KAJIAN PENGENDALIAN GULMA PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN DI PT. KOTA BANGUN PLANTATION Oleh : YUSUF ALFITARIA NIM. 110500098 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 KAJIAN PENGENDALIAN GULMA PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN DI PT. KOTA BANGUN PLANTATION Oleh : YUSUF ALFITARIA NIM. 110500098 Kajian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 KAJIAN PENGENDALIAN GULMA PADA LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN DI PT. KOTA BANGUN PLANTATION Oleh : YUSUF ALFITARIA NIM. 110500098 Kajian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Kajian Pengendalian Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di PT. Kota Bangun Plantation Nama : Yusuf Alfitaria NIM : 110500098 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Perkebunan Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Riama Rita Manullang, SP, MP Rusmini, SP, MP NIP. 197011162000032002 NIP. 198111302008122002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Nur Hidayat, SP., M.Sc NIP. 197210252001121001 Lulus ujian pada tanggal : 8 Agustus 2014. F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP NIP. 197707232003122002 Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005 ABSTRAK YUSUF ALFITARIA. Kajian Pengendalian Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menghasilkan di PT. Kota Bangun Plantation (di bawah bimbingan RIAMA RITA MANULLANG). Kajian ini dilatar belakangi oleh kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit yang dapat menurunkan produksi karena terjadi persaingan dalam pengambilan air, unsur hara, sinar matahari, dan ruang tumbuh. Keberadaan gulma pada areal piringan, dan gawangan dapat menurunkan mutu produksi, menjadi inang bagi hama dan penyakit , mengganggu pertumbuhan tanaman, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Pada areal pasar pikul, kehadiran gulma dapat mengganggu kelancaran transportasi Tandan Buah Segar (TBS) ke Tempat Pemungutan Hasil (TPH) dan upaya pemeliharaan lainnya. Banyaknya gangguan yang dapat ditimbulkan oleh gulma sehingga diperlukan perlakuan khusus yaitu dengan melakukan tindakan pengendalian di lahan tanaman kelapa sawit. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terutama pada piringan, gawangan, dan pasar pikul. Serta dapat menetapkan metode pengendalian terhadap gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di piringan, gawangan dan pasar pikul. Kajian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Maret 2014 s/d 30 April 2014 bertempat di perkebunan tanaman kelapa sawit PT. Kota Bangun Plantation. Metode pengambilan data di lahan dengan melakukan pengamatan di lapangan, wawancara, mendokumentasi dan mengidentifikasi semua jenis-jenis gulma yang ada pada piringan, gawangan dan pasar pikul. Jenis-jenis gulma yang teridentifikasi pada lahan tanaman kelapa sawit sebanyak 26 jenis yaitu : Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa , Axonopus compressus, Borreria alata, Brachiria mutica , Chromolaena odorata , Cleome rutidosperma , Cyperus rotundus, Dicranopteris linearis, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Ipomoe cairica, Lantana camara, Melastoma affine, Merremia umbellata, Mikania micrantha, Mimosa invisa, Mimosa pigra, Nephrolepis biserata, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Physalis angulata , Solanum tortum, Sporobolus diander, Tretacera scandens. Berdasarkan hasil kajian jenis gulma yang banyak tumbuh adalah gulma berdaun lebar dan diperlukan metode -metode pengendalian terhadap gulma pada PT. Kota Bangun Plantation adalah dengan secara manual dan kimiawi serta melakukan pengendalian secara khusus terhadap gulma ilalang (Imperata cylindrica L). Kata kunci : gulma dan metode pengendalia n RIWAYAT HIDUP Yusuf Alfitaria lahir pada tanggal 06 Mei 1992 di Samarinda, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, Kabupaten Samarinda Kota. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan dari pasangan Ibu Sukati dan Bapak Suyatman. Tahun 1999 memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 027 di L2, Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara dan lulus pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Swasta di Yayasan Pendidikan Ma’arif Diponegoro Nahdlotul Ulama di Tenggarong seberang hingga lulus pada tahun 2008. Dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di Yayasan Pendidikan Ma’arif Diponegoro Nahdlotul Ulama Tenggarong seberang hingga memperoleh ijazah kelulusan pada tahun 2011. Pendidikan Tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman perkebunan tahun 2011. Pada tanggal 1 Maret 2014 s/d 30 April 2014 mengikuti program Praktek Kerja Lapang (PKL) di perkebunan PT. Kota Bangun Plantation, Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur . KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala , karena atas berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kajian ini. Kajian ini disusun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di PT. Kota Bangun Plantation desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Laporan dan penyusunan kajian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu dari bulan Maret – April tahun 2014, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Kepada Ibu Riama Rita Manullang, SP, MP. Selaku dosen pembimbing. 2. Kepada Ibu Rusmini, SP, MP. Selaku dosen penguji I. 3. Kepada Ibu F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut, MP . Selaku dosen penguji II. 4. Kepada Bapak Nur Hidayat, SP., M.Sc. Selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 5. Kepada Bapak Ir. Hasanudin, MP . Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 6. Kepada Bapak Ir. Wartomo, MP. Selaku D irektur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 8. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amiin. Penulis Kampus Sei Keledang, Mei 2014 . DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR TABEL .................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4 A. Tinjauan Umum Lokasi ............................................................... 4 B. Tinjauan Umum Tanaman Kalapa Sawit .................................... 4 C. Tinjauan Umum Gulma ............................................................... 7 METODE KAJIAN ........................................................................ 12 A. Tempat dan Waktu ...................................................................... 12 B. Alat dan Bahan ............................................................................ 12 C. Prosedur Pengamatan .................................................................. 1. Pengamatan di lapangan ........................................................ 2. Wawancara ............................................................................ 3. Dokumentasi ..................................................................... ..... 12 12 12 13 D. Pengolahan Data dan Pembahasan Hasil Kajian ......................... 13 HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 14 A. Hasil Kajian ................................................................................. 1. Jenis-jenis Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit ................... 2. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di PT. KBP..... 14 14 42 B. Pembahasan ................................................................................. 1. Jenis-jenis Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit ................... 2. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di PT. KBP..... 47 47 49 III. IV. V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 55 A. Kesimpulan ................................................................................... 55 B. Saran ........................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. Halaman Pengelompokkan jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di afdeling I pada piringan, gawangan dan pasar pikul..... 15 Norma standar HK dan material pekerjaan rawat spot lalang per umur tanam ........................................................................... 46 Norma standar pekerja wiping lalang per-umur tanam .............. 47 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Ageratum conyzoides ................................................................ 16 2. Asystasia intrusa ....................................................................... 17 3. Axonopus compressus ............................................................... 18 4. Borreria alata ........................................................................... 19 5. Brachiaria mutica ..................................................................... 20 6. Chromolaena odorata ............................................................... 21 7. Cleome rutidospermae .............................................................. 22 8. Cyperus rotundus L. .................................................................. 23 9. Dicranopteris linearis ............................................................... 24 10. Eleusine indica .......................................................................... 25 11. Euphobia hirta .......................................................................... 26 12. Imperata cylindrical (L). Beauv. .............................................. 27 13. Ipomoea cairica ........................................................................ 28 14. Lantana camara ........................................................................ 29 15. Melastoma affine ....................................................................... 30 16. Merremia umbellate .................................................................. 31 17. Mikania micrantha .................................................................... 32 18. Mimosa invisa Mar. ................................................................... 33 19. Mimosa pigra ............................................................................ 34 20. Nephrolepis biserrata ............................................................... 36 21. Panicum repens L. .................................................................... 37 22. Paspalum conjugatum ............................................................... 38 23. Physalis angulata ...................................................................... 39 24. Solanum tortum ......................................................................... 40 25. Sporobolus diander ................................................................... 41 26. Tetracera scandens ................................................................... 42 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Lokasi Perkebunan ............................................................ 60 2. Pengendalian Gulma Secara Manual........................................ 61 3. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi ....................................... 62 1 I. PENDAHULUAN Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan di masa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah provinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105,808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6,6 juta ha dengan produksi sekitar 17,3 juta ton CPO (Ditjenbun, 2008 ). Minyak nabati adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh tanaman ini dengan kandungan rendah kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Minyak nabati yang dihasilkan kelapa sawit terdiri dari dua jenis, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO ini memiliki ciri minyak yang berwarna kuning, sedangkan PKO mempunyai karakteristik minyak yang tidak berwarna. Tanaman kelapa sawit ini memiliki banyak kegunaan. Hasil tanaman ini dapat digunakan pada industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, dan kosmetik. Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan bakar alternatif (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005 ). Menurut Tjitrosoedirdjo, dkk (1984), menyatakan bahwa gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia atau tumbuhan yang kegunaannya belum diketahui. 2 Menurut Pahan (2008), kehadiran gulma di perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan air, hara, sinar matahari, dan ruang hidup. Gulma juga dapat menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian gulma, mengganggu pertumbuhan tanaman, menjadi inang bagi hama, mengganggu tata guna air, dan meningkatkan biaya pemeliharaan. Selanjutnya Hakim (2007), menambahkan, kelapa sawit mempunyai masalah gulma yang tinggi sebab salah satu faktornya adalah jarak tanam tanaman ini lebih lebar, sehingga penutupan tanah oleh kanopi lambat membuat cahaya matahari leluasa mencapai permukaan tanah yang kaya dengan potensi gulma. Selanjutnya menurut Pahan (2008), menyatakan terdapat tiga jenis gulma yang harus dikendalikan, yaitu ilalang di piringan dan gawangan, rumput di piringan, dan anak kayu di gawangan. Ilalang di gawangan dan piringan efektif dikendalikan secara kimia dengan teknik sesuai dengan populasi ilalang yang ada. Gulma rumput di piringan dapat dikendalikan baik secara manual maupun kimia. Gulma berkayu dapat dikendalikan dengan metode dongkel anak kayu. Kegiatan pemeliharaan berperan penting dalam upaya peningkatan produksi kelapa sawit. Salah satu kegiatan utama dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit terutama pada piringan, gawangan, dan pasar pikul. Serta dapat menetapkan metode pengendalian terhadap gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di piringan, gawangan dan pasar pikul. 3 Metode pengendalian pada gulma di piringan, gawangan dan pasar pikul ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi para pembaca atau masyarakat yang berkecimpung pada budidaya tanaman kelapa sawit. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Lokasi PT. Kota Bangun Plantation Jembayan Estate merupakan cabang dari Mahakam Sawit Plantation Group di Kabupaten Kutai Kartanegara. PT. Kota Bangun Plantation bergerak di perkebunan tanaman kelapa sawit yang mempunyai luas ± 7.000 ha. Areal yang ditanam seluas ± 1.684,41 ha sampai dengan bulan Januari 2014, sedangkan sisanya masih dalam pembukaan lahan. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi 4 afde ling, setiap afdeling mempunyai luas Afdeling I : 615.01 ha, Afdeling II : 451.03 ha, Afdeling III : 525.13 ha, Afdeling IV : 93.24 ha. B. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan bukti-bukti yang ada, tanaman kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Sedangkan Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak di antara Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi di permasalahan orang. Tanaman kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit di Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Maurutius) dan Amsterdam. 5 Ke empat batang bibit kelapa sawit tersebut di tanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Setyamidjaja, 1991). 1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi Spermatophyta , kelas Angiospermae, sub kelas Monocotyledoneae, ordo Palmales, famili Palmaceaea, genus Elaeis , spesies Elaeis guineensis Jacq (Corley, 1976). 2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Menurut Sastrosayono (2005), seperti jenis-jenis Palma yang lain, kelapa sawit memiliki sifat-sifat bagian vegetatif dan bagian generatif yang khas, seperti akar. Tanaman kelapa sawit memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping bisa mencabai radius 16 meter. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang, ketebalan batang tergantung pada kekuatan pertumbuhan daun-daunnya. Batang kelapa sawit dapat tumbuh hingga 20 m. Daun tanaman kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih 7,5 – 9 m. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Daun tanaman kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau. 6 3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit a. Iklim Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat 0 – 500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang terpenting adalah curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari dan angin. Curah hujan aptimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit ± 2000 – 2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Lama penyinaran optimum 5 – 7 jam/hari dengan suhu optimum ± 24 – 28ºC meskipun dapat tumbuh pada suhu terendah 18ºC dan ketinggian 32ºC. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 80% dengan kecepatan angin 5 – 6 km/jam. Sangat baik untuk membantu proses penyerbukan (Sastrosayono , 2005; Fauzi, dkk. 2002). b. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan. Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah jenis tanah la tosol dan aluvial dengan topografi kemiringan areal 0 – 15ºC dengan pH tanah 4,0 – 6,5 (Setyamidjaja, 1993). 7 C. Tinjauan Umum Gulma 1. Pengertian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. Oleh sebab itu tumbuhan apapun termasuk tanaman yang biasa di budidaya bisa dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan pada waktu yang salah (Moenandir, 1993). Sebayang (2005), menambahkan gulma ialah tanaman yang timbulnya tidak diinginkan, namun bisa saja gulma tersebut di suatu tempat berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak dan sebagai bahan obatobatan. Dengan demikian suatu spesies tumbuhan tidak dapat dikelompokkan se bagai gulma pada semua kondisi, namun banyak juga tumbuhan dikelompokkan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umumnya tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya. Menurut Anderson (1977), gulma sebagai tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan oleh manusia, dengan demikian apa saja termasuk tanaman budidaya dapat dipandang sebagai gulma apabila tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan. Dan tumbuhan yang lazim sebagai gulma biasanya cenderung mempunyai sifat-sifat atau ciri khas tertentu yang memungkinkan untuk mudah tersebar luas dan mampu menimbulkan kerugian dan gangguan. Nasution (1986), menambahkan gulma merupakan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak 8 diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi kehidupan manusia. Kerugian tersubut diakibatkan oleh persaingan dan zat allelopati. 2. Penyebaran Gulma Penyebara nnya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya adalah Ageratum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrica, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulma yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung di permukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp). Untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa sawit, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan perkembangan populasi hama (terutama di areal Tanaman Belum Menghasilkan). Dalam hal ini tidak semua jenis gulma perlu diberantas, misalnya vegetasi rumput-rumputan dan tanaman setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi (seperti pakis Nephrolepis). Disamping itu harus dijaga supaya intensitas pengendalian gulma jangan berlebihan hingga berdampak menggundulkan permukaan tanah yang menjadikannya rawan terkena erosi (Tjitrosoedirdjo, dkk. 1984). Gulma dapat berkembangbiak dan dapat berpindah-pindah tempat bahkan gulma dapat berpindah tempat dari daerah satu ke daerah yang lain. 9 Hal ini dapat terjadi karena adanya penyebaran biji gulma yang menyebabkan gulma tersebut dapat berkembangbiak dengan cepatnya (Soebiapradja, 1983 ). Menurut Moenandir (1988), membagi beberapa bagian yang menjadi faktor penyebab penyebaran biji gulma di antaranya yaitu : pertama aktivitas atau kekuatan gulma itu sendiri, terutama pada tanaman jenis leguminoceae berkembang biak melalui biji pada polong yang sudah tua, polong akan pecah dengan sendirinya dan biji akan terlempar keluar dan menjadi individu baru. Kedua bantuan dengan alam, pada air terutama pada gulma yang habitatnya di air misalnya enceng gondok, pada angin gulma yang memiliki biji yang ringan menyebabkan biji dapat diterbangkan oleh angin, dan pada tanah, biasanya tercampur pada kotoran ternak, misalnya ternak memakan rumput yang merupakan gulma kemudian di dalam pencernaan ternak terse but tidak dapat menghancurkan biji gulma itulah yang menyebabkan biji gulma dapat tumbuh. Yang ketiga bantuan dengan makhluk hidup seperti mamalia, Epizoctory : biji gulma menempel pada bagian luar tubuh binatang sehingga gulma bisa tersebar, dan aves (burung). Sedangkan manusia, gulma dapat berpindah tempat disebabkan oleh manusia misalnya biji gulma melengket atau melekat pada baju manusia sehingga gulma dapat berpindah dan tumbuh pada lain yang sebenarnya bukan ekosistemnya. 10 3. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan yaitu : jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama, alternatif pengendalian yang tersedia, dampak ekonomi dan ekologi bagi inang predator dan parasitoid (Barus, 2003). Pengendalian gulma secara terpadu dapat dilakukan dengan cara seperti pelestarian tumbuhan liar berguna , eksplorasi musuh alami, dan aplikasi herbisida secara spesifik dan selektif (Sukman dan Yakup, 1995 ). Menurut Rambe, dkk (2010), ada beberapa konsep pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit yang telah dilaksanakan yaitu : melestarikan tumbuhan liar yang berguna sebagai inang predator atau parasitoid, memusnahkan gulma berbahaya, membatasi pertumbuhan gulma lunak, dan menerapkan komponen pengendalian gulma terpadu dengan memberdayakan seluruh komponen pengendalian, meliputi cara kultur teknis, biologi, preventif dan pengendalian kimiawi secara selektif dan spesifik dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. a. Kultur Teknis Implementasi kultur teknis dilakukan dengan penanaman kacangan untuk menyaingi pertumbuhan gulma pada tanaman kelapa sawit fase Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). 11 b. Biologis Pengendalian secara biologi dilakukan dengan mengembangkan tumbuhan liar berguna serta introduksi dan eksplorasi musuh alami gulma. Tumbuhan liar berperan sebagai inang dari predator atau parasitoid terhadap Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS). Pengendalian gulma terpadu dilakukan untuk menghindari ketergantungan dari bahan kimia yaitu melalui eksplorasi musuh alami gulma. c. Pengendalian kimiawi secara selektif dan spesifik Aplikasi herbisida yang umum, khususnya area piringan, dilakukan secara rutin tanpa melihat penutupan gulma. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan herbisida dari waktu ke waktu relatif konstan dan pada kondisi tertentu akan terjadi pemakaian herbisida yang berlebihan. Beberapa kebijakan yang saat ini diterapkan adalah dengan melalukan penyemprotan herbisida secara selektif yakni pada area piringan, pasar pikul, dan tempat pemungutan hasil (TPH) berdasarkan kriteria penutupan gulma. d. Eksplorasi herbisida pengganti senyawa toksik dan alternasi herbisida Jenis herbisida yang sangat toksik yaitu paraquat, yang merupakan bagian dari kelompok senyawa biosisten yang lebih sulit terdegradasi secara biologi karena paraquat relatif stabil pada suhu, tekanan dan pH normal. 12 III. METODE KAJIAN A. Tempat dan Waktu Pengkajian pengendalian gulma pada lahan tanaman kelapa sawit dilaksanakan di Perkebunan PT. Kota Bangun Plantation pada afdeling I di Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara. Dimulai pada tanggal 01 Maret 2014 s/d 30 April 2014. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis, buku identifikasi gulma, kamera , knapsack sprayer, timba, gelas ukur, dan parang. Bahan yang digunakan adalah Herbisida (Dejavu dengan bahan aktif Glyphosa te, Sidafos dengan bahan aktif Glyphosate dan Medally dengan bahan aktif Metil metsulfuron, Supretox dengan bahan aktif Paraquate), dan Air. C. Prosedur Pengamatan 1. Pengamatan di lapangan Mengamati jenis gulma yang ada di lahan tanaman kelapa sawit, baik yang berada di piringan maupun di sekitar piringan, di gawangan dan pasar pikul. 2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan melalui bertatap muka antara asisten kebun, mandor dan karyawan lainya mengenai gulma dan cara 13 pengendalian gulma yang dilakukan oleh perusahaan terhadap gulma di piringan, gawangan dan pasar pikul. 3. Dokumentasi Mengabadikan semua jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit yang ditemui pada piringan, gawangan dan pasar pikul. D. Pengolahan Data dan P embahasan Hasil Kajian Pengumpulan dan pengolahan data pada kajian ini diperoleh dari data primer maupun sekunder. Untuk identifikasi gulma semua jenis-jenis gulma diperoleh langsung di lapangan yang selanjutnya dideskripsikan berdasarkan literatur-literatur yang ada untuk masing-masing gulma. Sedangkan untuk pengendalian gulma data -data sudah disediakan, prosedur kerja sudah ditentukan oleh perusahaan baik pengendalian di piringan, gawangan dan pasar pikul maupun secara khusus untuk pengendalian gulma ilalang. 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kajian 1. Jenis -jenis Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan hasil yang diamati di lahan kelapa sawit di PT. Kota Bangun Plantation pada afdeling I di blok D 42 (29,07 ha), blok E 42-43 (29,49 ha/28,16 ha), blok F 42 (30,14), dan blok G 42 (9,62 ha) terdapat 26 jenis gulma, yaitu : Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa , Axonopus compressus, Borreria alata, Brachiria mutica, Chromolaena odorata , Cleome rutidosperma, Cyperus rotundus, Dicranopteris linearis, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Ipomoe cairica, Lantana camara, Melastoma affine, Merremia umbellata, Mikania micrantha, Mimosa invisa, Mimosa pigra, Nephrolepis biserata, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Physalis angulata , Solanum tortum, Sporobolus diander, Tretacera scandens. Jenis-jenis gulma di atas dapat diklasifikasikan berdasarkan morfologinya menjadi 4 kelompok yaitu : gulma berdaun sempit, gulma berdaun lebar, gulma jenis teki-tekian, dan gulma jenis pakis -pakisan. Pengelompokkan gulma tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : 15 Tabel 1. Pengelompokkan jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di afdeling I pada piringan, gawangan dan pasar pikul. Berdasarkan Morfologi Gulma berdaun sempit Gulma berdaun lebar Axonopus compressus Ageratum conyzoides Gulma jenis Gulma jenis tekian pakisan Cyperus rotundus Dicranopteris linearis Brachiria mutica Asystasia intrusa Mimosa invisa Eleusine indica Borreria alata Mimosa pigra Imperata cylindrica Chromolaena odorata Panicum repens Cleome rutidosperma Paspalum conjugatum Euphobia hirta Sporobolus diander Ipomoe cairica Nephrolepis biserata Lantana camara Melastoma affine Merremia umbellata Mikania micrantha Physalis angulata Solanum tortum Tretacera scandens Adapun ciri-ciri dan sifat pada gulma tersebut diatas , dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 1. Ageratum conyzoides L. 16 a. Ageratum conyzoides (Babadotan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Magnoliopsida, Ordo : Asterales, Famili : Asteraceae , Genus : Ageratum , Spesies : Ageratum conyzoides. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah gulma ini berasal dari Amerika Selatan, dan awalnya dimasukkan ke beberapa wilayah lain di dunia sebagai tanaman hias. Gulma ini dimasukkan ke Jawa pada tahun 1860 dan sekarang tersebar meluas diseluruh wilayah Indonesia. Ageratum conyzoides merupakan gulma tahunan yang dapat tumbuh sampai ketinggian 2.200 m dpl. Umumnya dijumpai di pembibitan sampai tanaman kelapa sawit tua. Tumbuhan ini apabila daunnya diremas akan menimbulkan bau yang keras dan diyakini mempunyai khasiat sebagai obat. Perakaran dangkal dan tidak kuat. Gulma ini banyak tumbuh di piringan pohon sehingga rotasi pengendalian harus lebih sering dilakukan. Batangnya lunak tidak berkayu, tumbuh tegak, tinggi 20 – 80 cm, bercabang, batang muda berbulu halus, pada ketiak daun tumbuh tunas yang membentuk cabang. Daun bawah tumbuh berhadapan sedangkan daun di bagian batang lebih atas tumbuh berselang seling. Daun berbentuk bulat telur berukuran panjang 5 – 13 cm dan lebar 3 – 5 cm dengan permukaan daun ditumbuhi bulu. Bunga berwarna putih atau lembayung. Panjang 1 – 2 mm. Berkembang biak dengan biji, satu batang tumbuh mampu menghasilkan 40.000 biji, yang tersebar melalui aliran air atau angin (Soebiapradja, 1983). 17 Gambar 2. Asystasia intrusa b. Asystasia intrusa (Rumput Johor Barat) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Magnoliopsida, Ordo : Lamiales, Famili : Acanthaceae, Genus : Asystasia, Spesies : Asystasia intrusa. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Asystasia intrusa diintroduksikan ke Malaysia sejak tahun 1876 dan sampai dengan 1950an kelihatan tidak berbahaya. Walaupun dijumpai dibanyak lokasi. Sejak akhir tahun 1970an gulma ini menjadi masalah yang serius di areal perkebunan, khususnya kelapa sawit di semenanjung Malaysia dan Sumatra. Gulma ini dapat dijumpai sampai ketinggian 500 m dpl, tumbuh dengan cepat. Baik pada areal yang terbuka maupun areal yang terlindung. Pada areal terbuka, gulma tersebut akan lebih banyak menghasilkan organ produktif, sedangkan pada areal yang terlindung akan cenderung memproduksi organ vegetatif. Asystasia intrusa berbatang lunak dengan tinggi dapat mencapai 1,5 m. Daun berpasangan, berbentuk lonjong dengan ujung runcing, berukuran bervariasi mulai dari 65 x 26 mm sampai dengan sekitar 152 x 76 mm. Tangkai daun bulat dengan panjang sekitar 50 mm. Mulai bunga 18 tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, panjang 25-50 mm, bunga kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Perkembangbiakan gulma ini melalui biji dan tunas pada ruas batang. Biji akan tumbuh pada waktu 30 hari dengan viabilitas sampai 85%. Tunas pada ruas-ruas batang akan segera berkembang menjadi tanaman baru apabila menyentuh tanah (Soebiapradja, 1983). Gambar 3. Axonopus compressus c. Axonopus compressus (Jukut Pait, Papaitan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta, Class : Liliopsida , Ordo : Poales , Family : Poaceae, Genus : Axonopus, Species : Axonopus compressus. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Rumput tumbuh menjalar dan menanjak, hingga 50 cm. Gulma ini merupakan gulma tahunan, jarang sekali semusim. Daun berbentuk garis atau lanset, tepi daun berbulu halus, permukaan atas berbulu tidak merata, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek, berbulu pendek. Perbungaan malai, mirip bulir, bercabang dua atau lebih , anak bulir jorong. Berkembang biak dengan biji dan stek batang (Soebiapradja, 1983 ). 19 Gambar 4. Borreria alata d. Borreria alata (Rumput Setawar) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta, Class : Magnolipsida, Ordo : Rubiales, Famili : Rubiaceae, Genus : Borreria, Spesies : Borreria alata . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Borreria alata merupakan gulma tahunan yang umumnya tumbuh di daerah lembab dan terlindung. Sampai dengan ketinggian 1000 m dpl. Pada areal perkebunan gulma ini biasanya menjadi pengganti generasi dari gulma jenis rumputan, setelah setelah dikendalikan secara kimiawi. Sering kali dijumpai di piring pokok kelapa sawit. Gulma ini menjadi masalah yang serius terutama dalam pembangunan penutup tanah (kacangan). Gulma ini tumbuh tegak atau merambat, tinggi dapat mencapai 15-75 cm. Batang berbentuk segi empat. Daun tumbuh berhadapan. Bunga terbentuk di ketiak daun dan di ujung batang. Kepala bunga kecil sekitar 12 mm. Bunga berwarna putih dengan corak ungu atau ungu keputihan. Tumbuhan ini telah lama diintoduksi ke Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Gulma ini melakukan penyebaran dengan biji yang dapat 20 tersebar dengan perantara angin, percikan air, serangga, dan manusia (Soebiapradja, 1983). Gambar 5. Brachiaria mutica e. Brachiaria mutica (Rumput Malela) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Spermatophyta , C lass : D icotyledoneae, Ordo : Gramineae, Famili : Graminales, Genus : Brachiaria , Spesies : Brachiaria mutica. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Brachiaria mutica termasuk sistem perakaran serabut, akar rumput malela keluar dari pangkal batangnya, jumlah akar rumput malela banyak dan ukurannya hampir sama besar, akar rumput malela memiliki banyak percabangan akar dan memiliki banyak rambut-rambut halus. Batang Brachiaria mutica bagian terbawah tumbuh menjalar atau terapung, membentuk cabang yang panjangnya 100-400 cm, bagian teratas tumbuh tegak, merayap atau menyandar, tingginya 100-200 cm, batang yang tua ke ras dan berongga, tidak barambut, ditutupi lapisan lilin putih, buku-buku batang ditumbuhi rambut halus yang panjang. Daun Brachiaria mutica berbangun daun garis atau garis lanset, permukaan daun berambut jarang, ujungnya runcing, tepi daun berambut keras 21 sehingga terasa kasar bila diraba, warna helai daun hijau muda sedang tepinya merah ungu, ukuran panjangnya 10-30 cm dan lebarnya 5-25 mm. Bunga Brachiaria mutica tumbuh di ujung batang atau cabang, sumbu utama bersegi, panjangnya 15-25 cm, sumbu berambut halus, cabang tandan berjumlah Sembilan sampai dua puluh, buliran di ujung tandan duduk sendirian, di bagian tengah berpasangan, sedangkan di pangkal terdapat tiga buliran atau lebih. Buah Brachiaria mutica berukuran kurang lebih 3 mm. Buah gulma ini berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing, warnanya hijau bercorak ungu, tangkai berambut halur berwarna hijau muda, tersusun rapat sebelah bawah sumbu dan agak merapat ke sumbu. Biji Brachiaria mutica berbentuk bulat. Biji gulma ini juga berbentuk memanjang. Biji tersebut memiliki warna hijau bercorak ungu. Biji rumput malela tidak memiliki rambut-rambut halus atau bulu -bulu halus. Biji rumput malela berada di dalam buahnya (Soebiapradja, 1983). Gambar 6. Chromolaena odorata f. Chromolaena odorata (Tekelan ) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , C lass : Magnoliopsida, Ordo : Asterales, 22 Famili : Asteraceae , Genus : Chromolaena , Spesies : Chromolaena odorata . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Chromolaena odorata dikenal pula dengan nama tekelan maupun kirinyuh. Semak bunga putih merupakan tumbuhan perdu berkayu tahunan. Gulma ini mempunyai ciri khas daun berbentuk segit iga, mempunyai tiga tulang daun yang nyata terlihat dan bila diremas akan terasa bau yang khas, percabangan berhadapan, perbungaan majemuk yang dari jauh terlihat berwarna putih. Penyebaran meliputi 50 – 1000 m diatas permukaan laut. Gambar 7. Cleome rutidospermae g. Cleome rutidosperma (Maman ungu) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Spermatophyta , Class : Dicotyledonae, Ordo : Capparidales, Famili : Capparidaceae , Genus : Cleome , Spesies : Cleome rutidospermae. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Cleome rutidospermae dapat herba tegak, merambat atau tumbuh merangkak tinggi 0.15-0,80 m, berbunga sepanjang tahun. Daun mahkota bunga dengan ujung runcing seperti cakar, panjang 9-12 mm, di Jawa berwarna biru, bulu-bulu halus yang pendek, tangkai buah 20-30 mm, batang (berbentuk kapsul) yang masak berada di atas goresan daun 23 berangsur -angs ur meruncing seperti paruh, diameter biji 1,75-2 mm, elaiosom keputihan, helaian daun biasa nya 3, bentuk daun memanjang atau bulat memanjang, tajam atau tumpul, dengan bulu-bulu tebal pendek; batang 0,5-2 cm dengan duri tipis. Dikenal dengan nama Maman ungu atau Maman lelaki. Habitat dan Penyebaran gulma ini dapat ditemukan di pinggir jalan, sawah, ladang. Juga ditemukan hidup sebagai epifit pada batu dan kayu. Terutama banyak ditemukan di Kalimantan (Soebiapradja, 1983). Gambar 8. Cyperus rotundus L. h. Cyperus rotundus (Rumput teki) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta, Class : Liliopsida, Ordo : Cyperales, Family : Cyperaceae, Genus : Cyperus , Species : Cyperus rotundus L. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Cyperus rotundus L. termasuk teki yang tumbuh pada ketinggian sampai 1.000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan gulma tahunan yang cukup berbahaya di perkebunan kelapa sawit, terutama di pembibitan dan tanaman muda. Gulma ini mempunyai umbi dan akar ramping. Batang berbentuk segitiga, dengan tinggi 15-17 cm, di pangkal batang tumbuh membentuk akar ramping 24 dan umbi. Daun berwarna hijau tua mengkilat dan sebelah bawahnya hijau muda, panjang 50-100 cm dan lebar ± 3 cm. Bunga terbentuk diujung batang dua – empat malai. Penyebaran melalui biji, rhizome dan umbi (Soebiapradja, 1983). Gambar 9. Dicranopteris linearis i. Dicranopteris linearis berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Pteridophyta, Class : Filicopsida, Ordo : Polypodiales , Famili : Gleicheniaceae , Genus : Dicranopteris, Spesies : Dicranopteris linearis. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Gleicheniaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta). Suku ini mencakup enam marga dengan sekitar 125 jenis. Di Indonesia, Dicranopteris linearis (resam) mudah dijumpai karena menutupi tebing-tebing tepi jalan di dataran menengah dan tinggi (Soebiapradja, 1983). 25 Gambar 10. Eleusine indica j. Eleusine indica (Rumput belulang ) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Liliopsida , Ordo : Poales, Family : Poaceae , Genus : Eleusine, Species : Eleusine indica. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Eleusine indica merupakan gulma rumput berumur pendek, kerap kali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah keluar akar. Batang sering kali berbentuk cekungan yang terbentang; tinggi 0,1-1,9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat berlunas. Lidah seperti selaput, dan pendek. Helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujungnya, pada pangkalnya ada rambut panjang, 12-40 kali 0,41-1 cm. Bulir terkumpul 2-12, satu sisi. Poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2,5-17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4-7 mm. Sekam terekan rapat berlunas, dua yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3, kepala sari pendek. Tangkai putik 2, kepala putik sempit berwarna ungu. 26 Habitatnya di tempat cerah matahari, di tanah keras karena terinjak, 1-2000 m. Penyebarannya di daerah Iklim tropis. Gambar 11. Euphobia hirta k. Euphobia hirta (Patikan kebo ) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Spermatophyta, C lass : D icotyledoneae, Ordo : Euphorbiales , Famili : Euphorbiaceae , Genus : Euphobia , Spesies : Euphobia hirta . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Euphobia hirta memiliki akar tunggang, besar dan dalam. Pada batang, tegak, dengan tinggi sekitar 0,1-0,6 m dan berbulu pada ujungnya, bercabang bila semakin dekat dengan pangkal. Kemudian daun yang ada memanjang dengan pangkal miring dan pinggir bergerigi, pada bagian sisi bawah berbulu, panjang 0,5-5 cm. Bunga yang terdapat pada tanman ini berkumpul menjadi karangan bunga yang pendek. Buahnya berbentuk kapsul dengan tiap-tiap bunga terdiri dari tiga kapsul. Habitat gulma ini adalah pada tegalan, tanah berpasir dan tanah pertanian diketinggian 1-1400 m dpl. Perbanyakan pada gulma ini dilakukan secara generatif dengan biji (Soebiapradja, 1983 ). 27 Gambar 12. Imperata cylindrica (L). Beauv. l. Imperata cylindrica (Alang -alang) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Liliopsida , Ordo : Poales, Family : Poaceae , Genus : Imperata, Species : Imperata cylindrical. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Imperata cylindrical merupakan yang tumbuh tegak berumpun rapat yang dapat hidup sampai ketinggian 2.500 m dpl, mempunyai dua buah benang sari dalam 1 bunga mulai 6-28, dapat tumbuh pada tanah kurus yang terbuka, tanah terlantar dan dihutan sekunder, berkembang biak dengan biji dan akar ramping atau rhizome. Rhizome umumnya berkembang pada kedalaman 0-20 cm. Tumbuhan ini mengeluarkan zat allelopati yang merupakan zat penghambat tumbuhan bagi tanaman lain dan dapat menekan pertumbuhan dan produksi tanaman + 20%. Pada perkebunan kelapa sawit, gulma ini digolongkan sebagai gulma pengganggu nomor satu (Soebiapradja, 1983). 28 Gambar 13. Ipomoea cairica m. Ipomoea cairica (Sri Pagi) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Magnoliopsida, Ordo : Solanales, Famili : Convolvulaceae , Genus : Ipomoea, Spesies : Ipomoea cairica. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Ipomoea cairica termasuk gulma yang tumbuh merambat. Gulma ini berasal dari Amerika tropis (Amerika Selatan). Batangnya licin dan liat. Bentuk helai daun ada tiga macam yaitu hati (I. obscura), hati meruncing (I. hispida ), dan berbentuk tombak bercabang tiga (I. tribola ). Gulma ini merupakan pesaing yang kuat, terutama dalam pemanfaatan lahan. Jika pengendaliannya lambat, gulma dapat menutup tanaman kelapa sawit dan kacangan, sehingga bisa mengganggu tanaman kelapa sawit, bahkan sampai mematikan tanaman (Soebiapradja, 1983 ). 29 Gambar 14. Lantana camara n. Lantana camara (Tahi Ayam) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , C lass : Magnoliopsida, Ordo : Lamiales, Famili : Verbenaceae, Genus : Lantana, Spesies : Lantana camara. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Lantana camara merupakan tanaman perdu dengan tinggi 05 - 1,5 m. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropis dan tumbuh baik di daerah tropis. Kulit batang berwarna coklat dengan permukaan kasar. Daun berwarna hijau berbentuk oval dengan pinggir daun bergerigi. Permukaan daun kasar karena terdapat bulu. Kedudukan daun berhadapan dan tulang daun menyirip. Herba batang berbulu dan berduri serta berukuran lebih kurang 2 m. Daunnya kasar, beraroma dan berukuran panjang be berapa sentimeter dengan bagian tepi daun yang bergerigi, Bercabang banyak, ranting bentuk segi empat, ada varietas berduri dan ada varietas yang tidak berduri. Daun tunggal, duduk berhadapan bentuk bulat telur ujung meruncing pinggir bergerigi tulang daun menyirip, permukaan atas berambut banyak terasa kasar dengan perabaan permukaan bawah berambut jarang. Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemos mempunyai warna putih, merah muda, 30 dan jingga kuning. Tanaman ini tumbuh tersebar di daerah tropis hampir se luruh benua. Ditemukan pada tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung. Terdapat sampai 1.700 m di atas permukaan laut, di tempat panas, banyak dipakai sebagai tanaman pagar (Soebiapradja, 1983 ). Gambar 15. Melastoma affine o. Melastoma affine (Senggami) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta , class : Magnoliopsida, ordo : Myrtales, famili : Melastomataceae, genus : Melastoma, spesies : Melastoma affine. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah batang senggami berbentuk bulat berwarna kemerahan dan ditutupi oleh bulu-bulu halus, ketinggian bisa mencapai 1-2 m. Daunnya berwarna hijau dan berbulu halus, merupakan daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan bersilang. Helai daun bundar telur memanjang sampai lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, dan tepinya rata. Permukaan daunnya berambut pendek yang jarang dan kaku sehingga terasa kasar jika diraba, de ngan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 4-20 cm dan lebar 1-6 cm. Bunganya berwarna ungu, indah dan tampak mencolok, sehingga dari jauh pun 31 pohon senduduk ini dapat dikenali dengan mudah. Bunganya cantik dan mempunyai 5 kelopak dengan stamen berwarna kuning ditengahtengahnya. Bunga senduduk yang paling biasa dijumpai berwarna ungu gelap hingga ke merah jambu dan putih. Jenis berwarna putih ialah jenis yang paling jarang dijumpai tumbuh liar. selalunya ia ditanam untuk tujuan perubatan. Buahnya kecil-kecil, bulat agak lonjong dengan bagian atasnya membentuk seperti sayap, bekas kelopak bunga yang sudah gugur. Diameter buahnya lebih kurang 0,5-1,5 cm, permukaan luarnya berbulu (Soebiapradja, 1983 ). Gambar 16. Merremia umbellate p. Merremia umbellata berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta , class : Magnoliopsida , ordo : Solanales , famili : Convolvulaceae, genus : Merremia , spesies : Merremia umbellate . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Merremia umbellata (nama umum termasuk Merremia kuning, dan kayu mawar kuning) adalah pohon anggur yang tumbuh tipis ketebalan maksimal 2 cm (0.79 in). Ia memiliki banyak kegunaan dalam obat-obatan tradisional India. Bungabunga menarik lebah, kupu-kupu dan burung. 32 Gambar 17. Mikania micrantha H.B.K (Composite) q. Mikania micrantha (Sambung Rambat) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta, class : Magnoliopsida, ordo : Asterales, famili : Asteraceae, genus : Mikania , spesies : Mikania micrantha . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Mikania micrantha berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Gulma ini dimasukkan ke Indonesia melalui Paraguay pada tahun 1949. Pada tahun 1956 digunakan sebagai tanaman penutup tanah pada perkebunan karet, karena langkanya benih kacang. Selain itu, dijumpai juga tumbuhan sejenisnya yaitu : Mikania cordata yang memang asli dari Asia Tenggara dan Afrika Tropis. Walaupun demikian, Mikania micrantha jauh lebih agresif, terutama kemampuannya melilit dan merambat ketanaman budidaya, termasuk kelapa sawit. Gulma ini merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh pada ketinggian 0-1000 m dpl. Gulma ini dapat tumbuh pada areal lembab atau kering, baik pada kondisi ternaung maupun sedikit ternaung. Batang tumbuhan menjalar dan memanjat, sehingga mencapai ketinggian 3-6 m, berbentuk persegi, bertulang membujur, berrambut halus dan jarang. Letak daun 33 berhadapan dan membentuk hati atau segi tiga, tidak tidak berbulu dengan ukuran panja ng 4-13 cm dan lebar 2-9 m. Tangkai daun berbulu halus dengan panjang 2-8 cm. Musim bunga terjadi sepanjang musim kering pada kondisi kekurangan air. Bunga berkelompok dan warna putih. Berkembang biak melalui biji atau melalui potongan batang (Soebiapradja, 1983). Gambar 18. Mimosa invisa Mar. r. Mimosa invisa (Putri malu besar) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi : Magnoliophyta , Class : Magnoliopsidas , Ordo : Fabales , Famili : Fabaceae, Genus : Mimosa , Spesies : Mimosa invisa. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah berakar tunggang berwarna putih. Batang bersegi empat, bercabang, berambut, berduri tempel dan berwarna ungu kejihauan. Berdaun majemuk, anak daun panjang 3 – 8 mm, lebar 1 – 1,5 mm, tepi daun rata, ujung runcing, pertulangan tidak jelas dan daun berwarna hijau. Bunganya bongkol panjang ± 5 mm tumbuh di ketiak daun berujung satu sampai tiga, benang sari ada delapa, memiliki mahkota berbentuk tabung dan berwarna ungu. Buahnya polong, berambut panjang 1,5 – 5 cm dan lebar 5 mm. 34 Mempunyai biji bulat, permukaan biji licin, keras, dan berwarna kuning kecoklatan. Habitatnya semak dan menjalar (Soebiapradja, 1983 ). Gambar 19. Mimosa pigra L. s. Mimosa pigra (Si kejut) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta, class : Magnoliopsida, ordo : Rosales, famili : Caesalpiniaceae, genus : Mimosa, spesies : Mimosa pigra. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Mimosa pigra (Giant Pohon Sensitif) (Pigra = malas, lambat), adalah spesies invasif dari genus Mimosa, dalam keluarga Fabaceae. Ini adalah asli Neotropik, tetapi telah terdaftar sebagai salah satu dari 100 spesies invasif terburuk di dunia dan bentuk padat, berduri, semak-semak tak tertembus, khususnya di daerah basah. The genus Mimosa (Mimosaceae) mengandung 400-450 spesies, yang sebagian besar berasal dari Amerika Selatan. Mimosa pigra adalah kayu semak invasif yang berasal dari Amerika tropis dan kini telah menyebar luas di seluruh daerah tropis. Mimosa pigra pertama kali diidentifikasi oleh Linnaeus, yang juga bernama spesies yang terpisah Mimosa asperata , atas dasar morfologi daun yang berbeda. Mimosa pigra 35 digambarkan sebagai memiliki merinding tegak antara pinnae dan Mimosa asperata sebagai memiliki duri di pasang berlawanan antara pinnae tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua bentuk daun dapat terjadi pada tanaman yang sama, dan akibatnya kedua spesies yang bersatu di bawah nama Mimosa asperata dan kemudian berganti nama Mimosa pigra. Nama ilmiah tetap Mimosa pigra . Di Australia, nama umum adalah mimosa atau tanaman sensitif raksasa nama umum lainnya termasuk tanaman malu-malu (catclaw mimosa atau mimosa hitam). Mimosa pigra adalah semak polongan, yang dapat mencapai hingga 6 m tinggi. Batang adalah kehijauan pada tanaman muda, tetapi menjadi kayu sebagai tanaman dewasa. Hal ini dipersenjatai dengan duri berbasis luas hingga 7 mm panjang. Daunnya berwarna hijau cerah dan bipinnate, yang terdiri dari malai berduri pusat 20 sampai 25 cm panjang dengan hingga 16 pasang pinnae panjang 5 cm, masing-masing dibagi menjadi pasang leaflet 3 sampai 8 mm. Daun sensitif dan melipat ketika disentuh dan pada malam hari. Bunga adalah mauve atau pink, lahir di ketat, subglobose pedunculate kepala 1 cm, masing-masing berisi sekitar 100 bunga. Setiap kepala bunga menghasilkan cluster 10 sampai 20 seapods, yang kemudian jatuh tempo dan masuk ke segmen, masing-masing berisi biji berbentuk persegi panjang. Rambut di segmen memungkinkan mereka untuk mengapung di atas air dan menempel pada rambut atau pakaian, maka membantu dalam penyebaran. Biji matang adalah cokelat muda sampai 36 cokelat atau hijau zaitun. Benih dapat bertahan hidup setidaknya 23 tahun pada tanah berpasir, tapi viabilitas benih menurun lebih cepat pada tanah liat. Gambar 20. Nephrolepis biserrata t. Nephrolepis biserata (Pakis Lunak ) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Pteridophyta , class : Filicopsida , ordo : Polypodiales, famili : Dryopteridaceae, genus : Nephrolepis, spesies : Nephrolepis biserrata . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Tangkai daunnya bersisik lembut, sisik-sisik tersebut berwarna coklat, panjang daunnya dapat mencapai 2 m bila tumbuh di tempat yang cocok. Bentuk daun subur lebih besar dari daun mandul, pada daun subur bentuknya lancip dengan dasar yang berkuping. Sporanya terletak dipinggir daun. Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis paku lain karena letak sporanya yang tidak merata. Penyebaran gulma ini umum tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan di lereng-lereng gunung namun menyukai dataran rendah (Soebiapradja, 1983). 37 Gambar 21. Panicum repens L. u. Panicum repens (Lampuyangan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta , class : Liliopsida, ordo : Poales, famili : Poaceae, genus : Panicum, spesies : Panicum repens. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Panicum repens merupakan tumbuhan tahunan, berasal dari Asia dan tersebar luas di daerah iklim tropis. Tumbuhan mengelopak pada ketinggian sampai lebih dari 1000 m dpl dan biasanya dijumpai pada tanaman kelapa sawit tua. Rumput dengan akar rimpang sepanjang 12-40 cm, me njalar di bawah permukaan tanah, tebal rimpang hingga 20 mm, putih, berdaging. Daun dengan panjang berukuran 4-30 cm dan lebar 3-9 mm berbentuk garis dengan kaki lebar dan ujung runcing. Bunga majemuk berupa malai agak jarang sepanjang 8-22 cm. Senang tumbuh di tempat yang lembab dan tidak menyukai kekeringan. Menghasilkan daun yang sedikit, kebanyakan tumbuh sebagai gulma yang mengganggu tanaman pertanian. Nilai gizi yang dikandung memuaskan dan herbivora gemar memakannya serta rimpang di beberapa tempat. Habita t Tersebar di Nusantara, di Jawa, tumbuh sampai ketinggian sekitar 2.000 m dpl (Soebiapradja, 1983). 38 Gambar 22. Paspalum conjugatum v. Paspalum conjugatum (Rumput pait, Paitan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta, class : Liliopsida , ordo : Poales , famili : Poaceae , genus : Paspalum, spesies : Paspalum conjugatum. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah rumput tahunan yang tumbuh berumpun, membentuk stolon yang panjang dan beruas-ruas, dari setiap buku keluar akar dan tunas. Bunga terdiri dari dua tandan yang membentuk huruf V yang tumbuh dengan panjang 850 cm dengan bulir sangat kecil 1,5-2 mm. Batang tumbuh menjalar padat agak pipih dan tidak berbulu dan bungannya tumbuh tegak dengan tinggi 20 – 75 cm. Berkembang biak dengan stolon dan biji Paspalum conjugatum termasuk rumput penyebarannya cepat (Soebiapradja, 1983 ). lunak, tetapi karena 39 Gambar 23. Physalis angulata w. Physalis angulata (Ciplukan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam Divisi: Magnoliophyta , Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Solanales, Famili: Solanaceae, Genus: Physalis , Spesies: Physalis angulata . Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Ceplukan merupakan tanaman semusim yang mempunyai tinggi sekitar 1 meter. Batang ciplukan berongga dan bersegi ta jam. Daun ceplukan berbentuk bulan telur dengan ujungnya yang meruncing. Tepi daun terkadang rata terkadang tidak dengan panjang daun antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm. Bunga ceplukan (Physalis angulata) terdapat di ketiak daun, dengan tangkai tegak berwarna keunguan dan dengan ujung bunga yang mengangguk. Kelopak bunga berbagi lima, dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing. Mahkota bunga menyerupai lonceng, berlekuk lima berwarna kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam. Benang sari berwarna kuning pucat dengan kepala sari biru muda. Buah ciplukan (Physalis angulata ) terdapat dalam bungkus kelopak yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing berwarna hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan, dengan 40 panjang sekitar 2-4 cm. Buah buni di dalamnya berbentuk bulat memanjang berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan manis dan kaya manfaat sebagai herbal. Pohon ceplukan diduga berasal dari daerah tropis Amerika dan tersebar ke berbagai kawasan di Amerika, Pasifik, Australia, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, ciplukan tumbuh secara alami di semak-semak dekat pemukiman hingga pinggiran hutan. Tumbuhan yang kaya manfaat sebagai obat- obatan (herbal) ini mampu hidup hingga ketinggian 1.600 meter dpl (Soebiapradja, 1983). Gambar 24. Solanum tortum x. Solanum tortum (Terongan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta , class : Magnoliopsida, ordo : Solanales, famili : -, genus : Solanum, spesies : Solanum tortum. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Solanum tortum memiliki sistem perakaran tunggang, hal ini dapat dilihat dengan jelas dimana bagian-bagian batang akar, cabang akar, serabut akar dan rambut -rambut akar. Terongan dikatakan akar tunggang karena pada terongan akar 41 primernya tumbuh menjadi akar pokok, pada akar ini kemudian tumbuh cabang-cabang dan serabut akar (Soebiapradja, 1983). Gambar 25. Sporobolus diander y. Sporobolus diander (Telor belalang) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta , class : Liliopsida, ordo : Cyperales , famili : Poaceae , genus : Sporobolus , spesies : Sporobolus diander. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Sporobolus adalah genus dari rumput dalam keluarga Poaceae. Nama ini berasal dari kata Yunani dan Sporos, yang berarti “benih”, dan Bolos, yang berarti "membuang", mengacu pada penyebaran benih. Anggota dari genus biasanya disebut rumput dropseed atau rumput Sacaton. Mereka adalah padang rumput dan tanaman khas savana, terjadi di jenis-jenis habitat terbuka di iklim hangat. Setidaknya satu spesies (S. caespitosus dari Saint Helena) terancam punah, dan satu lagi (S. durus dari Ascension Island) punah. 42 Gambar 26. Tetracera scandens z. Tretacera scandens (Kasapan) berdasarkan taksonominya, termasuk dalam divisi : Magnoliophyta, class : Magnoliopsida , ordo : Dilleniales, famili : Dilleniaceae, genus : Tetracera , spesies : Tetracera scandens. Ciri atau sifat pada gulma ini adalah Dilameo adalah nama yang diberikan untuk jenis liana ini. Daunnya bundar telur dengan urat-urat sejajar kaku dan bagian tepinya bergigi, mirip dengan daun pada dongi (Dillenia). Karena perawakannya menjalar di lantai hutan, tumbuhan ini sering merupakan gangguan apabila kita melintasinta. Anehnya bila kaki kita sampai terlukai oleh ranting tumbuhan tersebut maka bagian ini akan melepuh, terjadi iritasi seperti terbakar dan perih. Oleh sebab itu hindarilah agar kaki kita tidak terbelit ranting tumbuhan ini. Jenis ini tergolong dalam suku Dilleniaceae (Soebiapradja, 1983). 2. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit di PT. Kota Bangun Plantation Pengendalian gulma pada lahan kelapa sawit di PT. Kota Bangun Plantation dilakukan pada daerah atau areal piringan, gawangan, dan pasar pikul. Sasaran jenis gulma utama yang perlu dikendalikan diantaranya 43 alang-alang, rumput-rumputan dan gulma berdaun lebar (termasuk berbagai jenis anak kayu). Pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara yang manual dan kimiawi. a. Pe ngendalian gulma pada piringan dan Legume Cover Crop (LCC) Pengandalian gulma di areal piringan dapat dilakukan dengan cara manual dan kimiawi : 1) Secara m anual Pengendalian gulma yang dilakukan secara manual yang dapat dilaksanakan seperti dicangkul dan dibabat. Untuk radius 1,5-2 meter dari pangkal tanaman dengan rotasi 1-2 bulan sekali tergantung kebutuhan. LCC yang tumbuh merambat di gawangan selain memberikan banyak keuntungan bagi tanaman, keberadaannya yang tidak terkendali juga dapat menimbulkan kerugian seperti pertumbuhan sulur yang merambat ke arah piringan tanaman hingga membelit pelepah dan pohon kelapa sawit. Keadaan ini akan menyulitkan kegiatan pemeliharaan lainnya seperti pengendalian gulma, pemeliharaan piringan, penunasan dan kastrasi, serta pemupukan. Pemeliharaan LCC menghindari hal Pemeliharaan tersebut. mutlak dilakukan dilakukan untuk dengan mengendalikan arah tumbuh sulur agar tidak merambat ke arah piringan tanaman. Sulur-sulur LCC yang merambat ke arah piringan harus diganti arahnya agar tidak masuk ke dalam areal piringan, 44 sedangkan untuk sulur yang sudah menjalar di areal piringan atau bahkan sudah membelit tanaman kelapa sawit perlu dipangkas. 2) Secara k imiawi Pengendalian dengan kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun. Bahan kimia tersebut biasanya disebut dengan istilah herbisida. Untuk pengendalian gulma di piringan dengan ukuran luas jari-jari piringa n 1-1,5 m dari pangkal tanaman, 1,5-2 m dari pangkal tanaman, dan 2-2,5 m dari pangkal tanaman. b. Pengendalian gulma pada gawangan Pengandalian gulma di areal gawangan dapat dilakukan dengan cara manual dan kimiawi : 1) Secara m anual Pekerjaan membersihkan gulma dan anak kayu (gulma liar) yang berada di gawangan maupun di tempat lain yang dianggap merugikan tanaman atau mengganggu pekerjaan pemanenan. Teknik pekerjaan ini dengan menebas semua gulma yang tidak bermanfaat dan anak kayu yang tumbuh di dalam gawangan atau di dalam blok (areal). 2) Secara k imiawi Pengendalian gulma secara teratur harus dilakukan pada 24 bulan pertama untuk memastikan bahwa LCC tumbuh dengan subur. 45 c. Pengendalian gulma pada pasar pikul Pengandalian gulma di areal pasar pikul dapat dilakukan dengan cara manual dan kimiawi : 1) Secara m anual Pengendalian gulma pada pasar pikul atau jalan pikul untuk memelihara jalan panen dan menyediakan akses yang lancar bagi kegiatan seperti : pemeliharaan, aplikasi pupuk, dan pengawasan. Supaya berfungsi sebaga imana mestinya, maka sarana tersebut mutlak memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan. Pengendalian gulma pada pasar pikul dengan lebar jalan 1,0-1,5 m. 2) Secara k imiawi Pasar pikul merupakan akses jalan untuk mengeluarkan buah saat panen maupun pada saat perawatan. Oleh karena itu pasar pikul harus dijaga kebersihannya agar tidak menghambat proses panen dan perawatan. Pengendalian gulma pada pasar pikul dilakukan dengan menggunakan herbisida Supretox dengan bahan aktif : Paraquate dan Medally dengan bahan aktif : methyl, apabila gulma yang terdapat di sana termas uk golongan gulma berdaun lebar atau berkayu, sedangkan Sidafos dengan bahan aktif : Glyphosate digunakan untuk gulma daun sempit maupun kacangan yang sudah merambat ke pasar pikul. 46 d. Pengendalian gulma Imperata cylindrica (Alang -alang) Khusus untuk pengendalian alang-alang dilakukan dengan kimiawi. Secara kimia ini juga dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : 1) Spot lalang Pertumbuhan lalang yang sporadis (terpencar-pencar) akan lebih efektif jika diberantas dengan metode spot spraying. Adapun spot lalang dilakukan menggunakan sprayer dengan dosis yang telah ditentukan. Tabel 2. Norma standar HK dan material pekerjaan rawat spot lalang per-umur tanam. Umur Tanam (tahun) >TM 15 TM 8-15 TM 1-7 Maks. Target semprot (%) 15 20 25 % Spot Lalang 0 0 2.5 Kemamp. Semprot 6 Jumlah Knapsa k/ Ha (%x30) 0 0 0.6 Hk/ Ha Rot Material (Ltr/Ha) Pemb ulatan. Mat. Pemb ulatan HK 0 0 0.09 0 0 2 0 0 0.06 0 0 0.10 0 0 0.10 Sumber : Standar Operating Procedure PT. Kota Bangun Plantation 2013. 2) Wiping lalang Wiping ilalang adalah kegiatan ini untuk mematikan gulma ilalang (Imperata cylindrica) dengan menggunakan herbisida. Wiping berar ti menyeka. Wiping ilalang biasa dilakukan pada perkebunan skala besar seperti : perkebunan kelapa sawit, karet dan tebu. Teknik wiping adalah dengan menyentuhkan atau membasuhkan cairan herbisida tersebut dari pangkal hingga ujung ilalang, setelah itu ujung dari tanaman ini diputus untuk menandai bahwa ilalang itu telah di wiping. Pekerja harus menggunakan 47 sarung tangan atau biasanya jari-jari tangan yang digunakan untuk wiping dibalut kain (Rambe, dkk. 2010). a) TM 1-7 = 3 Ltr/ Ha (Vol. Semprot), Kemampuan 5 Ha/ Hk. b) >TM 7 = 1 Ltr/Ha (Vol. Semprot), Kemampuan 10 Ha/ Hk. Kosentrasi larutan 1 %. Tabel 3. Norma standar pekerja wiping lalang per-umur tanam Umur Tanam (tahun) >TM 7 Hk/Ha Material/Ha Rotasi Hk/Ha/Th Mat/Ha/Th 0.10 0.01 4 0.40 0.04 TM 1-7 0.20 0.03 6 1.20 0.18 Sumber : Standar Operating Procedure PT. Kota Bangun Plantation 2013. B. Pembahasan 1. Jenis -jenis Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan hasil di atas yang didapat di lahan tanaman kelapa sawit di PT. Kota Bangun Plantation Plantation pada afdeling I di blok D 42 (29,07 ha), blok E 42-43 (29,49 ha/28,16 ha), blok F 42 (30,14), dan blok G 42 (9,62 ha) terdapat 26 jenis -jenis gulma yang tumbuh di lahan kelapa sawit, dengan species seperti: Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa, Axonopus compressus, Borreria alata, Brachiria mutica, Chromolaena odorata, Cleome rutidosperma , Cyperus rotundus, Dicranopteris linearis, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Ipomoe cairica, Lantana camara, Melastoma affine, Merremia umbellata, Mikania micrantha, Mimosa invisa, Mimosa pigra, Nephrolepis biserata, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Physalis angulata , Solanum tortum, Sporobolus diander, Tretacera scandens. Hasil 48 identifikasi gulma di perkebunan tanaman kelapa sawit PT. Wira Inova Nusantara dan PT. Multi Pacific Internasional terdapat 20 jenis gulma yaitu : Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Axonopus compresus, Borreria alata, Chromolaena odorata, Cyclosorus aridus, Cyperus rotundus, Erechtites valerianifola, Eleusina indica, Erigeron sumatrensis, Gleichenia linearis, Imperata cylindrica, Mikania micranta, Melastoma malabathricum, Nephrolepis biserrata, Panicum maximum, Passiflora foetida, Phyllanthus niruri, Stenochlaena palustris, dan Solanum tortum. Dan gulma yang mendominasi pada perkebunan tersebut adalah gulma dengan spesies Erigeron sumatrensis (Rumput Jelantir). Sedangka n hasil penelitian Manullang , R (2013 ), jenis-jenis gulma pada lahan tanaman kelapa sawit di perkebunan rakyat pola pir swadaya terdapat 31 jenis gulma yaitu : Ageratum conyzoides, Asystatania ganggetica, Axonopus compressus, Borreria allata, Chromolaena odorata L., Clidemia hirta, Clibadium surinamense L., Crtococcum oxyphylium, Cyperus rotundus L., Cyclosorus aridus, Emilia sonehifolia L., Erechtites valerianifolia, Erigeron sumatrensis, Fimbristylis globulosa, Gleichenia linearis cleake, Imperata cylindrica, Lygodium flexuosum L., Melastoma malabatricum L., Mikania michantha, Nephrolepis biserrata, Ottochloa nodosa, Panicum repens, Panicum maxima L., Penniseturn polystachyon L., Passiflora routida L., Phyllantus niruri L., Scleria sumatrensis, Sporobolus diender, Solanum tortum, dan Stenochlaena polustris. 49 Menurut Rambe, dkk (2010), adapun beberapa gulma penting pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : Axonopus compressus (Rumput pahit, Papaitan), Cyrtococcum patens (Telur-ikan), Imperata cylindrica (Alang-alang), Mikania micrantha (Sembung rambat), Ottochloa arnottiana, Paspalum conjugatum (Genjoran, Telur sentadu), Cyclosorus aridus (Pakis kadal), dan Panicum repens (Balungan). Semua gulma di atas merupakan gulma yang berada di tanaman perkebunan khususnya perkebunan tanaman kelapa sawit (Pahan, 2008; Barus, 2003; Sastrosayono, 2003). Vegetasi gulma pada masing-masing lahan yang diamati menunjukkan bahwa kehadiran gulma tidak selalu sendiri dari jenis gulma tunggal, namun merupakan kumpulan beberapa jenis yang sama-sama mengadakan persaingan, baik antara jenis gulma maupun antara gulma dan tanaman (Nasution, 1986). 2. Pengendalian Gulma Tanaman Kelapa Sawit PT. Kota Bangun Plantaion a. Pengendalian g ulma pada piringan dan LCC Piringan (circle weeding) yaitu daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang berbentuk lingkaran. Diameter masingmasing piringan berbeda, tergantung dari umur tanaman. Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari-jari 60 cm, 6-12 bulan lebar piringan jari-jari 75 cm, 12-24 bulan lebar piringan jari-jari 100 cm, 50 24-36 bulan lebar piringan jari-jari 100-125 cm, dan umur lebih dari 24 bulan lebar piringan jari-jari 200 cm (Rambe, dkk. 2010). Pengendalian gulma pada piringan dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat di dalam radius 1,5 m dari tanaman baik itu dilakukan secara manual seperti digaruk, dibabat, dan dicangkul, maupun secara kimiawi dengan aplikasi herbisida. Untuk tanaman yang berumur kurang dari 3 tahun, pengendalian di piringan sebaiknya dilakukan secara manual. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena penggunaan herbisida sangat berisiko merusak daun-daun muda tanaman. Pengendalian gulma pada piringan juga dilakukan dengan rotasi 1-2 bulan sekali tergantung kebutuhan. Umumnya, pada musim hujan rotasi pengendalian di piringan dilakukan lebih sering karena pertumbuhan gulma akan lebih cepat dibandingkan musim kemarau (Pahan, 2008). b. Pengendalian gulma pada gawangan Sedangkan untuk areal gawangan menerapkan kriteria weeding 1 dan weeding 2 untuk mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa sawit, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan perkembangan populasi hama. Pengendalian gulma secara teratur harus dilakukan pada 24 bulan pertama untuk memastikan bahwa LCC tumbuh dengan subur. Tumbuhnya Gulma ringan seperti Ottochloa nodosa , Paspalum conyugatum, Axonopus compresus, Cynodon 51 dactylon, Digitaria fuscense, dll dapat di toleransi. Sedangkan anak kayu dan gulma lain harus dibasmi (Risza, 1994). c. Pengendalian gulma pada p asar pikul Jalan rintis (jalan panen) merupakan sarana penting dalam kegiatan produksi dan perawatan tanaman kelapa sawit sehingga perlu secara berkesinambungan dirawat dengan cara manual atau memakai herbisida supaya berfungsi sebagaimana mestinya. Jalan rintis merupakan sarana jalan yang dilewati pekerja untuk mengangkut buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dan lain-lain pekerjaan operasional (perawatan tanaman, sensus dsb) (Sastrosayono, 2003 ). Semua teknik pengendalian gulma pada piringan, gawangan dan pasar pikul pada perusahaan PT. Kota Bangun Plantation sesuai dengan teori menurut (Pahan, 2006; Sastrosayono, 2003; Pahan, 2008). d. Pengendalian g ulma Imperata cylindrica (Alang-alang) a. Pengendalian alang -alang spot Metode yang efektif untuk mengendalikan vegetasi alangalang yang terpencar-pencar adalah dengan cara penyemprotan herbisida kimia, yaitu dengan produk herbisida Sidafos. Alternatif lainnya menggunakan herbisida berbahan aktif Sulfosa t atau Imazapir, namun produk lama yang pernah direkomendasikan sebelumnya telah habis ijin pendaftarannya atau tidak lagi beredar di pasaran sehingga untuk menggantikannya harus dilakukan kembali penelitian terhadap produk baru dari produsen yang sama 52 atau merek lainnya. Volume semprot medium (450-600 liter/ha) dipakai jika pertumbuhan alang-alang cukup tebal atau kecepatan angin cukup tinggi di areal yang akan disemprot. Herbisida Sidafos bersifat sistemik purna tumbuh dan non residual untuk menghambat sintesa protein dan asam amino aroma tic pada jaringan alang-alang. Efek herbisida tersebut yang terlihat pada tubuh ala ng-alang yang kontak setelah 2-4 hari disemprotkan adalah menguning dan layu secara bertahap, dan beberapa minggu kemudian menjadi coklat terbakar dan akar sulurnya rusak atau membusuk. Selama penyemprotan herbisida Sidafos dengan bahan aktif Glyphosate harus dihindari terjadi percikan liar yang mengenai pelepah kelapa sawit sebab beresiko menyebabkan pertumbuhan abnormal pada pelepah muda. Oleh karena itu pengendalian alang-alang di areal tanaman baru (umur < 1 tahun) dilakukan secara manual untuk mencegah tanaman muda yang masih rawan tersebut mengalami kerusakan akibat percikan larutan semprot herbisida yang terbawa angin. Selain itu jadwal penyemprotan herbisida Sidafos harus ditunda jika cuaca mendung (berawan tebal yang berpotensi turun hujan < 6 jam kemudian) karena berpengaruh mengurangi efektifitasnya terhadap alangalang. Waktu terbaik penyemprotan herbisida Sidafos adalah di pagi hari ketika angin belum begitu kuat berhembus, serta dilakukan pada stadia alang-alang yang diperkirakan anakannya 53 sudah muncul semua di permukaan tanah dan sebelum mulai berbunga (Setyamidjaja, 1991). b. Pengendalian alang -alang wiping Mengendalikan alang-alang yang tumbuh sporadis (terpencar-pencar) lebih tepat secara spot-spraying, dan kemudian dilakukan kontrol alang-alang secara wiping jika perkembangannya semakin terbatas. Metode wiping menggunakan kain katun berukuran 3 x 12 cm yang sudah dicelupkan dalam larutan herbisida glyphosate 360 g/l (konsentrasi 1,0% – 1,3 % dalam pelarut air) + surfaktan (0,5%), kemudian kain tersebut dibalutkan pada tiga jari tangan setelah sedikit diperas. Selanjutnya balutan kain basah tersebut disapukan (wiping) secara merata pada setiap helai daun alang-alang (dimulai dari batang bawah sampai ke ujung daunnya). Gulma menjalar dan serasah yang menutupi rumpun alang-alang harus dibersihkan dahulu sebelum wiping dengan menggunakan arit kecil (guris), namun jangan sampai menyebabkan batang dan daun alang-alang menja di pecah, putus atau tercabut. Ujung daun yang sudah diwiping kemudian harus diputuskan sekitar 1 cm untuk membedakan dengan helai daun lainnya yang belum dikerjakan (Moenandir, 1988 ). Pengendalian gulma ilalang ini sudah sesuai dengan pendapat (Moenandir, 1988 ; Setyamidjaja, 1991 dan Risza, 1994). 54 Gulma ilalang ini dikendalikan secara khusus karena ilalang merupakan gulma tahunan, pesaing kuat dan memiliki zat allelopati. Moenandir (1988), gulma alang-alang dapat tersebar luas dan dapat tumbuh pada tanah terbuka yang belum maupun yang sudah dikelola. Hal ini karena beberapa sifat yang dimiliki yaitu : pertama kemampuan beradaptasi pada keadaan cuaca beragam. Kedua kemampuan beradaptasi pada jenis dan sifat tanah. Ketiga alang-alang masih dapat tumbuh dan berkembang pada areal yang terbakar disebabkan alangalang memiliki rimpang dalam tanah sebagai alat perkembangbiakkan. 55 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil kajian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis-jenis gulma yang ada pada lahan tanaman kelapa sawit terdapat 26 jenis gulma seperti : Ageratum conyzoides, Asystasia intrusa , Axonopus compressus, Borreria alata, Brachiria mutica, Chromolaena odorata , Cleome rutidosperma, Cyperus rotundus, Dicranopteris linearis, Eleusine indica, Euphobia hirta, Imperata cylindrica, Ipomoe cairica, Lantana camara, Melastoma affine, Merremia umbellata, Mikania micrantha, Mimosa invisa, Mimosa pigra, Nephrolepis biserata, Panicum repens, Paspalum conjugatum, Physalis angulata , Solanum tortum, Sporobolus diander, Tretacera scandens. 2. Alang-alang adalah gulma yang sangat berbahaya dan mutlak harus dikendalikan. 3. Metode pengendalian gulma di PT. Kota Bangun Plantation dengan metode manual dan metode kimia, serta difokuskan di piringan, gawangan dan pasar pikul. B. Saran Pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit sebaiknya dilaksanakan dengan manajemen yang baik dan benar, karena selain biaya yang dikeluarkan terbuang, ada beberapa kerugian lain yang akan menyebabkan pengendalian 56 yang dilakukan sia -sia. Mengenali fisiologi dan siklus hidup gulma juga sangat mendukung dalam rangka pengendaliannya, karena dari sana dapat ditentukan cara pengendalian bagaimana yang cocok untuk di aplikasikan. 57 DAFTAR PUSTAKA Anderson, W. P. 1977. Weed Scince. West Publishing, Los Angeles. Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius, Yogyakarta . Corley, R. H. V. 1976. Oil Palm Research, The Genus Elaies. Elsevier, Amsterdam. Press: Jakarta. Ditjenbun, 2008. Pendataan Kelapa Sawit Tahun 2008 secara Komprehensif dan Objektif. http://ditjenbun.deptan.go.id. [17 Mei 2013]. Fauzi, Y. Widyastuti, E. Y. dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisa Usaha dan Pemmasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Hakim, M. 2007. Agronomis dan Manajemen Kelapa Sawit : Buku Pegangan Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta. Manullang, R. R. 2013. Identifikasi Dominasi Gulma Pada Lahan Tanaman Kelapa Sawit Eks Lahan Tanaman Pisang, Ilalang dan Semak Belukar di perkebunan Rakyat Pola Pir Swadaya. Bulentin POLTANESA Vol XIII no. 1. Samarinda. Mangoensoekarjo, S., dan H. Semangun, 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal. Moenandir, J. 1988. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma.Buku 1. Rajawali Press, Jakarta. 122 hlm. Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. Pusat penelitian dan pengembangan perkebunan. Tanjung rawa (P4TM). Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Wisma Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. . 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. 58 Rambe,T.D., Lasiman Pane, Sudharto Ps., Caliman, J.P. 2010. Pengelolaan Gulma Pada Perkebunan Kelapa Sawit di PT. Smart Tbk. Jakarta. Risza, R. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yoyakarta. Karnisius. Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa sawit. Agromedia. Purwokerto. . 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Agramomedia Pustaka. Jakarta. Sebayang, H. T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi. Unit Penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. . 1993. Budidaya Dan Pengolahannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Soebiapradja, R. 1983. Pedoman pengenalan berbagai jenis gulma penting pada tanaman perkebunan. Departemen Pertanian. Derektorat Jendral Perkebunan. Sukman, Y. dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Tjitrosoedirdjo, S., I.H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo , 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta. 59 LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi Perkebunan Lokasi pengendalian gulma Kegiatan pengendalian gulma pada peta yang dilingkari disamping dapat dilihat keterangan dibawah ini : Blok E 42 (29,49 ha). Blok E 43(28,16 ha). Blok D 42 (29,07 ha). Blok F 42 (30,14). B lok G 42 (9,62 ha). 61 Lampiran 2. Pengendalian Gulma Secara Manual Gambar 1. Pengendalian gulma di piringan. Gambar 2. Pengendalian gulma di gawangan dan pasar pikul. 62 Lampiran 3. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi A. Penyiapan Alat Gambar 3. Knapsack Sprayer Solo 425 (15 ltr) Gambar 4. Knapsack Sprayer Sa 15 (15 ltr) Gambar 5. Knapsack Sprayer Yoto (16 ltr) Gambar 6. Nozzle Polyjet Warna Merah 63 Gambar 7. Gelas ukur herbisida Gambar 8. Timba 64 B. Penyiapan Bahan Gambar 9. Herbisida Dejavu bahan aktif : Glyphosate Gambar 10. Herbisida Sidafos bahan aktif : Glyphosate Gambar 11. Herbisida Medally bahan aktif : Metil metsulfuron Gambar 12. Air sumur 65 C. Penyiapan Larutan Semprot Gambar 13. Penuanggan herbisida ke gelas ukur Gambar 14. Herbisida dituangkan kedalam sprayer 66 Gambar 15. Pengisian air kedalam sprayer Gambar 16. Digoyangkan agar herbisida dan air tercampur 67 D. Penyemprotan Gambar 17. Cara mengangkat sprayer yang tepat Gambar 18. Pengendalian di piringan Gambar 19.Pengendalian di gawangan dan pasar pikul