PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) SKRIPSI Oleh: Maulela Ajar Ridzany 20120210060 Program Studi Agroteknologi AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2016 1 PENGARUH PUPUK KOMPOS DARI BERBAGAI MACAM LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum) The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum) Maulela Ajar Ridzany Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P / Ir. Hariyono, M.P. Jurusan Agroteknoogi Fakultas Pertanian UMY ABSTRACT A research entitled "The Effect of Various Compost of Agricultural Waste on Growth and yield of Tomato (Lycopersicon esculentum)" was conducted at greenhouse of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta from January 2016 up to July 2016. The research was done using an experimental method with single factor, arranged in a Completely Randomized Design (CRD). The treatments were Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P0); 20 tons / hectare Manure Cow + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P1); 6.504 tons / hectare Compost Rice Straw + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P2); 6.451 tons / hectare Compost Sweet Corn + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P3); 9.876 tons / hectare compost Leather Cassava + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, KCl 200 kilogram / hectare (P4). Each treatment consists of three units and one plants victims were repeated three times. The result showed that the utilization of compost of various kinds of agricultural waste such as rice straw compost, compost litter sweet corn, and cassava bark compost affected the growth and yield of tomato. Application of 6.504 tons / hectare of rice straw compost + Urea 200 kilogram / hectare, SP-36 300 kilogram / hectare, 200 kilogram KCl / hectare could increase the growth and yield of tomato plants. Keywords: Tomato, Urea, SP36, KCl, Cow Manure, Compost, Agricultural Waste I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah sering dianggap sebagai sesuatu yang kotor, menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengundang penyakit. Salah satu limbah yang memiliki potensi besar dapat digunakan yaitu limbah pertanian misalnya limbah jerami padi, seresah jagung, dan kulit singkong. Salah satu potensi limbah pertanian yang dapat memberikan manfaat lebih banyak adalah menjadikan limbah pertanian sebagai bahan pembuatan pupuk kompos. Kompos dapat digunakan sebagai pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah. Kompos 2 berfungsi dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi dan peningkatan daya resap tanah terhadap air. Limbah pertanian berupa jerami padi sangat jarang dimanfaatkan oleh petani, sebagian besar limbah jerami padi hanya dibakar saat setelah panen selesai dilakukan, padahal limbah jerami padi dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik yang berupa pupuk kompos. Pemakaian kompos jerami padi yang konsisten dalam jangka panjang akan dapat menaikkan kandungan bahan organik tanah danmengembalikan kesuburan tanah. Banyak petani menanam tanaman jagung manis yang dimanfaatkan hanya buahnya saja. Sebagian petani kurang memanfaatkan serasah jagung manis yang berupa batang dan daun, biasanya seresah jagung manis yang berupa batang dan dan hanya dijadikan sebagai pakan ternak atau hanya ditumpuk dipinggir lahan setelah panen. Padahal serasah jagung manis dapat diolah menjadi pupuk organik berupa pupuk kompos. Kulit singkong merupakan limbah singkong yang umumnya sudah tidak dimanfaatkan dan hanya dibuang sia-sia, padahal kulit singkong dapat diproses menjadi pupuk organik yaitu berupa pupuk kompos. Menurut penelitian (Akanbi, 2007) kompos kulit singkong bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi tumbuhan dan berpotensi sebagai insektisida tumbuhan. Penggunaan pupuk kompos kulit singkong, memiliki keuntungan diantaranya adalah mengurang permasalahan limbah yang biasanya hanya mengganggu kenyamanan lingkungan dan dapat meningkatkan nilai jual dari kulit singkong itu sendiri karena dapat digunakan sebagai pupuk. Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan pada tahun 2013 mencapai 992.780 ton (Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016), salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan produksi tomat adalah pemupukan. Petani tomat di Indonesia umumnya menggunakan 3 jenis pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman. Salah satu mengurangi efek pencucian dapat dengan menambahkan bahan organik berupak pupuk kandang maupun pupuk kompos. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman yang sangat murah dan mudah diperoleh. Salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan limbah pertanian berupa kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya. B. Perumusan Masalah Produksi tomat di Indonesia tahun 2012 mencapai 893.463 ton dan pada tahun 2013 mencapai 992.780 ton, salah satu tehnik budidaya yang berperan dalam upaya meningkatkan 3 produksi tomat adalah pemupukan. Pupuk kandang merupakan sumber unsur hara bagi tanaman, salah satu pupuk kadang yang dapat dipakai adalah pupuk kandang sapi. Banyak petani menggunakan pupuk kandang sapi dengan cara langsung membelinya di toko pertanian, hal itu membuat pengeluaran petani tidak mengalami penurunan biaya, agar dapat mengurangi biaya saat berbudidaya, petani dapat membuat pupuk organiknya menggunakan limbah pertanian yang berupa limbah jerami padi, limbah seresah jagung manis, dan limbah dari kulit singkong. Dimana bahan-bahan yang digunakan sebagai bahan kompos tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan tanpa biaya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka didapatkan beberapa rumusan masalah anatara lain: 1. Seberapa efektif pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat? 2. Kompos limbah pertanian manakah yang paling efektif dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji pengaruh kompos dari berbagai limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Menetapkan jenis kompos limbah pertanian yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Limbah Pertanian Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara jumlah karbon dan Nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan ber-C/N rasio rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki C/N rasio antara 12 – 15 (Novizan, 2001). Menurut Rahman Susanto (2002), nisbah C/N berkenaan dengan persentase senyawa organik memberikan indikasi intensitas proses dekomposisi, karena persentase senyawa organik menentukan jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Pada umumnya limbah organik mengandung fraksi padat organik rata – rata 40% - 70%. Pemberian bahan organik ke dalam tanah merupakan praktek yang paling dianjurkan, dan biasanya diberikan dalam jumlah 30-40 ton/hektar dapat diambilkan dari berbagai sumber bahan organik (Gunawan Budiyanto, 2014). 1. Kompos Jerami Padi Kandungan 1 ton kompos jerami padi adalah Nitrogen (N) 0,6 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm. Kompos jerami padi memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg Urea, 5.8 kg SP36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton. Jumlah hara ini dapat memenuhi lebih dari setengah kebutuhan pupuk kimia petani (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2013). Pembakaran jerami sebelum diberikan ke tanah sawah seperti yang biasa dilakukan oleh petani dinilai sangat merugikan, rata – rata 4 pembakaran jerami akan mengakibatkan kehilangan hara 94 % C, 91 % N, 45 % P, 75 % K, 75 % S, 30 % Ca dan 20 % Mg dari total kandungan hara tersebut dalam jerami (Suriadikarta dan Abdurachman, 2001). 2. Kompos Serasah Jagung Manis Tanaman jagung manis mengandung Nitrogen 0,92%, Fosfor 0,29%, dan Kalium 1,39% (Ruskandi, 2005). Kurangnya prasarana bisa jadi menjadi hambatan dalam mengolah serasah jagung manis yang melimpah. Pada penelitian Surtinah tahun 2013 hasil yang diperoleh kompos dengan bahan serasah jagung manis mengandung C 10,5 %, N 1,05 %, C/N rasio 9,97, P2O5 1,01 %, K2O 0,18 %, dan Ca 1,98 me/100 g. 3. Kompos Limbah Kulit Singkong Kulit singkong memiliki kandungan yang di butuhkan tanaman diantaranya yaitu sebagai berikut: Kandungan C (Karbon) sebesar 59,31% yang berarti terdapat karbon yang tinggi pada kulit singkong, H (Hidrogen) sebesar 9,78%, O (Oksigen) sebesar 28,74%, N (Nitrogen) sebesar 2,06 % , S (Sulfur) sebesar 0,11% dan H2O (Air) sebesar 11,4%. B. Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum) merupakan sayuran populer di Indonesia. Pada tanaman tomat kandungan hara N, P, dan K di dalam 1 ton hasil panen adalah Nitrogen menghasilkan 3,3 kg, Fosfor menghasilkan 0,4 kg, dan Kalium menghasilkan 4,2 kg. Petani tomat di Indonesia umumnya hanya menggunakan 3 jenis pupuk tunggal yaitu N (Urea , ZA), P (SP-36) dan K (KCl, ZK) yang pemberiannya dilakukan secara sendiri-sendiri atau dapat juga dicampur. Kebutuhan akan hara makro sekunder dan hara mikro sering kali diabaikan, sehingga pada jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi hara dan efisiensi pemupukan menjadi berkurang serta efektifitas pupuk yang diberikan rendah. Efisiensi pemupukan perlu dilakukan dengan tujuan memperkecil kehilangan pupuk dan meningkatkan efektifitas serapan hara. Efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan mengubah bentuk atau ukuran pupuk yang memungkinkan bidang singgung pupuk tersebut dengan tanah menjadi lebih sempit, sehingga kelarutannya lebih rendah, mengurangi efek pencucian yang dapat menyebabkan pupuk tersedia lebih banyak untuk tanaman. Tomat dikembangbiakkan melalui bijinya. Sebelum ditanam, biji tomat disemai terlebih dahulu. Biji tomat ditaburkan berbaris dengan jarak antar baris 5 cm. Biji tomat akan tumbuh setelah 5-7 hari disemaikan. Lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam 40 cm dan dibuat bedengan dengan lebar 1,40 m. Di atas bedengan dibuat lubang dengan jarak 50 x 60 cm. Jarak antar baris lubang 70 x 80 cm sehingga tiap bedengan terdiri dari dua baris lubang, menggunakan ruang tanam 50 x 60 cm. Tiap-tiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 0,5-1 kg atau 20 ton/hektar. Setelah berumur satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat dipindahkan ke lubang-lubang tanam yang telah tersedia di kebun. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang sehat, kuat, dan subur. Tanaman tomat yang telah berumur 1,5 bulan diberi pupuk anorganik berupa pupuk Urea, SP-36, dan KCl dengan perbandingan 2 : 3 : 1 sebanyak 12 gram tiap tanaman. Untuk tiap hektar tanaman dibutuhkan 200 kg Urea, 300 kg SP-36, dan 200 kg KCl. 5 C. Hipotesis Perlakuan 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar merupakan perlakuan terbaik dalan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan bulan Januari 2015 sampai Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian diantaranya Jerami padi, Serasah jagung manis (batang dan daun), kulit singkong, EM4, gula merah, dedak, kapur pertanian, air, benih tomat varietas Servo, pupuk kandang sapi, pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, insektisida Curacron 500EC, dan tanah regosol. Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya polibag, cangkul, ayakan ½ cm, gelas beker, meteran, mistar, gunting, karung pengomposan, hand sprayer, jangka sorong, timbangan analitik, oven, ajir, tali rafia, plastik, label dan alat tulis. C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode percobaan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan sumber bahan organik sebagai berikut: P0 : Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P1 : 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P2 : 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P3 : 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar P4 : 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong (setara dengan 20 ton/hektar pupuk kandang sapi) + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 unit dan 1 tanaman korban yang diulang 3 kali, total ada 60 pot/polibag. D. Cara Penelitian 1. Penyiapan bahan untuk pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong. 2. Pembuatan kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong a. Mengumpulkan limbah jerami padi kemudian dicacah menjadi potongan kecilkecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah jerami padi sebanyak 20 kg, 1 kg 6 dedak, 1 kg kapur pertanian, 100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalamair lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasiselama 40 hari. b. Mengumpulkan seresah jagung manis berupa batang dan daunnya kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah seresah jagung manis 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam 250 liter air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi selama 40 hari. c. Mengumpulkan kulit singkong kemudian dicacah menjadi potongan kecil-kecil. Mencampur seluruh bahan yaitu limbah kulit singkong 20 kg, 1 kg dedak, 1 kg kapur pertanian,100 ml EM4 dan 0,5 kg gula merah dilarutkan dalam air lalu campurkan dan aduk hingga merata. Setelah selesai dimasukkan ke dalam karung pengomposan dan didiamkan untuk difermentasi selama 47 hari. 3. Pengaplikasian kompos jerami padi, kompos serasah jagung manis, dan kompos kulit singkong; a. Persiapan media tanam Tanah yang akan dijadikan media tanam dicangkul dan selanjutnya tanah disaring dengan saringan kawat ukuran ½ cm, lalu dikering anginkan selama 4 hari kemudian tanah dimasukkan dalam polibag sebanyak kurang lebih 8 kg. Setelah tanah sudah dimasukkan dalam polibag, dilakukan pemupukan dasar yaitu berupa pemberian pupuk kandang sapi 20 ton/ hektar (600 gram/ tanaman), pupuk kompos jerami padi 6,504 ton/ hektar (195,12 gram/ tanaman), kompos seresah jagung manis 6,451 ton/ hektar (193,53 gram/tanaman), dan kompos kulit singkong 9,876 ton/hektar (296,28 gram/ tanaman), dicampurkan keseluruh tanah dalam polibag lalu diamkan selama 3 hari. b. Persemaian Persemaian benih tomat menggunakan pottray (tempat pembibitan semacam pot kecil). Biji tomat tumbuh setelah 7 hari disemaikan. Setelah tanaman tomat berumur 2 minggu, bibit tomat dipindahkan ke dalam polibag mini (kecil), ditunggu hingga satu bulan, saat tomat sudah mempunyai empat helai daun, lalu bibit tomat siap dipindahkan ke media tanam yang sudah diisi tanah 8 kg dan pemberian pupuk dasar. c. Pemeliharaan i. Penyiraman ii. Pengajiran iii. Pemupukan Selain pemupukan menggunakan pupuk kandang, pupuk kompos limbah jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong sebagai pupuk dasar, juga dilakukan pemupukan menggunakan pupuk anorganik yaitu Urea 200 kh/hektar (6,0 gram/tanaman), SP-36 300 kg/hektar (9,0 gram/ tanaman), dan KCl 200 kg/hektar (6,0 gram/ 7 tanaman). Pupuk anorganik diberikan sebagai pupuk susulan, pupuk susulan diberikan 2 kali. Pemupukan pertama diberikan saat tanaman tomat berumur 15 HST dan pemupukan kedua diberikan saat tanaman tomat berumur 30 HST. iv. Penyiangan v. Pengendalian hama vi. Pemanenan Pemanenan pertama tomat dilakukan pada umur tanaman tomat 90 HST. Tomat sudah bisa dipanen saat kulit buah tomat berubah dari hijau keputihan menjadi warnah merah, pemanenan dilakukan 4 kali dengan pemetikan setiap 6 hari sekali. E. Parameter yang Diamati 1. Tinggi Tanaman (cm) 2. Berat segar tanaman tomat (gram) 3. Berat kering tanaman tomat (gram) 4. Berat buah per tanaman (gram) 5. Diameter buah per buah (cm) 6. Jumlah buah per tanaman F. Analisis Data Data yang diperolah dari penelitian ini di sidik ragam Analysis of Variance (ANOVA) dengan taraf nyata α = 5 %. Apabila terdapat pengaruh yang berbeda antar perlakuan, maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α = 5 %. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Tomat Tabel 1. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap tinggi tanaman Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar Tinggi Tanaman (cm) 89,500 e 94,800 d 101,733 b 105,233 a 98,833 c Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. Dari tabel 1 diatas dapat diketahui rerata tinggi tanaman tomat pada perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P3, P4,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari tinggi tanaman tomat yaitu 105,233 cm pada perlakuan P2(6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 8 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 89,500 cm. Hal ini berkaitan dengan kemampuan bahan organik jerami padi dalam mensuplai unsur hara terutama Nitrogen, unsur Nitrogen yang tersedia bagi tanaman sudah mempu untuk merangsang pembentukan tunas dan daun, mempertinggi kandungan protein dan meningkatkan jumlah klorofil, hal ini sejalandengan pernyataan oleh Wijaya (2008) bahwa unsur Nitrogen berpengaruh terhadappembentukan daun dengan helaian yang kebih luas dan kandungan klorofil yang lebihtinggi, sehingga mampu menghasilkan karbohidrat yang banyak untuk pertumbuhanvegetatif tanaman. Unsur hara Nitrogen yang terkandung dalam kompos jerami sebesar 1,23%, berdasarkan hasil uji Laboratorium Tanah dan Pupuk, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (lampiran 6), diduga telah mampu memenuhi kebutuhan unsur Nitrogen yang diberikan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman tomat, dibandingkan dengan kandungan Nitrogen pada pupuk kandang sapi yang hanya mempunyai kandungan Nitrogen sebesar 0,4%, maka penggunaan pupuk kandang sapi dapat digantikan dengan penggunaan pupuk kompos jerami padi karena kompos jerami padi dapat memberikan unsur Nitrogen yang lebih banyak untuk pertumbuhan tanaman tomat. Selain itu, penggunaan pupuk kompos limbah jerami padi dapat mengurangi biaya pemupukan, yang mana biasanyapetani menggunakan pupuk kandang sapinya diperoleh dengan membeli di toko pertanian, sedangkan jika menggunakan pupuk kompos jerami padi petani dapat membuat sendiri dan limbah jerami padi dapat diperoleh dengan gratis. Rendahnya rerata tinggi tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan penggunaan pupuk anorganik saja tidak cukup untuk memberikan tambahan unsur Nitrogen dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman tomat. Pupuk anorganik hanya terdapat unsur makro yang berasal dari bahan kimia yang ditambahkan pada pupuk. Sifat pupuk anorganik memiliki kelemahan, yaitu kandungan unsur hara pada pupuk akan cepat menguap atau tercuci keluar dari zona perakaran apabila tidak langsung diserap oleh tanaman. Hal ini diduga terjadi pada saat penelitian, dimana pupuk anorganik yang diberikan tercuci keluar dari zona perakaran sehinggaunsur hara yang terserap oleh tanaman menjadi berkurang. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman tomat selama 5 minggu dapat dilihat dalam gambar 1. Tinggi Tanaman 120 100 80 60 40 20 0 P0 cm P1 P2 P3 P4 1 2 3 Minggu ke- 9 4 5 Berdasarkan gambar 1. grafik menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman tomat selama 5 minggu setelah tanam. Pada setiap perlakuan mengalami pertambahan tinggi tanaman mulai dari minggu pertama sampai minggu kelima. Pada awal pertumbuhan hingga minggu ketiga, tanaman tomat mengalami terus pertambahan tinggi tanaman setiap minggunya, setelah memasuki minggu ketiga hingga minggu keempat pertambahan tinggi tanaman mengalami pertambahan yang mulai menurun. Penurunan tinggi tanaman pada minggu ketiga hingga minggu keempat terjadi karena tanaman tomat telah memasuki masa berbunga dan memasuki masa vegetatif maksimum. 2. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman Tabel 2. Hasil rerata berat segar tanaman Perlakuan Berat Segar Tanaman (gram) Berat Kering Tanaman (gram) P0 Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 48,03 7,71 P1 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 64,79 14,8 P2 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 98,81 29,4 P3 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 79,83 19,7 P4 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 81,15 19,2 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat segar tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5). Hasil rerata berat segar tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat segar tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 98,81 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 79,83 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 81,15 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 64,79 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 48,03 gram. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar tanaman tomat, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik sudah mampu memperbaiki sifat-sifat tanah. Dengan penambahan bahan organik maka sifat pupuk anorganik yang mudah hilang akibat menguap dan tercuci akan dapat diperkecil karena pupuk organik mampu mengikat unsur hara. Pupuk organik tidak hanya menyediakan unsurunsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, namun juga berperan dalam memperbaiki sifat tanah, terutama sifat biologisnya. 10 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat kering tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (lampiran 5). Hasil rerata berat kering tanaman dapat dilihat dalam tabel 2. Dari hasil rerata berat kering tanaman tomat, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 29,43 gram, kemudian diikuti pada perlakuan P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 19,69 gram, P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 19,19 gram, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 14,80 gram, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 7,71 gram. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter berat segar tanaman tomat, hal ini diduga penyerapan unsur hara yang hampir sama besar oleh tanaman sehingga hasil fotosintat juga menunjukkan hal yang sebanding. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh perkembangan daun dan intensitas matahari, tanaman yang memiliki daun yang lebih luas dapat menyerap sinar matahari dengan efektif, sehingga dapat menghasilkan fotosintat lebih banyak karena dapat melakukan fotosintesis dengan baik. Umumnya berat kering tanaman digunakan sebagai petunjuk yang memberikan ciri pertumbuhan. Berat kering tanaman berhubungan positif dengan kadar Nitrogen dalam tanah dan serapan Nirogen oleh tanaman. Dengan demikian dapat diketahui bahwa semakin tinggi Nitrogen yang dapat diserap tanaman, maka kebutuhan Nitrogen pada fase vegetatif tanaman tercukupi, sehingga dapat meningkatkan biomassa tanaman. 3. Berat Buah Per Tanaman dan Jumlah Buah Per Tanaman Tabel 3. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% terhadap berat buah pertanaman dan jumlah buah pertanaman Berat Perlakuan Buah/Tanaman Jumlah Buah/ (gram) Tanaman 159,0 e 7,000 b P0 Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 261,4 d 16,733 a P1 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 451,2 a 23,630 a P2 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 344,7 c 18,700 a P3 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 415,3 b 22,233 a P4 Keterangan: Angka rerata pada kolom menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata. 11 Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter berat buah per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Dari tabel 3 diatas dapat diketahui rerata berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) berbeda nyata dengan perlakuan P4, P3,P1, dan P0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tertinggi dari berat buah tomat per tanaman yaitu 451,2 gram pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dan hasil terendah diperoleh dari perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) yaitu 159,0 gram. Tingginya berat buah per tanaman diduga dipengaruhi oleh pemberian kompos jerami padi dapat memperbaiki sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Kandungan unsur hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium pada pupuk saling berkaitan, unsur-unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman dan berperan dalam mengaktifkan enzimenzim yang berperan dalam metebolisme. Dari hasil metebolisme tersebut digunakan untuk melakukan fotosintesis yang hasilnya berupa fotosintat. Hasil fotosintat itulah yang lebih banyak ditranslokasikan kepada buah. Menurut Poerwowidodo Mas’ud (1993) bahwa translokasi fotosintat ke buah tomat dipengaruhi oleh Kalium. Rendahnya hasil berat buah tomat per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan kompos sebagai bahan organik, di mana fungsi dari bahan organik dapat meningkatkan aktivitas biologi tanah yang akan mendorong terjadinya perbaikan kesuburan tanah, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah. Selain itu diduga karena unsur Nitrogen yang ada pada pupuk anorganik mengalami pencucian (leaching) pada saat aplikasi. Kurangnya unsur hara dalam tanah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi. Apabila unsur hara terutama Nitrogen yang mempunyai peran besar selama proses pertumbuhan vegetatif tidak dapat terpenuhi dengan baik maka proses metabolisme tanaman akan terhambat. Hal tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap parameter jumlah buah per tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji jarak ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 3 diatas. Jumlah buah pada perlakuan P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar), dan P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) memberikan pengaruh berbeda nyata dengan perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar). Rerata jumlah buah yang lebih tinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 23,630 buah per tanaman dan rerata jumlah buah terendah pada perlakuan P0 yaitu 7,000 buah per tanaman. Seperti yang dijelaskan Tisdale, et al. (1993) dalam Gunawan Budiyanto (2009), bahwa fungsi bahan organik untuk meningkatkan kapasitas pengikat air, memperbaiki kualitas struktur tanah, menurunkan pergerakan air dalam tanah 12 dan menurunkan dampak pematahan tanah. Pemberian bahan organik berupa kompos mampu memperbaiki kualitas tanah, sehingga banyaknya buah yang dihasilkan menunjukkan bahwa tanaman mampu menyerap unsur hara secara maksimal untuk pertumbuhan tanaman, pembentukkan bunga dan buah. Rendahnya hasil jumlah buah per tanaman pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dikarenakan tidak ada penambahan kompos sebagai bahan organik, dimana bahan organik mempunyai peranan penting sebagai bahan pemicu kesuburan tanah. Hal lain juga diduga karena pada saat aplikasi pemberian pupuk anorganik mengalami pencucian (leaching), yang menyebabkan unsur hara dalam tanah mengalami pengurangan sehingga akan mengahambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena unsur hara merupakan salah satu makanan bagi tanaman untuk menghasilkan energi. 4. Diameter Buah Per Tanaman Tabel 4. Hasil rerata diameter buah per tanaman Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar 9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit Singkong + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar Diameter Buah/ Tanaman (cm) 1,8800 1,9900 2,5300 2,2000 2,4867 Dari hasil rerata diameter buah tomat per tanaman, pada perlakuan P2 (6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) mempunyai rerata yang lebih baik dari yang lainnya yaitu 2,5300 cm, kemudian diikuti pada perlakuan P4 (9,876 ton/hektar Pupuk Kompos Kulit + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 2,4867 cm, P3 (6,451 ton/hektar Pupuk Kompos Jagung Manis + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 2,2000 cm, P1 (20 ton/ hektar Pupuk Kandang Sapi + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 1,9900 cm, dan yang memiliki rerata paling rendah pada perlakuan P0 (Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar) dengan rerata 1,8800 cm. Semua perlakuan menunjukkan pengaruh yang sama kepada parameter diameter buah tomat per tanaman, hal ini diduga pemberian bahan organik dan anorganik dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, sifat kompos dapat memperbaiki struktur tanah sehingga mikroba dalam tanah dapat berkembang dengan baik, struktur tanah menjadi lebih baik maka tanaman dapat menyerap unsur hara yang tersedia di dalam tanah secara maksimal, selain itu kompos dari berbagai macam limbah diduga sudah mampu mencukupi kebutuhan unsur Nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman tomat. 13 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pemanfaatan kompos dari berbagai macam limbah pertanian berupa kompos jerami padi, kompos seresah jagung manis, dan kompos kulit singkong memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. 2. Penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. B. Saran Pada penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan 6,504 ton/ hektar Pupuk Kompos Jerami Padi + Urea 200 kg/hektar, SP-36 300 kg/hektar, KCl 200 kg/hektar merupakan perlakuan yang dapat direkomendasikan dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. DAFTAR PUSTAKA Akanbi. (2007). The Use of Compost Extract as Foliar Spray Nutrient Source and Botanical Insecticide in Telfairia occidentalis. World Journal of Agricultural Sciences. Badan Pusat Statistik . 2001. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia. Survey Pertanian Tahun 2000. Statistik Indonesia. Jakarta. Balai Penelitian Tanah. 2008. Pupuk organik untuk tingkatkan produksipertanian. Balittanah. Bogor. [email protected]. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2013. Hasil Analisis Contoh Tanah. Candilo, M and G.P., and Silvestri. 1994. Sulfur Calcium and Magnesium in Processing Tomatoes Grown in Sub-Alkaline or Sub-Acid Soils. Acta Horticulturae 376, 207 – 214. Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. LP3M UMY. Yogyakarta. 253 hal. Mas’ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Nonnecke, IB Libner. 1989. Vegetable Production. An AVI Bok Van Nostrand Reinhold. USA. Novizan. 2001. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka. Tanggerang. Rahman Susanto. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius. Jakarta. Ruskandi. 2005. Teknik Pemupukan Buatan dan Kompos pada Tanaman Sela Jagung di antara Kelapa. Buletin Teknik Pertanian. Vol.10, No.2. Sukabumi: Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan. Sarief Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. Setyamidjaja, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex, Jakarta. Suriadikarta, D.A. dan Abdurachman, A. 2001. Penggunaan Pupuk Dalam Rangka Produktivitas Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Jurnal Litbang Pertanian. 20(4). Hal: 144-152. Tisdale, S. L., et al. (1993). Soil Fertility and Fertilizers, Fifth Edition. New York: Macmillan Publishing Company. 14