perubahan konsentrasi timbal dan kadmium akibat

advertisement
PERUBAHAN KONSENTRASI TIMBAL DAN KADMIUM
AKIBAT PERLAKUAN PUPUK ORGANIK DALAM
SISTEM BUDI DAYA SAYURAN ORGANIK
HUSNUL KHATIMAH
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
ABSTRAK
HUSNUL KHATIMAH. Perubahan Konsentrasi Logam Berat Timbal dan Kadmium
Akibat Perlakuan Pupuk Organik dalam Sistem Budi Daya Sayuran Organik. Dibimbing
oleh M SRI SAENI dan DIAH SETYORINI.
Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh praktik petani dengan asupan
pestisida dan pupuk kimia sintetis membawa kesadaran baru terhadap terhadap system
pertanian organik. Logam berat merupakan bahan yang terkandung dalam pupuk organik,
dan dapat terkonsentrasi dalam tanah dan tanaman. Dalam penelitian ini, kandungan
timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam tanah dan tanaman diukur.
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga kali
ulangan. Dalam penelitian ini digunakan enam perlakuan pupuk organik berbagai
kombinasi. Parameter yang diukur adalah konsentrasi Pb dan Cd dalam pupuk, Pb dan Cd
tersedia dalam tanah (ekstrak DTPA), Pb dan Cd total (ekstrak HNO3-HClO4) dalam
tanah dan tanaman. Analisis dilakukan dengan menggunakan spektofotomtri serapan
atom pada panjang gelombang 228.8 nm untuk Pb dan 217 nm untuk Cd.
Kandungan Pb dan Cd dalam pupuk adalah 8.5-22.81 ppm Pb serta 0.56-1.42 ppm Cd.
Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh secara
nyata terhadap konsentrasi Pb dan Cd sebelum tanam dan sesudah panen. Secara
kuantitatif perlakuan yang diberikan meningkatkan konsentrasi Cd total serta Pb dan Cd
tersedia, tetapi menurunkan konsentrasi Pb total dalam tanah. Serapan Pb dan Cd pada
tanaman selada dan tomat berkisar 0.00-9.20 ppm Pb dan 0.00-0.61 ppm Cd.
ABSTRACT
HUSNUL KHATIMAH. The Effect of Organic Fertilizer on Lead and Cadmium Content
in Organic Vegetables Cultivation System. Under the direction of M SRI SAENI dan
DIAH SETYORINI.
Prior to the damage of the environment caused by farming practice with pesticides
and sinthetic chemical fertilizer inputs, a new awarness of the organic farming was arised.
However, heavy metals are some items present in the organic fertilizer, and may
consentrated in soil and plants. In this researh, the lead (Pb) and cadmium (Cd) content in
soil and plant were measured.
Statistic analysis use randomized block design with three replications and six
treatments with several combinations of organic fertilizers. The measured parameters
were Pb and Cd content on the fertilizers, available Pb and Cd on the soil (DTPA extract),
total Pb and Cd (HNO3-HClO4 extract) on soil and plant. The analysis was carried out
using atomic absorption spectrometer at wavelength of 228.8 nm for Pb and 217 nm for
Cd.
The measured Pb and Cd content on the fertilizers were 8.5-22.81 ppm of Pb and
0.56-1.42 ppm of Cd. Statistical analysis showed the Pb and Cd content before planting
and after harvesting were not influenced by the given treatments. Quantitatively, the
treatments were increasing the total Cd and available Pb and Cd content, but it lower the
total Pb content on soil. The measured Pb and Cd content on lettuce and tomato were
ranges at 0.00-9.20 ppm for Pb and 0.00-0.61 ppm for Cd.
PERUBAHAN KONSENTRASI TIMBAL DAN KADMIUM
AKIBAT PERLAKUAN PUPUK ORGANIK DALAM
SISTEM BUDI DAYA SAYURAN ORGANIK
HUSNUL KHATIMAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2006
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya,
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah yang berjudul Perubahan
Konsentrasi Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Akibat Perlakuan Pupuk Organik dalam
Sistem Budidaya Sayuran Organik disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
penulis di kebun Permata Hati Farm, Desa Ciburial, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor, dan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. MS Saeni, MS, dan Dr. Diah
Setyorini, sebagai pembimbing atas arahan, saran, dan dorongan semangat yang telah
diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Ungkapan
terimakasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, dan Yiyi atas segala doa dan kasih
sayangnya. Terimakasih juga disampaikan kepada Bu Wiwik, Bu Isni, Pak Hamid, Pak
Mangku, dan semua staf Laboratorium Balai Penelitian Tanah, rekan-rekan Kimia 38,
Teh Eti, Mbak Diana, Mbak Rahma, my eks kos-mate yang sekarang entah dimana,
sahabat-sahabat terbaikku Opie dan Inkur atas kasih sayang, doa, dan dorongan semangat
yang tiada henti.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, April 2006
Husnul Khatimah
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Koto Baru pada tanggal 26 Agustus 1984 dari ayah Finnur
Abadas dan ibu Azna Amir. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Sungai Pagu dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih
Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia
Dasar 1, Kimia Organik TPB, Kimia Anorganik, Kimia Lingkungan, Kimia Fisik I, serta
praktikum Pengoperasian dan Pengenalan Alat. Pada bulan Juni 2004 penulis
melaksanakan Praktik Lapangan di PT ISM Bogasari Flour Mills dan menulis laporan
ilmiah dengan judul Pengawasan Produk Pasta di PT ISM Bogasari Flour Mills.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... ix
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian organik .......................................................................................................... 1
Tanah andisol ................................................................................................................ 2
Pupuk organik ............................................................................................................... 2
Pencemaran logam berat ............................................................................................... 3
Timbal dan Kadmium .................................................................................................... 4
Tomat dan selada .......................................................................................................... 5
Spektroskopi serapan atom ........................................................................................... 5
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ............................................................................................................. 6
Metode .......................................................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik dan kimia tanah andisol di Permata Hati Farm ............................................ 7
Pengukuran konsentrasi Pb dan Cd dalam pupuk ......................................................... 8
Konsentrasi Pb dan Cd tersedia dalam tanah................................................................. 9
Konsentrasi Pb dan Cd total dalam tanah ..................................................................... 9
Serapan Pb dan Cd dalam tanaman ............................................................................. 10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..................................................................................................................... 11
Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kandungan hara pada beberapa pupuk kandang.............................................................. 2
2 Kandungan logam berat dalam tanah secara alami .......................................................... 3
3 Kisaran logam berat dalam beberapa jenis pupuk............................................................ 3
4 Susunan perlakuan pemupukan....................................................................................... 6
5 Konsentrasi Pb dan Cd pupuk organik .......................................................................................... 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Komponen-komponen dalam spektrofotometer serapan atom ....................................... 6
2 Konsentrasi Pb tersedia sebelum tanam dan setelah panen ........................................... 10
3 Konsentrasi Cd tersedia sebelum tanam dan setelah panen ........................................... 10
4 Konsentrasi Pb total sebelum tanam dan setelah panen ................................................ 10
5 Konsentrasi Cd total sebelum tanam dan setelah panen ................................................ 11
6 Konsentrasi Pb selada, tanaman tomat, dan buah tomat ............................................... 11
7 Konsentrasi Pb selada, tanaman tomat, dan buah tomat ................................................ 11
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Susunan perlakuan dan dosis pupuk organik yang diberikan ....................................... 15
2 Sketsa bedeng, kombinasi tanaman, dan jarak tanam .................................................... 16
3 Analisis Pb dan Cd tersedia (ekstrak DTPA) pada tanah .............................................. 17
4 Analisis Pb dan Cd total (ekstrak HNO3 dan HClO4) pada tanah dan tanaman ............ 18
6 Parameter sifat kimia tanah yang dianalisis dan kriteria penilaiannya
menurut Puslittanak ...................................................................................................... 19
6 Konsentrasi Pb tersedia tanah (ekstrak DTPA) ............................................................. 20
7 Konsentrasi Cd tersedia tanah (ekstrak DTPA) ............................................................ 20
8 Konsentrasi Pb total tanah (ekstrak HNO3-HClO4) ...................................................... 20
9 Konsentrasi Cd total tanah (ekstrak HNO3-HClO4) ...................................................... 20
10 Konsentrasi Pb dan Cd pada tanaman selada .............................................................. 21
11 Konsentrasi Pb dan Cd pada tanaman tomat ............................................................... 21
12 Analisis statistika konsentrasi Pb dan Cd tanah .......................................................... 22
PENDAHULUAN
Sistem pertanian saat ini didominasi oleh
sistem pertanian dengan asupan luar yang
tinggi seperti penggunaan pestisida dan pupuk
buatan. Hal ini dapat membawa dampak
negatif dalam lingkungan pertanian maupun di
luar ekosistem pertanian. Pemanfaatan tanah
yang melebihi daya dukung dan daya
tampungnya
juga
akan
menyebabkan
terjadinya kerusakan tanah. PP No. 150/2000
tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk
Produksi Biomassa menjelaskan kerusakan
tanah sebagai perubahan pada sifat dasar
tanah, yaitu sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah yang melebihi kriteria baku mutu tanah.
Peningkatan
dampak
kerusakan
lingkungan akibat praktek pertanian dengan
asupan luar yang tinggi membawa kesadaran
baru bagi para pelaku pertanian, yaitu kembali
ke pertanian organik. Pertanian organik
menurut Sutanto (2002) merupakan suatu
gerakan ”kembali ke alam”. Prinsip utama
pertanian organik adalah penggunaan asupan
luar yang rendah atau tidak sama sekali, yaitu
dengan menghindari penggunaan bahan-bahan
kimia sintetis yang bersifat meracuni
lingkungan.
Tingginya permintaan produk organik di
negara maju, mendorong negara berkembang
untuk memanfatkan peluang tersebut. Caranya
dengan
mempercepat
dan
memacu
peningkatan wilayah pengembangan dan
produksi pertanian organik. Sebagai negara
yang dianugerahi kekayaan hayati tropika
dengan sumberdaya alam yang beragam,
Indonesia mempunyai potensi besar untuk
mengembangkan budidaya pertanian organik.
Di kalangan petani mulai muncul kesadaran
untuk menerapkan praktek budidaya pertanian
organik karena alasan lingkungan, sosial
ekonomi, kemandirian, dan kesehatan.
Pertanian organik yang terbebas dari
penggunaan bahan-bahan kimia sintetis tidak
serta merta juga terbebas dari pencemaran,
terutama logam berat. Bahan-bahan organik
yang digunakan sebagai pupuk dapat menjadi
sumber logam berat terutama timbal (Pb) dan
kadmium (Cd) dalam tanah yang akan
terserap oleh tanaman. Alloway (1990)
menyatakan bahwa pupuk organik memiliki
kandungan Pb dan Cd yang cukup tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini et al.
(2003) menunjukkan kisaran Pb dan Cd yang
terkandung dalam pupuk fosfat alam 0–113
ppm Pb dan 2–133 ppm Cd.
Menurut
Alloway (1990) kandungan Pb dolomit sekitar
20-1250 ppm Pb dan 0.04-0.1 ppm Cd.
Apabila pupuk tersebut digunakan secara
berkala dalam waktu yang cukup lama dan
dengan dosis yang tinggi dapat meningkatkan
kandungan Pb dalam tanah, sehingga
serapannya pada tanaman juga akan
meningkat. Logam berat yang terserap ke
jaringan tanaman melalui akar selanjutnya
akan masuk ke siklus rantai makanan. Logam
akan terakumulasi pada jaringan tubuh dan
dapat menimbulkan keracunan pada manusia,
hewan, dan tanaman itu sendiri jika
konsentrasinya telah melewati ambang batas
toleransi.
Daya racun Pb yang akut pada manusia
menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal,
sistem reproduksi, hati dan otak, serta sistem
saraf pusat yang dapat mengakibatkan sakit
yang parah sampai kematian. Pengaruh racun
akut Cd juga sangat buruk. Penderita
keracunan Cd mengalami tekanan darah
tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan
testikular, dan kerusakan butir-butir sel darah
merah (Saeni 1989).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
perubahan konsentrasi Pb dan Cd dalam tanah
akibat pemberian pupuk organik dalam sistem
budidaya sayuran organik di daerah Cisarua.
TINJAUAN PUSTAKA
Pertanian Organik
Pertanian organik adalah suatu bentuk
pertanian yang tidak menggunakan asupan
bahan-bahan kimia sintetis seperti pestisida
dan pupuk buatan, sehingga dapat menjaga
keberlanjutan sistem dalam waktu yang tidak
terhingga (Winarno 2002). Pelaksanaan
budidaya pertanian organik meliputi: (1)
penambahan bahan organik terdekomposisi,
(2) rotasi tanaman untuk meningkatkan
kesuburan dan mengurangi serangan hama
dan penyakit, (3) pemakaian pupuk organik
dan tanaman penutup untuk memperbaiki
kesuburan tanah serta meningkatkan populasi
organisme yang bermanfaat, (4) pengurangan
pengolahan tanah untuk memperbaiki
struktur tanah dan mengurangi erosi, (5)
pemakaian tanaman penangkal jasad
pengendali biologi, dan teknik manipulasi
habitat lainnya seperti tumpang sari untuk
mempertinggi mekanisme pengendalian
biologi alami pada pertanian, dan (6)
pembuatan daerah penyangga dan pembatas
untuk menandai lahan penghasil tanaman
organik dan membantu melindungi lahan
tersebut dari bahan-bahan terlarang. Daerah
2
penyangga ditanami dengan tanaman
pemecah angin (wind breaker) atau tanaman
tidak untuk dipanen.
Tujuan dari pertanian organik menurut
IFOAM (2002) adalah memproduksi
makanan yang berkualitas tinggi dalam
jumlah yang cukup. Perbaikan lahan yang
dilakukan dengan memanfaatkan mikroba,
flora, dan fauna tanah. Pengelolaan dan
peningkatan kelestarian kesuburan tanah,
serta meminimalkan segala bentuk polusi
tanah. Dan menghasilkan produk pertanian
organik yang mudah dirombak dari sumber
yang dapat didaur ulang.
Tanah Andisol
Tanah Andisol adalah jenis tanah yang
berasal dari bahan-bahan vulkan, seperti lava,
abu vulkan, dan batu apung (Hardjowigeno
2003). Indonesia merupakan daerah yang
kaya akan aktivitas gunung api. Yang
menghasilkan bahan induk Andisol. Luas
tanah ini di Indonesia kurang lebih 6.5 juta
hektar atau 3.4% dari luas daratan Indonesia.
Tanah jenis ini merupakan tanah pertanian
yang penting terutama bagi tanaman
hortikultura (Arifin 1994).
Andisol memiliki kandungan bahan
organik yang tinggi, bobot isi rendah, daya
menahan air tinggi, total porositas tinggi,
mempunyai konsistensi gembur, kurang
plastis, dan tidak lengket. Terdapat lapisan
permukaan hitam yang terdiri atas senyawasenyawa humik yang tahan terhadap
dekomposisi mikroorganisme. Tanah-tanah
Andisol biasanya dicirikan oleh tekstur
lempung berpasir sampai lempung dan
memiliki reaksi tanah masam sampai agak
masam (Hardjowigeno 2003).
Pupuk Organik
Pupuk adalah bahan yang diberikan
kepada tanaman baik langsung maupun tidak
langsung, untuk mendorong pertumbuhan
tanaman, meningkatkan produksi atau
memperbaiki mutu produksi sebagai akibat
perbaikan nutrisi tanaman (Fick 1982, diacu
dalam Leiwakabessy & Sutandi 2004).
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman atau
hewan yang telah melalui proses rekayasa
(Deptan 2006). Pupuk organik dapat
berbentuk cair atau padat yang digunakan
untuk
menyediakan
hara
tanaman,
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah.
Penggunaan pupuk organik bertujuan
menggantikan peran pupuk kimia sintetis
yang dapat menyebabkan pencemaran tanah.
Jenis-jenis pupuk organik menurut Leigreid
et al. (1999), yaitu pupuk kotoran hewan dan
manusia, pupuk kompos sampah organik, dan
pupuk segar atau hijauan tanaman.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah
dapat secara langsung (segar) maupun secara
tidak langsung (pengomposan).
Pupuk kandang menurut Soepardi (1983)
adalah pupuk yang berasal dari campuran
kotoran padat, kotoran cair, amparan, dan
sisa makanan hewan. Kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang ditentukan oleh jenis
makanan yang diberikan pada hewan
tersebut. Pada hewan ternak 3/4 N, 4/5 P,
dan 9/10 K yang diserap tidak digunakan
dalam metabolismenya. Oleh karena itu
pupuk kandang merupakan sumber unsur
hara yang berharga. Selain itu pupuk
kandang juga mempunyai keistimewaan lain,
yaitu dapat memperbaiki sifat fisik tanah
seperti permeabilitas tanah, porositas tanah,
struktur tanah, daya tahan air, dan
meningkatkan kation-kation tanah. Tabel 1
memperlihatkan komposisi hara beberapa
pupuk kandang.
Tabel 1 Kandungan hara pada beberapa
pupuk kandang
Sumber
Sapi perah
Sapi daging
kuda
Unggas
Domba
N
P
0.53
0.65
0.70
1.50
1.28
0.35
0.15
0.10
0.77
0.19
K
ppm
0.41
0.30
0.58
0.89
0.93
Ca
Mg
0.28
0.12
0.79
0.30
0.79
0.11
0.10
0.14
0.88
0.19
Sumber: Tan (1982)
Selain pupuk kandang digunakan juga
pupuk yang berasal dari tanaman. Pupuk dari
tanaman ini dapat berupa kompos maupun
masih berupa hijauan atau tanaman segar.
Jenis-jenis tanaman yang dapat digunakan
sebagai pupuk hijau antara lain jenis kacangkacangan, rumput, gandum, dan sebagainya.
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai
pupuk adalah Tithonia diversivolia. Kompos
yang dibuat dari tanaman Tithonia,
mengandung N dan K, serta berbagai asam
pengkelat Ca, Fe, dan Al, sehingga
penggunaan kompos tersebut mampu
mengurangi keracunan Al dan Fe serta
meningkatkan pelepasan P.
Tithonia adalah tanaman perdu yang
tumbuh dengan tinggi 1–3 m, bunga
3
berwarna kuning, berbunga pada akhir
musim hujan, produksi biomassa daun cukup
banyak, dan tahan terhadap kekeringan.
Kandungan nitrogen dalam tanaman Tithonia
berkisar antara 3.1–5.5 %, kandungan K
sebesar 2.5–5.5 %, dan P sebesar 0.2–0.56 %
(Hayati 2003).
Kandungan logam dalam tanah sangat
berpengaruh terhadap kandungan
logam
pada tanaman yang tumbuh di atasnya.
Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya
bergantung pada kandungan logam dalam
tanah, tetapi bergantung juga pada unsur
kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan jenis
tanaman (Darmono 1995).
Pencemaran Logam Berat
Pencemaran tanah didefinisikan sebagai
peningkatan zat yang tidak diinginkan dalam
tanah akibat aktivitas manusia yang telah
menyebabkan kerusakan aktual maupun
potensial terhadap mutu lingkungan. Logam
berat merupakan komponen yang banyak
terdapat di alam. Pencemaran logam berat
dalam tanah terjadi jika konsentrasi logam
berat sudah diatas batas ambang yang
ditetapkan (Cottenie et al. 1982). Pemasok
logam berat dalam tanah pertanian antara lain
bahan agrokimia (pupuk buatan dan
pestisida), kendaraan bermotor, limbah
industri dan pertambangan, serta logam berat
yang berasal dari bahan induk pembentuk
tanah tersebut.
Logam berat didefinisikan sebagai
kelompok unsur kimia yang berwujud
mengkilap, penghantar panas yang baik,
memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
(kecuali Hg), mempunyai bobot atom lebih
besar dari kalium dengan densitasnya >5
g/cm3, nomor atom 22 sampai 92, dari periode
4 sampai 7, dan terdiri lebih dari 70 unsur.
Umumnya istilah logam berat lebih mengacu
pada logam-logam berat yang digunakan dan
dilepaskan oleh industri, yaitu Cd, Cr, Co, Cu,
Fe, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Sn, dan Zn (Jones &
Jarvis 1981).
Kandungan logam berat dalam tanah
secara alamiah sangat rendah, kecuali tanah
tersebut
sudah
tercemar
(Tabel 2).
Tabel 2 Kandungan logam berat dalam tanah
secara alami
Kisaran
non-populasi
Kandungan
Logam
ppm
As
Co
Cu
Pb
Zn
Cd
Hg
100
8
20
10
50
0.06
0.03
5–3000
1–40
2–300
2–200
100–300
0.05–0.07
0.01–0.3
Sumber: Peterson & Alloway (1979), diacu
dalam Darmono (1995)
Secara alami, logam-logam yang dijumpai
dalam sistem tanah umumnya terdapat sebagai
penyusun mineral dalam batuan induk.
Sumber-sumber logam berat dalam tanah
adalah bahan-bahan agrokimia (pupuk dan
pestisida), asap kendaraan bermotor, bahan
bakar minyak, buangan rumahtangga, industri,
dan pertambangan.
Tabel 3 menunjukkan kisaran logam berat
dalam pupuk. Logam berat Cd, Pb, dan Ni
yang terakumulasi dalam tanah dapat
membahayakan
tanaman, hewan, dan
manusia. Logam berat akan terakumulasi pada
tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui
siklus rantai makanan. Di dalam tubuh logam
berat akan mengalami penumpukan, sehingga
konsentrasinya akan jauh lebih tinggi dari
konsentrasi logam berat tersebut pada
sumbernya. Hal ini akan membahayakan
kesehatan manusia (Alloway 1990).
Tabel 3 Kisaran konsentrasi logam berat dalam beberapa jenis pupuk
Unsur
B
Cd
Co
Cr
Cu
Hg
Mn
Mo
Ni
Pb
Sb
Se
Zn
Pupuk fosfat
Pupuk kandang
Kapur
Kompos
10
0.04–0.1
0.4–3
10–15
2–125
0.05
40–1200
0.1–15
10–20
20–1250
0.008–0.001
10–450
0.01–100
1.8–410
13–3580
0.09–21
0.9–279
1.3–2240
82–5894
ppm
5–155
0.1–170
1–12
66–245
1–300
0.01–1.2
40–2000
0.1–60
7–38
7–225
<100
0.5
50–1450
Sumber: Alloway (1990)
Keterangan: - = Tidak ada data
0.3–0.6
0.1–0.8
0.3–24
1.1–55
2–172
0.01–0.36
30–969
0.001–53
2.1–30
1.1–27
2.4
15–566
4
Timbal dan Kadmium
Pb termasuk golongan IVA dalam daftar
berkala, dengan bobot atom 207.19 dan nomor
atom 82. Pb merupakan logam lunak berwarna
abu-abu kebiruan dengan massa jenis 11.434
g/cm3 dan titik leleh 1470 oC. Pb memiliki dua
tingkat oksidasi stabil, yaitu Pb (II) dan Pb
(IV), tetapi di alam didominasi oleh Pb2+.
Garam-garam Pb sedikit larut dalam air
(klorida dan bromida) atau hampir tidak
terlarut sebagai karbonat dan hidroksida. Pb di
alam terdapat sebagai PbS (galena), PbSO4
(anglesite), PbCO3, dan Pb (OH)2 (Cotton &
Wilkinson 1989).
Pb merupakan bahan penting dalam
industri. Penggunaan yang paling besar adalah
untuk bahan produksi baterai pada kendaraan
bermotor. Elektrode dari aki (baterai)
biasanya mengandung 93 % Pb dan 7 % Sb.
Produksi logam lainnya yang mengandung Pb
seperti amunisi, kabel, dan solder. Logam Pb
juga digunakan dalam industri percetakan
(tinta). Pb murni digunakan sebagai pelapis
logam lain agar tidak mudah berkarat seperti
pipa-pipa air dan kabel-kabel bawah tanah
(Darmono 1995).
Menurut Bohn (1979) Pb cenderung
terakumulasi dan tersedimentasi dalam tanah
karena kelarutannya yang rendah dan relatif
bebas dari degradasi oleh mikroorganisme. Pb
dalam tanah banyak dijumpai dalam bentuk
dapat dipertukarkan, dijerap, karbonat
organik, sulfida, dan hidrous oksida. Pb yang
ditambahkan ke permukaan tanah melalui
udara biasanya tidak ada pergerakan ke
bawah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb
yang dijerap pada permukaan mineral liat dan
koloid organik dan pembentukan kelat timbal
oleh bahan organik, sehingga kelarutannya
rendah.
Pb merupakan unsur yang tidak esensial,
baik untuk tanaman maupun hewan. Pb dalam
tanah hampir selalu terikat kuat oleh bahan
organik atau koloid terendapkan. Hal ini
membantu mengurangi penyerapan Pb oleh
tanaman. Mobilitas Pb dalam jaringan
tanaman terjadi dalam bentuk ion dan
kompleks-kompleks kelat. Adanya logam
berat dalam tanah menyebabkan perubahan
kapasitas tukar kation (KTK) dan perubahan
komposisi unsur hara tanah (Buckman &
Brady 1969).
Kadmium (Cd) adalah logam berat yang
banyak digunakan dalam industri. Cd
termasuk golongan IIB dalam tabel periodik
dengan nomor atom 48, bobot atom 112. 40,
massa jenis 8.65 g/cm3, dan titik leleh 320.9
o
C. Seperti Pb, Cd juga termasuk dalam
golongan logam berat yang beracun, tidak
hanya untuk pertumbuhan tanaman, tetapi
juga bagi manusia dan hewan. Cd merupakan
hara nonesensial bagi tanaman, namun
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
gugus tiol (-SH) dalam enzim dan protein.
Oleh karena itu, keberadaan Cd akan
mengganggu aktivitas enzim, metabolisme
besi, dan menyebabkan klorosis pada daun
(Alloway 1990).
Seperti logam-logam lainnya, Cd juga
terkandung dalam batuan beku dan sedimen.
Kandungan total Cd dalam tanah kurang dari
8 ppm, sedangkan pada tanah yang kaya akan
logam, kandungan Cd tanah tersebut bisa
mencapai 800 ppm. Cd di alam tidak pernah
ditambang tersendiri, selalu sebagai produk
sampingan logam lain, misalnya Zn (Leagreid
et al. 1999).
Sumber utama pencemaran Cd menurut
Leigreid et al. (1999) adalah tambang seng,
tembaga, pabrik minyak, penyepuhan, pabrik
semen, dan pusat pembakaran sampah. Air
irigasi dapat tercemar oleh limbah dari
berbagai sumber tersebut. Asap dari sumbersumber tersebut juga dapat mencemari
lingkungan.
Alloway
(1990)
juga
menyebutkan bahwa pencemaran kadmium
terhadap lingkungan meningkat pada dekade
terakhir ini akibat bertambahnya penggunaan
Cd oleh industri.
Seperti unsur-unsur kimia lain dalam
tanah, Cd dapat terlarut dalam larutan tanah,
dijerap oleh permukaan organik maupun
anorganik, terikat kuat dalam mineral-mineral
tanah, diendapkan oleh senyawa-senyawa
yang berada di dalam tanah, dan terkandung
dalam bahan hidup. Distribusi Cd dalam tanah
menjadi
dasar
sehubungan
dengan
ketersediannya dalam tanaman. Faktor-faktor
yang mengatur keseimbangan antar fase padat
dan cair Cd dalam tanah sangat kompleks
(Lagerweff 1972).
Cd dalam tanah dapat menjadi penyebab
terganggunya serapan unsur-unsur hara oleh
akar tanaman melalui interaksi kompetitif
antagonis maupun sinergis dengan ion hara
mineral yang diperlukan oleh pertumbuhan
tanaman. Cd bersifat antagonis dengan Zn,
tetapi bersifat sinergis dengan Fe dan Mn. Cd
dan Zn secara kimiawi hampir serupa, tetapi
tingkat toksisitas Zn rendah dan merupakan
unsur esensial bagi tanaman (Lepp 1981).
5
Tomat dan Selada
Tanaman tomat menurut Rubatszky &
Yamaguchi (1998) merupakan tanaman perdu
yang masuk dalam tanaman berbunga
(Angiospermae). Tanaman tomat memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicon
Spesies
:Lycopersicon
esculentum Mill.
Tanaman tomat merupakan tanaman herba
semusim, bunganya hermaprodit, berdaun
majemuk, dan bersifat menyerbuk sendiri.
Semua bagian tanaman kecuali akar dan
mahkota bunga tertutup bulu-bulu halus
sampai tajam (Ashari 1995). Di Indonesia,
tomat digolongkan sebagai sayuran dataran
tinggi. Pada ketinggian 800 m di atas
permukaan laut, pembentukan buah akan
sangat baik dan serangan bakteri dapat ditekan
(Harjadi & Sunarjono 1989).
Tanaman tomat dapat tumbuh pada segala
jenis tanah, yang penting tanah tersebut
banyak mengandung bahan organik dan
memiliki struktur yang gembur. Tanaman
tomat tidak menyukai tanah yang keadaan
airnya
menggenang,
karena
dapat
mengakibatkan pembusukan akar dan
terganggunya penyerapan hara. Derajat
kemasaman tanah yang sesuai dengan
pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara 5
sampai 6. Penyakit yang penting pada tomat
adalah penyakit layu.
Selada adalah tanaman setahun yang
memiliki banyak bentuk (polimorf) khususnya
dalam bentuk daun. Selada memiliki daun
yang berjumlah banyak dan biasanya berposisi
duduk dan tersusun spiral dalam roset padat.
Bentuk yang berbeda-beda sangat beragam
baik dari warna, raut, tekstur, dan lembar
daun. Daun selada tak berbulu, mulus, dan
kusut berlipat (Rubatzky & Yamaguchi 1998).
Tanaman selada memiliki klasifikasi sebagai
berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Keluarga
: Compositae
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca rostata,
L. Sativa,
L. laevigata
Tanaman selada cepat menghasilkan akar
tunggang dalam yang diikuti dengan
penebalan dan perkembangan lanjutan akar
lateral yang kebanyakan horizontal. Tinggi
tanaman selada berkisar antara 30 sampai 70
cm. Pertumbuhan tanaman selada paling baik
yaitu pada suhu 15–20 ºC pada siang hari dan
sekitar 10 ºC pada malam hari. Suhu yang
lebih tinggi seperti 30 ºC biasanya
menghambat pertumbuhan dan merangsang
tumbuhnya tangkai bunga (Tajuddin 1987).
Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi serapan atom (SSA)
merupakan perangkat analisis zat dengan
konsentrasi yang rendah. Prinsip metode SSA
adalah absorpsi cahaya oleh atom-atom.
Atom-atom yang berbeda akan menyerap
cahaya pada panjang gelombang yang berbeda
pula (Khopkar 1990).
Menurut Day & Underwood (2002)
Komponen utama SSA secara garis besar
terdiri atas lampu katode cekung sebagai
sumber radiasi, sistem pembakaran untuk
atomisasi nyala, monokromator untuk
mengatur panjang gelombang, detektor untuk
mendeteksi sinyal dan pencetak data. Bagan
alat SSA dapat dilihat pada Gambar 1.
Konsentrasi unsur diukur berdasarkan
perbedaan intensitas radiasi sebelum (Io) dan
sesudah (I) diserap oleh atom. Sesuai dengan
hukum Beer, hubungan antara absorbans
dengan konsentrasi adalah berbanding lurus
atau linear yaitu:
A = log Io/I = a b c
Gambar 1 Komponen-komponen dalam SSA (Day & Underwood 2002)
6
Cara kerja alat SSA berdasarkan
penguapan larutan sampel, kemudian logam
yang terkandung di dalamnya diubah menjadi
atom bebas. Jadi dalam nyala api terdapat
contoh yang telah teratomisasi atau tereduksi
menjadi atom-atomnya. Atom dari suatu unsur
pada keadaan dasar bila diberi radiasi akan
menyerap energi dan mengakibatkan elektron
pada kulit terluar tereksitasi ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Atom-atom tersebut
mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang
dipancarkan dari lampu katode yang
mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian
diukur pada panjang gelombang tertentu
menurut jenis logamnya (Darmono 1995).
Dewasa ini teknik SSA adalah yang
terbaik dan paling sesuai untuk analisis unsurunsur secara rutin karena waktu yang
diperlukan cepat dan penggunaanya yang
cukup mudah. Khopkar (1990) menyebutkan
bahwa SSA merupakan alat yang canggih
dalam analisis. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan analisisnya, ketelitian hingga
tingkat runut, dan tidak memerlukan
pemisahan pendahuluan yang cukup rumit
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel tanah Andisol dari Permata Hati Farm,
larutan standar Pb dan Cd 1000 ppm, HNO3,
HClO4, pengekstrak DTPA, pupuk kandang
ayam dan kambing, pupuk Tithonia, dolomit,
fosfat alam, bibit tomat, bibit selada, dan air
demineralisasi
Alat-alat yang digunakan adalah peralatan
gelas, neraca, botol kocok, mesin pengocok,
ayakan, sentrifuse, pH meter, oven, tabung
destruksi, eksikator, dan SSA.
Metode
Persiapan Media Tanam
Lahan yang digunakan adalah lahan yang
telah diusahakan untuk pertanian organik.
Bedeng dibuat dengan ukuran 2.4 m x 7 m x
(0.2–0.3) m sebanyak 18 bedeng. Bedeng
sebelum digunakan ditanami tanaman penutup
Mucuna sp yang selanjutnya biomassa
digunakan sebagai pupuk hijau. Pada pinggir
bedeng ditanami rumput sebagai penahan
bedeng.
Pemupukan
Pupuk organik yang digunakan adalah
pupuk kandang ayam dan kambing, pupuk
Tithonia, dolomit, dan fosfat alam. Tabel 1
memperlihatkan perlakuan-perlakuan yang
diberikan. Dosis pupuk organik tiap perlakuan
ditunjukkan pada Lampiran 1. Komposisi
pupuk tersebut diberikan 1 hari sebelum
tanam pada lubang tanam (0–20 cm), lalu
diaduk dengan tanah.
Tabel 4 Susunan perlakuan pemupukan
Kode
perlakuan
1
2
3
4
5
6
Jenis pupuk
Kompos pupuk kandang kambing +
sekam + kompos Thitonia
Kompos pupuk kandang ayam + sekam +
kompos Thitonia
Kompos pupuk kandang kambing +
dolomit + fosfat alam
Kompos pupuk kandang ayam + dolomit
+ fosfat alam
Kompus pupuk kandang kambing +
dolomit+ fosfat alam + pupuk hijau
Thitonia
Kabiasaan petani
(Kompos pupuk kandang ayam)
Persiapan Tanam dan Penanaman
Sebulan sebelum jadwal tanam bibit tomat
dan selada telah disemai terlebih dahulu.
Setelah bibit cukup umur (rata-rata 1 bulan),
kemudian dipindahan ke bedeng yang telah
dipupuk. Kombinasi tanaman dan jarak tanam
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan sesuai dengan
kebutuhan tanaman dengan air yang berasal
dari mata air setempat yang bebas
kontaminasi. Pencegahan hama dan penyakit
dilakukan
dengan
beberapa
metode
bergantung
tingkat
serangan,
seperti
pemberian pestisida alami, pemotongan
bagian tanaman, atau mencabut tanaman yang
terserang hama dan penyakit. Selain itu
dilakukan pemangkasan rumput, gulma, dan
tanaman pagar untuk menjaga kebersihan
lokasi.
Pengambilan sampel
Sampel tanah awal diambil secara
komposit pada kedalaman 0–20 cm dari
beberapa subsampel tanah. Pada akhir panen
sampel tanah diambil dengan cara yang sama
dengan pengambilan sampel tanah awal dari
setiap bedeng. Sampel tanah komposit yang
akan
dianalisis
terlebih
dahulu
dikeringudarakan selama kurang lebih 3 hari,
setelah itu sampel tanah dihaluskan dan
7
diayak dengan ayakan 2 mm dan 1 mm. Tanah
dapat disimpan untuk analisis.
Tanaman pada waktu panen diambil secara
acak. Daun, batang, akar, dan buahnya
dipisahkan, lalu dibersihkan dari sisa –sisa
tanah, dan dicuci dengan air. Setelah itu
sampel tanaman dikeringudarakan sampai
layu dan dilanjutkan pengeringan dengan oven
60 ºC selama 24 jam. Tanaman yang telah
kering, digiling untuk persiapan analisis Pb
dan Cd total yang diserap tanaman.
Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan analisis
rutin tanah yang selalu dilakukan Balai
Penelitian Tanah, Bogor. Sampel tanah
dianalisis sifat fisik dan kimianya yang
meliputi penentuan tekstur, pH H2O dan pH
KCl, C organik, N Organik, rasio C/N, P
ekstrak Bray I, P total (ekstrak HCl 25%),
nilai tukar kation (NTK), kapasitas tukar
kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB).
Penentuan Pb dan Cd Total (ekstrak HNO3
dan HClO4) pada Tanah dan Tanaman
Sampel tanah atau tanaman yang telah
dihaluskan dengan ukuran kurang dari 1 mm,
ditimbang sebanyak 0.5 g untuk sampel tanah
dan 1 g untuk sampel tanaman lalu
ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan 1.5 mL
HClO4. Setelah didiamkan semalam, destruksi
dimulai dengan suhu 100 oC selama 1 jam,
lalu suhu dinaikkan menjadi 150 oC sampai
uap kuning hilang, dan suhu dinaikkan lagi
menjadi 200 ºC. Destruksi selesai setelah asap
putih hilang dan sisa ekstrak kurang dari 0.5
mL. Setelah dingin ekstrak diencerkan dengan
akuades hingga volume tepat 25 mL. Ekstrak
dikocok sampai homogen. Intensitasnya
dibaca dengan SSA pada panjang gelombang
228,8 nm untuk Cd dan 217 nm untuk Pb.
Larutan standar Cd dibuat dengan konsentrasi
0, 0.4, 0.8, 1.2, 1.6, dan 2.0 ppm dan larutan
standar Pb dibuat dengan konsentrasi 0, 4, 8,
12, 16, dan 20 ppm (Lampiran 4).
Penentuan kadar air
Sebanyak 1 gram tanah yang telah
dikeringudarakan ditimbang lalu dimasukkan
ke dalam oven selama 24 jam pada suhu
105 ºC. Setelah itu, tanah ditimbang dan
dihitung kadar airnya.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
rancangan acak kelompok dengan tiga kali
ulangan. Jenis perlakuan yang diberikan
adalah perbedaan jenis dan komposisi pupuk
organik.
Penentuan nilai pH
Tanah yang telah dikeringudarakan
ditimbang sebanyak 10 gram, kemudian
dimasukkan dalam botol kocok, ditambahkan
25 mL air bebas ion lalu dikocok selama 30
menit. Suspensi tanah diukur dengan pH
meter terkalibrasi (kemasaman aktual).
Setelah itu ke dalam botol ditambahkan KCl 1
M, dikocok lagi selama 30 menit dan diukur
dengan pH meter terkalibrasi (kemasaman
potensial).
Penentuan Pb dan Cd Tersedia pada
Tanah ekstrak DTPA
Sampel tanah yang telah dihaluskan
dengan ukuran kurang dari 2 mm ditimbang
sebanyak 10 gram dan ditambah 20 mL
pengekstrak DTPA (0.005 M DTPA, 0.1
TEA, 0.1 M CaCl2). Selanjutnya ekstrak
dikocok 2 jam dan disaring. Intensitasnya
dibaca dengan SSA pada panjang gelombang
228,8 nm untuk Cd dan 217 nm untuk Pb.
Larutan standar Cd dibuat dengan konsentrasi
0, 0.4, 0.8, 1.2, 1.6, dan 2.0 ppm dan larutan
standar Pb dibuat dengan konsentrasi 0, 4, 8,
12, 16, dan 20 ppm (Lampiran 3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Fisik dan Kimia Tanah Andisol di
Permata Hati Farm
Karakteristik sifat kimia tanah Andisol di
Permata Hati Farm, Desa Ciburial, Kecamatan
Cisarua yang digunakan sebagai lahan
penelitian disajikan pada Lampiran 5. Hasil
analisis diperoleh tanah lahan bertekstur
lempung liat berdebu dengan reaksi tanah
masam, sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat
(1994). Tanah lempung liat berpasir memiliki
ciri-ciri tanah dengan rasa halus dan sedikit
bagian agak berpasir, agak melekat, dan dapat
dibentuk bola teguh serta gulungan mengkilat.
Konsentrasi liat yang tinggi dapat menjerap
kation Pb dan Cd lebih kuat, sehingga kationkation tersebut sulit dipertukarkan meskipun
tanah tersebut memiliki KTK tinggi
(Hardjowigeno 2003).
Reaksi tanah yang masam dapat dilihat
dari nilai pH-aktual (ekstrak H2O) 5.74 dan
nilai pH-potensial (ekstrak KCl) 5.07. Nilai
pH ekstrak KCl yang didapat lebih rendah dari
8
pada nilai pH ekstrak H2O karena ion K+ akan
menukar Al+3 dari tanah , ion Al+3 akan
terhidrolisis membebaskan H+ sehingga
konsentrasi H+ akan meningkat dan
menyebabkan pH yang terukur lebih rendah.
Reaksi yang terjadi adalah:
H+ + OHpH H2O : H2O
pH KCl: Tanah-Al + KCl
Tanah-K + Al+3
+3
Al(OH)3 + 3H+
Al + 3H2O
Pengukuran pH ekstrak KCl bertujuan
mengetahui muatan suatu tanah. Jika pH
ekstrak H2O lebih besar daripada pH ekstrak
KCl, maka tanah tersebut didominasi oleh
muatan negatif. Sebaliknya jika pH ekstrak
KCl lebih tinggi, maka tanah tersebut
didominasi oleh muatan positif. Data yang
didapat menunjukkan bahwa tanah Andisol
Cisarua memiliki muatan tanah negatif.
Artinya tanah tersebut masih memiliki
kemampuan menukarkan kation-kation hara,
sehingga bisa digunakan sebagai lahan
pertanian (Tan 1982).
Kandungan C-organik tanah tinggi dan Ntotal tanah sedang 4.31% dan 0.5%. dan Rasio
C/N tegolong rendah, yaitu 9. Tingginya
kandungan C-organik disebabkan lahan
tersebut merupakan jenis tanah Andisol yang
bahan induknya berasal dari abu vulkan. Jenis
tanah ini kaya akan hara dan ditumbuhi legum
alami, sehingga kandungan bahan organiknya
cukup tebal.
Kandungan cadangan P2O5 (ekstrak HCl
25%) sangat rendah, yaitu 9 mg/100 g.
Konsentrasi P tersedia (ekstrak Bray I) tanah
juga sangat rendah, yaitu 13 ppm. Nilai yang
rendah ini disebabkan ion fosfat terikat kuat
oleh mineral liat amorf yang mendominasi
tanah Andisol, sehingga kandungan P-tanah
menjadi sangat rendah. Kandungan cadangan
K2O (ekstrak HCl 25%) rendah, yaitu 11
mg/100 g. Konsentrasi Ca dapat ditukar (Cadd) dan Mg dapat ditukar (Mg-dd) tergolong
sedang, yaitu 4.57 ppm dan 1.69 ppm.
Kandungan K-dd dan Na-dd tergolong rendah,
yaitu 0.12 ppm dan 0.13 ppm. Konsentrasi Kdd dan Na-dd yang tergolong rendah
disebabkan oleh vegetasi legum alami di
lokasi tersebut tidak lebat lagi sehingga tidak
dapat mengkonversi hara K dan Na dari
pencucian.
Kandungan basa-basa dan kejenuhan basa
tergolong rendah, yaitu 15% karena vegetasi
alaminya adalah tanaman ubi kayu yang
cukup intensif menguras hara dalam tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) lahan sangat
tinggi, yaitu 44.12 me/100g. KTK yang tinggi
ini berasal dari muatan tergantung pH dari
bahan organik yang cukup tinggi.
Berdasarkan parameter-parameter sifat
kimia tanah yang dianalisis menunjukkan
bahwa tanah lokasi penelitian mempunyai
pembatas basa-basa yang rendah dan pH
masam. Akan tetapi kandungan bahan organik
dan KTK yang tinggi diharapkan dapat
mendukung perrtumbuhan sayuran dengan
baik. Menurut Soepardi (1983) tanah–tanah
dengan kandungan bahan organik atau dengan
kandungan liat tinggi mempunyai KTK lebih
tinggi daripada tanah dengan kandungan
bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menyerap dan menyediakan unsur hara lebih
baik. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur
hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid
maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah
hilang tercuci oleh air.
Pengukuran Konsentrasi Pb dan Cd
dalam Pupuk
Konsentrasi Pb dan Cd yang diukur dalam
pupuk disajikan pada Tabel 5. Kandungan Pb
dan Cd pupuk yang terukur masih dibawah
batas ambang yang ditoleransi, yaitu 50 ppm
Pb dan 10 ppm Cd (Deptan 2006).
Konsentrasi Pb dan Cd tertinggi adalah
perlakuan 5, yaitu perlakuan pupuk kandang
kambing ditambah dolomit, fosfat alam, dan
kompos Tithonia. Data yang didapat
menunjukkan bahwa penambahan fosfat alam,
dolomit, dan hijauan Tithonia menyebabkan
peningkatan konsentrasi Pb dan Cd dalam
pupuk.
Tabel 5 Konsentrasi Pb dan Cd pupuk organik
Kode
perlakuan
1
2
3
4
5
6
Pb
Cd
ppm
11.37
8.5
19.87
14.19
22.81
11.39
0.56
0.85
1.13
1.13
1.42
0.85
Kandungan logam berat kompos pupuk
kandang kambing lebih tinggi dibandingkan
kompos pupuk kandang ayam. Hal ini dapat
disebabkan oleh jenis makanan kambing,
yaitu rumput-rumputan yang kandungan
logam beratnya cukup tinggi dibandingkan
dengan ayam yang jenis makanannya
kebanyakan jenis makanan sintetis yang
kandungan logam beratnya terkontrol.
Buckman & Brady (1969) menyatakan
bahwa logam berat termasuk Pb dan Cd
Ca(HCO3)2
CaCO3 + H2O + CO2
Ca(HCO3)2
Ca2+ + 2 HCO3-
2.50
2.00
1.50
Sebelum tanam
1.00
Sesudah Panen
0.50
0.00
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Gambar 2 Konsentrasi Pb tersedia tanah
sebelum tanam dan setelah
panen.
K o n s e n tra s i C d
te rs e d ia (p p m )
terdapat sebagai kontaminan pada pupuk
fosfat. Hal ini dapat menjelaskan kenaikan
konsentrasi logam berat pupuk yang
diakibatkan oleh penambahan fosfat alam.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini et al.
(2003) menunjukkan kisaran Pb dan Cd yang
terkandung dalam pupuk fosfat alam 0–113
ppm Pb dan 2–133ppm Cd. Nilai ini sangat
tinggi, jika pupuk tersebut digunakan secara
terus-menerus dengan dosis dan intensitas
yang tinggi dapat meningkatkan Pb tersedia
dalam
tanah
dan
dapat
berakibat
meningkatnya serapan Pb dan Cd pada
tanaman.
Dolomit (MgCa(CO3)2) ditambahkan ke
tanah sebagai sumber Ca2+. Selain itu
pemberian
dolomit
bertujuan
untuk
meningkatkan pH tanah, pH yang lebih tinggi
dapat menghambat ketersediaan Pb dan Cd
dalam tanah (Buckman & Brady 1982).
Reaksi yang terjadi adalah:
K o n s e n tra s i P b
te rs e d ia (p p m )
9
0.15
0.10
Sebelum tanam
Sesudah panen
0.05
0.00
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
Pengapuran
tanah
menyebabkan
Pb
diendapkan sebagai hidroksida, fosfat, dan
karbonat. Pb dan Cd dalam bentuk
terendapkan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Ion-ion Ca2+ dari kapur akan bersaing dengan
Pb dan Cd untuk menempati tapak-tapak
perakaran pada permukaaan tanah dan pada
akar tanaman. Akan tetapi penggunaan
dolomit secara berlebihan juga berbahaya,
karena kandungan logam berat dolomit cukup
tinggi, terutama Pb. Menurut Alloway (1990)
kandungan Pb dolomit sekitar 20–1250 ppm
dan Cd dalam dolomit sekitar 0.04–0.1 ppm.
Konsentrasi Pb dan Cd tersedia dalam
Tanah
Pengaruh perlakuan jenis pemupukan
terhadap konsentrasi Pb dan Cd tersedia
dalam tanah sebelum tanam dan sesudah
panen disajikan pada Gambar 3 dan 4. Hasil
analisis statistik menunjukkan bahwa setelah
panen konsentrasi Pb dan Cd tersedia tanah
ekstrak DTPA tidak berbeda nyata
dibandingkan sebelum tanam (Lampiran 12).
Namun demikian secara kuantitas data yang
didapat menunjukkan adanya peningkatan
konsentrasi Pb dan Cd tersedia dalam tanah
setelah panen.
Gambar 3 Konsentrasi Cd tersedia tanah
sebelum tanam dan setelah
panen.
Pb dan Cd tersedia adalah logam Pb dan
Cd yang hanya terdapat pada permukaan
tanah dan dapat diserap oleh tanaman,
umumnya dalam bentuk kelat dengan bahanbahan organik ataupun bentuk bebas kationkation Pb2+ dan Cd2+. Kelat Pb dengan DTPA
memudahkan pergerakan maupun penyerapan
oleh akar tanaman (Lindsay 1979).
Peningkatan konsentrasi Pb dan Cd
tersedia setelah panen diduga berasal dari
bahan ikutan pupuk yang diberikan. Selain itu
konsentrasi Pb dan Cd dapat meningkat
karena adanya Pb dan Cd yang berasal dari
udara. Lahan yang digunakan sebagai lokasi
penelitian merupakan daerah wisata, sehingga
banyak kendaran bermotor yang melewati
daerah tersebut. pH tanah sesudah panen yang
lebih rendah daripada pH tanah sebelum
tanam juga dapat meningkatkan konsentrasi
Pb dan Cd tersedia, karena pada reaksi tanah
masam unsur-unsur mikro seperti Pb dan Cd
menjadi mudah larut (Tan 1982).
Konsentrasi Pb dan Cd total dalam Tanah
Kandungan Pb dan Cd total tanah
disajikan pada Gambar 5 dan 6. Konsentrasi
Pb dan Cd total tanah cukup tinggi, meskipun
10
K o n s e n tr a s i P b to ta l
(p p m )
masih berada pada kisaran yang ditetapkan,
yaitu 2–400 ppm untuk Pb dan 0.01–8 ppm
untuk Cd (Alloway 1990). Pb dan Cd total
lahan penelitian yang cukup tinggi ini
disebabkan lahan yang digunakan adalah
tanah Andisol yang berasal dari abu vulkan
serta dari pelapukan batuan induk yang
memiliki kandungan mineral dan logam berat
yang tinggi. Pb dan Cd total adalah semua Pb
dan Cd yang ada dalam tanah, baik dalam
bentuk kompleks organik maupun tersedia.
Analisis statistik konsentrasi Pb dan Cd total
tanah tidak berbeda nyata antara sebelum
tanam dan sesudah panen. Tetapi data yang
didapat menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi Pb total dan peningkatan
konsentrasi Cd total.
70
65
Sebelum tanam
60
Setelah panen
55
50
1
2
3
4
5
6
Perlakuan
K o n s e n tr a s i C d to ta l
(p p m )
Gambar 4 Konsentrasi Pb total tanah sebelum
tanam dan setelah panen.
2.50
2.00
1.50
Sebelum tanam
1.00
Setelah panen
0.50
0.00
1 2 3 4 5 6
perlakuan
Gambar 5 Konsentrasi Cd total tanah sebelum
tanam dan setelah panen.
Konsentrasi Pb total tanah mengalami
penurunan, tetapi dari uji statistik tidak
berbeda nyata. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh Pb total larut menjadi Pb
tersedia kemudian terserap oleh tanaman.
Selain itu intensitas curah hujan yang tinggi
dapat menyebabkan Pb tererosi bersama
partikel tanah.
Lepp
(1981)
menyebutkan
bahwa
kesetimbangan dinamis antara Cd dengan
larutan tanah yang terjerap oleh fase padat
tanah tergantung pada pH, sifat kimia logam
tersebut, kestabilan kompleks Cd, kekuatan
ikatan antara Cd dan koloid tanah, kekuatan
ion dari larutan, dan persaingan ion. Cd dalam
tanah hampir selalu terikat kuat oleh bahan
organik atau koloid terendapkan. Hal ini dapat
membantu mengurangi penyerapan Pb oleh
tanaman.
Serapan Pb dan Cd dalam Tanaman
Tomat dan Selada
Hubungan kandungan Pb dan Cd total
dalam tanaman selada, buah tomat, dan
tanaman tomat (daun, batang, dan akar) dapat
dilihat pada gambar 6 dan 7. Kandungan Pb
dan Cd yang terukur masih berada pada
kisaran yang ditetapkan, yaitu 0.2–20 ppm
untuk Pb dan 0.1–2.4 ppm untuk Cd (Alloway
1990).
Untuk tanaman selada, serapan Pb terkecil
diperoleh pada perlakuan 1 (pupuk kandang
kambing dan abu sekam), yaitu 0.00 ppm
diikuti oleh perlakuan 4 (kompos pupuk
kandang ayam, dolomit, dan fosfat alam),
kemudian perlakuan 6 (kontrol petani atau
pupuk kandang ayam), perlakuan 2 (kompos
pupuk kandang ayam, sekam, kompos
Tithonia), dan perlakuan 3 (kompos pupuk
kandang kambing, dolomit, dan fosfat alam)
masing-masing sebesar 3.26 ppm dan 3.29
ppm. Sedangkan serapan Pb terbesar
diberikan oleh perlakuan 5, yaitu perlakuan
kompos pupuk kandang kambing ditambah
dolomit, fosfat alam, dan pupuk hijau Tithonia
dengan konsentrasi Pb sebesar 6.66 ppm.
Serapan Cd tanaman selada terendah
diberikan oleh perlakuan 1, yaitu 0.00 ppm
diikuti dengan perlakuan-perlakuan lainnya
masing-masing sebesar 0.33 ppm.
Hasil dari analisis Pb tanaman tomat
(daun, batang, dan akar) berkisar antara 6.02
ppm sampai 9.20 ppm. Serapan Pb terkecil
diberikan oleh perlakuan 2, sedangkan
serapan Pb terbesar diberikan oleh perlakuan
4. Serapan Cd tanaman tomat berkisar antara
0.31 ppm sampai 0.61 ppm. Serapan Cd
terbesar diperoleh pada perlakuan 1 dan 6,
sedangkan serapan terbesar diperoleh pada
perlakuan 5.
Serapan Pb pada buah tomat berkisar
antara 0.00 ppm (perlakuan 1, 2, dan 3)
sampai 6.80 ppm (perlakuan 6). Serapan Cd
buah tomat berkisar antara 0.00 ppm
11
K o n s e n tr a s i P b (p p m )
(perlakuan 1 dan 3) sampai 0.59 ppm
(perlakuan 5).
10
8
6
4
2
0
Selada
Tanaman tomat
Buah tomat
Perlakuan 1
Perlakuan 2
Perlakuan 3
Perlakuan 4
Perlakuan 5
Perlakuan 6
k o n s e n tr a s i C d
(p p m )
Gambar 6 Konsentrasi Pb selada, tanaman
tomat, dan buah tomat.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Selada
Tanaman
tomat
Buah tomat
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Perlakuan 4 Perlakuan 5 Perlakuan 6
Gambar 7 Konsentrasi Cd selada, tanaman
tomat, dan buah tomat.
Konsentrasi Pb dan Cd pada selada dan
tomat hasil analisis ada yang nilainya 0.00
ppm. Nilai yang sangat kecil ini disebabkan
oleh konsentrasi Pb dan Cd dalam tanaman
sangat rendah, sehingga tidak terdeteksi oleh
alat SSA yang digunakan. Selain itu bisa
disebabkan oleh sensitivitas SSA yang rendah,
sehingga konsentrasi logam yang terlalu
rendah tidak terdeteksi.
Kandungan Pb dan Cd buah tomat hasil
analisis lebih rendah dibandingkan dengan
serapan Pb dan Cd pada tanaman tomat. Hal
ini disebabkan oleh Pb dan Cd yang terserap
sementara akan diakumulasikan dalam daun.
Bersamaan dengan hasil fotosintesis, Pb dan
Cd baru diangkut ke buah sebagai cadangan
makanan. Pb dan Cd pada jaringan daun
selain berasal dari serapan timbal yang
terdapat di tanah juga berasal dari timbal yang
dicemarkan dari udara.
Penyerapan Pb melalui daun terjadi karena
partikel Pb di udara jatuh dan mengendap
pada permukaan daun. Ukuran stomata yang
lebih besar (panjang 10 µm dan lebar 2─7
µm) daripada ukuran partikel Pb (kurang dari
4 µm) memungkinkan Pb masuk ke dalam
jaringan daun melalui stomata. Setelah Pb
berada dalam jaringan akan terjadi
penumpukan sel jaringan pagar atau jaringan
akar (Baker & Allen 1978, diacu dalam Jihan
2005).
Menurut Merian (1994) konsentrasi
tertinggi Pb dan Cd pada tanaman terdapat
dalam jaringan akar dan daun, sedikit di
batang dan konsentrasi terkecil terdapat di
bunga dan buah. Tingginya akumulasi Pb dan
Cd pada akar dijelaskan dengan pendapat
Leep (1981) yang menyatakan bahwa
sebagian besar logam yang terserap dari tanah
secara cepat berubah menjadi bentuk tidak
aktif melalui proses deposisi dalam akar,
sehingga sukar dipindahkan ke bagian lain
tanaman. Logam-logam yang terserap oleh
akar-akar
rambut
mengalami
proses
pengikatan, inaktivasi, dan pengendapan.
Akumulasi Pb dan Cd di dalam jaringan
tanaman dapat melalui dua cara, yaitu
penyerapan melalui akar dan melalui daun.
Besar kecilnya akumulasi Pb dan Cd pada
tanaman dan buah tomat relatif berbeda pada
berbagai varietas. Tingkat serapan Pb dan Cd
tidak hanya bergantung pada kandungan
logam dalam tanah, tetapi juga dipengaruhi
oleh jenis tanaman (varietas), pH tanah,
ketersediaan unsur-unsur hara, morfologi dan
fisiologi tanaman, kemampuan tanaman
menyerap Pb dan Cd, serta umur tanaman
tersebut. Selain itu adanya faktor yang
mempengaruhi lahan seperti banyaknya
tanaman penutup dan jenis tanaman di sekitar
lahan tersebut juga mempengaruhi akumulasi
Pb dan Cd dalam tanaman (Darmono 1995).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kandungan Pb dan Cd dalam pupuk
adalah 8.5─22.81 ppm Pb serta 0.56─1.42
ppm Cd. Hasil analisis statistik menunjukkan
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh
secara nyata terhadap konsentrasi Pb dan Cd
sebelum tanam dan sesudah panen. Secara
kuantitatif
perlakuan
yang
diberikan
meningkatkan konsentrasi Pb dan Cd tersedia,
serta Cd total tetapi menurunkan konsentrasi
Pb total dalam tanah. Serapan Pb dan Cd pada
12
selada dan tomat, yaitu 0.00─9.20 ppm Pb dan
0.00─-0.61 ppm Cd. Konsentrasi Pb dan Cd
dalm pupuk, tanah, dan tanaman masih berada
pada kisaran ambang yang ditetapkan.
Saran
Untuk mengetahui respon dari tanah
terhadap perlakuan pupuk organik perlu
dilakukan penelitian pada musim tanam ke 2
atau ke 3, sehingga peningkatan Pb dan Cd
tanah serta akumulasi logam berat pada
tanaman dapat diketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Alloway BJ. 1990. Heavy Metals in Soils.
London: J Wiley.
Arifin M. 1994. Pedogenesis Andisol
Berbahan Induk Abu Vulkan Andesit dan
Basalt pada Beberapa Zona Agroklimat di
Daerah Kebun Teh Jawa Barat
[Disertasi]. Bogor: Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Ashari S. 1995. Hortikultura: Aspek Budi
daya. Jakarta: UI Pr.
Bohn H, Mc Neal B, O’Connor G. 1979. Soil
Chemistry. London: J Wiley.
Buckman HO, Brady NC. 1969. The Nature
and Properties of soil. New York:
Macmillan.
Connel DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan
Ekotoksikologi
Pencemaran.
Yanti
Koester, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Cottenie A, M Verloo, G Velghe, L Kiekens.
1982. Biological and Analitycal Aspects
of Soil Pollution. Belgium: Gent Univ.
Cotton FA, Wilkinson G. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. Sahati Suharto,
penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan
dari: Basic Inorganic Chemistry.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2006.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
02/Pert/HK.060/2/2006 tentang Pupuk
Organik dan Pembenah Tanah. Jakarta:
Deptan.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi
Makhluk Hidup. Jakarta: UI Pr.
Day RA, Underwood AL. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Ed ke-6. Sofyan I,
penerjemah; Wibi H, Simarmata S, editor.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari:
Quantitative Analysis.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Harjadi SS, Sunarjono H. 1989. Dasar-dasar
Hortikultura. Bogor: Faperta IPB.
Hayati R, Hakim N, Husin EF. 2003.
Pemanfaatan
Tithonia
(Tithonia
diversifolia) sebagai Bahan Substitusi N
dan K Pupuk Buatan untuk Tanaman
Melon (Cucumis Meo L.) pada Tanah
Ultisol. Di dalam: Pertanian Produktif
Ramah
Lingkungan
Mendukung
Ketahanan dan Keamanan Pangan.
Prosiding Seminar Nasional Peningkatan
Kualitas
Pertanian
dan
Produk
Pertanian. Bogor: Badan Penelitian dan
pengembangan Pertanian. hlm 15-21.
[IFOAM] International Federation Organic
Movement. 2002. Organic Agriculture
Worlwide: Statistic and Future Prospects.
Nurnberg: BIO-FACH.
Jihan E. 2005. Efektivitas Penambahan
Variasi Takaran dalam Tanah Inceptisol
di Daerah Tegal Terhadap Jerapan Timbal
pada Bawang Merah [Skripsi]. Bogor:
Fakultas
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Jones LHP, Jarvis SC. 1981. The Fate of
Heavy Metals. New York: J Wiley.
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Saptohardjo A, penerjemah.
Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Basic
Concept of Analytical Chemistry.
Laegreid M, Bockman OL, Kaarstad O. 1999.
Agriculture,
Fertilizer,
&
The
Environment. Norway: Cabi.
Lagerwerff JP. 1972. Lead, mercury, and
Cadmium
as
Environmental
Contaminant. Wisconsin: Amer.
Leep NW. 1981. Effecct Heavy Metal
Pollution on Plant. London: Applied
Science.
13
Leiwakabessy FM, A Sutandi. Pupuk dan
Pemupukan. 2004. Bogor: Faperta IPB.
Lindsay WL. 1979. Chemical Equilibria in
Soils. New York: J Wiley.
Merian E. 1994. Toxic Metal in Environment.
Weinheim: VCH Vellagsgelischatt mbH.
Rubatszky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran
Dunia 2. Terison C, penerjemah..
Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
World’s Vegetables 2.
Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor:
PAU IPB.
Setyorini D. Soeparto. Sulaeman. 2003. Kadar
Logam Berat dalam Pupuk. Di dalam:
Pertanian Produktif Ramah Lingkungan
Mendukung Ketahanan dan Keamanan
Pangan. Prosiding Seminar Nasional
Peningkatan Kualitas Pertanian dan
Produk Pertanian. Bogor: Badan
Penelitian dan pengembangan Pertanian.
hlm 43-49.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Jakarta: PT Gramedia.
Sutanto R. 2002. Pertanian Organik :
Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Tajuddin T. 1987. Kultur Jaringan Selada.
Bogor: Faperta IPB.
Tan KH. 1982. Principles of Soil Chemistry.
New York: Marcel Decker.
Winarno FG, Kusuma A, Surono. 2002.
Pertanian dan Pangan Organik: Sistem
dan Sertifikasi. Bogor: M-Brio.
14
LAMPIRAN
15
Lampiran 1 Susunan perlakuan dan dosis pupuk organik yang diberikan
Pupuk Kompos Fosfat
Dolomit
Kode
kandang Tithonia
alam
Perlakuan
(t/ha)
(t/ha)
(kg/ha) (kg/ha)
1
Kompos pupuk kandang
kambing + sekam +
20
3
kompos Tithonia
2
Kompos pupuk kandang
20
3
ayam + sekam + kompos
Tithonia
3
Kompos pupuk kandang
20
20
50
kambing + dolomit +
fosfat alam
4
Kompos pupuk kandang
20
20
50
ayam + dolomit + fosfat
alam
5
Kompos pupuk kandang
kambing + dolomit+
20
5
20
50
fosfat alam + pupuk
hijau Tithonia
6
Kebiasaan petani
20
(Kompos pupuk kandang
ayam)
Keterangan : - = tidak ada penambahan pupuk organik
Sekam
(kg/ha)
50
50
-
-
-
16
Lampiran 2 Sketsa bedeng, kombinasi tanaman, dan jarak tanam
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
2,4 m
Keterangan : O = Tomat, jarak tanam 70 cm x 50 cm
V = Selada, jarak tanam 20 cm x 20 cm
= batas panen
= tanaman rumput penguat bedeng
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
O
7m
17
Lampiran 3 Analisis Pb dan Cd tersedia (ekstrak DTPA) pada tanah
10 g contoh tanah
Dilarutkan pada 20 mL DTPA
Dikocok selama 2 jam
Filtrat disaring
Analisis AAS
18
Lampiran 4 Analisis Pb dan Cd total (ekstrak HNO3 dan HClO4) pada tanah dan tanaman
.
0,5 g contoh tanah atau
1 gram contoh tanaman
5 mL HNO3 pekat dan
1.5 mL HClO4
Inkubasi 24 jam
Destruksi
Ekstrak ditera hingga volume tepat 25 mL
Dikocok sampai homogen
Ukur dengan AAS
19
Lampiran 5 Parameter sifat kimia tanah yang dianalisis dan kriteria penilaiannya menurut
Puslittanak
Sifat tanah
Nilai
Kriteria
Tekstur:
Pasir (%)
12
Debu (%)
49
Liat (%)
39
pH:
H2O
5,74
Masam
KCl
5.04
Bahan Organik:
C organik (%)
4.31
Tinggi
N total (%)
0.50
Sedang
C/N rasio
9
Rendah
Ekstrak HCl 25%:
P2O5 (mg/100 g)
9
Sangat rendah
K2O (mg/100 g)
11
Rendah
P-Bray I (ppm P2O5)
13
Rendah
Nilai Tukar Kation:
Ca (me/100 g)
4.57
Rendah
Mg (me/100 g)
1.69
Sedang
K (me/100 g)
0.12
Rendah
Na (me/100 g)
0.13
Rendah
KTK (me/100g)
44.12
Sangat tinggi
KB (%)
15
Sangat rendah
Sumber
: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994
Keterangan : - = tidak ada kriteria
20
Lampiran 6 Konsentrasi Pb tersedia tanah (ekstrak DTPA)
Pb tersedia (ppm)
Perlakuan
Sebelum tanam
I
II
III
Rerata
I
1
0.64
1.54
0.87
1.02
2.39
2
0.71
0.89
1.07
0.88
1.71
3
1.03
1.05
0.93
1.00
1.98
4
0.89
1.14
1.13
1.05
2.09
5
1.14
1.07
0.94
1.07
1.98
6
0.70
1.01
1.25
0.98
2.36
Setelah panen
II
III
2.21
2.26
1.84
2.66
1.73
2.21
1.66
2.41
2.62
1.71
2.21
1.84
Rerata
2.28
2.07
1.97
2.05
2.10
2.30
Lampiran 7 Konsentrasi Cd tersedia tanah (ekstrak DTPA)
Cd tersedia (ppm)
Perlakuan
Sebelum tanam
I
II
III
Rerata
I
1
0.04
0.04
0.07
0.05
0.14
2
0.07
0.08
0.08
0.08
0.12
3
0.07
0.09
0.07
0.08
0.13
4
0.07
0.06
0.04
0.06
0.14
5
0.06
0.08
0.06
0.06
0.13
6
0.05
0.09
0.06
0.06
0.11
Setelah panen
II
III
0.08
0.11
0.13
0.12
0.14
0.13
0.14
0.11
0.18
0.13
0.16
0.12
Rerata
0.10
0.12
0.13
0.13
0.14
0.12
Lampiran 8 Konsentrasi Pb total tanah (ekstrak HNO3-HClO4)
Pb total (ppm)
Perlakuan
Sebelum tanam
Setelah panen
I
II
III
Rerata
I
II
III
1
66.17
63.33 56.68
62.06
56.65 56.05 57.27
2
69.45
63.42 64.75
65.87
71.04 63.52 59.78
3
54.26
63.51 63.88
60.55
50.18 58.54 57.41
4
60.99
68.79 68.20
65.99
60.42 57.27 58.32
5
60.96
64.48 60.33
63.23
50.18 62.44 57.68
6
64.81
65.17 56.33
62.10
63.52 63.86 63.00
Rerata
56.65
64.78
57.41
58.32
57.68
63.00
Lampiran 9 Konsentrasi Cd total tanah (ekstrak HNO3-HClO4)
Cd total (ppm)
Perlakuan
Sebelum tanam
Setelah panen
I
II
III
Rerata
I
II
III
1
1.90
1.56
1.85
1.77
2.70
1.89
2.25
2
1.89
1.88
2.13
1.97
1.66
2.20
2.30
3
1.90
1.83
1.84
1.86
1.95
2.16
2.52
4
1.60
1.60
1.85
1.68
2.07
2.25
1.61
5
1.86
2.13
1.71
1.90
1.95
2.30
1.91
6
1.86
2.14
1.97
1.99
2.20
2.35
2.04
Rerata
2.25
2.02
2.21
1.97
2.05
2.19
21
Lampiran 10 Konsentrasi Pb dan Cd pada tanaman selada
Pb
Perlakuan
Kompos pupuk kandang kambing +
sekam + kompos Tithonia
Kompos pupuk kandang ayam + sekam +
kompos Tithonia
Kompos pupuk kandang kambing +
dolomit + fosfat alam
Kompos pupuk kandang ayam + dolomit
+ fosfat alam
Kompos pupuk kandang kambing +
dolomit+ fosfat alam + pupuk hijau
Tithonia
Kebiasaan petani
(Kompos pupuk kandang ayam)
Cd
ppm
0.00
0.00
3.29
0.33
3.29
0.32
3.26
0.32
6.66
0.33
3.26
0.32
Lampiran 11 Konsentrasi Pb dan Cd pada tanaman tomat
Tanaman
Perlakuan
Pb
Cd
Buah
Pb
Cd
ppm
Kompos pupuk kandang kambing +
sekam + kompos Tithonia
Kompos pupuk kandang ayam + sekam
+ kompos Tithonia
Kompos pupuk kandang kambing +
dolomit + fosfat alam
Kompos pupuk kandang ayam + dolomit
+ fosfat alam
Kompos pupuk kandang kambing +
dolomit+ fosfat alam + pupuk hijau
Tithonia
Kebiasaan petani
(Kompos pupuk kandang ayam)
6.08
0.30
0.00
0.00
6.02
0.60
0.00
0.34
8.98
0.59
0.00
0.00
9.20
0.61
6.76
0.34
9.11
0.60
6.79
0.59
6.09
0.30
6.80
0.34
22
Lampiran 12 Analisis statistika konsentrasi Pb dan Cd tanah
1 General Linear Model: Pb tersedia versus perlakuan, ulangan
Factor
perlakuan
ulangan
Type
fixed
fixed
Levels Values
6
1, 2, 3, 4, 5, 6
3
1, 2, 3
Analysis of Variance for Pb tersedia, using Adjusted SS for Tests
Source
DF
Seq SS
Adj SS
perlakuan
5
0.2004
0.2004
ulangan
2
0.2982
0.2982
Error
10
2.0381
2.0381
Total
17 2.5366
S = 0.451448 R-Sq = 19.65% R-Sq(adj) = 0.00%
Adj MS
0.0401
0.1491
0.2038
F
P
0.20 0.957
0.73 0.505
Hipotesis:
Ho: perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Pb tersedia
H1: perlakuan berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Pb tersedia
Keputusan:
Karena p-value > 0.05 maka ho diterima
2 General Linear Model: Cd tersedia versus perlakuan, ulangan
Factor
perlakuan
ulangan
Type
fixed
fixed
Levels Values
6
1, 2, 3, 4, 5, 6
3
1, 2, 3
Analysis of Variance for Cd tersedia, using Adjusted SS for Tests
Source
perlakuan
ulangan
Error
Total
S = 0.0168325
DF
Seq SS
Adj SS
5
0.0021333
0.0021333
2
0.0004333
0.0004333
10
0.0028333
0.0028333
17
0.0054000
R-Sq = 47.53% R-Sq(adj) = 10.80%
Adj MS
0.0004267
0.0002167
0.0002833
F
P
1.51 0.272
0.76 0.491
Hipotesis:
Ho: perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Cd tersedia
H1: perlakuan berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Cd tersedia
Keputusan:
Karena p-value > 0.05 maka ho diterima
23
3 General Linear Model: Pb total versus perlakuan, ulangan
Factor
perlakuan
ulangan
Type
fixed
fixed
Levels Values
6
1, 2, 3, 4, 5, 6
3
1, 2, 3
Analysis of Variance for Pb total, using Adjusted SS for Tests
Source
DF
Seq SS
Adj SS
perlakuan
5
157.89
157.89
ulangan
2
9.72
9.72
Error
10
232.96
232.96
Total
17
400.57
S = 4.82662 R-Sq = 41.84% R-Sq(adj) = 1.13%
Adj MS
31.58
4.86
23.30
F
P
1.36 0.318
0.21 0.815
Hipotesis:
Ho: perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Pb total
H1: perlakuan berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Pb total
Keputusan:
Karena p-value > 0.05 maka ho diterima
4 General Linear Model: Cd total versus perlakuan, ulangan
Factor
perlakuan
ulangan
Type
fixed
fixed
Levels Values
6
1, 2, 3, 4, 5, 6
3
1, 2, 3
Analysis of Variance for Cd total, using Adjusted SS for Tests
Source
DF
Seq SS
Adj SS
perlakuan
5
0.34883
0.34883
ulangan
2
0.04614
0.04614
Error
10
0.92919
0.92919
Total
17
1.32416
S = 0.304826 R-Sq = 29.83% R-Sq(adj) = 0.00%
Adj MS
0.06977
0.02307
0.09292
F
P
0.75 0.604
0.25 0.785
Hipotesis:
Ho: perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Cd tersedia
H1: perlakuan berpengaruh terhadap perubahan konsentrasi Cd tersedia
Keputusan:
Karena p-value > 0.05 maka ho diterima
Download