peningkatan prestasi belajar mata pelajaran sejarah kebudayaan

advertisement
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA MATERI PERANG
BADAR MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA
KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON KEC. BANYUBIRU
KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
SYUKRIANI INSHOFA
NIM: 11106077
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama
: Syukriani Inshofa
NIM
: 11106077
Jurusan
: Tarbiyah
Program Stud i
: PAI (Pendidikan Agama Islam)
Judul
: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA
KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON KEC.
BANYUBIRU
KAB.
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN 2010 / 2011.
Telah kami setujui untuk di munaqoshkan.
Salatiga, 7 Agustus
2010
Pembimbing
Jaka Siswanta M.Pd
NIP 1
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga
http//www.salatiga.ac.id e-mail:[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara Syukriani Inshofa dengan Nomor Induk Mahasiswa 11106077
yang berjudul PENINGKATAN PRESTRASI BELAJAR MATA PELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA MATERI PERANG BADAR
MELALUI
METODE
SCRAMBLE
PADA
SISWA
KELAS
V
MI
THOLABIYAH TEGARON Kec. BANYU BIRU Kab. SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2010/2011 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian
Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada
Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Salatiga, 31 Agustus 2010 H
21 Ramadhan 1431M
Panitia Ujian
Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd
NIP 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP 19670115 199803 2 002
Drs. Djoko Sutopo
NIP 19560603 198703 1 002
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: SYUKRIANI INSHOFA
NIM
: 11106077
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: PAI (Pendidikan Agama Islam).
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-banar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 5 Agustus 2010
Peneliti
Syukriani Inshofa
NIM. 11106077
MOTTO
Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik, maka
Allah akan memahamkan (menunjukan) kebaikan tersebut padanya dan
sesungguhnya ilmu hanya bisa diperoleh dengan belajar “(H.R Bukhori ).
Persembahan





Kepada kedua bapak dan ibu tercinta
yang tanpa kenal lelah mendidik,
mendoakan, dan meneteskan setiap peluh
demi anak-anaknya.
Kepada kakak-kakakq tersayang yang
selalu sabar dan tak henti-hentinya
memberikan motivasi, doa dan kasih
sayang.
Kepada keponakanku alfarisi tersayang
yang selalu membawa kegemberiaan dalam
keluargaku.
Mas Va yang tanpa jenuh memberikan
motivasi dan selalu menemani pembuatan
skripsi ini walaupun dari jarak yang jauh.
Dan buat orang-orang yang banyak
memberikan inspirasi dalam hari-hariku
yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu.
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Dengan
Maha
menyabut
Penyayang,
Sholawat
dan
nama
segala
Allah
puji
salam
yang
bagi
Allah,
semoga
Maha
Pengasih
Tuhan
semasta
dilimpahkan
dan
alam.
kepada
Nabi
Muhammad Saw. Amin .
Berkat
penyusun
Inayah
skripsi
Allah
yang
syarat
guna
jurusan
pendidikan
jualah
sederhana
memperoleh
agama
penulis
ini,
mampu
untuk
menyelesaikan
memenuhi
tugas
dan
gelar
sarjana
dalam
ilmu
tarbiyah
islam.
Semoga
penulis
dan
pembaca
dapat mengambil manfaat dari tulisan ini.
Ucapan
trimakasih
yang
dedalam-dalamnya
kepada
yang
terhormat :
1. Drs. Imam Sutomo, M Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Jaka
Siswanta
dengan
penuh
M.Pd
selaku
kesabaran
pembimbing
memberikan
skripsi
arahan
yang
sehingga
skripsi ini dapat terseleseikan
3. Bapak
ibu
Dosen
memberikan
ilmu
serta
kariawan
pengetahuan
STAIN
kapada
Salatiga
yang
penulis
telah
dalam
menyelesaikan sekripsi ini.
4. Kepala
Madrasah
Banyubiru Kab. Semarang
Ibtidaiyah
Tholabiyah
Tegaron
Kec.
5. Para
Guru
Semarang
MI
dalam
Tholabiyah
Tegaron
Kec.
Banyubiru
membantu
dalam
pengumpulan
dan
saudaraku
tercinta
Kab.
data
yang
penulis butuhkan.
6. Bapak
dan
ibu
memberikan
motivasi,
serta
rela
berkorban
yang
baik
telah
material
maupun spiritual.
7. Buat
saudaraku
wida,
di
pipeh,
jeni,
kos
Az-zahra
mira)
(re,
yang
khi-tum,
banyak
ina,
ani,
memberikan
dukungan dan motivasi dalam hari-hariku.
8. Buat
tintis,
sahabat-sahabat
rika,
rofik,
ku
(ucup,
hanik,uul,dll)
utek,
yang
mulat,
banyak
makmunt,
membantu
dan
memberi inspirasi serta memotivasi dalam mengejar mimpi.
9. Buat
si pithung (
selalu
C_70)
menemaniku
H-5946-BC
dan
dan Mr.
dengan
sekuat
black
yang
tenaganya
mengantarku tanpa pernah mengeluh .
10. Buat
mas
Va
yang
selalu
sabar
dan
mendukungku
dalam
suka maupun duka.
11. Sahabat-sahabat
senasib
seperjuangan
khususnya
angkatan
2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu.
12. Dan
kepada
skripsi ini.
segenap
pihak
yang
mendukung
pembuatan
Penulis
tersebut
mendapat
berdo’a
diterima
semoga
oleh
balasan
Allah
yang
amal
SWT
baik
sebagai
setimpal.
dari
amal
Dan
semua
yang
tak
pihak
shalih
lupa
dan
penulis
mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya
penulis
senantiasa
SWT.
Semoga
sebagai
hamba
mengharapkan
sekripsi
ini
yang
memiliki
hidayah,
taufik,
dapat
keterbatasan
dan
memberikan
ini,
ridho
Allah
manfaat
bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 5
Agustus 2010
Penulis
Syukriani Inshofa
NIM 11106077
ABSTRAK
Inshofa, Syukriani. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan IslamPada Siswa Metode Sramble Pada Siswa Kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka
Siswanta M.Pd.
Kata kunci: prestasi belajar dan metode scramble.
Tujuan pembelajaran SKI di Madrasah yaitu diharapkan akan terwujud kepribadian
Muslim yang luhur dan bijaksana. Dengan mempunyai wawasan dan pemahaman tentang
peristiwa-peristiwa dalam dunia Islam maka keluhuran dan kebijaksanaan akan tercermin
lewat sikap dan tingkah laku yang mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam sejarah dan mampu untuk memilih dan memisahkan antara nilai abadi agama dan
bentuk-bentuk kebudayaan yang berubah-ubah sejalan dengan perubahan waktu.
Seharusnya dengan tujuan pembelajaran SKI tersebut pembelajaran SKI sangat menarik
bagi siswa. tapi pembelajaran bukan hanya didukung oleh faktor materi saja tapi juga pada
metode atau cara penyampaianya. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah terutama ditingkat
MI atau Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran SKI bukanlah merupakan mata pelajaran
yang menyenangkan melainkan kurang menarik. Hal ini berdasarkan temuan survei pada
tanggal 8 April 2009 di MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyu Biru, Kab.Semarang terbukti
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SKI masih terlalu rendah walaupun masih di atas
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari hasil nilai rata-rata harian siswa kelas VI
diihasilkan nilai rata-rata 6, 4 sedangkan nilai KKM mata pelajaran SKI adalah 6,0.
Dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode scrambele dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan
untuk menyusun kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk aktif
dalam proses pembelajaran SKI. Penggunaan metode scramble ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/ prestasi balajar.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan
data kuantitatif menggunaakan analisi diskriptif, dan data kualitatif barupa informasi
barbantuk kalimat yang menggambarkan tentang ekspresi siswa terhadap mata pelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa Pelaksanaan proses
pembelajaran dengan metode scramble mampu meningkatkan minat belajar dan motivasi
pada siswa dalam pembelajaranSKI. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis
dipapan tulis berjumlah 72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa
mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi disiklus I,
siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78% sedangkan pada
siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94%
sedangkan, pada siklus II mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena
siswa keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik
pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga mengalami
peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100%
anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II
mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh di dalam kelas juga bias
diatasi sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada
siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai
67% siswa. Metode scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
SKI, yang ditandai adanya peningkatan nilai siswa yang mencapai ketuntasan (KKM =
60) dalam setiap siklus pembelajaran yaitu pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil
belajarnya sebanyak 11 siswa (61%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (39%),
pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 12 siswa (67%) dan
yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (33%), pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas
belajarnya sebanyak 18 siswa (100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang tidak tuntas
belajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
scramble dapat meningkatkan prestasi balajar mata pelajaran SKI siswa kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 sehingga
pengembangan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble dapat
menjadi salah satu alternatif pembelajaran.
DAFTAR ISI
SAMPUL ………………………………………………………………………........... i
LEMBAR BERLOGO ………………………………………………………………. ii
JUDUL ……………………………………………………………………………….iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………………….iv
PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………………v
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………………........vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………………...vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………....viii
ABSTRAK…………………………………………………………………………….x
DAFTAR ISI………………………………………………………………………....xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xvi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xvii
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………...........xviii
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………………....xix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………....xx
BAB I
: PENDAHULUAN ……………………………………………….......1
A. LATAR BELAKANG………………………………....................1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………...... 6
C. TUJUAN PENELITIAN…………………………………………6
D. HIPOTESIS TINDAKAN……………………………………….7
E. MANFAAT HASIL PENELITIAN……………………………...8
F. PENJELASAN DAN DEFENISI OPRASIONAL……...............9
G. METODE PENELITIAN……………………………………….13
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA………………………………………………..28
A. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR………………28
1. Pengertian Belajar……………………………………….......28
2. Prinsip Belajar Dan Pembelajaran………………………......32
3. Tinauan Tentang Perhatian Dalam Belajar………………….43
4. Tinjauan Tentang Motivasi Dalam Belajar………………….50
5. Hasil Atau Prestasi Belajar………………………………….60
B. TINJAUAN
TENTANG
SEJARAH
KEBUDAYAAN
ISLAM…………………………………………………………..62
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam………………………62
2. Tujuan Dan Fungsi…………………………………………..64
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI………………………...65
4. Setandar Kompetensi Lulus (SKL) Untuk Mata Pelajaran SKI
………………………………….................................................67
5. Setruktur dan Jenis materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam............................................................................................70
C. TINJAUAN TENTANG METODE PEMBELAJARAN………72
1. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam …………72
2. Pengertian Metode Pembelajaran …………………………..72
3. Metode-metode
Sejarah
Kebudayaan
Islam
Yang
Efektif……..................................................................................74
4. Tujuan Tentang Metode Scramble …………………….........77
BAB III
: GAMBARAN UMUM MI THOLABIYAH ……………….............85
A. GAMBARAN SITUASI UMUM MI THOLABIYAH ………..85
B. DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN………………...95
C. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS I……………..............96
D. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS II…………………..102
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………............107
A. DESKRIPSI KONDISI AWAL ………………………............107
1. Hasil Penelitian Siklus I……………………………………109
2. Hasil Penelitian Siklus II…………………………………..115
BAB V
: PENUTUP………………………………………………................126
A. KESIMPULAN ……………………………………………….126
B. SARAN …………………………………………………….....128
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….130
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1
: Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam persen (%)
27
TABEL 2
: Contoh Soal dengan Model Scramble
79
TABEL 3
: Daftar Guru MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang
TABEL 4
: Keadaan Peserta Didik MI Tholabiyah
TABEL 5
: KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
TABEL 6
: Hasil Nilai Formatif Pretes
TABEL 7
: Hasil Nilai Evaluasi Siklus I
89
90
92
107
109
TABEL 7.1 : Hasil Observasi Siklus I Aspek Perhatian
113
TABEL 7.2 : Hasil Observasi Siklus I Aspek motivasi
114
TABEL 8
: Hasil Nilai Evaluasi Siklus II
116
TABEL 8.1 : Hasil Observasi Siklus II Aspek Perhatian
118
TABEL 8.2 : Hasil Observasi Siklus II Aspek Motivasi
TABEL 9
: Hasil Evaluasi Pretes, Siklus I, dan Siklus II
119
123
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1 : Langkah Penelitian Tindakan Kelas……………………………17
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan .1
:
Bagan
Struktur
Organisasi
MI
Tholabiyah
Tegaron
Kec.Banyubiru Kab.Semarang Th Pelajarn 2010/2011………………………..87
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1
:
Grafik Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II………….122
2. Grafik 2
:
Grafik Hasil belajar Pretes, dan Tes Siklus I dan II….124
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
:1
RPP SIKLUS I
LAMPIRAN
:2
RPP SIKLUS II
LAMPIRAN
:3
SOAL PRETES
LAMPIRAN
:4
SOAL TES SIKLUS I
LAMPIRAN
:5
SOAL TES SIKLUS II
LAMPIRAN
:6
DAFTAR NILAI RATA-RATA PRETES DAN
TES SIKLUS I DAN II
LAMPIRAN
:7
LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I PADA ASPEK
PERHATIAN
7.1 LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I PADA ASPEK
MOTIVASI
LAMPIRAN
:8
LEMBAR OBSEVASI SIKLUS II PADA ASPEK
PERHATIAN
LAMPIRAN
: 8.1 LEMBAR OBSERVASI SIKLUS II PADA ASPEK
MOTIVASI
LAMPIRAN
:9
DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN
: 10
DAFTAR NILAI SKK
LAMPIRAN
: 11
SURAT KETERANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu aspek
ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat penting untuk
kehidupan individu maupun bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan
beragama dan untuk kehidupan para peserta didik. Sejarah pada hakekatnya
suatu peristiwa dan perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai
aspek dan dimensi kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya,
agama dan keyakinan.
Menurut
Hanafi
Sejarah
Kebudayaan
Islam
bukan
sekedar
menunjukkan bahwa kebudayaan itu dihasilkan oleh orang-orang muslim
melainkan sebagai rujukan sumber nilai, maka Islam menjadi nilai
kebudayaan itu. Ini juga berarti bahwa kebudayaan Islam adalah hasil karya
cipta, dan rasa manusia yang menafsirkan dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu, Sejarah Kebudayaan Islam sama dengan sejarah kebudayaan lain pada
umumnya, yaitu bersifat dinamis, perbedaannya, terletak pada sumber
nilainya (2009:04).
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus dipahami dan dimaknai
secara luas. Artinya belajar Sejarah Kebudayaan Islam haruslah dimaknai
secara dalam, bukan hanya menghafal peristiwa-peristiwa masa lampau tapi
juga harus memaknai segala pristiwa tersebut, sehingga mampu meneladani
setiap kisah- kisah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Keberhasilan
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan
Islam
juga
tergantung pada strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan
keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana
pendidikan, kurikulum maupun metode, akan tetapi guru mempunyai posisi
yang sangat strategi dalam meningkatkan prestasi siswa dalam penggunaan
strategi pembelajaran yang tepat, dan mampu memotivasi siswa dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Menurut R. Gagne dalam teori belajar, Gegne memberikan dua definisi
dalam masalah belajar yaitu (1) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku. (2)
Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi
(Slameto, 1991: 15).
Berbeda dari pendapat di atas, Ernest R. Hilgard memberi batasan
“belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan
karena mereaksi terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan) perubahan
itu tidak disebabkan kerena proses pertumbuhan atau pematangan atau
keadaan organisme sementara”(Soetomo, 1993:119).
Dari kedua pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
belajar bukan hanya proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku yang diperoleh melalui intruksi
tapi juga proses yang dapat melahirkan atau mengubah suatu kegiatan
karena mereaksi terhadap suatu keaadaan (latihan).
Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah terutama ditingkat MI atau
Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah
merupakan mata pelajaran yang menyenangkan melainkan kurang menarik.
Mulai dari tingkatan kelas 3 sampe kelas 6, mata pelajaran ini kurang
diminati oleh kebanyakan siswa. Hal ini berdasarkan temuan survei pada
tanggal 8 April 2009 di MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyu Biru, Kab
Semarang terbukti hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam masih terlalu rendah walaupun masih di atas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) dari hasil nilai rata-rata harian siswa kelas
V diihasilkan nilai rata-rata 6, 4 sedangkan nilai KKM mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah 6,0.
Rendahnya prestasi belajar tersebut, disebabkan karena para guru
kurang mampu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik
perhatian peserta didik untuk belajar. Dengan kata lain, pembelajaran yang
mereka lakukan masih bersifat konvensional, yaitu hanya terbatas pada
penyampaian serangkaian fakta sejarah, dan hanya menggunakan metode
ceramah. Soetomo berpendapat bahwa “metode ceramah adalah metode
yang masih bersifat tradisional sehingga proses belajar anak hanya sekedar
merekam informasi saja, hal demikian mengakibatkan proses belajar anak
hanya bersifat harafiah saja, guru mendiktekan informasi dan murid
memperhatikan dan mencatat. Yang akhirnya anak membiasaakan diri untuk
tidak kreatif mengemukakan ide-ide dan pemecahan masalah yang efeknya
akan dibawa anak dalam kehidupan di masyarakant. Dia kurang dapat
mengelola informasi menjadi ide-ide baru tetapi hanya merekam dan
mengemukakan informasi seperti yang telah diterimanya. Seolah anak
bagaikan kamera yang hanya dapat merekam situasi saat itu saja tanpa ada
reaksi” (Soetomo, 1993:145). Sehingga proses pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam kurang berhasil, hal itu membuat siswa cenderung kurang
memperhatikan penjelasan guru dan sibuk sendiri, yang akibatnya suasana
kelas menjadi gaduh.
Rendahnya prestasi belajar tersebut, disebabkan juga karena siswa
menganggap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak penting karena
hanya berisi tentang sejarah masa lampau dan hanya berisi hafalan-hafalan.
Serta minat siswa kurang karena pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
terletak pada jam terakhir (jam ke 7, 8) sehingga anak sudah merasa lelah
dan lapar serta daya konsentrasinya mulai melemah karena ingin cepat
pulang. Dan kesulitan yang di temui di lapangan yaitu siswa kesulitan untuk
menghafal dan mengingat nama-nama tokoh dan nama tempat atau daerah
dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam hal tersebut menjadi alasan
siswa untuk tidak tertarik pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam.
Dari persoalan yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak kriteria
metode yang diperlukan. Oleh sebab itu untuk mengatasi masalah tersebut,
metode yang digunakan haruslah menarik, tidak membosankan, dan mampu
mengatasi problematika yang ada. Dalam penelitian ini, penulis mencoba
menerapkan metode scrambele dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam, Karena scrambele adalah permainan yang digemari semua orang
terutama anak-anak. Karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan
pengetahuan untuk menyusun kata atau frase. Metode ini bisa mendorong
peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam. Dengan cara-cara seperti ini siswa dapat lebih mudah dalam
mengingat nama-nama tokoh dan daerah dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
Hal-hal di atas menjadi dorongan bagi peneliti untuk memperbaiki
pembelajaran
guna
meningkatkan
prestasi
belajar,
upaya
tersebut
dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan kalas (PTK). Hal ini karena,
Penelitian Tindakan Kelas pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang
pada dasarnya melekat penuaian misi professional pendidikan yang diemban
oleh guru. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam dengan menggunakan metode scrambele.
B. Rumusan Masalah
Pokok permasalahan ini dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan
perhatian siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi
Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011?
2. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan
motivasi siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi
Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011?
3. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V dalam MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab.Semarang belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang
Badar Tahun Pelajaran 2010/ 2011?
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode
scrambele (kata acak) dapat meningkatkan perhatian siswa kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar
Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran
2010/2011.
2. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode
scrambele (kata acak) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar
Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran
2010/2011.
3. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode
scrambele (kata acak) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar
Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran
2010/2011.
D. Hipotesis tindakan
Penelitian ini diharapkan Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan minat
siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi
Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
2. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi
Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada
Materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
E. Manfaat hasil penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan
beberapa manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoristis
a)
Bagi peserta didik, akan memperoleh pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam pada materi Perang Badar yang lebih menarik, menyenangkan
dan memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh nilai-nilai
Sejarah Kebudayaan Islam yang sangat berguna bagi dirinya.
b) Peningkatan presrtasi, penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan
memberikan
sumbangan
bagi
peningkatan
prestasi
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar di MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang.
c)
Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan
pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapat tambahan wawasan
serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
d) Bagi Madrasah Ibtidaiyah, akan dapat memberikan sumbangan
dalam upaya meningkatkan mutu dan prestasi belajar di sekolah.
Dari hasil penelitian tindakan kelas
ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan keilmuan bagi para guru di MI Tholabiyah
Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang.
2. Manfaat Praktis
a)
Pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah.
b) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah.
c)
Pengembangan profesional guru melalui proses latihan sistematik
secara berkelanjutan.
F. Penjelasan Dan definisi Oprasional
1. Penjelasan istilah
Agar tidak terjadi berbagai penafsiran yang keliru dan untuk
membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian ini perlu dijelaskan katakata dalam judul skripsi ini:
a. Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang atau
babak (Poerwodarminto, 1993:103). Tingkat dapat pula dimaknai
kelas atau posisi. Karena imbuhan Pe-an maknanya berubah
menjadi
menuju
tingkatan
atau
kelas
selanjutnya
(Poerwodarminto,1999:413). Berdasarkan pengertian di atas, dapat
di ditegaskan bahwa sesuatu yang mengalami peningkatan artinya
mengalami perubahan menjadi lebih: kata menjadi lebih dapat
berarti lebih baik, lebih tinggi, lebih maju dan sebagainya
tergantung kata sifat yang menyertainya
b. Prestasi Belajar
Prestasi adalah nilai dari pada perilaku seseorang,
sedangkan pengertian belajar menurut H.C Wetherington adalah
suatu perubahan di dalam kepribadian seseorang yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari interaksi kecakanpan, sikap,
kebiasaaan, kepribadian atau suatu pengertian (Usman, 1993:05).
Dilihat dari pengertian di atas, Penulis menyimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah nilai dari suatu perubahan di dalam diri
siswa yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi
kecakanpan,
sikap,
kebiasaaan,
kepribadian
atau
mampu
memahami suatu pengertian dari materi yang disampaikan oleh
guru Sejarah Kebudayaan Islam.
c. Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi
dengan
lingkungannya
(Slameto,
1991:02).
Dari
pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
1) Sejarah
Sejarah berarti catatan peristiwa yang pernah terjadi dimasa
lampau. “Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, ialah
bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita.
uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang
mencangkup fakta-fata terangkaikan untuk menggambarkan suatu
gejala sejarah baik proses maupun struktur, lebih lanjut Kartodirdjo
berpendapat “ Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada
kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses sejarah dalam
aktualisasinya”(Kartodirdjo, 1992:14). Dari pengertian di atas
penulis menyimpulkan bahwa sejarah merupakan masa lampau
yang berisi peristiwa, dan setiap peristiwa sejarah hanya terjadi
sekali, jadi mengajar sejarah adalah mengajar peristiwa sejarah dan
perkembangan msyarakat yang telah terjadi. Sementara bahan ajar
sejarah adalah produk masa-masa kini berdasarkan sumber-sumber
sejarah yang ada.
2) Kebudayaan
“Kebudayaan pada umumnya sering diartikan secara sederhana
sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta rasa dan karsa dengan
menggunakan symbol-symbol serta artefak. Sejalan dengan
pengertian in, kebudayaan meliputi cara hidup seluruh masyarakant
yang mencangkup cara bersikap, menggunakan pakaian, bertutur
bahasa, ibadah, dan norma-norma tingkah laku, serta sistem
kepercayaan” (Toha, dkk, 1999: 240). Menurut pengertian di atas
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil
dari budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa yang
mempunyai nilai dan meliputi cara hidup masyarakat.
3) Kebudayaan Islam
Kebudayaan Islam adalah paduan dari cipta, rasa, dan karsa
yang berpangkal dari akal batin yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam
menjadi nilai dalam kebudayaan itu bukan hanya kebudayaan itu
dihasilkan oleh orang-orang Muslim saja. Dan yang membedakan
Sejarah Kebudayaan Islam dengan sejarah kebudayaan lain adalah
terletak pada sumber nilainya.
e.
Metode adalah cara mendapatkan sesuatu. Yang dimaksud metode
pembelajaran,
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran
(Hanafi, 2009:195). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan
bahawa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan dalam pembelajaran yang telah terencana dan disusun
praktis dalam bentuk kegiatan nyata.
f.
Scrambele atau kata acak merupakan permainan yang digemari
oleh semua orang, tidak hanya anak karena permainan ini
melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata
atau frase (Hanafi, 2009:207). Dari pengertian di atas penulis
menyimpulkan bahwa scrambele adalah permainan yang menarik
dan digemari oleh semua orang karena melibatkkan kejelian
pikiran. Dengan scrambele maka pembelajaran Sejarah Kebudayaa
Islam Pada Materi Perang Badar akan terkesan lebih segar dan
menyenangkan.
G. Metode Penelitian
1. Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sudah lebih
dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan
rame dibicarakan dalam dunia pendidikan, istilah dalam bahasa inggris
adalah Clasroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah
menggambarkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah
kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas, dikarenakan ada tiga kata
yang membentuk pengertian tersebut, maka tiga pengetian yang dapat
diterangkan.
a. Penelitian yaitu menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu
objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
b. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu.
c. Kelas, dalam hal ini tidak menunjuk pada pengertian ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama
dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang di maksud
dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu
yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
pula (Arikunto, dkk :2008:03)
Dengan menggabungkan tiga kata tersebut maka penelitian
tindakan kelas adalah guru melakukan sesuatu yang mana arah dan
tujuan penelitian tindakan guru sudah jelas demi kepentingan anak
didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Sedangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom
Action Research (CAR) yang artinya sebuah kegiatan penelitian
yang dikerjakan di kelas. Menurut Aqib PTK yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses
dan praktek pembelajaran (Aqib: 2006: 12).
Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah
suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan
menggunakan cara dan aturan serta metode tertentu yang bertujuan
untuk mengatasi problem yang terjadi di kelas tersebut, serta untuk
memperoleh data atau
informasi
yang
meningkatkan mutu dalam dunia pendidikan.
bermanfaat
dalam
2. Subjek, waktu, dan lokasi penelitian
a.
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa
Kelas V yang berjumlah 18 anak di MI Tholabiyah Tegaron Kec.
Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
b. Waktu pelaksana
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I, selama kurang
lebih dua bulan, yaitu mulai dari bulan Juni sampai bulan Juli 2010
Tahun Pelajaran 2010/2011.
c. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian tindakan kelas menyangkut upaya guru dalam bentuk
proses pembelajaran. Namun demikian, ada hal yang sangat perlu
dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bukan mengajar seperti
biasanya, tetapi harus mengandung suatu pengertian bahwa tindakan
yang dilakukan atas upaya meningkatkan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian
tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar
terdapat empat tahapan yang lazim, yaitu (Arikunto, 2008:16).
a) Perencanaan
b) pelaksanaan
c) pengamatan
d) Refleksi
Gambar .1
Gambar langkah Penelitian Tindakan Kelas:
(Rencana Tindakan)
Terselesaikan
 Refleksi I

Analisis Data I
Tindakan I
 Obervasi I
SIKLUS I
Permasalahan  Alternatif Pemecahan  Pelaksanaan
(Rencana Tindakan)
Terselesaikan
 Refleksi II
 Analisis Data I
Belum
Terselesaikan
Tindakan II
 Obervasi II
SIKLUS II
Permasalahan  Alternatif Pemecahan  Pelaksanaan
Siklus
Selanjutnya
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 3 siklus.
Masing-masing siklus dapat dilakukan dalam 4 tahap berikut ini:
Siklus I
Tahap Perencanaan (planning)
a) Pelaksanaan tes diagnosa yang berfungsi sebagai evaluasi awal untuk
menspesifikasikan masalah.
b) Pembuatan skenario pembelajaran.
c) Pembuatan media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK.
d) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi
pembelajaran berlangsung.
e) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik.
Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
a) Kegiatan awal ( + 5 menit)
1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran.
2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
b) Appersepsi,
c) Kegiatan inti (+ 50 menit)
1) Guru membagi bahan materi Perang Badar dalam pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
2) Guru menjelaskan materi Perang Badar dalam pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
3) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi Perang Badar dengan
siswa, berdasarkan nomor urut presensi peserta didik.
4) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan
dibantu oleh guru.
d) Kegiatan akhir (+ 15 menit)
1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan
scramble (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa tentang
materi Perang Badar.
2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan
merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang
benar.
3) Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya, guru meminta
setiap siswa secara bergantian membacakan soal yang diperoleh
dengan suara keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal
tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan.
4) Guru memotivasi siswa untuk belajar
5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul
majlis
Tahap Observasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan (observing
and evaluating)
a) Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dalam rangka mengukur
keberhasilan siswa dengan menggunakan instrumen post test.
Tahap Refleksi (reflecting)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto
dkk, 2008:80). Jadi, pada tahapan ini penulis akan mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan,
penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan
berdasarkan data-data yang telah terkumpul kemudian akan mencari titik
kelemahan dan kelebihan sebagai renungan guna menyempurnakan
tindakan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Tahap Penerapan Tindakan (acting) Siklus II dilaksanakan bila masih ada
hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I, dan siklus III dilaksanakan
karena siklus II belum mampu mengatasi masalah (Aqib, 2009:37). Siklus
II ini dirancang dalam 4 tahap, dengan rincian sebagai berikut:
Tahap Perencanaan (planning)
Pada tahap ini dilakukan tes diagnostic yang berfungsi sebagai evaluasi
awal untuk menspesifikasikan masalah yang sesuai hasil analisa data pada
siklus I, pembuatan skenario pembelajaran disesuaikan dengan kekurangan
dan kelemahan yang terjadi pada siklus I, menyiapkan media
pembelajaran, yaitu media scraeble.
Kegiatan dalam tahap ini dilaksanakan sesuai dengan skenario
pembelajaran yang didesain sesuai dengan kebutuhan, antara lain sebagai
berikut ini:
a) Kegiatan awal (+ 15menit)
1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran.
2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
3) Appersepsi,
untuk
menguji
kesiapan
belajar
siswa,
guru
mengadakan evaluasi tentang materi yang akan diajarkan dengan
cara membagikan lembar kerja yang didisain permainan scrambele
yang berisi pertanyaan kepada siswa dan lembar kerja tersebut yang
berisi tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam, Tugas setiap siswa
adalah mencari pasangan yang cocok dan merangkai kata-kata yang
di kacau balaukan dengan pertanyaan maupun jawaban yang tertera
di lembar kerja tersebut. Setelah semua siswa mendapatkan jawaban
yang cocok, guru meminta setiap siswa secara bergantian
membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada temanteman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama.
b) Kegiatan inti (+ 50 menit)
1) Guru menjelaskan ulang secara singkat materi Sejarah Kebudayaan
Islam.
2) Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari kepada siswa.
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi
jawaban dari temannya.
c) Kegiatan akhir (+ 15 menit)
1) Guru menyampaikan kesimpulan dari pokok bahasan yang telah
disampaikan.
2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
3) Memotivasi siswa untuk giat belajar
4) Penuggasan, siswa diminta untuk meringkas materi Sejarah
Kebudayaan Islam. Menutup kegiatan pembelajaran dengan
membaca doa kafarotul majlis.
Tahap Observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan (observing and
evaluating)
a) Observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dan
siswa pada siklus II dengan menggunakan lembar observasi.
b) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran melalui instrumen post test
untuk mengukur ngkat keberhasilan belajar siswa.
Tahap Reflektif (reflecting)
Pada tahap ini seluruh tindakan yang dilakukan di dalam siklus II,
dianalisa dibuat penafsiran hasil observasi. Dari hasil analisa data tersebut,
guru merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan
yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
Siklus III
Siklus III dirancang untuk menyempurnakan seluruh tindakan yang telah
dilakukan pada siklus sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan yang akan
dilaksanakan dalam siklus III ini adalah sebagai berikut:
Tahap Perencanaan (planning)
Dalam tahap perencanaan, dilaksanakan tes diagnostik yang berfungsi
sebagai evaluasi kedua untuk menspesifikasi masalah sesuai dengan hasil
analisa data pada siklus II. Membuat skenario pembelajaran yang
disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan pada siklus II serta
menyiapkan media pembelajaran scrambele.
Tahap Penerapan Tindakan (action)
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan terdiri dari:
a) Kegiatan awal (+ 10 menit)
Mengawali pembelajaran dengan doa bersama-sama.
1) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
Appersepsi, untuk menguji kesiapan belajar siswa, guru mengadakan
evaluasi tentang materi yang akan diajarkan dengan cara membagikan
lembar kerja yang didisain permainan scrambele yang berisi pertanyaan
kepada siswa dan lembar kerja tersebut yang berisi tentang materi Sejarah
Kebudayaan Islam, tugas setiap siswa adalah mencari pasangan yang
cocok dan merangkai kata-kata yang di acak dengan pertanyaan maupun
jawaban yang tertera di lembar kerja tersebut. Setelah semua siswa
mendapatkan jawaban yang cocok, guru meminta setiap siswa secara
bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada
teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama.
b) Kegiatan inti (+ 60 menit)
1) Guru menjelaskan ulang secara singkat materi Sejarah Kebudayaan
Islam.
2) Guru menyiapkan draff pertanyaan yang berisi pertanyaan inti dari
keseluruhan materi Sejarah Kebudayaan Islam.
3) Latihan soal sebagai evaluasi tes akhir pembelajaran.
c) Kegiatan akhir (+ 10 menit)
1) Mengulas soal evaluasi secara bersama-sama.
2) Memotivasi siswa untuk rajin belajar.
3) Menutup kegiatan pembelajran dengan bacaan kafarotul majlis.
Tahap observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan (observing and
evaluating)
a) Guru
melakukan
observasi
terhadap
siswa
dalam
kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi.
b) Kepala sekolah melakukan observasi terhadap rencan pembelajaran
sebagai skenario pembelajaran yang disusun dan disiapkan oleh guru.
Tahap Refleksi (reflection)
Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi, dikumpulkan untuk
dilakukan analisa dan membuat penafsiran. Dari hasil penafsiran data
tersebut, penulis membuat kesimpulan penelitian tindakan.
4. Teknik dan Alat pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang dipahami untuk mendapatkan data
masalahsebagai berikut:
a. Butir soal tes.
b. Lembar observasi/ pengamatan untuk mengamati peserta didik.
c. Pedoman dokumentasi.
5.
Teknik pengumpulan data
a. Tes
Mengadakan tes/ evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik
melalui pretes dan post tes.
b.Observasi
a) Melakukan observasi/ pengamatan terhadap aktivitas peserta
didik selama pembelajaran berlangsung.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah
metode
penelitian
ilmiah
yang
menggunakan dokumen-dokumen sebagai bahan acuan untuk
kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini, dokumen yang
digunakan adalah daftar laporan pendidikan untuk nilai Sejarah
Kebudayaan Islam.
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan di MI Tholabiyah
Tegaron Kec Banyu biru Kab Semarang, untuk melihat kegiatan belajar
mengajar.
6. Teknik Analisis Data
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada dua jenis data
yang yang dapat dikumpulkan :
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat di analisis
secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis
secara deskriptif. Missal mencari nilai rata-rata, persentase,
keberhasilan belajar (Aqib, 2009: 40-41).
1. Nilai rata-rata di dapat dengan menggunakan rumus:
x
X
N
Keterangan:
x
: Nilai rata-rata
∑X
: Jumlah semua nilai siawa
∑N : Jumlah Siswa
2. Untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar
P
 siswa yang tuntas belajar x100%
 siswa
Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil
analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi dalam siklus
selanjutnya. Hasil analisis juga dilakukan sebagai bahan refleksi
dalam memeperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan
mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model
belajar yang tepat.
Tabel.1
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam persen (%)
Tingkat Keberhasilan (%)
 80 %
Arti
Sangat tinggi
60-79 %
Tinggi
40-59 %
Sedang
20-39 %
Rendah
< 20 %
Sangat rendah
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat
atau sikap siswa terhadap mata pelajaran (kognitif), pandangan
aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian antusias dalam
belajar, dan seterusnya dapat di analisa secara kualitatif. (Arikunto,
dkk: 2008: 131).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar artinya berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu
kepandaian atau keahlian. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai
proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan
lingkungan. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Slameto yang
mengemukakan bahwa“Belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (1991:02).
Berbeda dengan pendapatnya Djaramah, menurutnya “Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif. dan
psikomotorik” (2003:13).
Pendapat Slameto dan Djramah di atas dijelaskan dalam firman
Allah QS.Al- Imron ayat 190-191 yang menjelaskan tentang arti belajar:
         
          
          
 
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakanl (190).
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa nerakan
(191) (QS. Al-Imron 190-191).
Penjelasan dari Surat Al Imron ayat 190-191 sebagai berikut:
Allah swt berfirman memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya
bahwa apa yang diciptakan oleh-Nya berupa langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, planet dan bintang-bintang yang
gemerlapan, lautan, gunung-gunung, hutan-hutan, pohon-pohon dan
tetumbuhan, bermacam-macam binatang dan beraneka tambang, semua itu
mengandung banyak hal misalnya,
tanda-tanda yang nyata bagi orang-orang yang memiliki akal yang
sempurna, sehat dan cerdas dan bukanya orang yang buta dan tuli
pikiranya (Bahreisy, 1984:278).
Allah menafsirkan orang-orang yang berakal dan sehat itu bahwa
mereka itu selalu ingat kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun
merakan berada, selagi duduk, berdiri, dan berbaringpun. Mereka
memikirkan ciptaan Tuhan berupa langit dan bumi itu, meneladani dan
merenungkan hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu yang
menandakan wujudnya Maha Pencipta yang Maha Agung dan Maha
Kuasa. Mereka merenungkan semuanya seraya berkata, Ya Tuhan kami
Engkau tidak menciptakanh semua ini tanpa hikmah (Bahreisy, 1984:278).
Dari penjelasan tentang ayat di atas penulis dapat menyimpulkan
bawa Allah menciptakan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, planet dan bintang-bintang yang gemerlapan, lautan, gununggunung, hutan-hutan, pohon-pohon dan tetumbuhan, bermacam-macam
binatang dan beraneka tambang, semua itu mengandung tanda-tanda yang
nyata bagi orang-orang yang memiliki akal yang sempurna, sehat dan
cerdas dan bukanya orang yang buta dan tuli pikiranya. Dan semua yang
diciptakan Allah tidaklah sia-sia karena didalamnya pastilah mengandung
hikmah dan supaya kita berfikir dan merenungkan segala kekuasa-Nya.
Dan proses berfiikir tersebut adalah salah satu dari unsur peristiwa belajar.
Setiap manusia akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya
dan selalu melaksanakan kegiatan/aktivitas dengan individu lain dan
bahkan dengan lingkunganya yang menjadi pendudukung interaksi
tersebut. Sekolah, keluarga, alam sekitar, dan berbagai aktivitas menjadi
proses interaksi terhadap lingkunganya. Dari interaksi itu akan mendapat
pengalaman, dan hasil pengalaman itu adalah hasil dari belajar, tanpa
belajar manusia tidak akan dapat pengalaman.
Belajar juga bisa dilatih dengan kebiasaan, karena kebiasaan itu
menjadikan manusia itu untuk terbiasa belajar bukan hanya aktivitas
belajar. Andai kita tahu bahwa dengan banyak latihan dan kebiasaaan
belajar akan lebih mudah dan ringan serta menyenangkan, karena adanya
daya memori kita akan selalu di asah sehingga, akan lebih mudah untuk
dimasuki ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Manusia itu terdiri dari
berbagai macam daya. Hal ini dipertegas dengan teori belajar menurut
Ilmu Jiwa Daya. Menurut teori ini “jiwa manusia itu terdiri dari
bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka
untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih daya tersebut dapat digunakan
berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh, untuk melatih daya ingat dalam
belajar misalnya dengan menghafal kata-kata/angka-angka, istilah-istilah
asing. Begitu pula untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini
bukan penguasaan bahan/materinya, melainkan hasil dari pembentukan
daya-daya tersebut. Maka dengan demikian seseorang yang belajar akan
berhasil (Soetomo, 1993: 120).
Berbeda dengan pendapat Good dan Brophy tentang belajar dalam
bukunya Educational psychology A Realistic Approach mengemukakan
arti belajar dengan kata-kata yang singkat. Yaitu learning is the
development of new asosiation as a result of experience (belajar adalah
perkembangan dari asosisasi baru sebagai hasil dari pengalaman).
Beranjak dari defenisi yang dikemukakanya itu, selanjutnya
ia
menjelaskan bahwa belajar itu proses yang benar-benar bersifat internal (a
purely internal event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat
dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan
Bropy bukan tingkah laku yang nampak tetapi dari individu dalam
usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new asosiation).
Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa antara perangsang-perangsang
antara reaksi-reaksi atau antara perangsang dan reaksi (Purwanto,
1990:87).
Berdasarkan penjelasan belajar di atas dapat dipahami bahwa, pada
hakekatnya belajar merupakan suatu usaha penguasaan ide-ide atau
pengetahuan yang baru serta pengembangan pengetahuan yang dimiliki
yang akhirnya terjadi perubahan kegiatan mencakup kecakapan sikap dan
prilaku (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena
pertumbuhan kematangan atau karena kesadaran sementara.
2. Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar
ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan tetapi harus
menggunakan teori-teori dan perinsip-perinsip belajar tertentu agar bisa
bertindak secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu mempelajari teori dan
prinsip-prinsip
belajar
yang
dapat
membimbing
aktivitas
dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak
dapat diharapkan menentukan langkah-langkah prosedur pembelajaran,
namun Ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat kita
pahami sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang
perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi guru dalam upaya
meningkatkan mengajarnya. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam
belajar. Menurut pendapatnya Dimyati Mujiono prinsip-perinsip belajar
dan pembelajaran berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
ketertiban langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual (2002:42).
Menurut Dimyati Mujiono hal di atas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peran yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengelolaan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar (Gagne dan
Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada
siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya. Apabila
bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan,
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan meningkatkan motivasi
untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka
siswa perlu dibangkitkan perhatianya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peran penting
dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan
mesin dan kemudi pada mobil (Gagne dan Berliner, 1984: 372).
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran.
Motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap,
bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intlektual dan estetik sampai
kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu
faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dan pengetahuan nilainilai dan keterampilan (2002:43).
Dari penjelasan yang berbeda di atas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa motivasi mempunyai kaitan dengan erat dengan
minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tentu
cenderung tertarik perhatianya dengan demikian timbul motivasinya
untuk mempelajari bidang studi tersebut.
b. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dipahamkan kepada
orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John
Dewey misalnya mengemukakan, “bahwa belajar adalah menyangkut
apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar membimbing dan
pengarah (John Dewey 1916, dalam Devies, 1937:31)” (2002:44).
Menurut teori kognitif menunjukan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar
menyimpanya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gagne and
Berliner, 1984: 267), menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya.
Dalam,
proses
belajar
mengajar
anak
mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah mencari dan mengemukakan
fakta, menganalisis menafsirkan dan menarik kesimpulan (2002: 45).
Thorndike mengemukakan siswa dalam belajar dengan hukum
“law of exercise-nya“ yang menyatakan bahwa belajar memerlukan
adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan
mengemukakan bahwa induvidu merupakan “manusia belajar yang
aktif selalu ingin tahu, social” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gredler
MEB terjemah Munadir, 199:105).
Dari penjelasan yang berbeda di atas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa anak adalah makhluk aktif. Anak mempunyai
dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri. Jadi belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain juga tidak
bisa dipahamkan kepada oarang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
oleh orang lain. Sehingga harus anak aktif yang mengalami sendiri. Dan
dalam setiap proses belajar, siswa selalu manampakan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya mulai dari kegiatan fisik yang
mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
c. Keterlibatan langsung/ Berpengalaman
Dimuka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan
sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan
pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung
siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi Ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya. Sebagai contoh seorang yang belajar membuat
tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan (direct performence), bukan sekedar melihat bagaimana
orang membuat tempe (demonstrating), aplagi sekedar mendengar
orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling) (2002: 45).
Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan
oleh John Dewey dengan”learning by doing “-nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa
secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara
memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator (2002:46).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung, yaitu
dengan cara dilakukan oleh siswa sendiri, siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat
langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab dalam hasilnya.
Sehingga pengalaman itu dapat diserap dan dipahami sehingga
pengalaman itu dapat menjadi guru yang baik.
d. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang
kali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikilogi
Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan akan daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya
pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang
dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi
sempurna (2002: 46).
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori
Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal
Thorndike. Berangkat dari salah satu hokum belajarnya “law of
exercise“ia
mengemukakan
bahwa
belajar
ialah
pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Seperti
kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thorndike, 1931b:20 dari
Greddler, Margaret E Bell, terjemah Munadir, 1991: 51) (2002: 47).
Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih
lanjut dari Koneksionosme, belajar adalah pembentukan hubungan
stimulus dan respons maka pada Psikologi Conditioning respon akan
timbul bukan karena saja oleh stimulus tetapi juga karena stimulus yang
dikondisikan. Banyak tingkahlaku manusia yang tejadi karena kondisi,
misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi
lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah.
Menurut teori ini prilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar
merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu prilaku atau respon
terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, dan
pembiasaaan tidak perlu suatu stimulus yang
sesungguhnya, tetapi
dapat juga oleh stimulus penyerta (2002: 47).
Ketiga
teori
tersebut
menekankan
pentingnya
prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
Yang pertama pengulangan untuk daya-daya jiwa sedangkan yang
kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar
dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan
seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak biasa
dipahami untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip
pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. “Dalam belajar
masih tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan
stereotyping
adalah
bentuk
belajar
yang
menerapkan
prinsip
pengulangan (Gagne dan Berliner, 1984: 259)” (2002: 47).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam
belajar
butuh
pengulangan,
yang
berguna
untuk
memgembangkan daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
daya mengamat, menganggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berfikir, dan sebagainya. Karena jika daya-daya tersebut selalu dilatih
dengan pengadaan pengulangan-pengulangan maka akan menjadi
sempurna.
e. Tantangan
Teori Medan (Field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu
tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu
mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi
hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila
hambatan itu telah di atasi, artinya tujuan belajar itu telah tercapai,
maka ia akan masuk pada medan baru dan tujuan baru, demikian
seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi
hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah yang menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru,
yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut.
Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa
tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa (2002:48).
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan peryataan bahwa apabila
siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia
lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara
lebih baik (Devies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi
tantangan untuk memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain
itu siswa juga harus memiliki keinginannya yang besar terhadap segala
masalah yang yang dihadapinya. Bentuk-bentuk prilaku siswa yang
merupakan implikasi dan prinsip tantangan ini diantaranya adalah
melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun
mandiri atau mencari tahu pemecahan suatu masalah (2002: 53).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang akan dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar.
Hambatan itu haruslah dijadikan sebagai tantangan sehingga siswa akan
lebih bergairah dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam belajar
karena belajar haruslah menantang, dari hal itu maka timbulah motif
untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar
tersebut.
f. Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Opreant Conditioning dari B.F
Skiner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah
stimulusnya, maka pada Opreant Conditioning yang diperkuat adalah
responya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya
Thorndike. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapat hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F
Skiner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang
tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif dan
penguatan negatif dapat memperkuat belajar (Gagne dan Berliner,
1984:272 ) (2002: 48 ).
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang
dilakukan. Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan
tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat
(reinforce ) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih benyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (renforcement)
(Devies, 1987: 32) (2002: 53).
Dari kedua pendapat yang berbeda di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa, siswa akan belajar lebih semangat bila
mengetahui mendapatkan hasil yang baik hasil yang baik akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha belajar siswa selanjutnya, begitu juga sebaliknya siswa akan lebih
terbakar semangatnya apabila ia mengetahui dapat nilai yang buruk
karena hal itu akan membuat dia bangkit dan berusaha untuk
memperbaiki usaha belajar selanjutnya.
g. Perbedaan Individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua
orang siawa yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu
dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik, psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru
dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan
di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaaan yang kurang
lebih sama, demikian pula dengan pengetahuanya (2002:49).
Setiap siswa memiliki karakterisrinya sendiri-sendiri yang
berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar
menurut tempo (kecepatan) nya sendiri danuntuk setiap kelompok umur
terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa
dirinya beda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara
belajar dan sarana belajar bagi dirinya sendiri. Implikasinya adanya
prinsip perbedaan individual bagi siswa diantaranya adalah menentukan
tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa
implikasi adanya prinsip perbedaan individu dapat berupa prilaku fisik
maupun psikis (2002:54).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
siswa merupakan individual yang unik karena tiap siswa memiliki
perbedaan satu sama lain.perbedaan individual ini berpengaruh pada
cara dan hasil belajar siswa, karenanya perbedaan individu perlu
diperhatikan guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.
3.Tinjauan Tentang Perhatian dalam Belajar.
a. Pengertian Perhatian
Menurut Suryabrata, dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
perhatian merupakan salah satu dari sifat umum aktivitas jiwa. Kata
perhatian tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa
contoh dapat menjelaskan hal ini:
1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru.
2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan
dengan dosen yang baru itu.
Kedua contoh di atas itu mempergunakan kata perhatian. Arti
kata tersebut, baik dalam masyarakant dalam hidup sehari-hari maupun
dalam bidang pshikologi kira-kira sama. Karena itulah maka definisi
mengenai perhatian itu yang diberikan oleh para ahli psikiologi juga
dua macam yaitu kalau diambil intinya saja dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1) Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu
obyek (lihat Stren, 1950, p. 653, dan Bigot, 1950, hlm 163).
2) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai
sesuatu aktivitas yang dilakukan (1984:15-16).
Penjelasan di atas dipertegas oleh Soemanto, menurutnya jika
perhatian adalah aktivitas jiwa kurang tepat, dan bahkan perhatian itu
bukan suatu fungsi. Fungsi yaitu bentuk umum cara berinteraksi dengan
bahan-bahan dalam
medan tingkah laku manusia yang tidak dapat
dijabarkan lebih lanjut. Perhatian bukanya suatu fungsi, melainkan
adalah modus suatu fungsi. Hal-hal yang termasuk suatu fungsi adalah
pengamatan, tanggapan, fantasi,ingatan dan pikiran. Jadi fungsi
memberi kemungkinan dan perwujudan aktivitas (1983:32).
Perhatian menurut Soemanto juga dibagi menjadi dua defenisi
atau dua macam yaitu:
1) Perhatian merupakan tenaga atau kekuatan jiwa tertuju kepada
sesuatu obyek.
2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu
aktivitas (1983:32).
Jadi dari kedua pendapat dari para ahli psikologi di atas penulis
dapat menyimpulkan bahwa perhatian adalah tenaga atau kekuatan jiwa
yang tertuju pada suatu obyek serta pendayagunaan kesadaran untuk
menyertai suatu aktivitas.
b. Macam-macam Perhatian
Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan
perhatian ini dapat di tempuh cara dengan menggolong-nggolongkan
perhatian tersebut menurut cara tertentu. Adapun golongan-golongan
atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut:
1) Atas dasar intensitasnya yaitu, banyak sedikitnya kesadaran yang
menyadari sesuatu aktivas atau pengalaman batin, maka dibedakan
menjadi dua:
a) Perhatian intensif.
b) Perhatian tidak intensif.
Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
atau
pengalaman batin
berarti makin intensiflah perhatianya. Dalam hubunganya dengan
hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para
ahli yang hasilnya memberi kesimpulan, bahwa tidak mungkin
melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian
yang intensif.
Kecuali itu ternyata pula, maka makin intensif perhatian
yang menyertai suatu aktivitas akan makin sukseslah ativitas itu.
2) Atas dasar cara timbulnya atau cara kerjanya, perhatian dibedakan
menjadi:
a) Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian tak
disengaja).
b) Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif).
Perhatian jenis petama timbul begitu saja, seakan-akan tanpa
usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis yang kedua
timbul karena usaha, dengan kehendak (Suryabrata, 1984:1618).
3) Atas dasar luasnya menurut pendapatnya Soemanto obyek yang
dikenai perhatian, perhatian dibedakan menjadi:
a) Perhatian terpusat (konsentratif).
Yaitu perhatian yang tertuju pada lingkungan obyek
yang sangat terbatas. Perhatian yang demikian ini sering pula
disebut sebagai pehatian konsertratif. Jadi orang yang
mengadakan kosentrasi pikiran yaitu berarti berfikir dengan
perhatian terpusat. Misalnya kita dapati pada seseorang yang
sedang memperbaiki jam.
b) Perhatian terpancar (distributif).
Perhatian yang tertuju pada lingkup obyek yang sangat
luas atau tertuju pada bermacam-macam obyek. Perhatian yang
demikian dapat dilakukan oleh seorang guru dimuka kelas
yang pada suatu saat itu harus menunjukan perhatian kepada
tujuan pelajaran, materi pelajaran, buku pelajaran, alat
pelajaran, metode belajar mengajar, lingkungan psikis kelas,
tingkah laku anak didik yang cukup banyak jumlahnya
(Soemanto: 1983:33).
Di tinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar,
pemilihan jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh
pengalaman belajar adalah hal yang penting bagi subyek yang
belajar. Pemilihan cara kerja perhatian oleh anak didik ini dapat
dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya.
Soemanto berpendapat bahwa, salah satu usaha untuk
membimbing perhatian anak didik yaitu melalui pemberian
rangsang atau stimuli yang menarik perhatian anak didik.
Hal-hal yang menarik perhatian dapat ditunjukan melalui
tiga segi, yaitu:
a) Segi Obyek
Hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang
keluar dari konteknya, misalnya :
(1) Benda yang bergerak dalam situasi lingkungan yang diam
dan tenang.
(2) Warna benda yang lain dari warna benda-banda yang ada
disekitarnya.
(3) Stimuli yang beraksi berbeda dari aksi lingkunganya.
(4) Keadaan sifat, sikap dan cara yang berbeda dari biasaanya.
(5) Hal yang muncul mendadak dan hilang mendadak.
b) Segi Subyek
Hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang
saling bersangkut paut dengan pribadi subyek, misalnya:
(1) Hal-hal yang bersangkut paut dengan kebutuhan subyek.
(2) Hal-hal
yang
bersangkut
paut
dengan
minat
dan
kesenangan subyek.
(3) Hal-hal yang bersangkut paut dengan profesi dan kegiatan
subyek.
(4) Hal-hal yang bersangkut paut dengan sejarah atau
pengalaman subyek.
(5) Hal-hal yang bersangkut paut dengan tujuan dan cita-cita
subyek.
c) Segi Komunikator
Komunikator yang membawa subyek dalam posisi yang
sesuai dengan lingkunganya, misalnya:
(1) Guru/komunikator yang memberikan pelayanan/perhatian
khusus kepada subyek.
(2) Guru/komunikator
yang
menampilkan dirinya
diluar
konteks lingkunganya.
(3) Guru/komunikator yang memiliki sangkut paut dengan
subyek (1983:33-34).
Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan dalam membimbing
perhatian anak didik, yaitu, penggunaan metode penyajian
pelajaran yang dapat diterima oleh anak didik. Penerimaan ini akan
efektif apabila pelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan dan
kemampuan anak didik.
Menurut Soemanto perhatian yang tepat dilakukan dalam
belajar yaitu:
a) Perhatian intensif perlu digunakan, karena kegiatan yang
disertai dengan perhatian intensif akan lebih terarah.
b) Perhatian yang disengaja perlu digunakan, karena kesengajaan
dalam kegiatan akan mengembangkan pribadi anak didik.
c) Perhatian sempontan perlu dilakukan, karena perhatian yang
spontan cenderung dapat berlangsung lebih lama dan intensif
dari pada perhatian yang disengaja (1983:34-35).
Dari penjelasan tentang perhatian di atas penulis dapat
menyimpulkan bawa aktivitas yang disertai dengan perhatian
intensif akan lebih sukses, prestasinya akan lebih tinggi. Perhatian
spontan
atau
perhatian
tidak
disengaja
cenderung
untuk
berlangsung lebih lama dan lebih intensif dari pada perhatian
disengaja. Alangkah baiknya jika para siswa menerima pelajaran
dengan perhatian spontan. Dalam kenyataan sebagian besar
pelajaran justru diterima oleh siswa dengan perhatian yang
disengaja, karena itu guru atau pendidik seharusnya selalu berusaha
menarik perhatian para siswa didiknya.
4.Tinjauan Motivasi dalam Belajar.
a. Pengertian Motivasi.
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi
internal tersebut ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari.
Salah satu dari kondisi internal tersebut ialah motivasi.
Menurut
Uno
motivasi
adalah
dorongan
dasar
yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berbeda pada
diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan
seseorang yang didasarkan atas motivasi yang mendasarinya
(2006:01).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73).
Dari kedua pendapat yang berbeda di atas penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau
kekutan/enargi baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong
seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat juga di artikan
dorongan mental dan juga biasa disebut sebagai proses untuk mencoba
mempengaruhi orang lain agar melakukan pekerjaan yang diinginkan
sesuai dengan tujuan tertentu yang di tetapkan terlebih dahulu. Seperti
halnya dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran guru harus
bercita-cita
membangkitkan
minat
muridnya
dengan
memberi
perhatian dan motivasi terhadap anak didiknya sehingga akan tercapai
tujuan yaitu dapat neningkatkan prestasi dalam belajar.
b. Motivasi Belajar
Menuru Uno motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara
relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik
atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor
intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan
kebutuhan
belajar,
harapan
akan cita-cita.
Sedangkan
faktor
ekstrinsiknya adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus di ingat kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan
semangat (2006: 23).
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar (Uno, 2006: 23).
Indikator motivasi belajar menurut Uno, dapat di klasivikasikan
sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya cita-cita masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya
lingkungan
belajar
yang
kondusif,
sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik
(2006:23).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan anatara lain
adanya hasrat, dorongan, cita-cita, penghargaan, kegiatan yang
menarik, dan lingkungan belajar yang kondusif dalam belajar.
c. Tujuan Motivasi dalam Belajar
Tujuan motivasi secara umum yaitu motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil/atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi
adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul
keinginan dan kemampuanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya
sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan
dan di tetapkan di dalam kurukulum (Wahid, 2002:04).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
motivasi sangatlah penting dalam pembelajaran karena motivasi sangat
berpengaruh di dalam proses pembelajaran. Karena motivasi bertujuan
untuk menggerakkan atau menggugah para peserta didik agar timbul
keinginan dan kemampuanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat
memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di capai para
peserta didik
d. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran.
Menurut Uno, motivasi sangat berperan dalam proses belajar
dan pembelajaran. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam
memahami dan menjelaskan prilaku individu yang sedang belajar.
Peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah:
1) Peran Motivasi dalam menentukan penguatan belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seoarang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat
bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang
anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel
logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat
menyeleseikan tugas matematika. Dalam kaitan itu anak berusaha
mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel
matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan
penguatan belajar.
2) Peran Motivasi dalam mempertegas tujuan belajar.
Peran motivasi dalam mempelajari tujuan belajar erat
kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk
belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sudah dapat diketahui atau
dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan
termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik
dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik.
Dalam suatu kesempatan misalnya anak tersebut diminta untuk
memperbaiki radio rusak, dan berkat pengalamannya dalam bidang
elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya.
Dari pengalaman itu anak akan makin hari makin termotivasi untuk
belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari dari
belajar itu.
3) Memotivasi menentukan ketekunan belajar.
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu,
akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan
harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa
motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun dalam
belajar. Sebaliknya, apabila seorang kurang atau tidak memiliki
motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia
mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan belajar. Itu
berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan
ketekunan belajar (2006:27-29).
Dari penjelasan tentang peran motivasi dalam belajar dan
pembelajaran di atas, penulis dapat memberi kesimpulan bahwa
motivasi sangatlah penting dalam setiap proses pembelajaran
karena motivasi berperan dalam menetukan penguatan belajar yang
artinya dengan kata lain motivasi dapat menentukan hal-hal apa
dilingkungan anak-anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar,
berperan dalam memeperjelas tujuan belajar yaitu erat kaitanya
dengan kemaknaan belajar, misalnya anak akan tertarik untuk
belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat
diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak., dan berperan
dalam menentukan ketekunan belajar yaitu motivasi dalam belajar
mengakibatkan seseorang akan tekun belajar, sebaliknya apabila
seseorang kurang atau tidak memiliki motivas belajar maka dia
tidak akan tahan lama belajar. Sehingga hal tersebut akan
mengakibatkan prestasi belajarnya turun.
4) Bentuk-bentuk motivasi di sekolah
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:
a) Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang
dikejar adalah nilai ulangan/ nilai-nilai raport yang angkaangkanya baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat kuat.
b) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi
tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan,
mungkin tidak akan menarik bagi seorang yang tidak senang dan
tidak berbakant untuk suatu pekerjaan terserbut. Sebagai contoh
hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik munkin tidak
akan menarik bagi sesorang siswa yang tidak memiliki bakat
menggambar.
c) Saingan /kompetensi
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik
persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau
perdagangan,
tetapi juga
sangat
baik digunakan untuk
meningkatkan belajar siswa.
d) Ego Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
baik dengan menjaga harga dirinya. Penyeleseian tugas dengan
baik adalah symbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga
untuk siswa si subyek belajar. Para siswa akan bekerja dengan
keras biasa jadi karena harga dirinya.
e) Memberi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui
akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga
merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh
guru, jangan terlalu sering (missal setiap hari) karena biasa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga
harus
terbuka
maksudnya,
kalau
akan
ulangan
harus
diberitahukan kepada siswanya.
f) Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat dalam
belajar. Semakin mengetahui garfik hasil belajarnya meningkat,
maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan
suatu harapan hasilnya akan terus meningkat.
g) Pujian
Apabila
ada
siswa
yang
sukses
yang
berhasil
menyeleseikan tugas dengan baik, perlu di berikan pujian.
Pujian ini adalah reinforment yang positif yang sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian
ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan
pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan
dan
mempertinggi
gairah
belajar
serta
sekaligus
akan
membangkitkan harga diri.
h) Hukuman
Hukuman sebagai reinforment negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak biasa menjadi alat motrivasi.
Oleh karena itu guru harus memahami perinsip-perinsip
hukuman.
i) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk
belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j) Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat
erat hubunganya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena
adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat
merupakan alat motivasi yang pokok. Proses mengenai minat ini
antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang baik.
c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh
siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab
dengan memahami tujuan yang dicapai, karena dirasa sangat
berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk
terus belajar (Sardirman, 1994: 91-95).
Dari paparan di atas tentang bentuk-bentuk motivasi di
sekolah penulis dapat menyimpulkan bahwa cara dan jenis untuk
menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Antara lain
dengan cara memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego
involment, memberi ulanagan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,
hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. Macam-macam
bentuk cara untuk menumbuhkan motivasi di sekolah tersebut
kadang-kadang tepat untuk dilakukan tapi kadang juga tidak tepat
untuk dilakukan. Oleh karena itu guru harus hati-hati dalam
menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar anak
didik. Sebab mungkin maksudnya memberi motivasi tetapi malah
tidak menguntungkan bagi perkembangan siswa.
5.Hasil atau Prestasi Belajar
Menurut Arifin, kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu
prestati yang artinya hasil usaha. Kata prestasi dapat digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan
pendidikan khususnya pengajaran. Dengan kata lain, yang dimaksud
prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai siswa terhadap
sejumlah materi tertentu dalam rangka memperoleh suatu perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan, maupun perubahan sikap (1988:2-3).
Dalam dunia pendidikan prestasi belajar adalah suatu hal yang
mutlak untuk dicapai. Hal itu dikarenakan tolak ukur sebuah proses belajar
mengajar dapat dilihat dari prestasi yang dihasilkan siswa. Namun tidak
semua siswa mampu berprestasi secara maksimal seperti yang diharapkan
guru dan orang tua. Menurut Arifin (1988: 3-4) prestasi belajar
mempunyai berbagai fungsi utama, antara lain:
a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai siswa.
b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
instuitusi pendidikan.
e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
Ada berbagai hal yang menyebabkan siswa kurang berprestasi,
diantaranya adalah televisi, ekonomi, kebobrokan keluarga, jumlah siswa
yang kelas yang besar, tidak adanya integrasi sosial, tidak cukup waktu
untuk pelajaran di kelas, kekurangan dana, dan disiplin yang rendah
(Rimm, 1997:03).
Untuk meningkatkan prestasi belajar di sekolah diperlukan usaha
yang berkesinambungan dari guru. Merencanakan dan menciptakan suatu
situasi belajar baik di sekolah maupun di rumah. Belajar memerlukan
situasi yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa agar
memungkinkan terjadinya pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif.
Dilihat dari berbagai fungsi prestasi belajar di atas bahwa sangat
penting mengetahui prestasi belajar anak didik baik secara individual
maupun secara kelompok.
Menurut Norman E. Gronlund (1977), mengemukakan bahwa
prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut (Azwar, 1987:1619):
a) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara
jelas sesuai dengan tujuan intruksional.
b) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang reprensetatif dari hasil
belajar dan dari materi yang dicakup oleh program pengajaran.
c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang di inginkan.
d) Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan
hasilnya.
e) Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan kemudian harus
ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati.
f)
Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa.
Berdasarkan prinsip di atas akan diperoleh hasil atau prestasi
belajar siswa dalam bentuk angka.
B. Tinjauan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum
Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata Pelajaran Agama Islam
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati Sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar
pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan ( Depag,
2004: 64).
Menurut Hanafi kata sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu kata
syajarah dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai
akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah. Pengertian estimologi
ini mempengaruhi seseorang untuk melihat sejarah secara figuratif sebagai
pohon yang mempunyai akar yang berfungsi untuk memperkuat berdirinya
batang pohon dan sekaligus untuk menyerap air dan makanan yang
dibutuhkan demi keberlangsungan pertumbuhan pohon tersebut.
Sebagaimana pohon, sejarah, yang sering dipahami sebagai cerita
masa lalu, mempunyai akar yamg menjadi asal mula asal peristiwa atau
sumber kejadian yang begitu penting sampai dikenang sepanjang waktu.
Akar pohon yang baik akan menumbuhkan batang yang besar, kokoh, dan
tinggi yang dibarengi dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun, bunga,
dan buah yang bermanfaat bagi manusia. Begitu juga dengan sejarah,
kalau sejarah suatu peristiwa itu mempunyai titik awal atau dasar yang
baik maka akan melahirkan budaya beserta cabang-cabangnya, seperti
ekonomi, politik, bahasa, dan pengetahuan, yang pada akhirnya
membuahkan karya seni dan tegnologi yang bermanfaat bagi manusia.
Dari penjelasan di atas, Sejarah Kebudayaan Islam bisa dipahami
sebagai berita atau cerita peristiwa masalalu yang mempunyai asal-muasal
tertentu. Peristiwa menjelang Nabi Muhammad Saw lahir dan diutus
sebagai Rosul adalah asal-muasal Sejarah Kebudayaan Islam. Dari akar ini
tumbuh batang sejarah yaitu masa paska wafatnya Nabi Muhammad Saw
yaitu masa Khalifah Al Rhosidun. Batang terus tumbuh dan akhirnya
melahirkan cabang baik pemikiran, seperti Syiah, khawarij, Murjiah, dan
Ahli sunah, atau kekuasaan, seperti, Dinasti Umayah, Dinasti Abassiah,
Dinasti Fatimiyyah, dan seterusnya.
Semua peristiwa baik yang menyangkut pemikiran, politik,
ekonomi, teknologi, dan seni dalam sejarah Islam disebut sebagai
kebudayaan. Jadi, kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta orangorang Muslim. Kata Islam pada sejarah kebudayaan Islam bukan sekedar
menunjukan bahwa kebudayaan itu dihasilkan oleh orang-orang Muslim
melainkan sebagai rujukan sumber nilai. Islam menjadi nilai kebudayaan
itu. Ini juga berarti kebudayaan Islam adalah hasil karya, cipta, dan rasa
manusia yang menafsirkan agamanya dari waktu kewaktu. Oleh karena itu
sejarah kebudayaan Islam sama dengan sejarah kebudayaan lainya pada
umumnya, yaitu bersifat dinamis. Perbedaanya terletak pada sumber
nilainya (2009:04).
2. Tujuan Dan Fungsi
Adapun tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai
berikut:
a) Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan Kebudayaan Islam
kepada para peserta didik.
b) Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah.
c) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak
mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada.
d) Membekali
peserta
didik
untuk
membentuk
kepribadianya
berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang
luhur.
Adapun fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai
berikut :
a) Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan
menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang
memedai tentang Islam dan kebudayaannya.
c) Fungsi tansformasi
Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting
dalam rancang transformasi masyarakat (Depag, 2004:64-65).
Dari penjelasan tentang tujuan dan fungsi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan contoh teladan yang baik bagi umat
Islam terutama pada peserta didik dan merupakan sumber sari’ah yang
besar. Dalam ranah yang lain pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan
patriotisme dan menambah wawasan yang luas dalam ilmu pengetahuan.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Menurut Sholikin sejarah dianggap salah satu bidang study
pendidikan agama. Yang dimaksud dengan sejarah ialah study tentang
riwayat hidup Rosulullah Saw, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi
petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan
yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosial (1999:215).
Dalam kurikulum ini Sejarah Kebudayaan Islam dipahami sebagai
sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan (History of Islam and
Islamic Culture). Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan
sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah
perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam. Aktor
sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahabat dan kholifah, ulama,
intlektual
dan
filosof.
Faktor-faktor
sosial
dimunculkan
guna
menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang Sejarah Kebudayaan
Islam (Depag, 2004:65).
Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
a) Sejarah masyarakat Arab, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad Saw.
b) Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahanya dalam berdakwah, kepribadian Nabi
Muhammad Saw, Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thaif, Peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
c) Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsib, Keperwiraan Nabi
Muhammad Saw, peristiwa Fathul Mekkah, dan peristiwa akhir hayat
Rosulullah Saw.
d) Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin.
e) Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masin-masing
(Hanafi, 2009: 87).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam dapat dipahami sebagai sejarah
tentang agama Islam dan kebudayaan. Oleh karena itu kurikulum ini tidak
saja menampilkan sejarah kekuasaan tetapi juga diangkat sejarah
perkembangan ilmu agama, sains dan tegnologi Islam beserta aktor-aktor
sejarah yang meliputi nabi, sahabat, kholifah, ulama, intlektual dan filosof,
dan tidak kalah ketinggalan tentang munculnya faktor-faktor sosial, yang
dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan dan menambah
wawasan ilmu bagi para peserta didik.
4. Setandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Ibtidaiyah.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan dikembangkan berdasarkan
tujuan Setiap pendidikan. Adapun Setandar Kompetensi Lulusan Satuan
Pendidikan (SKL-SP) SD/MI/SDLB/Paket A selengkapnya adalah:
a) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
b) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkunganya.
d) Menghargai keberagamaan agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi di lingkungan sekitar.
e) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis,
dan kreatif.
f) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif, dengan
bimbingan guru/pendidik.
g) Menunjukan rasa keingin tahuan yang tinggi dan menyadari
potensinya.
h) Menunjukan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
i) Menunjukan kemamampuan mengenali gejala alam dan sosial di
lingkungan sekitar.
j) Menunjukan kecintaan dan kepedulianya terhadap lingkungan.
k) Menunjukan kecintaan dan kebanggaan terhadap Bangsa, Negara, dan
Tanah air Indonesia.
l) Menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya
lokal.
m) Menunjukan kebudayaan hidup bersih. Sehat, bugar, aman, dan
memenfaatkan waktu luang.
n) Berkomunikasi secara jelas dan santun.
o) Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong menjaga diri sendiri
dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya.
p) Menunjukan kegemaran membaca dan menulis.
q) Menunjukan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis,
dan berhitung (Hanafi, 2009: 84-85).
Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Setandar
Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah ini dilakukan dengan cara
mempertimbangkan dan me-review Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Setandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Mentri Pendidikan
Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Setandar Isi (SI) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam aspek Sejarah Kebudayaan Islam untuk SD/MI,
serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor:
DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006, tentang Pelaksanaan
Setandar Isi, yang intinya bahwa Madrasah Ibtidaiyah dapat meningkatkan
kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang
lebih tinggi (Hanafi, 2009: 86).
Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik
selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah.
Kemampuan ini berorentasi pada aspek afektif dengan dukungan
pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan
kepada Allah Swt.
Kemampuan-kemampuan dasar yang tercantum dalam komponen
kemampuan dasar ini harus merupakan penjabaran dari kemampuan dasar
umum yang harus dicapai di Madrasah Ibtidaiyah adalah:
a) Kemampuan mengenal, mengidentifikasi sejarah masyarakant Arab
pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan nabi Muhammad,
serta dapat mengambil ibrahnya.
b) Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad Saw,
dan para sahabatnya serta mengenal pribadinya, mengidentifikasi
peristiwa isra’ mi’raj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw, ke thoif,
dan dapat mengambil hikmah serta mampu meneladani kesabaranya.
c) Kemampuan mengenal mengidentifikasi peristiwa hijrah Nabi
Muhammad Saw ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan
meneladani kesabaranya, keperwiraanyadan peristiwa fathul mekah,
serta menghayati perisriwa wafatnya Rosulullah Saw.
d) Kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif
sejarah Khulafaur Rasyidin (Depag, 2004:65).
Dari penjelasan di atas tentang Setandar Kompetensi Lulusan
untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa secara subtansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayan Islam,
yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik.
5. Setruktur dan Jenis materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Materi pembelajaran (intruksional materials) adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai Setandar Kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan(fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. (Hanafi, 2009: 131).
Berikut ini adalah struktur dan jenis materi Sejarah Kebudayaan
Islam menurut Hanafi :
a) Fakta
Sejarah secara umum berisi data-data yang berhubungan dengan
peristiwa masa lampau. Data-data sejarah ini adalah fakta yaitu segala
sesuatu yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Fakta-fakta sejarah
meliputi nama-nama orang, peristiwa, tempat, atau benda-benda
bersejarah lainya.
b) Konsep
Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang
bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi defenisi-defenisi,
pengertian, cirri khusus, hakikat, ini dan sebagainya.
c) Prinsip
Komponen ini merupakan hal utama dari mata pelajaran yang berisi
hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil,
rumus, adagium, postulat, paradigm, teorema, serta hubungan antara
konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat.
d) Prosedur
Untuk kasus mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, prosedur bisa
berupa kronologi atau rentetan suatu perisriwa.
e) Sikap atau nilai
Ini merupakan struktur materi afektif yang berisi aspek sikap dan nila,
misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat
minat belajar dan bekerja.
C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran.
1. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Menurut Hanafi, proses balajar yang terjadi pada seseorang atau
diri anak untuk mencerna berbagai bentuk pengetahuan sangat rumit.
Proses itu tidak terjadi sekaligus, melainkan secara bertahap dan
berkembang
terus-menerus
selangkah
demi
selangkah.
Waktu,
kematangan, kesiapan mental peserta didik, lingkungan belajar dan
penguasaanya. Yang tidak kalah berpengaruh adalah metode atau cara
melakukanya (2009: 195).
2.Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan
(Depdinas, 2007:740).
Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya
memengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat, pembelajaran
siswa. Akibat mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa
akan belajar atau mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efesien
(Uno, 2006).
Hanafi juga berpendapat, metode adalah cara mendapatkan
sesuatu. Sedangkan apa yang dimaksud metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mmencapai
tujuan pembelajaran. Akan tetapi, tidak sedikit kesempatan anda akan
menjumpai bahwa metode disejajarkan atau dianggap dengan setrategi,
dengan demikian kedua kata tersebut bisa dipahami secara bergantian
(2009:195).
Dari penjelasan di atas tentang metode pembelajaran penulis
dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan metode
dalam pendidikan yang berperan sebagai cara atau rencana yang sudah
tersusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mengajar kepada
siswa atau peserta didik, yang kemudian cara itu bertujuan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Metode atau teknik mengajar ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini
diharapkan tumbuh berbagai kegitan belajar siswa sehubungan dengan
kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interksi edukatif.
Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing,
sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan
dengan guru. Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode
yang menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudiana:76) (wahid,
2002:07).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
metode atau teknik mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau
pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang
dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak
aktif dalam kelas dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode
mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan
belajar siswa.
Ahli pendidik sependapat bahwa tidak ada satu metodepun yang
dipandang paling baik, karena baik tidaknya metode mengajar sangat
tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan jiwa peserta
didik, fasilitas penunjang, kesanggupan individu dan lain-lain. Dan atas
dasar itu, maka kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan pendekatan
yang sederhana sampai kompleks. Atas dasar itu, maka metode mengajar
yang dipahami oleh guru ada yang didasarkan atas praktek-praktek
empiris, pendapat ahli, petunjuk orang lain dan bahkan spekulasi saja.
Oleh karena banyak menonjolkan aspek seni dalam mengajar maka gaya
mengajar seseorang tidak dapat dituangkan dalam format khusus
(Damin, 1995:34) (wahid, 2002:07).
Dari penjelasan di atas penulis dapat memberi kesimpulan bahwa
tidak ada satu metodepun yang dipandang baik atau sempurna, karena
baik tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan
pengajaran, materi yang diajarkan, jiwa peserta didik, fasilitas
penunjang, kesanggupan individu dan lain-lain. Oleh karena itu maka
kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan pendekatan yang sederhana
sampai komplek.
3. Metode-metode Sejarah Kebudayaan Islam Yang Efektif
a. Examples Non Examples (Contoh berupa Gambar).
Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan
menggunakan contoh-contoh berupa gambar. Banyak fakta baik
dalam bentuk barang, benda, dokumen, dan gambar yang tidak lagi
dapat ditemui. Oleh karena itu, untuk membuat peristiwa-periatiwa
bersejarah terpelihara tidak hanya dalam bentuk laporan verbal, perlu
juga kiranya dihadirkan gambar-gambar yang biasa menghantarkan
pikiran seseorang untuk memasuki masa lampau tersebut. Meskipun
gambar itu tidak begitu representif, paling tidak ada bentuk, jenis,
atau kualitas-kualitas tertentu yang mempunyai unsur kesamaan
(Hanafi, 2009:196 ).
b.
Time line (Garis Waktu).
Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang di
dalamnya menyajikan kronologi terjadinya peristiwa-periatiwa.
Dengan metode ini peserta didik biasa melihat urutan kejadiankejadian dan akhirnya biasa menyimpulkan hukum-hukum seperti
sebab-akibat dan bahkan biasa meramalkan apa yang akan terjadi
dengan bantuann penguasaan Time line beserta rentetan peristiwanya
(Hanafi, 2009:199).
c.
Concept Map (Peta Konsep).
Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendiskripsikan
gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada
kelenturan dan kemudahan pembuatanya. Penyampaian materi
dengan peta konsep akan lebih memudahkan siswa untuk mengikuti
dan memahami alur sejarah dan memahami secara menyeluruh.
Peserta didik nantinya akan membuat kaitan antara satu konsep
dengan lainya. Peta konsep bertujuan untuk membantu siswa untuk
mengembangkan proses berfikir (Hanafi, 2009:200).
d.
Storyboard Telling (Papan Cerita).
Papan cerita adalah metode yang di dalamnya menyampeikan
materi Sejarah Kebudayaan Islam secara kronologis (berurutan)
karena kronologi adalah termasuk karakteristik sejarah. Metode ini
adalah menggabungkan antara peta konsep, Time line, dan narasi
(bercerita) yang fungsinya adalah untuk membantu memaparkan
sejarah (Hanafi, 2009:202).
e.
Word Square (Kotak Kata).
Word Square merupakan permainan yang akhir-akhir ini
banyak digemari banyak orang seperti halnya Shudoku. Bahkan
banyak siswa yang asyik main shodoku atau word squere saat guru
penuh semangat menyampaikan materi. Oleh karena itu, alangkah
baiknya kalau memanfaatkan game atau permainan yang biasaa
mengajak otak untuk terus bekerja ini sebagai metode pembelajaran
(Hanafi, 2009:204)
f.
Daftar Terfokus.
Metode
ini
menggunakan daftar
yang
memfokuskan
perhatian peserta didik pada butir-butir penting yang dipelajari dan
membantu guru menilai tingkat keterampilan dan penguasaan
mereka mengambarkan butir-butir itu. (Hanafi, 2009:206).
g.
Scramble (Kata Acak).
Scramble atau acak kata merupakan permainan yang
digemari oleh semua orang tidak hanya anak-anak karena permainan
ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun
kata atau frase (Hanafi, 2009: 207).
4. Tinjauan Tentang Metode Scramble.
a. Pengertian Scramble (kata acak).
Scramble merupakan permainan yang digemari oleh semua
siswa, tidak hanya anak-anak karena permainan ini melibatkan
kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase.
Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk berfikir secara aktif
dengan materi (kata acak) yang ada. Peserta didik dianjurkan untuk
jawaban yang kata-katanya teracak. Permainan ini sangat baik untuk
mengembangkan daya pikir tinggi peserta didik. Dengan cara-cara
seperti ini fakta-fakta sejarah yang tua dan jauh terasa segar dan
dekat dengan peserta didik (Hanafi, 2009:207).
Dari penjelasan di atas tentang metode scramble penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa motode ini cocok untuk materimateri yang membutuhkan daya ingat, misal mengingat fakta-fakta
dalam sejarah yaitu nama-nama tokoh, daerah, Negara, waktu atau
istilah-istilah yang sulit dan lain-lain, dan materi-materi tersebut
banyak terdapat dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan. Hampir
semua materi dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdapat
pengetahuan tentang fakta-fakta dalam sejarah, yang menjelaskan
suatu peristiwa misalnya materi tentang mengenal sejarah kelahiran
Nabi Muhammad, memahami tentang keperwiraan nabi Muhammad
dalam materi perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan
tentang Kholifah. Selain materi dilakukan dengan ceramah maka
penulis mencoba membubuhkan permainan scramble kedalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam khususnya dalam penelitian
ini dalam materi Perang Badar yang bertujuan agar susana kelas
tidak hanya statis tapi juga lebih refres dan menyenangkan sehingga
siswa lebih perhatian dan termotivasi dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Langkah-langkah metode Scramble (Hanafi, 2009: 207):
1) Persiapkan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
2) Buat jawaban yang diacak hurufnya.
3) Sajikan materi dengan menggunakan kompetensi-kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik.
4) Bagikan lember kerja sesuai contoh.
Tabel 2
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan kolom A! (Hanafi, 2009: 2
NO
A
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sebelum hijrah ke Madinah
sebagian sahabat Muhammad
Saw melakukan hijrah ke
Nama raja yang menerima
rombongan sahabat yang hijrah
ke kerajaanya adalah
Nama kota Madinah sebelum
hijrah
Sahabat yang menggantikan
tempat Nabi Muhammad Sai atas
tempat tidur menjelang hijrah
Sahabat yang menemani Nabi
hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Tempat yang di singgahi nabi
dan menjadi tempat
persembunyianya.
B
G U T A R U S. . .
ASAK ABU BIN RABINTA . . .
UENG . . .
IHANRUMI…
SA. . .
UQA . . .
NO
7.
8.
9.
10.
A
B
Masjid yang pertama kali
dibangun nabi dan sahabatnya
setiba di Madinah.
Gadis yang mengirim makaan
saat nabi dalam perjalanan hijrah
ke Madinah.
Salah satu suku Madinah
ILABI TALIBAN. . .
Nama kelompok sahabat yang
hijrah ke madinah.
ABARAKU . . .
BISYITAR . . .
BAHASYAH . . .
b. Tujuan Metode Sramble (Acak kata)
1) Membina penguasaan vocabeleri untuk bidang bahasa inggris
(Soeparno, 1988:75). Sedangkan dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
bertujuan untuk mempermudah para
siswa/peserta didik untuk menghafal kata-kata yang sulit atau
catatan-catatan yang penting. Seperti untuk mengingat nama
tokoh-tokoh, daerah-daerah atau tempat-tempat bersejarah dan
sebagainya dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
2) Scramble merupakan salah satu dari permainan bahasa. Yang
bertuajuan untuk membangkitkan kembali kesegaran belajar
siswa yang mulai melesu. Dan sikap kompetitif yang ada dalam
permainan, dapat mendorong siswa berlomba-lomba maju.yang
tak kalah menarik dari permainan ini adalah materi yang
komunikasikan lewat permainan bahasa biasanya berkesan,
sehingga sukar dilupakan (Soeparno, 1988:75).
3) Permainan Scramble bertujuan untuk mengasah siswa dalam
ranah koknitif (Hanafi,2009:196).
4) Permainan secramble bertujuan untuk mengembangkan daya
fikir tinggi peserta didik dan mendorong peserta didik untuk
berfikir secara aktif dengan materi (Kata acak) yang ada.
Sehingga fakta-fakta sejarah yang tua dan jauh terasa Segar dan
dekat dengan peserta didik (Hanafi, 2009:207).
c. Kelebihan Metode Secramble (Kata acak) Menurut Hanafi dan
Seoparno :
1) Menurut Hanafi Scramble merupakan permainan yang digemari
oleh semua orang tidak hamya anak-anak karena permainan ini
melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun
kata atau frase.
2) Metode ini bisa disampaikan di awal pembelajaran selama Lima
menit sehingga akan mengrifreskan suasana dan fikiran peserta
didik. (2009:208).
3) Menurut Soeparno selain untuk menimbulkan kegembiraan dan
melatih keterampilan tertentu, permaian ini dapat memupuk rasa
solidaritas (terutama permainan beregu).
4) Metode permainan ini dapat dipahami dalam mmbangkitkan
kembali kegairahan belajar siswa yang mulai melesu.
5) Lewat permainan ini materi biasanya dikemas menjadi
mengesankan sehingga sukar di lupakan (2009:64).
d. Kekurangan
Metode
Scramble
(
Kata
acak)
Menurut
Soeparano:
1) Tidak semua materi pelajaran dapat dikomunikasikan melalui
metode permainan.
2) Permainan scramble biasanya menimbulkan suasana gaduh. Hal
tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan.
3) Banyak yang memperlakukan permainan ini sebagai kegiatan
untuk mengisi waktu kosong saja.
4) Permainan ini banyak mengandung spekulasi. Siswa yang yang
menang dalam suatu parmainan atau berhasil dalam permaian ini
belum dapat dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut lebih pandai
dari pada siswa yang lain.
5) Jika permainan ini belum pernah di kenalkan pada siswa, maka
siswa akan merasa canggung dan kesulitan dalam melakukan
permainan ini (Soeparno, 1988:64).
Pentingnya untuk diperhatikan dalam memilih, menetukan, dan
mempraktekkan metode pembelajaran bahwa tidak ada satu metode
yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Metode yang baik
ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode
itu dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis materi.
Ukuranya baik tidaknya metode adalah terletak pada seberapa efektif
metode itu dipahami untuk menghantarkan peserta didik menguasai
kompetensi yang ditentukan (Hanafi, 2009: 196).
Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
sangat penting untuk memperhatikan dalam memilih, menetukan, dan
mempraktekkan metode pembelajaran bahwa tidak ada satu metode
yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Karena Metode yang
baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian
metode itu dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis
materinya. Penulis mencoba tertarik dengan metode Scramble untuk
mata pelajran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar.
Kerena metode Scramble dipandang cocok dalam pembahasan materi
Sejarah
Kebudayaan Islam pada
Perang
Badar
walau
tanpa
menghilangkan unsur ceramah dan cerita di dalamnya, karena metode
ini hanya tambahan agar suasana lebih menggembirakan. Hal itu
ditunjang karena metode scramble adalah metode yang dikemas seperti
permainan yang cocok untuk semua orang khususnya untuk anak-anak.
Dan permainan secramble ini bertujuan untuk mengembangkan daya
fikir tinggi peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berfikir
secara aktif dengan materi (Kata acak) yang ada. Sehingga fakta-fakta
sejarah yang tua dan jauh terasa segar dan dekat dengan peserta didik.
Pendapat di atas dipertegas oleh pendapatnya Hanafi, banyak
metode
pembelajaran
yang
biasa
digunakan
untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya ceramah,
demontrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan,
brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Dari sekian banyak
metode yang biasa dilakukan diruang belajar adalah metode ceramah(
lecturing). Metode ini sangat dominan dalam statregi pembelajaran
Ekspositori dengan model Direct Instruction dalam paradigma belajar
Teacer-center, pembelajaran berpusat pada guru.
Metode Ceramah bisa jadi sangat intertaining atau menghibur di
kelas tetapi ia kurang bisa melibatkan peserta didik untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran, bukan berarti Ceramah harus ditinggalkan. Ia
masih bisa dipakai dalam model pembelajaran dengan syarat harus
dimodifikasi dengan metode-metode lain yang melibatkan keaktifan
dan keterlibatan siswa (Hanafi, 2009:210).
BAB III
GAMBARAN UMUM MI THOLABIYAH
TEGARON, KEC BANYUBIRU KAB SEMARANG
A. Gambaran situasi umum MI Tholabiyah
1. Profil MI Tholabiyah
MI Tholabiyah adalah salah satu lembaga pendidikan yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakant Desa Tegaron Kec.
Banyubiru Kab. Semarang sejak tahun 1957. Sebagai lembaga yang telah
lama berdiri atas prakansa dan bimbingan ulama serta tokoh masyarakant
Nahdliyin setempat telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan
beragama di Desa Tegaron khususnya dan masyarakant sekitar pada
umumnya, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan pada
anak didiknya dan aktif dalam upaya mencerdaskan anak bangsa.
2. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah
Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan
pendidikan secara umum, maka Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron
dijabarkan melalui, Visi dan Misi.
Visi : Membangun madrasah yang berkualitas, kuat serta mandiri demi
terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang IPTEK
dan
imtaq berdasar faham ahli sunah wal jama’ah.
Misi : Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, mengupayakan
keunggulan yang bersifat menyeluruh, yaitu dalam bidang
pemahaman
nilai-nilai
agama,
intelektuial
serta
mencintai
kebenaran, keadilan, kejujuran dan keindahan untuk menjawab
kebutuhan masyarakant.
Tujuan Utama Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah adalah:
a. Membentuk manusia yang beriman kepada Allah SWT.
b. Memberikan kemampuan dasar tentang pengetahuan agama Islam dan
pengamalannya.
c. Memberikan bekal kemampuan dasar Baca, Tulis, Hitung serta
pengetahuan dan keterampilan bagi siswa
d. Mengembangkan kemampuan intelektual, akanl, fikir dan daya nalar yang
bertanggung jawab.
e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya
yang mempunyai kepedulian kepada sesama dan lingkungannya serta
mempunyai kepekaan sosial
3. Identitas Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah Tegaron
a. Nomor Statistik
: 111233220082
b. Alamat
: Dsn Tegaron. Kec Banyubiru, Kab
Semarang.
c. Status
: Terakriditasi C
d. Waktu Pendidikan
: Pagi
4. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru
Kab Semarang adalah sebagai berikut:
Bagan .1
Struktur Organisasi
MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyubiru Kab Semarang
Tahun ajaran 2010/2011
YPIB
(Yayasan Pendidikan Islam Bustanuth Tholibin)
Kepala Madrasah
Komite Madrasah
Tata Usaha
Wali
Kelas
Guru I
Kelas 1
Wali
Kelas
Guru II
Kelas 2
Waka Madrasah
Wali
Kelas
GuruIII
Kelas 3
Wali
Kelas
GuruIV
Kelas 4
Bendahara
Wali
Kelas
Guru V
Kelas 5
SISWA
Keterangan :
Ketua yayasan
: K. Mahfud
Komite Madrasah
: Nur Arifin
Kepala Madrasah
: Aziz Sulton A S.Hi
Wakil Kepala Madrasah
: M Nurhokhim S.Ag
Tata Usaha
Bendahara
: Khurmen
: Siti Mukaromah S.Pd i
Guru Kelas 1
: Anik Sri Haryati S.Ag
Guru Kelas 2
: Siti Mukaromah S.Pdi
Guru Kelas 3
: Nur Hamidah A.ma
Guru Kelas 4
: Ana nurjanah S.Pdi
Guru Kelas 5
: M Nurhokhim S.Ag
Guru Kelas 6
: Etin Martiningrum
Wali Kelas
VI
Guru
Kelas 6
Guru Mapel
: Budi Santoso S.Pdi
Guru Mapel
: Ali Mahfud
5. Keadaaan Guru MI Tholabiyah
Jumlah guru yang mengajar di MI Tholabiyah Tergaron Kec
Banyubiru Kab Semarang seluruhnya ada 10 guru. Selain bertugas secara
aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan guru juga bertanggung jawab
terhadap program ekstra kirukuler.
Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Tholabiyah Tegaron
Kec Banyubiru Kab Semrang biasa dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah
Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011
NO
Nama
Ijazah
Jabatan
L
SI
Ke.Mad
Haryati Semarang,11-11-1975
P
SI
Guru
Mukaromah Semarang, 21-10-1980
P
SI
Guru
1.
Aziz Soulton .SHi
2.
Anik
Sri
TempatTgl Lahir
L/P
Semarang,15-05-1975
S.Ag
3.
Siti
S.Pdi
4.
Nur Hamidah A.Ma
Semarang, 21-08-1975
P
DII
Guru
5.
Ana Nur Janah S.Pdi Semarang, 25-09-1975
p
SI
Guru
6.
M Nurhokhim
L
SI
Guru/Waka
Semarang, 19-07-1977
7.
Ettin Martiningrum Semarang, 10-03-1974
P
SI
Guru
S.Ag
8.
Budi Santoso S.Pdi
Semarang, 14-10-1982
L
SI
Guru
9.
Ali Mahfud
Semarang, 18-05-1982
L
SI
Guru
10.
Khurmen
Semarang, 03-04-1963
L
SI
Tata Uasaha
6. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik merupakan subyek didik yang perlu dipahami dan
dipertimbangkan dalam kebijaksanaan proses belajar mengajar. Potensi
tingkat motivasi dalam belajar akan sangat menentukan proses pelaksanaan
dan keberhasilan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, secara rinci jumlah
peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4
Keadaan Peserta Didik Menurut Tingkatan Kelas
MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun Ajaran
2010/2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelas
I
II
III
IV
V
VI
Jumlah Total
Siswa Putra
6
18
7
7
11
9
58
Siswa Putri
9
11
19
15
7
10
71
Jumlah
15
29
26
22
18
19
129
7. Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang
Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang disahkan oleh Kepala MI Tholabiyah
Tegaron, diketahui oleh Komite Madrasah dan Kepala Kantor Departemen
Agama Kabupaten Semarang. Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron Kec
Banyubiru terdiri dari 6 bab.
Bab I, terdiri dari Rasional, Landasan Hukum, Pengertian KTSP,
Silabus, RPP, dan KKM.Bab II, terdiri dari SKL, Visi dan Misi Madrasah,
dan Tujuan Madrasah. Bab III, terdiri dari Struktur kurikulum, Muatan
Kurikulum, dan Beban belajar. Bab IV, terdiri dari KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), KKK (Kriteria Kenaikan Kelas), dan KL (Kriteria
Kelulusan). Bab V, berisi tentang kalender pendidikan dan bab VI, berisi
lampiran-lampiran tentang profil madrasah, SK tim penyusun kurikulum,
SK KKM, SK KKK, SK KL, SK Pembagian tugas guru.
Penulis akan menyajikan data yang belum disajikan serta berhubungan
dengan penelitian yang dilakukan yaitu KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal) MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang.
Tabel 5
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) per Mata Pelajaran
MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang.
No
A
1.
Komponen
MAPEL
Pendidikan Agama
a. Al-Qur’an Hadits
b. Aqidah Akhlak
c. Fiqih
KKM
I
II
III
IV
V
VI
Pendekan Tematik
Pendekan Mapel
65
67
70
65
67
70
65
67
70
67
68
70
68
68
70
68
70
70
2
3
4
5
6
7
8
9
10
B
d. SKI
PKn
Bahasa Indonesia
Bahasa Arab
Matematika
IPA
IPS
SBK
Penjasaorkes
Muatan Lokal
a. Bahasa Jawa
b. Bahasa Inggris
c. BTQ
d. Ke-NU-an
Pengembangan Diri
a. Drumband
b. Pramuka
c. Olahraga
d. Komputer
e.Menari
f.Tilawatil Qur’an
g. Rebana
h.Madrasah Diniah
i.Pesantren Kilat
60
60
60
60
60
60
65
50
60
C
C
C
C
C
C
C
C
C
60
62
60
60
60
65
65
55
60
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Sumber:
62
65
60
62
60
65
65
60
65
C
C
C
C
C
C
C
C
C
60
65
66
60
60
65
60
70
65
60
55
67
60
C
C
C
C
C
C
C
C
C
Kurikulum
60
65
66
60
60
65
60
70
65
60
60
68
60
C
C
C
C
C
C
C
C
C
MI
Tholabiyah
8. Sarana Dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah
a. Kepemilikan Tanah Dan Sarana Fisik
MI Tholabiyah berdiri di atas tanah seluas 6.856 m2, dengan status
tanah Bersertifikat Tanah Wakaf. Luas Bangunan 294 m2. Dengan
jumlah bagnunan gedung sebagai berikut:
1)
Ruang Kelas
: 6 lokal
2)
Ruang Kantor
: 1 lokal
3)
Ruang Perpustakanan
: 1 lokal
4)
Ruang Mushola
: 1 lokal
60
65
67
60
60
65
60
70
65
60
60
70
60
C
C
C
C
C
C
C
C
C
5)
Ruang Komputer
: 1 lokal
6)
Ruang UKS
: 1 lokal
7)
Ruang WC
: 2 lokal
8)
Ruang Gudang
: 1 lokal
b. Sarana Fisik Pendukung sebagai berikut :
1. Asrama Putri
: 3 lokal
2. Asrama Putra
: 8 lokal
3. Ruang Serba Guna/AULA
: 1 lokal
Kondisi Funiture
1. Meja dan kursi murid
2. Meja dan kursi guru
3. Papan tulis dan almari kelas
Cukup tersedia dan dalam kondisi baik.
c. Perlengkapan Administrasi Dan Alat Belajar Siswa
1. Komputer
: 9 unit
2. Mesin ketik
: 1 unit
3. Printer
: 3 unit
4. Televisi 29 inch : 1 unit
5. Kalkulator
: 10 unit
d. Perlengkapan Olahraga
1. Bola Volly
2. Bola Basket
3. Tenis Meja
4. Badminton ( bulu tangkis )
5. Kasti
e. Kegiatan Ekstra Kurikuler
1. Pesantren Kilat pada Bulan Ramadhan
2. Madrasah Diniyah Komplemen pada hari Senin s/d Kamis
3. Kepramukaan pada tiap hari Jum’at
4. Komputer pada tiap hari Rabu dan Kamis
5. Drumband pada tiap hari Sabtu
6. Rebana pada tiap hari Sabtu
7. Seni Tilawatil Qur’an pada tiap hari Jum’at
8. Menari pada tiap hari Kamis
B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Tholabiyah
Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang pada tanggal 22 Juli sampai
tanggal 31 Juli 2009 pada semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 pada
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pokok bahasan Perang
Badar. Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron
Kec Banyubiru Kab. Semarang, yakni berjumlah 18 siswa tahun pelajaran
2010/2011. Yang terdiri dari 11 laki-laki dan 7 perempuan. Peneliti
memilih peserta didik kelas V karena dengan pertimbangan anak sudah
mulai matang cara berfikirnya sehingga akan lebih mudah menerima
pelajaran dengan metode yang berfariasi.
Gambaran tentang lokasi penelitian menjadi penting karena
perilaku siswa memiliki keterkaitan dengan lingkungan mereka. Dengan
bekal pemahaman latar belakang secara memadai akan membantu dalam
pengenalan terhadap lahirnya sesuatu kemampuan dalam penguasaan
materi.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan (planing)
Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan perangkat
pembelajaran, dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran
terdiri dari pengembangan silabus, sistem penilaian, perencanaan
untuk membentuk kelompok dengan menarik yaitu pembentukan
kelompok sesuai lotre angka dan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan dengan sekenario program pembelajaran.
Persiapan instrumen pembelajaran yang dimaksud adalah
mempersiapkan lembar jawab dengan metode scramble (kata acak)
sebagai instrumen tes dan lembar observasi yang digunakan untuk
melakukan pengamatan dan penilaian keberhasilan siswa dalam
penguasaan
kompetensi
dasar
meneladani
keperwiraan
Muhammad Saw dalam membina masyarakat Mekkah.
2. Pelaksanaan Tindakan
Nabi
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2010 di
kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Langkah-langkah tindakan pembelajaran:
Pelaksanaan Tindakan (action)
a. Kegiatan awal ( + 5 menit)
1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran
dengan berdoa bersama-sama.
2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
b.
Mengadakan appersepsi,
c. Kegiatan inti (+ 35 menit)
1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan cara melotre
angka. Megajak siswa untuk menghitung angka satu sampe tiga
secara beruntun, kmudian yang yang mendapat angka 1 bergabung
dengan kelompoknya yang menyebut angka 1, yang angka 2 dan 3
juga mengikuti sehingga dapat membentuk 6 kelompok.
2) Guru menjelaskan materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan
mencatatatkan poin-poin utama yang menjadi kunci dalam materi
perang Badar.
3) Diskusi kelompok tentang perang Badar dan mencatat hal-hal yang
penting dalam materi perang Badar.
4) Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa, berdasarkan nomor
urut presensi peserta didik.
5) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan
dibantu oleh guru.
d. Kegiatan akhir (+ 30 menit)
1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan
scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa.
2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan
merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang
benar.
3) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru
meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di
papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut
dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan.
4) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa.
5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul
majlis.
e. Sumber belajar
Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah
Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan
syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury.
Penilaian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis.
Guru
menyajikan
materi
pelajaran
sesuai
dengan
sekenario
pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu
pada perencanaan yang telah dibuat, materiajar yang telah disajikan.
Dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar serta
membimbing siswa dalam proses penyerapan materi perang Badar.
Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan
selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dan
penilaian tertulis yang telah dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan.
Pelaksanaan kegiatan pada siklus I berlangsung selama 1 kali tatap
muka (2 X 35 menit).
3. Pengamatan
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan
atau observasi guru dan siswa. Aspek yang diamati meliputi perhatian
siswa, motivasi siswa, dan prestasi siswa.
Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap kinerja
peneliti dan pengamatan terhadap kemampuan siswa merangkai katakata yang telah dikacau balaukan menjadi kata-kata yang sempurna
yang cocok dengan pertanyaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah hasil
observasi proses pembelajaran dan hasil evaluasi pada proses
pembelajaran. Setelah data terkumpul menunjukan bahwa hasil
evaluasi dan hasil pengamatan belum sesuai harapan peneliti.
4. Refleksi
a. Kelebihan
Berdasarkan pada lembar hasil pengamatan terdapat
kelebihan yang mendukung proses pembelajaran, yaitu ketepatan
peneliti dalam memberikan materi perang badar, karena peneliti
telah mendalaminya, serta mampu mengelola kelas dengan baik
dalam proses pembelajaran sehingga siswa
perhatianya,
untuk
mengikuti
proses
cukup tertarik
pembelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam dengan metode scramble, misalnya siswa mau
mencatat materi tentang perang Badar semua tanpa terkecuali walau
masih ada yang catatanya masih kurang rapi, tapi yang saya amati
disisni yaitu kemauan siswa dalam mencatat materi yang diberikan
oleh guru dipapan tulis.
b. Kekurangan
Hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan belum sesuai harapan dan masih banyak kekurangan.
Diantaranya masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan
dan kesulitan dalam memahami soal dalam bentuk scramble dan
menjawab pertanyaan sehingga terpaksa waktunya menjadi molor,
hal itu terjadi karena baru pertama ini siswa menemui soal dengan
bentuk scramble. Selain itu peneliti juga masih kurang menjelaskan
tentang kiat-kiat metode scramble pada siswa. Kurang kesiapan
siswa dalam mendalami materi Perang Badar juga ikut menghambat
kelancaran proses siklus I sehingga hasil belajarnya masih dibawah
KKM yaitu 60.
c. Cara mengatasi kekurangan pada siklus I
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti
melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada
siklus berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide
perbaikan tersebut adalah lebih mengkondisikan siswa sebelum
memulai pelajaran dan lebih memperhatikan siswa secara
keseluruhan, khususnya pada siswa-siswa yang kurang aktif dan
kurang memperhatikan pembelajaran agar lebih bersungguhsungguh dan memperhatikan materi pembelajaran tersebut. Selain
itu, lebih meningkatkan pengarahan dan bimbingan kepada siswa
terhadap materi dan kiat-kiat tentang metode scramble yang
disampaikan serta lebih mengontrol waktu.
Hasil belajar siklus I ini memang belum menunjukan hasil yang
memuaskan, karena untuk rata-rata kelas masih dibawah standar
KKM yaitu 60. Maka diharapkan pada siklus berikutnya melalui
metode scramble pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam hasil
belajarnya akan lebih meningkat.
D. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan (planing).
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 juli 2010 di
kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun
Pelajaran 2010/2011. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada
siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan dari siklus I. Dimulai
dengan memepersiapkan ulang perangkat pembelajaran, instrument
tes dengan model soal scramble dan lembar observasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Pelaksanaan Tindakan (action)
a. Kegiatan awal ( + 5 menit)
1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran
dengan berdoa bersama-sama.
2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
b.
Mengadakan appersepsi,
c. Kegiatan inti (+ 30 menit)
1) Guru membagikan siswa lembaran rangkuman tentang materi
Perang Badar.
2) Guru meneruskan kelompok kemarin tapi dipersempit yang tadinya
6 kelompok dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C.
Setelah itu guru memberi penjelasan tentang kegiatan inti tersebut,
yaitu kegiatan ini adalah kolaborasi antara permainan kuis dengan
scramble . karena waktu terbatas jadi permainan ini dilakukan
selama 30 menit saja.
3) Guru memberi pertanyaan kepada para peserta kuis, dan pertanyaan
itu menjadi rebutan setiap Grup, yang mengetuk meja dahulu
mereka yang mendapat kesempatan untuk menjawab, dengan
menyempurnakan kata-kata yang sudah dikacaubalaukan menjadi
jawaban yang sempurna dipapan tulis.
4) Guru memberi reward bagi grup yang mendapat poin terbanyak.
d. Kegiatan akhir (+ 35 menit)
1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan
scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa.
2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan
merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang
benar.
3) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru
meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di
papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut
dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan.
4) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa.
5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul
majlis.
e. Sumber belajar
Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah
Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan
syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury.
f. Penilaian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis.
Guru
menyajikan
materi
pelajaran
sesuai
dengan
sekenario
pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu
pada perencanaan yang telah dibuat, materi ajar yang telah disajikan.
Pada siklus II pengelolaan kelas lebih baik karena telah terbentuknya
kelompok. Penilaian pada siswa masih sama dengan siklus I yaitu,
terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses
pembelajaran menggunakan lembar observasi dan penilaian tertulis
yang telah dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan. Pelaksanaan
kegiatan pada siklus II berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 X 35
menit).
3. Pengamatan (observasi)
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan
guru dan siswa. Aspek yang diamati samadengan yang diamati pada
diklus I. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan ulang terhadap
kinerja peneliti dan pengamatan terhadap kemamapuan siswa dalam
merangkai kata-kata yang telah dikacau balaukan menjadi kata-kata
yang sempurna yang cocok dengan pertanyaan, hal ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan
hasil belajar dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
4. Refleksi
a. Kelebihan
Berdasarkan pada lembar hasil pengamatan terdapat kelebihan
yang mendukung proses pembelajaran, yaitu ketepatan peneliti dalam
memberikan materi perang badar, karena peneliti telah mendalaminya,
serta mampu mengelola kelas dengan baik dalam proses pembelajaran
sehingga
siswa
tertarik
perhatianya
untuk
mengikuti
proses
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble. Hal
itu terbukti dari rata-rata nilai tes siklus II mengalami peningkatan yang
cukup memuaskan dari 6,0 menjadi 8,2 setelah pemebelajaran dengan
metode scramble. Walau di siklus I siswa masih belum paham kiat-kiat
mengerjakan soal tes dengan model scramble, tapi di siklus ke II ini
siswa mulai ada kemajuan yaitu mereka jadi merasa lebih mudah, lebih
paham dan lebih senang mengerjakan soal dengan model scramble,
sehingga proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bisa lebih
meningkat hasil belajarnya.
b. Kekurangan
Hasil
observasi
menunjukan
bahwa
pembelajaran
yang
dilaksanakan sudah sesuai harapan. Walaupun masih ada sedikit
kekurangan yaitu pembagian waktu yang kurang tepat sehingga masih
melibihi jam yang seharusnya. Selain itu juga pada penguasaan kelas
yang masih kurang, sehingga suasana juga masih kurang terkontrol,
masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri tapi sudah lebih baik dari
kemarin.
c. Cara mengatasinya
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus II ini apabila peneliti
mengalami kekurangan waktu, maka peneliti haruslah lebih jeli dalam
menggunakan waktu yang sebaik-baiknya, yaitu dengan menggunakan
kontrak waktu pada setiap kegiatan sehingga akan lebih tepat dalam
pemakaian jam pelajaraan.
Hasil penelitian ini belum merupakan hasil akhir dari
penelitian tindakan kelas yang dilakukan, sehingga masih perlu adanya
tindak lanjut melalui perencanaan yang lebih baik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Penguasaan materi Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab.Semarang Tahun Pelajaran
2010/2011 pada awalnya belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil
pretes sebelum dilaksanakan tindakan kelas pada pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Adapun hasil pretes dapat dilihat dari table berikut :
Tabel 6
Hasil Nilai formatif (pretes)
NO
Nama
Nilai
KKM
Ketuntasan
1.
Muhammad Isroq Nadirin
50
60
TT
2.
Mustafif Fauzi
60
60
T
3.
Muhammad Maulana Nasai
70
60
T
4.
Oktavia berliani
65
60
T
5.
Ahmad Muzaki
60
60
T
6.
Galeh Prasetyo
40
60
TT
7.
Zulfa Maurotul Cahyani
40
60
TT
8.
Ahmad Abdul Ghofar
75
60
T
9.
Arina Dinana
60
60
T
10.
Erlin Wita Yuliani
60
60
T
11.
Faisal lutfi arif
60
60
T
12.
Iftitah Kurniasari
45
60
TT
13.
Irvina Mufida
65
60
T
14.
Muflikhun
55
60
TT
15.
Muhammad Hidayatul anam
80
60
T
16.
Weni nuraning tiyas
40
60
TT
17.
Yahya hasim ardabily
70
60
T
18.
Rian fakhuyr rozi
30
60
TT
JUMLAH
1025
1080
18
RATA-RATA
56,94
60
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah Siswa Tuntas
: 11 siswa
Jumlah Siswa yang belum Tuntas : 7 siswa
1. Hasil Penelitian Siklus I
Pada siklus ini guru mengadakan evaluasi dengan menggunakan
tes dengan model scramble (kata acak). Maka diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 7
Hasil Nilai Siklus I
NO
Nama
Nilai
KKM
Ketuntasan
1.
Muhammad Isroq Nadirin
50
60
TT
2.
Mustafif Fauzi
70
60
T
3.
Muhammad Maulana Nasai
80
60
T
4.
Oktavia berliani
60
60
T
5.
Ahmad Muzaki
60
60
T
6.
Galeh Prasetyo
40
60
TT
7.
Zulfa Maurotul Cahyani
60
60
T
8.
Ahmad Abdul Ghofar
70
60
T
9.
Arina Dinana
60
60
T
10.
Erlin Wita Yuliani
70
60
T
11.
Faisal lutfi arif
60
60
T
12.
Iftitah Kurniasari
40
60
TT
13.
Irvina Mufida
70
60
T
14.
Muflikhun
50
60
TT
15.
Muhammad Hidayatul anam
90
60
T
16.
Weni nuraning tiyas
40
60
TT
17.
Yahya hasim ardabily
70
60
T
18.
Rian fakhuyr rozi
50
60
TT
JUMLAH
1090
1080
18
RATA-RATA
60,55
60,00
Keterangan:
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah Siswa Tuntas
: 12 siswa
Jumlah Siswa yang belum Tuntas
: 6 siswa
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode scramble diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus I
adalah 60,55 dan ketuntasan belajar mencapai 67% atau 12 siswa dari 18
siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara
klasikal siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sudah mencapai 67% dan
sudah mengalami peningkatan dari 61% siswa yang tuntas pada hasil
pretes menjadi 67% pada siklus I, tapi hal ini masih dirasa kurang karena
nilai rata-rata siswa masih setara dengan nilai KKM. Hal ini disebabkan
karena siswa masih marasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud
dengan metode scramble, hal ini dibuktikan juga dengan kritik dan saran
yang diberikan pada siswa yang mengritik dengan menganggap sulit pada
metode ini yaitu sebanyak 89% siswa.
Selain tes, juga dilakukan observasi terhadap siswa, yaitu peneliti
melakukan pengamatan terhadap dua aspek, yaitu:
a. Perhatian siswa
Perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan.
Perhatian adalah
proses pemilihan satu perangsang dari perangsang-
perangsang yang lain, yang pada setiap saat merangsang mekanisme kita,
persis halnya dengan perbuatan bergerak yang kita lakukan karena
sensitive badan kita, maka kita memperhatikan karena satu perangsang
dengan salah satu cara melebihi perangsang-perangsang yang lain
(Buchori, 1978:121). Dalam penelitian ini peneliti membatasi pengamatan
pada aspek perhatian pada siswa hanya pada:
1) Siswa memperhatikan guru saat menulis dipapan tulis.
2) Siswa mencatatat materi tentang perang badar.
3) Siswa mendengarkan penjelasan guru di dalam kelas.
4) Siswa memberikan kritik dan saran.
Hal ini dirasa peneliti sudah mencukupi pokok-pokok dari proses
pembelajaran dikelas, walau sebenarnya masih banyak aspek perhatian
yang lainya yang berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas.
b. Motivasi siswa
Menumbuhkan motiv pada seorang pelajar ialah menggerakkan
pelajar untuk melakukan sesuatu atau untuk ingin melakukan sesuatu.
Dalam rangka formula kita hal ini berarti menyebabkan si pelajar merasa
butuh untuk berbuat dalam suatu cara tertentu atau akan melakukan hal
tertentu (Buchori, 1978:95). Dari pendapat diatas peneliti membatasi
pengamatan pada aspek motivasi yang terjadi pada siswa didalam kelas
yaitu pada aspek:
1) Siswa masuk kelas tepat waktu
2) Siswa mengerjakan tugas selesai tepat waktu.
3) Siswa tidak gaduh di dalam kelas.
Hal di atas dirasa peneliti sudah mencukupi pokok-pokok dari
proses pembelajaran dikelas, walau sebenarnya masih banyak aspek
motivasi yang lainya yang berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas.
Pada siklus I ini perolehan data nontes pada proses pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble diperoleh dari hasil
observasi
yang
dilakukan
peneliti
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Adapun hasil observasi pada siklus I sebagai barikut:
Tabel 7.1
Hasil observasi siklus I pada aspek perhatian pada siswa.
Jumlah:
18
siswa
No
Perhatian siswa
1.
Siswa
memperhatikan
guru saat menulis di
papan tulis.
Siswa
mencatat
materi
tentang
2.
Jumlah siswa
Prosentase (%)
keterangan
13
72%
Baik
18
100%
Sangat baik
perang badar .
3.
Siswa
mendengarkan
penjelasan
guru
dikelas.
Siswa
meberikan
kritik dan saran.
4.
10
56%
Cukup
17
94%
Sangat baik
Dari tabel hasil observasi pada aspek perhatian di siklus I diatas
dapat di ketahui bahwa siswa yang memperhatikan guru saat menulis
dipapan tulis pada siklus I mencapai 72% yaitu berjumlah 13 siswa dari
18 siswa di kelas. Dan siswa mendengarkan penjelasan guru dikelas
menacapai 56%
yaitu
berjumlah 10 siswa
sedang
yang tidak
mendengarkan penjelasan guru dikelas berjumlah 8 siswa. Serta siswa
yang memberikan kritik dan saran pada pembelajaran Sejarah Kebudyaan
Islam mencapai 94% yaitu dari 18 anak dikelas hanya 1 yang tidak
memberikan kritik dan saran, untuk data selengkapnya bisa dilihat di
lampiran
Tabel 7.2
Hasil observasi siklus I pada aspek motivasi siswa
Jumlah: 18
siswa
No
Perhatian siswa
Jumlah siswa
Prosentase (%)
keterangan
1.
Siswa masuk kelas
tepat waktu.
Siswa megerjakan
tugas tepat waktu.
Siswa tidak gaduh
di dalam kelas.
18
100%
Sangat baik
6
33%
kurang
8
44%
cukup
2.
3.
Dari tabel hasil observasi pada aspek motivasi di siklus I diatas
dapat diketahui bahwa 100% siswa masuk kelas tepat waktu, artinya dari
18 anak di kelas tidak ada yang terlambat masuk kelas, dan siswa yang
mengerjakan tugas tepat waktu hanya berjumlah33% yang artinya 6 siswa
dari 18 anak di kelas, dan siswa yang tida gaduh di dalam kelas mencapai
44% yang artinya 8 siswa dari 18 siswa yang tidak gaduh di kelas, untuk
data selengkapnya bisa dilihat di lampiran
Berdasarkan tabel 7.1 dan 7.2 pada siklus I di atas penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa dapat diketahui tingkat perhatian siswa dan
motivasi siswa sudah cukup baik tapi masih ada siswa yang masih kurang
perhatianya dan masih kurang termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran. Karena terbukti siswa yang tidak memperhatikan, tidak
mendengarkan penjelasan guru, tidak menmyeleseikan tugas tepat waktu
dan siswa yang gaduh di kelas sangat perbengaruh pada hasil belajar
mereka pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di siklus I.
Terbukti pada siklus ini ada 28% siswa yang tidak memperhatikan ketika
guru saat menulis dipapan tulis, ada 22% siswa yang tidak mendengarkan
penjelasan guru dan 56% siswa yang gaduh dalam kelas, dan akibatnya
33% siswa mengalami tidak tuntas belajarnya karena nilainya masih di
bawah KKM, dan rata-rata pada siklus ini juga masih belum dirasa cukup,
karena masih setara dengan KKM yaitu 60,55. Sehingga perlu adanya
peningkatan dari ke dua aspek tersebut pada siklus selanjutnya.
2. Hasil penelitian siklus II
Pada siklus ini guru mengadakan evaluasi dengan menggunakan
tes dengan model scramble (kata acak). Dan guru mengubah sekenario
belajar berbeda dari siklus I, di siklus I guru hanya membagi kelompok
siswa menjadi 6 kelompok dan hanya memerintahkan siswa untuk
berdiskusi tentang perang Badar dan belajar bersama materi tersebut
sebelum melakukan evaluasi dengan metode scramble. Tapi disiklus ini
guru berusaha lebih memvariasi sekenario dalam pembelajaran. Yaitu
mengkolaborasikan permainan kuis dengan permainan scramble atau kata
acak dengan membagi siswa menjadi 3 tim yang setiap tim terdiri dari 6
siswa, permainan kuis ini berdurasi selama 30 menit setelah itu dilanjutkan
dengan evaluasi dengan mngerjakan lembar jawab dengan model scramble
yang bersifat individu. Maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 8
Hasil Nilai Siklus II
NO
Nama
Nilai
KKM
Ketuntasan
1.
Muhammad Isroq Nadirin
80
60
T
2.
Mustafif Fauzi
70
60
T
3.
Muhammad Maulana Nasai
90
60
T
4.
Oktavia berliani
60
60
T
5.
Ahmad Muzaki
80
60
T
6.
Galeh Prasetyo
80
60
T
7.
Zulfa Maurotul Cahyani
90
60
T
8.
Ahmad Abdul Ghofar
90
60
T
9.
Arina Dinana
80
60
T
10.
Erlin Wita Yuliani
90
60
T
11.
Faisal lutfi arif
90
60
T
12.
Iftitah Kurniasari
90
60
T
13.
Irvina Mufida
80
60
T
14.
Muflikhun
90
60
T
15.
Muhammad Hidayatul anam
100
60
T
16.
Weni nuraning tiyas
90
60
T
17.
Yahya hasim ardabily
80
60
T
18.
Rian fakhuyr rozi
60
60
T
JUMLAH
1490
1080
18
RATA-RATA
82,77
60,00
Keterangan :
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah Siswa Tuntas
: 18 siswa.
Jumlah Siswa yang belum Tuntas
: Tidak ada
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode scramble diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu dari 60, 55 pada siklus I menjadi 82, 77 pada
siklus II. Dan ketuntasan belajar mencapai 100% tuntas dari 18 siswa tidak
ada yang tidak tuntas belajarnya pada siklus II ini. Hasil ini menunjukan
bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus I, dan telah mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah
guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai paham tentang kiat-kiat mengerjakan
model tes dengan metode scramble dan mulai menyenangi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode Scramble.
Hasil Observasi pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 8.1
Hasil observasi siklus II pada aspek perhatian pada siswa.
Jumlah : 18
siswa
No
Perhatian siswa
1.
Siswa
memperhatikan
guru saat menulis di
papan tulis.
Siswa mencatat
materi tentang
perang Badar .
2.
3.
4.
Jumlah siswa
Prosentase (%)
keterangan
16
89%
Sangat baik
18
100%
Sangat baik
Siswa
mendengarkan
17
94%
Sangat baik
penjelasan
guru
dikelas.
Siswa
meberikan
13
72%
Baik
kritik dan saran.
Dari tabel hasil observasi pada aspek perharian di siklus II dapat
diketahui siswa yang memperhatikan guru saat menulis di papan tulis
mencapai 89% yang artinya dari 18 siswa di kelas 16 siswa yang
memperhatikan guru saat menulis di papan tulis. Dan siswa yang mencatat
materi tentang perang Badar mencapai 100% yang artinya dari 18 siswa di
kelas tidak ada yang tidak mencatat dikelas. Dan siswa yang
mendengarkan penjelasan guru di kelas mencapai 94% yang artinya dari
18 siswa di kelas ada 17 siswa yang nendengarkan penjelasan guru di
kelas, untuk data selengkapnya dapat dilihat di lampiran
Tabel 8.2
Hasil observasi siklus II pada aspek motivasi siswa
Jumlah : 18
siswa
No
Perhatian siswa
Jumlah siswa
Prosentase (%)
keterangan
1.
Siswa masuk kelas
tepat waktu.
Siswa megerjakan
tugas tepat waktu.
Siswa tidak gaduh
dalam kelas.
18
100%
Sangat baik
15
83%
Sangat baik
12
67%
Baik
2.
3.
Dari tabel hasil observasi tentang aspek motivasi di atas dapat
diketahui bahwa siswa masuk kelas tepat waktu mencapai 100% yang
artinya dari 18 siswa di kelas tidak ada siswa yang terlambat, dan siswa
yang mengerjakan tugas tepat waktu mencapai 83% yang artinya dari 18
siswa di kelas hanya 3 siswa yang tidak menyeleseikan tugas tepat waktu.
Dan siswa yang tidak gaduh di dalam kelas mencapai 67% yang artinya
dari 18 siswa di kelas 12 siswa yang tidak gaduh di dalam kelas, untuk
data selengkapnya dapat dilihat di lampiran
Berdasarkan tabel 8.1 dan 8.2 dari hasil observasi pada aspek
perhatian dan aspek motivasi di siklus I dan II penulis dapat
menyimpulkan bahwa tingkat perhatian siswa dan motivasi siswa sudah
baik walau masih ada siswa yang masih kurang perhatianya dan masih
kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran tetapi jumlahnya
sudah mengalami peningkatan dari pada hasil pengamatan pada siklus I.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentase hasil pengamatan
pada aspek perhatian dan motivasi pada siklus II. Pada siklus I siswa yang
memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72% anak
sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat materi
tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi disiklus I,
siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78%
sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran
pada siklus I berjumlah 94% sedangkan pada siklus II mengalami
penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan
mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik
pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga
mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan
siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu
pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan
mencapai 83%, dan siswa yang gaduh didalam kelas juga bias diatasi
sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam
kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu mencapai 67% siswa.
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus pada
mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam dengan subjek kelas V MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun pelajaran
2010/2011 menunjukan peningkatan pada minat, motivasi serta hasil
belajar siswa.
Dari hasil pengamatan pada siklus I dan Siklus II dapat dibuat
grafik sebagai berikut:
Grafik .1
Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II
100
90
80
70
siswa memperhatikan guru
saat menulis dipapan tulis
siswa mencatat materi
tentang perang Badar
siswa mendengarkan
penjelasan guru
siswa memberikan kritik dan
saran
siswa masuk kelas tepat
waktu
siswa mengerjakan tugas
tepat waktu
siswa tidak gaduh dalam
kelas
60
50
40
30
20
10
0
siklus I
Siklus II
Dari data di atas menunjukan peningkatan pada aspek perhatian
dan motivasi pada siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus yang II. Pada
siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah
72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat
materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang terjadi di
siklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I
berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi
kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan pada siklus II
mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan
mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik
pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga
mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan
siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu
pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan
mencapai 83%, dan siswa yang gaduh didalam kelas juga bias diatasi
sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam
kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu mencapai 67% siswa.
Adapun hasil evaluasi dari pretes ke evaluasi pada siklus I ke
siklus selanjutnya menunjukan peningkatan hasil belajar, hal ini dapat
dilihat dari dari table dan grafik berikut ini:
Tabel .9
Hasi Evaluasi Keseluruhan
NO
Kriteria ketuntasan belajar
(KKM)
1.
NO
Tuntas (Nilai siswa ≥ 60)
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
F
%
11
61
12
67
18
100
Pretes
Siklus I
Siklus II
F
%
F
%
F
%
Tidak Tuntas (Nilai siswa ≤ 60)
7
39
6
33
0
100
Jumlah
18
100
18
100
18
100
Kriteria ketuntasan belajar
(KKM)
2.
Pretes
Dari tabel di atas dapat di ketahui adanya peningkatan hasil belajar yaitu:
1. Pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 11 siswa
(61%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (39%).
2. Pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 12 siswa
(67%) dan yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (33%).
3. Pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 18 siswa
(100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang tidak tuntas belajarnya.
Grafik.2
Hasil Belajar Pada Pretes, Siklus I dan Siklus II
100
80
60
40
T ( ≥60)
20
TT (< 60)
0
KKM
Pretes
Siklus I
Siklus II
Dari penjelasan tentang hasil pretes, siklus I dan ke II di atas
setelah dilakukan tindakan pembelajaran, dapat diperoleh gambaran yang
jelas tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang
Badar dengan metode scramble dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
sesuai dengan hipotesi tindakan yang diharapkan oleh peneliti dalam
Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
pada materi Perang Badar yang dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec.
Banyubiru Kab Semarang Tahun pelajaran 2010/2011.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan metode scramble yang
dilakukan dalam 2 siklus dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode scramble mampu
meningkatkan minat
belajar dan motivasi pada siswa dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini terlihat dari hasil
observasi yang dilakukan peneliti pada siklus I dan siklus II. Pada siklus
I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72%
anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat
materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi
disiklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I
berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi
kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan, pada siklus II
mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa
keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa
memberikan kritik pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi
pada siklus II ini juga mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat
waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa
mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus
II mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh di
dalam kelas juga bias diatasi sehingga mengalami peningkatan pada
siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada siklus I berjumlah 44%
sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 67%
siswa.
2. Metode scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam materi Perang Badar, yang
ditandai dengan adanya peningkatan nilai siswa yang mencapai
ketuntasan (KKM Sejarah Kebudayaan Islam = 60) dalam setiap siklus
pembelajaran yaitu
pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil
belajarnya sebanyak 11 siswa (61%) dan siswa yang tidak tuntas
sebanyak 7 siswa (39%), pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil
belajarnya sebanyak 12 siswa (67%) dan yang belum tuntas sebanyak 6
siswa (33%), pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas belajarnya
sebanyak 18 siswa (100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang
tidak tuntas belajarnya.
Dari penjelasan tentang hasil pretes, siklus I dan ke II di atas
setelah dilakukan tindakan pembelajaran, dapat diperoleh gambaran
yang jelas tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi
Perang Badar dengan metode scramble dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa, sesuai dengan hipotesi tindakan yang diharapkan oleh
peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada Perang Badar yang dilakukan di MI
Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab Semarang Tahun pelajaran
2010/2011 yaitu:
1. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan minat
siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam pada
materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
2. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan motivasi
siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam pada
meteri Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru
Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam
kelas pada materi Perang Badar V MI Tholabiyah Tegaron Kec.
Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas pada
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan
menggunakan metode scramble, agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam lebih efektif sehingga memberikan hasil yang optimal maka saransaran yang ingin disampaikan ialah:
1.
Untuk melaksanakan metode scramble memerlukan persiapan yang
cukup, guru harus menguasai materi sehingga memperoleh hasil yang
diharapkan.
2.
Dalam
kegiatan
pembelajaran
guru
diharapkan
mampu
mengembangkan metode mengajar yang menarik serta menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat menikmati
kegiatan belajar atau tidak merasa jenuh.
3.
Bagi siswa hendaknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung
lebih memperhatikan dan lebih aktif serta lebih disiplin supaya waktu
dalam proses pembelajaran lebih efesien.
4.
Diharapkan kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitian dengan
lingkup yang lebih luas dalam skripsi ini, sehingga dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan umumnya di bidang studi Sejarah
Kebudayaan Islam khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zaenal. 2008, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Bandung: CV
Yrama Widya
Aqib, Zaenal dkk. 2009, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK,
Bandung: CV Yrama Widya.
Arifin, Zaenal. 1988. Evaluasi intruksional, Bandung: CV Remadja Karya .
Arikunto Suharsini dkk. 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Azwar Saefuddin. 1987, Test Prestasi . Yogyakarta: Liberty.
Bahreisy, Slaim, dkk. 1984, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier,
Surabaya:PT Bina Ilmu.
Buchori, M. 1978, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru.
Djaramah, Syaiful Bahri. 2003, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati, Mujiono. 2002,. Belajar Dan Pembelajaran. Jakart : PT Balai
Pustaka.
Depag, 2004, Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (Standar Kompetensi), Jakarta:
Dirjen Kelembagaan Agama Islam.
Hanafi, M. 2009, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta Pusat:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam RI.
Junus, Mahmud M. 1983, Tarjamah Al-Quran Al Karim, Bandung: PT AlMa’arif.
Kartodirdjo, Sartono. 1992, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi
Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Puerwadarminto, WJS. 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Purwanto, Ngalim M. 1990, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rimm, Sylvia. 1997, Why Bright Kids Get Poor Grades: Mengapa anak pintar
Memperoleh Nilai Buruk. Jakarta: Grasindo.
Sardiman, 1994, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Slameto, dkk. 1991, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Soemanto, Wasty. 1983, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Soeparno, 1988, Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara.
Soetomo. 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Suryabrata, Sumadi.1984, Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali
Thoha, Chabib dkk. 1999, Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Uzer, Moh. Usman. 1993, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar, Bandung:
PT Remaja Rosda Karya
Uno Hamzah B., DR, MPd, 2006, Teori Motivasi dan Pengukurannya Jakarta:
Bumi Aksara
Uno Hamzah B., DR, MPd, 2006, Orientasi BAru dalam Psikologi
Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara
Wahid Abdul, 2002, Bahan Kuliah Ilmu Jiwa Belajar Semarang: IAIN
Walisongo
Lampiran .1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester
: V (lima)/ II
Alokasi Waktu
: 35 x 2 menit
Standar Kompetensi
: Memahami keperwiraan Nabi Muhammad
Saw
Kompetensi dasar
:
Meneladani Keperwiraan Nabi Muhammad
saw dalam membina masyarakat Madinah.
Pertemuan ke
: 1 (satu) pada siklus I.
Indikator
:
3.1Mendiskripsikan upaya yang dilakukan
Nabi Muhammad saw. Dalam membina
masyarakat Madinah (sosial, ekonomi,
agama, dan pertahanan).
3.2 Menceritakan tokoh-tokoh dalam perang
badar dan menegaskan poin-poin penting
dalam peristiwa perang Badar.
I.
Tujuan Pembelajaran :
Dapat menjelaskan tentang keperwiraan Nabi Muhammad dan meneladani
dalam
upayanya membina masyarakat Madinah.
II. Metode:
Permainan scramble(kata acak).
III. Langkah Pembelajaran :
f. Kegiatan awal ( + 5 menit)
3) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran
dengan berdoa bersama-sama.
4) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
g. Mengadakan appersepsi,
h. Kegiatan inti (+ 35 menit)
6) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan cara melotre
angka. Megajak siswa untuk menghitung angka satu sampe tiga
secara beruntun, kmudian yang yang mendapat angka 1 bergabung
dengan kelompoknya yang menyebut angka 1, yang angka 2 dan 3
juga mengikuti sehingga dapat membentuk 6 kelompok.
7) Guru menjelaskan materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan
mencatatatkan poin-poin utama yang menjadi kunci dalam materi
perang Badar.
8) Diskusi kelompok tentang perang Badar dan mencatat hal-hal yang
penting dalam materi perang Badar.
9) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa, berdasarkan nomor
urut presensi peserta didik.
10) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan
dibantu oleh guru.
i. Kegiatan akhir (+ 30 menit)
6) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan
scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa.
7) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan
merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang
benar.
8) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru
meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di
papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut
dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan.
9) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa.
10) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul
majlis.
j. Sumber belajar
Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah
Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan
syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury.
IV. Alat / Bahan / Sumber Belajar :
Lembar soal dalam bentuk Scramble (kata acak)
V. Penilaian
Tes tertulis, (soal terlampir)
Lampiran. 1.1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran
: Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas / Semester
: V (lima)/ II
Alokasi Waktu
: 35 x 2 menit
Standar Kompetensi
: Memahami keperwiraan Nabi Muhammad
Saw
Kompetensi dasar
: Meneladani Keperwiraan Nabi Muhammad
saw dalam membina masyarakat Madinah.
Pertemuan ke
: 2(Dua)pada siklus II
Indikator
: 3.1Mendiskripsikan upaya yang dilakukan
Nabi Muhammad saw. Dalam membina
masyarakat Madinah (sosial, ekonomi,
agama, dan pertahanan).
3.2 Menceritakan tokoh-tokoh dalam perang
badar dan menegaskan poin-poin penting
dalam peristiwa perang Badar.
I.
Tujuan Pembelajaran :
Dapat menjelaskan tentang keperwiraan Nabi Muhammad dan meneladani
dalam
upayanya membina masyarakat Madinah.
II.
Metode:
Permainan scramble(kata acak).
III. Langkah Pembelajaran :
a. Kegiatan awal ( + 5 menit)
3) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran
dengan berdoa bersama-sama.
4) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik.
b. Mengadakan appersepsi,
c. Kegiatan inti (+ 30 menit)
5) Guru membagikan siswa lembaran rangkuman tentang materi
Perang Badar.
6) Guru meneruskan kelompok kemarin tapi dipersempit yang tadinya
6 kelompok dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C.
Setelah itu guru memberi penjelasan tentang kegiatan inti tersebut,
yaitu kegiatan ini adalah kolaborasi antara permainan kuis dengan
scramble . karena waktu terbatas jadi permainan ini dilakukan
selama 30 menit saja.
7) Guru memberi pertanyaan kepada para peserta kuis, dan pertanyaan
itu menjadi rebutan setiap Grup, yang mengetuk meja dahulu
mereka yang mendapat kesempatan untuk menjawab, dengan
menyempurnakan kata-kata yang sudah dikacaubalaukan menjadi
jawaban yang sempurna dipapan tulis.
8) Guru memberi reward bagi grup yang mendapat poin terbanyak.
d. Kegiatan akhir (+ 35 menit)
6) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan
scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa .
7) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan
merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang
benar.
8) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru
meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di
papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut
dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan.
9) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Menutup kegiatan
pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis.
e. Sumber belajar
Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah
Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan
syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury.
IV. Alat / Bahan / Sumber Belajar :
Lembar soal dalam bentuk Scramble (kata acak)
V. Penilaian
Tes tertulis, (soal terlampir).
DAFTAR NILAI SKK
Nama
: Syukriani Inshofa
NIM
: 11106077
Progdi
: PAI
No
1.
Jenis kegiatan
Tempat
Waktu
Orientasi Program STAIN
26-29
Studi
Agustus
dan Salatiga
Pengenalan
keterangan Nilai
Peserta
3
6 Oktober Peserta
2
2006
Kampus
(OPSPEK)
STAIN Salatiga
2.
Diskusi
MAsjid
Ramadhan dengan Sunan
tema
Puasa Kalijogo
Sebagai
dari
2006
Wujud SAlatiga
Kepekaan
Sosial
3.
Pendidikan
Pers STAIN
Mahasiswa
SAlatiga
tingkat
Dasar
(PPMTD)
LPM
16 s.d 19 Peserta
3
Desember
2006
Dinamika
4.
Pendidikan
Latihan
Bumi
Calon Perkemahan
Pramuka Pandega Indraprastha
Ke
XVII).
5.
9-12
Peserta
3
September
2007
17(PLCPP Ampel,
Boyolali
Pengajar TPQ Al Ledok
Mulai 15 Pengajar
Ishlah
Januari
Ringin Salatiga
7
Lawe
Ledok
2008
SAlatiga
6.
Seminar Nasional Auditorium
dengan
tema
“ Kampus
Kepemimpinan
Demokrasi
23
April Peserta
6
Juni Peserta
2
21 s.d 26 Peserta
3
I 2008
STAIN
dan Salatiga
Politik
Pendidikian untuk
Kesejahteraan
Rakyat
7.
Bedah
Buku
“ STAIN
Pendidikan Multi Salatiga
cultural
30
2008
oleh
HImpunan
Mahasiswa
Jurusan Tarbiyah
(HMJ
Tarbiyah)
tema
“
Rekonstruksi
Sistem
Pendidikan
berbasis
Kebangsaan “
8.
Kursus
Pembina Bumi
Pramuka
Mahir Perkemahan
Tingkat
Dasar Indraprastha
Juli 2008
( KMD) Kwartir Ampel,
Cabang Salatiga
9.
Basic
Boyolal
Training Tingkir
6
s.d
9 Peserta
3
LK1
Himpunan tengah
Mahasiswa Islam Salatiga
Cabang
November
2008
Salatiga
Tema
“Optimalisasi
Pengkaderan
dalam
Mewujudkan
Mission HMI
10.
Workshop
STAIN
Leadership
bagi Salatiga
Mahasiswa
STAIN
10 s.d 12 Peserta
3
November
2008
Salatiga
tema
“
Mengembangkan
Jiwa
Kepemimpinan
Kaum
Muda
Menuju
Demokratisasi
Bangsa
yang
Beradab “
11.
Workshop
STAIN
26 s.d 29 Peserta
Participatory
Salatiga
November
Action
Research
(PAR)
STAIN
Salatiga.
2008
3
12.
Pelatihan Ustadz MTs
Ustadzah
atau
NU 18 Januari Peserta
TKQ Salatiga
TPQ
3
2009
oleh
BADKO
TPQ
Salatiga
13.
Kegiatan
Donor SMAN
3 28
Panitia
3
Darah
KORP Salatiga
Februari
HMI
WATI
2009
Peserta
6
April Panitia
3
Seminar Regional STAIN
22 Maret Peserta
4
SENAT
2010
(KOHATI)
Cabang Salatiga
14.
Latihan Kader II Gelanggang
01-07
(Intermediate
Maret
Manunggal
Training) Tingkat Jati
Nasional
HMI
2009
oleh Semarang
Cabang
Semarang
15.
Seminar
Komisariat
15
Kemahasiswaan
Wali songo 2009
tema ” Paradigma HMI
Berfikir
dan Cabang
Aktualisasi
Salatiga
Mahasiswa dalam
Pengabdian
Masyarakat”
16.
Mahasiswa
Salatiga
(SEMA) tema ”
Peran
Lembaga
Publik
sebagai
Alat
Kontrol
Pemerintah demi
Terciptanya Good
Goverment”
17.
Tenaga Pengajar Susukan
1
di MI Miftahul Kab.
2010
Ulum
April Pengajar
7
Petak Semarang
Susukan
18.
Seminar Nasional STAIN
3 Agustus Peserta
Profesionalisme
2010
Penulisan
Salatiga
6
dan
Penerbitan Buku
Jumlah
70
Salatiga, 12 Agustus 2010
Pembantu Ketua
Bidang Kemahasiswaan
H. Agus Waluyo, M. Ag
NIP.197502112000031001
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM BUSTANUTH THOLIBIN
MI THOLABIYAH
Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang
Kode Pos : 50664 Telp : (0298) 5992653
Email : [email protected]
SURAT KETERANGAN
Nomor: 031/YPI/MIT/XI/2010
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah MI Tholabiyah
Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang menerangkan bahwa:
Nama
: Syukriani Inshofa
Mahasiswa
: STAIN Salatiga
Fakultas
: Tarbiyah
Jurusan
: PAI
NIM
: 11106077
Benar-benar telah mengadakan penelitian di MI Tholabiyah Tegaron Kec.
Banyubiru Kab. Semarang terhitung mulai tanggal 22 Juli sampai dengan tanggal
31 juli 2010 untuk membuat skripsi dengan judul PENINGKATAN PRESTASI
BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI
THOLABIYAH TEGARON KEC.BANYUBIRU KAB.SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Tegaron, 31 Juli 2010
Kepala Madrasah
Ibtidaiyah
(Aziz Sulthon
Abidin, S.HI)
Download