6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008), bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Menurut Undang Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 pada bab ketiga dinyatakan bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Perbankan di Indonesia memiliki tujuan yang tercermin dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 yang menjelaskan bahwa, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. 2.2 Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan yang baik merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena dari kinerja perusahaan terlihat kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Mulyadi, 2006). 2.3 Laporan Keuangan Menurut Bringham dan Houston (2006), laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Laporan ini berisi laporan keuangan dasar dan opini manajemen atas operasi perusahaan selama tahun lalu dan prospek perusahaan di masa depan. 7 2.4 Economic Value Added (EVA) 2.4.1 Pengertian EVA Menurut Tunggal (2001), dasar teoritis dari konsep Nilai Tambah Ekonomis (EVA) disajikan dalam kertas akademis yang dipublikasikan antara tahun 1958 dan 1961 oleh dua ekonom finansial, yaitu Merton H. Miller dan Franco Modigliani (antara tahun 1958 dan 1961), yang memenangkan hadiah Nobel dalam bidang ekonomi. EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal (cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. EVA merupakan suatu tolok ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai. EVA menggambarkan jumlah absolut dari pemegang saham (shareholder value) yang diciptakan (Created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu, biasanya setahun. EVA yang positif menunjukkan penciptaan nilai (value creation), sedangkan EVA yang negatif menunjukkan penghancuran nilai (value destruction). 2.4.2 Metode Perhitungan EVA Komponen EVA terdiri dari laba bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax-NOPAT), dan biaya modal (Cost of Capital - COC). COC merupakan perkalian antara Weighted Cost of Capital/WACC (biaya modal rata-rata tertimbang) dengan Invested Capital/IC (modal yang diinvestasikan). Dengan demikian, EVA dapat dirumuskan sebagai berikut : EVA = NOPAT – Cost of Capital = NOPAT – (WACC x Invested Capital).............................................(1) Keterangan : EVA = Economic Value Added–nilai tambah ekonomi (rupiah/tahun) NOPAT = Net Operating Profit After Tax - laba operasi setelah pajak (rupiah/tahun) WACC = Weighted Cost of Capital - biaya modal rata-rata tertimbang (persentase/tahun) Invested Capital = Jumlah modal yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari hutang dan modal sendiri (rupiah/tahun) 8 1. Net Operating Profit After Tax Menurut Tunggal (2001), NOPAT adalah laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan. 2. Weighted Average Cost of Capital Menurut Tunggal (2001), rata-rata tertimbang biaya modal (WACC) adalah jumlah biaya dari masing-masing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan, pinjaman jangka panjang (cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. 3. Invested Capital – IC (Modal yang diinvestasikan) Menurut Tunggal (2001), IC adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities), seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya. Nilai EVA yang dihasilkan dari perhitungan EVA sangat membantu dalam pertimbangan keputusan manajemen. EVA dapat bernilai positif, negatif dan nol, maknanya sebagai berikut : 1. EVA > 0 (positif) berarti dapat perusahaan tersebut telah mampu dikatakan bahwa manajemen dalam menciptakan nilai tambah bagi perusahaannya atau menambah nilai bisnis perusahaan. 2. EVA = 0 berarti secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. 3. EVA < 0 (negatif) dinamakan ditructing atau destroying value berarti tidak memberikan nilai tambah kepada perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan. 2.4.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan Model EVA Menurut Abdullah (2003), tujuan dan manfaat penerapan model EVA adalah sebagai berikut : a. Tujuan penerapan Model EVA Dengan perhitungan EVA diharapkan mendapatkan hasil perhitungan nilai ekonomis perusahaan yang lebih realistis. Hal ini disebabkan oleh EVA dihitung berdasarkan perhitungan biaya modal (cost of capital) yang menggunakan nilai pasar berdasarkan kepentingan kreditur terutama para 9 pemegang saham dan bukan berdasar nilai buku yang bersifat historis. Perhitungan EVA juga diharapkan dapat mendukung penyajian laporan keuangan sehingga mempermudah para pengguna laporan keuangan diantaranya investor, kreditur, karyawan, pemerintah, pelanggan dan pihakpihak yang berkepentingan lainnya. b. Manfaat Penerapan Model EVA Manfaat yang diperoleh dari penerapan model EVA didalam suatu perusahaan adalah : 1) Penerapan model EVA sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan dimana fokus penilaian kinerja adalah penciptaan nilai (value creation). 2) Penilaian kinerja keuangan dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Dengan EVA para manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. 3) EVA mendorong perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijakan struktur modalnya. 4) EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modalnya. Kegiatan atau proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan adanya penciptaan nilai dari proyek tersebut dengan demikian sebaiknya diambil, begitu pula sebaliknya. 2.4.4 Keunggulan dan Kelemahan EVA Salah satu keunggulan EVA sebagai penilai kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Keunggulan EVA yang lain adalah (Iramani dan Febrian, 2001): a. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan memperhitungkan beban sebagai konsekwensi investasi. b. Konsep EVA adalah alat perusahaan dalam mengukur harapan yang terlihat dari segi ekonomis dalam pengukurannya yaitu dengan memperhatikan harapan para penyandang dana secara adil dimana derajat keadilan dinyatakan 10 dengan ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar dan bukan pada nilai buku. c. Perhitungan EVA dapat dipergunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data perusahaan lain sebagai konsep penilaian. d. Konsep EVA dapat digunakan sebagai dasar penilaian pemberian bonus pada karyawan terutama pada divisi yang memberikan EVA lebih sehingga dapat dikatakan bahwa EVA menjalankan stakeholders satisfaction concepts. e. Pengaplikasian EVA yang mudah menunjukkan bahwa konsep tersebut merupakan ukuran praktis, mudah dihitung dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam mempercepat pengambilan keputusan bisnis. Selain mempunyai kelebihan, EVA memiliki kelemahan diantaranya (Abdullah, 2003) : a. Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Penentuan biaya modal saham cukup rumit sehingga diperlukan analisis yang lebih mendalam tentag teknik-teknik menaksir biaya modal saham. b. EVA adalah alat ukur semata dan tidakbisa berfungsi sebagai cara mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran. c. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal). d. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. e. EVA mendorong pengalokasian dana perusahaan untuk investasi dengan biaya modal rendah. Investasi yang demikian umumnya memiliki resiko yang kecil sehingga secara tidak langsung EVA mendorong perusahaan untuk menghindari resiko padahal sebagian besar inovasi-inovasi dalam bisnis memiliki risiko yang sangat tinggi terutama dalam era pasar bebas yang penuh dengan ketidakpastian. 11 2.5 Market Value Added Menurut Young dan O’Byrne (2001), Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu (jumlah nilai pasar dari hutang dan ekuitas). Modal yang diinvestasikan adalah jumlah modal yang disediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Secara singkat rumus MVA dapat ditulis sebagai berikut : MVA = Nilai pasar – Modal yang diinvestasikan oleh investor...............................(2) Indikator yang digunakan untuk mengukur MVA menururt Young dan O’Byrne (2001), yaitu : 1. Jika MVA > 0, bernilai positif, perusahaan berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana 2. Jika MVA < 0, bernilai negatif, perusahaan tidak berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan oleh penyandang dana. Dalam kenyataannya, alat analisis MVA memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain : 1. Kelebihan MVA Menurut Young dan O’Byrne (2001), kelebihan penggunaan MVA di antaranya adalah dapat mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer suatu perusahaan sukses meningkatkan kinerja perusahaan dengan menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya. 2. Kekurangan MVA Kelemahan MVA menurut Young dan O’Byrne (2001) a. MVA merupakan pengukuran kekayaan periodik pemegang saham sehingga tidak dapat mengukur kinerja pada tingkat divisi b. Untuk suatu periode waktu tertentu, tidak memberikan solusi peningkatan penciptaan kekayaan pemegang saham c. MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan d. Pengukuran MVA gagal memperhitungkan pengembalian uang kas pada masa lalu kepada pemegang saham. 12 2.6 Pengaruh EVA terhadap MVA Pengaruh EVA terhadap MVA dapat diketahui dengan melakukan uji analisis dengan persamaan regresi (estimating equation) yakni suatu metode pendekatan dengan formula matematika yang dirancang untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen melalui nilai-nilai yang diketahui. Pada penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi sederhana karena hanya memakai satu variabel independen yang diteliti yaitu EVA, sedangkan MVA merupakan variabel dependen. Menurut M. Nafarin (2007), analisis regresi merupakan salah satu analisis data kuantitatif untuk memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Perubahan suatu kejadian dapat dinyatakan dengan perubahan nilai variabel. Hasil analisis dapat digunakan untuk dasar menilai suatu kebijakan. Persamaan regresi sederhana yang dikembangkan yaitu : Y = 𝜶𝜶 + βX + ε...............................................................................................................(3) Keterangan : 𝛼𝛼 = Konstanta β = Koefisien parameter regresi X = Variabel dependen Y = Variabel independen ε = Faktor kesalahan Jika langsung diaplikasikan ke dalam penelitian ini maka persamaannya dapat diubah menjadi : MVA = 𝜶𝜶 + β EVA ......................................................................................................(4) Keterangan : 𝛼𝛼 β = Koefisien parameter regresi MVA = Nilai MVA (juta rupiah) EVA = Nilai EVA (juta rupiah) = Konstanta Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (deret waktu) karena data ini merupakan kumpulan kinerja keuangan BRI dalam lima tahun (tahun 2006 s.d tahun 2010). Data dari penelitian ini diolah dengan menggunakan alat analisis regresi dan korelasi untuk menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen serta hubungan antar variabel tersebut. Sebelum analisis regresi dan 13 korelasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolomogrov Smirnov. Kolomogrov Smirnov digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 atau sebesar 5 persen. Data diolah dengan menggunakan program statistik yaitu Statistic Packages For Social Sciences (SPSS) Version 11.5. 2.7 Struktur Modal Menurut Astuti (2002), struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham. Dalam laporan keuangan neraca sisi kredit, dapat dilihat susunan atau struktur modal yang pada suatu perusahaan. Bagian dari struktur modal ini disebut komponen modal. Jadi, pos-pos yang berada pada sisi kanan neraca yang terdiri berbagai jenis hutang, saham preferen dan ekuitas saham biasa disebut komponen modal. Komponen modal adalah salah satu jenis modal yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan dana. 1. Biaya Hutang, Kd (1-T) Karena sumber modal perusahaan biasanya lebih dari satu sumber, maka perhitungan biaya modalnya adalah biaya modal rata-rata tertimbang/WACC (Weighted Average Cost of Capital). Dalam perhitungan WACC, harus konsisten dalam menggabung berbagai biaya komponen modal. Karena itu dalam WACC dipakai dasar perhitungan sesudah pajak atau after tax basis. Seperti kita ketahui biaya penerbitan saham biasa dan biaya modal komponen laba ditahan adalah after tax basis, jadi biaya hutang juga harus after tax basis. Tingkat bunga pinjaman yang dibayarkan perusahaan ke bank adalah suku bunga nominal yaitu suku bunga sebelum pajak atau Kd yang belum after tax basis. Bila kita lihat pada laporan rugi laba, pembayaran bunga adalah sebelum pajak, sehingga biaya bunga yang dibayar perusahaan karena ada hutang jangka panjang menyebabkan jumlah pajak perusahaan lebih kecil. Jadi suku bunga pinjaman nominal (Kd) menyebabkan 14 terjadinya penghematan pajak sebesar Kd x T. Perhitungan pajak berasal dari laba yang dikurangi bunga dikali tingkat pajak. Penghematan pajak dari adanya biaya bunga = Kd x T....................................(5) Jadi biaya bunga after tax basis = Kd – (Kd x T) = Kd (1-T).....................................................(6) 2. Biaya Saham Preferen (Kp) Biaya komponen saham preferen adalah biaya yang harus dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan saham preferen untuk memenuhi kebutuhan dana jangka panjang. Saham preferen mempunyai karakteristik adanya penghasilan tetap bagi pemiliknya dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian deviden terlebih dahulu. Saham preferen jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan saham biasa. 3. Biaya Komponen Ekuitas (Ks/Ke) Biaya komponen ekuitas adalah biaya yang timbul karena pemenuhan kebutuhan modal dari menerbitkan saham biasa. Biaya ekuitas ini adalah biaya karena pembayaran dividen, dapat dihitung dengan pendekatan CAMP, dijabarkan pada Persamaan 13. 4. Biaya Komponen Laba Ditahan (Kr) Salah satu alasan yang menyebabkan perlunya kita memperhitungkan biaya modal atas laba laba yang ditahan yaitu prinsip biaya oportunitas. Biaya komponen laba ditahan adalah tungkat pengembangan yang dikehendaki pemegang saham biasa perusahaan, jadi biaya komponen laba ditahan sama dengan biaya komponen ekuitas atau Kr = Ks. 2.8 Peramalan (Forecasting) Menurut M. Nafarin (2007), ramalan (forecasting) adalah proses aktivitas meramalkan suatu kejadian yang mungkin terjadi dimasa mendatang dengan cara mengkaji data yang ada. Menurut Darsono (2006), untuk mengadakan peramalan terlebih dahulu dikumpulkan data historis suatu kegiatan bisnis kemudian diolah menjadi informasi relevan untuk mengambil keputusan manajemen dalam membuat perencanaan keuangan. Peramalan bisnis itu dituangkan dalam angka-angka keuangan menjadi peramalan keuangan suatu unit organisasi bisnis. 15 Pada penelitian ini, model peramalan yang dipakai adalah model peramalan Double Exponential Smoothing menggunakan data historis dalam bentuk time series tahunan dengan menggunakan Software Minitab 15. Metode ini dipakai karena data yang diramalkan berbentuk trend (tidak stasioner) yaitu ditandai dengan adanya kecenderungan arah data bergerak menaik (growth) atau menurun (decline) pada jangka panjang. Menurut Santoso (2009), metode forecasting yang tepat pada data non stasioner adalah metode double exponential smoothing (holt method). 2.9 Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan topik kajian yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu W. (2002) yang meneliti tentang Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Internasional Indonesia Tbk. (BII) dengan menggunakan alat analisis EVA dan Rasio Keuangan. Kesimpulan dari penelitian yang di lakukan oleh Ni Putu W. menyatakan bahwa berdasarkan nilai EVA selama tahun 1991-1996, BII cenderung berada pada kondisi ekonomis (EVA > 0) yang artinya selama masa tersebut pihak manajemen telah mampu menciptakan nilai bagi BII, sedangkan pada tahun tahun 1997 dan 1998 (masa krisis) telah terjadi penurunan kinerja bank yang sangat signifikan, artinya bahwa pihak manajemen tidak dapat menciptakan nilai bagi bank, dapat dilihat dari penurunan nilai EVA yang mencapai nilai kurang dari nol (EVA<0). Persamaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini adalah sama-sama menghitung kinerja keuangan dengan alat analisis EVA dan dilakukan untuk mengukur kinerja bank umum. Namun penelitian ini menggunakan EVA dan MVA, tidak menggunakan alat analisis Rasio Keuangan. Budiharti (2006), melakukan penelitian analisis kinerja keuangan BRI periode tahun 2004-2005 dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan alat analisis EVA, serta menguji pengaruh EVA terhadap MVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BRI pada tahun 2005 lebih baik daripada tahun 2004. Hasil pengujian pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap EVA menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan pada umumnya tidak terpengaruh kecuali CAR terhadap EVA. Hasil pengujian pengaruh EVA terhadap MVA menunjukkan bahwa EVA berpengaruh positif. Pada penelitian tersebut hanya menggunakan laporan keuangan dua periode dan belum melakukan peramalan. 16 Primadia (2011), melakukan kajian terhadap kinerjakeuangan pada PT Bank Internasional Indonesia, Tbk periode 2004-2009 pada tahun 2011 menggunakan alat analisis EVA dan alat analisis MVA yang menyimpulkan bahwa Bank BII memiliki kinerja keuangan yang baik, walaupun dari segi rasio keuangan cenderung menurun namun BII dapat menghasilkan nilai EVA dan MVA yang positif. Dalam penelitiannya, digunakan juga analisis dengan alat analisis rasio CAR, ROE dan EPS. Rasio CAR, ROE, EPS dan EVA mempunyai pengaruh sangat kuat sekali terhadap perubahan MVA. Dalam penelitian tersebut belum dilakukan peramalan kinerja keuangan di masa yang akan datang, namun pada penelitian kali ini dilakukan peramalan kinerja keuangan BRI dimasa yang anak datang. Penelitian lain yang menjadi bahan pembanding penulis adalah hasil penelitian Paisal (2011) yang meneliti tentang Analisi Kinerja Keuangan dengan Alat analisis EVA pada PT. BCA Tbk periode tahun 2007-2009 yang menyimpulkan bahwa kinerja BCA baik, hal ini dapat terlihat dari peningkatan nilai EVA tiap tahun yang menunjukkan kesehatan bank. Persamaan penelitian ini dengan penelitian pada BCA tersebut adalah sama-sama menggunakan alat analisis EVA dan keduanya merupakan penelitian terhadap kinerja bank umum. Namun pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan alat analisis EVA, sedangkan penelitian kali ini menambahkan alat analisis MVA.