PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI

advertisement
PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH
PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum)
SKRIPSI
Oleh:
Maulela Ajar Ridzany
20120210060
Program Studi Agroteknologi
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
1
PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH
PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
TOMAT (Lycopersicon esculentum)
The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield of Tomato
(Lycopersicon esculentum)
Maulela Ajar Ridzany
Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Ir. Hariyono, M.P.
Jurusan Agroteknoogi Fakultas Pertanian UMY
ABSTRACT
A research entitled "The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth
and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum)" was conducted at greenhouse of Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta from January 2016 up to July 2016.
The research was done using an experimental method with single factor, arranged in
a Completely Randomized Design (CRD). The treatments were Urea 200 kilogram / hectare,
SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P0); 20 tons / hectare Manure
Cow + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram /
hectare (P1); 6.504 tons / hectare Compost Rice Straw + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36
300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P2); 6.451 tons / hectare Compost Sweet
Corn + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram /
hectare (P3); 9.876 tons / hectare compost Leather Cassava + Urea 200 kilogram / hectare,
SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P4). Each treatment consists of
three units and one plants victims were repeated three times.
The result showed that the utilization of compost of various kinds of agricultural
waste such as rice straw compost, compost litter sweet corn, and cassava bark compost
affected the growth and yield of tomato. Application of 6.504 tons / hectare of rice straw
compost + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, 200 kilogram KCl /
hectare could increase the growth and yield of tomato plants.
Keywords: Tomato, Urea, SP36, KCl, Cow Manure, Compost, Agricultural Waste
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap
dan mengundang penyakit. Salah satu limbah yang memiliki potensi besar dapat digunakan
yaitu limbah pertanian misalnya limbah jerami padi, seresah jagung, dan kulit singkong.
Salah satu potensi limbah pertanian yang dapat memberikan manfaat lebih banyak adalah
menjadikan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Kompos dapat
digunakan sebagai pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah. Kompos
2
berfungsi dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan daya resap
tanah terhadap air. Limbah pertanian berupa jerami padi sangat jarang dimanfaatkan oleh
petani, sebagian besar limbah jerami padi hanya dibakar saat setelah panen selesai dilakukan,
padahal limbah jerami padi dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik
yang berupa pupuk kompos. Pemakaian kompos jerami padi yang konsisten dalam jangka
panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah danmengembalikan
kesuburan tanah.
Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya
saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa batang dan
daun, biasanya seresah jagung manis yang berupa batang dan dan hanya dijadikan sebagai
pakan ternak atau hanya ditumpuk dipinggir lahan setelah panen. Padahal serasah jagung
manis dapat diolah menjadi pupuk organik berupa pupuk kompos.
Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan
dan hanya dibuang sia-sia, padahal kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik
yaitu berupa pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi, 2007) kompos kulit singkong
bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida
tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit singkong, memiliki keuntungan diantaranya
adalah mengurang permasalahan limbah yang biasanya hanya mengganggu kenyamanan
lingkungan dan dapat meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena dapat
digunakan sebagai pupuk.
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi
tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan pada tahun 2013 mencapai 992.780
ton (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016), salah satu tehnik
budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tomat adalah pemupukan.
Petani tomat di Indonesia umumnya menggunakan 3 jenis pupuk anorganik berupa pupuk
Urea, SP-36, dan KCl. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau
ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi
lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat
menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman. Salah satu mengurangi efek
pencucian dapat dengan menambahkan bahan organik berupak pupuk kandang maupun
pupuk kompos.
Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang sangat murah dan mudah
diperoleh. Salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak
petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko
pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat
mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan
limbah pertanian berupa kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos dari
kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat
diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya.
B. Perumusan Masalah
Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan pada tahun 2013
mencapai 992.780 ton, salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan
3
produksi tomat adalah pemupukan. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi
tanaman, salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak
petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko
pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat
mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan
limbah pertanian yang berupa limbah jerami padi, limbah seresah jagung manis, dan limbah
dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut
dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya. Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan maka didapatkan beberapa rumusan masalah anatara lain:
1. Seberapa efektif pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
2. Kompos limbah pertanian manakah yang paling efektif dapat meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman tomat.
2. Menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman tomat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompos Limbah Pertanian
Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan
antara jumlah karbon dan Nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun
kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau
membusuk lebih lama dibandingkan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik
jika memiliki C/N rasio antara 12 – 15 (Novizan, 2001). Menurut Rahman Susanto (2002),
nisbah C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi intensitas
proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan jumlah komponen
dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada umumnya limbah organik
mengandung fraksi padat organik rata – rata 40% - 70%. Pemberian bahan organik ke dalam
tanah merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam jumlah 30-40
ton/hektar dapat diambilkan dari berbagai sumber bahan organik (Gunawan Budiyanto,
2014).
1. Kompos Jerami Padi
Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor (P2O5) 0,64%,
Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684
ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg
Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton.
Jumlah hara ini dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah
sawah seperti yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata – rata
4
pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % C, 91 % N, 45 % P, 75 % K,
75 % S, 30 % Ca dan 20 % Mg dari total kandungan hara tersebut dalam jerami (Suriadikarta
dan Abdurachman, 2001).
2. Kompos Serasah Jagung Manis
Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan Kalium 1,39%
(Ruskandi, 2005). Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi hambatan dalam mengolah serasah
jagung manis yang melimpah. Pada penelitian Surtinah tahun 2013 hasil yang diperoleh
kompos dengan bahan serasah jagung manis mengandung C 10,5 %, N 1,05 %, C/N rasio
9,97, P2O5 1,01 %, K2O 0,18 %, dan Ca 1,98 me/100 g.
3. Kompos Limbah Kulit Singkong
Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu
sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang
tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74%, N
(Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%.
B. Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Pada
tanaman tomat kandungan hara N, P, dan K di dalam 1 ton hasil panen adalah Nitrogen
menghasilkan 3,3 kg, Fosfor menghasilkan 0,4 kg, dan Kalium menghasilkan 4,2 kg. Petani
tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk tunggal yaitu N (Urea , ZA),
P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat
juga dicampur. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan,
sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi
pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi
pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan
efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau
ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi
lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat
menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman.
Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat disemai
terlebih dahulu. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan jarak antar baris 5 cm. Biji tomat akan
tumbuh setelah 5-7 hari disemaikan. Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm
dan dibuat bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x
60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua baris
lubang, menggunakan ruang tanam 50 x 60 cm. Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang
telah jadi sebanyak 0,5-1 kg atau 20 ton/hektar. Setelah berumur satu bulan, kira-kira berdaun
empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah tersedia di kebun.
Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat, dan subur. Tanaman tomat
yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl
dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12 gram tiap tanaman. Untuk tiap hektar tanaman
dibutuhkan 200 kg Urea, 300 kg SP-36, dan 200 kg KCl.
5
C. Hipotesis
Perlakuan 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20 ton/hektar
pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
merupakan perlakuan terbaik dalan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
III.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan bulan Januari 2015 sampai Juli 2016 yang bertempat di
Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya Jerami padi, Serasah jagung
manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak, kapur pertanian, air, benih
tomat varietas Servo, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, insektisida
Curacron 500EC, dan tanah regosol.
Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya polibag, cangkul, ayakan ½ cm,
gelas beker, meteran, mistar, gunting, karung pengomposan, hand sprayer, jangka sorong,
timbangan analitik, oven, ajir, tali rafia, plastik, label dan alat tulis.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor tunggal yang
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sumber bahan organik
sebagai berikut:
P0
: Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P1
: 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P2
: 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20 ton/hektar pupuk
kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P3
: 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
P4
: 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20
ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang diulang 3
kali, total ada 60 pot/polibag.
D. Cara Penelitian
1. Penyiapan bahan untuk pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung
manis, dan kompos kulit singkong.
2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit
singkong
a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi potongan kecilkecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi sebanyak 20 kg, 1 kg
6
dedak, 1 kg kapur pertanian, 100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan
dalamair lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke
dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasiselama 40 hari.
b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya kemudian
dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah
seresah jagung manis 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan
0,5 kg gula merah dilarutkan dalam 250 liter air lalu campurkan dan aduk hingga
merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan
untuk difermentasi selama 40 hari.
c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil.
Mencampur seluruh bahan yaitu limbah kulit singkong 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg
kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam air lalu
campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung
pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi selama 47 hari.
3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit
singkong;
a. Persiapan media tanam
Tanah yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah disaring
dengan saringan kawat ukuran ½ cm, lalu dikering anginkan selama 4 hari
kemudian tanah dimasukkan dalam polibag sebanyak kurang lebih 8 kg. Setelah
tanah sudah dimasukkan dalam polibag, dilakukan pemupukan dasar yaitu berupa
pemberian pupuk kandang sapi 20 ton/ hektar (600 gram/ tanaman), pupuk
kompos jerami padi 6,504 ton/ hektar (195,12 gram/ tanaman), kompos seresah
jagung manis 6,451 ton/ hektar (193,53 gram/tanaman), dan kompos kulit
singkong 9,876 ton/hektar (296,28 gram/ tanaman), dicampurkan keseluruh tanah
dalam polibag lalu diamkan selama 3 hari.
b. Persemaian
Persemaian benih tomat menggunakan pottray (tempat pembibitan semacam pot
kecil). Biji tomat tumbuh setelah 7 hari disemaikan. Setelah tanaman tomat
berumur 2 minggu, bibit tomat dipindahkan ke dalam polibag mini (kecil),
ditunggu hingga satu bulan, saat tomat sudah mempunyai empat helai daun, lalu
bibit tomat siap dipindahkan ke media tanam yang sudah diisi tanah 8 kg dan
pemberian pupuk dasar.
c. Pemeliharaan
i.
Penyiraman
ii.
Pengajiran
iii.
Pemupukan
Selain pemupukan menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos
limbah jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit
singkong sebagai pupuk dasar, juga dilakukan pemupukan menggunakan
pupuk anorganik yaitu Urea 200 kh/hektar (6,0 gram/tanaman), SP-36 300
kg/hektar (9,0 gram/ tanaman), dan KCl 200 kg/hektar (6,0 gram/
7
tanaman). Pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk susulan, pupuk
susulan diberikan 2 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman
tomat berumur 15 HST dan pemupukan kedua diberikan saat tanaman
tomat berumur 30 HST.
iv.
Penyiangan
v.
Pengendalian hama
vi.
Pemanenan
Pemanenan pertama tomat dilakukan pada umur tanaman tomat 90
HST. Tomat sudah bisa dipanen saat kulit buah tomat berubah dari hijau
keputihan menjadi warnah merah, pemanenan dilakukan 4 kali dengan
pemetikan setiap 6 hari sekali.
E. Parameter yang Diamati
1. Tinggi Tanaman (cm)
2. Berat segar tanaman tomat (gram)
3. Berat kering tanaman tomat (gram)
4. Berat buah per tanaman (gram)
5. Diameter buah per buah (cm)
6. Jumlah buah per tanaman
F. Analisis Data
Data yang diperolah dari penelitian ini di sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA)
dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda antar perlakuan, maka
akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan
taraf α = 5 %.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tinggi Tanaman Tomat
Tabel 1. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap tinggi tanaman
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
Tinggi Tanaman
(cm)
89,500 e
94,800 d
101,733 b
105,233 a
98,833 c
Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata.
Dari tabel 1 diatas dapat diketahui rerata tinggi tanaman tomat pada perlakuan
P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar,
KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4,P1, dan P0. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari tinggi tanaman tomat yaitu 105,233 cm pada
perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
8
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 89,500 cm. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam mensuplai unsur hara terutama
Nitrogen, unsur Nitrogen yang tersedia bagi tanaman sudah mempu untuk merangsang
pembentukan tunas dan daun, mempertinggi kandungan protein dan meningkatkan jumlah
klorofil, hal ini sejalandengan pernyataan oleh Wijaya (2008) bahwa unsur Nitrogen
berpengaruh terhadappembentukan daun dengan helaian yang kebih luas dan kandungan
klorofil yang lebihtinggi, sehingga mampu menghasilkan karbohidrat yang banyak untuk
pertumbuhanvegetatif tanaman.
Unsur hara Nitrogen yang terkandung dalam kompos jerami sebesar 1,23%,
berdasarkan hasil uji Laboratorium Tanah dan Pupuk, Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (lampiran 6), diduga telah mampu memenuhi kebutuhan unsur
Nitrogen yang diberikan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tomat, dibandingkan dengan
kandungan Nitrogen pada pupuk kandang sapi yang hanya mempunyai kandungan Nitrogen
sebesar 0,4%, maka penggunaan pupuk kandang sapi dapat digantikan dengan penggunaan
pupuk kompos jerami padi karena kompos jerami padi dapat memberikan unsur Nitrogen
yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman tomat. Selain itu, penggunaan pupuk kompos
limbah jerami padi dapat mengurangi biaya pemupukan, yang mana biasanyapetani
menggunakan pupuk kandang sapinya diperoleh dengan membeli di toko pertanian,
sedangkan jika menggunakan pupuk kompos jerami padi petani dapat membuat sendiri dan
limbah jerami padi dapat diperoleh dengan gratis.
Rendahnya rerata tinggi tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan penggunaan pupuk anorganik saja tidak cukup
untuk memberikan tambahan unsur Nitrogen dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman tomat.
Pupuk anorganik hanya terdapat unsur makro yang berasal dari bahan kimia yang
ditambahkan pada pupuk. Sifat pupuk anorganik memiliki kelemahan, yaitu kandungan unsur
hara pada pupuk akan cepat menguap atau tercuci keluar dari zona perakaran apabila tidak
langsung diserap oleh tanaman. Hal ini diduga terjadi pada saat penelitian, dimana pupuk
anorganik yang diberikan tercuci keluar dari zona perakaran sehinggaunsur hara yang
terserap oleh tanaman menjadi berkurang.
Grafik pertumbuhan tinggi tanaman tomat selama 5 minggu dapat dilihat dalam
gambar 1.
Tinggi Tanaman
120
100
80
60
40
20
0
P0
cm
P1
P2
P3
P4
1
2
3
Minggu ke-
9
4
5
Berdasarkan gambar 1. grafik menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman tomat
selama 5 minggu setelah tanam. Pada setiap perlakuan mengalami pertambahan tinggi
tanaman mulai dari minggu pertama sampai minggu kelima. Pada awal pertumbuhan hingga
minggu ketiga, tanaman tomat mengalami terus pertambahan tinggi tanaman setiap
minggunya, setelah memasuki minggu ketiga hingga minggu keempat pertambahan tinggi
tanaman mengalami pertambahan yang mulai menurun. Penurunan tinggi tanaman pada
minggu ketiga hingga minggu keempat terjadi karena tanaman tomat telah memasuki masa
berbunga dan memasuki masa vegetatif maksimum.
2. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman
Tabel 2. Hasil rerata berat segar tanaman
Perlakuan
Berat
Segar
Tanaman
(gram)
Berat
Kering
Tanaman
(gram)
P0
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
48,03
7,71
P1
20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
64,79
14,8
P2
6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
98,81
29,4
P3
6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
79,83
19,7
P4
9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
81,15
19,2
Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat segar tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5).
Hasil rerata berat segar tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat segar
tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari
yang lainnya yaitu 98,81 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk
Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar)
dengan rerata 79,83 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 81,15 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk
Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata
64,79 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 48,03 gram.
Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar
tanaman tomat, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik sudah mampu
memperbaiki sifat-sifat tanah. Dengan penambahan bahan organik maka sifat pupuk
anorganik yang mudah hilang akibat menguap dan tercuci akan dapat diperkecil karena
pupuk organik mampu mengikat unsur hara. Pupuk organik tidak hanya menyediakan unsurunsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, namun juga berperan dalam memperbaiki sifat
tanah, terutama sifat biologisnya.
10
Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat kering tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5).
Hasil rerata berat kering tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat kering
tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari
yang lainnya yaitu 29,43 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk
Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar)
dengan rerata 19,69 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 19,19 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk
Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata
14,80 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 7,71 gram.
Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar
tanaman tomat, hal ini diduga penyerapan unsur hara yang hampir sama besar oleh tanaman
sehingga hasil fotosintat juga menunjukkan hal yang sebanding. Berat kering tanaman
dipengaruhi oleh perkembangan daun dan intensitas matahari, tanaman yang memiliki daun
yang lebih luas dapat menyerap sinar matahari dengan efektif, sehingga dapat menghasilkan
fotosintat lebih banyak karena dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Umumnya berat
kering tanaman digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. Berat
kering tanaman berhubungan positif dengan kadar Nitrogen dalam tanah dan serapan Nirogen
oleh tanaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin tinggi Nitrogen yang dapat
diserap tanaman, maka kebutuhan Nitrogen pada fase vegetatif tanaman tercukupi, sehingga
dapat meningkatkan biomassa tanaman.
3. Berat Buah Per Tanaman dan Jumlah Buah Per Tanaman
Tabel 3. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap berat buah pertanaman dan jumlah buah
pertanaman
Berat
Perlakuan
Buah/Tanaman
Jumlah Buah/
(gram)
Tanaman
159,0 e
7,000 b
P0
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
261,4 d
16,733 a
P1
6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
451,2 a
23,630 a
P2
6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
344,7 c
18,700 a
P3
9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
415,3 b
22,233 a
P4
Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata.
11
Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat buah per tanaman menunjukkan
bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji
jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Dari tabel 3 diatas dapat diketahui
rerata berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos
Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata
dengan perlakuan P4, P3,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari
berat buah tomat per tanaman yaitu 451,2 gram pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk
Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan
hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl
200 kg/hektar) yaitu 159,0 gram. Tingginya berat buah per tanaman diduga dipengaruhi oleh
pemberian kompos jerami padi dapat memperbaiki sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun
biologi. Kandungan unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada pupuk saling berkaitan,
unsur-unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman dan berperan dalam mengaktifkan enzimenzim yang berperan dalam metebolisme. Dari hasil metebolisme tersebut digunakan untuk
melakukan fotosintesis yang hasilnya berupa fotosintat. Hasil fotosintat itulah yang lebih
banyak ditranslokasikan kepada buah. Menurut Poerwowidodo Mas’ud (1993) bahwa
translokasi fotosintat ke buah tomat dipengaruhi oleh Kalium.
Rendahnya hasil berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200
kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan
kompos sebagai bahan organik, di mana fungsi dari bahan organik dapat meningkatkan
aktivitas biologi tanah yang akan mendorong terjadinya perbaikan kesuburan tanah, baik
kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah. Selain itu diduga karena unsur Nitrogen yang
ada pada pupuk anorganik mengalami pencucian (leaching) pada saat aplikasi. Kurangnya
unsur hara dalam tanah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena
unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi. Apabila
unsur hara terutama Nitrogen yang mempunyai peran besar selama proses pertumbuhan
vegetatif tidak dapat terpenuhi dengan baik maka proses metabolisme tanaman akan
terhambat. Hal tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman.
Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter jumlah buah per tanaman menunjukkan
bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji
jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Jumlah buah pada perlakuan P1 (20
ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
kg/hektar), P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis +
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), dan P4 (9,876 ton/hektar
Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
kg/hektar) memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar). Rerata jumlah buah yang lebih tinggi terdapat pada
perlakuan P2 yaitu 23,630 buah per tanaman dan rerata jumlah buah terendah pada perlakuan
P0 yaitu 7,000 buah per tanaman. Seperti yang dijelaskan Tisdale, et al. (1993) dalam
Gunawan Budiyanto (2009), bahwa fungsi bahan organik untuk meningkatkan kapasitas
pengikat air, memperbaiki kualitas struktur tanah, menurunkan pergerakan air dalam tanah
12
dan menurunkan dampak pematahan tanah. Pemberian bahan organik berupa kompos mampu
memperbaiki kualitas tanah, sehingga banyaknya buah yang dihasilkan menunjukkan bahwa
tanaman mampu menyerap unsur hara secara maksimal untuk pertumbuhan tanaman,
pembentukkan bunga dan buah.
Rendahnya hasil jumlah buah per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar,
SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan kompos sebagai
bahan organik, dimana bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu
kesuburan tanah. Hal lain juga diduga karena pada saat aplikasi pemberian pupuk anorganik
mengalami pencucian (leaching), yang menyebabkan unsur hara dalam tanah mengalami
pengurangan sehingga akan mengahambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena
unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi.
4. Diameter Buah Per Tanaman
Tabel 4. Hasil rerata diameter buah per tanaman
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
P4
Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300
kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36
300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
Diameter Buah/
Tanaman (cm)
1,8800
1,9900
2,5300
2,2000
2,4867
Dari hasil rerata diameter buah tomat per tanaman, pada perlakuan P2 (6,504 ton/
hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 2,5300 cm, kemudian
diikuti pada perlakuan P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 2,4867 cm, P3 (6,451 ton/hektar Pupuk
Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar)
dengan rerata 2,2000 cm, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 1,9900 cm, dan yang memiliki rerata
paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200
kg/hektar) dengan rerata 1,8800 cm.
Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter diameter buah
tomat per tanaman, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik dapat
memperbaiki sifat-sifat tanah, sifat kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga
mikroba dalam tanah dapat berkembang dengan baik, struktur tanah menjadi lebih baik maka
tanaman dapat menyerap unsur hara yang tersedia di dalam tanah secara maksimal, selain itu
kompos dari berbagai macam limbah diduga sudah mampu mencukupi kebutuhan unsur
Nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman tomat.
13
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemanfaatan kompos dari berbagai macam limbah pertanian berupa kompos jerami
padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
2. Penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat.
B. Saran
Pada penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk
Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar
merupakan perlakuan yang dapat direkomendasikan dalam meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman tomat.
DAFTAR PUSTAKA
Akanbi. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and Botanical
Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences.
Badan Pusat Statistik . 2001. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. Survey Pertanian
Tahun 2000. Statistik Indonesia. Jakarta.
Balai Penelitian Tanah. 2008. Pupuk organik untuk tingkatkan produksipertanian. Balittanah.
Bogor. [email protected].
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2013. Hasil Analisis Contoh Tanah.
Candilo, M and G.P., and Silvestri. 1994. Sulfur Calcium and Magnesium in Processing
Tomatoes Grown in Sub-Alkaline or Sub-Acid Soils. Acta Horticulturae 376, 207 – 214.
Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M UMY. Yogyakarta. 253
hal.
Mas’ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Nonnecke, IB Libner. 1989. Vegetable Production. An AVI Bok Van Nostrand Reinhold.
USA.
Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang.
Rahman Susanto. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Ruskandi. 2005. Teknik Pemupukan Buatan dan Kompos pada Tanaman Sela Jagung
di antara Kelapa. Buletin Teknik Pertanian. Vol.10, No.2. Sukabumi: Teknisi
Litkayasa Pelaksana Lanjutan.
Sarief Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung.
Setyamidjaja, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex, Jakarta.
Suriadikarta, D.A. dan Abdurachman, A. 2001. Penggunaan Pupuk Dalam Rangka
Produktivitas Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat, Jurnal Litbang Pertanian. 20(4). Hal: 144-152.
Tisdale, S. L., et al. (1993). Soil Fertility and Fertilizers, Fifth Edition. New York:
Macmillan Publishing Company.
14
Download