BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pneumonia 1. Definisi

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pneumonia
1.
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru
(alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronkhi, dan infiltrate
pada foto rongten. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan
dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang sering disebut
bronchopneumonia (Direktorat jendaral P2PL, 2009).
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru –
paru (alveoli). Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali
berdasarkan pedoman – tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang
(rongten,laboratorium) (Wilson, 2006).
Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah
akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkhiolus terminalis yang
mencakup bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat
(Dahlan,2007).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
11
Jadi pneumonia adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah akut
yang mengenai jaringan paru (alveoli) dan sering menyerang balita dengan
gejala batuk, sesak nafas, ronkhi dan tampak infiltrate pada foto ringten.
Gejala dari Pneumonia yang biasa ditemukan pada balita dengan
pneumonia antara lain: demam, batuk dengan nafas cepat, crackles (ronkhi
pada auskultasi), kepala terangguk-angguk, pernapasan cuping hidung,
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, merintih (grunting),
sianosis. Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat,
pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada atau tidaknya tanda
bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekwensi nafas,
dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing – masing derajat
penyakit. (WHO Indonesia, 2008)
Pneumonia biasa disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar
episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit menentukan
penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada.
(WHO Indonesia,2008). Dari sumber lain diperoleh bahawa sebagian besar
mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain
seperti aspirasi dan radiasi. Di negara berkembang, pneumonia pada anak
terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang menyebabkan pneumonia
adalah
Streptococcus
pneumonia,
Haemophilus
influenzae,
dan
Staphylococcus aureus (Said, 2008).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
12
2.
Etiologi Pneumonia
Pneumonia yang ada dikalangan masyarakat umumnya disebabkan
oleh bakteri, virus, mikroplasma ( bentuk peralihan bakteri dan virus) dan
Protozoa. ( Djojodibroto, 2009)
a. Bakteri
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang
paling umum adalah streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkong
manusia yang sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia
tua
atau
malnutrisi,
bakteri
segera
memperbanyak
diri
dan
menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi dan menyebabkan
kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi,
berkeringat, napas terengah – engah dan denyut jantungnya meningkat
cepat.
b.
Virus
Setengah kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Meskipun virus – virus ini kebanyakan menyerang saluran nafas
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi
pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan
dapat sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi
bersamaan dengan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan
kadang menyebabkan kematian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
13
c. Mikroplasma
Mikroplasma
menyebabkan
adalah
penyakit
pada
agen
terkecil
manuasia.
di
alam
Mikroplasma
bebas
tidak
yang
bisa
diklasifikasikan sebagai virus sampai bakteri, meski memiliki karakteristik
keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan
tersebar luas. Mikroplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling
sering pada anak remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,
bahkan juga pada yang tidak diobati.
d. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis
Caranii Pneumonia ( PCP ). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan
pada bayi yang premature. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam
hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Cranii pada
jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.
3. Faktor Resiko Pneumonia
Hasil penelitian dari berbagai negara termasuk Indonesia dan berbagai
publikasi ilmiah dilaporkan faktor resiko baik yang meningkatakan insiden
(morbiditas) maupun kematian (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat
jendral P2PL,2009), adalah sebagai berikut:
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
14
a. Faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi :
Faktor resiko pasti (definite) : malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif,
tidak dapat imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan
penduduk, Faktor resiko hampir pasti (likely) : asap rokok, defisiensi zinc,
kemampuan
ibu
merawat,
penyakit
penyerta (diare dan
asma),
Kemungkinan faktor resiko (Possible): pendidikan ibu, kelembapan, udara
dingin, defisiensi vitamin A, Polusi udara luar, urutan kelahiran dalam
keluarga, kemiskinan.
b. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia.
Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini
perlu mendapatkan perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian
karena pneumonia dapat dicapai. Faktor resiko ini merupakan gabungan
faktor resiko insidens seperti tersebut diatas ditambah dengan faktor tata
laksana pelayanan kesehatan yaitu : Ketersediaan pedoman tata laksana,
Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai, Kepatuhan tenaga
kesehatan terhadap pedoman, Ketersediaan
fasilitas yang diperlukan
untuk tata laksanan pneumonia (obat, oksigen,perawatan intensif),
Prasarana dan sistem rujukan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
15
4.
Klasifikasi Pneumonia ( Depkes RI, Dirjen P2PL, 2009)
Kelompok Umur
Klasifikasi
Tanda Penyerta selain batuk
atau sukar bernafas
2 bulan -<5 tahun
Pneumonia Berat
Tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (Chest
indrawing)
Pneumonia
Nafas cepat sesuai dengan
golongan umur. ( 2 bulan <1 tahun : 50 kali atau
lebih/menit, 1 - <5tahun : 40
kali atau lebih/menit)
Bukan Pneumonia
Tidak nafas cepat dan tidak
ada tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam
Pneumonia Berat
Nafas cepat >60 kali atau
lebih/menit, atau tarikan kuat
dinding dada bagian bawah
ke dalam (Chest indrawing)
<2 bulan
Bukan Pneumonia
5.
Tidak ada nafas cepat dan
tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam.
Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia
a.
Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi
saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam,
menggigil suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40°C, sesak napas, nyeri
dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning
hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri
perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
16
b.
Tanda
Menurut Misnadiarly (2008), tanda – tanda penyakit pneumonia
pada balita antar lain : batuk nonproduktif, ingus (nasal discharge), suara
yang lemah, penggunaan otot bantu nafas, demam, cyanosis (kebiruan),
thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, sakit kepala, kekauan dan
nyeri otot, sesak napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit
menjadi lembab, mual dan muntah.
6.
Cara Penularan
Pada umumnya pneumonia termasuk ke dalam penyakit menular yang
ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk
droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab
pneumonia kedalam saluran nafas yaitu bersama udara yang dihirup,
disamping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara
kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung juga bisa melalui
ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi
saluran pernapasan penderita (Azwar,2002).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
17
7.
Pencegahan Pneumonia
Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda
awalnya sangat mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap
waspada dengan memperhatikan cara berikut ini ( misnadiarly,2008) :
a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan
tempat keramaian yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan memberikan ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek.
Terlebih jika disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot
diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakkan perbaikan,
dan segera ke rumah sakit jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi
seperti imunisasi DPT.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
18
8.
Diagnosis Pneumonia.
Berdasarkan pedoman diagnois dan tatalaksanan pneumonia yang
diajukan oleh WHO di dalam buku Mansjoer (2008), Pneumonia dibedakan
atas :
a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum,
harus dirawat di RS dan diberi antibiotic.
b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa cianosis dan masih sanggup
minum, harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi nafas cepat : Lebih dari 60
kali/menit pada bayi kurang dari 2 bulan, lebih dari 50 kali/menit pada
anak 2 bulan sampai dengan satu tahu, lebih dari 40 kali/mnt pada anak 1 –
5 tahun.
d. Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti diatas, tidak
perlu dirawat, tidak perlu antibiotik.
9.
Perawatan pneumonia pada balita di rumah
Perawatan dirumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita
yang menderita pneumonia antara lain (Direktorat Jenderal P2PL, 2010):
a.
Mengatasi demam
Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi
dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah dua
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
19
bulan dengan demam harus segera dirujuk. Paracetamol diberikan sehari
empat kali setiap enam jam untuk waktu dua hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih dengan cara lain
dicelupkan dalam air (tidak perlu menambahkan air es). Menurut Susanti
(2012), pemakaian kompres hangat efektif untuk mengatasi demam
memicu vasodilatasi yang dapat meningkatkan pengeluaran panas tubuh.
Pemakaian kompres hangat dianjurkan sebagai terapi kombinasi dengan
antipiretik untuk membantu menurunkan temperatur tubuh.
b.
Mengatasi batuk
Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.
Menurut Cohen, et al (2012), menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan setelah dilakukan intervensi dengan pemberian tiga jenis madu
(madu kayu putih, madu jeruk, dan madu labiatae) dibandingkan dengan
pemberian placebo.
c.
Pemberian makanan sering
Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit sedikit
tetapi berulang – ulang yaitu sering dari biasanya, lebih lebih jika terjadi
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
20
d.
Pemberian minuman.
Diusahakan memberikan cairan ( air putih, air buah, dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak,
selain itu kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e.
Lain – lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu
tebal atau rapat, lebih – lebih pada anak yang demam. Membersihkan
hidung pada saat pilek akan berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Diusahakan lingkungan tempat
tinggal yang sehat yaitu berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila
selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan
untuk membawa ke dokter atau pengawas kesehatan. Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas diusahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama lima hari penuh dan
setelah dua hari anak perlu dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang.
B. Konsep Keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Marilyn M Frieddman ( 1998 ) yang menyatakan bahwa keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
21
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran
masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.
Salvicion G.Bailon dan Arcelis Maglaya ( 1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi sata sama lainnya, mempunyai peran masing – masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
2. Fungsi keluarga
Fungsi – fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan –
kebutuhan anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi
keluarga menurut friedman (1988) adalah :
a.
Fungsi affektif
Berhubungan
dengan
fungsi
internal
keluarga,
yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi affektif berguna untuk
menemukan kebutuhan psiokososial. Keberhasilan melakukan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan
iklim yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti dan
merupakan sumber kasih sayang dan reinforcement. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interakasi dan berhubungan
dalam
keluarga.
Dengan
demikian
keluarga
yang
berhasil
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
22
melaksanakan fungsi affektif seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif. Fungsi afektif merupakan
sumber energy yang menetukan kebahagiaan keluarga. Perceraian,
kenakalan anak atau masalah keluarga yang sering timbul sebagai
akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif. Tidak terkecuali bagi
keluarga dengan balita yang menderita pneumonia, apabila fungsi
afektif berjalan dengan baik seorang ibu terutamanya akan dapat
merawat balitanya dengan baik.
b.
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function)
Fungsi sosialisasi keluarga bagi keluarga dengan balita
pneumonia sangat menentukan apakah keluarga akan menunda
balitanya yang sakit ke fasilitas kesehatan, ke dukun, atau bahkan
tidak kemanapun yang akan berakibat fatal. (Rasmussen, Pio,
Enarson, 2000)
c.
Fungsi reproduksi
Pada keluarga dengan usia subur, memiliki kesempatan yang
besar untuk memiliki anak lagi, oleh sebab itu perlu dianjurkan untuk
KB agar lebih intensif dalam merawat balitanya, sehingga tidak
mudah
terserang
ISPA
dan
atau
pneumonia.
(Notosiwoyo,
Martomijoyo, Supardi, Riyadina, 2003)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
23
d.
Fungsi ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga sangat berpengaruh pada kemampuan
keluarga dalam memenuhi gizi dan mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan, dimana status gizi sangat berpengaruh dengan kejadian
pneumonia (Sulistiyoningsih, Rustandi, 2010).
e.
Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan
Keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan lingkungan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan dan istirahat untuk
penyembuhan dari sakit.
C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga
1.
Pengertian Perawatan Keluarga
Perawatan
kesehatan
keluarga
adalah
tingkatan
keperawatan
kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan sebagai upaya mencegah penyakit. Sedangkan keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan perkembangan fisik, mental, emosional serta
sosial dari anggota keluarga. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan
dan merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang ada dan tidak ada
hubungan secara hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau
siapapun yang dikatakan klien sebagai keluarganya (Friedman,1998).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
24
Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang
rumit, sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis
untuk bekerja dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini
disebut proses keperawatan, dimana proses adalah suatu aksi gerak yang
dilakukan dengan sengaja dan sadar dari suatu titik ke titik yang lain
menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan
suatu proses pemecahan masalah yang sistematis yang digunakan ketika
bekerja dengan individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu
aspek terpenting dari keperawatan adalah penekanan pada keluarga,
keluarga bersama inividu, kelompok dan komunitas adalah klien atau
resipien keperawatan. Secara empiris, disadari bahwa kesehatan para
anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga mempunyai hubungan
yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat sedikit yang diberikan
perhatian pada keluarga sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam
bidang keperawatan (Friedman,1998).
2.
Fungsi keluarga
Fungsi keperawatan keluarga merupakan hal penting dalam
pengkajian keluarga. Sejauh mana masing – masing anggota keluarga
melaksanakan fungsinya antara lain termasuk fungsi afektif dalam
menyelesaikan masalahnya, fungsi sosialisasi dalam melakukan interaksi
baik sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain, fungsi kesehatan
seperti yang dikemukakan oleh friedman antara lain dalam mengenali
masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit,
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
25
memelihara dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber
dimasyarakat. Fungsi kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet
keluarga mempengaruhi status gizi sebagai faktor pendukung, pola
istirahat dan tidur mempengaruhi status ketahanan tubuh, kebiasaan
mengkonsumsi obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau tidaknya
pengobatan, pola perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan
hygiene
seseorang,
lingkungan
dan
riwayat
kesehatan
keluarga
berpengaruh dalam bertambah parah atau tidak masalah kesehatan yang
dialami keluarga (Friedman,1998).
3.
Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga
Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan keluarga,
yaitu (Friedman,1998) :
a.
Mengenal masalah kesehatan keluarga
Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga
mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian
tanda dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi
keluarga terhadap masalah. Dalam hal ini memerlukan data umum
keluarga yaitu nama keluarga, alamat, komposis keluarga, tipe keluarga,
suku, agama, status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi
keluarga. Kemampuan keluarga dalam mengenal adanya tanda dan gejala
bahaya pada balita dengan pneumonia akan membantu keluarga untuk
mengambil keputusan yang tepat dalm merawat balita dengan pneumonia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
26
Pendidikan kesehatan tentang pneumonia mempengaruhi ibu dalam
bertindak merawat balita dengan pneumonia (Murhayati, 2010).
b.
Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat
Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan
langkah sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya
masalah apakah masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang
dihadapai, takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai sikap
negatif terhadap masalah kesehatan, dapat menjangkau fasilitas yang ada,
kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat informasi yang
salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini yang
dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil. Perawatan
sederhana dengan melakukan cara – cara perawatan yang sudah dilakukan
keluarga dan cara pencegahannya.
Intervensi untuk mengurangi hospitalisasi dari kejadian perawatan
dirumah dengan penyakit pneumonia sangat konsisten dengan preferensi
anggota keluarga dalam memutuskan pencarian pelayanan kesehatan
terhadap balitanya yang terkena pneumonia.(Curasone, Loeb, & Lohfeld,
2006).
c.
Merawat anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan
Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber –
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
27
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung
jawab, keuangan, fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fisik
yang diperlukan untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit.
Perawatan keluarga dengan melakukan perawatan sederhana sesuai dengan
kemamapuan, dimana perawatan keluarga yang bisa dilakukan dan cara
pencegahannya seminimal mungkin.
d.
Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
Sejauh mana mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki,
keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan mengetahui
pentingnya hygiene sanitasi dan kekompakan antara anggota keluarga.
Dengan memodifikasi lingkungan dapat membantu dalam melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan,
dalam bentuk kebersihan rumah dan menciptakan kenyamanan agar
anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa adanya gangguan dari luar.
Pengaruh lingkungan dan jenis rumah yang ditinggali serta kondisi
rumah balita dengan pneumonia sangat berpengaruh terhadap kejadian
balita dengan pneumonia, perlu meningkatkan kondisi lingkungan fisik
rumah seperti genting kaca pada atap rumah. (Noviana, 2013).
e.
Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat
Dimana
keluarga
mengetahui
apakah
keberadaan
fasilitas
kesehatan, memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
28
kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas tersebut terjangkau oleh keluarga. Dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan, dimana biasa mengunjungi pelayan kesehatan
yang biasa dikunjungi dan cenderung yang paling dekat misalnya
posyandu, puskesmas maupun rumah sakit. Hal ini dilakukan dengan
alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.
D. Teori Perilaku
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara – negara
berkembang pada dasarnya menyangkut dua aspek fisik, misalnya tersedianya
sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah
aspek non fisik yang menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap status kesehatan individu masupun
masyarakat
Perilaku
manusia
merupakan
hasil
daripada
segala
macam
pengalamannya serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahun, sikap dan tindakan (Sarwono,1977). Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organism) terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan
makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo,2003)
Ada bebrapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam
perilaku mencari bantuan kesehatan, menurut penelitian D’sauza (2003),
meneliti tentang peran dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
29
kematian anak di perkampungan miskin Karachi, Pakistan berdasarkan hasil
penelitian bahwa pemilihan pelayanan kesehatan yang tepat oleh keluarga
dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup atau meninggal akibat
penyakit yang diderita.
Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah
satu faktor yang menentukan prilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia
menganggap dirinya sehat, dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit
(Sarwono,1977). Menurut Green yang dikutip oleh sarwono (1977)
mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku
ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu : predispossing faktor, enabling
faktor dan reinforcing faktor.
a.
Predisposing faktor:
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma social
dan unsur unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat.
Pada seseorang dengan pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku
pada balita pneumonia, sedangkan sesorang dengan pengetahuan yang
cukup tinggi tentang perilaku perawatan pneumonia dan pencegahan maka
keluarga tersebut akan bersikap positif dan menuruti aturan pengobatan
disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada
yang percaya pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi oleh
kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
30
b. Enabling faktor
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Upaya pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan diwujudkan dalam satu wadah pelayanan kesehatan yang
disebut
sarana
kesehatan.
Menurut
Notoatmodjo
(2003),
upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi
tiga yaitu : Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat pertama merupakan
sarana yang paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat.
Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang menangani kasus yang tidak atau belum ditangani oleh
sarana kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan
saranan pemeliharaan kesehatan tingkat tiga merupakan saranan pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder.
c.
Reinforcing faktor
Adalah faktor – faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya
perilaku antara lain :
1. Keaktifan petugas dan motivasi
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan,peningkatan
(promotif),
pencegahan
penyakit
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
31
(preventif)
dan
pemulihan
kesehatan
(rehabilitatif)
yang
dilaksananakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Motivasi
adalah
upaya
untuk
menimbulkan
rangsangan
dorongan dan pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok
masyarakat tersebut mau berbuat dan bekerja sama secara optimal
melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Azwar,1998).
Kunjungan rumah perawat dengan penyuluhan kepada keluarga
penderita pneumonia memberikan motivasi kepatuhan pasien/keluarga
penderita dalam mematuhi anjuran petugas kesehatan,salah satunya
adalah kepatuhan minum obat pada penderita pneumonia.(Triasih,
Istiawan, Riyadi, 2007)
2.
Kedisiplinan petugas klinik
Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib)
dalam melaksanankan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai
dengan mutu pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas
kesehatan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara professional
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai
dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju, mutu peralatan
yang baik dan memenuhi standar yang baik (state of the art).
Komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka
untuk melaksanakan tugas mereka secara optimal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
32
E. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian
1.
Kekambuhan Pneumonia
Pneummonia adalah masalah utama pada anak-anak , terutama yang
lebih muda dari 5 tahun, terdapat 5 juta kematian / 1000 balita di Negara
berkembang di Amerika Utara setiap tahunnya, pada usia dibawah 5 tahun
kejadian pneumonia sekitar 30-45 kasus per 1000 anak balita. Pada usia
yang lebih dari 5 tahun terdapat 16 sampai 22 kasus per 1000 anak balita,
sebuah
subkelompok
menimbulkan
anak-anak
pertanyaan
apakah
menderita
ada
pneumonia
penyakit
yang
berulang,
mendasari
predisposisi mereka untuk kekambuhan pneumonia tersebut .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan penyakit
yang mendasari anak dengan pneumonia berulang dirawat di perawatan
tersier rumah sakit anak . Dari data tersebut, serangkaian investigasi untuk
anak dengan pneumonia berulang diusulkan .(Owayed, Campbell, Wang,
2000)
2.
Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui
mata
dan
telinga.
Menurut
penelitian
Roger
(1974)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
33
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku (berperilaku
baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini
sikap objek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
34
Menurut Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan
yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat yaitu:
a.
Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalaman pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap segala sesuatu yang
bersifat spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan
dan
sebagainya.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c.
Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
35
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d.
Analisa
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalaman komponen – komponen, tetapi masih
didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya
satu sama lainnya.
e.
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun formasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah
ada.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menentukan
penilaian suatu materi atau objek sesuai kriteria – kriteria yang ada.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengukuran atau penilaian
pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu:
(1) Pengetahuan baik
: 61-100%
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
36
(2) Pengetahuan cukup baik
: 31-60%
(3) Pengetahuan tidak baik
: 0-30%
Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik
pengalaman sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan
yang mencakup cara mengenal pneumonia dan mencegah pneumonia
akan berpengaruh menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
akibat penyakit pneumonia.
3.
Perilaku Ibu
Notoatmodjo (2003:121) mengemukakan secara lebih rinci perilaku
kesehatan yaitu : perilaku seseorang terhadap sakit atau penyakit, yaitu
bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap,
dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di
luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini
dengan sendiirnya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit
yaitu :
a.
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
(health promotion behavior), misalnya makan makanan yang bergizi,
olah raga dan sebagainya;
b.
Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) adalah
respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur
memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
37
sebagainya. Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit
kepada orang lain
c.
Perilaku sehubungan dengan pencaharian pengobatan (health seeking
behavior), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan,
misalnya : usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari
pengbatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri,
dokter prakatek, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan
tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).
d.
Perilaku
sehubungan
dengan
pemulihan
kesehatan
(health
rehabilitation behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit
seperti : mematuhi anjuran-anjuan dokter dalam rangka pemulihan
kesehatannya.
Tindakan ibu bayi/anak Balita adalah pernyataan ibu bayi/anak
Balita tentang tindakan yang diambil apabila anaknya menderita ISPA
(Notosiwoyo,et al, 2003)
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan perilaku kesehatan masyarakat adalah respons
masyarakat
sehubungan
dengan
peningkatan
dan
pemeliharaan
kesehatannya, respons untuk melakukan pencegahan penyakit atau
mencari pengobatan serta respons yang berhubungan dengan usaha-usaha
pemulihan kesehatan.
4.
Sarana Pelayanan Kesehatan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
38
Pengertian pelayanan banyak macamnya, menurut Levey dan
Loomba dalam Azwar (1996) pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Bentuk pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah
sama namun secara umum berbagai bentuk ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam yakni (Azwar, 1996):
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama
(primary health services) adalah pelayanan kesehatan yang bersifat
pokok (basic health services), yang dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan
tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.
b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua
(secondary health services) adalah pelayanan kesehatan lebih lanjut,
telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya dibutuhkan
tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
39
c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan kesehatan tingkat
(tertiary health services) adalah pelayanan kesehatan bersifat lebih
komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub
spesialis.
Upaya pencarian pengobatan merupakan tindakan yang dilakukan
seseorang yang mengalami sakit untuk memilih pengobatan profesional
atau tidak. Pengobatan profesional adalah pengobatan yang berdasarkan
ilmu kedokteran. Pencarian pengobatan dipengaruhi oleh banyak faktor,
yaitu antara lain faktor demografi, struktur sosial, kepercayaan,
pendapatan keluarga, akses terhadap pelayanan kesehatan, rasio tenaga
dan fasilitas kesehatan terhadap penderita, persepsi individu terhadap
penyakitnya dan jumlah hari sakit. Persentase perilaku pencarian
pengobatan terbanyak ke Puskesmas (28,5%), selanjutnya ke praktik
petugas kesehatan (14,5%) dan dokter (14,7%). Menurut tempat tinggal,
di perkotaan ataupun di Jawa-Bali lebih banyak ibu membawa berobat
anaknya ke praktik dokter, sedangkan di pedesaan atau di luar Jawa-Bali
lebih banyak yang berobat ke puskesmas atau praktik petugas kesehatan.
(Djaja, Ariawan, Afifah, 2001)
5.
Dukungan petugas kesehatan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
40
Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap
penurunan angka kesakitan maupun angka kematian balita yang
menderita pneumonia. Dimana dukungan petugas kesehatan ini bisa
dilakukan pada masyarakat terutama ibu balita yang anaknya menderita
pneumonia supaya diberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan
dan perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan
keluarga lebih mengerti dan termotivasi untuk melakukan tindakan
pencegahan dan perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga
diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya pneumonia pada balita
(Direktorat jendral P2PL, 2006)
Dari jurnal lain diperoleh data bahwa prosentase terbesar ibu
bayi/anak balita memilih penyuluhan diberikan oleh petugas Puskesmas
(50,5%), kemudian melalui Posyandu (40,9%). Mereka memilih petugas
kesehatan Puskesmas sebagai tenaga penyuluh mungkin karena tenaga
inilah yang dianggap mampu dan sesuai dengan bidangnya serta yang
sering mereka temui bila pergi berobat.(Notosiswoyo et al, 2003)
2.
Balita
Balita atau anak umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima
tahun. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia dibawah satu tahun
tidak termasuk ke dalam golongan ini. Anak usia 1-5 tahun dapat pula
dikatakan mulai disapih atau selepas menyusui sampai dengan pra sekolah.
Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
41
tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara
pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaanya. Berdasarkan
karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan batita merupakn
konsumen pasif, usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif
(Direktorat Jendral P2PL, 2006)
Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam
proses tumbuh kembang balita yaitu pneumonia,
penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita
antara pemeriksaan perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit infeksi,
imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan kesehatan pada orang tua
(Direktorat Jendral P2PL, 2006).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
42
G. Kerangka Teori
a. Faktor Resiko Pneumonia yang
meningkatkan insiden pneumonia
Bakteri,Virus,Mikroplasma
,Pneumonia
1.Faktor Resiko pasti
2.Faktor resiko hampir pasti
3.Kemungkinan factor resiko
Pneumonia
b. Faktor Resiko yang meningkatkan angka
kematian pneumonia
Faktor – factor Perilaku :
a. Predisposing factors (Pengetahuan
Ibu, Sikap Ibu, Perilaku Ibu,
Kepercayaan,tradisi,norma social)
Fungsi keluarga
dalam perawatan
atau
pemeliharaan
kesehatan
Kekambuhan
Pneumonia
b. Enabling Factors(Sarana dan
prasarana atau fasilitas kesehatan)
c. Reinforcing Factors(Keaktifan
petugas dalam
memotivasi,kedisplinan petugas
klinik, Dukungan Petugas Kesehatan)
Gambar 1. Kerangka Teori
(Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
kekambuhan pneumonia)
Djojodibroto(2009), Dirjen P2PL(2009), Friedman(1998), Notoatmodjo(2003), L Green
dalam Sarwono (1977)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
43
G. Kerangka Konsep
Variabel Independent :
Pengetahuan Ibu
Variabel dependent :
Perilaku Ibu
kekambuhan pneumonia
Dukungan Petugas kesehatan
Sarana Pelayanan Kesehatan
Gambar 2 Kerangka Konsep
( Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat balita dengan
kekambuhan pneumonia)
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kekambuhan Pneumonia
2. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan kekambuhan Pneumonia.
3. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kekambuhan
Pneumonia.
4.
Ada hubungan antara sarana pelayanan dengan kekambuhan Pneumonia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan..., Reny Kristiyana, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Download