menyenangkan bagi manusia dalam kehidupan ini, menjadi kebanggaan dam kebahagiaannya selama hidup. Mereka inilah yang menjadi tumpuan harapan. Dengan berkah mereka, rizki mudah didapat, rahmat melimpah ruah dan pahala akan berlipat ganda.14 Di samping sebagai rizki dan karunia Allah, anak juga merupakan amanat yang harus dijaga dan dipelihara. Pendidikan yang baik pada usia anak merupakan bekal yang berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka pada tahap selanjutnya. Menurut penelitian para ahli perkembangan anak pada berbagai aspek yakni kognisi, motorik, emosi, dan tentu saja perkembangan kognisi sosialnya memiliki karakter unik. Terpenuhinya perkembangan setiap aspek ini pada diri anak (mencapai perkembangan optimal) akan membuat anak bisa memenuhi tugastugas perkembangan sesuai dengan usianya, dan ia akan terlihat sama dengan anak-anak lainnya. karakteristik perkembangan anak usia sekolah dasar atau usia 6 – 12 tahun. Menurut Hurlock sebagai berikut 15 : a. Masa berkelompok dimana perhatian utama anak-anak tertuju pada keinginan diterima kelompoknya; b.Proses penyesuaian diri dengan standar yang disetujui kelompoknya; c. Usia kreatif, menunjukkan bahwa anak ketika tidak dihalangi oleh rintanganrintangan lingkungan, kritik, cemoohan dari orang dewasa maka anak akan mengerahkan tenaganya dalam kegiatan -kegiatan yang kreatif; d.Usia bermain karena luasnya minat anak. Sedangkan karakteristik perkembangan pada masa pertengahan dan masa akhir anak-anak menurut Santrock sebagai berikut 16 : a. Perubahan fisik (tubuh) pada anak. Di antara aspek-aspek penting perubahan tubuh di dalam periode perkembangan adalah sistem rangka, sistem otot, dan ketrampilan motorik; b. Kemampuan menganalisis kata, misalnya anak ketika mendengar kata “anjing”, anak dapat mengaitkan kata „anjing” dengan suatu kata yang menunjukkan penampilannya (hitam, besar); c. Memiliki kreativitas; d. Menjalin relasi dengan teman sebayanya. B. Urgensi Pendidikan Karakter 1. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Sebelum menjelaskan tentang pentingnya pendidikan karakter bagi anak, akan dijelaskan terlebih dahulu 15 16 14 Muhammad Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2000, hal.95. 246 Hurlock dalam Langgersari Elsari Novianti, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009, hal.5. Santrock dalam Langgersari Elsari Novianti, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009, hal.5. Lebih lanjut Langgersari Elsari Novianti menuliskan beberapa perkembangan yang terjadi pada anak usia sekolah dasar17 : a. Perkembangan kognisi Berada pada tahap konkrit operasional dengan ciri berpikir dengan lebih terorganisasi, memikirkan alasan logis tentang informasi yang konkrit, menguasai konservasi Piaget, pembagian kelas, masalah-masalah bersambung termasuk pengambilan kesimpulan. Memperlihatkan spatial reasoning dengan lebih efektif seperti diperlihatkan pada penguasaan konservasi, kemampuan memberikan arahan yang jelas, peta kognitif yang lebih terorganisasi dengan baik. 3) Pengetahuan: Pengetahuan semakin berkembang dan tertata dengan lebih baik. 4) Metakognisi: Melihat pikiran sebagai sesuatu yang aktif, dan merupakan hal yang penting dalam perkembangan. Pengetahuan akan berbagai macam proses kognitif dan hubungannya semakin berkembang. Pengetahuan akan dampak dari strategi dan variabel tugas dari suatu tingkah laku semakin meningkat. Pengetahuan akan hubungan antara proses kognitif, strategi, dan variabel tugas semakin meningkat. Regulasi kognitif diri semakin meningkat secara bertahap. c. Perkembangan motorik 1) Kecepatan berlari meningkat menjadi 18 feet per second 2) Dapat skipping dengan mengalir 3) Jarak melompat ke depan menjadi 4-12 inchi dan loncat jauh dari 3 sampai 5 kaki ; lompatan lebih akurat. 4) Akurasi, jarak, dan kecepatan menendang meningkat 5) Melibatkan seluruh tubuh dalam memukul bola; kecepatan dan akurasi meningkat 6) Mendrible bola menjadi berubah dari kaku menjadi berkelanjutan dan santai. b. Perkembangan pemrosesan informasi: 1) Kapasitas dasar: Kapasitas keseluruhan akan sistem kognitif semakin meningkat 2) Strategi: Perhatian menjadi lebih selektif, adaptif, dan terencana. Tantangan dalam segi kognitif semakin meningkat. Strategi memori dalam bentuk latihan dan organisasi semantik digunakan secara spontan dan lebih efektif. Kemampuan untuk menggabungkan berbagai macam strategi semakin meningkat. Kemampuan untuk mengambil kesimpulan dalam proses penataan ulang semakin berkembang.Penalaran lebih bergantung kepada kata kunci yang tersimpan dalam memori. 17 d. Perkembangan emosi 1) ekspresi emosi: Kesadaran emosi diri menjadi lebih terintegrasi dengan nilai-nilai standar yang ada di dalam diri yang berkaitan dengan tingkah laku yang baik dan kesempurnaan. Strategi yang berkaitan dengan regulasi emosi diri menjadi lebih bersifat internal dan menyesuaikan dengan tuntutan dari situasi lingkungan. Kemampuan untuk Langgersari Elsari Novianti, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009, hal.5-6. 247 menyesuaikan menjadi lebih ber kembang, lebih memahami akan aturan-aturan dalam menunjukkan emosi 2) pemahaman emosi: Kemampuan untuk mempertimbangkan perasaan orang lain ketika terjadi konflik mulai muncul. Mulai munculnya pemahaman bahwa manusia bisa memiliki perasaan yang saling bercampur dan ekspresi yang ditampilkan seseorang mungkin bukan refleksi dari apa yang sesungguhnya dirasakan. Empati meningkat sejalan dengan meningkatnya pemahaman emosional. kehidupan dirinya, sebagai anggota keluarga, dan sebagai warga masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksud sudah tentu nilai-nilai yang didasarkan pada ajaran agama Islam yang berlandaskan alQur‟an dan sunnah Nabi shallallahu „alaihi wasallam dengan pemahaman para sahabat radhiyallahu „anhum. Tuntunan Islam dalam pendidikan anak sangat sempurna sejak masa pra kelahiran bahkan masa pencarian pasangan hidup hingga pendidikan anak usia dewasa. Ketika seorang bayi lahir, maka Islam memberi petunjuk bagaimana mendidik bayi dengan karakter islami yaitu: adzan pada telinga bayi, tahnik yaitu mengunyahkan kurma atau semisalnya kemudian dioleskan ke langit-langit pada mulut bayi, menyusui anak selama dua tahun secara sempurna, aqiqah yaitu menyembelih kambing untuk anak yang lahir, dua ekor untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan, memberi nama anak dengan nama yang bagus lagi dicintai, mencukur rambut bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya, serta mengkhitan. Sudah tentu pelaksanaan syariat Islam tersebut akan sangat berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa-masa berikutnya. Petunjuk Nabi syarat dengan nilai-nilai tauhidullah (pengesaan Allah ta‟ala), yaitu suatu pengakuan kehambaan seorang manusia di hadapan Allah ta‟ala, juga pengakuan menjadikan Allah sebagai sata-satunya Ilah (sesembahan) dan mengingkari sesembahan selainNya. Ini merupakan realisasi atas persaksian syahadat Laa ilaaha illallah, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) yang haq kecuali Allah. Pelaksanaan syariat Islam juga merupakan bentuk ketaatan kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam, dimana konsekuensi keimanan kepada rasul Anak usia sekolah dasar secara umum dikelilingi oleh tiga lingkungan yang berbeda, yakni keluarganya, teman sebayanya dan lingkungan sekolah. Ketiga lingkungan ini membawa dampak yang berbeda-beda terhadap tumbuh kembang anak. Meskipun demikian, peranan orang tua dalam hal penanaman nilai-nilai agama, norma sosial, kontrol, dan disiplin masih sangat tinggi. Kontrol orang tua tidak hanya yang berkaitan dengan pertumbuhan sacara fisik, tetapi meliputi seluruh pertumbuhan dan perkembangan baik fisik jasmani maupun perilaku ruhaninya. 2. Pentingnya bagi Anak Pendidikan Karakter Dengan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak usia 6-12 tahun, maka merupakan masa terbaik dan sangat tepat penanaman pendidikan karakter bagi mereka, yaitu suatu usaha yang terencana dan bersungguh-sungguh untuk menjadikan anak mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga anak menerapkan nilai-nilai tersebut dalam 248 وق)لو حسبتوأنوقدوق)لوو.م)لوسيدهو مسؤ لوعنورعيتهو salah satunya adalah melaksanakan apa yang beliau perintahkan. Dan ini realisasi atas persaksian syahadat Muhammadur Rasulullah, bahwa Muhammad shallallahu „alaihi wasallam adalah utusan Allah. الرجل وراع ويف وم)ل وأبيه و مسؤ ل وعن ورعيته و كلكم وراعو .مسؤ لوعنورعيته Abdullah ibn Umar berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertang gungjawaban atas kepemimpinan nya. Seorang imam (penguasa) adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggungj awaban atas kepemimpinannya. Dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Dan seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemim-pinannya. Dan seorang pelayan adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Ibnu Umar berkata: dan saya mengira beliau juga bersabda: Dan seseorang adalah pemimpin atas harta bapaknya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaq „alaih)18 C. Pendidikan Karakter Anak Usia 612 Tahun Seorang muslim yang benar-benar memahami ajaran agamanya akan mengetahui tanggungjawabnya yang besar terhadap anak-anaknya, karena dia membaca apa yang difirmankan Allah Ta‟ala: و و و و و و و و و و و وو و و و و و و وو وو و “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah kan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintah kan. (Q.S. at-Tahrim: 6) Selain itu dia juga mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam telah menerangkan tanggungjawab yang besar dalam kehidupan ini, beliau bersabda: كلكم وراع و كلكم ومسؤ ل وعن ورعيتهواإلم)موراعو مسؤ لو Tanggung jawab ini bersifat komprehensif yang dibebankan Islam kepada seluruh umat manusia, dengan tidak meninggalkan satu orang pun dari mereka. عنورعيتهو الرجلوراعويفوأهلهو ه)ومسؤ لوعنورعيتهو املرأةو 18 راعية ويف وبيت وز جه)و مسؤ لةوعنورعيته)و اخل)دموراعويفو 249 Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari no.853, Muslim, Shahih Muslim no.3/1459 (1829), al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.47 Dengan tuntutan tanggungjawab tersebut, Islam menjadikan orang tua bertanggung jawab penuh pada pendidikan keislaman secara detail bagi anak-anak mereka, juga pada pembentukan diri yang shalih, tegak di atas aqidah yang lurus dan akhlak yang mulia yang oleh Rasulullah disebutkan bahwa dirinya diutus ke dunia ini adalah untuk penyempurnaan dan penanaman akhlak tersebut dalam kehidupan 19 manusia. Berikut pendidikan karakter Islam yang penting ditanamkan bagi anak pada usia sekolah dasar: Ucapan adalah: lebih utama السالموعليكمو رمحةواهللو برك)ته و Dan orang yang diberi salam wajib menjawab dengan semisalnya, maka dijawab: وعليكموالسالمو رمحةواهللو برك)ته و Salam adalah salah satu diantara nama-nama Allah, dan kita dianjurkan untuk menebarkannya diantara sesama muslim. Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu bila kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam daintara kalian.” (HR. Muslim) 1. Akhlak dan Etika Islam a. Mengucapkan Salam Rasulullah telah mengajarkan bagaimana seorang muslim mengucapkan salam kepada sesame muslim. Salam dalam syariat Islam suatu penghormatan yang di dalamnya terkandung doa kebaikan. Suatu kalimat yang telah Allah ajarkan kepada Nabi Adam „alaihis salam. Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Ketika menciptakan Adam „alaihis salam Allah ta‟ala berfirman, „Pergilah dan sampaikan salam kepada mereka para malaikat yang sedang duduk dan dengarkan apa yang mereka ucapkan untuk menghormatimu. Karena itu adalah salam untukmu dan salam untuk anak cucumu.‟ Maka ia mengucap kan, „Salam sejahtera atas kalian‟ Lalu mereka menjawab, „Salam sejahtera untukmu dan rahmat Allah atasmu.‟ Mereka menambah dengan ucapan warahmatullah.” (Muttafaq „alaihi) Tentang salam kepada anak-anak, dari Anas bahwa Nabi melewati anak-anak lalu beliau memberi salam kepada mereka dan Anas berkata, Rasulullah selalu melakukan hal itu.” Ibnu Baththal berkata, “Memberi salam kepada anak-anak sebagai bentuk pelatihan mereka agar membiasakan etika Islam, menghilangkan sikap sombong, menanamkan rasa tawadhu‟ dan rendah hati.20 b. Meminta Izin Allah telah mengajarkan kepada kita dan anak-anak kita etika meminta izin, baik ketika memasuki rumah maupun 20 19 salam yang Muhammad Ali al-Hasyimi, Jati Diri Muslim, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2000, hal.96. 250 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak , Darul Haq, Jakarta, 2004, hal.215. kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nur: 58) ketika memasuki kamar. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS. An-Nur: 27-29) Allah Yang Mahatinggi telah melatih anak agar meminta izin, dan Allah juga menjaga tahapan pendidikan dalam masalah adab meminta izin ini. Pada usia kanakkanak anak dilatih agar meminta izin ketika ingin masuk ke kamar orang tuanya dalam tiga waktu pada saat-saat khusus bagi kedua suami dan isteri yaitu sebelum waktu shubuh, ketika waktu dhuhur dan setelah shalat isya. Karena di waktu-waktu tersebut kedua orang tua sedang istirahat dan melepas pakaian. Allah ta‟ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada Dan ketika anak sudah memasuki usia baligh maka ia harus meminta izin kapan saja dan dimana saja baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Allah berfirman: “Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orangorang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nur: 59) Di antara etika meminta izin adalah: bagi orang yang mengetuk pintu agar menyebutkan nama, meminta izin hingga tiga kali, tidak menghadap ke arah pintu, tidak boleh melihat ke dalam rumah. Rasulullah mengajarkan kepada orang dewasa dan anak-anak tentang etika meminta izin karena kebenaran tidak mengenal tingkatan umur, dan mengikuti sunnah wajib bagi setiap orang. c. Duduk dalam Majlis Diantara etika yang patut diajarkan kepada anak-anak dan harus mendapat pengawasan adalah etika duduk dalam majlis. Hal ini banyak terjadi dalam majlis 251 atau halaqah ilmu, dan itu merupakan adab dan etika umum yang sangat baik untuk dibiasakan sejak usia anak-anak. Diantara etika majlis adalah: memberikan salam kepada para jamaah yang telah hadir di majlis, duduk di tempat yang diperuntukkan baginya atau jika tidak ada tempat khusus hendaknya duduk di temapt yang masih kosong tanpa mengganggu dan menyakiti orang yang telah duduk, misalnya menyuruhnya berdiri. Tidak boleh memisahkan dua orang yang sedang duduk kecuali dengan izinnya dan tidak boleh juga memisahkan duduk diantara orang tua dan anaknya dalam majlis. Hendaknya melapangkan tempat duduk bagi orang lain yang baru datang. Duduk dengan tenang dan serius mendengarkan, hendaknya meminta izin ketika akan pergi dari majlis. gung perasaan orang. Tidak boleh ghibah, namimah, menghina dan merendahkan orang lain. Berbicara sesuai dengan tingkatan akal dan daya nalar orang yang dihadapi. Jujur dalam berbicara. Harus pandai mendengar sebagaimana pandai berbicara. e. Makan dan Minum Penanaman etika dan adab makan dan minum harus dilakukan sejak kecil di usia anak-anak, karena akan menjadi pembiasaan yang terus dilakukan hingga dewasa. Makan dan minum pada asalnya adalah mubah, tetapi ketika diniatkan ibadah dan dengan mengikuti adab dan etika islami maka akan bernilai pahala didi sisi Allah. Rasulullah sebagai pendidik pertama dan utama telah mengajarkan etika makan dan minum kepada para sahabatnya. Di antara etika makan dan minum adalah: membersihkan kedua telapak tangan sebelum dan sesudahnya. Membaca nasmalah ketika hendak makan dan membaca hamdalah setelah makan. d. Berbicara Sebaik-baik orang adalah yang mampu menjaga lisannya dan menjaga lisan anak-anaknya, karena lisan bias menjadi penyebab masuknya seseorang ke dalam neraka. Nabi bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang diridhai Allah yang tidak ia anggap penting ia terangkat beberapa derajat karenanya, dan sesungguh nya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang dimurkai Allah yang tidak dianggapnya penting, Allah memasukkannya karenanya ke dalam neraka jahannam.” (HR. AlBukhari) Rasulullah bersabda: “Jika diantara kalian makan hendaknya menyebut nama Allah (membaca bismillah) dan bila lupa menyebut nama Allah pada awalnya hendaknya membaca: Bismillah fii awwalihi wa akhirihi.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, beliau berkata hasan shahih, dishahihkan oleh AlHakim) Di antara etika dalam berbicara adalah: berbicara dengan bahasa yang bisa dipahami oleh yang hadir, berbicara dengan pelan-pelan dan mengulang pembicaraan ketika tidak dipahami. Menghindarkan kata-kata kotor, kata-kata yang menying- Jangan memulai makan sebelum yang lain, jangan tergesa-gesa ketika makan. Makanlah dengan tangan kanan dan memulai dari makanan yang paling dekat dengannya. Tidak boleh makan sambil berdiri dan bersandar. Tidak boleh mecela 252 makanan, bahkan dianjurkan memujinya. Tidak boleh berlebihan dalam makan dan minum. Allah atau perak, tidak berfoya-foya dan berlebihan dalam minum. Allah ta‟ala berfirma: “……Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan (QS. Al-A‟raf: 31). berfirman: وو و وو و و و و و و و و و و و وو و f. Menjenguk Orang Sakit Islam telah mengajarkan bagaimana menjalin hubungan dan solidaritas serta kebersamaan antar sesama umat. Maka menjenguk orang sakit sebagai satu bentuk kewajiban atas setiap muslim dalam hidup bermasyarakat. Umat Islam adalah ibarat satu tubuh yang jika salah satu merasakan sakit maka anggota tubuh yang lain turut “……Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan (QS. Al-A‟raf: 31). Tidak boleh menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak, karena hal itu kebiasaan sombong dan congkak serta melukai hati orang-orang miskin. Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib merasakan sakitnya. Rasulullah bersabda: “Perumpamaan orang-orang ber iman dalam perhatian mereka, kasih sayang mereka dan kelembutan mereka seperti satu jasad, bila diantara anggota tubuh ada yang mengeluh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan meresa sakit dan demam.” (Muttafaq „alaih) menasehati anaknya al-Hasan. Beliau berkata, “Janganlah kamu duduk di depan makanan kecuali kamu sudah lapar dan jangan berdiri dari makanan kecuali kamu masih tertarik dengan makanan, aturlah pencernaanmu, buanglah hajat sebelum tidur.bila kamu mendengar nasehat ini maka kamu tidak perlu berobat.”21 Dalam kaitan minum Islam juga mengajarkan etika yang sepatutnya diajarkan kepada anak-anak sebagai pembiasaan agar mereka melakukannya hingga dewasa. Diantara etika minum yaitu: menyebut nama Allah dengan mengucap-kan „bismillah‟, minum dengan tangan kanan, tidak meniup minuman ketika sedang minum, bernafas tiga kali ketika minum di luar wadah atau bejana, tidak minum sambil berdiri, tidak boleh minum dari wadah yang terbuat dari emas 21 Hendaklah setiap muslim menanamkan kepada anak-anak mereka kebiasaan menjenguk orang sakit sejak usia kanakkanak. Diantara etika dalam menjenguk orang sakit adalah: segera mengunjunginya, tidak memperpanjang waktu kunjungan, berdoa untuk kesembuhan yang sakit, tidak boleh meninggikan suara dan banyak berbicara di hadapan orang yang sedang sakit, hendaknya menenangkan orang yang sedang sakit dan menghiburnya dengan akan datangnya kesembuhan dan rahmat serta karunia Allah ta‟ala. Diantara doa yang Nabi ajarkan yaitu: الوبأسوطه)روإنوش)ءواهلل و Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak , Darul Haq, Jakarta, 2004, hal.235. 253 “Tidak mengapa engkau mendapat kebersihan, insya Allah.” (HR. AlBukhari) dan masa bodoh sehingga ketika dewasa sangat sulit mengiks akhlak dan kebiasaan buruk tersebut. Anak-anak akan tumbuh dewasa di atas karakter dan perangai yang buruk dan akan muncul di masa dewasa nanti. Maka banyak orang dewasa yang rusak dan berperangai aneh karena pengaruh pendidikan masa kecil. Oleh karena itu anak harus dijauhkan dari tempat-tempat yang rusak, batil, nyanyian music, bid‟ah dan ucpan buruk sebab bila hal itu menempel pada pendengarannya maka nanti di masa dewasa akan mengalami kesulitan di dalam menghilangkannya, dan para orang tua atau wali anak akan merasa kesulitan dalam meluruskan karena membasmi bekas pengaruh kebiasaan buruk cukup sulit, maka pelakunya harus merubah tabiat dan kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging, sementara lepas dari jeratan kebiasaan yang sudah mengakar kuat sangat sulit sekali. g. Ziarah Ziarah atau berkunjung adalah suatu ajaran mulia untuk mempererat hubungan tali persaudaraan dan memupuk benih cinta antar sesame umat. Benih cinta itu semakin tumbuh dan bertambah pada saat sedang tertimpa musibah dan dalam kondisi sangat membutuhkan. Atau memberi ucapan selamat pada saat berbahagia baik karena mendapat kesuksesan, kelahiran seorang anak atau lainnya. Demikian itu akan mampu memupuk cinta dan menumbuhkan kasih sayang. h. Berakhlak Mulia Di antara nilai ajaran Islam yang indah dan sangat mendapat anjuran serta motivasi adalah akhlak mulia.dan itulah nilai terbaik untuk diajarkan dan diwariskan kepada putera-puteri. Allah berfirman menjelaskan tentang RasulNya: Ibnul Qayyim menjelaskan seputar akhlak mulia, “Akhlak mulia tegak di atas empat prinsip; sabar, iffah, syaja‟ah, dan keadilan.23 Di samping karakter-karakter tersebut di atas masih banyak karakter Islami yang harus ditanamkan kepada anak-anak sebagai bentuk pembiasaan ibadah, etika, adab dan akhlak sejak kecil. Anak perlu diajarkan ibadah dengan berbagai macamnya menurut tingkatan usia mereka. Anak harus diajarkan shalat, berzakat, berpuasa dan juga berhaji. Tidak kalah pentingnya adalah pendidikan seks bagi anak. Selaku orang tua harus mendidik anak-anak mereka adab dan etika Islam dalam perkara ini, dan Islam sudah sempurna megajarkan anak “Dan sesungguhnya kamu benarbenar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4) Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya. (Muttafaq „alaih) Ibnul Qayyim berkata22 : Sesuatu yang paling dibutuhkan anak adalah penanaman akhlak mulia sebab anak akan tumbuh dewasa tergantung kebiasaan yang ditanamkan oleh pendidik sejak kecil, baik berupa hasad, marah, tidak tenang, tergesagesa, rakus, sombong, mau menang sendiri 22 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak , Darul Haq, Jakarta, 2004, hal.252. 23 254 Ibid hal.254. dengan pendidikan terbaik bagi usia mereka. Islam mengajarkan bagaimana meminta izin baik ketika memasuki rumah maupun ketika memasuki kamar, menundukkan pandangan dan menjaga aurat, memisahkan tempat tidur, tidur dengan miring ke kanan , cepat tidur dan cepat bangun, menjauhkan anak dari berbagai perangsang syahwat, dan mengajarkan anak tatacara mandi. Secara lengkap akan kita dapatkan dalam literature kitab-kitab para ulama kita. Akhirnya mari kita tumbuhkan kesadaran pentingnya pendidikan karakter Islami bagi anak-anak kita, ingatlah anakanak sekarang adalah para pemimpin di masa mendatang. Mereka adalah generasi yang akan menggantikan generasi kita sekarang. Harapan semua pendidik harapan semua orang tua adalah anak-anak kita akan lebih baik daripada kita sekarang. Driyarkara dalam Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. Utomo, Erry, Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa, Balitbang Puskur Kemendiknas, Jakarta, 2010, hal.4. Hurlock dalam Langgersari Elsari Novianti, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009. Novianti, Langgersari, Elsari, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009, hal.5-6. Ali al-Hasyimi, Muhammad, Jati Diri Muslim, Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2000. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. Santrock dalam Langgersari Elsari Novianti, Makalah Perkembangan Sosial pada Anak Homeschooling Usia Sekolah Dasar (6-12 Tahun), Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung, 2009. Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Darul Haq, Jakarta, 2002 D. Daftar Pustaka Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari no.853, Muslim, Shahih Muslim no.3/1459 (1829), al-Maktabah al-Syamilah Versi 3.47 Ali bin Hasan al-Halaby, At-Tashfiyah wa at-Tarbiyah, Pustaka Imam Bukhari, Solo, 2005. Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak, Darul Haq, Jakarta, 2004. 255