ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI DI PT X LAPORAN AKHIR MAGANG WIRABHAMA KIRANA 0806392464 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI DI PT X LAPORAN AKHIR MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi WIRABHAMA KIRANA 0806392646 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini, tentunya sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Mafrizal Happy, Ak. MBA selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan akhir magang ini; 2. Pihak PT. X dan seluruh rekan kerja yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data-data yang saya perlukan; 3. Orang tua, Ayahanda Hendra Kirana dan Ibunda Dwi Indrawati, serta kakak dan keluarga saya yang telah banyak memberikan bantuan dukungan material dan moral serta mendoakan saya selama ini; 4. Seluruh pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan laporan akhir magang ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan magang ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu akuntasi. Depok, Juli 2013 Penulis Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 ABSTRAK Nama : Wirabhama Kirana Program Studi : Akuntansi Judul : Analisis Sistem Akuntansi Siklus Produksi di PT. X Sistem informasi memegang peranan penting dalam menghasilkan informasi secara cepat, efektif, dan efisien. Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah informasi akuntansi, dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan. PT X merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam memajukan dunia otomotif nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif. Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi (SIA) sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah perusahaan mendorong saya untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada pada PT X. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan magang di PT. X adalah mendapatkan gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi PT X yang telah berjalan saat ini, serta mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari sistem yang sedang berjalan tersebut. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa prosedur yang diterapkan oleh perusahaan memiliki konsep yang baik, perusahaan menjalankan konsep pull manufacturing dengan disiplin dan tegas, sehingga bisa menekan biaya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun demikian, masih terdapat kelemahan dari prosedur-prosedur yang dijalankan dalam siklus produksi tersebut, yaitu kurangnya perhatian terhadap otomatisasi maupun teknologi penunjangnya. Teknologi bar code yang menjadi aktor uzur dalam konsep otomatisasi siklus produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di dalam siklus. Pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency Identification (RFID) yang terbaru belum diimplementasikan oleh PT X. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa teknologi dan konsep otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas dalam perusahaan. Khusus mengenai proses akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan, dapat disimpulkan bahwa untuk saat ini perusahaan tidak perlu khawatir tentang sistem akuntansi yang digunakan di PT X dalam hal inefisiensi. Namun untuk beberapa tahun kedepan dimana otomatisasi telah menjangkau seluruh proses dan biaya tidak langsung meningkat, perusahaan perlu melakukan perubahan yang berarti. Kata kunci: Informasi, akuntansi, otomatisasi, bar code, Radio Frequency Identification (RFID) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 ABSTRACT Name : Wirabhama Kirana Study Program : Accounting Title : Production Cycle Accounting System Analysis in PT. X Information systems play an important role in generating information quickly, effectively, and efficiently. One form of information is an important role of accounting information, accounting information which may improve competitiveness owned by the company. PT X is a company that has been instrumental in advancing the national automotive world by producing a variety of automotive components. Importance of Accounting Information Systems (AIS) as the basic information system within a company encouraging me to highlight the application of accounting information systems that existed at PT X. The purpose of the implementation of internship at PT. X is getting an overview of accounting information systems in the production cycle PT X which has been running at this time, and identifies the advantages and shortcomings of the current system. From the results of the study found that the procedures adopted by the company has a good concept, the company operates manufacturing pull concepts with discipline and firm, so that it can reduce the cost of that happening in the company. Nevertheless, there are still weaknesses of the procedures carried out in the production cycle, the lack of attention to automation and supporting technologies. Bar code technology into aging actor in the production cycle automation concept is still not implemented in all the processes that occur in cycles. Development of bar code that is Radio Frequency Identification (RFID) has not been implemented by the newest PT X. The company in this case assumes that technology and automation concepts for accounting information system is not a priority in the company. Especially with regard to the accounting process cost the company, it can be concluded that for now the company does not have to worry about the accounting system used in PT X in terms of inefficiency. But for the next few years which has covered the whole process automation and indirect costs increase, companies need to make meaningful changes. Keywords: Information, accounting, automation, bar code, Radio Frequency Identification (RFID) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………….... ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………… v ABSTRAK …………………………………………………………………… vi ABSTRACT ………………………………………………………………….. vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………… x DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xi 1. PENDAHULUAN ………………………………………………....... 1 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………...... 1 1.2 Rumusan Permasalahan ……………………………………………… 2 1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang …………………………….......... 3 1.4 Ruang Lingkup Laporan Magang ……………………………………. 3 1.5 Manfaat Pelaksanaan Program Magang ……………………………… 3 1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang ……………………………... 4 1.7 Pelaksanaan Program Magang ……………………………………….. 4 1.8 Metode Penulisan Laporan Magang …………………………………. 5 1.9 Sistematika Penulisan ………………………………………………… 5 2. LANDASAN TEORI ………………………………………………. 6 2.1 Sistem Informasi …………………………………………………...... 6 2.2 Sistem Informasi Akuntansi ………………………………………..... 6 2.3 Sistem Produksi …………………………………………………….... 9 2.3.1 Perancangan Produk …………………………………………. 12 2.3.2 Perencanaan dan Penjadwalan Produksi …………………….. 14 2.3.3 Proses Produksi …………………………………………….... 20 2.3.4 Sistem Akuntansi Biaya ……………………………………... 21 2.3.4.1 Metode Pengumpulan Data Biaya…………………. 22 2.3.4.2 Penentuan Sistem Biaya …………………………... 24 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 2.4 2.3.4.3 Metode Akumulasi Biaya …………………………. 26 2.3.4.4 Laporan yang Dihasilkan ………………………….. 35 Teknologi Informasi Sebagai Alat Bantu dalam Siklus Produksi ........ 35 2.4.1 Bar Code …………………………………………………………… 36 2.4.2 Radio Frequency Identification (RFID)………………………... 36 3. PROFIL PERUSAHAAN …………………………………………. 39 3.1. Tinjauan Umum PT X ……………………………………………….. 39 3.2. Jenis Produk PT X …………………………………………………… 39 3.3. Budaya kerja PT X …………………………………………………… 40 3.4. Visi dan Misi PT X …………………………………………………... 42 3.5. Struktur Organisasi PT X …………………………………………….. 43 3.6 Definisi dan Fungsi Departemen PT X ……………………………… 44 3.7 Proses Bisnis PT X …………………………………………………... 45 3.8 Proses Produksi PT X ………………………………………………... 46 3.9 Konsumen PT X ……………………………………………………... 47 3.10 Persaingan Dalam Industri …………………………………………… 47 3.11. Prosedur Siklus Produksi …………………………………………….. 48 3.11.1 Diagram Konteks dan Level 0 …………………………….... 49 3.11.2 Diagram Level 1 Advanced Product Quality Planning .….... 52 3.11.3 Level 1 Penjadwalan Produksi …………………………… 63 3.11.4 Level 1 Proses Produksi …………………………………… 70 3.11.5 Level 1 Pengendalian Biaya ………………………………. 74 3.11.6 Level 2 Advanced Product Quality Planning Phase 2 dan Level 3 Prosedur Desain Produksi …………………………. 4. 4.1 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI …………………………………………………………. 87 Analisis Proses Desain Produk ……………………………………….. 87 4.1.1. 4.2 81 Analisis Bagan Alir Proses Produksi …………………….. 88 Analisis Proses Perencanaan dan Penjadwalan Produksi ……………. 89 4.2.1 92 Analisis Bagan Alir Perencanaan dan Penjadwalan Produksi. 4.3 Analisis Operasi Produksi ……………………………………………. 95 4.4 Analisis Akuntansi Biaya ……………………………………………. 99 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 4.4.1 Analisis Data Entry Biaya …………………………………... 99 4.4.2 Analisis Sistem Biaya ……………………………………….. 101 4.4.3 Analisis Bagan Alir Proses Pengendalian Biaya ………….. 103 4.5 Analisis Penggunaan Sistem Radio Frequency Identification (RFID) 104 5. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………….. 109 5.1. Kesimpulan …………………………………………………………… 109 5.2. Saran …………………………………………………………….......... 110 DAFTAR REFERENSI …………………………………………………….. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 112 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 2.1 Ilustrasi Master Production Schedule ……………………………… 19 2.2 Ilustrasi Order Produksi ……………………………………………. 20 2.3 Ilustrasi Material Requisition …………………………………….... 20 2.4 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing …………… 32 3.1 Prosedur Perencanaan Produksi …………………………………… 59 3.2 Prosedur Penjadwalan Produksi …………………………………… 69 3.3 Prosedur Operasi Produksi ………………………………………… 73 3.4 Prosedur Pengendalian Biaya ………………………………………. 80 3.5 Prosedur Desain Produk ……………………………………………. 86 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1 Hubungan Sistem Produksi Dengan Sistem Lainnya ……………... 9 2.2 Aktivitas Dalam Sistem Produksi …………………………………. 11 2.3 Ilustrasi Pemodelan CAD …………………………………………. 13 2.4 Simulasi Proses dalam CAM ……………………………………… 14 2.5 Alur Biaya Job Costing …………………………………………… 28 2.6 Alur Biaya Process Costing ………………………………………. 31 2.7 Alur Alokasi Biaya Sistem Biaya ABC ………………………….. 33 3.1 Struktur Organisasi PT X …………………………………………. 43 3.2 Proses Bisnis PT X ……………………………………………….. 46 3.3 Proses Produksi PT X …………………………………………….. 47 3.4 Diagram Konteks Siklus Produksi PT.X …………………………. 50 3.5 DFD Level 0 ………………………………………………………. 51 3.6 DFD APQP Level 1 ………………………………………………. 58 3.7 Alur Proses kanban Perusahaan …………………………………... 65 3.8 Kartu Kanban PT X ……………………………………………….. 65 3.9 DFD Level 1 Penjadwalan Produksi ……………………………… 68 3.10 Level 1 Proses Produksi ….……………………………………….. 72 3.11 Laporan Man hour PT X ………………………………………….. 77 3.12 Laporan Efisiensi Produksi PT.X …………………………………. 77 3.13 Standard Manufacturing Cost Sheet ………………………………. 78 3.14 DFD Level 1 Pengendalian Biaya .................................................... 79 3.15 DFD APQP Phase 2 ......................................................................... 82 3.16 Level 3 Prosedur Desain Produksi ………………………………… 85 4.1 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 1 …………………………….. 88 4.2 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 2 …………………………….. 89 4.3 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 1 …………………………….. 92 4.4 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 2 ……………………… 93 4.5 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 3 ……………………… 94 4.6 Bagian Bagan Alir Penjadwalan Produksi ……………………….. 94 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 4.7 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 1…………………………… 103 4.8 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 2…………………………… 104 4.9 Manfaat Penggunaan Sistem RFID ……………………………….. 106 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia bisnis saat ini menjadikan persaingan yang semakin ketat antar perusahaan, oleh karena itu perusahaan perlu memaksimalkan sumber daya yang mereka miliki. PT X merupakan perusahaan yang telah berperan penting dalam memajukan dunia otomotif nasional dengan memproduksi berbagai komponen otomotif. PT X memiliki bekal pengalaman selama 35 tahun dan keahlian untuk memproduksi secara efisien dan efektif dan tentunya bekerja sama dengan klien persahaan untuk menyusun rencana yang tepat dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah. Pertumbuhan jumlah kendaraan di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat memberi peluang dan tantangan bagi perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang otomotif. Tak terkecuali, perusahaan yang bergerak di bidang produksi body part maupun suku cadang kendaraan, yang kemudian akan digunakan dalam proses perakitan kendaraan di pabrik Indonesia. Peningkatan permintaan untuk kendaraan di Indonesia dan sejalan dengan meningkatnya produksi di pabrik otomotif membuat banyak perusahaan pembuat body part dan suku cadang untuk bersaing dalam mendapatkan kontrak dengan pabrik otomotif tersebut. Dalam persaingan tersebut pabrik kendaraan otomotif tentu akan memperhitungkan supplier yang memiliki tingkat kualitas yang tinggi untuk mensuplai pabrik dengan suku cadang dan body part yang mereka butuhkan untuk menjamin kepuasan konsumen yang akan menggunakan produk mereka. Di sisi lain perusahaan juga harus memperhatikan dari segi biaya dimana supplier yang dapat memberikan harga yang kompetitif akan menjadi pilihan karena akan menekan biaya untuk membuat sebuah produk otomotif, maka dari itu penting bagi sebuah perusahaan supplier komponen otomotif untuk dapat memberikan kualitas yang tinggi dengan tingkat harga yang kompetitif. Dewasa ini teknologi komunikasi dan informasi terus menerus berkembang dan mempengaruhi bagaimana perusahaan dalam mengendalikan, mengembangkan bisnis yang mereka miliki. Teknologi ini Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 mengelola, dan dapat menjadi penentu kemenangan dalam persaingan bagi yang memilikinya dan dapat menjadi kekalahan bagi yang tidak memiliki ataupun memiliki namun tidak secara baik dikelola. Hal ini menunjukkan bahwa nilai informasi telah meningkat melalui perkembangan pemanfaatan informasi dan bagaimana informasi tersebut dihasilkan yang berarti bahwa sistem informasi memegang peranan penting dalam menghasilkan informasi secara cepat, efektif, dan dan efisien. Salah satu bentuk informasi yang memegang peranan penting adalah informasi akuntansi dimana informasi akuntansi dapat meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh perusahaan. Peningkatan tersebut dalam penelitian ini lebih berfokus pada kegunaan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan, dimana dengan adanya informasi tersebut pembuat keputusan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengurangi biaya atau mengalokasikan biaya dengan lebih tepat. Pentingnya peranan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengembangkan sistem akuntansi yang sophisticated dan sesuai dengan kebutuhan. Sistem Informasi Akuntansi (SIA) lebih khususnya SIA yang menangani akuntansi biaya merupakan mata dan telinga bagi pengambil keputusan untuk melihat proses maupun siklus akuntansi di perusahaan. Sistem inilah yang akan merekam data dari sistem operasional yang diklasifikasikan ke dalam siklus atau jenis transaksi. Hal ini berdampak bahwa output yang disajikan oleh SIA yang baik dan sejalan dengan itu keputusan yang tepat akan membantu perusahaan untuk menekan dan mengatur biaya dengan efektif. 1.2 Rumusan Permasalahan Pentingnya SIA sebagai sistem informasi dasar dalam sebuah perusahaan mendorong penulis untuk menyoroti penerapan sistem informasi akuntasi yang ada pada PT X. Tanpa SIA siklus produksi yang mumpuni perusahaan tidak akan bertahan di tengah derasnya persaingan usaha di dalam industri tempat perusahan membuka bisnisnya. Oleh karena itu penulis merasa tertantang untuk mengetahui bagaimana proses-proses yang terdapat dalam siklus informasi akuntansi yang dimiliki oleh perusahaan, dan bagaimana kelebihan maupun kekurangan dari sistem tersebut. 1.3. Tujuan Penulisan Laporan Magang Penulisan laporan magang memiliki tujuan sebagai berikut: a) Mendapatkan gambaran sistem informasi akuntansi pada siklus produksi PT X yang telah Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 berjalan saat ini b) Mengidentifikasi kelebihan maupun kekurangan dari sistem yang sedang berjalan tersebut 1.4 Ruang Lingkup Laporan Magang Pembahasan SIA dapat dilihat dari berbagai sudut dan topik. Pada penulisan ini, penulis memberi batasan sebagai berikut : Permasalahan akan dibatasi permasalahan analisis sistem informasi akuntansi untuk siklus produksi pada PT X, yaitu dari proses desain produk hingga proses akuntansi biaya. Pembatasan lingkup ini dilakukan karena dua hal yaitu: pertama, PT X dalam operasionalnya sebagian besar berfokus pada siklus produksinya dan siklus tersebut memberikan total pendapatan perusahaan yang cukup signifikan karena perusahaan bergerak di bidang manufaktur. Alasan kedua adalah adanya keterbatasan waktu penulis melakukan program magang di PT X. Karya tulis ini menggunakan persepktif analisis sistem. Hal ini berarti karya tulis tidak akan membahas detail teknis seperti implementasi fisik dari analisis sistem. 1.5 Manfaat Pelaksanaan Program Magang Manfaat yang didapat penulis melalui program magang ini antara lain: a) Mempraktikkan ilmu yang didapat selama perkuliahan, terutama yang terkait dengan Akuntansi Biaya, Akuntasi Manajemen, dan Sistem Informasi Akuntansi b) Mendapat pengalaman di dunia kerja, sebagai persiapan untuk terjun ke dunia kerja ketika lulus dari program sarjana c) Mendapat pengetahuan mengenai produksi dan cara kerja perusahaan manufaktur dan hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, dan akuntansi biaya d) Meningkatkan atau menguasai kemampuan non akademis dan soft skill seperti kemampuan komunikasi, adaptasi, team work, tanggung jawab, dan kepemimpinan Bagi perusahaan tempat magang, manfaat yang didapat dengan menjadi tempat pelaksanaan program magang, antara lain: a) Mendapatkan manfaat dari sumber daya manusia secara temporer sesuai kebutuhan perusahaan. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 b) Menciptakan dan menjaga hubungan baik antara perusahaan dengan kampus c) Sebagai media seleksi rekrutmen calon karyawan 1.6 Tempat dan Waktu Pelaksanan Magang Penulis melaksanakan program magang di PT. X yang berlokasi di Bekasi dengan posisi sebagai accounting staff (assistant) dan menangani beberapa bagian dari siklus akuntansi yang dijalankan perusahaan. Penulis menghabiskan sebagian besar waktu magang untuk menangani jurnal persediaan maupun arus kas untuk persediaan, baik kas masuk maupun kas keluar. 1.7 Pelaksanaan Program Magang Dalam pelaksanaan magang, penulis mendapatkan arahan dan bimbingan dari Kepala Departemen Akuntansi, Wakil Kepala Departemen Akuntansi, serta dari rekan kerja sesama accounting staff. Kegiatan magang yang dijalani oleh penulis adalah membantu para staff akuntansi dalam menjalankan proses akuntansi perusahaan sehari-hari, dalam hal ini perusahaan menggunakan software akuntansi bernama Finacct. Setelah mempelajari cara kerja dari software akuntansi tersebut dan prosedur dalam menggunakannya, penulis diberi tanggung jawab sesuai desk job yang diberikan oleh Wakil Kepala Departemen Akuntansi. Berikut adalah rincian kegiatan yang penulis lakukan selama dalam proses magang: Melakukan input penjurnalan ke dalam software dan database akuntansi perusahaan Melakukan aging schedule pada akun Account Receivable perusahaan Melakukan proses pengarsipan dokumentasi akuntansi perusahaan seperti bank masuk, bank keluar, kas masuk, dan kas keluar secara hard copy maupun ke dalam software akuntansi perusahaan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 1.8 Metode Penulisan Laporan Magang Laporan akhir magang ini dibuat dengan menggunakan metode studi pustaka untuk teori-teori pendukung dan observasi langsung dalam praktik pencatatan dan metode persediaaan yang dilakukan oleh PT. X. 1.9 Sistematika Penulisan Laporan magang ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1: Pendahuluan, membahas mengenai latar belakang penulisan laporan magang, tujuan penulisan laporan magang, manfaat pelaksanaan magang, tempat dan waktu pelaksanaan magang, pelaksanaan program magang, perumusan dan pembatasan masalah, metode penulisan laporan magang, dan sistematika penulisan. BAB 2: Landasan Teori, membahas teori yang mendasari pembahasan permasalahan yang ada. Dalam hal ini landasarn teori didasarkan pada jurnal ilmiah, dan text book dari perkuliahan yang selama ini didapatkan penulis BAB 3: Profil Perusahaan, memberikan gambaran tentang perusahaan dimana tempat magang dilaksanakan BAB 4: Pembahasan, membahas mengenai sistem pengukuran biaya perusahaan. Analisis dilakukan dengan membandingkan sistem biaya yang dilakukan oleh perusahaan tempat magang melalui kenyataan yang ditemukan dari dokumen dan laporan keuangan dengan teori yang telah dibahas di Bab 2. BAB 5: Kesimpulan dan Saran, memberikan kesimpulan dari seluruh isi laporan dan juga saran-saran terkait dengan permasalahan yang ada. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Informasi adalah produk yang dihasilkan dari sebuah sistem informasi. Informasi berbeda dengan data, dimana data adalah fakta, angka yang menjadi masukan bagi sebuah sistem informasi. Informasi terdiri dari data yang telah dirubah dan dibuat menjadi lebih bernilai melalui sebuah proses. Informasi secara ideal seharusnya memberi pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran. Sistem adalah suatu kerangka kerja terpadu yang mempunyai satu tujuan atau lebih. Yang dimana untuk mencapai tujuan tersebut akan mengkoordinasi sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengubah masukan-masukan menjadi keluaran. Sumberdaya yang dimaksud disini dapat berupa mesin atau tenaga kerja, bergantung pada macam sistem yang dibicarakan. Dengan kedua definisi diatas dapat disimpulkan sistem infromasi adalah suatu kerangka kerja dimana sumberdaya (manusia, komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan (James Hall, 2001) 2.2 Sistem Informasi Akuntansi Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Akuntansi dan sistem informasi berhubungan sangat erat. Pada dasarnya, akuntansi adalah sebuah sistem infromasi. Tepatnya, akuntansi adalah penerapan dari teori umum informasi untuk masalah-masalah operasi ekonomi yang efisien. Akuntansi juga merupakan bagian besar dari informasi umum yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif. Dalam konteks ini, akuntansi merupakan bagian dari sistem infromasi umum suatu kesatuan operasional dan juga merupakan bagian dari bidang besar dibawah nama konsep informasi (Evanston, 1966) Hubungan ini membuat munculnya istilah sistem informasi akuntansi (SIA). Sistem informasi akuntansi merupakan sistem informasi formal yang memiliki semua karakteristik seperti tujuan (kegunaan), tahap, tugas, pengguna, dan sumber daya (Romney, 2012). Lebih daripada itu, sistem informasi akuntansi suatu perusahaan mempunyai cakupan yang menyeluruh. Sistem ini meluas ke seluruh kegiatan perusahaan dan menyediakan informasi bagi semua pengguna perusahaan. Yang membedakan sistem informasi akuntansi perusahaan dengan sistem informasi perusahaan secara keseluruhan adalah pada fungsi akuntansinya, dimana fungsi tersebut berkaitan dengan dampak ekonomis dari kejadian-kejadian tertentu terhadap kegiatan dan kesejahteraan perusahaan. Jadi sistem informasi akuntansi hanya menerima data ekonomi dari kejadian-kejadian baik eksteren maupun interen perusahaan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Sama halnya dengan keluaran (output) yang dikeluarkan oleh sistem informasi akuntansi yaitu berupa laporan, ikhtisar, dan keluaran informasi-informasi lain yang juga menggunakan istilah keuangan. Keluaran yang berorientasi pada keuangan ini juga menjadi basis informasi untuk menentukan catatan prestasi (scorekeeping) Sistem informasi akuntansi dapat dibagi menjadi tiga subsistem (James Hall, 2001) yaitu Transaction Processing System (TPS), General Ledger/Financial Reporting System dan Management Reporting System. 1. Transaction processing system (TPS) adalah sistem Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 informasi yang terkomputerisasi yang dikembangkan untuk memproses data-data dalam jumlah besar untuk transaksi bisnis rutin seperti daftar gaji dan inventarisasi. TPS merupakan sistem tanpa batas yang memungkinkan organisasi berinteraksi dengan lilngkungan eksternal. Karena manajer melihat data-data yang dihasilkan oleh TPS untuk memperbaharui informasi setiap menit mengenai apa yang terjadi di perusahaan mereka. Dimana hal ini sangat peting bagi operasi bisnis dari hari ke hari agar sistem-sistem ini dapat berfungsi dengan lancar dan tanpa interupsi sama sekali. Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). Transaction processing systems mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang digunakan perusahaan untuk diproses lebih lanjut oleh SIM. Peran TPS sebagai pusat bagi segala sistem informasi yang ada dalam perusahaan dapat dilihat dari proes yang dilakukan pada subsistem ini yaitu: a. Mengubah kejadian ekonomi menjadi transaksi keuangan b. Mencatat transaksi keungan dalam catatan akuntansi c. Mendistribusikan informasi keuangan kepada staf operasional untuk mendukung kegiatan operasional. Karena luasnya cakupan kegiatan operasional, TPS dapat dikelompokkan menjadi beberapa siklus transaksi (proses bisnis). Jenis siklus transaksi ditentukan oleh jenis aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, apakah bergerak di bidang jasa, manufaktur atau perdagangan. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 2. General Ledger/Financial Reporting System adalah dua subsistem yang saling berhubungan. GLS memproses summary dari transaksi siklus yang dihasilkan. Sedangkan TPS memperbaharui GL control account. FRS mengukur dan melporkan kondisi dan perbuahan sumber daya keuangan untuk kepentingan pengguna eksternal 3. Management Reporting System menyajikan informasi keuangan internal untuk keperluan pengelolaan organisasi diantaranya berupa anggaran, variance report, dan CVP analysis 2.3 Sistem Produksi Sistem Produksi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi akuntansi yang berada di dalam kategori transaction processing system (TPS). Sistem ini adalah sistem yang berisi serangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pengolahan data yang mempunyai hubungan dengan proses pembuatan suatu produk. Sistem ini tentunya berhubungan secara langsung dengan sub-sistem yang lain seperti siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklsus buku besar dan pelaporan. Selain subsystem-subsystem tersebut, sistem ini juga berhubungan dengan Manajemen dan sistem manajemen SDM, hubungan antar semua sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 2.1 Hubungan Sistem Produksi Dengan Sistem Lainnya (Sumber : Romney, 2012) Interaksi antara siklus produksi dengan siklus penjualan : Siklus pendapatan disini mempunyai peran sebagai siklus yang memberikan informasi tentang produk yang dipesan dan ramalan (forecast) tentang kuantitas penjualan, informasi ini digunakan oleh bagian produksi sebagai masukan untuk menyusun rencana produksi dan jumlah dari persediaan yang diinginkan (inventory level). Sebagai timbal balik, bagian produksi akan memberi siklus pendapatan informasi-informasi tentang produk apa saja yang telah selesai diproduksi maupun jumlah produk yang siap untuk dijual. Interaksi antara siklus produksi dengan siklus pembelian : Bagian produksi berperan mengirimkan informasi tentang bahan baku dimana informasi tersebut tertuang dalam Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 bentuk Surat Permintaan Pembelian (purchase). Sebagai timbal balik dari informasi tersebut siklus pembelian memberikan informasi tentang bahan baku yang telah dibeli dan informasi mengenai biaya overhead pabrik Interaksi antara siklus produksi dengan sistem manajemen SDM : Bagian produksi akan memberi informasi tentang jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kepada sistem sumberdaya manusia/penggajian yang sebagai balasannya akan memberikan data tentang ketersediaan dari tenaga kerja dan biaya dari tenaga kerja tersebut Interaksi antara siklus produksi dengan siklus buku besar dan pelaporan : Informasi yang diberikan kepada siklus buku besar dan pelaporan adalah informasi mengenai harga pokok produksi Sistem informasi akuntansi sebuah perusahaan memiliki peranan penting dalam sistem produksi. Perusahaan ketika ingin membuat keputusan tentang komposisi produk, penentuan harga jual produk, perencanaan dan alokasi sumber daya, dan manajemen biaya akan membutuhkan informasi akuntansi biaya yang akurat dan tepat waktu sebagai masukan (input) Untuk membuat keputusan tersebut tentunya dibutuhkan informasi yang lebih rinci dan jelas tentang biaya produksi dibanding informasi yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Maka dari itu, perancangan sistem produksi seharusnya tidak hanya berfokus pada kebutuhan pelaporan eksternal, melainkan juga untuk membuhi kebutuhan internal manajemen untuk membuat keputusan-keputusan diatas (James Hall, 2001). Aktivitas-aktivitas dalam sistem produksi meliputi : (a) perancangan produk (product design), (b) perencanaan dan penjadwalan (planning & scheduling), (c) kegiatan produksi (production Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 operation), dan (d) akuntansi biaya (cost accounting). Hubungan dari aktivitas-aktivitas ini bisa dilihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2 Aktivitas Dalam Sistem Produksi (Sumber : Romney, 2012) 2.3.1 Perancangan Produk Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Tahap pertama dalam suatu sistem produksi adalah merancang sebuah produk. Kegiatan ini mempunai tujuan yaitu untuk merancang sebuah produk yang memenuhi kualitas, lama pengerjaan, dan biaya produksi seperti yang diinginkan oleh pelanggan. Antara tujuan-tujuan tersebut seringkali berbenturan satu sama lain. Sehingga aktivitas ini menjadi suatu hal yang rumit dan perlu mendapat perhatian khusus. Ada beberapa dokumen yang dihasilkan dari kegiatan ini, diantaranya adalah : (1) Daftar Kebutuhan Bahan (Bill of Material), sebuah dokumen yang berisi rincian bahan baku, baik spesifikasi, kode, nama, dan kauntitas setiap bahan baku yang akan digunakan dalam produksi (2) Daftar kegiatan (operation list/routing sheet) dokumen yang berisi ketetapan tenaga kerja dan juga syarat mesin yang akan digunakan untuk membuat produk. Dokumen ini juga menjabarkan secara jelas tahap-tahap yang diperlukan untuk membuat produk. Dalam aktivitas ini akuntan harus memainkan peranan penting, karena 65% sampai dengan 80% dati total biaya produk ditentukan oleh tahap ini (Romney, 2012). Peran tersebut dalam tahap ini adalah menyediakan atau mendapatkan taksiran biaya yang digunakan untuk membuat setiap jenis rancangan agar mendapatkan kemampuan menghasilkan laba (profitability) dari setiap rancangan tersebut. Untuk membantu menghasilkan desain produk yang berkualitas perusahaan dapat menggunakan perangkat lunak bantuan berupa CAD (Computer Aided Design) dan CAM (Computer Aided Manufacturing) keduanya adalah suatu teknologi yang digunakan pada kegiatan desain dan produksi dengan menggunakan komputer digital. (Groover dan Zimmers, 1987). CAD bisa diartikan sebagai sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam membuat, modifikasi, analisis, atau mengoptimalkan desain. Sistem komputer ini Terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak atau software (Kalpakjian dan Schmid, 2006). Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Cara yang konvensional untuk mendesain cetakan berdasarkan desain dan pengembangan produk menghabiskan banyak waktu dan biaya yang mahal. Simulasi komputer bisa digunakan untuk proses pengembangan yang cepat sebelum suatu investasi penting dilakukan. (Risdiyono, 2007). Ilustrasi dari pemodelan software CAD ditunjukkan dengan Gambar 2.3 Gambar 2.3 Ilustrasi Pemodelan CAD (Sumber: AutoCAD) CAM adalah software yang digunakan untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol operasi pada kegiatan manufaktur, seperti menentukan pahat (tools) yang akan digunakan, menentukan ketinggian benda kerja (work piece), feed rate, stepdown, stepover dan menentukan semua parameter yang akan digunakan pada saat proses pemesinan. Software CAM juga dapat mensimulasikan proses pemesinan, waktu pemesinan dan akhirnya mengirimkan data dari komputer (CAD/CAM) yang digunakan untuk mendesain ke mesin- Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 mesin yang digunakan pada saat pemesinan hingga berakhir menjadi sebuah produk seperti yang diiliustrasikan pada Gambar 2.4 di bawah ini. Gambar 2.4 Simulasi Proses dalam CAM 2.3.2 Perencanaan dan Penjadwalan Produksi Tahap selanjutnya dari sistem produksi adalah untuk membuat rencana dan jadwal dari aktivitas produksi . Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan produksi dilakukan untuk memenuhi pesanan yang ada menjadi efisien, dan memungkinkan untuk memenuhi permintaan jangka pendek, tanpa menghasilkan jumlah produk yang berlebih. Terdapat 2 metode untuk membuat rencana produksi (Romney, 2012), yaitu : 1. Perencanaan Sumber Daya Manufaktur (Manufacturing Resource Planning/MRP-II). Metode ini merupakan metode yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara kapasitas produksi yang saat ini dimiliki perusahaan dengan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan pembelian yang diramalkan akan terjadi. Istilah lain dari metode ini adalah push manufacturing system, karena barang diproduksi atas dasar ekspektasi permintaan konsumen 2. Sistem manufaktur Just-in-time (JIT). Metode ini bertujuan untuk meminimalisasi atau Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 menghapuskan persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Penggunaaan JIT dimana barang hanya diproduksi untuk merespon permintaan konsumen seringkali disebut dengan pull manufacturing system. Sistem ini memiliki perbedaan dalam hal praktik bila dibandingkan dengan teori nya. Dalam teori sistem ini hanya akan memproduksi suatu barang jika pelanggan telah menempatkan order atas barang tersebut. Namun dalam praktiknya sistem manufaktur JIT ini lebih menjurus kepada metode yang berdasar pada rencana produksi jangka pendek. Artinya, perusahaan akan tetap memproduksi barang dalam jumlah tertentu meskipun belum ada order resmi dari pelanggan,. Hal ini dapat memudahkan pemasok untuk merencanakan skedul produksi sehingga mereka dapat mengirim bahan baku ke perusahaan pada saat dibutuhkan untuk produksi JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull sistem) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur di Jepang . Bila JIT merupakan suatu filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama JIT adalah meningkatkan produktivitas sistem produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai bagi suatu produk. Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu : menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan. memproduksi dengan jumlah kecil menghilangkan pemborosan memperbaiki aliran produksi menyempurnakan kualitas produk orang-orang yang tanggap menghilangkan ketidakpastian Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 penekanan pada pemeliharaan jangka panjang. JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik seharusnya diberikan. Tujuan JIT adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta memperbaiki kerja pengiriman. Tetapi ada satu hal yang perlu selalu di ingat ‘ peningkatan daya saing tidak menjamin perusahaan akan survive, tetapi tidak memiliki daya saing menjamin dengan pasti terjadinya bencana. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi penerapan JIT: a. Organisasi Pabrik Pabrik dengan sistem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi. b. Pelatihan/Tim/keterampilan JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan sistem tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional. Bagaimana cara kerja JIT. Apa yang diharapkan oleh JIT dan alat-alat statistik seharusnya diberikan. c. Membentuk Aliran/Penyederhanaan. Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal. d. Kanbal Pull System Kanbal merupakan sistem manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan: Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya. Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya Meratakan beban produksi Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses. e. Visibiltas / pengendalian visual Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan sistem visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam sistem tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam proses dan banyak rute produksi yang saling bersilangan. f. Eliminasi Kemacetan Untuk menghapus kemacetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berbagai departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan. g. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup. Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini sesuai bila mesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi. h. Total Productive Maintance TPM merupakan suatu keharusan dalam sistem JIT. Mesin-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut. i. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC) dan Perbaikan Berkesinambungan. Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIT tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima. Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain: Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Dukungan. yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak dapat terlaksana. Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita. Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. Penemuan sistem produksi yang tepat, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT bukan hanya sekedar metode pengendalian persediaan, tetapi juga merupakan sistem produksi sistem produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas. Manfaat JIT antara lain : Mengurangi ruangan gudang untuk penyimpanan barang. Mengurangi waktu setup dan penundaan jadwal produksi Mengurangi pemborosan barang rusak dan barang cacat dengan mendeteksi kesalahan pada sumbernya. Penggunaan mesin dan fasilitas secara baik. Menciptakan hubungan yang lebih baik dengan pemasok. Loyout pabrik yang lebih baik. Pengendalian kualitas dalam proses. Dokumen yang digunakan dalam aktivitas ini sebagai berikut: - Jadwal Produksi (Master Production Schedule) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Dokumen ini memuat waktu pelaksanaan aktivitas produksi serta menentukan jumlah unit produk yang harus dibuat dalam satu putaran produksi. Contoh dari dokumen ini bisa dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Ilustrasi Master Production Schedule MASTER PRODUCTION SCHEDULE Product Number: 120 Description: DVD Player Lead time: Week Number 1 week 1 2 3 4 5 6 7 8 Quantity on hand 500 350 350 300 350 300 450 300 Scheduled 150 300 250 300 250 400 250 300 Forecasted sales 300 300 300 250 300 250 400 250 Not available 350 350 300 350 300 450 300 350 production (Sumber : Romney, 2012) Untuk menentukan jumlah unit yang diproduksi, digunakan informasi tentang order pelanggan, ramalan penjualan, dan jumlah persediaan. Meskipun dalam perkembangannya jadwal produksi ini akan bersifat fleksibel untuk merespon perubahan pasar, namun rencana produksi harus ditetapkan selambatnya 1 minggu sebelumnya agar perusahaan memiliki kesempatan yang cukup untuk memperoleh bahan baku, perlengkapan, dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Jadwal produksi ini digunakan untuk menetapkan jumlah unit yang akan diproduksi setiap hari dan juga digunakan untuk menentukan kapan harus membeli bahan baku guna memenuhi jadwal produksi. Jumlah ketubuhan bahan baku bila dibandingkan dengan persedian yang ada, bagian produksi Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 harus membuat permintaan pembelian dan dikirimkan ke bagian pembelian agar dilakukan transaksi pembelian bahan jika jumlah persediaan tidak mencukupi kebutuhan. - Order Produksi (Production Order). Dokumen ini merupakan sebuah dokumen yang berisi daftar kegiatan yang perlu dilakukan, kuantitas yang diproduksi, dan lokasi pengiriman produk apabila produk tersebut telah seleasi dibuat. Ilustrasi dari dokumen ini dapat terlihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Ilustrasi order produksi Operation List for: Create Side Panel Operation Number Description Machine Number Standard Time (minutes:seconds) 105 Cut of shape ML 15-12 2:00 106 Corner cut ML 15-9 3:15 124 Turn and shape S28-17 4:00 142 Finish F54-5 7:10 155 Paint P89-1 9:30 (Sumber : Romney, 2012) - Bukti Permintaan Bahan Baku (Material Requisition). Ketika aktivitas produksi dimulai dokumen ini dibutuhkan untuk meminta bahan baku ke gudang. Informasi dalam dokumen ini berupa nomor order, tanggal dikeluarkan, kode bahan baku, dan kuantitas bahan baku. Sistem akuntansi biaya Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 memperlakukan dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk mencatat konsumsi bahan baku oleh pabrik, seperti yang terlihat di tabel 2.3 Tabel 2.3 Ilustrasi Material Requisition Finished Product: DVD Player Part Number Description Quantity 105 Control Unit 1 125 Back Panel 1 148 Side Panel 2 155 Top/Bottom Panel 2 173 Timer 1 195 Front Panel 1 199 Screw 6 (Sumber : Romney. 2012) 2.3.3 Proses Produksi Tahap selanjutnya dalam sistem produksi adalah proses pembuatan produk. Aktivitas yang terkait dalam proses produksi ini beragam, tergantung pada tingkat kerumitan suatu produk yang dihasilkan dan penggunaaan teknologi dalam memproses produk tersebut. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam proses produksi seperti robot dan mesin yang dikendalikan oleh komputer mempunyai istilah computer integrated manufacturing (CIM). Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Akuntan tidak diharuskan menjadi pakar dalam bidang CIM, yang harus dipahami sebagai seorang akuntan adalah pengaruh CIM terhadap SIA (Romney, 2012). Salah satu pengaruh dari CIM adalah merubah produksi masal (mass production) menjadi produksi yang didasarkan pada permintaan pelanggan (custom order manufacturing). Setiap perusahaan mempunyai cara-cara yang berbeda dalam melakukan produksi, namun pada akhirnya meskipun cara memproduksinya berbeda, perusahaan harus dapat mengumpulkan informasi penting yang berhubungan dengan produksi tersebut yaitu Konsumsi bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead. Informasi-informasi ini dibutuhkan oleh SIA untuk dapat mengolah data atau masukan tersebut, memprosesnya, dan menghasilkan keluaran yang berupa laporan-laporan yang dibutuhkan. Terdapat beberapa ancaman yang dapat mengganggu jalannya proses operasi produksi suatu perusahaan, diantaranya adalah : - Pencurian terhadap persediaan - Pencurian terhadap aset tetap perusahaan - Kinerja produksi yang rendah - Investasi yang tidak optimal - Hilang atau rusaknya persediaan dan aset tetap karena bencana alam 2.3.4 Sistem Akuntansi Biaya Sistem akuntansi biaya adalah tahap akhir dalam siklus produksi. Tahap ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1. Menghasilkan informasi yang berguna untuk perencanaan, pengendalian, dan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 pengendalian kerja dari sebuah kegiatan produksi 2. Menghasilkan informasi yang terperinci dan akurat tentang biaya produksi sehingga bisa menjadi dasar untuk menentukan harga (pricing) dan membantu manajemen untuk mengambil keputusan mengenai bauran produk (product mix) yang akan digunakan oleh perusahaan. 3. Menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menetapkan nilai persediaan dan harga pokok penjualan Yang harus dilakukan SIA untuk mencapai tujuan-tujuan diatas adalah dengan cara mengumpulkan data biaya yang dikelompokkan ke berbagai kelompok, kemudian membebankan biaya-biaya tersebut ke berbagai obyek biaya baik yang termasuk dalam unit produksi maupun unit organisasi. Pengelompokan data ketika proses mengumpulkan data harus dilakukan dengan hati-hati agar hasil data yang didapat menjadi akurat. Kesalahan dalam mengelompokkan data seringkali terjadi karena terdapat 2 atau lebih data yang sama namun masing-masing dialokasikan dengan cara yang berbeda. 2.3.4.1 Metode Pengumpulan data biaya Perusahaan dalam mengumpulkan data biaya dapat menggunakan metode sebagai berikut : - Data penggunaan material Ketika produksi dimulai, terbitnya material recquisition akan mengakibatkan pendebetan pada work in process (WIP) agar material yang ada dapat dikirim ke lini produksi. Jika material tambahan dibutuhkan, maka pendebetan akan dilakukan kembali pada WIP. Sebaliknya WIP akan dikreditkan untuk semua material yang tidak terpakai dan dikembalikan kepada persediaan. Material tersebut seringkali diberi bar code agar data penggunaan dapat diperoleh dengan memindai produk keika dilepaskan dari atau dikembalikan kepada persediaan. Semakin banyak perusahaan menggunakan tag RFID untuk meningkatkan lebih jauh efsiensi dari pelacakan penggunaan material. Tag RFID diaplikasikan kepada produk individual, perusahaan dapat mengadopsi metode identifikasi yang spsifik untuk melacak persediaan jika mereka menginginkannya. Namun terdapat kesulitan menggunakan metode RFID pada beberapa material seperti material Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 berbentuk cairan. Staff persediaan dan staf pabrik harus melakukannya secara online melalui terminal yang disediakan. - Data biaya tenaga kerja langsung Mendapatkan data biaya tenaga kerja langsung dapat menggunakan 2 metode, yang pertama adalah dengan menggunakan job time ticket, dokumen ini yang merekam jumlah waktu dari setiap tenaga kerja atas tugas kerja spesifik yang telah ia kerjakan. Untuk menambah efisiensi dalam memperoleh data ini dapat digunakan kartu identifikasi yang dilengkapi dengan bar code, dimana karyawan akan menggunakan kartu itu pada terminal yang disediakan untuk memberi informasi tentang apa dan berapa lama pekerjaan yang sudah dilaksanakan oehnya. Kecepatan perolehan data menggunakan kartu identifikasi dengan bar code jauh lebih cepat dibadingkan menggunakan job time ticket - Data penggunaan mesin dan peralatan Ketika perusahaan mengimplementasikan CIM untuk mengotomatisasi proses produkis. Dengan proporsi yang lebih besar dari biaya-biaya produk yang berhubungan dengan mesin dan peralatan yang akan diigunakan dalam proses produsi. Data mengenai mesin dan peralatan yang telah digunakan dikumpulkan dalam setiap langkah di dalam proses produksi, seringkali bersamaan dengan data biaya dari tenaga kerja. Seabagai contoh, ketika para pekerja merekam aktivitas mereka dalam stasiun kerja tertentu, Sistem juga dapat merekam informasi yang mengidentifikasi mesin dan peralatan kerja dari stasiun kerja yang dimaksud. Sistem ini sampai beberapa waktu yang lalu masih menggunakan jalur kabel (wired) dalam mengirimkan data, hal ini membuat kesulitan bagi perusahaan yang ingin mengubah layout di dalam pabrik karena terhalang kabel tersebut. Saat ini telah banyak perusahaan yang merubah sistem koneksi untuk memindahkan data dengan menggunakan wirelless. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 2.3.4.2 Penentuan Sistem Biaya Persediaan merupakan bagian yang signifikan dari aset lancar perusahaan karena persentasenya cukup tinggi dari total aset lancar. Oleh karena itu, penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset menjadi salah satu isu penting dalam akuntansi persediaan. Yang tidak kalah pentingnya, persediaan juga dapat mempengaruhi besarnya laba. Salah saji nilai aset dalam laporan keuangan dapat berdampak pada kesalahan pengambilan keputusan. Sebagai contoh adalah nilai persediaan yang disajikan dalam laporan keuangan lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dilaporkan. Penyajian overstated ini dapat dideteksi dari proses penyajian yang tercantum dalam laporan keuangan. Akibat kelebihan penyajian tersebut, nilai harga pokok produksi menjadi lebih rendah dari nilai yang seharusnya dilaporkan (understated). Harga pokok produksi yang terlalu rendah akan berakibat pada penyajian laba yang lebih tinggi dari seharusnya untuk jumlah yang sama Mengacu pada kerangka dasar penyajian laporan keuangan, penyajian laba yang lebih tinggi berdampak pada penyajian informasi yang menyesatkan dan tidak andal sehingga merugikan pengambil keputusan. Dengan demikian, saat ini salah satu hal yang difokuskan dalam akun persediaan adalah bagaimanakah menentukan harga pokok penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi komprehensif. Di sini metode penentuan biaya produksi memegang peranan karena untuk menentukan harga pokok penjualan dibutuhkan data dari harga pokok produksi. Sistem costing bertujuan untuk melaporkan jumlah biaya yang merefleksikan cara yang dipilih cost object (barang dan jasa) dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki organisasi (Hongren, et. al. 2009). Penentuan biaya produk (product costing) merupakan proses pengakumulasian, pengklasifikasian dan pembebanan bahan langsung, tenaga Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 langsung, dan biaya overhead pabrik produk atau jasa (Blocher, et. al. 1999). Product costing berguna untuk penentuan biaya perencanaan produk atau jasa dan pengukuran persediaan, manajemen, pengendalian biaya, dan evaluasi kinerja, dan pengambilan keputusan stratejik dan operasional. Keputusan-keputusan stratejik ini di antaranya: menentukan harga jual produk atau jasa menilai dampak keuangan dari penambahan atau penghapusan produk, divisi atau suatu bagian dalam perusahaan memutuskan untuk membuat sendiri atau membeli barang yang akan dijual mengevaluasi kinerja produk, jasa, atau divisi Beberapa istilah yang penting dan harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan sistem biaya: Cost object, yaitu objek yang akan diukur jumlah biayanya, misalnya produk berupa barang dan jasa Direct cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang dapat langsung dibebankan secara ekonomis karena penambahan satu unit objek produksi mutlak harus mengeluarkan tambahan biaya Indirect cost, yaitu biaya terkait objek tertentu yang tidak bisa langsung dibebankan secara ekonomis karena pengeluaran biaya tersebut bisa saja tidak hanya ditujukan untuk produksi satu objek tertentu sehingga untuk membebankannya menggunakan metode alokasi Cost pool, yaitu pengelompokkan item-item biaya tidak langsung yang dihubungkan menjadi dasar alokasi biaya tidak langsung. Cost allocation base, yaitu cara sistematis untuk menghubungkan satu atau kelompok-kelompok biaya tidak langsung dengan objek biaya. Biasanya perusahaan menggunakan pemicu biaya (cost driver) sebagai dasar alokasi biaya karena memiliki hubungan sebab-akibat dengan perubahan biaya tidak langsung dalam jangka panjang. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 2.3.4.3 Metode Akumulasi Biaya Jenis-jenis akuntansi biaya yang umum digunakan oleh sebuah perusahaan ada 2, yaitu harga pokok pesanan (job-order-costing) dan sistem penentuan harga pokok proses (process costing). Job order costing Dalam sistem job order costing, objek biaya adalah satu atau beberapa unit produk berbeda yang disebut job. Produk dan jasa bisa dihitung per unit, misalnya tipe mesin khusus dibuat untuk pelanggan, dan dapat juga untuk beberapa produk yang samasama memiliki karakteristik khusus. Setiap job ini biasanya membutuhkan jumlah sumber daya yang berbeda. Karena setiap produk dan jasa yang dihasilkan unik dan dapat dibedakan dengan jelas, biaya-biaya diakumulasikan secara terpisah pada setiap produk. Pendekatan umum langkah-langkah job costing adalah sebagai berikut : 1. Identifikasikan job yang dipilih untuk menjadi objek biaya. Job tersebut berdasarkan dokumen sumber yaitu catatan asli yang mendukung entri jurnal dalam sistem akuntansi, salah satunya di antaranya adalah job cost record (job cost sheet), yaitu catatan dan akumulasi biaya yang dibebankan ke job tertentu, dimulai saat job tersebut mulai dikerjakan. 2. Identifikasikan biaya langsung dari job, yaitu: Direct materials. Dokumen yang dibutuhkan untuk mengeluarkan material yang dibutuhkan untuk produksi keluar dari gudang yaitu material-requisiton record yang mengandung informasi biaya material langsung yang digunakan untuk job tertentu dan di dalam departemen tertentu. Direct manufacturing labor. Dokumen yang dibutuhkan adalah labor-time record. Namun, tenaga kerja yang digunakan untuk maintenance mesin dan kebersihan tidak dapat dihubungkan ke satu job tertentu. Oleh karena itu, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 biaya tersebut dimasukkan ke dalam indirect manufacturing cost dan menjadikomponen dari manufacturing overhead cost pool yang dialokasikan ke job. 3. Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke job. Biaya tidak langsung (indirect costs) adalah biaya yang diperlukan untuk produksi namun tidak dapat ditelusuri ke job tertentu, misalnya biaya supervisi, perbaikan dan perawatan mesin, dan sarana produksi lainnya. Biaya-biaya tersebut harus dialokasikan ke seluruh job melalui cara yang sistematis. Perusahaan sering menggunakan lebih dari satu basis alokasi biaya untuk mengalokasikan biaya tidak langsung karena indirect costs yang berbeda dihasilkan dari cost driver yang berbeda. 4. Identifikasikan biaya tidak langsung yang terasosiasikan dengan setiap dasar alokasi biaya. Kelompok-kelompok biaya tidak langsung ini sulit dicatat langsung pada individual job. Manajer pertama kali mengidentifikasikan dasar alokasi biaya kemudian mengidentifikasi biaya-biaya yang terkait padam setiap dasar alokasi biaya tersebut. Oleh karena itu, manajer harus memahami terlebih dahulu cost driver yaitu penyebab mengapa biaya tersebut muncul (misalnya setup mesin, memindahkan material, dan mendesain job) sebelum biaya yang terasosiasi dengan setiap cost driver ditentukan. 5. Hitung tarif (rate) per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke job. Untuk setiap cost pool, actual indirect costs rate dihitung dengan membagi total actual indirect costs (langkah 4) dengan total actual quantity dari dasar alokasi biaya (langkah 3). Actual manufacturing overhead rate = Actual manufacturing overhead cost Actual total quantity of cost-allocation base 6. Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke masing-masing job. Biaya tidak langsung dari setiap job dihitung dengan mengalikan jumlah aktual dari tiap alokasi biaya yang berbeda (satu dasar alokasi untuk setiap cost pool) yang terkait job dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi yang didapat dari langkah 5. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 7. Hitung total biaya dari setiap job dengan menjumlahkan biaya langsung danbiaya tidak langsung yang telah ditempatkan pada masing-masing job. Dengan demikian, dapat diketahui gross margin dari setiap job dengan mengurangkan total penjualan (revenue) dengan total biaya per job. Manajer dapat menggunakan perhitungan gross margin untuk membandingkan profitabilitas dari setiap job yang berbeda untuk mendapatkan pemahaman mengapa beberapa job memiliki profitabilitas yang rendah. Job costing mencatat arus biaya perolehan persediaan yaitu saat: akuisisi material dan input manufaktur lainnya, konversi berbagai macam input menjadi barang setengah jadi (work-in-process), konversi menjadi barang jadi; dan enjualan barang jadi tersebut. Job costing juga membebankan biaya periodik seperti biaya marketing yang dikeluarkan. Gambar 2.5 Alur Biaya Job Costing (Sumber : Hongren et. al., 2006) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Job costing memiliki peran stratejik untuk perusahaan di antaranya: Pilihan perusahaan memilih strategi low cost atau diferensiasi. Jika strategi diferensiasi yang dipilih, perusahaan lebih sesuai menggunakan job costing karena manajemen berfokus pada critical success factor. Dengan metode ini, penelusuran biaya secara teliti ke dalam masing-masing produk yang unik dan terdiferensiasi sangat mungkin dilakukan. Keputusan perusahaan tentang dasar alokasi overhead. Isu stratejik dalam metode job costing adalah pembagian overhead yang terlalu tinggi atau terlalu rendah jika perusahaan menghasilkan produk yang harganya ditentukan berdasarkan dua kondisi, yaitu pasar atau kontrak. Manajer cenderung untuk menentukan biaya terlalu tinggi dalam kondisi kontrak dan terlalu rendah jika produknya akan dilempar ke pasar dengan memilih dasar alokasi overhead yang memungkinkan tercapainya tujuan tersebut. Process Costing Dalam sistem ini, objek biaya adalah sekumpulan unit produksi dan jasa yang identik dan diproduksi secara massal. Pada setiap periode, sistem process costing membagi total keseluruhan biaya produksi dengan total unit barang atau jasa yang diproduksi sehingga diperoleh biaya per unit. Dengan kata lain, biaya per unit adalah rata-rata biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit barang atau jasa pada periode tertentu. Dalam process costing muncul satu istilah yang harus dipahami yaitu unitekuivalen. Unit ekuivalen adalah jumlah yang ditentukan atau diturunkan dari unit output yang: Mengambil kuantitas dari setiap input (faktor produksi) dari setiap unit yang selesai diproduksi atau dalam unit yang belum selesai diproduksi dalam work in process (WIP) Mengkonversi jumlah input menjadi jumlah unit output yang dapat dibuat dengan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 kuantitas input Perhitungan unit ekuivalen diperlukan ketika seluruh unit fisik output tidak secara seragam diselesaikan selama periode akuntansi. Hansen dan Mowen (2007) mendefinisikan lima langkah dalam sistem process costing: 1. Membuat ringkasan arus unit fisik output. Tujuannya adalah untuk melacak unit fisik produksi. Unit fisik adalah jumlah satuan unit yang berada dalam tiap tahap produksi. Analisis dilakukan dengan membuat daftar arus fisik yang terdiri atas unit yang masuk di awal dengan unit yang keluar menjadi barang akhir dan WIP akhir. 2. Menghitung output dalam unit ekuivalen. Setelah mendapat informasi unit fisik barang, unit ekuivalen dihitung dengan mengalikan unit fisik dengan persentase penyelesaian tahap produksi di departemen tersebut. Perbedaan metode weighted average dengan FIFO adalah unit ekuivalen WIP awal tidakdihitung sebagai bagian dari total unit ekuivalen, hanya unit ekuivalen periode saat ini saja yang dihitung. Sementara weighted average menghitung seluruh unit ekuivalen yang masuk dalam tahap produksi karena menghitung kembali sisa unit ekuivalen dari pekerjaan periode sebelumnya dimasukkan menjadi unit periode ini. 3. Menghitung total manufacturing cost. Seluruh biaya yang dikeluarkan pada periode ini dalam rangka menghasilkan produk dihitung untuk selanjutnya dibagi dengan total unit ekuivalen. Perlu diingat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk persediaan awal harus dikecualikan dari perhitungan manufacturing cost periode ini. 4. Menghitung valuasi persediaan. Total manufacturing cost dibagi dengan masingmasing unit ekuivalen dalam WIP dan barang jadi. Langkah ini akan memberi informasi pada manajemen berapa biaya yang terkandung per unit ekuivalen dalam tiap tahap produksi. Dengan mengalikan biaya per unit dengan total manufacturing cost, manajemen dapat mengetahui nilai persediaan (WIP dan barang jadi) awal, persediaan yang ditransfer ke gudang, dan persediaan akhir. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 5. Membuat rincian rekonsiliasi biaya dengan menyiapkan production report. Laporan ini menunjukkan total biaya yang dibebankan ke dalam produksi periode ini. Selain itu, laporan ini juga memberikan informasi biaya WIP awal, persediaan barang jadi, dan WIP akhir sekaligus memberikan informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Gambar 2.6 Alur Biaya Process Costing Process costing memiliki beberapa peran strategis bagi perusahaan di antaranya: - Apabila strategi yang digunakan perusahaan adalah cost leadership dan biaya overhead sangat kompleks, perusahaan sebaiknya menggunakan sistem biaya proses berdasarkan aktivitas yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi manajemen. - Isu etik yang potensial pada sistem biaya proses karena keputusan perusahaan tentang (1) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 dasar untuk melakukan alokasi overhead dan (2) pembagian selisih overhead secara merata. Manajer mungkin saja terdorong untuk membebankan biaya terlalu tinggi untuk produk-produk yang berdasarkan biaya melalui pemilihan dasar alokasi atau metode pembagian selisih overhead untuk dapat mencapai hasil yang diinginkan. - Penyediaan ’customer value’ yang baik merupakan strategi bisnis lain untuk mencapai keunggulan kompetitif. Pendekatan yang bisa digunakan adalah value chain analysis dalam process costing. Perusahaan dapat bekerja sama dengan supplier dalam rangka memperbaiki efisiensi penjadwalan produksi. Perbedaan antara sistem job order costing dan process costing dapat dilihat pada Tabel 2.5 di bawah ini : Tabel 2.4 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing Process Costing Job Order Costing 1. Pada satu periode, banyak job berbeda dikerjakan 1. sekaligus, Satu jenis produk diproduksi dengan basis berkelanjutan atau pada dengan setiap job-nya yang berbeda- periode yang memiliki kebutuhan beda produkis yang panjang. Tiap unit 2. Akumulasi biaya berdasarkan masing-masing job identik. 2. 3. Job cost sheet adalah dokumen kunci untuk mengontrol akumulasi biaya berdasarkan job. job cost sheet tiap departemen biaya berdasarkan masing-masing departemen. 3. Department production report adalah dokumentasi ringkasan jumlah unit 4. Biaya tiap unit dihitung tiap job di 5. Biaya Akumulasi yang berpindah dari satu departemen ke departemen yang unit dihitung laporan per produksi lain dan menunjukkan akumulasi dan pengeluaran biaya. departemen. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 (Sumber : Diterjemahkan dari Blochen, et.al., 2006) Activity Based Costing (ABC) Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999), sebagai suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian menuju produk. Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991) adalah: “Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan.” Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang berarti menimbulkan biaya. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 2.7 Alur Alokasi Biaya Sistem Biaya ABC (Sumber: Jan Emblemsvag, 2000) Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis relevan dan kemudian ke sumber daya-sumber daya yang dimanfaatkan (Gambar 2.7). Hal ini menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak langsung yang signifikan. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Activity-Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan. Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan informasi biaya produk secara akurat. Hal ini didorong oleh: Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional: Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi. Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan volume produksi. Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda beda. Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat dan menjual produk digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu: Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Facility sustaining activity cost --- biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji pegawai kunci. Product sustaining activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk Batch activity cost ----- biaya yang berkaitan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Misal biaya setup mesin. Unit level activity cost ---- biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Misal biaya bahan baku, biaya tenaga kerja 2.3.4.4 Laporan yang dihasilkan Laporan yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya pada umumnya berupa laporan kontrol dan laporan harga pokok produksi. Penjelasan dari kedua laporan tersebut bisa dilihat di bawah ini : Laporan Kontrol (Control Report) Laporan ini bertindak sebagai bukti bahwa transaksi tidak hilang selama proses. Sistem akuntansi biaya umumnya menggunakan laporan ini untuk mengihktisarkan seluruh pesanan, atau untuk menampilkan kelompok produk yang ditambahkan atau dikeluarkan dari persediaan produk yang diproses. Selain daripada itu laporan ini juga menampilkan bahan baku dan tenaga kerja yang ditambahkan ke dalam proses. Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) Sistem akuntansi biaya menghasilkan beberapa laporan biaya produksi yang berbeda. Ada jenis laporan yang menyajikan harga pokok total atau harga unit produk per pusat produksi, atau ada yang berupa laporan yang dibagi berdasarkan jenis produknya. Untuk perusahaan yang menggunakan sistem biaya standar, laporan ini menyajikan informasi anggaran biaya dan realisasinya. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 2.4 Teknologi Informasi Sebagai Alat Bantu dalam Siklus Produksi Untuk membuat sistem informasi akuntasni siklus produksi, sebuah organisasi atau entitas dapat memanfaatkan beberapa teknologi, diantaranya adalah teknologi bar code dan Radio Frequency Identification (RFID). 2.4.1 Bar Code Barcode merupakan sejenis kode yang mewakili data atau informasi tertentu. Kode berbentuk batangan balok dan berwarna hitam putih ini, mengandung satu kumpulan kombinasi batang yang berlainan ukuran yang disusun sedemikian rupa. Kode ini dicetak di atas stiker atau di kotak bungkusan barang. Kode tersebut akan dibaca oleh Barcode Reader, yang akan menterjemahkan kode ini kedalam data / informasi yang mempunyai arti. Di supermarket, barcode reader ini biasanya digunakan oleh kasir dalam pencatatan transaksi oleh customer. Tidak ada satu standard dari kode batang ini, justru terdapat bermacam-macam standard yang digunakan untuk berbagai keperluan, industri, maupun berdasarkan tempat digunakannya. Semenjak 1973, Uniform Product Code [UPC ] diatur oleh Uniform Code Council, sebuah organisasi industri, yang menyediakan suatu standard bar code yang digunakan oleh tokotoko ritel. Penemu sistem barcode ini adalah Joe Wodland. Beberapa barcode standar telah dikembangkan selama beberapa tahun, yang biasa disebut dengan Simbologi. Simbologi yang digunakan tentunya berbeda untuk aplikasi yang berbeda. Semisal ketika kita menggunakan huruf miring ataupun tebal, dimaksudkan untuk memperjelas makna tertentu pada teks. Simbologi yang berbeda, seperti “sandi berbentuk batang”, digunakan untuk aplikasi yang berbeda pula. Ketika kita mencetak barcode, kita akan bisa membaca makna sandinya, selama kita menggunakan sandi yang sama, dan dalam spesifikasi yang diatur dalam standar barcode. 2.4.2 Radio Frequency Identification (RFID) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Radio Frequency Identification (RFID) atau Identifikasi Frekuensi Radio adalah sebuah metode identifikasi dengan menggunakan sarana yang disebut label RFID atau transponder untuk menyimpan dan mengambil data jarak jauh. Label atau kartu RFID adalah sebuah benda yang bisa dipasang atau dimasukkan di dalam sebuah produk, hewan atau bahkan manusia dengan tujuan untuk identifikasi menggunakan gelombang radio. Label RFID terdiri atas mikrochip slikon dan antena. Label yang pasif tidak membutuhkan sumber tenaga, sedangkan label yang aktif membutuhkan sumber tenaga untuk dapat berfungsi. Teknologi RFID menjadi jawaban atas berbagai kelemahan yang dimiliki teknologi barcode yaitu selain karena hanya bisa diidentifikasi dengan cara mendekatkan barcode tersebut ke sebuah reader, juga karena mempunyai kapasitas penyimpanan data yang sangat terbatas dan tidak bisa deprogram ulang sehingga menyulitkan untuk menyimpan dan memperbaharui data dalam jumlah besar untuk sebuah item. Salah satu solusi menarik yang kemudian muncul adalah menyimpan data tersebut pada suatu silikon chip, teknologi inilah yang dikenal dengan RFID. Kontak antara RFID tag dengan reader tidak dilakukan secara kontak langsung atau mekanik melainkan dengan pengiriman gelombang electromagnet. Berbeda dengan smart card yang biasa dipakai di kartu telepon atau kartu bank yang juga menggunakan silikon chip, kode-kode RFID tag bisa dibaca pada jarak yang cukup jauh. RFID sudah banyak digunakan pada pabrik sangat bermanfaat untuk mendukung rantai manajemen dan pengendalian persediaan. RFID dapat mengidentifikasi objek secara otomatis, RFID dapat diprediksi akan mengganti barcode yang telah terlebih dahulu dikenal, Menurut Weis “ One familiar optical barcode is the Universal Produck Code (UPC) yang didesain pada tahun 1973 dan banyak di gunakan pada banyak produk untuk konsumen. Kemajuan produksi dari silikon membuat RFID berharga murah. Sistem RFID terdiri dari Tag frekuensi Radio atau Transponder dan Tag reader atau receiver. Tag reader meminta isi yang dipancarkan oleh signal RF. Menurut Arianto (-), teknologi RFID bergantung pada transmisi data nirkabel melalui medan elektro magnetik. Jantung teknologi ini adalah perangkat yang dinamakan RFID tag. RFID tag adalah sebuah label identifikasi berisi chip yang dapat diprogram, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 dilengkapi dengan sebuah antena mini. RFID tag bisa dibaca dengan sebuah reader yang dikendalikan komputer tanpa harus membutuhkan direct line-of-sight seperti halnya pembaca barcode. Jangkauan reader ini bisa mencapai satu meter.Supaya informasi yang tersimpan di chip bisa dibaca, reader memancarkan medan frekuensi elektro magnetik yang diterima oleh antena mini di RFID tag. Melalui hubungan elektronis ini, data yang tersimpan bisa dibaca, diproses dan diedit. Tenaga chip terintegrasi ini dipasok melalui medan frekuensi radio yang dipancarkan oleh reader, sehingga RFID tidak membutuhkan sumber tenaga yang terpisah. Menurut Wilkinson (-), penyederhanaan integrasi perangkat-perangkat RFID dengan aplikasiaplikasi bisnis berbiaya terjangkau menjadikan perusahaan-perusahaan dapat memperoleh banyak manfaat bisnis dari RFID. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum PT X PT. X berdiri tahun 1978 yang didirikan oleh Hartawan Setjodiningrat dengan visi dan optimisme untuk pengembangan produk baru dalam bidang Teknologi Poliuretan. Perusahaan berstatus National Private Company (bersifat nasional ) yang memiliki arti ruang lingkup kerjanya hanya melayani seluruh perusahaan di indonesia. Sejak tahun 1978 Perusahaan telah terlibat dalam eksplorasi , penelitian dan pengembangan aplikasi otomotif dari plastik dan poliuretan. Perusahaan adalah pemimpin industri dalam OEM (Original Equipment Manufacturer / Pabrik Pembuatan Peralatan Asli) berusaha untuk memuaskan klien melalui kebijakan cooperate (kerja sama) atas kualitas tinggi, dengan biaya rendah cepat dalam pengiriman. 3.2 Jenis Produk PT X Secara umum produk yang dihasilkan oleh PT X adalah komponen otomotif berupa komponen badan kendaraan (body part) kendaraan roda 4 yang berbahan plastik dan poliuretan. Setiap produk yang dibuat oleh PT X mempunyai bentuk dan spesifikasi yang berbeda yang disesuaikan dengan keinginan dari pelanggan, berikut adalah produk yang sedang atau pernah diproduksi oleh PT X : - Slab stock ( Soft foam ). - Moulded Foam ( Cold cure ). - Integral skin foam ( Semi rigid ). - Slush moulded PVC skin. - Plastic injection parts for emblem. - Hot stamping for emblem. - Rigid spray foam for insulation. - RIM ( Reaction Injection Molding ) for bumper and over fender. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 - Plastic Injection parts for clip, clamps, fasteners. - Chrome plated for plastic parts ( emblems ). - Vacuum forming. - Alunium for step. - Polyurethane structural foam ( Artificial Wood ). - Water graphic film transfer. - Install Water Jet Cutting Machines ( 6 axis ). - NON CFC molded foam. - LD-SRIM ( Low Density-Structural Reaction Injection Molding ) for Headlining. - HDPE Vacuum forming for Inner Liner. - PVC / PP Foam skin vacuum formed for instrument panels padding. - LDPE Vacuum forming for Luggage Tray. - Door Visor / Side Visor Injection Plastic. - Spare tire cover Injection Plastic. - Insulator dash panel / hood. - CFC Free Moulded Rigid Foam. - Head Lining Rigid Polyurethane press forming 3.3 Budaya kerja PT X Budaya kerja perusahaan disebut budaya kerja 5S, budaya kerja ini adalah aktivitas yang harus dilakukan oleh semua orang yang berada dalam suatu organisasi, untuk menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat, efektif, dan efisien. Adapun maksud budaya kerja di atas adalah sebagai berikut : 1. Seiri ( Ringkas ) Memisahkan barang-barang atau mengelompokkan barang-barang yang diperlukan dan menempatkan barang tersebut pada tempat yang seharusnya. 2. Seiton ( Rapi ) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Menyimpan barang-barang dengan memperhatikan keamanan, kualitas, efesien, dan estetikanya, yaitu: Setiap barang harus memiliki tempat yang jelas dan pasti. Barang dan tempat harus mempunnyai identitas yang jelas. Tolok ukur dan penataan telah berjalan dengan baik adalah : Seberapa cepat barang yang diperlukan dapat ditemukkan atau diambil. Seberapa cepat barang yang disimpan kembali pada tempatnya yang benar. Seberapa mudah dan aman untuk mengambil atau menaruh barang. Ketentuan atau prinsip-prinsip penataan barang atau berada di PT. X : Barang yang hampir tidak pernah dipakai, disingkirkan dari area kerja atau dibuang. Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 jam sampai 1 minggu, simpan sedekat mungkin dengan tempat kerja. Barang yang dipakai sekali dalam jangka 1 sampai 6 bulan, simpan dekat tempat kerja. 3. Seiso ( Resik ) Membersihkan tempat kerja, peralatan, dokumen, dan barang-barang berguna lainnya dari sampah, kotoran, dan debu sehingga kondisinya menjadi bersih dan barang-barang yang sudah tidak berguna disingkirkan atau dibuang sehingga tempat kerja menjadi bersih, tetapi juga memeriksa kondisi barang yang dibersihkan, sehingga bila ada kelainan atau masalah dapat diketahui dengan cepat. 4. Seiketsu ( Rawat ) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Melakukan kegiatan Seiri, Seiton, dan Seiso secara terus menerus sehingga diperoleh kondisi 3S diatas yang baik dan terpelihara. Ketentuan atau prinsip-prinsip Seiketsu adalah sebagai berikut : Setiap menemukan barang yang tidak jelas identitasnya harus dipertanyakan berguna atau tidak berguna. Setiap menemukan barang yang tidak pada tempatnya harus segera ditaruh atau dikembalikan pada tempatnya dan pertanyakan siapa yang telah melakukan penyimpangan. Selalu menaruh barang pada tempatnya. Tanggulangi masalah pada sumbernya. Setiap selesai kerja melakukan pembersihan. Saling mengingatkan. 5. Shitsuke ( Rajin ) Melakukan kegiatan 4S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu) berulang-ulang sehingga menjadikan kebiasaan. Kebiasaan akan merubah pola pikir, dan sikap mental. Tindakan yang melakukan secara terus menerus akan menjadi kebiasaan dan kebiasaan yang berulang-ulang akan membentuk suatu budaya. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadikan suatu kebiasaan : - Ciptakan kondisi yang membuat hal baik sering dilakukan. - Perbaiki komunikasi dan pelatihan. - Atur agar setiap orang melakukan sesuatu sesuai perannya. - Ciptakan kondisi dimana setiap orang bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. - Setiap terjadi kelainan atau penyimpangan, maka tunjukan kelainan atau penyimpangannya dan pastikan kelainan tersebut diapkai. - Kembangkan sistem agar orang bekerja sama dalam tim. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.4 Visi dan Misi PT X Strategi yang digunakan adalah dengan terus meningkatkan produk komponen otomotif baik secara kualitas maupun kuantitas yang tercermin dari Visi dan Misi dari Perusahaan, yaitu: Visi PT X - Menjadi market leader dibidangnya Misi PT X - Ikutserta berpartisipasi membangun industri otomotif indonesia khususnya dalam bidang menyediakan produk komponen otomotif dengan selalu mengupayakan : 1. Melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan mitra kerja/usaha 2. Menjaga hubungan yang harmonis dengan berbagai pihak terkait 3. Secara terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya perusahaan untuk dapat memberikan produk yang diharapkan dan meningkatkan daya saing perusahaan 3.5 Struktur Organisasi PT X Setiap perusahaan didalam usahanya selalu mempunyai tujuan. Tujuan tersebut bisa dicapai dengan suatu kerjasama baik dari para anggotanya. Kerjasama yang baik dapat dicapai dengan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tangung jawab dari setiap anggota perusahaan. Untuk mengetahui tugas dan wewenang seseorang dalam organisasi dan kepada siapa seorangpejabat bertanggung jawab, diperlukan suatu struktur organisasi. Struktur organisasi PT X adalah seperti dibawah ini : Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT X (Sumber : Dokumen Human Resource PT X) 3.6 Definisi dan Fungsi Departemen PT X Penjelasan fungsi dan definisi dari setiap departemen yang terdapat dalam PT X adalah sebagai berikut : - Management Information System (MIS) Departemen yang bertanggung jawab dalam merencanakan, mengembangkan, dan memelihara sistem informasi yang terdapat di dalam perusahaannya, termasuk dalam hal pemilihan dan perawatan perangkat lunak maupun perangkat keras komputer yang dimiliki oleh perusahaan. - Procurement (PRC) Departemen yang memiliki ruang lingkup tanggung jawab dalam aktivitas pembelian (purchasing) yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu berupa pembelian persediaan, maupun pembelian peralatan dan aset tetap lainnya milik perusahaan. - Warehouse (WHS) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam hal penyimpanan (storage) dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan, baik persediaan material maupun persediaan barang jadi. - Finance (FIN) Departemen yang bertanggung jawab dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. - Accounting (ACT) Departemen yang bertugas untuk menjalankan dan menjaga kualitas dari siklus akuntansi milik perusahaan. - Cost Management (CMA) Departemen yang memiliki tugas dalam menentukan alokasi, pengukuran, dan menjaga tingkat biaya yang dikeluarkan perusahaan. - Human Resource & General Affairs (HRG) Departemen yang bertugas dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dan general affairs. - Sales (SLS) Departemen yang bertanggung jawab dalam mengelola penjualan dan pemasaran produk yang diproduksi oleh perusahaan, termasuk mengelola hubungan dan menentukan harga dengan pelanggan. - Product Engineering (PRE) Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam merekayasa sebuah produk berdasarkan desain dan ketentuan yang telah ditentukan oleh perusahaan. - Production Preparation (PPR) Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan jalannya proses produksi perusahaan, diantara tugasnya adalah membuat atau menyiapkan tooling yang akan digunakan dalam proses produksi tersebut. - Quality Assurance (QAS) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Departemen yang bertugas dalam memastikan bahwa produk yang dihasilkan adalah produk dengan kualitas yang telah ditentukan oleh perusahaan dan sesuai dengan persyaratan kualitas yang diberikan oleh pelanggan. - Production (PRO) Departemen yang memiliki tanggung jawab dalam hal proses produksi perusahaan, dan bertugas mengelola lini produksi dan setiap stasiun kerja yang terdapat dalam lini produksi tersebut. - Kanban (KAI) Departemen yang bertugas mengelola siklus kanban milik perusahaan dan memiliki tanggung jawab dalam mengelola penjadwalan persediaan dan pemindahannya ke lantai produksi. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.7 Proses Bisnis PT X Proses bisnis dari PT X dibagi berdasarkan tiga proses yang memiliki fungsi masing-masing, yang pertama adalah proses manajemen yang membawahi divisi yang berhubungan langsung dengan proses manajemen perusahaan, yang kedua adalah proses realisasi produk yang membawahi divisi yang bertanggung jawab menjalankan proses dari perencanaan akan suatu produk yang sesuai dengan kesepakatan dengan pelanggan hingga proses mewujudkan rencan tersebut menjadi barang jadi. Yang terakhir adalah proses penyokong, yang berisi divisi yang berhubungan dalam menyokong jalannya perusahaan baik dalam bidang teknologi, keuangan, akuntansi, training, dan sebagainya. Proses bisnis PT X dapat terlihat sesuai gambar di bawah ini. Gambar 3.2 Proses Bisnis PT X (Sumber : Dokumen Human Resource PT X) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.8 Proses Produksi PT X PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, untuk lebih memahami proses bisnis perusahaan maka dapat melihat proses produksi salah satu produk yang dihasilkan PT X di bawah ini : Gambar 3.3 Proses Produksi PT X 3.9 Konsumen PT X Konsumen dari PT X adalah perusahaan otomotif yang memiliki pabrik di indonesia untuk merakit kendaraan roda empat. Perusahaan-perusahaan tersebut merakit (assembling) kendaraan dimana sebagian komponennya dikirim dari negara asal produsen kendaraan roda empat tersebut dan sebagian dibuat di indonesia. Empat pelanggan terbesar dari PT X adalah sebagai berikut : Toyota Astra Motor (TAM) Astra Daihatsu Motor (ADM) Nissan Motor Indonesia (NMI) General Motor Indonesia (GMI) 3.10 Persaingan Dalam Industri Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persaingan industri komponen otomotif yaitu keunggulan persaingan, pengaruh harga, mutu produk, pengaruh waktu penyerahan produk, faktor pelayanan teknis dan penjualan. Meski kesemua faktor tersebut berpengaruh terhadap persaingan, dalam penulisan ini hanya akan dibahas pengaruh harga jual yang dimana ditentukan stelah menentukan harga pokok produksi. Alasan diambilnya faktor ini, adalah karena harga merupakan faktor utama dalam memenangkan persaingan dalam industri apapun, termasuk industri komponen otomotif. Tentunya perusahaan otomotif ingin memproduksi sebuah kendaraan dengan biaya yang rendah, sehingga perusahaan otomotif tersebut ingin mendapatkan pemasok komponen untuk memproduksi kendaraan dengan harga yang paling murah. Dalam dunia bisnis di era modern ini sebuah perusahaan setidaknya harus mempunyai 3 syarat bila ingin terus bertahan dan memiliki keunggulan dalam iklim persaingan, yaitu : kondisi keuangan yang tangguh, sistem kerja yang adaptif serta budaya kerja yang baik, dan kepercayaan. PT X sebagai perusahaan penghasil komponen otomotif memiliki kiat-kiat agar mampu bertahan, yaitu dengan cara : 4. Meningkatkan profesionalisme kerja 5. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak termasuk dengan perusahaan subkontraktor 6. Menyeleksi produk-produk yang mampu dikerjakan 7. Memperbaiki kualitas piutang 8. Memperketat pengendalian biaya 9. Memberi pelayanan yang terbaik 10. Tidak menunda-nunda klaim 11. Mempertahankan image perusahaan sebagai perusahaan profesional dan terbaik di kelasnya 3.11 Prosedur Siklus Produksi Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Sistem informasi akuntansi PT X terutama pada siklus produksinya berfokus kepada dua hal, yang pertama adalah pada prosedur-prosedur yang dilakukan perusahaan sesuai dengan proses produksi menuju barang jadi (product realization) dimana setiap prosedur tersebut menghasilkan dokumen-dokumen pelengkap dan yang kedua adalah prosedur yang dilakukan dan dokumen yang dihasilkan oleh departemen-departemen yang terlibat di dalam proses produksi tersebut baik yang bersifat penyokong (supporting) maupun manajerial. Proses produksi menuju barang jadi terdiri dari banyak prosedur, namun yang relevan untuk dibahas dalam penelitian ini adalah prosedur desain produk perencanaan kualitas produk penjadwalan produksi operasi produksi Pengendalian biaya Semua prosedur tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan barang jadi sesuai dengan kualitas, harga, dan waktu yang diinginkan oleh perusahaan. Prosedur yang dilaksanakan oleh departemen penyokong juga merupakan prosedur yang krusial bagi perusahaan dan berperan besar selama proses produksi berlangsung. Prosedur yang memiliki pengaruh signifikan dalam proses produksi perusahaan adalah prosedur departemen akuntansi dan sistem informasi. Untuk memudahkan memahami sistem informasi akuntansi siklus produksi yang dilakukan perusahaan, pembahasa prosedur diatas akan dikelompokkan sesuai dengan data flow diagram yang berawal dari diagram konteks hingga diagram level 2 desain produk. 3.11.1 Diagram Konteks dan Level 0 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Diagram konteks dalam siklus produksi PT X memiliki pihak esksternal yang memiliki peran dalam memberikan aliran data kepada sistem produksi maupun menerima aliran data dari sistem tersebut. Diagram Konteks dapat dilihat pada gambar 3.4 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Diagram level 0 yang dimiliki PT X memiliki 4 proses di dalamnya, yaitu proses Advanced Product Quality Planning, proses penjadwalan produksi, proses produksi, dan proses pengendalian biaya. Diagram level 0 dapat dilihat pada gambar 3.5 3.11.2 Diagram Level 1 Advanced Product Quality Planning Proses perencanaan kualitas produksi dari PT X bertujuan untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Perencanaan produksi PT X tertuang pada advanced product quality planning (APQP), yaitu sebuah perencanaan produksi yang terbagi dalam empat tahap atau phase, yaitu : - Phase 1 Phase pertama adalah tahap dimana perusahaan membuat perencanaan ruang lingkup dan waktu dari proyek mengerjakan sebuah produk, proses ini berfokus dari pengesahan proyek oleh manajemen, asumsi dan perencanaan desain dari produk tersebut, dan tercapainya komitmen dari tim yang terlibat untuk menjalankan proyek. - Phase 2 Tahap kedua dari APQP adalah tahap yang berkaitan dengan gambar (drawing) dari produk yang akan dibuat dan penentuan dari spesifikasi yang didapatkan dari gambar desain tersebut, di dalam tahap inilah prosedur membuat desain produk dilaksanakan oleh perusahaan. Tahap kedua dari APQP berakhir pada pengesahan dari desain produk yang telah dibuat. - Phase 3 Tahap selanjutnya atau tahap ketiga dari APQP, adalah tahap dimana perusahaan menentukan peralatan untuk memproduksi (tooling), melakukan trial dan mengevaluasi hasil dari trial tersebut, mempersiapkan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk proses produksi, menentukan dampak lingkungan, dan memembuat rencana biaya produksi. Tujuan dari APQP tahap ketiga ini adalah agar perusahaan siap untuk melakukan preproduksi. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 - Phase 4 Tahap terakhir dari APQP adalah tahap yang berfokus pada pelaksanaan dari pre-produksi, evaluasi dari pelaksanaan pre-produksi tersebut, penentuan standard costing dan realisasi dari budget yang tersedia, dan penanganan pengiriman produk kepada pelanggan. Tahap ini berakhir pada pengesahan perencanaan produksi dan penyerahan tanggung jawab proyek kepada bagian produksi. Dalam melaksanakan perencanaan produksi, perusahaan melakukan aktivitas yang menghasilkan informasi yang berguna untuk melaksanakan tahap berikutnya dalam perencanaan, informasi-informasi yang dihasilkan tersebut tertuang dalam dokumendokumen sebagai berikut : - Project Approval Dokumen yang berisi persetujuan dari manajemen mengenai proyek pengerjaan produksi yang akan dilaksanakan. - Surat Keputusan (SK Project Leader) Surat Keputusan dari manajemen tentang penunjukkan ketua pelaksana proyek yang bertanggung jawab terhadap jalannya proyek tersebut. - Project Budget Dokumen yang berisi jumlah budget yang ditentukan perusahaan dalam menjalankan persiapan proyek. - Data awal Proyek Dokumen berisi data-data tentang awal yang berisi informasi mengenai keadaan perusahaan dan kemampuan perusahaan dalam menjalankan proyek. - Team Feasibility Commitment Dokumen yang berisi pernyataan komitmen oleh tim pelaksana proyek untuk melaksanakan proyek tersebut. - Drawing Product Dokumen yang berisi gambar rancangan produk yang dihasilkan dari prosedur Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 desain produk. - Jig & cross functional (C/F) specification Dokumen yang berisi spesifikasi awal dari tooling yang akan digunakan di dalam proses produksi - Minute Meeting Dokumen yang berisi kesimpulan rapat yang dilakukan manajemen yang membahas kemajuan dalam proses perencanaan produksi. - Jadwal Pembuatan Tooling Dokumen yang berisi jadwal dalam pembuatan tooling yang diperlukan untuk memulai aktivitas produksi - Drawing Tool Gambar rancangan dari tooling yang dibutuhkan untuk memulai proses produksi. - Drawing Jig/Checking fixture Gambar rancangan dari jig atau tooling yang akan digunakan dalam proses produksi - Drawing Release Note Nota yang berisi pernyataan bahwa gambar rancangan telah selesai dibuat dan disetujui untuk digunakan dalam proses produksi. - Process failure mode analysis (PFMEA) Dokumen yang berisi analisis mengenai kegagalan dari percobaan-percobaan yang dilakukan perusahaan dalam mencoba desain produk yang baru. - Preproduction Control Plan Perencanaan dari proses pre produksi yang berisi pengendalian terhadap proses tersebut. - Request For Trial Dokumen yang berisi permintaan izin untuk melakukan percobaan terhadap desain produk yang akan memasuki lini produksi. - Trial Report Dokumen yang berisi laporan mengenai hasil percobaan terhadap desain yang Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 akan memasuki tahap produksi sebelum dikeluarkannya test result yang merupakan laporan final mengenai pengujian desain produk. - Material Approval Dokumen yang berisi persetujuan dari perusahan terhadap penggunaan material yang telah dipilih yang akan digunakan untuk memproduksi produk. - Pallet/Packaging Approval Dokumen yang berisi persetujuan dari ketua proyek terhadap packaging dari produk - Bill of material (BOM) - Test Result Dokumen yang berisi hasil dari pengujian final terhadap desain produk yang akan memasuki tahap produksi. - Production part approval process (PPAP) Plan Dokumen yang berisi perencanaan mengenai proses persetujuan dari dimulainya proses produksi. - Approved vendor list AVL Daftar yang berisi vendor pemasok yang telah disteujui perusahaan untuk mengirimkan material yang diperlukan selama proses pre produksi. - Skill Matrix Dokumen berisi matriks keahlian dari tenaga kerja yang akan digunakan dalam proses pre produksi - Production Plan ( by kanban ) Dokumen berisi perencanaan produksi dengan mengikuti jadwal dari siklus kanban yang ditetapkan oleh perusahaan. - Preventive & Predictive Maintenance Dokumen yang berisi prosedur yang dilakukan dalam melakukan pemeliharaan peralatan produksi baik secara prediktif maupun preventif. - Material Resource Planning (MRP) Dokumen yang berisi perencanaan dari material yang dibutuhkan dalam Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 proses produksi. - Storage, handling & Preservation Material Dokumen yang berisi prosedur penyimpanan, penanganan, dan penjagaan kualitas dari material yang dimiliki perusahaan. - Training Program Dokumen yang berisi program-program pelatihan yang dibutuhkan agar kinerja tenaga kerja untuk produksi tetap terjaga. - Manufacturing cost plan Dokumen yang berisi rencana biaya produksi yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. - Customer spesific requirement Dokumen yang berisi permintaan spesifik dari konsumen terhadap produk yang akan segera diproses dalam pre produksi. - Preproduction plan Dokumen yang berisi rencana perusahaan dalam menjalankan proses pre produksi - Preliminary Capability study Dokumen yang berisi hasil studi awal tentang kemampuan perusahaan dalam memproduksi produk dalam jumlah yang diinginkan. - Management System Analysis (MSA) report Dokumen yang berisi laporan tentang analisis menyeluruh terhadap sistem manajemen perusahaan dalam menjalankan proyek. - Production Control Plan Dokumen yang berisi prosedur pengendalian yang dilakukan perusahaan dalam menjaga kualitas produk ketika dilaksanakannya proses produksi. - Management Cost Standard Dokumen yang berisi rincian standar biaya produk dan alokasinya - Realization Budget Project Dokumen yang berisi laporan realisasi dari budget yang telah ditentukan untuk proses perencanaan produk. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 - Project Hand Over Dokumen yang berisi pernyataan mengenai serah terima proyek dari tim perencanaan kualitas produk kepada departemen produksi. - Delivery plan Dokumen yang berisi perencanaan terkait pengiriman produk sampai ke tangan pelanggan. Penjabaran terhadap keempat tahap tersebut dapat terlihat dalam bagan alir yang terdapat dalam Gambar 3.6. Deskripsi dari bagan alir yang tersedia dalam Tabel 3.1. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.11.3 Level 1 Penjadwalan Produksi PT X dalam merencanakan penjadwalan produksinya mempunyai tujuan agar setiap purchase order dapat dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan kapasitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan, dan tidak terjadinya kekurangan material. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan membuat jadwal produksi secara bulanan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki perusahaan dan dibandingkan dengan jumlah persediaan barang jadi yang saat ini dimiliki Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 maupun yang ingin dicapai oleh perusahaan. Jadwal produksi secara bulanan tersebut tertuang dalam master production schedule (MPS). Setelah perusahaan dapat menentukan jadwal produksi bulanan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan jumlah material yang diperlukan untuk mencapai jadwal produksi yang telah diinginkan, perencanaan material ini tertuang dalam dokumen Material Resource Planning (MRP). Hasil dari MRP adalah perusahaan mengetahui berapa kebutuhan material setiap bulannya sehingga perusahaan dapat merencanakan pembelian dan penggunaan dari material tersebut. Perusahaan selanjutnya merencanakan pembelian dan penggunaan material sesuai dengan MRP atau dengan kata lain merencanakan aliran dari material. Dalam merencanakan aliran material tersebut perusahaan menggunakan sistem kanban. Kanban adalah teknik yang bertujuan untuk membuat aliran material berlangsung secara otomatis dengan menggunakan teknik-teknik penarikan (pull techniques), dan merupakan komponen signifikan dalam filosofi just in time dan lean manufacturing. Kanban pertama kali dikembangkan oleh Toyota pada dekade 1950-an sebagai cara dalam mengatur aliran material di lini produksi. Selama tiga dekade berikutnya, kanban yang merupakan sistem produksi yang sangan efektif dan efisien telah berkembang menjadi linkungan manufaktur optimum yang dapat memberikan keunggulan pada perusahaan. Kanban memiliki arti kan yang berarti kartu dan ban yang berarti sinyal. Esensi dari konsep kanban adalah, pemasok, bagian gudang, dan lini produksi hanya mengirimkan komponen ketika komponen tersebut dibutuhkan, sehingga tidak ada persediaan yang berlebih. Di dalam sistem ini, stasiun kerja terletak di sepanjang lini produksi hanya mengirimkan atau memproduksi komponen ketika mereka menerima kartu dan kontainer yang kosong, yang mengindikasikan bahwa komponen lebih banyak dibutuhkan dalam produksi. Dalam kasus gangguan lini produksi, setiap stasiun kerja hanya akan memproduksi komponen yang cukup untuk memenuhi kontainer yang tersedia dan kemudian berhenti ketika kontainer tersebut penuh. Sebagai tambahan, kanban membatasi jumlah persediaan di dalam proses dengan bertindak sebagai pemberi izin untuk memproduksi lebih banyak persediaan. Karena kanban adalah proses berantai yang memerintahkan aliran dari satu proses menuju proses berikutnya, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 produksi atau pengiriman komponen ditarik ke dalam lini produksi, yang dimana sangat berbeda dengan metode tradisional yang berbasis pada ramalan atau forecast yang mendorong komponen ke dalam lini produksi. Dalam sistem JIT, komponen yang dibutuhkan dalam proses produksi ditarik dalam batchbatch kecil dari stasiun kerja pemasok kebagian ketika komponen tersebut dibutuhkan. Salah satu metode yang populer digunakan untuk mengimplementasikan JIT adalah melalui penggunaan kanban. PT X setelah mengetahui jumlah produksi yang diinginkan melalui MPS dan jumlah material yang dibutuhkan melalui MRP akan merencanakan dan menghitung jumlah kanban yang dibutuhkan. Ketika pengiriman material kepada pelanggan akan segera dilakukan, daftar komponen dan label kontainer kemudian diproduksi. Untuk setiap label kontainer staf bagian gudang akan memilih kontainer yang terisi penuh dari gudang. Kemudian kanban produksi dilepas dan baik kanban tersebut maupun kontainer akan dipindai. Hasil pemindaian ini akan dibandingkan dan operator hanya diperbolehkan melanjutkan proses ketika hasil pemindaian tersebut cocok. Kanban produksi kemudian diletakkan di dekat lini produksi sebagai otorisasi untuk memproduksi kontainer komponen berikutnya. Ketika lini produksi telah selesai memproduksi produk hingga memenuhi satu kontainer, kanban produksi kemudian akan diletakkan kedalam kontainer tersebut dan dipindahkan ke bagian penyimpanan barang jadi. Penjelasan proses kanban perusahaan dapat terlihat pada Gambar 3.7, sedangkan contoh kartu kanban dapat dilihat pada Gambar 3.8. Gambar 3.7 Alur Proses kanban Perusahaan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 3.8 Kartu Kanban PT X Dokumen yang digunakan perusahaan untuk mengumpulkan dan memproduksi informasi selama proses penjadwalan produksi adalah sebagai berikut : - Sales forecast Dokumen yang berisi ramalan akan jumlah produk yang akan dijual di masa yang akan datang pada pelanggan yang telah me - Production plan Rencana produksi yang dibuat berdasarkan sales order yang telah diterima perusahaan - Loading vs capacity Dokumen yang berisi data kapasitas lini produksi dan proses produksi yang sedang berlangsung untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk memenuhi sales order yang telah diterima. - Jadwal produksi bulanan Dokumen yang berisi jadwal produksi bulanan perusahaan - Daftar min-max barang jadi Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Dokumen yang berisi daftar batas minimal maupun maksimal kuantitas barang jadi yang dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu. - Material Resource Planning (MRP) Dokumen yang berisi perencanaan dari material yang dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi yang ditetapkan perusahaan. - Bill of material (BOM) Dokumen yang berisi jumlah dan jenis material yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah produk yang akan diproduksi. - Data stok material Dokumen yang berisi jumlah material yang saat ini dimiliki oleh perusahaan. - Data stok barang jadi Dokumen yang berisi jumlah barang jadi yang saat ini dimiliki oleh perusahaan - Daftar min-max stok material Dokumen yang berisi jumlah minimal dan maksimal dari material yang selama ini dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu. - Purchase recquisition Dokumen yang berisi permintaan dari perusahaan untuk membeli material dalam kuantitas tertentu kepada pemasok. - List Minimum Order Quantity (MOQ) Dokumen yang berisi daftar pemesanan minimal yang ditetapkan oleh perusahaan dalam pembelian material - Daftar kanban cycle Daftar yang berisi siklus-siklus kanban yang ditetapkan perusahaan dalam setiap stasiun kerja di dalam lini produksi. - PO/WO/DN Dokumen purchase order, work order dan delivery note - Surat Jalan Dokumen yang berisi izin mengirimkan barang pada pelanggan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Prosedur penjadwalan produksi yang dilakukan perusahaan dapat dijelaskan melalui diagram alir data yang terdapat pada Gambar 3.9, dan deskripsi prosedur yang terdapat pada Tabel 3.2. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.11.4 Level 1 Proses Produksi Operasi produksi yang dilakukan oleh PT X memiliki tujuan untuk menghasilkan proses produksi yang sesuai dengan jadwal produksi atau kanban.Operasi ini bermula dari membuat jadwal produksi dengan kanban sampai dengan menghasilkan produksi yang sesuai dengan jadwal kanban dan menyimpan barang jadi kedalam line store. Dokumen yang melengkapi proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan berguna untuk mengalirkan informasi yang dapat digunakan selama proses produksi atau sebagai pemberi informasi bagi proses berikutnya. Dokumen-dokumen tersebut adalah sebagai berikut : - Jadwal produksi bulanan Dokumen yang berisi jadwal produksi bulanan perusahaan - Data min-max stok material Dokumen yang berisi jumlah minimal dan maksimal dari material yang selama ini dimiliki perusahaan dalam jangka waktu tertentu. - Instruksi kerja (IK) Kanban system Dokumen yang berisi instruksi dalam menjalankan sistem kanban yang telah ditetapkan perusahaan. - Check sheet Dokumen yang berisi daftar pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan oleh proses produksi. - Part Inspection Standard (PIS) Dokumen yang memuat aturan dalam menginspeksi kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. - Inspection spec sheet (ICS) Dokumen yang berisi kriteria minimum kualitas barang yang diproduksi perusahaan. - Laporan hasil inspeksi (LHI) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Dokumen yang berisi hasil inspeksi yang dilakukan staf produksi terhadap produk. - Instruksi kerja (IK) Dokumen yang berisi instruksi dalam mengerjakan produksi di dalam lini produksi. - Kontrol hasil produksi harian (KHPH) Dokumen yang berisi pengendalian yang telah dilakukan terhadap hasil produksi harian yang dilakukan perusahaan. - Prosedur kontrol non confirming (NC) produk Dokumen yang berisi langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap produk yang tidak dapat memenuhi standar kualitas yang ditetapkan perusahaan. - IK layout inspection Dokumen yang berisi instruksi kerja dalam memeriksa layout dari lini produksi. - Standard packaging Dokumen yang berisi kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam proses membungkus produk yang telah diproduksi. - Prosedur storage Dokumen yang berisi prosedur penyimpanan dari produk yang telah selesai melalui proses produksi di lini produksi. Penjabaran prosedur operasi PT X yang bermula dari penjadwalan kanban hingga produksi terselesaikan sesuai jadwal kanban tersebut. Diagram alir data operasi produksi dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan penjelasan dari bagan alir tersebut terdapat pada Tabel 3.3. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 3.11.5 Level 1 Pengendalian Biaya PT X menyerahkan tanggung jawab dalam mengelola akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan kepada dua divisi yang dimilikinya, yang pertama adalah divisi Cost Management (CMA) yang bertugas dalam melakukan pengendalian dan pemantauan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Yang kedua adalah divisi akuntansi yang bertugas mencatat record akuntansi biaya. CMA melaksanakan tugas mengendalikan dan memantau biaya perusahaan dengan terlibat dalam proses yang dilaksanakan perusahaan selama siklus produksi berlangsung. Departemen ini terlibat mulai dari melakukan peninjauan kontrak, perencanaan dan penjadwalan produksi, dan operasi produksi seperti yang dijelaskan dibawah ini : Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 1. Peninjauan kontrak Peran dari CMA dalam pelaksanaan peninjauan kontrak perusahaan adalah dalam membuat perkiraan biaya produksi (estimate manufacturing cost), perkiraan ini dibuat agar perusahaan dapat menentukan harga jual yang tepat untuk diberikan kepada pelanggan, meskipun terdapat beberapa faktor lain yang menentukan harga jual seperti harga jual produk dari pesaing, harga barang sejenis, dan target price dari pelanggan, perusahaan menggunakan estimasi biaya produksi sebagai dasar awal dalam menentukan harga. CMA meminta informasi dari departemen procurement (PRC) mengenai harga dari material, tooling, dan peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi sesuai dengan spesifikasi yang diminta pelanggan, informasi ini keumdian digunakan untuk menentukan estimasi dari biaya produksi. 2. Perencanaan dan penjadwalan produksi Dalam perencanaan dan penjadwalan produksi, CMA berperan dalam menenetukan project budget perencanaan dan penjadwalan produksi, dimana project budget digunakan perusahaan untuk memberi batasan bagi proses persiapan produksi untuk mencapai tingkat biaya yang diharapkan. Setelah menetapkan budget persiapan produksi CMA kemudian membuat manufacturing cost plan, yang berisi rencana dari penggunaan biaya yang akan dilakukan perusahaan selama proses produksi. Selama proses perencanaan dan penjadwalan produksi CMA juga terus memantau penggunaaan dari project budget, pemantauan ini berlangsung hingga tahapa akhir perencanaan dan penjadwalan produksi yaitu ketika APQP phase 4 dan perusahaan telah melakukan pre produksi. Hasil pemantauan budget tertera dalam dokumen laporan realisasi project budget. Dalam tahap APQP phase 4 ini pula CMA akan menentukan manfuctaturing cost standard yang berisi standar biaya dan alokasinya selama produksi berlangsung. 3. Proses Produksi CMA dalam proses operasi produksi perusahaan memiliki tugas untuk mengukur biaya yang dikeluarkan perusahaan selama proses tersebut berlangsung, dan mengalokasikan hasil pengukuran tersebut sesuai dengan sistem yang berlaku di perusahaan. PT X dalam mengalokasikan biaya menggunakan job order costing, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 dimana alokasi biaya dibebankan ke setiap unit yang diproduksi perusahaan. Untuk mengukur biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, CMA akan mengumpulkan data mengenai berapa material yang digunakan, berapa man hour yang telah dikumpulkan oleh pekerja, penggunaan dari mesin dan peralatan, dan overhead cost yang terjadi. Metode untuk mengumpulkan data-data tersebut adalah sebagai berikut : 1) Penggunaan material CMA mendapatkan informasi mengenai material yang telah digunakan dari data hasil siklus kanban yang dijalankan oleh perusahaan, dari siklus tersebut CMA dapat mengetahui berapa kontainer berisi material dan jumlah material dari setiap kontainer yang telah berpindah dari posisi waiting ke posisi expended pada setiap stasiun kerja di bagian produksi. Jumlah kontainer yang berpindah tersebut merupakan jumlah material yang digunakan selama proses produksi. CMA mengukur kontainer kanban menggunakan alat bantu bar code yang bisa dipindai untuk memberi informasi jumlah material di setiap kontainer tersebut. 2) Direct labor cost Dalam mengukur direct labor cost, staff CMA akan melakukan aktivitas time keeping, yaitu mengawasi langsung pencatatan man hour yang berlangsung di setiap stasiun kerja, hasil pengukuran dari time keeping ini akan dicatat dalam laporan man hour (Gambar 3.11) pengukuran secara langsung ini hanya dilaksanakan staf CMA sesuai jam kerja dari departemen tersebut yaitu pukul 08.00-17.00, diluar jam kerja tersebut staf CMA mengalihkan tanggung jawab aktivitas time keeping kepada setiap kepala stasiun kerja dalam lini produksi. 3) Penggunaan mesin dan peralatan Data mengenai penggunaan mesin dan peralatan didapatkan CMA berdasarkan laporan efisiensi produksi (Gambar 3.12) yang dibuat oleh bagian produksi, laporan ini berisi berapa lama mesin produksi bekerja (working time) dalam satuan menit dan berapa lama mesin tersebut berhenti bekerja (stop time). Staff bagian produksi mendapatkan data untuk membentuk laporan tersebut berdasarkan sistem komputer yang terdapat dalam lini produksi yang terhubung Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 ke setiap mesin dan peralatan secara wireless. Gambar 3.11 Laporan Manhour PT X (Sumber : Dokumen Produksi PT X) Gambar 3.12 Laporan Efisiensi Produksi PT X (Sumber : Dokumen Produksi PT X) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 3.13 Standard Manufacturing Cost Sheet (Sumber : Dokumen Cost Management PT X) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Pengukuran overhead Perusahaan mengukur tingkat overhead telah disesuaikan dengan siklus pengeluaran perusahaan. Perusahaan membagi biaya overhead ke dalam tiga kelompok, yaitu : - Biaya listrik , mempunyai cost allocation base jam kerja mesin - Biaya departemen atau indirect labor cost yaitu biaya overhead yang dikeluarkan oleh staf departemen produksi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. Memiliki cost allocation base biaya tenaga kerja langsung dalam alokasi biayanya. - Biaya Pabrik yaitu biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menyokong proses produksi di dalam lokasi pabrik. Biaya ini mempunyai basis atau cost allocation base jam kerja mesin, pemilihan cost allocation base tersebut memiliki alasan karena pabrik beroperasi sesuai dengan jam kerja mesin. Diagram alir data pengendalian biaya dapat dilihat pada Gambar 3.14. Penjelasan dari bagan alir tersebut terdapat pada Tabel 3.4. 3.11.16 Level 2 Advanced Product Quality Planning Phase 2 & Level 3 Prosedur Desain Produksi Level berikutnya dari Advanced Product Quality Planning (APQP) yaitu phase 2 berfokus dalam membuat desain produk dan spesifikasi dari jig yang dibutuhkan perusahaan untuk melaksanakan proses produksi. Penjabaran dari APQP phase 2 ini dapat dilihat pada gambar 3.15 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 PT X dalam mendesain suatu produk mempunyai tujuan agar desain produk tersebut dapat diterima oleh pelanggan dan juga sesuai dengan kemampuan produksi dari perusahaan. Ruang lingkup dari proses membuat desain produk ini adalah dari project approval, membuat desain produksi, hingga berakhir pada validasi desain produk. Dalam memulai proses menentukan desain yang akan digunakan dalam produksi dibutuhkan dokumen yang berisi informasi sebagai dasar untuk memulai proses pembuat desain, dokumen tersebut diantaranya adalah: Project Approval Dokumen yang berisi persetujuan untuk memulai suatu proyek yang dikeluarkan oleh departemen sales yang berarti bahwa PT X dan pelanggan telah menemukan kesepakatan untuk memulai proyek tersebut. APQP Project Scope & Timing Plan Dokumen yang diterima dari tim APQP yang berisi ruang lingkup dari proyek Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 yang akan dijalankan serta jadwal waktu dari rencana yang telah dibuat, dokumen ini adalah dokumen yang dihasilkan dari proses perencanaan dan penjadwalan produksi yang dilakukan perusahaan. Proses desain produk menghasilkan dokumen-dokumen yang digunakan kembali dalam proses desain produk itu sendiri maupun menjadi output dari proses desain yang akan disalurkan ke departemen yang membutuhkan untuk digunakan dalam proses produksi berikutnya, dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah : CER (Capital Expenditure Requisition) Dokumen yang berisikan informasi mengenai permintaan akan dana untuk membiayai suatu pengeluaran. CER dalam proses desain produksi digunakan untuk meminta dana untuk membuat atau mensubkontrakkan pembuatan mock up dari desain yang telah dirancang sebelumnya. DFMEA (Design Failure Mode & Effect Analysis) Dokumen yang mencantumkan informasi mengenai potensi kegagalan desain produk dan dampak kegagalan desain tersebut terhadap lingkungan. Drawing Dokumen yang memberikan informasi bahwa sample dari desain yang dibuat telah disetujui oleh semua departemen maupun pelanggan. Dokumen ini menandakan bahwa desain produk sudah memnuhi kriteria yang diinginkan. ECR (Engineering Change Report) Dokumen yang berisi laporan tentang perubahan dalam aspek teknis produksi yang telah dilaksanakan sesuai dengan perintah yang tertulis dalam ECI. Master Sample Approval Gambar rancangan dari desain produk yang dibuat. PT X menghasilkan drawing dengan menggunakan CAD (Computer Aided Design). ECI (Engineering Change Instruction) Ketika dilakukan validasi ternyata diperlukan perubahan, maka dokumen ini akan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 dibuat yang berisi instruksi perubahan proses teknis dalam pelaksanaan produksi perusahaan, untuk menjamin bahwa desain produk sesuai dengan keinginan pelanggan. RFTD (Request for Tool Development) Dokumen yang berisikan permintaan untuk mengembangkan peralatan penunjang produksi (tooling) agar dapat menghasilkan produk yang telah ditentukan oleh desain. Prosedur dari desain produk yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk bagan alir serta penjelasan secara deskrpitif dapat dilihat pada Gambar 3.16 dan Tabel 3.4 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 BAB 4 ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PRODUKSI 4.1 Analisis Proses Desain Produk Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa dalam proses desain produk perusahaan menggunakan salah satu komponen Product Life-cycle Management (PLM), yaitu dengan digunakannya Computer-Aided Design (CAD) dalam mendesain produknya. Penggunaan CAD membantu perusahaan karena desain dan pengujian dapat dilakukan secara virtual dan tidak menyia-nyiakan dana untuk membuat banyak prototype. Namun, penggunaan CAD oleh PT X memiliki risiko karena yang membuat gambar desain produk adalah Departemen Product Engineering (PRE), sedangkan yang membuat mock-up produk tersebut adalah departemen yang berbeda yaitu Departemen Production Preparation (PPR). Dengan demikian, bila kedua departemen menggunakan software yang berbeda, atau software yang sama dengan versi yang berbeda, maka ada kemungkinan perbedaan antara desain yang dihasilkan di drawing PRE berbeda dengan prototype yang dibuat oleh PPR. Departemen Management Information System (MIS) tidak memiliki prosedur untuk memeriksa kondisi software secara berkala dan melakukan penjadwalan untuk memperbaharui software secara bersamaan. MIS di dalam PT X lebih bersifat pasif, karena prosedur yang dilaksanakan berdasarkan dari permintaan departemen terlebih dahulu. Adanya opsi mensubkontrakkan pengerjaan mock-up juga akan memperbesar risiko, karena tidak adanya kepastian penggunaan software CAD yang sama sesuai yang digunakan oleh Departemen PRE. Untuk memitigasi risiko tersebut dan memastikan bahwa software CAD yang digunakan seragam antara PRE dan PPR diperlukan adanya pemeriksaan berkala terhadap kondisi software masing-masing departemen dan penjadwalan pembaharuan versi software yang digunakan secara bersamaan. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Perusahaan juga dapat memeriksa atau mengintruksikan perusahaan yang ditunjuk melakukan subkontrak pengerjaan mock-up untuk menggunakan software maupun versi software CAD yang sama dengan yang digunakan PRE dan PPR. 4.1.1 Analisis Bagan Alir Desain Produksi Dalam bagan alir milik perusahaan ketika melakukan prosedur mendesain produk ( Gambar 4.1) terdapat beberapa bagian yang dapat dirubah untuk mendapatkan aliran data maupun proses perubahan menjadi lebih cepat atau efisien, bagian tersebut adalah dalam proses memverifikasi, meninjau ulang, dan memvalidasi produk. Gambar 4.1 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 1 Ketiga proses tersebut dilakukan perusahaan secara terpisah meskipun ketiganya mempunyai fungsi yang tidak jauh berbeda, sehingga bila perusahaan dapat menyatukan ketiga proses tersebut maka proses mendapatkan desain yang baik akan dapat dicapai dengan proses yang lebih singkat. Hal ini dapat ditunjukkan melalui Gambar 4.2 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 4.2 Bagian Bagan Alir Desain Produksi 2 Dengan mengurangi dua proses dan menyatukannya dengan proses meninjau ulang drawing produk maka perusahaan dapat mempercepat distribusi data yang diperlukan dalam proses membuat desain produk. 4.2 Analisis Proses Perencanaan kualitas dan Penjadwalan Produksi Berdasarkan penjabaran proses perencanaan dan penjadwalan produksi PT X di atas, dapat disimpulkan bahwa PT X menggunakan metode produksi lean manufacturing. Penggunaan metode ini ditandai dengan dimulainya proses perencanaan produksi yang mengharuskan adanya dokumen project approval. Dokumen yang dikeluarkan oleh Departemen Sales adalah dokumen yang berasal dari prosedur Departemen Sales, dimana berawal dari adanya permintaan dari pelanggan atas suatu produk. Hal ini berarti bahwa PT X menggunakan metode produksi yang sesuai dengan karakteristik dari pull manufacturing/lean manufacturing, yaitu merencanakan dan menjadwalkan produksi sesuai dengan permintaan pelanggan. Penggunaan lean manufacturing juga semakin dikukuhkan dengan digunakannya metode kanban dalam mengatur jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Metode kanban merupakan metode yang bertujuan untuk memimalisasi jumlah Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 persediaan yang terdapat di storage milik perusahaan dan merupakan metode lebih lanjut dari lean manufacturing. Penggunaan lean manufacturing oleh PT X merupakan keputusan yang tepat karena dapat memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan, salah satunya adalah mengurangi inventory cost dari perusahaan, karena metode produksi ini bertujuan untuk menghilangkan atau meminimalisasi sebisa mungkin adanya inventori dari material, work in process, maupun finished goods. Sebab lain yang membuktikan bahwa penggunaan lean manufacturing memberikan keuntungan kepada PT X adalah karena produk yang dihasilkan perusahaan adalah bukan produk yang seragam atau bukan produk yang berkategori massal. Setiap produk yang dikeluarkan untuk setiap proyek adalah produk yang berbeda desain dan spesifikasinya, dan harus disesuaikan dengan keinginan pelanggan. Bila dengan karateristik produk seperti ini perusahaan menggunakan metode push manufacturing/Manufacturing Resource Planning-II, maka perusahaan harus membuat secara massal produk dengan desain yang berbedabeda yang pada dasarnya belum tentu sesuai. Kesimpulan berikutnya yang bisa diambil adalah prosedur yang dilaksanakan perusahaan dalam menjadwalkan produksi secara bulanan mengharuskan adanya dokumen Master Production Schedule (MPS), MPS adalah dokumen kunci yang dapat memberikan dampak signifikan untuk menjaga tingkat persediaan barang jadi perusahaan. Dokumen ini menentukan jadwal dan tingkat produksi perusahaan dalam jangka waktu tertentu. MPS PT X dibuat berdasarkan 2 informasi yang dimiliki perusahaan, yang pertama adalah sales forecast yaitu perkiraan akan penjualan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Informasi dari sales forecast akan dapat memberi gambaran tentang tingkat produksi yang diminta oleh pelanggan, informasi ini kemudian akan dibandingkan dengan informasi dari dokumen kedua yaitu rencana tingkat stok barang jadi yang diinginkan oleh perusahaan. Dengan berbekal dua informasi tersebut dapat dinilai bahwa MPS PT X sudah cukup mumpuni untuk membuat perusahaan bisa membuat jadwal produksi yang tingkat produksinya dapat Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 memenuhi kebutuhan pelanggan namun perusahaan tetap memiliki stok barang jadi yang rendah untuk menghemat biaya. Fungsi MPS selain menentukan tingkat produksi yang ideal bagi perusahaan juga dapat menentukan kapan saat yang tepat untuk membeli dan berapa material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam prosedur PT X fungsi penghitungan kebutuhan material ini berada pada proses material requirement planning (MRP). MRP yang efektif membutuhkan informasi mengenai jenis dan jumlah material yang dibutuhkan dan juga informasi yang akurat mengenai jumlah stok persediaan material yang saat ini dimiliki oleh perusahaan, PT X untuk memenuhi kebutuhan informasi dalam membuat MRP menggunakan data-data sebagai berikut: Data stok material, dan daftar Min-Max stock material memberikan keterangan lengkap tentang tingkat persediaan material yang dimiliki perusahaan saat ini 1. Bill of Material, yang berisi informasi mengenai jenis-jenis material yang dibutuhkan untuk proses produksi, BOM berguna dalam mengidentifikasi jenis material yang membutuhkan penambahan. 2. Daftar stok barang jadi, Memberikan informasi jumlah material yang telah terpakai oleh proses produksi Dengan lengkapnya informasi baik dari sisi material yang dibutuhkan maupun dari jumlah persediaan material yang dimiliki perusahaan maka MRP yang dilaksanakan oleh PT X dirasa cukup baik untuk membantu perusahaan mengatur persediaan material yang dimilikinya. Kesimpulan lain yang bisa diambil mengenai proses perencanaan dan penjadwalan serta dokumen yang dihasilkan oleh PT X adalah sebagai berikut : 1. Untuk mencapai tingkat persediaan material yang dibutuhkan, PT X membuat dokumen material requisition dengan menerbitkan purchase requisition yang didukung dengan dokumen purchase order, delivery note, dan work order. Penerbitan purchase requisition dengan dokumen pendukungnya menandakan Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 bahwa pembelian material yang dibutuhkan PT X dilaksanakan dengan informasi yang cukup dan terorganisir, sehingga bisa mencegah pembelian material yang tidak sesuai dengan jadwal produksi, dan sampai sesuai dengan waktu yang dijadwalkan 2. Dalam mengatur dan mendokumentasikan transfer persediaan ke departemen yang membutuhkan, PT X menggunakan sistem kanban, dimana kanban tersebut berfungsi layaknya moving ticket. Dengan dipergunakannya sistem kanban dan implementasi dari sistem tersebut yang cukup baik. maka perusahaan dinilai telah cukup baik dalam mengatur dan mendokumentasikan transfer persediaan. 4.2.1 Analisis Bagan Alir Perencanaan & Penjadwalan Produksi Bagan Alir yang dijalankan oleh perusahaan dalam tahap APQP dapat ditingkatkan efisiensi nya dengan lebih mengoptimalkan setiap proses dan meniadakan proses yang tidak perlu. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan proses APQP Phase 2 (Gambar 4.3) seharusnya tidak memerlukan data Project Approval Gambar 4.3 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 1 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 karena data tersebut telah menjalankan fungsinya sebagai penyebab (trigger) bagi pelaksanaan APQP Phase 1, sehingga bisa dikatakan bila Phase 1 sudah ndijalankan, proyek telah diakui atau diizinkan (approved) sehingga data tersebut tidak tepat bila kemudian muncul sebagai input bagi di dalam APQP Phase 2 sehingga perusahaan sebaiknya menghilangkan input data project approval pada proses APQP phase 2 yang ditunjukkan dengan Gambar 4.4. Gambar 4.4 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 2 2. Perusahaan sebaiknya membuat sebuah penyimpanan data (data storage) untuk data-data yang diberikan oleh pelanggan, agar data tersebut dapat diakses lebih mudah untuk melaksanakan perencanaan produksi, dan kerahasiaan maupun kemanan data tersebut bisa menjadi lebih terjamin. Penempatan data storage dapat dilihat pada Gambar 4.5 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 4.5 Bagian Bagan Alir Perencanaan Produksi 3 Penyempurnaan bagan alir dalam penjadwalan logistik untuk meningkatkan efisiensi distribusi material maupun barang jadi dapat dilakukan dengan membuat data storage untuk data rencana produksi yang dihasilkan dari analisa sales forecast dan sales order, yaitu data jadwal produksi bulanan, perencanaan produksi, dan laporan kapasitas berbanding produksi. Gambar 4.6 Bagian Bagan Alir Penjadwalan Produksi Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Penggunaan data storage (Gambar 4.6) dapat meningkatkan kecepatan dalam mengambil data yang dibutuhkan dan meningkatkan keamanan dari data tersebut. 4.3 Analisis Operasi Produksi Analisis akan didasarkan pada ancaman yang berhubungan dengan operasi produksi dan bagaimana resistansi sistem operasi produksi yang digunakan perusahaan dalam terhadap ancaman tersebut. Analisis ancaman beserta penanggulannya adalah sebagai berikut : 1. Ancaman pencurian terhadap persediaan PT X menggunakan metode manual dalam memeriksa cadangan persediaan yang terdapat di tempat penyimpanan, pegawai di bagian warehouse akan memeriksa kondisi dan ketersediaan persediaan ketika adanya penambahan persediaan dengan datangnya persediaan dari pemasok dan ketika persediaan berkurang karena diminta oleh bagian produksi untuk diproses menjadi barang jadi. Selain pemeriksaan pada saat perubahan jumlah persediaan, petugas bagian warehouse juga melakukan stok opname secara berkala untuk menjamin bahwa persediaan yang tercatat sesuai dengan persediaan yang ada secara nyata di tempat penyimpanan. Adanya prosedur seperti ini membuat terjadinya pencurian terhadap persediaan menjadi lebih sulit dan bila benar terjadi maka akan segera terdeteksi. Pemeriksaan yang dilakukan perusahaan memiliki kelemahan dimana metode pemeriksaannya masih manual sehingga ada kemungkinan pemeriksaan yang dilakukan tidak akurat. Perusahaan menggunakan metode kanban dalam mengatur perpindahan persediaan dari tempat penyimpanan menuju area produksi, kartu kanban yang digunakan untuk menentukan jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh bagian produksi termasuk salah satu pencegah terjadinya pencurian karena hanya kontainer yang mempunyai kartu kanban yang dapat membawa persediaan keluar dari tempat penyimpanan, dan jumlah persediaan yang terdapat dalam kontainer Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 tersebut haruslah sesuai dengan jumlah yang tertera dalam kartu kanban. Perpindahan persediaan ini tentunya berada dalam pengawasan petugas warehouse maupun petugas PPC. Kartu kanban memiliki bar code yang berisi informasi mengenai material yang terdapat di dalam kontainer dimana kartu tersebut disematkan sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat. Pemisahan tugas dapat meningkatkan keamanan persediaan dari ancaman pencurian. Dalam hal ini PT X telah memisahkan tugas yang berhubungan dengan persediaan dimana penyimpanan fisik dari material dan persediaan barang jadi menjadi tanggung jawab departemen warehouse, departemen produksi mempunyai tanggung jawab terhadap persediaan work in process, proses otorisasi terhadap persediaan seperti persiapan produksi dan merancang siklus kanban menjadi tanggung jawab departemen production plan & inventory controls. Pemisahan ini dirasa cukup sehingga bagi oknum yang ingin mencuri persediaan dengan hanya menggunakan otoritas yang dimilikinya tidak akan dapat menemukan celah dan kesempatan untuk mencuri persediaan. Perusahaan telah menerapkan bar code bagi persediaan yang telah memasuki siklus kanban, namun tidak memiliki sistem tersebut bagi persediaan yang terdapat di gudang, dan semua persediaan baik yang berada dalam penyimpanan maupun dalam siklus kanban belum dilengkapi dengan RFID. 2. Ancaman pencurian terhadap aset tetap Dalam mengamankan aset tetap tidak ada prosedur atau metode khusus dalam melaksanakannya, namun ada beberapa langkah yang telah diterapkan perusahaan untuk mencoba mengamankan aset tetap tersebut, diantaranya adalah pembatasan akses terhadap aset tetap dengan membagikan kunci ruangan pabrik terbatas pada petugas yang memiliki otorisasi yang cukup dan pemeriksaan setiap kendaraan yang keluar masuk pabrik oleh petugas keamanan untuk memastikan tidak ada aset tetap milik perusahaan yang dipindahkan tanpa izin atau otorisasi yang Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 cukup. Perusahaan belum menggunakan RFID untuk mengidentifikasi aset tetap yang dimilikinya. 3. Ancaman proses produksi berkinerja buruk PT X melakukan 2 upaya untuk mencegah terjadinya produksi dengan kinerja yang buruk, yang pertama adalah dengan melakukan pelatihan tenaga kerja produksi sebelum proses produksi berjalan, diharapkan dengan adanya pelatihan maka kinerja tenaga kerja akan berada pada tingkat yang memuaskan. Upaya yang kedua adalah perusahaan mengevaluasi kinerja secara berkala dari tiap-tiap bagian produksi dengan mengguakan dokumen laporan kinerja (performance report), evaluasi akan disusul dengan langkah-langkah yang sesuai untuk meningkatkan kinerja produksi atau mempertahankan kinerja produksi yang sudah mencapai tingkat yang dapat diterima. 4. Ancaman investasi aset tetap yang tidak optimal Ancaman pembelian aset tetap yang tidak optimal dapat dicegah dengan mengikuti prosedur yang telah diterapkan PT X dalam melakukan pembelian aset tetap. Prosedur tersebut mensyaratkan bahwa harus terdapat request for quotation yang menandakan bahwa perusahaan menginginkan penawaran yang terendah dari beberapa pemasok yang ada untuk pembelian aset tetap tersebut, sehingga kemungkinan mendapatkan aset tetap yang overpriced berkurang. 5. Ancaman bencana terhadap persediaan dan aset tetap Perusahaan belum memiliki upaya yang signifikan dalam menghadapi bencana terhadap persediaan dan aset tetap, tidak adanya contingency plan terkait bila perusahaan mengalami musibah bencana alam yang besar. Upaya saat ini hanya berada pada sektor keselamatan kerja ketika terjadi musibah dimana perusahaan memiliki prosedur keselamatan seperti : 1. Jalur melarikan diri menuju tempat yang aman ketika terjadi musibah, dan area aman (safezone area) tempat dimana kemungkinan bahaya bencana alam Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 terkecil setelah para pekerja berhasil menyelamatkan diri, hal ini semata dilakukan untuk melindungi dan mempertahankan sumber daya tenaga kerja perusahaan ketika perusahaan dilanda musibah seperti kebakaran atau banjir. 2. Memiliki kemampuan dalam menanggulangi bencana kebakaran dengan memiliki unit pemadaman kebakaran sendiri, sehingga bisa bereaksi cepat bila terjadi musibah tersebut. Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan untuk menanggulangi ancamanancaman diatas adalah sebagai berikut : - Untuk menjaga terhadap pencurian terhadap persediaan maupun aset tetap, perusahaan sebaiknya berinvestasi terhadap teknologi tag RFID, karena dengan menggunakan RFID perusahaan dapat melacak aliran dari persediaan dengan akurat dan cepat serta memonitor lokasi dan pemindahan dari aset tetap. Mesikpun perusahaan sama sekali belum memiliki teknologi RFID, dan tentunya dibutuhkan biaya untuk mengadopsi teknologi tersebut, namun terdapat keuntungan yang dapat diambil yaitu lebih terjaganya persediaan dan aset tetap. - Laporan kinerja yang dimiliki perusahaan berisi informasi mengenai working time, stop time, dan jumlah barang reject yang tidak lolos dalam pengendalian kualitas. Untuk lebih memaksimalkan kinerja perusahaan sebaiknya dalam laporan kinerja tersebut berisi rokemendasi dan solusi tentang bagaimana mengurangi stop time dan jumlah barang reject yang terjadi. - Perusahaan dalam menanggulangi potensi terjadinya bencana alam seharusnya mengasuransikan aset tetap yang dimilikinya, dengan menggunakan asuransi yang komprehensif termasuk polis act of god, yang dimana mencantumkan bencana alam sebagai salah satu hal yang dapat merusak aset dan mengganti aset tersebut dan menanggung kerugian selama aset tidak dapat dioperasikan. Sekalipun polis tersebut memiliki biaya atau premi yang mahal namun manfaat lebih besar yaitu bila bencana alam tetap terjadi perusahaan dapat menghindarkan diri dari kerusakan yang fatal bagi kemampuan dalam melanjutkan operasinya. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 4.3.1 Analisis Bagan Alir Proses Produksi Bagan alir yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan proses produksi menurut pengamatan penulis sudah berjalan dengan efisien dengan adanya data storage untuk menyimpan dokumen yang dibutuhkan dalam menjaga kualitas produksi (quality assurance). Penggunaan data storage dapat memungkinkan perusahaan untuk menyimpan dengan aman data yang dibutuhkan dan memngkunkinkan distribusi data yang lebih akurat dan cepat. 4.4 Analisis Akuntansi Biaya Metode akuntansi biaya yang dilakukan PT X menggunakan job order costing. Hal ini terlihat dalam Standard Manufacturing Cost Sheet, dimana perusahaan mengakumulasikan biaya berdasarkan masing-masing job yang dilakukan perusahaan. Ini adalah keputusan yang tepat karena perusahaan memproduksi produk yang beragam sehingga perusahaan tidak cocok menggunakan process costing yang baik digunakan bila perusahaan memproduksi barang yang seragam dengan kuantitas massal. 4.4.1 Analisis Data Entry Biaya Dalam memasukkan data atau data entry biaya dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut : 1. Biaya material Bisa diambil kesimpulan bahwa perusahaan belum melakukan automatisasi dalam metode pengumpulan data biaya material , karena perusahaan belum berinvestasi dalam teknologi RFID. Pengumpulan data yang selama ini telah dilakukan perusahaan sesungguhnya bisa dijalankan dengan lebih cepat, efisien, dan akurat bila perusahaan menggunakan RFID. Perusahaan bisa menempatkan tag RFID pada setiap kontainer kanban atau material yang terdapat di dalam kontainer kanban tersebut. Tag RFID tersebut dapat membuat pemeriksaan kanban maupun material di dalamnya bisa dilakukan mengggunakan gelombang radio yang terdapat di dalam RFID, sehingga aktivitas pemindaian bar code bisa dihilangkan, Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 yang tentunya dapat mempersingkat penghitungan material yang akan dimasukkan ke dalam penghitungan biaya tersebut. 2. Biaya tenaga kerja langsung Perusahaan dalam mengumpulkan data biaya tenaga kerja langsung masih menggunakan metode pengamatan manual (Time keeping) sehingga akurasi dari data man hour hanya bergantung kepada petugas yang melakukan pengamatan tersebut, disamping itu petugas yang bersangkutan hanya melakukan aktivitas time keeping pada jam kerjanya saja, dan menyerahkannya kepada staf produksi di luar jam kerja. Hal ini membuat kebenaran data dari time card tidak bisa dipastikan karena ada kemungkinan staf produksi yang diserahi tanggung jawab tersebut memanipulasi data time card. Solusi yang bisa diambil untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan kartu identifikasi yang memiliki bar code, dimana para tenaga kerja bisa memasukkan informasi mengenai jumlah man hour mereka ke dalam sistem dengan melakukan pemindaian terhadap kartu identifikasi tersebut. Informasi yang didapat dari kartu tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi kompensasi dan data kinerja dari pemilik kartu sehingga menjadi insentif bagi mereka untuk selalu memasukkan informasi melalui terminal yang telah disediakan. Penggunaan kartu identifikasi berkode akan membuat pengumpulan data menjadi lebih cepat dan akurat. Biaya dalam mengadopsi metode kartu identifikasi berkode tentu mampu ditanggung oleh perusahaan, karena untuk memperoleh kartu maupun terminal tempat pemindaian tidak terlalu memberatkan keuangan perusahaan dan keuntungan yang bisa didapat yaitu data biaya tenaga kerja langsung yang cepat dan akurat lebih besar dibandingkan biaya mengadopsi sistem kartu berkode. 3. Penggunaan mesin dan peralatan Perusahaan telah menggunakan sistem terkomputerisasi dalam mengambil data mengenai penggunaan mesin dan peralatan, koneksi dalam pengambilan data tersebut sudah menggunakan wireless sehingga bisa disimpulkan bahwa Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 pengumpulan data mengenai penggunaan mesin dan peralatan telah dilakukan secara efektif dan akurat. 4.4.2 Analisis Sistem Biaya Dengan melihat dokumen standard manufacturing cost sheet (gambar 4.5) perusahaan dan informasi allocation base yang digunakan perusahaan dapat diambil informasi sebagai berikut : perusahaan membagi biaya overhead dalam tiga cost pool, yaitu biaya listrik, biaya departemen, dan biaya pabrik Alokasi dari biaya overhead menggunakan allocation base yang langsung dikalkulasikan dari sumber daya milik perusahaan yaitu biaya man hour dan biaya machine hour tanpa melalui pertimbangan dari aktivitas dalam merealisasikan produk tersebut. Dengan informasi tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahan menggunakan sistem biaya tradisional dalam mengalokasikan biaya overhead ke dalam biaya produksi tiap produk. Sistem yang dipilih perusahaan ini memiliki kelemahan sebagai berikut : 1. Perusahaan menggunakan sistem biaya tradisional yang menggunakan rate langsung dari cost allocation base. Penggunaan rate ini membuat penghitungan overhead menjadi tidak akurat karena tidak semua produk memiliki rate dari allocation base yang sama. 2. Perusahaan hanya memperhitungkan biaya dari tahap produksi, dan tidak memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dari tahap lainnya selama proses penciptaan barang berlangsung. Contohnya biaya untuk membuat desain produk dan biaya trial desain produk tersebut. 3. Tanpa melalui penghitungan tentang aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi produk tersebut, perusahaan tak bisa merinci dalam mengalokasi biaya overhead. Informasi yang rinci tersebut dapat berguna bila perusahaan ingin mengetahui aktivitas apa yang paling berpengaruh dalam menentukan jumlah biaya overhead Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 dan apa yang bisa dilakukan untuk menekan biaya aktivitas dalam biaya overhead tersebut. Salah satu solusi untuk mendapatkan informasi mengenai biaya overhead yang lebih akurat adalah dengan menggunakan sistem activity based costing (ABC). Sistem ABC dengan memperhitungkan faktor aktivitas akan dapat membuat pengalokasian dari biaya overhead menjadi lebih terinci dan akurat, dan dengan data yang lebih akurat tersebut perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan harga maupun mengurangi biaya overhead produksi. Namun ada beberapa faktor yang menyulitkan dalam mengadopsi sistem ABC dalam waktu dekat, yaitu : 1. Untuk melakasanakan sistem ABC dibutuhkan metode yang akurat dalam menentukan pengaruh dari setiap aktivitas terhadap biaya produksi. 2. PT X belum memiliki RFID yang dapat digunakan untuk melacak bermacammacam bagian yang akan digunakan dalam setiap aktivitas dalam proses produksi. Untuk memiliki RFID tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan. 3. Sistem ABC membutuhkan adaptasi dari pegawai yang bertanggung jawab dalam mengalokasikan biaya overhead dan adanya risiko kesalahan pencatatan maupun pengumpulan data selama proses adaptasi tersebut. Semua kesulitan yang terdapat di atas untuk saat ini tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan dari mengadopsi sistem ABC, karena di PT X kecilnya proporsi biaya overhead dari total keseluruhan biaya pokok produksi yaitu kurang dari 10% saja. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem ABC belum tepat untuk diimplementasikan oleh perusahaan. Saran yang dapat diberikan bagi perusahaan adalah mempersiapkan diri secara bertahap untuk mengimplementasikan sistem ABC tersebut di masa yang akan datang, karena sistem ABC terbukti merupakan sistem yang lebih akurat untuk mendapatkan informasi biaya overhead. Persiapan yang dilakukan bisa berupa Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 berinvestasi pada alat RFID, karena perusahaan juga membutuhkan teknologi tersebut untuk membuat proses lainnya dalam siklus produksi menjadi lebih efisien dan efektif sehingga tidak menimbulkan kerugian bila perusahaan berinvestasi pada RFID meskipun belum memiliki sistem ABC. Langkah berikutnya dapat berupa pelatihan dan sosialisasi bagi tenaga kerja yang akan mengelola sistem ABC tentang cara kerja dan prosedur dari sistem tersebut. 4.4.3 Analisis Bagan Alir Proses Pengendalian Biaya Penyempuranaan terhadap bagan alir yang dimiliki perusahaan dalam proses mengendalikan biaya dapat dilakukan dengan menggabungkan proses pengambilan data biaya yang awalnya dibagi menjadi 3 proses berdasarkan jenis data biaya tersebut (gambar 4.7) menjadi hanya satu proses saja, dimana semua data biaya dari proses produksi akan di proses menjadi satu data biaya produksi komprehensif yang memuat data biaya kemudian membuat data storage untuk data biaya tersebut, hal ini dapat membuat proses pengambilan data biaya menjadi lebih cepat dan pengendalian terhadap data biaya produksi menjadi lebih baik karena terpusat pada satu proses dan disimpan dalam sebuah penyimpanan data. Perubahan bagan alir tersebut dapat dilihat pada gambar 4.8 Gambar 4.7 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 1 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Gambar 4.8 Bagian Bagan Alir Pengendalian Biaya 2 4.5 Analisis Penggunaan Sistem Radio Frequency Identification (RFID) Penulis merasa bahwa perusahaan membutuhkan automatisasi yang lebih untuk membuat SIA siklus produksi yang dimilikinya menjadi lebih efisien dan efektif, seperti yang telah disinggung sebelumnya alat bantu utama untuk meningkatkan automatisasi tersebut adalah dengan menggunakan sistem RFID. Berikut adalah analisis biaya berbanding manfaat serta risiko dalam mengadopsi sistem RFID. Biaya dalam menerapkan sistem RFID terbagi kedalam tiga klasifikasi yaitu biaya perangkat keras, biaya middleware, dan biaya jasa. Biaya perangkat keras melingkupi biaya element yang dapat dihitung dalam sebuah sistem RFID seperti tag dan reader. Biaya perangkat keras seringkali diperhitungkan ketika dalam tahap perencanaan dan penting untuk dicatat adalah model ekonomi juga harus mempertimbangkan kategori biaya yang lain. Justifikasi dari sebuah biaya perangkat keras tidak cukup untuk memutuskan mengimplementasi sebuah sistem RFID, meskipun vendor perangkat keras mengatakan sebaliknya. Biaya jasa atau service cost, seperti mendesain ulang proses bisnis dan biaya konfigurasi ulang, memerlukan studi menyeluruh terhadap kebutuhan spesifik dari Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 perusahaan dan rantai persediaan. Sebuah elemen biaya dapat saja muncul tergantung dalam konteks yang ada. Untuk aplikasi pionir di dalam sebuah bidang, biaya pengembangan dan inisiasi mungkin bisa menjadi signifikan. Dalam sisi lain, untuk adopsi terhadap seluruh rantai persediaan, biaya penyesuaian akan menjadi hal yang dominan. Biaya middleware adalah biaya dari infrastruktur dan perangkat lunak yang dapat menyederhanakan operasi RFID. Menentukan dan berinvestasi dalam arsitektur perangkat lunak yang tepat menjadi krusial untuk membuat sistem RFID menjadi optimal dan sebaliknya perangkat lunak yang kurang mumpuni dan tidak lengkap akan membuat terjadinya bottleneck untuk mewujudkan manfaat dari sistem RFID. Total biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan bergantung kepada tingkat implementasi dari sistem yang akan dilakukan. Perusahaan yang mengimplementasikan secara terbatas akan mengeluarkan biaya yang rendah, sedangkan perusahaan yang mengimplementasikan sistem secara luas dan menyeluruh dapat mengeluarkan biaya yang cukup besar. Terdapat tiga tingkat dalam implementasi yang dinamakan 3C, yaitu : - Compliance Tingkat implementasi dimana sistem RFID hanya digunakan dalam konteks memberi tag kepada material (slap) dan kemudian dikirimkan (ship). - Conservative Tingkat implementasi dimana sistem RFID memiliki kemampuan yang terbatas dan memiliki ruang lingkup geografis yang sempit. - Committed Tingkat implementasi dimana sistem RFID diberlakukan di setiap pusat distribusi milik perusahaan. Dikarenakan PT X hanya memiliki satu situs produksi dan menggunakan sistem RFID dengan tujuan untuk memperlancar siklus produksi yang dimilikinya maka Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 penulis berpendapat bahwa perusahaan sebaiknya tidak langsung berinvestasi dalam skala yang besar dan sekaligus, karena sistem RFID pada saat ini masih merupakan sistem yang memiliki biaya yang besar dan investasi yang besar belum tentu sejalan dengan meningkatnya efisiensi dan penghematan yang menjadi manfaat sistem RFID tersebut. Perusahaan cukup mengimplementasikan sistem RFID sampai pada tingkat conservative. Maurno (2005) menyebutkan bahwa biaya total menurut yang akan dikeluarkan oleh perusahaan untuk sebuah sistem RFID conservative tidak akan melebihi $250.000. Jumlah biaya ini didapatkan melalui survei yang dilakukan atas banyak korporasi yang bergerak di bidang manufaktur yang menerapkan sistem RFID pada tingkat conservative. Manfaat yang didapat dari sistem RFID yang akan diimplementasikan oleh perusahaan dapat dilihat pada pembahasan sebelumnya, namun dapat dilihat penjabaran nilai manfaat secara kuantitatif sebagai berikut : Gambar 4.1 Manfaat Penggunaan Sistem RFID (Sumber : Bapat, 2004) Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Dari gambar di atas yang merupakan manfaat rata-rata yang didapat oleh sebuah perusahaan yang mengimplementasikan RFID dengan tingkat conservative atau hanya pada satu fasilitas atau situs, dapat terlihat bahwa PT X berdasarkan perhitungan ekspekstasi manfaat yang akan didapat dengan menggunakan nilai terendah yaitu peningkatan 5% dari keuntungan operasi dan peningkatan 2% dari pendapatan serta data laporan laba-rugi perusahaan pada tahun 2011 adalah sebagai berikut : - Meningkatnya keuntungan operasi dengan efisiensi yang didapat dari penggunaan sistem RFID sebesar 5% yang berarti bagi PT X, keuntungan operasi perusahaan akan meningkat sejumlah Rp. 1,197,286,102 - Penggunaan RFID akan meningkatkan pendapatan perusahaan sebesar 2% dimana PT X akan mendapatkan Rp. 3,861,431,649 Total manfaat yang didapatkan dari penggunaan RFID dengan meningkatnya pendapatan perusahaan dan keuntungan operasional adalah sebesar Rp. 5,058,717,751,-, sedangkan biaya total yang dikeluarkan adalah sebesar $ 250,000 atau Rp. 2,483,250,000,- berdasarkan kurs tengah rupiah ketika tulisan ini dibuat. Kesimpulan yang didapat adalah ekspektasi manfaat yang diberikan oleh sistem RFID lebih besar daripada ekspektasi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengadopsi sistem tersebut, bahkan dengan menggunakan angka ekspektasi yang paling rendah. maka dari itu penulis berpendapat bahwa PT X untuk meningkatkan efisiensi dan automatisasi dari proses siklus produksinya dapat menggunakan sistem RFID dengan implementasi conservative. Dari segi biaya berbanding manfaat sistem RFID memang merupakan sistem yang layak dipilih oleh perusahaan, namun sistem ini juga memiliki resiko bila perusahaan telah mengimplementasikannya, resiko-resiko yang harus diwaspadai oleh perusahaan dalam implementasi sistem RFID adalah sebagai berikut: Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 - Integrasi teknologi Sistem RFID membutuhkan integrasi teknologi baik secara perangkat lunak maupun keras agar sistem dapat bekerja dengan optimal. Perangkat keras yang perlu mendapatkan perhatian adalah tag yang digunakan efektivitasnya dapat dipengaruhi oleh objek metal yang berdekatan dengan tag tersebut sehingga tag beresiko memberikan informasi yang tidak akurat atau tidak dapat dipindai. Sedangkan dari sisi perangkat lunak yang dibutuhkan adalah jaminan kualitas data yang mumpuni karena sistem ini beresiko mempunyai data yang tidak akurat yang didapat dari kesalahan pemindaian. - Keamanan Resiko keamanan yang terdapat dalam sistem RFID adalah dalam hal kerahasiaan data yang dimiliki perusahaan, karena dengan menggunakan sebuah pemindai dan berdiri di dekat tempat aset perusahaan yang memiliki tag disimpan tanpa harus melihat langsung, orang yang tidak memiliki otorisasi terhadap data tersebut dapat mengetahui jumlah dan kondisi aset milik perusahaan. Dibutuhkan usaha untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan data milik perusahaan, seperti memusnahkan tag ketika proses siklus produksi selesai untuk mencegah tag tersebut digunakan atau dimanfaatkan oleh pihak yang tidak memiliki otorisasi. - Standarisasi Sistem RFID milik perusahaan memiliki resiko gagal atau tidak berjalan optimal bila tidak ada standarisasi dalam penggunaannya, dalam hal ini adalah standarisasi dari gelombang yang digunakan oleh tag maupun reader, penggunaan gelombang yang sama untuk setiap tag dan reader akan membuat penggunaan sistem RFID menjadi optimal sesuai dengan ekspektasi manfaat yang akan diberikan, namun bila tidak ada standar frekuensi bagi sistem ini maka ada resiko sistem tidak akan memindai dan mendeteksi aset perusahaan secara akurat. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sistem informasi akuntansi-siklus produksi merupakan siklus yang krusial bagi perusahaan manufaktur. Siklus ini adalah siklus yang akan menentukan apakah produk yang dihasilkan perusahaan akan dapat menghasilkan profit bagi perusahaan atau akan menimbulkan biaya yang amat besar. Seringkali perusahaan terlalu berfokus pada salah satu proses dalam siklus ini, dan mengabaikan proses lainnya, sehingga pada akhirnya membuat perusahaan mengeluarkan sumber daya dengan siasia dan menderita kerugian. Dalam praktiknya, banyak perusahaan yang siklus produksinya belum tertata dengan baik, seperti halnya PT X yang sebenarnya bisa membuat siklus produksi berjalan lebih efisien namun sayangnya hal tersebut belum tercapai. Dari hasil penilitian ditemukan bahwa ketika proses desain produk yang menjadi awal dari siklus produksi perusahaan kurang memperhatikan tentang keseragaman dari perangkat lunak yang digunakan ketika merancang desain, sehingga perusahaan memiliki resiko akan gagalnya sebuah desain atau prototype karena kesalahan perangkat lunak yang digunakan. Kesimpulan berikutnya adalah prosedur yang dijalankan dalam merancang dan menjadwalkan proses produksi oleh perusahaan memiliki konsep yang baik, perusahaan menjalankan konsep pull manufacturing dengan disiplin dan tegas, sehingga bisa menekan biaya yang terjadi di dalam perusahaan. Namun demikian, masih terdapat kelemahan dari prosedur-prosedur yang terdapat di dalam siklus produksi tersebut, yaitu kurangnya perhatian terhadap otomatisasi maupun teknologi penunjangnya. Teknologi dan konsep otomatisasi merupakan pintu gerbang untuk Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 mendapatkan informasi akurat dengan biaya yang rendah dan mempunyai proses yang cepat. Kesimpulan yang bisa diambil terkait dengan diagram aliran data yang diterapkan perusahaan dalam menjalankan siklus produksinya adalah terdapatnya beberapa proses dalam aliran data tersebut yang dapat disempurnakan lebih lanjut dan kurang terdapatnya data storage dalam beberapa bagian dari siklus produksi. Teknologi Bar code yang menjadi aktor uzur dalam konsep otomatisasi siklus produksi masih belum diimplementasikan ke dalam semua proses yang terjadi di dalam siklus. Kemudian pengembangan dari bar code yaitu Radio Frequency Identification (RFID) yang terbaru belum diimplementasikan oleh PT X, sehingga dapat disimpulkan perusahaan memiliki konsep dan cara kerja siklus yang cukup efisien namun masih belum memahami pentingnya teknologi otomatisasi dalm siklus produksi. Perusahaan dalam hal ini beranggapan bahwa teknologi dan konsep otomatisasi bagi sistem informasi akuntansi bukan merupakan prioritas dalam perusahaan. Kesimpulan lainnya adalah perusahaan memiliki berbagai macam ancaman yang dapat mengganggu proses produksi, dan sebagian besar ancaman tersebut sesungguhnya dapat dimitigasi oleh penggunaan teknologi terbaru yang mengedepankan otomatisasi, seperti penggunaan RFID. Perusahaan juga belum mengasuransikan beberapa aset tetapnya terhadap bencana atau musibah yang dapat terjadi setiap saat. Khusus mengenai proses akuntansi biaya yang dimiliki perusahaan, penulis berkesimpulan bahwa untuk saat ini perusahaan tidak perlu khawatir tentang sistem akuntansi yang digunakan oleh PT X dalam hal inefisiensi. Namun untuk beberapa tahun kedepan dimana otomatisasi telah menjangkau seluruh proses dan biaya tidak Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 langsung meningkat, perusahaan dapat meninjau penggunaan sistem akuntansi biaya berbasis aktivitas. 5.2 Saran Berdasarkan analisis dan kesimpulan terkait sistem informasi akuntansi-siklus produksi, penulis memiliki beberapa saran, yaitu : - Menyempurnakan aliran data dan proses serta menambah data storage dalam siklus produksi yang dijalankan oleh perusahaan - Berinvestasi secepatnya pada alat yang mewakili konsep otomatisasi pemrosesan dan pengumpulan data, dalam hal ini penggunaan RFID yang luas di perusahaan sudah cukup menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam segala aspek di dalam siklus produksi. RFID memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan biaya yang dibutuhkan untuk mengadopsinya, namun perusahaan harus tetap mewaspadai resiko-resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan RFID tersebut. - Mengasuransikan Aset tetap perusahaan, terutama yang bersifat vital bagi perusahaan untuk tetap beroperasi sebagai langkah penanggulangan bila terjadi bencana alam - Mempersiapkan tenaga kerja, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk secara bertahap bersiap menggunakan sistem akuntansi berbasis aktivitas. Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 DAFTAR REFERENSI Blocher, Edward., et al. Cost Management. 4th Edition. Boston : McGraw-Hill Publishing, 2006 Blocher, Edward., et al. Cost Management. Boston : McGraw-Hill Publishing, 1999 Brimson, James. Activity Accounting : An Activity Based Costing Approach. John Wiley & Sons Inc, 1991 Groover, M. P. and E. W. Zimmers. CAD/CAM : Computer Aided Design and Manufacturing. Prantice-Hall Publishing, 1987 James Hall. Accounting Information System. 8th Edition. South Western Publishing Co., 2001 Hansen, D. R dan M. Mowen, Management Accounting. Cincinnati, Ohio: SouthWestern Publishing Co., 2007 Horngren, Walter T., et al. Cost Accounting : A managerial Emphasis. 13th Edition. . Upper Saddle, NJ : Pearson Education Limited, 2007 Emblemsvag, Jan. “Activity Based Costing” 17 February 2010 < http://www.emblemsvag.com/abc.htm> Kalpakjian, Serope and Steven R Schmid. Manufacturing, Engineering & Technology. 5th Edition. Essex, England : Pearson Education Inc, 2006 Risdiyono and Koomsap, P. Design by Customer for Automotive Part, Proceedings of the International Conference on Automotive. Bangkok, 2007 Romney, M. B and P. J. Steinbart. Accounting Information Systems. 12th Edition. Essex, England : Pearson Education Limited, 2012 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013 Wilkinson et al. Accounting Information Systems : Essential Concepts & Applications. 4th Edition. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons Inc., 2000 Analisis sistem.., Wirabhama Kirana, FE UI, 2013