PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK DI

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK
DI KOTA YOGYAKARTA TERHADAP PERANNYA DALAM PELAYANAN
RESEP SELAMA DI APOTEK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelas Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Suyono
NIM: 028114154
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2006
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Rob semesta
alam.
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang kami abdi, dan
hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
Kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibuku
Kakak-kakakku tercinta
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis,
berkat kasih dan sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “
Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap Perannya dalam
Pelayanan Resep selama Kehadiranya di Apotek”. Penyusunan skripsi ini dengan
maksud untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari jasa banyak pihak, oleh
karenanya penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka. Ucapan
terima kasih penulis tujukan kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing yang dalam kepadatan
acaranya telah menyempatkan untuk terus membimbing dan mendorong
penyelesaian skripsi ini kepada penulis.
3. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt yang telah banyak membantu,
mengarahkan, memberi masukan, juga motivasi walaupun beliau tidak sempat
meneruskan bimbingannya karena harus melanjutkan studi.
4. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberi
banyak masukan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Ibu Aris Widayati , M.Si., Apt. sebagai dosen penguji dan atas kritik dan
saran yang telah diberikan.
6. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. yang telah memberikan saran dan referensi
dalam pembuatan skripsi ini.
7. BAPPEDA Propinsi DIY dan Kota Yogyakarta atas pemberian ijin penelitian
8. Bapak dan ibu yang telah mengatur dan memeliharaku, berkat perjuangan
kalianlah penulis dapat bertahan.
9. Kakakku Sugianto yang telah mengorbankan jiwanya untuk memberikan
motivasi dan nasehat.
10. Kakakku Hartono dan kakakku Sunarni, kalian sudah banyak membantu.
11. Sahabatku Joko Tri Cahyono yang memberiku banyak inspirasi untuk belajar
mandiri.
12. Teman-temanku Nana, Meggy, Rio, Parmanto, Heri, Irvan, Thomas, dan
Mu’min mubaligh yang telah membimbingku.
Dengan sadar penulis mengakui banyak kekurangan dalam menyusun
penelitian ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari semua
pihak demi menyempurnakan karya ini. Semoga dengan ridha Allah skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi praktisi farmasi, bagi dunia keprofesian, ilmu pengetahuan,
serta masyarakat pada umumnya.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan
kefarmasian dengan baik, Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk
menyiapkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Kenyataan yang ada pada
saat ini, berdasarkan beberapa penelitian bahwa peran apoteker di apotek belum
maksimal sehingga manfaat yang dirasakan oleh masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kefarmasian yang profesional masih kurang.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi Apoteker
Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelaksanaan
pelayanan resep selama di apotek yaitu menyangkut skrinning persyaratan
administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis, peracikan resep,
penyiapan etiket, dan pengemasan obat, penyerahan obat dan informasi kepada
pasien, konseling dan monitoring penggunaan obat.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dari
angket yang disebarkan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) di kota
Yogyakarta.
Hasil menunjukkan bahwa: rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA) di
Kota Yogyakarta yang melakukan skrinning persyaratan administratif, kesesuaian
farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di apotek adalah 72,7%; rata-rata
Apoteker Pengelola Aportek (APA) yang melakukan peracikan resep, penyiapan
etiket, dan pengemasan obat selama di apotek adalah 60,3%; rata-rata Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang melakukan penyerahan obat dan informasi kepada
pasien selama di apotek adalah 78,9%; rata-rata Apoteker Pengelola Apotek (APA)
yang melakukan konseling selama di apotek adalah 76,4%; dan rata-rata Apoteker
Pengelola Apotek (APA) yang melakukan monitoring penggunaan obat adalah
37,9%.
Kata kunci: persepsi, peran, apoteker, resep
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
As an effort so that all pharmacist can execute service of pharmacy better.
Department of health cooperates with The Association of Indonesian Pharmacy
Graduates ( ISFI), compose the service standard of pharmacist in drugstores to
prepare pharmaceutical service to society. The fact which exists at the moment, based
on some researches that the role of pharmacist in pharmacy are not yet optimal so that
the benefit felt by sosiety to obstain profesional pharmaceutical service is still less.
The objective of reseach is to know the perseption of The Pharmacist to the
role of pharmacist during the attendance in execution of prescription that is
concerning skrinning of administrative regulation, according to farmasetic, and
clinical consideration, recipe blend, preparation of label, and the packaging of drug,
delivery of information and drug to patient, monitoring and counseling the usage of
drug.
This reseach is including explorative and descriptive non-experimental
reseach using qualitative approach. Data obstained from propagated questuonnaire to
the Pharmacist in Yogyakarta.
The result indicates that the average or the Pharmacist in Yogyakarta city
who conducts skrinning administrative, according pharmasetics, and consideration of
prescription clinical during in drugstore is 72.7%; the average of the Pharmacist who
conducts recipe blend, preparation of label, and the packaging of drug during in
drugstore is 60.3%; the average of the Pharmacist
who conduct delivery of
information and drug to patient during in drugstore is 78.0%; the average of the
Pharmacist who conducts counseling during in drugstore is 76.4%; and the averae of
the Pharmacist who conducts drug monitoring is 37.9%.
Key word: perseption, role, pharmacist, prescription
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………
iv
PRAKATA…………………………………………………………………….
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………………
vii
INTISARI………………………………………………………………….…..
viii
ABSTRACT…………………………………………………………………….
ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………………..
xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..
xviii
BAB I PENGANTAR…………………………………………………………
1
A. Latar Belakang……………………………………………………………..
1
1. Perumusan Masalah……………………………………………………...
4
2. Keaslian Penelitian………………………………………………………
5
3. Manfaat Penelitian……………………………………………………….
5
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………...
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA…………………………………………
7
A. Apoteker Pengelola Apotek………………………………………………..
7
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Resep……………………………………………………………………….
9
C. Medication Error…………………………………………………………………..
12
D. Pelayanan Resep.…………………………………………………………...
15
E. Prosedur Tetap………………………………………………………..........
18
F. Konseling dan monitoring………………………………………………….
19
G. Peran Apoteker……………………………………………………………..
22
H. Apoteker Sebagai suatu Profesi...………………………………………….
25
I. Standar Profesi……………………..………………………………………..
27
J. Keterangan Empiris………………………………………………………..
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..
29
A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………………………
29
B. Batasan Operasional Penelitian…………………………………………….
29
C. Bahan Penelitian……………………………………………………………
30
D. Alat Pengumpulan Data……………………………………………………
30
E. Tatacara Pengumpulan Data………………………………………………..
30
F. Tatacara Analisis Hasil……………………………………………………..
32
G. Kesulitan Penelitian………………………………………………………..
33
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………….………………………...
34
A. Karakteristik dari Apotek dan APA……………………………………….
34
1. Pemilik apotek…………………………………………………………...
34
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Lama rata-rata apotek buka perhari……………………………………...
39
3. Ada tidaknya apoteker pendamping di apotek…………………………..
42
4. Ada tidaknya prosedur tetap……………………………………………..
43
5. Ada tidaknya job description tertulis…………………………………….
48
6. Jumlah rata-rata resep yang masuk ke apotek tiap bulan dan jumlah
dokter praktek di apotek……….………………………………………...
51
7. Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek…………………………...
54
8. Jumlah petugas lain……………………………………………………...
55
9. Rata-rata umur APA……………………………………………………..
56
10. Pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek…………………
58
11. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek………………………………...
60
12. Ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA…………………
61
B. Data Mengenai Pelayanan Resep…………………………………………..
62
1. Skrining resep……………………………………………………………
62
a. Skrining administrtif resep……………………………………………
63
b. Skrining kesesuaian farmasetik ……………………………………….
66
c. Pertimbangan klinis ……......................................................................
69
d. Apakah apotek melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada
keraguan terhadap resep?.......................................................................
70
e. Apakah obat untuk pasien tidak mampu diusulkan kepada dokter
untuk diganti dengan obat generik?.......................................................
xii
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Peracikan, Pengetiketan, dan Penyerahan Obat…………………………
74
a. Prosedur HTKP (harga, timbang, kemas, penyerahan)………………..
74
b. Pengecekan…………………………………………………………….
76
c. Pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan
77
diserahkan pasien………………………………………………………
3. Informasi dan Konseling……………………………………………….....
78
a. Informasi……………………………………………………………….
78
b. Konseling………………………………………………………………
80
4. Monitoring……………………………………………………………….
a. Monitoring terhadap pasien dengan penyakit TBC, asthma, diabetes,
84
84
dan cardiovascular………………………………………………….….
b. Monitoring terhadap hasil konsultasi pasien…………………………..
86
C. Rangkuman pembahasan………………………….......................................
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….
89
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
91
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
94
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………
119
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Bentuk-bentuk Medication Error.............................................
Hal.
14
Tabel II.
Taksonomi dan Kategori Medication Error.............................
15
Tabel III.
Rata-rata APA yang melakukan pelayanan resep selama
kehadirannya di apotek.............................................................
xiv
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1.
Struktur organisasi apotek.....................................................................
19
Gambar 2.
Pemilik sarana apotek...........................................................................
36
Gambar 3.
Bentuk kepemilikan apotek untuk apotek yang sarananya bukan
milik APA..............................................................................................
Gambar 4.
37
Jumlah rata-rata hari APA datang ke apotek berdasarkan kepemilikan
sarana apotek.........................................................................................
38
Gambar 5.
Lama jam APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek.....
38
Gambar 6.
Lama apotek buka rata-rata per hari......................................................
40
Gambar 7.
Lama APA bekerja di apotek per hari...................................................
40
Gambar 8.
Jumlah hari buka apotek per minggu.....................................................
41
Gambar 9.
Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu...................................
41
Gambar 10.
APA punya Apoteker Pendamping atau tidak.......................................
42
Gambar 11.
Apotek punya prosedur tetap atau tidak................................................
44
Gambar 12.
Skema alur pelayanan resep..................................................................
47
Gambar 13.
Ada tidaknya job description tertulis di apotek.....................................
51
Gambar 14.
Jumlah rata-rata lembar resep yang masuk ke apotek per bulan...........
52
Gambar 15.
Apotek dengan lembar resep >60 per bulan dengan ada tidaknya
praktek dokter ………………………………………………...............
53
Gambar 16.
Jumlah dokter praktek di apotek............................................................
53
Gambar 17.
Jumlah AA yang dimiliki apotek...............................................………
55
Gambar 18.
Jumlah petugas lain yang dimiliki apotek …………………….……..
56
Gambar 19.
Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu berdasarkan umur
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
APA…………………………………………………………………...
57
Gambar 20.
Rata-rata umur APA..............................................................................
57
Gambar 21.
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman......……
59
Gambar 22.
Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek................
59
Gambar 23.
Penuh tidaknya APA bekerja di apotek……………………………….
61
Gambar 24.
Punya tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA……………...
62
Gambar 25.
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya
pekerjaan lain..............................................................………………..
Gambar 26.
Petugas yang lebih sering melakukan skrining administratif resep
ketika APA berada di apotek………………………………………….
Gambar 27.
70
Petugas yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter jika
ada keraguan ketika APA berada di apotek………...............................
Gambar 30.
68
Petugas yang lebih sering melakukan pertimbangan klinis ketika
APA berada di apotek…………………………………………………
Gambar 29.
65
Petugas yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik
ketika APA berada di apotek…………….........………………………
Gambar 28.
62
72
Petugas yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengan
obat generik kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu ketika
APA berada di apotek............................................................................
Gambar 31.
73
Petugas yang lebih sering melakukan prosedur pemberian harga,
penimbangan, pengemasan, penyerahan obat ketika APA berada di
apotek....................................................................................................
Gambar 32.
Petugas yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik
xvi
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
obat dan pengetikan dengan jelas ketika APA berada di apotek…….
Gambar 33.
77
Petugas yang lebih sering melakukan pemeriksaaan akhir kesesuaian
obat yang akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di
apotek…………………………………………………………………
Gambar 34.
Petugas yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika
APA berada di apotek…………………………………………………
Gambar 35.
79
Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling tentang
sediaan farmasi dan pengobatan ketika APA berada di apotek ............
Gambar 36.
78
82
Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada
pasien penyakit TBC, diabetes, asthma, cardiovascular ketika APA
berada di apotek.....................................................................................
Gambar 37.
Petugas yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien
penyakit TBC, diabetes, asthma, cardiovascular...……………………
Gambar 38.
83
85
Petugas yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil
konsultasi pasien………………….…………………………………..
xvii
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Kuisioner Penelitian.................................................................
Hal.
95
Lampiran 2.
Tabulasi Data ……..................................................................
102
Lampiran 3.
Kondisi fisik apotek di kota Yogyakarta pasca gempa............
107
Lampiran 4.
Data Apotek di kota Yogyakarta bulan Juli 2006....................
116
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan kefarmasian yang berlangsung di apotek telah mengalami tiga
tahap perkembangan. Tahap I, pelayanan kefarmasian dititikberatkan pada membuat,
meracik serta menyerahkan obat pada penderita. Tahap II, titik berat pelayanan
kefarmasian di apotek hanya pada penyiapan dan penyerahan obat saja, mengingat
industri farmasi berkembang pesat, ada banyak industri farmasi yang memproduksi
obat jadi. Tahap III, evaluasi perkembangan pelayanan kefarmasian dengan orientasi
produk (product oriented) menjadi orientasi kepentingan pasien (patient oriented).
Pelayanan ini bertujuan agar konsumen (pasien) memperoleh pengobatan yang
rasional melalui pemberian informasi. Di negara maju penelitian dan pengembangan
obat telah maju, sehingga timbul banyak permasalahan dalam penggunaan obat
(Siregar, 1994).
Masa depan perapotekan akan sangat diwarnai oleh kompetisi ketat.
Apoteker di apotek harus berkompetisi dengan sesama koleganya di apotek dan
dengan apoteker dari luar negeri yang bekerja di Indonesia. Tolok ukur keberhasilan
dalam kompetisi ini adalah kualitas pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat
dalam upaya meningkatkan derajat hidupnya yang pada akhirnya akan bermuara
pada pengakuan dan image positif dari masyarakat (Hidayat, 1996). Apoteker harus
siap berperan dalam upaya pelayanan kefarmasian yang bermutu dan profesional
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
serta hadir di tengah-tengah masyarakat memanfaatkan ilmu, profesi serta
keberadaannya untuk masyarakat (Sukaryo, 1995).
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004
ditetapkan sebagai pedoman profesi apoteker dalam menjalankan profesi, untuk
melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional, dan melindungi
profesi dalam menjalankan praktik kefarmasian. Seperti yang tercantum juga dalam
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 pasal 21 ayat (1) bahwa setiap
tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi tenaga kesehatan. Disebutkan dalam standar pelayanan kefarmasian di apotek
pada dasarnya pelayanan di apotek terdiri dari pengelolaan obat, pelayanan obat
tanpa resep (OTR), pelayanan obat resep, dan pelayanan informasi, konseling,
monitoring, promosi, edukasi, pelayanan residensial (Anonim, 2004).
Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola
Apotek sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan
masyarakat. Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis
dalam resep dengan obat paten (branded name/ merek dagang tertentu). Jika pasien
tidak mampu menebus obat yang ditulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi
dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat yaitu terjangkau oleh pasien
(Anonim, 1993).
Pelayanan resep dimulai proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan
persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kemudian
dilakukan peracikan, pengetiketan, pengemasan, penyerahan, pemberian informasi,
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
konseling, dan monitoring penggunaan obat (Anonim, 2004). Resep yang lengkap
harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter, tanggal penulisan resep, tanda
tangan/ paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat
badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang
jelas, informasi lainnya (Anonim, 2004). Tinjauan kerasionalan obat meliputi
pemeriksaan dosis, frekuensi pemberian, adanya medikasi rangkap, interaksi obat,
karakteristik penderita atau kondisi yang menyebabkan pasien menjadi kontra
indikasi dengan obat yang diberikan (WHO, 1988).
Penyerahan obat kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang
diserahkan kepada pasien, informasi penggunaan obat secara tepat, aman, rasional
atas permintaan masyarakat serta melakukan konseling kepada pasien dan tenaga
kesehatan (Anonim, 2004). Pemberian informasi kepada pasien merupakan
kewajiban profesi apoteker. Apoteker dapat dikenai sanksi pidana dengan denda
maksimal 10 juta rupiah apabila tidak melakukan tugasnya dalam memberikan
informasi kepada pasien sesuai dengan pasal 22 c Peraturan Pemerintah Nomor 32
tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Meskipun peran yang dimiliki apoteker di apotek sangat besar namun
sampai saat ini peran dan eksistensi apoteker belum tampak kelihatan. Merita pada
tahun 2002 telah melakukan penelitian dimana 37% pasien apotek Kota Yogyakarta
tidak mengenal figure profesi apoteker. Penelitian Merita juga menyebutkan bahwa
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lebih dari separo pasien tidak pernah merasakan manfaat Apoteker Pengelola Apotek
dalam pemberian informasi obat. Pada penelitian yang dilakukan di DKI Jakarta
tahun 2003 (Purwanti, 2004) diketahui bahwa pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian di apotek tergolong kurang baik karena peran apoteker banyak
dilaksanakan oleh asisten apoteker, kehadiran apoteker di apotek kurang, dan
ketersediaan sarana di apotek seperti ruang untuk konsultasi tidak tersedia.
1. Perumusan masalah
Melihat latar belakang dan permasalahan di atas, maka di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam
skrining persyaratan administratif, kesesuian farmasetika, dan pertimbangan
klinis resep selama di apotek?
b. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam
peracikan resep, penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek?
c. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam
penyerahan obat dan informasi kepada pasien selama di apotek?
d. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam
konseling selama di apotek?
e. seperti apa persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya dalam
monitoring penggunaan obat?
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Keaslian penelitian
Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan standar pelayanan
kefarmasian di apotek di DKI Jakarta tahun 2003 oleh Purwanti (2004), FMIPA UI
dan Litbang DepKes RI Jakarta. Penelitian tersebut untuk mengetahui seberapa baik
pelaksanaan standar pelayanan farmasi di apotek di DKI Jakarta 2003. Penelitian
tersebut mewakili APA yang bekerja di apotek di DKI Jakarta.
Sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa
persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya khususnya dalam pelayanan
resep ketika Apoteker berada di apotek. Sampel yang digunakan adalah APA yang
bekerja di apotek di Kota Yogyakarta.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Dapat memberikan gambaran tentang seperti apa peran yang dilakukan Apoteker
Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta saat berada di apotek.
b. Manfaat praktis
1. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi kenerja profesi apoteker serta
instansi terkait dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang
dilakukan.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Kesehatan dalam perumusan
kebijakan berikutnya.
3. Dapat dijadikan bahan masukan bagi ISFI dalam rangka pembinaan anggotanya.
B. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam skrining persyaratan
administratif, kesesuian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di
apotek.
b. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam peracikan resep,
penyiapan etiket, dan pengemasan obat selama di apotek.
c. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam penyerahan obat dan
informasi kepada pasien selama di apotek.
d. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam konseling selama di
apotek.
e. Untuk mengetahui persepsi APA terhadap perannya dalam monitoring
penggunaan obat.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker adalah suatu profesi yang concerns, commits, dan competents
tentang obat (Sudjaswadi, 2001). Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan pasal 63 menyatakan bahwa pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan,
produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Lebih lanjut di
dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek menyebutkan bahwa apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan
kefamasian di Indonesia sebagai apoteker. Apoteker berkewajiban menyediakan,
menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang
keabsahannya terjamin (Anonim, 2002). Permenkes No. 1332/MENKES/SK/X/2002
menyebutkan bahwa apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, rasional.
Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tugas dan fungsi apotek adalah:
1. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan;
2. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,
dan penyerahan obat atau bahan obat;
3. sarana penyalur sediaan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan
masyarakat secara meluas dan merata
(Anonim, 1980).
Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Anonim, 1992), dengan
demikian jelaslah bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau tempat
untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga merupakan tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan atau alat
kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep dokter oleh apoteker/ obat
wajib apotek (OWA).
Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi surat izin
apotek (SIA). Apoteker dapat dibantu oleh asisten apoteker dalam menjalankan
profesinya di apotek. Pada waktu menjalankan profesinya di apotek, Apoteker
Pengelola Apotek dapat didampingi oleh apoteker pendamping, dimana apoteker
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendamping juga dapat menggantikan Apoteker Pengelola Apotek pada jam-jam
tertentu pada waktu apotek buka (Anonim, 2002).
Berdasarkan PERMENKES No. 922/menkes/Per/X/1993 pasal 1, Asisten
apoteker adalah mereka yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker dengan
pengawasan apoteker. Tugas dari asisten apoteker adalah membantu Apoteker
Pengelola Apotek dalam pelaksanaan pengelolaan apotek yaitu :
a. pembuatan,
pengolahan,
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
b. pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi lainnya.
c. pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
B. Resep
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004
resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Resep dapat juga
diartikan sarana komunikasi profesional antara dokter (penulis resep), APA
(penyedia/ pembuat obat), dan pasien. Resep ditulis dalam rangka memesan obat
untuk pengobatan penderita maka isi resep merupakan refleksi/ pengejawantaan
proses pengobatan. Agar resep dilayanai secara tepat dan relatif cepat maka resep
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
harus lengkap dan jelas atau komunikatif dan agar pengobatan berhasil, resepnya
harus benar/ rasional (Christina dkk, 2002).
Permenkes Nomor 26 tahun 1981 menyebutkan resep harus ditulis dengan
jelas dan lengkap. Kepmenkes Nomor 280 tahun 1981 menyebutkan resep harus
memuat juga:
a. nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter hewan
b. tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat
c. tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
d. tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
e. jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter hewan
f. tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal.
Dalam hal salinan resep pada dasarnya salinan resep adalah resep juga.
Salinan resep selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli juga
memuat:
a. nama dan alamat apotik
b. nama dan Nomor Surat Izin Pengelolaan Apotik
c. tanda tangan atau paraf apoteker pengelola apotek
d. tanda ’det’ atau ’detur’ untuk obat yang sudah diserahkan; tanda ’nedet’ atau ’nedetur’ untuk obat yang belum diserahkan
e. nomor resep dan tanggal pembuatan (Anonim, 1981)
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Resep dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
a. inscriptio
Terdiri dari identitas dokter (nama, No. Surat Izin Praktek, alamat), tempat
dan tanggal penulisan resep, serta tanda R/ sebelah kiri (pembuka resep atau
invocatio).
b. praescriptio
Bahasa Latin yang artinya perintah atau pesanan atau merupakan inti resep,
ialah bagian resep yang pokok, terdiri dari nama obat, bentuk sediaan obat, dan dosis
obat.
c. signatura
Bahasa Latin yang artinya tanda, ialah tanda yang harus ditulis di etiket
obatnya, terdiri dari nama penderita dan petunjuk mengenai obatnya (biasanya cara
pemakaiannya).
d. subscriptio
Bahasa Latin yang artinya tanda tangan atau paraf.
Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca. Misalnya nama obatnya ditulis
secara betul dan sempurna/ lengkap. Nama obat harus ditulis yang betul, hal ini perlu
mendapat perhatian karena banyak obat yang tulisannya atau bunyinya hampir sama,
sedangkan isi dan khasiatnya berbeda.
Nama obat harus ditulis lengkap (sesuai yang tercantum dalam label),
karena keterangan pada tiap nama mempunyai arti sendiri. Bila tidak lengkap akan
mengakibatkan hal-hal yang merugikan penderita bahkan membahayakan.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Resep yang rasional adalah resep yang tepat dan aman. Resep yang rasional
harus memenuhi syarat yaitu setelah diagnosanya tepat maka kemudian memilih
obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya dan aman digunakan, diberikan dengan
dosis yang tepat dalam bentuk sediaan yang tepat, diberikan pada waktu yang tepat,
dengan cara yang tepat, untuk penderita yang tepat (Christina dkk, 2002)
C. Medication Error
Menurut The US Pharmacopeia, medicaton error didefinisikan sebagai:
”any preventable event that may cause or lead to inappropriate medication use or
patient harm while the medication is in the control of the health care professional,
patient, or consumer” (Dwiprahasto, 2004).
Berbeda dengan adverse drug reaction, medication errors terjadi sebagai
akibat dari kesalahan manusia atau lemahnya sistem yang ada. Medication error
dapat terjadi dalam setiap langkah penyiapan obat mulai dari proses pemilihan obat,
permintaan melalui resep, pembacaan resep, formulasi obat, penyerahan obat kepada
pasien hingga penggunaannya oleh pasien atau petugas kesehatan (Dwiprahasto,
2004).
Menurut American Hospital Association, medication error antara lain
dapat terjadi pada situasi berikut:
a. informasi pasien yang tidak lengkap, misalnya tidak ada informasi tentang
riwayat alergi, penggunaan obat sebelumnya, serta faktor-faktor risiko yang
berkaitan dengan obat;
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. tidak diberikan informasi obat yang layak, misalnya cara minum atau
menggunakan obat, frekuensi dan lama pemberian hingga peringatan jika timbul
gejala efek samping;
c. miskomunikasi dalam peresepan, misalnya interpretasi farmasis yang keliru
dalam membaca resep dokter, kesalahan membaca desimal, pembacaan unit dosis
hingga singkatan peresepan yang tidak jelas (q.d atau q.i.d/ QD);
d. pelabelan kemasan obat yang tidak jelas sehingga beresiko dibaca keliru oleh
pasien; dan
e. faktor-faktor lingkungan, seperti ruang apotek/ ruang obat yang tidak terang,
hingga suasana tempat kerja yang tidak nyaman yang dapat mengakibatkan
timbulnya medication error.
Pencegahan medication error dapat didekati dengan konsep-konsep human
error sebagaimana ditulis oleh Belay:
a. error awareness, dalam konteks ini maka setiap individu yang terlibat harus
menyadari bahwa medication error dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan
menimpa siapa saja.
b. lakukan pengamatan sistematik. Awal terjadinya medication error dapat berasal
dari individu dan juga sistem. Sistem yang buruk, yang tidak mendukung
mekanisme kerja yang baik atau tidak dijalankan atas dasar prosedur yang standar
juga dapat menjadfi sumber medication error. Sebagai contoh, buruknya sistem
kerjasama antara dokter, perawat, dan apoteker.
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. gunakan data medication error sebagai alat untuk menyusun instrumen analisis
error
d. kembangkan kemauan untuk mendesain ulang sistem yang ada
e. gunakan simulasi yang memungkinkan
f. pengumpulan data secara otomatis untuk analisa error
g. lakukan evaluasi terhadap kinerja petugas
h. antisipasi error melalui sistem koding dan SOP yang lebih baik.
(Dwiprahasto, 2004)
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error
Prescribing
•
•
•
•
•
•
•
kontraindi
kasi
duplikasi
tidak
terbaca
instruksi
tidak jelas
instruksi
keliru
instruksi
tidak
lengkap
penghitun
gan dosis
keliru
Transcribing
•
•
•
•
•
copy
error
dibaca
keliru
ada
instruk
si yang
terlewa
tkan
instruk
si tidak
dikerja
kan
salah
menter
jemahk
an
instruk
si
verbal
Dispensing
Administration
Kontraindikasi,
extra
dose,
kegagalan
mengecek
instruksi,
sediaan
obat
buruk,
instruksi
penggunaan
obat yang tidak jelas,
salah menghitung dosis,
salah memberi label,
salah menulis instruksi,
dosis keliru, pemberian
obat di luar instruksi,
instruksi
verbal
dijalankan keliru
Administration
error,
kontraindikasi,
obat
tertinggal di samping bed,
extra
dose,
kegagalan
mencek instruksi, tidak
mencek identitas pasien,
dosis keliru, salah menulis
instruksi, patient off unit,
pemberian obat di luar
instruksi, instruksi verbal
dijalankan keliru.
(Dwiprahasto, 2004)
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut National Coordinating for Medication Error Reporting and
Prevention (NCCMERP) kategorisasi medication error adalah sebagai berikut:
Tabel II. Taksonomi dan Kategorisasi Medication Error
Tipe error
Kategori
Keterangan
No error
A
Error No
harm
B
C
Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya
error
Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
Error terjadi, obat sudah mencapai pasien, tetapi tidak
menimbulkan risiko:
a. obat mencapai pasien dan sudah terlanjur diminum/
digunakan
D
Error harm
E
F
G
H
Error death
I
b. obat mencapai pasien, tetapi belum sempat diminum/
digunakan
Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan
monitoring, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
Error terjadi dan konsekuensinya pasien memerlukan terapi atau
intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang
bersifat sementara
Error terjadi dengan konsekuensi pasien memerlukan perawatan
atau perpanjangan perawatan di rumah sakit dan menyebabkan
risiko (harm) yang bersifat sementara.
Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (misal
anafilaksis, henti jantung)
Error terjadi dan menyebabkan kematian pada pasien
D. Pelayanan Resep
Pada dasarnya sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter
tidak dapat diganti dengan padanannya. Namun demikian pasien berhak untuk
memilih obat serta mendapatkan obat tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan dari apoteker (Anonim, 1999). Dengan mempertimbangkan faktor
ekonomi penerima pelayanan kesehatan/ pengguna, serta untuk melindungi yang
bersangkutan dari penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sehingga dapat membahayakan kesehatan atau jiwa, maka dapat dimungkinkan
penggantian sediaan farmasi yang berupa obat berdasarkan resep dokter dengan
padanannya berupa obat generik, sepanjang hal tersebut disetujui atau atas
sepengetahuan dokter yang mengeluarkan resep atau atas persetujuan pasien yang
bersangkutan. Penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat yang tidak tepat dalam
hal ini adalah berkaitan dengan jumlah sediaan farmasi yang berupa obat yang harus
digunakan dalam pelayanan kesehatan yang bersangkutan (Anonim, 1998).
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/MENKES/SK/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek
menyebutkan pelayanan resep meliputi skrining resep, dan penyiapan obat.
1 Skrining resep meliputi:
a. Skrining persyaratan adminitratif
1) Nama, SIP dan alamat dokter
2) Tanggal penulisan resep
3) Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
6) Cara pemakaian yang jelas
7) Informasi lainnya
b. Skrining kesesuaian farmasetik
Bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian.
c. Skrining pertimbangan klinis
Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah
obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan
kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu mengunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2 Penyiapan obat meliputi
a. Peracikan:
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan
memberikan etiket pada wadah.
Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap
dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang
benar.
b. Pengetiketan
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c. Pengemasan obat
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga
kesehatan.
e. Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari
selama terapi.
f. Konseling.
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien
atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan
salah sediaan atau perbekalan kesehatan lainnya.
Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC,
asthma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
g. Monitoring obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien seperti cardiovascular,
diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Prosedur Tetap
Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar apotek seharusnya
memiliki prosedur tetap. Manfaat dari prosedur tetap adalah:
1
2
3
untuk memastikan bahwa praktik yang baik dapat tercapai setiap saat;
adanya pembagian tugas dan wewenang;
memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan lain yang
bekerja di apotek;
4 dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru;
5 membantu proses audit.
Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
tujuan
: merupakan tujuan protap.
ruang lingkup
: berisi pernyataan tentang pelayanan yang dilakukan dengan
kompetensi yang diharapkan.
hasil
: hal yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan
dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur.
persyaratan
: hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan.
proses
: berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk
penerapan standar.
sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian.
(Anonim, 2004a)
Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu
organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini tercermin pada struktur organisasi,
dimana mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian.
Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang mapan merupakan salah satu
faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu dibutuhkan
adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling mengisi, disertai
dengan job description yang jelas pada masing-masing bagian di dalam struktur
organisasi tersebut.
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Struktur organisasi apotek dapat digambarkan sebagai berikut:
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Pemilik Sarana Apotek (PSA)
Apoteker Pendamping
Tata Usaha
Karyawan
Pembantu
Asisten Apoteker
Pelayanan dan Peracikan
resep
Petugas
Gudang
Bendahara
Kasir
Juru Resep
Gambar 1. Struktur organisasi apotek
F. Konseling dan Monitoring
Secara umum konseling adalah suatu teknik, ketrampilan yang digunakan
untuk membantu seseorang untuk mengatasi masalah mereka dengan menggunakan
sumber daya dari dirinya sendiri. Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah
yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan (Anonim, 2004a).
Dalam pelayanan obat di apotek, konseling sangat dibutuhkan terutama
dalam proses menjelaskan obat yang diberikan. Hal ini perlu dilakukan karena
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
secara umum konsumen apotek sangat heterogen. Keanekaragaman konsumen tidak
hanya terbatas dari sisi umur, tetapi juga dari sisi pengetahuan, pendidikan, daya
tangkap, ekonomi, dan lain-lain.
Hal tersebut diatas membutuhkan kepekaan dari petugas dalam memahami
dan melayani konsumen agar mereka merasa diperhatikan dan diperlakukan dengan
baik. Oleh karena itu, apoteker perlu mempunyai kemampuan terutama dalam
memberikan konseling. Kemampuan tersebut antara lain:
a. mendengarkan secara aktif serta kemampuan komunikasi yang efektif.
Komunikasi, baik verbal maupun non verbal, menjadi kunci utama dalam
memberikan layanan yang bersifat tatap muka langsung. Dalam kaitannya
dengan layanan obat, petugas tidak hanya harus mampu mengkomunikasikan
cara memakai obat, dosis yang harus diminum, efek samping, dan lain-lain, tetapi
juga memberikan kesempatan kepada konsumen untuk bertanya apakah ada halhal yang belum jelas. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk bertanya
adalah suatu langkah yang bijaksana mengingat konsumen apotek yang beraneka
ragam dan mempunyai daya tangkap yang berbeda-beda.
b. menghormati pelanggan dan masalahnya. Sikap ini sangat dibutuhkan untuk
menunjukkan bahwa konsumen adalah orang yang penting, sehingga mereka
pantas dihormati dan dilayani dengan baik.
c. menunjukkan rasa empati. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsumen
apotek adalah konsumen yang sedang mempunyai masalah kesehatan baik
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya sendiri maupun keluarga, sehingga sikap yang ramah dan empatik akan
membantu konsumen dalam menghadapi masalahnya.
d. tunjukkan ketulusan dalam memberikan konseling. Dalam mendapatkan
pelayanan konsumen akan merasakan apakah petugas melakukan dengan tulus
atau sekedar formalitas. Petugas perlu memberikan waktu ekstra kalau memang
diperlukan sehingga konsumen merasa betul-betul dilayani dengan baik (Anonim,
2004c)
Monitoring dapat dilakukan dengan mempelajari secara seksama data-data
medik, proses pengobatan dan tujuan terapi, melakukan kunjungan rutin dan
berkomunikasi secara aktif atau melakukan telepon untuk mengetahui kemajuan
terapi pasien dan mendeteksi kemungkinan timbulnya masalah baru dalam terapi
obat, melakukan pencatatan tentang perubahan yang meliputi kesesuaian hasil terapi
dengan tujuan terapi, perubahan terapi maupun masalah yang timbul, melakukan
penilaian dan perencanaan kembali terapi obat pasien jika ditemukan masalah baru,
dan mendokumentasikan seluruh kegiatan dengan selalu menjaga kerahasiaan pasien
(ISFI, 2004).
Menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek dalam Kepmenkes No.
102/MENKES/SK/IX/2004, Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis. Dalam melakukan
aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication
record).
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
G. Peran Apoteker
Peran profesi apoteker telah mengalami perubahan yang cukup signifikan
dalam dua puluh tahun terakhir ini dengan berkembangnya ruang lingkup pelayanan
kefarmasian. Peran profesi apoteker yang digariskan oleh WHO (1997) yang dikenal
dengan the seven stars of pharmacist meliputi:
1. care-giver
Apoteker sebagai pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan klinis
analisis, teknis sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan
pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun
kelompok. Apoteker harus mengintegrasikan pelayanan pada sistem pelayanan
kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan farmasi yang dihasilkan harus
bermutu tinggi.
2. decision-maker
Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan, keefisienan dan
biaya efektif terhadap seluruh penggunaan sumber daya misalnya sumber daya
manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur pelayanan, dll. Untuk mencapai
tujuan tersebut kemampuan dan keterampilan apoteker perlu diukur untuk kemudian
hasilnya dijadikan dasar dalam penentuan pelatihan dan pendidikan yang diperlukan.
3. communicator
Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan dengan
pasien maupun profesi kesehatan lain, oleh karena itu harus mempunyai kemampuan
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkomunikasi yang baik meliputi komunikasi verbal, nonverbal mendengar dan
kemampuan menulis, dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.
4. leader
Apoteker diharapkan mempunyai kemampuan untuk menjadi pemimpin.
Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang
empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola keputusan.
5. manager
Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,
anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam
tim kesehatan. Lebih lanjut lagi apoteker mendatang harus tanggap terhadap
kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai obat dan halhal lain yang berhubungan dengan obat.
6. life-long learner.
Apoteker harus senang belajar sejak dari kuliah dan semangat belajar harus
selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa keahlian dan
ketrampilannya selalu baru ( up-date ) dalam melakukan praktek profesi. Apoteker
juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.
7. teacher
Apoteker memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan melatih generasi
mendatang dengan tidak hanya membagi ilmu pengetahuan satu sama lain, tetapi
juga dalam kesempatan dalam memperoleh ilmu pengetahuan baru dan peningkatan
keterampilan
(WHO, 2007)
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Fungsi pelayanan apoteker di farmasi komunitas pada saat ini seperti di
negara maju seperti di Amerika Serikat lebih ditekankan pada edukasi terhadap
pasien serta pemberian informasi yang tepat guna tentang khasiat, efek samping obat,
peringatan-peringatan yang terkait dengan penggunaan obat, aturan pakai, dan cara
pemakaian obat. Pemantauan serta penilaian terhadap hasil pengobatan, juga telah
menjadi bagian dari pelayanan apoteker. Dengan demikian pelayanan apoteker
mengalami perubahan dari drug oriented menjadi patient oriented (Donatus, 2000).
Peranan apoteker menurut fungsi apotek dibagi menjadi dua. Pertama, yaitu
sebagai unit kesehatan (non profit oriented). Apotek berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan dengan menyediakan sediaan farmasi dan alat kesehatan di
bawah tanggung jawab apoteker. Seorang apoteker dalam menjalankan fungsi apotek
harus mengutamakan kepuasan konsumen (custumer satisfaction) antara lain dengan
memperhatikan kelengkapan sediaan obat dan barang yang dijual di apotek agar
diusahakan tidak ada resep atau permintaan konsumen yang ditolak karena
ketidaklengkapan sediaan (Anief, 1995).
Kedua, yaitu sebagai sarana bisnis (profit oriented). Apotek berfungsi
sebagai sarana bisnis yang diharapkan dapat memberikan keuntungan. Apoteker
harus mampu bertindak sebagai manajer dengan bekal ilmu manajerial yang
dimilikinya (Anief, 1995).
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H. Apoteker Sebagai Suatu Profesi
Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut suatu pengetahuan dan
keterampilan yang sangat khusus yang diperoleh melalui pelajaran yang bersifat
teoritis dan praktek dan diuji oleh lembaga perguruan tinggi dan kepada yang
bersangkutan diberi wewenang guna pemberian layanan kepada konsumen atau
kliennya.
Profesi dapat dikaji dari dua hal berikut (Harding dkk, 1993), yaitu:
1. memiliki ciri atau karakteristik tertentu
2. memiliki peran atau fungsi sosial dalam masyarakat
Menurut Harding dkk (1993), gambaran inti dari profesi adalah sebagai berikut ini:
1. ilmu pengetahuan khusus yang berasal dari pelatihan jangka panjang (specialized
knowledge and lengthy training) yaitu bahwa suatu profesi memerlukan
pendidikan/ pelatihan dalam jangka waktu tertentu/ lama, pengetahuan yang
diterimanya bersifat sangat khusus dan merupakan lulusan dari perguruan tinggi.
2. monopoli dalam praktek (monopoly of practice) yaitu bahwa hanya anggota
profesi yang berwenang untuk melakukan profesi tersebut, dan bagi yang tidak
berwenang dianggap ilegal.
3. pengaturan diri (self regulation) yaitu bahwa suatu profesi berwenang untuk
mengatur dirinya sendiri, namun dalam hal ini harus tetap dapat menerima atau
menghargai pendapat dari pihak lain.
4. orientasi pelayanan (serve orientation) yaitu bahwa suatu profesi harus bekerja
demi kepentingan klien, dan tidak semata-mata demi kepentingan pribadi.
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut ISFI (2003) profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatang jelas.
2. pendidikan khusus berbasis ”keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi.
3. memberi pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesian.
4. memiliki himpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom.
5. memiliki kode etik keprofesian.
6. memiliki motivasi altruistik dalam memberikan pelayanan.
7. mroses pembelajaran seumur hidup.
8. mendapat jasa profesi.
Ciri-ciri profesi menurut Hartini dan Sulasmono, 2006:
1. unusual learning, yaitu dididik dan menerima pengetahuan yang khas dan
merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di tempat lain
atau bidang yang berbeda.
2. pelayanannya bersifat altruistik (tidak mementingkan diri sendiri dan
mementingkan kepentingan orang lain).
3. telah mengucapkan sumpah.
4. memiliki kode etik.
5. memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992).
6. memiliki pengakuan hukum (adanya undang-undang maupun ketentuan peraturan
perundang-undangan lain).
7. memiliki perijinan (Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja).
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8. memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional.
9. Bersifat otonomi dan independensi.
10. mertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita.
11. confidential relationship dalam pelayanannya (Sulasmono, 1997).
Berikut ini beberapa definisi tentang profesionalisme (Harding dkk, 1993):
1. suatu dasar kecendikiawanan untuk mempraktekkan suatu seni khusus.
2. suatu derajad kesejawatan yang tinggi.
3. suatu derajad kemerdekaan yang tinggi dalam mempraktekkan sesuatu sesuai
pengetahuan dan keputusan praktisi.
4. suatu hubungan universal antara praktisi dan klien atas dasar kepercayaan yang
tinggi.
5. suatu praktek yang sesuai dengan kode etik, dimana finansial adalah sekunder,
komersialisme tidak ada dan aktifitas non profesional dikurangi.
I. Standar Profesi
Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petuntuk
dalam menjalankan profesi secara baik. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan di dalam pasal 53 ayat (2) disebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati
hak pasien.
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan pada pasal 21 ayat (1) dijelaskan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi kesehatan dan
pada ayat (2) disebutkan bahwa standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksudkan dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri. Pasal 24 ayat (1) dijelaskan
bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan
tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.
Penjelasan pasal 50 Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran menyebutkan bahwa yang dimaksud standar profesi adalah batasan
kemampuan (knowledge, skill and profesional attitude) minimal yang harus dikuasai
oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada
masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
J. Keterangan Empiris
Peran Apoteker Pengelola Apotek selama ini dianggap banyak kalangan
belum optimal, karena kehadirannya di apotek kurang. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui persepsi Apoteker Pengelola Apotek terhadap perannya ketika hadir di
apotek, khususnya dalam pelayanan resep.
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksploratif dengan rancangan penelitian
deskriptif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari
hubungan-hubungan baru yang terdapat pada suatu permasalahan yang luas dan
kompleks. Penelitian ini bertujuan pula untuk mengumpulkan data sebanyakbanyaknya (Mardalis, 2006). Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan,
mencatat, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang terjadi atau ada.
Penelitian ini tidak untuk menguji hipotesis atau tidak mempergunakan hipotesis,
melainkan mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel
yang diteliti tanpa dianalisis/ non analitik (Mardalis, 2006).
B. Batasan Operasional Penelitian
1. Peran adalah kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh Apoteker Pengelola
Apotek.
2. Pelayanan resep adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab profesi apoteker
dalam pekerjaan kefarmasian yang berkaitan dengan resep yang mengacu pada
Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Persepsi merupakan gambaran subyektif internal seseorang dalam bentuk
pendapat, harapan, dan lain-lain terhadap suatu hal yang dilihat, diduga, dan atau
dirasakan. Persepsi dalam penelitian ini merupakan gambaran subyektif internal
APA di Kota Yogyakarta terhadap perannya dalam pelayanan resep selama di
apotek.
C. Bahan Penelitian
Bahan penelitian ini adalah data yang terkumpul dari hasil pengisian
kuisioner oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) di apotek Kota Yoyakarta.
D. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket/ kuisioner yang
berisi:
1. deskripsi karakteristik apotek
2. deskripsi karakteristik APA
3. deskripsi mengenai persepsi peran APA dalam pelayanan resep di apotek selama
kehadirannya di apotek
E. Tata Cara Pengumpulan Data
1. Penyusunan pertanyaan kuisiner
Kuisioner merupakan suatu instrumen pengumpul data dalam penelitian
sosial. Dengan kuisioner tersebut peneliti menggali informasi dari responden ( orang
yang menjadi subyek penelitian) (Adi, 2004).
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kuisiner yang digunakan dalam penelitian ini memuat sejumlah pertanyaan
yang ditujukan kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Kota Yogyakarta.
Pertanyaan disusun dengan mengacu pada keputusan menteri kesehatan nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek,
terutama pelayanan resep.
2. Pengukuran validitas
Suatu alat ukur dikatakan valid (benar atau sahih) jika alat ukur tersebut
tepat untuk mengukur konsep atau variabel yang diukur (Adi, 2004). Pengukuran
validitas dari penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan dari beberapa orang yang
dianggap berpengalaman, yaitu dosen pembimbing dan beberapa dosen fakultas
farmasi yang bekerja di apotek kemudian dilakukan uji percontohan kepada beberapa
Apoteker Pengelola Apotek di kabupaten Sleman.
3. Menentukan besarnya populasi
Populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia, bendabenda, tumbuhan, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang merupakan
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995). Berdasarkan data
yang di peroleh dari Dinas Kesehatan, jumlah apotek di Kota Yogyakarta pada bulan
Juni 2006 adalah 114 apotek. Penelitian ini menggunakan sampel yaitu seluruh
Apoteker Pengelola Apotek yang ada di Kota Yogyakarta.
4. Penyebaran kuisioner
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan memberikan kuisioner langsung
kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk diisi atau dititipkan di apotek untuk diisi
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apoteker kemudian. Penyebaran kuisioner dilakukan pada bulan Juni dimulai pada
tanggal 14.
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, diketahui bahwa jumlah apotek
di Kota Yogyakarta adalah sebanyak 114 apotek. Namun ada sebagian apotek yang
telah tutup karena rusak akibat gempa yaitu sebanyak 12 apotek. Ada 17 apotek yang
menolak untuk menerima kuisioner. Kuisioner yang disebarkan sebanyak 83 buah
tetapi tidak semua Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersedia untuk menjadi
responden.
5. Pengumpulan kuisioner
Pengumpulan kuisioner dilakukan secara langsung atau satu minggu setelah
penyebaran kuisioner. Pengumpulan kuisioner ini selesai sampai tanggal 31 Juni
2006. Dari jumlah tersebut kuisioner yang dikembalikan sebanyak 58 buah. Sampel
yang digunakan adalah seluruh Apoteker Pengelola Apotek (APA) pada apotek yang
masih buka dan bersedia mengisi kuisioner.
6. Melakukan tabulasi data
Tabulasi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan jawaban kuisioner
dari responden yang telah mengisinya, kemudian mengelompokkan masing-masing
jawaban tersebut dan menghitung persentasenya.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan metode statistik-deskriptif
dengan hasil dalam bentuk persentase. Jawaban yang sama dikelompokkan dan
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dijumlahkan lalu dipersentase dengan jumlah total 100%. Data disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram.
G. Kesulitan Penelitian
Terdapat beberapa kesulitan pada penelitian ini, yaitu kurangnya partisipasi
responden pada uji validitas, sehingga berpengaruh pada jawaban responden pada
saat pengambilan data. Juga pada saat penyebaran kuisioner peneliti tidak bisa
mendampingi setiap responden sehingga ada kemungkikan kuisioner tidak diisi
sendiri oleh apoteker pengelola apotek.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari 58 responden diolah dengan metode statistikdeskriptif dimana jawaban yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya
kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk diagram dan tabel. Berikut adalah hasil
dari perhitungan data.
A. Karakteristik dari Apotek dan APA
Karakteristik dari apotek meliputi pemilik sarana apotek, bentuk
kepemilikan apotek, lama rata-rata apotek buka per hari, jumlah hari buka apotek
selama seminggu, ada tidaknya prosedur tetap, ada tidaknya job description tertulis,
jumlah lembar resep rata-rata tiap bulan, jumlah AA, jumlah tenaga lain yang bukan
tenaga kefarmasian, dan jumlah dokter praktek yang ada di apotek.
Karakteristik dari Apoteker Pengelola Apotek (APA) meliputi usia,
pengalaman bekerja sebagai apoteker di apotek, penuh tidaknya bekerja sebagai
APA, ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA, punya tidaknya Apoteker
Pendamping, jumlah hari bekerja di apotek selama seminggu, dan lama berada di
apotek perhari kerja.
1. Pemilik sarana apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang perubahan
atas Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek, pada pasal 2
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebutkan bahwa fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang
apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Pasal 3 menyatakan bahwa apotek
dapat diusahakan oleh:
a. lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan
di daerah;
b. perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah;
c. apoteker yang telah mengucapkan sumpah dan telah memperoleh izin kerja dari
Menteri Kesehatan.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1332/MENKES/PER/X/2002
menyebutkan bahwa untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang
merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kerja sama antara apoteker dengan pemilik sarana apotek dapat dibedakan
menjadi 2 bentuk kerja sama yaitu satu apoteker ikut menyertakan modal dan dua
apoteker sebagai APA tetapi tidak ikut menyertakan modal. Kerja sama bentuk yang
kedua ini apoteker dapat dianggap sebagai karyawan yang bekerja untuk pemilik
sarana apotek. Apoteker yang tidak ikut dalam penyertaan modal dalam pendirian
apotek ada kemungkinan mendapat pengaruh atau tekanan dari pemilik sarana apotek
dalam pengambilan keputusannya. Keikutsertaan PSA dalam pengambilan keputusan
tidak menjadi masalah asalkan tetap menghormati kode etik profesi apoteker. Sebagai
contoh pemilik sarana apotek yang ikut menentukan dalam pemesanan obat, padahal
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaan tersebut merupakan wewenang dari apoteker tetapi apoteker mungkin tidak
berani untuk menolak karena merasa dirinya hanya sebagai karyawan walaupun SIA
diberikan kepadanya. Kepentingan pemilik sarana apotek yang mungkin hanya
berorienasi pada keuntungan (profit oriented) akan bertentangan dengan kepentingan
APA yang tidak hanya berorientasi dalam mencari keuntungan tetapi juga kepada
kepentingan pasien (patient oriented). Ini akan menyebabkan peran APA di apotek
menjadi tidak optimal.
Pemilik sarana apotek
milik APA
12%
14%
bukan milik APA
gabungan/ kerja sama
dengan pihak lain
74%
Gambar 2. Pemilik sarana apotek
Berdasarkan kepemilikannya atas sarana apotek, apotek di Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada gambar 2, dan bentuk kepemilikan sarana apotek yang bukan
merupakan milik APA sendiri dapat dilihat pada gambar 3. Dari 58 apotek yang
disurvei 12 % apotek sarananya adalah milik Apoteker Pengelola Apotek, 74% bukan
milik Apoteker Pengelola Apotek, dan 14% apotek sarananya adalah milik kerjasama
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antara Apoteker Pengelola Apotek dengan pihak lain. Sarana apotek yang bukan
merupakan milik Apoteker Pengelola Apotek adalah milik PSA perorangan sebanyak
64%, berupa koperasi 2%, sebanyak 12% merupakan PT, 22% adalah lain-lain
seperti CV atau Firma.
Bentuk kepemilikan apotek yang bukan milik APA
22%
perorangan
koperasi
PT
12%
64%
2%
lainnya
Gambar 3. Bentuk kepemilikan apotek untuk apotek yang sarananya bukan milik APA
Peneliti menduga ada hubungan antara bentuk kepemilikan sarana apotek
dengan frekuensi APA di apotek tetapi untuk membuktikan kebenarannya perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Dapat dilihat di dalam gambar 4, untuk apotek yang
merupakan sarananya adalah milik sendiri/ gabungan (punya modal), apoteker yang
datang tiap hari (6-7 hari) dalam seminggu lebih rendah dari pada apoteker yang
sarana apoteknya bukan milik sendiri. Sedangkan kehadiran APA kurang dari 4 jam
untuk apotek yang sarananya merupakan milik APA lebih tinggi dari pada yang
bukan milik APA (lihat gambar 5). APA yang bekerja pada apoteknya sendiri
mungkin beranggapan bahwa dia berhak untuk datang kapanpun tanpa adanya
tekanan dari pihak lain. Sedangkan bagi APA yang bekerja pada apotek yang
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sarananya bukan milik sendiri akan cenderung untuk datang sesuai jam kerja yang
telah ditentukan oleh PSA/ perusahaan tempat ia bekerja.
Rata-rata jumlah hari APA datang ke apotek berdasarkan
kepemilikan sarana apotek
Persentase (%) APA
100
80
Sarana
apotek milik
APA&
gabungan
67.4
53.3
60
40
40
20
Sarana
apotek
bukan milik
APA
25.6
6.7
7
0
< 3 hari
3 s/d 5 hari
6 s/d 7 hari
Rata-rata jumlah hari
Gambar 4. Jumlah rata-rata hari APA datang ke apotek berdasarkan kepemilikan
sarana apotek
Persentase (%) APA
Lama APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Apotek milik
sendiri&
gabungan
46.5
40
33.3
26.7
25.6
< 4 jam
4 s/d 6 jam
27.9
Apotek bukan
milik sendiri
> 6 jam
Rata-rata jumlah jam kehadiran
Gambar 5. Lama jam APA di apotek berdasarkan kepemilikan sarana apotek
2. Lama rata-rata apotek buka perhari
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
244/MENKES/PER/V/1990 yang mengatur tentang pengelolaan dan perizinan apotek
menyebutkan bahwa apotek dibuka tiap hari dari jam 8.00 sampai jam 22.00. Saat ini
tidak ada ketentuan yang menetapkan jam buka dan hari buka apotek. Apotek dapat
buka kapan pun tanpa ada batasan waktu dan hari tetapi Apoteker Pengelola Apotek
harus berada di apotek. Seperti yang tertulis dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1332 tahun 2002 pasal 19 bahwa APA harus berada di apotek selama apotek
buka dan APA harus menunjuk Apoteker Pendamping jika APA berhalangan
melakukan tugasnya.
Apotek dapat dibuka pada hari libur dan juga bisa dibuka selama 24 jam
sehari. Idealnya adalah apotek buka selama 24 jam dan tetap buka walaupun pada
hari libur dengan pertimbangan bahwa hal ini akan memudahkan masyarakat dalam
memperoleh layanan obat yang diperlukan.
Manfaat diketahui lama jam buka dan hari buka apotek dalam penelitian ini
adalah karena ada kemungkinan hubungan antara lama jam buka apotek dengan
jumlah resep yang masuk ke apotek. Lama jam buka dan hari buka apotek juga
menentukan berapa lama seharusnya Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek.
Terlihat pada kedua gambar diatas bahwa apotek di Kota Yogyakarta
kebanyakan buka selama 10 sampai 14 jam sehari. Sedangkan APA berada di apotek
paling banyak antara 4 sampai 6 jam sehari. Jika dibandingkan antara lama jam buka
apotek dengan lama APA berada di apotek maka dapat diketahui bahwa ada jam-jam
tertentu di beberapa apotek tidak ada apotekernya.
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase apotek (%)
Lama apotek buka rata-rata/ hari
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
79.3
10.3
< 10 jam
6.9
10 s/d 14 jam
15 s/d 23 jam
3.4
24 jam
Rata-rata jumlah jam
Gambar 6. Lama apotek buka rata-rata per hari
Lam a APA bekerja di apotek perhari
Persentase APA (%)
50
44.8
45
40
35
30
27.6
27.6
25
20
15
10
5
0
< 4 jam
4 s/d 6 jam
> 6 jam
Rata-rata jum lah jam
Gambar 7. Lama APA bekerja di apotek perhari
Dapat dilihat pada gambar 8 di bawah bahwa apotek di Kota Yogyakarta
selama seminggu buka rata-rata adalah 6 hari atau 7 hari. Sedangkan pada gambar 9
dapat diketahui bahwa banyak APA yang datang ke apotek kurang dari 6 hari selama
seminggu. Dengan demikian kemungkinan pada hari-hari tertentu ada apotek di Kota
Yogyakarta yang tidak ada apotekernya.
46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah hari apotek buka per minggu
63.8
Persentase apotek (%)
70
60
50
34.5
40
30
20
10
1.7
0
< 6 hari
6 hari
7 hari
Jum lah hari
Gambar 8. Jumlah hari apotek buka per minggu
Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu
Persentase APA (%)
70
62.1
60
50
40
31
30
20
10
6.9
0
< 3 hari
3 s/d 5 hari
6 s/d 7 hari
Jum lah hari
Gambar 9. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu
3. Ada tidaknya Apoteker Pendamping di apotek
Seperti disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332 tahun
2002, pengelolaan apotek merupakan tugas dan tanggung jawab dari Apoteker
Pengelola Apotek. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk
Apoteker Pendamping.
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
APA punya apoteker pendamping atau tidak
22%
Ada
Tidak
78%
Gambar 10. APA punya Apoteker Pendamping atau tidak
Melihat pada gambar 6, 7, 8, dan 9 diatas, yaitu dengan membandingkan
antara lama APA berada di apotek dan lama apotek buka, maka sebenarnya apotekapotek di Kota Yogyakarta seharusnya Apoteker Pengelola Apoteknya memiliki
Apoteker Pendamping yang menggantikan APA ketika APA tidak bisa hadir di
apotek. Diketahui jumlah apotek yang Apoteker Pengelola Apoteknya memiliki
Apoteker Pendamping adalah sebanyak 13 APA (22,4%) dan sisanya 45 APA
(77,6%) tidak memiliki Apoteker Pendamping.
Penunjukan Apoteker Pendamping menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 922/MENKES/PER/1993 harus dilaporkan kepada dinas kesehatan propinsi
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan kepala Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan setempat. Untuk mendapatkan izin kerja sebagai Apoteker Pendamping
apoteker harus mendapat visum yaitu pernyataan Dinas Kesehatan Propinsi tentang
keabsahan apoteker melaksanakan tugas sebagai Apoteker Pendamping.
Kepemilikan visum oleh Apoteker Pendamping tidak ditanyakan pada
penelitian ini sehingga ada kemungkinan salah persepsi oleh Apoteker Pengelola
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apotek dalam memberikan jawaban. Kemungkinan salah tersebut misalkan ternyata
apoteker yang dianggap Apoteker Pendamping sebenarnya belum dilaporkan kepada
dinas kesehatan propinsi tetapi Apoteker Pengelola Apotek tetap menganggap
apoteker tersebut tetap sebagai Apoteker Pendamping.
4. Ada tidaknya prosedur tetap
Pelayanan resep memerlukan ketelitian dan kecepatan supaya pasien tidak
menunggu terlalu lama, khususnya untuk apotek yang ramai. Prosedur tetap akan
menjadikan pelayanan resep menjadi efisien namun belum semua apotek di Kota
Yogyakarta memiliki prosedur tetap. Diketahui pada penelitian ini bahwa prosedur
tetap dimiliki oleh 34 apotek (58,6%), sedangkan 24 apotek (41,4%) tidak memiliki
prosedur tetap. Dikarenakan masih banyak apotek yang tidak memiliki prosedur tetap
maka praktik yang baik tidak bisa dijamin dapat tercapai setiap saat dan apotek akan
mendapat kesulitan dalam melakukan audit jika ada kesalahan.
Ada tidaknya prosedur tetap di apotek
41%
Ada
59%
Tidak
Gambar 11. Apotek punya prosedur tetap atau tidak
Berikut adalah contoh skema prosedur tetap yang dimiliki apotek XYZ:
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
APOTEK XYZ
Kota Yogyakarta
PROSEDUR TETAP
Tujuan
: untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang telah
ditentukan
Ruang lingkup : pelayanan resep
Hasil
: pelayanan memuaskan konsumen dengan waktu yang tidak lama
pelayanan sesuai standar yang telah ditentukan
Indikator
: lama waktu pelayanan resep obat jadi ± 10 menit
lama waktu pelayanan resep obat racikan/ ramuan ± 25 menit (untuk
racikan per 30 puyer dan 30 kapsul)
Persyaratan : karyawan yang terdidik, yang selalu untuk belajar/ menambah
ilmu
ketersediaan barang/ obat, tidak berlebihan, tidak banyak yang
kadaluarsa
ketersediaan peralatan penunjang, dengan diversifikasi penjualan
kosmetik dan alat kesehatan rumah tangga
Mekanisme Alur Pelayanan Resep
1 Apoteker melakukan skrining resep dengan cara : a), b), c).
a. Mengecek persyaratan administratif, yang meliputi :
1) nama, SIP dan alamat dokter.
2) tanggal penulisan resep
3) tanda tangan/ paraf dokter penulis resep
4) nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
5) nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta
6) cara pemakaian yang jelas
7) informasi lainnya
b. Kesesuaian farmasetik, yang meliputi :
1) bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian
2) pertimbangan klinis yang meliputi : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila perlu menggunakan
persetujuan setelah pemberitahuan.
2 Setelah skrining resep kemudian dilakukan pengecekan/ penyiapan ketersediaan
barang/ obat oleh Apoteker/ AA.
3 Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep.
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Langkah selanjutnya adalah memberi nomor resep dan menghargai obat dalam
resep tersebut. Kemudian ditanyakan kepada pasien apakah pasien bersedia
membayar obat tersebut. Setelah pasien menyetujui dan membayar obat,
kemudian dilakukan penyiapan obat.
5 Penyiapan obat dilakukan dengan :
peracikan, peracikan merupakan bagian menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah.
a. etiket harus jelas dan dapat dibaca. Untuk obat dalam, etiket berwarna putih,
sedangkan untuk obat luar etiket berwarna biru. Untuk obat yang berbentuk cair/
sirup diberi juga etiket “gojog dulu”.
c. pengemasan, obat-obat dikemas dengan rapi terbungkus plastik dalam kemasan
yang cocok untuk menjaga kualitasnya. Obat dalam suatu resep dikemas dalam
satu plastik besar.
d. penyerahan obat, sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan
pemeriksaan akhir yang sebaiknya dilakukan olah AA atau petugas lain terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker
disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga
kesehatan.
e. informasi obat. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi :
1) cara pemakain obat
2) cara penyimpanan obat
3) jangka waktu pengobatan
4) aktifitas
5) makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
f. konseling. Apoteker harus memberikan konselinng mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya
penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler,
diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan
konseling secara berkelanjutan.
g. Setelah penyerahan obat, resep didokumentasikan sesuai dengan nomor urut pada
hari tersebut. Pendokumentasian resep per hari meliputi : tanggal, nomor, nama
pasien dan harga resep. Untuk alamat pasien didokumentasikan pada buku alamat
pasien yang memuat nama pasien, alamat dan nomor telpon pasien, untuk resep
narkotika diberi garis merah, dipisahkan dan disimpan dengan nomor urut sendiri.
Semua resep disimpan selama 3 tahun.
h. Monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat, apoteker harus
melaksanakan pemantauan penggunaaqn obat, terutama untuk pasien tertentu
seperti : kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mekanisme Pengadaan & Penyimpanan Barang
a. Perencanaan Pengadaan Barang (dengan melihat buku defecta)
b. Membuat surat pesanan/pengadaan barang
c. Pemesanan barang bisa melalui telpon atau lewat sales yang datang ke Apotek
kepada PBF resmi
d. Barang dari PBF, AA/ Apoteker menerima barang setelah dicek kesesuaian
barang dengan pesanan yang dimaksud
e. Barang dan faktur didokumentasikan/ disimpan.
1) Barang diberi etiket nama PBF dan tanggal barang datang
2) Barang disimpan sesuai aturan penyimpanan.
3) Barang disimpan sesuai bentuk sediannya.
4) Barang disimpan sesuai urutan alfabetis.
5) Barang distok dalam kartu stok.
6) ED barang dicatat dalam buku ED.
7) Barang dicatat dalam buku pembelian.
8) Faktur barang disimpan.
Yogyakarta
Ttd
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skema Alur Pelayanan Resep Apotek XYZ
Resep diterima
Skrining Resep oleh apoteker
Resep dicek keabsahannya
Tidak sah
Jika ada keraguan telp
dokter terkait
Cek kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis
Sah
Tidak dilayani
Dicek apakah obat tersedia diapotek
Tidak
Ya
Resep diberi Nomor
Telp dokter terkait,
konfirmasikan alternatif
mengganti obat lain
Resep di hargai
Konfirmasikan harga ke pasien
Tidak bersedia
bersedia
Tidak setuju
setuju
Nempil apotek
lain
Tidak dilayani
Obat disiapkan atau
diracik
Diberi etiket, pengemasan
Penyerahan & pemberian
informasi
Gambar 12. Skema alur pelayanan resep apotek XYZ
53
Pengecekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Apakah apotek memiliki job description tertulis
Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang mapan merupakan
salah satu faktor yang dapat mendukung keberhasilan suatu apotek. Oleh karena itu
dibutuhkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas dan saling
mengisi, disertai dengan job description yang jelas pada masing-masing bagian di
dalam struktur organisasi tersebut. Dengan adanya job description maka pekerjaan
masing-masing petugas menjadi spesifik dan kemungkinan terjadinya over lapping
tidak ada.
Berikut adalah contoh dari job description dari apotek XYZ Yogyakarta:
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Tugas dan tanggungjawab APA adalah :
Memimpin seluruh jalannya kegiatan apotek, termasuk mengkoordinasi dan
mengawasi pekerjaan para karyawan dibawahnya, mengatur daftar jaga dinas
termasuk mengatur pembagian tugas dan tanggungjawab sekaligus wewenang tiap
bidang pekerjaan; Meningkatkan semua bidang yang ada dalam apotek dalam
rangka meningkatkan hasil usaha apotek untuk menjadi lebih baik; Mengatur dan
mengawasi penyimpanan sediaan farmasi sesuai dengan syarat-syarat teknis farmasi
terutama diruang racikan; Melakukan kalkulasi harga obat yang akan dijual sesuai
dengan kebijaksanaan harga yang telah ditetapkan; Membina serta memberikan
petunjuk teknis kefarmasian kepada karyawan terutama dalam memberikan
informasi kepada pasien; Menyusun laporan mamajemen dan pertanggungjawaban
bersama bagian administrasi; Memperbaiki pelayanan dan kemajuan apotek serta
mempertimbangkan usul dan saran karyawan; Pengadaan dan penyediaan barang
termasuk diantaranya kerapian, kebersihan, ketertiban, penyimpanan, pemeliharaan
dan keamanannya dalam rangka suplai barang; Melakukan konseling kepada
pasien; Pencatatan Medication Record yang sementara disusun Apoteker
Pendamping; Melayani pasien dengan Obat Wajib Apotek (OWA) dan
pencatatannya.
2) Apoteker Pendamping
Apoteker Pendamping mempunyai tugas dan tanggungjawab diantaranya :
Atas pelayanan kefarmasian selama APA tidak ada ditempat; Memenuhi peraturan
sebagaimana yang diatur pada Bab VII pasal 14-22 PerMenKes No.
922/MenKes/Per/IX/1993 mengenai Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
Mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kefarmasian, SDM, administrasi dan
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kemajuan apotek ; Konseling kepada pasien; Pencatatan medication record;
Melayani pasien dengan pengobatan OWA dan melakukan pencatatannya;
Bertanggungjawab kepada APA, dan atas persetujuan APA untuk melakukan
pembelian (nempil), serta tandatangan surat pesanan obat jika diminta APA ;
Bertanggungjawab terhadap pencatatan obat kadaluarsa.
3) Asisten apoteker (AA)
Tugas dan tanggungjawab AA adalah :
Membantu APA dalam kegiatan pelayanan resep, serta pelayanan OWA dibawah
pengawasan APA/ AP dan obat bebas ; Mencatat dan membuat laporan keluarmasuknya obat generik, psikotropik, narkotik; Laporan obat habis dengan mencatat
dalam buku defecta ; Mencatat keluar-masuknya obat, pelayanan serta menyusun
obat-obatan di gudang secara alfabetis/ farmasetis; Dalam keadaan darurat dapat
menggantikan posisi petugas lain sepereti kasir dan juru resep; AA
bertanggungjawab dan berwenang melaksanakan pekerjaan kefarmasian dan
membantu APA dalam mengelola keuangan, kegiatan penjualan dan pengelolaan
barang; Bertanggungjawab pencatatan obat yang hampir kadaluarsa sesuai saat
stock opname.
4) Juru Resep (Reseptir)
Tugas dan tanggungjawab reseptir adalah :
Menyelesaikan pelayanan obat racikan sesuai petunjuk APA atau AA; Membantu
monitoring, tanggungjawab obat yang kadaluarsa sesuai saat stock opname;
Mengirim laporan bulanan (laporan narkotik, psikotropik, statistik resep);
Membantu pembayaran pajak, rekening listrik, air.
5) Bagian Keuangan
Tugas dan tanggungjawab bagian keuangan adalah :
Mencatat pengeluaran seluruh uang setelah dikalkulasi terlebih dahulu disertai
dengan lampiran-lampiran yang dibutuhkan seperti : kuitansi, nota, tanda setoran
ataupun lampiran lain yang diperlukan dengan disertai paraf APA/ petugas lain
yang telah ditunjuk; Menyetorkan uang/ mengambil uang dari kasir maupun bank.;
Melakukan kegiatan yang menyangkut masalah keuangan dan tidak terlepas dari
petunjuk APA; Membuat laporan bulanan realisasi data untuk pimpinan apotek,
membuat daftar gaji, upah dan pajak; Membuat laporan tahunan pembukuan dan
administrasi keuangan (neraca rugi-laba); Membuat laporan hasil penjualan,
penjualan kredit dan tagihan serta pengeluaran setiap hari.
6) Bagian Administrasi
Tugas dan tanggung-jawab bagian administrasi adalah :
Membuat laporan harian pembelian barang yang dicocokkan dengan penerimaan
barang di gudang, hasil penjualan, penjualan kredit dan tagihan serta pengeluaran
setiap hari; Administrasi surat-menyurat berupa laporan bulanan narkotik,
psikotropik, OGB, statistik resep, tenaga kefarmasian
Tugas administrasi meliputi banyak hal. Meliputi administrasi umum dan
administrasi pelayanan. Administrasi umum meliputi pencatatan, pengarsipan,
pelaporan, dan dokumentasi sesuai peraturan yang berlaku. AA bertugas untuk
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mencatat barang yang terjual di kartu stok obat-obat selain OTC dan kartu stelling
untuk obat-obat golongan psikotropika. Untuk pencatatan OTC dan alat kesehatan
serta barang lain yang dijual di apotek dilakukan oleh pembantu umum dengan
pengawasan AA. Pencatatan di kartu stelling untuk psikotropika dilakukan langsung
setelah obat diambil dari wadahnya. Pencatatan narkotika dilakukan langsung oleh
APA atau Apoteker Pendamping. Untuk pencatatan narkotika, sekecil mungkin
narkotika yang keluar harus dicatat. Dari kartu stok dapat dilihat ketersediaan obat
di apotek. Obat-obat yang sudah keluar dicatat di buku defecta juga dilakukan oleh
AA.
Pemesanan obat dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping dengan jalan
menulis SP (surat pesanan). Pengelolaan dan pengarsipan faktur dilakukan oleh
APA atau Apoteker Pendamping maupun AA dengan pengwasan dari apoteker.
Pembuatan laporan-laporan yang meliputi laporan tenaga kefarmasian, laporan
penggunaan narkotika, laporan penggunaan psikotropika, dan laporan statistik resep
dan pelayanan OGB dilakukan oleh Apoteker Pendamping, dengan ditanda-tangani
oleh APA. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep dan catatan pasien
(medication record) dilakukan oleh APA atau Apoteker Pendamping.
7) Bagian Gudang
Tugas dan tanggungjawab bagian gudang adalah :
Mencatat keluar-masuknya barang; Melakukan pengecekan terhadap obat-obatan
yang mendekati kadaluarsa; Realisasi pengembalian obat; Menyusun rencana
pengadaan dan pembelian obat sesuai dengan kebutuhan untuk diajukan kepada
APA; Bertanggungjawab terhadap kebersihan ruang, kerapian penyimpanan dan
penataan produk di ruangan. Ruangan luar (produk HV dan etalase).
Bertanggungjawab terhadap ketersediaan fasilitas pelayanan resep terutama resep
racikan seperti : botol, alkohol, kapas, mortir, dll.
Terlihat pada job description yang dimiliki oleh apotek XYZ diatas bahwa
tugas dan tanggung jawab APA adalah membina serta memberikan petunjuk praktis
kefarmasian kepada karyawan terutama dalam memberikan informasi kepada pasien.
Job description tersebut tidak menyebutkan bahwa tugas dari APA adalah
memberikan informasi kepada pasien, sedangkan jika mengacu kepada Keputusan
Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 disana disebutkan bahwa salah satu
tanggung jawab apoteker adalah memberikan informasi kepada pasien tidak hanya
sebatas membina dan memberi petunjuk saja. Pembinaan dan pemberian petunjuk
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
praktis oleh Apoteker Pengelola Apotek dilakukan supaya jika apotek ramai dan
apoteker tidak dapat menangani semua pasien maka pemberian informasi masih dapat
berlangsung yang dilakukan oleh karyawan lain.
Job description yang tertulis dimiliki oleh 26 apotek (44,8%), sedangkan 32
apotek (55,2%) tidak memiliki job description. Karena masih banyak apotek di Kota
Yogyakarta yang tidak memiliki pembagian tugas yang tertulis maka ada
kemungkinan para petugas di apotek yang tidak mengetahui tugas dan wewenangnya
sehingga kemungkinan ada pekerjaan yang seharusnya bukan menjadi wewenangnya
ternyata dikerjakan oleh petugas tersebut.
Ada tidaknya job description tertulis di apotek
45%
Ada
Tidak
55%
Gambar 13. Ada tidaknya job description tertulis di apotek
6. Jumlah rata-rata resep yang masuk ke apotek tiap bulan dan jumlah dokter
praktek di apotek
Lebih dari setengah apotek di Kota Yogyakarta memiliki jumlah resep yang
masuk ke apotek tiap bulan lebih dari 60 lembar resep (55,2%), 40 s/d 60 lembar
resep sebanyak 6 apotek (10,3%), dan yang kurang dari 40 lembar resep adalah 20
57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apotek (34,5%). Jumlah lembar resep yang masuk ke apotek kemungkinan di
pengaruhi oleh lama apotek buka perhari, jumlah hari apotek buka selama seminggu,
adanya praktek dokter, dan faktor lain seperti lokasi yang berdekatan dengan pusat
kesehatan atau lokasi yang ramai. Apotek yang memiliki lembar resep lebih dari 60
lembar tiap bulan, 80,64% (25 apotek) diantaranya adalah apotek yang memiliki
praktek dokter.
Lembar resep yang masuk ke apotek per bulan
55.2
Persentase apotek (%)
60
50
40
34.5
30
20
10.3
10
0
< 40 lembar
40 s/d 60 lembar
> 60 lembar
Jumlah lembar resep
Gambar 14. Rata-rata lembar resep yang masuk ke apotek tiap bulan
Apotek dengan lembar resep lebih dari 60 /bln dengan ada
tidaknya praktek dokter
19%
Ada
Tidak
81%
58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 15. Apotek dengan lembar resep lebih dari 60 lembar per bulan dengan ada
tidaknya praktek dokter
Hampir 75% apotek di Kota Yogyakarta memiliki dokter praktek yaitu 1 s/d
2 dokter sebanyak 29 apotek (50,0%), 3 s/d 4 dokter sebanyak 11 apotek (19,0%),
lebih dari 4 dokter sebanyak 3 apotek (5,2%), dan sisanya 15 apotek (25,9%) tidak
memiliki dokter praktek.
Jumlah dokter praktek di apotek
Persentase apotek (%)
60
50
50
40
30
25.9
19
20
5.2
10
0
Tidak ada
1 s/d 2
3 s/d 4
>4
Jum lah dokter praktek
Gambar 16. Jumlah dokter praktek di apotek
7. Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek
Asisten apoteker boleh melakukan kegiatan pengelolaan apotek tetapi
sebatas membantu Apoteker Pengelola Apotek. Asisten apoteker hanya bersifat
membantu maka sebenarnya Apoteker Pengelola Apotek tetap harus terlibat secara
langsung dengan mengawasi dalam keseluruhan proses pelayanan resep dan tidak
menyerahkan sepenuhnya kepada asisten apoteker.
Adanya asisten apoteker di apotek dapat mengurangi peran dari apoteker
sebab ada Apoteker Pengelola Apotek yang cenderung menyerahkan semua pekerjaan
yang menjadi tugasnya kepada asisten apoteker. Namun adanya asisten apoteker di
59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
apotek dapat membantu kerja dari apoteker terutama untuk apotek yang ramai.
Apoteker dapat memfokuskan dalam pengecekan obat yang akan diserahkan kepada
pasien, pemberian informasi, dan melakukan konseling kepada pasien sedangkan
untuk kegiatan lain dapat dilakukan oleh asisten apoteker tetapi apoteker. Untuk
apotek yang kurang ramai apoteker dapat melakukan seluruh kegiatan pelayanan
resep mulai dari menerima resep sampai pada penyerahan obat kepada pasien tetapi
untuk apotek yang ramai dapat dilakukan pembagian tugas.
Jumlah asisten apoteker yang dimiliki apotek berpengaruh pada lama
pelayanan resep di apotek karena tidak mungkin jika apotek dalam keadaan ramai
apoteker dapat mengerjakan seluruh proses dalam pelayanan resep secara sendirian.
Jumlah asisten apoteker yang sedikit dibandingkan dengan jumlah resep yang masuk
dapat menyebabkan pelayanan resep menjadi lebih lama. Jumlah asisten apoteker
harus disesuaikan dengan ramai tidaknya apotek supaya lama pelayanan resep di
apotek yang sudah ditetapkan dapat dilaksanakan.
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jumlah AA yang dimiliki apotek
Persentase apotek (%)
70
60.3
60
50
40
32.8
30
20
10
6.9
0
Tidak ada
1 s/d 2
3/ lebih
Jumlah AA
Gambar 17. Jumlah AA yang dimiliki apotek
Hasil penelitian menunjukkan ada 4 apotek (6,9%) dari 58 apotek yang
disurvei tidak memiliki asisten apoteker, dan kebanyakan apotek (60,3%) memiliki
asisten apoteker 1 s/d 2 orang. Apotek yang memiliki asisten apoteker 3 orang atau
lebih sebanyak 19 apotek (32,8%).
8. Jumlah petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian
Petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian di apotek diantaranya adalah
petugas administratif (kasir), pengantar obat, satpam dan petugas untuk menggerus
obat. Petugas-petugas ini diperlukan dalam menunjang pelayanan di apotek. Tidak
semua apotek di Kota Yogyakarta memiliki petugas yang bukan merupakan tenaga
kefarmasian. Ada 7 apotek (12,1%) tidak memiliki petugas yang bukan tenaga
kefarmasian. Ada 23 apotek (39,7%) memiliki 1 s/d 2 orang . Dan yang paling
61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak yaitu 28 apotek (48,3%) memiki petugas yang bukan dari kefarmasian yaitu
3 orang atau lebih.
Jumlah petugas lain yang dimiliki apotek
Persentase apotek (%)
60
48.3
50
39.7
40
30
20
12.1
10
0
Tidak ada
1 s/d 2
3/ lebih
Jumlah petugas lain
Gambar 18. Jumlah petugas lain yang bukan tenaga kefarmasian yang dimiliki apotek
9. Rata-rata umur APA
Peneliti menduga bahwa ada hubungan antara umur Apoteker Pengelola
Apotek dengan frekuensi kehadirannya di apotek. Hal ini dapat di lihat bahwa dari 23
Apoteker Pengelola Apotek yang berumur kurang dari 30 tahun ada sebanyak 20
APA (87,0%) yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari. Frekuensi yang lebih rendah
ditunjukkan oleh Apoteker Pengelola Apotek yang berumur lebih dari 50 tahun yaitu
dari 14 APA hanya 21,4% (3 APA) yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari.
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase APA (%)
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan umur APA
100
88.5
80
Umur APA
kurang 30
tahun
64.3
60
40
14.3
20
Umur APA
lebih 50
tahun
21.4
11.5
0.0
0
< 3 hari
3 s/d 5 hari
6 s/d 7 hari
Jumlah hari
Gambar 19. Jumlah hari APA bekerja di apotek per minggu berdasarkan umur APA
Persentase APA (%)
Rata-rata umur APA
50
39.7
36.2
40
30
24.1
20
10
0
< 30 tahun
30 s/d 50 tahun
> 50 tahun
Umur
Gambar 20. Rata-rata umur APA
Penelitian mengenai adanya hubungan antara umur APA dengan frekuensi
kehadirannya di apotek perlu dicari. Jika ternyata benar ada hubungan antara umur
APA dan frekuensi kehadinnya di apotek perlu juga dicari faktor-faktor yang
menyebabkan kenapa umur bisa berpengaruh terhadap frekuensi kehadiran. Apoteker
Pengelola Apotek bekerja di apotek Kota Yogyakarta kebanyakan berusia kurang dari
63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30 tahun (39,7%), dan yang berusia 30 s/d 50 tahun sebanyak 21 APA (36,2%),
sisanya berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 14 APA (24,1%).
10. Pengalaman Apoteker Pengelola Apotek bekerja sebagai apoteker di apotek.
Sesuai perundang-undangan yang berlaku diharapkan APA semakin
memahami tugas dan tanggung jawab yang dilakukan dalam pekerjaannya sebagai
apoteker dan semakin lama pengalaman bekerja sebagai apoteker seharusnya semakin
menambah pemahaman apoteker mengenai peran dan tanggung jawab sebagai
apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk APA yang memiliki
pengalaman kurang dari 2 tahun memiliki frekuensi kehadiran lebih besar dari pada
APA yang memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun yaitu sebanyak 90% (9) APA
yang memiliki pengalaman kurang dari 2 tahun datang ke apotek rata-rata 6-7 hari.
Sedangkan APA yang memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun ada 3 APA (21,4%)
yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari (lihat gambar 21).
Terlihat pada gambar 21 bahwa apoteker yang memiliki pengalaman bekerja
sebagai apoteker di apotek kurang dari 2 tahun sebanyak 10 APA (17,2%). Apoteker
Pengelola Apotek yang memiliki pengalaman 2 s/d 20 tahun sebanyak 20 APA
(34,5%). Apoteker Pengelola Apotek yang memiliki pengalaman 4 s/d 12 tahun
sebanyak 14 APA (24,1%). Sedangkan yang memiliki pengalaman lebih dari 12
tahun sebanyak 14 APA (24,1%).
64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Persentase APA (%)
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman
100
90.0
80
71.4
Pengalaman
APA <2tahun
60
40
20
21.4
10.0
7.1
Pengalaman
APA >12tahun
0.0
0
< 3 hari per
minggu
3 s/d 5 hari per 6 s/d 7 hari per
minggu
minggu
Jumlah hari
Gambar 21. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan pengalaman
Persentase APA (%)
Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek
40
34.5
35
30
25
20
24.1
24.1
4 s/d 12
> 12
17.2
15
10
5
0
<2
2 s/d 4
Lama pengalaman (tahun)
Gambar 22. Lama pengalaman APA bekerja sebagai apoteker di apotek
Apoteker pengelola apotek yang bekerja di Kota Yogyakarta hanya terdapat
17,2% yang memiliki pengalaman bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek
kurang dari 2 tahun dengan demikian
diharapkan Apoteker Pengelola Apotek
memahami perannya dalam pelayanan resep karena telah memiliki pengalaman dalam
65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
melayani pasien. Apoteker harus bisa memahami kegiatan mana yang sebaiknya
dilakukan sendiri atau mana kegiatan yang dapat diserahkan kepada petugas lain.
11. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 102 tahun 2004 tentang waktu kerja dan upah kerja lembur, waktu
kerja pekerja ditetapkan sebagai berikut:
a. tujuh (7) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. delapan (8) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk
5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat : ada
persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan waktu kerja lembur hanya dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam
dalam 1 (satu) minggu.
Istilah kerja penuh waktu digunakan untuk waktu kerja yang sesuai dengan
Keputusan Menteri tersebut yang umumnya dianggap dengan waktu yang wajar
untuk bekerja. Sedangkan istilah paruh waktu digunakan untuk waktu kerja yang
kurang dari ketentuan tersebut. Surat Keputusan Menteri Kesehatan no. 831/PH/64/B
66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Apoteker Pengelola Apotek harus bekerja penuh waktu di apotek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak semua Apoteker Pengelola Apoteker pengelola apotek
yang disurvei bekerja penuh waktu yaitu sebanyak 23 APA (39,7%) dan 35 APA
(60,3%) bekerja penuh
Penuh tidaknya apa bekerja di apotek
40%
Ya
60%
Tidak
Gambar 23. Penuh tidaknya APA bekerja di apotek
12. Ada tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA
Faktor yang juga diduga mempengaruhi kehadiran Apoteker Pengelola
Apotek adalah adanya pekerjaan lain disamping sebagai APA. Separoh Apoteker
Pengelola Apotek memiliki pekerjaan lain disamping sebagai APA dan separoh
Apoteker Pengelola Apotek tidak memiliki pekerjaan lain.
Apoteker Pengelola Apotek yang tidak memiliki pekerjaan lain memiliki
frekuensi kedatangan ke apotek lebih besar di bandingkan dengan apoteker pengelola
apotek yang memiliki pekerjaan lain. Ada sebanyak 89,7% Apoteker Pengelola
Apotek yang tidak memiliki pekerjaan lain disamping sebagai APA datang ke apotek
67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rata-rata 6-7 hari. Sedangkan untuk APA yang memiliki pekerjaan lain ada sebanyak
34,5% yang datang ke apotek rata-rata 6-7 hari.
APA punya pekerjaan lain atau tidak
50%
Ya
50%
Tidak
Gambar 24. Punya tidaknya pekerjaan lain disamping sebagai APA
Persentase (%)
Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya bekerjaan lain
100
80
60
40
20
0
89.7
APA tidak
memiliki
pekerjaan lain
55.2
34.5
0.0
10.3
< 3 hari per
minggu
APA memiliki
pekerjaan lain
10.3
3 s/d 5 hari per
minggu
6 s/d 7 hari per
minggu
Jumlah hari
Gambar 25. Jumlah hari APA bekerja di apotek berdasarkan punya tidaknya
pekerjaan lain
B. Deskripsi Mengenai Persepsi APA terhadap Perannya dalam Pelayanan
Resep
1. Skrining resep
68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tujuan dari skrining resep adalah untuk menilai apakah resep yang
diberikan oleh dokter rasional untuk kebutuhan klinis pasien karena pada dasarnya
penulis resep/ dokter adalah orang yang pertama kali dapat mencegah terjadinya
medication error. Menurut Santoso (1996) prinsip dari peresepan yang rasional
adalah memenuhi kriteria efektif, aman, dan ekonomis. Agar kriteria kerasionalan
peresepan terpenuhi, obat yang diresepkan harus: tepat indikasi, tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis dan cara pemberian, tepat informasi, tepat evaluasi dan tindak
lanjut (Santoso, 1996). Skrining resep yang dilakukan dengan cermat dapat mencegah
terjadinya medication error.
a. Skrining administratif resep
Tujuan dilakukan skrining administratif resep adalah untuk mengetahui
keabsahan resep, memudahkan apoteker untuk menghubungi dokter jika ada hal-hal
yang kurang jelas berkaitan dengan resep, dan untuk mengetahui apakah apotek
memiliki obat sesuai yang diminta di dalam resep.
Skrining administratif resep yaitu meliputi nama, SIP, alamat dokter tidak
dilakukan oleh petugas di 2 apotek (3,4%). Sedangkan apotek yang petugasnya
melakukan skrining nama, SIP, alamat dokter yang paling sering melakukan ketika
APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Apoteker Pendamping yang
melakukan 1,2%, AA 31,0%.
Skrining tanggal penulisan resep tidak dilakukan oleh petugas di 1,7%
apotek. Untuk apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yaitu 62,1% adalah
69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dilakukan oleh APA, 3,4% oleh Apoteker Pendamping, 32,8% oleh AA, dan tidak
ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining tanda tangan/ paraf dokter tidak dilakukan oleh petugas di 3,4%
apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining yang
lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak 62,1%.
Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4% apotek, 31,0% AA,
dan tidak ada petugas yang bukan tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta tidak dilakukan
petugas di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining
tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di
apotek adalah APA sebanyak 62,1%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping
(3,4%), dan asisten apoteker (32,8%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan.
Skrining nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, dilakukan oleh
petugas di semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di
apotek skrining tersebut dilakukan oleh 72,4% APA, 3,4% Apoteker Pendamping,
24,1% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining cara pemakaian yang jelas dilakukan oleh tenaga kefarmasian di
semua apotek yang disurvei. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek
skrining tersebut dilakukan oleh 74,1% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 22,4%
AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek
80
74,1
72,4
70
62,1
62,1
62,1
62,1
Persentase (%)
60
Apoteker Pengelola Apotek
50
Apoteker Pendamping
40
Asisten Apoteker
32,8
31,0
32,8
31,0
Bukan tenaga kefarmasian
30
tidak dilakukan
24,1
22,4
20
10
3,4
3,4
0
3,4
0
1,7
3,4
3,4
3,4
0
0
1,7
3,4
3,4
0 0
0 0
0
Nama, SIP,
alamat dokter
Tgl penulisan
resep
Tanda tangan/
paraf dokter
Nama, alamat,
umur pasien, jenis
kelamin, dan berat
badan pasien
Nama obat,
potensi, dosis,
jumlah yang
diminta
Cara pemakaian
yang jelas
Skrining administratif
Gambar 26. Petugas yang lebih sering melakukan skrining administratif resep ketika APA berada di apotek
71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Skrining kesesuaian farmasetik
Skrining kesesuaian farmasetik meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, inkompabilitas, cara, dan lama pemakaian (Anonim, 2004a). Tujuan
dilakukan skrining ini adalah untuk mengetahui kesesuaian obat di dalam resep
dengan kondisi pasien dan untuk mengetaui apakah sediaan obat dapat dibuat atau
tidak.
Hasil penelitian menunjukkan skrining kesesuaian farmasetik yaitu bentuk
sediaan tidak dilakukan oleh petugas di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga
kefarmasiannya melakukan paling banyak skrining tersebut dilakukan oleh APA
yaitu 70,7% apotek, sisanya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%) dan AA
sebanyak 24,1%. Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Skrining terhadap dosis tidak dilakukan petugas di 1,7% apotek. Untuk
apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan 79,3% adalah oleh APA, 1,7% oleh
Apoteker Pendamping, 17,2% oleh AA, dan tidak ada petugas selain dari farmasi
yang melakukan.
Skrining terhadap potensi obat tidak dilakukan oleh petugas di 15,5%
apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut,
yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA sebanyak
75,9%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 1,7% apotek, 6,9%
AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skrining terhadap stabilitas obat tidak dilakukan oleh petugas di 22,4%
apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan skrining tersebut yang
paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek adalah
APA sebanyak 67,2%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (1,7%), dan
asisten apoteker (8,6%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang
melakukan.
Skrining terhadap inkompatibilitas tidak dilakukan oleh petugas di 19,0%
apotek. Untuk apotek yang tenaa kefarmasiannya melakukan skrining ketika
Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut dilakukan oleh 70,7%
APA, 1,7% Apoteker Pendamping, 8,6% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga
kefarmasian yang melakukan.
Skrining lama dan cara pemberian tidak dilakukan oleh petugas di 1,7%
apotek yang disurvei. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan
skrining ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek skrining tersebut
dilakukan oleh 77,6% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 17,2% AA, dan tidak ada
petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Terlihat pada gambar 27 bahwa apotek yang petugasnya tidak melakukan
skrining kesesuaian farmasetika terhadap potensi, dosis, dan inkompatibilitas lebih
besar dari skrining terhadap bentuk sediaan, dosis, cara dan lama pemberian. Hal ini
kemungkinan disebabkan apoteker kurang menguasai dalam hal tersebut.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik resep ketika APA berada di apotek
90
79,3
Persentase (%)
80
77,6
75,9
70,7
70,7
67,2
70
60
50
40
30
24,1
22,4
17,2
20
10
3,4
0 1,7
1,7
19
15,5
8,6
1,7 0
6,9
1,7 0
0 1,7
8,6
1,7 0
17,2
3,4
Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker
Bukan tenaga kefarmasian
tidak dilakukan
0 1,7
C
ar
a
da
n
la
m
a
pe
m
be
ria
n
tib
i lit
ilit
as
as
In
ko
m
pa
Po
te
ns
i
is
os
D
St
ab
Be
nt
uk
se
di
aa
n
0
Skrining kesesuaian farmasetik
Gambar 27.Petugas yang lebih sering melakukan skrining kesesuaian farmasetik ketika APA berada di apotek
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Pertimbangan klinis
Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain) (Anonim, 2004a).
Diketahui dari hasil penelitian bahwa pertimbangan klinis terhadap adanya
alergi tidak dilakukan oleh petugas di 12,1% apotek. Untuk apotek yang tenaga
kefarmasiannya melakukan 79,3% adalah oleh APA, 1,7% oleh Apoteker
Pendamping, 17,2% oleh AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang
melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap efek samping obat tidak dilakukan oleh
petugas di 12,1% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan
pertimbangan tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek
adalah APA sebanyak 79,3%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping
sebanyak 3,4% apotek, 5,2% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap interaksi tidak dilakukan oleh petugas di
19,0% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pertimbangan
tersebut yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di
apotek adalah APA sebanyak 74,1%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping
(3,4%), dan asisten apoteker (3,4%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan.
Pertimbangan klinis terhadap kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat, dll)
tidak dilakukan oleh petugas di 8,6% apotek. Untuk apotek yang melakukan
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pertimbangan tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek
pertimbangan tersebut dilakukan oleh 81,0% APA, 3,4% Apoteker Pendamping,
6,9% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Persentase (%)
Yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika
APA berada di apotek
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
79.3
79.3
81
74.1
Apoteker Pengelola Apotek
Apoteker Pendamping
Asisten Apoteker
19
12.1
6.9
1.7 0
12.1
3.45.2 0
Adanya alergi Efek samping
8.6
tenaga kefarmasian
6.9 Bukan
3.4 0
3.43.4 0
Interaksi
tidak dilakukan
Kesesuaian
(dosis,
durasi,
jumlah obat
dll)
Skrining pertimbangan klinis
Gambar
28.
Petugas yang lebih sering melakukan skrining pertimbangan klinis ketika APA berada
di apotek
d. Apakah apotek melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan
terhadap resep?
Pelayanan resep sepenuhnya merupakan tanggung jawab Apoteker
Pengelola Apotek (APA) oleh karena itu apabila apoteker menganggap bahwa dalam
resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep tidak tepat, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila ternyata dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Anonim, 1993). Sesuai standar
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kompetensi di apotek apoteker perlu mengambil tindakan profesi atas persetujuan
pasien
berupa
penyelesaian
sementasra
masalah
obat
untuk
menghindari
meningkatnya morbiditas pasien jika komunikasi dengan dokter tidak dimungkinkan.
Kemampuan apoteker untuk berkomunikasi dengan dokter sangat
diperlukan oleh karena itu apoteker tidak seharusnya menyerahkan tugas tersebut
kepada orang lain karena apotekerlah yang paling kompeten dan juga memiliki
kedudukan yang sejajar dengan dokter. Apabila yang melakukan komunikasi dengan
dokter bukan apoteker sendiri misalkan saja petugas lain yang berada di bawah
apoteker maka ada kemungkinan dokter kurang merespon apa yang dikomunikasikan
karena dokter menganggap kurang kompeten.
Hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar 29 yaitu petugas di semua
apotek yang disurvei melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan
terhadap resep. Komunikasi tersebut dilakukan oleh 86,2% APA ketika Apoteker
Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7% dilakukan oleh Apoteker Pendamping, dan
12,1% dilakukan oleh AA. Tidak ada petugas selaian dari farmasi yang melakukan
komunikasi tersebut.
Data tersebut dapat diartikan bahwa 86,2% Apoteker Pengelola Apotek
selama di apotek cukup berperan dalam melakukan komunikasi dengan dokter
apabila ada keraguan terhadap resep dan sisanya yaitu 13,8% Apoteker Pengelola
Apotek kurang berperan selama di apotek dalam melakukan komunikasi dengan
dokter.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter apabila ada keraguan resep
ketika APA berada di apotek
100
90
80
70
Persentase (%) 60
50
40
30
20
10
0
86.2
12.1
1.7
Apoteker
Pengelola
Apotek
Apoteker
Pendamping
0.0
Asisten
Apoteker
0.0
Bukan tenaga Tidak dilakukan
kefarmasian
Petugas
Gambar 29. Petugas yang lebih sering melakukan komunikasi dengan dokter jika ada
keraguan ketika APA berada di apotek
e. Apakah obat untuk pasien tidak mampu diusulkan kepada dokter untuk diganti
dengan obat generik?
Apoteker berkewajiban untuk melayani resep sesuai dengan tanggung
jawab dan keahlian profesinya yang berorientasi pada kepentingan masyarakat tetapi
apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan paten yang mungkin akan memberikan profit yang lebih besar bagi apotek.
Pada dasarnya apoteker tidak boleh mengganti obat yang tertulis di dalam resep
dengan padanannya namun pasien memiliki hak untuk memilih obat yang
dikehendakinya dan apoteker boleh melayani asalkan mutu obat terjamin. Apabila
ada pasien yang tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep apoteker
sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat. Hal ini
bisa dengan mengusulkan obat dalam resep tersebut untuk diganti dengan
78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
padanannya berupa obat generik. Cara lain yang juga bisa dilakukan oleh apotek
adalah dengan memberikan potongan harga tertentu kepada pasien, tetapi jika pasien
benar-benar tidak mampu menebusnya baru diusulkan kepada dokter penulis resep.
yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengan obat generik kepada
dokter ketika APA berada di apotek
Persentase (%)
80
72.4
60
40
17.2
20
8.6
1.7
0.0
0
Apoteker
Pengelola Apotek
Apoteker
Pendamping
Asisten Apoteker
Bukan tenaga
kefarmasian
tidak dilakukan
Petugas
Gambar 30. Petugas yang lebih sering melakukan usul penggantian obat dengn obat
generik kepada dokter jika ada pasien yang tidak mampu ketika APA berada di apotek
Diketahui dari hasil penelitian bahwa obat untuk pasien tidak mampu tidak
diusulkan untuk diganti dengan obat generik oleh petugas di 17,2% apotek. Apotek
yang tenaga kefarmasiannya melakukan usul kepada dokter 72,4% dilakukan oleh
APA ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek, 1,7% dilakukan oleh
Apoteker Pendamping, 8,6% dilakukan oleh asisten apoteker, dan petugas selain
tenaga kefarmasian tidak ada yang melakukan.
Artinya bahwa ada sebanyak 72,4% Apoteker Pengelola Apotek selama di
apotek cukup berperan dalam melakukan usul untuk penggantian resep kepada
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dokter apabila apoteker menemui pasien yang tidak mampu menebus obatnya. Dan
sisanya Apoteker Pengelola Apotek selama di apotek tidak berperan dalam
melakukan usul penggantian obat kepada dokter.
2. Peracikan, Pengetiketan, dan penyerahan obat
a. Prosedur HTKP (harga, timbang, kemas, penyerahan)
Peracikan: merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan
obat, harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar (Anonim, 2004a). Didalam prosedur
standar operasi apoteker di apotek dalam hal dispensing tugas dari apoteker adalah
menyiapkan item obat yang dibutuhkan berdasarkan peraturan yang berlaku, standar
etika, standar praktek dan ilmu kefarmasian; memberi label atau etiket pada obat
yang telah disiapkan dengan informasi yang dijamin lengkap dan memadai;
menyerahkan obat kepada pasien diikuti dengan pemberian informasi yang memadai
dan dibutuhkan pasien; memberikan motivasi pada pasien untuk mematuhi terapi
obat yang direncanakan; mendokumentasikan segala sesuatu yang telah dilakukan;
memastikan setiap tahap proses dispensing dilakukan mengikuti prosedur tetap yang
disepakati; memonitor dan evaluasi sistem dan praktek dispensing yang telah
dilakukan.
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan pelayanan resep dengan prosedur pemberian harga,
penimbangan, pengemasan, dan penyerahan ketika APA berada di apotek
Persentase (%)
60
53.4
50
41.4
40
30
20
10
1.7
1.7
1.7
Bukan tenaga
kefarmasian
tidak dilakukan
0
Apoteker
Pengelola Apotek
Apoteker
Pendamping
Asisten Apoteker
Petugas
Gambar 31. Petugas yang lebih sering melakukan pelayanan resep dengan prosedur
pemberian harga, penimbangan, pengemasan, penyerahan obat ketika APA berada di
apotek
Dengan prosedur yang rapi maka terjadinya medication error dapat
dikurangi. Prosedur tetap juga dapat menjadikan pelayanan resep menjadi efisien
karena urutan dari kegiatan sudah tertata dengan jelas. Dalam hal efisiensi waktu ini
maka apotek dapat mengukur lama pelayanan dengan menggunaakan waktu. Jika
lama pelayanan resep dari mulai masuk sampai dapat diserahkan kepada pasien
ditentukan maka pasien dapat merasa lebih nyaman karena tahu berapa lama harus
menunggu. Secara garis besar adalah yaitu setelah resep diterima kemudian
dilakukan skining kemudian diberi harga, jika pasien setuju maka dilakukan
penyiapan obat (peracikan), obat diberi etiket dan dikemas lalu dilakukan penyerahan
oleh apoteker.
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 41,4% apotek yang tidak
memiliki prosedur tetap (lihat gambar 11). Diketahui bahwa kegiatan pelayanan
resep dengan urutan pemberian harga, penimbangan, pengemasan, dan penyerahan
obat hampir dilakukan oleh semua apotek yaitu sebanyak 98,3% apotek dan hanya
1,7% yang tidak melakukan prosedur tersebut. Lebih jelas lihat pada gambar 31.
Dapat dilihat di dalam gambar 31 bahwa apotek di Kota Yogyakarta
terdapat 41,4% yang Apoteker Penelola Apoteknya berperan dalam pemberian harga,
penimbangan, pengemasan, dan penyerahan obat selama Apoteker Pengelola Apotek
tersebut berada di apotek. Sedangkan sisanya menyerahkan tugas tersebut kepada
petugas lain.
b. Pengecekan
Hal-hal yang perlu diperiksa sebelum obat diserahkan kepada pasien adalah
etiket dan obat apakah sudah sesuai. Etiket harus jelas, mudah dibaca dan memuat
informasi yang dibutuhkan pada pasien. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
Pengecekan terhadap mutu fisik obat dilakukan oleh petugas di semua
apotek. Sebanyak 70,7% APA ketika berada di apotek melakukan pengecekan
tersebut, 5,2% dilakukan oleh Apoteker Pendamping, 22,4% dilakukan oleh asisten
apoteker, dan petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan pengecekan mutu
fisik obat sebanyak 1,7%.
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik dan
etiket ketika APA berada di apotek
70.7
53.4
43.1
Mutu fisik obat
22.4
5.23.4
pengetiketan dengan jelas
1.7 0
0 0
Ap
ot
ek
er
Pe
ng
el
ol
a
Ap
Ap
ot
ot
ek
ek
er
Pe
nd
am
As
pi
ng
is
te
Bu
n
ka
A
po
n
te
te
na
ke
ga
r
ke
fa
rm
as
ia
n
ti d
ak
di
la
ku
ka
n
Persentase (%)
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Petugas
Gambar 32.
Petugas yang lebih sering melakukan pengecekan terhadap mutu fisik obat dan
pengetiketan dengan jelas ketika APA berada di apotek
Semua apotek petugasnya melakukan pengecekan terhadap pemberian
etiket dengan jelas. Kegiatan tersebut dilakukan oleh 53,4% APA ketika berada di
apotek, Apoteker Pendamping 3,4%, asisten apoteker 43,1%, dan tidak ada petugas
selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
c. Pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan pasien
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga
kesehatan (Anonim, 2004a). Semua apotek petugasnya melakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian resep dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien.
Kegiatan tersebut ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek dilakukan oleh
83
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75,9% APA, 3,4% Apoteker Pendamping, dan 20,7% asisten apoteker. Petugas
selain tenaga kefarmasian tidak melakukan kegiatan tersebut.
Yang lebih sering melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian resep dengan obat yang
akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di apotek
Persentase (%)
75.9
20.7
3.4
Apoteker Pengelola
Apotek
Apoteker
Pendamping
Asisten Apoteker
0.0
0.0
Bukan tenaga
kefarmasian
tidak dilakukan
Petugas
Gambar 33. Petugas yang lebih sering melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian resep
dengan obat yang akan diserahkan kepada pasien ketika APA berada di apotek
3. Informasi dan konseling
a. Informasi
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, dan bijaksana serta sesuai perkembangan terkini.
Informasi obat kepada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat,
cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, makanan dan minuman serta
aktivitas yang harus dihindari selama mengkonsumsi obat (Anonim, 2004a).
Informasi obat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat karena dengan informasi obat maka masyarakat dapat menggunakan
obatnya dengan rasional.
Informasi obat mengenai cara pemakaian dilakukan petugas di semua
apotek. Ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek yang melakukan adalah
81,0% adalah APA, 3,4% Apoteker Pendamping, 15,5% AA, dan tidak ada petugas
selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Informasi cara penyimpanan tidak dilakukan oleh petugas di 5,2% apotek.
Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan pemberikan informasi
tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA
sebanyak 77,6%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 3,4%
apotek, 13,8% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Cara pemakaian obat
Petugas
Tidak
dilakukan
Bukan
tenaga
kefarmasian
Asisten
Apoteker
Apoteker
Pendamping
Cara penyimpanan
Apoteker
Pengelola
Apotek
Persentase (%)
Yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika APA
berada di apotek
Jangka waktu
pengobatan
Aktivitas serta makanan
dan minuman yang
harus dihindari selama
terapi
Gambar 34. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian informasi ketika APA
berada di apotek
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Informasi mengenai jangka waktu pengobatan tidak dilakukan oleh petugas
di 1,7% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya memberikan informasi tersebut
yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek
adalah APA sebanyak 82,8%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%),
dan asisten apoteker (12,1%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang
melakukan.
Informasi mengenai aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi tidak dilakukan oleh petugas di 15,5% apotek. Untuk apotek
yang tenaga kefarmasiannya memberikan informasi tersebut ketika Apoteker
Pengelola Apotek berada di apotek informasi diberikan oleh 74,1% APA, 3,4%
Apoteker Pendamping, 6,9% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan.
b. Konseling
Konseling sebaiknya mencakup mengenai penyakit, obat, dan upaya
peningkatan kualitas hidup pasien. Konseling perlu dilakukan terutama untuk pasienpasien dengan kondisi kronis. Konseling yang diberikan mengenai penyakit yang
diderita, diharapkan pasien benar-benar mengerti tentang kondisinya dan sadar
bahwa ketaatan dalam minum obat sangat diperlukan untuk memperbaiki kondisi
mereka. Konseling mengenai obat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai tujuan pengobatan itu sendiri dan mengetahui dengan jelas
bagaimana peran obat dalam proses penyembuhan. Hal-hal yang bisa diberikan
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam konseling ini misalnya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan apa yang
sebaiknya dilakukan.
Waktu pengambilan data peneliti tidak memberikan informasi kepada
Apoteker Pengelola Apotek tentang pengertian konseling sehingga ada kemungkinan
Apoteker Pengelola Apotek yang menganggap konseling sama dengan konsultasi
juga menjawab telah melakukan konseling meskipun keduanya memiliki pengertian
yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebanyak 82,8% Apoteker
Pengelola Apotek yang melakukan perannya dengan memberikan konseling tentang
sediaan farmasi. Dan ada sebanyak 79,3% Apoteker Pengelola Apotek yang
melakukan perannya dalam memberikan konseling tentang pengobatan selama di
apotek.
Konseling mengenai sediaan farmasi tidak dilakukan oleh 8,6% petugas di
apotek apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasinnya memberikan konseling
tersebut yang lebih sering melakukan ketika APA berada di apotek adalah APA
sebanyak 82,8%. Lainnya diberikan oleh Apoteker Pendamping sebanyak 5,2%
apotek, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Konseling mengenai pengobatan tidak dilakukan oleh petugas di 10,3%
apotek. Apotek yang tenaga kefarmasinnya memberikan konseling tersebut yang
paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek ada di apotek adalah
APA sebanyak 79,3%. Lainnya dilakukan oleh Apoteker Pendamping (5,2%), dan
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
asisten apoteker (5,2%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang
melakukan.
Persentase (%)
Yang lebih sering melakukan konseling tentang sediaan farmasi dan
pengobatan ketika APA berada di apotek
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
82.879.3
Sediaan farmasi
Pengobatan
Apoteker
Pengelola
Apotek
8.6 10.3
5.2 5.2
3.4 5.2
0.0 0.0
Apoteker
Pendamping
Asisten
Apoteker
Bukan tenaga
kefarmasian
Tidak
dilakukan
Petugas
Gambar 35. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling tentang sediaan
farmasi dan pengobatan ketika APA berada di apotek
Hasil penelitian pada gambar 35 terlihat bahwa pemberian konseling
kepada pasien TBC tidak dilakukan oleh petugas di 22,4% apotek. Untuk apotek
yang tenaga kefarmasinnya melakukan 70,7% adalah diberikan oleh APA, 3,4% oleh
Apoteker Pendamping, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian
yang melakukan.
Pemberian konseling kepada pasien diabetes tidak dilakukan oleh petugas
di 15,5% apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yang
lebih sering memberikan konseling ketika APA berada di apotek adalah APA
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(79,3%). Diberikan oleh poteker pendamping sebanyak 3,4% apotek, 1,7% oleh AA,
dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada pasien TBC,
diabetes, asma, dan kardiovaskuler ketika APA berada di apotek
90
Persentase (%)
80
TBC
70
60
Diabetes
50
40
Asma
30
20
kardiovaskuler
10
0
Apoteker
Pengelola
Apotek
Apoteker
Pendamping
Asisten
Apoteker
Bukan tenaga
kefarmasian
Tidak
dilakukan
Petugas
Gambar 36. Petugas yang lebih sering melakukan pemberian konseling kepada pasien
penyakit TBC, diabetes, asma, kardiovaskuler ketika APA berada di apotek
Pemberian konseling kepada pasien asma tidak dilakukan oleh petugas di
15,5% apotek. Apotek yang tenaga kefarmasiannya memberikan konseling tersebut
yang paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada di apotek
adalah APA sebanyak 62,1%. Dilakukan oleh Apoteker Pendamping (3,4%), dan
asisten apoteker (5,2%). Tidak ada petugas selain tenaga farmasi yang melakukan.
Pemberian konseling kepada pasien penyakit kardiovaskuler tidak
dilakukan oleh petugas di 24,1% apotek yang disurvei. Apotek yang tenaa
kefarmasiannya melakukan pemberian konseling kepada pasien kardiovaskuler
ketika Apoteker Pengelola Apotek ada di apotek konseling tersebut dilakukan oleh
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
APA (70,7%), 3,4% Apoteker Pendamping, 1,7% AA, dan tidak ada petugas selain
tenaga kefarmasian yang melakukan.
4. Monitoring
Monitoring bertujuan untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut terapi
obat pasien. Dalam penelitian ini tidak ditanyakan apakah apotek memiliki
medication record sehingga jawaban mengenai apakah apotek telah melakukan
monitoring tergantung dari subyektifitas dari Apoteker Pengelola Apotek.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk monitoring terhadap pasien
tertentu yaitu pada pasien TBC, Apoteker Pengelola Apotek yang melakukan
perannya ada 37,9%, pada pasien diabetes sebanyak 43,1%, pada pasien asma
sebanyak 37,9%, pada pasien kardiovaskuler sebanyak 37,9%, monitoring terhadap
hasil konsultasi sebanyak 32,8%, dan rata-rata dari apoteker yang melakukan
perannya dengan melakukan monitoring adalah 37,9%. Dengan hasil seperti
disebutkan berarti masih banyak Apoteker Pengelola Apotek yang belum melakukan
perannya dalam hal monitoring obat. Hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar 37.
a. Monitoring terhadap pasien dengan penyakit berikut
Monitoring kepada pasien TBC tidak dilakukan oleh petugas di lebih dari
separoh apotek yang disurvei yaitu 56,9% apotek. Untuk apotek yang tenaga
kefarmasiannya melakukan 37,9% adalah dilakukan oleh APA, 1,7% oleh Apoteker
Pendamping, 3,4% AA, dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang
melakukan.
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien TBC,
Diabetes, Asma, dan Kardiovaskuler
an
ku
k
as
ia
n
na
k
da
an
te
Ti
ke
ga
is
te
di
la
fa
rm
ot
Ap
n
nd
Pe
ek
er
Ap
ot
As
Bu
k
ot
Ap
la
lo
ng
e
Pe
ek
er
ot
Ap
ek
er
am
pi
ng
TBC
Diabetes
Asma
Kardiovasculer
ek
Persentase (%)
70
60
50
40
30
20
10
0
Petugas
Gambar 37. Petugas yang lebih sering melakukan monitoring kepada pasien penyakit
TBC, diabetes, asma, cardiovaskuler
Monitoring kepada pasien diabetes tidak dilakukan oleh petugas di 53,4%
apotek. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya melakukan yang lebih sering
monitoring ketika APA berada di apotek adalah APA (43,1%). Dilakukan oleh
apoteker pendamping sebanyak 1,7% apotek, 1,7% oleh AA, dan tidak ada petugas
selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
Monitoring kepada pasien asma tidak dilakukan oleh petugas di 58,6%
apotek. Apotek yang tenaga kefarmasinnya melakukan monitoring tersebut yang
paling sering melakukan ketika Apoteker Pengelola Apotek berada ada yaitu APA
sebanyak 37,9%. Dilakukan oleh Apoteker Pendamping (1,7%), dan asisten apoteker
(1,7%). Tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Monitoring kepada pasien penyakit kardiovaskuler tidak dilakukan oleh
petugas di 58,6% apotek yang disurvei. Apotek yang tenaga kefarmasiannya
melakukan monitoring kepada pasien kardiovaskuler ketika Apoteker Pengelola
Apotek ada dilakukan oleh APA (37,9%), 1,7% Apoteker Pendamping, 1,7% AA,
dan tidak ada petugas selain tenaga kefarmasian yang melakukan.
b. Monitoring terhadap hasil konsultasi pasien
Persentase (%)
Yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi pasien
70
60
50
40
30
20
10
0
62.1
32.8
Apoteker
Pengelola Apotek
3.4
1.7
0.0
Apoteker
Pendamping
Asisten Apoteker
Bukan tenaga
kefarmasian
tidak dilakukan
Petugas
Gambar 38. Petugas yang lebih sering melakukan monitoring terhadap hasil konsultasi
pasien
Apotek yang petugasnya tidak melakukan monitoring terhadap hasil
konsultasi pasien adalah 62,1%. Sedangkan apotek yang tenaga kefarmasiannya
melakukan yaitu oleh APA (32,8%). Apoteker Pendamping yang melakukan 3,4%,
asisten apoteker 1,7%, dan petugas selain tenaga kefarmasian tidak melakukan.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Rangkuman Bahasan
Hasil dari pelaksanaan peran tersebut di atas jika dirata-rata terlihat dalam
tabel III yaitu untuk skrining persyaratan administratif, skrining kesesuaian
farmasetika, pertimbangan klinis, komunikasi dengan dokter apabila ada resep yang
kurang jelas, dan usul pengantian obat kepada dokter jika ada pasien yang tidak
mampu, rata-rata APA yang melakukan ketika berada di apotek adalah sebanyak
72,7%. Rata-rata APA yang melakukan peran peracikan resep, penyiapan etiket, dan
pengemasan obat selama APA berada di apotek adalah sebanyak 60,3%. Rata-rata
APA yang melakukan penyerahan obat dan memberikan informasi kepada pasien
selama APA berada di apotek adalah sebanyak 78,9%. Rata-rata APA yang
melakukan pemberian konseling selama di apotek adalah sebanyak 76,4%, dan rata
rata APA yang melakukan monitoring kepada pasien adalah sebanyak 37,9%.
Dengan melihat tabel III diketahui bahwa apoteker pengelola apotek paling
berperan dalam melakukan penyerahan obat dan pemberian informasi kepada pasien
ketika apoteker pengelola apotek berada di apotek. Secara keseluruhan apoteker
pengelola apotek lebih berperan dalam pelayanan resep dibandingkan dengan
petugas lain selama di apotek. Namun dalam hal peracikan resep, penyiapan etiket,
dan pengemasan obat hanya dilakukan oleh 60,3% APA dan sisanya banyak
dilakukan oleh asisten apoteker. Sedangkan peran apoteker dalam hal monitoring
paling kurang dibandingkan dengan kegiatan pelayanan resep yang lain.
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel III. Rata-rata APA yang melakukan pelayanan resep selama di apotek
NO
PERAN APOTEKER PENGELOLA
PERSENTASE (%)
APOTEK
1
Skrining persayaratan administratif, kesesuaian
72,7
farmasetika, dan pertimbangan klinis,dll
2
Peracikan resep, penyiapan etiket, dan
60,3
pengemasan obat
3
Penyerahan obat dan informasi kepada pasien
78,9
4
Pemberian konseling
76,4
5
Monitoring
37,9
Lebih jauh mengenai seberapa banyak peran yang telah dilakukan oleh
apoteker pengelola apotek sebenarnya dapat diukur melalui evaluasi terhadap
pelayanan yang telah diberikan dengan menilai tingkat kepuasan konsumen. Hal ini
dapat dilakukan dengan survei berupa angket dan wawancara langsung dengan
konsumen/pelanggan.
Hal
ini
sesuai
1027/MENKES/SK/IX/2004.
94
dengan
Kepmenkes
No.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap perannya
dalam pelayanan resep selama di apotek dapat disimpulkan bahwa APA lebih
berperan dibandingkan dengan petugas lain yaitu;
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan skrining persyaratan
administratif, kesesuaian farmasetika, dan pertimbangan klinis resep selama di
apotek adalah 72,7%.
2. Apoteker Pengelola Aportek (APA) yang melakukan peracikan resep, penyiapan
etiket, dan pengemasan obat selama di apotek adalah 60,3%.
3. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan penyerahan obat dan
informasi kepada pasien selama di apotek adalah 78,9%.
4. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan konseling selama di apotek
adalah 76,4%.
5. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang melakukan monitoring penggunaan
obat adalah 37,9%.
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. SARAN
1. Agar profesi apoteker dapat meningkatkan peran dalam menjalakan tugas dan
fungsi sebagai apoteker, Apoteker Pengelola Apotek harus meningkatkan
kehadirannya di apotek selama apotek buka sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Perlu dicari faktor-faktor yang menyebabkan kehadiran Apoteker Pengelola
Apotek (APA) di apotek rendah.
3. Dinas Kesehatan kota dan Balai POM perlu memberikan peringatan dan sanksi
yang tegas kepada apotek yang buka tanpa adanya apoteker.
4. ISFI harus meningkatkan dan mencari cara yang efektif dalam membina
angotanya.
5. Penelitian lebih lanjut yang mencari hubungan antara kepemilikan sarana apotek
(APA sekaligus PSA, APA sebagai karyawan, dan APA memiliki sebagian modal
dari apotek) dengan kehadiran APA di apotek.
6. Penelitian yang mencari hubungan antara pengalaman dan umur dengan
kehadiran APA di apotek perlu dilakukan.
7. Penelitian yang mencari hubungan antara adanya pekerjaan lain disamping
sebagai APA dengan kehadiran Apoteker Pengelola Apotek (APA) perlu
dilakukan.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta
Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada Univerisy Press, Yogyakarta
Anonim, 1965, Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 1965 tentang Apotek, Depkes
RI, Jakarta
Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas
peraturan Pemerintah No.26 Tentang Apotek, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1981, Peraturan Menteri Kesehatan No.26/MENKES/Per/I/1981 Tentang
Pengelolaan dan Perizinan Apotek, Menteri Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1990, Peraturan Menteri kesehatan No. 244/MENKES/SK/V/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1990, Peraturan Menteri kesehatan No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Depkes RI, Jakarta
Anonim, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, Bali Pustaka, Jakarta
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 23 tahun 1992 Tentang
Kesehatan
Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/Per/X/1993
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Menteri
Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan, Jakarta
Anonim, 1998, Peraturan Pemerintah Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan, Jakarta
Anonim, 1999, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen
Anonim, 2002, Keputusan Menteri kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang
Ketentuan dan Tatacara Pemberian Izin Apotik, Depkes RI, Jakarta
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anonim, 2004a, Keputusan Menteri Kesehatan No.1027/MENKES/SK/IX/2004
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Menteri kesehatan RI,
Jakarta
Anonim,
2004b, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.102/MEN/IVX/2004 Tentang Waktu Kerja dan Upah Kerja Lembur,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Jakarta
Anonim,
2004c, Teknik Konseling Pelayanan Obat
Farmakoterapi Obat Wajib Apotik, ISFI DIY
di
Apotik,
Seminar
Christina, L., dkk., 2002, Seni Menulis Resep Teori dan Praktek, Perca, Jakarta 2002
Dwiprahasto, I., 2004, Medication Error, Materi Seminar Sehari Medication Error;
Tantangan dalam Pelayanan Medis dan Kefarmasian, Magister
Manejemen, Fakultas Farmasi, UGM
Donatus, I. A., 2000 , Globalisasi dan Orientasi Baru Pelayanan Farmasi Komunitas;
Upaya Peningkatan Peran Apoteker. Risalah Seminar Sehari Dampak
Globalisasi Ekonomi dan Farmasi Terhadap Hak-Kewajiban Farmasis dan
Konsumen, Lembaga Kajian Farmasi USD, Yogyakarta
Harding, G., Sarah, N., and Kevin T., 1993, Sociology for Pharmacist, an
Introduction, The Macmillan Press, LTD, London, England
ISFI, 2004, Standar Kompetensi farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta.
Mardalis, 2006, Metode Penelitian Suatu pendekatan Proposal, Bumi Aksara,
Jakarta
Merita, Y., 2003, Kredibilitas Profesi Apoteker di Apotek Kota Yogyakarta, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Nawawi, H., 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, 117-125, 137-160, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta
Purwanti, A., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek
DKI Jakarta Tahun 2003, http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004. Diakses
pada tangal 15 Juli 2005
Santoso, B., 1996, Principles of Rational Prescribing, Medical Progress, 23 (10), 6-9
100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sari P.I., 2004, Penelitian Farmasi Komunitas dan Klinik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Siregar, C. J. P., 1994, Pelayanan Farmasi yang Baik, Badan Pimpinan Pusat Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta
Sujaswadi, R., 2001, Farmasi, Farmasis, dan Farmasi Sosial, Medika, No 3, 128-131
WHO, 1997, The Role of Pharmacist in the Health Care System, Report of Thirtd
WHO Consultative Group in the Role of the Pharmacist, World Health
Organization, Vancouser, Canada
101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Kepada Yth
Apoteker Pengelola Apotek
Di kotamadya Yogyakarta
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan jenjang studi S-1, saya bermaksud mengadakan
penelitian dengan judul “ Gambaran Peran Apoteker Pengelola Apotek di Kotamadya
Yogyakarta dalam Pelayanan Resep Selama Kehadirannya di Apotek”.
Sehubungan dengan itu, saya mohon kerelaan bapak/ ibu untuk menjawab pertanyaan
berikut dengan lengkap dan sesuai dengan hati nurani bapak/ ibu. Karena jawaban yang saya
butuhkan adalah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan bapak/ ibu, dan jawaban tidak
mendapat penilaian benar atau salah. Segala informasi yang bapak/ ibu berikan akan dijaga
kerahasiannya demi kepentingan ilmiah.
Atas bantuan bapak/ ibu mengisi daftar pertanyaan berikut saya mengucapkan terima
kasih.
Hormat saya,
Suyono
NIM: 028114154
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Petunjuk Pengisian
•
Lingkarilah pada salah satu jawaban untuk pertanyaan berikut!
1. Data Apotek
No.
1.
Pertanyaan
Siapakah pemilik apotek tempat anda bekerja?
Jawaban
a. Milik sendiri
b. Bukan milik sendiri
c. Gabungan/ kerja sama
dengan pihak lain
2.
Jika bukan milik sendiri, pemilik sarana apotek (PSA) adalah:
a. Perorangan
b. Koperasi
c. PT
d. Lainnya
3.
Berapa lama rata-rata per hari apotek tempat anda bekerja a. <10 jam
buka?
b. 10 s/d 14 jam
c. 15 jam s/d 23jam
d. 24 jam
4.
Berapa hari seminggu apotek tempat anda bekerja buka?
a. <6 hari
b. 6 hari
c. 7 hari
5.
Apakah di apotek tempat anda bekerja memiliki prosedur a. Ya
tetap?
6.
b. Tidak
Apakah di apotek tempat anda bekerja memiliki job a. Ya
description yang tertulis?
7.
b. Tidak
Berapa jumlah rata-rata resep masuk tiap bulan di apotek a. <40 lembar
tempat anda bekerja?
b. 40-60 lembar
c. >60 lembar
8.
Berapa jumlah asisten apoteker di apotek tempat anda a. tidak ada
bekerja?
b. 1-2 orang
c. ≥3 orang
103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
Berapa jumlah pegawai selain apoteker/ asisten apoteker di a. tidak ada
apotek tempat anda bekerja?
b. 1-2 orang
c. ≥3 orang
10.
Berapa jumlah dokter yang praktek di apotek anda bekerja?
a. tidak ada
b. 1-2 dokter
c. 3-4 dokter
d. >4 dokter
2. Data Apoteker Pengelola Apotek
No.
1.
Pertanyaan
Berapakah umur APA?
Jawaban
a. <30 tahun
b. 30 s/d 50 tahun
c. >50 tahun
2.
Berapa lama pengalaman APA bekerja sebagai Apoteker di a. <2 tahun
apotek?
b. 2 s/d 4 tahun
c. 4 s/d 12 tahun
d. > 12 tahun
3.
4.
Apakah APA bekerja penuh waktu sebagai Apoteker di a. Ya
apotek?
b. Tidak
Apakah APA memiliki pekerjaan yang lain?
a. Ya
b. Tidak
5.
Apakah APA memiliki apoteker pendamping?
a. Ya
b. Tidak
6.
Berapa hari rata-rata APA bekerja di apotek?
a. <3 hari
b. 3-5 hari
c. 6-7 hari
7.
Berapa lama rata-rata APA berada di apotek
a. <4 jam
b. 4 s/d 6 jam
c. >6 jam
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Pertanyaan Menyangkut Pelayanan Resep di Apotek
Berilah tanda ╳ pada salah satu jawaban (a), (b), (c), atau (d) yang menyatakan pihak yang
lebih sering melakukan ketika apoteker pengelola apotek (APA) berada di apotek atau
berilah tanda ╳ pada huruf (e) jika pelayanan tidak dilakukan!
Keterangan:
APA
= Apteker Pengelola Apotek
AP
= Apteker Pendamping
AA
= Asisten Apteker
KL
= Karyawan selain Apoteker/ Asisten apoteker
a. Skrinning resep
No
1.
Pelayanan Resep
Jawaban
Skrining Administratif resep:
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek
adalah
1)
Nama, SIP, alamat
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
dokter
2)
Tanggal penulisan resep
(e) Tidak
dilakukan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3)
Tanda tangan/ paraf
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
penulis resep
4)
Nama, SIP dan Alamat
dilakukan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
dokter
5)
Tanggal penulisan
Nama, alamat, umur
(e) Tidak
dilakukan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
Resep
6)
(e) Tidak
(e) Tidak
dilakukan
(a) APA
pasien, jenis kelamin,
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
dan berat badan pasien
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7)
Nama obat, potensi,
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
dosis, jumlah yang
(e) Tidak
dilakukan
minta
8)
Cara pemakaian yang
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
jelas
2.
(e) Tidak
dilakukan
Skrinning kesesuaian
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek
farmasetik:
adalah
1)
(a) APA
Bentuk sediaan
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2)
Dosis
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3)
Potensi
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
4)
Stabilitas
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
5)
Inkompatibilitas
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
6)
Cara dan lama
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
pemberian
3.
Pertimbangan klinis:
(e) Tidak
dilakukan
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di apotek
adalah
1)
Adanya alergi
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2)
Efek samping
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3)
Interaksi
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
4)
Kesesuaian (dosis,
(a) APA
durasi, jumlah obat dan
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
lain-lain)
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.
Melakukan komunikasi
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
dengan dokter apabila ada
(e) Tidak
dilakukan
keraguan terhadap resep
5.
Obat untuk pasien tidak
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
mampu diusulkan kepada
(e) Tidak
dilakukan
dokter oleh apotek untuk
diganti dengan obat generik
b. Peracikan, pengetiketan, dan penyerahan obat
A. Pelayanan Resep
No
1.
Prosedur HTKP (harga, timbang,
Jawaban
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
kemas, penyerahan)
2.
Pengecekan:
(e) Tidak
dilakukan
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di
apotek adalah
1) Mutu fisik obat
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2) pengetiketan dengan jelas
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3.
Pemeriksaan akhir kesesuian
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
resep dengan obat yang akan
(e) Tidak
dilakukan
diserahkan pasien
c. Informasi dan konseling
No
1.
Pelayanan Resep
Jawaban
Memberikan informasi pada saat
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di
penyerahan obat yang meliputi:
apotek adalah
1)
(a) APA
Cara pemakaian obat
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2)
Cara menyimpan obat
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3)
Jangka waktu pengobatan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
4)
Aktivitas serta makanan dan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
minuman yang harus
(e) Tidak
dilakukan
dihindari selama terapi
2.
Memberikan konseling mengenai:
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di
apotek adalah
1)
Sediaan farmasi
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2)
Pengobatan
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3.
Memberikan konseling kepada
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di
pasien:
apotek adalah
1)
(a) APA
TBC
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2)
Diabetes
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
Memberikan konseling kepada
Yang lebih sering melakukan ketika APA hadir di
pasien:
apotek adalah
3)
(a) APA
Ashma
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
4)
Cardiovascular
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda ╳ pada salah satu jawaban (a), (b), (c), atau (d)
yang menyatakan pihak yang lebih sering melakukan. Atau berilah tanda ╳ pada huruf (e)
jika pelayanan tidak dilakukan!.
d. Monitoring
No
1.
Pelayanan Resep
Monitoring penggunaan obat
Jawaban
Yang lebih sering melakukan adalah
terhadap pasien
1)
TBC
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2)
Diabetes
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
3)
Ashma
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
4)
Cardivascular
(a) APA
(b) AP
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
2.
Monitring terhadap hasil konsultasi
(a) APA
(b) AP
pasien
(c) AA
(d) KL
(e) Tidak
dilakukan
Terima kasih telah membantu☺!
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Tabulasi Data
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
B
D
B
B
B
A
B
C
C
B
2
B
A
C
B
A
B
A
C
C
C
3
B
A
B
B
B
B
A
B
A
B
4
B
A
D
C
A
A
C
C
C
C
5
B
A
B
B
B
A
C
B
B
D
6
B
A
B
C
A
A
C
B
C
B
7
C
D
B
C
B
B
C
C
C
B
8
B
D
B
C
B
B
A
A
B
B
9
B
C
B
B
A
A
C
C
C
C
10
B
A
B
C
A
A
B
B
B
B
11
B
A
B
C
A
A
C
C
B
B
12
B
A
B
B
A
A
C
B
B
C
13
B
C
A
B
A
B
C
C
C
B
Responden
14 15 16
C A C
B B C
C B B
A A B
A A B
A A A
B B C
C B C
B B A
17
C
A
B
B
A
B
B
A
A
18
B
C
B
C
A
A
C
B
C
C
19
B
A
B
B
A
B
C
B
C
B
20
C
B
B
B
B
A
B
B
B
21
B
A
B
B
B
B
C
C
C
A
22
B
A
B
C
A
B
C
C
C
C
23
B
A
B
C
A
A
C
A
C
B
24
B
A
B
B
B
B
A
B
C
A
25
C
A
B
B
B
A
B
B
D
26
B
C
D
C
A
A
B
C
C
B
27
C
B
B
B
B
C
B
B
B
28
C
B
B
A
B
A
B
C
B
29
B
A
C
B
A
B
C
B
B
B
1
2
3
4
5
6
7
A
C
B
A
B
B
A
C
D
B
A
B
B
A
C
D
B
A
B
C
B
A
B
A
B
A
C
B
B
C
B
A
B
C
C
A
B
A
B
B
C
C
C
D
B
A
B
B
A
A
A
A
B
A
C
B
A
B
B
A
B
B
B
A
A
A
B
B
C
C
C
B
B
A
B
A
A
B
A
B
A
B
A
B
C
D
B
A
B
B
A
C
D
A
B
B
C
B
B
B
A
B
B
C
C
B
C
B
A
B
A
A
A
A
A
B
A
C
C
A
B
A
B
B
C
C
A
B
A
B
B
C
C
C
D
B
A
B
B
A
B
D
B
A
B
B
A
A
B
B
A
B
C
B
A
B
A
B
A
C
C
B
B
A
B
B
C
B
C
D
A
B
B
B
A
A
B
A
B
A
C
C
C
D
A
B
B
C
C
A
A
A
B
B
C
B
B
C
B
A
B
B
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
C
E
C
C
C
C
C
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
C
A
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
A
A
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
C
A
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
1
1
2
3
4
5
6
110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 2.
2
1
2
3
4
5
6
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
E
C
E
E
E
E
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
E
E
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
A
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
3
1
2
3
4
E
E
E
E
A
A
A
A
E
E
E
E
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
C
E
C
C
C
C
C
E
E
E
C
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
A
A
C
A
A
A
C
A
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
5
A
A
C
A
A
E
A
A
A
C
C
E
A
A
E
A
A
C
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
1
A
C
C
C
A
A
C
A
C
C
C
C
C
C
C
C
A
A
A
C
C
C
A
A
C
A
A
A
C
C
C
C
C
A
C
A
C
A
A
A
A
A
C
A
A
C
A
A
A
C
C
A
C
C
C
A
C
C
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
C
A
C
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
C
A
A
A
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
A
C
A
A
A
A
C
A
A
A
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
E
E
E
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
E
C
E
E
C
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
2
1
2
3
1
2
1
2
3
4
1
2
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 2.
3
1
2
3
4
E
E
E
E
A
A
A
A
C
E
C
E
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
C
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
1
2
3
4
E
E
E
E
E
E
E
E
C
E
E
E
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
E
C
C
C
C
E
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
E
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
A
A
E
E
E
A
E
E
C
E
A
A
E
A
E
E
E
A
A
E
E
E
A
A
A
E
30
B
A
B
C
B
B
A
C
B
A
31
B
A
B
B
B
B
A
B
B
B
32
B
A
B
C
A
B
C
B
B
D
33
B
A
B
B
B
B
B
C
B
A
34
B
D
B
C
A
B
C
A
B
A
35
B
A
B
C
B
B
B
B
B
B
36
B
A
B
C
B
B
C
B
B
C
37
B
D
B
B
A
A
C
B
B
B
38
B
B
B
B
A
A
C
B
A
C
39
B
A
B
B
A
A
C
C
B
B
40
B
A
B
C
A
A
A
B
C
C
41
B
D
B
B
A
A
C
B
C
B
42
A
A
C
A
A
A
A
B
A
Responden
43 44 45
C A B
A
B B B
A B B
A A A
B A B
C C A
B B C
C B A
B B C
46
A
B
B
A
A
A
C
C
B
47
B
A
B
B
B
B
A
B
A
A
48
B
A
B
B
B
B
A
B
C
A
49
B
A
B
B
A
B
C
B
A
A
50
B
A
C
B
B
B
C
B
C
A
51
C
A
B
C
B
B
C
B
B
A
52
B
A
A
B
A
A
C
B
C
B
53
C
B
C
B
B
C
C
A
A
54
B
C
B
B
A
A
A
C
C
A
55
B
A
B
B
B
B
C
B
B
B
56
B
A
B
B
A
A
C
B
C
C
57
C
A
A
B
B
B
C
B
C
B
58
B
D
B
B
A
A
A
C
C
B
5
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 2.
1
2
3
4
5
6
7
B
B
A
A
B
C
B
B
B
B
B
B
C
A
A
A
A
A
A
C
B
B
C
A
B
B
C
C
B
C
A
A
B
C
C
C
D
B
A
A
A
A
B
B
B
A
A
B
A
A
A
A
B
A
C
C
A
B
A
B
B
C
C
B
C
A
B
B
B
B
A
B
A
A
A
B
B
A
A
A
B
A
C
B
B
C
A
A
B
C
B
C
D
B
A
A
B
A
C
B
B
A
B
B
B
B
B
B
A
B
C
B
B
C
B
A
B
C
B
B
C
A
B
B
C
C
B
C
A
A
B
B
B
A
A
C
B
B
C
A
A
B
A
B
A
C
C
A
B
A
B
B
C
B
B
A
A
A
B
C
B
B
C
A
A
B
B
B
C
D
B
B
B
B
A
B
C
A
B
B
C
B
A
B
A
B
B
C
B
A
C
A
B
B
C
B
C
D
A
A
B
B
B
1
1
2
3
4
5
6
E
C
E
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
C
C
A
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
A
A
C
C
C
A
A
A
B
C
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
C
C
C
C
A
A
2
1
2
3
4
5
6
C
C
E
E
E
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
C
C
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
B
B
C
C
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
C
A
A
E
E
A
A
A
A
E
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
E
A
A
A
C
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
E
E
E
C
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
A
A
A
A
A
A
E
C
A
A
A
A
A
A
3
1
2
3
4
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
E
E
A
A
E
E
A
B
B
B
B
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
C
E
E
E
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
5
A
A
E
A
A
B
C
A
A
E
A
A
E
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
E
A
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 2.
1
2
1
2
3
C
A
A
A
A
B
C
A
A
C
C
E
A
C
C
C
C
A
A
C
D
A
C
A
C
C
A
C
C
A
C
A
A
A
A
A
A
D
A
B
B
C
C
C
C
A
A
C
C
B
B
A
A
A
A
B
A
A
C
C
C
A
C
A
A
A
A
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
A
C
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
A
B
C
A
A
C
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
A
A
A
A
1
1
2
3
4
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
E
A
E
A
A
A
A
B
B
B
B
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
B
B
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
C
C
C
C
A
A
A
A
A
A
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
2
1
2
A
A
A
E
A
A
A
E
A
A
B
B
C
C
A
A
E
A
C
C
B
B
A
A
A
A
B
A
A
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
A
A
A
E
A
A
A
A
3
1
2
3
4
E
A
A
E
E
E
E
E
E
A
A
A
E
E
E
E
A
A
E
E
B
B
B
B
C
C
C
C
A
A
A
E
A
A
A
A
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
B
B
B
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
A
A
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
A
E
A
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
E
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
4
1
2
3
4
E
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
E
E
E
E
A
A
E
E
B
B
B
B
E
E
E
E
A
A
A
E
A
A
A
A
E
E
E
E
A
A
A
A
A
E
E
E
A
A
A
A
A
A
A
A
E
A
E
A
A
A
E
E
A
A
A
A
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
A
E
A
A
E
A
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
E
A
A
A
A
A
E
A
A
A
E
E
A
E
A
B
E
E
A
E
B
E
A
A
E
E
E
E
E
E
A
A
A
E
E
E
E
E
E
5
114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lamapiran 3. Kondisi fisik apotek di kota Yogyakarta pasca gempa
Ruang yang
No
Nama
Rusak
Kerusakan
tingkat kerusakan
Luas
Keterang
(m2)
an
Kecamatan Pakualaman
Kantor
Plafond retak
ringan
9
Apotek Sultan Agung
R. Dokter
dinding retak
ringan
35
jl. Sultan Agung 41
R. Obat
dinding retak
ringan
40
R. Obat
dinding retak
sedang
81
jl. Kenari 22
R. Obat
dinding retak
ringan
12
Apotek UAD
R. Obat
dinding retak
ringan
12
jl. Cendana 9A Semaki
R. Apoteker
dinding retak
ringan
12
Apotek Budi Asih
Semua Bangunan
rusak total
jl. Glagahsari 91 C
& ruang
bangunan dirobohkan
berat
100
Apotek Fajar
R. Obat
dinding retak
ringan
4
jl. Ki Ageng Pemanahan
Pagar batas lahan
3A
belakang
pagar roboh
sedang
6
1
2
Apotek Sentul
jl. Sultan Agung 62
3
4
5
6
Apotek Kenari
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
Kecamatan Kotagede
konstruksi
bangunan
Dinding depan
sedang
Apotek Kusuma Nata
plester retak
sedang
jl. Kusumanegara 33
kanopi depan rusak
sedang
dinding pecah, plseter retak
sedang
12
36
R. Praktek
8
tua
dinding miring
7
Apotek Ramadhan
Apotek & R.
jl. Kusumanegara 296
Tunggu
kolom pecah, balok retak
sedang
R. Display Obat
plester retak
ringan
Kecamatan Kotagede (lanjutan)
9
Apotek Citra
Apotek
Mataram
10
Farma
R. Display Obat
plafond
jebol, plesterna retak
11
Apotek Kasih Farma
Atap
genteng rontok
ringan
dinding pagar roboh kanopi
12
Apotek Saerah
rusak batu tempel lepas
ringan ringan ringan
13
Apotek Kotagede
Dinding depan miring
sedang
116
ringan
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3
Kecamatan Mantrijeron
Apotek
Maryati
jl.
R. Dalam
13/
S
(etalase) Kanopi
plester retak penopang konsol
atas
patah
ringan berat
Kantor
plester retak plster retak
ringan ringan
R. Belakang
dinidng roboh
berat
R. Kantor
Dinding retak
sedang
Atap
sebagian genteng pecah
ringan
Tamansari
14
jl.
Parman 3
sedang
dalam
perbaikan
Apotek Mitra Sehat jl.
Bantul
15
Suryodiningratan
16
Apotek Pratama
31,
jl. Bantul 110
17
R. Etalase R.
Apotek Pugeran
Jl. Bantul 65
Apotek Citra gading
18
Farma
jl. DI Panjaitan 19
setelah
gempa
jarang
19
buka
Apotek Pelangi
jl. DI Panjaitan 93
Kanopi depan
retak
ringan
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
Apotek Tirta Farma
jl. Parangtritis, Perum
20
Pewita regency, Ruko A
pintu geser depan
20
kolom depan
macet/tidak dapat dibuka mirng
ringan berat
sedang
Apotek
21
Ratna
jl.
Parangtritis 56
dalam
Plafond Dinding
Etalase
Pecah-pecah Dinding retak
ringan ringan
perbaikan
sedang
Apotek
22
Satriya
jl.
dalam
Semua ruang
Parangtritis 104
dinidng dan atap runtuh
berat
perbaikan
Kecamatan Keraton
Apotek
23
Kurnia
jl.
Ngasem 88, Kadipaten
dinding bata retak plseter
Gudang obat lt. 2
mengelupas
sedang
2
Lantai 1
dinding retak balok latai retak
ringan ringan
5
R. Depan
plseter retak
ringan
2
R. depan/Etalase
plester retak
ringan
2
ringan ringan
4
Apotek Harmoni jl. Ibu
24
Ruswo 68 Kraton
Apotek
25
jl.
Rotowijayan 14
Apotek
26
Perdana
Wipa
Mantrigawen Lor 30
jl.
Kecamatan Ngampilan
27
Apotek Rhodiyah
R. Depan
plester retak kaca jendela pecah
118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
Apotek Bhakti jl. Ny.
28
29
Ahmad Dahlan 18
R. Depan
Apotek Yogya Farma
Bagian depan
jl. Kemetiran Kidul 9A
bangunan
dinding retak
ringan
6
keramik retak dan pecah
ringan
12
Kecamatan Umbulharjo
Apotek
Timoho
30
Kusumanegara 104
31
Apotek Kusuma Nata
jl.
Dinding retak memanjang
Lantai 2
plester retak plafond turun
Plafond rusak
jl. Kusuma Negara 23
R. Depan
plester & dinding retak
R. Depan
Plafond pecah dinding retak
5
sedang
20
ringan
30
Apotek Eka Manunggal
32
jl. Menteri Supeno 15 A
Apotek
33
Shinta
jl.
Menteri Supeno 78
plester retak keramik lepas
R. Belakang
plafond pecah
ringan
4
R. Depan
dinding retak
ringan
2
Apotek Ester jl. Imogiri
34
no. 177 Giwangan
Apotek Umbulharjo jl.
Perinits
35
Kemerdakaan
dinding retak plafond rusak atap
no. 72
rusak kaca pecah
tidak
ringan
dinding retak, plester lepas plat
Apotek
36
Kenari 59
Askes
9
jl.
R, Obat & R,
lantai lepas kolom patah
tunggu
genteng lepas kaca pecah
119
sedang
5
beroperasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
R. Depan R. Obat
37
Dalam Garasi
dinding retak dinding retak
Apotek Yogya Farma
Kamar Mandi R.
dinding retak dinding retak
ringan ringan ringan
jl. Kemetiran Kidul no. 3
Tengah
dinding retak
ringan ringan
3 15 6
6 10
Kecamatan Mergangsan
Apotek Suci jl. Sultan
38
Agung 26
Apotek
39
Pendowo
Dinding & plester retak Balok
R. Depan
latai hamipir lepas
sedang
15
R. Depan
Dinding retak genteng pecah
ringan
15
Plafond & struktur rusak
sedang
40
jl.
Tamansiswa 97
genteng lepas struktur atap
40
Apotek Kimia Farma
jl. Tamansiswa 152
rusak dinding retak balok latai
R. Depan
melengkung
plafond runtuh dinding roboh
Panti
41
Afiat
jl.
Kol
Sugiono 120
Seluruh
genteng runtuh struktur utama
bangunan/gedung
rusak
tidak
berat
beroperasi
sdang
42
Apotek Panji Farma jl.
R. Belakang
Brigjend Katamso 147
Pagar batas lahan
dalam
dinding retak dinding roboh
120
ringan sedang
6 15
perbaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
tidak
Apotek
43
Indragiri
jl.
Sisingamangaraja 95
dinidng roboh kaca pecah atap
beropaeras
seluruh
rusak palfond & strukturnya
i , akan
bangunan/gedung
rusak struktur utama rusak
berat
Ruang Depan
Plafond pecah Gypsum rontok
ringan
50
ringan
2
dirobohkan
Apotek Aria Farma jl.
44
Lowanu 95
Kecamatan Gedongtengen
Apotek
45
46
Dantisa
jl.
Warungboto
R. Depan
dinidng retak
R. Depan R. Obat
kolom & dinding retak dinding
Apotek Kimia Farma
Laboratorium R.
retak dinding retak,plafond
sedang ringan ringan
20 jl. Malioboro 117
Dalam
rusak dinding retak
ringan
R. Obat Musholla
dinding retak dinding retak
ringan ringan
R. Depan
dinding retak
ringan
4
ringan ringan
36
ringan ringan
24
4226
Apotek Kimia Farma
47
21 jl. Malioboro 123
45
Kecamatan Jetis
Apotek Enggal Semi jl.
48
Diponegoro 97
Apotek
49
Bumijo
Tentara Pelajar 10
Dinding pecah Plafond hampir
Ruang Depan
jl.
runtuh
Plester retak plafond retak dan
R. Depan
hampir runtuh
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 3.
Kecamatan Wirobrajan
Apotek Chrisstela jl.
50
RE Martadinata 53
dinding retak panjang sebagian
R. Depan
genteng pecah
ringan
2
Plafond dan struktur rusak
struktur atap rusak dinding retak
Apotek Kimia Farma jl.
51
HOS Cokroaminoto 57
genteng rontok plesteran
R. Depan
mengelupas
ringan
5
R. Depan
dinding retak plster mengelupas
ringan
4
R. Obat
Dinding retak melintang
ringan
3
Apotek Maranatha jl.
52
Piere Tendean 21 A
Apotek
53
jl.
Bugisan 11
Apotek
54
Mitra
Kartika
jl.
Wirobrajan 5 B
Bag. Depan
Bangunan
tidak
dinding retak genteng rontok
ringan
4
Kecamatan Gondokusuman
55
Apotek K-24 jl. Dr.
R. Apotek R.
kaca pintu pecah dinding retak
Wahidin S no. 40
Obat R. Dokter
plafond pecah
ringan ringan ringan
Cendana 9 A Semaki
R. Obat Tangga
dinding retak kolom retak
ringan ringan
24
Apotek Vita Farma jl.
R. Obat R.
Timoho 117
Apotek
plafond runtuh dinding retak
sedang ringan
10 5
Apotek
56
57
UAD
1 10 2
jl.
122
beroperasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan lampiran 3.
58
59
Apotek Waringin jl. Dr.
R. Display Obat
dinding retak dinding retak
Sutomo 2
R. Racik obat
plester mengelupas
Apotek Afina jl. Dr.
Bagian luar
dinding depan pecah dinding
Sutomo 21
bangunan
retak
(sumber data: Badan Mutu Pelayanan Kesehatan
123
ringan
15 16
ringan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4. Data Apotek di kota Yogyakarta bulan Juli 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Apotek
Abadi Farma
Aditya Farma
Afina
Almas Farma
Ampuh
Ardi Farma
Aria Farma
Arjuna
Artha Farma
Askes 9
Babaran Husada
Bayeman
Bhakti
Budi Asih
Bumijo
Bunda
Christella
Citra
Citra Gading Farma
Dantisa
Demangan
Dian Farma
Dwifa Farma
Eka Manunggal
Enggal Semi
Ester
Fajar
Farmarin
Guardian Hero
Malioboro
Harapan
Harmoni
Hayam Wuruk
Indera
Indragiri
Ivana
Jadi Waras
K24 Jl Magelang
K24 Jl Bhayangkara
K24 Gondomanan
Kec
Uh
Mj
Gk
Wb
Ng
Gk
Uh
Ng
Tr
Uh
Uh
Kg
Gm
Uh
Jt
Uh
Mj
Kg
Ng
Uh
Gk
Wb
Mj
Mj
Jt
Uh
Kg
Jt
Gt
Dn
Gm
Dn
Mj
Mj
Uh
Ng
Tr
Gm
Gm
124
Alamat
Jl Gambiran No.117 Yk
Jl Bantul No. 54 Yk
Jl Dr. Sutomo No. 21 Yk
Jl Patangpuluhan 32
Jl KH.A. Dahlan No, 105 Yk
Jl Gejayan 5
Jl Lawanu No 95 Yk
Jl Dr. Wahidin Sudirohusodo 20
Jl Kyai Mojo 91 B
Jl Kenari 59 Yk
Jl Babaran No 69 Yk
Jl Gadong Kuning No 110 B Yk
Jl Nyai A Dahla 18 Yk
Jl Glagah sari 91 C
Jl Tentara Pelajar 10
Jl Pramuka No 18
Jl Jl Re Nartadinata
Jl Kemasan 65 kotagede
Jl D.I Panjaitan 19
Jl Veteran No 101 Yk
Jl Munggur 73
Jl RE Martadinata 63 B
Jl Suryowijayan No 19 Yk
Jl Menteri Supenp No 15 A Yk
Jl P. Diponegoro 12
Jl Imogiri No 177 Giwangan Yk
Jl Ki Ageng Pemanahan 3 A
Jl P. Mangkubumi No 73
Jl Malioboro 52-58, Malioboro
mal
Jl Krasak Timur 20
Jl Ibu Ruswo 68 Yk
Jl Hayam Wuruk 1
Jl Suryodiningratan 31 Yk
Jl Sisingamangaraja 95 Yk
Jl Sorogenen Uh No 1 Yk
Jl Jogonegaran No 32 Yk
Jl Magelang 162 Yk
Jl Reksobayan No 18 Yk
Jl Brigjen Katamso No 117 Yk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 4.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Uh
Wb
Kg
Ng
Uh
Jt
Gt
Gt
Wb
Jl Kusumanegara No 86 Yk
Jl Wirobrajan
Jl Ngeksigondo 55 Kotagede
Jl Letjen Suprapto No 87
Jl Kenari No 22 Yk
Jl Taman Siswa No 152
Jl Malioboro 179
Jl Malioboro 123
Jl HOS Cokroaminoto 57
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
K24 Kusumanegara
Kartika
Kasih Farma
KD Farma
Kenari
Kimia Farma
Kimia Farma 20
Kimia Farma 21
Kimia Farma Cokro
(64)
Kranggan
Kucala
Kurnia
Kusuma Nata
LBC
Maranatha
Maryati
Mataram Farma
Medi Farma
Medistra
Melati Farma
Melia
Merapi
Mitra
Mitra sehat
Mulya Farma
Nakula Bhakti Ibu
Nakula Bhakti Karsa
Natasha
Ngupasan
Panca Dewi
Panji Farma
Panti Afiat
Pasena Farma
Shinta Aninditha
Jt
Gk
Kr
Uh
Jt
Ng
Mg
Kg
Mj
Gk
Gk
Dn
Jt
Wb
Mj
Dn
Mj
Jt
Gk
Gm
Dn
Gm
Mg
Kr
Uh
74
75
76
77
78
79
Pelangi
Pendowo
Perdana
Permata Bunda
Poeji Rahajoe
Prasojo
Mj
Mg
Kr
Kg
Gk
Dn
Jl Kranggan No 26 Yk
Jl Suroto 18
Jl Ngasem 88
Jl Kusumanegara 33
Jl Poncowinatan 47
Jl Kapt P Tendean 21 Yk
Jl Letjen S Parman 5
Jl Karanglo 20 A Yk
Jl MT Haryono No 65 Yk
Jl Cik Dik Tiro No 12 Yk
Jl Gondosuli No 5 Yk
Jl Mataram No 28 Yk
Jl P Mangkubumi 109
Jl Bugisan 11
Jl Bantul No 31 Yk
Jl Hayam Wuruk 24 Yk
Jl D I Panjaitan 45
Jl AM Sangaji
Jl Laksda Adisucipto No 39
Jl Bhayangkara No 13 Yk
Jl Mas Suharso
Jl Brigjen Katamso No 147 Yk
Jl Kol Sugiyono 120
Jl H Agus Salim No 11
Jl ki Ageng Pemanahan Rt53/
14
Jl DI Panjaitan 83
Jl Taman Siswa No 97
Jl Rotowijayan No 14 Yk
Jl Ngeksogondo 56 Yk
Jl Prof Dr Johanes Gk V/1174
Jl Juminahan No 9 Yk
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lanjutan Lampiran 4.
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
Pratama
Profesi Dra. Hj. Mimiek
M
Dharma Husada
Pugeran
Puji Waras
Rafazhody Mulia
Rahmayani
Rajawali
Ramadhan
Raphi Farma
Ratna
Rodhiyah
Saerah
Sanitas
Satria
Sehat
Sentul
Shinta Aninditha
Sultan Agung
Sutji
SW
Tele Farma
Timoho
Toegoe Koelon
Tri Tunggal
UAD
Umbulharjo
Universitas Gadjah
Mada
Vita Farma
Waringin
Wipa
Wisnu
Yogya Farma
Gamelan
Celeban Farma
Mj
Mj
Jl Bantul No 110 A Yk
Jl Mangkuyudan 63 Yk
Dn
Mj
Gk
Gk
ng
Jt
Kg
Mj
Mj
Ng
Uh
Mj
Mj
Pa
Pa
Uh
Pa
Pa
Jt
Mj
Uh
Jt
Jt
Uh
Uh
Jt
Jl Hayam Wuruk 72
Jl Bantul No 65 Yk
Jl C. Simanjutak 8
Jl Kyai Mojo 64
Jl KH Wachid Hasyim 49
Jl Poncowinatan 92
Jl Kusuma Negara No 296 Yk
Jl Letjen Suprapto 91 D
Jl Parangtritis 44
Jl H Agus Salim 111 Yk
Jl Monorakan 93 Yk
Jl MT Haryono
Jl Parangtritis 104
Jl Gajahmada 22
Jl Sultan Agung No 62 Yk
Jl Menteri Supeno 78
Jl Sultan Agung No 41
Jl Sultan Agung 26
Jl Bumijo No 26 Yk
Jl Suryopranoto No 5 Yk
Jl Kusumanegara 104
Jl P Diponegoro 97
Jl Kranggan 86
Jl Cendana No 9 Yk
Jl Perintis Kemerdekaan 72
Jl Prof Dr Sardjito
Uh
Gk
Kr
Jt
Gt
Kr
Uh
Jl Timoho 117
Jl Dr Sutomo No 2 Yk
Jl Mantrigawen Lor 9
Jl Jend Sudirman 10
Jl Kemetiran Kidul 3
Jl Mantrigawen kidul No 2
Jl Celeban UH III/622
(Sumber data: Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta)
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIOGRAFI
Penulis skripsi yang berjudul ” Gambaran Peran
Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta dalam
Pelayanan Resep selama Kehadirannya di Apotek
bernama Suyono. Penulis lahir di Madiun, pada tanggal
2 Mei 1985.
Pendidikan yang ditempuh yaitu Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Mojorayung
Madiun (1989-1990), SDN Mojorayung IV (1990-1996), SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun (1996-1999), dan SMF Katolik ”Bina Farma” Madiun (1999-2002). Pada
tahun 2002, penulis melanjutkan studinya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
127
Download