PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA MATERI PERANG BADAR MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON KEC. BANYUBIRU KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh : SYUKRIANI INSHOFA NIM: 11106077 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010 PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama : Syukriani Inshofa NIM : 11106077 Jurusan : Tarbiyah Program Stud i : PAI (Pendidikan Agama Islam) Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011. Telah kami setujui untuk di munaqoshkan. Salatiga, 7 Agustus 2010 Pembimbing Jaka Siswanta M.Pd NIP 1 KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:[email protected] PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara Syukriani Inshofa dengan Nomor Induk Mahasiswa 11106077 yang berjudul PENINGKATAN PRESTRASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM PADA MATERI PERANG BADAR MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON Kec. BANYU BIRU Kab. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Salatiga, 31 Agustus 2010 H 21 Ramadhan 1431M Panitia Ujian Ketua Sidang Sekretaris Sidang Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP 19580827 198303 1 002 Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd NIP 19670112 199203 1 005 Penguji I Penguji II Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP 19670115 199803 2 002 Drs. Djoko Sutopo NIP 19560603 198703 1 002 PERYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya bertanda tangan dibawah ini : Nama : SYUKRIANI INSHOFA NIM : 11106077 Jurusan : Tarbiyah Progdi : PAI (Pendidikan Agama Islam). Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-banar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi. Salatiga, 5 Agustus 2010 Peneliti Syukriani Inshofa NIM. 11106077 MOTTO Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi orang yang baik, maka Allah akan memahamkan (menunjukan) kebaikan tersebut padanya dan sesungguhnya ilmu hanya bisa diperoleh dengan belajar “(H.R Bukhori ). Persembahan Kepada kedua bapak dan ibu tercinta yang tanpa kenal lelah mendidik, mendoakan, dan meneteskan setiap peluh demi anak-anaknya. Kepada kakak-kakakq tersayang yang selalu sabar dan tak henti-hentinya memberikan motivasi, doa dan kasih sayang. Kepada keponakanku alfarisi tersayang yang selalu membawa kegemberiaan dalam keluargaku. Mas Va yang tanpa jenuh memberikan motivasi dan selalu menemani pembuatan skripsi ini walaupun dari jarak yang jauh. Dan buat orang-orang yang banyak memberikan inspirasi dalam hari-hariku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahim Dengan Maha menyabut Penyayang, Sholawat dan nama segala Allah puji salam yang bagi Allah, semoga Maha Pengasih Tuhan semasta dilimpahkan dan alam. kepada Nabi Muhammad Saw. Amin . Berkat penyusun Inayah skripsi Allah yang syarat guna jurusan pendidikan jualah sederhana memperoleh agama penulis ini, mampu untuk menyelesaikan memenuhi tugas dan gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah islam. Semoga penulis dan pembaca dapat mengambil manfaat dari tulisan ini. Ucapan trimakasih yang dedalam-dalamnya kepada yang terhormat : 1. Drs. Imam Sutomo, M Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Jaka Siswanta dengan penuh M.Pd selaku kesabaran pembimbing memberikan skripsi arahan yang sehingga skripsi ini dapat terseleseikan 3. Bapak ibu Dosen memberikan ilmu serta kariawan pengetahuan STAIN kapada Salatiga yang penulis telah dalam menyelesaikan sekripsi ini. 4. Kepala Madrasah Banyubiru Kab. Semarang Ibtidaiyah Tholabiyah Tegaron Kec. 5. Para Guru Semarang MI dalam Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru membantu dalam pengumpulan dan saudaraku tercinta Kab. data yang penulis butuhkan. 6. Bapak dan ibu memberikan motivasi, serta rela berkorban yang baik telah material maupun spiritual. 7. Buat saudaraku wida, di pipeh, jeni, kos Az-zahra mira) (re, yang khi-tum, banyak ina, ani, memberikan dukungan dan motivasi dalam hari-hariku. 8. Buat tintis, sahabat-sahabat rika, rofik, ku (ucup, hanik,uul,dll) utek, yang mulat, banyak makmunt, membantu dan memberi inspirasi serta memotivasi dalam mengejar mimpi. 9. Buat si pithung ( selalu C_70) menemaniku H-5946-BC dan dan Mr. dengan sekuat black yang tenaganya mengantarku tanpa pernah mengeluh . 10. Buat mas Va yang selalu sabar dan mendukungku dalam suka maupun duka. 11. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan khususnya angkatan 2006 yang tidak bisa penulis sebutkan satu-satu. 12. Dan kepada skripsi ini. segenap pihak yang mendukung pembuatan Penulis tersebut mendapat berdo’a diterima semoga oleh balasan Allah yang amal SWT baik sebagai setimpal. dari amal Dan semua yang tak pihak shalih lupa dan penulis mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis senantiasa SWT. Semoga sebagai hamba mengharapkan sekripsi ini yang memiliki hidayah, taufik, dapat keterbatasan dan memberikan ini, ridho Allah manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Salatiga, 5 Agustus 2010 Penulis Syukriani Inshofa NIM 11106077 ABSTRAK Inshofa, Syukriani. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan IslamPada Siswa Metode Sramble Pada Siswa Kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta M.Pd. Kata kunci: prestasi belajar dan metode scramble. Tujuan pembelajaran SKI di Madrasah yaitu diharapkan akan terwujud kepribadian Muslim yang luhur dan bijaksana. Dengan mempunyai wawasan dan pemahaman tentang peristiwa-peristiwa dalam dunia Islam maka keluhuran dan kebijaksanaan akan tercermin lewat sikap dan tingkah laku yang mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam sejarah dan mampu untuk memilih dan memisahkan antara nilai abadi agama dan bentuk-bentuk kebudayaan yang berubah-ubah sejalan dengan perubahan waktu. Seharusnya dengan tujuan pembelajaran SKI tersebut pembelajaran SKI sangat menarik bagi siswa. tapi pembelajaran bukan hanya didukung oleh faktor materi saja tapi juga pada metode atau cara penyampaianya. Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah terutama ditingkat MI atau Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran SKI bukanlah merupakan mata pelajaran yang menyenangkan melainkan kurang menarik. Hal ini berdasarkan temuan survei pada tanggal 8 April 2009 di MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyu Biru, Kab.Semarang terbukti hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SKI masih terlalu rendah walaupun masih di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari hasil nilai rata-rata harian siswa kelas VI diihasilkan nilai rata-rata 6, 4 sedangkan nilai KKM mata pelajaran SKI adalah 6,0. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode scrambele dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran SKI. Penggunaan metode scramble ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap hasil belajar siswa/ prestasi balajar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan data kuantitatif menggunaakan analisi diskriptif, dan data kualitatif barupa informasi barbantuk kalimat yang menggambarkan tentang ekspresi siswa terhadap mata pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa Pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode scramble mampu meningkatkan minat belajar dan motivasi pada siswa dalam pembelajaranSKI. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi disiklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan, pada siklus II mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh di dalam kelas juga bias diatasi sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 67% siswa. Metode scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran SKI, yang ditandai adanya peningkatan nilai siswa yang mencapai ketuntasan (KKM = 60) dalam setiap siklus pembelajaran yaitu pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 11 siswa (61%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (39%), pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 12 siswa (67%) dan yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (33%), pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 18 siswa (100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang tidak tuntas belajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode scramble dapat meningkatkan prestasi balajar mata pelajaran SKI siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 sehingga pengembangan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran. DAFTAR ISI SAMPUL ………………………………………………………………………........... i LEMBAR BERLOGO ………………………………………………………………. ii JUDUL ……………………………………………………………………………….iii PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………………….iv PENGESAHAN KELULUSAN………………………………………………………v PERYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………………........vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………………...vii KATA PENGANTAR……………………………………………………………....viii ABSTRAK…………………………………………………………………………….x DAFTAR ISI………………………………………………………………………....xii DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. xvi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xvii DAFTAR BAGAN…………………………………………………………...........xviii DAFTAR GRAFIK………………………………………………………………....xix DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………....xx BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………….......1 A. LATAR BELAKANG………………………………....................1 B. RUMUSAN MASALAH……………………………………...... 6 C. TUJUAN PENELITIAN…………………………………………6 D. HIPOTESIS TINDAKAN……………………………………….7 E. MANFAAT HASIL PENELITIAN……………………………...8 F. PENJELASAN DAN DEFENISI OPRASIONAL……...............9 G. METODE PENELITIAN……………………………………….13 BAB II : KAJIAN PUSTAKA………………………………………………..28 A. TINJAUAN TENTANG PRESTASI BELAJAR………………28 1. Pengertian Belajar……………………………………….......28 2. Prinsip Belajar Dan Pembelajaran………………………......32 3. Tinauan Tentang Perhatian Dalam Belajar………………….43 4. Tinjauan Tentang Motivasi Dalam Belajar………………….50 5. Hasil Atau Prestasi Belajar………………………………….60 B. TINJAUAN TENTANG SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM…………………………………………………………..62 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam………………………62 2. Tujuan Dan Fungsi…………………………………………..64 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran SKI………………………...65 4. Setandar Kompetensi Lulus (SKL) Untuk Mata Pelajaran SKI ………………………………….................................................67 5. Setruktur dan Jenis materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam............................................................................................70 C. TINJAUAN TENTANG METODE PEMBELAJARAN………72 1. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam …………72 2. Pengertian Metode Pembelajaran …………………………..72 3. Metode-metode Sejarah Kebudayaan Islam Yang Efektif……..................................................................................74 4. Tujuan Tentang Metode Scramble …………………….........77 BAB III : GAMBARAN UMUM MI THOLABIYAH ……………….............85 A. GAMBARAN SITUASI UMUM MI THOLABIYAH ………..85 B. DESKRIPSI PELAKSANAAN PENELITIAN………………...95 C. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS I……………..............96 D. DESKRIPSI PELAKSANAAN SIKLUS II…………………..102 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………............107 A. DESKRIPSI KONDISI AWAL ………………………............107 1. Hasil Penelitian Siklus I……………………………………109 2. Hasil Penelitian Siklus II…………………………………..115 BAB V : PENUTUP………………………………………………................126 A. KESIMPULAN ……………………………………………….126 B. SARAN …………………………………………………….....128 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….130 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR TABEL Halaman TABEL 1 : Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam persen (%) 27 TABEL 2 : Contoh Soal dengan Model Scramble 79 TABEL 3 : Daftar Guru MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang TABEL 4 : Keadaan Peserta Didik MI Tholabiyah TABEL 5 : KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). TABEL 6 : Hasil Nilai Formatif Pretes TABEL 7 : Hasil Nilai Evaluasi Siklus I 89 90 92 107 109 TABEL 7.1 : Hasil Observasi Siklus I Aspek Perhatian 113 TABEL 7.2 : Hasil Observasi Siklus I Aspek motivasi 114 TABEL 8 : Hasil Nilai Evaluasi Siklus II 116 TABEL 8.1 : Hasil Observasi Siklus II Aspek Perhatian 118 TABEL 8.2 : Hasil Observasi Siklus II Aspek Motivasi TABEL 9 : Hasil Evaluasi Pretes, Siklus I, dan Siklus II 119 123 DAFTAR GAMBAR Gambar. 1 : Langkah Penelitian Tindakan Kelas……………………………17 DAFTAR BAGAN Halaman Bagan .1 : Bagan Struktur Organisasi MI Tholabiyah Tegaron Kec.Banyubiru Kab.Semarang Th Pelajarn 2010/2011………………………..87 DAFTAR GRAFIK 1. Grafik 1 : Grafik Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II………….122 2. Grafik 2 : Grafik Hasil belajar Pretes, dan Tes Siklus I dan II….124 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN :1 RPP SIKLUS I LAMPIRAN :2 RPP SIKLUS II LAMPIRAN :3 SOAL PRETES LAMPIRAN :4 SOAL TES SIKLUS I LAMPIRAN :5 SOAL TES SIKLUS II LAMPIRAN :6 DAFTAR NILAI RATA-RATA PRETES DAN TES SIKLUS I DAN II LAMPIRAN :7 LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I PADA ASPEK PERHATIAN 7.1 LEMBAR OBSERVASI SIKLUS I PADA ASPEK MOTIVASI LAMPIRAN :8 LEMBAR OBSEVASI SIKLUS II PADA ASPEK PERHATIAN LAMPIRAN : 8.1 LEMBAR OBSERVASI SIKLUS II PADA ASPEK MOTIVASI LAMPIRAN :9 DOKUMENTASI PENELITIAN LAMPIRAN : 10 DAFTAR NILAI SKK LAMPIRAN : 11 SURAT KETERANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu aspek ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sangat penting untuk kehidupan individu maupun bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama dan untuk kehidupan para peserta didik. Sejarah pada hakekatnya suatu peristiwa dan perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek dan dimensi kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan keyakinan. Menurut Hanafi Sejarah Kebudayaan Islam bukan sekedar menunjukkan bahwa kebudayaan itu dihasilkan oleh orang-orang muslim melainkan sebagai rujukan sumber nilai, maka Islam menjadi nilai kebudayaan itu. Ini juga berarti bahwa kebudayaan Islam adalah hasil karya cipta, dan rasa manusia yang menafsirkan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Sejarah Kebudayaan Islam sama dengan sejarah kebudayaan lain pada umumnya, yaitu bersifat dinamis, perbedaannya, terletak pada sumber nilainya (2009:04). Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam harus dipahami dan dimaknai secara luas. Artinya belajar Sejarah Kebudayaan Islam haruslah dimaknai secara dalam, bukan hanya menghafal peristiwa-peristiwa masa lampau tapi juga harus memaknai segala pristiwa tersebut, sehingga mampu meneladani setiap kisah- kisah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Keberhasilan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam juga tergantung pada strategi dan metode pembelajaran yang tepat, dan keberhasilan siswa tidak hanya tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan, kurikulum maupun metode, akan tetapi guru mempunyai posisi yang sangat strategi dalam meningkatkan prestasi siswa dalam penggunaan strategi pembelajaran yang tepat, dan mampu memotivasi siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Menurut R. Gagne dalam teori belajar, Gegne memberikan dua definisi dalam masalah belajar yaitu (1) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku. (2) Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi (Slameto, 1991: 15). Berbeda dari pendapat di atas, Ernest R. Hilgard memberi batasan “belajar adalah suatu proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keadaan (karena adanya latihan) perubahan itu tidak disebabkan kerena proses pertumbuhan atau pematangan atau keadaan organisme sementara”(Soetomo, 1993:119). Dari kedua pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar bukan hanya proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaaan dan tingkah laku yang diperoleh melalui intruksi tapi juga proses yang dapat melahirkan atau mengubah suatu kegiatan karena mereaksi terhadap suatu keaadaan (latihan). Fakta yang terjadi di sekolah-sekolah terutama ditingkat MI atau Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bukanlah merupakan mata pelajaran yang menyenangkan melainkan kurang menarik. Mulai dari tingkatan kelas 3 sampe kelas 6, mata pelajaran ini kurang diminati oleh kebanyakan siswa. Hal ini berdasarkan temuan survei pada tanggal 8 April 2009 di MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyu Biru, Kab Semarang terbukti hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam masih terlalu rendah walaupun masih di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari hasil nilai rata-rata harian siswa kelas V diihasilkan nilai rata-rata 6, 4 sedangkan nilai KKM mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah 6,0. Rendahnya prestasi belajar tersebut, disebabkan karena para guru kurang mampu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian peserta didik untuk belajar. Dengan kata lain, pembelajaran yang mereka lakukan masih bersifat konvensional, yaitu hanya terbatas pada penyampaian serangkaian fakta sejarah, dan hanya menggunakan metode ceramah. Soetomo berpendapat bahwa “metode ceramah adalah metode yang masih bersifat tradisional sehingga proses belajar anak hanya sekedar merekam informasi saja, hal demikian mengakibatkan proses belajar anak hanya bersifat harafiah saja, guru mendiktekan informasi dan murid memperhatikan dan mencatat. Yang akhirnya anak membiasaakan diri untuk tidak kreatif mengemukakan ide-ide dan pemecahan masalah yang efeknya akan dibawa anak dalam kehidupan di masyarakant. Dia kurang dapat mengelola informasi menjadi ide-ide baru tetapi hanya merekam dan mengemukakan informasi seperti yang telah diterimanya. Seolah anak bagaikan kamera yang hanya dapat merekam situasi saat itu saja tanpa ada reaksi” (Soetomo, 1993:145). Sehingga proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kurang berhasil, hal itu membuat siswa cenderung kurang memperhatikan penjelasan guru dan sibuk sendiri, yang akibatnya suasana kelas menjadi gaduh. Rendahnya prestasi belajar tersebut, disebabkan juga karena siswa menganggap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam tidak penting karena hanya berisi tentang sejarah masa lampau dan hanya berisi hafalan-hafalan. Serta minat siswa kurang karena pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terletak pada jam terakhir (jam ke 7, 8) sehingga anak sudah merasa lelah dan lapar serta daya konsentrasinya mulai melemah karena ingin cepat pulang. Dan kesulitan yang di temui di lapangan yaitu siswa kesulitan untuk menghafal dan mengingat nama-nama tokoh dan nama tempat atau daerah dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam hal tersebut menjadi alasan siswa untuk tidak tertarik pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dari persoalan yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak kriteria metode yang diperlukan. Oleh sebab itu untuk mengatasi masalah tersebut, metode yang digunakan haruslah menarik, tidak membosankan, dan mampu mengatasi problematika yang ada. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menerapkan metode scrambele dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Karena scrambele adalah permainan yang digemari semua orang terutama anak-anak. Karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan cara-cara seperti ini siswa dapat lebih mudah dalam mengingat nama-nama tokoh dan daerah dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal-hal di atas menjadi dorongan bagi peneliti untuk memperbaiki pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar, upaya tersebut dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan kalas (PTK). Hal ini karena, Penelitian Tindakan Kelas pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat penuaian misi professional pendidikan yang diemban oleh guru. Dengan demikian penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode scrambele. B. Rumusan Masalah Pokok permasalahan ini dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan perhatian siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011? 2. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011? 3. Apakah dengan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V dalam MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/ 2011? C. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode scrambele (kata acak) dapat meningkatkan perhatian siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode scrambele (kata acak) dapat meningkatkan motivasi siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011. 3. Untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran dengan metode scrambele (kata acak) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab.Semarang dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar Tahun Pelajaran 2010/2011. D. Hipotesis tindakan Penelitian ini diharapkan Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011. 2. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. 3. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Pada Materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. E. Manfaat hasil penelitian Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat yaitu: 1. Manfaat Teoristis a) Bagi peserta didik, akan memperoleh pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya untuk memperoleh nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam yang sangat berguna bagi dirinya. b) Peningkatan presrtasi, penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan memberikan sumbangan bagi peningkatan prestasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang. c) Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi dan mendapat tambahan wawasan serta keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. d) Bagi Madrasah Ibtidaiyah, akan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu dan prestasi belajar di sekolah. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan bagi para guru di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang. 2. Manfaat Praktis a) Pelaksanaan inovasi pembelajaran dari bawah. b) Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah. c) Pengembangan profesional guru melalui proses latihan sistematik secara berkelanjutan. F. Penjelasan Dan definisi Oprasional 1. Penjelasan istilah Agar tidak terjadi berbagai penafsiran yang keliru dan untuk membatasi ruang lingkup pembahasan penelitian ini perlu dijelaskan katakata dalam judul skripsi ini: a. Peningkatan berasal dari kata tingkat yang artinya jenjang atau babak (Poerwodarminto, 1993:103). Tingkat dapat pula dimaknai kelas atau posisi. Karena imbuhan Pe-an maknanya berubah menjadi menuju tingkatan atau kelas selanjutnya (Poerwodarminto,1999:413). Berdasarkan pengertian di atas, dapat di ditegaskan bahwa sesuatu yang mengalami peningkatan artinya mengalami perubahan menjadi lebih: kata menjadi lebih dapat berarti lebih baik, lebih tinggi, lebih maju dan sebagainya tergantung kata sifat yang menyertainya b. Prestasi Belajar Prestasi adalah nilai dari pada perilaku seseorang, sedangkan pengertian belajar menurut H.C Wetherington adalah suatu perubahan di dalam kepribadian seseorang yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi kecakanpan, sikap, kebiasaaan, kepribadian atau suatu pengertian (Usman, 1993:05). Dilihat dari pengertian di atas, Penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah nilai dari suatu perubahan di dalam diri siswa yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari interaksi kecakanpan, sikap, kebiasaaan, kepribadian atau mampu memahami suatu pengertian dari materi yang disampaikan oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam. c. Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991:02). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1) Sejarah Sejarah berarti catatan peristiwa yang pernah terjadi dimasa lampau. “Sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk, ialah bangunan yang disusun penulis sebagai suatu uraian atau cerita. uraian atau cerita itu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencangkup fakta-fata terangkaikan untuk menggambarkan suatu gejala sejarah baik proses maupun struktur, lebih lanjut Kartodirdjo berpendapat “ Sejarah dalam arti objektif menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses sejarah dalam aktualisasinya”(Kartodirdjo, 1992:14). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa sejarah merupakan masa lampau yang berisi peristiwa, dan setiap peristiwa sejarah hanya terjadi sekali, jadi mengajar sejarah adalah mengajar peristiwa sejarah dan perkembangan msyarakat yang telah terjadi. Sementara bahan ajar sejarah adalah produk masa-masa kini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada. 2) Kebudayaan “Kebudayaan pada umumnya sering diartikan secara sederhana sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta rasa dan karsa dengan menggunakan symbol-symbol serta artefak. Sejalan dengan pengertian in, kebudayaan meliputi cara hidup seluruh masyarakant yang mencangkup cara bersikap, menggunakan pakaian, bertutur bahasa, ibadah, dan norma-norma tingkah laku, serta sistem kepercayaan” (Toha, dkk, 1999: 240). Menurut pengertian di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil dari budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa yang mempunyai nilai dan meliputi cara hidup masyarakat. 3) Kebudayaan Islam Kebudayaan Islam adalah paduan dari cipta, rasa, dan karsa yang berpangkal dari akal batin yang sesuai dengan ajaran Islam. Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam menjadi nilai dalam kebudayaan itu bukan hanya kebudayaan itu dihasilkan oleh orang-orang Muslim saja. Dan yang membedakan Sejarah Kebudayaan Islam dengan sejarah kebudayaan lain adalah terletak pada sumber nilainya. e. Metode adalah cara mendapatkan sesuatu. Yang dimaksud metode pembelajaran, adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hanafi, 2009:195). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahawa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran yang telah terencana dan disusun praktis dalam bentuk kegiatan nyata. f. Scrambele atau kata acak merupakan permainan yang digemari oleh semua orang, tidak hanya anak karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase (Hanafi, 2009:207). Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa scrambele adalah permainan yang menarik dan digemari oleh semua orang karena melibatkkan kejelian pikiran. Dengan scrambele maka pembelajaran Sejarah Kebudayaa Islam Pada Materi Perang Badar akan terkesan lebih segar dan menyenangkan. G. Metode Penelitian 1. Rencana Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan rame dibicarakan dalam dunia pendidikan, istilah dalam bahasa inggris adalah Clasroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menggambarkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas, dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka tiga pengetian yang dapat diterangkan. a. Penelitian yaitu menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. b. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. c. Kelas, dalam hal ini tidak menunjuk pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang di maksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula (Arikunto, dkk :2008:03) Dengan menggabungkan tiga kata tersebut maka penelitian tindakan kelas adalah guru melakukan sesuatu yang mana arah dan tujuan penelitian tindakan guru sudah jelas demi kepentingan anak didik dalam memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Sedangkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom Action Research (CAR) yang artinya sebuah kegiatan penelitian yang dikerjakan di kelas. Menurut Aqib PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran (Aqib: 2006: 12). Dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan cara dan aturan serta metode tertentu yang bertujuan untuk mengatasi problem yang terjadi di kelas tersebut, serta untuk memperoleh data atau informasi yang meningkatkan mutu dalam dunia pendidikan. bermanfaat dalam 2. Subjek, waktu, dan lokasi penelitian a. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah semua siswa Kelas V yang berjumlah 18 anak di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. b. Waktu pelaksana Penelitian ini dilaksanakan pada semester I, selama kurang lebih dua bulan, yaitu mulai dari bulan Juni sampai bulan Juli 2010 Tahun Pelajaran 2010/2011. c. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. 3. Langkah-langkah Penelitian Penelitian tindakan kelas menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran. Namun demikian, ada hal yang sangat perlu dipahami bahwa penelitian tindakan kelas bukan mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung suatu pengertian bahwa tindakan yang dilakukan atas upaya meningkatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim, yaitu (Arikunto, 2008:16). a) Perencanaan b) pelaksanaan c) pengamatan d) Refleksi Gambar .1 Gambar langkah Penelitian Tindakan Kelas: (Rencana Tindakan) Terselesaikan Refleksi I Analisis Data I Tindakan I Obervasi I SIKLUS I Permasalahan Alternatif Pemecahan Pelaksanaan (Rencana Tindakan) Terselesaikan Refleksi II Analisis Data I Belum Terselesaikan Tindakan II Obervasi II SIKLUS II Permasalahan Alternatif Pemecahan Pelaksanaan Siklus Selanjutnya Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dirancang dalam 3 siklus. Masing-masing siklus dapat dilakukan dalam 4 tahap berikut ini: Siklus I Tahap Perencanaan (planning) a) Pelaksanaan tes diagnosa yang berfungsi sebagai evaluasi awal untuk menspesifikasikan masalah. b) Pembuatan skenario pembelajaran. c) Pembuatan media pembelajaran dalam rangka implementasi PTK. d) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana situasi pembelajaran berlangsung. e) Membuat alat evaluasi untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik. Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting) a) Kegiatan awal ( + 5 menit) 1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran. 2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. b) Appersepsi, c) Kegiatan inti (+ 50 menit) 1) Guru membagi bahan materi Perang Badar dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 2) Guru menjelaskan materi Perang Badar dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 3) Guru mengadakan tanya jawab tentang materi Perang Badar dengan siswa, berdasarkan nomor urut presensi peserta didik. 4) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan dibantu oleh guru. d) Kegiatan akhir (+ 15 menit) 1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan scramble (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa tentang materi Perang Badar. 2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar. 3) Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya, guru meminta setiap siswa secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan. 4) Guru memotivasi siswa untuk belajar 5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis Tahap Observasi dan mengevaluasi proses serta hasil tindakan (observing and evaluating) a) Guru mengevaluasi kegiatan pembelajaran dalam rangka mengukur keberhasilan siswa dengan menggunakan instrumen post test. Tahap Refleksi (reflecting) Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto dkk, 2008:80). Jadi, pada tahapan ini penulis akan mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan, penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan berdasarkan data-data yang telah terkumpul kemudian akan mencari titik kelemahan dan kelebihan sebagai renungan guna menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya. Siklus II Tahap Penerapan Tindakan (acting) Siklus II dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I, dan siklus III dilaksanakan karena siklus II belum mampu mengatasi masalah (Aqib, 2009:37). Siklus II ini dirancang dalam 4 tahap, dengan rincian sebagai berikut: Tahap Perencanaan (planning) Pada tahap ini dilakukan tes diagnostic yang berfungsi sebagai evaluasi awal untuk menspesifikasikan masalah yang sesuai hasil analisa data pada siklus I, pembuatan skenario pembelajaran disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada siklus I, menyiapkan media pembelajaran, yaitu media scraeble. Kegiatan dalam tahap ini dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang didesain sesuai dengan kebutuhan, antara lain sebagai berikut ini: a) Kegiatan awal (+ 15menit) 1) Melakukan doa bersama untuk mengawali pembelajaran. 2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. 3) Appersepsi, untuk menguji kesiapan belajar siswa, guru mengadakan evaluasi tentang materi yang akan diajarkan dengan cara membagikan lembar kerja yang didisain permainan scrambele yang berisi pertanyaan kepada siswa dan lembar kerja tersebut yang berisi tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam, Tugas setiap siswa adalah mencari pasangan yang cocok dan merangkai kata-kata yang di kacau balaukan dengan pertanyaan maupun jawaban yang tertera di lembar kerja tersebut. Setelah semua siswa mendapatkan jawaban yang cocok, guru meminta setiap siswa secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada temanteman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama. b) Kegiatan inti (+ 50 menit) 1) Guru menjelaskan ulang secara singkat materi Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Guru memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari kepada siswa. 3) Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi jawaban dari temannya. c) Kegiatan akhir (+ 15 menit) 1) Guru menyampaikan kesimpulan dari pokok bahasan yang telah disampaikan. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 3) Memotivasi siswa untuk giat belajar 4) Penuggasan, siswa diminta untuk meringkas materi Sejarah Kebudayaan Islam. Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis. Tahap Observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan (observing and evaluating) a) Observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dan siswa pada siklus II dengan menggunakan lembar observasi. b) Mengevaluasi kegiatan pembelajaran melalui instrumen post test untuk mengukur ngkat keberhasilan belajar siswa. Tahap Reflektif (reflecting) Pada tahap ini seluruh tindakan yang dilakukan di dalam siklus II, dianalisa dibuat penafsiran hasil observasi. Dari hasil analisa data tersebut, guru merefleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Siklus III Siklus III dirancang untuk menyempurnakan seluruh tindakan yang telah dilakukan pada siklus sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam siklus III ini adalah sebagai berikut: Tahap Perencanaan (planning) Dalam tahap perencanaan, dilaksanakan tes diagnostik yang berfungsi sebagai evaluasi kedua untuk menspesifikasi masalah sesuai dengan hasil analisa data pada siklus II. Membuat skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan kekurangan dan kelemahan pada siklus II serta menyiapkan media pembelajaran scrambele. Tahap Penerapan Tindakan (action) Kegiatan yang dilaksanakan pada tahapan terdiri dari: a) Kegiatan awal (+ 10 menit) Mengawali pembelajaran dengan doa bersama-sama. 1) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. Appersepsi, untuk menguji kesiapan belajar siswa, guru mengadakan evaluasi tentang materi yang akan diajarkan dengan cara membagikan lembar kerja yang didisain permainan scrambele yang berisi pertanyaan kepada siswa dan lembar kerja tersebut yang berisi tentang materi Sejarah Kebudayaan Islam, tugas setiap siswa adalah mencari pasangan yang cocok dan merangkai kata-kata yang di acak dengan pertanyaan maupun jawaban yang tertera di lembar kerja tersebut. Setelah semua siswa mendapatkan jawaban yang cocok, guru meminta setiap siswa secara bergantian membacakan soal yang diperoleh dengan suara keras kepada teman-teman lainnya. Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama. b) Kegiatan inti (+ 60 menit) 1) Guru menjelaskan ulang secara singkat materi Sejarah Kebudayaan Islam. 2) Guru menyiapkan draff pertanyaan yang berisi pertanyaan inti dari keseluruhan materi Sejarah Kebudayaan Islam. 3) Latihan soal sebagai evaluasi tes akhir pembelajaran. c) Kegiatan akhir (+ 10 menit) 1) Mengulas soal evaluasi secara bersama-sama. 2) Memotivasi siswa untuk rajin belajar. 3) Menutup kegiatan pembelajran dengan bacaan kafarotul majlis. Tahap observasi dan evaluasi proses serta hasil tindakan (observing and evaluating) a) Guru melakukan observasi terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. b) Kepala sekolah melakukan observasi terhadap rencan pembelajaran sebagai skenario pembelajaran yang disusun dan disiapkan oleh guru. Tahap Refleksi (reflection) Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi, dikumpulkan untuk dilakukan analisa dan membuat penafsiran. Dari hasil penafsiran data tersebut, penulis membuat kesimpulan penelitian tindakan. 4. Teknik dan Alat pengumpulan Data Instrumen penelitian yang dipahami untuk mendapatkan data masalahsebagai berikut: a. Butir soal tes. b. Lembar observasi/ pengamatan untuk mengamati peserta didik. c. Pedoman dokumentasi. 5. Teknik pengumpulan data a. Tes Mengadakan tes/ evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik melalui pretes dan post tes. b.Observasi a) Melakukan observasi/ pengamatan terhadap aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode penelitian ilmiah yang menggunakan dokumen-dokumen sebagai bahan acuan untuk kepentingan penelitian. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah daftar laporan pendidikan untuk nilai Sejarah Kebudayaan Islam. Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyu biru Kab Semarang, untuk melihat kegiatan belajar mengajar. 6. Teknik Analisis Data Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ada dua jenis data yang yang dapat dikumpulkan : a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat di analisis secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis secara deskriptif. Missal mencari nilai rata-rata, persentase, keberhasilan belajar (Aqib, 2009: 40-41). 1. Nilai rata-rata di dapat dengan menggunakan rumus: x X N Keterangan: x : Nilai rata-rata ∑X : Jumlah semua nilai siawa ∑N : Jumlah Siswa 2. Untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar P siswa yang tuntas belajar x100% siswa Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dilakukan sebagai bahan refleksi dalam memeperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model belajar yang tepat. Tabel.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam persen (%) Tingkat Keberhasilan (%) 80 % Arti Sangat tinggi 60-79 % Tinggi 40-59 % Sedang 20-39 % Rendah < 20 % Sangat rendah b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang ekspresi siswa tentang tingkat atau sikap siswa terhadap mata pelajaran (kognitif), pandangan aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian antusias dalam belajar, dan seterusnya dapat di analisa secara kualitatif. (Arikunto, dkk: 2008: 131). BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar artinya berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian atau keahlian. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Slameto yang mengemukakan bahwa“Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (1991:02). Berbeda dengan pendapatnya Djaramah, menurutnya “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif. dan psikomotorik” (2003:13). Pendapat Slameto dan Djramah di atas dijelaskan dalam firman Allah QS.Al- Imron ayat 190-191 yang menjelaskan tentang arti belajar: Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakanl (190). (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa nerakan (191) (QS. Al-Imron 190-191). Penjelasan dari Surat Al Imron ayat 190-191 sebagai berikut: Allah swt berfirman memperingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa apa yang diciptakan oleh-Nya berupa langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, planet dan bintang-bintang yang gemerlapan, lautan, gunung-gunung, hutan-hutan, pohon-pohon dan tetumbuhan, bermacam-macam binatang dan beraneka tambang, semua itu mengandung banyak hal misalnya, tanda-tanda yang nyata bagi orang-orang yang memiliki akal yang sempurna, sehat dan cerdas dan bukanya orang yang buta dan tuli pikiranya (Bahreisy, 1984:278). Allah menafsirkan orang-orang yang berakal dan sehat itu bahwa mereka itu selalu ingat kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun merakan berada, selagi duduk, berdiri, dan berbaringpun. Mereka memikirkan ciptaan Tuhan berupa langit dan bumi itu, meneladani dan merenungkan hikmah yang terkandung dalam ciptaan itu yang menandakan wujudnya Maha Pencipta yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Mereka merenungkan semuanya seraya berkata, Ya Tuhan kami Engkau tidak menciptakanh semua ini tanpa hikmah (Bahreisy, 1984:278). Dari penjelasan tentang ayat di atas penulis dapat menyimpulkan bawa Allah menciptakan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, planet dan bintang-bintang yang gemerlapan, lautan, gununggunung, hutan-hutan, pohon-pohon dan tetumbuhan, bermacam-macam binatang dan beraneka tambang, semua itu mengandung tanda-tanda yang nyata bagi orang-orang yang memiliki akal yang sempurna, sehat dan cerdas dan bukanya orang yang buta dan tuli pikiranya. Dan semua yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia karena didalamnya pastilah mengandung hikmah dan supaya kita berfikir dan merenungkan segala kekuasa-Nya. Dan proses berfiikir tersebut adalah salah satu dari unsur peristiwa belajar. Setiap manusia akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya dan selalu melaksanakan kegiatan/aktivitas dengan individu lain dan bahkan dengan lingkunganya yang menjadi pendudukung interaksi tersebut. Sekolah, keluarga, alam sekitar, dan berbagai aktivitas menjadi proses interaksi terhadap lingkunganya. Dari interaksi itu akan mendapat pengalaman, dan hasil pengalaman itu adalah hasil dari belajar, tanpa belajar manusia tidak akan dapat pengalaman. Belajar juga bisa dilatih dengan kebiasaan, karena kebiasaan itu menjadikan manusia itu untuk terbiasa belajar bukan hanya aktivitas belajar. Andai kita tahu bahwa dengan banyak latihan dan kebiasaaan belajar akan lebih mudah dan ringan serta menyenangkan, karena adanya daya memori kita akan selalu di asah sehingga, akan lebih mudah untuk dimasuki ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Manusia itu terdiri dari berbagai macam daya. Hal ini dipertegas dengan teori belajar menurut Ilmu Jiwa Daya. Menurut teori ini “jiwa manusia itu terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih daya tersebut dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh, untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata/angka-angka, istilah-istilah asing. Begitu pula untuk daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan/materinya, melainkan hasil dari pembentukan daya-daya tersebut. Maka dengan demikian seseorang yang belajar akan berhasil (Soetomo, 1993: 120). Berbeda dengan pendapat Good dan Brophy tentang belajar dalam bukunya Educational psychology A Realistic Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat. Yaitu learning is the development of new asosiation as a result of experience (belajar adalah perkembangan dari asosisasi baru sebagai hasil dari pengalaman). Beranjak dari defenisi yang dikemukakanya itu, selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal event). Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Bropy bukan tingkah laku yang nampak tetapi dari individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new asosiation). Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa antara perangsang-perangsang antara reaksi-reaksi atau antara perangsang dan reaksi (Purwanto, 1990:87). Berdasarkan penjelasan belajar di atas dapat dipahami bahwa, pada hakekatnya belajar merupakan suatu usaha penguasaan ide-ide atau pengetahuan yang baru serta pengembangan pengetahuan yang dimiliki yang akhirnya terjadi perubahan kegiatan mencakup kecakapan sikap dan prilaku (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena kesadaran sementara. 2. Prinsip Belajar dan Pembelajaran Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan tetapi harus menggunakan teori-teori dan perinsip-perinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karena itu, guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah-langkah prosedur pembelajaran, namun Ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru. Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum yang dapat kita pahami sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya, maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam belajar. Menurut pendapatnya Dimyati Mujiono prinsip-perinsip belajar dan pembelajaran berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, ketertiban langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (2002:42). Menurut Dimyati Mujiono hal di atas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peran yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengelolaan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar (Gagne dan Berliner, 1984: 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhanya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan meningkatkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatianya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gagne dan Berliner, 1984: 372). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap, bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intlektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dan pengetahuan nilainilai dan keterampilan (2002:43). Dari penjelasan yang berbeda di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa motivasi mempunyai kaitan dengan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu bidang studi tentu cenderung tertarik perhatianya dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. b. Keaktifan Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dipahamkan kepada orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, “bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar membimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Devies, 1937:31)” (2002:44). Menurut teori kognitif menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpanya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gagne and Berliner, 1984: 267), menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam, proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah mencari dan mengemukakan fakta, menganalisis menafsirkan dan menarik kesimpulan (2002: 45). Thorndike mengemukakan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise-nya“ yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa induvidu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, social” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gredler MEB terjemah Munadir, 199:105). Dari penjelasan yang berbeda di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa anak adalah makhluk aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Jadi belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain juga tidak bisa dipahamkan kepada oarang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan oleh orang lain. Sehingga harus anak aktif yang mengalami sendiri. Dan dalam setiap proses belajar, siswa selalu manampakan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. c. Keterlibatan langsung/ Berpengalaman Dimuka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi Ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performence), bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), aplagi sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling) (2002: 45). Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan”learning by doing “-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator (2002:46). Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung, yaitu dengan cara dilakukan oleh siswa sendiri, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab dalam hasilnya. Sehingga pengalaman itu dapat diserap dan dipahami sehingga pengalaman itu dapat menjadi guru yang baik. d. Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barang kali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikilogi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan akan daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna (2002: 46). Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hokum belajarnya “law of exercise“ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thorndike, 1931b:20 dari Greddler, Margaret E Bell, terjemah Munadir, 1991: 51) (2002: 47). Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionosme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada Psikologi Conditioning respon akan timbul bukan karena saja oleh stimulus tetapi juga karena stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkahlaku manusia yang tejadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini prilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu prilaku atau respon terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, dan pembiasaaan tidak perlu suatu stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta (2002: 47). Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak biasa dipahami untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. “Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gagne dan Berliner, 1984: 259)” (2002: 47). Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam belajar butuh pengulangan, yang berguna untuk memgembangkan daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menganggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Karena jika daya-daya tersebut selalu dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. e. Tantangan Teori Medan (Field theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah di atasi, artinya tujuan belajar itu telah tercapai, maka ia akan masuk pada medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah yang menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa (2002:48). Prinsip belajar ini bersesuaian dengan peryataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Devies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu siswa juga harus memiliki keinginannya yang besar terhadap segala masalah yang yang dihadapinya. Bentuk-bentuk prilaku siswa yang merupakan implikasi dan prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri atau mencari tahu pemecahan suatu masalah (2002: 53). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang akan dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar. Hambatan itu haruslah dijadikan sebagai tantangan sehingga siswa akan lebih bergairah dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam belajar karena belajar haruslah menantang, dari hal itu maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. f. Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Opreant Conditioning dari B.F Skiner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada Opreant Conditioning yang diperkuat adalah responya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F Skiner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif dan penguatan negatif dapat memperkuat belajar (Gagne dan Berliner, 1984:272 ) (2002: 48 ). Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce ) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih benyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (renforcement) (Devies, 1987: 32) (2002: 53). Dari kedua pendapat yang berbeda di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, siswa akan belajar lebih semangat bila mengetahui mendapatkan hasil yang baik hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar siswa selanjutnya, begitu juga sebaliknya siswa akan lebih terbakar semangatnya apabila ia mengetahui dapat nilai yang buruk karena hal itu akan membuat dia bangkit dan berusaha untuk memperbaiki usaha belajar selanjutnya. g. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siawa yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik, psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuanya (2002:49). Setiap siswa memiliki karakterisrinya sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan) nya sendiri danuntuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya beda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sarana belajar bagi dirinya sendiri. Implikasinya adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu dapat berupa prilaku fisik maupun psikis (2002:54). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa siswa merupakan individual yang unik karena tiap siswa memiliki perbedaan satu sama lain.perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan guru dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran. 3.Tinjauan Tentang Perhatian dalam Belajar. a. Pengertian Perhatian Menurut Suryabrata, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, perhatian merupakan salah satu dari sifat umum aktivitas jiwa. Kata perhatian tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini: 1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru. 2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan dengan dosen yang baru itu. Kedua contoh di atas itu mempergunakan kata perhatian. Arti kata tersebut, baik dalam masyarakant dalam hidup sehari-hari maupun dalam bidang pshikologi kira-kira sama. Karena itulah maka definisi mengenai perhatian itu yang diberikan oleh para ahli psikiologi juga dua macam yaitu kalau diambil intinya saja dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu obyek (lihat Stren, 1950, p. 653, dan Bigot, 1950, hlm 163). 2) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (1984:15-16). Penjelasan di atas dipertegas oleh Soemanto, menurutnya jika perhatian adalah aktivitas jiwa kurang tepat, dan bahkan perhatian itu bukan suatu fungsi. Fungsi yaitu bentuk umum cara berinteraksi dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku manusia yang tidak dapat dijabarkan lebih lanjut. Perhatian bukanya suatu fungsi, melainkan adalah modus suatu fungsi. Hal-hal yang termasuk suatu fungsi adalah pengamatan, tanggapan, fantasi,ingatan dan pikiran. Jadi fungsi memberi kemungkinan dan perwujudan aktivitas (1983:32). Perhatian menurut Soemanto juga dibagi menjadi dua defenisi atau dua macam yaitu: 1) Perhatian merupakan tenaga atau kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu obyek. 2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas (1983:32). Jadi dari kedua pendapat dari para ahli psikologi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian adalah tenaga atau kekuatan jiwa yang tertuju pada suatu obyek serta pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas. b. Macam-macam Perhatian Untuk memudahkan persoalan, maka dalam mengemukakan perhatian ini dapat di tempuh cara dengan menggolong-nggolongkan perhatian tersebut menurut cara tertentu. Adapun golongan-golongan atau macam-macamnya perhatian itu adalah sebagai berikut: 1) Atas dasar intensitasnya yaitu, banyak sedikitnya kesadaran yang menyadari sesuatu aktivas atau pengalaman batin, maka dibedakan menjadi dua: a) Perhatian intensif. b) Perhatian tidak intensif. Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti makin intensiflah perhatianya. Dalam hubunganya dengan hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan, bahwa tidak mungkin melakukan dua aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang intensif. Kecuali itu ternyata pula, maka makin intensif perhatian yang menyertai suatu aktivitas akan makin sukseslah ativitas itu. 2) Atas dasar cara timbulnya atau cara kerjanya, perhatian dibedakan menjadi: a) Perhatian spontan (perhatian tak sekehendak, perhatian tak disengaja). b) Perhatian sekehendak (perhatian disengaja, perhatian refleksif). Perhatian jenis petama timbul begitu saja, seakan-akan tanpa usaha, tanpa disengaja, sedangkan perhatian jenis yang kedua timbul karena usaha, dengan kehendak (Suryabrata, 1984:1618). 3) Atas dasar luasnya menurut pendapatnya Soemanto obyek yang dikenai perhatian, perhatian dibedakan menjadi: a) Perhatian terpusat (konsentratif). Yaitu perhatian yang tertuju pada lingkungan obyek yang sangat terbatas. Perhatian yang demikian ini sering pula disebut sebagai pehatian konsertratif. Jadi orang yang mengadakan kosentrasi pikiran yaitu berarti berfikir dengan perhatian terpusat. Misalnya kita dapati pada seseorang yang sedang memperbaiki jam. b) Perhatian terpancar (distributif). Perhatian yang tertuju pada lingkup obyek yang sangat luas atau tertuju pada bermacam-macam obyek. Perhatian yang demikian dapat dilakukan oleh seorang guru dimuka kelas yang pada suatu saat itu harus menunjukan perhatian kepada tujuan pelajaran, materi pelajaran, buku pelajaran, alat pelajaran, metode belajar mengajar, lingkungan psikis kelas, tingkah laku anak didik yang cukup banyak jumlahnya (Soemanto: 1983:33). Di tinjau dari segi kepentingan pendidikan dan belajar, pemilihan jenis perhatian yang efektif untuk memperoleh pengalaman belajar adalah hal yang penting bagi subyek yang belajar. Pemilihan cara kerja perhatian oleh anak didik ini dapat dibimbing oleh pihak pendidik atau lingkungan belajarnya. Soemanto berpendapat bahwa, salah satu usaha untuk membimbing perhatian anak didik yaitu melalui pemberian rangsang atau stimuli yang menarik perhatian anak didik. Hal-hal yang menarik perhatian dapat ditunjukan melalui tiga segi, yaitu: a) Segi Obyek Hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteknya, misalnya : (1) Benda yang bergerak dalam situasi lingkungan yang diam dan tenang. (2) Warna benda yang lain dari warna benda-banda yang ada disekitarnya. (3) Stimuli yang beraksi berbeda dari aksi lingkunganya. (4) Keadaan sifat, sikap dan cara yang berbeda dari biasaanya. (5) Hal yang muncul mendadak dan hilang mendadak. b) Segi Subyek Hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang saling bersangkut paut dengan pribadi subyek, misalnya: (1) Hal-hal yang bersangkut paut dengan kebutuhan subyek. (2) Hal-hal yang bersangkut paut dengan minat dan kesenangan subyek. (3) Hal-hal yang bersangkut paut dengan profesi dan kegiatan subyek. (4) Hal-hal yang bersangkut paut dengan sejarah atau pengalaman subyek. (5) Hal-hal yang bersangkut paut dengan tujuan dan cita-cita subyek. c) Segi Komunikator Komunikator yang membawa subyek dalam posisi yang sesuai dengan lingkunganya, misalnya: (1) Guru/komunikator yang memberikan pelayanan/perhatian khusus kepada subyek. (2) Guru/komunikator yang menampilkan dirinya diluar konteks lingkunganya. (3) Guru/komunikator yang memiliki sangkut paut dengan subyek (1983:33-34). Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan dalam membimbing perhatian anak didik, yaitu, penggunaan metode penyajian pelajaran yang dapat diterima oleh anak didik. Penerimaan ini akan efektif apabila pelajaran sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan anak didik. Menurut Soemanto perhatian yang tepat dilakukan dalam belajar yaitu: a) Perhatian intensif perlu digunakan, karena kegiatan yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih terarah. b) Perhatian yang disengaja perlu digunakan, karena kesengajaan dalam kegiatan akan mengembangkan pribadi anak didik. c) Perhatian sempontan perlu dilakukan, karena perhatian yang spontan cenderung dapat berlangsung lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja (1983:34-35). Dari penjelasan tentang perhatian di atas penulis dapat menyimpulkan bawa aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses, prestasinya akan lebih tinggi. Perhatian spontan atau perhatian tidak disengaja cenderung untuk berlangsung lebih lama dan lebih intensif dari pada perhatian disengaja. Alangkah baiknya jika para siswa menerima pelajaran dengan perhatian spontan. Dalam kenyataan sebagian besar pelajaran justru diterima oleh siswa dengan perhatian yang disengaja, karena itu guru atau pendidik seharusnya selalu berusaha menarik perhatian para siswa didiknya. 4.Tinjauan Motivasi dalam Belajar. a. Pengertian Motivasi. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut ikut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut ialah motivasi. Menurut Uno motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berbeda pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi yang mendasarinya (2006:01). Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Sardiman, 1994:73). Dari kedua pendapat yang berbeda di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau kekutan/enargi baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat juga di artikan dorongan mental dan juga biasa disebut sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar melakukan pekerjaan yang diinginkan sesuai dengan tujuan tertentu yang di tetapkan terlebih dahulu. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran guru harus bercita-cita membangkitkan minat muridnya dengan memberi perhatian dan motivasi terhadap anak didiknya sehingga akan tercapai tujuan yaitu dapat neningkatkan prestasi dalam belajar. b. Motivasi Belajar Menuru Uno motivasi dalam belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus di ingat kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat (2006: 23). Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar (Uno, 2006: 23). Indikator motivasi belajar menurut Uno, dapat di klasivikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. 3) Adanya cita-cita masa depan. 4) Adanya penghargaan dalam belajar. 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (2006:23). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan anatara lain adanya hasrat, dorongan, cita-cita, penghargaan, kegiatan yang menarik, dan lingkungan belajar yang kondusif dalam belajar. c. Tujuan Motivasi dalam Belajar Tujuan motivasi secara umum yaitu motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil/atau mencapai tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemampuanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan di tetapkan di dalam kurukulum (Wahid, 2002:04). Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi sangatlah penting dalam pembelajaran karena motivasi sangat berpengaruh di dalam proses pembelajaran. Karena motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau menggugah para peserta didik agar timbul keinginan dan kemampuanya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di capai para peserta didik d. Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran. Menurut Uno, motivasi sangat berperan dalam proses belajar dan pembelajaran. Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan prilaku individu yang sedang belajar. Peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran adalah: 1) Peran Motivasi dalam menentukan penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seoarang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyeleseikan tugas matematika. Dalam kaitan itu anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar. 2) Peran Motivasi dalam mempertegas tujuan belajar. Peran motivasi dalam mempelajari tujuan belajar erat kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Sebagai contoh, anak akan termotivasi belajar elektronik karena tujuan belajar elektronik dapat melahirkan kemampuan anak dalam bidang elektronik. Dalam suatu kesempatan misalnya anak tersebut diminta untuk memperbaiki radio rusak, dan berkat pengalamannya dalam bidang elektronik, maka radio tersebut menjadi baik setelah diperbaikinya. Dari pengalaman itu anak akan makin hari makin termotivasi untuk belajar, karena sedikit anak sudah mengetahui makna dari dari belajar itu. 3) Memotivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun dalam belajar. Sebaliknya, apabila seorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar (2006:27-29). Dari penjelasan tentang peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran di atas, penulis dapat memberi kesimpulan bahwa motivasi sangatlah penting dalam setiap proses pembelajaran karena motivasi berperan dalam menetukan penguatan belajar yang artinya dengan kata lain motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak-anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar, berperan dalam memeperjelas tujuan belajar yaitu erat kaitanya dengan kemaknaan belajar, misalnya anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak., dan berperan dalam menentukan ketekunan belajar yaitu motivasi dalam belajar mengakibatkan seseorang akan tekun belajar, sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivas belajar maka dia tidak akan tahan lama belajar. Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan prestasi belajarnya turun. 4) Bentuk-bentuk motivasi di sekolah Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah: a) Memberi Angka Angka dalam hal ini sebagai symbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan/ nilai-nilai raport yang angkaangkanya baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. b) Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seorang yang tidak senang dan tidak berbakant untuk suatu pekerjaan terserbut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik munkin tidak akan menarik bagi sesorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. c) Saingan /kompetensi Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan belajar siswa. d) Ego Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyeleseian tugas dengan baik adalah symbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subyek belajar. Para siswa akan bekerja dengan keras biasa jadi karena harga dirinya. e) Memberi Ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus di ingat oleh guru, jangan terlalu sering (missal setiap hari) karena biasa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru juga harus terbuka maksudnya, kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. f) Mengetahui Hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar. Semakin mengetahui garfik hasil belajarnya meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya akan terus meningkat. g) Pujian Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyeleseikan tugas dengan baik, perlu di berikan pujian. Pujian ini adalah reinforment yang positif yang sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri. h) Hukuman Hukuman sebagai reinforment negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak biasa menjadi alat motrivasi. Oleh karena itu guru harus memahami perinsip-perinsip hukuman. i) Hasrat untuk belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. j) Minat Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat hubunganya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang baik. c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. k) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar (Sardirman, 1994: 91-95). Dari paparan di atas tentang bentuk-bentuk motivasi di sekolah penulis dapat menyimpulkan bahwa cara dan jenis untuk menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Antara lain dengan cara memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego involment, memberi ulanagan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui. Macam-macam bentuk cara untuk menumbuhkan motivasi di sekolah tersebut kadang-kadang tepat untuk dilakukan tapi kadang juga tidak tepat untuk dilakukan. Oleh karena itu guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberi motivasi tetapi malah tidak menguntungkan bagi perkembangan siswa. 5.Hasil atau Prestasi Belajar Menurut Arifin, kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestati yang artinya hasil usaha. Kata prestasi dapat digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan khususnya pengajaran. Dengan kata lain, yang dimaksud prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai siswa terhadap sejumlah materi tertentu dalam rangka memperoleh suatu perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, maupun perubahan sikap (1988:2-3). Dalam dunia pendidikan prestasi belajar adalah suatu hal yang mutlak untuk dicapai. Hal itu dikarenakan tolak ukur sebuah proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi yang dihasilkan siswa. Namun tidak semua siswa mampu berprestasi secara maksimal seperti yang diharapkan guru dan orang tua. Menurut Arifin (1988: 3-4) prestasi belajar mempunyai berbagai fungsi utama, antara lain: a) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. b) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu instuitusi pendidikan. e) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Ada berbagai hal yang menyebabkan siswa kurang berprestasi, diantaranya adalah televisi, ekonomi, kebobrokan keluarga, jumlah siswa yang kelas yang besar, tidak adanya integrasi sosial, tidak cukup waktu untuk pelajaran di kelas, kekurangan dana, dan disiplin yang rendah (Rimm, 1997:03). Untuk meningkatkan prestasi belajar di sekolah diperlukan usaha yang berkesinambungan dari guru. Merencanakan dan menciptakan suatu situasi belajar baik di sekolah maupun di rumah. Belajar memerlukan situasi yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan bagi siswa agar memungkinkan terjadinya pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif. Dilihat dari berbagai fungsi prestasi belajar di atas bahwa sangat penting mengetahui prestasi belajar anak didik baik secara individual maupun secara kelompok. Menurut Norman E. Gronlund (1977), mengemukakan bahwa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi sebagai berikut (Azwar, 1987:1619): a) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan intruksional. b) Tes prestasi harus mengukur suatu sempel yang reprensetatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program pengajaran. c) Tes prestasi harus berisi item-item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang di inginkan. d) Tes prestasi harus dirancang agar cocok dengan tujuan penggunaan hasilnya. e) Tes prestasi harus dibuat sereliabel mungkin dan kemudian harus ditafsirkan hasilnya dengan hati-hati. f) Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para siswa. Berdasarkan prinsip di atas akan diperoleh hasil atau prestasi belajar siswa dalam bentuk angka. B. Tinjauan Tentang Sejarah Kebudayaan Islam 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah adalah salah satu bagian mata Pelajaran Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan ( Depag, 2004: 64). Menurut Hanafi kata sejarah berasal dari bahasa arab, yaitu kata syajarah dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah. Pengertian estimologi ini mempengaruhi seseorang untuk melihat sejarah secara figuratif sebagai pohon yang mempunyai akar yang berfungsi untuk memperkuat berdirinya batang pohon dan sekaligus untuk menyerap air dan makanan yang dibutuhkan demi keberlangsungan pertumbuhan pohon tersebut. Sebagaimana pohon, sejarah, yang sering dipahami sebagai cerita masa lalu, mempunyai akar yamg menjadi asal mula asal peristiwa atau sumber kejadian yang begitu penting sampai dikenang sepanjang waktu. Akar pohon yang baik akan menumbuhkan batang yang besar, kokoh, dan tinggi yang dibarengi dengan pertumbuhan dahan, ranting, daun, bunga, dan buah yang bermanfaat bagi manusia. Begitu juga dengan sejarah, kalau sejarah suatu peristiwa itu mempunyai titik awal atau dasar yang baik maka akan melahirkan budaya beserta cabang-cabangnya, seperti ekonomi, politik, bahasa, dan pengetahuan, yang pada akhirnya membuahkan karya seni dan tegnologi yang bermanfaat bagi manusia. Dari penjelasan di atas, Sejarah Kebudayaan Islam bisa dipahami sebagai berita atau cerita peristiwa masalalu yang mempunyai asal-muasal tertentu. Peristiwa menjelang Nabi Muhammad Saw lahir dan diutus sebagai Rosul adalah asal-muasal Sejarah Kebudayaan Islam. Dari akar ini tumbuh batang sejarah yaitu masa paska wafatnya Nabi Muhammad Saw yaitu masa Khalifah Al Rhosidun. Batang terus tumbuh dan akhirnya melahirkan cabang baik pemikiran, seperti Syiah, khawarij, Murjiah, dan Ahli sunah, atau kekuasaan, seperti, Dinasti Umayah, Dinasti Abassiah, Dinasti Fatimiyyah, dan seterusnya. Semua peristiwa baik yang menyangkut pemikiran, politik, ekonomi, teknologi, dan seni dalam sejarah Islam disebut sebagai kebudayaan. Jadi, kebudayaan ini adalah hasil karya, rasa dan cipta orangorang Muslim. Kata Islam pada sejarah kebudayaan Islam bukan sekedar menunjukan bahwa kebudayaan itu dihasilkan oleh orang-orang Muslim melainkan sebagai rujukan sumber nilai. Islam menjadi nilai kebudayaan itu. Ini juga berarti kebudayaan Islam adalah hasil karya, cipta, dan rasa manusia yang menafsirkan agamanya dari waktu kewaktu. Oleh karena itu sejarah kebudayaan Islam sama dengan sejarah kebudayaan lainya pada umumnya, yaitu bersifat dinamis. Perbedaanya terletak pada sumber nilainya (2009:04). 2. Tujuan Dan Fungsi Adapun tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai berikut: a) Pemberian pengetahuan tentang sejarah Islam dan Kebudayaan Islam kepada para peserta didik. b) Mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah. c) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada. d) Membekali peserta didik untuk membentuk kepribadianya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang luhur. Adapun fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sebagai berikut : a) Fungsi edukatif Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam kehidupan sehari-hari. b) Fungsi keilmuan Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memedai tentang Islam dan kebudayaannya. c) Fungsi tansformasi Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam rancang transformasi masyarakat (Depag, 2004:64-65). Dari penjelasan tentang tujuan dan fungsi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam merupakan contoh teladan yang baik bagi umat Islam terutama pada peserta didik dan merupakan sumber sari’ah yang besar. Dalam ranah yang lain pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dapat mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan menambah wawasan yang luas dalam ilmu pengetahuan. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Menurut Sholikin sejarah dianggap salah satu bidang study pendidikan agama. Yang dimaksud dengan sejarah ialah study tentang riwayat hidup Rosulullah Saw, sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial (1999:215). Dalam kurikulum ini Sejarah Kebudayaan Islam dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan (History of Islam and Islamic Culture). Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga akan diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan teknologi dalam Islam. Aktor sejarah yang diangkat meliputi nabi, sahabat dan kholifah, ulama, intlektual dan filosof. Faktor-faktor sosial dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan peserta didik tentang Sejarah Kebudayaan Islam (Depag, 2004:65). Ruang lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah meliputi: a) Sejarah masyarakat Arab, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. b) Dakwah Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahanya dalam berdakwah, kepribadian Nabi Muhammad Saw, Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Thaif, Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. c) Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Yatsib, Keperwiraan Nabi Muhammad Saw, peristiwa Fathul Mekkah, dan peristiwa akhir hayat Rosulullah Saw. d) Peristiwa-peristiwa pada masa khulafaurrasyidin. e) Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masin-masing (Hanafi, 2009: 87). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam dapat dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaan. Oleh karena itu kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan tetapi juga diangkat sejarah perkembangan ilmu agama, sains dan tegnologi Islam beserta aktor-aktor sejarah yang meliputi nabi, sahabat, kholifah, ulama, intlektual dan filosof, dan tidak kalah ketinggalan tentang munculnya faktor-faktor sosial, yang dimunculkan guna menyempurnakan pengetahuan dan menambah wawasan ilmu bagi para peserta didik. 4. Setandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Standar Kompetensi Lulusan Satuan dikembangkan berdasarkan tujuan Setiap pendidikan. Adapun Setandar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) SD/MI/SDLB/Paket A selengkapnya adalah: a) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak. b) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri. c) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkunganya. d) Menghargai keberagamaan agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitar. e) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif. f) Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik. g) Menunjukan rasa keingin tahuan yang tinggi dan menyadari potensinya. h) Menunjukan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. i) Menunjukan kemamampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar. j) Menunjukan kecintaan dan kepedulianya terhadap lingkungan. k) Menunjukan kecintaan dan kebanggaan terhadap Bangsa, Negara, dan Tanah air Indonesia. l) Menunjukan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal. m) Menunjukan kebudayaan hidup bersih. Sehat, bugar, aman, dan memenfaatkan waktu luang. n) Berkomunikasi secara jelas dan santun. o) Bekerja sama dalam kelompok, tolong-menolong menjaga diri sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya. p) Menunjukan kegemaran membaca dan menulis. q) Menunjukan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung (Hanafi, 2009: 84-85). Penyusunan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Setandar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah ini dilakukan dengan cara mempertimbangkan dan me-review Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Setandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Setandar Isi (SI) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek Sejarah Kebudayaan Islam untuk SD/MI, serta memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.II.1/PP.00/ED/681/2006, tanggal 1 Agustus 2006, tentang Pelaksanaan Setandar Isi, yang intinya bahwa Madrasah Ibtidaiyah dapat meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi (Hanafi, 2009: 86). Standar Kompetensi mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Ibtidaiyah. Kemampuan ini berorentasi pada aspek afektif dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan, ketaqwaan kepada Allah Swt. Kemampuan-kemampuan dasar yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini harus merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai di Madrasah Ibtidaiyah adalah: a) Kemampuan mengenal, mengidentifikasi sejarah masyarakant Arab pra Islam, sejarah kelahiran, dan sejarah kerasulan nabi Muhammad, serta dapat mengambil ibrahnya. b) Kemampuan mengenal, meneladani dakwah Nabi Muhammad Saw, dan para sahabatnya serta mengenal pribadinya, mengidentifikasi peristiwa isra’ mi’raj, peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw, ke thoif, dan dapat mengambil hikmah serta mampu meneladani kesabaranya. c) Kemampuan mengenal mengidentifikasi peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah, dapat mengambil hikmah dan meneladani kesabaranya, keperwiraanyadan peristiwa fathul mekah, serta menghayati perisriwa wafatnya Rosulullah Saw. d) Kemampuan mengidentifikasi dan meneladani nilai-nilai positif sejarah Khulafaur Rasyidin (Depag, 2004:65). Dari penjelasan di atas tentang Setandar Kompetensi Lulusan untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara subtansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. 5. Setruktur dan Jenis materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Materi pembelajaran (intruksional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai Setandar Kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. (Hanafi, 2009: 131). Berikut ini adalah struktur dan jenis materi Sejarah Kebudayaan Islam menurut Hanafi : a) Fakta Sejarah secara umum berisi data-data yang berhubungan dengan peristiwa masa lampau. Data-data sejarah ini adalah fakta yaitu segala sesuatu yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Fakta-fakta sejarah meliputi nama-nama orang, peristiwa, tempat, atau benda-benda bersejarah lainya. b) Konsep Konsep adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi defenisi-defenisi, pengertian, cirri khusus, hakikat, ini dan sebagainya. c) Prinsip Komponen ini merupakan hal utama dari mata pelajaran yang berisi hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigm, teorema, serta hubungan antara konsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. d) Prosedur Untuk kasus mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, prosedur bisa berupa kronologi atau rentetan suatu perisriwa. e) Sikap atau nilai Ini merupakan struktur materi afektif yang berisi aspek sikap dan nila, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat minat belajar dan bekerja. C. Tinjauan Tentang Metode Pembelajaran. 1. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Hanafi, proses balajar yang terjadi pada seseorang atau diri anak untuk mencerna berbagai bentuk pengetahuan sangat rumit. Proses itu tidak terjadi sekaligus, melainkan secara bertahap dan berkembang terus-menerus selangkah demi selangkah. Waktu, kematangan, kesiapan mental peserta didik, lingkungan belajar dan penguasaanya. Yang tidak kalah berpengaruh adalah metode atau cara melakukanya (2009: 195). 2.Pengertian Metode Pembelajaran Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang di tentukan (Depdinas, 2007:740). Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya memengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat, pembelajaran siswa. Akibat mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar atau mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efesien (Uno, 2006). Hanafi juga berpendapat, metode adalah cara mendapatkan sesuatu. Sedangkan apa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mmencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi, tidak sedikit kesempatan anda akan menjumpai bahwa metode disejajarkan atau dianggap dengan setrategi, dengan demikian kedua kata tersebut bisa dipahami secara bergantian (2009:195). Dari penjelasan di atas tentang metode pembelajaran penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan metode dalam pendidikan yang berperan sebagai cara atau rencana yang sudah tersusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mengajar kepada siswa atau peserta didik, yang kemudian cara itu bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode atau teknik mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegitan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, terciptalah interksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang menumbuhkan kegiatan belajar siswa (Sudiana:76) (wahid, 2002:07). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa metode atau teknik mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dalam kelas dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Ahli pendidik sependapat bahwa tidak ada satu metodepun yang dipandang paling baik, karena baik tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan jiwa peserta didik, fasilitas penunjang, kesanggupan individu dan lain-lain. Dan atas dasar itu, maka kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan pendekatan yang sederhana sampai kompleks. Atas dasar itu, maka metode mengajar yang dipahami oleh guru ada yang didasarkan atas praktek-praktek empiris, pendapat ahli, petunjuk orang lain dan bahkan spekulasi saja. Oleh karena banyak menonjolkan aspek seni dalam mengajar maka gaya mengajar seseorang tidak dapat dituangkan dalam format khusus (Damin, 1995:34) (wahid, 2002:07). Dari penjelasan di atas penulis dapat memberi kesimpulan bahwa tidak ada satu metodepun yang dipandang baik atau sempurna, karena baik tidaknya metode mengajar sangat tergantung kepada tujuan pengajaran, materi yang diajarkan, jiwa peserta didik, fasilitas penunjang, kesanggupan individu dan lain-lain. Oleh karena itu maka kegiatan pengajaran dapat dilakukan dengan pendekatan yang sederhana sampai komplek. 3. Metode-metode Sejarah Kebudayaan Islam Yang Efektif a. Examples Non Examples (Contoh berupa Gambar). Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan contoh-contoh berupa gambar. Banyak fakta baik dalam bentuk barang, benda, dokumen, dan gambar yang tidak lagi dapat ditemui. Oleh karena itu, untuk membuat peristiwa-periatiwa bersejarah terpelihara tidak hanya dalam bentuk laporan verbal, perlu juga kiranya dihadirkan gambar-gambar yang biasa menghantarkan pikiran seseorang untuk memasuki masa lampau tersebut. Meskipun gambar itu tidak begitu representif, paling tidak ada bentuk, jenis, atau kualitas-kualitas tertentu yang mempunyai unsur kesamaan (Hanafi, 2009:196 ). b. Time line (Garis Waktu). Metode pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang di dalamnya menyajikan kronologi terjadinya peristiwa-periatiwa. Dengan metode ini peserta didik biasa melihat urutan kejadiankejadian dan akhirnya biasa menyimpulkan hukum-hukum seperti sebab-akibat dan bahkan biasa meramalkan apa yang akan terjadi dengan bantuann penguasaan Time line beserta rentetan peristiwanya (Hanafi, 2009:199). c. Concept Map (Peta Konsep). Peta konsep adalah cara yang praktis untuk mendiskripsikan gagasan yang ada dalam benak. Nilai praktisnya terletak pada kelenturan dan kemudahan pembuatanya. Penyampaian materi dengan peta konsep akan lebih memudahkan siswa untuk mengikuti dan memahami alur sejarah dan memahami secara menyeluruh. Peserta didik nantinya akan membuat kaitan antara satu konsep dengan lainya. Peta konsep bertujuan untuk membantu siswa untuk mengembangkan proses berfikir (Hanafi, 2009:200). d. Storyboard Telling (Papan Cerita). Papan cerita adalah metode yang di dalamnya menyampeikan materi Sejarah Kebudayaan Islam secara kronologis (berurutan) karena kronologi adalah termasuk karakteristik sejarah. Metode ini adalah menggabungkan antara peta konsep, Time line, dan narasi (bercerita) yang fungsinya adalah untuk membantu memaparkan sejarah (Hanafi, 2009:202). e. Word Square (Kotak Kata). Word Square merupakan permainan yang akhir-akhir ini banyak digemari banyak orang seperti halnya Shudoku. Bahkan banyak siswa yang asyik main shodoku atau word squere saat guru penuh semangat menyampaikan materi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau memanfaatkan game atau permainan yang biasaa mengajak otak untuk terus bekerja ini sebagai metode pembelajaran (Hanafi, 2009:204) f. Daftar Terfokus. Metode ini menggunakan daftar yang memfokuskan perhatian peserta didik pada butir-butir penting yang dipelajari dan membantu guru menilai tingkat keterampilan dan penguasaan mereka mengambarkan butir-butir itu. (Hanafi, 2009:206). g. Scramble (Kata Acak). Scramble atau acak kata merupakan permainan yang digemari oleh semua orang tidak hanya anak-anak karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase (Hanafi, 2009: 207). 4. Tinjauan Tentang Metode Scramble. a. Pengertian Scramble (kata acak). Scramble merupakan permainan yang digemari oleh semua siswa, tidak hanya anak-anak karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase. Metode ini bisa mendorong peserta didik untuk berfikir secara aktif dengan materi (kata acak) yang ada. Peserta didik dianjurkan untuk jawaban yang kata-katanya teracak. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan daya pikir tinggi peserta didik. Dengan cara-cara seperti ini fakta-fakta sejarah yang tua dan jauh terasa segar dan dekat dengan peserta didik (Hanafi, 2009:207). Dari penjelasan di atas tentang metode scramble penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa motode ini cocok untuk materimateri yang membutuhkan daya ingat, misal mengingat fakta-fakta dalam sejarah yaitu nama-nama tokoh, daerah, Negara, waktu atau istilah-istilah yang sulit dan lain-lain, dan materi-materi tersebut banyak terdapat dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan. Hampir semua materi dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terdapat pengetahuan tentang fakta-fakta dalam sejarah, yang menjelaskan suatu peristiwa misalnya materi tentang mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad, memahami tentang keperwiraan nabi Muhammad dalam materi perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan tentang Kholifah. Selain materi dilakukan dengan ceramah maka penulis mencoba membubuhkan permainan scramble kedalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam khususnya dalam penelitian ini dalam materi Perang Badar yang bertujuan agar susana kelas tidak hanya statis tapi juga lebih refres dan menyenangkan sehingga siswa lebih perhatian dan termotivasi dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Langkah-langkah metode Scramble (Hanafi, 2009: 207): 1) Persiapkan pertanyaan yang sesuai dengan materi yang diajarkan. 2) Buat jawaban yang diacak hurufnya. 3) Sajikan materi dengan menggunakan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. 4) Bagikan lember kerja sesuai contoh. Tabel 2 Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A! (Hanafi, 2009: 2 NO A 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sebelum hijrah ke Madinah sebagian sahabat Muhammad Saw melakukan hijrah ke Nama raja yang menerima rombongan sahabat yang hijrah ke kerajaanya adalah Nama kota Madinah sebelum hijrah Sahabat yang menggantikan tempat Nabi Muhammad Sai atas tempat tidur menjelang hijrah Sahabat yang menemani Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah. Tempat yang di singgahi nabi dan menjadi tempat persembunyianya. B G U T A R U S. . . ASAK ABU BIN RABINTA . . . UENG . . . IHANRUMI… SA. . . UQA . . . NO 7. 8. 9. 10. A B Masjid yang pertama kali dibangun nabi dan sahabatnya setiba di Madinah. Gadis yang mengirim makaan saat nabi dalam perjalanan hijrah ke Madinah. Salah satu suku Madinah ILABI TALIBAN. . . Nama kelompok sahabat yang hijrah ke madinah. ABARAKU . . . BISYITAR . . . BAHASYAH . . . b. Tujuan Metode Sramble (Acak kata) 1) Membina penguasaan vocabeleri untuk bidang bahasa inggris (Soeparno, 1988:75). Sedangkan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bertujuan untuk mempermudah para siswa/peserta didik untuk menghafal kata-kata yang sulit atau catatan-catatan yang penting. Seperti untuk mengingat nama tokoh-tokoh, daerah-daerah atau tempat-tempat bersejarah dan sebagainya dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 2) Scramble merupakan salah satu dari permainan bahasa. Yang bertuajuan untuk membangkitkan kembali kesegaran belajar siswa yang mulai melesu. Dan sikap kompetitif yang ada dalam permainan, dapat mendorong siswa berlomba-lomba maju.yang tak kalah menarik dari permainan ini adalah materi yang komunikasikan lewat permainan bahasa biasanya berkesan, sehingga sukar dilupakan (Soeparno, 1988:75). 3) Permainan Scramble bertujuan untuk mengasah siswa dalam ranah koknitif (Hanafi,2009:196). 4) Permainan secramble bertujuan untuk mengembangkan daya fikir tinggi peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berfikir secara aktif dengan materi (Kata acak) yang ada. Sehingga fakta-fakta sejarah yang tua dan jauh terasa Segar dan dekat dengan peserta didik (Hanafi, 2009:207). c. Kelebihan Metode Secramble (Kata acak) Menurut Hanafi dan Seoparno : 1) Menurut Hanafi Scramble merupakan permainan yang digemari oleh semua orang tidak hamya anak-anak karena permainan ini melibatkan kejelian pikiran dan pengetahuan untuk menyusun kata atau frase. 2) Metode ini bisa disampaikan di awal pembelajaran selama Lima menit sehingga akan mengrifreskan suasana dan fikiran peserta didik. (2009:208). 3) Menurut Soeparno selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, permaian ini dapat memupuk rasa solidaritas (terutama permainan beregu). 4) Metode permainan ini dapat dipahami dalam mmbangkitkan kembali kegairahan belajar siswa yang mulai melesu. 5) Lewat permainan ini materi biasanya dikemas menjadi mengesankan sehingga sukar di lupakan (2009:64). d. Kekurangan Metode Scramble ( Kata acak) Menurut Soeparano: 1) Tidak semua materi pelajaran dapat dikomunikasikan melalui metode permainan. 2) Permainan scramble biasanya menimbulkan suasana gaduh. Hal tersebut jelas akan mengganggu kelas yang berdekatan. 3) Banyak yang memperlakukan permainan ini sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong saja. 4) Permainan ini banyak mengandung spekulasi. Siswa yang yang menang dalam suatu parmainan atau berhasil dalam permaian ini belum dapat dijadikan ukuran bahwa siswa tersebut lebih pandai dari pada siswa yang lain. 5) Jika permainan ini belum pernah di kenalkan pada siswa, maka siswa akan merasa canggung dan kesulitan dalam melakukan permainan ini (Soeparno, 1988:64). Pentingnya untuk diperhatikan dalam memilih, menetukan, dan mempraktekkan metode pembelajaran bahwa tidak ada satu metode yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Metode yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode itu dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis materi. Ukuranya baik tidaknya metode adalah terletak pada seberapa efektif metode itu dipahami untuk menghantarkan peserta didik menguasai kompetensi yang ditentukan (Hanafi, 2009: 196). Dari penjelasan di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sangat penting untuk memperhatikan dalam memilih, menetukan, dan mempraktekkan metode pembelajaran bahwa tidak ada satu metode yang terbaik untuk satu mata pelajaran tertentu. Karena Metode yang baik ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kesesuaian metode itu dengan karakteristik peserta didik dan struktur dan jenis materinya. Penulis mencoba tertarik dengan metode Scramble untuk mata pelajran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar. Kerena metode Scramble dipandang cocok dalam pembahasan materi Sejarah Kebudayaan Islam pada Perang Badar walau tanpa menghilangkan unsur ceramah dan cerita di dalamnya, karena metode ini hanya tambahan agar suasana lebih menggembirakan. Hal itu ditunjang karena metode scramble adalah metode yang dikemas seperti permainan yang cocok untuk semua orang khususnya untuk anak-anak. Dan permainan secramble ini bertujuan untuk mengembangkan daya fikir tinggi peserta didik dan mendorong peserta didik untuk berfikir secara aktif dengan materi (Kata acak) yang ada. Sehingga fakta-fakta sejarah yang tua dan jauh terasa segar dan dekat dengan peserta didik. Pendapat di atas dipertegas oleh pendapatnya Hanafi, banyak metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya ceramah, demontrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, simposium, dan sebagainya. Dari sekian banyak metode yang biasa dilakukan diruang belajar adalah metode ceramah( lecturing). Metode ini sangat dominan dalam statregi pembelajaran Ekspositori dengan model Direct Instruction dalam paradigma belajar Teacer-center, pembelajaran berpusat pada guru. Metode Ceramah bisa jadi sangat intertaining atau menghibur di kelas tetapi ia kurang bisa melibatkan peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, bukan berarti Ceramah harus ditinggalkan. Ia masih bisa dipakai dalam model pembelajaran dengan syarat harus dimodifikasi dengan metode-metode lain yang melibatkan keaktifan dan keterlibatan siswa (Hanafi, 2009:210). BAB III GAMBARAN UMUM MI THOLABIYAH TEGARON, KEC BANYUBIRU KAB SEMARANG A. Gambaran situasi umum MI Tholabiyah 1. Profil MI Tholabiyah MI Tholabiyah adalah salah satu lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakant Desa Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang sejak tahun 1957. Sebagai lembaga yang telah lama berdiri atas prakansa dan bimbingan ulama serta tokoh masyarakant Nahdliyin setempat telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Desa Tegaron khususnya dan masyarakant sekitar pada umumnya, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan pada anak didiknya dan aktif dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. 2. Tujuan Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum, maka Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron dijabarkan melalui, Visi dan Misi. Visi : Membangun madrasah yang berkualitas, kuat serta mandiri demi terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang IPTEK dan imtaq berdasar faham ahli sunah wal jama’ah. Misi : Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, mengupayakan keunggulan yang bersifat menyeluruh, yaitu dalam bidang pemahaman nilai-nilai agama, intelektuial serta mencintai kebenaran, keadilan, kejujuran dan keindahan untuk menjawab kebutuhan masyarakant. Tujuan Utama Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah adalah: a. Membentuk manusia yang beriman kepada Allah SWT. b. Memberikan kemampuan dasar tentang pengetahuan agama Islam dan pengamalannya. c. Memberikan bekal kemampuan dasar Baca, Tulis, Hitung serta pengetahuan dan keterampilan bagi siswa d. Mengembangkan kemampuan intelektual, akanl, fikir dan daya nalar yang bertanggung jawab. e. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya yang mempunyai kepedulian kepada sesama dan lingkungannya serta mempunyai kepekaan sosial 3. Identitas Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah Tegaron a. Nomor Statistik : 111233220082 b. Alamat : Dsn Tegaron. Kec Banyubiru, Kab Semarang. c. Status : Terakriditasi C d. Waktu Pendidikan : Pagi 4. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang adalah sebagai berikut: Bagan .1 Struktur Organisasi MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun ajaran 2010/2011 YPIB (Yayasan Pendidikan Islam Bustanuth Tholibin) Kepala Madrasah Komite Madrasah Tata Usaha Wali Kelas Guru I Kelas 1 Wali Kelas Guru II Kelas 2 Waka Madrasah Wali Kelas GuruIII Kelas 3 Wali Kelas GuruIV Kelas 4 Bendahara Wali Kelas Guru V Kelas 5 SISWA Keterangan : Ketua yayasan : K. Mahfud Komite Madrasah : Nur Arifin Kepala Madrasah : Aziz Sulton A S.Hi Wakil Kepala Madrasah : M Nurhokhim S.Ag Tata Usaha Bendahara : Khurmen : Siti Mukaromah S.Pd i Guru Kelas 1 : Anik Sri Haryati S.Ag Guru Kelas 2 : Siti Mukaromah S.Pdi Guru Kelas 3 : Nur Hamidah A.ma Guru Kelas 4 : Ana nurjanah S.Pdi Guru Kelas 5 : M Nurhokhim S.Ag Guru Kelas 6 : Etin Martiningrum Wali Kelas VI Guru Kelas 6 Guru Mapel : Budi Santoso S.Pdi Guru Mapel : Ali Mahfud 5. Keadaaan Guru MI Tholabiyah Jumlah guru yang mengajar di MI Tholabiyah Tergaron Kec Banyubiru Kab Semarang seluruhnya ada 10 guru. Selain bertugas secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan guru juga bertanggung jawab terhadap program ekstra kirukuler. Untuk lebih jelasnya mengenai data guru MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semrang biasa dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3 Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 NO Nama Ijazah Jabatan L SI Ke.Mad Haryati Semarang,11-11-1975 P SI Guru Mukaromah Semarang, 21-10-1980 P SI Guru 1. Aziz Soulton .SHi 2. Anik Sri TempatTgl Lahir L/P Semarang,15-05-1975 S.Ag 3. Siti S.Pdi 4. Nur Hamidah A.Ma Semarang, 21-08-1975 P DII Guru 5. Ana Nur Janah S.Pdi Semarang, 25-09-1975 p SI Guru 6. M Nurhokhim L SI Guru/Waka Semarang, 19-07-1977 7. Ettin Martiningrum Semarang, 10-03-1974 P SI Guru S.Ag 8. Budi Santoso S.Pdi Semarang, 14-10-1982 L SI Guru 9. Ali Mahfud Semarang, 18-05-1982 L SI Guru 10. Khurmen Semarang, 03-04-1963 L SI Tata Uasaha 6. Keadaan Peserta Didik Peserta didik merupakan subyek didik yang perlu dipahami dan dipertimbangkan dalam kebijaksanaan proses belajar mengajar. Potensi tingkat motivasi dalam belajar akan sangat menentukan proses pelaksanaan dan keberhasilan pendidikan. Untuk lebih jelasnya, secara rinci jumlah peserta didik dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Keadaan Peserta Didik Menurut Tingkatan Kelas MI Tholabiyah Tegaron, Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun Ajaran 2010/2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelas I II III IV V VI Jumlah Total Siswa Putra 6 18 7 7 11 9 58 Siswa Putri 9 11 19 15 7 10 71 Jumlah 15 29 26 22 18 19 129 7. Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disahkan oleh Kepala MI Tholabiyah Tegaron, diketahui oleh Komite Madrasah dan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Semarang. Kurikulum MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru terdiri dari 6 bab. Bab I, terdiri dari Rasional, Landasan Hukum, Pengertian KTSP, Silabus, RPP, dan KKM.Bab II, terdiri dari SKL, Visi dan Misi Madrasah, dan Tujuan Madrasah. Bab III, terdiri dari Struktur kurikulum, Muatan Kurikulum, dan Beban belajar. Bab IV, terdiri dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), KKK (Kriteria Kenaikan Kelas), dan KL (Kriteria Kelulusan). Bab V, berisi tentang kalender pendidikan dan bab VI, berisi lampiran-lampiran tentang profil madrasah, SK tim penyusun kurikulum, SK KKM, SK KKK, SK KL, SK Pembagian tugas guru. Penulis akan menyajikan data yang belum disajikan serta berhubungan dengan penelitian yang dilakukan yaitu KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang. Tabel 5 KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) per Mata Pelajaran MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang. No A 1. Komponen MAPEL Pendidikan Agama a. Al-Qur’an Hadits b. Aqidah Akhlak c. Fiqih KKM I II III IV V VI Pendekan Tematik Pendekan Mapel 65 67 70 65 67 70 65 67 70 67 68 70 68 68 70 68 70 70 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B d. SKI PKn Bahasa Indonesia Bahasa Arab Matematika IPA IPS SBK Penjasaorkes Muatan Lokal a. Bahasa Jawa b. Bahasa Inggris c. BTQ d. Ke-NU-an Pengembangan Diri a. Drumband b. Pramuka c. Olahraga d. Komputer e.Menari f.Tilawatil Qur’an g. Rebana h.Madrasah Diniah i.Pesantren Kilat 60 60 60 60 60 60 65 50 60 C C C C C C C C C 60 62 60 60 60 65 65 55 60 C C C C C C C C C Sumber: 62 65 60 62 60 65 65 60 65 C C C C C C C C C 60 65 66 60 60 65 60 70 65 60 55 67 60 C C C C C C C C C Kurikulum 60 65 66 60 60 65 60 70 65 60 60 68 60 C C C C C C C C C MI Tholabiyah 8. Sarana Dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Tholabiyah a. Kepemilikan Tanah Dan Sarana Fisik MI Tholabiyah berdiri di atas tanah seluas 6.856 m2, dengan status tanah Bersertifikat Tanah Wakaf. Luas Bangunan 294 m2. Dengan jumlah bagnunan gedung sebagai berikut: 1) Ruang Kelas : 6 lokal 2) Ruang Kantor : 1 lokal 3) Ruang Perpustakanan : 1 lokal 4) Ruang Mushola : 1 lokal 60 65 67 60 60 65 60 70 65 60 60 70 60 C C C C C C C C C 5) Ruang Komputer : 1 lokal 6) Ruang UKS : 1 lokal 7) Ruang WC : 2 lokal 8) Ruang Gudang : 1 lokal b. Sarana Fisik Pendukung sebagai berikut : 1. Asrama Putri : 3 lokal 2. Asrama Putra : 8 lokal 3. Ruang Serba Guna/AULA : 1 lokal Kondisi Funiture 1. Meja dan kursi murid 2. Meja dan kursi guru 3. Papan tulis dan almari kelas Cukup tersedia dan dalam kondisi baik. c. Perlengkapan Administrasi Dan Alat Belajar Siswa 1. Komputer : 9 unit 2. Mesin ketik : 1 unit 3. Printer : 3 unit 4. Televisi 29 inch : 1 unit 5. Kalkulator : 10 unit d. Perlengkapan Olahraga 1. Bola Volly 2. Bola Basket 3. Tenis Meja 4. Badminton ( bulu tangkis ) 5. Kasti e. Kegiatan Ekstra Kurikuler 1. Pesantren Kilat pada Bulan Ramadhan 2. Madrasah Diniyah Komplemen pada hari Senin s/d Kamis 3. Kepramukaan pada tiap hari Jum’at 4. Komputer pada tiap hari Rabu dan Kamis 5. Drumband pada tiap hari Sabtu 6. Rebana pada tiap hari Sabtu 7. Seni Tilawatil Qur’an pada tiap hari Jum’at 8. Menari pada tiap hari Kamis B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang pada tanggal 22 Juli sampai tanggal 31 Juli 2009 pada semester I Tahun Pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan pokok bahasan Perang Badar. Pelaksanaan ini sesuai dengan program semester mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab. Semarang, yakni berjumlah 18 siswa tahun pelajaran 2010/2011. Yang terdiri dari 11 laki-laki dan 7 perempuan. Peneliti memilih peserta didik kelas V karena dengan pertimbangan anak sudah mulai matang cara berfikirnya sehingga akan lebih mudah menerima pelajaran dengan metode yang berfariasi. Gambaran tentang lokasi penelitian menjadi penting karena perilaku siswa memiliki keterkaitan dengan lingkungan mereka. Dengan bekal pemahaman latar belakang secara memadai akan membantu dalam pengenalan terhadap lahirnya sesuatu kemampuan dalam penguasaan materi. C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan (planing) Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran terdiri dari pengembangan silabus, sistem penilaian, perencanaan untuk membentuk kelompok dengan menarik yaitu pembentukan kelompok sesuai lotre angka dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan sekenario program pembelajaran. Persiapan instrumen pembelajaran yang dimaksud adalah mempersiapkan lembar jawab dengan metode scramble (kata acak) sebagai instrumen tes dan lembar observasi yang digunakan untuk melakukan pengamatan dan penilaian keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar meneladani keperwiraan Muhammad Saw dalam membina masyarakat Mekkah. 2. Pelaksanaan Tindakan Nabi Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2010 di kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Langkah-langkah tindakan pembelajaran: Pelaksanaan Tindakan (action) a. Kegiatan awal ( + 5 menit) 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran dengan berdoa bersama-sama. 2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. b. Mengadakan appersepsi, c. Kegiatan inti (+ 35 menit) 1) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan cara melotre angka. Megajak siswa untuk menghitung angka satu sampe tiga secara beruntun, kmudian yang yang mendapat angka 1 bergabung dengan kelompoknya yang menyebut angka 1, yang angka 2 dan 3 juga mengikuti sehingga dapat membentuk 6 kelompok. 2) Guru menjelaskan materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan mencatatatkan poin-poin utama yang menjadi kunci dalam materi perang Badar. 3) Diskusi kelompok tentang perang Badar dan mencatat hal-hal yang penting dalam materi perang Badar. 4) Guru mengadakan Tanya jawab dengan siswa, berdasarkan nomor urut presensi peserta didik. 5) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan dibantu oleh guru. d. Kegiatan akhir (+ 30 menit) 1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa. 2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar. 3) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan. 4) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa. 5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis. e. Sumber belajar Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury. Penilaian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis. Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan sekenario pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan yang telah dibuat, materiajar yang telah disajikan. Dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar serta membimbing siswa dalam proses penyerapan materi perang Badar. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dan penilaian tertulis yang telah dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan. Pelaksanaan kegiatan pada siklus I berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 X 35 menit). 3. Pengamatan Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan atau observasi guru dan siswa. Aspek yang diamati meliputi perhatian siswa, motivasi siswa, dan prestasi siswa. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap kinerja peneliti dan pengamatan terhadap kemampuan siswa merangkai katakata yang telah dikacau balaukan menjadi kata-kata yang sempurna yang cocok dengan pertanyaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah hasil observasi proses pembelajaran dan hasil evaluasi pada proses pembelajaran. Setelah data terkumpul menunjukan bahwa hasil evaluasi dan hasil pengamatan belum sesuai harapan peneliti. 4. Refleksi a. Kelebihan Berdasarkan pada lembar hasil pengamatan terdapat kelebihan yang mendukung proses pembelajaran, yaitu ketepatan peneliti dalam memberikan materi perang badar, karena peneliti telah mendalaminya, serta mampu mengelola kelas dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga siswa perhatianya, untuk mengikuti proses cukup tertarik pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble, misalnya siswa mau mencatat materi tentang perang Badar semua tanpa terkecuali walau masih ada yang catatanya masih kurang rapi, tapi yang saya amati disisni yaitu kemauan siswa dalam mencatat materi yang diberikan oleh guru dipapan tulis. b. Kekurangan Hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum sesuai harapan dan masih banyak kekurangan. Diantaranya masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan dan kesulitan dalam memahami soal dalam bentuk scramble dan menjawab pertanyaan sehingga terpaksa waktunya menjadi molor, hal itu terjadi karena baru pertama ini siswa menemui soal dengan bentuk scramble. Selain itu peneliti juga masih kurang menjelaskan tentang kiat-kiat metode scramble pada siswa. Kurang kesiapan siswa dalam mendalami materi Perang Badar juga ikut menghambat kelancaran proses siklus I sehingga hasil belajarnya masih dibawah KKM yaitu 60. c. Cara mengatasi kekurangan pada siklus I Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah lebih mengkondisikan siswa sebelum memulai pelajaran dan lebih memperhatikan siswa secara keseluruhan, khususnya pada siswa-siswa yang kurang aktif dan kurang memperhatikan pembelajaran agar lebih bersungguhsungguh dan memperhatikan materi pembelajaran tersebut. Selain itu, lebih meningkatkan pengarahan dan bimbingan kepada siswa terhadap materi dan kiat-kiat tentang metode scramble yang disampaikan serta lebih mengontrol waktu. Hasil belajar siklus I ini memang belum menunjukan hasil yang memuaskan, karena untuk rata-rata kelas masih dibawah standar KKM yaitu 60. Maka diharapkan pada siklus berikutnya melalui metode scramble pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam hasil belajarnya akan lebih meningkat. D. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan (planing). Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 juli 2010 di kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan dari siklus I. Dimulai dengan memepersiapkan ulang perangkat pembelajaran, instrument tes dengan model soal scramble dan lembar observasi. 2. Pelaksanaan Tindakan Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pelaksanaan Tindakan (action) a. Kegiatan awal ( + 5 menit) 1) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran dengan berdoa bersama-sama. 2) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. b. Mengadakan appersepsi, c. Kegiatan inti (+ 30 menit) 1) Guru membagikan siswa lembaran rangkuman tentang materi Perang Badar. 2) Guru meneruskan kelompok kemarin tapi dipersempit yang tadinya 6 kelompok dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C. Setelah itu guru memberi penjelasan tentang kegiatan inti tersebut, yaitu kegiatan ini adalah kolaborasi antara permainan kuis dengan scramble . karena waktu terbatas jadi permainan ini dilakukan selama 30 menit saja. 3) Guru memberi pertanyaan kepada para peserta kuis, dan pertanyaan itu menjadi rebutan setiap Grup, yang mengetuk meja dahulu mereka yang mendapat kesempatan untuk menjawab, dengan menyempurnakan kata-kata yang sudah dikacaubalaukan menjadi jawaban yang sempurna dipapan tulis. 4) Guru memberi reward bagi grup yang mendapat poin terbanyak. d. Kegiatan akhir (+ 35 menit) 1) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa. 2) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar. 3) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan. 4) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa. 5) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis. e. Sumber belajar Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury. f. Penilaian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan tes tertulis. Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan sekenario pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan yang telah dibuat, materi ajar yang telah disajikan. Pada siklus II pengelolaan kelas lebih baik karena telah terbentuknya kelompok. Penilaian pada siswa masih sama dengan siklus I yaitu, terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dan penilaian tertulis yang telah dilakukan setelah kegiatan inti dilakukan. Pelaksanaan kegiatan pada siklus II berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 X 35 menit). 3. Pengamatan (observasi) Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan guru dan siswa. Aspek yang diamati samadengan yang diamati pada diklus I. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan ulang terhadap kinerja peneliti dan pengamatan terhadap kemamapuan siswa dalam merangkai kata-kata yang telah dikacau balaukan menjadi kata-kata yang sempurna yang cocok dengan pertanyaan, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. 4. Refleksi a. Kelebihan Berdasarkan pada lembar hasil pengamatan terdapat kelebihan yang mendukung proses pembelajaran, yaitu ketepatan peneliti dalam memberikan materi perang badar, karena peneliti telah mendalaminya, serta mampu mengelola kelas dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga siswa tertarik perhatianya untuk mengikuti proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble. Hal itu terbukti dari rata-rata nilai tes siklus II mengalami peningkatan yang cukup memuaskan dari 6,0 menjadi 8,2 setelah pemebelajaran dengan metode scramble. Walau di siklus I siswa masih belum paham kiat-kiat mengerjakan soal tes dengan model scramble, tapi di siklus ke II ini siswa mulai ada kemajuan yaitu mereka jadi merasa lebih mudah, lebih paham dan lebih senang mengerjakan soal dengan model scramble, sehingga proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam bisa lebih meningkat hasil belajarnya. b. Kekurangan Hasil observasi menunjukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sudah sesuai harapan. Walaupun masih ada sedikit kekurangan yaitu pembagian waktu yang kurang tepat sehingga masih melibihi jam yang seharusnya. Selain itu juga pada penguasaan kelas yang masih kurang, sehingga suasana juga masih kurang terkontrol, masih ada beberapa siswa yang sibuk sendiri tapi sudah lebih baik dari kemarin. c. Cara mengatasinya Untuk mengatasi kekurangan pada siklus II ini apabila peneliti mengalami kekurangan waktu, maka peneliti haruslah lebih jeli dalam menggunakan waktu yang sebaik-baiknya, yaitu dengan menggunakan kontrak waktu pada setiap kegiatan sehingga akan lebih tepat dalam pemakaian jam pelajaraan. Hasil penelitian ini belum merupakan hasil akhir dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan, sehingga masih perlu adanya tindak lanjut melalui perencanaan yang lebih baik. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Penguasaan materi Sejarah Kebudayaan Islam siswa kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab.Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011 pada awalnya belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil pretes sebelum dilaksanakan tindakan kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Adapun hasil pretes dapat dilihat dari table berikut : Tabel 6 Hasil Nilai formatif (pretes) NO Nama Nilai KKM Ketuntasan 1. Muhammad Isroq Nadirin 50 60 TT 2. Mustafif Fauzi 60 60 T 3. Muhammad Maulana Nasai 70 60 T 4. Oktavia berliani 65 60 T 5. Ahmad Muzaki 60 60 T 6. Galeh Prasetyo 40 60 TT 7. Zulfa Maurotul Cahyani 40 60 TT 8. Ahmad Abdul Ghofar 75 60 T 9. Arina Dinana 60 60 T 10. Erlin Wita Yuliani 60 60 T 11. Faisal lutfi arif 60 60 T 12. Iftitah Kurniasari 45 60 TT 13. Irvina Mufida 65 60 T 14. Muflikhun 55 60 TT 15. Muhammad Hidayatul anam 80 60 T 16. Weni nuraning tiyas 40 60 TT 17. Yahya hasim ardabily 70 60 T 18. Rian fakhuyr rozi 30 60 TT JUMLAH 1025 1080 18 RATA-RATA 56,94 60 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tuntas : 11 siswa Jumlah Siswa yang belum Tuntas : 7 siswa 1. Hasil Penelitian Siklus I Pada siklus ini guru mengadakan evaluasi dengan menggunakan tes dengan model scramble (kata acak). Maka diperoleh data sebagai berikut : Tabel 7 Hasil Nilai Siklus I NO Nama Nilai KKM Ketuntasan 1. Muhammad Isroq Nadirin 50 60 TT 2. Mustafif Fauzi 70 60 T 3. Muhammad Maulana Nasai 80 60 T 4. Oktavia berliani 60 60 T 5. Ahmad Muzaki 60 60 T 6. Galeh Prasetyo 40 60 TT 7. Zulfa Maurotul Cahyani 60 60 T 8. Ahmad Abdul Ghofar 70 60 T 9. Arina Dinana 60 60 T 10. Erlin Wita Yuliani 70 60 T 11. Faisal lutfi arif 60 60 T 12. Iftitah Kurniasari 40 60 TT 13. Irvina Mufida 70 60 T 14. Muflikhun 50 60 TT 15. Muhammad Hidayatul anam 90 60 T 16. Weni nuraning tiyas 40 60 TT 17. Yahya hasim ardabily 70 60 T 18. Rian fakhuyr rozi 50 60 TT JUMLAH 1090 1080 18 RATA-RATA 60,55 60,00 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tuntas : 12 siswa Jumlah Siswa yang belum Tuntas : 6 siswa Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode scramble diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus I adalah 60,55 dan ketuntasan belajar mencapai 67% atau 12 siswa dari 18 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukan bahwa secara klasikal siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sudah mencapai 67% dan sudah mengalami peningkatan dari 61% siswa yang tuntas pada hasil pretes menjadi 67% pada siklus I, tapi hal ini masih dirasa kurang karena nilai rata-rata siswa masih setara dengan nilai KKM. Hal ini disebabkan karena siswa masih marasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dengan metode scramble, hal ini dibuktikan juga dengan kritik dan saran yang diberikan pada siswa yang mengritik dengan menganggap sulit pada metode ini yaitu sebanyak 89% siswa. Selain tes, juga dilakukan observasi terhadap siswa, yaitu peneliti melakukan pengamatan terhadap dua aspek, yaitu: a. Perhatian siswa Perhatian merupakan suatu aktivitas yang vital dalam pendidikan. Perhatian adalah proses pemilihan satu perangsang dari perangsang- perangsang yang lain, yang pada setiap saat merangsang mekanisme kita, persis halnya dengan perbuatan bergerak yang kita lakukan karena sensitive badan kita, maka kita memperhatikan karena satu perangsang dengan salah satu cara melebihi perangsang-perangsang yang lain (Buchori, 1978:121). Dalam penelitian ini peneliti membatasi pengamatan pada aspek perhatian pada siswa hanya pada: 1) Siswa memperhatikan guru saat menulis dipapan tulis. 2) Siswa mencatatat materi tentang perang badar. 3) Siswa mendengarkan penjelasan guru di dalam kelas. 4) Siswa memberikan kritik dan saran. Hal ini dirasa peneliti sudah mencukupi pokok-pokok dari proses pembelajaran dikelas, walau sebenarnya masih banyak aspek perhatian yang lainya yang berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas. b. Motivasi siswa Menumbuhkan motiv pada seorang pelajar ialah menggerakkan pelajar untuk melakukan sesuatu atau untuk ingin melakukan sesuatu. Dalam rangka formula kita hal ini berarti menyebabkan si pelajar merasa butuh untuk berbuat dalam suatu cara tertentu atau akan melakukan hal tertentu (Buchori, 1978:95). Dari pendapat diatas peneliti membatasi pengamatan pada aspek motivasi yang terjadi pada siswa didalam kelas yaitu pada aspek: 1) Siswa masuk kelas tepat waktu 2) Siswa mengerjakan tugas selesai tepat waktu. 3) Siswa tidak gaduh di dalam kelas. Hal di atas dirasa peneliti sudah mencukupi pokok-pokok dari proses pembelajaran dikelas, walau sebenarnya masih banyak aspek motivasi yang lainya yang berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas. Pada siklus I ini perolehan data nontes pada proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode scramble diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun hasil observasi pada siklus I sebagai barikut: Tabel 7.1 Hasil observasi siklus I pada aspek perhatian pada siswa. Jumlah: 18 siswa No Perhatian siswa 1. Siswa memperhatikan guru saat menulis di papan tulis. Siswa mencatat materi tentang 2. Jumlah siswa Prosentase (%) keterangan 13 72% Baik 18 100% Sangat baik perang badar . 3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dikelas. Siswa meberikan kritik dan saran. 4. 10 56% Cukup 17 94% Sangat baik Dari tabel hasil observasi pada aspek perhatian di siklus I diatas dapat di ketahui bahwa siswa yang memperhatikan guru saat menulis dipapan tulis pada siklus I mencapai 72% yaitu berjumlah 13 siswa dari 18 siswa di kelas. Dan siswa mendengarkan penjelasan guru dikelas menacapai 56% yaitu berjumlah 10 siswa sedang yang tidak mendengarkan penjelasan guru dikelas berjumlah 8 siswa. Serta siswa yang memberikan kritik dan saran pada pembelajaran Sejarah Kebudyaan Islam mencapai 94% yaitu dari 18 anak dikelas hanya 1 yang tidak memberikan kritik dan saran, untuk data selengkapnya bisa dilihat di lampiran Tabel 7.2 Hasil observasi siklus I pada aspek motivasi siswa Jumlah: 18 siswa No Perhatian siswa Jumlah siswa Prosentase (%) keterangan 1. Siswa masuk kelas tepat waktu. Siswa megerjakan tugas tepat waktu. Siswa tidak gaduh di dalam kelas. 18 100% Sangat baik 6 33% kurang 8 44% cukup 2. 3. Dari tabel hasil observasi pada aspek motivasi di siklus I diatas dapat diketahui bahwa 100% siswa masuk kelas tepat waktu, artinya dari 18 anak di kelas tidak ada yang terlambat masuk kelas, dan siswa yang mengerjakan tugas tepat waktu hanya berjumlah33% yang artinya 6 siswa dari 18 anak di kelas, dan siswa yang tida gaduh di dalam kelas mencapai 44% yang artinya 8 siswa dari 18 siswa yang tidak gaduh di kelas, untuk data selengkapnya bisa dilihat di lampiran Berdasarkan tabel 7.1 dan 7.2 pada siklus I di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dapat diketahui tingkat perhatian siswa dan motivasi siswa sudah cukup baik tapi masih ada siswa yang masih kurang perhatianya dan masih kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. Karena terbukti siswa yang tidak memperhatikan, tidak mendengarkan penjelasan guru, tidak menmyeleseikan tugas tepat waktu dan siswa yang gaduh di kelas sangat perbengaruh pada hasil belajar mereka pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di siklus I. Terbukti pada siklus ini ada 28% siswa yang tidak memperhatikan ketika guru saat menulis dipapan tulis, ada 22% siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru dan 56% siswa yang gaduh dalam kelas, dan akibatnya 33% siswa mengalami tidak tuntas belajarnya karena nilainya masih di bawah KKM, dan rata-rata pada siklus ini juga masih belum dirasa cukup, karena masih setara dengan KKM yaitu 60,55. Sehingga perlu adanya peningkatan dari ke dua aspek tersebut pada siklus selanjutnya. 2. Hasil penelitian siklus II Pada siklus ini guru mengadakan evaluasi dengan menggunakan tes dengan model scramble (kata acak). Dan guru mengubah sekenario belajar berbeda dari siklus I, di siklus I guru hanya membagi kelompok siswa menjadi 6 kelompok dan hanya memerintahkan siswa untuk berdiskusi tentang perang Badar dan belajar bersama materi tersebut sebelum melakukan evaluasi dengan metode scramble. Tapi disiklus ini guru berusaha lebih memvariasi sekenario dalam pembelajaran. Yaitu mengkolaborasikan permainan kuis dengan permainan scramble atau kata acak dengan membagi siswa menjadi 3 tim yang setiap tim terdiri dari 6 siswa, permainan kuis ini berdurasi selama 30 menit setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi dengan mngerjakan lembar jawab dengan model scramble yang bersifat individu. Maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 8 Hasil Nilai Siklus II NO Nama Nilai KKM Ketuntasan 1. Muhammad Isroq Nadirin 80 60 T 2. Mustafif Fauzi 70 60 T 3. Muhammad Maulana Nasai 90 60 T 4. Oktavia berliani 60 60 T 5. Ahmad Muzaki 80 60 T 6. Galeh Prasetyo 80 60 T 7. Zulfa Maurotul Cahyani 90 60 T 8. Ahmad Abdul Ghofar 90 60 T 9. Arina Dinana 80 60 T 10. Erlin Wita Yuliani 90 60 T 11. Faisal lutfi arif 90 60 T 12. Iftitah Kurniasari 90 60 T 13. Irvina Mufida 80 60 T 14. Muflikhun 90 60 T 15. Muhammad Hidayatul anam 100 60 T 16. Weni nuraning tiyas 90 60 T 17. Yahya hasim ardabily 80 60 T 18. Rian fakhuyr rozi 60 60 T JUMLAH 1490 1080 18 RATA-RATA 82,77 60,00 Keterangan : T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tuntas : 18 siswa. Jumlah Siswa yang belum Tuntas : Tidak ada Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode scramble diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 60, 55 pada siklus I menjadi 82, 77 pada siklus II. Dan ketuntasan belajar mencapai 100% tuntas dari 18 siswa tidak ada yang tidak tuntas belajarnya pada siklus II ini. Hasil ini menunjukan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I, dan telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai paham tentang kiat-kiat mengerjakan model tes dengan metode scramble dan mulai menyenangi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode Scramble. Hasil Observasi pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 8.1 Hasil observasi siklus II pada aspek perhatian pada siswa. Jumlah : 18 siswa No Perhatian siswa 1. Siswa memperhatikan guru saat menulis di papan tulis. Siswa mencatat materi tentang perang Badar . 2. 3. 4. Jumlah siswa Prosentase (%) keterangan 16 89% Sangat baik 18 100% Sangat baik Siswa mendengarkan 17 94% Sangat baik penjelasan guru dikelas. Siswa meberikan 13 72% Baik kritik dan saran. Dari tabel hasil observasi pada aspek perharian di siklus II dapat diketahui siswa yang memperhatikan guru saat menulis di papan tulis mencapai 89% yang artinya dari 18 siswa di kelas 16 siswa yang memperhatikan guru saat menulis di papan tulis. Dan siswa yang mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% yang artinya dari 18 siswa di kelas tidak ada yang tidak mencatat dikelas. Dan siswa yang mendengarkan penjelasan guru di kelas mencapai 94% yang artinya dari 18 siswa di kelas ada 17 siswa yang nendengarkan penjelasan guru di kelas, untuk data selengkapnya dapat dilihat di lampiran Tabel 8.2 Hasil observasi siklus II pada aspek motivasi siswa Jumlah : 18 siswa No Perhatian siswa Jumlah siswa Prosentase (%) keterangan 1. Siswa masuk kelas tepat waktu. Siswa megerjakan tugas tepat waktu. Siswa tidak gaduh dalam kelas. 18 100% Sangat baik 15 83% Sangat baik 12 67% Baik 2. 3. Dari tabel hasil observasi tentang aspek motivasi di atas dapat diketahui bahwa siswa masuk kelas tepat waktu mencapai 100% yang artinya dari 18 siswa di kelas tidak ada siswa yang terlambat, dan siswa yang mengerjakan tugas tepat waktu mencapai 83% yang artinya dari 18 siswa di kelas hanya 3 siswa yang tidak menyeleseikan tugas tepat waktu. Dan siswa yang tidak gaduh di dalam kelas mencapai 67% yang artinya dari 18 siswa di kelas 12 siswa yang tidak gaduh di dalam kelas, untuk data selengkapnya dapat dilihat di lampiran Berdasarkan tabel 8.1 dan 8.2 dari hasil observasi pada aspek perhatian dan aspek motivasi di siklus I dan II penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat perhatian siswa dan motivasi siswa sudah baik walau masih ada siswa yang masih kurang perhatianya dan masih kurang termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran tetapi jumlahnya sudah mengalami peningkatan dari pada hasil pengamatan pada siklus I. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan prosentase hasil pengamatan pada aspek perhatian dan motivasi pada siklus II. Pada siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi disiklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan pada siklus II mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh didalam kelas juga bias diatasi sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 67% siswa. B. Pembahasan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus pada mata pelajaran Sejarah kebudayaan Islam dengan subjek kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang tahun pelajaran 2010/2011 menunjukan peningkatan pada minat, motivasi serta hasil belajar siswa. Dari hasil pengamatan pada siklus I dan Siklus II dapat dibuat grafik sebagai berikut: Grafik .1 Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II 100 90 80 70 siswa memperhatikan guru saat menulis dipapan tulis siswa mencatat materi tentang perang Badar siswa mendengarkan penjelasan guru siswa memberikan kritik dan saran siswa masuk kelas tepat waktu siswa mengerjakan tugas tepat waktu siswa tidak gaduh dalam kelas 60 50 40 30 20 10 0 siklus I Siklus II Dari data di atas menunjukan peningkatan pada aspek perhatian dan motivasi pada siswa yang terjadi pada siklus I dan siklus yang II. Pada siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang terjadi di siklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan pada siklus II mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh didalam kelas juga bias diatasi sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 67% siswa. Adapun hasil evaluasi dari pretes ke evaluasi pada siklus I ke siklus selanjutnya menunjukan peningkatan hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari dari table dan grafik berikut ini: Tabel .9 Hasi Evaluasi Keseluruhan NO Kriteria ketuntasan belajar (KKM) 1. NO Tuntas (Nilai siswa ≥ 60) Siklus I Siklus II F % F % F % 11 61 12 67 18 100 Pretes Siklus I Siklus II F % F % F % Tidak Tuntas (Nilai siswa ≤ 60) 7 39 6 33 0 100 Jumlah 18 100 18 100 18 100 Kriteria ketuntasan belajar (KKM) 2. Pretes Dari tabel di atas dapat di ketahui adanya peningkatan hasil belajar yaitu: 1. Pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 11 siswa (61%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (39%). 2. Pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 12 siswa (67%) dan yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (33%). 3. Pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 18 siswa (100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang tidak tuntas belajarnya. Grafik.2 Hasil Belajar Pada Pretes, Siklus I dan Siklus II 100 80 60 40 T ( ≥60) 20 TT (< 60) 0 KKM Pretes Siklus I Siklus II Dari penjelasan tentang hasil pretes, siklus I dan ke II di atas setelah dilakukan tindakan pembelajaran, dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan metode scramble dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sesuai dengan hipotesi tindakan yang diharapkan oleh peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar yang dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab Semarang Tahun pelajaran 2010/2011. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan metode scramble yang dilakukan dalam 2 siklus dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode scramble mampu meningkatkan minat belajar dan motivasi pada siswa dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Hal ini terlihat dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I siswa yang memperhatikan guru menulis dipapan tulis berjumlah 72% anak sedangkan di siklus II ini mencapai 89% anak, siswa mencatat materi tentang perang Badar mencapai 100% sama pada yang tetjadi disiklus I, siswa yang mendengarkan penjelasan guru pada siklus I berjumlah 78% sedangkan pada siklus II mencapai 94%, siswa memberi kritik dan saran pada siklus I berjumlah 94% sedangkan, pada siklus II mengalami penurunan yaitu 72% hal ini disebabkan karena siswa keasikan mengerjakan soal dalam bentuk scramble sehingga lupa memberikan kritik pada lembar jawabnya. Dan pada aspek motivasi pada siklus II ini juga mengalami peningkatan, siswa masuk kelas tepat waktu sama dengan siklus I yaitu berjumlah 100% anak, siswa mengerjakan tugas tepat waktu pada siklus I berjumlah 33% pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 83%, dan siswa yang gaduh di dalam kelas juga bias diatasi sehingga mengalami peningkatan pada siswa yang tidak gaduh didalam kelas pada siklus I berjumlah 44% sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu mencapai 67% siswa. 2. Metode scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam materi Perang Badar, yang ditandai dengan adanya peningkatan nilai siswa yang mencapai ketuntasan (KKM Sejarah Kebudayaan Islam = 60) dalam setiap siklus pembelajaran yaitu pada evaluasi pretes siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 11 siswa (61%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa (39%), pada evaluasi siklus I siswa yang tuntas hasil belajarnya sebanyak 12 siswa (67%) dan yang belum tuntas sebanyak 6 siswa (33%), pada evaluasi siklus II siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 18 siswa (100%) dan pada siklus ini tidak ada siswa yang tidak tuntas belajarnya. Dari penjelasan tentang hasil pretes, siklus I dan ke II di atas setelah dilakukan tindakan pembelajaran, dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan metode scramble dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sesuai dengan hipotesi tindakan yang diharapkan oleh peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Perang Badar yang dilakukan di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab Semarang Tahun pelajaran 2010/2011 yaitu: 1. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/ 2011. 2. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam pada meteri Perang Badar kelas V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. 3. Penerapan metode scramble (kata acak) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas pada materi Perang Badar V MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada materi Perang Badar dengan menggunakan metode scramble, agar pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam lebih efektif sehingga memberikan hasil yang optimal maka saransaran yang ingin disampaikan ialah: 1. Untuk melaksanakan metode scramble memerlukan persiapan yang cukup, guru harus menguasai materi sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. 2. Dalam kegiatan pembelajaran guru diharapkan mampu mengembangkan metode mengajar yang menarik serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat menikmati kegiatan belajar atau tidak merasa jenuh. 3. Bagi siswa hendaknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung lebih memperhatikan dan lebih aktif serta lebih disiplin supaya waktu dalam proses pembelajaran lebih efesien. 4. Diharapkan kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitian dengan lingkup yang lebih luas dalam skripsi ini, sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umumnya di bidang studi Sejarah Kebudayaan Islam khususnya. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zaenal. 2008, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru, Bandung: CV Yrama Widya Aqib, Zaenal dkk. 2009, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB, TK, Bandung: CV Yrama Widya. Arifin, Zaenal. 1988. Evaluasi intruksional, Bandung: CV Remadja Karya . Arikunto Suharsini dkk. 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara. Azwar Saefuddin. 1987, Test Prestasi . Yogyakarta: Liberty. Bahreisy, Slaim, dkk. 1984, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Surabaya:PT Bina Ilmu. Buchori, M. 1978, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru. Djaramah, Syaiful Bahri. 2003, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Dimyati, Mujiono. 2002,. Belajar Dan Pembelajaran. Jakart : PT Balai Pustaka. Depag, 2004, Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah (Standar Kompetensi), Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Hanafi, M. 2009, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta Pusat: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam RI. Junus, Mahmud M. 1983, Tarjamah Al-Quran Al Karim, Bandung: PT AlMa’arif. Kartodirdjo, Sartono. 1992, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Puerwadarminto, WJS. 1999, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Purwanto, Ngalim M. 1990, Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rimm, Sylvia. 1997, Why Bright Kids Get Poor Grades: Mengapa anak pintar Memperoleh Nilai Buruk. Jakarta: Grasindo. Sardiman, 1994, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto, dkk. 1991, Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 1983, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Soeparno, 1988, Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: PT Intan Pariwara. Soetomo. 1993, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Suryabrata, Sumadi.1984, Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali Thoha, Chabib dkk. 1999, Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Uzer, Moh. Usman. 1993, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya Uno Hamzah B., DR, MPd, 2006, Teori Motivasi dan Pengukurannya Jakarta: Bumi Aksara Uno Hamzah B., DR, MPd, 2006, Orientasi BAru dalam Psikologi Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara Wahid Abdul, 2002, Bahan Kuliah Ilmu Jiwa Belajar Semarang: IAIN Walisongo Lampiran .1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas / Semester : V (lima)/ II Alokasi Waktu : 35 x 2 menit Standar Kompetensi : Memahami keperwiraan Nabi Muhammad Saw Kompetensi dasar : Meneladani Keperwiraan Nabi Muhammad saw dalam membina masyarakat Madinah. Pertemuan ke : 1 (satu) pada siklus I. Indikator : 3.1Mendiskripsikan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad saw. Dalam membina masyarakat Madinah (sosial, ekonomi, agama, dan pertahanan). 3.2 Menceritakan tokoh-tokoh dalam perang badar dan menegaskan poin-poin penting dalam peristiwa perang Badar. I. Tujuan Pembelajaran : Dapat menjelaskan tentang keperwiraan Nabi Muhammad dan meneladani dalam upayanya membina masyarakat Madinah. II. Metode: Permainan scramble(kata acak). III. Langkah Pembelajaran : f. Kegiatan awal ( + 5 menit) 3) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran dengan berdoa bersama-sama. 4) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. g. Mengadakan appersepsi, h. Kegiatan inti (+ 35 menit) 6) Guru membagi siswa dalam 6 kelompok dengan cara melotre angka. Megajak siswa untuk menghitung angka satu sampe tiga secara beruntun, kmudian yang yang mendapat angka 1 bergabung dengan kelompoknya yang menyebut angka 1, yang angka 2 dan 3 juga mengikuti sehingga dapat membentuk 6 kelompok. 7) Guru menjelaskan materi Sejarah Kebudayaan Islam dengan mencatatatkan poin-poin utama yang menjadi kunci dalam materi perang Badar. 8) Diskusi kelompok tentang perang Badar dan mencatat hal-hal yang penting dalam materi perang Badar. 9) Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa, berdasarkan nomor urut presensi peserta didik. 10) Guru memberi reward bagi siswa yang berani bertanya dengan dibantu oleh guru. i. Kegiatan akhir (+ 30 menit) 6) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa. 7) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar. 8) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan. 9) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa. 10) Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis. j. Sumber belajar Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury. IV. Alat / Bahan / Sumber Belajar : Lembar soal dalam bentuk Scramble (kata acak) V. Penilaian Tes tertulis, (soal terlampir) Lampiran. 1.1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas / Semester : V (lima)/ II Alokasi Waktu : 35 x 2 menit Standar Kompetensi : Memahami keperwiraan Nabi Muhammad Saw Kompetensi dasar : Meneladani Keperwiraan Nabi Muhammad saw dalam membina masyarakat Madinah. Pertemuan ke : 2(Dua)pada siklus II Indikator : 3.1Mendiskripsikan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad saw. Dalam membina masyarakat Madinah (sosial, ekonomi, agama, dan pertahanan). 3.2 Menceritakan tokoh-tokoh dalam perang badar dan menegaskan poin-poin penting dalam peristiwa perang Badar. I. Tujuan Pembelajaran : Dapat menjelaskan tentang keperwiraan Nabi Muhammad dan meneladani dalam upayanya membina masyarakat Madinah. II. Metode: Permainan scramble(kata acak). III. Langkah Pembelajaran : a. Kegiatan awal ( + 5 menit) 3) Mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengawali pelajaran dengan berdoa bersama-sama. 4) Presensi untuk mengetahui kehadiran peserta didik. b. Mengadakan appersepsi, c. Kegiatan inti (+ 30 menit) 5) Guru membagikan siswa lembaran rangkuman tentang materi Perang Badar. 6) Guru meneruskan kelompok kemarin tapi dipersempit yang tadinya 6 kelompok dijadikan menjadi 3 kelompok yaitu Grup A, B, dan C. Setelah itu guru memberi penjelasan tentang kegiatan inti tersebut, yaitu kegiatan ini adalah kolaborasi antara permainan kuis dengan scramble . karena waktu terbatas jadi permainan ini dilakukan selama 30 menit saja. 7) Guru memberi pertanyaan kepada para peserta kuis, dan pertanyaan itu menjadi rebutan setiap Grup, yang mengetuk meja dahulu mereka yang mendapat kesempatan untuk menjawab, dengan menyempurnakan kata-kata yang sudah dikacaubalaukan menjadi jawaban yang sempurna dipapan tulis. 8) Guru memberi reward bagi grup yang mendapat poin terbanyak. d. Kegiatan akhir (+ 35 menit) 6) Pemantapan/penguatan materi dengan melakukan permainan scrambele (kata acak) yang berisi pertanyaan kepada siswa . 7) Guru meminta setiap siswa untuk mencari pasangan yang cocok dan merangkai huruf-huruf tersebut sehingga menjadi jawaban yang benar. 8) Setelah semua siswa selesai mengerjakan lembar scramble, guru meminta setiap siswa secara bergantian untuk menulis jawaban di papan tulis dengan benar dan teliti, Selanjutnya soal tersebut dibahas bersama-sama dan guru memberikan kesimpulan. 9) Guru memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca doa kafarotul majlis. e. Sumber belajar Buku Bingkai Sejarah Kebudayaan Islam untuk kelas V Madrasah Ibtidaiyah karangan Sugeng Sugiharto dan Sirah Nabawiah karangan syaikh shafiyyurrahman Al- Mubarkfury. IV. Alat / Bahan / Sumber Belajar : Lembar soal dalam bentuk Scramble (kata acak) V. Penilaian Tes tertulis, (soal terlampir). DAFTAR NILAI SKK Nama : Syukriani Inshofa NIM : 11106077 Progdi : PAI No 1. Jenis kegiatan Tempat Waktu Orientasi Program STAIN 26-29 Studi Agustus dan Salatiga Pengenalan keterangan Nilai Peserta 3 6 Oktober Peserta 2 2006 Kampus (OPSPEK) STAIN Salatiga 2. Diskusi MAsjid Ramadhan dengan Sunan tema Puasa Kalijogo Sebagai dari 2006 Wujud SAlatiga Kepekaan Sosial 3. Pendidikan Pers STAIN Mahasiswa SAlatiga tingkat Dasar (PPMTD) LPM 16 s.d 19 Peserta 3 Desember 2006 Dinamika 4. Pendidikan Latihan Bumi Calon Perkemahan Pramuka Pandega Indraprastha Ke XVII). 5. 9-12 Peserta 3 September 2007 17(PLCPP Ampel, Boyolali Pengajar TPQ Al Ledok Mulai 15 Pengajar Ishlah Januari Ringin Salatiga 7 Lawe Ledok 2008 SAlatiga 6. Seminar Nasional Auditorium dengan tema “ Kampus Kepemimpinan Demokrasi 23 April Peserta 6 Juni Peserta 2 21 s.d 26 Peserta 3 I 2008 STAIN dan Salatiga Politik Pendidikian untuk Kesejahteraan Rakyat 7. Bedah Buku “ STAIN Pendidikan Multi Salatiga cultural 30 2008 oleh HImpunan Mahasiswa Jurusan Tarbiyah (HMJ Tarbiyah) tema “ Rekonstruksi Sistem Pendidikan berbasis Kebangsaan “ 8. Kursus Pembina Bumi Pramuka Mahir Perkemahan Tingkat Dasar Indraprastha Juli 2008 ( KMD) Kwartir Ampel, Cabang Salatiga 9. Basic Boyolal Training Tingkir 6 s.d 9 Peserta 3 LK1 Himpunan tengah Mahasiswa Islam Salatiga Cabang November 2008 Salatiga Tema “Optimalisasi Pengkaderan dalam Mewujudkan Mission HMI 10. Workshop STAIN Leadership bagi Salatiga Mahasiswa STAIN 10 s.d 12 Peserta 3 November 2008 Salatiga tema “ Mengembangkan Jiwa Kepemimpinan Kaum Muda Menuju Demokratisasi Bangsa yang Beradab “ 11. Workshop STAIN 26 s.d 29 Peserta Participatory Salatiga November Action Research (PAR) STAIN Salatiga. 2008 3 12. Pelatihan Ustadz MTs Ustadzah atau NU 18 Januari Peserta TKQ Salatiga TPQ 3 2009 oleh BADKO TPQ Salatiga 13. Kegiatan Donor SMAN 3 28 Panitia 3 Darah KORP Salatiga Februari HMI WATI 2009 Peserta 6 April Panitia 3 Seminar Regional STAIN 22 Maret Peserta 4 SENAT 2010 (KOHATI) Cabang Salatiga 14. Latihan Kader II Gelanggang 01-07 (Intermediate Maret Manunggal Training) Tingkat Jati Nasional HMI 2009 oleh Semarang Cabang Semarang 15. Seminar Komisariat 15 Kemahasiswaan Wali songo 2009 tema ” Paradigma HMI Berfikir dan Cabang Aktualisasi Salatiga Mahasiswa dalam Pengabdian Masyarakat” 16. Mahasiswa Salatiga (SEMA) tema ” Peran Lembaga Publik sebagai Alat Kontrol Pemerintah demi Terciptanya Good Goverment” 17. Tenaga Pengajar Susukan 1 di MI Miftahul Kab. 2010 Ulum April Pengajar 7 Petak Semarang Susukan 18. Seminar Nasional STAIN 3 Agustus Peserta Profesionalisme 2010 Penulisan Salatiga 6 dan Penerbitan Buku Jumlah 70 Salatiga, 12 Agustus 2010 Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan H. Agus Waluyo, M. Ag NIP.197502112000031001 YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM BUSTANUTH THOLIBIN MI THOLABIYAH Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Kode Pos : 50664 Telp : (0298) 5992653 Email : [email protected] SURAT KETERANGAN Nomor: 031/YPI/MIT/XI/2010 Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah MI Tholabiyah Tegaron Kec Banyubiru Kab Semarang menerangkan bahwa: Nama : Syukriani Inshofa Mahasiswa : STAIN Salatiga Fakultas : Tarbiyah Jurusan : PAI NIM : 11106077 Benar-benar telah mengadakan penelitian di MI Tholabiyah Tegaron Kec. Banyubiru Kab. Semarang terhitung mulai tanggal 22 Juli sampai dengan tanggal 31 juli 2010 untuk membuat skripsi dengan judul PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MELALUI METODE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS V MI THOLABIYAH TEGARON KEC.BANYUBIRU KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Tegaron, 31 Juli 2010 Kepala Madrasah Ibtidaiyah (Aziz Sulthon Abidin, S.HI)