PENERAPAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PUSTAKAWAN DALAM MENINGKATKAN KENYAMANAN PEMUSTAKA *Tabitha **Marsia Sumule G ***Asrul Jaya Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo, Kampus Bumi Thridharma Anduonohu, Kendari. [email protected] ABSTRACT The problem in this research is how the role of interpersonan communication librarian in Library and Filing Service of Southeast Sulawesi Province in improving user's convenience. The purpose of this study is to determine the role of interpersonal communication librarians at the Library and Filing Service of Southeast Sulawesi Province in improving the user's convenience.The location of this research was carried out at the Library and Filing Service of Southeast Sulawesi Province. The theory used is Devito's Theory of Liliweri Alo. In this study the number of informants as much as six people to represent pemustaka. The type of data used in this study is the qualitative data and data analysis techniques used in this study qualitative descriptive analysis.The results of this study indicate that the role of Interpersonal Communication in improving the user's convenience in the Library and Filing Service of Southeast Sulawesi Province can not be separated from the Humanistic model and pragmatic model which shows that the quality of effective interpersonal communication is determined by five factors: openness, empathy, Support, Positiveness, and Equality. Of the five factors have not fully run perfectly in the main case of having a positivesense.This research is expected to give benefit and contribution of Science for Librarian especially Librarian which exist in Library and Filing Service of South East Sulawesi Province. This study is also expected to provide benefits in the development of Communication Science, especially on the research role of interpersonal communication librarians in improving the user's convenience. Keywords: Library, Interpersonal Communication, Convenience PENDAHULUAN Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi harus mampu menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Secara filosofis perpustakaan telah meletakkan tujuan utamanya pada jasa untuk pemakai. Hakekat pelayanan perpustakaan pada dasarnya mencakup pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyebarluasan informasi.Sebagai subsistem dari sistem perpustakaan, pelayanan perpustakaan adalah suatu proses atau upaya pemberdayaan sumber-sumber informasi yang menjadi koleksi perpustakaan yang disebarluaskan kepada para penggunanya. Pelayanan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan suatu barometer dari kegiatan-kegiatan yang ada di perpustakaan karena dalam pelayanan perpustakaan dapat telihat sejauh mana perpustakaan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsinya. Fungsi-fungsi tersebut yaitu: fungsi pendidikan (educatif), fungsi rekreasi (recreation), fungsi penelitian (research), dan fungsi informasi (information). Tujuan pelayanan perpustakaan menurut Penna (1972) adalah untuk mengadakan dan mendayagunakan bukubuku dan media lainnya bagi kepentingan pengguna. Dengan kata lain bahwa tujuan pelayanan perpustakaan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pengguna. Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan seharihari berkecimpung dengan dunia buku. Pustakawan setiap harinya juga harus bertemu dengan berbagai macam kharakteristik pengguna. Tugas pustakawan adalah melayani dan memenuhi kebutuhan pengguna yang datang ke perpustakaan. Dalam melayani dan memenuhi kebutuhan pemustaka berdasarkan hasil observasi peneliti di Dinas Perpustakaan dan Kearsipanan Provinsi Sulawesi Tenggara pustakawan dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif khususnya Komunikasi interpersonal untuk menciptakaan kenyamanan dalam pelayanan pustakawan terhadap pemustaka atau pencari informasi karena dalam duni pekerjaannya pustakawan berhadapan langsung dengan para pengguna perpustakaan.Komunikasi interpersonal yang dimaksudkan adalah dapat mengajak atau melayani para anggota dan juga menjawab segala keluh kesah mereka dengan cara yang baik, efektif dan menyenangkan. Komunikasi interpersonal Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Jika Anda berkomunikasi dengan orang lain berarti Anda berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya. Berikut ini pengertian komunikasi berdasarkan para ahli : 1. Onong Cahyana Effendi, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu , mengubah sikap , pendapat , atau perilaku , baik dengan cara lisan ( langsung ) ataupun tidak langsung ( melewati media ) 2. Raymond Ross, komunikasi merupakan proses menyortir , memilih , serta pengiriman simbol - simbol yang sedemikian rupa sehingga membantu pendengar menanggapinya dengan respon atau makna dari pemikiran yang sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator. 3. Harold Laswell, komunikasi merupakan gambaran mengenai siapa , berbicara apa , melewati media apa , terhadap siapa , serta apa dampaknya. Komunikasi dalam terjalinnya tidak hanya berjalan begitu saja akan tetapi memiliki fungsi bagi yang menggunakannya. Menurut Onong Uchajana Effendy fungsi komunikasi adalah : 1. Menginformasikan (To Inform). 2. Mendidik (To Educate). 3. Menghibur (To Entertain) 4. Mempengaruhi (To Influence). (Effendy,2003 :55). Secara khusus komunikasi bertujuan untuk : 1. Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan 2. Menyusun rencana untuk menyelesaiakan tujuan 3. Mengorganisasi SDM serta sumber daya lainnya secara efekti dan efisisen. 4. Menyeleksi , mengembangkan dan menilai anggota organisasi. 5. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang memunculkan keinginan untuk memberikan kontribusi, dan 6. Mengendalikan prestasi. Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam Liliweri (2013) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek dan umpan balik secara langsung.Komponenkomponen komunikasi interpersonal yaitu: 1. Sumber/ komunikator Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan, dan menyampaikan pesan. 2. Encoding Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta disesuaikan dengan karakteristik komunikan. 3. Pesan Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh komunikan. 4. Saluran Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke oranglain secara umum. Dalam konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan komunikasi secara tatap muka. 5. Penerima/ komunikan Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik dari komunikan inilah seorang komunikator akan dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan. 6. Decoding Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melaui indera, penerima mendapatkan macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera menangkap stimuli. Pada dasarnya komunikasi adalah proses pertukaran informasi dari dua belah pihak atau lebih. Komunikasi antar pribadi adalah hanya melibatkan dua orang secara tatap muka sehingga pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung. Pelayanan publik Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secaraekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung. Membicarakan pelayanan berarti membicarakan suatu proses kegiatan yang konotasinya lebih kepada hal yang abstrak (Intangible). Pelayanan adalah merupakan suatu proses, proses tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, yang kemudian diberikan kepada pelanggan. Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan yang paling menonjol dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad Informasi ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam bentuk tulisan. Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya.Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas petugas yang memiliki faktor keahlian dan keterampilan. Dalam kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh faktor jarak. Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa. Perannya akan lebih besar dan bersifat menetukan mana kala dalam kegiatan - kegaiatan jasa di masyarakatitu terdapat kompetisi dalam usaha merebut pasaran atau langganan.Pelayanan pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu merupakan suatu proses , pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan manusia. Perpustakaan, pustakawan, dan pemustaka Perpustakaan bertujuan untuk membantu masyarakat pemakainya dalam mendapatkan informasi, tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan, belajar secara mandiri dan berkreasi secara rohaniah. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengunjungi perpustakaan mempunyai tujuan antara lain: (a) dapat mengikuti peristiwa dan perkembangan dunia terakhir, (b) secara tidak langsung mendapatkan pengajaran dan pendidikan, (c) mendapatkan hiburan yang sehat dan kreatif Tujuan khusus perpustakaan dibedakan oleh jenis/macam perpustakaan, karena setiap jenis perpustakaan melayani kelompok masyarakat yang berbeda satu sama lain Perpustakaan dibedakan menurut jenis dan macam-macam perpustakaan, dalam hal ini melayani dari kelompok masyarakat yang berbeda yaitu kelompok dari usia, tentunya untuk anak-anak bacaan di perpustakaan berbeda dengan bacaan remaja atau dewasa, sehingga perpustakaan harus dapat membedakan antara bacaan untuk anak-anak dan bacaan untuk remaja atau dewasa. Perpustakaan merupakan salah satu unit kerja yang memberikan jasa layanan kepada pengguna, sehingga memerlukan sumber daya manusia, dalam hal ini pustakawan, yang benar-benar memiliki kemampuan memadai dalam memberikan pelayanan kepada pengguna. Pustakawan adalah seorang yang memiliki kompotensi yang diperoleh melalui pendidikan dan atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpusakaan. Pustakawan mempunyai tugas memberi informasi yang cocok dan tepat waktu bagi pihak yang memerlukan dengan memberikan bimbingan akses pada sumberdaya informasi, baik yang berada didalam perpustakaan tempat dia bekerja maupun di luar perpustakaan dengan memanfaatkan beragam basis data, fasilitas jaringan telkomunikasi, serta kerjasama antar perpustakaan maupun dengan lembaga lainnya dengan demikian pustakawan memiliki tanggung jawab untuk mampu menyediakan berbagai sumber informasi sesuai kebutuhan pengguna.Istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu digunakan sebelum istilah pemustaka muncul. Menurut Sulistyo-Basuki pengguna perpustakaan adalah orang yang ditemuinya tatkala orang tersebut memerlukan data primer atau menghendaki penelusuran bibiliografi. Sedangkan menurut Sutarno mendefinisikan pemakai perpustakaan ialah orang atau kelompok masyarakat yang memakai dan memanfaatkan layanan perpustakaan, baik anggota maupun bukan anggota. Dalam pengertian, semua anggota masyarakat memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama untuk menggunakan perpustakaan, namun perpustakaan di bawah lembaga tertentu, mendefinisikan pengguna sesuai dengan misi dan tujuan masing-masing. Setelah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi pemustaka, dimana pengertian pemustaka menurut UU no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 9 ialah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Sedangkan menurut Suwarno pemustaka ialah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan, baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya). Ada berbagai jenis pemustaka seperti pelajar, mahasiswa, guru, dosen, karyawan dan masyarakat umum, tergantung dengan jenis perpustakaan tersebut. KERANGKA BERPIKIR Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia sejak pertama manusia itu dilahirkan sudah melakukan kegiatan komunikasi dan sampai kapanpun manusia akan tetap melakukan kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok, karena setiap sendi kehidupan manusia selalu membutuhkan komunikasi. Komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan bersekutu dengan orang lain. Pada umumnya komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia. Pemenuhan kebutuhan ini guna mengembangkan diri menjadi makhluk sosial dan pribadi yang lengkap serta untuk menjamin kelangsungan hidupnya yang memerlukan banyak hal, seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, hiburan, pendidikan dan kebutuhankebutuhan lainnya. Dalam berkomunikasi khususnya ketika kita akan melakukan komunikasi interpersonal kita membuat rencana-rencana untuk mencapai tujuan kita dengan menggunakan komponen komunikasi yang efektif diantaranya Keterbukaan (Opennes), Positif (Positiveness), Kesamaan (Equality), Empati (Empathy), Dukungan (Supportiveness).Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa keberhasilan berkomunikasi khususnya komunikasi interpersonal untuk merubah sikap seseorang dalam meningkatkan kenyamanan dalam berinteraksi dengan setiap orang tentunya kita harus mampu berkomunikasi. METODE Penelitian ini dilaksanakan padabDinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan lokasi tersebut berdasarkan kondisi perpustakaan yang memadai karena dalam melakukan pelayanan pustakawan menggunakan komunikasi interpersonal baik dalam mengajak atau melayani para anggota dan juga menjawab segala keluh kesah pemustaka. Subjek alam penelitian ini adalah seluruh anggota perpustakaan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 323 Orang. Dalam penelitian ini informan di pilih sebanyak 6 orang yang mewakili pemustaka yang berkunjung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara diantaranya 2 orang mahasiswa Universitas Halu Oleo, 1 Orang Mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara, 1 orang mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari, 1 orang mahasiswa AVICENA dan 1 Orang Masyarakat Umum. Penentuan informan dilakukan dengan cara purposive sampling (secara sengaja), penelitian ini menggunakan empat jenis Teknik pengumpulan data, yaitu observasi (penelitian lapangan), wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data dan informasi dari penelitian ini akan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu memberikan gambaran menyeluruh tentang permasalahan penelitian sehingga dapat menjadi suatu kesimpulan umum untuk menjawab permasalahan dalam penelitan ini. Desain Operasional NO Unit Analisis 1 Komponen Struktur KerangkaAnalisis - komunikasi Menganalisis - Observasi Keterbukaan (Opennes) - Wawancaramendalam - Dokumentasi MenganalisisPositif - Observasi (Positiveness) - Wawancara mendalam - Dokumentasi MenganalisisKesamaan - Observasi (Equality) - Wawancara mendalam - Dokumentasi MenganalisisEmpati - Observasi (Empathy) - Wawancara mendalam - Dokumentasi MenganalisisDukungan - Observasi (Supportiveness) - Wawancara mendalam - Dokumentasi pustakawan - - - - Teknik Pengumpulan Data HASIL PENELITIAN Sesuai dengan keputusan Mentri dan Kebudayaan Nomor : 0301/81 Tahun 1981 tentang Pokok-pokok Kebijakan Pembinaan Perpustakaan si Indonesia, Perpustakaan Wilayah Sulawesi Tenggara sebagai perpanjangan tangan dari Pusat Pembinaan Perpustakaan Departemen Pendidikan dan Kebnudayaan mempunyai Tugas Membina Semua Jenis Perpustakaan di Daerah. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor : 11 Tahun 1989 tanggal 6 Maret 1989 tentang Perpustakaan Nasional RI, maka Perpustakaan Wilayah seluruh Indonesia termasuk Perpustakaan Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara diintegrasikan kepada Unit Perpustakaan Nasional RI sehingga berubah nama menjadi Perpustakaan Daerah Sulawesi Tenggara (Eselon IIIa). Beberapa tahun kemudian Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor : 50 Tahun 1997 tanggal 29 Desember 1997 tentang Perpustakaan Nasional RI dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor : 44 Tahun 1998 tanggal 23 Juli 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI, maka Perpustakaan Daerah Sulawesi Tenggara berubah nama menjadi Perpustakaan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara Eselon II/b. Seiring dengan keluranya Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Perpustakaan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara yang semula merupakan Lembaga Pemereintah Non Departemen, beralih menjadi perangkat Daerah pada jajaran Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah dengan diundangkannya Peraturan Daerah Nomor : 2 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 2000 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dan melalui Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 153 Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Kantor Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, maka Perpustakaan Nasional Provinsi Sulawesi Tenggara berubah nama dan status eselonisasi menjadi Kantor Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Eselon II turun menjadi eselon III/a. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 2007 tentang Perangkat Daerah, maka Kantor Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, digabung dengan Kantor Arsip Derah Provinsi Sulawesi Tenggara Menjadi satu Lembaga yang bernama Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan dasar itu, kemudian Pemerintah menerbitkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor : 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, maka Kantor Perpustakaaan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara digabung dengan Kantor Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 16 Februari 2009 menjadi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Eselon II/a . Kemudian keluarlah peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor : 71 Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan tugas dan fungsi serta Tata Kerja Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara. maka Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara berubah menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara dengan tipe A. Pembentukan struktur organisasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah, didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain: 1. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara menilai pentingnya pembentukan struktur organisasi yang jelas pada instansi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing; 2. Pembentukan struktur organisasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara dimaksudkan agar setiap unit atau bidang kerja dapat berkoordinasi dengan baik dalam mengembangkan tugasnya; 3. Struktur organisasi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara dibentuk untuk melakukan fungsinya sebagai instansi teknis yang menangani tugas pengadaan, pengolahan, pelayanan, dan pelestarian bahan pustaka serta melakukan pembinaan semua jenis Perpustakaan di Daerah Sulawesi Tenggara. Sarana dan Prasarana memegang peranan penting dalam menunjang suksesnya pelaksanaan kegiatan kantor karena sarana dan prasarana merupakan komponen penting dalam suatu kantor. Semakin besar dan luas suatu kantor, semakin banyak pula sarana dan prasarana serta fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan Organisasi.Adapun yang dimaksud sarana dan prasarana dalam hal ini adalah Gedung, Ruangan, Peralatan atau perlengkapan, dan berbagai fasilitas lainnya untuk menunjang pelaksanaan berbagai tugas/fungsi bidang perpustakaan dan kearsipan bagi masyarakat Sulawesi Tenggara digunakan pada dua gedung yang berbeda tempat yaitu di gedung Dines Perpustakaan yang beralamat di Jalan Drs. H. Abdullah Silondae No. 133 Kendari, dan di gedung Kearsipan yang beralamat di Jalan Balai Kota Kendari. Tabel 4.1 Koleksi Deposit Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara Desember Tahun 2016 No Koleksi Judul Eks 1 Buku 837 1.097 2 Majalah Buletin 178 657 3 Surat kabar 3 5.087 4 Audio Visual 350 1080 5 Terbitan Pemerintah 2.366 3.689 Sumber Data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi non buku maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya)”. Ada berbagai jenis pemustaka seperti siswa, mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat yang membutuhkan informasi di Perpustakaan sebagai berikut : Tabel 4.2 Jumlah Pemustaka Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016 No. Pemustaka Laki-laki Perempuan 1 TK/SD 6082 6332 2. SLTP 4070 4790 3. SLTA 9950 16770 4. Mahasiswa 33.755 63.504 5. TNI/Polri 1200 360 6. PNS 4130 5598 7. Umum 9.899 8760 69086 106114 Jumlah Total 175.200 Sumber Data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara Desember Tahun 2016 1. Empati (Empthy) Maksudnya adalah pustakawan harus mampu untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dalam hal ini pencari informasi yang sedang dilayaninya. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Marliati, sebagai anggota perpustakaan dan Kearrsipan Provinsi Sulawesi Tenggara saat ditanya mengenai pelayanan pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara saat peminjaman buku, yaitu sebagai berikut : “Pustakawan sudah cukup baik karena pustakawan terkadang juga ikut bantu mencarikan buku yang diinginkan”.(Wawancara 15 Maret 2017) Hal serupa juga diungkapkan Yuanita : “Saya yang sering datang berkunjung bersama dengan teman-temann di perpustakaan ini terkadang kami sering merasa kesulitan mencari buku yang diinginkan, tetapi pustakawan yang bertugas sering membantu kami mencarinya”.(Wawancara 29 Maret 2017) Pustakawan yang berempati akan membantu orang yang bersangkutan dengan segera dan berusaha untuk bekerja dengan lebih cepat, karena dia ikut merasakan bahwa informasi tersebut sangat dibutuhkan dan harus diperoleh secepat mungkin. Berdasarkan pendekatan pragmatis untuk komunikasi interpersonal yang efektif, empathy disebut sebagai other orientation. 2. Dukungan (Supportiveness) Maksudnya adalah pustakawan harus berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan aman dengan menciptakan aturan-aturan yang fleksibel untuk menumbuhkan rasa memiliki ( sense of belonging) antara pustakawan dengan peminjam atau anggota di perpustakaan daerah, dan mendukung para pencari informasi untuk berkomunikasi dengan dia. Tunjukkan sikap bahwa pustakawan siap membantu para tamunya agar merasa nyaman dengan keadaan perpustakaan karena situasi ruangan yang membuat nyaman dan pustakawan yang ramah dalam melayani perpustakaan. Seperti yang dikatakan oleh Nur Rahmat : “Pustakawan daerah lebih ramah. Lebih dekat dengan para member. Makanya saya senang datang berkunjung di perpustakaan ini karena ramahnya. Kalau pustakawan di kampus jutek. Kurang menghargai kita”. (Wawancara 3 April 2017) Hal serupa juga diungkapkan Marliati Mahasiswi Universitas Halu Oleo yang sering berkunjung ke Perpustakaan dan Kearsipanrsip Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu : “Pustakawan lebih ramah dan nyaman di Perpustakaan Daerah Ini kemudian perpustakaan Daerah juga terus meningkatkan pelayanan kepada anggotanya sehingga pelayanan di perpustakaan daerah itu berjalan dengan baik dan kita sebagai pengunjung teratur dan disiplin ketika berkunjung di perpustakaan daerah”. (Wawancara 11 April 2017) Oleh karena itu di perpustakaan Daerah selalu ada penyampaian aturanaturan di Perpustakaan tentang batas waktu peminjaman atau penggunaan fasilitas untuk mengatur sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku yang erat kaitannya dengan anggota. 3. Positif (Positiveness) Maksudnya adalah pustakawan harus memulai komunikasi dengan para pengunjung perpustakaan dengan sikap yang positif dan menganggap mereka sebagai orang penting yang harus diperlakukan dengan baik. Menyapa pengunjung dengan kata-kata yang baik disertai dengan senyuman yang manis akan membuat mereka merasa dihargai dan sebaliknya mereka juga akan menghargai pustakawan sebagai profesional yang dapat diandalkan. Seperti yang disampaikan Rian bahwa : “Selama saya berkunjung diperpustakan daerah setiap pustakawan selalu menyambut kita dengan baik, tetapi saya melihat kekurangan pustakawan yaitu ketika dalam menyambut pengunjungnya mereka kurang senyum jadi kita pengunjung merasa takut dan segan untuk bertanya kepada mereka apalagi pustakawannya rata-rata orang tua”. (Wawancara 13 April 2017) Senada yang disampaikan oleh Yunita : “Pegawai perpustakan dalam menyambut pengunjung suda bagus hanya saja mereka kurang senyum sehingga kita pengunjung merasa takut dan segan apalagi penjaga perpustakaan di perpustakaan daerah itu rata-rata orang tua”. (Wawancara 29 Maret 2017) Oleh karena itu sebagai pustakawan harus memulai komunikasi dengan para pengunjung perpustakaan dengan sikap yang positif dan menganggap mereka sebagai orang penting yang harus diperlakukan dengan baik dan secara personal mengajak anggota berkomunikasi Menyapa pengunjung dengan kata-kata yang baik disertai dengan senyuman yang manis saat melakukan aktifitas peminjaman maupun pengembalian buku. Begitu juga saat ada anggota baru mendaftar. Hal ini dilakukan untuk mengenal anggota-anggotanya lebih baik. 4. Kesamaan (Equality) Maksudnya adalah pustakawan harus memandang semua yang mengunjungi perpustakaannya merupakan orang-orang penting yang harus dihormati tanpa syarat. Jangan membeda-bedakan perlakuan pada pengunjung hanya karena penampilannya atau karena gelar akademisnya. Semua pengunjung perpustakaan merupakan pencari informasi yang harus dibantu secara proporsional, sehingga mereka puas atas layanan informasi yang diberikan. Seperti yang dikatakan Ridwan bahwa : “Saya sebagai pengunjung merasa diperlakukan dengan ramah dan dibantu selama meminjam di perpustakaan daerah ini meskipun saya sebagai seorang mahasiswa tetapi saya tetap diperlakukan dengan baik sebagai seorang pengunjung. Senada yang disampaikan bapak Yohanis bahwa : “Ketika saya berkunjung keperpustakaan daerah saya dilayani dengan baik dan ramah, lepas dari persoalan karena saya orang tua, karena saya juga sering liat kalau saya berkunjung kesana jika seorang mahasiswa yang datang berkunjung mereka dilayani juga dengan baik seperti yang dilakukan terhadap saya. (Wawancara 26 Maret 2017) Oleh karena itu pustakawan mampu memberikan layanan yang memuaskan tanpa memandang status setiap pengunjung karena semua yang mengunjungi perpustakaannya merupakan orang-orang penting yang harus dihormati tanpa syarat, sehingga pengunjung merasa senang dan akan kembali lagi mengunjungi perpustakaan tersebut. 5. Keterbukaan (Openness) Maksudnya adalah bahwa komunikasi interpersonal akan efektif apabila terdapat keinginan untuk membuka diri terhadap lawan bicara kita, keinginan untuk bereaksi dengan jujur pada pesan yang disampaikan oleh lawan bicara kita, keinginan untuk menghargai bahwa perasaan dan pemikiran yang disampaikan selama proses komunikasi berlangsung adalah kepunyaan kita sendiri (owning of feels and thought). Dalam situasi seperti ini diantara pelaku komunikasi akan tercipta keterbukaan perasaan dan pemikiran, serta masingmasing pihak bertanggungjawab atas apa yang disampaikannya. Seperti yang dikatakan Bapak Yohanis bahwa : “Saya selaku anggota perpustakaan Daerah sangat senang dengan sikap pelayanan pustakawan yang ada disini karena mereka selalu melayani dengan sepenu hati terhadap pengunjungnya, sebagai contoh ketika saya mau membaca Koran atau majalah mereka selalu mengarahkan saya ketempat penyimpanan Koran dan Majalah itu.” (Wawancara 26 Maret 2017) Seperti juga yang dikatakan oleh Nur Rahma : “Saya sebagai anggota perpustakaan Daerah yang sering melakukan peminjaman buku merasa senang karena pustakawan disini selalu terbuka sebagai contoh ketika kita mau meminjam buku dan buku yang kita mau pinjam itu tidak ada mereka langsung mengatakan tidak ada, tanpa menyuruh lagi kita untuk mencarinya, dan saya juga perna melakukan peminjaman buku dan saya terlambat mengembalikan buku itu dan dendanya sudah melebihi harga buku yang saya pinjam, dan pustakawan itu menyampaikan kepada saya,lalu pustakawan itu menawarkan kepada saya, apakah saya mau membayar dgn uang atau membeli buku baru saja yang sejenis buku yang saya pinjam. (Wawancara 3 April 2017) Pustakawan harus memiliki sikap keterbukaan melalui proses komunikasi yang berlangsung antara dia dengan pencari informasi secara efektif. Membuat percakapan berjalan lancar, sehingga pencari informasi bisa menyampaikan dengan jelas apa yang dibutuhkannya, dan pustakawan pun memahaminya dengan penuh keterbukaan sehingga dapat memberikan layanan yang memuaskan, agar pengunjung merasa senang dan akan kembali lagi mengunjungi perpustakaan tersebut. Studi mengenai peran komunikasi interpersonal pustakawan dalam meningkatkan kenyamanan pemustaka untuk menciptakan situasi komunikasi yang menyenangkan yang akan memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia. Kegiatan komunikasi tersebut dilakukan sebagai upaya memenuhi kebutuhan bersekutu dengan orang lain. Pada umumnya komunikasi interpersonal terjadi karena pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi dengan manusia lain, karena itu tiap-tiap orang selalu berusaha agar mereka lebih dekat satu sama lain. Komunikasi Interpersonal yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya. Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis dimana komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian dan penerimaan pesan diantara dua orang atau kelompok kecil dengan efek dan feed back langsung karena komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik dan efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal yang efektif berdasarkan humanistic model dan pragmatic model. Humanistic model (soft approach) menunjukkan bahwa kualitas komunikasi interpersonal yang efektif ditentukan oleh 5 faktor. Peran komunikasi interpersonan pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Arsip Daeran Provinsi Sulawesi Tenggara dalam meningkatkan kenyamanan pemustaka tak terlepas dari kelima faktor tersebut yang telah dilaksanakan oleh pustakawan dalam layanan perpustakaan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara namun kelima faktor tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan sempurna utamanya dalam hal memiliki Rasa Positif (positiveness). Ada pun kelima faktor tersebut yaitu : Keterbukaan (openness), Empati (empathy), Dukungan (supportiveness), Rasa Positif (positiveness), dan Kesetaraan (equality). Komunikasi interpersonal sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia, dengan demikian pengetahuan akan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat penting bagi para pustakawan, agar mereka dapat menjadi pustakawan professional yang dapat memberikan layanan prima pada para pencari informasi. Oleh karenan Komunikasi interpersonal sangat penting bagi pustakawan khususnya pustakawan di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara untuk membantu dalam mengenali karakteristik dari pengguna, sehingga pustakawan dapat menentukan langkah yang tepat dalam melayani kebutuhan pengguna tersebut. KESIMPULAN Mengacu pada karakteristik keterampilan komunikasi interpersonal pustakawan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang meliputi, empathy, supportiveness, positiveness, equality, openness. Kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif yang dimiliki oleh pustakawan yang berarti meningkatkan kualitas layanan perpustakaan. Hal ini sangat penting dalam rangka menciptakan layanan prima (eccelent service) perpustakaan yang pada akhirnya akan menciptakan kenyamanan kepada anggota perpustakaan. Saat anggota sudah merasa nyaman dengan kondisi dan situasi, tentu akan merasa puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh pustakawan di Kantor Perustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara. SARAN Pelayanan dan kinerjanya pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara kepada anggota menjadi ujung tombak pelayanan utamanya dalam penerapan komunikasi Interpersonal, oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian ini maka diberikan beberapa saran diantaranya: 1. Disarankan kepada instansi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara agar memberikan pelatihan etika pelayanan kepada setiap pustakawan. 2. Disarankan kepada pustakawan agar lebih meningkatkan rasa percaya diri sehingga pustakawan tidak perlu merasa sungkan untuk berkomunikasi atau menegur anggota jika tidak mematuhi peraturan. Hal ini dilakukan untuk menciptakan rasa memiliki antara pustakawan dengan anggotanya. 3. Disarankan Kepada Anggota/pemustaka ketika berkunjung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulawesi Tenggara agar mematuhi setiap aturan yang berlaku dan menghargai pustakawan yang bertugas agar komunikasi interpersonal antara pustakawan dan pemustaka dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi (edisi revisi). Jakarta: PT Raja grafindo Persada. Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Efendy, Onong Uchana.1986. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Rakhmad, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja RosdaKarya Bandung. SupraptoDrs, Tommy.2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.PT. Buku Kita. Jakarta. Undang-Undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Umum. Perpustakaan Nasional RI. 1992. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta:Perpustakaan Nasional RI. Lasa HS. (1994). Jenis-jenis Pelayanan Informasi Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media. Sutarno NS. 2006 .Perpustakaan Dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto. Suwarno, Wiji. 2011. Pengetahuan Dasar Kepustakaan; Sisi Penting Perpustakaan dan Pustakawan. Bogor: Ghalia Indonesia. Ibrahim Bafadal, (2009). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. SulistyoBasuki, (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Yogyakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.