sistematika proposal ptk - Data Center SMK Negeri 1 Surabaya

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita, baik dalam
kehidupan individu, bangsa maupun Negara. Oleh karena itu, pendidikan harus
dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan. Keberhasilan
suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya.
Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan
permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan – pendekatan yang kreatif tanpa
harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari system pendidikan
formal yang mempunyai aturan – aturan jelas atau lebih dikenal sebagai GBPP
(Garis-garis Besar Program Pembelajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan
guru sebagai fasilitator yang berperan dalam memilih metode pembelajaran yang
akan digunakan.
Keberhasilan pengajaran KKPI ini ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan
pembelajaran, maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa aktifitas
belajar tidak akan memberikan hasil yang baik.
Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas
cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran
berpusat pada guru (Teacher Centered). Padahal menurut kurikulum 2006, kegiatan
belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif
menggali informasi sendiri. Selain itu kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa
siswa SMK Negeri 1 Surabaya khususnya kelas XI MM 1 kurang berminat terhadap
pembelajaran yang cenderung dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.
1
Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, perlu diupayakan suatu pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih aktif. Salah
satunya dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
yang merupakan konsep belajar untuk membantu guru mengaitkan antara
pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan sehari – hari siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Blanhard, 2001). Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan sebagai
pengarah dan pembimbing.
Pendekatan Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti halnya strategi
pembelajaran yang lain, Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran
lebih efektif. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tataan yang ada.
Dalam kelas yang diajarkan dengan pendekatan CTL, tugas guru adalah membantu
siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan
strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas
(siswa) dengan membentuk kelompok. Kebisasaan dikelas, kelompok dibuat sendiri
oleh kelompok yang terbentuk bersifat homogen dan kelas didominasi oleh kelompok
yang aktif. Dari kenyataan tersebut, digunakan model pembelajaran CTL karena
merupakan pembelajaran yang paling sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah
dalam memahami dan melakukan belajar mengajar dalam kelompok. Pembentukan
kelompok yang heterogen dilakukan dengan cara melihat hasil belajar siswa
terdahulu.
Pembelajaran CTL diterapkan untuk mengelompokkan kemampuan yang berbeda
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara
siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai dapat belajar
secara
kelompok
sehingga
akan
memperbaiki
kualitas
pembelajaran
dan
2
meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian diatas penelitian bermaksud
mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas XI MM 1
SMK Negeri 1 Surabaya Mata Diklat KKPI Pada Kompetensi Mengoperasikan
Software Pengolah Kata Melalui Pembelajaran CTL”
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a.
Bagaimana kemampuan guru dalam menglolah KBM melalui
penerapan pembelajaran CTL?
b.
Bagaimana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran CTL?
c.
Bagaimana
ketuntasan
belajar
siswa
setelah
menerapkan
pembelajaran CTL?
C. BATASAN MASALAH
a. Penelitian hanya membahas tentang ketuntasan belajar siswa dan
pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL.
b. Materi
pembelajaran
dibatasi
pada
kompetensi
Kompetensi
Mengoperasikan Software Pengolah Kata Melalui Pembelajaran CTL.
c. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dibatasi pada 2 siklus, yaitu :
d. Siklus I : Mengoperasikan software pengolah kata.
e. Siklus II : Mengimplementasikan software pengolah kata.
f. Sasaran penilaian adalah siswa kelas X MM 1 SMK Negeri 1 Surabaya.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. CTL juga merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya
behaviorostik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun (Nur, 2002).
Pendekatan CTL mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks
dan banyak fase berlangsung jauh melampaui drill oriental dan metologi stimulus dan
response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi
behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut belajar terjadi hanya jika siswa memproses
informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan
kerangka berfikir yang dimilikinya ( Nur, 2002).
Sedangkan menurut Cord yang dia ikuti ( Nur, 2002) menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual terjadi apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru
sedemikian rupa sehingga informasi tersebut bermakna bagi mereka dalam kerangka
acuan mereka sendiri.
Pola pendekatan kontekstual berbeda dengan pendekatan konvensional yang kita
kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam table
berikut ini :
4
Tabel 2.1 : Perbedaan pola pendekatan konvensional dan kontekstual
Konvensional
Kontekstual

Berdasarkan pada hafalan

Berdasarkan pada ruang

Khas memfokuskan pada suatu

Khas mengintegrasikan banyaknya
mata pelajaran

mata pelajaran
Nilai informasi ditentukan oleh

guru

kebutuhan individual
Menjejali siswa dengan setumpuk

informasi

Nilai informasi didasarkan pada
Menghubungkan informasi dengan
pengetahuan awal
Asesment pembelajaran hanya

Asesment autentik melalui
untuk kepentingan akademik
penerapan atau pemecahan
formal, seperti ujian
masalah realistic
Sumber : Nur, 2002
Menurut teori pembelajaran CTL terjadi hanya apabila siswa memproses informasi
dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi itu bermakna bagi mereka
dalam kerangka acuan mereka sendiri. Pendekatan kontekstual mengasumsikan
bahwa otak secara alami mencari makna dalam konteks yaitu dalam hubungan
dengan lingkungan mutakhir tersebut dan tampak berguna. Orang dapat secara baik
dalam konteks, dalam suatu yang terkait dengan kebutuhannya. Belajar terbaik dapat
diakatakan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman
kembali ( refleksi ).
Secara lebih rinci diuraikan tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual :
a. Penemuan ( Inquiry )
Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka untuk
memahami suatu konseop. Dalam praktek pembelajaran melewati siklus
mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori baik
secara individu maupun bersam - sama dengan teman lainnya. Penemuan juga
5
merupakan aktivitasn untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan
keterampilan berfikir secara kritis.
Cord Seperti telah dikemukakan diatas, pertanyaan merupakan alat
pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan digunakan oleh siswa selama
melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.
b. Konstruktivisme ( Contructivism )
Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman –
pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu
merupakan dasar dan tumpuan yang digabung dengan siswa dilatih untuk
mengenali ide – ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang digunakan dalam
penelitian berupa diskusi.
c. Pemodelan ( Modelling )
Aktivitas guru dikelas memiliki efek modal bagi siswa. Jika guru mengajar
dengan berbagai varian metode dan teknik pembelajaran, maka secara tidak
langsung siswa pun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru.
Guru dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal – hal yang difikirkan. Guru
juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.
Dalam pendekatan kontekstual siswa ditempatkan dalam suatu konteks yang
bermakna lama dengan pengetahuan yang dipelajari. Salah satu model
pembelajaran yang berasosiasi pada CTL antara lain adalah : belajar berbasis
kerja, pengajar autentik, belajar berbasis tugas terstuktur dan belajar jasa
layanan.
Selain model pembelajaran diatas masih banyak model pembelajaran yang
berasosiasi dengan pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kontekstual ( Roestama, 2002 ).
B.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Agar pelaksanaan pembelajaran kotekstual lebih efektif, guru harus berperan dengan
baik
dalam
merencanakan,
mengimplementasikan,
merefleksikan
dan
menyempurnakan pembelajaran kontekstual dengan cara :
6
a. Menekankan pada pemecahan masalah atau problem. Pengajar diawali dengan
penyajian masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman,
sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa.
Siswa didorong berfikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan
menggunakan isi materi pembelajaran dalam menyelesaikan masalah.
b. Mengakui bahwa kebutuahan belajar siswa terjadi dalam berbagai konteks, seperti
rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak
lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan semakin
bertambah jika siswa belajar dari lingkungan yang bervariasi.
c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri, dengan cara
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan uji coba.
d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkan sebagai
daya dorong untuk belajar sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu
sendiri, melalui kerjasama dan aktifitas kelompok belajar sehingga siswa berfikir
melalui komunikasi dengan orang lain.
e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam
mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam belajar. Komunikasi
pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu
usaha bersama – sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan
pembelajaran dan memperkenalkan semua orang untuk belajar dari sesamanya.
f. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa
banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkah
siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari
– hari meskipun trafnya sederhana. Rumusan intruksi guru dalam kelas dan dalam
LKS yang mengarahkan siswa menerapkan pemahaman untuk memecahkan
masalah adalah contoh teknik penilaian autentik.
C.
EVALUASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Untuk menentukan apakah lingkungan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
hal belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan
7
dengan hasil belajar meliputi penilaian apakah dengan pembelajaran kotekstual dapat
membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya. Apakah
pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan atau
memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari – hari, atau siswa mengalami
peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana
menggunakan pengetahuan didalam dan diluar sekolah.
Strategi penilaian dan alat ukurnya dikaitkan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan
dan dampak nyata yang diharapkan dari materi pembelajaran tertentu. Dari tujuan dan
umpan balik materi pembelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat
mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran.
Salah satu prinsip penilaian pada pendekatan kontekstual sangat berbeda dengan
teknik penilaian pendekatan konvensional. Sasaran penilaian berubah dari mengukur
seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa mengunakan
pengetahuannya untuk membedahkan persoalan yang ada di dunua nyata.
D.
PENDEKATAN KONTRSTRUKTUAL
Vigotsky ( dalam Nur, 2002 ) menyatakan bahwa kostruktivis adalah suatu pendapat
yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman oleh dirisendiri dari
pengalaman – pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar atau
tumpuhan yang digabungkan dengan pengalaman baru untuk mendapatkan
pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman
yang bermakna.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip
konstuktivisme yang dapat diambil untuk pengembangan kegiatan pembelajaran,
yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun
social; (b) pengetahuan tidak dapat dialihkan dari guru kepada siswa tanpa aktivitas
siswa
itu
sendiri
untuk
menalar;
(c)
siswa
secara
terus-menerus
aktif
8
mengkostruksikan realita, sehingga selalu terjadi perubahan menuju konsep yang
lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, dan (d) tugas guru adalah
membantu menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses kostruksi oleh
siswa ( Jalal dan Supriyadi dalam Rahma Y. 2000 ). Pembelajaran konstruksi dalam
pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa
siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit jika
mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Dalam kegiatan pembelajaran, guru menekankan pada penjembatan ( Scoffolding ),
yaitu memberi siswa tugas-tugas yang kompleks, sulit namun realistic dan memberi
cukup bantuan menyelesaikan tugas ini ( Nur, 2002 ). Bantuan dikurangi sedikit demi
sedikit sampai siswa dapt menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Pengajaran
ditekannkan pada proses top-down yang berarti siswa mulai dengan masalah masalah
yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan
keterampilan – keterampilan dasar yang diperlukan.
E.
PEMBELAJARAN
Unsur – unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar pembelajaran lebih
efektif adalah sebagai berikut ( Lundgren, 1994:5 ).
a. Para siswa harus mempunyai presepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang
bersama.
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya,
disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang
dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya
diantara para anggota kelompoknya.
e. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.
9
f. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok.
Beberapa keuntungan dalam pembelajaran CTL, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan menjunjung tinggi norma – norma
kelompok.
b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama – sama berhasil.
c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan
kelompok.
d. Interksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam
berpendapat.
e. Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognotif yang
non – konservatif.
F.
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN CTL
Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pembelajaran yang
mempergunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru
menyampaikan tujuan pelajaran atau indicator pencapaian dan memotivasi siswa
untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Selanjutnya siswa
dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya tahap pembelajaran
kooperatif lebih lanjut terdapat pada table dibawah ini :
Tabel 2.2 “ Tahapan Pembelajaran CTL “
FASE
TINGKAH LAKU GURU
Fase 1
Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin
Menyampaikan tujuan dan
dicapai pada pembelajaran tersebut dan
memotivasi siswa
memotivasi siswa belajar
Fase 2
Guru menyampaikan informasi kepada siswa
Menyajikan informasi
dengan demonstran atau lewat bacaan
10
Fase 3
Guru menjelaskan kepada siswa cara
Mengorganisasikan siswa
membentuk kelompok belajar dan membantu
kedalam kelompok belajar
setiap kelompok agar bekerja sama
Fase 4
Guru membimbing kelompok belajar pada saat
Membimbing kelompok
mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar
Fase 5
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau
mempresentasikan hasil kerja masing – masing
kelompok
G.
TUJUAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya
tiga tujuan pembelajaran, yaitu :
a). Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa memahami
konsep – konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini dapat memberi
keuntungan pada siswa kelompok rendah maupun kelompok tinggi yang
bekerjasama menyelesaikan tugas – tugas akademik. Siswa kelompok tinggi akan
menjadi tutor bagi kelompok rendah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok
tinggi akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan
pelayanan sebagai tutor.
b). Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk saling bekerjasama, saling bergantung satu sama lain
atas tugas – tugas bersama dan melalui penggunaan structural penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain atas tugas bersama dan
melalui penggunaan structural penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu
sama lain.
11
H.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN CTL
Tujuan dari pembelajaran CTL adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan
individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa teknik – teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak
meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran kooperatif dan kelompok
pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3 “ Perbedaan Pembelajaran CTL dan Pembelajaran Traditional “
Kelompok Pembelajaran
Kelompok Pembelajaran CTL
Traditional
 Kepemimpinan Bersama
 Satu pemimpin

Saling ketergantungan positif

Tidak ada saling ketergantungan

Keanggotan yang heterogen

Keanggotaan yang homogen

Mempelajari keterampilan –

Asumsi adanya keterampilan –
keterampilan kooperatif

Tanggung jawab terdapat hasil
keterampilan social yang efektif

belajar seloruh anggota kelompok

Menekankan pada tugas dan
Tanggung jawab terhadap hasil
belajar sendiri

Hanya menekan pada tugas
hubungan kooperatif

Ditunjang oleh guru

Diarahkan oleh guru

Satu hasil kelompok

Beberapa hasil individu

Evaluasi kelompok

Evaluasi individu
Berdasarkan hasil penelitian Thomson ( Lundgren 1, 1994 ) pembelajaran CTL sangat
kooperatif karena mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Meningkatkan rasa harga diri
12
c. Memperbaiki kehadiran
d. Saling memahami adanya perbedaan individu
e. Mengurangi perilaku yang mengganggu
f. Mengurangi konflik antara pribadi
g. Mengurangi siakp apatis
h. Meningkatkan hasil belajar
i. Memperbesar retensi
j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan
yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal ini terjadi
bila dalam satu kelompok hanya mempunyai permasalahan. Kelemahan ini dapat
dihindari dengan cara sebagai berikut :
a. Tiap – tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian – bagian kecil dari
permasalahan kelompok.
b. Tiap – tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini
dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota kelompok
yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar – benar mempelajari isi
permasalahan secara keseluruhan.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
SETTING PENELITIAN
Karakteristik sekolah
1. Karakteristik Lokasi :
a. Nama Sekolah
: SMKN 1 Surabaya
b. Alamat Sekolah
: Jl. SMEA No. 4 Surabaya
c. Kelas / Semester
: XI/Genap
d. Lingkungan Fisik
: Lokasi sekolah adalah dikota, dekat
dengan
jalan raya
2. Karakteristik siswa
a. Komposisi siswa
: 36 ( Perempuan dan Laki - laki )
b. Kemampuan Akademis
: Heterogen
c. Motivasi belajar
: Kurang
d. Latar Belakang Sosial / Ekonomi
: Menengah kebawah
3. Karakteristik Guru
B.
a. Nama Guru
: Dra. M. Endah Setyaningsih
b. Tempat Tanggal Lahir
: Yogyakarta, 12 Nov 1957
c. Pendidikan
: S1 – Ekonomi Koperasi
d. Agama
: Islam
e. Kebangsaan
: Indonesia
PERSIAPAN PENELITIAN
Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom ) karena penelitian
ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh yang nyata dalam pendidikan.
Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah memilih model
pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini
14
penelititan memilih metode pembelajaran CTL yang kemudian membuat satuan
pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat pembelajaran dll.
C.
SIKLUS PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang
telah direncanakan, yakni 3 jam pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut :
1. Materi pembelajaran siklus 1 : Mengoperasikan software Pengolah Kata
2. Materi pembelajaran siklus 2 : Mengimplementasikan software Pengolah Kata
Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu :
1. Rancangan
2. Kegiatan dan pengamatan
3. Refleksi
4. Revisi
Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai
berikut :
15
SILABUS I
Revisi
Revisi
Kegiatan dan Pengamatan
SILABUS II
Revisi
Revisi
Kegiatan dan Pengamatan
Gambar 1 : “ Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Tim PGSM, 1999 ) “
16
D.
INSTRUMEN
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
a. Lembar Tes
Dalam penelitian ini post tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana
ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran
CTL. Berdasarkan GBPP SMK Tahun 2006 : bahwa siswa akan tuntas belajar bila
ia telah memperoleh skor 65% atau nilai 65. Tuntas dalam hal ini adalah siswa
telah berhasil belajar pada materi kehidupan masyarakat dan pada masa
Mengoperasikan Software Pengolah Kata.
b. Lembar Observasi
Lembar Observasi yang dipergunakan berupa lembar pengamatan pengelolaan
pembelajaran CTL dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa, apakah kegiatan
pembelajaran tersebut berpusat pada guru atau berpusat pada siswa.
E.
ANALISIS DAN REFLEKSI
a) Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran
konvensional dikelas XI MM 1 pada kompetensi dasar “ Mengoperasikan
Software Pengolah Kata “.
2. Metode Tes
Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang disampaikan
melalui model pembelajaran CTL.
b) Metode Analisis Data
Dalam penelitiaan ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Data yang dianalisis ini adalah nilai tes presentasi belajar KKPI pada kompetensi dasar
“Mengoperasikan Software Pengolah Kata “, data pengamatan keterampilan guru dalam
pengelolaan pembelajaran CTL. Analisis data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
17
1. Data hasil ketuntasan belajar siswa.
Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 65 % atau nilai 65 dengan
perhitungan sebagai berikut ( Depdikbud, 1994 ):
Skor Siswa =
Skoryangdiperoleh
x 100%
Skormaksimum
Suatu kelas dinyatkan tuntas belajar jika terdapat  85 % dari jumlah siswa telah tuntas
belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal :
Skor Siswa =
jumlahsiswayangtuntas
x 100%
jumlahsiswakeseluruahan
2. Data hasil pengamatan aktifitas guru dan aktifitas siswa
Observasi terhadap aktifitas siswa terhadap aktifitas siswa yang dilakukan selama
pembelajaran berlangsung 1 menit. Hasil observasi dianalisis dengan jumlah aktifitas
siswa yang dilakukan dibagi jumlah siswa yang melakukan aktifitas dibagi waktu
keseluruhan dikali 100 %.
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN CTL
Hasil Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada setiap siklus menggunakan
instrumental, yang rinci perhitungan reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran
CTL dapat dilihat pada lampiran instrumen 1a, 1b. secara ringkas hasil pengelolaan
tersebut disajikan dalam tabel 4.1
TABEL 4.1
PENILAIAN PENGELOLAAN MELALUI PEMBELAJARAN CTL
No.
Aspek yang diamati
Skor Tiap RP
Skor
RP 1
RP 2
Rata - Rata
Katagori
1.
Pendahuluan
33,3
3,50
3,42
Baik
2.
Kegiatan Inti
3,08
3,67
3,38
Baik
3.
Penutup
3,00
3,50
3,25
Baik
4.
Pengelolaan Waktu
3,00
3,00
3,00
Baik
5.
Pengamatan Suasana Kelas
3,25
3,75
3,50
Baik
Dari data tabel 4.1 menunjukkan skor rata-rata untuk masing –masing kategori
pengamatan KBM secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran CTL
adalah baik. Guru mampu mengoperasikan pembelajaran dan alokasi waktu yang sesuai
dengan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Pengamatan dilakukan oleh rekan guru sebanyak dua orang pengamat Sri Retna Pratiwi,
S.Pd dan Nupiah Hartatik, A.Md sehingga hasil pengamatan dapat dipercaya dalam
penghitingan reliabilitas instrumen yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :
19
TABEL 4.2
RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN CTL
Pengamatan Terhadap
Reliabilitas Tiap RP ( % )
Guru
RP 1
RP 2
97,52
98,50
Dari data tabel 4.2 terlihat reliabilitas pengelolaan melalui pembelajaran CTL pada
masing masing RP melebihi 75% sehingga instrumen yang digunakan (Instrumen )
termasuk katagori instrumen yang baik.
B.
RESPON SISWA TERHADAP KBM (TABEL 4.3)
TABEL 4.3
RESPON SISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No.
I.
Uraian Kegiatan Belajar Mengajar
Respon Siswa
Senang
Tidak
Pendapat Siswa terhadap komponen Kegiatan
Belajar mengajar sebagai berikut :
II.
1.
Materi
34
2
2.
Bahan Tertulisnya
36
-
3.
Lembar Kerja Siswa
36
-
4.
Suasana Kelas
34
2
5. Penampilan Gurunya
35
1
6. Cara Guru Mengajar
35
1
Baru
Tidak Baru
Pendapat Siswa terhadap komponen Kegiatan
sebagai berikut :
5.
Materi
36
-
6.
Bahan Tertulisnya
36
-
7.
Lembar Kerja Siswa
36
-
8.
Suasana Kelas
35
1
5. Penampilan Gurunya
35
1
6. Cara Guru Mengajar
35
1
20
Dari tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa berminat mengikuti KBM
berikutnya dengan metode Pembelajaran CTL..
C.
KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA
Tes hasil belajar siswa diperoleh dari setiap individu dengan kemampuan masing –
masing untuk dapat melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui model
pembelajaran CTL. Tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa berupa kuis dimana
RP-1 selama 30 menit siswa menyelesaikan 5 soal essay dan pada RP-2 selama 25 menit
siswa menyelesaikan 5 soal essay. Hasil evaluasi ini bersifat sebagai data kemudian
diperoleh prosentase ketuntasan belajar berdasarkan standart ketuntasan minimal (SKM).
Sedangkan SKM mata pelajaran KKPI SMK Negeri 1 Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I rata-rata kemampuan mencapai 69.4% dengan
ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 88%, pada siklus II rata-rata kemampuan
siswa mencapai 75.1% dengan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 97%. Hasil
observasi suasana kelas selama proses pembelajaran PBL pada siklus I sebesar 63,33%
dalam kategori cukup dan meningkat pada siklus II sebesar 90 % yang termasuk kategori
sangat baik. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran PBL pada siklus I mencapai
60% yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II mencapai 90% dalam
kategori sangat baik. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I mencapai
85.8% dalam kategori baik dan meningkat pada siklus II mencapai 94,2% yang termasuk
sangat baik.
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran KKPI dengan
kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata di SMK Negeri 1 Surabaya yang
dilakukan dengan siklus dapat disimpulkan :
1. Secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran CTL adalah baik.
Guru dapat mengoperasikan dan alokasi waktu yang sesuai dengan skenario
sehingga membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran.
2. Menurut data hasil pengelolan diskriptif tentang respon siswa dalam KBM
menunjukkan bahwa terbesar guru digunakan untuk membimbing siswa,
mendorong dan melatih kemampuan kooperatif dan keterampilan proses, sedang
waktu sebanyak siswa digunakan untuk mengerjakan LKS dalam kelompok
belajar, diskusi antar siswa dan guru dengan demikian secara umum proses
pembelajaran ini berpusat pada siswa merasa senang mengikuti KBM.
3. Pada pembelajaran CTL terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kedua
siklus.
B.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran –saran sebagai berikut :
4. Kegiatan yang saat itu sehingga berlangsung secara alami hanya mengalami
perubahan system/strategi mengajar.
5. Untuk lebih memperkuat wawasan penelitian tindakan kelas diperlukan kolabratif
dengan sekolah lain khususnya para guru yang serumpun bidang keilmuannya dan
kolaboratif pula dengan Kepala Sekolah serta rekan guru agar lebih mendapat
dukungan moril dan material.
22
6. Perlu diketahui bersama bahwa tidak ada satu strategi belajar/model pembelajaran
yang ampuh untuk dilakukan pada setiap topik/konsep pembelajaran, oleh karena
itu untuk memilih strategi pembelajaran diperlukan beberapa analisis.
7. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti sampai siklus berikutnya sehingga dapat
diperoleh hasil pengamatan yang lebih valid mengingat hasil yang diperoleh dari
dua siklus menujukkan keterampilan proses yang meningkat dan kompetisi
kelompok yang sedang berlangsung.
\
23
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan Pelatihan Jakarta:
Dikdasmen Depdikbud.
Eanes, R. 1997. Content Area Literacy: Teaching Today’s and Tomorrow. New York:
Delmar Publisher.
Elliot, J. 1991. AN. Action Reseach for Educational Change. Buckingham: Open
University Press.
Federikson, J. & Collins, A. 2002. What is Authentic Assesment: Term and Condition of
Use. Hougton Mifflin Company (online),
(http://www/eduplace.com/rdg/res/litass/, diakses 28 Desember 2002).
Hammond, L.D. dan Snyde, J.D.2001. Authentic Assesment of Reaching Indonesia
Context,
U.S.
Departemen
Education
(online),
(http:www.Contextual.org/abs2.htm., diakses 29 Oktober 2001 oleh
Darmono).
Nurhadi & Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
O’Malley, J.M. & Piece, L.V. 1996. Authentic Assessment for Ennglish Language
Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia: Addison-Wesley.
Puhl, C. 1997. Develop, Not Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom.
English Teaching Forum, April 1997, pp 2-9.
Tompkins, G.E & Hoskisson, K. 1991. Language Arts : Content and Teaching Strategis.
New York: Macmillan.
24
Lampiran 1
Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Siklus 1
No.
I.
Penilaian
Aspek yang diminati
Nilai
Kreteria
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Motivasi Siswa
2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan
bersama siswa
2. Menyampaikan materi kepada siswa
3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok
belajar
4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan hasil pekerjaan mereka.
C. Penutup
Memberikan Evaluasi
II.
Pengelolaan Waktu
III.
Pengamatan Suasana Kelas
Jumlah
Keterangan :
Nilai
: Kriteria
1
: Tidak Baik
2
: Kurang Baik
3
: Cukup Baik
4
: Baik
Surabaya, Juli 2007
Pengamat
1
Lampiran 2
Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Siklus 2
No.
I.
Penilaian
Aspek yang diminati
Nilai
Kreteria
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Motivasi Siswa
2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan
bersama siswa
2. Menyampaikan materi kepada siswa
3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok
belajar
4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan hasil pekerjaan mereka.
C. Penutup
Memberikan Evaluasi
II.
Pengelolaan Waktu
III.
Pengamatan Suasana Kelas
Jumlah
Keterangan :
Nilai
: Kriteria
3
: Tidak Baik
4
: Kurang Baik
3
: Cukup Baik
4
: Baik
Surabaya, Juli 2007
Pengamat
2
Lampran 3
RESPON SISWA TERHADAP KBM
Nama
:
Kelas
:
Berilah tanda Check ( V ) untuk jawaban yang dipilih
No.
1.
Uraian Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM )
Respon Siswa
Senang
Tidak
Baru
Tidak
Pendapat siswa terhadap komponen KBM
berikut ini :
1. Materi
2. Bahan Tertulisnya
3. Lembar Kerja Siswa
4. Suasana Kelas
5. Penampilan Gurunya
6. Cara Guru Mengajar
2.
Pendapat siswa terhadap komponen KBM
berikut ini :
7. Materi
8. Bahan Tertulisnya
9. Lembar Kerja Siswa
10. Suasana Kelas
11. Penampilan Gurunya
12. Cara Guru Mengajar
3
Lampiran 4
Relibilitas Instrumen Pengelolaan Pembelajaran CTL
No.
Aspek yang dinilai
Nilai Rata-rata
RP 1
1.
Materi
2.
Bahan Tertulisnya
3.
Lembar Kerja Siswa
4.
Suasana Kelas
5.
Penampilan Gurunya
6.
Cara Guru Mengajar
Keterangan
RP 2
Jumlah
Presentase
Keterangan :
Nilai
: Kriteria
5
: Tidak Baik
6
: Kurang Baik
3
: Cukup Baik
4
: Baik
4
Lampiran 5
Penilaian Pengelolaan Pembelajaran CTL
No.
I.
Penilaian
Aspek yang diminati
Nilai
Kreteria
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Motivasi Siswa
2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan
bersama siswa
2. Menyampaikan materi kepada siswa
3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok
belajar
4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan hasil pekerjaan mereka.
C. Penutup
Memberikan Evaluasi
II.
Pengelolaan Waktu
III.
Pengamatan Suasana Kelas
Jumlah
Keterangan :
Nilai
: Kriteria
7
: Tidak Baik
8
: Kurang Baik
3
: Cukup Baik
4
: Baik
Surabaya, Juli 2007
Pengamat
5
Download