BAB I PENDAHULUAN

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan saat ini, menunjukkan bahwa organisasi semakin tanggap
terhadap perubahan keadaan dalam memasuki era globalisasi. Arus perubahan
yang sangat cepat dan persaingan yang semakin ketat, memungkinkan setiap
organisasi
yang ingin
mempertahankan
tetap
kepercayaan
bertahan
dari
harus
masyarakat.
mampu
Untuk
membangun
dapat
dan
mencapai
keseimbangan dalam membangun dan mempertahankan bisnis tersebut, maka
perusahaan harus mampu mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya
secara optimal sehingga dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Bagi satu organisasi sumber daya manusia merupakan komponen utama
yang berperan sebagai perencana dan pelaku aktif dalam setiap aktivitas
organisasi. Mereka mempunyai pikiran, perasaan, keinginan, status dan latar
belakang pendidikan, usia, jenis kelamin yang heterogen dan dibawa ke dalam
suatu organisasi sehingga tidak seperti mesin, uang dan material yang sifatnya
pasif dan dapat dikuasai serta diatur sepenuhnya dalam mendukung tercapainya
tujuan organisasi.
Sumber daya manusia baik yang menduduki posisi pimpinan maupun
anggota merupakan faktor terpenting dalam setiap organisasi atau instansi baik
pemerintah maupun swasta. Hal ini karena berhasil tidaknya suatu organisasi atau
instansi sebagian besar di pengaruhi oleh faktor manusia selaku pelaksana
1
2
pekerjaan. Perusahaan membutuhkan adanya faktor sumber daya manusia yang
potensial baik pimpinan maupun karyawan pada pola tugas pengawasan yang
merupakan penentu tercapainya tujuan perusahaan. Peningkatan kinerja karyawan
akan membawa kemajuan bagi perusahaan untuk dapat bertahan dalam suatu
persaingan lingkungan bisnis yang tidak stabil. Banyak upaya yang harus
dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan ini merupakan
tantangan yang harus dihadapi manajemen karena keberhasilan untuk mencapai
tujuan dan kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada kualitas kinerja
sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
Oleh sebab itu, perusahaan harus mempunyai cara dalam mengelola
sumber daya manusia yang dimilikinya. Pengelolaan sumber daya manusia dalam
suatu perusahaan antara lain dapat dilakukan dengan memberikan motivasi kepada
karyawan yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil kerja
karyawan. Seperti dinyatakan Hersey dan Blanchard dalam Munandar (2001:22)
“Aktivitas yang diarahkan pada tujuan adalah perilaku termotivasi yang diarahkan
untuk mencapai suatu tujuan”. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan hasil
kerja karyawan, karena naik turunnya hasil kerja karyawan akan mempengaruhi
terhadap pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Karyawan pada divisi marketing merupakan ujung tombak bagi
perusahaan, sumber daya manusia ini merupakan aset yang sudah seharusnya
mendapatkan perhatian khusus bagi suatu perusahaan. Bagaimanapun juga divisi
tersebut haruslah memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan, sehingga
dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan perusahaan.
3
Farmasi merupakan sektor industri yang sangatlah menjanjikan, tidak
heran kalau banyak sekali pelaku bisnis yang berkecimpung di dalamnya. Dalam
pemasarannya perusahaan farmasi sangatlah ketat. Jika karyawan pada bagian
marketing tidak kompeten maka akan sangat merugikan bagi kelangsungan
perusahaan. Sebagai ujung tombak sekaligus perwakilan langsung perusahaan ke
konsumen, karyawan pada divisi marketing dituntut untuk dapat menghasilkan
keuntungan agar perusahaan tetap bertahan pada persaingan yang ketat dan
karyawan pada divisi marketing juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
yang baik (service excellence) kepada konsumen, dengan harapan agar konsumen
tetap loyal pada produk yang dipasarkan di tengah banyaknya produk yang sejenis
di pasaran. Akan tetapi untuk mewujudkan karyawan pada divisi marketing dapat
sesuai harapan tersebut sangatlah sulit dan menjadi tantangan tersendiri bagi
manajemen. Fenomena yang sering terjadi pada bagian tersebut adalah kinerja
yang dihasilkan cenderung fluktuatif dan yang lebih parah kinerja yang
diharapkan jarang sekali sesuai target yang diperhitungkan perusahaan. Fenomena
seperti ini menandakan kurangnya motivasi yang ada pada diri karyawan untuk
menjaga komitmen terhadap perusahaan.
Pada perusahaan penyedia obat-obatan kurangnya kinerja karyawan bagian
marketing menjadi masalah yang serius bagi perusahaan farmasi. Dikarenakan
akan akan terjadi pembengkakan pada biaya produksi, biaya impor obat, biaya
pajak pada sektor farmasi. Bahkan ada beberapa perusahaan farmasi yang gulung
tikar akibat produknya tidak dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis
dikarenakan tidak kompetennya tenaga marketing perusahaan tersebut.
4
Penelitian ini mengambil objek pada PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang. Perusahaan ini didirikan sejak 30 September 1971 oleh Ong Joe San
(Eddie Lembong) dengan nama Pharos Indonesia Ltd. Nama Pharos diambil dari
suatu nama Mercusuar yang terletak di kawasan Teluk Alexandria, Mesir.
Perusahaan berstatus PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dan merupakan
perusahaan farmasi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat CPOB
(Cara Pembuatan Obat yang Baik) dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan
Makanan) pada 30 Juni 1990. PT. Pharos Indonesia berkantor pusat di JL. Limo
No.40 Permata Hijau Jakarta Selatan. Dalam perkembangannya, PT. Pharos
Indonesia memiliki beberapa anak perusahaan, yaitu PT. Prima Medika
Laboratories, PT. Nutrindo Jaya Abadi, PT. Nutrisains, PT. Faratu, PT. Perintis
Pelayanan Paripurna (Century Healthcare).
Objek yang diambil dalam penelitian yaitu pada divisi PT. Nutrisains yang
menjadi salah satu anak perusahaan PT. Pharos Indonesia yang berada di cabang
Semarang seperti yang di jelaskan diatas. Pada perjalanannya PT. Nutrisains
1dipercaya PT. Pharos Indonesia untuk membawa produk Omepros, Joint Herbal,
Nourishskin, Nourish-E, Nourish Beauty Care Acne & Nourish Bio White series.
PT. Pharos Cabang Semarang bertempat di JL. Lawu No.7 RT 003 RW 007
kelurahan Lempongsari kecamatan Gajahmungkur Semarang.
Untuk hari dan jam operasional PT. Pharos Indonesia cabang Semarang
yaitu setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dan hari Sabtu
pukul 08.00 WIB – 13.00 WIB. Untuk divisi Nutrisains sendiri terdiri dari enam
orang karyawan yang terdiri dari 1 orang Kepala Cabang divisi Nutrisains, 1
5
orang Supervisor, dan 4 orang Medical Representative. Pada divisi Nutrisains ini
mengalami ketidakstabilan pencapaian kinerja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
data pencapaian karyawan tahun 2014-2015.
Tabel 1.1
Hasil Pencapaian PT. Pharos Indonesia Divisi Nutrisains
Cabang Semarang
Dari Tahun 2014 – Tahun 2015
Pencapaian Tahun 2014
Medical
Representative
Target (Rp)
Aktual (Rp)
Danang
821.473.000
766.983.900
Dharma
990.829.800
Zulfikar
Dwijo
Pencapaian Tahun 2015
%
Target (Rp)
Aktual (Rp)
%
93% 1.043.740.799
821.473.000
79%
764.086.500
77% 1.288.378.093
990.829.800
77%
1.191.344.800
836.690.400
70% 1.460.210.605 1.191.344.800 82%
1.065.410.600
833.459.800
78% 1.787.584.161 1.065.410.600 60%
(Dalam Rupiah)
Sumber : PT. Pharos Indonsia, 2015
Keterangan :
1. Danang Fajar Prasetyo area Kudus-Jepara
2. Dharma Karya Dhika area Pati-Cepu
3. Zulfikar Genda area Semarang Barat-Kendal
4. Dwijo Pranoto area Kendal Kota-Pekalongan
6
Dapat dilihat dari data Tabel 1.1 diatas menunjukkan adanya masalah
yaitu pencapaian yang tidak memenuhi target minimal perusahaan sebesar 90%.
Hal ini menunjukkan adanya indikasi kerja karyawan yang tidak maksimal. Jika
hal ini tidak dicari solusinya maka sudah pasti akan menimbulkan dampak negatif
bagi PT. Pharos Indonesia cabang Semarang. Karena dengan pencapaian yang
kurang maka akan menimbukan kerugian bagi perusahaan dari sisi moral maupun
Financial. Hal ini akan berdampak pada terganggunya operasional perusahaan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan menurut Hasibuan
(1996:92) Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan
setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas
kerja yang tinggi. Oliver dan Anderson (1994) menunjukkan adanya pengaruh
positif motivasi terhadap kinerja karyawan.
Dari latar belakang yang sudah diuraikan diatas, perlu untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut secara langsung guna membahas masalah tersebut dengan
judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan PT. Pharos Indonesia
cabang Semarang”
1.2
Rumusan Masalah
Secara umum perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan tertentu dengan
melibatkan orang banyak. Perusahaan menghendaki keuntungan yang memadai
dan berkelanjutan agar dapat bersaing dan menghasilkan kinerja terbaik. Salah
satu faktor yang berperan dalam membangun kinerja perusahaan adalah kinerja
pemasaran. Bagian pemasaran atau karyawan marketing berhubungan langsung
7
dengan konsumen dan outlet. Untuk memasarkan produknya seorang marketing
haruslah mempunyai kemampuan, motivasi serta komitmen terhadap organisasi
yang tinggi.
Penurunan pencapaian yang terjadi di PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang menunjukan rendahnya kemampuan, motivasi dan komitmen dari
karyawan pada bagian marketing. Dan dapat dilihat pada Tabel 1.1 dari empat
orang karyawan bagian marketing tidak ada karyawan yang menunjukkan
peningkatan penjualan yang mencapai standar penilaian. Oleh karena itu,
penelitian ini mencoba mencari jawaban “Apa yang dapat meningkatkan
motivasi kerja karyawan bagian marketing PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang divisi Nutrisains ?”
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui upaya apa saja yang dapat mempengaruhi
motivasi kerja karyawan di PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
a) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana
dalam khasanah ilmu ekonomi khususnya bidang
manajemen sumber daya manusia.
8
b) Membandingkan teori yang didapat di bangku
kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.
c) Penelitian
informasi
ini
diharapkan
dapat
menambah
dan
referensi
bacaan,
sehingga
meningkatkan pengetahuan mengenai motivasi dan
kinerja karyawan.
2. Bagi PT. Pharos Indonesia cabang Semarang divisi
Nutrisains
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam memecahkan
persoalan
dan
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
menentukan kebijaksanaan bagi kemajuan perusahaan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan
untuk memahami fenomena sosial dari sudut pandang atau perseptif partisipan.
Partisipan adalah orang yang diajak berwawancara, diobservasi, dimintai data,
pendapat, pemikiran dan persepsinya. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan sesuatu, misalnya
kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi. Furchan menjelaskan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang
suatu gejala saat penelitian dilakukan (A.Furchan,2004).
Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif yang didasarkan pada
fenomena, gejala, fakta atau informasi sosial. Menurut Bodgan dan Taylor yaitu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini
diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh (holistic), tidak mengisolasi
individu ke dalam variabel, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sua
keutuhan (Lexy J. Moleong, 2005).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus. Studi kasus
merupakan metode riset yang menggunakan berbagai sumber data yang bisa
digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif.
30
31
Berbagai aspek individu, kelompok suatu program, organisasi atau peristiwa
secara sistematis (Rahmat Kriyantono, 2006).
Studi kasus merupakan metode penelitian yang cocok digunakan bilamana
pokok pertanyaan suatu penelitian berkaitan dengan “bagaimana” dan “mengapa”,
di mana fokus penelitiannya fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks
kehidupan nyata, dan peneliti hanya memiliki sedikit peluang atau tidak
mempunyai peluang sama sekali untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki.
Kekuatan yang unik dari metode studi kasus adalah kemampuannya untuk
berhubungan dengan berbagai jenis bukti (multi sumber bukti) yaitu dokumen,
peralatan, wawancara, dan observasi (Yin, Robert, 2006).
Penelitian ini menggunakan studi kasus karena untuk dapat menjawab
rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana meningkatkan motivasi kerja
karyawan bagian marketing PT. Pharos Indonesia cabang Semarang divisi
Nutrisains?”. Metode studi kasus menjadi jawaban bagi penelitian, karena dengan
metode ini penelitian dapat menggunakan berbagai sumber data penelitian baik
melakukan observasi terhadap karyawan di PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang Divisi Nutrisains dengan cara wawancara.
3.2
Setting Penelitian
Objek yang diambil dalam penelitian yaitu pada divisi PT. Nutrisains yang
menjadi salah satu anak perusahaan PT. Pharos Indonesia yang berada di cabang
Semarang seperti yang di jelaskan diatas. Pada perjalanannya PT. Nutrisains
32
dipercaya PT. Pharos Indonesia untuk membawa produk Omepros, Joint Herbal,
Nourishskin, Nourish-E, Nourish Beauty Care Acne & Nourish Bio White series.
PT. Pharos Cabang Semarang bertempat di JL. Lawu No.7 RT 003 RW 007
kelurahan Lempongsari kecamatan Gajahmungkur Semarang.
Untuk hari dan jam operasional PT. Pharos Indonesia cabang Semarang
yaitu setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00 WIB – 17.00 WIB dan hari Sabtu
pukul 08.00 WIB – 13.00 WIB. Untuk divisi Nutrisains sendiri terdiri dari enam
orang karyawan yang terdiri dari satu orang Kepala Cabang divisi Nutrisains, satu
orang Supervisor, dan empat orang Medical Representatif. Alasan memilih
subyek penelitian tersebut adalah dikarenakan peneliti memiliki anggapan bahwa
perlu untuk mengetahui penyebab menurunnya motivasi di PT. Pharos Indonesia
cabang Semarang.
3.3
Pemilihan Informan
Informan atau narasumber adalah orang yang memberikan informasi
utama dan penting yang diutuhkan dalam sebuah penelitian. Informasi dijadikan
sebagai subjek utama dalam sebuah penelitian.
Menurut Moleong (2004) mendefinisikan informan sebagai orang yang
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Orang yang
dijadikan informan haruslah mereka yang jujur, taat pada janji, patuh pada
peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota salah satu kelompok yang
bertentangan dengan latar penelitian dan mempunyai pandangan tertentu tentang
33
sesuatu hal atau tentang peristiwa yang terjadi. Bogdan dan Biklen yang dikutip
Moleong (2004) menyatakan bahwa pemanfaatan informan bagi penelitian agar
dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau.
Informan yang telah diambil berjumlah enam orang yang sesuai dengan
kriteria yang ditentukan sebelumnya. Data informan tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Informan
NO
NAMA
LAMA BEKERJA
JABATAN
STATUS
1
Rieszart Wijaya
7 Tahun
Area Sales Manajer
Kontrak
2
Aris Gunawan
5 Tahun
Supervisor
Kontrak
3
Danang Fajar P
5 Tahun
Medical Representatif
Kontrak
4
Dharma Karya D
3 Tahun
Medical Representatif
Kontrak
5
Zulfikar Genda
1 Tahun
Medical Representatif
Kontrak
6
Dwijo Pranoto
4 Tahun
Medical Representatif
Kontrak
Sumber : Data PT. Pharos Indonesia, 2016
34
3.4
Metode Pengumpulan Data
3.4.1
Wawancara Mendalam (In Depth Interview)
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara yang
mendalam (in depth interview) melalui wawancara tidak berstruktur. Dengan
wawancara tidak berstruktur, perumusan dan urutan pertanyaan dapat lebih bebas
sehingga akan lebih dapat mengikuti alur pembicaraan responden. SulistyoBasuki menyebutkan bahwa wawancara mendalam adalah mengumpulkan
informasi yang kompleks sebagian besar berisikan pendapat sikap dan
pengalaman pribadi. Sasaran wawancara mendalam adalah menyelenggarakan
wawancara yang memungkinkan para responden membahas secara mendalam
sebuah subjek (Sulistyo-Basuki, 2006).
Pernyataan dari sebuah penelitian sangatlah penting untuk menangkap
persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang suatu gejala, peristiwa, fakta
dan realita. Wawancara dilakukan dengan merekam setiap pertanyaan yang
diajukan dan jawaban yang diberikan oleh informan. Sebelum melakukan
wawancara yang dilakukan akan meminta ijin kepada informan bahwa wawancara
yang dilakukan akan direkam dan memberikan jaminan kepada informan bahwa
hasil rekaman akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan tidak akan
disebarluaskan. Wawancara yang direkam akan memberi nilai tambah, yakni
dengan rekaman penelitian akan mendapatkan bukti asli suara dari informan dan
akan menjadi bukti otentik apabila nantinya terdapat kesalahan dalam penafsiran.
35
Data yang telah direkam kemudian ditulis kembali dan diringkas. Setelah
diringkas maka akan dianalisis dan dicari tema serta polanya.
3.4.2
Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2008). Dalam hal ini, penelitian dengan
berpedoman kepada desain penelitiannya telah melakukan observasi ke lokasi
penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di
lapangan.
Dalam pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara observasi partisipan.
Observasi partisipan adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti yang berperan
sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyarakat (Emzir, 2012).
Topik dalam penelitian ini untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai
aktivitas, perilaku dan peristiwa yang terjadi di PT. Pharos Indonesia cabang
Semarang.
3.4.3
Arsip / Data Sekunder
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
informan ketika ada di lapangan sebagai obyek penulisan (Umar,2003).
36
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari karyawan PT.
Pharos Indonesia bagian marketing melalui metode observasi dan
wawancara secara mendalam.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data
terhadap penelitian (Sugiyono, 2005), misalnya penelitian harus melalui
orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan
menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan
diperoleh
berdasarkan
catatan-catatan
yang
berhubungan
dengan
penelitian., selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari
internet.
3.5
Alat-alat Penunjang
Alat-alat penunjang data yang digunakan dalam penelitian adalah kamera,
alat perekam MP3 Player digunakan dalam penelitian untuk melakukan
wawancara, penggunaan alat perekam dilakukan dengan persetujuan subyek
wawancara saat akan dilakukan wawancara. Pencatatan data yang digunakan
adalah dengan menggunakan alat perekam MP3 Player langsung di lokasi
waawncara.
37
3.6
Kredibilitas Data Penelitian
Dalam penelitian berbentuk kualitatif maupun kuantitatif, kriteria utama
yang harus diperhatikan adalah valid dan reliable. Dalam penelitian kualitatif yang
diuji adalah datanya. Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terdapat
di lapangan dan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2007). Bila laporan
tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada objek, data tersebut dinyatakan tidak
valid.
Reliabilitas berkenaan derajat dengan konsistensi dan stabilitas data atau
temuan (Sugiyono, 2007). Perlu diketahui bahwa dalam penelitian kualitatif
kebenaran realitas data tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan bergantung pada
konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental
dalam setiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Pengujian validitas dan
reliabilitas dalam penelitian kualitatif disebut uji kredibilitas.
3.6.1
Triangulation
Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif sehingga data
yang ada, valid dan dapat dipertanggungjawabkan, triangulasi (check dan recheck)
akan dilakukan dalam penelitian. Metode triangulasi teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini, triangulasi dianggap relevan untuk menguji
keabsahan data adalah dengan melakukan triangulasi sumber dan teknik.
38
Triangulasi teknik, berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya
data diperoleh melalui wawancara lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.
Pada triangulasi teknik menurut Patton terdapat dua strategi yaitu (Moleong,
2005).
1. Mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa
teknik pengumpulan data.
2. Mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang diperoleh kebeberapa sumber (Sugiyono, 2005).
Dalam
menguji
kredibilitas
data
dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data yaitu kombinasi wawancara
dan dokumentasi.
WAWANCARA
OBSERVASI
PEMANFAATAN
DOKUMEN
39
Gambar 3.1
Proses Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
3.7
Teknik Analisis
Dalam melaksanakan penelitian ini melakukan teknik analisis data dengan
model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh, aktivitas dalam
data yaitu :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.
Lalu dicari tema dan polanya, data-data direduksi dengan menguji
keabsahan dan keterkaitannya dengan dengan topik penelitian serta
landasan teori yang digunakan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Cara yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan / Verifikasi Kesimpulan
40
Kesimpulan berasal dari pengumpulan data penelitian secara kualitatif
dan mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, polapola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proposisiproposisi. Kesimpulan juga diversifikasi sebagaimana dalam proses
penelitian. Verifikasi tersebut mungkin seringkas pemikiran kedua yang
terlalu dengan cepat lewat pemikiran yang dilalui saat melakukan
penelitian.
Download