ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KORELASI ANTARA GLOBAL LONGITUDINAL STRAIN (GLS) VENTRIKEL KIRI DAN TEI INDEX (TI) DENGAN SKOR SEATTLE HEART FAILURE MODEL (SHFM) PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIS DENGAN DISFUNGSI SISTOLIK Karya Akhir Untuk Mendapatkan Keterangan Keahlian di Bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Peneliti : Irma Kartikasari, dr NIM. 010981358 Pembimbing Achmad Lefi, dr. SpJP(K), FIHA Prof. Dr. Djoko Soemantri, dr. Sp.JP(K), FIHA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1 DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA 2016 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KORELASI ANTARA GLOBAL LONGITUDINAL STRAIN (GLS) VENTRIKEL KIRI DAN TEI INDEX (TI) DENGAN SKOR SEATTLE HEART FAILURE MODEL (SHFM) PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIS DENGAN DISFUNGSI SISTOLIK KARYA AKHIR Untuk Memperoleh Keterangan Keahlian (Sp. JP) Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Oleh : Irma Kartikasari, dr NIM. 010981358 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS – 1 DEPARTEMEN KARDIOLOGI DAN KEDOKTERAN VASKULAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA 2016 ii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRAK KORELASI ANTARA GLOBAL LONGITUDINAL STRAIN (GLS) VENTRIKEL KIRI DAN TEI INDEX (TI) DENGAN SKOR SEATTLE HEART FAILURE MODEL (SHFM) PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KRONIS DENGAN DISFUNGSI SISTOLIK Irma Kartikasari, Achmad Lefi, Djoko Soemantri Latar Belakang: Penilaian fungsi ventrikel kiri pada pasien dengan gagal jantung kronis penting bagi penentuan prognosis, penentuan rencana perawatan, untuk keputusan yang berkaitan dengan terapi alat yang mahal dan untuk menilai respon terhadap pengobatan. Nilai prognostik dari pengukuran deformasi miokardium dan fungsi ventrikel global sampai saat ini masih belum jelas. Global longitudinal strain (GLS) yang dinilai dengan speckel tracking echocardiography (STE) sekarang telah menjadi metode baru yang dikenal dapat menilai fungsi sistolik ventrikel kiri secara lebih akurat dan obyektif. Tei index (TI) merupakan perhitungan sederhana yang mencakup parameter sistolik dan diastolik dan dapat digunakan untuk menilai fungsi ventrikel global. Tujuan: Membuktikan adanya korelasi negatif antara GLS ventrikel kiri dengan estimasi mortalitas 1, dan 5 tahun (skor SHFM), dan membuktikan adanya korelasi yang positif antara TI dengan estimasi mortalitas 1, dan 5 tahun (skor SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. Metode: Jenis dan desain penelitian ini menggunakan metode correlational dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Ada 30 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini dimana masing – masing subjek penelitian akan menjalani pemeriksaan ekokardiografi dan diukur nilai GLS ventrikel kiri dan TI, kemudian dilakukan penghitungan skor SHFM berdasarkan data yang ada. Korelasi antara GLS ventrikel kiri dan TI dengan estimasi mortalitas 1 tahun (skor SHFM 1 tahun) dievaluasi menggunakan uji korelasi Spearman, sedangkan korelasi antara GLS ventrikel kiri dan TI dengan estimasi mortalitas 5 tahun (skor SHFM 5 tahun) dievaluasi menggunakan uji korelasi Pearson . Hasil: Rerata nilai GLS ventrikel kiri adalah -8,08 ± 3,98 dan rerata nilai TI adalah 0,65 ± 0,14. Terdapat korelasi negatif yang kuat dan bermakna antara nilai GLS ventrikel kiri dengan estimasi mortalitas 1 dan 5 tahun berdasarkan skor SHFM (r = - 0,676 dan p = 0,0001). Terdapat korelasi positif yang kuat dan bermakna antara nilai TI dengan estimasi mortalitas 1 dan 5 tahun berdasarkan skor SHFM (r = 0,745 dan p = 0,0001; r = 0,738 dan p = 0,0001). Kesimpulan: Terdapat korelasi negatif yang kuat dan bermakna antara nilai GLS ventrikel kiri dengan estimasi mortalitas 1 dan 5 tahun berdasarkan skor SHFM, dan terdapat korelasi positif yang kuat dan bermakna antara nilai TI dengan estimasi mortalitas 1 dan 5 tahun berdasarkan skor SHFM. Kata kunci: gagal jantung kronis, disfungsi sistolik, global longitudinal strain, tei index, seattle heart failure model. vi KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ABSTRACT THE CORRELATION BETWEEN GLOBAL LONGITUDINAL STRAIN (GLS) – LEFT VENTRICLE AND TEI INDEX (TI) WITH SEATTLE HEART FAILURE MODEL (SHFM) SCORE IN PATIENTS WITH CHRONIC HEART FAILURE AND SYSTOLIC DYSFUNCTION Irma Kartikasari, Achmad Lefi, Djoko Soemantri Background : Assessment of left ventricular function in patients with chronic heart failure is important for prognostication, determination of treatment plan, for decisions related to expensive device therapies and for assessing response to treatment. The prognostic value of myocardium deformation measurements and global ventricular function remains unclear. Global longitudinal strain (GLS) measured by speckle tracking echocardiography (STE) is now becoming a new method to assess left ventricular systolic function more accurately and objectively. Tei index (TI) is a simple calculation that includes the systolic and diastolic parameters that can be used to assess global ventricular function. Objective : To prove the negative correlation between GLS-left ventricle with an estimated 1, and 5 year mortality (SHFM score), and to prove the positive correlation between TI and the estimated 1, and 5 year mortality (SHFM score) in patients with chronic heart failure and systolic dysfunction. Methods : This is a correlational study with purposive sampling technique. Thirty subjects participate in this reseach and each subject underwent echocardiography and GLS-left ventricle and TI was measured. SHFM scoring was calculate based on existing patients data. The correlation between GLS-left ventricle and TI with an estimated 1 year mortality (SHFM score) were evaluated using Spearman correlation test, whereas the correlation between GLS-left ventricle and TI with an estimated 5 year mortality (SHFM score) were evaluated using Pearson correlation test. Results : The mean GLS-left ventricle value was -8.08 ± 3.98, and the mean TI value was 0.65 ± 0.14. There is a strong, significant, negative correlation between the GLS-left ventricle with an estimated 1, and 5 years mortality based on SHFM score (r = - 0.676 and p = 0.0001). There is a strong, significant, positive correlation between the TI with an estimated 1, and 5 years mortality based on SHFM score (r = 0.745 and p = 0.0001; r = 0.738 and p = 0.0001). Conclusion : There is a strong, significant, negative correlation between the GLSleft ventricle with an estimated 1 and 5 years mortality based on SHFM score, and there is a strong, significant, positive correlation between the TI with an estimated 1 and 5 years mortality based on SHFM score. Keywords : chronic heart failure, systolic dysfunction, global longitudinal strain, tei index, seattle heart failure models. vii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan anugerahNya sehingga karya akhir dengan judul “Korelasi Antara Global Longitudinal Strain (GLS) Ventrikel Kiri dan TEI Index (TI) Dengan Skor Seattle Heart Failure Model Pada Penderita Gagal Jantung Kronis Dengan Disfungsi Sistolik” telah terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa karya akhir ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Kepada Achmad Lefi, dr, SpJP(K) FIHA selaku pembimbing utama dan Prof. Dr. Djoko Soemantri, dr.Sp.JP(K) FIHA, selaku pembimbing metodologi penelitian dan statistik serta sebagai koordinator penelitian, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan, dukungan dan semangat yang telah diberikan untuk menyelesaikan penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. Fasich, Apt selaku Rektor Universitas Airlangga saat penulis memulai pendidikan, Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., Mt., Ak.,CMA selaku Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Sc., Sp.PD, KEMD FINASIM selaku Dekan FK Unair saat penulis memulai pendidikan, Prof. Dr. Soetojo,dr., Sp.U selaku Dekan FK Unair saat ini, H. Slamet Riyadi Yuwono, dr., DTM & H. MARS selaku direktur RSUD Dr. Soetomo saat penulis memulai pendidikan, H. Dodo Anondo, dr., MPH selaku direktur RSUD Dr. Soetomo selama penulis menjalani pendidikan dan H. Harsono, dr. selaku Plt. Direktur RSUD Dr. Soetomo saat ini, atas kesempatan dan fasilitas viii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA yang diberikan untuk menempuh PPDS-1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair. 2. Muhammad Aminuddin,dr., SpJP (K)., FIHA., FAsCC selaku Ketua Program Studi saat penulis memulai pendidikan dan saat ini selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair, atas kesempatan untuk menempuh pendidikan, bimbingan serta bantuannya selama pendidikan. 3. Prof. R. Moh. Yogiarto, dr., SpJP (K)., FIHA., FASCC selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair saat penulis memulai pendidikan, atas kesempatan menempuh pendidikan, juga bimbingan serta bantuannya selama pendidikan. 4. Agus Subagjo, dr., Sp.JP(K), FIHA, FASCC selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair saat penulis memulai pendidikan atas kesempatan menempuh pendidikan, dan bimbingan serta bantuannya selama pendidikan. 5. Andrianto, dr., SpJP (K)., FIHA, FASCC selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair atas kesempatan menempuh pendidikan, dan bimbingan serta bantuaanya selama pendidikan. 6. Prof. Dr. Djoko Soemantri, dr., Sp.JP(K), FIHA, FasCC dan Dr. J. Nugroho, dr., Sp.JP(K), FIHA, FasCC selaku koordinator penelitian pada Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair atas segala bimbingan dan bantuannya selama pendidikan. ix KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 7. Dr. J.Nugroho Eko Putranto, dr., SpJP., FIHA., selaku dosen asuh penulis selama masa PPDS I Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah, atas segala bimbingan dan motivasi selama pendidikan. 8. Prof. Dr. Budi Susetyo Juwono (Alm), dr., SpJP (K)., FIHA dan Jatno Karjono (alm), dr., SpJP (K)., FIHA atas bimbingan, bantuan dan keteladanan yang diberikan selama masa hidup beliau selama pendidikan. 9. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair : Prof. Dr. Budi S. Pikir, dr., SpJP (K)., Prof. Dr. Rochmad Romdoni, dr., SpJP (K)., Jeffrey D. Adipranoto, dr., SpJP (K)., RP. Soeharsohadi, dr., SpJP (K)., Iswanto Pratanu, dr., SpJP (K)., Dyah Priyatini, dr., SpJP (K)., Esti Hindariati, dr., SpJP (K)., Budi Baktijasa, dr., SpJP (K)., I Gde Rurus Suryawan, dr., SpJP (K)., Bambang Herwanto, dr., SpJP (K)., Achmad Lefi, dr., SpJP (K)., Yudi Her Oktaviono, dr., SpJP (K)., Moh. Budiarto, dr., SpJP., M. Yusuf., dr., SpJP., Meity Ardiana, dr., SpJP., Rerdin Julario, dr., SpJP., Rosi Amrilla F, dr., SpJP. dan Nia Dyah Rahmianti, dr., SpJP. atas segala bimbingan, bantuan dan semangat yang diberikan selama pendidikan. 10. Kepala Bagian/SMF Penyakit Paru, Ilmu Penyakit Dalam, Kepala Bagian/SMF Kepala Bagian/SMF Radiologi, Kepala Ilmu Bagian/SMF Rehabilitas Medik, dan Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak beserta staf pengajar atas kesempatan belajar serta segala bimbingannya selama pendidikan. 11. Kepala Ruangan Rawat Inap, Poliklinik Jantung, ICCU, IDIK, IRD dan Ekokardiografi beserta seluruh staf paramedis RSUD Dr. Soetomo Surabaya x KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dan karyawan bagian Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair atas segala bimbingan, kerjasama, motivasi dan bantuannya selama pendidikan. 12. Seluruh pasien yang telah dirawat maupun responden penelitian atas ketulusan dan kerjasamanya, sekaligus menjadi guru bagi penulis selama pendidikan. 13. Rekan – rekan seangkatan : M. Perdana Airlangga.dr, Sp.JP, Nia Dyah R.dr, Sp.JP, Mahendria Sukmana.dr, Sp.JP, Luluk Dwi Yuni.dr, Sp.JP, Amelia Ina S.dr, Sp.JP, Noviadi W.dr, Sp.JP, Kamalia Halid.dr, Sp.JP, Imam S.dr, Sp.JP, Fani Suslina H.dr, Sp.JP dan Ance Artonang.dr, Sp.JP atas kerjasama, dukungan, motivasi dan semangat selama pendidikan. 14. Rekan – rekan seperjuangan dalam ujian tulis nasional (CBT Maret 2016): Rina Mawarti.dr, Amelia Arindanie.dr, Susetyo Atmojo.dr, Faizal Amir.dr, Luh Oliva S.dr, Feranti M.dr, atas segala bantuan, dukungan dan kerjasamanya. 15. Rekan – rekan PPDS-1 stase Ekokardiografi yang turut memberikan dukungan dalam penyelesaian penelitian ini atas jerih payah, kerjasama dan dukungan yang diberikan. 16. Rekan – rekan PPDS – 1 Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah FK Unair atas segala kerjasama, bantuan, semangat selama pendidikan. 17. Suami penulis, Danang Adityo Nugroho, SH.,MH.,M,Kn. serta ketiga buah hati penulis, Muhammad Ramaditya Dharmawan, Muhammad Akbar Mulyawan, dan Hanum Anggraeni Hanania atas segala pengertian, dukungan, xi KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kesabaran, pengorbanan, serta doa yang tidak henti – hentinya diberikan selama penulis menempuh pendidikan. 18. Orang tua penulis, Makmuri, MS.dr, Sp.A (K) dan Siti Irawati, mertua penulis Soepadi, SH dan Soedarmi, serta kakak-kakak saya Primadi Setiawan, S.Kom, Dwiyanti Puspitasari.dr, Sp.A, dan Diana Tri Ratnasari.dr, Sp.KK dengan penuh kasih sayang dan perhatian mendoakan dan memberikan dukungan, motivasi, dan bantuannya selama menempuh pendidikan. 19. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu – persatu, yang turut membantu dan mendukung penulis selama menjalani pendidikan. Penulis menyadari bahwa karya akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan sumbang saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di masa mendatang. Saya berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak lupa penulis memohon maaf yang sebesar – besarnya kepada semua pihak atas segala kekurangan dan kesalahan yang dilakukan selama menjalani pendidikan. Surabaya, 11 Agustus 2016 Penulis, xii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN …………………………………………………………... i SAMPUL DALAM…………………………………………………………. . ii LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… . iii LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ........... v ABSTRAK ................................................................................................. ..... vi ABSTRACT...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ..... xvi DAFTAR TABEL............................................................................................ xvii DAFTAR SINGKATAN................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xx BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 6 1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 6 1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................... . 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. . 8 2.1 Definisi dan Klasifikasi Gagal Jantung .......................................... 8 2.2 Patofisiologi Gagal Jantung........................................................ .. . 9 2.3 Diagnosis Gagal Jantung............................................................. .. 10 2.4 Ekokardiografi pada Gagal Jantung…………………………..... .. 12 2.4.1 Speckle Tracking Echocardiography (STE)....................... . 14 xiii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.4.2 Global Longitudinal Strain (GLS)..................................... . 15 2.4.3 Myocardial Performance Index (MPI) / Tei Index (TI)....... 18 2.5 Penatalaksanaan Gagal Jantung………………………………… . 20 2.5.1 Terapi non-farmakologis………………………………..... . 20 2.5.2 Terapi farmakologis…………………………………….... . 20 2.5.3 Terapi alat non-bedah…………………………………....... 23 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perburukan Gagal Jantung... .. 24 2.7 Skor Seattle Heart Failure Model (SHFM)…………………….. . 26 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS……………….. .. 30 3.1 Kerangka Konseptual................................................................... .. 30 3.2 Keterangan Kerangka Konseptual……………………………...... 31 3.3 Hipotesis Penelitian........................................................................ 31 BAB 4 METODE PENELITIAN…………………………………………..... 32 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………........ . 32 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………….. . 32 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………….... . 32 4.3.1 Populasi Penelitian............................................................... . 32 4.3.2 Sampel Penelitian................................................................. . 32 4.3.3 Perkiraan Besar Sampel...................................................... . 33 4.4 Variabel Penelitian......................................................................... 34 4.5 Definisi Operasional……………………………………………... 34 4.6 Instrumen Penelitian……………………………………………... 36 4.7 Alur Penelitian………………………………………………….. 39 4.8 Pengolahan dan Analisis Data………………………………….... 39 4.9 Ethical Clearance……………………………………………….. 40 BAB 5 HASIL PENELITIAN………………………………………….. ....... 41 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian……………………………........ .. 41 5.2 GLS Ventrikel Kiri Subjek Penelitian………….. ......................... 43 5.3 Tei Index Subjek Penelitian……………………………….... ....... 44 5.4 Skor SHFM Subjek Penelitian …………………………………. . 44 xiv KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.4.1 Skor SHFM 1 tahun............................................................... 44 5.4.2 Skor SHFM 5 tahun............................................................. . 44 5.4.3 Skor SHFM Usia Harapan Hidup ....... ................................. 45 5.5 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan skor SHFM ……....... 45 5.5.1 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Skor SHFM 1 tahun ………………………………………………………….... 45 5.5.2 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan skor SHFM 5 tahun ………………………………………………………….. 46 5.6 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM……………….. .. 46 5.6.1 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM 1 tahun …. 46 5.6.2 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM 5 tahun ….. 46 5.7 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Tei Index dan EF…. . 47 5.8 Variabilitas Intraobserver dan Interobserver…………... ............... 48 BAB 6 PEMBAHASAN …………………………………………………….. 49 BAB 7 KESIMPULAN & SARAN …………………………………………. 57 7.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 57 7.2 Saran…………………………………………………………...... ..57 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 58 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 62 xv KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gagal jantung: respon terhadap injuri miokard……………………..10 Gambar 2.2 Speckle Tracking Echocardiography (STE)…………………...….. 16 Gambar 2.3 Skema pengukuran Tei Index…………………………………….... 19 Gambar 2.4 Skor Seattle Heart Failure Model (SHFM)……………………...... 29 Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian........................................................ 30 Gambar 4.1 Alur penelitian................................................................................... 39 xvi KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kriteria gagal jantung menurut Framingham. ……………………….. 11 Tabel 2.2 Abnormalitas ekokardiografi pada pasien gagal jantung………….......13 Tabel 2.3 Referensi harga normal GLS…………………………………………. 17 Tabel 5.1 Karakteristik Klinis dan Ekokardiografi Subyek Penelitian…………. 42 Tabel 5.2 Nilai rerata, simpang baku, minimum, maksimum GLS ventrikel kiri..43 Tabel 5.3 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum Tei Index……..44 Tabel 5.4 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM 1 tahun……………………………………………………………….. 44 Tabel 5.5 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM 5 tahun………………………………………………………………. .44 Tabel 5.6 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM usia harapan hidup….……………………………………………....... 45 Tabel 5.7Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 1tahun.45 Tabel 5.8Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 5tahun.46 Tabel 5.9 Analisis korelasi antara Tei Index dengan skor SHFM 1 tahun.……. 46 Tabel 5.10 Analisis korelasi antara Tei Index dengan skor SHFM 5 tahun.…… 47 Tabel 5.11 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan Tei Index .……. 47 Tabel 5.12 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan EF……….....…..47 xvii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR SINGKATAN ACCF : american college of cardiology foundation ACEI : angiotensin converting enzyme inhibitor AFI : automated function imaging AHA : american heart association ANP : atrial natriuretic peptide ARB : angiotensin receptor blocker ASE : american society of echocardiography AV : atrio-ventrikular BiV : biventricular BNP : B-type natriuretic peptide CO : cardiac output CPET : cardio-pulmonary exercise testing CRT-D : cardiac resynchronization therapy defibrillator CRT-P : cardiac resynchronization therapy pacemaker EKG : elektrokardiografi EDV : end diastolic volume EF : ejection fraction ELITE2 : evaluation of losartan in the elderly ESC : european society cardiology ESV : end systolic volume ET : ejection time GLS : global longitudinal strain HCTZ : hydrochlorothiazide HFpEF : heart failure with preserved ejection fraction HFrEF : heart failure with reduced ejection fraction Hgb : hemoglobin H-ISDN : hydralazine-isosorbide dinitrate ICD : implantable cardioverter defibrillator ICT : isovolumetric contraction time INCHF : italian heart failure registry xviii KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA IRT : isovolumetric relaxation time JUSTICE : japanese ultrasound speckle tracking of the left ventricle LBBB : left bundle branch block LVEDP : left ventricle end diastolic pressure LV : left ventricle MACE : major adverse cardiac event MPI : myocardial performance index NT-proBNP : N-terminal pro B-type natriuretic peptide NYHA : new york heart association PRAISE1 : prospective randomized amlodipine survival evaluation RAAS : renin angiotensin aldosteron system RENAISSANCE :randomized enbrel north american strategy to study antagonism of cytokines SHFM : seattle heart failure model STE : speckle tracking echocardiography TDI : tissue doppler imaging TI : tei index UW : university of washington Val-HeFT : valsartan heart failure trial WMSI : wall motion scoring index xix KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Lembar Pengumpulan Data Subjek.................................................. 62 Lampiran 2. Lembar Informasi dan Persetujuan Subjek Penelitian...................... 63 Lampiran 3. Pernyataan Persetujuan Mengikuti Penelitian.................................. 66 Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik...................................................................... 67 Lampiran 5. Keterangan Kelaikan Etik................................................................. 69 xx KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di berbagai negara. Dalam beberapa dekade terakhir insiden dan prevalensi gagal jantung kronis meningkat secara konstan. Dari tahun 1970 ke tahun 1990-an, terjadi peningkatan dramatis dalam prevalensi gagal jantung dan jumlah rawat inap karena gagal jantung, sehingga gagal jantung dinyatakan sebagai suatu epidemi. Di Amerika Serikat terdapat 5.8 juta orang menderita gagal jantung di tahun 2012, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 8.5 juta orang pada tahun 2030, sedangkan di dunia populasi gagal jantung mendekati angka 23 juta jiwa, dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. (Bui et al., 2011; Go AS et al., 2013; Ponikowski et al., 2014). Jumlah penderita gagal jantung dengan disfungsi ventrikel kiri juga diperkirakan mengalami peningkatan, di Jepang diperkirakan dari 979.000 orang pada tahun 2005 menjadi 1.3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi gagal jantung di beberapa negara di Asia antara 1.26%-6.7%, prevalensi terbesar dilaporkan di Malaysia yaitu 6.7% dari 1.435 pasien. Prevalensi gagal jantung di Asia Selatan diperkirakan mencapai 30 juta jiwa dari total populasi 1.63 milyar jiwa (data tahun 2011). (Sakata et al., 2013). Gagal jantung juga mengakibatkan beban biaya yang cukup tinggi terhadap sistem kesehatan, di Amerika Serikat biaya yang harus ditanggung mencapai 39 miliar dolar Amerika setiap tahunnya, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat hampir 120%, yaitu mencapai 70 miliar dolar Amerika setiap tahunnya. (Bui et al., 2011; Go AS et al., 2013). 1 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Diagnosis gagal jantung dapat ditegakkan dengan mengenali tanda dan gejala khas gagal jantung, meskipun demikian dapat mengalami kendala karena gejala gagal jantung dapat menyerupai berbagai penyakit yang lain. Ekokardiografi merupakan "gold standard" dari penilaian fungsi ventrikel kiri, dan dalam menegakkan diagnosis gagal jantung. (Ciampi et al., 2007). Ejection fraction (EF) ventrikel kiri adalah parameter yang paling sering digunakan dalam menilai fungsi sistolik, dan dapat mengklasifikasikan menjadi gagal jantung dengan EF yang cukup (HFpEF) dengan EF yang menurun (HFrEF). Ekokardiografi selain sebagai modalitas untuk diagnostik, dapat juga memiliki nilai prognostik, terutama parameter yang menilai fungsi ventrikel kiri. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). Curtis et al., melaporkan bahwa pada populasi pasien dengan EF< 45%, mortalitas menurun hampir linier dengan peningkatan EF (EF < 15%, mortalitas: 51.7%; EF 36% - 45%, mortalitas: 25.6%; p < 0.0001). (Curtis et al., 2003). Penilaian fungsi sistolik ventrikel kiri merupakan salah satu indikasi yang paling utama untuk dilakukan ekokardiografi, oleh karena selain untuk menegakkan diagnosis, fungsi ventrikel kiri juga dapat digunakan untuk menilai prognosis, penentuan rencana perawatan, untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan terapi alat non-bedah yang mahal dan untuk menilai respon terhadap pengobatan, sehingga seharusnya diukur dengan alat dan metode yang paling sensitif dan akurat. EF yang pengukurannya menggunakan ekokardiografi 2 dimensi (metode simpson) memiliki beberapa kelemahan antara lain karena pengukuran dipengaruhi asumsi geometrik ventrikel kiri, tergantung pada keakuratan tracing batas endokardium ventrikel kiri yang dilakukan secara 2 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA manual, serta interobserver memiliki variabilitas dan intraobserver yang signifikan. Global Longitudinal Strain (GLS) ventrikel kiri yang dinilai melalui Speckle Tracking Echocardiography (STE) dikatakan sangat sensitif dalam menilai mekanika ventrikel kiri yang kompleks, dengan menganalisa deformasi miokard secara multidimensional, yang memungkinkan GLS menjadi suatu parameter yang lebih akurat dan sensitif dibandingkan EF dalam menilai fungsi sistolik ventrikel kiri (Motoki et al., 2012; Nahum J et al., 2010; Rangel et al., 2013). Rangel et al., menyatakan bahwa GLS dapat digunakan sebagai prognostikator yang potensial pada pasien dengan gagal jantung kronis. (Rangel I et al., 2014). Stanton T et al., menemukan bahwa GLS lebih superior dibandingkan dengan EF dan Wall Motion Scoring Index (WMSI) dalam memprediksi terjadinya all cause mortality pada pasien gagal jantung kronis. (Stanton T et al., 2009). Hal serupa juga didapatkan dari penelitian Zhang et al., yaitu GLS dapat menambah nilai prediksi terjadinya mortalitas pasien gagal jantung kronis. (Zhang K et al., 2013). Gagal jantung dengan disfungsi sitolik pada umumnya juga telah terjadi gangguan diastolik. Berbagai parameter ekokardiografi sebagian besar dibuat hanya untuk menilai salah satu fungsi yaitu sistolik ataupun diastolik saja. Pada kondisi tertentu perlu dikakukan evaluasi fungsi jantung secara komprehensif, oleh karena itu ditemukanlah suatu index yang dapat menggambarkan fungsi ventrikel secara global (sistolik dan diastolik) yaitu myocardial performance index (MPI) atau juga dikenal sebagai tei index (TI). (Tanaka et al., 2006). TI didapatkan dari kalkulasi sederhana yang meliputi parameter sistolik maupun diastolik, yang dapat diambil dari rekaman pulse wave Doppler. Beberapa 3 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA penelitian menyebutkan TI juga memiliki nilai prognostik pada berbagai penyakit jantung, termasuk diantaranya gagal jantung. (Sørensen T, et al., 2015). TI menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap derajat keparahan gagal jantung menurut kelas fungsional dari New York Heart Association (NYHA), dan memiliki hubungan terbalik dengan EF. (Ambakederemo T, et al., 2009; Bruch C, et al., 2000). Larina et al., menyatakan bahwa TI juga memiliki nilai prognostik pada pasien gagal jantung kronis rawat jalan, yaitu terdapat perbedaan yang bermakna angka survival antara pasien dengan TI 0.6 dengan TI < 0.6 (p < 0.001). Semakin rendah nilai TI maka semakin baik fungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel. (Larina et al., 2013). Berbeda dengan GLS yang dinilai dengan STE, TI merupakan parameter yang lebih aplikatif karena dapat diukur pada kebanyakan mesin ekokardiografi, dan tidak memerlukan program khusus, akan tetapi memiliki kelemahan dalam pengukuran, yaitu kurang obyektif, karena pengukuran dilakukan secara manual. Dalam sepuluh tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang luar biasa dalam diagnosis dan terapi gagal jantung, akan tetapi prognosis penderita gagal jantung masih buruk, dengan rata-rata 5-year mortality rate mencapai 50%. Tingkat kelangsungan hidup selama 5 tahun (5-year survival rate) pada gagal jantung stadium A, B, C, dan D pada studi populasi kohort masing-masing adalah 97%, 96%, 75%, dan 20%. (Yancy et al., 2013). Di seluruh dunia 17-45% pasien yang menjalani rawat inap oleh karena gagal jantung akan mengalami kematian dalam 1 tahun setelah rawat inap, dan sebagian besar akan meninggal dalam jangka waktu 5 tahun setelah rawat inap. Angka kematian gagal jantung saat perawatan di rumah sakit sekitar 2-17% pada populasi di dunia. Indonesia memiliki angka 4 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kematian saat perawatan di rumah sakit mendekati 10% (Ponikowski et al., 2014). Penderita gagal jatung dikatakan memiliki survival rate yang lebih buruk jika dibandingkan penderita kanker kandung kemih, payudara, dan prostat (Ponikowski et al., 2014; Rangel et al., 2014). Stratifikasi risiko terbukti memberikan keuntungan pada pasien gagal jantung dalam berbagai hal, salah satunya adalah penatalaksanaan yang optimal. Model risiko (risk modeling) mempunyai peranan penting dalam memfasilitasi pasien dan klinisi dalam memahami kondisi penyakit yang dialami terutama tentang kemungkinan hasil (outcomes) yang didapat. Prediksi dapat suboptimal apabila hanya berdasarkan pada penilaian holistik oleh klinisi saja. (Ketchum E et al., 2011). Saat ini telah banyak dikembangkan risk assessment tool untuk memprediksi prognosis pasien dengan gagal jantung. Salah satu multivariable risk score yang sudah tervalidasi dan direkomendasikan ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure 2013 adalah Seattle Heart Failure Model (SHFM), yang tersedia dalam aplikasi interaktif dan dapat diunduh dari internet. SHFM memberikan estimasi yang akurat mortalitas penderita gagal jantung dalam 1, 2, dan 5 tahun, dengan menggunakan parameter klinis yang mudah dievaluasi, terapi farmakologis, alat bantu (device), dan karakteristik laboratoris (Levy et al., 2006; Yancy et al., 2013). Sampai saat ini peran GLS ventrikel kiri dan TI dalam menilai estimasi mortalitas pada pasien gagal jantung kronis belum diketahui dengan jelas, beberapa penelitian sudah pernah dilakukan di beberapa negara, akan tetapi penelitian ini belum pernah dilakukan di Indonesia, selain itu penelitian yang mengukur GLS ventrikel kiri dengan TI pada satu populasi yang sama belum 5 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara nilai GLS ventrikel kiri dan TI dengan estimasi mortalitas dalam 1, dan 5 tahun yang dinilai dari skor SHFM, serta mengevaluasi parameter manakah yang memiliki korelasi lebih kuat dengan skor SHFM pada penderita gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik rawat jalan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat korelasi yang negatif antara "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik ? 2. Apakah terdapat korelasi yang positif antara ― Tei Index‖ TI dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Membuktikan adanya korelasi yang negatif antara "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 2. Membuktikan adanya korelasi yang positif antara ― Tei Index‖ TI dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis 1. Memberikan informasi tentang potensi pemeriksaan GLS ventrikel kiri dalam menilai estimasi mortalitas pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 6 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2. Memberikan informasi tentang potensi pemeriksaan TI dalam menilai estimasi mortalitas pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 3. Menambah pengetahuan dalam penilaian fungsi ventrikel kiri berdasarkan pemeriksaan GLS dan TI pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 4. Menambah pengetahuan dalam penilaian estimasi mortalitas berdasarkan skor SHFM pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 1.4.2 Manfaat praktis 1. Meningkatkan kualitas penanganan pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik melalui evaluasi estimasi mortalitas agar dapat memberikan penatalaksanaan yang lebih optimal. 2. Menjadi tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih besar dan jangka waktu lebih lama mengenai peran GLS ventrikel kiri dan TI dalam estimasi mortalitas pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik.. 7 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Gagal Jantung Gagal jantung dapat dijelaskan sebagai suatu kelainan struktur ataupun fungsi jantung yang mengakibatkan jantung gagal memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan jaringan untuk menjalankan metabolisme yang diperlukan. Definisi gagal jantung secara klinis adalah sindroma atau kumpulan gejala yang khas (contoh: sesak napas, kaki bengkak, dan kelelahan) dan tanda-tanda yang khas (contohnya peningkatan tekanan vena jugularis, rhonki pada paru, dan apex jantung yang bergeser), berbagai gejala dan tanda tersebut terjadi karena adanya kelainan struktur atau fungsi jantung. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013) Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan struktural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional NYHA. (Yancy et al., 2013). Selain itu gagal jantung juga diklasifikasikan berdasarkan fraksi ejeksi ventrikel kiri atau EF. Klasifikasi berdasarkan EF sangatlah penting karena mampu memberikan gambaran mengenai demografi pasien, kondisi komorbid, prognosis, dan respon terhadap terapi. Selain itu sebagian besar penelitian mengenai gagal jantung mengelompokkan pasien berdasarkan EF. Gagal jantung berdasarkan EF dapat dibagi menjadi 2, yaitu Heart Failure with preserved Ejection Fraction (HFpEF) dan Heart Failure with reduced Ejection Fraction (HFrEF). (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 8 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.2 Patofisiologi Gagal Jantung Sindroma gagal jantung selalu diawali dengan suatu index event, dan biasanya terdapat lebih dari satu index event pada gagal jantung. Secara klinis index event dapat tidak terlihat (misalnya, ekspresi mutasi genetik) atau sangat jelas (infark miokard akut), onset yang cepat (miokarditis viral fulminan) atau berjalan perlahan (penyakit jantung katup). (Francis et al., 2003). Patofisiologi gagal jantung sangatlah kompleks, dan tidak pernah berdiri sendiri. Terjadinya injury pada miokard akan mengakibatkan terjadinya disfungsi sistolik ataupun diastolik, yang dapat menyebabkan cardiac output (CO) menurun. Penurunan neurohormonal sebagai CO akan mekanisme merangsang kompensasi aktifasi beberapa sistem yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mekanik jantung. Aktifasi dari renin-angiotensinaldosterone system (RAAS) juga mengakibatkan vasokonstriksi (angiotensin) dan peningkatan volume darah dengan adanya retensi dari garam dan air (aldosteron), kemudian konsentrasi dari vasopressin dan natriuretic peptides akan meningkat, dan lebih lanjut lagi dapat terjadi perubahan struktur jantung (remodelling) dan toksisitas miokard, sehingga akhirnya terjadi perburukan fungsi ventrikel kiri. (Francis et al., 2003; Jackson et al., 2000). Mekanisme kompensasi jantung pada akhirnya akan gagal untuk mempertahankan CO, dan jantung akan mengalami dekompensasi (Gambar 2.1). Mortalitas pasien gagal jantung dapat terjadi karena disfungsi ventrikel kiri yang progesif, dan terjadinya hipotensi, penurunan cardiac output, dan disfungsi multiorgan, ataupun kematian jantung mendadak oleh karena aritmia. (Francis et al., 2003; Figueroa et al., 2006; McMurray et al., 2012). 9 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Injury miokard Fungsi ventrikel kiri menurun Aktivasi Sistem Renin Angiotensin, Sistem saraf simpatis, endotelin, dan lain-lain. ─ ANP BNP Vasokonstriksi perifer, gangguan hemodinamik Toksisitas miokard Remodeling dan perburukan fungsi ventrikel kiri Morbiditas dan mortalitas Gejala gagal jantung Gambar 2.1 Gagal jantung: respon terhadap injuri miokard. ANP, atrial natriuretic peptide; BNP, B-type natriuretic peptide. (Francis et al., 2003). 2.3 Diagnosis Gagal Jantung Pendekatan yang perlu dilakukan pada pasien yang dicurigai mengalami gagal jantung antara lain adalah anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, foto rontgen dada, dan beberapa tes diagnostik yang lainnya (elektrokardiografi (EKG), dan ekokardiografi). Dari anamnesis yang cermat dapat membantu menyediakan informasi mengenai etiologi gagal jantung, faktor pencetus, dan derajat keparahan. Gagal jantung dapat dikenali melalui tanda dan gejalanya yang khas. Gejala ataupun keluhan gagal jantung dapat berkaitan dengan menurunnya cardiac output (CO) (kelelahan, dan kelemahan) dan atau adanya retensi cairan yang berlebih (sesak napas, orthopnea, dan ― cardiac wheezing‖). Apabila berkembang menjadi gagal jantung kanan, dapat terjadi kongesti pada hati (dengan keluhan rasa tidak nyaman pada kuadran kanan atas abdomen, anoreksia, rasa tidak nyaman saat posisi menekuk). Tidak adanya keluhan sesak saat aktifitas secara otomatis menggugurkan diagnosis gagal jantung yang berkaitan dengan 10 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA disfungsi ventrikel kiri. (Figueroa et al., 2006, McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). Kriteria Framingham dapat digunakan dalam menegakkan diagnosis gagal jantung, yaitu dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor (Tabel 2.1). Tabel 2.1 Kriteria gagal jantung menurut Framingham. (Longo et al., 2012). Kriteria Mayor Kriteria Minor Kriteria Mayor atau Minor Paroxysmal Edema ekstremitas nocturnal dispnea (PND) Penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan Distensi vena leher Batuk malam hari Ronki paru Hepatomegali Kardiomegali Efusi pleura Edema paru akut Penurunan kapasitas 1/3 dari normal Gallop S3 Takikardia (>120 x/menit) vital Peninggian tekanan vena jugularis Refluks hepatojugular Konfirmasi diagnosis gagal jantung dengan pemeriksaan ekokardiografi adalah keharusan dan dilakukan secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung. Pemeriksaan ekokardiografi dapat memberikan informasi tentang ukuran ruang-ruang jantung, fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri, ketebalan dinding jantung, serta katup jantung. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi darah perifer lengkap kreatinin, laju filtrasi glomerulus, pada pasien (hemoglobin, glukosa, yang diduga leukosit, tes gagal trombosit), jantung elektrolit, fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain dipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Pemeriksaan 11 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA laboratorium alternatif untuk menegakkan diagnosis gagal jantung adalah dengan mengukur kadar natriuretic peptide dalam darah (B-type natriuretic peptide (BNP) dan N-terminal pro B-type natriuretic peptide (NT-proBNP), yang merupakan gold standart biomarker pada gagal jantung. Skema atau alur untuk menegakkan diagnosis pasien yang dicurigai gagal jantung telah dikeluarkan oleh european society cardiology (ESC), dengan menggunakan modalitas ekokardiografi dan pemeriksaan kadar natriuretic peptide sebagai uji diagnostik yang utama. (McMurray et al., 2012). 2.4 Ekokardiografi pada Gagal Jantung Ekokardiografi merupakan suatu teknik pencitraan cardiac ultrasound yang meliputi ekokardiografi 2 dimensi/ 3 dimensi, pulsed dan continuous wave Doppler, colour flow Doppler, tissue Doppler imaging (TDI), dan yang terbaru Speckle Tracking Echocardiography (STE). Modalitas ini dapat digunakan untuk mengkarakterisasi kelainan anatomi jantung (contoh: volume, geometri, masa otot jantung) dan fungsional (contoh: fungsi ventrikel kiri dan gerakan dinding jantung, fungsi katup jantung, fungsi ventrikel kanan, tekanan arteri pulmonal, perikard) pada pasien yang beresiko mengalami gagal jantung, diduga atau sudah mengalami gagal jantung, dan gagal jantung yang simtomatik. Beberapa abnormalitas ekokardiografi yang sering ditemukan pada pasien gagal jantung sebagian berkaitan dengan terjadinya disfungsi sistolik dan diastolik (Tabel 2.2). (McMurray et al., 2012). 12 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Tabel 2.2 Abnormalitas ekokardiografi pada pasien gagal jantung. Pengukuran Abnormalitas Parameter yang berkaitan dengan fungsi sistolik Ejection Menurun (<50%) Fraction (EF) Fractional Menurun (<25%) Shortening (FS) Fungsi regional Hipokinesia,akinesia, diskinesia Implikasi klinis ventrikel kiri Disfungsi sistolik global Disfungsi sistolik radial Infark miokard/iskemia, kardiomiopati, miokarditis Ukuran akhir- Meningkat (diameter≥60mm, Volume overload diastolik >32mm/m2,volume>97mL/m2 Ukuran akhir- Meningkat (diameter>45mm/ Volume overload sistolik >25mm/m2,volume>43mL/m2) LVOT VTI Menururn (<15 cm) Stroke volume menurun Parameter yang berkaitan dengan fungsi diastolik ventrikel kiri Parameter Abnormalitas dari mitral inflow Menunjukkan derajat disfungsi disfungsi pattern, tissue velocities (e‘) diastolik, dan level dari filling diastolik atau rasio E/e pressure Left atrial Meningkat (volume>34 mL/m2) Peningkatan LV filling pressure volume index (dahulu atau sekarang); penyakit katup mitral LVMI Meningkat (>95 g/m2 pada Hipertensi, aorta stenosis, wanita, dan >115 g/m2 pada pria hypertrophic cardiomyopathy Parameter yang berkaitan dengan fungsi katup Struktur dan Stenosis atau regurgitasi katup Dapat sebagai penyebab, faktor fungsi katup (terutama stenosis aorta dan komplikasi, atau akibat dari gagal regurgitasi katup mitral) jantung (regurgitasi mitral sekunder) Menilai derajat disfungsi dan konsekwensi hemodinamik. Pertimbangan operasi. Parameter lainnya Fungsi RV Menurun (TAPSE <16 mm) Disfungsi sistolik RV (TAPSE) Peak velocity Meningkat (>3.4 m/s) Tekanan sistolik RV meningkat regurgitasi trikuspid Tekanan sistolik Meningkat (>50 mmHg) Hipertensi pulmonal likely arteri pulmonal Vena cava Dilatasi, tanpa kolaps saat Tekanan atrium kanan meningkat. inferior respirasi Disfungsi RV, volume overload, mungkin terdapat hipertensi pulmonal Perikardium Efusi, hemoperikardium, Kemungkinan tamponade, kalsifikasi keganasan, penyakit sistemik, perikarditis akut atau kronik, constrictive pericarditis E/e‘: rasio dari mitral inflow gelombang E terhadap tissue Doppler gelombang e‘; LVOT VTI: left ventricular outflow tract velocity time integral; RV: right ventricular; TAPSE: tricuspid annular plane systolic excursion. LVMI: left ventricular mass index. (McMurray et al., 2012). 13 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Beberapa parameter ekokardiografi (contoh: EF, WMSI, ukuran atrium kiri, fractional shortening) juga dapat digunakan sebagai prognostikator sehingga dapat membantu dalam pengelolaan pasien gagal jantung akut, kronis, ataupun stadium akhir. (McMurray et al., 2012). 2.4.1 Speckle Tracking Echocardiography (STE) STE merupakan metode non-invasif baru dari pencitraan ultrasound yang memiliki kemampuan kuantitatif serta obyektif dalam menilai fungsi global dan regional dari miokard jantung. Modalitas ini secara semi-automatis mampu menganilisis sistem mekanika jantung yang kompleks, yang merupakan koordinasi antara miokard, dan melibatkan kontraksi longitudinal, pemendekan sirkumferensial, dan penebalan radial. Selain itu STE juga dapat mengevaluasi terjadinya rotasi dari ventrikel kiri. (Mondillo S et al., 2011; Motoki H et al., 2012; Takigiku et al., 2012). STE memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan TDI dalam menilai fungsi miokard (strain dan strain rate), oleh karena pengukuran TDI bergantung pada sudut yang tepat, dapat terpengaruh dengan noise, serta memiliki variabilitas intra dan interobserver. STE. (Abduch M et al., 2014; Geyer H et al., 2010; Salvo G et al., 2015). Pengertian dari speckle tracking adalah bahwa teknik ini terutama didasarkan pada analisis dari bintik-bintik atau speckles selama siklus jantung berlangsung. Setiap bintik-bintik tunggal akan digabung menjadi suatu unit fungsional, disebut sebagai kernel, yang pada akhirnya akan dapat diidentifikasi secara pasti. Setiap kernel yang ada dapat dianggap sebagai sidik jari ultrasound yang dapat dilacak oleh perangkat lunak selama siklus jantung berlangsung. Melalui analisis terhadap gerakan setiap kernel yang membentuk gambar 2- 14 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dimensi, sistem yang ada dapat menghitung perpindahan, kecepatan perpindahan (velocity), deformasi (strain), dan kecepatan deformasi (strain rate) dari segmen miokard yang dipilih tanpa menggunakan doppler. (Mondillo S, et al., 2011; Salvo G et al., 2015). 2.4.2 Global Longitudinal Strain (GLS) Strain (S) atau regangan menggambarkan deformasi dari suatu obyek, yang telah disesuaikan dengan ukuran dan bentuk aslinya. Strain merupakan suatu pengukuran yang tidak dipengaruhi oleh dimensi, dan dilaporkan dalam fraksi (fraction) atau persen. (Voigt JU et al., 2015). Longitudinal strain menggambarkan deformasi miokard yang terjadi pada daerah basal hingga ke apex ventrikel jantung. Selama fase sistolik, serat-serat miokard memendek dengan gerakan translasi dari basal ke apex. Pemendekan jarak diantara kernel yang terjadi saat sistolik tergambar sebagai kurva dengan defleksi negatif (Gambar 2.2). Longitudinal strain dianalisa pada gambaran 4-chamber, 2chamber, dan apical long-axis, dari ketiganya dapat diperoleh baik nilai regional (berkaitan dengan tiap segmen dari 17 segmen pada ventrikel kiri) maupun global atau dikenal sebagai global longitudinal strain (GLS). GLS saat ini dapat menjadi index yang valid dalam menilai fungsi global ventrikel kiri secara kuantitatif. (Brown J et al., 2009). GLS yang diukur dengan STE dua dimensi saat ini memiliki nilai yang bervariasi berdasarkan versi software dan vendor yang digunakan. Rekomendasi dari American Society of Echocardiography (ASE) dan the European Association of Cardiovascular Imaging menyatakan nilai puncak GLS pada rentang -20%, dapat ditemukan pada orang yang sehat, dan semakin rendah nilai absolut GLS 15 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA yang didapat, maka fungsi ventrikel semakin abnormal. (Lang R et al., 2015). Takigiku et al. pada tahun 2012 telah melakukan penelitian Japanese Ultrasound Speckle Tracking of the Left Ventricle (JUSTICE) pada 817 subyek sehat, dan mendapatkan nilai normal GLS menggunakan 3 vendor yang berbeda (Tabel 2.3). (Takigiku et al., 2012). Gambar 2.2 Speckle Tracking Echocardiography (STE), gambar di atas menunjukkan pengukuran longitudinal strain. (Mondillo S et al., 2011) Motoki H, et al. melakukan studi kohort pada pasien dengan gagal jantung kronis, dan diikuti selama 5 tahun, dengan end point kematian, transplantasi jantung, dan angka hospitalisasi terkait gagal jantung. Hasil yang didapat adalah nilai GLS yang memburuk berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya adverse event pada pasien gagal jantung baik dengan etiologi iskemik ataupun tidak. GLS ventrikel kiri juga mampu menambah nilai prediksi terjadinya cardiac events dan dapat memberi manfaat lebih jika dibandingkan dengan parameter konvensional seperti presentasi klinis, dan EF ventrikel kiri. (Motoki H et al., 2012). Studi yang dilakukan oleh Rangel et al. yang dilakukan pada pasien gagal jantung kronis menyatakan bahwa GLS memiliki korelasi yang signifikan 16 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA terhadap derajat keparahan gagal jantung yang dinilai dari kelas fungsional NYHA. Selain itu korelasi juga didapatkan antara GLS dengan kadar BNP, rasio e/E‘, dan left atrial maximal volume index. Selain itu dari analisa regresi multivariat yang dilakukan, meunjukkan bahwa GLS secara independen dapat memprediksi estimasi harapan hidup kurang dari sepuluh tahun. (Rangel I et al., 2014). Stanton T et al. telah meneliti perbandingan antara GLS dengan EF dan WMSI (Wall Motion Scoring Index) sebagai prediktor terhadap all cause mortality pada 546 pasien yang secara klinis memiliki indikasi dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Hasil yang didapat adalah nilai prediksi terhadap prognosis pada pasien dengan penurunan nilai GLS absolut yaitu -12% ke bawah, ditemukan setara dengan EF < 35%, selain itu GLS lebih superior jika dibandingkan dengan EF dan WMSI, sehingga GLS dapat merupakan metode yang optimal dalam menilai fungsi sistolik global ventrikel kiri. (Stanton T et al., 2009). Tabel 2.3 Referensi harga normal GLS (Takigiku et al., 2012). 17 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Zhang et al. melakukan studi terhadap 416 pasien dengan gagal jantung kronis yang mengalami disfungsi sistolik, longitudinal dan dan mendapatkan circumferential strain dan strain rate, serta hasil bahwa radial strain berhubungan dengan prognosis pasien. Strain juga terbukti dapat menambah nilai prediksi dari EF terhadap kejadian kardiovaskular yang tidak diinginkan (adverse outcomes). (Zhang K et al., 2013). 2.4.3 Myocardial Performance Index (MPI) / Tei Index (TI) MPI juga dikenal sebagai Tei index (TI) menggambarkan kinerja ventrikel jantung secara global. TI merupakan perhitungan sederhana yang meliputi parameter baik sistolik dan diastolik dan dapat diterapkan baik pada ventrikel kiri ataupun kanan. MPI menggabungkan tiga interval waktu dasar yang mudah diperoleh dari rekaman Doppler, yaitu: waktu ejeksi atau ejection time (ET); waktu kontraksi isovolumetrik atau isovolumetric contraction time (ICT), dan waktu relaksasi isovolumetrik atau isovolumetric relaxation time (IRT). Dari nilai- nilai ini, MPI dapat dihitung dengan rumus berikut: MPI = (ICT + IRT) / ET Disfungsi sistolik berhubungan dengan perpanjangan ICT dan pemendekan ET. Oleh karena itu, ini akan mengakibatkan peningkatan nilai MPI. Nilai normal TI adalah: 0,28 ± 0,04 untuk ventrikel kanan dan 0,38 ± 0,04 untuk ventrikel kiri. Nilai TI dikatakan abnormal jika ≥ 0.40 pada ventrikel kanan, dan ≥ 0.45 pada ventrikel kiri.(Gambar 2.4). (Tanaka S, et al., 2006). Pada pasien dengan gagal jantung TI menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap derajat keparahan gagal jantung menurut kelas fungsional dari NYHA, dan memiliki hubungan terbalik dengan EF. (Ambakederemo T, et al., 18 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2009; Bruch C, et al., 2000). Pada populasi umum TI dikatakan memiliki nilai prognostik yang signifikan terhadap kejadian major adverse cardiac event (MACE) seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan kematian karena jantung. (Sørensen T, et al., 2015). TI juga didapatkan berkorelasi dengan left ventricle end diastolic pressure (LVEDP) yang diikur saat angiografi, pada pasien gagal jantung dengan disfungsi sistolik (EF≤45%). (Khaledian MR, Najafian J, 2005). Gambar 2.3 Skema pengukuran Tei Index. Indeks (ICT + IRT / ET) berasal dari (a - b / b), di mana a adalah interval antara penghentian dan terjadinya aliran darah trans mitral (mitral inflow), dan b adalah waktu ejeksi (ET) dari ventrikel kiri (LV outflow). Waktu relaksasi isovolumetrik atau isovolumetric relaxation time (IRT) diukur dengan mengurangi interval c (antara gelombang R (ekg) sampai penghentian LV outflow) dengan interval d (antara gelombang R (ekg) sampai terjadinya mitral inflow. Waktu kontraksi isovolumetrik atau isovolumetric contraction time (ICT) berasal dari a-b dikurangi IRT. ECG = elektrocardiogram. (Bruch C, et al., 2000) 19 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.5 Penatalaksanaan Gagal Jantung Tujuan dari penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah untuk mengurangi tanda dan gejala gagal jantung, menurunkan angka rehospitalisasi, serta meningkatkan usia harapan hidup. Penatalaksanaan secara menyeluruh pada gagal jantung meliputi intervensi non-farmakologi, terapi farmakologis, serta pemasangan alat pada jantung. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 2.5.1 Terapi non-farmakologis Intervensi non-farmakologis pada pasien gagal jantung meliputi edukasi, dukungan sosial, restriksi garam, dan latihan fisik. Pasien dengan gagal jantung harus mendapatkan edukasi yang spesifik tentang bagaimana cara agar dapat memonitor gejala gagal jantung, menjaga fluktuasi berat badan, membatasi konsumsi garam, meminum obat sesuai yang diresepkan, dan menjaga agar tetap menjalankan aktifitas fisik. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 2.5.2 Terapi farmakologis Terapi farmakologis standar pada pasien gagal jantung kronis, diantaranya adalah pemberian Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin Receptor Blocker (ARB), Beta Blocker, diuretik, Aldosterone Receptor Antagonists, digitalis, dan Ivabradine. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). Pemberian Ivabradine disarankan oleh ESC pada pasien dengan EF ≤ 35% yang masih berada pada NYHA II-IV, dengan nadi masih ≥ 70x/m, setelah pemberian Beta Blocker. (McMurray et al., 2012). 1.) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) Pada kondisi gagal jantung akan terjadi mekanisme kompensasi tubuh salah satunya adalah aktivasi Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). ACE- 20 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA I menghambat konversi dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Pada gagal jantung, obat ini dapat mencegah terjadinya remodelling, menghambat perluasan kerusakan dari miokardium serta menurunkan afterload. ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung HFrEF agar dapat, kecuali jika didapatkan kontraindikasi. Kontraindikasi pemberian ACEI antara lain adalah adanya riwayat angioedema, stenosis renal bilateral, kadar kalium serum >5,0 mmol/L, serum kreatinin >2,5 mg/dL, dan stenosis aorta berat. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 2). Diuretik Diuretik direkomendasikan pada pasien dengan HFrEF yang didapatkan bukti adanya retensi cairan, agar memperbaiki gejala gagal jantung, kecuali jika didapatkan kontraindikasi. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat), dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 3). Aldosterone Receptor Antagonists Aldosterone receptor antagonists atau mineralocorticoid receptor antagonists telah direkomendasikan pada pasien dengan NYHA kelas II–IV, yang memiliki ≤ 35%, kecuali terdapat kontraindikasi. Pemberian aldosterone receptor antagonists dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pada pasien gagal jantung. Pada pasien dengan NYHA kelas II, harus memiliki riwayat rawat inap oleh karena penyakit jantung sebelumnya, atau peningkatan kadar plasma natriuretic peptide. Serum kreatinin harus ≤2.5 mg/dL pada laki-laki, dan ≤ 2.0 mg/dL pada perempuan, atau estimasi glomerular filtration rate >30 mL/min/1.73 21 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA m2, dan kadar kalium darah ≤ 5.0 mEq/L.. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 4). Beta blocker Pemberian salah satu dari 3 jenis beta blocker, yaitu (eg, bisoprolol, carvedilol, dan sustained release metoprolol succinate) terbukti mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta direkomendasikan pada semua pasien dengan HFrEF, kecuali terdapat kontraindikasi. Kontraindikasi pemberian beta blocker, antara lain adalah adanya asma, blok atrioventrikular derajat 2 dan 3, sick sinus syndrome (tanpa pacu jantung permanen), dan sinus bradikardia (nadi <50 x/menit). (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 5). Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ARB menghambat RAAS melalui dua jalur, jalur ACEI dan dengan memblokade reseptor angiotensin I. Meskipun ARB tidak memeiliki efek peningkatan bradikinin, prostaglandin, dan nitrit oxide (NO) di jaringan jantung. ARB direkomendasikan pada pasien dengan HFrEF dengan riwayat gejala atau saat ini, dimana didapatkan intoleransi terhadap pemberian ACEI, kecuali terdapat kontraindikasi, untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 6). Hydralazine dan Isosorbide Dinitrate (H-ISDN) AHA merekomendasikan penberian terapi kombinasi dari hydralazine dan isosorbide dinitrate untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas pada pasien HFrEF, kelompok African Americans dengan NYHA class III–IV, yang telah mendapatkan terapi optimal yaitu ACEI dan beta blocker, kecuali didapatkan kontraindikasi. Kontraindikasi pemberian kombinasi H-ISDN adalah adanya 22 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hipotensi simtomatik, sindroma lupus, dan gagal ginjal berat. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 7). Digoksin Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Pada pasien gagal jantung simtomatik, ESC merekomendasikan untuk mempertimbangkan pemberian digoksin pada pasien dengan EF ≤45%, dan irama sinus yang tidak dapat mentoleransi pemberian beta-blocker, akan tetapi pasien juga harus mendapatkan terapi ACEI (atau ARB) dan aldosterone receptor antagonists. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). 2.5.3 Terapi alat non-bedah Sampai saat ini, pemasangan implantable cardioverter defibrillator (ICD) direkomendasikan pada gagal jantung lanjut (advanced heart failure) simtomatik, yang sudah mendapatkan terapi farmakologis gagal jantung secara optimal. Pemasangan ICD diindikasikan sebagai pencegahan sekunder pada pasien yang pernah mengalami henti jantung, atau pasien dengan aritmia ventrikular yang bergejala, tanpa melihat EF, dan memiliki usia harapan hidup 1 tahun atau lebih, sedangkan pada pasien gagal jantung dengan EF ≤35%, NYHA kelas II-III yang memiliki usia harapan hidup di atas 1 tahun, ICD merupakan pencegahan primer, untuk menurunkan risiko terjadinya kematian jantung mendadak. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). Pemasangan alat cardiac resynchronization therapy defibrillator (CRT-D) atau cardiac resynchronization therapy pacemaker (CRT-P) direkomendasikan 23 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pada pasien gagal jantung yang memiliki EF ≤35%, dengan gambaran ekg irama sinus, dan durasi QRS ≥120 ms, morfologi QRS blok cabang berkas kiri atau left bundle branch block (LBBB), yang diharapkan memiliki usia harapan hidup lebih dari satu tahun, dengan status fungsional yang baik. (Yancy et al., 2013). 2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perburukan Gagal Jantung Setelah diagnosis gagal jantung ditegakkan, dengan berjalannya waktu akan terjadi progresifitas penyakit gagal jantung. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perburukan gagal jantung antara lain meliputi faktor klinis, faktor komorbid, dan adanya terapi baik farmakologis ataupun non farmakologis yang suboptimal. Faktor klinis yang dapat berpengaruh pada perburukan gagal jantung diantaranya adalah usia, fungsi sistolik ventrikel kiri yang sering dievaluasi dengan EF, kelas dari NYHA, dan etiologi gagal jantung karena penyakit jantung iskemik. Prevalensi gagal jantung meningkat hingga ≥10% pada pasien dengan usia ≥70 tahun. (McMurray, et al., 2012). Pada kelompok usia lanjut sering didapatkan compliance yang buruk terhadap terapi farmakologis maupun diet, hal ini berkontribusi sebesar dua pertiga kejadian eksaserbasi gagal jantung, selain itu adanya cardiovascular reserve yang terbatas, membuat gagal jantung pada usia lanjut mudah terpicu oleh berbagai kondisi non-kardiak, seperti pneumonia dan eksaserbasi penyakit paru obstruktif kronis. (Abdelhafiz AH, 2002). Menurunnya fungsi sistolik ventrikel kiri akan menyebabkan penurunan CO dan aktifasi sistem neurohormonal dan selanjutnya akan memperburuk gagal jantung, dan kelas NYHA akan bertambah. Etiologi iskemik juga berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien gagal jantung, hal ini dapat dikarenakan iskemia 24 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pada miokard mempunyai peranan penting terjadinya remodeling pada jantung, suatu proses yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dan ukuran jantung secara progresif, dan menyebabkan disfungsi ventrikel kiri, serta perburukan gagal jantung. (Remme WJ. 2000). Faktor – faktor komorbid pada gagal jantung yang paling sering dijumpai antara lain adalah gangguan fungsi ginjal, anemia, diabetes melitus dan hiperurisemia. Gangguan fungsi ginjal banyak ditemukan pada pasien gagal jantung. Anemia, hiperkalemia, kadar albumin yang rendah, penggunaan obat golongan ACEI, ARB, aldosterone antagonists, dan diuretik merupakan kondisi yang berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal. Interaksi yang terjadi antara ginjal dan jantung sering dikenal dengan sindroma kardiorenal, interaksi kedua organ tersebut sangat kuat pada pasien dengan gagal jantung. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh karena penurunan CO, tetapi juga karena aktivasi dari sistem renin angiotensin aldosteron, ketidakseimbangan antara nitric oxide dan reactive oxygen species, inflamasi, anemia, dan peningkatan sistem saraf simpatis. (Shiba et al., 2011). Potensi mekanisme yang menghubungkan anemia dengan risiko perburukan pada gagal jantung mungkin terkait dengan peningkatan beban kerja miokard, perubahan neurohormonal. struktur (Anand IS, jantung, 2008). serta gangguan aktivasi respon Diabetes mellitus dapat memicu atau memperburuk gagal jantung akibat akumulasi dari advanced glycation end products, kalsium stres oksidatif, intraseluler, kerusakan perubahan gangguan ekspresi fungsi inflamasi, microRNAs, serta penurunan progresifitas aterosklerosis dan penyakit arteri koroner. (Tousoulis et al., 2014). 25 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Pada pasien dengan gagal jantung kronis, konsentrasi asam urat darah berhubungan dengan aktivitas dari superoxide dismutase dan vasodilatasiendothelium-dependent yang lebih besar. Patofisiologi lain yang menjelaskan hubungan antara hiperurisemia dan gagal jantung mungkin melalui terjadinya proses inflamasi. (Krishnan E, 2009). 2.7 Skor Seattle Heart Failure Model (SHFM) Banyak variabel yang dapat memberikan informasi prognostik pada pasien gagal jantung kronis. Sebagian besar variabel tersebut dapat diperoleh dari data yang tersedia seperti usia, etiologi, kelas NYHA, EF, faktor komorbiditas yaitu disfungsi ginjal, diabetes, anemia, hyperuricemia), dan konsentrasi plasma peptida natriuretik. Berbagai variabel ini dapat berubah dari waktu ke waktu, seperti halnya prognosis pada pasien. Penilaian prognosis sangat penting bagi klinisi dalam pengambilan keputusan terapi (pertimbangan pemasangan alat ICD/CRT), ataupun operasi (termasuk transplantasi jantung) dan ketika melakukan konseling dengan pasien. Penggunaan skor risiko multivariabel yang sudah tervalidasi untuk estimasi risiko mortalitas pada pasien gagal jantung telah direkomendasikan oleh ACCF/AHA tahun 2013 (kelas IIA; Level of Evidence: B). SHFM merupakan salah satu skor yang sudah tervalidasi dengan baik dan tersedia dalam aplikasi interaktif di internet, yang menyediakan informasi tentang risiko mortalitas pada pasien gagal jantung dengan disfungsi sistolik rawat jalan. (McMurray et al., 2012; Yancy et al., 2013). SHFM adalah alat atau tool penilaian risiko multimarker yang sudah tervalidasi, dan dikembangkan untuk memprediksi prognosis pada pasien dengan gagal jantung kronis, yang berasal dari cohort 1125 pasien gagal jantung dan 26 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA divalidasi secara prospektif oleh lima cohort tambahan dengan jumlah 9.942 pasien gagal jantung rawat jalan. SHFM memberikan estimasi tingkat kelangsungan hidup atau survival rate dalam 1-, 2-, dan 5 tahun, serta harapan hidup dengan menggunakan data klinis, laboratorium dan terapi (farmakologis dan alat) yang diperoleh dari pemeriksaan yang biasa dilakukan pada pasien gagal jantung (Gambar 2.4). (Gorodeski et al., 2010; Levy W et al., 2006; McMurray et al., 2012). Akurasi SHFM sangatlah baik, dengan angka estimasi survival rate dibandingkan yang sebenarnya adalah 73.4% versus 74.3%. Skor SHFM berasal dari data dasar atau database penelitian Prospective Randomized Amlodipine Survival Evaluation (PRAISE1). PRAISE1 adalah suatu studi random pemberian amlodipin dibadingkan placebo pada 1153 pasien di Amerika dan Kanada, dengan EF< 30% dan New York Heart Association (NYHA) kelas III dan IV. Data ini kemudian divalidasi secara prospektif oleh 5 database tambahan dari penelitian Evaluation of Losartan in the Elderly (ELITE2), Valsartan Heart Failure Trial (Val-HeFT), University of Washington (UW), Randomized Enbrel North American Strategy to Study Antagonism of Cytokines (RENAISSANCE), dan Italian Heart Failure Registry (INCHF). Validasi cohort yang dilakukan antara lain adalah pasien berasal dari berbagai negara (46 negara), rentang usia (14-100 tahun), EF (1% sampai 75%), dan gejala gagal jantung (NYHA kelas I sampai IV). (Ketchum E et al., 2011; Levy W et al., 2006; Tavazzi L et al., 2013). Skor SHFM menunjukkan bahwa kelas NYHA, etiologi iskemik, dosis diuretik, EF, tekanan darah sistolik, kadar natrium, hemoglobin, persen limfosit, asam urat, dan kolesterol darah masing-masing merupakan prediktor yang 27 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA independen, sedangkan fungsi ginjal bukan merupakan prediktor yang independen. Beberapa variabel dalam SHFM dapat menggambarkan beberapa kekuatan prognostik neurohormon dan sitokin, contohnya tekanan darah dan kadar natrium (berkaitan dengan norepinefrin dan renin), dosis diuretik (terkait dengan renin), serta kadar kolesterol, asam urat, persen limfosit, dan hemoglobin (terkait dengan tumor necrosis factor). Pemeriksaan kadar BNP, VO2 max, dan penanda inflamasi yang lain mungkin dapat menambah kekuatan prognostik dari skor ini, namun masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut. (Ketchum E et al., 2011; Levy W et al., 2006). Skor SHFM juga memasukkan penggunaan obat-obatan dan alat (ICD/CRT) dalam memprediksi terjadinya perubahan kelangsungan hidup atau survival. SHFM dapat digunakan sebagai media dalam memberikan edukasi pada pasien tentang manfaat pemberian obat terhadap survival, menilai pasien untuk kandidat transplantasi jantung, konseling pasien dengan terapi paliatif, dan memilih pasien mana yang memerlukan pemasangan alat (ICD/CRT). (Gorodeski et al., 2010; Levy W et al., 2006). Bukti yang ada pada akhir-akhir ini menunjukkan bahwa klinisi yang mendiskusikan tentang profil risiko dan efek dari terapi yang terdapat pada SHFM dengan pasien mereka, menghasilkan eskalasi terhadap pemberian baik terapi farmakologis maupun pemasangan alat (device based therapy) sebesar 82% pada populasi pasien yang diamati. (Ketchum E et al., 2011). Skor SHFM memungkinkan prediksi kelangsungan hidup pasien gagal jantung dengan menggunakan karakteristik klinis yang mudah diperoleh. SHFM dapat membantu dokter dan pasien dalam hal estimasi prognosis, meningkatkan 28 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kepatuhan pasien, dan meningkatkan penggunaan obat-obatan dan alat yang dapat menyelamatkan jiwa. (Zafrir B et al., 2012; Levy W et al., 2006). SHFM terbukti dapat sebagai prediktor terhadap terjadinya mortalitas dalam satu tahun pada pasien dengan gagal jantung di Pakistan. (Hussain S et al., 2014). Honold J et al. melakukan peneletian kohort pada 155 pasien gagal jantung kronis rawat jalan, dengan etiologi penyakit jantung iskemik, yang telah mendapatkan terapi optimal termasuk aplikasi sel progenitor intrakoroner. Penelitian yang dilakukan yaitu membandingkan antara SHFM dengan nilai cardio-pulmonary exercise testing (CPET) sebagai prognostik terhadap all cause mortality. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa SHFM memiliki kekuatan prognostik yang lebih superior jika dibandingkan dengan CPET. (Honold J et al., 2013). Gambar 2.4 Skor Seattle Heart Failure Model (SHFM). SHFM diterapkan dalam program interaktif untuk menghitung estimasi tingkat kelangsungan hidup pada 1, 2-, dan 5-tahun dan manfaat dari menambah terapi dan atau pemasangan alat pada pasien gagal jantung. ACE-I: ACE inhibitor; ARB: angiotensin receptor blocker; HCTZ: hydrochlorothiazide; Hgb: hemoglobin; dan BiV: biventricular. (Levy W et al., 2006). 29 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual Injuri miokard Disfungsi sistolik ( GLS Ventrikel Kiri ↓ ) Disfungsi sistolik dan diastolik ( Tei Index ↑ ) Gagal Jantung Cardiac Output menurun Perburukan gagal jantung - Sistem Renin Angiotensin Aldosteron meningkat - Sistem saraf simpatis meningkat Prognosis gagal jantung memburuk ( Skor SHFM (Seattle Heart Failure Model ) meningkat ) Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian Keterangan : : Variabel utama yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Variabel prakondisi 30 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3.2 Keterangan Kerangka Konseptual Berbagai penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, dan kardiomiopati dapat menyebabkan miokard mengalami injuri. Miokard yang mengalami injuri ini akan mengakibatkan terjadinya disfungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri. Disfungsi sistolik ventrikel kiri akan dinilai dengan GLS yang diukur melalui STE, sedangkan TI digunakan untuk menilai disfungsi sistolik dan diastolik pada ventrikel kiri. Gangguan fungsi ventrikel kiri akan menyebabkan terjadinya gagal jantung, kemudian cardiac output akan mengalami penurunan, dan terjadi perburukan dari gagal jantung. Terjadinya aktivasi dari beberapa sistem neurohormonal (sistem renin angiotensin, dan sistem saraf simpatis) juga mengakibatkan perburukan gagal jantung, karena terjadi remodeling ventrikel dan toksisitas miokard. Pada akhirnya berbagai kondisi tersebut akan mengakibatkan prognosis pada pasien gagal jantung memburuk. Prognosis pada pasien gagal jantung kronis dinilai melalui skor SHFM. 3.2 Hipotesis Penelitian 1. Terdapat korelasi yang negatif antara "Global Longitudinal Strain" (GLS) ventrikel kiri dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 2. Terdapat korelasi yang positif antara ― Tei Index‖ (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 31 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan menggunakan pendekatan atau desain cross-sectional. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan Mei 2016. Pengambilan data dilaksanakan di Poliklinik Jantung dan Ruang Ekokardiografi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien gagal jantung kronis yang berobat jalan di poliklinik jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4.3.2 Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, di mana subyek yang dipilih berasal dari populasi terjangkau yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, dan diambil sampai memenuhi besar sampel yang telah ditetapkan. Sampel penelitian ini adalah penderita gagal jantung kronis yang berobat jalan di Poli Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya mulai bulan Februari 2016 – Mei 2016 yang memenuhi kriteria pemilihan sampel sebagai berikut: a. Kriteria inklusi : 1. Laki-laki maupun perempuan yang berusia 25 - 70 tahun. 2. Telah didiagnosa gagal jantung kronis. 32 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3. EF ventrikel kiri ≤ 45%. 4. Telah mendapatkan terapi gagal jantung dan mengkonsumsi setidaknya selama 1 bulan terakhir. 5. Irama sinus (pada pemeriksaan ekg). 6. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. b. Kriteria eksklusi : 1. Menderita sindroma koroner akut dalam 3 bulan terakhir. 2. Menjalani rawat inap karena gagal jantung dalam kurang dari 1 bulan terakkhir. 4.3.3 3. Gagal jantung NYHA IV. 4. Penyakit autoimun. 5. Penyakit jantung katup yang berat. 6. Penyakit gagal ginjal kronis stadium V dan atau hemodialisa rutin. 7 Penyakit keganasan. Perkiraan besar sampel Besar sampel untuk uji hipotesis untuk koefisien korelasi menggunakan rumus Fisher’s transformation: Zα + Zβ n = 0,5 ln [(1+r)/(1-r)] 2 +3 Keterangan: n = besar sampel Zα = deviasi baku alpha (95%) = 1,96 Zβ = deviasi baku beta (80%) = 0,842 r = koefisien korelasi (dari pustaka) = 0,50 33 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Berdasarkan perhitungan tersebut, besar sampel minimal yang akan digunakan pada penelitian ini adalah 30 orang. 4.4 Variabel Penelitian 1. : 1. Global Longitudinal Strain ventrikel Variabel bebas kiri. 2. Tei Index : skor Seattle Heart Failure Model 2. Variabel Tergantung 4.5 Definisi Operasional 1). Gagal Jantung Kronis Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis yang kompleks yang muncul karena adanya kelainan baik struktural maupun fungsional dari proses pengisian ventrikel ataupun memompa darah. Keluhan utama gagal jantung berupa sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, dan kaki bengkak. Tanda gagal jantung berupa takikardi, frekuensi nafas yang cepat, ronkhi basal, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, dan hepatomegali. Dari pemeriksaan penunjang dapat didapatkan adanya bukti kelainan struktural atau fungsional jantung, yaitu adanya kardiomegali, abnormalitas ekokardiografi, suara jantung ke tiga, bising jantung, dan peningkatan kadar peptida natriuretik. Berdasarkan klasifikasi fungsional New York Heart Association (NYHA): (1) Kelas I, tidak terdapat limitasi dalam melakukan aktivitas fisik. (2) Kelas II, terdapat limitasi aktivitas ringan. (3) Kelas III, terdapat limitasi aktivitas bermakna. (4) Kelas IV, tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Pada penelitian ini gagal jantung kronik didefinisikan apabila pasien sudah didiagnosa 34 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA sebagai gagal jantung dan sudah kontrol dan meminum obat dari poli jantung setidaknya selama 1 bulan. 2). Gagal Jantung dengan disfungsi sistolik Gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang menurun didefinisikan sebagai gagal jantung di mana pada pemeriksaan ekokardiografi didapatkan bukti adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, yaitu EF ≤ 45%. 3). Fraksi ejeksi ventrikel kiri Fraksi ejeksi ventrikel kiri merupakan persentase dari volume akhir diastolik ventrikel kiri yang diejeksikan saat sistolik yang diukur pada penderita dengan rumus sebagai berikut : . (Keterangan : EF, Ejection Fraction; EDV, End Diastolic Volume; ESV, End Systolic Volume). Metode yang dipakai adalah Simpson dan Teicholz. Skala data berupa rasio dengan satuan persentase (%). Skala data : interval. 4). Global Longitudinal Strain (GLS) GLS adalah pengukuran tanpa dimensi yang menggambarkan derajat deformasi dinding miokard, yaitu derajat perubahan ukuran unit kontraktil miokard. GLS diekspresikan dengan persentase atau fraksi. Skala data berupa rasio. GLS diukur otomatis dengan mereratakan seluruh nilai Peak Systolic Longitudinal Strain. GLS menggunakan nilai cutoff –17.9%. Skala data : interval. 5). Tei Index (TI) atau Myocardial Performance Index (MPI) TI adalah pengukuran fungsi ventrikel secara global, baik sistolik maupun diastolik. Pada penelitian ini TI dinilai dengan menggunakan modalitas pulse 35 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA waved Doppler, dengan sample volume diletakkan pada pertemuan kedua katup mitral. TI atau MPI menggabungkan tiga interval waktu dasar yaitu: waktu ejeksi atau ejection time (ET); waktu kontraksi isovolumetrik atau isovolumetric contraction time (ICT), dan waktu relaksasi isovolumetrik atau isovolumetric relaxation time (IRT). Dari nilai-nilai ini, TI atau MPI dapat dihitung dengan rumus berikut: MPI = (ICT + IRT) / ET. Skala data : interval. 6). Skor Seattle Heart Failure Model (SHFM) Skor SHFM merupakan skor prognosis gagal jantung. Skor ini dapat digunakan untuk menghitung prediksi mortalitas pasien gagal jantung pada 1, 2, dan 5 tahun. Skor SHFM diperuntukkan pada pasien gagal jantung rawat jalan terutama dengan disfungsi sistolik. Skala data : interval. 4.6 Instrumen Penelitian 1). Mesin Ekokardiografi Mesin ekokardiografi yang digunakan pada penelitian ini adalah GE Medical System Vivid 7 pro class I type CF. Pemeriksaan 2D Speckle Tracking Echocardiography (2D STE) dilakukan dengan 2D dan AFI (Automated Function Imaging) menggunakan analisis software (EchoPac versi 11O.x.x, GE Medical Systems, 2010) untuk mengukur peak systolic longitudinal strain (PSLS) ventrikel kiri pada LV model 16 segmen. Ekokardiografi dilakukan, dan ejeksi fraksi diukur dengan metode Teicholz dan Modified Simpson‘s Biplane. Lalu analisis offline dilakukan pada citra 2D (apical long axis, apical 2 - dan 4 - chamber) yang telah disimpan dengan 36 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA frame rate berkisar 54 - 70 bps. Untuk setiap gambar dihitung peak systolic longitudinal strain (PSLS) per segmen dan dirata-ratakan. Selanjutnya secara otomatis dihitung nilai rerata dari ketiga nilai tersebut, sehinggga didapatkan nilai (GLS). Peningkatan nilai absolut dari GLS dihubungkan dengan fungsi ventrikel kiri yang lebih baik. TI diukur dengan menggunakan pulsed wave doppler, dengan cara menempatkan sample volume pada ujung dari kedua katup mitral, dan diambil pada lapang pandang apical 4-chamber. 2). Aplikasi Seattle Heart Failure Model (SHFM) calculator Prediksi mortalitas selama 1, 2, dan 5 tahun dihitung dengan menggunakan aplikasi SHFM calculator Windows version. Pada SHFM ada berbagai macam variabel yang dinilai, antara lain adalah : usia, fraksi ejeksi ventrikel kiri, New York Heart Association class, tekanan darah sistolik, dosis diuretik yang digunakan, nilai limfosit, kadar hemoglobin, kadar natrium serum, nilai kolesterol total, dan asam urat darah. Selain itu juga dinilai jenis kelamin, ada tidaknya ischemic cardiomyopathy, QRS>120 ms, penggunaan β-blockers, angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACE-I), angiotensin receptor blockers (ARB), potassium-sparing diuretic, statin, dan allopurinol, serta penggunaan ICD atau cardiac resynchronization therapy (CRT). Setelah semua variabel data diisi, aplikasi ini akan secara otomatis menghitung persamaan faktor risiko tiap-tiap pasien, dan akan didapatkan nilai prediksi mortality rate selama 1, 2, dan 5 tahun, serta prediksi rata-rata usia harapan hidup masing- masing penderita. 37 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3). Tensimeter air raksa Setiap pasien dilakukan pengukuran tekanan darah pada saat istirahat, dalam posisi duduk dengan menggunakan alat tensimeter air raksa yang ada di poli jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 4). Mesin Elektrokardiografi (EKG) Setiap pasien dilakukan pemeriksaan rekam jantung 12 lead dengan menggunakan mesin elektrokardiografi yang ada di poli jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dilakukan interpretasi bacaan ekg, dan dilakukan pengukuran QRS kompleks. Data yang diperoleh digunakan untuk pengisian aplikasi SHFM calculator. 5). Kartu kontrol poli jantung Data dari kartu kontrol poli jantung termasuk diagnosis, terapi pasien, hasil ekokardiografi lama, dicatat untuk keperluan pengisian data pada SHFM calculator. Dilakukan anamnesis tentang kepatuhan minum obat. 6). Pemeriksaan laboratorium (Darah lengkap, profil lipid, serum elektrolit, dan asam urat) Setiap pasien dilakukan pencatatan data hasil laboratorium darah lengkap, profil lipid, serum elektrolit, dan asam urat untuk keperluan pengisian data pada SHFM calculator. Apabila pasien belum memiliki data tersebut, atau hasil pemeriksaan sudah lebih dari 1 bulan, maka dilakukan pengulangan pemeriksaan laboratorium di Gedung Diagnostik Center RSUD Dr. Soetomo Surabaya. 38 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4.7. Alur Penelitian Penderita dengan gagal jantung kronis yang datang berobat ke poliklinik jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya Anamnesa, pemeriksaan fisik, pengukuran tekanan darah, EKG, dan pemeriksaan laboratorium rutin. Kriteria inklusi dan ekslusi Information for consent dan Informed consent Wawancara serta pengisian data SHFM calculator Pemeriksaan GLS ventrikel kiri dan TI Pengolahan dan analisis Data Penyajian Hasil Penelitian Gambar 4.1. Alur Penelitian 4.8. Pengolahan dan Analisis Data Data dikumpulkan, kemudian dikelola dengan statistika deskriptif, dan disajikan dalam bentuk paparan, tabel dan diagram. Analisis data menggunakan statistika inferensial untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara variabel dengan perangkat program SPSS. Hubungan antara nilai GLS ventrikel kiri dan TI dengan skor SHFM ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson product 39 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA moment untuk sebaran data yang normal atau Spearman rank untuk sebaran data yang tidak normal. Hasil dikatakan signifikan jika nilai p< 0.05. 4.9 Ethical clearance Peneliti akan mengajukan persetujuan dari komisi etik RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebelum penelitian berlangsung. Pernyataan persetujuan keikutsertaan pasien dinyatakan dalam bentuk penandatanganan lembar informed consent oleh pasien atau keluarga. Tidak ada biaya yang dibebankan kepada pasien maupun keluarganya terkait dengan penelitian ini. Data identitas dan hasil pemeriksaan pasien yang didapat selama penelitian akan dirahasiakan dari pihak yang tidak berkepentingan. 40 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung dan Ruang Ekokardiografi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, mulai bulan Februari - Mei 2016, dengan menggunakan purposive sampling, didapatkan jumlah subjek 30 orang pasien gagal jantung yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh sampel merupakan pasien gagal jantung kronis yang berobat jalan di poliklinik jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent. Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD Dr. Soetomo Surabaya telah menyetujui dan menyatakan laik etik untuk penelitian ini. Masing-masing subjek dilakukan pemeriksaan ekokardiografi standar, dan dilakukan penghitungan Global Longitudinal Strain (GLS) ventrikel kiri dan Tei Index (TI), serta dihitung skor SHFM saat pasien kontrol di Poli Jantung atau sesuai dengan perjanjian. Data karakteristik sampel meliputi jenis kelamin, umur, faktor risiko, diagnosis penyakit, dan jenis terapi. Subjek yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 30 orang, 22 orang laki-laki (73,3%) dan 8 orang perempuan (26,7%). Usia subjek termuda 41 tahun dan subjek tertua 75 tahun. Jumlah subjek terbanyak menurut kategori usia adalah 50-59 tahun sebanyak 12 orang (40%), diikuti 60-69 tahun sebanyak 11 orang (36,7%), kemudian 40-49 tahun sebanyak 5 orang (16,7%), dan terakhir 7079 tahun sebanyak 2 orang (6,7%). Komorbid yang dijumpai paling banyak adalah dislipidemia 22 orang (73,3%), selanjutnya hipertensi dan diabetes memiliki jumlah yang sama yaitu didapatkan pada 13 orang (43,3%), merokok di- 41 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Tabel 5.1 Karakteristik Klinis dan Ekokardiografi Subyek Penelitian Variabel Gambaran Klinis, n(%) Usia (tahun) N(%) 40-49 50-59 60-69 70-79 5 (16,7) 12 (40) 11 (36,7) 2 (6,7) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 22 (73,3) 8 (26,7) Komorbid Dislipidemia Hipertensi Diabetes Merokok Renal insufisiensi Obesitas (BMI>30) 22 (73,3) 13 (43,3) 13 (43,3) 12 (40) 9 (30) 1 (3,3) Etiologi HF Iskemik Lainnya 27 (90) 3 (10) Terapi Obat ACEI/ARB Beta Blocker Spironolakton Furosemid Calcium Blocker Statin Digoxin 27 (90) 24 (80) 18 (60) 19 (63,3) 1 (3,3) 25 (83,3) 2 (6,7) NYHA Kelas I Kelas II Kelas III 1 (3,3) 24 (80) 5 (16,7) EF (%), mean (SD) 36,2 (8,5) Abnormal relaksasi Preudonormal Restriktif filling 17 (56,7) 5 (16,7) 8 (26,7) Ekokardiografi Fungsi ventrikel kiri Fungsi diastolik, n(%) Mean(SD) 58 ± 8,12 dapatkan pada 12 orang (40%), renal insufisiensi 9 orang (30%), dan terakhir obesitas (BMI>30) hanya didapatkan pada 1 orang (3,3%). Etiologi gagal jantung 42 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA yang paling banyak adalah adanya penyakit jantung koroner atau iskemik yaitu pada 27 orang (90%), dan selain iskemik yaitu kardiomiopati dilatatif didapatkan sebanyak 3 orang (10%). Kemudian terapi medikamentosa yang paling banyak diberikan pada pasien adalah obat golongan ACEI/ARB 27 orang (90%), kemudian statin (83,3%), beta blocker 24 orang (80%). Pemberian diuretik hampir sama antara furosemid 18 orang (60%), dengan spironolakton 19 orang (63,3%). Golongan obat yang paling sedikit diberikan adalah digoksin 2 orang (6,7%), dan calcium blocker 1 orang (3,3%). Derajat gagal jantung pada subjek dievaluasi berdasarkan NYHA, sebagaian besar subjek mengalami NYHA kelas II yaitu pada 24 orang (80%), kemudian NYHA kelas III 5 orang (16,7%), dan NYHA kelas I 1 orang (3,3%). Karakteristik ekokardiografi pada subjek didapatkan EF paling rendah adalah 19%, dan paling tinggi 45%, dengan rata-rata EF 36,2% ± 8,5. Fungsi diastolik pada semua subjek didapatkan terganggu, dan paling banyak didapatkan abnormal relaksasi 17 orang (56,7%), kemudian restriktif filling 8 orang (26,7%), dan pseudonormal 5 orang (16,7%). 5.2 GLS Ventrikel Kiri Subjek Penelitian Pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang berobat di poli Jantung RSUD dr. Soetomo Surabaya memiliki nilai GLS ventrikel kiri antara 0 -14,7, dengan nilai rerata -8,08 ± 3,98 (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum GLS ventrikel kiri Rerata Min Maks Simpang baku GLS Ventrikel Kiri -8,08 0 -14,7 3,98 43 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.3 Tei Index Subjek Penelitian Pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang berobat di poli Jantung RSUD dr. Soetomo Surabaya memiliki nilai Tei Index antara 0,43 – 0,95, dengan nilai rerata 0,65 ± 0,14 (Tabel 5.3). Tabel 5.3 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum Tei Index Rerata Min Maks Simpang baku Tei Index 0,65 0,43 0,95 0,14 5.4 Skor SHFM Subjek Penelitian 5.4.1 Skor SHFM 1 tahun Pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang berobat di poli Jantung RSUD dr. Soetomo Surabaya memiliki nilai skor SHFM yang memprediksi mortalitas pasien selama 1 tahun antara 2% – 48%, dengan nilai rerata 7,3% ± 8,7 (Tabel 5.4). Tabel 5.4 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM 1 tahun Rerata Min Maks Simpang baku SHFM 1 tahun 7,3 2 48 8,7 5.4.2 Skor SHFM 5 tahun Pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang berobat di poli Jantung RSUD dr. Soetomo Surabaya memiliki nilai skor SHFM yang memprediksi mortalitas pasien selama 5 tahun antara 8% – 98%, dengan nilai rerata 29,6% ± 20,4 (Tabel 5.5). Tabel 5.5 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM 5 tahun Rerata Min Maks Simpang baku SHFM 5 tahun 29,6 8 98 20,4 44 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.4.3 Skor SHFM Usia Harapan Hidup (mean life expectancy) Pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang berobat di poli Jantung RSUD dr. Soetomo Surabaya memiliki nilai skor SHFM yang memprediksi usia harapan hidup antara 1,5 tahun – 18,1 tahun, dengan nilai rerata 10,16 ± 3,94 tahun (Tabel 5.6). Tabel 5.6 Nilai rerata, simpang baku, minimum dan maksimum skor SHFM usia harapan hidup Rerata Min Maks Simpang baku Usia harapan hidup 10,16 1,5 18,1 3,94 5.5 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Skor SHFM Untuk mengetahui korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM dilakukan uji korelasi secara statistika, yang diawali dengan uji distribusi untuk mengetahui normalitas sebaran data nilai GLS ventrikel kiri dan skor SHFM menggunakan 7 uji distribusi. 5.5.1 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Skor SHFM 1 tahun Uji korelasi Spearman dilakukan antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 1 tahun, karena salah satu data berdistribusi tidak normal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi bermakna, negatif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dan skor SHFM 1 tahun dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.7). Tabel 5.7 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 1 tahun. Mean±SD Min – maks r p* GLS ventrikel kiri -8,1 3,98 0 - -14,7 -0,676 0,0001 SHFM 1 tahun 7,3±8,69 2 – 48 *Dianalisis dengan Spearman Rho Correlation test 45 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.5.2 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Skor SHFM 5 tahun Uji korelasi Pearson dilakukan antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 5 tahun, karena semua data berdistribusi normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi bermakna, negatif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dan skor SHFM 5 tahun dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.8). Tabel 5.8 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 5 tahun GLS ventrikel kiri Mean±SD -8,1 3,98 Min - maks 0 - -14,7 SHFM 5 tahun 29,6±20,4 8 - 98 *Dianalisis dengan Pearson Rho Correlation test r p* -0,676 0,0001 5.6 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM 5.6.1 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM 1 tahun Uji korelasi Spearman dilakukan antara Tei Index dengan skor SHFM 1 tahun, karena salah satu data berdistribusi tidak normal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan korelasi bermakna, positif, dan kuat antara Tei Index dan skor SHFM 1 tahun dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.9). Tabel 5.9 Analisis korelasi antara Tei Index dengan skor SHFM 1 tahun Tei Index Mean±SD 0,65 0,14 Min - maks 0,43 – 0,95 SHFM 1 tahun 7,3±8,69 2 - 48 *Dianalisis dengan Spearman Rho Correlation test r p* 0,745 0,0001 5.6.2 Korelasi antara Tei Index dengan Skor SHFM 5 tahun Uji korelasi Pearson dilakukan antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM 5 tahun, karena salah satu data berdistribusi tidak normal. Hasil uji 46 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA korelasi Pearson menunjukkan korelasi bermakna, positif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dan skor SHFM 5 tahun dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.10) Tabel 5.10 Analisis korelasi antara Tei Index dengan skor SHFM 5 tahun Tei Index Mean±SD 0,65 0,14 Min – maks 0,43 - 0,95 SHFM 5 tahun 29,6±20,4 8 – 98 *Dianalisis dengan Pearson Correlation test r p* 0,738 0,0001 5.7 Korelasi antara GLS Ventrikel Kiri dengan Tei Index dan EF Pada analisa ini digunakan uji korelasi Pearson karena semua data yang dianalisa berdistribusi normal. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi bermakna, negatif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dengan Tei Index dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.11), sedangkan korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan EF didapatkan bermakna, positif, dan kuat dengan p=0,0001 (p<0,05) (Tabel 5.12). Tabel 5.11 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan Tei Index GLS ventrikel kiri Mean±SD -8,1 3,98 Min – maks 0 - -14,7 Tei Index 0,65 0,14 0,43 – 0,95 r p* -0,763 0,0001 *Dianalisis dengan Pearson Rho Correlation test Tabel 5.12 Analisis korelasi antara GLS ventrikel kiri dengan EF GLS ventrikel kiri Mean±SD -8,1 3,98 Min – maks 0 - -14,7 EF 36,2±8,51 19 – 45 *Dianalisis dengan Pearson Rho Correlation test r p* 0,678 0,0001 47 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 5.8 Variabilitas Intraobserver dan Interobserver Penilaian metode Bland variabilitas intraobserver dan interobserver menggunakan Altman, dengan sejumlah 15 subjek penderita didapatkan kesesuaian yang cukup baik, baik pada pemeriksaan GLS ventrikel kiri, maupun TI. Tidak didapat perbedaan bermakna antara intra maupun interobserver (p > 0,05). 48 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 6 PEMBAHASAN Pada penelitian ini, berdasarkan hasil ekokardiografi, seluruh pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik (EF≤45%), juga mengalami disfungsi diastolik dengan terbanyak adalah disfungsi diastolik grade 1 (abnormal relaksasi), 17 orang (56,7%), kemudian grade III (restriktif filling) 8 orang (26,7%), dan grade II (pseudonormal) 5 orang (16,7%). Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Rangel pada 54 pasien gagal jantung kronis, dengan EF≤45% di Portugal, didapatkan sebagian besar pasien juga mengalami disfungsi diastolik, tetapi rata-rata memiliki disfungsi diastolik grade 3 (restriktif filling) (Rangel et al., 2014). Sebagian besar pasien gagal jantung kronis pada penelitian ini adalah adalah laki-laki dengan usia rata-rata 58 tahun, median 58 tahun, dengan kelompok usia tersering antara 50 hingga 69 tahun (76,7%). Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sakata, et al bahwa pada studi ADHERE-AP (Acute Decompensated Heart Failure National Registry-Asia Pacific) yang dilakukan pada 10.171 pasien gagal jantung akut, tahun 2006 – 2008, di 8 negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, didapatkan data bahwa pada umumnya pasien yang terdapat di Asia Tenggara memiliki usia yang relatif lebih muda (usia median: 53, 60, 61, 67 dan 71 tahun untuk negara Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand dan Singapura secara berurutan) jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur (usia median:77 tahun untuk negara Hong Kong dan Taiwan). Sebuah laporan dari studi di Pakistan terhadap 276 pasien gagal jantung didapatkan usia rerata 54,4 tahun, lebih muda jika dibandingkan dengan usia rerata di Amerika Serikat yang diambil dari studi pada 500.000 pasien yaitu 73,1±13,9 tahun dan 49 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA juga di Jepang yanitu 68,2±12,3 tahun pada studi registri CHART-2 (Chronic Heart Failure Analysis and Registry-2) yang dilakukan pada 10.219 pasien (Sakata et al., 2013). Data usia pada penelitian ini juga didapatkan usia rerata yang lebih muda jika dibandingkan data pada studi Frammingham Heart Study pada 9.405 pasien gagal jantung di Amerika Serikat, didapatkan usia rerata 70±10,8 tahun (Ho et al., 1993)117. Pasien gagal jantung seringkali memiliki satu atau lebih faktor komorbid yang menyertai, pada penelitian ini faktor komorbid yang paling sering dijumpai adalah dislipidemia (73,3%), diikuti hipertensi (43,3%), diabetes (43,3%) dan merokok (40%). Pada penelitian ini etiologi gagal jantung sebagian besar adalah adanya kondisi iskemik atau adanya penyakit jantung koroner (PJK) (90%), dan sebagian kecil disebabkan oleh kardiomiopati dilatatif (10%). Hal ini yang dapat menjelaskan bahwa prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, karena seperti yang telah diketahui bahwa pada PJK laki-laki memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, seperti pada data dari National Health and Nutrition Examination Survey, tahun 2007–2010, didapatkan prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur (Go et al., 2013) . Faktor komorbid yang dijumpai pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rangel yaitu dislipidemia (79,6%), hipertensi (42,6%), diabetes (29,6%), dan merokok (35,2%) (Rangel et al., 2014). Karena sebagian besar etiologi pasien adalah PJK, faktor komorbid pada penelitian ini juga sesuai dengan faktor risiko terjadinya PJK, yang sesuai dengan studi INTERHEART yang dilakukan di 52 negara. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa di asia tenggara, faktor risiko mayor terjadinya PJK terbanyak secara berurutan adalah 50 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dislipidemia (68,7%), merokok (39,2%), HT (34,3%) dan DM (19,1%) (Yusuf et al., 2004). Secara klinis sebagian besar pasien gagal jantung kronis yang kontrol di poli Jantung RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada penelitian ini berada pada NYHA kelas II, 24 orang (80%), hanya ada 5 orang (16,7%) yang berada pada NYHA kelas III, dan hanya ada 1 orang (3,3%) yang berada pada NYHA kelas I, pasien ini memiliki EF 44%, dengan gangguan fungsi diastolik grade 1 (abnormal relaksasi). Data ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rangel yaitu sebagian besar pasien berada pada NYHA kelas II (59,3%), namun prevalensi terbanyak berikutnya adalah NYHA kelas I (27,7%). Dan terakhir NYHA kelas III (13%), berbeda dengan penelitian ini (Rangel et al., 2014). Kondisi ini mungkin dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari kondisi pasien pada populasi yang mungkin lebih berat, atau kemungkinan belum optimalnya terapi yang diberikan pada pasien, dan juga kemungkinan kepatuhan pasien dalam meminum obat sehari-hari. Diuretik merupakan terapi yang dapat diberikan untuk mengurangi keluhan pada pasien gagal jantung, pada penelitian ini didapatkan pemberian loop diuretik (furosemid) yang lebih rendah (63,3%), jika dibandingan pada penelitian yang dilakukan oleh Rangel (70,4%). Pemberian aldosteron antagonis pada penelitan ini juga sedikit lebih rendah (60%), dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Rangel (66,7%). Kedua jenis terapi utama pada gagal jantung adalah pemberian ACEI atau ARB (jika didapatkan intoleransi dengan ACEI), dan beta-blocker. Pada penelitian ini jenis obat yang paling banyak diberikan pada pasien adalah ACEI/ARB (90%), golongan statin (83,3%) dan beta-blocker (80%), hal ini sedikit berbeda dengan penelitian 51 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA sebelumnya oleh Rangel, dimana pemberian ACEI/ARB dan beta-blocker sama besar yaitu 94,4%, sedangkan pemberian statin didapatkan lebih rendah pada penelitian Rangel yaitu 79,6% (Rangel et al., 2014). Kombinasi antara ACEI/ARB dengan beta-blocker merupakan terapi utama pada pasien gagal jantung kronis yang telah disarankan pada Guideline ESC terbaru, tahun 2016 (Ponikowski et al., 2016). Perbedaan pemberian statin dapat dikarenakan pada penelitian ini sebagian besar etiologi gagal jantung adalah dikarenakan adanya PJK. Pada penelitian ini tidak ada pasien yang mendapatkan terapi pemasangan alat baik ICD, maupun CRT-D, berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Rangel dimana 20,4% pasien menggunakan ICD, dan 11,1% pasien menggunakan CRT-D. Karakteristik dasar dari ekokardiografi pada penelitian ini adalah pasien dengan EF rerata 36,2±8,5%, dengan nilai EF terendah adalah 19%, dan tertinggi 45%, data ini menunjukkan EF rerata yang lebih tinggi jika dibandingkan penelitian sebelumnya yaitu 27±8,8% (Rangel et al., 2014). Penilaian prognosis pada penyakit jantung sangat berkaitan dengan fungsi sistolik ventrikel kiri, yang pada umumnya dinilai dengan EF. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa GLS ventrikel kiri lebih superior dibandingkan EF baik dalam menilai fungsi ventrikel kiri maupun sebagai prediktor mortalitas dan kejadian kardiovaskuler (Motoki et al., 2012; Nahum J et al., 2010; Rangel et al., 2014; Stanton T et al., 2009). Pada penelitian ini didapatkan korelasi bermakna, positif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dengan EF (r=0,678, p<0,001). Hasil ini sesuai dengan literatur yang ada (Lang et al., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Brown pada 62 pasien paska infark, mendapatkan korelasi 52 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA yang signifikan antara GLS ventrikel kiri dengan EF yang dihitung dengan 3DMRI (Magnetic Resonance Imaging) (Brown J et al., 2009). MPI atau TI merupakan suatu index yang dapat menggambarkan fungsi ventrikel secara global baik sistolik maupun diastolik, serta mudah untuk dilakukan, dan tidak terpengaruh dengan denyut jantung, tekanan darah, dan derajat keparahan regurgitasi katup mitral. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa TI dapat memiliki nilai prognostik pada berbagai penyakit jantung (Sørensen T, et al., 2015). Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata TI pada pasien gagal jantung adalah 0,65 0,14, dengan nilai terendah 0,43 dan nilai tertinggi 0,95, data dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bruch dan kawan-kawan pada 81 pasien gagal jantung dengan NYHA kelas ≤ 2, didapatkan hasil nilai rerata TI yaitu 0,60±0,18, selain itu hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa nilai TI>0,47 dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya gagal jantung kongestif dengan sensitifitas 86% dan spesifisitas 82% (Bruch C et al., 2000). Pada penelitian ini didapatkan GLS ventrikel kiri berkorelasi bermakna, negatif dan kuat dengan TI (r = -0,763, p<0,001). Korelasi ini sejalan dengan penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Sørensen, pada 1088 pasien diabetes tipe 1 rawat jalan yang tidak memiliki riwayat sakit jantung sebelumnya didapatkan GLS secara signifikan berkorelasi dengan TI (p<0,001) (Sørensen T, et al., 2016). SHFM merupakan suatu model yang dikembangkan untuk memprediksi angka mortalitas, ataupun survival pada 1, 2, dan 5 tahun pada pasien gagal jantung kronis. SHFM terdiri dari berbagai variabel klinis, laboratoris, dan terapi, 53 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA di mana tiap variabel tersebut memiliki nilai prognostik, dan telah diakui oleh AHA salah satu skor prediksi pada gagal jantung yang sudah tervalidasi dengan baik (Yancy et al., 2013, Levy W et al., 2006). Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan di Indonesia yang mengkorelasikan antara penanda deformitas miokard (GLS ventrikel kiri) dan interval waktu jantung (cardiac time interval) (TI) dengan indikator prognostik yang didapat dari suatu alat penilaian risiko multivariabel (skor SHFM). Pada penelitian ini skor SHFM yang dipilih untuk dikorelasikan adalah prediksi mortalitas 1 tahun dan 5 tahun karena mengetahui mortalitas ataupun survival selama 1 tahun, penting dalam praktis klinis untuk pertimbangan dalam menentukan kandidat pasien yang laik mendapatkan terapi lebih lanjut seperti pemasangan ICD/CRT-D, ataupu menentukan kandidat transplantasi jantung. Prediksi mortalitas 5 tahun digunakan untuk menilai prediksi mortalitas dalam jangka waktu yang lebih lama, sehingga dapat digunakan saat edukasi dan menjelaskan status penyakit pada pasien. Pada penelitian ini didapatkan korelasi yang bermakna, negatif, dan kuat antara GLS ventrikel kiri dan skor SHFM mortalitas 1 tahun, dan 5 tahun dengan keduanya memiliki nilai yang sama, dengan r = -0,676, p<0,001. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rangel pada 54 pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik (EF≤45%), didapatkan korelasi yang signifikan antara GLS ventrikel kiri dengan skor SHFM yang mengestimasi nilai usia harapan hidup (r=−0,41, p=0,002) (Rangel et al., 2014). Hasil dari penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sengeløv dan kawan-kawan, yaitu studi kohort terhadap 1.065 pasien dengan HFrEF rawat jalan, dengan masa pengamatan 22-57 bulan, median 40 bulan, dan didapatkan hasil bahwa GLS 54 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ventrikel kiri merupakan prediktor mortalitas yang independen, setelah dilakukan penyesuaian terhadap umur, jenis kelamin, BMI, kolesterol total, mean arterial pressure, frekwensi denyut jantung, ischemic cardiomyopathy, percutaneous transluminal coronary angioplasty, coronary artery bypass graft surgery, noninsulin dependent diabetes mellitus, dan parameter ekokardiografi konvensional (hazard ratio (HR) : 1,15, 95% confidence interval (CI)), terutama pada pasien laki-laki, dan irama jantung tidak AF (Sengeløv et al., 2015). Pada penelitian ini, didapatkan hasil korelasi bermakna, positif, dan kuat antara Tei Index dengan skor SHFM 1 tahun (r=0,745, p<0,001), dan skor SHFM 5 tahun (r=0,738, p<0,001). Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali menganalisa korelasi antara TI dengan skor SHFM, yang merupakan skor prognostik model yang terdiri dari berbagai macam variabel prognostik yang telah tervalidasi. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang menganalisa korelasi TI dengan variabel prognostik yang lain seperti EF, BNP, dan NYHA, dan semuanya didapatkan korelasi yang signifikan (Mikkelsen et al., 2006, Ogunmola et al., 2013). Harjai et al., menyelidiki nilai prognostik TI pada pasien gagal jantung dengan EF <30%, diikuti selama rentang waktu 24 ± 19 bulan, dinilai end point kematian oleh karena penyebab apapun, serta transplantasi jantung, selama penelitian berlangsung 28 pasien meninggal (49%) dan 2 pasien (3,5%) menjalani transplantasi jantung. Sebuah korelasi yang kuat didapatkan antara nilai TI > 1,14 dengan hasil keluaran jangka panjang, dan terbukti independen dari variabel klinis dan ekokardiografi lainnya yang telah terbukti memiliki nilai prognostik (Harjai et al., 2002). Sørensen dan kawan-kawan melakukan penelitian pada populasi umum 55 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dan mendapatkan hasil bahwa TI merupakan prognostikator yang signifikan (p<0,05) terhadap kejadian major adverse cardiac event (MACE) (Sørensen T, et al., 2015). Beberapa keterbatasan pada penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini didukung oleh suatu skor prognostik model, dan bukan diikuti secara langsung (kohort prospektif). Meskipun demikian SHFM merupakan skor prognostik model yang sudah tervalidasi dengan baik pada pasien gagal jantung kronis, rawat jalan, berdasarkan pada berbagai macam variabel yang telah diketahui memiliki nilai prognostik pada pasien gagal jantung. Pada penelitian ini pemeriksaan STE-2D strain yang dievaluasi hanya longitudinal strain saja, sedangkan radial, dan circumferential strain tidak dievaluasi. Meskipun demikian beberapa literatur menyatakan bahwa deformasi longitudinal lebih sensitif dalam menilai fungsi jantung dibandingkan dengan radial atau circumferential strain (Geyer H et al., 2010). 56 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Terdapat korelasi yang negatif, bermakna, dan kuat antara "Global Longitudinal Strain" (GLS) ventrikel kiri dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 2. Terdapat korelasi yang positif, bermakna, dan kuat antara ― Tei Index‖ (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. 7.2 Saran 1. Pemeriksaan GLS ventrikel kiri dan TI berpotensi sebagai prognostikator pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik, akan tetapi perlu dibuktikan dengan studi kohort prospektif. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan, untuk mengetahui apakah GLS ventrikel kiri dan TI juga dapat digunakan sebagai modalitas untuk memonitor terapi pada pasien dengan gagal jantung kronis. 57 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR PUSTAKA Abdelhafiz AH. 2002. ‗Heart failure in older people‗. Age and Ageing, 31, pp. 2936. Abduch MC, Alencar AM, Mathias W, Vieira M. 2014. ‗Cardiac Mechanics Evaluated by Speckle Tracking Echocardiography‘. Arq Bras Cardiol, 102(4), pp. 403-412. Ambakederemo T, Uchenna D, Ogunmola J. 2009. ‗Usefulness Of Tei Index In Patients With Heart Failure‘. J Intern Med, 9, pp. 1-8. Anand IS. 2008. ‗Anemia and Chronic Heart Failure-Implications and Treatment Options‘. J Am Coll Cardiol, 52, pp. 501–11. Brown J, Jenkins C, Marwick T. 2009. ‗Use of myocardial strain to assess global left ventricular function: a comparison with cardiac magnetic resonance and 3-dimensional echocardiography‘. Am Heart J, 157, pp. 102e1– 102e5. Bruch C, Schmermund A, Marin D, et al. 2000. ‗Tei-Index in patients with mildto-moderate congestive heart failure‘. European Heart Journal, 21, pp. 1888–1895. Bui AL, Horwich T, Fonarow G. 2011. ‗Epidemiology and risk profile of heart failure‘. Nat Rev Cardiol, 8(1), pp. 30–41. Ciampi Q, Villari B. 2007. ‗Role of echocardiography in diagnosis and risk stratification in heart failure with left ventricular systolic dysfunction‘. Cardiovascular Ultrasound, 5(34), pp. 1-12. Curtis J, Sokol S, Wang Y, et al. 2003. ‗The Association of Left Ventricular Ejection Fraction, Mortality, and Cause of Death in Stable Outpatients With Heart Failure‘. J Am Coll Cardiol, 42, pp. 736 – 42. Figueroa M, Peters J. 2006. ‗Congestive Heart Failure: Diagnosis, Pathophysiology, Therapy, and Implications for Respiratory Care‘. Respir Care, 51(4), pp. 403-412. Francis GS, Tang WH. 2003. ‗Pathophysiology of Congestive Heart Failure‘. Rev Cardiovasc Med, 4 (2), pp. S14–S20. Geyer H, Caracciolo G, Abe H, et al. 2010. ‗Assessment of Myocardial Mechanics Using Speckle Tracking Echocardiography: Fundamentals and Clinical Applications‘. J Am Soc Echocardiogr, 23, pp. 351-69. Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, et al. 2013. ‗Heart Disease and Stroke Statistics—2013 Update A Report From the American Heart Association‘. Circulation, 127, pp. e6-e245. Gorodeski E, Chu E, Chow C, Levy W, Hsich E, et al. 2010. ‗Application of the Seattle Heart Failure Model in Ambulatory Patients Presented to an Advanced Heart Failure Therapeutics Committee‘. Circ Heart Fail, 3, pp. 706-714. 58 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Harjai KJ, Scott L, Vivekananthan K, et al. 2002. ‗The Tei Index: A New Prognostic Index for Patients with Symptomatic Heart Failure‘. J Am Soc Echocardiogr, 15, pp. 864-8. Honold J, DeRosa S, Spyridopoulos I, Rasokat U, Seeger F, et al. 2013. ‗Comparison of the Seattle Heart Failure Model and Cardiopulmonary Exercise Capacity for Prediction of Death in Patients With Chronic Ischemic Heart Failure and Intracoronary Progenitor Cell Application‘. Clin. Cardiol, 36, 3, pp. 153–159. Hussain S, Kayani AM, Munir R, Abid I. 2014. ‗Validation of the Seattle Heart Failure Model (SHFM) in Heart Failure Population‘. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan, 24 (3), pp. 153-156. Jackson G, Gibbs CR, Davies MK, Lip GY. 2000. ‗ABC of heart failure: Pathophysiology‘. BMJ, 320, pp. 1-4. Ketchum E, Levy WC. 2011. ‗Multivariate Risk Scores and Patient Outcomes in Advanced Heart Failure‘. Congest Heart Fail, 17, pp. 205–212. Khaledian MR, Najafian J. 2005. ‗A Study of the Relationship Between Myocardial Performance Index and Left Ventricular End-Diastolic Pressure in Patients with Left Ventricular Systolic Dysfunction‘. ARYA Journal, 3,pp. 175-177. Krishnan E. 2009. ‗Hyperuricemia and Incident Heart Failure‘. Circ Heart Fail, 2, pp. 556-562. Lang RM, Badano LP, MD, Mor-Avi V, et al. 2015. ‗Recommendations for Cardiac Chamber Quantification by Echocardiography in Adults: An Update from the American Society of Echocardiography and the European Association of Cardiovascular Imaging‘. J Am Soc Echocardiogr, 28, pp. 1-39. Larina VN, Bart BIu, Dergunova EN, Alekhin MN. 2013. ‗Prognostic value of the myocardial performance (Tei) index in patients with chronic heart failure‘. Cardiologiia, 53, 11, pp. 37-44. Levy W, Mozaffarian D, Linker D, Sutradhar S, Anker S, et al. 2006. ‗The Seattle Heart Failure Model Prediction of Survival in Heart Failure‘. Circulation, 113, pp. 1424-1433. Longo DL, Fauci A, Kasper D, Hauser S,Jamerson JJ, Loscalzo J. 2012. ‗Harrison;s principle of internal medicine 18th edition. New York: McGraw-Hill company. McMurray J, Adamopoulos S, Anker S, Auricchio A, Bo¨hm M, et al. 2012. ‗ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure 2012 The Task Force for the Diagnosis and Treatment of Acute and Chronic Heart Failure 2012 of the European Society of Cardiology. Developed in collaboration with the Heart Failure Association (HFA) of the ESC‘. European Heart Journal, 33, pp. 1787–1847. 59 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Mikkelsen KV, Møller JE, Bie P, et al. 2006. ‗Tei index and neurohormonal activation in patients with incident heart failure: Serial changes and prognostic value‘. European Journal of Heart Failure, 8, pp. 599 – 608. Mondillo S, Galderisi M, Mele D, Cameli M, Lomoriello V, et al. 2011. ‗SpeckleTracking Echocardiography A New Technique for Assessing Myocardial Function‘. J Ultrasound Med, 30, pp. 71–83. Motoki H, Borowski A, Shrestha K, Troughton R, Tang W. et al. 2012. ‗Incremental Prognostic Value of Assessing Left Ventricular Myocardial Mechanics in Patients With Chronic Systolic Heart Failure‘. J Am Coll Cardiol, 60, pp. 2074–81. Nahum J, Bensaid A, Dussault C, Macron L, Cle´mence D, et al. 2010. ‗Impact of Longitudinal Myocardial Deformation on the Prognosis of Chronic Heart Failure Patients‘. Circ Cardiovasc Imaging, 3, pp. 249-256. Ogunmola OJ, Akintomide AO, Olamoyegun AM. 2013. ‗Relationship between clinically assessed heart failure severity and the Tei index in Nigerian patients‘. BMC Research Notes. 6,488, pp. 1-6. Ponikowski P, Anker S, Habib K, Cowie M, Force T, et al. 2014. ‗Heart Failure: Preventing Disease and Death Worldwide‘. European Society of Cardiology, pp. 1-39. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, et al. 2016. ‗2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure‘. European Heart Journal, 37, pp. 2129–2200. Rangel I, Goncalves A, de Sousaa C, Almeidaa P, Rodrigues J, et al. 2014. ‗Global longitudinal strain as a potential prognostic marker in patients with chronic heart failure and systolic dysfunction‘. Rev Port Cardiol, 33(7-8), pp. 403-409. Remme WJ. 2000. ‗Overview of the Relationship Between Ischemia and Congestive Heart Failure‘. Clin. Cardiol, 23, pp. 4-8. Sakata Y, Shimokawa H. 2013. ‗Epidemiology of Heart Failure in Asia‘. Circ J, 77, pp. 2209 – 2217. Salvo G, Pergola V, Fadel B, Bulbul Z, Caso P. 2015. ‗Strain Echocardiography and Myocardial Mechanics: From Basics to Clinical Applications‘. Journal of Cardiovascular Echography, 25 (1), pp. 1-8. Sengeløv M, Jørgensen PG, Jensen JS, et al. 2015. ‗Global Longitudinal Strain Is a Superior Predictor of All-Cause Mortality in Heart Failure With Reduced Ejection Fraction‘. JACC: Cardiovasc Imaging, pp.1-9. Shiba N, Shimokawa H. 2011. ‗Chronic kidney disease and heart failure—– Bidirectional close link and common therapeutic goal‘. Journal of Cardiology, 57, pp. 8—17. Sørensen T, Mogelvang R, Jensen J. 2015. ‗Prognostic value of cardiac time intervals measured by tissue Doppler imaging M-mode in the general population‘. Heart, 0, pp. 1–7. Stanton T, Leano R, Marwick T. 2009. ‗Prediction of All-Cause Mortality From Global Longitudinal Speckle Strain Comparison With Ejection Fraction and Wall Motion Scoring‘. Circ Cardiovasc Imaging, 2, pp. 356-364. Tanaka S, Hayashi T, Kihara Y, et al. 2006. ‗Standard measurement of cardiac function indexes‘. J Med Ultrasonics, 33, pp. 123–127. 60 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Takigiku K, Takeuchi M, Izumi C, et al. 2012. ‗Normal range of left ventricular 2-dimensional strain, Japanese ultrasound speckle tracking of the left ventricle (JUSTICE) study‘. Circ J, 76, pp. 2623-2632. Tavazzi L, Senni M, Metra M, Gorini M, Cacciatore G, et al. 2013. ‗Multicenter Prospective Observational Study on Acute and Chronic Heart Failure OneYear Follow-up Results of IN-HF (Italian Network on Heart Failure) Outcome Registry‘. Circ Heart Fail, 6, pp. 473-481. Tousoulis D, Oikonomou E, Siaos G, et al. 2014. ‗Diabetes Mellitus And Heart Failure‘. European Cardiology Review, 9, pp. 37-42. Voigt JU, Pedrizzetti G, Lysyansky P, Marwick TH, Houle H, et al. 2015. ‗Definitions for a common standard for 2D speckle tracking echocardiography: consensus document of the EACVI/ASE/Industry task force to standardize deformation imaging‘. J Am Soc Echocardiogr, 28, pp. 183-193. Yancy C, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey D, et al. 2013. ‗2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines‘. Circulation, 128, pp. e240-e327. Yusuf S, Hawkens S, Ounpuun S, Dana T, Avezum A, et al.2004. ‗ Effect of potentially modifiable risk factors associated with myocardial infarction in 52 countries (the INTERHEART study): case-control study‘. Lancet; 364: 937–52 Zafrir B, Goren Y, Paz H, Wolff R, Salman N, Merhavi D, et al. 2012. ‗Risk Score Model for Predicting Mortality in Advanced Heart Failure Patients Followed in a Heart Failure Clinic‘. Congest Heart Fail, 18, pp. 254–261. Zhang K, French B, Khan A, Plappert T, Fang J, et al. 2013. ‗Strain Improves Risk Prediction Beyond Ejection Fraction in Chronic Systolic Heart Failure‘. J Am Heart Assoc, 2, e000550. 61 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 1 LEMBAR PENGUMPULAN DATA SUBJEK PENELITIAN Nama / Umur / Gender: Alamat / No.Tlp : Dx : NYHA class : EF baseline: % Berat Badan : ECG : QRS > 120ms ( Y / N) Tekanan darah : Etiologi HF : Iskemik / …… Terapi ACEi : Y / N Statin : Y / N B-Blocker : Y / N Allopurinol : Y /N ARB : Y/ N Aldosteron antg : Y/N Furosemid : Y / N (…… mg/hari ) HCTz : Y / N (…….. mg/hari ) Hasil Lab : (tgl. ) Hgb : Na : Limfosit : K : Asam urat : Total Kolest : HDL : LDL : TG : Skor SHFM : 1-year mort : 2-year mort : 5-year mort : Mean life exp : Ekokardiografi : LVIDd : Frac Short : EF biplane : E/e‘ septal Katup2 Chamber GLS avg TI : : : : : RPD : 62 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 2 PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN DEWASA (INFORMATION FOR CONSENT) Kami mengundang Anda untuk ikut serta dalam penelitian yang berjudul: Korelasi antara "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan “tei index” (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. Sebelum anda memutuskan untuk ikut serta atau tidak, penting bagi anda untuk mengerti mengapa penelitian ini dilakukan, dan bagaimana penelitian dapat mempengaruhi anda . Mohon luangkan waktu anda untuk membaca informasi berikut dengan teliti dan diskusikan dengan keluarga dan kerabat anda. Setelah semua pertanyaan anda terjawab dan tim dokter peneliti telah menjelaskan kepada anda dengan memuaskan dan anda memutuskan unt uk ikut serta, anda akan diminta untuk menandatangani formulir persetujuan (informed consent). Keikutsertaan anda dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela. Jika anda memutuskan untuk tidak ikut serta, hal itu tidak akan mempengaruhi pemeriksaan da n pengobatan standar yang anda terima di masa yang akan datang. Tujuan Penelitian. Membuktikan adanya hubungan (korelasi) antara "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan ― tei index‖ (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik yang datang ke poli jantung RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Manfaat Penelitian. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah dasar pengetahuan tentang pemeriksaan "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan ― tei index‖ (TI) sebagai indikator dalam menilai prognosis pada pasien gagal jantung kronis . Menambah pengetahuan dalam penilaian fungsi ventrikel kiri berdasarkan "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan ― tei index‖ (TI) pada pasien gagal jantung kronis rawat jalan, dengan ekokardiografi transtorakal. Manfaat bagi anda yang berkenan ikut serta dalam penelitian ini, anda berkesempatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari tim dokter peneliti yang merupakan dokter ahli di bidang Ilmu Jantung dan Pembuluh Darah. Anda dapat mengetahui hasil pemeriksaan secara cuma-cuma, dengan cara mengontak tim dokter peneliti. Selain itu anda berkesempatan untuk mendukung pengembangan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit jantung koroner. Mengapa Anda dilibatkan dalam penelitian ini? Anda dilibatkan dalam penelitian ini oleh karena anda adalah pasien gagal jantung kronis yang menjalani rawat jalan di poli Jantung RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan GLS ventrikel kiri, TI, dan penghitungan skor SHFM untuk mengetahui fungsi ventrikel kiri, dan prognosis penyakit yang anda alami. 63 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Apa yang akan Anda alami jika anda ikut serta dalam penelitian ini? Jika anda setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu dengan menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan ini, anda akan diperiksa oleh tim dokter peneliti dan perawat terlatih yang membantu tim dokter peneliti. Selanjutnya tim dokter peneliti dibantu perawat terlatih akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiografi dan ekhokardiografi. Tindakan tersebut terbukti aman dan tidak menimbulkan rasa sakit. Selain itu, bagi pasien yang belum memiliki data hasil pemeriksaan laboratorium (profil lipid, asam urat, fungsi ginjal, serum elektrolit, darah lengkap) setidaknya 1 bulan terakhir, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium darah di GDC (Gedung Diagnostik Center) RSUD Dr. Soetomo, Surabaya oleh petugas laborat terlatih. Darah yang diambil melalui pembuluh darah di bagian lengan. Tindakan tersebut aman walaupun menimbulkan sedikit rasa sakit, dan pada beberapa orang dapat mengakibatkan memar. Hak-hak Anda sebagai subyek peserta penelitian. Anda tidak harus setuju untuk mengikuti penelitian ini. Keiku tsertaan Anda adalah sukarela. Jika Anda memutuskan untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka Anda akan menjalani pemeriksaan kesehatan oleh tim dokter peneliti secara gratis. Semua informasi dan data pribadi Anda yang dikumpulkan atas penelitian ini akan tetap dirahasiakan oleh peneliti. Dokter peneliti hanya akan menggunakan kode -kode tertentu sebagai pengganti identitas pribadi anda. Kode tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti. Jika di masa mendatang informasi yang diperoleh dari penelitian ini akan dipublikasikan untuk kepentingan ilmiah, maka tidak akan dicantumkan identitas pribadi Anda, namun hanya menggunakan nomor kode pengganti saja. Data-data pemeriksaan yang diperoleh akan disimpan dan dilindungi dengan baik. Jika anda memutuskan untuk ikut serta, tetapi selanjutnya Anda memutuskan untuk membatalkan keikutsertaan Anda, mohon menghubungi: Dr. Irma Kartikasari, melalui telepon 082140304796/08113001507. Apa saja risiko yang mungkin Anda alami jika ikut serta dalam penelitian ini? Tidak ada risiko saat dilakukan pemeriksaan ekhokardiografi karena bersifat non invasif. Akan tetapi, ada risiko nyeri, perdarahan, dan memar saat Anda dilakukan sampling (pengambilan) darah vena. Karena itu pengambilan darah dilakukan oleh petugas laboratorium yang terlatih. 64 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PERNYATAAN SUBYEK PENELITIAN Saya telah diberi penjelasan tentang penelitian Korelasi antara "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan “tei index” (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik, dan telah membaca (dibacakan) informasi ini dan mengerti tujuan dari penelitian tersebut. Saya telah memahami manfaat dan kemungkinan risiko dari keikutsertaan saya. Saya juga telah mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan seluruh pertanyaan saya telah dijawab dengan cara yang saya mengerti. Tanda tangan subyek penelitian/wali: ( Nama jelas ) Tertanggal……………………………… Tanda tangan peneliti/pemberi informasi: ( Nama jelas ) Tertanggal…………………………………. 65 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 3 PERSETUJ UAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Saya menyatakan setuju dan mengijinkan tim dokter peneliti untuk mengumpulkan dan memproses informasi mengenai diri saya, termasuk informasi mengenai kesehatan saya. Saya menyetujui informasi mengenai saya dan kesehatan saya digunakan untuk penelitian medis di masa yang akan datang, yang terkait dengan penelitian tentang "global longitudinal strain" (GLS) ventrikel kiri dan “tei index” (TI) dengan skor "Seattle Heart Failure Model" (SHFM) pada pasien gagal jantung kronis dengan disfungsi sistolik. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya ini adalah sukarela dan saya bebas untuk berhenti setiap saat, tanpa memberikan alasan apapun, tanpa mempengaruhi hak saya untuk mendapatkan perawatan medis atau hak hukum saya. Jika saya berhenti dari penelitian ini, saya menyetujui penggunaan informasi saya yang telah dikumpulkan sampai pada saat saya berhenti. Tanda tangan subyek penelitian / wali: ( Nama Jelas Tertanggal ……………………………. Tanda tangan Saksi 1: ) Tanda tangan saksi 2: ( Nama Jelas ) Tertanggal………………………. ( Nama Jelas ) Tertanggal………………………. 66 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Lampiran 4 Descriptive Statistics N GLPS Tei_Index EF SHFM 1 tahun SHFM 5 tahun Valid N (listwise) 30 30 30 30 30 30 Minimum ,00 ,43 19,00 2,00 8,00 Maximum 14,70 ,95 45,00 48,00 98,00 Mean 8,0800 ,6548 36,2000 7,3333 29,6333 Std. Deviation 3,98267 ,13591 8,51125 8,69932 20,38506 One -Sam ple Kolmogorov-Sm irnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) GLPS 30 8,0800 3,98267 ,135 ,097 -,135 ,739 ,646 Tei_Index 30 ,6548 ,13591 ,195 ,195 -,117 1,069 ,203 EF 30 36,2000 8,51125 ,172 ,151 -,172 ,944 ,335 SHFM 1 tahun 30 7,3333 8,69932 ,270 ,269 -,270 1,478 ,025 SHFM 5 tahun 30 29,6333 20,38506 ,209 ,209 -,147 1,144 ,146 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Non Parametric Correlations Correlations Spearman's rho GLPS Tei_Index EF SHFM 1 tahun Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N SHFM 1 tahun -,676** ,000 30 ,745** ,000 30 -,682** ,000 30 1,000 . 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 67 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Parametric Correlations Correlations GLPS GLPS Tei_Index EF SHFM 5 tahun Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Tei_Index -,763** ,000 30 30 -,763** 1 ,000 30 30 ,678** -,771** ,000 ,000 30 30 -,676** ,738** ,000 ,000 30 30 1 EF SHFM 5 tahun ,678** -,676** ,000 ,000 30 30 -,771** ,738** ,000 ,000 30 30 1 -,716** ,000 30 30 -,716** 1 ,000 30 30 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 68 KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA KARYA AKHIR KORELASI ANTARA GLOBAL... dr. IRMA KARTIKASARI