Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aktivitas organisasi sektor publik dan bisnis senantiasa berubah dan
berkembang seiring dengan perubahan di lingkungan internal dan
eksternal organisasi. Perubahan di lingkungan internal berupa perbaikan
metode operasi (misalnya perubahan dari manual ke otomatisasi) biasanya
dapat dikendalikan oleh manajemen dan perubahan di lingkungan
eksternal, seperti perubahan iklim demokrasi dan peraturan, berada di luar
kontrol organisasi.
Tuntutan
perubahan
dan
peningkatan
kapabilitas
organisasi
memunculkan risiko (risk) dan sekaligus peluang (opportunities) bagi
organisasi. Risiko berkenaan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan
dan kerugian bagi organisasi. Risiko berskala rendah tidak mengkuatirkan
bagi organisasi, namun risiko berskala besar dapat berdampak pada tidak
tercapainya tujuan dan misi dari organisasi. Kegagalan tujuan dan misi
bagi organisasi publik dapat mengakibatkan distrust (ketidakpercayaan)
dari publik atas pelayanan yang diberikan, dalam kondisi terjelek dan
sebagaimana yang pernah terjadi, distrust dapat menyebabkan hilangnya
organisasi yang bersangkutan.
Risiko dari segi finansial dan operasional selalu dihadapi oleh semua
perusahaan tanpa terkecuali, oleh karena itu setiap perusahaan
membutuhkan Enterprise Risk Management (ERM) atau manajemen risiko
perusahaan untuk mengurangi dan menangani setiap resiko perusahaan
yang mungkin timbul.
Enterprise Risk Management adalah sebuah proses, berpengaruh pada
sebuah entitas jajaran direksi, pihak manajemen, dan personel lain,
diaplikasikan dalam pengesetan strategi di dalam perusahaan, didesain
untuk mengidentifikasi event yang potensial yang dapat berpengaruh pada
entitas, dan mengelola risiko dengan penerimaan risiko yang diharapkan,
untuk menyediakan jaminan yang beralasan terhadap penerimaan setiap
objek entitas.
Inti dari Enterprise Risk Management adalah bahwa setiap entitas yang
ada mempunyai nilai untuk stakeholders. Semua entitas selalu menghadapi
ketidakpastian dan yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengelola,
mengidentifikasi seberapa besar kemungkinan ketidakpastian yang
mungkin diterima untuk meningkatkan nilai stakeholders. Ketidakpastian
mempresentasikan risiko dan peluang dimana memiliki potensi untuk
mengikis atau mengubah nilai. Enterprise Risk Management membuat
pengelolaan ketidakpastian menjadi lebih efektif terkait dengan resiko dan
peluang dengan tujuan untuk mempertinggi nilai.
Aktivitas pengendalian intern merupakan salah satu kegiatan yang
penting di dalam perusahaan karena merupakan aktivitas pengendalian
dalam perusahaan terutama pelaksanaan kegiatan dalam perusahaan, oleh
karena itu apabila terjadi pengelolaan yang kurang tepat akan
menyebabkan kerugian yang besar untuk perusahaan, untuk menghindari
kemungkinan terjadinya penyimpangan maka diperlukan staf audit internal
yang dapat membantu manajemen dalam mengawasi pelaksanaan
pengendalian intern dalam aktivitas perusahaan khususnya aktivitas yang
dilakukan oleh pihak manajemen khususnya kepatuhan manajemen
perusahaan. Dalam pelaksanaan aktivitas manajemen, tidak cukup hanya
mengandalkan kebijakan dan pengendalian intern saja, tetapi harus dengan
bantuan dari auditor internal yang dapat mengukur sejauhmana ketaatan
pelaksanaan
manajemen
perusahaan,
sehingga
manajemen
dapat
memperbaiki kelemahan atau kekurangan yang ada berdasarkan laporan
hasil pemeriksaan. Audit internal sangat penting dan sangat dibutuhkan
dalam perusahaan yang relatif besar.
Peranan audit internal adalah mulai dari memfokuskan pekerjaan audit
pada risiko signifikan korporasi, yang telah diidentifikasi oleh manajemen
dan melakukan audit atau pemeriksaan atas proses manajemen risiko
termasuk
memastikan
pengelolaan
terhadap
risiko
yang
telah
diidentifikasi. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan dukungan dan
partisipasi aktif dalam proses manajemen risiko, seperti berpartisipasi
dalam komite manajemen risiko, melakukan pengawasan aktivitas dan
pelaporan kepada Board Of Director (BOD) dan Komite Manajemen
Risiko.
Peranan yang dimainkan audit internal dalam implementasi Enterprise
Risk Management terdapat dalam beberapa bidang diantaranya bidang
pendidikan. Dalam bidang pendidikan terdapat senior eksekutif banyak
yang tidak mengerti Enterprise Risk Management. Chief Executif Audit
(CAE) dapat membantu mereka memahami dan menggunakan kerangka
The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission
(COSO) Enterprise Risk Management melalui pendidikan secara berkala
dari waktu ke waktu. CAE jika memilih untuk menggunakan kerangka
COSO Enterprise Risk Management ketika mengembangkan rencana
audit, mengkomunikasikan hasil audit dan membuat presentasi, ia akan
mendidik para eksekutif dan direktur dalam berbagai komponen
Enterprise Risk Management.
Enterprise Risk Management memerlukan penilaian risiko kualitas.
Audit internal dapat memainkan peran utama dalam organisasi dengan
memfasilitasi penilaian risiko dan perumusan respon risiko. Audit internal
juga dapat memainkan peran konsultatif dalam membantu organisasi
dalam menerjemahkan penilaian risiko ke dalam respon risiko. Sejauh
solusi ERM dalam organisasi digunakan pada situasi dan kondisi yang
biasa terjadi dan dihadapi, audit dapat memainkan peran nilai tambah
koordinasi untuk memastikan penyebaran konsisten di seluruh perusahaan.
Audit internal dapat membantu dalam
pengumpulan, analisis dan
sintesis data yang terkait dengan risiko dari berbagai sumber di seluruh
perusahaan dan eksposur dan pelaporan hasil audit atas dasar
enterprisewide agregat. Audit internal dapat menggunakan delapan
komponen kerangka COSO Enterprise Risk Management untuk melihat
daya manajemen risiko, baik untuk organisasi secara keseluruhan atau
untuk sebuah divisi, anak perusahaan atau unit, selain itu audit internal
dapat mengevaluasi efektivitas dari komponen lingkungan internal,
efektivitas dari proses penilaian risiko dengan mempertimbangkan
pengaturan objektif, identifikasi kegiata, penilaian risiko dan komponen
respon risiko kerangka COSO Enterprise Risk Management, efektivitas
kebijakan pengendalian dan prosedur yang terkait dengan respon risiko
tertentu, sebagai komponen dijelaskan oleh kegiatan pengendalian kualitas
dan keandalan informasi dan komunikasi yang mendukung respon risiko
terpilih organisasi dan efektivitas pemantauan.
Beberapa peristiwa dalam enam bulan terakhir telah menciptakan
perubahan besar dalam industri penerbangan. Krisis keuangan global yang
berpengaruh terhadap bisnis aviasi juga berdampak pada bisnis perawatan
pesawat. Hal ini bisa dilihat dari pencapaian PT GMF AeroAsia selama
semester pertama 2009, terutama dari aspek keuangan. Revenue
perusahaan baru tercapai Rp. 817 miliar atau 15 persen di bawah target
yang ditentukan.
Target yang belum tercapai itu disebabkan banyak faktor. Faktor
eksternal yang paling dominan tentu saja krisis keuangan global.
Berdasarkan data International Air Transport Association (IATA),
kerugian industri aviasi dunia tahun 2009 mencapai US$ 9 miliar. Kondisi
ini dirasakan dampaknya karena sebagian customer PT. GMF AeroAsia
merescheduling perawatan pesawatnya dan sebagian lagi membatalkan
rencananya karena berhenti beroperasi, sedangkan faktor internal karena
program biaya hanya 14, peningkatan efisiensi dan produktifitas yang di
canangkan GMF belum optimal karena beberapa biaya masih over budget.
Pada semester pertama 2009 ini penurunan 5 persen, karena itu meskipun
laba bersih GMF sebesar Rp. 31,5 milyar, tapi ini masih 30 persen di
bawah target. Dalam hal ini audit internal berperan untuk membantu
semua tingkatan manajemen agar tanggung jawab yang di berikan kepada
mereka dilakukan secara efektif, untuk maksud tersebut audit internal
menyajikan analisa-analisa, penilaian-penilaian, saran-saran, bimbingan
dan informasi yang berhubungan dengan kegiatan yang lagi dipelajari atau
dinilai, sehingga dengan adanya audit internal yang baik dan telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya akan membantu manajemen dalam
mengatur dan mengambil keputusan yang tepat dalam mencapai tujuannya
dan diharapkan dengan dilakukan pengawasan dan penilaian atas sistem
tersebut akan lebih meningkatkan den mendorong karyawan untuk
senantiasa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Berdasarkan
fenomena
yang
diuraikan,
terutama
mengenai
pelaksanaan audit internal yang dikaitkan dengan penerapan manajemen
risiko yang efektif di dalam perusahaan. Hal tersebut didukung oleh
beberapa penelitian tentang peranan audit internal dalam menunjang
penerapan Enterprise Risk Management yang dilakukan oleh Ryan Nur
Ramadhan (2006) yang melakukan penelitiannya di PT. Dirgantara
Indonesia (Persero menyimpulkan bahwa peranan audit internal dalam
menunjang Enterprise Risk Management yang efektif diantaranya adalah
berperan dalam memberikan nasehat dan mendorong atau mendukung
keputusan manajemen mengenai risiko sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan atas risiko oleh manajemen dan membantu
perusahaan dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko serta
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan
sistem pengendalian intern di perusahaan. Terdapat perbedaan lokasi dan
waktu penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan
Ryan Nur Ramadhan, dengan demikian maka peneliti melakukan
penelitian dengan skripsi yang berjudul :
Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Penerapan Enterprise Risk
Management Yang Efektif . (Studi kasus pada PT. GMF AeroASia,
Soekarno-Hatta International Airport)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan,
beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah fungsi audit internal telah dilaksanakan oleh PT. GMF
AeroAsia secara memadai?
2. Apakah Enterprise Risk Management telah diterapkan oleh PT.GMF
Aeoasia secara efektif sesuai dengan kerangka yang berlaku di dalam
dunia usaha pada umumnya?
3. Seberapa besar peranan audit internal yang ada di PT. GMF AeroASia
dapat menunjang penerapan Enterprise Risk Management yang
efektif?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penuli ditujukan untuk menjawab masalahmasalah yang dikemukakan sebagai berikut :
1. Mengetahui kememadaian pelaksanaan audit internal di PT. GMF
AeroAsia.
2. Mengetahui efektifitas penerapan Enterprise Risk Management di
PT. GMF AeroASia.
3. Mengetahui seberapa besarkah peranan fungsi audit internal dalam
menunjang penerapan Enterprise Risk Management yang efektif di
PT. GMF AeroAsia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan
informasi yang berarti mengenai masalah fungsi audit internal perusahaan
dan upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan
Enterprise Risk Management secara efektif. Diharapkan juga akan
memberi banyak tambahan ilmu dan pengetahuan yang mungkin dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Hasil penelitian
ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengelola
perusahaan dan pembuat kebijakan, khusunya yang berkaitan dengan
pengelolaan manajemen risiko perusahaan dan fungsi audit internal, atau
dapat digunakan juga sebagai bahan referensi dalam penelitian lebih lanjut
selain tentunya untuk melengkapi salah satu syarat dalam menempuh ujian
sidang sarjana pada Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi
Universitas Widyatama.
1.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Audit Internal dan manajemen risiko memiliki saling keterkaitan
bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya. Pada satu sisi, menerapkan
pengelolaan risiko akan menempatkan perusahaan dalam peluang
terbaiknya untuk mencapai laba yang maksimal, memenuhi misinya dan
mengurangi hal-hal yang sifatnya mendadak dalam jangka panjang, selain
itu perusahaan dapat lebih siap dalam menghadapi beberapa kondisi
seperti: perubahan ekonomi yang cepat, lingkungan persaingan yang ketat,
perubahan selera dan prioritas pasar, serta restrukturisasi untuk
pertumbuhan dimasa depan.
Pada sisi lain, fungsi audit internal memiliki peran bukan hanya
menilai sistem dan pelaksanaan pengendalian internal namun juga
berperan dalam mengefektifkan pengelolaan risiko dan proses tata kelola,
sebagaimana dinyatakan dalam The Profesional Practice Framework oleh
The IIA Research Foundation Januari 2004 (The Institute of Internal
Auditors) sebagai berikut :
Internal Auditing is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an organization s
operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing
a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the
effectiveness of risk management, control, and governance processes .
Audit Internal adalah aktifitas konsultasi dan penjaminan secara
objektif dan independen yang dirancang untuk menambah nilai serta
meningkatkan operasi organisasi guna membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya, dengan menggunakan suatu pendekatan yang disiplin
dan sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas
manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan.
Dalam framework tersebut, dinyatakan bahwa salah satu yang menjadi
fokus dari fungsi audit internal adalah manajemen risiko (risk
managment), dimana risiko adalah suatu kondisi mengenai kemungkinan
dan dampak yang potensial dari suatu peristiwa yang tidak diharapkan
terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Oleh
karena itu risiko harus dikelola secara memadai, seperti dinyatakan juga
dalam Canadian Integrated Risk Management Framework (2001) :
Risk management is a systematic approach to setting the best course
of action under uncertainly by identifing, assessing, understanding, acting
on and communicating risk issues .
Sedangkan menurut Bowden Adrian, R(2001):
The process of
planning, organizing, directing, and controling the resources and
activities of an organization in order to minimize the adverse impacts on
accident losses to that organization at least possible cost .
Lebih lanjut Daniri (2005), mengemukakan pengertian manajemen
risiko sebagai berikut:
Manajemen risiko adalah upaya untuk mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengelola risiko sedemikian rupa sehingga perusahaan senantiasa
dapat
menerapkan
pengendalian
atas
kondisi
saat
ini
maupun
mengantisipasi potensi risiko yang mungkin timbul sehingga perusahaan
dapat memenuhi tujuan dan sasarannya.
Sejalan dengan semakin pentingnya peranan pengelolaan risiko, COSO
Report (2004) menerbitkan juga Enterprise Risk Management (ERM)
dengan definisi sebagai berikut :
Enterprise risk management is a process, effected by an entity s
board of directors, manaement and other personnel, applied in strategy
setting and across the enterprise, designed to identify potential events that
may affect the entity, and manage risks to be within its risk appetite, to
provide reasonable assurance regarding the achievement of entity
objectives .
Dalam hal ini Enterprise Risk Management memiliki tujuan umum
tentang bagaimana perusahaan mengelola risiko yang difokuskan secara
langsung terhadap upaya pencapaian tujuan perusahaan selain memberikan
kerangka dasar bagi suatu Enterprise Risk Management yang efektif.
Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk
terlibat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan
peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi
untuk memberikan nilai tambah. Menurut COSO, proses manajemen risiko
dapat dibagi ke dalam 8 komponen (tahap). Komponen-komponen dari
risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Lingkungan internal (Internal environment). Komponen ini berkaitan
dengan lingkungan dimana instansi Pemerintah berada dan beroperasi.
Cakupannya adalah risk-management philosophy (kultur manajemen
tentang risiko), integrity (integritas), risk-perspective (perspektif terhadap
risiko), risk-appetite (selera atau penerimaan terhadap risiko), ethical
values (nilai moral), struktur organisasi, dan pendelegasian wewenang.
(2) Penentuan tujuan (Objective setting). Manajemen harus menetapkan
objectives (tujuan-tujuan) dari organisasi agar dapat mengidentifikasi,
mengakses, dan mengelola risiko. Objective dapat diklasifikasikan menjadi
strategic objective dan activity objective. Strategic objective di instansi
Pemerintah berhubungan dengan pencapaian dan peningkatan kinerja
instansi
dalam jangka
menengah dan panjang,
dan merupakan
implementasi dari visi dan misi instansi tersebut. Sementara itu, activity
objective dapat dipilah menjadi 3 kategori, yaitu (1) operations objectives;
(2) reporting objectives; dan (3) compliance objectives.
(3)
Identifikasi
risiko
(Event
identification).
Komponen
ini
mengidentifikasi kejadian-kejadian potensial baik yang terjadi di
lingkungan internal maupun eksternal organisasi yang mempengaruhi
strategi atau pencapaian tujuan dari organisasi. Kejadian tersebut bisa
berdampak positif (opportunities), namun dapat pula sebaliknya atau
negative (risks).
(4) Penilaian risiko (Risk assessment). Komponen ini menilai sejauhmana
dampak dari events (kejadian atau keadaan) dapat mengganggu pencapaian
dari objectives. Besarnya dampak dapat diketahui dari inherent dan
residual risk, dan dapat dianalisis dalam dua perspektif, yaitu: likelihood
(kecenderungan atau peluang) dan impact/consequence (besaran dari
terealisirnya risiko). Dengan demikian, besarnya risiko atas setiap kegiatan
organisasi merupakan perkalian antara likelihood dan consequence.
Penilaian risiko dapat menggunakan dua teknik, yaitu: (1) qualitative
techniques; dan (2) quantitative techniques. Qualitative techniques
menggunakan beberapa tools seperti self-assessment (low, medium, high),
questionnaires, dan internal audit reviews. Sementara itu, quantitative
techniques data berbentuk angka yang diperoleh dari tools seperti
probability based, non-probabilistic models (optimalkan hanya asumsi
consequence), dan benchmarking.
(5) Sikap atas risiko (Risk response). Organisasi harus menentukan sikap
atas hasil penilaian risiko. Risk response dari organisasi dapat berupa: (1)
avoidance,
yaitu
dihentikannya
aktivitas
atau
pelayanan
yang
menyebabkan risiko; (2) reduction, yaitu mengambil langkah-langkah
mengurangi likelihood atau impact dari risiko; (3) sharing, yaitu
mengalihkan atau menanggung bersama risiko atau sebagian dari risiko
dengan pihak lain; (4) acceptance, yaitu menerima risiko yang terjadi
(biasanya risiko yang kecil), dan tidak ada upaya khusus yang dilakukan.
Dalam memilih sikap (response), perlu dipertimbangkan faktor-faktor
seperti pengaruh tiap response terhadap risk likelihood dan impact,
response yang optimal sehingga bersinergi dengan pemenuhan risk
appetite and tolerances, analis cost versus benefits, dan kemungkinan
peluang (opportunities) yang dapat timbul dari setiap risk response.
(6) Aktifitas-aktifitas pengendalian (Control activities). Komponen ini
berperan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan (policies) dan prosedur-
prosedur untuk menjamin risk response terlaksana dengan efektif. Aktifitas
pengendalian memerlukan lingkungan pengendalian yang meliputi: (1)
integritas dan nilai etika; (2) kompetensi; (3) kebijakan dan praktik-praktik
SDM; (4) budaya organisasi; (5) filosofi dan gaya kepemimpinan
manajemen; (6) struktur organisasi; dan (7) wewenang dan tanggung
jawab. Dari pemahaman atas lingkungan pengendalian, dapat ditentukan
jenis dan aktifitas pengendalian. Terdapat beberapa jenis pengendalian,
diantaranya adalah preventive, detective, corrective, dan directive.
Sementara aktifitas pengendalian berupa: (1) pembuatan kebijakan dan
prosedur; (2) pengamanan kekayaan organisasi; (3) delegasi wewenang
dan pemisahan fungsi; dan (4) supervisi atasan. Aktifitas pengendalian
hendaknya terintegrasi dengan manajemen risiko sehingga pengalokasian
sumber daya yang dimiliki organisasi dapat menjadi optimal.
(7) Informasi dan komunikasi (Information and communication). Fokus
dari komponen ini adalah menyampaikan informasi yang relevan kepada
pihak terkait melalui media komunikasi yang sesuai. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam penyampaiaan informasi dan komunikasi adalah
kualitas informasi, arah komunikasi, dan alat komunikasi. Informasi yang
disajikan tergantung dari kualitas informasi yang ingin disampaikan, dan
kualitas informasi dapat dipilah menjadi: (1) appropriate; (2) timely; (3)
current; (4) accurate; dan (5) accessible. Arah komunikasi dapat bersifat
internal dan eksternal. Sedangkan alat komunikasi berupa diantaranya
manual, memo, buletin, dan pesan-pesan melalui media elektronis.
(8) Monitoring. Monitoring dapat dilaksanakan baik secara terus menerus
(ongoing) maupun terpisah (separate evaluation). Aktifitas monitoring
ongoing tercermin pada aktivitas supervisi, rekonsiliasi, dan aktivitas rutin
lainnya. Monitoring terpisah biasanya dilakukan untuk penugasan tertentu
(kasuistis). Pada monitoring ini ditentukan scope tugas, frekuensi, proses
evaluasi metodologi, dokumentasi, dan action plan. Pada proses
monitoring, perlu dicermati adanya kendala seperti reporting deficiencies,
yaitu pelaporan yang tidak lengkap atau bahkan berlebihan (tidak relevan).
Kendala ini timbul dari berbagai faktor seperti sumber informasi, materi
pelaporan, pihak yang disampaikan laporan, dan arahan bagi pelaporan.
Berdasarkan
kerangka
pemikiran
tersebut,
maka
penulis
mengemukakan hipotesis sementara sebagai berikut :
Audit Internal di perusahaan berperan dalam menunjang penerapan
manajemen risiko usaha (Enterprise Risk Management) yang efektif.
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan identifikasi masalah serta kerangka pemikiran yang
telah disebutkan sebelumnya maka penyusun dalam penelitian ini
mengajukan dugaan awal atau hipotesis: Audit Internal yang memadai
berperan dalam menunjang efektifitas Enterprise Risk Management.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang
digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan survey. Metode deskriptif ini adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu subyek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
Metode deskriptif dengan pendekatan survey adalah penelitian
yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada
dan mencari keterangan-keterangan secara faktual , baik tentang institusi
sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok , ataupun suatu daerah.
Metode survey membedah dan menyoroti serta mengenali masalahmasalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktekpraktek yang sedang berlangsung. Penyelidikan dilakukan dalam waktu
yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus
atau menggunakan sampel.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. Metode
pengumpulan data ini dilakukan melalui :
a. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung dengan
pihak-pihak yang berkompeten atau yang berwenang terhadap
permasalahan yang diteliti.
b. Kuesioner, yaitu suatu lembar isian yang didalamnya berisi pertanyaan
dan atau pernyataan.
c. Observasi, yaitu kegiatan pengamatan di lapangan secara langsung atas
objek yang diteliti, untuk mengetahui tentang pelaksanaan yang
sebenarnya.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder
yang digunakan sebagai landasan teoritis masalah yang akan diteliti.
Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan dan analisis data
primer dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang telah disusun guna
melaksanakan
pengujian
hipotesis.
Dari
hasil
pengujian,
ditarik
kesimpulan, apakah data tersebut dapat mendukung hipotesis yang
ditentukan atau tidak.
1.6.2 Operasional variabel
Sesuai dengan judul yang dipilih yaitu Peranan Audit Internal
Dalam Menunjang Penerapan Enterprise Risk Management Yang Efektif
maka terdapat 2 variabel yang akan dianalis, yaitu :
1. Peranan Audit Internal sebagai variabel independen (X), yaitu variabel
bebas yang keberadaanya tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
2. Penerapan Enterprise Risk Management yang efektif sebagai variabel
dependen (Y), yaitu variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
independen.
Setelah mengetahui yang menjadi variabel independent (X) dan
variabel dependen (Y), maka pada tabel berikut ini penulis merumuskan
indikator-indikator beserta sub-sub indikator dari masing-masing variabel
tersebut, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1
Indikator Variabel X dan Variabel Y
Indikator
Variabel
Kememadaian
Variabel
Internal
Independen:
Peranan
Audit
Internal
Variabel
COSO
Dependen:
Enterprise
Penerapan
Management
Enterprise
Risk Framework
Management
yang efektif
Sub Indikator
Audit Kualifikasi Audit Internal :
1. Orang yang melakukan audit
internal:
a.
Independen
b.
Kompeten
2. Program audit internal dan
pelaksanaannya
3. Laporan audit internal disertai
dengan rekomendasi
4. Tindak lanjut hasil audit internal
Risk
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Internal environment
Objective setting
Event identification
Risk assessment
Risk response
Control activities
Information and
communication
8. Monitoring.
1.6.3 Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang paling mudah dibaca dan diinterprestasikan, untuk
menyederhanakan data penelitian menjadi informasi yang lebih sederhana
dan mudah untuk dipahami maka dalam penelitian ini digunakan statistik
nonparametrik untuk memproses data ordinal dan statistik parametrik
untuk data dengan skala rasio. Statistik parametrik berasumsi bahwa data
berdistribusi normal dan regresi harus terpenuhi asumsi linearitas
(Sugiyono,2009;150).
Sebelum data diolah, langkah pertama yang perlu dilakukan
adalah :
1.
Editing, yaitu memeriksa kembali seluruh data yang masuk
sehingga dapat dietahui apabila terjadi atau terdapat kesalahan.
2.
Tabulasi, yaitu mengubah semua jawaban yang diterima ke dalam
bentuk angka sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini didasarkan dari hasil
kuesioner yang dilakukan terhadap indikator dari tiap variabel dan disertai
dengan adanya informasi tambahan dari narasumber dengan menggunakan
pengukuran skala ordinal, yaitu tingkat ukuran yang memungkinkan
peneliti mengurutkan respondennya dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi, dengan dasar pengukurannya adalah skala
likert. Skala Likert (Sugiyono : 107) digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial, dengan skala Likert, indikator pada tiap variabel tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun data-data instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
1.6.4 Rancangan pengujian hipotesis
Tahapan rancangan pengujian hipotesis dimulai dengan penetapan
hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), pemilihan uji statistik
berikut perhitungan, penerapan taraf signifikan, dan penerimaan atau
penolakan Ho serta penarikan kesimpulan. Perumusan Ho dan Ha adalah
sebagai berikut :
Ho
: tidak terdapat peranan audit internal yang sistematis terhadap
efektifitas pengelolaan Enterprise Risk Management (ERM) dalam
perusahaan.
Ha
: terdapat peranan audit internal yang sistematis terhadap efektifitas
pengelolaan Enterprise Risk Management (ERM) dalam perusahaan.
Pengujian hipotesisnya, penulis akan mempergunakan metode
korelasi Rank Spearman dan koefisien determinasi, hal ini disebabkan
data bersifat ordinal sehingga, dari hasil perhitungan yang dilakukan akan
menunjukan derajat pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT GMF AeroAsia Soekarno-Hatta
International Airport PO BOX 1303 BUSH 19130 Cengkareng. Waktu
penelitian yang dilakukan dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan
Januari 2011.
Download