ISSN 2302-0172 pp. 80- 93 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 14 Pages PERAN SEKTOR KEUANGAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA Sovia Dewi1, Aliasuddin2, M. Shabri Abdul Majid3 1) Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Dosen Fakultas Ekonomi dan Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Abstract: This study aims at analyzing the role of financial development on poverty alleviation in Indonesia using annual data for the period of 1980-2014. The ARDL approach to cointegration is used to empirically examine the existence of long run equilibrium between financial development and poverty reduction. Additionally the VECM Granger Causality approach is used to detect the direction of the causal relationship between financial development and poverty reduction. Meanwhile, to measure the duration and magnitude of poverty in response to the relative strength of the financial development shocks the impulse response Functions (IRFs) and Variance decompositions (VDCs) were used. Money supply and domestic credit to the private sector ratio were used as the indicators for financial development while poverty measured by household consumption expenditure per capita, and economic growth measured by Gross Domestic Product (GDP) per capita. Our findings showed that there was a long run relationship between financial development, economic growth and poverty reduction in Indonesia. Furthermore, our result showed that there was a bidirectional between financial development and poverty reduction. Money supply and the ratio of private credit in poverty reduction were positively contributed by the innovative shocks stemming in poverty reduction. Therefore, to accelerate poverty reduction, the goverment may adopt a policy requiring all commercial banks to provide a certain percentage of loans to the SMEs (Small and Medium sized Enterprises) that will be helpfull for reducing poverty throug creating employment opportunities to growth. Keywords : Financial Development, Poverty, Growth, ARDL, VECM, Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor keuangan terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan data tahunan untuk periode 1980-2014. Pendekatan ARDL untuk kointegrasi digunakan untuk membuktikan adanya keseimbangan jangka panjang antara sektor keuangan dengan pengentasan kemiskinan. Selain itu pendekatan VECM Kausalitas Granger digunakan untuk mendeteksi arah hubungan kausal antara sektor keuangan dan kemiskinan. Sementara itu, untuk mengukur jangka waktu dan besarnya kekuatan relatif kemiskinan dalam menanggapi guncangan yang dialami sektor keuangan digunakan Impulse Response Functions (IRFs) dan Variance Decompositions (VDCs). Jumlah uang beredar dan rasio kredit domestik untuk sektor swasta digunakan sebagai indikator pengembangan sektor keuangan, sementara itu kemiskinan diukur dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dan pertumbuhan ekonomi diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Selanjutnya, hasil menunjukkan adanya hubungan kausalitas dua arah antara sektor keuangan dengan kemiskinan. Kontribusi jumlah uang beredar dan rasio kredit swasta adalah positif dalam merespon guncangan yang berasal dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk mempercepat pengentasan kemiskinan, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk menuntut semua bank-bank komersial menyediakan fasilitas kemudahan akses pinjaman bagi kelompok miskin dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM). Melalui kebijakan tersebut akan membantu untuk mengurangi kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja dan pada akhirnya akan mengarah kepada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kata kunci : Sektor Keuangan, Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, ARDL, VECM. Volume 2, No. 1,Februari 2014 - 80 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala berusaha yang akan mengarah ke pertumbuhan PENDAHULUAN Berdasarkan laporan UNDP tahun 2014, ekonomi. telah terjadi peningkatan jumlah penduduk Dari berbagai penyebab kemiskinan, dunia yang hidup dalam kemiskinan pada garis alasan kemiskinan US $1,25 - $2,50 per hari sebanyak terhadap keuangan sangat berperan dalam 1,2 juta orang atau 22% . pengentasan kemiskinan. Dampak keuangan Di Indonesia sendiri dalam beberapa pertumbuhan terhadap kemiskinan sangat jelas akses bahwa terjadinya tingkat kemiskinan dari 16,66% pada tahun sebagai akibat perubahan yang terjadi pada 2004 menjadi 10,96% tahun 2014. Namun sektor keuangan akan mengarah ke perubahan tingkat penurunan kemiskinan tersebut mulai tingkat kemiskinan. perlambatan. tingkat dan dekade terakhir telah mengalami penurunan mengalami perubahan ekonomi pendapatan Sebelumnya Sektor keuangan mampu memobilisasi peningkatan terjadi sebesar 1,27% pada periode tabungan dan menyalurkan kepada pihak-pihak 2008-2009. Namun setelah periode tersebut yang membutuhkan melalui kredit. Salah satu mulai terjadi perlambatan tingkat penurunan indikator sektor keuangan dapat di lihat dari kemiskinan, pada 2011 hingga 2014 penurunan rasio jumlah uang beredar terhadap PDB. tingkat kemiskinan hanya berkisar 0,5% saja. Peningkatan rasio jumlah uang beredar terhadap Selain itu data Badan Pusat Statistik PDB cukup signifikan, terjadi kenaikan sebesar menunjukkan terjadi 15,89 persen dalam waktu 5 tahun dari 21,41 peningkatan angka gini rasio dari 0,37 pada persen tahun 2009 menjadi 37,3 persen pada 2009 Dengan 2013. Peningkatan indikator lainnya juga terjadi ketimpangan pada rasio kredit domestik untuk sektor swasta masyarakat yang di sediakan sektor keuangan sebesar 36,96 semakin melebar. Selanjutnya salah satu target persen pada 2009 meningkat menjadi 45,64 penting dari pengentasan kemiskinan yang persen pada 2013. (BPS) menjadi 0,41 demikian dapat distribusi pendapatan bahwa pada telah 2014. dikatakan dalam ditetapkan oleh Millenium Development Goals Pentingnya sektor keuangan untuk (MDGs) tahun 2000 silam belum dapat dicapai. memberantas kemiskinan telah diakui, banyak Capaian target persentase penduduk yang hidup penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dibawah garis kemiskinan nasional masih perkembangan sektor keuangan akan dapat 11,47% dari target yang ditetapkan sebesar mengurangi tingkat kemiskinan. Beberapa studi 7,55% (Bappenas, 2014). yang telah mengkaji hal tersebut diantaranya Menurut melalui Beck et al. (2007), Odhiambo (2009), Uddin et peningkatan akses modal, kualitas pendidikan al. (2014), Abosedra et al. (2015) dan Dhrifi dan derajat kesehatan orang miskin akan bisa (2014) . meningkatkan 81 - Jonaidi produktivitas (2012), mereka Volume 2, No. 1, Februari 2014 dalam Namun penelitian sejenis belum banyak Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dilakukan di Indonesia. Sepanjang pengamatan per kapita per hari, ditambah dengan kebutuhan penulis, hanya ditemukan satu penelitian yakni minimum non makanan yang merupakan studi Maryanto tahun 2013. Berdasarkan hal kebutuhan dasar seseorang yang meliputi: tersebut suatu papan, sandang, sekolah, transportasi serta penelitian untuk menganalisis peran sektor kebutuhan rumah tangga yang mendasarinya. keuangan dalam pengentasan kemiskinan di Jadi menurut BPS, jika seseorang/individu yang Indonesia. pengeluarannya diatas, maka diperlukan lebih rendah dari Garis Kemiskinan maka seseorang/individu tersebut dikatakan miskin. KAJIAN PUSTAKA Konsep Kemiskinan Secara umum kemiskinan diartikan Sektor Keuangan kondisi ketidakmampuan pendapatan dalam Sektor keuangan merupakan bagian mencukupi kebutuhan pokok. World Bank dari perekonomian yang berkaitan dengan membuat garis kemiskinan absolut US$1 transaksi-transaksi dari lembaga keuangan. (berdasarkan PPP 2005 US$ 1.25) dan US$2 Lembaga keuangan sebagai lembaga perantara PPP (purchasing power parity/paritas daya (intermediary) dalam penyaluran tabungan beli) per hari (bukan nilai tukar US$ resmi) (saving) dan dana-dana lain untuk investasi dengan tujuan untuk membandingkan angka (investment). Menurut DFID (Departement For kemiskinan dan International Development) sektor keuangan waktu untuk adalah lembaga formal dan informal didalam dicapai dalam perekonomian yang memberikan pelayanan di tingkat keuangan kepada konsumen, para pelaku bisnis antar perkembangannya menilai kemajuan memerangi negara/wilayah menurut yang kemiskinan global/internasional. dan lembaga keuangan lainnya. ADB (2013) Badan Pusat Statistik (BPS) juga telah mereview tulisan Levine tahun 2004 tentang memberikan acuan kemiskinan untuk membuat lima fungsi dasar dari lembaga perantara Poverty line (garis kemiskinan). Acuan tersebut keuangan, yaitu mobilisasi tabungan, mengelola dengan menggunakan pendekatan pengeluaran resiko, memperoleh informasi tentang peluang- konsumsi penduduk (consumption expenditure peluang investasi, mengerahkan kontrol bagi approach) perusahaan, dengan batasan kemiskinan berpatokan pada kcukupan kebutuhan kalori (2100 kkal/kapita/hari) dan kebutuhan dasar memperlancar transaksi dan memfasilitasi pertukaran barang dan jasa. Hubungan antara sektor keuangan non makanan lainnya per hari. Nilai garis dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara kemiskinan menentukan Sub–Sahara Afrika juga menjadi kajian Ahmed kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum (2013) yang menunjukan bahwa dengan adanya yang dibutuhkan seseorang yaitu 2100 kalori liberalisasi digunakan untuk dalam sektor keuangan Volume 2, No. 1, Februari 2014 akan - 82 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sektor keuangan tidak perkembangan hanya sektor global seperti resesi. meningkatkan swasta juga terdapatnya hubungan dua arah yang kuat mendorong sektor publik untuk melakukan antara pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan. investasi Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan infrastruktur dan tetapi Di Indonesia menurut Jonaidi (2012), memungkinkan rumah tangga untuk investasi modal manusia terhadap pengurangan angka kemiskinan serta keuntungan untuk konsumsi (ADB, 2013). Bukti lain ditunjukan oleh Uddin dan Shahbaz PENELITIAN SEBELUMNYA (2013) di Kenya bahwa dalam jangka panjang Hasil penelitian Beck et al. (2007) sektor keuangan berdampak positif terhadap menyimpulkan bahwa perkembangan sektor pertumbuhan ekonomi karena sektor keuangan keuangan akan kemiskinan dapat menstimulasi peningkatan pertumbuhan ekonomi. bahkan dalam dapat penurunan menurunkan ketimpangan pendapatan. Perkembangan sektor Dengan adanya perkembangan sektor keuangan berpengaruh menurut (DFID, 2004), keuangan membantu masyarakat miskin dalam pembiayaan yang berdampak pada peningkatan memungkinkan masyarakat miskin menarik pertumbuhan agregat hingga 60 persen. tabungan untuk memulai usaha mikro yang Sementara penurunan ketimpangan pendapatan akan mengarah ke akses yang lebih luas untuk dapat berkurang sebesar 40 persen. jasa keuangan, menghasilkan banyak lapangan Kajian Uddin et al. (2014) menunjukan kerja, peningkatan pendapatan dan akhirnya bahwa adanya hubungan jangka panjang antara dapat mengurangi kemiskinan. Selanjutnya perkembangan sektor keuangan, pertumbuhan perkembangan sektor keuangan akan dapat ekonomi menetes kebawah (trickle down) kepada orang Hubungan kausalitas dua arah terjadi antara miskin melalui pengaruh pertumbuhan ekonomi. sektor keuangan dan pengentasan kemiskinan. Hal ini tersirat dari hubungan sektor keuangan Sektor dengan bahwa kemiskinan dan sebaliknya. Kausalitas dua arah memiliki juga ditemukan antara pertumbuhan ekonomi pertumbuhan perkembangan dampak sektor langsung ekonomi keuangan pada standar hidup Devarajan pengurangan keuangan yang kemiskinan. menyebabkan dan kemiskinan. masyarakat miskin. Bahkan dan Kajian Ho dan Odhiambo (2011) et al. (2015) melaporkan hal yang sama, bahwa dalam meyakinkan dalam penelitiannya di Afrika jangka bahwa dalam jangka panjang pertumbuhan menyebabkan perkembangan sektor keuangan. ekonomi Sedangkan dalam jangka pendek, terdapat efek akan dapat menurunkan tingkat panjang kemiskinan, bahkan akan dapat tahan terhadap feedback goncangan eksternal yang timbul dari ekonomi kemiskinan 83 - Volume 2, No. 1, Februari 2014 (dua pengentasan arah) dengan antara kemiskinan pengentasan perkembangan sektor Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala keuangan. PDB adalah pertumbuhan ekonomi. Karena Hasil studi Uddin et al. (2012) yang melakukan kajian dinegara Bangladesh pengukuran FD menggunakan dua proksi yakni jumlah uang beredar (LM2) dan kredit menunjukkan terdapatnya kointegrasi antar domestik untuk sektor swasta (CR), maka semua variabel yang digunakan. Selain itu persamaan (1) dapat di pecah menjadi sebagai terdapat hubungan dua arah antara sektor berikut: keuangan dengan pengentasan kemiskinan di LPOVt = 0 + β1LM2 + β2LPDB + εt .......(1.1) negara tersebut. LPOVt = 0 + β1CR + β2LPDB + εt ..........(1.2) Penelitian Maryanto (2013) Adapun di metode analisis yang Indonesia menyimpulkan bahwa pertumbuhan digunakan untuk stasioneritas data adalah uji ekonomi dan perkembangan sektor keuangan ADF mempunyai hubungan jangka panjang dengan (Phillips–Perron). Untuk memeriksa adanya penurunan tingkat kemiskinan. Hasil penelitian keseimbangan ini juga menemukan bahwa perkembangan equilibrium) antara sektor keuangan dengan sektor keuangan menyebabkan pertumbuhan kemiskinan digunakan teknik Autoregressive ekonomi Distributed Lag (ARDL). Selanjutnya rumus dan mendukung supply leading (Augmented Dickey-Fuller) dan PP jangka panjang (long run empiris model ARDL yang dibentuk untuk hypothesis di Indonesia. kointegrasi berdasarkan persamaan 1.1 dan 1.2 adalah: METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data tahunan runtun waktu (time series) periode 1980-2014 sumber, yang seperti diperoleh dari Statistik Ekonomi ΔLPOVt = 01 + ∑ni=1 11 Δ (LPOVt−i ) + ∑ni=1 12 Δ(LM2t−i ) + ∑ni=1 13 Δ(LPDBt−i ) + β11LPOVt-1 + β12LM2t-1 + β13LPDBt-1 + ε1t ...........................................(2) beberapa dan Keuangan Indonesia (SEKI), Badan Pusat ΔLPOVt = 01 + ∑ni=1 11 Δ (LPOVt−i ) + ∑ni=1 12 Δ(CR t−i ) + ∑ni=1 13 Δ(LPDBt−i ) + β11LPOVt-1 + β12CRt-1 + β13LPDBt-1 + ε1t .............................................(3) Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Data World Bank, SESRIC (The Statistical, Economic and Social Research and Training ΔLM2t = 02 + ∑ni=1 21 Δ(LM2t−i ) + ∑ni=1 22 Δ(LPOVt−i ) + ∑ni=1 23 Δ(LPDBt−i ) + β21 (LPOVt-1) + β22(LM2t-1) + β23(LPDBt1) + ε2t ...........................(5) Center for Islamic Countries), kepustakaan serta literatur-literatur yang berkaitan dan mendukung penulisan ini. Model persamaan adalah ε2t ..........................................................(5) dalam ΔLPDBt = 03 + ∑ni=1 31 Δ(LPDBt−i ) + ∑ni=1 32 Δ(LPOVt−i ) + ∑ni=1 33 Δ(LM2t−i ) + β31(LPOVt-1) + β32(LM2t-1) + β33(LPDBt-1) LPOVt = 0 + β1FD + β2 LPDB + εt .............(1) POV ∑ni=1 23 Δ(LPDBt−i ) + β21 (LPOVt-1) + β22(CRt-1) + β23(LPDBt-1) + linier penelitian ini adalah: Dimana Δ CRt = 02 + ∑ni=1 21 Δ(CR t−i ) + ∑ni=1 22 Δ(LPOVt−i ) + kemiskinan, + ε3t .........................................................(6) FD menunjukan pengukuran sektor keuangan dan ΔLPDBt = 03 + ∑ni=1 31 Δ(LPDBt−i ) + ∑ni=1 32 Δ(LPOVt−i ) + ∑ni=1 33 Δ(CR t−i ) + β31 (LPOVt-1) + β32(CRt-1) + β33(LPDBt-1) + Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 84 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ε3t ....................................(7) tanggapan sementara goncangan satu variabel terhadap goncangan variabel lainnya. Melalui Dimana P adalah pengeluaran konsumsi rumah penerapan IRFs dalam penelitian ini akan dapat tangga perkapita, LM2 adalah jumlah uang diperiksa arah, jarak dan konsistensi tanggapan beredar, CR adalah kredit domestik untuk kemiskinan untuk melakukan perubahan dalam sektor swasta, Y adalah pertumbuhan ekonomi, sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi. 1 sampai 4 koefisien jangka pendek, β1 sampai β4 adalah koefisien jangka panjang, t HASIL PEMBAHASAN adalah tahun, i adalah urutan lag dan ε adalah Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) error term. Hipotesis pengujian jangka panjang Hasil uji ADF dan PP menyatakan yang digunakan adalah H0 : β11 = β21 = β31 = 0 bahwa (tidak hipotesis pertumbuhan ekonomi tidak stasioner pada alternatif: H1 : β11 ≠ β21 ≠ β31 ≠ 0 level. Variabel-variabel dalam penelitian ini (berkointegrasi). stasioner berkointegrasi) melawan Model Vector Error Correction Model kemiskinan, pada sektor diferensi keuangan pertama dan (first difference) atau dengan kata lain terintegrasi (VECM) dalam penelitian ini digunakan untuk pada order satu, I(1). menguji hubungan kausalitas bivariat dan multivariat antara sektor keuangan dengan Autoregressive Distributed Lag (ARDL) kemiskinan. Model VECM di estimasi sebagai Pengujian adanya kointegrasi yang berikut: berarti ΔZt = α+ ΨiΔ𝑍t−1 +.........+ ΨkΔ𝑍t−k + Ω𝑍t−k + panjang antar variabel digunakan pendekatan εt .......................................(3.17) Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Tabel Dimana 𝑍t = (P, FD, Y). α adalah n x 1 vektor 1 menunjukkan bahwa konstan masing-masingnya, Ψ adalah n x n persamaan 7 menghasilkan F-statistik yang matrik (koefisien jangka pendek dinamis), Ω = signifikan pada derajat kepercayaan 1%, 5% αβ′ dimana α adalah n x 1 vektor kolom yang dan 10%. Hasil ini membuktikan bahwa semua mewakili kecepatan penyesuaian jangka pendek variabel berkointegrasi yang berarti terdapatnya menuju ketidakseimbangan dan β′ adalah 1 x n keseimbangan jangka panjang antara sektor vektor baris kointegrasi yang menunjukan keuangan dengan kemiskinan di Indonesia pada matrik koefisien jangka panjang. εt adalah n x 1 periode 1980-2014. vektor white noise error term dan k adalah Variabel dependen/ VDCs digunakan untuk menunjukkan independen Volume 2, No. 1, Februari 2014 LPOV/LM2,LP 1 odel M kekuatan relatif satu variabel terhadap variabel 85 - keseimbangan jangka persamaan 2 hingga Tabel 1. Hasil Uji Kointegrasi ARDL order autoregresi. lainnya. Sedangkan IRFs dapat menunjukan terdapatnya DB Panjang lag F-statistik optimal 6,6,6 4,1490* Keputu san Kointeg rasi Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala LM2/LPOV,LP DB LPDB/LM2,LP OV LPOV/CR,LPD Model 2 B CR/LPOV,LPD B LPDB/CR,LPO V 2,2,3 Kointeg 7,0204*** 3,3,1 6,1667*** 6,6,5 5,4718** 1,4,2 9,5822*** 5,6,6 6,7415*** rasi Diagnosa uji statistik Kointeg R2 0,9193 0.9548 rasi R2 –Adj 0,7175 0,8595 Kointeg D-W 2,2408 2,0114 χ2 (serial korelasi) 2,0495 (p2,4759 (pvalue = value = 0,1644) 0,1992) 2 χ (heterosk 0,4728 (p2,0287 (p-value = edastisitas) value = 0,1531) 0,9189) Catatan : ***,**dan * masing-masing menunjukkan tingkat signifikansi 1%, 5% dan 10%; nilai dalam tanda kurung adalah nilai t-statistik rasi Kointeg rasi Kointeg rasi Catatan : ***, ** dan * menunjukkan tingkat signifikansi pada derajat 1%, 5% dan 10%. Nilai kritis bounds yang diambil didasarkan dari Narayan (2005) (case II: Selanjutnya pada Model 2, Koefisien restricted intercept and no trend, dengan jumlah k = 2) yaitu 4,94 – 6,02 pada tingkat 1%; 3,47 – 4,33 pada rasio kredit domestik untuk sektor swasta tingkat 5% dan 2,84 – 3,62 pada tingkat 10%. bertanda positif dan signifikan pada tingkat Selanjutnya, Tabel 2. hasil estimasi koefisien jangka panjang model ARDL menunjukkan bahwa jumlah uang beredar bertanda positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 1% terhadap kemiskinan Indonesia. Apabila jumlah uang meningkat sebesar 1 persen maka di beredar akan meningkatkan pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita sebesar 0,1152%. Peningkatan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita penurunan mengindikasikan kemiskinan. Koefisien jangka Tabel 2. Hasil Estimasi Model Jangka Panjang ARDL M2 CR LPDB Model 1 (6,6,6) Model 2 (6,6,5) 4,8559** (2,2205) 0,1152*** (2,7220) 1,0660** (2,3620) 0,1559 (0,5080) 0,0029 dapat diartikan kenaikan 1 persen dari rasio tersebut, akan menyebabkan penurunan kemiskinan sebesar 0,0029%. Sektor keuangan yang mempunyai pengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia konsisten dengan hasil temuan Beck et al. (2007) dan Dhrifi (2014) untuk negara-negara yang berpendapatan tinggi dan menengah. Namun koefisien pertumbuhan ekonomi negatif dan signifikan pada tingkat 10% terhadap penurunan kemiskinan. Peningkatan 1 persen pertumbuhan ekonomi dan tidak signifikan pada Model 1. Konstanta dengan yang diharapkan. Besar koefisien terjadinya panjang pertumbuhan ekonomi bertanda positif Variabel dependen : LPOV kepercayaan 1%. Tanda positif tersebut sesuai 0,0029*** (3,3678) -0,2077* (-1,6061) akan meningkatkan kemiskinan sebesar 0,2077%. Hal ini membuktikan kajian Zaman et al. (2012) bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan kemiskinan yang diiringi dengan ketimpangan pendapatan. Kontradiktif dengan hasil temuan Dhrifi (2014) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi positif dan signifikan mempengaruhi penurunan Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 86 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala perkembangan sektor keuangan melalui rasio kemiskinan. koefisien kredit swasta (CR) pada probabilita α = 5%, pertumbuhan ekonomi negatif dan signifikan tetapi tidak sebaliknya. Hal ini menunjukkan pada penurunan bahwa perubahan tingkat kemiskinan di masa kemiskinan. Peningkatan 1 persen pertumbuhan lalu akan menyebabkan pengaruh terhadap ekonomi kemiskinan perubahan rasio kredit swasta di masa sekarang. sebesar 0,2077%. Hal ini membuktikan kajian Dalam teori ekonomi dapat dijelaskan bahwa Zaman et al. (2012) bahwa pertumbuhan salah satu cara dalam pengentasan kemiskinan ekonomi menyebabkan peningkatan kemiskinan adalah melalui peningkatan pendapatan orang yang diiringi dengan ketimpangan pendapatan. miskin. Dengan adanya kredit untuk usaha bagi Namun pada tingkat 10% akan Model 2, terhadap meningkatkan Nilai R2-adjusted untuk masing-masing orang miskin akan memungkinkan mereka adalah yang untuk memulai usaha mikro, sehingga akan bersama-sama mengarah ke peningkatan pendapatan dan dalam jangka panjang sektor keuangan dan perluasan lapangan kerja dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi tingkat kemiskinan. menjelaskan pengentasan model menunjukkan 0,7175 bahwa dan secara 0,8595 berkontribusi kemiskinan Pertumbuhan di mempunyai Indonesia sebesar 71,75% dan 85,95%. ekonomi kausalitas dua (LPDB) arah dengan kemiskinan (LPOV) pada probabilita α=10%. Hasil ini konsisten dengan kajian Uddin et al. Kausalitas Bivariat Hasil uji kausalitas bivariat menemukan (2014) dan Abosedra et al. (2015). Selanjutnya bahwa dengan menggunakan tingkat probability arah yang dideteksi dari jumlah uang beredar α = 10%, kausalitas Granger membuktikan (LM) adanya kausalitas satu arah (unidirectional unidirectional . Hal ini membuktikan teori causality) antara variabel jumlah uang beredar supply di (LM2) dan kemiskinan (LPOV), namun tidak unidirectional sebaliknya. keuangan CR ke pertumbuhan ekonomi yang Hal ini menunjukkan bahwa ke pertumbuhan leading juga ekonomi Indonesia. terdapat Sementara dari membenarkan mempunyai perubahan hypothesis di Indonesia yang mengatakan kemiskinan di masa sekarang, namun tidak bahwa sektor keuangan makin berkembang sebaliknya. Hasil ini sama dengan kesimpulan setelah terjadinya pertumbuhan ekonomi. terhadap demand sektor perubahan sektor keuangan di masa lalu pengaruh berlakunya adalah side kajian Odhiambo (2010) di Kenya dan di Zambia dan Moreno (2011) yang dilakukan pada 35 negara-negara berkembang. Demikian juga halnya dengan variabel kemiskinan 87 - (LPOV) yang menyebabkan Volume 2, No. 1, Februari 2014 Kausalitas Granger Berdasarkan VECM Multivariat Analisis kausalitas multivariat dapat menyelidiki pergerakkan jangka pendek dan Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala jangka panjang variabel. Selain itu pengujian pendek akibat shock sektor keuangan akan ini dilakukan untuk mengetahui arah dan membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun kausalitas dari masing-masing variabel dalam untuk model, karena dalam hasil kointegrasi sebatas panjangnya. hanya menyatakan hubungan tetapi belum arah kausalitas. Hasil kausalitas multivariat ditunjukkan dalam Tabel 3. Model 1 Model 2 ΔLPO V - ΔLPD B 6,3086** (0,0144) ΔLM2 ΣΔLP DB estimasi ECT jangka Model 2 menyatakan bahwa antara 19,19% hingga ΣΔLM 2 ΣΔCR ketidakseimbangan jangka pendek untuk menuju jangka panjang. Besarnya koefisien Variabel Independen ΣΔLPO V Hasil keseimbangan 125,9% per tahun kecepatan penyesuaian Tabel 3. Hasil Kausalitas Multivariat VECM Variabe l Dependen mencapai ECT pada Model 2 mengindikasikan bahwa ECT(-1) Model 2 memiliki kecepatan penyesuaian 2,7211* 4,5076** (0,0732) (0, 0150) - -0,8536*** [-3,9546] - 4,7383** (0,0304) - -0,0468** [-3,3622] 3,5205* (0.0621) 5,2025** (0,0240) - - -0,4948** [-2,6975] ΔLPO V - 5,3214** (0,0226) ΔLPD B 4,1502** (0,0289) ΔCR 2,8351* (0,0620) sistem sangat cepat untuk menyamakan kembali tingkat ketidakseimbangannya ketika terjadi - 5,3158** (0,0227) -1,2593*** [-5,5721] - - 3,3894** (0,0513) -0,1919* [-1,7116] 6,8415** * (0,0024) - - -0,0131 [-0,0784] guncangan dibandingkan Model 1. Kausalitas dua arah (bidirectional) diketahui terjadi antara perkembangan sektor keuangan dengan pengentasan kemiskinan (LPOV), baik dengan menggunakan variabel jumlah uang beredar (LM2) maupun dengan variabel rasio kredit domestik untuk sektor swasta (CR) untuk mengukur perkembangan Catatan : *, ** dan *** menunjukkan α = 10%, 5% dan 1%. Nilai dalam tanda (.) menunjukkan probabilitas pada uji-F sedangkan nilai dalam tanda [.] merupakan sektor nilai t-statistik. keuangan. Hal ini bermakna bahwa pengaruh Model 1 mempunyai nilai ECT yang sektor keuangan dapat menyebabkan negatif dapat diinterpretasikan sebagai adanya pengentasan mekanisme memperbaiki pengaruh kemiskinan juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan variabel dependen terhadap perkembangan sektor keuangan di Indonesia. variabel independen. Kecepatan sistem Model 1 Selain dalam mempunyai dalam menyesuaikan ketidakseimbangan jangka kembali pertumbuhan kausalitas dua dan sebaliknya ekonomi arah juga terhadap untuk kemiskinan, demikian juga halnya terhadap menuju keseimbangan jangka panjang adalah sektor keuangan. Hasil ini konsisten dengan antara 4,6% hingga 85,36% per tahun. Dengan kesimpulan yang diperoleh Ho dan Odhiambo demikian dapat dikatakan bahwa pengentasan (2011) di negara China, Uddin et al. (2012), kemiskinan (2014) dan Abosedra et al. (2015). dalam pendek itu kemiskinan menyesuaikan ketidakseimbangan yang terjadi pada jangka Fenomena bi-directional Volume 2, No. 1, Februari 2014 causality - 88 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Keuangan antara sektor keuangan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di Indonesia mungkin dapat dijelaskan oleh alasan berikut. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan Gambar 1. baris pertama, respon yang diberikan akan dapat mengembangkan sektor keuangan variabel kemiskinan (LPOV) akibat adanya apabila intermediasi keuangan memberikan shock pada variabel jumlah uang beredar (LM2) ruang menunjukkan dan insentif yang lebih untuk respon yang positif hingga berpartisipasinya kelompok-kelompok miskin periode 2. Namun pada periode 3-9 serta dalam pasar keuangan. Pemanfaatan yang periode 12 sampai berikutnya, kemiskinan efektif dari sumber-sumber domestik melalui merespon negatif goncangan yang terjadi pada sektor keuangan terhadap akan berdampak positif jumlah uang beredar Hal ini mengindikasikan ekonomi dan bahwa dalam jangka panjang pertambahan pertumbuhan jumlah pengentasan kemiskinan. uang beredar berdampak negatif terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia. Ketiga variabel tersebut terlihat saling mempengaruhi satu sama lainnya, sehingga Peningkatan jumlah apabila terhadap masyarakat yang pengentasan kemiskinan misalnya, maka sektor pemerintah dapat keuangan dan pertumbuhan ekonomi juga harus inflasi. dikontrol secara bersamaan perkembangannya menurunnya daya beli masyarakat sehingga untuk mengiringi kebijakan yang dilakukan berpengaruh kepada konsumsi dan tingkat tersebut. kesejahteraan masyarakat. dilakukan kebijakan uang tidak beredar dikontrol menyebabkan Inflasi dapat Selanjutnya dalam oleh terjadinya mengakibatkan respon kemiskinan terhadap goncangan pertumbuhan ekonomi Impulse-Response Functions (IRFs) (LPDB) adalah positif sampai periode 12. Hasil estimasi IRF dalam 20 periode Namun sampai akhir periode, kemiskinan (tahun) dapat dilihat pada Gambar 1. merespon Response to Cholesky One S.D. Innovations goncangan pada pertumbuhan Response to Cholesky One S.D. Innovations Response of LPOV to LPOV Response of LPOV to LPOV .03 .03 .01 Response of LPOV to LM2 .03 .03 .02 .02 Response of LPOV to LM2 .01 .00 .00 -.01 2 4 6 10 12 14 16 18 .00 -.01 2 4 6 8 10 12 12 16 18 20 2 14 16 of LM2 to LM22 18 Response 20 Response of LPOV to CR 4 6 8 6 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 4 6 -.058 10 12 14 16 18 Response of LPDB to LPOV Response of CR to LPOV -.10 2 4 6 12 .02 20 2 4 8 10 12 12 14 .02 89 - 4 .04 16 6 8 10 12 -.05 14 16 Response of LPDB to LM2 Response of CR to CR -.10 18 20 2 16 8 18 20 18 20 .02 4 6 10 12 14 16 18 4 4 6 6 .008 10 12 14 12 14 16 18 20 Sementara gambar pada baris kedua 16 18 20 respon yang terjadi antara variabel LPOV, LPDB dan CR. Variabel .00 2 4 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 6 8 10 12 14 16 -.05 18 20 kemiskinan Response of CR to LPDB 8 12 .02 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 Response of LPDB to LPDB .04 -.02 0 .02 4 6 8 10 12 .02 -.04 -4 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 .00 20 -8 2 4 6 8 10 12.00 14 16 18 20 Response of LPDB to CR -.02 .04 -.04 ketimpangan pendapatan. 10 menunjukkan 4 2 Response of LPDB to LPOV -.02 .04 8 .05 Volume 2, No. 1, Februari 2014 -8 4 6 Response of LM2 to LPDB Response of LPDB to LPDB .04 20 -8 2 4 8 -.04 -4 8 2 .10 .04 0 2 Response to LPDB 14 16 of18LM2 20 Response of LPOV to LPDB Response.00of LPDB to LM2 -.02 0 -4-.04 20 Gambar 1. Impulse Response Kemiskinan dengan -.10Sektor Response of LPDB to.00LPOV -.02 18 -.04 .04 8 .00 12 -.10 14 -.04 2 10 -.02 .00 20 -.04 .04 16 -.05 -.10 8 14 .00 .05 -.02 .00 4 12 .02 -.05 2 10 .00 .00 .05 -.10 8 .05 .10 .02 -.05 dapat .10 .00 -.02 6 .04 Response of LM2 to LM2 .05 .10 .00 .00 4 -.02 .10 Response of LM2 to.04LPOV .05 ini miskin sehingga dapat memperlebar jurang -.01 -.02 14 Response to Cholesky One -.02S.D. Innovations 10 Hal ekonomi yang tidak berpihak pada masyarakat .00 20 .10 .04 negatif. -.01 -.02 8 -.02 Response of 2 LM24 to LPOV 6 8 Response of LPOV to LPOV .02 .01 .00 dengan disebabkan dengan kebijakkan pertumbuhan .02 .01 -.01 -.02 .03 .02 .01 .00 -.01 ekonomi Response of LPOV to LPDB .03 .02 .02 .01 Response of LPOV to LPDB Response of LPDB to LPDB -.02 .04 -.04 -.04 18 20 (LPOV) rata-rata memberikan Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala respon positif hingga akhir periode terhadap Selanjutnya kontribusi sektor keuangan goncangan pada variabel rasio kredit swasta yang diwakili oleh variabel CR berkontribusi (CR). Namun reaksi yang diberikan oleh sebesar 1,71% dalam menjelaskan pengentasan pengentasan kemiskinan terhadap perubahan kemiskinan dalam jangka panjang. Sementara goncangan cukup pertumbuhan ekonomi mampu memberikan berfluktuasi. Awal periode shock pertumbuhan kontribusi yang relatif lebih besar yakni 56,61% ekonomi direspon dengan negatif, pada periode terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia. petumbuhan ekonomi 3-4 direspon positif namun kembali negatif pada periode 5 hingga 8. Akhirnya sampai akhir periode kemiskinan selalu merespon positif Uji Stabilitas Model Selanjutnya plot statistik CUSUM dan CUSUMQ pada Gambar 4.6 menunjukkan perubahan pertumbuhan ekonomi. berada dalam dua garis kritis dan signifikan pada tingkat 5%. Hal ini mempunyai implikasi Analisis Variance Decompositions Untuk menginvestigasi peranan sektor keuangan dalam pengentasan kemiskinan maka bahwa Error Correction Term (ECT) cukup stabil dalam jangka panjang. digunakan analisis variance decomposition. Dengan demikian dapat dinyatakan Dengan menggunakan analisis VDCs dalam bahwa kedua model baik yang menggunakan penelitian ini maka dapat diperoleh gambaran variabel jumlah uang beredar maupun variabel bagaimana pengaruh perkembangan sektor rasio kredit domestik untuk sektor swasta keuangan melalui variabel jumlah uang beredar sebagai pengukuran sektor keuangan stabil pada (LM2) dan rasio kredit swasta (CR) terhadap periode 1980-2014. 1.6 10.0 pengentasan kemiskinan (LPOV). 7.5 1.2 5.0 Hasil VDCs menunjukkan dalam 0.8 2.5 0.0 0.4 jangka pendek, pengaruh variabel jumlah uang -2.5 -5.0 0.0 -7.5 beredar jika dilihat pada periode ke-6 sampai -0.4 -10.0 2007 2008 2009 2010 CUSUM 2011 2012 pada periode ke-16 memberikan kontribusi yang relatif lebih besar dibandingkan dengan 2013 2007 2014 2008 2009 2010 CUSUM of Squares 5% Significance 2011 2012 2013 2014 5% Significance a. Model 1 1.6 10.0 7.5 1.2 kontribusi pertumbuhan ekonomi dalam 5.0 2.5 0.8 0.0 menjelaskan variasi kemiskinan. Namun dalam 0.4 -2.5 -5.0 jangka panjang terjadi sebaliknya, varians pertumbuhan ekonomi mampu memberikan kontribusi relatif lebih besar yakni 28,51% 0.0 -7.5 -0.4 -10.0 2006 2007 2008 2009 CUSUM 2010 2011 2012 5% Significance 2013 2014 2006 2007 2008 2009 2010 CUSUM of Squares 2011 2012 2013 2014 5% Significance b. Model 2 Gambar 2. Hasil Pengujian CUSUM dan CUSUMQ dibandingkan varians sektor keuangan (LM2) Residual Model 1 dan Model 2 yang sebesar 24,27% dalam menjelaskan goncangan kemiskinan (LPOV). Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 90 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala KESIMPULAN DAN SARAN menunjukkan adanya pola kausalitas dua arah Kesimpulan (bidirectional) antara antara sektor keuangan, Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap peran sektor keuangan dalam pertumbuhan waktu diambil 1980-2014, kesimpulan dapat bahwa dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. pengentasan kemiskinan di Indonesia dari rentang ekonomi Berdasarkan hasil impulse response, diambil pengentasan kemiskinan memberikan respon terdapat yang berfluktuatif terhadap goncangan yang keseimbangan jangka panjang antara sektor terjadi keuangan dengan pengentasan kemiskinan di pertumbuhan ekonomi. Namun respon yang Indonesia. selalu positif diberikan oleh kemiskinan dalam Dalam jangka panjang, jumlah uang beredar dan rasio kredit swasta berpengaruh pada jumlah uang beredar dan menanggapi perubahan yang dialami variabel rasio kredit swasta. positif dan signifikan terhadap pengentasan Hasil variance decompositions kemiskinan. Hal ini menyiratkan bahwa dalam mengungkapkan bahwa varians pertumbuhan jangka panjang pertambahan jumlah uang ekonomi memiliki kekuatan relatif yang lebih beredar kenaikkan rasio kredit swasta akan besar dibandingkan dengan sektor keuangan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia. dalam Kecepatan dalam merespon perubahan pengentasan menyesuaikan kemiskinan di Indonesia. Model yang dibangun keseimbangan jangka pendek untuk menuju cukup stabil yang dapat dibuktikan dari nilai keseimbangan jangka panjang adalah sebesar CUSUM dan CUSUMQ yang signifikan pada 85,36% untuk variabel jumlah uang beredar dan tingkat 5%. 125,9% untuk variabel rasio kredit swasta. Hasil ini menyatakan bahwa kecepatan penyesuaian jangka pendek ke jangka panjang variabel rasio kredit swasta lebih cepat dibandingkan kecepatan penyesuaian variabel jumlah uang beredar. adanya hubungan satu arah (unidirectional) antara jumlah uang beredar dengan kemiskinan dan kemiskinan dengan rasio kredit swasta. Feedback ditemukan pada pertumbuhan ekonomi dengan rasio kredit swasta. keuangan, pengentasan menyiratkan pertumbuhan kemiskinan ekonomi dan di Indonesia bahwa kebijakan yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, selanjutnya lebih jauh akan dapat memfasilitasi pengembangan sektor keuangan. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia berdampak positif dalam pengentasan kemiskinan, namun penurunan kemiskinan tersebut belum diiringi dengan pemerataan Hasil 91 - Feedback antara perkembangan sektor diambil untuk pengentasan kemiskinan dapat Uji kausalitas bivariat menyatakan bahwa Saran kausalitas multivariat Volume 2, No. 1, Februari 2014 distribusi pendapatan. Kenyataannya Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ketimpangan makin meningkat, dimana makin melebarnya rentang pendapatan antara si kaya dan si miskin. Untuk menyelaraskan pengentasan kemiskinan tersebut pemerintah Ahmed, A. (2013). Effect of financial liberalization on financial market development and economic performance of the SSA: an empirical assessment. Economic Modelling, 30, 261-273. dapat memfokuskan kebijakan pada sektor keuangan, terutama bank-bank komersil untuk menyediakan porsi pembiayaan lebih besar untuk usaha kecil yang akan membantu penurunan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja. Secara teoritis studi ini masih banyak keterbatasan, untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan jenis data yang berbeda dalam mengukur variabel – variabel Bappenas. (2014). Laporan pencapaian tujuan pembangunan milenium di Indonesia tahun 2013. Jakarta: Bappenas. Beck, T., Demirguc-Kunt, A., & Levine, R. (2007). Finance, inequality and the poor. Economic Growth, 12, 27-49. Devarajan, S., Go, D. S., Maliszewska, M., Osorio-Rodarte, I., & Timmer, H. (2015). Stress-Testing Africa's Recent Growth and Poverty Performance. Journal of Policy Modelling, 37, 521547. yang digunakan. Misalnya, kemiskinan yang diukur melalui jumlah orang miskin, tingkat pendapatan dan lain sebagainya. Sektor keuangan yang diukur melalui rasio cadangan DFID. (2004). Financial Sector Development: A Pre-requisite For Growth and Poverty Reduction? Department for International Development, Policy Division, London. bank terhadap aset bank, aset lancar (M3/PDB) dan proksi lainnya,. Terakhir, akan lebih baik kiranya bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan data dengan jangka waktu yang lebih panjang. DAFTAR PUSTAKA Abosedra, S., Shahbaz, M., dan Nawaz, K. (2015). Modelling causality between financial deepening and poverty reduction in Egypt. Social Indicator Research, DOI 10.1007/s 11205-0150929-2. ADB. (2013). Financial sector development, economic growth and poverty reduction: a literature review, Working Paper Series. 173. Mandaluyong City, Philippines, Manila, Philippines: www.adb.org/economics. Dhrifi, A. (2014). Financial development and the "Growth-Inequality-Poverty" triangle. Knowledge Economy. Ho, S.-Y., & Odhiambo, M. (2011). Finance and Poverty Reduction in China: an Empirical Investigation. International Bussiness Economic Research Journal, 10, 103-114. Jonaidi, A. (2012). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, vol1(1), 140164. Maryanto, B. (2013). Analisis Perkembangan Sektor Keuangan, Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Indonesia Pendekatan: Kausalitas Dalam VECM. Tesis. Universitas Indonesia. Moreno, S. P. (2011). Financial development and poverty in developing countries: a Volume 2, No. 1, Februari 2014 - 92 Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala causal analysis. Empirical Economy, 41, 57-80. Odhiambo, M. (2009). Finance-Growth-Poverty Nexus in South Africa: a Dynamic Causality Lingkages. Socio-Economic, 38, 320-325. Odhiambo, M. N. (2010). Is Financial Development a Spur to Poverty Reduction? Kenya's Experience. Journal Econ. Study, 37, 343-353. Odhiambo, N. M. (2010). Finance-investmentgrowth nexus in South Africa: an ARDL bounds testing procedure. Economic Change Restructure, 43, 205-219. Shahbaz, M. (2009). Financial Performance and Earnings of Poor People: A Case Study of Pakistan. Journal Yasar University, 4, 2557-2572. Todaro, M. P. (2004). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Uddin, G. S., & S, B. (2013). The causal Nexus Between Financial Development and Economic Growth in Kenya. Economic Modelling, 35, 701-707. Uddin, G. S., Shahbaz, M., Arouri, M., & Teulon, F. (2014). Financial Development and Poverty Reduction Nexus: A Cointegration and causality Analysis in Bangladesh. Economic Modelling, 36, 405-412. 93 - Volume 2, No. 1, Februari 2014