50 BAB IV PEMBAHASAN Ruang lingkup analisis market timing

advertisement
BAB IV
PEMBAHAS AN
Ruang lingkup analisis market timing pada saham BUMI mencakup analisis berita
terkait pada periode 1 Desember─31 Januari Tahun 2005─2008 dan pola-pola grafik
yang dibentuk dari grafik Candlestick dan pola Elliot Wave. Dalam rangka
menghasilkan market timing yang paling baik dengan menentukan posisi jual/beli saham
BUM I.
IV.1 Analisis Pergerakan Harga Dengan Grafik Candlestick Pada S aham BUMI
Analisis yang perlu dilakukan sebelum masuk ke dalam pola Elliot Wave
adalah analisis grafik Candlestick. Pada penelitian ini akan dibagi menjadi 3
periode analisis, masing-masing periode akan menjelaskan: grafik, penjelasan
analisis teknikal secara khusus, dan berita terkait untuk tanggal-tanggal penting.
Rumus-rumus sehubungan dengan Candlestick dapat dilihat pada lampiran 1.
IV.1.1 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember 2005—31 Januari
2006
Selama periode 1 Desember 2005—31 Januari 2006 harga
pembukaan (open) 1 Desember 2005 adalah Rp 690,- dan harga
penutupan (close) 31 Januari 2006 adalah Rp 850,-. Berdasarkan data
tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUM I mengalami
kenaikan sebesar Rp 160,- (23,19%).
50
Gambar 4.1
Grafik Candlestick Saham BUM I 1 Des 2005—31 Jan 2006
Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUM I adalah
0,50% (lampiran 2). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut
nilai saham BUM I mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata
0,50% per hari.
Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil
titik average, max, dan min pada tampilan:
51
Gambar 4.2
Average, Max, dan Min Saham BUM I 1 Des 2005—31 Jan 2006
Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis,
yaitu:
a. Harga saham BUM I pada periode ini memiliki harga
penutupan rata-rata sebesar Rp 771,- yang dibulatkan menjadi
Rp 770,- karena berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9).
Sehingga memungkinkan harga saham BUM I naik atau turun,
tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh grafik saham
BUM I. Bila Up Trend maka aksi Buy pada harga tersebut
masih dapat diterima, sedangkan bila Down Trend maka aksi
Sell pada harga tersebut masih dapat diterima.
b. Harga tertinggi sebesar Rp 850,- dibandingkan dengan harga
rata-rata memiliki perbedaan 10,25%, sedangkan harga
52
terendah sebesar Rp 690,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 10,50%. Hal ini menggambarkan
kekuatan supply dan demand hampir sama besar, sehingga
trend cenderung Sideways Trend.
c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata
saham pada periode ini adalah sebesar Rp 33,- dari harga ratarata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 30,- karena nilai ratarata berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Bila
perubahan harga saham lebih besar atau lebih kecil dari
standar deviasi, maka hal ini dipengaruhi gejolak atau berita
penting yang menyebabkan pergerakkan harga menjadi
berubah.
d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 160,-. Hal ini
menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max
adalah sebesar 23,19%. Berarti selama periode ini saham
BUM I memiliki Range perubahan harga terbesar adalah
23,19% dari harga Min.
Pada periode ini ada 3 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang muncul pada
perdagangan bursa.
53
Gambar 4.3
Trend Saham BUM I 1 Des 2005—31 Jan 2006
Pola trend tersebut adalah:
a. Tanggal 1 Desember 2005 – 9 Desember 2005
M inggu ke-1 bulan Desember 2005, terlihat bahwa
banyak White Candle yang menyebabkan harga saham BUM I
naik, artinya investor memilih untuk melakukan aksi beli
terhadap saham BUM I.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Terjadinya Up Trend disebabkan adanya reshuffle
kabinet yang dipandang baik oleh investor. Dengan adanya
reshuffle kabinet para investor asing mulai melirik Indonesia
sebagai tempat untuk berinvestasi, karena investor asing mulai
54
percaya diri untuk masuk ke pasar uang dan pasar modal
Indonesia.
b. Tanggal 12 Desember 2005 – 23 Januari 2006
M inggu ke-2 bulan Desember 2005, reaksi pasar
cenderung stabil, hal ini tercermin pada Black Candle dan
Dragonfly Doji yang menunjukkan bahwa para pelaku pasar
ingin melepas saham BUM I karena sudah dinilai terlalu mahal
oleh pasar namun masih ada kekuatan untuk menahan harga
saham agar tidak jatuh.
M inggu ke-3 bulan Desember 2005, banyak terlihat
White Candle yang berarti saham BUM I sedang bullish pada
minggu ini. Namun masih ada aksi lepas saham sehingga
kenaikannya tidak besar.
M inggu ke-4 bulan Desember 2005, terlihat banyak
Black Candle yang menunjukkan para investor ingin melepas
sahamnya. Pada minggu ini para pelaku pasar mulai
meninggalkan perdagangan bursa untuk sementara waktu dan
menyusun kembali portofolio.
M inggu ke-1 sampai minggu ke-3 bulan Januari 2006,
harga saham BUM I terlihat stabil dilihat dari Candlestick
yang tidak bergerak selama 3 minggu, berarti pelaku pasar
belum kembali melakukan transaksi saham BUM I.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Sideways Trend. Terjadi perubahan trend dari Up Trend
55
menjadi
Sideways
Trend
disebabkan
investor
mulai
melakukan aksi profit taking terhadap saham unggulan di
bulan Desember karena para investor menganggap saham
tersebut sudah overbought. Adanya liburan menjelang natal
para investor mulai menghentikan aksi pembelian saham,
sehingga transaksi mulai menurun. M emasuki perdagangan
bulan Januari para investor mulai melakukan transaksi
pembelian saham, saat itu para investor menilai terjadi
perbaikan ekonomi dengan menguatnya rupiah dan inflasi
yang terkendali. Pengaruh baik juga datang dari bursa global
dan regional, karena The Fed akan menghentikan kenaikan
suku bunganya. Namun harga saham masih belum bisa naik
karena tertahan aksi profit taking yang dilakukan beberapa
investor.
c. Tanggal 24 Januari 2006 – 31 Januari 2006
M inggu ke-4 bulan Januari 2006, harga saham BUM I
meningkat terlihat dari White Marubozu sebanyak 2 kali.
Berarti para pelaku pasar sudah kembali ke bursa dan
melakukan transaksi.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Terjadinya perubahan trend menjadi Up Trend
disebabkan adanya pengaruh positif dari menguatnya bursa
global dan regional. Selain itu adanya penguatan rupiah
karena adanya berita pemangkasan
impor BBM
oleh
56
Pertamina. Pengaruh postif lainnya adalah stabilnya suku
bunga SBI.
IV.1.2 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember 2006—31 Januari
2007
Selama periode 1 Desember 2006—31 Januari 2007 harga
pembukaan (open) 1 Desember 2006 adalah Rp 810,- dan harga
penutupan (close) 31 Januari 2007 adalah Rp 1.080,-. Berdasarkan data
tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUM I mengalami
kenaikan sebesar Rp 270,- (33,33%).
Gambar 4.4
Grafik Candlestick Saham BUM I 1 Des 2006—31 Jan 2007
57
Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUM I adalah
0,73% (lampiran 3). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut
nilai saham BUM I mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata
0,73% per hari.
Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil
titik average, max, dan min pada tampilan:
Gambar 4.5
Average, Max, dan Min Saham BUM I 1 Des 2006—31 Jan 2007
Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis,
yaitu:
a. Harga saham BUM I pada periode ini memiliki harga
penutupan rata-rata sebesar Rp 918,- yang dibulatkan menjadi
Rp 920,- karena berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9).
Sehingga memungkinkan harga saham BUM I naik atau turun,
58
tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh grafik saham
BUM I. Bila Up Trend maka Buy pada harga tersebut masih
dapat diterima, sedangkan bila Down Trend maka Sell pada
harga tersebut masih dapat diterima.
b. Harga tertinggi sebesar Rp 1.110,- dibandingkan dengan harga
rata-rata memiliki perbedaan 20,92%, sedangkan harga
terendah sebesar Rp 790,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 13,94%. Hal ini menggambarkan
kekuatan supply lebih kecil daripada demand, sehingga trend
cenderung Up Trend.
c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata
saham pada periode ini adalah sebesar Rp 78,- dari harga ratarata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 80,- karena nilai ratarata berada pada fraksi harga Rp 10,-(lampiran 9). Bila harga
saham lebih besar atau lebih kecil dari standar deviasi, ada
kemungkinan terjadi reversal pada harga saham tersebut.
d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 320,-. Hal ini
menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max
adalah sebesar 40,51%. Berarti selama periode ini saham
BUM I memiliki Range perubahan harga terbesar adalah
40,51% dari harga Min.
Pada periode ini ada 5 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang muncul pada
perdagangan bursa.
59
Gambar 4.6
Trend Saham BUM I 1 Des 2006—31 Jan 2007
Pola trend tersebut adalah:
a. Tanggal 5 Desember 2006 – 15 Desember 2006
M inggu ke-1 bulan Desember 2006, terlihat bahwa harga
saham BUM I terangkat naik terlihat dari White Candle yang
panjang. Hal ini menunjukkan para pelaku pasar menunjukkan
reaksi baik pada saham BUM I.
M inggu ke-2 bulan Desember 2006, reaksi pasar
cenderung stabil, terlihat White Candle tidak lagi seperti
minggu ke-1, bentuk candle lebih pendek dan cenderung
tertahan. Hal ini menggambarkan para pelaku pasar mulai
ingin melakukan aksi jual saham BUM I.
60
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Saat ini indeks dan saham di Indonesia mendapat
pengaruh positif dari bursa global dan regional yang
mengalami peningkatan. Selain itu adanya isu mengenai
penurunan BI Rate membuat investor semakin bersemangat
untuk melakukan pembelian saham, sehingga harga indeks
dan saham meningkat.
b. Tanggal 18 Desember 2006 – 19 Desember 2006
M inggu ke-3 bulan Desember 2006, saham BUM I turun
yang terlihat dari Black Candle yang panjang. Grafik tersebut
menunjukkan bahwa para pelaku pasar sedang meninggalkan
saham BUM I, namun masih ada beberapa investor yang tetap
mempertahankan saham BUM I sehingga harganya tidak
terlalu jatuh.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Down Trend. Terjadinya perubahan trend dari Up Trend
menjadi Down Trend disebabkan adanya kebijakan Bank
Sentral Thailand untuk menahan aliran modal yang masuk ke
Thailand dengan mewajibkan 30% dari mata uang asing yang
didepositokan tidak mendapat bunga, tujuan dari kebijakan ini
adalah untuk mengurangi spekulasi atas baht. Akibat dari
kebijakan ini para investor asing menarik diri dari bursa Asia
karena shock dengan kebijakan tersebut. Sehingga dampak
61
dari kebijakan tersebut mempengaruhi bursa di seluruh Asia
termasuk di Indonesia.
c. Tanggal 20 Desember 2006 – 5 Januari 2007
M inggu ke-4 bulan Desember 2006, saham BUM I masih
belum banyak diperdagangkan, terlihat pada Candlestick yang
bergerak naik sedikit. Para pelaku pasar di minggu ini ingin
mencoba menaikkan harga saham BUM I namun tanggapan
atas reaksi tersebut masih belum dapat terlaksana.
M inggu ke-1 bulan Januari 2007, terlihat White Candle
yang banyak namun kecil, hal ini berarti pelaku pasar belum
kembali melakukan transaksi terhadap saham BUM I, sehingga
harga saham BUM I cenderung stabil.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Perubahan menjadi Up Trend disebabkan adanya
revisi dari Bank
Sentral Thailand tentang pembatasan
transaksi valas, sehingga para investor mulai kembali
melakukan investasi di bursa Asia. Selain dari berita revisi
tersebut, kenaikan juga dipicu dengan penurunan BI Rate
sebesar 25 bps.
d. Tanggal 8 Januari 2007 – 12 Januari 2007
M inggu ke-2 bulan Januari 2007, banyak terdapat Black
Candle yang diikuti dengan Long-Legged Doji kaki bawah
lebih panjang dari atas. Hal ini menunjukkan aksi jual yang
kuat dibandingkan dengan aksi beli, namun para pelaku pasar
62
masih dapat menahan harga saham BUM I agar tidak turun
terlalu jauh. Pada minggu ini terlihat bahwa para pelaku pasar
mulai memasuki pasar dan melakukan transaksi, terlihat di
akhir minggu ke-2 Candlestick menunjukkan indikasi naik
karena terlihat adanya White Marubozu.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Down Trend. Terjadinya perubahan trend disebabkan oleh:
•
Turunnya harga minyak dunia membuat saham
pertambangan terkoreksi.
•
Perekonomian A S yang belum stabil mempengaruhi
kondisi perekonomian dunia.
•
M enurut investor harga saham di Indonesia sudah
terlalau tinggi akibatnya para investor menarik diri dari
pasar modal Indonesia.
•
Buruknya situasi ekonomi di Thailand dengan adanya
pembatasan
kepemilikan
saham asing,
memberi
dampak negatif di bursa kawasan Asia.
e. Tanggal 15 Januari 2007 – 31 Januari 2007
M inggu ke-3 dan ke-4 Januari 2007, banyak terdapat
White Candle panjang, sehingga harga saham BUM I naik.
Pada 2 minggu terkakhir di bulan Januari para pelaku pasar
mulai kembali masuk ke pasar sehingga harga saham BUM I
dapat meningkat tajam.
63
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Terjadinya Up Trend disebabkan:
•
Investor mulai berburu saham unggulan yang sudah
terkoreksi
•
Penurunan aksi profit taking
•
Investor menantikan kebijakan BI pasca keluarnya
data inflasi.
IV.1.3 Analisis Grafik Candlestick Periode 1 Desember 2007—31 Januari
2008
Selama periode 1 Desember 2007—31 Januari 2008 harga
pembukaan (open) 1 Desember 2007 adalah Rp 5.750,- dan pada harga
penutupan (close) 31 Januari 2008 adalah Rp 6.400,-. Berdasarkan data
tersebut maka dalam jangka waktu 2 bulan saham BUM I mengalami
kenaikan sebesar Rp 650,- (11,30%).
Gambar 4.7
Grafik Candlestick Saham BUM I 1 Des 2007—31 Jan 2008
64
Tingkat pengembalian rata-rata harian saham BUM I adalah
0,37% (lampiran 4). Ini menunjukkan bahwa selama 2 bulan tersebut
nilai saham BUM I mengalami apresiasi, dengan kenaikan rata-rata
0,37% per hari.
Berdasarkan trend grafik secara menyeluruh maka dapat diambil
titik average, max, dan min pada tampilan:
Gambar 4.8
Average, Max, dan Min Saham BUM I 1 Des 2007—31 Jan 2008
Berdasarkan grafik yang ada di atas, maka dapat dibuat analisis,
yaitu:
a. Harga saham BUM I pada periode ini memiliki harga
penutupan rata-rata sebesar Rp 5.959,- yang dibulatkan
menjadi Rp 5.950,- karena berada pada fraksi harga Rp 50,(lampiran 9). Sehingga memungkinkan harga saham BUM I
65
naik atau turun, tergantung dari trend yang ditunjukkan oleh
grafik saham BUM I. Bila Up Trend maka Buy pada harga
tersebut masih dapat diterima, sedangkan bila Down Trend
maka Sell pada harga tersebut masih dapat diterima.
b. Harga tertinggi sebesar Rp 6.600,- dibandingkan dengan harga
rata-rata memiliki perbedaan 10,77%, sedangkan harga
terendah sebesar Rp 4.700,- dibandingkan dengan harga ratarata memiliki perbedaan 21,12%. Hal ini menggambarkan
kekuatan supply lebih besar daripada demand, sehingga trend
cenderung Down Trend.
c. Kemungkinan perubahan harga saham dari harga rata-rata
saham pada periode ini adalah sebesar Rp 376,- dari harga
rata-rata saham, yang dibulatkan menjadi Rp 400,- karena
nilai rata-rata berada pada fraksi harga Rp 50,-(lampiran 9).
Bila harga saham lebih besar atau lebih kecil dari standar
deviasi, ada kemungkinan terjadi reversal pada harga saham
tersebut.
d. Range antara Max dan Min adalah sebesar Rp 1.900,-. Hal ini
menunjukkan perbedaan Range dari nilai Min menuju ke Max
adalah sebesar 40,43%. Berarti selama periode ini saham
BUM I memiliki Range perubahan harga terbesar adalah
40,43% dari harga Min.
Pada periode ini ada 6 pola trend yang terbentuk, dimana polapola tersebut dipengaruhi oleh berita-berita yang ada.
66
Gambar 4.9
Trend Saham BUM I 1 Des 2007—31 Jan 2008
Pola trend tersebut adalah:
a. Tanggal 5 Desember 2007 – 18 Desember 2007
M inggu ke-1 sampai ke-3 bulan Desember 2007, terlihat
banyak Black Candle yang menyebabkan harga saham BUM I
turun tajam. Pada minggu ini banyak pelaku pasar yang mulai
meninggalkan pasar di awal Desember 2007. Diperkirakan
dengan grafik yang ada sekarang harga saham akan turun atau
stabil dalam jangka waktu beberapa minggu.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Down Trend. Terjadinya Down Trend disebabkan:
•
adanya aksi profit taking saham-saham unggulan yang
dinilai sudah terlalu tinggi mengikuti momentum
67
penurunan saham di Wall Street, terutama di sektor
pertambangan.
•
Penurunan suku bunga The Fed sebesar 25 bps,
menurut investor tidak memberikan dampak kepada
perekonomian di AS sehingga bursa Wall Street masih
dalam keadaan lesu yang mempengaruhi bursa di
kawasan regional.
b. Tanggal 19 Desember 2007 – 2 Januari 2008
M inggu ke-4 bulan Desember 2007, grafik Candlestick
tidak menunjukkan adanya reaksi terjadinya transaksi, bentuk
grafiknya Four Price Doji yang berulang selama 3 hari
berturun-turut. Pada minggu ini terjadi transaksi hanya pada 3
hari dan memberikan kenaikan sedikit pada saham BUM I
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Sideways Trend. Pada saat ini terjadi Sideways Trend
disebabkan karena adanya libur Idul Adha dan Natal yang
membuat harga saham di bursa tidak bergerak.
c. Tanggal 3 Januari 2008 – 14 Januari 2008
M inggu ke-1 bulan Januari 2008, grafik Candlestick
masih menunjukkan tidak ada transaksi. Berarti para pelaku
pasar
masih
meninggalkan
kegiatan
investasinya dan
menyusun ulang portofolionya.
M inggu ke-2 bulan Januari 2008, grafik Candlestick
menunjukkan adanya pertanda naik pada saham BUM I,
68
namun tidak banyak karena pelaku pasar belum kembali ke
bursa. Dampaknya akan ada kemungkinan saham BUM I
turun, yang ditandai Long-Legged Doji.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Hal ini disebabkan pengaruh positif dari bursa
regional yang memberi dampak baik kepada IHSG. Selain itu
investor juga sudah terbiasa dengan harga minyak yang tinggi.
Selain itu IHSG terdorong naik oleh saham komoditas energi
dan perkebunan.
d. Tanggal 15 Januari 2008 – 22 Januari 2008
M inggu ke-3 bulan Januari 2008, grafik Candlestick
menunjukkan nilai saham BUM I terjun bebas. Pada minggu
ini para investor memberikan sentimen negatif yang besar
bagi saham BUM I dan tidak ada kekuatan yang menahan
harga saham BUM I, terlihat dari Black Candle yang panjang
dan banyak.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Down Trend. Penyebab terjadi Down Trend karena resesi
ekonomi di AS yang dipengaruhi oleh kasus subprime
mortgage. Akibatnya pasar global mengalami penurunan dan
menyebabkan bursa di seluruh dunia mengalami hal yang
sama. M emburuknya bursa di Eropa juga memberikan
dampak negatif kepada bursa regional yang ditandai dengan
aksi jual besar-besaran oleh investor.
69
e. Tanggal 23 Januari 2008 – 28 Januari 2008
M inggu ke-4 bulan Januari 2008, grafik Candlestick
menunjukkan indikas i kuat terhadap kenaikan saham BUM I
hal ini menunjukkan harga saham BUM I dinilai sudah terlalu
murah dan juga para investor sudah mulai kembali melakukan
kegiatan investasinya secara penuh. Dampak kenaikan yang
tajam di minggu ini dapat menyebabkan penurunan di minggu
berikutnya, bila tidak ada kekuatan dari pelaku pasar untuk
menahan harga saham BUM I.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Up Trend. Penyebab terjadinya Up Trend adalah:
•
Penurunan suku bunga 75 bps oleh The Fed, kebijakan
ini dinilai positif oleh investor di seluruh dunia
termasuk Indonesia.
•
Kongres AS mulai membahas rancangan stimulus
ekonomi yang diharapkan dapat mengurangi resesi
ekonomi di AS, stimulus tersebut berupa keringanan
pajak bagi kalangan industri dan individu. Pengaruh
kebijakan tersebut membuat bursa Wall Street menjadi
bergairah.
f. Tanggal 29 Januari 2008 – 31 Januari 2008
M inggu ke-5 bulan Januari 2008, terjadi penurunan
harga saham BUM I yang dilambangkan dengan Black Candle
selama 2 hari berturut-turut. Pada saat ini investor menilai
70
harga saham BUM I sudah terlalu tinggi sehingga para investor
mulai melepas saham BUM I yang menyebabkan harga saham
BUM I turun.
Di antara tanggal ini, pola trend yang terbentuk adalah
Down Trend. Pengaruh Down Trend adalah keputusan The
Fed menurunkan
suku buku sebanyak 50 bps tidak
memberikan reaksi positif kepada investor. Pengaruh lainnya
adalah terjadi perebutan Herald Resources antara BUM I dan
ANTM, posisi saat ini BUM I masih kalah dibandingkan
ANTM.
IV.2 Analisis Market Timing Dengan Pola Elliot Wave Pada S aham BUMI
Setelah selesai melakukan analisis Candlestick maka langkah berikutnya
adalah melakukan konfirmasi analisis melalui pola Elliott Wave yang dibuat untuk
masing-masing periode seperti pada Candlestick. M elalui pola Elliott Wave ini
dapat ditentukan analisis market timing untuk melengkapi analisis Candlestick
pada saham BUM I.
IV.2.1 Analisis Pola Elliott Wave Periode 1 Desember 2005—31 Januari 2006
1. Pola Elliott Wave
Berikut ini akan ditampilkan pola Elliott Wave dari skala kecil
dan skala besar:
71
a. Pola Elliott Wave Skala Kecil
Gambar 4.10
Pola Elliott Wave Skala Kecil 1 Des 05─31 Jan 06
b. Pola Elliott Wave Skala Besar
Gambar 4.11
Pola Elliott Wave Skala Besar 1 Des 05─31 Jan 06
72
Pada gambar di atas terlihat bahwa pola Elliott Wave skala besar
terbentuk dari kumpulan wave skala kecil. Dimana untuk 5 wave skala
kecil dalam posisi Up Trend akan membentuk 1 wave skala besar dalam
posisi Up Trend. Sedangkan untuk 3 wave skala kecil dalam posisi
Down Trend akan membentuk 1 wave skala besar dalam posisi Down
Trend.
2. Analisis Market Timing
Untuk melengkapi grafik dan pola pada gambar di atas, harus
diletakan
Fibonacci
Retracement.
Dengan
adanya
Fibonacci
Retracement maka analisis market timing melalui pola Elliott Wave
pada saham BUM I dapat digambarkan secara jelas.
a. Analisis Market Timing Pola Elliott Wave Skala Kecil
Dalam pola Elliott Wave skala kecil periode perubahan
wave lebih pendek. Hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah posisi buy dilihat pada wave 2 sejauh mana melakukan
reversal terhadap wave 1 melalui Fibonacci Retracement.
73
Gambar 4.12
Fibonacci Retracement I Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada saat wave 2 pada saham BUM I memasuki titik
antara 50,0% sampai 61,8% dari wave 1 maka perlu
mengamati berita yang dapat memberikan momentum balik
dari wave 2. Pada tanggal 7 Desember 2005 bursa-bursa
regional memberi pengaruh positif terhadap saham-saham di
Indonesia,
selain
itu
terjadi
penguatan
nilai
rupiah.
M omentum ini cukup memberi dorongan kepada wave 2
untuk berbalik naik menjadi wave 3 dan merupakan posisi buy
pada saham BUM I yang cukup baik.
74
Gambar 4.13
Posisi Buy Wave 2 Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Setelah mendapatkan posisi buy untuk saham BUM I
maka
langkah
berikut
yang
harus
dilakukan
adalah
menentukan posisi sell. Pada saat wave 3 mulai terbentuk dan
sudah melewati rasio 0% Fibonacci Retracement yang
dibentuk dari wave 1 maka sudah saatnya memperhatikan
perubahan harga saham BUM I. Aksi sell pada saham BUM I
dilakukan
bila dalam perubahan harga saham BUM I
menemukan adanya Black Candle maka pada saat itu juga
harus di lakukan aksi sell. Pada gambar Black Candle setelah
wave 2 muncul pada tanggal 12 Desember 2005, yang
menunjukkan investor mulai melakukan profit taking terhadap
saham BUM I. Berarti pada tanggal tersebut aksi sell
sebaiknya dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian.
75
Gambar 4.14
Posisi Sell Wave 3 Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Alternatif lain bila dirasa wave 3 belum saatnya
dilakukan aksi sell adalah dengan membentuk wave 5. Untuk
mendapatkan posisi sell yang baik perlu dibentuk Fibonacci
Retracement dengan titik awal wave 1 dan titik akhir wave 3.
Gambar 4.15
Fibonacci Retracement II Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
76
Yang perlu diperhatikan pada saat wave 4 di saham
BUM I dibentuk adalah wave 4 tidak boleh melewati rasio
61,8% pada Fibonacci Retracement. Bila wave 4 melewati
rasio
61,8%
maka sebaiknya tidak
perlu
melakukan
pengamatan lagi dan segera lepas saham BUM I tersebut untuk
mengurangi kerugian.
Gambar 4.16
Posisi Wave 4 Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar wave 4 yang terbentuk masih berada pada
rasio 23,6% sampai 38,2%. Setelah wave 4 maka akan
terbentuk wave 5 yang merupakan reversal dari wave 4.
Pilihan untuk melepas saham BUM I di wave 5 adalah bila
wave 5 melewati rasio 0% atau selama terbentuknya wave 5
ditemukan Black Candle yang diperkuat dengan berita
kemungkinan terjadinya reversal.
77
Gambar 4.17
Posisi Sell Wave 5 Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar terlihat perubahan White Candle menjadi
Black Candle terjadi pada tanggal 23 Desember 2005.
Penyebab terjadinya hal tersebut adalah para investor sudah
banyak yang meninggalkan bursa karena memasuki libur
Natal dan Tahun Baru. Berita ini memberikan momentum
kepada wave 5 di saham BUM I untuk melakukan reversal.
M aka untuk tanggal 23 Desember 2005 sudah saatnya
melakukan aksi sell saham BUM I karena akan terjadi reversal
yang menyebabkan harga saham BUM I turun.
Kondisi lain yang dapat digunakan sebagai acuan profit
taking, bila pada akhir wave C titiknya masih berada di atas
61,8% dari Fibonacci Retracement yang dibentuk dari titik
awal wave 1 dan titik akhir wave 5, maka kondisi ini
78
merupakan kesempatan lain untuk mendapatkan profit di
saham BUM I. Untuk memastikan kekuatan momentum
tersebut maka perlu dilihat berita pada titik akhir wave C yaitu
pada tanggal 23 Januari 2006. Pada tanggal tersebut bursa
global
dan
regional
mengalami
kenaikan
sehingga
memberikan pengaruh positif kepada saham yang ada di
Indonesia. Dengan adanya berita tersebut maka pada tanggal
23 Januari 2006 aksi buy pada saham BUM I dapat dilakukan.
Gambar 4.18
Posisi Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Waktu yang tepat untuk melepas saham BUM I adalah
pada saat reversal dari wave C telah mencapai rasio 0% dari
Fibonacci Retracement atau menemukan Black Candle
pertama kali saat reversal terjadi hal ini dilakukan untuk
79
mengurangi risiko terjadinya kerugian atas penurunan harga
saham BUM I.
Gambar 4.19
Posisi Sell I atas Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar di atas reversal atas wave C telah melewati
rasio 0% pada tanggal 25 Januari 2006, berarti pada tanggal
25 Januari 2006 sebaiknya segera dilakukan aksi sell saham
BUM I
untuk
menghindari
terjadinya
kerugian
akibat
penurunan harga saham BUM I.
Bila merasa belum saatnya harga saham BUM I turun
berdasarkan berita yang ada. M aka aksi sell saham BUM I
dapat ditahan hingga menemukan Black Candle. Namun pada
saat Black Candle terlihat maka saat itu juga aksi sell saham
BUM I harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko
terjadinya penurunan harga saham BUM I.
80
Gambar 4.20
Posisi Sell II atas Buy Wave C Skala Kecil Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar terlihat Black Candle berada pada tanggal
27 Januari 2006. Berarti pada tanggal tersebut aksi sell saham
BUM I sudah harus dilakukan untuk menghindari terjadinya
risiko kerugian penurunan harga.
b. Analisis Market Timing Pola Elliott Wave Skala Besar
Pada saat Fibonacci Retracement dibentuk dari wave 1
yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana wave 2
melakukan reversal terhadap wave 1.
81
Gambar 4.21
Fibonacci Retracement Skala Besar Per 1 Des 05─31 Jan 06
Setelah mendapatkan Fibonacci Retracement maka
saatnya menentukan posisi buy yang baik bagi saham BUM I
dari reversal wave 1 yang membentuk wave 2. Pada umumnya
posisi yang baik untuk aksi buy pada saham BUM I adalah bila
wave 2 melakukan reversal menjadi wave 3 sebelum wave 2
jatuh di bawah 61,8%, namun tidak menutup kemungkinan
untuk melakukan aksi buy saham BUM I pada saat wave 2
mulai membentuk White Candle.
82
Gambar 4.22
Posisi Buy Wave 2 Skala Besar Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar di atas wave 2 bergerak di antara titik
38,2% sampai 23,6%. Dalam melakukan aksi buy saham
BUM I dilihat dari grafik Candlestick di wave 2, posisi White
Candle pertama kali yaitu pada tanggal 5 Januari 2006. Pada
tanggal 5 Januari 2006 terdapat berita terkendalinya inflasi,
menguatnya rupiah, dan The Fed menghentikan kenaikan suku
bunga. Dengan sentimen positif seperti ini maka aksi buy
saham BUM I pada tanggal 5 Januari 2006 dapat dilakukan.
Setelah melakukan buy pada saham BUM I amati
pergerakan trend dan wave bila wave 2 turun hingga mencapai
titik 61,8% atau lebih maka sebaiknya segera melepas saham
BUM I tersebut.
83
Gambar 4.23
Posisi Wave 2 Skala Besar Per 1 Des 05─31 Jan 06
Pada gambar terlihat wave 2 tidak dapat melewati rasio
38,2% pada Fibonacci Retracement yang didukung dengan
berita positif pada tanggal 23 Januari 2006 mengenai bursa
global dan regional yang mengalami kenaikan, sehingga
saham BUM I masih dapat ditahan sampai terbentuk wave 3.
Gambar 4.24
Posisi Sell Wave 3 Skala Besar Per 1 Des 05─31 Jan 06
84
Posisi sell pada saham BUM I yang baik adalah pada saat
wave 3 menembus rasio 0% pada Fibonacci Retracement.
Pada gambar terlihat wave 3 menembus rasio 0% di tanggal
25 Januari 2006, maka aksi sell pada saham BUM I harus
dilakukan pada tanggal tersebut. Dilakukan profit taking pada
tanggal tersebut untuk mengurangi risiko penurunan harga
saham BUM I.
IV.2.2 Analisis Pola Elliott Wave Periode 1 Desember 2006—31 Januari 2007
1. Pola Elliott Wave
Berikut ini akan ditampilkan pola Elliott Wave dari skala kecil
dan skala besar:
a. Pola Elliot Wave Skala Kecil
Gambar 4.25
Pola Elliott Wave Skala Kecil 1 Des 06─31 Jan 07
85
Download