â•‘Journal Caninus Denstistry Volume 2, Nomor 2 (Mei 2017): 84 - 91 Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Terhadap Oral Hygiene Pada Ibu Hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh Muhammad Adriansyah, Dewi Saputri, Liana Rahmayani Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala E-mail author: [email protected] ABSTRAK Pendidikan adalah faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Pekerjaan dihubungkan dengan tingkat pendidikan dan penghasilan, dimana pekerjaan membutuhkan latar belakang pendidikan yang tinggi, dan penghasilan dimana seseorang mempunyai penghasilan lebih besar maka akan mampu memenuhi kebutuhan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Selama masa kehamilan, wanita mengalami beberapa perubahan fisiologis yang menyebabkan terjadinya perubahan hormonal. Perubahan fisiologis juga berdampak pada perubahan menjaga kesehatan gigi dan mulut, sehingga wanita hamil lebih rentan terkena masalah gigi dan mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional untuk melihat hubungan antar dua variabel. Penelitian ini melibatkan 48 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian mengisi kuisioner yang diberikan serta diperiksa tingkat kebersihan rongga mulutnya. Data dianalisis dengan SPSS menggunakan Korelasi Spearman. Hasil uji menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan (p<0,05) dan pekerjaan (p<0,05) terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Kata kunci: Tingkat pendidikan, pekerjaan, kehamilan, indeks kebersihan mulut ABSTRACT Education is one of socio-economic factor that effect health status. Occupation is related to education level and income, where occupation needs high education background, and income where an individual has higher income so that will fulfill the need in maintaining oral health. During pregnancy, woman experiences several physological changes which cause hormonal change. Physological change could also impact the change in maintaining oral health, so that pregnant woman tend to have problem in oral health. This study aimed to determine the effect of education and occupation level on oral hygiene of pregnant women in RSUD Meuraxa Banda Aceh. This study was analytical research with cross sectional method to determine the correlation between two variables. This study was done with 48 subjects which fulfilled inclusion criteria. Subjects were asked to fill the questionnaire that were given and were examined their oral hygiene. The data were analyzed by using SPSS with Korelasi Spearman. Test result showed that there was significant effect between education level (p<0,05) and occupation (p<0,05) on oral hygiene of pregnant women in RSUD Meuraxa Banda Aceh. Conclusion of this study showed that there was a effect between education and occupation level on oral hygiene of pregnant women in RSUD Meuraxa Banda Aceh. Keywords: Education level, occupation, pregnancy, oral hygiene index PENDAHULUAN Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh dari sekolah dimana dengan pendidikan dapat meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi pribadi, yaitu rohani (pikir, karsa rasa, cipta, budi nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan- keterampilan).1 Pendidikan yang ditempuh ibu hamil adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diselesaikan ibu hamil dan memperoleh ijazah.2 Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin baik pula pengetahuan kesehatannya, sedangkan pada pendidikan rendah walaupun sudah ada sarana yang baik namun J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 |84 belum tentu dipergunakan, hal ini disebabkan seseorang dengan pendidikan rendah tidak peduli terhadap program kesehatan sehingga tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi.3 Tingkat pendidikan juga berpengaruh positif terhadap keputusan ibu rumah tangga untuk bekerja.4 Pekerjaan adalah status kegiatan atau pekerjaan yang ibu hamil lakukan sehari-hari yang menghasilkan pendapatan.2 Jenis status pekerjaan dibedakan menjadi dua jenis, antara lain, bekerja, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan imbalan, dan tidak bekerja, yaitu kegiatan yang dilakukan tanpa mendapatkan imbalan.4 Ibu yang bekerja biasanya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tinggi yang diperoleh dari lingkungan pekerjaannya dan media-media serta fasilitas pendukung yang ada ditempat kerja mereka. Ibu yang bekerja akan bertemu dengan orang lain sehingga dapat berdiskusi tentang kesehatan dan dapat memperoleh informasi kesehatan.5 Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan seorang wanita.6 Pada masa kehamilan terjadi beberapa perubahan baik secara fisik maupun fisiologis. Dewasa ini perhatian masyarakat terhadap kesehatan wanita selama masa kehamilan semakin meningkat, tetapi kesehatan gigi dan mulut seringkali terlewat dari perhatian. Kurangnya perhatian terhadap kesehatan rongga mulut pada masa kehamilan terkait adanya anggapan bahwa kehamilan tidak ada hubungannya dengan keadaan rongga mulut.7 Wanita seringkali mengalami ketidakstabilan hormon, Salah satu penyebab ketidakstabilan hormon adalah kehamilan.8 Kehamilan menyebabkan peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Kedua hormon tersebut dapat berpengaruh terhadap jaringan periodontal seperti gingivitis atau inflamasi gingiva.9 Penyakit periodontal dan karies adalah dampak dari kebersihan mulut yang buruk. Prevalensi penyakit periodontal meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemeliharaan kebersihan mulut. Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi, karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit baik lokal maupun sistemik.10 Upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang dapat dilakukan dengan pengukuran kebersihan gigi dan mulutnya. Secara klinis tingkat kebersihan mulut dapat dinilai salah satunya dengan kriteria Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Berdasarkan penelitian Pintauli (2004), seseorang yang memiliki tingkat pendidikan rendah kemungkinan akan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut. 11 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2005), ibu hamil dengan pendidikan tinggi dan yang bekerja akan lebih menjaga kesehatan gigi dan mulut.12 Penelitian Budiharto (2008), menyatakan bahwa semakin tinggi status ekonomi, semakin mampu memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk pemilihan bentuk pelayanan kesehatan yang berkualitas.13 Sejak ada peraturan gubernur tentang pelayanan RS di Aceh dan RSUD Meuraxa masuk dalam Tipe B, pasien dari rumah sakit tipe C banyak yang dirujuk ke RSUD Meuraxa, karena tidak bisa langsung ke RSUD dr. Zainoel Abidin. Maka setiap hari pasien dari RS Tipe C seperti Aceh Jaya, Aceh Besar dan Sabang dirujuk ke RSUD Meuraxa, Sehingga RSUD Meuraxa selalu ramai, salah satunya di bagian Poliklinik Kebidanan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui pengaruh tingkat pendidikan & pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di wilayah kerja Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh.14 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional untuk melihat hubungan antar dua variabel. Penelitian ini dilakukan di RSUD Meuraxa Banda Aceh pada tanggal 18 Januari s.d 23 Februari 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan di RSUD Meuraxa Banda Aceh yang memenuhi kriteria inklusi. Penentuan jumlah subjek pada penelitian ini mengacu pada teknik purposive sampling. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 48 subjek. Kriteria inklusi penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung ke RSUD Meuraxa Banda Aceh, bersedia menjadi subjek penelitian, memiliki gigi 11, 16, 26, 31, 36, dan 46. Apabila tidak memiliki gigi tersebut dapat digantikan dengan gigi di seblahnya. Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah pasien yang belum mengetahui hamil atau tidak, memakai alat ortodonti cekat, ibu hamil yang edentulous total J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 85 rahang atas dan bawah dan ibu hamil penderita diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan pengisian kuisioner dan pemeriksaan oral hygiene index simplified. Pemeriksaan kebersihan rongga mulut dilakukan dengan menjumlahkan nilai hasil pengukuran Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dengan menjumlahkan nilai Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) berdasarkan kriteria, yakni baik, sedang dan buruk. Berdasarkan Greene dan Vermilion, ada 6 gigi indeks yang diukur mewakili semua gigi posterior dan anterior, rahang atas dan rahang bawah. Permukaan gigi yang diukur antara lain permukaan bukal gigi 16 dan 26, permukaan labial gigi 11 dan 31, serta permukaan lingual gigi 36 dan 46. Kriteria indeks OHI-S adalah baik: 0,0-1,2, sedang: 1,3-3,0, buruk: 3,1-6,0. HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Usia Pasien Frekuensi Persentase(%) 17-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun 46-55 Tahun Jumlah 13 28 6 1 48 27,1 58,3 12,5 2,1 100 Tabel 1. Menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan usia subjek penelitian yang berusia 17-25 tahun sebanyak 13 orang (27,1%), 26-35 tahun sebanyak 28 orang (58,3%), 36-45 tahun sebanyak 6 orang (12,5%) dan 46-55 tahun sebanyak 1 orang (2,1%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Gravida (Kehamilan ke) Gravida Frekuensi Persentase (%) Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke->3 Jumlah 12 17 12 7 48 25 35,4 25 14,6 100 Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan distribusi frekuensi yang mengalami gravida ke-1 sebanyak 12 orang (25%), ke-2 sebanyak 17 orang (35,4%), ke-3 sebanyak 12 orang (25%) dan ke->3 sebanyak 7 orang (14,6%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Frekuensi Persentase Pendidikan (%) Rendah Menengah Tinggi Jumlah 9 19 20 18,8 39,6 41,6 48 100 Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan rendah sebanyak 9 orang (18,8%)/, menengah sebanyak 19 orang (39,6%), dan tinggi sebanyak 20 orang (41,7%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Tidak Bekerja Bekerja 18 30 37,5 62,5 Jumlah 48 100 Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan distribusi frekuensi subjek penelitian yang tidak bekerja sebanyak 18 orang (37,5%) dan yang bekerja sebanyak 30 orang (62,5%). Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jarak Untuk Ke Dokter Gigi Jarak Ke Frekuensi Persentase Dokter Gigi (%) Dekat Jauh Jumlah 21 27 43,7 56,3 48 100 Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan distribusi frekuensi subjek penelitian yang jarak untuk ke dokter gigi dekat sebanyak 21 orang J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 86 (43,8%) dan yang jarak untuk ke dokter gigi jauh sebanyak 27 orang (56,3%). Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gigi Pemanfaatan Fasilitas Frekuensi Persentase Kesehatan Gigi (%) Sakit, ke dokter gigi Kontrol Diobati sendiri bila sakit 11 16 21 22,9 33,3 43,8 Jumlah 48 100 Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan distribusi frekuensi subjek penelitian jika sakit, ke dokter gigi sebanyak 11 orang (22,9%), dan melakukan kontrol ke dokter gigi sebanyak 16 orang (33,3%), sedangkan diobati sendiri bila sakit sebanyak 21 orang (43,8%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek yang Menyikat Gigi pada Hari Pemeriksaan Menyikat Gigi Frekuensi Persentase (%) Ya Tidak 36 12 75 25 48 100 OHI-S Frekuensi Persentase (%) 9 25 14 18,7 52,1 29,2 48 100 Baik Sedang Buruk Jumlah Berdasarkan Tabel 9. menunjukkan distribusi frekuensi subjek penelitian yang memiliki status OHI-S baik sebanyak 9 orang (18,8%), status OHI-S sedang sebanyak 25 orang (52,1%) dan status OHI-S buruk sebanyak 14 orang (29,2%) B. Tabulasi Silang Tabel 10. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan Pekerjaan Tingkat Pendidikan Pekejaan Total Rendah Tidak Bekeja 7 (38,9%) Bekerja 2 (6,7%) 9 (18,8%) Menengah 8 (44,4%) 11 (36,7%) 19 (39,6%) Tinggi 3 (16,7%) 17 (56,7%) 20 (41,6%) Total 18 (100%) 30 (100%) 48 (100%) Berdasarkan Tabel 7. diketahui bahwa subjek yang menyikat gigi pada pagi hari saat hari pemeriksaan sebanyak 36 orang (75%), dan subjek yang tidak menyikat gigi sebanyak 12 orang (25%). Berdasarkan Tabel 10. menunjukkan distribusi frekuensi jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan, pada ibu hamil dengan pendidikan rendah yang bekerja sebanyak 2 orang (6,7%), sedangkan pada ibu hamil dengan pendidikan menengah yang bekerja sebanyak 11 orang (36,7%) dan pada ibu hamil dengan pendidikan tinggi yang bekerja sebanyak 20 orang (41,7%). Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek yang Menyikat Sebelum/Sesudah Sarapan Menyikat Gigi Frekuensi Persentase (%) Tabel 11. Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan dengan OHI-S pada Ibu Hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh Jumlah Sebelum Sesudah Jumlah 24 12 75 25 36 100 Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa subjek yang menyikat gigi sebelum sarapan sebanyak 24 orang (75%), dan sesudah sarapan sebanyak 12 orang (25%). Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan OHI-S Tingkat Pendidikan OHI-S Total Baik Sedang Buruk Rendah Menengah Tinggi 0 (0%) 2 (22,2%) 7 (77,8%) 3 (12%) 11 (44%) 11 (44%) 6 (42,9%) 6 (42,9%) 2 (14,3%) 9 (18,8%) 19 (39,6%) 20 (41,6%) Total 9 (100%) 25 (100%) 14 (100%) 48 (100%) Berdasarkan Tabel 11. menunjukkan distribusi frekuensi jumlah subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dan status OHI-S, pada ibu hamil dengan pendidikan rendah tidak ada yang memiliki status OHI-S baik 0 (0,%), sedangkan ibu hamil dengan pendidikan J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 87 menengah yang memiliki status OHI-S baik sebanyak 2 orang (22,2%) dan ibu hamil dengan pendidikan tinggi yang memiliki status OHI-S baik sebanyak 7 orang (77,8%). Tabel 12. Tabulasi Silang Pekerjaan dengan OHI-S pada Ibu Hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh Pekerjaan OHI-S Total Baik Sedang Buruk Tidak Bekerja Bekerja 2 (11,1%) 7 (77,8%) 7 (38%) 18 (72%) 9 (64,3%) 5 (35,7%) 18 ( 37,5%) 30 (62,5%) Total 9 (100%) 25 (100%) 14 (100%) 48 (100%) Berdasarkan Tabel 5.12. menunjukkan distribusi frekuensi jumlah subjek penelitian berdasarkan pekerjaan dan status OHI-S, pada ibu hamil yang tidak bekerja memiliki status OHI-S baik sebanyak 2 (11,1,%), sedangkan ibu hamil yang bekerja memiliki status OHI-S baik sebanyak 7 orang (77,8%). C. Analisis Korelasi Spearman Tabel 13. Analisis Korelasi Spearman antara Tingkat Pendidikan Terhadap Oral Hygiene pada Ibu Hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh Variabel Spearman Arah Nilai Bebas Korelasi p Tingkat Pendidikan 0,497 Negatif 0,000 Berdasarkan hasil uji Korelasi Speaman pada Tabel 13. dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh (p<0,05) sehingga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Tabel 14. Analisis Korelasi Speaman antara Pekerjaan Terhadap Oral Hygiene pada Ibu Hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh Variabel Spearman Arah Nilai Bebas Korelasi p Pekerjaan 0,329 Negatif 0,02 Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman pada Tabel 14. dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh (p<0,05) sehingga menunjukkan pengaruh yang signifikan antara pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. PEMBAHASAN Kehamilan merupakan proses yang ilmiah dan fisiologis. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada fisik dan mentalnya. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya peningkatan sekresi hormon estrogen dan progesteron yang cukup pesat selama masa kehamilan.15 Peningkatan sekresi hormon akan meningkatkan respon gingiva terhadap bakteri plak, sehingga wanita hamil lebih rentan terkena masalah pada rongga mulutnya.16 Perubahan fisiologis pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi perilaku, termasuk perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut.17 Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik kesadaran akan kesehatan sehingga perilaku kesehatan juga semakin baik. Lingkungan pekerjaan juga dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan berdampak pada perilaku kesehatannya.18 Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil pada penelitian ini dijumpai pada usia 26-35 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian Shalina (2015) yang menyebutkan bahwa mayoritas ibu hamil dijumpai pada kelompok usia tersebut.19 Besarnya jumlah ibu hamil yang dijumpai pada kelompok usia ini dikarenakan pada masa umur tersebut merupakan masa produktif perempuan, sehingga sebagian besar subjek mempunyai umur dalam rentang tersebut untuk hamil dan melahirkan. Tabel 2. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek pada penelitian ini mengalami gravida kedua, yaitu sebesar 35,4%. Hal ini sejalan dengan penelitian Ganesh dkk. (2011) yang menyebutkan sebagian besar subjek mengalami gravida kedua, yaitu sebesar 44,7%. 20 Penulis memperkirakan kondisi ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar subjek pada penelitian ini berada pada kelompok usia dewasa awal yang merupakan periode awal pernikahan J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 88 sehingga umumnya baru mengalami gravida kedua. Tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek pada penelitian ini memiliki pendidikan tinggi yaitu 20 orang (41,7%). Penulis memperkirakan hal tersebut terjadi karena letak dari RSUD Meuraxa yang berada di kota Banda Aceh, sehingga banyak ibu hamil yang berpendidikan tinggi datang untuk memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Mufida (2010) yang menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi lebih banyak melakukan kunjungan Antenatal Care (ANC) dibanding ibu yang berpendidikan rendah.21 Selain itu pendidikan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menerima informasi kesehatan dan pemahaman tentang kesehatan sehingga akan berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam melakukan tindakan kesehatan. Hal ini sesuai pendapat Notoatmodjo (2005) yang mengatakan tingkat pengetahuan akan mempengaruhi tingkat penguasaan responden terhadap derajat kesehatannya, karena dalam pendidikan terjadi proses pembelajaran yang selanjutnya akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.22 Tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek pada penelitian ini lebih banyak yang bekerja yaitu 30 orang (62,5%). Hal tersebut terjadi karena ibu hamil yang melakukan kunjungan ke RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagian besar adalah ibu dengan tingkat pendidikan tinggi (table 3.). Hal ini sejalan dengan penelitian pujiastuti (2005) yang mengatakan pekerjaan dihubungkan dengan tingkat pendidikan, dimana pekerjaan membutuhkan latar belakang pendidikan yang tinggi.12 Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian (table 10) ibu hamil dengan pendidikan tinggi lebih banyak yang bekerja yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Hasil penelitian pada Tabel 9. menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki tingkat kebersihan rongga mulut (OHIS) sedang, yaitu sebanyak 25 orang (52,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian Ganesh dkk. (2011) pada ibu hamil di Rumah Sakit Ibu Hamil Chennai yang menyebutkan bahwa sebagian besar (66,8%) subjek memiliki OHI-S sedang.20 Penulis memperkirakan adanya pengaruh dari waktu menyikat gigi, meskipun berdasarkan hasil penelitian (table 7) jumlah ibu hamil yang menyikat giginya pada pagi hari adalah 75%, namun jumlah ibu hamil yang menyikat gigi sesudah sarapan hanya 25% dan sebelum sarapan 50% (table 8). Hal tersebut kemungkinan dapat mengakibatkan OHI-S pada ibu hamil menjadi sedang, jika lebih banyak ibu hamil yang menyikat giginya sesudah sarapan pada pagi hari, bisa saja mempengaruhi hasil penelitian dengan subjek yang memiliki OHI-S baik menjadi lebih banyak. Jarak antara tempat tinggal dengan tempat fasilitas pelayanan kesehatan juga menjadi faktor pendukung dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang dekat dengan rumah memudahkan dalam menjangkau tanpa mengeluarkan banyak uang untuk transportasi serta sarana dan prasarana yang memadai.24 Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian (table 5 dan table 6) ibu hamil yang jarak ke dokter giginya dekat hanya 43,8% dan ibu hamil yang melakukan kontrol hanya 33,3%. Menurut penulis jarak yang jauh akan mengakibatkan ibu hamil menjadi malas untuk memperoleh pelayanan kesehatan, yang akan berdampak terhadap kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 11.) didapatkan data bahwa ibu hamil dengan pendidikan tinggi memiliki indeks oral hygiene yang baik yaitu 7 orang (77,8%). Sedangkan ibu hamil dengan pendidikan menengah memiliki indeks oral hygiene baik yaitu 2 orang (22,2%) dan ibu hamil dengan pendidikan rendah tidak ada yang memiliki indeks oral hygiene yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Said (2011), pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulutnya, seseorang yang pendidikannya rendah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam memelihara kebersihan gigi dan mulutnya, berbeda dengan orang yang lebih tinggi kemampuan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya lebih tinggi karena mereka lebih memperhatikan kondisi mulutnya.25 Hal ini mungkin juga berkaitan dengan tindakan mencari pengobatan, semakin tinggi tingkat pendidikan, maka tindakan mencari pengobatan akan semakin baik pula untuk meningkatkan kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 12.) didapatkan data bahwa ibu hamil yang bekerja J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 89 memiliki indeks oral hygiene yang baik yaitu 7 orang (77,8%). Sedangkan ibu hamil yang tidak bekerja memiliki indeks oral hygiene baik yaitu 2 orang (11,1%). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Primanita (2009) yang mengatakan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.23 Hal ini sejalan dengan hasil penelitian pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh yang sebagian besar adalah bekerja, menurut penulis dari pekerjaan tersebut menunjukkan bahwa ibu banyak berinteraksi dengan orang lain sehingga memperoleh pengalaman dan pengetahuan secara langsung, khususnya pengalaman dan pengetahuan mengenai kesehatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Pujiastuti (2005) bahwa pekerjaan juga dihubungkan dengan penghasilan, dimana seseorang yang mempunyai penghasilan lebih besar maka akan lebih mampu memenuhi kebutuhan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.12 Hasil uji statistik menggunakan analisis Korelasi Spearman pada Tabel 13 dan 14. menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan pekerjaan dengan nilai p=0,02 (p<0,05) terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan dan pekerjaan terhadap oral hygiene pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh. 2. Tingkat pendidikan ibu hamil yang melakukan kunjungan di Poli Klinik Kebidanan RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagian besar berada pada kategori pendidikan tinggi. 3. Pekerjaan ibu hamil yang melakukan kunjungan di Poli Klinik Kebidanan RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagian besar berada pada kategori bekerja. 4. Tingkat kebersihan rongga mulut pada ibu hamil di RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagian besar berada pada kategori sedang. SARAN Bagi instansi kesehatan umumnya dan RSUD Meuraxa Banda Aceh khususnya diharapkan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap sosialisasi mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama masa kehamilan. Pemberian sosialisasi tersebut adalah tugas utama dari praktisi kesehatan, bukan hanya oleh dokter gigi. Apalagi pasien ibu hamil lebih banyak berkunjung ke Poliklinik Kebidanan. DAFTAR PUSTAKA 1. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed., 2005:21 2. Satish C, Shaleen C, Girish C. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi India: Jaypee, 2007:29 3. Douglas AY. The American Dental Association Caries Classification System For Clinical Practice. Journal American Dental Association, 2015;146(2):79 4. Solanki G. Dental Caries - A Widely Growing Disease of Teeth. International Journal of Biomedical and Advance Research. India: Jodhpur National University, 2012;03(02):106 5. Michelle H. Dental Caries: A Ph-Mediated Disease. CDHA Journal, 2010;25(1):9 6. Peneva M. Dental Caries – Disturbed Balance of the Risk Factors. Journal of IMAB. Faculty In Dental Medicine, Medical University Bulgaria: Departement of Pediatric Dentistry, 2007;13(2):61 7. Evanson SE. Early Childhood Caries: Implication for Advanced Practice Nursing and Comunity Health. University Of Arizona, 2010;2(14) 8. Singh J, Singh N, Kumar A, Kedia MB, Agarwal A. Dental and Periodontal Health Status of Beta Thalassemia Major and Sickle Cell Anemic Patients: A Comperative Study. Journal of International Oral Health, 2013;5(5):57 9. Mehdizadeh M, Mehdizadeh M, Zamani G. Orodental Complications in Patients with J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 90 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. Major Beta-Thalassemia. Dental Research Journal, 2008;5(1):17 Arora M, Nayeemuddin SM, Ghatak S, Singh B. Growth Impairement and Dental Caries in Thalasemia Major Patients. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology, 2014;1(1):15-21 Thanvorncharoensap M. Factors Affecting Health Related Quality of Life In Thai Children With Thalasemia. Biomed Central, 2010;1:10 Bulan S. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Anak Thalasemia Beta Mayor. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Undip 2009:15-7 Fathiariani L. Thalasemia di Aceh. The Aceh Institute, 2012. Ibrahim R. Direktur Unit Donor Darah PMI Kota Banda Aceh. The Globe Journal, 2012 Sondang PH. Menuju Gigi Dan Mulut Sehat. Medan: USU Press, 2008:4-15 Gomber S. Dewan P. Physical Growth and Dental Caries in Thalassemia. Department of Pediatrics University College of Medical Sciences: India, 2006;43:1068 Gloudemans AK, Lambrecht BN, Smits HH. Potential of immunoglobulin A to prevent allergic Asthma. Clinical and Developmental Immunology. 2013:1-12. Fatmawati DWA. Hubungan Biofilm Streptococcus Mutans Terhadap Resiko Terjadinya Karies Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, 2011;8(3):127-30 Dhote V. Thosar N. Baliga S. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. Evaluation of Oral Hygiene Status and Salivary Biochemistry of Patients with Thalassemia Major: a Clinical Study. India, 2015;14(2):100 Shooriabi M Et Al. International Journal of Pediatrics.Investigating DMF-T Indicator and its Correlation with the Amount of Serum Ferritin and Hemoglobin in Students with Beta Thalassemia Major in Ahvaz, South West of Iran. University of Medical Sciences, 2016;4(3):1524 Polk DE. Weyant JR. Manz MC. Socioeconomic Factors In Adolescents Oral Health: Are They Mediated By Oral Hygiene Behaviors Or Preventive Interventions? Community Dent Oral Epidemiol, 2010;38:19 22. Leonardi R. Verzi P. Caltabiano M. Epidemiological Survey of the Prevalence of Dental Caries in Young Thalassemia Major Patients. Stomatol Mediterr, 1990;10(2):1336 23. Kaur N. Hiremath SS. Archives of Oral Sciences & Res. Dental Caries and Gingival Status of 3-14 year old Beta Thalassemia Major Patients Attending Paediatric OPD of Vani Vilas Hospital. Bungalore, 2012;2(2):67-70 24. Al-Raheem Y. The Impact of Thalassemia Major on Denta Integrity and Development. Alkindy College Of Medicine, 2009;6(4):397 25. Arora R. Malik S. Arora V. Malik R. American International Journal of Research in Formal, App Lied & Natural Sciences. Comparison of Dental Caries Prevalence in B-Thalassemia Beta Major Patients with Their Normal Counterparts in Udaipur. India, 2014;5(1):8 26. Riset Kedokteran Dasar (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013 J o u r n a l C a n i n u s D e n t i s t r y V o l . 2 , N o . 2 : 8 4 - 9 1 | 91