PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERANNYA DALAM PELAYANAN RESEP SELAMA DI APOTEK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Suyono NIM: 028114154 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Halaman Persembahan Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Rob semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami abdi, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Kupersembahkan kepada: Bapak dan Ibuku Kakak-kakakku tercinta iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, berkat kasih dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap Perannya dalam Pelayanan Resep selama Kehadiranya di Apotek”. Penyusunan skripsi ini dengan maksud untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari jasa banyak pihak, oleh karenanya penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing yang dalam kepadatan acaranya telah menyempatkan untuk terus membimbing dan mendorong penyelesaian skripsi ini kepada penulis. 3. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt yang telah banyak membantu, mengarahkan, memberi masukan, juga motivasi walaupun beliau tidak sempat meneruskan bimbingannya karena harus melanjutkan studi. 4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberi banyak masukan. vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Ibu Aris Widayati , M.Si., Apt. sebagai dosen penguji dan atas kritik dan saran yang telah diberikan. 6. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. yang telah memberikan saran dan referensi dalam pembuatan skripsi ini. 7. BAPPEDA Propinsi DIY dan Kota Yogyakarta atas pemberian ijin penelitian 8. Bapak dan ibu yang telah mengatur dan memeliharaku, berkat perjuangan kalianlah penulis dapat bertahan. 9. Kakakku Sugianto yang telah mengorbankan jiwanya untuk memberikan motivasi dan nasehat. 10. Kakakku Hartono dan kakakku Sunarni, kalian sudah banyak membantu. 11. Sahabatku Joko Tri Cahyono yang memberiku banyak inspirasi untuk belajar mandiri. 12. Teman-temanku Nana, Meggy, Rio, Parmanto, Heri, Irvan, Thomas, dan Mu’min mubaligh yang telah membimbingku. Dengan sadar penulis mengakui banyak kekurangan dalam menyusun penelitian ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi menyempurnakan karya ini. Semoga dengan ridha Allah skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi praktisi farmasi, bagi dunia keprofesian, ilmu pengetahuan, serta masyarakat pada umumnya. vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI INTISARI Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menyiapkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Kenyataan yang ada pada saat ini, berdasarkan beberapa penelitian bahwa peran apoteker di apotek belum maksimal sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat untuk memperoleh pelayanan kefarmasian yang profesional masih kurang. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelaksanaan pelayanan resep selama di apotek yaitu menyangkut skrinning persyaratan administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis, peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat, penyerahan obat dan informasi kepada pasien, konseling dan monitoring penggunaan obat. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari angket yang disebarkan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) di kota Yogyakarta. Hasil menunjukkan bahwa: rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Kota Yogyakarta yang melakukan skrinning persyaratan administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di apotek adalah 72,7%; rata-rata Apoteker Pengelola Aportek (APA) yang melakukan peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek adalah 60,3%; rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan penyerahan obat dan informasi kepada pasien selama di apotek adalah 78,9%; rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan konseling selama di apotek adalah 76,4%; dan rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan monitoring penggunaan obat adalah 37,9%. Kata kunci: persepsi, peran, apoteker, resep viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT As an effort so that all pharmacist can execute service of pharmacy better. Department of health cooperates with The Association of Indonesian Pharmacy Graduates ( ISFI), compose the service standard of pharmacist in drugstores to prepare pharmaceutical service to society. The fact which exists at the moment, based on some researches that the role of pharmacist in pharmacy are not yet optimal so that the benefit felt by sosiety to obstain profesional pharmaceutical service is still less. The objective of reseach is to know the perseption of The Pharmacist to the role of pharmacist during the attendance in execution of prescription that is concerning skrinning of administrative regulation, according to farmasetic, and clinical consideration, recipe blend, preparation of label, and the packaging of drug, delivery of information and drug to patient, monitoring and counseling the usage of drug. This reseach is including explorative and descriptive non-experimental reseach using qualitative approach. Data obstained from propagated questuonnaire to the Pharmacist in Yogyakarta. The result indicates that the average or the Pharmacist in Yogyakarta city who conducts skrinning administrative, according pharmasetics, and consideration of prescription clinical during in drugstore is 72.7%; the average of the Pharmacist who conducts recipe blend, preparation of label, and the packaging of drug during in drugstore is 60.3%; the average of the Pharmacist who conduct delivery of information and drug to patient during in drugstore is 78.0%; the average of the Pharmacist who conducts counseling during in drugstore is 76.4%; and the averae of the Pharmacist who conducts drug monitoring is 37.9%. Key word: perseption, role, pharmacist, prescription ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………… ii HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… iv PRAKATA……………………………………………………………………. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………… vii INTISARI………………………………………………………………….….. viii ABSTRACT……………………………………………………………………. ix DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xiv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. xv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xviii BAB I PENGANTAR………………………………………………………… 1 A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1 1. Perumusan Masalah……………………………………………………... 4 2. Keaslian Penelitian……………………………………………………… 5 3. Manfaat Penelitian………………………………………………………. 5 B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………… 7 A. Apoteker Pengelola Apotek……………………………………………….. 7 x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. Resep………………………………………………………………………. 9 C. Medication Error………………………………………………………………….. 12 D. Pelayanan Resep.…………………………………………………………... 15 E. Prosedur Tetap……………………………………………………….......... 18 F. Konseling dan monitoring…………………………………………………. 19 G. Peran Apoteker…………………………………………………………….. 22 H. Apoteker Sebagai suatu Profesi...…………………………………………. 25 I. Standar Profesi……………………..……………………………………….. 27 J. Keterangan Empiris……………………………………………………….. 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 29 A. Jenis dan Rancangan Penelitian…………………………………………… 29 B. Batasan Operasional Penelitian……………………………………………. 29 C. Bahan Penelitian…………………………………………………………… 30 D. Alat Pengumpulan Data…………………………………………………… 30 E. Tatacara Pengumpulan Data……………………………………………….. 30 F. Tatacara Analisis Hasil…………………………………………………….. 32 G. Kesulitan Penelitian……………………………………………………….. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN …………………….………………………... 34 A. Karakteristik dari Apotek dan APA………………………………………. 34 1. Pemilik apotek…………………………………………………………... 34 xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Lama rata-rata apotek buka perhari……………………………………... 39 3. Ada tidaknya apoteker pendamping di apotek………………………….. 42 4. Ada tidaknya prosedur tetap…………………………………………….. 43 5. Ada tidaknya job description tertulis……………………………………. 48 6. Jumlah rata-rata resep yang masuk ke apotek tiap bulan dan jumlah dokter praktek di apotek……….………………………………………... 51 7. Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek…………………………... 54 8. Jumlah petugas lain……………………………………………………... 55 9. Rata-rata umur APA…………………………………………………….. 56 10. Pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek………………… 58 11. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek………………………………... 60 12. Ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA………………… 61 B. Data Mengenai Pelayanan Resep………………………………………….. 62 1. Skrining resep…………………………………………………………… 62 a. Skrining administrtif resep…………………………………………… 63 b. Skrining kesesuaian farmasetik ………………………………………. 66 c. Pertimbangan klinis ……...................................................................... 69 d. Apakah apotek melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan terhadap resep?....................................................................... 70 e. Apakah obat untuk pasien tidak mampu diusulkan kepada dokter untuk diganti dengan obat generik?....................................................... xii 72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Peracikan, Pengetiketan, dan Penyerahan Obat………………………… 74 a. Prosedur HTKP (harga, timbang, kemas, penyerahan)……………….. 74 b. Pengecekan……………………………………………………………. 76 c. Pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan 77 diserahkan pasien……………………………………………………… 3. Informasi dan Konseling………………………………………………..... 78 a. Informasi………………………………………………………………. 78 b. Konseling……………………………………………………………… 80 4. Monitoring………………………………………………………………. a. Monitoring terhadap pasien dengan penyakit TBC, asthma, diabetes, 84 84 dan cardiovascular………………………………………………….…. b. Monitoring terhadap hasil konsultasi pasien………………………….. 86 C. Rangkuman pembahasan…………………………....................................... 87 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 89 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 91 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 94 BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………… 119 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error............................................. Hal. 14 Tabel II. Taksonomi dan Kategori Medication Error............................. 15 Tabel III. Rata-rata APA yang melakukan pelayanan resep selama kehadirannya di apotek............................................................. xiv 88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 1. Struktur organisasi apotek..................................................................... 19 Gambar 2. Pemilik sarana apotek........................................................................... 36 Gambar 3. Bentuk kepemilikan apotek untuk apotek yang sarananya bukan milik APA.............................................................................................. Gambar 4. 37 Jumlah rata-rata hari APA datang ke apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek......................................................................................... 38 Gambar 5. Lama jam APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek..... 38 Gambar 6. Lama apotek buka rata-rata per hari...................................................... 40 Gambar 7. Lama APA bekerja di apotek per hari................................................... 40 Gambar 8. Jumlah hari buka apotek per minggu..................................................... 41 Gambar 9. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu................................... 41 Gambar 10. APA punya Apoteker Pendamping atau tidak....................................... 42 Gambar 11. Apotek punya prosedur tetap atau tidak................................................ 44 Gambar 12. Skema alur pelayanan resep.................................................................. 47 Gambar 13. Ada tidaknya job description tertulis di apotek..................................... 51 Gambar 14. Jumlah rata-rata lembar resep yang masuk ke apotek per bulan........... 52 Gambar 15. Apotek dengan lembar resep >60 per bulan dengan ada tidaknya praktek dokter ………………………………………………............... 53 Gambar 16. Jumlah dokter praktek di apotek............................................................ 53 Gambar 17. Jumlah AA yang dimiliki apotek...............................................……… 55 Gambar 18. Jumlah petugas lain yang dimiliki apotek …………………….…….. 56 Gambar 19. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu berdasarkan umur xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI APA…………………………………………………………………... 57 Gambar 20. Rata-rata umur APA.............................................................................. 57 Gambar 21. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman......…… 59 Gambar 22. Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek................ 59 Gambar 23. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek………………………………. 61 Gambar 24. Punya tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA……………... 62 Gambar 25. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya pekerjaan lain..............................................................……………….. Gambar 26. Petugas yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek…………………………………………. Gambar 27. 70 Petugas yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter jika ada keraguan ketika APA berada di apotek………............................... Gambar 30. 68 Petugas yang lebih sering melakukan pertimbangan klinis ketika APA berada di apotek………………………………………………… Gambar 29. 65 Petugas yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik ketika APA berada di apotek…………….........……………………… Gambar 28. 62 72 Petugas yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengan obat generik kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu ketika APA berada di apotek............................................................................ Gambar 31. 73 Petugas yang lebih sering melakukan prosedur pemberian harga, penimbangan, pengemasan, penyerahan obat ketika APA berada di apotek.................................................................................................... Gambar 32. Petugas yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik xvi 75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI obat dan pengetikan dengan jelas ketika APA berada di apotek……. Gambar 33. 77 Petugas yang lebih sering melakukan pemeriksaaan akhir kesesuaian obat yang akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di apotek………………………………………………………………… Gambar 34. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika APA berada di apotek………………………………………………… Gambar 35. 79 Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling tentang sediaan farmasi dan pengobatan ketika APA berada di apotek ............ Gambar 36. 78 82 Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada pasien penyakit TBC, diabetes, asthma, cardiovascular ketika APA berada di apotek..................................................................................... Gambar 37. Petugas yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien penyakit TBC, diabetes, asthma, cardiovascular...…………………… Gambar 38. 83 85 Petugas yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi pasien………………….………………………………….. xvii 86 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian................................................................. Hal. 95 Lampiran 2. Tabulasi Data …….................................................................. 102 Lampiran 3. Kondisi fisik apotek di kota Yogyakarta pasca gempa............ 107 Lampiran 4. Data Apotek di kota Yogyakarta bulan Juli 2006.................... 116 xviii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kefarmasian yang berlangsung di apotek telah mengalami tiga tahap perkembangan. Tahap I, pelayanan kefarmasian dititikberatkan pada membuat, meracik serta menyerahkan obat pada penderita. Tahap II, titik berat pelayanan kefarmasian di apotek hanya pada penyiapan dan penyerahan obat saja, mengingat industri farmasi berkembang pesat, ada banyak industri farmasi yang memproduksi obat jadi. Tahap III, evaluasi perkembangan pelayanan kefarmasian dengan orientasi produk (product oriented) menjadi orientasi kepentingan pasien (patient oriented). Pelayanan ini bertujuan agar konsumen (pasien) memperoleh pengobatan yang rasional melalui pemberian informasi. Di negara maju penelitian dan pengembangan obat telah maju, sehingga timbul banyak permasalahan dalam penggunaan obat (Siregar, 1994). Masa depan perapotekan akan sangat diwarnai oleh kompetisi ketat. Apoteker di apotek harus berkompetisi dengan sesama koleganya di apotek dan dengan apoteker dari luar negeri yang bekerja di Indonesia. Tolok ukur keberhasilan dalam kompetisi ini adalah kualitas pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat hidupnya yang pada akhirnya akan bermuara pada pengakuan dan image positif dari masyarakat (Hidayat, 1996). Apoteker harus siap berperan dalam upaya pelayanan kefarmasian yang bermutu dan profesional 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI serta hadir di tengah-tengah masyarakat memanfaatkan ilmu, profesi serta keberadaannya untuk masyarakat (Sukaryo, 1995). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 ditetapkan sebagai pedoman profesi apoteker dalam menjalankan profesi, untuk melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. Seperti yang tercantum juga dalam dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 21 ayat (1) bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga kesehatan. Disebutkan dalam standar pelayanan kefarmasian di apotek pada dasarnya pelayanan di apotek terdiri dari pengelolaan obat, pelayanan obat tanpa resep (OTR), pelayanan obat resep, dan pelayanan informasi, konseling, monitoring, promosi, edukasi, pelayanan residensial (Anonim, 2004). Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (branded name/ merek dagang tertentu). Jika pasien tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat yaitu terjangkau oleh pasien (Anonim, 1993). Pelayanan resep dimulai proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kemudian dilakukan peracikan, pengetiketan, pengemasan, penyerahan, pemberian informasi, 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI konseling, dan monitoring penggunaan obat (Anonim, 2004). Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/ paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya (Anonim, 2004). Tinjauan kerasionalan obat meliputi pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya medikasi rangkap, interaksi obat, karakteristik penderita atau kondisi yang menyebabkan pasien menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan (WHO, 1988). Penyerahan obat kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien, informasi penggunaan obat secara tepat, aman, rasional atas permintaan masyarakat serta melakukan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan (Anonim, 2004). Pemberian informasi kepada pasien merupakan kewajiban profesi apoteker. Apoteker dapat dikenai sanksi pidana dengan denda maksimal 10 juta rupiah apabila tidak melakukan tugasnya dalam memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan pasal 22 c Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Meskipun peran yang dimiliki apoteker di apotek sangat besar namun sampai saat ini peran dan eksistensi apoteker belum tampak kelihatan. Merita pada tahun 2002 telah melakukan penelitian dimana 37% pasien apotek Kota Yogyakarta tidak mengenal figure profesi apoteker. Penelitian Merita juga menyebutkan bahwa 3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lebih dari separo pasien tidak pernah merasakan manfaat Apoteker Pengelola Apotek dalam pemberian informasi obat. Pada penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta tahun 2003 (Purwanti, 2004) diketahui bahwa pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek tergolong kurang baik karena peran apoteker banyak dilaksanakan oleh asisten apoteker, kehadiran apoteker di apotek kurang, dan ketersediaan sarana di apotek seperti ruang untuk konsultasi tidak tersedia. 1. Perumusan masalah Melihat latar belakang dan permasalahan di atas, maka di rumuskan permasalahan sebagai berikut: a. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam skrining persyaratan administratif, kesesuian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di apotek? b. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek? c. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam penyerahan obat dan informasi kepada pasien selama di apotek? d. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam konseling selama di apotek? e. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam monitoring penggunaan obat? 4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Keaslian penelitian Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek di DKI Jakarta tahun 2003 oleh Purwanti (2004), FMIPA UI dan Litbang DepKes RI Jakarta. Penelitian tersebut untuk mengetahui seberapa baik pelaksanaan standar pelayanan farmasi di apotek di DKI Jakarta 2003. Penelitian tersebut mewakili APA yang bekerja di apotek di DKI Jakarta. Sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya khususnya dalam pelayanan resep ketika Apoteker berada di apotek. Sampel yang digunakan adalah APA yang bekerja di apotek di Kota Yogyakarta. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Dapat memberikan gambaran tentang seperti apa peran yang dilakukan Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta saat berada di apotek. b. Manfaat praktis 1. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi kenerja profesi apoteker serta instansi terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang dilakukan. 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam perumusan kebijakan berikutnya. 3. Dapat dijadikan bahan masukan bagi ISFI dalam rangka pembinaan anggotanya. B. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam skrining persyaratan administratif, kesesuian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di apotek. b. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek. c. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam penyerahan obat dan informasi kepada pasien selama di apotek. d. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam konseling selama di apotek. e. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam monitoring penggunaan obat. 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Apoteker Pengelola Apotek Apoteker adalah suatu profesi yang concerns, commits, dan competents tentang obat (Sudjaswadi, 2001). Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 63 menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Lebih lanjut di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefamasian di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin (Anonim, 2002). Permenkes No. 1332/MENKES/SK/X/2002 menyebutkan bahwa apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, rasional. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. 7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tugas dan fungsi apotek adalah: 1. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; 2. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat; 3. sarana penyalur sediaan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Anonim, 1980). Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Anonim, 1992), dengan demikian jelaslah bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau tempat untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan atau alat kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep dokter oleh apoteker/ obat wajib apotek (OWA). Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi surat izin apotek (SIA). Apoteker dapat dibantu oleh asisten apoteker dalam menjalankan profesinya di apotek. Pada waktu menjalankan profesinya di apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat didampingi oleh apoteker pendamping, dimana apoteker 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendamping juga dapat menggantikan Apoteker Pengelola Apotek pada jam-jam tertentu pada waktu apotek buka (Anonim, 2002). Berdasarkan PERMENKES No. 922/menkes/Per/X/1993 pasal 1, Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker dengan pengawasan apoteker. Tugas dari asisten apoteker adalah membantu Apoteker Pengelola Apotek dalam pelaksanaan pengelolaan apotek yaitu : a. pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya. c. pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. B. Resep Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Resep dapat juga diartikan sarana komunikasi profesional antara dokter (penulis resep), APA (penyedia/ pembuat obat), dan pasien. Resep ditulis dalam rangka memesan obat untuk pengobatan penderita maka isi resep merupakan refleksi/ pengejawantaan proses pengobatan. Agar resep dilayanai secara tepat dan relatif cepat maka resep 9 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI harus lengkap dan jelas atau komunikatif dan agar pengobatan berhasil, resepnya harus benar/ rasional (Christina dkk, 2002). Permenkes Nomor 26 tahun 1981 menyebutkan resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Kepmenkes Nomor 280 tahun 1981 menyebutkan resep harus memuat juga: a. nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan b. tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat c. tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep d. tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku e. jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan f. tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis maksimal. Dalam hal salinan resep pada dasarnya salinan resep adalah resep juga. Salinan resep selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga memuat: a. nama dan alamat apotik b. nama dan Nomor Surat Izin Pengelolaan Apotik c. tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek d. tanda ’det’ atau ’detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ’nedet’ atau ’nedetur’ untuk obat yang belum diserahkan e. nomor resep dan tanggal pembuatan (Anonim, 1981) 10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Resep dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu: a. inscriptio Terdiri dari identitas dokter (nama, No. Surat Izin Praktek, alamat), tempat dan tanggal penulisan resep, serta tanda R/ sebelah kiri (pembuka resep atau invocatio). b. praescriptio Bahasa Latin yang artinya perintah atau pesanan atau merupakan inti resep, ialah bagian resep yang pokok, terdiri dari nama obat, bentuk sediaan obat, dan dosis obat. c. signatura Bahasa Latin yang artinya tanda, ialah tanda yang harus ditulis di etiket obatnya, terdiri dari nama penderita dan petunjuk mengenai obatnya (biasanya cara pemakaiannya). d. subscriptio Bahasa Latin yang artinya tanda tangan atau paraf. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis secara betul dan sempurna/ lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini perlu mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya hampir sama, sedangkan isi dan khasiatnya berbeda. Nama obat harus ditulis lengkap (sesuai yang tercantum dalam label), karena keterangan pada tiap nama mempunyai arti sendiri. Bila tidak lengkap akan mengakibatkan hal-hal yang merugikan penderita bahkan membahayakan. 11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Resep yang rasional adalah resep yang tepat dan aman. Resep yang rasional harus memenuhi syarat yaitu setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya dan aman digunakan, diberikan dengan dosis yang tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat, dengan cara yang tepat, untuk penderita yang tepat (Christina dkk, 2002) C. Medication Error Menurut The US Pharmacopeia, medicaton error didefinisikan sebagai: ”any preventable event that may cause or lead to inappropriate medication use or patient harm while the medication is in the control of the health care professional, patient, or consumer” (Dwiprahasto, 2004). Berbeda dengan adverse drug reaction, medication errors terjadi sebagai akibat dari kesalahan manusia atau lemahnya sistem yang ada. Medication error dapat terjadi dalam setiap langkah penyiapan obat mulai dari proses pemilihan obat, permintaan melalui resep, pembacaan resep, formulasi obat, penyerahan obat kepada pasien hingga penggunaannya oleh pasien atau petugas kesehatan (Dwiprahasto, 2004). Menurut American Hospital Association, medication error antara lain dapat terjadi pada situasi berikut: a. informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang riwayat alergi, penggunaan obat sebelumnya, serta faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan obat; 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika timbul gejala efek samping; c. miskomunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi farmasis yang keliru dalam membaca resep dokter, kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d atau q.i.d/ QD); d. pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga beresiko dibaca keliru oleh pasien; dan e. faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ ruang obat yang tidak terang, hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat mengakibatkan timbulnya medication error. Pencegahan medication error dapat didekati dengan konsep-konsep human error sebagaimana ditulis oleh Belay: a. error awareness, dalam konteks ini maka setiap individu yang terlibat harus menyadari bahwa medication error dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja. b. lakukan pengamatan sistematik. Awal terjadinya medication error dapat berasal dari individu dan juga sistem. Sistem yang buruk, yang tidak mendukung mekanisme kerja yang baik atau tidak dijalankan atas dasar prosedur yang standar juga dapat menjadfi sumber medication error. Sebagai contoh, buruknya sistem kerjasama antara dokter, perawat, dan apoteker. 13 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. gunakan data medication error sebagai alat untuk menyusun instrumen analisis error d. kembangkan kemauan untuk mendesain ulang sistem yang ada e. gunakan simulasi yang memungkinkan f. pengumpulan data secara otomatis untuk analisa error g. lakukan evaluasi terhadap kinerja petugas h. antisipasi error melalui sistem koding dan SOP yang lebih baik. (Dwiprahasto, 2004) Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error Prescribing • • • • • • • kontraindi kasi duplikasi tidak terbaca instruksi tidak jelas instruksi keliru instruksi tidak lengkap penghitun gan dosis keliru Transcribing • • • • • copy error dibaca keliru ada instruk si yang terlewa tkan instruk si tidak dikerja kan salah menter jemahk an instruk si verbal Dispensing Administration Kontraindikasi, extra dose, kegagalan mengecek instruksi, sediaan obat buruk, instruksi penggunaan obat yang tidak jelas, salah menghitung dosis, salah memberi label, salah menulis instruksi, dosis keliru, pemberian obat di luar instruksi, instruksi verbal dijalankan keliru Administration error, kontraindikasi, obat tertinggal di samping bed, extra dose, kegagalan mencek instruksi, tidak mencek identitas pasien, dosis keliru, salah menulis instruksi, patient off unit, pemberian obat di luar instruksi, instruksi verbal dijalankan keliru. (Dwiprahasto, 2004) 14 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut National Coordinating for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP) kategorisasi medication error adalah sebagai berikut: Tabel II. Taksonomi dan Kategorisasi Medication Error Tipe error Kategori Keterangan No error A Error No harm B C Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien Error terjadi, obat sudah mencapai pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko: a. obat mencapai pasien dan sudah terlanjur diminum/ digunakan D Error harm E F G H Error death I b. obat mencapai pasien, tetapi belum sempat diminum/ digunakan Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan monitoring, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara Error terjadi dengan konsekuensi pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan perawatan di rumah sakit dan menyebabkan risiko (harm) yang bersifat sementara. Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (misal anafilaksis, henti jantung) Error terjadi dan menyebabkan kematian pada pasien D. Pelayanan Resep Pada dasarnya sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter tidak dapat diganti dengan padanannya. Namun demikian pasien berhak untuk memilih obat serta mendapatkan obat tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan dari apoteker (Anonim, 1999). Dengan mempertimbangkan faktor ekonomi penerima pelayanan kesehatan/ pengguna, serta untuk melindungi yang bersangkutan dari penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat 15 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sehingga dapat membahayakan kesehatan atau jiwa, maka dapat dimungkinkan penggantian sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter dengan padanannya berupa obat generik, sepanjang hal tersebut disetujui atau atas sepengetahuan dokter yang mengeluarkan resep atau atas persetujuan pasien yang bersangkutan. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat dalam hal ini adalah berkaitan dengan jumlah sediaan farmasi yang berupa obat yang harus digunakan dalam pelayanan kesehatan yang bersangkutan (Anonim, 1998). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan pelayanan resep meliputi skrining resep, dan penyiapan obat. 1 Skrining resep meliputi: a. Skrining persyaratan adminitratif 1) Nama, SIP dan alamat dokter 2) Tanggal penulisan resep 3) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep 4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien 5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta 6) Cara pemakaian yang jelas 7) Informasi lainnya b. Skrining kesesuaian farmasetik Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c. Skrining pertimbangan klinis Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu mengunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 2 Penyiapan obat meliputi a. Peracikan: 16 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. b. Pengetiketan Etiket harus jelas dan dapat dibaca. c. Pengemasan obat Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. d. Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. e. Informasi obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. f. Konseling. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g. Monitoring obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya. 17 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI E. Prosedur Tetap Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar apotek seharusnya memiliki prosedur tetap. Manfaat dari prosedur tetap adalah: 1 2 3 untuk memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat; adanya pembagian tugas dan wewenang; memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang bekerja di apotek; 4 dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru; 5 membantu proses audit. Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut: 1 2 3 4 5 6 tujuan : merupakan tujuan protap. ruang lingkup : berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan kompetensi yang diharapkan. hasil : hal yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur. persyaratan : hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan. proses : berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar. sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian. (Anonim, 2004a) Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini tercermin pada struktur organisasi, dimana mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian. Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang mapan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu dibutuhkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling mengisi, disertai dengan job description yang jelas pada masing-masing bagian di dalam struktur organisasi tersebut. 18 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Struktur organisasi apotek dapat digambarkan sebagai berikut: Apoteker Pengelola Apotek (APA) Pemilik Sarana Apotek (PSA) Apoteker Pendamping Tata Usaha Karyawan Pembantu Asisten Apoteker Pelayanan dan Peracikan resep Petugas Gudang Bendahara Kasir Juru Resep Gambar 1. Struktur organisasi apotek F. Konseling dan Monitoring Secara umum konseling adalah suatu teknik, ketrampilan yang digunakan untuk membantu seseorang untuk mengatasi masalah mereka dengan menggunakan sumber daya dari dirinya sendiri. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan (Anonim, 2004a). Dalam pelayanan obat di apotek, konseling sangat dibutuhkan terutama dalam proses menjelaskan obat yang diberikan. Hal ini perlu dilakukan karena 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI secara umum konsumen apotek sangat heterogen. Keanekaragaman konsumen tidak hanya terbatas dari sisi umur, tetapi juga dari sisi pengetahuan, pendidikan, daya tangkap, ekonomi, dan lain-lain. Hal tersebut diatas membutuhkan kepekaan dari petugas dalam memahami dan melayani konsumen agar mereka merasa diperhatikan dan diperlakukan dengan baik. Oleh karena itu, apoteker perlu mempunyai kemampuan terutama dalam memberikan konseling. Kemampuan tersebut antara lain: a. mendengarkan secara aktif serta kemampuan komunikasi yang efektif. Komunikasi, baik verbal maupun non verbal, menjadi kunci utama dalam memberikan layanan yang bersifat tatap muka langsung. Dalam kaitannya dengan layanan obat, petugas tidak hanya harus mampu mengkomunikasikan cara memakai obat, dosis yang harus diminum, efek samping, dan lain-lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk bertanya apakah ada halhal yang belum jelas. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk bertanya adalah suatu langkah yang bijaksana mengingat konsumen apotek yang beraneka ragam dan mempunyai daya tangkap yang berbeda-beda. b. menghormati pelanggan dan masalahnya. Sikap ini sangat dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa konsumen adalah orang yang penting, sehingga mereka pantas dihormati dan dilayani dengan baik. c. menunjukkan rasa empati. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsumen apotek adalah konsumen yang sedang mempunyai masalah kesehatan baik 20 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dirinya sendiri maupun keluarga, sehingga sikap yang ramah dan empatik akan membantu konsumen dalam menghadapi masalahnya. d. tunjukkan ketulusan dalam memberikan konseling. Dalam mendapatkan pelayanan konsumen akan merasakan apakah petugas melakukan dengan tulus atau sekedar formalitas. Petugas perlu memberikan waktu ekstra kalau memang diperlukan sehingga konsumen merasa betul-betul dilayani dengan baik (Anonim, 2004c) Monitoring dapat dilakukan dengan mempelajari secara seksama data-data medik, proses pengobatan dan tujuan terapi, melakukan kunjungan rutin dan berkomunikasi secara aktif atau melakukan telepon untuk mengetahui kemajuan terapi pasien dan mendeteksi kemungkinan timbulnya masalah baru dalam terapi obat, melakukan pencatatan tentang perubahan yang meliputi kesesuaian hasil terapi dengan tujuan terapi, perubahan terapi maupun masalah yang timbul, melakukan penilaian dan perencanaan kembali terapi obat pasien jika ditemukan masalah baru, dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dengan selalu menjaga kerahasiaan pasien (ISFI, 2004). Menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek dalam Kepmenkes No. 102/MENKES/SK/IX/2004, Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Dalam melakukan aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI G. Peran Apoteker Peran profesi apoteker telah mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam dua puluh tahun terakhir ini dengan berkembangnya ruang lingkup pelayanan kefarmasian. Peran profesi apoteker yang digariskan oleh WHO (1997) yang dikenal dengan the seven stars of pharmacist meliputi: 1. care-giver Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis analisis, teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun kelompok. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanan pada sistem pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan farmasi yang dihasilkan harus bermutu tinggi. 2. decision-maker Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, keefisienan dan biaya efektif terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur pelayanan, dll. Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pelatihan dan pendidikan yang diperlukan. 3. communicator Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan dengan pasien maupun profesi kesehatan lain, oleh karena itu harus mempunyai kemampuan 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berkomunikasi yang baik meliputi komunikasi verbal, nonverbal mendengar dan kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan. 4. leader Apoteker diharapkan mempunyai kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola keputusan. 5. manager Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik, anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan. Lebih lanjut lagi apoteker mendatang harus tanggap terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan halhal lain yang berhubungan dengan obat. 6. life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan ketrampilannya selalu baru ( up-date ) dalam melakukan praktek profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif. 7. teacher Apoteker memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan melatih generasi mendatang dengan tidak hanya membagi ilmu pengetahuan satu sama lain, tetapi juga dalam kesempatan dalam memperoleh ilmu pengetahuan baru dan peningkatan keterampilan (WHO, 2007) 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Fungsi pelayanan apoteker di farmasi komunitas pada saat ini seperti di negara maju seperti di Amerika Serikat lebih ditekankan pada edukasi terhadap pasien serta pemberian informasi yang tepat guna tentang khasiat, efek samping obat, peringatan-peringatan yang terkait dengan penggunaan obat, aturan pakai, dan cara pemakaian obat. Pemantauan serta penilaian terhadap hasil pengobatan, juga telah menjadi bagian dari pelayanan apoteker. Dengan demikian pelayanan apoteker mengalami perubahan dari drug oriented menjadi patient oriented (Donatus, 2000). Peranan apoteker menurut fungsi apotek dibagi menjadi dua. Pertama, yaitu sebagai unit kesehatan (non profit oriented). Apotek berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dengan menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan di bawah tanggung jawab apoteker. Seorang apoteker dalam menjalankan fungsi apotek harus mengutamakan kepuasan konsumen (custumer satisfaction) antara lain dengan memperhatikan kelengkapan sediaan obat dan barang yang dijual di apotek agar diusahakan tidak ada resep atau permintaan konsumen yang ditolak karena ketidaklengkapan sediaan (Anief, 1995). Kedua, yaitu sebagai sarana bisnis (profit oriented). Apotek berfungsi sebagai sarana bisnis yang diharapkan dapat memberikan keuntungan. Apoteker harus mampu bertindak sebagai manajer dengan bekal ilmu manajerial yang dimilikinya (Anief, 1995). 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI H. Apoteker Sebagai Suatu Profesi Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut suatu pengetahuan dan keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang bersifat teoritis dan praktek dan diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan kepada yang bersangkutan diberi wewenang guna pemberian layanan kepada konsumen atau kliennya. Profesi dapat dikaji dari dua hal berikut (Harding dkk, 1993), yaitu: 1. memiliki ciri atau karakteristik tertentu 2. memiliki peran atau fungsi sosial dalam masyarakat Menurut Harding dkk (1993), gambaran inti dari profesi adalah sebagai berikut ini: 1. ilmu pengetahuan khusus yang berasal dari pelatihan jangka panjang (specialized knowledge and lengthy training) yaitu bahwa suatu profesi memerlukan pendidikan/ pelatihan dalam jangka waktu tertentu/ lama, pengetahuan yang diterimanya bersifat sangat khusus dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi. 2. monopoli dalam praktek (monopoly of practice) yaitu bahwa hanya anggota profesi yang berwenang untuk melakukan profesi tersebut, dan bagi yang tidak berwenang dianggap ilegal. 3. pengaturan diri (self regulation) yaitu bahwa suatu profesi berwenang untuk mengatur dirinya sendiri, namun dalam hal ini harus tetap dapat menerima atau menghargai pendapat dari pihak lain. 4. orientasi pelayanan (serve orientation) yaitu bahwa suatu profesi harus bekerja demi kepentingan klien, dan tidak semata-mata demi kepentingan pribadi. 25 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut ISFI (2003) profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatang jelas. 2. pendidikan khusus berbasis ”keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi. 3. memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian. 4. memiliki himpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom. 5. memiliki kode etik keprofesian. 6. memiliki motivasi altruistik dalam memberikan pelayanan. 7. mroses pembelajaran seumur hidup. 8. mendapat jasa profesi. Ciri-ciri profesi menurut Hartini dan Sulasmono, 2006: 1. unusual learning, yaitu dididik dan menerima pengetahuan yang khas dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di tempat lain atau bidang yang berbeda. 2. pelayanannya bersifat altruistik (tidak mementingkan diri sendiri dan mementingkan kepentingan orang lain). 3. telah mengucapkan sumpah. 4. memiliki kode etik. 5. memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992). 6. memiliki pengakuan hukum (adanya undang-undang maupun ketentuan peraturan perundang-undangan lain). 7. memiliki perijinan (Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja). 26 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional. 9. Bersifat otonomi dan independensi. 10. mertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita. 11. confidential relationship dalam pelayanannya (Sulasmono, 1997). Berikut ini beberapa definisi tentang profesionalisme (Harding dkk, 1993): 1. suatu dasar kecendikiawanan untuk mempraktekkan suatu seni khusus. 2. suatu derajad kesejawatan yang tinggi. 3. suatu derajad kemerdekaan yang tinggi dalam mempraktekkan sesuatu sesuai pengetahuan dan keputusan praktisi. 4. suatu hubungan universal antara praktisi dan klien atas dasar kepercayaan yang tinggi. 5. suatu praktek yang sesuai dengan kode etik, dimana finansial adalah sekunder, komersialisme tidak ada dan aktifitas non profesional dikurangi. I. Standar Profesi Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petuntuk dalam menjalankan profesi secara baik. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan di dalam pasal 53 ayat (2) disebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. 27 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pada pasal 21 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi kesehatan dan pada ayat (2) disebutkan bahwa standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri. Pasal 24 ayat (1) dijelaskan bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Penjelasan pasal 50 Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa yang dimaksud standar profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and profesional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi. J. Keterangan Empiris Peran Apoteker Pengelola Apotek selama ini dianggap banyak kalangan belum optimal, karena kehadirannya di apotek kurang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya ketika hadir di apotek, khususnya dalam pelayanan resep. 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan-hubungan baru yang terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan kompleks. Penelitian ini bertujuan pula untuk mengumpulkan data sebanyakbanyaknya (Mardalis, 2006). Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang terjadi atau ada. Penelitian ini tidak untuk menguji hipotesis atau tidak mempergunakan hipotesis, melainkan mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti tanpa dianalisis/ non analitik (Mardalis, 2006). B. Batasan Operasional Penelitian 1. Peran adalah kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek. 2. Pelayanan resep adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan resep yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Persepsi merupakan gambaran subyektif internal seseorang dalam bentuk pendapat, harapan, dan lain-lain terhadap suatu hal yang dilihat, diduga, dan atau dirasakan. Persepsi dalam penelitian ini merupakan gambaran subyektif internal APA di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek. C. Bahan Penelitian Bahan penelitian ini adalah data yang terkumpul dari hasil pengisian kuisioner oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek Kota Yoyakarta. D. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket/ kuisioner yang berisi: 1. deskripsi karakteristik apotek 2. deskripsi karakteristik APA 3. deskripsi mengenai persepsi peran APA dalam pelayanan resep di apotek selama kehadirannya di apotek E. Tata Cara Pengumpulan Data 1. Penyusunan pertanyaan kuisiner Kuisioner merupakan suatu instrumen pengumpul data dalam penelitian sosial. Dengan kuisioner tersebut peneliti menggali informasi dari responden ( orang yang menjadi subyek penelitian) (Adi, 2004). 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kuisiner yang digunakan dalam penelitian ini memuat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Kota Yogyakarta. Pertanyaan disusun dengan mengacu pada keputusan menteri kesehatan nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, terutama pelayanan resep. 2. Pengukuran validitas Suatu alat ukur dikatakan valid (benar atau sahih) jika alat ukur tersebut tepat untuk mengukur konsep atau variabel yang diukur (Adi, 2004). Pengukuran validitas dari penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan dari beberapa orang yang dianggap berpengalaman, yaitu dosen pembimbing dan beberapa dosen fakultas farmasi yang bekerja di apotek kemudian dilakukan uji percontohan kepada beberapa Apoteker Pengelola Apotek di kabupaten Sleman. 3. Menentukan besarnya populasi Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang merupakan karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995). Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan, jumlah apotek di Kota Yogyakarta pada bulan Juni 2006 adalah 114 apotek. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu seluruh Apoteker Pengelola Apotek yang ada di Kota Yogyakarta. 4. Penyebaran kuisioner Penyebaran kuisioner dilakukan dengan memberikan kuisioner langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk diisi atau dititipkan di apotek untuk diisi 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apoteker kemudian. Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan Juni dimulai pada tanggal 14. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, diketahui bahwa jumlah apotek di Kota Yogyakarta adalah sebanyak 114 apotek. Namun ada sebagian apotek yang telah tutup karena rusak akibat gempa yaitu sebanyak 12 apotek. Ada 17 apotek yang menolak untuk menerima kuisioner. Kuisioner yang disebarkan sebanyak 83 buah tetapi tidak semua Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersedia untuk menjadi responden. 5. Pengumpulan kuisioner Pengumpulan kuisioner dilakukan secara langsung atau satu minggu setelah penyebaran kuisioner. Pengumpulan kuisioner ini selesai sampai tanggal 31 Juni 2006. Dari jumlah tersebut kuisioner yang dikembalikan sebanyak 58 buah. Sampel yang digunakan adalah seluruh Apoteker Pengelola Apotek (APA) pada apotek yang masih buka dan bersedia mengisi kuisioner. 6. Melakukan tabulasi data Tabulasi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan jawaban kuisioner dari responden yang telah mengisinya, kemudian mengelompokkan masing-masing jawaban tersebut dan menghitung persentasenya. F. Tata Cara Analisis Hasil Data yang diperoleh kemudian diolah dengan metode statistik-deskriptif dengan hasil dalam bentuk persentase. Jawaban yang sama dikelompokkan dan 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dijumlahkan lalu dipersentase dengan jumlah total 100%. Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. G. Kesulitan Penelitian Terdapat beberapa kesulitan pada penelitian ini, yaitu kurangnya partisipasi responden pada uji validitas, sehingga berpengaruh pada jawaban responden pada saat pengambilan data. Juga pada saat penyebaran kuisioner peneliti tidak bisa mendampingi setiap responden sehingga ada kemungkikan kuisioner tidak diisi sendiri oleh apoteker pengelola apotek. 39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari 58 responden diolah dengan metode statistikdeskriptif dimana jawaban yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram dan tabel. Berikut adalah hasil dari perhitungan data. A. Karakteristik dari Apotek dan APA Karakteristik dari apotek meliputi pemilik sarana apotek, bentuk kepemilikan apotek, lama rata-rata apotek buka per hari, jumlah hari buka apotek selama seminggu, ada tidaknya prosedur tetap, ada tidaknya job description tertulis, jumlah lembar resep rata-rata tiap bulan, jumlah AA, jumlah tenaga lain yang bukan tenaga kefarmasian, dan jumlah dokter praktek yang ada di apotek. Karakteristik dari Apoteker Pengelola Apotek (APA) meliputi usia, pengalaman bekerja sebagai apoteker di apotek, penuh tidaknya bekerja sebagai APA, ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA, punya tidaknya Apoteker Pendamping, jumlah hari bekerja di apotek selama seminggu, dan lama berada di apotek perhari kerja. 1. Pemilik sarana apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek, pada pasal 2 40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI disebutkan bahwa fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Pasal 3 menyatakan bahwa apotek dapat diusahakan oleh: a. lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan di daerah; b. perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah; c. apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari Menteri Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/PER/X/2002 menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kerja sama antara apoteker dengan pemilik sarana apotek dapat dibedakan menjadi 2 bentuk kerja sama yaitu satu apoteker ikut menyertakan modal dan dua apoteker sebagai APA tetapi tidak ikut menyertakan modal. Kerja sama bentuk yang kedua ini apoteker dapat dianggap sebagai karyawan yang bekerja untuk pemilik sarana apotek. Apoteker yang tidak ikut dalam penyertaan modal dalam pendirian apotek ada kemungkinan mendapat pengaruh atau tekanan dari pemilik sarana apotek dalam pengambilan keputusannya. Keikutsertaan PSA dalam pengambilan keputusan tidak menjadi masalah asalkan tetap menghormati kode etik profesi apoteker. Sebagai contoh pemilik sarana apotek yang ikut menentukan dalam pemesanan obat, padahal 41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pekerjaan tersebut merupakan wewenang dari apoteker tetapi apoteker mungkin tidak berani untuk menolak karena merasa dirinya hanya sebagai karyawan walaupun SIA diberikan kepadanya. Kepentingan pemilik sarana apotek yang mungkin hanya berorienasi pada keuntungan (profit oriented) akan bertentangan dengan kepentingan APA yang tidak hanya berorientasi dalam mencari keuntungan tetapi juga kepada kepentingan pasien (patient oriented). Ini akan menyebabkan peran APA di apotek menjadi tidak optimal. Pemilik sarana apotek milik APA 12% 14% bukan milik APA gabungan/ kerja sama dengan pihak lain 74% Gambar 2. Pemilik sarana apotek Berdasarkan kepemilikannya atas sarana apotek, apotek di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada gambar 2, dan bentuk kepemilikan sarana apotek yang bukan merupakan milik APA sendiri dapat dilihat pada gambar 3. Dari 58 apotek yang disurvei 12 % apotek sarananya adalah milik Apoteker Pengelola Apotek, 74% bukan milik Apoteker Pengelola Apotek, dan 14% apotek sarananya adalah milik kerjasama 42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI antara Apoteker Pengelola Apotek dengan pihak lain. Sarana apotek yang bukan merupakan milik Apoteker Pengelola Apotek adalah milik PSA perorangan sebanyak 64%, berupa koperasi 2%, sebanyak 12% merupakan PT, 22% adalah lain-lain seperti CV atau Firma. Bentuk kepemilikan apotek yang bukan milik APA 22% perorangan koperasi PT 12% 64% 2% lainnya Gambar 3. Bentuk kepemilikan apotek untuk apotek yang sarananya bukan milik APA Peneliti menduga ada hubungan antara bentuk kepemilikan sarana apotek dengan frekuensi APA di apotek tetapi untuk membuktikan kebenarannya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Dapat dilihat di dalam gambar 4, untuk apotek yang merupakan sarananya adalah milik sendiri/ gabungan (punya modal), apoteker yang datang tiap hari (6-7 hari) dalam seminggu lebih rendah dari pada apoteker yang sarana apoteknya bukan milik sendiri. Sedangkan kehadiran APA kurang dari 4 jam untuk apotek yang sarananya merupakan milik APA lebih tinggi dari pada yang bukan milik APA (lihat gambar 5). APA yang bekerja pada apoteknya sendiri mungkin beranggapan bahwa dia berhak untuk datang kapanpun tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Sedangkan bagi APA yang bekerja pada apotek yang 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sarananya bukan milik sendiri akan cenderung untuk datang sesuai jam kerja yang telah ditentukan oleh PSA/ perusahaan tempat ia bekerja. Rata-rata jumlah hari APA datang ke apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek Persentase (%) APA 100 80 Sarana apotek milik APA& gabungan 67.4 53.3 60 40 40 20 Sarana apotek bukan milik APA 25.6 6.7 7 0 < 3 hari 3 s/d 5 hari 6 s/d 7 hari Rata-rata jumlah hari Gambar 4. Jumlah rata-rata hari APA datang ke apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek Persentase (%) APA Lama APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Apotek milik sendiri& gabungan 46.5 40 33.3 26.7 25.6 < 4 jam 4 s/d 6 jam 27.9 Apotek bukan milik sendiri > 6 jam Rata-rata jumlah jam kehadiran Gambar 5. Lama jam APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek 2. Lama rata-rata apotek buka perhari 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 244/MENKES/PER/V/1990 yang mengatur tentang pengelolaan dan perizinan apotek menyebutkan bahwa apotek dibuka tiap hari dari jam 8.00 sampai jam 22.00. Saat ini tidak ada ketentuan yang menetapkan jam buka dan hari buka apotek. Apotek dapat buka kapan pun tanpa ada batasan waktu dan hari tetapi Apoteker Pengelola Apotek harus berada di apotek. Seperti yang tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332 tahun 2002 pasal 19 bahwa APA harus berada di apotek selama apotek buka dan APA harus menunjuk Apoteker Pendamping jika APA berhalangan melakukan tugasnya. Apotek dapat dibuka pada hari libur dan juga bisa dibuka selama 24 jam sehari. Idealnya adalah apotek buka selama 24 jam dan tetap buka walaupun pada hari libur dengan pertimbangan bahwa hal ini akan memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan obat yang diperlukan. Manfaat diketahui lama jam buka dan hari buka apotek dalam penelitian ini adalah karena ada kemungkinan hubungan antara lama jam buka apotek dengan jumlah resep yang masuk ke apotek. Lama jam buka dan hari buka apotek juga menentukan berapa lama seharusnya Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek. Terlihat pada kedua gambar diatas bahwa apotek di Kota Yogyakarta kebanyakan buka selama 10 sampai 14 jam sehari. Sedangkan APA berada di apotek paling banyak antara 4 sampai 6 jam sehari. Jika dibandingkan antara lama jam buka apotek dengan lama APA berada di apotek maka dapat diketahui bahwa ada jam-jam tertentu di beberapa apotek tidak ada apotekernya. 45 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Persentase apotek (%) Lama apotek buka rata-rata/ hari 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 79.3 10.3 < 10 jam 6.9 10 s/d 14 jam 15 s/d 23 jam 3.4 24 jam Rata-rata jumlah jam Gambar 6. Lama apotek buka rata-rata per hari Lam a APA bekerja di apotek perhari Persentase APA (%) 50 44.8 45 40 35 30 27.6 27.6 25 20 15 10 5 0 < 4 jam 4 s/d 6 jam > 6 jam Rata-rata jum lah jam Gambar 7. Lama APA bekerja di apotek perhari Dapat dilihat pada gambar 8 di bawah bahwa apotek di Kota Yogyakarta selama seminggu buka rata-rata adalah 6 hari atau 7 hari. Sedangkan pada gambar 9 dapat diketahui bahwa banyak APA yang datang ke apotek kurang dari 6 hari selama seminggu. Dengan demikian kemungkinan pada hari-hari tertentu ada apotek di Kota Yogyakarta yang tidak ada apotekernya. 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jumlah hari apotek buka per minggu 63.8 Persentase apotek (%) 70 60 50 34.5 40 30 20 10 1.7 0 < 6 hari 6 hari 7 hari Jum lah hari Gambar 8. Jumlah hari apotek buka per minggu Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu Persentase APA (%) 70 62.1 60 50 40 31 30 20 10 6.9 0 < 3 hari 3 s/d 5 hari 6 s/d 7 hari Jum lah hari Gambar 9. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu 3. Ada tidaknya Apoteker Pendamping di apotek Seperti disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332 tahun 2002, pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab dari Apoteker Pengelola Apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI APA punya apoteker pendamping atau tidak 22% Ada Tidak 78% Gambar 10. APA punya Apoteker Pendamping atau tidak Melihat pada gambar 6, 7, 8, dan 9 diatas, yaitu dengan membandingkan antara lama APA berada di apotek dan lama apotek buka, maka sebenarnya apotekapotek di Kota Yogyakarta seharusnya Apoteker Pengelola Apoteknya memiliki Apoteker Pendamping yang menggantikan APA ketika APA tidak bisa hadir di apotek. Diketahui jumlah apotek yang Apoteker Pengelola Apoteknya memiliki Apoteker Pendamping adalah sebanyak 13 APA (22,4%) dan sisanya 45 APA (77,6%) tidak memiliki Apoteker Pendamping. Penunjukan Apoteker Pendamping menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/1993 harus dilaporkan kepada dinas kesehatan propinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat. Untuk mendapatkan izin kerja sebagai Apoteker Pendamping apoteker harus mendapat visum yaitu pernyataan Dinas Kesehatan Propinsi tentang keabsahan apoteker melaksanakan tugas sebagai Apoteker Pendamping. Kepemilikan visum oleh Apoteker Pendamping tidak ditanyakan pada penelitian ini sehingga ada kemungkinan salah persepsi oleh Apoteker Pengelola 48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Apotek dalam memberikan jawaban. Kemungkinan salah tersebut misalkan ternyata apoteker yang dianggap Apoteker Pendamping sebenarnya belum dilaporkan kepada dinas kesehatan propinsi tetapi Apoteker Pengelola Apotek tetap menganggap apoteker tersebut tetap sebagai Apoteker Pendamping. 4. Ada tidaknya prosedur tetap Pelayanan resep memerlukan ketelitian dan kecepatan supaya pasien tidak menunggu terlalu lama, khususnya untuk apotek yang ramai. Prosedur tetap akan menjadikan pelayanan resep menjadi efisien namun belum semua apotek di Kota Yogyakarta memiliki prosedur tetap. Diketahui pada penelitian ini bahwa prosedur tetap dimiliki oleh 34 apotek (58,6%), sedangkan 24 apotek (41,4%) tidak memiliki prosedur tetap. Dikarenakan masih banyak apotek yang tidak memiliki prosedur tetap maka praktik yang baik tidak bisa dijamin dapat tercapai setiap saat dan apotek akan mendapat kesulitan dalam melakukan audit jika ada kesalahan. Ada tidaknya prosedur tetap di apotek 41% Ada 59% Tidak Gambar 11. Apotek punya prosedur tetap atau tidak Berikut adalah contoh skema prosedur tetap yang dimiliki apotek XYZ: 49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI APOTEK XYZ Kota Yogyakarta PROSEDUR TETAP Tujuan : untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan Ruang lingkup : pelayanan resep Hasil : pelayanan memuaskan konsumen dengan waktu yang tidak lama pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan Indikator : lama waktu pelayanan resep obat jadi ± 10 menit lama waktu pelayanan resep obat racikan/ ramuan ± 25 menit (untuk racikan per 30 puyer dan 30 kapsul) Persyaratan : karyawan yang terdidik, yang selalu untuk belajar/ menambah ilmu ketersediaan barang/ obat, tidak berlebihan, tidak banyak yang kadaluarsa ketersediaan peralatan penunjang, dengan diversifikasi penjualan kosmetik dan alat kesehatan rumah tangga Mekanisme Alur Pelayanan Resep 1 Apoteker melakukan skrining resep dengan cara : a), b), c). a. Mengecek persyaratan administratif, yang meliputi : 1) nama, SIP dan alamat dokter. 2) tanggal penulisan resep 3) tanda tangan/ paraf dokter penulis resep 4) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien 5) nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta 6) cara pemakaian yang jelas 7) informasi lainnya b. Kesesuaian farmasetik, yang meliputi : 1) bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian 2) pertimbangan klinis yang meliputi : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. 2 Setelah skrining resep kemudian dilakukan pengecekan/ penyiapan ketersediaan barang/ obat oleh Apoteker/ AA. 3 Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Langkah selanjutnya adalah memberi nomor resep dan menghargai obat dalam resep tersebut. Kemudian ditanyakan kepada pasien apakah pasien bersedia membayar obat tersebut. Setelah pasien menyetujui dan membayar obat, kemudian dilakukan penyiapan obat. 5 Penyiapan obat dilakukan dengan : peracikan, peracikan merupakan bagian menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. a. etiket harus jelas dan dapat dibaca. Untuk obat dalam, etiket berwarna putih, sedangkan untuk obat luar etiket berwarna biru. Untuk obat yang berbentuk cair/ sirup diberi juga etiket “gojog dulu”. c. pengemasan, obat-obat dikemas dengan rapi terbungkus plastik dalam kemasan yang cocok untuk menjaga kualitasnya. Obat dalam suatu resep dikemas dalam satu plastik besar. d. penyerahan obat, sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir yang sebaiknya dilakukan olah AA atau petugas lain terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan. e. informasi obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : 1) cara pemakain obat 2) cara penyimpanan obat 3) jangka waktu pengobatan 4) aktifitas 5) makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi f. konseling. Apoteker harus memberikan konselinng mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. g. Setelah penyerahan obat, resep didokumentasikan sesuai dengan nomor urut pada hari tersebut. Pendokumentasian resep per hari meliputi : tanggal, nomor, nama pasien dan harga resep. Untuk alamat pasien didokumentasikan pada buku alamat pasien yang memuat nama pasien, alamat dan nomor telpon pasien, untuk resep narkotika diberi garis merah, dipisahkan dan disimpan dengan nomor urut sendiri. Semua resep disimpan selama 3 tahun. h. Monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaaqn obat, terutama untuk pasien tertentu seperti : kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya. 51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Mekanisme Pengadaan & Penyimpanan Barang a. Perencanaan Pengadaan Barang (dengan melihat buku defecta) b. Membuat surat pesanan/pengadaan barang c. Pemesanan barang bisa melalui telpon atau lewat sales yang datang ke Apotek kepada PBF resmi d. Barang dari PBF, AA/ Apoteker menerima barang setelah dicek kesesuaian barang dengan pesanan yang dimaksud e. Barang dan faktur didokumentasikan/ disimpan. 1) Barang diberi etiket nama PBF dan tanggal barang datang 2) Barang disimpan sesuai aturan penyimpanan. 3) Barang disimpan sesuai bentuk sediannya. 4) Barang disimpan sesuai urutan alfabetis. 5) Barang distok dalam kartu stok. 6) ED barang dicatat dalam buku ED. 7) Barang dicatat dalam buku pembelian. 8) Faktur barang disimpan. Yogyakarta Ttd 52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Skema Alur Pelayanan Resep Apotek XYZ Resep diterima Skrining Resep oleh apoteker Resep dicek keabsahannya Tidak sah Jika ada keraguan telp dokter terkait Cek kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis Sah Tidak dilayani Dicek apakah obat tersedia diapotek Tidak Ya Resep diberi Nomor Telp dokter terkait, konfirmasikan alternatif mengganti obat lain Resep di hargai Konfirmasikan harga ke pasien Tidak bersedia bersedia Tidak setuju setuju Nempil apotek lain Tidak dilayani Obat disiapkan atau diracik Diberi etiket, pengemasan Penyerahan & pemberian informasi Gambar 12. Skema alur pelayanan resep apotek XYZ 53 Pengecekan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Apakah apotek memiliki job description tertulis Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang mapan merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu dibutuhkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling mengisi, disertai dengan job description yang jelas pada masing-masing bagian di dalam struktur organisasi tersebut. Dengan adanya job description maka pekerjaan masing-masing petugas menjadi spesifik dan kemungkinan terjadinya over lapping tidak ada. Berikut adalah contoh dari job description dari apotek XYZ Yogyakarta: 1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) Tugas dan tanggungjawab APA adalah : Memimpin seluruh jalannya kegiatan apotek, termasuk mengkoordinasi dan mengawasi pekerjaan para karyawan dibawahnya, mengatur daftar jaga dinas termasuk mengatur pembagian tugas dan tanggungjawab sekaligus wewenang tiap bidang pekerjaan; Meningkatkan semua bidang yang ada dalam apotek dalam rangka meningkatkan hasil usaha apotek untuk menjadi lebih baik; Mengatur dan mengawasi penyimpanan sediaan farmasi sesuai dengan syarat-syarat teknis farmasi terutama diruang racikan; Melakukan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai dengan kebijaksanaan harga yang telah ditetapkan; Membina serta memberikan petunjuk teknis kefarmasian kepada karyawan terutama dalam memberikan informasi kepada pasien; Menyusun laporan mamajemen dan pertanggungjawaban bersama bagian administrasi; Memperbaiki pelayanan dan kemajuan apotek serta mempertimbangkan usul dan saran karyawan; Pengadaan dan penyediaan barang termasuk diantaranya kerapian, kebersihan, ketertiban, penyimpanan, pemeliharaan dan keamanannya dalam rangka suplai barang; Melakukan konseling kepada pasien; Pencatatan Medication Record yang sementara disusun Apoteker Pendamping; Melayani pasien dengan Obat Wajib Apotek (OWA) dan pencatatannya. 2) Apoteker Pendamping Apoteker Pendamping mempunyai tugas dan tanggungjawab diantaranya : Atas pelayanan kefarmasian selama APA tidak ada ditempat; Memenuhi peraturan sebagaimana yang diatur pada Bab VII pasal 14-22 PerMenKes No. 922/MenKes/Per/IX/1993 mengenai Pelayanan Kefarmasian di Apotek; Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kefarmasian, SDM, administrasi dan 54 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kemajuan apotek ; Konseling kepada pasien; Pencatatan medication record; Melayani pasien dengan pengobatan OWA dan melakukan pencatatannya; Bertanggungjawab kepada APA, dan atas persetujuan APA untuk melakukan pembelian (nempil), serta tandatangan surat pesanan obat jika diminta APA ; Bertanggungjawab terhadap pencatatan obat kadaluarsa. 3) Asisten apoteker (AA) Tugas dan tanggungjawab AA adalah : Membantu APA dalam kegiatan pelayanan resep, serta pelayanan OWA dibawah pengawasan APA/ AP dan obat bebas ; Mencatat dan membuat laporan keluarmasuknya obat generik, psikotropik, narkotik; Laporan obat habis dengan mencatat dalam buku defecta ; Mencatat keluar-masuknya obat, pelayanan serta menyusun obat-obatan di gudang secara alfabetis/ farmasetis; Dalam keadaan darurat dapat menggantikan posisi petugas lain sepereti kasir dan juru resep; AA bertanggungjawab dan berwenang melaksanakan pekerjaan kefarmasian dan membantu APA dalam mengelola keuangan, kegiatan penjualan dan pengelolaan barang; Bertanggungjawab pencatatan obat yang hampir kadaluarsa sesuai saat stock opname. 4) Juru Resep (Reseptir) Tugas dan tanggungjawab reseptir adalah : Menyelesaikan pelayanan obat racikan sesuai petunjuk APA atau AA; Membantu monitoring, tanggungjawab obat yang kadaluarsa sesuai saat stock opname; Mengirim laporan bulanan (laporan narkotik, psikotropik, statistik resep); Membantu pembayaran pajak, rekening listrik, air. 5) Bagian Keuangan Tugas dan tanggungjawab bagian keuangan adalah : Mencatat pengeluaran seluruh uang setelah dikalkulasi terlebih dahulu disertai dengan lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti : kuitansi, nota, tanda setoran ataupun lampiran lain yang diperlukan dengan disertai paraf APA/ petugas lain yang telah ditunjuk; Menyetorkan uang/ mengambil uang dari kasir maupun bank.; Melakukan kegiatan yang menyangkut masalah keuangan dan tidak terlepas dari petunjuk APA; Membuat laporan bulanan realisasi data untuk pimpinan apotek, membuat daftar gaji, upah dan pajak; Membuat laporan tahunan pembukuan dan administrasi keuangan (neraca rugi-laba); Membuat laporan hasil penjualan, penjualan kredit dan tagihan serta pengeluaran setiap hari. 6) Bagian Administrasi Tugas dan tanggung-jawab bagian administrasi adalah : Membuat laporan harian pembelian barang yang dicocokkan dengan penerimaan barang di gudang, hasil penjualan, penjualan kredit dan tagihan serta pengeluaran setiap hari; Administrasi surat-menyurat berupa laporan bulanan narkotik, psikotropik, OGB, statistik resep, tenaga kefarmasian Tugas administrasi meliputi banyak hal. Meliputi administrasi umum dan administrasi pelayanan. Administrasi umum meliputi pencatatan, pengarsipan, pelaporan, dan dokumentasi sesuai peraturan yang berlaku. AA bertugas untuk 55 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mencatat barang yang terjual di kartu stok obat-obat selain OTC dan kartu stelling untuk obat-obat golongan psikotropika. Untuk pencatatan OTC dan alat kesehatan serta barang lain yang dijual di apotek dilakukan oleh pembantu umum dengan pengawasan AA. Pencatatan di kartu stelling untuk psikotropika dilakukan langsung setelah obat diambil dari wadahnya. Pencatatan narkotika dilakukan langsung oleh APA atau Apoteker Pendamping. Untuk pencatatan narkotika, sekecil mungkin narkotika yang keluar harus dicatat. Dari kartu stok dapat dilihat ketersediaan obat di apotek. Obat-obat yang sudah keluar dicatat di buku defecta juga dilakukan oleh AA. Pemesanan obat dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping dengan jalan menulis SP (surat pesanan). Pengelolaan dan pengarsipan faktur dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping maupun AA dengan pengwasan dari apoteker. Pembuatan laporan-laporan yang meliputi laporan tenaga kefarmasian, laporan penggunaan narkotika, laporan penggunaan psikotropika, dan laporan statistik resep dan pelayanan OGB dilakukan oleh Apoteker Pendamping, dengan ditanda-tangani oleh APA. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep dan catatan pasien (medication record) dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping. 7) Bagian Gudang Tugas dan tanggungjawab bagian gudang adalah : Mencatat keluar-masuknya barang; Melakukan pengecekan terhadap obat-obatan yang mendekati kadaluarsa; Realisasi pengembalian obat; Menyusun rencana pengadaan dan pembelian obat sesuai dengan kebutuhan untuk diajukan kepada APA; Bertanggungjawab terhadap kebersihan ruang, kerapian penyimpanan dan penataan produk di ruangan. Ruangan luar (produk HV dan etalase). Bertanggungjawab terhadap ketersediaan fasilitas pelayanan resep terutama resep racikan seperti : botol, alkohol, kapas, mortir, dll. Terlihat pada job description yang dimiliki oleh apotek XYZ diatas bahwa tugas dan tanggung jawab APA adalah membina serta memberikan petunjuk praktis kefarmasian kepada karyawan terutama dalam memberikan informasi kepada pasien. Job description tersebut tidak menyebutkan bahwa tugas dari APA adalah memberikan informasi kepada pasien, sedangkan jika mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 disana disebutkan bahwa salah satu tanggung jawab apoteker adalah memberikan informasi kepada pasien tidak hanya sebatas membina dan memberi petunjuk saja. Pembinaan dan pemberian petunjuk 56 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI praktis oleh Apoteker Pengelola Apotek dilakukan supaya jika apotek ramai dan apoteker tidak dapat menangani semua pasien maka pemberian informasi masih dapat berlangsung yang dilakukan oleh karyawan lain. Job description yang tertulis dimiliki oleh 26 apotek (44,8%), sedangkan 32 apotek (55,2%) tidak memiliki job description. Karena masih banyak apotek di Kota Yogyakarta yang tidak memiliki pembagian tugas yang tertulis maka ada kemungkinan para petugas di apotek yang tidak mengetahui tugas dan wewenangnya sehingga kemungkinan ada pekerjaan yang seharusnya bukan menjadi wewenangnya ternyata dikerjakan oleh petugas tersebut. Ada tidaknya job description tertulis di apotek 45% Ada Tidak 55% Gambar 13. Ada tidaknya job description tertulis di apotek 6. Jumlah rata-rata resep yang masuk ke apotek tiap bulan dan jumlah dokter praktek di apotek Lebih dari setengah apotek di Kota Yogyakarta memiliki jumlah resep yang masuk ke apotek tiap bulan lebih dari 60 lembar resep (55,2%), 40 s/d 60 lembar resep sebanyak 6 apotek (10,3%), dan yang kurang dari 40 lembar resep adalah 20 57 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apotek (34,5%). Jumlah lembar resep yang masuk ke apotek kemungkinan di pengaruhi oleh lama apotek buka perhari, jumlah hari apotek buka selama seminggu, adanya praktek dokter, dan faktor lain seperti lokasi yang berdekatan dengan pusat kesehatan atau lokasi yang ramai. Apotek yang memiliki lembar resep lebih dari 60 lembar tiap bulan, 80,64% (25 apotek) diantaranya adalah apotek yang memiliki praktek dokter. Lembar resep yang masuk ke apotek per bulan 55.2 Persentase apotek (%) 60 50 40 34.5 30 20 10.3 10 0 < 40 lembar 40 s/d 60 lembar > 60 lembar Jumlah lembar resep Gambar 14. Rata-rata lembar resep yang masuk ke apotek tiap bulan Apotek dengan lembar resep lebih dari 60 /bln dengan ada tidaknya praktek dokter 19% Ada Tidak 81% 58 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gambar 15. Apotek dengan lembar resep lebih dari 60 lembar per bulan dengan ada tidaknya praktek dokter Hampir 75% apotek di Kota Yogyakarta memiliki dokter praktek yaitu 1 s/d 2 dokter sebanyak 29 apotek (50,0%), 3 s/d 4 dokter sebanyak 11 apotek (19,0%), lebih dari 4 dokter sebanyak 3 apotek (5,2%), dan sisanya 15 apotek (25,9%) tidak memiliki dokter praktek. Jumlah dokter praktek di apotek Persentase apotek (%) 60 50 50 40 30 25.9 19 20 5.2 10 0 Tidak ada 1 s/d 2 3 s/d 4 >4 Jum lah dokter praktek Gambar 16. Jumlah dokter praktek di apotek 7. Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek Asisten apoteker boleh melakukan kegiatan pengelolaan apotek tetapi sebatas membantu Apoteker Pengelola Apotek. Asisten apoteker hanya bersifat membantu maka sebenarnya Apoteker Pengelola Apotek tetap harus terlibat secara langsung dengan mengawasi dalam keseluruhan proses pelayanan resep dan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada asisten apoteker. Adanya asisten apoteker di apotek dapat mengurangi peran dari apoteker sebab ada Apoteker Pengelola Apotek yang cenderung menyerahkan semua pekerjaan yang menjadi tugasnya kepada asisten apoteker. Namun adanya asisten apoteker di 59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI apotek dapat membantu kerja dari apoteker terutama untuk apotek yang ramai. Apoteker dapat memfokuskan dalam pengecekan obat yang akan diserahkan kepada pasien, pemberian informasi, dan melakukan konseling kepada pasien sedangkan untuk kegiatan lain dapat dilakukan oleh asisten apoteker tetapi apoteker. Untuk apotek yang kurang ramai apoteker dapat melakukan seluruh kegiatan pelayanan resep mulai dari menerima resep sampai pada penyerahan obat kepada pasien tetapi untuk apotek yang ramai dapat dilakukan pembagian tugas. Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek berpengaruh pada lama pelayanan resep di apotek karena tidak mungkin jika apotek dalam keadaan ramai apoteker dapat mengerjakan seluruh proses dalam pelayanan resep secara sendirian. Jumlah asisten apoteker yang sedikit dibandingkan dengan jumlah resep yang masuk dapat menyebabkan pelayanan resep menjadi lebih lama. Jumlah asisten apoteker harus disesuaikan dengan ramai tidaknya apotek supaya lama pelayanan resep di apotek yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan. 60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jumlah AA yang dimiliki apotek Persentase apotek (%) 70 60.3 60 50 40 32.8 30 20 10 6.9 0 Tidak ada 1 s/d 2 3/ lebih Jumlah AA Gambar 17. Jumlah AA yang dimiliki apotek Hasil penelitian menunjukkan ada 4 apotek (6,9%) dari 58 apotek yang disurvei tidak memiliki asisten apoteker, dan kebanyakan apotek (60,3%) memiliki asisten apoteker 1 s/d 2 orang. Apotek yang memiliki asisten apoteker 3 orang atau lebih sebanyak 19 apotek (32,8%). 8. Jumlah petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian Petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian di apotek diantaranya adalah petugas administratif (kasir), pengantar obat, satpam dan petugas untuk menggerus obat. Petugas-petugas ini diperlukan dalam menunjang pelayanan di apotek. Tidak semua apotek di Kota Yogyakarta memiliki petugas yang bukan merupakan tenaga kefarmasian. Ada 7 apotek (12,1%) tidak memiliki petugas yang bukan tenaga kefarmasian. Ada 23 apotek (39,7%) memiliki 1 s/d 2 orang . Dan yang paling 61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI banyak yaitu 28 apotek (48,3%) memiki petugas yang bukan dari kefarmasian yaitu 3 orang atau lebih. Jumlah petugas lain yang dimiliki apotek Persentase apotek (%) 60 48.3 50 39.7 40 30 20 12.1 10 0 Tidak ada 1 s/d 2 3/ lebih Jumlah petugas lain Gambar 18. Jumlah petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian yang dimiliki apotek 9. Rata-rata umur APA Peneliti menduga bahwa ada hubungan antara umur Apoteker Pengelola Apotek dengan frekuensi kehadirannya di apotek. Hal ini dapat di lihat bahwa dari 23 Apoteker Pengelola Apotek yang berumur kurang dari 30 tahun ada sebanyak 20 APA (87,0%) yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari. Frekuensi yang lebih rendah ditunjukkan oleh Apoteker Pengelola Apotek yang berumur lebih dari 50 tahun yaitu dari 14 APA hanya 21,4% (3 APA) yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari. 62 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Persentase APA (%) Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan umur APA 100 88.5 80 Umur APA kurang 30 tahun 64.3 60 40 14.3 20 Umur APA lebih 50 tahun 21.4 11.5 0.0 0 < 3 hari 3 s/d 5 hari 6 s/d 7 hari Jumlah hari Gambar 19. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu berdasarkan umur APA Persentase APA (%) Rata-rata umur APA 50 39.7 36.2 40 30 24.1 20 10 0 < 30 tahun 30 s/d 50 tahun > 50 tahun Umur Gambar 20. Rata-rata umur APA Penelitian mengenai adanya hubungan antara umur APA dengan frekuensi kehadirannya di apotek perlu dicari. Jika ternyata benar ada hubungan antara umur APA dan frekuensi kehadinnya di apotek perlu juga dicari faktor-faktor yang menyebabkan kenapa umur bisa berpengaruh terhadap frekuensi kehadiran. Apoteker Pengelola Apotek bekerja di apotek Kota Yogyakarta kebanyakan berusia kurang dari 63 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 tahun (39,7%), dan yang berusia 30 s/d 50 tahun sebanyak 21 APA (36,2%), sisanya berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 14 APA (24,1%). 10. Pengalaman Apoteker Pengelola Apotek bekerja sebagai apoteker di apotek. Sesuai perundang-undangan yang berlaku diharapkan APA semakin memahami tugas dan tanggung jawab yang dilakukan dalam pekerjaannya sebagai apoteker dan semakin lama pengalaman bekerja sebagai apoteker seharusnya semakin menambah pemahaman apoteker mengenai peran dan tanggung jawab sebagai apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk APA yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun memiliki frekuensi kehadiran lebih besar dari pada APA yang memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun yaitu sebanyak 90% (9) APA yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun datang ke apotek rata-rata 6-7 hari. Sedangkan APA yang memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun ada 3 APA (21,4%) yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari (lihat gambar 21). Terlihat pada gambar 21 bahwa apoteker yang memiliki pengalaman bekerja sebagai apoteker di apotek kurang dari 2 tahun sebanyak 10 APA (17,2%). Apoteker Pengelola Apotek yang memiliki pengalaman 2 s/d 20 tahun sebanyak 20 APA (34,5%). Apoteker Pengelola Apotek yang memiliki pengalaman 4 s/d 12 tahun sebanyak 14 APA (24,1%). Sedangkan yang memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun sebanyak 14 APA (24,1%). 64 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Persentase APA (%) Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman 100 90.0 80 71.4 Pengalaman APA <2tahun 60 40 20 21.4 10.0 7.1 Pengalaman APA >12tahun 0.0 0 < 3 hari per minggu 3 s/d 5 hari per 6 s/d 7 hari per minggu minggu Jumlah hari Gambar 21. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman Persentase APA (%) Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek 40 34.5 35 30 25 20 24.1 24.1 4 s/d 12 > 12 17.2 15 10 5 0 <2 2 s/d 4 Lama pengalaman (tahun) Gambar 22. Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek Apoteker pengelola apotek yang bekerja di Kota Yogyakarta hanya terdapat 17,2% yang memiliki pengalaman bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek kurang dari 2 tahun dengan demikian diharapkan Apoteker Pengelola Apotek memahami perannya dalam pelayanan resep karena telah memiliki pengalaman dalam 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI melayani pasien. Apoteker harus bisa memahami kegiatan mana yang sebaiknya dilakukan sendiri atau mana kegiatan yang dapat diserahkan kepada petugas lain. 11. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 102 tahun 2004 tentang waktu kerja dan upah kerja lembur, waktu kerja pekerja ditetapkan sebagai berikut: a. tujuh (7) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau b. delapan (8) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat : ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Istilah kerja penuh waktu digunakan untuk waktu kerja yang sesuai dengan Keputusan Menteri tersebut yang umumnya dianggap dengan waktu yang wajar untuk bekerja. Sedangkan istilah paruh waktu digunakan untuk waktu kerja yang kurang dari ketentuan tersebut. Surat Keputusan Menteri Kesehatan no. 831/PH/64/B 66 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Apoteker Pengelola Apotek harus bekerja penuh waktu di apotek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua Apoteker Pengelola Apoteker pengelola apotek yang disurvei bekerja penuh waktu yaitu sebanyak 23 APA (39,7%) dan 35 APA (60,3%) bekerja penuh Penuh tidaknya apa bekerja di apotek 40% Ya 60% Tidak Gambar 23. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek 12. Ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA Faktor yang juga diduga mempengaruhi kehadiran Apoteker Pengelola Apotek adalah adanya pekerjaan lain disamping sebagai APA. Separoh Apoteker Pengelola Apotek memiliki pekerjaan lain disamping sebagai APA dan separoh Apoteker Pengelola Apotek tidak memiliki pekerjaan lain. Apoteker Pengelola Apotek yang tidak memiliki pekerjaan lain memiliki frekuensi kedatangan ke apotek lebih besar di bandingkan dengan apoteker pengelola apotek yang memiliki pekerjaan lain. Ada sebanyak 89,7% Apoteker Pengelola Apotek yang tidak memiliki pekerjaan lain disamping sebagai APA datang ke apotek 67 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rata-rata 6-7 hari. Sedangkan untuk APA yang memiliki pekerjaan lain ada sebanyak 34,5% yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari. APA punya pekerjaan lain atau tidak 50% Ya 50% Tidak Gambar 24. Punya tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA Persentase (%) Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya bekerjaan lain 100 80 60 40 20 0 89.7 APA tidak memiliki pekerjaan lain 55.2 34.5 0.0 10.3 < 3 hari per minggu APA memiliki pekerjaan lain 10.3 3 s/d 5 hari per minggu 6 s/d 7 hari per minggu Jumlah hari Gambar 25. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya pekerjaan lain B. Deskripsi Mengenai Persepsi APA terhadap Perannya dalam Pelayanan Resep 1. Skrining resep 68 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tujuan dari skrining resep adalah untuk menilai apakah resep yang diberikan oleh dokter rasional untuk kebutuhan klinis pasien karena pada dasarnya penulis resep/ dokter adalah orang yang pertama kali dapat mencegah terjadinya medication error. Menurut Santoso (1996) prinsip dari peresepan yang rasional adalah memenuhi kriteria efektif, aman, dan ekonomis. Agar kriteria kerasionalan peresepan terpenuhi, obat yang diresepkan harus: tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan cara pemberian, tepat informasi, tepat evaluasi dan tindak lanjut (Santoso, 1996). Skrining resep yang dilakukan dengan cermat dapat mencegah terjadinya medication error. a. Skrining administratif resep Tujuan dilakukan skrining administratif resep adalah untuk mengetahui keabsahan resep, memudahkan apoteker untuk menghubungi dokter jika ada hal-hal yang kurang jelas berkaitan dengan resep, dan untuk mengetahui apakah apotek memiliki obat sesuai yang diminta di dalam resep. Skrining administratif resep yaitu meliputi nama, SIP, alamat dokter tidak dilakukan oleh petugas di 2 apotek (3,4%). Sedangkan apotek yang petugasnya melakukan skrining nama, SIP, alamat dokter yang paling sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Apoteker Pendamping yang melakukan 1,2%, AA 31,0%. Skrining tanggal penulisan resep tidak dilakukan oleh petugas di 1,7% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yaitu 62,1% adalah 69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dilakukan oleh APA, 3,4% oleh Apoteker Pendamping, 32,8% oleh AA, dan tidak ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining tanda tangan/ paraf dokter tidak dilakukan oleh petugas di 3,4% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4% apotek, 31,0% AA, dan tidak ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta tidak dilakukan petugas di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%), dan asisten apoteker (32,8%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, dilakukan oleh petugas di semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 72,4% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 24,1% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining cara pemakaian yang jelas dilakukan oleh tenaga kefarmasian di semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 74,1% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 22,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek 80 74,1 72,4 70 62,1 62,1 62,1 62,1 Persentase (%) 60 Apoteker Pengelola Apotek 50 Apoteker Pendamping 40 Asisten Apoteker 32,8 31,0 32,8 31,0 Bukan tenaga kefarmasian 30 tidak dilakukan 24,1 22,4 20 10 3,4 3,4 0 3,4 0 1,7 3,4 3,4 3,4 0 0 1,7 3,4 3,4 0 0 0 0 0 Nama, SIP, alamat dokter Tgl penulisan resep Tanda tangan/ paraf dokter Nama, alamat, umur pasien, jenis kelamin, dan berat badan pasien Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta Cara pemakaian yang jelas Skrining administratif Gambar 26. Petugas yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Skrining kesesuaian farmasetik Skrining kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompabilitas, cara, dan lama pemakaian (Anonim, 2004a). Tujuan dilakukan skrining ini adalah untuk mengetahui kesesuaian obat di dalam resep dengan kondisi pasien dan untuk mengetaui apakah sediaan obat dapat dibuat atau tidak. Hasil penelitian menunjukkan skrining kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan tidak dilakukan oleh petugas di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan paling banyak skrining tersebut dilakukan oleh APA yaitu 70,7% apotek, sisanya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%) dan AA sebanyak 24,1%. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining terhadap dosis tidak dilakukan petugas di 1,7% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 79,3% adalah oleh APA, 1,7% oleh Apoteker Pendamping, 17,2% oleh AA, dan tidak ada petugas selain dari farmasi yang melakukan. Skrining terhadap potensi obat tidak dilakukan oleh petugas di 15,5% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut, yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 75,9%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 1,7% apotek, 6,9% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Skrining terhadap stabilitas obat tidak dilakukan oleh petugas di 22,4% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 67,2%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (1,7%), dan asisten apoteker (8,6%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining terhadap inkompatibilitas tidak dilakukan oleh petugas di 19,0% apotek. Untuk apotek yang tenaa kefarmasiannya melakukan skrining ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 70,7% APA, 1,7% Apoteker Pendamping, 8,6% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Skrining lama dan cara pemberian tidak dilakukan oleh petugas di 1,7% apotek yang disurvei. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 77,6% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 17,2% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Terlihat pada gambar 27 bahwa apotek yang petugasnya tidak melakukan skrining kesesuaian farmasetika terhadap potensi, dosis, dan inkompatibilitas lebih besar dari skrining terhadap bentuk sediaan, dosis, cara dan lama pemberian. Hal ini kemungkinan disebabkan apoteker kurang menguasai dalam hal tersebut. 73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik resep ketika APA berada di apotek 90 79,3 Persentase (%) 80 77,6 75,9 70,7 70,7 67,2 70 60 50 40 30 24,1 22,4 17,2 20 10 3,4 0 1,7 1,7 19 15,5 8,6 1,7 0 6,9 1,7 0 0 1,7 8,6 1,7 0 17,2 3,4 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian tidak dilakukan 0 1,7 C ar a da n la m a pe m be ria n tib i lit ilit as as In ko m pa Po te ns i is os D St ab Be nt uk se di aa n 0 Skrining kesesuaian farmasetik Gambar 27.Petugas yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik ketika APA berada di apotek 74 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Pertimbangan klinis Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain) (Anonim, 2004a). Diketahui dari hasil penelitian bahwa pertimbangan klinis terhadap adanya alergi tidak dilakukan oleh petugas di 12,1% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 79,3% adalah oleh APA, 1,7% oleh Apoteker Pendamping, 17,2% oleh AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Pertimbangan klinis terhadap efek samping obat tidak dilakukan oleh petugas di 12,1% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pertimbangan tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 79,3%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4% apotek, 5,2% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Pertimbangan klinis terhadap interaksi tidak dilakukan oleh petugas di 19,0% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pertimbangan tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 74,1%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%), dan asisten apoteker (3,4%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Pertimbangan klinis terhadap kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dll) tidak dilakukan oleh petugas di 8,6% apotek. Untuk apotek yang melakukan 75 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pertimbangan tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek pertimbangan tersebut dilakukan oleh 81,0% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 6,9% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Persentase (%) Yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika APA berada di apotek 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 79.3 79.3 81 74.1 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker 19 12.1 6.9 1.7 0 12.1 3.45.2 0 Adanya alergi Efek samping 8.6 tenaga kefarmasian 6.9 Bukan 3.4 0 3.43.4 0 Interaksi tidak dilakukan Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dll) Skrining pertimbangan klinis Gambar 28. Petugas yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika APA berada di apotek d. Apakah apotek melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan terhadap resep? Pelayanan resep sepenuhnya merupakan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek (APA) oleh karena itu apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila ternyata dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Anonim, 1993). Sesuai standar 76 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kompetensi di apotek apoteker perlu mengambil tindakan profesi atas persetujuan pasien berupa penyelesaian sementasra masalah obat untuk menghindari meningkatnya morbiditas pasien jika komunikasi dengan dokter tidak dimungkinkan. Kemampuan apoteker untuk berkomunikasi dengan dokter sangat diperlukan oleh karena itu apoteker tidak seharusnya menyerahkan tugas tersebut kepada orang lain karena apotekerlah yang paling kompeten dan juga memiliki kedudukan yang sejajar dengan dokter. Apabila yang melakukan komunikasi dengan dokter bukan apoteker sendiri misalkan saja petugas lain yang berada di bawah apoteker maka ada kemungkinan dokter kurang merespon apa yang dikomunikasikan karena dokter menganggap kurang kompeten. Hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar 29 yaitu petugas di semua apotek yang disurvei melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan terhadap resep. Komunikasi tersebut dilakukan oleh 86,2% APA ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7% dilakukan oleh Apoteker Pendamping, dan 12,1% dilakukan oleh AA. Tidak ada petugas selaian dari farmasi yang melakukan komunikasi tersebut. Data tersebut dapat diartikan bahwa 86,2% Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek cukup berperan dalam melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan terhadap resep dan sisanya yaitu 13,8% Apoteker Pengelola Apotek kurang berperan selama di apotek dalam melakukan komunikasi dengan dokter. 77 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan resep ketika APA berada di apotek 100 90 80 70 Persentase (%) 60 50 40 30 20 10 0 86.2 12.1 1.7 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping 0.0 Asisten Apoteker 0.0 Bukan tenaga Tidak dilakukan kefarmasian Petugas Gambar 29. Petugas yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter jika ada keraguan ketika APA berada di apotek e. Apakah obat untuk pasien tidak mampu diusulkan kepada dokter untuk diganti dengan obat generik? Apoteker berkewajiban untuk melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang berorientasi pada kepentingan masyarakat tetapi apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan paten yang mungkin akan memberikan profit yang lebih besar bagi apotek. Pada dasarnya apoteker tidak boleh mengganti obat yang tertulis di dalam resep dengan padanannya namun pasien memiliki hak untuk memilih obat yang dikehendakinya dan apoteker boleh melayani asalkan mutu obat terjamin. Apabila ada pasien yang tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep apoteker sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. Hal ini bisa dengan mengusulkan obat dalam resep tersebut untuk diganti dengan 78 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI padanannya berupa obat generik. Cara lain yang juga bisa dilakukan oleh apotek adalah dengan memberikan potongan harga tertentu kepada pasien, tetapi jika pasien benar-benar tidak mampu menebusnya baru diusulkan kepada dokter penulis resep. yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengan obat generik kepada dokter ketika APA berada di apotek Persentase (%) 80 72.4 60 40 17.2 20 8.6 1.7 0.0 0 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian tidak dilakukan Petugas Gambar 30. Petugas yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengn obat generik kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu ketika APA berada di apotek Diketahui dari hasil penelitian bahwa obat untuk pasien tidak mampu tidak diusulkan untuk diganti dengan obat generik oleh petugas di 17,2% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan usul kepada dokter 72,4% dilakukan oleh APA ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7% dilakukan oleh Apoteker Pendamping, 8,6% dilakukan oleh asisten apoteker, dan petugas selain tenaga kefarmasian tidak ada yang melakukan. Artinya bahwa ada sebanyak 72,4% Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek cukup berperan dalam melakukan usul untuk penggantian resep kepada 79 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dokter apabila apoteker menemui pasien yang tidak mampu menebus obatnya. Dan sisanya Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek tidak berperan dalam melakukan usul penggantian obat kepada dokter. 2. Peracikan, Pengetiketan, dan penyerahan obat a. Prosedur HTKP (harga, timbang, kemas, penyerahan) Peracikan: merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar (Anonim, 2004a). Didalam prosedur standar operasi apoteker di apotek dalam hal dispensing tugas dari apoteker adalah menyiapkan item obat yang dibutuhkan berdasarkan peraturan yang berlaku, standar etika, standar praktek dan ilmu kefarmasian; memberi label atau etiket pada obat yang telah disiapkan dengan informasi yang dijamin lengkap dan memadai; menyerahkan obat kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi yang memadai dan dibutuhkan pasien; memberikan motivasi pada pasien untuk mematuhi terapi obat yang direncanakan; mendokumentasikan segala sesuatu yang telah dilakukan; memastikan setiap tahap proses dispensing dilakukan mengikuti prosedur tetap yang disepakati; memonitor dan evaluasi sistem dan praktek dispensing yang telah dilakukan. 80 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan pelayanan resep dengan prosedur pemberian harga, penimbangan, pengemasan, dan penyerahan ketika APA berada di apotek Persentase (%) 60 53.4 50 41.4 40 30 20 10 1.7 1.7 1.7 Bukan tenaga kefarmasian tidak dilakukan 0 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Petugas Gambar 31. Petugas yang lebih sering melakukan pelayanan resep dengan prosedur pemberian harga, penimbangan, pengemasan, penyerahan obat ketika APA berada di apotek Dengan prosedur yang rapi maka terjadinya medication error dapat dikurangi. Prosedur tetap juga dapat menjadikan pelayanan resep menjadi efisien karena urutan dari kegiatan sudah tertata dengan jelas. Dalam hal efisiensi waktu ini maka apotek dapat mengukur lama pelayanan dengan menggunaakan waktu. Jika lama pelayanan resep dari mulai masuk sampai dapat diserahkan kepada pasien ditentukan maka pasien dapat merasa lebih nyaman karena tahu berapa lama harus menunggu. Secara garis besar adalah yaitu setelah resep diterima kemudian dilakukan skining kemudian diberi harga, jika pasien setuju maka dilakukan penyiapan obat (peracikan), obat diberi etiket dan dikemas lalu dilakukan penyerahan oleh apoteker. 81 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 41,4% apotek yang tidak memiliki prosedur tetap (lihat gambar 11). Diketahui bahwa kegiatan pelayanan resep dengan urutan pemberian harga, penimbangan, pengemasan, dan penyerahan obat hampir dilakukan oleh semua apotek yaitu sebanyak 98,3% apotek dan hanya 1,7% yang tidak melakukan prosedur tersebut. Lebih jelas lihat pada gambar 31. Dapat dilihat di dalam gambar 31 bahwa apotek di Kota Yogyakarta terdapat 41,4% yang Apoteker Penelola Apoteknya berperan dalam pemberian harga, penimbangan, pengemasan, dan penyerahan obat selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut berada di apotek. Sedangkan sisanya menyerahkan tugas tersebut kepada petugas lain. b. Pengecekan Hal-hal yang perlu diperiksa sebelum obat diserahkan kepada pasien adalah etiket dan obat apakah sudah sesuai. Etiket harus jelas, mudah dibaca dan memuat informasi yang dibutuhkan pada pasien. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pengecekan terhadap mutu fisik obat dilakukan oleh petugas di semua apotek. Sebanyak 70,7% APA ketika berada di apotek melakukan pengecekan tersebut, 5,2% dilakukan oleh Apoteker Pendamping, 22,4% dilakukan oleh asisten apoteker, dan petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan pengecekan mutu fisik obat sebanyak 1,7%. 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik dan etiket ketika APA berada di apotek 70.7 53.4 43.1 Mutu fisik obat 22.4 5.23.4 pengetiketan dengan jelas 1.7 0 0 0 Ap ot ek er Pe ng el ol a Ap Ap ot ot ek ek er Pe nd am As pi ng is te Bu n ka A po n te te na ke ga r ke fa rm as ia n ti d ak di la ku ka n Persentase (%) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Petugas Gambar 32. Petugas yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik obat dan pengetiketan dengan jelas ketika APA berada di apotek Semua apotek petugasnya melakukan pengecekan terhadap pemberian etiket dengan jelas. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 53,4% APA ketika berada di apotek, Apoteker Pendamping 3,4%, asisten apoteker 43,1%, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. c. Pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan pasien Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan (Anonim, 2004a). Semua apotek petugasnya melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien. Kegiatan tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek dilakukan oleh 83 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75,9% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, dan 20,7% asisten apoteker. Petugas selain tenaga kefarmasian tidak melakukan kegiatan tersebut. Yang lebih sering melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di apotek Persentase (%) 75.9 20.7 3.4 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker 0.0 0.0 Bukan tenaga kefarmasian tidak dilakukan Petugas Gambar 33. Petugas yang lebih sering melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di apotek 3. Informasi dan konseling a. Informasi Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta sesuai perkembangan terkini. Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman serta aktivitas yang harus dihindari selama mengkonsumsi obat (Anonim, 2004a). Informasi obat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan 84 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI masyarakat karena dengan informasi obat maka masyarakat dapat menggunakan obatnya dengan rasional. Informasi obat mengenai cara pemakaian dilakukan petugas di semua apotek. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek yang melakukan adalah 81,0% adalah APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 15,5% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Informasi cara penyimpanan tidak dilakukan oleh petugas di 5,2% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pemberikan informasi tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 77,6%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4% apotek, 13,8% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Cara pemakaian obat Petugas Tidak dilakukan Bukan tenaga kefarmasian Asisten Apoteker Apoteker Pendamping Cara penyimpanan Apoteker Pengelola Apotek Persentase (%) Yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika APA berada di apotek Jangka waktu pengobatan Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi Gambar 34. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika APA berada di apotek 85 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Informasi mengenai jangka waktu pengobatan tidak dilakukan oleh petugas di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya memberikan informasi tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 82,8%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%), dan asisten apoteker (12,1%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Informasi mengenai aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi tidak dilakukan oleh petugas di 15,5% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya memberikan informasi tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek informasi diberikan oleh 74,1% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 6,9% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. b. Konseling Konseling sebaiknya mencakup mengenai penyakit, obat, dan upaya peningkatan kualitas hidup pasien. Konseling perlu dilakukan terutama untuk pasienpasien dengan kondisi kronis. Konseling yang diberikan mengenai penyakit yang diderita, diharapkan pasien benar-benar mengerti tentang kondisinya dan sadar bahwa ketaatan dalam minum obat sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi mereka. Konseling mengenai obat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien mengenai tujuan pengobatan itu sendiri dan mengetahui dengan jelas bagaimana peran obat dalam proses penyembuhan. Hal-hal yang bisa diberikan 86 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam konseling ini misalnya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan apa yang sebaiknya dilakukan. Waktu pengambilan data peneliti tidak memberikan informasi kepada Apoteker Pengelola Apotek tentang pengertian konseling sehingga ada kemungkinan Apoteker Pengelola Apotek yang menganggap konseling sama dengan konsultasi juga menjawab telah melakukan konseling meskipun keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebanyak 82,8% Apoteker Pengelola Apotek yang melakukan perannya dengan memberikan konseling tentang sediaan farmasi. Dan ada sebanyak 79,3% Apoteker Pengelola Apotek yang melakukan perannya dalam memberikan konseling tentang pengobatan selama di apotek. Konseling mengenai sediaan farmasi tidak dilakukan oleh 8,6% petugas di apotek apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasinnya memberikan konseling tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 82,8%. Lainnya diberikan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 5,2% apotek, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Konseling mengenai pengobatan tidak dilakukan oleh petugas di 10,3% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasinnya memberikan konseling tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek ada di apotek adalah APA sebanyak 79,3%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (5,2%), dan 87 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI asisten apoteker (5,2%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Persentase (%) Yang lebih sering melakukan konseling tentang sediaan farmasi dan pengobatan ketika APA berada di apotek 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 82.879.3 Sediaan farmasi Pengobatan Apoteker Pengelola Apotek 8.6 10.3 5.2 5.2 3.4 5.2 0.0 0.0 Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian Tidak dilakukan Petugas Gambar 35. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling tentang sediaan farmasi dan pengobatan ketika APA berada di apotek Hasil penelitian pada gambar 35 terlihat bahwa pemberian konseling kepada pasien TBC tidak dilakukan oleh petugas di 22,4% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasinnya melakukan 70,7% adalah diberikan oleh APA, 3,4% oleh Apoteker Pendamping, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Pemberian konseling kepada pasien diabetes tidak dilakukan oleh petugas di 15,5% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yang lebih sering memberikan konseling ketika APA berada di apotek adalah APA 88 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (79,3%). Diberikan oleh poteker pendamping sebanyak 3,4% apotek, 1,7% oleh AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada pasien TBC, diabetes, asma, dan kardiovaskuler ketika APA berada di apotek 90 Persentase (%) 80 TBC 70 60 Diabetes 50 40 Asma 30 20 kardiovaskuler 10 0 Apoteker Pengelola Apotek Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian Tidak dilakukan Petugas Gambar 36. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada pasien penyakit TBC, diabetes, asma, kardiovaskuler ketika APA berada di apotek Pemberian konseling kepada pasien asma tidak dilakukan oleh petugas di 15,5% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya memberikan konseling tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%), dan asisten apoteker (5,2%). Tidak ada petugas selain tenaga farmasi yang melakukan. Pemberian konseling kepada pasien penyakit kardiovaskuler tidak dilakukan oleh petugas di 24,1% apotek yang disurvei. Apotek yang tenaa kefarmasiannya melakukan pemberian konseling kepada pasien kardiovaskuler ketika Apoteker Pengelola Apotek ada di apotek konseling tersebut dilakukan oleh 89 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI APA (70,7%), 3,4% Apoteker Pendamping, 1,7% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 4. Monitoring Monitoring bertujuan untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut terapi obat pasien. Dalam penelitian ini tidak ditanyakan apakah apotek memiliki medication record sehingga jawaban mengenai apakah apotek telah melakukan monitoring tergantung dari subyektifitas dari Apoteker Pengelola Apotek. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk monitoring terhadap pasien tertentu yaitu pada pasien TBC, Apoteker Pengelola Apotek yang melakukan perannya ada 37,9%, pada pasien diabetes sebanyak 43,1%, pada pasien asma sebanyak 37,9%, pada pasien kardiovaskuler sebanyak 37,9%, monitoring terhadap hasil konsultasi sebanyak 32,8%, dan rata-rata dari apoteker yang melakukan perannya dengan melakukan monitoring adalah 37,9%. Dengan hasil seperti disebutkan berarti masih banyak Apoteker Pengelola Apotek yang belum melakukan perannya dalam hal monitoring obat. Hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar 37. a. Monitoring terhadap pasien dengan penyakit berikut Monitoring kepada pasien TBC tidak dilakukan oleh petugas di lebih dari separoh apotek yang disurvei yaitu 56,9% apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 37,9% adalah dilakukan oleh APA, 1,7% oleh Apoteker Pendamping, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 90 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien TBC, Diabetes, Asma, dan Kardiovaskuler an ku k as ia n na k da an te Ti ke ga is te di la fa rm ot Ap n nd Pe ek er Ap ot As Bu k ot Ap la lo ng e Pe ek er ot Ap ek er am pi ng TBC Diabetes Asma Kardiovasculer ek Persentase (%) 70 60 50 40 30 20 10 0 Petugas Gambar 37. Petugas yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien penyakit TBC, diabetes, asma, cardiovaskuler Monitoring kepada pasien diabetes tidak dilakukan oleh petugas di 53,4% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yang lebih sering monitoring ketika APA berada di apotek adalah APA (43,1%). Dilakukan oleh apoteker pendamping sebanyak 1,7% apotek, 1,7% oleh AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. Monitoring kepada pasien asma tidak dilakukan oleh petugas di 58,6% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasinnya melakukan monitoring tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada ada yaitu APA sebanyak 37,9%. Dilakukan oleh Apoteker Pendamping (1,7%), dan asisten apoteker (1,7%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. 91 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Monitoring kepada pasien penyakit kardiovaskuler tidak dilakukan oleh petugas di 58,6% apotek yang disurvei. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan monitoring kepada pasien kardiovaskuler ketika Apoteker Pengelola Apotek ada dilakukan oleh APA (37,9%), 1,7% Apoteker Pendamping, 1,7% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan. b. Monitoring terhadap hasil konsultasi pasien Persentase (%) Yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi pasien 70 60 50 40 30 20 10 0 62.1 32.8 Apoteker Pengelola Apotek 3.4 1.7 0.0 Apoteker Pendamping Asisten Apoteker Bukan tenaga kefarmasian tidak dilakukan Petugas Gambar 38. Petugas yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi pasien Apotek yang petugasnya tidak melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi pasien adalah 62,1%. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yaitu oleh APA (32,8%). Apoteker Pendamping yang melakukan 3,4%, asisten apoteker 1,7%, dan petugas selain tenaga kefarmasian tidak melakukan. 92 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI C. Rangkuman Bahasan Hasil dari pelaksanaan peran tersebut di atas jika dirata-rata terlihat dalam tabel III yaitu untuk skrining persyaratan administratif, skrining kesesuaian farmasetika, pertimbangan klinis, komunikasi dengan dokter apabila ada resep yang kurang jelas, dan usul pengantian obat kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu, rata-rata APA yang melakukan ketika berada di apotek adalah sebanyak 72,7%. Rata-rata APA yang melakukan peran peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama APA berada di apotek adalah sebanyak 60,3%. Rata-rata APA yang melakukan penyerahan obat dan memberikan informasi kepada pasien selama APA berada di apotek adalah sebanyak 78,9%. Rata-rata APA yang melakukan pemberian konseling selama di apotek adalah sebanyak 76,4%, dan rata rata APA yang melakukan monitoring kepada pasien adalah sebanyak 37,9%. Dengan melihat tabel III diketahui bahwa apoteker pengelola apotek paling berperan dalam melakukan penyerahan obat dan pemberian informasi kepada pasien ketika apoteker pengelola apotek berada di apotek. Secara keseluruhan apoteker pengelola apotek lebih berperan dalam pelayanan resep dibandingkan dengan petugas lain selama di apotek. Namun dalam hal peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat hanya dilakukan oleh 60,3% APA dan sisanya banyak dilakukan oleh asisten apoteker. Sedangkan peran apoteker dalam hal monitoring paling kurang dibandingkan dengan kegiatan pelayanan resep yang lain. 93 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel III. Rata-rata APA yang melakukan pelayanan resep selama di apotek NO PERAN APOTEKER PENGELOLA PERSENTASE (%) APOTEK 1 Skrining persayaratan administratif, kesesuaian 72,7 farmasetika, dan pertimbangan klinis,dll 2 Peracikan resep, penyiapan etiket, dan 60,3 pengemasan obat 3 Penyerahan obat dan informasi kepada pasien 78,9 4 Pemberian konseling 76,4 5 Monitoring 37,9 Lebih jauh mengenai seberapa banyak peran yang telah dilakukan oleh apoteker pengelola apotek sebenarnya dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelayanan yang telah diberikan dengan menilai tingkat kepuasan konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan survei berupa angket dan wawancara langsung dengan konsumen/pelanggan. Hal ini sesuai 1027/MENKES/SK/IX/2004. 94 dengan Kepmenkes No. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di apotek dapat disimpulkan bahwa APA lebih berperan dibandingkan dengan petugas lain yaitu; 1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan skrining persyaratan administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di apotek adalah 72,7%. 2. Apoteker Pengelola Aportek (APA) yang melakukan peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek adalah 60,3%. 3. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan penyerahan obat dan informasi kepada pasien selama di apotek adalah 78,9%. 4. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan konseling selama di apotek adalah 76,4%. 5. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan monitoring penggunaan obat adalah 37,9%. 95 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI B. SARAN 1. Agar profesi apoteker dapat meningkatkan peran dalam menjalakan tugas dan fungsi sebagai apoteker, Apoteker Pengelola Apotek harus meningkatkan kehadirannya di apotek selama apotek buka sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Perlu dicari faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek rendah. 3. Dinas Kesehatan kota dan Balai POM perlu memberikan peringatan dan sanksi yang tegas kepada apotek yang buka tanpa adanya apoteker. 4. ISFI harus meningkatkan dan mencari cara yang efektif dalam membina angotanya. 5. Penelitian lebih lanjut yang mencari hubungan antara kepemilikan sarana apotek (APA sekaligus PSA, APA sebagai karyawan, dan APA memiliki sebagian modal dari apotek) dengan kehadiran APA di apotek. 6. Penelitian yang mencari hubungan antara pengalaman dan umur dengan kehadiran APA di apotek perlu dilakukan. 7. Penelitian yang mencari hubungan antara adanya pekerjaan lain disamping sebagai APA dengan kehadiran Apoteker Pengelola Apotek (APA) perlu dilakukan. 96 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR PUSTAKA Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada Univerisy Press, Yogyakarta Anonim, 1965, Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 1965 tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas peraturan Pemerintah No.26 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan No.26/MENKES/Per/I/1981 Tentang Pengelolaan dan Perizinan Apotek, Menteri Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1990, Peraturan Menteri kesehatan No. 244/MENKES/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta Anonim, 1990, Peraturan Menteri kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta Anonim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, Bali Pustaka, Jakarta Anonim, 1992, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Menteri Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan, Jakarta Anonim, 1998, Peraturan Pemerintah Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Jakarta Anonim, 1999, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Anonim, 2002, Keputusan Menteri kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik, Depkes RI, Jakarta 99 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menteri kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2004b, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.102/MEN/IVX/2004 Tentang Waktu Kerja dan Upah Kerja Lembur, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta Anonim, 2004c, Teknik Konseling Pelayanan Obat Farmakoterapi Obat Wajib Apotik, ISFI DIY di Apotik, Seminar Christina, L., dkk., 2002, Seni Menulis Resep Teori dan Praktek, Perca, Jakarta 2002 Dwiprahasto, I., 2004, Medication Error, Materi Seminar Sehari Medication Error; Tantangan dalam Pelayanan Medis dan Kefarmasian, Magister Manejemen, Fakultas Farmasi, UGM Donatus, I. A., 2000 , Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi Komunitas; Upaya Peningkatan Peran Apoteker. Risalah Seminar Sehari Dampak Globalisasi Ekonomi dan Farmasi Terhadap Hak-Kewajiban Farmasis dan Konsumen, Lembaga Kajian Farmasi USD, Yogyakarta Harding, G., Sarah, N., and Kevin T., 1993, Sociology for Pharmacist, an Introduction, The Macmillan Press, LTD, London, England ISFI, 2004, Standar Kompetensi farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Mardalis, 2006, Metode Penelitian Suatu pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta Merita, Y., 2003, Kredibilitas Profesi Apoteker di Apotek Kota Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Nawawi, H., 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, 117-125, 137-160, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Purwanti, A., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004. Diakses pada tangal 15 Juli 2005 Santoso, B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 23 (10), 6-9 100 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sari P.I., 2004, Penelitian Farmasi Komunitas dan Klinik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Siregar, C. J. P., 1994, Pelayanan Farmasi yang Baik, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Sujaswadi, R., 2001, Farmasi, Farmasis, dan Farmasi Sosial, Medika, No 3, 128-131 WHO, 1997, The Role of Pharmacist in the Health Care System, Report of Thirtd WHO Consultative Group in the Role of the Pharmacist, World Health Organization, Vancouser, Canada 101 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Kepada Yth Apoteker Pengelola Apotek Di kotamadya Yogyakarta Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan jenjang studi S-1, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ Gambaran Peran Apoteker Pengelola Apotek di Kotamadya Yogyakarta dalam Pelayanan Resep Selama Kehadirannya di Apotek”. Sehubungan dengan itu, saya mohon kerelaan bapak/ ibu untuk menjawab pertanyaan berikut dengan lengkap dan sesuai dengan hati nurani bapak/ ibu. Karena jawaban yang saya butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan bapak/ ibu, dan jawaban tidak mendapat penilaian benar atau salah. Segala informasi yang bapak/ ibu berikan akan dijaga kerahasiannya demi kepentingan ilmiah. Atas bantuan bapak/ ibu mengisi daftar pertanyaan berikut saya mengucapkan terima kasih. Hormat saya, Suyono NIM: 028114154 102 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Petunjuk Pengisian • Lingkarilah pada salah satu jawaban untuk pertanyaan berikut! 1. Data Apotek No. 1. Pertanyaan Siapakah pemilik apotek tempat anda bekerja? Jawaban a. Milik sendiri b. Bukan milik sendiri c. Gabungan/ kerja sama dengan pihak lain 2. Jika bukan milik sendiri, pemilik sarana apotek (PSA) adalah: a. Perorangan b. Koperasi c. PT d. Lainnya 3. Berapa lama rata-rata per hari apotek tempat anda bekerja a. <10 jam buka? b. 10 s/d 14 jam c. 15 jam s/d 23jam d. 24 jam 4. Berapa hari seminggu apotek tempat anda bekerja buka? a. <6 hari b. 6 hari c. 7 hari 5. Apakah di apotek tempat anda bekerja memiliki prosedur a. Ya tetap? 6. b. Tidak Apakah di apotek tempat anda bekerja memiliki job a. Ya description yang tertulis? 7. b. Tidak Berapa jumlah rata-rata resep masuk tiap bulan di apotek a. <40 lembar tempat anda bekerja? b. 40-60 lembar c. >60 lembar 8. Berapa jumlah asisten apoteker di apotek tempat anda a. tidak ada bekerja? b. 1-2 orang c. ≥3 orang 103 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Berapa jumlah pegawai selain apoteker/ asisten apoteker di a. tidak ada apotek tempat anda bekerja? b. 1-2 orang c. ≥3 orang 10. Berapa jumlah dokter yang praktek di apotek anda bekerja? a. tidak ada b. 1-2 dokter c. 3-4 dokter d. >4 dokter 2. Data Apoteker Pengelola Apotek No. 1. Pertanyaan Berapakah umur APA? Jawaban a. <30 tahun b. 30 s/d 50 tahun c. >50 tahun 2. Berapa lama pengalaman APA bekerja sebagai Apoteker di a. <2 tahun apotek? b. 2 s/d 4 tahun c. 4 s/d 12 tahun d. > 12 tahun 3. 4. Apakah APA bekerja penuh waktu sebagai Apoteker di a. Ya apotek? b. Tidak Apakah APA memiliki pekerjaan yang lain? a. Ya b. Tidak 5. Apakah APA memiliki apoteker pendamping? a. Ya b. Tidak 6. Berapa hari rata-rata APA bekerja di apotek? a. <3 hari b. 3-5 hari c. 6-7 hari 7. Berapa lama rata-rata APA berada di apotek a. <4 jam b. 4 s/d 6 jam c. >6 jam 104 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Pertanyaan Menyangkut Pelayanan Resep di Apotek Berilah tanda ╳ pada salah satu jawaban (a), (b), (c), atau (d) yang menyatakan pihak yang lebih sering melakukan ketika apoteker pengelola apotek (APA) berada di apotek atau berilah tanda ╳ pada huruf (e) jika pelayanan tidak dilakukan! Keterangan: APA = Apteker Pengelola Apotek AP = Apteker Pendamping AA = Asisten Apteker KL = Karyawan selain Apoteker/ Asisten apoteker a. Skrinning resep No 1. Pelayanan Resep Jawaban Skrining Administratif resep: Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek adalah 1) Nama, SIP, alamat (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL dokter 2) Tanggal penulisan resep (e) Tidak dilakukan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3) Tanda tangan/ paraf (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL penulis resep 4) Nama, SIP dan Alamat dilakukan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL dokter 5) Tanggal penulisan Nama, alamat, umur (e) Tidak dilakukan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL Resep 6) (e) Tidak (e) Tidak dilakukan (a) APA pasien, jenis kelamin, (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan dan berat badan pasien 105 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7) Nama obat, potensi, (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL dosis, jumlah yang (e) Tidak dilakukan minta 8) Cara pemakaian yang (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL jelas 2. (e) Tidak dilakukan Skrinning kesesuaian Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek farmasetik: adalah 1) (a) APA Bentuk sediaan (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) Dosis (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3) Potensi (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 4) Stabilitas (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 5) Inkompatibilitas (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 6) Cara dan lama (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL pemberian 3. Pertimbangan klinis: (e) Tidak dilakukan Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek adalah 1) Adanya alergi (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) Efek samping (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3) Interaksi (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 4) Kesesuaian (dosis, (a) APA durasi, jumlah obat dan (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan lain-lain) 106 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. Melakukan komunikasi (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL dengan dokter apabila ada (e) Tidak dilakukan keraguan terhadap resep 5. Obat untuk pasien tidak (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL mampu diusulkan kepada (e) Tidak dilakukan dokter oleh apotek untuk diganti dengan obat generik b. Peracikan, pengetiketan, dan penyerahan obat A. Pelayanan Resep No 1. Prosedur HTKP (harga, timbang, Jawaban (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL kemas, penyerahan) 2. Pengecekan: (e) Tidak dilakukan Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek adalah 1) Mutu fisik obat (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) pengetiketan dengan jelas (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3. Pemeriksaan akhir kesesuian (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL resep dengan obat yang akan (e) Tidak dilakukan diserahkan pasien c. Informasi dan konseling No 1. Pelayanan Resep Jawaban Memberikan informasi pada saat Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di penyerahan obat yang meliputi: apotek adalah 1) (a) APA Cara pemakaian obat (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 107 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2) Cara menyimpan obat (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3) Jangka waktu pengobatan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 4) Aktivitas serta makanan dan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL minuman yang harus (e) Tidak dilakukan dihindari selama terapi 2. Memberikan konseling mengenai: Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek adalah 1) Sediaan farmasi (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) Pengobatan (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3. Memberikan konseling kepada Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di pasien: apotek adalah 1) (a) APA TBC (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) Diabetes (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan Memberikan konseling kepada Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di pasien: apotek adalah 3) (a) APA Ashma (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 4) Cardiovascular (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 108 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ╳ pada salah satu jawaban (a), (b), (c), atau (d) yang menyatakan pihak yang lebih sering melakukan. Atau berilah tanda ╳ pada huruf (e) jika pelayanan tidak dilakukan!. d. Monitoring No 1. Pelayanan Resep Monitoring penggunaan obat Jawaban Yang lebih sering melakukan adalah terhadap pasien 1) TBC (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2) Diabetes (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 3) Ashma (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 4) Cardivascular (a) APA (b) AP (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan 2. Monitring terhadap hasil konsultasi (a) APA (b) AP pasien (c) AA (d) KL (e) Tidak dilakukan Terima kasih telah membantu☺! 109 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 2. Tabulasi Data No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 B D B B B A B C C B 2 B A C B A B A C C C 3 B A B B B B A B A B 4 B A D C A A C C C C 5 B A B B B A C B B D 6 B A B C A A C B C B 7 C D B C B B C C C B 8 B D B C B B A A B B 9 B C B B A A C C C C 10 B A B C A A B B B B 11 B A B C A A C C B B 12 B A B B A A C B B C 13 B C A B A B C C C B Responden 14 15 16 C A C B B C C B B A A B A A B A A A B B C C B C B B A 17 C A B B A B B A A 18 B C B C A A C B C C 19 B A B B A B C B C B 20 C B B B B A B B B 21 B A B B B B C C C A 22 B A B C A B C C C C 23 B A B C A A C A C B 24 B A B B B B A B C A 25 C A B B B A B B D 26 B C D C A A B C C B 27 C B B B B C B B B 28 C B B A B A B C B 29 B A C B A B C B B B 1 2 3 4 5 6 7 A C B A B B A C D B A B B A C D B A B C B A B A B A C B B C B A B C C A B A B B C C C D B A B B A A A A B A C B A B B A B B B A A A B B C C C B B A B A A B A B A B A B C D B A B B A C D A B B C B B B A B B C C B C B A B A A A A A B A C C A B A B B C C A B A B B C C C D B A B B A B D B A B B A A B B A B C B A B A B A C C B B A B B C B C D A B B B A A B A B A C C C D A B B C C A A A B B C B B C B A B B A A A A A A A C C C C C C C E C C C C C A C A A A A A A A A A A A A A A A C C C C A A A A A A A A C C C C C C A A A A A A C A C C C C C C C C C C C C C C C C A A A A A A C C C C A A C C C C C C A A A A A A C C C C C A A A A A A A A A A A A A A C A C A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E C A C C C A A A A A A A A A A A A A A A A A A C C C C C C 1 1 2 3 4 5 6 110 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 2. 2 1 2 3 4 5 6 A A A A A A C A A A A A E C E E E E A A A A A C A A A A A A A A A A A A A A A C A A A A A A A A C C A C A A A A A A A A C C C C C C C C C C C C C C E E C C A A A A A A A A E E E A C C C C C C A A A A A A A A A A E A A A A E A A A A A A A A A A A A A C A A A A A A A A A A A A A A A A A A C E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C A A A A A 3 1 2 3 4 E E E E A A A A E E E E A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E C E C C C C C E E E C A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A E A E E A A A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A 4 A A C A A A C A A A C C A A A A A A A C A A A A A A A A C 5 A A C A A E A A A C C E A A E A A C A A A A A E A A A A A 1 A C C C A A C A C C C C C C C C A A A C C C A A C A A A C C C C C A C A C A A A A A C A A C A A A C C A C C C A C C A C C A A A A A A A C A C A A A A A A A C A A A C A A A A A C C A A A A A A A C C C C A C A A A A C A A A C A A A A A A A A A A A A A A A A C C C E E E A C C A A A A A A A A A A A A A A A C C A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C E C E E C A A A A A A C C C C A A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A C C A A A A A A A A A A A A A A A A 2 1 2 3 1 2 1 2 3 4 1 2 111 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 2. 3 1 2 3 4 E E E E A A A A C E C E A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E E C E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E E E E E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A 4 1 2 3 4 E E E E E E E E C E E E A A A A E A A A A A A A E E E E E E E E A A A A E E E E E E E E C C C C E E E E A A A A A A A A E E E E A A A A E E E E E E E E E E E E E E E E A A A A E E E E E E E E E E E E A A A A A A A A A A A A E E E E E E E A A E E E A E E C E A A E A E E E A A E E E A A A E 30 B A B C B B A C B A 31 B A B B B B A B B B 32 B A B C A B C B B D 33 B A B B B B B C B A 34 B D B C A B C A B A 35 B A B C B B B B B B 36 B A B C B B C B B C 37 B D B B A A C B B B 38 B B B B A A C B A C 39 B A B B A A C C B B 40 B A B C A A A B C C 41 B D B B A A C B C B 42 A A C A A A A B A Responden 43 44 45 C A B A B B B A B B A A A B A B C C A B B C C B A B B C 46 A B B A A A C C B 47 B A B B B B A B A A 48 B A B B B B A B C A 49 B A B B A B C B A A 50 B A C B B B C B C A 51 C A B C B B C B B A 52 B A A B A A C B C B 53 C B C B B C C A A 54 B C B B A A A C C A 55 B A B B B B C B B B 56 B A B B A A C B C C 57 C A A B B B C B C B 58 B D B B A A A C C B 5 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 112 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 2. 1 2 3 4 5 6 7 B B A A B C B B B B B B C A A A A A A C B B C A B B C C B C A A B C C C D B A A A A B B B A A B A A A A B A C C A B A B B C C B C A B B B B A B A A A B B A A A B A C B B C A A B C B C D B A A B A C B B A B B B B B B A B C B B C B A B C B B C A B B C C B C A A B B B A A C B B C A A B A B A C C A B A B B C B B A A A B C B B C A A B B B C D B B B B A B C A B B C B A B A B B C B A C A B B C B C D A A B B B 1 1 2 3 4 5 6 E C E C C C A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B B B B C C A C C C A A A A A A A A E E A A C C C A A A B C B B B B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C C C A A A A A A A A A A A A A A A C C C C C C A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C C C C C C A A A A A A A A A A A A A A A C A A C C C C A A 2 1 2 3 4 5 6 C C E E E C A A A A A A A A A A E A C C E E E A A A A A A A B B B B B B C C C C C C A A A A A A C A A E E A A A A E A A B A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A B A A E A A A C A A E A A A A A A A A A A E E E A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A C C E E E C A A A A A A A A E E A A A A A A E C A A A A A A 3 1 2 3 4 A A A A A A A A A A A A C E E A A E E A B B B B C C C C A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B B A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E A A A A A A A C E E E A A A A A A E A A A A A A A A A 4 A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A C A A A A 5 A A E A A B C A A E A A E A A E A A A A A A A A E A A E A 113 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 2. 1 2 1 2 3 C A A A A B C A A C C E A C C C C A A C D A C A C C A C C A C A A A A A A D A B B C C C C A A C C B B A A A A B A A C C C A C A A A A C C A A A A A A A A C C A C A A A A A C A A A A A B C A A C B A A A A A A A A A A A A A C A A A A 1 1 2 3 4 A A A A A A A E A A A A A E A E A A A A B B B B C C C C A A A A A A A A C C C C B B B B A A A A A A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A A A A E A A A A A A A A A A A A A A A A C C C C A A A A A A E E A A A A A A A A 2 1 2 A A A E A A A E A A B B C C A A E A C C B B A A A A B A A E E A A A A A A A A A A A A A A A A A E E A A A E A A A A 3 1 2 3 4 E A A E E E E E E A A A E E E E A A E E B B B B C C C C A A A E A A A A E E A A A A A A A A A A A A A A B B B B E A A A A A A A A A A A A A E E A A E E A A A A A A A A E A A E A E E E A A A A A A A A E E E E A A A A A A A A A A A A 4 1 2 3 4 E E E E E E E E E A A A E E E E A A E E B B B B E E E E A A A E A A A A E E E E A A A A A E E E A A A A A A A A E A E A A A E E A A A A E E E E E E E E E E E E A A A A E A A E A E E E E E E E E E E E E E E E E E E A A A A A E A A A E E A E A B E E A E B E A A E E E E E E A A A E E E E E E 5 114 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lamapiran 3. Kondisi fisik apotek di kota Yogyakarta pasca gempa Ruang yang No Nama Rusak Kerusakan tingkat kerusakan Luas Keterang (m2) an Kecamatan Pakualaman Kantor Plafond retak ringan 9 Apotek Sultan Agung R. Dokter dinding retak ringan 35 jl. Sultan Agung 41 R. Obat dinding retak ringan 40 R. Obat dinding retak sedang 81 jl. Kenari 22 R. Obat dinding retak ringan 12 Apotek UAD R. Obat dinding retak ringan 12 jl. Cendana 9A Semaki R. Apoteker dinding retak ringan 12 Apotek Budi Asih Semua Bangunan rusak total jl. Glagahsari 91 C & ruang bangunan dirobohkan berat 100 Apotek Fajar R. Obat dinding retak ringan 4 jl. Ki Ageng Pemanahan Pagar batas lahan 3A belakang pagar roboh sedang 6 1 2 Apotek Sentul jl. Sultan Agung 62 3 4 5 6 Apotek Kenari 115 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. Kecamatan Kotagede konstruksi bangunan Dinding depan sedang Apotek Kusuma Nata plester retak sedang jl. Kusumanegara 33 kanopi depan rusak sedang dinding pecah, plseter retak sedang 12 36 R. Praktek 8 tua dinding miring 7 Apotek Ramadhan Apotek & R. jl. Kusumanegara 296 Tunggu kolom pecah, balok retak sedang R. Display Obat plester retak ringan Kecamatan Kotagede (lanjutan) 9 Apotek Citra Apotek Mataram 10 Farma R. Display Obat plafond jebol, plesterna retak 11 Apotek Kasih Farma Atap genteng rontok ringan dinding pagar roboh kanopi 12 Apotek Saerah rusak batu tempel lepas ringan ringan ringan 13 Apotek Kotagede Dinding depan miring sedang 116 ringan 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3 Kecamatan Mantrijeron Apotek Maryati jl. R. Dalam 13/ S (etalase) Kanopi plester retak penopang konsol atas patah ringan berat Kantor plester retak plster retak ringan ringan R. Belakang dinidng roboh berat R. Kantor Dinding retak sedang Atap sebagian genteng pecah ringan Tamansari 14 jl. Parman 3 sedang dalam perbaikan Apotek Mitra Sehat jl. Bantul 15 Suryodiningratan 16 Apotek Pratama 31, jl. Bantul 110 17 R. Etalase R. Apotek Pugeran Jl. Bantul 65 Apotek Citra gading 18 Farma jl. DI Panjaitan 19 setelah gempa jarang 19 buka Apotek Pelangi jl. DI Panjaitan 93 Kanopi depan retak ringan 117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. Apotek Tirta Farma jl. Parangtritis, Perum 20 Pewita regency, Ruko A pintu geser depan 20 kolom depan macet/tidak dapat dibuka mirng ringan berat sedang Apotek 21 Ratna jl. Parangtritis 56 dalam Plafond Dinding Etalase Pecah-pecah Dinding retak ringan ringan perbaikan sedang Apotek 22 Satriya jl. dalam Semua ruang Parangtritis 104 dinidng dan atap runtuh berat perbaikan Kecamatan Keraton Apotek 23 Kurnia jl. Ngasem 88, Kadipaten dinding bata retak plseter Gudang obat lt. 2 mengelupas sedang 2 Lantai 1 dinding retak balok latai retak ringan ringan 5 R. Depan plseter retak ringan 2 R. depan/Etalase plester retak ringan 2 ringan ringan 4 Apotek Harmoni jl. Ibu 24 Ruswo 68 Kraton Apotek 25 jl. Rotowijayan 14 Apotek 26 Perdana Wipa Mantrigawen Lor 30 jl. Kecamatan Ngampilan 27 Apotek Rhodiyah R. Depan plester retak kaca jendela pecah 118 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. Apotek Bhakti jl. Ny. 28 29 Ahmad Dahlan 18 R. Depan Apotek Yogya Farma Bagian depan jl. Kemetiran Kidul 9A bangunan dinding retak ringan 6 keramik retak dan pecah ringan 12 Kecamatan Umbulharjo Apotek Timoho 30 Kusumanegara 104 31 Apotek Kusuma Nata jl. Dinding retak memanjang Lantai 2 plester retak plafond turun Plafond rusak jl. Kusuma Negara 23 R. Depan plester & dinding retak R. Depan Plafond pecah dinding retak 5 sedang 20 ringan 30 Apotek Eka Manunggal 32 jl. Menteri Supeno 15 A Apotek 33 Shinta jl. Menteri Supeno 78 plester retak keramik lepas R. Belakang plafond pecah ringan 4 R. Depan dinding retak ringan 2 Apotek Ester jl. Imogiri 34 no. 177 Giwangan Apotek Umbulharjo jl. Perinits 35 Kemerdakaan dinding retak plafond rusak atap no. 72 rusak kaca pecah tidak ringan dinding retak, plester lepas plat Apotek 36 Kenari 59 Askes 9 jl. R, Obat & R, lantai lepas kolom patah tunggu genteng lepas kaca pecah 119 sedang 5 beroperasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. R. Depan R. Obat 37 Dalam Garasi dinding retak dinding retak Apotek Yogya Farma Kamar Mandi R. dinding retak dinding retak ringan ringan ringan jl. Kemetiran Kidul no. 3 Tengah dinding retak ringan ringan 3 15 6 6 10 Kecamatan Mergangsan Apotek Suci jl. Sultan 38 Agung 26 Apotek 39 Pendowo Dinding & plester retak Balok R. Depan latai hamipir lepas sedang 15 R. Depan Dinding retak genteng pecah ringan 15 Plafond & struktur rusak sedang 40 jl. Tamansiswa 97 genteng lepas struktur atap 40 Apotek Kimia Farma jl. Tamansiswa 152 rusak dinding retak balok latai R. Depan melengkung plafond runtuh dinding roboh Panti 41 Afiat jl. Kol Sugiono 120 Seluruh genteng runtuh struktur utama bangunan/gedung rusak tidak berat beroperasi sdang 42 Apotek Panji Farma jl. R. Belakang Brigjend Katamso 147 Pagar batas lahan dalam dinding retak dinding roboh 120 ringan sedang 6 15 perbaikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. tidak Apotek 43 Indragiri jl. Sisingamangaraja 95 dinidng roboh kaca pecah atap beropaeras seluruh rusak palfond & strukturnya i , akan bangunan/gedung rusak struktur utama rusak berat Ruang Depan Plafond pecah Gypsum rontok ringan 50 ringan 2 dirobohkan Apotek Aria Farma jl. 44 Lowanu 95 Kecamatan Gedongtengen Apotek 45 46 Dantisa jl. Warungboto R. Depan dinidng retak R. Depan R. Obat kolom & dinding retak dinding Apotek Kimia Farma Laboratorium R. retak dinding retak,plafond sedang ringan ringan 20 jl. Malioboro 117 Dalam rusak dinding retak ringan R. Obat Musholla dinding retak dinding retak ringan ringan R. Depan dinding retak ringan 4 ringan ringan 36 ringan ringan 24 4226 Apotek Kimia Farma 47 21 jl. Malioboro 123 45 Kecamatan Jetis Apotek Enggal Semi jl. 48 Diponegoro 97 Apotek 49 Bumijo Tentara Pelajar 10 Dinding pecah Plafond hampir Ruang Depan jl. runtuh Plester retak plafond retak dan R. Depan hampir runtuh 121 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 3. Kecamatan Wirobrajan Apotek Chrisstela jl. 50 RE Martadinata 53 dinding retak panjang sebagian R. Depan genteng pecah ringan 2 Plafond dan struktur rusak struktur atap rusak dinding retak Apotek Kimia Farma jl. 51 HOS Cokroaminoto 57 genteng rontok plesteran R. Depan mengelupas ringan 5 R. Depan dinding retak plster mengelupas ringan 4 R. Obat Dinding retak melintang ringan 3 Apotek Maranatha jl. 52 Piere Tendean 21 A Apotek 53 jl. Bugisan 11 Apotek 54 Mitra Kartika jl. Wirobrajan 5 B Bag. Depan Bangunan tidak dinding retak genteng rontok ringan 4 Kecamatan Gondokusuman 55 Apotek K-24 jl. Dr. R. Apotek R. kaca pintu pecah dinding retak Wahidin S no. 40 Obat R. Dokter plafond pecah ringan ringan ringan Cendana 9 A Semaki R. Obat Tangga dinding retak kolom retak ringan ringan 24 Apotek Vita Farma jl. R. Obat R. Timoho 117 Apotek plafond runtuh dinding retak sedang ringan 10 5 Apotek 56 57 UAD 1 10 2 jl. 122 beroperasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan lampiran 3. 58 59 Apotek Waringin jl. Dr. R. Display Obat dinding retak dinding retak Sutomo 2 R. Racik obat plester mengelupas Apotek Afina jl. Dr. Bagian luar dinding depan pecah dinding Sutomo 21 bangunan retak (sumber data: Badan Mutu Pelayanan Kesehatan 123 ringan 15 16 ringan 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lampiran 4. Data Apotek di kota Yogyakarta bulan Juli 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 Apotek Abadi Farma Aditya Farma Afina Almas Farma Ampuh Ardi Farma Aria Farma Arjuna Artha Farma Askes 9 Babaran Husada Bayeman Bhakti Budi Asih Bumijo Bunda Christella Citra Citra Gading Farma Dantisa Demangan Dian Farma Dwifa Farma Eka Manunggal Enggal Semi Ester Fajar Farmarin Guardian Hero Malioboro Harapan Harmoni Hayam Wuruk Indera Indragiri Ivana Jadi Waras K24 Jl Magelang K24 Jl Bhayangkara K24 Gondomanan Kec Uh Mj Gk Wb Ng Gk Uh Ng Tr Uh Uh Kg Gm Uh Jt Uh Mj Kg Ng Uh Gk Wb Mj Mj Jt Uh Kg Jt Gt Dn Gm Dn Mj Mj Uh Ng Tr Gm Gm 124 Alamat Jl Gambiran No.117 Yk Jl Bantul No. 54 Yk Jl Dr. Sutomo No. 21 Yk Jl Patangpuluhan 32 Jl KH.A. Dahlan No, 105 Yk Jl Gejayan 5 Jl Lawanu No 95 Yk Jl Dr. Wahidin Sudirohusodo 20 Jl Kyai Mojo 91 B Jl Kenari 59 Yk Jl Babaran No 69 Yk Jl Gadong Kuning No 110 B Yk Jl Nyai A Dahla 18 Yk Jl Glagah sari 91 C Jl Tentara Pelajar 10 Jl Pramuka No 18 Jl Jl Re Nartadinata Jl Kemasan 65 kotagede Jl D.I Panjaitan 19 Jl Veteran No 101 Yk Jl Munggur 73 Jl RE Martadinata 63 B Jl Suryowijayan No 19 Yk Jl Menteri Supenp No 15 A Yk Jl P. Diponegoro 12 Jl Imogiri No 177 Giwangan Yk Jl Ki Ageng Pemanahan 3 A Jl P. Mangkubumi No 73 Jl Malioboro 52-58, Malioboro mal Jl Krasak Timur 20 Jl Ibu Ruswo 68 Yk Jl Hayam Wuruk 1 Jl Suryodiningratan 31 Yk Jl Sisingamangaraja 95 Yk Jl Sorogenen Uh No 1 Yk Jl Jogonegaran No 32 Yk Jl Magelang 162 Yk Jl Reksobayan No 18 Yk Jl Brigjen Katamso No 117 Yk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 4. 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Uh Wb Kg Ng Uh Jt Gt Gt Wb Jl Kusumanegara No 86 Yk Jl Wirobrajan Jl Ngeksigondo 55 Kotagede Jl Letjen Suprapto No 87 Jl Kenari No 22 Yk Jl Taman Siswa No 152 Jl Malioboro 179 Jl Malioboro 123 Jl HOS Cokroaminoto 57 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 K24 Kusumanegara Kartika Kasih Farma KD Farma Kenari Kimia Farma Kimia Farma 20 Kimia Farma 21 Kimia Farma Cokro (64) Kranggan Kucala Kurnia Kusuma Nata LBC Maranatha Maryati Mataram Farma Medi Farma Medistra Melati Farma Melia Merapi Mitra Mitra sehat Mulya Farma Nakula Bhakti Ibu Nakula Bhakti Karsa Natasha Ngupasan Panca Dewi Panji Farma Panti Afiat Pasena Farma Shinta Aninditha Jt Gk Kr Uh Jt Ng Mg Kg Mj Gk Gk Dn Jt Wb Mj Dn Mj Jt Gk Gm Dn Gm Mg Kr Uh 74 75 76 77 78 79 Pelangi Pendowo Perdana Permata Bunda Poeji Rahajoe Prasojo Mj Mg Kr Kg Gk Dn Jl Kranggan No 26 Yk Jl Suroto 18 Jl Ngasem 88 Jl Kusumanegara 33 Jl Poncowinatan 47 Jl Kapt P Tendean 21 Yk Jl Letjen S Parman 5 Jl Karanglo 20 A Yk Jl MT Haryono No 65 Yk Jl Cik Dik Tiro No 12 Yk Jl Gondosuli No 5 Yk Jl Mataram No 28 Yk Jl P Mangkubumi 109 Jl Bugisan 11 Jl Bantul No 31 Yk Jl Hayam Wuruk 24 Yk Jl D I Panjaitan 45 Jl AM Sangaji Jl Laksda Adisucipto No 39 Jl Bhayangkara No 13 Yk Jl Mas Suharso Jl Brigjen Katamso No 147 Yk Jl Kol Sugiyono 120 Jl H Agus Salim No 11 Jl ki Ageng Pemanahan Rt53/ 14 Jl DI Panjaitan 83 Jl Taman Siswa No 97 Jl Rotowijayan No 14 Yk Jl Ngeksogondo 56 Yk Jl Prof Dr Johanes Gk V/1174 Jl Juminahan No 9 Yk 125 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Lampiran 4. 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 Pratama Profesi Dra. Hj. Mimiek M Dharma Husada Pugeran Puji Waras Rafazhody Mulia Rahmayani Rajawali Ramadhan Raphi Farma Ratna Rodhiyah Saerah Sanitas Satria Sehat Sentul Shinta Aninditha Sultan Agung Sutji SW Tele Farma Timoho Toegoe Koelon Tri Tunggal UAD Umbulharjo Universitas Gadjah Mada Vita Farma Waringin Wipa Wisnu Yogya Farma Gamelan Celeban Farma Mj Mj Jl Bantul No 110 A Yk Jl Mangkuyudan 63 Yk Dn Mj Gk Gk ng Jt Kg Mj Mj Ng Uh Mj Mj Pa Pa Uh Pa Pa Jt Mj Uh Jt Jt Uh Uh Jt Jl Hayam Wuruk 72 Jl Bantul No 65 Yk Jl C. Simanjutak 8 Jl Kyai Mojo 64 Jl KH Wachid Hasyim 49 Jl Poncowinatan 92 Jl Kusuma Negara No 296 Yk Jl Letjen Suprapto 91 D Jl Parangtritis 44 Jl H Agus Salim 111 Yk Jl Monorakan 93 Yk Jl MT Haryono Jl Parangtritis 104 Jl Gajahmada 22 Jl Sultan Agung No 62 Yk Jl Menteri Supeno 78 Jl Sultan Agung No 41 Jl Sultan Agung 26 Jl Bumijo No 26 Yk Jl Suryopranoto No 5 Yk Jl Kusumanegara 104 Jl P Diponegoro 97 Jl Kranggan 86 Jl Cendana No 9 Yk Jl Perintis Kemerdekaan 72 Jl Prof Dr Sardjito Uh Gk Kr Jt Gt Kr Uh Jl Timoho 117 Jl Dr Sutomo No 2 Yk Jl Mantrigawen Lor 9 Jl Jend Sudirman 10 Jl Kemetiran Kidul 3 Jl Mantrigawen kidul No 2 Jl Celeban UH III/622 (Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta) 126 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BIOGRAFI Penulis skripsi yang berjudul ” Gambaran Peran Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta dalam Pelayanan Resep selama Kehadirannya di Apotek bernama Suyono. Penulis lahir di Madiun, pada tanggal 2 Mei 1985. Pendidikan yang ditempuh yaitu Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Mojorayung Madiun (1989-1990), SDN Mojorayung IV (1990-1996), SLTP Negeri 2 Wungu Madiun (1996-1999), dan SMF Katolik ”Bina Farma” Madiun (1999-2002). Pada tahun 2002, penulis melanjutkan studinya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 127