ANALISIS APBD I. PENDAPATAN DAERAH

advertisement
ANALISIS APBD
I. PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Daerah terdiri dari beberapa jenis yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah. Dari 3 jenis pendapatan tersebut
kemudian di petakan lagi menjadi beberapa macam, antara lain :
 PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah
 Dana Perimbangan terdiri dari Dana Bagi Hasil/bukan pajak, DAK dan DAU
 Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah terdiri dari Hibah, dana darurat, dana bagi
hasil pajak dari provinsi dan pemda lainnya, dana penyesuaian otonomi khusus,
bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya.
Berikut analisis anggaran pendapatan dan belanja dari suatu daerah pada tahun
anggaran 2007 hingga 2011. Analisis tersebut menggunakan program software microsoft
excel untuk mengolah dan memproses penghitungan data anggaran.
1. Yang pertama yaitu pendapatan suatu daerah pada tahun 2007-20011, yang tediri dari
pajak daerah yang dicapai rata-rata 67% dan Lain-lain pendapatan yang sah hanya sekitar
17% (Tabel 1) dari total pendapatan, sementara dana pendapatan dari retribusi daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing masing hanya mencapai 11%
dan 5%. Persentase dan grafik dari sumber pendapatan asli daerah ini ditunjukkan dalam
Tabel 2 dan Chart 1
Tabel 1. Jenis Pendapatan Daerah
Jenis APBD
2007
2008
2009
2010
2011
Rupiah
52.195
64.745
67.467
71.852
93.731
69.998
Pajak daerah
34.981
44.693
45.126
47.682
62.365
46.969
67
Retribusi daerah
7.171
8.003
7.650
8.035
7.637
7.699
11
2.241
3.050
3.420
3.637
4.845
3.439
5
7.802
8.999
11.271
12.498
18.884
11.891
17
Dalam
Hasil
daerah
Rata-Rata
Milyar
Persentase
100%
kekayaan
yg
dipisahkan
Lain-lain PAD yang
sah
Tabel 2. Presentase Sumber Penapatan Daerah
Jenis Pendapatan
Persentase
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil
kekayan
daerah
dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
2007
100
67
14
2008
100
69
12
2009
100
67
11
2010
100
66
11
2011
100
67
8
4
15
5
14
5
17
5
17
5
20
Pada Chart 1 yang menunjukan grafik persentase pendapatan asli daerah pada
komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah cenderung stabil dan sedikit mengalami
kenaikan dari tahun 2007 sebesar 4% kemudian menjadi 5% pada tahun-tahun berikutnya.
Untuk pajak daerahnya sendiri meski di awal tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan
tetapi pada tahun berikutnya terus mengalami penurunan. Sementara pada pemasukan dari
sektor retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah menunjukan hal yang berkebalikan. Yakni
pada retribusi daerah yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan pada tahun terakhir
hanya sebesar 8% sedangkan lain-lain PAD yang sah justru kebalikannya yaitu terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun hingga mencapai 20 % dari keseluruhan APBD.
Berikut diagram flow chart persentasi PAD tersebut :
Chart 1. Presentase Jenis Pendapatan Daerah
80
70
60
Pajak daerah
50
Retribusi daerah
40
30
Hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan
20
Lain-lain PAD yang sah
10
0
1
2
3
4
5
2. Kemudian untuk pendapatan daerah selanjutnya adalah jenis-jenis dana perimbangan.
Pada dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil bukan pajak, DAU dan DAK
untuk daerah tersebut menyumbang cukup besar pada APBD khususnya pada alokasi
DAU yang mencapai lebih dari 50%. Berikut Tabel perincian dana perimbangan daerah :
Tabel 3. Jenis Dana Perimbangan
Dana Perimbangan
Dalam Milyar Rupiah
Dana bagi hasil pajak/
bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
2007
209.576
Rata2008
2009
2010
2011
Rata
276.102 275.266 292.281 302.265 271.098
46.046
146.351
17.179
78.137 69.768 77.677 71.934 68.712
176.638 187.196 193.226 207.081 182.098
21.327 18.302 21.378 23.250 20.287
Dari tabel di atas DAU yang paling banyak menyumbang untuk pemasukan pada
APBD di daerah tersebut. Meskipun daerah tergolong masih bergantung pada perimbangan
keuangan pusat yang tercermin dari pengalokasian DAU atau DAK yang besar kepada
daerah, namun dana tersebut merupakan refleksi dari pendapatan asli daerah yang disalurkan
kembali oleh pemerintah pusat kepada daerah.
Tabel 4. Presentase Jenis Dana Perimbangan
Dana Perimbangan
Dalam Persentase
Dana bagi hasil pajak/
bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
2007
100
2008
100
2009
100
2010
100
2011
100
Rata-Rata
22
70
8
28
64
8
25
68
7
27
66
7
24
69
8
25
67
8
Total Dana Perimbangan konsisten bertambah selama periode 2007 – 2011. Dalam lima
tahun, Total Dana Perimbangan telah meningkat secara perlahan. Hal ini sejalan dengan
peningkatan Dana Alokasi Umum yang mencapai 67% selama 2007-2011 sedangkan Dana
Alokasi Khusus hanya sebesar 8%. Sementara dana bagi hasil pajak atau bukan pajak sebesar
25 % dari APBD selama lima tahun terakhir.
Chart 2. Tren Jenis Dana Perimbangan
80
70
60
50
Dana bagi hasil pajak/bagi
hasil bukan pajak
40
Dana alokasi umum
30
Dana alokasi khusus
20
10
0
1
2
3
4
5
Meskipun total dana perimbangan meningkat, persentase pendapatan dari ketiga
sumber ini realtif konstan dalam periode 2007-2011. Meski DAU mengalami sedikit
penurunan di tahun 2007 ke 2008 tapi tahun-tahun setelahnya prosentasenya terus mengalami
peningkatan. Sedangkan DAK cenderung konstan dan Dana bagi hasil pajak dan bukan pajak
fluktuatif.
3. Dan yang terakhir dalam pendapatan asli daerah yakni lain-lain pendapatan yang sah
yang terdiri dari hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan lain-lain yang
telah terinci dalam tabel dibawah ini :
Tabel 5. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yg
sah
Dalam Milyar Rupiah
Hibah
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari
Propinsi dan Pemda lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi
khusus
Bantuan keuangan dari Propinsi
atau Pemda lainnya
Lain-lain
2007
23.505
1.604
687
2008
35.588
2.511
1.329
2009
44.431
2.309
551
2010
38.909
4.248
377
2011
52.663
2.408
295
RataRata
39.019
2.616
648
8.498
9.835
11.663
11.961
13.115
11.014
8.933
15.635
20.852
15.497
29.645
18.112
2.233
1.550
1.664
4.614
2.242
6.814
4.955
1.871
5.185
2.015
3.256
3.373
Dalam tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun 2011 pendaptan lain-lain yang sah
diterima paling besar dari tahun tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa semakin mengalami
peningkatan hingga tahun terakhir 2011. Pendapatan lain lain yang menyubmang paling besar
adalah dana penyesuaian dan otonomi khusus yang dialokasikan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah. Rata-rata yang dana penyesuaian tersebut mencapai 18.112 milyar dalam
5 tahun anggaran tersebut sedangkan yang lain masih berada di bawah angka tersebut. Jika
angka tersebut di persentasikan maka akan menghasilkan persentasi seperti yang ada di tabel
6 dan chart 3 di bawah ini.
Tabel 6. Presentase Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain Pendapatan Daerah yg
Sah
Dalam Persentase
Hibah
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari
Propinsi dan Pemda lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi
khusus
Bantuan keuangan dari Propinsi
atau Pemda lainnya
Lain-lain
2007
100
7
3
2008
100
7
4
2009
100
5
1
2010
100
11
1
2011
100
5
1
Persentase
100%
7
2
36
28
26
31
25
29
38
44
47
40
56
45
10
7
5
13
5
15
13
5
10
4
8
9
Seperti yang telah di ketahui bahwa penyumbang terbesar pada pendapatan lain-lain
yang sah yaitu dana penyesuaian dan otonomi khusus yang mencapai 45 % dalam 5 tahun
anggaran daerah. Hal ini sudah termasuk besar mengingat fungsi alokasi anggaran otonomi
khusus yang tidak dimiliki pada semua daerah. Dan persentase terbesar kedua yakni dana
bagi hasil pajak dari provinsi yang mencapai 29% dan sisanya tidak sampai 10% dari APBD.
Chart 3. Tren Lain-lain Pendapatan yang sah
60
Hibah
50
Dana darurat
40
30
Dana bagi hasil pajak dari
Propinsi dan Pemda lainnya
20
Dana penyesuaian dan
otonomi khusus
10
Bantuan keuangan dari
Propinsi atau Pemda lainnya
0
1
2
3
4
5
6
Tren Grafik lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami fluktuasi peningkatan dan
penurunan selama 5 tahun anggaran dari 2007-2011. Peningkatan yang tertinggi terjadi pada
dana penyesuaian dan otonomi khusus pada tahun anggaran 4 menuju tahun anggaran 5.
Sebaliknya alokasi dana darurat terus mengalami penurunan dari tahun ke 3 dan tahun-tahun
berikutnya. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah tersebut sedikit mengalami bencana
sehingga aloksinya menurun.
II. BELANJA DAERAH
Belanja daerah dari sisi pengeluaran APBD dibedakan menjadi dua yakni belanja tidak
langsung dan belanja langsung. Berikut keterangan dan tabel dari kedua jenis belanja daerah
tersebut :
1. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi dan lainlain seperti yang telah dipetakan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 7. Jenis Belanja Tidak Langsung
Belanja
Belanja
Tidak
Langsung
(Dalam Milyar Rp)
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan sosial
Belanja Bagi hasil kpd
Prop/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan keuangan
kpd Prov/Kab/Kota &Pemdes
Belanja tidak terduga
2007
2008
2009
2010
2011
Rata-Rata
155.132
111.795
151
500
8.508
15.148
195.958
141.971
169
669
11.352
24.716
212.449
161.904
316
692
12.262
26.768
241.574
174.762
187
635
19.373
11.517
251.438
187.385
179
708
14.437
10.603
211.310
155.563
200
641
13.186
17.750
9.861
12.932
4.457
12.578
14.834
10.932
8.138
1.031
3.298
851
5.213
837
20.797
1.725
20.719
2.573
11.633
1.403
Total Belanja tidak langsung daerah paling besar dialokasikan untuk belanja pegawai.
Total belanja yang sudah menghabiskan lebih dari separuh anggaran tersebut dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hingga akhir tahun 2011
anggaran untuk belanja pegawai mencapai 187.385 Miliyar Rupiah. Hal ini menyebabkan
terkurasnya anggaran daerah hanya untuk memenuhi belanja pegawai yang dari tahun ke
tahun makin membengkak sedangkan kualitas kinerja dan kedisplinan yang dihasilkan
pegawai daerah saat ini cenderung rendah. Sungguh sangat tidak relevan antara kedua hal
tersebut. peningkatan belanja ini akan semakin terlihat lagi pada tabel dan chat presentase
belanja tidak langsung di bawah ini :
Tabel 8. Persentase Belanja Tidak Langsung Daerah
Belanja
2007
Dalam Persentase
100
Belanja Pegawai
72
Belanja Bunga
0
Belanja Subsidi
0
Belanja Hibah
5
Belanja Bantuan sosial
10
Belanja
Bagi
hasil
kpd
Prop/Kab/Kota dan Pemdes
6
Belanja Bantuan keuangan kpd
Prop/Kab/Kota dan Pemdes
5
2008
100
72
0
0
6
13
2009
100
76
0
0
6
13
2010
100
72
0
0
8
5
2011
100
75
0
0
6
4
RataRata
100%
74
0
0
6
9
7
2
5
6
5
2
2
9
8
5
Belanja tidak terduga
0
0
1
1
1
1
Dari tabel diatas terlihat gap yang sangat besar dari persentase keseluruhan belanja
dengan persentase belanja pegawai yang dari 5 tahun tersebut mencapai angka 74 % dari
APBD. Persentase yang lainyya bahkan tidak mencapai 1% dan banyak yang masih 0 %. Itu
artinya belanja tidak langsung daerah sama dengan belanja pegawai. Berikut flowchart dari
belanja daerah tersebut :
Chart 4. Tren Belanja Pemerintah Daerah
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Series1
Series2
Series3
Series4
Series5
2. Belanja Langsung daerah di bedakan menjadi 3 jenis yang secara detail dan berurutan
selama 5 tahun anggaran 2007-2011 telah dimasukan pada tabel dibawah ini :
Tabel 8. Jenis Belanja Langsung Daerah
Belanja
Belanja Langsung (Dalam
Milyar Rupiah)
Belanja Pegawai
2007
2008
2009
2010
2011 Rata-Rata
157.568
170.995
140.851
201.992
224.757
179.233
8.122
6.544
7.560
23.816
23.568
13.922
Belanja Barang dan jasa
57.701
66.585
28.553
82.006
94.982
65.965
Belanja Modal
91.745
97.866
104.738
96.170
106.207
99.345
Pada belanja tidak langsung ini, komponen belanja modal memegang peringkat satu
terbanyak pengeluarannya dari APBD pada lima tahun terakhir 2007-2011 rata-rata belanja
modal tersebut mencapai 99.345 Miliyar Rupiah. Sedangkan belanja barang dan jasa
menempati urutan kedua terbesar yakni mencapai 65.965 Miliyar rupiah. Tabel 9 dibawah ini
menunjukkan kategori belanja tidak langsung sebagai persentase dari total belanja dalam
periode 2007-2011.
Tabel 9. Persentasi Jenis Belanja Langsung
Belanja
Dalam Persentase
Belanja Pegawai
Belanja Barang &jasa
Belanja Modal
2007
100
5
37
58
2008
100
4
39
57
2009
100
5
20
74
2010
100
12
41
48
2011
100
10
42
47
Rata-Rata
100%
Dari ketiga-besar jenis belanja tidak langsung tersebut, Belanja pegawai, belanja barang
dan jasa serta belanja Modal meningkat dalam nilai yang relatif konstan, sementara belanja
modal menurun sekitar 26% pada tahun 2009 menuju tahun 2010 tersebut. meskipunn belanja
barang dan jasa mengalami penurunan sebesar 19% pada 2009 namun pada tahun berikutnya
meningkat pesat. Sementara belanja pegawai cenderung naik secara perlahan hingga naik
secara signifikan dan fluktuatif. Hal ini tergambar pad diagram flowchart dibawah ini :
Chart 5. Garafik Jenis Belanja Langsung Daerah
80
70
60
50
Belanja Pegawai
40
Belanja Barang dan jasa
30
Belanja Modal
20
10
0
1
2
3
4
5
Pada chart diatas aspek belanja pegawai relatif konstan dibawah 10 % sementara
belanja barang dan jasa serta belanja modal cenderung fluktuatif dimana disaat belanja modal
naik kemudian belanja barang turun drastis dan selanjutnya saling konstan satu sama lain.
7
36
57
III. SURPLUS DEFISIT
Suatu anggaran dikatakan defisit apabila pendapatan lebih sedikit dibandingkan belanja
daerah. Sedangkan anggaran surplus yaitu apabila pendapatan yang dianggarkan lebih banyak
bernilai lebih dibandingkan anggaran belanja. Berikut hasil surplus defisit dari pengelolaan
APBD dalam suatu daerah tersebut :
Tabel 10. Surplus Defisit APBD
Surplus-Defisit APBD
Pendapatan
Belanja
Surplus-Defisit APBD
2007
285.276
312.700
-27.424
2008
376.435
366.953
9.482
2009
387.164
353.300
33.864
2010
403.042
443.566
-40.524
2011
448.659
476.195
-27.536
Chart 8. Tren Surplus Defisit APBD
600000
500000
400000
Surplus-Defisit APBD
300000
Pendapatan
200000
Belanja
Surplus-Defisit APBD
100000
0
1
2
3
4
5
-100000
Sebagaimana terlihat pada chart 6 tersebut, bahwa dalam anggaran daerah dalam tahun
2007-2011 menunjukkan pola yang fluktuatif dan dalam persentase terhadap anggaran, angka
tersebut lebih banyak menunjukkan defisitnya anggaran daripada terjadinya surplus pada
anggaran tersebut. Selama pada Tahun 2011, defisit sekitar Rp27.536 Miliyar. Dari chart ini
terlihat bahwa realisasi APBD cenderung menunjukkan angka surplus yaitu untuk Tahun
2008-2009, sementara untuk data anggaran 2010-2011cenderung menggambarkan APBD
defisit yang cukup besar. Sementara defisit terbesar yaitu terjadi pada tahun 2010.
IV. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pada APBD daerah terdiri dari penerimaan biaya dan pengeluaran biaya.
Dalam analisis APBD di atas, penerimaan biaya tergambar pada tabel 11 dibawah ini, dan
pengeluaran biaya pada tabel 12 dibawah :
Tabel 11. Penerimaan Biaya APBD
Pembiayaan
Penerimaan (Dalam Milyar Rupiah)
SiLPA TA sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah dan
Obligasi Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian
Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
2007
63.614
60.873
1.140
2008
65.604
61.003
1.904
2009
74.408
70.744
660
2010
48.092
43.116
662
2011 Rata-Rata
41.191
292.909
37.606
273.342
366
4.732
21
93
75
132
34
355
630
1.022
1.580
1.795
2.394
7.421
950
867
715
851
498
2.387
791
5.846
1.213
Tabel 12. Pengeluaran Biaya APBD
Pengeluaran
Dalam Milyar Rupiah
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Pembayaran Kegiatan Lanjutan
Pengeluaran Perhitungan Pihak
Ketiga
2007
8.734
1.687
2008
6.704
647
2009
9.022
840
2010
7.623
513
2011 Rata-Rata
7.822
7.981
502
838
4.519
1.790
738
3.664
1.490
323
211
4.068
2.432
821
716
2.883
3.237
990
3.479
3.180
353
128
3.723
2.426
645
352
369
145
180
231
Dari beberapa Tabel pembiayaan diatas kemudian didapatkan flowchart diagram
persentase penerimaan pembiayaan dan pengeluaran biaya seperti yang ditampilkan dibawah
ini pada chart 9 dan chart 10 berikut :
Chart 9. Persentase Penerimaan Pembiayaan
120
SiLPA TA sebelumnya
100
Pencairan Dana Cadangan
80
60
Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
40
Penerimaan Pinjaman Daerah
dan Obligasi Daerah
20
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
0
1
2
3
4
5
6
Chart 10. Persentase Pengeluaran Pembiayaan
60
Pembentukan Dana Cadangan
50
Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah
40
Pembayaran Pokok Utang
30
Pemberian Pinjaman Daerah
20
Pembayaran Kegiatan
Lanjutan
10
Pengeluaran Perhitungan
Pihak Ketiga
0
1
2
3
4
5
6
Lebih dari 90% penerimaan pembiayaan berasal dari sisa lebih anggaran tahun
sebelumnya, yaitu rata-rata mencapai sekita Rp 273.342 Miliyar rupiah pada 5 Tahun
anggaran tersebut. Kemudian diikuti oleh Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah sebesar
3% (Rp 7,4 Triliun). Pengeluaran pembiayaan utamanya dialokasikan untuk penyertaan
modal (investasi) daerah sebesar 47% (Rp 3,7 Triliun) dan Pembayaran pokok utang 31%
(Rp 2,5 Triliun).
Download