BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita, baik dalam kehidupan individu, bangsa maupun Negara. Oleh karena itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, sehingga sesuai dengan tujuan. Keberhasilan suatu bangsa terletak pada mutu pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pendidikan pada dasarnya suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan – pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Sekolah merupakan bagian dari system pendidikan formal yang mempunyai aturan – aturan jelas atau lebih dikenal sebagai GBPP (Garis-garis Besar Program Pembelajaran) sebagai acuan proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Keberhasilan pengajaran KKPI ini ditentukan oleh besarnya partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, makin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan pembelajaran, maka makin berhasil kegiatan pembelajaran tersebut. Tanpa aktifitas belajar tidak akan memberikan hasil yang baik. Pada kenyataannya, guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas cenderung berlangsung secara konvensional atau menggunakan strategi pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Centered). Padahal menurut kurikulum 2006, kegiatan belajar mengajar harus berpusat pada siswa yang artinya siswa harus lebih aktif menggali informasi sendiri. Selain itu kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Surabaya khususnya kelas XI MM 1 kurang berminat terhadap pembelajaran yang cenderung dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. 1 Untuk mengatasi masalah tersebut diatas, perlu diupayakan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat pembelajaran lebih aktif. Salah satunya dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang merupakan konsep belajar untuk membantu guru mengaitkan antara pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan sehari – hari siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Blanhard, 2001). Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan sebagai pengarah dan pembimbing. Pendekatan Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih efektif. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tataan yang ada. Dalam kelas yang diajarkan dengan pendekatan CTL, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerjasama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa) dengan membentuk kelompok. Kebisasaan dikelas, kelompok dibuat sendiri oleh kelompok yang terbentuk bersifat homogen dan kelas didominasi oleh kelompok yang aktif. Dari kenyataan tersebut, digunakan model pembelajaran CTL karena merupakan pembelajaran yang paling sederhana sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan melakukan belajar mengajar dalam kelompok. Pembentukan kelompok yang heterogen dilakukan dengan cara melihat hasil belajar siswa terdahulu. Pembelajaran CTL diterapkan untuk mengelompokkan kemampuan yang berbeda sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa secara aktif sehingga diharapkan siswa yang pandai dapat belajar secara kelompok sehingga akan memperbaiki kualitas pembelajaran dan 2 meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian diatas penelitian bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Siswa Kelas XI MM 1 SMK Negeri 1 Surabaya Mata Diklat KKPI Pada Kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata Melalui Pembelajaran CTL” B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana kemampuan guru dalam menglolah KBM melalui penerapan pembelajaran CTL? b. Bagaimana aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran CTL? c. Bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran CTL? C. BATASAN MASALAH a. Penelitian hanya membahas tentang ketuntasan belajar siswa dan pengelolaan guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL. b. Materi pembelajaran dibatasi pada kompetensi Kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata Melalui Pembelajaran CTL. c. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dibatasi pada 2 siklus, yaitu : d. Siklus I : Mengoperasikan software pengolah kata. e. Siklus II : Mengimplementasikan software pengolah kata. f. Sasaran penilaian adalah siswa kelas X MM 1 SMK Negeri 1 Surabaya. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL Pendekatan Contextual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. CTL juga merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behaviorostik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun (Nur, 2002). Pendekatan CTL mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase berlangsung jauh melampaui drill oriental dan metologi stimulus dan response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut belajar terjadi hanya jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berfikir yang dimilikinya ( Nur, 2002). Sedangkan menurut Cord yang dia ikuti ( Nur, 2002) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual terjadi apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi tersebut bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri. Pola pendekatan kontekstual berbeda dengan pendekatan konvensional yang kita kenal selama ini. Beberapa perbedaan tersebut dapat kita gambarkan dalam table berikut ini : 4 Tabel 2.1 : Perbedaan pola pendekatan konvensional dan kontekstual Konvensional Kontekstual Berdasarkan pada hafalan Berdasarkan pada ruang Khas memfokuskan pada suatu Khas mengintegrasikan banyaknya mata pelajaran mata pelajaran Nilai informasi ditentukan oleh guru kebutuhan individual Menjejali siswa dengan setumpuk informasi Nilai informasi didasarkan pada Menghubungkan informasi dengan pengetahuan awal Asesment pembelajaran hanya Asesment autentik melalui untuk kepentingan akademik penerapan atau pemecahan formal, seperti ujian masalah realistic Sumber : Nur, 2002 Menurut teori pembelajaran CTL terjadi hanya apabila siswa memproses informasi dan pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga informasi itu bermakna bagi mereka dalam kerangka acuan mereka sendiri. Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa otak secara alami mencari makna dalam konteks yaitu dalam hubungan dengan lingkungan mutakhir tersebut dan tampak berguna. Orang dapat secara baik dalam konteks, dalam suatu yang terkait dengan kebutuhannya. Belajar terbaik dapat diakatakan dengan mengerjakan pekerjaan itu sendiri dalam proses penyelaman kembali ( refleksi ). Secara lebih rinci diuraikan tujuh prinsip dalam pendekatan kontekstual : a. Penemuan ( Inquiry ) Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengamatan dalam rangka untuk memahami suatu konseop. Dalam praktek pembelajaran melewati siklus mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisa dan merumuskan teori baik secara individu maupun bersam - sama dengan teman lainnya. Penemuan juga 5 merupakan aktivitasn untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan keterampilan berfikir secara kritis. Cord Seperti telah dikemukakan diatas, pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Pertanyaan digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan. b. Konstruktivisme ( Contructivism ) Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman – pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar dan tumpuan yang digabung dengan siswa dilatih untuk mengenali ide – ide baru yang muncul. Bentuk refleksi yang digunakan dalam penelitian berupa diskusi. c. Pemodelan ( Modelling ) Aktivitas guru dikelas memiliki efek modal bagi siswa. Jika guru mengajar dengan berbagai varian metode dan teknik pembelajaran, maka secara tidak langsung siswa pun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru. Guru dapat melakukan aktivitas mengucapkan hal – hal yang difikirkan. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya. Dalam pendekatan kontekstual siswa ditempatkan dalam suatu konteks yang bermakna lama dengan pengetahuan yang dipelajari. Salah satu model pembelajaran yang berasosiasi pada CTL antara lain adalah : belajar berbasis kerja, pengajar autentik, belajar berbasis tugas terstuktur dan belajar jasa layanan. Selain model pembelajaran diatas masih banyak model pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual ( Roestama, 2002 ). B. STRATEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL Agar pelaksanaan pembelajaran kotekstual lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam merencanakan, mengimplementasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran kontekstual dengan cara : 6 a. Menekankan pada pemecahan masalah atau problem. Pengajar diawali dengan penyajian masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja dan masyarakat yang mempunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong berfikir kritis dan sistematis untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran dalam menyelesaikan masalah. b. Mengakui bahwa kebutuahan belajar siswa terjadi dalam berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa tidak lepas darimana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan semakin bertambah jika siswa belajar dari lingkungan yang bervariasi. c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pelajar yang mandiri, dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan uji coba. d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkan sebagai daya dorong untuk belajar sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerjasama dan aktifitas kelompok belajar sehingga siswa berfikir melalui komunikasi dengan orang lain. e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam belajar. Komunikasi pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha bersama – sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenalkan semua orang untuk belajar dari sesamanya. f. Menggunakan penilaian autentik. Penilaian ini tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkah siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan sehari – hari meskipun trafnya sederhana. Rumusan intruksi guru dalam kelas dan dalam LKS yang mengarahkan siswa menerapkan pemahaman untuk memecahkan masalah adalah contoh teknik penilaian autentik. C. EVALUASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Untuk menentukan apakah lingkungan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hal belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan 7 dengan hasil belajar meliputi penilaian apakah dengan pembelajaran kotekstual dapat membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya. Apakah pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari – hari, atau siswa mengalami peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuan didalam dan diluar sekolah. Strategi penilaian dan alat ukurnya dikaitkan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata yang diharapkan dari materi pembelajaran tertentu. Dari tujuan dan umpan balik materi pembelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran. Salah satu prinsip penilaian pada pendekatan kontekstual sangat berbeda dengan teknik penilaian pendekatan konvensional. Sasaran penilaian berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa mengunakan pengetahuannya untuk membedahkan persoalan yang ada di dunua nyata. D. PENDEKATAN KONTRSTRUKTUAL Vigotsky ( dalam Nur, 2002 ) menyatakan bahwa kostruktivis adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman oleh dirisendiri dari pengalaman – pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar atau tumpuhan yang digabungkan dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip konstuktivisme yang dapat diambil untuk pengembangan kegiatan pembelajaran, yaitu : (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun social; (b) pengetahuan tidak dapat dialihkan dari guru kepada siswa tanpa aktivitas siswa itu sendiri untuk menalar; (c) siswa secara terus-menerus aktif 8 mengkostruksikan realita, sehingga selalu terjadi perubahan menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, dan (d) tugas guru adalah membantu menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses kostruksi oleh siswa ( Jalal dan Supriyadi dalam Rahma Y. 2000 ). Pembelajaran konstruksi dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru menekankan pada penjembatan ( Scoffolding ), yaitu memberi siswa tugas-tugas yang kompleks, sulit namun realistic dan memberi cukup bantuan menyelesaikan tugas ini ( Nur, 2002 ). Bantuan dikurangi sedikit demi sedikit sampai siswa dapt menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Pengajaran ditekannkan pada proses top-down yang berarti siswa mulai dengan masalah masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan keterampilan – keterampilan dasar yang diperlukan. E. PEMBELAJARAN Unsur – unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar pembelajaran lebih efektif adalah sebagai berikut ( Lundgren, 1994:5 ). a. Para siswa harus mempunyai presepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompoknya. e. Para siswa akan diberi satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 9 f. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok. Beberapa keuntungan dalam pembelajaran CTL, antara lain adalah sebagai berikut : a. Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan menjunjung tinggi norma – norma kelompok. b. Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama – sama berhasil. c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. d. Interksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. e. Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognotif yang non – konservatif. F. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN CTL Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pembelajaran yang mempergunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran atau indicator pencapaian dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi. Selanjutnya siswa dikelompokkan kedalam tim-tim belajar. Untuk lebih jelasnya tahap pembelajaran kooperatif lebih lanjut terdapat pada table dibawah ini : Tabel 2.2 “ Tahapan Pembelajaran CTL “ FASE TINGKAH LAKU GURU Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin Menyampaikan tujuan dan dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa memotivasi siswa belajar Fase 2 Guru menyampaikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan demonstran atau lewat bacaan 10 Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa cara Mengorganisasikan siswa membentuk kelompok belajar dan membantu kedalam kelompok belajar setiap kelompok agar bekerja sama Fase 4 Guru membimbing kelompok belajar pada saat Membimbing kelompok mereka mengerjakan tugas bekerja dan belajar Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang Evaluasi materi yang telah dipelajari atau mempresentasikan hasil kerja masing – masing kelompok G. TUJUAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran, yaitu : a). Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif ini dapat memberi keuntungan pada siswa kelompok rendah maupun kelompok tinggi yang bekerjasama menyelesaikan tugas – tugas akademik. Siswa kelompok tinggi akan menjadi tutor bagi kelompok rendah. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok tinggi akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor. b). Penerimaan terhadap perbedaan individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk saling bekerjasama, saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama dan melalui penggunaan structural penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain atas tugas bersama dan melalui penggunaan structural penghargaan kooperatif, belajar menghargai satu sama lain. 11 H. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PEMBELAJARAN CTL Tujuan dari pembelajaran CTL adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik – teknik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar daripada pembelajaran kooperatif dan kelompok pembelajaran tradisional adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 “ Perbedaan Pembelajaran CTL dan Pembelajaran Traditional “ Kelompok Pembelajaran Kelompok Pembelajaran CTL Traditional Kepemimpinan Bersama Satu pemimpin Saling ketergantungan positif Tidak ada saling ketergantungan Keanggotan yang heterogen Keanggotaan yang homogen Mempelajari keterampilan – Asumsi adanya keterampilan – keterampilan kooperatif Tanggung jawab terdapat hasil keterampilan social yang efektif belajar seloruh anggota kelompok Menekankan pada tugas dan Tanggung jawab terhadap hasil belajar sendiri Hanya menekan pada tugas hubungan kooperatif Ditunjang oleh guru Diarahkan oleh guru Satu hasil kelompok Beberapa hasil individu Evaluasi kelompok Evaluasi individu Berdasarkan hasil penelitian Thomson ( Lundgren 1, 1994 ) pembelajaran CTL sangat kooperatif karena mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut : a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas b. Meningkatkan rasa harga diri 12 c. Memperbaiki kehadiran d. Saling memahami adanya perbedaan individu e. Mengurangi perilaku yang mengganggu f. Mengurangi konflik antara pribadi g. Mengurangi siakp apatis h. Meningkatkan hasil belajar i. Memperbesar retensi j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi Selain mempunyai kelebihan pembelajaran kooperatif juga mempunyai kekurangan yang harus dihindari, yakni adanya anggota kelompok yang tidak aktif. Hal ini terjadi bila dalam satu kelompok hanya mempunyai permasalahan. Kelemahan ini dapat dihindari dengan cara sebagai berikut : a. Tiap – tiap anggota kelompok bertanggung jawab pada bagian – bagian kecil dari permasalahan kelompok. b. Tiap – tiap anggota kelompok mempelajari materi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan hasil kelompok ditentukan pada hasil kuis dari anggota kelompok yang ada, maka tiap anggota kelompok harus benar – benar mempelajari isi permasalahan secara keseluruhan. 13 BAB III METODE PENELITIAN A. SETTING PENELITIAN Karakteristik sekolah 1. Karakteristik Lokasi : a. Nama Sekolah : SMKN 1 Surabaya b. Alamat Sekolah : Jl. SMEA No. 4 Surabaya c. Kelas / Semester : XI/Genap d. Lingkungan Fisik : Lokasi sekolah adalah dikota, dekat dengan jalan raya 2. Karakteristik siswa a. Komposisi siswa : 36 ( Perempuan dan Laki - laki ) b. Kemampuan Akademis : Heterogen c. Motivasi belajar : Kurang d. Latar Belakang Sosial / Ekonomi : Menengah kebawah 3. Karakteristik Guru B. a. Nama Guru : Dra. M. Endah Setyaningsih b. Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 12 Nov 1957 c. Pendidikan : S1 – Ekonomi Koperasi d. Agama : Islam e. Kebangsaan : Indonesia PERSIAPAN PENELITIAN Persiapan ini merupakan tindakan kelas ( Action Research Classroom ) karena penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalh yang nyata dalam pendidikan. Hal – hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah memilih model pembelajaran yang dinilai sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam hal ini 14 penelititan memilih metode pembelajaran CTL yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat pembelajaran dll. C. SIKLUS PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 3 jam pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut : 1. Materi pembelajaran siklus 1 : Mengoperasikan software Pengolah Kata 2. Materi pembelajaran siklus 2 : Mengimplementasikan software Pengolah Kata Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu : 1. Rancangan 2. Kegiatan dan pengamatan 3. Refleksi 4. Revisi Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut : 15 SILABUS I Revisi Revisi Kegiatan dan Pengamatan SILABUS II Revisi Revisi Kegiatan dan Pengamatan Gambar 1 : “ Alur Penelitian Tindakan Kelas ( Tim PGSM, 1999 ) “ 16 D. INSTRUMEN Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar Tes Dalam penelitian ini post tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana ketuntasan belajar yang dapat dicapai dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Berdasarkan GBPP SMK Tahun 2006 : bahwa siswa akan tuntas belajar bila ia telah memperoleh skor 65% atau nilai 65. Tuntas dalam hal ini adalah siswa telah berhasil belajar pada materi kehidupan masyarakat dan pada masa Mengoperasikan Software Pengolah Kata. b. Lembar Observasi Lembar Observasi yang dipergunakan berupa lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran CTL dan lembar observasi aktifitas guru dan siswa, apakah kegiatan pembelajaran tersebut berpusat pada guru atau berpusat pada siswa. E. ANALISIS DAN REFLEKSI a) Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran konvensional dikelas XI MM 1 pada kompetensi dasar “ Mengoperasikan Software Pengolah Kata “. 2. Metode Tes Dalam penelitian ini digunakan tes setelah mendapat perlakuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat ketuntasan belajar siswa terhadap materi yang disampaikan melalui model pembelajaran CTL. b) Metode Analisis Data Dalam penelitiaan ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah nilai tes presentasi belajar KKPI pada kompetensi dasar “Mengoperasikan Software Pengolah Kata “, data pengamatan keterampilan guru dalam pengelolaan pembelajaran CTL. Analisis data yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 17 1. Data hasil ketuntasan belajar siswa. Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 65 % atau nilai 65 dengan perhitungan sebagai berikut ( Depdikbud, 1994 ): Skor Siswa = Skoryangdiperoleh x 100% Skormaksimum Suatu kelas dinyatkan tuntas belajar jika terdapat 85 % dari jumlah siswa telah tuntas belajar. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal : Skor Siswa = jumlahsiswayangtuntas x 100% jumlahsiswakeseluruahan 2. Data hasil pengamatan aktifitas guru dan aktifitas siswa Observasi terhadap aktifitas siswa terhadap aktifitas siswa yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung 1 menit. Hasil observasi dianalisis dengan jumlah aktifitas siswa yang dilakukan dibagi jumlah siswa yang melakukan aktifitas dibagi waktu keseluruhan dikali 100 %. 18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN CTL Hasil Pengamatan terhadap pengelolaan pembelajaran pada setiap siklus menggunakan instrumental, yang rinci perhitungan reliabilitas instrumen pengelolaan pembelajaran CTL dapat dilihat pada lampiran instrumen 1a, 1b. secara ringkas hasil pengelolaan tersebut disajikan dalam tabel 4.1 TABEL 4.1 PENILAIAN PENGELOLAAN MELALUI PEMBELAJARAN CTL No. Aspek yang diamati Skor Tiap RP Skor RP 1 RP 2 Rata - Rata Katagori 1. Pendahuluan 33,3 3,50 3,42 Baik 2. Kegiatan Inti 3,08 3,67 3,38 Baik 3. Penutup 3,00 3,50 3,25 Baik 4. Pengelolaan Waktu 3,00 3,00 3,00 Baik 5. Pengamatan Suasana Kelas 3,25 3,75 3,50 Baik Dari data tabel 4.1 menunjukkan skor rata-rata untuk masing –masing kategori pengamatan KBM secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran CTL adalah baik. Guru mampu mengoperasikan pembelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh rekan guru sebanyak dua orang pengamat Sri Retna Pratiwi, S.Pd dan Nupiah Hartatik, A.Md sehingga hasil pengamatan dapat dipercaya dalam penghitingan reliabilitas instrumen yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : 19 TABEL 4.2 RELIABILITAS INSTRUMEN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN CTL Pengamatan Terhadap Reliabilitas Tiap RP ( % ) Guru RP 1 RP 2 97,52 98,50 Dari data tabel 4.2 terlihat reliabilitas pengelolaan melalui pembelajaran CTL pada masing masing RP melebihi 75% sehingga instrumen yang digunakan (Instrumen ) termasuk katagori instrumen yang baik. B. RESPON SISWA TERHADAP KBM (TABEL 4.3) TABEL 4.3 RESPON SISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR No. I. Uraian Kegiatan Belajar Mengajar Respon Siswa Senang Tidak Pendapat Siswa terhadap komponen Kegiatan Belajar mengajar sebagai berikut : II. 1. Materi 34 2 2. Bahan Tertulisnya 36 - 3. Lembar Kerja Siswa 36 - 4. Suasana Kelas 34 2 5. Penampilan Gurunya 35 1 6. Cara Guru Mengajar 35 1 Baru Tidak Baru Pendapat Siswa terhadap komponen Kegiatan sebagai berikut : 5. Materi 36 - 6. Bahan Tertulisnya 36 - 7. Lembar Kerja Siswa 36 - 8. Suasana Kelas 35 1 5. Penampilan Gurunya 35 1 6. Cara Guru Mengajar 35 1 20 Dari tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa berminat mengikuti KBM berikutnya dengan metode Pembelajaran CTL.. C. KETUNTASAN HASIL BELAJAR SISWA Tes hasil belajar siswa diperoleh dari setiap individu dengan kemampuan masing – masing untuk dapat melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui model pembelajaran CTL. Tes hasil belajar yang diberikan kepada siswa berupa kuis dimana RP-1 selama 30 menit siswa menyelesaikan 5 soal essay dan pada RP-2 selama 25 menit siswa menyelesaikan 5 soal essay. Hasil evaluasi ini bersifat sebagai data kemudian diperoleh prosentase ketuntasan belajar berdasarkan standart ketuntasan minimal (SKM). Sedangkan SKM mata pelajaran KKPI SMK Negeri 1 Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I rata-rata kemampuan mencapai 69.4% dengan ketuntasan hasil belajar secara klasikal sebesar 88%, pada siklus II rata-rata kemampuan siswa mencapai 75.1% dengan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 97%. Hasil observasi suasana kelas selama proses pembelajaran PBL pada siklus I sebesar 63,33% dalam kategori cukup dan meningkat pada siklus II sebesar 90 % yang termasuk kategori sangat baik. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran PBL pada siklus I mencapai 60% yang termasuk kategori cukup dan meningkat pada siklus II mencapai 90% dalam kategori sangat baik. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I mencapai 85.8% dalam kategori baik dan meningkat pada siklus II mencapai 94,2% yang termasuk sangat baik. 21 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian perangkat pembelajaran KKPI dengan kompetensi Mengoperasikan Software Pengolah Kata di SMK Negeri 1 Surabaya yang dilakukan dengan siklus dapat disimpulkan : 1. Secara umum kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran CTL adalah baik. Guru dapat mengoperasikan dan alokasi waktu yang sesuai dengan skenario sehingga membuat siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran. 2. Menurut data hasil pengelolan diskriptif tentang respon siswa dalam KBM menunjukkan bahwa terbesar guru digunakan untuk membimbing siswa, mendorong dan melatih kemampuan kooperatif dan keterampilan proses, sedang waktu sebanyak siswa digunakan untuk mengerjakan LKS dalam kelompok belajar, diskusi antar siswa dan guru dengan demikian secara umum proses pembelajaran ini berpusat pada siswa merasa senang mengikuti KBM. 3. Pada pembelajaran CTL terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kedua siklus. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran –saran sebagai berikut : 4. Kegiatan yang saat itu sehingga berlangsung secara alami hanya mengalami perubahan system/strategi mengajar. 5. Untuk lebih memperkuat wawasan penelitian tindakan kelas diperlukan kolabratif dengan sekolah lain khususnya para guru yang serumpun bidang keilmuannya dan kolaboratif pula dengan Kepala Sekolah serta rekan guru agar lebih mendapat dukungan moril dan material. 22 6. Perlu diketahui bersama bahwa tidak ada satu strategi belajar/model pembelajaran yang ampuh untuk dilakukan pada setiap topik/konsep pembelajaran, oleh karena itu untuk memilih strategi pembelajaran diperlukan beberapa analisis. 7. Penelitian ini dapat ditindak lanjuti sampai siklus berikutnya sehingga dapat diperoleh hasil pengamatan yang lebih valid mengingat hasil yang diperoleh dari dua siklus menujukkan keterampilan proses yang meningkat dan kompetisi kelompok yang sedang berlangsung. \ 23 DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1999. Penelitian Tindakan (Action Research). Bahan Pelatihan Jakarta: Dikdasmen Depdikbud. Eanes, R. 1997. Content Area Literacy: Teaching Today’s and Tomorrow. New York: Delmar Publisher. Elliot, J. 1991. AN. Action Reseach for Educational Change. Buckingham: Open University Press. Federikson, J. & Collins, A. 2002. What is Authentic Assesment: Term and Condition of Use. Hougton Mifflin Company (online), (http://www/eduplace.com/rdg/res/litass/, diakses 28 Desember 2002). Hammond, L.D. dan Snyde, J.D.2001. Authentic Assesment of Reaching Indonesia Context, U.S. Departemen Education (online), (http:www.Contextual.org/abs2.htm., diakses 29 Oktober 2001 oleh Darmono). Nurhadi & Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. O’Malley, J.M. & Piece, L.V. 1996. Authentic Assessment for Ennglish Language Learners: Practical Approaches For Teachers. Virginia: Addison-Wesley. Puhl, C. 1997. Develop, Not Judge: Continuous Assesment in the ESL Classroom. English Teaching Forum, April 1997, pp 2-9. Tompkins, G.E & Hoskisson, K. 1991. Language Arts : Content and Teaching Strategis. New York: Macmillan. 24 Lampiran 1 Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Siklus 1 No. I. Penilaian Aspek yang diminati Nilai Kreteria Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Motivasi Siswa 2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan bersama siswa 2. Menyampaikan materi kepada siswa 3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok belajar 4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaan mereka. C. Penutup Memberikan Evaluasi II. Pengelolaan Waktu III. Pengamatan Suasana Kelas Jumlah Keterangan : Nilai : Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Surabaya, Juli 2007 Pengamat 1 Lampiran 2 Penilaian Pengelolaan Pembelajaran Siklus 2 No. I. Penilaian Aspek yang diminati Nilai Kreteria Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Motivasi Siswa 2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan bersama siswa 2. Menyampaikan materi kepada siswa 3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok belajar 4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaan mereka. C. Penutup Memberikan Evaluasi II. Pengelolaan Waktu III. Pengamatan Suasana Kelas Jumlah Keterangan : Nilai : Kriteria 3 : Tidak Baik 4 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Surabaya, Juli 2007 Pengamat 2 Lampran 3 RESPON SISWA TERHADAP KBM Nama : Kelas : Berilah tanda Check ( V ) untuk jawaban yang dipilih No. 1. Uraian Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) Respon Siswa Senang Tidak Baru Tidak Pendapat siswa terhadap komponen KBM berikut ini : 1. Materi 2. Bahan Tertulisnya 3. Lembar Kerja Siswa 4. Suasana Kelas 5. Penampilan Gurunya 6. Cara Guru Mengajar 2. Pendapat siswa terhadap komponen KBM berikut ini : 7. Materi 8. Bahan Tertulisnya 9. Lembar Kerja Siswa 10. Suasana Kelas 11. Penampilan Gurunya 12. Cara Guru Mengajar 3 Lampiran 4 Relibilitas Instrumen Pengelolaan Pembelajaran CTL No. Aspek yang dinilai Nilai Rata-rata RP 1 1. Materi 2. Bahan Tertulisnya 3. Lembar Kerja Siswa 4. Suasana Kelas 5. Penampilan Gurunya 6. Cara Guru Mengajar Keterangan RP 2 Jumlah Presentase Keterangan : Nilai : Kriteria 5 : Tidak Baik 6 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik 4 Lampiran 5 Penilaian Pengelolaan Pembelajaran CTL No. I. Penilaian Aspek yang diminati Nilai Kreteria Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Motivasi Siswa 2. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah – langkah kegiatan bersama siswa 2. Menyampaikan materi kepada siswa 3. Mengatur siswa dalam kelompok – kelompok belajar 4. Membimbing siswa belajar dan bekerja kelompok 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaan mereka. C. Penutup Memberikan Evaluasi II. Pengelolaan Waktu III. Pengamatan Suasana Kelas Jumlah Keterangan : Nilai : Kriteria 7 : Tidak Baik 8 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Surabaya, Juli 2007 Pengamat 5