1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan saat ini, menunjukkan bahwa organisasi semakin tanggap terhadap perubahan keadaan dalam memasuki era globalisasi. Arus perubahan yang sangat cepat dan persaingan yang semakin ketat, memungkinkan setiap organisasi yang ingin mempertahankan tetap kepercayaan bertahan dari harus masyarakat. mampu Untuk membangun dapat dan mencapai keseimbangan dalam membangun dan mempertahankan bisnis tersebut, maka perusahaan harus mampu mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya secara optimal sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Bagi satu organisasi sumber daya manusia merupakan komponen utama yang berperan sebagai perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen dan dibawa ke dalam suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi. Sumber daya manusia baik yang menduduki posisi pimpinan maupun anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi atau instansi baik pemerintah maupun swasta. Hal ini karena berhasil tidaknya suatu organisasi atau instansi sebagian besar di pengaruhi oleh faktor manusia selaku pelaksana 1 2 pekerjaan. Perusahaan membutuhkan adanya faktor sumber daya manusia yang potensial baik pimpinan maupun karyawan pada pola tugas pengawasan yang merupakan penentu tercapainya tujuan perusahaan. Peningkatan kinerja karyawan akan membawa kemajuan bagi perusahaan untuk dapat bertahan dalam suatu persaingan lingkungan bisnis yang tidak stabil. Banyak upaya yang harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan ini merupakan tantangan yang harus dihadapi manajemen karena keberhasilan untuk mencapai tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, perusahaan harus mempunyai cara dalam mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya. Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu perusahaan antara lain dapat dilakukan dengan memberikan motivasi kepada karyawan yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil kerja karyawan. Seperti dinyatakan Hersey dan Blanchard dalam Munandar (2001:22) “Aktivitas yang diarahkan pada tujuan adalah perilaku termotivasi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan”. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan hasil kerja karyawan, karena naik turunnya hasil kerja karyawan akan mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Karyawan pada divisi marketing merupakan ujung tombak bagi perusahaan, sumber daya manusia ini merupakan aset yang sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus bagi suatu perusahaan. Bagaimanapun juga divisi tersebut haruslah memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan, sehingga dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan perusahaan. 3 Farmasi merupakan sektor industri yang sangatlah menjanjikan, tidak heran kalau banyak sekali pelaku bisnis yang berkecimpung di dalamnya. Dalam pemasarannya perusahaan farmasi sangatlah ketat. Jika karyawan pada bagian marketing tidak kompeten maka akan sangat merugikan bagi kelangsungan perusahaan. Sebagai ujung tombak sekaligus perwakilan langsung perusahaan ke konsumen, karyawan pada divisi marketing dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan agar perusahaan tetap bertahan pada persaingan yang ketat dan karyawan pada divisi marketing juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang baik (service excellence) kepada konsumen, dengan harapan agar konsumen tetap loyal pada produk yang dipasarkan di tengah banyaknya produk yang sejenis di pasaran. Akan tetapi untuk mewujudkan karyawan pada divisi marketing dapat sesuai harapan tersebut sangatlah sulit dan menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen. Fenomena yang sering terjadi pada bagian tersebut adalah kinerja yang dihasilkan cenderung fluktuatif dan yang lebih parah kinerja yang diharapkan jarang sekali sesuai target yang diperhitungkan perusahaan. Fenomena seperti ini menandakan kurangnya motivasi yang ada pada diri karyawan untuk menjaga komitmen terhadap perusahaan. Pada perusahaan penyedia obat-obatan kurangnya kinerja karyawan bagian marketing menjadi masalah yang serius bagi perusahaan farmasi. Dikarenakan akan akan terjadi pembengkakan pada biaya produksi, biaya impor obat, biaya pajak pada sektor farmasi. Bahkan ada beberapa perusahaan farmasi yang gulung tikar akibat produknya tidak dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis dikarenakan tidak kompetennya tenaga marketing perusahaan tersebut. 4 Penelitian ini mengambil objek pada PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. Perusahaan ini didirikan sejak 30 September 1971 oleh Ong Joe San (Eddie Lembong) dengan nama Pharos Indonesia Ltd. Nama Pharos diambil dari suatu nama Mercusuar yang terletak di kawasan Teluk Alexandria, Mesir. Perusahaan berstatus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan merupakan perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) pada 30 Juni 1990. PT. Pharos Indonesia berkantor pusat di JL. Limo No.40 Permata Hijau Jakarta Selatan. Dalam perkembangannya, PT. Pharos Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu PT. Prima Medika Laboratories, PT. Nutrindo Jaya Abadi, PT. Nutrisains, PT. Faratu, PT. Perintis Pelayanan Paripurna (Century Healthcare). Objek yang diambil dalam penelitian yaitu pada divisi PT. Nutrisains yang menjadi salah satu anak perusahaan PT. Pharos Indonesia yang berada di cabang Semarang seperti yang di jelaskan diatas. Pada perjalanannya PT. Nutrisains 1dipercaya PT. Pharos Indonesia untuk membawa produk Omepros, Joint Herbal, Nourishskin, Nourish-E, Nourish Beauty Care Acne & Nourish Bio White series. PT. Pharos Cabang Semarang bertempat di JL. Lawu No.7 RT 003 RW 007 kelurahan Lempongsari kecamatan Gajahmungkur Semarang. Untuk hari dan jam operasional PT. Pharos Indonesia cabang Semarang yaitu setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dan hari Sabtu pukul 08.00 WIB – 13.00 WIB. Untuk divisi Nutrisains sendiri terdiri dari enam orang karyawan yang terdiri dari 1 orang Kepala Cabang divisi Nutrisains, 1 5 orang Supervisor, dan 4 orang Medical Representative. Pada divisi Nutrisains ini mengalami ketidakstabilan pencapaian kinerja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data pencapaian karyawan tahun 2014-2015. Tabel 1.1 Hasil Pencapaian PT. Pharos Indonesia Divisi Nutrisains Cabang Semarang Dari Tahun 2014 – Tahun 2015 Pencapaian Tahun 2014 Medical Representative Target (Rp) Aktual (Rp) Danang 821.473.000 766.983.900 Dharma 990.829.800 Zulfikar Dwijo Pencapaian Tahun 2015 % Target (Rp) Aktual (Rp) % 93% 1.043.740.799 821.473.000 79% 764.086.500 77% 1.288.378.093 990.829.800 77% 1.191.344.800 836.690.400 70% 1.460.210.605 1.191.344.800 82% 1.065.410.600 833.459.800 78% 1.787.584.161 1.065.410.600 60% (Dalam Rupiah) Sumber : PT. Pharos Indonsia, 2015 Keterangan : 1. Danang Fajar Prasetyo area Kudus-Jepara 2. Dharma Karya Dhika area Pati-Cepu 3. Zulfikar Genda area Semarang Barat-Kendal 4. Dwijo Pranoto area Kendal Kota-Pekalongan 6 Dapat dilihat dari data Tabel 1.1 diatas menunjukkan adanya masalah yaitu pencapaian yang tidak memenuhi target minimal perusahaan sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya indikasi kerja karyawan yang tidak maksimal. Jika hal ini tidak dicari solusinya maka sudah pasti akan menimbulkan dampak negatif bagi PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. Karena dengan pencapaian yang kurang maka akan menimbukan kerugian bagi perusahaan dari sisi moral maupun Financial. Hal ini akan berdampak pada terganggunya operasional perusahaan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan menurut Hasibuan (1996:92) Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Oliver dan Anderson (1994) menunjukkan adanya pengaruh positif motivasi terhadap kinerja karyawan. Dari latar belakang yang sudah diuraikan diatas, perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut secara langsung guna membahas masalah tersebut dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan PT. Pharos Indonesia cabang Semarang” 1.2 Rumusan Masalah Secara umum perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu dengan melibatkan orang banyak. Perusahaan menghendaki keuntungan yang memadai dan berkelanjutan agar dapat bersaing dan menghasilkan kinerja terbaik. Salah satu faktor yang berperan dalam membangun kinerja perusahaan adalah kinerja pemasaran. Bagian pemasaran atau karyawan marketing berhubungan langsung 7 dengan konsumen dan outlet. Untuk memasarkan produknya seorang marketing haruslah mempunyai kemampuan, motivasi serta komitmen terhadap organisasi yang tinggi. Penurunan pencapaian yang terjadi di PT. Pharos Indonesia cabang Semarang menunjukan rendahnya kemampuan, motivasi dan komitmen dari karyawan pada bagian marketing. Dan dapat dilihat pada Tabel 1.1 dari empat orang karyawan bagian marketing tidak ada karyawan yang menunjukkan peningkatan penjualan yang mencapai standar penilaian. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari jawaban “Apa yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan bagian marketing PT. Pharos Indonesia cabang Semarang divisi Nutrisains ?” 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui upaya apa saja yang dapat mempengaruhi motivasi kerja karyawan di PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan a) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana dalam khasanah ilmu ekonomi khususnya bidang manajemen sumber daya manusia. 8 b) Membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan. c) Penelitian informasi ini diharapkan dapat menambah dan referensi bacaan, sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai motivasi dan kinerja karyawan. 2. Bagi PT. Pharos Indonesia cabang Semarang divisi Nutrisains Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam memecahkan persoalan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan bagi kemajuan perusahaan. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial dari sudut pandang atau perseptif partisipan. Partisipan adalah orang yang diajak berwawancara, diobservasi, dimintai data, pendapat, pemikiran dan persepsinya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi. Furchan menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala saat penelitian dilakukan (A.Furchan,2004). Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada fenomena, gejala, fakta atau informasi sosial. Menurut Bodgan dan Taylor yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistic), tidak mengisolasi individu ke dalam variabel, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sua keutuhan (Lexy J. Moleong, 2005). Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif. 30 31 Berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Rahmat Kriyantono, 2006). Studi kasus merupakan metode penelitian yang cocok digunakan bilamana pokok pertanyaan suatu penelitian berkaitan dengan “bagaimana” dan “mengapa”, di mana fokus penelitiannya fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata, dan peneliti hanya memiliki sedikit peluang atau tidak mempunyai peluang sama sekali untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki. Kekuatan yang unik dari metode studi kasus adalah kemampuannya untuk berhubungan dengan berbagai jenis bukti (multi sumber bukti) yaitu dokumen, peralatan, wawancara, dan observasi (Yin, Robert, 2006). Penelitian ini menggunakan studi kasus karena untuk dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana meningkatkan motivasi kerja karyawan bagian marketing PT. Pharos Indonesia cabang Semarang divisi Nutrisains?”. Metode studi kasus menjadi jawaban bagi penelitian, karena dengan metode ini penelitian dapat menggunakan berbagai sumber data penelitian baik melakukan observasi terhadap karyawan di PT. Pharos Indonesia cabang Semarang Divisi Nutrisains dengan cara wawancara. 3.2 Setting Penelitian Objek yang diambil dalam penelitian yaitu pada divisi PT. Nutrisains yang menjadi salah satu anak perusahaan PT. Pharos Indonesia yang berada di cabang Semarang seperti yang di jelaskan diatas. Pada perjalanannya PT. Nutrisains 32 dipercaya PT. Pharos Indonesia untuk membawa produk Omepros, Joint Herbal, Nourishskin, Nourish-E, Nourish Beauty Care Acne & Nourish Bio White series. PT. Pharos Cabang Semarang bertempat di JL. Lawu No.7 RT 003 RW 007 kelurahan Lempongsari kecamatan Gajahmungkur Semarang. Untuk hari dan jam operasional PT. Pharos Indonesia cabang Semarang yaitu setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dan hari Sabtu pukul 08.00 WIB – 13.00 WIB. Untuk divisi Nutrisains sendiri terdiri dari enam orang karyawan yang terdiri dari satu orang Kepala Cabang divisi Nutrisains, satu orang Supervisor, dan empat orang Medical Representatif. Alasan memilih subyek penelitian tersebut adalah dikarenakan peneliti memiliki anggapan bahwa perlu untuk mengetahui penyebab menurunnya motivasi di PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. 3.3 Pemilihan Informan Informan atau narasumber adalah orang yang memberikan informasi utama dan penting yang diutuhkan dalam sebuah penelitian. Informasi dijadikan sebagai subjek utama dalam sebuah penelitian. Menurut Moleong (2004) mendefinisikan informan sebagai orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Orang yang dijadikan informan haruslah mereka yang jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang 33 sesuatu hal atau tentang peristiwa yang terjadi. Bogdan dan Biklen yang dikutip Moleong (2004) menyatakan bahwa pemanfaatan informan bagi penelitian agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau. Informan yang telah diambil berjumlah enam orang yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya. Data informan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Informan NO NAMA LAMA BEKERJA JABATAN STATUS 1 Rieszart Wijaya 7 Tahun Area Sales Manajer Kontrak 2 Aris Gunawan 5 Tahun Supervisor Kontrak 3 Danang Fajar P 5 Tahun Medical Representatif Kontrak 4 Dharma Karya D 3 Tahun Medical Representatif Kontrak 5 Zulfikar Genda 1 Tahun Medical Representatif Kontrak 6 Dwijo Pranoto 4 Tahun Medical Representatif Kontrak Sumber : Data PT. Pharos Indonesia, 2016 34 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Wawancara Mendalam (In Depth Interview) Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara yang mendalam (in depth interview) melalui wawancara tidak berstruktur. Dengan wawancara tidak berstruktur, perumusan dan urutan pertanyaan dapat lebih bebas sehingga akan lebih dapat mengikuti alur pembicaraan responden. SulistyoBasuki menyebutkan bahwa wawancara mendalam adalah mengumpulkan informasi yang kompleks sebagian besar berisikan pendapat sikap dan pengalaman pribadi. Sasaran wawancara mendalam adalah menyelenggarakan wawancara yang memungkinkan para responden membahas secara mendalam sebuah subjek (Sulistyo-Basuki, 2006). Pernyataan dari sebuah penelitian sangatlah penting untuk menangkap persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu gejala, peristiwa, fakta dan realita. Wawancara dilakukan dengan merekam setiap pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan oleh informan. Sebelum melakukan wawancara yang dilakukan akan meminta ijin kepada informan bahwa wawancara yang dilakukan akan direkam dan memberikan jaminan kepada informan bahwa hasil rekaman akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan tidak akan disebarluaskan. Wawancara yang direkam akan memberi nilai tambah, yakni dengan rekaman penelitian akan mendapatkan bukti asli suara dari informan dan akan menjadi bukti otentik apabila nantinya terdapat kesalahan dalam penafsiran. 35 Data yang telah direkam kemudian ditulis kembali dan diringkas. Setelah diringkas maka akan dianalisis dan dicari tema serta polanya. 3.4.2 Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2008). Dalam hal ini, penelitian dengan berpedoman kepada desain penelitiannya telah melakukan observasi ke lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Dalam pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara observasi partisipan. Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat (Emzir, 2012). Topik dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai aktivitas, perilaku dan peristiwa yang terjadi di PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. 3.4.3 Arsip / Data Sekunder Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah : 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari informan ketika ada di lapangan sebagai obyek penulisan (Umar,2003). 36 Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari karyawan PT. Pharos Indonesia bagian marketing melalui metode observasi dan wawancara secara mendalam. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data terhadap penelitian (Sugiyono, 2005), misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian., selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet. 3.5 Alat-alat Penunjang Alat-alat penunjang data yang digunakan dalam penelitian adalah kamera, alat perekam MP3 Player digunakan dalam penelitian untuk melakukan wawancara, penggunaan alat perekam dilakukan dengan persetujuan subyek wawancara saat akan dilakukan wawancara. Pencatatan data yang digunakan adalah dengan menggunakan alat perekam MP3 Player langsung di lokasi waawncara. 37 3.6 Kredibilitas Data Penelitian Dalam penelitian berbentuk kualitatif maupun kuantitatif, kriteria utama yang harus diperhatikan adalah valid dan reliable. Dalam penelitian kualitatif yang diuji adalah datanya. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2007). Bila laporan tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, data tersebut dinyatakan tidak valid. Reliabilitas berkenaan derajat dengan konsistensi dan stabilitas data atau temuan (Sugiyono, 2007). Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif kebenaran realitas data tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan bergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental dalam setiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif disebut uji kredibilitas. 3.6.1 Triangulation Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sehingga data yang ada, valid dan dapat dipertanggungjawabkan, triangulasi (check dan recheck) akan dilakukan dalam penelitian. Metode triangulasi teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dalam penelitian ini, triangulasi dianggap relevan untuk menguji keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi sumber dan teknik. 38 Triangulasi teknik, berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya data diperoleh melalui wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi. Pada triangulasi teknik menurut Patton terdapat dua strategi yaitu (Moleong, 2005). 1. Mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh kebeberapa sumber (Sugiyono, 2005). Dalam menguji kredibilitas data dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data yaitu kombinasi wawancara dan dokumentasi. WAWANCARA OBSERVASI PEMANFAATAN DOKUMEN 39 Gambar 3.1 Proses Triangulasi Teknik Pengumpulan Data 3.7 Teknik Analisis Dalam melaksanakan penelitian ini melakukan teknik analisis data dengan model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh, aktivitas dalam data yaitu : 1. Reduksi Data Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Lalu dicari tema dan polanya, data-data direduksi dengan menguji keabsahan dan keterkaitannya dengan dengan topik penelitian serta landasan teori yang digunakan. 2. Penyajian Data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Cara yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan / Verifikasi Kesimpulan 40 Kesimpulan berasal dari pengumpulan data penelitian secara kualitatif dan mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, polapola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proposisiproposisi. Kesimpulan juga diversifikasi sebagaimana dalam proses penelitian. Verifikasi tersebut mungkin seringkas pemikiran kedua yang terlalu dengan cepat lewat pemikiran yang dilalui saat melakukan penelitian.