analisis sistem informasi akuntansi siklus produksi di pt x laporan

advertisement
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
SIKLUS PRODUKSI DI PT X
LAPORAN AKHIR MAGANG
WIRABHAMA KIRANA
0806392464
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
SIKLUS PRODUKSI DI PT X
LAPORAN AKHIR MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
WIRABHAMA KIRANA
0806392646
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
laporan magang ini, tentunya sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang
ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Mafrizal Happy, Ak. MBA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan akhir
magang ini;
2. Pihak PT. X dan seluruh rekan kerja yang telah banyak membantu dalam usaha
memperoleh data-data yang saya perlukan;
3. Orang tua, Ayahanda Hendra Kirana dan Ibunda Dwi Indrawati, serta kakak dan keluarga
saya yang telah banyak memberikan bantuan dukungan material dan moral serta
mendoakan saya selama ini;
4. Seluruh pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir magang ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu akuntasi.
Depok, Juli 2013
Penulis
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama
:
Wirabhama Kirana
Program Studi
:
Akuntansi
Judul
:
Analisis Sistem Akuntansi Siklus Produksi di PT. X
Sistem informasi memegang peranan penting dalam menghasilkan informasi secara cepat,
efektif, dan efisien. Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah
informasi akuntansi, dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang
dimiliki oleh perusahaan. PT X merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam
memajukan dunia otomotif nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif.
Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah
perusahaan mendorong saya untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada
pada PT X. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan magang di PT. X adalah mendapatkan
gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi PT X yang telah berjalan saat ini,
serta mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari sistem yang sedang berjalan
tersebut. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa prosedur yang diterapkan oleh perusahaan
memiliki konsep yang baik, perusahaan menjalankan konsep pull manufacturing dengan
disiplin dan tegas, sehingga bisa menekan biaya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun
demikian, masih terdapat kelemahan dari prosedur-prosedur yang dijalankan dalam siklus
produksi tersebut, yaitu kurangnya perhatian terhadap otomatisasi maupun teknologi
penunjangnya. Teknologi bar code yang menjadi aktor uzur dalam konsep otomatisasi siklus
produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di dalam
siklus. Pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency Identification (RFID) yang
terbaru belum diimplementasikan oleh PT X. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa
teknologi dan konsep otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas
dalam perusahaan. Khusus mengenai proses akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan, dapat
disimpulkan bahwa untuk saat ini perusahaan tidak perlu khawatir tentang sistem akuntansi
yang digunakan di PT X dalam hal inefisiensi. Namun untuk beberapa tahun kedepan dimana
otomatisasi telah menjangkau seluruh proses dan biaya tidak langsung meningkat, perusahaan
perlu melakukan perubahan yang berarti.
Kata kunci:
Informasi, akuntansi, otomatisasi, bar code, Radio Frequency Identification (RFID)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name
:
Wirabhama Kirana
Study Program
:
Accounting
Title
:
Production Cycle Accounting System Analysis in PT. X
Information systems play an important role in generating information quickly, effectively,
and efficiently. One form of information is an important role of accounting information,
accounting information which may improve competitiveness owned by the company. PT X is
a company that has been instrumental in advancing the national automotive world by
producing a variety of automotive components. Importance of Accounting Information
Systems (AIS) as the basic information system within a company encouraging me to highlight
the application of accounting information systems that existed at PT X. The purpose of the
implementation of internship at PT. X is getting an overview of accounting information
systems in the production cycle PT X which has been running at this time, and identifies the
advantages and shortcomings of the current system. From the results of the study found that
the procedures adopted by the company has a good concept, the company operates
manufacturing pull concepts with discipline and firm, so that it can reduce the cost of that
happening in the company. Nevertheless, there are still weaknesses of the procedures carried
out in the production cycle, the lack of attention to automation and supporting technologies.
Bar code technology into aging actor in the production cycle automation concept is still not
implemented in all the processes that occur in cycles. Development of bar code that is Radio
Frequency Identification (RFID) has not been implemented by the newest PT X. The
company in this case assumes that technology and automation concepts for accounting
information system is not a priority in the company. Especially with regard to the accounting
process cost the company, it can be concluded that for now the company does not have to
worry about the accounting system used in PT X in terms of inefficiency. But for the next few
years which has covered the whole process automation and indirect costs increase, companies
need to make meaningful changes.
Keywords:
Information, accounting, automation, bar code, Radio Frequency Identification (RFID)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS …………………………....
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….
iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………………
v
ABSTRAK ……………………………………………………………………
vi
ABSTRACT …………………………………………………………………..
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………
xi
1.
PENDAHULUAN ……………………………………………….......
1
1.1
Latar Belakang ……………………………………………………......
1
1.2
Rumusan Permasalahan ………………………………………………
2
1.3
Tujuan Penulisan Laporan Magang ……………………………..........
3
1.4
Ruang Lingkup Laporan Magang …………………………………….
3
1.5
Manfaat Pelaksanaan Program Magang ………………………………
3
1.6
Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang ……………………………...
4
1.7
Pelaksanaan Program Magang ………………………………………..
4
1.8
Metode Penulisan Laporan Magang ………………………………….
5
1.9
Sistematika Penulisan …………………………………………………
5
2.
LANDASAN TEORI ……………………………………………….
6
2.1
Sistem Informasi …………………………………………………......
6
2.2
Sistem Informasi Akuntansi ……………………………………….....
6
2.3
Sistem Produksi ……………………………………………………....
9
2.3.1
Perancangan Produk ………………………………………….
12
2.3.2
Perencanaan dan Penjadwalan Produksi ……………………..
14
2.3.3
Proses Produksi ……………………………………………....
20
2.3.4
Sistem Akuntansi Biaya ……………………………………...
21
2.3.4.1
Metode Pengumpulan Data Biaya………………….
22
2.3.4.2
Penentuan Sistem Biaya …………………………...
24
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
2.4
2.3.4.3
Metode Akumulasi Biaya ………………………….
26
2.3.4.4
Laporan yang Dihasilkan …………………………..
35
Teknologi Informasi Sebagai Alat Bantu dalam Siklus Produksi ........
35
2.4.1
Bar Code ……………………………………………………………
36
2.4.2
Radio Frequency Identification (RFID)………………………...
36
3.
PROFIL PERUSAHAAN ………………………………………….
39
3.1.
Tinjauan Umum PT X ………………………………………………..
39
3.2.
Jenis Produk PT X ……………………………………………………
39
3.3.
Budaya kerja PT X ……………………………………………………
40
3.4.
Visi dan Misi PT X …………………………………………………...
42
3.5.
Struktur Organisasi PT X ……………………………………………..
43
3.6
Definisi dan Fungsi Departemen PT X ………………………………
44
3.7
Proses Bisnis PT X …………………………………………………...
45
3.8
Proses Produksi PT X ………………………………………………...
46
3.9
Konsumen PT X ……………………………………………………...
47
3.10
Persaingan Dalam Industri ……………………………………………
47
3.11.
Prosedur Siklus Produksi ……………………………………………..
48
3.11.1
Diagram Konteks dan Level 0 ……………………………....
49
3.11.2
Diagram Level 1 Advanced Product Quality Planning .…....
52
3.11.3
Level 1 Penjadwalan Produksi ……………………………
63
3.11.4
Level 1 Proses Produksi ……………………………………
70
3.11.5
Level 1 Pengendalian Biaya ……………………………….
74
3.11.6
Level 2 Advanced Product Quality Planning Phase 2 dan Level 3
Prosedur Desain Produksi ………………………….
4.
4.1
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI
………………………………………………………….
87
Analisis Proses Desain Produk ………………………………………..
87
4.1.1.
4.2
81
Analisis Bagan Alir Proses Produksi ……………………..
88
Analisis Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi …………….
89
4.2.1
92
Analisis Bagan Alir Perencanaan dan Penjadwalan Produksi.
4.3
Analisis Operasi Produksi …………………………………………….
95
4.4
Analisis Akuntansi Biaya …………………………………………….
99
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
4.4.1
Analisis Data Entry Biaya …………………………………...
99
4.4.2
Analisis Sistem Biaya ………………………………………..
101
4.4.3
Analisis Bagan Alir Proses Pengendalian Biaya …………..
103
4.5
Analisis Penggunaan Sistem Radio Frequency Identification (RFID)
104
5.
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………..
109
5.1.
Kesimpulan ……………………………………………………………
109
5.2.
Saran ……………………………………………………………..........
110
DAFTAR REFERENSI ……………………………………………………..
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
112
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
2.1
Ilustrasi Master Production Schedule ………………………………
19
2.2
Ilustrasi Order Produksi …………………………………………….
20
2.3
Ilustrasi Material Requisition ……………………………………....
20
2.4
Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing ……………
32
3.1
Prosedur Perencanaan Produksi ……………………………………
59
3.2
Prosedur Penjadwalan Produksi ……………………………………
69
3.3
Prosedur Operasi Produksi …………………………………………
73
3.4
Prosedur Pengendalian Biaya ……………………………………….
80
3.5
Prosedur Desain Produk …………………………………………….
86
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1
Hubungan Sistem Produksi Dengan Sistem Lainnya ……………...
9
2.2
Aktivitas Dalam Sistem Produksi ………………………………….
11
2.3
Ilustrasi Pemodelan CAD ………………………………………….
13
2.4
Simulasi Proses dalam CAM ………………………………………
14
2.5
Alur Biaya Job Costing ……………………………………………
28
2.6
Alur Biaya Process Costing ……………………………………….
31
2.7
Alur Alokasi Biaya Sistem Biaya ABC …………………………..
33
3.1
Struktur Organisasi PT X ………………………………………….
43
3.2
Proses Bisnis PT X ………………………………………………..
46
3.3
Proses Produksi PT X ……………………………………………..
47
3.4
Diagram Konteks Siklus Produksi PT.X ………………………….
50
3.5
DFD Level 0 ……………………………………………………….
51
3.6
DFD APQP Level 1 ……………………………………………….
58
3.7
Alur Proses kanban Perusahaan …………………………………...
65
3.8
Kartu Kanban PT X ………………………………………………..
65
3.9
DFD Level 1 Penjadwalan Produksi ………………………………
68
3.10
Level 1 Proses Produksi ….………………………………………..
72
3.11
Laporan Man hour PT X …………………………………………..
77
3.12
Laporan Efisiensi Produksi PT.X ………………………………….
77
3.13
Standard Manufacturing Cost Sheet ……………………………….
78
3.14
DFD Level 1 Pengendalian Biaya ....................................................
79
3.15
DFD APQP Phase 2 .........................................................................
82
3.16
Level 3 Prosedur Desain Produksi …………………………………
85
4.1
Bagian Bagan Alir Desain Produksi 1 ……………………………..
88
4.2
Bagian Bagan Alir Desain Produksi 2 ……………………………..
89
4.3
Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 1 ……………………………..
92
4.4
Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 2 ………………………
93
4.5
Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 3 ………………………
94
4.6
Bagian Bagan Alir Penjadwalan Produksi ………………………..
94
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
4.7
Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 1……………………………
103
4.8
Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 2……………………………
104
4.9
Manfaat Penggunaan Sistem RFID ………………………………..
106
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi dunia bisnis saat ini menjadikan persaingan yang semakin ketat antar perusahaan,
oleh karena itu perusahaan perlu memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki. PT X
merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam memajukan dunia otomotif
nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif. PT X memiliki bekal
pengalaman selama 35 tahun dan keahlian untuk memproduksi secara efisien dan efektif dan
tentunya bekerja sama dengan klien persahaan untuk menyusun rencana yang tepat dalam
menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah.
Pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat memberi
peluang dan tantangan bagi perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang otomotif. Tak
terkecuali, perusahaan yang bergerak di bidang produksi body part maupun suku cadang
kendaraan, yang kemudian akan digunakan dalam proses perakitan kendaraan di pabrik
Indonesia.
Peningkatan permintaan untuk kendaraan di Indonesia dan sejalan dengan meningkatnya
produksi di pabrik otomotif membuat banyak perusahaan pembuat body part dan suku cadang
untuk bersaing dalam mendapatkan kontrak dengan pabrik otomotif tersebut. Dalam
persaingan tersebut pabrik kendaraan otomotif tentu akan memperhitungkan supplier yang
memiliki tingkat kualitas yang tinggi untuk mensuplai pabrik dengan suku cadang dan body
part yang mereka butuhkan untuk menjamin kepuasan konsumen yang akan menggunakan
produk mereka. Di sisi lain perusahaan juga harus memperhatikan dari segi biaya dimana
supplier yang dapat memberikan harga yang kompetitif akan menjadi pilihan karena akan
menekan biaya untuk membuat sebuah produk otomotif, maka dari itu penting bagi sebuah
perusahaan supplier komponen otomotif untuk dapat memberikan kualitas yang tinggi dengan
tingkat harga yang kompetitif.
Dewasa ini teknologi komunikasi dan informasi terus menerus berkembang dan
mempengaruhi
bagaimana
perusahaan
dalam
mengendalikan,
mengembangkan bisnis yang mereka miliki. Teknologi ini
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
mengelola,
dan
dapat menjadi penentu
kemenangan dalam persaingan bagi yang memilikinya dan dapat menjadi kekalahan bagi
yang tidak memiliki ataupun memiliki namun tidak secara baik dikelola. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai informasi telah meningkat melalui perkembangan pemanfaatan informasi dan
bagaimana informasi tersebut dihasilkan yang berarti bahwa sistem informasi memegang
peranan penting dalam menghasilkan informasi secara cepat, efektif, dan dan efisien.
Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah informasi akuntansi
dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan.
Peningkatan tersebut dalam penelitian ini lebih berfokus pada kegunaan informasi akuntansi
dalam pengambilan keputusan, dimana dengan adanya informasi tersebut pembuat keputusan
dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengurangi biaya atau mengalokasikan biaya
dengan lebih tepat. Pentingnya peranan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan
tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan sistem akuntansi yang
sophisticated dan sesuai dengan kebutuhan.
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) lebih khususnya SIA yang menangani akuntansi biaya
merupakan mata dan telinga bagi pengambil keputusan untuk melihat proses maupun siklus
akuntansi di perusahaan. Sistem inilah yang akan merekam data dari sistem operasional yang
diklasifikasikan ke dalam siklus atau jenis transaksi. Hal ini berdampak bahwa output yang
disajikan oleh SIA yang baik dan sejalan dengan itu keputusan yang tepat akan membantu
perusahaan untuk menekan dan mengatur biaya dengan efektif.
1.2 Rumusan Permasalahan
Pentingnya SIA sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah perusahaan mendorong penulis
untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada pada PT X. Tanpa SIA siklus
produksi yang mumpuni perusahaan tidak akan bertahan di tengah derasnya persaingan usaha
di dalam industri tempat perusahan membuka bisnisnya. Oleh karena itu penulis merasa
tertantang untuk mengetahui bagaimana proses-proses yang terdapat dalam siklus informasi
akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan, dan bagaimana kelebihan maupun kekurangan dari
sistem tersebut.
1.3. Tujuan Penulisan Laporan Magang
Penulisan laporan magang memiliki tujuan sebagai berikut:
a) Mendapatkan gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi PT X yang telah
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
berjalan saat ini
b) Mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari sistem yang sedang berjalan
tersebut
1.4 Ruang Lingkup Laporan Magang
Pembahasan SIA dapat dilihat dari berbagai sudut dan topik. Pada penulisan ini, penulis
memberi batasan sebagai berikut :

Permasalahan akan dibatasi permasalahan analisis sistem informasi akuntansi
untuk siklus produksi pada PT X, yaitu dari proses desain produk hingga proses
akuntansi biaya. Pembatasan lingkup ini dilakukan karena dua hal yaitu: pertama,
PT X dalam operasionalnya sebagian besar berfokus pada siklus produksinya dan
siklus tersebut memberikan total pendapatan perusahaan yang cukup signifikan
karena perusahaan bergerak di bidang manufaktur. Alasan kedua adalah adanya
keterbatasan waktu penulis melakukan program magang di PT X.

Karya tulis ini menggunakan persepktif analisis sistem. Hal ini berarti karya tulis
tidak akan membahas detail teknis seperti implementasi fisik dari analisis sistem.
1.5 Manfaat Pelaksanaan Program Magang
Manfaat yang didapat penulis melalui program magang ini antara lain:
a) Mempraktikkan ilmu yang didapat selama perkuliahan, terutama yang terkait dengan
Akuntansi Biaya, Akuntasi Manajemen, dan Sistem Informasi Akuntansi
b) Mendapat pengalaman di dunia kerja, sebagai persiapan untuk terjun ke dunia kerja
ketika lulus dari program sarjana
c) Mendapat pengetahuan mengenai produksi dan cara kerja perusahaan manufaktur dan
hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, dan akuntansi biaya
d) Meningkatkan atau menguasai
kemampuan non akademis dan soft skill seperti
kemampuan komunikasi, adaptasi, team work, tanggung jawab, dan kepemimpinan
Bagi perusahaan tempat magang, manfaat yang didapat dengan menjadi tempat pelaksanaan
program magang, antara lain:
a) Mendapatkan manfaat dari sumber daya manusia secara temporer sesuai kebutuhan
perusahaan.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
b) Menciptakan dan menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan kampus
c) Sebagai media seleksi rekrutmen calon karyawan
1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang
Penulis melaksanakan program magang di PT. X yang berlokasi di Bekasi dengan
posisi sebagai accounting staff (assistant) dan menangani beberapa bagian dari siklus
akuntansi yang dijalankan perusahaan. Penulis menghabiskan sebagian besar waktu
magang untuk menangani jurnal persediaan maupun arus kas untuk persediaan, baik
kas masuk maupun kas keluar.
1.7 Pelaksanaan Program Magang
Dalam pelaksanaan magang, penulis mendapatkan arahan dan bimbingan dari Kepala
Departemen Akuntansi, Wakil Kepala Departemen Akuntansi, serta dari rekan kerja
sesama accounting staff. Kegiatan magang yang dijalani oleh penulis adalah
membantu para staff akuntansi dalam menjalankan proses akuntansi perusahaan
sehari-hari, dalam hal ini perusahaan menggunakan software akuntansi bernama
Finacct.
Setelah mempelajari cara kerja dari software akuntansi tersebut dan prosedur dalam
menggunakannya, penulis diberi tanggung jawab sesuai desk job yang diberikan oleh
Wakil Kepala Departemen Akuntansi. Berikut adalah rincian kegiatan yang penulis
lakukan selama dalam proses magang:

Melakukan input penjurnalan ke dalam software dan database akuntansi
perusahaan

Melakukan aging schedule pada akun Account Receivable perusahaan

Melakukan proses pengarsipan dokumentasi akuntansi perusahaan seperti bank
masuk, bank keluar, kas masuk, dan kas keluar secara hard copy maupun ke
dalam software akuntansi perusahaan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
1.8 Metode Penulisan Laporan Magang
Laporan akhir magang ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka untuk
teori-teori pendukung dan observasi langsung dalam praktik pencatatan dan metode
persediaaan yang dilakukan oleh PT. X.
1.9 Sistematika Penulisan
Laporan magang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB 1: Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang penulisan laporan
magang, tujuan penulisan laporan magang, manfaat pelaksanaan magang, tempat
dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan program magang, perumusan dan
pembatasan masalah, metode penulisan laporan magang, dan sistematika
penulisan.

BAB 2: Landasan Teori, membahas teori yang mendasari pembahasan
permasalahan yang ada. Dalam hal ini landasarn teori didasarkan pada jurnal
ilmiah, dan text book dari perkuliahan yang selama ini didapatkan penulis

BAB 3: Profil Perusahaan, memberikan gambaran tentang perusahaan dimana
tempat magang dilaksanakan

BAB 4: Pembahasan, membahas mengenai sistem pengukuran biaya perusahaan.
Analisis dilakukan dengan membandingkan sistem biaya yang dilakukan oleh
perusahaan tempat magang melalui kenyataan yang ditemukan dari dokumen dan
laporan keuangan dengan teori yang telah dibahas di Bab 2.

BAB 5: Kesimpulan dan Saran, memberikan kesimpulan dari seluruh isi laporan
dan juga saran-saran terkait dengan permasalahan yang ada.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi
Informasi adalah produk yang dihasilkan dari sebuah sistem informasi. Informasi berbeda
dengan data, dimana data adalah fakta, angka yang menjadi masukan bagi sebuah sistem
informasi. Informasi terdiri dari data yang telah dirubah dan dibuat menjadi lebih bernilai
melalui sebuah proses. Informasi secara ideal seharusnya memberi pengetahuan yang berarti
dan berguna untuk mencapai sasaran.
Sistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu tujuan atau lebih. Yang
dimana untuk mencapai tujuan tersebut akan mengkoordinasi sumberdaya yang dibutuhkan
untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran. Sumberdaya yang dimaksud disini
dapat berupa mesin atau tenaga kerja, bergantung pada macam sistem yang dibicarakan.
Dengan kedua definisi diatas dapat disimpulkan sistem infromasi adalah suatu kerangka kerja
dimana sumberdaya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data)
menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan (James Hall, 2001)
2.2 Sistem Informasi Akuntansi
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Akuntansi dan sistem informasi berhubungan sangat erat. Pada dasarnya, akuntansi adalah
sebuah sistem infromasi. Tepatnya, akuntansi adalah penerapan dari teori umum informasi
untuk masalah-masalah operasi ekonomi yang efisien. Akuntansi juga merupakan bagian
besar dari informasi umum yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Dalam konteks ini,
akuntansi merupakan bagian dari sistem infromasi umum suatu kesatuan operasional dan juga
merupakan bagian dari bidang besar dibawah nama konsep informasi (Evanston, 1966)
Hubungan ini membuat munculnya istilah sistem informasi akuntansi (SIA). Sistem informasi
akuntansi merupakan sistem informasi formal yang memiliki semua karakteristik seperti
tujuan (kegunaan), tahap, tugas, pengguna, dan sumber daya (Romney, 2012). Lebih daripada
itu, sistem informasi akuntansi suatu perusahaan mempunyai cakupan yang menyeluruh.
Sistem ini meluas ke seluruh kegiatan perusahaan dan menyediakan informasi bagi semua
pengguna perusahaan.
Yang membedakan sistem informasi akuntansi perusahaan dengan sistem informasi
perusahaan secara keseluruhan adalah pada fungsi akuntansinya, dimana fungsi tersebut
berkaitan dengan dampak ekonomis dari kejadian-kejadian tertentu terhadap kegiatan dan
kesejahteraan perusahaan. Jadi sistem informasi akuntansi hanya menerima data ekonomi dari
kejadian-kejadian baik eksteren maupun interen perusahaan yang dinyatakan dalam istilah
keuangan. Sama halnya dengan keluaran (output) yang dikeluarkan oleh sistem informasi
akuntansi yaitu berupa laporan, ikhtisar, dan keluaran informasi-informasi lain yang juga
menggunakan istilah keuangan. Keluaran yang berorientasi pada keuangan ini juga menjadi
basis informasi untuk menentukan catatan prestasi (scorekeeping)
Sistem informasi akuntansi dapat dibagi menjadi tiga subsistem (James Hall, 2001) yaitu
Transaction Processing System (TPS), General Ledger/Financial Reporting System dan
Management Reporting System.
1. Transaction
processing
system
(TPS)
adalah
sistem
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
informasi
yang
terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah
besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS
merupakan sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan
lilngkungan eksternal. Karena manajer melihat data-data yang dihasilkan oleh
TPS untuk memperbaharui informasi setiap menit mengenai apa yang terjadi di
perusahaan mereka. Dimana hal ini sangat peting bagi operasi bisnis dari hari ke
hari agar sistem-sistem ini dapat berfungsi dengan lancar dan tanpa interupsi sama
sekali.
Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual
untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data
elektronik (electronic data processing systems). Transaction processing systems
mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan,
pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems
menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun
eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji
karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening
keuangan. TPS juga memperbaharui database yang digunakan perusahaan untuk
diproses lebih lanjut oleh SIM.
Peran TPS sebagai pusat bagi segala sistem informasi yang ada dalam perusahaan
dapat dilihat dari proes yang dilakukan pada subsistem ini yaitu:
a. Mengubah kejadian ekonomi menjadi transaksi keuangan
b. Mencatat transaksi keungan dalam catatan akuntansi
c. Mendistribusikan informasi keuangan kepada staf operasional untuk
mendukung kegiatan operasional.
Karena luasnya cakupan kegiatan operasional, TPS dapat dikelompokkan menjadi
beberapa siklus transaksi (proses bisnis). Jenis siklus transaksi ditentukan oleh
jenis aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, apakah bergerak di bidang jasa,
manufaktur atau perdagangan.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
2. General Ledger/Financial Reporting System adalah dua subsistem yang saling
berhubungan. GLS memproses summary dari transaksi siklus yang dihasilkan.
Sedangkan TPS memperbaharui GL control account. FRS mengukur dan
melporkan kondisi dan perbuahan sumber daya keuangan untuk kepentingan
pengguna eksternal
3. Management Reporting System menyajikan informasi keuangan internal untuk
keperluan pengelolaan organisasi diantaranya berupa anggaran, variance report,
dan CVP analysis
2.3 Sistem Produksi
Sistem Produksi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi akuntansi yang berada di
dalam kategori transaction processing system (TPS). Sistem ini adalah sistem yang berisi
serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang mempunyai hubungan dengan
proses pembuatan suatu produk. Sistem ini tentunya berhubungan secara langsung dengan
sub-sistem yang lain seperti siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklsus buku besar dan
pelaporan. Selain subsystem-subsystem tersebut, sistem ini juga berhubungan dengan
Manajemen dan sistem manajemen SDM, hubungan antar semua sistem tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.1
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 2.1 Hubungan Sistem Produksi Dengan Sistem Lainnya
(Sumber : Romney, 2012)

Interaksi antara siklus produksi dengan siklus penjualan : Siklus pendapatan disini
mempunyai peran sebagai siklus yang memberikan informasi tentang produk yang
dipesan dan ramalan (forecast) tentang kuantitas penjualan, informasi ini digunakan oleh
bagian produksi sebagai masukan untuk menyusun rencana produksi dan jumlah dari
persediaan yang diinginkan (inventory level). Sebagai timbal balik, bagian produksi akan
memberi siklus pendapatan informasi-informasi tentang produk apa saja yang telah
selesai diproduksi maupun jumlah produk yang siap untuk dijual.

Interaksi antara siklus produksi dengan siklus pembelian : Bagian produksi berperan
mengirimkan informasi tentang bahan baku dimana informasi tersebut tertuang dalam
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
bentuk Surat Permintaan Pembelian (purchase). Sebagai timbal balik dari informasi
tersebut siklus pembelian memberikan informasi tentang bahan baku yang telah dibeli
dan informasi mengenai biaya overhead pabrik

Interaksi antara siklus produksi dengan sistem manajemen SDM : Bagian produksi akan
memberi informasi tentang jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kepada sistem
sumberdaya manusia/penggajian yang sebagai balasannya akan memberikan data tentang
ketersediaan dari tenaga kerja dan biaya dari tenaga kerja tersebut

Interaksi antara siklus produksi dengan siklus buku besar dan pelaporan : Informasi yang
diberikan kepada siklus buku besar dan pelaporan adalah informasi mengenai harga
pokok produksi
Sistem informasi akuntansi sebuah perusahaan memiliki peranan penting dalam sistem
produksi. Perusahaan ketika ingin membuat keputusan tentang komposisi produk, penentuan
harga jual produk, perencanaan dan alokasi sumber daya, dan manajemen biaya akan
membutuhkan informasi akuntansi biaya yang akurat dan tepat waktu sebagai masukan
(input)
Untuk membuat keputusan tersebut tentunya dibutuhkan informasi yang lebih rinci dan jelas
tentang biaya produksi dibanding informasi yang dibutuhkan untuk menyusun laporan
keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Maka dari itu, perancangan sistem
produksi seharusnya tidak hanya berfokus pada kebutuhan pelaporan eksternal, melainkan
juga untuk membuhi kebutuhan internal manajemen untuk membuat keputusan-keputusan
diatas (James Hall, 2001).
Aktivitas-aktivitas dalam sistem produksi meliputi : (a) perancangan produk (product design),
(b) perencanaan dan penjadwalan (planning & scheduling), (c) kegiatan produksi (production
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
operation), dan (d) akuntansi biaya (cost accounting). Hubungan dari aktivitas-aktivitas ini
bisa dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Aktivitas Dalam Sistem Produksi
(Sumber : Romney, 2012)
2.3.1 Perancangan Produk
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Tahap pertama dalam suatu sistem produksi adalah merancang sebuah produk. Kegiatan ini
mempunai tujuan yaitu untuk merancang sebuah produk yang memenuhi kualitas, lama
pengerjaan, dan biaya produksi seperti yang diinginkan oleh pelanggan. Antara tujuan-tujuan
tersebut seringkali berbenturan satu sama lain. Sehingga aktivitas ini menjadi suatu hal yang
rumit dan perlu mendapat perhatian khusus.
Ada beberapa dokumen yang dihasilkan dari kegiatan ini, diantaranya adalah :
(1) Daftar Kebutuhan Bahan (Bill of Material), sebuah dokumen yang berisi rincian bahan
baku, baik spesifikasi, kode, nama, dan kauntitas setiap bahan baku yang akan digunakan
dalam produksi
(2) Daftar kegiatan (operation list/routing sheet) dokumen yang berisi ketetapan tenaga kerja
dan juga syarat mesin yang akan digunakan untuk membuat produk. Dokumen ini juga
menjabarkan secara jelas tahap-tahap yang diperlukan untuk membuat produk.
Dalam aktivitas ini akuntan harus memainkan peranan penting, karena 65% sampai dengan
80% dati total biaya produk ditentukan oleh tahap ini (Romney, 2012). Peran tersebut dalam
tahap ini adalah menyediakan atau mendapatkan taksiran biaya yang digunakan untuk
membuat setiap jenis rancangan agar mendapatkan kemampuan menghasilkan laba
(profitability) dari setiap rancangan tersebut.
Untuk membantu menghasilkan desain produk yang berkualitas perusahaan dapat
menggunakan perangkat lunak bantuan berupa CAD (Computer Aided Design) dan CAM
(Computer Aided Manufacturing) keduanya adalah suatu teknologi yang digunakan pada
kegiatan desain dan produksi dengan menggunakan komputer digital. (Groover dan Zimmers,
1987). CAD bisa diartikan sebagai sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam
membuat, modifikasi, analisis, atau mengoptimalkan desain. Sistem komputer ini Terdiri dari
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak atau software (Kalpakjian dan Schmid,
2006).
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Cara yang konvensional untuk mendesain cetakan berdasarkan desain dan pengembangan
produk menghabiskan banyak waktu dan biaya yang mahal. Simulasi komputer bisa
digunakan untuk proses pengembangan yang cepat sebelum suatu investasi penting
dilakukan. (Risdiyono, 2007). Ilustrasi dari pemodelan software CAD ditunjukkan dengan
Gambar 2.3
Gambar 2.3 Ilustrasi Pemodelan CAD
(Sumber: AutoCAD)
CAM adalah software yang digunakan untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol
operasi pada kegiatan manufaktur, seperti menentukan pahat (tools) yang akan digunakan,
menentukan ketinggian benda kerja (work piece), feed rate, stepdown, stepover dan
menentukan semua parameter yang akan digunakan pada saat proses pemesinan. Software
CAM juga dapat mensimulasikan proses pemesinan, waktu pemesinan dan akhirnya
mengirimkan data dari komputer (CAD/CAM) yang digunakan untuk mendesain ke mesin-
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
mesin yang digunakan pada saat pemesinan hingga berakhir menjadi sebuah produk seperti
yang diiliustrasikan pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.4 Simulasi Proses dalam CAM
2.3.2 Perencanaan dan Penjadwalan Produksi
Tahap selanjutnya dari sistem produksi adalah untuk membuat rencana dan jadwal dari
aktivitas produksi . Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan produksi dilakukan
untuk memenuhi pesanan yang ada menjadi efisien, dan memungkinkan untuk memenuhi
permintaan jangka pendek, tanpa menghasilkan jumlah produk yang berlebih. Terdapat 2
metode untuk membuat rencana produksi (Romney, 2012), yaitu :
1. Perencanaan Sumber Daya Manufaktur (Manufacturing Resource Planning/MRP-II).
Metode ini merupakan metode yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara kapasitas
produksi yang saat ini dimiliki perusahaan dengan kebutuhan bahan baku untuk
memenuhi permintaan pembelian yang diramalkan akan terjadi. Istilah lain dari metode
ini adalah push manufacturing system, karena barang diproduksi atas dasar ekspektasi
permintaan konsumen
2. Sistem manufaktur Just-in-time (JIT). Metode ini bertujuan untuk meminimalisasi atau
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
menghapuskan persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Penggunaaan JIT dimana barang hanya diproduksi untuk merespon permintaan konsumen
seringkali disebut dengan pull manufacturing system. Sistem ini memiliki perbedaan
dalam hal praktik bila dibandingkan dengan teori nya. Dalam teori sistem ini hanya akan
memproduksi suatu barang jika pelanggan telah menempatkan order atas barang tersebut.
Namun dalam praktiknya sistem manufaktur JIT ini lebih menjurus kepada metode yang
berdasar pada rencana produksi jangka pendek. Artinya, perusahaan akan tetap
memproduksi barang dalam jumlah tertentu meskipun belum ada order resmi dari
pelanggan,. Hal ini dapat memudahkan pemasok untuk merencanakan skedul produksi
sehingga mereka dapat mengirim bahan baku ke perusahaan pada saat dibutuhkan untuk
produksi
JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen
biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull
sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar
kuantitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian
diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang .
Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan
pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama
JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara
menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just in
Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu :

menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.

memproduksi dengan jumlah kecil

menghilangkan pemborosan

memperbaiki aliran produksi

menyempurnakan kualitas produk

orang-orang yang tanggap

menghilangkan ketidakpastian
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013

penekanan pada pemeliharaan jangka panjang.
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT
dan alat-alat statistik seharusnya diberikan. Tujuan JIT adalah untuk meningkatkan laba dan
posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan
kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu hal yang perlu selalu di ingat ‘
peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan survive, tetapi tidak memiliki daya
saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana.
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penerapan JIT:
a. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses
yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.
b. Pelatihan/Tim/keterampilan
JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang
dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT
dan alat-alat statistik seharusnya diberikan.
c. Membentuk Aliran/Penyederhanaan.
Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk
aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.
d. Kanbal Pull System
Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal
memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan:

Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya.

Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013

Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya

Meratakan beban produksi

Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning

Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
e. Visibiltas / pengendalian visual
Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual. Melacaknya apa
yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir
mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
f.
Eliminasi Kemacetan
Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu
dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari
berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya
yang relevan.
g. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup.
Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan
ini pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian
atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
h. Total Productive Maintance
TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan diberi
pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.
i.
Kemampuan
Proses,
Statistical
Proses
Control
(SPC)
dan
Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan
JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan
mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan
perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013

Dukungan.
yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya
dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak dapat
terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan
membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya
memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau
proses produksi perubahan kita.

Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi.
Penemuan sistem produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan.
Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang,
sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini
produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya.
JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem
produksi sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Manfaat
JIT antara lain :

Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang.

Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi

Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan
pada sumbernya.

Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik.

Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok.

Loyout pabrik yang lebih baik.

Pengendalian kualitas dalam proses.
Dokumen yang digunakan dalam aktivitas ini sebagai berikut:
-
Jadwal Produksi (Master Production Schedule)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Dokumen ini memuat waktu pelaksanaan aktivitas produksi serta menentukan jumlah unit
produk yang harus dibuat dalam satu putaran produksi. Contoh dari dokumen ini bisa
dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Ilustrasi Master Production Schedule
MASTER PRODUCTION SCHEDULE
Product Number: 120
Description: DVD Player
Lead time:
Week Number
1 week
1
2
3
4
5
6
7
8
Quantity on hand
500
350
350
300
350
300
450
300
Scheduled
150
300
250
300
250
400
250
300
Forecasted sales
300
300
300
250
300
250
400
250
Not available
350
350
300
350
300
450
300
350
production
(Sumber : Romney, 2012)
Untuk menentukan jumlah unit yang diproduksi, digunakan informasi tentang order
pelanggan,
ramalan
penjualan,
dan
jumlah
persediaan.
Meskipun
dalam
perkembangannya jadwal produksi ini akan bersifat fleksibel untuk merespon perubahan
pasar, namun rencana produksi harus ditetapkan selambatnya 1 minggu sebelumnya agar
perusahaan memiliki kesempatan yang cukup untuk memperoleh bahan baku,
perlengkapan, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Jadwal produksi ini digunakan untuk
menetapkan jumlah unit yang akan diproduksi setiap hari dan juga digunakan untuk
menentukan kapan harus membeli bahan baku guna memenuhi jadwal produksi. Jumlah
ketubuhan bahan baku bila dibandingkan dengan persedian yang ada, bagian produksi
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
harus membuat permintaan pembelian dan dikirimkan ke bagian pembelian agar
dilakukan transaksi pembelian bahan jika jumlah persediaan tidak mencukupi kebutuhan.
-
Order Produksi (Production Order).
Dokumen ini merupakan sebuah dokumen yang berisi daftar kegiatan yang perlu
dilakukan, kuantitas yang diproduksi, dan lokasi pengiriman produk apabila produk
tersebut telah seleasi dibuat. Ilustrasi dari dokumen ini dapat terlihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Ilustrasi order produksi
Operation List for: Create Side Panel
Operation Number
Description
Machine Number
Standard Time
(minutes:seconds)
105
Cut of shape
ML 15-12
2:00
106
Corner cut
ML 15-9
3:15
124
Turn and shape
S28-17
4:00
142
Finish
F54-5
7:10
155
Paint
P89-1
9:30
(Sumber : Romney, 2012)
-
Bukti Permintaan Bahan Baku (Material Requisition).
Ketika aktivitas produksi dimulai dokumen ini dibutuhkan untuk meminta bahan
baku ke gudang. Informasi dalam dokumen ini berupa nomor order, tanggal
dikeluarkan, kode bahan baku, dan kuantitas bahan baku. Sistem akuntansi biaya
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
memperlakukan dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk mencatat konsumsi
bahan baku oleh pabrik, seperti yang terlihat di tabel 2.3
Tabel 2.3 Ilustrasi Material Requisition
Finished Product: DVD Player
Part Number
Description
Quantity
105
Control Unit
1
125
Back Panel
1
148
Side Panel
2
155
Top/Bottom Panel
2
173
Timer
1
195
Front Panel
1
199
Screw
6
(Sumber : Romney. 2012)
2.3.3 Proses Produksi
Tahap selanjutnya dalam sistem produksi adalah proses pembuatan produk. Aktivitas yang
terkait dalam proses produksi ini beragam, tergantung pada tingkat kerumitan suatu produk
yang dihasilkan dan penggunaaan teknologi dalam memproses produk tersebut. Penggunaan
Teknologi Informasi (TI) dalam proses produksi seperti robot dan mesin yang dikendalikan
oleh komputer mempunyai istilah computer integrated manufacturing (CIM).
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Akuntan tidak diharuskan menjadi pakar dalam bidang CIM, yang harus dipahami sebagai
seorang akuntan adalah pengaruh CIM terhadap SIA (Romney, 2012). Salah satu pengaruh
dari CIM adalah merubah produksi masal (mass production) menjadi produksi yang
didasarkan pada permintaan pelanggan (custom order manufacturing).
Setiap perusahaan mempunyai cara-cara yang berbeda dalam melakukan produksi, namun
pada akhirnya meskipun cara memproduksinya berbeda, perusahaan harus dapat
mengumpulkan informasi penting yang berhubungan dengan produksi tersebut yaitu
Konsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Informasi-informasi ini dibutuhkan
oleh SIA untuk dapat mengolah data atau masukan tersebut, memprosesnya, dan
menghasilkan keluaran yang berupa laporan-laporan yang dibutuhkan.
Terdapat beberapa ancaman yang dapat mengganggu jalannya proses operasi produksi suatu
perusahaan, diantaranya adalah :
-
Pencurian terhadap persediaan
-
Pencurian terhadap aset tetap perusahaan
-
Kinerja produksi yang rendah
-
Investasi yang tidak optimal
-
Hilang atau rusaknya persediaan dan aset tetap karena bencana alam
2.3.4 Sistem Akuntansi Biaya
Sistem akuntansi biaya adalah tahap akhir dalam siklus produksi. Tahap ini mempunyai
beberapa tujuan, yaitu :
1. Menghasilkan informasi yang berguna untuk perencanaan, pengendalian, dan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
pengendalian kerja dari sebuah kegiatan produksi
2. Menghasilkan informasi yang terperinci dan akurat tentang biaya produksi sehingga
bisa menjadi dasar untuk menentukan harga (pricing) dan membantu manajemen
untuk mengambil keputusan mengenai bauran produk (product mix) yang akan
digunakan oleh perusahaan.
3. Menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menetapkan nilai persediaan
dan harga pokok penjualan
Yang harus dilakukan SIA untuk mencapai tujuan-tujuan diatas adalah dengan cara
mengumpulkan data biaya yang dikelompokkan ke berbagai kelompok, kemudian
membebankan biaya-biaya tersebut ke berbagai obyek biaya baik yang termasuk dalam unit
produksi maupun unit organisasi. Pengelompokan data ketika proses mengumpulkan data
harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil data yang didapat menjadi akurat. Kesalahan
dalam mengelompokkan data seringkali terjadi karena terdapat 2 atau lebih data yang sama
namun masing-masing dialokasikan dengan cara yang berbeda.
2.3.4.1 Metode Pengumpulan data biaya
Perusahaan dalam mengumpulkan data biaya dapat menggunakan metode sebagai berikut :
-
Data penggunaan material
Ketika produksi dimulai, terbitnya material recquisition akan mengakibatkan pendebetan
pada work in process (WIP) agar material yang ada dapat dikirim ke lini produksi. Jika
material tambahan dibutuhkan, maka pendebetan akan dilakukan kembali pada WIP.
Sebaliknya WIP akan dikreditkan untuk semua material yang tidak terpakai dan
dikembalikan kepada persediaan. Material tersebut seringkali diberi bar code agar data
penggunaan dapat diperoleh dengan memindai produk keika dilepaskan dari atau
dikembalikan kepada persediaan. Semakin banyak perusahaan menggunakan tag RFID
untuk meningkatkan lebih jauh efsiensi dari pelacakan penggunaan material. Tag RFID
diaplikasikan kepada produk individual, perusahaan dapat mengadopsi metode
identifikasi yang spsifik untuk melacak persediaan jika mereka menginginkannya. Namun
terdapat kesulitan menggunakan metode RFID pada beberapa material seperti material
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
berbentuk cairan. Staff persediaan dan staf pabrik harus melakukannya secara online
melalui terminal yang disediakan.
-
Data biaya tenaga kerja langsung
Mendapatkan data biaya tenaga kerja langsung dapat menggunakan 2 metode, yang
pertama adalah dengan menggunakan job time ticket, dokumen ini yang merekam jumlah
waktu dari setiap tenaga kerja atas tugas kerja spesifik yang telah ia kerjakan. Untuk
menambah efisiensi dalam memperoleh data ini dapat digunakan kartu identifikasi yang
dilengkapi dengan bar code, dimana karyawan akan menggunakan kartu itu pada
terminal yang disediakan untuk memberi informasi tentang apa dan berapa lama
pekerjaan yang sudah dilaksanakan oehnya. Kecepatan perolehan data menggunakan
kartu identifikasi dengan bar code jauh lebih cepat dibadingkan menggunakan job time
ticket
-
Data penggunaan mesin dan peralatan
Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk mengotomatisasi proses produkis.
Dengan proporsi yang lebih besar dari biaya-biaya produk yang berhubungan dengan
mesin dan peralatan yang akan diigunakan dalam proses produsi. Data mengenai mesin
dan peralatan yang telah digunakan dikumpulkan dalam setiap langkah di dalam proses
produksi, seringkali bersamaan dengan data biaya dari tenaga kerja. Seabagai contoh,
ketika para pekerja merekam aktivitas mereka dalam stasiun kerja tertentu, Sistem juga
dapat merekam informasi yang mengidentifikasi mesin dan peralatan kerja dari stasiun
kerja yang dimaksud. Sistem ini sampai beberapa waktu yang lalu masih menggunakan
jalur kabel (wired) dalam mengirimkan data, hal ini membuat kesulitan bagi perusahaan
yang ingin mengubah layout di dalam pabrik karena terhalang kabel tersebut. Saat ini
telah banyak perusahaan yang merubah sistem koneksi untuk memindahkan data dengan
menggunakan wirelless.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
2.3.4.2 Penentuan Sistem Biaya
Persediaan merupakan bagian yang signifikan dari aset lancar perusahaan karena
persentasenya cukup tinggi dari total aset lancar. Oleh karena itu, penentuan jumlah
biaya yang diakui sebagai aset menjadi salah satu isu penting dalam akuntansi persediaan.
Yang tidak kalah pentingnya, persediaan juga dapat mempengaruhi besarnya laba. Salah saji
nilai aset dalam laporan keuangan dapat
berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan.
Sebagai contoh adalah nilai persediaan yang disajikan dalam laporan keuangan lebih
tinggi dari nilai yang seharusnya dilaporkan. Penyajian overstated ini dapat dideteksi dari
proses penyajian yang tercantum dalam laporan keuangan. Akibat kelebihan penyajian
tersebut, nilai harga pokok produksi menjadi lebih rendah dari nilai yang seharusnya
dilaporkan (understated). Harga pokok produksi yang terlalu rendah akan berakibat pada
penyajian laba yang lebih tinggi dari seharusnya untuk jumlah yang sama
Mengacu pada kerangka dasar penyajian laporan keuangan, penyajian laba yang lebih tinggi
berdampak pada penyajian informasi yang menyesatkan dan tidak andal sehingga merugikan
pengambil keputusan. Dengan demikian, saat ini salah satu hal yang difokuskan dalam akun
persediaan adalah bagaimanakah menentukan harga pokok penjualan yang dilaporkan dalam
laporan laba rugi komprehensif. Di sini metode penentuan biaya produksi memegang
peranan karena untuk menentukan harga pokok penjualan dibutuhkan data dari harga pokok
produksi.
Sistem costing bertujuan untuk melaporkan jumlah biaya yang merefleksikan cara
yang dipilih cost object (barang dan jasa) dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki
organisasi (Hongren, et. al. 2009). Penentuan biaya produk (product costing) merupakan
proses pengakumulasian, pengklasifikasian dan pembebanan bahan langsung, tenaga
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
langsung, dan biaya overhead pabrik produk atau jasa (Blocher, et. al. 1999). Product costing
berguna untuk penentuan biaya
perencanaan
produk
atau
jasa
dan
pengukuran
persediaan,
manajemen, pengendalian biaya, dan evaluasi kinerja, dan pengambilan
keputusan stratejik dan operasional. Keputusan-keputusan stratejik ini di antaranya:

menentukan harga jual produk atau jasa

menilai dampak keuangan dari penambahan atau penghapusan produk, divisi atau
suatu bagian dalam perusahaan

memutuskan untuk membuat sendiri atau membeli barang yang akan dijual

mengevaluasi kinerja produk, jasa, atau divisi
Beberapa istilah yang penting dan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan sistem biaya:

Cost object, yaitu objek yang akan diukur jumlah biayanya, misalnya produk berupa
barang dan jasa

Direct cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang dapat langsung dibebankan secara
ekonomis karena penambahan satu unit objek produksi mutlak harus mengeluarkan
tambahan biaya

Indirect cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang tidak bisa langsung dibebankan
secara ekonomis karena pengeluaran biaya tersebut bisa saja tidak hanya ditujukan
untuk
produksi
satu
objek
tertentu
sehingga
untuk membebankannya
menggunakan metode alokasi

Cost
pool, yaitu pengelompokkan
item-item
biaya
tidak langsung yang
dihubungkan menjadi dasar alokasi biaya tidak langsung.

Cost allocation base, yaitu cara sistematis untuk menghubungkan satu atau
kelompok-kelompok
biaya
tidak
langsung
dengan
objek
biaya.
Biasanya
perusahaan menggunakan pemicu biaya (cost driver) sebagai dasar alokasi biaya
karena memiliki hubungan sebab-akibat dengan perubahan biaya tidak langsung
dalam jangka panjang.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
2.3.4.3 Metode Akumulasi Biaya
Jenis-jenis akuntansi biaya yang umum digunakan oleh sebuah perusahaan ada 2, yaitu harga
pokok pesanan (job-order-costing) dan sistem penentuan harga pokok proses (process
costing).
Job order costing
Dalam sistem job order costing, objek biaya adalah satu atau beberapa unit produk
berbeda yang disebut job. Produk dan jasa bisa dihitung per unit, misalnya tipe mesin
khusus dibuat untuk pelanggan, dan dapat juga untuk beberapa produk yang samasama memiliki karakteristik khusus. Setiap job ini biasanya membutuhkan jumlah
sumber daya yang berbeda. Karena setiap produk dan jasa yang dihasilkan unik dan
dapat dibedakan dengan jelas, biaya-biaya diakumulasikan secara terpisah pada setiap
produk. Pendekatan umum langkah-langkah job costing adalah sebagai berikut :
1. Identifikasikan job yang dipilih untuk menjadi objek biaya. Job tersebut
berdasarkan dokumen sumber yaitu catatan asli yang mendukung entri jurnal
dalam sistem akuntansi, salah satunya di antaranya adalah job cost record (job
cost sheet), yaitu catatan dan akumulasi biaya yang dibebankan ke job tertentu,
dimulai saat job tersebut mulai dikerjakan.
2. Identifikasikan biaya langsung dari job, yaitu:

Direct materials. Dokumen yang dibutuhkan untuk mengeluarkan material
yang dibutuhkan untuk produksi keluar dari gudang yaitu material-requisiton
record yang mengandung informasi biaya material langsung yang digunakan
untuk job tertentu dan di dalam departemen tertentu.

Direct manufacturing labor. Dokumen yang dibutuhkan adalah labor-time
record. Namun, tenaga kerja yang digunakan untuk maintenance mesin dan
kebersihan tidak dapat dihubungkan ke satu job tertentu. Oleh karena itu,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
biaya tersebut dimasukkan ke dalam indirect manufacturing cost dan
menjadikomponen dari manufacturing overhead cost pool yang dialokasikan
ke job.
3. Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak
langsung ke job. Biaya tidak langsung (indirect costs) adalah biaya yang
diperlukan untuk produksi namun tidak dapat ditelusuri ke job tertentu, misalnya
biaya supervisi, perbaikan dan perawatan mesin, dan sarana produksi lainnya.
Biaya-biaya tersebut harus dialokasikan ke seluruh job melalui cara yang
sistematis. Perusahaan sering menggunakan lebih dari satu basis alokasi biaya
untuk mengalokasikan biaya tidak langsung karena indirect costs yang berbeda
dihasilkan dari cost driver yang berbeda.
4. Identifikasikan biaya tidak langsung yang terasosiasikan dengan setiap dasar
alokasi biaya. Kelompok-kelompok biaya tidak langsung ini sulit dicatat langsung
pada individual job. Manajer pertama kali mengidentifikasikan dasar alokasi biaya
kemudian mengidentifikasi biaya-biaya yang terkait padam setiap dasar alokasi
biaya tersebut. Oleh karena itu, manajer harus memahami terlebih dahulu cost
driver yaitu penyebab mengapa biaya tersebut muncul (misalnya setup mesin,
memindahkan material, dan mendesain job) sebelum biaya yang terasosiasi
dengan setiap cost driver ditentukan.
5. Hitung tarif (rate) per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya tidak langsung ke job. Untuk setiap cost pool, actual
indirect costs rate dihitung dengan membagi total actual indirect costs (langkah 4)
dengan total actual quantity dari dasar alokasi biaya (langkah 3). Actual
manufacturing overhead rate = Actual manufacturing overhead cost Actual total
quantity of cost-allocation base
6. Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke masing-masing job. Biaya tidak
langsung dari setiap job dihitung dengan mengalikan jumlah aktual dari tiap
alokasi biaya yang berbeda (satu dasar alokasi untuk setiap cost pool) yang terkait
job dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi yang didapat dari
langkah 5.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
7. Hitung total biaya dari setiap job dengan menjumlahkan biaya langsung danbiaya
tidak langsung yang telah ditempatkan pada masing-masing job. Dengan
demikian, dapat diketahui gross margin dari setiap job dengan mengurangkan
total penjualan (revenue) dengan total biaya per job. Manajer dapat menggunakan
perhitungan gross margin untuk membandingkan profitabilitas dari setiap job
yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman mengapa beberapa job memiliki
profitabilitas yang rendah.
Job costing mencatat arus biaya perolehan persediaan yaitu saat:

akuisisi material dan input manufaktur lainnya,

konversi berbagai macam input menjadi barang setengah jadi (work-in-process),

konversi menjadi barang jadi; dan enjualan barang jadi tersebut. Job costing juga
membebankan biaya periodik seperti biaya marketing yang dikeluarkan.
Gambar 2.5 Alur Biaya Job Costing
(Sumber : Hongren et. al., 2006)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Job costing memiliki peran stratejik untuk perusahaan di antaranya:

Pilihan perusahaan memilih strategi low cost atau diferensiasi. Jika strategi
diferensiasi yang dipilih, perusahaan lebih sesuai menggunakan job costing
karena manajemen berfokus pada critical success factor. Dengan metode ini,
penelusuran biaya secara teliti ke dalam masing-masing produk yang unik dan
terdiferensiasi sangat mungkin dilakukan.

Keputusan perusahaan tentang dasar alokasi overhead. Isu stratejik dalam
metode job costing adalah pembagian overhead yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah jika perusahaan menghasilkan produk yang harganya ditentukan
berdasarkan dua kondisi, yaitu pasar atau kontrak. Manajer cenderung untuk
menentukan biaya terlalu tinggi dalam kondisi kontrak dan terlalu rendah jika
produknya akan dilempar ke pasar dengan memilih dasar alokasi overhead
yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut.
Process Costing
Dalam sistem ini, objek biaya adalah sekumpulan unit produksi dan jasa yang identik
dan diproduksi secara massal. Pada setiap periode, sistem process costing membagi
total keseluruhan biaya produksi dengan total unit barang atau jasa yang diproduksi
sehingga diperoleh biaya per unit. Dengan kata lain, biaya per unit adalah rata-rata
biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit barang atau jasa pada periode
tertentu. Dalam process costing muncul satu istilah yang harus dipahami yaitu
unitekuivalen. Unit ekuivalen adalah jumlah yang ditentukan atau diturunkan dari unit
output yang:

Mengambil kuantitas dari setiap input (faktor produksi) dari setiap unit yang
selesai diproduksi atau dalam unit yang belum selesai diproduksi dalam work in
process (WIP)

Mengkonversi jumlah input menjadi jumlah unit output yang dapat dibuat dengan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
kuantitas input Perhitungan unit ekuivalen diperlukan ketika seluruh unit fisik
output tidak secara seragam diselesaikan selama periode akuntansi.
Hansen dan Mowen (2007) mendefinisikan lima langkah dalam sistem process
costing:
1. Membuat ringkasan arus unit fisik output. Tujuannya adalah untuk melacak unit
fisik produksi. Unit fisik adalah jumlah satuan unit yang berada dalam tiap tahap
produksi. Analisis dilakukan dengan membuat daftar arus fisik yang terdiri atas
unit yang masuk di awal dengan unit yang keluar menjadi barang akhir dan WIP
akhir.
2. Menghitung output dalam unit ekuivalen. Setelah mendapat informasi unit fisik
barang, unit ekuivalen dihitung dengan mengalikan unit fisik dengan persentase
penyelesaian tahap produksi di departemen tersebut. Perbedaan metode weighted
average dengan FIFO adalah unit ekuivalen WIP awal tidakdihitung sebagai
bagian dari total unit ekuivalen, hanya unit ekuivalen periode saat ini saja yang
dihitung. Sementara weighted average menghitung seluruh unit ekuivalen yang
masuk dalam tahap produksi karena menghitung kembali sisa unit ekuivalen dari
pekerjaan periode sebelumnya dimasukkan menjadi unit periode ini.
3. Menghitung total manufacturing cost. Seluruh biaya yang dikeluarkan pada
periode ini dalam rangka menghasilkan produk dihitung untuk selanjutnya dibagi
dengan total unit ekuivalen. Perlu diingat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk
persediaan awal harus dikecualikan dari perhitungan manufacturing cost periode
ini.
4. Menghitung valuasi persediaan. Total manufacturing cost dibagi dengan masingmasing unit ekuivalen dalam WIP dan barang jadi. Langkah ini akan memberi
informasi pada manajemen berapa biaya yang terkandung per unit ekuivalen
dalam tiap tahap produksi. Dengan mengalikan biaya per unit dengan total
manufacturing cost, manajemen dapat mengetahui nilai persediaan (WIP dan
barang jadi) awal, persediaan yang ditransfer ke gudang, dan persediaan akhir.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
5. Membuat rincian rekonsiliasi biaya dengan menyiapkan production report.
Laporan ini menunjukkan total biaya yang dibebankan ke dalam produksi periode
ini. Selain itu, laporan ini juga memberikan informasi biaya WIP awal, persediaan
barang jadi, dan WIP akhir sekaligus memberikan informasi biaya yang ditransfer
ke departemen berikutnya atau ke gudang.
Gambar 2.6 Alur Biaya Process Costing
Process costing memiliki beberapa peran strategis bagi perusahaan di antaranya:
-
Apabila strategi yang digunakan perusahaan adalah cost leadership dan biaya overhead
sangat kompleks, perusahaan sebaiknya menggunakan sistem biaya proses berdasarkan
aktivitas yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi manajemen.
-
Isu etik yang potensial pada sistem biaya proses karena keputusan perusahaan tentang (1)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
dasar untuk melakukan alokasi overhead dan (2) pembagian selisih overhead secara
merata. Manajer mungkin saja terdorong untuk membebankan biaya terlalu tinggi
untuk produk-produk yang berdasarkan biaya melalui pemilihan dasar alokasi atau
metode pembagian selisih overhead untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan.
-
Penyediaan ’customer value’ yang baik merupakan strategi bisnis lain untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Pendekatan yang bisa digunakan adalah value chain analysis
dalam process costing. Perusahaan dapat bekerja sama dengan supplier dalam rangka
memperbaiki efisiensi penjadwalan produksi.
Perbedaan antara sistem job order costing dan process costing dapat dilihat pada Tabel 2.5 di
bawah ini :
Tabel 2.4 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing
Process Costing
Job Order Costing
1. Pada satu periode, banyak job
berbeda
dikerjakan
1.
sekaligus,
Satu jenis produk diproduksi dengan
basis
berkelanjutan
atau
pada
dengan setiap job-nya yang berbeda-
periode yang memiliki kebutuhan
beda
produkis yang panjang. Tiap unit
2. Akumulasi
biaya
berdasarkan
masing-masing job
identik.
2.
3. Job cost sheet adalah dokumen kunci
untuk mengontrol akumulasi biaya
berdasarkan job.
job cost sheet
tiap
departemen
biaya
berdasarkan
masing-masing departemen.
3.
Department production report adalah
dokumentasi ringkasan jumlah unit
4. Biaya tiap unit dihitung tiap job di
5. Biaya
Akumulasi
yang
berpindah
dari
satu
departemen ke departemen yang
unit
dihitung
laporan
per
produksi
lain dan menunjukkan akumulasi
dan pengeluaran biaya.
departemen.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
(Sumber : Diterjemahkan dari Blochen, et.al., 2006)
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi
aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari
perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk
yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas
dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain
produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Pengertian ABC Sistem yang lain juga
dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999), sebagai suatu sistem kalkulasi biaya yang
pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian menuju produk.
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991) adalah:
“Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu
aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang
direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.”
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen
yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk
menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas
bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan
biaya.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 2.7 Alur Alokasi Biaya Sistem Biaya ABC
(Sumber: Jan Emblemsvag, 2000)
Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumber
daya-sumber daya yang dimanfaatkan (Gambar 2.7). Hal ini menghasilkan perhitungan biaya
produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional.
ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan
memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Activity-Based
Costing
(ABC)
adalah
suatu
sistem
informasi
akuntansi
yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC
memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang
mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan
informasi biaya produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:

Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective

Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik
dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap
produksi.

Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau
hanya dengan volume produksi.

Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead
yang berbeda beda.
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling
dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013

Facility
sustaining
activity
cost
---
biaya
yang
berkaitan
dengan
aktivitas
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya
asuransi, biaya gaji pegawai kunci.

Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk

Batch activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk yang
diproduksi. Misal biaya setup mesin.

Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit
produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
2.3.4.4 Laporan yang dihasilkan
Laporan yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya pada umumnya berupa laporan kontrol
dan laporan harga pokok produksi. Penjelasan dari kedua laporan tersebut bisa dilihat di
bawah ini :

Laporan Kontrol (Control Report)
Laporan ini bertindak sebagai bukti bahwa transaksi tidak hilang selama proses. Sistem
akuntansi biaya umumnya menggunakan laporan ini untuk mengihktisarkan seluruh
pesanan, atau untuk menampilkan kelompok produk yang ditambahkan atau dikeluarkan
dari persediaan produk yang diproses. Selain daripada itu laporan ini juga menampilkan
bahan baku dan tenaga kerja yang ditambahkan ke dalam proses.

Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report)
Sistem akuntansi biaya menghasilkan beberapa laporan biaya produksi yang berbeda.
Ada jenis laporan yang menyajikan harga pokok total atau harga unit produk per pusat
produksi, atau ada yang berupa laporan yang dibagi berdasarkan jenis produknya. Untuk
perusahaan yang menggunakan sistem biaya standar, laporan ini menyajikan informasi
anggaran biaya dan realisasinya.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
2.4 Teknologi Informasi Sebagai Alat Bantu dalam Siklus Produksi
Untuk membuat sistem informasi akuntasni siklus produksi, sebuah organisasi atau entitas
dapat memanfaatkan beberapa teknologi, diantaranya adalah teknologi bar code dan Radio
Frequency Identification (RFID).
2.4.1 Bar Code
Barcode merupakan sejenis kode yang mewakili data atau informasi tertentu. Kode berbentuk
batangan balok dan berwarna hitam putih ini, mengandung satu kumpulan kombinasi batang
yang berlainan ukuran yang disusun sedemikian rupa. Kode ini dicetak di atas stiker atau di
kotak bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh Barcode Reader, yang akan
menterjemahkan kode ini kedalam data / informasi yang mempunyai arti. Di supermarket,
barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer.
Tidak ada satu standard dari kode batang ini, justru terdapat bermacam-macam standard yang
digunakan untuk berbagai keperluan, industri, maupun berdasarkan tempat digunakannya.
Semenjak 1973, Uniform Product Code [UPC ] diatur oleh Uniform Code Council, sebuah
organisasi industri, yang menyediakan suatu standard bar code yang digunakan oleh tokotoko ritel. Penemu sistem barcode ini adalah Joe Wodland.
Beberapa barcode standar telah dikembangkan selama beberapa tahun, yang biasa disebut
dengan Simbologi. Simbologi yang digunakan tentunya berbeda untuk aplikasi yang berbeda.
Semisal ketika kita menggunakan huruf miring ataupun tebal, dimaksudkan untuk
memperjelas makna tertentu pada teks. Simbologi yang berbeda, seperti “sandi berbentuk
batang”, digunakan untuk aplikasi yang berbeda pula. Ketika kita mencetak barcode, kita
akan bisa membaca makna sandinya, selama kita menggunakan sandi yang sama, dan dalam
spesifikasi yang diatur dalam standar barcode.
2.4.2 Radio Frequency Identification (RFID)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Radio Frequency Identification (RFID) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah
metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder
untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah
benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan
manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri
atas mikrochip slikon dan antena. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga,
sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi.
Teknologi RFID menjadi jawaban atas berbagai kelemahan yang dimiliki teknologi barcode
yaitu selain karena hanya bisa diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode tersebut ke
sebuah reader, juga karena mempunyai kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan
tidak bisa deprogram ulang sehingga menyulitkan untuk menyimpan dan memperbaharui data
dalam jumlah besar untuk sebuah item. Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul
adalah menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip, teknologi inilah yang dikenal dengan
RFID. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak dilakukan secara kontak langsung atau
mekanik melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet. Berbeda dengan smart
card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip,
kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh.
RFID sudah banyak digunakan pada pabrik sangat bermanfaat untuk mendukung
rantai manajemen dan pengendalian persediaan. RFID dapat mengidentifikasi objek
secara otomatis, RFID dapat diprediksi akan mengganti barcode yang telah terlebih
dahulu dikenal, Menurut Weis “ One familiar optical barcode is the Universal
Produck Code (UPC) yang didesain pada tahun 1973 dan banyak di gunakan pada
banyak produk untuk konsumen. Kemajuan produksi dari silikon membuat RFID
berharga murah. Sistem RFID terdiri dari Tag frekuensi Radio atau Transponder dan
Tag reader atau receiver. Tag reader meminta isi yang dipancarkan oleh signal RF.
Menurut Arianto (-), teknologi RFID bergantung pada transmisi data nirkabel melalui
medan elektro magnetik. Jantung teknologi ini adalah perangkat yang dinamakan
RFID tag. RFID tag adalah sebuah label identifikasi berisi chip yang dapat diprogram,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
dilengkapi dengan sebuah antena mini. RFID tag bisa dibaca dengan sebuah reader
yang dikendalikan komputer tanpa harus membutuhkan direct line-of-sight seperti
halnya pembaca barcode. Jangkauan reader ini bisa mencapai satu meter.Supaya
informasi yang tersimpan di chip bisa dibaca, reader memancarkan medan frekuensi
elektro magnetik yang diterima oleh antena mini di RFID tag. Melalui hubungan
elektronis ini, data yang tersimpan bisa dibaca, diproses dan diedit. Tenaga chip
terintegrasi ini dipasok melalui medan frekuensi radio yang dipancarkan oleh reader,
sehingga RFID tidak membutuhkan sumber tenaga yang terpisah.
Menurut Wilkinson (-), penyederhanaan integrasi perangkat-perangkat RFID dengan aplikasiaplikasi bisnis berbiaya terjangkau menjadikan perusahaan-perusahaan dapat memperoleh
banyak manfaat bisnis dari RFID.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Tinjauan Umum PT X
PT. X berdiri tahun 1978 yang didirikan oleh Hartawan Setjodiningrat dengan visi dan
optimisme untuk pengembangan produk baru dalam bidang Teknologi Poliuretan. Perusahaan
berstatus National Private Company (bersifat nasional ) yang memiliki arti ruang lingkup
kerjanya hanya melayani seluruh perusahaan di indonesia. Sejak tahun 1978 Perusahaan telah
terlibat dalam eksplorasi , penelitian dan pengembangan aplikasi otomotif dari plastik dan
poliuretan. Perusahaan adalah pemimpin industri
dalam OEM (Original Equipment
Manufacturer / Pabrik Pembuatan Peralatan Asli) berusaha untuk memuaskan klien melalui
kebijakan cooperate (kerja sama) atas kualitas tinggi, dengan biaya rendah cepat dalam
pengiriman.
3.2 Jenis Produk PT X
Secara umum produk yang dihasilkan oleh PT X adalah komponen otomotif berupa
komponen badan kendaraan (body part) kendaraan roda 4 yang berbahan plastik dan
poliuretan. Setiap produk yang dibuat oleh PT X mempunyai bentuk dan spesifikasi yang
berbeda yang disesuaikan dengan keinginan dari pelanggan, berikut adalah produk yang
sedang atau pernah diproduksi oleh PT X :
-
Slab stock ( Soft foam ).
-
Moulded Foam ( Cold cure ).
-
Integral skin foam ( Semi rigid ).
-
Slush moulded PVC skin.
-
Plastic injection parts for emblem.
-
Hot stamping for emblem.
-
Rigid spray foam for insulation.
-
RIM ( Reaction Injection Molding ) for bumper and over fender.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
-
Plastic Injection parts for clip, clamps, fasteners.
-
Chrome plated for plastic parts ( emblems ).
-
Vacuum forming.
-
Alunium for step.
-
Polyurethane structural foam ( Artificial Wood ).
-
Water graphic film transfer.
-
Install Water Jet Cutting Machines ( 6 axis ).
-
NON CFC molded foam.
-
LD-SRIM ( Low Density-Structural Reaction Injection Molding ) for Headlining.
-
HDPE Vacuum forming for Inner Liner.
-
PVC / PP Foam skin vacuum formed for instrument panels padding.
-
LDPE Vacuum forming for Luggage Tray.
-
Door Visor / Side Visor Injection Plastic.
-
Spare tire cover Injection Plastic.
-
Insulator dash panel / hood.
-
CFC Free Moulded Rigid Foam.
-
Head Lining Rigid Polyurethane press forming
3.3 Budaya kerja PT X
Budaya kerja perusahaan disebut budaya kerja 5S, budaya kerja ini adalah aktivitas yang
harus dilakukan oleh semua orang yang berada dalam suatu organisasi, untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien. Adapun maksud budaya kerja di
atas adalah sebagai berikut :
1. Seiri ( Ringkas )
Memisahkan barang-barang atau mengelompokkan barang-barang yang diperlukan dan
menempatkan barang tersebut pada tempat yang seharusnya.
2. Seiton ( Rapi )
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Menyimpan barang-barang dengan memperhatikan keamanan, kualitas, efesien, dan
estetikanya, yaitu:

Setiap barang harus memiliki tempat yang jelas dan pasti.

Barang dan tempat harus mempunnyai identitas yang jelas.
Tolok ukur dan penataan telah berjalan dengan baik adalah :

Seberapa cepat barang yang diperlukan dapat ditemukkan atau diambil.

Seberapa cepat barang yang disimpan kembali pada tempatnya yang benar.

Seberapa mudah dan aman untuk mengambil atau menaruh barang.
Ketentuan atau prinsip-prinsip penataan barang atau berada di PT. X :

Barang yang hampir tidak pernah dipakai, disingkirkan dari area kerja atau
dibuang.

Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 jam sampai 1 minggu, simpan
sedekat mungkin dengan tempat kerja.

Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 sampai 6 bulan, simpan dekat
tempat kerja.
3. Seiso ( Resik )
Membersihkan tempat kerja, peralatan, dokumen, dan barang-barang berguna lainnya dari
sampah, kotoran, dan debu sehingga kondisinya menjadi bersih dan barang-barang yang
sudah tidak berguna disingkirkan atau dibuang sehingga tempat kerja menjadi bersih, tetapi
juga memeriksa kondisi barang yang dibersihkan, sehingga bila ada kelainan atau masalah
dapat diketahui dengan cepat.
4. Seiketsu ( Rawat )
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Melakukan kegiatan Seiri, Seiton, dan Seiso secara terus menerus sehingga diperoleh kondisi
3S diatas yang baik dan terpelihara. Ketentuan atau prinsip-prinsip Seiketsu adalah sebagai
berikut :

Setiap menemukan barang yang tidak jelas identitasnya harus dipertanyakan
berguna atau tidak berguna.

Setiap menemukan barang yang tidak pada tempatnya harus segera ditaruh
atau dikembalikan pada tempatnya dan pertanyakan siapa yang telah
melakukan penyimpangan.

Selalu menaruh barang pada tempatnya.

Tanggulangi masalah pada sumbernya.

Setiap selesai kerja melakukan pembersihan.

Saling mengingatkan.
5. Shitsuke ( Rajin )

Melakukan kegiatan 4S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu) berulang-ulang
sehingga menjadikan kebiasaan.

Kebiasaan akan merubah pola pikir, dan sikap mental.

Tindakan yang melakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan dan
kebiasaan yang berulang-ulang akan membentuk suatu budaya.
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadikan suatu kebiasaan :
-
Ciptakan kondisi yang membuat hal baik sering dilakukan.
-
Perbaiki komunikasi dan pelatihan.
-
Atur agar setiap orang melakukan sesuatu sesuai perannya.
-
Ciptakan kondisi dimana setiap orang bertanggung jawab atas apa yang
mereka lakukan.
-
Setiap terjadi kelainan atau penyimpangan, maka tunjukan kelainan atau
penyimpangannya dan pastikan kelainan tersebut diapkai.
-
Kembangkan sistem agar orang bekerja sama dalam tim.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.4 Visi dan Misi PT X
Strategi yang digunakan adalah dengan terus meningkatkan produk komponen otomotif baik
secara kualitas maupun kuantitas yang tercermin dari Visi dan Misi dari Perusahaan, yaitu:
Visi PT X
-
Menjadi market leader dibidangnya
Misi PT X
-
Ikutserta berpartisipasi membangun industri otomotif indonesia khususnya dalam
bidang menyediakan produk komponen otomotif dengan selalu mengupayakan :
1. Melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra kerja/usaha
2. Menjaga hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak terkait
3. Secara terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya perusahaan untuk
dapat memberikan produk yang diharapkan dan meningkatkan daya saing
perusahaan
3.5 Struktur Organisasi PT X
Setiap perusahaan didalam usahanya selalu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut bisa dicapai
dengan suatu kerjasama baik dari para anggotanya. Kerjasama yang baik dapat dicapai
dengan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tangung jawab dari setiap anggota
perusahaan. Untuk mengetahui tugas dan wewenang seseorang dalam organisasi dan kepada
siapa seorangpejabat bertanggung jawab, diperlukan suatu struktur organisasi. Struktur
organisasi PT X adalah seperti dibawah ini :
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT X (Sumber : Dokumen Human Resource PT X)
3.6 Definisi dan Fungsi Departemen PT X
Penjelasan fungsi dan definisi dari setiap departemen yang terdapat dalam PT X adalah
sebagai berikut :
-
Management Information System (MIS)
Departemen yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengembangkan, dan
memelihara sistem informasi yang terdapat di dalam perusahaannya, termasuk dalam hal
pemilihan dan perawatan perangkat lunak maupun perangkat keras komputer yang
dimiliki oleh perusahaan.
-
Procurement (PRC)
Departemen yang memiliki ruang lingkup tanggung jawab dalam aktivitas pembelian
(purchasing) yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu berupa pembelian persediaan,
maupun pembelian peralatan dan aset tetap lainnya milik perusahaan.
-
Warehouse (WHS)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam hal penyimpanan (storage) dari
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik persediaan material maupun persediaan
barang jadi.
-
Finance (FIN)
Departemen yang bertanggung jawab dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan
keuangan yang dimiliki oleh perusahaan.
-
Accounting (ACT)
Departemen yang bertugas untuk menjalankan dan menjaga kualitas dari siklus akuntansi
milik perusahaan.
-
Cost Management (CMA)
Departemen yang memiliki tugas dalam menentukan alokasi, pengukuran, dan menjaga
tingkat biaya yang dikeluarkan perusahaan.
-
Human Resource & General Affairs (HRG)
Departemen yang bertugas dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki
perusahaan dan general affairs.
-
Sales (SLS)
Departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola penjualan dan pemasaran produk
yang diproduksi oleh perusahaan, termasuk mengelola hubungan dan menentukan harga
dengan pelanggan.
-
Product Engineering (PRE)
Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam merekayasa sebuah produk
berdasarkan desain dan ketentuan yang telah ditentukan oleh perusahaan.
-
Production Preparation (PPR)
Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan jalannya proses
produksi perusahaan, diantara tugasnya adalah membuat atau menyiapkan tooling yang
akan digunakan dalam proses produksi tersebut.
-
Quality Assurance (QAS)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Departemen yang bertugas dalam memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah
produk dengan kualitas yang telah ditentukan oleh perusahaan dan sesuai dengan
persyaratan kualitas yang diberikan oleh pelanggan.
-
Production (PRO)
Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam hal proses produksi perusahaan, dan
bertugas mengelola lini produksi dan setiap stasiun kerja yang terdapat dalam lini
produksi tersebut.
-
Kanban (KAI)
Departemen yang bertugas mengelola siklus kanban milik perusahaan dan memiliki
tanggung jawab dalam mengelola penjadwalan persediaan dan pemindahannya ke lantai
produksi.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.7 Proses Bisnis PT X
Proses bisnis dari PT X dibagi berdasarkan tiga proses yang memiliki fungsi masing-masing,
yang pertama adalah proses manajemen yang membawahi divisi yang berhubungan langsung
dengan proses manajemen perusahaan, yang kedua adalah proses realisasi produk yang
membawahi divisi yang bertanggung jawab menjalankan proses dari perencanaan akan suatu
produk yang sesuai dengan kesepakatan dengan pelanggan hingga proses mewujudkan rencan
tersebut menjadi barang jadi. Yang terakhir adalah proses penyokong, yang berisi divisi yang
berhubungan dalam menyokong jalannya perusahaan baik dalam bidang teknologi, keuangan,
akuntansi, training, dan sebagainya. Proses bisnis PT X dapat terlihat sesuai gambar di bawah
ini.
Gambar 3.2 Proses Bisnis PT X (Sumber : Dokumen Human Resource PT X)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.8 Proses Produksi PT X
PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, untuk lebih memahami proses
bisnis perusahaan maka dapat melihat proses produksi salah satu produk yang dihasilkan PT
X di bawah ini :
Gambar 3.3 Proses Produksi PT X
3.9 Konsumen PT X
Konsumen dari PT X adalah perusahaan otomotif yang memiliki pabrik di indonesia untuk
merakit kendaraan roda empat. Perusahaan-perusahaan tersebut merakit (assembling)
kendaraan dimana sebagian komponennya dikirim dari negara asal produsen kendaraan roda
empat tersebut dan sebagian dibuat di indonesia. Empat pelanggan terbesar dari PT X adalah
sebagai berikut :

Toyota Astra Motor (TAM)

Astra Daihatsu Motor (ADM)

Nissan Motor Indonesia (NMI)

General Motor Indonesia (GMI)
3.10 Persaingan Dalam Industri
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persaingan industri komponen otomotif yaitu
keunggulan persaingan, pengaruh harga, mutu produk, pengaruh waktu penyerahan produk,
faktor pelayanan teknis dan penjualan.
Meski kesemua faktor tersebut berpengaruh terhadap persaingan, dalam penulisan ini hanya
akan dibahas pengaruh harga jual yang dimana ditentukan stelah menentukan harga pokok
produksi. Alasan diambilnya faktor ini, adalah karena harga merupakan faktor utama dalam
memenangkan persaingan dalam industri apapun, termasuk industri komponen otomotif.
Tentunya perusahaan otomotif ingin memproduksi sebuah kendaraan dengan biaya yang
rendah, sehingga perusahaan otomotif tersebut ingin mendapatkan pemasok komponen untuk
memproduksi kendaraan dengan harga yang paling murah.
Dalam dunia bisnis di era modern ini sebuah perusahaan setidaknya harus mempunyai 3
syarat bila ingin terus bertahan dan memiliki keunggulan dalam iklim persaingan, yaitu :
kondisi keuangan yang tangguh, sistem kerja yang adaptif serta budaya kerja yang baik, dan
kepercayaan. PT X sebagai perusahaan penghasil komponen otomotif memiliki kiat-kiat agar
mampu bertahan, yaitu dengan cara :
4. Meningkatkan profesionalisme kerja
5. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk dengan perusahaan
subkontraktor
6. Menyeleksi produk-produk yang mampu dikerjakan
7. Memperbaiki kualitas piutang
8. Memperketat pengendalian biaya
9. Memberi pelayanan yang terbaik
10. Tidak menunda-nunda klaim
11. Mempertahankan image perusahaan sebagai perusahaan profesional dan terbaik di
kelasnya
3.11 Prosedur Siklus Produksi
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Sistem informasi akuntansi PT X terutama pada siklus produksinya berfokus kepada dua hal,
yang pertama adalah pada prosedur-prosedur yang dilakukan perusahaan sesuai dengan
proses produksi menuju barang jadi (product realization) dimana setiap prosedur tersebut
menghasilkan dokumen-dokumen pelengkap dan yang kedua adalah prosedur yang dilakukan
dan dokumen yang dihasilkan oleh departemen-departemen yang terlibat di dalam proses
produksi tersebut baik yang bersifat penyokong (supporting) maupun manajerial.
Proses produksi menuju barang jadi terdiri dari banyak prosedur, namun yang relevan untuk
dibahas dalam penelitian ini adalah

prosedur desain produk

perencanaan kualitas produk

penjadwalan produksi

operasi produksi

Pengendalian biaya
Semua prosedur tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk
menghasilkan barang jadi sesuai dengan kualitas, harga, dan waktu yang diinginkan oleh
perusahaan. Prosedur yang dilaksanakan oleh departemen penyokong juga merupakan
prosedur yang krusial bagi perusahaan dan berperan besar selama proses produksi
berlangsung. Prosedur yang memiliki pengaruh signifikan dalam proses produksi perusahaan
adalah prosedur departemen akuntansi dan sistem informasi.
Untuk memudahkan memahami sistem informasi akuntansi siklus produksi yang dilakukan
perusahaan, pembahasa prosedur diatas akan dikelompokkan sesuai dengan data flow
diagram yang berawal dari diagram konteks hingga diagram level 2 desain produk.
3.11.1 Diagram Konteks dan Level 0
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Diagram konteks dalam siklus produksi PT X memiliki pihak esksternal yang memiliki peran
dalam memberikan aliran data kepada sistem produksi maupun menerima aliran data dari
sistem tersebut. Diagram Konteks dapat dilihat pada gambar 3.4
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Diagram level 0 yang dimiliki PT X memiliki 4 proses di dalamnya, yaitu proses Advanced
Product Quality Planning, proses penjadwalan produksi, proses produksi, dan proses
pengendalian biaya. Diagram level 0 dapat dilihat pada gambar 3.5
3.11.2 Diagram Level 1 Advanced Product Quality Planning
Proses perencanaan kualitas produksi dari PT X bertujuan untuk mendapatkan produk
yang berkualitas. Perencanaan produksi PT X tertuang pada advanced product quality
planning (APQP), yaitu sebuah perencanaan produksi yang terbagi dalam empat tahap atau
phase, yaitu :
-
Phase 1
Phase pertama adalah tahap dimana perusahaan membuat perencanaan ruang
lingkup dan waktu dari proyek mengerjakan sebuah produk, proses ini
berfokus dari pengesahan proyek oleh manajemen, asumsi dan perencanaan
desain dari produk tersebut, dan tercapainya komitmen dari tim yang terlibat
untuk menjalankan proyek.
-
Phase 2
Tahap kedua dari APQP adalah tahap yang berkaitan dengan gambar
(drawing) dari produk yang akan dibuat dan penentuan dari spesifikasi yang
didapatkan dari gambar desain tersebut, di dalam tahap inilah prosedur
membuat desain produk dilaksanakan oleh perusahaan. Tahap kedua dari
APQP berakhir pada pengesahan dari desain produk yang telah dibuat.
-
Phase 3
Tahap selanjutnya atau tahap ketiga dari APQP, adalah tahap dimana
perusahaan menentukan peralatan untuk memproduksi (tooling), melakukan
trial dan mengevaluasi hasil dari trial tersebut, mempersiapkan fasilitas dan
sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk proses produksi, menentukan
dampak lingkungan, dan memembuat rencana biaya produksi. Tujuan dari
APQP tahap ketiga ini adalah agar perusahaan siap untuk melakukan preproduksi.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
-
Phase 4
Tahap terakhir dari APQP adalah tahap yang berfokus pada pelaksanaan dari
pre-produksi, evaluasi dari pelaksanaan pre-produksi tersebut, penentuan
standard costing dan realisasi dari budget yang tersedia, dan penanganan
pengiriman produk kepada pelanggan. Tahap ini berakhir pada pengesahan
perencanaan produksi dan penyerahan tanggung jawab proyek kepada bagian
produksi.
Dalam melaksanakan perencanaan produksi, perusahaan melakukan aktivitas yang
menghasilkan informasi yang berguna untuk melaksanakan tahap berikutnya dalam
perencanaan, informasi-informasi yang dihasilkan tersebut tertuang dalam dokumendokumen sebagai berikut :
-
Project Approval
Dokumen yang berisi persetujuan dari manajemen mengenai proyek
pengerjaan produksi yang akan dilaksanakan.
-
Surat Keputusan (SK Project Leader)
Surat Keputusan dari manajemen tentang penunjukkan ketua pelaksana proyek
yang bertanggung jawab terhadap jalannya proyek tersebut.
-
Project Budget
Dokumen yang berisi jumlah budget yang ditentukan perusahaan dalam
menjalankan persiapan proyek.
-
Data awal Proyek
Dokumen berisi data-data tentang awal yang berisi informasi mengenai
keadaan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan proyek.
-
Team Feasibility Commitment
Dokumen yang berisi pernyataan komitmen oleh tim pelaksana proyek untuk
melaksanakan proyek tersebut.
-
Drawing Product
Dokumen yang berisi gambar rancangan produk yang dihasilkan dari prosedur
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
desain produk.
-
Jig & cross functional (C/F) specification
Dokumen yang berisi spesifikasi awal dari tooling yang akan digunakan di
dalam proses produksi
-
Minute Meeting
Dokumen yang berisi kesimpulan rapat yang dilakukan manajemen yang
membahas kemajuan dalam proses perencanaan produksi.
-
Jadwal Pembuatan Tooling
Dokumen yang berisi jadwal dalam pembuatan tooling yang diperlukan untuk
memulai aktivitas produksi
-
Drawing Tool
Gambar rancangan dari tooling yang dibutuhkan untuk memulai proses
produksi.
-
Drawing Jig/Checking fixture
Gambar rancangan dari jig atau tooling yang akan digunakan dalam proses
produksi
-
Drawing Release Note
Nota yang berisi pernyataan bahwa gambar rancangan telah selesai dibuat dan
disetujui untuk digunakan dalam proses produksi.
-
Process failure mode analysis (PFMEA)
Dokumen yang berisi analisis mengenai kegagalan dari percobaan-percobaan
yang dilakukan perusahaan dalam mencoba desain produk yang baru.
-
Preproduction Control Plan
Perencanaan dari proses pre produksi yang berisi pengendalian terhadap
proses tersebut.
-
Request For Trial
Dokumen yang berisi permintaan izin untuk melakukan percobaan terhadap
desain produk yang akan memasuki lini produksi.
-
Trial Report
Dokumen yang berisi laporan mengenai hasil percobaan terhadap desain yang
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
akan memasuki tahap produksi sebelum dikeluarkannya test result yang
merupakan laporan final mengenai pengujian desain produk.
-
Material Approval
Dokumen yang berisi persetujuan dari perusahan terhadap penggunaan
material yang telah dipilih yang akan digunakan untuk memproduksi produk.
-
Pallet/Packaging Approval
Dokumen yang berisi persetujuan dari ketua proyek terhadap packaging dari
produk
-
Bill of material (BOM)
-
Test Result
Dokumen yang berisi hasil dari pengujian final terhadap desain produk yang
akan memasuki tahap produksi.
-
Production part approval process (PPAP) Plan
Dokumen yang berisi perencanaan mengenai proses persetujuan dari
dimulainya proses produksi.
-
Approved vendor list AVL
Daftar yang berisi vendor pemasok yang telah disteujui perusahaan untuk
mengirimkan material yang diperlukan selama proses pre produksi.
-
Skill Matrix
Dokumen berisi matriks keahlian dari tenaga kerja yang akan digunakan
dalam proses pre produksi
-
Production Plan ( by kanban )
Dokumen berisi perencanaan produksi dengan mengikuti jadwal dari siklus
kanban yang ditetapkan oleh perusahaan.
-
Preventive & Predictive Maintenance
Dokumen
yang
berisi
prosedur
yang
dilakukan
dalam
melakukan
pemeliharaan peralatan produksi baik secara prediktif maupun preventif.
-
Material Resource Planning (MRP)
Dokumen yang berisi perencanaan dari material yang dibutuhkan dalam
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
proses produksi.
-
Storage, handling & Preservation Material
Dokumen yang berisi prosedur penyimpanan, penanganan, dan penjagaan
kualitas dari material yang dimiliki perusahaan.
-
Training Program
Dokumen yang berisi program-program pelatihan yang dibutuhkan agar
kinerja tenaga kerja untuk produksi tetap terjaga.
-
Manufacturing cost plan
Dokumen yang berisi rencana biaya produksi yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan.
-
Customer spesific requirement
Dokumen yang berisi permintaan spesifik dari konsumen terhadap produk
yang akan segera diproses dalam pre produksi.
-
Preproduction plan
Dokumen yang berisi rencana perusahaan dalam menjalankan proses pre
produksi
-
Preliminary Capability study
Dokumen yang berisi hasil studi awal tentang kemampuan perusahaan dalam
memproduksi produk dalam jumlah yang diinginkan.
-
Management System Analysis (MSA) report
Dokumen yang berisi laporan tentang analisis menyeluruh terhadap sistem
manajemen perusahaan dalam menjalankan proyek.
-
Production Control Plan
Dokumen yang berisi prosedur pengendalian yang dilakukan perusahaan
dalam menjaga kualitas produk ketika dilaksanakannya proses produksi.
-
Management Cost Standard
Dokumen yang berisi rincian standar biaya produk dan alokasinya
-
Realization Budget Project
Dokumen yang berisi laporan realisasi dari budget yang telah ditentukan untuk
proses perencanaan produk.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
-
Project Hand Over
Dokumen yang berisi pernyataan mengenai serah terima proyek dari tim
perencanaan kualitas produk kepada departemen produksi.
-
Delivery plan
Dokumen yang berisi perencanaan terkait pengiriman produk sampai ke
tangan pelanggan.
Penjabaran terhadap keempat tahap tersebut dapat terlihat dalam bagan alir yang terdapat
dalam Gambar 3.6. Deskripsi dari bagan alir yang tersedia dalam Tabel 3.1.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.11.3 Level 1 Penjadwalan Produksi
PT X dalam merencanakan penjadwalan produksinya mempunyai tujuan agar setiap purchase
order dapat dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki oleh
perusahaan, dan tidak terjadinya kekurangan material. Untuk mencapai tujuan tersebut
perusahaan membuat jadwal produksi secara bulanan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki
perusahaan dan dibandingkan dengan jumlah persediaan barang jadi yang saat ini dimiliki
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
maupun yang ingin dicapai oleh perusahaan. Jadwal produksi secara bulanan tersebut
tertuang dalam master production schedule (MPS).
Setelah perusahaan dapat menentukan jadwal produksi bulanan, maka tahap selanjutnya
adalah menentukan jumlah material yang diperlukan untuk mencapai jadwal produksi yang
telah diinginkan, perencanaan material ini tertuang dalam dokumen Material Resource
Planning (MRP). Hasil dari MRP adalah perusahaan mengetahui berapa kebutuhan material
setiap bulannya sehingga perusahaan dapat merencanakan pembelian dan penggunaan dari
material tersebut. Perusahaan selanjutnya merencanakan pembelian dan penggunaan material
sesuai dengan MRP atau dengan kata lain merencanakan aliran dari material. Dalam
merencanakan aliran material tersebut perusahaan menggunakan sistem kanban.
Kanban adalah teknik yang bertujuan untuk membuat aliran material berlangsung secara
otomatis dengan menggunakan teknik-teknik penarikan (pull techniques), dan merupakan
komponen signifikan dalam filosofi just in time dan lean manufacturing. Kanban pertama kali
dikembangkan oleh Toyota pada dekade 1950-an sebagai cara dalam mengatur aliran material
di lini produksi. Selama tiga dekade berikutnya, kanban yang merupakan sistem produksi
yang sangan efektif dan efisien telah berkembang menjadi linkungan manufaktur optimum
yang dapat memberikan keunggulan pada perusahaan.
Kanban memiliki arti kan yang berarti kartu dan ban yang berarti sinyal. Esensi dari konsep
kanban adalah, pemasok, bagian gudang, dan lini produksi hanya mengirimkan komponen
ketika komponen tersebut dibutuhkan, sehingga tidak ada persediaan yang berlebih. Di dalam
sistem ini, stasiun kerja terletak di sepanjang lini produksi hanya mengirimkan atau
memproduksi komponen ketika mereka menerima kartu dan kontainer yang kosong, yang
mengindikasikan bahwa komponen lebih banyak dibutuhkan dalam produksi. Dalam kasus
gangguan lini produksi, setiap stasiun kerja hanya akan memproduksi komponen yang cukup
untuk memenuhi kontainer yang tersedia dan kemudian berhenti ketika kontainer tersebut
penuh.
Sebagai tambahan, kanban membatasi jumlah persediaan di dalam proses dengan bertindak
sebagai pemberi izin untuk memproduksi lebih banyak persediaan. Karena kanban adalah
proses berantai yang memerintahkan aliran dari satu proses menuju proses berikutnya,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
produksi atau pengiriman komponen ditarik ke dalam lini produksi, yang dimana sangat
berbeda dengan metode tradisional yang berbasis pada ramalan atau forecast yang mendorong
komponen ke dalam lini produksi.
Dalam sistem JIT, komponen yang dibutuhkan dalam proses produksi ditarik dalam batchbatch kecil dari stasiun kerja pemasok kebagian ketika komponen tersebut dibutuhkan. Salah
satu metode yang populer digunakan untuk mengimplementasikan JIT adalah melalui
penggunaan kanban.
PT X setelah mengetahui jumlah produksi yang diinginkan melalui MPS dan jumlah material
yang dibutuhkan melalui MRP akan merencanakan dan menghitung jumlah kanban yang
dibutuhkan. Ketika pengiriman material kepada pelanggan akan segera dilakukan, daftar
komponen dan label kontainer kemudian diproduksi. Untuk setiap label kontainer staf bagian
gudang akan memilih kontainer yang terisi penuh dari gudang. Kemudian kanban produksi
dilepas dan baik kanban tersebut maupun kontainer akan dipindai. Hasil pemindaian ini akan
dibandingkan dan operator hanya diperbolehkan melanjutkan proses ketika hasil pemindaian
tersebut cocok. Kanban produksi kemudian diletakkan di dekat lini produksi sebagai otorisasi
untuk memproduksi kontainer komponen berikutnya. Ketika lini produksi telah selesai
memproduksi produk hingga memenuhi satu kontainer, kanban produksi kemudian akan
diletakkan kedalam kontainer tersebut dan dipindahkan ke bagian penyimpanan barang jadi.
Penjelasan proses kanban perusahaan dapat terlihat pada Gambar 3.7, sedangkan contoh kartu
kanban dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.7 Alur Proses kanban Perusahaan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 3.8 Kartu Kanban PT X
Dokumen yang digunakan perusahaan untuk mengumpulkan dan memproduksi informasi
selama proses penjadwalan produksi adalah sebagai berikut :
-
Sales forecast
Dokumen yang berisi ramalan akan jumlah produk yang akan dijual di masa yang
akan datang pada pelanggan yang telah me
-
Production plan
Rencana produksi yang dibuat berdasarkan sales order yang telah diterima
perusahaan
-
Loading vs capacity
Dokumen yang berisi data kapasitas lini produksi dan proses produksi yang
sedang berlangsung untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi
sales order yang telah diterima.
-
Jadwal produksi bulanan
Dokumen yang berisi jadwal produksi bulanan perusahaan
-
Daftar min-max barang jadi
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Dokumen yang berisi daftar batas minimal maupun maksimal kuantitas barang
jadi yang dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
-
Material Resource Planning (MRP)
Dokumen yang berisi perencanaan dari material yang dibutuhkan untuk memenuhi jadwal
produksi yang ditetapkan perusahaan.
-
Bill of material (BOM)
Dokumen yang berisi jumlah dan jenis material yang dibutuhkan untuk
memproduksi sebuah produk yang akan diproduksi.
-
Data stok material
Dokumen yang berisi jumlah material yang saat ini dimiliki oleh perusahaan.
-
Data stok barang jadi
Dokumen yang berisi jumlah barang jadi yang saat ini dimiliki oleh perusahaan
-
Daftar min-max stok material
Dokumen yang berisi jumlah minimal dan maksimal dari material yang selama ini
dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
-
Purchase recquisition
Dokumen yang berisi permintaan dari perusahaan untuk membeli material dalam
kuantitas tertentu kepada pemasok.
-
List Minimum Order Quantity (MOQ)
Dokumen yang berisi daftar pemesanan minimal yang ditetapkan oleh perusahaan
dalam pembelian material
-
Daftar kanban cycle
Daftar yang berisi siklus-siklus kanban yang ditetapkan perusahaan dalam setiap
stasiun kerja di dalam lini produksi.
-
PO/WO/DN
Dokumen purchase order, work order dan delivery note
-
Surat Jalan
Dokumen yang berisi izin mengirimkan barang pada pelanggan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Prosedur penjadwalan produksi yang dilakukan perusahaan dapat dijelaskan melalui diagram
alir data yang terdapat pada Gambar 3.9, dan deskripsi prosedur yang terdapat pada Tabel 3.2.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.11.4 Level 1 Proses Produksi
Operasi produksi yang dilakukan oleh PT X memiliki tujuan untuk menghasilkan proses
produksi yang sesuai dengan jadwal produksi atau kanban.Operasi ini bermula dari membuat
jadwal produksi dengan kanban sampai dengan menghasilkan produksi yang sesuai dengan
jadwal kanban dan menyimpan barang jadi kedalam line store.
Dokumen yang melengkapi proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan berguna untuk
mengalirkan informasi yang dapat digunakan selama proses produksi atau sebagai pemberi
informasi bagi proses berikutnya. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut :
-
Jadwal produksi bulanan
Dokumen yang berisi jadwal produksi bulanan perusahaan
-
Data min-max stok material
Dokumen yang berisi jumlah minimal dan maksimal dari material yang selama ini
dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
-
Instruksi kerja (IK) Kanban system
Dokumen yang berisi instruksi dalam menjalankan sistem kanban yang telah
ditetapkan perusahaan.
-
Check sheet
Dokumen yang berisi daftar pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan
kualitas produk yang dihasilkan oleh proses produksi.
-
Part Inspection Standard (PIS)
Dokumen yang memuat aturan dalam menginspeksi kualitas dari produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
-
Inspection spec sheet (ICS)
Dokumen yang berisi kriteria minimum kualitas barang yang diproduksi
perusahaan.
-
Laporan hasil inspeksi (LHI)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Dokumen yang berisi hasil inspeksi yang dilakukan staf produksi terhadap
produk.
-
Instruksi kerja (IK)
Dokumen yang berisi instruksi dalam mengerjakan produksi di dalam lini
produksi.
-
Kontrol hasil produksi harian (KHPH)
Dokumen yang berisi pengendalian yang telah dilakukan terhadap hasil produksi
harian yang dilakukan perusahaan.
-
Prosedur kontrol non confirming (NC) produk
Dokumen yang berisi langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap produk
yang tidak dapat memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan.
-
IK layout inspection
Dokumen yang berisi instruksi kerja dalam memeriksa layout dari lini produksi.
-
Standard packaging
Dokumen yang berisi kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam proses
membungkus produk yang telah diproduksi.
-
Prosedur storage
Dokumen yang berisi prosedur penyimpanan dari produk yang telah selesai
melalui proses produksi di lini produksi.
Penjabaran prosedur operasi PT X yang bermula dari penjadwalan kanban hingga produksi
terselesaikan sesuai jadwal kanban tersebut. Diagram alir data operasi produksi dapat dilihat
pada Gambar 3.10 dan penjelasan dari bagan alir tersebut terdapat pada Tabel 3.3.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
3.11.5 Level 1 Pengendalian Biaya
PT X menyerahkan tanggung jawab dalam mengelola akuntansi biaya yang dimiliki
perusahaan kepada dua divisi yang dimilikinya, yang pertama adalah divisi Cost Management
(CMA) yang bertugas dalam melakukan pengendalian dan pemantauan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Yang kedua adalah divisi akuntansi yang bertugas mencatat
record akuntansi biaya.
CMA melaksanakan tugas mengendalikan dan memantau biaya perusahaan dengan terlibat
dalam proses yang dilaksanakan perusahaan selama siklus produksi berlangsung. Departemen
ini terlibat mulai dari melakukan peninjauan kontrak, perencanaan dan penjadwalan produksi,
dan operasi produksi seperti yang dijelaskan dibawah ini :
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
1. Peninjauan kontrak
Peran dari CMA dalam pelaksanaan peninjauan kontrak perusahaan adalah dalam
membuat perkiraan biaya produksi (estimate manufacturing cost), perkiraan ini dibuat
agar perusahaan dapat menentukan harga jual yang tepat untuk diberikan kepada
pelanggan, meskipun terdapat beberapa faktor lain yang menentukan harga jual
seperti harga jual produk dari pesaing, harga barang sejenis, dan target price dari
pelanggan, perusahaan menggunakan estimasi biaya produksi sebagai dasar awal
dalam menentukan harga. CMA meminta informasi dari departemen procurement
(PRC) mengenai harga dari material, tooling, dan peralatan yang dibutuhkan untuk
memproduksi sesuai dengan spesifikasi yang diminta pelanggan, informasi ini
keumdian digunakan untuk menentukan estimasi dari biaya produksi.
2. Perencanaan dan penjadwalan produksi
Dalam perencanaan dan penjadwalan produksi, CMA berperan dalam menenetukan
project budget perencanaan dan penjadwalan produksi, dimana project budget
digunakan perusahaan untuk memberi batasan bagi proses persiapan produksi untuk
mencapai tingkat biaya yang diharapkan. Setelah menetapkan budget persiapan
produksi CMA kemudian membuat manufacturing cost plan, yang berisi rencana dari
penggunaan biaya yang akan dilakukan perusahaan selama proses produksi. Selama
proses perencanaan dan penjadwalan produksi CMA juga terus memantau
penggunaaan dari project budget, pemantauan ini berlangsung hingga tahapa akhir
perencanaan dan penjadwalan produksi yaitu ketika APQP phase 4 dan perusahaan
telah melakukan pre produksi. Hasil pemantauan budget tertera dalam dokumen
laporan realisasi project budget. Dalam tahap APQP phase 4 ini pula CMA akan
menentukan manfuctaturing cost standard yang berisi standar biaya dan alokasinya
selama produksi berlangsung.
3. Proses Produksi
CMA dalam proses operasi produksi perusahaan memiliki tugas untuk mengukur
biaya yang dikeluarkan perusahaan selama proses tersebut berlangsung, dan
mengalokasikan hasil pengukuran tersebut sesuai dengan sistem yang berlaku di
perusahaan. PT X dalam mengalokasikan biaya menggunakan job order costing,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
dimana alokasi biaya dibebankan ke setiap unit yang diproduksi perusahaan.
Untuk mengukur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, CMA akan mengumpulkan
data mengenai berapa material yang digunakan, berapa man hour yang telah dikumpulkan
oleh pekerja, penggunaan dari mesin dan peralatan, dan overhead cost yang terjadi. Metode
untuk mengumpulkan data-data tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan material
CMA mendapatkan informasi mengenai material yang telah digunakan dari data
hasil siklus kanban yang dijalankan oleh perusahaan, dari siklus tersebut CMA
dapat mengetahui berapa kontainer berisi material dan jumlah material dari setiap
kontainer yang telah berpindah dari posisi waiting ke posisi expended pada setiap
stasiun kerja di bagian produksi. Jumlah kontainer yang berpindah tersebut
merupakan jumlah material yang digunakan selama proses produksi. CMA
mengukur kontainer kanban menggunakan alat bantu bar code yang bisa dipindai
untuk memberi informasi jumlah material di setiap kontainer tersebut.
2) Direct labor cost
Dalam mengukur direct labor cost, staff CMA akan melakukan aktivitas time
keeping, yaitu mengawasi langsung pencatatan man hour yang berlangsung di
setiap stasiun kerja, hasil pengukuran dari time keeping ini akan dicatat dalam
laporan man hour (Gambar 3.11) pengukuran secara langsung ini hanya
dilaksanakan staf CMA sesuai jam kerja dari departemen tersebut yaitu pukul
08.00-17.00, diluar jam kerja tersebut staf CMA mengalihkan tanggung jawab
aktivitas time keeping kepada setiap kepala stasiun kerja dalam lini produksi.
3) Penggunaan mesin dan peralatan
Data mengenai penggunaan mesin dan peralatan didapatkan CMA berdasarkan
laporan efisiensi produksi (Gambar 3.12) yang dibuat oleh bagian produksi,
laporan ini berisi berapa lama mesin produksi bekerja (working time) dalam
satuan menit dan berapa lama mesin tersebut berhenti bekerja (stop time). Staff
bagian produksi mendapatkan data untuk membentuk laporan tersebut
berdasarkan sistem komputer yang terdapat dalam lini produksi yang terhubung
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
ke setiap mesin dan peralatan secara wireless.
Gambar 3.11 Laporan Manhour PT X (Sumber : Dokumen Produksi PT
X)
Gambar 3.12 Laporan Efisiensi Produksi PT X (Sumber : Dokumen
Produksi PT X)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 3.13 Standard Manufacturing Cost Sheet (Sumber : Dokumen Cost Management
PT X)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Pengukuran overhead
Perusahaan mengukur tingkat overhead telah disesuaikan dengan siklus pengeluaran
perusahaan.
Perusahaan membagi biaya overhead ke dalam tiga kelompok, yaitu :
-
Biaya listrik , mempunyai cost allocation base jam kerja mesin
-
Biaya departemen atau indirect labor cost yaitu biaya overhead yang dikeluarkan
oleh staf departemen produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai tenaga
kerja langsung. Memiliki cost allocation base biaya tenaga kerja langsung dalam
alokasi biayanya.
-
Biaya Pabrik yaitu biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menyokong proses
produksi di dalam lokasi pabrik. Biaya ini mempunyai basis atau cost allocation
base jam kerja mesin, pemilihan cost allocation base tersebut memiliki alasan
karena pabrik beroperasi sesuai dengan jam kerja mesin.
Diagram alir data pengendalian biaya dapat dilihat pada Gambar 3.14. Penjelasan dari bagan
alir tersebut terdapat pada Tabel 3.4.
3.11.16 Level 2 Advanced Product Quality Planning Phase 2 & Level 3 Prosedur Desain
Produksi
Level berikutnya dari Advanced Product Quality Planning (APQP) yaitu phase 2 berfokus
dalam membuat desain produk dan spesifikasi dari jig yang dibutuhkan perusahaan untuk
melaksanakan proses produksi. Penjabaran dari APQP phase 2 ini dapat dilihat pada gambar
3.15
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
PT X dalam mendesain suatu produk mempunyai tujuan agar desain produk tersebut dapat
diterima oleh pelanggan dan juga sesuai dengan kemampuan produksi dari perusahaan.
Ruang lingkup dari proses membuat desain produk ini adalah dari project approval, membuat
desain produksi, hingga berakhir pada validasi desain produk.
Dalam memulai proses menentukan desain yang akan digunakan dalam produksi dibutuhkan
dokumen yang berisi informasi sebagai dasar untuk memulai proses pembuat desain,
dokumen tersebut diantaranya adalah:

Project Approval
Dokumen yang berisi persetujuan untuk memulai suatu proyek yang dikeluarkan
oleh departemen sales yang berarti bahwa PT X dan pelanggan telah menemukan
kesepakatan untuk memulai proyek tersebut.

APQP Project Scope & Timing Plan
Dokumen yang diterima dari tim APQP yang berisi ruang lingkup dari proyek
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
yang akan dijalankan serta jadwal waktu dari rencana yang telah dibuat, dokumen
ini adalah dokumen yang dihasilkan dari proses perencanaan dan penjadwalan
produksi yang dilakukan perusahaan.
Proses desain produk menghasilkan dokumen-dokumen yang digunakan kembali dalam
proses desain produk itu sendiri maupun menjadi output dari proses desain yang akan
disalurkan ke departemen yang membutuhkan untuk digunakan dalam proses produksi
berikutnya, dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah :

CER (Capital Expenditure Requisition)
Dokumen yang berisikan informasi mengenai permintaan akan dana untuk
membiayai suatu pengeluaran. CER dalam proses desain produksi digunakan
untuk meminta dana untuk membuat atau mensubkontrakkan pembuatan mock up
dari desain yang telah dirancang sebelumnya.

DFMEA (Design Failure Mode & Effect Analysis)
Dokumen yang mencantumkan informasi mengenai potensi kegagalan desain
produk dan dampak kegagalan desain tersebut terhadap lingkungan.

Drawing
Dokumen yang memberikan informasi bahwa sample dari desain yang dibuat
telah disetujui oleh semua departemen maupun pelanggan. Dokumen ini
menandakan bahwa desain produk sudah memnuhi kriteria yang diinginkan.

ECR (Engineering Change Report)
Dokumen yang berisi laporan tentang perubahan dalam aspek teknis produksi
yang telah dilaksanakan sesuai dengan perintah yang tertulis dalam ECI.

Master Sample Approval
Gambar rancangan dari desain produk yang dibuat. PT X menghasilkan drawing
dengan menggunakan CAD (Computer Aided Design).

ECI (Engineering Change Instruction)
Ketika dilakukan validasi ternyata diperlukan perubahan, maka dokumen ini akan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
dibuat yang berisi instruksi perubahan proses teknis dalam pelaksanaan produksi
perusahaan, untuk menjamin bahwa desain produk sesuai dengan keinginan
pelanggan.

RFTD (Request for Tool Development)
Dokumen yang berisikan permintaan untuk mengembangkan peralatan penunjang
produksi (tooling) agar dapat menghasilkan produk yang telah ditentukan oleh
desain.
Prosedur dari desain produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk bagan alir serta
penjelasan secara deskrpitif dapat dilihat pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.4
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
BAB 4
ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI
4.1 Analisis Proses Desain Produk
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa dalam proses desain produk perusahaan
menggunakan salah satu komponen Product Life-cycle Management (PLM), yaitu
dengan digunakannya Computer-Aided Design (CAD) dalam mendesain produknya.
Penggunaan CAD membantu perusahaan karena desain dan pengujian dapat
dilakukan secara virtual dan tidak menyia-nyiakan dana untuk membuat banyak
prototype. Namun, penggunaan CAD oleh PT X memiliki risiko karena yang
membuat gambar desain produk adalah Departemen Product Engineering (PRE),
sedangkan yang membuat mock-up produk tersebut adalah departemen yang berbeda
yaitu Departemen Production Preparation (PPR). Dengan demikian, bila kedua
departemen menggunakan software yang berbeda, atau software yang sama dengan
versi yang berbeda, maka ada kemungkinan perbedaan antara desain yang dihasilkan
di drawing PRE berbeda dengan prototype yang dibuat oleh PPR.
Departemen Management Information System (MIS) tidak memiliki prosedur untuk
memeriksa kondisi software secara berkala dan melakukan penjadwalan untuk
memperbaharui software secara bersamaan. MIS di dalam PT X lebih bersifat pasif,
karena prosedur yang dilaksanakan berdasarkan dari permintaan departemen terlebih
dahulu. Adanya opsi mensubkontrakkan pengerjaan mock-up juga akan memperbesar
risiko, karena tidak adanya kepastian penggunaan software CAD yang sama sesuai
yang digunakan oleh Departemen PRE.
Untuk memitigasi risiko tersebut dan memastikan bahwa software CAD yang
digunakan seragam antara PRE dan PPR diperlukan adanya pemeriksaan berkala
terhadap kondisi software masing-masing departemen dan penjadwalan pembaharuan
versi software yang digunakan secara bersamaan.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Perusahaan juga dapat memeriksa atau mengintruksikan perusahaan yang ditunjuk
melakukan subkontrak pengerjaan mock-up untuk menggunakan software maupun
versi software CAD yang sama dengan yang digunakan PRE dan PPR.
4.1.1 Analisis Bagan Alir Desain Produksi
Dalam bagan alir milik perusahaan ketika melakukan prosedur mendesain produk (
Gambar 4.1) terdapat beberapa bagian yang dapat dirubah untuk mendapatkan aliran
data maupun proses perubahan menjadi lebih cepat atau efisien, bagian tersebut
adalah dalam proses memverifikasi, meninjau ulang, dan memvalidasi produk.
Gambar 4.1 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 1
Ketiga proses tersebut dilakukan perusahaan secara terpisah meskipun
ketiganya mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda, sehingga bila perusahaan dapat
menyatukan ketiga proses tersebut maka proses mendapatkan desain yang baik akan
dapat dicapai dengan proses yang lebih singkat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui
Gambar 4.2
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 4.2 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 2
Dengan mengurangi dua proses dan menyatukannya dengan proses meninjau ulang
drawing produk maka perusahaan dapat mempercepat distribusi data yang diperlukan
dalam proses membuat desain produk.
4.2 Analisis Proses Perencanaan kualitas dan Penjadwalan Produksi
Berdasarkan penjabaran proses perencanaan dan penjadwalan produksi PT X di atas,
dapat disimpulkan bahwa PT X menggunakan metode produksi lean manufacturing.
Penggunaan metode ini ditandai dengan dimulainya proses perencanaan produksi
yang mengharuskan adanya dokumen project approval. Dokumen yang dikeluarkan
oleh Departemen Sales adalah dokumen yang berasal dari prosedur Departemen
Sales, dimana berawal dari adanya permintaan dari pelanggan atas suatu produk. Hal
ini berarti bahwa PT X menggunakan metode produksi yang sesuai dengan
karakteristik dari pull manufacturing/lean manufacturing, yaitu merencanakan dan
menjadwalkan produksi sesuai dengan permintaan pelanggan.
Penggunaan lean manufacturing juga semakin dikukuhkan dengan digunakannya
metode kanban dalam mengatur jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Metode kanban merupakan metode yang bertujuan untuk memimalisasi jumlah
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
persediaan yang terdapat di storage milik perusahaan dan merupakan metode lebih
lanjut dari lean manufacturing.
Penggunaan lean manufacturing oleh PT X merupakan keputusan yang tepat karena
dapat memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan, salah satunya adalah
mengurangi inventory cost dari perusahaan, karena metode produksi ini bertujuan
untuk menghilangkan atau meminimalisasi sebisa mungkin adanya inventori dari
material, work in process, maupun finished goods. Sebab lain yang membuktikan
bahwa penggunaan lean manufacturing memberikan keuntungan kepada PT X adalah
karena produk yang dihasilkan perusahaan adalah bukan produk yang seragam atau
bukan produk yang berkategori massal. Setiap produk yang dikeluarkan untuk setiap
proyek adalah produk yang berbeda desain dan spesifikasinya, dan harus disesuaikan
dengan keinginan pelanggan. Bila dengan karateristik produk seperti ini perusahaan
menggunakan metode push manufacturing/Manufacturing Resource Planning-II,
maka perusahaan harus membuat secara massal produk dengan desain yang berbedabeda yang pada dasarnya belum tentu sesuai.
Kesimpulan berikutnya yang bisa diambil adalah prosedur yang dilaksanakan
perusahaan dalam menjadwalkan produksi secara bulanan mengharuskan adanya
dokumen Master Production Schedule (MPS), MPS adalah dokumen kunci yang
dapat memberikan dampak signifikan untuk menjaga tingkat persediaan barang jadi
perusahaan. Dokumen ini menentukan jadwal dan tingkat produksi perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. MPS PT X dibuat berdasarkan 2 informasi yang dimiliki
perusahaan, yang pertama adalah sales forecast yaitu perkiraan akan penjualan yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi dari sales forecast akan dapat
memberi gambaran tentang tingkat produksi yang diminta oleh pelanggan, informasi
ini kemudian akan dibandingkan dengan informasi dari dokumen kedua yaitu rencana
tingkat stok barang jadi yang diinginkan oleh perusahaan. Dengan berbekal dua
informasi tersebut dapat dinilai bahwa MPS PT X sudah cukup mumpuni untuk
membuat perusahaan bisa membuat jadwal produksi yang tingkat produksinya dapat
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
memenuhi kebutuhan pelanggan namun perusahaan tetap memiliki stok barang jadi
yang rendah untuk menghemat biaya.
Fungsi MPS selain menentukan tingkat produksi yang ideal bagi perusahaan juga
dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk membeli dan berapa material yang
dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam prosedur PT X fungsi penghitungan
kebutuhan material ini berada pada proses material requirement planning (MRP).
MRP yang efektif membutuhkan informasi mengenai jenis dan jumlah material yang
dibutuhkan dan juga informasi yang akurat mengenai jumlah stok persediaan material
yang saat ini dimiliki oleh perusahaan, PT X untuk memenuhi kebutuhan informasi
dalam membuat MRP menggunakan data-data sebagai berikut:
Data stok material, dan daftar Min-Max stock material memberikan keterangan
lengkap tentang tingkat persediaan material yang dimiliki perusahaan saat ini
1. Bill of Material, yang berisi informasi mengenai jenis-jenis material yang
dibutuhkan untuk proses produksi, BOM berguna dalam mengidentifikasi
jenis material yang membutuhkan penambahan.
2. Daftar stok barang jadi, Memberikan informasi jumlah material yang telah
terpakai oleh proses produksi
Dengan lengkapnya informasi baik dari sisi material yang dibutuhkan maupun dari
jumlah persediaan material yang dimiliki perusahaan maka MRP yang dilaksanakan
oleh PT X dirasa cukup baik untuk membantu perusahaan mengatur persediaan
material yang dimilikinya.
Kesimpulan lain yang bisa diambil mengenai proses perencanaan dan penjadwalan
serta dokumen yang dihasilkan oleh PT X adalah sebagai berikut :
1. Untuk mencapai tingkat persediaan material yang dibutuhkan, PT X membuat
dokumen material requisition dengan menerbitkan purchase requisition yang
didukung dengan dokumen purchase order, delivery note, dan work order.
Penerbitan purchase requisition dengan dokumen pendukungnya menandakan
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
bahwa pembelian material yang dibutuhkan PT X dilaksanakan dengan informasi
yang cukup dan terorganisir, sehingga bisa mencegah pembelian material yang
tidak sesuai dengan jadwal produksi, dan sampai sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan
2. Dalam mengatur dan mendokumentasikan transfer persediaan ke departemen yang
membutuhkan, PT X menggunakan sistem kanban, dimana kanban tersebut
berfungsi layaknya moving ticket. Dengan dipergunakannya sistem kanban dan
implementasi dari sistem tersebut yang cukup baik. maka perusahaan dinilai telah
cukup baik dalam mengatur dan mendokumentasikan transfer persediaan.
4.2.1 Analisis Bagan Alir Perencanaan & Penjadwalan Produksi
Bagan Alir yang dijalankan oleh perusahaan dalam tahap APQP dapat ditingkatkan
efisiensi nya dengan lebih mengoptimalkan setiap proses dan meniadakan proses yang
tidak perlu. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan proses APQP Phase 2 (Gambar 4.3) seharusnya tidak
memerlukan data Project Approval
Gambar 4.3 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 1
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
karena data tersebut telah menjalankan fungsinya sebagai penyebab (trigger)
bagi pelaksanaan APQP Phase 1, sehingga bisa dikatakan bila Phase 1 sudah
ndijalankan, proyek telah diakui atau diizinkan (approved) sehingga data
tersebut tidak tepat bila kemudian muncul sebagai input bagi di dalam APQP
Phase 2 sehingga perusahaan sebaiknya menghilangkan input data project
approval pada proses APQP phase 2 yang ditunjukkan dengan Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 2
2. Perusahaan sebaiknya membuat sebuah penyimpanan data (data storage)
untuk data-data yang diberikan oleh pelanggan, agar data tersebut dapat
diakses lebih mudah untuk melaksanakan perencanaan produksi, dan
kerahasiaan maupun kemanan data tersebut bisa menjadi lebih terjamin.
Penempatan data storage dapat dilihat pada Gambar 4.5
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 4.5 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 3
Penyempurnaan bagan alir dalam penjadwalan logistik untuk meningkatkan efisiensi
distribusi material maupun barang jadi dapat dilakukan dengan membuat data storage
untuk data rencana produksi yang dihasilkan dari analisa sales forecast dan sales
order, yaitu data jadwal produksi bulanan, perencanaan produksi, dan laporan
kapasitas berbanding produksi.
Gambar 4.6 Bagian Bagan Alir Penjadwalan Produksi
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Penggunaan data storage (Gambar 4.6) dapat meningkatkan kecepatan dalam
mengambil data yang dibutuhkan dan meningkatkan keamanan dari data tersebut.
4.3 Analisis Operasi Produksi
Analisis akan didasarkan pada ancaman yang berhubungan dengan operasi produksi
dan bagaimana resistansi sistem operasi produksi yang digunakan perusahaan dalam
terhadap ancaman tersebut. Analisis ancaman beserta penanggulannya adalah sebagai
berikut :
1. Ancaman pencurian terhadap persediaan
PT X menggunakan metode manual dalam memeriksa cadangan persediaan yang
terdapat di tempat penyimpanan, pegawai di bagian warehouse akan memeriksa
kondisi dan ketersediaan persediaan ketika adanya penambahan persediaan
dengan datangnya persediaan dari pemasok dan ketika persediaan berkurang
karena diminta oleh bagian produksi untuk diproses menjadi barang jadi. Selain
pemeriksaan pada saat perubahan jumlah persediaan, petugas bagian warehouse
juga melakukan stok opname secara berkala untuk menjamin bahwa persediaan
yang tercatat sesuai dengan persediaan yang ada secara nyata di tempat
penyimpanan. Adanya prosedur seperti ini membuat terjadinya pencurian terhadap
persediaan menjadi lebih sulit dan bila benar terjadi maka akan segera terdeteksi.
Pemeriksaan yang dilakukan perusahaan memiliki kelemahan dimana metode
pemeriksaannya masih manual sehingga ada kemungkinan pemeriksaan yang
dilakukan tidak akurat.
Perusahaan menggunakan metode kanban dalam mengatur perpindahan
persediaan dari tempat penyimpanan menuju area produksi, kartu kanban yang
digunakan untuk menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh bagian
produksi termasuk salah satu pencegah terjadinya pencurian karena hanya
kontainer yang mempunyai kartu kanban yang dapat membawa persediaan keluar
dari tempat penyimpanan, dan jumlah persediaan yang terdapat dalam kontainer
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
tersebut haruslah sesuai dengan jumlah yang tertera dalam kartu kanban.
Perpindahan persediaan ini tentunya berada dalam pengawasan petugas
warehouse maupun petugas PPC. Kartu kanban memiliki bar code yang berisi
informasi mengenai material yang terdapat di dalam kontainer dimana kartu
tersebut disematkan sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat.
Pemisahan tugas dapat meningkatkan keamanan persediaan dari ancaman
pencurian. Dalam hal ini PT X telah memisahkan tugas yang berhubungan dengan
persediaan dimana penyimpanan fisik dari material dan persediaan barang jadi
menjadi
tanggung
jawab
departemen
warehouse,
departemen
produksi
mempunyai tanggung jawab terhadap persediaan work in process, proses otorisasi
terhadap persediaan seperti persiapan produksi dan merancang siklus kanban
menjadi tanggung jawab departemen production plan & inventory controls.
Pemisahan ini dirasa cukup sehingga bagi oknum yang ingin mencuri persediaan
dengan hanya menggunakan otoritas yang dimilikinya tidak akan dapat
menemukan celah dan kesempatan untuk mencuri persediaan.
Perusahaan telah menerapkan bar code bagi persediaan yang telah memasuki
siklus kanban, namun tidak memiliki sistem tersebut bagi persediaan yang
terdapat di gudang, dan semua persediaan baik yang berada dalam penyimpanan
maupun dalam siklus kanban belum dilengkapi dengan RFID.
2. Ancaman pencurian terhadap aset tetap
Dalam mengamankan aset tetap tidak ada prosedur atau metode khusus dalam
melaksanakannya, namun ada beberapa langkah yang telah diterapkan perusahaan
untuk mencoba mengamankan aset tetap tersebut, diantaranya adalah pembatasan
akses terhadap aset tetap dengan membagikan kunci ruangan pabrik terbatas pada
petugas yang memiliki otorisasi yang cukup dan pemeriksaan setiap kendaraan
yang keluar masuk pabrik oleh petugas keamanan untuk memastikan tidak ada
aset tetap milik perusahaan yang dipindahkan tanpa izin atau otorisasi yang
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
cukup. Perusahaan belum menggunakan RFID untuk mengidentifikasi aset tetap
yang dimilikinya.
3. Ancaman proses produksi berkinerja buruk
PT X melakukan 2 upaya untuk mencegah terjadinya produksi dengan kinerja
yang buruk, yang pertama adalah dengan melakukan pelatihan tenaga kerja
produksi sebelum proses produksi berjalan, diharapkan dengan adanya pelatihan
maka kinerja tenaga kerja akan berada pada tingkat yang memuaskan. Upaya yang
kedua adalah perusahaan mengevaluasi kinerja secara berkala dari tiap-tiap bagian
produksi dengan mengguakan dokumen laporan kinerja (performance report),
evaluasi akan disusul dengan langkah-langkah yang sesuai untuk meningkatkan
kinerja produksi atau mempertahankan kinerja produksi yang sudah mencapai
tingkat yang dapat diterima.
4. Ancaman investasi aset tetap yang tidak optimal
Ancaman pembelian aset tetap yang tidak optimal dapat dicegah dengan
mengikuti prosedur yang telah diterapkan PT X dalam melakukan pembelian aset
tetap. Prosedur tersebut mensyaratkan bahwa harus terdapat request for quotation
yang menandakan bahwa perusahaan menginginkan penawaran yang terendah
dari beberapa pemasok yang ada untuk pembelian aset tetap tersebut, sehingga
kemungkinan mendapatkan aset tetap yang overpriced berkurang.
5. Ancaman bencana terhadap persediaan dan aset tetap
Perusahaan belum memiliki upaya yang signifikan dalam menghadapi bencana
terhadap persediaan dan aset tetap, tidak adanya contingency plan terkait bila
perusahaan mengalami musibah bencana alam yang besar. Upaya saat ini hanya
berada pada sektor keselamatan kerja ketika terjadi musibah dimana perusahaan
memiliki prosedur keselamatan seperti :
1. Jalur melarikan diri menuju tempat yang aman ketika terjadi musibah, dan
area aman (safezone area) tempat dimana kemungkinan bahaya bencana alam
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
terkecil setelah para pekerja berhasil menyelamatkan diri, hal ini semata
dilakukan untuk melindungi dan mempertahankan sumber daya tenaga kerja
perusahaan ketika perusahaan dilanda musibah seperti kebakaran atau banjir.
2. Memiliki kemampuan dalam menanggulangi bencana kebakaran dengan
memiliki unit pemadaman kebakaran sendiri, sehingga bisa bereaksi cepat bila
terjadi musibah tersebut.
Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan untuk menanggulangi ancamanancaman diatas adalah sebagai berikut :
-
Untuk menjaga terhadap pencurian terhadap persediaan maupun aset tetap,
perusahaan sebaiknya berinvestasi terhadap teknologi tag RFID, karena dengan
menggunakan RFID perusahaan dapat melacak aliran dari persediaan dengan
akurat dan cepat serta memonitor lokasi dan pemindahan dari aset tetap.
Mesikpun perusahaan sama sekali belum memiliki teknologi RFID, dan tentunya
dibutuhkan biaya untuk mengadopsi teknologi tersebut, namun terdapat
keuntungan yang dapat diambil yaitu lebih terjaganya persediaan dan aset tetap.
-
Laporan kinerja yang dimiliki perusahaan berisi informasi mengenai working
time, stop time, dan jumlah barang reject yang tidak lolos dalam pengendalian
kualitas. Untuk lebih memaksimalkan kinerja perusahaan sebaiknya dalam
laporan kinerja tersebut berisi rokemendasi dan solusi tentang bagaimana
mengurangi stop time dan jumlah barang reject yang terjadi.
-
Perusahaan dalam menanggulangi potensi terjadinya bencana alam seharusnya
mengasuransikan aset tetap yang dimilikinya, dengan menggunakan asuransi yang
komprehensif termasuk polis act of god, yang dimana mencantumkan bencana
alam sebagai salah satu hal yang dapat merusak aset dan mengganti aset tersebut
dan menanggung kerugian selama aset tidak dapat dioperasikan. Sekalipun polis
tersebut memiliki biaya atau premi yang mahal namun manfaat lebih besar yaitu
bila bencana alam tetap terjadi perusahaan dapat menghindarkan diri dari
kerusakan yang fatal bagi kemampuan dalam melanjutkan operasinya.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
4.3.1 Analisis Bagan Alir Proses Produksi
Bagan alir yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan proses produksi menurut
pengamatan penulis sudah berjalan dengan efisien dengan adanya data storage untuk
menyimpan dokumen yang dibutuhkan dalam menjaga kualitas produksi (quality
assurance). Penggunaan data storage dapat memungkinkan perusahaan untuk
menyimpan dengan aman data yang dibutuhkan dan memngkunkinkan distribusi data
yang lebih akurat dan cepat.
4.4 Analisis Akuntansi Biaya
Metode akuntansi biaya yang dilakukan PT X menggunakan job order costing. Hal
ini terlihat dalam Standard Manufacturing Cost Sheet, dimana perusahaan
mengakumulasikan biaya berdasarkan masing-masing job yang dilakukan perusahaan.
Ini adalah keputusan yang tepat karena perusahaan memproduksi produk yang
beragam sehingga perusahaan tidak cocok menggunakan process costing yang baik
digunakan bila perusahaan memproduksi barang yang seragam dengan kuantitas
massal.
4.4.1 Analisis Data Entry Biaya
Dalam memasukkan data atau data entry biaya dapat diambil kesimpulan dan saran
sebagai berikut :
1. Biaya material
Bisa diambil kesimpulan bahwa perusahaan belum melakukan automatisasi dalam
metode pengumpulan data biaya material , karena perusahaan belum berinvestasi
dalam teknologi RFID. Pengumpulan data yang selama ini telah dilakukan
perusahaan sesungguhnya bisa dijalankan dengan lebih cepat, efisien, dan akurat
bila perusahaan menggunakan RFID. Perusahaan bisa menempatkan tag RFID
pada setiap kontainer kanban atau material yang terdapat di dalam kontainer
kanban tersebut. Tag RFID tersebut dapat membuat pemeriksaan kanban maupun
material di dalamnya bisa dilakukan mengggunakan gelombang radio yang
terdapat di dalam RFID, sehingga aktivitas pemindaian bar code bisa dihilangkan,
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
yang tentunya dapat mempersingkat penghitungan material yang akan
dimasukkan ke dalam penghitungan biaya tersebut.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Perusahaan dalam mengumpulkan data biaya tenaga kerja langsung masih
menggunakan metode pengamatan manual (Time keeping) sehingga akurasi dari
data man hour hanya bergantung kepada petugas yang melakukan pengamatan
tersebut, disamping itu petugas yang bersangkutan hanya melakukan aktivitas
time keeping pada jam kerjanya saja, dan menyerahkannya kepada staf produksi di
luar jam kerja. Hal ini membuat kebenaran data dari time card tidak bisa
dipastikan karena ada kemungkinan staf produksi yang diserahi tanggung jawab
tersebut memanipulasi data time card.
Solusi yang bisa diambil untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan
menggunakan kartu identifikasi yang memiliki bar code, dimana para tenaga kerja
bisa memasukkan informasi mengenai jumlah man hour mereka ke dalam sistem
dengan melakukan pemindaian terhadap kartu identifikasi tersebut. Informasi
yang didapat dari kartu tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi kompensasi dan
data kinerja dari pemilik kartu sehingga menjadi insentif bagi mereka untuk selalu
memasukkan informasi melalui terminal yang telah disediakan. Penggunaan kartu
identifikasi berkode akan membuat pengumpulan data menjadi lebih cepat dan
akurat.
Biaya dalam mengadopsi metode kartu identifikasi berkode tentu mampu
ditanggung oleh perusahaan, karena untuk memperoleh kartu maupun terminal
tempat pemindaian tidak terlalu memberatkan keuangan perusahaan dan
keuntungan yang bisa didapat yaitu data biaya tenaga kerja langsung yang cepat
dan akurat lebih besar dibandingkan biaya mengadopsi sistem kartu berkode.
3. Penggunaan mesin dan peralatan
Perusahaan telah menggunakan sistem terkomputerisasi dalam mengambil data
mengenai penggunaan mesin dan peralatan, koneksi dalam pengambilan data
tersebut sudah menggunakan wireless sehingga bisa disimpulkan bahwa
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
pengumpulan data mengenai penggunaan mesin dan peralatan telah dilakukan
secara efektif dan akurat.
4.4.2 Analisis Sistem Biaya
Dengan melihat dokumen standard manufacturing cost sheet (gambar 4.5)
perusahaan dan informasi allocation base yang digunakan perusahaan dapat diambil
informasi sebagai berikut :

perusahaan membagi biaya overhead dalam tiga cost pool, yaitu biaya listrik,
biaya departemen, dan biaya pabrik

Alokasi dari biaya overhead menggunakan allocation base yang langsung
dikalkulasikan dari sumber daya milik perusahaan yaitu biaya man hour dan biaya
machine hour tanpa melalui pertimbangan dari aktivitas dalam merealisasikan
produk tersebut.
Dengan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahan menggunakan sistem
biaya tradisional dalam mengalokasikan biaya overhead ke dalam biaya produksi tiap
produk. Sistem yang dipilih perusahaan ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Perusahaan menggunakan sistem biaya tradisional yang menggunakan rate
langsung dari cost allocation base. Penggunaan rate ini membuat penghitungan
overhead menjadi tidak akurat karena tidak semua produk memiliki rate dari
allocation base yang sama.
2. Perusahaan hanya memperhitungkan biaya dari tahap produksi, dan tidak
memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dari tahap lainnya selama proses
penciptaan barang berlangsung. Contohnya biaya untuk membuat desain produk
dan biaya trial desain produk tersebut.
3. Tanpa melalui penghitungan tentang aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi
produk tersebut, perusahaan tak bisa merinci dalam mengalokasi biaya overhead.
Informasi yang rinci tersebut dapat berguna bila perusahaan ingin mengetahui
aktivitas apa yang paling berpengaruh dalam menentukan jumlah biaya overhead
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
dan apa yang bisa dilakukan untuk menekan biaya aktivitas dalam biaya overhead
tersebut.
Salah satu solusi untuk mendapatkan informasi mengenai biaya overhead yang
lebih akurat adalah dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC).
Sistem ABC dengan memperhitungkan faktor aktivitas akan dapat membuat
pengalokasian dari biaya overhead menjadi lebih terinci dan akurat, dan dengan
data yang lebih akurat tersebut perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat
untuk menentukan harga maupun mengurangi biaya overhead produksi.
Namun ada beberapa faktor yang menyulitkan dalam mengadopsi sistem ABC
dalam waktu dekat, yaitu :
1. Untuk melakasanakan sistem ABC dibutuhkan metode yang akurat dalam
menentukan pengaruh dari setiap aktivitas terhadap biaya produksi.
2. PT X belum memiliki RFID yang dapat digunakan untuk melacak bermacammacam bagian yang akan digunakan dalam setiap aktivitas dalam proses
produksi. Untuk memiliki RFID tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan.
3. Sistem ABC membutuhkan adaptasi dari pegawai yang bertanggung jawab
dalam mengalokasikan biaya overhead dan adanya risiko kesalahan pencatatan
maupun pengumpulan data selama proses adaptasi tersebut.
Semua kesulitan yang terdapat di atas untuk saat ini tidak sebanding dengan manfaat
yang didapatkan dari mengadopsi sistem ABC, karena di PT X kecilnya proporsi
biaya overhead dari total keseluruhan biaya pokok produksi yaitu kurang dari 10%
saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem ABC belum tepat untuk
diimplementasikan oleh perusahaan.
Saran yang dapat diberikan bagi perusahaan adalah mempersiapkan diri secara
bertahap untuk mengimplementasikan sistem ABC tersebut di masa yang akan
datang, karena sistem ABC terbukti merupakan sistem yang lebih akurat untuk
mendapatkan informasi biaya overhead. Persiapan yang dilakukan bisa berupa
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
berinvestasi pada alat RFID, karena perusahaan juga membutuhkan teknologi tersebut
untuk membuat proses lainnya dalam siklus produksi menjadi lebih efisien dan efektif
sehingga tidak menimbulkan kerugian bila perusahaan berinvestasi pada RFID
meskipun belum memiliki sistem ABC. Langkah berikutnya dapat berupa pelatihan
dan sosialisasi bagi tenaga kerja yang akan mengelola sistem ABC tentang cara kerja
dan prosedur dari sistem tersebut.
4.4.3 Analisis Bagan Alir Proses Pengendalian Biaya
Penyempuranaan terhadap bagan alir yang dimiliki perusahaan dalam proses
mengendalikan biaya dapat dilakukan dengan menggabungkan proses pengambilan
data biaya yang awalnya dibagi menjadi 3 proses berdasarkan jenis data biaya
tersebut (gambar 4.7) menjadi hanya satu proses saja, dimana semua data biaya dari
proses produksi akan di proses menjadi satu data biaya produksi komprehensif yang
memuat data biaya kemudian membuat data storage untuk data biaya tersebut, hal ini
dapat membuat proses pengambilan data biaya menjadi lebih cepat dan pengendalian
terhadap data biaya produksi menjadi lebih baik karena terpusat pada satu proses dan
disimpan dalam sebuah penyimpanan data. Perubahan bagan alir tersebut dapat dilihat
pada gambar 4.8
Gambar 4.7 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 1
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Gambar 4.8 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 2
4.5 Analisis Penggunaan Sistem Radio Frequency Identification (RFID)
Penulis merasa bahwa perusahaan membutuhkan automatisasi yang lebih untuk
membuat SIA siklus produksi yang dimilikinya menjadi lebih efisien dan efektif,
seperti yang telah disinggung sebelumnya alat bantu utama untuk meningkatkan
automatisasi tersebut adalah dengan menggunakan sistem RFID. Berikut adalah
analisis biaya berbanding manfaat serta risiko dalam mengadopsi sistem RFID.
Biaya dalam menerapkan sistem RFID terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu biaya
perangkat keras, biaya middleware, dan biaya jasa. Biaya perangkat keras melingkupi
biaya element yang dapat dihitung dalam sebuah sistem RFID seperti tag dan reader.
Biaya perangkat keras seringkali diperhitungkan ketika dalam tahap perencanaan dan
penting untuk dicatat adalah model ekonomi juga harus mempertimbangkan kategori
biaya yang lain. Justifikasi dari sebuah biaya perangkat keras tidak cukup untuk
memutuskan mengimplementasi sebuah sistem RFID, meskipun vendor perangkat
keras mengatakan sebaliknya.
Biaya jasa atau service cost, seperti mendesain ulang proses bisnis dan biaya
konfigurasi ulang, memerlukan studi menyeluruh terhadap kebutuhan spesifik dari
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
perusahaan dan rantai persediaan. Sebuah elemen biaya dapat saja muncul tergantung
dalam konteks yang ada. Untuk aplikasi pionir di dalam sebuah bidang, biaya
pengembangan dan inisiasi mungkin bisa menjadi signifikan. Dalam sisi lain, untuk
adopsi terhadap seluruh rantai persediaan, biaya penyesuaian akan menjadi hal yang
dominan.
Biaya middleware adalah biaya dari infrastruktur dan perangkat lunak yang dapat
menyederhanakan operasi RFID. Menentukan dan berinvestasi dalam arsitektur
perangkat lunak yang tepat menjadi krusial untuk membuat sistem RFID menjadi
optimal dan sebaliknya perangkat lunak yang kurang mumpuni dan tidak lengkap
akan membuat terjadinya bottleneck untuk mewujudkan manfaat dari sistem RFID.
Total biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan bergantung kepada tingkat
implementasi
dari
sistem
yang
akan
dilakukan.
Perusahaan
yang
mengimplementasikan secara terbatas akan mengeluarkan biaya yang rendah,
sedangkan perusahaan yang mengimplementasikan sistem secara luas dan
menyeluruh dapat mengeluarkan biaya yang cukup besar. Terdapat tiga tingkat dalam
implementasi yang dinamakan 3C, yaitu :
-
Compliance
Tingkat implementasi dimana sistem RFID hanya digunakan dalam konteks
memberi tag kepada material (slap) dan kemudian dikirimkan (ship).
-
Conservative
Tingkat implementasi dimana sistem RFID memiliki kemampuan yang
terbatas dan memiliki ruang lingkup geografis yang sempit.
-
Committed
Tingkat implementasi dimana sistem RFID diberlakukan di setiap pusat
distribusi milik perusahaan.
Dikarenakan PT X hanya memiliki satu situs produksi dan menggunakan sistem
RFID dengan tujuan untuk memperlancar siklus produksi yang dimilikinya maka
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
penulis berpendapat bahwa perusahaan sebaiknya tidak langsung berinvestasi dalam
skala yang besar dan sekaligus, karena sistem RFID pada saat ini masih merupakan
sistem yang memiliki biaya yang besar dan investasi yang besar belum tentu sejalan
dengan meningkatnya efisiensi dan penghematan yang menjadi manfaat sistem RFID
tersebut. Perusahaan cukup mengimplementasikan sistem RFID sampai pada tingkat
conservative. Maurno (2005) menyebutkan bahwa biaya total menurut yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan untuk sebuah sistem RFID conservative tidak akan
melebihi $250.000. Jumlah biaya ini didapatkan melalui survei yang dilakukan atas
banyak korporasi yang bergerak di bidang manufaktur yang menerapkan sistem RFID
pada tingkat conservative.
Manfaat yang didapat dari sistem RFID yang akan diimplementasikan oleh
perusahaan dapat dilihat pada pembahasan sebelumnya, namun dapat dilihat
penjabaran nilai manfaat secara kuantitatif sebagai berikut :
Gambar 4.1 Manfaat Penggunaan Sistem RFID
(Sumber : Bapat, 2004)
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Dari gambar di atas yang merupakan manfaat rata-rata yang didapat oleh sebuah
perusahaan yang mengimplementasikan RFID dengan tingkat conservative atau hanya
pada satu fasilitas atau situs, dapat terlihat bahwa PT X berdasarkan perhitungan
ekspekstasi manfaat yang akan didapat dengan menggunakan nilai terendah yaitu
peningkatan 5% dari keuntungan operasi dan peningkatan 2% dari pendapatan serta
data laporan laba-rugi perusahaan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut :
-
Meningkatnya keuntungan operasi dengan efisiensi yang didapat dari
penggunaan sistem RFID sebesar 5% yang berarti bagi PT X, keuntungan
operasi perusahaan akan meningkat sejumlah Rp. 1,197,286,102
-
Penggunaan RFID akan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 2%
dimana PT X akan mendapatkan Rp. 3,861,431,649
Total manfaat yang didapatkan dari penggunaan RFID dengan meningkatnya
pendapatan
perusahaan
dan
keuntungan
operasional
adalah
sebesar
Rp.
5,058,717,751,-, sedangkan biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar $ 250,000
atau Rp. 2,483,250,000,- berdasarkan kurs tengah rupiah ketika tulisan ini dibuat.
Kesimpulan yang didapat adalah ekspektasi manfaat yang diberikan oleh sistem RFID
lebih besar daripada ekspektasi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengadopsi sistem tersebut, bahkan dengan menggunakan angka ekspektasi yang
paling rendah. maka dari itu penulis berpendapat bahwa PT X untuk meningkatkan
efisiensi dan automatisasi dari proses siklus produksinya dapat menggunakan sistem
RFID dengan implementasi conservative.
Dari segi biaya berbanding manfaat sistem RFID memang merupakan sistem yang
layak dipilih oleh perusahaan, namun sistem ini juga memiliki resiko bila perusahaan
telah mengimplementasikannya, resiko-resiko yang harus diwaspadai oleh perusahaan
dalam implementasi sistem RFID adalah sebagai berikut:
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
-
Integrasi teknologi
Sistem RFID membutuhkan integrasi teknologi baik secara perangkat lunak
maupun keras agar sistem dapat bekerja dengan optimal. Perangkat keras yang
perlu mendapatkan perhatian adalah tag yang digunakan efektivitasnya dapat
dipengaruhi oleh objek metal yang berdekatan dengan tag tersebut sehingga
tag beresiko memberikan informasi yang tidak akurat atau tidak dapat
dipindai. Sedangkan dari sisi perangkat lunak yang dibutuhkan adalah jaminan
kualitas data yang mumpuni karena sistem ini beresiko mempunyai data yang
tidak akurat yang didapat dari kesalahan pemindaian.
-
Keamanan
Resiko keamanan yang terdapat dalam sistem RFID adalah dalam hal
kerahasiaan data yang dimiliki perusahaan, karena dengan menggunakan
sebuah pemindai dan berdiri di dekat tempat aset perusahaan yang memiliki
tag disimpan tanpa harus melihat langsung, orang yang tidak memiliki
otorisasi terhadap data tersebut dapat mengetahui jumlah dan kondisi aset
milik perusahaan. Dibutuhkan usaha untuk menjamin keamanan dan
kerahasiaan data milik perusahaan, seperti memusnahkan tag ketika proses
siklus produksi selesai untuk mencegah tag tersebut digunakan atau
dimanfaatkan oleh pihak yang tidak memiliki otorisasi.
-
Standarisasi
Sistem RFID milik perusahaan memiliki resiko gagal atau tidak berjalan
optimal bila tidak ada standarisasi dalam penggunaannya, dalam hal ini adalah
standarisasi dari gelombang yang digunakan oleh tag maupun reader,
penggunaan gelombang yang sama untuk setiap tag dan reader akan membuat
penggunaan sistem RFID menjadi optimal sesuai dengan ekspektasi manfaat
yang akan diberikan, namun bila tidak ada standar frekuensi bagi sistem ini
maka ada resiko sistem tidak akan memindai dan mendeteksi aset perusahaan
secara akurat.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem informasi akuntansi-siklus produksi merupakan siklus yang krusial bagi
perusahaan manufaktur. Siklus ini adalah siklus yang akan menentukan apakah
produk yang dihasilkan perusahaan akan dapat menghasilkan profit bagi perusahaan
atau akan menimbulkan biaya yang amat besar. Seringkali perusahaan terlalu
berfokus pada salah satu proses dalam siklus ini, dan mengabaikan proses lainnya,
sehingga pada akhirnya membuat perusahaan mengeluarkan sumber daya dengan siasia dan menderita kerugian. Dalam praktiknya, banyak perusahaan yang siklus
produksinya belum tertata dengan baik, seperti halnya PT X yang sebenarnya bisa
membuat siklus produksi berjalan lebih efisien namun sayangnya hal tersebut belum
tercapai.
Dari hasil penilitian ditemukan bahwa ketika proses desain produk yang menjadi awal
dari siklus produksi perusahaan kurang memperhatikan tentang keseragaman dari
perangkat lunak yang digunakan ketika merancang desain, sehingga perusahaan
memiliki resiko akan gagalnya sebuah desain atau prototype karena kesalahan
perangkat lunak yang digunakan.
Kesimpulan berikutnya adalah prosedur yang dijalankan dalam merancang dan
menjadwalkan proses produksi oleh perusahaan memiliki konsep yang baik,
perusahaan menjalankan konsep pull manufacturing dengan disiplin dan tegas,
sehingga bisa menekan biaya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun demikian,
masih terdapat kelemahan dari prosedur-prosedur yang terdapat di dalam siklus
produksi tersebut, yaitu kurangnya perhatian terhadap otomatisasi maupun teknologi
penunjangnya. Teknologi dan konsep otomatisasi merupakan pintu gerbang untuk
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
mendapatkan informasi akurat dengan biaya yang rendah dan mempunyai proses yang
cepat.
Kesimpulan yang bisa diambil terkait dengan diagram aliran data yang diterapkan
perusahaan dalam menjalankan siklus produksinya adalah terdapatnya beberapa
proses dalam aliran data tersebut yang dapat disempurnakan lebih lanjut dan kurang
terdapatnya data storage dalam beberapa bagian dari siklus produksi.
Teknologi Bar code yang menjadi aktor uzur
dalam konsep otomatisasi siklus
produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di
dalam siklus. Kemudian pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency
Identification (RFID) yang terbaru belum diimplementasikan oleh PT X, sehingga
dapat disimpulkan perusahaan memiliki konsep dan cara kerja siklus yang cukup
efisien namun masih belum memahami pentingnya teknologi otomatisasi dalm siklus
produksi. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa teknologi dan konsep
otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas dalam
perusahaan.
Kesimpulan lainnya adalah perusahaan memiliki berbagai macam ancaman yang
dapat mengganggu proses produksi, dan sebagian besar ancaman tersebut
sesungguhnya
dapat
dimitigasi
oleh
penggunaan
teknologi
terbaru
yang
mengedepankan otomatisasi, seperti penggunaan RFID. Perusahaan juga belum
mengasuransikan beberapa aset tetapnya terhadap bencana atau musibah yang dapat
terjadi setiap saat.
Khusus mengenai proses akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan, penulis
berkesimpulan bahwa untuk saat ini perusahaan tidak perlu khawatir tentang sistem
akuntansi yang digunakan oleh PT X dalam hal inefisiensi. Namun untuk beberapa
tahun kedepan dimana otomatisasi telah menjangkau seluruh proses dan biaya tidak
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
langsung meningkat, perusahaan dapat meninjau penggunaan sistem akuntansi biaya
berbasis aktivitas.
5.2 Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan terkait sistem informasi akuntansi-siklus
produksi, penulis memiliki beberapa saran, yaitu :
-
Menyempurnakan aliran data dan proses serta menambah data storage dalam
siklus produksi yang dijalankan oleh perusahaan
-
Berinvestasi secepatnya pada alat yang mewakili konsep otomatisasi pemrosesan
dan pengumpulan data, dalam hal ini penggunaan RFID yang luas di perusahaan
sudah cukup menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam segala aspek di
dalam siklus produksi. RFID memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan
biaya yang dibutuhkan untuk mengadopsinya, namun perusahaan harus tetap
mewaspadai resiko-resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan RFID tersebut.
-
Mengasuransikan Aset tetap perusahaan, terutama yang bersifat vital bagi
perusahaan untuk tetap beroperasi sebagai langkah penanggulangan bila terjadi
bencana alam
-
Mempersiapkan tenaga kerja, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk secara
bertahap bersiap menggunakan sistem akuntansi berbasis aktivitas.
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Blocher, Edward., et al. Cost Management. 4th Edition. Boston : McGraw-Hill
Publishing, 2006
Blocher, Edward., et al. Cost Management. Boston : McGraw-Hill Publishing, 1999
Brimson, James. Activity Accounting : An Activity Based Costing Approach. John
Wiley & Sons Inc, 1991
Groover, M. P. and E. W. Zimmers. CAD/CAM : Computer Aided Design and
Manufacturing. Prantice-Hall Publishing, 1987
James Hall. Accounting Information System. 8th Edition. South Western Publishing
Co., 2001
Hansen, D. R dan M. Mowen, Management Accounting. Cincinnati, Ohio: SouthWestern Publishing Co., 2007
Horngren, Walter T., et al. Cost Accounting : A managerial Emphasis. 13th Edition. .
Upper Saddle, NJ : Pearson Education Limited, 2007
Emblemsvag, Jan. “Activity Based Costing” 17 February 2010
< http://www.emblemsvag.com/abc.htm>
Kalpakjian, Serope and Steven R Schmid. Manufacturing, Engineering &
Technology. 5th Edition. Essex, England : Pearson Education Inc, 2006
Risdiyono and Koomsap, P. Design by Customer for Automotive Part, Proceedings of
the International Conference on Automotive. Bangkok, 2007
Romney, M. B and P. J. Steinbart. Accounting Information Systems. 12th Edition.
Essex, England : Pearson Education Limited, 2012
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Wilkinson et al. Accounting Information Systems : Essential Concepts &
Applications. 4th Edition. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons Inc., 2000
Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013
Download